Post on 19-Feb-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memiliki keluarga yang bahagia dan sejahtera sudah tentu menjadi idaman
setiap orang. Apalagi di zaman sekarang ini, dimana terkadang pekerjaan dan
berbagai banyak persoalan hidup terkadang dapat memicu retaknya rumah tangga
dan menjadikan kebahagiaan keluarga terusik. Pernikahan yang terlalu dini juga
dapat menjadi slah satu penyebabnya.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan sebagai usaha untuk mewujudkan
keluarga yang bahagia dan sejahtera.Pemerintahpun turut campur tangan dalam
hal ini sebagai usaha untuk membantu masyarakat Indonesia agar dapat
mewujudkan keluarga bahagia sejahtera tersebut. Salahsatunya yaitu dengan
mensosialisasikan program KB (Keluarga Berencana) terhadap masyarakat
Indonesia. Makalah ini akan membahas lebih rinci mengenai hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
Penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian keluarga?
2. Apa fungsi keluarga?
3. Apa pengertian Keluarga Bahagia Sejahtera (KBS)?
4. Bagaimana usaha untuk mewujudkan Keluarga Bahagia Sejahtera (KBS)?
5. Apa hambatan-hambatan dalam mewujudkan Keluarga Bahagia Sejahtera
(KBS)?
6. Apa pengertian Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) itu?
7. Bagaimana sosialisasi mengenai Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS) itu?
8. Apa yang dimaksud dengan Keluarga Berencana (KB)?
9. Apa tujuan Keluarga Berencana (KB)?
10. Bagaimana sajakah cara-cara KB?
11. Bagaimana sosialisasi mengenai Keluarga Berencana (KB)?
1
12. Apa saja hambatan dalam Keluarga Berencana (KB)?
13. Bagaimana peran Keluarga Berencana (KB) dalam membentuk keluarga
bahagia sejahtera?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1. Mengetahui pengertian keluarga.
2. Mengetahui fungsi keluarga.
3. Mengetahui pengertian Keluarga Bahagia Sejahtera (KBS).
4. Mengetahui usaha untuk mewujudkan Keluarga Bahagia Sejahtera (KBS).
5. Mengetahui hambatan-hambatan dalam mewujudkan Keluarga Bahagia
Sejahtera (KBS).
6. Mengetahui pengertian Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).
7. Mengetahui sosialisasi mengenai Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS).
8. Mengetahui maksud dari Keluarga Berencana (KB).
9. Mengetahui tujuan Keluarga Berencana (KB).
10. Mengetahui cara-cara KB.
11. Mengetahui sosialisasi mengenai Keluarga Berencana (KB).
12. Mengetahui hambatan dalam Keluarga Berencana (KB).
13. Mengetahui peran Keluarga Berencana (KB) dalam membentuk Keluarga
Bahagia Sejahtera (KBS).
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penyusunan makalah ini adalah sebagai bahan menambah wawasan
mengenai Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) dan Peranan KB
dalam Mewujudkan KBS, serta memahami ilmunya dengan baik, sehingga
diharapkan dapat mengimplementasikan ilmu tersebut.
2
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam penulisan makalah ini adalah metode
literatur, yaitu dengan cara mencari data dari berbagai sumber seperti buku, media
cetak maupun media elektronik guna memperoleh referensi sekunder.
F. Sistematika Penulisan
Makalah ini ditulis dengan menggunakan sistematika penulisan yang terdiri
atas tiga bagian, yaitu pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Bagian
pendahuluan terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan.
Bagian pembahasan merupakan isi dari makalah, sedangkan bagian penutup
terdiri atas kesimpulan dan saran.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keluarga
Keluarga didefinisikan dengan beberapa cara pandang. Keluarga dapat
dipandang sebagai tempat pemenuhan kebutuhan biologis bagi para anggotanya.
Cara pandang dari sudut psikologis keluarga adalah tempat berinteraksi dan
berkembangnya kepribadian anggota keluarga. Secara ekonomi keluarga dianggap
sebagai unit yang produktif dalam menyediakan materi bagi anggotanya dan
secara sosial adalah sebagai unit yang bereaksi terhadap lingkungan lebih luas.
Duvall (1997) mengemukakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang
yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran, yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota. Bailon dan
Maglaya (1978) mengemukakan bahwa keluarga sebagai dua atau lebih individu
yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan, atau adopsi, hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan
menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
Leininger (1976) berpandangan bahwa keluarga adalah suatu sistem sosial
yang dapat menggambarkan adanya jaringan kerja dari orang-orang yang secara
regular berinteraksi satu sama lain yang ditujukkan oleh adanya hubungan yang
saling tergantung dan mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga
adalah:
a. Unit terkecil masyarakat.
b. Terdiri atas dua orang atau lebih.
c. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
d. Hidup dalam satu rumah tangga
e. Dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga.
f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga
g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing
4
h. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.
Karakteristik keluarga:
a. Merupakan kumpulan individu yang mempunyai ikatan perkawinan,
keturunan/ hubungan darah atau adopsi.
b. Tinggal dalam satu rumah bersama.
c. Mengadakan interaksi dan komunikasi melalui peran sosial yang
dijalankannya.
d. Mempertahankan budaya.
B. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, sebagai berikut:
1. Fungsi Biologis
a. Untuk meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi Psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi Sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak.
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
4. Fungsi Ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
5
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa
yang akan datang, misalnya: pendidikan anak-anak, jaminan hari tua,
dan sebagainya.
5. Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan,
dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya.
b. Mempersiapkan anak untuk kebutuhan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
Ahli lain membagi fungsi keluarga sebagai berikut:
1. Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan
anak bila kelak dewasa nanti.
2. Fungsi sosialisasi anak. tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini
adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota
masyarakat yang baik.
3. Fungsi Perlindungan.Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi
anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga
merasa terlindung dan merasa aman.
4. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara
instuitif, merasakan perasaan dan suasanan anak dan anggota yang lain
dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga,
sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
5. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan
dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan
beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa
ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan kehidupan lain setelah
di dunia ini.
6
6. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari
sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang
lain, kepala keluarga bekerja untuk memperoleh penghasilan, mengatur
penghasilan tersebut sedemikian rupa, sehingga dapat memenuhi
kebutuha-kebutuhan keluarga.
7. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak selalu
harus pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, sehingga dapat
mencapai keseimbangan kepribadian masing-masing anggotanya. Rekreasi
dapat dilakukan di rumah dengan cara menonton televisi bersama,
bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan sebagainya.
8. Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk
meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.
Dari beberapa fungsi di atas ada 3 fungsi pokok keluarga terhadap anggota
keluarganya, adalah:
1. Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangan
kepada anggota keluarga, sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan
berkembang sesui usia dan kebutuhannya.
2. Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka
anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
3. Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya.
C. Pengertian Keluarga Bahagia Sejahtera (KBS)
Keluarga Bahagia Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material
yang layak, bertakwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan
seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
7
D. Usaha Mewujudkan Keluarga Bahagia Sejahtera (KBS)
Untuk mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera diperlukan beberapa
usaha-usaha sebagai berikut:
1. Perencanaan
Dalam penerapan ilmu manajemen, Nabi telah mengajarkan melalui
haditsnya: “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia
tergolong orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ini sama saja dengan
hari kemarin, maka ia tergolong orang yang merugi. Dan barang siapa yang
hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia tergolong orang terlaknat”.
Ada beberapa langkah untuk merancang masa depan, yaitu: mengenal
gambaran masa depan, mengenal dan memahami keadaan diri sendiri,
menjabarkan beberapa alternatif tindakan, mengkaji tiap alternatif yang telah
dijabarkan, mengadakan persiapan.
Masa depan keluarga tergantung pada bagaimana kita merencanakan. Dengan
perencanaan yang matang, masa depan keluarga bahagia sejahtera yang lebih
baik akan terwujud.
2. Operasional
Kegiatan opersional adalah untuk merealisasikan perencanaan yang ada.
Pekerjaan yang sulit adalah memulai sesuatu. Namun jika kita mau memulai,
kesulitan dalam melaksanakan apa yang kita rencanakan akan menemui jalan.
Tidak ada yang lebih jelek dari pekerjaan yang tidak diselesaikan kecuali
pekerjaan yang tidak pernah dimulai.
3. Pengorganisasian
Anggota keluarga adalah unsur organisasi yang masing-masing mempunyai
peran dan fungsi sendiri-sendiri. Anggota keluarga yang paling ideal adalah
adanya bapak, ibu, dan anak. Jika ternyata dalam keluarga terdapat
kakek/nenek atau tante harus kita masukkan sebagai anggota keluarga. Sudah
saatnya anak bukan lagi obyek dalam keluarga dan orang tua sebagai subyek
dan bertindak otoriter. Karena keluarga kita dibangun untuk kehidupan yang
panjang. Anak-anak kita hidup di masa yang berbeda dengan kehidupan kita
8
(Al-Hadits). Munculkan peran setiap anggota keluarga yang sinergis (saling
bekerja sama dan tergantung) agar kebaikan dan kemajuan keluarga menjadi
cita-cita bersama dan hasilnya dirasakan bersama.
4. Koordinasi
Jika kita sudah bisa menjadikan anggota keluarga sebagai bentuk organisasi
yang saling bersinergi (bekerja sama) setiap saat perlu adanya koordinasi
(saling mengingatkan dan menasehati) dalam operasionalnya. Untuk
mewujudkan koordinasi yang positif maka diperlukan komunikasi yang baik
antar anggota keluarga akan menimbulkan. Komunikasi merupakan modal
pokok dalam mengelola keluarga bahagia sejahtera. Suatu saat ibu dapat
menjadi pimpro (pimpinan) dalam acara liburan di puncak. Disaat lain kakak
juga berhak menjadi pimpro pada acara tahun baru. Atau dalam kegiatan
beres-beser rumah bapak lah pimpronya. Dengan begitu saling koordinasi
menjadi suatu kebiasaan yang menyenangkan.
5. Pengendalian dan Pengawasan
Pengendalian dan pengawasan merupakan kewajiban semua anggota
keluarga, terutama kewajiban orang tua untuk mendidik dan membimbing
anak-anak. Pengawasan dapat diberikan pada siapa pun dalam anggota
keluarga. Adik wajib mengingatkan jika kakak belum melakukan
pekerjaannya membuang sampah. Atau kakak wajib mengingatkan bapak jika
saking asyiknya beres-beser mobil lupa belum sholat dzuhur, dan sebagainya.
6. Penganggaran
Dalam memenuhi kebutuhan keluarga diperlukan biaya. Mulai dari keperluan
pendidikan, makan, kesehatan hingga kegiatan wisata. Perencanaan anggaran
keuangan menjadi perlu untuk dipelajari agar kepentingan dalam keluarga
dapat tercukupi. Skala prioritas perlu diajarkan pada anak-anak. Pemenuhan
skala prioritas dapat menjadi pendidikan pertama pada anak-anak dalam
mengelola uang.
Selain dari yang telah dijelaskan diatas, ada hal lain yang juga penting dalam
pencapaian keluarga bahagia sejahtera, yaitu :
9
1. Kesatuan Fisik dan Hubungan Seks yang Sehat
Adanya keberlangsungan hubungan seks yang semestinya akan menjaga
kesatuan dalam keluarga, menjadikan anggota keluarga bahagia, dan puas.
Selain itu kesatuan fisik antara anggota keluarga sangat berguna untuk
memupuk adanya keluarga yang kokoh. Kehadiran secara fisik orang yang
kita cintai akan menjadikan cinta terpelihara. Pernyataan ini bukan berarti
anggota keluarga harus terus menerus bersama. Maksudnya, adanya
perpisahan yang bersifat sementara (misalnya karena kerja, studi, atau
bepergian beberapa hari) segera disusul oleh perjumpaan. Di zaman Nabi
Muhammad, laki-laki yang berperang selama dua bulan diberi kesempatan
pulang untuk berjumpa istri dan anaknya. Pada keluarga Muslim saat ini,
adanya keterpisahan antar anggota keluarga (terutama suami istri) sangat
dihindarkan. Berbagai kasus menunjukkan jarak yang jauh menyebabkan
terjadinya berbagai macam perselingkuhan dan perceraian.
2. Adanya Kesatuan dengan Sang Pencipta
Sang Pencipta memuliakan pernikahan dan sangat membenci perceraian.
Kesatuan dengan Tuhan yang berkonteks keluarga paling kentara
dicontohkan oleh Nabi Ibrahim. Segenap langkah hidupnya dinaungi
semangat menyatukan diri dengan Tuhan. Bahkan, karena kesatuannya
dengan Tuhan, Ibrahim rela untuk melakukan apapun yang diperintahkan
oleh Tuhan. Karena kerelaannya menjalankan perintah Tuhan, Ibrahim
bersedia untuk ‘meninggalkan’ anak bayi dan istrinya di padang tandus dan
juga patuh ketika diperintahkan untuk menyembelih anak yang amat
dicintainya. Kerelaan atas perintah Tuhan ini mengantarkan Sang Pencipta
menghadiahi Ibrahim, yaitu tetap utuhnya keluarga: sang anak tetap hidup
(tergantikannya si anak dengan domba). Kisah ini memberi petunjuk bahwa
kesatuan dengan Tuhan akan diakhiri dengan kebahagiaan yang sejati,
sebagaimana dirasakan oleh Ibrahim. Bagi keluarga yang bahagia, menjalani
hidup dalam kesatuan dengan Sang Pencipta adalah ciri yang melekat pada
mereka. Semakin tinggi kesatuan dengan Sang Pencipta semakin tinggi
tingkat kebahagiaan hidup keluarga.
10
3. Kesatuan dengan Alam Semesta (terutama manusia)
Manusia semestinya memiliki keterikatan dengan alam semesta. Keluarga
yang memiliki keselarasan dengan lingkungannya akan memperoleh
ketenangan, kecintaan, dan kasih sayang dari lingkungannya. Semua itu akan
memberikan sumbangan yang besar bagi ketenangan, cinta, dan kasih sayang
dalam dada mereka. Kesatuan dengan lingkungan diwujudkan dalam bentuk
upaya menyelaraskan diri dengan lingkungan dan memberi sumbangan bagi
lingkungan. Berdasarkan pengamatan, kesatuan dengan lingkungan yang
terwujud dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sering menjadi
prasayarat bagi ketenangan hidup dalam keluarga. Selain manusia memiliki
tugas menyumbang: memperbaiki dan mengubah lingkungannya. Lingkungan
yang tidak kondusif bagi kehidupan makhluk Tuhan, keadaan sosial yang
mencelakakan, lingkungan fisik yang penuh dengan persoalan, adalah medan
bagi setiap manusia untuk berkiprah memperbaiki dan mengubahnya menjadi
lebih baik. Bila tugas ini dilakukan dengan baik, maka manusia menunjukkan
kesatuannya dengan lingkungannya.
E. Hambatan-hambatan Mewujudkan Keluarga Bahagia Sejahtera (KBS)
Perkawinan adalah pertautan antara dua manusia yang datang dari
latarbelakang yang berbeda. Dalam masyarakat yang masih tradisional, perbedaan
latar belakang tersebut nyaris tidak ada karena pada urnurnnya keduanya dating
dari kelompok rnasyarakat yang sama. Tetapi kemajuan zaman dan keberhasilan
pembangunan telah banyak mengubah keadaan itu. Sehingga perubahan-
perubahan tersebut dapat menjadi kendala di dalam mewujudkan keluarga bahagia
sejahtera.
Perubahan-perubahan tersebut diantaranya yaitu perubahan perilaku budaya,
rasionalisasi perkawinan, perubahan posisi dalam keluarga, dan menurunnya
frekuensi komunikasi antara sesama anggota keluarga.
a. Perubahan Perilaku Budaya
Perkenalan dengan teknologi, budaya dan produk dari negara-negara lain
ternyata secara berangsur telah rnengubah perilaku budaya pada generasi
11
yang lebih muda. Penggunaan kursi misalnya, telah mengubah cara duduk
kita dalam berhadapan dengan orang lain. Demikian pula penggunaan
pantalon sebagai pengganti sarung atau bebed pada pria dan rok sebagai
pengganti kain pada wanita, telah memungkinkan kita duduk sambil
merenggangkan kaki, atau bahkan mengangkat kaki, sesuatu yang dulu
dianggap tidak sopan atau bertentangan dengan budaya kita.
Dari perubahan-perubahan kecil tersebut terjadi perubahan yang lebih besar,
terjadilah semacam demokratisasi dan rasionalisasi dalam hubungan antara
sesama manusia, termasuk dalam memilih jodoh. Peranan orang tua dalam
memilih jodoh untuk anaknya semakin berkurang, dari sikap "memilih dan
menetapkan" ke "sikap menyetujui". Konsekuensi selanjutnya adalah
terjadinya hubungan kekerabatan yang lebih longgar dan menurunnya
pandangan terhadap ritus upacara perkawinan.
b. Rasionalisasi Ikatan Perkawinan
Jika pandangan terhadap makna ikatan kekerabatan dan makna ritus dalam
perkawinan berkurang, dampak yang terjadi berikutnya adalah bahwa
generasi yang lebih muda akan cenderung meninggalkan ritus tersebut.
ApaIagi jika ritus hanya akan berarti membebani ekonomi, karena biaya ritus
yang semakin mahal (akibat rasionalisasi dan profesionalisasi di segala
bidang). Dan pada akhirnya sebagian dari mereka akan melihat bahwa
upacara pernikahan hanyalah ritus belaka. Rasionalisasi ikatan perkawinan
dapat membuat terlupakannya tujuan perkawinan sebagai upaya membentuk
keluarga, termasuk bertanggung jawab terhadap anak-anak mereka. Jika
ikatan keluarga menjadi rasional, yang akan terjadi adalah lahirnya anak-anak
yang kurang terasuh dengan baik, yang tidak pernah mendapat penghayatan
tentang makna tanggung jawab sosial. Timbul generasi delinquent juvenile,
yang menurut Bowlby, seorang psikiater yang disewa WHO untuk
mempelajari masalah ini, anak delinkuen lahir dari orang tua yang delinkuen
juga.
12
c. Perubahan Posisi dalam Keluarga
Dalam keluarga yang tradisional, laki-laki benar-benar didudukkan sebagai
kepala/pemimpin keluarga. Selain karena faktor adat dan agama, juga karena
faktor-faktor yang obyektif. Suami biasanya berusia jauh lebih tua, dan juga
mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan isterinya. Dalam masyarakat yang modern, semua itu sudah berubah.
Banyak wanita yang sudah mengecap pendidikan tinggi, banyak mesin yang
juga dapat ditangani kaum wanita, dan banyak wanita yang berpenghasilan
lebih tinggi dari suaminya. Posisi keunggulan obyektif dari laki-Iaki sudah
berkurang. Demikian pula beda usia antara suami dan isteri tidak lagi sejauh
zaman dulu. Posisi laki-laki sebagai pemimpin/kepala rumahtangga sudah
mulai dipertanyakan, meskipun posisi sebagai kepala dalam rumahtangga
secara hukum dan agama masih sah. Jika calon pasangan suami isteri tidak
siap menghadapi kenyataan tersebut, maka kebahagiaan keluarga dapat
terancam. Suami mungkin akan tertantang sifat kelaki-lakiannya, lalu kawin
Iagi. Atau isteri akan merasa bahwa ia telah dijadikan sebagai “sapi perah”,
secara tidak seharusnya, atau merasa berhak menjadi pemimpin lalu bersikap
otoriter. Perceraian mudah terjadi, dengan berbagai alasan. Sekali lagi yang
menjadi korban adalah anak-anak.
d. Menurunnya Frekuensi Komunikasi antara Sesama Anggota Keluarga
Kehidupan modern, terutama di perkotaan, ternyata mempunyai dampak
dalam frekuensi serta kualitas komunikasi di antara sesama anggota keluarga.
Suami dan isteri pada umumnya lebih sibuk dengan urusan pekerjaan masing-
masing, pergi sebelum anak terbangun dan pulang sesudah anak menjelang
tidur. Di rumah anak lebih berkomunikasi dengan pembantu, teman-teman
sebayanya, atau televisi. Kegairahan menonton televisi juga telah
menurunkan kegairahan rnereka untuk membaca, yang selanjutnya juga
menurunkin wawasan berpikir mereka. Semua itu dapat mempunyai dampak
buruk bagi generasi yang lebih muda, karena mereka menjadi "piatu" di
rumah sendiri. Kekentalan sosialisasi anak-anak juga berkurang, yang dapat
menurunkan rasa tanggung jawab sosial rnereka. Di desa pada umumnya ada
13
institusi sosial yang tradisional, yang memandang bahwa setiap anak di desa
itu adalah juga anak mereka. Di kota, institusi sosial tradisional semacam itu
tidak ada lagi, sementara instltusi sosial yang formal belum siap untuk
menggantikannya. Inipun dapat mempunyai dampak yang buruk pada anak-
anak, yang selanjutnya menghadirkan anak yang tidak siap mandiri, dan
selanjutnya generasi bangsa yang juga tidak siap mandiri.
F. Pengertian Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
Apabila laju pertumbuhan penduduk tidak dapat dikendalikan pada batas
tertentu dan tidak diimbangi pertumbuhan ekonomi yang memadai maka akan
terjadi penurunan kualitas hidup manusia. Konsekuensi pertumbuhan penduduk
melebihi pertumbuhan ekonomi antara lain:
a. Bertambahnya beban hidup keluarga, masyarakat dan bangsa.
b. Penyediaan fasilitas ekonomi harus lebih besar untuk dapat hidup dengan
layak.
c. Bertambahnya angkatan kerja.
d. Tuntutan perluasan lapangan pekerjaan.
Dengan alasan tersebut maka program KB di Indonesia harus dilaksanakan
secara intensif untuk menanamkan fertilitas dan membudayakan Norma Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Pelembagaan dan pembudayaan NKKBS
di masyarakat memberikan norma:
1. Norma jumlah anak yang sebaiknya dimiliki 2 (dua) anak
2. Norma jenis kelamin anak, laki-laki atau perempuan sama saja
3. Norma saat yang tepat seorang wanita untuk melahirkan, umur 20-30 tahun
4. Norma pemakaian alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan
5. Norma usia yang tepat untuk menikah, untuk wanita, 20 tahun
6. Norma menyusui anaknya sampai umur 2 tahun
Perkembangan dan pembudayaan NKKBS memerlukan strategi yang tepat
dengan memperhatikan tipologi budaya dan karakteristik masyarakat sasaran,
karena belum semua lapisan masyarakat mau menerima pembudayaan NKKBS.
14
Beberapa alasan dan faktor mengapa Norma Keluarga Kecil belum diterima oleh
seluruh masyarakat antara lain:
a. Alasan Agama
Bagi para pemeluk agama merencanakan jumlah anak adalah menyalahi
kehendak Tuhan. Kita tidak boleh mendahului kehendak Tuhan apalagi
mencegah kelahiran anak dengan menggunakan alat kontrasepsi supaya tidak
hamil. Langkah utama untuk mengatasi hal ini adalah menemui tokoh-tokoh
atau ulama dari agama tersebut untuk menjelaskan bahwa merencanakan
keluarga untuk membantu Keluarga Kecil adalah tidak bertentangan dengan
agama.
b. Sosial Ekonomi
Anak dipandang sebagai tenaga kerja yang dapat membantu meningkatkan
ekonomi keluarga sehingga mempunyai banyak anak akan banyak tambahan
pendapatan yang akan diperoleh. Hal ini memang suatu kenyataan dan benar,
tetapi belum diperkirakan nasib anak itu sendiri apakah anak itu memang bisa
diharapkan pendidikannya dan masa depannya. Kalan hal ini
dipertimbangkan, mempunyai banyak anak malah menjadi beban dan
masalah.
c. Adat lstiadat
Adat kebiasaan adalah adat dari suatu masyarakat yang memberikan nilai
anak laki-laki lebih dari anak perempuan atau sebaliknya. Hal ini akan
memungkinkan satu keluarga mempunyai banyak anak. Hal tersebut dapat
mengakibatkan jika keinginan untuk mendapatkan anak laki-laki atau
perempuan tidak terpenuhi mungkin akan menceraikan istrinya dan kawin
lagi agar terpenuhi keinginan memiliki anak laki-laki ataupun anak
perempuan. Dalam hal ini norma adat istiadat perlu diluruskan karena tidak
banyak menguntungkan bahkan banyak bertentangan dengan kemanusiaan.
Namun ada hal yang harus diingat bahwa sejahtera dan bahagia tidak
selamanya merupakan konsekuensi logis dari keluarga kecil. Hal ini perlu
diingat dalam upaya untuk memasyarakatkan norma keluarga kecil bahagia
dan sejahtera. Jangan sampai ada kesan menjanjikan bahwa kalau keluarga
15
kecil tercapai maka bahagia dan sejahterapun akan dengan sendirinya
tercapai. Seolah-oIah ada hubungan sebab-akibat antara keluarga kecil
dengan kesejahteraan dan kebahagiaan. Kesan semacam itu akan muncul jika
kita memasarkan ide NKBBS semata-mata hanya sebagai pengganti norma
"banyak anak banyak rejeki'" karena dalam norma "banyak anak banyak
rejeki" memang tersirat adanya hubungan sebab-akibat antara "banyak anak"
dengan "banyak rejeki”. NKKBS jadi slogan yang benar jika ditanamkan
pengertian bahwa keluarga dengan jumlah anak yang lebih kecil akan
mernpunyai kesernpatan yang lebih besar untuk mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan. Jadi kesejahteraan dan kebahagiaan adalah hal yang masih
harus dicapai, bukan sesuatu yang secara otomatis datang seteiah menganut
norma keluarga kecil.
G. Sosialisasi Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
Sosialisasi Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) Ada
beberapa kegiatan sosialisasi yang dilakukan BKKBN yang dilaksanakan
melalui sosialisasi baik secara tatap muka maupun bermedia, seperti
penyuluhan, membuat serta menyebarkan brosur, membuat spanduk, serta
melalui media cetak dan elektronik.
Seiring dengan berkembangnya zaman, sosialisasi mengenai NKKBS
dilakukan dengan memanfaatkan internet. Hal ini dikarenakan kehadiran
internet khususnya jejaring sosial media yan merubah cara orang
berkomunikasi dan menyebarkan informasi baru. Salah satu bentuk sosialisasi
NKKBS melalui internet adalah dengan diluncurkannya TV Streaming melalui
www.bkkbn.tv di Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur dalam acara
pembukaan pertemuan Kosi Mission Centre seluruh Indonesia pada tgl 16
April 2012. Program ini terselenggarai berkat kerjasama dan komitmen
BKKBN dengan Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), di Bali dan
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). TV ibarat jendela dunia yang dapat
menambah cakrawala seseorang tentang banyak hal, oleh karena itu BKKBN
16
memanfaatkan TV sebagai salah satu media penyebarluasan informasi terkait
dengan program Kependudukan dan KB.
Selain dengan TV lokal di Balikpapan yaitu TV 8, BKKBN juga
bekerjasama dengan TV lokal lainnya, seperti, Banten TV, TVRI Bandung,
TVRI Semarang, JTV Surabaya, Makassar TV, TV Bali, dan Medan TV,
Program BKKBN TV ini dapat diakses melalui www.bkkbn.tv. Kehadiran
BKKBN TV diharapkan dapat memberikan informasi tetang program
kependudukan dan keluarga berencana, serta dapat meningkatkan kesadaran
serta partisipasi masyarakat dalam program Kependudukan dan KB. Sehingga
dapat mempercepat terwujudnya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
H. Keluarga Berencana (KB)
Definisi keluarga berencana atau family planning menurut WHO “An Expert
Commite” (1974) adalah usaha menolong individu atau pasangan antara lain
untuk:
1. Mencegah terjadinya kelahiran yang tidak dikehendaki atau sebaliknya bagi
pasangan yang menginginkan anak.
2. Mengatur interval waktu kehamilan.
3. Mengontrol waktu kelahiran berhubungan dengan usia orang tua.
4. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu program pemerintah yang
dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.
Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit
terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia
dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada pertumbuhan yang seimbang.
Gerakan Keluarga Berencana Nasional Indonesia telah berumur sangat lama yaitu
pada tahun 70-an dan masyarakat dunia menganggap berhasil menurunkan angka
kelahiran yang bermakna. Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang
bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan
kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.
17
I. Tujuan Keluarga Berencana (KB)
Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS
(Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya
masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk.
Tujuan Khusus
• Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
• Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
• Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan
kelahiran.
J. Cara-cara KB
KB dapat dilakukan dengan cara penggunaan alat kontrasepsi. Kontrasepsi
berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang
berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Ada dua pembagian cara
kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan cara kontrasepsi moderen
(metode efektif).
1. Cara Kontrasepsi Sederhana
Kontrasepsi sederhana terbagi lagi atas kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi
dengan alat/obat. Kontarsepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan
senggama terputus dan pantang berkala. Sedangkan kontarsepsi dengan
alat/obat dapat dilakukan dengan menggunakan kondom, diafragma atau cup,
cream, jelly, atau tablet berbusa (vaginal tablet).
2. Cara Kontrasepsi Modern/Metode Efektif
Cara kontrasepsi ini dibedakan atas kontrasepsi tidak permanen dan
kontrasepsi permanen. Kontrasepsi permanen dapat dilakukan dengan pil,
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), suntikan, dan norplant. Sedangkan
18
cara kontrasepsi permanen dapat dilakukan dengan metode mantap, yaitu
dengan operasi tubektomi (sterilisasi pada wanita) vasektomi (sterilisasi pada
pria).
a) Senggama Terputus
Merupakan cara kontrasepsi yang paling tua. Senggama dilakukan
sebagaimana biasa, tetapi pada puncak senggama, alat kemaluan pria
dikeluarkan dari liang vagina dan sperma dikeluarkan di luar. Cara ini
tidak dianjurkan karena sering gagal, karena suami belum tentu tahu kapan
spermanya keluar.
b) Pantang Berkala (Sistem Kalender)
Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada saat istri
dalam masa subur. Cara ini kurang dianjurkan karena sukar dilaksanakan
dan membutuhkan waktu lama untuk ‘puasa’. Selain itu, kadang juga istri
kurang terampil dalam menghitung siklus haidnya setiap bulan.
c) Kondom/Diafragma
Kondom merupakan salah satu pilihan untuk mencegah kehamilan yang
sudah populer di masyarakat. Kondom adalah suatu kantung karet tipis,
biasanya terbuat dari lateks, tidak berpori, dipakai untuk menutupi zakar
yang berdiri (tegang) sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina.
Kondom sudah dibuktikan dalam penelitian di laboratorium sehingga
dapat mencegah penularan penyakit seksual, termasuk HIV/AIDS.
Kondom mempunyai kelebihan antara lain mudah diperoleh di apotek,
toko obat, atau supermarket dengan harga yang terjangkau dan mudah
dibawa kemana-mana. Selain itu, hampir semua orang bisa memakai tanpa
mengalami efek sampingan. Kondom tersedia dalam berbagai bentuk dan
aroma, serta tidak berserakan dan mudah dibuang. Sedangkan diafragma
adalah kondom yang digunakan pada wanita, namun kenyataannya kurang
populer di masyarakat.
Penggunaan Kondom sebagai alat kontrasepsi di Kecamatan Mirit
Kabupaten Kebumen Jawa Tengah sebanyak 28 Kk dari jumlah Kk
keseluruhan 11. 557.
19
d) Cream, Jelly, atau Tablet Berbusa
Semua kontrasepsi tersebut masing-masing dimasukkan ke dalam liang
vagina 10 menit sebelum melakukan senggama, yaitu untuk menghambat
geraknya sel sperma atau dapat juga membunuhnya. Cara ini tidak populer
di masyarakat dan biasanya mengalami keluhan rasa panas pada vagina
dan terlalu banyak cairan.
e) Pil
Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil telah
diperkenalkan sejak 1960. Pil diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil
dan menginginkan cara pencegah kehamilan sementara yang paling efektif
bila diminum secara teratur. Minum pil dapat dimulai segera sesudah
terjadinya keguguran, setelah menstruasi, atau pada masa post-partum bagi
para ibu yang tidak menyusui bayinya. Jika seorang ibu ingin menyusui,
maka hendaknya penggunaan pil ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran
anak (atau selama masih menyusui) dan disarankan menggunakan cara
pencegah kehamilan yang lain. Pil dapat digunakan untuk menghindari
kehamilan pertama atau menjarangkan waktu kehamilan-kehamilan
berikutnya sesuai dengan keinginan wanita. Berdasarkan atas bukti-bukti
yang ada dewasa ini, pil itu dapat diminum secara aman selama bertahun-
tahun. Tetapi, bagi wanita-wanita yang telah mempunyai anak yang cukup
dan pasti tidak lagi menginginkan kehamilan selanjutnya, cara-cara jangka
panjang lainnya seperti spiral atau sterilisasi, hendaknya juga
dipertimbangkan. Akan tetapi, ada pula keuntungan bagi penggunaan
jangka panjang pil pencegah kehamilan. Misalnya, beberapa wanita
tertentu merasa dirinya secara fisik lebih baik dengan menggunakan pil
daripada tidak. Atau mungkin menginginkan perlindungan yang paling
efektif terhadap kemungkinan hamil tanpa pembedahan. Kondisi-kondisi
ini merupakan alasan-alasan yang paling baik untuk menggunakan pil itu
secara jangka panjang.
20
Penggunaan Pil sebagai alat kontrasepsi di Kecamatan Mirit Kabupaten
Kebumen Jawa Tengah sebanyak 376 Kk dari jumlah Kk keseluruhan 11.
557.
Jenis-jenis Pil
a) Pil Gabungan atau Kombinasi
Tiap pil mengandung dua hormon sintetis, yaitu hormon estrogen dan
progestin. Pil gabungan mengambil manfaat dari cara kerja kedua
hormon yang mencegah kehamilan, dan hampir 100% efektif bila
diminum secara teratur.
b) Pil Berturutan
Dalam bungkusan pil-pil ini, hanya estrogen yang disediakan selama 14
—15 hari pertama dari siklus menstruasi, diikuti oleh 5—6 hari pil
gabungan antara estrogen dan progestin pada sisa siklusnya.
Ketepatgunaan dari pil berturutan ini hanya sedikit lebih rendah
daripada pil gabungan, berkisar antara 98—99%. Kelalaian minum 1
atau 2 pil berturutan pada awal siklus akan dapat mengakibatkan
terjadinya pelepasan telur sehingga terjadi kehamilan. Karena pil
berturutan dalam mencegah kehamilan hanya bersandar kepada
estrogen maka dosis estrogen harus lebih besar dengan kemungkinan
risiko yang lebih besar pula sehubungan dengan efek-efek sampingan
yang ditimbulkan oleh estrogen.
c) Pil Khusus – Progestin (pil mini)
Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan memiliki
sifat pencegah kehamilan, terutama dengan mengubah mukosa dari
leher rahim (merubah sekresi pada leher rahim) sehingga mempersulit
pengangkutan sperma. Selain itu, juga mengubah lingkungan
endometrium (lapisan dalam rahim) sehingga menghambat perletakan
telur yang telah dibuahi.
Kontra Indikasi Pemakaian Pil
Kontrasepsi pil tidak boleh diberikan pada wanita yang menderita
hepatitis, radang pembuluh darah, kanker payudara atau kanker
21
kandungan, hipertensi, gangguan jantung, varises, perdarahan abnormal
melalui vagina, kencing manis, pembesaran kelenjar gondok (struma),
penderita sesak napas, eksim, dan migraine (sakit kepala yang berat pada
sebelah kepala).
Efek Samping Pemakaian Pil
Pemakaian pil dapat menimbulkan efek samping berupa perdarahan di luar
haid, rasa mual, bercak hitam di pipi (hiperpigmentasi), jerawat, penyakit
jamur pada liang vagina (candidiasis), nyeri kepala, dan penambahan berat
badan.
f) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum wanita
merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat efektif dan tidak
perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang menyusui,
AKDR tidak akan mempengaruhi isi, kelancaran ataupun kadar air susu
ibu (ASI). Namun, ada wanita yang ternyata belum dapat menggunakan
sarana kontrasepsi ini. Karena itu, setiap calon pemakai AKDR perlu
memperoleh informasi yang lengkap tentang seluk-beluk alat kontrasepsi
ini.
Penggunaan IUD sebagai alat kontrasepsi di Kecamatan Mirit Kabupaten
Kebumen Jawa Tengah sebanyak 369 Kk dari jumlah Kk keseluruhan 11.
557.
Jenis-jenis AKDR di Indonesia
a. Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada
bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat
tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang
cukup baik.
b. Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
22
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32
mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai
luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan
tembaga halus pada jenis Coper-T.
c. Multi Load
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan
kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung
atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga
dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah
efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan
mini.
d. Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau
huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada
ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran
panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B
27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning),
dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai
angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral
jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau
penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.
Pemasangan AKDR
Prinsip pemasangan adalah menempatkan AKDR setinggi mungkin dalam
rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada
waktu mulut peranakan masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak.
Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid. Pemasangan
AKDR dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih secara
khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan
satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan
selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali.
23
Kontra indikasi pemasangan AKDR:
Belum pernah melahirkan.
Adanya perkiraan hamil.
Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak
normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker
rahim.
g) Suntikan
Kontrasepsi suntikan adalah obat pencegah kehamilan yang pemakaiannya
dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat tersebut pada wanita subur.
Obat ini berisi Depo Medorxi Progesterone Acetate (DMPA). Penyuntikan
dilakukan pada otot (intra muskuler) di bokong (gluteus) yang dalam atau
pada pangkal lengan (deltoid). Cara ini baik untuk wanita yang menyusui
dan dipakai segera setelah melahirkan. Suntikan pertama dapat diberikan
dalam waktu empat minggu setelah melahirkan. Suntikan kedua diberikan
setiap satu bulan atau tiga bulan berikutnya. Kontrasepsi suntikan tidak
diperbolehkan untuk wanita yang menderita penyakit jantung, hipertensi,
hepatitis, kencing manis, paru-paru, dan kelainan darah. Efek samping
kontrasepsi suntikan adalah tidak datang haid (amenorrhoe), pendarahan
yang mengganggu, sakit kepala, mual, muntah, rambut rontok, jerawat,
kenaikan berat badan, hiperpigmentasi.
Penggunaan Suntikan sebagai alat kontrasepsi di Kecamatan Mirit
Kabupaten Kebumen Jawa Tengah sebanyak 2.650 Kk dari jumlah Kk
keseluruhan 11. 557.
h) Norplant
Norplant merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang bisa digunakan
untuk jangka waktu 5 tahun. Norplant dipasang di bawah kulit, di atas
daging pada lengan atas wanita. Alat tersebut terdiri dari enam kapsul
lentur seukuran korek api yang terbuat dari bahan karet silastik. Masing-
masing kapsul mengandung progestin levonogestrel sintetis yang juga
terkandung dalam beberapa jenis pil KB. Hormon ini lepas secara
24
perlahan-lahan melalui dinding kapsul sampai kapsul diambil dari lengan
pemakai. Kapsul-kapsul ini bisa terasa dan kadangkala terlihat seperti
benjolan atau garis-garis. (The Boston’s Book Collective, The Our Bodies,
Ourselves, 1992). Norplant sama artinya dengan implant. Norplant adalah
satu-satunya merek implant yang saat ini beredar di Indonesia. Oleh
karena itu, sering juga digunakan untuk menyebut implant. Di beberapa
daerah, implant biasa disebut dengan susuk.
Indonesia merupakan negara pemula dalam penerimaan norplant yang
dimulai pada 1987. Sebagai negara pelopor, Indonesia belum mempunyai
referensi mengenai efek samping dan permasalahan yang muncul sebagai
akibat pemakaian norplant. Pada 1993, pemakai norplant di Indonesia
tercatat sejumlah 800.000 orang. Efektivitas norplant cukup tinggi.
Tingkat kehamilan yang ditimbulkan pada tahun pertama adalah 0,2%,
pada tahun kedua 0,5%, pada tahun ketiga 1,2%, dan 1,6% pada tahun
keempat. Secara keseluruhan, tingkat kehamilan yang mungkin
ditimbulkan dalam jangka waktu lima tahun pemakaian adalah 3,9 persen.
Wanita dengan berat badan lebih dari 75 kilogram mempunyai risiko
kegagalan yang lebih tinggi sejak tahun ketiga pemakaian (5,1 persen).
Wanita yang tidak diperbolehkan menggunakan norplant adalah mereka
yang menderita penyakit diabetes, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi,
migrain, epilepsi, benjolan pada payudara, depresi mental, kencing batu,
penyakit jantung, atau ginjal. (The Boston Women’s Book Collective,
1992). Pemasangan norplant biasanya dilakukan di bagian atas (bawah
kulit) pada lengan kiri wanita (lengan kanan bagi yang kidal), agar tidak
mengganggu kegiatan. Norplant dapat dipasang pada waktu menstruasi
atau setelah melahirkan oleh dokter atau bidan yang terlatih. Sebelum
pemasangan dilakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu dan juga
disuntik untuk mencegah rasa sakit. Luka bekas pemasangan harus dijaga
agar tetap bersih, kering, dan tidak boleh kena air selama 5 hari.
Pemeriksaan ulang dilakukan oleh dokter seminggu setelah pemasangan.
Setelah itu, setahun sekali selama pemakaian dan setelah 5 tahun norplant
25
harus diambil/dilepas. Kelebihan norplant adalah masa pakainya cukup
lama, tidak terpengaruh faktor lupa sebagaimana kontrasepsi pil/suntik,
dan tidak mengganggu kelancaran air susu ibu. Sedangkan kekurangannya
adalah bahwa pemasangan hanya bisa dilakukan oleh dokter atau bidan
yang terlatih dan kadang-kadang menimbulkan efek samping, misalnya
spotting atau menstruasi yang tidak teratur. Selain itu, kadang-kadang juga
menimbulkan berat badan bertambah.
Penggunaan Norplant sebagai alat kontrasepsi di Kecamatan Mirit
Kabupaten Kebumen Jawa Tengah sebanyak 788 Kk dari jumlah Kk
keseluruhan 11. 557.
i) Tubektomi (Sterilisasi pada Wanita)
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang
mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi.
Sterilisasi bisa dilakukan juga pada pria, yaitu vasektomi. Dengan
demikian, jika salah satu pasangan telah mengalami sterilisasi, maka tidak
diperlukan lagi alat-alat kontrasepsi yang konvensional. Cara kontrasepsi
ini baik sekali, karena kemungkinan untuk menjadi hamil kecil sekali.
Faktor yang paling penting dalam pelaksanaan sterilisasi adalah
kesukarelaan dari akseptor. Dengan demikia, sterilisasi tidak boleh
dilakukan kepada wanita yang belum/tidak menikah, pasangan yang tidak
harmonis atau hubungan perkawinan yang sewaktu-waktu terancam
perceraian, dan pasangan yang masih ragu menerima sterilisasi. Yang
harus dijadikan patokan untuk mengambil keputusan untuk sterilisasi
adalah jumlah anak dan usia istri. Misalnya, untuk usia istri 25–30 tahun,
jumlah anak yang hidup harus 3 atau lebih.
Penggunaan Tubektomi atau MOW (Metode Operasi Wanita) sebagai alat
kontrasepsi di Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen Jawa Tengah
sebanyak 141 Kk dari jumlah Kk keseluruhan 11. 557. Sedangkan
penggunaka MOP (Metoode operasi pria) atau vasektomi pada alat
26
kontrasepsi di Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen Jawa Tengah
sebanyak 41 KK dari 11.557.
Penggunaan Kontrasepsi Menurut Umur
1. Umur ibu kurang dari 20 tahun:
o Penggunaan prioritas kontrasepsi pil oral.
o Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan
muda frekuensi bersenggama tinggi sehingga akan mempunyai
kegagalan tinggi.
o Bagi yang belum mempunyai anak, AKDR kurang dianjurkan.
o Umur di bawah 20 tahun sebaiknya tidak mempunyai anak dulu.
2. Umur ibu antara 20–30 tahun
o Merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan.
o Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai
spiral sebagai pilihan utama. Pilihan kedua adalah norplant atau
pil.
3. Umur ibu di atas 30 tahun
o Pilihan utama menggunakan kontrasepsi spiral atau norplant.
Kondom bisa merupakan pilihan kedua.
o Dalam kondisi darurat, metode mantap dengan cara operasi
(sterlilisasi) dapat dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan
dengan spiral, kondom, maupun pil dalam arti mencegah.
Beberapa Metode Kontasepsi Baru
Dengan adanya metode kontrasepsi yang baru, berarti pula memberikan lebih
banyak pilihan, dapat membantu mengatasi beberapa kendala pemakaian
kontrasepsi. Meskipun demikian, pengembangan kontrasepsi baru untuk
menambah yang sudah ada sangat terasa kurang membawa perubahan yang positif
dan inovatif. Beberapa metode yang sedang diuji klinik antara lain:
1. Cincin Kontrasepsi
Cincin ini dimasukkan ke dalam vagina, bentuknya seperti kue donat, dan
mengandung steroid, yaitu progestin atau progestin ditambah estrogen, yang
27
dilepas ke dalam aliran darah. Cincin kontrasepsi mengandung dosis hormon
yang lebih rendah dibanding dengan kontrasepsi oral. Wanita dapat
memasukkan dan mengeluarkan cincin ini sendiri.
2. Vaksin Antifertilitas Reversible
Vaksin ini menyebabkan antibodi berinteraksi dengan human chrrionic
gonadotropin (HCG), suatu hormon yang memelihara kehamilan. Tanpa
HCG, lapisan uterus lepas dengan membawa telur yang sudah dibuahi
sehingga terjadi menstruasi.
3. Norplant II
Norplant II memiliki kelebihan dibanding dengan norplant yang ada
sekarang, karena norplant II hanya memerlukan dua implantasi subdermal.
Dengan demikian, lebih mudah memasukkan dan mengeluarkannya.
4. Suntikan
Kontrasepsi ini menggunakan mikrosfero atau mikrokapsul. Injeksi terbuat
dari satu atau lebih hormon di dalam kapsul yang dapat dibiodegrasi, yang
melepaskan hormon dan menghambat ovulasi. Satu suntikan dapat
melindungi satu, tiga, atau enam bulan, tergantung dari jenis komposisi
kimianya.
5. Implantasi Transdermal
Implantasi transdermal menyebabkan pelepasan kontrasepsi steroid yang
lambat dan teratur ke aliran darah melalui kulit. Wanita dapat menempatkan
implant tersebut pada tubuh dan melepaskannya sesuai keinginan. Pada salah
satu jenis implantasi transdermal, seorang wanita menggunakan tiga
implantasi selama tiga minggu. Setiap implantasi efektif selama tujuh hari.
Pada minggu berikutnya, digunakan implantasi plasebo sehingga terjadi
menstruasi.
6. IUD Bentuk T yang Baru
IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama
minimal lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang
tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun
28
perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek
samping hormonal dan amenore.
7. Kondom Wanita
Kondom ini dikendalikan oleh wanita dan mengurangi risiko terkena penyakit
menular seksual. Dari uji klinik menunjukkan bahwa kelicinan, kebocoran,
kerusakan, dan hambatan efektivitasnya lebih baik dibandingkan kondom
pria.
K. Sosialisasi Keluarga Berencana (KB)
Ada beberapa kegiatan sosialisasi yang dilakukan BKKBN yang
dilaksanakan melalui sosialisasi baik secara tatap muka maupun bermedia,
seperti penyuluhan, membuat serta menyebarkan brosur, membuat spanduk,
serta melalui media cetak dan elektronik. Kegiatan sosialisasi secara tatap
muka ini dilaksanakan dengan tujuan agar dapat berkomunikasi secara
langsung dengan komunikan sehingga dapat mengetahui tanggapan dan
keluhan secara langsung. Sedangkan dengan menggunakan media yang berupa
media cetak dan elektronik digunakan sebagai media pendukung untuk
mensosialisasikan program- program yang dapat di sebarluaskan dengan lebih
mudah.
Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan sosialisasi tersebut, BKKBN
melakukan strategi dengan menggunakan konsep POAC yaitu dimulai dengan
merencanakan kegiatan yang telah ditetapkan dimana dari perencanaan tersebut
diharapkan pelaksanaan dari kegiatan sosialisasi berjalan dengan baik dan
sesuai dengan tujuan. Perencanaan tersebut meliputi penentuan waktu dan
tempat pelaksanaan, pesan yang akan disampaikan, menentukan sasaran yang
tepat, menentukan komunikator, kemudian mengorganisasi setiap kegiatan
sosialisasi dari strategi tersebut, melakukan kegiatan sosialisasi dan kemudian
mengevaluasi setiap kegiatan tersebut untuk mengetahui apakah kegiatan yang
dilakukan tersebut berjalan dengan baik dan memberikan hasil sesuai atau
tidak.
1. Perencanaan
29
Rencana atau plan adalah dokumen yang digunakan sebagai skema
untuk mencapai tujuan. Rencana biasanya mencakup alokasi sumber daya,
jadwal, dan tindakan-tindakan penting lainnya. Rencana dibagi berdasarkan
cakupan, jangkan waktu, kekhususan, dan frekuensi penggunaannya.
Strategi sosialisasi yang dimulai dengan perencanaan yang meliputi
menentukan waktu, menentukan tempat sosialisasi, menentukan sasaran,
menentukan pesan apa yang akan disampaikan, dan menentukan siapa yang
akan menjadi narasumber dalam menyampaikan pesan tersebut. Dan
diketahui hal tersebut sangat membantu kelancaran kegiatan sosialisasi.
2. Pengorganisasian
BKKBN dalam melakukan hal pengorganisasian yaitu jenis
organisasi panitia dimana organisasi tersebut dibentuk hanya untuk
sementara waktu saja, setelah tugas selesai maka selesailah organisasi
tersebut. Organisasi tersebut di bentuk agar kegiatan sosialisasi berjalan
dengan baik, terstruktur dan kerja sama yang sudah diorganisasi tersebut
menapatkan hasil sesuai dengan yang menjadi tujuan BKKBN yaitu
memberikan pemahaman kepada masyarakat yang kemudian bisa
meningkatkan pengguna program KB. Penerapan Strategi Sosialisasi
melalui Komunikasi Tatap Muka dan Bermedia Dalam melakukan kegiatan
sosialisasi BKKBN menggunakan dua cara, yaitu a. sosialisasi melalui
komunikasi tatap muka
a. Penyuluhan adalah kegiatan sosialisasi melalui komunikasi yang
dilakukan dengan menyebarkan pesan , menanamkan keyakinan sehingga
masyarakat tidak hanya sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau
melakukan sesuatu yang dianjurkan yang dikehendaki oleh komunikator.
Kegiatan penyuluhan program KB yang dilaksanakan yaitu menyebarkan
informasi tentang KB Alokon kepada masyarakat khususnya PUS dan
WUS, melalui tenaga penyuluh yang mempunyai seperangkat pengetahuan
dan pesan-pesan program KB yang bisa memberikan pencerahan kepada
masyarakat khususnya PUS dan WUS yang belum tahu di buat lebih tahu.
30
PUS (Pasangan Usia Subur) di Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen
Jawa Tengah sebanyak 6.099 Kk dari jumlah Kk keseluruhan 11. 557.
b. Media seperti spanduk, brosur, surat kabar, televise, radio serta iklan
layanan masyarakat yang ditayangkan ditelevisi nasional.
3. Pengawasan
Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas
yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan. BKKNN dalam
hal pengawasan terhadap kegiatan sosialsiasi yang dilakukan yaitu
memantau langsung berjalannya kegiatan soasialisai yang kemudian segera
di evaluasi dari kegiatan tersebut untuk mengetahui apakah kegiatan
tersebut berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang telah di rencanakan.
Pengawasan meruakan hal yang penting dilakukan agar kedepannya
BKKBN dapat menjadikan tolok ukur pada kegiatan sosialisasi selanjutnya,
dan agar BKKBN bisa mengetahui cara yang tepat untuk meningkatkan
pengguna program KB.
L. Hambatan Keluarga Berencana (KB)
Ada beberapa hambatan yang menghalangi program keluarga
berencana dari pemerintah:
1. Bagi beberapa masyarakat di Indonesia beranggapan bahwa cari makan
saja susah apa lagi harus datang kedokter untuk melakukan kegiatan
sebagai keluarga berencana. Ini karena biaya kesehatan yang mahal,
meskipun telah dikenal bahwa ada kartu jaminan kesehatan untuk orang
yang kurang mampu, tapi belum juga terlaksana dengan baik.
2. Kebudayaan hasil turun temurun yang kiranya kurang rasional,
kepercayaan bahwa banyak anak banyak pula rezeki. Ini tidak rasional,
semakin banyaknya tanggungan, semakin besar tanggung jawab untuk
memenuhi tanggungan. Jika diadakannya arahan langsung maka lebih
mudah menciptakan masyarakat yang lebih berpikir modern.
3. Beberapa masyarakat di Indonesia masih kurang pendidikan padahal
beberapa sekolah negeri di Indonesia telah memberikan keringanan.
31
Karena sosialisasi ke orang yang berada di taraf rendah kurang, maka
banyak orang takut tertipu.
4. Keengganan sebagian besar warga masyarakat untuk terlibat langsung
dalam suatu program kegiatan terutama pasangan subur. Hal itu
disebabkan oleh keadaan sosiokultural mereka yang memungkinkan untuk
secara aktif menyuarakan keinginan mereka. Sementara mereka lebih
memilih diam
5. Setiap program yang dibuat pemerintah biasanya sistemya lebih
menekankan perencanaan dari atas (top-down) atau strategi center down
yang kurang memperhatikan masyarakat bawah.
M. Peran Keluarga Berencana (KB) Dalam Membentuk Keluarga Bahagia
Sejahtera (KBS)
Dalam usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, pemerintah telah dan
sedang melakukan pembangunan di segala bidang, termasuk usaha-usaha untuk
mengatasi masalah kependudukan. Berbagai masalah kependudukan tersebut
meliputi antara lain pertumbuhan penduduk yang tinggi, penyebaran penduduk
yang tidak merata, penduduk usia muda yang besar, dan kualitas sumber daya
manusia yang masih relatif rendah. Untuk mengatasi salah satu masalah
kependudukan tersebut, pemerintah sejak Pelita I telah melakukan usaha
mendasar melalui program Keluarga Berencana (KB), yang sejak Pelita V
berkembang menjadi gerakan KB Nasional. Gerakan KB adalah Gerakan
Masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masymarakat untuk
berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan. Norma Keluarga
Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dalam rangka meningkatkan mutu
sumber daya manusia Indonesia. Pada dasarnya tujuan Gerakan KB Nasional
mencakup 2 (dua) hal yaitu:
1. Tujuan kuantitatif, yaitu menurunkan dan mengendalikan pertumbuhan
penduduk.
2. Tujuan kualitatif, yaitu menciptakan atau mewujudkan norma Keluarga Kecil
yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
32
Peran KB dalam membentuk keluarga kecil yang bahagia sejahtera
diantaranya sebagai berikut:
a. Menurunkan tingkat kelahiran dengan mengikutsertakan seluruh lapisan
masyarakat dan potensi yang ada.
b. Meningkatkan jumlah peserta KB dan tercapainya pemerataan serta kualitas
peserta KB yang menggunakan alat kontrasepsi efektif dan mantap dengan
pelayanan bermutu.
c. Mengembangkan usaha-usaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan
ibu dan anak, memperpanjang harapan hidup, menurunkan tingkat kematian
bayi dan anak balita serta memperkecil kematian ibu karena resiko kehamilan
dan persalinan.
d. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap masalah kependudukan yang
menjurus ke arab penerimaan, penghayatan dan pengamalan NKKBS sebagai
cara hidup yang layak dan bertanggungjawab.
e. Meningkatkan peranan dan tanggung jawab wanita, pria dan generasi muda
dalam pelaksanaan upaya-upaya penanggulangan masalah kependudukan.
f. Mencapai kemantapan, kesadaran dan peran serta Keluarga dan Masyarakat
dalam pelaksanaan gerakan KB Nasional sehingga lebih mampu menigkatkan
kemandiriannya di wilayah masing-masing.
g. Mengembangkan usaha-usaha peningkatan mutu sumber daya manusia untuk
meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan keluarga dan
masyarakat dalam mempercepat kelembagaan nilai-nilai Keluarga Kecil.
h. Memeratakan penggarapan Gerakan KB ke seluruh wilayah tanah air dan
lapisan masyarakat perkotaan, pedesaan, transmigrasi, kumuh, miskin dan
daerah pantai.
i. Meningkatkan jumlah dan mutu tenaga dan atau pengelola Gerakan KB yang
mampu memberikan pelayanan KB yang dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat diseluruh pelosok tanah air dengan kualitas yang tinggi dan
kenyamanan yang memenuhi harapan.
33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gerakan Keluarga Berencana bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
ibu dan anak serta mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS) yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera
melalui pengendalian kelahiran. Nilai dan jumlah anak sangat mempengaruhi
dalam mencapai terwujudnya NKKBS dimana salah satu norma dalam NKKBS
adalah norma tentang jumlah anak yang sebaiknya dimiliki yaitu 2 anak cukup,
dan laki-laki atau perempuan sama saja Latar belakang sosial yang berbeda,
tingkat pendidikan, kesehatan, adat istiadat atau kebudayaan suatu kelompok
sosial serta penghasilan atau mata pencaharian yang berlainan menyebabkan
pandangan yang berbeda terhadap anak. Hambatan dalam pelaksanaan program
pembudayaan NKKBS dimasyarakat adalah adanya pandangan orang tua terhadap
anak dalam keluarga, dimana anak selain merupakan kebanggaan orangtua juga
sebagai tenaga kerja yang membantu meningkatkan ekonomi keluarga. Selain itu
adanya kebiasaan dari suatu kelompok masyarakat yang memberi nilai lebih pada
satu jenis kelamin tertentu.
B. Saran
Sebaiknya masyarakat Indonesia mau meneri pembudayaan program NKKBS
dan melaksanakan program KB. Dengan program Keluarga Berencana yang
dilaksanakan secara intensif selama 20 tahun untuk membudayakan NKKBS,
maka diharapkan terjadi perubahan pola pikir masyarakat dimana mendidik dan
memelihara anak jauh lebih penting daripada menambah jumlah anak.
34