Post on 01-Oct-2015
description
KESIAPAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI ERA MEA 2015
MELALUI KEBIJAKAN REDENOMINASI
Disusun untuk Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah National Economics Events
Disusun Oleh :
Sulung Herlambang R. C1A011116
Tia Sutiasih C1A011112
Hanny Qudsyina C1A011054
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS EKONOMI
2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat,
karunia, dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dalam rangka mengikuti lomba menulis Karya Tulis Ilmiah National Economics
Events (NETS).
Karya tulis ilmiah ini berisikan tentang bagaimana peran redenominasi
terhadap penyetaraan dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) 2015 yang merupakan sub tema yang ke -2 dari tema karya tulis ilmiah
yang disediakan oleh National Economics Events (NETS).
Redenominasi merupakan wacana yang sudah di keluarkan pemerintah
sejak tahun 2010 yaitu penyederhanaan denominasi (pecahan) mata uang suatu
negara menjadi pecahan lebih kecil dengan cara menghilangkan nol tanpa
mengurangi nilai mata uang tersebut. Dengan melakukan redenominasi, maka
Indonesia bisa setara kurs mata uangnya dengan negara lain di dunia dan siap
dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
Perkenankan penulis untuk menyampaikan terima kasih kepada pihak-
pihak yang terkait dan telah memberikan referensi dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini. Untuk selanjutnya, penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat serta dapat diterima dengan baik dan dipertimbangkan untuk langkah
selanjutnya, kami mengharapkan adanya kritik dan saran membangun demi
kelengkapan penyusunan karya tulis ilmiah selanjutnya.
Purwokerto, 23 Mei 2013
Penulis
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, akan mengikuti lomba karya tulis
ilmiah National Economics Events Universitas Jenderal Soedirman yang berjudul:
KESIAPAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI ERA MEA 2015
MELALUI KEBIJAKAN REDENOMINASI
Ketua Kelompok
Nama : Sulung Herlambang Rahmandanu
NIM : C1A011116
Departemen : Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
Anggota Kelompok
Nama : Tia Sutiasih
NIM : C1A011112
Departemen : Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
Nama : Hanny Qudsyina
NIM : C1A011054
Departemen : Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
Demikian surat ini saya sampaikan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima
kasih.
Purwokerto, Mei 2013
Mengetahui,
Kepala Jurusan
Himesbang FE Unsoed Ketua Kelompok
Drs. Harry Pudjianto, MM Sulung Herlambang R.
19590110 198601 1001 C1A011116
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................................i
Kata Pengantar ...........................................................................................................ii
Lembar Pengesahan....................................................................................................iii
Daftar Isi.....................................................................................................................iv
Daftar Tabel................................................................................................................vi
Daftar Gambar ............................................................................................................vii
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang ...............................................................................................1
Rumusan Masalah ..........................................................................................2
Tujuan Penulisan ............................................................................................2
Manfaat Penulisan ..........................................................................................2
BAB II Tinjauan Pustaka
Pengertian Redenominasi ...............................................................................3
Pengertian Sanering........................................................................................3
Pengertian MEA 2015 ....................................................................................3
Perbedaan Antara Redenominasi dan Sanering .............................................3
Kasus Keberhasilan Redenominasi di Negara Turki dan Rumania ...............7
Kasus Kegagalan Redenominasi di Negara Zimbabwe .................................8
BAB III Metodologi Penulisan
Sumber Data ...................................................................................................11
iv
Metode Pengumpulan Data ............................................................................11
Tipe Data ........................................................................................................11
Analisis Data .................................................................................................. 11
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Kondisi Perekonomian Indonesia ...................................................................12
Peluang, Tantangan, dan Kesiapan Indonesia Memasuki MEA 2015 ...........16
Peran Redenominasi dalam Penyetaraan Ekonomi ........................................25
Dampak Positif dan Negatif Penerapan Redenominasi..................................27
Solusi ..............................................................................................................29
BAB V Penutup
Kesimpulan .....................................................................................................32
Saran ...............................................................................................................32
Daftar Pustaka
Lampiran -lampiran
CV (Curriculum Vitae)
KTM
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Redenominasi dengan Sanering ...............................................3
Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi (persen) di Negara Turki Tahun 1993-2012...........7
Tabel 3.1 Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN, China dan India (2002-2012) ............13
Tabel 4.1 Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 2010-2012 ...............................14
Tabel 4.2 Neraca Perdagangan Indonesia Tahun 2003-2010....................................20
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki sumber daya
alam dan sumber daya manusia yang melimpah. Pertumbuhan Indonesia
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. hingga pada atahun 2012
pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,2 persen. Negara Indonesia termasuk
salah satu anggota ASEAN. ASEAN merupakan suatu organisasi perkumpulan
bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Pada tahun 2015, ASEAN merencanakan
penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), untuk menjaga stabilitas politik
dan keamanan regional ASEAN, meningkatkan daya saing kawasan secara
keseluruhan di pasar dunia, dan mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi
kemiskinan, serta meningkatkan standar hidup masyarakat.
Dengan adanya MEA tersebut, maka akan tercipta suatu pasar besar
kawasan ASEAN yang akan berdampak besar terhadap perekonomian negara
anggotanya. Oleh karena itu, diperlukan adanya penyetaraan ekonomi seluruh
anggota ASEAN agar tidak terjadi ketimpangan atau ketidakmerataan ekonomi.
Untuk mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan kawasan ASEAN
dalam memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 tentu
redenominasi dianggap penting.
Redenominasi merupakan sarana yang akan diterapkan pemerintah untuk
menyetarakan perekonomian tersebut. Redenominasi juga akan membantu
perekonomian Indonesia terutama perdagangan. Pecahan uang Indonesia yang
besar akan menimbulkan ketidakefisiesanan dan ketidaknyamanan dalam
melakukan transaksi, karena diperlukan waktu yang banyak untuk mencatat,
menghitung dan membawa uang untuk melakukan transaksi sehingga terjadi
ketidakefisienan dalam transaksi ekonomi.
2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan perekonomian Indonesia?
2. Apa sajakah tantangan untuk memasuki MEA 2015
3. Bagaimanakah kesiapan Indonesia dalam memasuki MEA 2015?
4. Seberapa penting peran redenominasi dalam penyetaraan ekonomi
memasuki era MEA 2015?
5. Bagaimanakah dampak redenominasi terhadap perekonomian Indonesia?
6. Bagaimanakah solusi yang harus diambil pemerintah?
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui keadaan perekonomian Indonesia
2. Untuk mengetahui peran redenominasi terhadap investasi
3. Untuk mengetahui tantangan MEA 2015
4. Untuk mengetahui kesiapan Indonesia dalam memasuki era MEA 2015
5. Untuk mengetahui kemungkinan dampak yang akan terjadi setelah adanya
redenominasi
6. Untuk mengetahui solusi yang tepat bagi perekonomian Indonesia
Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui keadaan perekonomian Indonesia
2. Dapat mengetahui peran redenominasi terhadap investasi
3. Dapat mengetahui tantangan MEA 2015
4. Dapat mengetahui tepat atau tidaknya kebijakan redenominasi tersebut
5. Dapat mengetahui solusi yang tepat bagi perekonomian Indonesia
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Redenominasi
Redenominasi diartikan sebagai penyederhanaan denominasi (pecahan) mata uang
suatu negara menjadi pecahan lebih kecil dengan cara menghilangkan nol tanpa
mengurangi nilai mata uang tersebut, misal Rp1.000 menjadi Rp1.Hal yang sama
secara bersamaan dilakukan juga pada harga-harga barang, sehingga daya beli
masyarakat tidak berubah. (Bank Indonesia)
Pengertian Sanering
Sanering adalah pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nilai
uang. Hal yang sama tidak dilakukan pada harga-harga barang, sehingga daya beli
masyarakat menurun. (Bank Indonesia)
Pengertian Mea 2015
MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN yang direncanakan akan tercapai
pada tahun 2015. MEA tersebut memiliki peluang yang sangat besar diantaranya
yaitu manfaat integrasi ekonomi, pasar potensial dunia, negara pengekspor, negara
tujuan investasi, dan meningkatkan daya saing.
Perbedaan Sanering dengan Redenominasi
Pandangan yang rancu beredar di masyarakat mengenai perbedaan antara
redenominasi rupiah dengan sanering. Untuk mencegah pengertian antara
redenominasi dan sanering , Bank Indonesia menjelaskan perbedaannya secara
rinci antara redenominasi rupiah dengan sanering rupiah .
Tabel 2.1 Perbedaan Redenominasi dengan Sanering
PERBEDAAN REDENOMINASI SANERING
Pengertian Redenominasi adalah
menyederhanakan
denominasi (pecahan)
Pemotongan daya beli
masyarakat melalui
pemotongan nilai uang.
4
mata uang menjadi
pecahan lebih sedikit
dengan cara mengurangi
digit (angka nol) tanpa
mengurangi nilai mata
uang tersebut, misal
Rp1.000 menjadi Rp1. Hal
yang sama secara
bersamaan dilakukan juga
pada harga-harga barang,
sehingga daya beli
masyarakat tidak berubah.
Hal yang sama tidak
dilakukan pada harga-
harag barang, sehingga
daya beli masyarakat
menurun.
Dampak Bagi
Masyarakat
Tidak ada kerugian karena
daya beli tetap sama.
Menimbulkan banyak
kerugian karena daya
beli
turun drastis.
Tujuan - Penyederhanaan pecahan
uang agar lebih efisien dan
nyaman dalam melakukan
transaksi.
- Mempersiapkan
kesetaraan
ekonomi Indonesia dengan
negara regional.
Mengurangi jumlah uang
yang beredar akibat
lonjakan
harga-harga. Dilakukan
karena terjadi
hiperinflasi
(inflasi yang sangat
tinggi).
Nilai uang terhadap
barang
Tidak berubah, karena
hanya
cara penyebutan dan
penulisan pecahan uang
saja
yang disesuaikan.
Berubah menjadi lebih
kecil,
karena yang dipotong
adalah
nilainya.
5
Kondisi saat dilakukan Kondisi makroekonomi
stabil.
Ekonomi tumbuh dan
inflasi
terkendali.
Dilakukan dalam kondisi
makroekonomi tidak
sehat,
inflasi sangat tinggi
(hiperinflasi).
Masa transisi Dipersiapkan secara
matang
dan terukur sampai
masyarakat siap, agar
tidak
menimbulkan gejolak di
masyarakat.
Tidak ada masa transisi,
dilakukan secara tiba-
tiba.
Contoh : harga 1 liter
bensin = Rp.4500,00
Contoh bila terjadi
redenominasi 3 digit (3
angka
nol):
Dengan uang sebanyak
Rp.4,5
tetap dapat membeli 1 liter
bensin, karena harga 1
liter
bensin juga dinyatakan
dalam
satuan pecahan yang sama
(baru).
Contoh bila terjadi
sanering
per seribu Rupiah:
Dengan Rp.4,5 hanya
dapat
membeli 1/1000 liter
(0,001
liter).
Sumber: Diskusi Redenominasi Rupiah dan tentang sanering
rupiah.2013.Redenominasi rupiah. http://www.redenominasirupiah.com ,
Diakses pada 18 Mei 2013
Perbedaan kedua kebijakan tersebut terlihat sangat jelas. Titik berat dari
perbedaan keduanya berada pada nilai mata uang dan daya belinya, dimana
6
kebijakan redenominasi sama sekali tidak mengubah nilai mata uang dan daya
belinya.Sementara kebijakan sanering mengurangi nilai mata uang terhadap daya
belinya atas suatu barang dan jasa.
Dalam perjalanan sejarah, Pemerintah Indonesia tercatat pernah
melakukan kebijakan sanering pada tanggal 19 Maret 1950 (dikenal dengan
istilah Gunting Syafrudin), 25 Agustus 1959 dan 13 Desember 1965. Kondisi
perekonomian nasional pada saat itu sangat buruk, tercermin dari Pertumbuhan
Domestik Bruto (PDB) yang sangat rendah, inflasi sangat tinggi dan investasi
merosot tajam. Salah satu mekanisme kebijakan sanering yang berla ku mulai
tanggal 25 Agustus 1959 adalah:
1. Penurunan nilai uang kertas Rp 500 da n Rp 1.000 menjadi Rp 50 dan Rp100.
2. Pembekuan sebagian simpanan pada Bank (giro dan deposito) sebesar 90
persen dari jumlah simpanan di atas Rp 25.000, dengan ketentuan bahwa
simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi simpanan jangka panjang oleh
pemerintah (Perpu No.3 Tahun 1959 tanggal 24 Agustus 1959).
Kebijakan sanering tersebut memberikan beberapa dampak di bidang
moneter, seperti menurunkan jumlah uang bereda r, meningkatkan keuntungan
pemerintah yang kemudian digunakan untuk mengurangi kerugian kas negara, dan
mengurangi likuiditas bank-bank. Namun, likuiditas bank yang berkurang
membuat pemberian kredit bank terhadap perusahan produksi, distribusi dan
ekspor-impor menjadi berkurang, sehingga berimplikasi pada kenaikan harga
barang dan biaya hidup. Dengan demikian kebijakan sanering pada tahun 1959
tersebut dianggap gagal karena justru memperburuk keadaan ekonomi, yakni
terjadinya hyper-inflasi.
Berbeda dengan sanering,kebijakan redenominasi dapat pula
meningkatkan martabat bangsa dengan meringkas digit uang tanpa mengurangi
nilai mata uang. Saat ini di Asia Tenggara hanya Indonesia dan Vietnam saja yang
memiliki pecahan mata uang hingga 5 digit. Dengan redenominasi berupa
menghilangkan tiga angka nol (3 digit), maka nilai kurs baru rupiah terhadap mata
uang negara lain akan mengalami penyesuaian nominal, meskipun daya belinya
tidak berubah. Sebagai contoh nilai tukar baru rupiah terhadap US$ akan dapat
menjadi Rp.9,69/ US$ (saat ini Rp.9699/US$) dan terhadap Ringgit menjadi
Rp.3,17/Ringgit (saat ini Rp.3174/Ringgit).
Kasus Keberhasilan Redenominasi di Negara Turki dan Rumania
Negara yang pernah berhasil menerapkan redenominasi diantaranya yaitu
Turki, Rumania, Polandia, dan Ukrania. Berikut ini adalah data inflasi di negara
Turki.
Grafik dan Tabel 2. 2 Perkembangan Inflasi ( persen) di Negara Turki tahun 1993-
2012
Sumber : Worldwide Inflation Data.2013.Historic Inflation Turkey-CPI
Inflation. http://www.inflation.eu/inflation-rates/turkey/historic -inflation/cpi-
inflation-turkey.aspx , Diakses pada 19 Mei 2013
Turki setelah menghapus 6 angka nol di mata uangnya pada 1 Januari
2005, keadaan perekonomiannya tetap terjaga. Inflasi pd 2005-2011 stabil 6-10
8
persenper th, dibandingkan sebelum 2005 di 20-60 persen.Perkembangan Inflasi (
persen) di Turki
Turki meredenominasi mata uang Lira secara bertahap selama 7 tahun
yang dimulai sejak 2005. Setelah redenominasi, semua uang lama Turki (yang
diberi kode TL) dikonversi menjadi Lira baru (dengan kode YTL, di mana Y
bermakna 'Yeni' atau baru). Kurs konversi adalah 1 YTL untuk 1.000.000 TL,
atau menghilangkan enam angka nol (6 digit). Turki meredenominasi mata uang
secara bertahap dengan memperhatikan sta bilitas perekonomian dalam negerinya.
Pada tahap awal, mata uang TL dan YTL beredar secara simultan selama setahun.
Kemudian mata uang lama ditarik secara bertahap digantikan dengan YTL. Pada
tahap selanjutnya, sebutan 'Yeni' pada uang baru dihilangkan sehingga mata uang
YTL kembali menjadi TL dengan nilai redenominasi. Selama tahap redenominasi,
keadaan perekonomian tetap terjaga. Inflasi Turki pada tahun 2005 sampai dengan
tahun 2009 juga tetap stabil di kisaran 8-9 persen.
Adapun indikator keberhasilan redenominasi di negara Turki dan antara lain
dilihat dari :
Tingkat inflasi (faktor yang paling menentukan)
Pertumbuhan Ekonomi (Keberhasilan program reformasi & restrukturisasi
ekonomi)
Sosialisasi kepada publik
Tahapan transisi
Dinamika politik atau bentuk pemerintahan suatu negara
Kasus Kegagalan Redenominasi di Negara Zimbabwe
Zimbabwe sudah melaksanakan redenominasi mata uang mulai 1 Agustus
2010. Tak tanggung-tanggung, Bank Sentral Zimbabwe meredenominasi dengan
mengubah uang 10 miliar dolar Zimbabwe menjadi 1 dolar Zimbabwe atau
menghilangkan 10 angka nol. Gubernur Bank Sentral Zimbabwe Gideon Gono
mengatakan kebijakan redenominasi ini dilakukan untuk membantu masyarakat
keluar dari hiper inflasi yang terjadi di negara tersebut.
9
Menurut Gideon seperti dikutip dari Reuters, Selasa (3/8/2010). Dolar
Zimbabwe diredenominasi menjadi 1 sampai 10 dolar, yang artinya
menghilangkan 10 angka nol dalam nilai nominal uang. Jadi uang 10 miliar dolar
Zimbabwe diubah menjadi 1 dolar Zimbabwe mulai 1 Agustus 2010
Namun para analis merasa pesimistis dengan rencana ini. Mereka menilai
kebijakan redenominasi ini tidak akan bisa mengakhiri kehancuran ekonomi
negara tersebut yang disebabkan inflasi maha tinggi yaitu sebesar 2,2 juta persen.
Ini merupakan inflasi tertinggi di dunia karena keterbatasan suplai makanan dan
uang valas
Kebijakan ini (redenominasi) hanya sebuah jalan keluar untuk
menghilangkan banyaknya angka nol dalam mata uang mereka. Namun kebijakan
ini tidak mengatasi akar dari masalah," ujar konsultan ekonomi John Robertson.
Menurutnya, permasalahan yang dihadapi oleh negara tersebut adalah kelangkaan
arus dana masuk atau investasi dari luar.
Seperti diketahui, di Zimbabwe tiap hari harga terus meroket, dan inilah
yang menyebabkan inflasi di negara tersebut sangat tinggi. Ini yang mendorong
bank sentral Zimbabwe mengeluarkan uang kertas pecahan 100 miliar dolar
Zimbabwe.
Gideon Gono pada pertengahan 2006 pernah melakukan kebijakan
redenominasi dengan menghilangkan 3 angka nol pada mata uangnya. Hal ini
dilakukan hanya untuk mempermudah masyarakat agar tidak perlu membawa
tumpukan besar uang untuk belanja. Namun langkah ini ternyata mendorong
kenaikan harga barang yang sangat tajam.
Pada bulan Juli lalu, pemerintah Zimbabwe diam-diam menaikkan ga ji
para pekerja menjadi rata -rata 2 triliun dolar Zimbabwe. Untuk menaikkan daya
beli masyarakatnya. Tapi gaji tersebut hanya cukup untuk membiayai ongkos 10
kali perjalanan mereka bekerja atau hanya untuk membeli delapan potong roti
saja.
10
Kegagalan negara Zimbabwe dalam melakukan redenominasi beberapa
waktu yang lalu disebabkan oleh tidak terkendalinya tingkat inflasi.. Hal itu
terjadi karena tingkat inflasi di Zimbabwe naik dan tidak kredibel sewaktu
dilakukannya proses redenominasi. Jadi itu dianggap gagal redenominasi di
Zimbabwe karena disaat redenominasi inflasi terus membumbung tinggi.
Indikator kegagalan redenominasi secara umum yaitu :
1) Waktu implementasi kebijakan ini kurang tepat, khususnya dalam hal
tren fundamental perekonomian di negara masing-masing. Kebetulan,
perekonomian mereka saat itu serta fundamental negaranya sedang
memburuk.
2) Di sisi lain, lima negara tersebut memiliki kebijakan makro yang tidak
sehat, antara lain bank sentral yang sangat ekspansif membiayai
anggaran pemerintah, khususnya di Zimbabwe, serta kebijakan fiskal
yang ekspansif (Brasil dan Zimbabwe).
3) Untuk Rusia, Argentina, Zimbabwe, serta Korea Utara yang gagal
menerapkan redenominasi ini disebabkan karena stok uang baru tidak
tersedia saat warna negaranya ingin menukarkan uang, kurangnya
sosialisasi terhadap masyarakat tentang redenominasi, serta
perekonomian tidak stabil.
4) Di sisi lain, negara-negara tersebut juga memiliki inflasi yang tidak
terkendali, pemerintah tidak bisa mengatur stabilitas harga kebutuhan
pokok dan ketersediaan barang, nilai kurs valuta asing dalam keadaan
tidak stabil, serta kurang tepat dalam memilih waktu saat menerapkan
redenominasi.
Jadi, beberapa penyebab utama kegagalan redenominasi dari berbagai
negara tersebut adalah tingkat kestabilan ekonomi yang belum mantap, laju inflasi
yang tidak menentu, kurangnya sosialisi dari pemerintah, rendahnya kepercayaan
masyarakat terhadap kebijakan pemerintah, dan dilakukan tanpa perencanaan
yang tepat.
11
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
Sumber Data
Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah data
sekunder. Data tersebut merupakan data yang diperoleh dari berbagai sumber,
studi literatur, dan hasil penelitian oleh International Monetary Fund , BPS,
National Bureau of Statistics prepared by Ministry of Trade, ASEAN Sta tistical
Yearbook 2007 serta dari berbagai literatur di internet.
Metode Pengumpulan Data
Karya tulis ilmiah ini menggunakan metode pengumpulan data dengan
studi literature yaitu memperoleh informasi dan data kualitatif dengan
memperkaya bacaan dari berbagai literatur seperti internet, makalah atau rujukan
dari materi sebelumnya yang dapat mendukung atau menjawab masalah yang
telah dirumuskan.
Tipe Data
Data yang diteliti adalah data sekunder berupa data mengenai
redenominasi di negara lain, perbedaan sanering dengan redenominasi, data
pertumbuhan ekonomi, perkembangan inflasi, neraca pembayaran dan tahapan
redenominasi dari berbagai sumber yang telah disebutkan. .
Analisis Data
Analisis data yang dilakukan menggunakan metode kualitatif. Hal ini
berdasarkan karakteristiknya, penelitian ini menggunakan pendekatan analisis
deskriptif. Penelitian deskriptif memiliki sifat tertentu, yaitu bahwa penelitian itu
memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang
dan aktual. Kemudian data tersebut disusun, dianalisis, dipaparkan, dan
diinterpretasikan.
12
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Kondisi Perekonomian Indonesia
Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan kinerja yang
cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi
oleh berbagai ketidak-pastian, seperti prospek pemulihan ekonomi di kawasan
Eropa (terutama di negara yang mengalami krisis hutang, yaitu Yunani, Italia,
Irlandia, Potugal dan Spanyol) dan ancaman jurang fiskal (fiscal cliff) di AS
akibat perbedaan sudut pandang dan kepentingan antara Pemerintahan Barrack
Obama (Partai Demokrat) dengan Konggres yang didominasi oleh Partai
Republik, terkait strategi kebijakan untuk meningkatkan penerimaan negara dari
pajak, efisiensi pengeluaran negara terutama pengurangan pengeluaran untuk
perlindungan sosial, serta batasan hutang dan defisit anggaran pemerintah AS.
Krisis tersebut turut berimbas pada penurunan permintaan eksternal dan
perlambatan aktivitas perekonomian di Asia, termasuk China dan India.
Data BPS menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
triwulan III-2012 bila dibandingkan triwulan III-2011 tercatat sebesar 6,17 persen
(yoy) dan secara kumulatif mencapai sebesar 6,29persen bila dibandingkan
periode yang sama tahun 2011 (ctc). Besaran PDB atas dasar harga berlaku secara
kumulatif pada triwulan III-2012 mencapai sebesar Rp. 6.151,6 trilyun. Bank
Indonesia memperkirakan bahwa pertumbuhan pada triwulan IV-2012 akan
mencapai 6,2 persen, sehingga pertumbuhan untuk keseluruhan tahun 2012 akan
mencapai sekitar 6,3 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan trend
yang terus meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Bahkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia sejak triwulan II-2012 merupakan pertumbuhan terbesar kedua
di Dunia setelah China yang meskipun mencatat angka 7,7 persen namun trendnya
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (Firmanzah, 2012). Dengan
demikian tingkat pertumbuhan Indonesia kembali berada di atas rata -rata tingkat
pertumbuhan dunia yang pada tahun 2012 diprediksi sebesar 3,5 persen.
13
Grafik dan Tabel 3.1 : Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN, China dan India (2002-
2012)
Sumber: IMF 2012
*Angka Perkiraan
Sebagaimana terlihat dalam Grafik dan Tabel I, dalam 10 tahun terakhir
pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat stabil di kisaran 5,5 persen 1 persen
dengan pertumbuhan rata -rata sebesar 6,11persen. Sejak tahun 2007 hingga 2012,
tingkat pertumbuhan hampir selalu di atas 6 persen dengan pengecualian tahun
2009 (4,6 persen ) sejalan dengan krisis ekonomi global akibat kegagalan sektor
kredit properti (subprime mortgage crises) dimana sebagian besar negara bahkan
mengalami pertumbuhan minus. Trend tersebut berbeda bila dibandingkan dengan
Singapura yang memiliki tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 6,55 persen,
namun fluktuasinya sangat tinggi mulai dari 14,7 persen (2010) setelah
mengalami kontraksi -1,3 persen (2009). Demikian pula halnya dengan Thailand,
Malaysia, Brunei Darussalam yang tidak lepas dari imbas krisis global tahun
2009, sehingga turut mengalami pertumbuhan yang minus. Pertumbuhan ekonomi
Vietnam memang menunjukkan tingkat yang selalu lebih tinggi dibandingkan
Indonesia dari periode 2002 hingga 2010, namun terlihat mulai mengalami
overheating dan melambat pertumbuhannya. Sedangkan Myammar dengan skala
14
perekonomiannya yang masih terbatas dapat mencapai pertumbuhan di atas 10
persen (double digit) pada periode 2002 hingga 2007 dan di masa mendatang
berpotensi untuk terus tumbuh sejalan dengan reformasi dan keterbukaan politik
yang ditempuh oleh Pemerintah Myammar.
Ketahanan ekonomi Indonesia terhadap imbas krisis keuangan global tidak
terlepas dari karakteristik ekonomi nasional yang ditopang oleh konsumsi
domestik dan pembentukan modal tetap bruto (investasi). Hingga triwulan III-
2012 seperti terlihat dalam Tabel II, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia
didominasi oleh pengeluaran Konsumsi Masyarakat (54,79 persen), diikuti oleh
PMTB (37,58 persen), pengeluaran Pemerintah (8,24 persen). Tekanan pelemahan
ekonomi global berimbas pada penurunan harga komoditas (seperti batubara,
nikel, tembaga dan CPO) dan pengurangan permintaan dari negara tujuan ekspor,
telah menyebabkan melambatnya kinerja ekspor nasional dan terjadi defisit ekspor
terhadap impor sebesar -0,61 persen dari PDB. Meskipun kinerja ekspor secara
nominal terus meningkat (23,1 persen dari PDB), namun kebutuhan impor barang
modal dan bahan baku/antara untuk kebutuhan produksi yang terus meningkat
(23,7 persen dari PDB) telah menyebabkan neraca perdagangan mengalami defisit
(minus).
Tabel 4.1 Produk Domestik Bruto Indonesia (2010-2012)
Sumber : BPS * Angka Tahun 2012 sampai dengan Triwulan III
Kinerja perekonomian pada triwulan III-2012 meningkat 3,21 persen
dibandingkan triwulan sebelumnya (II-2012), yang berarti lebih besar
dibandingkan peningkatan pada triwulan II-2012 terhadap triwulan I-2012 sebesar
15
2,80 persen (qtq). Komponen PMTB tumbuh sebesar 2,94 persen (qtq), diikuti
Konsumsi Masyarakat sebesar 2,71 persen.Sedangkan komponen pengeluaran
yang mengalami penurunan adalah Pengeluaran Pemerintah (-0,07 persen),
Ekspor (-0,21 persen) serta Impor (-8,36 persen). Apabila dibandingkan dengan
triwulan yang sama pada tahun 2011, laju pertumbuhan komponen pengeluaran
PMTB mencapai 10,02 persen dan komponen konsumsi masyarakat mencapai
5,68 persen.
Dari sisi lapangan usaha, seluruh sektor perekonomian Indonesia pada
triwulan III-2012 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya
(qtq). Pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor Pertanian (6,15 persen), sektor
Pengangkutan dan Transportasi (4,20 persen), sektor Industri (3,99 persen), dan
sektor Konstruksi (3,79 persen). Sedangkan jika dibandingkan dengan perio de
triwulan yang sama tahun 2011 (yoy), maka terdapat 5 sektor yang memiliki
pertumbuhan melebihi angka pertumbuhan PDB (6,17 persen), terutama sektor-
sektor yang padat modal, seperti: sektor Pengangkutan dan Komunikasi (10,48
persen), sektor Konstruksi (7,98 persen), sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa
Perusahaan (7,41 persen), sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (6,91 persen).
Sedangkan sektor yang berpotensi padat karya yang dapat tumbuh di atas
pertumbuhan PDB hanyalah sektor Industri (6,36 persen). Di sisi lain sektor
Pertambangan yang padat karya menjadi satu-satunya sektor yang mengalami
pertumbuhan minus (-0.09 persen) akibat dampak dari penurunan permintaan
global.
Stabilitas perekonomian nasional sepanjang tahun 2012 tercermin pula
dari tingkat inflasi yang mencapai 4,3 persen, atau sedikit di atas tingkat inflasi
2011 (3,8 persen). Tingkat inflasi yang stabil di koridor target Pemerintah dan BI
(4,5 persen 1 persen) didukung oleh inflasi kelompok volatile foods yang rendah
dan inflasi inti yang terkendali dengan rendahnya imported inflation sejalan
dengan penurunan harga komoditas pangan dan energi global. Meskipun
ekspektasi inflasi sempat berfluktuasi akibat wacana kenaikan BBM pada
semester awal tahun 2012, namun administered prices tetap terkendali seiring
dengan tidak adanya kebijakan kenaikan BBM.
16
Ekonomi indonesia saat ini optimis pertumbuhan ekonomi yang
meningkat.dengan pertumbuhan dan pendapatan nasional yang semakin
meningkat kita dapat melihat perkembangan dan kemajuan kita pada negara lain.
Dengan pendapatan nasional per tahun indonesia mampu memberikan kemajuan.
Ekonomi makro yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi saat ini.
Salah satu pertumbuhan ekonomi itu dapat dilihat dengan permintaan domestik
masih akan menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan
impor, serta investasi.
Di lihat dari sedikit perekonomian makro dibidang perbankan ini dapat
kita rasakan pertumbuhan ekonomi itu meningkat. Diungkapkan oleh Gubernur
Bank Indonesia Darmin Nasution dalam rapat kerja dengan Komisi XI
(membidangi keuangan dan perbankan) DPR bahwa prospek perekonomian ke
depan akan terus membaik dan diperkirakan akan lebih tinggi. Permintaan
domestik masih akan menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu,
ekspor dan impor, serta investasi, juga akan tumbuh pesat.
Peluang, Tantangan dan Kesiapan Indonesia untuk Memasuki MEA 2015
Peluang
Pasar Potensial Dunia. Perwujudan AEC 2015 akan menempatkan
ASEAN sebagai kawasan pasar terbesar ketiga di dunia yang di dukung
oleh jumlah penduduk ketiga terbesar ( 8 persen dari total penduduk dunia
) setelah China dan India.
Negara Pengekspor. Dengan meningkatnya harga komoditas
internasional, sebagian besar negara ASEAN mencatat surplus pada
neraca transaksi berjalan. Prospek perekonomian yang cukup baik
menyebabkan ASEAN menjadi tempat tujuan investasi.
Negara Tujuan Investor. Dalam rangka AEC 2015 berbagai kerja sama
regional untuk meningkatkan infrastruktur ( pipa gas, teknologi informasi
) maupun dari sisi pembiayaan menjadi agenda. Kesempatan tersebut
membuka peluangbagi perbaikan iklim investasi Indonesia. Terutama
dalam melancarkan program infrastruktur domestik.
17
Daya Saing. Liberalisasi perdagangan barang ASEAN akan menjamin
kelancaran arus barang untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi di
kawasan ASEAN karena hambatan tarif dan non tarif yang tidak ada lagi.
Sektor Jasa yang Terbuka. Sektor sektor jasa yang telah di tetapkan
yaitu pariwisata, kesehatan, penerbangan, dan e-ASEAN dan kemudian
akan di susul dengan logistik.
Aliran Modal. Dari sisi penarikan aliran modal asing, ASEAN sebagai
kawasan dikenal sebagai tujuan penanaman modal global, termasuk
CLMV khususnya Vietnam.
Tantangan
Laju Peningkatan Ekspor dan Impor. Tantangan yang dihadapi oleh
Indonesia memasuki integrasi ekonomi ASEAN tidak hanya yang bersifat
internal di dalam negeri tetapiterlebih lagi persaingan dengan negara
sesama ASEAN dan negara lain di luar ASEAN seperti China dan India.
Laju Inflasi. Tantangan lainnya adalah laju inflasi Indonesia yang masih
tergolong tinggi bila di bandingkan dengan negara lain di kasawan
ASEAN. Stabilitas makro masih menjadi kendala peningkatan daya saing
Indonesia dan tingkat kemakmuran Indonesia juga masih lebih rendah
dibandingkan negara lain.
Dampak Negatif Arus Modal yang Lebih Luas. Arus modal yang lebih
bebas untuk mendukung transaksi keuangan yang lebih efisien, merupakan
salah satu sumber pembiayaan pembangunan, memfasilitasi perdagangan
internasional, mendukung pengembangan sektor keuangan dan akhirnya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Kesamaan Produk. Kesamaan jenis produk ekspor unggulan ( sektor
pertanian, perikanan, produk karet, produk berbasis kayu, dan elektronik )
merupakan salah satu penyebab pangsa perdaganagn intra-ASEAN yang
hanya berkias 20-25 persen dari total perdagangan ASEAN. Indonesia
perlu melakukan strategi peningkatan nilai tambah bagi produk ekspornya
sehingga mempunyai karakteristik tersendiri dengan produk dari Negara-
negara ASEAN.
18
Tingkat Perkembangan Ekonomi. Tingkat perkembangan ekonomi
Negara negara Anggota ASEAN hingga saat ini masih beragam. Tingkat
kesenjangan yang tinggi merupakan salah satu masalah di kawasan yang
cukup mendesak untuk dipecahkan agar tidak menghambat percepatan
kawasan menuju AEC 2015.
Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi MEA 2015
Peluang Indonesia untuk dapat bersaing dalam MEA 2015 sebenarnya
cukup besar, saat ini Indonesia merupakan peringkat 16 di dunia untuk besarnya
skala ekonomi. Besarnya skala ekonomi juga didukung oleh proporsi penduduk
usia produktif dan pertumbuhan kelas menengah yang besar. Prospek ekonomi
Indonesia yang positif juga didukung oleh perbaikan peringkat investasi Indonesia
oleh lembaga pemeringkat dunia serta masuknya Indonesia sebagai peringkat
empat prospective destinations berdasarkan UNCTAD World Investment report.
Maih kuatnya fundamental perekonomian Indonesia dapat dilihat ketika banyak
negara yang tumbang diterpa pelemahan perekonomian global, perekonomian
Indonesia masih dapat terjaga untuk tumbuh positif. Untuk mewujudkan peluang
MEA 2015, sudah saatnya kita berbenah dan melakukan tindakan-tindakan efektif
dan terarah yang didukung oleh berbagai pihak. Dari 12 sektor prioritas yang akan
diiimplementasikan pada MEA 2015, kita harus dapat menginventarisir sektor-
sektor potensial yang menjadi unggulan. Kepulauan riau yang 95 persen
wilayahnya terdiri atas laut, memiliki potensi yang sangat besar untuk
pengembangan sektor perikanan. Untuk menciptakan perikanan menjadi sektor
unggulan perlu didukung oleh beberapa hal, terutama peningkatan kapasitas
pelabuhan perikanan, pengembangan armada perikanan, pengembangan pola
kemitraan nelayan, pembangunan kawasan budidaya perikanan yang didukung
oleh industri paska budidaya, bimbingan teknis bagi nelayan, serta pengawasan
dan penangkapan ilegal fishing.
Rencana untuk merebut porsi lalu lintas barang di Selat Malaka dengan
pembangunan Pelabuhan Tanjung Sauh dan pengembangan Pelabuhan Batu
Ampar harus didukung oleh berbagai pihak terkait. Saat ini lalu lintas barang di
Selat Malaka masih dikuasai oleh Singapura dan Malaysia. Dengan pembangunan
19
kedua pelabuhan tersebut, Kepulauan Riau tidak hanya menjadi penonton,
melainkan ikut berkontribusi sebagai pemain dan mengambil manfaat ekonomi
dari posisi strategisnya yang berada dalam salah satu wilayah tersibuk jalur
perdagangan dunia.
Salah satu sektor unggulan lainnya yang dapat menjadi sektor potensial di
Kepulauan Riau sebagai wilayah perbatasan adalah sektor pariwisata. Kedekatan
jarak dengan Singapura harus dijadikan peluang untuk menarik wisatawan dunia
yang banyak berkunjung ke negara tersebut. Untuk mewujudkan keunggulan ini
tentu harus didukung oleh perbaikan sarana transportasi, infrastruktur, event
kebudayaan baik rutin maupun seasonal, SDM terlatih, dll. Terwujudnya sektor
pariwisata menjadi primadona memiliki multipllier effect terhadap peningkatan
sektor-sektor lainnya, seperti Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran; Sektor
Jasa-jasa, Sektor Industri Pengolahan melalui peningkatan produksi cinderamata
dan handycraft, Sektor Bangunan melalui pembangunan konstruksi pendukung
pariwisata, dan sektor-sektor lainnya. Untuk peningkatan daya saing dan antisipasi
menghadapai MEA 2015, peningkatan Sumber Daya Manusia yang handal mutlak
diperlukan. SDM ini harus dipersiapkan sebagai insan yang berdaya saing
regional bahkan global. Perlu juga dipersiapkan pengembangan usaha mikro,
kecil, menengah, (UMKM), dan juga penciptaan wisausahawan baru untuk
mendukung penguatan sektor potensial. Implementasi ASEAN China Free
Trade Area (ACFTA) 2010 dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita, dimana
ketika penerapan ACFTA banyak pihak yang belum siap akibat lemahnya
koordinasi dan upaya perencanaan sebelum diberlakukannya ACFTA.
Dengan implemetasi MEA yang semakin dekat, sudah saatnya kita
berbenah dan mengambil tindakan sedini mungkin untuk menghadapi persaingan
yang akan semakin sengit. Kerjasama dan prioritas kepentingan nasional harus
dikedepankan oleh berbagai pihak untuk mendukung terciptanya Indonesia
menjadi negara yang mendapatkan keuntungan terbesar dengan diterapkannya
MEA 2015.
Kinerja Perdagangan Indonesia ASEAN
Grafik 4.2 Neraca Perdagangan Indonesia ASEAN
Tabel 4.2 Neraca Perdagangan Indonesia
Sumber : National Bureau of Statistics prepared by Ministry of Trade
Grafik 4. 3 Nilai Ekspor Indonesia ke Negara Anggota ASEAN
Keterangan :
Ekspor Indonesia yang paling nyata dengan Singapura ( SING ) dan
Thailand ( THAI ) terjadi pada tahun 2008
Ekspor ke Malaysia ( MAL ) dan Filiphina ( PHIL ) dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan
Grafik 4.4 nilai Impor Indonesia dari negara Anggota ASEAN tahun 2005-2009
Namun, impor Indonesia terbesar juga berasal dari Singapura ( SING ),
Malaysia ( MAL ) dan Thailand ( THAI ), dengan nilai tertinggi terjadi pada
tahun 2008
Grafik 4.5 Neraca Perdagangan Indonesia vs Negara ASEAN
Neraca perdagangan INA surplus dengan PHIL, VIET, CAMB, MYAN dan
LAO selama 2005 2009; dengan MAL kembali surplus pada thn 2009
Dengan BRUN dan THA sepanjang 2005-1009 selalu mengalami defisit;
Defisit perdagangan dengan SING pada 2008-2009 cukup besar.
Grafik 4.6 nilai ekspor Indonesia ke ASEAN, Negara Mitra dan Dunia
Periode 2005-2009
Nilai ekspor ke ASEAN, Negara Mitra, dan Dunia dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan, tertinggi pada tahun 2008. Setelah ASEAN, Jepang
merupakan negara tujuan ekspor penting Indonesia
Grafik 4.7 Nilai Impor Indonesia dari ASEAN, Negara Mitra dan Dunia Periode
2005-2009
Grafik 4.8 Kinerja Perdagangan Jasa ASEAN
Sumber : ASEAN Statistical Yearbook 2007
Rata-rata sektor jasa menyumbang 40-50 persen thdp GDP negara-negara
ASEAN
Kontribusi sektor jasa ke GDP di Singapura mencapai lebih dari 65 persen,
yang terendah adalah Laos + 25 persen
Grafik 4.9 Nilai Ekspor Jasa Indonesia Tahun 2007
Ekspor jasa INA berada pada urutan ke-4 setelah Singapura ( SIN ),
Thailand ( THA ) & Malaysia ( MAL ), hampir sama dgn Filiphina ( PHI )
Grafik 4.10 Nilai Impor jasa Indonesia Tahun 2007
Singapura ( SIN ) juga importir jasa terbesar di ASEAN, diikuti Thailand (
THA ), Malaysia ( MAL ) & Indonesia ( INA ) di urutan ke-4.
Peran redenominasi dalam penyetaraan ekonomi memasuki era MEA 2015
Perlu kita ketahui bahwa nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Dollar
Amerika merupakan tertinggi kedua di ASEAN bahkan di dunia setelah Dong
Vietnam. Indonesia bisa lebih dipandang di mata dunia. Sebab, saat ini
kredibilitas mata uang Indonesia masih dianggap rendah, sehingga perlu diambil
kebijakan tersebut.
Mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan negara regional
Aspek psikologis berupa tingkat kepercayaan terhadap mata uang tersebut
diharapkan lebih tinggi karena nilainya terlihat lebih kuat terhadap mata
uang lain
Mengurangi risiko currency substitution yang selanjutnya mendukung
nilai Rupiah yang lebih stabil
Gambar 4. 1 Skema Tahapan Kegiatan Redenominasi
26
Gambar 4.2Skema Tahapan Kegiatan Redenominasi
Proses redeniominassi terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahap persiapan,
tahap transisi dan tahap phasing out.
Berikut ini adalah penjelasan dari berbagai tahapan tersebut
1. Tahap persiapan
Penyusunan draft dan pengundangan UU
Penyiapan infrastruktur TI dan SP
Persiapan dan Pengadaan Rp baru
2. Tahap transisi
Penukaran secara bertahap
3. Tahap phasing out
Seluruh transaksi menggunakan Rupiah baru
Pengembalian mata uang Rupiah baru kepada Rupiah
Seluruh transaksi menggunakan uang Rupiah
Redenominasi sangat berperan apabila diterapkan di negara Indonesia.
Berdasarkan
Beberapa dampak positif yang diperoleh dari kebijakan redenominasi
antara lain: mengurangi jumlah (volume) uang yang dibawa dalam tas, efesiensi
dalam pembayaran elektronik (misal ATM), penyederhanaan dalam penghitungan
(acounting), menumbuhkan rasa menghargai uang koin, memudahkan transaksi
27
baik lokal maupun internasional, dan menambah kewibawaan mata uang di dunia
internasional
Dampak Positif dan Negatif Redenominasi
Dampak Negatif
Adanya kenaikan harga yang dapat menyebabkan inflasi
Pada saat yang sama, jelasnya, kebijakan tersebut justru menguras daya
beli mayoritas rakyat Indonesia. Rizal khawatir, jangan-jangan kebijakan
ini justru semakin mempermudah penyogokan para pejabat. Jika sebelum
redenominasi perlu boks bekas durian untuk menyogok pejabat miliaran
Rupiah, melalui redenominasi cukup menggunakan amplop kecil.
Bisa jadi, sambung Rizal, rencana kebijakan redenominasi tersebut
dilatarbelakangi keinginan penguasa untuk memberi kesan bahwa mata
uang Rupiah kuat. Ini dimaksudkan untuk menjadikannya sebagai
indikator keberhasilan ekonomi saat ini. Rizal meyakini, keinginan untuk
memiliki mata uang kuat tersebut salah kaprah. Karena yang terpenting
adalah stabilitas mata uang.
Rizal juga mencatat, negara-negara yang berhasil memacu pertumbuhan
ekonomi dan industrinya dengan sengaja memilih kebijakan mata uang
lemah. Hal tersebut pernah dilakukan oleh Jepang pada tahun 1950-1970
dan China pada 1980an-2010 dan terbukti berhasil tumbuh double digit.
Harga pasar yang ditakutkan melonjak akibat dari pembulatan harga.
Biaya dan resiko tinggi
Ada biaya tambahan yang besar untuk mencetak uang baru dan sosialisasi
publik
Salah persepsi dengan Sanering
Money Illution (bias psikologi). Salah persepsi barang jadi murah
(konsumsi meningkat) Produsen menaikkan harga.
Ketakutan inflasi, konsumen mengalihkan ke aset riil Rp terdepresiasi
28
Dampak Positif
Indonesia bisa lebih dipandang di mata dunia. Sebab, saat ini kredibilitas
mata uang Indonesia masih dianggap rendah, sehingga perlu diambil
kebijakan tersebut.
Mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan negara regional
Aspek psikologis berupa tingkat kepercayaan terhadap mata uang tersebut
diharapkan lebih tinggi karena nilainya terlihat lebih kuat terhadap mata
uang lain
Proses redenominasi mata uang nasio nal tidak mempunyai efek pada
inflasi jika kondisi perekonomian relatif stabil.
Efisiensi sistem pembayaran akan tercapai dimana harga barang yang
tercantum menjadi lebih sederhana, proses pencatatan, penyimpanan,
pengelolaan, dan pelaporan data dalam laporan keuangan/statistik menjadi
lebih pendek, cepat serta dapat disajikan dalam angka penuh.
Dalam teknologi informasi, redenominasi akan mengurangi penyesuaian
software dan hardware tersebut dalam mengakomodir digit angka yang
semakin besar. Saat ini, kemampuan komputer hanya dapat mengakomodir
15 digit angka saja. Padahal nilai APBN Indonesia telah mencapai 16
digit.
Redenominasi juga dapat mengurangi hambatan dan kendala teknis berupa
kemungkinan kesalahan manusia dalam proses pembukuan transaksi atau
kegiatan statistik lainnya.
Persepsi atau kepercayaan masyarakat lebih tinggi terhadap uang Rupiah
dikarenakan harga berubah pada kisaran yang sempit
Mengurangi risiko currency substitution yang selanjutnya mendukung
nilai Rupiah yang lebih stabil.
Mendukung kesetaraan ekonomi dengan kawasan dalam era Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015
29
Solusi
Belajar dari keberhasilan Turki dalam melakukan redenominasi mata uang,
terdapat beberapa syarat agar redenominasi dapat dilakukan. Menurut Bank
Indonesia persyaratan yang diperlukan adalah:
1. Stabilitas makroekonomi
Stabilitas makroekonomi untuk 5 tahun terakhir memang tergolong baik.
Kondisi makroekonomi suatu negara bisa dilihat dari beberapa indikator
makroekonomi yang diantaranya tingkat inflasi dan nilai tukar mata uang.
a. Inflasi menurut ilmu ekonomi adalah peristiwa di mana terjadi peningkatan
harga barang-barang secara umum dan terus menerus dalam suatu
periode/kontinyu berkaitan dengan mekanisme pasar. Hal ini terkait dengan
hukum permintaan dan persediaan dari suatu barang atau jasa tertentu. Sedangkan
jika yang terjadi sebaliknya, maka kondisi itu disebut deflasi.
Komponen inflasi di dalam negeri terdiri dari: volatile foods (komponen
harga bergejolak), administered price (komponen harga yang diatur
pemerintah), core inflation (komponen inti) dan imported inflation (inflasi karena
naiknya harga barang impor). Inflasi yang stabil mencerminkan kestabilan harga
di dalam negeri dan penanganan yang baik terhadap ke-empat komponen inflasi
tersebut.
Tingkat inflasi Indonesia selama lima tahun terakhir cenderung memiliki
trend menurun. Berikut gambaran inflasi Indonesia dari tahun 2008 sampai
dengan bulan November 2012:
Grafik 4.7 Pergerakan Tingkat Inflasi Tahun 2008-2012 (year to year, yoy)
Sumber: Bank Indonesia
30
Pada tahun 2012, inflasi Indonesia stabil di kisaran 3-4 persen. Tingkat
inflasi tersebut masih berada dalam target yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
(4,5 persen 1 persen). Dengan demikian inflasi Indonesia masih berada dalam
tingkat aman dan mendukung stabilitas perekonomian.
Nilai kurs Rupiah yang stabil menggambarkan kekuatan perekonomian
dalam negeri dalam menghadapi tekanan ekonomi global. Stabilitas Rupiah
mencerminkan kekuatan otoritas moneter dalam mengenda likan nilai mata uang
dan membuktikan meningkatnya daya saing perekonomian dalam negeri dimata
dunia. Dalam 3 tahun terakhir pergerakan Rupiah cenderung stabil di kisaran
Rp8.000-9.000 per USD. Meski pada tahun 2009 terjadi depresiasi Rupiah hingga
Rp10.000 per USD dikarenakan pengaruh krisis global. Berikut gambaran
pergerakan kurs Rupiah terhadap USD:
Grafik 4. Pergerakan Kurs Rupiah terhadap USD
Sumber : Bank Indonesia
2. Dukungan yang penuh dari seluruh lapisan masyarakat termasuk
pemerintah, parlemen, otoritas terkait, dan pelaku bisnis. Hal ini penting
dalam menyukseskan redenominasi.
3. Tersedianya landasan hukum yang cukup kuat yang mengatur redenominasi
dan mekanisme pendukung lainnya untuk menjamin stabilitas harga dan
ketersediaan barang.
4. Sosialisasi kepada publik dan edukasi yang intensif agar tidak terjadi
kenaikan harga-harga secara berlebihan akibat tindakan pelaku ekonomi
yang memanfaatkan struktur pasar oligopolistik (spekulan) untuk sejumlah
barang kebutuhan pokok masyarakat. Sosialisasi juga diperlukan agar
masyarakat tidak menganggap redenominasi sebagai sanering. Sosialisasi
31
juga penting dilakukan untuk mengatasi kepanikan pada masyarakat yang
selanjutnya mendorong terjadinya inflasi.
5. Pemilihan waktu (timing) dan urutan pelaksanaan (sequencing) yang tepat.
Redenominasi dilakukan apabila seluruh prasyarat yang diperlukan bagi
keberhasilan program redenominasi telah terpenuhi. Pemilihan waktu yang
tidak tepat terbukti menjadi sumber kegagalan redenominasi di beberapa
negara seperti Brazil, Rusia , Korea Utara, dan Zimbabwe. Mereka
melakukan redenominasi di waktu yang salah dimana perekonomian negara
tersebut belum mapan dalam menjaga stabilitas perekonomian dan
kepercayaan publik. Selain itu pelaksanaan redenominasi tidak dapat
dilaksanakan sekaligus pada satu waktu, namun memerlukan masa
transisi/tahapan, yang dimulai dengan pemberlakuan 2 jenis mata uang dan
pencantuman 2 harga dalam 2 nilai transaksi (mata uang lama dan mata
uang sementara), diikuti dengan penarikan mata uang lama dan
pemberlakuan mata uang sementara, hingga akhirnya penarikan mata uang
sementara dan pemberlakuan sepenuhnya mata uang yang baru.
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2012 cukup menggembirakan
di tengah perekonomian dunia yang melemah dan diliputi ketidakpastian.
Pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan pada tingkat yang cukup tinggi, yaitu
6,2 persen, dengan inflasi yang terkendali pada tingkat yang rendah (4,3 persen)
sehingga berada pada kisaran sasaran inflasi 4,51persen. Di tengah menurunnya
kinerja ekspor, pertumbuhan ekonomi lebih banyak ditopang oleh permintaan
domestik yang tetap kuat. Hal ini didukung oleh kondisi ekonomi makro dan
sistem keuangan yang kondusif sehingga memungkinkan sektor rumah tangga dan
sektor usaha melakukan kegiatan ekonominya dengan lebih baik. Selain itu,
kuatnya permintaan domestik di tengah melemahnya kinerja ekspor menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan neraca transaksi berjalan. Perekonomian Indonesia
pada tahun 2013 diprakirakan tumbuh lebih tinggi, namun sejumlah risiko dan
tantangan perlu diantisipasi. Sejalan dengan membaiknya perekonomian dunia,
terutama pada semester II 2013, perekonomian Indonesia diprakirakan akan
tumbuh sebesar 6,3-6,8 persen dengan inflasi tetap terjaga sesuai dengan sasaran
Bank Indonesia sebesar 4,51 persen
Saran
Dengan kondisi perekonomian Indonesia saat ini sebaiknya Indonesia
menerapkan redenominasi karena banyak manfaat yang bisa diambil terutama
terhadap penyetaraan ekonomi Indonesia dalam menghadapi era MEA 2015.
Untuk kesuksesan redenominasi diperlukan adanya dukungan yang kuat dari
seluruh lapisan masyarakat, baik dari pemerintah, parlemen, otoritas terkait ,
maupun pelaku bisnis. Selain itu, pemerintah juga sebaiknya membuat landasan
hukum yang kuat untuk redenominasi. Sosialisasi kepada publik dan edukasi yang
intensif perlu diterapkan agar tidak terjadi kenaikan harga -harga secara
berlebihan.
Daftar Pustaka Chairil.Hamidi.Adyawarman.Prima. 2012. Redenominasi Rupiah dan Stabilitas
Perekonomian.http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=6730&Itemid=29 , Di akses pada 18 Mei 2013
Administrator. 2013. Apa Itu Redenominasi Rupia h?. http://klikpintar.com/bisnis/apa-itu-redenominasi-rupiah/ ,Di akses pada 18 Mei 2013
Thio, Sharon.2013. Dampak Positif dan Negatif dari Redenominasi. http://www.vibiznews.com/2013-01-28/dampak-positif-dan-negatif-dari-redenominasi , Di akses pada 18 Mei 2013
Administrator.2012. Tiga Manfaat Penyederhanaan Rupiah Bagi Indonesia . http://berita.plasa.msn.com/nasional/sctv/tiga-manfaat-penyederhanaan-rupiah-bagi-indonesia , Di akses pada 18 Mei 2013
Ariefew.2013. Redenominasi Mata Uang Rupiah, Tujuan dan Efeknya . http://masew.com/umum/redenominasi-mata-uang-rupiah-tujuan-dan-efeknya/, Di akses pada 18 Mei 2013
Burhani, Rusian. 2013. Ekonom nilai redenominasi berikan manfaat ekonomis.
http://www.antaranews.com/berita/355842/ekonom-nilai-redenominasi-berikan-manfaat-ekonomis , Di akses pada 18 Mei 2013
Purwanto, Didik. 2013. Apa Manfaat Redenominasi Rupiah?. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/01/30/15025056/Apa.Manfaat.Redenominasi.Rupiah. , D i akses pada 18 Mei 2013
Bimo Pratomo, Harwanto.2012. Orang Indonesia bisa bangga jika Rupiah disederhanakan. http://m.merdeka.com/uang/orang-indonesia-bisa-bangga-jika-rupiah-disederhanakan.html , Di akses pada 18 Mei 2013 dari
Msrauf.2012. Mengapa Redenominasi Rupiah Penting.
http://msrauf.blogs.unhas.ac.id/2011/12/mengapa-redenominasi-rupiah-penting/ , D i akses pada 20 Mei 2013
Ahira, Anne.2012. Kondisi Perekonomian Indonesia Saat Ini. http://www.anneahira.com/kondisi-perekonomian-indonesia-saat-ini.htm , Di akses pada 20 Mei 2013
Riyandi, Saugi. ( 2013,16 Mei ). Tiga tantangan sebelum Indonesia memasuki pasar bebas ASEAN. http://www.merdeka.com/uang/tiga -tantangan-sebelum-indonesia-memasuki-pasar -bebas-asean.html , D i akses pada 20 Mei 2013
Sholih Mufti.2013. MEA Dua Tahun Lagi, Indonesia belum Siap. http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/03/07/2/136554/MEA-Dua-Tahun-Lagi-Indonesia -belum-Siap , Di akses pada 20 Mei 2013
Administrator.2013. Tanpa Persiapan, MEA Bisa Menjadi Ancaman. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/04/08/03305974/Tanpa.Persiapan.MEA.Bisa.Menjadi.Ancaman , D i akses pada 20 Mei 2013
Administrator.2012. Apa Perbedaan Redenominasi dan Sanering Rupiah?. http://ciricara.com/2012/12/07/apa-perbedaan-redenominasi-dan-sanering-rupiah/, Di akses pada 21 Mei 2013
Wiyanti, Sri.2012. Beda sanering dan redenominasi. http://www.merdeka.com/uang/beda-sanering-dan-redenominasi.html , Di akses pada 21 Mei 2013
Administrator. 2012. Perbedaan Redenominasi Rupiah dengan Sanering Rupiah. http://www.redenominasirupiah.com/perbedaan-redenominasi-rupiah-dengan-sanering-rupiah/ , Di akses pada 21 Mei 2013
Ariyanti, Fikri.2013. Empat Syarat Agar Redenominasi Rupiah Bisa Sukses. http://bisnis.liputan6.com/read/494926/empat-syarat-agar-redenominasi-rupiah-bisa-sukses/?related=pbr&channel=b , Di akses pada 21 Mei 2013
Ariyanto, Fikri. 2013.Ini Tiga Tahapan Sebelum Lahirnya 'Rupiah Baru' .http://bisnis.liputan6.com/read/495006/ini-tiga-tahapan-sebelum -lahirnya -rupiah-baru , Di akses pada 21 Mei 2013 dari
Latif,Syahid.2013. Kisah Kegagalan Redenominasi Tiga Negara. http://bisnis.liputan6.com/read/495127/kisah-kegagalan-redenominasi-tiga-negara ,Di akses pada 21 Mei 2013
Daniel, Wahyu.2013. Ini Dia Cerita Negara yang Sukses dan Gagal Melakukan Redenominasi. http://finance.detik.com/read/2013/01/23/134534/2150674/5/ini-dia-cerita-negara-yang-sukses-dan-gagal-melakukan-redenominasi, Di akses pada 21 Mei 2013
CURRICULUM VITAE
Data Pribadi Nama Lengkap : Tia Sutiasih Tempat,Tanggal Lahir : Ciamis, 23 Agustus 1992 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Status Pernikahan : Belum Menikah Kebangsaan : Indonesia Hobi : Travelling Alamat : Jl. Raya Pangandaran No.16 Sindangwangi Telepon : HP 085223387550 E-mail : peypeymennits42@gmail.com
Pendidikan Formal Perguruan Tinggi : IESPFakultas Ekonomi UNSOED SMA : SMA Negeri 2 Ciamis (2011) SMP : SMP Negeri 2 Padaherang (2008) SD : SDN 2 Sindangwangi (2005)
Pengalaman Organisasi 2012 : Kelompok Karya Tulis Ilmiah Himesbang FE UNSOED 2013 : Kelompok Karya Tulis Ilmiah Himesbang FE UNSOED
Prestasi
1. 2012 : Juara 3 Baca Puisi Tingkat Fakultas Ekonomi UNSOED 2. 2012 : Juara 3 Baca Puisi Tingkat Universitas Jenderal Soedirman 3. 2012 : Juara 3 LKTI Liga Ekonomi Mahasiswa UAJ 4. 2012 : Juara 3 LKTI National Economics Events 5. 2012 : Juara 3 LKTI FE UNSOED
CURRICULUM VITAE Data Pribadi Nama Lengkap : Sulung Herlambang Rahmandanu Tempat,Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Juni 1993 Agama : Islam Jenis Kelamin : Laki - laki Status Pernikahan : Belum Menikah Kebangsaan : Indonesia Hobi : Game, Olahraga, main Game, Travelling Alamat : Perum Oesman Singawinata Blok E.8 No.27 Rt.
82 Rw.11 41115 Telepon : HP 085759205863 E-mail : sulungherlambang@gmail.com
Pendidikan Formal Perguruan Tinggi : IESP Fakultas Ekonomi UNSOED SMA : SMA Negeri 1 Purwakarta (2011) SMP : SMP Negeri 1 Purwakarta (2008) SD : SDI Al-Ghozali (2005) TK : TK Iqro 1999
Pendidikan Non Formal
2011 : Hypnotic Public Speaking 26 27 November by Supersolality
Instittute 2011 : TalkShow Pengenalan Dunia Kampus Siapkan Diri Optimalkan
Potensi untuk Hadapi Dunia Kampus 2011 : Peserta LKMM-TD 19 -20 November 2011 : Seminar Nasional Peran 4 Pilar Utama Bangsa sebagai Alat
Pemersatu Bangsa Dalam Mewujudkan Indonesia Berdaulat 2011 : Mentoring Program Pendampingan Pendidikan Agama Islam-P3AI 2012 : Seminar Nasional Jurusan Pertumbuhan Ekonomi Inklusif dalam
Upaya Penciptaan Lapangan Kerja di Indonesia
2012 : Seminar Nasional The Return of Dinar and Dirham as Restoration of Islamic
Monetary System 2012 : Workshop Born to be Winner, Reborn your Life 2012 : Peserta LKMM TM 22 24 Nov
Pengalaman Organisasi 2011 : Departemen Syiar UKI FE Unsoed 2011 : Member of FoSEI 2012 : Ketua Baksos Himesbang 2012
CURRICULUM VITAE
Data Pribadi
Nama Lengkap : Hanny Qudsyina
Tempat,Tanggal Lahir: Jakarta , 26 Mei 1993
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Belum Menikah
Kebangsaan : Indonesia
Hobi : Berenang
Alamat : Perumahan Persada Depok Blok A9 No.9 Jl. Raya
Tapos km.3 RT.01 RW.018 Tapos -Depok
Telepon : HP 08561839269
E-mail : hannyqudsyina@yahoo.co.id
Pendidikan Formal
Perguruan Tinggi : IESP Fakultas Ekonomi UNSOED
SMA : SMA Negeri 1 Cibinong (2011)
SMP : SMP Negeri 1 Cibinong (2008)
SD : SDN Pejuang 4 Bekasi (2005)
Pendidikan Non Formal
2011 : Talk Show Tinjauan Dampak Pengembangan e-money terhadap
Kebijakan Moneter dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
2012 : Talk Show Pekan Raya HIMESBANG FE UNSOED
Pengalaman Organisasi
2012 : Divisi konsumsi National Talkshow Economics Faculty English
Club (EFEC)
2012 : Divisi bendahara Solidarity of EFECers
2013 : Divisi acara Bakti Sosial HIMESBANG FE UNSOED
2013 : Coaches Story Telling Economics Faculty English Club
Prestasi
6. 2012 : Juara 1 Lomba Debat Ekonomi Pekan Raya HIMESBANG FE
UNSOED
7. 2012 : Juara 2 Lomba Futsal Putri Pekan Raya HIMESBANG FE
UNSOED
8. 2012 : Semifinalis News Casting E-DETECT Economics Faculty
English Club
9. 2013 : Peserta Story Telling Asian English Olympic (AEO) Binus
University
10. 2013 : Peserta Lomba Debat Ekonomi Nasional Fakultas Ekonomika dan
Bisnis