Post on 30-May-2018
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
1/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 1
MENJAUHI PELAKU BIDAH
KATA PENGANTAR
Ciri paling menonjol dari keistimewaan aqidah Islam adalah dipegang teguhnya Al-
Qur'an dan sunah serta dijaganya kemurnian Islam darl hal-hal yang mengotorinya.
Salah satu racun yang merasuki aqidahini adalah bid'ah. Pengaruh dan penyesatan
bid'ah terhadap aqidah akan terus berjalan dengan berbagai bentuk sesuai dengan
perkembangan zaman, sesuai dengan penerapan syari'at Islam.
Agar tidak timbul kerusakan di muka bumi dan tindak kesesatan aqidah, agar sunah
Allah dan rasul-Nya tetap bersih dari kotoran, suci dari pengaruh syahwat dan hawa nafsu,
maka kita harus selalu waspada terhadap setiap bentuk ajaran baru (bid'ah) dari manapun.
Sejak awal, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah mengingatkan: "Barangsiapa
mengada-adakan sesuatu yang baru dalam agama ini, maka ia tertolak." (HR. BukhariMuslim).
Wajiblah kita menjauhi bid'ah dan para pelakunya agar selamat hidup kita, di dunia
maupun akhtrat. Untuk itu, kita harus memperkokoh dinding pembatas dengan mereka
serta mengkaji Islam secara total.
Bagaimanakah syari'at Islam mencegah berbagai pengaruh dari pelaku dan pembuat
bid'ah? Buku ini siap memberikan jawabnya. Selamat menyimak.
Penerbit
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
2/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
TUJUAN MENJAUHI BID'AH
MACAM-MACAM HIJRAH
KAIDAH-KAIDAH DALAM HIJRAH
A. Syarat Hijrah Syar'i
B. Sifat-sifat Hijrah
C. Kedudukan Hijrah dalam Aqidah
DALIL-DALIL DARI AL-QUR'AN SUNAH, DAN IJMA'
A. Penjelasan dari Al-Qur'an
B. Penjelasan dalam Hadits
C. Penjelasan dalam Ijma
HIJRAH PARA SAHABAT DARI PELAKU BID'AH
KETENTUAN HIJRAH DALAM SYARI'AT
HUKUMAN ORANG YANG BERKAWAN DENGAN PELAKU DAN PENCINTA BID'AH
KEWASPADAAN DARI TERSEBARNYA BID'AH
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
3/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 3
PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah, Tuhan sernesta alam. Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah, Dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu utusan Allah. Shalawat dan
salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu'Alaihi wa Sallam, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Orang-orang yang mengikuti beliau akan terbebas dari apa yang beliau khawatirkan
atas umatnya, dalam haditsnya:
Bergembiralah dan optimislah dengan apa yang menyenangkan kalian. Demi
Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian dengan kemiskinan dunia, akan tetapi
aku justru khawatir dengan kelapangannya sebagaimana yang diberikan
kepada orang-orang sebelum kalian. Mereka bersaing untuk mempe-
rebutkannya hingga binasa karenanya dan kalian pun binasa sebagaimanamereka."
1)
1) Fathul Bari, 6/263.
Globalisasi membuat banyak tetjadi kerancuan dan percampuran di kalangan kaum
muslimin, baik dalam bidang budaya, agama, dan sebagainya. Orang-orang asing banyak
terlibat dalam pengaburan faham yang dianut orang-orang Islam. Para penganut aliran sesat
juga membawa penyakit perilaku bagi manusia dan akidahnya. Di sisi lain, banyak bangsa
yang memusuhi umat Islam. Mereka berdatangan untuk menjarah, kemudian melumpuhkan
umat Islam. Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
Aku tidak ragu, bahwa intervensi bangsa-bangsa terhadap kalian dari segala
penjuru. Hampir saja bangsa-bangsa rnengeroyok kalian dari segala arah. 2)
2) Silsilah Shahihah, 956. Shahihul Jami' Shaghir. 8035
Menghilangnya pemuka-pemuka yang menguasai ilmu pengetahuan untuk beberapa
waktu atau diamnya mereka dalam usaha menyadarkan umat akan akidahnya, kadang-
kadang disebabkan oleh kealpaan mereka. Mereka pergi belajar dalam keadaan lemah
akidahnya untuk memantapkan aqidah para pemuda. Timbullah penghalang dan kendaladalam penanaman aqidah salaf dan pengikatnya dalam alam pikiran umat. Sebab-sebab
bergejolaknya umat Islam dengan gejolak yang keras terangkum dalam dua hal:
1. Hancurnya dinding pembatas (al-wala' wa al-bara) antara orang Islam dengan orang
kafir, antara ahlus sunah dengan ahlul bid'ah. Dinding pembatas tersebut dinamakan
alhaajizun nafsi (pertahanan jiwa). Dinding pelindung dan pemisah tadi rusak, hancur
oleh slogan menyesatkan yang dikemas dengan istilah-istilah toleransi, kasih sayang,
perdamaian mengenyah, penyimpangan dan fanatisme, demi hak asasi manusia, dan
masih banyak lagi kata mentereng yang membuai manusia sehingga lalai akan bahaya
yang mengancam dirinya. Itulah bentuk-bentuk lobi tendensius yang merusakkanpemuda Islam.
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
4/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 4
2. Ketidaktahuan atau kebutaan umat Islam terhadap Islam. Umat Islam lepas dari
ikatannya, terpecah-belah, dan jatuh tanpa nilai karena gangguan mereka. Rongrongan
orang-orang kafir menjadikan kaum muslimin menyimpang dan dangkal pemikirannya.
Mereka kehilangan keseimbangan hidup, sandaran kemasyarakatan kegotongroyongan,
kemaslahatan, dan dalam aqidah Islamiyah. Semua itu membawa nilai yang menjadikancacat atau aib serta keraguan. Selanjutnya, muncullah pandangan yang rusak dan
kesadaran yang lemah. Pengagum dan pengumbar hawa nafsu mendapatkan lapangan
yang luas untuk menyebarkan bid'ah dengan berbagai bentuknya, hingga bid'ah itu
berada di tangan orang yang memungutnya. Itu merupakan peribadatan baru yang tidak
ada dasar hukumnya. Ia keluar dari ketetapan ibadat menurut Al-Qur'an dan hadits.
Bid'ah merupakan penjerat leher, sumber kesesatan, dan penyebar kerusakan di muka
bumi. Karenanya nafsu berlarian, berkejar-kejaran, dan berlomba-lomba dari generasi ke
generasi, kaum demi kaum. Ribuan kaum muslimin di kota-kota, rumah-rumah, dan
perkampungan-perkampungan, semuanya yakin adanya taktik menipu, seperti sesuatu diluar Islam dikatakan dari Islam padahal Islam menghapusnya. Pada sisi lain, ada api bahaya
tempat orang-orang Islam bergulir dalam panasnya dan meneguk kepahitannya.
Pengumbaran hawa nafsu itu berkisar di wilayah Islam atau di sebagian negara Islam.
Kehinaan mereka tertimbun, bid'ah mereka tertutup, namun ada di antara mereka yang
kembali kepada hidayah dan petunjuk Allah.
Di balik itu ada aliran yang berusaha menghancurkan pertahanan jiwa dan
mempersubur kebutaan umat akan pengetahuan agama, baik secara nampak maupun
tersembunyi. Misi mereka itu saat ini tidak lagi tertutup dari mata yang memandang. Dalam
keadaan yang demikian, atau setiap terjadinya peristiwa ini, biasanya ada sebagian orangIslam yang memperingatkan, bahkan meyelamatkan mereka dengan berbagai cara dan
metode syar'iyah yang mampu mencegah berlanjutnya bid'ah. Mereka itu biasa disebut
mujadid atau kaum pembaharu yang berdiri tegak melaksanakan kewajiban dakwah kepada
Allah, mengajak manusia bersama Sang Pencipta, Allah Subhanahu wa Ta'ala, atas dasar
kesadaran, pengamatan, dan penelitian tentang agama. Mereka juga berusaha
membebaskan daerah Islam dari pengaruh-pengaruh bid'ah dan khurafat serta hawa nafsu
yang menimbulkan kesesatan dengan memperkuat aqidah salaf, aqidah orang-orang
terdahulu, yaitu aqidah istimewa di bawah sinar Al-Qur'an dan sunah dalam jiwa umat Islam.
Ciri paling menonjol dari keistimewaan aqidah Islamiyah adalah dipegang teguhnya Al-Qur'an dan sunah serta dijaganya kemurnian Islam dari hal-hal yang mengotorinya. Dalam
kenegaraan, hal tersebut dapat kita tempuh dengan jalan memegang kekuasaan, kemudian
menerapkan kaidah syar'i sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. Dengan demikian, kita
akan dapat menghalau pelaku bid'ah dengan memberi peringatan. Apabila tidak
mengindahkan peringatan itu, mereka dihukum sesuai dengan tingkat kejahatannya.
Perbuatan ini, selain bermanfaat bagi si pelaku bid'ah, juga mengamankan orang lain dari
pengaruh mereka. Perlakuan ini dapat memperbaiki mereka, menunjukkan mereka ke jalan
yang benar dalam hidayah Allah Subhanahu wa Ta'ala, serta mengembalikan mereka dari
jurang bid'ah, tempat mereka hilang dalam memperkuat ketahanan dinding pemisah antara
sunah dan bid'ah dan pertahanan antara kelompok suni dan bid'i. Mereka juga mencegahorang-orang yang melakukan bid'ah dan bid'ah mereka.
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
5/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 5
Agar tidak timbul kerusakan di bumi dan tidak tersebar kesesatan akidah, agar sunah
Allah dan Rasul-Nya tetap bersih dari kotoran, suci dari pengaruh syahwat, dan hawa nafsu,
maka kita harus selalu waspada dari setiap bentuk ajaran baru dari mana pun. Kalau
kelihatan tidak cocok dengan Al-Qur'an dan sunah, harus segera kita halau. Pengaruh-
pengaruh bid'ah dan penyesatan aqidah inl akan terus berjalan dengan berbagai bentuksesuai dengan perkembangan zaman, sesuai dengan penerapan syariat Islam. Untuk itu kita
harus tetap menampakkan kebenaran sunah dengan melakukan dakwah kepadanya,
memberikan petunjuk, nasihat, dan sebagainya sebagai tanggungjawab umat terhadap
sesamanya atas dasar tawaashau bil haqqi wa tawaashau bishshabr.
Menyadarkan pelaku bid'ah untuk menjalankan syariat Islam sesuai dengan ilmu fiqih
merupakan perkara besar. Ia merupakan pokok dari kewajiban amar ma'ruf nahi mungkar
dan pokok dari aqidah yang berdasarkan Al-Qur'an dan sunah serta ijma' ulama. Kami telah
melihat tanda-tanda dalam kitab aqidah salaf, dialah aqidah ahlus sunah wal jama'ah. Semua
ini di bawah kekuasaan aqidah yang besar seperti al wala' wal bara' yang menuntut cinta danbenci hanya karena Allah. Dialah pokok ajaran agama yang dengannya muncul ruh
peribadatan.
Hukum syara' ini digunakan oleh kaum salaf untuk bermuamalah dengan ahli bid'ah dan
pengumbar nafsu. Banyak majalah yang berkaitan dengan itu, antara lain Ar-Riwayah dan
Asy-Shahadah. Shalat mereka, pengangkatan wali yang memegang keadilan seperti imam
dan hakim, dan kewaspadaan mereka dari bid'ah mereka tiada pegangannya. Cara
menghukum mereka adalah dengan menyingkirkan mereka dari yang lain seperti yang kami
lihat dalam kitab sunah dan aqidah yang terhimpun dalam Ushulul Islam bid-Dar'il Bida' anil
Ahkaam (Pokok-pokok Ajaran Islam untuk Menghindarkan Bid'ah dari Hukum).
Uraian dalam risalah ini khusus tentang pencegahan terhadap pelaku bid'ah dan
pembuat bid'ah dalam agama karena pentingnya pembedaan dan pencegahan serta adanya
permintaan untuk membahasnya. Pada umumnya ia menjadi sunanul mahjurah atau cara-
cara yang dijauhkan dalam isi pokok mukadimah ini. Oleh karena itu, saya berpendapat
bahwa mengistimewakan risalah ini sangat tepat untuk menghidupkan sunah dan
menyebarkannya secara syar'i dalam situasi dan kondisi yang tepat. Juga untuk menjaga
pelaku dan pencipta bid'ah atas kehormatannya sebagai orang Islam. Bid'ahnya diungkap
dengan mensifatkan ia sebagai pencipta bid'ah sebelum ia mengkafirkan dengan kata-kata
bid'ah takdir, dan baha'. Risalah ini dimaksudkan pula untuk melindungi Ahlus Sunah walJama'ah, bagaimana bid'ahnya, cara masuknya ke dalarn barisan mereka, dan lain-lainnya
yang harus disetujui oleh kaum muslimin.
Berkatalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam penjelasannya tentang wajibnya
memberi nasihat demi kebaikan Islam dan muslimin:
"Seperti halnya para pemimpin bid'ah mengeluarkan pendapat yang bertentangan
dengan Al-Qur'an dan sunah, maka penjelasan tentang perkara mereka dan kewaspadaan
umat terhadap mereka (ahli bid'ah) adalah wajib menurut kesepakatan orang-orang Islam.
Dikatakan oleh Imam Ahmad bin Hambal bahwa orang yang berpuasa, shalat, dan beriktikaflebih Anda senangi daripada orang yang membicarakan ahli bid'ah. Selanjutnya Imam
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
6/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 6
Ahmad berkata, kalau orang itu shalat dan beriktikaf hanya untuk dirinya sendiri, lalu
berbicara tentang ahli bid'ah, maka tidak lain ia membicarakan kepentingan umat. Ini lebih
utama. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa perbuatan tersebut bermanfaat untuk umum atau
untuk umat Islam. Dalam ajaran Islam digolongkan sebagai jihad fi sabilillah. Pelanggaran
atau perbuatan yang berlawanan dengannya merupakan musuh, yang melawannya adalah
fardhu kifayah menurut persetujuan umat Islam. Kalau Allah tidak berkehendak mengangkatbahaya itu, tentulah agama akan rusak. Kerusakannya lebih besar daripada kerusakan yang
ditimbulkan oleh musuh dalam peperangan. Dalam peperangan, orang yang menang tidak
merusak hati orang yang kalah. Tidak pula merusak agama kecuali menurut kehendaknya.
Adapun ahli bid'ah merusak hati sejak awal."
Hal tersebut akan Anda lihat dalam risalah ini. Ia terkumpul dalam sejumlah hukum
hijrah syar'i (menjauhi orang-orang kafir, para pencipta bid'ah yang sesat, dan pelanggar
larangan yang berbuat maksiat secara terang-terangan berdasarkan hukum Islam).
Semuanya akan menjadi rangkaian pembicaraan yang nuqul tentang hijratul mubtadi'
(menjauhi pelaku bid'ah karena bahayanya sangat besar). Sedikit banyak sudah di terangkanoleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Berikutnya akan muncul berbagai pandangan dan
pendapat yang berkaitan dengan judul buku ini.
Garis besar permasalahan yang akan di uraikan dalam risalah ini adalah:
1. Tujuan Islam menjauhi bid'ah
2. Macam-macam hijrah
3. Syarat-syarat hijrah
4. Sitat-sifat hijrah
5. Kedudukan hijrah dalam aqidah6. Dalil-dalil Al-Qur'an, sunah, dan ijma'
7. Perlakuan para sahabat dan orang-orang sesudah mereka terhadap pencipta dan pelaku
bid'ah.
8. Ketentuan hijrah dalam hukum syara'
9. Hukuman orang yang berkawan dengan pelaku dan pencipta bid'ah.
IO. Kewaspadaan dari tersebarnya bid'ah.
Ya Allah, berikanlah kepada kami rezeki dan hidayah yang bertujuan serta
jauhkanlah kami dari kemungkaran akhlak, hawa nafsu, dan berbagai penyakit.
TUJUAN MENJAUHI BIDAH
Keuntungan menjauhkan diri dari pelaku bid'ah atau pembuat bid'ah amatlah
banyak. Ada pemegang syari'at yang berkaitan dengan aqidah kembali kepada orang yang
dijauhkan atau dikucilkan dari umat Islam. Menurut Al-Qur'an dan sunah Rasul hukuman
bagi pelaku bid'ah dan orang yang mengikuti hawa nafsu adalah dikucilkan dari khalayak
ramai. Tujuannya bermacammacam, antara lain:
1. Hukuman zajer, adalah hukuman syar'i untuk orang yang dikucilkan (mahjur).Hukuman tersebut digolongkan jenis jihad di jalan Allah karena bertujuan agar namaAllah serta ajaran-Nya tetap dijunjung tinggi, dan amar ma'ruf nahi mungkar
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
7/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 7
dilaksanakan sebagai jalan untuk bertaqarub kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala
dengan keharusan mencintai-Nya.
2. Mernbangkitkan jiwa umat Islam dari jatuhnya mereka dalam bid'ah ataumembukakan tabir bagi mereka bahwa ajaran yang tidak sesuai dengan Al-Quran
dan sunah adalah bid'ah dan sesat. Untuk itu umat Islam diajak kembali kepadatuntunan Al-Qur'an dan sunah.
3. Mencegah dan menghalangi meluasnya ajaran bid'ah tersebut.4. Merendahkan pelaku bid'ah dan menghukumnya agar ajaran bid'ahnya melemah. Ia
boleh disingkirkan karena akan tetap seperti serigala dalam guanya.
Apabila kita tetap bergaul dan berkumpul dengan pelaku dan pembuat bid'ah, tetapi
meninggalkan gagasan dan ajarannya, maka ini merupakan pelenyapan secara umum, harus
kita lihat situasi para jamaah dengan menetapkan pencegahan secara sehat yang bertujuandemi kebaikan. Imam Syatibi menukilkan beberapa hadits tentang penghargaan atau
pemuliaan pelaku bid'ah, ia berkata:
"Sesungguhnya memberi kedudukan, dalam arti memuliakan, sudah jelas
merupakan pengagungan atas bid'ahnya. Kita telah mengetahui bahwa agama
telah memerintahkan agar umat Islam membendung dan menghalangi,
merendahkan dan menghinakannya dengan sesuatu yang lebih keras dari ini,
seperti memukul atau membunuh. Mengharagai pelaku bid'ah merupakan
penghalang amalan dalam ajaran Islam, terutama dalam segi aqidah. Menerima
yang bertentangan merupakan pengingkaran hukum Islam."
Memuliakan ahli bid'ah mempunyai dua arti kerusakan yang membawa kehancuran
terhadap umat Islam:
a. Perhatian masyarakat dan orang-orang jahil terhadap pengagungan itu. Mereka yakinbahwa pelaku bid'ah itu adalah orang yang paling utama. Apa yang ada padanya lebih
baik daripada apa yang ada pada orang lain. Ini menyebabkan pengikut bid'ah selalu
setia dan jauh dari ahlu sunah wal jama'ah.
b. Bila ahlul bid'ah diagungkan karena bid'ahnya, ia menjadi seorang perayu yanglembut untuk pengembangan bid'ahnya pada setiap hal. Bila demikian, hiduplahbid'ah dan matilah sunah; dan itulah bukti hancurnya Islam secara nyata.
5. Menjamin sunah dari keburukan bidah. Wahai Saudaraku, saya telah memikirkansebab yang mengeluarkan umat dari sunah dan jamaah, menjerumuskan mereka
kedalam bidah, merusakkan hati mereka, serta menghilangkan sinar kebenaran dari
pandangan mereka. Saya mendapatkan dua masalah. Pertama, adanya masalah yang
monoton, tidak variatif dan banyaknya pertanyaan tentang sesuatu yang tidak
bermakna. Kejahilannya tidak membahayakan bagi orang yang berakal. Fahamnya
tidak akan bermanfaat bagi orang mukmin. Kedua, pergaulan dengan orang yangtidak memberi keamanan, bahkan hatinya rusak karena berkawan dengannya.
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
8/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 8
MACAM-MACAM HIJRAH
Hijrah menghindarkan diri dari perbuatan bid'ah, dapat dikategorikan ke dalam tiga
macam:
1. Hijrah diyanah atau hijrah keagamaan, yakni hijrah untuk hak Allah Subhanahu wa
Ta'ala merupakan perbuatan orang yang bertakwa. Ia adalah hijrah dari perbuatan jelek
kepada perbuatan baik, hijrah dari pelaku bid'ah atau pelaku maksiat. Jenis hijrah ini ada
dua:
a. Hijrah tark, yang berarti hijrah dari perbuatan jelek dan hijrah dari pelaku
kejelekan yang membahayakan bila berkawan dengan mereka, kecuali ada
keperluan penting atau ada kemashlahatan yang insidentil. Allah Subhanahu wa
Ta'ala berfirman:
"Dan perbuatan dosa tinggalkanlah." (QS al-Mudatsir 74:5)
"Hindarilah mereka dengan baik."
"Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami,
maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang
lain. Dan jika syaitan meryadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah
kamu duduk bersama orang-orang yang zhalim itu sesudah teringat (akan
larangan itu)." (QS al-An'am 6:68)
"Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al-Qur'an bahwaapabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh
orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga
mereka memasuki pernbicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu
berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah
akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam
jahanam. (QS an-Nisa' 4:140)
Sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
"Orang yang hijrah ialah yang menghindari apa yang dilarang Allah atasnya."
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
9/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 9
b. Hijrah ta'zir, yaitu usaha untuk mengucilkan atau menghindari suatu hal yang
dilarang oleh syara'. Bentuk kedua ini merupakan salah satu hukuman syara' bagi
seorang muslim yang melakukan kejahatan dan melakukan bid'ah. Berdasarkan
pandangan yang telah diadakan dalam ilmu syari'at, hijrah merupakan langkah
yang tepat bagi pelaku kejahatan dan bid'ah. Dengan hijrah tersebut diharapkan
mereka bertaubat dan kembali kepada Al-Qur'an dan hadits secara benar dantepat.
Bagian ini merupakan bahasan yang penuh berkah karena dalam risalah ini
dijelaskan pokok-pokok dan hakikat aqidah Islamiyah yang menuntun umat Islam
ke arah jalan yang benar sesuai dengan kehendak al-Qur'an dan hadits. Perintah
dan ajakan dari risalah ini merupakan perintah untuk dilaksanakan dalam pokok
pendidikan agama. Telah diadakan pula penyelidikan dalam al-Qur'an dan sunah
mengenai aqidahdan tauhid.
Peringatan tentang Orang Kafir
Berkatalah Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah bahwa Thabari berkata, "Ka'ab bin
Malik berasal dari Hajran. Ia menghindari orang-orang yang bermaksiat. Kepergiannya
merupakan keharusan karena Hajran penuh dengan orang fasik dan pelaku bid'ah. Hajran
tidak ditetapkan bagi orang kafir, sedang ia paling berat menghukum keduanya karena
keduanya adalah ahli tauhid."
Ibnu Bathal mengatakan: "Sesungguhnya Allah mempunyai hukum, di dalamnya
terdapat kemaslahatan untuk hamba-Nya. Ia inengetahui hukum tersebut, maka wajib atas
mereka patuh dan tunduk kepada perintah-Nya. Hal itu cenderung dikatakan sebagai ibadatwalau maknanya tidak begitu jelas."
Sebagian yang lain mengatakan: "Hajran memiliki dua martabat, yaitu Hajran dengan
hati dan Hajran dengan lisan. Hajran berhati kafir; meninggalkan sifat persahabatan (kasih
sayang), tolong menolong, bantu-membantu, terlebih lagi kepada lawan perangnya. Akan
tetapi, tidak ada ketentuan untuk membicarakan Hajran karena tidak ada kekafiran yang
menghalanginya. Berbeda dengan pelaku maksiat muslim, sungguh dia terhalang untuk
membicarakannya. Oleh karena itu, bersekutulah orang kafr dan pelaku maksiat dalam
ketentuan berbicara dengannya. Mereka patuh terhadap perintah untuk mengajak amar
ma'ruf nahi munkar. Ketentuannya, antara lain meninggalkan pembicaraan yang tiada guna,berkawanlah dengan orang yang berbudi, dan sebagainya.
Dikatakan pula oleh Nawawi bahwa orang Islam wajib menghindari orang kafir. Tanpa
adanya ikatan terhadap apa yang telah dimaklumi dari pokok ajaran Islam secara umum,
mereka dilarang berkawan dengan orang-orang kafir dan diperingatkan terhadap bahaya
yang timbul akibat dari persahabatan dengan mereka. Orang Islam harus menyadari hal-hal
kaum muslimin atas orang-orang kafir. Dalam hadits dari Abu Hurairah ra Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
10/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 10
Jangan kalian memulai salam kepada orang Yahudi atau Nashrani; jika kalian
menjumpai salah seorang dari mereka di jalan, maka desaklah mereka kepada yang
paling sempit," (HR. Ahmad dan Muslim)
Masih banyak lagi nash, sunah, atau atsar salaf yang menerangkan larangan bagi
orang Islam untuk berkawan dengan orang-orang kafir.
2. Hijrah untuk mencari kebaikan dalam perkara dunia, yaitu hijrah untuk hamba.
Bahwa hijrah itu kurang dari tiga malam, dijelaskan dalam hadits yang
diriwayatkan oleh jamaah dari kelompok tertentu dari sahabat ra dengan sanad
dalam kitab Shahihain dan lainnya.
Syariat Islam tidak memberi rukshah (keringanan) terhadap jenis ini, yaitu
memperkenankan hijrah lebih dari tiga hari seperti rukshah dalam memberi had(batas) pada
selain istri yang lebih dari tiga kali (hari)." Ini adalah hijrah yang dilakukan oleh ayah
terhadap anaknya, suami terhadap istrinya. Nabi pernah hijrah dari istri beliau selama satubulan.
Dalam hadits dari Anas Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
"Janganlah kalian saling menaikkan harga (menyuruh orang lain menawar
lebih tinggi) di muka pembeli, dan jangan saling membenci, jangan saling iri
hati (dengki) dan jangan saling membelakangi, dan jadilah hamba Allah
sebagai bersaudara. Tidak dihalalkan bagi orang Islam memutuskan hijrah
dari saudararnya lebih dari tiga malam."
Hadits ini menjelaskan apa yang terdapat di balik pembatasan tiga hari atas larangan;
Ia berkata: "Adapun hijrahnya terhadap anaknya dan suami terhadap istrinya, dan siapa ada
dalam makna keduanya, maka tidak lebih tiga hari. Rasulullati Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
telah hijrah dari istri-istrinya satu bulan penuh. Pembahasan ini termasuk pembahasan yang
halus dan memerlukan bahasa sastra.
3. Hijrah yang merupakan ketentuan hukum ta'zir bagt pelanggar hukum. Dalam
ilmu flqih dibahas dalam bab Ta'zir (hukuman yang tidak ada ketentuannya dalam
nash).
KAIDAH-KAIDAH DALAM HIJRAH
A. Syarat Hijrah Syar'i
Hijrah syar'iatau hijrah menurut pengertian agama berarti melakukan hijrah untuk
meninggalkan pelaku maksiat, bid'ah, dan fasik. Hijrah ini dihitung sebagat ibadah. Ibadah
sendiri harus memenuhi dua rukunnya:
1. Ikhlas; ia adalah timbangan batin suatu amal.
2. Ittiba',mengikuti apa yang diketahui dan yang diajarkan. Ini adalah timbangan lahir.Pelaksanaan hijrah itu harus murni, tiada unsur yang membebani hati. Hijrah dari hawa
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
11/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 11
nafsu dapat menghilangkan keikhlasan. Hijrah atas perlawanan perintah akan
membatalkan ittiba'.
H. Sifat-sifat Hijrah
Hal mendasar dalam hijrah adalah menghindari pelaku bid'ah secara total,membebaskan diri darinya dan dari mufradat-nya (kosa katanya). Kita harus menghindari
mereka dalam berbagat hal:
Tidak duduk bersama mereka
Tidak bertetangga dengan mereka
Tidak memulyakan atau mengagungkan mereka
Tidak mengajak berbicara dengan mereka
Tidak memberi salam kepada mereka
Tidak mengucapkan bismillah untuk mereka
Tidak bermanis muka kepada mereka dan tidak membaca buku-buku mereka Tidak mengajak mereka bermusyawarah
Itulah sifat-sifat yang digunakan untuk membendung, menghindari, dan menjauhkan
pelaku dan pembuat bid'ah, untuk mencapai maksud agama.
C. Kedudukan Hijrah dalam Akidah.
Para ulama menempatkan hijrah dari pelaku bid'ah dalam agama di bawah kaidah
ikatan terbesar, yakni wala' wal bara'.
Kaidah yang mulia ini dipahami oleh Ahlus Sunah wal Jama'ah sebagai cinta dan benci
karena Allah. Oleh karena itu, mereka berkawan dengan wali-wali Allah dan memusuhi
syaitan. Semua yang ada padanya, kebaikan atau kejelekan, didasarkan pada kaidah itu.
Dalam hadits Anas ra Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
"Ada tiga perkara, barangsiapa mendapatkan tiga perkara itu ia akan
mendapatkan kemanisan iman yaitu agar Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai
olehnya daripada yang lain. Agar ia mencintai manusia dan tidak mencintainya
hanya karena Allah. Dan ia benci untuk kembali kepada kekafiran seperti
mereka enggan untuk dilempar ke neraka."
Dari Abi Umamah ra, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
"Barangsiapa cinta karena Allah, benci karena Allah, memberi karena Allah,
dan mencegah karena Allah, maka telah sempurnalah imannya." (HR. Abu
Dawud)
Yahya bin Mu'adz berkata, "Hakekat cinta karena Allah, ia tidak bertambah dengan
kebaikan dan tidak berkurang dengan penyingkiran." Kaidah ini merupakan bentuk
penyerahan keyakinan dalam Islam. Banyak nash yang mengatur masalah ini, baik sunah,atsar, serta kitab-kitab lain.
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
12/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 12
Orang yang paling bersih dari ahli bid'ah dan hawa nafsu, memusuhi dan
membendung atau menghalangi mereka dengan melakukan hijrah dari mereka dengan
menghindari atau menjauhkan mereka selamanya sehingga mereka kembali ke jalan Allah
akan diberi pahala. Orang yang meninggalkan kewajiban itu akan disiksa. Hal ini tertulis
dalam kitab ahlu sunah wal jama'ah pada umumnya. Cukup jelaslah apa yang di katakan oleh
Imam Abu Ismail Ashabuni (meninggal tahun 449 H), "Mereka membenci ahli bid'ah (pelakubid'ah) yang membuat hal-hal baru dalam agama. Mereka tidak menyukai ahli bid'ah serta
tidak mau berkawan dengan mereka, tidak mendengar pembicaraan mereka, tidak bergaul
dengan mereka, tidak berdebat tentang agama dengan mereka, tidak mau bertukar
pandangan dan melihat, tidak mendengarkan ajaran kebatilannya bila melintas di telinganya
dan menempati hati, dan menarik keraguan dan kekhawatiran yang rusak. Allah Subhanahu
wa Ta'ala berfurman:
"Dan apabila kamu melihat orang-orang menperolok-olokkan ayat-ayat Kami,
maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan
yang lain ... (QS al-An'am 6:68).
Selanjutnya ia menyebut ciri-ciri ahli bid'ah dan ciri-ciri ahli sunah, ia berkata:
"Mereka bersepakat atas suatu pendapat untuk mengalahkan pelaku bid'ah, merendahkan,
menghinakan, serta menjauhkan mereka; tidak bergaul dengan mereka untuk taqarrub
kepada Allah. Hijrah merupakan salah satu hukuman syari yang diturunkan ahlu sunah bagi
ahli bid'ah, sesuai dengan kadar bid'ah dan nafsunya.
DALIL-DALIL DALAM AL-QUR'AN, SUNAH, DAN IJMA
Upaya menjauhkan pelaku bid'ah dalam agama didasarkan pada dalil-dalil Al-Qur'an,
hadits, dan jima'.
A. Penjelasan dari Al-Qur'an
Banyak ayat Al-Qur'an yang menetapkan perwalian (persahabatan yang istimewa)
karena Allah dan permusuhan karena Allah, antara lain surat Al-Baqarah, Ali-Imran, Al-An'am
An-Nisa', dan Al-Mujadalah. Di sini hanya akan kami sebutkan empat ayat, yaitu dari surat AI-
An'am, An-Nisa', Hud, dan Al-Mujadalah.
Telah ditegaskan oleh ulama dalam tafsirnya bahwa dalil tentang hukuman bagi
pelaku bid'ah dengan hijrah dijelaskan dengan kata-kata yang umum. Ada dalil untuk
berhijrah, menjauhkan diri, berpaling, dan meninggalkannya, dan ada larangan bergaul
dengan orang-orang yang mengada-ada atau menambah dalam syaiat itu, sehingga mereka
kembali kepada jalan yang benar.
Itulah kalimat yang Anda lihat dari para mufasirin dan lainnya. Demi keuntungannya,
tafsir Al-Qur'an maupun hadits meliputi dua hal:
a. Apakah nash menjelaskan hal itu.
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
13/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 13
b. Apakah yang diambil dari nash tersebut adalah hukum baginya. Kalau tidak, maka
diambillah penafsirannya yang umum, tetapi tetap memakai kaidah-kaidah yang ada
dalam Al-Qur'an dan hadits. Sebuah hadits yang masyhur mengatakan:
"Atau kepahaman yang diberikan Allah kepada seseorang dalam kitabnya."
Kaidah di atas merupakan ketentuan yang mulia, maka jangan sampai Anda meninggalkan
kaidah-kaidah tersebut. Imam Syatibi menerangkan masalah-masalah tersebut panjang lebar
dalam kitabnya, Haddul Islami wa Haqiqatul Iman.
Adapun penjelasan dalarn Al-Qur'an yang dirnaksud, antara lain:
1. Firman Allah dalam surat Al-An'am ayat 68:
"Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat
Kami, maka tinggalkanlah mereka sehinggga mereka membicarakan
pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan
larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim
itu sesudah teringat (akan larangan itu)." (QS al-Anam 6:68)
Imam Qurtubi berkata, "Ayat ini mempunyai maksud bahwa ada suatu peristtwa,
orang-orang meyangka bahwa imam mereka itu para haji. Demikian juga pengikutnya.
Mereka punya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang fasik dan mengarahkan
pikiran mereka sebagat taqiyah (penyamaran)."
Ath-Thabari dari Abi Ja'far Muhammad bin Ali berkata: "Barangsiapa duduk-duduk
dengan orang yang suka bertengkar, maka mereka itu telah memperolok ayat-ayat Allah."
Berkatalah Ibnu "Arabi, "Inilah dalil bahwa duduk-duduk dengan pelaku dosa besar tidak
halal." Ibnu Khuwaiz Mundad berkata, "Barangsiapa melecehkan ayat Allah tidak boleh
digauli; janganlah duduk bersama mereka." Ia melarang kawan-kawannya masuk ke bumi
musuh dan ke gereja-gereja mereka. Mereka dilarang jual beli. Dilarang juga bergaul dengan
orang-orang kafir pelaku bid'ah. Jangan mengikat persahabatan dengan mereka, jangan
didengar pembicaraan dan pendapat mereka. Lalu ia menyebut beberapa orang salaf yang
menyingkiri pelaku bid'ah.
Imam Syaukani berkata, "Dalam ayat itu ada nasihat yang amat penting bagi orang
yang suka bergaul dengan pelaku bid'ah, yaitu mereka yang memutarbalikkan arti
perkataan-perkataan Allah, mempermainkan sunah Rasulullah, dan mengembalikan semua
itu pada hawa nafsu mereka yang menyesatkan dan bid'ah mereka yang rusak. Kalau tidak
dapat menghindari mereka, mengubah mereka, atau mengubah apa yang ada pada mereka,
maka sedikitnya jangan sampai duduk bersama mereka atau bergaul dengan mereka. Kalau
serius dalam menjaga diri, melakukan hal tersebut tidaklah sulit. Kehadiran mereka
menimbulkan campur aduk antara yang benar dengan yang salah, antara yang haq dengan
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
14/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 14
yang batil, dan antara yang halal dengan yang haram yang dapat dinilai sebagai barang yang
syubhat. Dengan demikian, kehadirannya membawa semakin parahnya kerusakan.
Kami menyaksikan pergaulan terkutuk yang tidak ada pembatasan ini, maka kami
bangkit untuk membela kebenaran dan menolak kebatilan dengan sekuat kami. Dengan
mengenal syariat Islam ini, kita wajib mengetahui bahwa pelaku bid'ah itu menyesatkan.Mereka adalah unsur perusak yang berlipat ganda, sebesar maksiat kepada Allah karena
melakukan hal-hal yang diharamkan. Apalagi mereka yang tidak mendalami Al-Qur'an dan
sunah. Amat jelaslah bahwa pada dirinya melekat kedustaan dan kerancuan dari kebatilan.
Borok itu telah membekas dalam hatinya sehingga sulit diobati, sukar dicegah sepanjang
umurnya. Ia merasa akan bertemu Allah dengan penuh keyakinan bahwa ia benar, dan Allah
akan menghapus kebatilan dan kemungkaran.
2. Firman Allah dalam surat An-Nisa' ayat 140:
"Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam AI-Qur'an bahwa
apabila kamu rnendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh
orangorang kafir), maka janganlah kamu duduk bersama mereka, sehingga
mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu
berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengari mereka. Sesungguhnya Allah
akan mengumpulkan orang-orang muruafik dan orang-orang kafir di dalam
jahanam." (QS an-Nisa 4:140)
Imam Qurtubi berkata:
"Dengan dalil ini, wajib bagi kita untuk meninggalkan maksiat bila nampak pada
mereka ada suatu kemungkaran (pelanggaran hukum). Orang yang tidak menjauhi mereka
berarti setuju dengan perbuatan mereka. Orang yang menyukai perbuatan orang kafir, ia
telah kafir pula. Maka Allah berfirman, Jika demikian, persis seperti mereka. "Maka semua
yang duduk di dalam majlis maksiat dan tidak menentang maksiat tersebut, maka ia akan
memikul dosa seperti mereka. Karena itu ia harus menentang maksiat tersebut atau
mengingkari mereka bila bermaksud membicarakan maksiat. Apabila tidak mampu berbuat
demikian, bangunlah dan pergilah dari tempat mereka agar tidak serupa dengan mereka.
Bila ajaran untuk menjauhi maksiat itu telah menjadi ketetapan, maka menjauhi pelaku-
pelaku bid'ah dan maksiat lebih utama."
Dikatakan oleh Juwaibir dari Dahhak, ia berkata: "Termasuk dalam ayat di atas,
semua hal yang baru dalam agama, yang diada-adakan dan yang harus ditinggalkan. Ini
menunjukkan bahwa bid'ah itu dilarang."
Al-Qurubi juga mengatakan tentang firman Allah dalam surat Al-An'am ayat 153:
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
15/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 15
"Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena
jalan jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa." (QS al-Anam 6:153)
Ayat ini melarang bergaul, duduk-duduk, dengan para pelaku bid'ah dan hawa nafsu.
Barangsiapa duduk dengan mereka, hukumnya sama dengan mereka, serupa dengan
mereka. Kemudian ayat tersebut melarang wanita karena perilaku itu telah membudaya
pada mereka. Hukuman bagi orang yang melakukan hal itu dan bagi orang yang melanggar
perintah Allah disebutkan dalam Al-Qur'an: Dan la telah menurunkan atas kalian dalam
kitab..." Ayat ini menyusulkan orang yang duduk, bergaul, dengan mereka bahwa
hukumannya seperti mereka.
Ada sekelompok jamaah yang madzhab serupa dengan imam-imam umat ini; dia
menghukum orang yang bergaul dengan ahli bid'ah berdasarkan ayat di atas. Merekaberaliran serupa Imam Ahmad bin Hambal, Imam Auza'i, serta Imam Ibnu Mubarak. Mereka
melarang duduk-duduk dan bersama dengan ahli bid'ah dan mengharuskan menghindarinya,
kalau tidak, maka akan kena hukuman seperti mereka.
Imam Asy-Syaukani berkata, "Pada umumnya penafsiran di atas adalah penafsiran
lafazhiyah. Penafsir membentangkan dalil tanpa kekhususan untuk menghindari pandangan
para ahli yang mengurangi dan melecehkan petunjuk-petunjuk syar'i, seperti banyak yang
terjerumus dalam taklid."
3. Firrnan Allah dalam surat Hud ayat 113:
"Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang zalim yang menyebabkan
kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang
penolong pun selain Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan." (QS
Hud 11:113)
Al-Qurtubi berkata; "Ayat ini memuat petunjuk untuk meninggalkan dan menjauhi
orang kafir, pelaku maksiat, dan ahli bid'ah lainnya. Bersahabat dengan mereka berarti kafir
atau maksiat, padahal persahabatan itu tidak terjadi kecuali karena rasa sayang." Seorang
bijak, yaitu Tharfan bin Al-Abdi, berkata:
"Jangan engkau tanyakan tentang seseorang, tetapi tanyakanlah temannya."
"Setiap orang dengan teman-temannya saling berkaitan (saling mengisi)."
Persahabatan karena suatu kepentingan dan karena menjaga diri sesuai dengan apa
yang disebutkan dalam surat Ali-Imran dan Al-Maidah, Bersahabat dengan orang yang zalim
(kejam) untuk taqiyah (penyamaran) tidaklah dilarang karena dalam keadaan terpaksa.
4. Firman Allah dalam surat AI-Mujadalah ayat 22:
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
16/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 16
Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan
Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau
saudara-saudara atau pun keluarga mereka." (QS al-Mujadalah 58:22)
Al-Qurtubi berkata: "Imam Malik mengambil dalil ini untuk memusuhi aliran Qadariyah
dan menolak bergaul dengan mereka." Berkatalah Al Qurtubi serupa dengan Imam Malik,
"Janganlah bergaul dan duduk-duduk dengan Qadariyah. Musuhilah mereka karena Allah
atas dasar firmanNya yang berbunyi:
"Engkau tidak akan menemui suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari
kiamat menyayangi orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya."
B. Penjelasan dalam Hadits
Karena banyaknya pembicaraan timbulah penafsiran yang bennacam-macam.
Adapun keterangan yang ditulis dalam hadits sebagai berikut:
3. Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda yang diriwayatkan oleh Bukhari:
"Tidak dihalalkan seseorang menjauhi saudaranya lebih dari tiga hari."
Adapun diperbolehkannya menghindari adalah saat orang itu melakukan maksiat.
Dilarang pula kita memberi salam kepada pelaku dosa. Tidak boleh juga menjawab salamnya
hingga jelas taubatnya. Sampai kapankah pelaku maksiat bertaubat? Abdullah bin Amerberkata:
Jangan memberi salam kepada peminum minuman keras.
1. Dalamsunan Abu Dawud ra, bab "Menjauhi Pelaku dan Pengumbar Hawa Nafsu,"
ditegaskan agar kita membenci mereka dan tidak memberi salam kepada mereka.
2. Dalam kitab Riadhus Shalihin susunan Imam Nawawi ra ada bab haramnya
memutus hubungan sesama muslim kecuali terhadap ahli bid'ah yang harus dijauhi
atau terhadap orang yang nampak kefasikannya.
3. Dalam Sharhus Sunah susunan Al-Baghawi ra ada bab tentang menjauhi pengumbar
hawa nafsu.
4. Dalam kitab At-Targhib wat Tarhib susunan Al-Mundziri ra, Pada bab Tarhib
(ancarnan) dijelaskan tentang orang yang berbuat kejahatan dan pelaku bid'ah
karena manusia melekat dengan kesukaannya.
Keterangan-keterangan dalam sunah tentang hijrah:
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
17/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 17
1. Dari Abu Hurairah ra dari Nabi Muharnmad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, beliau
bersabda:
"Akan datang pada akhir umatku, orang yang berbicara dengan kalian dengan
sesuatu yang belum pernah kalian dengar, dan belum pula ayah-ayah kalian. Maka
berhati-hatilah terhadap mereka." (HR Muslim)
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah menerangkan kelakuan umat ini
serta timbulnya hawa nafsu dan bid'ah di kalangan mereka. Selamatlah bagi yang mengikuti
sunah dan sunah para shahabat. Bila meliliat orang yang suka menurutkan hawa nafsunya
atau melakukan bid'ah dengan penuh keyakinan atau meremehkan sunah, seorang mukmin
wajib menjauhinya, menghindarinya, berlepas diri dengannya, dan meninggalkannya hidup-
hidup. Jangan memberi salam kepadanya apabila berjumpa, jangan menjawabnya bila ia
memulainya sampai ia meninggalkan bid'ahnya dan kembali kepada kebenaran. Larangan
menjauhi lebih dari tiga hari, seperti yang terjadi antara dua orang, merupakan pengurangan
hak persahabatan dan pergaulan, bukan hak keagamaan. Hijrah ahli bid'ah dan pengumbarnafsu adalah supaya mereka bertaubat.
2. Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
"Setiap umat ada Majusinya (penyembah api), dan Majusi umatku adalah
mereka yang rnengatakan tidak ada takdir. Kalau mereka sakit, jangan
menengok mereka dan kalau mati, jangan mendatangi mereka." (HR. Ahmad,
Tabrani, dan Hakim.)
Banyak hadits semakna dari Hudzaifah Abu Darda', Abdullah bin Amer, dan lainnya.Imam Ahmad melihat semuanya dalam Musnad-nya. Ikut andil meriwayatkan pula: Abu
Dawud, Tinnidzi, Al-Hakim, Thabrani, dan lain-lainnya.
3. Dari Aisyah ra, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah membaca ayat
berikut:
"Dialah yang menurunkan Al-Kilab (Al-Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi)-nya
ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi al-Qur'an dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong
kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat
daripadanya untuk rnenimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya,
padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang
yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil
pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal." (QS ali-Imran
3:7)
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
18/30
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
19/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 19
memberi kepada wanita Yahudi itu" (yang dimaksud adalah istri Nabi yang bernama
Sofiah, ia seorang wanita Yahudi).
Pernah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menghindari Amar bin Yasir dengan
tidak menjawab salamnya karena ia memakai khaluq, hingga dicuci. Khaluq adalah
wangi-wangian yang terdiri dari berbagai wangi-wangian, terutama zafaran. Pernahbeliau menghindari orang yang memakai khaluq.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah menjauhi seorang laki-laki yang pada
jarinya ada sebentuk cincin emas, sehingga cincin itu ditanggalkan. Hadits ini berasal
dari Bukhari dari Abdullah bin Amer.
Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjauh (hijrah) dari seorang lakilaki karena ia
memakai dua pakaian berwarna merah dengan tidak menjawab salam. (HR Abu
Dawud)
Itulah hadits-hadits yang memuat hukum menjauh (hijrah) dari pelaku-pelaku
maksiat yang demonstratif dengan maksiatnya hingga ia bertaubat. Mengambil dalil itu
untuk menghindari maksiat merupakan hal yang utama dalam melakukan hijrah diyarah
(karena agama) dari hal-hal baru dan kesesatan selain maksiat. Inilah yang menunjukkan
bahwa sekelompok orang yang membicarakan hadits-hadits tersebut harus memakai sunah
sebagai pedoman yang kuat.
8. Penegasan para sahabat:
Orang sesudah mereka hendaklah mengikuti sunah Nabi dan atsar para sahabatnya.Barangsiapa mengikuti mereka dalam menjauhi hal-hal yang bercampur dan rancu
dengan maksiat, dialah orang yang kembali kepada kebenaran. Sekelompok sahabat,
seperti Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Umar pernah berhijrah dari beberapa
orang.
Umar bin Khathab ra pernah melakukan hijrah dengan tidak membalas salam Ziyad
bin Hadhir karena beliau melihatnya memakai baju hijau, baju kebesaran pejabat
tinggi, dan kumisnya berlebihan, maka ia membuka baju itu dan menggunting
kumisnya.
Peringatan:
Bagaimana kita sekarang, apakah bisa bertahlil dengan baik apabila jenggot dicukur,
kumis diperpanjang, dan pakaian dibentuk bermacam-macam? Ubadah bin Shamid ra
pernah hijrah, menjauhi Muawiyah ra karena pertentangan pendapat tetang
rabawiyah (tanah atas). Ubadah berkata, "Saya berkata kepadamu tentang Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dan engkau berkata kepadamu menurut pikiranrnu
sendiri. Kalau Allah mengeluarkan saya, saya tidak akan bertempat tinggal denganmu
di tempatmu; yang ada amir atasku di tanah tersebut." Setelah Ubadah keluar, ia
melaporkan hal itu kepada Umar, Amirul Mukmini ra, maka Umar berkirim surat:
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
20/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 20
"Tidak ada keamiran bagimu atasnya (Ubadah), bawalah orang-orang menurut apa
yang ia katakan. Itu perintah." (HR Ibnu Majah).
Abdullah bin Mas'ud hijrah dari seorang laki-laki yang tertawa-tawa pada jenazah,
maka ia berkata: "Demi Allah, saya tidak berbicara lagi denganrnu." (HR. Ahmad).
C. Penjelasan dalam Ijma'
Di antara ulama yang telah berijma', antara lain, Al-Qadhi Abu Ya'la, Al-Baghawi, dan
Al-Ghazali.
Al-Qadhi Abu Ya'la ra berkata, "Para jamaah dan tabi'in sepakat untuk memutuskan
hubungan dengan orang-orang yang mengada-ada hal-hal baru dalam Islam (bid'ah)."
Al-Baghawi berkata, "Setelah hadits Ka'ab bin Malik ra yang memuat dalil tentang
hajran (tidak mendekati) ahli bid'ah yang berkepanjangan, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi waSallam mengkhawatirkan Ka'ab dan sahabat-sahabatnya, dan orang-orang munafik tidak ikut
berperang dengan beliau, maka beliau rnenyuruh umat untuk menjauhi orang-orang
munafik itu dan tidak bergaul dengan mereka, sehingga Allah menurunkan ayat taubat untuk
mereka. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengetahui kebersihan mereka, sahabat,
dan tabi'in. Ulama-ulama sudah sepakat akan sikap ini.
Al-Ghazali berkata, "Cara orang salaf berbeda dalam menampakkan kebenciannya
terhadap pelaku-pelaku maksiat. Semuanya sepakat untuk menampakkan rasa benci kepada
orang-orang yang kejam (tidak adil), para pelaku dan pembuat bid'ah, dan lain-lainnya.
Abdullah bin Abdulbar berkata, "Mereka sepakat bahwa tidak boleh memutuskan
hubungan dengan saudara sesama muslim lebih dari tiga hari, kecuali terhadap orang yang
dikhawatirkan membicarakan hal-hal yang merusak agama atau membahayakan dirinya.
Hijrah yang demikian itulah yang baik. Inilah pokok yang diambil oleh para ulama untuk
menjauhi dan meninggalkan orang yang melakukan dan membuat atau mengadakan bid'ah.
Caranya: tidak berbicara, tidak bergaul, dan tidak duduk-duduk bersama mereka. Kalau
mengikuti mereka, kita dinilai sama dengan mereka.
HIJRAH PARA SAHABAT DARI PELAKU BID'AH
Setelah tanduk fltnah merebak dan memecahkan kunci penutupnya, yaitu wafatnya
Umar bin Khathab, Amirul Mukminin, mulailah orang-orang Mundis menampakkan apa yang
mereka simpan dalam hati mereka untuk menipu Islam dan muslimin. Mereka mulai
meniupkan api dari tungku fitnah, mengumbar hawa nafsu, menciptakan bid'ah, bid'ah
takdir, pemberontakan, dan pembangkangan terhadap syariat. Begitulah, terhadap orang
yang semakin jauh dari masa kenabian, bid'ah masuk dalam masalah peribadatan dan
menjadikan ibadah itu bagaikan biji-bijian yang berantakan yang dipungut oleh setiap
pemungutnya.
Setelah keadaan demikian, para sahabat menghadapi halhal yang baru dalamaqidah dan amaliyah. Dengan keimanan yang sempurna, ilmu yang banyak, dan
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
21/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 21
kesadaran yang mantap, mereka dapat menampakkan sinar mulia yang dapat
melindungi kedzaliman dan kesesatan. Selanjutnya menyapu dan membersihkan
hawa nafsu itu dengan memperlakukan hukum syara'. Mereka menghukum setiap
pelaku bidah. Mereka juga mengadakan persetujuan dengan para pelaku bidah
untuk membicarakan agama secara benar. Sanksi hukum bagi pelaku bidah
berdasarkan kaidah agama diserahkan kepada Umar ra dan para sahabat berhijrahdari para pelaku bid'ah dalam kehidupan mereka. Mereka berpangkal pada kaidah al-
wara wa al-bara. Wala'adalah menjadi wali atau kawan istimewa dan selalu dekat,
sedangkan bara' adalah melepaskan diri dari segala maksiat dan bid'ah. Dapatdiartikan pula cinta dan benci hanya karena Allah Subhanahu wa Taala.
Selama program lurus ini berlaku dalam kehidupan umat, mereka dapat
menghadapi para pelaku bidah berdasarkan sanad yang benar dalam kitab sunah.
Hal ini diriwayatkan oleh sejumlah sahabat dalam tugas menegakkan syariat dengan
kekhususannya, kemudian diikuti oleh orang-orang sesudahnya.
Abdullah bin Umar ra, setelah diberi kabar oleh Yahya bin Ya'mar tentang
aliran Qadariyah, berkata:
Kalau engkau kembali kepada mereka, katakanlah kepada mereka
bahwa Ibnu Umar berkata. kepada kalian: "Sesunggulmya ia lepas
(bersih) darikalian, dan kalian Iepas (bebas) darinya."
Keterangan:
Qadariyah adalah suatu aliran yang menentang adanya takdir dan mengatakanbahwa manusia bisa melakukan sesuatu menurut kemauannya sendiri, suka atau
tidak, tanpa mendapat pengaruh takdir.
Mujahid berkata, "Telah dikatakan kepada Abdullah bin Umar bin Khathab:
Sesungguhnya Najdah berkata begini dan begitu, maka Abdullah tidak
mendengarkannya karena tidak ingin kemasukan sesuatu daIam hatinya."
Abdullah bin Mas'ud berkata, "Waspadalah ka lian terhadap hal-hal baru yang
dibuat-buat orang seperti bid'ah. Sesungguhnya agama tidak akan pergi dari hati
karena pahitnya empedu. Akan tetapi, syaitan menciptakan haI-hal yang barusehingga iman keluar dari hati, dan hampir-hampir orang meninggalkan apa yang
diperintahkan Allah dari kewajiban shalat, puasa, halal dan haram dan sebagainya.
Barangsiapa bertemu dengan masa tersebut, haruslah melarikan diri. Dikatakan
"Wahai Abu Abdurrahman, berlari kemanakah? la menjawab, "Tldak kemana-mana."
Ia melanjutkan "Melarikan diri dengan hatinya dan agamanya, dan tidak bergaul
sama sekali dengan pelaku bid'ah."
Abi Umamah ra berkata. Tidak ada kesyirikan kecuali diawali dengan
mendustakan takdir. Suatu umat tidak bersyirlk sama sekali kecuali pada awalnya
mendustakan takdir: dan kalian akan dicoba dengannya. Wahai Umat, kalian
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
22/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 22
berjumpa dengan mereka, janganlah kalian memperkuat mereka sebab mereka
memasukkan syubhat atas kamu sekalian."
Al-Fudhail bin 'Iyad berkata, "Barangsiapa duduk dengan ahli bid'ah, maka hati-
hatilah kalian; la tidak memberi suatu ilmu atau hikmah. Saya Ingin adanya dinding
pemisah dari besi antara saya dengan ahli bid'ah. Makan di rumah orang Yahudi dan
Nashrani lebih saya sukai daripada makan di rumah pelaku bid'ah." Fudhail
selanjutnya berkata, "Orang yang perbincangannya menunjukkan bahwa orang
tersebut pelaku bid'ah, dialah penipu Islam. Berwaspadalah jika didatangi orang
tersebut, jangan sampai engkau mengikutinya karena sesungguhnya mereka
menghalangl kebenaran." Dalam hal ini Fudhail bin 'Iyad melarang duduk-duduk
dengan ahli bld'ah, bermusyawarah dengan mereka, serta bergaul dengan mereka,
karena bid'ah adalah tanda-tanda nifak.
Sofyan Ats-Tsauri ra berkata, "Barangsiapa mendengarkan pelaku bid'ah
dengan telinganya, ia keluar dari perlindungan Allah."
Ibnu Thawus mengatakan bahwa la meletakkan kedua jarinya menutupi telinga
ketika mendengar orang dari aliran Mu'tazilah berbicara.
Abdurrazaq berkata, "Saya tidak suka mendengar Ibrahim bin Ali bin Yahya
yang Mu'tazilah itu karena hatinya lemah, sedangkan agama bukan dari yang
mengalahkannya."
Ibrahim bin Maisarah berkata, "Barangsiapa menghormati dan mengagungkan
pelaku bid'ah, maka ia telah membantu menghacurkan Islam."
Prakata salam, berkatalah seorang Iaki-Iaki pengumbar nafsu kepada Ayub:
"Saya akan bertanya kepadamu tentang suatu kalimat, maka Ayub berpaling dan
berkata: "Tidak, tidak setengah kalimat pun," dua kali ia mengatakan begitu.
Hasan Basri berkata, "Janganlah bergaul dengan pengumbar nafsu, jangan
berdebat dengan mereka, dan jangan mendengarkan pembicaraan mereka."
Muhammad bin Sirin berkata, "Jangan mendengarkan mereka," sedangkan
Abu Qulabah berkata, "Jangan duduk dan bergaul dengan mereka karena tidakaman; mereka akan menyeret kalian ke dalam kesesatan dan merancukan
pengetahuan kalian."
Imam Ahmad meriwayatkan hal itu dari perbuatan, pembicaraan, dan
fatwanya yang mencapai jumlah besar tentang larangan bergaul dengan pengumbar
nafsu.
Imam Malik berkata, "Para pengumbar nafsu tidak akan selamat."
Sedangkan Imam Nawawi berkata, "Adapun pelaku bid'ah dan orang yang
berbuat dosa besar, dan ia tidak bertaubat, maka jangan diberi salam dansalamnya jangan dijawab. Demikianlah pendapat sekelompok ahli ilmu." Dia
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
23/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 23
berkata juga, "Adalah sunah bila melewati suatu majlis yang di situ ada orang
Islam dan kafir memberi salam dengan lafal yang bersifat umum, namun
dimaksudkan untuk orang-orang musllm." Ibnu Arabi berkata, "Serupa itu
pula bila melewati sebuah majlis yang di situ ada orang Islam dan peIaku
bid'ah, atau ada seorang penguasa zhalim dan penguasa adil, serta orang
yang dicintai dan dibenci."
Khathabi berkata, "Sesungguhnya hijrah atau menghindari ahli bid'ah
dan hamba nafsu berlaku sepanjang waktu, selama pelaku-pelaku tidak
bertaubat dan kembali kepada kebenaran."
KETENTUAN HIJRAH DALAM SYARI'AT
Hal yang dibicarakan pada bab ini merupakan penjelasan syariat
tentang hijrah dari bid'ah dan kemaksiatan. la merupakan bahasan penting
tentang kewajiban beragama, Telah kita ketahui bahwa pencegahan kepadapelaku bld'ah dengan hijrah hingga bertaubat kepada "Allah Subhanahu wa
Taala telah dijelaskan dalam banyak dalil dengan kekhususannya. la
merupakan kaidah syar'iyah yang paling utama dan tidak menyimpang, yaitu
al-wala'wa al-bara', cinta dan benci karena Allah.
Hijrah dimaksudkan sebagai pencegahan terhadap orang yang dijauhi,
dihindari, atau disingkirkan dengan tujuan mendidik mereka agar kembali ke
pangkuan Islam yang sebenar-benarnya. Secara syar'i, hijrah untuk hak Allah
merupakan ibadah sebagaimana jihad dan amar ma'ruf nahi mungkar.
Sedangkan ibadah itu harus memenuhi dua rukunnya yaitu ikhlas danmengikuti tuntunan. Dengan demikian, hijrah itu harus murni, diikhlaskan
hanya untuk Allah, dan benar menurut sunah. Hawa nafsu bisa mengurangi
keikhlasan dan membelokkan dari tuntunan, maka hijrah itu batal bila tidak
sesuai dengan perintah.
Kalau semuanya telah pasti, hendaklah diketahui bahwa agama yang
mulia menimbang kejadian-kejadian dan situasi berdasarkan kaidah yang
umum, al-wala' wa al-bara'. Dialah timbangan yang adil dan keadilan yang
lurus (qistas mustaqim), tengah-tengah antara dua sisi: yang didahulukan dan
yang diakhirkan. Kaidah itu tidak bertambah dan tidak berkurang daribatasnya. la menemukan hijrah sebagai hukuman terhadap pelaku bid'ah
dengan penafsiran yang berbeda-beda. Kaidah yang berkumpul dengan situasi
itu memperhatikan dan memperbanyak kemaslahatan serta mencegah dan
mengurangi penyebab-penyebab kerusakan. Maka, kami berkata, "Demikian
itu pokok hijrah dari pelaku dan pembuat bid'ah dalam syariat, akan tetapi
tidak umum atas setiap hal dan setiap pelaku bid'ah. Meninggalkan
dan menyingkirkan bid'ah secara keseluruhan pada setiap keadaan telah
dimaklumi kewajibannya dalam nash dan ijma', Hukum hijrah itu diperlakukan
secara tepat sesuai dengan syariat dengan mementingkan kemaslahatan dan
mencegah terjadinya kerusakan. Inilah perbedaan bid'ah itu sendiri denganpelakunya, keadaan orang-orang yang menghindar, tempat dan kekuatan
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
24/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 24
serta kelemahan, sedikit atau banyak. Begitulah perbedaan penafsiran yang
dipelihara oleh agama. Hal itu berguna sebagai pertimmbangan umat Islam
agar dapat mewujudkan maksud dan tujuan hijrah dalam agama untuk
mendidik secara umum, mencegah diri terhadap pelaku bid'ah dan bid'ahnya,
dan melindungi sunah dari kejelekan bid'ah.
Ini hasil penerapan syariat yang tepat, seperangkat kaidah tentang
hukuman bagi orang-orang yang berperang dengan beragam keadaan mereka.
Dibedakan pula hukuman bagi pencuri dengan perampok, pezina muhshan
dengan bukan muhshan. Begitulah, seluruh hukuman syar'iyah dijatuhkan
sesuai dengan keadaannya. Akan tetapi, hendaklah diwaspadai setiap orang
Islam yang mengendalikan hawa nafsu dan mementingkan untungnya sendiri.
Dialah perusak kebenaran. Tindakannya itu merupakan akibat meninggalkan
hijrah atas dasar pelanggaran. la melanggar Allah Subhanahu wa Taala
dengan tidak hijrah. la meninggalkan hijrah syar'i dari para pelaku bid'ah
dan memperlihatkan alasan syar'i dalam meninggalkannya, juga mengatakandemi kemaslahatan, padahal yang dimaksudkan adalah di balik itu semua.
Mereka hanya bertujuan agar dapat memikat hati orang. Hijrah syar'i dari
pelaku dan pencipta bid'ah sesuai dengan ketetapan hukum Islam, tanpa
maksud lain, merupakan keharusan. Atas dasar itu, muncullah pendapat
berbagal ulama dan Imam, seperti Imam Ahmad dan sebagainya.
Berkatalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ra mengenai kebenaran hijrah,
"Sesungguhnya ada kaum yang menjadikan hijrah itu sebagai perintah umum
karena memakai kata hijer dan inkar terhadap apa-apa yang tidak
diperintahkan, maka tidak wajib dan tidak pula sunah, dan mungkin bisameninggalkan yang wajib dan yang sunah, tetapi melakukan yang diharamkan.
Ada pula yang menyingkir dari situ secara keseIuruhan. la tidak berhijrah dari
kejelekan bid'ah yang diperintahkan untuk dijauhi. Mereka meninggalkannya
seperti yang dilakukan orang yang berpaling bukan karena meninggalkan,
seperti orang yang dilarang sedangkan dia tidak menyukai dan membenci.
Mereka terjerumus ke dalamnya karena tidak melakukan hijrah dari kejelekan,
bukan karena ada larangan, Akan tetapi, karena ia harus membenci apa yang
disukai, ia bisa berbuat bisa tidak. Adakalanya ia meninggalkannya seperti orang
yang dilarang. la juga berhenti serta benci. Kelompok yang lain tidak dilarang
dan tidak dihukum dengan hukuman pengasingan, padahal ia patut mendapathukuman atas perbuatan itu. Mereka telah meninggalkan nahi mungkar seperti
yang diperintahkan kepada mereka. Mereka berada di antara melakukan
kemungkaran dan meninggalkan yang diperintahkan. Dalam kondisi demikian
agama Allah terancam. Agama Allah berada di antara kesukaan yang amat dan
ketidaksukaan manusia. Adanya perbedaan penafsiran terhadap tingkat dosa
dari bid'ah, maka muncullah banyak arah dan pand angan. Perbedaan itu adalah
kafir atau tidak kafir. Kelompok yang mengkafirkan, misalnya aliran Babiyah,
Bahaiyah; dan Qadiyaniyah. Kelompok yang tidak mengkafirkan, pada
umumnya pelaku bid'ah dan penambah dalam ibadat yang hakiki. Pada sisi lain
karena pelakunya tertutup atau terang-terangan dengan bid'ah dan maksiat,maka perbedaan itu disebabkan oleh pendorongnya. Pelaku bid'ahnya patut
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
25/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 25
mendapatkan hukuman. Berbeda dengan yang menyembunyikannya, ia tidak
lebih berbahaya daripada orang-orang munaflk yang keterangan dan
kerahasiaan mereka diserahkan oleh Nabi kepada Allah. Orang-orang munafik
berada di tingkatkan paling bawah dalam api neraka.
Keberadaan bid'ah dapat dipandang dari sudut haqiqiyah dan idhafiyah.Bid'ah haqiqiyah adalah bid'ah pada perbuatan ibadah baru yang bebas dari
ajaran, seperti shalat raghib (karena hal-hal yang diinginkan, tapi di luar ajaran],
hal-hal selain bid'ah idhafiyah seperti shalat qadar, shalat nishfu Sya'ban,
syukuran kelahiran anak (seperti sepasaran], memperlakukan tembuni (ari-ari),
dan sebagainya. Sedangkan bid'ah idhafiyah ialah bid'ah yang dilakukan oleh
pembuat bid'ah dengan menambah atau mengurangi ketetapan. Contoh:
Berdoa bersama setelah shalat dengan satu imam. Doa bersama ini disebut
idhafiyah karena ditambahkan kepada yang ditetapkan atau disunahkan dan
tidak ada nash yang menjelaskannya, Contoh lain adalah sujud syukur yang
dilakukan bersama, menyerukan shalat rawatib di belakang imam, dansebagainya.
Bid'ah yang jelas pengambilannya merupakan bid'ah khusus, misalnya
yang berkaitan dengan anak yang dilahirkan atau sebelum dilahirkan oleh orang
Islam, selamatan untuk kandungan yang berusia tujuh bulan dan sepasaran.
Termasuk bid'ah khusus pula: tahlil kematian, tiga hari, tujuh hari, empat puluh
hari, seratus hari, pendakan, seribu hari, dan sebagainya yang semuanya
merupakan upacara yang dibuat-buat untuk orang mati.
Ada pula bid'ah yang dipandang samar-samar hukumnya, seperti qunutpada shalat Isya' dan Shubuh yang asalnya ada laIu di-nasakh-kan
(dihapuskan) dan qunut yang masyru' (ditetapkan) yang dilakukan kalau ada
musibah, yang biasa disebut qunut nazilah. Kerancuan khilafiyahnya tidak
menjadikannya masyru'.
Pada hakikatnya bid'ah merupakan gambaran yang tidak jelas karena sulit
diambil hakikatnya. Penyebaran dan kefanatikan terhadap bid'ah itulah yang
menjadikannya jelas. Dipandang dari sudut ijtihad bid'ah termasuk takIid. Orang
yang berijtihad berarti membuat berbagai bid'ah yang bercabang dan
beranting. Penyimpangan atau kesesatan memungkinkan hatinya taklid.WaIaupun masing-masing dari keduanya palsu, dosa orang yang menciptakan
suatu upacara yang jelek adalah lebih besar daripada orang yang mengikutinya.
Apabila dilakukan berulang-ulang, bid'ah itu disamakan dengan bid'ah yang
terang-terangan. Bila tidak mengulangi, pelakunya hanya tergelincir,
tergelincirnya orang yang mengerti. Berbeda dengan keadaan pencipta atau
pelaku bid'ah beserta kebaikan dan kej elekan yang ada padanya.
Bila pada seseorang terkumpul kebaikan dan kejelekan, kejahatan dan
ketaatan, maksiat dan sunah serta bid'ah, ia masih berhak diberi bantuan dan
pahala sesuai dengan kebaikan yang ada padanya. Pantas puIa mendapatpermusuhan dan hukuman sesuai dengan keburukan yang ia lakukan. Maka
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
26/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 26
berkumpullah satu orang dengan dua hak, yaitu kehormatan dan kehinaan. la
mendapat ini dan itu. Seorang pencuri yang miskin, misalnya, tangannya
dipotong karena mencuri, namun diberi bantuan harta dari baitul mal
secukupnya berupa kebutuhan sehari-harinya.
Perbedaan antara seorang yang mengerti, kemudian menceburkan
dirinya dalam bid'ah, tetapi tidak berkumpul dengan ulama-ulama sunah dan
tidak bertemu dengan mereka dengan seorang yang mengerti dan bertemu
dengan pencipta bid'ah, dan dia menerirna suatu pendapat darinya,
kemudian berkumpul dengan ahli sunah dan bergaul dengan mereka, dengan
ulama-ulama mereka, dan bertetangga dalam beberapa waktu dengan
sejenisnya dan memperoleh dinginnya keyakinan, bahkan bergaul dengan
mereka puluhan tahun, kemudian ia tetap tinggal di tempat suburnya bid'ah
yang ia lakukan, menyerukan bid'ah tersebut, dan berulang-ulang
melakukannya, maka inilah hujjah (alasan) untuk memberikan hukuman
atasnya lebih banyak. Semakin jelaslah alasan yang diajukan kepadanya, makaia tidak mau melihat. la termasuk makhluk Allah yang paling besar dosanya
dan paling dibenci oleh ahli sunah. Kelompok yang pertama memiliki
kemungkinan yang lebih luas untuk ditarik hati dan keinginannya untuk
kembali kepada sunah. Adapun yang kedua tidak, demi Allah, bahkan menjadi
jelas dan pasti untuk hijrah darinya menjauhinya, berpisah dengannya, serta
menjatuhkan hukum syara' kepadanya. la disingkirkan saat mati seperti ia
dijauhi ketika hidup, maka orang yang baik tidak akan shalat untuknya dan
tidak mengantarkan jenazahnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata tentang hak sebagian pelakumaksiat yang terang-terangan. Bila orang itu menampakkan kemungkaran, ia
wajib ditentang dengan terang-terangan dengan mencegah perbuatannya,
menghijrahkan, menjauhkan, mengucilkan, dan sebagainya. la tidak perlu
diberi salam dan tidak perlu dijawab salamnya. Bila pelaku kejahatan itu
berpegang kuat pada kejahatannya tanpa mendatangkan kerusakan tertentu,
maka orang-orang yang baik harus menjauhi mereka, baik hidup maupun
mati. Bila disitu ada sekelompok orang yang berbuat jahat, maka jangan antar
jenazahnya sebagaimana Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam
meninggalkan beberapa pelaku kejahatan. Dikatakan kepada Samrah bin
Jundab, "Sesungguhnya anakmu telah mati tadi malam." Samrah menjawab,"Kalau ia mati, saya tidak akan bershalat atasnya." Samrah bersikap
demikian karena anaknya yang mati itu telah membantu seseorang yang
bunuh diri. Para sahabat Nabi juga dihijrahi dan dikucilkan karena mereka
menyatakan dosa-dosa dan kesalahan mereka dengan meninggalkan
peperangan atau jihad yang wajib. Pengucilan itu berlangsung hingga
Allah memberi ampunan kepada mereka. Kalau mereka menyatakan
bertaubat, maka kebaikan bisa diberikan kepada mereka.
Keterangan:
Pengucilan terhadap pelaku maksiat dan bid'ah selagi hidup merupakan
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
27/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 27
hukuman bagi mereka. Setelah mereka meninggal dunia, apakah kita perlu menshalatkan
dan mengantarkan jenazahnya? Menurut pandangan di atas termasuk Ibnu Taimiyah, kita
dilarang menshalatkan dan mengantarkan jenazahnya, tetapi sebagian ulama modern
berpendapat bahwa kita harus menolong saudara kita pada saat betul-betul ia
membutuhkannya, yaitu saat sakaratul maut. Dia sangat memerlukan bantuan kita. Dia
berhak menerima bantuan kita karena ia seorang Islam yang pernah mengucapkan syahadat.0leh karena itu, ia berhak dishalati, didoakan, dan diantarkan jenazahnya ke kubur. Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Doakanlah saudaramu." Adapun
perbuatannya yang buruk itu terserah Allah, akan diampuni atau diberi siksa. Allah
Mahatahu segalanya.
Perbedaan yang ada pada orang yang dikucilkan itu adalah kuat ataukah lemah
agamanya. Orang yang kuat agamanya dikenakan hukuman lebih keras daripada orang yang
Iemah agamanya sebagairnana kisah Ka'ab bin Malik dan kedua temannya. Dibedakan pula
tempat yang banyak dipakai untuk berbuat bid'ah dengan tempat yang jarang dipakai untuk
berbuat bid'ah. Aliran Qadariyah di Basrah, ahli-ahli nujum di Nurasan, Syiah di Kufah, danIain-Iainnya memiliki perbedaan masalah tempat ini. lnilah yang pernah difatwakan oleh
para imam, seperti Imam Ahmad dan lainnya berdasarkan hukum pokok, yaitu pemeliharaan
kemaslahatan syariat. Berbeda sedikit atau banyak dengan orang yang menjauhi karena
kekuatan dan kelemahannya.
Keunggulan dan kemenangan berpihak pada Ahlus Sunah, maka ketetapan hukum
hijrah (pengucilan) harus berlaku menurut aslinya. Kalau kekuatan dan jumlahnya berpihak
pada pelaku bid'ah, maka tiada pelaku dan pencipta bid'ah yang dapat dicegah dan tujuan
syariat tidak terlaksana. Hijrah tidak dapat dimasyrukkan (diundangkan). la dijadikan jalan
penyatuan untuk mencegah bertambahnya keburukan. Hal ini seperti ketetapan undang-undang terhadap musuh dalam peperangan: kadang-kadang minta upeti dan kadang pula
menempuh jalan damai. Semuanya itu melihat situasi demi kemaslahatan dan kebaikan
kedua belah pihak. Hal yang amat penting di sini, bila ada kewajiban Ahlus Sunah, seperti
belajar, mengajar, jihad, pengobatan, teknologi, dan sebagainya, maka penegakan sukar
dilaksanakan kecuali dengan perantaraan mereka. Sesungguhnya mereka dapat digunakan
demi kemaslahatan jihad dan kemaslahatan pelajaran. Dalam melaksanakannya haruslah
waspada terhadap bid'ahnya, berjaga-jaga dari fitnah sedapat mungkin, dan disesuaikan
dengan tingkat kepentingannya. Kalau kendala itu hilang, Ahlus Sunah harus kembali kepada
aslinya untuk berhijrah dari ahli bid'ah dan maksiat atau menjauhkan mereka dari kita.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ra berkata dalam jawabannya tentang
pengucilan yang ditetapkan dalam Islam. Bila ada udzur untuk menegakkan
kewajiban tentang ilmu, jihad, dan sebagainya, kecuali terhadap pelaku bid'ah
yang merugikan, kerugian di sini bukan karena meninggalkan kewajiban maka
mengambil kemaslahatan lebih baik daripada menghindari kerusakan
yang relatif bersamaan. Karena itulah pembicaran masalah ini perlu rincian.
Orang yang melihat pembuat bid'ah dari sebuah sudut tempat ia berada dengan
kedengkian dan tidak berdasarkan petunjuk, serta membantu tanpa dengan
kebenaran, maka ia telah berbuat kerusakan terhadap Ahlus Sunah dan
terhadap kemurnian agama Islam.
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
28/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 28
Melihat keadaan mereka, patutlah apa yang dikatakan oleh Imam Syafi'i
mengenai orang yang ahli berbicara: "Hukumku tentang ahli bicara agar mereka
dipukul dengan tongkat dan sandal. Dia diarak di antara kabilah-kabilah dan
dikatakan: Inilah balasan bagi orang yang berpaling dari kitab dan sunah dan
mengamalkannya dengan kata-kata belaka."
Bila engkau melihat pencipta atau pelaku bid'ah dengan seksama atau
selayang pandang, engkau kebingungan dalam menguasai mereka, dan kasih
sayang telah dikuasai syaitan untuk mengawasi mereka: mereka diberi
kebersihan bukan kecerdasan dan diberi pengertian bukan ilmu. Mereka diberi
pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi mereka tidak dapat
mempergunakannya sama sekali saat mereka menentang ayat-ayat Allah. Maka
apa yang mereka perolok-olokkan kepada Allah akan menutupi mereka.
Pada akhir bab ini kami sampaikan: Awaslah terhadap para pencipta dan
pelaku bid'ah!. Gunakanlah kaidah al-wala wa al-bara' terhadap mereka!Bertaqarrublah kepada Allah! Berhijrahlah dari mereka secara syar'i dengan
berpegang atas kaidah syariat dan asal pokoknya dalam memelihara
kemaslahatan dan kebaikan serta menolak dan mencegah kerusakan. Berhati-
hatilah Anda terhadap penguasaan hawa nafsu terhadap Anda! Kaidah al-wala
wa al-bara' berarti berhubungan dengan orang-orang yang baik, bertaqarrub
kepada Allah, membersihkan diri, dan membebaskan diri dari orang-orang yang
melakukan maksiat atau bid'ah.
HUKUMAN ORANG YANG BERKAWAN DENGAN PELAKU DAN PENCIPTA BID'AH
Orang yang suka berbicara dengan kebatilan adalah seperti syaitan yang
bisa berbicara, sedang orang yang diam saja terhadap kebatilan
adalah syaitan bisu. lni sebagaimana perkataan Abu Ali Ad-Daqaq ra (meniggal
tahun 406 H) dan ketetapan sunah. Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa
Sallam bersabda:
"Manusia itu bersama dengan orang yang ia cintai:"
"Amat senangnya orang-orang Islam sesudah Islam dengan hadits ini."
Para imam telah memperkuat penentangannya terhadap orang yang
berlawanan dengan akidah. Mereka meninggalkan kegiatan pelaku atau
pencipta bid'ah. Ibnu Taimiyah menolak aliran Ittihadiyah (menganggap Allah
bisa menyatu atau manunggal dengan manusia sehingga ia beranggapan
bahwa dirinya adalah Allah); dia berkata, "Wajib mendapat hukuman semua
orang yang menisbahkan dirinya dengan mereka, membela mereka, memuji
mereka, mengagungkan mereka atau kitab-kttab mereka membantu mereka,
tidak suka pembicaraan tentang mereka, atau menunjukkan alasan bahwa
pembicaraan itu tidak diketahui. Wajib dihukum pula orang yang berkata,
"Sesungguhnya ia temasuk jenis kitab itu."
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
29/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
http://www.akhirzaman.info/ 29
Alasan itu hanya dikatakan oleh seseorang yang jahil atau munafik.
Hukuman itu bahkan wajib atas setiap orang yang mengenal keadaan mereka.
Tidak membantu mereka merupakan keharusan karena mereka adalah ahli
bid'ah yang merusak akal dan agama. Melalui kiai-kiai, ulama, raja-raja, serta
penguasa-penguasa, mereka membuat kerusakan di atas bumi dan
menghalangijalan Allah.
Semoga Allah merahmati Ibnu Taimiyah dan memberinya minum-
minuman surga. Sungguh perkataan itu amat halus dan penting walaupun
khusus menampakkan aliran Ittihadiyah Semua pelaku atau pencipta bid'ah
sudah tercakup di dalamnya. Semua yang nampak sebagai pelaku bid'ah atau
memunculkan penciptaannya atau mengagungkan kitab-kitabnya,
menyebarkannya di kalangan umat Islam dan meniupkan atau
mengembangkan sesuatu yang mengandung bid'ah dan kesesatan, tidak
melepaskan kesesatan yang ada padanya, serta mengikis aqidah dan
keyakinan, maka ia telah melampaui batas. la wajib diputus, dihentikan, agarbahaya tidak menimpa umat Islam.
Di zaman ini kita telah diuji dengan adanya kaum atau bangsa yang
berada dalam situasi demikian. Mereka mengagungkan para pencipta atau
pelaku bid'ah dan menyebarkan pandangan-pandangan serta makalah-
makalah mereka. Mereka tidak berhati-hati atas jatuhnya mereka dalam
kesesatan. Maka waspadalah terhadap "Abu Jahal" pencipta bid'ah itu!
Sepatutnya kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Taala karena Allah
sajalah tempat kita berserah diri. Hanya kepada Allah kita mengharap
kebaikan dan hanya kepada Allah kita mengharap keselamatan, baik di duniamaupun di akhirat.
KEWASPADAAN DARI TERSEBARNYA BID'AH
Nasihatku untuk setiap muslim yang selamat dari fitnah atau gangguan
syubhat tentang aqidah, bila bid'ah itu direndahkan maka pecahlah hati
penciptanya. Kalau bid'ahnya dipecah maka jiwa-jiwa pencipta bid'ah tidak
bergerak. Bila gerak itu tumbuh dan tampak, maka jiwa akan terbawa
kepadanya. Untuk itu, dalam khabar dikatakan: "Sesungguhnya jiwa itu
bergerak ke haj bila syiar-syiarnya diceritakan. Kalau wanita yang disebut,maka jiwa bergerak kepada kekejian(perzinaan)."
Uraian ini termasuk bab mujahadah dan jihad. la merupakan kebenaran
dalam perkataan atau pembicaraan. Keberadaan dan rinciannya di sesuaikan
dengan kedudukannya. Wallahu A'lam,
8/9/2019 Menjauhi Pelaku Bid'ah
30/30
Menjauhi Pelaku Bidah Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
Judul Asli:
Hajrul Mubtadi'u
Karya: Bakr Ibnu Abdullah Abu Zaid
Peneribt: Darush Shafa, Kairo, 160 .
Jl. Malik Faishal
Edisi Indonesia
"MENJAUHI PELAHU BID'AH"
Penerjemah: Salim Bazemool
Editor: Purwanto
Khathath: 'Atmin Abbas
Cover: Ahmad Abidin
Cetakan I: Nopember 1994
Penerbit: PUSTAKA MANTIQ
Jl. Kapten Mulyadi No. 253 Telp. 53017 Solo 57118Anggota IKAPI No. 032/JTE
Hak Terjemahan Dilindungi Undang-undang
All Rights Reserved
"Bilamana pemilik Hak Cipta berkeberatan dengan digunakan bahan-bahan miliknya,
silahkan menghubungi kami dan dalam kesempatan pertama, insya-Allah kami akan segera
menariknya kembali.
(admin@akhirzaman.info )
mailto:admin@akhirzaman.infomailto:admin@akhirzaman.info