Post on 24-Jul-2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pneumonia merupakan penyebab kematian tunggal pada anak terbesar di seluruh
dunia. Setiap tahun, pneumonia membunuh sekitar 1,8 juta anak di bawah 5 tahun,
atau sekitar 20% dari seluruh kematian balita di seluruh dunia. Angka ini lebih
tinggi dari kematian akibat AIDS, malaria dan campak digabungkan. Terdapat
sekitar 155 juta kasus pneumonia di seluruh dunia setiap tahunnya.
Pneumonia dapat mengenai anak di seluruh dunia, namun angka kejadian terbesar
terdapat di Asia Selatan dan Afrika. Setiap menit terdapat 1 anak balita yang
meninggal akibat pneumonia di wilayah Asia Tenggara. Insiden pneumonia di
negara berkembang adalah 10-20 kasus/100 anak/tahun (10-20% anak).
Di negara berkembang, pneumonia tidak saja lebih sering terjadi, tetapi juga lebih
berat dan merupakan penyebab kematian terbesar pada anak. Hanya sekitar 20 %
anak yang menderita pneumonia di Asia Tenggara yang mendapatkan terapi
antibiotik yang memadai untuk mengobati penyakitnya.
Indonesia berdasarkan catatan WHO, diketahui sebagai 10 negara besar dunia
yang terbanyak kasus pneumonia. Setiap tahunnya sedikitnya terdapat enam juta
kasus (termasuk penyakit infeksi pernapasan dalam lainnya). Dari angka itu,
sebanyak 25 ribu berujung kematian, khususnya bagi anak usia di bawah lima
tahun.
Dilaporkan WHO, ada sebanyak 98 balita meninggal karena pneumonia setiap
jam. Sementara di Indonesia, angka kejadian pneumonia untuk anak di bawah 5
tahun mencapai 6 juta kasus.
Jumlah itu menjadikan Indonesia menempati posisi ke-6 untuk kasus pneumonia
terbanyak di dunia. Kasus terbesar terjadi di India dengan jumlah kasus mencapai
44 juta per tahun. Diikuti China (18 juta), Nigeria dan Pakistan (7 juta), dan
Indonesia dan Bangladesh dengan kisaran sama yakni 6 juta kasus.
1
Hasil tersebut juga sesuai dengan survei mortalitas terhadap 10 propinsi di
Indonesia yang dilakukan oleh Subdit ISPA Departemen Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 mencatat pneumonia merupakan salah satu
penyebab kematian balita terbanyak yaitu sejumlah 15,5%.
Melihat tingginya angka kematian, maka memerangi pneumonia merupakan
strategi penting bagi setiap negara dalam pencapaian tujuan keempat
dari Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yakni mengurangi kematian
balita hingga 2/3 dari angka kematian pada tahun 1990.
Berdasarkan data WHO dan UNICEF dalam buku “Pneumonia the forgotten
Killer of diseases”penyebab utama pneumonia 50% adalah bakteri Streptococcus
pneumoniae (bakteri pneumokokus), 20% disebabkan oleh Haemophillus
influenzae type B (Hib), sisanya adalah virus dan penyebab lainnya.
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia adalah bayi
di bawah umur dua bulan, tingkat sosioekonomi rendah, kurang gizi, berat badan
lahir rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, tingkat pelayanan kesehatan masih
kurang, padatnya tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan adanya
penyakit kronis pada bayi.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui tingkat prevalensi penyakit Pneumonia
b. Untuk mengetahui Faktor-faktor penyebab insiden kejadian Pneumonia
c. Untuk mengetahui upaya pencegehan penyebaran Pneumonia
d. Untuk mengetahui langkah-langkah penanggulangan penyakit Pneumonia
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi Penumonia
Pneumonia adalah infeksi akut pada paru-paru, ketika paru-paru terisi oleh cairan
sehingga terjadi ganguan pernapasan, akibat kemampuan paru-paru menyerap
oksigen berkurang. Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru, biasanya
berhubungan dengan pengisian cairan didalam alveoli hal ini terjadi akibat adanya
infeksi agen/ infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tekanan saluran
trakheabronkialis. Adapun beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme
pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua,
trakheastomi, pipa endotrakheal dan lain-lain. Dengan demikian flora endogen
yang menjadi pathogen ketika memasuki saluran pernapasan.(Ngasrial, Perawatan
anak sakit, 1997).
Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut
pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas
cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat
adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia
2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia
1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal
diagnosis pnemonia. Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan
bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karma
makanan atau benda asing.
3
2.2 Etiologi
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer
atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis
adalah bakteri positif-gram, Streptococus pneumoniae yang menyebabkan
pneumonia streptokokus. Bakteri Staphylococcus aureus dan streptokokusbeta-
hemolitikus. grup A. juga sering menyebabkan pneumonia,demikian juga
Pseudomonas aeruginosa.Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya
influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relatif sering
dijumpai,disebabkan oleh suatu mikroorganisme yang berdasarkan beberapa
4
aspeknya, berada di antara bakteri dan virus. Individu yang mengidap acquired
immunodeficiency syndrome, (AIDS) sering mengalami pneumonia yang pada
orang normal sangat jarang terjadi yaitu pneumocystis carinii. Individu yang
terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang, misalnya dari unit pendingin
ruangan (AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat mengidap pneumonia
Legionella. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau air
akibat tenggelam dapat mengidap pneumonia asporasi.
Penyebab pneumonia antara lain :
a. Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus.
b. Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus
c. Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis,
cryptococosis, pneumocytis carini.
d. Aspirasi : Makanan, cairan, lambung.
e. Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.
f. Pneumonia virus bisa disebabkan oleh:Virus sinsisial pernafasan, Hantavirus,
Virus influenza,Virus parainfluenza,Adenovirus, Rhinovirus, Virus herpes
simpleks, Micoplasma (pada anak yang relatif besar).
2.3 Patofisiologi
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di
tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari
luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit
penyakit) yang masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh
manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan
lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk
mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung besar
kecilnya ukuran sang penyebab tersebut.
5
Pola nafas tak efektif
Devisit volume
Kuman mati Virulensi tinggi
Destruksi jaringan
Shunt darah arteriole alveoli
2.4 Manifestasi Klinik
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut
selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat dapat mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk
dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada
sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu
makan, dan sakit kepala.
Tanda dan Gejala berupa:Batuk nonproduktif, Ingus (nasal discharge),Suara napas
lemah, Retraksi intercosta, Penggunaan otot bantu nafas, Demam, Ronchii,
Cyanosis, Leukositosis, Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar, Batuk,
Sakit kepala, Kekakuan dan nyeri otot, Sesak nafas, Menggigil, Berkeringat,
Lelah.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
a. Kulit yang lembab
b. Mual dan muntah
c. Kekakuan sendi.
2.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboraturium
1. Leukosit 18.000 – 40.000 / mm3
2. Hitung jenis didapatkan geseran ke kiri.
3. LED meningkat
6
b. X-foto dada
Terdapat bercak – bercak infiltrate yang tersebar (bronco pneumonia) atau
yang meliputi satu/sebagian besar lobus/lobule (Mansjoer,2000).
.
2.6 Tingkat Prevalensi Penyakit Pneumonia
Di Eropa dan Amerika Utara insidensi mencapai 34-40 kasus per 1000 anak per
tahun. Berdasarkan data WHO/UNICEV tahun 2006 dalam “Pneumonia: The
Forgotten Killer of Children”, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk
kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa.
2.7 Faktor-faktor Penyebab Insiden Kejadian Pneumonia
Insiden pneumonia berbeda untuk daerah yang satu dengan daerah yang lain. Dan
dipengaruhi oleh musim, insiden meningkat pada usia lebih 4 tahun. Dan menurun
dengan meningkatnya umur. Faktor resiko yang meningkatkan insiden yaitu umur
2 bulan, gizi kurang, BBLR, tidak mendapat hasil yang memadai, polusi udara,
kepadatan tempat tinggal, imunisasi kurang lengkap, membentuk anak dan
defisiensi vitamin A, dosis pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat,
mortabilitas dapat diturunkan kurang dari 1% bila pasien disertai dengan mall
nutrisi, energi, protein,(MEP) dan terlambat berobat, kasus yang tidak diobati
maka angka mortalitasnya masih tinggi.
2.8 Upaya Pencegahan Penyakit Pneumonia
Pengobatan yang dilakukan dalam penanganan pneumonia ringan dengan cara
diberikan obat per oral dan tetap tinggal di rumah, sedangkan untuk pneumonia
berat disertai sesak nafas harus dirawat di Rumah Sakit dan antibiotik diberikan
melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan
alat bantu nafas mekanik (Wikipedia, 2008).
7
Pencegahan pneumonia diperlukan suatu rencana yang terintegrasi, monitoring
dan program yang termasuk:
a. Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci
tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi
dan disinfektan.
b. Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.
c. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang
cukup, dan vaksinasi.
d. Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasif.
e. Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya.
Pencegahan penyebaran pneumonia bisa dilakukan dengan beberapa hal, antara
lain:
1. Dekontaminasi tangan
Transmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi dengan menjaga
hygiene dari tangan. Tetapi pada kenyataannya, hal ini sulit dilakukan dengan
benar. Dekontaminasi tangan sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan atau pemeriksaan bukan hanya saat akan melakukan
tindakan. Penggunaan sarung tangan juga sangat dianjurkan apabila akan
melakukan tindakan atau pemeriksaan pada pasien dengan penyakit-penyakit
infeksi, contoh: penggunaan sarung tangan saat melakukan pemeriksaan dahak
penderita pneumonia.
2. Alat yang digunakan di Rumah Sakit
Masker sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara,
seperti penularan pneumonia. Tenaga kesehatan harus memperhatikan
penggunaan masker dalam lingkungan rumah sakit. Masker yang telah
digunakan untuk tindakan pneumonia sebaiknya tidak digunakan untuk
menangani tindakan lainnya.
Ventilator, alat-alat trakeostomi, endotrakeal, NGT, dan alat-alat alain yang
digunakan dalam melakukan tindakan dan pemeriksaan pneumonia harus di
sterilisasi dengan baik. Selain metode sterilisasi yang harus benar, sterilisator
8
yang digunakan juga harus bersih. Pada saat melakukan sterilisasi alat
sebaiknya tidak mencampurkan semua alat medis dalam satu wadah atau
ruangan. Dianjurkan untuk membungkus alat-alat dalam satu set untuk satu
jenis tindakan.
3. Mencegah penularan dari lingkungan Rumah Sakit
Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit
sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran atau tissue-
tissue yang habis digunakan untuk bersin terlebih oleh penderita pneumonia.
Harus ada waktu yang teratur untuk membersihkan dinding, lantai, tempat
tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi dan alat-alat medis yang sering
digunakan.
Pengaturan udara yang baik sukar dilakukan di banyak fasilitas
kesehatan. Usahakan adanya pemakaian penyaring udara, terutama bagi
penderita dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang dapat
menyebarkan penyakit melalui udara. Kamar dengan pengaturan udara yang
baik akan lebih banyak menurunkan resiko terjadinya penularanpneumonia.
Selain itu, rumah sakit harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan
menjaga kebersihan pemrosesan serta filternya untuk mencegahan terjadinya
pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air pada rumah sakit dengan prasarana yang
terbatas dapat menggunakan panas matahari. Toilet rumah sakit juga harus
dijaga, terutama pada unit perawatan pasien penumoniauntuk mencegah
terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan toilet harus selalu bersih dan diberi
disinfektan. Disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar
pasien. Hal ini dilakukan karena dikhawatirkan pasien pneumonia
mengeluarkan dahak dan tidak membersihkannya dengan baik.
4. Memperbaiki ketahanan tubuh
Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen ada pula bakteri yang
secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses fisiologis tubuh, dan
membantu ketahanan tubuh melawan invasi jasad renik patogen serta menjaga
keseimbangan di antara populasi jasad renik komensal pada umumnya,
misalnya seperti apa yang terjadi di dalam saluran cerna manusia. Pengetahuan
tentang mekanisme ketahanan tubuh orang sehat yang dapat mengendalikan
9
jasad renik oportunis perlu diidentifikasi secara tuntas, sehingga dapat dipakai
dalam mempertahankan ketahanan tubuh tersebut pada penderita penyakit
berat. Dengan demikian bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada penderita
penyakit berat dapat diatasi tanpa harus menggunakan antibiotika.
2.9 Pengobatan sederhana di rumah
Perawatan di rumah yang dapat dilakukan pada bayi atau anak yang menderita
pneumonia antara lain :
a. Mengatasi demam
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan
parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus
segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.
Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus
dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih,
celupkan pada air (tidak perlu air es).
b. Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu
jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh ,
diberikan tiga kali sehari.
c. Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu
lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi
yang menyusu tetap diteruskan.
d. Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak
dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan
akan menambah parah sakit yang diderita.
e. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang
berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang
10
lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang
berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah
keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau
petugas kesehatan.
Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas
usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5
hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar
setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan
ulang.
2.10 Peran Perawat
Berdasarkan konsosium ilmu kesehatan (1989) peran perawat terdiri atas :
a. Pemberian asuhan keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
mempertahankan keadaan kebutuhan dasar manusia melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan, sehingga
masalah yang muncul dapat ditentukan diagnosis keperawatannya,
perencanaannya, dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat
kebutuhan yang dialaminya, kemudian dapat dievalusi tingkat
perkembangannya. Asuhan keperawatan yang diberikan mulai dari hal yang
sederhana samapai dengan masalah yang kompleks.
b. Advokat
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien, keluarga dalam
menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
lain, khusunya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada klien. Selain itu juga dapat berperan mempertahankan dan
melindungi hak-hak klien, yang meliputi hak atas pelayanan yang sebaik-
baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk
menentukan nasibnya sendiri, dan hak untuk menerima ganti rugi akibat
kelalain tindakan.
11
c. Educator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatannya, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakunan pemberian
pendidikan kesehatan.
d. Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, dan
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan, sehingga pemberian
pelayanan kesehatan terarah, serta sesuai dengan kebutuhan klien.
e. Kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
atas dokter, fisioterapis, ahli gizi, radiologi, laboratorium, dan lain-lain dengan
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan, termasuk
diskusi atau tukar pendapat dalam menentukan bentuk pelayanan selanjutnya.
f. Konsultan
Peran perawat sebagai konsultan yaitu sebagai tempat konsultasi terdapat
masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini
dilakukan atas permintaan klien terhapat informasi tentang tujuan pelayanan
keperawatan yang diberiakan.
g. Pembawa perubahan
Peran sebagai pembawa perubahan dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis, dan terarah sesuai dengan
metode pemberian pelayanan keperawatan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru, biasanya berhubungan dengan
pengisian cairan didalam alveoli hal ini terjadi akibat adanya infeksi agen/
infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tekanan saluran trakheabronkialis.
Adapun beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan sehingga
timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua, trakheastomi, pipa
endotrakheal dan lain-lain.
3.2 Saran
Pneumonia adalah infeksi akut pada paru-paru, ketika paru-paru terisi oleh cairan
sehingga terjadi ganguan pernapasan, akibat kemampuan paru-paru menyerap
oksigen berkurang. Jadi, supaya tidak terserang penyakit pneumonia hendaknya
mengkonsumsi makanan yang bergizi ataupun teratur dan juga bisa menjaga
kesehatan dengan berolahraga yang teratur.
13
DAFTAR PUSTAKA
C, Barbara Long. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan)
Jilid 2. 1996. Yayasan IAPK Pajajaran : Bandung.
Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. 1999. Media
Aesculapius : Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Pneumonia
http://metrotvnews.com/lifestyle/news/2010/11/10/33767/Pneumonia-Penyakit-
Menular-yang-Terabaikan
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/03/pneumonia.html
14