Post on 23-Oct-2015
description
METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI
OLEH:
Kelompok 2
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
BANJARBARU
2013
PRECAST LANTAI, KOLOM DAN BALOK.
PERHITUNGAN VOLUME PLAT LANTAI.
BESERTA RAB
OLEH :
ANGGOTA KELOMPOK 2
Mei Hastika Putri H1A112043
M. Iqbal Akbar H1A112046
Abdul Halim H1A112051
Al-Harisnor H1A112058
Radi Tyo H1A112065
Sumiati H1A112072
Ahmad Fadhillah H1A112078
Aldimiola T.O. Tarip H1A112086
M. Amir Wardana H1A112094
Fatimah Safitri H1A112098
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk
bangunan gedung, jembatan, jalan,, dan lain-lain. Beton merupakan satu kesatuan
yang homogeny. Beton ini didapatkan dengan cara mencampur agregat halus (pasir),
agregat kasar (kerikil), atau jenis agregat lain dan air, dengan semen portland atau
semen hidrolik yang lain, kadang-kadang dengan bahan tambahan (additif) yang
bersifat kimiawi ataupun fisikal pada perbandingan tertentu, sampai menjadi satu
kesatuan yang homogen. Campuran tersebut akan mengeras seperti batuan.
Pengerasan terjadi karena peristiwa reaksi kimia antara semen dengan air.
Berbagai metode telah dikembangkan dalam pembuatan sistem lantai bangunan
gedung yang bertujuan antara lain untuk mempercepat pelaksanaan, mengurangi
penggunaan kayu namun tetap memperhatikan biaya dan kualitas. Salah satunya
adalah penggunaan beton pracetak (precast). Beberapa keuntungan sistem precast
antara lain terkait dengan waktu, biaya, kualitas, predictability, keandalan,
produktivitas, kesehatan, keselamatan, lingkungan, koordinasi, inovasi, reusability,
serta relocability (Gibb, 1999).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Menjelaskan apa yang dimaksud dengan beton?
1.2.2 Menjelaskan apa itu precast beton?
1.2.3 Menjelaskan apa itu precast lantai, kolom dan balok?
1.2.4 Menjelaskan apa saja perhitungan plat lantai?
1.2.5 Menjelaskan RAB?
1.3 Batasan Masalah
1.3.1 Menjelaskan precast balok dan lantai.
1.3.2 Menjelaskan perhitungan volume plat lantai, balok, dan kolom.
1.3.3 Menjelaskan Rancangan Anggaran Biaya plat lantai, balok dan kolom.
1.4 Tujuan
1.4.1 Memahami mengenai precast balok, kolom, dan lantai.
1.4.2 Memahami cara perhitungan precast balok, kolom, dan lantai.
1.5 Metode Penulisan
Penulis menggunakan studi kepustakaan dari berbagai sumber berupa media
elektronik yang memuat informasi berkaitan dengan beton.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Beton
Beton merupakan salah satu bahan kosntruksi yang telah umum digunakan untuk
bangunan gedung, jembatan, jalan,, dan lain-lain. Beton merupakan satu kesatuan
yang homogeny. Beton ini didapatkan dengan cara mencampur agregat halus (pasir),
agregat kasar (kerikil), atau jenis agregat lain dan air, dengan semen portland atau
semen hidrolik yang lain, kadang-kadang dengan bahan tambahan (additif) yang
bersifat kimiawi ataupun fisikal pada perbandingan tertentu, sampai menjadi satu
kesatuan yang homogen. Campuran tersebut akan mengeras seperti batuan.
Pengerasan terjadi karena peristiwa reaksi kimia antara semen dengan air.
Beton adalah material utama yang digunakan dalam pembuatan bangunan.Beton
terdiri dari pasta, agregat dan admixture.Dalam membuat suatu beton dengan mutu
tertentu perlu ditentukan jumlah pasta dan agregat yang sesuai.Pasta adalah campuran
semen dan air yang digunakan untuk merekatkan agregat-agregat dalam beton.Jumlah
pasta pada pembuatan beton sekitar 30-40% dari volume dan berat total
beton.Sedangkan jumlah agregat sebesar 60-70%.
2.2 Precast Beton
Beton Precast atau juga disebut beton pracetak merupakan bahan beton yang
telah dibuat di pabrik dengan bentuk sesuai cetakan, kemudian beton yang dicetak
tersebut akan diangkut dan dipasang ke tempat lokasi konstruksi bangunan. Beton
Precast buatan pabrik seperti beton flyslab terbuat dari campuran bahan bangunan
dengan berbagai ukuran sesuai standart yang ditentukan. Sehingga produk akhir beton
pracetak memliki tampilan yang alami. Dengan menggunakan teknologi modern yg
dibuat di pabrik, beton precast flyslab sendiri difungsikan untuk menyertakan
berbagai aplikasi arsitektur dan struktural dengan bagian atau seluruh sistem
bangunan.
2.3 Precast Lantai, Kolom dan Balok
1. Precast lantai
Di Indonesia telah banyak aplikasi teknologi beton pracetak pada berbagai jenis
konstruksi yang didukung oleh perusahaan yang mengembangkannya. Volume
sistem lantai suatu gedung pracetak mencapai 2/3 dari volume sistem pracetak
bangunan gedung secara keseluruhan. Elliott (2002). Mengingat volume yang
dominan ini, maka perlu upaya perencanaan sistem lantai yang efektif. Salah
satu produk yang dihasilkan oleh perusahaan adalah Solusi Rumah, yang mempunyai
sistem lantai terdiri dari komponen-komponen pracetak, yaitu support beam,
curve tile dan beton cor di atasnya (concrete topping), lihat Gambar 1 dan 2.
(a) Tampak sampinng-atas (b) Tampak bawah
Gambar 1. Sistem lantai yang terbuat dari gabungan komponen pracetak (support
beam, curve tile) dan beton cor ditempat.
Sebelum produk ini secara luas digunakan oleh masyarakat, perlu diketahui
kinerja masing-masing komponen struktur secara terpisah maupun setelah menjadi
satu kesatuan menjadi sistem struktur. Salah satu cara untuk mengetahui kinerja
adalah dengan pengujian eksperimental, yang bisa memberikan gambaran
tentang kekakuan, daktilitas, kapasitas beban, dan pola retak serta jenis
keruntuhannya. Kekakuan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk
memperoleh satu unit displacement. Nilai kekakuan merupakan sudut kemiringan
dari kurva beban-lendutan sebelum leleh pertama/retak. Daktilitas digambarkan
sebagai displacement ductility factor (µ) yakni perbandingan antara defleksi balok
saat maksimum dan defleksi balok pada saat leleh/retak pertama (Park and
Paulay, 1975). Kapasitas adalah beban tertinggi yang bisa dicapai.
Penggunaan produk precast concrete sebagai plat lantai, relatif sudah sudah
banyak dijumpai. Dengan digunakan precast maka pemakaian bekisting dan perancah
akan berkurang drastis sehingga akan menghemat waktu pelaksanaan. Salah satu
precast untuk lantai adalah precast hollow core slab.
Sistem precast hollow core slab menggunakan sistem pre-tensioning dimana
kabel prategang ditarik terlebih dahulu pada suatu dudukan khusus yang telah
disiapkan dan kemudian dilakukan pengecoran. Oleh sebab itu pembuatan produk
precast ini harus ditempat fabrikasi khusus yang menyediakan dudukan yang
dimaksud. Adanya lobang dibagian pelat tengahnya secara efektif mengurangi berat
sendirinya tanpa mengurangi kapasitas lenturnya. Jadi precast ini relatif ringan
dibandingkan solid slab bahkan karena digunakannya pre-stressing maka
kapasitasnya dukungannya lebih besar.
Keberadaan lobang pada slab tersebut sangat berguna jika diaplikasikan pada
bangunan tinggi karena mengurangi bobotnya lantai. Untuk solid slab tebal 120 mm
saja maka beratnya adalah sekitar 288 kg/m2 hampir sama dengan berat beban hidup
rencana untuk kantor yaitu sekitar 300 kg/m2. Padahal konstribusi kekuatan pelat
hanya untuk mendukung pembebanan tetap saja (DL+LL). Bahkan karena beratnya
tersebut akan menjadi penyumbang utama besarnya gaya gempa. Jadi jika berat lantai
berkurang maka beban gempa rencananya juga berkurang. Dengan demikian
penggunaan lantai precast yang ringan juga mengurangi resiko bahaya gempa.
2. Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban
dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan
penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan
lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan
dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). SK SNI T-
15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas
utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak
ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Fungsi kolom adalah sebagai
penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti
rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri.
Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban
lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah
bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke
kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di
bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar
dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus
benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban
dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama
untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar
bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh. Struktur dalam kolom dibuat
dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara material yang tahan
tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah
material yang tahan tekanan. sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik
pada bangunan.
Jenis-jenis Kolom Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada
tiga:
1. Kolom ikat (tie column)
2. Kolom spiral (spiral column)
3. Kolom komposit (composite column)
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga
jenis kolom beton bertulang yaitu :
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom
brton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak
spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini
berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada
tempatnya.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama
hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral
yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi
dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap
deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya
kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan
terwujud.
3. Struktur kolom komposit merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat
pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa
diberi batang tulangan pokok memanjang.
Untuk kolom pada bangunan sederhana bentuk kolom ada dua jenis yaitu kolom
utama dan kolom praktis.
1. Kolom Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya
menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan
jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak
tidak begitu besar, dan apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka
struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan
rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok
8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm
8 buah, 8 – 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).
2. Kolom Praktis
Adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat
dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan
pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4
d 10 begel d 8-20. Letak kolom dalam konstruksi. Kolom portal harus dibuat terus
menerus dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak
boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari
struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama
untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai
dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil.
Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur
kolom mempunyai kekakuan yang sama. Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi
adalah balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima
seluruh beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung.
Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang
dapat menahan momen, gaya vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah
kekakuan balok, di bagian pangkal pada pertemuan dengan kolom, boleh ditambah
tebalnya.
Dasar- dasar Perhitungan Menurut SNI-03-2847-2002 ada empat ketentuan
terkait perhitungan kolom:
1. Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang bekerja
pada semua lantai atau atap dan momen maksimum yang berasal dari beban
terfaktor pada satu bentang terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau.
Kombinasi pembebanan yang menghasilkan rasio maksimum dari momen
terhadap beban aksial juga harus diperhitungkan.
2. Pada konstruksi rangka atau struktur menerus pengaruh dari adanya beban tak
seimbang pada lantai atau atap terhadap kolom luar atau dalam harus
diperhitungkan. Demilkian pula pengaruh dari beban eksentris karena sebab
lainnya juga harus diperhitungkan.
3. Dalam menghitung momen akibat beban gravitasi yang bekerja pada kolom,
ujung-ujung terjauh kolom dapat dianggap jepit, selama ujung-ujung tersebut
menyatu (monolit) dengan komponen struktur lainnya.
4. Momen-momen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap harus
didistribusikan pada kolom di atas dan di bawah lantai tersebut berdasarkan
kekakuan relative kolom dengan juga memperhatikan kondisi kekekangan pada
ujung kolom.
Adapun dasar-dasar perhitungannya sebagai berikut:
1. Kuat perlu
2. Kuat rancang
Pekerjaan Kolom Prosesnya adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan lantai kerja dan beton decking.
Lantai kerja dibuat setelah dihamparkan pasir dengan ketebalan yang cukup sesuai
gambar dan spesifikasi. Digunakan beton decking untuk menjaga posisi tulangan dan
memberikan selimut beton yang cukup.
2. Pekerjaan pembesian.
Fabrikasi pembesian dilakukan di tempat fabrikasi, setelah lantai kerja siap maka besi
tulangan yang telah terfabrikasi siap dipasang dan dirangkai di lokasi. Pembesian pile
cap dilakukan terlebih dahulu, setelah itu diikuti dengan pembesian sloof. Panjang
penjangkaran dipasang 30 x diameter tulangan utama.
3. Pekerjaan bekisting.
Bekisting dibuat dari multiplex 9 mm yang diperkuat dengan kayu usuk 4/6 dan
diberi skur-skur penahan agar tidak mudah roboh. Jika perlu maka dipasang tie rod
untuk menjaga kestabilan posisi bekisting saat pengecoran.
4. Pekerjaan kontrol kualitas.
Sebelum dilakukan pengecoran, perlu dilakukan kontrol kualitas yang terdiri atas dua
tahap yaitu :
1) Sebelum pengecoran.
Sebelum pengecoran dilakukan kontrol kualitas terhadap :
a. Posisi dan kondisi bekisting.
b. Posisi dan penempatan pembesian.
c. Jarak antar tulangan.
d. Panjang penjangkaran.
e. Ketebalan beton decking.
f. Ukuran baja tulangan yang digunakan.
g. Posisi penempatan water stop
2) Pada saat pengecoran.
Pada saat berlangsungnya pengecoran, campuran dari concrete mixer truck diambil
sampelnya. Sampel diambil menurut ketentuan yang tercantum dalam spesifikasi.
Pekerjaan kontrol kualitas ini akan dilakukan bersama-sama dengan konsultan
pengawas untuk selanjutnya dibuat berita acara pengesahan kontrol kualitas.
5. Pekerjaan pengecoran.
Pengecoran dilakukan secara langsung dan menyeluruh yaitu dengan menggunakan
Concrete Pump Truck. Pengecoran yang berhubungan dengan sambungan selalu
didahului dengan penggunaan bahan Bonding Agent.
6. Pekerjaan curing
Curing dilakukan sehari ( 24 jam ) setelah pengecoran selesai dilakukan dengan
dibasahi air dan dijaga/dikontrol untuk tetap dalam keadaan basah.
Jadi, untuk kolom pada bangunan berlantai 2 atau lebih, di butuhkan kolom yang kuat
dan kokoh sebagai dasar penopang beban yang besar dari atas, kolom yang baik
untuk bangunan ini adalah dengan ukuran 30/40 atau 40/40 ke atas. Ukuran kolom ini
disesuaikan dengan kebutuhan pada beban bangunan.
3. Balok
Balok untuk bangunan berlantai 2.
Agar dalam penggambaran konstruksi beton bertulang untuk balok sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan perlu memperhatikan ketentuan-ketentuan yang
terkandung dalam konstruksi beton bertulang.
Menggambar penulangan balok agak sedikit berbeda dengan menggambar
penulangan pelat atap/lantai, karena dalam menggambar penulangan balok,
tulangannya harus dibuka satu persatu ( harus digambarkan bukaan tulangan) agar
kelihatan jelas susunan tulangan-tulangan yang digunakan dan bentuknya.
Tulangan yang dipilih luasnya harus desuaikan dengan luas tulangan yang dibutuhkan
serta memenuhi persyaratan konstruksi beton bertulang.
Setiap sudut balok harus ada 1 (satu) batang tulangan sepanjang balok
1) Diameter tulangan pokok minimal Ø 12 mm
2) Jarak pusat ke pusat (sumbu ke sumbu) tulangan pokok maksimal 15 cm dan
jarak bersih 3 cm pada bagian-bagian yang memikul momen maksimal.
3) Hindarkan pemasangan tulangan dalam 2 (dua) lapis untuk tulangan pokok.
4) Jika jarak tulangan atas dan tulangan bawah (tulangan pokok) dibagian samping
lebih dari 30 cm, harus dipasang tulangan ekstra (montage)
5) Tulangan ekstra (montage) untuk balok tinggi (untuk balok yang tingginya 90 cm
atau lebih luasnya minimal 10 % luas tulangan pokok tarik yang terbesar dengan
diameter minimal 8 mm untuk baja lunak dan 6 mm untuk baja keras
Selimut beton (beton deking) pada balok minimal untuk kontruksi
6) Di dalam : 2.0 cm
7) Di luar : 2.5 cm
8) Tidak kelihatan : 3.0 cm
Apabila tegangan geser beton yang bekerja lebih kecil dari tegangan geser beton
yang diijinkan, jarak sengkang / beugel dapat diatur menurut peraturan beton dengan
jarak masimal selebar balok dalam segala hal tidak boleh lebih dari 30 cm. Jika
tegangan geser beton yang bekerja lebih besar dari tegangan geser beton yang
diijinkan, maka untuk memikul / menahan tegangan yang bekerja tersebut ada 2 (dua)
cara:
Tegangan geser yang bekerja tersebut seluruhnya (100 %) dapat ditahan/dipikul
oleh sengkang-sengkang atau oleh tulangan serong / miring sesuai dengan
perhitungan yang berlaku.
1) Apabila tegangan geser yang bekerja tersebut ditahan / dipikul oleh kombinasi
dari sengkang-sengkang dan tulangan serong / miring (sengkang-sengkang
dipasang bersama-sama dengan tulangan serong / miring atau dengan kata lain
sengkang bekerjasama dengan tulangan serong), maka 50 % dari tegangan
yang bekerja tersebut harus dipikul / ditahan oleh sengkang-sengkang dan
sisinya ditahan / dipikul oleh tulangan serong/miring. Tulangan tumpuan
harus dipasang simetris (tulangan tumpuan bawah harus dipasang minimal
sama dengan tulangan tumpuan atas).
Kolom untuk bangunan lantai 2
Yang perlu mendapatkan perhatian dalm menggambar penulangan kolom antara lain:
1. Penyambungan kolom di atas balok atau sloof
2. Seperempat tinggi kolom jarak sengkang lebih rapat dari pada bagian tengah
kolom
3. Lebar kolom lebih dari 30 cm diberi tulangan tambahan di tengah-tengah
lebar
4. Minimal tulangan pokok kolom menggunakan diameter 12 mm
2.4 Perhitungan Volume Plat Lantai
Plat lantai adalah Lapisan tipis (berkisar 10 cm) yang terbuat dari beton
bertulang, berfungsi sebagai lantai maupun atap. Pada kesempatan kali ini akan
dibahas dan ditinjau masalah hitungan perencanaan elemen struktur yaitu pelat. Disini
akan membandingkan hasil perhitungan dengan hasil pelaksanaan di lapangan pada
suatu proyek Hotel di Yogyakarta.
Sebagai dasar perencanaan digunakan standar tata cara yang berlaku di Indonesia,
antara lain :
1. SNI 03-2847-2002
2. SNI 03-1729-2002
3. SNI 03-1726-2002
Berikut perhitungan plat lantai dijelaskan dibawah ini:
A. Volume Kolom Beton
(Kolom = 6 Unit, satuan dalam CM)
B. Volume Balok Beton
Volume Balok
= (0,25m x 0,45 x 4,5 x 4 Unit) + (0,25 x 0,40 x 4m x 3 Unit) = 3,225 m3
C. Volume Plat Lantai Beton
Untuk Perhitungan Volume Plat Lantai Beton biasa dilakukan dalam 2 cara, yaitu:
1. Volume Bersih Plat Lantai Beton (tidak termasuk Volume Plat Lantai di
atas Balok)
Volume Plat Lantai Beton= (0,10m x 4,25m x 3,75m) x 2 Unit = 3,1875m3
Cara ini biasa dilakukan untuk mengetahui Volume Beton yang diperlukan dalam
Rencana Pengecoran, karena ini merupakan Nilai Real volume Beton yang dibutuhan
dalam Pengecoran Plat Lantai nantinya.
2. Volume Kotor Plat Lantai Beton (termasuk Volume Plat Lantai di atas
Balok)
Volume Plat Lantai Beton= (0,10m x 9,25m x 4,25m) = 3,93125 m3
Cara ini biasa dilakukan untuk mengetahui Volume Beton dalam menghitung
Rencana Anggaran Biaya (RAB). Hal ini dilakukan untuk menghindari kerugian
dalam pelaksanaan pekerjaan dan akurasi perhitungan jumlah besi tulangan plat lantai
beton tersebut. Karena bagaimanapun juga pembesian (tulangan) plat lantai dibuat
bertumpu pada balok beton di bawahnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Precast balok, kolom, dan lantai merupakan jenis beton pracetak yang
telah dibuat di pabrik dengan bentuk sesuai cetakan, kemudian beton
yang dicetak tersebut akan diangkut dan dipasang ke tempat lokasi
konstruksi bangunan.
2. Perhitungan volume precast dengan contoh asumsi bangunan
sederhana menghasilkan volume kotor plat lantai sebesar = 3,93125 m3
, volume balok = 3,225 m3 , volume kolom = 1,995 m3.
3.
3.2 SARAN
1. Perhitungan volume precast akan lebih baik jika merujuk kepada
bangunan real yang ada di masyarakat.