Post on 06-Feb-2018
LAPORAN AKHIR
PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS
PELATIHAN PEMBUATAN BONEKA JARI DAN
PENDAMPINGAN PENGGUNAANNYA BAGI
GURU-GURU TK KECAMATAN SERIRIT
Oleh:
Luh Diah Surya Adnyani (Ketua)
NIP : 198309232008122001
Ni Putu Astiti Pratiwi (Anggota)
NIP : 198808252015042002
I Wayan Swandana (Anggota)
NIP : 198411182015041002
Putu Adi Krisna Juniarta (Anggota)
NIP : 1987061222015041006
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha
SPK No......................Tanggal.......................
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2017
2
DAFTAR ISI
Halaman Muka
Pengesahan
Daftar Isi .................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Analisis Situasi ..................................................................................................... 1
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ................................................................... 6
1.3 Tujuan Kegiatan ................................................................................................... 6
1.4 Manfaat Kegiatan ................................................................................................. 7
BAB II METODE PELAKSANAAN ..................................................................... 8
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................13
BAB IV PENUTUP ................................................................................................17
4.1 Simpulan ............................................................................................................. 17
4.2 Saran ....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Absensi
Foto-Foto Kegiatan
Peta lokasi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hasil Observasi saat Pelatihan ...............................................................13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pemecahan Masalah P2M.................................... 8
Gambar 2. Metode Kegiatan P2M...............................................................................10
Gambar 3. Prosedur dan Alat Evaluasi........................................................................11
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.
58, 2009, Taman Kanak-Kanak adalah tempat yang tepat untuk membantu anak-
anak yang berada dalam usia emas. Dalam usia ini, mereka berada dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani sesuai bakat, minat, dan sifat
masing-masing. Usia emas atau dikenal dengan nama golden age merupakan usia
dimana anak-anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun
mental yang sangat pesat. Mereka mampu mempelajari banyak hal, meliputi aspek
kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik, dan motorik dengan cepat.
Usia emas tumbuh kembang anak merupakan usia yang sangat krusial
karena sekitar 80 persen otak anak berkembang pada masa ini, segala informasi
dapat diserap oleh anak tanpa melihat baik buruknya (Rahman, 2002). Untuk itu
anak sangat perlu memperoleh pendampingan, dan bimbingan agar informasi
dapat tercerna dengan baik. Lingkungan anak seperti keluarga, sekolah, dan
masyarakat harus memberikan dukungan positif terhadap penyerapan informasi
yang bermanfaat. Disinilah peran sekolah taman kanak-kanak diharapkan mampu
memberi kontribusi untuk mengoptimalkan perkembangan anak mencerna
informasi dengan meliputi beberapa aspek penting. Aspek-aspek tersebut adalah
aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional,
dan seni yang tercermin dalam keseimbangan kompetensi sikap pengetahuan, dan
keterampilan (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 146 Tahun
2014).
Karena Taman Kanak-kanak memiliki peranan yang sangat penting, maka
sudah seharusnya Taman Kanak-kanak dirancang dan dikelola dengan baik.
Sebuah taman kanak-kanak diharapkan memiliki guru yang berilmu, terampil, dan
berwawasan luas, serta memiliki fasilitas-fasilitas penunjang yang mampu
merangsang guru untuk lebih kreatif. Guru-guru TK harus mampu memberikan
pelayanan yang baik, menarik, dan kreatif agar dapat membantu anak-anak TK
2
dalam mengembangkan aspek-aspek penting yang berkembang pada usia emas
tumbuh kembang anak.
Kegiatan di sekolah yang dilaksanakan di TK haruslah menyenangkan
agar anak-anak tidak merasa tertekan. Masitoh (2005) mengungkapkan bahwa
terdapat beberapa strategi pembelajaran yang dapat diterapkan di TK, seperti
strategi pembelajaran yang berpusat pada anak, yaitu membiarkan anak
merencanakan dan melakukan sesuatu, sementara guru menyediakan fasilitas,
strategi pembelajaran melalui bermain, bercerita, bernyanyi, dan strategi
pembelajaran terpadu.
Untuk dapat melakukan proses pembelajaran yang menarik menggunakan
strategi-strategi tersebut, guru-guru TK diharapkan mampu menyiapkan media
yang sesuai dengan perkembangan anak. Media adalah alat bantu yang dapat
membuat anak memahami konsep yang diajarkan (Mumtahanah, 2014). Salah satu
media yang dapat digunakan untuk pembelajaran di TK adalah boneka jari.
Boneka jari atau dalam bahasa Inggris disebut finger puppet, dapat berupa kertas
maupun kain yang dibentuk sesuai karakter yang diinginkan. Boneka tersebut
berukuran mini sehingga dapat dimasukkan ke jari tangan dan kemudian
dimainkan.
Strategi pembelajaran yang diungkapkan Masitoh (2005) dapat diajarkan
dengan bantuan media boneka jari. Pada strategi yang berpusat pada anak, guru
mempersiapkan gambar kecil-kecil dan kertas, guru membiarkan anak
menggunting dan menempel dan jadilah boneka jari yang kemudian dimainkan
oleh anak. Boneka jari juga bisa sebagai media untuk bernyanyi, seperti lagu
dengan tema keluarga. Selain itu sangat besar kemungkinan penggunaan boneka
jari untuk bercerita. Berbagai cerita dapat disampaikan dengan bantuan media
boneka jari. Anak-anak juga dapat bermain menggunakan boneka jari, yaitu
bermain peran menggunakan karakter boneka jari yang diselipkan di jarinya.
Mencermati bahwa media boneka jari sangat bermanfaat sebagai alat
bantu untuk berbagai strategi pembelajaran untuk anak TK, maka sangat penting
bagi guru TK untuk memiliki boneka jari.
3
Berdasarkan data yang diperoleh dari UPP Kecamatan Seririt, terdapat 29
sekolah taman kanak-kanak di kecamatan tersebut. Dari 29 TK, lima diantaranya
berstatus negeri, sementara 24 lainnya berstatus swasta. Berdasarkan wawancara
dengan kepala sekolah dan guru-guru di beberapa TK, dapat disimpulkan bahwa
guru-guru TK tersebut paham bahwa di TK seharusnya anak-anak bermain sambil
belajar, dan dalam kegiatan bermain itu mereka diperkenalkan materi sederhana
yang telah ditentukan oleh pemerintah. Guru-guru tersebut mengetahui bahwa
mereka diharapkan membantu anak-anak didiknya untuk mengembangkan aspek-
aspek penting anak usia dini, seperti nilai agama dan moral, fisik-motorik,
kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni, sehingga terdapat keseimbangan
kompetensi antara sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Tantangan dan kesulitan yang dialami guru-guru TK di beberapa sekolah
adalah bagaimana cara mencapai aspek-aspek tersebut dengan menyenangkan
sehingga anak-anak suka dan tidak takut pergi ke sekolah. Selama ini guru-guru
tersebut mengajar dengan bantuan buku TK, dan sudah mengajak anak-anak untuk
bermain, bernyanyi, dan bercerita. Namun akan lebih menarik jika kegiatan-
kegiatan tersebut dilakukan dengan media, seperti boneka jari. Berdasarkan
wawancara, mayoritas TK tidak memiliki boneka jari.
Boneka jari tidak perlu dibeli dengan harga mahal. Guru-guru TK dapat
membuat sendiri boneka jari sesuai dengan karakter yang diinginkan dan juga
sesuai dengan cerita yang ingin disampaikan. Untuk itu sangat perlu diadakan
pelatihan pembuatan boneka jari dan pendampingan penggunaannya bagi guru-
guru TK di Kecamatan Seririt. Dengan membuat sendiri boneka jari, guru-guru
dapat menuangkan kreativitasnya, yaitu dalam membentuk karakter boneka sesuai
yang diinginkan dan diperlukan, seperti bentuk binatang, manusia, buah, dan
lainnya. Guru-guru juga dapat membuat variasi boneka dengan berbagai warna
sehingga media boneka jari akan menjadi lebih menarik.
Saat boneka jari telah dimiliki, guru-guru bisa memperkenalkan kosakata,
baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Guru-guru dapat
menggunakan media tersebut utuk bernyanyi, bermain, dan bercerita. Dapat
4
dikatakan bahwa satu jenis media dapat dipakai untuk beberapa strategi
pembelajaran. Hal ini sangat efektif dan efisien.
Berdasarkan teori, boneka jari merupakan suatu media pembelajaran yang
digunakan untuk menarik perhatian anak sehingga anak mau terlibat dalam proses
pembelajaran. Menurut Marlinda dkk. (2014), boneka jari adalah boneka yang
terbuat dari bahan flannel yang kemudian dibentuk pola sesuai dengan yang
diinginkan dan dibuat sedemikian rupa kemudian dimasukkan ke dalam jari-jari
tangan sehingga dapat dimainkan oleh anak. Boneka jari merupakan salah satu
media kegiatan mendongeng, berbicara, atau melakukan percakapan dan sangat
cocok dimainkan untuk anak dalam pembelajaran di kelas.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Bhakti dkk. (2015) bahwa boneka jari
adalah boneka yang dapat dimasukkan kejari tangan, berbentuk kecil seukuran jari
tangan orang dewasa. Boneka jari merupakan media pembelajaran yang memiliki
karakter dan bentuk tertentu sesuai dengan pembelajaran yang akan diberikan.
Guru dapat sekreatif mungkin untuk membentuk boneka jari sesuai dengan tema
yang dipilih. Contoh tema yang dipilih adalah keluarga, maka setidaknya karakter
pada boneka jari terdapat anggota keluarga yaitu ayah, ibu, kakak, dan adik. Cara
menggunakannya adalah dengan menggerakkan jari.
Boneka jari adalah mainan edukatif yang memberikan manfaat luar biasa
karena memberikan pengalaman pembelajaran yang menyenangkan dan menarik
perhatian anak dalam kegiatan. Zaman (2008 dalam Marlinda dkk., 2014)
menjelaskan bahwa tujuan penggunaan media jari adalah untuk mengembangkan
kemampuan bahasa anak, mempertinggi keterampilan dan kretivitas anak, serta
melatih keterampilan jari jemari tangan. Selain itu, penggunaan boneka jari juga
membantu dalam mengembangkan aspek moral atau menanamkan nilai-nilai
kehidupan pada anak, mengembangkan daya fantasi anak, melatih kecakapan
motorik halus, serta mengembangkan kemampuan kognitif anak.
Sudah banyak penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai
penggunaan boneka jari. Marlinda dkk. (2014) menyimpulkan bahwa penerapan
media boneka jari dalam metode bercerita sangat efektif untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa anak, yaitu kemampuan menyimak dan berbicara serta
menambah kosakata yang dimilikinya. Penggunaan boneka jari yang
menggunakan bentuk-bentuk boneka yang menarik merangsang keaktifan anak
untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
5
Tak hanya untuk anak usia dini, penggunaan boneka jari juga
memberikan manfaat untuk anak di sekolah dasar. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Bhakti dkk. (2015) yang mengungkapkan bahwa model
pembelajaran BCCT menggunakan teknik bermain secara langsung dengan media
boneka jari menjadi salah satu metode pembelajaran aktif dan menyenangkan
untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Seiring dengan meningkatnya
rasa percaya diri anak, media boneka jari juga membantu anak dalam
mengembangkan keterampilan berbahasa, mempertinggi keterampilan dan
kreativitas anak, membantu anak belajar bersosialisasi, dan bergotong royong.
Amiliya dkk. (2014) juga mengemukakan hal yang sama yaitu media
boneka jari yang dilakukan dengan kegiatan bercerita berpengaruh positif dan
meningkatkan kemampuan menyimak anak usia 4 – 5 tahun. Dikatakan pula
bahwa media boneka jari berbahan origami adalah suatu bentuk inovasi dari
pembelajaran yang ada dan dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan
menyimak anak. Namun, pada dasarnya untuk hasilnya nanti peningkatan
kemampuan menyimak anak dapat dipengaruhi oleh banyak faktor salah satu
diantaranya faktor dari dalam diri anak seperti kemampuan kognitif dan keadaan
psikologis anak serta faktor dari guru, sekolah atau situasional. Semua faktor-
faktor yang mempengaruhi kemampuan menyimak anak perlu mendapat perhatian
agar kemampuan menyimak anak dapat ditingkatkan secara maksimal.
Selain meningkatkan kemampuan dalam berbahasa, media boneka jari
juga mempengaruhi perkembangan emosional anak. Mufida (2013) berpendapat
bahwa penggunaan media boneka jari saat bercerita membantu dalam membangun
kedekatan emosional antara pendidik dengan anak. Boneka jari merupakan suatu
media untuk menyalurkan dan mengembangkan emosi anak. Anak akan mulai
mengekspresikan emosinya pada saat mendengarkan cerita baik senang ataupun
sedih, dan dapat merangsang anak untuk meningkatkan sikap aktif antara anak
dengan guru serta memungkinkan interaksi langsung
antara anak dengan lingkungan dan kenyataan.
6
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru-guru di
beberapa TK di Kecamatan Seririt, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan,
yaitu:
1. Tidak adanya media boneka jari di sebagian besar TK di kecamatan
Seririt.
2. Guru-guru memiliki kendala dalam membuat pembelajaran yang lebih
menyenangkan.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, Rumusan Pengabdian
Masyarakat ini adalah: Dengan satu jenis media yaitu boneka jari, guru-guru TK di
Kecamatan Seririt akan mampu melakukan beberapa strategi pembelajaran dengan
lebih menyenangkan.
1.3 Tujuan Kegiatan
Untuk membantu para guru TK di Kecamatan Seririt dapat melaksanakan
beberapa strategi pembelajaran dengan lebih menyenangkan dengan
menggunakan media boneka jari, maka tujuan kegiatan ini adalah memberikan
pelatihan cara pembuatan boneka jari dan aktivitas penggunaannya dalam
pembelajaran, sehingga nantinya para guru dapat:
a. Memiliki minimal 5 boneka jari.
b. Mampu membuat sendiri boneka jari dengan kreasi sendiri, yaitu dengan
bentuk dan gambar kosakata dan karakter tertentu.
c. Mampu merancang pembelajaran yang lebih menyenangkan dengan
menggunakan boneka jari.
d. Mampu menyelenggarakan pembelajaran yang menyenangkan dan kreatif
dengan menggunakan boneka jari.
7
1.5 Manfaat Kegiatan
Hasil Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini diharapkan akan
memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan profesionalisme guru-guru
TK kecamatan Seririt. Secara lebih eksplisit manfaat kegiatan ini adalah sebagai
berikut:
a. Guru-guru TK di desa Kecamatan Seririt memperoleh pengalaman dalam :
(1) bagaimana membuat boneka jari yang menarik, (2) bagaimana
merencanakan pembelajaran menggunakan boneka jari sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan, (3) bagaimana
melaksanakan beberapa strategi pembelajaran yang menyenangkan dan
bermakna dengan menggunakan boneka jari. Pembelajaran yang
dimaksud disini adalah bermain, bernyanyi, dan bercerita menggunakan
boneka jari, bisa dengan menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa
Inggris.
b. Anak-anak TK di Kecamatan Seririt belajar di sekolah tanpa merasa
terbebani. Mereka belajar dengan cara yang menyenangkan dan bermakna.
Mereka dapat bernyanyi, memvisualisasikan dongeng saat kegiatan
bercerita, dan bermain peran dengan menyenangkan karena menyelipkan
boneka di jari mereka. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan dalam
bahasa Indonesia atau dengan bahasa Inggris yang sederhana.
c. Secara umum Staf Dosen Universitas Pendidikan Ganesha dapat
melaksanakan salah satu dharma dari tri dharma Perguruan Tinggi yaitu
Pengabdian Pada Masyarakat.
8
Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pemecahan Masalah P2M
BAB II
METODE PELAKSANAAN
2.1 Kerangka Pemecahan Masalah
Berangkat dari permasalahan minimnya media boneka jari di sekolah TK
di Kecamatan Seririt dan perlunya memberi pelatihan tentang menyelenggarakan
pembelajaran yang lebih menyenangkan, maka alternatif pemecahan masalah
yang dilaksanakan dalam P2M ini dapat dilihat dalam diagram alur berikut:
PERMASALAHAN 1. Tidak adanya media boneka
jari di sebagian besar TK di
kecamatan Seririt.
2. Guru-guru memiliki kendala
dalam membuat
pembelajaran yang
menyenangkan.
PEMECAHAN MASALAH 1. Melakukan Pelatihan
pembuatan media boneka jari
sebagai media dalam
merangsang perkembangan
anak usia emas.
2. Melakukan Pelatihan dan
pendampingan untuk
merancang dan
menyelenggarakan beberapa
strategi pembelajaran yang
menyenangkan menggunakan
media boneka jari
METODE KEGIATAN 1.Ceramah dan Diskusi
2.Praktik membuat boneka jari
3. Simulasi kelompok
4.Pendampingan pembuatan
rencana pengajaran
menggunakan media boneka jari
5.Pendampingan dalam
pengajaran menggunakan media
boneka jari.
ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH Memberikan pelatihan pembuatan
boneka jari dan pendampingan
dalam perencanaan dan
penyelenggaraan pengajaran yang
menarik.
9
2.2 Khalayak Sasaran
Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat (P2M) ini adalah untuk
membantu guru-guru TK di kecamatan Seririt, kabupaten Buleleng, agar mampu
membuat media pembelajaran boneka jari, dan mampu merancang dan
melaksanakan pembelajaran yang lebih menyenangkan menggunakan boneka jari
tersebut.
2.3 Keterkaitan
Kegiatan P2M ini akan melibatkan pihak Undiksha dan pihak
penyelenggara pendidikan anak usia dini, yaitu tiga Taman Kanak-kanak di
Kecamatan Seririt. Instansi-instansi yang terlibat ini memperoleh keuntungan
secara bersama-sama sebagai berikut :
1. Taman Kanak-kanak di Kecamatan Seririt memperoleh manfaat dalam
penyediaan media belajar boneka jari dan mendapat pendampingan dalam
perencanaan dan pengajaran yang menyenangkan menggunakan boneka
jari tersebut.
2. Universitas Pendidikan Ganesha melalui Lembaga Pengabdian pada
Masyarakat berperan menyediakan dana, tenaga ahli, dan tim penggagas
kegiatan sehingga mendukung pelaksanaan dharma ketiga dari Tri Dharma
Perguruan Tinggi.
2.4 Metode Pelaksanaan
Dalam upaya mengatasi kesulitan yang dialami khalayak mitra, solusi
yang ditawarkan adalah dengan mengadakan pelatihan dengan menerapkan suatu
metode inovatif. Metode tersebut yaitu metode peta pikiran. Adapun langkah-
langkah pelaksanaan program adalah sebagai berikut. (1) pelatihan pembuatan
boneka jari dan (2) pendampingan pembuatan rencana pembelajaran dan
pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan menggunakan boneka jari yang
telah dibuat. Secara skematik, metode yang digunakan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi khalayak mitra disajikan pada Gambar 2 berikut ini:
10
Pelatihan Pembuatan Boneka Jari
Ceramah dan Diskusi Praktik
Pendampingan dalam Perencanaan dan Pengajaran
Simulasi
kelompok
Pendampingan di
TK
Pendampingan di
TK
Pendampingan di
TK
Pembelajaran dengan media
boneka jari
OUTPUT
Guru-guru memiliki media boneka
jari dan mampu merancang dan
melaksanakan pembelajaran yang
menyenangkan
Dampak
Gambar 2. Metode Kegiatan P2M
Berdasarkan Gambar 2 di atas, dapat dilihat bahwa kegiatan pertama
dimulai dengan melakukan pelatihan pembuatan media boneka jari. Dalam
kegiatan pelatihan tersebut, terdapat ceramah mengenai teori-teori yang berkaitan
dengan pendidikan anak usia dini, teori tentang strategi pembelajaran yang
menyenangkan untuk anak usia dini, dan cara pembuatan media boneka jari.
Kegiatan dilanjutkan di pertemuan berikutnya dengan praktik pembuatan boneka
11
jari berkelompok. Peserta bisa membuat boneka jari sesuai dengan kreativitas,
keinginan, dan kebutuhan. Pada pertemuan ketiga, peserta diberikan materi
tentang contoh-contoh kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna
menggunakan media boneka jari, materi tentang lesson study, dan diakhiri
dengan simulasi kelompok. Jadi, pelatihan dirancang dilaksanakan selama tiga
hari: hari pertama untuk teori, hari kedua untuk pembuatan boneka jari, dan hari
ketiga untuk simulasi kelompok. Setelah melakukan rangkaian kegiatan pelatihan,
kegiatan dilanjutnya dengan proses pendampingan. Pendampingan dilaksanakan
melalui bimbingan face to face secara berkelanjutan dalam perencanaan
pembelajaran dan pelaksanaan pembelajarannya di kelas. Pendampingan dilakukan
di beberapa sekolah tempat guru-guru bersangkutan bertugas.
2.5 Rancangan Evaluasi
1. Prosedur dan Alat Evaluasi
Pada kegiatan P2M ini, Prosedur dan alat evaluasi yang digunakan dapat
dilihat secara rinci pada gambar 3 di bawah ini.
Akhir Kegiatan
Pelaksanaan Kegiatan
Produk
Observasi, lesson study
Gambar 3. Prosedur dan Alat Evaluasi
Pada saat pelatihan, dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan
kegiatan yang mencakup ketekunan dan keseriusan khalayak mitra dalam
mengikuti kegiatan pelatihan. Instrumen yang dipergunakan adalah lembar
observasi. Penilaian dilakukan terhadap aspek-aspek sikap dan aktivitas para guru
TK yang mencirikan perilaku dan kemampuan mereka sebagai guru. Teknik
pemberian skor pada masing-masing indikator menggunakan skala lickert dengan
rentang 1-5. Selain itu dilakukan juga lesson study dalam perencanaan dan
pengajaran menggunakan boneka jari, dimana satu guru mengajar dan guru lain
serta dosen menjadi pengamat. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi untuk
12
mengevaluasi perencanaan dan juga pelaksanaan pengajaran.
Pada akhir kegiatan, penilaian yang dilakukan adalah penilaian produk.
Produk dari kegiatan ini adalah media boneka jari, perencanaan pembelajaran
yang telah melalui proses bimbingan dan lesson study, serta video pelaksanaan
pembelajaran.
2. Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan Program
Kemampuan peserta membuat boneka jari, merencanakan pembelajaran,
dan melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna
menggunakan boneka jari dianalisis secara deskriptif.
13
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Kegiatan
Pelatihan pembuatan boneka jari dilaksanakan selama tiga hari di balai banjar desa
Umeanyar kecamatan Seririt. Pembukaan pelatihan ini dihadiri oleh wakil dari ketua LPPM,
ketua UPP kecamatan Seririt, dan Ketua Pengawas Kecamatan Seririt. Pembukaan dimulai
pukul 10.00 pagi pada hari Sabtu tanggal 20 Mei 2016. Acara dimulai dengan pembukaan dari
MC, berdoa, menyanyikan lagu Indonesia raya dan lagu Himne TK, dilanjutkan dengan sepatah
dua patah kata dari Bapak Ketua UPP kecamatan Seririt, Pengawas, sambutan ketua pelaksana
kegiatan, dan diakhiri dengan sambutan ketua LPPM yang sekaligus membuka acara.
Setelah upacara pembukaan, narasumber memaparkan materi tentang teori-teori yang
berkaitan dengan pendidikan anak usia dini, teori tentang strategi pembelajaran yang
menyenangkan untuk anak usia dini, dan cara pembuatan media boneka jari. Guru-guru
TK ditambah para undangan dan tim pelaksana, mendengarkan dengan seksama dan sangat
aktif dalam sesi tanya jawab.
Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan, dilakukan pula observasi guna mengamati
ketekunan, keseriusan, kejujuran, serta tanggung jawab peserta pelatihan. Penilaian dilakukan
dengan melihat aspek-aspek sikap peserta yang mencirikan perilaku dan kemampuan peserta.
Dengan mengacu pada lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya, hasil observasi
rinci dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Hasil Observasi saat Pelatihan
No Aspek yang di observasi SS S KS TS STS
1 Ketekunan mendengarkan ceramah
yang disampaikan
90% 10%
2 Keseriusan dalam melakukan diskusi
tentang metode dan media
pembelajaran di TK
80% 20%
3 Kejujuran dalam mengemukakan
metode pembelajaran yang digunakan
di TK
90% 10%
4 Keterbukaan dalam menerima
informasi baru
90% 10%
5 Keterbukaan dalam menerima
masukan atas permasalahan
90% 10%
Berdasarkan tabel 3.1 diatas, dapat dilihat bahwa 90% peserta pelatihan sangat tekun
mendengarkan pemaparan materi dari para narasumber. Selain itu, berdasarkan observasi tiap
14
individunya, 80% sangat serius dalam melakukan diskusi tentang metode dan media
pembelajaran di TK. Ada 90% guru yang dengan jujur mengemukakan metode pembelajaran
yang digunakan kepada narasumber. Setelah mendapat pencerahan melalui materi yang
disampaikan, 90% memiliki keterbukaan dalam menerima informasi baru, dan 90% juga
terbuka dalam menerima masukan atas pertanyaan yang diajukan.
Keesokan harinya, para guru kembali untuk membuat boneka jari. Kegiatan didahului
oleh penyerahan alat dan bahan kepada para kepala Sekolah TK. Para guru peserta pelatihan
bekerja berkelompok dengan guru dari sekolah yang lokasinya berdekatan. Peserta bisa
membuat boneka jari sesuai dengan kreativitas, keinginan, dan kebutuhan. Pada pertemuan
ketiga, peserta diberikan materi tentang contoh-contoh kegiatan pembelajaran yang
menyenangkan dan bermakna menggunakan media boneka jari, materi tentang lesson
study, dan diakhiri dengan simulasi kelompok.
Setelah melalui tiga hari pelatihan dan memiliki boneka jari, kegiatan pelatihan telah
berakhir. Para guru TK telah berhasil membuat boneka jari dengan kreasi masing-masing.
Berdasarkan hasil wawancara, dalam pembuatan boneka jari, guru-guru merasa terbantu dengan
adanya pola yang diberikan oleh tim panitia. Pola tersebut berbentuk binatang, super hero, atau
karakter tertentu yang terdiri dari tampak depan, tampak belakang, telinga, ekor, atau yang
lainnya. Pola-pola tersebut bisa digunting dan dipakai untuk membuat bentuk pada kain
sehingga para guru tinggal menggunting sesuai pola dan menjahitnya. Kain yang digunakan
bisa kain perca ataupun kain flanel. Kain perca bisa diperoleh dari sisa kain tukang jahit,
sehingga dalam pembuatan media ini secara tidak langsung guru memanfaatkan bahan-bahan
yang tidak terpakai. Selain itu, hal yang dinilai positif oleh para guru adalah dalam pemilihan
warna dan jenis kain, guru bisa berkreasi sehingga satu karakter bisa memiliki variasi warna
yang berbeda. Sehingga satu pola untuk satu karakter bisa menjadi beberapa boneka jari dengan
variasi dan kombinasi warna yang berbeda.
Adapun kesulitan yang dialami para guru dalam pembuatan boneka jari adalah pada saat
memotong dan menjahit. Pada saat memotong pola guru harus berhati-hati karena boneka jari
ini berukuran kecil dan bentuknya harus sesuai pola. Selain itu, para guru memerlukan waktu
yang cukup untuk menjahitnya sehingga tampak rapi dan cantik. Dengan kesabaran, kerja sama,
dan sambil bersenda gurau, kegiatan memotong dan menjahit dapat terlaksana dengan lancar.
Setelah menyelesaikan boneka jari, langkah selanjutnya dari kegiatan P2M ini adalah
pendampingan ke sekolah-sekolah. Pendampingan dilakukan untuk mengetahui bagaimana para
guru TK mengajar menggunakan media boneka jari yang telah dibuatnya. Pendampingan
pertama dilakukan di TK kelompok satu. Ibu guru bercerita menggunakan boneka jari dengan
15
karakter ayah, ibu, kakak, dan adik. Ibu guru memulai dengan bangun pagi, mandi, sampai
pergi ke sekolah. Kegiatan bercerita juga diselingi dengan bernyanyi lagu “Bangun Tidur
Kuterus Mandi, dan lagu “Satu-Satu Aku Sayang Ibu”. Penanaman karakter dilakukan dengan
menekankan bahwa anak-anak tidak boleh nangis saat bangun pagi, harus belajar mandiri,
belajar mandi sendiri dan berpakaian sendiri. Anak-anak sebaiknya sarapan sebelum berangkat
ke sekolah karena sarapan sangat penting bagi tubuh. Saat pembelajaran, dilakukan pula tanya
jawab mengenai nama ayah, ibu, dan saudara mereka. Ditekankan pula anak-anak harus hormat
kepada orang tua, dan sayang kepada saudara, tidak boleh berantem. Berdasarkan observasi,
anak-anak sangat senang dan antusias diajar dengan media boneka jari.
Kelompok dua mengajar dengan materi warna dan bentuk. Dengan media boneka jari,
anak-anak diajak untuk mengenali warna-warna di tiap boneka jari serta bentuk dari mata,
telinga, dan lainnya. Kegiatan pembelajaran divariasikan dengan menyanyikan lagu “Pelangi”
dan mengaitkan warna pelangi dengan warna boneka jari yang diajarkan, dan lagu “Jari-jariku”
dimana anak-anak membuat bentuk dari jari telunjuk dan jempol, dan mengaitkan dengan
bentuk-bentuk yang ada pada boneka jari.
Kelompok tiga menggunakan boneka jari dengan bentuk binatang untuk
memperkenalkan nama, warna, dan suara binatang. Misalnya, dengan boneka jari berbentuk
sapi, anak-anak diminta menyebutkan warna sapi pada boneka jari, warna sapi yang mereka
lihat di kehidupan nyata, dan menirukan suaranya. Anak-anak juga diarahkan bahwa sapi
memproduksi susu dan susu baik untuk kesehatan. Dengan menyebutkan “Makanan 4 Sehat 5
Sempurna”, anak-anak belajar bahwa susu adalah salah satu minuman yang sehat selain bahan
makanan lain, sehingga sangat perlu mengkonsumsi makanan yang seimbang. Contoh lain
adalah boneka jari singa. Anak-anak diajak mengenal binatang buas yang tidak ada di
lingkungan sekitar mereka. Mereka bisa melihat binatang buas di kebun binatang.
Lain halnya dengan kelompok empat. Ibu guru mengajak anak-anak untuk kedepan
untuk memperkenalkan diri dan karakter boneka jari yang dimainkannya. Anak-anak sangat
antusias untuk kedepan, memasukkan boneka jari ke jari telunjuk mereka, kemudian
memperkenalkan diri dengan singkat dan memperkenalkan karakter yang dimainkannya.
Contohnya, “Halo, saya seekor gajah, lihat, saya sangat besar, saya punya belalai.” Anak lain
maju dan memperkenalkan diri “Halo teman-teman, saya seekor anjing, guk..guk.., saya
berwarna coklat, saya punya ekor.” dsb. Kegiatan ini melatih keberanian anak untuk berbicara
di depan kelas dengan memainkan boneka jari.
16
Kelompok lima meminta anak-anak untuk melakukan percakapan sederhana dengan
boneka jari. Dua anak maju, menyelipkan boneka jari pada jari telunjuk mereka, lalu bercakap-
cakap. Contohnya, boneka jari jerapah dan kucing bertemu.
A: “Halo, apa kabar jerapah?”
B:“Halo kucing, aku baik, kamu bagaimana?”
A: “Aku baik juga. Jerapah, kamu suka main apa?”
B: “Aku suka main bola. Kamu suka main apa?”
A: “ Hmmm.. Aku suka main game.”
Kegiatan ini melatih anak untuk memulai percakapan dan berkomukikasi dengan cara
melakukan tanya jawab yang sederhana dengan arahan dari guru.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Pelatihan pembuatan media boneka jari perlu dilakukan untuk guru-guru di kecamatan
Seririt. Dengan pelatihan ini, para guru yang bekerja sama dalam kelompok berhasil membuat
boneka jari yang bervariasi. Dengan bantuan pola karakter boneka jari, mereka menuangkan
kreativitasnya sehingga menghasilkan beberapa boneka jari yang memiliki pola sama namun
memiliki variasi warna dan jenis kain yang berbeda. Pada saat pendampingan pelaksanaan
pembelajaran di TK dengan menggunakan boneka jari yang telah dibuat, dapat disimpulkan
bahwa anak-anak sangat antusias dan tertarik dengan boneka jari yang dipakai. Pembelajaran
dilakukan dengan menyenangkan dan tetap menekankan aspek sosial dan bahasa saat bercakap-
cakap, aspek pengetahuan, saat mengenali bentuk, dan warna, dan aspek moral.
4.2 Saran
Berdasarkah hasil pelatihan dan pendampingan penggunaan boneka jari sebagai media
dalam pembelajaran di TK, disarankan kepada para guru TK untuk membuat boneka jari
dengan versi yang lebih banyak lagi. Para guru dapat menggunakan sisa kain untuk diubah
menjadi boneka jari yang menarik. Selain itu, dapat pula melibatkan anak TK dalam proses
pembuatan boneka jari dan penggunaannya dalam pembelajaran di kelas.
18
DAFTAR PUSTAKA
Amiliya, R.; Wilson; Y. Solfiah. 2014. Pengaruh Bercerita Dengan Media Boneka Jari
Berbahan Origami Terhadap Kemampuan Menyimak Anak Usia 4-5 Tahun di TK
Angrek Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar. Artikel online pada laman
https://eprints.uns.ac.id/ Bhakti, C. P.; S. U. N. Hasan;W. Indriyani. 2015. Boneka Jari Sebagai Media untuk
Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak Usia Sekolah Dasar. Artikel online pada
laman https://eprints.uns.ac.id/ Marlinda, N. L. D.; I N. Wirya; L. A. Tirtayani. 2014. Penerapan Metode Bercerita
Berbantuan Media Boneka Jari Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan
Anak Usia Dini. e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha, 2 (1).
Masitoh. (2005). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Mufida, D. E. 2013. Metode Bercerita Dengan Media Boneka Tangan Untuk
Mengembangkan Kemampuan Sosial Emosional Anak Kelompok B di TK Aisiyah
Bustanul Athfal II Babat Lamongan. Artikel online pada laman https://eprints.uns.ac.id/
Mumtahanah, N. (2014). Penggunaan Media Visual dalam Pembelajaran PAI. AL HIKMAH.
Jurnal Studi Keislaman. 4(1). 91-104
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58, 2009
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 146, 2014
Rahman, H. (2002).Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Galah
19
Daftar Hadir
20
21
Foto-foto kegiatan
22
23
24
Peta Lokasi
Kecamatan seririt berada 22 km ke arah barat dari kota Singaraja. Perjalanan dapat
ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar 38 menit.