Post on 18-Oct-2020
1
1
KONTRIBUSI
SUPERVISI INDIVIDUAL KEPALA SEKOLAH
DALAM MENINGKATKAN
KOMPETENSI PEDAGOGIK
GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (STUDI KASUS MULTI SITUS DI SDN SE-KECAMATAN BAMBAIRA
KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2016/2017)
Oleh
ABDUL HAFID
NIM : 12010150050
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
2
3
4
ABSTRAK
SUPERVISI INDIVIDUAL KEPALA SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK
GURU PAI SDN SE-KECAMATAN BAMBAIRA
(Studi Multi Situs di Kecamatan Bambaira
Kabupaten Mamuju Utara Tahun 2016 / 2017)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana implementasi
supervisi individual yang dilaksanakan oleh Kepala Sekolah Terhadap Guru PAI
di SDN Se-Kecamatan Bambaira Kabupaten Mamuju Utara, apa
kontribusinya,dan apa faktor yang mendukung serta faktor yang menghambat.
Jenis penelitiannya kualitatif, dengan pendekatan fenomenologis. Teknik
yang digunakan dalam pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Proses analisis data dideskripsikan dengan cara reduksi data,
paparan data,dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1.] Pelaksanaan Supervisi individual
Kepala Sekolah dalam peningkatan Kompetensi Pedagogik. Masing-masing
sekolah di SDN se-Kecamatan Bambaira tersebut telah melaksanakan supervisi
individual kepala sekolah sesuai dengan instrumen supervisi; 2.] Faktor
pendukung dari sebelas sekolah yang diteliti ternyata didapati bahwa semua
sekolah mempunyai faktor pendukung, walaupun faktor pendukungnya berbeda
beda dari masing-masing sekolah, dan tak satupun sekolah yang didapati yang
tidak ada faktor pendukungnya; 3.] Faktor penghambat dari hasil penelitian ini
didapati dari sebelas sekolah hanya satu sekolah yang tidak ada hambatannya
yaitu SDN Pelontu, dan masing-masing sekolah terdapat adanya hambatan yang
berbeda-beda, ada faktor tidak adanya aliran listrik seperti SDN Baruga, SDN
Saluwira, SDN Bambaira, SD Inpres Tampaure, dan SDN Bambarano, dan ada
faktor kurangnya waktu pelaksanaan supervisi individual kepala sekolah akibat
dinas luar dan banyaknya tugas administrasi sekolah yang harus diselesaikan di
dinas terkait seperti di SDN Taba, dan di SDN Pebondo. dan ada juga faktor
masih minimnya SDM seperti di SDN Bantalaka, SD Inpres Kasoloang, dan SD
Inpres Kalukunangka; 4.] Kontribusi menunjukkan adanya peningkatan dari segi
pedagogik setelah dilaksanakan supervisi individual oleh kepala sekolah, ini
ditandai dengan bertambahnya wawasan serta ilmu pengetahuan bagi guru dalam
membuat perangkat pembelajaran serta mampu memotivasi guru untuk
melaksanakan proses pembelajaran yang lebih baik lagi setelah diadakannya
supervisi individual.
Kata Kunci : Kontribusi, Supervisi Individual, kompetensi dan Fedagogik Guru
PAI.
iv
5
ABSTRACT
INDIVIDUAL SUPERVISION HEAD OF SCHOOL IN INCREASING
PEDAGOGIK COMPETENCY
TEACHER PAI SDN SE-BAMBAIRA DISTRICT
(Multi Site Study in Bambaira District
Regency of North Mamuju Year 2016/2017)
This study aims to find out about how the implementation of individual
supervision carried out by the Principal of Teachers PAI at SDN Se-Bambaira
District North Mamuju Regency, what is the contribution, and what factors that
support and factors that inhibit.
The research type is qualitative, with phenomenological approach.
Techniques used in data collection through observation, interview and
documentation. The process of data analysis is described by means of data
reduction, data exposure, and conclusions.
The results showed that: 1.] Implementation of individual Supervision Principal in
improving Pedagogic Competence. Each school in SDN in Bambaira sub-district
has conducted individual supervision of the principal in accordance with the
supervision instrument; 2.] The supporting factors of the eleven schools studied
were found to be that all schools had a support factor, although the support factors
were different from each school, and none of the schools were found to have no
supporting factors; 3.] The inhibiting factor of this study is found from eleven
schools only one school with no obstacles, namely SDN Pelontu, and each school
there are different obstacles, there is no electricity factor such as SDN Baruga,
SDN Saluwira, SDN Bambaira, SD Inpres Tampaure and SDN Bambarano, and
there is a lack of time for individual supervision of the school principal due to
outside service and the number of school administrative tasks to be completed in
the related offices such as SDN Taba and SDN Pebondo. and there are also factors
still lack of human resources such as in SDN Bantalaka, SD Inpres Kasoloang,
and SD Inpres Kalukunangka; 4.] Contribution indicates a pedagogical
improvement after individual supervision by the school principal is indicated by
increasing insight and knowledge for teachers in making learning tools and able to
motivate teachers to implement better learning process after individual
supervision.
Keywords: Contributions, Individual Supervision, competence and Fedagogik,
Islamic Education teachers‟.
iv
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu faktor dominan dalam pendidikan adalah Guru. Untuk itu
guna mencapai tujuan pembelajaran di sekolah, kemampuan guru dalam
mengajar merupakan indikator keberhasilan proses belajar mengajar pada
peserta didik. Agar di dalam melaksanakan tugasnya dapat berjalan secara
baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai
hal sebagai bekal kompetensi yang dimilikinya. Salah satu faktor rendahnya
mutu pendidikan di negara kita adalah disebabkan tenaga pendidik yang
masih kurang berkompeten. Padahal kita tahu bahwa ukuran maju tidaknya
sebuah negara hanya bisa dilihat dari maju tidaknya pendidikannya.Karena
itu untuk menghargai pendidikan,ungkapan ini mungkin tepat :
Aguba dalam Florence Imaobong Archibong :
A simple way of appreciating education is that it is a tool or a necessary
weapon for every human being to acquire for the purpose of navigating
this complex world without which the individual may get lost in it or live
in darkness without being blind.1
Dengan demikian pendidikan adalah faktor terpenting yang harus
diperhatikan dan diperioritaskan bagi setiap negara. Sehingga tidak
mengherankan ketika jepang di bom atom di dua tempat herosima dan
nagasaki pada tahun 1945 yang pertama sekali di cari untuk membangun
1Florence Imaobong Archibong, “Instructional Supervision in The Administration of
Secondary Education: a Panacea for Quality Assurance”,European Scientific Journal, Vol. 8, No. 13,(1857), 61.
7
negara jepang adalah guru. Indonesia pada saat itu malah mengproklamirkan
dirinya sebagai negara merdeka. Tidak mengeherankan sekarang 2017
negara jepang termasuk negara yang maju di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi bersaing dengan negara super power Amerika serikat. Sedangkan
indonesia hanya termasuk dalam negara berkembang. Ini mengindekasikan
bahwa salah satu komponen penting di dalam pendidikan adalah guru dan
mau tidak mau harus mampu menunjukkan kualitasnya sebagai tenaga
pendidik yang berkompeten guna memajukan sumber daya manusia.
Namun Fenomena yang sering terjadi di indonesia, khususnya ditingkat
SD tenaga pendidik belum memenuhi kualifikasi sebagai guru yang
berkompeten, khususnya kompetensi pedagogik yang berkaitan dengan
pengelolaan pembelajaran. Misalnya guru belum mampu memanfaatkan
teknologi pembelajaran atau belum mampu menyusun rancangan
pembelajaran dengan baik. Padahal guru harus mampu bertindak sebagai
fasilitator, motivator, maupun pembimbing yang senantiasa berupaya
memaksimalkan perkembangan potensi yang dimiliki peserta didik. Dengan
demikian seorang guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang unggul
dibidangnya, baik itu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial maupun
kompetensi profesional.
Masalah kompetensi pedagogik guru merupakan salah satu masalah yang
masih sering diabaikan oleh kebayakan guru. Hal ini bisa kita lihat dari realita
di lapangan pola pembelajaran sebagai seorang profesional belum nampak
secara signifikan. Hal ini menurut Abd. Kadim Masaong tergambar bahwa
8
“dari tunjangan profesi yang diberikan belum signifikan mengangkat
sebagian besar kinerja guru dalam pembelajaran, sistem penilaian yang belum
berorientasi pada penilaian otentik.”2 Ini menunjukkan bahwa kompetensi
guru di Indonesia masih sangat rendah.
Keberhasilan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru tidak
terlepas dari peran pengawas, baik pengawas yang diangkat langsung oleh
pejabat yang berwenang maupun kepala sekolah yang mempunyai tugas
tambahan sebagai supervisordi sekolahnya. Dengan adanya pengawasan
langsung dari pengawas maupun Kepala Sekolah seperti kehadiran,
kedisiplinan, dedikasi kerja, membimbing, memotifasi, merupakan peran
yang sangat penting bagi peningkatan kompetensi guru. Dengan demikian
upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru dalam proses belajar
mengajar di sekolah akan terwujud sesuai dengan harapan dan tujuan
pendidikan.
Didalam undang-undang no 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan
nasional dan peraturan pemerintah nomor 29 tahun 1990 tentang pendidikan
menengah ditegaskan bahwa jenjang pendidikan menengah selain pengawas,
kepala sekolah juga mendapat tugas sebagai supervisor yang diharapkan
dapat setiap kali berkunjung ke kelas dan mengamati kegiatan guru yang
sedang mengajar. Namun sejauh ini koordinasi antara pengawas dan kepala
2Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran Dan Pengembangan Kapasitas Guru:
Memberdayakan Pengawas Sebagai Gu runya Guru, Bandung: Alfabeta, Cetakan ke dua, 2013, 226.
9
sekolah dalam melakukan pembinaan terhadap guru belum terjadi secara
efektif.3
Namun permasalahannya tidak jarang guru PAI yang masih kurang
diperhatikan oleh pengawas. Baik Pengawas Agama Islam itu sendiri maupun
Kepala Sekolah yang mengembang tugas sebagai pengawas dan sangat jarang
memantau kelas. Apalagi di Kabupaten Mamuju Utara, baru satu orang
pengawas Agama Islam itupun seorang wanita dan hanya menaungi beberapa
sekolah saja karena tidak memungkinkan menaungi semuanya mengingat
jumlah sekolah yang banyak dan jarak tempuh yang jauh. Hal ini tidak akan
banyak meningkatkan kemampuan kompetensi guru PAI.Berbeda dengan
pengawas umum yang jumlah pengawasnya relatif banyak. Kondisi inilah
yang terjadi di kabupaten Mamuju Utara khususnya di Kecamatan Bambaira,
Disamping itu kepala sekolah yang juga sebagai orang yang mendapat tugas
tambahan sebagai supervisor di sekolahnya mau tidak mau harus mampu
melaksanakan tugas yang diembangnya tersebut sebagai seorang supervisor.
Guru yang profesional harus mengenal profesinya dengan cara: pertama,
mempunyai persepsi yang kuat tentang tanggung jawabnya. Persepsi yang
benar melahirkan niat dan motifasi yang benar. Kedua, guru harus selalu
meningkatkan kompetensi dan keterampilan dibidangnya.4 Selain itu,
pemerintah, pengawas, kepala sekolah dan juga guru harus sama-sama
bertekad untuk melaksanakan amanah dengan sebaik-bainya. Amanah
walaupun berat adalah tanggung jawab tidak hanya kepada manusia tetapi
3Luk-luk Nur Mufidah, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta : Teras, 2009, 14.
4Kunandar, Guru Profsional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, 31.
10
juga kepada Allah SWT. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur‟an Surat al-Anfal
(8) ayat 27 berbunyi:
ا ا ي ا ال ا آ ا ا ا اا الل ا ا آ ا ا ن ا ي ا Artinya: “Hai orang-orang yang beriman! janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang
kamu mengetahui.”5
Kepala sekolah adalah merupakan amanah yang harus dipertanggung
jawabkan baik kepada diri sendiri maupun kepada pemerintah sehingga
kepala sekolah harus mampu melaksanakan apa yang sudah diamanatkan.
Allah Swt memberi arahan kepada setiap orang yang beriman untuk
mendesain rencana apa yang akan dilakukan di kemudian hari, sebagaimana
Firman-Nya dalam Al-Qur‟an Surat al Hasyr (59) ayat:18 yang berbunyi:
لاب ا ا ي ا ال ا آ ا يلق ا الا ان ظلا يفساآل اقدلآتااغدا يلق ا الاإ لا الاخبيي ي ا
ا
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”6
Lafaz … “ آتااغدا menurut penafsiran As-Suyuti adalah …” ان ظلا يفساآل اقدل
hendaklah setiap insan (diri) senantiasa memperhatikan diri (introspeksi)
terhadap apa yang dia lakukan.7 Ayat ini menjelaskan bahwa seorang kepala
sekolah sebagai supervisor hendaklah introspeksi diri dalam melaksanakan
5Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya “Al-Qur’anul Karim”, Bandung: PT.
Syaamil Cipta Media, 2005, 143.
6Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya …, 43.
7Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain, Terjemahan Bahrun
Abubakar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995, 2422.
11
tugas dan tangung jawabnya tidak hanya mencari kesalahan dan kekurangan
yang ada pada guru, namun apa yang telah dan harus dilakukan oleh kepala
sekolah terhadap guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, makapenulis
tertarik untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan mengenai
pembinaan guru PAI oleh kepala sekolah khususnya dalam supervisi
individual yang dilaksanakan oleh kepala sekolah terhadap guru PAI
denganjudul penelitian Kontribusi Supervisi Individual Kepala Sekolah
terhadap peningkatan kompetensi Pedagogik Guru PAI Sekolah Dasar(Studi
kasus multi situs di SDN se-Kecamatan Bambaira Kabupaten Mamuju Utara
Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2016-2017).
B. Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi
beberapa masalah bahwa Kepala Sekolah SDN se-Kecamatan
Bambaira masih relatif rendah, dan belum merata dalam melakukan
kegiatan supervisi individual.
b. Kepala sekolah SDN se-Kecamatan Bambaira masih belum memahami
banar tentang tugas dan tanggung jawabnya sebagai supervisi
individual di sekolahnya khususnya untuk guru PAI.
c. Kompetensi pedagogik guru PAI relatif rendah. Indikator ini bisa
dilihat dari kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta
12
didik. Guru sering mengabaikan terhadap karakteristik perkembangan
siswa, kurang memperhatikan tentang perbedaan kemampuan peserta
didik, perencanaan pembelajaran yang belum maksimal seperti
menelaah dan menjabarkan materi yang tercantum dalam kurikulum,
pelaksanaan pembelajaran menggunakan satu metode saja serta bentuk
evaluasi yang belum memenuhi standar.
Untuk itu, dengan adanya permasalah tersebut penulis ingin mengetahui
melalui kajian penelitian tentang pelaksanaansupervisi individual yang
dilaksanakanoleh Kepala Sekolah
SDN se-Kecamatan Bambaira dan ingin
mengetahui kemampuan kompetensi pedagogik guru-guru PAI Sekolah Dasar
Negeri yang ada di wilayah se-Kecamatan Bambaira Kabupaten Mamuju
Utara Propinsi Sulawesi Barat.
2. Pembatasan Masalah.
Sasaran penelitian ini adalah sebelas orang Kepala SekolahSDN se-
Kecamatan Bambaira Kabupaten Mamuju utara dan Sasaran selanjutnya
adalah sebelas orang Guru Pendidikan Agama Islam SDN se-Kecamatan
Bambaira. Penulis mengambil salah satu kecamatan di Kab. Mamuju Utara
ini sebagai pembatasan lokasi penelitian didasarkan pada beberapa
pertimbangan yaitu pertimbangan pertama, ditinjau dari segi
akademik,sekolah-sekolah yang ada di kecamatan ini semuanya sudah
terakreditasi walaupun sebagian besar masih nilai C, dan satu sekolah yang
nilainya B, dan belum ada sekolah yang memperoleh akreditasi A. Kedua
karena ingin mengetahui sejauh mana pelaksanaan supervisi yang
13
dilaksanakan oleh Kepala Sekolah SDN se-Kecamatan Bambaira ini,
mengingat dikecamatan ini merupakan kecamatan yang sangat jauh dari
ibu kota kabupaten, dibanding dengan kecamatan kecamatan lain. Ketiga,
dari segi efisien dana dan waktu, Kecamatan Bambaira merupakan
kecamatan yang terdekat jarak tempuhnya dengan peneliti. Selain itu,
pelaksanaan penelitian ini dibatasi hanya pada tahun pelajaran 2016-2017,
dengan alasan karena periode ini masih sementara berjalaan.
Adapun objek penelitian ini difokuskan pada Kontribusi Supervisi
Individual yang dilaksanakan oleh Kepala Sekolah pada peningkatan
kompetensi pedagogik guru PAI pada lokasi dimaksud.
3. Perumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah, serta identifikasi dan batasan
masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
disusun sebagai berikut:
1. Bagaimana Pelaksanaan Supervisi Individual Kepala Sekolah dalam
meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru PAI di SDN se-Kecamatan
Bambaira ?
2. Apa faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan Supervisi Individual
Kepala Sekolah dalam meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru PAI
di SDN se-Kecamatan Bambaira ?
3. Apa faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan Supervisi Individual
Kepala Sekolah dalam meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru PAI
di SDN se-Kecamatan Bambaira ?
14
4. Apa Kontribusi Supervisi Individual Kepala Sekolah dalam
meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru PAI di SDN se-Kecamatan
Bambaira ?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan penelitian
Secara khusus penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana kegiatan implementasi program
supervisi individual Kepala Sekolah dalam meningkatkan kompetensi
pedagogik guru PAI di SDN se-Kecamatan Bambaira.
2. Untuk mendeskripsikan apa saja faktor-faktor yang mendukung
pelaksanaan supervisi individual Kepala Sekolah dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik Guru PAI di SDN se-Kecamatan Bambaira.
3. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan
Supervisi Individual Kepala Sekolah dalam meningkatkan Kompetensi
Pedagogik Guru PAI di SDN se-Kecamatan Bambaira.
4. Untuk mendeskripsikan kontribusi supervisi individual Kepala Sekolah
dalam meningkatkan kompetensi pedagogik Guru PAI di SDN se-
Kecamatan Bambaira.
2. Manfaat penelitian
Secara umum penelitian ini kiranya dapat memberikan manfaat yang besar
baik secara teoretis maupun praktis yaitu:
a. Manfaat secara teoretis
15
1) Sebagai bahan analisis dan kajian tentang perlunya peningkatan
supervisi individual Kepala Sekolah terhadap Guru Agama Islam
untuk diimplementasikan disekolah masing-masing, sehingga
mampu meningkatkan kompetensi guru khususnya kompetensi
pedagogik.
2) Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam mengembangkan
khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang supervisi pendidikan
terutama dalam peningkatan kualitas guru PAI dalam proses
pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
3) Dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi peneliti yang
terkait dengan supervisi individual, dan juga dapat memberi
sumbangan kepada kepala sekolah dalam meningkatan komptensi
paedagogik Guru Agama Islam.
b. Manfaat secara praktis
Secara praktis diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut:
1) Bagi penulis
Bermanfaat untuk memperluas wawasan dalam mengkaji serta
menganalisis masalah supervisi individual. Selain itu dapat
dijadikan sebagai temuan awal untuk melakukan penelitian lanjut
tentang peningkatan kompetensi pedagogik guru melalui kegiatan
implementasi supervisi individual.
2) Bagi Instansi
16
Memberikan masukan bagi Kepala Sekolah dan guru PAI dalam
upaya penyempurnaan dan perbaikan kinerjanya untuk peningkatan
kualitas pendidikan. Selain itu dapat juga dijadikan bahan
perbandingan bagi Kepala Sekola dan bagi Guru PAI agar dapat
meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembinaan supervisi
individual.
3) Bagi masyarakat
Penelitian produk dari supervisi individual ini bisa dinikmati
melalui peningkataan paedagogik guru, yang pada gilirannya
berimbas kepada peningkatan prestasi peserta didik.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam kajian pustaka ini, peneliti akan melihat penelitian yang relevan
yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya tentang supervisi
akademik, baik dalam bentuk jurnal, maupun dalam bentuk tesis. Telaah
pustaka ini dilakukan untuk mempertajam penelitian ini, melihat sejauh
mana masalah supervisi ini dikaji oleh penelitian sebelumnya, dibagian
apa yang mereka teliti dimana letak perbedaannya dengan penelitian kita.
Berikut ini adalah beberapa penelitian dalam bentuk jurnal dan tesis yang
pernah dilakukan oleh peneliti sebelunya:
Tesis Agus, Supervisi individual dalam peningkatan kinerja guru SD kelas
1 se daerah binaan V dalam menyusun RPP Tematik. Berdasarkan hasil
penelitian tindakan : 1) peningkatan presentase kinerja guru kelas 1 se
17
daerah binaan V dari refleksi awal 52,5%, setelah dilakukan tinadakan
siklus I naik menjadi 67,7%, dan pada tindakan siklus II menjadi 77,8%;
2) Supervisi individual dengan pendekatan kolaboratif memberikan
pengaruh terhadap peningkatan kinerja guru kelas I se daerah binaan V
dalam menyusun RPP.8Penelian ini berbeda dengan penelitian tesis saya
yang hanya berfokus pada supervisi individual dalam peningkatan kinerja
Guru SD Kelas 1, Sedangkan dalam tesis saya berfokus pada teknik
supervisi individual yang dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam
peningkatan kinerja Paedagogig Guru Agama Islam SDN Se-Kecamatan
Bambaira.
Tesis Joko Purwanto : Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah,
Keterbukaan Manajemen Kepala Sekolah, dan Motivasi Kerja
Guru terhadap Kinerja Guru (Studi Kasus Guru Bantu dan Guru
Tidak Tetap di SMP Negeri Pracimantoro, Wonogiri ) Penelitian ini
menghasilkan : supervisi kepala sekolah, keterbukaan manajemen
kepala sekolah, dan motivasi kerja guru secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja guru SMP Negeri Pracimantoro,
Wonogiri.9Tesis Joko Purwanto ini pun berbeda dengan tesis saya yang
menggabungkan supervisi Kepala sekolah, manajemen kepala sekolah dan
8Agus, “Supervisi individual dalam peningkatan kinerja guru SD kelas I se daerah binaan V
dalam menyusun RPP Tematik“, Jurnal Penelitian Tindakan sekolah dan kepengawasan, Vol. 1,
No 2 , (2004), 30.
9Joko Purwanto, “Pengaruh Supervisi Kepala Kekolah, Keterbukaan Manajemen Kepala
Sekolah, dan Motivasi Kerja Guru terhadap kinerja guru (Studi Kasus Guru Bantu dan Guru Tidak
Tetap di SMP Negeri Pracimantoro, Wonogiri)”, Tesis, Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2005.
18
motivasi guru terhadap kinerja Guru. Sedangkan tesis saya berfokus
kepada Teknik supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah terhadap
peningkatan paedagogik guru agama islam SDN se-Kecamatan Bambaira.
Tesis Ahmad Ihsanuddin : Implementasi supervisi pengawas PAI dalam
meningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI SD di Kecamatan Berbah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) supervisi yang dilakukan
pengawas Pendidikan Agama Islam cukup efektif dalam meningkatkan
Kompetensi pedagogik guru PAI terlihat dari meningkatnya penguasaan
guru terhadap teori belajar dan prinsip pembelajaran, efektivitas guru
dalam pembelajaran yang mendidik, dan fasilitasi pengembangan potensi
peserta didik. 2) Hambatan yang dialami pengawas dalam supervisi
akademik adalah kurangnya tenaga pengawas PAI, banyaknya guru yang
harus dibina dan kurangnya intensitas supervisi. Penelitian dalam tesis ini
berbeda dengan tesis saya karena berfokus pada supervisi yang
dilaksanakan oleh pengawas sedangkan dalam tesis saya berfokus pada
supervisi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah.
Tatang Kurniawan: Pengaruh Kompetensi Pedagogikdan Kompetensi
Profesional Guru Terhadap KinerjaGurudi SMK (2011).Hasil penelitian
menunjukkan juga bahwa kompetensi pedagogik dan kompetensi
profesional guru memiliki pengaruh terhadap kinerja guru sebesar
30,5%.10
Tesis ini hanya membahas dari segiPengaruh Kompetensi
Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru Terhadap Kinerja Guru.
10Tatang Kurniawan, “Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru
Terhadap Kinerja Guru di SMK”, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung, 2003.
19
Sedangkan tesis saya membahas teknik supervisi individual yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah.
Rahmayanti, Kemampuan Kepala Sekolah dalam Pelaksanaan Supervisi
Pengajaran di SDN 24 Banda Aceh.11
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Program supervisi pengajaran yang disusun oleh kepala sekolah
mencakup perencanaan, penentuan jadwal, model supervisi, kisi kisi
supervisi, pelaksanaan (instrumen) umpanbalik dan tindak lanjut. Dalam
pelaksanaannya kepala sekolah memeriksa administrasi pengajaran seperti
silabus, RPP, PBM, program tahunan, program semester, minggu
efektif, analisis butir soal. Teknik-teknik supervisi pengajaran
dilakukan dengan kunjungan kelas, observasi kelas, pembicaraan
individual, pertemuan / rapat guru serta mengikutsertakan guru dalam
pelatihan, penataran dan seminar pendidikan. Faktor pendukung
pelaksanaan supervisi pengajaran adalah kepala sekolah dapat mengetahui
perkembangan guru serta keberhasilan mengajarnya, dari hal tersebut akan
terlihat guru yang berprestasi dan harus dilakukan pembinaan bagi guru
yang belum maksimal dalam mengajar. Penelitian ini juga berbeda dengan
tesis saya yang hanya meneliti tentang kemampuan kepala sekolah dalam
pelaksanaan supervisi pengajaran sedangkan penelitian saya meneliti
tentang kontribusi teknik supervisi individual kepala sekolah. Adeolu
Joshua Ayeni,Assessment of Principals„ Supervisory Roles for Quality
11Rahmayanti “ Kemampuan Kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi pengajaran di SDN
24 Banda Aceh”, Jurnal Ilmiahdidaktika, Vol. XIV No 02, Februari (2014), 380.
20
Assurance In Secondary Schools in Ondo State, Nigeria..12
Studi ini
mengidentifikasi sifat pelaku peran pengawasan dan efektivitas yang
dirasakan dari kepala sekolah dalam pengawasan guru tugas instruksional.
Selain itu diselidiki kendala yang dihadapi oleh kepala sekolah dalam
pelaksanaan tugas pengawasan dalam proses belajar-mengajar. Ini adalah
dengan maksud untuk memberikan informasi mengenai pemanfaatan peran
kepala sekolah dalam meningkatkan jaminan kualitas di sekolah
menengah. Penelitian ini menggunakan desain survei deskriptif. Populasi
sasaran terdiri kepala sekolah dan guru di sekolah menengah di negara
bagian Ondo. Sampel terdiri dari 60 kepala sekolah dan 540 guru yang
dipilih secara acak dari 60 sekolah menengah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar kepala sekolah diberikan diinginkan
memperhatikan pemantauan kehadiran guru, persiapan catatan pelajaran
dan kecukupan buku harian kerja sementara tugas-tugas seperti penyediaan
bahan ajar, buku referensi, umpan balik dan review kegiatan dengan para
pemangku kepentingan yang paling dilakukan oleh banyak kepala sekolah
di sekolah menengah. Studi ini menyimpulkan bahwa tantangan yang
dihadapi pelaku dalam tugas-tugas pemerintahan institusional, input
sumber daya, pengiriman kurikulum dan pembelajaran siswa
membutuhkan kerjasama yang efektif dan berorientasi pada tujuan
keterkaitan sinergis antara sekolah dan stakeholder terkait dalam
lingkungannya.Penelitian ini berbeda dengan tesis saya sebab dalam
12Adeolu Joshua Ayeni, “Assessment of Principals„ Supervisory Roles for Quality
AssuranceIn Secondary Schools in Ondo State, Nigeria”, World Journal of Education, Vol. 2, No.
1, (2012), 62.
21
penelitian ini berfokus pada masalah peran dan kendala yang dihadapi
kepala sekolah dalam pengawasan, sedangkan dalam tesis saya
dikhususkan hanyapada masalah supervisi individual kepala sekolah.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Peneliti terjun
langsung ke lapangan, untuk melakukan eksplorasi dalam memahami dan
menjelaskan masalah-masalah yang diteliti. Adapun pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologis.Hal ini
sejalan dengan pendapat Lexy J. Maleong yang mengatakan bahwa
“Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan dalam melakukan
suatu penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat
alami.”13
2. Alasan penulis menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini
adalah karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode
kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda;
kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
peneliti dan responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat
menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan
terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
3. Selain pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, alasan lain penulis
menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena masalah yang diteliti
ini bersifat alami. Sehingga penulis berkeyakinan bahwa pendekatan yang
13Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, 4.
22
penulis gunakan dalam rangka penyusunan tesis ini sudah cocok dengan
judul yang penulis maksud.
4. Lokasi penelitian
Penelitian ini mengambil objek studi pada para Kepala Sekolah, dan
guru-guru PAIyang ada di SDN Se-Kecamatan Bambaira Kabupaten
Mamuju Utara.
5. Sumber data
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang bersumber dari informan secara langsung
berkenaan dengan masalah yang diteliti dan dokumenter. Seperti dikatakan
Moleong, bahwa kata-kata atau ucapan lisan dan perilaku manusia
merupakan data utama dan data primer dalam suatu penelitian.14
Menurut
Husein Umar “data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama,
baik individu atau perorangan, seperti hasil dari wawancara atau hasil
pengisian kuisioner yang bisa dilakukan oleh peneliti.15
Sedangkan
menurut Burhan Bungin, “data primer adalah data yang diambil dari
sumber data primer atau sumber pertama dilapangan.”16
Berdasarkan kedua pendapat tersebut penulis dapat pahami bahwa
data primer merupakan data utama penelitian kualitatif yang memberikan
informasi bagi peneliti yang berkaitan dengan masalah yang menjadi fokus
14Lexy J. Moleong, Metodologi …, 112.
15
Husein Umar, Metode Penelitian untuk skripsi dan Tesis Bisnis, Cet. 4; Jakarta: Raja
Grafindo, 2001, 42
16
Winarno Surakhmad, Dasar dan Tehnik Research Pengantar Metodologi Ilmiah, Bandung:
Torsito, 1978, 155.
23
penelitian. Data primer yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari
para Kepala Sekolah SDN Se-Kecamatan Bambaira dan guru-guru
Pendidikan Agama Islam SDN Se-Kecamatan Bambaira, Kabupaten
Mamuju Utara sebagai subyek dalam penelitian.
Sedangkan data sekunder adalah “data yang diambil secara tidak
langsung atau yang terlebih dahulu dikumpulkan orang lain diluar dari
penelitian sendiri.”17
Sedangkan menurut Husien Umar data sekunder
adalah “data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan, baik oleh
pihak pengumpul data primer atau pihak lain, misalnya dalam bentuk tabel
atau diagram.”18
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, data sekunder
sebagai data yang didapatkan dari dokumentasi yang merupakan data
pendukung kelengkapan data atau informasi hasil penelitian yang berupa
catatan rancangan dan hasil yang dilaksanakan oleh informan, misalnya
perencaan supervisi, format penilaian supervisi dan lain sebagainya.
6. Objek dan Subjek penelian
Adapun objek penelitian ini adalah para kepala sekolah di SDN se-
Kecamatan Bambaira yang berjumlah sebelas sekolah. Sedangkan subjek
penelitian adalah para guru Agama Islam SDN se-Kecamatan Bambaira
yang berjumlah sebelas orang. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan informasi dan data yang diperlukan, dalam
penelitian kualitatif ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data yang
terdiri atas: (1) Observasi, (2) wawancara secara mendalam, dan
17Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 143.
18
Nasution, Metode…, 46
24
dokumentasi.19
Ketiga teknik tersebut, peneliti gunakan dengan harapan
dapat saling melengkapi antara ketiganya. Lebih rinci ketiga teknik
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi partisipan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
pedoman sebagai instrumen pengamatan.20
Wirahmad Surahman
mengemukakan: “teknik pengumpulan data dimana penyelidik
mengadakan pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap gejala-gejala”.21
Peneliti terlibat langsung, sehingga observasi
partisipan digunakan untuk mencari data-data tentang perencanaan dan
pelaksanaan supervisi individual oleh para Kepala Sekolah SDN Se-
Kecamatan Bambaira Kabupaten Mamuju Utara Tahun 2016-2017. Teknik
observasi dilakukan dengan cara tanya jawab secara informal dengan
beberapa informan kunci yaitu para Kepala Sekolah dan Guru-guru
Pendidikan Agama Islam di SDN Se-Kecamatan Bambaira yang menjadi
informan dalam penelitian ini.
b. Wawancara
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh dan memperkuat data
hasil observasi. Teknik wawancara dilakukan secara tak berstruktur
sehingga lebih fleksibel. Menurut Lexy J. Moleong “wawancara adalah
cara mengumpulkan data melalui kontak atau hubungan pribadi antara
19Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi Aksara,
2014, 141.
20
Iskandar, MetodologiPenelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta: Referensi, 2013, 217.
21
Wirahmat Surahman, Pengantar Penelitian Ilmiah, Cet. 8, Bandung:Tarsito, 1998, 162.
25
pengumpul data dan sumber data.”22
Dengan demikian, wawancara
merupakan teknik mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada informan dan mencatat atau merekam jawaban
pertanyaan tersebut.
Sumber utama yang di wawancarai tersebut adalah seblas orang
Kepala Sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan Bambaira yang akan
dimintai penjelasan tentang implementasi supervisi Individual yang
meliputi bentuk pelaksanaan pembinaan supervisi individual, teknik
pedoman pelaksanaan supervisi individual,hambatan yang dialami, serta
temuan-temuan lain di lapangan yang bisa dijadikan bahan laporan.
Adapun sumber atau responden kedua yaitu guru-guru Pendidikan Agama
Islam pada Sekolah Dasar yang berjumlah sebelas orang yang berada di
kecamatan tersebut, dengan menggunakan daftar instrumen wawancara
tentang Pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah,
tentang kendala-kendala yang hadapi guru PAI, tentang peningkatan
kompetensi pedagogik yang mereka dapatkan dari hasil supervisi
individual dan informasi-informasi lain di lapangan yang bisa dijadikan
bahan laporan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi ini berupa arsip-arsip tentang profil Sekolah SDN Se-
Kecamatan Bambaira Kab. Mamuju Utara, data tentang para Kepala
Sekolah SDN Se-Kecamatan Bambaira dan data yang terkait dengan
22Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian…., 165.
26
kegiatan-kegiatan supervisi individual, Foto-Foto kegiatan, sarana
prasarana dan dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian. Selain itu
juga data tentang para guru PAI,serta data-data lain yang terkait dengan
penelitian yang ada di Kecamatan Bambaira Kabupaten Mamuju Utara
Propinsi sulawesi Barat.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan hasil observasi, wawancara, dan lainya untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang fenomena yang diteliti danmenyajikannya
sebagai temuan bagi orang lain.23
Analisis data sebagaimana dikemukakan
oleh Jam‟an Satori dan Komariah adalah suatu usaha untuk mengurai suatu
masalah atau fokus kajian menjadi bagian-bagian (decomposition)
sehingga susunan/tatanan bentuk sesuatu yang diurai itu tampak dengan
jelas dan karenanya bisa secara lebih terang ditangkap maknanya atau
lebih jernih dimengerti duduk perkaranya.24
Adapun alur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan teori yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yang
dikutip oleh Imam Gunawan yaitu; Reduksi data (data reduction), paparan
data (data display), dan penarikan kesimpulan atau verivikasi (conclusion
drawing and verifying).25
Proses analisis data tersebut dideskripsikan sebagai berikut:
23 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif,Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996, 171.
24
Djam‟an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta,
2014, 200.
25
Imam Gunawan, Metode Penelitian..., 211.
27
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan satu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, membuang yang tidak perlu, dan memberikan gambaran
yang lebih terarah tentang hasil pengamatan, dan juga mempermudah
peneliti untuk mencari kembali data itu apabila diperlukan. Mereduksi
data menurut Sugiyono adalah upaya merangkum, memilih hal-hal
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu.26
Mattew B. Milles dan A.
Michael Huberman bahwa :
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan tertulis di lapangan, sebagaimana kita ketahui reduksi
data berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi
kualitatif berlangsung.27
Berdasarkan uraian tersebut, reduksi data diterapkan pada hasil
wawancara dengan mereduksi (membuang/menyaring) kata-kata yang
dianggap oleh penulis tidak signifikan bagi permasalahan dalam
penelitian ini, seperti gurauan informan dan sejenisnya.Sehingga data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan
memudahkan untuk melakukan pengumpulan data.
b. Paparan Data
Paparan data adalah rangkaian organisasi informasi yang
memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Paparan data
26Sugiyono, Metode PenelitianPendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Bandung: Alfabeta, 2015, 338.
27
Mattew B. Milles, A Michael Huberman, Qualitative Data Analisis, Cet. I, Jakarta: UI-
Press, 1992, 16.
28
diperlukan peneliti untuk lebih mudah memahami berbagai hal yang
terjadi dan memungkinkan mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun
tindakan lain berdasarkan pemahaman. Paparan data dapat berupa
berbagai jenis matrik, gambar skema, jaringan kerja yang berkaitan
dengan kegiatan dan juga tabel. Untuk itu, dalam penyajian data disusun
secara sistematis atau simultan sehingga data yang diperoleh dapat
menjelaskan masalah yang diteliti.28
c. Penarikan Simpulan
Penarikan simpulan atau verivikasi merupakan hasil penelitian yang
bisa menjawab terhadap fokus penelitian atau fokus permasalahan yang
diangkat dalam sebuah tesis berdasarkan dari hasil analisis data.
Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif. Objek penelitian
berpedoman pada hasil kajian penelitian.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami isi tesis ini, maka perlu
kiranya terlebih dahulu penulis sajikan tentang sistematika penulisan tesis
ini secara garis besar sebagai berikut:
1. Bagian awal
Bagian awal ini terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan,
halaman pernyataan keaslian tesis, abstrak, prakata penulis, daftar isi,
daftar tabel, dan daftar lampiran.
2. Bagian isi
28Iskandar, Metodologi Penelitian..., 225.
29
Bab I : PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah sebagai pengantar untuk menjelaskan
kelayakan,urgensi permasalahan dan arah penelitian. Rumusan masalah
yang menjelaskan tentang identifikasi masalah dan pembatasan masalah,
signifikansi penelitian, yang menjelaskan tentang tujuan penelitian dan
manfaat dari penelitian. kajian pustaka, yang membahas tentang
penelitian terdahulu. Metode penelitian, menjelaskan tentang pendekatan
yang digunakan, objek yang diteliti, teknik pengumpulan data yang
digunakan dan metode analisis yang digunakan. Dan sistematika
penulisan.
Bab II : KERANGKA TEORI
Kerangka teori menguraikan tentang landasan teori yang digunakan
oleh peneliti untuk menyoroti dan sekaligus sebagai bahan analisis atas
kondisi lapangan. Dalam bab ini terbagi dalam dua sub bab. Sub bab
pertama membahas supervisi individual, yang memuat definisi supervisi
individual, tujuan supervisi individual, teknik supervisi individual, terdiri
dari : a. Kunjungan Kelas, b. Observasi Kelas, c. Percakapan pribadi,
d.Intervisitasi, e. Penyeleksian berbagai sumber materi mengajar, f.
Meniali diri sendiri. Dalam sub bab kedua membahas kompetensi
pedagogik. Yang memuat definisi kompetensi pedagogik, dan standar
kompetensi pedagogik guru.
Bab III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
30
Menguraikan gambaran umum tentang keadaan dilapangan yang akan
diteliti, menyajikan profil wilayah, dan temuan penelitian, baik sebagai
hasil pengamatan, wawancara, dan pencatatan. Pada bab ini terdiri dari
dua belas sub bab; sub bab pertama berisi mengenai uraian tentang Profil
wilayah kecamatan Bambaira,. Sub bab kedua SD Inpres Kalukunangka.
Sub bab ketiga SDN Pebondo, Sub bab kempat SDN Pelontu, sub bab
kelima SDN Bantalaka, sub bab ke enam SD Inpres Kasoloang, sub bab
ketujuh SDN Bambaira, sub bab kedelapan SDN Taba, sub bab
kesembilan SD Baruga, sub bab kesepuluh SD Inpres Tampaure, sub bab
ke sebelas SDN Saluwira, sub bab ke dua belas SDN Bambarano.
Bab IV : ANALISIS DATA
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai analisa data hasil penelitian
yang telah dilakukan diantaranya kegiatan implementasi supervisi
individual yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam upaya
peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI pada sekolah dasar,
kontribusi supervisi individual kepala sekolah, faktor pendukung
supervisi individual dan faktor penghambat supervisi individual yang
dialami oleh para Kepala sekolah dalam melakukan kegiatan supervisi
individual dalam upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI di
Kecamatan Bambaira Kabupaten Mamuju Utara. Dan ini sekaligus
merupakan jawaban dari permasalahan yang melatar belakangi
penelitian.
Bab V : PENUTUP
31
Merupakan penutup yang menyajikan simpulan dari serangkaian
penelitian, disertai pemikiran atau saran-saran yang terkait dengan hasil
penelitian. Bagian terakhir dari tesis ini memuat daftar pustaka, lampiran-
lampiran yang dianggap penting untuk kelengkapan tesis dan daftar
riwayat hidup.
32
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Supervisi Individual
1. Pengertian Supervisi Individual
Supervisi bila dilihat dari sudut pandang etimologis, kata supervisi
berasal dari kata ”super” dan ”visi” yang mengandung arti melihat dan
meninjau dari atas, atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan
oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan.29
Supervisi individual adalah salah satu teknik supervisi akademik
dimana supervisi akademik mempunyai dua teknik yaitu teknik
supervisi kelompok dan teknik supervisi individual. Teknik supervisi
individual adalah teknik supervisi yang dilakukan terhadap guru di
khususkan untuk menangani guru yang mempunyai problem dalam
malakukan proses pembelajaran di kelas atau mempunyai kendala
yang bersifat pribadi.
Snops dalam Ramezan Jahanian menyatakan : considers supervision
an operation and experience, aiming at improvement of teaching and
educational plans30
Instructional supervision aims to promote growth, development,
interaction, fault-free problem solving, and a commitment to build
capacity in teachers.31
29E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta:Bumi, Aksara, 2012,
248.
30
Ramezan Jahanian, “Principles for Educational Supervision and Guidance”, Journal of
Sociological Research, Vol. 4, No. 2, (2013), 381.
27
33
Carl Glickman dalam Glatthorn Allan A menyatakan : supervision is the
function in schools that draws together the discrete elements of
instruction effectiveness into whole-school action.32
Robert Alfonso, Gerald Firth, and Richard Neville dalam
GlatthornAllan A mengatakan :Instructional supervision is herein
defined as : Behavior officially designated by the organization that
directly affects teacher behavior in such a way as to facilitate pupil
learning and achieve the goals of the organization.33
2. Tujuan Supervisi Individual
Tujuan dari supervisi adalah usaha untuk membantu meningkatkan dan
mengembangkan potensi sumber daya guru dapat dilaksanakan dengan
berbagai alat (device) dan teknik supervisi.34
3. Teknik Supervisi Individual
Umumnya alat dan teknik supervisi dapat dibedakan dalam dua macam
alat/atau teknik (John Minor Gwyn, 1963:326-327). Teknik yang
bersifat individual, yaitu teknik yang dilaksanakan untuk seorang guru
secara individual dan teknik yang bersifat kelompok, yaitu teknik yang
dilakukan untuk melayani lebih dari satu orang.
Teknik-teknik supervisi yang bersifat individual antara lain
kunjungan kelas; observasi kelas; percakapan pribadi; intervisitasi,
31Zepeda Sally J, Intructional Supervision Applying Tool and Concepts, Eye on education,
2002, 19.
32Glatthorn Allan A, Supervisory Leadership Introduction To Instructional Supervision,
California, Harper Collins Publishers, 1990, 83.
33GlatthornAllan A, Supervisory Leadership Introduction,… 84.
34
Piet A. Suhertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam rangka
pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta : Rineka Cipta, 2010, 52.
34
penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar; dan menilai diri
sendiri.35
Masing-masing teknik tersebut diuraikan sebagi berikut :
1. Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas, yakni kunjungan yang dilakukan kepala sekolah
ke dalam kelas pada saat guru sedang mengajar dengan tujuan
untuk membantu guru yang bersangkutan menghadapi masalah/
kesulitan selama mengadakan kegiatan pembelajaran. Kunjungan
kelas dilakukan dalam upaya kepala sekolah memperoleh data
tentang keadaan sebenarnya mengenai kemampuan dan
keterampilan guru dalam mengajar.36
Kunjungan kelas dapat
dilakukan dengan tiga cara, yakni :
a. Kunjungan kelas tanpa diberitahu (Unannounced Visitation).
Kepala Sekolah tiba-tiba datang ke dalam kelas tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu, saat guru sedang mengajar.
b. Kunjungan dengan pemberitahuan terlebih dahulu (Announced
Visitation)
Sebelum mengadakan kunjungan, kepala sekolah memberitahu
guru bahwa ia akan mengunjungi kelas pada waktu yang telah
ditetapkan.
c. Kunjungan atas Undangan Guru (Visit Upon Invitation).
35Donni Juni Priansa, Risma Somad, Manajemen Supervisi & Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Bandung: Alfabeta Cv, 2014, 99.
36Donni Juni Priansa, Risma Somad, Manajemen Supervisi & Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Bandung: Alfabeta Cv, 2014, 99.
35
Guru mengundang kepala sekolah untuk mengunjungi kelas
pada saat ia mengajar dengan prinsip ingin dibantu dalam
upaya meningkatkan kualitas diri dalam situasi belajar
mengajar.
2. Observasi kelas
Melalui perkunjungan kelas, supervisor dapat mengobservasi
situasi belajar mengajar yang sebenarnya. 37
Observasi kelas
dilaksanakan bersamaan dengan aktivitas kunjungan kelas.
Observasi kelas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan kepala
sekolah untuk mengamati guru yang sedang mengajar di kelas.
3. Percakapan Pribadi
Percakapan pribadi merupakan teknik pemberian layanan
langsung kepada guru dengan mengadakan pembicaraan langsung
tentang masalah yang dihadapi oleh guru. Pertemuan pribadi antara
kepala sekolah dengan guru untuk membicarakn masalah khusus
yang di hadapi guru. Umumnya materi yang dipercakapkan adalah
hasil-hasil kunjungan kelas dan observasi kelas yang telah
dilakukan oleh kepala sekolah. Dalam percakapan ini, kepala
sekolah memberikan masukan tentang kelebihan dan
kekurangannya.
37Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan,…, 55.
36
4. Intervisitasi
Kunjungan antar kelas dalam satu sekolah atau antar sekolah
sejenis merupakan suatu kegiatan yang terutama saling
menukarkan pengalaman sesama guru atau kepala sekolah tentang
usaha perbaikan dalam proses belajar mengajar. Manfaatnya
kunjungan antar kelas ini dapat saling membandingkan dan belajar
atas keunggulan dan kelebihan berdasarkan pengalaman
masing.masing. sehingga masing-masing dapat memperbaiki
kualitas guru memberi layanan belajar kepada peserta didiknya.
5. Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar
Dalam usaha memberikan pelayanan profesional kepada guru-
guru, kepala sekolah akan menaruh perhatian terhadap aspek-aspek
proses belajar mengajar yang merupakan kondisi bagi terwujudnya
proses belajar mengajar yang efektif. Dalam hal ini, tugas kepala
sekolah adalah mempelajari secara obyektif dan terus menerus
tentang proses belajar mengajar dan atas dasar itu ia memberikan
pelayanan atau bimbingan profesional yang diperlukan kepada
guru-guru. Bantuan supervisi ini untuk mengenal kesulitan guru
dalam menyempaikan bahan pelajaran karena menyangkut aspek
psikologis baik bagi guru maupun siswa, kemudian bagaimana
teknik-teknik mengatasi kesulitan belajar siswa dengan berbagai
latar belakang yang mengitari kesulitan belajar tersebut.
37
6. Menilai diri sendiri
Guru yang menyadari bahwa kemampuan dan keterampilannya
mengajar harus selalu ditingkatkan. Guru tersebut, akan selalu
melakukan teknik dan pendekatan mengajar dengan baik dan
bervariasi. Dalam teknik ini, guru melakukan penilaian pribadi
terhadap penampilannya pada saat sedang mengajar dengan
meminta peserta didiknya untuk mengamati, mengomentari, dan
menilai tindakan-tindakan atau prilaku yang di tampilkannya
selama mengajar.
B. Kompetensi Pedagogik
1. Pengertian Kompetensi Pedagogik
Pedagogik berasal dari kata paedagogia yang berarti pergaulan
dengan anak, Pedagogi yang merupakan praktik pendidikan anak
dan kemudian muncullah istilah “Pedagogik yang berarti ilmu
mendidik anak.”38
Dengan demikian, pedagogik merupakan teori
mendidik yang mempersoalkan apa danbagaimana mendidik. Oleh
sebab itu pedagogikdipandang sebagai suatu proses atau aktivitas
yang bertujuan agar tingkah lakumanusia mengalami perubahan.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran peserta didik, yang meliputi merancang
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, merancang dan
melaksanakan evaluasi, mengembangkan siswa untuk
38Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1998, 35-40
38
mengaktualisasikan berbagai potensinya peserta didik, serta
memahami diri secara mendalam.39
Wibowo dan Hamrin mendefinisikan kompetensi pedagogik
adalah pemahaman guru terhadap anak didik, perencanaan,
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan anak didik untuk mengaktualisasikan sebagai
potensi yang dimilikinya.40
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa kompetensipedagogik adalah kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang guru dalam memahamikarakter peserta didik
dan kemampuan dalam melaksanakan proses pembelajaran,mulai
dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, dengan tujuan agar
peserta didik mampu mengembangkan dan mengaktualisasikan
berbagai potensi yang ada.
2. Aspek-aspek Kompetensi Pedagogik
Aspek ini diartikan bahwasanya kompetensi pedagogik guru
merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran
peserta didik menurut E. Mulyasa sekurang-kurangnya meliputi:
a) Pemahaman landasan atau wawasan kependidikan
Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan
sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual.
39Popi Sopiatin, Manajemen Belajar berbasis Keputusan Siawa, Jakarta: Ghalia Indonesia,
2010, 67.
40
Agus Wibowo, Hamrin, Menjadi Guru yang Berkarakter, Strategi Membangun Kompetensi
& Karakter Guru, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012, 110.
39
Merujuk pada sistem pengelolaan pembelajaran yang
berbasis subjek(mata pelajaran), guru seharusnya memiliki
kesesuian antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang
dibina, selain itu, guru memiliki pengentahuan dan
pengalaman dalam penyelenggaraan pembelajaran dikelas.
Secara otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan
ijazah akademik dan ijazah keahlian mengajar (akta
mengajar) dan lembaga pendidikan yang diakreditas
pemerintah.
b) Pemahaman terhadap peserta didik.
Secara umum pemahaman peserta didik dapat berarti
kemampuan guru dalam memahami kondisi siswa (baik fisik
maupun mental) dalam proses pembelajaran, sedikitnya ada
empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya,
yaitu tingkat (a) kecerdasan, yaitu: kemampuan umum mental
individu yang tampak dalam caranya bertindak atau berbuat
atau dalam memecahkan masalah atau dalam melaksanakan
tugas dan suatu kemampuan mental individu yang ditunjukan
melalui kualitas kecepatan, ketepatan dan keberhasilannya
dalam bertindak/berbuat atau memecahkan masalah yang
dihadapi.(b) kreativitas, seperti halnya pemahaman terhadap
tingkat kecerdasan peserta didik, guru juga diharapkan dapat
menciptakan kondisi pembelajaran yang memberikan
40
kesempatan peserta didik untuk dapat mengembangkan
potensi dan kreativitasnya. (c) cacat fisik, dalam bagian ini
guru dituntut untuk dapat memahami kondisi fisik peserta
didik yang memiliki keterbatasan atau kelainan (cacat).
Dalam rangka membantu perkembangan pribadi mereka,
sikap dan layanan yang berbeda dapat dilakukan sesuai
dengan kondidi fisik yang dialami peserta didikdan (d)
perkembangan kognitif, yakni terdapat enam jenjang proses
berpikir, mulai dari jenjang yang terendah sampai jenjang
paling tinggi.41
c) Pengembangan kurikulum/silabus
Untuk menjadi seoraang guru yang profesional, maka
guru harus memiliki kemampuan dalam mengembangkan
kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan
kondisi spesifik lingkungan sekolah.
d) Perancangan pembelajaran
Perancangan pembelajaran merupakan kegiatan awal
guru dalam rangka mengidentifikasi dan menginventarisasi
segala komponen dasar yang akan digunakan pada saat
pelaksanaan pembelajaran. Sedikitnya ada tiga kegiatan yang
mendukung dalam melakukan perancangan pembelajaran ini,
41Sabri Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,2007, 117.
41
yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar,
dan penyusunan program pembelajaran.42
3. Standar kompetensi pedagogik guru
Seorang guru yang profesional tentunya harus memiliki
kompetensi yang profesional, salah satunya adalah kompetensi
pedagogik. Untuk itu setip guru harus memahami kompetensi yang
harus dikuasi agar dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru bisa
diharapkan keberhasilannya.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, kompetensi pedagogik
guru pada Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa:
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.43
Berdasarkan urian di atas dapat dipahami bahwa kompetensi
akademik adalah kompetensi yang berkenaan dengan perencaan
pembelajaran, pengelolaan kelas dan evaluasi hasil belajar siswa.
42E Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Jakarta:PT Rosda Karya:2008, 100.
43
Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 19 Tahun 2005TentangStandar Nasional
Pendidikan, Bab VI Pasal 28, ayat 3 butir a.
42
BAB III
ANALISIS
IMPLEMENTASI DAN FAKTOR PENDUKUNG
SUPERVISI INDIVIDUAL KEPALA SEKOLAH
A. Profil Wilayah
1. Kecamatan Bambaira Kab. Mamuju Utara
a. Kondisi Geografis
Bambaira adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Mamuju Utara,
Provinsi Suawesi Barat Indonesia. Kecamatan Bambaira merupakan
Kecamatan pemekaran dari Kecamatan Bambalamotu akhir tahun 2007.
Batas Kecamatan Bambaira yaitu;Bagian Utara berbatasan dengan
Kecamatan Sarjo, bagian Timur berbatasan dengan Provinsi Sulawesi
Tengah, bagian Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bambalamotu,
dan bagian Barat berbatasan dengan Selat Makassar. Dengan luas
64,22 𝑘𝑚2Kecamatan Bambaira terdiri dari empat Desa dengan desa
terluas adalah Bambaira (20,80 𝑘𝑚2) dan Desa dengan dengan luas
wilayah yang terkecil adalah Desa Tampaure (9,53 𝑘𝑚2) ibu kota
Kecamatan Bambaira adalah Desa Bambaira yang berjarak 38 Km dari
ibu kota Kabupaten. Desa terjauh dari ibu kota Kecamatan adalah Desa
Kalukunangka (9 km) dan Desa yang terdekat adalah Desa Tampaure (4
km) dan sampai saat ini tahun 2017Kecamatan Bambaira masih terus
melakukan pembenahan baik fisik maupun administrasi yang untuk
37
43
menjadi lebih baik lagi. Alamat kantor Kacamatan Bambaira yang
terletak di Jalan Trans. Sulawesi No. Kode pos 91574
b. Sektor Pendidikan
Sarana pendidikan yang ada di kecamatan Bambaira meliputi
pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Jumlah pasilitas
pendidikan yang ada di Kecamatan Bambaira berjumlah 16 sekolah
yang terdiri dari 1 SMA, 1 MAS, 2 SMP, 1 MTs, dan 11 SDN.
Penelitian ini fokus kepada Kontribusi Supervisi Individual Kepala
Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Fedagogik Guru PAI SDN
se-Kecamatan Bambaira, oleh sebab itu obyek penelitian saya adalah di
SDN yang berada di kecamatan Bambaira di antaranya adalah:
Tabel 1.1 Daftar Sekolah Dasar Kecamatan Bambaira
No. NPSN Nama Satuan Pendidikan Alamat
1. 40601611 SD Inpres Kalukunangka Kalukunangka
2. 40601615 SD Inpres Kasoloang Kasoloang
3. 40601672 SD Inpres Tampaure Tampaure
4. 40601719 SDN Bambaira Bambaira
5. 40601724 SDN Bambarano Bambarano
6. 40601726 SDN Bantalaka Bantalaka
7. 40601727 SDN Baruga Baruga
8. 40604258 SDN Pebondo Pebondo
9. 40601710 SDN Pelontu Pelontu
44
10. 40601773 SDN Saluwira Saluwira
11. 40604257 SDN Taba Taba
Berdasarkan data tebel tersebut di atas di ketahui bahwa jumlah
SDN yang ada di kecamatan Bambaira, ada sebelas sekolah.
2. Implementasi Supervisi Individual Kepala sekolah terhadap
peningkatan kompetensi fedagogik guru PAI SDN se-Kecamatan
Bambaira Kabupaten Mamuju Utara.
a. SD Inpres Kalukunangka
Sekolah ini berada di Dusun Benteng, Desa Kalukunangka
yang berjarak dari ibu kota kecamatan 9 km. , sekolah ini memiliki
no NPSN 40601611. Yang dipimpin oleh Pak Hairil, S.Pd.I. Sejak
dari Tahun 2013.
Implementasi supervisi individual di sekolah ini, dimulai
dengan menyusun perencanaan supervisi dan dilanjutkan dengan
pelaksanaan supervisi dengan gambarannya sebagai berikut :
1) Perencanaan
Perencanaan supervisi individual kepala sekolah terlebih
dahulu kepala sekolah membuat jadwal pelaksanaan serta
menyiapkan instrumen penilaian supervisi individual. Ini
berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah Pak Hairil,
S.Pd.I.
45
“Sebelum saya mengadakan supervisi individual terlebih
dahulu saya menyiapkan instrumen penilaian supervisi serta
menentukan waktu pelaksanaannya.”
Sedangkan mengenai jadwal pelaksanaannya, supervisi
individual di rencanakan dua kali dalam satu semester, hal ini
berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Muh. Amin S.Pd.I.
selaku Guru Agama Islam di sekolah ini.44
“Disekolah kami ini pelaksanaan supervisi dilaksanakan
hanya dua kali dalam satu simister.”
2) Pelaksanaan
Dalam tahap tahap selanjutnya adalah pelaksanaan.
Pelaksanaan supervisi individual di sekolah SD Inpres
Kalukunangka, menurut hasil wawancara dengan kepala
sekolah Pak Hairil S.Pd.I.45
Beliau melaksanakan supervisi
individual dengan cara memeriksa administrasi pembelajaran
terlebih dahulu, yang sesuai di dalam lembar instrumen
supervisi, apakah sudah sesuai dengan standar nasional atau
belum, setelah itu melakukan kunjungan kelas serta melihat
langsung kegiatan proses belajar mengajar yang dilaksanakan
oleh guru serta menilai cara-cara pembelajarannya, langkah
selanjutnya mengadakan pembicaraan individual, kemudian
memberikan masukan-masukan terhadap guru tersebut tentang
perlunya perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran, apa-
44 Muh. Amin, Guru Agama Islam SD Inpres Kalukunangka, “Wawancara” Ruang Guru, 29 Juli
2017
45Hairil, Kepala Sekolah SD Inpres Kalukunangka, “Wawancara”,Ruang Guru, 29 Juli 2017
46
yang sudah benar perlu adanya peningkatan dan kekurangannya
perlu diperbaiki. Adapun tindak lanjutnya mengadakan
pembinaan dan pemantauan serta mengadakan semacam
kelompok kerja guru PAI. Hal ini berdasar kepada wawancara
dengan kepala sekolah :
“Proses pelaksanaan supervisi individual yang saya
lakukan adalah memeriksa perangkat pembelajaran sesuai
instrumen supervisi, selanjutnya berkunjung ke dalam kelas
menilai cara-cara pembelajarannya, membenarkan apa-apa
yang sudah benar serta memperbaiki kekurangan yang ada,
kemudian mengadakan pembicaraan individual secara
terbuka dengan guru bersangkutan, adapun tindak lanjutnya
melakukan pembinaan terhadap guru PAI serta mengadakan
semacam kelompok kerja guru PAI”.46
b. SDN Pebondo
Sekolah ini berada di Dusun Pebondo 2, Desa Kalukunangka
yang berjarak dari ibu kota kecamatan 8 km. , sekolah ini memiliki
no NPSN 40604258. Kepala Sekolahnya adalah Pak Hendra, S.Pd.
Sejak dari Tahun 2016 sampai sekarang.
Di sekolah ini di dalam pelaksanaan Supervisi individual
kepala sekolah, dimulai dengan menyusun perencanaan supervisi
dan dilanjutkan dengan pelaksanaan supervervisi dengan rincian
sebagai berikut :
1. Perencanaan
46 Hairil, Kepala Sekolah SD Inpres Kalukunangka, “Wawancara”,Ruang Guru, 29 Juli 2017
47
Perencanaan supervisi individual kepala sekolah yang
dilaksanakn di sekolah ini, Kepala Sekolah membutuhkan
semua perlengkapan Administrasi pembelajaran sebelum
mengadakan supervisi dan dimulai dengan membuat jadwal
pelaksanaan serta kesiapan dari guru yang bersangkutan. Hal Ini
sesuai dengan hasil wawancara dengan kepala sekolah Pak
Hendra, S.Pd.47
“Sebelum mengadakan supervisi saya membutuhkan
administrasi pembelajaran, kemudian kapan jadwalnya serta
kesiapan teman-teman guru semua.”
Sekolah ini mengadakan supervisi individual, enam kali kali
dalam satu semester. Hal ini berdasarkan hasil wawancara
dengan Ibu Hajrani. selaku Guru Agama Islam di sekolah ini.48
“Pelaksanaan supervisi individual di sekolah kami
dilaksanakan enam kali dalam satu simister.”
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan supervisi individual di ini, menurut hasil
wawancara dengan kepala sekolah Pak Hendra S.Pd.49
Pelaksanaannya adalah Kepala Sekolah melaksanakan supervisi
individual dengan cara memeriksa kelengkapan administrasi
pembelajaran guru agama terlebih dahulu setelah itu melakukan
kunjungan kelas, serta melihat langsung kegiatan proses belajar
47 Hendra, Kepsek SDN Pebondo, “Wawancara” Ruang Guru, 28 Juli 2017
48
Hajrani, Guru Agama Islam SD Pebondo, “Wawancara” Ruang Guru, 28 Juli 2017
49 Hendra, Kepala Sekolah SDN Pebondo, “Wawancara”, Ruang Guru, 28 Juli 2017
48
mengajar yang dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan,
kemudian langkah selanjutnya mengadakan penilaian serta
pembicaraan individual. Setelah itu memberikan masukan-
masukan terhadap guru tersebut apa-apa yang sudah benar perlu
adanya peningkatan dan yang masih kurang perlu adanya
perbaikan.
“Proses pelaksanaan supervisi individual di sekolah saya
adalah saya membutuhkan perlengkapan kemudian
dokumen-dokumen, kemudian kesiapan dari guru yang akan
disupervisi, setelah itu saya berkunjung ke dalam kelas
melihat langsung proses pembelajarannya, kemudian
mengadakan pembicaraan individual secara terbuka dengan
guru bersangkutan sedangkan masalah pembinaan terhadap
guru PAI diadakan di dalam kantor, mungkin ada yang
tidak sesuai yang tertuang di dalam dokumen guru tersebut,
kami melakukan perbaikan-perbaikan serta bekerja sama
dengan teman-teman.”.50
c. SDN Pelontu
Sekolah ini berada di Dusun Pelontu, Desa Kalukunangka
yang berjarak dari ibu kota kecamatan 10 km. , sekolah ini
memiliki no NPSN 40601710. Kepala Sekolahnya adalah Pak
Padlah, A.Ma. Mulai memimpin sekolah ini Sejak Tahun 2011
sampai sekarang.
Di sekolah ini, kepala sekolah di dalam melaksanakan
Supervisi individual, dimulai dengan menyusun perencanaan
50 Hendra, Kepala Sekolah SDN Pebondo, “Wawancara”,Ruang Guru, 28 Juli 2017
49
supervisi dan dilanjutkan dengan pelaksanaan supervisi dengan
rincian sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perencanaan supervisi individual kepala sekolah, kepala
sekolah terlebih dahulu membuat jadwal kemudian langkah
selanjutnya pemberitahuan terhadap guru yang bersangkutan,
bahwa akan ada supervisi individual yang akan dilaksanakan
kepala sekolah, setelah itu kepala sekolah melakukan
pembinaan agar guru tersebut bisa menyiapkan Administrasi
Pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan
Pak Kunna, selaku yang mewakili kepala sekolah karena,
kepala sekolah pada saat mau di wawancara beliau
menyerahkan sepenuhnya kepada pak Kunna selaku staf di
sekolah ini, untuk mewakili beliau. Tentang pelaksanaan
supervisi individual.:
“Sebelum mengadakan supervisi, saya membuat jadwal
terlebih dahulu dan saya memberitahukan terhadap guru
tersebut dan melakukan pembinaan supaya menyiapkan
ADM. ”51
Pelaksanaan supervisi individual kepala sekolah di
sekolah ini diadakan enam kali dalam satu simister. Hal ini
berdasarkan hasil wawancara dengan Guru Agama Islam Pak
Arsuddin, A.Ma. 52
51Kunna, Selaku Kepsek SDN Pelontu, “Wawancara”, Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
52
Arsuddin, Guru PAI SDN Pelontu, “Wawancara” Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
50
“Pelaksanaan supervisi individual di sekolah kami di
adakan enam kali dalam satu simister.”
2. Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan supervisi individual kepala
sekolah di sekolah ini, menurut hasil wawancara dengan Pak
Kunna, supervisi individual dilaksanakan dengan cara setelah
adanya jadwa langkah selanjutnya menyampaikan terhadap
guru yang bersangkutan bahwa akan dilaksanakan supervisi
oleh kepala sekolah serta kepala sekolah melakukan
pembinaan setelah itu memeriksa kelengkapan administrasi
pembelajaran guru agama tersebut, langkah selanjutnya
melaksanakan kunjungan kelas melihat secara langsung
kegiatan proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru
yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
dengan Pak Kunna.
“Dalam supervisi individual terlebih dahulu saya
membuat jadwal setelah itu saya memberitahukan kepada
guru yang bersangkutan dan melakukan pembinaan kalau
akan ada supervisi, kemudian saya memeriksa
kelengkapan administrasi pembelajaran, kemudian saya
masuk ke kelas melihat secara langsung proses belajar
mengajar”53
d. SDN Bantalaka
Sekolah ini berada di Dusun Bantalaka, Desa Kasoloang yang
berjarak dari ibu kota kecamatan 4,5 km. , sekolah ini memiliki no
53 Kunna , Selaku Kepsek SDN Pelontu, “Wawancara”,Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
51
NPSN40601726 . Sekolah ini dipimpin oleh Ibu Ratnawati, S.Pd.
Sejak dari Tahun 2011 sampai sekarang.
Di sekolah ini kepala sekolah di dalam melaksanakan
supervisi individual, kepala sekolah memulai dengan menyusun
perencanaan supervisi dan dilanjutkan dengan pelaksanaan
supervisi dengan rincian sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perencanaan supervisi individual kepala sekolah, kepala
sekolah terlebih dahulu membuat program serta menyusun
program supervisi, membuat istrumen supervisi administrasi
maupun instrumen pembelajaran serta membuat jadwal
supervisi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan
kepala sekolah Ibu Ratnawati, S.Pd.54
“Sebelum mengadakan supervisi saya membuat program,
menyusun program tentang supervisi, instrumen supervisi
serta membuat jadwal supervisi.”
Di sekolah ini supervisi individual di laksanakan dua kali
dalam satu semester. Hal ini berdasarkan hasil wawancara
dengan Ibu Ismawati, S.Pd.I. selaku Guru Agama Islam di
sekolah ini.55
“Di sekolah kami dilaksanakan supervisi dua kali dalam
satu simister.”
2. Pelaksanaan
54 Ratnawati, Kepala Sekolah SDN Bantalaka, “Wawancara”, Ruang Guru,1 Agustus 2017.
55
Ismawati, Guru Agama Islam SDN Bantalaka, “Wawancara” Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
52
Dalam tahap pelaksanaan supervisi individual kepala
sekolah, menurut hasil wawancara dengan kepala sekolah Ibu
Ratnawati S.Pd.56
Pelaksanaannya adalah beliau melaksanakan
supervisi individual dengan cara memeriksa administrasi
pembelajaran guru agama islam terlebih dahulu, setelah itu
melakukan kunjungan kelas, dan melakukan pengamatan dari
jauh atau melihat langsung kegiatan proses belajar mengajar
yang dilaksanakan oleh guru tersebut, langkah selanjutnya
kepala sekolah mengadakan penilaian serta pembicaraan
individual berupa arahan-arahan atau tukar pikiran dengan guru
tersebut mengenai pelaksanaan proses belajar mengajar. Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Ratnawati, S.Pd.
Selaku kepala sekolah
“Pelaksanaan supervisi individual di sekolah saya adalah
saya membuat program atau menyusun program supervisi
dan istrumen supervisi terlebih dahulu dan membuat jadwal,
setelah itu sebelum masuk ke kelas saya periksa dahulu
administrasi pembelajarn guru yang bersangkutan, setelah
itu saya masuk ke dalam kelas melihat langsung proses
kegiatan belajar mengajar, kemudian mengadakan
pembicaraan individual memberikan arahan-arahan secara
terbuka sedangkan masalah pembinaan terhadap guru PAI
di ikut sertakan dalam pelatihan-pelatihan dan KKG.”.57
e. SD Inpres Kasoloang
Sekolah ini berada di Dusun Kasoloang, Desa Kasoloang yang
berjarak dari ibu kota kecamatan kurang lebig 4 km. , sekolah ini
56 Ratnawati, Kepsek SDN Bantalaka, “Wawancara”,Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
57
Ratnawati, Kepsek SDN Bantalaka, “Wawancara”,Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
53
memiliki no NPSN 40601615 .Sekolah ini dipimpin oleh Pak Sukran
Tangadu, S.Pd. Sejak dari Tahun 2011 sampai sekarang.
Di sekolah ini, kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi
individual kepala sekolah, dimulai dengan menyusun
perencanaan supervisi dan dilanjutkan dengan pelaksanaan
supervervisi dengan rincian sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perencanaan supervisi individual kepala sekolah, di
sekolah ini, kepala sekolah terlebih dahulu membuat jadwal
kemudian pemberitahuan terhadap guru yang bersangkutan
bahwa akan ada supervisi dari kepala sekolah Hal ini
berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah :
“Sebelum mengadakan supervisi, saya membuat jadwal
dan saya memberitahukan kepada guru yang bersangkutan
bahwa saya akan mensupervisi supaya bersiap-siap untuk
di supervisi kemudian langkah selanjutnya saya masuk di
kelas melihat langsung proses pembelajaran, cara-caranya
mengajar, kemudian memeriksa administrasi pembelajaran
guru yang bersangkutan.”58
Di sekolah ini supervisi individual di laksanakan tujuh
kali di dalam satu semester. Hal ini berdasarkan hasil
wawancara dengan Ibu Sarimi, S.Pd.I. selaku Guru Agama
Islam di sekolah ini.59
“Pelaksanaan supervisi individual di sekolah kami
diadakan tujuh kali dalam satu simister.”
58 Sukran tangadu, Kepsek SD Inpres Kasoloang, “Wawancara”, Ruang Guru, 3 Agustus 2017.
59
Sarimi, Guru Agama Islam SD Inpres Kasoloang, “Wawancara” Ruang Guru, 3 Agustus 2017.
54
2. Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan supervisi individual di sekolah
ini, menurut hasil wawancara dengan kepala sekolah Pak
Sukran Tangadu S.Pd.60
Pelaksanaannya adalah beliau
melaksanakan supervisi individual dengan cara membuat
jadwal, langkah selanjutnya kepala sekolah melihat
kelengkapan administrasi pembelajaran bagi guru agama islam
tersebut, setelah itu melakukan kunjungan kelas melihat
secara langsung kegiatan proses belajar mengajar yang
dilaksanakan oleh guru. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan Pak Sukran Tangadu, S.Pd. Selaku kepala
sekolah
“Dalam mensupervisi individual terlebih dahulu saya
membuat jadwal setelah itu saya melihat kelengkapan
RPP, Dokumen-dokumen guru yang bersangkutan yang
dipakai dalam mengajar, baru saya masuk ke kelas
melihat secara langsung proses kegiatan belajar mengajar,
bagaimana cara mengajarnya metodenya seperti apa, cara
menyiapkan administrasi kelas apa sudah sesuai apa
belum kemudian melakukan pembicaraan individual
saling tukar pikiran bagaiman baiknya, tindak lanjutnya
mengundang tim supervisi dari kabupaten untuk
melakukan penjelasan kepada guru-guru.”.61
f. SDN Bambaira
Sekolah ini berada di Dusun Sibala Desa Bambaira yang
berjarak dari ibu kota kecamatan 0, sekolah ini memiliki no
60 Sukran tangadu, Kepsek SD Inpres Kasoloang, “Wawancara”, Ruang Guru, 3 Agustus 2017.
61
Sukran tangadu, Kepsek SD Inpres Kasoloang, “Wawancara”, Ruang Guru, 3 Agustus 2017.
55
NPSN 40601719. Sekolah ini dipimpin oleh Pak Nahar, S.Pd.
Sejak dari Tahun 2011 sampai sekarang.
Di sekolah ini juga, kepala sekolah dalam melaksanakan
supervisi individual kepala sekolah, beliau memulai dengan
menyusun perencanaan supervisi dan dilanjutkan dengan
pelaksanaan supervisi dengan rincian sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perencanaan supervisi individual kepala sekolah, di
sekolah ini kepala sekolah terlebih dahulu menyiapkan
bahan-bahan supervisi baik itu instrumen penilaian
administrasi maupun istrumen penilaian proses pembelajaran,
selanjutnya membuat jadwal. Hal ini berdasarkan hasil
wawancara dengan kepala sekolah :
“Sebelum mengadakan supervisi, saya membuat jadwal
dan saya melihat terlebih dahulu guru yang bersangkutan
apa yang harus dilakukan, menyiapkan bahan-bahan
supervisi seperti RPP, Dokumen-dokumen yang dipakai
dalam mengajar.”62
Disekolah ini supervisi individual kepala sekolah
dilaksanakan dua kali dalam satu semester. Hal ini
berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Rosmiani, S.Pd.I.
selaku Guru Agama Islam di sekolah ini.63
“Pelaksanaan supervisi individual di sekolah kami
diadakan dua kali dalam satu simister.”
62 Nahar, Kepsek SDN Bambaira, “Wawancara”, Ruang Guru, 4 Agustus 2017.
63
Rosmiani, Guru Agama Islam SDN Bambaira, “Wawancara” Ruang Guru, 4 Agustus 2017.
56
2. Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan supervisi individual di sekolah
SDN Bambaira, menurut hasil wawancara dengan kepala
sekolah Pak Nahar S.Pd.64
Pelaksanaannya adalah beliau
melaksanakan supervisi individual dengan menyiapkan
jadwa, langkah selanjutnya melihat kelengkapan administrasi
belajar mengajar guru agama tersebut, setelah itu melakukan
kunjungan kelas melihat secara langsung kegiatan proses
belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru tersebut. Hal
ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Pak Nahar, S.Pd.
Selaku kepala sekolah
“Pelaksanaan supervisi individual terlebih dahulu saya
membuat jadwal setelah itu saya melihat kelengkapan
RPP, Dokumen-dokumen guru yang bersangkutan yang
dipakai dalam mengajar, baru saya masuk ke kelas
melihat secara langsung proses kegiatan belajar
mengajar, bagaimana cara mengajarnya cara menyiapkan
administrasi kelas kemudian mengadakan pembicaraan
individual apa yang harus dilakukan.”.65
g. SDN Taba
Sekolah ini berada di Dusun Taba Desa Bambaira yang
berjarak dari ibu kota kecamatan 1 km, sekolah ini memiliki no
NPSN 40604257 Sekolah ini dipimpin oleh Pak Samsul, S.Pd. Sejak
dari Tahun 2007 sampai sekarang.
64 Nahar, Kepsek SDN Bambaira, “Wawancara”, Ruang Guru, 4 Agustus 2017.
65
Nahar, Kepsek SDN Bambaira, “Wawancara”,Ruang Guru, 4 Agustus 2017.
57
Disekolah ini di dalam pelaksanaan Supervisi individual
kepala sekolah, kepala sekolah memulai dengan menyusun
perencanaan supervisi dan dilanjutkan dengan pelaksanaan
supervisi dengan rincian sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perencanaan supervisi individual kepala sekolah, di sekolah
ini kepala sekolah terlebih dahulu membuat jadwal kemudian
memberitahukan kepada guru yang bersangkutan bahwa akan
ada supervisi individual supaya guru tersebut menyiapkan
administrasi pembelajaran, hal ini berdasarkan hasil wawancara
dengan Guru Agama Islam Ibu Risna Tapalu, S.Pd.I. :
“Sebelum mengadakan supervisi, saya diberi tahu kalau
akan ada supervisi individual, kemudian kepsek memeriksa
administrasi pembelajaran barulah dia ke kelas melihat
langsung proses belajar mengajar yang saya buat. ”66
Disekolah ini supervisi individual diadakan satu kali dalam
satu simister. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Guru
Agama Islam Ibu Risna Tapalu,S.Pd.I. selaku Guru Agama
Islam di sekolah ini.67
“Pelaksanaan supervisi individual di sekolah kami diadakan
satu kali dalam satu simister.”
2. Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan supervisi individual di sekolah
SDN Taba, menurut hasil wawancara dengan kepala sekolah
66Risna Tapalu, Guru PAI SDN Taba, “Wawancara”, Ruang Guru, 31 Juli 2017.
67
Risna Tapalu, Guru PAI SDN Taba, “Wawancara”, Ruang Guru, 31 Juli 2017.
58
Pak Samsul, S.Pd68
. Pelaksanaannya adalah melaksanakan
supervisi individual dengan cara setelah adanya jadwa langkah
selanjutnya menyampaikan terhadap guru yang bersangkutan
kalau akan diadakan supervisi, langakah selanjutnya memeriksa
kelengkapan administrasi pembelajaran guru agama tersebut,
setelah itu melakukan kunjungan kelas melihat secara langsung
kegiatan proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru
yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
dengan Pak Samsul, S.Pd. Selaku kepala sekolah
“Dalam supervisi individual terlebih dahulu saya membuat
jadwal setelah itu saya memberitahukan kepada guru yang
bersangkutan kalau akan ada supervisi, kemudian saya
memeriksa kelengkapan administrasi pemebalajaran,
kemudian saya masuk ke kelas melihat secara langsung
proses KBM.”69
h. SDN Baruga
Sekolah ini berada di Dusun Baruga Desa Bambaira yang
berjarak dari ibu kota kecamatan 2 km, sekolah ini memiliki no
NPSN 40601727 Sekolah ini dipimpin oleh Pak Alibing, S.Pd. Sejak
dari Tahun 2009 sampai sekarang.
Di sekolah ini di dalam pelaksanaan Supervisi individual
kepala sekolah, memulai dengan menyusun perencanaan supervisi
dan dilanjutkan dengan pelaksanaan supervervisi dengan rincian
sebagai berikut :
68 Samsul, Kepsek SDN Taba, “Wawancara”, Ruang Guru, 31 Juli 2017.
69
Samsul , Kepsek SDN Taba, “Wawancara”,Ruang Guru, 31 Juli 2017.
59
1. Perencanaan
Perencanaan supervisi individual kepala sekolah, di sekolah
ini kepala sekolah terlebih dahulu membuat jadwal kemudian
membuat instrumen supervisi kemudian masuk kedalam kelas
untuk mensupervisi. Hal ini berdasarkan hasil wawancara
dengan kepala sekolah :
“Sebelum mengadakan supervisi, saya membuat jadwal
terlebih dahulu dan saya juga membuat istrumen supervisi
kemudian masuk kedalam kelas.”70
Disekolah ini supervisi individual tidak direncanakan
sebelumnya berapa kali dalam satu simister tapi terkadang
kepala sekolah hanya melaksanakannya tiga kali dalam satu
simister saja, tapi tidak ditentukan waktunya berapa kali. Hal ini
berdasarkan hasil wawancara dengan Guru Agama Islam Ibu
Nurmawaddah, S.Pd.I. selaku Guru Agama Islam di sekolah
ini.71
“Pelaksanaan supervisi individual di sekolah kami tidak
ditentukan berapa kali dalam satu simister, namun
terkadang masuk tiga kali.”
2. Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan supervisi individual di sekolah
SDN Baruga, menurut hasil wawancara dengan Wakil kepala
sekolah Pak Wahab, S.Pd. Pelaksanaannya adalah melaksanakan
supervisi individual dengan cara setelah adanya jadwa langkah
70Wahab, Wakil Kepsek SDN Baruga, “Wawancara”, Ruang Guru, 27 Juli 2017.
71
Nurmawadda, Guru PAI SDN Baruga, “Wawancara” Ruang Guru, 27 Juli 2017.
60
selanjutnya memeriksa kelengkapan administrasi pembelajaran
guru agama tersebut, setelah itu melakukan kunjungan kelas
melihat secara langsung kegiatan proses belajar mengajar yang
dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara dengan Pak Wahab, S.Pd. Selaku
Wakil kepala sekolah
“Dalam mensupervisi individual terlebih dahulu saya
membuat jadwal setelah itu saya memeriksa kelengkapan
administrasi pemebalajaran, kemudian saya masuk ke kelas
melihat secara langsung proses KBM, kemudian saya
menilai.”.72
i. SD Inpres Tampaure
Sekolah ini berada di Dusun Tampaure Desa Tampaure yang
berjarak dari ibu kota kecamatan 10 km, sekolah ini memiliki no
NPSN 40601672 Sekolah ini dipimpin oleh Yuniarti, S.Pd. Sejak dari
Tahun 2009 sampai sekarang.
Di sekolah ini di dalam pelaksanaan Supervisi individual
kepala sekolah, memulai dengan menyusun perencanaan supervisi
dan dilanjutkan dengan pelaksanaan supervervisi dengan rincian
sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perencanaan supervisi individual kepala sekolah, di sekolah ini
kepala sekolah terlebih dahulu membuat jadwal kemudian
72 Wahab , Wakil Kepsek SDN Baruga, “Wawancara”,Ruang Guru, 27 Juli 2017.
61
pemberitahuan kepada guru yang bersangkutan bahwa akan
ada supervisi dari kepala sekolah Hal ini berdasarkan hasil
wawancara dengan kepala sekolah :
“Sebelum mengadakan supervisi, saya membuat jadwal
dan saya memberitahukan dan terkadang juga tidak dikasi
tau kepada guru yang bersangkutan bahwa saya akan
mensupervisi.”73
Disekolah ini supervisi individual di rencanakan enam kali kali
dalam satu semester. Hal ini berdasarkan hasil wawancara
dengan Ibu Nurida, S.Pd.I. selaku Guru Agama Islam di
sekolah ini.74
“Pelaksanaan supervisi individual di sekolah kami
diadakan enam kali dalam satu simister.”
Dalam tahap pelaksanaan supervisi individual di sekolah SD
Inpres Tampaure, menurut hasil wawancara dengan kepala
sekolah Ibu Yuniarti, S.Pd. Pelaksanaannya adalah
melaksanakan supervisi individual dengan cara setelah adanya
jadwa langkah selanjutnya memeriksa kelengkapan
administrasi pembelajaran guru agama tersebut, setelah itu
melakukan kunjungan kelas melihat secara langsung kegiatan
proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru yang
bersangkutan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan
Ibu Juniarti, S.Pd. Selaku kepala sekolah
73Yuniarti , Kepsek SD Inpres Tampaure, “Wawancara”, Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
74
Nurida, Guru PAI SD Inpres Tampaure, “Wawancara” Ruang Guru, 27 Juli 2017.
62
“Dalam mensupervisi individual terlebih dahulu saya
membuat jadwal setelah itu saya memeriksa kelengkapan
RPP, Silabus dll, kemudian saya masuk ke kelas melihat
secara langsung proses KBM, kalau ada yang tidak
lengkap disuruh melengkapi.”.75
j. SDN Saluwira
Sekolah ini berada di Dusun Saluwira Desa Bambaira yang
berjarak dari ibu kota kecamatan 7 km, sekolah ini memiliki no
NPSN 40601773. Sekolah ini dipimpin oleh Pak Usman, S.Pd.
Sejak dari Tahun 2017 sampai sekarang.
Di sekolah ini di dalam pelaksanaan Supervisi individual
kepala sekolah, memulai dengan menyusun perencanaan
supervisi dan dilanjutkan dengan pelaksanaan supervervisi
dengan rincian sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perencanaan supervisi individual kepala sekolah, di
sekolah ini kepala sekolah terlebih dahulu membuat jadwal
kemudian memberitahukan kepada guru yang bersangkutan
bahwa akan ada supervisi individual supaya guru tersebut
menyiapkan administrasi pembelajaran. Hal ini berdasarkan
hasil wawancara dengan kepala sekolah :
“Sebelum mengadakan supervisi, saya membuat jadwal
terlebih dahulu dan saya memberitahukan terhadap guru
75 Yuniarti, Kepsek SD Inpres Tampaure, “Wawancara”,Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
63
yang bersangkutan kalau saya akan supervisi supaya
menyiapkan administrasi pembelajaran. ”76
Disekolah ini supervisi individual diadakan enam kali
dalam satu simister. Hal ini berdasarkan hasil wawancara
dengan Guru Agama Islam Ibu Nanidiastuti, S.Pd.I. selaku
Guru Agama Islam di sekolah ini.77
“Pelaksanaan supervisi individual di sekolah kami
diadakan enam kali dalam satu simister.”
2. Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan supervisi individual di sekolah
SDN Saluwira, menurut hasil wawancara dengan kepala
sekolah Usman, S.Pd. Pelaksanaannya adalah melaksanakan
supervisi individual dengan cara setelah adanya jadwa
langkah selanjutnya memeriksa kelengkapan administrasi
pembelajaran guru agama tersebut, setelah itu melakukan
kunjungan kelas melihat secara langsung kegiatan proses
belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru yang
bersangkutan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan
Pak Usman, S.Pd. Selaku kepala sekolah
“Dalam supervisi individual terlebih dahulu saya
membuat jadwal setelah itu saya memberitahukan
kepada guru yang bersangkutan kalau akan ada supervisi
individual, kemudian saya memeriksa kelengkapan
administrasi pembelajaran, kemudian saya masuk ke
kelas melihat secara langsung proses KBM.”78
76Usman, Kepsek SDN Saluwira, “Wawancara”, Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
77
Nanidiastuti, Guru PAI SDN Saluwira, “Wawancara” Ruang Guru, 31 Juli 2017.
78 Usman , Kepsek SDN Saluwira, “Wawancara”,Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
64
k. SDN Bambarano
Sekolah ini berada di Dusun Bambarano Desa Tampaure yang
berjarak dari ibu kota kecamatan 7 km, sekolah ini memiliki no
NPSN 40601724 Sekolah ini dipimpin oleh Patahuddin, S.Pd. Sejak
dari Tahun 2009 sampai sekarang.
Di sekolah ini di dalam pelaksanaan Supervisi individual
kepala sekolah, memulai dengan menyusun perencanaan supervisi
dan dilanjutkan dengan pelaksanaan supervervisi dengan rincian
sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perencanaan supervisi individual kepala sekolah, di
sekolah ini kepala sekolah terlebih dahulu membuat jadwal
kemudian memberitahukan kepada guru yang bersangkutan
bahwa akan ada supervisi individual supaya guru tersebut
menyiapkan administrasi pembelajaran. Hal ini berdasarkan
hasil wawancara dengan kepala sekolah :
“Sebelum mengadakan supervisi, saya membuat jadwal
terlebih dahulu dan saya memberitahukan terhadap guru
yang bersangkutan kalau saya akan supervisi supaya
menyiapkan administrasi pemebalajaran ”79
Disekolah ini supervisi individual diadakan dua kali
dalam satu simister. Hal ini berdasarkan hasil wawancara
79Patahuddin, Kepsek SDN Bambarano, “Wawancara”, Ruang Guru, 27 Juli 2017.
65
dengan Guru Agama Islam Pak Agus, S.Pd.I. selaku Guru
Agama Islam di sekolah ini.80
“Pelaksanaan supervisi individual di sekolah kami
diadakan dua kali dalam satu simister.”
2. Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan supervisi individual di sekolah
SDN Bambarano, menurut hasil wawancara dengan kepala
sekolah Patahuddin, S.Pd. Pelaksanaannya adalah
melaksanakan supervisi individual dengan cara setelah adanya
jadwa langkah selanjutnya menyampaikan terhadap guru yang
bersangkutan kalau akan diadakan supervisi individual supaya
melakukan persiapan-persiapan, langakh selanjutnya
memeriksa kelengkapan administrasi pembelajaran guru
agama tersebut, setelah itu melakukan kunjungan kelas
melihat secara langsung kegiatan proses belajar mengajar yang
dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara dengan Pak Patahuddin, S.Pd. Selaku
kepala sekolah
“Dalam supervisi individual terlebih dahulu saya membuat
jadwal setelah itu saya memberitahukan kepada guru yang
bersangkutan kalau akan ada supervisi individual supaya
melakukan persiapan, kemudian saya memeriksa
kelengkapan administrasi pembelajaran, kemudian saya
masuk ke kelas melihat secara langsung proses KBM.”81
80Agus, Guru PAI SDN Bambarano, “Wawancara” Ruang Guru, 27 Juli 2017.
81
Patahuddin , Kepsek SDN Bambarano, “Wawancara”,Ruang Guru, 27 Juli 2017.
66
Berdasarkan pada paparan data penelitian di atas
diketahuai bahwa Pelaksanaan Supervisi Individual Kepala
Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru
PAI SDN se-Kecamatan Bambaira. Ternyata kepala sekolah
telah membuat perencanaan dan dilanjutkan dengan
pelaksananaan, serta tindak lanjut. Namun dalam penelitian ini
didapati ada 5 sekolah yang tidak melaksanakan tindak lanjut
yaitu : SDN Bambaira, SDN Baruga, SDN Saluwira, SDN
Pelontu, dan SDN Taba. Dan Sekolah yang melaksanakan
tindak lanjut dari supervisi individual ada 6 sekolah yaitu : SD
Inpres Kalukunangka, SDN Pebondo, SDN Bantalaka, SD
Inpres Kasoloang, SD Inpres Tampaure, dan SDN Bambarano.
padahal idealnya harus ada tindak lanjut setelah diadakannya
supervisi.
Dengan melihat dari paparan penelitian di atas, maka dapat di analisis bahwa
masalah jadwal pelaksanaan dari supervisi individual yang dilaksanakan oleh
kepala sekolah ternyata berbeda-beda dalam satu simister, ada yang cuma satu
kali dalam satu simister, yang ini cuma satu sekolah yang melaksanakannya yaitu
SDN Taba. Dan ada yang melaksanakannya dua kali dalam satu simister, dalam
masalah ini didapati ada empat sekolah yang melaksanakannya yaitu : SD Inpres
Kalukunangka, SDN Bantalaka, SDN Bambaira, dan SDN Bambarano, dan ada
sekolah yang melaksanakan enam kali, dalam hal ini didapati ada empat sekolah
yaitu : SDN Pelontu, SDN Saluwira, SD Inpres Tampaure, dan SDN Pebondo,
67
dan bahkan ada yang sampai tujuh kali dalam satu simister, dan didapati cuma
satu sekolah yaitu : SD Inpres Kasoloang, dan anehnya dalam penelitian ini, ada
sekolah yang penulis dapati, kepala sekolahnya tidak membuat jadwal sama sekali
tapi bukan berarti kepala sekolah tidak melaksanakan supervisi namun perlu
adanya jadwal agar lebih terarah pelaksanannya tersebut. Seperti inilah kasus yang
terjadi di SDN Baruga. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan guru Agama
Islam Ibu Nurmawaddah, S.Pd.I.
“Pelaksanaan supervisi individual di sekolah kami tidak ditentukan berapa
kali dalam satu simister, namun terkadang masuk tiga kali dalam satu
simister.”82
3. Faktor Pendukung Supervisi Individual Kepala sekolah terhadap
peningkatan kompetensi fedagogik guru PAI SDN se-Kecamatan
Bambaira Kabupaten Mamuju Utara.
a. SD Inpres Kalukunangka
Adapun faktor pendukung supervisi individual kepala sekolah,
di sekolah ini adalah, adanya pasilitas sekolah yang memadai,
karena dengan adanya fasilitas sekolah tersebut, memudahkan
guru untuk memenuhi kelengkapan administrasi. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara dengan guru pendidikan agama islam
Muh. Amin S.Pd.I.83
“Faktor-faktor pendukung, salah satu faktornya adalah dengan
adanya pasilitas sekolah, karena dengan adanya pasilitas
82 Nurmawadda, Guru PAI SDN Baruga, “Wawancara”, Ruang Guru, 27 Juli 2017.
83
Muh. Amin, Guru PAI SD Inpres Kalukunangka, “Wawancara”, Ruang Guru, 29 Juli 2017
68
sekolah itu, kita bisa memenuhi kelengkapan administrasi
pembelajaran.”
b. SDN Pebondo
Adapun faktor pendukung supervisi individual yang diadakan
kepala sekolah di sekolah ini adalah, adanya situasi kondisi di
dalam kelas yang kondusip, disamping itu adanya materi-materi
dan bahan-bahan pengajaran yang disiapkan oleh guru tersebut. Ini
berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah Pak Hendra
S.Pd.84
disampin itu juga karena di sekolah ini terdapat adanya
media pembelajaran. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
dengan guru pendidikan agama islam Hajrani.85
“Salah satu faktor pendukung adalah dengan adanya media
pembelajaran.”
c. SDN Pelontu
Adapun faktor pendukung adanya supervisi individual yang
dilaksanakan oleh wakil kepala sekolah di sekolah ini adalah :
Faktor yang mendukung supervisi individual adalah adanya
situasi lingkungan yang mendukung baik itu dari segi gurunya,
siswanya, maupun lingkungan masyarakat sekitar sekolah. Ini
berdasarkan hasil wawancara Pak Kunna.86
“Salah satu faktor pendukung supervisi individual di sekolah
saya adalah dari lingkungan yang mendukung baik itu dari segi
gurunya maupun masyarakatnya.”
84 Hendra, Kepsek SDN Pebondo, “Wawancara”, Ruang Guru, 28 Juli 2017.
85
Hajrani, Guru PAI SDN Pebondo, “Wawancara”, Ruang Guru, 28 Juli 2017
86 Kunna, Kepsek SDN Pelontu, “Wawancara”, Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
69
d. SDN Bantalaka
Disekolah ini faktor pendukung adanya supervisi individual
yang dilaksanakan oleh kepala sekolah adalah :
Banyak faktor yang mendukung supervisi individual seperti
adanya alat peraga yang disediakan oleh sekolah, adanya media
pembelajaran, adanya laptop sekolah. Ini berdasarkan hasil
wawancara dengan Guru Agama Islam Ibu Ismawati S.Pd.I.87
“Salah satu faktor pendukung supervisi individual adalah
dengan adanya media pembelajaran serta laptop.”
e. SD Inpres Kasoloang
Adapun faktor pendukung adanya supervisi individual yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah di sekolah ini adalah :
Banyak faktor yang mendukung supervisi individual seperti
adanya materi yang lengkap, beserta buku-buku agama islam yang
ada disekolah ini.. Ini berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala
sekolah Pak Sukran Tangadu S.Pd.88
“Salah satu faktor pendukung supervisi individual yang saya
laksanakan adalah dengan adanya materi serta buku-buku
agama islam yang ada di sekolah ini.”
f. SDN Bambaira
87Ismawati, Guru PAI SDN Bantalaka, “Wawancara”, Ruang Guru, 1 Agustus 2017
88
Sukran tangadu, Kepsek SD Inpres Kasoloang, “Wawancara”, Ruang Guru, 3 Agustus 2017.
70
Adapun faktor pendukung adanya supervisi individual yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah di sekolah ini adalah banyak
faktor yang mendukung supervisi individual seperti adanya
dokumen yang lengkap, dan juga faktor kerajinan dari guru yang
bersangkutan. Ini berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala
sekolah Pak Nahar S.Pd.89
“Salah satu faktor pendukung supervisi individual adalah
dengan adanya dokumen serta faktor kerajianan dari guru yang
bersangkutan.”
g. SDN Taba
Adapun faktor pendukung adanya supervisi individual yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah di sekolah ini adalah :
Faktor yang mendukung supervisi individual adalah adanya
prangkat pembelajaran yang memadai. Ini berdasarkan hasil
wawancara dengan Pak Samsul, S.Pd.I.90
“Salah satu faktor pendukung supervisi individual di sekolah
saya adalah adanya perangkat pembelajaran yang memadai.”
h. SDN Baruga
Adapun faktor pendukung adanya supervisi individual yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah di sekolah ini adalah :
Faktor yang mendukung supervisi individual adalah adanya
alat peraga serta tidak berhentinya bimbingan dari kepsek terkait
89 Nahar, Kepsek SDN Bambaira, “Wawancara”, Ruang Guru, 4 Agustus 2017.
90
Samsul , Kepsek SDN Taba, “Wawancara”,Ruang Guru, 31 Juli 2017.
71
masalah supervisi individual. Ini berdasarkan hasil wawancara
dengan Ibu Nurmawadda, S.Pd.91
“Salah satu faktor pendukung supervisi individual di sekolah
saya adalah kepsek dalam memberikan bimbingan tidak secara
langsung di dalam kelas tapi juga memberikan bimbingan
secara pribadi tentang bagaiman proses pembelajaran yang
bagus.”
i. SD Inpres Tampaure
Adapun faktor pendukung adanya supervisi individual yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah di sekolah ini adalah :
Faktor yang mendukung supervisi individual adalah adanya
pasiltas sekolah yang memadai disamping itu guru juga sudah
pintar mencari bahan-bahan dalam mengajar melalui internet. Ini
berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala sekolah Ibu Juniarti
S.Pd.92
“Salah satu faktor pendukung supervisi individual yang saya
laksanakan adalah adanya pasilitas sekolah yang memadai dan
juga guru kadang mendownload bahan-bahan dari internet.”
j. SDN Saluwira
Adapun faktor pendukung adanya supervisi individual yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah di sekolah ini adalah faktor yang
mendukung supervisi individual adalah adanya administrasi
pembelajaran yang memadai. Ini berdasarkan hasil wawancara
dengan Pak Usman, S.Pd.93
91 Nurmawadda, Guru PAI SDN Baruga, “Wawancara”, Ruang Guru, 27 Juli 2017.
92
Yuniarti, Kepsek SD Inpres Tampaure, “Wawancara”, Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
93 Usman , Kepsek SDN Saluwira, “Wawancara”, Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
72
“Salah satu faktor pendukung supervisi individual di sekolah
saya adalah adanya kelengkapan administrasi pembelajaran
dari guru yang bersangkutan.”
k. SDN Bambarano
Adapun faktor pendukung adanya supervisi individual yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah di sekolah ini adalah :
Faktor yang mendukung supervisi individual adalah adanya
kesiapan guru dalam mengajar utamanya administrasi
pembelajaran, adanya alat peraga serta buku yang tersedia. Ini
berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Patahuddin, S.Pd.94
“Salah satu faktor pendukung supervisi individual di sekolah
saya adalah dari guru yang bersangkutan sudah
mempersiapkan administrasi pembelajaran, kemudian buku,
dan alat peraga yang ada.”
Dari hasil penelitian tesis ini, yang telah dipaparkan di atas menunjukkan
bahwa dari sebelas sekolah tersebut, rata-rata semuanya mempunyai faktor
pendukung yang berbeda-beda dalam pelaksanaan supervisi individual kepala
sekolah, namun ada faktor pendukung yang masing-masing sekolah mempunyai
kesamaan yaitu faktor adanya pasilitas sekolah yang memadai, hal ini terdapat di
sekolah SD Inpres Kalukunangka, SDN Pebondo, SDN Bantalaka, SDN
Bambaira, SDN Taba, SDN Baruga, SDN Saluwira, dan SDN Bambarano.dan SD
Inpres Tampaure, sedangkan SDN Pelontu berdasarkan hasil wawancara dengan
Pak Kunna, selaku yang mewakili kepala sekolah mngatakan bahwa faktor
94 Patahuddin, Kepsek SDN Bambarano, “Wawancara”, Ruang Guru, 27 Juli 2017.
73
pendukungnya adalah adanya kondisi lingkungan sekolah yang memungkinkan
seperti kesiapan guru yang bersangkutan untuk di supervisi.
BAB IV
ANALISIS
FAKTOR PENGHAMBAT SERTA KONTRIBUSI SUPERVISI
INDIVIDUAL KEPALA SEKOLAH
A. Faktor Penghambat Supervisi Individual Kepala Sekolah
1. SD Inpres Kalukunangka
Adapun faktor penghambat dilaksanakannya supervisi individual
kepala sekolah di sekolah ini adalah masalah SDM yang masih kurang,
terkadang guru mengalami masalah dalam mengajar disebabkan siswanya
belum memahami, hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
sekolah :
“Faktor penghambatnya yaitu masih sangat terbatas masalah
kemampuan ketika seorang guru melakukan pembelajaran,
kemampuan peserta didik ini masih sangat terbatas masih kurang
paham tentang bahasa indonesia yang benar ketika kita
memperlihatkan suatu contoh atau model pembelajaran.”95
2. SDN Pebondo
Adapun faktor penghambat dilaksanakannya supervisi individual di
sekolah ini adalah masalah waktu pelaksanaan, karena disebabkan kepala
sekolah kebanyakan tugas luar. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan
kepala sekolah :
“Hambatan dalam pelaksanaan supervisi individual ini adalah
masalah waktu saja, sebab saya banyak pekerjaan dan banyak dinas
luar.”
95 Hairil, Kepsek SD Inpres Kalukunangka, “Wawancara”, Ruang Guru, 29 Juli 2017
69
Banyaknya tugas sekolah yang berhubungan dengan dinas
pendidikan yang harus diselesaikan, mungkin ini salah satu faktornya
sehingga menghambat adanya pelaksanaan supervisi individual oleh
kepala sekolah, apalagi sekolah ini jauh dari ibu kota kabupaten kurang
lebih 35 km.
3. SDN Pelontu
Adapun faktor penghambat dalam pelaksanaan supervisi individual di
sekolah ini adalah tidak ada sama sekali, hal ini berdasarkan hasil
wawancara dengan Pak Arsuddin, A.Ma. :
“faktor yang menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini tidak
ada.”96
4. SDN Bantalaka
Adapun faktor penghambat pelaksanaan supervisi individual di
sekolah ini adalah kurangnya SDM guru yang bersangkutan hal ini sesuai
dengan hasil wawancara dengan kepala sekolah :
“Hambatannya adalah kadang guru masih kurang di dalam kelas
masih banyak yang perlu dibenahi masalah teknik-teknik di dalam
ruangan kelas masih perlu pelatihan-pelatihan sebab kalau disekolah
terus tidak ada masukan dalam hal pelatihan-pelatihan terkadang
mengajarnya monoton..”97
96 Arsuddin, Guru PAI SDN Pelontu, “Wawancara”, Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
97
Ratnawati, Kepsek SDN Bantalaka, “Wawancara”,Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
70
5. SD Inpres Kasoloang
Adapun faktor penghambat pelaksanaan supervisi individual di
sekolah ini adalah guru magalami hambatan untuk mencerdaskan siswa,
hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Pak Sukran Tangadu, S.Pd.
selaku kepala sekolah di sekolah ini :
“faktor yang menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini adalah
yang paling mendasar dalam hal ini kurangnya kesadaran anak-anak
tentang masalah pelajaran agama islam maklumlah mereka anak-anak
yang belum begitu paham mengenai pendidikan agama islam di
sekolah ini..”98
6. SDN Bambaira
Adapun faktor penghambat pelaksanaan supervisi individual di
sekolah ini adalah karena sekolah ini belum dimasuki aliran listrik secara
otomatis tidak bisa menggunakan sarana prasarana sekolah seperti
infokus dalam mengajar. ini sesuai dengan hasil wawancara denga ibu
Rosmiani, S.Pd.I. selaku guru agama islam di sekolah ini :
“faktor yang menghambat adalah sarana dan prasarana, kalau ada
biasa pembelajaran yang tersimpang di laptop tidak bisa kita pakai
karena di sekolah kami belum ada listrik.”99
Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan kepala sekolah:
“Hambatannya adalah yang pertama masalah ilmu yang masih
kurang, serta buku panduan, serta minimnya alat peraga.”100
98 Sukran Tangadu, Kepsek SD Inpres Kasoloang, “Wawancara”, Ruang Guru, 3 Agustus 2017.
99
Rosmiani, Guru PAI SDN Bambaira, “Wawancara”, Ruang Guru, 4 Agustus 2017.
100 Nahar, Kepsek SDN Bambaira, “Wawancara”, Ruang Guru, 4 Agustus 2017.
71
7. SDN Taba
Adapun faktor penghambat dalam pelaksanaan supervisi individual
ini adalah masalah waktu sebab terkadang ada dinas luar yang lebih
penting, sehingga pelaksanaan supervisi individual terhadap guru tidak
bisa dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Pak
Samsul,S.Pd. :
“faktor yang menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini adalah
terkadang ada dinas luar yang lebih penting sehingga pelaksanaan
supervisi tidak bisa dilaksanakan.”101
8. SDN Baruga
Adapun faktor penghambat adalah masih kurangnya media
pembelajaran yang memadai apalagi di sekolah ini belum masuk aliran
listrik, hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan guru pendidikan
agama islam Ibu Nurmawadda, S.Pd.I. :
“faktor yang menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini adalah
kurangnya pasilitas sekolah, apalagi sekolah ini belum masuk aliran
listrik.”102
9. SD Inpres Tampaure
Adapun faktor penghambat pelaksanaan supervisi individual di
sekolah ini adalah sekolah ini belum masuk aliran listrik, hal ini sesuai
101 Samsul , Kepsek SDN Taba, “Wawancara”,Ruang Guru, 31 Juli 2017.
102
Nurmawadda, Guru PAI SDN Baruga, “Wawancara”, Ruang Guru, 27 Juli 2017.
72
dengan hasil wawancara dengan guru pendidikan agama islam Ibu
Nurida, S.Pd. :
“faktor yang menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini adalah
belum masuknya aliran listrik dan banyaknya anak-anak yang belum
terlalu lancar dalam belajar.”103
10. SDN Saluwira
Adapun faktor penghambat adalah sekolah ini belum dimasuki aliran
listrik. hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Guru Agama Islam
Nanidiastuti, S.Pd.I.:
“faktor penghambat pelaksanaan supervisi di sekolah kami adalah
sekolah kami belum dimasuki aliran listrik104
11. SDN Bambarano
Adapun faktor penghambat adalah sekolah ini adalah sekolah
terpencil dan sebagian besar masyarakatnya adalah masyarakat binaan
suku terasing yang kebanyakan muallaf, yang tentunya pemahaman
agamanya masih kurang. Ini sesuai dengan hasil wawancara dengan
Kepsek Pak Patahuddin, S.Pd. :
“faktor yang menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini adalah
belum ada listrik, dan kebetulan sekolah kami adalah sekolah
terpencil yang masyarakatnya adalah masyakat binaan dan masih
sangat kurang masalah pemahaman agamanya.”105
103 Nurida, Guru SD Inpres Tampaure, “Wawancara”, Ruang Guru, 27 Juli 2017.
104
Nanidiastuti , Guru Agama Islam SDN Saluwira, “Wawancara”, Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
105 Patahuddin, Kepsek SDN Bambarano, “Wawancara”, Ruang Guru, 27 Juli 2017.
73
Dari hasil pemaparan di atas di dapati bahwa, dari sebelas sekolah yang diteliti
hanya ada satu sekolah yang yang hambatan pelaksanaan supervisi sama sekali tidak
ada yaitu SDN Pelontu, ini berdasarkan dengan hasil wawancara dengan Pak
Arsuddin selaku guru Agama Islam disekolah tersebut, sedangkan di sekolah lain
didapati adanya faktor penghambat dalam pelaksanaan supervisi individual kepala
sekolah. Ada yang hambatannya masalah kurangnya waktu pelaksanaan supervisi
oleh kepala sekolah karena kepala sekolah kebanyakan dinas luar dikarenakan
banyaknya tugas administrasi sekolah yang harus diselesaikan, seperti di SDN
Pebondo dan SDN Taba, padahal kalau masalah waktu pasti bisa disiasati supaya
tidak menghambat pelaksanaan supervisi sebagai tanggung jawab dan kewajiban
kepala sekolah. Dan ada faktor penghambat karena kurangnya SDM di sekolah
tersebut seperti yang didapati di SDN Bantalaka, SD Inpres Kalukunangka, dan SD
Inpres Kasoloang. Hal ini juga hendaknya bisa disiasati oleh kepala sekolah dengan
guru-guru dengan memperbanyak reperensi tentang bagaimana mengajar yang
benar, bisa juga belajar melalui internet. Di dapati juga yang faktor penghambat
pelaksanaan supervisi karena tidak adanya pasilitas listrik seperti di SD Inpres
Tampaure, SDN Saluwira, SDN Baruga, SDN Bambaira, dan SDN Bambarano. Ini
menjadi tanggung jawab pemerintah setempat bagaimana memikirkan dan
mengupayakan agar di sekolah tersebut bisa dimasuki aliran listrik.
74
B. Kontribusi Supervisi Individual Kepala sekolah terhadap peningkatan
kompetensi guru pendidikan agama islam di SDN se-Kecamatan
Bambaira.
a. SD Inpres Kalukunangka
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan Kepsek dan Guru
PAI yang ada di sekolah ini, di peroleh keterangan bahwa kontribuasi
supervisi individual kepala sekolah ditandai adanya peningkatan
kompetensi pedagogik bagi guru yang bersangkutan setelah diadakannya
supervisi. Peningkatan Kompetensi pedagogik ini ditandai berupa adanya
peningkatan motivasi guru PAI dalam melaksanakan proses belajar
mengajar yang lebih baik lagi dibandingkan sebelum diadakannya
supervisi individual oleh kepala sekolah. Hal ini berdasarkan hasil
wawancara dengan Guru PAI Pak Muh. Amin S.Pd.I.
“Salah satu manfaat dengan adanya supervisi individual yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah adalah kita sebagai guru bidang
studi PAI termotivasi untuk melakukan proses pembelajaran,
kemudian kita bisa memperbaiki administrasi pembelajaran ataupun
proses pembelajaran bila ada kesalahan-kesalahan yang tanpa kita
sadari sebelumnya karena adanya masukan dari kepala sekolah
sehingga kita bisa memperbaikinya sesuai standar proses, dan juga
kita bisa menjadi kreatif setelah adanya supervisi dibandingkan
sebelum di supervisi, sikap kita pun cenderung berubah ke arah yang
lebih baik sebagai seorang guru PAI”106
Inipun yang menjadi contoh peningkatan pedagogik yang terjadi di
sekolah ini setelah diadakannya supervisi individual adalah, tumbuhnya
motivasi bagi guru tersebut dalam melaksanakan proses pembelajaran.
106 Muh. Amin, Guru PAI SD Inpres Kalukunangka, “Wawancara”, Ruang Guru, 29 Juli 2017.
75
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Guru Agama Islam Pak
Muh. Amin S.Pd.I. Adapun kontribusi nyata dari adanya supervisi
individual yang dilaksanakan oleh kepala sekolah terhadap guru agama
islam adalah guru yang di supervisi tersebut sudah bisa memiliki
perangkat pembelajarn yang sesuai dengan standar pendidikan, hal ini
sesuai denga hasil wawancara kepala sekolah Pak Hairil, S.Pd.I107
.
“Kontribusi nyata dari supervisi yang saya laksanakan adalah dimana
guru yang bersangkutan {yang disupervisi} sudah memiliki perangkat
pembelajaran yang sesuai dengan standar pendidikan.”
b. SDN Pebondo
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan Kepsek dengan Guru
PAI yang ada di sekolah ini di peroleh keterangan bahwa terdapat adanya
peningkatan kompetensi pedagogik. Peningkatan Kompetensi pedagogik
ini ditandai berupa adanya peningkatan ilmu pengetahuan guru PAI
dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang lebih baik lagi
dibandingkan sebelum diadakannya supervisi individual oleh kepala
sekolah. Dengan demikian kontribusi supervisi individual kepala sekolah
adalah bertambahnya pengetahuan guru yang bersangkutan. Hal ini
berdasarkan hasil wawancara dengan Guru PAI Ibu Hajrani.108
“Dalam supervisi individual yang dilaksanakan oleh kepala sekolah
terhadap saya terjadi adanya peningkatan pedagogik ditandai dengan
pengetahuan saya meningkat dari tidak tau menjadi tau.”
107 Hairil, Kepsek SD Inpres Kalukunangka, “Wawancara”, Ruang Guru, 29 Juli 2017
108
Hajrani, Guru PAI SDN Pebondo, “Wawancara”, Ruang Guru, 28 Juli 2017
76
Hal inipun sejalan dengan apa yang dikatakan oleh kepala sekolah :
“Ada peningkatannya terhadap guru tersebut, walaupun tahapannya
sedikit-demi sedikit, tapi itu akan tetap berjalan dengan baik.”109
Adapun contoh peningkatan pedagogik yang terjadi di Sekolah ini
setelah diadakannya supervisi individual adalah pengetahuan guru
tersebut meningkat dalam melaksanakan proses pembelajaran, ini
berdasarkan hasil wawancara dengan guru agama islam Ibu Hajrani,
kontribusi nyata dari adanya supervisi individual yang dilaksanakan
oleh kepala sekolah terhadap guru agama islam adalah guru yang di
supervisi tersebut mengalami peningkatan pengetahuan mengenai proses
pembelajaran yang lebih baik, hal ini sesuai denga hasil wawancara
kepala sekolah Pak Hendra110
.
“Kontribusi nyata dari supervisi yang saya laksanakan adalah
dimana guru tersebut mengalami peningkatan dari segi ilmu
pengetahuan dalam proses pembelajarn.”
c. SDN Pelontu
Di sekolah ini mengalami adanya peningkatan kompetensi
pedagogik. Peningkatan Kompetensi pedagogik ini dilihat dari guru
yang bersangkutan yang pemahamannya meningkat setelah diadakannya
supervisi, apalagi kalau ada pelatihan yang diadakan di dinas terkait
109 Hendra, Kepala Sekolah SDN Pebondo, “Wawancara”,Ruang Guru, 28 Juli 2017
110
Hendra, Kepsek SDN Pebondo, “Wawancara”, Ruang Guru, 28 Juli 2017.
77
selalu mengutus gurunya demi peningkatan ilmu guru tersebut. hal ini
sesuai dengan hasil wawancara dengan Pak Kunna,.111
“Mengenai kompetensi pedagogik ada peningkatan dilihat dari
siswanya yang sudah meningkat sopan santunnya.”
Adapun contoh peningkatan pedagogik yang terjadi di Sekolah ini
setelah diadakannya supervisi individual adalah guru tersebut bertambah
pengetahuannya setelah diadakannya supervisi, ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan guru agama islam Pak Arsuddin, A.Ma.112
.
“Contoh peningkatan kompetensi pedagogik adalah kita diberi
masukan tentang kekurangan pada saat kita mengajar dan sehingga
kita bisa memperbaikinya.”
Kontribusi nyata dari adanya supervisi individual yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah terhadap guru agama islam di
sekolah ini adalah guru yang di supervisi tersebut mengalami
peningkatan pengetahuan mengenai proses pembelajaran yang lebih
baik, hal ini juga bisa dilihat dari siswa-siswi disekolah ini yang selalu
menjaga adab sopan santun. hal ini sesuai dengan hasil wawancara
Pak Kunna. 113
“Alhamdulillah dengan adanya supervisi individual dari kepala
sekolah, siswa cenderung berlaku sopan santun.”
111 Kunna , Kepsek SDN Pelontu, “Wawancara”,Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
112
Arsuddin, Guru PAI SDN Pelontu, “Wawancara”, Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
113 Kunna, Kepsek SDN Pelontu, “Wawancara”, Ruang Guru,1 Agustus 2017.
78
d. SDN Bantalaka
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala sekolah di peroleh
keterangan tentang adanya peningkatan kompetensi pedagogik.
Peningkatan Kompetensi pedagogik ini dilihat dari adanya peserta didik
yang mengalami perubahan mulai aktif belajar.114
Peningkatannya kita liat dari anak didik tentu ada perubahan dari
anak dapat dilihat dari aktifnya anak belajar.
Disamping itu guru juga termotivasi untuk melaksanakan proses
pembelajaran serta adanya peningkatan ilmu pengetahuan bagi guru PAI
dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang lebih baik lagi
dibandingkan sebelum diadakannya supervisi individual oleh kepala
sekolah. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Guru PAI Ibu
Ismawati, S.Pd.I.115
“Supervisi individual yang dilaksanakan oleh kepala sekolah
terhadap saya terjadi adanya peningkatan pedagogik ditandai saya
termotivasi dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, serta
pengetahuan saya juga meningkat tentang proses pembelajaran.”
Adapun contoh peningkatan pedagogik yang terjadi di Sekolah ini
setelah diadakannya supervisi individual adalah :
Guru termotivasi dalam melaksanakan proses belajar mengajar serta
Pengetahuan guru tersebut meningkat dalam melaksanakan proses
pembelajaran, ini berdasarkan hasil wawancara dengan guru agama islam
114 Ratnawati, Kepsek SDN Bantalaka, “Wawancara”,Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
115
Ismawati, Guru PAI SDN Bantalaka, “Wawancara”, Ruang Guru, 1 Agustus 2017
79
Ibu Ismawati, S.Pd.I. Kontribusi nyata dari adanya supervisi individual
yang dilaksanakan oleh kepala sekolah terhadap guru agama islam adalah
guru yang di supervisi tersebut mengalami peningkatan pengetahuan
mengenai proses pembelajaran yang lebih baik, hal ini sesuai denga hasil
wawancara Guru PAI Ibu Ismawati116
.
“Kontribusi nyata dari supervisi yang saya terima adalah adalah ilmu
pengetahuan saya bertambah mengenai proses belajar mengajar.”
e. SD Inpres Kasoloang
Di sekolah ini mengalami adanya peningkatan kompetensi
pedagogik. Peningkatan Kompetensi pedagogik ini dilihat dari guru yang
tersebut yang disupervisi bertambah ilmunya, hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan Ibu Sarimi, S.Pd.I.117
“Mengenai peningkatan kompetensi pedagogik pengetahuan saya
bertambaha dengan adanya supervisi individual dari kepala sekolah.”
Adapun contoh peningkatan pedagogik yang terjadi di Sekolah ini
setelah diadakannya supervisi individual adalah guru tersebut bertambah
pengetahuannya, dari sebelumnya tidak mengetahui menjadi tau. Hal ini
berdasarkan hasil wawancara dengan guru pendidikan agama islam Ibu
Sarimi, S.Pd.I.118
.
116 Ismawati, Guru PAI SDN Bantalaka, “Wawancara”, Ruang Guru, 1 Agustus 2017
117
Sarimi, Guru PAI SD Inpres Kasoloang, “Wawancara”, Ruang Guru, 3 Agustus 2017.
118 Sarimi, Guru PAI SD Inpres Kasoloang, “Wawancara”, Ruang Guru, 3 Agustus 2017.
80
“Contoh peningkatan kompetensi pedagogik guru setelah pelaksanaan
supervisi adalah pengetahuan saya bertambah, dari tidak mengetahui
menjadi tau.”
Kontribusi nyata dari adanya supervisi individual yang dilaksanakan
oleh kepala sekolah terhadap guru agama islam di sekolah ini adalah
guru yang di supervisi tersebut bertambah pengetahuannya mengenai
proses pembelajaran yang lebih baik, apalagi guru agamanya sering
diikutkan dalam pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh dinas terkait. hal
ini sesuai denga hasil wawancara Kepala sekolah Pak Sukran Tangadu
S.Pd. 119
“Mengenai guru agama sudah semua diikutkan dalam pelatihan K13
yang di adakan di kabupaten.”
f. SDN Bambaira
Di sekolah ini mengalami adanya peningkatan kompetensi
pedagogik. Peningkatan Kompetensi pedagogik ini dilihat dari guru yang
bersangkutan yang mengalami peningkatan pengetahuannya tentang
bagimana melaksanakan proses pembelajaran yang lebih baik setelah
diadakannya supervisi individual, hal ini sesuai dengan hasil wawancara
dengan Ibu Rosmiani120
selaku Guru Pendidikan Agama Islam di sekolah
ini.
Peningkatannya yaitu yang tadinya saya tidak mengetahui menjadi
mengetahui seumpama ada yang salah di dalam RRP yang saya tidak
119 Sukran tangadu, Kepsek SD Inpres Kasoloang, “Wawancara”, Ruang Guru, 3 Agustus 2017.
120
Rosmiani, Guru PAI SDN Bambaira, “Wawancara”, Ruang Guru, 4 Agustus 2017.
81
mengetahui sebelumnya karena dengan adanya supervisi saya jadi
mengetahui kesalahannya dan bisa memperbaikinya.
Adapun contoh peningkatan pedagogik yang terjadi di Sekolah ini
setelah diadakannya supervisi individual adalah :
Guru tersebut bertambah pengetahuannya, disamping itu siswa juga
mengalami perubahan sudah mulai tumbuh kesadarannya untuk beribadah
ini berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Pak Nahar,
S.Pd121
.
Contoh peningkatan kompetensi pedagogik guru setelah pelaksanaan
supervisi adalah istilahnya anak-anak sudah mulai rajin beribadah
setiap sore.
Kontribusi nyata dari adanya supervisi individual yang dilaksanakan
oleh kepala sekolah terhadap guru agama islam di sekolah ini adalah
guru yang di supervisi tersebut mengalami peningkatan pengetahuan
mengenai proses pembelajaran yang lebih baik, hal ini sesuai denga hasil
wawancara Guru PAI Ibu Rosmianai.122
“Kontribusi nyata dari supervisi yang saya terima adalah adalah
pengetahuan saya bertambah yang tadinya tidak saya tau menjadi tau
mengenai proses belajar mengajar di kelas maupun administrasi
belajar mengajar.”
g. SDN Taba
Di sekolah ini mengalami adanya peningkatan kompetensi
pedagogik. Peningkatan Kompetensi pedagogik ini dilihat dari guru yang
121 Nahar, Kepsek SDN Bambaira, “Wawancara”, Ruang Guru, 4 Agustus 2017.
122
Rosmiani, Guru PAI SDN Bambaira, “Wawancara”, Ruang Guru, 4 Agustus 2017.
82
bersangkutan yang pemahamannya meningkat setelah diadakannya
supervisi dilihat dari caranya memberikan pelajaran terhadap siswa. hal
ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Pak Samsul, S.Pd.123
“Mengenai kompetensi pedagogik iya ada peningkatan bagi guru
yang bersangkutan dilihat dari caranya memberikan materi terhadap
siswa.”
Adapun contoh peningkatan pedagogik yang terjadi di Sekolah ini
setelah diadakannya supervisi individual adalah :
Guru tersebut bertambah pengetahuannya setelah diadakannya
supervisi, ini sesuai dengan hasil wawancara dengan guru agama islam
Ibu Risna Tapalu, S.Pd.I.124
“Contoh peningkatan kompetensi pedagogik adalah ada yang saya
tidak mengerti, bisa saya tanyakan dengan adanya supervisi yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah dengan demikian saya bisa
mengetahuinya.”
Kontribusi nyata dari adanya supervisi individual yang dilaksanakan
oleh kepala sekolah terhadap guru agama islam di sekolah ini adalah guru
yang di supervisi tersebut mengalami peningkatan pengetahuan mengenai
proses pembelajaran yang lebih baik, hal ini sesuai dengan hasil
wawancara Risna Tapalu . 125
“Dengan adanya supervisi individual dari kepala sekolah,
pengetahuan saya bertambah.”
123 Samsul , Kepsek SDN Taba, “Wawancara”,Ruang Guru, 31 Juli 2017.
124 Risna Tapalu, Guru PAI SDN Taba, “Wawancara”, Ruang Guru, 31 Juli 2017.
125
Risna Tapalu, Guru PAI SDN Taba, “Wawancara”, Ruang Guru, 31 Juli 2017.
83
h. SDN Baruga
Di sekolah ini mengalami adanya peningkatan kompetensi
pedagogik. Peningkatan Kompetensi pedagogik ini dilihat dari guru yang
bersangkutan yang pemahamannya meningkat setelah diadakannya
supervisi, hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Guru Agama
Islam Ibu Nurmawadda, S.Pd.126
“Mengenai kompetensi pedagogik jelas ada peningkatan yang
tadinya proses pembelajaran tidak sesuai menjadi sesuai sebab
adanya supervisi yang dilaksanakan oleh kepala.”
Adapun contoh peningkatan pedagogik yang terjadi di Sekolah ini
setelah diadakannya supervisi individual adalah guru tersebut bertambah
pengetahuannya dan mampu membuat administrasi pembelajaran yang
sesuai yang sebenarnya hal ini sesuai dengan hasil wawancara Ibu
Nurmawadda, S.Pd127
.
“Contoh peningkatan kompetensi pedagogik adalah pengetahuan
saya bertambah sebab adanya supervisi yang dialkukan oleh kepala
sekolah..”
Kontribusi nyata dari adanya supervisi individual yang dilaksanakan
oleh kepala sekolah terhadap guru agama islam di sekolah ini adalah
guru yang di supervisi tersebut mengalami peningkatan pengetahuan
mengenai proses pembelajaran yang lebih baik, disamping itu guru juga
mengalami perubahan sikap karena biasanya kalau tidak ada supervisi
126 Nurmawadda, Guru PAI SDN Baruga, “Wawancara”, Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
127
Nurmawadda, Guru PAI SDN Baruga, “Wawancara”, Ruang Guru, 27 Juli 2017.
84
kita mengajar saja sesuai dengan apa yang kita ketahui tanpa kita mencari
tau lagi bagaimana idealnya mengajar. hal ini sesuai dengan hasil
wawancara guru agama islam Ibu Nurmawadda, S.Pd. 128
“Dengan adanya supervisi individual dari kepala sekolah, kita akan
selalu berusaha mencari tahu seharusnya seperti apa mengajar yang
bagus, jangan sampai kita ini mengajar berdasarkan apa yang kita
tahu saja .”
i. SD Inpres Tampaure
Di sekolah ini mengalami adanya peningkatan kompetensi
pedagogik. Peningkatan Kompetensi pedagogik ini dilihat dari guru yang
bersangkutan yang sudah bisa membuat ADM lebih baik lagi , hal ini
sesuai dengan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Juniarti, S.Pd.129
“Mengenai kompetensi pedagogik guru itu kita melihat dari guru
yang bersangkutan sudah bisa membuat administrasi pembelajaran
lebih bagus lagi.”
Adapun contoh peningkatan pedagogik yang terjadi di Sekolah ini
setelah diadakannya supervisi individual adalah guru tersebut bertambah
pengetahuannya dan mampu membuat administrasi pembelajaran yang
sesuai dengan standar proses. Kepala Sekolah Ibu Juniarti, S.Pd130
.
“Contoh peningkatan kompetensi pedagogik guru adalah guru
tersebut sudah bisa membuat administrasi pembelajaran lebih bagus
lagi.”
128 Nurmawadda, Guru PAI SDN Baruga, “Wawancara”, Ruang Guru, 27 Juli 2017.
129
Yuniarti, Kepsek SDN Tampaure, “Wawancara”, Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
130 Yuniarti, Kepsek SDN Tampaure, “Wawancara”, Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
85
Kontribusi nyata dari adanya supervisi individual yang dilaksanakan
oleh kepala sekolah terhadap guru agama islam di sekolah ini adalah
guru yang di supervisi tersebut mengalami peningkatan pengetahuan
mengenai proses pembelajaran yang lebih baik, ini sesuai dengan hasil
wawancara guru agama islam Ibu Nurida S.Pd. 131
“Dengan adanya supervisi individual dari kepala sekolah, saya bisa
mengetahui bagaimana cara mengajar yang benar.”
j. SDN Saluwira
Di sekolah ini mengalami adanya peningkatan kompetensi
pedagogik. Peningkatan Kompetensi pedagogik ini dilihat dari guru yang
bersangkutan yang pemahamannya meningkat setelah diadakannya
supervisi, hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Pak Usman,
S.Pd.132
“Mengenai kompetensi pedagogik jelas ada peningkatan yang
tadinya proses pembelajaran tidak sesuai menjadi sesuai.”
Adapun contoh peningkatan pedagogik yang terjadi di Sekolah ini
setelah diadakannya supervisi individual adalah guru tersebut bertambah
pengetahuannya dan mampu membuat administrasi pembelajaran yang
sesuai yang sebenarnya hal ini sesuai dengan hasil wawancara Pak
Usman, S.Pd133
.
131 Nurida, Guru PAI SDN Tampaure, “Wawancara”, Ruang Guru, 27 Juli 2017.
132
Usman, Kepsek SDN Saluwira, “Wawancara”, Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
133 Usman, Kepsek SDN Saluwira, “Wawancara”, Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
86
“Contoh peningkatan kompetensi pedagogik adalah setelah adanya
supervisi menunujukkan adanya peningkatan dari segi nilai anak-
anak.”
Kontribusi nyata dari adanya supervisi individual yang dilaksanakan
oleh kepala sekolah terhadap guru agama islam di sekolah ini adalah
guru yang di supervisi tersebut mengalami peningkatan pengetahuan
mengenai proses pembelajaran yang lebih baik, hal ini sesuai dengan
hasil wawancara Kepsek Pak Usman, S.Pd. 134
“Dengan adanya supervisi individual dari kepala sekolah,
pengetahuan guru tersebut meningkat dilihat dari nilai siswa
meningkat.”
k. SDN Bambarano
Di sekolah ini mengalami adanya peningkatan kompetensi
pedagogik. Peningkatan Kompetensi pedagogik ini dilihat dari guru yang
bersangkutan yang pemahamannya meningkat setelah diadakannya
supervisi, apalagi kalau ada pelatihan yang diadakan di dinas terkait
selalu mengutus gurunya demi peningkatan ilmu guru tersebut. hal ini
sesuai dengan hasil wawancara dengan Pak Patahuddin, S.Pd.135
“Mengenai kompetensi pedagogik Alhamdulillah ada peningkatan
apalagi kalau ada pelatihan selalu di utus gurunya demi peningkatan
wawasan guru tersebut.”
134 Usman, Kepsek SDN Saluwira, “Wawancara”, Ruang Guru, 1 Agustus 2017.
135
Patahuddin , Kepsek SDN Bambarano, “Wawancara”,Ruang Guru, 27 Juli 2017.
87
Adapun contoh peningkatan pedagogik yang terjadi di Sekolah ini
setelah diadakannya supervisi individual adalah guru tersebut bertambah
pengetahuannya setelah diadakannya supervisi, ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan guru agama islam Pak Agus, S.Pd.I.136
.
“Contoh peningkatan kompetensi pedagogik adalah kita diberi
masukan tentang kekurangan pada saat kita mengajar harusnya
seperti ini.”
Kontribusi nyata dari adanya supervisi individual yang dilaksanakan
oleh kepala sekolah terhadap guru agama islam di sekolah ini adalah
guru yang di supervisi tersebut mengalami peningkatan pengetahuan
mengenai proses pembelajaran yang lebih baik, hal ini sesuai dengan
hasil wawancara Kepsek Pak Patahuddin, S.Pd. 137
“Alhamdulillah dengan adanya supervisi individual dari kepala
sekolah, pengetahuan guru tersebut meningkat.”
Dari hasil penelitian tersebut tentang masalah kontribusi supervisi individual
dapat di analisis bahwa rata-rata sekolah SDN yang ada di kecamatan Bambaira
mengalami adanya peningkatan dari segi pedagogik setelah dilaksanakan supervisi
individual oleh kepala sekolah. Ini berdasarkan hasil wawancara dengan para kepsek
serta guru-guru Agama Islam di sebelas sekolah tersebut.
136 Agus, Guru PAI SDN Bambarano, “Wawancara”, Ruang Guru, 27 Juli 2017.
137
Patahuddin, Kepsek SDN Baruga, “Wawancara”, Ruang Guru, 27 Juli 2017.
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, penulis dapat menyimpulkan
beberapa hal sebaagi berikut:
1. Pelaksanaan Supervisi individual Kepala Sekolah dalam peningkatan
Kompetensi Pedagogik Guru PAI SDN se-Kecamatan Bambaira Kabupaten
Mamuju Utara Tahun 2016/2017. Berdasarkan hasil wawancara Kepala
Sekolah dan guru-guru PAI dari seblas sekolah yang diteliti didapati bahwa
masing-masing sekolah SDN se-Kecamatan Bambaira tersebut telah
melaksanakan supervisi individual kepala sekolah sesuai dengan
perencanaan melalui membuat jadwal pelaksanaan, pemberitahuan terhadap
guru yang akan disupervisi, walau didapati sebagian tanpa pemberitahuan
sebelumnya serta pemenuhan syarat formal administrasi yaitu: kepala
sekolah menyiapkan instrumen supervisi. Tahap pelaksanaan memeriksa
administrasi pembelajaran, langkah selanjutnya masuk ke dalam kelas serta
mengadakan penilaian dan pembicaraan individual, namun dari segi tindak
lanjut masih ada beberapa sekolah yang belum melaksanakannya.
2. Faktor pendukung Supervisi Individual Kepala Sekolah dalam meningkatkan
Kompetensi Pedagogik Guru PAI SDN se-Kecamatan Bambaira. Dari
89
sebelas sekolah yang diteliti ternyata didapati bahwa semua sekolah
mempunyai faktor pendukung Supervisi Individual Kepala Sekolah dalam
meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru, walaupun faktor pendukungnya
berbeda beda dari masing-masing sekolah, dan tak satupun sekolah yang
didapati tidak ada faktor pendukungnya.
3. Faktor penghambat supervisi individual kepala sekolah dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik guru PAI SDN se-Kecamatan Bambaira. Dari seblas
sekolah yang diteliti didapati hanya satu sekolah yang tidak ada faktor
hambatannya yaitu SDN Pelontu, sedangkan di sekolah lain terdapat adanya
hambatan supervisi individual yang berbeda-beda, ada faktor
penghambatnya berupa tidak adanya aliran listrik seperti SDN Baruga, SDN
Saluwira, SDN Bambaira, SD Inpres Tampaure, dan SDN Bambarano, dan
ada faktor penghambatnya berupa tidak adanya waktu pelaksanaan supervisi
individual kepala sekolah karena kepala sekolah kebanyakan dinas luar
karena banyaknya tugas administrasi sekolah yang harus dilaksanakan
seperti di SDN Taba, dan di SDN Pebondo. Dan ada faktor karena SDM
yang masih kurang seperti di SD Inpres Kasoloang, dan di SDN Bantalaka,
dan SDN Kalukunangka.
4. Kontribusi Supervisi Individual Kepala Sekolah dalam meningkatkan
Kompetensi Pedagogik Guru PAI SDN se-Kecamatan Bambaira. Masalah
kontribusi ini mengalami adanya peningkatan dari segi pedagogik setelah
dilaksanakan supervisi individual oleh kepala sekolah, ini ditandai adanya
90
peningkatan pengetahuan guru dalam membuat perangkat pembelajaran serta
motivasi untuk melaksanakan proses pembelajaran yang lebih baik lagi
setelah diadakannya supervisi individual.
B. Saran
Ada beberapa saran yang dapat penulis kemukakan setalah melakukan
penelitian tesis ini seagai berikut:
1. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama dan dinas pendidikan
Kabupaten Mamuju Utara harus bisa bekerja sama dan lebih memperhatikan
pembelajaran PAI di sekolah sekolah dengan meningkatkan SDM guru-guru
PAI di sekolah-sekolah tersebut salah satunya memberi pembinaan dan
pelatihan-pelatihan bagi guru-guru pendidikan agama islam, serta
mengaktifkan kembali KKG yang sempat mati suri dan harus ada dana dari
pemerintah untuk program KKG guru agama islam sehingga dapat
melaksanakan program-programnya agar guru-guru agama islam dapat
melaksanakan proses pembelajaran dengan baik serta memberi peluang bagi
guru-guru agama islam untuk melanjutkan studi lanjutan agar pengembangan
kompetensi guru lebih maksimal.
2. Sarana dan prasarana sekolah untuk kegiatan pendidikan agama harus
diperhatikan dengan baik. Utamanya sekolah yang belum dimasuki aliran
listrik agar lebih diperhatikan dan dipikirkan oleh pemerintah bagaiman
supaya bisa dimasuki aliran listrik.
91
3. Guru-guru PAI dan juga kepala sekolah agar kiranya dari dinas terkait
memberi pemahaman akan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.
Jangan sampai karena kesibukan dinas luar kepala sekolah menghalangi
kewajiban untuk melaksanakan supervisi individual.
4. Penelitian ini masih dapat dikembangkan kembali, misalnya dari sudut
penelitian kuantitatif dengan tema permasalahan yang sama.
92
DAFTAR PUSTAKA
Alisuf Sabri. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1998.
Popi Sopiatin. Manajemen Belajar berbasis Keputusan Siawa. Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2010.
Agus Wibowo, Hamrin. Menjadi Guru yang Berkarakter. Strategi Membangun
Kompetensi & Karakter Guru, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Sabri Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,2007.
E Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Jakarta:PT Rosda Karya:2008.
Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 19 Tahun 2005.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007
tentang Standa Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Florence Imaobong Archibong.“Instructional Supervision in The Administration of
Secondary Education: a Panacea for Quality Assurance”,European Scientific
Journal, Vol. 8, No. 13,(1857)
Abd. Kadim Masaong. Supervisi Pembelajaran Dan Pengembangan Kapasitas
Guru:Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru. Bandung: Alfabeta,
Cetakan ke dua, 2013.
Luk-luk Nur Mufidah. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta : Teras, 2009.
Kunandar. Guru Profsional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya “Al-Qur’anul Karim”.
Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2005.
Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Suyuti. Tafsir Jalalain, Terjemahan Bahrun
Abubakar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995.
Agus. “Supervisi individual dalam peningkatan kinerja guru SD kelas I se daerah
binaan V dalam menyusun RPP Tematik“, Jurnal Penelitian Tindakan sekolah
dan kepengawasan, Vol. 1, No 2 , (2004).
Joko Purwanto. “Pengaruh Supervisi Kepala Kekolah, Keterbukaan Manajemen
Kepala Sekolah. dan Motivasi Kerja Guru terhadap kinerja guru (Studi Kasus
93
Guru Bantu dan Guru Tidak Tetap di SMP Negeri Pracimantoro, Wonogiri)”,
Tesis, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2005.
Tatang Kurniawan. “Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional
Guru Terhadap Kinerja Guru di SMK”. Tesis, Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, 2003.
Rahmayanti. “ Kemampuan Kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi pengajaran
di SDN 24 Banda Aceh”, Jurnal Ilmiahdidaktika, Vol. XIV No 02, Februari
(2014).
Adeolu Joshua Ayeni. “Assessment of Principals„ Supervisory Roles for Quality
AssuranceIn Secondary Schools in Ondo State, Nigeria”, World Journal of
Education, Vol. 2, No. 1, (2012).
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001.
Husein Umar. Metode Penelitian untuk skripsi dan Tesis Bisnis. Cet. 4; Jakarta: Raja
Grafindo, 2001.
Winarno Surakhmad. Dasar dan Tehnik Research Pengantar Metodologi Ilmiah.
Bandung: Torsito, 1978.
Nasution. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Imam Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara, 2014.
Iskandar. MetodologiPenelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi, 2013.
Wirahmat Surahman. Pengantar Penelitian Ilmiah. Cet. 8, Bandung:Tarsito, 1998.
Noeng Muhadjir. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996.
Djam‟an Satori dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta, 2014.
Sugiyono. Metode PenelitianPendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta, 2015.
Mattew B. Milles, A Michael Huberman. Qualitative Data Analisis. Cet. I. Jakarta:
UI-Press, 1992.
94
E. Mulyasa. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta:Bumi, Aksara,
2012.
Ramezan Jahanian. “Principles for Educational Supervision and Guidance”. Journal
of Sociological Research, Vol. 4, No. 2, (2013).
Zepeda Sally J. Intructional Supervision Applying Tool and Concepts, Eye on
education. 2002.
Glatthorn Allan A. Supervisory Leadership Introduction To Instructional
Supervision. California, Harper Collins Publishers, 1990.
Piet A. Suhertian. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam rangka
pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta, 2010.
Donni Juni Priansa, Risma Somad. Manajemen Supervisi & Kepemimpinan Kepala
Sekolah. Bandung: Alfabeta Cv, 2014.
Donni Juni Priansa, Risma Somad. Manajemen Supervisi & Kepemimpinan Kepala
Sekolah. Bandung: Alfabeta Cv, 2014.
Alisuf Sabri. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1998.
Popi Sopiatin. Manajemen Belajar berbasis Keputusan Siawa. Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2010.
Agus Wibowo, Hamrin. Menjadi Guru yang Berkarakter, Strategi Membangun
Kompetensi & Karakter Guru. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Sabri Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,2007.
E Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Jakarta:PT Rosda Karya:2008.
Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 19 Tahun 2005TentangStandar
Nasional Pendidikan, Bab VI Pasal 28, ayat 3 butir a.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007
tentang Standa Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
http://blog.unnes.ac.id/daftardaftar/daftar-alamat-sd-se-kab-mamuju-utara/.
http://bahasanilmupendidikan.blogspot.co.id/2017/08/silahkan-dilihat-contoh-tugas-
pokok-dan.html.
95