Post on 22-Mar-2019
PELAKSANAAN LITERASI INFORMASI
DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH PASCASARJANA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
SkripsiDiajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh :Winda Fatmaela RisaNIM : 1110025000070
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakaan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari hasil orang lain, saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Oktober 2014
Winda Fatmaela Risa
i
ABSTRAK
Winda Fatmaela Risa
Pelaksanaan Literasi Informasi di Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UINSyarif Hidayatullah Jakarta
Penelitian ini dilakukan di perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN SyarifHidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya-upaya apasaja yang dilakukan oleh perpustakaan dalam pelaksanaan literasi informasi, untukmengetahui pendapat mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif HidayatullahJakarta terhadap pelaksanaan literasi informasi yang ada, dan untuk mengetahuikendala-kendala apa saja yang dihadapi pustakawan dalam pelaksanaan literasiinformasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatankualitatif yang pengambilan datanya melalui observasi atau pengamatan langsung danwawancara dengan pustakawan dan pemustaka. Untuk pengambilan sampelditetapkan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa perpustakaan melakukan literasi informasi dengan mengadakanprogram kegiatan orientasi perpustakaan yang dilakukan setiap penerimaanmahasiswa baru. Upaya-upaya yang dilakukan berupa pengenalan fasilitasperpustakaan, pengenalan kebijakan perpustakaan, sumber daya manusia, dan sumberdaya informasi, yang di dalamnya terdapat pengajaran strategi penelusuran informasi.Sedangkan, pendapat dari beberapa mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN SyarifHidayatullah Jakarta mengenai program kegiatan orientasi perpustakaan, merasa puasdan merespon baik kegiatan tersebut. Adapun kendala yang dihadapi pustakawandalam melaksanakan program literasi informasi sangat beragam, yaitu berupa masihbanyaknya jurnal Islam yang belum dilanggan, koneksi internet yang masih seringterganggu, dan jumlah koleksi perpustakaan yang kurang, serta penambahan ruangperpustakaan yang masih dalam proses pengajuan kepada lembaga induk yangmenaungi perpustakaan.
Kata kunci : literasi informasi
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Ilahi Rabbi, yang telah memberikan nikmat,
hidayah dan inayahnya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW. yang telah membawa umatnya dari kegelapan hingga terang benderang yang
penuh cahaya hidayah, juga kepada keluarga dan para sahabatnya, semoga kami
semua mendapatkan syafaatnya dihari kiamat nanti, amin.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan memberikan dukungan baik moril maupun materiil terhadap
penulis. Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada :
1. Bpk. Prof. Dr. Oman Fathurahman, M.HUM, selaku Dekan Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bpk. Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan.
3. Bpk. Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan.
4. Ibu Ida Farida, MLIS, selaku dosen pembimbing penulis yang membantu,
mengarahkan, dan menuntun penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi
ini.
5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah
mencurahkan ilmunya begitu banyak untuk masa depan penulis.
iii
6. Ibu Alfida, MLIS, selaku Dosen UIN Jakarta dan Kepala Perpustakaan
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia
menerima penulis untuk melakukan penelitian. Terima kasih atas
kerjasamanya, dan segala motivasi dan informasi yang telah ibu berikan
kepada penulis.
7. Orang tuaku, Bapak Cecep Kurniawan dan Ibu Lilis Setyo Murni yang
senantiasa memberikan dorongan penuh serta do’a ikhlas dalam sepanjang
hidupku, semoga Allah selalu melindungi dan memberikan kesehatan
kepada Bapak dan Mamah sepanjang masa.
8. Kakakku Yuyun Lisa Kurnia Dewi dan adikku Anna Amalia, terima kasih
canda tawa dan do’a kalian menjadi semangat tersendiri bagiku.
9. Seluruh keluarga besar penulis. Terima kasih atas segala do’a, perhatian,
dan dukungannya yang diberikan selama ini, semoga Allah akan
memberikan balasannya atas kebaikan kalian selama ini.
10. Terima kasih pula kepada teman-teman penulis Rochmah, Agista, Ludfia,
Rinda, Nurun, Vidi, Syifa, Irma, Tiwi, dan seluruh teman-teman Jurusan
Ilmu Perpustakaan 2010 terutama IPI C, yang sama-sama berjuang untuk
menyelesaikan skripsinya.
11. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak
mengurangi rasa hormat penulis.
iv
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
saran dan kritik sangat penulis perlukan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua, amin.
Ciputat, 29 Oktober 2014
Winda Fatmaela Risa
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………... v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………... viii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………...ix
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………...x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………….... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah …………………………. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………... 5
D. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian …………………………... 6
2. Sumber Data
a. Data Primer ……………………………………………. 6
b. Data Sekunder ………………………………………….7
3. Informan ……………………………………………………7
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi ……………………………………………….8
b. Wawancara ……………………………………………..8
c. Studi Pustaka …………………………………………...9
5. Teknik Analisa Data
a. Reduksi Data …………………………………………...9
b. Penyajian Data ………………………………………… 9
c. Penarikan kesimpulan …………………………………. 9
E. Daftar Istilah …………………………………………………... 9
F. Sistematika Penulisan …………………………………………. 10
vi
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Perguruan Tinggi ……………………………….. 12
1. Definisi Perpustakaan Perguruan Tinggi ………………….. 12
2. Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi ……………………. 13
3. Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi …………………… 14
4. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi ……………………15
B. Literasi Informasi ………………………………………………17
1. Sejarah Literasi Informasi ………………………………….17
2. Definisi Literasi Informasi …………………………………19
3. Model Literasi Informasi ………………………………….. 21
4. Standar Kompetensi Literasi Informasi untuk Perguruan
Tinggi …………………………………………………........24
5. Manfaat Literasi Informasi ………………………………... 38
6. Program Literasi Informasi ............................................... 40
7. Hambatan Pengajaran Literasi Informasi pada Perguruan
Tinggi di Indonesia ................................................... ........... 43
C. Penelitian Relevan …………………………………………….. 49
BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN SEKOLAH
PASCASARJANA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
A. Sejarah Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta …………………………………………………………. 51
B. Visi, Misi, dan Tujuan Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta …………………………………….53
1. Visi Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta ……………………………………..…53
2. Misi Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta …….………………………………….53
3. Tujuan Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Hidayatullah
vii
Jakarta ……......……………………………………………. 54
C. Struktur Organisasi Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta …………………………………….54
D. Sumber Daya Manusia …………………………………………55
E. Layanan Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta ………………………………………........55
1. Sistem Layanan …………………………………………… 55
2. Jam Layanan ………………………………………………. 56
3. Jenis Layanan ………………………………………………56
F. Koleksi Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta …………………………………………. 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian ………………….................................. 64
B. Hasil Penelitian ………………………………………………... 65
1. Upaya Perpustakaan dalam Melaksanakan Literasi
Informasi ..........……………………………………............. 65
2. Pendapat Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta terhadap Pelaksanaan Literasi Informasi
di Perpustakaan .................................................................... 70
3. Kendala yang dihadapi Pustakawan dalam Pelaksanaan Literasi
Informasi di Perpustakaan .................................................... 73
C. Pembahasan .................................................................... ........... 74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………. 77
B. Saran …………………………………………………………... 78
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..80
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Jam Layanan ............................................................. 56
2. Tabel 2 Jumlah Koleksi Tesis dan Disertasi ......................... 60
3. Tabel 3 Jumlah Koleksi Multimedia ......................................63
4. Tabel 4 Kriteria Informan ...................................................... 64
5. Tabel 5 Hasil Wawancara ...................................................... 65
6. Tabel 6 Hasil Wawancara ...................................................... 67
7. Tabel 7 Pendapat Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta .......................................70
8. Tabel 8 Kendala Pelaksanaan Literasi Informasi ...................73
ix
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Struktur Organisasi Perpustakaan Sekolah Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ...............................55
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
2. Lampiran 2 Surat Tugas Menjadi Pembimbing
3. Lampiran 3 Surat Penggantian Judul Skripsi
4. Lampiran 4 Pengajuan Dosen Pembimbing Skripsi
5. Lampiran 5 Surat Penguji Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kegiatan sehari-harinya sebuah organisasi, perusahaan, maupun
individu menghasilkan dokumen yang berisi informasi. Hal itu ditambah pula dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang secara langsung membuat
jumlah informasi semakin banyak. Teknologi yang ada sekarang ini semakin
memudahkan kita untuk mendapatkan informasi yang kita butuhkan dari mana saja
dan dalam bentuk apapun.
Ribuan dan bahkan jutaan informasi berada di sekitar kita. Berbagai jenis
media menyampaikannya hingga sampai kepada setiap orang. Media penghantarnya
antara lain : lisan, media cetak, media non cetak. Lisan atau komunikasi dapat
mengakibatkan pertukaran informasi. Macam media cetak, seperti surat kabar,
majalah, tabloid, selebaran, spanduk, papan iklan. Sedangkan, media non cetak,
seperti televisi, radio, telepon genggam, internet.
Informasi setiap hari berkembang, untuk itu kita sebagai individu harus selalu
dapat mengupdatenya. Sekarang ini berita luar negeri dapat langsung diketahui
seluruh dunia dalam hitungan menit saja. Dari sekian banyak informasi yang ada di
sekitar kita, tidak semuanya merupakan informasi yang kita butuhkan. Untuk
mendapatkan informasi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan kita, kita
membutuhkan kemampuan khusus. Kemampuan inilah yang kita sebut “literasi
informasi” atau dengan kata lain melek informasi.
2
Untuk mendapatkan kemampuan ini seseorang perlu mendapat pendidikan
dan bimbingan terlebih dahulu. Pendidikan literasi informasi hendaknya
diperkenalkan sejak dini agar seseorang nantinya terbiasa dengan pencarian informasi
yang dibutuhkan sehari-hari terutama dalam bidang akademik. Kemampuan literasi
semacam ini bersifat longlife learning atau dengan kata lain pembelajaran yang
berguna sepanjang hayat.
Literasi juga dapat membentuk pribadi yang berpikir kritis. Untuk itu sangat
penting kemampuan berpikir kritis karena seseorang tidak percaya begitu saja dengan
informasi yang ada serta didapatnya. Kemampuan seperti inilah yang dapat
mendorong seseorang untuk selalu ingin tahu terhadap segala informasi yang selalu
berkembang dan terus mencari kebenarannya, kemudian ia mencari informasi dari
berbagai sumber dan akhirnya dapat menemukan kebenaran informasi. Dengan
demikian, seseorang dapat mengembangkan analisis kritis dan kemampuan
komunikasi, mengenali dan menghargai berbagai format informasi yang tersedia di
masyarakat saat ini dan mengevaluasi secara kritis dan etis dengan menggunakan
informasi yang dibutuhkan.1
Pada dasarnya perpustakaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
proses penyelenggaraan pendidikan, baik formal maupun non formal. Oleh sebab itu,
perpustakaan penting bagi pengembangan literasi informasi, pengajaran,
pembelajaran dan kebudayaan. Sejak pendidikan dasar, menengah pertama,
menengah atas sampai perguruan tinggi, perpustakaan sangat dibutuhkan.
1 Alfred Loo and C.W. Chung, “A Model for Information Literacy Course Development : a liberal artsuniversity perspective,” emeraldinsight, 24 October 2005, h. 3.
3
Perumpamaan perpustakaan sebagai sebuah jantung bagi instansi pendidikan tinggi
(perguruan tinggi) bahwa keberadaan perpustakaan mutlak sangat diperlukan dan
sangat penting serta berperan sekali untuk menunjang proses pendidikan dan kegiatan
belajar mengajar. Perpustakaan perguruan tinggi merupakan penunjang Tri Dharma
perguruan tinggi yaitu sebagai pusat kegiatan belajar mengajar, pusat penelitian, dan
informasi.
Seperti yang tertuang dalam Standar Nasional Perpustakaan (SNP) 010:2011,
dinyatakan bahwa “jenis layanan perpustakaan perguruan tinggi, meliputi : layanan
sirkulasi, layanan referensi, literasi informasi, layanan teknologi informasi dan
komunikasi.”2 Dan salah satu contoh perpustakaan perguruan tinggi yang telah
menerapkan literasi informasi kepada pemustakanya adalah perpustakaan Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan ini mempunyai koleksi
dan fasilitas yang sangat beragam dan telah terotomasi.
Dengan melihat tujuan dari diterapkannya literasi informasi di perpustakaan
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu agar pemustaka secara
mandiri dapat menelusur informasi yang dibutuhkan. Akan tetapi, pada kenyataannya
masih saja ada kendala dalam menerapkan literasi informasi tersebut, sehingga
menyebabkan ada beberapa pemustaka yang belum dapat menelusur informasi yang
dibutuhkannya secara mandiri.
2 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Standar Nasional Perpustakaan (Jakarta : PerpustakaanNasional Republik Indonesia, 2011)
4
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas tentang
penerapan literasi informasi. Untuk itu penulis menuangkannya dalam sebuah
penelitian skripsi sebagai tugas akhir dari perkuliahan, yang berjudul “Pelaksanaan
Literasi Informasi di Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Batasan masalah yang akan diteliti oleh penulis, yaitu :
1. Pelaksanaan literasi informasi.
2. Perpustakaan yang dijadikan tempat penelitian adalah perpustakaan
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian ini, maka penulis merumuskan
beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana peran dan upaya pustakawan dalam melaksanakan literasi
informasi yang ada di perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta?
2. Bagaimana pendapat mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta terhadap pelaksanaan literasi informasi yang ada di
perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
3. Kendala apa saja yang dihadapi oleh pustakawan dalam melaksanakan
literasi informasi yang ada di perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta?
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Agar permasalahan yang telah dirumuskan menjadi lebih jelas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah :
1. Untuk memperoleh gambaran mengenai peran dan upaya pustakawan
dalam melaksanakan literasi informasi yang ada di perpustakaan Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Untuk mengetahui pendapat mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta terhadap pelaksanaan literasi informasi yang ada di
perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh pustakawan dalam
melaksanakan literasi informasi yang ada di perpustakaan Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Adapun manfaat dari penelitian ini di antaranya adalah dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Dapat digunakan sebagai acuan bagi pustakawan di perpustakaan Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam meningkatkan kegiatan
literasi informasi.
2. Dapat menambah wawasan dalam hal penelitian, khususnya bagi penulis.
3. Menjadi sumbangan bagi ilmu perpustakaan pada khususnya, sehingga
dapat memperkaya khazanah keilmuan.
6
D. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang diterapkan adalah penelitian deskriptif, sebagaimana
menurut Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat dalam buku Metode
Penelitian, metode penelitian deskriptif yaitu suatu metode yang digunakan
untuk mencari fakta status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi,
suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang dengan
interpretasi yang tepat.3
Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah dengan pendekatan
kualitatif, yaitu penelitian kualitatif sebagaimana menurut Bogdan dan Taylor,
metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data-data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati.4
2. Sumber Data
Pada penelitian ini, sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
terdiri dari dua data, yaitu :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui penelitian langsung
dengan melakukan penelitian yang terdiri atas hasil pengamatan langsung
dan wawancara dengan pustakawan dan sivitas akademika di perpustakaan
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3 Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, Bandung : Mandar Maju, 2002, h. 33.4 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007, h. 4.
7
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang tersedia dan telah diolah terlebih
dahulu seperti buku-buku dan literatur lainnya yang berkaitan dengan
penelitian yang bertemakan tentang literasi informasi.
3. Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.5 Penentuan informan
ditentukan dengan mencari tahu pihak yang paling memahami objek
penelitian di perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah purposive sampling, adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang
tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau
mungkin dia memiliki posisi penting, sehingga akan memudahkan peneliti
menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti.6 Penulis menggunakan
beberapa informan dalam penelitiannya, yaitu :
a. Pustakawan di perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dalam hal ini pustakawan merupakan orang yang
paling berperan penting dalam pelaksanaan literasi informasi yang ada di
perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5 Ibid, 2011, h. 90.6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung : Alfabeta, 2012), h. 218.
8
Adapun pustakawan di perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, terdiri dari :
1. Kepala perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yaitu Ibu Alfida, MLIS.
2. Bapak Ainurofiq, S.IP, dan
3. Ibu Nurhasanah, S.Pd.
b. Mahasiswa di perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang pernah mengikuti kegiatan literasi informasi,
karena pemustakalah yang menjadi obyek utama dari pelaksanaan literasi
informasi di perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Disini penulis membatasi mahasiswa yang menjadi informan
berjumlah 3 orang.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan
tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data dari penelitian ini, yaitu :
a. Observasi, dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek
yang akan diteliti dalam hal ini literasi informasi yang ada di perpustakaan
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Wawancara, yaitu dengan mengadakan pembicaraan dan tanya jawab
dengan orang-orang yang berhubungan dengan penelitian ini khususnya
adalah dengan pustakawan dan mahasiswa baru yang ada di perpustakaan
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9
c. Studi Pustaka, yaitu dilakukan dengan membaca buku-buku yang
berkaitan dengan penelitian ini sebagai bahan acuan.
5. Teknik Analisa Data
Data akan dianalisis melalui tiga tahapan, yaitu :
a. Reduksi data
Data yang diperoleh penulis melalui wawancara dan kajian pustaka
dicatat dengan rinci, mengelompokkan atau memilah-milah dan
memfokuskan pada hal penting dengan demikian data yang didapat bisa
memberikan gambaran yang jelas.
b. Penyajian data
Setelah data direduksi, penulis melakukan penyajian dalam bentuk
teks bersifat naratif.
c. Penarikan kesimpulan
Data-data yang terangkum dan dijabarkan dalam bentuk teks naratif,
penulis buatkan kesimpulan. Kesimpulan digunakan untuk menjawab
rumusan masalah.
E. Daftar Istilah
Literasi informasi adalah kemampuan untuk mengenal kebutuhan informasi
untuk memecahkan masalah, mengembangkan gagasan, mengajukan pertanyaan
penting, menggunakan berbagai strategi pengumpulan informasi, menetapkan
informasi yang cocok, relevan, dan otentik.
10
F. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan ini akan menguraikan secara sistematis mulai
dari Bab I sampai Bab V dengan rincian sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, definisi istilah, dan
sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Literatur
Bab ini memuat teori-teori yang berasal dari kajian mengenai definisi
perpustakaan perguruan tinggi, fungsi dan tujuan perpustakaan perguruan
tinggi. Sejarah literasi informasi, definisi literasi informasi, model literasi
informasi, standar kompetensi literasi informasi untuk perguruan tinggi,
manfaat literasi informasi, program literasi informasi, dan hambatan
pengajaran literasi informasi untuk perguruan tinggi.
Bab III Gambaran Umum Perpustakaan Sekolah Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bab ini memuat gambaran umum tentang perpustakaan Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berisi : sejarah singkat,
visi; misi; dan tujuan, struktur organisasi, sumber daya manusia, layanan,
dan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
11
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang berkaitan dengan
pelaksanaan literasi informasi, seperti upaya yang dilakukan, bentuk
kegiatan, dan pendapat mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta terhadap kegiatan literasi informasi di perpustakaan,
serta kendala dalam melaksanakan kegiatan literasi informasi.
Bab V Penutup
Pada bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran yang dibuat oleh penulis
setelah melakukan penelitian di perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
12
12
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
Pada bab 2 ini akan dibahas mengenai teori yang berkaitan dengan penelitian
ini, disajikan literatur yang mendukung dan beberapa istilah yang muncul dalam
kajian ini.
A. Perpustakaan Perguruan Tinggi
1. Definisi perpustakaan perguruan tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di
lingkungan perguruan tinggi (akademi, sekolah tinggi, universitas, institut,
politeknik) dimana para penggunanya adalah para mahasiswa, dosen, dan karyawan
suatu perguruan tinggi.7 Perpustakaan perguruan tinggi didirikan untuk menunjang
pencapaian tujuan perguruan tinggi yang bersangkutan dalam melaksanakan tri
dharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat.8 Oleh karena pentingnya lembaga perpustakaan perguruan tinggi, maka
perpustakaan tersebut sering disebut sebagai jantungnya universitas yaitu dalam
rangka penelitian ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan.
7 Abdul Rahman Saleh, Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi (Jakarta : Universitas Terbuka,1995), h. 17.8 F. Rahayuningsih, Pengelolaan Perpustakaan, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007), h. 7.
13
Pada hakikatnya perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu unit kerja yang
merupakan bagian integral dari suatu lembaga induknya, yang bersama-sama dengan
unit lainnya tetapi dalam peranan yang berbeda, bertugas membantu perguruan tinggi
yang bersangkutan dalam melaksanakan tri dharmanya.9
2. Tugas, fungsi, dan tujuan perpustakaan perguruan tinggi
a. Tugas perpustakaan perguruan tinggi
Pada dasarnya perpustakaan tidak berdiri sendiri, melainkan berada di
dalam suatu ruang lingkup atau di bawah koordinasi suatu lembaga atau
organisasi yang mempunyai tugas yang tidak jauh berbeda. Menurut
Sutarno NS, tugas perpustakaan secara garis besar ada tiga, yaitu :
1. Tugas menghimpun informasi, meliputi kegiatan mencari, menyeleksi,
mengisi, perpustakaan dengan sumber informasi yang memadai atau
lengkap baik dalam arti jumlah, jenis, maupun mutu yang disesuaikan
dengan kebijakan organisasi, ketersediaan dana, dan keinginan
pemakai serta mutakhir.
2. Tugas mengelola, meliputi proses pengolahan, penyusunan,
penyimpanan, pengemasan agar tersusun rapih, mudah ditelusuri
kembali (temu kembali informasi) dan diakses oleh pemakai, dan
merawat bahan pustaka.
3. Tugas memberdayakan dan memberikan layanan secara optimal.
Perpustakaan sebagai pusat informasi yang menyimpan berbagai ilmu
pengetahuan, memberikan layanan informasi yang ada untuk
9 Noerhayati Soedibyo, Pengelolaan Perpustakaan jilid 1 ( Bandung : Alumni, 1987), h. 1.
14
diberdayakan kepada masyarakat pengguna, sehingga perpustakaan
menjadi agen perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi,
teknologi dan budaya masyarakat. Termasuk dalam tugas ini adalah
upaya promosi dan publikasi serta sosialisasi agar masyarakat
pengguna mengetahui dengan jelas apa yang ada dan dapat
dimanfaatkan dari perpustakaan.10
Secara umum tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah menyusun
kebijakan dan melakukan tugas rutin untuk mengadakan, mengolah, dan merawat
bahan pustaka serta mendayagunakannya baik bagi sivitas akademika maupun
masyarakat di luar kampus.
b. Fungsi perpustakaan perguruan tinggi
Fungsi sebuah perpustakaan merupakan penjabaran lebih lanjut dari
semua tugas perpustakaan. Fungsi-fungsi itu dilaksanakan dalam rangka
pencapaian tujuan perpustakaan. Karena perpustakaan merupakan suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem pendidikan suatu
lembaga.
Menurut Abdul Rahman Shaleh, fungsi perpustakaan perguruan tinggi
dapat ditinjau sedikitnya dari dua segi, yaitu :
1. Dari segi layanan, perpustakaan mempunyai enam fungsi yaitu sebagai
pusat :
10 Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan Dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi(Jakarta : Pantai Rei, 2005), h. 61.
15
a. Pengumpulan informasi
b. Pengolahan informasi
c. Penelusuran informasi
d. Pemanfaatan informasi
e. Penyebarluasan informasi
f. Pemeliharaan serta pelestarian informasi
2. Dari segi program kegiatannya, perpustakaan mempunyai tiga macam
fungsi, yaitu :
a. Sebagai pusat layanan informasi untuk program pendidikan
dan pengajaran.
b. Sebagai pusat layanan informasi untuk program penelitian, dan
c. Sebagai pusat layanan informasi untuk program pengabdian
pada masyarakat.11
c. Tujuan perpustakaan perguruan tinggi
Secara umum tujuan perpustakaan perguruan tinggi, yaitu :
1. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi,
lazimnya staf pengajar dan mahasiswa. Sering pula mencakup tenaga
administrasi perguruan tinggi.
2. Menyediakan bahan pustaka rujukan (referens) pada semua tingkat
akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun angkatan pertama
hingga ke mahasiswa program pasca sarjana dan pengajar.
11 Abdul Rahman Saleh, Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi (Jakarta : Universitas Terbuka,1995), h. 18
16
3. Menyediakan ruangan belajar untuk pemakai perpustakaan.
4. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis
pemakai.
5. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada
lingkungan perguruan tinggi tetapi juga lembaga industri lokal.12
Secara khusus tujuan diselenggarakannya perpustakaan perguruan tinggi
adalah untuk menunjang atau mendukung, memperlancar, serta mempertinggi
pelaksanaan program pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di
perguruan tinggi, dengan melalui pelayanan informasi yang meliputi lima aspek,
yaitu :
a. Pengumpulan informasi
b. Pengolahan informasi
c. Pemanfaatan informasi
d. Penyebarluasan informasi
e. Pemeliharaan atau pelestarian informasi13
Tujuan tersebut akan dapat terlaksana sebagaimana mestinya, apabila :
a. Terjalin hubungan kerjasama yang harmonis antara perpustakaan dengan
dosen atau asisten.
12 Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 5213 Abdul Rahman Saleh, Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi (Jakarta : Universitas Terbuka,1995) h. 17
17
b. Diketahui tujuan instruksional dari mata kuliah yang diasuh oleh dosen
atau asisten yang bersangkutan.
c. Diketahui secara pasti strategi mengajar, kebutuhan perkuliahan dan
penelitian para dosen atau asisten dan terjalin hubungan kerjasama antara
perpustakaan dengan mahasiswa dari masing-masing bidang studi dengan
menetapkan kebutuhan umum maupun individual sebagai persiapan tugas-
tugas kelas atau penelitian lainnya.14
B. Literasi Informasi
1. Sejarah Literasi Informasi
Seorang berkebangsaan Amerika bernama Paul Zurkowski, Presiden
Information Industry Association, adalah orang pertama yang menggunakan
istilah literasi informasi. Dijelaskan bahwa individu yang melek informasi
adalah orang yang terlatih dalam penerapan sumber daya informasi untuk
pekerjaan mereka. Mereka belajar teknik-teknik dan keterampilan-
keterampilan untuk memanfaatkan cakupan yang luas dari sarana informasi
sebagaimana juga sumber-sumber utama dalam memecahkan permasalahan
mereka.15
Pustakawan sudah sejak lama mempunyai perhatian terhadap isu
perlunya mengajar keterampilan kepada pemakai untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkannya. Pengajaran perpustakaan sudah dimulai sejak
14 Noerhayati Soedibyo, Pengelolaan Perpustakaan jilid 1 (Bandung : Alumni, 1987), h. 3.15 Edward K. Owusu-Ansah, “Debating Definitions of Information Literacy : Enough is Enough”,”Emeraldinsight, Vol 54, no. 6 (March 2005) : h. 2.
18
tahun 1858, ketika Ralph Waldo Emerson memberikan pengajaran mengenai
penggunaan perpustakaan di Harvard College. Sejak itu istilah yang
digunakan untuk pengajaran keterampilan ini pun beragam, seperti :
pendidikan pemakai perpustakaan, keterampilan perpustakaan, pengajaran
perpustakaan, dan instruksi bibliografi. Istilah-istilah ini berkaitan dengan
pengajaran perpustakaan secara tradisional. Pendekatan pengajaran tradisional
didesain untuk mengajarkan mahasiswa mengenai pentingnya penggunaan
perpustakaan secara efektif. Keterampilan perpustakaan yang diajarkan
meliputi pengetahuan mengenai gedung, lokasi, fasilitas yang dimiliki
perpustakaan serta pengetahuan bagaimana mengakses sumber-sumber yang
terdapat di perpustakaan, seperti pengajaran mengenai katalog perpustakaan
yang merupakan wakil dokumen dari koleksi perpustakaan, indeks terbitan
berkala yang merupakan panduan mencari koleksi berkala, dan koleksi
referensi. Mahasiswa juga diajarkan mengenai tajuk subjek dan kata kunci,
mengenal nomor panggil buku dan menemukan buku di perpustakaan. Tujuan
pengajaran keterampilan ini masih terbatas yaitu agar para mahasiswa dapat
menggunakan koleksi di perpustakaan untuk tugas-tugas akademik mereka.
Kini dengan kemajuan teknologi informasi, pendekatan pengajaran
perpustakaan secara tradisional dianggap kurang memadai. Dan hal ini juga
mempunyai pengaruh yang sangat mendalam terhadap perpustakaan akademik
dan perpustakaan perguruan tinggi. Pengaruh dari perubahan-perubahan ini
merupakan saat yang tepat untuk transformasi dari misi tradisional pengajaran
19
“keterampilan perpustakaan” ke mandat pengajaran yang lebih luas yaitu
“information literacy”.
Pengajaran information literacy yang dalam bahasa Indonesia
diartikan dengan beragam istilah, seperti di antaranya keberaksaraan
informasi, melek informasi, keterampilan informasi, informasi literasi, dan
lain sebagainya, tidak hanya terbatas pada penggunaan sumber-sumber di
perpustakaan pada perguruan tinggi tetapi juga berkaitan dengan pengajaran
bagaimana mengakses informasi dalam berbagai jenis, dimana saja tanpa
dibatasi oleh dinding perpustakaan.16
Setelah munculnya beragam tulisan seperti ini, banyak yang
menyadari pentingnya kemampuan literasi informasi bagi masyarakat umum.
Terlebih lagi dengan pesatnya teknologi yang menuntut kemampuan ini
mutlak dimiliki.
2. Definisi Literasi Informasi
Literasi informasi sering disebut juga dengan keberaksaraan informasi
atau kemelekan informasi. Dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi,
literasi informasi sering dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan
memanfaatkan secara benar informasi yang tersedia. Wacana tersebut semakin
menyeruak di panggung pendidikan Indonesia.
16 Ida Farida, “Urgensi Pengajaran Information Literacy pada Tingkat Perguruan Tinggi”, Al-Maktabah, vol. 8, no. 2 (Oktober 2006) : h. 36
20
Menurut Standar Nasional Perpustakaan (SNP) 010:2011, literasi
informasi adalah kemampuan untuk mengenal kebutuhan informasi untuk
memecahkan masalah, mengembangkan gagasan, mengajukan pertanyaan
penting, menggunakan berbagai strategi pengumpulan informasi, menetapkan
informasi yang cocok, relevan, dan otentik.
Definisi lainnya diberikan oleh ACRL (Association of College and
Research Libraries), menurutnya literasi informasi adalah seperangkat
kemampuan yang diperlukan individu untuk mengenali, menemukan,
mengevaluasi, dan menggunakan secara efektif informasi yang dibutuhkan.17
Jika pendidikan pemakai adalah melatih pemakai bagaimana
menggunakan perpustakaan dan koleksinya, maka literasi informasi ini
berfokus pada strategi dan proses pencarian informasi serta kompetensi
penggunaan informasi.18 Maka perbedaan yang mendasar antara kedua istilah
tersebut adalah literasi informasi lebih luas karena yang tercakup di dalam
literasi informasi tidak saja informasi yang berada di dalam perpustakaan saja,
tetapi juga informasi di luar perpustakaan. Dan nilai edukasi di dalam literasi
informasi lebih banyak.
17 The Association of College and Research Libraries (ACRL), Information Literacy CompetencyStandards for Higher Education (Amerika : ACRL, 2000), h. 4.18 Morteson and Lau, Jesus (2006). Informasion Competencies : bridging the North South KnowledgeGap. Diakses 22 Oktober 2014 dari http://www.library.uiuc.edu/mortenson/pdf/laulecture.pdf.
21
3. Model Literasi Informasi
Ada beberapa model literasi informasi atau disebut juga sebagai
pendekatan dalam pengajaran keterampilan information literacy yang sudah
berkembang saat ini. Berikut adalah beberapa model yang sudah dikenal baik
tentang literasi informasi.
a. The Big Six
Adalah model literasi informasi yang dikembangkan oleh
Michael B. Eisenberg dan Robert E. Berkowitz pada tahun 1987.19
Model literasi informasi yang ditawarkan oleh the big six ialah
seperti di bawah ini, yaitu :
1. Menerjemahkan tugas, yaitu menentukan tujuan dan
kebutuhan informasi.
2. Strategi mencari informasi, yaitu menguji pendekatan
alternatif untuk mendapatkan informasi yang sesuai guna
memenuhi kebutuhan informasi pada tugas yang
dibebankan.
3. Menemukan dan mendapatkan informasi, yaitu
menemukan sumber informasi yang berasal dari sumber
referensi, terbitan berseri, media, komputer dan informasi
yang terkandung dalam sumber-sumber tersebut.
19 Liao Ai Lien, dkk., Literasi Informasi : Tujuh Langkah Knowledge Management (Jakarta :Universitas Atma Jaya, 2010), h. 4.
22
4. Menggunakan informasi, yaitu menggunakan informasi
dalam satu sumber melalui kegiatan-kegiatan seperti
membaca dengan teliti, melihat, mendengarkan, serta
mengapresiasi sastra (cerita rakyat, fiksi, dan juga
biografi).
5. Melakukan sintesa, yaitu mengintegrasikan informasi yang
digambarkan dari sejumlah sumber-sumber dengan cara
mengorganisasikannya dari berbagai sumber dengan cara
membuat kerangka dan melukiskannya.
6. Melakukan evaluasi, yaitu membuat suatu keputusan
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, dengan cara
membuat perbandingan, menentukan kriteria, dan
sebagainya.20
b. Empowering 8
Adalah model literasi informasi yang dihasilkan dari dua
lokakarya (workshop). Lokakarya yang diadakan di Kolombo pada
bulan November 2004 dan yang kedua di Patiala (India) pada
bulan November 2005 (International Workshop on Information
Skill for Learning “Empowering 8”). Lokakarya tersebut dihadiri
oleh Negara Banglades, India, Indonesia, Maldiva, Malaysia,
Nepal, Pakistan, Singapura, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam.
20 Rizal Saiful Haq, dkk., Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah (Jakarta : Fakultas Adabdan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 152-153.
23
Empowering 8 menggunakan pendekatan pemecahan masalah
berupa resource-based learning, yaitu suatu kemampuan untuk
belajar berdasarkan pada sumber datanya. Menurut model ini,
literasi informasi terdiri atas kemampuan untuk :
1. Mengidentifikasi topik/subjek, sasaran audiens, format
yang relevan, jenis sumber.
2. Mengeksplorasi sumber dan informasi yang sesuai dengan
topik.
3. Menyeleksi dan merekam informasi yang relevan dan
mengumpulkan kutipan yang sesuai.
4. Mengorganisasi, mengevaluasi, dan menyusun informasi
menurut susunan yang logis, membedakan antara fakta dan
pendapat, dan menggunakan alat bantu visual yang
membandingkan dan mengkontraskan informasi.
5. Menciptakan informasi dengan menggunakan kata-kata
sendiri, mengedit dan membuat daftar pustaka ataupun
menghasilkan karya baru.
6. Mempresentasi, menyebarkan atau menyampaikan
informasi yang dihasilkan.
7. Menilai luaran (output) berdasarkan pada masukan (input)
dari orang lain.
8. Menerapkan masukan, penilaian dan pengalaman yang
diperoleh untuk kegiatan yang akan datang dan
24
menggunakan pengetahuan baru yang diperoleh untuk
berbagai situasi.21
c. From Library Skills to Information Literacy (California School
Library Association)
The California School Library Association telah
mengembangkan dan menerbitkan sebuah handbook untuk para
guru dan pustakawan yang memperlihatkan bagaimana
penggabungan information literacy ke dalam kurikulum
(California School Library Association 1997). From Library Skills
to Information Literacy : a handbook for the 21th Century
menguraikan sebuah model information literacy dengan tiga
komponen yang saling terkait satu sama lain, yaitu :
1. Pemikiran si pencari
2. Proses pencarian
3. Strategi-strategi pengajaran.22
4. Standar Kompetensi Literasi Informasi untuk Perguruan Tinggi
Dalam buku yang berjudul “Information Literacy Competency
Standards for Higher Education” yang dikutip oleh Ida Farida, standar
kompetensi yang ditetapkan oleh ACRL ini terdiri dari lima standar dan 24
21 Liao Ai Lien, dkk., Literasi Informasi : Tujuh Langkah Knowledge Management (Jakarta :Universitas Atma Jaya, 2010), h. 5.22 Ida Farida, dkk., Information Literacy Skill : Dasar Pembelajaran Seumur Hidup (Jakarta : UINJakarta Press, 2005), h. 37.
25
indikator kinerja yang kemudian dijabarkan ke dalam beberapa hasil yang
diharapkan, sebagai gambaran untuk mengukur keberhasilan program literasi
informasi. Berikut standar kompetensi literasi informasi di perguruan tinggi,
yaitu :23
Standar Pertama
Mahasiswa yang melek informasi dapat menentukan kebutuhan
informasinya.
Indikator kinerja :
1. Mahasiswa yang melek informasi dapat mendefinisikan dan
mengartikulasikan informasi yang dibutuhkan.
Hasil yang diharapkan meliputi :
a. Melakukan perundingan dengan instruktur dan berpartisipasi dalam
diskusi kelas, kelompok kerja teman sebaya, dan diskusi elektronik
untuk mengidentifikasi topik penelitian, atau kebutuhan informasi
lainnya.
b. Membangun sebuah pernyataan tesis (thesis statement) dan
memformulasikan pertanyaan berdasarkan informasi yang dibutuhkan.
c. Mengekplorasi sumber informasi secara umum untuk meningkatkan
pemahaman tentang topik tertentu.
d. Mendefinisikan atau memodifikasi kebutuhan informasi untuk
mencapai fokus yang terarah.
23 Ida Farida, “Urgensi Pengajaran Information Literacy pada Tingkat Perguruan Tinggi”, Al-Maktabah, vol. 8, no. 2 (Oktober 2006) : h. 36.
26
e. Mengidentifikasikan konsep kunci dan istilah yang dapat
menggambarkan kebutuhan informasi.
f. Mengenal bahwa informasi yang ada dapat dikombinasikan dengan
pemikiran orisinil, eksperimentasi, dan/atau analisa untuk
memproduksi informasi yang baru.
2. Mahasiswa yang melek informasi dapat mengidentifikasi berbagai jenis
dan bentuk sumber informasi yang berpotensi.
Hasil yang diharapkan meliputi :
a. Mengetahui bagaimana informasi secara formal dan non formal
diproduksi, diorganisasikan dan disebarkan.
b. Mengenal bahwa pengetahuan dapat diorganisasikan ke dalam disiplin
keilmuan yang mempengaruhi cara dalam mengakses informasi.
c. Mengidentifikasi nilai dan perbedaan sumber-sumber dalam beragam
bentuk yang berpotensi (seperti multimedia, pangkalan data, website,
set data, audio/visual, buku).
d. Mengidentifikasi tujuan dan audiens dari sumber-sumber yang
berpotensi (seperti popular vs. ilmiah, terkini vs. masa lalu).
e. Membedakan antara sumber-sumber pertama dan kedua (primary and
secondary sources), mengenali bagaimana penggunaan dan
kepentingannya yang beragam bagi setiap disiplin keilmuan.
f. Menyadari bahwa informasi mungkin memerlukan konstruksi dari data
mentah yang berasal dari sumber pertama.
27
3. Mahasiswa yang melek informasi dapat mempertimbangkan biaya dan
keuntungan dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Hasil yang diharapkan meliputi :
a. Menentukan keberadaan informasi yang dibutuhkan dan membuat
keputusan dalam memperluas proses pencarian informasi di luar
sumber-sumber lokal (seperti peminjaman antar perpustakaan,
penggunaan sumber pada lokasi lain, mendapatkan gambar, video,
teks, atau suara).
b. Mendefinisikan rencana keseluruhan yang realistis dan menyusun
jadwal untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
4. Mahasiswa yang melek informasi dapat mengevaluasi kembali informasi
yang dibutuhkannya.
Hasil yang diharapkan meliputi :
a. Melihat kembali kebutuhan informasi awal untuk mengklarifikasi,
merivisi, atau memperbaiki pertanyaan.
b. Menggambarkan kriteria yang digunakan untuk mengambil keputusan
tentang informasi dan pilihan-pilihan.
Standar Kedua
Mahasiswa yang melek informasi dapat mengakses informasi yang
dibutuhkan secara efektif dan efisien.
Indikator kinerja :
28
1. Mahasiswa yang melek informasi dapat memilih metode investigasi yang
paling tepat atau sistem temu kembali informasi untuk mengakses
informasi yang dibutuhkan.
Hasil yang diharapkan meliputi :
a. Mengidentifikasi metode investigasi yang tepat (misalnya eksperimen
di laboratorium, simulasi, lapangan/fieldwork).
b. Menginvestigasi keuntungan dan keterpakaian/applicability beragam
metode investigasi.
c. Menginvestigasi cakupan, isi, dan organisasi sistem temu kembali
informasi.
d. Menyeleksi pendekatan yang efisien dan efektif untuk mengakses
informasi yang dibutuhkan dari metode investigasi atau sistem temu
kembali informasi.
2. Mahasiswa yang melek informasi dapat mengkonstruksikan dan
mengimplementasi secara efektif strategi-strategi pencarian yang
terdesain.
Hasil yang diharapkan meliputi :
a. Membangun rencana penelitian yang sesuai dengan metode
investigasi.
b. Mengidentifikasi kata kunci, sinonim dan istilah yang berkaitan
dengan informasi yang dibutuhkan.
c. Memilih kosa kata yang spesifik (controlled vocabulary specific)
untuk disiplin keilmuan atau sumber informasi temu kembali.
29
d. Mengkonstruksikan strategi pencarian menggunakan perintah yang
tepat untuk sistem informasi temu kembali yang dipilih (misalnya
operator Boolean, pemotongan (truncation), pengorganisasian internal
seperti indeks untuk buku.
e. Mengimplementasikan strategi penelusuran ke dalam berbagai sistem
temu kembali informasi menggunakan user interface dan mesin
pencari yang berbeda, bahasa perintah yang berbeda, dan parameter-
parameter pencarian.
f. Mengimplementasikan penelusuran menggunakan investigative
protocols yang sesuai dengan disiplin keilmuan.
3. Mahasiswa yang melek informasi dapat menemukan kembali informasi
terpasang (information online) atau secara individu menggunakan metode
yang beragam.
Hasil yang diharapkan meliputi :
a. Menggunakan beragam sistem penelusuran untuk mendapatkan
informasi dalam bentuk yang bervariasi.
b. Menggunakan skema klasifikasi yang beragam dan sistem lainnya
(misalnya sistem nomor panggil atau indeks) untuk mendapatkan
sumber-sumber informasi di dalam perpustakaan atau untuk
mengidentifikasi situs tertentu dalam rangka eksplorasi fisik (physical
exploration).
c. Menggunakan ahli layanan terpasang atau layanan perorangan yang
ada pada institusi untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
30
(misalnya peminjaman antar perpustakaan/layanan pengiriman
dokumen, asosiasi profesional, institusi penelitian, community
resources, ahli dan praktisi).
d. Menggunakan survei, surat, interview, dan bentuk pertanyaan lainnya
untuk mendapatkan informasi pertama.
4. Mahasiswa yang melek informasi dapat memperbaiki strategi penelusuran
jika diperlukan.
Hasil-hasil meliputi :
a. Mengukur kuantitas, kualitas, dan relevansi hasil penelusuran untuk
menentukan apakah sistem temu kembali informasi alternatif atau
metode investigasi harus digunakan.
b. Mengidentifikasi kesenjangan (gaps) dalam informasi yang ditemukan
dan menentukan jika strategi penelusuran harus diperbaiki.
c. Mengulang penelusuran menggunakan strategi yang sudah diperbaiki
jika diperlukan.
5. Mahasiswa yang melek informasi dapat mensarikan (extracts), merekam
(records), dan mengelola informasi dan sumber-sumbernya.
Hasil yang diharapkan meliputi :
a. Memilih teknologi yang paling sesuai diantara beragam teknologi yang
ada untuk tugas mensarikan informasi yang dibutuhkan (misalnya
fungsi software copy/paste/mesin fotocopy, scanner, peralatan
audio/visual, atau alat untuk mengeksplor (exploratory).
b. Menciptakan sebuah sistem untuk mengorganisasikan informasi.
31
c. Membedakan antara jenis sumber-sumber yang disitir dan memahami
elemen dan sintaksis yang benar ketika menyitir dari sumber-sumber
yang luas.
d. Merekam semua informasi mengenai sitiran yang bersangkutan untuk
referensi.
e. Menggunakan teknologi yang beragam untuk mengelola informasi
yang terpilih dan terorganisasi.
Standar Ketiga
Mahasiswa yang melek informasi dapat mengevaluasi informasi dan
sumber-sumber informasi secara kritis dan menyatukan informasi terseleksi
ke dalam pengetahuan dasarnya dan sistem lainnya.
Indikator kinerja :
1. Mahasiswa yang melek informasi dapat meringkas ide-ide utama yang
disarikan dari informasi yang dikumpulkan.
Hasil yang diharapkan meliputi :
a. Membaca teks dan memilih ide utama.
b. Mengungkapkan kembali konsep teks dengan kata-katanya sendiri dan
memilih data secara akurat.
c. Mengidentifikasi bahan secara kata demi kata atau harfiah yang dapat
dikutip kemudian dengan tepat.
2. Mahasiswa yang melek informasi dapat mengartikulasikan dan
mengaplikasikan kriteria awal untuk mengevaluasi informasi dan sumber-
sumbernya.
32
Hasil yang diharapkan meliputi :
a. Menguji dan membandingkan informasi dari beragam sumber untuk
mengevaluasi realibilitas, validitas, akurasi, otoritas, ketepatan, dan
sudut pandang atau bias.
b. Menganalisa struktur dan logika dalam mendukung argumen atau
metode.
c. Mengenali prejudis, kebohongan atau manipulasi.
d. Mengenali secara budaya, fisik, atau konteks lainnya yang
mempengaruhi pembentukkan informasi dan memahami pengaruh
konteks tersebut dalam menginterpretasikan informasi.
3. Mahasiswa yang melek informasi dapat mensintesa atau mengumpulkan
dan menjadikan satu ide-ide utama untuk menggagas konsep baru.
Hasil yang diharapkan meliputi :
a. Mengenali hubungan antara konsep-konsep dan menggabungkannya
menjadi pernyataan utama yang berpotensi dan berguna dengan bukti
yang mendukung.
b. Memperluas sintesa awal, jika memungkinkan, pada tingkatan
abstraksi yang lebih tinggi untuk menggagas hipotesa baru, yang
mungkin membutuhkan informasi tambahan.
c. Menggunakan komputer dan teknologi lain (misalnya spreadsheets,
database, multimedia, dan peralatan audio/visual) untuk mengkaji
interaksi ide dan fenomena lainnya.
33
4. Mahasiswa yang melek informasi dapat membandingkan pengetahuan
baru dengan pengetahuan sebelumnya untuk menentukan nilai tambah,
kontradiksi, atau karakteristik unik dari informasi.
Hasil yang diharapkan meliputi :
a. Menentukan apakah informasi memuaskan penelitian atau kebutuhan
informasi lainnya.
b. Menggunakan secara sadar kriteria terpilih untuk menentukan apakah
informasi kontradiksi atau mengukuhkan informasi yang digunakan
dari sumber-sumber lain.
c. Mengambil kesimpulan berdasarkan informasi yang dikumpulkan.
d. Menguji teori dengan teknik-teknik yang sesuai dengan disiplin
keilmuan (misalnya simulator, eksperimen).
e. Menentukan kemungkinan akurasi dengan mempertanyakan sumber
data, keterbatasan peralatan atau strategi pengumpulan informasi, dan
kesimpulan yang ada.
f. Mengintegrasikan informasi baru dengan informasi atau pengetahuan
sebelumnya.
g. Memilih informasi yang memberikan bukti-bukti untuk topik tertentu.
5. Mahasiswa yang melek informasi dapat menentukan apakah pengetahuan
yang baru mempunyai pengaruh terhadap sistem nilai individu dan
mengambil langkah-langkah untuk menyelaraskan perbedaan.
Hasil yang diharapkan meliputi :
34
a. Menginvestigasi sudut pandang yang berbeda yang ditemukan dalam
literatur.
b. Menentukan apakah akan menyetujui atau menolak sudut pandang
yang ditemukan.
6. Mahasiswa yang melek informasi dapat memvalidasi pemahaman dan
interpretasi informasi melalui diskusi dengan individu lain, ahli dalam
subyek tertentu, dan/atau praktisi.
Hasil yang diharapkan meliputi :
a. Berpartisipasi dalam diskusi di kelas dan diskusi lainnya.
b. Berpartisipasi dalam kelas yang menggunakan forum elektronik
komunikasi yang didesain untuk mendorong diskusi mengenai suatu
topik (misalnya email, bulletin, boards, chat rooms).
c. Mencari opini ahli melalui mekanisme yang beragam (misalnya
interviews, email, listservs).
7. Mahasiswa yang melek informasi dapat menentukan apakah pertanyaan
awal perlu direvisi.
Hasil yang diharapkan meliputi :
a. Menentukan apakah informasi orisinil telah memuaskan atau jika
informasi tambahan dibutuhkan.
b. Mereview strategi penelusuran dan menggabungkan konsep tambahan
jika diperlukan.
c. Mereview sumber-sumber temu kembali informasi yang digunakan
dan memperluas untuk meliput yang lain sesuai keperluan.
35
Standar Keempat
Mahasiswa yang melek informasi, secara perorangan atau sebagai
anggota dari sebuah kelompok, dapat menggunakan informasi secara efektif
untuk mencapai tujuan tertentu.
Indikator kinerja :
1. Mahasiswa yang melek informasi dapat mengaplikasikan informasi yang
baru dan informasi yang sebelumnya untuk merencanakan dan
menciptakan produk atau kinerja tertentu.
Hasil yang diharapkan meliputi :
a. Mengorganisasikan isi dengan cara yang mendukung tujuan dan
bentuk dari produk atau kinerja (misalnya outline, draft, storyboard).
b. Mengartikulasikan pengetahuan dan keterampilan yang ditransfer dari
pengalaman sebelumnya untuk merencanakan dan menciptakan produk
atau kinerja.
c. Mengintegrasikan informasi baru dan informasi sebelumnya, termasuk
kutipan dan pharaphrase, dengan cara yang mendukung tujuan produk
atau kinerja.
d. Memanipulasi teks digital, gambar, dan data sesuai kebutuhan,
mentransfernya dari lokasi orisinil dan bentuknya ke konteks yang
baru.
2. Mahasiswa yang melek informasi dapat merevisi proses pengembangan
untuk produk atau kinerja.
Hasil yang diharapkan meliputi :
36
a. Mempunyai jurnal atau catatan aktifitas yang berkaitan dengan
penelusuran informasi, evaluasi, dan proses komunikasi.
b. Merefleksikan pada kesuksesan terdahulu, kegagalan, dan strategi
alternatif.
3. Mahasiswa yang melek informasi dapat mengkomunikasikan produk dan
kinerjanya secara efektif kepada orang lain.
Hasil yang diharapkan meliputi :
a. Memilih media dan bentuk komunikasi yang terbaik dalam
mendukung produk atau kinerja dan audiens yang dimaksud.
b. Menggunakan beragam aplikasi teknologi informasi dalam
menciptakan produk atau kinerja.
c. Menggabungkan prinsip desain dan komunikasi.
d. Mengkomunikasikan dengan jelas dan dengan gaya yang mendukung
tujuan dari audiens yang dimaksud.
Standar Kelima
Mahasiswa yang melek informasi dapat memahami isu-isu ekonomi,
legal, dan sosial yang melingkupi penggunaan informasi dan akses dan
penggunaan informasi menurut etika dan hukum.
Indikator kinerja :
1. Mahasiswa yang melek informasi dapat memahami isu-isu etika, hukum,
dan sosial ekonomi yang melingkupi informasi dan teknologi informasi.
Hasil yang diharapkan :
37
a. Mengidentifikasi dan mendiskusikan isu-isu yang berhubungan dengan
privasi dan keamanan baik dalam lingkungan tercetak maupun
elektronik.
b. Mengidentifikasikan dan mendiskusikan isu-isu yang berkaitan dengan
akses informasi gratis vs. akses informasi bayar.
c. Mengidentifikasi dan mendiskusikan isu-isu yang terkait dengan
sensor dan kebebasan berbicara.
d. Mendemonstrasikan pemahaman tentang properti intelektual,
copyright, dan fair use dari bahan yang mempunyai of copyright.
2. Mahasiswa yang melek informasi dapat mematuhi hukum, regulasi,
kebijakan institusi dan etika yang berkaitan dengan akses dan penggunaan
sumber informasi.
Hasil yang diharapkan meliputi :
a. Berpartisipasi dalam diskusi elektronik mematuhi praktek-praktek
yang ada (misalnya “Netiquette”/etika saat menggunakan internet).
b. Menggunakan password yang disetujui dan bentuk lain ID untuk
mengakses sumber informasi.
c. Menuruti kebijakan institusi ketika mengakses sumber informasi.
d. Memelihara integritas sumber informasi, peralatan, sistem, dan
fasilitas.
e. Mendapatkan, menyimpan, dan menyebarkan teks, data, gambar, atau
suara secara legal.
38
f. Mendemonstrasikan pemahaman mengenai apa yang dimaksud dengan
plagiat dan tidak mewakili pekerjaan yang dilakukan orang lain
sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh dirinya sendiri.
g. Mendemonstrasikan pemahaman tentang kebijakan institusi yang
berkaitan dengan manusia sebagai subyek penelitian.
3. Mahasiswa yang melek informasi dapat mengakui penggunaan sumber
informasi dalam mengkomunikasikan produk atau kinerja.
Hasil yang diharapkan meliputi :
a. Memilih gaya (style) dokumentasi yang sesuai dan menggunakannya
secara konsisten dalam menyitir sumber-sumber yang digunakan.
b. Mengirim permintaan izin, sesuai yang dibutuhkan, untuk bahan yang
mempunyai copyright.
5. Manfaat Literasi Informasi
Menurut Association of College and Research Libraries (ACRL),
manfaat setelah menguasai keterampilan literasi informasi, yaitu :
a. Menentukan sejauh mana informasi yang dibutuhkan.
b. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien.
c. Mengevaluasi informasi dan sumber-sumber secara kritis.
d. Memasukkan informasi yang dipilih ke basis pengetahuan seseorang.
e. Menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu.
39
f. Memahami isu-isu ekonomi, hukum, dan sosial menggunakan
informasi yang ada di sekitar, serta menggunakan informasi secara etis
dan sah.24
Manfaat lain literasi informasi dalam dunia pendidikan, yaitu :
a. Menyediakan metode yang lebih teruji untuk dapat memandu murid
kepada berbagai sumber informasi yang terus berkembang. Sekarang
ini individu berhadapan dengan informasi yang beragam dan
berlimpah.
b. Meningkatkan pembelajaran sepanjang hayat. Hal ini adalah misi
utama literasi informasi dan Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 35 serta Undang-Undang No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
c. Mampu memperoleh, mencerna, dan mendayagunakan informasi
dengan menggunakan etika.
d. Mampu untuk mencari, mengolah, menggunakan dan menyampaikan
informasi secara efektif dan etis.
e. Menentukan banyaknya informasi yang akan diserap.
f. Seseorang akan mampu menyelesaikan masalah secara kritis, logis,
dan tidak mudah diperdaya oleh informasi tanpa evaluasi terlebih
dahulu.
24 The Association of College and Research Libraris (ACRL), Information Literacy CompetencyStandards for Higher Education (Amerika : ACRL, 2000), h. 5.
40
g. Hasil proses belajar akan maksimal dan seseorang terlatih untuk
belajar secara mandiri.
h. Mendukung usaha nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Lingkungan belajar yang proaktif mensyaratkan setiap mahasiswa
memiliki kompetensi literasi informasi. Dengan keahlian tersebut
mereka dapat mengikuti perkembangan di sekelilingnya yang akhirnya
akan menunjang karirnya dalam dunia kerja.
Melalui jasa perpustakaan, diharapkan dapat menanamkan sikap
untuk terus menerus belajar sepanjang hayat (long life education).
Perpustakaan merupakan wadah yang mutlak harus ada. Perpustakaan
adalah salah satu keharusan guna mendukung terwujudnya minat membaca
yang berlanjut pada budaya membaca dan pada akhirnya tercapainya
keterampilan membaca guna menghasilkan kemampuan keberaksaraan
informasi (information literacy).25
6. Program Literasi Informasi
Program perpustakaan yang berkaitan dengan keterampilan
menggunakan perpustakaan yang dikemas dalam pendidikan pemakai,
pengantar komputer, pelatihan penelusuran, dan lainnya. Namun, dengan
meluasnya informasi, selain keterampilan-keterampilan yang disebutkan di
25 “Literasi Informasi : Kunci Kemajuan yang Terbuang”, artikel diakses pada 19 April 2014 darihttp://www.bit.lipi.go.id/masyarakat-literasi/index.php/literasi-informasi-kunci-kemajuan-yang-terbuang
41
atas, siswa perlu dibekali dengan keterampilan yang membuat siswa mampu
menemukan, menggunakan, dan mengevaluasi informasi yang semua itu
terkandung dalam keterampilan literasi informasi.26
Program-program berikut dapat dilaksanakan oleh pustakawan atau
kerjasama antara pustakawan dan guru dalam membantu siswa menguasai
keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjadi siswa yang information
literate.
a. Keterampilan menganalisa
Menganalisa berarti membedakan antara fakta dan hipotesa, untuk
melihat hubungan, susunan yang khusus, susunan dan teknik yang
digunakan.
Dalam menggunakan bahan pustaka, keterampilan menganalisa
sangatlah diperlukan. Keterampilan ini dapat dilakukan dengan
berbagai macam situasi pengajaran. Beberapa kegiatan yang tercakup
dalam proses ini :
1. Melakukan diskusi, pustakawan dapat melakukan diskusi ini
dengan membentuk siswa menjadi beberapa kelompok kecil,
dan setiap kelompok dipimpin oleh seorang pemimpin diskusi.
Langkah-langkah diskusi telah dipersiapkan pustakawan dan
diberitahukan kepada siswa. Setiap siswa diwajibkan
mempersiapkan pertanyaan mengenai suatu topik yang telah
26 Rizal Saiful Haq, dkk, Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah (Jakarta : Fakultas Adab danHumaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 158.
42
disampaikan oleh pustakawan sebelumnya. Dengan sumber-
sumber yang tersedia di perpustakaan, siswa dapat mencari
penjelasan untuk membangun pendapat mengenai topik
tersebut.
2. Membuat pengamatan, pustakawan dapat memulainya dengan
meminta siswa membaca suatu cerita, kemudian siswa
mempelajari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Kemudian
siswa membuat kesimpulan tentang karakter tokoh-tokoh
tersebut.
3. Melakukan permainan, siswa dalam kelompok kecil ini diminta
untuk menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua benda
yang ditunjukkanoleh pustakawan.
b. Keterampilan membedakan informasi
Keterampilan merupakan proses yang dilaksanakan dengan cara
menentukan ide yang sama dan mengidentifikasikan perbedaannya.
Kegiatan yang dapat dilakukan di antaranya :
1. Penggunaan sistem Dewey Decimal Classification (DDC).
2. Penggunaan ensiklopedi
c. Orientasi perpustakaan
Materi yang diajarkan berupa pengenalan terhadap perpustakaan
secara umum, biasanya diberikan ketika siswa baru memasuki suatu
43
lembaga pendidikan bersangkutan.27 Kegiatan ini bertujuan agar siswa
mengerti tentang konsep fiksi dan non fiksi perpustakaan, seperti
layout perpustakaan, sumber, layanan dan petugas perpustakaan,
sarana yang dibutuhkan seperti : peta perpustakaan.
d. Pengenalan katalog perpustakaan
Pengenalan tentang katalog perpustakaan akan sangat bermanfaat
sekali bagi siswa khususnya pada saat mereka melakukan penelitian.
Tujuan pengajaran ini adalah agar siswa mengetahui mengapa mereka
perlu menggunakan katalog, bagaimana menggunakan katalog
perpustakaan sehingga mereka dapat menemukan koleksi yang
terdapat dirak dan menerapkannya dalam teknik penelusuran.
7. Hambatan Pengajaran Literasi Informasi pada Perguruan Tinggi di
Indonesia
Pengajaran literasi informasi pada jenjang perguruan tinggi di
Indonesia menjadi sangat penting karena pendidikan dasar dan menengah,
dari SD, SMP sampai dengan SMU belum menekankan pentingnya proses
belajar secara independen, misalnya proses belajar yang mendidik siswa
membuat makalah atau tugas independen mengenai suatu topik dengan
menggunakan sumber-sumber yang ada tanpa terjebak dengan plagiat atau
sekedar copy dan paste. Kebanyakan pendidikan dasar dan menengah masih
27 Ade Abdul Hak, “Pendidikan Pemakai : perubahan perilaku pada siswa madrasah dalam sistempembelajaran berbasis perpustakaan”, Perpustakaan sebagai Centre for Learning Society, (Jakarta :Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 103.
44
menggunakan pendekatan pendidikan yang berorientasi pada guru dan buku
teks. Tetapi, ketika memasuki perguruan tinggi mahasiswa diharapkan belajar
lebih mandiri dan pada setiap mata kuliah mahasiswa biasanya diberikan
tugas independen dimana mereka harus menulis makalah dengan topik-topik
tertentu dengan menggunakan sumber-sumber yang ada di perpustakaan.
Sayangnya, kebanyakan mahasiswa tidak mempunyai bekal yang cukup untuk
membuat makalah, bagaimana mencari informasi yang diperlukan, bagaimana
mengutip dan membuat pharafrase, dan menggabungkan dengan pengetahuan
yang ada, bahkan kebanyakan dari mereka tidak tahu bagaimana cara menyitir
sumber informasi yang digunakan dengan benar dan konsisten.
Fenomena lain yang mendorong urgensi pengajaran literasi informasi
adalah kehadiran internet. Sebuah survey yang dilakukan tahun 1997 di
University of Texas menemukan 75 % dari 531 mahasiswa menggunakan
internet setidaknya seminggu sekali. Mereka juga kebanyakan (lebih dari 91
%) menggunakan internet untuk tujuan akademis (Scherer, 1997). Pada tahun
1998, American Council on Education dan Graduate School of Education and
Information Studies di universitas California Los Angeles melaksanakan
survey dan mereka menemukan bahwa 82,9 % mahasiswa baru mengatakan
mereka menggunakan internet untuk mengerjakan tugas atau penelitian.
Survey ini menerima respon dari 275.811 mahasiswa di 469 kolej dan
universitas yang berbeda di seluruh Amerika Serikat (Honan, 1999). Kedua
penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa menggunakan internet tidak
45
hanya untuk hiburan, tetapi mereka juga menggunakannya untuk kebutuhan
akademis.
Ada beberapa alasan mengapa internet populer dikalangan mahasiswa
dan dosen, di antaranya :
a. Mereka dapat mengakses informasi yang belum ada dalam bentuk
tercetak dan informasi yang belum diterbitkan.
b. Mereka dapat mengakses kapan saja, tidak dibatasi oleh waktu.
c. Mereka dapat berinteraksi dengan para ahli melalui internet.
d. Mereka dapat mengakses informasi dari universitas, badan
pemerintah dan sumber-sumber lainnya.
Namun sayangnya, penggunaan internet oleh mahasiswa tidak
dibarengi dengan kemampuan mahasiswa dalam mengevaluasi secara kritis
informasi yang didapat melalui internet. Beberapa penelitian (Rothemberg,
1999; Damton, 1999; Thome, 1996 pada Browne, 2000) menunjukkan bahwa
penggunaan internet oleh para mahasiswa untuk tugas mereka tidak selalu
meningkatkan kualitas tugas tersebut. Karena mudahnya mendapatkan
informasi seringkali tugas mereka hanya merupakan kumpulan hasil-hasil
copy dan paste dari beberapa sumber di internet yang belum tentu merupakan
sumber yang dapat dipercaya. Internet merupakan teknologi yang dapat
membantu proses belajar dan mengajar jika dipergunakan secara tepat guna.
Karenanya penyediaan fasilitas internet perlu dibarengi dengan pengajaran
penggunaan internet melalui program literasi informasi di perguruan tinggi.
46
Tidak dapat dipungkiri kehadiran internet merupakan salah satu
sumber informasi yang banyak digunakan di kalangan mahasiswa di
Indonesia. Beberapa perpustakaan perguruan tinggi memberikan layanan
internet gratis sementara beberapa yang lainnya memberikan layanan internet
dengan mengenakan biaya pada penggunanya. Ada juga perpustakaan yang
tidak memberikan layanan internet tetapi mahasiswa mempunyai tempat
alternatif untuk menggunakan informasi melalui layanan yang diberikan oleh
warung internet (warnet). Situasi seperti ini memberikan gambaran bahwa
mahasiswa di Indonesia memerlukan pengajaran bagaimana mencari dan
menelusur informasi di internet dan menggunakannya untuk kepentingan
akademis melalui pengajaran literasi informasi.
Namun demikian, pengajaran literasi informasi di kebanyakan
perguruan tinggi di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala yang
beragam, seperti terbatasnya Sumber Daya Manusia Perpustakaan yang
mumpuni dalam pengajaran literasi informasi, anggaran perpustakaan yang
terbatas untuk menyediakan informasi yang up to date melalui penyediaan
teknologi informasi yang terkini, sistem pendidikan Indonesia yang masih
berorientasi pada guru dan tidak adanya kebijakan nasional mengenai
pengajaran literasi informasi.
a. Sumber Daya Manusia
Pengajaran literasi informasi membutuhkan pustakawan yang
mempunyai wawasan luas mengenai teknologi informasi terkini
sehingga dapat mengajarkan kepada pemakainya. Selain itu,
47
pustakawan harus mempunyai keterampilan dalam mengajar dan
berkolaborasi dengan fakultas untuk mengintegrasikan pengajaran ke
dalam kurikulum pendidikan. Sayangnya, jumlah pustakawan
Indonesia yang memiliki keterampilan sebagai pakar informasi dan
sebagai pendidik literasi informasi masih sangat terbatas.
b. Anggaran Perpustakaan yang Terbatas
Anggaran perpustakaan untuk Perguruan Tinggi menurut
Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi adalah minimal 5 % dari total
anggaran universitas. Sebenarnya jumlah ini sudah cukup memadai,
namun sayangnya kebanyakan perguruan tinggi tidak merealisasikan
kebijakan ini. Hal ini juga berkaitan erat dengan kedudukan
perpustakaan yang kebanyakan masih setara dengan kepala bagian
sehingga seringkali mereka tidak diikutkan dalam mengambil
kebijakan penting yang berkaitan dengan anggaran perpustakaan.
Anggaran yang ada di perpustakaan yang ada kebanyakan
diperuntukkan untuk mengembangkan koleksi tercetak perpustakaan.
Hanya segelintir perpustakaan yang mampu untuk berlangganan
online service, membeli CD ROM database, dan menyediakan layanan
internet secara gratis. Padahal pengajaran literasi informasi
membutuhkan dana untuk menyediakan fasilitas, mendesain
pengajaran dan mempromosikan kegiatan tersebut.
48
c. Sistem Pendidikan
Sistem pendidikan di Indonesia masih menggunakan pola yang
berorientasi kepada guru atau dosen. Guru adalah sumber informasi
sementara peserta didik atau mahasiswa adalah penerima informasi
yang pasif, mereka hanya menerima saja apa yang diberikan oelh
gurunya. Meskipun kurikulum Berbasis Kompetensi telah diterapkan
dalam sistem pendidikan di Indonesia. Salah satu perangkat untuk
menuju suksesnya kurikulum tersebut yaitu perpustakaan tidak
menjadi agenda utama sehingga kurikulum yang ada hanya menjadi
asesori belaka. Sementara dalam realitasnya pembelajaran secara pasif
masih berlangsung dihampir sebagian besar institusi pendidikan
termasuk di dalamnya Perguruan Tinggi. Metode pembelajaran seperti
ini membuat mahasiswa tidak tertantang untuk mendapatkan
pengetahuan di luar kelas. Mahasiswa sangat bergantung pada
ceramah dosen, catatan mata kuliah, buku teks dan menghapal
pengetahuan tanpa memahaminya.
d. Kebijakan Nasional mengenai Pengajaran Literasi Informasi
Sejauh ini belum ada kebijakan nasional mengenai pengajaran
literasi informasi pada lembaga pendidikan dari mulai pendidikan
dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Perhatian kebijakan
pemerintah masih berkisar pada banyaknya koleksi perpustakaan dan
jumlah judul buku yang dimiliki oleh perpustakaan berbanding dengan
jumlah siswa atau mahasiswanya. Bagaimana sivitas akademikanya
49
dapat melakukan riset dengan baik tanpa didukung fasilitas dan
keterampilan literasi informasi yang baik.28
C. Penelitian Relevan
Penelitian dengan tema literasi informasi, pernah dilakukan oleh beberapa
peneliti lainnya, antara lain :
1. Edward K. Owusu-Ansah (2005). Debating Definitions of Information
Literacy : enough is enough. Penelitian tersebut bertujuan untuk
menunjukkan ada konsensus definisi tentang literasi informasi dan
menguraikan bidang utama dan keprihatinan yang unik akibat konsensus
tersebut untuk perpustakaan yang ingin berkontribusi dalam kegiatan
literasi informasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa sejak perpustakaan Amerika Asosiasi 1989,
pada kegiatan literasi informasi masih menunjukkan adanya perbedaan
antara definisi tentang literasi informasi itu sendiri dengan kegiatan di
lapangannya. Sehingga muncul usulan agar pustakawan berkonsentrasi
pada harapan apa yang ingin dicapai oleh para pemustaka dari kegiatan
literasi informasi tersebut agar sesuai dengan definisi yang ada.
2. Alfred Loo and C.W. Chung (2005). A Model for Information Literacy
Course Development : a liberal arts university perspective. Tujuan dari
28 Ida Farida, “Urgensi Pengajaran Information Literacy pada Tingkat Perguruan Tinggi”, Al-Maktabah, vol. 8, no. 2 (Oktober 2006) : h. 47.
50
penelitian ini adalah untuk melaporkan suatu model baru untuk
pengembangan program melek informasi yang berasal dari seni liberal
perspektif universitas. Metode penelitian yang digunakan adalah
penggabungan hasil temuan metode terbaru literasi informasi yang
kemudian diterapkan dalam praktek. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa setiap universitas perlu menyelaraskan
pengembangan program literasi informasi dengan misi individu dan
lingkungannya yang unik.
Dari beberapa hasil penelitian di atas, penulis menyimpulkan bahwa upaya
yang dilakukan oleh perpustakaan sebagai salah satu yang berperan aktif dalam
pengembangan dan peningkatan kemampuan informasi mahasiswa, selain yang
dilakukan oleh dosen belum menunjukkan hasil yang maksimal. Hal ini diperkuat
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebagaimana di atas yang mana
dalam penelitian tersebut mengungkapkan bahwa adanya beberapa kendala dalam
penerapan literasi informasi, tidak segera dicari jalan keluarnya. Hal ini dipastikan
dikarenakan oleh beberapa hal yang perpustakaan sendiri perlu mendapat persetujuan
dari lembaga induk yang menaungi perpustakaan tersebut. Selain itu, untuk
menggambarkan pengalaman bagaimana memberikan kegiatan literasi informasi.
51
51
BAB III
GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN SEKOLAH PASCASARJANA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
A. Sejarah Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang adalah semula Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
didirikan pada tahun 1982, dengan nama Fakultas Pascasarjana, berdasarkan Surat
Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam (Dirjen Binbaga
Islam) Departemen Agama No. KEP/E/422/81. Kemudian surat keputusan Dirjen
Binbaga Islam ini dikuatkan oleh Surat Keputusan Menteri Agama No. 78 tahun 1982
yang berisi ketetapan tentang pembukaan Fakultas Pascasarjana pada IAIN Jakarta
dan mengangkat Prof. Dr. Harun Nasution sebagai Dekan. Pada tahun 1992 nama
Fakultas Pascasarjana diubah menjadi Program Pascasarjana (PPs) dan jabatan Dekan
Fakultas sebagai pimpinan diubah menjadi Direktur Program Pascasarjana. Program
Pascasarjana IAIN Jakarta pada awalnya (tahun akademik 1982/1983) adalah dosen-
dosen yang berasal dari berbagai IAIN di Indonesia. Pada tahun 1985/1986
menerima peserta dari tenaga pengajar mata kuliah Pendidikan Agama Islam di
Perguruan Tinggi Umum (PTU) Negeri, dan sejak tahun 1990/1991 menerima peserta
dari tenaga pengajar agama Islam di Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta. Program
52
Pascasarjana IAIN Jakarta menerima mahasiswa dari luar negeri, dari lembaga-
lembaga dalam negeri, alumni IAIN atau perguruan tinggi lainnya selama persyaratan
masuk dapat dipenuhi.
Ide dan pemikiran dari Prof. Dr. Harun Nasution, yang pada waktu itu adalah
Rektor IAIN Jakarta untuk mendirikan lembaga yang menyelenggarakan pengkajian
Islam secara komprehensif, mendalam dan rasional sehingga dapat melahirkan ulama
yang mampu berijtihad untuk menjawab masalah-masalah yang timbul pada
zamannya telah menggagas pendirian lembaga Program Pascasarjana yang menjadi
PPs yang pertama di lingkungan IAIN di Indonesia.
Arah pengembangan PPs IAIN Jakarta dirumuskan dan diletakkan dasar-dasarnya
oleh Prof. Dr. Harun Nasution dengan mendirikan program studi pengkajian Islam.
Program studi ini selanjutnya dikembangkan dalam berbagai bidang konsentrasi,
mengacu kepada pembidangan ilmu agama Islam yang berlaku ketika itu (ditetapkan
dalam SK Menteri Agama), yang meliputi Pemikiran Islam, Syari’ah, Tafsir-Hadis,
Dakwah, Pendidikan Islam, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Bahasa dan Sastra Arab
dan Perkembangan Modern dalam Islam.
Program yang dikembangkan pada tingkat Master adalah Pengkajian Islam
(Dirasat Islamiyyah atau Islamic Studies) tahun 1982; Konsentrasi Syari’ah pada
tahun 1996/1997; Konsentrasi Pemikiran Islam, Tafsir dan Hadis; Sejarah dan
Peradaban Islam, dan Islam dan Modernitas 1997/1998; Pendidikan Islam, Bahasa
dan Sastra Arab, dan Dakwah dan Komunikasi 1988/1999; Penggabungan
konsentrasi Islam dan Modernitas 1999/2000; Ekonomi Islam 1999/2000
53
Sedangkan pada tingkat Doktor, program yang dikembangkan adalah Studi
pengkajian Islam pada tahun 1984; Konsentrasi Syari’ah pada tahun 1998/1999;
Tafsir Hadis tahun 1998/1999; dan Pemikiran Islam pada tahun 1998/1999.
Perpustakaan Sekolah Pascasarjana secara resmi mulai dilayankan Pada tahun
1999, mengingat berbagai program studi yang sudah dikembangkan pada tahun-tahun
sebelumnya. Pada akhir tahun 1999 itu pula perpustakaan pps dikelola oleh Bapak
Suali Fuad dan dibantu oleh Syukron. Kepemimpinan program pascasarjana ini yang
diawali oleh Prof. Dr. Harun Nasution (1982), Prof. Dr. H. Said Agil Husin al
Munawar, MA, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (2004). Seiring dengan berubahnya
nama lembaga ini pada kepemimpinan Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra menjadi
Sekolah Pascasarjana, maka nama perpustakaan pun disebut dengan Perpustakaan
Sekolah Pascasarjana. Kini perpustakaan Sekolah Pascasarjana dikelola oleh 3 orang.
B. Visi, Misi, dan Tujuan Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
1. Visi
Perpustakaan Sekolah Pascasarjana sebagai pusat informasi dan
sumber referensi terkemuka dalam berbagai ilmu pengetahuan terutama dalam
pengkajian Islam secara komprehensif, mendalam dan rasional.
2. Misi
a) Menyediakan koleksi yang lengkap dalam bidang ke-Islaman dan bidang-
bidang umum, sebagai pendukung kegiatan perkuliahan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.
54
b) Menyediakan berbagai layanan berkualitas dalam rangka pemenuhan
kebutuhan informasi bagi seluruh sivitas akademika UIN Jakarta.
c) Mewujudkan pemberdayaan informasi dalam menciptakan komunitas
ilmiah baik mahasiswa, staff akademik dan non-akademik serta
masyarakat secara luas melalui berbagai program literasi informasi.
d) Menyediakan sarana penyebaran dan pelestarian informasi serta
pengetahuan secara efektif dan efisien dengan menggunakan fasilitas
elektronik dan non elektronik.
e) Membangun kerjasama yang efektif dengan masyarakat kampus dan
institusi atau organisasi lain baik di dalam maupun di luar negeri.
3. Tujuan
Secara umum tujuan Perpustakaan Sekolah Pascasarjana adalah
mendukung keberhasilan semua aktivitas Tri Darma Perguruan Tinggi yang
berlangsung di UIN Jakarta baik dalam bidang pengajaran dan pendidikan,
penelitian maupun pengabdian pada masyarakat.
C. Struktur Organisasi Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Semua staf perpustakaan bertanggung jawab langsung kepada kepala
perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam struktur organisasi berikut ini :
55
D. Sumber Daya Manusia
Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dikepalai
oleh Ibu Alfida, MLIS. Staf perpustakaan terdiri dari 3 orang pustakawan yaitu Bapak
Ainurofiq, S.IP, Bapak Imron, dan Ibu Nurhasanah, S.Pd.
E. Layanan Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
1. Sistem Layanan
Perpustakaan Sekolah Pascasarjana menerapkan sistem layanan
terbuka (open access), sehingga memungkinkan pengunjung mengakses
koleksi yang ada di perpustakaan ini secara langsung. Sistem ini diharapkan
setiap pengunjung dapat melakukan browsing (pencarian informasi) sepuas-
puasnya.
KEPALA
PERPUSTAKAAN
SIRKULASI PENGADAAN DAN
PENGOLAHAN
KEBERSIHAN
56
2. Jam Layanan
Perpustakaan Sekolah pascasarjana berupaya meningkatkan kualitas
layanan melalui berbagai cara. Salah satunya adalah melalui peningkatan jam
buka perpustakaan yang terdiri dari layanan pagi hingga sore hari. Adapun
jam buka perpustakaan dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah:
Tabel 1
Jam Layanan
Hari Jam Layanan
Senin – Kamis 08.00 – 16.00
Jum’at 08.00 – 11.00
13.30– 16.00
3. Jenis Layanan
a) Layanan Sirkulasi. Layanan ini meliputi kegiatan peminjaman dan
pengembalian buku kepada pengguna perpustakaan, dengan kriteria
sebagai berikut :
1) Setiap anggota berhak meminjam buku koleksi umum
2) Jumlah pinjaman maksimal 5 buah buku untuk program Master, dan 7
buah buku untuk program Doktor
3) Masa pinjam buku selama satu minggu, dan dapat diperpanjang satu
minggu berikutnya jika tidak ada yang memesan
57
b) Layanan Referensi meliputi :
1) Penyediaan berbagai sumber referens yang meliputi kamus,
ensiklopedi, sumber biografi, bibliografi, sumber geografi, indeks,
abstrak, direktori, dan sumber-sumber referens lainnya.
Layanan Referensi yang terdapat di perpustakaan Sekolah Pascasarjana
meliputi: :
(a) Jasa Informasi Dan Bimbingan Pemakai. Jasa informasi ini
memberikan layanan secara terperinci mengenai seluruh informasi
yang dimiliki perpustakaan. Bimbingan pemakai memberikan
layanan berupa bimbingan kepada pemakai dalam memanfaatkan
pemakaian koleksi yang ada di perpustakaan termasuk di dalamnya
teknik penemuan kembali informasi dengan menggunakan sarana
komputer.
(b) Jasa Penelusuran Informasi. Layanan informasi ini memberikan
bantuan kepada pemakai dalam menemukan informasi berasal dari
buku ataupun majalah/jurnal. Sumber informasi dapat berasal dari
koleksi yang ada di lingkungan perpustakaan dan juga lembaga
informasi di luar Universitas Islam Negeri Jakarta. Jasa penelusuran
ini juga mencakup penelusuran dari perkembangan informasi yang
dikemas dalam bentuk CD melalui CD-ROM, dan juga
melaksanakan penelusuran jarak jauh dengan menggunakan jasa
Internet. Penelusuran informasi dengan hanya memberikan topik,
subyek dan kata kunci dari suatu informasi maupun sumber informasi
58
tertentu. Pencetakan hasil penelusuran informasi baik yang telah
dilakukan oleh pemakai sendiri maupun oleh pihak perpustakaan.
Semua bahan untuk sumber informasi tersebut sesuai dengan
kebutuhan dari pemakai. Melalui penelusuran catalog, penelusuran
katalog, penelusuran CDROM, dan penelusuran internet.
(c) Jasa Informasi Terbaru. Memberikan layanan berkaitan
perkembangan ilmu pengetahuan terbaru yang dimuat pada jurnal-
jurnal ilmu pengetahuan yang telah dimiliki perpustakaan. Jasa ini
juga memungkinkan seorang pemakai memperoleh terbitan daftar isi
dari suatu jurnal yang dikehendaki secara rutin.
c) Layanan Multi Media
Penelusuran koleksi audio visual saat ini masih dilakukan secara
manual. Akses terhadap koleksi ini adalah akses tertutup (Close Access).
Untuk memanfaatkan koleksi jenis ini, pengguna perpustakaan dapat :
1) Mencari informasi yang dibutuhkan melalui catalog
2) Kemudian meminta petugas agar dapat memberikan sesuai dengan
informasi yang dibutuhkan
d) Layanan Penelusuran OPAC
Perpustakaan Sekolah Pascasarjana saat ini menyediakan OPAC
(Online Public Access Catalogue) dengan menggunakan software
Athaenium versi 6.0. Katalog pada Athaenium, telah disesuaikan dengan
standar AACR (Anglo-American Cataloguing Rules). Basis data yang
59
disediakan dalam OPAC ini meliputi : basis data buku, tesis, dan disertasi.
Cantuman informasi atau deskripsi bibliografi yang termuat dalam katalog
terdiri dari judul, pengarang (penanggung jawab), tempat terbit, nama
penerbit, dan tahun terbit. Selain itu, informasi tentang jumlah eksemplar
dan kondisi bahan apakah sedang dipinjam atau tidak, juga dapat anda
lihat pada katalog OPAC.
e) Layanan Administratif
Perpustakaan Sekolah Pascasarjana melayani pendaftaran anggota
baru, layanan bebas pustaka, dan lain-lain.
F. Koleksi Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Koleksi Perpustakaan Sekolah Pascasarjana diupayakan secara lengkap dan
mendalam agar dapat menunjang tujuan dan program lembaga ini di bidang
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Berikut ragam koleksi
yang selayaknya tersedia di perpustakaan.
1. Koleksi Umum
Koleksi ini terdiri dari buku-buku yang dapat dipinjam untuk dibawa pulang.
Sampai Juli 2013, Perpustakaan Sekolah Pascasarjana memiliki lebih kurang 10.442
koleksi umum yang siap dipinjamkan kepada para anggota.
60
2. Koleksi Referens (Rujukan)
Koleksi referens (bahan rujukan) adalah berbagai bahan yang hanya
bisa digunakan atau dibaca di perpustakaan, tidak untuk dipinjamkan (dibawa
pulang). Hingga saat ini Perpustakaan Utama memiliki kurang lebih 105
judul (216 eks) buku rujukan (referens) yang meliputi rujukan tentang kajian
Islam, tafsir, hadis, rujukan dalam ilmu-ilmu sosial seperti pendidikan,
hukum, politik, ekonomi, dan berbagai biografi para tokoh.
3. Koleksi Tesis dan Disertasi
Koleksi tesis dan disertasi merupakan koleksi lokal konten (berasal
dari depsoit karya para alumni Sekolah Pascasarjana). Mahasiswa diwajibkan
menyerahkan format tercetak dan elektronik (disimpan dalam CD) tesis atau
disertasi sebagai hasil akhir program studi yang ditempuh. Jumlah koleksi
jenis yang sudah siap untuk dilayankan sampai Desember 2013 adalah
sebagai berikut :
Tabel 2
Jumlah Koleksi Tesis dan Disertasi
No Jenis Bahan Jumlah
2 Tesis 1639 Judul
3 Disertasi 925 Judul
61
4. Koleksi Serial
Yang dimaksud koleksi jenis ini adalah jurnal ilmiah, majalh dan surat
kabar koleksi serial berjumlah 57 judul meliputi jurnal berbahasa Indonesia,
Arab dan Inggris. ini terdiri dari Jurnal Ilmiah, Majalah Populer dan Surat
Kabar. Beberapa judul jurnal ilmiah yang dikoleksi oleh Perpustakaan
Sekolah Pascasarjana berbahasa Indonesia, diantaranya adalah Dialog,
Koordinat, Dinika, Da’wah, Kreatif, Etionomi, Indo-Islamika, Migunani,
Tazkiya, Salom, Mimbar, Madaniya, Kultur, Jurnal kajian wilayah eropa,
Narasi, Ulumuna, hadharah, Afaq Arabiyah, Al hikmah, Saistika, Al qur’an 3
Dimensi, Paramadina, Ilmu Dakwah, Al-iqtishadiyah, Ahkom, Al fikra, Fajar,
Zaitun, Al Banjari, Studi Al qur’an, Perta, Madrasah, Islamia, Medika
Islamika. Jurnal berbahasa Inggris adalah Lingua Franca, Al-jamiah, Campus
Asia, Deutschland, Res gas. Jurnal berbahasa Arban, di antaranya Risalatul al-
masjid, Amaniyah Saqafiyah, Al-Kuwait, Al-Qanaash, Aluu Indonesia, Al
Bayana, Al Azhar, Al Zahra’u, Al ’arabiy, Mulhati ’irabi, Al-arkhabil.
Adapun majalah populer yang dilanggan saat ini adalah: Tempo, Amanah, dan
Alo Indonesia (berbahasa Arab). Perpustakaan Sekolah Pascasarjana
melanggan beberapa surat kabar harian yaitu Republika, Media Indonesia,
Tempo, dan Kompas.
Koleksi majalah sebanyak 17 judul, dan jurnal ada 41 judul.
5. Koleksi Digital
Untuk memenuhi kebutuhan studi dan penelitian mahasiswa,
perpustakaan Sekolah Pascasarjana mulai mengembangkan koleksi digital
62
dengan fokus pada lokal konten lembaga ini. Tetapi, karena beberapa hal,
koleksi jenis ini belum bisa dilayankan kepada para pengguna perpustakaan.
6. Koleksi Multi Media
Perpustakaan Sekolah Pascasarjana juga mengembangkan koleksi
Multi Media yang sangat membantu para mahasiswa menyelesaikan tugas-
tugasnya dan membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
Perpustakaan memiliki berbagai macam koleksi multi media yang tercakup
dalam berbagai bidang ilmu diantaranya Tafsir dan Ulumul Qur’an, dalam
Holy Quran Library; Asy-Syâthibiyyah fi ‘Ilm al-Qirâ’ât ; Al-Qur’an al-
Karim, Tilâwatan wa Tafsîran; Maktabah at-Tafsîr wa ‘Ulûmul Qur’an; Tafsir
Fi Zhilal al-Qur’an li Sayyid Quthb; Jâmi' (Tafsir Syiah); Hadis dan Ulumul
Hadis dalam Subul as-Salâm, Mausû’ah al-Hadis asy-Syarîf; al-Kutub at-
Tis’ah, Al-Maktabah al-Alfiyyah li as-Sunnah an-Nabawiyyah, Maktabah al-
Ajzâ’ al-Haditsiyyah; Fiqh dan Ushul Fiqh dalam Maktabah al-Fiqh wa
Ushûluh, Al-Fiqh wa Ushûluh, Al-Fiqh al-Islâmi wa Adillatuh, Mukhtârat
min Jâmi' Al-Fiqh al-Islâmi; Kalam dan Aliran dalam Maktabah al-‘Aqâ’id
wal Milal; Akhlaq dan Tashawwuf dalam Al-Akhlâq wat-Tazkiyah (Yûsuf
al-Qardhâwî), Maktabah al-Akhlâq waz-Zuhd, Khuluq al-Muslim; Sejarah
dan Peradaban dalam Maktabah as-Sîrah an-Nabawiyyah, Shafahat min
Tarikh al-Hadharah al-Islamiyyah, Maktabah al-Târîkh wal-Hadhârah al-
Islâmiyyah, Târikh Dimasyq li Ibn ‘Asâkir, Al-Athlas al-Tarikhi; Bahasa dan
Sastra dalam Al-Mu’allaqât (Tahfîzh al-Mutûn), Maktabah al-Adab al-
‘Arabi, Maktabah an-Nahwu wash-Sharaf; Kamus dan Ensiklopedi dalam
63
Maktabah al-Ma’âjim wal-Gharib wal-Mushthalahât, Encyclopaedia of Islam
(Brill), Jâmi’ Ma’âjim al-Lughah al-‘Arabiyyah, Al Mawrid 2002 Dictionary;
edisi digital dari Kamus Al-Maurid (Englis-Arabic); Kumpulan Karya
Tokoh Mu’allafât Ibn Taimiyah wa Tilmidzih Ibn al-Qayyim, Mu’allafat Ibn
Hajar al-‘Asqallani.
Adapun jumlah format yang mengemas masing-masing bidang subjek
itu adalah sebagaimana tabel di bawah :
Tabel 3
Jumlah Koleksi Multimedia
7. Koleksi Abstrak Promosi Doktoral
Untuk memudahkan penyebaran informasi tentang hasil akhir program
doktoral, perpustakaan Sekolah Pascasarjana menghimpun sejumlah abstraksi
promosi doktoral secara reguler. Abstraksi ini akan memudahkan pengguna
perpustakaan yang ingin mempelajari lebih jauh tentang disertasi yang
dimiliki oleh perpustakaan. Sampai saat ini ada abstraksi yang tersedia di
perpustakaan.
No Jenis Bahan Jumlah
1 CD-ROM 91 judul (117 CD)
2 Kaset Audio 11 judul (15 kaset)
3 Kaset Video 3 judul (24 kaset)
64
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan di
perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mengenai
pelaksanaan literasi informasi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
observasi, wawancara, dan studi pustaka. Informan dalam penelitian ini berjumlah 6
orang. Peneliti memilih informan dengan beberapa kriteria. Kriteria tersebut adalah
informan yang menjabat sebagai kepala perpustakaan, staf perpustakaan, dan
mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tabel 4
Kriteria Informan
Nama Jabatan Kriteria
1. AFD Pustakawan Kepala perpustakaan
2. RFQ Pustakawan Staff perpustakaan
3. NUR Pustakawan Staff perpustakaan
4. ANT Pemustaka Mahasiswa SPs UIN Jakarta
5. FLN Pemustaka Mahasiswa SPs UIN Jakarta
6. ZHT Pemustaka Mahasiswa SPs UIN Jakarta
65
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan metode yang
digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk mendapatkan
deskripsi yang tepat dari semua keadaan objek yang diteliti, meliputi upaya
pelaksanaan program literasi informasi, pendapat mahasiswa Sekolah Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap pelaksanaan program literasi informasi
yang ada, dan kendala dalam pelaksanaan program literasi informasi. Observasi ini
dilakukan selama 1 bulan sejak 21 Agustus sampai dengan 21 September 2014.
B. Hasil Penelitian
1. Upaya perpustakaan dalam melaksanakan literasi informasi
Upaya pelaksanaan literasi informasi berdasarkan hasil wawancara dengan
informan AFD, RFQ, dan NUR, sehingga diajukan pertanyaan usaha atau
upaya apa saja yang telah dilakukan perpustakaan Sekolah Pascasarjana dalam
melaksanakan literasi informasi?
Tabel 5
Hasil Wawancara
No. Kategori Hasil Wawancara
1. Persiapan
materi
- “Ee...ya pertama kita tentu menyediakan
bahannya, berupa materi orientasi
perpustakaan, memastikan koneksi internet
tidak terganggu, menyiapkan ruangan
66
perpustakaan, kemudian melaksanakannya”
(AFD)
2. Penelusuran
informasi
- “Kita awali dengan mahasiswa sudah
mempunyai topik yang ingin mereka bahas,
maka dia akan menemukan keyword-
keyword yang akan dia butuhkan untuk
pencarian informasi” (AFD)
- “Keterampilan browsing seperti itu” (RFQ)
3. Strategi
penelusuran
- “Kita ajarkan bagaimana
eueu...menggunakan beberapa operator,
seperti Boolean, kemudian transcation,
ee...apalagi ya semacam itu lah” (AFD)
4. Sumber
informasi
yang up to
date
- “Ya kita mencarikan sumber-sumber yang
berkualitas, yang sesuai dengan kompetensi
mereka” (RFQ)
- ”Kalau dari sisi materi ya Saya sendiri
selalu meng-update ya. Dan kalau ada
bahan atau materi baru, Saya selalu meng-
update-nya” (AFD)
5. Orientasi
perpustakaan
- “Menurut Saya itu-itu aja, kayak kemaren-
kemaren itu kayak orientasi mahasiswa
baru” (NUR)
67
6. Evaluasi
informasi
- “Satu atau dua orang, kita perlihatkan
bagaimana misalnya artikel ini ditulis oleh
siapa, ee...dia sudah memenuhi syarat
akademik ngga, misalnya ada abstrak, ada
bibliografi, kemudian ditulis oleh siapa,
kapan ee...memang kita mengenalkan
limiting atau pembatasan dari tahun, other,
dan sebagainya”(AFD)
Hal tersebut di atas diperjelas dengan hasil wawancara peneliti dengan
mahasiswa SPs UIN Jakarta yang pernah mengikuti program literasi informasi di
perpustakaan SPs UIN Jakarta. Maka diajukan pertanyaan apakah Saudara pernah
mengikuti program literasi informasi yang diadakan oleh perpustakaan Sekolah
Pascasarjana ini?
Tabel 6
Hasil Wawancara
No. Kategori Hasil Wawancara
1. Orientasi
perpustakaan
- “pernah, waktu awal masuk perkuliahan”
(ANT)
- “Iya, eee…kita sebagai apa namanya
mahasiswa baru baik S2 atau S3 itu di awal
e…sosialisasi itu kita eee…memang
68
dianjurkan untuk mengikuti” (FLN)
- “Pernah, di awal ketika masuk sini. Jadi, itu
termasuk dalam agenda orientasi mahasiswa
baru waktu itu” (ZHT)
2. Penelusuran
informasi
- “Waktu orientasi itu untuk jurnal, kita
langsung akses di perpustakaan seperti itu”
(ANT)
- “Dikenalkan dengan nama-nama jurnal
yang mungkin kita akses dan bagaimana
mengaksesnya” (ZHT)
3. Sumber
informasi
- “Banyak juga buku-buku disini” (ANT)
- “Mungkin yang kitabnya memang baru-baru
selesai ujian, jadi memang belum masuk ke
perpustakaan” (FLN)
- “Saat Saya mencari informasi dan Saya
ingin langsung mendapatkan jurnal
internasional, itu cepet dapetnya gitu”
(ZHT)
4. Evaluasi
informasi
- “Membedakan mana jurnal yang resmi dan
tidak resmi, dan jurnal yang otoritatif sama
ngga yang otoritatif untuk yang bisa
dijadikan rujukan” (ZHT)
69
Dari hasil wawancara di atas, terlihat bahwa upaya pustakawan dalam
melaksanakan program literasi informasi di perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta adalah dengan melaksanakan program, yaitu :
a. Orientasi Perpustakaan
1. Pengenalan Perpustakaan
Kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa baru mengerti tentang
konsep fisik dan non fisik perpustakaan, seperti layout
perpustakaan, layanan, dan petugas perpustakaan. Program ini
diberikan pada masa penerimaan mahasiswa baru, yang
mengajarkan tentang fungsi dan layanan perpustakaan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada uraian di bawah ini :
a. Mengenalkan fasilitas-fasilitas fisik gedung dan fungsinya
Pustakawan menjelaskan tentang fasilitas-fasilitas yang
tersedia di perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta ini, seperti : ruang pustakawan, ruang
baca, ruang multimedia, mushola, toilet, dan sebagainya.
b. Mengenalkan kebijakan-kebijakan perpustakaan
Pustakawan menjelaskan tentang cara-cara pembuatan
kartu anggota perpustakaan, jam layanan perpustakaan, dan
tata tertib perpustakaan.
c. Sumber Daya Manusia
Pada tahap ini pemustaka dikenalkan dengan para
pustakawan yang bekerja di perpustakaan Sekolah
70
Pascasarjana, serta tugas dari masing-masing pustakawan
yang ada.
d. Sumber Daya Informasi
Pada tahap ini pemustaka diberikan materi orientasi
perpustakaan berupa pengenalan jurnal online apa saja
dilanggan oleh perpustakaan dan dapat diakses oleh
pemustaka. Selain itu, pemustaka juga diajarkan strategi
penelusuran informasi, mulai dari penentuan topik,
perumusan tesis, analisa informasi, pembuatan daftar kata
kunci, pencarian di katalog; internet; database
perpustakaan, evaluasi informasi, sampai pada tahap
mengorganisasi informasi.
2. Pendapat Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta terhadap pelaksanaan literasi informasi di perpustakaan
Tabel 7
Pendapat Mahasiswa Sekolah Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No. Kategori Hasil Wawancara
1. Keterlibatan
pustakawan
- “Tatkala disini (perpustakaan Sekolah
Pascasarjana), semuanya turun” (ANT)
71
- “Langsung ketua atau pimpinan
perpustakaan juga terlibat dalam hal ini”
(FLN)
- “Pustakawannya terlibat langsung dan
kebetulan menjadi moderatornya juga”
(ZHT)
2. Sikap
pustakawan
- “iya, mereka membantu saat ada pemustaka
yang memerlukan bantuan pustakawan”
(ANT)
- “Iya, cukup baik” (FLN)
- ”Iya, sangat user friendly” (ZHT)
3. Fasilitas
perpustakaan
- “Harus banyak meng-update buku-buku
terbaru ya dan wifi sering empot-empotan
gitu, hahaaa” (ANT)
- “Cuman satu komputer untuk penelusuran.
Jadi, kalau bisa ada dua atau tiga lah” (FLN)
4. Layanan
perpustakaan
- “Pengennya perpustakaan itu dibuka sampe
malem, terutama yang Sekolah Pascasarjana
ya” (ZHT)
5. Jumlah
koleksi
- “Iya, kalau menurut saya masih kurang”
(FLN)
“Kalau koleksi buku, Saya pikir lebih
72
lengkapan di Perpustakaan Utama ya”
(ZHT)
6. Praktek
langsung
- “Menurut Saya maksimal, karena dibantu
dengan komputer. Ngga secara teori aja,
praktek juga” (ANT)
Ketiga informan mengatakan bahwa penerapan literasi informasi ini sudah
maksimal dan mereka merasa sangat terbantu dalam penelusuran informasi yang
mereka butuhkan berkat sikap semua pustakawan yang user friendly dan terlibat
langsung dalam kegiatan orientasi perpustakaan. Selain itu, adanya praktek langsung
dalam penelusuran informasi pada jurnal-jurnal yang sudah dilanggan oleh
perpustakaan, membuat mahasiswa baru Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sangat antusias mengikuti program literasi informasi yang ada.
Walaupun masih ada beberapa fasilitas dan layanan perpustakaan yang kurang
memadai.
73
3. Kendala yang dihadapi pustakawan dalam pelaksanaan literasi informasi
di perpustakaan
Tabel 8
Kendala Pelaksanaan Literasi Informasi
No. Kategori Hasil Wawancara
1. Koneksi
internet
- “ee…kalau Saya lebih kepada pertama
jaringan internet ya, koneksinya” (AFD)
- “Ketika ada sumber yang bagus, dan kita
tidak bisa mengakses” (RFQ)
2. Koleksi non
cetak
- “Dan ee…jurnal-jurnal yang kita langgan
itu banyak juga yang tidak mengkaji tentang
Islam, ada beberapa yang tampaknya harus
kita miliki, tapi itu belum” (AFD)
- “Sumber-sumber yang sifatnya seperti
jurnal, belum banyak yang bisa kita
langgan” (RFQ)
3. Penambahan
ruangan
- “Saya senang sekali kalau di perpustakaan
ini ada ruangan khusus. Perbaikan lantai 1
dan lantai 2 ya untuk dijadikan
perpustakaan” (AFD)
4. Status koleksi - “Kalo pemakai itu mencari di apa ya katalog
74
di katalog itu, disitu tersedia, tapi pas dicari dirak ngga
ada” (NUR)
5. Jumlah
koleksi
- “Pasti kurang, ngga pernah ada yang merasa
cukup setiap perpustakaan” (RFQ)
Ketiga informan mengatakan bahwa kendala dalam penerapan program
literasi informasi ini adalah fasilitas perpustakaan yang masih kurang memadai,
seperti koneksi internet, koleksi perpustakaan berupa jurnal-jurnal Islam yang belum
banyak dilanggan, penambahan ruangan, dan status ketersediaan koleksi di katalog
yang dikarenakan penempatan koleksi di rak yang masih tidak beraturan, serta jumlah
koleksi yang kurang.
C. Pembahasan
Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan pembahasan dari hasil penelitian
pada bab IV. Hasil penelitian pelaksanaan program literasi informasi di perpustakaan
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu dengan melaksanakan
program orientasi perpustakaan. Dimana di dalam orientasi perpustakaan, materi yang
diajarkan berupa pengenalan terhadap perpustakaan secara umum, biasanya diberikan
ketika siswa baru memasuki suatu lembaga pendidikan bersangkutan.29
29 Ade Abdul Hak, “Pendidikan Pemakai : perubahan perilaku pada siswa madrasah dalam sistempembelajaran berbasis perpustakaan “, Perpustakaan sebagai Centre for Learning Society, (Jakarta :Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 103.
75
Menurut hasil wawancara peneliti dengan informan 1 yaitu AFD, menjelaskan
bahwa model literasi informasi yang digunakan di perpustakaan Sekolah Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara umum adalah model literasi informasi the big
six yang dikembangkan oleh Michael B. Eisenberg dan Robert E. Berkowitz30,
sebagaimana yang sudah peneliti jelaskan pada bab II di atas.
Selain itu, tujuan dari pelaksanaan literasi informasi di perpustakaan Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara umum adalah agar pemustaka
dapat menelusur informasi yang dibutuhkan secara mandiri dan dapat melakukan
kegiatan evaluasi terhadap informasi tersebut, serta dapat menggunakan informasi
yang dibutuhkan secara efektif dan efisien. Dan hal ini sesuai dengan teori standar
kompetensi literasi informasi untuk perguruan tinggi, yang tertuang pada standar
kedua dan ketiga.31
Kendala yang dihadapi pustakawan dalam melaksanakan program literasi
informasi di perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yaitu fasilitas perpustakaan yang masih kurang memadai, seperti koneksi internet,
koleksi perpustakaan berupa jurnal-jurnal Islam yang belum banyak dilanggan,
penambahan ruangan, dan status ketersediaan koleksi di katalog, serta jumlah koleksi
yang kurang. Hal ini sesuai dengan hambatan pengajaran literasi informasi pada
30 Diao Ai Lien, dkk., Literasi Informasi : tujuh langkah knowledge management (Jakarta : UniversitasAtma Jaya, 2010), h. 4.31 Ida Farida, “Urgensi Pengajaran Information Literacy pada Tingkat Perguruan Tinggi”, Al-Maktabah,vol. 8, no. 2 (Oktober 2006) : h. 36.
76
perguruan tinggi, yaitu berupa kebijakan nasional mengenai pengajaran literasi
informasi dan anggaran perpustakaan yang terbatas.32
32 Ida Farida, “Urgensi Pengajaran Information Literacy pada Tingkat Perguruan Tinggi”, Al-Maktabah,vol. 8, no. 2 (Oktober 2006) : h. 47.
77
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari hasil pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya dan setelah peneliti menggabungkan antara keadaan lapangan
dengan teori yang sudah dijabarkan sebelumnya, dapat ditarik suatu
kesimpulan sebagai berikut :
1. Upaya yang telah dilakukan pihak perpustakaan Sekolah Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam melaksanakan program literasi
informasi yaitu dengan orientasi perpustakaan, yang di dalamnya ada
kegiatan pengenalan fasilitas perpustakaan, pengenalan kebijakan
perpustakaan, sumber daya manusia, dan sumber daya informasi dimana
pada kegiatan tersebut pemustaka diajarkan strategi penelusuran
informasi. Dalam kegiatan orientasi perpustakaan, pustakawan terlibat
langsung di dalamnya yang bertugas sebagai mentor.
2. Pendapat mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta terhadap pelaksanaan literasi informasi di perpustakaan,
merasakan semua upaya yang telah dilakukan oleh perpustakaan sudah
maksimal. Dan manfaat yang didapat oleh pemustaka setelah mengikuti
kegiatan orientasi perpustakaan berupa literasi informasi adalah
78
pemustaka dapat menelusur informasi yang dibutuhkan secara mandiri,
dan dapat mengevaluasi serta menggunakan informasi tersebut secara
efektif dan efisien, walaupun masih saja ada kendala dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut.
3. Kendala berupa jurnal Islam yang ingin dilanggan oleh perpustakaan
masih belum dapat terealisasi. Selain itu, gangguan koneksi internet pada
saat pengaksesan jurnal yang telah dilanggan perpustakaan Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta masih sering terjadi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh serta pembahasan tentang hasil
tersebut, maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Untuk lebih meningkatkan intensitas literasi informasi sivitas akademika
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan
harus lebih memperhatikan pada keragaman jenis jurnal yang dilanggan
dan koleksi yang digunakan, agar senantiasa diperbaharui dan
dikembangkan menjadi lebih baik.
2. Meningkatkan kerjasama antar pimpinan, pustakawan, dan dosen untuk
saling memberi motivasi kepada sivitas akademika Sekolah Pascasarjana
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta agar dapat memanfaatkan perpustakaan
secara efektif dan efisien.
3. Untuk meningkatkan kualitas penerapan literasi informasi di
perpustakaan, pimpinan dan pustakawan juga harus dapat lebih
79
memperhatikan dimensi layanan, sarana prasarana yang berkualitas yang
meliputi beberapa kriteria antara lain : sarana penunjang belajar, layanan
online, kegiatan promosi perpustakaan.
4. Penambahan tenaga ahli pengelola perpustakaan yang mampu mengelola
perpustakaan dan mengembangkannya sebagai sumber belajar bagi sivitas
akademika Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
80
DAFTAR PUSTAKA
Ade Abdul Hak. Pendidikan Pemakai : perubahan perilaku pada siswa madrasahdalam sistem pembelajaran berbasis perpustakaan, perpustakaan sebagaicentre for learning society. Jakarta : Fakultas Adab dan Humaniora UINSyarif Hidayatullah, 2005.
Abdul Rahman Saleh. Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta :Universitas Terbuka, 1995.
F. Rahayuningsih. Pengelolaan Perpustakaan. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007.
Ida Farida. “Urgensi Pengajaran Information Literacy pada Tingkat PerguruanTinggi.” Al-Maktabah, vol. 8, no. 2 (Oktober 2006), h. 36-47.
_________. Information Literacy Skill : Dasar Pembelajaran Seumur Hidup.Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005.
Diao Ai Lien, dkk. Literasi Informasi : Tujuh Langkah Knowledge Management.Jakarta : Universitas Atma Jaya, 2010.
“Literasi Informasi : Kunci Kemajuan yang Terbuang.” Artikel diakses pada 19April 2014 dari http://www.bit.lipi.go.id/masyarakat-literasi/index.php/literasi-informasi-kunci-kemajuan-yang-terbuang
Loo, Alfred and C.W. Chung. “A Model for Information Literacy CourseDevelopment : A Liberal Arts University Perspective.” Emeraldinsight, 24October 2005, h. 3.
Moleong, Lexy J.. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : RemajaRosdakarya, 2007.
Morteson and Lau, Jesus (2006). Informasion Competencies : bridging the North SouthKnowledge Gap. Diakses 22 Oktober 2014 darihttp://www.library.uiuc.edu/mortenson/pdf/laulecture.pdf.
Noerhayati Soedibyo. Pengelolaan Perpustakaan, Jilid 1. Bandung : Alumni,1987.
Owusu, Edward K. and Ansah. “Debating Definitions of Information Literacy :Enough is Enough.” Emeraldinsight, vol. 54, no. 6 (March 2005), h. 2.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Standar Nasional Perpustakaan.Jakarta : Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2011.
81
Rizal Saiful Haq, dkk. Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah. Jakarta :Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006.
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat. Metodologi Penelitian. Bandung : MandarMaju, 2002.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta,2012.
Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia PustakaUtama, 1993.
Sutarno NS. Tanggung Jawab Perpustakaan dalam Mengembangkan MasyarakatInformasi. Jakarta : Pantai Rei, 2005.
The Association of College and Research Libraries (ACRL). Information LiteracyCompetency Standards for Higher Education. Amerika : ACRL, 2000, h. 4-5.
LAMPIRAN
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : Alfida, MLIS
Jabatan : Kepala Perpustakaan
Tanggal : Sabtu, 28 Juni 2014
Peneliti : Sebelumnya Saya Winda Fatmaela Risa, mahasiswa S1 UIN Jakarta,
jurusan Ilmu Perpustakaan, semester akhir. Disini Saya sedang mengadakan
penelitian untuk skripsi Saya yang bertemakan tentang Literasi Informasi yang
diadakan di perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta.
Sebelumnya bisa ibu perkenalkan diri dulu, nama dan jabatan.
Pustakawan : oke Saya Alfida, K.A Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta.
Peneliti : yang ingin Saya tanyakan disini :
1. Apa yang Ibu tahu tentang literasi informasi atau melek informasi?
Jawab : melek informasi atau yang lebih sering dikenal literasi informasi itu adalah
suatu program/konsep yang tujuannya adalah eee…mengenalkan kepada
ee…mahasiswa atau boleh juga pengguna yang menggunakan perpustakaan tentang
bagaimana melakukan penelitian. Diawali dengan ee…bagaimana kita bisa melocated
informasi kemudian melakukan berbagai strategi untuk mengakses, kemudian
mengevaluasi, menggunakan, dan men-share atau mempresentasikannya kepada
orang lain. Sebagai seorang pelajar atau dalam konteks masyarakat itu adalah
masyarakat yang bertanggung jawab.
(peneliti : pertanyaan selanjutnya….)
2. Dalam penerapan literasi informasi di perpustakaan Sekolah Pascasarjana,
apakah ada standar tertentu yang digunakan?
Jawab : standar…ee…kita memakai secara umum yah ee…ya misalnya yang
digunakan oleh eemmm…ACRL atau juga The Big Six. Tapi itu secara umum kan,
walaupun berbeda-beda namanya, umumnya sama ya. Jadi diawali dengan bagaimana
ee…mereka bisa ee…mengenal atau mengetahui apa yang mereka butuhkan, awalnya
dengan melakukan istilah pendefinisian, penelitian apa yang ingin mereka cari,
kemudian mereka bisa melakukan pemilihan-pemilihan ee…tentang kata-kata atau
konsep atau berupa sinonim, antonim, dan kelompok kata lainnya yang digunakan
untuk memudahkan pencarian.
(peneliti : serta bisa mengevaluasi ya bu?)
Jawab : iya, nanti berikutnya ee…iya tentu setelah dia bisa mengakses, tentu dia bisa
mengevaluasi untuk mana yang ee…dikatakan otoritatif, current, atau juga reliable
informasi yang sudah didapat, sehingga dapat digunakan papernya atau kebutuhan
informasinya.
(peneliti : pertanyaan ketiga…)
3. Bagaimana awal terbentuknya kegiatan literasi informasi di perpustakaan
Sekolah Pascasarjana ini?
Jawab : oke..ee…disini ee…apa namanya ya itu eueu….awalnya sih hanya berupa
satu atau dua orang yang melakukan e…tanya jawab tentang informasi yang
dibutuhkan, kemudian ee…ketika dikelas ada keinginan-keinginan mahasiswa dan
juga dosen yang merasakan bahwa ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang harusnya
diadakan untuk ee…agar proses belajar mengajar itu bisa dilakukan dengan baik, dan
salah satunya ya itu bagaimana program literasi informasi itu bisa dilakukan dan itu
jadi munculnya itu tidak hanya dari perpustakaan, tapi juga dari dosen-dosen yang
kebetulan memandang itu perlu.
(peneliti : jadi ada masukan dari dosen dan pemustaka?)
Jawab : ya betul, dan berjalannya dengan ee…sekarang ini ya yang artinya
terorganisir, terjadwal itu juga terlaksana berkat ee…koordinasi dengan ini e…apalah
ya pimpinan disini.
(peneliti : pertanyaan selanjutnya…)
4. Apakah kegiatan literasi informasi sudah menjadi salah satu kegiatan rutin di
perpustakaan Sekolah Pascasarjana?
Jawab : kalau sifatnya klasikal sih ngga ya ee…klasikal itu dilakukan per semester ya
ee…jika dipandang itu dibutuhkan, maka kita melakukan lebih dari satu semester.
Tapi kalau sifatnya individual itu sering sekali. Jadi sebenarnya literasi informasi itu
tidak harus dilakukan secara klasikal dengan banyak orang, tapi kan orang butuh
informasi itu berbeda-beda. Jadi, kalo sifatnya individual, setiap saat kita melakukan.
(peneliti : jadi ngga harus dari awal perkuliahan ya?)
Jawab : ngga…ngga…kapan mereka butuhkan.
(peneliti : secara umum tujuan kegiatan literasi informasi ini untuk pemustaka itu
seperti apa bu?)
Jawab : ee…secara umum ya eueu…itu pertama dia bisa memanfaatkan apa yang
sebenarnya sudah ada, baik itu e…koleksi-koleksi serta ee…kemampuan dirinya,
karna literasi informasi tidak hanya sekedar dia tau e…apa namanya apa yang ada,
tapi e…bagaimana caranya dia bisa menghubungkan apa yang dia ketahui itu kepada
orang lain, jadi itu sifatnya sudah pada konsep teaching itu lebih jelas ya, dan
kemudian eueu….gunanya lagi ya untuk mempromosikan apa yang ada di
perpustakaan dan didirinya sendiri dengan bagaimana dia sebenarnya tampil, artinya
eueu…bahwa ee…fungsi perpustakaan atau pustakawan itu sendiri tidak dipandang
sesuatu yang ee…marginal. Tapi bisa berdiri bersama-sama untuk kesuksesan
mahasiswa.
(peneliti : pertanyaan selanjutnya…)
5. Keterampilan literasi informasi apa saja yang diajarkan kepada pemustaka?
Apakah ada tahapan-tahapan tertentu dalam mengajarkan literasi informasi tersebut?
Jawab : pertama ee…kita awali dengan saat-saat seperti ACRL melakukannya ya.
Jadi kita awali dengan mahasiswa sudah mempunyai konsep/tujuan, artinya sudah
punya topik/katakanlah bukan topik, tapi ada sesuatu yang sebenarnya ingin mereka
bahas dengan datang ke perpustakaan, dan bagaimana kita bisa mengarahkan mereka.
Apa yang mereka ingin teliti. Oleh karena itu, kalau dia sudah tau apa yang ingin
diteliti, maka dia akan menemukan keyword-keyword yang akan dia butuhkan untuk
pencarian informasi, karena tanpa dia mengetahui apa yang dia inginkan itu,
ee…pencarian ee…ngga akan kemana-mana, sia-sia ya, kemana-mana ngga fokus.
Jadi yang paling penting adalah mengetahui apa yang akan mereka teliti, kemudian
ee…dengan itu pula mereka bisa memilih konsep-konsep yang paling penting,
prioritas tentunya untuk dijadikan pencarian, baik itu sinonimnya. Nah…kadang-
kadang mahasiswa tidak menemukan eee….satu konsep itu. Dengan konsep yang
dijadikan untuk judul, tapi mereka akan menemukan ketika mereka gunakan sebagai
sinonim, antonim, atau kelompok kata atau sebagainya. Ya kemudian ya setelah
mereka kita arahkan untuk menemukan konsep mereka, kita ajarkan bagaimana
eueu…menggunakan beberapa operator, seperti Boolean, kemudian transcation,
ee…apalagi ya semacam itu lah.
(peneliti : tapi yang sering digunakan oleh pemustaka itu sendiri apa bu? Boolean
atau apa?)
Jawab : bermacam-macam, karna kan ee… satu database itu tidak menyediakan
semua fasilitas itu. Seperti google itu tidak begitu perlu dengan Boolean ya, dia lebih
banyak menggunakan transcation. Biasanya database yang profit ya, makanya
ee…mahasiswa sebaiknya mengenal karakteristik dan itu kadang-kadang ngga
terjamah oleh mahasiswa. Sampai kita mengenalkan kalau kamu menggunakan
misalnya proquest, sebaiknya menggunakan operator yang ini. Kalau google yang
kayak gini. Itu kan ngga jadi perhatian oleh mahasiswa, tapi Saya kira itu adalah
kewajiban apa ya pustakawan lah ya untuk mengenalkan kepada mereka. Setelah
mengenalkan operator, ee…kita melakukan mencoba menunjukkan itu tadi.
Kemudian, ee….kalau memungkinkan sih biasanya mereka melakukan sendiri,
mereka mencoba, satu atau dua orang kita perlihatkan bagaimana misalnya artikel ini
ditulis oleh siapa, ee…dia sudah memenuhi syarat akademik ngga, misalnya ada
abstrak, ada bibliografi, kemudian ditulis oleh siapa, kapan ee…memang kita
mengenalkan limiting atau pembatasan dari tahun, other, dan sebagainya. Tapi kita
juga mengenalkan kalau tahunnya segini memang dianggap current atau ee…sudah
tidak current. Jadi hal-hal seperti itu juga termasuk dalam kategori evaluasi ya. Baru
mereka menggunakan dan ketika presentasi memang ee…lebih banyak kepada dosen
ya itu kita arahkan tugasnya kepada dosen.
(peneliti : pertanyaan selanjutnya…)
6. Sejauh mana penerapan literasi informasi di perpustakaan Sekolah
Pascasarjana ini?
Jawab : penerapannya? Oke…kalau dari sisi materi ya Saya sendiri selalu meng-
update ya, misalnya begini ee…paling tidak Saya akan cek semua database-database
yang sudah ada atau saya sudah punya materinya, kemudian Saya cek lagi apakah dia
masih oke atau tidak. Kadang-kadang kan suka ada under contraction, ada yang harus
bayar. Yang tadinya benar-benar free berapa tahun lalu, sekarang sudah tidak free
lagi. Makanya kita harus cek untuk memastikan bahwa itu oke. Dan kalau ada bahan
atau materi baru, Saya selalu meng-update-nya. Dan Saya kira itu juga dilakukan oleh
teman-teman yang kebetulan bareng, seperti bu Ida ya. Memastikan bahwa ini
ee…apa yang biasanya kita sharing, kemudian apa yang bisa dikembangkan lagi
tentang bahan atau materi, karna kita bertanggung jawab tentang materi ya.
(peneliti : jadi selalu berkembang ya bu ya dari tahun ke tahun?)
Jawab : ee…iya ee…secara materinya iya. Kayak strateginya pun Saya kira ada lah
kita melakukan penyegaran ya. Jadi ngga itu-itu aja.
7. Usaha atau upaya apa saja yang telah dilakukan perpustakaan Sekolah
Pascasarjana dalam menerapkan literasi informasi ini?
Jawab : usaha ya? Ee...ya pertama kita tentu menyediakan bahannya, kemudian
melaksanakan, dan juga kita ee…belum kita upload sih. Kita ingin membuatnya itu
menjadi online tutorial di website.
Jadi, yang terakhir kita masih dalam tahap menyiapkan, bahannya udah ada ya,
menyiapkan untuk menjadi online tutorial, jadi kapan saja dan dimana saja orang bisa
ee…mengaksesnya, bagaimana cara untuk memanfaatkan database-database.
(peneliti : tapi dalam pengaksesan itu ada apa kayak kendala atau apa gitu bu?
Respon dari pemustaka yang selama mengakses itu mengalami kesulitan atau
bagaimana?)
Jawab : ya kesulitannya itu ee…pertama ya ee…kalau internetnya lagi tidak oke.
Yang kedua, ee…ini kalau mereka ngga tau ee…ngga dapet ya itu selalu mereka
temui. Misalnya ini yang Saya inginkan gitu ya, tapi ngga dapet. Mereka kadang-
kadang tidak mau mencari alternatif lain ya. Mungkin sudah terlalu pusing ya atau
apa. Tapi kita berusaha memberikan alternatif yang lain gitu ya, jadi itu juga bisa
dimanfaatkan.
8. Kendala apa saja yang dihadapi Ibu selaku pustakawan dalam menerapkan
literasi informasi ini? Dan bagaimana cara Ibu menanggulangi semua kendala
tersebut?
Jawab : ee…kalau Saya lebih kepada pertama jaringan internet ya, koneksinya. Yang
kedua, yang dibutuhkan disini ee…karna dia ee…institusi Islam ya, jadi mahasiswa
itu walaupun background-nya apa, kajiannya apakah ekonomi, perpustakaan,
kemudian ee…manajemen, tetap itu harus mengutamakan bagaimana konsep Islam
itu harus ada di dalamnya. Dan ee…jurnal-jurnal yang kita langgan itu banyak juga
yang tidak mengkaji tentang Islam, ada beberapa yang tampaknya harus kita miliki,
tapi itu belum. JSTOR ee…sudah oke, tapi ada lagi yang lain seperti Project News,
itu kajian-kajian yang cukup baik untuk ee…studi-studi Islam. Saya sudah anjurkan,
tetapi kan tidak ee…secepat itu bisa dicanangkan. Dan cara Saya untuk
ee…mengatasinya ya Saya arahkan dulu, misalnya cari aja di google scoolar atau di
academic.edu atau ditempat lain atau abstraknya atau bisa aja ada temennya ada yang
kuliah dimana, minta tolong lah seperti itu. Tapi Saya tetep memberikan informasi
tentang hal ini kepada kepala perpustakaan, supaya ini bisa dijadikan masukan untuk
bisa dibeli ditahun yang akan datang.
(peneliti : selain itu, apa ada kendala lain bu?)
Jawab : kalo kendala lain ya ee…ini ya apa namanya misalnya fasilitas kita ini,
ditempat ini Saya senang sekali kalau di perpustakaan ini ada ruangan khusus, karna
kalau ada ya artinya tidak mengorbankan orang yang tidak mau ikut gitu ya. Kadang-
kadang kan dalam satu sesi itu kan orang tidak nyaman belajar ya, karna rame, dan
sebagainya.
(peneliti : untuk hal itu bagaimana Ibu menanggulanginya?)
Jawab : oke ee…sudah diajukan sih, pasca sudah mengajukan juga untuk perbaikan
lantai 1 dan lantai 2 ya untuk dijadikan perpustakaan, tapi ya itu lagi masih dalam
proses. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ya, amin.
(peneliti : apa itu saja atau ada kendala yang lain bu?)
Jawab : Saya kira itu ya.
(peneliti : kiranya itu saja yang Saya tanyakan. Sebelumnya terima kasih atas
informasinya).
Nama : Mohammad Ainur Rofiq, S.IP
Jabatan : Staff Perpustakaan
Tanggal : Jumat, 27 Juni 2014
Peneliti : Sebelumnya Saya Winda Fatmaela Risa, mahasiswa S1 UIN Jakarta,
jurusan Ilmu Perpustakaan, semester akhir. Disini Saya sedang mengadakan
penelitian untuk skripsi Saya yang bertemakan tentang Literasi Informasi yang
diadakan di perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta.
Sebelumnya bisa Bapak perkenalkan diri dulu, nama dan jabatan.
Nama Saya Rofiq, jabatannya staf perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta.
Peneliti : yang ingin Saya tanyakan…
1. Apa yang Bapak tahu tentang literasi informasi atau melek informasi?
Jawab : literasi informasi menurut Saya itu ee…kemampuan seseorang untuk
mengetahui kebutuhan informasi terus ee…mencari, menemukan informasi tersebut
dan menggunakan informasi tersebut.
(peneliti : mengevaluasi gitu ya pak?)
Jawab : he’emm…
2. Dalam penerapan literasi informasi di perpustakaan Sekolah Pascasarjana,
apakah ada standar tertentu yang digunakan?
Jawab : eemmm….kalau Saya ngga.
(peneliti : terus berdasarkan apa pak kalo ngga ada standarnya?)
Jawab : maksudnya?
(peneliti : dari penerapan literasi informasi yang ada, kalau ngga berpedoman pada
standar tertentu, jadi…
Jawab : ya berdasarkan kebutuhan aja. Jadi misalkan eee…ada ee…seseorang, kalo
misalkan itu mahasiswa ya…dia butuh informasi ya kita bantu sebisa kita. Misalkan
ee…kebutuhannya apa, nanti kita bantu. Jadi ngga berpedoman seperti AACR, dan
lain-lain itu ngga. Itu kalau Saya pribadi ngga menggunakan itu.
(peneliti : itu pemustaka datang sendiri atau Bapak yang mendatangi pemustaka itu?)
Jawab : ya ada dua konsep, dia bisa tidak kondisional berarti dia datang pada waktu
yang tidak terduga dan yang kondisional ya pada waktu orientasi mahasiswa baru.
3. Bagaimana awal terbentuknya kegiatan literasi informasi di perpustakaan
Sekolah Pascasarjana ini? Atau apa yang mendorong perpustakaan Sekolah
Pascasarjana menerapkan kegiatan literasi informasi ini?
Jawab : kalo…yang tidak terduga kan ee…membantu mahasiswa, baik
pustakawannya sendiri ya melek informasi. Jadi mahasiswa tahu informasi yang
dibutuhkan untuk apa.
(peneliti : jadi ngga ada saran atau apa dari pemustaka atau dosen untuk diadakannya
literasi informasi ini?)
Jawab : ya ada
(peneliti : jadi salah satunya itu ya pak yang mendorong?)
Jawab : he’em…
4. Apakah kegiatan literasi informasi sudah menjadi salah satu kegiatan rutin di
perpustakaan Sekolah Pascasarjana?
Jawab : kalau kegiatan rutin tahunan ada, kalau kegiatan yang jadi tugas harian juga
termasuk, seperti membantu mahasiswa mencari, menemukan informasi yang
dibutuhkan juga ada. Dan kalo yang tahunan ee…eh…bukan tahunan, maksudnya
tahun ajaran baru, setiap penerimaan mahasiswa baru ya ada, itu rutin.
5. Keterampilan literasi informasi apa saja yang diajarkan kepada pemustaka?
Apakah ada tahapan-tahapan tertentu dalam mengajarkan literasi informasi tersebut?
Jawab : ya browsing, ee…keterampilan browsing, keterampilan menggunakan
e…informasinya, informasi tersebut ee…seperti itu.
(peneliti : sedangkan tahapan-tahapan itu sendiri ada atau ngga?)
Jawab : biasanya browsing dulu ya, ketika misalkan dia mencari tentang apa, nanti
ketika e…ditemukan oh…ini terdapat di ensiklopedi, nanti baru diajarkan bagaimana
menggunakan ensiklopedi itu seperti apa.
(peneliti : itu diajarkan pada awal perkuliahan atau orientasi ya pak?)
Jawab : di orientasi seperti itu, disini (perpustakaan) juga seperti itu. Misalkan mau
cari tentang apa, browsing dulu dikatalog, nanti setelah ketemu, terus dia merasa
kesulitan, baru dikasih tau bagaimana cara menggunakannya.
(peneliti : itu dia kalau merasa kesulitan, datang langsung ke pustakawan atau
bagaimana?)
Jawab : kalau yang ee…biasanya sih datang langsung.
6. Sejauh mana penerapan literasi informasi di perpustakaan Sekolah
Pascasarjana ini?
Jawab : eemm….kalau yang maksudnya orientasi mahasiswa baru ya diberikan
tentang sumber-sumber apa yang bisa diakses, yang bisa digunakan dalam masa studi
dia.
(peneliti : itu aja pak?)
Jawab : he’em…untuk sementara.
7. Usaha atau upaya apa saja yang telah dilakukan perpustakaan Sekolah
Pascasarjana dalam menerapkan literasi informasi ini?
Jawab : ya kita mencarikan sumber-sumber yang berkualitas, yang sesuai dengan
kompetensi mereka.
(peneliti : itu selalu update atau gimana?)
Jawab : ya iya, kalo misalkan ada yang terbaru yang di update, ya kita berikan. Kalau
ada yang terbaik, kenapa tidak.
8. Kendala apa saja yang dihadapi Bapak selaku pustakawan dalam menerapkan
literasi informasi ini? Dan bagaimana cara Bapak menanggulangi semua kendala
tersebut?
Jawab : kalo kendala biasanya kita ketika ada sumber yang bagus, dan kita tidak bisa
mengakses, itu jadi kendala juga. Terus kadang-kadang walaupun kita sudah
langganan, ada beberapa yang ngga bisa diakses, ee…dan itu ya penanggulangannya
butuh ee…kerjasama beberapa pihak. Jadi mengusahakan ee…bagaimana sumber-
sumber yang dilanggan bisa diakses secara full atau melanggan sesuatu yang baru
gitu.
(peneliti : itu cara Bapak menanggulanginya bagaimana?)
Jawab : ya karna kan kita struktural ya, jadi ke pimpinan, lalu pimpinan mengajukan
lagi ke yang lebih tingginya lagi seperti itu, dikoordinasikan.
(peneliti : selain kendala yang tadi, apakah ada kendala lain pak?)
Jawab : kendala yang lain? Eemmm…ngga tuh.
(peneliti : tentang fasilitas atau apa?)
Jawab : fasilitas ya sudah memenuhi. Ya kalo misalkan dari segi akses ya, ya kalo
dari sumber yang online sudah tersedia, komputer sudah tersedia, wifi sudah tersedia.
(peneliti : jadi sudah merasa cukup ya pak?)
Jawab : he’emm….
(peneliti : itu aja atau ada lagi kendala lain pak?)
Jawab : kendala lain ee….kalo misalkan sumber-sumber yang sifatnya seperti jurnal,
belum banyak yang bisa kita langgan. Maksudnya jurnal-jurnal lokal, kita belum bisa
menyediakan banyak.
(peneliti : kalo dari jumlah koleksi dan jenis-jenis koleksi itu sendiri?)
Jawab : ya pasti kurang, ngga pernah ada yang merasa cukup setiap perpustakaan
pasti maunya yang lebih bagus, lebih komplit, lebih luas, yang sesuai dengan
kebutuhannya lah.
(peneliti : tapi kalo tentang tahun terbit koleksi, koleksi perpustakaan termasuk
koleksi lama atau bagaimana?)
Jawab : kalau untuk pengadaan, kita usahakan yang terbaru, paling ngga 3 tahun
terakhir atau 4 tahun terakhir.
(peneliti : itu aja atau ada yang lain?)
Jawab : itu aja.
(peneliti : sebelumnya terima kasih atas informasi yang diberikan).
Nama : Nurhasanah, S.Pd
Jabatan : Staff Perpustakaan
Tanggal : Jumat, 27 Juni 2014
Peneliti : Sebelumnya Saya Winda Fatmaela Risa, mahasiswa S1 UIN Jakarta,
jurusan Ilmu Perpustakaan, semester akhir. Disini Saya sedang mengadakan
penelitian untuk skripsi Saya yang bertemakan tentang Literasi Informasi yang
diadakan di perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta.
Sebelumnya bisa ibu perkenalkan diri dulu, nama dan jabatan.
Pustakawan : ya nama Saya Nurhasanah, jabatan pustakawan.
Yang ingin Saya tanyakan disini :
1. Apa yang Ibu tahu tentang literasi informasi atau melek informasi?
Jawab : ya kayak penelusuran informasi, cari dikatalog, cari langsung dirak
2. Dalam penerapan literasi informasi di perpustakaan Sekolah Pascasarjana,
apakah ada standar tertentu yang digunakan?
Jawab : ya liat dikatalog
3. Bagaimana awal terbentuknya kegiatan literasi informasi di perpustakaan
Sekolah Pascasarjana ini?
Jawab : udah lama lah…ya karna Saya baru ya disini. Jadi kurang tau Saya.
4. Apakah kegiatan literasi informasi sudah menjadi salah satu kegiatan rutin di
perpustakaan Sekolah Pascasarjana?
Jawab : iya
(peneliti : berarti dari tahun ke tahun pasti ada ya bu kegiatan literasi informasi ini?)
Jawab : iya
5. Sejauh mana penerapan literasi informasi di perpustakaan Sekolah
Pascasarjana ini?
Jawab : mungkin setau Saya ya mungkin dulu dia tertutup ya, sekarang sudah
terbuka. Mungkin kalau dulu harus liat di perpustakaan, sekarang secara online kan
sudah bisa.
6. Usaha atau upaya apa saja yang telah dilakukan perpustakaan Sekolah
Pascasarjana dalam menerapkan literasi informasi ini?
Jawab : kalo menurut Saya itu-itu aja, kayak kemaren-kemaren itu (orientasi
mahasiswa baru).
7. Kendala apa saja yang dihadapi Ibu selaku pustakawan dalam menerapkan
literasi informasi? Dan bagaimana cara Ibu menanggulangi semua kendala tersebut?
Jawab : hhmmm…salah satunya kalo pemakai itu mencari di apa ya katalog itu, disitu
tersedia, tapi pas dicari dirak ngga ada. Ya kita paling ee…menyarankan untuk ke
perpustakaan lain, misalnya ke perpustakaan utama atau perpustakaan fakultas.
(peneliti : selain ke perpustakaan utama dan perpustakaan fakultas, apakah Ibu
menyarankan ke perpustakaan lain?)
Jawab : oh…ngga..ngga
(peneliti : kalau seperti perpustakaan nasional gitu bu?)
Jawab : ngga
(peneliti : selain itu, apakah ada kendala lain?)
Jawab : udah itu aja.
(peneliti : kiranya itu saja yang Saya tanyakan, terima kasih atas informasinya).
Nama : Arianto
Jabatan : Pemustaka
Tanggal : Senin, 23 Juni 2014
(peneliti : sebelumnya Saya Winda Fatmaela Risa, mahasiswa S1 UIN Jakarta,
jurusan Ilmu Perpustakaan, semester akhir. Saya sedang mengadakan penelitian
tentang program literasi informasi yang diadakan di perpustakaan Sekolah
Pascasarjana ini)
1. Apakah Saudara pernah mengikuti program literasi informasi yang diadakan
oleh perpustakaan Sekolah Pascasarjana ini?
Jawab : pernah, waktu awal masuk perkuliahan.
(peneliti : kira-kira itu yang diajarkan perpustakaan tentang apa saja?)
Jawab : hanya ditunjukkan dimana lokasi buku fiqih, buku pendidikan, buku tafsir,
dan buku-buku lainnya.
(peneliti : oh…jadi cuma peletakkan koleksinya ya?)
Jawab : he’em….he’em…hanya seperti itu aja, hanya ditunjukkan sini posisi buku
pendidikan Islam, disana buku pendidikan umum, disana buku-buku tafsir begitu.
(peneliti : kalau tentang penelusuran informasi, penelusuran jurnal itu juga
diajarkan?)
Jawab : oh iya, diajarkan. Waktu orientasi di ruangan eueu…..di ruangan
Pascasarjana 106. Nah….untuk prakteknya disini (perpustakaan Sekolah
Pascasarjana), tapi kalau untuk jurnal, kita langsung akses. Itu salah satunya jurnal
JSTOR, kemudian eueuu….OXFORD, kemudian apalagi selain JSTOR, kayak
Proquest, seperti itu.
2. Apakah menurut Saudara, semua upaya yang telah dilakukan pihak
perpustakaan dalam menerapkan kegiatan literasi informasi sudah maksimal dalam
pembentukkan program atau layanan perpustakaan?
Jawab : hhmmm….begini kalau untuk seperti itu maksimal, tapi bagaimana kita
memflow-up setelah itu.
(peneliti : Saudara bisa mengatakan itu sudah maksimal itu ukurannya itu apa?)
Jawab : begini, tatkala di ruang 106 itu kita pertama-tama menghidupkan komputer,
kemudian dibimbing bagaimana cara membukanya seperti itu. Menurut Saya
maksimal, karena dibantu dengan komputer. Ngga secara teori aja, praktek juga.
(peneliti : dalam penerapan literasi informasi itu sendiri, pustakawan terlibat langsung
atau hanya beberapa pustakawan saja?)
Jawab : eueu….kalau untuk di ruang 106 itu hanya satu, ibu Alfida ya. Tatkala disini
(perpustakaan Sekolah Pascasarjana), semuanya turun. Pak Opik sama ibu Alfida.
Dibuat 2 group, satu pak Opik, satu ibu Alfida. Dikenalkan oleh mereka, seperti itu.
(peneliti : jadi menurut kakak sudah maksimal ya?)
Jawab : iya, sudah maksimal
3. Sejauh mana pengaruh perpustakaan terhadap kemampuan literasi informasi
Saudara dalam menelusur informasi yang dibutuhkan?
Jawab : eueuu….kalau begini, kalau untuk tugas-tugas mata kuliah cukup berperan.
Tapi, kalau untuk penulisan tesis itu kurang mendukung, karena buku-bukunya juga
belum komplit. Kalau untuk tugas-tugas sudah cukup lah. Tapi, banyak juga buku-
buku disini, Saya tidak temukan, yang barusan Saya cari juga itu ngga Saya temukan.
Mungkin di perpustakaan utama ada ya.
(peneliti : tapi kalau pas kakak lagi di perpustakaan, kakak nyari buku tentang ini,
eueu….ngga ada atau belum ada mungkin ya, terus kakak langsung ke pustakawan,
itu pustakawan langsung tanggap untuk membantu atau bagaimana?)
Jawab : iya, mereka membantu. Apalagi kalau kita perginya lebih dahulu ya, tatkala
mereka lagi merapihkan buku-buku setelah hari ini dibaca, otomatis pagi mereka
merapihkan. Itu mereka membantu mencarikan. Tapi ada kalanya buku itu memang
tidak ada, meski tersedia. Apakah karna letaknya acak-acakan atau bagaimana,
banyak juga seperti itu. Disana (perpustakaan utama) Saya juga menemukan. Padahal
Saya butuh banget buku itu.
4. Apa yang Saudara sarankan kepada pihak perpustakaan dalam menerapkan
kegiatan literasi informasi?
Jawab : kalau saran Saya mungkin harus banyak meng-update buku-buku terbaru ya,
kemudian susunannya juga harus rapih, biar kita ngga bingung nyarinya.
(peneliti : jadi selama ini menurut kakak belum rapih?)
Jawab : iya, ada lah satu, dua, tiga, empat buku mah. Tersedia, barang itu tersedia,
tapi kita tidak temukan. Ngga ada dirak. Dan selalu update buku.
(peneliti : jadi menurut kakak itu saja yang kakak sarankan untuk perpustakaan?
Kalau tentang fasilitas lainnya bagaimana?
Jawab : hhmmm….wifi sering empot-empotan gitu, hahaaa. Udah itu aja, semuanya
baik, udah itu aja.
(peneliti : selain dua itu, menurut Saudara sudah baik ya?)
Jawab : iya, he’emm…he’em
(peneliti : terima kasih banyak)
Nama : Fadhlina Ariefwangsa
Jabatan : Pemustaka
Tanggal : Senin, 23 Juni 2014
1. Apakah Saudara pernah mengikuti program literasi informasi yang diadakan
oleh perpustakaan Sekolah Pascasarjana ini?
Jawaban : iya, eee…kita sebagai apa namanya mahasiswa baru baik S2 atau S3 itu di
awal e…sosialisasi itu kita eee…memang dianjurkan untuk mengikuti, kayaknya
bagian e…pembelajaran kita, bagian sosialisasi yang dibuat oleh UIN Pascasarjana
itu sendiri. Jadi, saya sendiri secara pribadi eee…hadir dalam e…apa namanya
program literasi informasi tadi.
(peneliti : jadi program literasi informasi itu sendiri diadakan eee…pada awal apa?)
Jawaban : sebelum perkuliahan, awal iya sebelum eee…awal perkuliahan pada masa
sosialisasi itu sendiri.
(peneliti : itu kira-kira dalam satu tahun itu ada berapa kali program literasi informasi
yang ibu tahu?)
Jawaban : ya selama saya satu tahun kuliah di eee….Pascasarjana ya baru sekali itu.
Baru sekali pada waktu mahasiswa baru itu saja.
2. Apakah menurut Saudara semua upaya yang telah dilakukan pihak
perpustakaan dalam menerapkan kegiatan literasi informasi sudah maksimal dalam
pembentukkan program literasi / layanan perpustakaan itu sendiri?
Jawaban : menurut saya cukup, cukup bagus lah yah kalau menurut saya cukup bagus
karena eee….apa namanya langsung ketua atau pimpinan perpustakaan juga terlibat
dalam hal ini. Jadi saya rasa sudah cukup baik.
(peneliti : program seperti apa yang pernah ibu apa ini apa namanya ikuti, seperti
pengenalan perpustakaan itu sendiri atau cuma koleksi ini disini, gitu-gitu?)
Jawaban : ya iya yang kita diberikan briefing kemaren itu bagaimana cara
ee…mencari buku atau apa namanya tesis atau disertasi yang kita inginkan kan.
Nah….disitu kita diajarkan di dalam komputer sana bagaimana mencari literatur yang
kita inginkan, kemudian setelah itu juga bisa langsung dibawa ee…diperkenalkan
kepada tempat-tempat ee…kitab-kitab tertentu yang mungkin e…merupakan tempat
kumpulan e…kitab-kitab agama, kemudian juga e…ditempat-tempat apa tertentu
yang mana disitu ada e…disimpan kitab-kitab apa penelitian-penelitian tesis ataupun
disertasi-disertasi. Jadi kan memang kami e…secara berkelompok diperkenalkan satu
per satu oleh pihak e…apa petugas perpustakaan.
(peneliti : jadi menurut ibu e…program literasi informasi itu sudah maksimal cuma
apa hanya ukuran karena kepala perpustakaan terlibat langsung di dalamnya atau ada
ukuran lain yang menurut ibu itu sudah maksimal?)
Jawaban : ee…kalau menurut saya e…apa yang saya, yang saya paham selama ini
saya sudah cukup terbantu, misalnya saya ingin mencari e…disertasi atau tesis kan
saya tinggal mencari kata kunci, kemudian disitu akan dilihat apa namanya ee…ada
apa e…huruf yang ditempelkan pada buku itu, misalnya 2X2 atau kemudian apa
kan…iya call number itu kan kita bisa langsung tahu ya memudahkan saya secara
pribadi untuk menemukan gitu. Jadi, saya kalau saya e…secara pribadi cukup
terbantu dengan hal ini gitu.
3. Sejauh mana pengaruh perpustakaan terhadap kemampuan literasi informasi
Saudara dalam menelusur informasi yang dibutuhkan?
Jawaban : bisa diulangi sejauh mana?
(peneliti : sejauh mana pengaruh perpustakaan terhadap kemampuan literasi informasi
Saudara dalam menelusur informasi yang dibutuhkan? sudah sejauh mana peran
perpustakaan dalam membantu ibu menemukan informasi yang ibu butuhkan itu
sendiri?)
Jawaban : ee…saya kira mungkin hampir sama tadi ya pertanyaannya. Jadi saya piker
e…yang tadi saya sudah jelaskan bahwa e…karna ada call numbernya, kemudian kita
juga langsung diarahkan, diperkenalkan dengan tempat-tempat kitab-kitab, koleksi
kitab-kitab perpustakaan. Disini tempatnya untuk kitab-kitab ini, disini tempat untuk
kitab-kitab umum, disini tempatnya untuk e…surat kabar, artikel, dan sebagainya
seperti itu.
Jadi, ee…pengaruhnya menurut saya cukup baik untuk mahasiswa terutama, kalau
saya secara pribadi melihat seperti itu.
(peneliti : jadi sejauh ini ibu tidak mengalami kesulitan dalam menemukan informasi
yang ibu butuhkan ?)
Jawaban : kalau yang saya pribadi selama ini belum menemukan kesulitan.
(peneliti : jadi, peran perpustakaan cukup mambantu ya bu?)
Jawaban : iya, ada mungkin yang e…misalnya yang saya pernah menanyakan
kitabnya, kemudian belum tercantum, ternyata menurut petugas e…memang baru-
baru selesai ini selesai ujian, jadi memang belum masuk ke sini kitabnya,
penelitiannya belum masuk ke perpustakaan. Sehingga itu mungkin yang e…saya
pikir sudah ada, ternyata saya cari kok ngga ada. Ternyata dari pemberitahuan itu
belum masuk. Jadi saya kira ngga ada kendala yang berarti kalau saya pribadi ya.
(peneliti : berarti ibu cukup terbantu ya intinya ?)
Jawaban : iya
4. Apa yang Saudara sarankan kepada pihak perpustakaan dalam menerapkan
kegiatan literasi informasi ini?
Jawaban : kalau menurut saya, disana e…cuman satu komputer untuk penelusuran
e…apa namanya kitab yang ingin kita cari. Jadi, kalau bisa jangan satu. Kadang-
kadang kita sambil ngantri disitu. Jadi, kalau bisa ada dua atau tiga lah. Disebarkan
dimana gitu.
(peneliti : Cuma karena jumlah komputer yang kurang atau ada lagi menurut Ibu?)
Jawaban : e…ya kalau e…apalagi yang kurang ya? Cuma itu yang bisa saya berikan
ya apalagi, mungkin kalau dari segi masalah ee…kitab-kitab mungkin masih banyak
yang harus di ini, masih banyak kekurangan lah. Artinya belum apa namanya karena
ilmu apa kitab ini kan terus bertambah, harus terus di update istilahnya.
(peneliti : jadi berarti jumlah koleksi kitab yang kurang gitu ya bu?)
Jawaban : iya, kalau menurut saya masih kurang. Karena kitab penelitian Syi’ah
Saidiyah dan Syi’ah Imamiyah sangat kurang sekali, dan saya kesulitan untuk
mendapatkan.
(peneliti : jadi keterbatasan koleksi dan komputer?)
Jawaban : iya, he’em…he’em itu.
(peneliti : jadi menurut Ibu cuma itu saja atau ada lagi?)
Jawaban : ee…ya setahu saya itu, cuma itu saja menurut saya ya.
(peneliti : kalau dari pihak pustakawannya sendiri, sikap pustakawan dalam
menerapkan literasi informasi ini, apakah ada saran untuk pustakawannya?)
Jawaban : ee…pokoknya semua petugas karyawan dan pimpinannya terlibat langsung
dalam hal ini untuk memberikan arahan-arahan kepada kita. Pada waktu itu cukup,
artinya cukup berpartisipasi untuk memberikan arahan. Jadi, kalaupun saya pribadi
mengalami kesulitan itu akan langsung dibantu ke tempat-tempat e…yang saya ada
kesulitan, misalnya saya ada kesulitan mendapatkan kata kunci mungkin, nah…saya
langsung diarahkan.
(peneliti : jadi sikap pustakawan disini juga terbuka ya bu? Langsung tanggap ya bu?)
Jawaban : iya, iya
(peneliti : jadi, apa lagi ya…jadi kalau peran pustakawannya sendiri dalam
menerapkan literasi informasi, ngga ada masalahnya ya bu? Dalam menjelaskan
cukup jelas, atau ya cukup jelas saja gitu ya bu?)
Jawaban : ee…kalau saya tidak tahu persis apakah semuanya ini. Tapi yang jelas
pada waktu itu memang tidak semuanya terlibat, ada beberapa orang, kalau ngga
salah pustakawan disini ada 4 atau 5 ya?
(peneliti : 4…)
Jawaban : nah…kalau ngga salah dulu yang anu itu cuma 3 orang, yang ketiga ini
saya kira cukup ini, tapi yang ngga terlibat, saya ngga tahu kapasitasnya seperti apa.
(peneliti : cukup friendly?)
Jawaban : iya, cukup baik.
(peneliti : ya sudah bu, kiranya itu aja yang saya tanyakan. Terima kasih
sebelumnya).
Jawaban : sama-sama.
Nama : Zahrotus Saidah
Jabatan : Pemustaka
Tanggal : Senin, 23 Juni 2014
Peneliti : sebelumnya saya Winda Fatmaela Risa, mahasiswa S1 dari UIN Jakarta,
jurusan Ilmu Perpustakaan, semester akhir. Saya sedang menyusun BAB 4 untuk
penelitian saya tentang literasi informasi. Yang ingin saya tanyakan disini…
1. Apakah Saudara pernah mengikuti program litersi informasi yang diadakan
oleh perpustakaan Sekolah Pascasarjana ini?
Jawab : pernah
(peneliti : kalau pernah itu kapan kak?)
Jawab : di awal ketika masuk sini. Jadi, itu termasuk dalam agenda orientasi
mahasiswa baru waktu itu.
(peneliti : berarti kayak semacam pendidikan pemakai ya?)
Jawab : iya
(peneliti : tentang pengenalan perpustakaan, koleksi?)
Jawab : iya
(peneliti : dan disitu kakak diajarkan tentang penelusuran informasi itu sendiri ngga?)
Jawab : iya diajarkan juga. Dikenalkan dengan nama-nama jurnal yang mungkin kita
akses, membedakan mana jurnal yang resmi dan tidak resmi, dan jurnal yang
otoritatif sama ngga yang otoritatif untuk yang bisa dijadikan rujukan. Semuanya
dijelaskan disitu.
(peneliti : dari penerapan literasi informasi itu sendiri, pustakawan disini terlibat
langsung atau bagaimana?)
Jawab : pustakawannya terlibat langsung dan kebetulan menjadi moderatornya juga.
Dan beliau juga yang membimbing kita e…ketika harus akses ke apa saja gitu kan.
Dan sampe pengenalan di perpustakaannya juga bagaimana memilih dan menemukan
buku dengan cepat buku yang kita cari.
(peneliti : dan kepala perpustakaannya itu terlibat langsung ya?)
Jawab : e…kurang tahu ya beliau itu sebagai kepala perpustakaan atau ngga. Tapi
setahu saya beliau sebagai petugas perpustakaan sini, itu aja.
2. Apakah menurut Saudara, semua upaya yang telah dilakukan pihak
perpustakaan dalam menerapkan kegiatan literasi informasi sudah maksimal dalam
pembentukkan program atau layanan perpustakaan?
Jawaban : menurut Saya, kalau apa sih orientasi atau pengenalannya itu sudah
maksimal, cuman mungkin fasilitas saja yang mungkin terganggu aksesnya. Ada
JSTOR dulu aksesnya cuman dikampus aja, tapi 2 tahun belakangan ini udah bisa
diakses di semua tempat.
(peneliti : fasilitas yang menurut kakak kurang itu fasilitas yang seperti apa?)
Jawab : hhhmmm…kalau dulu sih karna akses JSTOR itu kan cuman bisa diakses di
ruang-ruang tertentu gitu, sedangkan JSTOR dan jurnal-jurnal internasional kan
butuh kita. Nah…waktu itu masih belum bisa diakses di sembarang tempat, Cuma di
ruang-ruang tertentu aja. Tapi, sekarang di perpustakaan udah bisa.
(peneliti : jadi aksesnya sekarang udah terbuka ya?)
Jawab : iya terbuka
3. Sejauh mana pengaruh perpustakaan terhadap kemampuan literasi informasi
Saudara dalam menelusur informasi yang dibutuhkan?
Jawaban : sangat berperan
(peneliti : perannya seperti apa?)
Jawab : sangat membantu Saya
(peneliti : contohnya seperti apa?)
Jawab : ya contohnya seperti Saya mencari informasi, misalnya tentang
pembelajaran, dan Saya ingin langsung mendapatkan jurnal internasional, itu cepet
dapetnya gitu.
(peneliti : jadi sangat user friendly ya?)
Jawab : iya
4. Apa yang Saudara sarankan kepada pihak perpustakaan dalam menerapkan
kegiatan literasi informasi?
Jawaban : kalau kegiatan orientasi sih Saya pikir sudah cukup. Cuman tinggal
bagaimana kita memanfaatkan literasi informasi yang sudah disediakan aja. Dan
kalau saran Saya sih pengennya perpustakaan itu dibuka sampe malem, terutama
yang Sekolah Pascasarjana ya. Soalnya kan disini cuma sampe jam 4. Tapi kemaren
udah ada alternatif hari sabtu dibuka. Jadi, udah ada tambahan.
(peneliti : dan tambahannya itu tutup jam berapa?)
Jawab : tetep jam 4, cuman kalau dulu kan cuma sampe hari jumat. Kita pengennya
dibuka sampe malem, biar kita lebih banyak aksesnya. Kan jurnal internasional jarang
bisa diakses di internet, kayak kita punya modem, ngga bisa. Makanya harus
berlangganan. Dan kita ngga kuat untuk bayar itu kan. Jadi, pengennya perpustakaan
dibuka sampe malem.
(peneliti : jadi menurut kakak hanya itu yang kakak sarankan atau ada lagi?)
Jawab : iya, sebenernya itu aja. Kalau literasi informasi, mereka udah maksimal kan
ngasih informasi, tinggal bagaimana memanfaatkannya.
(peneliti : kalau tentang ketersediaan koleksinya itu sendiri, kakak udah merasa cukup
atau ada yang kurang? Koleksi buku atau jurnal?
Jawab : kalau koleksi buku, Saya pikir lebih lengkapan di Perpustakaan Utama ya.
Ada beberapa yang mungkin Saya tidak temukan disini. Tapi kalau masalah akses
jurnal, ee….diinternet Saya pikir, disini lebih enak. Mungkin disini lebih sedikit yang
mengaksesnya, jadi aksesnya cepet.
(peneliti : jadi menurut kakak cuma itu yang kakak sarankan?)
Jawab : iya, tapi kalau jumlah koleksi bukunya ditambah ngga papa. Tapi udah ada
akses internet sih, jadi cukup.
(peneliti : terima kasih kakak udah mau jadi informan Saya)
Jawab : sama-sama
Wawancara peneliti dengan pustakawan
Kegiatan orientasi perpustakaan berupa pengenalan fasilitas fisik gedung dan fungsinya
Kegiatan orientasi perpustakaan berupa sumber daya manusia
Kegiatan orientasi perpustakaan berupa sumber daya informasi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Peneliti lahir di Brebes, pada tanggal 04 Mei 1991, putri
kedua dari Bapak Cecep Kurniawan dengan Ibu Lilis Setyo
Murni. Peneliti bertempat tinggal di Karang Anyar Pos Rt
003/Rw 004 Tonjong, Kec. Tonjong, Kab. Brebes, Jawa
Tengah. Peneliti menyelesaikan pendidikan dasar di
Tonjong, Sekolah Dasar Negeri 1 Tonjong (tahun 2003).
Kemudian, melanjutkan sekolah menengahnya di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Tonjong (tahun 2006) dan
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Paguyangan (tahun 2009). Pada tahun 2010 peneliti
melanjutkan pendidikan pada program studi (S1) Jurusan Ilmu Perpustakaan pada Fakultas
Adab dan Humaniora di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menyelesaikan kuliahnya dengan menulis skripsi berjudul “Pelaksanaan Literasi Informasi
di Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Peneliti
pernah melakukan Praktek Kerja Lapangan di Perpustakaan Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) selama satu bulan pada tahun
2013. Dan aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang ciputat sebagai
anggota.