Post on 03-Mar-2018
7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
1/26
UNIVERSITAS INDONESIA
MINIMISASI LIMBAH PRODUKSI MINYAK GORENG DARI
INDUSTRI KELAPA SAWIT
Kelompok 5
ANGGOTA KELOMPOK:
KHANSA ZAHRANI (1206239724)
NATHANIA DWI KARINA SIAGIAN (1206262166)
NINDYA BESTARI (1206255122)
RIZKA MARGI ASTUTY (1206212470)
VIFKI LEONDO (1206238665)
CHEMICAL ENGINEERING DEPARTMENT
FACULTY OF ENGINEERING
UNIVERSITY OF INDONESIA
DEPOK 2015
7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
2/26
2
UNIVERSITAS INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dari mata kuliah
Pengelolaan Limbah Proses Hayati, yakni Minimisasi Limbah Produksi Minyak
Goreng dari Industri Kelapa Sawit.
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Ir.
Roekmijati W. Soemantojo M.Si selaku dosen mata kuliah Pengelolaan Limbah
Proses Hayati yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan pembuatan
makalah ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada teman-temanselaku rekan dalam kelas Pengelolaan Limbah Proses Hayati yang telah
memberikan saran dan dukungan kepada penulis selama proses penyelesaian
masalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran serta kritik yang membangun agar
ke depannya dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Depok, September 2015
Tim Penulis
7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
3/26
3
UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB 1 ..................................................................................................................... 4
1.1 Gambaran Umum Proses Produksi Minyak Goreng ........................................ 4
1.2 Deskripsi Alat yang Digunakan ..................................................................... 10
1.2.1 Refinery ........................................................................................................ 10
1.2.3. Filling and Bottling ...................................................................................... 18
1.3 Limbah Industri Minyak Goreng .................................................................... 20
BAB 2 ................................................................................................................... 22
2.1 Deskripsi Minimisasi Limbah ......................................................................... 22
2.2 Minimisasi Limbah pada Industri Minyak Goreng ......................................... 22
2.3 Metode Minimisasi Limbah yang Dipilih ....................................................... 23
2.4 Segregasi Limbah ............................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26
7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
4/26
4
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Gambaran Umum Proses Produksi Minyak Goreng
Minyak termasuk dalam senyawa golongan lipid (netral). Minyak
merupakan lemak yang berwujud cair pada suhu kamar (25). Minyak
merupakan trigeliserida (triasil gliserol) dari gliserol dan berbagai asam lemak
(Winarno, 1997). Minyak mengandung sejumlah kecil komponen selain
trigliserida, yaitu lipid kompleks (lesithin, cephalin, fosfatida, dan glikolipid);
sterol; asam lemak bebas; lilin; pigmen larutan minyak, seperti klorofil dan
karotenoid; dan hidrokarbon seperti karbohidrat, protein, dan vitamin. Komponen-
kompomen tersebut akan mempengaruhi sifat dan warna minyak (Buckle, dkk.,
1987).
Berdasarkan sumbernya, minyak diklasifikasikan menjadi minyak nabati
dan minyak hewani. Minyak nabati merupakan minyak yang bersumber dari
tumbuh-tumbuhan, seperti minyak jagung, minyak zaitun, minyak kedelai,
minyak kacang tanah, minyak biji wijen, minyak kelapa, dan minyak kelapa
sawit. Minyak hewani merupakan minyak yang bersumber dari hewan, seperti
mentega, minyak sardin, lemak sapi, dan minyak babi (Winarno, 1999).
Ketaren (1986) mengklasifikasikan minyak nabati menurut sifat fisiknya
(sifat mengering dan sifat cair) menjadi 3 kelompok, yaitu:
1) Minyak mengering (drying oil), yaitu minyak yang mempunyai sifat dapat
mengering jika terkena oksidasi dan akan berubah menjadi lapisan tebal,
bersifat kental, dan membentuk sejenis selaput jika dibiarkan pada udara
terbuka. Contoh daari minyak jenis ini adalah minyak kedelai.
2)
Minyak setengah mengering (semi drying oil), yaitu minyak yang mempunyai
daya mengering lebih lambat, contohnya minyak jagung dan minyak biji
bunga matahari.
3)
Minyak tidak mengering (non drying oil), contohnya minyak kelapa, minyak
sawit, minyak zaitun, dan minyak kacang tanah.
Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas, penambah rasa gurih,
dan penambah nilai kalori bahan pangan (Winarno, 1997). Minyak yang baik
digunakan sebagai minyak goreng adalah minyak kelapa, kacang tanah, dan
7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
5/26
5
UNIVERSITAS INDONESIA
kelapa sawit. Minyak sawit memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan
minyak nabati lainnya, yaitu harganya yang relatif murah, komponen yang
terkandung di dalamnya lebih banyak dan beragam, dan memiliki kandungan
kolestrol yang rendah. Minyak goreng dari sawit yang dalam bahasa industri
disebut RBD Olein (Refined Bleached Deodorized Palm Olein) dibuat dari CPO
sebagai bahan bakunya. Proses pengolahan minyak goreng ini menghasilkan hasil
samping RBD Stearin (Refined Bleached Deodorized Stearin), dan PFAD (Palm
Fatty Acids Destillation). RBD Stearin merupakan bahan baku untuk pembuatan
margarin dan shortening, sedangkan PFAD dapat diolah lebih lanjut menjadi
sabun,shortening, dan emulsifier.
Gambar 1.1Minyak goreng kelapa sawit
(Sumber:saniaroyale.com)
Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak goreng sawit dimulai dari
proses pengolahan tandan buah segar menjadi crude palm oil (CPO). Setelah
kelapa sawit berubah menjadi CPO, maka proses selanjutnya adalah mengolah
CPO menjadi minyak goreng sawit. Secara garis besar proses pengolahan CPO
menjadi minyak goreng sawit, terdiri dari dua tahap yaitu tahap pemurnian(refinery) dan pemisahan (fractionation). Tahap pemurnian terdiri dari
penghilangan gum (degumming), pemucatan (bleaching) dan penghilangan bau
(deodorization). Tahap pemisahan terdiri dari proses pengkristalan
(crystallization) dan pemisahan fraksi. Diagram alir proses dari proses produksi
minyak goreng dapat dilihat pada gambar berikut.
7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
6/26
6
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 1.2 Diagram alir proses produksi minyak goreng dari kelapa sawit.
a. Tahap pemurnian
1.
Degumming
Proses yang pertama dari produksi minyak goreng dari CPO adalah proses
degumming atau proses penghilangan fospolipid ataugum. Pengertian degumming
sendiri merupakan proses pemisahan getah atau lendir-lendir yang terdiri dari
fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin tanpa mengurangi jumlah
asam lemak bebas (FFA) dalam minyak. Sebelum masuk ke proses ini, CPO
terlebih dahulu dialirkan ke dalam Plate Heat Exchanger (PHE) untuk dinaikan
suhunya sampai ke suhu yang diinginkan. CPO yang suhunya masih rendah harus
dipanaskan terlebih dahulu agar proses berlangsung stabil. Pada degumming
7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
7/26
7
UNIVERSITAS INDONESIA
dilakukan penambahan H3PO4 atau asam fosfat yang bertindak sebagai koagulan
untuk mengikat gum agar dapat dihilangkan. H3PO4 akan bereaksi dengan
fosfolipid dimana H3PO4 lah yang menjadi pereaksi pembatasnya dan
menghasilkan residu fosfolipid. Residu fosfolipid ini akan dihilangkan pada
proses selanjutnya. Getah-getah (gum) dalam minyak nabati perlu dihilangkan
untuk menghindari perubahan warna dan rasa selama langkah refinery (refinery)
berikutnya.
2. Bleaching Earth
Proses selanjutnya yaitu bleaching earth (BE) yaitu pemucatan/penghilangan
warna. Proses ini bertujuan untuk mengubah warna CPO dari merah darah
menjadi keemasan. Selain itu, pada proses ini terjadi adsorpsi komponen-
komponen polar (komponen yang tidak dibutuhkan) seperti air, impurities,
sebagian keton, aldehid, peroksida, klorofil, karoten, dan fospolipid. Komponen-
komponen yang teradsorpsi tersebut harus dihilangkan dari minyak karena dapat
memicu reaksi oksidasi yang dapat menyebabkan minyak menjadi tengik, berubah
warna, dan kualitasnya turun. Penambahan BE bergantung pada kualitas minyak
itu sendiri, jika minyak memiliki nilai Free Fatty Acid (FFA) tinggi maka
penambahan BE hanya sedikit, jika nilai FFA-nya rendah maka penambahan BE
cukup banyak. Limbah dari hasil bleaching ini disebut spent earth (blotong) yang
dipisahkan menggunakan filter leaf. Limbah ini tergolong limbah B3 sehingga
harus diolah lebih lanjut diluar pabrik. Hasil minyak yang keluar dari proses ini
adalah minyak dengan warna keemasan.
3. Filtrasi
Pproses ini dilakukan untuk menyaring bleaching earth (BE) dari proses
sebelumnya, sekaligus untuk menyaring residu dari proses degumming, baik ituresidu asam fosfat maupun fosfolipidnya. Filtrasi dilakukan berkali-kali untuk
menghasilkan kualitas minyak yang sesuai keinginan. Hasil dari proses ini adalah
Deggumed Bleached Palm Oil (DBPO). Terdapat beberapa proses yang terjadi
selama filtrasi, yaitu:
a. Vakum
b. Filling, yaitu proses masuknya minyak kedalam niagara filter.
c.
Pemurnian
7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
8/26
8
UNIVERSITAS INDONESIA
d. Filtrasi
e. Sirkulasi, hal ini terjadi jika posisi bleacher low level atau posisi tangki filtrat
high level
f.
Proses pengosongan niagara filter. Proses ini akan meninggalkan kotoran pada
filter.
g.
Drying yaitu pengeringan kotoran basah menjadi blotong kering yang
menempel pada lempengan filter. Blotong ini akan dirontokan dan ditembakan
keluar filter dengan menggunakan udara.
4. Deodorization
Selanjutnya DBPO masuk ke proses deodoration atau penghilangan bau.
Dalam proses ini terjadi penghilangan zat-zat yang dapat menimbulkan bau
seperti keton dan aldehid dengan pemanasan suhu tinggi pada sistem distilasi
steam vakum tinggi. Karena produk yang dihasilkan dari proses ini memiliki suhu
sangat tinggi maka produk terlebih dahulu dimasukan kedalam cooler dengan
menggunakan air kemudian difilter kembali. Produk keluaran dari proses ini
adalah Refined Bleached Palm Oil (RBDPO). Produk ini merupakan produk
sementara yang sudah dapat digunakan, biasanya digunakan untuk industri
makanan besar. Dari proses ini dihasilkan produk samping atau by productberupa
PFAD atauPalm Fatty Acid Destilate.
b. Fraksinasi
Dalam proses fraksinasi terdapat dua proses yang dilakukan yaitu
kristalisasi dan filtrasi. Fraksinasi merupakan proses untuk memisahkan fasa padat
dan fasa cair dari RBDPO. Fasa padat berupa stearin yang nantinya akan
dimanfaatkan untuk pembuatan margarin, sedangkan fasa cairnya merupakanolein yang biasa kita sebut minyak goreng. Prinsip kerja yang digunakan dalam
kristalisasi adalah pembentukan kristal melalui pendinginan dan pengadukan
sehingga fase stearin dan fase olein dapat terpisah. Proses pendinginan dilakukan
menggunakan air dingin yang dialirkan kedalam pipa tangki kristalisasi. Pipa
yang dialiri air inilah yang menghantarkan air suhu dingin sehingga minyak yang
diaduk di dalamnya dapat turun suhunya. Pengadukan oleh agitator dalam tangki
sendiri berfungsi untuk memaksimalkan heat transfer.
7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
9/26
9
UNIVERSITAS INDONESIA
Pada proses kristalisasi, pertama-tama RBDPO dalam tangki kristalitator
dipanaskan sampai suhu tertentu yang berfungsi untuk mencairkan kristalkristal
yang sudah terbentuk sebelumnya. Media panas yang digunakan adalah air yang
dipanaskan dengan steam. Tahap selanjutnya adalah homogenization yaitu tahap
mendiamkan beberapa saat RBDPO sambil terus diaduk. Hal ini bertujuan untuk
menghomogenkan RBDPO yang sudah panas. Selain itu, hal ini juga berfungsi
untuk mengatur waktu proses antara tangki kristalitator yang satu dengan yang
lain sehingga tidak terjadi waktu filtrasi yang bersamaan. Pendinginan pada suhu
tertentu kemudian dilakukan hingga terbentuknya kristal. Media pendinginan
yang digunakan adalah air dingin yang berasal dari cooling tower. Proses ini
berfungsi untuk mengurangi beban chiller agar air balikan yang masuk kembali ke
chiller tidak terlalu panas. Penetapan suhu masuk air pendingin terjadi pada saat
tahap homogenization. Pada tahap pendinginan, kecepatan putaran pengaduk
diperlambat bersamaan dengan mulai terbentuknya butir-butir kristal putih yang
semakin lama semakin besar. Tahap selanjutnya adalah crystal time yaitu waktu
yang diperlukan untuk mempertahankan atau memperlambat penurunan suhu
RBDPO kristal. Pada tahap ini diharapkan dengan waktu yang ditentukan
diperoleh pembentukan kristal yang baik, homogen, kecil dan keras. Proses
selanjutnya adalah pendinginan lanjutan dengan menggunakan air es yang
berfungsi untuk memperkeras kristal-kristal yang telah terbentuk. Air es ini
didapatkan dari chiller.
Tahapan yang terakhir adalah filtrasi. Proses filtrasi ini dilakukan untuk
memisahkan farksi padatan dengan cairan. Alat yang digunakan pada proses
filtrasi di sini berbeda dengan filtrasi pada refinery, yaitu menggunakan filter
press. Pada proses filtrasi RBDPO, kristal yang sudah terbentuk dalam tangkikristalisasi dialirkan ke filter press untuk pemisahan olein dan stearin. Proses yang
pertama adalah loading yaitu pengisian dari kristalitator kedalam filter press,
kemudian squeezing yaitu pengepresan. Pada proses ini olein didapatkan dari
RBDPO cair yang lolos dari filter, sedangkan cake yang terdapat dalam filter
merupakan stearin. Olein yang didapatkan kemudian ditransfer ke dalam tank
untuk dikemas sedangkan stearin dilelehkan kembali untuk diproses lebih lanjut
menjadi margarin.
7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
10/26
10
UNIVERSITAS INDONESIA
1.2Deskripsi Alat yang Digunakan
1.2.1 Refinery
Refinery adalah proses pengolahan CPO menjadi RBDPO (RefinedBleached Degummed Palm Oil). Secara umum terdapat 2 jenis refining
(pemurnian) yaitu physical refinery dan chemical refinery. Physical refinery
adalah proses refinery menggunakan alat (proses pemisahan fisik) sedangkan
chemical refineryadalah proses refinery yang menggunakan bahan kimia. Tujuan
utama dari pemurnian adalah mengambil TAG yaitu komponen utama untuk
membuat minyak goreng dan menghilangkan kandungan selain TAG antara lain
DAG, MAG, keton, aldehid, moisture, dan impurities. Proses refining sendiri
merupakan proses yang continue. Secara umum proses yang terjadi di refiningada
4 yaitu degumming, bleaching earth, filtrasi dan deodoration.
a. Degumming
Pertama CPO masuk ke proses degumming bertujuan untuk menghilangkan
fospolipid ataugum. Pengertian degguming sendiri adalah proses pemisahan getah
atau lendir-lendir yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan
resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas (FFA) dalam minyak. Sebelum
masuk ke proses ini, CPO terlebih dahulu dialirkan kedalam Plate Heat
Exchanger(PHE) untuk dinaikan suhunya sampai ke suhu yang diinginkan. CPO
yang suhunya masih rendah harus dipanaskan terlebih dahulu agar proses
berlangsung stabil. Proses ini dilakukan dengan CPO dilewatkan pada RBDPO
yang suhunya lebih tinggi dari pada CPO yang keluar dari High Temperature
Economizer. Selanjutnya dilakukan penambahan H3PO4 atau asam fosfat yang
bertindak sebagai koagulan untuk mengikatgumagar dapat dihilangkan. . Getah-getah (gum) dalam minyak nabati perlu dihilangkan untuk menghindari perubahan
warna dan rasa selama langkah pemurnian berikutnya. H3PO4 akan bereaksi
dengan fosfolipid dimana H3PO4 lah yang menjadi pereaksi pembatasnya dan
menghasilkan residu fosfolipid. Residu fosfolipid ini akan dihilangkan pada
proses selanjutnya. Penambahan asam fosfat dilakukan tergantung pada
kandungan FFA atau asam lemak bebas pada CPO. Semakin tinggi kandungan
7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
11/26
11
UNIVERSITAS INDONESIA
FFA maka semakin banyak pula penambahan asam fosfatnya (Sumber :
Puspasari, 2004)
Gambar 1.3 Plate Heat Exchanger
(Sumber :www.heatexchangerindonesia.com,2012)
b. Bleaching
Proses selanjutnya yaitu bleaching yaitu pemucatan/penghilangan warna dan bau
dengan menggunakan senyawa bleaching earth (BE). Proses ini bertujuan untuk
mengubah warna CPO dari merah darah menjadi keemasan. Selain itu diproses ini
terjadi adsorpsi komponen-komponen polar (komponen yang tidak dibutuhkan)
seperti air, impuritis, sebagian keton, aldehid, peroksida, klorofil, karoten, dan
fospolipid. Kompenen-komponen yang teradsorpsi tersebut harus dihilangkan dari
minyak karena dapat memicu reaksi oksidasi yang dapat menyebabkan minyak
menjadi tengik, perubahan warna dan kualitas. Penambahan BE bergantung pada
kualitas minyak itu sendiri, jika minyak memiliki nilai Free Fatty Acid (FFA)
tinggi maka penambahan BE hanya sedikit, jika nilai FFA-nya rendah maka
penambahan BE cukup banyak (Sumber : Puspasari, 2004). Limbah dari hasil
bleaching ini disebut spent earth (blotong) yang dipisahkan menggunakan filter
leaf. Limbah ini tergolong limbah B3 sehingga harus diolah lebih lanjut diluar
pabrik. Hasil minyak yang keluar dari proses ini adalah minyak dengan warna
keemasan.
http://www.heatexchangerindonesia.com/http://www.heatexchangerindonesia.com/7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
12/26
12
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 1.4Bleaching Earth
(Sumber : www.indamart.com)
c. Filtrasi
Setelah itu minyak masuk ke proses filtrasi untuk menyaring bleaching earth (BE)
dari proses sebelumnya, selain itu juga untuk menyaring residu dari proses
degumming baik itu residu asam fosfat maupun fosfolipidnya. Filter, yang juga
disebut dengan niagara, menggunakan jenis filter leaf yang ilustrasi gambarnya
ada dibawah ini.
Gambar 1.5LeafFilter
(www.china-ogpe.com)
Filtrasi dilakukan berkali-kali untuk menghasilkan kualitas minyak yang sesuai
keinginan. Hasil dari proses ini adalah Deggumed Bleached Palm Oil (DBPO).
Terdapat beberapa proses yang terjadi selama filtrasi yaitu :
Vakum
http://www.china-ogpe.com/http://www.china-ogpe.com/7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
13/26
13
UNIVERSITAS INDONESIA
Filling yaitu proses masuknya minyak kedalam niagara filter.
Pemurnian
Filtrasi
Sirkulasi, hal ini terjadi jika posisi bleacher low level atau posisi tangki
filtrat high level
Proses pengosongan niagara filter. Proses ini akan meninggalkan kotoran
pada filter.
Drying yaitung pengeringan kotoran basah menjadi blotong kering yang
menempel pada lempengan filter. Blotong ini akan dirontokan dan ditembakan
keluar filter dengan menggunakan udara.
d. Deodoration
Selanjutnya DBPO masuk ke proses deodorationatau penghilangan bau. Dalam
proses ini terjadi penghilangan zat-zat yang dapat menimbulkan bau seperti keton
dan aldehid dengan pemanasan suhu tinggi pada sistem distilasi steam vakum
tinggi. Karena produk yang dihasilkan dari proses ini memiliki suhu sangat tinggi
maka produk terlebih dahulu dimasukan kedalam cooler dengan menggunakan air
kemudian difilter kembali. Produk keluaran dari proses ini adalah Refined
Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). Produk ini merupakan produk
sementara yang sudah dapat digunakan, biasanya digunakan untuk industri
makanan besar. Dari proses ini dihasilkan produk samping atau by productberupa
PFAD atauPalm Fatty Acid Destilate. Berikut adalah ringkasan gambaran proses
pada refinery.
7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
14/26
14
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 1.6 Diagram Alir ProsesRefining
(Sumber :http://ocw.usu.ac.id )
1.2.2. Fraksinasi
Fraksinasi merupakan proses untuk memisahkan fasa padat dan fasa cair
dari RBDPO. Fasa padat berupa stearin yang nantinya akan dimanfaatkan untuk
pembuatan margarine, sedangkan fasa cairnya merupakan olein yang biasa kita
sebut minyak goreng. Proses dalam fraksinasi terdiri dari kristalisasi dan filtrasi.
Prinsip kerja yang digunakan dalam kristalisasi adalah pembentukan kristal
melalui pendinginan dan pengadukan sehingga fase stearin dan fase olein dapat
terpisah. Proses pendinginannya sendiri menggunakan air dingin yang dialirkan ke
dalam pipa tangki kristalisasi. Pipa yang dialiri air inilah yang menghantarkan
suhu dingin, yaitu menyerap panas dari minyak dan pelepasan panas dari
pembentukan kristal, sehingga minyak yang diaduk didalamnya dapat turun
suhunya. Pengadukan oleh agitator dalam tangki sendiri berfungsi untuk
mempercepat proses pendinginan dengan memaksimalkan heat transfer-nya.
Selain itu pengadukan juga berfungsi agar pendinginan didalam tangki lebih
cepat.
RBDPO
http://ocw.usu.ac.id/course/download/4140000062-teknologi-oleokimia/tkk-322_slide_minyak_dan_lemak2.pdfhttp://ocw.usu.ac.id/course/download/4140000062-teknologi-oleokimia/tkk-322_slide_minyak_dan_lemak2.pdf7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
15/26
15
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 1.7 Crystallizer
(Sumber:www.dhanupendekar.blogspot.com)
Minyak yang akan diproses di plant fraksinasi merupakan RBDPO yang
berasal dari tank yard yang dialiri ke fraksinasi. Apabila stok di tank yard habis
maka RBDPO tersebut langsung diambil dari refinery plant. Proses pertama
adalah preheating yang digunakan untuk menghomogenkan minyak yang akan
diolah. Proses selanjutnya adalah masuknya RBDPO kedalam tangki kristalitator,
tahap selanjutnya adalah pemanasan sampai suhu tertentu yang berfungsi untuk
mencairkan kristalkristal yang sudah terbentuk sebelumnya. Media panas yang
digunakan adalah air yang dipanaskan dengan steam. Tahap selanjutnya adalah
delay before cooling yaitu tahap mendiamkan beberapa saat RBDPO sambil terus
diaduk hal ini bertujuan untuk menghomogenkan RBDPO yang sudah panas atau
biasa disebut homogenization. Selain itu juga berfungsi untuk mengatur waktu
proses antara tangki kristalitator yang satu dengan yang lain sehingga tidak terjadi
waktu filtrasi yang bersamaan.
http://www.dhanupendekar.blogspot.com/http://www.dhanupendekar.blogspot.com/7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
16/26
16
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 1.8 Chiller
(Sumber : www.commercial.carrier.com)
Tahap selanjutnya adalah pendinginan pada suhu tertentu sampai terbentuk
kristal. Media pendinginan yang digunakan adalah air dingin yang berasal dari
cooling tower. Penggunaan cooling tower pada sistem ini untuk menurunkan suhu
sampai suhu tertentu sebelum berpindah ke chiller. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi beban chiller.
Pada tahap ini terjadi perbedaan suhu antara air pendingin dengan minyak
yang berfungsi untuk memperlambat penunurunan suhu dengan cara pengaturan
debit air pendingin pada saat mulai terbentuk kristal. Penetapan suhu masuk air
pendingin pada saat tahap cooling delay berlangsung. Pada tahap pendinginan
kecepatan putaran pengaduk diperlambat bersamaan dengan mulai terbentuknya
butir-butir kristal putih yang semakin lama semakin besar. Tahap selanjutnya
adalah crystallization yaitu waktu yang diperlukan untuk mempertahankan atau
memperlambat penurunan suhu RBDPO kristal. Pada tahap ini diharapkan dengan
waktu yang ditentukan diperoleh pembentukan kristal yang baik, homogen, kecil
dan keras. Proses selanjutnya adalah pendinginan lanjutan dengan menggunakan
air es yang berfungsi untuk memperkeras kristal-kristal yang telah terbentuk. Air
es ini didapatkan dari chiller. Sehingga pada tahap ini suhu minyak akan
perlahan-lahan turun dan mencapai suhu akhir, yaitu suhu yang sesuai untuk
filtrasi.
7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
17/26
17
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 1.9 Alat Filter Prees
(Sumber :www.globalinterinti.com)
Tahap selanjutnya adalah filtrasi. Proses fitrasi disini berbeda dengan
filtrasi pada refinery, yaitu menggunakan filter press. Pada proses filtrasi RBDPO
kristal yang sudah terbentuk dalam tangki kristalisasi dialirkan ke filter press
untuk pemisahan olein dan stearin. Proses yang pertama adalah loading yaitu
pengisian dari kristalitator kedalam filter press kemudian squeezing yaitu
pengepresan. Pada proses ini olein didapatkan dari RBDPO kristal yang lolos dari
filter atau yang biasa disebut dengan fraksi cair, sedangkan cake yang terdapatdalam filter merupakan stearin. Olein yang didapatkan kemudian ditransfer
kedalam tank untuk dikemas sedangkan stearin dilelehkan kembali untuk diproses
lebih lanjut menjadi margarin. Berikut merupakan diagram alir fraksinasi.
7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
18/26
18
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 1.10 Diagram Alir ProsesRefiningdan Fraksinasi
(Sumber :http://ocw.usu.ac.id )
1.2.3. Filling and Bottling
Bagian ini bertugas untuk mengemas RBD Olein dari proses fraksinasi.
Pertama-tama olein dari tank yard khusus fraksinasi dialirkan ke tank di area
fillinguntuk ditampung. Kemudian olein dialirkan ke mesin-mesin fillinguntuk
dimasukan kedalam kemasan. Mesin-mesin filling ada berbagai jenis tergantung
jenis minyak apa yang mau diproduksi hari itu.Terdapat mesin filling untuk
kemasanpouchbesar dan kecil, kemasan botol besar dan kecil, kemasan tinning.
Tiga kemasan ini biasa disebut kemasan customer pack. Sedangkan kemasan
jerrycan dan kemasan back in box biasa disebut kemasan semi customer pack.
Selanjutnya dari mesin filling minyak diisikan kedalam kemasan-kemasan
tersebut.
Pengaturan mesin harus di setting ulang jika jenis kemasan yang akan
digunakan berubah ukuran misalnya dari kemasanpouchbesar ke kemasan pouch
http://ocw.usu.ac.id/course/download/4140000062-teknologi-oleokimia/tkk-322_slide_minyak_dan_lemak2.pdfhttp://ocw.usu.ac.id/course/download/4140000062-teknologi-oleokimia/tkk-322_slide_minyak_dan_lemak2.pdf7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
19/26
19
UNIVERSITAS INDONESIA
kecil. Mesin-mesin packaging tersebut diletakan sedemikian rupa sehingga
menjadi 1 garis produksi dari mulai kemasan masuk, kemasan dibersihkan
(dengan angin), kemasan berjejer, kemasan diisi oleh minyak sampai kemasan
tersebut disegel dan masuk karton dus untuk di transfer ke gudang penyimpanan.
Hal ini sengaja dibuat untuk menjaga efisiensi produksi.
Untuk jumlah mesin yang digunakan terdapat 6 mesin kemasan pouch, 1
mesin kemasanjerrycan5 liter, 1 mesin kemasan botol, 1 mesin kemasan tinning,
1 mesin kemasan back in box, 1 mesin label dan 1 mesin print coding manual.
Mesin label dan mesin print coding manual digunakan untuk mencetak tanggal
produksi dan tanggal kadaluarsa pada label yang akan ditempel dikemasan.
Gambar 1.11 Mesin Pengisi Minyak Kemasan Botol
(Sumber : www.sharpmachinery.com)
Ukuran pada setiap jenis kemasanpun beragam. Kemasan pouch dan botol
memiliki ukuran 250ml, 625ml, 1 liter dan 2 liter. Kemasan jerrycan memiliki
ukuran 5 liter dan 18 liter. Kemasan kaleng memiliki ukuran 18 liter.
Berbeda dengan divisi yang lain, khusus divisi filling dan bottling para
pekerjanya wajib memakai masker muka dan hair netuntuk menjaga agar produk
tidak terkena kontaminasi saat proses filling terjadi. Para pekerja juga dilarang
membawa handphone selama diruang produksi. Selain itu suhu diruangfilling dan
bottling ini disesuaikan dengan suhu supermarket, untuk mencegah peristiwa
minyak tidur, yaitu terbentuknya stearin dibawah minyak yang disebabkan oleh
suhu yang dingin.
7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
20/26
20
UNIVERSITAS INDONESIA
1.3 Limbah Industri Minyak Goreng
Produksi minyak goreng pada umumnya menggunakan bahan baku kelapa sawit,
sehingga dapat dikatakan industri minyak goreng diproduksi dari pabrik kelapa
sawit. Selain menghasilkan produk utama (main product), pabrik kelapa sawit
juga menghasilkan produk samping (by product) baik berupa limbah padat,
limbah cair, dan polutan ke udara (khusus pada pabrik sawit yang menggunakan
incenerator) (Loekito, 2002).
a. Limbah cair
Limbah cair pada pabrik kelapa sawit yang menghasilkan mentega atau minyak
goreng merupakan limbah terbesar pada proses pengolahan minyak sawit yaitu
sebesar 600 kg per ton tandan buah segar (TBS) yang diolah. Limbah cari berasal
dari proses perebusan, refinery, fraksinasi, stasiun klarifikasi, dan proses
hidroksiklon. Terdapat literatur yang menyebutkan bahwa pada umumnya, limbah
cair pabrik kelapa sawit mengandung kadar Biological Oxygen Demand (BOD)
sebesar 25.000 ppm. Selain itu, terdapat produk samping berupa gliserol yang
dihasilkan dari pengolahan minyak sawit mentah yang berupa trigliserida menjadibiodiesel yang berbentuk metil ester.
b. Limbah padat
Limbah padat pada pabrik kelapa sawit berupa tandan kosong kelapa sawit
(TKKS), cangkang (tempurung), batang pohon, dan serat TKKS.
Terdapat baku mutu limbah cair industri minyak kelapa sawit yang digunakan
sebagai ambang batas aman limbah tersebut untuk dibuang ke lingkungan. Tabel
berikut menunjukkan baku mutu limbah cair kegiatan industri minyak kelapa
sawit berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep-
51/MenLH/10/1995 BAPEDAL 1999.
7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
21/26
21
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel 1. Baku mutu limbah cair industri kelapa sawit
No. Parameter Uji Satuan Nilai1. pH - 6-9
2. BOD mg/L 250
3. COD mg/L 500
4. TSS mg/L 300
5. Minyak dan lemak mg/L 30
6. NH3-N mg/L 20
7. N- total mg/L 45(Sumber:PKKP Kemenperin, 2015)
Kandungan bahan organik yang terdapat pada limbah produksi minyak kelapa
sawit berasal dari sisa minyak produksi yang ikut terbuang ke dalam limbah. Jika
minyak hasil produksi yang ikut terbuang semakin banyak maka akan
meningkatkan potensi pencemaran lingkungan serta akan menurunkan hasil
produksi minyak sawit atau rendemen.
7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
22/26
22
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 2
MINIMISASI LIMBAH
2.1 Deskripsi Minimisasi Limbah
Minimisasi limbah/sampah adalah upaya untuk mengurangi volume,
konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses
produksi dengan reduksi dari sumber dan/atau pemanfaatan limbah. (BAPEDAL,
1995).
Secara praktik, minimisasi limbah merupakan salah satu bagian dari upaya
untuk pengelolaan limbah melalui peningkatan efisiensi produksi. Pertimbangan
yang harus dilakukan sebelum meminimisasi limbah diantaranya adalah
a. Informasi mengenai jenis material yang dapat di-reduksi dan atau
dimanfaatkan kembali
b. Volume limbah yang dihasilkan
c. Analisis biaya minimisasi limbah
d. Prioritas berdasarkan peraturan yang berlaku
e. Identifikasi peluang minimisasi limbah baik reduksi limbah pada
sumbernya, penggunaan kembali, ataupun daur ulang.
2.2 Minimisasi Limbah pada Industri Minyak Goreng
Berdasarkan jenis limbah pada industri minyak goreng, upaya yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
Pemanfaatan POME sebagai bahan baku untuk produksi biogas (Proses
hulu untuk mendapatkan CPO)
Pemanfaatan Empty Fruit Branch sebagai bahan bakar boiler (Proses hulu
untuk mendapatkan CPO)
Pemisahan aliran kondensat sterilizer dengan limbah pengolahan minyak
(Sterilisation)
Pengambilan kembali panas limbah dari deodorization dengan
menggunakan gas inert
Recycle residu asam lemak dari proses fraksinasi dan distilasi (unit
deodorisasi)
7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
23/26
23
UNIVERSITAS INDONESIA
Mengambil kembali minyak yang terdapat pada Spent Bleaching Earth
pada proses perlakuan awal CPO menggunakan heksana sebagai pelarut.
Pemakaian ulang limbah tanah liat (Spent Bleaching Earth) dalam proses
bleachingCPO
Recycle katalis nikel yang digunakan dalam proses hidrogenasi (jika
pabrik memiliki unit untuk produksi margarin)
Memanfaatkan limbah Spent Bleaching Earth sebagai tambahan pada
pakan ternak.
2.3 Metode Minimisasi Limbah yang Dipilih
Metode yang dilakukan dalam minimisasi limbah adalah pemakaian ulang limbahtanah liat (spent bleaching earth) dalam proses bleaching CPO. Penjernihan
minyak goreng secara adsorpsi dilakukan pada skala industri menggunakan
kalsium lempung montmorillonit atau tanah liat (bleaching earth) yang
ditambahkan asam untuk menghapus berbagai pengotor yang tidak diinginkan
yang memberikan dampak warna, bau dan rasa ke produk olahan. Ini termasuk
klorofil, -karoten (dan turunannya), asam lemak, fosfatida dan sisa logam
(Norris, 1982). Karbon aktif juga secara berkala digunakan dalam campuran
dengan fresh bleaching earth untuk menghilangkan hidrokarbon polisiklik
aromatik dari minyak nabati (Norris, 1982; Larsson et al, 1987). Kontaminan ini,
beberapa di antaranya diduga bersifat karsinogen terhadap manusia. Biasanya
terdapat dalam minyak mentah dalam jumlah yang cukup untuk menjadi perhatian
industri pengolah minyak goreng.
SBE merupakan limbah padat dari limbah industri minyak goreng, biasanya
mengandung sampai 30% residu minyak yang dengan cepat dapat teroksidasisehingga dapat menyebabkan pembakaran langsung karena reaksi auto-oksidasi
katalis tanah liat. Selama bertahun-tahun, metode konvensional diterapkan untuk
pembuangan limbah SBE secara langsung ke lahan pembuangan limbah.
Perubahan peraturan terbaru dalam peraturan lingkungan dan kekhawatiran
mengenai pembuangan katalis yang aman menyebabkan pembatasan pada
pembuangan SBE (McDermott et al., 1989). Sebuah evaluasi ulang opsi
pengelolaan limbah SBE diperlukan.
7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
24/26
24
UNIVERSITAS INDONESIA
Penggunaan kembali SBE dan rekoveri sisa minyak menjadi fokus
penelitian dalam industri minyak nabati. Regenerasi tanah liat dilakukan
menggunakan uap (Penninger, 1979), alkali, ekstraksi pelarut, oksidasi basah
minyak yang teradsorpsi (Kalam & Joshi , 1988) dan dengan metode perlakuan
panas. Saat ini, ekstraksi minyak dari permukaan tanah liat dilakukan
menggunakan karbon pelarut heksana. Pilihan pembuangan alternatif untuk SBE
telah mencantumkan pengolahan biologis oleh landfarming, penggunaannya
diusulkan sebagai pakan ternak (Blair et al, 1986).
Metode minimisasi limbah SBE yang akan diterapkan adalah
menggunakannya kembali sebaga adsorbent dalam proses bleaching. Biasanya
metode ini diikuti dengan ekstraksi kembali sisa CPO yang terdapat pada SBE
menggunakan pelarut heksana dengan perbandingan 1:3. Pengambilan kembali
minyak ini dapat menghemat biaya produksi yang cukup signifikan.
Setelah proses ekstraksi sisa CPO, SBE yang masih mengandung CPO tidak
terekstrak dipirolisis dengan bantuan montmorillonit tanpa aktivasi bahan kimia.
SBE yang didapatkan pada awalnya merupakan campuran tanah liat dan karbon
yang diaktivasi dengan seng klorida.
2.4 Segregasi Limbah
Segregasi aliran limbah adalah memisahkan berbagai jenis aliran limbah
menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaannya, sehingga dapat
mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi pengolahan limbah.
Segregasi limbah juga dapat diartikan sebagai pembagian aliran limbah agar
nantinya proses pengolahan limbah dapat berlangsung sefektif mungkin baik
dalam teknologi ataupun ekonomi. Segregasi limbah merupakan salah satu
tahapan dari rangkaian kegiatan pengolahan limbah terintegrasi, dimana kegiatan
pengolahan limbah terintegrasi terdiri dari proses pengurangan (minimization),
segregasi (segregation), dan penanganan (handling) untuk mendapatkan hasil
yang optimal. Rangkaian proses pengolahan limbah yang terintegrasi ini dapat
menekan besarnya biaya dan menghasilkan output air limbah yang lebih sedikit
serta minim tingkat pencemarannya. Integrasi ini kemudian dibuat menjadi
berbagai konsep seperti produksi bersih (cleaner production) dan minimisasi
limbah (waste minimization).
7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
25/26
25
UNIVERSITAS INDONESIA
Pada industri minyak goreng di pabrik kelapa sawit, usulan segregasi limbah yang
dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.
Pada proses refinery, aliran limbah yang bersifat B3 dan tidak sudah mulaidipisahkan. Limbah yang bersifat B3 seperti blotong dan bleacing earth
yang sudah tidak dapat digunakan lagi nantinya harus diolah di luar pabrik
(di PPLI), sedangkan yang tidak bersifat B3 seperti fosfolipid dan air
dialirkan menuju instalasi pengolahan air limbah.
Pada proses fraksinasi, air yang dialirkan balik ke chiller pada tahap
pembentukan kristal dipisahkan dengan aliran air yang membawa kotoran
yang langsung dialirkan menuju proses pengolahan air limbah.
7/26/2019 Makalah Limbah Minyak Goreng Fixed
26/26
26
DAFTAR PUSTAKA
Subronto. 2015. Penggunaan Aneka Ragam Produk Kelapa Sawit untuk
Meningkatkan Nilai Tambah Industri Kelapa Sawit (Bagian Pertama).
[online] Terdapat di http://sawitindonesia.com/inovasi/penggunaan-aneka-
ragam-produk-kelapa-sawit-untuk-meningkatkan-nilai-tambah-industri-
kelapa-sawit-bagian-pertama [diakses pada 28 September 2015].
Ikawati, Yuni. 2011. Emas Hijau dari Limbah. [online] Terdapat di
http://www.pelangi.or.id/news-348-emas-hijau-dari-limbah.html [diakses
pada 28 September 2015].
Purwanto, Djoko., Yanuarianto., Crisnaningtyas, Farida., Rachmadi, Andi
Taruna., Amaliyah, Desi Mustika. 2015. Teknologi Pengolahan Limbah
Cair Industri Kelapa Sawit dengan Reaktor Hybrid Anaerobik. PKKP
Kementrian Perindustrian.
Anonim. 2013. Cara Pengolahan Air Limbah Industri. [online] Terdapat di
http://nanosmartfilter.com/cara-pengolahan-air-limbah-industri/ [diakses
pada 29 September 2015].
http://sawitindonesia.com/inovasi/penggunaan-aneka-ragam-produk-kelapa-sawit-untuk-meningkatkan-nilai-tambah-industri-kelapa-sawit-bagian-pertamahttp://sawitindonesia.com/inovasi/penggunaan-aneka-ragam-produk-kelapa-sawit-untuk-meningkatkan-nilai-tambah-industri-kelapa-sawit-bagian-pertamahttp://sawitindonesia.com/inovasi/penggunaan-aneka-ragam-produk-kelapa-sawit-untuk-meningkatkan-nilai-tambah-industri-kelapa-sawit-bagian-pertamahttp://www.pelangi.or.id/news-348-emas-hijau-dari-limbah.htmlhttp://www.pelangi.or.id/news-348-emas-hijau-dari-limbah.htmlhttp://sawitindonesia.com/inovasi/penggunaan-aneka-ragam-produk-kelapa-sawit-untuk-meningkatkan-nilai-tambah-industri-kelapa-sawit-bagian-pertamahttp://sawitindonesia.com/inovasi/penggunaan-aneka-ragam-produk-kelapa-sawit-untuk-meningkatkan-nilai-tambah-industri-kelapa-sawit-bagian-pertamahttp://sawitindonesia.com/inovasi/penggunaan-aneka-ragam-produk-kelapa-sawit-untuk-meningkatkan-nilai-tambah-industri-kelapa-sawit-bagian-pertama