Post on 03-Jul-2015
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
Asam dan Basa
Disusun Oleh:
Anastasia Latif ( XI IPA 1 )
Christine ( XI IPA 1 )
Josephine Putri ( XI IPA 2 )
Kelvin Ricky (XI IPA 2 )
Patty Regina (XI IPA 1 )
Windy Saputra ( XI IPA 1 )
I. Tujuan Percobaan
Menentukan pH suatu larutan elektrolit dengan cara menguji larutan itu dengan indikator
yang diketahui trayek perubahan warnanya.
II. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan rasa pahit, getir, asam, asin dan
manis pada makanan atau minuman yang kita cicipi, bukan? Pada dasarnya rasa makanan,
minuman atau zat tertentu yang terasa asam, pahit, getir, asin dan manis disebabkan karena sifat
zat tersebut, yaitu sifat yang berkaitan dengan asam, basa dan garam. Rasa asam terkait dengan
suatu zat yang dalam ilmu kimia digolongkan sebagai asam. Rasa pahit terkait dengan bahan
lain yang digolongkan sebagai basa. Namun, tidak semua yang mempunyai rasa pahit
merupakan basa. Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika asam dicampur dengan
basa, maka kedua zat itu saling menetralkan, sehingga sifat asam dan basa dihilangkan. Hasil
reaksi antara asam dengan basa kita sebut garam. Adapun rasa manis terkait dengan kehadiran
sifat asam dan basa secara bersama-sama.
Teori Asam-Basa:
A. MENURUT ARRHENIUS
Asam ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion H+.
Basa ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion OH-.
Contoh:
1) HCl(aq) → H+(aq) + Cl
-(aq)
2) NaOH(aq) → Na+(aq) + OH
-(aq)
B. MENURUT BRONSTED-LOWRY
Asam ialah donor proton (H+), sedangkan basa adalah akseptor proton (H
+). Contoh:
1) HAc(aq) + H2O(l) ↔ H3O+(aq) + Ac-(aq)
HAc dengan Ac- merupakan pasangan asam-basa konjugasi.
H3O+ dengan H2O merupakan pasangan asam-basa konjugasi.
2) H2O(l) + NH3(aq) ↔ NH4+(aq) + OH
-(aq)
H2O dengan OH- merupakan pasangan asam-basa konjugasi.
NH4+ dengan NH3 merupakan pasangan asam-basa konjugasi.
Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (proton
donor) dan sebagai basa (proton akseptor). Zat atau ion atau spesi seperti ini bersifat
ampiprotik (amfoter)
C. MENURUT LEWIS
Asam adalah penerima pasangan elektron dari basa, sedangkan basa adalah
pemberi pasangan electron kepada asam.
Definisi yang dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup asam
yang tak mengandung hidrogen atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi(III)
klorida. Definisi Lewis dapat pula dijelaskan dengan teori orbital molekul. Secara
umum, suatu asam dapat menerima pasangan elektron pada orbital kosongnya yang
paling rendah dari orbital terisi yang tertinggi dari suatu basa. Jadi, pasangan elektron
dari basa dan pasangan elektron dari asam bergabung membentuk orbital molekul
ikatan.
Walaupun bukan merupakan teori yang paling luas cakupannya, definisi Bronsted-
Lowry merupakan definisi yang paling umum digunakan. Dalam definisi ini, keasaman suatu
senyawa ditentukan oleh kestabilan ion hidronium dan basa konjugat terlarutnya ketika senyawa
tersebut telah memberi proton ke dalam larutan tempat asam itu berada. Stabilitas basa konjugat
yang lebih tinggi menunjukkan keasaman senyawa bersangkutan yang lebih tinggi.
Sifat asam atau basa suatu senyawa dapat diketahui dengan cara mencicipi. Namun,
pengnenalan dengan cara ini beresiko tinggi karena ada senyawa kimia yang bersifat racun.
Pengenalan senyawa atau basa dapat dilakukan menggunakan kertas lakmus dan indikator asam –
basa.
a. Kertas Lakmus
Indikator sebagai asam lemah
Lakmus
Lakmus adalah asam lemah. Lakmus memiliki molekul yang sungguh rumit yang
akan kita sederhanakan menjadi HLit. "H" adalah proton yang dapat diberikan kepada yang
lain. "Lit" adalah molekul asam lemah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa akan terjadi kesetimbangan ketika asam ini dilarutkan
dalamair. Pengambilan versi yang disederhanakan kesetimbangan ini:
Lakmus yang tidak terionisasi adalah merah, ketika terionisasi adalah biru.
Apa yang terjadi jika anda menambahkan ion hidroksida atau beberapa
ion hidrogen yang lebih banyak pada kesetimbangan ini?
Penambahan ion hidroksida:
a.
Penambahan ion hidrogen:
b.
Jika konsentrasi Hlit dan Lit- sebanding:
Pada beberapa titik selama terjadi pergerakan posisi kesetimbangan, konsentrasi dari kedua
warna akan menjadi sebanding. Warna yang anda lihat merupakan pencampuran dari
keduanya.
c.
Alasan untuk membubuhkan tanda kutip disekitar kata "netral" adalah bahwa tidak
terdapat alasan yang tepat kenapa kedua konsentrasi menjadi sebanding pada pH 7. Untuk
lakmus, terjadi perbandingan warna mendekati 50 / 50 pada saat pH 7 – hal itulah yang
menjadi alasan kenapa lakmus banyak digunakan untuk pengujian asam dan basa. Seperti
yang akan anda lihat pada bagian berikutnya, hal itu tidak benar untuk indikator yang lain.
Ada 2 macam kertas lakmus yang biasa digunakan untuk mengenali senyawa asam
atau basa, yaitu kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru berubah
menjadi merah jika bereaksi dengan senyawa asam, sedangkan kertas lakmus merah berubah
menjadi biru jika bereaksi dengan senyawa basa.
d. Indikator asam – basa
Indikator asam basa adalah suatu zat yang memberikan warna berbeda pada larutan
asam dan larutan basa. Dengan adanya perbedaan warna tersebut, indikator dapat digunakan
untuk mengetahui apakah suatu zat bersifat asam atau basa. Indikator yang dipakai pada
praktek ini diantaranya : fenolftalein dan methyl orange.
- Methyl orange
Jingga metil adalah salah satu indikator yang banyak digunakan dalam titrasi. Pada
larutan yang bersifat basa, jingga metil berwarna kuning dan strukturnya adalah:
- Fenolftalein
Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan, dan fenolftalein
ini merupakan bentuk asam lemah yang lain.
III. Alat dan Bahan
1. Plat tetes ( 1 bh )
2. Lumpang dan alu ( 1 set )
3. Kertas lakmus merah ( 12 lbr )
4. Ketas lakmus biru ( 12 lbr )
5. Pipet tetes ( 1 bh )
6. Air Suling
7. Larutan Cuka CH3COOH
8. Air kapur Ca(OH)2
9. Larutan ammonium klorida
NH4Cl
10. Larutan natrium karbonat
Na2CO3
11. Air sabun
12. Larutan gula
13. Amonia NH4OH
14. Asam Klorica HCl
15. Larutan natrium klorida NaCl
16. Larutan natrium hidroksida
NaOH
17. Alkohol C2H5OH
18 . Mahkota bunga
19. Indikator fenol ftalein
20. Indikator metil orange
21. Indikator bromtimol biru
IV. Cara Kerja
1. Letakkan bunga kembang sepatu di lumpang yang telah disediakan.
2. Giling bunga tersebut dan beri sedikit air sampai cukup.
3. Tempatkan sedikit cairan bunga kedalam tabung reaksi dan berilah larutan
cuka secukupnya.
4. Amatilah apa yang terjadi dan ulanglah kegiatan tersebut dengan menguji
air kapur pada air bunga tersebut.
5. Siapkan plat tetes dan teteskan air suling kedalamnya.
6. Uji air suling dengan kertas lakmus merah, lakmus biru, metil orange,
brontimol biru, penolflatein, dan indikator universal. Amati perubahan
yang terjadi.
7. Dengan cara yang sama, lakukan kembali percobaan kedua pada air kapur
dan larutan cuka.
8. Dengan cara yang sama, lakukan kembali untuk menguji larutan lain
(larutan gula, larutan amoniak, larutan HCl, larutan NaOH, larutan NaCl,
larutan CuSO4, larutan Na2CO3, alkohol, air jeruk, air sabun, air kapur)
dengan kertas lakmus merah dan biru, metil orange, penolfletain, dan
indikator universal.
9. Kelompokkan larutan tersebut kedalam 3 kelompok, yaitu asam, basa, atau
netral.
V. Hasil Pengamatan
I. Pengujian dengan air daun mahkota bunga
Warna Mahkota Merah Biru
Nama Bunga Kembang Sepatu
Tidak
Diuji
Warna Bunga Merah
Warna Air Bunga Merah
Warna Air Bunga + Cuka Agak memudar dari warna awal
Warna Air Bunga + Air
Kapur
Warna sama dengan warna awal, namun kapur
menggumpal
II. Pengujian dengan Lakmus, Methyl Orange dan Penolftalein
Bahan
Warna
Lakmus
Merah Lakmus Biru
Methyl
Orange Penolftalein
Air Suling Merah Biru Orange Warna tetap
Larutan Cuka Merah Merah Merah Muda Warna tetap
Air Kapur Biru Biru Kuning
Warna tetap, kapur
menggumpal
III. Pengelompokan Larutan
Nama
Warna Kelompok
Lakmus
Merah
Lakmus
Biru
Methyl
Orange
Bromtimol
Biru Penolftalein Netral Asam Basa
Larutan Gula Merah Merah Kuning Biru Ungu X
Larutan Amoniak Biru Tetap Kuning Biru Ungu X
Larutan Hidrogen
Klorida Merah Merah Pink
Kuning Tetap X
Larutan Natrium
Hidroksida Biru Biru Kuning
Biru Ungu muda X
Larutan Natrium
Klorida Merah Biru Kuning
Biru Tetap X
Larutan Natrium
Karbonat Biru Biru Kuning
Biru Ungu X
Air Jeruk Merah Merah Pink Biru Tetap X
Air Sabun Biru Biru Kuning Biru Tetap X
Larutan Tembaga
(II) Sulfat Merah Merah Kuning
Biru Tetap X
Alkohol Merah Merah Kuning Kuning Tetap X
VI. Pembahasan
Dalam pengukuran pH, kita dapat melakukan berbagai cara, salah satunya
dengan kertas lakmus dan larutan indikator. Melalui penggunaan kertas lakmus,
kita melihat sifat larutan melalui perubahan warna kertas (biru jika basa, merah
jika asam), sedangkan melalui penggunaan larutan indikator, kita dapat
mengamati lebih jauh tidak hanya sifat larutan, namun kadar keasaman atau
kebasaannya. Biasanya, larutan indikator telah memiliki rentang / trayek
indikatornya masing – masing.
Indikator
Warna Trayek
pH Asam Basa
Methyl
Orange Merah Kuning 3.2 - 4.4
Penolftalein Bening Pink 8.2 - 10.0
Bromtimol
Biru Kuning Biru 6.0 - 7.6
Pada pengujian pertama, kita mencampurkan air bunga dengan 2 indikator
yang berbeda (air cuka dan air kapur) dengan air cuka yang bersifat asam, warna
air bunga yang tadinya merah menjadi agak memudar. Sedangkan, saat dicampur
dengan air kapur yang bersifat basa, yang terjadi adalah penggumpalan kapur,
namun warna air tetap sama dengan warna awalnya.
Pada pengujian kedua, kita melakukan pengujian dengan kertas lakmus
dan beberapa larutan indikator (penolftalein, methyl orange). Bahan yang kita
gunakan adalah air suling, larutan cuka dan air kapur. Lakmus merah yang
dicelupkan pada air suling tidak berubah warna, begitu pula dengan lakmus
birunya, penetesan methyl orange pada air suling menghasilkan warna orange dan
penetesan penolftalein tidak merubah warna; hal ini mengindikasikan bahwa air
suling bersifat netral. Lakmus merah yang dicelupkan pada larutan cuka tidak
berubah warna, lakmus birunya berubah warna menjadi merah, penetesan methyl
orange pada larutan cuka menghasilkan warna merah muda dan penetesan
penolftalein tidak merubah warna; hal ini mengindikasikan bahwa larutan cuka
bersifat asam. Lakmus biru yang dicelupkan pada air kapur tidak berubah warna,
namun lakmus merahnya berubah warna menjadi biru, penetesan methyl orange
pada air kapur menghasilkan warna kuning dan penetesan penolftalein tidak
merubah warna namun kapur mengendap; hal ini mengindikasikan bahwa air
kapur bersifat basa.
Pada pengelompokkan di bagian ketiga, kita melakukan pengujian dengan
kertas lakmus dan beberapa larutan indikator (penolftalein, methyl orange,
bromtimol biru). Larutan yang kita uji antara lain : gula, amoniak, HCl, NaOH,
NaCl, NaCO3, air jeruk, air sabun, tembaga (II) sulfat dan alcohol. Masing –
masing dari larutan tersebut menghasilkan reaksi yang berbeda – beda dari
pencampurannya dengan masing – masing indikator berdasarkan sifat keasaman
maupun kebasaannya. Misalnya, kita ambil sebagai contoh Larutan amoniak.
Hasil pencelupan kertas lakmus merah, warnanya berubah menjadi biru. Saat
dicelupkan kertas lakmus biru, warnanya tidak berubah melainkan tetap biru,
dimana zat warna biru tersebut merepresentasikan sifat basa. Ketika diberi larutan
indikator methyl orange, warna larutan berubah menjadi kuning, berdasarkan
table trayek indikator di atas, warna kuning pada pencampuran indikator methyl
orange merepresentasikan sifat basa. Ketika diberi larutan bromtimol biru, warna
larutan berubah menjadi biru. Sedangkan, ketika diberi larutan indikator
penolftalein, warna larutan berubah menjadi pink keunguan, dimana warna yang
dihasilkannya merepresentasikan sifat basa. Jadi, dari percobaan beberapa
indikator dan pembuktian tersebut, dapat disimpulkan bahwa amoniak bersifat
basa. Hal yang sama dapat kita terapkan pada larutan – larutan lainnya.
VII. Kesimpulan
- Untuk mengetahui sifat asam – basa suatu larutan, kita dapat
menggunakan kertas lakmus maupun larutan indikator.
- Agar kita dapat mengetahui perkiraan pH secara kuantitatif, kita harus
memiliki trayek pH dari pelarutan indikator yang kita campurkan.
- Asam seringkali identik dengan zat warna merah dan basa seringkali
identik dengan zat warna biru.
- Biasanya, asam adalah senyawa yang memiliki ion H+,
sedangkan basa
memiliki ion OH- sesuai dengan teori Arrhenius dimana asam melepaskan
ion H+ dan basa melepaskan OH
- saat dilarutkan (dengan air).
- Semakin kecil pH suatu larutan, semakin asam larutan tersebut, dan
sebaliknya semakin besar pH suatu larutan, semakin basa larutan tersebut.
VIII. Daftar Pustaka
Sutresna, Nana, 2007. Cerdas Belajar KIMIA. Bandung: Grafindo
http://www.sciencecompany.com/images/phscale.gif
http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia_fisika1/kesetimbangan_asam_basa/indikator_asa
m_basa/
http://suardi48.blogspot.com/2008/11/larutan-asam-basa.html
http://severityconcept. wordpress.com/