Post on 21-Dec-2014
description
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu merupakan pengetahuan yang di dapatkan melalui metode ilmiah.
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik perlu sarana berpikir, yang
memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Dalam
epistemology atau perkembangan untuk mendapatkan ilmu, diperlukan adanya
sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah ini adalah alat bagi metode ilmiah
dalam melakukan fungsinya secara baik. Jadi fungsi sarana berpikir ilmiah adalah
membantu proses metode ilmiah untuk mendapat ilmu atau teori yang lain.
Sedangkan tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
M. Solly Lubis menjelaskan bahwa manusia mampu mengembangkan
pengetahuannya karena dua hal: pertama, manusia mempunyai bahasa yang dapat
dijadikan media untuk mengkomunikasikan informasi dan jalan pikirannya; dan
kedua, manusia memiliki kemampuan berpikir berdasarkan suatu alur dan
kerangka berpikir tertentu, dengan kata lain, bahasa yang komunikatif dan nalar
memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya, dan nalar sebagai
bagian dari kegiatan berpikir memiliki dua ciri utama yaitu logis dan analitis.
Secara historis, terdapat empat cara manusia memperoleh pengetahuan
yang tadi disebut sebagai pelekat dasar kemajuan manusia, keempat cara tersebut
adalah: 1) berpegang pada sesuatu yang sudah ada (metode keteguhan); 2)
merujuk kepada pendapat ahli (metode otoritas); 3) berpegang pada intuisi
(metode intuisi); 4) menggunakan metode ilmiah. Cara pertama Sampai cara
ketiga, disebut sebagai cara kebanyakan orang, atau orang awam dan cenderung
tidak efisien, dan kurang produktif bahkan terkadang tidak objektif dan tidak
rasional. Sedangkan cara terakhir, yaitu metode ilmiah adalah cara ilmiah yang
dipandang lebih rasional, objektif, efektif dan efisien. Cara yang keempat ini
adalah cara bagaimana para ilmuwan memperoleh ilmu yang dalam prakteknya
metode ilmiah untuk mengungkapkan dan mengembangkan ilmu dikerjakan
melalui cara kerja penelitian.
1
Bahwa manusia disadari atau tidak akan selalu menghadapi masalah,
manusia selalu dituntut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya
bagaimana seorang nelayan agar bisa mendapatkan ikan yang banyak, petani agar
tanamannya tidak diserang hama dengan hasil yang memuaskan, termasuk
bagaimana cara mendidik anak tentu semua itu ada metode penyelesaiannya
terlepas dari apakah permasalahan itu modusnya sama dengan yang pernah terjadi
dulu sekalipun dengan tantangan baru maka metode penyelesaiannya pun harus
baru pula. Karena itulah tuhan memberikan manusia akal pikiran, agar manusia
mengoptimalkan fasilitas yang suduh diberikan oleh tuhannya agar bisa menjawab
tantangan zaman dan permasalahan yang muncul dengan seting sosial dan modus
yang berbeda pula. Masalahnya bisakah manusia bercocok tanam, menangkap
ikan, mendidik anak dengan baik tanpa adanya metode tertentu dalam melahirkan
pengetahuan. Dan pengetahuan diperoleh melalui sebuah sistem tata fikir yang
dilakukan manusia, oleh karena itu hal ini menunjukan bahwa penelitian ilmiah
dengan metode ilmiah memiliki peranan penting dan memberikan manfaat yang
banyak dalam membantu manusia dalam memecahkan permasalahannya.
Pengetahuan mempunyai sistem dan ilmu adalah pengetahuan yang sistematis,
pengetahuan yang dengan sadar menuntut kebenaran, dan melalui metode tertentu.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini, sebagai
berikut :
1. Hal-hal apa saja yang merupakan bentuk-bentuk dari pemikiran ?
2. Apakah penalaran merupakan bentuk tertinggi dari pemikiran
3. Apa saja kerangka dalam berpikir ilmiah
3.1. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan ini, sebagai berikut,
1. Sebagai salah satu tugas dari matakuliah filsafat
2. Bisa menambah wawasan penulis
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Bentuk-bentuk Pemikiran
Ada tiga bentuk pemikiran yakni pengertian (konsep), pernyataan
(proposisi) dan penalaran (reasoning).
Pengertian merupakan suatu yang abstrak, pengertian muncul bersamaan
dengan observasi empiris.ketika kita melihat awan,pohon langit dan laut
terbentuklah pemikiran tentang awan, pohon, langit, dan laut dalam pikiran. Jadi
aktvitas pikiran terjadi bersamaan dengan aktivitas indera. tepat tidaknya
pemikiran tergantung pada tepat tidaknya observasi empiris.sekali terbentuk
pengertian menjadi data dalam proses berfikir lebih lanjut.oleh sebab itu
pengertian juga disebut data empiric atau data psikologis.
Pengertian di sampaikan dalam wujud lambang, yakni bahasa. Dalam
bahasa, lambang pengertian ialah kata.kata sebagai fungsi pengertian disebut
term. Tidak ada pengertian yang berdiri sendiri. Selalu ada rangkaian-rangkaian
pengertian. Dalam rangkaian pengertian itulah disebut pernyataan atau proposisi.
Sering proposisi disebut juga kalimat.
Proposisi terdiri dari tiga unsur yakni, subjek, predikat dan kata
penghubung. Predikat adalah pengertian yang menerangkan, subjek adalah
pengertian yang diterangkan dan kata penghubung (kopula) mengakui atau
memungkiri hubungan antara subjek dan predikat.
2.2. Penalaran
Penalaran adalah bentuk pemikiran yang lebih rumit karena merupakan
bentuk tertinggi dari pemikiran, sehingga pembahasannya dipisahkan dari
pembahasan sebelumnya (meskipun secara sangat singkat).
Secara sederhana penalaran dapat didefinisikan sebagai proses
pengambilan keputusan berdasarkan proposisi-proposisi sebelumnya.
Contoh :
Logam 1 dipanaskan akan memuai
3
Logam 2 dipanaskan akan memuai
Logam 3 dipanaskan akan memuai
Logam 4 dipanaskan akan memuai
Logam 5 dipanaskan akan memuai
Dan seterusnya.
Jadi, semua logam yang dipanasi memuai
Dari contoh tersebut dapat dikatakan bahwa penalaran ialah gerak pikiran
dari proposisi satu dan seterusnya, hingga proposisi terakhir (kesimpulan). Jadi,
penalaran merupakan suatu proses pikiran.
Sebuah penalaran terdiri dari premis dan kesimpulan, premise dibedakan lagi
menjadi premis mayor dan minor. Penalaran sering dibedakan menjadi dua, yakni,
penalaran induktif dan penalaran deduktif, pada penalaran deduktif, konklusi lebih
sempit dari premis, pada penalaran induktif konklusi lebih luas dari premis.
Contoh penalaran deduktif
Semua manusia akan mati (premis mayor)
Bambang adalah manusia (premis minor)
Jadi, Bambang akan mati (konklusi)
Contoh penalaran induktif
Logam 1 jika dipanaskan akan memuai (premis mayor)
Logam 2 jika dipanaskan akan memuai (premis minor)
Semua logam akan memuai jika dipanaskan (konklusi)
Perlu dipahami bahwa “yang benar” tidak sama dengan “yang logis”.
Yang benar adalah suatu proposisi, sebuah proposisi itu benar jika ada kesesuaian
antara subjek dan predikat. Yang logis adalah penalaran, suatu penalaran
dikatakan logis jika mempunyai bentuk yang tepat. Ada empat hukum yang bisa
dijadikan alat pengukur kelogisan suatu penalaran.
1. Apabila premis benar, konklusi benar
Contoh :
Manusia akan mati
Ali adalah manusia
4
Jadi, Ali akan mati
Di sini premis mayor dan minornya benar, oleh sebab itu konklusinya juga
benar.
2. Apabila konklusi salah, premisnya salah
Contoh :
Semua manusia akan mati
Malaikat adalah manusia
Jadi, malaikat akan mati
Di sini konklusinya salah, sebab itu premisnya (kedua-duanya atau salah
satunya) pasti salah.
3. Apabila premisnya salah, konklusinya dapat benar dapat salah
Contoh :
Malaikat itu benda fisik
Batu itu malaikat
Jadi, batu itu malaikat
Di sini kedua premisnya salah, tapi konklusinya benar
4. Apabila konklusinya benar, premisnya dapat benar dapat salah
Sama seperti contoh hukum pertama.
2.3. Sarana-sarana berfikir ilmiah
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah tertentu
biasanya diperlukan sarana yang tertntu pula. Oleh sebab itulah maka sebelum
kita mempelajari sarana-sarana berpokir ilmiah ini seyogyanya kita telah
meguasai langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah tersebut. Dengan jalan ini maka
kita akan sampai pada hakekat sarana yang sebenarnya, sebab sarana merupakan
alat yang membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu, tanpa dengan kata
lain, sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan
ilmiah segara menyeluruh.
Sarana berpikir ilmiah ini, dalam proses pendidikan kita, merupakan
bidang studi tersendiri. Artinya kita mempelajari berbagai cabang ilmu. Dalam hal
5
ini kita harus memperhatikan dua hal. Pertama, sarana ilmiah bukan merupakan
ilmu dalam pengertian bahwa sara ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan
yang didapatkan bedasarkan metode ilmiah. Seperti diketahui, salah satu diantara
ciri-ciri ilmu umpamanya adalah penggunaan induksi dan deduksi dalam
mendapatkan pengetahuan. Sarana berpikir ilmiah tidak mempergunakan cara ini
dalam mendapatkan pengetahuannya. Secara lebih tuntas dapat dikatakan bahwa
ilmu mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya yang
berbeda dengan sarana berpikir ilmiah. Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah
secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan
pengetahuan yang memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik,
sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan
pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa memecahkan masalah kita
sehari-hari. Dalam hal ini maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi
cabang-cabang pengetahuan untuk megembangkan materi pengetahuan
berdasarkan metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik, jelaslah
sekarang kiranya mengapa cara berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri
yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya, sebab
fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dan bukan
merupakan ilmu itu sendiri.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah
1. Sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan kumpulan pengetahuan
yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah.
2. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Adapun sarana berpikir ilmiah adalah : bahasa, logika, matematika dan
statistika. Keempat sarana berpikir ilmiah ini sangat berperan dalam pembentukan
ilmu yang baru.
Syarat suatu ilmu adalah bila ilmu itu sesuai dengan pengetahuannya dan
sesuai dengan kenyataannya, atau dengan kata lain suatu ilmu itu berada di dunia
empiris dan dunia rasional, seperti yang tertera pada bagan 1. Andaikan ilmu itu
bergerak dari khasanah ilmu yang berada di dunia rasional, kemudian ilmu itu
6
LogikaMatematika
Deduksi
Khasanah ilmu
Induksi
Satistika
Fakta
Pengujian
Ramalan
Dunia rasional
Dunia empiris
Metode ilmiah
Bagan 2.1 Perkembangan ilmu
mengalami proses deduksi. Dalam proses deduksi ini, sarana berpikir ilmiah yang
berperan adalah logika dan matematika. Di sini teori-teori yang ada dapat
dikaitkan dengan fenomena-fenomena sehingga terjadilah hipotesis atau dugaan,
dalam hal ini disebut sebagai ramalan. Ramalan ini perlu diuji melalui tahapan
pengujian. Tahapan pengujian dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.
Dalam proses pengujian dilakukan pengumpulan fakta-fakta di lapangan
atau di dunia empiris. Selanjutnya, dilakukan pengujian dengan berbantuan sarana
berpikir ilmiah statistika, sehingga terjadi proses induksi untuk mendapat kasanah
ilmu yang lain. Proses ini akan berulang terus, sehingga ilmu tersebut selalu
berkembang untuk mendapatkan ilmu yang baru atau ilmu yang lain. Proses
perkembangan ilmu ini berbentuk siklus yang dapat dilihat pada bagan 2.1
berikut.
7
Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi yang dicirikan sebagai;
1. serangkaian bunyi yang digunakan sebagai alat komunikasi;
2. lambang dari serangkaian bunyi yang membentuk arti tertentu.
Dengan bahasa manusia dapat mengkomunikasikan segenap pengalaman
dan pemikiran mereka. Pengalaman dan pemikiran yang berkembang membuat
bahasa pun ikut berkembang. Secara umum bahasa dibedakan atas dua kelompok,
yaitu bahasa verbal dan bahasa matematika. Bahasa Verbal yaitu bahasa yang
berlaku untuk kalangan tertentu yang mengerti bahasa tersebut ( tidak berlaku
umum ) sedangkan bahasa matematik yaitu bahasa yang berlaku untuk semua
kalangan.
Kemampuan berbahasa adalah salah satu keunikan manusia. Bahasa
diperlukan manusia atau berfungsi sebagai:
1. alat komunikasi atau fungsi komunikatif,
2. alat budaya yang mempersatukan manusia yang menggunakan bahasa
tersebut atau fungsi kohesif.
Kegunaan Bahasa:
1. Membuat manusia berpikir dengan baik
2. Berkomunikasi dengan baik
3. Berpikir secara abstrak
Di dalam fungsi komunikatif bahasa terdapat tiga unsur bahasa, yang
digunakan untuk menyampaikan : perasaan (unsur emotif), sikap (unsur afektif)
dan buah pikiran (unsur penalaran). Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh
ketiga unsur bahasa ini. Perkembangan ilmu dipengaruhi oleh fungsi penalaran
dan komunikasi bebas dari pengaruh unsur emotif. Sedangkan perkembangan seni
dipengaruhi oleh unsur emotif dan afektif.
Syarat komunikasi ilmiah adalah :
1. bahasa harus bebas emotif
2. reproduktif, artinya komunikasinya dapat dimengerti oleh yang menerima.
8
Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa
pengetahuan.
Kekurangan bahasa terletak pada:
1. Peranan bahasa yang multifungsi, artinya kommunikasi ilmiah hanya
menginginkan penyampaian buah pikiran/penalaran saja, sedangkan
bahasa verbal harus mengandung unsur emotif, afektif dan simbolik.
2. Arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata yang
membangun bahasa.
3. Konotasi yang bersifat emosional.
Aliran-aliran dalam filsafat bahasa:
1. Filsafat Modern
Filsafat ini menyatakan bahwa kebanyakan dari pernyataan dan pertanyaan ahli
filsafat timbul dari kegagalan mereka untuk menguasai logika bahasa.
2. Filsafat Analitik.
Bahasa bukan saja hanya sebagai alat bagi berpikir dan berfilsafat tetapi juga
sebagai bahan dasar dan dalam hal tertentu merupakan hasil akhir dari filsafat.
Logika
Logika adalah jalan pikiran yang masuk akal (Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2003:680). Logika disebut juga sebagai penalaran. Menurut Salam
(1997:140) penalaran adalah suatu proses penemuan kebenaran, dan setiap jenis
penalaran memiliki kriteria kebenarannya masing-masing.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar
kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan melalui suatu cara tertentu.
Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan
kesimpulan itu dilakukan manurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan
kesimpulan ini disebut logika, yang secara luas dapat didefinisikan sebagai
“pengkajian untuk berpikir secara sahih”. Terdapat bermacam-macam cara
penarikan kesimpulan, namun untuk sesuai dengan tujuan studi yang memusatkan
diri kepada penalaran ilmiah, kita akan melakukan penelaahan yang seksama
9
hanya terhadap dua jenis cara penarikan kesimpulan, yakni logika induktif dan
logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan
dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
Sedangkan di pihak lain, kita mempunyai logika deduktif, yang membantu kita
dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus bersifat
individual.
Jadi kebenaran suatu kesimpulan tergantung dari tiga hal yakni kebenaran
premis mayor, kebenaran premis minor dan kebenaran pengambilan kesimpulan.
Sekiranya salah satu dari ketiga unsur tersebut adalah salah maka kesimpulannya
sudah pasti akan salah. Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif.
Argumentasi matematika seperti a sama dengan b dan bila b sama dengan c maka a
sama dengan c merupakan suatu penalaran deduktif. Kesimpulan yang berupa
pengetahuan baru bahwa a sama dengan c pada hakekatnya bukan merupakan
pengetahuan baru dalam arti yang sebenarnya, melainkan sekedar konsekuensi dari
dua pengetahuan yang sudah kita ketahui sebelumnya, yakni bahwa a sama dengan b
dan b sama dengan c. Kebenaran baru yang didapatkan lewat penalaran deduktif ini
dinamakan kebenaran tautologis.
Matematika
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang yang ada pada matematika bersifat
artifisial artinya lambang itu mempunyai arti jika sudah diberi makna.
Kekurangan yang ada dalam bahasa verbal dapat diatasi dengan menggunakan
matematika dalam berkomunikasi ilmiah. Hal ini dimungkinkan karena
Matematika itu bersifat:
1. Jelas,
2. Spesifik,
3. Informative, dan
4. Tidak emosional
Matematika mengembangkan bahasa kuantitatif, karena dapat melakukan
pengukuran secara eksak. Sifar kuantitatif dari metamtika ini meningkatkan daya
10
prediktif dan control dari ilmu. Oleh sebab itu matematika dibutuhkan oleh setiap
ilmu.
Matematika mengembangkan cara berpikir deduktif artinya dalam
melakukan penemuan ilmu dilakukan berdasarkan premis-premis tertentu.
Pengetahuan yang ditemukan hanyalah didasari atas konsekuensi dari pernyataan-
pernyataan ilmiah sebelumnya yang telah ditemukan. Matematika pada dasarnya
merupakan pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan logika
deduktif. Kebenaran dalam Matematika tidak dibuktikan secara empiris,
melainkan secara penalaran deduktif.
Aliran Filsafat Matematika:
1. Filsafat Logistik, yang menyatakan bahwa eksistensi Matematika
merupakan cara berpikir logis yang salah atau benarnya dapat ditentukan
tanpa mempelajari dunia empiris.
2. Filsafat Intusionis, yaitu kebenarannya diambil secara intuisi (perasaan
secara tiba-tiba)
3. Filsafat formalis, berdasarkan lambang-lambang.
Statistika
Peluang merupakan dasar dari teori statistika. Konsep statistika sering
dikaitkan dengan distribusi variable yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu.
Statistika sering digunakan dalam penelitian ilmiah.
Ilmu dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji
kebenarannya. Suatu pernyataan ilmiah adalah bersifat factual, dan
konsekuensinya dapat diuji dengan baik dengan jalan menggunakan pancaindra,
maupun dengan mempergunakan alat-alat yang membantu pancaindra tersebut.
Pengujian mengharuskan peneliti untuk menarik kesimpulan yang berisfat umum
dari kasus yang bersifat individual. Penarikan kesimpulan ini berdasarkan logika
induktif. Di pihak lain penyusunan hipotesis merupakan penarikan kesimpulan
yang bersifat khas dari pernyataan yang bersifat umum dengan menggunakan
deduksi. Jadi ada dua penarikan kesimpulan yaitu deduksi dan induksi. Logika
deduktif berpaling pada matematika dan logika induktif berpaling pada statistika.
11
Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan
yang ditarik tersebut, makin besar contoh atau sampel yang diambil maka makin
tinggi tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Statistika juga memberikan
kemampuan untuk mengetahui suatu hubungan kausalitas antara dua atau lebih
faktor yang bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam hubungan
yang bersifat empiris.
Statistika merupakan sarana berpikir ilmiah yang diperlukan untuk
memproses pengetahuan secara ilmiah. Statistika membantu melakukan proses
generalisasi dan menyimpulkan karakterisrtik suatu kejadian secara lebih pasti dan
bukan terjadi secara kebetulan.
12
BAB III
PENUTUP
3.2. Kesimpulan
Ada tiga bentuk pemikiran yakni pengertian (konsep), pernyataan
(proposisi) dan penalaran (reasoning). Sarana berpikir ilmiah adalah alat untuk
membantu proses metode ilmiah untuk mendapat ilmu dan teori yang lain. Hal
yang perlu diperhatikan bahwa sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan
kumpulan pengetahuan yang didapat berdasarkan metode ilmiah, sehingga
diharapkan dapat memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Yang menjadi sarana dalam berpikir ilmiah adalah: bahasa, logika, matematika,
dan statistika.
3.3. Saran
Dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui paling tidak sedikit
tentang apa dan bagaiman berpikir ilmiah. Akan tetapi, karena setiap manusia
meiliki keterbatasan dan kekurangan maka penulis mengharapkan kritik dan saran
dari dosen pembimbing mata kuliah ini serta dari teman-teman seperjuangan juga.
Sebab jalan menuju kesempurnaan adalah dengan saling mengisi. Seperti halnya
dengan makalah ini dengan adanya kritikan serta saran dari pihak yang terkait
maka makalah ini menuju jalan kesempurnaan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka
Tim Dosen Filsafat UGM._____.Filsafat Ilmu sebagai Dasar Pengembangan
Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
Surajiyo, Drs. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta:
Bumi Aksara
14