Post on 10-Mar-2019
NILAI KONSERVASI RAGAM USAHA WISATA ALAM DI
PULAU PRAMUKA KABUPATEN ADMINISTRASI
KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA
CAHYA WIRATAMA
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Konservasi
Ragam Usaha Wisata Alam di Pulau Pramuka Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu DKI Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Cahya Wiratama
NIM E34070062
ABSTRAK
CAHYA WIRATAMA. Nilai Konservasi Ragam Usaha Wisata Alam di Pulau
Pramuka Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Dibimbing oleh
EVA RACHMAWATI dan ARZYANA SUNKAR.
Pulau Pramuka merupakan pulau kecil dengan sumber daya alam yang
terbatas namun berperan sebagai daerah penyangga Taman Nasional Kepulauan
Seribu (TNKpS). Pulau Pramuka adalah pulau permukiman yang juga merupakan
persinggahan wisatawan ke TNKpS. Meningkatnya kegiatan wisata telah
berdampak pada perkembangan usaha wisata di pulau ini yang juga
memanfaatkan sumberdaya alam TNKpS. Oleh karena itu, diperlukan kajian
terhadap nilai konservasi usaha wisata di Pulau Pramuka. Kegiatan yang
dilakukan dalam pengumpulan data meliputi wawancara, observasi partisipatif
serta studi pustaka. Studi ini menunjukkan bahwa jenis usaha penyewaan perahu
mendominasi usaha jasa wisata sementara untuk perkembangan usaha sarana,
didominasi usaha penyedia penginapan, yang merupakan usaha wisata yang
banyak berkembang di pulau. Sumber daya alam yang utama digunakan oleh
usaha wisata adalah terumbu karang. Secara keseluruhan, usaha yang
berhubungan dengan wisata yang telah mendukung ekologi Pulau Pramuka serta
memiliki nilai-nilai konservasi adalah: usaha perjalanan wisata, pemandu wisata,
souvenir, penyedia jasa transplantasi terumbu karang dan penjual bibit mangrove.
Usaha wisata ini sangat bergantung pada sumber daya TNKpS.
Kata kunci: daerah penyangga, nilai konservasi, Pulau Pramuka, usaha wisata
ABSTRACT
CAHYA WIRATAMA. Conservation Value of Nature Tourism Businesses at
Pramuka Island of Thousand Islands District Administration Jakarta. Supervised
by EVA RACHMAWATI and ARZYANA SUNKAR.
Pramuka Island is a small island that has limited natural resources and act as
a buffer area of Thousand Islands National Park (TNKpS). Any tourist activity has
had an impact on developments in the business of tourism. Therefore, in such
case, it is necessary to have conservation added value for tourism business in
small islands with limited resources to support natural resources sustainability.
Data collection was performed through interviews, participant observation as well
as literature studies. This study showed that the type of services within the tourism
business that were mainly developed was boat rental business while for growth of
infrastructures, was dominated by lodgings, which actually is the fast growing
tourism business within the island. Natural resources that are mostly utilized by
these businesses were coral reefs. As a whole, tourism-related businesses that
supports the ecology of Pramuka Island, hence has conservation values attached to
them were: travel services, tour guides, souvenirs, transplantation of coral reefs
and mangrove seedlings. These tourism business rely heavily on the resources of
the TNKpS
Key word : buffer zone, conservation value, Pramuka Island, tourism business.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata
NILAI KONSERVASI RAGAM USAHA WISATA ALAM DI
PULAU PRAMUKA KABUPATEN ADMINISTRASI
KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA
CAHYA WIRATAMA
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Nilai Konservasi Ragam Usaha Wisata Alam di Pulau Pramuka
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta
Nama : Cahya Wiratama
NIM : E34070062
Disetujui oleh
Eva Rachmawati, SHut, MSi
Pembimbing I
Dr Ir Arzyana Sunkar, MSc
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2012 ini ialah wisata
alam bahari, dengan judul Nilai Konservasi Ragam Usaha Wisata Alam di Pulau
Pramuka Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eva Rachmawati, SHut, MSi
dan Ibu Dr Ir Arzyana Sunkar, MSc selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan, motivasi, & bimbingan untuk penyempurnaan penulisan
skripsi. Penulis juga sampaikan penghargaan kepada seluruh staf Balai Taman
Nasional Kepulauan Seribu khususnya wilayah SPTN III Pulau Pramuka dan Staf
Kelurahan Pulau Panggang serta masyarakat Pulau Pramuka yang membantu
dalam pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya sertas keluarga
besar Himakova yang terus memberi semangat.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Cahya Wiratama
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE
Lokasi dan Waktu 2
Alat 3
Batasan Pengertian 4
Jenis Data 4
Metode Pengumpulan Data 5
Analisis Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ragam Usaha Wisata Alam di Pulau Pramuka 8
Jenis Sumber Daya Alam Pada Tiap Jenis Usaha Wisata 12
Nilai Konservasi Usaha Wisata Alam Pulau Pramuka 14
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan 18
Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19
LAMPIRAN 22
DAFTAR TABEL
1 Jenis data yang dikumpulkan 4
2 Sebaran usaha pendukung pariwisata di Pulau Pramuka 8
3 Ragam dan jumlah jenis usaha wisata alam di Pulau Pramuka 10
4 Penggunaan sumber daya alam pada usaha wisata Pulau Pramuka 12
5 Nilai konservasi usaha wisata alam di Pulau Pramuka 15
6 Daya dukung wilayah berdasarkan potensi ekologis pengunjung (K)
dan luas area kegiatan (Lt) 17
DAFTAR GAMBAR
1 Letak Pulau Pramuka terhadap kawasan TNKpS 3
2 Penentuan responden pemilik usaha wisata 5
3 Jumlah wisatawan pada kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu 9
4 Tujuan kunjungan wisatawan di Pulau Pramuka 9
5 Usaha penginapan yang ada di Pulau Pramuka 11
6 Lama kunjungan wisatawan di Pulau Pramuka 11
7 Pengaturan perjalanan wisatawan Pulau Pramuka 11
8 Frekuensi kunjungan wisatawan ke Pulau Pramuka 12
9 (a) Keindahan terumbu karang untuk kegiatan wisata, (b) Karang mati
untuk pondasi bangunan 13
10 Penggunaan lahan pulau, (a) untuk penginapan (b) rumah makan 13
11 Papan petunjuk snorkeling dan diving ramah lingkungan 18
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagai satu-satunya taman nasional di ibukota negara, Taman Nasional
Kepulauan Seribu (TNKpS) memiliki fungsi konservasi keanekaragaman hayati
dengan keragaman ekosistemnya terutama mangrove dan terumbu karang sebagai
habitat berbagai jenis burung dan biota air. Sebesar 99,96% wilayah TNKpS
adalah perairan dan secara keseluruhan menjadi bagian dari Kepulauan Seribu
yang merupakan daerah tujuan wisata Provinsi DKI Jakarta. Kemudahan akses
dan daya tarik wisatanya yang berbeda dengan daerah wisata lain di wilayah
Jakarta dan sekitarnya (Setiyanti 2011), meningkatkan peluang pengembangan
wisata di wilayah ini. Sebaliknya, pengembangan pariwisata dapat juga
meningkatkan tekanan terhadap keberlanjutan fungsi ekosistem (Mujiyanti et. al.
2002).
Salah satu tekanan terhadap sumber daya alam TNKpS adalah rusaknya
ekosistem hutan mangrove di sekitar Pulau Pramuka yang sangat penting dalam
menjaga keutuhan ekosistem pantai dan terumbu karang TNKpS. Letak Pulau
Pramuka yang berbatasan dengan perairan TNKpS, menjadikannya bukan bagian
dari kawasan konservasi namun perannya sebagai zona penyangga sangat penting
dalam menjaga kelestarian TNKpS. Pulau Pramuka merupakan tempat
persinggahan wisatawan ke TNKpS sehingga pembangunan di wilayah ini cukup
signifikan. Selama tahun 2005 - 2011, setiap tahunnya berdiri sekitar sembilan
penginapan (Setiyanti 2011). Selain itu, keberadaan wisatawan yang
membutuhkan kegiatan pelayanan wisata turut mempengaruhi berkembangannya
usaha wisata lainnya di pulau ini.
Suatu usaha wisata alam tentunya membutuhkan sumber daya alam dalam
pelaksanaannya sehingga akan meningkatkan tekanan terhadap pemanfaatannya
(Afadlal et. al. 2011). Ife dan Tesoriero (2008) menyatakan bahwa usaha wisata
alam dapat dilakukan melalui berbagai strategi pemanfaatan sumber daya alam
dan mengandalkan pada kemampuan lokal sehingga berdampak pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat lokal dan dapat dimanfaatkan untuk mendorong upaya
konservasi. Wisata alam adalah kegiatan yang memadukan pembangunan
ekonomi masyarakat dengan konservasi (Sherman dan Dixon 1991).
Sebagai penyangga kawasan konservasi, maka Pulau Pramuka selayaknya
mampu menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi dan ekologi. Nilai
ekonomi pengembangan wisata alam di Pulau Pramuka telah banyak dikaji,
sebagai contoh oleh Triutami (2009) dan Prasetio (2011), namun kajian terhadap
nilai ekologis usaha wisata alam di Pulau Pramuka belum pernah dilakukan. Oleh
karena itu kajian terhadap nilai – nilai konservasi dalam usaha wisata alam di
Pulau Pramuka perlu dilakukan. Nilai konservasi suatu usaha wisata adalah nilai
manfaat usaha wisata tersebut untuk kepentingan konservasi yang berdampak bagi
kelestarian lingkungan. Hal ini dapat dilakukan melalui kajian mengenai: 1) jenis
usaha wisata alam; 2) sumber daya alam yang digunakan; serta 3) nilai
perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang berkelanjutan yang dimiliki oleh
setiap usaha.
2
Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menentukan nilai konservasi
berbagai jenis usaha wisata alam di Pulau Pramuka melalui:
1. Identifikasi jenis usaha wisata alam.
2. Identifikasi jenis sumber daya alam yang digunakan dalam setiap jenis usaha
wisata alam.
3. Identifikasi nilai perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan sumber daya
alam yang berkelanjutan dari setiap usaha wisata alam.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan
usaha wisata alam yang berbasis konservasi serta meningkatkan upaya kerjasama
antara pengelola kawasan konservasi dengan masyarakat setempat sehingga
meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat dalam konservasi kawasan.
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Pulau Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang,
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu,
DKI Jakarta (Gambar 1). Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei -Juni 2012 dan
24 - 30 Juni 2013.
Pulau Pramuka merupakan pulau permukiman yang berperan sebagai
daerah penyangga TNKpS dengan luas daratan sebesar 16 ha. Luasan tersebut
menurut Delinom (2007) dikategorikan sebagai pulau sangat kecil.
Pulau Pramuka terdiri dari ekosistem pantai, bakau, lamun, dan terumbu
karang. Untuk jenis tumbuhan, Pulau Pramuka ditumbuhi jenis lamun (seagrass)
seperti thalasia dan enhalus, dan ganggang laut/ algae/rumput laut (seaweed)
seperti Halimeda, Sargassum dan Caulerpa. Jenis-jenis tumbuhan darat yang
banyak ditemukan antara lain adalah Mengkudu (Morinda citrifolia), Ketapang
(Terminalia catappa), Butun (Baringtonia asiatica), Sukun (Artocarpus atilis),
Pandan Laut (Pandanus tectorius), Sentigi (Pemphis acidula), dan Cemara Laut
(Casuarina equisetifolia). Selain itu, terdiri dari ekosistem mangrove yang di
dominasi oleh jenis-jenis Bakau (Rhizophora sp.), Api-api (Avicenia sp.),
Tancang (Bruguiera sp.), Temu dan Prepat (Sonneratia sp.).
Terumbu karang di kawasan perairan ini membentuk ekosistem khas
daerah tropik, pulau-pulaunya dikelilingi terumbu karang tepian (fringing reef)
dengan kedalaman 1-20 meter. Jenis ikan hias yang banyak ditemukan
diantaranya adalah jenis-jenis yang termasuk dalam famili Chaetodontidae,
Apogonidaen dan Pomancanthidae, sedangkan jenis ikan untuk tujuan konsumsi
yang bernilai ekonomis tinggi antara lain adalah baronang (Family Siganidae),
ekor kuning (Family Caesiodiae), kerapu (Family Serranidae) dan tongkol
(Eutynus sp.).
3
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera, dan
panduan wawancara (Lampiran 1).
Gambar 1 Letak Pulau Pramuka terhadap kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu.
Pulau
Pramuka
4
Batasan Pengertian
Pengertian tentang jenis usaha wisata mengacu pada Permenhut
No.4/Menhhut-II/2012 tentang Perubahan Atas Permenhut No. 48/Menhut-
II/2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman
Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.
Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan (Tabel 1) meliputi jenis dan jumlah usaha
wisata, jenis penggunaan sumber daya alam oleh usaha wisata, kegiatan
konservasi yang dilakukan usaha wisata, aktivitas wisatawan, dan lokasi
penelitian.
Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan
No.
Parameter
Variabel
Metode
pengumpulan
data
1. Jenis usaha Jumlah usaha penyedia jasa wisata alam :
- usaha penyedia makanan dan minuman
- usaha transportasi
- usaha pramuwisata
- usaha perjalanan wisata
- usaha cinderamata
Jumlah usaha sarana wisata alam :
- usaha penginapan
- usaha wisata tirta
- usaha sarana transportasi
Studi pustaka
Wawancara
2. Jenis
penggunaan
sumber daya
alam pada
usaha wisata
Jenis sumber daya alam yang digunakan
Lokasi memperoleh sumber daya alam
Bentuk pemanfaatan langsung/tidak langsung
sumber daya alam di TNKpS
Lokasi wisata bahari di TNKpS
Wawancara
dan observasi
partisipatif
3. Kegiatan
konservasi
pada usaha
wisata
Adanya kegiatan usaha wisata alam dalam
mendukung upaya konservasi :
- kegiatan melindungi obyek daya tarik wisata
- kegiatan memelihara sumber daya air
- kegiatan kerjasama antar usaha
- pembatasan waktu pada kegiatan wisata
- kegiatan pengelolaan limbah
- kegiatan perkembangbiakan biota laut
- kegiatan pendidikan konservasi dalam wisata
- kegiatan rehabilitasi terumbu karang
- kegiatan rehabilitasi mangrove
- penggunaan area snorkeling dan diving
- program karang asuh
- pembatasan wisatawan pada obyek wisata
- kegiatan jual-beli biota laut atau produk
turunannya
Wawancara,
observasi
partisipatif dan
Studi pustaka
4. Wisatawan - Kegiatan yang dilakukan
- Lama kunjungan
- Persepsi pada daya tarik wisata
Kuisioner
5. Lokasi studi Letak dan luas kawasan Studi pustaka
5
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data meliputi studi pustaka, wawancara, serta
observasi (termasuk observasi partisipatif).
A. Studi pustaka
Data diperoleh dari berbagai sumber yaitu laporan, dokumen, buku, buletin,
website, jurnal ilmiah, skripsi atau tesis yang menunjang berkaitan dengan
penelitian.
B. Wawancara
Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh data dan informasi dari
pihak pengelola dan usaha wisata di Pulau Pramuka. Pemilihan narasumber
dilakukan sebagai berikut :
1) Wawancara dengan pemerintah kabupaten dan pengelola Balai TNKpS.
Narasumber yang diwawancarai adalah :
a. Kepala seksi perekonomian Kelurahan Pulau Panggang, yang
bertanggungjawab terhadap pengurusan seluruh kegiatan usaha masyarakat
di Kelurahan Pulau Panggang;
b. Kepala Sudin Pariwisata Kab. Kepulauan Seribu, yang bertanggungjawab
terhadap pengurusan kegiatan wisata dan usaha wisata yang dikelola oleh
masyarakat di Kep. Seribu khususnya di Pulau Pramuka; dan
c. Pengelola TNKpS yaitu Kepala SPTN III Pulau Pramuka, yang wilayah
pengelolaannya dimanfaatkan untuk aktivitas wisata.
2) Wawancara dengan pemilik usaha wisata & pengunjung
Pemilik usaha wisata alam Pulau Pramuka dilaksanakan secara individu dan
kelompok. Usaha yang bersifat individu tidak banyak berkembang, untuk setiap
jenisnya hanya dimiliki satu orang. Jika kepemilikan usaha yang bersifat
kelompok telah memiliki kesepakatan dalam bentuk peraturan bersama yaitu :
kesetaraan dalam penawaran harga, bentuk pelayanan kegiatan usaha, dan
penggunaan sumber daya alam, sehingga dilakukan sensus dengan jumlah satu
orang dari setiap jenis usaha wisata yang bersifat kelompok (Gambar 3).
Gambar 2 Penentuan responden pemilik usaha wisata
Pelaku
usaha wisata
Jasa
wisata alam
Sarana
wisata alam
Individu Kelompok
Sarana
transportasi
Sarana
penginapan Jasa
makanan /
minuman
Jasa
pramuwisata
Jasa
cinderamata
Sarana
wisata
tirta
Jasa
perjalanan
wisata
Jasa
transportasi
Kesamaan
penawaran harga
Pelayanan
kegiatan usaha
Penggunaan
sumber daya alam
Ketentuan yang
disepakati bersama
Jumlah tiap usaha
wisata heterogen
Homogen
Stratified
random sampling
6
Wawancara juga dilakukan dengan wisatawan Pulau Pramuka menggunakan
kuisioner. Jumlah responden yang diambil sebanyak 30 orang yang merupakan
wisatawan yang datang sendiri atau rombongan. Responden yang berasal dari
rombongan adalah ketua rombongan atau orang yang ditunjuk oleh rombongan
untuk mewakili.
C. Observasi
Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi secara
langsung mengenai lokasi obyek wisata bahari di TNKpS dan kegiatan konservasi
yang dilakukan serta penggunaan sumber daya alam pada tiap usaha wisata.
Observasi partisipatif dilakukan dengan mengikuti kegiatan usaha wisata jasa
transportasi, pramuwisata, wisata tirta, dan perjalanan wisata yang dilakukan pada
hari libur/saat musim kunjungan dan usaha sarana penginapan, transportasi,
cinderamata yang dilakukan pada hari biasa/bukan hari libur.
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan deskriptif.
Data dan informasi yang telah dikumpulkan diringkas dalam bentuk tabel dan
presentasi grafis untuk mengidentifikasi nilai konservasi pada setiap usaha wisata.
Keragaman jenis usaha wisata
Data dan informasi usaha wisata di Pulau Pramuka disajikan dalam bentuk
tabulasi kemudian di analisis secara deskriptif berdasarkan usaha sarana dan jasa
wisata serta jumlah tiap usaha wisata, penggunaan sumber daya alam pada usaha
wisata dilihat dari lokasi dalam memperoleh sumber daya dan adanya partisipasi
dari usaha wisata pada kegiatan konservasi.
Preferensi wisatawan Pulau Pramuka
Aktivitas wisatawan dianalisis dengan analisis secara deskriptif kualitatif
dengan melihat pada kegiatan yang dilakukan, lama berkunjung, persepsi pada
kondisi daya tarik wisata. Hasil dari analisis ini digunakan sebagai mendukung
adanya keragaman usaha wisata di Pulau Pramuka.
Nilai konsevasi pada usaha wisata
Nilai konservasi pada usaha wisata disajikan dalam bentuk tabulasi yang
kemudian di analisis secara deskriptif kualitatif berdasarkan kegiatan usaha
wisata yang berpengaruh pada kawasan TNKpS, upaya usaha wisata dalam
melestarikan kawasan TNKpS, tempat dalam melakukan usaha wisata, pihak lain
yang terlibat dalam melakukan konservasi.
Kegiatan yang meliputi konservasi sumber daya alam mengacu pada UU
No. 5 / 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan
PP No. 28 / 2011 tentang pengelolaan kawasan suaka alam & kawasan pelestarian
alam, yaitu:
A. Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan
1. Terjaminnya proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari
flora, fauna, dan ekosistemnya;
2. Menjaga, mencegah, dan membatasi kegiatan yang dapat mengakibatkan
perubahan keutuhan potensi dan kawasan serta perubahan fungsi kawasan,
baik yang disebabkan oleh manusia, ternak, kebakaran, alam, spesies
invasif, hama, dan penyakit;
7
3. Menjaga hak negara, masyarakat, dan perorangan atas potensi, kawasan,
ekosistem, investasi, dan perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan
taman nasional;
4. Menjamin keutuhan potensi, kawasan, dan fungsi kawasan
B. Pengawetan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan dan Satwa beserta Ekosistem
1. Pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa beserta habitatnya
a) Pemantauan
b) Pembinaan habitat dan populasi
c) Penyelamatan jenis
d) Penelitian dan pengembangan.
2. Pemulihan ekosistem
a) Mekanisme alam yang dilakukan dengan menjaga dan melindungi
ekosistem agar proses pemulihan ekosistem dapat berlangsung secara
alami.
b) Rehabilitasi yang dilakukan melalui kegiatan penanaman atau
pengkayaan jenis dengan jenis flora/fauna asli atau pernah tumbuh
secara alami
c) Restorasi yang dilakukan melalui kegiatan pemeliharaan, perlindungan,
penanaman, pengkayaan jenis tumbuhan dan satwa liar, atau
pelepasliaran satwa liar hasil penangkaran atau relokasi satwa liar dari
lokasi lain.
3. Penetapan koridor hidupan liar
a) Mencegah terjadinya konflik kepentingan antara manusia dan hidupan
liar
b) Melakukan kerjasama para unit pengelola kawasan atau para pihak
pemangku kawasan/wilayah yang dihubungkan oleh koridor hidupan
liar.
c) Menentukan wilayah/jalur tumbuhan dilindungi dan satwa liar
4. Penutupan kawasan
Melakukan penghentian kegiatan tertentu dan/atau menutup kawasan
sebagian atau seluruhnya untuk jangka waktu tertentu.
C. Pemanfaatan Secara Lestari Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
1. Pemanfaatan kondisi lingkungan
2. Pendidikan dan peningkatan penyadartahuan tentang konservasi alam
3. Pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar
4. Pemanfaatan hasil laut dan budidaya tradisional
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ragam Usaha Wisata Alam di Pulau Pramuka
Sejalan dengan potensi wisata di kawasan TNKpS, usaha wisata di Pulau
Pramuka tumbuh dan berkembang (Tabel 2) dilatarbelakangi oleh adanya potensi
Pulau Pramuka dalam wisata bahari berupa kegiatan memancing dan menyelam,
sebagaimana pernyataan salah satu narasumber bahwa :
“Sebelum tahun 2004 kegiatan wisata hanya melingkupi kegiatan selam dan
memancing yang dilakukan hanya pada kalangan terbatas (terkait masalah
sarana wisata). Selain itu, dalam hal sarana wisata hanya ada penginapan milik
TNKpS dan VDM”. (Mky, pemilik biro perjalanan, komunikasi pribadi 10 Mei
2012).
Hal ini sesuai dengan pendapat Kusrini et. al. (2013) bahwa kegiatan wisata
berupa olahraga air (menyelam/snorkeling) dan memancing merupakan kegiatan
yang banyak berkembang dalam wisata bahari. Adanya kegiatan wisata tersebut
akan mempengaruhi berkembangnya jenis usaha wisata lainnya, sebagainya
terjadi di Pulau Pramuka. Perkembangan usaha wisata alam di Pulau Pramuka
diawali dengan hadirnya tour operator “Elang Ekowisata”, yang dalam
pelaksanaannya menawarkan paket wisata bahari dan bekerjasama dengan pihak
Balai TNKpS selaku pengelola kawasan perairan laut di sekitar Pulau Pramuka
dalam penyewaan alat selam dan snorkeling (masyarakat belum memiliki modal
untuk membeli alat). Paket ini memberikan agenda kegiatan berwisata bahari
selama satu malam sehingga memunculkan jenis usaha pendukung berupa sarana
penginapan yang berkembang pesat (Tabel 2). Tabel 2 juga menunjukkan sebaran
usaha pendukung pariwisata di Pulau Pramuka.
Pengembangan usaha wisata tidak terlepas dari keberadaan wisatawan
(Gambar 3). Waskito (2013) menyatakan bahwa ragam usaha wisata juga
didorong oleh peningkatan jumlah wisatawan. Informasi mengenai preferensi
wisatawan sebagai pengguna dari produk dan jasa wisata sangat diperlukan
sebagai tolak ukur jenis usaha yang dapat dikembangkan. PUSPAR UGM (2000)
dalam Fandeli (2001), preferensi wisatawan dapat dipergunakan sebagai bahan
dalam menentukan arah pengembangan seluruh komponen wisata baik produk
maupun pasar wisata.
Tabel 2 Sebaran usaha pendukung pariwisata di Pulau Pramuka
Jenis Usaha 2004 2010
Warung makan 5 10
Pedagang souvenir - 4
Jasa transportasi laut 8 15
Jasa penginapan - 40
Penyewaan alat snorkeling & selam - 5
Pemanduan (guide) 4 12
Penjual makanan khas - 3
Budidaya perikanan - 20 Sumber: Profil Kelurahan Pulau Panggang 2010 dan dalam Prasetio (2011)
9
Gambar 3 dan 4 dapat menegaskan adanya korelasi antara ragam usaha
wisata dengan jumlah wisatawan dan tujuan utama kunjungan yang akan
mempengaruhi pelayanan wisata Gambar 4 menunjukkan bahwa tujuan
kunjungan wisatawan terbesar ke Pulau Pramuka adalah ingin menikmati
keindahan bawah laut (snorkeling dan diving) sehingga wajar jika usaha wisata
yang paling cepat berkembang terkait dengan snorkeling.
Keberhasilan suatu kegiatan pariwisata sangat ditentukan oleh tingkat
kualitas pelayanan yang diberikan kepada wisatawan, karena kualitas pelayanan
berbanding lurus dengan kepuasan wisatawan. Jika kepuasan wisatawan terpenuhi
diharapkan apresiasi dalam upaya memperbaiki tata cara pelayanan dapat menjadi
lebih baik (Budiono 2004). Peningkatan pelayanan kepada wisatawan dilakukan
melalui pembangunan berbagai fasilitas wisata seperti pelayanan transportasi,
penginapan, makanan, hiburan, dan pelayanan lainnnya.
Sumber : Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (2012)
Gambar 3 Jumlah wisatawan pada kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu
Gambar 4 Tujuan kunjungan wisatawan di Pulau Pramuka.
0% 10% 20% 30% 40%
Menikmati keindahan bawah laut (diving,
snorkeling)
Menikmati keindahan alam (pulau, pantai,
laut)
Pengambilan gambar/photo/film/video
Pendidikan
Penelitian
Bisnis
36%
32%
20%
13%
4%
0%
Presentase
Tu
jua
n k
un
jun
ga
n
10
Permenhut No. 48/2010 pasal 5 membagi pelayanan usaha wisata alam
dibagi menjadi penyedia jasa dan sarana wisata alam. Usaha penyedian jasa
wisata alam meliputi : a) jasa makanan dan minuman; b) jasa pramuwisata; c) jasa
transportasi; d) jasa perjalanan wisata; e) jasa cinderamata dan usaha penyediaan
sarana wisata alam dapat meliputi : a) wisata tirta; b) penginapan; c) sarana
transportasi. Tabel 3 mentabulasikan kategori usaha wisata yang ada di Pulau
Pramuka.
Tabel 3 Ragam dan jumlah jenis usaha wisata alam di Pulau Pramuka
No. Jenis usaha wisata Jumlah tiap
usaha wisata
Persentase
tiap usaha
wisata
(%)
Total
dari usaha
wisata di
P. Pramuka
(%)
Penyediaan Jasa Wisata Alam
a. Jasa penjual makan dan
minuman
- Rumah makan
- Jasa Boga (Catering)
19
20
49
51
7
7,4
Jumlah 39(1) (2) (3)
100 `14,4
b. Jasa transportasi
- Kapal ojek
Muara Angke
- Kapal ojek antar pulau
- Kapal rental
13(1) (3)
11(1) (3)
40(2)
20
17
63
4,8
4
14,7
Jumlah 64 100 15,8
c. Jasa perjalanan wisata 18(1) (2)
100 6,6
d. Jasa pramuwisata
- Tour Guide
- Usaha pembudidaya
terumbu karang
- Penjual bibit mangrove
38(1) (2)
3(4)
1(3)
90
7
3
14
1,1
0,4
Jumlah 42 100 15,9
e. Jasa Cinderamata
- Makanan khas pulau
- Souvenir
3(2)
5(2) (3)
38
62
1,1
1,8
Jumlah 8 100 2,9
Penyediaan Sarana Wisata Alam
a. Usaha wisata tirta
- Rental alat selam
- Rental alat snorkeling
- Rental Kano
- Banana Boat
6(2) (3)
18(2)
2(2) (3)
2(2) (3)
21
64
7
7
2,2
6,6
0,7
0,7
Jumlah 28 100 8,8
b. Usaha penginapan 70(1) (3)
100 25,7
c. Sarana transportasi
- Rental sepeda
3(2) (3)
100
1,1
Jumlah Total 272 100 Sumber :
(1)Sudin Pariwisata Kab. Kepulauan Seribu (2012),
(2)Seksi Perekonomian Kel. P.
Panggang (2010) dan (3)
Observasi lapang, (4)
BTNKpS (2012).
11
Kemampuan masyarakat untuk mengisi sejumlah pekerjaan yang diperlukan
dalam menunjang kegiatan wisata bahari di Pulau Pramuka ditunjukkan oleh
beragamnya jenis usaha wisata di Pulau Pramuka. Tabel 3 menunjukkan bahwa
kategori usaha jasa transportasi yang paling dominan adalah usaha kapal rental
(63%); kategori usaha wisata tirta didominasi usaha rental alat snorkeling (64%)
dan usaha penjualan makanan dan minuman didominasi oleh usaha jasa boga
(catering) (51%). Secara keseluruhan, usaha wisata alam yang paling banyak
dijumpai di Pulau Pramuka adalah usaha penginapan sebesar yaitu 25,7% karena
jenis usaha ini tidak membutuhkan banyak persiapan. Pemilik hanya membangun
di lahannya (Gambar 5) dan menunggu wisatawan. Usaha ini memberikan
keuntungan antara Rp 350.000 – Rp 500.000 per malam setiap penyewaan.
Perkembangan usaha penginapan dan jasa boga dan penginapan di Pulau
Pramuka sejalan dengan lama kunjungan sebagian besar wisatawan ke Pulau
Pramuka yaitu 2 hari 1 malam (Gambar 6) dan perkembangan jenis usaha wisata
yang ada di Pulau Pramuka.
Perkembangan usaha wisata lainnya yaitu tour operator dipengaruhi oleh
kedatangan wisatawan ke Pulau Pramuka. Wisatawan yang datang ke Pulau
Pramuka lebih mempercayakan perjalanan wisatanya kepada biro perjalanan
(Gambar 7) karena 54% wisatawan yang berkunjung termasuk first-time (baru
pertama kali melakukan kunjungan) (Gambar 8). Wisatawan biasanya datang dan
ingin menerima pelayanan tanpa harus mengurus lagi hal-hal terkait wisata seperti
mencari penginapan, tempat makan dan kapal wisata.
Gambar 6 Lama kunjungan wisatawan di Pulau Pramuka
0% 20% 40% 60% 80%
2 hari 1 malam
3 hari 2 malam
lebih dari 3 hari 2 malam
1 hari
63%
23%
7%
3%
Persentase
Wa
ktu
Gambar 7 Pengaturan perjalanan wisatawan Pulau Pramuka
0% 20% 40% 60% 80%
Tour operator
Sendiri
Keluarga
73%
23%
3%
Persentase
Pen
gat
ura
n
kunju
ngan
Gambar 5 Usaha penginapan yang ada di Pulau Pramuka
12
Jenis Sumber Daya Alam Pada Tiap Jenis Usaha Wisata
Sumber daya alam dan masyarakat adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari wisata alam. Terlebih lagi daerah penyangga kawasan konservasi harus
mampu meningkatkan potensi manfaat jasa lingkungan dan nilai ekonomi yang
masih bergantung pada keberadaan potensi sumber daya taman nasional (Bismark
dan Sawitri 2007). Sesuai dengan pernyataan Zuhriana et. al. (2013), usaha wisata
disarankan untuk dapat memanfaatkan potensi yang ada di daerahnya, baik
potensi sumber daya alam maupun potensi pengetahuan dan keterampilan
masyarakatnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha wisata alam di Pulau
Pramuka dalam pelaksanaannya sangat bergantung kepada sumber daya alam
hayati yang ada di dalam kawasan TNKpS. Usaha wisata alam di Pulau Pramuka
sangat mengandalkan eksotisme terumbu karang, beserta panorama laut dan
pantai, serta kuliner laut seperti ikan, cumi-cumi, dan udang yang semuanya
berasal dari perairan TNKpS (Tabel 4) maupun perairan sekitarnya (Gambar 9).
Gambar 8 Frekuensi kunjungan wisatawan ke Pulau Pramuka
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
Pertama kali
Lebih tiga kali
Kedua kali
Ketiga kali
54%
20%
13%
13%
Persentase
Kunju
ngan
ke-
Tabel 4 Penggunaan sumber daya alam pada usaha wisata Pulau Pramuka
No. Jenis usaha wisata Jenis
sumber daya alam
Ket.
TNKpS Diluar
TNKpS
Penyediaan Jasa Wisata Alam
a. Jasa makan dan minuman
Rumah makan Ikan, udang, cumi-cumi, lahan
dan air tanah pulau, bahan
sayur mayur
V V Catering
b. Jasa transportasi
- Kapal ojek
- Kapal antar pulau
- Kapal rental
Perairan kepulauan seribu V
c. Jasa perjalanan wisata Lahan dan terumbu karang V V
d. Jasa Pramuwisata
Tour Guide Terumbu karang V
Usaha pembudidaya
terumbu karang Terumbu karang dan air laut V
Penjual bibit mangrove Lahan pulau, pasir laut, bibit
mangrove V
e. Jasa Cinderamata
Makanan khas pulau Ikan, udang, cumi-cumi,
rumput laut, sukun V V
Souvenir Lahan, pasir laut dan cangkang
kerang-kerangan V V
13
Penggunaan sumber daya alam (Gambar 10) oleh usaha wisata di kawasan
TNKpS pada dasarnya dibatasi oleh daya dukung sumber daya alam untuk
memenuhi kebutuhan usaha tersebut. Berdasarkan penelitian Azizy (2009), lahan
perikanan (sumber ekosistem terumbu karang dan perairan Pulau Pramuka dan
Gosong Pramuka) mempunyai daya dukung sebesar 2929 orang. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa ketersediaan lahan perairan yang masih memungkinkan bisa
memproduksi hasil perikanan tanpa harus merusak lingkungan dan ekosistem
pesisir dan laut, masih mampu mensubsidi sebanyak 2929 orang dengan ikan
sebagai bahan pangan utamanya.
Gambar 10 Hasil laut tangkapan nelayan
Tabel 4 Penggunaan sumber daya alam pada usaha wisata Pulau Pramuka (lanjutan)
No. Jenis usaha wisata Jenis
sumber daya alam
Ket.
TNKp
S
Diluar
TNKpS
Penyediaan Sarana Wisata Alam
f. Usaha wisata tirta
Rental alat selam Terumbu karang,
keanekaragaman jenis ikan
V
Rental alat snorkeling V
Rental Kano Permukaan air laut sekitar
Pulau Pramuka V
Banana Boat Perairan sekitar Pulau
Pramuka V
g. Penginapan Pasir laut dan lahan V V
h. Rental Sepeda Lahan V
(a) (b)
Gambar 9 (a) Keindahan terumbu karang untuk kegiatan wisata;
(b) Keindahan pemandangan pantai dan laut
14
Usaha wisata yang ada di Pulau Pramuka memiliki tujuan untuk
meningkatkan pemanfaatan keindahan alam dan keanekaragaman hayati yang
terdapat di TNKpS. Sejalan dengan hal tersebut menurut Wahyudin (2004a) dan
Biggs et. al. (2012), adanya kegiatan wisata bahari sangat terkait erat dengan
ketersediaan sumber daya alam sebagai bagian terpenting yang harus dipelihara
keberlanjutannya sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa usaha dalam wisata
alam yang memanfaatkan wilayah pesisir dan laut merupakan salah satu kegiatan
yang dapat saling berkaitan dan berkorelasi positif dengan upaya konservasi
sumber daya pesisir dan laut.
Nilai Konservasi Usaha Wisata Alam Pulau Pramuka
Undang – Undang No. 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil menyebutkan bahwa wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
merupakan sumber daya alam yang perlu dijaga kelestariaannya dan dimanfaatkan
untuk kemakmuran rakyat. Wahyudin (2004b), Friliyantin (2009), Sproule (1996)
diacu dalam Zuhriana et. al. (2013) dan Kusrini et. al. (2013) menyimpulkan
bahwa usaha wisata bahari akan tumbuh dan berkembang secara optimal dan
memberikan dampak pada peningkatan ekonomi masyarakat lokal seiring dengan
pelestarian lingkungan pulau kecil dan sekitarnya. Berbagai kasus keberhasilan
wisata yang mampu memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal
sehingga turut melestarikan kawasan konservasi terjadi dikawasan Taman Wisata
Perairan Padaido, dimana masyarakat di kawasan ini memiliki kesadaran untuk
menjaga kelestarian terumbu karang karena sumber daya alam ini mampu
memberikan manfaat ekonomi yang besar baik bagi masyarakat lokal dan
ekonomi wilayah dilihat dari pola pemanfaatan perikanan berkelanjutan dan
wisata berbasis konservasi (Syariah 2011, Panos 1995 dalam Sugiarti 2000).
Kegiatan usaha wisata alam di Pulau Pramuka yang memanfaatkan sumber
daya alam sekitar akan mempengaruhi kelestarian sumber daya alam yang
dimanfaatkan. Pemanfaatan sumber daya alam tersebut akan memiliki setidaknya
1 dari 3 nilai konservasi sebagaimana dijelaskan pada Tabel 5. Nilai konservasi
tersebut yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
15
Tabel 5 Nilai konservasi usaha wisata alam di Pulau Pramuka
No. Jenis Usaha Wisata Alam
Perlindungan
sistem
penyangga
kehidupan
Pengawetan
keanekaragaman
jenis tumbuhan
dan satwa
beserta
ekosistemnya
Pemanfaatan
secara lestari
sumber daya
alam hayati
dan
ekosistemnya
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
a. Jasa penjual makan dan minuman
Rumah makan
V
Jasa Boga (Catering)
V
V
b. Jasa transportasi
Kapal ojek muara angke
V
Kapal ojek antar pulau
V V
V
V
Kapal rental
V
V
c. Jasa perjalanan wisata
Biro perjalanan
V V
V
V V
d. Jasa pramuwisata
Tour Guide
V V
V
V V
Usaha pembudidaya terumbu
karang V V
V
V V
Penyediaan bibit mangrove V V V
V
V
e. Jasa cinderamata
Makanan khas pulau
V
Souvenir
V
V
V
f. Usaha wisata tirta
Rental alat selam
V
V
Rental alat snorkeling
V
V
Rental kano
V
Banana boat
V
g. Penginapan
V
h. Usaha transportasi
Rental sepeda
V
A. Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan
1. Terjaminnya proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari flora, fauna, dan
ekosistemnya;
2. Menjaga hak negara, masyarakat, dan perorangan atas potensi, kawasan, ekosistem, investasi, dan
perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan taman nasional;
3. Menjaga, mencegah, dan membatasi kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan
potensi dan kawasan serta perubahan fungsi kawasan, baik yang disebabkan oleh manusia, alam,
spesies invasif, hama, dan penyakit;
4. Menjamin keutuhan potensi, kawasan, dan fungsi kawasan
B. Pengawetan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan dan Satwa beserta Ekosistem
1. Pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa beserta habitatnya
2. Pemulihan ekosistem
3. Penetapan koridor hidupan liar
4. Penutupan kawasan
C. Pemanfaatan Secara Lestari Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
1. Pemanfaatan kondisi lingkungan
2. Pendidikan dan peningkatan penyadartahuan tentang konservasi alam
3. Pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar
4. Pemanfaatan hasil laut dan budidaya tradisional
16
Tabel 5 menunjukkan bahwa usaha wisata alam di Pulau Pramuka yang
memiliki nilai perlindungan sistem penyangga kehidupan didominasi oleh
menjaga hak negara, masyarakat, dan perorangan atas potensi, kawasan,
ekosistem, investasi, dan perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan taman
nasional yang dilakukan dengan adanya kerjasama antar pemilik usaha wisata
dengan pengelola kawasan TNKpS. Kegiatan ini dilakukan melalui paket – paket
wisata terkait kegiatan konservasi di TNKpS serta dipengaruhi oleh keingintahuan
wisatawan mengenai biota laut yang dilindungi seperti penyu sisik dan menanam
mangrove. Paket - paket wisata yang ditawarkan secara langsung mengajak
wisatawan untuk ikut melestarikan alam TNKpS. Kegiatan kerjasama antar pelaku
usaha wisata dengan pengelola kawasan konservasi menjadi sangat penting karena
berdasarkan hasil penelitian Fauziah (2010) dan Biggs et. al. (2012), solusi yang
menjadi prioritas utama untuk menjawab permasalahan pelestarian kawasan
konservasi adalah membangun dan memperbaiki jejaring sosial. Sebagai contoh,
pencapaian keberhasilan pengembangan pengelolaan Taman Nasional Gede
Pangrango (TNGP) didukung dengan keterpaduan dan atau kesinergian antara
masyarakat, pemerintah, dan pengusaha pariwisata (Syahadat 2013).
Kemitraan usaha wisata alam di Pulau Pramuka dilakukan oleh hampir
semua usaha wisata alam kecuali jasa cinderamata dan rumah makan sehingga
turut menjaga, mencegah, dan membatasi kegiatan yang dapat mengakibatkan
perubahan keutuhan potensi dan kawasan serta perubahan fungsi kawasan, baik
yang disebabkan oleh manusia, spesies invasif, hama, dan penyakit. Sedangkan
usaha penyediaan dan penjualan bibit mangrove memiliki kegiatan yang turut
memelihara dan mempertahankan sumber daya air sehingga terjaminnya proses
ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari flora, fauna, dan
ekosistemnya. Usaha penjualan souvenir yang menggunakan metode daur ulang
untuk mengurangi kuota sampah juga dapat menjamin keutuhan potensi, kawasan,
dan fungsi kawasan.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh usaha wisata alam yang termasuk
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya
adalah kegiatan pemeliharaan, perlindungan, penanaman, pengkayaan jenis
tumbuhan dan satwa liar, atau pelepasliaran satwa liar hasil penangkaran atau
relokasi satwa liar dari lokasi lain yang dilakukan dengan kegiatan pemulihan
ekosistem pada usaha wisata alam jasa perjalanan wisata, pemandu wisata, jasa
penyediaan bibit karang, serta penyediaan dan penjual bibit mangrove. Selain itu,
adanya pembatasan kunjungan wisatawan berdasarkan waktu dan lokasi wisata
yang telah disepakati bersama seperti dalam usaha wisata alam kapal ojek antar
pulau, kapal rental, pemandu wisata, dan perjalanan wisata dapat membantu
menjaga dan melindungi ekosistem agar proses pemulihan ekosistem dapat
berlangsung secara alami.
Nilai pengawetan keanekaragaman hayati didominasi oleh kegiatan usaha
wisata yang turut memperhatikan daya dukung pada obyek daya tarik wisata.
Kegiatan tersebut berupa pembatasan kunjungan wisatawan berdasarkan waktu
dan lokasi wisata yang sudah disepakati antar usaha wisata dan pihak TNKpS.
Sejalan dengan kegiatan wisata berupa snorkeling, daya dukung dilakukan dengan
berpedoman pada area obyek wisata atau lama waktu berkegiatan dengan
membatasi serta mengurangi penumpukan wisatawan pada suatu obyek wisata
(Tabel 6).
17
Usaha wisata yang berperan terhadap pemanfaatan secara lestari sumber
daya alam hayati yang ada di TNKpS, yang pertama adalah usaha penjual jasa
makanan dan minuman. Jasa penjual makanan dan minuman serta penjual
makanan khas pulau dan souvenir, pada pelaksanaannya melakukan perdagangan
beberapa jenis biota laut dan produk turunannya yang berasal dari perairan
TNKpS. Usaha tersebut dapat dikategorikan sebagai pemanfaatan sumber daya
alam secara lestari karena memanfaatkan hasil laut dan budidaya tradisional
tangkapan nelayan atau hasil budidaya jaring apung. Kedua adalah rental alat
snorkeling dan diving yang memanfaatkan kawasan TNKpS untuk menikmati
panorama alam. Ketiga adalah usaha-usaha yang melakukan kegiatan pendidikan
dan peningkatan penyadartahuan tentang konservasi alam dan kelestarian
lingkungan baik secara langsung atau tidak langsung seperti kapal ojek antar
pulau, jasa perjalanan wisata, pemandu wisata, jasa penyediaan bibit karang, dan
penyediaan dan penjual bibit mangrove serta souvenir.
Kegiatan pendidikan konservasi yang dilakukan baik di Pulau Pramuka dan
kawasan TNKpS adalah yang paling dominan dalam kategori pemanfaatan
sumber daya alam secara lestari. Hasil ini sesuai dengan prinsip pelaksanaan
wisata alam bahwa pendidikan konservasi berpotensi untuk mendidik wisatawan
dan masyarakat setempat untuk peduli dan mendukung kegiatan konservasi. Hal
ini juga didukung oleh hasil penelitian Kurniawan (2008), WWF-Indonesia
(2009) dan Biggs et. al. (2012) bahwa usaha wisata yang berperan aktif dalam
kegiatan penyadartahuan dalam bentuk pendidikan konservasi dapat
berkontribusi pada konservasi dengan meningkatkan kepedulian dan dukungan
terhadap perlindungan alam yang memiliki nilai biologis, ekologis dan nilai
sejarah yang tinggi. Salah satu contoh pendidikan konservasi ditujukan pada
kegiatan snorkeling dan diving yang menggunakan media ramah lingkungan
(Gambar 11) yang terpasang di areal dekat darmaga.
Tabel 6 Daya dukung wilayah berdasarkan potensi ekologis pengunjung (K)
dan luas area kegiatan (Lt)
No. Jenis
Kegiatan
∑
Pengunjung
Unit
Area
(Lt)
Keterangan
1. Selam 2 2000 m2
Setiap 2 org dalam 200 m x 10 m
2. Snorkling 1 500 m2
Setiap 1 org dalam 100 m x 5 m
3. Wisata
Lamun 1 500 m
2
Setiap 1 org dalam 100 m x 5 m
4. Wisata
Mangrove 1 50 m
Dihitung panjang track, setiap 1
org sepanjang 50 m
5. Rekreasi
Pantai 1 50 m 1 org setiap 50 m panjang pantai
6 Wisata
Olah Raga 1 50 m 1 org setiap 50 m panjang pantai
Sumber : Yulianda (2007)
18
Secara keseluruhan, usaha-usaha wisata alam di Pulau Pramuka yang
memiliki kegiatan yang bernilai konservasi dalam arti memiliki kegiatan yang
mendukung ketiga pilar konservasi adalah usaha jasa kapal ojek antar pulau, jasa
perjalanan wisata, jasa pemanduan wisata, penjual souvenir, jasa penyediaan
bibit karang, dan penyediaan dan penjual bibit mangrove. Usaha – usaha wisata
alam yang memiliki ketiga pilar konservasi tersebut pada kegiatannya melakukan
kerjasama dengan usaha lain dan pihak TNKpS serta pada usaha souvenir
memanfaatkan sampah yang di daur ulang dijadikan hiasan rumah dan tas plastik
serta lukisan di media kaos (T-shirt) mengenai biota laut yang dilindungi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Jenis usaha jasa wisata alam yang banyak berkembang adalah jenis usaha jasa
transportasi berupa rental perahu wisata dan jenis usaha sarana wisata alam
yang banyak berkembang adalah penyediaan penginapan yang merupakan jenis
usaha wisata yang dominan di Pulau Pramuka.
2. Sumber daya alam yang paling banyak dimanfaatkan dalam kegiatan usaha
wisata alam di Pulau Pramuka adalah terumbu karang.
3. Nilai konservasi usaha wisata yang paling dominan adalah perlindungan
terhadap sistem penyangga kehidupan melalui kegiatan kemitraan baik antar
pemilik usaha wisata dan pengelola kawasan TNKpS.
4. Usaha wisata alam di Pulau Pramuka yang memiliki nilai konservasi yaitu
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya adalah : jasa kapal ojek antar
pulau, jasa perjalanan wisata, jasa pemanduan wisata, penjual souvenir, jasa
penyediaan bibit karang, dan penyediaan dan penjual bibit mangrove.
Saran
Usaha - usaha jasa wisata dan sarana wisata alam yang telah memiliki
kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan perlindungan dan pemanfaatan dapat
menambahkan kegiatan yang berkaitan dengan pengawetan jenis tumbuhan dan
Gambar 11 Papan petunjuk snorkeling dan diving ramah lingkungan
19
satwa beserta ekosistemnya seperti melakukan pemulihan ekosistem dengan cara
memeperhatikan daya dukung obyek wisata TNKpS. Selai itu, perlu
dikembangkan kegiatan pendataan terhadap wisatawan dan penentuan dana
konservasi yang disepakati bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Afadlal, Wijonarko S, Meifina, Septi A, Ongkosongo AE, Ongkosongo OSR.
2011. Kondisi Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Budaya di Pulau Pramuka.
Jakarta (ID) : Pusat Penelitian Oseanografi, Balai Dinamika Laut. LIPI.
Azizy A. 2009. Analisis Keterkaitan Daya Dukung Ekosistem Terumbu Karang
Dengan Tingkat Kesejahteraan Nelayan Tradisional (Studi Kasus Kelurahan
Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI
Jakarta)[Tesis]. Bogor (ID) : Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
[BTNKpS]. 2012. Laporan Tahunan Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu.
2012. Jakarta : Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu.
Biggs D, Ban N. C., Hall C. M. 2012. Lifestyle values, resilience, and nature
based tourism's contribution to conservation on Australia's Great Barrier
Reef. Environmental Conservation : hal 1-10.
Bismark M, Sawitri R. 2007. Pengembangan dan pengelolaan daerah penyangga
kawasan konservasi. Makalah utama pada ekspose hasil-hasil penelitian.
Bogor (ID) : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan.
Budiono, GL. 2004. Kepuasan Wisatawan Terhadap Kualitas Pelayanan Obyek
Wisata Gunung Bromo. Jurnal Model Manajemen (2) 1 : hal 60-64.
[BTNKpS]. 2009. Data Statistik Taman Nasional Kepulauan Seribu. Taman
Nasional Kepulauan Seribu. Departemen Kehutanan.
Delinom RM. 2007. Sumber Daya Air di Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau
Kecil di Indonesia. Bandung (ID) : LIPI Press.
Fandeli C. 2001. Perencanaan Kepariwisataan Alam. Yogyakarta (ID) : PT.
Perhutani Persero dan Fakultas Kehutanan UGM.
Fauziah S. 2010. Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap Destinasi Ekowisata
Kepulauan Seribu Dengan Pendekatan Analisis Konjoin (Studi Kasus
Pulau Pramuka)[skripsi]. Jakarta (ID) : Management Departement School
Of Business Management. Universitas Bina Nusantara.
Friliyantin T. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil Sektor Wisata
Bahari di Pulau Kecil (Studi Kasus Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi
Utara)[Tesis]. Bogor (ID) : Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Ife J, Tesoriero F. 2008. Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi,
Community Development. Jakarta (ID) : Pustaka Pelajar
Kusrini MD, Wardiatno Y, Yulianda F. 2013. Pengembangan Ekosistem Perairan
sebagai Daerah Tujuan Ekowisata. In Avenzora R (ed) : Ecotourism and
Sustainable Tourism Development. Bogor (ID) :
Seksi Perekonomian Kelurahan Pulau Panggang. 2010. Laporan Tahunan
Kelurahan Pulau Panggang. Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu :
DKI Jakarta.
20
Mujiyanti, Deny H, Laksmi R, Toni S, Gutomo B, Rusli C. 2002. Pengelolaan
Pulau-Pulau Kecil Partisipasi Masyarakat di Kepulauan Seribu. Jakarta
(ID): PPK-LIPI.
Prasetio B. 2011. Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap
Masyarakat Di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu [skripsi].
Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Setiyanti, DW. 2011. Dampak Pariwisata Terhadap Peluang Usaha dan Kerja
Luar Pertanian di Daerah Pesisir (Studi Kasus Pulau Pramuka, Kelurahan
Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta) [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Sherman PB, Dixon JA. 1991. The Economics of Nature Tourism : Determining if
it pays. In T. Whelan, (ed). Nature Tourism : Managing for the
Environment. Washington, D.C. (AS) : Island Press.
Sugiarti R. 2000. Ekowisata, Pemberdayaan Masyarakat, dan Pelestarian
Lingkungan dipresentasikan dalam Prosiding Semiloka Nasional :
Konservasi Biodiversitas untuk Perlindungan dan Penyelamatan Plasma
Nutfah di Pulau Jawa. Surakarta (ID) : Panitia Konservasi Biodiversitas
Flora dan Fauna di Gunung Lawu, Jurusan Biologi FMIPA, Universitas
Sebelas Maret.
Syahadat E. 2013. Analisa Strategi Pengelolaan Taman Nasional Gede Pangrango
(TNGP) Untuk Pengembangan Pariwisata Alam Di Kawasan Hutan.
www.fordamof.org/index.php/content/download/jurnal/650+perkembangan
+wisata+pada+pelestarian+alam [Jumat, 17 Januari 2013 02.30].
Syariah N, Rukmana D, Darma R. 2011. Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu
Karang di Taman Wisata Perairan Padaido Kabupaten Biak Numfor, Papua.
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar.
Triutami, HW. 2009. Keterlibatan Warga Pulau Pramuka Dalam Usaha Ekowisata
di Kepulauan Seribu [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Undang-Undang No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaaan Wilayah Pesisir dan
Pulau - Pulau Kecil.
Wahyudin Y. 2004(a). Bisnis Pariwisata Berbasis Konservasi Sumber Daya
Alam. Artikel pada Kolom Pesisir dan Lautan WARTA Pesisir dan Laut
Edisi No. 01/Th.V/2004, ISSN 1410 -9514.
http://komitmenku.wordpress.com/2008/05/13/bisnis-pariwisata-berbasis-
konservasi-sumber daya-alam/ [di unduh tanggal 19 Nov 2013; 10:38].
__________. 2004(b). Konservasi dan Bisnis. Artikel pada Kolom Teras Edisi
Nomor 01/Th.V/2004, ISSN 1410-9514.
http://komitmenku.wordpress.com/2008/05/13/konservasi-dan-bisnis/.
[di unduh tanggal 19 Nov 2013; 10:40).
Waskito A. 2013. Dampak Investasi Asing Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi
Masyarakat Di Kepulauan Derawan. ejournal Ilmu Hubungan Internasional
1 (1): hal 15-24.
[WWF] World Wide Fund-Indonesia. 2009. Prinsip dan Kriteria Ekowisata
Berbasis Masyarakat. Kerjasama Direktorat Produk Pariwisata, Direktorat
Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata dan WWF-Indonesia.
21
Yulianda F. 2007. Ekowisata bahari sebagai alternatif pemanfaatan sumberdaya
pesisir berbasis konservasi. Bogor. Seminar Sains Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan-FPIK IPB.
Zuhriana D, Alikodra HS, Adiwibowo S, Hartrisari H. 2012. Peningkatan Peluang
Kerja bagi Masyarakat Lokal Melalui Pengembangan Ekowisata di Taman
Nasional Gunung Ciremai. Media Konservasi 18 (1) : hal 28-39.
22
Lampiran 1 Daftar pertanyaan untuk wawancara dengan pengelola.
Panduan Pertanyaan Untuk Narasumber dari Pihak Pengelola
1. Objek wisata alam apa yang sudah dan sedang dikembangkan di Kawasan
TNKpS ?
2. Obyek wisata alam apa yang belum dikembangkan?, mengapa belum
dikembangkan ?, apakah objek tersebut memiliki potensi wisata untuk
dikembangkan ?
3. Aktivitas dan program–program apa saja yang ditawarkan kepada wisatawan
?, Bagaimana deskripsi kegiatannya ?, Target sasarannya untuk siapa saja ?
4. Apa rencana pengelola dalam mengembangkan wisata dan produk wisata di
TNKpS ?
5. Produk dan pelayanan wisata apa saja yang akan diberikan kepada wisatawan
?
6. Bagaimana kerjasama dengan LSM atau Instansi lain dalam mengembangkan
produk wisata di P. Pramuka ?
7. Bagaimana bentuk kerjasama pengelola dengan masyarakat dalam
mengembangkan produk wisata ?
8. Bentuk promosi apa yang telah dilakukan pengelola ? Medianya apa saja ?
Intensitas dan frekuensinya seperti apa ? Serta bentuk promosi yang seperti
apa yang seharusnya dilakukan ?
9. Bentuk fasilitas apa yang tersedia dan yang akan dikembangkan di dalam
kawasan untuk mendukung pengembangan produk wisata alam di TNKpS ?
10. Apakah tujuan dari penataan kawasan wisata di Pulau Pramuka ?
11. Bagaimana upaya untuk mencapai tujuan tersebut ? mengapa ?
12. Apakah tujuan tersebut sudah terpenuhi ? jika sudah, apa bentuknya. Jika
belum, berapa persentasenya?
13. Apakah pihak pengelola menyampaikan rencana program wisata kepada
masayarakat? mengapa dan bagaimana caranya ?
14. Apa pekerjaan yang ditawarkan dari pihak pengelola kepada warga desa ?
15. Bagaimana pengelolaan kawasan wisata dilakukan ?
16. Bagaimana warga desa menanggapi cara pengelolaan kawasan ?
17. Bagaimana tanggapan pihak pengelola jika terdapat keberatan-keberatan atau
usulan yang ditunjukkan warga desa ? mengapa ?
18. Siapa saja yang diikutsertakan dalam menyelesaikan keberatan dari warga
desa? Mengapa ?
19. Bentuk dan jenis usaha kelompok masyarakat yang terlibat wisata ?
20. Sejak kapan pembentukannya ?
21. Pelaksanaan kegiatan usaha dilakukan kapan saja ?
22. Program/kegiatan apa saja yang sudah dilakukan dan akan dilakukan bersama
kelompok usaha ?
23. Apa yang menjadi kendala dalam melaksanakan kegiatan ?
23
24. Tujuan dan fungsi dengan adanya partisipasi kelompok usaha dalam wisata ?
25. Adanya forum antara pengelola dan kelompok masyarakat yang terlibat
wisata ?
26. Adakah kegiatan pendampingan pada kelompok usaha wisata ?
27. Akses kelompok dalam mengelola dan tanggung jawab terhadap program
wisata ?
28. Bagaimana keterlibatan kelompok usaha wisata dalam perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi terhadap wisata ?
Lampiran 2. Daftar pertanyaan untuk wawancara dengan masyarakat P. Pramuka.
Panduan Pertanyaan Untuk Narasumber dari Masyarakat
1. Bagaimana muncul dan berkembangnya wisata di desa ini ?
2. Bagaimana rencana pengelolaan program wisata disusun ? siapa saja yang
terlibat ?
3. Bagaimana rencana tersebut disampaikan kepada warga desa ? media/alat apa
yang digunakan ? siapa yang terlibat? pendekatan apa yang digunakan ?
4. Apakah pihak pengelola memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam penataan kawasan wisata ? Apakah ada kesempatan untuk
menyampaikan pendapat ? Berupa apa ?
5. Bagaimana kehidupan warga sebelum dan sesudah penataan kawasan wisata ?
6. Bagaimana pelaksanaan pengelolaan kawasan wisata yang dilakukan oleh
pihak pengelola ? apa tanggapan anda ?
7. Pernahkah warga masyarakat merasa keberatan terhadap pengelolaan tersebut ?
siapa saja ? kenapa ?
8. Bagaimana tanggapan pihak pengelola ?
9. Siapa saja yang dilibatkan dalam penyelesaian masalah-masalah program
wisata ?
10. Menurut anda, bagaimana seharusnya pengelolaan program wisata yang baik ?
24
Lampiran 3. Panduan Wawancara Kelompok Usaha Wisata
1. Apakah anda terlibat dalam kegiatan wisata ?
2. Siapakah yang menginisiasi gagasan wisata ?
3. Apakah pengelola wisata mengkomunikasikan gagasannya kepada
masyarakat?
4. Bagaimana cara pengelola menyampaikan gagasan kegiatan ini ?
5. Bagaimana awal prosesnya pengembangan gagasannya ?
6. Terdiri dari berapa tahap ? Kegiatan apa saja yang dilakukan pada awalnya ?
7. Apakah dibentuk forum tersendiri untuk menyebarkan kegiatan ini? dalam
bentuk apa ?
8. Apakah anda tahu tujuan dari pengembangan wisata tersebut ?
9. Apakah anda diperkenankan menyampaikan pendapat atau tanggapan ? (3)
10. Apakah ada kesempatan untuk menyampaikan ide/usulan ?
11. Apakah pengelola melaksanakan ide2 tersebut ? (4)
12. Jika terjadi perbedaan pendapat, apakah ada upaya negosiasi yang dilakukan
oleh pengelola ? (5)
13. Apakah anda terlibat dalam hal perencanaan, pelaksanaan maupun monitoring
dan evaluasi ? (6)
14. Siapa sajakah pihak yang terlibat didalamnya ?
15. Adakah pihak yang mendominasi pengambilan keputusan ? siapa ?
16. Apakah masyarakat memiliki akses untuk mengelola dan bertanggung jawab
terhadap program wisata yang telah ada ? (7)
17. Apakah sampai sekarang kegiatan ekowsiata, dimana anda terlibat, masih ada
campur tangan dari pengelola?dalam bentuk apa ? (8)
18. Apakah tujuan kegiatan wisata yanga ada sekarang sudah sesuai dengan
kepentingan dan kebutuhan masyarakat ?
19. Apakah manfaat ekonomi yang didapat ?
20. Apakah manfaat ekologi yantg didapat ?
21. Adakah kendala yang dihadapi ? Berupa apa?
22. Upaya apakah yang ditempuh untuk menyelesaikannya ? Oleh siapa ?
23. Bagaimana tanggapan pihak pengelola ?
25
Lampiran 4. Daftar pertanyaan untuk wawancara dengan anggota kelompok
usaha.
Panduan Wawancara Kelompok Usaha Masyarakat
1. Nama :
2. Jenis kelamin : L / P
3. Umur : ………………..tahun
4. Status perkawinan : menikah / belum menikah
5. Pendidikan terakhir : SD / SMP / SMA / PT/Lainnya :..............................
6. Asal/tempat tinggal :
a. Asli Pulau Pramuka
b. Luar Pulau Pramuka, sebutkan...............................................................
7. Apa jenis usaha terkait wisata di P. Pramuka ? Sejak tahun :…..
8. Mengapa saudara memilih pekerjaan ini ?
9. Berapakah jumlah pendapatan per bulan dari usaha terkait wisata ini ?
10. Dimanakah alamat tempat tinggal dan dimana tempat usaha berada serta
pola kegiatan usaha ?
11. Apakah sudah memiliki kelompok usaha dan beranggotakan berapa orang ?
12. Bagaimana proses dalam pembentukan kelompok usaha tersebut ?
13. Apakah terdapat struktur keanggotaan dalam kelompok serta
kesepakatan/peraturan antar anggota kelompok ?
14. Bagaimana mekanisme bila ingin terlibat dalam kelompok dan apa yang
menjadi tujuan keterlibatan dalam wisata di P. Pramuka ?
15. Apa tujuan dan fungsi berpartisipasi dalam wisata ?
16. Bagaimana sistem pembagian peran dalam kelompok usaha ?
17. Kegiatan yang sudah dan akan dilakukan ?
18. Adakah kendala yang dihadapi? berupa apa ?
19. Upaya apakah yang ditempuh untuk menyelesaikannya ? oleh siapa ?
20. Bagaimana cara penyampaian informasi dalam kelompok ?
21. Bagaimana cara memasarkan produk usaha wisata ?
22. Bagaimana hubungan antar kelompok usaha wisata P. Pramuka ?
23. Bagaimana hubungan kelompok usaha wisata dengan pihak pengelola ?
24. Bagaimana intensitas interaksi yang terjadi antar kelompok atau kelompok
dengan pengelola ?
25. Apakah ada kegiatan yang dilakukan antar kelompok usaha ?
26. Apakah ada tindak lanjut hubungan sosial yang ada ?
27. Faktor apa saja yang mempengaruhi interaksi ?
28. Bagaimana bentuk-bentuk interaksi yang terjadi ?
29. Bagaimana hubungan masyarakat dengan TNKpS ?
30. Bagaimana tanggapan pihak pengelola mengenai kelompok usaha ?
31. Apa bentuk kerjasama TNKpS dengan masyarakat sekitar ?
32. Bagaimana keterlibatan dalam mengembangkan produk wisata ?
26
33. Bagaimana pengaruh pengembangan produk wisata terhadap
perekonomian masyarakat ?
34. Apakah masyarakat diberikan izin untuk memanfaatkan daerah wisata ?
Membuka usaha ? Melestarikan terumbu karang ? (akses dan kewenangan
untuk mengelola dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kegiatan
wisata yang telah ada?
35. Apakah sampai sekarang kegiatan wisata, dimana anda terlibat, masih ada
campur tangan dari pengelola ? Jika masih ada, dalam bentuk apa ?
36. Apakah tujuan kegiatan wisata yanga ada sekarang sudah sesuai dengan
kepentingan dan kebutuhan masyarakat ?
37. Media sarana apa saja yang digunakan oleh pengelola untuk
menyebarluasan program wisata kepada masyarakat ?
38. Pendekatan apakah yang digunakan oleh pengelola untuk
menyebarluaskan program wisata kepada masyarakat ?
27
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 30 Mei 1989, sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sujaeni dan Ibu Tiktik
Rochayati. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 3 Cilegon pada
tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 juga penulis diterima
di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)
pada Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Fakultas
Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum pada
mata kuliah Rekreasi Alam dan Ekowisata. Penulis aktif dalam Himpunan
Profesi Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata dan tergabung
dalam Kelompok Pemerhati Gua (KPG) “Hira”. Selain itu, penulis merupakan
anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Kehutanan IPB.
Pada tahun 2009, penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan
(PPEH) di Cagar Alam Gunung Burangrang, Purwakarta dan KPH Cikiong,
Karawang serta mengikuti kegiatan ekspedisi ilmiah seperti RAFFLESIA
(Eksplorasi Fauna Flora dan Ekowisata Indonesia) di Cagar Alam Rawa
Danau, Banten dan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional
Manupeu Tanadaru, Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 2010, penulis mengikuti
mengikuti Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung
Walat (HPGW) dan kegiatan RAFLESSIA (Eksplorasi Fauna Flora dan
Ekowisata Indonesia) di Cagar Alam Gunung Burangrang dan Studi Konservasi
Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah. Pada
tahun 2011, penulis mengikuti Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur.