Post on 06-Jul-2015
description
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA UMUM
O L E H
NAMA : MIFTA NUR RAHMAT
STAMBUK : F1C1 08 001
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
UN
IVERSITA
S
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan
atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia adalah lipid. Untuk
memberikan definisi yang jelas tentang lipid sangat sukar, sebab senyawa yang termasuk
lipid tidak mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip. Sifat kimia dan fungsi
biologinya juga berbeda-beda. Walaupun demikian, para ahli biokimia bersepakat bahwa
lemak dan senyawa organik yang mempunyai sifat fisika seperti lemak, dimasukkan
dalam satu kelompok yang disebut lipid. Adapun sifat kimia yang dimaksud ialah: (1)
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik
misalnya, eter, aseton, kloroform, benzena yang sering juga disebut “pelarut lemak”; (2)
ada hubungan dengan asam-asam lemak atau esternya; (3) mempunyai kemungkinan
digunakan oleh makhluk hidup. Berdasarkan pada sifat fisika tadi, lipid dapat diperoleh
dari hewan atau tumbuhan dengan cara ekstraksi menggunakan alkohol panas, eter atau
pelarut lemak yang lain.
Suatu senyawa dapat larut dalam pelarut tertentu apabila mempunyai polaritas
yang sama. Senyawa non polar akan larut dalam pelarut non polar, dan lemak
merupakan senyawa non polar sehingga senyawa ini mudah larut dalam pelarut non
polar, seperti kloroform, karbon disulfida, karbon tetraklorida, dan sebagainya.
Kelarutan dari lemak perlu diketahui untuk menentukan dasar pemilihan pelarut dalam
pengambilan lemak dengan ekstraksi lemak dari bahan yang diduga mengandung lemak.
Penentuan kolesterol dari berbagai bahan makanan menjadi sangat penting mengingat
(1) perhatian terhadap kesehatan yang menyangkut artegonik plasma dan diet seseorang
dan yang ke(2) adalah berkaitan dengan label pada makanan. Oleh karena itu penentuan
kadar lipid pada suatu makanan menjadi penting, sehingga dilakukkannya praktikum
ekstraksi dan pemisahan lipid kompleks ini.
B. Permasalahan
Dari pemaparan di atas, timbul permasalahan yang selanjutnya akan dikaji dalam
praktikum ini, yaitu
1. Bagaimana cara memisahkan komponen lipid dari suatu lipid kompleks?
2. Berapa banyak fraksi yang dapat diperoleh dari pemisahan lipid?
C. Tujuan
Dari permasalahan yang diajukan, maka tujuan praktikum ini yaitu untuk
melakukan ekstraksi lipid kompleks dari otak sapi.
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini, antara lain :
1. Dapat mengetahui cara memisahkan komponen lipid dari suatu lipid kompleks.
2. Dapat memperoleh banyak fraksi dari pemisahan lipid kompleks.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lipid
Lipid adalah zat yang termasuk senyawa heterogen yang terdapat dalam jaringan
tanaman dan hewan, mempunyai sifat tidak larut dalam air dan larut dalam pelarut
organik seperti ether, kloroform dan benzena. Salah satu kelompok yang berperan
penting dalam nutrisi adalah lemak dan minyak. Lemak tersimpan dalam tubuh hewan,
sedangkan minyak tersimpan dalam jaringan tanaman sebagai cadangan energi.
Lipid merupakan salah satu komponen esensial yang mampu meningkatkan
aktivitas degradasi desaturase (Panji et al., 2002). Lipid juga sebagai sumber energi
metabolik yang sangat penting dalam pembentukkan ATP. Lipid adalah kelompok
nutrien yang sangat kaya energi. Perbandingan nilai energi lipid dengan zat-zat gizi
adalah sebagai berikut :
Lipid 9,5 kkal/g
Protein 5,6 kkal/g
Karbohidrat 4,1 kkal/g
Berdasarkan hal tersebut, lipid dapat digunakan sebagai pengganti protein yang
sangat berharga untuk pertumbuhan, karena dalam keadaan tertentu, trigliserida (fat dan
oil) dapat diubah menjadi asam lemak bebas sebagai bahan bakar untuk menghasilkan
energi metabolik dalam otot ternak, khususnya unggas dan monogastrik.
Berdasarkan ada tidaknya alkohol gliserol, lipid dibagi ke dalam :
(Abun, 2009)
Kolesterol adalah salah satu jenis lipid (steroid) yang mengambil perhatian yang
sangat banyak dikarenakan dampak buruk yang diakibatkannya terhadap kesehatan,
yakni dapat mengakibatkan obesitas, terganggunya sistem metabolisme hingga dapat
menyebabkan stroke dan serangan jantung. Adapun struktur dari kolesterol adalah
sebagai berikut:
(Rahmat, 2010).
Penentuan kolesterol dari berbagai bahan makanan menjadi sangat penting
mengingat (1) perhatian terhadap kesehatan yang menyangkut artegonik plasma dan
Kolesterol
Hormone
sew
diet seseorang dan yang ke(2) adalah berkaitan dengan label pada makanan (Hurst,
1982).
B. Pemisahan dan Ekstraksi
Lipid adalah nama suatu golongan senyawa organik yang meliputi sejumlah
senyawa yang terdapat di alam yang semuanya dapat larut dalam pelarut-pelarut
organik tetapi sukar larut atau tidak larut dalam air. Pelarut organik yang dimaksud
adalah pelarut organik non polar, misalnya benzene, pentane, dietil eter dan karbon
tetraklorida. Dengan pelarut-pelarut tersebut lipid dapat diekstrak dari sel dan
jaringan tumbuhan ataupun hewan (Abun, 2009).
Dalam meggunakan pelarut, sebaiknya digunakan aseton karena lebih aman
bagi kesehatan dibandingkan pelarut-pelarut di atas, dimana aseton memiliki
toksisitas yang lebih rendah (1000 ppm) dibandingkan pelarut benzena (8 ppm),
kloroform (10 ppm) dan toluena (200 ppm) (Reichardt, 1988 dalam Sari et al.,
2004).
C. Destilasi
Destilasi merupakan suatu proses pemisahan dua atau lebih komponen zat
cair berdasarkan pada titik didih. Secara sederhana destilasi dilakukan dengan
memanaskan/menguapkan zat cair lalu uap tersebut didinginkan kembali agar
menjadi cairan dengan bantuan kondensor. Dalam proses destilasi, suatu metode
pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap
(volatilitas) bahan. Dalam destilasi, campuran zat dididihkan sehingga menguap dan
uap ini kemudian didinginkan kembali kedalam bentuk cairan, zat yang memiliki
titik didih rendah akan menguap lebih dulu (Anwar, 1994).
Destilasi dilaksanakan dalam praktek menurut salah satu atau lebih/dua
metode utama. Metode pertama didasarkan atas pembuatan uap dengan mendidihkan
campuran zat cair yang akan dipisahkan dan mengembunkan (kondensasi) uap tanpa
ada zat cair yang kembali kedalam bejana didih. Jadi tidak ada refluks. Metode
kedua didasarkan atas pengembalian sebagian dari kondensat ke bejana didih dalam
suatu kondisi tertentu, sehingga zat cair yang dikembalikan ini mengalami kontak
akrab dengan uap yang mengalir keatas menuju kondensor (Harjadi, 1990).
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Jum’at 18 November 2010 bertempat di
Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Universitas Haluoleo Kendari, Sulawesi Tenggara.
B. Alat dan Bahan
1. Alat Praktikum
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu blender, gelas ukur, gelas
kimia, corong, batang pengaduk, kertas saring, alumunium foil, erlenmeyer,
seperangkat alat destilasi, elektromantel dan masker.
2. Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu otak sapi, dietileter, aseton,
klorofom, methanol dan etanol.
C. Prosedur Kerja
1. Fraksi I
- Diblender dengan 200 mL aseton selama 1 menit
- Dituang dalam gelas kimia
- Dibilas sisa-sisanya pada gelas beaker dengan aseton 100 mL
- Dipekatkan hingga jumlah volume 50 ml dengan metode destilasi
sederhana
- Disaring
- Disimpan dalam erlenmeyer
- dicampur
- didestilasi untuk menghilangkan asetonnya
- didiamkan hingga dingin
- disaring
- dikeringkan diudara terbuka
- ditimbang
- dihitung % fraksi
Residu Filtrat II
Filtrat Residu (kumpulan kolesterol)
% fraksi I = 0,494%
Filtrat I Residu
- Ditambah aseton 100 ml
- Diblender kembali
- Didiamkan selama 5 menit
- Disaring dengan kertas saring
- disimpan untuk fraksi II
50 g otak sapi
Anda Merasa Terbantu dengan Artikel ini???
Dukung kami dengan mengirimkan Pulsa di No:
ADMIN : 0852 417 82228
Radio Mu’adz : 0852 9933 1996
2. Fraksi II
- Dimasukkan dalam gelas kimia
- Diekstraksi dengan 200 mL dietileter
- Dibiarkan selama 5 menit sambil kadang-kadang
diaduk
- Disaring
- Dipekatkan hingga V = 50 mL
- Dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi 100 mL aseton
- Diaduk
- Disaring
- Dikeringkan
- Ditimbang
- Dilarutkan dalam campuran kloroform :
metanol (3 : 1)
- Dicatat warna larutan
- Dihitung % fraksi II
Residu (dari perc. sebelumnya)
Filtrat dietileter Suspensi
Fraksi II
(ekstrak eter)
Filtrat Endapan
Endapan 1,546 g
% fraksi II = 3,092%
3. Fraksi III
- diekstraksi dengan etanol mendidih (50 mL)
- dipanaskan
- dipekatkan
- disaring
- dikeringkan hingga membentuk
endapan
- dilarutkan dalam campuran
kloroform : metanol (3 : 1)
- dihitung % fraksi III
Residu dari Fraksi II
Filtrat Suspensi
Endapan 2,572 gr
% fraksi III = 5,114%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Fraksi I
Dik: Berat kertas saring kosong = 1,085 gram
Berat kertas saring + residu = 1,332 gram
Berat residu = 0,247 gram
Warna residu = Orange (kekuning-kuningan)
Dit : % Fraksi I = …?
Peny :
=
= 0,494%
2. Fraksi II
Dik: Berat kertas saring kosong = 1,106 gram
Berat kertas saring + residu = 2,652 gram
Berat residu = 1,546 gram
Warna residu = Kuning pucat
Dit : % Fraksi II = …?
Peny :
= 3,092%
3. Fraksi III
Dik: Berat kertas saring kosong = 1,093 gram
Berat kertas saring + residu = 3,665 gram
Berat residu = 2,572 gram
Warna residu = Krem
Dit :% Fraksi III = …?
Peny :
=
= 5,114%
B. Pembahasan
Ekstraksi dan pemisahan lipid kompleks sangat erat kaitannya dengan
karakteristik lipid itu sendiri, secara garis besar lipid yang umum dikenal adalah lemak
dan minyak. Lemak terdiri dari asam lemak jenuh dan bersumber dari hewan sedangkan
minyak tersusun atas asam lemak tak jenuh yang bersumber dari tanaman. Lipid sendiri
memiliki kelarutan yang sangat buruk dalam air, meskipun ia bersifat amfipatik
(memiliki gugus polar dan non polar) akan tetapi sifat amfipatik saja belum cukup untuk
dapat larut dalam air. Dari pernyataan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa lipid
akan lebih larut pada pelarut dengan kepolaran rendah (<1) seperti pelarut-pelarut
organic non-polar yakni aseton, kloroform dan lainnya.
Pada dasarnya kata ekstraksi berarti menarik suatu komponen dengan pelarut
tertentu dari suatu zat berdasarkan kepolaran komponen tersebut, sehingga hasil akhir
dari metode pemisahan ekstraksi ini adalah komponen-komponen yang terdapat pada
sampel, khususnya kolesterol yang sudah lama menjadi polemik besar di dunia
kesehatan.
Untuk perlakuan pertama sampel harus dilarutkan dalam pelarut aseton, sampel
yang digunakan dalam percobaan ini adalah otak sapi segar, sehingga tidak susah untuk
dihancurkan dan dilarutkan dengan blender. Pelarut aseton yang digunakan memiliki
dampak yang cukup buruk bagi kesehatan, sehingga praktikan disarankan untuk
mengenakan masker dalam melaksanakan percobaan. Penghancuran sampel memiliki
fungsi agar proses ekstraksi terjadi dalam proses yang cepat, sampel yang hancur
memiliki luas permukaan yang lebih besar sehingga akan lebih mudah bagi pelarut
untuk menarik komponen-komponen tertentu dari sampel.
Selanjutnya ekstrak dipekatkan dengan metode destilasi sederhana pada suhu
sekitar 72oC, sebenarnya ada beberapa metode lain yang dapat digunakan untuk
memekatkan ekstrak, namun metode destilasi memiliki nilai tambah tersendiri yakni
dapat menghasilkan destilat yang dapat digunakan kembali sebagai pelarut (aseton).
Destilasi digunakan untuk memurnikan zat cair, yang didasarkan atas perbedaan perbedaan titik
didih cairan. Pada proses ini cairan berubah menjadi uap. Uap ini adalah zat murni. Kemudian
uap ini didinginkan. Pada pendinginan ini, uap mengembun menjadi cairan murni yang disebut
destilat. Destilat dapat digunakan untuk memperoleh pelarut murni dari larutan yang
mengandung zat terlarut.
Dalam percobaan ini lipid kompleks (lipid yang bergabung dengan molekul lain) akan
dipisahkan menjadi 3 fraksi yang berbeda. Ada beberapa macam perlakuan yang diberikan pada
sampel agar menghasilkan 3 fraksi tersebut, antara fraksi satu dan lainnya memiliki perlakuan
yang berbeda-beda dan kami sarankan Anda membaca prosedur kerja untuk lebih jelasnya.
Namun dapat kami analisa bahwa ketiga fraksi tersebut dipisahkan berdasarkan perbedaan
kepolaran larutan yang digunakan. Pada fraksi I digunakan aseton sebagai larutan pengekstrak
dan didapatkan fraksi berwarna orange atau jingga, berbeda dengan fraksi II yang menggunakan
pelarut yang lebih nonpolar yakni dietil eter, fraksi II yang didapatkan berwarna kuning pucat
dari hal ini nampaknya pada fraksi II telah diekstrak komponen yang lebih non-polar, dan kami
menyimpulkan fraksi II yang ditemukan adalah kolesterol. Selanjutnya endapan yang diperoleh
pada fraksi kedua ini dilarutkan dalam campuran kloroform dan metanol (3:1), hal ini dilakukan
untuk melindungi lipid agar tidak terksidasi diudara, karena sifat lipid yang mudah teroksidasi.
Metanol yang digunakan berfungsi untuk melindungi gugus OH dari kolesterol, sedangkan
kloroform berfungsi untuk melindungi rantai hidrokarbonnya agar tidak mudah teroksidasi.
Adapun struktur kolesterol dapat Anda lihat sebagai berikut:
Untuk memperoleh Fraksi III, residu dari fraksi II diekstraksi dengan pelarut
etanol, selain itu endapan yang diperoleh dilarutkan dengan campuran kloroform dan
methanol dengan perbandingan 3 : 1. Dalam fraksi III ini suspensi yang diperoleh
langsung dipekatkan tanpa melakukan penyaringan, karena filtrat yang diperoleh sangat
sedikit. selanjutnya suspensi dikeringkan hingga membentuk endapan. Fraksi III
berwarna krem.
Secara teoritis, otak sapi merupakan lemak netral, lemak netral disebut juga asil
gliserol atau gliserida. Lemak ini merupakan komponen utama lemak simpanan pada
sel-sel hewan, terutama pada jaringan adiposa. Otak sapi juga termasuk asam lemak tak
jenuh, asam lemak tak jenuh mempunyai titik cair yang lebih rendah. Asam ini
merupakan suatu senyawa organik berantai panjang yang mempunyai atom karbon dari
4 sampai 24 dan memeiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon non polar
yang panjang yang menyebabkan kebanyakan lipida bersifat tidak larut dalam air.
Struktur asam lemak tak jenuh berotasi kaku karena adanya rantai ikatan rangkap. Sifat
asam lemak tak jenuh ditentukan oleh rantai hidrokarbonnya, asam lemak berantai
mengandung 1 sampai 8 atom karbon berupa cairan sedangkan labih dari 8 atom berupa
padatan.
Ketiga fraksi yang diperoleh kemudian disimpan sebagai bahan amatan untuk
praktikum selanjutnya, yakni karakteristik lipid.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan diketahui persentase masing-masing fraksi
(I, II, dan III) berturut-turut adalah: 0,494%; 3,092 % dan 5,114%. Hasil tersebut
menunjukkan banyaknya lipid yang terkandung dalam sampel otak sapi.
DAFTAR PUSTAKA
Abun, 2009, Diktat Kuliah Biokimia Judul Lipid, Universitas Padjadjaran, Ponorogo.
Anwar,C,.1994. Penuntun Praktikum Kimia Organik. FMIPA Universitas Gajah
Mada. Yoyakarta.
Harjadi, 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta
Hurst, W Jeffry; M. D. Aleo dan Robert A. Martin, Jr, 1982, High Perfomance Liquid
Chromatography Analysis of Cholesterol in Milk, Hershey Food and
Technical Center, J Dairy Sel 66: 2192 – 2194.
Rahmat, Mifta N., 2010, Kolesterol, http://duniainikecil.wordpress.com
Reichardt, C. 1988. Solvents and Solvent Effects in Organic Chemistry. VCH Verlags
Weinheim, Germany.
Tri-Panji, Suharyanto, A. W. Paulus, K. Syamsu & A. M. Fauzi, 2002, Produksi dan
Stabilisasi Desaturase dari Absidia corymbifera, Menara Perkebunan, 70(2),
58-71
Rita Kartika Sari, Wasrin Syafii, Kurnia Sofyan dan Muhammad Hanafi, 2004, Sifat
Antirayap Resin Damar Mata Kucing dari Shorea javanica K. et V. J. Ilmu
& Teknologi Kayu Tropis Vol. 2 • No.1 •