Post on 08-Nov-2020
LAPORAN KINERJA
BALAI PENGKAJIAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
YOGYAKARTA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN YOGYAKARTA BADAN LITBANG PERTANIAN 2018
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta
Penyusun :
Dr. Sugeng Widodo
Retno Utami Hatmi, M.Sc
Kurnianita Triwidyastuti, MA
Agung Iswadi, M.Sc
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN YOGYAKARTA
BADAN LITBANG PERTANIAN 2018 Jl. Stadion Maguwoharjo No 22 Ngemplak Sleman Yogyakarta
E-mail : bptpyogya@yahoo.com ; bptp-diy@litbang.pertanian.go.id Telp
(0274) 884662, 4477053 ; Fax : (0274) 4477052
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta i
KATA PENGANTAR
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi tepat guna spesifik lokasi, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.020/5/2017 tanggal 22 Mei 2017.
Hal ini dijabarkan dalam beberapa kegiatan utama yang menyangkut inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi, pengkajian dan perakitan teknologi spesifik lokasi, penyiapan paket teknologi hasil penelitian dan pengkajian, pelayanan teknis kegiatan penelitian dan urusan tata usaha rumah
tangga Balai.
Seluruh kegiatan penelitian, pengkajian dan diseminasi TA 2018 secara operasional bertujuan untuk : 1) Meningkatkan ketersediaan teknologi
pertanian unggulan spesifik lokasi, 2) Meningkatkan penyebarluasan teknologi pertanian unggulan spesifik lokasi, dan 3) Meningkatkan kapasitas dan kompetensi pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi, 4) Melaksanakan pendampingan mandatori kegiatan strategis Kementan.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN) TA 2018 merupakan
pertanggungjawaban hasil kinerja instansi BPTP Yogyakarta dalam rangka pelaksanaan tupoksinya. LAKIN ini berupa rangkuman dari seluruh kegiatan yang dilakukan BPTP Yogyakarta baik fisik maupun keuangan selama TA 2018 yang diformulasikan dalam bentuk Perencanaan kinerja, akuntabilitas kinerja baik capaian kinerja organisasi maupun realisasi anggaran.
Pada kesempatan ini saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi aktif dalam penyelesaian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN). Namun demikian kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, oleh karena itu sumbang saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Yogyakarta, Desember 2018 Kepala Balai,
Dr. Ir. Joko Pramono, MP
NIP. 19640528 199002 1 001
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta adalah salah satu unit pelaksana teknis di bidang penelitian dan pengkajian serta pengembangan teknologi pertanian, berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang dalam tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Berdasarkan peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.020/5/2017 tanggal 22 Mei 2017 maka BPTP mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi tepat guna spesifik lokasi. Untuk tupoksi tersebut maka BPTP Yogyakarta menyusun Rencana Operasional yang berpedoman pada Rencana
Strategis Badan Litbang Pertanian 2015-2019.
Mengacu pada Rencana operasional tersebut, maka pada tahun 2018 sasaran yang akan dicapai adalah : 1) Tersedianya teknologi pertanian spesifik
lokasi, 2) Tersedianya model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri, 3) Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi, 4) Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan, 5) Tersedianya Taman Teknologi Pertanian, 6) Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung pembangunan daerah, 7) Tersedianya Model Kawasan Mandiri Benih Berbasis Masyarakat, 8) Dihasilkannya sinergi operasional serta
terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi.
Pembuatan LAKIN BPTP Yogyakarta tahun 2018 ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran kinerja pelaksanaan kegiatan BPTP Yogyakarta
berdasarkan pada Rencana Operasional BPTP Yogyakarta selama kurun waktu satu tahun. LAKIN TA 2018 ini merupakan pertanggungjawaban hasil kinerja instansi BPTP Yogyakarta dalam rangka melaksanakan tupoksinya. LAKIN ini berupa rangkuman dari seluruh kegiatan yang dilakukan BPTP Yogyakarta baik fisik maupun keuangan selama TA 2018.
Hasil yang telah dicapai pada tahun 2018 yaitu : 1) empat teknologi
spesifik lokasi, 2) lima teknologi yang terdiseminasi ke pengguna, 3) satu rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian, 4) tiga model pengembangan
inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi, 5) satu provinsi sekolah lapang
kedaulatan pangan mendukung swasembada pangan terintegrasi desa mandiri benih, 6) sepuluh (10) ton produksi benih sumber padi dan kedelai, 7) satu
kabupaten Taman Teknologi Pertanian, 8) lima aksesi sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi, 9) satu provinsi dukungan inovasi
teknologi untuk peningkatan IP Kawasan pertanian, 10) satu provinsi transfer inovasi teknologi, 11) empat puluh dua koma lima (42,5) ton inovasi
perbenihan dan pembibitan, 12) satu unit perbenihan unggulan komoditas
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta iii
pertanian strategis, 13) enam ribu lima ratus (6500) batang produksi benih buah tropika dan sub tropika (salak), 14) tiga belas ribu tujuh ratus tujuh puluh
dua pohon produksi benih tanaman industry perkebunan (kakao), 15) satu
layanan internal (overhead), 16) dua belas bulan layanan layanan perkantoran.
Anggaran yang tersedia sebesar Rp 24.975.617.000,- dana yang
terserap sebesar Rp 22.839.391.733,- atau 91,45%. Sisa anggaran sebesar Rp
2.136.225.270,- atau 8,55%. (sampai tanggal 31 Desember 2018).
Permasalahan yang masih dihadapi dalam pencapaian sasaran adalah keterbatasan kompetensi SDM teknisi laboratorium SDM teknisi lapangan, litkayasa dan administrasi ditinjau dari segi keilmuan dan jumlahnya, serta
keterbatasan sarana dan prasarana khususnya UPBS dan sebagian laboratorium sebagai penunjang kegiatan dalam pencapaian sasaran.
Langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala-
kendala tersebut adalah : 1) Mengoptimalkan SDM yang ada dan
meningkatkan kapasitas SDM melalui training jangka pendek dan panjang, 2) Melakukan perbaikan rencana kegiatan dan RKA-KL, meningkatkan koordinasi
dan komunikasi dengan pihak terkait, serta penambahan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………………… i
Ikhtisar Eksekutif ……………………………………………………………………………….. ii
Daftar Isi …………………………………………………………………………... iv
Daftar Tabel ……………………………………………………………………….. v
Daftar Gambar …………………………………………………………………….. vi
Bab I. Pendahuluan ……………………………………………………………… 1
Bab II. Perencanaan Dan Perjanjian Kinerja …………………………………... 6
2.1. Perencanaan Strategis …………………………………………... 6
2.2. Perencanaan Kinerja …………………………………………….. 7
2.3. Perjanjian Kinerja ………………………………………………... 8
Bab III. Akuntabilitas Kinerja …………………………………………………… 10
3.1. Pengukuran Capaian Kinerja …………………………………. 10
3.2. Analisis Capaian Kinerja ………………………………………. 13
3.3. Akuntabilitas Keuangan ………………………………………. 23
Bab IV. Penutup ………………………………………………………………….. 26
Lampiran …………………………………………………………………………... 27
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sasaran, Sub Kegiatan, Indikator Kinerja dan Target
Pencapaian Tahun 2015-2019 ……………………………………………………….. 9 Tabel 2. Rincian Tingkat Capaian Kinerja masing-masing Indikator Kinerja …….. 12 Tabel 3. Jumlah Teknologi Spesifik Lokasi …………………………………………... 13 Tabel 4. Jumlah Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri.. 14
Tabel 5. Jumlah Teknologi Diseminasi yang Didistribusikan ke Pengguna ………. 15 Tabel 6. Taman Teknologi Pertanian…………………………………………………. 17 Tabel 7. Perbandingan Capaian Kinerja Tahun 2017 dan 2018 …………………… 22 Tabel 8. Realisasi Anggaran Tahun 2018 .…………………………………………… 24 Tabel 9. Pendapatan Negara TA. 2018 Satker BPTP Yogyakarta …………………. 25
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi Operasional Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Yogyakarta ………………………………………………………. 5
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 1
BAB I. PENDAHULUAN
Pembangunan Pertanian tahun 2015 merupakan tahun awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019. Pada RPJMN tahun ini, pembangunan pertanian masih tetap memegang peran strategis dalam perekonomian nasional. Dalam upaya meningkatkan peran strategis pertanian tersebut, Rencana Strategis Kementerian Pertanian telah
menetapkan Empat Target Sukses sebagai sasaran yang ingin dicapai Kementerian Pertanian yaitu : (1) pencapaian swasembada kedelai, gula dan daging sapi serta swasembada berkelanjutan untuk padi dan jagung; (2) peningkatan diversifikasi pangan; (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor; serta (4) peningkatan kesejahteraan petani.
Posisi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan)
adalah sebagai leading institution dalam pembangunan pertanian di Indonesia menuju Modern Agriculture yang ditandai dengan pengembangan inovasi pertanian yang responsif terhadap dinamika iklim berbasis biosains,
bioenjinering dan aplikasi IT dengan memanfaatkan advance technology (teknologi nano, bioteknologi, iradiasi, bioinformatika, dan bioprosesing).
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
(BBP2TP) sebagai institusi yang diberi mandat untuk melaksanakan tugas pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian memiliki ruang yang besar untuk berkiprah dalam mendukung pengembangan pertanian. Inovasi
pertanian merupakan komponen kunci dalam pembangunan pertanian, terutama dalam menghadapi kondisi sumberdaya yang semakin terbatas serta perubahan iklim global. Berdasarkan peraturan Menteri Pertanian No. 301/Kpts/OT.140/7/2005 tentang organisasi dan Tata Kerja BBP2TP, tugas utama BBP2TP adalah melaksanakan pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian. BPTP Yogyakarta bertanggung jawab kepada Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang dalam tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Kepala BBP2TP.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta adalah salah
satu unit pelaksana teknis di bidang penelitian dan pengkajian serta
pengembangan teknologi pertanian, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang dalam
tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Kepala Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian.
Berdasarkan peraturan Menteri Pertanian Nomor
19/Permentan/OT.020/5/2017 tanggal 22 Mei 2017, BPTP Yogyakarta mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan dan pengembangan
teknologi tepat guna spesifik lokasi. Dalam melaksanakan tugas tersebut, BPTP Yogyakarta menyelenggarakan fungsi :
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 2
a. Pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi dan pelaporan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;
b. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian
spesifik lokasi;
c. Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi tepat guna spesifik lokasi;
d. Pelaksanaan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;
e. Perakitan materi penyuluhan dan diseminasi hasil pengkajian teknologi
pertanian tepat guna spesifik lokasi;
f. Pelaksanaan bimbingan teknis materi penyuluhan dan diseminasi hasil
pengkajian teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;
g. Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi tepat guna spesifik lokasi;
h. Pemberian pelayanan teknik pengkajian, perakitan dan pengembangan
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;
i. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan
perlengkapan BPTP.
Struktur organisasi BPTP Yogyakarta pada dasarnya terdiri dari organisasi struktural dan kelompok jabatan fungsional yang keduanya di bawah pimpinan seorang Kepala Balai dengan tingkat eselon III a. Jalur struktural terdiri atas 1) Sub Bagian Tata Usaha yang bertugas mengelola berbagai
kegiatan yang berkaitan dengan Urusan Kepegawaian, Urusan Keuangan dan Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan dan 2) Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian yang mempunyai tugas melakukan pengelolaan yang berkaitan dengan pelayanan teknis kegiatan pengkajian, penelitian dan perakitan teknologi pertanian, terutama untuk urusan pelayanan informasi dan kerjasama dan pelayanan sarana penelitian. Kedua jalur struktural ini masing-
masing dipimpin oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian dengan tingkat eselon IV a.
Selain itu, dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsi BPTP
sesuai visi dan misinya, maka dibentuk Tim Program dan Evaluasi yang diketuai oleh Koordinator Program dan Evaluasi. Tim Program dan Evaluasi bertugas untuk 1) mengkoordinasikan penyusunan program kegiatan, landasan, arah, dan strategi program, 2) menyelaraskan keterkaitan program dengan stakeholders, 3) mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan prioritas program penelitian dan diseminasi teknologi secara periodik, sesuai kebutuhan wilayah DIY, 4) mengkoordinasikan kegiatan evaluasi kelayakan usulan kegiatan dan alokasi anggarannya, 5) mengkoordinir, monitoring dan evaluasi terkait program kegiatan pengkajian dan diseminasi.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 3
Sedangkan kelompok jabatan fungsional terdiri atas jabatan fungsional Peneliti, Penyuluh dan jabatan fungsional lain yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahlian yang ditetapkan
oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kelompok Jabatan Fungsional ini mempunyai tugas melakukan koordinasi kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sesuai dengan bidang keahlian tenaga fungsional yang ada, Kelompok Jabatan Fungsional di BPTP Yogyakarta dibagi ke dalam 4 Kelompok Pengkaji (Kelji) yang masing-masing dikoordinir oleh seorang
tenaga fungsional sebagai Ketua Kelji. Keempat Kelji tersebut adalah Kelji Sumberdaya, Budidaya, Pasca Panen dan Alsintan serta Sosial Ekonomi Pertanian. Kelji-Kelji ini dibentuk disamping merupakan wadah pemangku jabatan fungsional juga untuk melaksanakan pembinaan peningkatan kemampuan profesionalitas peneliti, penyuluh dan teknisi di bidang masing-masing pejabat fungsional.
Wilayah kerja BPTP Yogyakarta mencakup 4 kabupaten yaitu Kabupaten
Sleman, Bantul, Kulon Progo, Gunungkidul dan 1 Kota yaitu Kota Yogyakarta. Dalam mendukung pencapaian kinerja Badan Litbang Pertanian, kegiatan utama Pengkajian dan Diseminasi di seluruh BPTP merupakan implementasi hasil koordinasi dengan stakeholder terkait kebutuhan teknologi di daerah.
Adapun kegiatan diseminasi meliputi kegiatan top down yang mendukung kinerja Kementerian Pertanian. Renstra Kementerian Pertanian,
Renstra Badan Litbang Pertanian, dan Rencana Aksi BBP2TP dijadikan sebagai salah satu acuan dalam perencanaan Litkaji di BPTP Yogyakarta dan dituangkan dalam Rencana Operasional (Rencana Strategis) BPTP Yogyakarta yang diformulasikan dalam kurun waktu lima tahun, implementasi dari Renstra tersebut dilakukan kegiatan tahunan, yaitu kegiatan litkaji dan desiminasi. Pelaksanaan program dan kegiatan sebagaimana diuraikan di atas perlu
dilaporkan agar diketahui sejauh mana perkembangan kinerjanya. Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintahan (LAKIP) BPTP Yogyakarta Tahun 2018 ini membahas Rencana Operasional (Rencana Strategis/RS), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) dan Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) BPTP Yogyakarta Tahun 2018.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, BPTP telah menunjukkan kiprah
nyatanya dalam menghasilkan inovasi pertanian untuk menjawab kebutuhan pengguna. Tidak hanya model-model inovasi teknologi dan pengembangan kelembagaan, namun juga strategi kebijakan dan penyusunan panduan operasional berbagai kegiatan.
Pembuatan LAKIN BPTP Yogyakarta tahun 2018 dimaksudkan untuk
memberikan gambaran kinerja pelaksanaan kegiatan BPTP Yogyakarta selama
kurun waktu satu tahun. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) TA 2018 merupakan pertanggungjawaban hasil kinerja instansi BPTP Yogyakarta dalam rangka pelaksanaan tupoksinya. LAKIN ini berupa rangkuman dari seluruh kegiatan yang dilakukan BPTP Yogyakarta baik fisik maupun keuangan selama TA 2018 yang diformulasikan dalam bentuk Rencana
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 4
Strategis, Rencana Kinerja Tahunan, Pengukuran Kinerja Kegiatan dan Pengukuran Pencapaian Sasaran.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
KEPALA
KA. SUB. BAGIAN
KOORD. PROGRAM KA. SIE.KERJASAMA DAN PEJABAT PEMBUAT
TATA USAHA
KOMITMEN (PPK) DAN EVALUASI PELAYANAN PENGKAJIAN
Koordinator
Koordinator Koordinator Koordinator Koordinator Koordinator
Informasi dan Kerjasama Sarana Kepegawaian Rumah Keuangan
Publikasi Penelitian Tangga
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
Sumberdaya Budidaya Pasca Panen & Sosek Pertanian Alsintan
KELOMPOK FUNGSIONAL
Keterangan :
Garis Komando
Garis Koordinasi
Gambar 1. Struktur Organisasi Operasional Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 5
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 6
BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1. Perencanaan Strategis
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta merupakan salah satu unit pelaksana teknis dari BBP2TP (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian), yang secara hirarkis merupakan
functional Unit Balitbangtan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian). Berdasarkan hierarchical strategic plan, maka BBP2TP menyusun Rencana Aksi dari Visi, Misi, Kebijakan, dan Program Balitbangtan, yang selanjutnya pada tataran rencana strategis BPTP/UPT dituangkan menjadi Rencana Operasional. Oleh karena itu, visi, misi, kebijakan, strategis, dan program Balitbangtan 2015-2019 mengacu pada visi dan misi Kementerian Pertanian, yang
selanjutnya akan menjadi visi, misi, kebijakan, strategis, dan program seluruh satuan kerja Balitbangtan, termasuk BBP2TP dan BPTP/LPTP. Berdasarkan hierarchical strategic plan dan Rencana Aksi BBP2TP, maka visi dan misi BPTP Yogyakarta adalah:
A. Visi dan Misi
Visi
Menjadi lembaga penelitian terkemuka penghasil teknologi dan inovasi pertanian modern untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani.
Misi
1. Menghasilkan dan mengembangkan teknologi pertanian modern yang
memiliki scientific recognition dengan produktifitas dan efisienasi tinggi.
2. Hilirisasi dan masalisasi teknologi pertanian yang memiliki impact
recognition.
B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan
1. Memberdayakan sumberdaya balai dalam mendukung pembangunan
pertanian di daerah;
2. Menggali potensi sumber-sumber pertumbuhan produksi pertanian
daerah;
3. Melakukan pengkajian dan inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi;
4. Mendiseminasikan hasil-hasil pengkajian melalui media komunikasi;
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 7
5. Memperluas Jaringan Kerjasama Pengkajian, Diseminasi dan
Pendayagunaan Inovasi Pertanian.
Sasaran yang ingin dicapai adalah :
1. Tersedianya inovasi teknologi pertanian unggul spesifik lokasi di
D.I.Yogyakarta.
2. Terdiseminasinya inovasi teknologi pertanian unggul spesifik lokasi dan
terhimpunnya umpan bail dari implementasi inovasi teknologi pertanian
unggul spesifik lokasi di D.I. Yogyakarta.
3. Sinergi operasional dan terciptanya manajemen pengkajian dan
pengembangan inovasi teknologi pertanian unggul spesifik lokasi di
D.I.Yogyakarta.
4. Dihasilkannya rekomendasi kebijakan mendukung percepatan
pembangunan pertanian berbasis inovasi teknologi pertanian spesifik
lokasi D.I. Yogyakarta.
5. Terjalinnya kerjasama nasional dan internasional di bidang pengkajian,
diseminasi dan pendayagunaan inovasi pertanian.
2.2. Perencanaan Kinerja
Sejalan dengan mekanisme perencanaan seperti tertuang dalam
Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka Rencana Kinerja Tahun 2018 merupakan penjabaran dari rencana kerja (Renja) tahunan. Renja merupakan rencana kerja tahunan di tingkat kementerian atau lembaga yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Sementara RKP merupakan rencana kerja pemerintah tahunan (annual plan) yang merupakan bagian integral dari
perencanaan pembangunan Kementerian jangka menengah (RPJM Kementerian), yang terdokumentasikan dalam Renstra. Sesuai dengan anggaran yang telah dialokasikan dalam Rencana Kinerja Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKA-KL) pada tahun 2018, lingkup BPTP Balitbangtan Yogyakarta mengimplementasikan Kegiatan Prioritas Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian melalui beberapa
kegiatan utama dan indikator kinerja, yang berdasarkan RKA-KL dan POK (Petunjuk Operasional Kinerja) lingkup BPTP Balitbangtan Yogyakarta Tahun 2018, telah disusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2018. Penyusunan Rencana kinerja kegiatan tersebut diselaraskan dengan sasaran Renstra BPTP Balitbagtan Yogyakarta 2015 – 2019. Rencana Kinerja tersebut memuat Sasaran strategis kegiatan yang akan dilaksanakan; Indikator Kinerja berupa
hasil yang akan dicapai secara terukur, efektif, efisien, dan akuntabel; serta target yang akan dihasilkan. Selanjutnya RKT yang telah disusun ditetapkan menjadi Penetapan Kinerja (PK) guna mendorong pengembangan menuju Good Governance.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 8
2.3. Perjanjian Kinerja
Sejalan dengan dinamika kebijakan perencanaan yang ditetapkan dengan melihat kebutuhan stakeholder (bottom up) serta program di level pusat (top down), maka umpan balik (feedback) yang diperoleh dari proses perencanaan dan operasionalisasi program/kegiatan di BPTP Balitbangtan Yogyakarta disesuaikan dengan tuntutan dan dinamika yang ada serta alokasi penganggaran yang tertuang dalam DIPA. Dengan demikian, Rencana Kinerja yang telah ditetapkan kemudian disahkan menjadi kontrak Kinerja BPTP Balitbangtan Yogyakarta untuk Tahun 2018 melalui Penetapan Kinerja Tahunan, yang merupakan wujud komitmen perjanjian kinerja sebagai tolak
ukur keberhasilan dan dasar evaluasi akuntabilitas kinerja BPTP Balitbangtan Yogyakarta.
Mengacu pada kebijakan umum penelitian dan pengembangan
pertanian yang telah dirumuskan dalam Renstra Badan Litbang Pertanian dan Balai Besar Pengkajian 2015 – 2019, maka BPTP Yogyakarta menetapkan pencapaian tujuan dan sasaran pengkajian teknologi pertanian sebagai berikut:
1. Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi.
2. Tersedianya model pengembangan inovasi teknologi pertanian
bioindustri spesifik lokasi.
3. Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi.
4. Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan.
5. Tersedianya Taman Teknologi Pertanian.
6. Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung pembangunan daerah.
7. Tersedianya model kawasan mandiri benih berbasis masyarakat.
8. Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen
pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi.
9. Tersedianya benih sebar mendukung percepatan diseminasi varietas unggul baru
Dalam menjabarkan tugas pokok dan fungsinya, dari program utama
Badan Litbang Pertanian serta Balai Besar Pengkajian, maka BPTP Balitbangtan Yogyakarta dalam kurun waktu 2015 – 2019 menetapkan sasaran, sub kegiatan, indikator kinerja, dan target pencapaiannya (Tabel 1). Dilengkapi dengan Perjanjian Kinerja (PK) BPTP Balitbagtan Yogyakarta yang telah ditetapkan pada Bulan Januari 2018, yang kemudian mengalami beberapa kali
perubahan, karena adanya revisi DIPA dan perubahan pimpinan (Terlampir).
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 9
Tabel 1. Sasaran, Sub kegiatan, Indikator Kinerja dan Target Pencapaian Tahun 2015 – 2019 BPTP Yogyakarta
No Sasaran Strategis Indikator Outcome/ Target
Indikator
2015
2016
2017
2018
2019 Kegiatan
1 Tersedianya inovasi Jumlah teknologi 6 4 4 4 4 pertanian unggul spesifik spesifik lokasi
lokasi
2 Tersedianya Model Jumlah Model 3 3 3 3 3
Pengembangan Inovasi Pengembangan
Teknologi Pertanian Inovasi Pertanian
bioindustri Bioindustri Spesifik
Lokasi
3 Terdiseminasinya inovasi Jumlah teknologi komoditas strategis yang terdiseminasi ke pengguna
13 5 5 5 5 teknologi pertanian spesifik
lokasi
4 Tersedianya benih sumber Jumlah produk benih 83,71 45 49,55 10 50 mendukung sistem sumber
perbenihan
5 Tersedianya Taman Jumlah Kabupaten 1 1 1 1 1 Teknologi Pertanian lokasi TTP
6 Dihasilkannya rumusan Jumlah rekomendasi 1 1 1 1 1 rekomendasi kebijakan kebijakan
mendukung pembangunan pembangunan
daerah pertanian wilayah
7 Tersedianya Model Kawasan
Jumlah Propinsi
1 1 1 1 1
Mandiri Benih Berbasis
Masyarakat
8 Dihasilkannya sinergi Jumlah dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi
teknologi pertanian
12 12 12 12 12
operasional serta terciptanya manajemen
pengkajian dan
pengembangan inovasi
pertanian unggul spesifik
lokasi
9 Tersedianya benih sebar mendukung percepatan diseminasi VUB :
Jumlah produksi benih
sebar
- Padi (ton) - - - 40 13
- Kedelai (ton) - - - 2.5 13
- Kakao (tanaman) - - 6.800 6.500 -
- Salak (tanaman) - - 5.000 13.772 -
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 10
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta pada tahun anggaran 2018, telah menetapkan 8 (delapan) sasaran yang akan dicapai. Delapan sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan 8 (delapan) indikator kinerja. Delapan sasaran tersebut dicapai hanya melalui satu program, yaitu: Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-industri Berkelanjutan, yang
keseluruhannya dilaksanakan melalui 8 (delapan) kegiatan utama. Realisasi sampai akhir tahun 2018 menunjukkan bahwa sebanyak delapan sasaran yang direncanakan telah dapat dicapai dengan hasil baik.
Dalam menjabarkan tugas pokok dan fungsinya, program BPTP
Yogyakarta yang dilaksanakan pada tahun 2018 dengan satu program yaitu: Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Petanian Bio-Industri Berkelanjutan.
Untuk mengimplementasikan mandatnya, selanjutnya program tersebut
dijabarkan dalam beberapa kegiatan utama dan indikator, yaitu :
1. Pengkajian teknologi spesifik lokasi Komoditas Strategis, dengan indikator utama jumlah teknologi.
2. Penyediaan Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian
Bioindustri, dengan indikator utama jumlah model. 3. Diseminasi inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi, dengan indikator
utama jumlah teknologi.
4. Penyediaan benih sumber mendukung sistem perbenihan, dengan indikator utama jumlah produksi benih sumber.
5. Penyediaan Taman Teknologi Pertanian, dengan indikator utama
jumlah kabupaten. 6. Perumusan rekomendasi kebijakan mendukung pembangunan daerah,
dengan indikator utama jumlah rekomendasi. 7. Penyediaan Model Kawasan mandiri Benih Berbasis Masyarakat,
dengan indikator utama jumlah propinsi. 8. Penyediaan dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi
teknologi pertanian, dengan indikator utama jumlah dukungan.
3.1. Pengukuran Capaian Kinerja
Pengukuran kinerja terhadap keberhasilan Instansi Pemerintah dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil aktual yang dicapai
dengan sasaran dan tujuan strategis. Pengukuran kinerja juga didefinisikan sebagai suatu metode untuk menilai kemajuan yang selalu dicapai dibandingkan dengan tujuan yang selalu ditetapkan. Pengukuran keberhasilan
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 11
kinerja suatu Instansi Pemerintah diperlukan indikator sebagai tolak ukur pengukuran. Pengertian indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan
yang telah ditetapkan.
Sesuatu yang dapat dijadikan indikator kinerja yang berlaku untuk semua kelompok kinerja harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. spesifik dan jelas,
2. dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantitatif maupun
kualitatif,
3. harus relevan,
4. dapat dicapai, penting dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat dan dampak,
5. harus fleksibel dan sensitif dan
6. efektif, data/informasi yang berkaitan dengan indikator dapat
dikumpulkan, diolah dan dianalisis.
Secara umum indikator kinerja memiliki beberapa fungsi yaitu:
1. dapat memperjelas tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan
2. membangun dasar bagi pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja unit
kerja.
Pengukuran tingkat capaian kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Yogyakarta Tahun 2018 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran tersebut dapat diilustrasikan dalam tabel 2.
Dilihat dari hasil tabel indikator kinerja, kinerja Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Yogyakarta tahun 2018 secara umum menunjukkan hasil
yang relatif telah mencapai keberhasilan sebagaimana telah ditetapkan pada tahun 2018.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 12
Tabel 2. Rincian Tingkat Capaian Kinerja Masing-masing Indikator Kinerja 2018
INDIKATOR KINERJA
NO SASARAN URAIAN TARGET
CAPAIAN %
1. Tersedianya inovasi pertanian Jumlah teknologi spesifik lokasi 4 4 100
unggul spesifik lokasi
2. Tersedianya Model Jumlah Model Pengembangan Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi
3 3 100
Pengembangan Inovasi Teknologi
Pertanian Bioindustri
3. Terdiseminasinya inovasi Jumlah teknologi komoditas 5 5 100
teknologi pertanian spesifik lokasi strategis yang terdiseminasi ke
Pengguna
4. Tersedianya benih sumber Jumlah Produksi Benih Sumber mendukung sistem perbenihan
- Padi 8 6.46 80.75
- Kedelai 2 1.5 75
5. Tersedianya Taman Teknologi Jumlah Kabupaten lokasi TTP 1 1 100 Pertanian
6. Dihasilkannya rumusan Jumlah rekomendasi kebijakan 1 1 100 rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian
mendukung pembangunan Wilayah
Daerah
7. Tersedianya Model Kawasan Jumlah Propinsi 1 1 100 Mandiri Benih Berbasis
Masyarakat
8. Dihasilkannya sinergi operasional Jumlah Dukungan pengkajian 12 12 100
serta terciptanya manajemen dan percepatan diseminasi
pengkajian dan pengembangan inovasi teknologi pertanian
inovasi pertanian unggul spesifik
Lokasi
9. Tersedianya benih sebar mendukung percepatan diseminasi VUB:
Jumlah produksi benih sebar
- Padi 40 30.15 75.38
- Kedelai 2.5 2 80
- Kakao 13.772 13.772 100
- Salak 6.500 6.500 100
Keterangan : * : Data Tanggal 31 Desember 2018
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 13
3.2. Analisis Capaian Kinerja
3.2.1 Capaian Kinerja Tahun 2018
Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2018 tabel indikator kinerja,
kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta dapat dijelaskan sebagai berikut :
Sasaran 1 : Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja. Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat digambarkan sebagai berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah teknologi spesifik lokasi komoditas strategis 4 4 100
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2018 telah tercapai 100%, atau terealisasi 4 teknologi. Sasaran ini dicapai melalui 1 (satu) kegiatan utama, yaitu: (1) tersedianya teknologi pertanian spesifik
lokasi. Indikator kinerja sasarannya adalah jumlah teknologi spesifik lokasi sebanyak 4 (empat) teknologi.
Tabel 3. Jumlah Teknologi Spesifik Lokasi
No
Jenis Teknologi Jumlah Teknologi
1. Teknologi Mina Padi Kolam Dalam Jajar Legowo 1
2. Teknologi Budidaya Padi Gogo Spesifik di Lahan Kering 1
3. Teknologi Optimalisasi Lahan Kering dengan Biochart dan
Pupuk Hayati 1
4. Teknologi Pascapanen Komoditas Kakao untuk Peningkatan
Nilai Tambah 1
Total 4
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 14
Sasaran 2 : Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi
Pertanian Bioindustri
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja.
Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat
digambarkan sebagai berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah Model Pengembangan Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi 3 3 100
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2018 telah dapat dicapai 100%, atau telah terealisasi 3 model Pengembangan Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi. Sasaran ini dicapai melalui 1 (satu) kegiatan utama, yaitu: (1) Model Pengembangan Inovasi Pertanian Bioindustri
Spesifik Lokasi. Untuk kegiatan yang utama tersebut indikator kinerja sasarannya “Jumlah model”, yang dicapai melalui 3 model. Rincian output jumlah model dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian
Bioindustri
No Jenis Teknologi Jumlah
Teknologi
1.
Model Pengembangan Pertanian Bioindustri
Berbasis Integrasi kakao- Kambing di DIY 1
2.
Model Pengembangan Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Padi-sapi di DIY 1
3. Model Pengembangan Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Salak- 1
kambing di DIY.
Total 3
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 15
Sasaran 3 : Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian
spesifik lokasi
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja. Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat digambarkan sebagai berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah teknologi komoditas strategis yang terdiseminasi ke pengguna 5 5 100
Indikator kinerja sasaran terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi yang telah ditargetkan dalam Tahun 2018 telah dapat dicapai 100%. Sasaran ini dicapai melalui 1 (satu) kegiatan utama, yaitu: Teknologi Komoditas Strategis yang terdiseminasi ke pengguna. Untuk kegiatan yang utama tersebut indikator kinerja sasarannya “ Jumlah teknologi ”, yang dicapai melalui 5 teknologi. Rincian output yang telah dicapai dari kegiatan ini
diuraikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Teknologi Diseminasi yang Didistribusikan ke Pengguna
No Jenis Teknologi Jumlah Teknologi
1. Teknologi Tanaman Pangan 1
2. Teknologi Hortikultura 1
3. Teknologi Pembibitan Ayam KUB 1
4. Teknologi Peternakan Sapi Potong 1
5. Diseminasi Teknologi 1
Total 5
Lima (5) teknologi tersebut didiseminasikan melalui berbagai kegiatan, yaitu melalui peningkatan komunikasi, koordinasi dan diseminasi inovasi pertanian, taman agro inovasi, pendampingan pengembangan kasawan
pertanian nasional, dan pendampingan UPSUS berbagai komoditas utama Kementan untuk pencapaian swasembada pangan, dukungan pengembangan KRPL, pendampingan peternakan sapi potong dan pembibitan ayam KUB. Pendampingan dilaksanakan dalam bentuk diseminasi inovasi teknologi dan kelembagaan. Sasaran yang dituju adalah tersebarluasnya inovasi teknologi dan kelembagaan kepada pengguna khususnya kelompok kooperator.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 16
Lokasi diseminasi meliputi 4 kabupaten (Sleman, Bantul, Kulon Progo dan Gunungkidul) serta Kota Yogyakarta. Selain itu kegiatan diseminasi dilakukan melalui media pameran, visitor plot, media cetak (Liptan, brosur
dan poster) dan elektronik (CD, siaran TV dan radio) serta Temu Lapang kegiatan litkaji. Sasaran diseminasi adalah pengguna (user) dan stakeholder pertanian di DIY. Respon pengguna sangat tinggi, terlihat dari antusiasme pengunjung pameran, visitor plot dan penyebaran informasi melalui media. Kegiatan yang mendapat respons tinggi adalah display vertikultur yang diakselerasi dengan pembagian benih tanaman ke pengunjung pameran.
Respon dan indikator keberhasilan kegiatan ditandai dengan meningkatnya animo petani non kooperator, adopsi komponen teknologi, replikasi kegiatan, peningkatan pengetahuan, sikap, ketrampilan petani, dan penghargaan dari pihak luar.
Sasaran 4 : Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja.
Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat digambarkan sebagai berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah produksi benih sumber 10 7,96 79,6
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2018 belum mencapai 100%. Sasaran ini dicapai melalui 2 (dua) kegiatan utama yaitu Produksi Benih Sumber Padi dan Produksi Benih Sumber Kedelai. Indikator kinerjanya adalah jumlah produksi benih.
Jumlah produksi benih sumber yang dihasilkan berupa benih padi
adalah 6,46 ton, yang terdiri dari benih FS 3 ton, benih SS 3,46 ton. Produksi benih padi terealisasi 80,75%.Untuk produksi benih kedelai dari target 2 ton, hanya terealisasi 1,5 ton. Tidak tercapainya target produksi benih padi di tahun 2018 ini disebabkan karena 1) lokasi produksi di Kecamatan Sentolo,
Pengasih, dan Lendah mengalami kekeringan. Penyebab utama kekeringan tersebut adalah ditutupnya saluran induk Kalibawang sejak tanggal 15 April 2018 dan 2) curah hujan tidak mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini didasarkan data BMKG yang menyebutkan bahwa dinamika atmosfer – laut diatas menyebabkan sifat curah hujan di wilayah DIY pada bulan April 2018 masuk dalam kategori bawah normal. Hasil
analisis curah hujan berkisar 13-232 mm dengan sifat hujan sebagian besar
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 17
bersifat Bawah Normal (BN) sebesar 76,0%. Kedua hal tersebut menyebabkan polong yang dihasilkan tidak memenuhi syarat untuk benih dan tidak lulus uji.
Sasaran 5 : Tersedianya Taman Teknologi Pertanian
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja. Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat digambarkan sebagai berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah Kabupaten lokasi TTP 1 1 100
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2018 telah tercapai. Sasaran ini dicapai melalui 1 (satu) kegiatan utama, yaitu: (1) Taman Teknologi Pertanian. Indikator kinerja sasarannya adalah jumlah kabupaten, dan outputnya berupa:
Rincian output yang telah dicapai dari kegiatan ini diuraikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Taman Teknologi Pertanian (TTP)
No Taman Teknologi Pertanian Lokasi
1. Taman Teknologi Pertanian 1
Total 1
Taman Teknologi Pertanian dibangun di Kabupaten Kulon Progo, tepatnya di Desa Wijimulyo, Kecamatan Nanggulan. Tahun 2018 merupakan tahap tahun pertama kerjasama yang intensif antara PEMDA DIY dengan BPTP Balitbangtang DIY dengan melakukan penyusunan master plan, site plan, eksekutif plan yang dituangkan dalam grand design TTP. Tahap ini juga
melakukan pembangunan fisik Gedung pelatihan, Gedung produksi tahap-1 dan sebagian sarana Gedung; melakukan rintisan pembentukan pengelola TTP; terlaksananya pendampingan teknologi dan kelembagaan lokasi terdampak TTP dalam display teknologi budidaya padi, display perbenihan padi sebagai calon benih sebar dengan bermitra pada BPSB, BBI, UPBS; serta terlaksananya BIMTEK perbenihan PAJALE sebagai core bisnis TTP.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 18
Sasaran 6 :
Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung pembangunan daerah
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja. Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat digambarkan sebagai berikut :
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah Rekomendasi Kebijakan
Pembangunan Pertanian Komoditas
Strategi
1 1 100
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2018 telah tercapai. Sasaran ini dicapai melalui 1 (satu) kegiatan utama, yaitu: (1) rekomendasi kebijakan mendukung pembangunan daerah. Indikator kinerja sasarannya adalah jumlah rekomendasi, dan outputnya berupa tersedianya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung pembangunan daerah sejumlah 1 (satu) rekomendasi. Rekomendasi tersebut merupakan rumusan telah
diketahui titik-titik sumber daya air baru dibeberapa titik lokasi Kabupaten Gunungkidul yang berpotensi untuk dimanfaatkan bagi tanaman padi dan lainnya sehingga IP meningkat.
Sasaran 7 :
Tersedianya Model Kawasan Mandiri Benih Berbasis Masyarakat
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja.
Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat digambarkan sebagai berikut :
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah Propinsi 1 1 100
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2018 telah tercapai. Sasaran ini dicapai melalui 1 (satu) kegiatan utama, yaitu: (1) Model mandiri benih berbasis masyarakat. Indikator kinerja sasarannya
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 19
adalah jumlah propinsi, dan outputnya berupa: Tersedianya Model Kawasan Mandiri Benih Berbasis Masyarakat pada 1 provinsi.
Sasaran 8 : Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi
pertanian unggul spesifik lokasi
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja.
Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat digambarkan sebagai berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah Dukungan pengkajian dan
percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian
12 12 100
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2018
telah tercapai. Sasaran ini dicapai melalui 1 (satu) kegiatan utama, yaitu: (1) Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian. Indikator kinerja sasarannya adalah jumlah dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi, dan outputnya berupa: Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi dalam 12 bulan.
Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi
pertanian dilaksanakan melalui 4 (empat) kegiatan, yaitu 1) dukungan manajemen pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi
Pertanian, 2) layanan perkantoran, 3) peralatan dan fasilitas perkantoran, 4) gedung dan bangunan kantor.
Dari keseluruhan target sasaran BPTP Yogyakarta tahun 2018, dapat
terealisasi 91,45%. Keberhasilan capaian kinerja pada tahun 2018 tersebut di atas antara lain disebabkan oleh:
1) Kesiapan dan kelengkapan dokumen perencanaan yang tepat waktu;
2) Intensifnya kegiatan pertemuan dan koordinasinya masing-masing
tim dan penanggungjawab;
3) Kontribusi substansi teknis dari para narasumber dalam forum seminar proposal dan pertemuan lainnya;
4) Monev yang ketat di lapangan kegiatan pelaksanaan;
5) Modal yang dialokasikan.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 20
Sasaran 9 : Tersedianya benih sebar mendukung percepatan
diseminasi VUB (padi, kedelai, kakao, dan salak)
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja. Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat
digambarkan sebagai berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
- Produksi benih sebar padi 40 30,15 75,38
- Produksi benih sebar
kedelai 2,5 2 80
- Produksi benih sebar
kakao 13,772 13,772 100
- Produksi benih sebar salak 6500 6500 100
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2018 telah tercapai. Sasaran ini dicapai melalui 1 (satu) kegiatan utama, yaitu: (1) Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian. Indikator kinerja sasarannya adalah jumlah dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi, dan outputnya berupa: Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi dalam 12 bulan.
3.2.2 Perbandingan Capaian Kinerja 2017 - 2018
Dukungan Badan Litbang terhadap target empat sukses Kementerian
Pertanian ditunjukkan dalam sasaran strategis, yang diantaranya berkaitan
langsung dengan Tupoksi BPTP, yakni menghasilkan inovasi teknologi spesifik
lokasi, meningkatkan sistem diseminasi, promosi dan diseminasi inovasi
teknologi pertanian, serta membangun jejaring kerja sama nasional dan
internasional.
Perkembangan terkini yang sangat berpengaruh terhadap kinerja dan peran BPTP dalam pembangunan pertanian daerah adalah semakin
meningkatnya perhatian Pemerintah Daerah terhadap kemajuan pembangunan pertanian di wilayah masing-masing seiring dengan program otonomi dan pemekaran daerah. BPTP dan Unit Pelayanan Teknis (UPT) Badan Litbang lainnya sebagai penghasil teknologi tepat guna spesifik lokasi secara nyata telah banyak diakui keunggulannya. Hal ini memberi peluang bagi upaya peningkatan peran dan kerjasama yang makin intensif dengan pemda dan
stakeholder lain yang dirumuskan untuk menggali dan menyampaikan persepsi yang sama mengenai masa depan pembangunan pertanian dan pedesaan.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 21
Dalam mendukung pencapaian kinerja Badan Litbang Pertanian,
kegiatan utama Pengkajian dan Diseminasi di seluruh BPTP merupakan implemetasi hasil koordinasi dengan stakeholder terkait kebutuhan teknologi di daerah. Adapun kegiatan diseminasi tahun 2018 meliputi kegiatan top down yang mendukung kinerja Kementerian Pertanian.
Keberhasilan capaian kinerja pada tahun 2018 antara lain disebabkan
oleh:
1) Kesiapan dan kelengkapan dokumen perencanaan yang tepat waktu;
2) Intensifnya kegiatan pertemuan dan koordinasinya masing-masing tim
dan penanggungjawab; dan
Kontribusi substansi teknis dari para narasumber dalam forum seminar proposal dan pertemuan lainnya.
Namun demikian, dalam pencapaian indikator kinerja pada tahun 2018 masih dijumpai beberapa kendala yang secara aktif telah diupayakan untuk diperbaiki oleh seluruh jajaran Balai Besar Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta dengan mengoptimalkan kegiatan koordinasi dan sinkronisasi serta sosialisasi peningkatan kapabilitas dan pembinaan program.
Tabel 7. Perbandingan capaian Kinerja tahun 2017 dan 2018
Capaian
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
2017
2018
1. Tersedianya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi
Jumlah teknologi spesifik lokasi 4 4
2. Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Jumlah Model Pengembangan Inovasi
Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi 3 3
Teknologi Pertanian Bioindustri
3. Terdiseminasinya inovasi teknologi pertanian
Jumlah teknologi komoditas strategis yang terdiseminasi ke pengguna
5 5 spesifik lokasi
4. Tersedianya benih sumber mendukung sistem Jumlah produk benih sumber 39.55 7,96
Perbenihan (Padi dan kedelai)
5. Tersedianya Taman Teknologi Pertanian Jumlah Kabupaten lokasi TTP 1 1
6. Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan
Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian wilayah
1 1 mendukung pembangunan
daerah
7. Tersedianya Model Kawasan Mandiri Benih Berbasis Masyarakat
Jumlah Propinsi 1 1
8.
Dihasilkannya sinerg operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi
Jumlah dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian
12 12
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 22
pertanian unggul spesifik lokasi
9. Produksi benih sebar
- Jumlah Padi Jumlah produksi benih sebar - 30,15
- Kedelai Jumlah produksi benih sebar - 2
- - Salak Jumlah produksii 5000 6500
- - Kakao Jumlah batang 6800 13.772
3.2.3. Capaian Outcome (kegiatan tahun 2018)
Secara umum, hasil-hasil penelitian litbang pertanian masih memerlukan akselerasi pemasyarakatan inovasi melalui kegiatan pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian. Hal ini terkait dengan salah satu isu pembangunan
pertanian yakni masih harus dioptimalkannya pemenuhan kebutuhan inovasi dalam mendukung pembangunan pertanian wilayah dan harus diakselerasinya pemasyarakatan inovasi pertanian hasil-hasil litbang pertanian. Dengan demikian, kegiatan pengkajian dan diseminasi inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi diarahkan untuk mencapai sasaran terciptanya teknologi spesifik lokasi dan terdiseminasikannya paket-paket teknologi spesifik lokasi.
Pada tahun 2018 telah dihasilkan Teknologi Spesifik lokasi (4 calon rekomendasi), Analisis dan sintesa kebijakan mendukung pembangunan pertanian DIY (1 rekomendasi), Teknologi yang terdesiminasi ke pengguna meliputi : Diseminasi Inovasi Teknologi Spesifik Lokasi (5 rekomendasi), Peningkatan Komunikasi Inovasi Teknologi/Penyuluh (3 calon rekomendasi), Taman Agro Inovasi (1 rekomendasi), Pengembangan Model Kawasan Mandiri
Benih Padi Berbasis Masyarakat (1 rekomendasi). Pendampingan Inovasi Pertanian dan Program Strategis Nasional (UPSUS Pajale) 1 rekomendasi, pendampingan pengembangan kawasan pertanian nasional 4 rekomendasi dari tanaman pangan komoditas padi, tanaman hortikultura dan kawasan peternakan sapi potong. Kegiatan lainnya adalah verifikasi dan sosialisasi informasi katam terpadu (1 rekomendasi), pendampingan kawasan rumah
pangan lestari (1 rekomendasi). Taman Teknologi Pertanian Kulon Progo Yogyakarta (1 rekomendasi), produksi benih sumber padi, kedelai dan bawang merah (1 rekomendasi) dan Model Pengembangan Bioindustri di DIY (3 calon rekomendasi).
Sebagian hasil pengkajian teknologi pertanian spesifik lokasi sangat
siginifikan mendukung program pembangunan pertanian DIY, antara lain teknologi pengembangan komoditas uggulan daerah, komoditas strategis, pengembangan model bioindustri padi-sapi, bioindustri kakao-kambing dan
bioindustri salak-kambing PE. Pembangunan Taman teknologi Pertanian Kulon Progo memberikan dampak yang cukup besar terhadap ekonomi rumahtangga dalam kawasan luas, memberikan model yang kongrit terhadap pengelolaan teknologi yang bersinergi dengan agrowidya wisata sebagai wahana edukasi untuk menghasilkan edukasi bisnis/. Beberapa teknologi spesifik lokasi yang dihasilkan juga telah mendapatkan apresiasi dari pemerintah daerah maupun
stakeholders lainnya. Pada sisi lain, akselerasi pemasyarakatan inovasi
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 23
pertanian spesifik lokasi, diimplementasikan dengan pengembangan model-model pemasyarakatan inovasi seperti: model kawasan rumah pangan lesatari (m-KRPL), Taman Teknologi Pertanian, dan Bioindustri. Kalender Tanam
(Katam) di DIY cukup baik dan di desiminasikan ke stakeholders di seluruh wilayah DIY; apresiasi daerah sangat besar terhadap teknologi pertanian yang diimplementasikan di wilayah DIY (4 kabupaten). Yang sangat membanggakan bahwa model bioindustri di DIY merupakan cerminan nasional sebagai rujukan di tingkat nasional.
Pemanfaatan teknologi spesifik lokasi terutama yang diterapkan dalam pendampingan program strategis Kementan memiliki prakiraan dampak yang signifikan dalam peningkatan produktivitas usahatani. Output unggulan seperti kawasan tanaman pangan, hortikultura, dan ternak sapi potong berhasil meningkatkan produksi, menekan kehilangan hasil, mengendalikan OPT, dan
peningkatan bobot sapi potong dan akhirnya berdampak pada peningkatan pendapatan petani.
3.3. Akuntabilitas Keuangan
Pencapaian kinerja akuntabilitas bidang keuangan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta pada umumnya cukup berhasil dalam mencapai sasaran dengan baik.
3.3.1 Anggaran dan Realisasi
Dalam melaksanakan tupoksinya sebagai unit pelaksana teknis
dibidang pengkajian dan pengembangan Satker BPTP Yogyakarta pada TA. 2018 didukung oleh sumber dana yang berasal dari Dana APBN dalam bentuk Rupiah Murni (RM) dan RMP.
Anggaran satker BPTP Yogyakarta dicairkan sesuai dengan Surat Pengesahan DIPA BPTP Yogyakarta Tahun Anggaran 2018 oleh Menteri Keuangan Nomor: SP DIPA-018.09.2.633975/2018, tanggal 05 Desember 2017. Anggaran ini mengalami 5 (lima) kali revisi dan DIPA terakhir atau revisi ke-5 Nomor: SP DIPA--018.09.2.633975/2018, tanggal 17 Desember 2018. Pagu DIPA sebesar Rp 24.975.617.000,- dan dana yang terserap sebesar Rp
22.839.391.733,- atau 91,45% dengan sisa anggaran sebesar 8,55%. Dana tersebut dialokasikan untuk melaksanakan program-program Badan Litbang Pertanian dalam mendukung Program Kementeraian Pertanian, terutama strategis mendukung target 4 sukses pembangunan pertanian.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 24
Tabel 8. Realisasi Anggaran Tahun 2018
No Uraian
Anggaran
Realisasi
%
Realisasi Anggaran
1. Belanja Pegawai 9.562.518.000 8.630.063.838 90,25
2. Belanja Barang 10.535.578.000 9.458.421.542 89,78
3. Belanja Modal 4.877.521.000 4.750.906.353 97,40
Total Belanja
Kotor 24.975.617.000 22.828.999.766 91,45
Pengembalian Belanja - - -
Total Belanja 24.975.617.000 22.828.999.766 91,45
Catatan : laporan keuangan s.d. 31 Desember 2018
Alokasi anggaran BPTP Yogyakarta berdasarkan jenis belanja (menurut
DIPA tahun 2018) terdiri atas belanja pegawai, belanja barang (barang operasional dan non operasional) dan belanja modal. Berdasarkan proporsinya,
maka anggaran belanja yang paling besar dari total anggaran adalah belanja barang yaitu sebesar Rp 10.535.578.000,- (42,18%), kemudian untuk
anggaran yang relative paling kecil adalah belanja barang modal sebesar Rp
4.877.521.000,- (19,53%). Sementara untuk anggaran belanja pegawai yaitu
sebesar Rp 9.562.518.000,- (38,29%).
Realisasi belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatan-
kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL). Realisasi keuangan Satker BPTP
Yogyakarta atas dasar SP2D sampai dengan akhir TA. 2018 mencapai Rp
22.839.391.733,- atau 91,45%, dari total anggaran yang dialokasikan dalam DIPA TA. 2018. Realisasi anggaran tertinggi pada belanja barang sebesar Rp
9.458.421.542,- (89,78%). Realisasi anggaran terendah pada belanja modal yaitu sebesar Rp 4.750.906.353,- (97,40%). Realisasi belanja pegawai, yaitu
sebesar Rp 8.630.063.838 (90,25%). Terdapat pengembalian uang belanja
sebesar 2.136.225.270,-.
3.3.2 Estimasi dan Realisasi Pendapatan
Pendapatan yang dihasilkan diperoleh dari penerimaan pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Estimasi pendapatan PNBP yang
direncanakan pada BPTP Yogyakarta sesuai DIPA Tahun Anggaran 2018 adalah sebesar Rp 113.740.000,-. Realisasi penerimaan pada akhir tahun
anggaran 2018 sebesar Rp 244.359.000,- sehingga dikatakan bahwa estimasi
PNBP dari Satker BPTP Yogyakarta pada tahun anggaran 2018 mencapai 214,84%. Berdasarkan kategorinya, penerimaan diperoleh dari penerimaan
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 25
fungsional, yaitu dari pendapatan sewa guest house, jasa laboratorium tanah, dan UPBS.
Tabel 9. Pendapatan Negara TA. 2018 Satker BPTP Yogyakarta
No Uraian Estimasi
Pendapatan Realisasi % Realisasi
Anggaran
PENDAPATAN DALAM
NEGERI 113.740.000 244.359.000 214,84
1. Penerimaan pajak - - - 2.
Penerimaan bukan
pajak 113.740.000 244.359.000 214,84
3. Hibah - - -
Jumlah Pendapatan 113.740.000 244.359.000 214,84
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 26
BAB IV. PENUTUP
BPTP Yogyakarta pada tahun 2018 memperoleh alokasi anggaran DIPA sebesar Rp 24.975.617.000,- dana yang terserap Rp 22.828.999.766, atau 91,45%, sedangkan sisa anggaran sebesar Rp 2.146.617.234,- atau 8,55%.
Dana tersebut dialokasikan untuk melaksanakan program-program Badan Litbang Pertanian dalam mendukung Program Kementerian Pertanian, terutama program strategis mendukung target 4 sukses pembangunan pertanian.
Secara umum hasil analisis evaluasi kinerja dan capaian kinerja
menunjukkan bahwa kinerja kegiatan BPTP Yogyakarta Tahun 2018 telah dicapai dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh capaian indikator kinerja kegiatan penelitian BPTP Yogyakarta, terutama indikator masukan (input) dan hasil (outcome), umumnya telah terealisasi sesuai dengan target atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, kegiatan yang direncanakan
telah dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk indikator hasil, evaluasi secara umum menunjukkan bahwa kegiatan BPTP Yogyakarta memiliki hasil yang baik bagi penggunanya. Sementara itu, capaian indikator manfaat dan dampak kegiatan BPTP Yogyakarta tergantung dari sifat kegiatannya, ada kegiatan yang bisa diukur, namun ada juga beberapa kegiatan yang belum dapat terukur karena dampak dari kegiatan tersebut tergantung dari sifat keluaran
kegiatannya yaitu ada bersifat tangible (dapat diukur) dan ada yang bersifat intangible (tidak dapat diukur). Namun demikian, kontribusi BPTP Yogyakarta dalam pembangunan pertanian di DIY cukup banyak, hal ini ditandai banyaknya permintaan Pemda dan Dinas lingkup Pertanian baik di tingkat provinsi maupun kabupatenbaik sebagai tenaga ahli dalam kegiatan ilmiah maupun dalam pendampingan teknologi pertanian.
Dalam pelaksanaan kegiatannya, BPTP Yogyakarta juga menghadapi
hambatan dan kendala baik yang bersifat internal maupun eksternal. Hambatan internal yang dihadapi oleh BPTP Yogyakarta terutama berkaitan dengan terbatasnya jumlah dan kualitas kompetensi SDM yang dimiliki, baik dari sisi kualifikasi maupun bidang keahlian. Selain itu, perimbangan komposisi
peneliti dengan penyuluh belum sesuai kebutuhan. Sedangkan hambatan /kendala eksternal yang dihadapi BPTP Yogyakarta berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan khususnya untuk fasilitasi sarana prasarana.
Langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala-
kendala tersebut adalah : 1) mengoptimalkan SDM yang ada dan
meningkatkan kapasitas SDM melalui training jangka pendek dan panjang, 2) melakukan perbaikan rencana kegiatan dan RKA-KL, meningkatkan koordinasi
dan komunikasi dengan pihak terkait, serta penambahan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sesuai ketersediaan anggaran.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 27
Lampiran :
RINGKASAN EKSEKUTIF KEGIATAN LITKAJI/DISEMINASI
LINGKUP BPTP YOGYAKARTA
1. Pengkajian Inhouse: Pengkajian Teknologi Budidaya Komoditas
Unggulan Tanaman Pangan DIY
a. Pengembangan Model Minapadi Sistem Jajar Legowo di Lahan
Sawah Irigasi
a.1. Pengembangan Model Minapadi Sistem Jajar
Legowo dengan Pola Pembesaran dan Pembibitan
Ikan di Lahan Sawah Irigasi
Latar Belakang
Budidaya minapadi berkembang pesat di DIY khususnya di Kabupaten
Sleman. Hal ini dikarenakan kondisi kemilikan lahan sempit rerata 500 –
1500 m2. Mina padi yang berkembang di DIY, masih terbatas inovasi
teknologinya, seperti penggunaan varietas lama, sistim tanam, tanpa BO,
pemupukan tinggi, dan parit dangkal, tanpa mulsa plastic. Hal ini menjadi
terobosan dengan perbaikan teknologi budidaya minapadi. DI Yogyakarta
terdapat 507 kelompok tani ikan dan 95% berada di kab Sleman. Produksi
ikan konsumsi mencapai 25,883ton dan benih ikan 947 juta ekor lebih
(Dinas Perikanan DIY, 2017). Berdasarkan karakteristik tanahnya, sebagian
besar lahan untuk minapadi jenis tanah pasiran dengan bahan induk abu
vulkan muda maka air lebih jernih maka jenis ikan yang dikembangkan Ikan
Nila, Karper, gurame dan lele sp. Konsumsi ikan di DIY 24,59
kg/kapita/tahun dibandingkan Nasional konsumsi ikan di DIY lebih rendah
28% (Nasional 35 kg/kapita/tahun). Hasil kajian sebelumnya mendeteksi
bahwa dengan system budidaya minapadi dapat memperbaiki sifat kimia
dan sebagian fisik tanah serta biologi dan menekan OPT. Budidaya
minapadi mengurangi penggunaan pupuk kimia dan obat-obatan, menekan
gulma, serta biaya tenaga kerja untuk penyiangan. Persyaratan budidaya
minapadi memiliki sumber air yang berlebih.
Tujuan
- Menerapkan paket teknologi minapadi di lahan sawah irigasi di
Kabupaten Sleman, DIY.
- Menguji kelayakan teknis, dan ekonomis serta persepsi preferensi
petani minapadi di DIY
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 28
Metodologi
Lokasi dan waktu kegiatan :
1. Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok Kab Sleman MT-2 tahun 2018
(Agustus sd Oktober 2018)
2. Dusun Saamberembe, Desa Candibinangun, Kec. Pakem, Kab Sleman
MT-2 tahun 2018 (Juni-Agustus 2018)
3. KP Banyakan, Bantul
Paket teknologi untuk setiap lokasi, sebagai berikut :
Lokasi 1 :
- VUB Padi : V1 = Sembada Merah, V2 = Inpari 30, V3 = V3 = Inpari
42 GSR Agritan dan V4 = Inpari 43 GSR Agritan
- Pemupukan rekomendasi sesuai uji tanah
- Sistem tanam Jajar Legowo 2:1 disisipi
- Sistem tanam Jajar Legowo 2:1
- Pembesaran ikan Nila Merah sd 70 hari, ukuran 6-7 cm
- Udang galah, pembesaran sd umur 85 hari.
Lokasi 2 :
- VUB Padi : V1 = Ciherang, V2 = Inpari 30, V3 = Inpari 33, V4 =
Inpari 42 GSR Agritan dan V5 = Inpari 43 GSR Agritan
- Pemupukan rekomendasi sesuai uji tanah dan penambahan BO 2.5
ton/ha
- Pemberian ExtraGEN
- Sistem tanam Jajar Legowo 2:1 disisipi
- Pembesaran ikan Nila Merah selama 70-80 hari
Lokasi 3 :
- VUB Padi : V1 = Inpari 30, V2 = Inpari 33, V3 = Inpari 33, V4 =
Inpari 42 GSR Agritan dan V5 = Inpari 43 GSR Agritan, dan V6 =
Sembada Merah
- Pemupukan rekomendasi sesuai uji tanah dan penambahan BO 2.0
ton/ha
- Pemberian ExtraGEN
- Sistem tanam Jajar Legowo 2:1 disisipi
- Perbenihaan ikan Nila Merah
Hasil
Kondisi tanah sisi kimia : kualitas air dengan pH 6.8 sd 7.0 (normal),
pH tanah netral mengalami kenaikan, C Organik meningkat diatas 2%
masuk kategori rendah dibawah 2%, penggunaan bahan organik mutlak
diperlukan. Kandungan hara lainnya (P) dan K cukup tersedia. Kondisi
umum kesuburan tanah di kedua lokasi tersebut masuk tingkat kesuburan
sedang.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 29
Hasil Lokasi Maguwoharjo, Depok Sleman. Hasil gabah kering panen
(GKP) sebagai beriktu :Varietas Ciherang 96 t/ha, Inpari 30 (7,20 t/ha),
Inpari 42 GSR 9,92 t/ha, Inpari 43 GSR 7,44 t/ha dan Inpari 33 6,80 t/ha.
Hasil analisis finansial padi/gabah setelah dikurangi dengan CV 20% dari
bidang lahan karena untuk galengan, parit dalam pendapatan berkiasar
antara Rp 34.944.000 per ha, dengan rata-rata hasil panen Rp 28.080.000,-
per ha. Sedangkan hasil dari ikan (nila merah) pendapatan bersih Rp
71.250.000 per ha. Setelah dikurangi dengan biaya maka pendapatan
bersih usahatani minapadi sebesar Rp 53.380.000 per ha. Berdasarkan
kelayakan usaha menunjukkan bahwa nila RC sebesar 2,24 sd 3,21 artinya
layak untuk dikembangkan
Hasil Lokasi Samberembe , Pakem Sleman. Produksi padi rata rata
dalam GKP per hektar yaitu Inpari 30 sebesar 6,88 ton/ha, Inpari 42 GSR
Agritan 7,05 ton/ha, Inpari 43 GSR 9,31 ton/ha dan varietas local Sembada
Merah 7,70 ton / ha.
Total pendapatan yaitu 122.150.000 dengan rincian sebagai berikut
gabah 34.650.000/ha, ikan 87.500.000 per ha. RC rasio 1,54 (Feasible).
Dokumentasi kegiatan pengembangan model minapadi sistem jajar legowo dengan pola pembesaran
dan pembibitan ikan di lahan sawah irigasi
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 30
b. Perakitan Teknologi Usahatani Padi dan Jagung Dalam Pola
Tanam Padi-Padi-Jagung
b.1. Pengkajian Budidaya Padi Dengan Penggunaan Biochar Dan
Pupuk Hayati Dalam Pola Tanam Padi-Padi-Jagung di Lahan
Kering
Latar Belakang
Usahatani padi di lahan tadah hujan kawasan lahan kering iklim kering,
pada umumnya selain dihadapkan pada kendala keterbatasan/kekurangan
air juga keadaan tanah yang kurang subur karena bertekstur liat, kadar C
organik maupun hara N, P, dan K tersedia rendah sehingga perlu upaya
penerapan teknologi yang dinilai potential untuk memaksimalkan
produktivitas tanaman.
Tujuan
Mengkaji inovasi teknologi pengelolaan hara dan bahan organik
dengan penggunaan biochar, biodecomposer, dan pupuk hayati terhadap
hasil dan pendapatan usahatani padi pada lahan sawah tadah spesifik
lokasi.
Metodologi
Pengkajian dilaksanakan dengan metode On farm pada lahan petani
seluas sekitar 5 ha di Bulak Lor polaman Desa Wareng Kecamatan
Wonosari, Kabupaten Gunungkidul dalam musim tanam MH II: Februari-
Juni 2018.
Perlakuan teknologi yang dikaji terdiri atas 5 macam dengan ulangan
yang tidak sama, berkisar 5-9 kali. Macam perlakuan mencakup teknologi
eksisting petani dengan penggunaan pupuk kimia sumber N, P, dan K
sesuai 100% dosis rekomendasi setempat, yaitu 175 kg Urea dan 250 kg
NPK 15:15:15 (Phonska)/ha dan empat macam teknologi introduksi yang
terdiri atas 2 macam perlakuan kombinasi penggunaan pupuk hayati
Agrimeth dan biodekomposer Agrodeko 1 dengan 100% dan 50% dosis
rekomendasi pupuk kimia serta 2 macam perlakuan kombinasi penggunaan
pupuk hayati Agrimeth, biodekomposer Agrodeko 1, biochar/arang sekam
padi dengan 100% dan 50% dosis rekomendasi pupuk kimia. Pupuk hayati
Agrimeth digunakan sebagai perlakuan benih dengan dosis 0,5 kg/25 kg
benih/ha dan biodekomposer Agrodeko 1 diberikan untuk penyemprotan
tunggul jerami sisa panen di lahan dengan dosis 2 kg dilarutkan dalam 240
liter air/ha sedangkan dosis arang sekam padi 2 t/ha.
Padi yang digunakan adalah varietas unggul baru (VUB) Inpari 43
Agritan GSR. Penanaman dilakukan dengan sistem tanam pindah
(transplanting) menggunakan bibit muda berumur 15-20 hari setelah sebar
benih. Penanaman bibit diatur dalam sistem tanam jajar legowo (tajarwo)
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 31
2:1 (40 cm x 25 cm x 15 cm) dengan 2-3 bibit per lubang tanam. Pupuk
majemuk NPK Ponska (15:15:15) diberikan pada saat tanam sedangkan
Urea diberikan 2 kali yaitu saat tanaman berumur sekitar 25 dan 40 hari
setelah tanam (HST). Pengairan saat masih terjadi hujan berasal dari
sumber curah hujan sedangkan ketika sudah tidak ada hujan dilakukan
pengairan tambahan dari sumur pompa di ladang agar tanaman terhindar
dari stres karena cekaman air.
Hasil
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa keempat perlakuan teknologi
introduksi memberikan hasil gabah kering giling yang relatif sama, yaitu
berkisar 4,596 – 5,121 t/ha, namun cenderung lebih tinggi dari pada
perlakuan teknologi eksisting petani yang hanya memberikan hasil gabah
4,152 t/ha. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk
hayati Agrimeth dan biodecomposer Agrodeko 1 dengan atau tanpa
biochar/arang sekam padi mampu mengurangi 50% dosis rekomendasi
pupuk kimia sumber N, P, K dengan tanpa menurunkan dan bahkan
cenderung meningkatkan hasil gabah bila dibandingkan dengan
penggunaan teknologi exksisting petani yang hanya menggunakan
sepenuhnya pupuk kimia. Secara ekonomis, perlakuan teknologi introduksi
dengan menggunakan pupuk hayati Agrimeth dan biodecomposer
Agrodeko 1 dengan 50% dosis rekomendasi pupuk kimia juga layak dan
mampu meningkatkan pendapatan sekitar Rp 1.000.000 atau keuntungan
Rp 18.500/0,1 ha.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 32
Dokumentasi Kegiatan dari mulai tanam, keragaan tanam sampai dengan panen
b.2. Pengkajian Budidaya Jagung Dengan Penggunaan Biochar
Dan Pupuk Hayati Di Lahan Sawah Tadah Hujan
Latar Belakang
Pengelolaan sumberdaya lahan dan perbaikan kualitas tanah saat ini
sudah cukup mendesak dan sangat penting untuk kelanjutan generasi
mendatang. Perbaikan kualitas lahan sawah tadah hujan dapat dilakukan
antara lain dengan aplikasi pupuk hayati dan biochar. Pupuk hayati adalah
sekumpulan organisme hidup yang aktivitasnya bisa memperbaiki
kesuburan tanah. Biochar adalah bahan padat yang diperoleh dari proses
karbonisasi suatu biomassa limbah pertanian atau perkebunan. Biochar
merupakan substansi padat yang bersifat porous, dan mengandung karbon
tinggi lebih dari 50%.
Tujuan
Mengkaji inovasi teknologi pengelolaan hara dan bahan organik dengan
penggunaan biochar dan pupuk hayati terhadap hasil dan pendapatan
usahatani jagung pada lahan sawah tadah spesifik lokasi.
Metodologi
Pengkajian aplikasi pupuk hayati dan biochar ini dilakukan di bulak Lor
Polaman, desa Wareng kecamatan Wonosari – kabupaten Gunungkidul.
Waktu pelaksanaan pada Musim tanam III (bulan Juni - September 2018)
dengan perlakuan : (A) Kontrol (tanpa pupuk hayati dan biochar) pupuk
kimia 100% sesuai rekomendasi (Urea 325 kg/ha, NPK Ponska 300
kg/ha),(B) Aplikasi Pupuk Hayati (Agrofit) 400 gr/ha, tanpa biochar
Pemupukan Urea 325 kg/ha, NPK Ponska 300 kg/ha, (C) Aplikasi Pupuk
Hayati (Agrofi), tanpa biochar dan pupuk kimia 75% sesuai rekomendasi,
(D) Aplikasi biochar arang sekam 2,0 ton/ha, ditambah pemberian pupuk
hayati Agrofit dan pupuk kimia 100% rekomendasi, (E) Aplikasi Pupuk
Hayati (Agrofit), dan biochar 2 ton/ha serta pupuk kimia 75% rekomendasi.
Setiap perlakuan diulang 5 kali dengan petani sebagai ulangannya. Sistem
tanam jagung dengan baris ganda (40 cm - 80 cm x 20 cm dalam baris).
Varietas jagung Bisi 18.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 33
Hasil
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk Hayati
(Agrofit), dan biochar 2 ton/ha serta pupuk kimia 75% rekomendasi dan
Aplikasi biochar arang sekam 2,0 ton/ha + pupuk hayati Agrofit dan pupuk
kimia 100% rekomendasi memberikan hasil tertinggi masing-masing
sebesar 7,12 ton/ha dan 7,23 ton/ha dan tidak berbeda nyata. Aplikasi
kombinasi pupuk hayati dan biochar sebanyak 2 ton/ha dalam 2 musim
berturutan mampu menaikan produktivitas jagung pipilan kering sebanyak
42,76% dibandingkan kontrol (perlakuan petani setempat). Pengairan
dilakukan dengan memanfaatkan 2 buah sumur pompa submersible
sebagai sumber irigasi suplementer yang memiliki debit air sebesar 2,5
liter/detik, selanjutnya diikuti dengan terbentuknya kelembagaan
pengelolaan air yang diberi nama P3A Tirto Mulyo, Wareng. Dengan
Pengairan tambahan dari sumur pompa masih diperoleh keuntungan bersih
sekitar Rp.17,49 juta/ha (rata-rata) karena dari hasil panen juga diperoleh
hasil limbah biomass panen sebagai pakan ternak. Kegiatan ini
membuktikan bahwa Penerapan budidaya jagung pada Musim Kemarau di
lahan tadah hujan Wareng, Wonosari dengan sumber pengairan dari sumur
pompa submersible masih menguntungkanserta dapat berfungsi ganda
yaitu mendukung penyediakan pangan maupun pakan ternak, disamping
itu terjadi peningkatan Indeks pertanaman yang semula IP 2.0 menjadi IP
3.0 atau pola tanamnya yang semula Padi-Palawija-Bera atau Padi-Bera-
Bera meningkat menjadi Padi-Padi-Jagung.
Dokumentasi Kegiatan dari mulai tanam, keragaan tanam sampai dengan panen
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 34
c. Perakitan Teknologi Budidaya Padi Gogo Spesifik Lokasi
Lahan Kering (Bambang Sutaryo)
c.1. Kajian Pengembangan Varietas Unggul Inpago di Lahan
Kering Mendukung IP 200
Latar Belakang
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) lahan sawah tadah hujan dan
lahan kering dominan terdapat di wilayah Kabupaten Gunungkidul yang
luasnya mencapai sekitar 71.275 hektar atau 62,9% dari total luas sawah
tadah hujan dan lahan kering DIY. Peningkatan produktivitas padi gogo
dapat diupayakan melalui penggunaan varietas yang adaptif dengan
penerapan inovasi teknologi berupa pemupukan berdasarkan uji tanah
(PuTK).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk peningkatan produktivitas padi gogo
melalui penggunaan varietas yang adaptif dengan penerapan inovasi
teknologi berupa pemupukan berdasarkan uji tanah (PuTK).
Metodologi
Lokasi kegiatan kajian pengembangan varietas unggul Inpago (Inbrida
padi gogo) di Lahan Kering Mendukung IP 200 di Gunungkidul
D.I.Yogyakarta seluas sekitar 4 hektar milik Gabungan Kelompok Tani
“Kumpul Makaryo”, Desa Nglanggeran, kecamatan Patuk, kabupaten
Gunungkidul, dengan ketinggian 200m - 700m di atas permukaan laut.
Keadaannya berbukit-bukit terdapat sumber-sumber air tanah
kedalaman 6 m – 12 m dari permukaan tanah.
Varietas-varietas Inbrida Padi Gogo (Inpago) seperti Inpago 5, Inpago
8 dan Inpago 10 dipilih untuk pengkajian dan pengembangan karena
memiliki keunggulan dalam hal produktivitas 6,5-7,0 t/ha, tahan terhadap
penyakit Blast, umur tanaman 105-110 hari, tanaman tidak tinggi dan rasa
nasi pulen (Suprihatno et al., 2010; Sutaryo et al., 2016).
Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK) terdiri dari satu set alat dan bahan
kimia untuk analisis kadar hara tanah lahan kering, yang dapat digunakan
di lapangan dengan relatif cepat, mudah, murah dan cukup akurat. PUTK
digunakan mengukur kadar P, K, bahan organik, pH tanah dan kebutuhan
kapur dan dikemas dalam tas berukuran panjang 33 cm, lebar 15,5 cm dan
tinggi 17 cm.
Hasil
Hasil analisis tanah berdasarkan PUTK (Perangkat Uji Tanah Kering),
Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul 2017, bahwa unsur hara N, P dan K
statusnya sedang, dengan pH netral, maka rekomendasi pemupukan
adalah Urea 250 kg/ha, Phonska 300 kg/ha, dan organik 1,5 t/ha.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 35
Hasil gabah yang dipanen secara ubinan, konversi produktivitas dan
konversi produktivitas dikurangi faktor koreksi tertinggi dicapai oleh Inpago
5 (5,7 kg), diikuti oleh Inpago 8 (5,5 kg), Inpago 10 (5,4 kg), dan Ciherang
(4,6 kg). Dengan demikian, ketiga Inpago tersebut dapat dikembangan
pada skala yang lebih luas.
Hasil analisis usaha tani B/C rasio, menunjukkan bahwa VUB padi
inbrida Inpago 5, Inpago 8, dan Inpago 10 layak untuk dikembangkan
terbukti B/C rasio berturut-turut sebesar 1,92; 1,82 dan 1,61. Incremental
B/C rasio ketiga VUB tersebut terhadap varietas pembanding terbaik
(Ciherang) yaitu varietas Inpago 5 (28,00 %); Inpago 8 (21,33 %); dan
Inpago 10 (7,33 %).
Inpago 5 memberikan produktivitas yang lebih tinggi daripada varietas
lainnya, dan memiliki ketahanan terhadap penyakit blas. Dengan demikian
berpotensi untuk dikembangkan secara lebih luas lagi di lahan kering
mendukung IP 200, Gunungkidul. Dalam pengembangan varietas unggul
Inpago di Patuk Gunungkidul, penggunaan teknologi budidaya pemupukan
berimbang dan tanam jajar legowo mutlak diperlukan. Selain hal tersebut,
varietas unggul Inpago memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan
dengan varietas yang sudah ada sebelumnya. Ke depan, varietas unggul
Inpago perlu dikembangkan secara lebih luas lagi di lahan kering
mendukung IP 200 Gunungkidul, sehingga dicapai peningkatan produksi di
lahan kering Gunungkidul.
Dokumentasi Kegiatan dari mulai tanam, keragaan tanam sampai dengan panen
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 36
c.2. Kajian Ragam Hama Penyakit Utama Padi Gogo dan
Pengendaliannya di Gunungkidul
Latar Belakang
Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah penghasil utama padi
gogo di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Produksi padi gogo di
Kabupaten Gunungkidul mengalami penurunan dalam 5 (lima) tahun
terakhir. Produksi padi gogo tahun 2012 sebesar 204.689 ton, sedangkan
pada tahun 2016 produksinya hanya mencapai 168.249 ton (BPS Provinsi
DIY, 2017). Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam budidaya padi
gogo adalah adanya serangan blas yang merugikan petani. Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) adalah teknologi yang dianjurkan dalam pengendalian
penyakit blas. Konsep ini dilaksanakan dengan mempertimbangkan
ekosistem, stabilitas, dan kesinambungan produksi sesuai dengan tuntutan
praktek pertanian yang baik (Good Agricultural Practices, GAP). PHT
bertujuan untuk membatasi penggunaan pestisida kimia dengan
memperkenalkan konsep ambang batas pengendalian sebagai dasar
penetapan pengendalian hama (Effendi, 2009). Langkah pengendalian
dalam PHT meliputi : (1) budidaya tanaman sehat, (2) pemanfaatan musuh
alami, (3) menanam varietas tahan, (4) pengendalian secara mekanik, (5)
pengendalian secara fisik, (6) pengendalian secara genetis, (7) penggunaan
pestisida sesuai anjuran. PHT sudah diterapkan di Indonesia sejak tahun
1992 dan diperkuat oleh UU No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman. Namun demikian, pengetahuan petani tentang PHT masih belum
memadahi. Dalam rangka mendukung pengembangan padi gogo di
gunungkidul, dan budidaya padi gogo agar dapat mencapai hasil optimal,
maka dilakukan pengkajian ragam hama penyakit utama padi gogo dan
pengendaliannya di Gunungkidul.
Tujuan
Mengkaji ragam hama-penyakit utama dan penerapan pengendalian
hama terpadu (PHT) padi gogo
Metodologi
Kegiatan penelitian akan dilaksanakan di wilayah Kabupaten
Gunungkidul. Lokasi survey adalah wilayah pada gogo di zona selatan
Gunungkidul. Sedangkan lokasi display penerapan PHT dilaksanakan di
lahan petani dengan tipe ekosistem sawah tadah hujan dengan pertanaman
padi gogo. Waktu tanam akan menyesuaikan dengan pola tanam di daerah
setempat dalam kurun waktu tahun anggaran 2018.
Metode pelaksanaannya ada 2, yaitu 1. Survey hama-penyakit utama
padi gogo.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 37
Kegiatan survey akan dilakukan di wilayah padi gogo zona selatan
Gunungkidul melalui dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah
wawancara dengan petani untuk menggali informasi mengenai pemahaman
petani terhadap hama-penyakit utama padi gogo dan cara
pengendaliannya. Kegiatan ini dilakukan menggunakan daftar pertanyaan
yang disiapkan melalui kuesioner. Responden akan berjumlah 30 orang
yang ditetapkan secara acak dari tiga wilayah yang ditetapkan sebagai
daerah pengamatan. Pendekatan kedua adalah dengan melakukan
pengamatan langsung keberadaan hama penyakit utama padi gogo di
hamparan lahan petani di tiga wilayah yang ditetapkan sebagai daearah
pengamatan. Pengamatan gejala serangan hama-penyakit utama dan
tingkat serangan atau keparahannya dilakukan secara visual dalam suatu
hamparan tanaman padi gogo menggunakan acuan buku Masalah Lapang
Hama-Penyakit-Hara pada Padi (Balai Penelitian Tanaman Padi, 2005).
Tingkat serangan hama dan keparahan penyakit ditetapkan dengan empat
katagori, yaitu serangan ringan (< 20%), sedang (20-50%), berat (50-
80%), dan puso (>80%). Sampel hama dan penyakit yang belum dapat
diketahui jenisnya akan dibawa dan diidentifikasi lebih lanjut di
laboratorium. 2. Display penerapan PHT padi gogo. Dispalay penerapan
PHT padi gogo dilaksanakan di lahan petani dengan luas kurang lebih 0,5
ha yang berlokasi di dalam hamparan pertanaman padi gogo milik petani.
Pembanding merupakan cara pengendalian hama penyakit menurut
kebiasaan petani di luar lokasi display PHT. Display dapat menggunakan
pertanaman yang telah ditanam oleh petani sebagai lokasi untuk penerapan
PHT padi gogo, atau mempersiapkan lokasi dan pertanaman display dari
awal seluas 0,5 ha. Hal tersebut akan ditentukan kemudian menyesuaikan
kondisi lapangan, mengingat musim tanam padi gogo yang waktunya
sangat terbatas dan tidak sesuai dengan tahun penganggaran pengkajian.
Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga permasalahan utama dalam
budidaya padi gogo menurut petani adalah serangan OPT, tenaga kerja dan
saprodi. Hama utama yang banyak menyerang padi gogo menurut
pendapat petani adalah walang sangit dan wereng, sedangkan penyakit
utama adalah blas daun dan blas leher. Penerapan PHT nyata
meningkatkan hasil panen padi 18% lebih tinggi dibandingkan cara
budidaya petani non kooperator disekitarnya.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 38
Dokumentasi kegiatan kajian ragam hama-penyakit utama padi gogo dan pengendaliannya di
Gunungkidul
d. Uji Adaptasi Paket Teknologi Budidaya Bawang Merah di
Lahan Kering
d.1. Kajian Budidaya Bawang Merah Asal Biji (TSS) Di
Agroekosistem Dataran Rendah Kabupaten Gunungkidul
Latar Belakang
Upaya peningkatan mutu benih dan produksi bawang merah di
Yogyakarta salah satunya dilakukan inovasi tanam bawang merah asal biji
TSS (True Shallot Seed). Penggunaan benih biji bawang merah asal biji
dapat menekan biaya input 50% dibandingkan dengan asal umbi. Luas
tanam bawang merah tahun 2017 D.I. Yogyakarta 1.414 ha terdiri
Kabupaten Kulon Progo 534 ha, Bantul 700 ha, Gunungkidul 150 ha dan
Sleman 30 ha, sumber benihnya masih tergantung asal umbi. Kebutuhan
benih umbi untuk per haternya 1-1,2 t/ha sehingga penyediakan benih
umbi dibutuhkan cukup besar yaitu sebanyak ± 1.414 ton. Waktu tanam
harga benih per kg berfluktuasi Rp 25 -35 ribu/kg atau Rp 45-50 ribu/kg
pada waktu kekurangan benih, maka dari itu biaya untuk benih asal umbi
setara dengan 35,4- 63,6 milyar/tahunnya. Total biaya untuk benih
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 39
mencapai 25 -50 juta/ha atau 50% total biayanya usahatani. Sedangkan
tanam bawang merah benih asal biji dibutuhan benihnya 3 - 4 kg/ha
dengan harga per gram nya Rp 2000 atau Rp 2 juta/kg sehingga biaya 6 –
10 juta ditambah biaya persemaian 4-6 juta per hetarnya, total biayanya
10-16 juta/ha atau 29% total usaha tani.
Tujuan
1. Memghasikan paket teknologi budidaya bawang merah asal biji
(TSS) yang mampu meningkatkan produktivitas spesifik lokasi
di agroekosistem dataran rendah.
2. Menghasilkan umbi mini sebagai sumber benih bawang merah
asal biji (TSS) sesuai SNI 01-6998:2004
Metodologi
Pengkajian dilaksanakan pada bulan Januari - Desember 2018 di lahan
kering dataran rendah wilayah kerja Kelompok Desa “Maju” desa
Karangrejek, Kecamatan Wonosari, dan Kelompok tani “Ubet Manunggal”
Desa Bleberan, Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul D.I.
Yogyakarta.
Hasil
Hasil kajian menunjukkan bahwa teknologi persemaian (seedling)
merupakan tahap awal untuk mengusahui teknologi. Hasil kajian secara Ex-
situ dengan sistem kotak belum dapat diterima oleh petani karena kesulitan
dalam transportasi ke lokasi tanam sehingga daya adaptasinya banyak
tanaman setelah di transplanting stres sehingga mati mencapai 40-60%.
Hasil kajian persemaian secara In-situ di lokasi tanam daya adaptasinya
baik (85-90%), karena tanaman tidak strees. Selanjutnya dalam budidaya
bawang merah asal biji pada tanah tektur liat baik di musim hujan atau
kemarau faktor pembatasnya pada sistem perakaran terhambat, daya
penetrasi lambat dibandingkan dengan tanam bawang merah asal umbi.
Produksi bawang merah asal biji varietas Bima dan Trisula belum maksimal,
karena umbinya belum dapat maksimal (> 6-10 g/umbi). Sehingga produksi
baik untuk benih mini (generasi 1). Produksi Bima dan Trisula masih rendah
4-6 t/ha, ukuran umbi <6 g/umbi. Sulusi untuk peningkatan produksi
dilanjutkan tanam bawang merah asal biji generasi 1. Hasil sosialisasi
kegiatan di dua BPP Playen dan Gunungkidul diikuti oleh PPL 25 orang dan
Petani 50 orang hasil sangat respon karena dari hasil menunjukkan setuju
- sangat setuju > 68% dan ragu ragu dan tidak setuju (3-9%).Sedangkan
di BPP Wonosari hasilnya hampir sama (Setuju –sangat setuju 56 % dan
ragu ragu –tidak setuju 13 %. Implementasinya dilapangan petani masih
belum mendalami teknologi khususnya penyemaian bawang merah asal biji
secara in-situ pada tanah liat seperti Kabupaten Gunungkidul.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 40
Dokumentasi Kegiatan dari mulai tanam, keragaan tanam sampai dengan panen
d.2. Penanganan Pascapanen Bawang Merah Di Sentra Produksi
Desa Samiran, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul
Latar Belakang
Usahatani bawang merah di Provinsi DIY relative kurang, ini terlihat
dari luas pertanaman bawang merah di propinsi DIY pada Tahun 2012
tercatat 116 ha dengan produksi 6.959 kuintal (produktivitas 6,96 t/ha)
(BPS, 2013) dan pada tahun 2014 produksi mencapai 460 ton (Kementan,
2014). Jika dilihat dari karakteristik agro ekosistem Provinsi DIY dengan
sifat dan karakteristik bawang merah, maka Provinsi DIY sangat cocok
untuk pengembangan bawah merah, sehingga dapat meningkatkan
agribisnis petani.
Peningkatan nilai tambah bawang merah salah satunya dengan
diversifikasi pengolahan (Estu dan Berliana, 2000). Di tingkat petani,
diversifikasi pengolahan bawang merah masih sangat terbatas. Bawang
merah goreng merupakan salah satu diversifikasi pengolahan bawang
merah yang potensial dikembangkan karena tingkat permintaan pasar
relatif tinggi. Karakteristik bawang merah goreng dipengaruhi oleh varietas
yang digunakan jenis alat pengiris, jenis bahan perendam, dan jenis tepung
penyalut. Varietas bawang merah dan metode pengolahan berpengaruh
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 41
terhadap karakteristik bawang merah goreng (Taufik dan Sari, 1996), selain
itu varietas juga mempengaruhi kadar Volatile Reducing Substance (VRS)
bawang merah goreng yang dihasilkan (Taufik dan Sri, 2011). Selain itu,
diperlukan teknologi penyimpanan benih bawang merah yang ramah
lingkungan.
Tujuan
1. Mengkaji penerapan teknologi pascapanen bawang merah di tingkat
petani untuk benih
2. Mengkaji diversifikasi pengolahan bawang merah
Metodologi
Pengkajian dilakukan di desa Samiran, Kecamatan Kretek, Kabupaten
Bantul pada bulan Januari-Desember 2018. Pengkajian ini meliputi 2
kegiatan yaitu penyimpanan benih menggunakan pestisida hayati pada dua
season (on season dan off season) dan diversifikasi olahan bawang merah
goreng.
Pada kegiatan penyimpanan benih, dilakukan treatment benih
menggunakan pestisida hayati dengan bahan hayati yang existing di lokasi.
Sebagai pembanding adalah perlakuan seed treatment yang dilakukan oleh
petani (existing). Dari kajian penyimpanan benih ini diharapkan
menghasilkan benih yang memenuhi sebagian persyaratan mutu benih
bawang merah sesuai SNI-3159:2013. Parameter yang diamati meliputi:
kadar air dan kadar abu bawang merah sebelum dan setelah penerapan
teknologi penyimpanan serta karakteristik fisik/kimia umbi pada saat
panen, setelah penerapan teknologi.
Rancangan percobaan pada kegiatan diversifikasi pengolahan bawang
merah goreng dilakukan dengan 3 perlakuan yaitu perlakuan varietas
bawang merah (Crok kuning dan Tajuk), perlakuan alat pengrajang
(manual menggunakan pisau dan mesin pengrajang), serta perlakuan
perendaman (perendaman 0,5% NaCl dan 0,3% CaCl2 selama satu jam;
serta 0,5% NaCl dan 0,2% NaHSO3 selama satu jam, serta tanpa
perendaman). Bahan penyalut menggunakan tepung maizena sebanyak
2% perkilogram bawang merah.
Hasil
Pengkajian penyimpanan benih bawang merah menggunakan
pestisida hayati padat menunjukkan tingkat susut bobot paling rendah yaitu
penyimpanan bawang merah off seasion perlakuan di besek dengan
pestisida cair pada Varietas Crok Kuning. Sedangkan untuk tingkat
kerusakan terendah yaitu pada penyimpanan bawang merah on seasion
perlakuan di besek tanpa pemberian pestisida (kontrol) pada Varietas
Thailand. Sedangkan hasil uji daya tumbuh yaitu pada bawang merah
penyimpanan off seasion dengan perlakuan di gantung. Pada hasil uji ini
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 42
menunjukkan bahwa umbi bawang merah yang di tanam hampir semuanya
tumbuh. Untuk tingkat daya tumbuh bawang merah yang paling rendah
yaitu pada bawang merah penyimpanan on seasion perlakuan di gantung
dan di besek.
Pengkajian diversifikasi olahan bawang merah goreng menunjukkan
bahwa bawang merah goreng tanpa perendaman serta penambahan
tepung penyalut (maizena) sebanyak 2% dengan menggunakan varietas
Crok Kuning menghasilkan bawang merah goreng dengan tektur renyah
dan masa simpan yang lebih lama dibandingkan dengan perlakuan yang
lain.
Dokumentasi Kegiatan penyimpanan dan pengolahan bawang merah
e. Kajian Teknologi Pascapanen Komoditas Kakao Untuk
Peningkatan Nilai Tambah
e.1. Kajian Teknologi Pasca Panen Kakao Untuk Peningkatan
Nilai Tambah Mendukung Pengembangan TTP Nglanggeran
Latar Belakang
Permasalahan yang sering terjadi pada pengolahan kakao rakyat di
Indonesia yaitu mutu biji kakao yang rendah, beragam dan tidak konsisten,
yang antara lain disebabkan karena proses fermentasi, pengeringan,
pengemasan dan penyimpanan yang kurang baik.
Kontaminan mikotoksin pada biji kakao yang antara lain disebabkan
karena pengemasan dan penyimpanan yang kurang tepat. Pada biji kakao
kering ditingkat petani ditemukan jamur Aspergillus flavus, A. niger, A.
fumigatus, Penicillium sp, Fusarium sp, Trichoderma sp., Rhizopus sp.,
Mucor sp. dan Verticillium sp. Di tingkat pedagang pengumpul dijumpai
jamur A. flavus, A. niger, Penicillium sp., Fusarium sp., Trichoderma sp dan
Mucor sp. dan di tingkat eksportir ditemukan jamur A. flavus, A. niger,
Penicillium sp, Trichoderma viridae dan Geotrichum sp. Populasi total jamur
mikotoksigenik ditingkat petani, pedagang pengumpul dan eksportir
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 43
masing-masing sebesar 1,4 x 109 cfu/ml, 6,5 x 107 cfu/ml dan 6,0 x 105
cfu/ml (Asrul, 2009).
Tujuan
Mengkaji teknologi pengemasan dan penyimpanan biji kakao.
Metodologi
Kegiatan dilaksanakan di (1) Kelompok Tani Ngudi Raharjo II, Dusun
Plosokerep, Desa Bunder, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul,
Yogyakarta (2) TTP Nglanggeran (3) Laboratorium Pasca Panen dan
Alsintan BPTP Yogyakarta dan (4) Laboratorium mikrobiologi PSPG UGM
Yogyakarta pada bulan Januari hingga Desember 2018.
Rancangan percobaan yang digunakan pada kajian ini yaitu
Rancangan Acak Lengkap Faktorial, dengan faktor pertama jenis biji kakao
fermentasi (B) dengan dua variasi yaitu B1= biji kakao hasil fermentasi
dengan penambahan starter L. plantarum HL15 dan B2= biji kakao hasil
fermentasi tanpa penambahan starter L. plantarum HL15 dan faktor kedua
jenis kemasan (K), dengan lima variasi yaitu K1= Kemasan plastik PP 0.8
mm divakum, K2= Kemasan plastik PP 0.8 mm tanpa vakum, K3= Kemasan
kontainer plastik, K4= Kemasan plastik PP 0,8 mm divakum + kontainer
plastic dan K5= Kemasan karung nilon (kontrol petani), dengan 2 kali
ulangan.
Hasil
Hasil kajian menunjukkan bahwa biji kakao hasil fermentasi dengan dan
tanpa penambahan starter L. plantarum HL15 sebelum penyimpanan
memiliki kadar air berturut turut 6,1 dan 6,2% dan secara fisik keduanya
memenuhi standard mutu SNI 01-2323-2008 dan SNI 01-2323-2002 dan
memiliki bilangan peroksida nol. Biji kakao hasil fermentasi dengan dan
tanpa penambahan starter L. plantarum HL15 sebelum penyimpanan
memiliki total bakteri asam laktat berturut turut 1,5 x 105 dan 3,4 x 104
cfu/g. Biji kakao hasil fermentasi dengan dan tanpa penambahan starter L.
plantarum HL15 setelah penyimpanan terjadi kenaikan kadar air tetapi tidak
signifikan dan secara fisik keduanya masih memenuhi standard mutu SNI
01-2323-2008 dan SNI 01-2323-2002, terjadi kenaikan bilangan peroksida,
dan penurunan total bakteri asam laktat.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 44
Dokumentasi Kegiatan pengemasan dan penyimpanan biji kakao
e.2. Kajian Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Produk
Cokelat dan Susu Kambing Mendukung Pengembangan TTP
Nglanggeran
Latar Belakang
Taman Teknologi Pertanian (TTP) Nglanggeran telah dilengkapi
dengan peralatan pengolahan untuk diversifikasi olahan dari biji kakao
sehingga berhasil mengembangkan kakao menjadi berbagai produk cokelat
yang bernilai ekonomis tinggi. Salah satu produk olahan cokelat yang
multifungsi dan prospektif untuk dikembangkan adalah bubuk cokelat.
Kawasan TTP Nglanggeran juga dihasilkan susu kambing yang berasal dari
kambing etawa dan kambing safera. Dalam rangka peningkatkan nilai
tambah susu dan mendukung kawasaan TTP Nglanggeran, maka akan
dilakukan pengolahan susu fermentasi. Diharapkan produk baru ini dapat
diterima masyarakat sehingga meningkatkan status gizi dan diminati juga
oleh wisatawan sehingga semakin mendukung berkembangnya kawasan
TTP Nglanggeran. Pengemasan dan penyimpanan yang tepat dapat
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 45
meningkatkan nilai tambah produk yang dihasilkan oleh TTP Nglanggeran.
Bahan tambahan anti gumpal dan bahan pengemas merupakan hal yang
berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan produk olahan.
Tujuan
- Mengkaji pengaruh jenis anti gumpal dan bahan pengemas terhadap
mutu dan daya simpan bubuk cokelat.
- Mengkaji pengaruh penggunaan kultur bakteri asam laktat (BAL) dan
konsentrasi sukrosa terhadap mutu produk susu kambing fermentasi.
Metodologi
Kegiatan dilaksanakan di (1) TTP Nglanggeran (2) Laboratorium Pasca
Panen dan Alsintan BPTP Yogyakarta dan (3) Laboratorium mikrobiologi
PSPG UGM Yogyakarta pada bulan Januari hingga Desember 2018.
Rancangan percobaan yang digunakan pada kajian pertama yaitu
Rancangan Acak Kelompok Faktorial 2 faktor dengan 2 kali ulangan sebagai
kelompok. Faktor pertama adalah penambahan antikempal dengan 3 taraf
perlakuan yaitu penambahan Kalsium Karbonat (A) dengan dosis A1 =
tanpa penambahan antikempal, A2 = 0,5 mg/g, dan A3 = 1 mg/g. Faktor
kedua adalah jenis kemasan (K) dengan 2 taraf perlakuan yaitu
pengemasan dalam K1= plastik Polypropilene (PP) 1,0 mm dan K2=
aluminium foil. Pada kajian kedua, rancangan percobaan yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap Faktorial 3 kali ulangan. Faktor pertama
jenis bakteri asam laktat (B), B1 = L. plantarum T14, B2 = L. plantarum
T35 . Faktor kedua jenis sukrosa (S), S1= 0%, S2= 2,5%, dan S3= 5%.
Hasil
Hasil kajian menunjukkan bahwa produk cokelat bubuk sebelum
penyimpanan memiliki kadar air, kadar lemak, kadar kulit (shell) dan TPC
jamur berturut-turut sebesar 2,53%, 33,86%, 0,01% dan 0 yang telah
memenuhi standard mutu SNI 3747:2009 serta memiliki bilangan peroksida
sebesar 6,33 meq/kg. Preferensi panelis terhadap produk cokelat bubuk
yang disimpan hingga bulan ketiga menunjukkan tidak ada perbedaan
parameter bau pada semua perlakukan dan kontrol. Parameter rasa bubuk
cokelat terbaik pada bubuk cokelat yang dikemas dengan plastik
polypropylene dan aluminium foil tanpa penambahan antikempal.
Berdasarkan parameter warna, penelis menyukai produk cokelat bubuk
komersial yang digunakan sebagai control. Hasil uji sensoris minuman susu
kambing fermentasi menunjukkan bahwa ada dua formula yang paling
disukai panelis yaitu L.plantarum T35, sukrosa 5% dan waktu fermentasi
16 jam dan L.plantarum T14, sukrosa 5% dan waktu fermentasi 16 jam.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 46
Dokumentasi kegiatan pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan produk cokelat
dan susu kambing
2. Pengembangan Informasi, Komunikasi dan Diseminasi Teknologi
Pertanian
a. Pameran dan Pendampingan Kawasan Pertanian
a.1. Pameran
Latar Belakang
Dalam rangka mempercepat penyebaran teknologi pertanian yang
dihasilkan oleh para peneliti di lingkup Badan Litbang Pertanian kepada
petani, maka BPTP Yogyakarta juga berkewajiban menyebarluaskan
informasi teknologi ke para pengguna khususnya petani. Salah satu
penyebaranluasan informasi teknologi pertanian yang telah diterapkan
BPTP Yogyakarta antara lain menyelenggarakan Pameran dan Display.
Penyajian secara visual melalui kegiatan pameran dan display
diharapkan para pengguna teknologi dapat melihat keragaan langsung
teknologi hasil litkaji BPTP Yogyakarta yang dikemas melalui media cetak,
terekam, alat peraga, maket, miniature, dan display produk teknologi
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 47
unggul, akan membantu pengguna ddlam mendapatkan informasi dan
menjadikan daya tarik tersendiri.
Tujuan
- Menyebarluaskan informmasi teknologi pertanian hasil pertanian dan
pengkajian BPTP Yogyakarta serta mempromosikan produk teknologi
dan produk unggulan kelompok tani binaan BPTP Yogyakarta kepada
masyarakat tani dan pengguna di wilayah D.I. Yogyakarta.
- Menampung respon umpan balik dari masyarakat tani atau para
pengguna teknologi, sebagai refernsi bagi BPTP D.I. Yogyakarta dalam
melakukan penelitian, pengkajian dan diseminasi.
Metodologi
Prosedur dalam pelaksanaan pameran, meliputi :
- Pendekatan: 1) Menentukan materi pameran, 2) Menginventarisir
materi pameran (produk petani dan teknologi litkaji), 3) Mengevaluasi
pameran.
- Ruang lingkup : perencanaan , inventarisir produk pameran, breafing
pemandu, pelaksanaan pameran (penyiapan stan, menata materi dan
fasilitas, dan pengaturan pemandu)
Hasil
Penyebaran inovasi teknologi melalui pameran/ekspose untuk tahun
anggara 2018 telah dilaksanakan sebanyak 6 kali pameran, yaitu : 1)
Pameran Display Padi dan Tanaman Sayuran Vertikultur di Malioboro pada
tanggal 10 – 11 Maret 2018, 2) Pameran Hari Pangan Nusantara 2018 di
JEC tanggal 26 – 29 April 2018, 3) Kontribusi materi informasi teknologi
hasil litkaji pada pameran Potensi Pertanian Wilayah Kec Prambanan dan
Kalasan di BP3K Prambanan pada tanggal 2 – 3 Mei 2018, 4) Pameran HKP
ke 46 di tingkat provinsi DIY, 5) Pameran Gelar Potensi Agribisnis dilahan
Suropadan Agro Ekspo yang diselenggarakan pada tangal 26 – 30 Julli, 6)
Pameran Nasional Peringatan Hari Pangan Sedunia ke 38 di Banjarmasin
Kalimantan Selatan pada tanggal 18 - 21 Oktober 2018.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 48
Dokumentasi kegiatan pameran
a.2. Pendampingan Kawasan Pertanian
Latar Belakang
Berdasarkan Keputusan Mentan RI nomor 472/Kpts/RC.040/6/2018
tentang lokasi kawasan pertanian nasional dan Peraturan Menteri Pertanian
nomor 56/Permentan/RC.040/11/2016 tentang pedoman pengembangan
kawasan pertanian serta mengacu pada pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi BPTP Yogyakarta sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri
Pertanian No. 19/Permentan/OT.020/5/2017 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, dengan tugas utama
melaksanakan pengkajian, perakitan, pengembangan dan diseminasi
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, maka dalam melaksanakan
tugas pendampingan kawasan pertanian BPTP Yogyakarta melaksanakan
fungsi sebagai berikut: 1). Terlibat dalam pelaksanaan penyusunan
program pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna
spesifik lokasi di DIY; 2). Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi
kebutuhan teknologi tepat guna spesifik lokasi; 3). Pelaksanaan
pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; serta 4).
Pelaksanaan bimbingan teknis dan diseminasi hasil pengkajian teknologi
pertanian spesifik lokasi untuk pengembangan kawasan padi DIY.
Tujuan
- Mendampingi diseminasi dan penerapan inovasi teknologi budidaya padi
terbaik kepada petani dalam usahataninya,
- Mendampingi diseminasi dan penerapan inovasi teknologi budidaya padi
terbaik untuk meningkatkan produktivitas.
Metodologi
Prosedur yang dilaksanakan adalah: 1) Koordinasi, Sosialisasi dan Pemilihan
Lokasi; 2) Identifikasi Potensi, Masalah dan Peluang; 3) Pelaksanaan
pendampingan, meliputi: bimbingan teknis, pelatihan, demarea teknologi
padi terbaik spesifik lokasi, dan penyebaran informasi teknologi melalui
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 49
berbagai media; 4) Temu Lapang dan kunjungan lapang antar petani; serta
5) Evaluasi pendampingan.
Hasil
Koordinasi dan sosialisasi dilaksanakan di awal tahun 2018 bersama
Dinas Pertanian DIY dan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY
yang dimaksudkan untuk menetapkan strategi pendampingan di lokasi-
lokasi yang sinkron atau sejalan dengan lokasi-lokasi pendampingan padi
yang dilakukan oleh pemerintah DIY. Berdasarkan hasil koordinasi,
pendampingan dilaksanakan di seluruh kabupaten di DIY. Selain koordinasi,
dilakukan pula identifikasi Potensi, Masalah dan Peluang yang dapat
dirangkum sebagai berikut: 1). Dari aspek SDM petani dan penyuluh
lapangan, potensinya adalah pengalaman bertani dan penyuluhan yang
telah cukup lama, namun permasalahannya adalah usia petani dan
penyuluh yang rata-rata telah 50 tahun keatas dan melakukan pekerjaan
polivalen, namun peluangnya adalah terbentuknya petani dan penyuluh
muda volunteer yang mampu menerima teknologi baru; 2). Dari aspek
agroekologi, kesuburan tanah yang cukup baik dengan saluran irigasi teknis
yang lancer merupakan potensi pengembangan padi DIY, namun
permasalahan yang dihadapi adalah kepemilikan lahan yang sempit,
tingginya dosis penggunaan pupuk kimia buatan, serta adanya serangan
hama penyakit, sehingga peluang yang dapat dilakukan adalah
memberikan bimbingan teknis budidaya padi terbaik berbasis intensifikasi
yang efisien input dan mampu meningkatkan produktivitas; 3) Dari aspek
alat mesin pertanian, potensi jumlah alat mesin pertanian yang dalam tahun
ini banyak diberikan oleh pemerintah sebagai bantuan, mempunyai
permasalahan optimalisasi operasionalisasinya karena masih kurangnya
operator terlatih, sehingga peluang pendampngan padi yang dapat
dilakukan adalah memberikan bimbingan teknis kepada petani muda
sebagai operator alsintan yang selanjutnya didukung oleh dinas pertanian
kabupaten setempat untuk pembentukan UPJAnya.
Sesuai dengan pedoman pendampingan kawasan padi, salah satu
bentuk pendampingan yang harus dilaksanakan dalam peningkatan dan
diseminasi teknologi litbang untuk meningkatkan produktivitas padi adalah
penyediaan tim pendamping BPTP Yogyakarta sebagai narasumber dalam
kegiatan-kegiatan pelatihan ataupun bimbingan teknis. Selama tahun 2018,
sebanyak 20 kali pelatihan dan bimbingan teknis telah diberikan kepada
kelompok tani, penyuluh swadaya, pengurus pengairan P3A, serta para PPL
yang pelaksanaannya dilakukan baik oleh BPTP Yogyakarta maupun oleh
Dinas Instansi terkait. Bimbingan teknis dan pelatihan dilaksanakan baik
dalam level kecamatan, kabupaten, maupun propinsi, dengan peserta
kurang lebih 1.000 orang. Materi pelatihan atau bimbingan teknis
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 50
disesuaikan dengan kebutuhan peserta berdasarkan potensi, masalah dan
peluang di wilayahnya, antara lain teknologi alat mesin pertanian, teknologi
pengaturan pengairan basah kering pada padi sawah irigasi, teknologi
penggunaan pupuk hayati dan biodekomposer, pengendalian hama dan
penyakit (wereng batang coklat, penggerek batang padi, hawar daun
bakteri, blast, tikus), analisa kesuburan tanah menggunakan PUTS,
teknologi penentuan dosis pemupukan menggunakan program layanan
konsultasi padi (LKP), teknologi budidaya jajar legowo super, pemahaman
teknologi jajar legowo 2:1, serta teknologi budidaya padi varietas unggul
baru.
Beberapa media yang digunakan oleh BPTP dalam penyebaran
informasi teknologi pertanian adalah: leaflet, poster, dan buku. Judul
informasi teknologi berupa: 1). Keunggulan Inpari 30, 2). Keunggulan
Inpari 31, 3). Keunggulan Inpari 32, 4). Mesin tanam transplanter, 5).
Pembuatan dapok persemaian, 6). Pengendalian hama penyakit tanaman
padi, 7). Manfaat pengairan basah-kering, 8). Budidaya Padi Jajar Legowo
Super, 9). Pengendalian Wereng Batang Coklat, 10). PHSL/LKP sebagai
dasar rekomendasi pemupukan, 11). Inpari 43 GSR, 12). Inpari 42 GSR,
13). Petunjuk teknis budidaya jajar legowo super dan 14). Deskripsi
varietas unggul padi diberikan kepada pengguna sebagai media diseminasi
teknologi litbang.
Demfarm diselenggarakan sebagai salah satu teknik diseminasi yang
digunakan dalam mendiseminasikan teknologi pada kawasan
pendampingan. Dem-farm yang diselenggarakan adalah Budidaya Padi
Sistem Jajar Legowo Super di dusun Kedondong Desa Banjaarum,
Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo dalam kawasan padi seluas
25 ha. Dem-farm dilaksanakan mulai dari sosialisasi, koordinasi, pertemuan
kelompok secara rutin untuk memecahkan permasalahan yang berjalan,
temu lapang, sampai dengan panen.
Salah satu indikator keberhasilan dalam diseminasi teknologi litbang
adalah tingkat penerapan teknologi pada kawasan padi yang didampingi.
Adapun komponen teknologi terbaik budidaya padi yang diterapkan di
lokasi kawasan padi yang didampingi adalah: 1). Penanaman menggunakan
sistem tanam jajar legowo <30%; 2). Penggunaan benih berlabel <95%;
3). Pengendalian OPT dengan konsep PHT <80%; 4). Penggunaan pupuk
sesuai dosis rekomendasi <80%; 5). Penggunaan pupuk organik <80%;
6). Pengolahan tanah 90-100%; 7). Pengairan berselang <50%; 8).
Penggunaan alat mesin tanam jarwo transplanter masih sangat rendah
<5%.
Indikator keberhasilan pendampingan dan output yang dicapai dari
hasil pendampingan adalah peningkatan produktivitas padi melalui
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 51
penerapan teknologi litbang, salah satunya adalah jajar legowo.
Berdasarkan evaluasi, luas tanam padi menggunakan jajar legowo 30% dari
total luas tanam padi DIY, sehingga masih perlu ditingkatkan. Adapun
peningkatan produktivitas wilayah yang menerapkan system tanam jajar
legowo adalah 7,32 ton/ha. Hal ini lebih tinggi dibandingkan produktivitas
pada wilayah yang tidak menerapkan sistem jajar legowo yaitu 6,91 ton/ha.
Dokumen kegiatan pendampingan Kawasan pertanian
b. Penguatan Tagrimart dan Dukungan Pada Pengembangan
KRPL di DIY
Latar Belakang
Sampai saat ini, proses diseminasi teknologi dari Balitbangtan belum
sepenuhnya seperti yang diharapkan, utamanya terkait dengan
permasalahan stok teknologi dan pihak yang menyampaikan informasi
teknologi kepada petani. Salah satu terobosan yang dilakukan untuk
mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mendekatkan teknologi
dari BPTP ke pengguna melalui kegiatan Tagrimart dan Pendampingan
KRPL. Kegiatan Tagrimart di BPTP merupakan kelanjutan dari kegiatan
Taman Agroinovasi yang sudah dimulai tahun 2015, yang merupakan
pengembangan diseminasi yang mandiri, menuju entitas bisnis yang dapat
menghidupi diri sendiri.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 52
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kehadiran Tagrimart diperlukan
bukan saja untuk percepatan diseminasi, namun juga untuk pelayanan
advokasi inovasi spesifik lokasi, sekaligus untuk menginisiasi pasarnya.
Tujuan
Kegiatan Penguatan Tagrimart dan Pendampingan KRPL tahun 2018
bertujuan 1) Melakukan penguatan Taman Agro Inovasi dan Agro Inovasi
Mart (Tagrimart) di BPTP Yogyakarta, 2) Melakukan penguatan Kebun Bibit
Inti (KBI) sebagai penyedia benih/bibit mendukung pengembangan KRPL
di DIY, dan 3) melaksanakan pendampingan KRPL di DIY
Metodologi
Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Desember
2018. Lokasi kegiatan Tagrimart berada di halaman BPTP Yogyakarta
dengan luasan dan penataan didasarkan pada hasil koordinasi dengan Tim
Manajemen Balai. Sedangkan kegiatan dukungan KRPL dilaksanakan di
kabupaten/kota berdasarkan hasil koordinasi dengan Badan Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan Provinsi DIY, dengan fokus kegiatan
pendampingan untuk KRPL yang dibiayai dari Dana APBN 2018. Ruang
lingkup kegiatan tahun 2018, terdiri dari kegiatan Tagrimart dan kegiatan
mendukung pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari, melalui
pendampingan dan penguatan perbenihannya. Secara rinci, ruang lingkup
kegiatan terdiri dari 3 sub kegiatan, yaitu :
1. Penguatan Tagrimart
2. Penguatan Kebun Bibit Inti (KBI)
3. Pendampingan KRPL
Hasil
Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini adalah terlaksanya penataan
taman agroinovasi di halaman BPTP Yogyakarta, dengan melakukan
pengembangan beragam teknologi unggulan balitbangtan pada satu
hamparan yang kompak dan strategis di area halaman kantor BPTP
Yogyakarta. Pengembangan taman agroinovasi meliputi pengembangan
display inovasi teknologi melalui penanaman berbagai varietas tanaman
dengan sistem tanam secara hidroponik, vertikultur, tabulapot/polybag,
tanam langsung. Selain itu, bekerjasama dengan KSPP, Tagrimart dan KRPL
telah menerima kunjungan dari berbagai lembaga resmi, petani, swasta,
dan lain-lain, diantaranya dari Siswa MIN 2 Sleman, Siswa TK Al Islam, SD
Budi Mulia. Kegiatan advokasi/penyuluhan/konsultasi juga telah dilakukan
kepada berbagai pihak, baik yang berkunjung ke BPTP ataupun menjadi
narasumber ke berbagai lokasi/event.
Peran KBI utamanya adalah mensuplai benih ke KBD (Kebun Bibit
Desa) yang berkualitas sesuai dengan permintaan, dalam jumlah dan waktu
sesuai yang dibutuhkan. Pelaksanaan penguatan KBI dilakukan dengan
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 53
membuat perencanaan dan rotasi tanam lingkup kawasan untuk satu tahun
dengan kalender tanam, memetakan kebutuhan benih sesuai jenis, jumlah
dan waktu, mengkoordinasikan ke Badan Litbang untuk disinkronkan
penyediaannya, memproduksi dan memperbanyak benih, dan menjaga
proses delivery benih dengan baik ke KBD. Sampai saat ini KBI telah
mendistribusikan berbagai benih dan bibit sesuai dengan permintaan
kelompok/masyarakat. KBI telah mendistribusikan kurang lebih 70.000,
terutama untuk komoditas tanaman pekarangan, antara lain sayuran
terong, tomat dan cabe.
Pendampingan oleh BPTP dalam pengembangan KRPL meliputi: 1)
Pelatihan teknologi, melallui kegiatan workshop teknologi KRPL untuk KWT
Penerima Dana Hibah APBN 2018, dan menjadi narasumber memenuhi
undangan dari BKPP, Kelompok Tani/Gapoktan, Kelompok Wanita Tani,
PKK, dan pemerintah daerah. 2) Penyiapan bahan/materi penyuluhan,
antara lain berupa leaflet berbagai teknologi, maupun bahan tayang
presentasi narasumber, 3) Tatap muka di ruang/lapang, berupa konsultasi
atau advokasi, kepada petani, mahasiswa/pelajar, dan masyarakat umum.
4) Akses informasi teknologi, yaitu memberikan informasi mitra tentang
jenis teknologi tepat guna atau spesifik lokasi, cara penggunaannya,
bagaimana mendapatkan (mengakses)nya, dan sebagainya, baik secara
langsung maupun melalui media yang dapat dijangkau oleh pengguna.
Bekerjasama dengan KBI, Pendampingan KRPL telah mendistribusikan
bibit/benih ke beberapa kelompok sebagai upaya untuk
mendorongkelompok mengembangkan KBD nya.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 54
Dokumen kegiatan tagrimart
3. Koordinasi, Bimbingan, dan Dukungan Teknologi UPSUS,
Komoditas Strategis, dan TTP
a. Pendampingan UPSUS Berbasis Komoditas Utama Kementan
Untuk Pencapaian Swasembada Pangan
Latar Belakang
Program Upaya Khusus swasembada pangan yang meliputi kornoditas
padi, jagung, kedelai, daging, kakao, dan gula menjadi prioritas pemerintah
selama periode 2014-2019. Swasembada pangan merupakan program yang
mendesak untuk diwujudkan demi meningkatkan kesejahteraan,
mengurangi kemiskinan, serta menjaga pertumbuhan ekonomi dan
keamanan nasional.
Selama tiga tahun telah dilaksanakan pendampingan UPSUS mulai
tahun 2015 hingga tahun 2018 saat ini. Landasan Kerja tugas
pendampingan UPSUS: SK Menteri Pertanian Nomor:
1243/Kpts/OT.160/12/2014 Tentang Kelompok Kerja Upaya Khusus
Peningkatan Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai. Landasan Operasional
pendampingan upsus adalah: 1) Pedum Upsus (Permentan), 2) Pedoman
Teknis (eselon I), 3) Juklak (Distan Provinsi), dan 4) Juknis (Distan
Kabupaten/kota).
Tujuan
Tercapainya peningkatan produksi untuk swasembada padi, jagung,
kedelai serta komoditas utama lainnya melalui pelaksanaan koordinasi,
pendampingan dan pengawalan program upaya khusus. Program ini
dilaksanakan dengan terus melibatkan berbagai pihak meliputi tingkat
pusat (Ditjen, Badan), provinsi dan kabupaten (Pemda, Dinas/Badan,
BPTP, Perguruan Tinggi) didukung TNI (Babinsa). Pengawalan dan
pendampingan program upsus secara intensif sangat penting dilakukan
untuk menjamin pencapaian target yang telah ditetapkan.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 55
Metodologi
Kegiatan dilaksanakan melalui koordinasi Pusat maupun Daerah di
tingkat Propinsi maupun Kabupaten. Pelaksanaan kegiatan mengacu
kepada Pedoman Umum Pelaksanaan UPSUS serta peraturan lain yang
terkait. Pendekatan yang ditempuh dalam pelaksanaan koordinasi dan
pengawalan pendampingan upaya khusus bersifat : (1) partisipatif, adanya
partisipasi aktif dari seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
program dan kegiatan; (2) koordinatif lintas sektoral, pelaksanaan
koordinasi dilakukan secara terpadu dan bersifat lintas sektoral dalam
rangka pembagian tugas, wewenang dan pencapaian target yang telah
ditetapkan; (3) spesifik lokasi, pelaksanaan kegiatan bersifat spesifik lokasi
sesuai kondisi agroekosistem, ketersediaan sumberdaya, penerapan
program dan kebutuhan teknologi wilayah.
Ruang lingkup kegiatan mencakup koordinasi, pendampingan dan
pengawalan terkait kegiatan UPSUS secara lintas sektoral di tingkat Pusat
dan daerah. Program UPSUS utamanya meliputi peningkatan produksi padi,
jagung, kedelai serta komoditas utama lainnya. Bentuk pengawalan dan
pendampingan ditempuh melalui narasumber, penyediaan materi
informasi, serta produk teknologi yang berupa benih komoditas utama.
Hasil
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2018 mempunyai luas lahan
baku sawah irigasi 52.487 ha (BPS DIY, 2017). Dari hasil pendampingan
UPSUS tahun 2018 ini, luas tambah tanam padi DIY adalah 154.015 ha.
Dengan luas lahan baku sawah 52.487 ha dan LTT 154.015 ha maka Indeks
Pertanaman Padi DIY adalah 2,93. Produktivitas padi DIY tahun 2018
berdasarkan ARAM II adalah 54,12 kw/ha dengan produksi 850.368 ton
GKG.
4. Diseminasi Inovasi Teknologi Peternakan
a. Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB)
Latar Belakang
Sapi indukan wajib bunting (SIWAB) merupakan salah satu program
Kementerian Pertanian terkait upaya mewujudkan peningkatan populasi
ternak ruminansia besar untuk memenuhi kebutuhan pangan asal hewan
di dalam negeri. Upaya peningkatan populasi ini dilakukan dengan upaya
khusus untuk mempercepat peningkatan populasi ternak kerbau dan sapi
bunting yang disebut UPSUS SIWAB. Sasaran upsus siwab meliputi :
terjadinya kebuntingan dari IB dan kawin alam minimal 70%, menurunnya
penyakit gangguan reproduksi 60%, dan menurunnya pemotongan sapi
betina produktif 20% . (Permentan 48 tahun 2016). Mendukung Upsus
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 56
SIWAB tahun 2018 BPTP Yogyakarta melaksanakan kegiatan
pendampingan Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB).
Tujuan
- Mendiseminasikan paket teknologi peternakan sapi kepada petani
ternak di DIY
- Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peternak tentang inovasi
teknologi peternakan di DIY
- Mengetahui respon peternak terhadap inovasi teknologi ternak sapi di
DIY
Metodologi
Kegiatan pendampingan dilaksanakan pada 2 kabupaten yaitu
kabupaten Gunungkidul dan kabupaten Sleman DI Yogyakarta, tepatnya
dilaksanakan pada kelompoktani ternak Pertidadi, dusun Dunggubah, Desa
Duwet, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul dan kelompoktani
ternak Anggrek Mukti, dusun Cageran, Desa Taman Martani, Kecamatan
Kalasan, Kabupaten Sleman. Bentuk pendampingan yang dilaksanakan
melalui model demfarm dengan pendekatan metode Bimbingan Teknis
(Bimtek), Demonstrasi Cara, dan pertemuan kelompok, serta temu lapang.
Hasil
Bimbingan teknis dilaksanakan untuk teknologi managemen
reproduksi ternak sapi, dan penyusunan konsentrat. Demonstrasi cara
meliputi percontohan untuk teknologi perbaikan pakan untuk peningkatan
produksi dan fertilitas induk sapi melalui pemberian pakan aditif minoxvit,
pemberian pakan penguat konsentrat, dan pemberian hijauan leguminosa;
serta teknologi perbaikan pakan pedet untuk peningkatan pertumbuhan
pedet dengan pemberian pakan aditif Bioplus Pedet. Dari bimtek yang
dilaksanakan berhasil meningkatkan pengetahuan peternak sebesar
15,1%. Sedangkan dari percontohan yang dilaksanakan peternak telah
bersedia memberikan hijauan legume (pakan berkualitas mengandung
protein tinggi) dalam pakan ternak sapi, dimana sebelumnya legume masih
dianggap sebagai pakan ternak kambing dan bukan untuk ternak sapi.
Sedangkan untuk pemberian pakan aditif minoxvit dan bioplus, peternak
merespon dengan baik, dengan cara memberikan pada induk sapinya
minoxvit dan pedetnya dengan bioplus. Pemberian bioplus
berkecederungan bahwa pedet menjadi lebih suka makan dan mempunyai
pertumbuhan yang baik. Sedangkan pemberian minoxvit pada induk dapat
menghasilakn pedet lahir dengan bobot yang cukup baik. Untuk pedet sapi
Limosin bobot pedet lahir di kelompok Anggrekmukti, kabupaten Sleman
berkisar 38-43 kg.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 57
Dokumen kegiatan SIWAB
b. Pengembangan Model Pembibitan Ayam KUB (Inti Plasma)
Latar Belakang
Ayam SenKUB-1 merupakan hasil persilangan antara ayam KUB-1
sebagai galur ayam lokal tipe petelur unggul sebagai galur betina (induk),
dan ayam SenSi-1 Agrinak pedaging unggul sebagai pejantan yang
membawa sifat pertumbuhan. Hasil persilangan tersebut diharapkan dapat
menghasilkan anak-anak ayam (DOC=day old chick) dengan jumlah banyak
dan disertai daya tumbuh yang tinggi sesuai tetuanya sehingga dapat
memenuhi permintaan pasar tanpa mengurangi kualitas daging ayam lokal.
Terkait dengan diseminasi inovasi tersebut, untuk memperkenalkan ayam
SenKUB-1, meyakinkan keunggulan jenis ayam lokal pedaging produksi
Badan Litbang, mempercepat penyebarluasannya, perlu dilakukan kegiatan
diseminasi teknologi dalam bentuk Pengembangan Ayam SenKUB-1 pola
Inti - Plasma.
Tujuan
- Mendiseminasikan dan mengembangkan ayam kampung unggul
SenKUB-1 pola Inti-Plasma,
- Mengidentifikasi persepsi dan respon penyuluh serta petani terhadap
ayam kampung unggul jenis pedaging SenKUB-1
Metodologi
Prosedur yang digunakan antara lain : (1). Pendekatan kepada Dinas
Pertanian bidang peternakan tingkat Provinsi dan Kabupaten dan petugas
lapangan serta secara partisipatif bersama peternak/kelompok terpilih
melalui survei calon petani calon lokasi (CPCL) menggunakan kuesioner,
(2). Pengembangan Ayam KUB sebagai inti dilaksanakan di lahan milik
peternak dengan bangunan kandang sederhana sesuai standar dengan
menyediakan 250 ekor pullet KUB dan 50 pejantan Sensi-1 Agrinak untuk
dipelihara dan menghasilkan anak ayam (DOC), (3). Penentuan plasma
dilakukan dengan menentukan peternak yang telah menguasai budidaya
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 58
ayam kampung/lokal secara intensif, dengan kesepakatan kerjasama inti-
plasma sesuai persyaratan dan pola yang dikehendaki bersama.
Hasil
Koordinasi dan survei CPCL menentukan kelompok Java Blangkon
Farm, sebagai kelompok Inti Pengembangan Ayam KUB pola Inti-Plasma.
Tahapan Pengembangan ayam KUB pola inti-plasma dilakukan dengan
beberapa tahapan, yaitu :
(A). Persiapan dan bimbingan teknis antara lain : a). Sosialisasi dan survei
PMP sehingga mendapatkan performans peternak inti, b). Bimbingan teknis
Budidaya Pemeliharaan Ayam KUB sebagai pullet dan pemeliharaan anak
ayam, c). Membangun kandang sederhana dalam 5 flok dengan ukuran
masing-masing 4 x 5 m untuk menempatkan pullet dan pejantan dengan
perbandingan 1 pejantan dengan 5 betina. d). mempersiapkan sarana
produksi ternak menggunakan 1 tempat minum otomatis dan pemasangan
2 tempat ransum kapasitas 7 kg setiap flok uang di isi dengan 50 ekor induk
dan 10 ekor pejantan, penyediaan pakan dan mesin tetas kapasitas 3000
butir dan hatchery kapasitas 1000 butir serta sarana pendukung lainnya.
(B). Pelaksanaan dan penerapan teknologi, antara lain : a). Balitnak tidak
dapat menyediakan Pullet KUB dan Pejantan Sensi-KUB, namun sebanyak
600 ekor day old chick (DOC) ayam KUB yang harus dipelihara kelompok
Inti pada tanggal 27 April 2018, sehingga konsep untuk segera
mendapatkan DOC tidak dapat terealisasi secara cepat. Terseleksi sebanyak
260 ekor induk dan 55 ekor pejantan yang dipelihara parent ayam KUB
penghasil DOC ayam KUB. b). Kelompok memelihara DOC hingga
berproduksi pada umur 20 minggu atau bulan Oktober 2018. Sampai
dengan 25 November 2018 telah dihasilkan telur sebanyak 4740 butir. c).
Melaksanaan bimbingan teknis pada tanggal 1 Desember 2018 terhadap
Karang Taruna di wilayah Sleman Sebanyak 40 orang peserta untuk
memperkenalkan ayam KUB yang dilaksanakan di kandang kelompok, d)
membangun kandang plasma sederhana pada lahan milik anggota
kelompok untuk pemeliharaan pembesaran anak ayam, e). Mengelola
penetasan telur fertil untuk menghasilkan DOC. f) melaksanakan studi
banding ke kelompok strata 2- dan strata-1 di Provinsi Jawa Tengah untuk
saling bersilaturahmi serta menambah wawasan dalam melaksanakan
kegiatan kelompok strata-2.
(C). Kendala dan Kebijakan : a) Kandang kelompok Inti dibangun pada
lahan yang biasa digunakan Karang Taruna melakukan budidaya ikan lele,
namun pada bulan September 2018, lahan tersebut akan digunakan oleh
pemilik lahan sehingga kelompok harus memindahkan kandang ke lokasi
kandang yang dipersiapkan untuk kandang plasma, dan saat ini kelompok
membangun kembali kandang plasma untuk pembesaran bersama. b).
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 59
Setelah berhasil menetaskan sebanyak 135 ekor DOC, kelompok diminta
menjual telur fertil kepada BPTP sampai akhir bulan Desember 2018 untuk
mendukung program BEKERJA sehingga untuk sementara kelompok
menghentikan produksi DOC dan hanya menghasilkan telur fertil. Sampai
dengan 22 November kelompok telah mengirimkan telur sebanyak 3500
butir untuk ditetaskan. Rencan kelompok Java Blangkon Farm akan
menyediakan sebanyak 600 DOC pada penetasan tanggal 10 Desember
2018 untuk KWT Mandiri strata03 Kabupaten Kulon Progo yang merupakan
kelompok binaan BPTP.
5. Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian
a. Analisis dan Sintesis Kebijakan Mendukung Pembangunan
Pertanian DIY
Latar Belakang
Komoditas beras bagi Indonesia sangat strategis dan bersifat
multidimensi sehingga ketersediaannya senantiasa mendapat perhatian
pada setiap era pemerintahan. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai
salah satu penyangga pangan nasional, khususnya padi/beras, mempunyai
peranan penting dalam pencapaian swasembada yang berkelanjutan.
Meskipun kontribusi produksi padi terhadap nasional relatif kecil, namun
bagi DIY upaya mewujudkan pencapaian produksi padi tersebut
memerlukan perhatian dan kerja keras bersama antar sektor. Hal ini
mengingat terkait dengan isu-isu permasalahan dan tantangan yang
dihadapi di DIY cukup kompleks.
Tujuan
1. Melakukan sintesis kebijakan antisipatif untuk alternatif kebijakan
peningkatan produksi padi mendukung swa sembada beras
berkelanjutan di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka
memberikan masukan alternatif kebijakan antisipatif tahun 2018.
2. Melakukan analisis permasalahan isu aktual pembangunan pertanian
terkait dengan antisipasi dampak perubahan iklim terhadap kegiatan
usahatani di Gunungkidul, DIY Tahun 2017
3. Mengidentifkasi lokasi dan potensi ketersediaan sumber daya air dalam
untuk irigasi pertanian melalui pembangunan infrastruktur panen air di
Gunungkidul.
Metodologi
Lokasi penelitian di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten
Gunungkidul tahun 2018. Waktu pelaksanaan kegiatan dilakukan
berdasarkan pertimbangan tujuan dan kebutuhan dari urgensi
permasalahan yang mendesak, bersifat responsif terhadap dinamika
kebijakan bulan Januari sampai dengan Desember 2018.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 60
Pelaksanaan kegiatan diawali dengan melakukan koordinasi dengan
tim pelaksana untuk memantapkan rencana langkah operasional kegiatan
dalam upaya mewujudkan tujuan kegiatan yang akan dicapai. Secara garis
besar ruang lingkup kegiatan analisis dan sintesa kebijakan mencakup:
1) Penyusunan Alternatif Kebijakan Peningkatan Produksi Padi Mendukung
Swa Sembada Beras Berkelanjutan Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2018.
2) Analisis permasalahan isu aktual pembangunan pertanian terkait dengan
antisipasi dampak perubahan iklim terhadap kegiatan usahatani di
Gunungkidul, DIY Tahun 2018.
3) Identifkasi lokasi dan potensi ketersediaan sumber daya air untuk irigasi
pertanian melalui pembangunan infrastruktur panen air di Gunungkidul.
Hasil
Judul rekomendasi kebijakan adalah Pemetaan sumberdaya air untuk
perencanaan model pola tanam untuk peningkatan Indek Pertanaman (IP)
di MT-2 dan MT-3 di Lahan Sub Optimal. Hasilnya bahwa telah diketahui
titik-titik sumber daya air baru dibeberapa titik lokasi Kabupaten
Gunungkidul yang berpotensi untuk dimanfaatkan bagi tanaman padi dan
lainnya sehingga IP meningkat.
Dokumentasi kegiatan Analisis dan Sintesis Kebijakan Mendukung Pembangunan Pertanian DIY
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 61
6. Model Pengembangan Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik
Lokasi
a. Model Pengembangan Pertanian Bioindustri Berbasis
Integrasi Kakao – Kambing di D.I. Yogyakarta
Latar Belakang
Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu pusat pengembangan
kakao di DIY, pada tahun 2014 memiliki luas tanaman kakao sekitar 3,6
ribu Ha (BPS DIY, 2015). Lahan kakao yang sempit dimiliki oleh petani
Kulon Progo memerlukan terobosan untuk memaksimalkan pendapatan
petani, diantaranya melalui integrasi kakao dengan ternak kambing
(Dishutbun, 2014). Populasi ternak kambing di Kulon Progo pada Tahun
2014 sebanyak 90 ribu ekor (BPS DIY, 2015). Integrasi kakao dan kambing
telah terbukti dapat meningkatkan pendapatan petani (Santiananda et al.,
2009; BPTP Sumut, 2010). Integrasi tanaman kakao dengan ternak
kambing akan semakin memberikan manfaat bagi petani bila
dikembangkan menggunakan inovasi teknologi (BPTP Sultra, 2009;
Gunawan et al., 2014).
Di Kulon Progo, pada tahun 2016 telah didirikan koperasi bagi petani
kakao kambing untuk wilayah kecamatan Kalibawang dan anggotanya telah
berkembang hingga lebih dari 100 angggota pada tahun 2017, namun
koperasi tersebut belum operasional secara maksimal sehingga perlu
penguatan peran koperasi. Santoso et al. (2017) menyatakan bahwa
penguatan peran koperasi diperlukan untuk perubahan wawasan dan
pengetahuan petani terhadap operasional koperasi. Koperasi pada
umumnya memilki 2 peran yaitu peran kelembagaan berkoperasi
(cooperative group) dan peran kelembagaan usaha (cooperative
enterprise). Penguatan peran koperasi dapat dilakukan antara lain melalui
pelatihan.
Tujuan
- Mengembangkan agribisnis bioindustri berbasis integrasi kakao
kambing dalam skala luas di DIY.
- Meningkatkan peran kelembagaan (koperasi, kelompok tani) dalam
memproduksi dan memasarkan produk-produk bioindustri.
Metodologi
Ruang lingkup kegiatan pada tahun 2018 merupakan kegiatan tahun
ke-4 dari kegiatan bioindustri yang telah dilaksanakan sejak tahun 2015
sesuai road map terlampir. Kegiatan tahun ke-4 fokus pada pemantapan
peran kelembagaan koperasi dan kelompok tani. Koperasi diupayakan agar
memiliki badan hukum, sedangkan kelompok tani agar mampu
memproduksi dan memasarkan produk-produknya melalui wadah koperasi.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 62
Teknik diseminasi yang dilakukan meliputi 2 hal, yaitu :
1. Pengembangan agribisnis. Pengembangan agribisnis bioindustri dalam
skala luas dilakukan melalui pengawalan dan pendampingan teknologi
kepada petani dan kelompok tani sehingga petani atau kelompok tani
dapat menghasilkan produk berupa pupuk organik, pakan dan pangan.
Sasaran atau target yang akan dicapai adalah berkembangnya usaha
agribisnis pupuk organik, pakan ternak dan pangan di kelompok tani.
2. Peningkatan peran kelembagaan. Peningkatan peran kelembagaan
koperasi yaitu koperasi diupayakan agar memiliki badan hukum (akte
notaris) dan diberi pelatihan untuk penguatan peran koperasi.
Penguatan kelompok tani yaitu kelompok tani agar mampu
memproduksi dan memasarkan produk-produk bioindustri kepada
koperasi.
Hasil
Terbentuknya Koperasi Tani Manunggal Banjar dengan jumlah
anggota koperasi sebanyak 108 anggota dan dana awal untuk kas koperasi
sebesar Rp 18.000.000,-. Koperasi Tani Manunggal Banjar akhirnya telah
dilaunching pada tanggal 14 November 2018. Pendiriannya ditetapkan
dengan Surat Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
No. 010040/BH/M.KUKM.2/X/2018 tentang Pengesahan Akta Pendirian
Koperasi Produsen Tani Manunggal Banjar.
Produk yang yang telah dihasilkan Koperasi mencakup 1). Pupuk
organik padat 500 kg (pak jalal), 1.000 kg (pak parji), 200 kg (koperasi),
2). Pupuk organik cair 50 liter (koperasi), 300 liter (pak parji+pak jalal), 3).
Mineral block 15 cup (koperasi), 30 cup (pak Mujodo), 4). Polar 1 ton, 5).
Primadek 300 kg.
Kerjasama antara koperasi dengan dinas terkait masih sebatas dalam
pengurusan dokumen koperasi serta pendampingan dalam hal pembuatan
administrasi dan pembukuan koperasi. Belum terjalin kerjasama dalam
kaitannya untuk pemasaran produk. Sedangkan dengan kelompok tani lain,
kerjasama masih berupa pembelian produk-produk koperasi untuk
pemenuhan kebutuhan petani, seperti pupuk organik padat maupun cair,
juga polar yang tersedia di kios koperasi.
Hasil tabulasi data FRK dari masing-masing kelompok tani. Data
ditabulasi dan dibuat rerata berdasarkan FRK bulan April 2018. Kelompok
tani Ngudi Rejeki Slanden yang belum melaporkan data FRK. Produksi
kakao per bulan rata-rata 10 – 35 kg per petani, produksi kambing per
bulan rata-rata 3 – 5 ekor, pemberian pupuk per bulan 120 kg/bulan pupuk
padat, 4 – 5 liter pupuk cair dan 200 kg pupuk kimia. Pemberian pakan
kambing per bulan berupa pemberian daun kakao (± 20 kg/bulan), kulit
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 63
kakao basah (± 16 kg/bulan), silase daun kakao (± 9 kg/bulan) dan mineral
block (±1 cup/bulan).
Dokumentasi kegiatan Bioindustri Kakao – Kambing di DIY
b. Model Pengembangan Pertanian Bioindustri Berbasis
Integrasi Salak – Kambing di D.I. Yogyakarta
Latar Belakang
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, telah menetapkan empat potensi
atau komoditi unggulan Kabupaten Sleman yang dikembangkan yaitu
padi, salak pondoh, bambu dan kambing peranakan ettawa (PE) seperti
yang tertuang dalam roadmap penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa)
Kabupaten Sleman. Dengan demikian, maka integrasi tanaman salak
pondoh dengan kambing PE merupakan sistem usahatani unggulan yang
sesuai dikembangkan di kabupaten Sleman.
Desa Girikerto merupakan salah satu desa di Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman dengan luas wilayah 13,07 km2 dan jumlah penduduk
7.712 jiwa. Wilayah Desa Girikerto merupakan wilayah yang subur dengan
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 64
usaha tani utama yang dilakukan masyarakat adalah budidaya tanaman
salak pondoh dan beternak kambing PE. Luas lahan salak pondoh yang ada
di lima dusun sebesar 64,57 ha dengan jumlah tanaman salak sebanyak
191.559 rumpun. Jumlah kambing yang dimiliki di enam kelompok
sebanyak 1.511 ekor dengan jumlah kambing produktif menghasilkan susu
sebanyak 1.110 ekor. Hal tersebut yang menjadikan alasan pemilihan lokasi
untuk model pertanian bioindustri berbasis integrasi tanaman salak dan
kambing PE. Alasan lain adalah lokasi mudah diakses, masyarakat desa
tersebut telah melakukan usaha tani salak pondoh dan kambing PE sejak
tahun 80-an serta respon dari masyarakat yang baik dan antusias ingin
menerima introduksi teknologi inovatif untuk mengelola sumber daya alam
yang mereka miliki.
Tujuan
1. Optimalisasi model bioindustri berbasis integrasi salak pondoh dan
kambing, khususnya pengembangan produk olahan dan kelembagaan
kelompok tani.
2. Optimalisasi exit strategy.
Metodologi
Ruang lingkup : Pada tahun 2018 model yang telah dihasilkan
dikembangkan dengan melakukan pengembangan produk olahan,
penataan kelembagaan kelompoktani dan optimalisasi exit strategy.
Teknik Diseminasi meliputi tahapan pelaksanaan kegiatan diseminasi
secara garis besar terdiri atas tahap I. Inisiasi, II. Pengawalan teknologi,
III. Pengembangan kawasan agribisnis, IV. Optimalisasi model pertanian
bioindustri. Pada tahun 2018 masuk tahap IV, yaitu Optimalisasi Model
Pertanian Bioindustri (2018). Tahun 2018 merupakan tahun ke empat
kegiatan ini. Pengembangan inovasi teknologi pengolahan produk utama
bioindustri, buah salak dan susu kambing PE belum dilakukan secara
optimal. Selain itu, peranan anggota kelompoktani dan penyuluh lapang
dalam pelaksanaan bioindutri ini juga belum optimal. Oleh karena itu, akan
dilakukan optimalisasi baik dalam pengembangan produk olahan,
kelembagaan kelompoktani dan pelaksanaan exit strategy dengan kegiatan
:
a) Pengembangan produk olahan salak pondoh dan susu kambing PE.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengoptimalkan
pemanfaatan hasil utama bioindustri sehingga dapat meningkatkan
pendapatan keluarga tani.
b) Penataan kelembagaan kelompoktani dan analisis kelayakan
bioindustri berbasis integrasi tanaman salak pondoh dan kambing.
Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan peran anggota
kelompoktani terutama dalam hal fungsi organisasi,
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 65
pendokumentasian dan mengoptimalkan kelompoktani sebagai
wahana belajar dan bekerja sama.
c) Peningkatan pelaksanaan exit strategy dilakukan dengan
meningkatkan jalinan kerja sama antar instansi yang terkait dalam
kegiatan bioindustri. Hal ini dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan
Focus Group Discussion atau workshop untuk menghasilkan kesepatan
kerja sama.
Hasil
Manfaat kegiatan integrasi terutama pemanfaatan pupuk kandang
sebelum dan sesudah pertanian bioindustri meningkat dari Rp. 1.465.000,-
menjadi Rp. 4.580.000,-. Persentase input internal terhadap total biaya
menurun dari 95,91% menjadi 71,82%, sedangkan persentase
penggunaan input eksternal mengalami peningkatan dari 4.09% menjadi
28,18% akibat penggunaan biaya tenaga kerja luar. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa pertanian bioindustri berbasis integrasi tanaman
salak pondoh dan kambing PE layak dikembangkan.
Pada kegiatan ini, telah dilakukan kerja sama dengan berbagai instansi
seperti Dinas Pertanian Provinsi DIY, Dinas Pertanian Kabupaten Sleman,
Bappeda Kabupaten Sleman, Bank Indonesia, LIPI maupun Perguruan
Tinggi. Jalinan kerja sama ini merupakan perwujudan exit strategi yang
dilakukan dalam kegiatan ini.
Dokumentasi kegiatan bioindustri salak – kambing
c. Model Pengembangan Pertanian Bioindustri Berbasis
Integrasi Padi – Sapi di D.I. Yogyakarta
Latar Belakang
Sistem pertanian bioindustri adalah sistem pertanian yang mengelola
dan/atau memanfaatkan secara optimal seluruh sumberdaya hayati
termasuk biomasa dan/atau limbah organik pertanian bagi kesejahteraan
masyarakat dalam suatu ekosistem secara harmonis (Hendriadi, 2013).
Lebih lanjut dinyatakan bahwa kata kunci dari sistem pertanian bioindustri
adalah seluruh sumberdaya hayati, biomasa dan limbah pertanian, ilmu
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 66
pengetahuan dan teknologi (iptek) dan bioproses, serta pemanfaatan dan
rekayasa genetik.
Pemeliharaan sapi potong di DI Yogyakarta pada umumnya merupakan
usaha pembiakan. Salah satu faktor penting dalam pembiakan ternak sapi
potong adalah meningkatkan kinerja reproduksi sapi induk. Pada
penggilingan padi menghasilkan rendemen berupa bekatul 8%, sekam
20%, lembaga 2 % dan beras sosoh 70% (Orthoefer, 2001). Pada
umumnya bekatul digunakan sebagai pakan ternak dan jarang digunakan
sebagai produk makanan. Nilai gizi dan potensi bekatul sebenarnya layak
digunakan sebagai pangan fungsional.
Dengan bioindustri maka semua biomasa yang dihasilkan dari kedua
jenis usaha tani tersebut bisa ditingkatkan nilai manfaatnya. Belum
optimalnya inovasi teknologi pada tanaman padi dan ternak sapi
mengakibatkan pendapatan petani masih rendah. Limbah kandang berupa
kotoran ternak bisa dimanfatkan sebagai sumber energi terbarukan
(biogas) sehingga mengurangi pengeluaran petani dalam pembelian bahan
bakar. Sedangkan untuk keperluan pupuk bisa memanfaatkan hasil
samping biogas berupa slurry. Hasil samping tanaman padi selain jerami
adalah sekam dan bekatul. Penggunaan sekam untuk arang (arang sekam)
belum banyak dilakukan oleh petani. Sedangkan bekatul pada umumnya
dimanfaatkan untuk pakan ternak. Padahal potensi bekatul untuk
dimanfaatkan selain untuk pakan ternak masih terbuka luas dengan nilai
ekonomi yang lebih tinggi
Tujuan
- Mengembangkan usaha agribisnis di bidang pertanian bioindustri
berbasis integrasi padi – sapi
- Menyusun exit strategi untuk pengembangan pertanian bioindustri
berbasis Integrasi padi – sapi.
Metodologi
Kegiatan Model Pengembangan Pertanian Bioindustri Berbasis
integrasi padi – sapi di DIY telah dilaksanakan sejak tahun 2015 yang
dilaksanakan dalam satu kawasan dengan melibatkan 4 kelompok tani.
Kelompok tani tersebut adalah (1) kelompok Wahyu Manunggal dusun
Kedungpring, Bawuran, Pleret, Bantul ; (2) Kelompok Ngudi Mulyo dusun
Mojosari, Wonolelo, Pleret, Bantul (3) kelompok Ngudi Mulyo, dusun
Depok, Wonolelo, Pleret, Bantul dan (4) kelompok Sido Rukun, Tegalrejo,
Bawuran, Pleret, Bantul. Total jumlah anggota 196 orang, luas lahan 40 Ha,
dan jumlah ternak sapi 274 ekor. Teknologi yang dikembangkan meliputi
budidaya padi dengan sistem jajar legowo, perbaikan pakan pada ternak
sapi, biogas, pemanfaatan limbah biogas (slude dan slurry) untuk budidaya
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 67
ayam, lele dan cacing, pengolahan pupuk Organik padat dan cair serta
pengolahan bekatul menjadi pangan fungsional.
Hasil
Hasil produksi gabah kering panen sebesar 12,034 ton/ha, angka
kelahiran sapi tertinggi adalah di kelompok Ngudi Mulyo, Depok yaitu
74,4%. Produksi pupuk organik padat 42 ton/ bulan, sedangkan pupuk
organik cair potensi produksinya cukup besar yaitu 25.950 liter/ bulan,
namun baru sebagian kecil yang diolah menjadi pupuk organik cair.
Biodigester yang dibangun dengan kapasitas 50 m3, produksi biogas yang
dihasilkan dimanfaatkan oleh 17 kepala keluarga untuk menyalakan kompor
selama 1,3 jam/hari, sedangkan potensinya bisa mencapai 3
jam/keluarga/hari. Hasil samping biogas berupa sludge dimanfaatkan untuk
campuran bahan pakan ayam kampung, media budidaya cacing dan pupuk
organik.Sludge sebagai pengganti bekatul dalam ransum ayam kampong
hingga 30%, tidak berpengaruh negatif terhadap pertambahan bobot
badan, dengan bobot ayam 883,5 gr pada umur 14 minggu. Hasil samping
biogas berupa slurry dimanfaatkan untuk budidaya ikan lele. Pengolahan
bekatul menjadi pangan fungsional dengan membuat brownis, cookies
onde onde dan nastar, yang dilakukan oleh ibu – ibu anggota kelompok
tani. Untuk mewadahi kegiatan yang telah dilakukan oleh kelompok, saat
ini sedang dalam proses pendirian Koperasi Produksi, yang diharapkan
pada tahun 2018 ijin pendirian koperasi sudah terbit.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 68
Dokumentasi kegiatan Bioindustri Padi-Sapi
7. Sekolah Lapang Kedaulatan Pangan Mendukung Swasembada
Pangan Terintegrasi Desa Mandiri Benih
a. Pengembangan Model Kawasan Mandiri Benih Padi Berbasis
Masyarakat
Latar Belakang
Program kegiatan desa mandiri benih (DMB) merupakan salah satu
kegiatan yang diharapkan dapat mendukung pencapaian sasaran produksi
dan merupakan salah satu upaya pemecahan masalah dari aspek
perbenihan. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah terbentuk 19
kelompok produsen benih DMB yang didampingi dan dibina oleh Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta dan Dinas Pertanian
Propinsi DIY. Pendampingan oleh BPTP Yogyakarta terutama pada aspek
inovasi teknologi produksi benih sumber padi yang dilaksanakan melalui
kegiatan on farm model display laboratorium lapang (LL) dan sekolah
lapang (SL). Sedangkan pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian DIY
membantu sarana dan prasarana perbeniah, sertifikasi benih, kelembagaan
dan pemasaran. Pada pelaksanaan pendampingan di lapangan BPTP
Yogyakarta dan Dinas Pertanian DIY bersinergi saling melengkapi dari
semua aspek kegiatan perbenihan yang dilakukan oleh kelompok DMB.
Tujuan
- Melaksanakan pendampingan untuk kelompok produsen benih sumber padi
program desa mandiri benih (DMB) di DIY.
- Melaksanakan display produksi benih sumber VUB padi untuk sekolah
lapang kelompok produsen benih padi program DMB.
Metodologi
Lokasi kegiatan meliputi lokasi semua kelompok DMB di DIY yaitu di
Kabupaten Sleman, Bantul, Gunungkidul dan Kulon Progo. Lokasi display
produksi benih sumber sebagai lokasi laboratorium lapang (LL) pada
kelompok produsen benih DMB dipilih berdasarkan pertimbangan: (1) lokasi
LL merupakan daerah sentra produksi, (2) kelompok tani dan anggotanya
mempunyai respon terhadap inovasi baru, (3) luas lahan yang digunakan
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 69
untuk display 1 ha tersedia, (4) ketersediaan air terjamin sepanjang musim,
(5) kelompok tani memiliki anggota yang aktif, dan (6) lokasi dsplay
strategis dan dekat jalan yang mudah untuk akses kendaran roda 2 dan
roda 4, serta menjadi jalan lalu lintas petani.
Pendekatan : Kegiatan pendampingan kelompok produsen benih
sumber padi DMB tahun 2018 akan dilaksanakan dalam pendekatan
kegiatan on farm dan off farm. Kegiatan on farm dilaksanakan dalam
bentuk dispay produksi benih sumber padi untuk sarana sekolah lapang,
dan kegiatan off farm dalam bentuk pendampingan sebagai narasumber
inovasi teknologi produksi benih sumber padi pada kegiatan worksop,
pelatihan, dan temu lapang yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian terkait
maupun oleh BPTP Yogyakarta.
Ruang Lingkup : meliputi pendampingan kelompok produsen benih
sumber padi melalui kegiatan workshop, pelatihan dan temu lapang,
dimana BPTP Yogyakarta akan berkontribusi sebagai narasumber inovasi
teknologi produksi benih sumber. Kegiatan lainnya adalah display produksi
benih sumber kelas ES seluas 1 ha sebagai laboratorium lapang yang
digunakan untuk sekolah lapang anggota kelompok produsen benih sumber
DMB di Yogyakarta.
Teknik Diseminasi : narasumber inovasi teknologi produksi benih
sumber dan display produksi benih sumber padi.
Hasil
Hasil kerja pendampingan dan pembinaan terhadap kelompok DMB,
tercatat 10 kelompok telah menjadi kelompok DMB Mandiri, 4 kelompok
termasuk DMB Madya, dan 5 kelompok masih berstatus DMB Pemula. Pada
tahun 2018 produksi benih sumber padi kelompok DMB mencapai 190,91
ton, terdiri benih kelas FS 4,2 ton, SS 172,01 ton dan ES 14,7 ton. Produksi
benih sumber padi DMB dari tahun 2015 sampai 2018 telah berhasil
memproduksi benih sumber bersertifikat sebesar 516,17 ton dan
berkontribusi untuk mencukupi kebutuhan benih 20.647 ha sawah di DIY.
Kelas benih terbanyak yang diproduksi oleh produsen benih DMB di DIY
adalah kelas benih stock seed (SS) yang mencapai 456,77 ton, dan oleh
para petani di DIY benih sumber kelas SS tersebut dijadikan benih sebar
menggantikan benih kelas extention seed (ES) yang seharusnya ditanam.
Varietas yang banyak diproduksi oleh kelompok produsen DMB adalah
varietas lama hingga mencapai 86,14% yang terdiri dari varietas
Situbagendit, Ciherang, IR-64, Pepe, dan Mekongga. Sedangkan varietas
lainnya terdiri dari berbagai jenis Inpari dan varietas lama lainnya.
Pemilihan varietas dalam produksi benih sumber DMB berorientasi sesuai
kebutuhan pengguna dan jenis varietas yang telah dikenal luas petani
sehingga hasil produksinya lebih mudah dipasarkan.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 70
Dokumentasi kegiatan Pengembangan Model Kawasan Mandiri Benih Padi Berbasis Masyarakat
8. Benih Sumber Padi, Jagung, dan Kedelai
a. Produksi Benih Sumber Padi
Latar Belakang
Kegiatan yang sudah dilakukan dalam mendukung perbenihan
Nasional adalah melalui UPBS. Selama ini BPTP Yogyakarta telah
membantu menyediakan benih sumber bermutu, untuk mendukung
penerapan rekomendasi varietas unggul spesifik lokasi untuk diseminasi,
penelitian, memenuhi kebutuhan Produsen benih. Benih bermutu berperan
penting pada keberhasilan usahatani tanaman pangan. Benih bermutu
merupakan wahana pembawa teknologi, seperti konsep PHT pada
komponen varietas. Prinsip produksi benih adalah mempertahankan
kemurnian genetik, melalui teknologi produksi benih mencakup prinsip-
prinsip agronomi untuk mempertahankan mutu benih yang tinggi. Mutu
benih tinggi didapatkan pada pemahaman dan penerapan teknologi pra
panen dan pasca panen yang baik.
Menurut data Dinas Pertanian DIY (2015), Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) mempunyai luas lahan baku sawah irigasi 56.183 ha dan
lahan kering 44.164 Ha. Target tahun 2016, luas tanam sawah irigasi
115.670 ha, dan luas tanam padi ladang 44.164 ha. Petani di DIY umumnya
menanam benih padi kelas SS, maka harus disediakan benih kelas SS
sebanyak 4.437.490 kg/tahun. Benih padi kelas SS sebanyak 4.437.490
kg/tahun dihasilkan dari luas penangkaran benih seluas 1775 ha dan
membutuhkan benih padi kelas FS sebanyak 44.375 kg kg atau 44,37 ton.
Permasalahan yang ditemukan di lapangan banyak petani menggunakan
benih berlabel kelas SS untuk produksi konsumen, sehingga peredaran
benih kelas ES menjadi tersendat.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 71
Tujuan
Memproduksi benih sumber padi kelas FS 3 ton dan kelas SS 5 ton,
untuk mendukung rekomendasi varietas unggul spesifik lokasi dan
kebutuhan benih sumber padi.
Metodologi
Prosedur pelaksanaan memproduksi benih sumber UPBS melalui
kerjasama dengan Produsen benih padi ataupun kelompok tani penangkar
benih padi serta BPSBP DIY. Cara kerjasamanya adalah UPBS memberikan
benih sumber, upah tenaga kerja, biaya saprodi, prosesing panen dan
pasca panen, pendampingan dan pengawalan teknologi, pembinaan dan
penguatan kelembagaan produsen benih, sedangkan sistem sertifikasinya
dikerjakan oleh BPSBP DIY. Kegiatan produksi benih sumber padi adalah
melakukan kerja sama penanaman dengan para penagkar dan produsen
benih padi, dengan menggunakan benih sebanyak 60 Kg kelas BS dan 75
kg kelas FS.
Hasil
Pelaksanaan kegiatan dengan kerjasama penanaman sebagai berikut :
1) kelompok tani Keltan Ngudi Mulyo, Banguncipto, Sentolo, Kulon Progo
Varietas yang ditanam adalah varietas Inpari 30 FS (0,4 ha) dan Inpari
33 FS (0,75 ha). Sampai tanggal 24 Juli 2018 pada tahap pengajuan
pengambilan sampel benih untuk uji laboratorium BPSB DIY sebanyak
750 kg varietas Inpari 30 FS dan sebanyak 1.500 kg varietas Inpari 33
FS.
2) kelompok tani Keltan Ngudi Mulyo, Banguncipto, Sentolo, Kulon Progo
Varietas yang ditanam adalah varietas Inpari 19 SS (0,4 ha), Inpari 30
SS (0,4 ha) dan Inpari 33 SS (0,75 ha). Sampai tanggal 24 Juni 2018
pada tahap pengajuan pengambilan sampel benih untuk uji
laboratorium BPSB DIY sebanyak 510 kg varietas Inpari 30 SS,
sebanyak 340 kg varietas Inpari 19 SS dan sebanyak 1.510 kg varietas
Inpari 33 SS.
3) Keltan Ngudi Makmur, Sendangsari, Minggir,Sleman. Varietas yang
ditanam adalah varietas Inpari 24 FS (0,5 ha). Sampai tanggal 24 Juli
2018 pada tahap menunggu masa dorman untuk bisa diambil sampel
benih oleh BPSB DIY.Rencananya akan diajukan tahap pengajuan
pengambilan sampel benih untuk uji laboratorium BPSB DIY sebanyak
750 kg pada tanggal 20 Agustus 2018.
4) Keltan Ngudi Makmur, Sendangsari, Minggir,Sleman. Varietas yang
ditanam adalah varietas Aeksibundong (0,5 ha). Sampai tanggal 24
Juli 2018 pada tahap pengajuan fase menjelang panen oleh BPSB DIY.
Target yang diharapkan adalah tersedianya benih padi varietas
Aeksibundong kelas SS sebanyak 1.100 kg.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 72
Lokasi produksi benih dan produksi padi untuk konsumen di
kecamatan Sentolo, pengasih dan Lendah mengalami kekeringan.
Penyebab utama kekeringan adalah ditutupnya saluran induk Kalibawang
sejak tanggal 15 April 2018 dan selanjutnya curah hujan tidak mencukupi
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Berikut disampaikan
hasil analisis dari BMKG ( Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika)
diketahui bahwa berdasarkan kondisi dinamika atmosfer – laut di atas maka
dapat menyebabkan sifat curah hujan di wilayah DIY pada bulan April 2018
pada umumnya dalam kategori bawah normal. Hasil analisis curah hujan di
wilayah DIY pada bulan April 2018 berkisar 13 - 232 mm dengan sifat hujan
sebagian besar bersifat Bawah Normal (BN) sebesar 76.0 % (termasuk di
kecamatan Sentolo), Normal (N) sebesar 20.0 %, dan Atas Normal sebesar
4.0 %
Hasil kegiatan Produksi Benih Sumber Padi tahun 2018, realisasi
produksi untuk kelas FS 100% dari target produksi terdiri dari varietas
Inpari 30, Inpari 33 dan Inpari 24, sedangkan realisasi produksi kelas SS
69,2% dari target produksi terdiri dari varietas Inpari 19, Inpari 30, Inpari
33 dan Aeksibundong. Total realisasi produksi benih sumber padi 80,75%.
Dokumen kegiatan produksi benih sumber padi
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 73
b. Produksi Benih Sumber Kedelai
Latar Belakang
Kegiatan UPBS BPTP Yogyakarta membantu menyediakan benih
sumber bermutu, untuk mendukung penerapan rekomendasi varietas
unggul spesifik lokasi untuk diseminasi, penelitian, memenuhi kebutuhan
produsen benih. Berdasarkan data Dinas Pertanian DIY, rata-rata
kebutuhan benih kedelai FS di DIY: 3.212 kg/tahun, SS 48.186 kg/tahun
dan ES 803.100 kg/tahun. Sasaran luas tanam kedelai tahun 2018 sebesar
14.555 ha, lebih rendah dibandingkan target luas areal tanam tahun
sebelumnya sebesar 20.257 ha. Untuk penanaman dengan luasan tersebut
membutuhkan suplai benih membutuhkan suplai benih kedelai kelas benih
ES sebanyak 727.750 kg dengan asumsi kebutuhan benih per hektar 50 kg.
Benih kelas ES sebanyak 727.750 kg membutuhkan luas areal penangkaran
benih kedelai seluas: 727 ha. Untuk luas areal 953 ha dan membutuhkan
benih kelas SS sebanyak 36.350 kg dengan asumsi per hektar
membutuhkan benih sebanyak 50 kg. Target produksi UPBS untuk tahun
2018 sebesar 8.000 kg benih kedelai kelas SS (benih pokok). Jika target
luas tanam kedelai untuk tahun 2018 tidak terlalu berbeda dengan tahun
sebelumnya, maka bila target produksi dari UPBS BPTP Yogyakarta tercapai
100%, UPBS BPTP Yogyakarta berkontribusi sebesar 22,01 % dari total
kebutuhan benih kelas SS berdasarkan kebutuhan benih tahun 2017.
Tujuan
Menghasilkan benih sumber Varietas Unggul Baru Kedelai (SS = 8
ton)
Metodologi
Kegiatan Produksi Benih Kedelai BPTP Yogyakarta diawali dengan
Pemantapan Proposal di Tingkat Balai kemudian dilanjutkan dengan
koordinasi di tingkat petani. Metode pelaksanaan kegiatan produksi benih
di pertanaman mulai dari pengadaan benih sumber, persiapan lahan sampai
panen serta pengolahan benih dilakukan oleh kelembagaan UPBS,
sedangkan pengujian benih di laboratorium dilaksananakan di BPSBP
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kegiatan di pertanaman mencakup
teknik budidaya di pertanaman, pemeriksaan pertanaman, roguing, dan
sertifikasi benih.
Hasil
Pada kegiatan Produksi Benih Kedelai Tahun 2018, ada dua produsen
benih yang dipilih untuk menjadi mitra dalam produksi benih, yaitu :
1. Kelompok Tani Dadi Makmur : Bendungan, Semin, Gunungkidul
2. Gapoktan Sido Maju : Sawahan, Bleberan, Playen, Gunungkidul
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 74
Penentuan lokasi produksi benih berdasarkan kesiapan tanam kedelai
dari kelompok, karena biasanya penanaman kedelai dilakukan pada MT II
(Mei-Agustus 2018), namun UPBS BPTP berencana melaksanakan produksi
benih pada MT I (Februari-Mei 2018) dengan harapan benih dapat diserap
pada musim tanam berikutnya. Dari hasil survei ke petani produsen benih
yang telah bermitra, ada dua kelompok yang siap melaksanakan
penanaman MT I yaitu kelompok tani Dadi Makmur (Semin) dan Gapoktan
Sido Maju (Playen).
Produksi benih kedelai UPBS BPTP Yogyakarta tahun 2018, pada
awalnya terdiri dari 3 varietas. Dua varietas yaitu Anjasmoro dan Argomulyo
merupakan varietas yang sudah lama, namun sangat diminati oleh petani
dan satu varietas adalah Dega-1, yang merupakan varietas baru hasil
persilangan antara Grobogan dan Malabar, dengan ciri khusus berumur
genjah.
Skenario penanaman awal untuk produksi benih telah disesuaikan
dengan target awal yaitu seluas 10 hektar dengan asumsi produkstivitas
700-800 kg/ha. Harapannya akan terealisasi benih sebanyak 8 ton kelas
benih pokok. Namun saat pertanaman kedelai memasuki fase akhir (fase
panen), sesuai dengan dinamika penganggaran terjadi refocusing
anggaran dari pusat, sehinga perlu dilakukan penyesuaian antara target
awal dengan target setelah refocussing. Sebagai tambahan informasi, UPBS
BPTP Yogyakarta mengalami refocussing sebesar 73% dari pagu anggaran
awal. Hal ini menyebabkan perlu dilakukan perubahan target maupun
perubahan sistem kerjasama, mengingat pihak BPTP dalam melakukan
produksi benih terikat sistem kerjasama yang ditandatangani di atas
meterai, sehingga dengan adanya refocussing anggaran, berimbas harus
disesuaikannya sistem kerjasama antara BPTP dan petani untuk melindungi
hak-hak petani.
Produksi benih kedelai UPBS BPTP Yogyakarta tahun 2018 terealisasi
1.500 kg (terealisasi 75%) dari target setelah refocussing. Produksi benih
sumber kedelai telah didistribusikan segera setelah label terbit. Hasil
produksi sebanyak 1.500 kg, semuanya didistribusikan sebagai setoran
PNBP. Lokasi distribusi sebanyak 1.500 kg ada di BPP Sewon dalam rangka
memenuhi kebutuhan benih untuk program pengembangan kedelai di
Sewon.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 75
Dokumen kegiatan produksi benih sumber kedelai
9. Taman Teknologi Pertanian
a. Pembangunan Taman Teknologi Pertanian (TTP) di
Kabupaten Kulon Progo DI Yogyakarta
Latar Belakang
Lalu lintas produk dan jasa antara Negara di era global tidak ada lagi
pembatas. Hal ini mendesak kita untuk memiliki strategi dalam menghadapi
era globalisasi. Strateginya adalah peningkatan produktivitas, kualitas
produk, nilai tambah, efisiensi biaya input, serta regulasi dimasing-masing
daerah. Salah satu faktor dalam meningkatkan daya saing adalah
sumberdaya manusia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), yang
dimanfaatkan dan diterapkan dalam proses produksi dan aktivitas
kehidupan masyarakat.
Lembaga penelitian pemerintah, swasta, perguruan tinggi, merupakan
salah satu unsur penghasil iptek dalam bentuk hasil penemuan (invensi).
Invensi tersebut dapat mendorong lahirnya produk baru, perbaikan mutu
produk yang telah ada, maupun efisiensi proses maka disebut sebagai
inovasi. Sebuah teknologi hasil penemuan (invensi) agar menjadi inovasi
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 76
maka harus didiseminasikan, diadopsi dan diterapkan oleh sektor produksi
serta menghasilkan nilai ekonomi. Diseminasi dan adopsi terhadap inovasi
tersebut memerlukan sebuah wahana yang dapat memfasilitasi aliran
invensi menjadi inovasi secara lebih efisien dan efektif. Salah satu wahana
tersebut adalah Agro Technopark (ATP) atau Taman Teknologi Pertanian
(TTP).
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015
sampai dengan 2019, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan
Litbang mendapat tugas untuk membangun 34 Taman Teknologi Pertanian
(TTP) di tingkat kabupaten/kota, sedangkan yang sudah dibangun di DIY
adalah TTP Nglanggeran Gunungkidul (2015-2017), dan yang kedua adalah
dibangun TTP Kulon Progo bekerjasama dengan Pemda DIY melalui
pembangunan terpadu kawasan Jogja Agro Techno Park (JATP) pada tahun
2018.
Tujuan
1. Membangun model percontohan Kawasan pertanian terpadu
dengan konsep agrowidya wisata yang berbasis sumberdaya local
2. Meningkatkan penerapan dan alih teknologi hasil litbang
Kementerian/LPNK Ristek, swasta dan perguruan tinggi kepada
masyarakat
3. Membangun pusat informasi teknologi pertanian modern berbasis
PAJALE
4. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang terampil dan
mandiri dibidang agroteknologi dan agribisnis.
5. Menumbuhkan inkubator bisnis dan interpreneur baru
6. Meningkatkan sinergi antara para stakeholders (Pemerintahan
Daerah, Perguruan Tinggi, Lembaga Riset, Kelompok Tani, dan
swasta).
Metodologi
Tahun dibangun 2018, dengan core bisnis perbenihan padi dan
komoditas penujang jagung dan kedelai. Inovasi teknologi yang digunakan
adalah 1) teknologi perbenihan VUB padi lahan sawah dan 2) teknologi
jarwo super. Layanan penggunaan yang disediakan di TTP adalah : Pusat
produksi benih padi dan kedelai di DIY, Unit pembelajaran (incubator
agribisnis), Pusat/lembaga pelatihan percontohan (precision /modern
farming (corporate farming), Wahana wisata edukasi / berbasis
agrowidyawisata, Pendampingan teknologi (site center dan kawasan
terdampak) menunjang JATP (Jogja Agro Techno Park), Bimtek teknologi
terkini, Jembatan/fasilitasi produk kawasan menunjang JATP, Kerjasama
BBI, produsen benih, swasta, PT, indomarket JATP
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 77
Roadmap 3 tahun pembangunan TTP Kulon Progo sebagai berikut:
Tahun 2018:
- Pemilihan lokasi, - indentifikasi karakteristik, - pemetaan, - grand
design (master, site, dan bisnis plan), - pembangunan infrastruktur
sapras (gedung, lingkungan, alsin, dll), - Bimtek, - pendampingan
inovasi teknologi.
Tahun 2019:
Pemantapan dan pendampingan, yang meliputi:
- Lanjutan pembangunan fisik, - perbaikan grand design (evaluasi), -
produksi massif PAJALE, - BIMTEK, - implementasi inovasi teknologi
perbenihan pajale on farm, - inovasi pada hulu dan hilir produk, - exit
plan strategi, - pelatihan dan magang, - BAST.
Tahun 2020:
Pendampingan, meliputi:
- Kelembagaan pengelola, - Inovasi teknologi perbenihan pajale, -
networking, Bimtek, - exit plan strategy, - launching produk TTP, -
penyerahan ke PEMDA DIY
Hasil
Hasil kegiatan menunjukkan bahwa : (1) keberhasilan Belum terlihat,
karena masih tahap tahun pertama (2018, (2) kerjasama yang intensif
antara PEMDA DIY dengan BPTP Balitbangtan DIY mulai sejak awal
menyusun master plan, site plan, eksekutif plan, yang dituangkan dalam
grand design, sehingga sinergisme berjalan dengan baik. (3) mulai
terlaksana pembangunan fisik gedung pelatihan, gedung produksi tahap-1
(50%) nya dari rencana tahun 2018, dan sebagian sarana gedung
terlaksana, (4) rintisan pembentukan pengelola TTP dengan melibatkan
kabupaten, Desa dan mitra kelompok, GAPOKTAN, penangkar benih, (5)
Terlaksananya pendampingan teknologi dan kelembagaan lokasi
terdampak TTP dalam display tekn budidaya padi, display perbenihan padi
sebagai calon benih sebar dengan bermitra pada BPSB, BBI, UPBS, (6)
Terlaksananya BIMTEK perbenihan PAJALE sebagai core bisnis TTP.
Permasalahan terkait dengan pembangunan fisik gedung tidak sesui
dengan master plan, seharusnya bisa diselesaikan pada tahun-1 (2018)
namun adanya refocusing anggaran fisik ke program "BEKERJA"KEMENTAN
senilai 3,7 milyar jadi tertunda, berdampak pada mundurnya waktu
penyelesaikan kontrak kerja (konsultan perencana, lelang mundur serta
tertundanya pengadaan modal 526 alat dan mesi n pertanian dalam
mendukung kegiatan TTP. Solusinya adalah melakukan penjelasan ke
PEMDA terkait refocusing, melakukan perbaikan master plan dan grand
design, dan lebih fokus pada tahap-1 (2018) kegiatan diarahkan pada
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 78
pembangunan fisik dibandingkan dengan pendampingan teknologi di
area/kawasan TTP.
Dokumentasi kegiatan pembangunan TTP Kulon Progo
10. Sumberdaya Genetik Yang Terkonservasi dan Terdokumentasi
a. Pengelolaan Sumberdaya Genetik Spesifik Lokasi DIY
Latar Belakang
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berada pada ketinggian 0-2911 m dpl.
Keragaman letak wilayah DIY ini tentu saja diikuti oleh keragaman Sumber
Daya Genetik (SDG) tanaman tanaman baik tanaman pangan, tanaman
perkebunan maupun hortikultura. Keberadaan SDG tanaman semakin langka
bahkan mengarah pada kepunahan. Oleh karena itu diperlukan upaya
pengelolaan SDG spesifik lokasi, sehingga nilai guna dan manfaatnya dapat
dinikmati oleh masyarakat. Pada tahun 2013 telah dilakukan inventarisasi, dan
identifikasi terhadap Sumber Daya genetik spesifik lokasi Daerah Istimewa
Yogyakarta yang berada di lahan pekagrangan. Pada tahun 2014 telah
dilakukan eksplorasi dan inventarisasi padi lokal spesifik DIY sebanyak 64
kultivar padi lokal dan 16 kultivar padi ketan. Pada tahun 2015 telah dilakukan
karakterisasi terhadap 80 kultivar padi lokal yang terdiri dari padi beras hitam,
padi beras merah, padi beras putih dan padi beras ketan. Pada tahun 2016
dan 2017 telah dilakukan evaluasi preferensi konsumen terhadap padi lokal
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 79
pada budidaya jajar legowo maupun pada budidaya mina padi. Disamping itu
telah dilakukan karakterisasi beberapa aksesi pisang koleksi Kebun Plasma
Nutfah Pisang Yogyakarta dan karakterisasi terhadap ubi kayu lokal serta
bawang merah lokal Yogyakarta.
Tujuan
a. Mendaftarkan SDG lokal ke kantor Pusat Perlindungan Varietas Tanaman
dan Perizinan Pertanian (PPVTPP)
b. Evaluasi kadar glukosa nasi pada beberapa berasi lokal DIY
c. Evaluasi beberapa bawang merah lokal di luar musim
d. Pemeliharaan kebun koleksi sumberdaya genetik spesifik lokasi di
lingkungan kantor BPTP Yogyakarta
Metodologi
Penelitian ini akan dilaksanakan di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai bulan
Januari sampai dengan bulan Desember 2018.
Metode pelaksanaan pengkajian : 1). Pendaftaran SDG Lokal adalah kegiatan
mendaftarkan suatu Varietas untuk kepentingan pengumpulan data mengenai
Varietas Lokal, Varietas yang dilepas dan Varietas Hasil Pemuliaan yang tidak
dilepas, serta data mengenai hubungan hukum antara Varietas yang
bersangkutan dengan pemiliknya dan/atau penggunanya (PP RI No. 13 Tahun
2004). Pendaftaran mengacu pada prosedur pendaftaran yang berlaku. 2).
Evaluasi kandungan glukosa nasi pada beberapa beras lokal di DIY :
melakukan analisis kandungan glukosa dilakukan pada periode tertentu
penyimpanan di penghangat nasi yaitu 0 jam (setelah masak), 6 jam , 12 jam,
dan 24 jam. 3). Evaluasi bawang merah lokal pada budidaya diluar musim
dilakukan dengan evaluasi konsumen terhadap keragaan tanaman pada
budidaya di luar musim/off season. Kegiatan ini diawali dengan melakukan
penanaman beberapa kultivar bawang merah lokal di suatu lahan di luar musim
budidaya bawang merah. Komponen teknologi yang akan diterapkan adalah
penggunaan mulsa, varietas bawang merah lokal, pemberian pupuk organik,
pupuk kimia, pupuk silika, light trap/lampu perangkap dan likat kuning.
Selanjutnya konsumen/petani memberikan penilaian terhadap keragaan
tanaman bawang merah lokal di lapang meliputi umur, potensi produksi, dan
keunggulan lainnya.
Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah didaftarkan satu SDG lokal “koro
pedang” asal Kulon Progo ke kantor Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan
Perijinan Pertanian (PPVTPP). Lima kultivar bawng merah telah terevaluasi
pada budidaya bawang merah di luar musim (off season) yaitu bawang merah
Srikayang, Saptosari, Panjatan, Kelinci dan Batu Ijo. Masing-masing kultivar
bawang merah menunjukkan potensinya secara genetis yang dipengaruhi
lingkungan pada saat dibudidayakan di luar musim yaitu pada musim hujan.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 80
Tiga nasi beras lokal (Sembada merah, Sembada hitam dan Mentik Grompol)
ddan satu varietas unggul baru sebagai pembanding (Inpari 43) telah
dievaluasi kandungan gula totalnya. Kandungan gula total menurun baik dari
kandungan gula total beras ke beras setalah dimasak (setelah menjadi nasi),
maupun pada saat nasi dari 0 jam ke 27 jam setelah masak baik di dalam alat
penghangat nasi maupun di luar penghangat nasi. Tanaman di kebun koleksi
SDG tanaman di lingkungan BPTP Yogyakarta terpelihara dengan baik.
Dokumen kegiatan Sumber Daya Genetik tahun 2018
11. Penerapan Inovasi Teknologi Pertanian untuk Peningkatan
Indeks Pertanaman
a. Penerapan Inovasi Teknologi Pertanian Untuk Peningkatan
Indeks Pertanaman (IP Padi)
Latar Belakang
Peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai (Pajale) untuk
memantapkan swasembada secara berkelanjutan merupakan sasaran
pembangunan pertanian yang perlu diupayakan keberhasilannya dalam
rangka mewujudkan kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani. Untuk
mendukung peningkatan produksi tersebut, selain dapat ditempuh melalui
perluasan areal lahan pertanian juga dapat melalui peningkatan indeks
pertanaman (IP) dan produktivitas pada lahan pertanian eksisting. Indeks
pertanaman (IP) adalah frekuensi penanaman pada sebidang lahan
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 81
pertanian untuk memproduksi bahan pangan dalam kurun waktu 1 tahun.
Untuk meningkatkan IP dan produktivitas di lahan pertanian eksisting
perlu irigasi suplementer/tambahan yang dapat memenuhi kebutuhan air
tanaman.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), lahan sawah tadah hujan dan
lahan kering dominan terdapat di wilayah Kabupaten Gunungkidul yang
sebagian di antaranya dinilai memiliki potensi irigasi suplementer untuk
mendukung peningkatan IP dan produktivitas lahan bila difasilitasi
infrastruktur panen air yang memadai dan sesuai keadaan spesifik lokasi.
Tujuan
1. Mengkaji penerapan inovasi teknologi untuk peningkatan IP padi
dalam kaitannya terhadap produktivitas lahan dan pendapatan
usahatani pada lahan sawah tadah hujan.
2. Mendiseminasikan inovasi teknologi untuk peningkatan IP padi dan
produktivitas lahan spesifik lokasi kepada petani dan stakeholders
terkait dalam rangka mendorong percepatan pemanfaatan teknologi
hasil litbang dan perluasan adopsinya di kawasan lahan pertanian
yang serupa melalui forum pertemuan dalam ruangan maupun di
lapangan/temu lapang.
3. Melakukan survei identifikasi lokasi potensial untuk panen air melalui
pembangunan infrastruktur irigasi suplementer guna mendukung
peningkatan IP Padi, Jagung, Kedelai (Pajale).
Metodologi
Demontrasi penerapan inovasi teknologi untuk peningkatan IP padi
dilaksanakan pada lahan seluas sekitar 44,5 ha dengan melibatkan 299
petani koopetaror yang tergabung dalam 7 kelompok tani di desa Jepitu
dan Balong Kec. Girisubo dan Desa Wareng Kec. Wonosari Kabupaten
Gunungkidul.
Introduksi inovasi teknologi untuk peningkatan IP padi dilaksanakan
pada MT/MH II: Feb - Juni 2018 dan pertanaman padi telah selesai
dipanen bulan Juni 2018. Inovasi teknologi yang diintroduksikan: varietas
padi umur genjah (Inpari 19, Inpari 31, Inpari 43 Agritan GSR),
percepatan pesemaian (sistem 'Ngurit", sebar benih + 10 hari sebelum
padi MT I dipanen), olah tanah, dan tanam pindah dengan bibit muda
(15-17 hssb), sistem tanam jarwo 2:1, perlakuan benih dengan pupuk
hayati Agrimeth dan percepatan dekomposisi jerami sisa panen di lahan
dengan agrodeko I dan pemupukan kimia spesifik lokasi. Sumber irigasi
terutama air hujan dan atau tanpa pompanisasi sumur dangkal dan aliran
permukaan dari parit/sungai.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 82
Hasil Kegiatan
Hasil kajian yang diperoleh pada tahun 2018 memperkuat hasil kajian
sebelumnya yang menunjukkan bahwa:
• Berdasarkan hasil survei identifikasi lapangan yang telah
dilaksanakan dari November 2016 – Maret 2018 diketahui terdapat 173
lokasi pada areal lahan kering dan sawah tadah hujan yang tersebar di 57
desa dari 12 kecamatan di wilayah Gunuungkidul yang memiliki potensi
irigasi suplementer dengan kapasitas layanan sekitar 3.049 ha.
• Penerapan teknologi untuk peningkatan IP padi dari 1 menjadi 2
diintroduksikan dan dikaji mampu memberikan hasil gabah kering giling
(GKG) rata-rata 4,29 t/ha dengan penggunaan varietas unggul baru
berumur genjah Inpari 19, Inpari 31, dan Inpari 43 GSR.
• Penggunaan biodecomposer Agrodeko 1 untuk percepatan
decomposisi bahan organik sisa panen dan perlakuan benih dengan pupuk
hayati Agrimeth memberikan peluang peningkatan GKG/ha mencapai 9,4
% dibandingkan dengan tanpa perlakuan keduanya (kontrol).
Dokumentasi Kegiatan dari mulai tanam, keragaan tanam sampai dengan panen
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 83
b. Pola Tanam (Katam)
Latar Belakang
Sistem Informasi Katam Terpadu menghasilkan informasi waktu
tanam dan potensi luas tanam padi di lahan sawah, rawa pasang surut
dan lebak yang analisisnya mempertimbangkan pola dan intensitas curah
hujan. BPTP dapat melaksanakan kegiatan peningkatan indeks
pertanaman berdasarkan sistem informasi kalender tanam terpadu untuk
pengembangan pola tanam. Kegiatan Pengembangan Pola tanam yang
dilaksanakan BPTP Yogyakarta tetap mengacu pada informasi KATAM
Terpadu dalam hal awal tanam, varietas dan dosis pemupukan.
Tujuan
1. Melaksanakan pengembangan pola tanam dengan cara menambah
luas tanam di lahan sub optimal lahan kering. (1 Kabupaten).
2. Meningkatkan pemahaman stakeholders dan petani terhadap
Kalender tanam melalui pemanfaatan IT (Website) SMS, Android dan
media cetak (100orang).
Metodologi
Lokasi pengkajian adalah Desa Wareng, Kecamatan Wonosari,
Kabupaten Gunungkidul. Kegiatan ini bermitra dengan petani kooperator
yang tergabung dalam kelompok tani Karya Tani. Total luas lahan yang
dipakai dalam kegiatan ini adalah 2,2 ha dengan jumlah petani yang
terlibat sebanyak 17 petani. Secara agroekosistem lahan merupakan
lahan tadah hujan dengan pola tanam satu kali padi dan satu kali palawija
(jagung).
Model pengembangan pola tanam yang didiseminasikan dalam
kegiatan ini adalah pengembangan pola tanam dari yang semula jagung
monokultur menjadi tumpangsari jagung-kedelai dengan tidak
mengurangi populasi jagung.
Benih yang ditanam adalah Benih jagung Bisi 18 sejumlah 50 kg serta
benih kedelai varietas Grobogan sejumlah 60 kg. Tanggal tanam adalah
18 – 25 Maret 2018 ketika hujan mulai turun. Dalam kegiatan ini juga
telah dilakukan bimbingan teknis pembuatan palir dan pengaturan pola
tanam dengan peserta seluruh anggota kelopok tani karya tani.
Hasil
Hasilnya adalah produktivitas jagung dari pola tanam tumpangsari
adalah 7,2 ton/ha tidak jauh berbeda dengan monokultur
(kontrol/kebiasaan petani) 7,0 ton/ha. Akan tetapi model tumpangsari
memiliki kelebihan karena mempunyai hasil samping berupa kedelai.
Meskipun hasil dari panen kedelai tidak bagus disebabkan karena dari
awal bulan Mei 2018 sudah tidak ada hujan lagi sampai dengan panen,
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 84
atau dengan kata lain, dari kedelai berusia + 35 hst sampai dengan panen
tidak memperoleh pengairan lagi. Produktivitas kedelai yang diperoleh
adalah 0,35 ton/ha. Petani masih tertarik untuk menmgembangkan pola
tanam ini karena di rasa lebih menguntungkan dari pada mono kultur.
Dokumentasi kegiatan pola tanam KATAM
12. Peningkatan Komunikasi, Koordinasi dan Diseminasi Hasil
Inovasi Teknologi Badan Litbang Pertanian
a. Temu Teknis Inovasi Pertanian
Latar Belakang
Teknologi mempunyai peranan penting dalam pembangunan
pertanian. Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian
memerlukan investasi teknologi. Selama ini banyak teknologi dihasilkan
oleh Badan Litbang Pertanian yang perlu disampaikan kepada pengguna.
Penyuluh pertanian sebagai ujung tombak pembangunan pertanian
sekaligus sebagai penyampai teknologi di daerah perlu terus ditingkatkan
kompetensinya agar dapat mengemban tugasnya secara baik. Salah satu
metode untuk meningkatan kompetensi penyuluh yaitu menggunakan
metode Temu Teknis.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 85
Tujuan
Tujuan dilaksanakan kegiatan Temu Teknis Inovasi Teknologi
Pertanian adalah untuk mendiseminasikan inovasi teknologi pertanian
kepada penyuluh pertanian di DIY, meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan penyuluh tentang inovasi pertanian, dan menggali umpan
balik/saran masukan tentang inovasi teknologi pertanian yang
didiseminasikan di DIY.
Metodologi
Dua topik materi Temu Teknis Inovasi Pertanian tahun 2018 yaitu
Teknologi Panen Air, dan Teknologi Budidaya Kedelai pada Berbagai
Kawasan Agroekosistem di DIY. Temu Teknis Teknologi Panen Air
dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
penyuluh pertanian tentang teknologi panen air dan implikasinya di
lapangan, sedangkan Temu Teknis Inovasi Pertanian Teknologi Budidaya
Kedelai Tahan Naungan dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
kepada penyuluh pertanian tentang teknologi budidaya kedelai dan
varietas-varietas terbaru.
Temu Teknis Panen Air dan Budidaya Kedelai dilaksanakan masing-
masing pada bulan 24 April 2018 di aula BPTP Yogyakarta dan bulan
Agustus 2018 di Dinas Pertanian Pangan Perikanan dan Kehutanan
Kabupaten Bantul, dengan peserta sebanyak 50 orang untuk temu teknis
panen air dan 40 orang untuk temu teknis budidaya kedelai. Peserta temu
teknis adalah penyuluh pertanian dari 4 kabupaten di DIY, meliputi
Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Kulon Progo, dan
Kabupaten Bantul. Temu Teknis dilaksanakan dengan pendekatan metode
tatap muka (presentasi dan diskusi), serta demonstrasi cara, dan display.
Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik peserta temu teknis,
dan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah pelaksanaan temu teknis.
Analisa data menggunakan analisis uji t (paired sample test) dengan α =
0,05 untuk menguji tingkat pengetahuan responden atas materi teknologi
panen air yang disampaikan oleh narasumber.
Hasil
Hasil analisis uji t (0,05) menunjukkan bahwa pada ke dua kegiatan
temu teknis terjadi peningkatan pengetahuan responden secara
significan (beda nyata) sebelum dan sesudah temu teknis, dimana hasil
hipotesis t statistic > t critical two-tail. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran menggunakan metode temu teknis dapat
meningkatkan pengetahuan penyuluh pertanian baik tentang teknologi
panen air, maupun pada teknologi budidaya kedelai. Peningkatan
pengetahuan responden (penyuluh) setelah mengikuti Temu Teknis rata-
rata sebesar 21,81%.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 86
Dokumen kegiatan temu teknis inovasi pertanian
b. Peningkatan Kapasitas Penyuluh Pertanian Daerah
Latar Belakang
Inovasi teknologi di bidang pertanian merupakan salah satu
komponen penting mendukung terwujudnya swasembada dan visi
Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia pada tahun 2045. Penyuluh
pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam proses mengantar
inovasi teknologi pertanian kepada petani dan mempersuasi mereka agar
mampu menerapkan teknologi tersebut.
Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan penyuluh
pertanian tentang inovasi teknologi pertanian Badan Litbang
Pertanian.
2. Menyediakan materi informasi teknologi sebagai suplemen
penyuluhan bagi penyuluh daerah
3. Memfasilitasi narasumber pelatihan pertanian berdasar permintaan
Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK).
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 87
Metodologi
Kegiatan akan dilaksanakan di Kabupaten Gunung Kidul, Bantul,
Sleman, dan Kulon Progo atau di BPTP Yogyakarta. Waktu pelaksanaan
pada bulan Januari-Desember 2018.
Ruang Lingkup bahwa pelaksanaan kegiatan dalam rangka
meningkatkan pengetahuan penyuluh terhadap inovasi pertanian Badan
Litbang Pertanian akan dilakukan dengan komunikasi kelompok dan
pendekatan Bimtek teknologi pertanian dalam bentuk pertemuan klaskal
dengan metode workshop; dan penyediaan suplemen penyuluhan dalam
bentuk buku saku/juknis.
Teknik Diseminasi yang dilakukan sebagai berikut:
1. Workshop Bimbingan Teknis (Bimtek) Inovasi Teknologi Pertanian.
Workshop Bimtek merupakan kegiatan penyuluhan dalam upaya
meningkatkan dan mengembangan pengetahuan penyuluh tentang
teknologi pertanian untuk memecahkan masalah pertanian yang
dihadapi oleh penyuluh daerah
2. Penyediaan materi suplemen penyuluhan bagi penyuluh pertanian
daerah
Materi suplemen penyuluhan bagi penyuluh pertanian daerah akan
disusun dalam bentuk buku saku yang memuat materi teknologi
pertanian tepat guna dan prosedur operasional teknologi (metode
aplikasi teknologi), serta instrumen evaluasi penyuluhan.
3. Fasilitasi narasumber pelatihan pertanian sesuai permintaan Balai
Penyuluhan Kecamatan (BPK). Penyediaan narasumber pelatihan-
pelatihan teknologi yang diselenggarakan oleh Balai Penyuluhan
Kecamatan (BPK).
Hasil
Bimtek Teknologi Budidaya Padi Jajar Legowo Super (JLS)
dilaksanakan di BPTP Yogyakarta pada 31 Mei 2018 dengan peserta 42
orang yang terdiri dari penyuluh pertanian ASN, THL-TBPP, Penyuluh
sawadaya, dari berbagai Balai Penyuluhan tingkat kecamatan (BPP/BP4)
dan Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) dari Kabupaten Gunung
Kidul, Bantul, Sleman, dan Kulon Progo serta unsur perpustakaan desa.
Hasil analisis data primer menunjukkan bahwa pengetahuan penyuluh
terkait Jajar Legowo Super (JLS), Varietas Unggul Baru (VUB),
Biodekomposer, Pupuk Hayati Agrimet, Pembibitan Padi dengan Sistem
Dapog, Pupuk Berimbang dengan PUTS, Pengendalian OPT secara Hayati,
Alat Mesin Pertanian Transplanter, Alat Mesin Pertanian Cumbine
Harvester, Pengendalian OPT secara Kimiawi, dan Jajar Legowo 2:1
meningkat dari yang sangat tidak paham menjadi paham dan sangat
paham setelah memperoleh bimtek; Begitu pula dengan sikap penyuluh
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 88
baik dari aspek kognitif, afektif, maupun konatif terhadap penerapan
Teknologi Budidaya Padi Jajar Legowo Super (JLS) mengalami
peningkatan yang signifikan dari kategori ragu-ragu menjadi kategori
setuju setelah memperoleh bimtek. Penyuluh senang dan setuju untuk
menerapkan Teknologi Budidaya Padi Jajar Legowo Super (JLS) untuk
hasil yang lebih baik kedepannya.
Bimtek Teknologi Budidaya Bawang Merah Asal Biji Botani (TSS)
dilaksanakan di dua lokasi, yaitu Bimtek klasikal di Rumah Ketua
Kelompok Tani Sidodadi Trisik, Desa Banaran, Kecamatan Galur, dan
praktek lapangan di lokasi pembibitan dan pertanaman bawang merah
Dusun Trisik Desa Banaran, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo
pada tanggal 24 Juli 2018. Kegiatan ini diikuti oleh penyuluh ASN, THL-
TBPP dan Penyuluh Swadaya perwakilan dari 6 BPP di Kabupaten Kulon
Progo sebanyak 20 orang dan petani bawang merah di Desa Banaran,
Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo sebanyak 20 orang.
Berdasarkan tabulasi silang diperoleh informasi bahwa bimtek
meningkatkan pengetahuan petani maupun penyuluh dari yang tidak
paham menjadi paham terkait pengetahuan Budidaya Bawang Merah
dengan Biji (TSS), Perbenihan Bawang Merah Asal Biji Botani (TSS),
Persiapan Lahan Bawang Merah Asal Biji Botani (TSS), Cara Transplanting
Bibit Bawang Merah Asal Biji, dan Cara Pengendalian OPT Bawang Merah
Asal Biji Botani (TSS). Pengetahuan yang diperoleh setelah bimtek
mempengaruhi perilaku dan sikap petani maupun penyuluh dari berbagai
aspek baik kognitif, afektif, maupun konatif. Hasil analisis data primer
menunjukan bahwa petani maupun penyuluh memiliki sikap mendukung
dan terbuka terhadap inovasi Teknologi Budidaya Bawang Merah Asal Biji
Botani (TSS) karena dapat meningkatkan provitas bawang merah secara
signifikan.
c. Kaji Terap Inovasi Pertanian
c.1. Kaji Terap Budidaya Padi Walik Jerami di Lahan Sawah
Tadah Hujan di Kabupaten Gunungkidul
Latar Belakang
Kaji Terap merupakan kegiatan uji paket/komponen teknologi yang
telah direkomendasikan oleh Balitbangtan (BPTP atau Balit), yang
diimplementasikan di lahan petani/BPPK sebagai wahana pembuktian dan
pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
penyuluh pertanian (BBP2TP, 2017). Implementasi dari kegiatan Kaji
Terap tersebut merupakan penerapan komponen/peket teknologi dalam
rangka mendemonstrasikan keunggulan teknologi yang diintroduksikan
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 89
dibandingkan teknologi eksisting. Dalam kegiatan kaji terap penyuluh dan
petani mendengar, melakukan dan merasakan keunggulan dari
penerapan suatu teknologi sehingga akan semakin meningkatkan
pengetahuan (Mardikanto, 1993) dan motivasi untuk menyuluhkan atau
mengadopsinya (Wahyuningrum dan Gunawan, 2016).
Kaji Terap “Budidaya padi Walik Jerami di Lahan Sawah Tadah Hujan
di Kab Gunungkidul” dilakukan dalam rangka meningkatkan indeks
pertanaman dan indeks panen padi di lahan sawah tadah hujan di
Gunungkidul. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan pengetahuan
penyuluh dan petani kooperator dalam teknologi budidaya walik jerami di
lahan sawah tadah hujan.
Tujuan
1. Mendiseminasikan teknologi terbaru dalam budidaya padi walik
jerami di lahan sawah tadah hujan
2. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan penyuluh dan
petani tentang teknologi terbaru pada budidaya padi walik jerami di
lahan sawah tadah hujan
3. Meningkatkan produksi dan pendapatan petani padi di MT 2 di lahan
sawah tadah hujan.
Metodologi
Pendekatan: Kegiatan kaji terap dilakukan dengan pedekatan
participative on farm demonstration. Untuk memperkuat penyebaran
teknologi dilakukan pendekatan tatap muka dan penyebaran inovasi
melalui multi media. Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan petani dan penyuluh dilakukan pendekatan learning by doing,
baik petani maupun penyuluh akan semakin meningkat pengetahuan,
sikap dan ketrampilannya, karena semakin banyak indera yang terlibat
akan semakin paham dan mempercepat proses adopsi suatu
informasi/inovasi (Mardikanto, 1993).
Ruang lingkup mencakup 1). Identifikasi potensi dan masalah, 2).
Perakitan dan penerapan teknologi unggulan, 3). Bimbingan teknis di
lapangan, 4). Temu Lapang, 5). Diseminasi melalui media
Introduksi teknologi yang disampiakan berupa manajemen waktu,
menajemen pengairan, VUB tahan kering (Situbegendit dan Inpari 43
yang dibandingkan dengan varietas eksisting yaitu Ciherang), perbaikan
lahan dengan biochar dan biodecomposer (Agrodeco dan M-dec) serta
agrimeth.
Hasil
Kaji terap dilakukan pada MT 2 tahun 2018 yang jatuh pada bulan
April – Juli 2018 di 6 wilayah BPP di Kab Gunungkidul. Kaji Terap Utama
ada di Kelompok Tani Ngudi Hasil, Dusun Ngaliyan, Desa Pulutan, Kec
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 90
Wonosari seluas 5 Ha dan melibatkan 40 orang petani. Kaji Terap
Pengembangan ada di 5 wilayah BPP yaitu: 1) Kelompok Tani Mulyo, yang
diketuai Bapak Suyono, berlokasi di Dusun Ngawu, Desa Ngawu, Kec.
Playen dan melibatkan 9 orang petani; 2) Kelompok Margodadi, yang
diketuai Bapak Tupar, berlokasi di Dusun Nglipar Kidul, Desa Nglipar, Kec.
Nglipar dan melibatkan 8 orang petani; 3) Kelompok Sekar Wangi yang
diketuai Bapak Slamet, berlokasi di Dusun Grogol, Desa Grogol, Kec.
Paliyan dan melibatkan 10 orang petani; 4) Kelompok Gatak Rejo, yang
diketuai Bapak Sumono, berlokasi di Dusun Gatak, Desa Karangmojo, Kec
Karangmojo dan melibatkan 8 orang petani; dan 5) Kelompok Marsudi
Rejeki yang diketuai Bapak Tukimin, berlokasi di Dusun Kalangbangi, Desa
Ngeposari, Kec Semanu dan melibatkan 6 orang petani.
Hasil kaji terap menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
pengetahuan penyuluh dan petani kooperator tentang budidaya walik
jerami pada sawah tadah hujan. Sikap juga meningkat karena mengetahui
bahwa tekstur tanah menjadi lebih remah dan dapat bertahan tetap
lembab. Tingkat ketrampilan juga meningkat dan bahkan beberapa
penyuluh dan petani sampai bisa menganalisa sebab akibat dari
perubahan terkstur tanah. Petani juga mengatakan akan meneruskan
perlakuan biochar agar lahan bertambah gembur. Tingkat kesukaan
penyuluh dan petani terhadap performen tanaman padi paling tinggi
dicapai untuk varietas Inpari 43, disusul ciherang dan terakhir
situbagendit. Alasannya adalah hama burung jarang menyerang tanaman
Inpari 43 karena tajuk daun yang meruncing dan tinggi melebihi malai,
sehingga seolah-olah malai terindungi tajuk, kecuali itu hampir tidak ada
serangan OPT pada varietas Inpari 43 ini sehingga produksinya (ubinan
mencapai 8,9 ton/Ha) yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
Ciherang (4,8 ton/Ha atau Situbagendit (5,1 ton/Ha) dan Ciherang
dengan teknologi petani (4,7 ton/Ha). Tingkat kesukaan petani terhadap
beras (dari segi warna, bentuk butiran dan bau) paling tinggi adalah Inpari
43, disusul Ciherang dan terakhir Situbagendit. Sedangkan tingkat
kesukaan terhadap nasi (dari segi warna, bau, rasa dan kepulenan) paling
tinggi adalah Ciherang, disusul Situbagendit dan terakhir adalah Inpari
43. Sebagai catatan adanya serangan blas pada varietas Situbagendit di
lahan kaji terap di BPP Nglipar yang tidak bisa tertanggulangi sehingga
petani tidak bisa panen padi tetapi panen jerami. Analisa usahatani belum
selesai dilakukan.
Kaji Terap “Budidaya padi Walik Jerami di Lahan Sawah Tadah Hujan
di Kab Gunungkidul” yang dilakukan pada MT 2 telah dapat menambah
pengetahuan, ketrampilan dan petani bersikap positif bahwa lahan sawah
tadah hujan juga dapat menghasilkan padi dengan pengaturan waktu dan
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 91
pengairan yang baik serta tambahan inovasi biochar dan varietas Inpari
43.
Dokumentasi kegiatan kaji terap budidaya padi walik jerami
di lahan sawah tadah hujan Kabupaten Gunungkidul
c.2. Kaji Terap Teknologi Tanam Jajar Legowo Pada Budidaya
Jagung
Latar Belakang
Upaya peningkatan produksi jagung dengan cara sistem jajar
legowo, yang sudah diuji kelayakan secara teknis dan ekonomis
menguntungkan. Agar teknologi tersebut dapat diserap oleh masyarakat
petani, maka perlu didukung dengan diseminasi teknologi dalam bentuk
kaji terap teknologi untuk membuktikan keunggulannya, dan para
penyuluh belajar untuk menerapkannya sebagai bekal dalam penyuluhan
di wilayah binaannya.
Tujuan
a. Mendiseminasikan teknologi budidaya jagung dengan sistem jajar
legowo
b. Meningkatkan pengetahuan serta keterampilan penyuluh terhadap
teknologi budidaya jagung sistem jajar legowo.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 92
Metodologi
Tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi Koordinasi
dengan Dinas terkait (Dinas Pertanian Daerah DIY, Dinas Pertanian
Kabupaten, Kantor Penyuluhan Kabupaten, Petugas Penyuluh di
Kecamatan (BPP), Pertemuan kelompok penangkar, CPCL, dan persiapan
tanam. Pendampingan dan pengawalan teknologi tanam jagung jajar
legowo serta pengadaan benih jagung varetas NASA 29.
Hasil
Pengadaan benih jagung varietas NASA 29 yang berasal dari
Balitserealia Maros telah diperoleh sebanyak 150 Kg untuk luasan 10 ha.
Sesuai dengan CPCL, kaji terap jagung akan dilaksanakan di Bulak Pereng
Kecamatan Pengasih seluas 5 ha bekerjasama dengan kelompok tani
“Tani lestari” Desa Sendangsari, kecamatan Pengasih Kabupaten
Kulonprogo. Daerah replikasi kegiatan di BPP Nanggulan, BPP Sentolo,
BPP Kokap, BPP Wates dan BPP Lendah masing-masing 1 ha. Adanya
kebijakan dari pemerintah pusat yang berupa refokusing anggaran maka
Kegiatan kajiterap jagung tidak dapat dilanjutkan. Oleh karena itu benih
yang sudah tersedia akan dihibahkan kepada kelompok tani yang semula
sudah menyanggupi.
Dokumentasi kegiatan kaji terap teknologi tanam jajar legowo pada budidaya jagung
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 93
c.3. Kaji Terap VUB Padi Lahan Sawah Irigasi di Kabupaten
Bantul
Latar Belakang
Penyebaran VUB padi lahan sawah irigasi di Kabupaten Batul belum
seluruhya merata, dikarenakan beberapa hal diantaranya, masih banyak
petani yang memakai teknologi lama dan masih enggan memakai
teknologi introduksi.
Berbagai upaya untuk meningkatkan produksi padi dengan bergai
cara penerapan teknologi introduksi, diantaranya adalah dengan
menggunakan metode kaji terap VUB padi lahan sawah irigasi yang
dibudidayakan dengan sistem tanam jajar legowo super yang sudah diuji
kelayakan secara teknis dan ekonomis menguntungkan.
Tujuan
a. Mendiseminasikan VUB padi
b. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan penyuluh,
mengetahui kelayakan usahatani
Metodologi
Kegiatan akan dilakukan dari bulan Januari sampai Desember 2018.
Implementasinya di lapangan dilakukaan demplot di lahan seluas 10 ha,
yang tersebar di satu wilayah BPP seluas 5 ha sebagai sentra kegiatan
dan 5 wilayah BPP seluas 5 ha sebagai wilayah pengembangan.
Hasil
Beberapa kendala yang terjadi diantaranya yaitu adanya saluran air
irigasi yang rusak, sehingga menyebabkan sebagaian tanaman di tanam
pada umur tua dan tidak serempak dan pada pase bunga ada gejala
serangan OPT, namun dapat dikendalikan dengan baik. Hasil kajian
dilapangan dapat dijelaskan bahwa rata-rata hasil panen padi VUB
varietas inpari 43, inpari 42, inpari 33 berdasarkan ubinan berturut – turut
: 8,9 ton/ha, 8,7 ton/ha, 9,9 ton/ha.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 94
Dokumentasi kegiatan kaji terap VUB Padi Laha Sawah Irigasi di Kabupaten Bantul
c.4. Kaji Terap Teknologi Penanganan Pascapanen Kedelai di
Kabupaten Bantul
Latar Belakang
Penerapan teknologi penanganan pascapanen kedelai merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi
komoditas kedelai. Kehilangan hasil terjadi pada setiap kegiatan
penanganan pascapanen. Kehilangan hasil dapat secara kuantitatif (susut
bobot) maupun kualitatif (susut mutu). Penanganan pascapanen kedelai
bertujuan untuk: (a) menjaga kualitas atau mutu kedelai agar tetap tinggi
seperti pada saat panen, (b) menekan tingkat kehilangan secara
kuantitatif (susut tercecer), dan (c) mendapatkan harga jual kedelai yang
tinggi (Suismono et al., 2014). Kondisi penanganan pascapanen kedelai
di DI Yogyakarta masih konvensional sehingga kuantitas dan kualitas
kedelai yang dihasilkan masih rendah. Disamping itu ketersediaan
informasi teknologi penanganan pascapanen kedelai di tingkat petani
belum banyak tersedia. Di sisi lain, Balai Penelitian/Perguruan Tinggi
telah banyak melakukan penelitian terkait teknologi penanganan
pascapanen kedelai. Agar teknologi tersebut dapat diserap oleh penyuluh
dan petani, maka perlu didukung melalui diseminasi antara lain dalam
bentuk kaji terap.
Tujuan
a. Menyebarkan/mendiseminasikan teknologi penanganan pascapanen
kedelai yang layak secara teknis dan ekonomis
b. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan penyuluh dan
petani
Metodologi
Kegiatan kaji terap teknologi penanganan pascapanen kedelai akan
dilaksanakan mulai bulan April hingga bulan September 2018, pada lahan
sawah sentra produksi kedelai di Desa Pendowoharjo Kecamatan Sewon
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 95
Kabupaten Bantul. Kaji terap akan dilaksanakan secara partisipatif on
farm demonstration di lahan petani dengan melibatkan petani pemilik
serta penyuluh pertanian lapang sebagai pelaksana penerapan sejak
perancangan sampai dengan evaluasi hasilnya. Teknologi yang akan
diterapkan adalah teknologi penanganan pascapanen kedelai secara good
handling practices (GHP) sesuai dengan kondisi spesifik lokasi dengan
komoditas kedelai varietas Anjasmoro. Untuk memperkuat penyebaran
teknologi dilakukan dengan pendekatan tatap muka dan penyebaran
inovasi melalui multi media. Media yang digunakan dalam penyebaran
diseminasinya adalah dengan memakai media tercetak (leaflet), dan
media elektronik (radio). Kegiatan kaji terap ini diselenggarakan untuk
menjalin komunikasi dan kerjasama yang sinergis dari tingkat propinsi
hingga tingkat petani dalam rangka pemahaman terkait teknologi
penanganan pascapanen kedelai.
Hasil
Karakteristik penyuluh yang terlibat kegiatan kaji terap kedelai
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 67% dan perempuan 33%, sedangkan
28% berusia 20-40 th dan 72% sudah berusia 41-60 th, sehingga
mayoritas masih bersemangat meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilannya. Untuk tingkat pendidikan penyuluh responden di 5
kecamatan berpendidikan D3 (33%) dan tingkat sarjana (67%), dengan
tingkat pendidikan yang cukup tinggi yaitu sampai tingkat diploma dan
sarjana, akan berpengaruh terhadap kompetensi dalam melakukan
penyuluhan.
Hasil survey dan penilaian atas kelayakan calon lokasi dilakukan oleh
tim pelaksana kegiatan kaji terap diperoleh lokasi demplot dengan luas 4
Ha akan dilaksanakan di KT. Sedyo Mukti yang bertempat di Dusun
Sawahan, Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Bantul, dengan waktu
tanam tgl 8 Mei dan waktu panen 2 Agustus 2018. Sedangkan 4 lokasi
dampak masing-masing 1 Ha akan dilaksanakan di 4 BP3K yang berada
disekitar BP3K Kec. Sewon yaitu: KT. Madyo Laras, Dusun Gunungan, Kec
Pleret; KT. Mandiri, Dusun Kedon, Desa Sumbermulyo, Kec.
Bambanglipuro; KT. Ngudi Mukti, Dusun Bungas, Desa Sumberagung, Kec
Jetis; KT. Tegaldowo, Desa Grujugan, Kec Bantul.
Pada kegiatan Focus Group Discussion (FGD) muncul permasalahan-
permasalahan teknis dan non teknis dan belum mendapat pemecahannya.
Salah satunya tahapan penanganan pascapanen kedelai yang
berkontribusi terbesar untuk menekan kehilangan hasil adalah pada tahap
panen dan perontokan. Pada saat pemanenan kadar air kedelai sudah
mencapai 10-13 %, sedangkan biasanya petani memanen ketika kadar air
masih diatas 14 %. Untuk kehilangan hasil saat panen mengalami
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 96
penurunan 0,61-1,18% setelah menerapkan cara panen yang
direkomendasikan BPTP. Kapasitas kerja pemanen satu orang pekerja
dengan cara BPTP mencapai 123,6-156,47 m2/jam, sedangkan cara
petani mencapai 116,7-132,74 m2/jam. Untuk hasil panenan biji kedelai
kering untuk lokasi demplot rata-rata mencapai 1,41 ton/ha, sedangkan
cara petani hanya mencapai 1,02 ton/ha. Untuk mutu kedelai yang
dihasilkan di lokasi demplot persentase butir utuh mencapai 80,15-
91,53% sedang cara petani hanya 42,4-67.54%. Untuk butir hijau
panenan lokasi demplot mencapai 0,25-1,63% sedangkan cara petani
mencapai 3,27-13,59%.
Dokumentasi kegiatan kaji terap teknologi penanganan pascapanen kedelai di Kabupaten Bantul
c.5. Kaji Terap Pengolahan Limbah Kambing Menjadi Pupuk
Padat dan Cair Mendukung Kawasan TTP Nglanggeran
Latar Belakang
Gunungkidul merupakan lahan kering atau lahan marginal dengan
kondisi fisik dan kimia yang kurang mendukung untuk usaha budidaya
tanaman. Penduduk lahan marginal biasanya lebih menyukai memelihara
ternak, termasuk ternak kambing sebagai usaha tambahan keluarga.
Terdapat sentra-sentra peternakan kambing di kabupaten Gunungkidul,
termasuk di wilayah TTP Nglangeran Patuk Gunungkidul. Kawasan TTP
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 97
Gunungkidul merupakan sentra ternak kambing PE terintegrasi dengan
tanaman kakao yang menghasilkan produksi susu dan daging serta kakao.
Ternak kambing PE di kawasan TTP Gunungkidul, telah dipelihara
secara intensif menggunakan sistim kandang panggung sehingga dapat
memisahkan antara kotoran cair atau urine dan kotoran padat atau inthil,
meskipun masih terdapat petani yang memelihara ternak secara
tradisonal (tanpa kandang panggung). Pengolahan limbah kandang
menjadi pupuk cair dan padat, disamping dapat mengurangi biaya
produksi pembelian pupuk, dapat meningkatkan nilai tambah limbah
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai usaha komersial yang dapat
memberikan tambahan pendapatan keluarga. Terkait dengan diseminasi
inovasi tersebut, untuk meyakinkan keunggulan teknologi anjuran
dibandingkan teknologi yang pernah diterapkan, sebelum diterapkan atau
dianjurkan, dapat dilakukan dengan metode Kaji Terap.
Aplikasi teknologi pengolahan limbah kambing menjadi pupuk padat
dan pupuk cair menggunakan metode kaji terap, diharapkan dapat
meningkatkan keyakinan penyuluh, kontak tani dan petani terhadap
teknologi tersebut dan dapat mengadopsi rakitan teknologi yang
dianggap paling sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing serta
melalui temu lapang dan replikasi implementasi teknologi di wilayah
masing-masing, rekomendasi teknologi dapat tersebar secara labih luas.
Tujuan
- Mendiseminasikan teknologi pengolahan limbah kambing menjadi
Pupuk Padat dan Pupuk Cair berkualitas untuk mendukung kawasan
TTP Gunungkidul.
- Mengidentifikasi respon penyuluh dan petani terhadap pupuk padat
dan cair berkualitas hasil pengolahan limbah kambing
Metodologi
Prosedur yang digunakan antara lain : (1). Pendekatan kepada Dinas
Pertanian bidang peternakan tingkat Provinsi dan Kabupaten Gunungkidul
dan petugas lapangan serta secara partisipatif bersama
peternak/kelompok peternak kambing di wilayah Nglanggeran, Patuk
Gunungkidul. (2). Melaksanakan identifikasi potensi, masalah dan peluang
menggunakan kuesioner terstruktur terhadap penerapan teknologi
pengolahan limbah kambing menjadi pupuk pada kelompok pelaku
demonstrasi. (3). Sosialisasi rencana kegiatan Kaji Terap Pengolahan
Limbah Kambing menjadi POP dan POC kepada 5 Kelompok peternak
kambing di Ngkanggeran kabupaten Gunungkidul, sekaligus menyusun
skedul kegiatan yang akan dilaksanakan di 3 kelompok peternak kambing
(Gunungbutak, Karangsari dan Doga). (4) Implementasi rekomendasi
teknologi pengolahan limbah kambing menjadi pupuk padat dan cair
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 98
berkualitas pada lokasi kandang kelompok pelaku kaji terap dan area
pengembangan pada lokasi wilayah binaan penyuluh lapangan peserta
Temu Lapang di BPP Playen.
Hasil
Koordinasi bersama bidang peternakan Dinas Pertanian tingkat
Provinsi dan Kabupaten Gunungkidul, dilaksanakan sehingga telah
terdapat persamaan persepsi terhadap mansud dan tujuan serta output
yang dihasilkan pada kegiatan Kaji terap Pengolahan limbah Kambing
menjadi POP dan POC di Nglanggeran Patuk, Gunungkidul.
Tahapan Implementasi teknologi menggunakan metode Demostrasi,
pertama dilaksanaka pada 2 kelompok peternak di wilayah Nglanggeran
yaitu Kelompok di Gunungbutak dan Karangsari, selanjutnya pada
kelompok Doga setelah dilakukan analisis laboratorium terhadap POP dan
POC yang dihasilkan oleh 2 kelompok terdahulu. Perbaikan formula POP
dan POC dilakukan agar POP dan POC yang dihasilkan dapat mendekati
Standar Nasional Indonesia (SNI). Hasil analisa laboratorium terhadap
hasil pengolahan limbah kambing kelompok Doga digunakan sebagai
dasar untuk memperbaiki formula. Perbaikan juga dilakukan terhadap
pembuatan POC yang semula dilakukan dengan secara manual, diperbaiki
dengan menggunakan pompa air yang biasa digunakan untuk aquarium
sebagai pengaduk POC. Diseminasi teknologi dan pengembangannya
dilakukan melalui kegiatan Bimbingan Teknis Pengolahan Limbah
Kambing di BPP Playen yang dihadiri oleh kelompok peternak di wilayah
BPP Playen dan para penyuluh THL. Kegiatan temu usaha yang telah
direncanakan untuk memperluas pemasaran produk serta perbaikan
pakaging poc tidak dapat dilaksanakan karena terdapat revisi terhadap
anggaran tersedia.
Respon para petugas/penyuluh yang mengikuti kegiatan Kaji terap
terhadap kualitas dan teknologi yang diaplikasikan, pada umumnya
memberikan respon positiv dan bertekad akan mengembangkan atau
menerapkan pada kelompok binaan di wilayah masing-masing yang
dituangkan melalui rencana Tindak Lanjut (RTL).
Monitoring dan evaluasi yabg dilakukan terhadap Rencana Tindak
Lanjut menunjukkan telah dilakukan pembuatan POP dan POC di wilayah
binaan dua orang peserta Bimtek atau penyuluh BPP Playen.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 99
13. Inovasi Perbenihan dan Perbibitan
a. Produksi Benih Sebar Padi (ES=40 ton)
Latar Belakang
Salah satu strategi dalam upaya mencapai kedaulatan pangan dan
industri adalah melalui penyediaan benih bermutu varietas unggul baru
yang produktivitasnya tinggi dan sesuai dengan preferensi konsumen.
Melalui penggunaan benih bermutu, produktivitas tanaman akan
meningkat sehingga produksi pangan dan industri nasional berbasis
tanaman juga akan meningkat, sehingga kedaulatan pangan dapat
tercapai. Penggunaan benih bermutu juga akan meningkatkan kualitas
hasil pertanian, sehingga produk yang dihasilkan memiliki daya saing yang
tinggi. Mengingat pentingnya arti benih dalam kegiatan usahatani maka
diperlukan upaya peningkatan kebutuhan dan ketersediaan benih dengan
jumlah yang cukup, tepat waktu, dan berkualitas di tingkat petani. Upaya
tersebut diharapkan dapat mempercepat adopsi dan percepatan
penyebaran beberapa varietas Unggul Baru (VUB) padi yang telah
dihasilkan. Keberhasilan diseminasi dan adopsi teknologi varietas unggul
ditentukan oleh kemampuan produsen, penangkaran dan industri benih
mendapatkan benih sumber untuk mendukung 6 tepat hingga ke petani.
Terkait dengan hal tersebut di atas, sebagai tindak lanjut BPTP
Yogyakarta sangat berperan dalam penyedian benih sumber varietas
unggul baru padi. DIY membutuhkan benih padi kelas ES sebanyak
4.437.490 kg/tahun. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa peredaran
benih kelas ES jarang ditemukan di kios saprodi, karena petani umumnya
menggunakan benih kelas SS.
Tujuan
1. Memproduksi benih sebar padi di D I Yogyakarta yang bersertifikasi.
2. Menghasilkan benih sebar Varietas Unggul Baru (VUB) Padi (ES=40
ton).
Metodologi
Pelaksanaan produksi benih sebar (kelas ES) dilaksanakan di 5
lokasi yaitu : 1). KT “Ngudi Mulyo” Bantarwetan, Bangun Cipto, Sentolo,
Kulon Progo, 2). Dusun Sidatan, Kalidengen, Temon, Kulon Progo, 3).
Paguyupan Mantap, Sitimulyo, Bantul, 4). KT. “Manunggal Barokah”
dusun Tambalan, Desa Pleret, Kec.Pleret, Bantul, dan 5). KT. Ngudi
Makmur, Jogorejo, Sendangsari, Minggir, Sleman.
Hasil
Produksi benih sebar (kelas ES) padi meghasilkan benih Inpari 33
sebanyak 7.625 kg; Inpari 43 = 2.025 kg; Inpari 30 = 9.500 kg, sehingga
total benih yang telah dihasilkan dan telah terdistribusi kepada kelompok
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 100
tani sebanyak 19.150 kg atau 47,875 % dari target 40 ton. Pada saat
laporan ini dibuat, benih sebar varietas Inpari 19 pada proses sertifikasi
(uji laboratorium ) menunggu label, varietas Inpari 42 pada masa dorman
dan standing crop (menunggu masak fisiologis) seluas 1,2 ha dengan
varietas Inpari 43.
Dokumentasi kegiatan produski benih sebar padi
b. Produksi Benih Sebar Kedelai (ES=2,5 ton)
Latar Belakang
Kegiatan UPBS BPTP Yogyakarta membantu menyediakan benih
sumber bermutu, untuk mendukung penerapan rekomendasi varietas
unggul spesifik lokasi untuk diseminasi, penelitian, memenuhi kebutuhan
produsen benih. Berdasarkan data Dinas Pertanian DIY, rata-rata
kebutuhan benih kedelai FS di DIY: 3.212 kg/tahun, SS 48.186 kg/tahun
dan ES 803.100 kg/tahun. Sasaran luas tanam kedelai tahun 2018 sebesar
14.555 ha, lebih rendah dibandingkan target luas areal tanam tahun
sebelumnya sebesar 20.257 ha. Untuk penanaman dengan luasan tersebut
membutuhkan suplai benih membutuhkan suplai benih kedelai kelas benih
ES sebanyak 727.750 kg dengan asumsi kebutuhan benih per hektar 50 kg.
Benih kelas ES sebanyak 727.750 kg membutuhkan luas areal penangkaran
benih kedelai seluas: 727 ha. Untuk luas areal 953 ha dan membutuhkan
benih kelas SS sebanyak 36.350 kg dengan asumsi per hektar
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 101
membutuhkan benih sebanyak 50 kg. Target produksi UPBS untuk tahun
2018 sebesar 8.000 kg benih kedelai kelas SS (benih pokok). Jika target
luas tanam kedelai untuk tahun 2018 tidak terlalu berbeda dengan tahun
sebelumnya, maka bila target produksi dari UPBS BPTP Yogyakarta tercapai
100%, UPBS BPTP Yogyakarta berkontribusi sebesar 22,01 % dari total
kebutuhan benih kelas SS berdasarkan kebutuhan benih tahun 2017.
Tujuan
- Menghasilkan benih sebar Varietas Unggul Baru Kedelai (ES= 5 ton)
- Menghasilkan benih kedelai bersertifikat secara enam tepat
Metodologi
Pada kegiatan Produksi Benih Sebar Kedelai Tahun 2018, ada dua
produsen benih yang dipilih untuk menjadi mitra dalam produksi benih,
yaitu Kelompok Tani Dadi Makmur : Bendungan, Semin, Gunungkidul dan
Kelompok Sido Maju : Sawahan, Bleberan, Playen, Gunungkidul.
Ada tiga varietas yang diproduksi pada kegiatan Produksi Benih Sebar
Kedelai UPBS BPTP Yogyakarta tahun 2018, yaitu varietas yaitu Anjasmoro
dan Argomulyo merupakan varietas yang sudah lama, namun sangat
diminati oleh petani dan satu varietas adalah Dega-1, yang merupakan
varietas baru hasil persilangan antara Grobogan dan Malabar, dengan ciri
khusus berumur genjah. Varietas Dega-1 dipilih dengan tujuan untuk
memperkenalkan varietas baru kedelai di tingkat petani. Untuk produksi
benih sebar kedelai, dipilih varietas-varietas yang diminati oleh petani
mengingat tidak banyak petani yang mau membudidayakan kedelai karena
tingkat kesulitan dalam produksi benih kedelai cukup tinggi, namun tidak
menutup kemungkinan untuk tetap menanam varietas-varietas baru
kedelai yang akan diperkenalkan kepada petani. Produksi benih sebar
kedelai ini diarahkan untuk diberikan ke petani secara gratis (diseminasi).
Hasil
Target luasan kegiatan perbenihan kedelai untuk varietas Anjasmoro
awalnya adalah 3 ha namun hanya terealisasi 2,5 ha. Varietas Dega-1
awalnya akan ditanam seluas 2 ha hanya terealisasi 1 ha, sedangkan untuk
varietas Argomulyo yang dari target luasan 2 ha, terealisasi sesuai target
yaitu sebesar 2 ha. Total luasan yang terealisasi adalah 5,5 ha. Penanaman
kedelai untuk produksi benih sebar (kelas ES) terdiri dari 3 varietas.
Varietas Anjasmoro ditanam lebih dulu dibandingkan varietas lainnya
(Dega-1 dan Argomulyo) yaitu pada tanggal 13 Februari 2018. Varietas
Dega-1 dan Argomulyo ditanam 14 hari setelahnya, yaitu pada tanggal 27
Februari 2018. Target produksi untuk kegiatan Produksi Benih Sebar
Kedelai BPTP Yogyakarta adalah sebanyak 5 ton. Skenario awal untuk
produksi benih teah disesuaikan dengan target awal yaitu seluas 7 hektar
dengan asumsi produktivitas 700 kg/ha. Harapannya akan terealisasi benih
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 102
sebanyak 5 ton kelas benih sebar. Namun saat pertanaman kedelai
memasuki fase akhir (fase panen), sesuai dengan dinamika penganggaran
terjadi refocusing anggaran sehingga perlu dilakukan penyesuaian
antara target awal dengan target setelah refocussing. Sebagai tambahan
informasi, kegiatan Produksi Benih Sebar (Perbenihan) Kedelai BPTP
Yogyakarta mengalami refocussing sebesar 68% dari pagu anggaran awal.
Hal ini menyebabkan perlu dilakukan perubahan target maupun perubahan
sistem kerjasama, mengingat pihak BPTP dalam melakukan produksi benih
terikat sistem kerjasama yang ditandatangani di atas meterai, sehingga
dengan adanya refocusing anggaran, berimbas harus disesuaikannya
sistem kerjasama antara BPTP dan petani untuk melindungi hak petani. Dari
hasil refocusing, target produksi yang awalnya sebesar 5 ton berubah
menjadi 2,5 ton. Dengan adanya refocusing, hasil panen benih kedelai dari
lokasi produksi benih tidak dapat menjadi milik BPTP sepenuhnya
dikarenakan BPTP tidak mampu menjalankan kewajibannya untuk
memberikan sarana produksi kepada petani untuk memproduksi benih
kedelai sesuai dengan anggaran awal. Dengan penyesuaian target setelah
refocusing, BPTP diperkirakan tidak mampu mencapai target awal produksi
benih sebar. Dari hasil rekapitulasi produksi di lapang, disesuaikan dengan
kemampuan penganggaran dari BPTP Yogyakarta, hanya mampu
terealisasi sebanyak 2.000 ton benih dari total target produksi sebesar
2.500 kg. Hal ini berarti, realisasi target produksi benih sebar kedelai hanya
mencapai 80%.
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 103
Dokumen kegiatan produksi benih sebar kedelai
c. Dukungan Perbenihan Benih Sebar Komoditas Salak
Latar Belakang
Ketersediaan benih bermutu dengan jumlah yang cukup dan tepat
waktu memegang peranan yang sangat penting. Benih merupakan input
utama yang paling penting dan harus ada sebelum melakukan kegiatan
usaha di bidang pertanian Pengembangan agroindustri buah-buahan
diawali dari pembenihan. Keberhasilan pengusahaan tanaman buah-
buahan sangat ditentukan oleh ketersediaan benih bermutu pada saat
tanam dan jumlah yang memadai.
Permasalahan utama dalam peningkatan produktivitas dan kuantitas
tanaman strategis yang menjadi pilar pengembangan tanaman yang akan
diusahakan adalah keterbatasan ketersediaan benih/bibit yang bermutu.
Kalaupun ada, jumlahnya sangat terbatas, oleh sebab itu maka di masa
datang perbenihan menjadi prioritas utama untuk mencapai swasembada
tanaman hortikultura. Melalui penggunaan benih bermutu, produktivitas
tanaman akan meningkat sehingga produksi pangan dan industri nasional
berbasis tanaman juga akan meningkat, yang pada gilirannya kedaulatan
pangan dan industri akan dapat tercapai. Penggunaan benih bermutu juga
akan meningkatkan kualitas hasil pertanian, sehingga produk yang
dihasilkan memiliki daya saing yang tinggi.
Tujuan
Memproduksi benih sebar salak pondoh yang bersertifikat sebanyak
8.500 batang
Metodologi
Kegiatan Dukungan Perbenihan Benih Sebar Komoditas Salak TA 2018
dimulai pada bulan Januari 2018 dan direncanakan berakhir pada bulan
Desember 2018, di Kelompok Tani Duri Kencana, tepatnya di Dusun
Trumpon, Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman,
dengan target menghasilkan 6.500 batang bibit salak dari sekitar 7.821
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 104
pohon induk yang sudah teregristrasi. Kegiatan ini melibatkan Kelompok
Tani Duri Kencana sebagai pelaksana dilapangan, juga pihak BPSBP Daerah
Istimewa Yogyakarta sebagai pihak yang berwenang dalam memberikan
penilaian maupun sertifikasi terhadap benih yang dihasilkan, keduanya
merupakan mitra BPTP yang mendapat tugas untuk menghasilkan bibit
salak bersertifikat sejumlah 6.500 batang. Input teknologi berupa
pemberian ZPT merupakan salah aspek penting dalam mempercepat proses
keluarnya akar pada calon bibit, sehingga dimasa mendatang penggunaan
ZPT pada cangkokan merupakan suatu keharusan untuk dilakukan. Sanitasi
lingkungan juga memiliki andil bagi petani dalam memudahkan
pemeliharaan dan proses pencangkokan.
Hasil
Sampai dengan laporan ini dibuat, calon benih salak sudah dalam
kondisi optimal untuk dilakukan pemisahan dari tanaman induknya. Musim
kemarau yang berkepanjangan yang diikuti oleh mundurnya musim
penghujan, memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterlambatan
kegiatan pemisahan tersebut. Persentase kematian yang tinggi mengancam
kehidupan benih salak pondoh pasca pemisahan dari tanaman induknya
bila tetap dilakukan pada musim kemarau. Secara agronomis, sekitar lebih
dari 6.500 calon benih telah siap untuk dilakukan pemisahan, diperkirakan
dalam waktu yang tidak terlalu lama, calon benih sudah tersedia. Adapun
tahapan selanjutnya yang akan dilalui adalah proses aklimatisasi selama
kurang lebih 7 sd 14 hari, agar tanaman memiliki ketahanan terhadap stress
saat dipindah ke lapangan. Pada tahap ini pihak BPSBP akan melakukan
penilaian terhadap benih yang dianggap layak, untuk diberikan label
dengan predikat benih siap salur. Adanya informasi tentang ketersediaan
bantuan benih salak pondoh secara cuma-cuma, memberikan dampak
positif terhadap permintaan bantuan benih ini, beberapa diantaranya dari
KWT, perorangan maupun kelompok pengajian atau pondok pesantren. Hal
ini tentu membutuhkan penilaian lebih lanjut atas layak tidaknya calon
penerima dalam menerima bantuan tersebut.
Dokumentasi kegiatan perbenihan salak
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 105
d. Dukungan Perbenihan Komoditas Kelapa dan Kakao
Latar Belakang
Upaya guna meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman
perkebunan salah satunya adalah diawali dengan penggunaan benih unggul
bermutu, didukung dengan penggunaan sarana produksi yang tepat sesuai
rekomendasi, dan penerapan sistem manajemen usaha tani yang sesuai.
Dalam upaya mencapai kedaulatan pangan dan industri adalah melalui
penyediaan benih bermutu varietas unggul yang produktivitasnya tinggi
dan sesuai dengan preferensi konsumen, serta tersedia cukup saat
dibutuhkan. Ketersediaan benih bermutu dengan jumlah yang cukup dan
tepat waktu memegang peranan yang sangat penting.
Tujuan
a. Memproduksi benih sebar kakao 25.040 pohon di wilayah sentra D I
Yogyakarta.
b. Mendistribusikan hasil benih kelapa dan kakao kepada pengguna
sesusai dengan hasil CPCL (Calon Petani Calon Lokasi) oleh Dinas
Pertanian masing – masing Kabupaten di D.I. Yogyakarta.
Metodologi
Kegiatan dukungan perbenihan Benih kakao dan kelapa TA 2018
dimulai pada bulan Januari 2018 dan direncanakan berakhir pada bulan
Desember 2018, di KBI BPTP Yogyakata dan Kebun Percobaan BPTP di
Banyakan, Siti Mulyo, Pleret Bantul
Hasil
Melanjutkan produksi kelapa pada APBNP 2017 sebanyak 1800 bibit
dilanjutkan pemeliharaan pada TA 2018. Target benih kelapa varietas
“Bojong Bulat” sebanyak 1800 bibit telah selesai pemeliharaannya
kemudian selesai didistribusikan kepada petani sesuai dengan CPCL dari
Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Gunungkidul. Bibit kelapa
berdasarkan rekomendasi telah berdaun 4-5 helai dan tinggi tanaman 50-
60 cm dalam wadah polybag ukuran diameter 30 x 40 cm. Media tanam
bibit dari campuran sekam limbah ayam potong dan tanah ladu (endapan
tanah dari sungai) dan pupuk organik (limbah biogas) dengan
perbandingan 2:1:1. Pertumbuhan bibit selama 5 bulan di KBI hasilnya
sangat baik.
Melanjutkan produksi Kakao pada APBNP 2017 sebanyak 4800 bibit
dilanjutkan pemeliharaan pada TA 2018 dengan modifikasi media dan
tempat produksi telah berhasil dengan baik. Produksi bibit kakao
sebelumnya di Kebun TTP Nglageran, Patuk, Gunungkidul karena iklim dan
tempat tidak mendukung dipindah ke KBI BPTP Yogyakarta. Rekomendasi
perbaikan bibit kakao melalui perompesan daun yang kena penyakit dan
Akuntabilitas Kinerja BPTP Yogyakarta Tahun 2018
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 106
jamur serta pengobatan secara intensif. Proses selanjutnya pengantian
media tanam serta ukuran polybag sesuai rekomendasi. Ukuran polybag
diameter 12 x 28 cm dan media sekam limbah ayam potong + pupuk
organik + tanah ladu (endapan tanah erosi sungai) dengan perbandingan
1:1:2 sangat baik untuk pertumbuhan kakao siap untuk didistrubusikan ke
petani. Distribusi bibit di lakukan pada bulan April sesuai dengan CPCL dari
dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Gunungkidul sebanyak 4800
bibit dan selesai ditanam di Desa Umbulrejo, Kecamatan Ponjong. Hasil
evaluasi menujukkan bahwa proyentasi kematian <5% artinya bibit hidup
95 % sampai umur 4 bulan setelah tanam.
Kegiatan produksi kakao di KBI BPTP dan KP Banyakan telah berhasil
baik, dari awal jumlah 22.840 biji/butir varietas Hibrida ICCRI 08 H telah
disemai sesuai rekomendasi. Media semai langsung dalam polybag ukuran
diameter 12 x 28 cm, perbadingan media sekam ayam potong + pupuk
organik + tanah endapan erosi (1:1:4) cukup baik, dengan didukung irigasi
springker. Jumlah awal 22.840 butir, hasil vigor baru mencapai 87 %
(19.870 hidup), kemudian bulan ke 2 dan ketiga dengan persaingan ruang
bibit 13.876 (60,7%). Traget produksi benih kokao 13.772 dapat
terpenuhui 100%. Bibit telah didistribusikan ke dua kabupaten sesuai
dengan CPCL yaitu di Desa Terong (sebanyak 8 kelompok tani) dan Desa
Umbul Rejo, Kecamatan Ponjong (sebanyak 3 kelompok tani). Distribusi
dibantu oleh PPL dan Dinas Pertanian Kabupaten Gunungkidul dan Bantul.
Dokumentasi kegiatan perbenihan kelapa dan kakao