Post on 06-Jan-2020
i
LAPORAN AKHIR
PENINGKATAN KAPASITAS KADER POSYANDU DALAM MENJALANKAN
FUNGSI POSYANDU DI PADUKUHAN SEMBUNG,
DESA PURWOBINANGUN, PAKEM, SLEMAN
Koordinator Mata Kuliah:
dr. Fatwasari Tetra Dewi, MPH, Ph.D
Tutor:
Syafriani, SKM., MPH
Oleh :
Apriliana Dany (16/403186/PKU/16004)
Irma Alya Safira (16/403272/PKU/16090)
Tika Amimah H. (16/403374/PKU/16192)
Windri Lesmana R. (16/403384/PKU/16202)
Wiradianto Putro (16/403167/PKU/15985)
PROGRAM PASCA SARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN PERILAKU DAN PROMOSI KESEHATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS KEDOKTERAN
YOGYAKARTA
2017
ii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini adalah kami, mahasiswa Minat
Perilaku dan Promosi Kesehatan, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa
pekerjaan tugas blok tersebut di atas adalah benar-benar hasil pekerjaan pribadi
dan bukan hasil pekerjaan menyalin, atau meniru keseluruhan maupun sebagian
hasil pekerjaan teman atau orang lain. Apabila kami sengaja maupun tidak
sengaja melakukan hal tersebut di atas, maka kami bersedia menerima sangsi
berupa : dianggap tidak mengumpulkan tugas tersebut. Selain itu jika ada 2
naskah yang sama baik keseluruhan atau sebagian, keduanya dianggap tidak
mengumpulkan tugas.
Yogyakarta, 23 Oktober 2017
Apriliana Dany
Irma Alya Safira
Tika Amimah H.
Windri Lesama R.
Wiradianto Putro
iii
Daftar Isi
BAB I ................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................. 5
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 5
A. Telaah Pustaka ......................................................................................... 5
1. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita ............................................... 5
2. Posyandu ............................................................................................... 7
3. Kader Posyandu .................................................................................... 8
B. Landasan Teori ....................................................................................... 13
C. Kerangka Teori ....................................................................................... 15
D. Kerangka Konsep .................................................................................... 16
E. Hipotesis ................................................................................................. 16
F. Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 17
BAB III ............................................................................................................... 18
RANCANGAN PENELITIAN ............................................................................. 18
A. Rancangan Penelitian Kuantitatif ............................................................ 18
B. Rancangan Penelitian Kualitatif ............................................................... 18
C. Lokasi, Populasi, Dan Sampel Penelitian ................................................ 19
D. Reviu dan Adjustment Program ............................................................... 20
E. Pelaksanaan Program ............................................................................. 22
F. Evaluasi Program .................................................................................... 24
BAB IV ............................................................................................................... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 25
A. Hasil Penelitian Kuantitatif ....................................................................... 25
B. Pembahasan Kuantitatif .......................................................................... 33
C. Hasil dan Pembahasan Kualitatif ............................................................ 35
BAB V ................................................................................................................ 38
iv
PENUTUP ......................................................................................................... 38
A. Kesimpulan ............................................................................................. 38
B. Saran/Rekomendasi ................................................................................ 39
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perhatian terhadap perumbuhan dan perkembangan anak sangat penting
karena terjadinya kekurangan gizi pada masa bayi dan anak-anak dapat
meningkatkan risiko penyakit infeksi dan kematian serta dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Hamariyana dkk, 2013).Status
tumbuh kembang serta tingkat kecukupan gizi anak dapat dipantau di Posyandu.
Posyandu merupakan lini depan dalam upaya melakukan deteksi dini terhadap
resiko terjadinya kekurangan gizi ibu dan balita serta permasalahan tumbuh
kembang pada balita (Nency, 2007).
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012. Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 104 per
100.000 dan Angka Kematian Bayi (AKB) 25 per 1000 kelahiran hidup
(Kemenkes RI, 2013). Pemberian ASI eksklusif sebesar 70,83% masih di bawah
target nasional yaitu 80%. Data laporan kunjungan Posyandu tahun 2015
Puskesmas Kecamatan Pakem, Sleman, wilayah Desa Purwobinangun memiliki
cakupan masih dibawah target yaitu hanya 131 dari 143 (Puskesmas Pakem,
2015). Sembung yang merupakan salah satu Padukuhan di Desa
Purwobinangun juga memiliki angka kunjungan Posyandu balita masih dibawah
target D/S (84%) yang telah ditentukan, yaitu hanya berkisar 60-70%. Tingkat
kemandirian Posyandu Padukuhan Sembung juga masih tergolong Madya, yang
artinya cakupan program uatamnya masih rendah, yakni <50% (Puskesmas
Pakem, 2015).
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi (Kemenkes RI, 2012). Beberapa kegiatan yang
dilakukan di posyandu adalah pemantauan status gizi yang dilakukan melalui
beberapa prosedur. Pemantauan status gizi yang biasa dilakukan di posyandu
adalah dengan metode Antropometri yang merupakan metode pengkajian
2
sekaligus pengukuran ukuran tubuh balita diataranya berat badan, tinggi badan /
panjang badan, lingkar kepala dan lingkar lengan (Supriasa dkk, 2012) hasil dari
Antropometri akan diinterpretasikan dalam bentuk grafik yang dicatat pada Kartu
Menuju Sehat (KMS).
Keberadaan posyandu sangat diperlukan dalam mendekatkan upaya
promotif dan preventif pada masyarakat utamanya terkait dengan upaya
peningkatan status gizi anak serta upaya kesehatan ibu dan anak. Posyandu
sebagai sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat, adalah suatu
wahana untuk memberdayakan masyarakat, dan memberi kemudahan bagi
masyarakat setempat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Kader
berperan sebagai ujung tombak dari pemantauan pertumbuhan balita di wilayah
tempat ia tinggal, sehingga tingkat pengetahuan dan keterampilan kader menjadi
hal yang sangat penting dalam keberhasilan pelaksanaan posyandu.(Kemenkes
RI, 2012). Tingkat pengetahuan dan keterampilan kader Posyandu dalam
melakukan pengukuran antropometri merupakan hal yang penting. Keterampilan
kader yang kurang dapat menyebabkan kesalahan dalam memberikan
interpretasi status gizi dan dapat mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan
keputusan dan penanganan masalah tersebut. Maka, perlunya mengembangkan
kemampuan kader agar dapat berpotensi secara maksimal, dengan bekal
pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan tugas yang
seharusnya, dalam mengelola posyandu agar dapat berperan aktif dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat (Handarsari dkk, 2015).
Telah dilakukan pengumumpulan data melalui wawancara, observasi dan
diskusi kelompok terarah (DKT) dengan para kader posyandu, ditemukan
beberapa kendala yang terjadi dalam pelaksanaan posyandu padukuhan
Sembung, seperti cara pengukuran berat badan dan tinggi badan yang masih
kurang tepat, meja 4 penyuluhan yang belum berjalan karena keterampilan dan
kepercayaan diri kader dalam memberikan penyuluhan masih kurang, kemudian
adanya temuan kesalahan dalam pencatatan hasil pengukuran berat badan anak
sehingga berdampak pada identifikasi status gizi anak saat laporan posyandu
diberikan pada tenaga kesehatan di Puskesmas Pakem. Permasalahan lain yang
ditemui adalah masih rendahnya angka kunjungan posyandu Sembung bila
dibandingkan cakupan standar kunjungan D/S 84% berdasarkan laporan petugas
gizi Puskesmas Pakem.
3
Berdasarkan analisis komunitas dan analisis kebutuhan yang telah dilakukan,
maka diperlukan suatu perencanaan kegiatan interevensi untuk meningkatkan
kapasitas kader dalam optimalisasi fungsi Posyandu. Peningkatan kapasitas
kader dilakukan dengan pelatihan berkelanjutan dan spesifik sehingga kader
memiliki keterampilan dan kepercayaan diri dalam pelayanan kesehatan dasar
bagi bayi dan balita khususnya dan masyarakat padukuhan Sembung pada
umumnya. Selain kader, pemberian edukasi juga diberikan pada ibu bayi dan
balita untuk meningkatkan partisipasi kunjungan Posyandu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan dan
keterampilan kader mengenai program Posyandu Balita di Padukuhan Sembung
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan program ini adalah setelah para Kader Posyandu mengikuti
pelatihan, diharapkan akan mampu mengelola dan melaksanakan
kegiatan Posyandu dengan baik dan benar.
2. Tujuan Khusus
a) Memahami prosedur dan tugas-tugas Kader Posyandu dalam
mengelola Posyandu
b) Memahami cara antropometri (penimbangan berat, pengukuran
tinggi/panjang badan, pengukuran LiLA, pengukuran lingkar kepala)
secara tepat
c) Memahami cara pengisian KMS dan membaca KMS
d) Memahami pencatatn sistem informasi Posyandu (Administrasi
Posyandu)
e) Mampu melakukan penyuluhan baik perorangan atau kelompok di
Posyandu
4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat penelitian bagi kader Posyandu:
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dalam program
Posyandu
- Meningkatkan mutu pelayanan Posyandu Balita
2. Manfaat bagi masyarakat Padukuhan Sembung
- Mengetahui tumbuh kembang dan status gizi bayi dan balita di
padukuhan sembung sebagai upaya pencegahan bayi-balita malnutrisi
3. Manfaat bagi petugas kesehatan di wilayah Pakem
- Mendapatkan data tumbuh kembang bayi dan balita secara akurat setiap
bulan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
a) Definisi
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
sebagian atau keseluruha, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang
dan berat. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus , bicara
dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Pertumbuhan terjadi
secara sumultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan,
perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf
pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan
sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi.
Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia
yang utuh (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005).
b) Faktor - faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang balita
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor -
faktor tersebut antara lain :
1. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang
anak yaitu ras/etnik, keluarga, umur, jenis kelamin dan genetik.
2. Faktor luar/ekternal yaitu faktor prenatal, persalinan dan
pascapersalinan
c) Aspek perkembangan yang dipantau
1. Gerak kasar atau motorik kasar, adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh
yang melibatkan otot - otot besar seperti duduk, berdiri dan
sebagainya.
6
2. Gerak halus atau motorik halus, adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan
bagian - bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot - otot kecil,
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati
sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya.
3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
berbicara, berkomunikasi mengikuti perintah dan sebagainya.
4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan
selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungan dan sebagainya.
d. Periode tumbuh kembang balita :
1. Masa bayi (infacy) umur 0 sampai 11 bulan.
Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan
anak terjalin, sehingga dalam masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik
anak sangat besar. Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu :
• Masa neonatal, umur 0 - 28 hari. Pada masa ini terjadi adaptasi
terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah, serta
mulai berfungsinya organ – organ.
• Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan. Pada
masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara terus - menerus terutama meningkatnya
fungsi sistem saraf. Seorang bayi tergantung pada orang tua dan
keluarga sebagai unit pertama yang dikenalnya. Pada masa ini,
kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapatkan ASI
eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan
pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai
jadwal serta mendapat pola asuh yang sesuai.
2. Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12 - 59 bulan)
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan
terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan
gerak halus) serta fungsi ekskresi. Periode penting dalam tumbuh
7
kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang
berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya.
Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan,
pertumbuhan dan perkembangan sel - sel otak masih berlangsung
dan terjadi pertumbuhan serabut - serabut syaraf dan cabang -
cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang
kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan antar sel syaraf ini akan
sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan
belajar berjalan, mengenal huruf hingga bersosialisasi. Pada masa
balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas dan
kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat
dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan
moral serta dasar - dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa
ini, sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila
tidak dideteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi
kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.
2. Posyandu
a. Pengertian Posyandu
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan
dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh
pelayanan kesehatan dasar bagi ibu, bayi dan anak balita (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
b. Manfaat Posyandu
Posyandu memiliki banyak manfaat untuk masyarakat, diantaranya :
1. Mendukung perbaikan perilaku, keadaan gizi dan kesehatan
lingkungan sehingga :
a) Keluarga menimbang balitanya setiap bulan agar terpantau
pertumbuhannya.
b) Bayi 6-11 bulan memperoleh kapsul Vitamin A warna biru
(100.000 SI)
8
c) Anak 12-59 bulan memperoleh kapsul vitamin A warna merah
(200.000 SI) setiap 6 bulan (Februari dan Agustus)
d) Memperoleh imunisasi sesuai jadwalnya
2. Mendukung perilaku hidup bersih dan sehat
3. Mendukung pencegahan penyakit yang berbasis lingkungan dan
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
4. Mendukung pelayanan Keluarga Berencana
5. Mendukung pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam
penganekaragaman pangan melalui pemanfaatan pekarangan untuk
memotivasi kelompok dasa wisma agar berperan akti
c) Sasaran Posyandu
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat/keluarga, utamanya
adalah bayi baru lahir, bayi, balita, ibu hami, ib menyusui, ibu nifas, PUS
(Pasangan Usia Subur). Berdasarkan pemantauan di lapangan,
Posyandu Padukuhan Sembung hanya melayani bayi dan balita.
3. Kader Posyandu
a. Definisi Kader Posyandu
Upaya peningkatan peran dan fungsi Posyandu bukan semata-mata
tanggungjawab pemerintah saja, namun semua komponen yang ada di
masyarakat, termasuk kader. Peran kader dalam penyelenggaraan
Posyandu sangat besar karena selain sebagai pemberi informasi
kesehatan kepada masyarakat juga sebagai penggerak masyarakat untuk
datang ke Posyandu dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.
Kader kesehatan atau Posyandu, menurut Depkes RI (2003),
adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat, mau
dan mampu bekerja bersama dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan
secara sukarela. Sementara menurut WHO (World Health Organization)
dalam Effendi (1998) kader merupakan laki-laki atau wanita yang dipilih
oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani, masalah-masalah
kesehatan perorangan maupun yang amat dekat dengan tempat-tempat
pemberian pelayanan kesehatan.
9
b. Peran Kader Posyandu
Berikut adalah peran kader posyandu (Kemenkes, 2012)
1. Sebelum Hari Buka Posyandu
a. Melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatan Posyandu.
b. Menyebarluaskan informasi tentang hari buka Posyandu melalui
pertemuan warga setempat atau surat edaran.
c. Melakukan pembagian tugas antar kader, meliputi pendaftaran,
penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pemberian makanan
tambahan, serta pelayanan yang dapat dilakukan oleh kader.
d. Melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas
lainnya terkait dengan jenis layanan yang akan diselenggarakan.
Jenis kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan Posyandu
sebelumnya atau rencana kegiatan yang telah ditetapkan
berikutnya.
e. Menyiapkan bahan penyuluhan dan pemberian makanan
tambahan. Bahan-bahan penyuluhan sesuai permasalahan yang
di dihadapi para orangtua serta disesuaikan dengan metode
penyuluhan, misalnya: menyiapkan bahan-bahan makanan
apabila ingin melakukan demo masak, lembar balik untuk kegiatan
konseling, kaset atau CD, KMS, buku KIA, sarana stimulasi balita.
f. Menyiapkan buku-buku catatan kegiatan Posyandu.
2. Saat Hari Buka Posyandu
a. Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu
nifas, ibu menyusui, dan sasaran lainnya.
b. Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan kesehatan
anak pada Posyandu, dilakukan penimbangan, pengukuran tinggi
badan, pengukuran lingkar kepala anak, pemantauan aktifitas
anak, pemantauan status imunisasi anak, pemantauan terhadap
tindakan orangtua tentang pola asuh yang dilakukan pada anak,
pemantauan tentang permasalahan anak balita, dan lain
sebagainya.
c. Membimbing orangtua melakukan pencatatan terhadap berbagai
hasil pengukuran dan pemantauan kondisi anak balita.
10
d. Melakukan penyuluhan tentang pola asuh anak balita. Dalam
kegiatan ini, kader bisa memberikan layanan konsultasi,
konseling, diskusi kelompok dan demonstrasi dengan
orangtua/keluarga anak balita.
e. Memotivasi orangtua balita agar terus melakukan pola asuh yang
baik pada anaknya, dengan menerapkan prinsip asih-asah-asuh.
f. Menyampaikan penghargaan kepada orangtua yang telah datang
ke Posyandu dan minta mereka untuk kembali pada hari
Posyandu berikutnya.
g. Menyampaikan informasi pada orangtua agar menghubungi kader
apabila ada permasalahan terkait dengan anak balitanya.
h. Melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada hari
buka Posyandu.
3. Sesudah Hari Buka Posyandu
a. Melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada
hari buka Posyandu, anak yang kurang gizi, atau anak yang
mengalami gizi buruk rawat jalan, dan lain-lain.
b. Memotivasi masyarakat, misalnya untuk memanfaatkan
pekarangan dalam rangka meningkatkan gizi keluarga, menanam
tanaman obat keluarga, membuat tempat bermain anak yang
aman dan nyaman. Selain itu, memberikan penyuluhan tentang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
c. Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, pimpinan
wilayah untuk menyampaikan hasil kegiatan Posyandu serta
mengusulkan dukungan agar Posyandu terus berjalan dengan
baik.
d. Menyelenggarakan pertemuan, diskusi dengan masyarakat, untuk
membahas kegiatan Posyandu. Usulan dari masyarakat
digunakan sebagai bahan menyusun rencana tindak lanjut
kegiatan berikutnya.
e. Mempelajari Sistem Informasi Posyandu (SIP). SIP adalah sistem
pencatatan data atau informasi tentang pelayanan yang
diselenggarakan di Posyandu. Manfaat SIP adalah sebagai
11
panduan bagi kader untuk memahami permasalahan yang ada,
sehingga dapat mengembangkan jenis kegiatan yang tepat dan
sesuai dengan kebutuhan sasaran.
Format SIP meliputi:
1. Catatan ibu hamil, kelahiran, kematian bayi, kematian ibu
hamil, melahirkan, nifas;
2. Catatan bayi dan balita yang ada di wilayah kerja Posyandu;
jenis kegiatan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan
sasaran.
3. Catatan pemberian vitamin A, pemberian oralit, pemberian
tablet tambah darah bagi ibu hamil, tanggal dan status
pemberian imunisasi;
4. Catatan wanita usia subur, pasangan usia subur, jumlah
rumah tangga, jumlah ibu hamil, umur kehamilan, imunisasi
ibu hamil, risiko kehamilan, rencana penolong persalinan,
tabulin, ambulan desa, calon donor darah yang ada di wilayah
kerja Posyandu.
c. Peran Kader Tentang PHBS
Peran kader posyandu terkait PHBS sebagaimana tercantum dibawah ini
(Kemenkes, 2012):
1. Mendorong keluarga untuk melakukan persalinan di fasilitas
kesehatan dengan pertolongan tenaga kesehatan agar ibu dan bayi
selamat dan sehat.
2. Mengajak keluarga untuk mendorong ibu dalam memberikan ASI
Eksklusif dari usia 0-6 bulan agar bayi tumbuh sehat.
3. Mendampingi keluarga untuk menimbang bayi dan balita di Posyandu
setiap bulan agar terpantau pertumbuhan dan perkembangannya.
4. Mengajak keluarga untuk bergotong royong dalam penyediaan air
bersih di lingkungan agar terhindar dari penyakit.
5. Mendorong keluarga untuk membiasakan diri buang air besar di
jamban.
6. Menggerakkan masyarakat untuk terbiasa mencuci tangan
menggunakan sabun dengan air bersih mengalir.
12
7. Mengajak keluarga untuk menjadikan rumah bebas jentik nyamuk
dengan 3M plus seminggu sekali agar terhindar dari Demam
Berdarah.
8. Menggerakkan masyarakat agar giat makan sayur dan buah secara
rutin.
9. Menggerakkan masyarakat agar melakukan aktivitas fisik minimal 30
menit setiap hari.
10. Mendorong masyarakat menjadikan rumah tempat bebas asap rokok.
d. Sistem Lima Meja Posyandu
Tugas kader pada hari buka posyandu disebut juga dengan tugas
pelayanan 5 meja. Meja satu sampai empat, dilaksanakan oleh kader
kesehatan dan untuk meja lima dilaksanakan oleh petugas kesehatan
seperti dokter, bidan, perawat dan sebagainya (Ismawati, 2010).
1. Meja satu (Pendaftaran)
Di meja ini kader bertugas menuliskan nama balita pada KMS yang
baru dan lengkap bagi bayi dan balita yang belum mempunyai KMS.
2. Meja dua (Penimbangan)
Di meja ini kader bertugas menimbang anak dan mencatat beratnya
pada secarik kertas yang akan dipindahkan pada KMS.
3. Meja tiga (Pencatatan)
Di meja ini dilakukan pencatatan satu dengan membubuhkan titik
pada titik KMS anak sesuai dengan berat badan anak pada bulan
tersebut seperti tercantum pada kertas.
4. Meja empat, yaitu kader menjelaskan data KMS atau keadaan anak
berdasarkan data kenaikan berat badan yang digambarkan dalam
grafik KMS kepada ibu dari anak yang bersangkutan dan memberikan
penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS
anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah yang dialami
sasaran.
5. Meja lima, merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya
dilakukan oleh petugas kesehatan. Pelayanan yang diberikan antara
lain: Pelayanan imunisasi, pelayanan keluarga berencana,
pengobatan pemberian pil, vitamin A.
13
B. Landasan Teori
Kapasitas merupakan kemampuan individual, kelompok maupun sistem
dalam menjalankan fungsi yang sesuai secara efektif , efisien dan berkelanjutan
(Milen, 2004). Konsep Capacity Building merupakan serangkaian strategi yang
ditujukan untuk meningkatkan efisiensi , efektifitas dan responsifitas kerja.
Capacity building sendiri merupakan sebuah proses pembelajaran yang
berdasarkan kebutuhan tertentu akan suatu hal, serta upaya peningkatan
kualitas diri melalui pengembangann potensi yang sudah ada serta
mempertahankannya di tengak lingkungan yang terus menerus berubah
(Morrison, 2001).
Upaya capacity building pada kader merupakan startegi untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga akan berdampak pada
optimalisasi posyandu. Pengetahuan kader Posyandu ini sangat penting sebagai
pedoman utama bagi kader dalam melakukan perannya agar dapat memberikan
pelayanan kesehatan dengan baik, pengetahuan dalam hal ini adalah
pengetahuan secara umum kader tentang konsep kesehatan ibu dan anak, serta
keterampilan teknis dalam pelaksanaan posyandu seperti pengukuran
antropometri, pengukuran tekanan darah, Pengisian KMS, dan pengisian Sistim
Informasi Puskesmas (Simanjuntak, 2012). Pengetahuan dan pendidikan
seseorang akan mampu mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang. Untuk
mengatasi kurangnya pengetahuan mengenai posyandu maka perlu diupayakan
pelatihan bagi masing-masing kader posyandu. Pelatihan kader merupakan
sarana penting dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader dalam
kegiatan Posyandu. Kader yang terampil akan sangat membantu dalam
pelaksanaan kegiatan Posyandu, sehingga informasi dan kesehatan akan dapat
dengan mudah disampaikan kepada masyarakat khususnya dalam hal ini ibu
bayi dan balita (Nurayu, 2013).
Selain pengetahuan, kader dalam melaksanakan tugasnya juga
dipengaruhi oleh efikasi diri. Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap
kemampuan dirinya dalam mengatur dan melakukan tugas-tugas tertentu yang
dibutuhkan untuk mendapatkan hasil sesuai harapan (Bandura, 2012). Efikasi diri
14
yang baik perlu dimiliki oleh kader yang salah satu tugasnya adalah menyalurkan
informasi kesehatan pada masyarakat di wilayahnya. Pemahaman tentang
komunikasi demikian penting di dalam upaya untuk meningkatkan modal sosial.
Masyarakat akan mempercayai kader, jika pada setiap berkomunikasi, kader
selalu mencoba berkata benar, berkata konsisten, menggunakan kata-kata
sederhana dan senantiasa berupaya membahagiakannya dengan berbuat yang
terbaik bagi masyarakat. Dengan begitu kader merasa diakui dan dihargai posisi,
status dan keberadaannya (Kurniawan, Widodo, Kep, & Kes, 2017).
Selain pengetahuan kader tentang posyandu, keaktifan kader juga
dipengaruhi oleh motivasi baik dari dalam diri kader sendiri ataupun dari pihak
luar seperti dukungan yang positif dari berbagai pihak diantaranya kepala desa,
tokoh masyarakat setempat,maupun dari petugas kesehatan setempat, fasilitas
yang memadai (mengirimkan kader kepelatihan-pelatihan kesehatan, pemberian
buku panduan, mengikuti seminar-seminar kesehatan), penghargaan,
kepercayaan yang diterima kader dalam memberikan pelayanan kesehatan
mempengaruhi aktif tidaknya seorang kader posyandu, serta penghargaan bagi
kader dengan mengikuti seminar-seminar kesehatan dan pelatihan serta
pemberian modul-modul panduan kegiatan pelayanan kesehatan. Dengan
kegiatan tersebut diharapkan kader mampu dalam memberikan pelayanan
kesehatan dan aktif datang disetiap kegiatan Posyandu (Muzzakir, 2013).
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert
Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta faktor individu
memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa
ekspektasi/ penerimaan seseorang untuk meraih keberhasilan, factor social
mencakup pengamatan seseorang terhadap perilaku orang lain (Bargh,
Schwader, Hailey, Dyer, & Boothby, 2012). Bandura mengembangkan model
yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, individu/kogoitif dan lingkungan.
Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan
mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor
person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punya
kecenderungan kognitif terutama keprbadian dan temperamen. Faktor kognitif
mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan (Schunk &
Usher, 2012).
15
Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan
peranan penting. Faktor person (kognitif) yaog dimaksud saat ini adalah efikasi
diri.Efikasi diri merupakan keyakinan pada kemampuan diri untuk secara efektif
dapat memecahkan masalah(Schunk & Zimmerman, 2012). Efikasi diri juga
berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan efikasi
diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan
menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak
berhasil. Menurut Bandura (1994), individu yaog memiliki efikasi diri yaog tinggi
akan sangat mudah dalam menghadapi tantangan. Individu tidak merasa ragu
karena ia memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan
dirinya(Maddux, 2013).
Dalam teorinya bandura menyatakan bahwa perilaku (B), lingkungan (E)
dan kejadian-kejadian mempengaruhi persepsi (P) adalah merupakan hubungan
yang saling berpengaruh (interlocking). Tingkah laku sering dievaluasi, bebas
dari umpan balik lingkungan sehingga mengubah kesan-kesan subjektif. Tingkah
laku mengaktifkan kontingensi lingkungan. Karakteristik fisik seperti ukuran jenis
kelamin dan atribut sosial menumbuhkan reaksi lingkungan yang berbeda.
Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu
(Schwarzer, 2014).
C. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka teori Social Cognitive Theory
Perilaku
• Harapan personal;
• Kepercayaan;
• Persepsi;
• Tujuan;
• Niat.
Lingkungan
• Ekspektasi masyarakat;
• Kepercayaan;
• Skill dan Kognitif;
• Prasarana.
Personal
• Lingkungan;
• Keterampilan;
• Self efficacy
16
Sumber : Fertman dan Allensworth (2010), dalam Bandura (1986).
D. Kerangka Konsep
Variabel independen Variabel dependent
Counfounding factor
E. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan, landasan teori dan kerangka konsep yang
telah dijelaskan, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ada pengaruh pelatihan terhadap peningkatkatan pengetahuan kader terkait
prosedur dan tugas-tugas Kader Posyandu dalam mengelola Posyandu.
2. Ada pengaruh pelatihan terhadap peningkatan pengetahuan dan
keterampilan kader terkait cara antropometri (penimbangan berat,
Pelatihan kader
Posyandu
Pengetahuan dan
keterampilan kader Posyandu
Riwayat Pendidikan Riwayat Pelatihan
Riwayat menjadi kader Umur kader Lingkungan
17
pengukuran tinggi/panjang badan, pengukuran LiLA, pengukuran lingkar
kepala).
3. Ada pengaruh pelatihan terhadap peningkatan pengetahuan dan
keterampilan kader terkait cara pengisian KMS dan membaca KMS.
4. Ada pengaruh pelatihan terhadap peningkatan pengetahuan dan
keterampilan kader terkait pencatatan sistem infromasi Posyandu
(administrasi Posyandu).
5. Ada pengaruh pelatihan terhadap peningkatan pengetahuan dan
keterampilan kader terkait melakukan penyuluhan di Posyandu.
F. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana efektivitas edukasi terhadap perubahan pengetahuan kader
yang mengikuti pelatihan?
2. Bagaimana efektivitas pelatihan terhadap perubahan keterampilan kader
yang mengikuti pelatihan?
18
BAB III
RANCANGAN PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian Kuantitatif
Rancangan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis
penelitian pre-experimental dengan rancangan penelitian one group pretest-post
test design. Dalam jenis penelitian pre-experimental , peneliti mengamati satu
kelompok uatam dan melakukan intervensi di dalamnya sepanjang penelitian.
Dalam rancangan ini tidak ada kelompok kontrol yang dibandingkan dengan
kelompok eksperimen (Creswell, 2014). Penelitian kuantitatif dilakukan melalui
pre test dan post test dengan model rancangan sebagai berikut:
Pretest Perlakuan Postest 1
O1 X0 O2
Keterangan:
O1: Pretest sebelum dilakukan edukasi dan pelatihan untuk mengetahui
pengetahuan kader tentang program Posyandu.
X0: Perlakuan dengan metode ceramah Tanya jawab dan praktik program
Posyandu secara langsung.
O2: Posttest dilakukan setelah kelas edukasi dan pelatihan diberikan untuk
mengetahui apakah ad apeningkatan pengetahuan dan keetrampilan kader
terkait kegiatan program Posyandu.
B. Rancangan Penelitian Kualitatif
Rancangan penelitian kualitatif dilakukan dengan observasi. Observasi
dilakukan pada beberapa kegiatan, speerti saat praktik antopometri dan
pemeriksaan tekanan darah. Observasi juga dilakukan untuk menilai jalannya
program pelatihan secara langsung. Selain itu, penelitian kualitatif dilakukan
19
dengan menyebarkan lembar evaluasi yang berisi kritik, saran dan harapan
terhadap jalannya pelatihan dan juga melalui wawancara peserta.
C. Lokasi, Populasi, Dan Sampel Penelitian
1. Lokasi
Dukuh Sembung terletak di Desa Purwobinangun Kabupaten Sleman
Provinsi DIY, terdiri dari 2 RW dan 5 RT dengan luas area sekitar 60 Ha
dengan jumlah penduduk sebanyak 916 jiwa terdiri dari 453 laki - laki dan
463 perempuan. Dukuh Sembung sebelah utara berbatasan dengan
padukuhan Bunder, sebelah selatan Desa Dunuharjo (Kecamatan Ngaglik),
batas sebelah timur yaitu sungai Boyong sedangkan sebelah barat
berbatasan dengan Dusun Kadilobo. Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
di sekitar Dukuh Sembung yaitu puskesmas Ngaglik yang berjarak 2 Km,
puskesmas Pakem 4 km, klinik swasta 3 Km, RS Panti Nugroho 4 km, RS
Puri Husada 3 km dan RSJ Grasia 4 Km. Organisasi kemasyarakatan yang
ada di Dukuh Sembung yaitu karang taruna, kelompok tani, koperasi wanita
tani, PKK dan Bank Sampah.
2. Populasi
Populasi yang dilibatkan dalam program ini adalah semua kader
posyandu di Padukuhan Sembung yang berjumlah 11 orang. Latar belakang
pendidikan kader di padukuhan Sembung sebagian besar adalah SMA
sebanyak enam orang dan dua orang memiliki tingkat pendidian SMP dan
satu orang merupakan seorang sarjana. Semua kader di Padukuhan
Sembung merupakan ibu rumah tangga.
3. Sampel penelitian
a. Sampel penelitian kuantitatif
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Penggunaan teknik sampling tersebut karena responden yang
dilibatkan memiliki kriteria yang spesifik dan dilibatkan secara
20
keseluruhan, dalam hal ini responden penelitian adalah seluruh kader
Posyandu Padukuhan Sembung dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
- Anggota kader aktif Padukuhan Sembung
- Belum pernah mengikuti pelatihan Posyandu
b. Sampel penelitian kulitatif
Sampel dalam rancangan kualitatif adalah individu-individu ataupun
dokumen yang berkaitan dengan program Posyandu. Adapun
narasumber dalam penelitian ini adalah Bidan Puskesmas Pakem, Ahli
gizi, petugas promosi kesehatan, kader posyandu, perwakilan
masyarakat.
D. Reviu dan Adjustment Program
1. Reviu Program
Peninjauan kembali kondisi lapangan di padukuhan sembung desa
Purwobinangun Kab. Sleman telah dilakukan adapun hasilnya adalah:
- Kader sudah siap menerima intervensi
Melalui proses koordinasi dengan kepala dukuh yang baru dilantik, Telah
dilakukan pertemuan kembali dengan para kader Posyandu di Padukuhan
Sembung. Kader Posyandu sudah memiliki gambaranprogram yang akan
dilakukan dan kader sudah siap menerima intervensi yang akan
dilakukan. Jumlah kader disaat implementasi berlangsung mengalami
penambahan yaitu menjadi 16 kader dari yang sebelumnya hanya 11
pada tahap analisis komunitas.
- Media sudah diuji coba
Disain media seperti poster, dan spanduk sudah lebih dulu diperlihatkan
pada kepala Dukuh dan ibu Dukuh atau diperlihatkan ke pengurus kader
dan pengurus kader merasa media sudah cukup menarik dari segi warna
dan disain serta kalimat dalam media mudah dipahami. Adapun media
pendukung lain adalah lembarbalik dan kalender.
- Terkait pembuatan film Dokumenter dan Filler, kelompok telah melakukan
kembali peninjauan lapangan yang bertujuan untuk menentukan lokasi
shooting yang ideal sesuai dengan konsep cerita yang dibuat serta
21
menentukan elemen masyarakat dan Puskesmas yang terlibat di dalam
proses shooting.
- Waktu implementasi program dilakukan dua hari yaitu pada tanggal 26
September dan 7 Oktober 2017 .Berdasasrkan hasil pertemuan dengan
para pengurus kader Padukuhan Sembung. Pelaksanaan pelatihan
dilakukan berdasarkan koordinasi dengan ibu kader dan ibu dukuh
padukuhan sembung mengingat kader padukuhan sembung dalam
jangka waktu yang berdekatan juga mengikuti kegiatan pelatihan dan
studi banding yang diselenggarakan oleh Kantor Desa Purwobinangun.
Pelatihan hari ke dua yaitu tanggal 7 Oktober melibatkan Puskesmas
Pakem dimana pada kesempatan ini mendatangkan Bidan Puskesmas
sebagai Narasumber dalam menyampaikan materi Pengisian Sistem
Infromasi Posyandu bagi para kader.
2. Adjustment
Berdasarkan hasil review maka perlu dilakukan penyesuaian intervensi agar
dapat diterima dan berjalan dengan baik. Adapun penyesuaian yang dilakukan
adalah:
a. Koordinasi dengan pihak ke Puskesmas
Koordinasi dengan Puskesmas dilakukan yang pertama dengan tujuan
meminjam alat bantu untuk kegiatan pelatihan kader, dan yang kedua
adalah dengan meminta kesediaan bidan puskesmas sebagai
narasumber dalam kegiatan pelatihan kader posyandu dengan
memberikan materi dan bimbingan teknis terkait pencatatan administrasi
posyandu (Sistem Informasi Posyandu, dengan melibatkan pihak
Puskesmas, maka akan terjalin hubungan emosional yang baik antara
kader posyandu dan pihak puskesmas sehingga dapat mendukung
keberlangsungan program.
b. Praktik masak menu snack sehat bersama Kader
Setelah intervensi pertama dilakukan pada tanggal 26 september,
dilakukan kegiatan praktik masak snack sehat balitabersama para kader
posyandu yang dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober dan sambutan
Kader sangat antusias sekali dengan kegiatan ini, selain bertujuan
menumbuhkan rasa kebersamaan, sebagai kegiatan penarik minat kader
22
, kegiatan ini juga dapat meningkatkan pengetahuan kader tentang
alternatif menu – menu snack sehat yang dapat dibuat dengan mudah.
c. Penandatangan Kesepakatan Bersama antar Kader
Kegiatan semacam Deklarasi atau Pendandatangan kesepakatan
bersama kader Posyandu merupakan kegiatan tambahan sebagai
pengganti advokasi pada pihak ketua RT dan RW di wilayah Padukuhan
Sembung. Acara seremonial berupa pendandatangan Kesepakatan
bersama Kader Posyandu ini dilakukan sebagai upaya menjaga agar
output dari program dapat terus dipertahankan yaitu perbaikan pelayanan
pada kegiatan dasar Posyandu.
E. Pelaksanaan Program
1. Tahap persiapan program
Pelaksanaan program “Peningkatan kapasitas kader posyandu dalam
menjalankan fungsi posyandu di Padukuhan Sembung, Purwobinangun,
Sleman” terdiri dari beberapa kegiatan antara lain pemberian materi tentang
Prosedur Pelaksanaan Posyandu, Pemberian Makanan Bayi dan Balita,
Pengukuran Tekanan Darah, Sistem Informasi Posyandu, Pengisian KMS,
dan Pelatihan Antropometri, Pelatihan Dasar Komunikasi dan Teknik
Penyuluhan, serta Praktik masak menu snack sehat balita, serta seremonial
penandatangan kesepakatan kader posyandu.
Pada tahap persiapan program dilakukan kegiatan yang berhubungan
dengan pelaksanaan program seperti menyiapkan materi-materi kegiatan,
pembuatan kuesioner pre dan post test, lembar evaluasi serta lembar
observasi pada setiap materi, menghubungi narasumber, dan memastikan
kelengkapan alat dan bahan yang akan digunakan saat pelaksanaan program.
Dan tidak lupa pula menentukan waktu dan tanggal yang tepat dalam
pelaksanaan program berdiskusi dengan ibu dukuh dan para kader. Di tahap
persiapan ini juga dilakukan penyelesaian administrasi perijinan kepada
kepala desa dan kepala dukuh dan PuskesmasPakem
2. Tahap pelaksanaan program
23
Pelaksanaan program “Peningkatan kapasitas kader posyandu dalam
menjalankan fungsi posyandu di Padukuhan Sembung, Purwobinangun,
Sleman” yang diikuti oleh 16 orang kader dilaksanakan selama 3 hari pada
tanggal 26 September, 3 dan 7 Oktober 2017 di Pendopo Rumah Pak Dukuh
Sembung.
Pada hari pelatihan pertama dilakukan pada tanggal 26 September
2017 pukul 15.30 – 17.30 yang bertempat di Pendopo Pak Dukuh Sembung,
terdiri dari penyampaian tiga materi yakni tentang Prosedur Pelaksanaan
Posyandu, Pemberian Makanan Bayi dan Balita serta Pengukuran Tekanan
Darah. Sebelum pemberian setiap materi dilakukan, para kader diberikan
kuesioner pre test untuk mengetahui dan mengukur pengetahuan sebelum
materi diberikan. Kemudian setelah dilakukan pemberian materi, juga
diberikan kuesioner post test dan lembar evaluasi pemateri. Pada
penyampaian materi pengukuran tensi juga dilakukan praktek langsung yang
diikuti oleh 3 perwakilan kader dan evaluasi menggunakan lembar observasi.
Kegiatan hari kedua diisi denganpraktikmasak bersama untuk menu
snack sehat balita yang dilaksanakan pada 3 Oktober 2017 pukul 16.00-17.30
di Pendopo Pak Dukuh Sembung, para kader dibagi menjadi 3 kelompok yang
mempraktekan 3 menu yang berbeda yakni Lumpia Nanas, Bolu Kukus
Bayam, dan Pancake Wortel. Para peserta terlihat sangat antusias dan
kompak dalam mengikuti acara tersebut. Pada akhir acara perwakilan setiap
kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil masakannya serta
pengalamannya dalam mengikuti praktik masak tersebut. Pada akhir acara,
para peserta juga diminta untuk mengisi lembar evaluasi tentang praktik
masak bersama yang dilakukan.
Kegiatanpelatihan pada hari ketiga dialkukan tanggal 7 Oktober 2017
dimulai pukul 13.00-17.00 di Rumah Dukuh Sembung, yang diisi dengan
beberapa materi yaitu: Sistem Informasi Posyandu, Pengisian KMS, Pelatihan
Antropometri serta Pelatihan Dasar Komunikasi dan Teknik Penyuluhan.
Sebelum penyampaian materi dilakukan pembagian kuesioner pre test dan
setelah penyampaian materi dibagikan pula kuesioner post test dan lembar
evaluasi pemateri. Untuk materi pengisian KMS, evaluasi tidak menggunakan
kuesioner pre test dan post test, namun menggunakan menggunakan sebuah
sebuah lembar soal brisi skenario pemantauan berat badan dimana seluruh
24
peserta mengerjakan pada lembaran KMS yang telah diberikan. Untuk materi
antropometri, ditunjuk beberapa perwakilan kader untuk
mempraktikanantropometri yang benar meliputi pengukuran berat badan
anak, tinggi badan, panjang badan serta lingkar kepala dan lingkar lengan
menggunakan manekin.
Demi mencegah rasa jenuh dari peserta, maka disela-sela pemberian
materi juga diberikan ice breaking berupa jogged penguin. Materi pelatihan
terakhir adalah tentang pelatihan dasar komunikasi dan teknik penyuluhan
dan juga disertai dengan evaluasi pre test dan post test. Berkaitan dengan
materi tersebut, mahasiswa menunjuk dua orang kader sebagai perwakilan
untuk memberikan informasi kesehatan atau penyuluhan pada kegiatan
posyandu tanggal 11 Oktober 2017.
Penutupan kegiatan pelatihan hari 2, diisi juga dengan acara
seremonial berupa penandatangan kesepakatan kader. Kesepakatan dibuat
demi mewujudkan optimalisasi Posyandu Padukuhan Sembung, seluruh
kader bersedia memberi tanda tangan yang kemudian diikuti oleh Kepala
Dukuh. Selain penandatangan kesepakatan, mahasiswa juga memberikan
satu buah piagam penghargaan bagi kader Posyandu Padukuhan Sembung.
F. Evaluasi Program
Dalam menilai keefektivan dari suatu program promosi kesehatan maka
perlu dilakukan suatu evaluasi (Fertman & Allensworth, 2010). Evaluasi
dilakukan untuk menilai proses, dampak maupun hasil yang didapatkan, semua
dilakukan guna mengukur sejauh apa ketercapaian program intervensi yang
telah dilakukan. Evaluasi dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu kuantitiatif
dan kualitatif. Evalausi kuantitiatif dilakukan untuk mengukur besarnya skala
perubahan dari pengetahuan ataupun keterampilan kader steelah diberikan
pelatihan, yaitu dengan menggunakan kuesioner pre test dan post test.
Sedangkan evaluasi kualitatif dilakukan untuk mengevaluasi jalannya program
dan dampak, melalui metode wawancara dan observasi. Dalam suatu program
promosi kesehatan kombinasi evaluasi kuantitatif dan kualitatif perlu dilakukan
untuk sebagai validasi silang dan triangulasi (Thorogood & Coombes, 2000) .
25
Hasil dari evaluasi kuantitatif yang berupa pretest dan posttest kemduian diuji
secara statistik untuk mengetahui apakah ada perubahan tingkat pengetahuan
dari kader. Evaluasi kualitatif dilakukan melalui observasi dan mewawancarai
beebrapa perwakilan kader untuk untuk memperoleh informasi tentang persepsi
dan sikap para peserta terhadap kegiatan intervensi yang dilakukan dan motivasi
mereka dalam mengikuti serta lesson learn yang mereka peroleh.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Kuantitatif
Program capacity building ini dilakukan dengan harapan dapat
memberikan dampak berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader
demi mewudukan optimalisasi Posyandu Balita. Setelah implementasi program,
evaluasi dilakukan untuk mengetahui berapa besar dampak yang dihasilkan
menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif digunakan untuk
membuktikan hipotesis yaitu pengaruh pelatihan terhadap peningkatan
pengetahuan dan keterampilan. Instrumen yang digunakan dalam evaluasi
kuantitatif adalah kuesioner pretest dan posttest. Responden yang terlibat
sebanyak 16 yang terdiri dari 11 kader lama dan 5 kader baru di Padukuhan
Sembung. Untuk responden pada kegiatan ini adalah responden yang sama saat
sebelum dan setelah intervensi. Data yang telah dikumpulkan, kemudian
dianalisis menggunakan analisis kuantitatif. Berikut ini analisis data kuantitatif :
1. Karakteristik Kader
Karakteristik peserta pelatihan adalah terdiri dari kader posyandu yang
seluruhnya berjenis kelamin perempuan. Rata-rata pendidikan terakhir
adalah yang terbanyak SMU, SMP dan dua kader lulusan S1. Sebagian
besar kader adalah ibu rumah tangga, namun ada salah satu kader yang
26
berprofesi sebagai perawat. Rentang usia kader yang paling muda adalah
36 dan yang paling tua adalah 57 tahun.
2. Hasil uji statistik untuk perubahan pengetahuan
Hasil pelatihan diketahu melalui pengukuran pengetahuan sebelum dan
sesudah pelatihan menggunakan pretes dan posttest. Sebelum
menentukan uji statistik yang digunakan dalam mengukur hasil pretest dan
posttest maka lebih dulu dilakukan uji normalitas menggunakan uji Saphiro-
Wilk. Uji tersebut digunakan untuk mengetahui apakah data terdisitribusi
normal atau tidak. Berikut hasil uji statistik dari masing-masing materi yang
intsrumen evaluasi menggunakan pre-test dan post-test.
a) Materi tentang Prosedur posyandu
Tabel 1. Uji Normalitas Materi Prosedur Posyandu
Variabel Obs W V z
Prob > z
pretest 14 0.8684 2.436 1.753 0.0398
postest 14 0.9341 1.219 0.39 0.3481
Berdasarkan uji normalitas tersebut, diperoleh nilai p pada pretest
0.0398 (p<0.05) sedangkan nilai p pada posttest 0.348 (p>0.05) maka
data dianggap tidak berdistribusi normal. Untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan maka menggunakan uji statistik Wilcoxon signed-
rank test.
Tabel 2. Uji bedaWilcoxon signed-rank test
27
Berdasarkan uji beda tersebut, diketahui nilai p adalah 0.126 (p > 0.05)
maka Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan bermakna pada
pengetahuan kader antara sebelum dan sesudah pelatihan dilakukan.
b) Materi Makan sehat bayi dan Balita
Tabel 3. Uji Normalitas Materi Makanan Sehat Bayi Balita
Variabel Obs W V z Prob > z
pretest 14 0.96634 0.623 -
0.932 0.8243
postest 14 0.8764 2.287 1.629 0.0516
Berdasarkan table diketahui data berdistribusi normal karena nilai p >
0.05, sehingga untuk uji beda menggunakan uji statistik paired T-test.
Tabel 4. Uji beda T-test Materi Makanan Sehat Bayi Balita
28
Berdasarkan uji T-test berpasangan tersebut, diperoleh nilai p
adalah 0.01(p<0.05) sehingga Ha diterima, itu artinya terdapat
perbedaan yang bermakna pada pengetahuan kader antara sebelum
dan sesudah dilakukannya pelatihan.
c) Materi Teknik dasar Komunikasi dan teknik penyuluhan
Tabel 5. Uji Normalitas Materi Teknik Dasar Komunikasi dan Teknik Penyuluhan
Variabel Obs W V z Prob >
z
pretest 14 0.8239 3.259 2.326 0.0102
postest 14 0.9593 0.752 -0.561 0.7125
Berdasarkan uji normalitas tersebut, diketahui nilai p pada prestest
adalah 0.010 (p<0.05) dan nilai p pada posttest adalah 0.712 (p>0.05),
sehingga data tersebut dianggap tidak berdistribusi normal. Untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan antara nilai pretes dan posttest
maka dilakukan uji beda menggunakan uji statistik Wilcoxon signed-
rank test
Tabel 6. Uji bedaWilcoxon signed-rank test
29
Berdasarkan uji beda tersebut dapat diketahui nilai p sebesar 0.010
(p<0.05), sehingga Ha diterima, artinya terdapat perbedaan bermakna pada
pengetahuan kader antara sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan.
d) Materi Cara pengisian KMS
Evaluasi untuk materi pengisian KMS dilakukan dengan pemberian
lembar soal yang berisi skenario pertumbuhan berat badan seorang
anak balita perempuan, dimana seluruh peserta diminta untuk
menjawab soal tersebut pada masing-lembar KMS yang telah
dibagikan. Berikut hasil evaluasi cara mengisi KMS:
Berdasarkan diagram pie tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah
peserta yang mampu mengerjakan soal pengisian KMS dengan benar
sebanyak 9 kader (64%) sedangkan yang belum dapat mengisi dengan
benar sebanyak 5 kader (36%).
benar64%
salah36%
Evaluasi praktik pengisian KMS
30
e) Evaluasi pemberian materi pelatihan
Setiap akhir sesi pemberian materi, para peserta diminta untuk mengisi
kuesioner yang berisi tiga pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang diberikan. Berikut ini rangkuman evaluasi dari pemberian materi:
Prosedur Posyandu, Makanan sehat bayi dan balita, Antropometri,
pengisian KMS, sistem infomasi Posyandu, Teknik dasar komunikasi
dan penyuluhan, praktik pengukuran tekanan darah, dan parik masak
bersama snack balita.
- Isi materi yang disampaikan
Tiga dari peserta menilai isi materi sangat jelas (21%), sedangkan
13 lainnya menilai cukup jelas (79%).
- Cara pemateri menyampaikan materi
0%
86%
14%
Isi materi yang disampaikan
Sangat lama
Cukup
Kurang
31
Dua dari peserta menilai pemateri sangat menarik dalam
memberikan materi sedangkan 12 peserta lainnya menilai cukup
menarik.
- Durasi pemberian materi
Dua belas (86%) peserta pelatihan menilai durasi pemberian
setiap materi sudah cukup, sedangkan dua peserta menilai durasi
pemberian materi masih dirasa kurang (14%).
0%
86%
14%
Cara penyampaian materi
Sangat lama
Cukup
Kurang
0%
86%
14%
Cara penyampaian materi
Sangat lama
Cukup
Kurang
32
- Praktik masak bersama snack sehat balita
Sebagian besar kader sangat setuju bahwa praiktik masak ini
penting (69%)
B. Pembahasan Hasil Kuantitatif
Sebagian besar kader merasa praktik masak bersama ini menarik
(69%)
69%
31%
0% 0%
Kegiatan ini penting bagi kader
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
31%
69%
0% 0%
praktik memasak Menarik bagi kader
sangat manarik
menarik
kurang menarik
sangat tidak menarik
sangat setuju
setuju46%
kurang setuju0% tidak setuju
0%
praktik memasak menambah pengetahuan kader
33
Sebagian besar kader sangat setuju bahwa praktik masak
bersama memberika tambahan pengetahuan bagi mereka (54%)
B. Pembahasan Kuantitatif
Posyandu di padukuhan Sembung diselenggarakan oleh anggota
masyarkat yang telah menjadi kader kesehatan setempat di bawah bimbingan
Puskesmas Pakem. Lokasi pelaksaaan posyandu dilakukan di rumah kepala
dukuh. Peralatan posyandu yang dimiliki padukuhan Sembung meliputi dacin,
timbangan bayi, microtoice, alat pengukur panjang badan, meteran, KMS,
rigester SIP dan alat tulis. Posyandu dan kader-kader yang terlibat di dalamnya
merupakan ujung tombak perpanjangan tangan Puseksmas dalam pemantauan
pertumbuhan bayi dan balita. Jumlah peserta yang dilibatkan dalam penelitian ini
baik sebelum intervensi maupun setelah intervensi adalah sebanyak 16 kader.
Menurut Depkes RI (2003), Kader Posyandu adalah anggota masyarakat
yang dipilih dari dan oleh masyarakat, mau dan mampu bekerja bersama dalam
berbagai kegiatan kemasyarakatan secara sukarela. Sementara menurut WHO
(1998) kader merupakan laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan
dilatih untuk menangani, masalah-masalah kesehatan perorangan maupun yang
amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan. Persyaratan
menjadi kader adalah mampu membaca dan menulis dengan bahasa Indonesia,
secara fisik mampu melaksanakan tugas sebagai kader, aktif dalam kegiatan
sosial maupun pembangunan desanya, dikenal masyarakat dan dapat
bekerjasama dengan masyarakat calon kader lainnya dan berwibawa, sanggup
membina masyarakat untuk meningkatkan keadaan kesehatan lingkungan,
diutamakan telah mengikuti KPD atau memiliki keterampilan.
34
Posyandu merupakan salah satu pelayanan kesehatan untuk memudahkan
masyarakat dalam mengetahui atau memeriksakan kesehatan terutama untuk
ibu dan anak balita,sehingga kualitas dan kuantitas dari pembangunan
kesehatan juga dipengaruhi oleh peran kader Posyandu dalam memberikan
pelayanan pada masyarakat. Kader posyandu mempunyai peran sebagai pelaku
dari sistem kesehatan. Untuk memberikan pelayanan posyandu yang maksimal,
kader perlu memiliki pengetahuan tentang posyandu yang baik. Pengetahuan
yang baik akan mempengaruhi keaktifan kader.
Hasil uji statistik pada variabel pengetahuan menunjukkan bahwa ada
perubahan yang bermakna pada variabel pengetahuan tentang pemberian
makan sehat bayi dan balita serta teknik dasar komunikasi dan penyuluhan
antara sebelum dan setelah intervensi. Namun, hasil sebaliknya terjadi pada
pengetahuan terkait materi prosedur posyandu, dimana p value (p>0.05)
menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna. Hal tersebut mungkin
dikarenakan, materi terkait prosedu posyandu adalah topik yang sudah familiar
bagi kader, secara umum sudah diketahui sehingga sejak sebelum intervensi
diberikan, peserta sudah memiliki pengetahuan yang baik terbukti dengan nilai
pretes yang rata-rata sudah baik. Hasil evaluasi yang baik dari skenario
pengisian KMS juga dimiliki oleh sebagian besar peserta, hal ini dikarenakan
saat pemberian materi KMS kader mengikuti dengan baik.
Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnomo
(2014), bahwa pelatihan pada kader posyandu terbukti memberikan pengaruh
terhadap peningkatan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan serta
dedikasi kader (Purnomo, 2014). Meningkatnya hasil pretes ke postest
merupakan pengaruh dari pelatihan yang diberikan pada kader mengenai
keterampilan dalam pelaksanaan posyandu (Fitri & Mardiana, 2011). Penelitian
lain menyebutkan, metode belajar berdasarkan masalah (BBM) mampu
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dalam pelaksanaan
posyandu (Rostinah, Widajanti, & Wulan, 2015). Pengetahuan kader kesehatan
merupakan domain yang sangat penting dalam melakukan aktivitasnya (Wijaya,
Murti, & Suriyasa, 2013). Meskipun sistem pelatihan kader posyandu di
Padukuhan Sembung masih dilakukan dengan cara konvensional, namun hasil
yang diperoleh sudah cukup baik, hal ini mungkin dikarenakan motivasi dan juga
kerjasama yang baik dari kader selama diberikan pelatihan oleh mahasiswa.
35
Disamping itu, pemantauan kegiatan Posyandu oleh petugas kesehatan
Puskesmas diharapkan tetap dilaksanakan secara berkesinambungan agar
pengetahuan dan keterampilan kader Posyandu tetap dapat terjaga. Petugas
kesehatan yang menjadi Pembina kader posyandu diharapkan lebih
memperhatikan keterampilan kader dengan terlibat secara aktif dan melakukan
pendampingan berkesinambungan dan merata. Hal ini ditekankan pada
penelitian Kosasih et al. (2012) bahwa pendampingan kader akan lebih berhasil
apabila Puskesmas turut serta secara aktif.
C. Hasil dan Pembahasan Kualitatif
Evaluasi kualitatif digunakan pada dua tahap peniliaian, yaitu menilai
praktik saat antropometri, pengukuran tekanan darah dan penyuluhan oleh
kader. Tahap kedua adalah evaluasi kualitatif untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Berikut hasil dan pembahasan data kualitatif:
1. Evaluasi kualitatif Praktik
Pada pelatihan antropometri yaitu pengukuran tinggi/panjang
badan, penimbangan berat badan bayi dan balita, pengukuran lingkar
kepala dan lingkar lengan atas, beebrapa perwakilan kader diminta untuk
melakukan praktik. Instrumen dalam penilaian ini menggunakan lembar
checklist. Hasil dari observasi pelatihan antropometri adalah kader menjadi
lebih paham tentang prosedur penimbangan berat badan bayi, berat badan
balita menggunakan dacin, pengukuran tinggi badan balita dengan
microtoice dan bayi menggunakan lenghtboard. Perwakilan kader yang
praktik mampu menjalankan semua tahapan dan secara umum dilakukan
dengan benar, hanya ada sedikit kekeliruan saat mengukur panjang badan
36
bayi yaitu telapak kaki bayi tidak diposisikan tegak. Untuk prosedur
pengukuran LiLA dan lingkar kepala sudah dapat dilakukan dengan benar
dan dengan alat ukur yang tepat. Tidka semua kader mendapat
kesempatan untuk praktik dikarenakan manajemen waktu, sehingga hanya
ada lima kader, dan yang lainnya memperhatikan.
Praktik pengukuran tekana darah yang dilakukan di hari pertama
pelatihan. Sebanyak tiga orang kader dipilih untuk melakukan praktik.
Pemilihan ini didasarkan atas individu kader yang aktif dan diharapkan
menjadi pelatih pengukuran tekanan darah untuk kaderirasi berikutnya.
Hasil observasi pada praktik pengukuran tekanan darah adalah dari ketiga
kader yang dipilih secara umum telah mampu melakukan prosedur
pengukuran dengan cukup. Hanya saja yang masih diabaikan adalah tahap
awal sebelum pengukuran , yaitu menanyakan riwata hipertensi dan
aktivitas yang barusaja dilakukan, salah satu kader mengeluarkan udara
dai manset terlalu cepat sehingga perlu mengulang praktik beberapa kali
hingga benar.
Praktik penyuluhan merupakan bagian dari evaluasi pemberian
materi tentang teknik dasar komunikasi dan penyuluhan. Dua orang telah
dipilih untuk memebrikan penyuluhan saat posyandu. Topik informasi
kesehatan yang dipilih yaitu tentang IMD dan ASI eksklusif sedangkan
kader lainnya menyampaikan tentang makana pendaming ASI. Saat
memberi penyuluhan, kader menggunakan lembarbalik yang sudah
disiapkan oleh mahasiswa. Kader sudah cukup berani untuk tampil di
depan ibu-ibu sebagai pemberi penyuluhan meskipun masih terkesan malu-
malu yang dibuktikan kader sering menunduk dan membaca lembarbalik,
sedangkan kader lainnya masih gugup karena terdengar terbata-bata dan
banyak jeda saat memberi penyuluhan. Hasil evaluasi ini membuktikan
bahwa untuk membuat kader memiliki percaya diri yang tinggi memang
perlu banyak latihan dan membiasakan diri serta kader perlu selalu
meningkatkan wawasan dengan terlibat dalam pendampingan Puskesmas
ataupun kegiatan edukasi kader lainnya.
2. Evaluasi pelaksanaan Posyandu
Setelah kegiatan pelatihan kader diberikan, kemudian dilakukan evaluasi
pada pelksanaan posyandu berikutnya. Evaluasi kualitatif ini dilakukan
37
dengan observasi, yaitu menilai apakah kegiatan dasar posyandu sudah
berjalan lebih baik dari sebelumnya. Alur 4 menja posyandu sudah alur 4
meja sudah lebih baik dari sebelumnya. Di awali dengan meja
pendaftaran,pengukuran/penimbangan, pencatatan dan penyuluhan.
Pengukuran berat badan dan panjang badan bayi dilakukan seperti
tatacara yang diajarkan saat pelatihan. Jumalh kader yang terlibat di
posyandu balita juga semakin banyak, sedangkan sebagian kecil lainnya
bertugas di posyandu lansia dimana posyandu lansia sendiri baru kali
pertama dilakukan pada tangga 11 Oktober 2017. Jumlah kunjungan
posyandu juga lebih banyak daripada sebelumnya, hal ini dimungkinkan
juga karena satu hari sebelumnya disebarkan undangan pemberitahuan
posyandu yang dibuat oleh mahasiswa agar supaya para ibu bayi dan
balita dapat mengukuti penyuluhan di posyandu. Pada posyandu 11
Oktober kemarin, untuk pertama kalinya diisi oleh kader yang memberi
penyuluhan secara kelompok. Meski suasana penyuluhan kurang kondusif
akibat suara bising para balita namun penyuluhan tetap dapat disampakan.
Dua kader yang memberi penyuluhan, didampingi oleh mahasiswa dan
juga satu petugas promkes Puskesmas.
3. Evaluasi sikap kader dan pihak Puskesmas
Evaluasi juga dilakukan melalui wawancara terhadap beberapa
perwakilan kader. Pertayaan wawancara adalah seputar sikap mereka
terhadap pelatihan yang diberikan, pembelajaran apa yang mereka peroleh,
apa yang ingin mereka pelajari lebih dalam serta apa yang akan mereka
ajarkan bila ada kader-kader baru yang bergabung di Posyandu. Beberapa
kader yang diwawancara mengakatakn mereka senang dengan adanya
pelatihan yang diberikan, karena menurut mereka penting untuk memahami
bagaimana pelaksanaan posyandu yang baik, sedangkan banyak dari
mereka yang belum pernah mendapatkan pelatihan serupa. Dengan
adanya pelatihan, semua kader bisa mendapat ilmu yang sama. Rata-rata
dari mereka merasa perlu mempelajari cara pengisian KMS secara lebih
dalam karena merasa yang dilakukaan saat pelatihan masih belum cukup.
Kader merasa lebih bersemangat dalam menjalani tanggung jawab sebagai
kader posyandu dan apabila ada kader baru yang bergabung mereka siap
38
untuk berbagi ilmu. Kader berharap pendampingan seperti ini dapat
dilakukan kembali suatu hari nanti.
Wawancara juga dilakukan pada bidan Puskesmas Pakem. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui pendapat dan sikap dari pihak Puskesmas
terkait program yang dilakukan oleh mahasiswa. Menurut bidan, program
ini adalah program yang baik sekaligus menjadi program pertama kali yang
dilakukan di padukuhan Sembung, dan belum banyak program serupa di
wilayah Desa Purwobnangun yang dilakukan oleh mahasiswa untuk
sasaran kader Posyandu. Sehingga beliau sangat mendukung dan terbukti
bersedia bekerjasama dalam program ini. Pihak puskesmas berharap,
Posyandu padukuhan Sembung kedepannya mampu naik tingkat tidak
sekedar ada pada jenjang posyandu Madya, namun bisa menjadi
Posyandu yang mandiri dengan adanya program yang telah diinisiasi oleh
mahasiswa.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kegiatan pelatihan yang diberikan tidak memberikan perbedaan yang
bermakna pada pengetahuan kader mengenai prosedur kegiatan Posyandu.
2. Kegiatan pelatihan yang diberikan memberikan perbedaan yang bermakna
pada pengetahuan kader mengenai pemberian makanan tambahan bagi
bayi dan balita.
3. Kegiatan pelatihan yang diberikan memberikan perbedaan yang bermakna
pada pengetahuan dan keterampilan kader mengenai teknik komunikasi dan
teknik penyuluhan.
4. Kegiatan pelatihan yang diberikan memberikan peningkatan keterampilan
kader mengenai pengukuran antropometri.
39
5. Kegiatan pelatihan yang diberikan memberikan peningkatan keterampilan
kader mengenai cara mengukur tekanan darah.
B. Saran/Rekomendasi
1. Kader diharapkan lebih dapat memahami prosedur dan tugas sebagai kader
Posyandu dalam mengelola dan melaksanakan kegiatan Posyandu dengan
baik dan benar.
2. Kader diharapkan dapat memanfaatkan alat antropometri dengan baik dan
benar sehingga status tumbuh kembang bayi dan balita dapat terpantau
secara teratur.
3. Tokoh masyarakat diharapkan selalu mampu memberikan dukungan secara
moril maupun memberikan fasilitas terhadap berlangsungnya kegiatan
Posyandu, sebagai pihak yang memiliki kewenangan dan pengaruh pada
lingkungan.
4. Diharapkan Tenaga kesehatan di Puskesmas Pakem khususnya bagian
promosi kesehatan dan bidan agar melaksanakan pelatihan dan evaluasi
secara berkala bagi kader posyandu untuk meningkatkan kemampuan
kader. Motivasi dan dedikasi kader Posyandu juga perlu ditingkatkan melalui
pemberian penghargaan atau reward yang menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Bandura, A. (2012). On the functional properties of perceived self-efficacy
revisited. GEN, SAGE Publications Sage CA: Los Angeles, CA.
Bargh, J. A., Schwader, K. L., Hailey, S. E., Dyer, R. L., & Boothby, E. J. (2012).
Automaticity in social-cognitive processes. Trends in Cognitive Sciences,
16(12), 593–605. JOUR.
Creswell, J. W. (2014). RESEARCH DESIGN Pendekatan Metode Kualitatif,
Kuantitatif dan Campuran (Edisi Terjemahan) (satu). Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Fertman, C. I., & Allensworth, D. D. (2010). Health Promotion Programs From
Theory To Practice (first). USA.
Fitri, H., & Mardiana. (2011). Pelatihan Terhadap Kader Posyandu, 7(1), 22–27.
Kemenkes RI. (2013). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Sdki,
16.
40
Kementrian Kesehatan RI. (2012). Ayo ke POSYANDU.
Kurniawan, A., Widodo, A., Kep, A., & Kes, M. (2017). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dan Efikasi Diri Dengan Pelayanan Kader Posyandu Lansia
Di Desa Mancasan Kecamatan Baki. DISS, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Maddux, J. E. (2013). Self-efficacy, adaptation, and adjustment: Theory,
research, and application. BOOK, Springer Science & Business Media.
Milen, A. (2004). Pegangan Dasar Pengembangan Kapasitas. Yogyakarta:
Pembaruan. JOUR.
Morrison, T. (2001). Actionable learning: A handbook for capacity building
through case based learning. BOOK, Asian Development Bank Institute.
Muzzakir, H. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Kader
Posyandu Di wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kaledupa Kecamatan
Kaledupa Kabupaten Wakatobi Propinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal
Kesmas, 2, 1721–2302. JOUR.
Nurayu, A. W. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Usia Dan
Lama Menjadi Kader Posyandu Dengan Kualitas Laporan Bulanan Data
Kegiatan Posyandu. DISS, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Purnomo, G. A. (2014). Pengaruh Pelatihan Kader Tentang Posyandu Terhadap
Kemampuan Pengelolaan Posyandu di Desa Sendangsari Kecamatan
Pengasih Kulon Progo.
Puskesmas Pakem, S. (2015). Laporan PHBS Puskesmas Pakem, Sleman
Tahun 2015. DIY.
Rostinah, Widajanti, L., & Wulan, L. R. K. (2015). Evaluasi Manajemen Pelatihan
Kader Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu ) di Puskesmas Paruga Kota
Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat, 03(03), 212–221.
Schunk, D. H., & Usher, E. L. (2012). Social Cognitive Theory and. APA
Educational Psychology Handbook, 1. JOUR.
Schunk, D. H., & Zimmerman, B. J. (2012). Motivation and self-regulated
learning: Theory, research, and applications. BOOK, Routledge.
Schwarzer, R. (2014). Self-efficacy: Thought control of action. BOOK, Taylor &
Francis.
Simanjuntak, M. (2012). Karakteristik sosial demografi dan faktor pendorong
peningkatan kinerja kader posyandu. JWEM (Jurnal Wira Ekonomi
41
Mikroskil), 2(1). JOUR.
Thorogood, & Coombes. (2000). Evaluating Health Promotion (Practice and
Method). New York: Oxford University Press.
Wijaya, I. M. K., Murti, B., & Suriyasa, P. (2013). Hubungan Pengetahuan, Sikap,
dan Motivasi Kader Kesehatan Dengan Aktivitasnya Dalam Pengendalian
Kasus Tuberkulosis di Kabupaten Buleleng, 1(1), 38–48.
Dokumentasi kegiatan
Gambar 1. Wawancara&pengumpulan data sekunder melalui Petugas Promosi Kesehatan Puskesmas Pakem
Gambar 2. Wawancara dengan Ahli Gizi Puskesmas Pakem
Gambar 3. Diskusi Kelompok Terarah dengan Kader Posyandu Dukuh Sembung
Gambar 4. Sosialisasi Rencana Pelatihan Kader
Lembar Evaluasi Kegiatan
a. Lembar Evaluasi Materi Prosedur Kegiatan Posyandu
LEMBAR EVALUASI UNTUK KADER POSYANDU PADUKUHAN SEMBUNG
EDUKASI PROSEDUR KEGIATAN POSYANDU
Nama : Tanda Tangan : Berilah Tanda Silang (X) pada Jawaban Yang Benar 1. Siapa saja sasaran utama dari posyandu ?
a) Bayi dan balita b) Bayi, balita dan ibu hamil c) Bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifa, PUS
2. Sebutkan urutan 5 meja yang ada posyandu ?
a) Pendaftaran, pencatatan, penimbangan, penyuluhan, pelayanan kesehatan dan KB
b) Pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pelayanan kesehatan dan KB
c) Pendaftaran, pelayanan kesehatan dan KB, penimbangan, pencatatan, penyuluhan
3. Hal apa yang dilakukan saat persiapan pelaksanaan posyandu?
a) Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan b) Pendaftaran c) Kunjungan rumah balita yang gizi buruk
4. Kepada balita umur berapa kapsul vitamin A warna biru diberikan?
a) Bayi umur 0 - bulan b) Bayi umur 6 - 11 bulan c) Anak 12 - 59 bulan
5. Kapan kader seharusnya melakukan kunjungan rumah?
a) Balita yang tidak hadir pada hari posyandu b) Balita yang rajin hadir saat posyandu c) Balita yang sudah mendapatkan vitamin A saat posyandu
b. Lembar Evaluasi Materi Pemberian Makanan Sehat Bayi Balita
LEMBAR EVALUASI UNTUK KADER POSYANDU PADUKUHAN SEMBUNG
PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BAYI BALITA Nama : ______________________ Tanda Tangan : ______________________ Berilah Tanda Silang (X) pada Jawaban Yang Benar 1. Berikut yang bukan termasuk dalam Standar Emas pemenuhan gizi
bayi dan balita: a) Inisiasi Menyusu Dini dalam 1 jam setelah lahir b) ASI eksklusif 0 – 6 bulan c) ASI saja hingga anak berusia 2 tahun
2. Pemberian tambahan makanan di samping makanan yang dimakan sehari-hari dengan tujuan memulihkan keadaan gizi dan kesehatan adalah pengertian dari? a) Suplemen b) PMT-pemulihan c) Imunisasi
3. Kriteria pemberian PMT pemulihan yang benar berikut ini kecuali … a) Balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturu-turut (2T) b) Balita bawah garis merah c) Balita yang menderita diare
4. Bentuk makanan lumat sepertibubur lumat, sayuran, daging dan buah yang dilumatkan, makanan yang dilumatkan, biskuit, cocok diberikan pada anak usia? a) 0 – 6* bulan (0 – 5 bulan 29 hari) b) 6 – 8 bulan c) 9 – 11 bulan
c. Lembar Evaluasi Materi Pelatihan Pengukuran Tekanan Darah
LEMBAR OBSERVASI PENGUKURAN TEKANAN DARAH
0-6 : Kurang
7-12 : Cukup
13-18 : Kompeten
No Tindakan dalam Pengukuran
Tekanan Darah
Dilakukan Dengan
benar (2)
Dilakukan Sebagian
(1)
Tidak Dilakukan
(0)
1. Menanyakan ibu apakah memiliki hipertensi/tidak
2. Menanyakan aktivitas ibu beberapa saat sebelum datang ke posyandu
3.
mengatur Ibu dalam posisi nyaman dengan lengan rileks sedikit menekuk pada siku, gulung lengan baju ibu jika baju yang digunakan terlalu tebal
4. Mengatur manset sesuai dengan ukuran lengan ibu, memutar knob berlawanan dengan arah jarum jam
5. meraba nadi di dengan jari tengah dan telunjuk
6. memasang bagian bawah stetoskop diatas nadi yang dirasakan tadi
7. memompa tensimeter sampai denyutan tidak terdengar
8.
menurunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai pulsasi arteri terdengar melalui stetoskop, sambil menurunkan perlahan-lahan 3mmHg/detik dan melaporkan saat mendengar bising “dug‟ pertama (tekanan sistolik) dan terakhir (diastolik)
9. Catat Hasil Pemeriksaan
e. Lembar Evaluasi Materi Pelatihan Pengukuran Antropometri
LEMBAR EVALUASI UNTUK KADERPOSYANDU PADUKUHAN SEMBUNG PROSEDUR PENGUKURAN BERAT BADAN
No Aktivitas Dilakukan Tidak
Dilakukan Benar Salah
Sebelum Pengukuran
1 Meletakkan alat timbang di bagian yang rata/datar dan keras
2 Mengecek alat timbangan dan memastikan angka berada di “00.00” sebelum melakukan penimbangan dengan menekan alat timbang tsb
3. Pastikan bahwa anak tidak menggunakan pakaian tebal, pampers, popok, selimut, dll, agar mendapatkan berat badan anak seakurat mungkin
Cara pengukuran Berat Badan Menggunakan timbangan
1. Meminta anak untuk berdiri di tengah-tengah alat timbangan
2. Memastikan posisi badan anak dalam keadaan berdiri tegak, mata/kepala lurus kea rah depan, kaki tidak menekuk
3. Membaca angka hasil penimbangan anak tersebut
4. Mencatat hasil penimbangan
LEMBAR EVALUASI UNTUK KADERPOSYANDU PADUKUHAN SEMBUNG
PENGUKURAN TINGGI BADAN
No Aktivitas Dilakukan Tidak Dilakukan Benar Salah
Penyiapan alat ukur
1. Menempelkan alat pengukur pada bagian dinding yang rata
2 Menarik meteran pengukur ke atas hingga terlihat angka 0 pada garis merah di kaca pengukur yang menempel di lantai
3 Menempelkan ujung atas alat pengukur dengan paku, dan memastikan kestabilan alat tersebut
Mengukur tinggi badan
1. Meminta ibu si anak untuk melepaskan sepatu si anak, melepaskan hiasan atau dandanan rambut
2. Meminta anak berdiri tepat di depan/di bawah alat ukur
3. Menempatkan kedua kaki si anak secara merata dan bersamaan di tengah-tengah dan menempel dinding. Pastikan kaki si anak lurus dengan tumit dan betis menempel di dinding
4. Meminta si anak untuk memandang lurus kea rah depan. Pastikan garis pandang si anak sejajar dengan tanah. Pastikan bahu si naak rata, dengan tangan berada di samping, dan kepala, tulang, bahu, pantat menempel di dinding
5 Dengan tangan kanan kader menurunkan meteran pengukur hingga pas di atas kepala si anak. Pastikan menekan rambut si anak.
6 Jika posisi anak sudah betul, baca dan catat hasil pengukuran dengan decimal satu dibelakang koma
Pengukuran panjang badan (bagi anak yang belum bisa berdiri)
No Aktivitas Dilakukan Tidak
Dilakukan Benar Salah
Persiapan sebelum pengukuran
1. Cek kelayakan alat length board (tidk ada kerusakan baik pada bagian atas yang menyentuh kepala anak serta bagian bawah yang akan menyentuh tumit dari anak) dan angka dapat dilihat dengan jelas
2 Letakkan alat pada meja datar dengan alat tersebut terfiksasi pada dinding
3 Pastikan pakaian bay seminimal mungkin sehingga ppstur tubuh dapat terlihat dengan jelas (jaket dilepaskan) - Lepaskan alas kaki (sandal/sepatu)
serta aksesoris kepala (jepitan rambut, topi, ikat rambut)
- Siapkan dua kader yang akan mengukur, yaitu satu bertugas memegang kedua telinga anak sehingga posisi kepala anak berada pada posisi frankdurt plane dan menyentuh bagian aats dari alat. Pengukur utama bertugas memegang lutut atau tibia dari anak sehingga kaki dapat berada pada posisi lurus menyentuh bagian bawah dari alat
Melakukan pengukuran
1. Baringkan anak dengan posisi terlentang di tempat yang datar (meja) yang telah terleih dulu diletakkan alat pengukur length board
2. Minta slaah satu kader berada pada bagian atas dari anak dengan memegang kedua daun telinga dan membentuk posisi kepala frankrut plane dan menyentuh bagian atas dari alat
3 Pegang kedua lutut anak sehinga posisi kaki lurus dan tumit menyentuh bagian bawah alat ukur
Baca dan catat angka yang ditunjuk oleh laat tersebut
LEMBAR EVALUASI UNTUK KADERPOSYANDU PADUKUHAN SEMBUNG
PENGUKURAN LINGKAR LENGAN ATAS BALITA
No Aktivitas Dilakukan Tidak Dilakukan Benar Salah
1 Memposisikan pengukuran dilakukan sejajar dengan pandangan mata (duduk jika dimungkinkan)
2 Menyikap baju yang menutupi lengan kiri si anak
3 Melingkarkan pita ukur pada lengan sang anak.
4 Memeriksa tekanan pita pada lengan anak, pastikan tidak terlalu kencang atau terlalu longgar
5 Mencatat hasil pengukuran
LEMBAR EVALUASI UNTUK KADERPOSYANDU PADUKUHAN SEMBUNG
PENGUKURAN LINGKAR KEPALA
No Aktivitas Dilakukan Tidak Dilakukan Benar Salah
1 Pengukur berada di samping subyek
2 Semua aksesoris subyek yang menempel di kepala harus dilepas terlebih dahulu agar tidak mengganggu pengukuran
3 Pita pengukur diletakkan di supraorbital (di atas alis), dan dilingkarkan pada kepala hingga menyetuh bagian terbesar pada occiput (bagian belakang kepala)
sehingga didapat diameter terbesar
4 Kencangkan pita, namun jangan sampai terlalu menekan kepala dan baca hasil pengukuran dengan ketelitian 1 mm.
5 Dokumentasikan hasil pengukuran.
f. Lembar Evaluasi Materi Pelatihan Teknik Komunikasi dan Teknik
Penyuluhan
g. Lembar evaluasi seluruh kegiatan pelatihan
LEMBAR EVALUASI KEGIATAN POSYANDU PADUKUHAN SEMBUNG
MOHON ISLAH DENGAN JUJUR LEMBAR PENILAIAN BERIKUT INI
1) Menurut anda bagaimana isi materi yang disampaikan? (a) Sangat jelas (b) Jelas (c) Kurang Jelas
2) Menurut anda bagaimana cara penyampaian oleh pemateri?
LEMBAR EVALUASI UNTUK KADER POSYANDU PADUKUHAN SEMBUNG
Pelatihan Dasar Komunikasi dan Teknik Penyuluhan Nama : ______________________ Tanda Tangan : ______________________ Berilah Tanda Silang (X) pada Jawaban Yang Benar
1. Proses penyampaian pesan, pendapat, perasaan atau informasi kepada orang lain merupakan pengertian dari … a. Komunikasi b. Interaksi c. Mobilisasi
2. Berikut yang termasuk bentuk komunikasi verbal yang benar adalah …
a. Gerak-gerik b. Isyarat c. Lisan
3. (1) Langsung, jujur, marah-marah
(2) Tidak langsung, malu-malu, tidak nyambung (3) Langsung, jelas, ramah, dua arah Pernyataan diatas yang merupakan ciri-ciri komunikasi yang baik
adalah … a. 1 b. 2 c. 3
4. Berikut ini media (alat bantu) yang dapat digunakan kader untuk
penyuluhan adalah … a. Lembar balik b. Spanduk c. Koran
h. Lembar evaluasi kegiatan demo masak
Media Kegiatan
1. Piagam
LEMBAR EVALUASI KEGIATAN POSYANDU PADUKUHAN SEMBUNG
PRAKTIK MEMASAK MENU SNACK SEHAT ANAK MOHON ISI DENGAN JUJUR LEMBAR PENILAIAN BERIKUT INI
1) Kegiatan ini penting bagi Anda sebagai kader Posyandu: (a) Sangat setuju (b) Setuju (c) Tidak setuju (d) Sangat tidak setuju Alasan:
………………………………………………………………………………………………………………………………….…………………………………………………………………
2) Seberapa menarik kegiatan ini bagi Anda sebagai kader? (Berkesan atau membosankan) (a) Sangat menarik (b) Menarik (c) Kurang menarik (d) Sangat tidak
menarik Alasan: ………………………………………………………………………………………………………………………………….…………………………………………………………………
3) Kegiatan ini menambah pengetahuan dan keterampilan baru bagi Anda sebagai kader: (a) Sangat setuju (b) Setuju (c) Kurang setuju (d) Tidak setuju Alasan: (Tulislah minimal 2 hal yang anda peroleh dari kegiatan ini) ………………………………………………………………………………………………………………………………….…………………………………………………………………