Post on 13-Dec-2015
description
Klasifikasi Karies
1. Pit dan Fissure Caries
Jenis karies ini lebih sulit dideteksi daripada karies yang terjadi pada permukaan
lunak. Salah satu cara untuk mengetahui adanya karies jenis ini adalah dengan melihat
ada atau tidaknya stain (noda) pada bagian fissure dan pit. Cara ini dipilih karena sulitnya
membedakan ketajaman lengkung fissure dan pit akibat adanya karies dengan keadaan
anatominya sendiri.Tahapan proses karies yang terjadi pada tipe ini adalah :
1) Small Pit. Masa dimana mikroorganisme mulai menyerang salah satu bagian gigi
yang rentan, yaitu bagian Pit.
2) Bluish-white Area. Karena dentin lebih lunak daripada enamel, maka dengan mudah
mikroorganisme akan menyerang kearah dentinoenamel junction, yang menyebabkan
warna keputihan pada bagian enamel.
3) Open Cavity. Seiring dengan penyerangan mikroorganisme kearah dentinoenamel
junction, maka akan terlihat sebagai kavitas besar yang berwarna coklat muda.
4) Pulpitis. Pulpa mulai diserang, yang mengakibatkan infeksi, yang disebut dengan
pulpitis.
5) Apical Abscess. Pada masa ini, pulpa sudah mati dan gigi sudah tidak baik lagi
karena pulpitis mulai merambah ke ligament periodontal.
Adapun tempat-tempat yang sangat rentan terserang karies adalah tempat-tempat
dengan posisi yang rumit, yaitu :
Enamel pit dan fissure pada permukaan oklusal molar dan premolar, buccal pit
pada molar, dan palatal pit pada insisivus atas
Permukaan enamel approximal pada bagian servical dari contact point
Enamel pada bagian cervical, koronal dari gingival margin
Pada pasien dimana penyakit periodontal terdapat di gingival recession. Area
plaque pada permukaan akar yang terlihat
Pada bagian yang direstorasi, misalnya pada permukaan gigi yang
bersebelahan dengan gigi tiruan dan bridge.
2. Smooth-Surface Karies
Karies jenis ini kebanyakan ditemukan pada bagian kontak interproksimal, namun
juga
dapat terjadi pada permukaan lunak yang lain. Karies ini ditandai dengan adanya bercak
putih yang kemudian akan menghancurkan enamel. Jika berlanjut, keadaan ini akan
menyebabkan terbentuknya lubang. Perawatan/tindakan yang dapat dilakukan pada masa
awal karies adalah diet dan pemberian mineral untuk membantu proses remineralisai
enamel. Pada masa ini, karies masih bersifat reversible.
3. Root Surface Caries
Proses terbentuknya karies jenis ini berbeda dengan pit dan fissure caries. Letak
perbedaannya adalah pada tahap 1 dan 2 dari pit dan fissure. Masa awal karies ini adalah
rusaknya bagian cementum dan dentin sehingga terbentuk kavitas pada bagian tersebut.
Langkah berikutnya sama dengan tahapan pada pit dan fissure caries. Karies ini
kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
4. Secondary Caries
Karies sekunder menurut Tarigan (1995) merupakan salah satu kegagalan tumpatan
yaitu timbulnya proses karies baru di permukaan gigi, dinding kavitas, di tepi, dan
dibawah tumpatan. Sedangkan, menurut Tarigan Kidd dan Vechal, karies sekunder adalah
karies yang tetap terjadi dijaringan sekitar tumpatan sehingga menggagalkan tumpatan
tersebut. Karies sekunder biasa disebut karies rekuren. Karies ini dapat terjadi akibat :
preparasi kavitas yang kurang baik, restorasi yang kurang efektif, terdapat celah disekitar
tambalan amalgam, atau kombinasi dari beberapa hal tersebut. Terjadinya karies sekunder
di bawah tambalan yang mungkin disebabkan karena kebocoran tambalan sehingga
bakteri dapat berpenetrasi ke jaringan gigi dan kembali menyebabkan karies.
Klasifikasi Karies Yang Dibedakan Berdasarkan Cara Meluasnya Karies
Penetrirende Karies
Ialah karies yang meluas dari email ke dentin dalam bentuk kerucut. Perluasannya secara
penetrasi yaitu merembes kedalam.
Unterminirende Karies
Ialah karies yang meluas dari email ke dentin dengan jalan meluas ke arah samping, sehingga
disebut juga dengan undermind karies.
Karies Superficialis
Ialah karies yang baru mengenai enamel saja, sedangkan dentin belum terkena.
Karies Media
Ialah karies yang sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.
Karies Profunda
Ialah karies yang sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah
mengenai pulpa. Karies ini dibagi lagi menjadi:
• Karies Profunda Stadium I: karies yang telah melewati setengah dentin, pulpa belum
meradang.
• Karies Profunda Stadium II: masih dijumpai lapisan yang membatasi karies dengan
pulpa, dan biasanya telah dijumpai radang pulpa.
• Karies Profunda Stadium III: pulpa telah terkena, dan terjadi bermacam-macam
radang pulpa.
Tipe karies yang lain adalah Rampant Caries, yang biasa terjadi pada anak-anak yang
suka mengonsumsi makanan kecil atau pasien yang mengalami Xerostomia sebagai hasil dari
radioterapi penyembuhan yang dilakukannya. Jenis karies dapat digolongkan berdasarkan
waktu terbentuknya, yaitu:
1. Karies primer : terbentuk pada lokasi yang belum memiliki riwayat karies
sebelumnya
2. Karies sekunder : terbentuk pada lokasi yang memiliki riwayat karies sebelumnya,
Biasanya terdapat pada tepi tumpatan yang kurang sempurna
3. Karies residual : karies yang tidak dihilangkan secara lengkap sebelum ditumpat
4. Karies radiasi: karies yang merupakan efek dari radiotherapi yang menyebabkan
Xerostomia
Jenis Karies Dapat Digolongkan Berdasarkan Tingkat Progresifitas
1. Karies akut: karies yang berkembang dan memburuk dengan cepat
2. Karies kronis: karies yang berkembang secara lambat
3. Karies terhenti (arrested caries): lesi tidak berkembang
Klasifikasi Kavitas Lesi Karies (Menurut G.J Mount dan W.R Hume)
Lesi karies hanya terjadi di tiga tempat (sites) pada mahkota atau akar gigi. Oleh karena itu,
parameter pertama untuk klasifikasi kavitas adalah tiga tempat:
- Site 1: Pit, fisura dan kerusakan enamel pada permukaan
oklusal dari gigi posterior atau permukaan halus lainnya
- Site 2 : Enamel Aproksimal, yang berkontak dengan gigi
di sebelahnya.
- Site 3: Sepertiga servikal mahkota, atau diikuti resesi gingiva, akar terekspos
Klasifikasi menurut G.V. Black
• Kelas I : Pada gigi anterior terdapat pada bagian singulum, sedangkan pada gigi posterior
terdapat pada permukaan oklusal
• Kelas II : Pada area interproksimal gigi posterior
• Kelas III : Pada area interproksimal gigi anterior
• Kelas IV : Pada incisal corner (sudut incisal edgenya lemah dan dapat menyebabkan
fraktur gigi)
• Kelas V : Pada area servical
• Kelas VI : Pada cusp tip
Ukuran Lesi
Ukuran lesi terbagi menjadi lima:
- Size 0 : Lesi paling awal yang dapat diidentifikasi sebagai tingkat
permulaan demineralisasi. Memerlukan perawatan non-invasif.
- Size 1: Kavitas permukaan minimal yang melibatkan dentin sedikit diluar perawatan
remineralisasi. Beberapa bentuk restorasi diperlukan untuk mengembalikan
permukaan yang halus dan mencegah akumulasi plak lebih lanjut.
- Size 2: Sedikit mengenai dentin. Kavitas ini masih menyisakan enamel yang disokong
dengan baik oleh dentin dan masih dapat beroklusi dengan normal. Struktur gigi yang
masih tersisa cukup kuat untu menyokong restorasi.
- Size 3: Lesitelah membesar. Struktur gigi yang tersisa telah lemah, cusp ataupun
incisal edge telah rusak, dan sudah tidak dapat beroklusi dengan baik.
- Size 4: Karies besar atau kehilangan struktur gigi dalam jumlah besar.
Hubungan Klasifikasi Karies G.V Black dengan Konsep Site-Size (G.J Mount)
a. Site 1: Size 0, 1, 2, 3, 4 – pit and fissure caries
Kavitas di permukaan oklusal (posterior) atau incisal (anterior) dan kerusakan enamel pada permukaan halus gigi.Black Class I – diklasifikasikan ke dalam Site 1, Size 2 (1.2)
b. Site 2: Size 0, 1, 2, 3, 4 – aproximal caries
Kavitas di permukaan aproksimal gigi (kontak area antara 2 gigi) anterior maupun posterior Black Class II – lesi yang terbentuk di antara gigi posterior. Diklasifikasikan ke dalam Site 2, Size 2 (2.2).Black Class III – lesi yang terbentuk di antara gigi anterior (2.2).
Black Class IV – perluasan dari lesi Class III yang melibatkan incisal edge dari gigi anterior. Penyebabnya bisa karena fraktur. Diklasifikasikan ke dalam site 2, size 4 (2.4).
c. Site 3 : Size 0, 1, 2, 3, 4 – servikal caries
Black Class V – lesi erosi/abrasi atau kavitas kecil pada permukaan bukal atau lingual diklasifikasikan ke dalam site 3, size 0 (3.0). Jika diperlukan restorasi, berarti karies yang terjadi diklasifikasikan kedalam site 3, size 1 (3.1). Lesi karies yang lebih besar diklasifikasikan sebagai site 3, size 2 (3.2). Lesi interproximal dapat diklasifikasikan sebagai 3.3. Klasifikasi site 3, size 4 (3.4) mengacu pada lesi kompleks yang melibatkan lebih dari satu permukaan gigi.
Teori menurut ICDAS:
- D0. Tidak ada kelainan.
- D1. Lesi kering. Belum ada kavitas.
- D2. Lesi basah. Belum ada kavitas.
- D3. Karies email.
- D4. Karies dentin terbatas.
- D5. Karies dentin meluas.
- D6. Karies mencapai pulpa.
Klasifikasi Gigi Sulung :
Karies Email (KE)
Pertama kali terlihat secara klinis dan hanya mengenai permukaan email gigi. Pada
keries ini, terlihat bercak putih pada gigi.
Karies Dentin (KD)
Karies yang telah mengenai dentin hingga kedalaman lebih dari 2mm, terkadang
terasa nyeri pada saat makan dan minum terutama makanan dan minuman yang asam,
asin, dan dingin. Pada pemeriksaan intraoral didapatkan kavitas yang terbatas pada
email gigi.
Karies Mencapai Pulpa Vital (KMPV)
Karies yang mencapai pulpa, teraba bagian atap pulpa yang terbuka, tampak adanya
perdarahan, dan ada reaksi berdenyut bila ada perangsangan.
Karies Mencapai Pulpa Non-Vital (KMPnV)
Karies yang mencapai pulpa, teraba bagian atas kamar pulpa yang terbuka, tidak ada
perdarahan, tidak ada rasa nyeri dan bila peradangan berlanjut kearah periodontal ->
abses akut/kronis.
Cara untuk mengetahui gambaran penyebaran karies gigi sulung yang dipakai di Jepang telah
dikemukakan oleh Ochiai (1963). Klasifikasi penyebab karies gigi sulung tersebut dinyatakan
sebagai berikut :
Kelas I : Ada karies di gigi molar sulung
Kelas II : Ada karies di gigi insisivus dan gigi kanius atas
Kelas III : Ada karies di gigi insisivus dan gigi kanius atas dan gigi molar
Kelas IV : Ada karies di gigi insisivus dan gigi kanius bawah tanpa atau dengan
karies di gigi lain.
Identifikasi faktor resiko karies menggunakan Traffic Light - Matrix (TL-M)
Traffic Light – Matrix (TL-M) merupakan metode pemeriksaan
sistematis untuk mengukur faktor resiko karies. Traffic light system
membangun model penilaian resiko yang meliputi penilian motivasi dan
aktivitas gaya hidup pasien. Metode ini tidak mencoba untuk memprediksi
karies namun, lebih kepada tindakan peringatan dini yang
memperingatkan kepada operator medis (dokter gigi) tentang kehadiran
faktor resiko yang dapat mengubah keadaan lingkungan mulut. Sehingga
adanya satu atau lebih faktor resiko dapat dipertimbangkan untuk
diagnosa penyakit dan merumuskan rencana perawatan. Metode ini
berpatokan pada ambang batas untuk setiap kategorinya. Metode ini
memiliki dua elemen. Elemen pertama dari model TL-M adalah Traffic
Light. Model ini menyelidiki 16 faktor resiko dan diberi skor merah, kuning
muda, dan hijau muda tergantung dari kriteria yang sudah ditentukan. 16
subkategori faktor resiko dengan menggunakan TL-M:
a. Saliva
Kemampuan kelenjar saliva minor dalam memproduksi saliva
Konsistensi dari saliva yang tidak terstimulasi (unstimulated / resting
saliva)
pH unstimulated saliva
Laju aliran saliva terstimulasi
Kemampuan buffering saliva terstimulasi
b. Diet
Jumlah gula yang dikonsumsi setiap harinya
Jumlah asam yang dikonsumsi setiap harinya
c. Fluoride
Pemaparan fluoride
d. Oral Biofilm
Pewarnaan menggunakan disclosing gel
Komposisi
Aktivitas
e. Modifying Factors
Riwayat kesehatan gigi
Riwayat penyakit sistematik
Compliance
Gaya hidup
Status sosial ekonomi
Elemen kedua dari model TL-M adalah matriks. Matriks ini didesain
dengan maksud untuk menilai status penyakit pasien dan sikap pasien
untuk merawat kesehatan mulut mereka. Matriks ini merupakan penilaian
subjective operator medis (dokter gigi), namun, pengumpulan informasi
ini dalam periode waktu tertentu akan memberikan informasi yang sangat
berguna untuk mengukur kemampuan atau keinginan pasien untuk
mengikuti perawatan yang telah disiapkan. Sikap menuju kesehatan
mulut diberi skor A, B, atau C pada aksis vertikal. Status penyakit
sekarang diberi skor 1, 2 atau 3 pada aksis horizontal.
STATUS PENYAKIT
1 2 3
SIK
A
P
A
B
C
Kriteria penilaian:
Sikap
a) Self-Motivated Memiliki kesadaran akan kesehatan gigi dan
mulut dan perawatannya menjadi prioritas tinggi
b) Dentally Aware Memiliki kesadaran akan kesehatan gigi dan
mulut, namun masih bergantung pada dental team untuk
memotivasi dan membantu untuk tetap sehat
c) Unmotivated Mempunyai kesadaran yang rendah; kesehatan
gigi dan mulut mendapat prioritas yang rendah
Status Penyakit
1. No Apparent Disease Tidak memerlukan perawatan pada
waktu ini, tapi mungkin terdapat restorasi ataupun fakta-fakta
dari penyakit terdahulu
2. Controlled Disease Kemungkinan diperlukan perawatan untuk
alasan-alasan fungsional seperti restorasi yang rusak. Namun
tidak ada tanda-tanda penyakit aktif
3. Active Disease Penyakit aktif terlihat dengan jelas baik
sebagai lesi baru atau aktfitas penyakit di sekitar restorasi yang
telah ada
Penilaian Saliva
Saliva memiliki peran yang sangat penting dalam kesehatan rongga mulutdan modifikasi pada fungsi saliva dapat memberikan efek yang merugikan pada jaringan keras dan lunak dan juga dapat memberikan efek negative pada kualitas hidup pasien.
Saliva memiliki tiga fungsi utama:
1) Untuk membersihkan asam dan gula dari makanan di mulut2) Untuk memnjadi buffer terhadap asam yng diproduksi biofilm3) Untuk menyediakan reservoir ion untuk remineralisasi
Saliva secara umum terdiri dari campuran unstimulated saliva dan stimulated saliva. Sebuah investigasi menyatakan bahwa unstimulated saliva harus diambil sebelum test stimulated saliva.
1. Fungsi kelenjar saliva minor (hidrasi saliva)
Kelenjar Saliva Kontribusi
Submandibular 60%
Parotid 20%
Sublingual 5%
Minor 15%
Untimulated saliva sangat penting untuk kenyamanan oral karena
stimulated saliva hanya dihasilkan pada periode waktu yang pendek
saat mastikasi. Kelenjar saliva minor yang digunakan pada test ini
adalah kelenjar saliva yang memiiki lokasi di dalam mulut bawah,
hal ini karena tidak ada perubahan yang berhubungan dengan umur
seperti yang terjadi pada kelenjar minor yang ada di palatum.
a. Tahapannya klinis
Pasien didudukkan tegak lurus 900, tarik bibir bawah dan
keringkan
Ukur seberapa lama droplet saliva muncul dari sisi labial
yang kering
Taruh tisu untuk membantu melihat droplet saliva
b. Interpretasi
a)Merah Menandakan dengan jelas disfungsi kelenjar saliva
minor, yang dapat disebabkan:
- Dehidrasi berat
- Kerusakan kelanjar saliva akibat radioterapi atau patologi
- Ketidakseimbangan hormon
- Efek samping pengobatan
b)Kuning Menandakan penundaan produksi saliva, dapat
disebabkan oleh level ringan dari:
- Dehidrasi
- Efek samping pengobatan
c)Hijau Menandakan fungsi normal.
2. Konsistensi saliva tidak terstimulasiUnstimulaed saliva itu terdiri dari 99% air dan 1% protein dan
elektrolit sehingga harus terlihat bening, encer, sedikit saja mengandung bubble, memiliki kemampuan untuk melapisi seluruh bagian gigi, jaringan lunak dan keras.
a. Tahapannya
- Pasien duduk tegak lurus
- Minta pasien untuk tidak menelan saliva selama 30 detik
- Miringkan kepala pasien sedikit ke depan
- Buka mulut dan catat rupa /
penampakan dari saliva
- Minta pasien untuk menyentuh palatum
dengan menggunakan ujung lidah
- Cek penampakan mukosa pada lantai mulut dan formasi film
saliva
- Lakukan web test dan catat hasilnya
Interpretasi
Saliva yang kental memiliki kandungan air yang rendah
sehingga kurang protektif untut melindungi jaringan keras dan
lunak, mempunyai tingkat salivary clearance yang rendah, dan
tidak membentuk lapisan yang efektif pada permukaan gigi.
Tebal, kental, berbusa, web test besar Merah
Tidak terlihat penyatuan (pooling) saliva,
sedikit tebal
Kuning
Encer dengan penyatuan saliva, film tipis
berkilau pada lantai mulut
Hijau
3. Ph unstimulated saliva
pH saliva itu berkisar antara 5.3 sampai 7.8. Karena rongga
mulut itu paling lama dilapisi oleh unstimulated saliva, jadi
unstimulated saliva inilah yang dianggap setara dengan pH
mulut
a. Tahapannya
Ambil sampel dengan meminta pasien meludah
Taruh kertas pH ke saliva
Setalh 10 detik, lihat berapa pHnya
b. Interpretasi Critical HA itu 5.5 jadi semakin asam pH saliva
semakin menandakan demineralisasi. Lampu merah
menandakan lingkungan mulutnya sangat asam dan
berbahaya.
4. Laju aliran saliva
Komposisi stimulated saliva bergantung pada flow rate dan
kombinasi produksi dari kelenjar saliva mayor dan minor. Tingkat
sekresi dihitung dengan mili liter per menit. Saliva merupakan
cairan protektif di mulut, sehingga tingkat sekresi yang rendah
akan menyebabkan turunnya eliminasi mikroorganisme dan
bekas makanan, lemahnya netralisasi asam dan mengurangi
kemampuan untuk memperbaiki lesi awal enamel. Umumnya hal
ini diikuti oleh kapasitas buffer yang rendah dan peningkatan
jumlah streptococci dan lactobacilli.
- Tingkat normal sekresi unstimulated saliva pada orang
dewasa : 0,3 – 0,5 ml/min
- Tingkat normal sekresi stimulated saliva pada orang
dewasa : 1 – 2 ml/min
- Tingkat sekresi yang rendah dari stimulated saliva pada
orang dewasa : <0,7 ml/min
- Kekeringan mulut yang parah : <0,1 ml/min
a. Tahapannya
- Pasien duduk tegak lurus
- Minta pasien untuk mengunyah non-flavoured wax
- Keluarkan saliva pertama setelah 30 detik
- Atur waktu untuk 5 menit kemudian biarkan pasien terus
mengunyah
- Pasien harus tetap mengunyah selama 5 menit dan
mengeluarkan salivanya dalam gelas ukur plastik yang
disediakan
- Setelah 5 menit, ukur volume saliva yang telah dikumpulkan
- Siap-siap untuk melakukan tes buffer dan penghitungan
bakteri
b. Interpretasi
Ericson, dkk telah mengakategorikan flow rate stimulated
saliva dalam 3 grup yakni: sangat rendah, rendah, dan normal.
Ini telah diadaptasi pada sistem traffic light:
< 3,5 ml / 5 menit Merah
3,5 – 5 ml / menit Kuning
> 5 ml / 5 menit Hijau
5. Kemampuan buffering dari stimulated saliva
Kapasitas buffer adalah ukuran kemampuan saliva untuk
menetralkan asam dan ini bergantung pada konsentrasi
bikarbonat.
a. Tahapannya
- Ambil sampel saliva yang telah
dikumpulkan pada tes flow rate
- Teteskan saliva pada bantalan yang
terdapat pada test strip.
- Buang kelebihan saliva pada
bantalan dengan menempatkan strip dalam posisi 90 derajat
pada tissue untuk memastikan volumenya konstan.
- Diamkan strip selama 5 menit
- Amati perubahan warna pada bantalan strip dan bandingkan
dengan warna standar yang telah disediakan, kemudian beri
skor
b. Interpretasi
Ada dua sistem untuk menentukan kapasitas buffer dari
stimulated saliva yakni:
- CRT Buffer (Vivadent) Tinggi, sedang, rendah, dengan satu
test pad.
- Saliva Check Buffer (GC Corp) Ada tiga test pad yang
berbeda dengan level asam yang berbeda dengan sistem
scoring numerik dan sensitivitas tingkat tinggi.
Hasil dari kedua tes ini dapat ditransalasi dalam skala TL-M :
GC Corp Vivadent TL-M
Skor akhir 0-5 Rendah Merah
Skor akhir 6-9 Sedang Kuning
Skor akhir 10-12 Tinggi Hijau
Apabila pemeriksaan menunjukkan nilai yang rendah untuk
tingkat sekresi dan kapasitas buffer, tes sebaiknya diulang
untuk menentukan apakah nilai tersebut konstan atau tidak.
Apabila konstan, faktor penyebab harus ditentukan
Penilaian Biofilm
Bakteri yang umumnya berhubungan dengan proses karies
adalah S. mutans, S. Sobrinis dan Lactobacilli yang semuanya
mempunyai potensial kariogenik dan harus dapat diidentifikasi.
Hubungan antara jumlah S. mutans pada saliva dengan karies
gigi adalah:
1) Konsentrasi S. mutans pada stimulated saliva menggambarkan
konsentrasinya pada biofilm
2) Jumlah S. mutans yang rendah pada saliva menggambarkan
rendahnya aktivitas karies
3) Jumlah S. mutans yang tinggi pada saliva memberikan
kemungkinan tinggi/rendahnya aktivitas karies
Lactobacilli memerlukan tempat retensif yang dapat ditemukan
pada lesi yang dalam. Level populasinya banyak dipengaruhi oleh
konsumsi gula dan pada absennya lesi terbuka, level tinggi
menunjukkan tingginya diet karbohidrat.
Metode tes ini adalah dengan menaruh sampel saliva pada
medium kultur dan diikubasi selama 48 jam. Jumlah bakteri dapat
diperoleh dengan membandingkan kultur dengan sediaan tabel yang
ada.
Langkah-langkah Klinis:
- Ambil sampel saliva yang telah dikumpulkan pada tes flow rate
- Basahi kedua sisi test strip.
- Letakkan tablet NaHCO3 pada container.
- Tutup rapat container dan letakkan pada inkubator selama 48
jam.
- Lihat hasilnya dan buang stripnya.
Hasil dan Interpretasi:
Hasil dari tes ini harus dianggap semi kuantitatif dan
penghitungannya dapat subjektif. Warna merah untuk jumlah
S.mutans maupun Lactobacilli menunjukkan resiko karies tinggi.
S. mutans Lactobacilli
> 106 CFU > 105 CFU Merah
Tidak dapat
digunakan
Tidak dapat
digunakan
Kuning
< 105 CFU < 104 CFU Hijau
Penilaian diet gula dan asam
Ada bukti yang menunjukan bahwa frekuensi intake karbohidrat yang terfermentasi meningkatkan resiko karies dan individu yang memiliki diet gula tinggi secara konsisten menunjukan peningkatan level dari S. mutans dan Lactobacili. Sumber dietasam seperti soft drink, jus buah, dan minuman berenergi memiliki ph yang lebih rendah dari 5,5 dan dapat meningkatkan kemungkinan karies dan erosi.
Tahapan:
Pasien diminta untuk mencatat apa yang mereka konsumsi dalam 5 hari, contohnya 3 hari kerja dan 2 hari libur
Dianjurkan untuk tidak menggunakan term “diet analysis” karena pasien cederung tidak memasukan sumber gula dan asam seperti obat pada catatan mereka
Tandai pemaparan gula dan asam pada lembar Jumlah gula dan asam yang dikonsumsi dalam 5 hari akan digunakan
untuk mengklasifikasi profil resiko pasien.
Fluoride
Fluoride memberikan proteksi terhadap karies dalam tiga tingkatan:
Meningkatkan ketahanan enamel terhadap demineralisasi Meningkatkan Reservoir ion untuk remineraslisasi Ikut campur dengan metabolism sel bakteri di plak
Sejarah kesehatan gigi
Adanya restorasi dan karies aktif merupakan bukti yang sangat kuat yang menunjukan aktifitas karies walaupun masih pada tahap white spot.
Gaya Hidup
Walaupun gaya hidup tidak secara langsung menyebabkan karies, gaya hidup dapat mempredisposisi pasien melalui perilaku dan lingkungan yang dapat meningkatkan resiko karies. Ada beberapa hal yang harus diketahui dokter gigi untuk mendapatkan diagnosis yang tepat: sejarah kesehatan (stress, Rheumatoid, diabetes), obat yang memiliki resep ( anti- depresan, anti-hipertensi, anti-cholinergics, anti-physcotics, diuretics, anti-parkinson), obat yang didapat di took, recreational drugs ( caffeine, tobacco, alcohol, marijuana, amphetamine,soft drink, energy drink).
Status sosio ekonomi
Factor sosioekonomi memiliki pengaruh pada kesehtan pada umumnya contohnya, seorang anak dari strata sosioekonomi yang rendah dengan orang tua yang memiliki level pedidikan yang rendah memiliki resiko karies yang tinggi. Namun, hal ini sulit untuk di nilai dan sangat tidak bijak untuk langsung mengambil kesimpulan.
Kepatuhan
Walaupun mengetahui tentang berbagai factor resiko sangat penting, namun yang lebih penting adalah pasien memiliki keinginan untuk melakukan perubahan yang dibutuhkan untuk menghilanggkan atau memodifikasi factor-faktor yang dapat menyebabkan karies.