Post on 02-Feb-2016
description
LONG CASE
OTITIS EKSTERNA DIFUSA
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti
Ujian Kepaniteraan Ilmu Kesehatan THT
RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Pembimbing :
dr. Asti Widuri, Sp. THT-KL, M. Kes
Disusun oleh :
Pagela Pascarella Renta
20100310166
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
OTITIS EKSTERNA DIFUSA
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti
Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Telinga, Hidung dan Tenggorok
RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Disusun Oleh:
Pagela Pascarella Renta
20100310166
Telah disetujui dan dipresentasikan pada November 2015
Oleh :
Dokter Penguji
dr. Asti Widuri, Sp. THT-KL, M. Kes
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. “A”
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Alamat : Wirobrajan, wb.2, no. 78, Yogyakarta
2. ANAMNESIS
Keluhan Utama: Perasaan penuh dan nyeri di telinga kiri.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Poli THT RS PKU Muhammaiyah Yogyakarta dengan keluhan
nyeri pada telinga kiri. Keluhan ini dirasakan sejak 2 hari yang lalu sehabis berenang.
Pasien merupakan atlet renang. Nyeri memberat ketika membuka mulut atau mengunyah.
riwayat keluar cairan dari dalam telinga(+) berwarna kekuningan dan cair, pasien juga
mengeluhkan pendengaran pada telinga kanan sedikit terasa berkurang, liang telinga
kanan sedikit gatal dan terasa penuh. Selain itu, pasien mengaku kerap membersihkan
liang telinganya menggunakan cotton bud. Riwayat telinga berdengung (-) dan perasaan
berputar (-). Pasien tidak mengeluhkan demam. Riwayat batuk, pilek dan nyeri
tenggorokan juga disangkal oleh pasien. Riwayat pengobatan sebelumnya tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak pernah memiliki riwayat penyakit berat, riwayat sinusitis (-), riwayat
rinitis (-), hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asma (-), riwayat trauma pada telinga (-),
riwayat penyakit pada telinga sebelumnya (-).
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada riwayat gejala penyakit telinga yang serupa pada anggota keluarga pasien.
Riwayat Alergi:
riwayat penggunaan obat-obatan dan riwayat alergi pada obat-obatan dan makanan (-).
Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah mencoba mengobati keluhan yang dirasakannya.
Anamnesis Sistem:
A. Anamnesis Sistem
Sistem serebrospinal : demam (-), pusing (-), nyeri kepala (-)
Sistem respiratorius : snooring (-) batuk (-) pilek (-) hidung tersumbat (-)
Sistem Kardiovaskuler : berdebar-debar (-)
Sistem gastrointestinal : dysfagia (-)
Sistem urogenitalia : BAK lancar.
Sistem muskuloskeletal : tidak ada hambatan dalam bergerak
Sistem Integumentum : Akral teraba hangat
3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital:
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu: 36,3 C
Respirasi : 16 x/menit
- Pemeriksaan Kepala
- Kepala : Normocephal, simetris, tumor (-), tanda radang (-), bekas luka(-)
- Rambut : Distribusi merata, tidak mudah dicabut
- Mata :Konjungtiva pucat (-/-), sklera tampak kekuningan (-/-), kelopak
edema (-/-)
- Telinga : Status lokalisasi
- Hidung : Status lokalisasi
- Mulut : Status lokalisasi
- Pemeriksaan leher
Kaku kuduk (-),pembesaran limfonodi (-), pembesaran kelenjar thyroid (-),
massa (-).
- Pemeriksaan thoraks
Pulmo
- Inspeksi : Bentuk dada normal, kedua hemithoraks simetris, tidak
ada bekas luka, ketinggalan gerak (-), retraksi (-)
- Palpasi : Vokal fremitus kanan kiri sama, nyeri
tekan (-)
- Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
- Auskultasi : Suara dasar : Vesikuler (+/+)
Suara tambahan : Ronkhi basah (-/-)
Cor
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
- Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
- Auskultasi : S1 / S2 reguler, bising (-), murmur (-)
- Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi : Dinding perut lebih tinggi daripada dinding dada, tidak
ada luka.
- Auskultasi : Bising usus (+) 8x/menit
- Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba ,undulasi (-), turgor
kulit <3” (+), nyeri tekan (-)
Palpasi Ginjal : Nyeri ketok ginjal (-/-)
- Perkusi : Tes pekak beralih (-), timpani (+)
- Pemeriksaan Ekstremitas
- edema ekstremitas (-/-) , ekstremitas hangat (+)
- Tidak terdapat kelemahan anggota gerak.
Status Lokalis:
Telinga:
Gambar :
Bagian Telinga Telinga kanan Telinga kiri
AurikulaDeformitas (-), hiperemis (-),
edema (-)
Deformitas (-), hiperemis (-),
edema (-)
Daerah preaurikula
Hiperemis (-), edema (-), fistula
(-), abses (-), nyeri tekan tragus
(-)
Hiperemis (-), edema (-), fistula
(-), abses (-), nyeri tekan tragus
(+)
Daerah retroaurikulaHiperemis (-), edema (-), fistula
(-), abses (-), nyeri tekan (-)
Hiperemis (-), edema (-), fistula
(-), abses (-), nyeri tekan (-)
Meatus akustikus Serumen (-), edema (-), Serumen (-), edema (+),
hiperemis (-), furunkel (-), otorea
(-)
hiperemis (+), furunkel (-),
sekret (+) minimal, cair,
kekuningan
Membran timpani
Retraksi (-), bulging (-),
perforasi (-), cone of light (+),
posisi jam 5, Injeksi (+)
TDE
Hidung:
Gambar :
Pemeriksaan Hidung Hidung Kanan Hidung Kiri
Hidung Luar Bentuk (N), Inflamasi (-),
nyeri tekan (-), deformitas (-).
Bentuk (N), Inflamasi (-),
nyeri tekan (-), deformitas (-).
Rinoskopi Anterior
Vestibulum N N
Dasar kavum nasi media Bentuk (N), mukosa hiperemi
(-).
Bentuk (N), mukosa hiperemi
(-).
Meatus nasi media Mukosa hiperemi (-), sekret
(-), konka nasi media (N),
massa (-), sekret (-).
Mukosa hiperemi (-), sekret
(-), konka nasi media (N),
massa (-), sekret (-).
Meatus nasi inferior Mukosa hiperemi (-), edema
(-)
Mukosa hiperemi (-), edema
(-)
Konka nasi inferior Mukosa hiperemi (-), edema
(-)
Mukosa hiperemi (-), edema
(-)
Septum nasi Deviasi (-), benda asing (-), Deviasi (-), benda asing (-),
perdarahan (-). perdarahan (-).
Tenggorokan:
Gambar :
Bagian Keterangan
Mukosa bukal hiperemis (-), massa (-)
Mukosa gigi hiperemis (-), massa (-)
Palatum durum dan palatu mole Hiperemis (-), massa (-)
Mukosa faring Hiperemis (-), edema (-), massa (-), granul (-), ulkus (-)
Tonsil Hiperemis (-), ukuran T1-T1, detritus (-)
4. DIAGNOSIS:
Otitis Eksterna Diffusa Auricula Sinistra.
5. DIAGNOSIS BANDING :
Otitis Media Akut
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Swab telinga untuk dilakukan kultur guna mengetahui jenis kuman penyebab dan
sensitifitas terhadap antibiotik.
7. PENATALAKSANAAN:
Penyisipan tampon telinga kecil berantibiotik: Otolin (Chloramphenicol 5%,
polymyxin B sulfate 10,000 iu, benzocaine 1%, nipagin 1%) 3-4 tetes / 3-4 kali
perhari, pada telinga yang sakit.
Analgesik : Asam mefenamat 500mg 3x1 jika perlu
8. PROGNOSIS :
Dubia ad bonam
9. EDUKASI :
Pasien diberitahu bahwa pasien mengalami infeksi pada liang telinga.
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin
terjadi pada pasien.
pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering. jika perlu, menggunakan
alcohol encer secara rutin tiga kali seminggu.
Pasien diingatkan agar tidak menggaruk/membersihkan telinga dengan cotton bud
terlalu sering.
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Otitis eksterna difus dikenal dengan swimmer ear (telinga perenang) atau telinga cuaca
panas ( hot weather ear) adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi bakteri yang
menyebabkan pembengkakan stratum korneum kulit sehingga menyumbat saluran folikel.
Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi menambah maserasi
kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi pertumbuhan bakteri. Perubahan ini
dapat juga menyebabkan rasa gatal di liang telinga sehingga menambah kemungkinan trauma
karena garukan 3,5 .
Diagnosis otitis eksterna difusa ditegakkan bila onsetnya cepat (umumnya 48 jam)
disertai adanya tanda dan gejala inflamasi kanal telinga. Tanda khas pada otitis eksterna difusa
ini adalah adanya tenderness pada tragus, pinna atau keduanya.
B. Epidemiologi
Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai, disamping
penyakit telinga lainnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000 s/d
Desember 2000 di Poliklinik THT RS H.Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan baru
dimana, dijumpai 867 kasus (8,07 %) otitis eksterna, 282 kasus (2,62 %) otitis eksterna difusa
dan 585 kasus (5,44 %) otitis eksterna sirkumskripta. Penyakit ini sering diumpai pada daerah-
daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari
otitis eksterna sangat komplek dan sejak tahun 1844 banyak peneliti
mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini seperti Branca (1953) mengatakan
bahwa berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Senturia dkk
(1984) menganggap bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari
liang telinga luar merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna. Nan Sati CN dalam
penelitiannya di RS.Sumber Waras / FK UNTAR Jakarta mulai 1 Januari 1980 sampai dengan
30 Desember 1980 mendapatkan 1.370 penderitabaru dengan diagnosis otitis eksterna yang
terdiri dari 633 pria dan 737 wanita1 .
Etiologi
Otitis eksterna dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Pseudomonas aeruginosa,
Proteus mirabilis, Staphylococcus, Streptococcus, dan beberapa bakteri gram negatif. Serta dapat
juga disebabkan oleh jamur sereti Jamur golongan Aspergillus atau Candida sp. Otitis eksterna
difusa dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis 4,9.
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu : 6,7
Derajat keasaman (pH)
Ph pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi sebagai protektor
terhadap kuman. Bila terjadi perubahan pH menjadi basa maka akan mempermudah terjadinya
otitis eksterna yang disebabkan oleh karena proteksi terhadap infeksi menurun.
Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur mudah tumbuh.
Trauma
Trauma ringan misalnya setelah mengorek telinga merupakan factor predisposisi
terjadinya otitis eksterna.
Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Perubahan warna kulit liang telinga
dapat terjadi setelah terkena air.
C. Patofisiologi
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel kulit
yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran telinga dengan
cotton bud (kapas pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong
sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.3
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air
yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lembut pada
saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur. 3
Gambar II.2.2 Patofisiologi Otitis Eksterna
D. Gejala Klinik
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis
eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga.1
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit
yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa
penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta.
Pada otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.1
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak
sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat,
serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga
sering merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding
dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang
telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis
menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang
rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga
gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang
telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.1
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna akut.
Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada
otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli
konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan
kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.1
E. Diagnosis
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan dengan gejala awal berupa gatal. Rasa gatal
berlanjut menjadi nyeri yang sangat dan terkadang tidak sesuai dengan kondisi penyakitnya (mis,
pada folikulitis atau otitis eksterna sirkumskripta). Nyeri terutama ketika daun telinga ditarik,
nyeri tekan tragus, dan ketika mengunyah makanan.
Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai kental purulen
tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur biasanya akan bermanifestasi
sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau.
Pendengaran pasien bisa normal atau sedikit berkurang, tergantung pada besarnya
furunkel atau edema yang terjadi dan telah menyumbat pada liang telinga.
Didapatkan riwayat faktor predisposisi misalnya kebiasaan berenang pada pasien,
ataupun kebiasaan mengorek kuping dengan cotton bud bahkan menggunakan bulu ayam yang
merupakan media penyebaran infeksi.
Pemeriksaan Fisik pada pasien bisanya menunjukkan:
Kulit MAE edema, hiperemi merata sampai ke membran timpani dengan liang MAE
penuh dengan sekret. Jika edema hebat, membran timpani dapat tidak tampak.
Pada folikulitis akan didapatkan edema, hiperemi pada pars kartilagenous MAE.
Nyeri tragus (+)
Tidak adanya partikel jamur
Adenopati reguler dan terkadang didapatkan nyeri tekan.4
F. Penatalaksanaan
Otitis eksterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat
menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Dengan demikian, biasanya
perlu disisipkan tampon berukuran ½ x 5 cm kedalam liang telinga mengandung obat
agar mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat, tampon kasa disisipkan
perlahan-lahan dengan menggunakan forsep aligator. Penderita harus meneteskan
obat tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga dua kali sehari. Dalam 48 jam
tampon akan jatuh dari liang telinga karena lumen sudah bertambah besar. Polimiksin
B dan colistemethate merupakan antibiotik yang paling efektif terhadap Pseudomonas
dan harus menggunakan vehiculum hidroskopik seperti glikol propilen yang telah
diasamkan bahan kimia lain, seperti gentian violet 2% dan perak nitrat 5% bersifat
bakterisid dan bisa diberikan langsung ke kulit liang telinga. Setelah reaksi
peradangan berkurang, dapat ditambahkan alcohol 70% untuk membuat liang telinga
bersih dan kering. Terapi sistemik hanya dipertimbangkan pada kasus berat;
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri. Antibiotik sistemik
khususnya diperlukan jika dicurigai adanya perikondritis atau kondritis pada tulang
rawan telinga. 1,2,8
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin
terjadi pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk menghindarinya pasien harus
menjaga agar telinganya selalu kering, dengan cara menggunakan alkohol encer
secara rutin tiga kali seminggu. Pasien juga harus diingatkan agar tidak menggaruk /
membersihkan telinga dengan cotton bud terlalu sering. 1,3
G.Komplikasi
Perikondritis
Selulitis
Dermatitis aurikularis.4
H. Prognosis
Otitis eksterna adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya sembuh dengan cepat
dengan pengobatan yang tepat. Paling sering, otitis ekserna dapat dengan mudah diobati
dengan tetes telinga antibiotik. Otitis eksterna kronis yang mungkin memerlukan
perawatan lebih intensif. Otitis eksterna biasanya tidak memiliki komplikasi jangka
panjang atau serius. 10
PEMBAHASAN
Pada kasus ini diagnosis otitis eksterna diffusa sinistra ditegakkan berdasarkan anamnesis
gejala klinis dan pemeriksaan fisik pasien. Dari anamnesis di dapatkan bahwa pasien mengeluh
telinga kiri terasa penuh dan sedikit nyeri yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu (sehabis
berenang), dan sebelumnya pasien memiliki kebiasaan mengkorek-korek telinga karena telinga
terasa gatal. Hal ini yang kemungkinan dapat menyebabkan trauma ringan sehingga terjadi
perubahan pada kulit liang telinga yang memudahkan terjadinya infeksi kuman, dimana pada
sepertiga luar liang telinga banyak mengandung adneksa kulit seperti folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar serumen sehingga dapat membentuk furunkel. Pasien juga mengeluhkan
sensasi gatal pada liang telinga serta terdapat penurunan pendengaran yang dirasakan sejak
keluhan utama muncul. Hal ini sesuai dengan gejala otitis ekterna diffusa yaitu nyeri tekan
tragus, liang telinga sangat sempit akibat edema masif, terdapat secret yang berbau dan terdapat
gangguan pendengaran yang terjadi karena liang telinga yang edema dan menyumbat liang
telinga.
Pada pemeriksaan fisik telinga kiri pasien didapatkan adanya gejala klinis otitis eksterna
diffusa berupa nyeri tekan tragus selain itu terdapat peradangan pada meatus akustikus telinga
kiri yaitu terdapat edema, hiperemi, secret(+) minimal, dan liang telinga sangat sempit. Membran
timpani tidak dapat dievaluasi akibat liang telinga yang menyempit karna adanya edema masif
dan secret.
Untuk pengobatan otitis eksterna diffusa membutuhkan kepatuhan penederita terutama
dalam menjaga kebersihan liang telinga. Pembersihan liang telinga dengan mengkorek-korek
telinga dengan menggunakan benda yang dapat menimbulkan trauma tidak dianjurkan.
Penatalaksanaannya dengan cara membersihkan liang telinga. Memasukkan tampon yang berisi
antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dan kulit yang
meradang. Kadang-kadang diperlukan obat-obatan antibiotika sistemik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, F. 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring dengan Salep
Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut. Available from :
www.usudigitallibrary.com. Accessed : 2011, April 16.
Anonim. 2006. Otitis Eksterna. Available from : http://www.kalbe.co.id. Accessed :
2011, April 16.
Ardan, Juliarti, Satwika, et al. 2008, Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok.
Available from : http://www.THTUB.pdf.co.id . Accessed : 2011 April 16.
Ardan, Juliarti, Satwika, et al. 2008, Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok.
Available from : http://www.THTUB.pdf.co.id . Accessed : 2011 Oktober 10.
Ballanger, Jhon. 1996. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher Edisi
13. Jakarta: Binarupa Aksara.
Boies. 1997. Buku Ajar Penyakit THT edisi keenam. Jakarta: EGC
Kartika, Henny. 2008. Otitis Eksterna. Availble from
http://library.usu.ac.id/modules.php&id. Accessed : April 16th 2011.
Soepardi, Iskandar, N., Bashiruddin, J., et al. (eds)., (2007), Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher Edisi Keenam, Jakarta : Gaya Baru.
Sosialisman, Alfian P. hafil, Helmi. 2007. Kelainan Telinga Luar.Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Hal. 59. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Stoppler M. Swimmer’s Ear Infection. Available at: http://www.medicinenet.com/otitis_externa/article.htm. Accessed: 14 September 2012