Post on 07-Aug-2015
Laporan Resmi Praktikum Uji Spesimen Klinik
Perhitungan Mikrobia pada Urin
Disusun oleh:
1. Nathalia Kalis U. (31091194)
2. Dewi Andini (31091197)
3. Hutri Catur S.W. (31091198)
4. Siska Augusta L. (31091205)
5. Marcella Indah K. (31091209)
Fakultas Bioteknologi
Universitas Kristen Duta Wacana
Yogyakarta
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekskresi adalah proses pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak berguna
lainnya. Salah satu produk dari ekskresi ini adalah urin. Urin atau air seni atau air
kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian dikeluarkan
dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Fungsi utama urin adalah untuk membuang
zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Urin dapat menunjukan
dengan tepat apa yang telah kita makan atau minum, berapa banyak air yang kita
minum, dan penyakit apa yang kita miliki. Urin normal pada tubuh yang sehat bersifat
steril dan hampir tidak berbau, tetapi karena adanya bakteri yang mengkontaminasi
urin maka mengubah zat yang ada didalam urin tersebut membuat urin menjadi
berbau.
Untuk mengetahui koloni bakteri apa saja yang ada dalam urin normal dan
tidak normal dan cara pemeriksaan angka kuman pada urin maka dilakukan percobaan
ini.
B. Tujuan
Memberikan pemahaman mengenai cara pemeriksaan angka kuman pada urin
BAB II
DASAR TEORI
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal
yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang
menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),
garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau
cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang
penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul
pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang
terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin
dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk
mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi
melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan
ditemukan dalam urin orang yang sehat.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari
dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan
dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi,
sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan
saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang
dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang
steril Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin
berwarna kuning pekat atau cokelat.
Sistem urin adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan
urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dua otot
sphincter, dan uretra.
Ciri-Ciri Urin Normal
1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk.
2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3. Baunya tajam.
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
Sekali sel-sel darah putih dan indikasi-indikasi lain dari infeksi urin [seperti, leukocyte
esterase (dihasilkan oleh sel-sel darah putih di urin) atau nitrites (dihasilkan oleh bakteri-
bakteri dalam urin)] dicatat pada analisa urin, adalah penting untuk menentukan jumlah dan
tipe dari bakteri-bakteri dalam contoh urin. Umumnya, contoh urin yang mempunyai lebih
besar dari 100,000 bakteri-bakteri dalam satu cc dari urin dipertimbangkan sebagai infeksi
saluran kencing secara diagnostik. Pada beberapa setting-setting klinik, perhitungan-
perhitungan yang kurang dari 100,000 bakteri-bakteri dalam satu cc urin mungkin juga
mengindikasikan infeksi.
Ketika kita sedang buang air kecil, mungkin kita akan menemukan warna air seni yang
tampak tidak wajar, dibawah ini terdapat informasi warna air seni yang tidak wajar dan
penyebabnya : · Merah muda,merah atau kecoklatan penyebabnya mungkin terdapat darah
dalam air seni yang diakibatkan infeksi,peradangan atau suatu pertumbuhan pada saluran
kemih. Namun, bahan pewarna makanan juga bisa muncul dalam air seni dan menimbulkan
perubahan warna. · Kuning gelap atau oranye penyebabnya jika kekurangan air minum, air
seni akan menjadi lebih pekat dan warnanya menjadi lebih gelap. Kekurangan cairan karena
diare, muntah atau banyak berkeringat, dapat membuat air seni lebih pekat dari biasanya. ·
Cokelat bening dan gelap penyebabnya penyakit kuning akibat gangguan pada hati atau
empedu (hepatitis) adalah salah satu kemungkinan, terutama bila kotoran tinja menjadi pucat,
warna kulit serta putih mata menjadi kekuningan. · Hijau atau biru penyebabnya hampir pasti
akibat bahan pewarna pada makanan atau obat, jadi tidak perlu cemas sebab warna tersebut
akan hilang tanpa akibat membahayakan.
Ketika kita sedang buang air kecil, mungkin kita akan menemukan warna air seni yang
tampak tidak wajar, dibawah ini terdapat informasi warna air seni yang tidak wajar dan
penyebabnya : · Merah muda,merah atau kecoklatan penyebabnya mungkin terdapat darah
dalam air seni yang diakibatkan infeksi,peradangan atau suatu pertumbuhan pada saluran
kemih. Namun, bahan pewarna makanan juga bisa muncul dalam air seni dan menimbulkan
perubahan warna. · Kuning gelap atau oranye penyebabnya jika kekurangan air minum, air
seni akan menjadi lebih pekat dan warnanya menjadi lebih gelap. Kekurangan cairan karena
diare, muntah atau banyak berkeringat, dapat membuat air seni lebih pekat dari biasanya. ·
Cokelat bening dan gelap penyebabnya penyakit kuning akibat gangguan pada hati atau
empedu (hepatitis) adalah salah satu kemungkinan, terutama bila kotoran tinja menjadi pucat,
warna kulit serta putih mata menjadi kekuningan. · Hijau atau biru penyebabnya hampir pasti
akibat bahan pewarna pada makanan atau obat, jadi tidak perlu cemas sebab warna tersebut
akan hilang tanpa akibat membahayakan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Alat
1. Tabung sampel
2. Pipet
3. Petridish
4. Bunsen
5. Rak tabung
6. Mikropipet
7. Vortex
8. Tabung reaksi
9. Gelas beaker
10. De glassky
B. Bahan
1. Urine Normal
2. Urine terinfeksi
3. Medium CCA
4. Aquadest
5. Alkohol
6. Pepton 0,01%
C. Cara Kerja
10-1 10-2 10-3 10-4 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5
10-1 10-2 10-3 10-3 10-4 10-5
Periksaan Urine
Urine normal
Urine normal
Urine terinfeksi
1 ml (aseptis)
9 ml air pepton 0,1 %
Urine terinfeksi
Vortex
1 ml (aseptis)
0,1 ml
CCA
Hitung koloni
Vortex
Inkubasi 48 jamInkubasi 48 jam
Hitung koloni
0,1 ml
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Perhitungan Jumlah Koloni
Kelompo
kUrine normal Urine infeksius
Keterangan
1 ± < 101 ± 2,6. 107 Sakit Diabetes
2 2,25. 103 3,1. 106 Sakit Infeksi saluran kencing
3 SPR 1,5. 104 Sakit Ginjal
4 6,8. 104 1,5. 103 Sakit Kencing batu
5 SPR 1. 103 Sakit Panas
6 1. 101 2,5. 105 Sakit Diabetes
Pembahasan
Pada praktikum uji spesimen klinik kali ini, kita akan menguji spesimen yang
berupa urin. Urin yang digunakan yaitu urin normal dan urin infeksius. Digunakan
urin normal dan urin infeksius karena dengan melihat hasil uji yang dihasilkan maka
kita dapat membandingkan perbedaan antara urin yang normal dan yang terinfeksi,
dan dengan begitu maka kita dapat melihat perbedaan kontaminan yang berada pada
urin infeksius dan urin normal. Urin infeksius yang digunakan yaitu dari beberapa
orang yang mengalami sakit, seperti diabetes, infeksi saluran kencing, ginjal, kencing
batu, dan panas.
Pemeriksaan bakteri pada spesimen urin baik pada urin normal maupun urin
infeksius menggunakan biakan urin, karena kita akan menghitung angka kuman pada
urin yaitu secara kuantitatif. Urin yang diambil untuk uji spesimen ini yaitu urin
pancaran tengah (mid stream urine) karena dengan mengambil urin pancaran tengah
ini maka kita benar-benar mengamati adanya bakteri pada urin yaitu yang berada di
pancaran tengah, bukan pancaran awal dan juga bukan pancaran urin yang terakhir.
Pada urin normal dilakukan pengenceran mulai dari 10-1, 10-2, dan 10-3
sedangkan pada urin infeksius diencerkan hingga 10-5. Dengan melakukan adanya
pengenceran seperti itu maka kita dapat menghitung tingkat cemaran bakteri atau
jumlah koloni bakteri yang terdapat di dalam urin. Medium yang kita gunakan yaitu
medium CCA (Chromogenic Coliform Agar). Hanya dengan mengambil 0,1 ml
sampel urin saja baik pada urin normal maupun urin infeksius kita sudah dapat
menghitung bakteri yang terdapat di dalam urin, yaitu dengan meratakan masing-
masing sampel urin di atas medium dan selanjutnya dengan melakukan inkubasi
selama 18-48 jam pada suhu 37oC. Inkubasi dilakukan agar memberi waktu pada
bakteri pencemar yang ada di dalam urin untuk tumbuh dalam medium CCA, karena
kita akan menghitung jumlah koloni yang tumbuh di dalam medium tersebut.
Dari hasil praktikum, dapat kita lihat bahwa hasil perhitungan jumlah koloni
pada urine normal yakni sprider pada kelompok 3 dan 5. Artinya di dalam sampel urin
normal tersebut terdapat lebih dari 300 koloni mikrobia pencemar, namun kita belum
dapat mengetahui apakah bakteri tersebut merupakan bakteri kontaminan di dalam
urin atau bakteri yang mengkontaminasi saat sampel dimasukkan ke dalam medium
CCA. Bakteri yang umum dalam spesimen urin karena banyaknya mikroba flora
normal vagina atau meatus uretra eksternal dan karena kemampuan mereka untuk
cepat berkembangbiak di urin pada suhu kamar, dimana kita melakukan inkubasi pada
suhu 37oC sehingga hasilnya sprider karena kemampuan bakteri untuk
berkembangbiak sangat cepat. Selain itu adanya bakteri dalam sampel urin normal
juga dapat disebabkan oleh kontaminan dalam wadah pengumpul yang digunakan saat
menampung sampel urin, atau dapat juga dikarenakan sampel urin yang akan di uji
dibiarkan terlalu lama sehingga ada bakteri sebelum di tanam ke medium. Seharusnya
di urin normal steril, dan jika terkena kontaminasi E. Colli maka akan berbau.
Pada urine infeksius hasil perhitungan koloni terbesar ada pada kelompok 1
yakni sebesar ± 2,6. 107 dimana probandusnya menderita sakit Diabetes Melitus.
Adanya bakteri dalam sampel urin infeksius dapat disebabkan oleh kontaminan dalam
wadah pengumpul yang digunakan saat menampung sampel urin, atau dapat juga
dikarenakan sampel urin yang akan di uji dibiarkan terlalu lama sehingga ada bakteri
tumbuh sebelum di tanam ke medium. Dan adanya bakteri dalam sampel urin
infeksius dapat juga disebabkan karena masalah kesehatan, yaitu dengan adanya
penyakit Diabetes Melitus pada probandus. Dimana Diabetes Melitus adalah penyakit
yang disebabkan oleh menurunnya kerja insulin atau tidak bekerja dengan baiknya
insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen, sehingga pada urine yang
diekskresikan masih mengandung gula dan bakteri yang terdapat dalam saluran
urethra.
Sedangkan pada urine infeksius yang terkena penyakit infeksi saluran kencing
jumlah koloni bakteri diketahui sebesar 3,1. 106. Hal ini dapat terjadi karena penyakit
tersebut adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih. Walaupun terdiri dari
berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak mengandung bakteri.
Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan berkembang biak dalam urin,
maka terjadilah infeksi saluran kencing. Jenis infeksi saluran kencing yang paling
umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai sistitis. Sebagi
pemicu terjadinya infeksi saluran kencing karena urine yang melewati saluran kemih
mengandung asam urat sehingga hal ini dapat memicu terjadinya batu ginjal pada
saluran kemih yang dapat menyebabkan peradangan pada saluran kantung kemih.
Warna koloni bakteri antara urin normal dan urin infeksius pun berbeda,
dimana pada urin normal warna koloni bakterinya berwarna putih/kuning bening,
sedangkan pada urin infeksius koloni bakterinya berwarna merah keunguan dan ada
juga yang berwarna kuning kecoklatan. Bakteri yang umum dalam spesimen urin
karena banyaknya mikroba flora normal vagina atau meatus uretra eksternal dan
karena kemampuan mereka untuk cepat berkembangbiak di urin pada suhu kamar,
dimana kita melakukan inkubasi pada suhu 37oC sehingga hasilnya banyak ditemukan
koloni mikrobia karena kemampuan bakteri untuk berkembangbiak sangat cepat.
BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum uji spesimen klinik dapat disimpulkan, bahwa:
1. Sampel spesimen yang digunakan yakni urine normal dan urin infeksius. Urin
infeksius diambil dari probandus yang mempuyai penyakit seperti diabetes, infeksi
saluran kencing, ginjal, dan panas.
2. Hasil perhitungan jumlah koloni pada urine normal, yaitu:
3. Hasil perhitungan jumlah koloni pada urine infeksius, yaitu:
Kelompok Urine infeksius
1 ± 2,6. 107
2 3,1. 106
3 1,5. 104
4 1,5. 103
5 2. 103
6 2,5. 105
Kelompo
kUrine normal
1 ± < 101
2 2,25. 103
3 SPR
4 6,8. 104
5 SPR
6 1. 101
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Urin
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_urin
http://www.kolomayah.info/tag/ciri-ciri-urin-normal
http://majalahkesehatan.com/infeksi-saluran-kemih-isk/