Paper Pacth Myringoplasty

Post on 27-Oct-2015

67 views 14 download

Transcript of Paper Pacth Myringoplasty

Dr. Hj. Abla Ghanie, spTHT-KL (K)

*PAPER PACTH MYRINGOPLASTY

*PENDAHULUAN

* Ruptur membran timpani dapat disebabkan oleh kecelakaan, benturan atau pukulan pada wajah dan trauma iatrogenik pada saat mengeluarkan benda asing.

*Ruptur ini mengakibatkan terjadinya tuli konduktif dan dapat menimbulkan infeksi telinga tengah yang berulang.

*Penutupan perforasi membran timpani pertama kali dilakukan oleh Yearsley pada tahun 1841 dengan menggunakan gumpalan kapas yang lembut.

*Toynbee pada tahun 1853 dengan menggunakan material dari bahan karet.

*Miringoplasti pertama kali dilakukan oleh Berthold pada tahun 1878 yang meliputi pengangkatan epitel membran timpani pada pinggir perforasi dan pemasangan graft yang diambil dari kulit lengan atas.

*Istilah paper patch pertama kali diperkenalkan oleh Blake tahun 1887.

*paper patch digunakan untuk memandu migrasi epitel dari pinggir perforasi. Teknik ini efektif dilakukan pada perforasi akibat trauma yang akut atau setelah pengangkatan pipa ventilasi grommet, meskipun kebanyakan perforasi ini dapat sembuh secara spontan.

*DEFINISI

* Miringoplasti adalah suatu prosedur tindakan terhadap perforasi membran timpani yang disebabkan oleh trauma atau infeksi, dimana dilakukan pemasangan graft pada membran timpani tanpa melakukan pembedahan pada liang telinga dan telinga tengah.

ATAU

* semua rekonstruksi membran timpani yang tidak berhubungan dengan osikuloplasti atau dengan kata lain disebut juga timpanoplasti tanpa rekonstruksi rangkaian tulang pendengaran.

*TUJUAN

* Memperbaiki fungsi pendengaran

*Mencegah infeksi ke telinga tengah bahkan ke telinga dalam

*PROSEDUR

*PATCH MIRINGOPLASTI (paper patch miringoplasti)

prosedur yang menempatkan material graft

di atas membran timpani

Biasa digunakan kertas rokok

* GRAFT MIRINGOPLASTI

prosedur miringoplasti dengan menempatkan

graft pada membran timpani secara overlay

maupun anterior underlay

*Wullstein dan Zollner tahun 1950-an berhasil menutup perforasi membran timpani dengan menggunakan graft yang diambil dari sebagian lapisan kulit.

*banyak para peneliti berminat meneliti mengenai jaringan atau material yang dapat digunakan sebagai graft.

*Berdasarkan asalnya, graft dibagi menjadi autograft, homograft, heterograft dan artifisial graft dimana masing-masingnya mempunyai kelebihan dalam menutup perforasi.

*Anatomi dan fisiologi membran timpani

*Gendang telinga / membran timpani /tympanic membrane / eardrum adalah suatu membran/selaput yang terletak/memisahkan antara telinga luar dan telinga tengah.

*berbentuk seperti selaput dan mirip gendang sehingga biasa disebut gendang telinga yang mempunyai ukuran panjang vertikal rata-rata 9 -10 mm, diameter 8 - 9 mm dan tebalnya kira-kira 0,1 mm.

*Membran timpani miring ke medial dari posterior superior ke anterior inferior, membentuk sudut kira-kira 140ºantara kavum timpani dan liang telinga luar (Moore, 1989).

*Membran timpani terdiri dari tiga lapisan.

*Dibagi menjadi 2 bagian (pars tensa dan pars flasida)

*Fungsi membran timpani

Fungsi membran ini sangat vital dalam proses mendengar. karena pada dasarnya selaput ini yang akan meneruskan impuls suara dari telinga luar ke tulang-tulang pendengaran selanjutnya  akan diteruskan ke syaraf pendengaran kita.

Kapan dilakukannya miringoplasti?

Kontroversi

*Hildmann dkk mengatakan bahwa 90% ruptur membran timpani akibat trauma akan sembuh spontan. Miringoplasti baru dilakukan bila terdapatnya kegagalan penutupan perforasi setelah 3 bulan. Penutupan segera dapat dilakukan bila terdapat kerusakan tulang-tulang pendengaran, terdapat benda asing dan adanya kerusakan struktur telinga dalam.

*Amadasun dkk dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa penatalaksanaan ruptur membran timpani yang akut, hanya dilakukan pembersihan telinga secara berkala dan pencegahan infeksi pada telinga.

*Fisch dkk mengatakan bahwa pada ruptur membran timpani yang akut dapat dilakukan miringoplasti segera dengan pendekatan transkanal, apabila liang telinganya cukup lapang dan perforasi dapat dilihat dengan jelas.

*keberhasilan

Golz dkk6 pada penelitiannya mengukur diameter perforasi ini dengan menggunakan hook dan membaginya menjadi 3 bagian yaitu

*kecil (<3 mm)

*sedang (3-5 mm)

*besar ( >5 mm)

HASIL

*Perforasi kecil 63,2%

*Perforasi sedang 43,5%

*Perforasi besar 12,5%

*Keberhasilan

Lee dkk tahun 2008

*Perforasi ukuran 2mm

*Perforasi ukuran 2-4mm

*Perforasi ukuran 4-6mm

*Perforasi ≥ 6mm

HASIL

*Perforasi ukuran 2mm (84,2%)

*Perforasi ukuran 2-4mm (63,3%)

*Perforasi ukuran 4-6mm (40,0%)

*Perforasi ≥ 6mm (11,8%)

*keberhasilan

Dursun dkk membandingkan angka keberhasilan antara miringoplasti dengan menggunakan paper patch, lemak dan perikondrium.

HASIL

*paper patch 66,7%

*lemak 86,7%

*perikondrium 86,7%.

*kandidat

*1. Perforasi membran tympani sentral dan

relatif kecil

*2. Membran tympani translusen

*3. Tidak ada infeksi telinga tengah

*4. Pendengaran sedikit dibawah normal (tuli

konduktif ringan)

*Sebelum operasi

* Tidak saat infeksi

* Lakukan pemeriksaan audiometri nada murni

* Pada anak tidak memberikan minum dan

makan lagi setelah tengah malamsebelum

operasi

* Tidak memberikan tetes telinga

*Operasi

*Dapat dilakukan lokal atau umum, pada anak <15 tahun dipertimbangkan untuk anestesi umum

*perforasi yang kronik membutuhkan pengangkatan pinggir perforasi (trimming) dengan menggunakan pick yang tajam atau mengkauterisasi pinggir perforasi dengan larutan asam trichloroasetat.

*Pada perforasi yang akut, tindakan tersebut tidak perlu dilakukan.

*Setelah operasi

*menghindari masuknya air ke dalam telinga, dilarang mengejan, bersin, membuang ingus kuat-kuat dan menghindari bepergian dengan pesawat udara selama 3 minggu setelah tindakan

HATI-HATI BILA

*Suhu lebih 101ºF atau > 38ºC

*Bila keluar cairan dari telinga dan berbau

*Komplikasi

*1) Infection- it could potentially cause graft failure and therefore failure to heal the eardrum.

2) Bleeding- very unlikely, however small bloodstained discharged can be expected within the first couple of days after the surgery.

3) Graft failure- graft success can be as high as 80%. However the success rate varies depending on many factors such as the indication for surgery, the size and the site of perforation, presence of chronic infection and general patient’s health e.g. diabetic.

4) Hearing loss- this is very rare, but potentially with any ear surgery there is small risk of deteriorating the hearing rather than improving it.

*TERIMA KASIH

Semoga Bermanfaat