Post on 17-Jan-2016
description
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut
WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun
(WHO, 1993). Di negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit
yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB berada di
negara-negara berkembang Dengan munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia jumlah penderita
TB akan meningkat. Kematian wanita karena TB lebih banyak dari pada kematian karena
kehamilan, persalinan serta nifas (WHO). WHO mencanangkan keadaan darurat global untuk
penyakit TB pada tahun 1993 karena diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi
kuman TB.
Di Indonesia TB kembali muncul sebagai penyebab kematian utama setelah penyakit
jantung dan saluran pernafasan. Penyakit TB paru, masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa
tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan
penyakit saluran pernapasan pada semua golongan usia dan nomor I dari golongan infeksi.
Antara tahun 1979 ? 1982 telah dilakukan survey prevalensi di 15 propinsi dengan hasil 200-
400 penderita tiap 100.000 penduduk.
Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TB dimana sekitar 1/3 penderita terdapat
disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit/klinik pemerintahd an swasta,
praktek swasta dan sisanya belum terjangku unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian
karena TB diperkirakan 175.000 per tahun.
Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif, penderita TB
kebanyakan dari kelompok sosio ekonomi rendah. Dari 1995-1998, cakupan penderita TB
Paru dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy) -atau
pengawasan langsung menelan obat jangka pendek/setiap hari- baru mencapai 36% dengan
angka kesembuhan 87%. Sebelum strategi DOTS (1969-1994) cakupannya sebesar 56%
dengan angka kesembuhan yang dapat dicapai hanya 40-60%. Karena pengobatan yang tidak
1
teratur dan kombinasi obat yang tidak cukup dimasa lalu kemungkinan telah timbul kekebalan
kuman TB terhadap OAT (obat anti tuberkulosis) secara meluas atau multi drug resistance
(MDR).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penyakit Dalam.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang penyakit dalam TBC.
3. Memperluas pengetahuan tentang kesehatan.
4. Dan dapat mengetahui bagaimana cara menangani penyakit tersebut
1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi akademik sebagai bahan materi
perkuliahaan pada program keperawatan maupun pendidikan kesehatan lainnya,dan
diharapkan dapat dijadikan bahan referensi untuk mahasiswa keperawatan khususnnya dalam
pengetahuan tentang penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
1.4 Cara Memeperoleh Data
Di peroleh dari berbagai buku sumber tentang penyakit TBC
Mengambil dari internet
1.5 Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
1.2Tujuan Penulisan Masalah
1.3Manfaat
1.4Metode Penulisan
1.5Sistematika Penulisan Makalah
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1Definisi TBC
2.2Epidemiologi
2.3Etiologi
2.4Tanda dan gejala
2.5Pemeriksaan Labolatorium
2.6Patofisiologi
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKITTBC
3.1 Pengertian
3.2 Etilogi
3.3 Patofisiologi
3.4 Gejala penyakit TBC
3.5 Pemeriksaan Fisik
3.6 Pemeriksaan Diagnostik
3.7 Intervensi
3.8 Evaluasi
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis
dengan gejala yang sangat bervariasi ( Mansjoer , 1999).
Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman TB menyerang Paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuhl ainnya.
2.2 Epidemiologi
Di Indonesia, TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TBC
di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien
sekitar 10% dari total jumlah pasien TBC didunia. Diperkirakan pada tahun XXXX, setiap
tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang sedangkan angka kematian di
Indonesia tahun XXXX sebesar 41/100.000 penduduk.
Survei pravelensi TBC yang di lakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993.
Menunjukan bahwa pravelensi TBC di indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65 %. Sedangkan
menurut laporan penanggulangan TBC Global yang di keluarkan oleh WHO pada tahun 2004,
angka insiden TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk),
dan 46 % di antaranya di perkirakan merupakan kasus baru.
Hasil survei kesehatan rumah tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukan bahwa
Tuberkulosis merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986
meruoakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveilance
memperkirakan di indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis baru pertahun dengan
262.000 BTA positif atau insiden rate kira-kira 130 per 100.000. penduduk. Kematian akibat
Tuberkulosis di perkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.
Jumlah penderita TBC dari tahun ke tahun di indonesia terus meningkat. Saat ini setiap
menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit sekali satu orang meninggal
akibat TBC di indonesia.
4
2.3 Etiologi
Penyebab tuberculosis adalah Myobakterium tuberkulosa, sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dengan tebal 0,3-0,6/Um dan tahan asam . Spesies lain
kuman ini yang dapat memberikan infeksi pada manusia adalah M.bovis, M.kansasii, M.
intracellulare, sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak(lipid) lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam dam lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman
dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin. Di dalam jaringan kuman
hidup sebagai parasit intrasellular, yakni dalam sito plasma magrofak. Sifat lain kuman ini
adalah aerop. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya ( Mansjoer , 2000).
Bakteri Mikobakterium tuberkulosa
2. 4 Tanda dan Gejala
1. Gejala Umum.
Batuk terus menerus dan berdahak 3 (tiga) minggu atau lebih.
Merupakan proses infeksi yang dilakukan Mycobacterium Tuberkulosis.
2. Gejala lain yang sering dijumpai.
a. Dahak bercampur darah.
Darah berasal dari perdarahan dari saluran napas bawah, sedangkan dahak adalah hasil
dari membran submukosa yang terus memproduksi sputum untuk berusaha mengeluarkan
benda saing.
b. Batuk darah.
Terjadi akibat perdarahan dari saluran napas bawah, akibat iritasi karena proses batuk dan
infeksi Mycobacterium Tuberkulosis.
5
c. Sesak napas dan nyeri dada.
Sesak napas diakibatkan karena berkurangnya luas lapang paru akibat terinfeksi
Mycobacterium Tuberkulosis, serta akibat terakumulasinya sekret pada saluran
pernapasan.
Nyeri dada timbul akibat lesi yang diakibatkan oleh infeksi bakteri, serta nyeri dada juga
dapat mengakibatkan sesak napas.
d. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walau tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
Merupakan gejala yang berurutan terjadi, akibat batuk yang terus menerus mengakibatkan
kelemahan, serta nafsu makan berkurang, sehingga berat badan juga menurun, karena
kelelahan serta infeksi mengakibatkan kurang enak badan dan demam meriang, karena
metabolisme tinggi akibat pasien berusaha bernapas cepat mengakibatkan berkeringat
pada malam hari
2.5 Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit TB di peroleh dengan pemeriksaan mikrobiologi melalui
isolasi bakteri. Untuk membedakan spesies Mycobakterium antara yang satu dengan yang
lainnya harus di lihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media,
perbedaan kepekaan terhadap OAT dan percobaan, dan perbedaan kepekaan kulit terhadap
berbagai jenis antigen Mycobacterium. Bahan untuk pemeriksaan isolasi Mycobacterium TB
adalah Sptum klien Urine Cairan kumbah lambung bahan-bahan lain seperti, pus, cairan
serebro spinal (sumsum tulang belakang), cairan pleura, jaringan tubuh, feses, dan swab
tenggorok. Pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosis TB walupun kurang sensitive
adalah pemeriksaan laju endap darah (LED). Adanya peningkatan LED biasanya disebabkan
peningkatan immunoglobulin terutama IgG dan IgA (Loman,2001).
2.6 Patofisiologi
Port de’entri kuman microbakterium tuberculosis adalah saluran pernapasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui
udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
6
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi terdiri dari satu
sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung dan cabang
besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus
biasanya dibagian bawah lobus atau paru-paru atau dibagian atas lobus bawah atau paru-paru
tau dibagian bawah atas lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.
Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun tidak
membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh
makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia
akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh denagn sendirinya sehingga tidak ada sisa yang
tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang
biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening regional. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel
epitolit yang dikelilingi leh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 1 sampai 10 hari.
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TBC
3.1 Pengertian
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun
saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya strain bovin dan human yang
patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm ukuran ini
lebih kecil dari satu sel darah merah.
3.2 Etiologi
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu mycobacterium tuberkulosis dengan
ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 1,3 – 0,6 um, termasuk golongan bakteri aerob gram
positif serta tahan asam atau basil tahan asam.
3.3 Patofisiologi
Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi droflet nuklei
dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1 – 2 jam,
tergantung ada atau tidaknya sinar ultra violet. dan ventilasi yang baik dan kelembaban.
Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari – hari bahkan
berbulan, bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang yang sehat akan menempel pada alveoli
kemudian partikel ini akan berkembang bisa sampai puncak apeks paru sebelah kanan atau
kiri dan dapat pula keduanya dengan melewati pembuluh linfe, basil berpindah kebagian paru
– paru yang lain atau jaringan tubuh yang lain.
Setelah itu infeksi akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah
limfokinase, yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage, berkurang
tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macrofage. Karena fungsinya adalah
membunuh kuman / basil apabila proses ini berhasil & macrofage lebih banyak maka klien
akan sembuh dan daya tahan tubuhnya akan meningkat.
8
Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akan bersarang didalam
jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel (biji – biji kecil sebesar kepala jarum).
Tuberkel lama kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama
timbul perkejuan ditempat tersebut.apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat penderita
batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah (hemaptoe).
3.4 Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul
sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada
kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
Gejala sistemik/umum
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan
sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar
cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.
9
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui
adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan
penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan
� 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif,
dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
3.5 Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelelahan umum dan kelemahan.
Napas pendek karena kerja.
Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari, menggigil dan /atau
berkeringat
Mimpi buruk
Tanda : Takikardia, Takipnea / dispnea pada kerja
Kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut).
b. Integritas Ego
Gejala : adanya / faktor stres lama
Masalah keuangan, rumah
Perasaan tak berdaya / tak ada harapan
Populasi budaya / etnik : Amerika asli atau imigran dari Amerika Tengah, Asia
Tanda : Menyangkal
Ansietas, ketakutan, mudah terangsang.
c. Makanan / Cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan
Tak dapat mencerna
Penurunan berat badan
Tanda : Turgor kulit buruk, keringat / kulit bersisik
Kehilangan otot / hilang lemak subkutan.
d. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit Perilaku distraksi, gelisah.
10
e. Pernapasan
Gejala : Batuk produktif atau tidak produktif
Napas pendek
Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinfeksi
Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan
pleura).
f. Keamanan
Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh; AIDS, Kanker
Tes HIV Positif
Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut
g. Interaksi Sosial
Gejala : Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular
Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab / perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran.
h. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga TB
Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk
Gagal untuk membaik / kambuhnya TB
Tidak berpatisipasi dalam terapi.
3.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Kultur sputum
Positif untuk mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit.
2. Ziehl – Nelsons.
Pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk asupan cairan dalaqm darah, positif untuk
basil asam.
3. Test kulit ( PPD, Mantoux, potongan volmel).
Reaksi positif ( area indurasi 10 mm / lebih besar terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra
dermal antigen).
4. Elisa (Western)
Dapat menyatakan adanya HIV.
11
5. Foto thorak
Dapat menunjukkkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi
sembuh primer. Perubahan menunjukkkan lebih luas TB dapat termasuk ronggga, area
fibrosa.
6. Histologi / kultur jaringan
Termasuk pembersihan gaster, urine, cairan serebrospinal, biopsi kulit. Positip untuk
mycobacterium tuberculosis.
7. Biopsi jarum pada jaringan paru
Positip untuk granuloma TB, adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
8. Elektrosit
Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi.
9. GDA
Dapat norma tergantung pada lokasi dan beratnya kerusakan ruang mati.
10. Pemeriksaaan fugsi paru
Penurunan kapasitas vital, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleura ( TB paru kronis
paru luas ).
3.7 Intervensi
Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke
sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
Rasional:Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi
pada sisi yang tidak sakit.
Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-
tanda vital.
Rasional: Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat
stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan
hipoksia.
Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
Rasional : Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
12
Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.
Rasional: Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien
terhadap rencana teraupetik.
Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dengan menggunakan
pernapasan lebih lambat dan dalam.
Rasional: Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat
dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter : pemberian antibiotika,
pemeriksaan sputum dan kultur sputum, konsul photo toraks.
Rasional: Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya
3.8 Evaluasi
a) Keefektifan bersihan jalan napas.
b) Fungsi pernapasan adekuat untuk mernenuhi kebutuhan individu.
c) Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah penyebaran infeksi.
d) Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi malnutrisi.
e) Pemahaman tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dan perubahan
perilakuuntuk memperbaiki kesehatan.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun
saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi hanya strain bovin dan human yang
patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm ukuran ini
lebih kecil dari satu sel darah merah.
4.2 Saran
Ada dua cara yang tengah dilakukan untuk mengurangi penderita TBC saat ini, yaitu
terapi dan imunisasi. Untuk terapi, WHO merekomendasikan strategi penyembuhan TBC
jangka pendek dengan pengawasan langsung atau dikenal dengan istilah DOTS (Directly
Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy). Dalam strategi ini ada tiga tahapan penting,
yaitu mendeteksi pasien, melakukan pengobatan, dan melakukan pengawasan langsung.
Deteksi atau diagnosa pasien sangat penting karena pasien yang lepas dari deteksi akan
menjadi sumber penyebaran TBC berikutnya. Seseorang yang batuk lebih dari 3 minggu bisa
diduga mengidap TBC. Orang ini kemudian harus didiagnosa dan dikonfirmasikan terinfeksi
kuman TBC atau tidak. Sampai saat ini, diagnosa yang akurat adalah dengan menggunakan
mikroskop. Diagnosa dengan sinar-X kurang spesifik, sedangkan diagnosa secara molekular
seperti Polymerase Chain Reaction (PCR) belum bisa diterapkan. Jika pasien telah
diidentifikasi mengidap TBC, dokter akan memberikan obat dengan komposisi dan dosis
sesuai dengan kondisi pasien tersebut. Adapun obat TBC yang biasanya digunakan adalah
isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, streptomycin, dan ethambutol. Untuk menghindari
munculnya bakteri TBC yang resisten, biasanya diberikan obat yang terdiri dari kombinasi 3-4
macam obat ini.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, (2000). Kapita Selekta Kedokteran ,edisi 2 , FK UI: Jakarta.
(1999). Kapita Selekta Kedokteran ,edisi 3 , FK UI: Jakarta.
Brunner dan Sudarth, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ( Vol-2), EGC: Jakarta
Doenges, M.E, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan ; Jakarta : EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2006). Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis: Jakarta
15