Post on 22-Feb-2018
Nama : Laela Mumtahanah
NIM : 1402408305
BAB III
OBJEK LINGUISTIK = BAHASA
Objek kajian linguistik yaitu bahasa
3. 1. Pengertian Bahasa
Objek kajian linguistik secara langsung adalah parole karena parole berwujud
konkret, yang nyata yang dapat dinikmati/diobservasi.
Masalah ini berkenaan dengan pengertian bahasa adalah bilamana sebuah
tuntutan disebut bahasa yang berbeda dengan bahasa lainnya dan bilamana hanya
dianggap sebagai verian dari suatu bahasa.
Perbedaan dua tuturan/bahasa berdasarkan 2 buah patokan yaitu linguistik dan
patokan politis. Secara linguistik, bahasa Indonesia dan Malaysia adalah sebenarnya
hanya dua buah dialek dari bahasa yang sama yaitu bahasa Melayu. Tetapi secara
politis, dewasa ini bahasa Malaysia dan bahasa Indonesia itu berbeda, bahasa Indonesia
merupakan bahasa nasional bangsa Indonesia dan bahasa Malaysia merupakan bahasa
nasional bangsa Malaysia.
3. 2. Hakikat Bahasa
a. Bahasa sebagai sistem
Dalam kaitan keilmuan, sistem berarti susunan teratur berpola yang
membentuk suatu keseluruhan yang bermakna/berfungsi. Sistem ini dibentuk oleh
sejumlah unsur/komponen yang satu dengan lainnya berhubungan secara
fungsional.
Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis yaitu bahasa
itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak. Dan secara sistemis
yaitu bahasa bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub-
subsistem atau sistem bawahan.
Kajian linguistik dibagi menjadi beberapa tataran yaitu tataran fonologi,
tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik dan tataran leksikon. Tataran
morfologi sering digabung dengan tataran sintaksis menjadi yang disebut tataran
gramatika atau tataran bahasa.
Bagan:
Wacana
Kalimat
Klausa
Frase
Kata
Morfem
Fonem
Morfologi
Sintaksis
Fon Fonologi
b. Bahasa sebagai lambang
Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol. Lambang dengan
pelbagai seluk beluknya dikaji orang dalam kegiatan ilmiah dalam bidang kajian
yang disebut ilmu semiatika/semiologi yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda
yang ada dalam kehidupan manusia termasuk bahasa.
Beberapa jenis tanda yaitu tanda (sign), lambang (simbol), sinyal (signal),
gejala (symptom), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon.
Tanda, selain dipakai sebagai istilah generik dari semua yang termasuk
kajian semiotika juga sebagai salah satu dari unsur spesifik kajian. Semiotika itu
suatu atau sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide, pikiran, perasaan,
benda dan tindakan secara langsung dan alamiah.
Berbeda dengan tanda, lambang atau simbol tidak bersifat langsung dan
alamiah. Lambang menandai sesuatu yang lain secara konvensional tidak secara
alamiah dan langsung. Yang penting yang harus anda pahami bahwa bahasa adalah
suatu sistem lambang dalam wujud bunyi bahasa, bukan dalam wujud yang lain.
c. Bahasa adalah bunyi
Bunyi pada bahasa atau yang termasuk lambang bahasa adalah bunyi-bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Bunyi bahasa/bunyi ajaran (speech sound) adalah satuan bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalam fonetik diamati sebagai "fon" dan
di dalam fonemik sebagai "fonem".
Hakikat bahasa adalah bunyi atau bahasa lisan, dapat kita saksikan sampai
kini banyak sekali bahasa di dunia ini, termasuk di Indonesia, yang hanya punya
bahasa lisan, tidak punya bahasa tulisan, karena bahasa-bahasa tersebut tidak atau
belum mengenal sistem aksara.
d. Bahasa itu bermakna
Dari pasal-pasal terdahulu sudah dibicarakan bahwa bahasa itu adalah sistem
lambang yang berwujud bunyi, atau bunyi ujar. Sebagai lambang tentu ada yang
dilambangkan, maka yang dilambangkan itu adalah suatu pengertian, suatu konsep,
suatu ide, atau suatu pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai
makna.
e. Bahasa itu arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap,
mana suka. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya
hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep
atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.
f. Bahasa itu konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan
bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu
bersifat konvensional. Artinya semua anggota masyarakat bahasa ini mematuhi
konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang
diwakilinya.
Berbeda dengan kata yang merupakan lambang "siap pakai", artinya sudah
ada tanpa harus diciptakan dulu, makna istilah merupakan lambang "yang dibuat"
untuk menampung konsep yang ada tetapi belum ada lambangnya, seperti pada
contoh curat dan gasar di atas. Sebuah istilah yang dibuat, tentu dimaksudkan
untuk melambangkan suatu konsep, bisa digunakan atau tidak digunakan dalam
pertuturan tergantung dari keperluan penggunaannya, bukan dari kepatuhan atau
tidak terhadap konvensinya.
g. Bahasa itu produktif
Kata produktif adalah bentuk afektif dari kata benda produksi. Arti produktif
adalah "banyak hasilnya" atau lebih tepat "terus menerus menghasilkan". Lalu,
kalau bahasa itu dikatakan produktif, maka maksudnya meskipun unsur-unsur
bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat
dibuat satuansatuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski secara relatif
sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu.
Keproduktifan bahasa memang ada batasnya. Dalam hal ini dapat dibedakan
adanya dua macam keterbatasan yaitu keterbatasan pada tingkat parole dan
keterbatasan pada tingkat langue. Katerbatasan pada tingkat parole adalah pada
ketidaklaziman atau kebelumlaziman bentuk-bentuk yang dihasilkan.
Selain itu keproduktifan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia dengan
afiks-afiks tertentu tampaknya juga dibatasi oleh ciri-ciri inheren bentuk dasarnya,
yang sejauh ini belum dikaji orang.
h. Bahasa itu unik
Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh
yang lain. Lalu, kalau bahasa dikatakan berifat unik, maka artinya setiap bahasa
mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini
bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan
kalimat atau sistem-sistem lainnya. Salah satu keunikan bahasa Indonesia adalah
bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis melainkan sintaksis. Maksudnya kalau
pada kata tertentu di dalam kalimat kita berikan tekanan, maka makna kata itu
tetap, yang berubah adalah makna keseluruhan kalimat.
i. Bahasa itu universal
Selain bersifat unik yakni mempunyai sifat atau ciri masing-masing, bahasa
juga bersifat universa. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap
bahasa yang ada di dunia ini. Ciri-ciri yang universal ini tentunya merupakan unsur
bahasa yang paling umum, yang bisa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat
bahasa lain.
Karena bahasa itu bersifat ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling
umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal
dan konsonan yang dimiliki oleh setiap bahasa, bukanlah persoalan keuniversalan.
j. Bahasa itu dinamis
Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari
segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai
makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Tidak ada kegiatan manusia yang
tidak disertai dengan bahasa. Malah dalam bermimpipun manusia menggunakan
bahasa.
Krrena keterikatan dan keterkaitan manusia itu dengan bahasa, sedangkan
dalam kehidupannya di dalam masyarakat kegiatan manusia itu tidak tetap dan
selalu berubah, maka bahasa itu juga menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap,
menjadi tidak statis. Karena itulah bahasa itu disebut dinamis.
Perubahan dalam bahasa, dapat juga bukan terjadi berupa pengembangnan
dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang
dialami masyarakat bahasa yang bersangkutan. Berbagai alasan sosial dan politis
menyebabkan banyak orang meninggalkan bahasanya atau tidak lagi menggunakan
bahasanya lalu menggunakan bahasa lain. Di Indonesia, kabarnya telah banyak
bahasa daerah yang ditinggalkan para penuturnya terutama dengan alasan sosial.
Jika ini terjadi terus-menerus, maka pada suatu saat kelak banyak bahasa daerah
yang hanya ada dalam dokumentasi belaka, karena tidak ada lagi penuturnya.
k. Bahasa itu bervariasi
Mengenai variasi bahasa ini, ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu
idialek, dialek, dan ragam.
Idialek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap
orang tentu mempunyai ciri khas bahasanya masing-masing.
Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota
masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu.
Ragam adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan atau
untuk keperluan tertentu. Untuk situasi formal digunakan ragam baku atau ragam
standar, untuk situasi yang tidak formal digunakan ragam yang tidak baku atau
ragam nonstandar.
l. Bahasa itu manusiawi
Kalau kita menyimak kembali ciri-ciri bahasa, bahwa bahasa itu adalah
sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, bersifat arbitrer,
bermakna, dan produktif, maka dapat dikatakan bahwa binatang tidak mempunyai
bahasa. Bahwa binatang dapat berkomunikasi dengan sesama jenisnya, bahkan
juga dengan manusia adalah memang suatu kenyataan.
Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa alat komunikasi manusia yang
namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan
hanya dapat digunakan oleh manusia.
3. 3. Bahasa dan Faktor Luar Bahasa
a. Masyarakat Bahasa
Kata masyarakat biasanya diartikan sebagai sekelompok orang (dalam
jumlah yang banyaknya relatif), yang merasa sebangsa, seketurunan, sewilayah
tempat tinggal, atau yang mempunyai kepentingan sosial yang sama.
Masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang merasa menggunakan
bahasa yang sama. Masyarakat bahasa bisa melewati batas, propinsi, batas negara
bahkan batas benua.
Orang Indonesia pada umumnya bilingual yaitu menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa kedua dan bahasa daerah sebagai bahasa pertama.
Tetapi ada juga yang multilingual, selain menguasai bahasa daerahnya
sendiri dan bahasa Indonesia juga menguasai bahasa daerah lain atau bahasa asing.
b. Variasi dan Status Sosial Bahasa
Bahasa itu bervariasi karena anggota masyarakat penutur bahasa itu sangat
beragam dan bahasa itu sendiri digunakan untuk keperluan yang beragam pula.
Berdasarkan penuturnya kita mengenal adanya dialek-dialek baik dialek regional
maupun dialek sosial.
Ada dua macam variasi bahasa yang dibedakan berdasarkan status
pemakaiannya. Yang pertama adalah variasi bahasa tinggi (variasi bahasa T).
variasi T digunakan dalam situasi-situasi resmi, seperti pidato kenegaraan, bahasa
pengantar dalam pendidikan, khotbah dan lain-lain. Variasi T perlu dipelajari
melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah. Yang kedua adalah variasi bahasa
rendah (variasi bahasa R). variasi R digunakan dalam situasi yang tidak formal
seperti di rumah, warung, catatan sendiri, dll. Variasi R langsung dipelajari dari
masyarakat umum, dan tidak pernah dalam pendidikan formal.
c. Penggunaan Bahasa
Hymes (1974) seorang pakar sosiolinguistik mengatakan bahwa suatu
komunikasi dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan delapan unsur
yang diakronimkan menjadi SPEAKING, yakni:
1. Setting and Scene, yaitu unsur yang berkenaan dengan tempat dan waktu
terjadinya percakapan,
2. Paticipants, yaitu orang-orang yang terlibat dalam percakapan,
3. Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan
4. Act Sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan,
5. Key, yaitu menunjuk pada cara atau semangat dalam melaksanakan percakapan,
6. Instrumentalities, yaitu yang menunjuk pada jalur percakapan apakah secara
lisan atau bukan,
7. Norms, yaitu yang menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan,
8. Genres, yaitu yang menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang
digunakan.
d. Kontak Bahasa
Dalam masyarakat yang terbuka artinya yang para anggotanya dapat
menerima kedatangan anggota dari masyarakat lain. Dan akan terjadi kontak
bahasa. Kasus-kasus yang terjadi karena adanya kontak bahasa misalnya
interferensi, integrasi, alih kode (code switching) dan campur kode (code-mixing).
Interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa
yang sedang digunakan, sehingga adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang
sedang digunakan itu.
Alih kode yaitu beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa ataupun
ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau ragam bahasa lain)
karena alasan tertentu.
Campur kode pengertiannya sama dengan alih kode, namun dalam campur
kode tidak ada alasan yang mendasari.
e. Bahasa dan Budaya
Dalam sejarah linguistik ada suatu hipotesis yang sangat terkenal mengenai
hubungan bahasa dan kebudayaan ini. Hipotesis ini dikeluarkan oleh dua pakar
yaitu Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf (dan oleh karena itu disebut hipotesis
Sapir – Whorf) yang menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi cara berpikir dan
bertindak anggota masyarakat penuturnya.
3. 4. Klasifikasi Bahasa
Klasifikasi dilakukan dengan melihat kesamaan ciri yang ada pada setiap bahasa.
Bahasa yang mempunyai kesamaan ciri dimasukkan dalam satu kelompok.
Suatu klasifikasi yangbaik harus memenuhi persyaratan nonarbitrer, ekshautik,
dan unik. Nonarbitrer adalah bahwa kriteria klasifikasi itu tidak boleh semaunya, hanya
harus ada satu kriteria. Tidak boleh ada kriteria lainnya. Dengan kriteria yang satu ini,
yang nonarbitrer, maka hasilnya akan ekshautik. Artinya setelah klasifikasi dilakukan
tidak ada lagi sisanya, semua bahasa yang ada dapat masuk ke dalam salah satu
kelompok. Selain itu hasil klasifikasi juga harus bersifat unik. Maksudnya, kalau suatu
bahasa sudah masuk ke dalam salah satu kelompok. Dia tidak bisa masuk lagi ke
kelompok yang lain. Kalau sebuah bahasa bisa masuk ke dalam kelompok atau lebih,
maka berarti hasil klasifikasi itu tidak unik.
a. Klasifikasi Genetis
Klasifikasi genetis, disebut juga klasifikasi genologis, dilakukan berdasarkan
garis keturunan bahasa-bahasa itu. Artinya, suatu bahasa berasal atau diturunkan
dari bahasa yang lebih tua.
Klasifikasi genetis dilakukan berdasarkan kriteria bunyi dan arti, yaitu atas
kesamaan bentuk (bunyi) dan makna yang dikandungnya. Bahasa-bahasa yang
memiliki sejumlah kesamaan seperti itu dianggap berasal dari bahasa asal atau
bahasa proto yang sama.
Klasifikasi genetis ini hanya menggunakan satu kriteria saja yaitu garis
keturunan atau dasar sejarah perkembangan yang sama, maka sifatnya menjadi
nonarbitrer.
b. Klasifikasi Tipologis
Klasifikasi tipologis dilakukan berdasarkan kesamaan tipe atau tipe-tipe yang
terdapat pada sejumlah bahasa. Tipe ini merupakan unsur tertentu yang dapat
timbul berulang-ulang dalam suatu bahasa.
Klasifikasi tipologi dapat dilakukan pada semua tataran bahasa. Klasifikasi
ini bersifat arbitrer, karena tidak terikat oleh tipe tertentu melainkan bebas
menggunakan tipe yang mana saja (bermacam-macam). Tapi hasilnya masih
ekshautik dan unik.
c. Klasifikasi Areal
Klasifikasi areal dilakukan berdasarkan adanya hubungan timbal balik antara
bahasa yang satu dengan yang lain di dalam suatu areal atau wilayah, tanpa
memperhatikan apakah bahasa itu berkerabat secara genetik atau tidak.
Sifat dari klasifikasi ini antara lain arbitrer karena dalam kontak sejarah
bahasa-bahasa itu memberikan pengaruh timbal balik dalam hal-hal tertentu yang
terbatas. Juga bersifat ekshautik, sebab masih banyak bahasa-bahasa di dunia ini
yang masih bersifat tertutup dalam arti belum menerima unsur-unsur luar. Bersifat
nonunik, sebab ada kemungkinan sebuah bahasa dapat masuk dalam kelompok
tertentu dan dapat pula masuk ke kelompok lainnya lagi.
d. Klasifikasi Sosiolinguistik
Klasifikasi sosiolinguistik dilakukan berdasarkan hubungan antara bahasa
dengan faktor-faktor yang berlaku dalam masyarakat, tepatnya berdasarkan status,
fungsi, penilaian yang diberikan masyarakat terhadap bahasa itu.
e. Bahasa Tulis dan Sistem Aksara
Bahasa lisan adalah primer sedangkan bahasa tulis dan sekunder. Ada
perbedaan antara bahasa tulis dengan bahasa lisan. Bahasa tulis bukanlah bahasa
lisan yang dituliskan melainkan dibuat dengan pertimbangan dan pemikiran, sebab
kalau terjadi kesalahan, bahasa tulis tidak bisa secara langsung diperbaiki. Berbeda
dengan bahasa lisan, setiap kesalahan bisa segera diperbaiki. Lagi pula bahasa lisan
sangat dibantu oleh intonasi, tekanan, mimik, dan gerak-gerik si pembicara.