Post on 28-Dec-2015
description
KINERJA PERDAGANGAN KOMODITAS PERTANIAN
VOLUME 4 NOMOR 2 TAHUN 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian
2013
ISSN : 2086-4949
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
ii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii
KINERJA PERDAGANGAN KOMODITAS PERTANIAN Volume 4 Nomor 2 Tahun 2013 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5)
Jumlah Halaman : 128 halaman
Penasehat : Ir. M. Tassim Billah, MSc Penyunting : Ir. Sabarella, MSi. Ir. Dewa N. Cakrabawa, MM. Naskah : Sri Wahyuningsih, S.Si Ir. Wieta B. Komalasari, M.Si. Ir. Efi Respati,MSi Ir. Noviati, M.Si Widyawati Rinawati, SE Design dan Layout : Heri Dwi Martono Heruwaty Diterbitkan oleh : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian 2013 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
iv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga publikasi “Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Volume 4 Nomor 2 Tahun 2013” telah diselesaikan. Publikasi ini merupakan salah satu output dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian dalam mengemban visi dan misinya dalam mempublikasikan baik data sektor pertanian maupun hasil analisis datanya.
Publikasi Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Tahun 2013 merupakan publikasi lanjutan dari tahun sebelumnya yang secara rutin terdiri dari 2 (dua) nomor publikasi. Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Volume 4 Nomor 2 Tahun 2013 memuat gambaran umum kinerja perdagangan sektor pertanian secara umum serta analisis kinerja perdagangan komoditas KEDELAI, KENTANG, KENTANG, DAGING SAPI dan KELAPA SAWIT. Publikasi ini menyajikan keragaan data series masing-masing komoditas secara nasional dan internasional selama 5 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis indeks spesialisasi perdagangan-analisis daya saing, indeks keunggulan komperatif serta analisis lainnya untuk masing-masing komoditas pertanian.
Publikasi ini disajikan dalam bentuk hard dan dapat dengan mudah diperoleh atau diakses melalui website Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian yaitu http://www.deptan.go.id/pusdatin/.
Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat memperoleh gambaran tentang keragaan dan analisis kinerja perdagangan masing-masing komoditas strategis pertanian secara lebih lengkap dan menyeluruh.
Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya. Jakarta, Desember 2013
Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,
Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. NIP. 19570725.198203.1.002
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xix
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. LATAR BELAKANG ......................................................................... 1
1.2. METODOLOGI ............................................................................... 2
BAB II. GAMBARAN UMUM KINERJA PERDAGANGAN .............................. 7
2.1. PERKEMBANGAN NERACA PERDAGANGAN SEKTOR PERTANIAN ........ 8
2.2. PERKEMBANGAN NERACA PERDAGANGAN SUB SEKTOR
PERTANIAN ................................................................................ 10
2.3.GAMBARAN UMUM KINERJA PERDAGANGAN KOMODITAS
PERTANIAN ................................................................................ 13
BAB III. KINERJA PERDAGANGAN KEDELAI .......................................... 19
3.1. SENTRA PRODUKSI KEDELAI ..................................................... 19
3.2. KERAGAAN HARGA KEDELAI .. ................................................... 21
3.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN KEDELAI.. ........................... 26
3.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN KEDELAI ............................... 36
BAB IV. KINERJA PERDAGANGAN KENTANG .......................................... 39
4.1. SENTRA PRODUKSI KENTANG .................................................... 39
4.2. KERAGAAN HARGA KENTANG ..................................................... 41
4.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN KENTANG .......................... 46
4.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN KENTANG.............................. 56
LAMPIRAN ........................................................................................ 59
BAB V. KINERJA PERDAGANGAN JERUK ................................................ 65
5.1. SENTRA PRODUKSI JERUK ......................................................... 65
5.2. KERAGAAN HARGA JERUK ......................................................... 67
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
5.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN JERUK ................................. 71
5.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN JERUK ................................... 80
LAMPIRAN ................................................................................ 83
BAB VI. KINERJA PERDAGANGAN KELAPA SAWIT ................................. 85
6.1. SENTRA PRODUKSI KELAPA SAWIT ............................................. 86
6.2. KERAGAAN HARGA KELAPA SAWIT ............................................. 87
6.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN KELAPA SAWIT .................... 91
6.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN KELAPA SAWIT ...................... 97
LAMPIRAN .............................................................................. 102
BAB VII. KINERJA PERDAGANGAN DAGING SAPI ............................... 107
7.1. SENTRA PRODUKSI DAGING SAPI ............................................. 108
7.2. KERAGAAN HARGA DAGING SAPI .............................................. 110
7.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN DAGING SAPI .................... 115
7.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN DAGING SAPI....................... 124
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 127
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan
komoditas pertanian Indonesia, 2008 - 2012. ................................. 8
Tabel 2.2. Perkembangan neraca perdagangan komdoitas kedelai,
kentang, jeruk, kelapa Sawit dan daging sapi Indonesia,
2008 - 2012 .............................................................................. 13
Tabel 2.3. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) komoditas kedelai,
kentang, jeruk, kelapa Sawit dan daging sapi Indonesia, 2008
- 2012 ...................................................................................... 14
Tabel 2.4. IDR dan SSR komoditas komoditas kedelai, kentang, jeruk,
kelapa Sawit dan daging sapi Indonesia, 2008 - 2012 ................... 15
Tabel 2.5. Indeks keunggulan komparatif (RSCA) komoditas kedelai,
kentang, jeruk, kelapa Sawit dan daging sapi Indonesia dalam
perdagangan dunia, 2008 - 2011 ................................................ 15
Tabel 3.1. Perkembangan produksi kedelai di provinsi sentra di Indonesia,
2008 - 2012 .............................................................................. 20
Tabel 3.2. Perkembangan pola panen kedelai bulanan di Indonesia,
2011 - 2012 .............................................................................. 22
Tabel 3.3. Perkembangan harga produsen dan harga konsumen Kedelai
bulanan di Indonesia, 2010 - 2012 .............................................. 23
Tabel 3.4. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan
komoditas Kedelai, 2008 - 2012 .................................................. 27
Tabel 3.5. Kode HS dan deskripsi Kedelai segar dan olahan .......................... 29
Tabel 3.6. Perkembangan ekspor, impor Kedelai wujud segar dan olahan
berdasarkan kode HS, 2008 - 2012 ............................................. 30
Tabel 3.7. Negara tujuan ekspor Kedelai Indonesia, 2012 ............................. 33
Tabel 3.8. Negara asal impor Kedelai Indonesia, 2012 .................................. 34
Tabel 3.9. Lima negara eksportir Kedelai di dunia, 2007-2011 ....................... 35
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Tabel 3.10. Sepuluh negara importir Kedelai (total) di dunia, 2007-2011 .......... 35
Tabel 3.11. Indeks spesialisasi perdagangan Kedelai segar, olahan dan
Kedelai total di Indonesia, 2008 – 2012 ....................................... 36
Tabel 3.12. Perkembangan nilai Import Dependency Ratio (IDR) dan Self
Sufficiency Ratio (SSR) Kedelai Indonesia, 2008 – 2012 ................. 38
Tabel 3.13. Indeks Keunggulan Komparatif (RCA) komoditas Kedelai
Indonesia dalam perdagangan dunia, 2008 - 2011 ........................ 38
Tabel 4.1. Perkembangan Ekspor-Impor dan neraca perdagangan kentang
di Indonesia, 2008 -2012 ............................................................ 46
Tabel 4.2. Kode HS dan deskripsi kentang segar dan olahan ......................... 49
Tabel 4.3. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) Kentang segar, olahan,
dan total Kentang Indonesia, 2008 – 2012 ................................... 57
Tabel 4.4. IDR dan SSR Kentang Indonesia, 2008 – 2012 ............................. 58
Tabel 4.5. Indeks keunggulan komparatif Kentang Indonesia dalam
perdagangan dunia, 2008 - 2011 ................................................. 58
Tabel 5.1. Produksi Jeruk di provinsi sentra di Indonesia, 2008-2012 ............. 66
Tabel 5.2. Perkembangan harga Produsen, harga konsumen dan margin
harga produsen-konsumen Jeruk di Indonesia, 2010 – 2012 .......... 70
Tabel 5.3. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan
komoditas Jeruk, 2008 – 2012 .................................................... 72
Tabel 5.4. Kode HS dan deskripsi jeruk segar dan olahan .............................. 74
Tabel 5.5. Perkembangan nilai ekspor, impor Jeruk segar dan olahan
berdasarkan kode HS, 2008 – 2012 ............................................. 75
Tabel 5.6. Negara eksportir jeruk terbesar dunia, 2007 – 2011 ...................... 77
Tabel 5.7. Negara importir jeruk terbesar dunia, 2007 – 2011 ....................... 79
Tabel 5.8. Indeks spesialisasi perdagangan (ISP) Jeruk Indonesia,
2008 - 2012 .............................................................................. 80
Tabel 5.9. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR)
Jeruk Indonesia, 2008 - 2012 ..................................................... 81
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi
Tabel 5.10. Indeks keunggulan komparatif komoditas Jeruk Indonesia
dalam perdagangan dunia, 2008 - 2011 ...................................... 82
Tabel 6.1. Perkembangan necara perdagangan kelapa sawit Indonesia,
2008-2012 ................................................................................ 91
Tabel 6.2. Indeks spesialisasi perdagangan (ISP) minyak sawit, minyak inti
sawit dan lain-lain Indonesia, 2008-2012 ..................................... 98
Tabel 6.3. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR)
kelapa sawit Indonesia, 2008-2012 ............................................ 99
Tabel 6.4. Indeks keunggulan Komparatif kelapa sawit Indonesia dalam
perdagangan dunia, 2008 - 2011 ............................................... 100
Tabel 7.1. Perkembangan produksi daging sapi di provinsi sentra di
Indonesia, 2008 – 2012 ............................................................ 109
Tabel 7.2. Perkembangan Harga Produsen dan harga konsumen daging
sapi bulanan di Indonesia, 2010 – 2012 .................................... 111
Tabel 7.3. Perkembangan harga produsen sapi di sentra produksi daging
sapi, 2008 – 2012 .................................................................... 112
Tabel 7.4. Perkembangan harga konsumen daging sapi di sentra produksi
daging sapi, 2008 – 2012 .......................................................... 113
Tabel 7.5. Perkembangan harga produsen sapi dan konsumen daging sapi
di Indonesia, 2008 – 2012 ......................................................... 114
Tabel 7.6. Perkembangan ekspor-impor dan neraca perdagangan daging
sapi, 2008 - 2012 ..................................................................... 116
Tabel 7.7. Kode HS dan deskripsi daging sapi segar dan olahan, .................. 118
Tabel 7.8. Ekspor-impor daging sapi wujud segar dan beku serta olahan
berdasarkan kode HS,2012 ....................................................... 118
Tabel 7.9. Negara tujuan ekspor daging sapi Indonesia, 2012 ...................... 120
Tabel 7.10. Negara asal impor daging sapi Indonesia, 2012 ........................... 121
Tabel 7.11. Negara eksportir daging sapi di dunia, 2007 – 2011 ..................... 122
Tabel 7.12. Negara importir daging sapi di dunia, 2007 – 2011 ...................... 123
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Tabel 7.13. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) daging sapi segar-beku
dan olahan dan daging sapi total Indonesia, 2008 – 2012 .......... 124
Tabel 7.14. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR)
Daging Sapi Indonesia, 2008 – 2012......................................... 125
Tabel 7.15. Indeks keunggulan komparatif (RCA) daging sapi Indonesia
dalam perdagangan dunia, 2008-2011 ....................................... 126
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Perkembangan volume ekspor dan impor komoditas
pertanian, 2008 – 2012 ............................................................ 9
Gambar 2.2. Perkembangan nilai ekspor, impor dan neraca perdagangan
komoditas pertanian, 2008 – 2012 ........................................... 10
Gambar 2.3. Kontribusi sub sektor pertanian berdasarkan rata-rata nilai
ekspor dan impor, 2008 - 2012 ................................................ 11
Gambar 2.4. Kontribusi sub sektor pertanian berdasarkan rata-rata volume
ekspor dan impor, 2008 – 2012 ............................................... 11
Gambar 2.5. Perkembangan neraca perdagangan sub sektor pertanian,
2008 – 2012 .......................................................................... 12
Gambar 3.1.a. Provinsi sentra produksi kedelai di Indonesia, 2008 - 2012 ......... 20
Gambar 3.1.b. Kontribusi provinsi sentra produksi kedelai di Indonesia,
2008 - 2012 ........................................................................... 21
Gambar 3.2. Perkembangan pola panen kedelai di Indonesia, 2011 - 2012 ..... 22
Gambar 3.3. Perkembangan harga kedelai di tingkat produsen,
2011 – 2012 .......................................................................... 23
Gambar 3.4. Perkembangan harga konsumen Kedelai, 2011 - 2012 ............... 24
Gambar 3.5. Perkembangan disparitas antara harga produsen dan harga
konsumen, 2011 - 2012 .......................................................... 25
Gambar 3.6. Perkembangan harga Kedelai segar, bungkil kedelai dan
minyak kedelai, 2011 - 2012 .................................................... 26
Gambar 3.7. Perkembangan neraca perdagangan Kedelai Indonesia,
2008 - 2012 ........................................................................... 28
Gambar 3.8. Kontribusi nilai ekspor – impor Kedelai segar dan olahan di
Indonesia, 2012 ..................................................................... 28
Gambar 3.9. Kedelai wujud olahan yang diekspor Indonesia, 2012 ................. 31
Gambar 3.10. Kedelai wujud olahan yang diimpor Indonesia, 2012 .................. 31
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Gambar 3.11. Negara tujuan ekspor Kedelai Indonesia, 2012 ........................... 32
Gambar 3.12. Negara asal impor Kedelai Indonesia, 2012 ............................... 33
Gambar 3.13. Lima negara pengekspor Kedelai, 2007 – 2011 .......................... 34
Gambar 3.14. Sepuluh negara pengimpor Kedelai, 2007 – 2011 ....................... 36
Gambar 4.1. Provinsi sentra produksi Kentang di Indonesia, 2008 – 2012 ....... 40
Gambar 4.2. Kontribusi provinsi sentra produksi Kentang di Indonesia,
2008 – 2012 ........................................................................... 41
Gambar 4.3. Perkembangan pola panen Kentang di Indonesia, 2010-2012 ...... 42
Gambar 4.4. Perkembangan harga kentang di tingkat produsen,
2011 - 2012 ........................................................................... 43
Gambar 4.5. Perkembangan harga kentang di tingkat konsumen,
2011 - 2012 ........................................................................... 44
Gambar 4.6. Harga produsen dan konsumen Kentang di provinsi sentra,
2012 ...................................................................................... 45
Gambar 4.7. Perkembangan disparitas harga kentang , 2011 - 2012 ............... 45
Gambar 4.8. Perkembangan neraca perdagangan Kentang Indonesia,
2008 - 2012 ........................................................................... 47
Gambar 4.9. Kontribusi nilai ekspor, impor Kentang segar dan olahan, 2012 .... 48
Gambar 4.10. Kentang wujud segar yang diekspor dan di impor Indonesia,
2012 ...................................................................................... 50
Gambar 4.11. Kentang wujud olahan yang diekspor dan di impor Indonesia,
2012 ...................................................................................... 51
Gambar 4.12. Negara tujuan ekspor Kentang Indonesia, 2012 ......................... 52
Gambar 4.13. Negara asal impor Kentang Indonesia, 2012 ............................. .52
Gambar 4.14. Sepuluh negara pengekspor kentang segar, 2007 - 2011 ............ 53
Gambar 4.15. Sepuluh negara pengekspor kentang beku, 2007 - 2011 ............. 54
Gambar 4.16. Negara importir kentang segar terbesar di dunia, 2007 - 2011 .... 55
Gambar 4.17. Negara importir kentang beku terbesar di dunia, 2007 - 2011 ..... 56
Gambar 5.1.a. Provinsi sentra produksi jeruk di Indonesia, 2008 – 2012 ........... 66
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xv
Gambar 5.1.b. Perkembangan pangsa produksi jeruk di provinsi sentra,
2008 -2012 ............................................................................ 67
Gambar 5.2. Perkembangan luas panen Jeruk Siam per triwulan,
2008 - 2012 ........................................................................... 68
Gambar 5.3. Perkembangan harga produsen dan konsumen Jeruk di
Indonesia, 2010 - 2012 ........................................................... 69
Gambar 5.4. Perkembangan harga produsen dan luas panen jeruk
siam/keprok di Indonesia, 2012 ............................................... 70
Gambar 5.5. Perkembangan harga internasional jeruk, 2010 - 2012 ............... 71
Gambar 5.6. Perkembangan nilai ekspor, impor dan neraca perdagangan
Jeruk Indonesia, 2008 – 2012 .................................................. 73
Gambar 5.7. Kontribusi nilai ekspor, impor Jeruk segar dan olahan di
Indonesia, 2012 ..................................................................... 73
Gambar 5.8. Negara tujuan ekspor Jeruk Indonesia, 2012 ............................. 76
Gambar 5.9. Negara asal impor Jeruk Indonesia, 2012 ................................. 77
Gambar 5.10. Negara eksportir Jeruk terbesar di dunia, 2007 - 2011 ............... 78
Gambar 5.11. Negara importir Jeruk terbesar di dunia, 2007 - 2011 ................. 80
Gambar 6.1. Provinsi sentra produksi minyak sawit Indonesia, 2008-2012 ...... 86
Gambar 6.2. Perkembangan pangsa produksi minyak sawit di provinsi
sentra, 2008 - 2012 ............................................................... 87
Gambar 6.3. Perkembangan harga produsen TBS bulanan, 2010 - 2012 ....... 88
Gambar 6.4. Perkembangan harga produsen TBS di beberapa provinsi
sentra di Indonesia, 2008 - 2012 ............................................. 88
Gambar 6.5. Perkembangan harga konsumen minyak goreng sawit di
Indonesia, 2008-2012 ............................................................. 89
Gambar 6.6. Margin harga TBS terhadap harga konsumen minyak goreng
sawit di Indonesia, 2008-2012 ................................................. 90
Gambar 6.7. Perkembangan harga minyak sawit dan minyak inti sawit di
pasar internasional, 2011-2012 ................................................ 90
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
xvi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Gambar 6.8. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan kelapa
sawit Indonesia, 2008-2012 ..................................................... 92
Gambar 6.9. Persentase ekspor dan impor minyak sawit, inti sawit dan
lain-lain di Indonesia, 2012 ...................................................... 92
Gambar 6.10. Persentase ekspor kelapa sawit Indonesia berdasarkan kode
HS, 2012 ................................................................................ 93
Gambar 6.11. Negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia, 2012 .................. 94
Gambar 6.12. Persentase impor kelapa sawit Indonesia berdasarkan kode
HS, 2012 ................................................................................ 95
Gambar 6.13. Negara eksportir minyak sawit terbesar dunia, 2007-2011 .......... 96
Gambar 6.14. Negara Importir minyak sawit terbesar dunia, 2007-2011 ........... 97
Gambar 6.15. Perkembangan penetrasi minyak sawit Indonesia dan
Malaysia di Cina, 2009 dan 2012 ............................................ 101
Gambar 6.16. Perkembangan penetrasi minyak sawit Indonesia dan
Malaysia di India, 2009 dan 2012 ........................................... 101
Gambar 7.1. Provinsi sentra produksi Daging Sapi kering di Indonesia,
2008-2012 ........................................................................... 108
Gambar 7.2. Kontribusi provinsi sentra produksi daging sapi di Indonesia,
2008-2012 ........................................................................... 109
Gambar 7.3. Perkembangan harga sapi di tingkat produsen, 2010-2012 ........ 110
Gambar 7.4. Perkembangan harga produsen sapi di sentra produksi daging
sapi, 2008 - 2012 .................................................................. 111
Gambar 7.5. Perkembangan harga daging sapi di tingkat konsumen,
2010-2012 ........................................................................... 112
Gambar 7.6. Perkembangan harga konsumen daging sapi di provinsi
sentra, 2008-2012 ................................................................. 113
Gambar 7.7. Perkembangan disparitas antara harga produsen dan harga
konsumen, 2008-2012 ........................................................... 114
Gambar 7.8. Perkembangan harga daging sapi di tingkat dunia,
2011 – 2012 ......................................................................... 115
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xvii
Gambar 7.9. Perkembangan neraca perdagangan daging sapi Indonesia,
2008 – 2012 ......................................................................... 117
Gambar 7.10. Kontribusi nilai ekspor - impor daging sapi segar dan olahan
di Indonesia, 2012 ................................................................. 117
Gambar 7.11. Proporsi daging sapi wujud olahan yang diekspor Indonesia,
2012 .................................................................................... 119
Gambar 7.12. Proporsi daging sapi wujud olahan yang diimpor Indonesia,
2012 .................................................................................... 119
Gambar 7.13. Negara tujuan ekspor daging sapi Indonesia, 2012 ................... 120
Gambar 7.14. Negara asal impor daging sapi Indonesia, 2012 ........................ 121
Gambar 7.15. Negara eksportir daging sapi terbesar dunia, 2007 - 2011 ......... 122
Gambar 7.16. Negara importir daging sapi dunia, 2007 - 2011 ....................... 123
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
xviii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 2.1. Perkembangan volume ekspor dan impor sub sektor
Pertanian, 2008 – 2012 ........................................................ 16
Lampiran 2.2. Perkembangan nilai neraca perdagangan sub sektor
Pertanian, 2008 – 2012 ........................................................ 17
Lampiran 4.1. Perkembangan produksi kentang di provinsi sentra di
Indonesia, 2008-2012 .......................................................... 59
Lampiran 4.2. Perkembangan pola panen kentang bulanan di Indonesia,
2010-2012 .......................................................................... 59
Lampiran 4.3. Perkembangan harga produsen dan harga konsumen
kentang bulanan di Indonesia, 2010 – 2012 ........................... 59
Lampiran 4.4. Perkembangan harga produsen dan konsumen kentang di
provinsi sentra, 2008-2012 ................................................... 60
Lampiran 4.5. Perkembangan ekspor dan impor kentang segar dan olahan,
2008 - 2012 ........................................................................ 60
Lampiran 4.6. Perkembangan ekspor dan impor kentang wujud segar dan
olahan berdasarkan kode HS, 2008 - 2012 ............................. 61
Lampiran 4.7. Negara tujuan ekspor kentang Indonesia, 2012 ...................... 62
Lampiran 4.8. Negara asal impor kentang Indonesia, 2012 ........................... 62
Lampiran 4.9. Negara eksportir kentang segar dunia, 2007 – 2011 ................ 62
Lampiran 4.10. Negara eksportir kentang beku dunia, 2007 – 2011 ................ 63
Lampiran 4.11. Negara Importir kentang segar dunia, 2007 - 2011 ................. 63
Lampiran 4.12. Negara Importir kentang beku dunia, 2007 - 2011 .................. 64
Lampiran 5.1. Negara tujuan ekspor jeruk Indonesia, 2012 .......................... 83
Lampiran 5.2. Negara asal impor jeruk Indonesia, 2012 ............................... 83
Lampiran 5.3. Kode HS enam digit dan deskripsi jeruk di dunia ..................... 84
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
xx Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Lampiran 6.1. Provinsi sentra produksi kelapa sawit di Indonesia, 2008-
2012 ................................................................................. 102
Lampiran 6.2. Perkembangan harga produsen tandan buah segar (TBS)
dan harga perdagangan besar minyak sawit, 2000 – 2008 ..... 102
Lampiran 6.3. Perkembangan harga produsen TBS di provinsi sentra
produksi, 2008-2012 ........................................................... 103
Lampiran 6.4. Perkembangan rata-rata harga konsumen minyak goreng
sawit di Indonesia, 2008-2012 ............................................. 103
Lampiran 6.5. Perkembangan harga palm oil dan palm kernel oil di pasar
internasional, 2011-2012 .................................................... 104
Lampiran 6.6. Perkembangan ekspor dan impor minyak sawit, minyak inti
sawit dan lain-lain, 2005 - 2009 ........................................... 104
Lampiran 6.7. Ekspor minyak sawit Indonesia per kode HS, 2012 ................ 105
Lampiran 6.8. Negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia, 2012 ............. 105
Lampiran 6.9. Impor minyak sawit Indonesia per kode HS, 2012 ................. 105
Lampiran 6.10. Negara eksportir minyak sawit dunia, 2007 – 2011 ................ 106
Lampiran 6.11. Negara Importir minyak sawit dunia, 2017 - 2011 ................. 106
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. L ATAR BELAKANG
Peranan sektor pertanian dalam kegiatan perekonomian di Indonesia
dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia tahun 2012 yang cukup besar yaitu 14,44% atau setara Rp
1.190 trilyun (angka sangat sementara, BPS) dan menempati urutan kedua
setelah sektor industri pengolahan. Sedangkan dari sisi penyerapan tenaga
kerja sebesar 33,89 persen tenaga kerja terserap di sektor pertanian dari
total tenaga kerja Indonesia.
Perdagangan dalam negeri (domestik) dan perdagangan global luar
negeri (internasional) untuk komoditas pertanian yang meliputi sub sektor
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan masih cukup
luas untuk terus dikembangkan. Sektor pertanian sudah terbukti
merupakan sektor yang dapat diandalkan dalam pemulihan perekonomian
nasional, mengingat sektor pertanian terbukti masih dapat memberikan
kontribusi pada perekonomian nasional walaupun pada saat terjadi krisis.
Hal ini dikarenakan terbukanya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian
dan tingginya sumbangan devisa yang dihasilkan. Kementerian Pertanian
menetapkan 4 sukses pembangunan pertanian, dimana salah satunya
adalah “Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor”.
Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan perolehan
ekspor berbagai komoditi pertanian di satu sisi, dan menekan impor,
terutama komoditi-komoditi pertanian yang dapat dibudidayakan di dalam
negeri. Pelaksanaan pembangunan pertanian memerlukan dukungan paket
kebijakan komprehensif yang mampu meningkatkan keunggulan kompetitif
berbagai komoditi potensial untuk meningkatkan nilai tambah sekaligus
menjamin keberlanjutan pembangunan pertanian nasional di tengah-tengah
percaturan global dan mewujudkan swasembada pangan. Oleh karena itu,
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
untuk mewujudkan swasembada pangan dan meningkatkan kinerja ekspor
pertanian sebagai salah satu andalan sumber devisa negara, maka
kebijakan dan langkah-langkah terobosan ke depan sangat diperlukan.
Berdasarkan hal tersebut, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
(Pusdatin) mulai tahun 2009 telah melakukan analisis mengenai kinerja
perdagangan komoditas pertanian yang dapat digunakan untuk mengetahui
sejauh mana kinerja perdagangan beberapa komoditas unggulan pertanian
serta posisi Indonesia di pasar internasional akan produk pertaniannya.
Analisis ini diterbitkan dalam bentuk Buku Kinerja Perdagangan Komoditas
Pertanian (ISSN No. 2086-4949). Analisis kinerja perdagangan Volume 4
No. 2 Tahun 2013 berisi analisis untuk komoditas kedelai, kentang, jeruk,
daging sapi dan kelapa sawit.
1.2. METODOLOGI
1.2.1. Sumber Data dan Informasi
Analisis kinerja perdagangan komoditas pertanian tahun 2013
disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari data sekunder
yang bersumber dari instansi terkait baik di lingkup Kementerian Pertanian
maupun di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS),
Kementerian Perdagangan, World Bank (www.worldbank.org), Food and
Agriculture Organization (www.FAO.org), Trademap (www.trademap.org)
dan Uncomtrade. (comtrade.un.org).
1.2.2. Cakupan Komoditas
Cakupan komoditas pertanian yang dianalisis pada Buku Kinerja
Perdagangan Komoditas Pertanian Volume 4 No. 2 Tahun 2013 antara lain
meliputi komoditas unggulan nasional yaitu kedelai (sub sektor tanaman
pangan), kentang dan jeruk (sub sektor hortikultura), kelapa sawit (sub
sektor perkebunan) dan daging sapi (sub sektor peternakan).
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3
1.2.3. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penyusunan analisis kinerja
perdagangan komoditas pertanian adalah sebagai berikut :
A. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis keragaan, diantaranya dengan
menyajikan nilai rata-rata pertumbuhan per tahun, rata-rata dan persen
kontribusi (share) yang mencakup indikator kinerja perdagangan komoditas
pertanian meliputi :
Produksi dan Luas Panen
Harga produsen, konsumen, dan internasional
Volume dan nilai ekspor-impor, berdasarkan wujud segar/primer
dan olahan/manufaktur, serta berdasarkan kode HS (Harmony
Sistem)
Negara tujuan ekspor dan negara asal impor
Negara eksportir dan importir dunia
B. Analisis Inferensia
Analisis inferensia yang digunakan dalam analisis kinerja perdagangan
komoditas pertanian antara lain :
Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)
ISP digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan perkembangan
suatu komoditas. ISP ini dapat menggambarkan apakah untuk suatu
komoditas, posisi Indonesia cenderung menjadi negara eksportir atau
importir komoditas Pertanian tersebut. Secara umum ISP dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
iaia
iaia
M X
M - XISP
dimana :
iaX = volume atau nilai ekspor komoditas ke-i Indonesia
iaM = volume atau nilai impor komoditas ke-i Indonesia
Nilai ISP adalah
-1 s/d -0,5 : Berarti komoditas tersebut pada tahap pengenalan dalam
perdagangan dunia atau memiliki daya saing rendah atau negara bersangkutan sebagai pengimpor suatu komoditas
-0,4 s/d 0,0 : Berarti komoditas tersebut pada tahap substitusi impor
dalam perdagangan dunia 0,1 s/d 0,7 : Berarti komoditas tersebut dalam tahap perluasan ekspor
dalam perdagangan dunia atau memiliki daya saing yang kuat
0,8 s/d 1,0 : Berarti komoditas tersebut dalam tahap pematangan
dalam perdagangan dunia atau memiliki daya saing yang sangat kuat.
Indeks Keunggulan Komparatif (Revealed Comparative
Advantage – RCA) dan RSCA (Revealead Symetric Comparative Advantage)
Konsep comparative advantage diawali oleh pemikiran David Ricardo
yang melihat bahwa kedua negara akan mendapatkan keuntungan dari
perdagangan apabila menspesialisasikan untuk memproduksi produk-
produk yang memiliki comparative advantage dalam keadaan autarky
(tanpa perdagangan). Balassa (1965) menemukan suatu pengukuran
terhadap keunggulan komparatif suatu negara secara empiris dengan
melakukan penghitungan matematis terhadap data-data nilai ekspor
suatu negara dibandingkan dengan nilai ekspor dunia. Penghitungan
Balassa ini disebut Revealed Comparative Advantage (RCA) yang
kemudian dikenal dengan Balassa RCA Index :
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5
w
iw
j
ij
XX
X
X
RCA
dimana:
ijX : Nilai ekspor komoditi i dari negara j (Indonesia)
jX : Total nilai ekspor non migas negara j (Indonesia)
iwX : Nilai ekspor komoditi i dari dunia
wX : Total nilai ekspor non migas dunia
Sebuah produk dinyatakan memiliki daya saing jika RCA>1, dan tidak
berdaya saing jika RCA<1. Berdasarkan hal ini, dapat dipahami bahwa
nilai RCA dimulai dari 0 sampai tidak terhingga.
Menyadari keterbatasan RCA tersebut, maka dikembangkan Revealed
Symmetric Comparative Advantage (RSCA), dengan rumus sebagai
berikut :
1)(RCA
1)-(RCA RSCA
Konsep RSCA membuat perubahan dalam penilaian daya saing, dimana
nilai RSCA dibatasi antara -1 sampai dengan 1. Sebuah produk disebut
memiliki daya saing jika memiliki nilai di atas nol, dan dikatakan tidak
memiliki daya saing jika nilai dibawah nol.
Import Dependency Ratio (IDR)
Import Dependency Ratio (IDR) merupakan formula yang menyediakan
informasi ketergantungan suatu negara terhadap impor suatu komoditas.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Nilai IDR dihitung berdasarkan definisi yang dibangun oleh FAO (Food
and Agriculture Organization of the United Nations).
Penghitungan nilai IDR tidak termasuk perubahan stok dikarenakan
besarnya stok (baik dari impor maupun produksi domestik) tidak
diketahui.
100EksporImporProduksi
ImporIDR
Self Sufficiency Ratio (SSR)
Nilai SSR menunjukkan besarnya produksi dalam kaitannya dengan
kebutuhan dalam negeri. SSR diformulasikan sbb.:
100EksporImporProduksi
ProduksiSSR
Market Penetration (Penetrasi Pasar)
Market Penetration adalah mengukur perbandingan antara ekspor
produk tertentu (X) dari suatu negara (Y) ke negara lainnya (Z)
terhadap Ekspor produk tertentu (X) dari dunia ke-Z. Market
Penetration bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penetrasi
(perembesan) komoditi tertentu dari suatu negara di negara tujuan
ekspor. Semakin besar nilai penetrasinya dibandingkan nilai penetrasi
dari negara lain maka berarti komoditi dari negara tersebut mempunyai
daya saing yang cukup kuat.
Rumus:
Export produk X dari negara Y ke negara Z x 100% Ekspor produk X dari dunia ke Z
Atau
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7
Impor produk X negara Z dari Y x 100% Impor produk X negara Z dari dunia
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
II. GAMBARAN UMUM KINERJA PERDAGANGAN
Globalisasi secara teoretis penuh dengan tuntutan atas negara-
negara yang ingin (dipaksa harus) terlibat, seperti mengendurkan bea
masuk, mengendurkan proteksi, mengurangi subsidi, memangkas regulasi
ekspor-impor, perburuhan, investasi, dan harga, serta melakukan privatisasi
atas perusahaan milik negara. Kondisi tersebut tidak akan banyak
membawa produk-produk lokal ke pasar internasional. Syarat-syarat yang
ditetapkan sesungguhnya merupakan perangkap yang sulit ditembus oleh
negara dunia ketiga. Kecenderungannya akan mempercepat proses
penurunan daya saing produk lokal. Pada perkembangnnya, segala sesuatu
yang berbau lokal akan melemah dan hilang.
Sementara itu dalam organisasi APEC (ASIA-Pacific Economic
Cooperation) Indonesia telah berperan aktif dalam mencetuskan Bogor
Goals, yaitu mewujudkan kawasan perdagangan dan investasi yang bebas
dan terbuka tahun 2010 untuk negara maju serta 2020 untuk negara
berkembang. Anggota APEC saat ini merepresentasikan sepertiga populasi
dunia dan hampir 50% kekuatan perekonomian global. Dengan kata lain,
potensi pasar global dan gravitasi aktivitas ekonomi dunia berada di
kawasan ini. Masalahnya kini, seberapa jauh manfaat dan efektivitas forum
APEC bagi perdagangan dan investasi Indonesia.
Disisi lain pemasaran antar wilayah (perdagangan domestik)
komoditas pertanian pada umumnya terjadi karena adanya perbedaan
tingkat penawaran dan permintaan yang mempengaruhi keragaman harga
komoditas di setiap wilayah, aliran komoditas akan terjadi dari sentra
produsen yang harganya lebih rendah ke daerah konsumen yang harganya
lebih tinggi.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9
2.1. PERKEMBANGAN NERACA PERDAGANGAN SEKTOR PERTANIAN
Gambaran umum kinerja perdagangan komoditas pertanian dilihat
dari neraca perdagangan luar negeri (ekspor dikurangi impor) yang meliputi
sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan
selama tahun 2008 - 2012 terlihat mengalami surplus baik dari sisi volume
maupun nilai, sepertibyang tersaji pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan
komoditas pertanian Indonesia, 2008 – 2012
Pertumb. (%)
2008 2009 2010 2011 2012 2008 - 2013
1 Ekspor
- Volume (Ton) 27.154.761 29.572.229 28.768.085 29.959.656 30.672.967 3,18
- Nilai (000 US$) 29.300.337 23.037.582 32.522.974 43.365.004 33.690.927 7,71
2 Impor
- Volume (Ton) 12.593.233 13.401.150 16.874.998 22.917.892 19.352.756 13,15
- Nilai (000 US$) 11.341.139 9.897.316 13.983.327 20.598.660 13.930.495 10,87
3 Neraca Perdagangan
- Volume (Ton) 14.561.528 16.171.080 11.893.087 7.041.764 11.320.211 1,14
- Nilai (000 US$) 17.959.198 13.140.266 18.539.647 22.766.344 19.760.432 5,96
Sumber : BPS diolah Pusdatin
Keterangan : -Data tahun 2008 s/d 2011 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTBMI 2007
- Data tahun 2012 & 2013 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2012 serta revisi cakupan terutama
wujud olahan/manufaktur
TahunNo. Uraian
Berdasarkan Tabel 2.1, surplus neraca perdagangan komoditas
pertanian dari tahun 2008 – 2012 relatif berfluktuasi. Pada tahun 2008
mencapai US$ 17,96 milyar namun pada tahun 2009 mengalami penurunan
menjadi sebesar US$ 13,14 milyar walaupun volumenya meningkat menjadi
16,17 juta ton. Surplus neraca perdagangan ini terus meningkat hingga
tahun 2012 menjadi US$ 19,76 milyar dengan volume sebesar 11,32 juta
ton.
Surplus neraca perdagangan dari sisi volume tahun 2008 - 2012
terlihat mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 1,14% per tahun.
Demikian pula bila dilihat dari sisi nilai neraca perdagangan menunjukkan
peningkatan surplus dengan rata-rata sebesar 5,96% per tahun. Volume
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
ekspor dan impor komoditas pertanian ini secara lebih jelas dapat dilihat
pada Gambar 2.1, yang secara umum menunjukkan volume ekspor selalu
lebih tinggi dibandingkan volume impornya atau mengalami surplus dalam
neraca perdagangan pertanian.
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
2008 2009 2010 2011 2012
(00
0 T
on
)
Volume Ekspor Volume impor
Gambar 2.1. Perkembangan volume ekspor dan impor komoditas pertanian,
2008 – 2012
Neraca nilai perdagangan komoditas pertanian secara rinci tersaji
pada Gambar 2.2. Surplus neraca nilai perdagangan terbesar selama
periode tahun 2008 – 2012 dicapai pada tahun 2011 sebesar US$ 22,77
milyar, dengan nilai ekspor sebesar US$ 43,37 milyar dan nilai impor
sebesar US$ 20,60 milyar. Pada tahun 2012, nilai ekspor dan impor
mengalami penurunan sehingga neraca nilai perdagangannya lebih rendah
dibandingkan tahun 2011.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
2008 2009 2010 2011 2012
(Ju
ta U
S$)
Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca Perdagangan
Gambar 2.2. Perkembangan nilai ekspor, impor dan neraca perdagangan komoditas pertanian, 2008 – 2012
2.2. PERKEMBANGAN NERACA PERDAGANGAN SUB SEKTOR
PERTANIAN
Sub sektor perkebunan merupakan andalan nasional dalam neraca
perdagangan sektor pertanian. Hal ini karena sub sektor perkebunan selalu
mengalami surplus dan dapat menutupi defisit yang dialami oleh sub sektor
lainnya. Neraca perdagangan sub sektor pertanian secara rinci disajikan
pada Lampiran 2.2. Surplus neraca perdagangan sektor pertanian terjadi
karena lebih dari 90% berasal dari nilai ekspor komoditas perkebunan
dengan persentase impor yang lebih kecil, sebaliknya untuk sub sektor
lainnya persentase nilai impor jauh lebih tinggi dibandingkan ekspornya
(Gambar 2.3).
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
tanaman pangan, 1,17% hortikultura;
1,39%
perkebunan; 94,35%
peternakan,3,09%
Nilai Eksportanaman pangan; 33,20%
hortikultura; 9,90%
perkebunan; 37,66%
peternakan; 19,25%
Nilai Impor
Gambar 2.3. Kontribusi sub sektor pertanian berdasarkan rata-rata nilai
ekspor dan impor, 2008 - 2012
Demikian pula halnya dari sisi volume ekspor seperti tersaji pada
Gambar 2.4 menunjukkan bahwa sub sektor perkebunan merupakan sub
sektor yang berkontribusi cukup besar terhadap total volume ekspor
pertanian. Lebih dari 90% volume ekspor komoditas pertanian berasal dari
komoditas perkebunan dan bila dilihat kontribusi volume impornya hanya
sebesar 18,31% dari total volume impor komoditas pertanian. Sementara
persentase impor untuk sub sektor lainnya justru lebih tinggi dibandingkan
ekspornya. Volume impor yang terbesar adalah sub sektor tanaman
pangan mencapai 64,18% dari volume impor total pertanian. Volume
ekspor dan impor pertanian menurut sub sektor tahun 2008 – 2012 secara
rinci tersaji pada Lampiran 2.1.
tanaman pangan; 2,44%
hortikultura; 1,48%
perkebunan; 94,22%
peternakan; 1,86%
Volume Ekspor
tanaman pangan; 64,18%
hortikultura; 10,40%
perkebunan; 18,31%
peternakan; 7,11%
Volume Impor
Gambar 2.4. Kontribusi sub sektor pertanian berdasarkan rata-rata volume
ekspor dan impor, 2008 – 2012
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13
Surplus neraca nilai perdagangan sub sektor perkebunan pada tahun
2008 mencapai US$ 22,83 milyar dan mengalami penurunan pada tahun
2009 menjadi US$ 17,63 milyar, namun pada tahun-tahun berikutnya
surplus neraca nilai perdagangan sub sektor perkebunan terus mengalami
peningkatan hingga menjadi US$ 29,37 milyar di tahun 2012 dengan rata-
rata pertumbuhan per tahun meningkat sebesar 9,61%. Sementara neraca
nilai perdagangan sub sektor tanaman pangan, hortikultura dan peternakan
selalu mengalami defisit. Selama periode 2008 – 2012 besarnya defisit sub
sektor tanaman pangan, hortikultura dan peternakan cenderung meningkat
dengan rata-rata masing-masing sebesar 25,37%, 28,27% dan 18,50% per
tahun seperti tersaji pada Gambar 2.5 dan lampiran 2.2.
(10.000)
(5.000)
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
2008 2009 2010 2011 2012
(00
0 T
on
)
Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan
Gambar 2.5. Perkembangan neraca perdagangan sub sektor pertanian,
2008 – 2012
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
2.3. GAMBARAN UMUM KINERJA PERDAGANGAN KOMODITAS PERTANIAN
Kinerja perdagangan suatu komoditas dapat dilihat dari besarnya
ekspor, impor dan neraca perdagangan. Selama periode tahun 2008 –
2012, nilai neraca perdagangan komoditas kedelai, kentang, jeruk, dan
daging sapi selalu mengalami defisit, sementara untuk komoditas kelapa
sawit selalu mengalami surplus yang berarti volume dan nilai ekspor kelapa
sawit lebih besar dibandingkan dengan volume dan nilai impornya.
Selama periode tahun 2008-2012, defisit neraca perdagangan kedelai,
kentang, jeruk dan daging sapi mengalami peningkatan dari sisi nilai
masing-masing sebesar 18,35%, 28,51%, 22,03% dan 14,62% pertahun.
Sedangkan pertumbuhan neraca perdagangan kelapa sawit dari sisi nilai
mengalami peningkatan surplus sebesar 10,44% per tahun.
Tabel 2.2. Perkembangan neraca perdagangan komoditas kedelai, kentang, jeruk, kelapa sawit dan daging sapi Indonesia, 2008 – 2012
2008 2009 2010 2011 2012
Kedelai -724.470 -639.672 -861.194 -1.278.689 -1.304.085 18,35
Kentang -37.418 -43.514 -49.769 -90.301 -92.064 28,51
Jeruk -122.448 -190.986 -182.089 -211.610 -255.158 22,03
Kelapa Sawit 14.097.123 11.712.318 15.370.205 19.722.984 19.552.196 10,44
Daging sapi -128.707 -190.886 -293.060 -239.689 -179.420 14,62
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
KomoditasNeraca Perdagangan (000 US $)
Rata-rata
Pertumb.
(%)
Nilai ISP digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan
perkembangan perdagangan suatu komoditas. Nilai ISP komoditas kedelai
pada tahun 2008 - 2012 mempunyai nilai negatif pada kisaran sebesar -
0,95 hingga -0,98 yang berarti bahwa komoditas kedelai Indonesia
mempunyai daya saing yang sangat rendah. Komoditas lainnya yaitu
kentang, jeruk dan daging sapi juga bernilai negatif yang cukup besar. Hal
ini menunjukkan bahwa kentang, jeruk dan daging sapi Indonesia dalam
perdagangan masih dalam tahap pengenalan. Sementara untuk komoditas
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15
kelapa sawit Indonesia mempunyai daya saing yang sangat kuat atau pada
tahap pematangan dalam perdagangan dunia. Nilai ISP kedelai, kentang,
jeruk, kelapa sawit dan daging sapi selama periode tahun 2008 – 2012
secara rinci tersaji pada tabel 2.3.
Tabel 2.3. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) komoditas kedelai,
kentang, jeruk, kelapa sawit dan daging sapi Indonesia, 2008 – 2012
2008 2009 2010 2011 2012
Kedelai -0,978 -0,976 -0,977 -0,982 -0,948
Kentang -0,839 -0,870 -0,878 -0,890 -0,921
Jeruk -0,974 -0,975 -0,978 -0,987 -0,993
Kelapa Sawit 0,998 0,997 0,994 0,997 0,999
Daging sapi -0,999 -0,999 -0,999 -0,999 -0,999
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
KomoditasISP (Indeks Spesialisasi Perdagangan)
Nilai IDR menyediakan informasi ketergantungan suatu negara
terhadap impor suatu komoditas. Sementara nilai SSR menunjukkan
besarnya produksi dalam kaitannya dengan kebutuhan dalam negeri. Nilai
IDR kedelai Indonesia pada periode tahun 2008 – 2012 menunjukkan
bahwa supply kedelai Indonesia tergantung pada kedelai impor berkisar
antara 57,44% sampai 71,46%. Ketergantungan pada kedelai impor ini
utamanya adalah pada jenis kedelai segar. Nilai SSR komoditas kedelai
Indonesia dari tahun 2008 hingga 2012 kurang dari 50%, yang berarti
bahwa hanya sebagian kecil kebutuhan kedelai dipenuhi dari produksi
dalam negeri. Untuk komoditas kentang, jeruk dan daging sapi nilai SSR
juga bernilai positif yang menunjukkan bahwa Indonesia sudah bisa
mencukupi kebutuhan komoditas tersebut dalam negeri dengan proporsi
yang cukup besar dari produksi sendiri. Sementara kemampuan produksi
kelapa sawit dalam negeri terlihat cukup tinggi bahkan sebagian besar
untuk diekspor/surplus, hal ini dapat dilihat dari SSR tahun 2008 sampai
2012 yang menunjukkan angka positif dan cukup besar.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Tabel 2.4. IDR dan SSR komoditas kedelai, kentang, jeruk, kelapa sawit dan daging sapi Indonesia, 2008 – 2012
2008 2009 2010 2011 2012
Kedelai 60,06 57,44 65,75 71,06 71,46
Kentang 3,77 4,22 5,74 11,28 9,65
Jeruk 5,50 9,24 9,15 11,32 13,83
Minyak Sawit 0,27 0,99 0,82 0,35 0,04
Daging sapi 10,85 7,57 13,73 13,10 18,45
2008 2009 2010 2011 2012
Kedelai 39,99 42,58 34,26 28,96 28,62
Kentang 97,22 96,54 95,10 89,50 90,93
Jeruk 94,55 90,81 90,91 88,73 86,24
Minyak Sawit 538,37 902,25 384,35 345,57 502,93
Daging sapi 89,18 92,43 86,29 86,92 81,55
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
KomoditasImport Dependency Ratio (%)
KomoditasSelf Sufficiency Ratio (%)
Nilai RSCA menggambarkan besarnya daya saing suatu komoditas di
perdagangan dunia. Hasil perhitungan nilai RSCA menunjukkan bahwa
komoditas kedelai Indonesia secara umum tidak mempunyai daya saing di
pasar dunia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai RSCA yang negatif bahkan
hingga -0,97% pada tahun 2010 dan 2011. Untuk komoditas kentang,
jeruk dan daging sapi juga menunjukkan bahwa komoditas tersebut tidak
memiliki keunggulan komperatif di perdagangan dunia. Sementara,
komoditas kelapa sawit Indonesia memiliki keunggulan komperatif yang
cukup besar di pasar dunia, hal ini ditunjukkan nilai RSCA tahun 2008 -
2011 mendekati nilai 1 dan relatif stabil selama periode tersebut.
Tabel 2.5. Indeks keunggulan komparatif (RSCA) komoditas kedelai,
kentang, jeruk, kelapa sawit dan daging sapi Indonesia dalam perdagangan dunia, 2008 – 2011
2008 2009 2010 2011
Kedelai -0,961 -0,962 -0,964 -0,968
Kentang -0,924 -0,936 -0,942 -0,922
Jeruk -0,977 -0,968 -0,977 -0,987
Kelapa Sawit 0,961 0,960 0,956 0,949
Daging sapi -0,999 -0,999 -0,999 -0,999
Sumber: BPS dan UNComtrade diolah Pusdatin
Revealead Symetric Comparative Advantage (RSCA)Komoditas
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17
Lampiran 2.1. Perkembangan volume ekspor dan impor sub sektor
Pertanian, 2008 - 2012
Rata-rata
2008 2009 2010 2011 2012 2008 - 2012
1 Volume Ekspor
- Tanaman Pangan 812.290 786.627 892.454 807.265 234.274 706.582 -17,56
- Hortikultura 524.485 447.609 364.139 381.648 426.576 428.891 -4,18
- Perkebunan 25.182.681 27.864.811 27.017.306 27.863.746 29.826.443 27.550.997 4,45
- Peternakan 635.304 473.182 494.186 906.997 185.675 539.069 -4,27
Pertanian 27.154.760 29.572.229 28.768.085 29.959.656 30.672.968 29.225.540 3,18
2 Volume Impor
- Tanaman Pangan 7.414.293 7.788.215 10.504.604 15.363.009 14.440.737 11.102.172 20,04
- Hortikultura 1.429.967 1.524.666 1.560.808 2.052.271 2.138.802 1.741.303 11,17
- Perkebunan 2.683.739 2.963.532 3.578.061 4.311.982 1.571.475 3.021.758 -2,97
- Peternakan 1.065.235 1.124.737 1.231.525 1.190.630 1.201.742 1.162.774 3,17
Pertanian 12.593.234 13.401.150 16.874.998 22.917.892 19.352.756 16.164.851 13,15
3 Volume Ekspor
- Tanaman Pangan 2,99 2,66 3,10 2,69 0,76 2,44
- Hortikultura 1,93 1,51 1,27 1,27 1,39 1,48
- Perkebunan 92,74 94,23 93,91 93,00 97,24 94,22
- Peternakan 2,34 1,60 1,72 3,03 0,61 1,86
4 Volume Impor
- Tanaman Pangan 58,88 58,12 62,25 67,04 74,62 64,18
- Hortikultura 11,36 11,38 9,25 8,95 11,05 10,40
- Perkebunan 21,31 22,11 21,20 18,81 8,12 18,31
- Peternakan 8,46 8,39 7,30 5,20 6,21 7,11
Sumber : BPS diolah Pusdatin
Keterangan : Data tahun 2008 s/d 2011 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTBMI 2007
Data tahun 2012 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2012 serta revisi cakupan terutama wujud olahan/manufaktur
Pertumb. (%)
2008 - 2012
Tahun (Ton)
% terhadap Pertanian
No. Uraian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Lampiran 2.2. Perkembangan nilai neraca perdagangan sub sektor pertanian, 2008 - 2012
Rata-rata
2008 2009 2010 2011 2012 2008 - 2012
1 Nilai Ekspor
- Tanaman Pangan 348.883 321.261 477.708 584.861 150.705 376.684 -2,76
- Hortikultura 433.921 379.739 390.740 491.304 504.538 440.048 4,71
- Perkebunan 27.369.363 21.581.669 30.702.864 40.689.768 32.479.157 30.564.564 8,37
- Peternakan 1.148.170 754.913 951.662 1.599.071 556.527 1.002.069 -1,34
Pertanian 29.300.337 23.037.582 32.522.974 43.365.004 33.690.927 32.383.365 7,71
2 Nilai Impor
- Tanaman Pangan 3.526.957 2.737.862 3.893.840 7.023.936 6.306.808 4.697.881 22,51
- Hortikultura 926.045 1.077.463 1.292.988 1.686.131 1.813.405 1.359.206 18,58
- Perkebunan 4.535.918 3.949.191 6.028.160 8.843.792 3.112.181 5.293.848 5,40
- Peternakan 2.352.219 2.132.800 2.768.339 3.044.801 2.698.100 2.599.252 4,77
Pertanian 11.341.139 9.897.316 13.983.327 20.598.660 13.930.494 13.950.187 10,87
3 Neraca Perdagangan
- Tanaman Pangan -3.178.074 -2.416.601 -3.416.132 -6.439.075 -6.156.103 -4.321.197 25,37
- Hortikultura -492.124 -697.724 -902.248 -1.194.827 -1.308.867 -919.158 28,27
- Perkebunan 22.833.445 17.632.478 24.674.704 31.845.976 29.366.976 25.270.716 9,61
- Peternakan -1.204.049 -1.377.887 -1.816.677 -1.445.730 -2.141.573 -1.597.183 18,50
Pertanian 17.959.198 13.140.266 18.539.647 22.766.344 19.760.433 18.433.178 5,96
4 Nilai Ekspor
- Tanaman Pangan 1,19 1,39 1,47 1,35 0,45 1,17
- Hortikultura 1,48 1,65 1,20 1,13 1,50 1,39
- Perkebunan 93,41 93,68 94,40 93,83 96,40 94,35
- Peternakan 3,92 3,28 2,93 3,69 1,65 3,09
5 Nilai Impor
- Tanaman Pangan 31,10 27,66 27,85 34,10 45,27 33,20
- Hortikultura 8,17 10,89 9,25 8,19 13,02 9,90
- Perkebunan 40,00 39,90 43,11 42,93 22,34 37,66
- Peternakan 20,74 21,55 19,80 14,78 19,37 19,25
Sumber : BPS diolah Pusdatin
Keterangan : Data tahun 2008 s/d 2011 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTBMI 2007
Data tahun 2012 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2012 serta revisi cakupan terutama wujud olahan/manufaktur
Pertumb. (%)
2008 - 2012
Tahun (000 US$)No. Uraian
% terhadap Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
III. KINERJA PERDAGANGAN KEDELAI
Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga
setelah kedelai dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman
palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri
pangan dan pakan. Mengingat Indonesia dengan jumlah penduduk yang
cukup besar, dan industri pangan berbahan baku kedelai berkembang pesat
maka komoditas kedelai perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di
dalam negeri untuk menekan laju impor. Produk kedelai sebagai bahan
olahan pangan berpotensi dan berperan dalam menumbuhkembangkan
industri kecil menengah bahkan sebagai komoditas ekspor.
Produksi kedelai di dalam negeri saat ini hanya mampu memenuhi
sekitar 30 persen konsumsi domestik, sedangkan sisanya harus diperoleh
melalui impor. Impor kedelai diperkirakan akan makin besar pada tahun-
tahun mendatang, karena adanya kemudahan tataniaga impor di antaranya
berupa dihapusnya monopoli Bulog sebagai importir tunggal serta
dibebaskannya bea masuk dan pajak pertambahan nilai (PPN) kedelai.
Disamping itu, negara eksportir kedelai terbesar dunia, seperti Amerika
Serikat, juga menyediakan subsidi ekspor sehingga merangsang importir
kedelai di Indonesia untuk memanfaatkan fasilitas itu.
Kinerja perdagangan komoditas kedelai ini disusun untuk memenuhi
kebutuhan akan informasi mengenai situasi global komoditas kedelai. Data
yang digunakan dalam kajian ini adalah bersumber dari Badan Pusat
Statistik (BPS), Kementerian Perdagangan, Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan Kementan, FAO, USDA dan Uncomtrade.
3.1. SENTRA PRODUKSI KEDELAI
Kedelai selama ini dibudidayakan hampir di semua provinsi di
Indonesia sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Penanaman kedelai
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21
biasanya dilakukan bergantian dengan jagung setelah panen padi selesai.
Berdasarkan data produksi rata-rata 5 tahun terakhir pada periode 2008 –
2012, sebesar 90,08% produksi kedelai di Indonesia disumbang oleh 9
provinsi sentra. Provinsi sentra produksi kedelai didominasi oleh Jawa
Timur, Jawa Tengah dan NTB yang masing-masing memberikan kontribusi
sebesar 39,09% (setara 340,20 ribu ton), 18,27% (159,04 ribu ton), dan
10,26% (89,27 ribu ton). Sementara, provinsi-provinsi lainnya hanya
berkontribusi dibawah 10% (Gambar 3.1.a dan Tabel 3.1). Produksi kedelai
Indonesia tahun 2012 adalah 843,15 ribu ton.
Jatim39.09%
Jateng18.27%
NTB10.26%Aceh
6.03%
Jabar5.80%
DIY4.19%
Sulsel3.90%
Sumsel1.35%
Sumut1.20%
Lainnya9.92%
Gambar 3.1.a Provinsi sentra produksi kedelai di Indonesia,
2008 – 2012
Tabel 3.1. Perkembangan produksi kedelai di provinsi sentra di Indonesia,
2008 – 2012
2008 2009 2010 2011 2012
1 Jawa Timur 277,281 355,260 339,491 366,999 361,986 340,203 39.09 39.09
2 Jawa Tengah 167,345 175,156 187,992 112,273 152,416 159,036 18.27 57.36
3 NTB 95,106 95,846 93,122 88,099 74,156 89,266 10.26 67.62
4 Aceh 43,885 63,538 53,347 50,006 51,439 52,443 6.03 73.64
5 Jawa Barat 32,921 60,257 55,823 56,166 47,426 50,519 5.80 79.45
6 DI Yogyakarta 34,998 40,278 38,244 32,795 36,033 36,470 4.19 83.64
7 Sulawesi Selatan 29,125 41,279 35,711 33,716 29,938 33,954 3.90 87.54
8 Sumatera Selatan 7,305 13,702 11,664 13,710 12,162 11,709 1.35 88.88
9 Sumatera Utara 11,647 14,206 9,439 11,426 5,419 10,427 1.20 90.08
10 Lainnya 76,097 114,990 82,198 86,096 72,178 86,312 9.92 100.00
Indonesia 775,710 974,512 907,031 851,286 843,153 870,338 100.00
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
Share (%)
Share
kumulatif
(%)
No ProvinsiProduksi (Ton) Rata-rata
(Ton)
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Kontribusi provinsi sentra terhadap produksi kedelai Indonesia
selama 5 (lima) tahun dapat dilihat pada Gambar 3.1.b di bawah ini.
Secara umum dapat dilihat kontribusi produksi di provinsi sentra tidak
terlalu berfluktuasi. Jawa Timur di tahun 2011 terlihat mengalami
peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Sebaliknya Jawa Tengah
sedikit menurun pada periode waktu yang sama. Provinsi-provinsi lainnya
relatif stabil selama periode 2008 – 2012 (Gambar 3.1.b)
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
2008 2009 2010 2011 2012
(%)
Jawa Timur Jawa Tengah NTB Aceh
Jawa Barat DI Yogyakarta Sulawesi Selatan Sumatera Selatan
Sumatera Utara Lainnya
Gambar 3.1.b Kontribusi provinsi sentra produksi kedelai di Indonesia,
2008 – 2012
3.2. KERAGAAN HARGA KEDELAI
Kedelai merupakan jenis tanaman yang dibudidayakan sepanjang
tahun tanpa mengenal musim. Pola panen bulanan kedelai di Indonesia
dapat dilihat pada Gambar 3.2, dimana realisasi panen kedelai di Indonesia
terjadi sepanjang tahun. Secara umum terlihat pada tahun 2011-2012,
puncak panen kedelai di Indonesia terjadi di bulan September - Oktober.
Puncak panen di bulan September tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu
sebesar 126,16 ribu ha. Selain pada bulan tersebut, walaupun ada realisasi
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23
panen kedelai namun terjadi penurunan yang cukup signifikan. Bulan
Januari tercatat merupakan bulan dimana panen merupakan yang terendah
setiap tahunnya. (Tabel 3.2).
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
( Ha)
2011 2012
Gambar 3.2. Perkembangan pola panen kedelai di Indonesia, 2011 - 2012
Kedelai merupakan komoditas palawija yang biasa ditanam setelah
petani menanam padi. Hampir di semua wilayah di Indonesia palawija
ditanam sekali setahun baik pada pertanaman kedua atau ketiga. Hal ini
dapat dilihat pada Gambar 3.2 dimana puncak panen terjadi pada periode
Subround III September – Desember. Keragaan komoditas kedelai di
Indonesia kurang begitu menggembirakan karena komoditas ini masih
harus bersaing dengan jagung dalam hal pergiliran masa tanam.
Tabel 3.2. Perkembangan pola panen kedelai bulanan di Indonesia, 2011 –
2012
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2011 34.466 50.800 54.598 48.027 57.481 48.290 34.642 50.585 126.159 80.254 20.999 15.993 622.294
2012 51.450 51.837 25.234 19.965 50.919 53.033 44.315 43.013 78.764 96.689 26.935 25.470 567.624
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
Luas Panen (Ha)TotalTahun
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Pergerakan harga kedelai di tingkat produsen secara detil dapat
dilihat pada Gambar 3.3. Harga kedelai di tingkat produsen cenderung
terus meningkat setiap tahunnya. Pada grafik terlihat harga kedelai tahun
2012 berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Pada tahun 2012, harga kedelai di tingkat petani berkisar
antara Rp. 7.300,- sampai Rp. 7.700,-. Harga tersebut meningkat dari
harga ditahun 2010 yaitu pada kisaran Rp. 6.500,- sampai Rp. 6.800,-.
(Tabel 3.3). Harga kedelai di tingkat produsen ini terlihat tidak terlalu
berfluktuasi setiap bulannya.
Tabel 3.3. Perkembangan harga produsen dan harga konsumen kedelai bulanan di Indonesia, 2010 – 2012
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1
2010 6,648 6,616 6,531 6,571 6,557 6,585 6,599 6,728 6,741 6,782 6,761 6,853
2011 7,071 7,148 7,209 7,243 7,273 7,261 7,215 7,223 7,306 7,304 7,285 7,289
2012 7,377 7,414 7,394 7,414 7,422 7,443 7,492 7,596 7,592 7,602 7,687 7,731
2
2010 8,716 8,712 8,788 8,833 8,870 8,875 8,964 8,988 8,991 9,020 9,006 9,160
2011 9,293 9,602 9,656 9,764 9,697 9,744 9,796 9,895 9,923 9,941 9,968 10,070
2012 10,019 10,032 10,063 10,132 10,131 10,157 10,205 10,553 10,599 10,643 10,613 10,648
Sumber: 1) BPS, diolah Pusdatin
Harga konsumen (Rp/kg)
No TahunBulan
Harga produsen (Rp/kg)
6,300
6,500
6,700
6,900
7,100
7,300
7,500
7,700
7,900
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Harga Produsen
2010 2011 2012
Gambar 3.3. Perkembangan harga kedelai di tingkat produsen, 2011 – 2012
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25
Perkembangan harga kedelai tingkat konsumen tahun 2010 – 2012
dapat dilihat pada Gambar 3.4. Harga tingkat konsumen ini juga tidak
banyak berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat setiap tahunnya.
Pada grafik terlihat harga kedelai tahun 2012 berada pada level yang lebih
tinggi dibandingkan tahun – tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, harga
kedelai berkisar antara Rp. 8.700,- sampai Rp. 9.100,-. Tahun 2011 kisaran
harga meningkat cukup tinggi menjadi Rp. 9.300,- sampai Rp. 10.000,-.
Kisaran harga di tahun 2012 kembali meningkat lebih tinggi yaitu menjadi
Rp. 10.000,- sampai Rp. 10.600,-.
8,300
8,800
9,300
9,800
10,300
10,800
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Harga Konsumen
2010 2011 2012
Gambar 3.4. Perkembangan harga konsumen kedelai, 2011 - 2012
Marjin harga kedelai adalah kesenjangan antara harga produsen
dan harga konsumen. Marjin harga menunjukkan seberapa besar disparitas
harga yang terjadi. Pada Gambar 3.5 terlihat Rata-rata harga produsen
berada pada kisaran Rp. 7.000,-/kg sampai Rp. 7.700,-/kg sementara harga
konsumen mencapai kisaran Rp. 9.200,-/kg sampai Rp. 10.600,-/kg pada
periode 2011-2012. Kesenjangan atau „gap‟ yang terjadi relatif stabil. Hal
ini menunjukkan daya beli petani yang juga relatif stabil. Kenaikan harga
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
produsen dan konsumen relatif seiring walaupun cenderung meningkat
pada periode waktu tersebut.
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000
8,500
9,000
9,500
10,000
10,500
11,000
Jan
11
Pe
b1
1
Mar
11
Ap
r11
Me
i11
Jun
11
Jul1
1
Agt
11
Sep
11
Okt
11
No
p1
1
De
s11
Jan
12
Pe
b1
2
Mar
12
Ap
r12
Me
i12
Jun
12
Jul1
2
Agt
12
Sep
12
Okt
12
No
p1
2
De
s12
Harga produsen Harga konsumen
Gambar 3.5. Perkembangan disparitas antara harga produsen dan harga
konsumen, 2011 - 2012
Perkembangan harga kedelai impor dapat dilihat pada Gambar 3.6
di bawah ini. Kedelai yang dimaksud adalah kedelai segar, bungkil kedelai
dan minyak kedelai. Secara umum dapat dilihat bahwa harga minyak
kedelai jauh lebih tinggi dibandingkan kedelai segar dan bungkil kedelai.
Namun demikian harga minyak kedelai cenderung menurun, sebaliknya
harga biji kedelai dan bungkil cenderung meningkat terutama pada tahun
2012. Harga minyak kedelai tertinggi tercatat US$ 1.374/mt di bulan
Januari 2011 dan terus menurun menjadi US$ 1.163/mt di akhir 2012.
Sementara harga biji kedelai tertinggi tercatat US$ 684/mt di bulan Agustus
2012 dan untuk bungkil kedelai US$ 646/mt di bulan September 2012
(Gambar 3.6).
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27
300.00
500.00
700.00
900.00
1100.00
1300.00
1500.00
Jan11 Apr11 Jul11 Okt11 Jan12 Apr12 Jul12 Okt12
($/m
T)
biji kedelai minyak kedelai bungkil kedelai
Gambar 3.6. Perkembangan harga kedelai segar, bungkil kedelai dan
minyak kedelai, 2011 - 2012
3.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN KEDELAI
3.3.1. Keragaan Ekspor Impor Kedelai Indonesia
Indonesia bukan merupakan negara produsen kedelai dunia, bahkan
merupakan negara pengimpor kedelai yang cukup tinggi. Produksi kedelai
Indonesia sebagian besar ditujukan untuk pemenuhan konsumsi dalam
negeri. Namun saat ini Indonesia telah menjadi negara pengimpor kedelai
untuk pemenuhan kebutuhan dalam negerinya. Kinerja perdagangan
kedelai terkait aktifitas ekspor impornya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini. Tabel 3.4 memuat perkembangan volume dan nilai ekspor impor total
kedelai Indonesia beserta neracanya untuk periode tahun 2008 – 2012.
Selama periode tahun 2008-2012, ekspor total kedelai Indonesia
mengalami peningkatan volume dan nilai dengan rata-rata sebesar 71,59%
dan 62,68%. Peningkatan ekspor ini lebih disebabkan karena peningkatan
ekspor yang cukup signifikan pada tahun 2012. Sementara tahun 2010
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
terjadi penurunan ekspor dari sisi volume sebaliknya meningkat dari sisi
nilainya.
Realisasi impor kedelai Indonesia jauh lebih besar dibandingkan
ekspornya dan terus mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar
15,92% (volume) dan 18,71% (nilai). Hal ini menyebabkan neraca
perdagangan kedelai Indonesia selalu mengalami defisit. Defisit neraca
perdagangan kedelai Indonesia dari tahun 2008 – 2012 cenderung
mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 15,73% (volume) dan
18,35% (nilai). Defisit neraca perdagangan terbesar pada periode ini terjadi
pada tahun 2011 yang mencapai 2,12 juta ton atau setara dengan US$ 1,28
milyar. (Tabel 3.4 dan Gambar 3.7).
Tabel 3.4. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan
komoditas kedelai, 2008 – 2012
2008 2009 2010 2011 2012
1 Ekspor
-Volume (Ton) 9,014 9,724 8,652 8,738 33,950 71.59
- Nilai (000 US$) 8,252 8,030 9,979 11,390 35,879 62.68
2 Impor
-Volume (Ton) 1,203,035 1,343,009 1,772,663 2,125,511 2,128,763 15.92
- Nilai (000 US$) 732,722 647,703 871,173 1,290,079 1,339,964 18.71
3 Neraca
-Volume (Ton) -1,194,021 -1,333,285 -1,764,011 -2,116,773 -2,094,814 15.73
- Nilai (000 US$) -724,470 -639,672 -861,194 -1,278,689 -1,304,085 18.35
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
Keterangan: Data tahun 2008 s/d 2011 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTBMI 2007
Data tahun 2012 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2012 serta revisi cakupan
terutama wujud olahan
No UraianPertumb.
(%)
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29
(1,500,000)
(1,000,000)
(500,000)
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2008 2009 2010 2011 2012(00
0 U
S$)
Ekspor Impor Neraca
Gambar 3.7. Perkembangan neraca perdagangan kedelai Indonesia,
2008 – 2012
Ekspor impor kedelai Indonesia dilakukan dalam wujud segar dan
olahan. Jika dilihat pada tahun 2012, nilai ekspor kedelai Indonesia cukup
didominasi oleh kedelai olahan 95,56%. Sementara kedelai segar hanya
4,44%. Sementara wujud kedelai yang diimpor Indonesia didominasi oleh
wujud segar. Tahun 2012, Indonesia mengimpor sebesar 97,89% kedelai
wujud segar dan hanya 2,11% saja dalam bentuk kedelai olahan.
segar4.44%
olahan95.56%
Nilai Ekspor
segar97.89%
olahan2.11%
Nilai Impor
Gambar 3.8. Kontribusi nilai ekspor – impor kedelai segar dan olahan di Indonesia, 2012
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Kode HS serta deskripsi untuk kedelai dalam wujud segar dan
olahan dalam perdagangan kedelai Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Wujud kedelai segar yang dominan diekspor oleh Indonesia ada 2 kode HS,
yaitu kedelai untuk benih dan kedelai lain-lain. Sementara kedelai wujud
olahan adalah tepung, minyak dan lemah, kecap serta minuman dari
kedelai. Data perkembangan ekspor impor menurut kode HS ini secara rinci
dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.5. Kode HS dan deskripsi kedelai segar dan olahan
Kode HS
1201100000
1201900000
1208100000
1516201100
1516202110 Dari kacang tanah, kacang kedelai minyak kelapa sawit atau kelapa
1518001400 Minyak kacang tanah, kacang kedelai, kelapa sawit atau kelapa
2103100000
2202902000
Minyak dan lemak dari kacang kedelai
Minuman susu kedelai
Kecap
Kacang kedelai benih
Lain-lain
Tepung halus dan kasar Dari kacang kedelai
Olahan
Segar
Deskripsi
Secara umum, wujud segar yang banyak diekspor tahun 2012 adalah
kedelai segar selain untuk benih. Proporsi ekspor kedelai segar ini terhadap
total nilai ekspor kedelai segar adalah mencapai 99,97%. Sementara
kedelai untuk benih hanya sebesar 0,03% saja. Diperkirakan kedelai segar
yang diekspor merupakan kedelai hitam. Demikian juga halnya keragaan
impor kedelai menurut bentuknya, dimana bentuk segar yang dominan
banyak diimpor adalah kedelai segar selain untuk benih yang persentasenya
mencapai 100%.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31
Tabel 3.6. Perkembangan ekspor, impor kedelai wujud segar dan olahan berdasarkan kode HS, 2008 - 2012
2008 2009 2010 2011 2012
1 Volume Ekspor (Ton)
Segar
1201100000 0.17 13 20 24 8
1201900000 1,025 429 365 523 2,315
Olahan
1208100000 14 56 51 59 89
2103100000 7,238 7,593 8,121 8,038 10,290
Kode HS lainnya 737 1,634 95 94 21,247
2 Nilai Ekspor (000 US$)
Segar
1201100000 0.07 2 3 26 0.47
1201900000 1,405 347 339 411 1,593
Olahan
1208100000 17 54 53 66 120
2103100000 6,657 7,491 9,522 10,841 13,760
Kode HS lainnya 173 137 62 45 20,407
3 Volume Impor (Ton)
Segar
1201100000 0.08 49,438 2,977 630 716
1201900000 1,164,934 1,265,182 1,737,528 2,087,986 2,104,913
Olahan
1208100000 11,318 6,122 4,333 4,815 2,163
2103100000 5,301 6,779 8,778 12,314 13,281
Kode HS lainnya 21,482 15,489 19,047 19,767 7,690
4 - Nilai Impor (000 US$)
Segar
1201100000 0.98 22,209 2,073 298 382
1201900000 691,508 599,072 837,964 1,245,665 1,311,311
Olahan
1208100000 6,247 3,597 2,237 2,622 4,819
2103100000 4,047 5,521 6,909 10,959 12,270
Kode HS lainnya 30,919 17,304 21,990 30,535 11,182
Sumber: BPS diolah Pusdatin
Keterangan: - Data tahun 2008 s/d 2011 menggunakan kode HS sesuai dengan
klasifikasi BTBMI 2007
- Data tahun 2012 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi
BTKI 2012 serta revisi cakupan terutama wujud olahan
No UraianTahun
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Tepung kedelai0,35%
Kecap40,13%
Kode HS lainnya59,52%
Gambar 3.9. Kedelai wujud olahan yang diekspor Indonesia, 2012
Kedelai wujud olahan yang banyak diekspor berdasarkan nilai
ekspornya pada tahun 2012 adalah berupa kecap, yaitu sekitar 40,13%.
Sementara bentuk kedelai olahan lainnya adalah tepung kedelai 0,35%
serta bentuk olahan lainnya sebesar 59,52% (Gambar 3.9). Demikian juga
bentuk olahan yang banyak diimpor adalah kecap. Tahun 2012, kecap
yang diimpor sebesar 43,40% dari total nilai impor kedelai wujud olahan.
Bentuk olahan lainnya adalah tepung kedelai dan bentuk olahan lainnya dari
kedelai masing-masing sebesar 17,05% dan 39,55% (Gambar 3.10).
Tepung kedelai17,05%
Kecap43,40%
Kode HS lainnya39,55%
Gambar 3.10. Kedelai wujud olahan yang diimpor Indonesia, 2012
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33
3.3.2. NEGARA TUJUAN EKSPOR DAN NEGARA ASAL IMPOR
KEDELAI INDONESIA
Negara tujuan ekspor kedelai Indonesia pada tahun 2012 sebagian
besar adalah ke Kolombia dan Afrika Selatan, masing-masing senilai US$
9,89 juta dan US$ 6,44 juta. Kontribusi ekspor tujuan kedua negara dari
total nilai ekspor kedelai Indonesia adalah masing-masing 27,59% dan
17,95%. Negara tujuan ekspor lainnya yang cukup besar adalah Brazil
9,04% (US$ 3,25 juta), Saudi Arabia 7,97% (US$ 2,86 juta) dan Australia
sebesar 7,61% (US$ 2,73 juta). Sementara negara lainnya berkontribusi
kurang dari 5% sebagai tujuan ekspor kedelai Indonesia (Gambar 3.11 dan
Tabel 3.7).
Kolombia27.59%
Afrika Selatan17.95%
Brazil9.04%
Saudi Arabia7.97%
Australia7.61%
Belanda4.34%
India3.96%
Malaysia3.41%
Amerika2.82%
Singapura2.34%
Lainnya12.97%
Gambar 3.11. Negara tujuan ekspor kedelai Indonesia, 2012
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Tabel 3.7. Negara tujuan ekspor kedelai Indonesia, 2012
Volume (ton) Nilai (US$ 000) Volume Nilai
1 Kolombia 9,998 9,898 29.45 27.59
2 Afrika Selatan 6,893 6,439 20.30 17.95
3 Brazil 3,500 3,245 10.31 9.04
4 Saudi Arabia 2,328 2,860 6.86 7.97
5 Australia 1,821 2,729 5.36 7.61
6 Belanda 1,694 1,558 4.99 4.34
7 India 1,743 1,422 5.14 3.96
8 Malaysia 844 1,224 2.49 3.41
9 Amerika 627 1,011 1.85 2.82
10 Singapura 614 838 1.81 2.34
11 Lainnya 3,888 4,654 11.45 12.97
Total 33,950 35,879
Sumber: BPS diolah Pusdatin
No Negara tujuanTotal ekspor Kontribusi (%)
Impor kedelai Indonesia utamanya adalah kedelai dari Amerika
yaitu 91,87%. Impor kedelai dari Amerika ini adalah dalam bentuk segar.
Negara lainnya yang merupakan negara asal impor kedelai Indonesia
adalah Malaysia (4,35%), Afrika Selatan (1,29%) dan Cina (0,57%)
(Gambar 3.12 dan Tabel 3.8).
Amerika91.87%
Malaysia4.35%
Afrika Selatan1.29%
China0.57% Lainnya
1.92%
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35
Gambar 3.12. Negara asal impor kedelai Indonesia, 2012
Tabel 3.8. Negara asal impor kedelai Indonesia, 2012
Volume (ton) Nilai (US$ 000) Volume Nilai
1 Amerika 1,989,252 1,231,084 93.45 91.87
2 Malaysia 66,866 58,240 3.14 4.35
3 Afrika Selatan 31,526 17,313 1.48 1.29
4 China 7,595 7,659 0.36 0.57
5 Lainnya 33,524 25,667 1.57 1.92
Total 2,128,763 1,339,964
Sumber: BPS diolah Pusdatin
No Negara asalTotal impor Kontribusi (%)
3.3.3. Negara Eksportir Dan Importir Kedelai Dunia
Amerika44.45%
Brazil32.10%
Argentina11.45%
Paraguay3.55%
Kanada3.00%
Negara lainnya5.46%
Gambar 3.13. Lima negara pengekspor kedelai, 2007 – 2011
5 (lima) negara besar pengekspor kedelai menurut data FAO adalah
seperti pada Gambar 3.13. Kontribusi rata-rata nilai ekspor kelima negara
ini selama tahun 2007 – 2011 mencapai 94,54% dari total nilai ekspor
dunia. Rata-rata nilai ekspor Amerika sebagai eksportir terbesar selama
periode 2007 – 2011 adalah sekitar 15,64 milyar US$, sementara Brazil,
Argentina, Paraguay dan Kanada rata-rata nilai ekspornya sekitar 11,29
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
milyar US$, 4,03 milyar US$, 1,25 milyar US$ dan 1,05 milyar US$ (Tabel
3.9). Indonesia hanya menduduki posisi ke-45 dengan kontribusi 0,003%.
Tabel 3.9 Lima negara eksportir kedelai di dunia, 2007-2011
(000 US$)
2007 2008 2009 2010 2011
Amerika 10,016,225 15,537,191 16,475,855 18,586,268 17,563,868 15,635,881 44.45 44.45
Brazil 6,709,381 10,952,197 11,424,283 11,042,996 16,327,287 11,291,229 32.10 76.54
Argentina 3,435,061 4,583,263 1,675,156 4,986,277 5,457,164 4,027,384 11.45 87.99
Paraguay 890,283 1,485,312 787,159 1,489,903 1,600,000 1,250,531 3.55 91.54
Kanada 633,907 857,548 965,290 1,367,642 1,445,843 1,054,046 3.00 94.54
Negara lainnya 1,250,850 1,717,845 1,779,866 2,221,031 2,633,359 1,920,590 5.46 100.00
Dunia 22,935,707 35,133,356 33,107,609 39,694,117 45,027,521 35,179,662
Sumber: FAO diolah Pusdatin
Share KumulatifNegaraTahun
Rata2
Sedikit berbeda pada keragaan impor dunia, rata-rata nilai impor
dari 10 (sepuluh) negara importir kedelai dunia mencakup 81,14% dari total
nilai impor dunia selama kurun waktu 2007-2011 (Gambar 3.14). China
merupakan negara pengimpor terbesar dengan kontribusi nilai impor
52,99% dari total dunia atau rata-rata sekitar 21,38 milyar US$. Besarnya
nilai impor dan kontribusi 10 negara terhadap total nilai impor dunia secara
rinci dapat dilihat pada Tabel 3.10. Untuk nilai impor kedelai global,
Indonesia menempati urutan ke-9 dengan kontribusi sebesar 1,93%
terhadap total volume impor dunia selama kurun waktu 2007-2011.
Tabel 3.10. Sepuluh negara importir kedelai (total) di dunia, 2007-2011
(000 US$)
2007 2008 2009 2010 2011
China 11,473,281 21,815,276 18,787,278 25,093,469 29,726,067 21,379,074 52.99 52.99
Jepang 1,664,355 2,374,207 1,747,466 1,832,225 1,809,748 1,885,600 4.67 57.66
Belanda 1,378,196 1,969,272 1,281,872 1,563,714 1,626,237 1,563,858 3.88 61.54
Meksiko 1,176,992 1,800,950 1,419,117 1,591,500 1,762,084 1,550,129 3.84 65.38
Jerman 1,228,375 1,853,200 1,453,719 1,489,770 1,719,775 1,548,968 3.84 69.22
Spanyol 945,078 1,711,087 1,282,523 1,389,082 1,758,877 1,417,329 3.51 72.73
Taiwan 878,545 1,165,179 1,032,716 1,188,053 1,305,980 1,114,095 2.76 75.49
Thailand 559,096 968,695 692,033 813,034 1,125,776 831,727 2.06 77.55
Indonesia 479,428 697,985 621,281 840,037 1,245,963 776,939 1.93 79.48
Italia 539,145 871,473 611,609 679,324 646,429 669,596 1.66 81.14
Negara lainnya 6,131,866 8,762,944 7,138,628 7,344,872 8,676,389 7,610,940 18.86 100.00
Dunia 26,454,357 43,990,268 36,068,242 43,825,080 51,403,325 40,348,254
Sumber: FAO diolah Pusdatin
Share KumulatifNegaraTahun
Rata2
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37
China52.99%
Jepang4.67%
Belanda3.88%
Meksiko3.84%
Jerman3.84%
Spanyol3.51%
Taiwan2.76%
Thailand2.06%
Indonesia1.93%
Italia1.66%
Negara lainnya18.86%
Gambar 3.14. Sepuluh negara pengimpor kedelai, 2007 – 2011
3.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN KEDELAI
Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) adalah indikator yang
digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan perkembangan suatu
komoditas terkait kinerja perdagangannya. Hasil perhitungan nilai ISP
kedelai segar, kedelai olahan dan kedelai total di Indonesia dapat dilihat
pada Tabel 3.11 di bawah ini.
Tabel 3.11. Indeks spesialisasi perdagangan kedelai segar, olahan dan
kedelai total di Indonesia, 2008 – 2012
2008 2009 2010 2011 2012
Kedelai Segar
Ekspor - Impor -690,104 -620,933 -839,694 -1,245,525 -1,310,100
Ekspor + Impor 692,915 621,630 840,380 1,246,401 1,313,286
ISP -0.9959 -0.9989 -0.9992 -0.9993 -0.9976
Kedelai Olahan
Ekspor - Impor -34,366 -18,740 -21,500 -33,164 6,015
Ekspor + Impor 48,059 34,104 40,772 55,068 62,556
ISP -0.7151 -0.5495 -0.5273 -0.6022 0.0962
Total Kedelai
Ekspor - Impor -724,470 -639,672 -861,194 -1,278,689 -1,304,085
Ekspor + Impor 740,974 655,733 881,152 1,301,469 1,375,843
ISP -0.9777 -0.9755 -0.9774 -0.9825 -0.9478
Sumber: BPS diolah Pusdatin
UraianTahun
(US$ 000)
(US$ 000)
(US$ 000)
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Hasil perhitungan nilai ISP seperti tercantum pada Tabel 3.11
cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Nilai ISP komoditas kedelai
secara total mempunyai nilai negatif pada kisaran sebesar -0,94 hingga -
0,98 yang berarti bahwa komoditas kedelai Indonesia mempunyai daya
saing yang sangat rendah. Komoditas kedelai berada pada tahap
pengenalan dalam perdagangan dunia atau memiliki daya saing rendah
atau Indonesia merupakan negara pengimpor kedelai. Kontribusi ekspor
kedelai Indonesia berada pada tingkatan yang rendah.
Jika dirinci berdasarkan wujudnya, perdagangan kedelai dalam
bentuk olahan terlihat lebih baik dari wujud segar. Hal ini dapat dilihat dari
nilai ISP yang cenderung meningkat setiap tahunnya, bahkan di tahun 2012
bernilai positif yang artinya komoditas tersebut pada tahap substitusi impor
dalam perdagangan dunia. Tahun 2012 daya saing kedelai olahan berada
pada posisi terkuat selama periode 2008 – 2012, dimana nilai ISP-nya
mencapai 0,096.
Berdasarkan perhitungan nilai IDR kedelai Indonesia seperti tersaji
pada Tabel 3.12 terlihat bahwa pada periode tahun 2008 – 2012 supply
kedelai Indonesia tergantung pada kedelai impor berkisar antara 57,44%
sampai 71,46%. Kondisi ini berfluktuasi dari tahun ke tahun dan pada tahun
2012 merupakan yang tertinggi. Ketergantungan pada kedelai impor ini
utamanya adalah pada jenis kedelai segar. Nilai SSR komoditas kedelai
Indonesia dari tahun 2008 hingga 2012 kurang dari 50%, yang berarti
bahwa hampir sebagian besar kebutuhan kedelai dalam negeri dipenuhi
oleh pengadaan impor.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39
Tabel 3.12. Perkembangan nilai Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR) kedelai Indonesia, 2008 – 2012
2008 2009 2010 2011 2012
1 Produksi (Ton) 775,710 974,512 907,031 851,286 843,153
2 Ekspor (Ton) 1,025 442 385 547 2,323
3 Impor (Ton) 1,164,934 1,314,620 1,740,505 2,088,616 2,105,629
4 Produksi + Impor - Ekspor 1,939,619 2,288,690 2,647,151 2,939,355 2,946,459
5 IDR (%) 60.06 57.44 65.75 71.06 71.46
6 SSR (%) 39.99 42.58 34.26 28.96 28.62
Sumber: BPS diolah Pusdatin
No UraianTahun
Berdasarkan hasil perhitungan nilai RSCA yang tersaji pada Tabel
3.13 menunjukkan bahwa komoditas kedelai Indonesia secara umum tidak
mempunyai daya saing di pasar dunia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
RSCA yang negatif bahkan hingga -0,97% pada tahun 2011.
Tabel 3.13. Indeks keunggulan komparatif (RCA) komoditas kedelai
Indonesia dalam perdagangan dunia, 2008 - 2011
2008 2009 2010 2011
1 Kedelai
Dunia 50.744.434 45.314.377 53.595.674 63.378.416
Indonesia 8.252 8.030 9.979 11.390
2 Non Migas
Dunia 13.157.364.489 10.563.721.834 12.725.891.053 14.756.917.803
Indonesia 107.894.200 97.491.700 129.739.500 162.019.600
3 Proporsi
Dunia 0,00386 0,00429 0,00421 0,00429
Indonesia 0,00008 0,00008 0,00008 0,00007
RCA 0,020 0,019 0,018 0,016
RSCA -0,96 -0,96 -0,96 -0,97
Sumber: BPS, UNComtrade diolah Pusdatin
No UraianNilai ekspor (000 US$)
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
IV. KINERJA PERDAGANGAN KENTANG
Kentang mempunyai kandungan zat karbohidrat yang tinggi, lebih
tinggi dari berbagai sumber karbohidrat yang lain seperti beras, jagung atau
gandum. Hal tersebut menjadikan kentang sebagai prioritas alternatif yang
mampu mensubstitusi kebutuhan pangan pokok masyarakat. Bahkan untuk
kalangan tertentu (misalnya penderita diabetes), kentang merupakan
makanan pokok untuk diet, karena kandungan kadar gulanya yang rendah
sehingga kentang merupakan komoditas yang penting dan mampu
berperan untuk memenuhi gizi masyarakat. Mengingat pola konsumsi
masyarakat terhadap makanan terutama di perkotaan, menjadikan kentang
sebagai menu makanan sehari-hari yang dikonsumsi bersama-sama dengan
ayam goreng. Restoran fast food dan berbagai jenis panganan juga
menggunakan kentang sebagai bahan menu utamanya. Berbagai kenyataan
tersebut semakin menegaskan besarnya kebutuhan masyarakat terhadap
kentang.
Konsumsi kentang periode 2008-2012 cenderung menurun, pada
tahun 2008, konsumsi kentang perkapita 2.028 kg/kapita, kemudian pada
tahun 2012 menjadi 1.460 kg/kapita (data Susenas, BPS). Apabila jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2012 sebesar 244.926 juta jiwa maka
kebutuhan akan kentang dalam negeri sebesar 358 ribu ton. Kebutuhan
masyarakat yang semakin banyak dan beragam ini terutama kentang french
fries, Indonesia masih tergantung pada produk impor.
4.1 SENTRA PRODUKSI KENTANG
Berdasarkan data rata-rata produksi kentang nasional tahun 2008-
2012, sentra produksi kentang di Indonesia tersebar di 6 (enam) provinsi
dengan share kumulatif produksi terhadap nasional sebesar 92,81%. Jawa
Barat merupakan sentra utama produksi kentang di Indonesia dengan share
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41
sebesar 25,57% diikuti oleh Jawa Tengah dengan share 24,63%, Sulawesi
Utara sebesar 11,91%, Sumatera Utara sebesar 11,91%, Jawa Timur
sebesar 11,08% dan Jambi sebesar 7,70%. Sementara provinsi lainnya
hanya berkontribusi 7,19 %. Secara lebih rinci sentra produksi kentang
dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan pada Lampiran 4.1.
Jabar25,57%
Jateng24,63%
Sulut11,91%
Sumut11,91%
Jatim11,08%
Jambi7,70%
Lainnya7,19%
Gambar 4.1. Provinsi sentra produksi kentang di Indonesia, 2008-2012.
Kontribusi provinsi sentra terhadap produksi kentang Indonesia
selama 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.2. Secara
umum dapat dilihat kontribusi produksi di provinsi sentra tidak terlalu
berfluktuasi. Jawa Timur di tahun 2011 terlihat mengalami peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya, demikian pula Jambi mengalami
peningkatan di tahun 2009 dan 2012. Sedangkan di provinsi lainnya sedikit
menurun selama periode 2008-2012.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00
2008 2009 2010 2011 2012
(%)
Jabar Jateng Sulut Sumut Jatim Jambi Lainnya
Gambar 4.2. Kontribusi provinsi sentra produksi kentang di Indonesia, 2008 – 2012
4.2. KERAGAAN HARGA KENTANG
Selama tiga tahun terakhir (2010-2012), pola panen bulanan kentang
di Indonesia cenderung menurun, seperti terlihat pada Gambar 4.2. Pada
tahun 2010, luas panen kentang tercatat sebesar 5.544 Ha, selanjutnya
pada tahun 2011 turun sebesar 10,00% menjadi 4.990 Ha dan pada tahun
2012 meningkat sebesar 7,74%. Apabila ditinjau pola panen bulanan maka
pada tahun 2010 san 2011, puncak panen kentang Indonesia terjadi pada
bulan Maret dan terendah terjadi pada bulan Desember setiap tahunnya.
Pola panen kentang bulanan tahun 2010 – 2012 secara rinci tersaji pada
Lampiran 4.2.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
(Ha)
2010 2011 2012
Gambar 4.3. Perkembangan pola panen kentang di Indonesia, 2010-2012
Untuk mengkaji perdagangan kentang dalam negeri yaitu dengan
melihat perkembangan harga nasional kentang di tingkat produsen,
konsumen dan di sentra produksi. Perkembangan rata-rata harga kentang
di tingkat produsen dan konsumen selama 3 tahun terakhir (2010-2012)
berfluktuasi. Perkembangan harga kentang di tingkat produsen tahun 2011
menunjukkan peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan per tahun
sebesar 0,92%, sedangkan harga kentang di tingkat produsen tahun 2012
terlihat berfluktuasi dengan kecenderungan menurun sebesar 0,004%.
Pada gambar 4.4 terlihat bahwa harga produsen kentang bulan Januari
hingga Agustus tahun 2012 berada pada level yang lebih tinggi
dibandingkan tahun 2011, dan kemudian berada pada level yang lebih
rendah pada bulan September hingga Desember. Harga produsen kentang
bulan Agustus 2011 mengalami penurunan sebesar 3,65% dari bulan
sebelumnya, sebaliknya bulan Agustus 2012 mengalami peningkatan
sebesar 1,71%. Demikian pula untuk bulan berikutnya September 2011
mengalami peningkatan sebesar 6,15% dan bulan September 2012 turun
sebesar 0,71%. Sementara di bulan Oktober berada pada tingkat harga
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
yang sama sebesar Rp.6.730,-/kg. Secara lebih rinci dapat dilihat pada
Gambar 4.4 dan pada Lampiran 4.3.
6.200
6.300
6.400
6.500
6.600
6.700
6.800
6.900
7.000
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
(Rp
/k
g)
Harga di tingkat produsen
2011 2012
Gambar 4.4. Perkembangan harga kentang di tingkat produsen,
2011 2012
Perkembangan harga konsumen kentang tahun 2011-2012 memiliki
pola yang berfluktuasi cenderung sama. Pada gambar 4.5 terlihat harga
kentang tahun 2012 berada pada level yang lebih rendah dibandingkan
tahun 2011. Harga kentang tahun 2011 cenderung naik dengan
pertumbuhan sebesar 0,64%, sedangkan tahun 2012 mengalami
penurunan sebesar 0,10%. Pada tahun 2011, harga kentang berkisar
antara Rp. 10.799,- sampai Rp.11.618,- dan pada tahun 2012 kisaran
harga kentang turun menjadi Rp. 10.832,- sampai Rp.11.318,-.
Perkembangan harga konsumen kentang tahun 2011-2012 secara rinci
disajikan pada Gambar 4.5. dan Lampiran 4.3.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45
10.500
10.750
11.000
11.250
11.500
11.750
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
(Rp
/k
g)
Harga di tingkat konsumen
2011 2012
Gambar 4.5. Perkembangan harga kentang di tingkat konsumen, 2011-2012
Apabila dilihat harga konsumen dan harga produsen kentang di
provinsi sentra tahun 2012, maka harga tertinggi terdapat di provinsi
Sumatera Utara baik harga di tingkat konsumen mencapai Rp.7.931,-/kg
maupun harga di tingkat produsen sebesar Rp. 4.421. Harga terendah di
tingkat konsumen terdapat di provinsi Jambi yaitu sebesar Rp,5.451/kg,
sedangkan harga terendah di tingkat produsen terdapat di provinsi Sulawesi
Utara dengan harga Rp. 3.398,-/kg (Gambar 4.6).
Perkembangan harga rata-rata kentang baik di tingkat produsen
maupun ditingkat konsumen di provinsi sentra selama kurun waktu tahun
2008-2012 menunjukan kecenderungan meningkat, sementara di provinsi
Sumatera Utara, Jawa Timur dan Jambi untuk harga konsumen mengalami
penurunan masing-masing sebesar 2,24%, 4,69% dan 4,95% (Lampiran
4.4).
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
Jabar Jateng Sulut Sumut Jatim Jambi
7261 7276 73277931
7227
5451
4195 40333398
44213985
3408
(Rp/kg)
harga konsumen Harga produsen
Gambar 4.6. Harga produsen dan konsumen kentang di provinsi sentra,
2012
Marjin harga kentang adalah selisih antara harga produsen dan
konsumen. Marjin harga menunjukkan seberapa besar disparitas harga
yang terjadi sampai ke tangan konsumen. Pada Gambar 4.4 telihat
disparitas harga kentang relatif besar, dimana rata-rata harga produsen
hanya sekitar Rp.6.670,-/kg, sedangkan harga harga konsumen mencapai
Rp. 11.087,-/kg pada periode 2011-2012. Fluktuasai harga produsen dan
konsumen selama kurun waktu tersebut relatif sama dengan
kecenderungan meningkat.
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop
2011 2012
(Rp
./K
g)
Harga produsen Harga konsumen
Gambar 4.7. Perkembangan disparitas harga kentang, 2011-2012
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47
4.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN KENTANG
4.3.1. Keragaan Ekspor Impor Kentang Indonesia
Untuk mengkaji kinerja perdagangan kentang luar negeri yaitu
dengan melihat neraca perdagangan kentang yang merupakan selisih
antara volume/nilai ekspor dengan volume/nilai impor kentang baik segar
dan olahan. Pada periode tahun 2008-2012, baik volume maupun nilai
perdagangan kentang terus mengalami defisit yang berarti bahwa volume
impor kentang lebih besar bila dibandingkan dengan volume ekspornya.
Defisit kentang terbesar dari sisi volume terjadi pada tahun 2011 yang
mencapai 112 ribu ton dengan nilai sebesar 90,30 juta. Keragaan ekspor,
impor, dan neraca perdagangan kentang Indonesia disajikan pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan kentang di Indonesia, 2008-2012
Pertumb. (%)
2008 2009 2010 2011 2012 2008-2012
1 Ekspor
- Volume (Ton) 10.979 9.225 9.376 8.366 6.922 -10,59
- Nilai (000 US$) 3.590 3.255 3.460 5.555 3.942 7,12
2 Impor
- Volume (Ton) 41.601 51.418 63.987 120.412 116.081 33,16
- Nilai (000 US$) 41.008 46.770 53.229 95.856 96.006 27,02
3 Neraca
- Volume (Ton) -30.622 -42.193 -54.611 -112.046 -109.158 42,45
- Nilai (000 US$) -37.418 -43.514 -49.769 -90.301 -92.064 28,51
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Keterangan : - Data 2008 s/d 2011 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTBMI 2007
- Data tahun 2012 menggunakan kode HS sesuai dengan BTKI 2012 serta revisi cakupan terutama
wujud olahan
No. UraianTahun
Berdasarkan Tabel 4.1., defisit neraca perdagangan kentang
cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Defisit neraca perdagangan dari
sisi volume naik sebesar sebesar 42,45% per tahun, dimana pertumbuhan
volume ekspornya turun sebesar 10,59% per tahun, sedangkan volume
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
impornya naik sebesar 33,16% per tahun. Sementara itu, defisit neraca
perdagangan dari sisi nilai juga semakin naik dari tahun ke tahun dengan
rata-rata pertumbuhan sebesar 28,51% per tahun dimana pertumbuhan
nilai ekspor dan nilai impornya masing-masing naik sebesar 7,12% dan
27,02% per tahun.
Defisit neraca perdagangan kentang terbesar pada periode ini
terjadi pada tahun 2011 yang mencapai 112,05 ribu ton atau setara dengan
US$ 90,30 juta. Hal ini disebabkan karena rendahnya nilai ekspor kentang
yang hanya sebesar US$ 5,56 juta dengan volume sebesar 8,37 ribu ton,
sementara nilai impornya mencapai US$ 120,41 juta dan volume impornya
sebesar 95,86 ribu ton. Perkembangan neraca perdagangan kentang
disajikan pada Gambar 4.8.
-100.000
-80.000
-60.000
-40.000
-20.000
0
20.000
40.000
60.000
2008 2009 2010 2011 2012
(000US$)
ekspor Impor Neraca Perdagangan
Gambar 4.8. Perkembangan neraca perdagangan kentang Indonesia, 2008-2012
Ekspor impor kentang Indonesia dilakukan dalam wujud segar dan
olahan. Nilai ekspor kentang Indonesia pada tahun 2012 didominasi oleh
kentang olahan sebesar 76,20%, sedangkan kentang segar sebesar
23,80%. Sementara wujud kentang yang diimpor Indonesia didominasi
oleh wujud segar. Tahun 2012, Indonesia mengimpor sebesar 88,91%
kentang dalam wujud segar dan 11,09% dalam bentuk kentang olahan
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49
(Gambar 4.9). Perkembangan ekspor dan impor kentang segar dan olahan
Indonesia tahun 2008 - 2012 secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4.5.
segar76,20%
olahan23,80%
nilai ekspor
segar88,91%
olahan11,09%
nilai impor
Gambar 4.9. Kontribusi nilai ekspor, impor kentang segar dan olahan, 2012
Kode HS serta deskripsi untuk kentang dalam wujud segar dan
olahan dalam perdagangan kentang Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Wujud kentang segar yang dominan diekspor oleh Indonesia ada 3 (tiga)
kode HS, yaitu kentang benih, kentang segar, dingin dan kentang beku.
Sementara kentang wujud olahan adalah tepung, tepung kasar dan bubuk
dari kentang, serpih, butir dan pelet dari kentang, pati kentang, kentang
olahan diawetkan dengan cuka, kentang irisan dan potongan dalam
kemasan kedap udara, kentang irisan dan potongan lain-lain, kentang selain
irisan dalam kemasan kedap udara dan kentang selain irisan, selain dikemas
kedap udara. Data perkembangan ekspor impor menurut kode HS ini
secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4.6.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
50 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Tabel 4.2. Kode HS dan deskripsi kentang segar dan olahan
Kode HS Deskripsi
0701100000 Kentang Benih
0701900000 Kentang segar, dingin
0710100000 Kentang beku
1105100000 Tepung, tepung kasar dan bubuk dari kentang
1105200000 Serpih, butir dan pelet dari kentang
1108130000 Pati kentang
2004100000 Kentang olahan, diawetkan dengan cuka
2005201100 Kentang Irisan dan potongan dalam kemasan kedap udara
2005201900 Kentang Irisan dan potongan lain-lain
2005209100 Kentang selain irisan dalam kemasan kedap udara
2005209900 Kentang selain irisan, selain dikemas kedap udara
Segar
Olahan
Bila dilihat lebih jauh berdasarkan kode HS (Harmony Sistem) ekspor
kentang segar tahun 2012 sebagian besar dalam wujud kentang segar,
dingin dengan kode HS 0701900000 sebesar 74,47% dari total nilai ekspor
kentang segar atau US$ 2,24 juta. Sementara kentang beku (HS
0701100000) sebesar 25,53% dan kentang benih (HS 070110000) hanya
sebesar 0,002%. Demikian pula dari sisi nilai impor, Indonesia lebih banyak
mengimpor kentang dalam wujud segar, dingin (HS 0701900000), pada
tahun 2012 nilai impor kentang segar, dingin mencapai 79,37% atau US$
31,16 juta, sedangkan kentang beku dan kentang untuk benih masing-
masing sebesar 15,15% dan 5,48% (Gambar 4.10).
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51
Kentang
Benih0,002%
Kentang
segar, dingin74,47%
Kentang beku
25,53%
Nilai Ekspor Kentang SegarKentang
Benih
5,48%
Kentang
segar, dingin79,37%
Kentang beku
15,15%
Nilai Impor Kentang Segar
Gambar 4.10. Kentang wujud segar yang diekspor dan diimpor Indonesia, 2012
Kentang wujud olahan yang banyak diekspor berdasarkan nilai
ekspornya pada tahun 2012 adalah berupa tepung, tepung kasar dan bubuk
dari kentang dan kentang olahan, diawetkan dengan cuka masing-masing
sebesar 56,18% dan 34,99% dari total ekspor kentang olahan. Sedangkan
bentuk kentang olahan lainnya adalah serpih, butir dan pelet dari kentang
sebesar 6,66%, pati kentang sebesar 1,88% serta bentuk kentang olahan
lainnya sebesar 0,30%. Sebaliknya impor kentang olahan sebagian besar
dalam bentuk kentang 2, diawetkan dengan cuka yaitu sebesar 43,55% dari
total nilai impor kentang wujud olahan. Bentuk olahan lainnya adalah Pati
kentang dan serpih, butir dan pelet dari kentang masing-masing sebesar
27,14% dan 15,92%. (Gambar 4.11). Perkembangan ekspor, impor
kentang wujud segar dan olahan berdasarkan kode HS tahun 2008 – 2012
secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4.6.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
52 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Tepung, tepung kasar dan
bubuk dari kentang
56,18%
Serpih, butir dan pelet dari
kentang6,66%
Pati kentang1,88%
Kentang 2, diawetkan
dengan cuka34,99%
Kode HS lainnya
0,30%
Nilai Ekspor Kentang OlahanTepung, tepung
kasar dan
bubuk dari kentang
0,82%
Serpih, butir dan pelet dari
kentang15,92%
Pati kentang27,14%
Kentang 2, diawetkan
dengan cuka43,55%
Kode HS lainnya
12,58%
Nilai Impor Kentang Olahan
Gambar 4.11. Kentang wujud olahan yang diekspor dan diimpor Indonesia, 2012
4.3.2. Negara Tujuan Ekspor dan Negara Asal Impor Kentang Indonesia.
Ekspor kentang baik kentang segar maupun olahan pada tahun 2012
tercatat sebesar volume 6,922 ton atau senilai US$ 3,94 juta. Sebagian
besar ekspor kentang tersebut ditujukan ke Singapura dengan nilai
mencapai 51,81% atau senilai US$ 2,04 juta disusul kemudian Malaysia
sebesar 9,14% atau US$ 360 ribu, Bangladesh 8,54% atau US$ 337 ribu
dan Jepang 8,34% atau US$ 329 ribu. Sementara negara lainnya
berkontribusi kurang dari 6% sebagai tujuan ekspor kentang Indonesia
(Gambar 4.12). Negara tujuan ekspor kentang Indonesia tahun 2012
secara rinci disajikan pada Lampiran 4.7.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 53
Singapore51,81%
Malaysia9,14%
Bangladesh8,54%
Jepang8,34%
Lainnya22,17%
Gambar 4.12. Negara tujuan ekspor kentang Indonesia, 2012
Sementara, berdasarkan negara asal impor kentang Indonesia
tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 4.13. Kontribusi nilai ekspor keenam
negara asal impor terbesar kentang Indonesia yaitu Amerika sebesar
21,35% dari total nilai impor kentang Indonesia, kemudian diikuti oleh
Belanda sebesar 17,02%, Australia sebesar 11,71 %, Belanda sebesar
11,77%, Kanada sebesar 11,29%, Jerman sebesar10,14%, Cina sebesar
6,93% dan negara lainnya sebesar 21,50%. Negara asal impor kentang
Indonesia tahun 2012 secara rinci disajikan pada Lampiran 4.8.
Amerika21,35%
Belanda17,02%
Australia11,77%
Kanada11,29%
Jerman10,14%
Cina6,93%
Lainnya21,50%
Gambar 4.13. Negara asal impor kentang Indonesia, 2012
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
54 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
4.3.3. Negara Eksportir Dan Importir Kentang Dunia Berdasarkan data dari FAO, terdapat 10 (sepuluh) negara besar
pengekspor kentang segar dan kentang beku di dunia, seperti pada Gambar
4.14. dan Gambar 4.15.
Belanda21,40%
Perancis16,65%
Jerman8,51%
Kanada5,28%
Amerika4,61%
Belgia4,51%
Mesir4,49%
Inggris4,35%
Spanyol3,06%
Cina3,05%
Negara lainnya24,10%
Negara Eksportir Kentang Segar
Gambar 4.14. Sepuluh negara pengekspor kentang segar,
2007 - 2011
Kontribusi rata-rata nilai ekspor kentang segar kesepuluh negara ini
selama tahun 2007-2011 mencapai 75,90% dari total nilai ekspor dunia.
Belanda merupakan negara eksportir kentang segar terbesar di dunia
dengan kontribusi sebesar 21,40% terhadap total nilai ekspor kentang
segar dunia yang diikuti oleh negara Perancis dengan kontribusi 16,65%,
Jerman sebesar 8,51%, Kanada sebesar 5,28%, Amerika sebesar 4,61%
dan Belgia sebesar 4,51% dan untuk negara eksportir lainnya dapat dilihat
lebih rinci pada Lampiran 4.9. Indonesia merupakan negara eksportir
kentang segar dengan urutan ke-52 dengan kontribusi hanya 0,07%
terhadap total nilai ekspor kentang dunia.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 55
Belanda26,83%
Belgia20,01%
Kanada16,47%
Amerika15,04%
Perancis6,43%
Jerman3,81%
Argentina2,40%
Polandia1,95%
Inggris1,16%
Selandia Baru1,03% Negara Lainnya
4,88%
Negara Eksportir Kentang Beku
Gambar 4.15. sepuluh negara pengekspor kentang beku, 2007-2011
Sementara itu 10 (sepuluh) negara besar pengekspor kentang beku
menurut data FAO adalah seperti pada Gambar 4.15. Kontribusi rata-rata
nilai ekspor kesepuluh negara ini selama tahun 2007-2011 mencapai
95,12% dari total nilai ekspor dunia. Bahkan kontribusi rata-rata nilai
ekspor 5 (lima) negara terbesar mencapai 84,78%. Belanda merupakan
negara eksportir kentang beku terbesar di dunia dengan kontribusi sebesar
26,83% terhadap total nilai ekspor kentang beku dunia. Kontribusi nilai
ekspor kentang beku lainnya diberikan oleh Belgia, Kanada, Amerika dan
Perancis dengan kontribusi masing-masing sebesar 20,01%, 16,47%,
15,04% dan 6,43%, secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4.10. Posisi
Indonesia pada kelompok negara eksportir kentang beku hanya menempati
urutan ke-50 dengan kontribusi hanya 0,01%.
Sementara itu, impor kentang dilakukan oleh hampir semua negara di
dunia, terdapat 10 (sepuluh) negara importir kentang segar terbesar di
dunia yang secara kumulatif memberikan kontribusi 55,78% terhadap total
nilai impor kentang segar dunia, seperti terlihat pada Gambar 4.16.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
56 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Belgia8,03% Rusia
7,60%
Spanyol7,12%
Jerman6,49%
Belanda6,38%
Itali5,68%
Inggris4,31%
Amerika4,24%
Perancis3,32%
Portugal2,61%
Negara Lainnya44,22%
Negara Importir Kentang Segar
Gambar 4.16. Negara importir kentang segar terbesar di dunia,
2007-2011
Belgia berada diperingkat pertama dengan rata-rata nilai impor
kentang segar sebesar US$ 312,89 juta pertahun atau memberikan
kontribusi sebesar 8.03%, kemudian diikuti Rusia dengan rata-rata nilai
impornya US$ 296,17 juta atau 7,60%. Spanyol merupakan importir
terbesar ketiga dengan rata-rata nilai impornya US$ 277,50 juta atau
7,12%, kemudian disusul oleh Jerman, Belanda, Itali, Inggris, Amerika,
Perancis dan Portugal masing-masing berkontribusi kurang dari 7%. seperti
terlihat pada Gambar 4.16. Sementara Indoensia hanya menduduki posisi
ke 41 dengan kontribusi sebesar 0,42%. Negara importir kentang segar
dunia tahun 2007-2011 secara rinci disajikan pada Lampiran 4.11.
Rata-rata nilai impor 10 (sepuluh) negara importir kentang beku
terbesar di dunia yang secara kumulatif memberikan kontribusi sebesar
63,93% dari total nilai impor dunia tahun 2007-2011. Amerika merupakan
negara pengimpor kentang beku terbesar di dunia dengan kontribusi nilai
impor sebesar US$ 668,21 juta dari total nilai impor dunia atau 13,53%,
yang diikuti oleh negara Inggris dengan kontribusi nilai impor US$ 468,63
juta atau 9,49% dan Perancis sebesar US$ 444,675 juta atau 9,00%.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 57
Sementara negara lainnya memberikan kontribusi sebesar 67,99% (Gambar
4.17). Negara importir kentang beku dunia tahun 2007-2011 secara rinci
disajikan pada Lampiran 4.12. Indonesia merupakan negara importir
urutan ke 40 dengan kontribusi sebesar US$ 17,76 juta atau 0,36%.
Amerika13,53%
Inggris9,49%
Perancis9,00%
Jepang7,93%
Jerman5,27%
Itali5,11%
Spanyol4,10%
Belanda3,99%
Brasil3.07%
Meksiko2,44%
Negara Lainnya36,07%
Negara Importir Kentang Beku
Gambar 4.17. Negara importir kentang beku terbesar di dunia,
2007-2011
4.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN KENTANG
Untuk mengetahui posisi atau tahapan perkembangan kentang
Indonesia dalam perdagangan dunia maka diantaranya dilakukan analisis
Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP). Hasil perhitungan nilai ISP kentang
segar, kentang olahan dan total kentang berdasarkan volume dan nilai
ekspor dan impor kentang Indonesia tahun 2008-2012 disajikan pada Tabel
4.3.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
58 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Tabel 4.3. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) kentang segar, olahan dan total kentang Indonesia, 2008 – 2012
2008 2009 2010 2011 2012
Kentang Segar
Ekspor - Impor -7.092 -10.806 -19.400 -54.929 -36.257
Ekspor + Impor 12.233 15.757 24.606 60.798 42.264
ISP -0,58 -0,69 -0,79 -0,90 -0,86
Kentang Olahan
Ekspor - Impor -30.326 -32.708 -30.369 -35.371 -55.808
Ekspor + Impor 32.365 34.268 32.084 40.614 57.684
ISP -0,94 -0,95 -0,95 -0,87 -0,97
Total Kentang
Ekspor - Impor -37.418 -43.514 -49.769 -90.301 -92.064
Ekspor + Impor 44.598 50.025 56.689 101.412 99.948
ISP -0,84 -0,87 -0,88 -0,89 -0,92
Sumber: BPS diolah Pusdatin
UraianTahun
(US$ 000)
(US$ 000)
(US$ 000)
Dari Tabel 4.3. diatas terlihat nilai ISP kentang Indonesia secara
total mempunyai nilai negatif pada kisaran sebesar -0,84 hingga -0,92 yang
berarti bahwa komoditas kentang Indonesia mempunyai daya saing yang
sangat rendah. Komoditas kentang berada pada tahap pengenalan dalam
perdagangan dunia atau memiliki daya saing rendah atau Indonesia
merupakan negara pengimpor kentang.
Bila dilihat dari ratio ketergantungan terhadap impor kentang untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia termasuk dalam katagori
yang rendah ketergantungnnya terhadap impor kentang, hal ini terlihat dari
nilai IDR tahun 2008 -2012 yang berkisar antara 3,77% hingga 11,28%.
Demikian pula bila dilihat dari sisi kemampuan produksi kentang dalam
negeri terlihat cukup baik, hal ini dapat dilihat dari SSR sekitar 90%, yang
berarti Indonesia mempunyai kemampuan untuk mememenuhi kebutuhan
kentang dalam negeri yang diandalkan dari produksi dalam negeri sebesar
90%. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 59
Tabel 4.4. IDR (Import Dependency Ratio) dan SSR (Self Sufficiency Ratio) kentang indonesia, 2008-2012
2008 2009 2010 2011 2012
1 Produksi (Ton) 1.071.543 1.176.304 1.060.805 955.488 1.094.232
2 Ekspor (Ton) 10.979 9.225 9.376 8.366 6.922
3 Impor (Ton) 41.601 51.418 63.987 120.412 116.081
4 Produksi + Impor - Ekspor 1.102.165 1.218.497 1.115.416 1.067.534 1.203.390
5 IDR (%) 3,77 4,22 5,74 11,28 9,65
6 SSR (%) 97,22 96,54 95,10 89,50 90,93
Sumber: BPS diolah Pusdatin
No UraianTahun
Dari sisi nilai ekspor, kinerja ekspor kentang Indoensia pada tahun
2008-2012 msih sangat rendah. Hal ini dinyatakan dengan nilai RSCA
(Revealead Symmetric Comparative Advantage) yang masih negatif pada
kisaran nilai -0,92% hingga 0,94% untuk periode 2008-2012, artinya
komoditas kentang Indonesia tidak memiliki daya saing di pasar dunia,
seperti tersaji pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Indeks keunggulan komparatif kentang Indonesia dalam
perdagangan dunia , 2008 - 2012
2008 2009 2010 2011
1 Kentang
Dunia 11.023.161 10.637.589 11.428.015 12.385.961
Indonesia 3.590 3.255 3.460 5.555
2 Non Migas
Dunia 13.157.364.489 10.563.721.834 12.725.891.053 14.756.917.803
Indonesia 107.894.200 97.491.700 129.739.500 162.019.600
3 Proporsi
Dunia 0,00084 0,00101 0,00090 0,00084
Indonesia 0,00003 0,00003 0,00003 0,00003
RCA 0,040 0,033 0,030 0,041
RSCA -0,92 -0,94 -0,94 -0,92
Sumber: BPS, UNComtrade diolah Pusdatin
No UraianNilai ekspor (000 US$)
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
60 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Lampiran 4.1. Perkembangan produksi kentang di provinsi sentra di Indonesia, 2008-2012
Share
2008 2009 2010 2011 2012 (%)
1 Jawa Barat 292.253 320.542 275.101 220.155 261.967 274.004 25,57 25,57
2 JawaTengah 263.147 288.654 265.123 250.404 252.607 263.987 24,63 50,20
3 Sulawesi Utara 139.018 142.109 126.210 114.548 116.415 127.660 11,91 62,11
4 Sumatera Utara 130.296 129.587 126.203 123.078 128.965 127.626 11,91 74,02
5 JawaTimur 105.058 125.886 115.423 85.521 162.039 118.785 11,08 85,11
6 Jambi 58.905 94.368 84.794 89.102 85.535 82.541 7,70 92,81
7 Lainnya 82.866 75.158 67.951 72.680 86.705 77.072 7,19 100,00
1.071.543 1.176.304 1.060.805 955.488 1.094.232 1.071.674 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura, diolah Pusdatin
Indonesia
Share
Kumulatif
(%)
No. ProvinsiProduksi (Ton)
Rata-rata
Lampiran 4.2. Perkembangan pola panen kentang bulanan di Indonesia, 2010-2012
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2010 5.781 7.035 7.552 5.601 7.361 5.465 5.745 5.212 5.498 4.816 4.195 2.271 5.544
2011 6.469 5.422 4.916 4.820 5.762 6.614 5.208 4.763 4.539 4.013 4.416 2.940 4.990
2012 5.808 6.853 6.281 5.140 6.188 5.885 6.201 5.291 4.954 4.427 4.715 2.776 5.377
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
TahunLuas Panen (Ha)
Total
Lampiran 4.3. Perkembangan harga produsen dan konsumen kentang bulanan di Indonesia, 2010-2012
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1
2010 6.101 6.036 6.013 6.007 6.063 6.105 6.346 6.340 6.342 6.152 6.166 6.065 -0,04
2011 6.265 6.498 6.566 6.498 6.541 6.540 6.659 6.417 6.811 6.732 6.863 6.905 0,92
2012 6.849 6.759 6.722 6.648 6.620 6.598 6.707 6.822 6.782 6.735 6.709 6.842 0,00
2
2010 8.239 8.079 7.739 6.839 8.214 7.243 8.729 9.055 9.810 9.346 8.269 8.679 1,07
2011 10.799 10.925 10.958 10.968 10.851 10.890 11.131 11.344 11.523 11.340 11.618 11.572 0,64
2012 11.318 11.076 10.879 10.836 10.832 10.840 11.012 11.121 11.119 10.946 11.003 11.179 -0,10
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Harga konsumen (Rp/Kg)
Rata-rata
Pertumbuhan
(%)
No. TahunBulan
Harga produsen (Rp/Kg)
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 61
Lampiran 4.4. Perkembangan harga produsen dan konsumen kentang di provinsi sentra, 2008-2012
Sumber : BPS diolah Pusdatin
Lampiran 4.5. Perkembangan ekspor dan impor kentang segar dan olahan, 2008-2012
2008 2009 2010 2011 2012
1 Volume ekspor (Ton)
- Segar 8,430 6,751 6,981 5,270 5,217 -10.51
- Olahan 2,549 2,473 2,395 3,096 1,705 -5.44
Persentase thd total (%)
- Segar 76.79 73.19 74.46 62.99 75.37
- Olahan 23.21 26.81 25.54 37.01 24.63
2 Nilai ekspor (US$ 000)
- Segar 2,570 2,475 2,603 2,934 3,004 4.14
- Olahan 1,020 780 857 2,621 938 31.98
Persentase thd total (%)
- Segar 71.60 76.04 75.22 52.82 76.20
- Olahan 28.40 23.96 24.78 47.18 23.80
3 Volume impor (Ton)
- Segar 13,114 18,776 32,084 92,864 58,141 66.53
- Olahan 28,486 32,642 31,903 27,548 57,940 27.25
Persentase thd total (%)
- Segar 31.52 36.52 50.14 77.12 50.09
- Olahan 68.48 63.48 49.86 22.88 49.91
4 Nilai impor (US$ 000)
- Segar 9,663 13,282 22,003 57,863 39,260 58.49
- Olahan 31,345 33,488 31,226 37,993 56,746 17.78
Persentase thd total (%)
- Segar 23.56 28.40 41.34 60.36 40.89
- Olahan 76.44 71.60 58.66 39.64 59.11
No UraianTahun Pertumb. (%)
2008-2012
Sumber BPS diolah Pusdatin
Pertumbuhan Harga
2008 2009 2010 2011 2012 (%) Rata-rata
1 Jawa Barat 3,444 4,105 3,826 4,266 4,195 4.92 3,967
2 JawaTengah 3,283 4,010 3,784 4,057 4,033 3.31 3,833
3 Sulawesi Utara 3,011 3,463 3,110 3,365 3,398 4.59 3,269
4 Sumatera Utara 3,122 4,333 4,630 4,641 4,421 -2.24 4,229
5 JawaTimur 3,652 4,464 4,407 4,479 3,985 -4.69 4,197
6 Jambi 3,659 4,574 3,779 3,750 3,408 -4.95 3,834
Indonesia 4,737 5,759 9,157 6,622 6,733 -13.01 6,601
Pertumbuhan Harga
2008 2009 2010 2011 2012 (%) Rata-rata
1 Jawa Barat 4,402 5,354 6,290 8,086 7,261 9.18 6,279
2 JawaTengah 4,172 5,047 5,887 8,097 7,276 13.70 6,096
3 Sulawesi Utara 4,777 4,571 5,936 7,228 7,327 11.57 5,968
4 Sumatera Utara 4,335 6,055 7,350 9,563 7,931 6.52 7,047
5 JawaTimur 4,451 5,311 6,193 8,241 7,227 10.38 6,285
6 Jambi 4,146 5,233 5,061 6,102 5,451 4.95 5,199
Indonesia 6,761 7,906 9,468 11,160 11,014 8.28 9,262
No. ProvinsiHarga Produsen (Rp/Kg)
Harga Konsumenn (Rp/Kg)
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
62 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Lampiran 4.6. Perkembangan ekspor, impor kentang wujud segar dan olahan berdasarkan kode HS, 2008 - 2012
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 63
2008 2009 2010 2011 2012
Segar
0701100000 55,09 108 99 5 0,7
0701900000 7.958 6.320 6.772 5.117 4.936
0710100000 417 324 110 147 281
Olahan
1105100000 2.342 2.324 2.324 2.351 1.548
1105200000 52 0,4 10 0 28
1108130000 0 2 0 641 18
2004100000 4 0,1 21 58 78
Kode HS lainnya 150 147 40 46 32
Segar
0701100000 48 108 97 11 0,075
0701900000 2.340 2.160 2.426 2.579 2.237
0710100000 183 207 80 344 767
Olahan
1105100000 592 492 647 786 527
1105200000 106 1 14 0 62
1108130000 0 3 0 1.285 18
2004100000 7 0 65 304 328
Kode HS lainnya 315 283 132 247 3
Segar
0701100000 2.944 2.280 2.726 2.457 1.862
0701900000 5.345 11.727 24.204 78.419 50.190
0710100000 4.825 4.768 5.154 11.988 6.089
Olahan
1105100000 986 1.060 822 180 243
1105200000 2.973 3.995 4.761 3.540 6.041
1108130000 10.548 14.071 14.296 8.873 27.708
2004100000 11.161 10.653 11.203 13.911 22.785
Kode HS lainnya 2.819 2.864 822 1.044 1.163
Segar
0701100000 2.015 1.613 2.485 2.374 2.152
0701900000 2.880 6.689 14.591 46.412 31.159
0710100000 4.768 4.980 4.926 9.077 5.949
Olahan
1105100000 1.450 1.287 761 346 465
1105200000 4.053 5.564 6.347 5.214 9.033
1108130000 9.365 7.701 8.512 10.016 15.399
2004100000 11.788 11.065 10.940 15.788 24.711
Kode HS lainnya 4.689 7.871 4.666 6.629 7.138
Sumber: BPS diolah Pusdatin
Keterangan : - Data tahun 2008 s/d 2011 menggunakan kode HS sesuai dengan
klasifikasi BTBMI 2007
- Data tahun 2012 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi
BTKI 2012 serta revisi cakupan terutama wujud olahan
Volume Ekspor (Ton)
Volume Impor (Ton)
Nilai Impor (000 US$)
Nilai Ekspor (000 US$)
UraianTahun
Lampiran 4.7. Negara tujuan ekspor kentang Indonesia tahun 2012
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
64 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Volume (ton) Nilai (US$ 000) Volume Nilai
1 Singapore 3.172 2.042 45,82 51,81
2 Malaysia 2.031 360 29,34 9,14
3 Bangladesh 1.008 337 14,56 8,54
4 Jepang 142 329 2,05 8,34
5 Lainnya 570 874 8,23 22,17
Total 6.922 3.942
Sumber: BPS diolah Pusdatin
No. Negara tujuanTotal ekspor Kontribusi (%)
Lampiran 4.8. Negara Asal Impor kentang Indonesia tahun 2012
Volume (ton) Nilai (US$ 000) Volume Nilai
1 Amerika 18.638 20.500 16,06 21,35
2 Belanda 27.361 16.343 23,57 17,02
3 Australia 15.202 11.302 13,10 11,77
4 Kanada 13.513 10.835 11,64 11,29
5 Jerman 10.102 9.733 8,70 10,14
6 Cina 11.851 6.655 10,21 6,93
9 Lainnya 19.414 20.638 16,72 21,50
Total 116.081 96.006
Sumber: BPS diolah Pusdatin
No. Negara AsalTotal Impor Kontribusi (%)
Lampiran 4.9. Negara eksportir kentang segar dunia tahun 2007 – 2011
(000 US$)
2007 2008 2009 2010 2011
Belanda 718.850 676.915 670.235 789.735 1.007.472 772.641 21,40 21,40
Perancis 682.552 545.724 478.477 613.074 684.868 600.939 16,65 38,05
Jerman 294.970 266.273 265.869 306.905 402.628 307.329 8,51 46,56
Kanada 169.349 206.895 174.652 172.606 229.488 190.598 5,28 51,84
Amerika 134.024 162.132 148.886 165.005 221.540 166.317 4,61 56,45
Belgia 179.254 155.878 143.541 152.667 183.059 162.880 4,51 60,96
Mesir 108.092 176.148 145.406 129.562 250.654 161.972 4,49 65,44
Inggris 163.192 144.827 126.508 158.290 191.871 156.938 4,35 69,79
Spanyol 108.898 133.810 112.258 98.460 98.798 110.445 3,06 72,85
Cina 80.577 81.698 112.237 104.272 171.435 110.044 3,05 75,90
Negara lainnya 767.165 866.813 679.634 929.347 1.107.578 870.107 24,10 100,00
Dunia 3.406.923 3.417.113 3.057.703 3.619.923 4.549.391 3.610.211
Sumber: FAO diolah Pusdatin
NegaraTahun
Rata2 Share Kumulatif
Lampiran 4.10. Negara eksportir kentang beku dunia tahun 2007 – 2011
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 65
(000 US$)
2007 2008 2009 2010 2011
Belanda 1.384.162 1.355.672 1.311.693 1.262.891 1.460.437 1.354.971 26,83 26,83
Belgia 863.225 904.840 977.889 1.034.062 1.273.388 1.010.681 20,01 46,84
Kanada 812.073 848.616 849.279 802.791 847.035 831.959 16,47 63,32
Amerika 599.464 711.864 731.422 820.192 933.618 759.312 15,04 78,35
Perancis 350.221 291.186 284.144 306.325 390.826 324.540 6,43 84,78
Jerman 183.723 187.946 192.322 191.630 205.456 192.215 3,81 88,59
Argentina 89.978 110.996 103.565 134.232 165.978 120.950 2,40 90,98
Polandia 82.921 91.552 89.318 101.921 125.643 98.271 1,95 92,93
Inggris 61.115 77.750 53.372 46.937 54.330 58.701 1,16 94,09
Selandia Baru 50.558 45.905 49.293 60.944 52.975 51.935 1,03 95,12
Negara Lainnya 208.987 203.935 225.317 249.298 345.017 246.511 4,88 100,00
Dunia 4.686.427 4.830.262 4.867.614 5.011.223 5.854.703 5.050.046
Sumber : FAO diolah Pusdatin
Negara Rata-rata Share KumulatifTahun
Lampiran 4.11. Negara Importir kentang segar dunia tahun 2007 - 2011
(000 US$)
2007 2008 2009 2010 2011
Belgia 335.153 286.145 280.245 298.089 364.821 312.891 8,03 8,03
Rusia 107.197 223.963 147.955 272.861 728.890 296.173 7,60 15,63
Spanyol 298.203 272.285 307.686 248.088 261.228 277.498 7,12 22,75
Jerman 261.642 251.450 230.965 237.133 282.921 252.822 6,49 29,24
Belanda 241.503 252.082 185.772 233.054 330.262 248.535 6,38 35,62
Itali 224.907 209.741 189.579 232.713 249.473 221.283 5,68 41,29
Inggris 207.811 233.761 132.434 119.340 146.628 167.995 4,31 45,61
Amerika 141.017 186.736 155.723 148.046 194.725 165.249 4,24 49,85
Perancis 168.838 160.441 101.701 107.880 107.799 129.332 3,32 53,17
Portugal 117.605 98.546 73.958 99.496 119.856 101.892 2,61 55,78
Mesir 60.889 67.299 106.587 108.283 126.475 93.907 2,41 58,19
Kanada 76.629 91.574 86.813 88.858 123.806 93.536 2,40 60,59
Algeria 115.667 93.631 86.960 74.428 80.511 90.239 2,32 62,91
Yunani 76.236 84.205 93.953 67.565 107.057 85.803 2,20 65,11
Polandia 84.849 42.830 43.527 63.792 103.702 67.740 1,74 66,85
Malaysia 45.738 48.099 52.533 65.046 71.681 56.619 1,45 68,30
Emirate Arab 58.869 52.602 13.058 111.196 14.332 50.011 1,28 69,58
Lebanon 53.572 49.678 41.800 48.313 51.175 48.908 1,26 70,84
Negara Lainnya 1.093.915 1.028.806 953.373 1.134.825 1.471.187 1.136.421 29,16 100,00
Dunia 3.770.240 3.733.874 3.284.622 3.759.006 4.936.529 3.896.854
Sumber : FAO diolah Pusdatin
Share KumulatifNegaraTahun
Rata-rata
Lampiran 4.12. Negara importir kentang beku dunia tahun 2007 - 2011
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
66 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
(000 US$)
2007 2008 2009 2010 2011
Amerika 631.521 679.587 675.464 654.911 699.573 668.211 13,53 13,53
Inggris 443.091 491.332 441.769 432.877 534.064 468.627 9,49 23,01
Perancis 455.522 419.702 424.154 418.589 505.406 444.675 9,00 32,01
Jepang 310.573 364.201 390.638 427.461 465.131 391.601 7,93 39,94
Jerman 217.086 269.646 287.969 252.822 274.199 260.344 5,27 45,21
Itali 226.382 236.461 239.943 260.504 297.822 252.222 5,11 50,32
Spanyol 193.706 181.269 199.230 205.693 233.946 202.769 4,10 54,42
Belanda 109.594 115.950 240.958 248.559 269.701 196.952 3,99 58,41
Brasil 86.899 120.726 124.415 211.058 215.754 151.770 3,07 61,48
Meksiko 119.261 128.907 109.695 118.001 127.720 120.717 2,44 63,93
Saudi Arabia 93.269 83.181 54.478 109.731 163.685 100.869 2,04 65,97
Kanada 67.122 80.122 80.556 108.853 102.404 87.811 1,78 67,75
Australia 50.350 85.835 69.992 69.620 142.481 83.656 1,69 69,44
Irlandia 88.205 84.804 79.602 68.541 76.590 79.548 1,61 71,05
Yunani 91.123 79.562 76.028 69.161 73.101 77.795 1,57 72,62
Belgia 55.683 70.409 59.270 86.842 116.174 77.676 1,57 74,20
Cina 53.948 57.612 44.825 73.548 104.806 66.948 1,36 75,55
Negara Lainnya 1.063.054 1.152.200 1.153.504 1.230.269 1.439.626 1.207.731 24,45 100,00
Dunia 4356389 4701506 4752490 5047040 5842183 4.939.922
Sumber : FAO diolah Pusdatin
Share KumulatifNegaraTahun
Rata-rata
V. KINERJA PERDAGANGAN JERUK
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 67
Jeruk merupakan sumber vitamin C yang sangat bermanfaat untuk
kita dan merupakan salah satu komoditas yang banyak disukai masyarakat.
Jeruk selain bisa di konsumsi langsung, namun bisa juga diolah menjadi
berbagai makanan dan minuman. Jenis jeruk lokal yang banyak
dibudidayakan di Indonesia diantaranya adalah jeruk siam.
Buah jeruk mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan dan
merupakan salah satu buah unggulan nasional karena banyak dikonsumsi
oleh penduduk baik dalam negeri maupun luar negri dengan harga yang
terjangkau dan baik untuk kesehatan. Potensi jeruk yang cukup bagus perlu
diikuti dengan sistem pemasaran yang baik untuk meningkatkan nilai
tambah produk jeruk itu sendiri.
Analisis berikut akan mengulas kinerja perdagangan komoditas jeruk
berdasarkan atas data yang dipublikasikan oleh Direktorat Jenderal
Hortikultura Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS),
Kementerian Perdagangan, FAO dan Uncomtrade.
5.1 SENTRA PRODUKSI JERUK
Produksi jeruk di Indonesia adalah jeruk siam/keprok dan jeruk besar.
Berdasarkan rata-rata produksi jeruk tahun 2008 – 2012, terdapat lima
provinsi sentra jeruk dengan kontribusi kumulatif mencapai 73,12%
terhadap total produksi jeruk Indonesia. Provinsi Sumatera Utara
merupakan produsen jeruk terbesar dengan persentase kontribusi mencapai
32,98% dari total produksi jeruk Indonesia (Gambar 5.1). Berikutnya adalah
Provinsi Jawa Timur dan Sulawesi Barat yang masing-masing memberikan
kontribusi produksi sebesar 18,97% dan 7,82%. Provinsi Kalimantan Barat
dan Bali berada pada urutan berikutnya yang menyumbang produksi jeruk
Indonesia sebesar 7,78% dan 5,57%. Produksi jeruk Indonesia tahun 2012
adalah 1,61 juta ton, sementara untuk jenis jeruk siam/keprok produksinya
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
68 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
sebesar 1,50 juta ton. Secara rinci data provinsi sentra produksi jeruk di
Indonesia disajikan pada Tabel 5.1.
32.98%
18.97%
7.82%
7.78%
5.57%
26.88%
Sumatera Utara Jawa Timur Sulawesi Barat
Kalimantan Barat Bali Lainnya
Gambar 5.1.a Provinsi sentra produksi jeruk di Indonesia, 2008 – 2012
Tabel 5.1. Produksi jeruk di provinsi sentra di Indonesia, 2008 – 2012
Share
2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata (%)
1 Sumatera Utara 858,508 728,796 788,748 579,471 362,250 663,555 32.98 32.98
2 Jawa Timur 520,864 378,923 289,592 328,100 390,388 381,573 18.97 51.95
3 Sulawesi Barat 301,483 157,484 115,438 141,682 70,903 157,398 7.82 59.77
4 Kalimantan Barat 181,793 170,201 146,690 110,640 172,944 156,454 7.78 67.55
5 Bali 71,232 162,916 97,524 99,156 129,669 112,099 5.57 73.12
6 Provinsi Lainnya 533,752 533,448 590,912 559,900 485,614 540,725 26.88 100.00
Indonesia 2,467,632 2,131,768 2,028,904 1,818,949 1,611,768 2,011,804 100.00
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, diolah Pusdatin
No. ProvinsiProduksi (Ton) Kumulatif
(%)
Kontribusi provinsi sentra terhadap produksi jeruk Indonesia selama
5 (lima) tahun dapat dilihat pada Gambar 5.1.b di bawah ini. Terlihat
bahwa pangsa produksi jeruk di provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010
merupakan yang tertinggi, namun mengalami penurunan pada tahun-tahun
berikutnya. Di provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 terlihat mengalami
peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara Sulawesi Barat
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 69
menunjukkan tedensi penurunan pada periode 2008 - 2012. Provinsi-
provinsi lainnya berfluktuasi selama periode 2008 – 2012 (Grafik 5.1.b)
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
2008 2009 2010 2011 2012
(%)
Sumatera Utara Jawa Timur Sulawesi Barat
Kalimantan Barat Bali Provinsi Lainnya
Gambar 5.1.b Perkembangan pangsa produksi jeruk di provinsi sentra,
2008 – 2012
5.2 KERAGAAN HARGA JERUK
Pergerakan harga jeruk sangat dipengaruhi oleh perkembangan
produksinya. Pola panen triwulanan jeruk di Indonesia dapat dilihat pada
Gambar 5.2. Berdasarkan keragaan data tahun 2008 dan 2012, puncak
panen jeruk pada tahun 2008 cukup tinggi terjadi pada triwulan 2 hampir
sebesar 60.000 ha begitu juga untuk tahun 2012 terjadi pada triwulan 2.
Sementara untuk tahun 2009, pola panen jeruk meningkat setiap triwulan
dan mencapai puncaknya pada triwulan 4 yaitu sebesar 48,68 ribu ha
(Gambar 5.2). Pada tahun 2010 dan 2011 puncak panen jeruk terjadi pada
triwulan 3, dengan masing-masing sebesar 45,58 ribu ha dan 39,54 ribu ha.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
70 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
I II III IV
Lua
s P
an
en
(H
a)
2008 2009 2010 2011 2012
Gambar 5.2. Perkembangan Luas Panen Jeruk Siam Per Triwulan, 2008 -2012
Perkembangan harga produsen jeruk di Indonesia selama periode
2010 – 2012 menunjukkan kecenderungan meningkat walaupun dengan
peningkatan yang kecil. Pada tahun 2010 harga produsen jeruk berfluktuasi
namun menurun dengan rata-rata sebesar 0,17% yakni dari Rp.5.327,-/kg
pada bulan Januari menjadi Rp.5.208,-/kg pada bulan Desember. Untuk
tahun 2011 harga produsen jeruk meningkat 0,33% dari Rp.5.526,-/kg
menjadi Rp.5.730,-/kg. Begitu pula tahun 2012 harga produsen jeruk
meningkat sebesar 0,31% dari Rp.5.769,-/kg bulan Januari menjadi
Rp.5.969,-/kg bulan Desember dan merupakan harga jeruk produsen
tertinggi pada periode 2010-2012 (Gambar 5.3).
Perkembangan harga jeruk tingkat konsumen tahun 2010 – 2012
juga dapat dilihat pada Gambar 5.3. Harga jeruk di tingkat konsumen
terlihat terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun
2010, harga rata-rata konsumen jeruk naik sebesar 2,13% yang berkisar
antara Rp. 8.679,-/kg sampai Rp. 10.934,-/kg. Tahun 2011 kisaran harga
jeruk meningkat tidak terlalu tinggi hanya sebesar 1,03%, yakni dari Rp.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 71
10.907,-/kg sampai Rp. 12.193,-/kg. Kemudian pada tahun 2012 naik hanya
sebesar 0,49% yakni dari Rp. 12.193,-/kg pada bulan Januari menjadi Rp.
12.864,-/kg pada bulan Desember. Harga jeruk di tingkat konsumen
tertinggi pada periode 2010-2012 adalah pada bulan Nopember tahun 2012
sebesar Rp.12.931,-/kg (Gambar 5.3).
2,500
4,500
6,500
8,500
10,500
12,500
14,500
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
2010 2011 2012
(Rp/kg)
Harga Produsen Harga Konsumen
Gambar 5.3. Perkembangan harga produsen dan konsumen jeruk di Indonesia, 2010 - 2012
Marjin harga jeruk adalah kesenjangan antara harga produsen dan
harga konsumen. Peningkatan harga jeruk ditingkat konsumen yang lebih
tinggi dibandingkan dengan peningkatan harga di tingkat produsen
menyebabkan margin harga jeruk semakin melebar dari waktu ke waktu.
Pada tahun 2012 terjadi marjin yang semakin lebar antara harga di tingkat
produsen dengan harga di tingkat konsumen. Hal ini mengindikasikan
peningkatan harga jeruk di tingkat konsumen tidak dinikmati oleh petani
sebagi produsen. Perkembangan harga jeruk di tingkat produsen dan
konsumen serta margin harga produsen-konsumen jeruk di Indonesia tahun
2010 – 2012 secara rinci disajikan pada tabel 5.2.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
72 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Tabel 5.2. Perkembangan harga Produsen, harga konsumen dan margin
harga jeruk di Indonesia, 2010 – 2012
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2010 5,327 5,281 5,298 5,315 5,318 5,349 5,324 5,383 5,408 5,018 5,033 5,208 -0.17
2011 5,526 5,594 5,613 5,645 5,622 5,598 5,638 5,689 5,667 5,689 5,728 5,730 0.33
2012 5,769 5,766 5,747 5,721 5,774 5,810 5,825 5,867 5,933 5,949 5,952 5,969 0.31
2010 8,679 8,711 8,710 8,906 9,068 9,192 9,521 9,702 9,951 10,211 10,551 10,934 2.13
2011 10,907 11,010 11,254 11,121 11,450 11,497 11,844 11,895 11,999 12,215 12,240 12,193 1.03
2012 12,193 12,164 11,972 12,070 12,155 12,204 12,293 12,505 12,647 12,882 12,931 12,864 0.49
2010 3,352 3,430 3,412 3,591 3,750 3,843 4,197 4,319 4,543 5,193 5,519 5,726 5.05
2011 5,382 5,416 5,641 5,476 5,828 5,899 6,206 6,206 6,331 6,526 6,512 6,463 1.71
2012 6,424 6,398 6,226 6,349 6,380 6,394 6,468 6,638 6,714 6,933 6,979 6,895 0.66
Sumber : BPS
Tahun
Bulan Rata-rata
Pertumbuhan
(%)
Harga Produsen (Rp/kg)
Harga Konsumen (Rp/kg)
Margin Harga Produsen - Konsumen (Rp/kg)
Jika dilihat harga produsen jeruk pada tahun 2012 dengan luas panen
jeruk pada tahun yang sama, terlihat bahwa peningkatan harga produsen
jeruk dipengaruhi oleh turunnya luas panen jeruk. Peningkatan harga
produsen jeruk tersebut mulai terlihat pada triwulan III dan triwulan IV
yang dipengaruhi oleh menurunnya luas panen jeruk pada periode tersebut
(Gambar 5.4).
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
5,650
5,700
5,750
5,800
5,850
5,900
5,950
6,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV
(Rp/kg) (Ha)
Luas Panen Harga prod. (Rp/Ton)
Gambar 5.4. Perkembangan harga produsen dan luas panen jeruk siam/keprok di Indonesia, 2012
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 73
Berdasarkan data dari World Bank, harga jeruk di pasar
internasional merupakan harga eksportir Mediterania atau harga indikator
impor Uni Eropa, cif Paris. Pada periode tahun 2010 – 2012, harga jeruk
terlihat berfluktuasi. Selama periode tahun 2010 harga rata-rata bulanan
jeruk di pasar internasional berfluktuasi namun cenderung menurun dengan
penurunan sebesar 3,02% atau dari US$ 1.089/mt pada bulan Januari
menjadi sebesar US$ 724/mt pada bulan desember. Sementara untuk
periode tahun 2011 dan 2012 harga jeruk di pasar internasional berfluktuasi
namun cenderung mengalami sedikit peningkatan, masing – masing
sebesar 1,62% dan 0,84% (Gambar 5.5).
100
300
500
700
900
1.100
1.300
1.500
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
(US$/mt)
2010 2011 2012
Gambar 5.5. Perkembangan harga internasional jeruk, 2010 – 2012
5.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN JERUK
5.3.1. Keragaan Ekspor Impor Jeruk Indonesia
Kinerja perdagangan jeruk pada skala internasional didekati dari
neraca perdagangan ekspor impor jeruk. Keragaan ekspor dan impor jeruk
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
74 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Indonesia dalam bahasan ini akan diulas dalam bentuk segar dan olahan.
Perkembangan neraca perdagangan jeruk tahun 2008 – 2012 mengalami
defisit yang berarti volume dan nilai impor jeruk lebih besar dibandingkan
dengan volume dan nilai ekspornya. Defisit neraca perdagangan jeruk
terbesar terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar US$ 255,16 juta dengan
volume sebesar 257,06 ribu ton. Keragaan ekspor-impor jeruk Indonesia
secara rinci dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan
komoditas jeruk, 2008 – 2012
2008 2009 2010 2011 2012
1. Ekspor
- Volume (Ton) 1.443,21 1.310,46 1.400,06 1.084,18 1.383,84 0,68
- Nilai (000 US$) 1.610,61 2.398,76 2.087,69 1.365,41 941,14 -7,43
2. Impor
- Volume (Ton) 143.661,06 216.917,60 204.148,91 232.049,19 258.446,35 17,54
- Nilai (000 US$) 124.058,91 193.384,44 184.176,82 212.975,89 256.098,72 21,75
3. Neraca Perdagangan
- Volume (Ton) -142.217,85 -215.607,15 -202.748,85 -230.965,01 -257.062,51 17,71
- Nilai (000 US$) -122.448,29 -190.985,68 -182.089,13 -211.610,48 -255.157,58 22,03
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
No. Uraian
TahunRata-rata
pertumbuhan
2008-2012
(%)
Berdasarkan data pada Tabel 5.3 terlihat bahwa defisit neraca
perdagangan jeruk cenderung semakin tinggi dari tahun ke tahun. Defisit
neraca perdagangan pada sisi volume meningkat sebesar 17,71% per
tahun, dimana pertumbuhan volume ekspor naik sebesar 0,68% per tahun
dan volume impor naik sebesar 17,54% per tahun. Sementara defisit
neraca perdagangan dari sisi nilai naik sebesar 22,03% per tahun, di mana
pertumbuhan nilai ekspornya turun 7,43% per tahun sedangkan nilai
impornya naik 21,75% per tahun. Perkembangan neraca nilai perdagangan
jeruk dapat dilihat pada Gambar 5.6. Pada gambar 5.6 menunjukkan bahwa
defisit neraca nilai perdagangan terbesar terjadi pada tahun 2012, hal ini
disebabkan karena rendahnya nilai ekspor jeruk yang hanya sebesar US$
941,14 ribu sementara nilai impornya mencapai US$256,10 juta.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 75
-300,000
-200,000
-100,000
-
100,000
200,000
300,000
2008 2009 2010 2011 2012
(000 US$)
Nilekspor Nilimpor Neraca Perdagangan
Gambar 5.6. Perkembangan nilai ekspor, impor dan neraca perdagangan jeruk Indonesia, 2008 – 2012
Ekspor dan impor jeruk dilakukan dalam wujud segar dan olahan.
Pada tahun 2012, nilai ekspor jeruk Indonesia didominasi oleh jeruk olahan
sebesar 61,83% sedangkan jeruk segar sebesar 38,17%. Sementara wujud
jeruk yang diimpor Indonesia didominasi oleh wujud segar. Tahun 2012,
Indonesia mengimpor sebesar 92,42% jeruk wujud segar dan hanya 7,58%
saja dalam bentuk jeruk olahan.
38,17%
61,83%
Nilai Ekspor
segar olahan
92,42%
7,58%
Nilai Impor
segar olahan
Gambar 5.7. Kontribusi nilai ekspor – impor jeruk segar dan olahan di
Indonesia, 2012
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
76 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Kode HS serta deskripsi untuk jeruk dalam wujud segar dan olahan
dalam perdagangan jeruk Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.4. Wujud
jeruk segar yang diekspor oleh Indonesia ada 5 kode HS, yaitu Buah jeruk
segar, Mandarin, Grapefruit, lemon/limau dan lain-lain. Sementara jeruk
wujud olahan adalah buah jeruk dikeringkan, selai, jeli serta minuman dari
jeruk. Data perkembangan ekspor impor menurut kode HS ini secara rinci
dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.4. Kode HS dan deskripsi jeruk segar dan olahan
Kode HS Deskripsi
Segar
0805101000 Buah Jeruk-segar
0805200000 Mandarin (termasuk tangerin dan satsuma): clementine,
0805400000 Grapefruit, termasuk pomelo
0805500000 Lemon dan limau
0805900000 Lain-lain
Olahan
0805102000 Buah Jeruk-dikeringkan
2007910000Selai, jeli, pasta dari buah jeruk
2008301000Mengandung tambahan gula atau bahan pemanis lainnya atau
alkohol (buah jeruk)
2008309000 Lain-lain (buah Jeruk)
2009110000 Jus orange beku
2009120000 Jus orange Tidak baku, dengan nilai Brix. Tidak melebihi 20
2009190000 Jus orange lain-lain
2009210000 Jus grapefruit dengan nilai Brix tidak melebihi 20
2009290000 Lain-lain
2009310000 Jus buah jeruk lainnya dengan nilai Brix tidak melebihi 20
2009390000 Jus jeruk lainnya
Wujud jeruk segar yang banyak diekspor tahun 2012 adalah lemon
dan limau. Proporsi ekspor lemon dan limau ini terhadap total nilai ekspor
jeruk segar adalah 87%. Sementara untuk wujud olahannya yang banyak
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 77
diekspor berdasarkan nilai ekspornya pada tahun 2012 adalah berupa jus
orange lain (HS: 2009190000) yaitu sebesar 85,76%. Wujud jeruk segar
yang diimpor pada tahun 2012 didominasi oleh jeruk mandarin yang
presentasenya mencapai 86,10%. Sedangkan untuk wujud olahah yang
banyak diimpor adalah selai, jeli, pasta dari buah jeruk. Tahun 2012, selai,
jeli dan pasta dari buah jeruk yang diimpor adalah sebesar 51,88% dari
total nilai impor jeruk wujud olahan. Bentuk olahan lainnya adalah buah
jeruk yang dikeringkan sebesar 22,18%
Tabel 5.5. Perkembangan nilai ekspor, impor Jeruk Segar dan Olahan
berdasarkan kode HS, 2008 – 2012
2008 2009 2010 2011 2012
1
a Segar 522.582 317.008 285.992 232.556 359.199
0805101000 32.508 26.479 2.048 1.313 790
0805200000 2.378 8.539 86 695 138
0805400000 926 0 0 0 0
0805500000 369.026 138.362 47.907 42.523 312.466
0805900000 117.744 143.628 235.951 188.025 45.805
b Olahan 1.088.032 2.081.752 1.801.693 1.132.857 581.936
2008309000 106.130 25.540 21.988 10 853
2009110000 4.910 2.211 63.583 298.011 318
2009120000 48.047 0 4.891 21.078 8.094
2009190000 795.196 1.625.333 1.579.867 585.947 499.090
2009290000 99.558 418.008 109.296 207.531 63.402
Kode HS lain 34.191 10.660 22.068 20.280 10.179
2
a Segar 117.095.064 183.161.704 168.972.118 192.312.009 236.676.161
0805101000 21.634.090 15.327.574 24.371.004 25.084.956 28.635.637
0805200000 94.353.393 166.834.494 143.392.444 164.787.966 203.779.000
0805400000 421.749 218.322 191.593 331.364 255.734
0805500000 586.300 717.262 868.509 1.922.092 3.863.670
0805900000 99.532 64.052 148.568 185.631 142.120
b Olahan 6.963.842 10.222.733 15.204.698 20.663.883 19.422.558
2008309000 477.161 2.423.174 6.475.320 7.921.058 4.307.658
2009110000 1.802.660 4.355.486 5.098.859 7.414.672 10.077.262
2009120000 683.728 992.620 870.436 785.697 915.112
2009190000 1.289.141 453.295 551.634 751.000 783.010
2009290000 924.732 1.304.308 1.479.763 2.294.895 1.909.364
Kode HS lain 1.786.420 693.850 728.686 1.496.561 1.430.152Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Keterangan : Data tahun 2009 s/d 2011 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTBMI 2007 Data tahun 2012 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2012
serta revisi cakupan terutama wujud olahan
Nilai Ekspor (US$)
Nilai Impor (US$)
No UraianTahun
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
78 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
5.3.2. Negara Tujuan Ekspor dan Negara Asal Impor Jeruk Indonesia
Pada tahun 2012, total ekspor jeruk baik dalam wujud segar atau
olahan dari Indonesia yang terbesar adalah ke Malaysia sebesar 35,27%
dari total nilai ekspor jeruk Indonesia. Negara kedua terbesar adalah
Hongkong sebesar 13,72% dari total nilai ekspor jeruk Indonesia (Gambar
5.8). Negara tujuan ekspor lainnya untuk jeruk dari Indonesia memiliki
total ekspor dibawah 9% saja. Ekspor jeruk tahun 2012 menurut negara
tujuan secara rinci disajikan pada Lampiran 5.1.
35.27%
13.72%
8.80%
7.05%
6.41%
6.14%
5.31%
5.06%
12.24%
Malaysia Hong Kong Saudi Arabia
United Arab Emirates Papua New Guinea Netherlands
Solomon Islands Afghanistan lainnya
Gambar 5.8. Negara tujuan ekspor jeruk Indonesia, 2012
Asal impor jeruk didominasi oleh satu negara asal saja, yaitu Cina.
Pada tahun 2012 realisasi impor jeruk dari Cina mencapai US$ 196,78 juta
atau sebesar 76,84% dari total nilai impor jeruk Indonesia. Negara
pengimpor kedua adalah Australia yang hanya sebesar 4,38% dari total nilai
impor jeruk Indonesia. Negara asal impor jeruk Indonesia lainnya memiliki
total impor di bawah 4% saja (Gambar 5.9). Negara asal impor jeruk
Indonesia tahun 2012 secara rinci disajikan pada Lampiran 5.2
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 79
76.84%4.38%
3.56%
3.45%
3.39% 3.20% 5.18%
China Australia Pakistan Argentina United States Brazil Lainnya
Gambar 5.9. Negara asal impor jeruk Indonesia, 2012
5.3.3. Negara Eksportir dan Importir jeruk Dunia
Berdasarkan data FAO perdagangan jeruk dunia pada periode 2007 –
2011, terdapat 9 (sembilan) negara eksportir jeruk terbesar di dunia yang
secara kumulatif memberikan kontribusi sebesar 88,24% terhadap total
nilai ekspor jeruk dunia (Tabel 5.6).
Tabel 5.6. Negara eksportir jeruk terbesar dunia, 2007 – 2011
2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
1 Spanyol 1.121.818 1.236.921 1.295.716 1.226.581 1.325.456 1.241.298 32,93 32,93
2 Afrika Selatan 390.211 434.848 404.841 598.730 591.732 484.072 12,84 45,77
3 Amerika 271.151 437.537 412.000 545.156 649.551 463.079 12,28 58,05
4 Mesir 99.143 238.935 494.749 397.519 538.156 353.700 9,38 67,44
5 Belanda 262.732 213.184 200.527 249.569 197.426 224.688 5,96 73,40
6 Yunani 138.307 143.026 164.783 198.027 203.013 169.431 4,49 77,89
7 Turki 67.098 95.679 169.097 156.726 262.902 150.300 3,99 81,88
8 Maroko 104.546 195.712 114.786 119.387 123.534 131.593 3,49 85,37
9 Australia 125.924 102.711 113.664 96.953 101.403 108.131 2,87 88,24
… …
104 Indonesia 54 33 - 2 8 19 0,00 88,24
Negara lain 151.311 75.566 440.112 525.724 1.024.063 443.355 11,76 100,00
Dunia 2.732.295 3.174.152 3.810.275 4.114.374 4.529.397 3.769.668 100,00
Sumber : FAO, diolah Pusdatin
No. NegaraNilai Ekspor (000 US$) Share
(%)
Share
Kumulatif
(%)
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
80 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
32,93%
12,84%
12,28%
9,38%
5,96%
4,49%
3,99%
3,49%2,87%
11,76%
Spanyol Afrika Selatan Amerika Mesir Belanda
Yunani Turki Maroko Australia Negara Lain
Gambar 5.10. Negara eksportir jeruk terbesar di dunia, 2007 – 2011
Spanyol merupakan negara dengan rata-rata nilai ekspor terbesar
selama periode 2007 – 2011 dengan kontribusi nilai ekspor jeruk sebesar
32,93% terhadap total nilai ekspor jeruk dunia. Negara eksportir kedua dan
ketiga adalah negara Afrika Selatan dan Amerika dengan kontribusi
terhadap total nilai ekspor dunia masing-masing sebesar 12,84% dan
12,28%. Sedangkan enam negara berikutnya hanya menyumbangkan
kurang dari 10% yaitu negara Mesir, Belanda, yunani, turki, Maroko dan
Australia. Indonesia sebagai negara eksportir jeruk menempati urutan 104
dengan rata-rata nilai ekspor pada periode tahun 2007 – 2011 hanya
sebesar US$ 19 ribu per tahun dari total nilai ekspor dunia jeruk. Negara-
negara eksportir terbesar untuk komoditas jeruk selengkapnya disajikan
pada Gambar 5.10.
Bila dilihat nilai impor jeruk dunia tahun 2007 – 2011 terdapat
sepuluh negara importir jeruk terbesar di dunia yang secara kumulatif
memberikan kontribusi sekitar 56,97% terhadap total nilai impor jeruk
dunia. Namun hanya empat negara saja yang mempunyai kontribusi lebih
dari 8% terhadap total nilai impor jeruk dunia. Keempat negara tersebut
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 81
adalah Perancis, Jerman, Rusia dan Belanda. Perancis merupakan negara
yang berkontribusi terbesar yakni 8,89% terhadap total nilai impor jeruk
dunia. Selanjutnya Jerman, Rusia dan Belanda masing-masing memberikan
kontribusi sebesar 8,88%, 8,82% dan 8,81% (Tabel 5.7). Indonesia sebagai
negara importir jeruk menempati peringkat ke-40 di dunia dengan rata-rata
nilai impor tahun 2007– 2011 sebesar US$ 20,66 juta dengan kontribusi
hanya 0,46 % terhadap total nilai impor jeruk dunia. Negara-negara
importir terbesar komoditas jeruk selengkapnya disajikan pada Tabel 5.7
dan Gambar 5.11.
Tabel 5.7. Negara importir jeruk terbesar dunia, 2007 – 2011
2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
1 Perancis 376,495 437,654 390,345 426,486 367,078 399,612 8.89 8.89
2 Jerman 347,443 439,570 409,830 396,886 401,893 399,124 8.88 17.76
3 Rusia 300,146 353,844 380,662 436,389 512,110 396,630 8.82 26.58
4 Belanda 463,201 386,115 383,445 409,566 338,415 396,148 8.81 35.39
5 Inggris 255,598 232,742 199,697 211,458 222,886 224,476 4.99 40.38
6 Saudi Arabia 117,637 168,091 167,859 189,318 199,756 168,532 3.75 44.13
7 Kanada 153,123 146,074 157,183 174,220 175,744 161,269 3.59 47.72
8 Cina, Hongkong 127,303 147,569 141,835 170,364 194,647 156,344 3.48 51.19
9 Belgia 145,550 166,560 140,849 134,996 128,103 143,212 3.18 54.38
10 Korea Selatan 108,014 110,941 79,198 130,944 153,159 116,451 2.59 56.97
...
40 Indonesia 16,915 21,617 15,328 24,374 25,085 20,664 0.46 57.43
Negara lain 1,629,080 1,837,000 1,848,143 1,973,588 2,284,753 1,914,513 42.57 100.00
Dunia 4,040,505 4,447,777 4,314,374 4,678,589 5,003,629 4,496,975 100.00
Sumber : FAO, diolah Pusdatin
No. NegaraNilai Impor (000 US$) Share
(%)
Share
Kumulatif
(%)
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
82 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
8,89%8,88%
8,82%
8,81%
4,99%
3,75%3,59%
3,48%3,18%
2,59%
0,46%
42,57%
Perancis Jerman Rusia Belanda
Inggris Saudi Arabia Kanada Cina, Hongkong
Belgia Korea Selatan Indonesia Negara Lain
Gambar 5.11. Negara importir jeruk terbesar di dunia, 2007-2011
5.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN JERUK
Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk menganalisis
posisi atau tahapan perkembangan suatu komoditas terkait kinerja
perdagangannya. Hasil perhitungan nilai ISP jeruk di Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Indeks spesialisasi perdagangan (ISP) jeruk Indonesia, 2008 –
2012
2008 2009 2010 2011 2012
1 Jeruk segar
Ekspor-Impor -116.572 -182.845 -168.686 -192.079 -236.317
Ekspor+Impor 117.618 183.479 169.258 192.545 237.035
ISP -0,991 -0,997 -0,997 -0,998 -0,997
2 Jeruk olahan
Ekspor-Impor -5.876 -8.141 -13.403 -19.531 -18.841
Ekspor+Impor 8.052 12.304 17.006 21.797 20.004
ISP -0,730 -0,662 -0,788 -0,896 -0,942
3 Total Jeruk
Ekspor-Impor -122.448 -190.986 -182.089 -211.610 -255.158
Ekspor+Impor 125.670 195.783 186.265 214.341 257.040
ISP -0,974 -0,975 -0,978 -0,987 -0,993
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
Nilai (000 US$)UraianNo.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 83
Dari tabel 5.8, terlihat selama periode 2008 – 2012 komoditas jeruk
memiliki daya saing yang rendah di pasar dunia atau masih pada tahap
pengenalan. Hal ini dapat dilihat dengan nilai indeks spesialisasi
perdagangan (ISP) jeruk pada periode tersebut bernilai negatif yang
berkisar antara -0,97 hingga -0,99. Hal ini karena Indonesia masih
merupakan negara pengimpor jeruk segar.
Jika dilihat berdasarkan wujudnya, perdagangan jeruk dalam wujud
olahan terlihat lebih baik dari wujud segar. Hal ini dapat dilihat dari nilai
ISP wujud olahan yang lebih kecil dari wujud segar, walaupun nilai ISP-nya
masih di atas -0,5 yang berarti komoditas tersebut tetap masih pada tahap
pengenalan dalam perdagangan dunia. Pada periode 2008 – 2012, daya
saing jeruk olahan posisi terkuat yaitu berada pada tahun 2009, dimana
nilai ISP-nya sebesar -0.662. Sementara pada tahun 2012 untuk total jeruk,
nilai ISP-nya mencapai -0,993.
Hasil analisis IDR jeruk dari tahun 2008 hingga 2012, menunjukkan
bahwa Indonesia hanya bergantung pada Impor jeruk sebesar 5,50%
hingga 13,83%. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih merupakan
negara net import dalam mencukupi kebutuhan akan komoditas jeruk.
Sementara, kebutuhan jeruk dalam negeri telah terpenuhi dari produksi
dalam negeri sebesar 86,24% hingga 94,55% selama periode 2008 – 2012.
Nilai IDR dan SSR jeruk disajikan pada tabel 5.9.
Tabel 5.9. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR) jeruk Indonesia, 2008 - 2012
2008 2009 2010 2011 2012
Produksi (Ton) 2,467,632 2,131,768 2,028,904 1,818,949 1,611,768
Volume ekspor (Ton) 1,443 1,310 1,400 1,084 1,384
Volume impor (Ton) 143,661 216,918 204,149 232,049 258,446
Produksi - ekspor + impor 2,609,850 2,347,375 2,231,653 2,049,914 1,868,831
IDR (%) 5.50 9.24 9.15 11.32 13.83
SSR (%) 94.55 90.81 90.91 88.73 86.24
Sumber : Ditjen Hortikultura dan Badan Pusat Statistik, diolah Pusdatin
UraianTahun
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
84 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Indeks Keunggulan Komparatif atau RCA merupakan salah satu
metode yang digunakan untuk mengukur keunggulan komparatif di suatu
wilayah. Data dunia yang ada hanya terbatas pada 6 digit kode HS, kode
HS dunia yang digunakan untuk analisis komoditas jeruk ada 12 kode HS
dan dapat dilihat pada lampiran 5.3.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai RSCA yang tersaji pada Tabel
5.10 menunjukkan bahwa komoditas jeruk Indonesia tidak memiliki
keunggulan komperatif di perdagangan dunia. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai RSCA yang negatif hingga -0,987% pada tahun 2012. Dengan RSCA
yang bernilai negatif, maka dapat dikatakan bahwa produksi jeruk
Indonesia hanya digunakan untuk keperluan dalam negeri dan tidak
berperan di perdagangan dunia sehingga tidak mempunyai daya saing di
pasar global.
Tabel 5.10. Indeks keunggulan komparatif (RCA) komoditas jeruk Indonesia dalam perdagangan dunia, 2008 - 2011
No. Uraian
2008 2009 2010 2011
1 Jeruk
Dunia 16.981.991 15.879.853 17.324.667 19.571.481
Indonesia 1.611 2.399 2.088 1.365
2 Non Migas
Dunia 13.157.364.489 10.563.721.834 12.725.891.053 14.756.917.803
Indonesia 107.894.200 97.491.700 129.739.500 162.019.600
3 Dunia 0,00129068 0,00150324 0,00136137 0,00132626
Indonesia 0,00001493 0,00002460 0,00001609 0,00000843
RCA 0,012 0,016 0,012 0,006
RSCA -0,977 -0,968 -0,977 -0,987
Sumber : UNComtrade dan BPS diolah Pusdatin
Nilai Ekspor (000 US$)
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 85
Lampiran 5.1. Negara tujuan ekspor jeruk Indonesia, 2012
Volume Nilai
(Ton) (000 US$)
1. Malaysia 830,05 331,91 59,98 35,27
2. Hong Kong 86,81 129,09 6,27 13,72
3. Saudi Arabia 48,07 82,81 3,47 8,80
4. United Arab Emirates 18,01 66,40 1,30 7,05
5. Papua New Guinea 21,18 60,34 1,53 6,41
6. Belanda 16,69 57,83 1,21 6,14
7. Solomon Islands 149,04 49,98 10,77 5,31
8. Afghanistan 20,40 47,60 1,47 5,06
9. Vanuatu 27,60 35,62 1,99 3,79
10. Singapura 19,19 25,68 1,39 2,73
11. Timor Leste 88,55 25,27 6,40 2,68
12. Lainnya 58,26 28,62 4,21 3,04
1.383,84 941,14 100,00 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Pusdatin
No. Negara Tujuan
Ekspor 2012 % thd. Total Ekspor
Volume Nilai
Lampiran 5.2. Negara asal impor jeruk Indonesia, 2012
Volume Nilai
(Ton) (000 US$)
1. Cina 198.249 196.776 76,71 76,84
2. Australia 10.633 11.214 4,11 4,38
3. Pakistan 13.319 9.127 5,15 3,56
4. Argentina 11.229 8.824 4,34 3,45
5. Amerika 8.227 8.691 3,18 3,39
6. Brazil 3.668 8.189 1,42 3,20
7. Afrika Selatan 5.133 4.107 1,99 1,60
8. Mesir 4.120 2.875 1,59 1,12
9. Italia 275 1.029 0,11 0,40
10. Spanyol 798 857 0,31 0,33
11. Lainnya 2.794 4.410 1,08 1,72
258.446 256.099 100,00 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Pusdatin
No. Negara Asal
Impor 2012 % thd. Total Impor
Volume Nilai
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
86 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Lampiran 5.3. kode HS dan deskripsi jeruk di dunia
Kode HS Deskripsi
080510 Oranges, fresh or dried
080520 Mandarins(tang&sats)clementines&wilkgs &sim citrus
080540 Grapefruit, fresh or dried
080550Fresh or dried lemons "Citrus limon, Citrus limonum" and limes
"Citrus
080590 Citrus fruits, fresh or dried
200911Orange juice,unfermentd¬ spiritd,whether not sugard
sweet,frozen
200912Orange juice, unfermented, Brix value <= 20 at 20°C, whether or
not
200919Orange juice&nes,unfermentd not spiritd,whether or not sugard
or sweet
200921Grapefruit juice, unfermented, Brix value <= 20 at 20°C, whether
or no
200929Grapefruit juice, unfermented, Brix value > 20 at 20°C, whether or
not
200931Single citrus fruit juice, unfermented, Brix value <= 20 at
20°C
200939Single citrus fruit juice, unfermented, Brix value > 20 at
20°C
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 87
VI. KINERJA PERDAGANGAN KELAPA SAWIT
Sektor perkebunan telah menjadi sumber penghasil devisa bagi
Indonesia dengan kelapa sawit sebagai salah satu komoditas andalannya.
Pada tahun 2012, devisa yang dihasilkan dari ekspor kelapa sawit sebesar
US$ 19,55 milyar dari total volume ekspor sebesar 23,8 juta ton. Hal ini
menjadikan kelapa sawit merupakan peringkat pertama pada sektor
perkebunan sebagai penghasil devisa. Disamping itu, komoditas kelapa
sawit juga memberikan kontribusi lapangan kerja bagi keluarga petani,
sektor industri, sektor jasa dan sektor-sektor lainnya dalam jumlah yang
cukup besar.
Isu pemanasan global dan meningkatnya kebutuhan energi dunia
saat ini, memicu penggunaan bahan bakar alternatif selain bahan bakar
fosil yaitu dengan bahan bakar biodiesel, yang tidak terlepas dari minyak
sawit atau CPO sebagai bahan baku utamanya. Selain itu, pasar yang
banyak menyerap produk minyak sawit (CPO) dan minyak inti sawit (PKO)
adalah industri fraksinasi/ranifasi (terutama industri minyak goreng), lemak
khusus (cocoa butter substitute), margarin/shortening, oleochemical dan
sabun mandi (BPS, 2005).
Berdasarkan Angka sementara Ditjen Perkebunan, areal kelapa sawit
Indonesia tahun 2012 mencapai 9,07 juta hektar, yang terdiri dari areal
perkebunan rakyat (PR) sebesar 41,58% atau 3,77 juta hektar, perkebunan
besar swasta (PBS) sebesar 50,89% atau 4,62 juta hektar dan perkebunan
besar negara (PBN) hanya sebesar 7,53% atau 683,23 ribu hektar.
Sementara itu, produksi kelapa sawit Indonesia tahun 2012 adalah sebesar
23,52 juta ton minyak sawit mentah. Produksi kelapa sawit tersebut
sebagian besar ditujukan untuk ekspor. Volume ekspor kelapa sawit
Indonesia yang cukup besar tersebut menjadikan Indonesia negara
eksportir kelapa sawit terbesar kedua dunia setelah Malaysia.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
88 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
6.1. SENTRA PRODUKSI KELAPA SAWIT
Berdasarkan atas rata-rata produksi kelapa sawit per provinsi tahun
2008 – 2012, terdapat 7 (tujuh) provinsi sentra produksi minyak sawit
yang memberikan kontribusi lebih dari 80% terhadap total produksi minyak
sawit Indonesia, seperti tersaji pada Gambar 6.1.
Gambar 6.1. Provinsi sentra produksi minyak sawit Indonesia,
2008 – 2012
Gambar 6.1. menunjukkan bahwa provinsi-provinsi di Pulau
Sumatera mendominasi sentra produksi kelapa sawit Indonesia yakni Riau,
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jambi dan Sumatera Barat dengan
kontribusi masing-masing sebesar 28,10%, 16,33%, 9,92%, 7% dan
4,25% terhadap total produksi minyak sawit Indonesia. Selanjutnya,
provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat masing-masing
berkontribusi sebesar 9,2% dan 5,41%. Perkembangan produksi minyak
sawit di provinsi sentra di Indonesia tahun 2005 – 2009 secara rinci
disajikan pada Lampiran 6.1.
Gambar 6.2. menyajikan perkembangan pangsa produksi minyak
sawit di provinsi sentra tahun 2008 – 2012. Pangsa produksi minyak sawit
di provinsi Riau sebagai provinsi sentra terbesar di Indonesia menunjukkan
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 89
tendesi penurunan. Pangsa produksi tersebut diambil alih oleh provinsi
sentra berikutnya yang menunjukkan tendesi peningkatan.
Gambar 6.2. Perkembangan pangsa produksi minyak sawit di provinsi
sentra, 2008 – 2012
6.2. KERAGAAN HARGA KELAPA SAWIT
Untuk melihat kinerja perdagangan kelapa sawit dalam negeri
diantaranya dengan melihat perkembangan rata-rata harga kelapa sawit di
tingkat petani (harga produsen) dalam wujud Tandan Buah Segar (TBS)
dan harga perdagangan konsumen dalam wujud minyak goreng sawit.
Harga produsen TBS nasional periode bulanan tahun 2010 - 2012 secara
umum menunjukkan pola berfluktuasi, namun cenderung naik pada tahun
2010 sebesar 0,27%, dan tahun 2012 sebesar 0,05%, sedangkan tahun
2011 cenderung turun sebesar 0,07%. Secara umum, pencapaian harga
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan (Gambar 6.3 dan Lampiran
6.2).
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
90 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Gambar 6.3. Perkembangan harga produsen TBS bulanan, 2010 - 2012
Apabila mengkaitkan provinsi sentra produksi kelapa sawit pada uraian
di atas dengan rata-rata harga produsen Tandan Buah Segar (TBS) periode
2008 - 2012, menunjukkan harga di Provinsi Sumatera Utara yang
merupakan sentra pada urutan kedua memiliki rata-rata harga produsen
tertinggi yang berkisar Rp 1.214,- – 2.005,- per kg. Sedangkan di Sumatera
Barat yang merupakan provinsi sentra urutan ke-7 namun memiliki
pencapaian harga yang cukup tinggi yakni berkisar Rp 1.114,- - Rp. 1.709,-
per kg (Gambar 6.4). Perkembangan harga produsen TBS minyak sawit
Indonesia secara rinci disajikan pada Lampiran 6.3.
Gambar 6.4. Perkembangan harga produsen TBS di beberapa provinsi sentra di Indonesia, 2008 - 2012
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 91
Sementara, hasil olahan TBS hingga di tingkat konsumen adalah
dalam wujud minyak goreng sawit. Harga minyak goreng sawit bulanan
selama tahun 2008-2012 cenderung berflutuasi dari bulan ke bulan namun
mempunyai tendensi peningkatan. Rata-rata peningkatan harga minyak
goreng sawit pada tahun 2008 sebesar 0,16%, tahun 2009 sebesar 0,07%,
tahun 2010 sebesar 0,65%, tahun 2011 sebesar 0,1% dan tahun 2012
sebesar 0,02%. Pencapaian harga minyak goreng sawit juga mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, kecuali pencapaian harga pada tahun
2008 (khususnya bulan Maret s/d Agustus) di atas harga tahun 2009 – 2010
pada bulan yang sama (Gambar 6.5 dan Lampiran 6.4).
Gambar 6.5. Perkembangan harga konsumen minyak goreng sawit di
Indonesia, 2008 - 2012
Apabila disejajarkan antara data harga TBS dan minyak goreng
sawit, maka akan diperoleh margin harga dari wujud asal ke wujud
olahannya. Secara umum, perkembangan harga TBS dan minyak goreng
sawit selama periode tahun 2010 – 2012 senantiasa beriringan, sehingga
tidak ada lonjakan margin harga antara ke dua wujud tersebut (Gambar
6.6).
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
92 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Gambar 6.6. Margin harga TBS terhadap harga konsumen minyak goreng
sawit di Indonesia, 2008 – 2012
Gambar 6.7. Perkembangan harga minyak sawit dan minyak inti sawit di pasar internasional, 2011 - 2012
Di tingkat global, data harga yang dikompilasi oleh World Bank adalah
wujud minyak sawit dan minyak kernel sawit asal Malaysia yang masing-
masing dipantau di pelabuhan N.W Eropa dan pelabuhan Rotterdam.
Selama periode tahun 2011 – 2012, baik minyak sawit maupun minyak
kernel sawit cenderung mengalami penurunan harga masing-masing
sebesar 2,04% dan 3,96% (Gambar 6.7). Perkembangan harga
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 93
internasional minyak sawit dan minyak inti sawit secara rinci disajikan pada
Lampiran 6.5.
6.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN KELAPA SAWIT
Kinerja perdagangan kelapa sawit Indonesia di tingkat global dapat
didekati diantaranya dengan melihat neraca perdagangan kelapa sawit,
yaitu ekspor dikurangi impor. Perkembangan neraca perdagangan kelapa
sawit tahun 2008 – 2012 terus mengalami surplus yang berarti volume dan
nilai ekspor lebih besar dibandingkan volume dan nilai impornya.
Tabel 6.1. Perkembangan neraca perdagangan kelapa sawit Indonesia, 2008 - 2012
2008 2009 2010 2011 2012
1 Ekspor
- Volume (Ton) 18.141.004 21.669.489 20.394.174 20.972.382 23.811.342 7,48
- Nilai (000 US$) 14.110.229 11.728.840 15.413.639 19.753.190 19.560.136 10,43
2 Impor
- Volume (Ton) 11.721 24.273 48.511 24.984 7.940 28,73
- Nilai (000 US$) 13.106 16.522 43.435 30.206 14.106 21,20
3 Neraca Perdagangan
- Volume (Ton) 18.129.283 21.645.216 20.345.663 20.947.399 23.797.236 7,49
- Nilai (000 US$) 14.097.123 11.712.318 15.370.205 19.722.984 19.552.196 10,44
Sumber : BPS diolah Pusdatin
Pertumbuhan
(%)
2008 - 2012
No. UraianTahun
Tabel 6.1. menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan neraca
volume perdagangan mengalami peningkatan surplus sebesar 7,49% per
tahun dengan pertumbuhan volume ekspor naik sebesar 7,48% dan
volume impor naik sebesar 28,73% per tahun. Demikian pula pada nilai
neraca perdagangan kelapa sawit yang mengalami peningkatan surplus
sebesar 10,44% per tahun yang diikuti oleh peningkatan pertumbuhan
nilai ekspor sebesar 10,43% per tahun dan nilai impor meningkat sebesar
21,20% per tahun. Surplus neraca perdagangan kelapa sawit pada tahun
2012 mencapai US$ 19,55 milyar (Tabel 6.1 dan Gambar 6.8).
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
94 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Gambar 6.8. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan kelapa
sawit Indonesia, 2008 – 2012
Gambar 6.9. Persentase ekspor dan impor minyak sawit, inti sawit dan lain-lain di Indonesia, 2012
Wujud kelapa sawit yang diekspor selama tahun 2008 – 2012
sebagian besar atau sekitar 80% (nilai ekspor) adalah dalam bentuk minyak
sawit. Pada tahun 2012 sebesar 79,15% volume ekspor Indonesia dalam
bentuk minyak sawit dengan kontribusi nilai ekspor sebesar 90,01% atau
senilai US$ 17,61 milyar (Gambar 6.9).
Sebaliknya, volume impor kelapa sawit tahun 2012 sebesar 74,71%
adalah dalam wujud minyak inti sawit atau senilai US$ 11,1 juta.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 95
Perkembangan ekspor dan impor minyak sawit, minyak inti sawit dan lain-
lain di Indonesia tahun 2008 – 2012 secara rinci disajikan pada Lampiran
6.6.
Apabila dikaji lebih jauh berdasarkan kode HS (Harmony Sistem)
ekspor kelapa sawit tahun 2012, sebagian besar adalah dalam wujud
minyak kelapa sawit dan fraksinya, dimurnikan maupun tidak, tetapi tidak
dimodifikasi secara kimia, selain minyak mentah (HS 1511909900) sebesar
42,32% dari total nilai ekspor kelapa sawit atau senilai US$ 8,28 milyar dan
34,13% minyak sawit mentah (HS 1511100000) atau senilai US$ 6,68
milyar. Wujud lainnya dalam proporsi yang jauh lebih kecil dibandingkan
kedua wujud tersebut (Gambar 6.10). Ekspor kelapa sawit per kode HS di
Indonesia tahun 2009 secara rinci disajikan pada Lampiran 6.7.
42,32%34,13%
5,03%
4,07%3,76%3,32%
7,37%
1511909900 1511100000 1511909190 1511909200
1513299500 1513211000 Lainnya
Gambar 6.10. Persentase ekspor kelapa sawit Indonesia berdasarkan kode HS, 2012
Apabila ditinjau negara tujuan ekspor kelapa sawit Indonesia pada
tahun 2012, maka dominan ditujukan ke 7 (tujuh) negara tujuan ekspor
utama. India merupakan negara tujuan utama ekspor kelapa sawit
Indonesia tahun 2012 yang mencapai 25,55% dari total ekspor kelapa sawit
Indoensia dengan nilai ekspor sebesar US$ 5 milyar. Berikutnya adalah ke
China dengan total ekspor sebesar 15,24% (US$ 2,98 milyar), 8,85% ke
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
96 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Belanda (US$ 1,73 milyar), 7,23% ke Malaysia (US$ 1,64 milyar), 4,67% ke
Singapura (US$ 913,45 juta), ke Pakistan dan Bangladesh masing-masing
sebesar 3,71% (US$ 724,78 juta) dan 3,13% (US$ 709,62 juta) (Gambar
6.11). Negara tujuan ekspor kelapa sawit Indonesia tahun 2012 secara rinci
disajikan pada Lampiran 6.8.
25,55%
15,24%
8,85%
8,39%4,67%
3,71%
3,63%
29,96%
India China Belanda Malaysia Singapura Pakistan Bangladesh Negara Lainnya
Gambar 6.11. Negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia, 2012
Sementara, pada tahun 2012, Indonesia masih mengimpor kelapa
sawit walaupun dalam jumlah yang relatif jauh lebih kecil dibandingkan
angka ekspornya yakni sebagian besar berupa lemak dan minyak dire-
esterifikasi serta fraksinya dari buah kelapa sawit mentah (HS 1516201200)
sebesar 42,89% dari total nilai impor kelapa sawit atau senilai US$ 6,05 juta
dan 25,24% lemak dan minyak dire-esterifikasi serta fraksinya dari buah
kelapa sawit selain mentah (HS 1516201300) atau senilai US$ 3,56 juta
(Gambar 6.12). Impor kelapa sawit Indonesia yang dirinci menurut kode HS
disajikan pada Lampiran 6.9.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 97
Gambar 6.12. Persentase impor kelapa sawit Indonesia berdasarkan kode HS, 2012
Perdagangan minyak sawit di dunia tahun 2007 - 2011, berdasarkan
data FAO, terdapat 4 (empat) negara eksportir minyak sawit terbesar yang
secara kumulatif memberikan kontribusi sekitar 95,52% terhadap total nilai
ekspor minyak sawit di dunia. Malaysia dan Indonesia merupakan negara
eksportir minyak sawit terbesar pertama dan kedua di dunia yang
memberikan kontribusi masing-masing sebesar 45,28% dan 43,92%. Kedua
negara tersebut memang mendominasi pangsa pasar minyak sawit dunia.
Kontribusi negara eksportir berikutnya relatif sangat kecil yaitu Belanda
hanya sebesar 5,13% dan Papau Nugini sebesar 1,19% dari total ekspor
minyak sawit dunia (Gambar 6.13). Negara eksportir minyak sawit dunia
tahun 2003 – 2007 secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 6.10.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
98 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
45,28%
43,92%
5,13%1,19%4,48%
Malaysia Indonesia Belanda Papua Nugini Negara Lainnya
Gambar 6.13. Negara eksportir minyak sawit terbesar dunia, 2007 - 2011
Sementara, negara importir minyak sawit terbesar di dunia selama
periode tahun 2007 – 2011 didominasi oleh sebesar 10 (sepuluh) negara
yang secara kumulatif memberikan kontribusi sekitar 57,64% terhadap total
nilai impor minyak sawit di dunia. Negara-negara tersebut adalah China,
India, Belanda, Pakistan, German, Malaysia, Nigeria, Amerika Serikat, Italia
dan Mesir. China merupakan negara importir minyak sawit terbesar dengan
realisasi impor rata-rata tahun 2007 – 2011 mencapai 16,89% dari total
impor dunia atau senilai US$ 4,89 milyar per tahun, disusul India sebesar
12,75% atau US$ 3,69 milyar. Negara berikutnya mengimpor kelapa sawit
dalam nilai yang jauh lebih kecil dibandingkan kedua negara sebelumnya,
yakni Belanda ( 4,99%), Pakistan ( 5,08%), Jerman (3,76%), Malaysia
(3,23%), Nigeria (3,05%), Amerika Serikat (3,05%), Italia (2,5%), dan
Mesir (2,33%) (Gambar 6.14). Negara importir minyak sawit dunia tahun
2003 – 2007 secara rinci disajikan pada Lampiran 6.11.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 99
16,89%
12,75%
4,99%
5,08%
3,76%3,23%3,05%3,05%2,50%2,33%
42,36%
China India Belanda Pakistan
Jerman Malaysia Nigeria Amerika Serikat
Italia Mesir Negara Lainnya
Gambar 6.14. Negara importir minyak sawit terbesar dunia, 2007 – 2011
6.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN KELAPA SAWIT
Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk menganalisis
posisi atau tahapan perkembangan suatu komoditas. ISP minyak sawit,
minyak inti sawit dan lain-lain dan total kelapa sawit Indonesia dapat dilihat
pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2 menunjukkan bahwa nilai ISP kelapa sawit yang dihitung
berdasarkan nilai ekspor dan impor terlihat bernilai positif berkisar antara
0,994 s/d 1,00. Hal ini berarti bahwa komoditas kelapa sawit Indonesia
dalam wujud minyak sawit dan minyak inti sawit pada perdagangan dunia
telah berada pada tahap pematangan ekspor atau memiliki daya saing
tinggi atau sebagai negara pengekspor kelapa sawit dunia.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
100 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Tabel 6.2. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) minyak sawit, minyak inti
sawit dan lain-lain Indonesia, 2008 – 2012
2008 2009 2010 2011 2012
Minyak Sawit
Ekspor-Impor 12,370,556 10,445,438 13,431,166 17,236,254 17,602,182
Ekspor+Impor 12,380,584 10,471,691 13,506,767 17,286,241 17,608,179
ISP 0.999 0.997 0.994 0.997 1.000
Minyak Inti Sawit
Ekspor-Impor 1,420,018 1,113,670 1,725,485 2,110,593 1,502,354
Ekspor+Impor 1,427,897 1,116,789 1,729,902 2,117,161 1,524,560
ISP 0.994 0.997 0.997 0.997 0.985
Lain-lain
Ekspor-Impor 306,549 153,211 213,554 376,137 441,494
Ekspor+Impor 314,853 156,882 220,405 379,994 441,503
ISP 0.974 0.977 0.969 0.990 1.000
Total Sawit
Ekspor-Impor 14,097,123 11,712,318 15,370,205 19,722,984 19,546,030
Ekspor+Impor 14,123,335 11,745,363 15,457,074 19,783,396 19,574,242
ISP 0.998 0.997 0.994 0.997 0.999
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
Nilai (000 US$)Uraian
Sejalan dengan nilai ISP diatas maka bila dilihat dari kemampuan
produksi kelapa sawit dalam negeri terlihat cukup tinggi bahkan sebagian
besar untuk diekspor/surplus, hal ini dapat dilihat dari SSR mencapai diatas
300% (Tabel 6.3). Meskipun demikian tetap melakukan impor kelapa sawit
yang sebagian besar dalam wujud minyak kelapa sawit mentah atau
fraksinya yang di-esterifikasi walaupun dalam nilai yang sangat kecil, hal ini
terlihat dari nilai IDR tahun 2008 -2012 hanya berkisar antara 0,04%
sampai dengan 0,18%.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 101
Tabel 6.3. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR)
kelapa sawit Indonesia, 2008 – 2012
2008 2009 2010 2011 2012
1 Produksi (Ton) 21,047,746 23,189,152 26,349,744 27,715,849 28,225,285
Minyak sawit 17,539,788 19,324,293 21,958,120 23,096,541 23,521,071
Inti Sawit 3,507,958 3,864,859 4,391,624 4,619,308 4,704,214
2 Ekspor *) (Ton) 15,647,566 18,958,635 17,864,141 17,878,868 20,309,456
Minyak sawit 14,290,685 17,203,650 16,291,856 16,436,202 18,846,229
Inti Sawit 1,356,880 1,754,984 1,572,285 1,442,666 1,463,227
3 Impor *) (Ton) 10,994 22,187 48,082 24,710 7,894
Minyak sawit 8,822 21,138 46,720 23,344 1,962
Inti Sawit 2,172 1,048 1,362 1,366 5,932
4 Prod + Impor-Ekspor (Ton) 5,411,175 4,252,704 8,533,684 9,861,691 7,923,723
Minyak sawit 3,257,925 2,141,781 5,712,984 6,683,683 4,676,804
Inti Sawit 2,153,250 2,110,923 2,820,700 3,178,008 3,246,919
5 IDR (%) 0.20 0.52 0.56 0.25 0.10
Minyak sawit 0.27 0.99 0.82 0.35 0.04
Inti Sawit 0.10 0.05 0.05 0.04 0.18
6 SSR (%) 388.97 545.28 308.77 281.05 356.21
Minyak sawit 538.37 902.25 384.35 345.57 502.93
Inti Sawit 162.91 183.09 155.69 145.35 144.88Sumber : BPS dioah Pusdatin
UraianNoTahun
Indeks Keunggulan Komparatif atau RSCA (Revealed Symmetric
Comparative Advantage) merupakan salah satu metode yang digunakan
untuk mengukur keunggulan komparatif di suatu wilayah, untuk mengukur
keunggulan komparatif kelapa sawit Indonesia dalam perdagangan dunia.
Hasil analisis RSCA kelapa sawit Indonesia dapat dilihat pada Tabel 6.4.
Tabel 6.4. menunjukkan bahwa komoditas kelapa sawit Indonesia
memiliki keunggulan komperatif yang cukup besar di pasar dunia, hal ini
ditunjukkan nilai RSCA tahun 2008 -2011 diatas 94%.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
102 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Tabel 6.4. Indeks keunggulan komparatif kelapa sawit Indonesia dalam
perdagangan dunia, 2008 - 2011
2008 2009 2010 2011
Sawit Dunia 30,239,788 23,162,777 29,818,764 40,898,541
Indonesia*) 12,375,570 10,458,565 13,468,966 17,261,247
Non Migas Dunia 13,157,364,489 10,563,721,834 12,725,891,053 14,756,917,803
Indonesia 107,894,200 97,491,700 129,739,500 162,019,600
Rasio
Dunia 0.00230 0.00219 0.00234 0.00277
Indonesia 0.11470 0.10728 0.10382 0.10654
RCA 49.91 48.92 44.31 38.44
RSCA 0.96 0.96 0.96 0.95
Sumber : BPS, UnComtrade dan Trademap
Uraian LokasiNilai Ekspor (000 US$)
Seperti yang telah diulas sebelumnya, negara importir atau pasar
utama minyak sawit dunia adalah China dan India. Sementara, sebagai
negara eksportir, Indonesia bersaing dengan Malaysia dalam perdagangan
minyak sawit dunia. Berdasarkan Gambar 6.15, pasar minyak sawit di China
pada tahun 2009 dikuasai oleh Malaysia yakni mencapai 68,9% dari total
minyak sawit yang diimpor oleh China. Sementara, Indonesia hanya
menguasai 30,22%. Namun demikian, pada tahun 2012, penetrasi pasar
minyak sawit Indonesia ke China mengalami peningkatan menjadi sebesar
44,17% dari total impor kelapa sawit China, sebaliknya penetrasi pasar
minyak sawit Malaysia mengalami penurunan menjadi sebesar 55,26%. Dari
fakta tersebut, terlihat bahwa pada periode 2009 hingga 2012, Indonesia
dapat meningkatkan penetrasi pasar minyak sawitnya ke China.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 103
Gambar 6.15. Perkembangan penetrasi minyak sawit Indonesia dan Malaysia di China, 2009 dan 2012
Sebaliknya, penetrasi pasar minyak sawit Indonesia di India pada tahun
2009 cukup besar yakni mencapai 83,18% namun menurun drastis pada
tahun 2012 hingga menjadi sebesar 65,83%. Menurunnya penetrasi pasar
minyak sawit Indonesia ke India ini karena diambil alih oleh Malaysia yang
mengalami peningkatan penetrasi pasar dari 30,22% pada tahun 2009
menjadi 44,17% pada tahun 2012 (Gambar 6.16).
Gambar 6.16. Perkembangan penetrasi minyak sawit Indonesia dan Malaysia di India, 2009 dan 2012
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
104 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Lampiran 6.1. Provinsi sentra produksi kelapa sawit di Indonesia, 2008 –
2012
2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata
1 Riau 5,764,203 5,932,310 6,358,703 5,736,722 5,840,880 5,926,564 28.10 28.10
2 Sumatera Utara 2,738,279 3,158,144 3,113,006 4,071,143 4,142,085 3,444,531 16.33 44.44
3 Sumatera Selatan 1,753,212 2,036,553 2,227,963 2,203,275 2,242,649 2,092,730 9.92 54.36
4 Kalimantan Tengah 1,449,294 1,677,976 2,251,077 2,146,160 2,179,572 1,940,816 9.20 70.56
5 Jambi 1,203,430 1,265,788 1,509,560 1,684,174 1,714,684 1,475,527 7.00 61.36
6 Kalimantan Barat 845,409 862,515 1,102,860 1,434,171 1,459,835 1,140,958 5.41 75.97
7 Sumatera Barat 794,167 833,476 962,782 937,715 953,937 896,415 4.25 80.22
8 Lainnya 2,991,794 3,557,532 4,432,169 4,883,181 4,987,429 4,170,421 19.78 100.00
Indonesia 17,539,788 19,324,294 21,958,120 23,096,541 23,521,071 21,087,963 100.00
Sumber : Ditjen Perkebunan diolah PusdatinKeterangan : *) Angka sementara
Share
(%)
Share
kumulatif
(%)
No ProvinsiTahun
Lampiran 6.2. Perkembangan harga produsen tandan buah segar (TBS) dan harga perdagangan besar minyak sawit, 2000 – 2008
2010 2011 2012
1 Januari 1,093 1,198 1,218
2 Pebruari 1,086 1,228 1,230
3 Maret 1,102 1,235 1,244
4 April 1,091 1,215 1,268
5 Mei 1,093 1,220 1,293
6 Juni 1,093 1,219 1,285
7 Juli 1,113 1,207 1,267
8 Agustus 1,109 1,197 1,274
9 September 1,107 1,199 1,269
10 Oktober 1,118 1,186 1,248
11 Nopember 1,126 1,189 1,224
12 Desember 1,126 1,189 1,224
Rata-rata Indonesia 1,105 1,207 1,254
Sumber : Ditjen Perkebunan diolah PusdatinKeterangan : *) Angka sementara
No BulanTahun
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 105
Lampiran 6.3. Perkembangan harga produsen tandan buah segar (TBS) di provinsi sentra produksi, 2008 - 2012
2008 2009 2010 2011 2012 Rata
1 Riau 1,307 1,163 1,256 1,335 1,376 1,287 1.58
2 Sumatera Utara 1,214 1,356 1,578 1,865 2,005 1,603 13.44
3 Sumatera Selatan 1,083 778 1,050 1,182 1,171 1,053 4.60
4 Kalimantan Tengah 963 1,038 987 951 908 969 -1.33
5 Jambi 1,326 1,109 1,044 1,148 1,226 1,171 -1.37
6 Kalimantan Barat 906 1,032 1,080 1,121 1,165 1,061 6.56
7 Sumatera Barat 1,709 1,114 1,505 1,629 1,660 1,523 2.61
Rata-rata Indonesia 1,198 1,066 1,105 1,208 1,252 1,166 1.40
Sumber : Ditjen Perkebunan diolah PusdatinKeterangan : *) Angka sementara
No Provinsi
Pertumbuhan
2008 - 2012
(%)
Tahun
Lampiran 6.4. Perkembangan rata-rata harga konsumen minyak goreng
sawit di Indonesia, 2008 - 2012
(Rp/liter)
2008 2009 2010 2011 2012
1 Januari 12,269 12,422 12,808 14,037 14,197
2 Pebruari 12,464 12,491 12,816 14,238 14,204
3 Maret 13,120 12,538 12,880 14,253 14,286
4 April 13,071 12,639 12,934 14,131 14,400
5 Mei 13,207 12,809 12,923 14,093 14,454
6 Juni 13,394 12,775 12,922 14,113 14,459
7 Juli 13,425 12,716 12,947 14,112 14,507
8 Agustus 13,340 12,671 13,205 14,179 14,574
9 September 13,171 12,735 13,338 14,208 14,522
10 Oktober 12,927 12,624 13,365 14,145 14,461
11 Nopember 12,527 12,558 13,569 14,150 14,387
12 Desember 12,452 12,518 13,752 14,185 14,222
Rata-rata Indonesia 12,947 12,625 13,122 14,154 14,389
Sumber : Kementerian Perdagangan diolah Pusdatin
No BulanTahun
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
106 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Lampiran 6.5. Perkembangan harga palm oil dan palm kernel oil di pasar
internasional, 2011 - 2012
2011 2012 2011 2012
1 Januari 1,281 1,061 2,120 1,366
2 Pebruari 1,292 1,106 2,296 1,362
3 Maret 1,180 1,153 1,977 1,370
4 April 1,149 1,181 1,899 1,395
5 Mei 1,159 1,085 1,958 1,239
6 Juni 1,133 999 1,765 1,093
7 Juli 1,089 1,015 1,371 1,067
8 Agustus 1,083 997 1,375 1,008
9 September 1,065 967 1,268 984
10 Oktober 994 839 1,085 862
11 Nopember 1,053 813 1,298 815
12 Desember 1,027 776 1,367 762
Rata-rata 1,125 999 1,648 1,110
Sumber: Worldbank, diolah Pusdatin
Palm oil (US$/ton) Palm kernel oil (US$/ton)No Bulan
Lampiran 6.6. Perkembangan ekspor dan impor minyak sawit, minyak inti
sawit dan lain-lain, 2005 – 2009
Pertumb. (%)
2008 2009 2010 2011 2012 2005 - 2009
1 Volume Ekspor (Ton) 18,141,004 21,669,489 20,394,174 20,972,382 23,811,342 7.48
- Minyak Sawit 14,290,685 17,203,650 16,291,856 16,436,202 18,846,229 7.66
- Minyak Inti Sawit 1,356,880 1,754,984 1,572,285 1,442,666 1,463,227 3.03
- Lain-lain 2,493,439 2,710,854 2,530,032 3,093,514 3,501,886 9.38
Persentase Thd total (%)
- Minyak Sawit 78.78 79.39 79.88 78.37 79.15
- Minyak Inti Sawit 7.48 8.10 7.71 6.88 6.15
- Lain-lain 13.74 12.51 12.41 14.75 14.71
2 Nilai Ekspor (000 US$) 14,110,229 11,728,840 15,413,639 19,753,190 19,560,136 10.43
- Minyak Sawit 12,375,570 10,458,565 13,468,966 17,261,247 17,605,180 10.86
- Minyak Inti Sawit 1,423,958 1,115,229 1,727,693 2,113,877 1,513,457 6.80
- Lain-lain 310,701 155,046 216,980 378,066 441,498 20.22
Persentase Thd total (%)
- Minyak Sawit 87.71 89.17 87.38 87.38 90.01
- Minyak Inti Sawit 10.09 9.51 11.21 10.70 7.74
- Lain-lain 2.20 1.32 1.41 1.91 2.26
3 Volume Impor (Ton) 11,721 24,273 48,511 24,984 7,940 22.56
- Minyak Sawit 8,822 21,138 46,720 23,344 1,962 29.75
- Minyak Inti Sawit 2,172 1,048 1,362 1,366 5,932 78.19
- Lain-lain 727 2,086 429 274 46 -2.98
Persentase Thd total (%)
- Minyak Sawit 75.26 87.09 96.31 93.44 24.71
- Minyak Inti Sawit 18.53 4.32 2.81 5.47 74.71
- Lain-lain 6.20 8.59 0.88 1.10 0.58
4 Nilai Impor (000 US$) 13,106 16,522 43,435 30,206 14,106 26.30
- Minyak Sawit 5,014 13,127 37,801 24,993 2,998 56.97
- Minyak Inti Sawit 3,940 1,560 2,208 3,284 11,103 66.99
- Lain-lain 4,152 1,836 3,426 1,929 5 -28.16
Persentase Thd total (%)
- Minyak Sawit 38.26 79.45 87.03 82.74 21.26
- Minyak Inti Sawit 30.06 9.44 5.08 10.87 78.71
- Lain-lain 31.68 11.11 7.89 6.38 0.03
Sumber : BPS diolah Pusdatin
TahunNo. Uraian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 107
Lampiran 6.7. Ekspor minyak sawit Indonesia per kode HS (Harmony Sistem), 2012
Volume (Ton) Nilai
(000 US$)
Volume Nilai
1511909900 Dari minyak kelapa sawit dan fraksinya, lain-lain, lain-lain, lain-lain 8,772,249 8,278,099 36.84 42.32
1511100000 Minyak mentah 7,252,519 6,676,504 30.46 34.13
1511909190 Dari minyak kelapa sawit, fraksi padat, lain-lain 1,110,308 984,523 4.66 5.03
1511909200Dari minyak kelapa sawit, lain-lain, dalam kemasan dengan berat
bersih tidak melebihi 20 kg 747,039 795,420 3.14 4.07
1513299500 Minyak kernel kelapa sawit, RBD 724,958 734,525 3.04 3.76
1513211000 Minyak kernel kelapa sawit 626,021 649,071 2.63 3.32
Lainnya 4,578,248 1,441,994 19.23 7.37
Jumlah 23,811,342 19,560,136 100.00 100.00
Sumber : BPS
Ekspor Share (%)Kode HS Deskripsi
Lampiran 6.8. Negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia, 2012
Volume
(Ton)
Nilai
(000 US$)Volume Nilai Volume Nilai
1 India 5,407,535 4,997,782 22.71 25.55 22.71 25.55
2 China 3,530,618 2,981,562 14.83 15.24 37.54 40.79
3 Belanda 3,300,828 1,731,277 13.86 8.85 51.40 49.64
4 Malaysia 1,722,358 1,641,064 7.23 8.39 58.63 58.03
5 Singapura 959,987 913,446 4.03 4.67 62.66 62.70
6 Pakistan 762,480 724,775 3.20 3.71 65.87 66.41
7 Bangladesh 746,485 709,624 3.13 3.63 69.00 70.04
Negara Lainnya 7,381,050 5,860,607 31.00 29.96 100.00 100.00
Dunia 23,811,342 19,560,136 100.00 100.00
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
Share (%) Share kumulatif (%)Tahun 2012
No Negara
Lampiran 6.9. Impor minyak sawit Indonesia per kode HS (Harmony
Sistem), 2012
Volume (Ton) Nilai
(000 US$)
Volume Nilai
1516201200 Dari minyak kelapa sawit, mentah 3,082 6,050 38.82 42.89
1516201300 Dari minyak kelapa sawit, selain mentah 2,070 3,560 26.07 25.24
1513291100 Fraksi padat dari minyak kernel kelapa sawit tidak dimurnikan 660 1,277 8.31 9.05
Lainnya 2,128 3,220 26.81 22.83
Jumlah 7,940 14,106 100.00 100.00
Sumber : BPS
Kode HS DeskripsiEkspor Share (%)
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
108 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Lampiran 6.10. Negara eksportir minyak sawit dunia, 2007 – 2011
2007 2008 2009 2010 2011
1 Malaysia 5,774,145 9,174,588 12,768,620 9,255,985 12,400,052 9,874,678 45.28 45.28
2 Indonesia 4,817,642 6,868,639 12,375,570 10,367,622 13,468,967 9,579,688 43.92 89.20
3 Belanda 637,338 1,005,080 1,616,128 1,170,018 1,161,222 1,117,957 5.13 94.32
4 Papua Nugini 140,729 226,870 290,000 305,000 340,000 260,520 1.19 95.52
5 Negara Lainnya 977,409 977,409 977,409 977,409 977,409 977,409 4.48 100.00
Dunia 12,700,654 19,420,433 30,355,692 23,374,281 29,917,637 21,810,252 100.00
Sumber: FAO, diolah Pusdatin
Rata-rataShare
(%)
Share kumulatif
(%)No Negara
Nilai Ekspor (000 US$)
Lampiran 6.11. Negara importir minyak sawit dunia, 2007 – 2011
2007 2008 2009 2010 2011
1 China 3,683,141 5,212,516 4,219,410 4,710,620 6,634,042 4,891,946 16.89 16.89
2 India 1,626,335 2,744,279 3,950,539 3,372,692 6,765,572 3,691,883 12.75 29.64
3 Belanda 736,589 1,680,456 1,312,015 1,465,890 2,036,064 1,446,203 4.99 34.63
4 Pakistan 914,004 1,464,304 1,334,804 1,290,798 2,355,869 1,471,956 5.08 39.71
5 Jerman 763,634 1,155,217 989,628 1,171,381 1,365,024 1,088,977 3.76 43.47
6 Malaysia 320,029 635,332 706,218 1,082,633 1,938,254 936,493 3.23 46.71
7 Nigeria 671,000 812,000 936,000 1,000,000 1,000,000 883,800 3.05 49.76
8 Amerika Serikat 560,612 1,032,366 714,401 827,168 1,281,840 883,277 3.05 52.81
9 Italia 348,385 676,936 762,442 823,617 1,004,483 723,173 2.50 55.31
10 Mesir 131,643 734,856 452,703 1,195,098 860,420 674,944 2.33 57.64
Negara Lainnya 8,621,530 13,173,111 10,105,791 12,651,056 16,792,705 12,268,839 42.36 100.00
Dunia 18,376,902 29,321,373 25,483,951 29,590,953 42,034,273 28,961,490 100.00
Sumber: FAO, diolah Pusdatin
No Negara Nilai Impor (000 US$)
Rata-rataShare
(%)
Share kumulatif
(%)
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 109
VII. KINERJA PERDAGANGAN DAGING SAPI
Daging sapi sangat disukai karena mempunyai gizi tinggi dan
rasanya enak serta gurih dan itu diperoleh dari daging yang baik dan sehat.
Untuk mendapatkan daging sapi yang baik dan sehat perlu dilakukan
pengawetan untuk memperlambat atau mencegah kerusakan/pembusukan
sehingga menurunkan mutu/kualistas daging sapi. Salah satu cara
pengawetan daging sapi ini dapat dilakukan dengan pendinginan. Setiap
100 gram daging sapi mengandung protein 18,8 gram protein hewani yang
mempunyai struktur asam amino yang relatif lebih lengkap dan seimbang
serta mempunyai daya cerna lebih baik dibanding protein nabati (Astuti,
Susilo, 2013).
Pemenuhan kebutuhan daging sapi di Indonesia masih belum
tercukupi oleh produksi dalam negeri sehingga perlu impor. Meskipun
jumlah daging sapi impor hanya sebesar 20% dari total kebutuhan daging
nasional, namun daging sapi impor disukai banyak orang walaupun daging
sapi lokal juga punya keunggulan dan kedua daging sapi tersebut dapat
dengan mudah dibeli di pasaran. Beberapa jenis sapi lokal yang sering
diternakkan adalah sapi Bali, sapi madura dan sapi ongole yang diternakkan
secara alami di pulau Sumba. Sapi lokal banyak dipilih karena ketahanannya
terhadap penyakit dan perubahan cuaca serta mempunyai karakteristik
daging rendah lemak. Sementara sapi impor banyak peminatnya karena
memiliki ukuran daging yang besar, kebanyakan berasal dari Amerika
Serikat, New Zealand, dan Australia dengan jenis sapi brahman cross
atau australian comercial cross. Perbedaan pakan dan lingkungan tumbuh
sapi sangat berpengaruh pada rasa dan tekstur daging selain breeding.
(Hapsari DS, 2013).
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
110 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
7.1. SENTRA PRODUKSI DAGING SAPI
Berdasarkan data produksi daging sapi rata-rata tahun 2008-2012
terdapat 8 provinsi sentra produksi daging sapi yang mempunyai kontribusi
kumulatif hingga sebesar 71,23%, yaitu Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Banten, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan
dan Sulawesi Selatan (Gambar 7.1).
23,91%
16,28%
11,99%
5,49%4,44% 3,82%
2,90%2,40%
28,77%
Jatim Jabar Jateng Banten Sumbar
Sumut Sumsel Sulsel Lainnya
Gambar 7.1. Provinsi sentra produksi daging sapi, 2008 – 2012 Provinsi Jawa Timur memberikan kontribusi terbesar terhadap total produksi
daging sapi Indonesia yaitu sebesar 23,91%. Peringkat kedua dan
berikutnya adalah provinsi Jawa Tengah yang berkontribusi sebesar
16,28%, Jawa Barat berkontribusi 11,99% dan Banten berkontribusi 5,49%.
Provinsi lainnya hanya memberikan kontribusi kurang dari 5% (Tabel 7.1.).
Melihat provinsi sentra tersebut semuanya ada di Jawa, hal ini tentunya
terkait dengan RPH (rumah pemotongan hewan) yang relatif lebih banyak
berada di wilayah Jawa.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 111
Tabel 7.1. Perkembangan Produksi Daging Sapi di Provinsi Sentra di Indonesia, 2008 – 2012
2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata
1 Jawa Timur 4.628 107.768 109.016 112.447 110.762 109.998 23,91 23,91
2 JawaBarat 70.010 70.662 76.066 78.476 74.312 74.879 16,28 40,19
3 Jawa Tengah 25.882 48.340 51.001 60.322 60.893 55.139 11,99 52,18
4 Banten 85.173 18.728 20.326 25.806 36.121 25.245 5,49 57,67
5 Sumatera Barat 16.026 18.322 20.442 20.287 22.638 20.422 4,44 62,11
6 Sumatera Utara 16.261 13.261 14.256 18.299 24.547 17.591 3,82 65,93
7 Sumatera Selatan 3.558 12.482 12.703 13.601 14.649 13.359 2,90 68,83
8 Sulawesi Selatan 9.504 11.323 9.056 11.026 12.725 11.033 2,40 71,23
9 Lainnya 161.469 108.424 123.586 145.069 152.259 132.335 28,77 100,00
Indonesia 392.511 409.310 436.452 485.333 508.906 460.000 100,00
No ProvinsiProduksi Daging Sapi (Ton) Share
(%)
Share
kumulatif
(%)
Sumber : Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, diolah Pusdatin
Kontribusi provinsi sentra terhadap produksi daging sapi Indonesia
selama 5 (lima) tahun dapat dilihat pada Gambar 7.2. di bawah ini. Secara
umum, sejak tahun 2009 kontribusi produksi di provinsi sentra tidak terlalu
berfluktuasi. Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur menunjukkan
kecenderungan menurun, sementara provinsi sentra lainnya meskipun kecil
ada kecenderungan meningkat.
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00
2008 2009 2010 2011 2012
(%)
Jawa Timur JawaBarat Jawa Tengah
Banten Sumatera Barat Sumatera Utara
Sumatera Selatan Sulawesi Selatan Lainnya
Gambar 7.2. Kontribusi provinsi sentra produksi daging sapi di Indonesia,
2008 – 2012
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
112 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
7.2. KERAGAAN HARGA DAGING SAPI
Untuk melihat kinerja perdagangan daging sapi dalam negeri, salah
satu diantaranya dengan melihat perkembangan harga. Pada komoditas
sapi, harga produsen dalam wujud sapi hidup dengan satuan Rp/ekor
sedangkan harga konsumen adalah harga daging sapi dengan satuan
Rp/kg, sehingga untuk membandingkan perlu perhitungan harga produsen
sapi ke satuan Rp/kg berat hidup.
Pergerakan harga sapi di tingkat produsen secara detil dapat dilihat
pada Gambar 7.3. Harga sapi tahun 2010 dan 2011 relatif sama dan terjadi
kenaikan di tahun 2012. Pada tahun 2012, harga sapi per kg berat hidup di
tingkat peternak berkisar antara Rp. 31.860,- sampai Rp. 33.203,-. Harga
tersebut meningkat dari harga ditahun 2010 dan 2011 yaitu pada kisaran
Rp. 29.664,- sampai Rp. 30.665,- (Tabel 7.2).
28.000
29.000
30.000
31.000
32.000
33.000
34.000
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Rp/KgHarga Produsen
2010 2011 2012
Gambar 7.3. Perkembangan harga sapi di tingkat produsen,
2010 – 2012
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 113
Tabel 7.2. Perkembangan harga produsen dan harga konsumen daging sapi bulanan di Indonesia, 2010 – 2012
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 Produsen (Rp/Kg Berat Hidup)
2010 29.664 29.691 29.760 29.794 29.812 29.779 29.967 30.398 30.563 30.565 30.865 30.665
2011 29.664 29.691 29.760 29.794 29.812 29.779 29.967 30.269 30.563 30.565 30.865 30.665
2012 31.861 31.934 31.965 31.979 32.032 32.078 32.278 32.486 32.494 32.760 32.622 33.203
2 Konsumen (Rp/Kg)
2010 62.647 62.599 62.928 63.180 63.035 63.493 64.142 65.784 67.933 66.630 66.995 67.185
2011 67.789 67.849 67.574 67.670 67.609 67.661 68.120 69.661 69.956 69.991 70.574 70.441
2012 71.020 71.931 72.064 72.363 72.245 72.443 73.926 76.379 75.398 75.608 76.070 78.004
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
BulanNo Tahun
Lebih jauh melihat perkembangan harga produsen sapi di provinsi
sentra produksi daging sapi seperti pada Gambar 7.4. Tampak di gambar
tersebut Sumatera Barat memberikan harga tingkat produsen tertinggi dan
Jawa Tengah terendah.
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
2008 2009 2010 2011 2012
Rp/kg
Jawa Timur JawaBarat Jawa Tengah
Banten Sumatera Barat Sumatera Utara
Sumatera Selatan Sulawesi Selatan
Gambar 7.4. Perkembangan harga produsen sapi di sentra produksi daging
sapi, 2008 – 2012
Selama 2008-2012 harga rata-rata sapi di Sumatera Barat adalah Rp
36.722,-/kg berat hidup dengan pertumbuhan 12,01% per tahun,
sementara di Jawa Tengah harga rata-rata Rp 26.427,- dengan
pertumbuhan 5,14% per tahun (Tabel 7.4).
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
114 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Tabel 7.3. Perkembangan harga produsen sapi di sentra produksi daging sapi, 2008 – 2012
2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata
Harga1 Jawa Timur 24.830 29.656 30.509 29.289 30.549 28.967 5,65
2 JawaBarat 26.243 30.470 34.253 35.854 37.133 32.791 9,19
3 Jawa Tengah 23.202 26.454 27.564 26.750 28.163 26.427 5,14
4 Banten 26.000 29.784 31.235 30.118 31.570 29.742 5,17
5 Sumatera Barat 27.359 32.971 39.132 41.488 42.659 36.722 12,01
6 Sumatera Utara 28.955 30.934 32.298 34.230 35.211 32.326 5,02
7 Sumatera Selatan 25.957 31.726 33.719 34.556 37.134 32.618 9,61
8 Sulawesi Selatan 21.931 26.773 29.145 29.914 31.180 27.789 9,45
Indonesia 23.689 27.991 30.116 30.821 32.308 28.985 8,23
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Rata-rata
Pertumbuhan
(%)
No ProvinsiHarga Produsen Sapi Hidup (Rp/Kg berat hidup)
Perkembangan harga sapi di tingkat konsumen secara detil dapat
dilihat pada Gambar 7.5. Harga daging sapi selama 2010-2012 cenderung
meningkat. Pada grafik terlihat variasi harga daging sapi pada bulan
Agustus sampai Desember cenderung meningkat, tampaknya pada bulan-
bulan tersebut permintaan cukup tinggi seperti hari-hari besar keagamaan
dan tahun baru. Pada tahun 2012, harga sapi per kg berat hidup di tingkat
peternak berkisar antara Rp. 71.020,- sampai Rp. 78.004,-. Harga tersebut
meningkat dari harga ditahun 2011 yaitu pada kisaran Rp. 67.574,- sampai
Rp. 70.574,-. (Tabel 7.2).
55.000
60.000
65.000
70.000
75.000
80.000
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Rp/KgHarga Konsumen
2010 2011 2012
Gambar 7.5. Perkembangan harga daging sapi di tingkat konsumen
2010 – 2012
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 115
Dari sisi perkembangan harga konsumen daging sapi di provinsi
sentra produksi daging sapi seperti pada Gambar 7.6. Tampak di gambar
tersebut perkembangan harga konsumen di tiap provinsi sentra bervariasi
dan harga terendah ada di Jawa Timur.
40.000
45.000
50.000
55.000
60.000
65.000
70.000
75.000
80.000
2008 2009 2010 2011 2012
Rp/Kg
Jawa Timur JawaBarat Jawa Tengah
Sumatera Barat Sumatera Utara Sumatera Selatan
Sulawesi Selatan
Gambar 7.6. Perkembangan harga konsumen daging sapi di provinsi
sentra, 2008 - 2012
Selama 2008-2012, harga rata-rata daging sapi tertinggi ada di
provinsi Sumatera Utara yaitu Rp 66.455,-/kg dengan pertumbuhan 5,79%
per tahun, sementara rata-rata harga konsumen terendah ada di Jawa
Timur yaitu Rp 55.467,- dengan pertumbuhan 7,59% per tahun (Tabel 7.4).
Tabel 7.4. Perkembangan harga konsumen daging sapi di sentra produksi
daging sapi, 2008 – 2012
2008 2009 2010 2011 2012Rata-rata
Harga
1 Jawa Timur 46.576 55.144 57.579 56.229 61.782 55.462 7,59
2 JawaBarat 52.724 59.322 60.796 62.530 67.329 60.540 6,38
3 Jawa Tengah 48.998 57.573 59.872 59.819 64.574 58.167 7,34
4 Banten 54.875 61.333 65.351 67.734 73.955 64.650 7,79
5 Sumatera Barat 56.957 61.181 64.565 71.679 76.512 66.179 7,68
6 Sumatera Utara 60.254 65.583 64.385 66.966 75.089 66.455 5,79
7 Sumatera Selatan 54.632 62.280 66.106 71.830 75.975 66.165 8,64
8 Sulawesi Selatan 49.147 58.697 65.738 69.644 68.852 62.416 9,06
Indonesia 54.382 60.910 64.713 68.741 73.954 64.540 8,01
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Rata-rata
Pertb.(%)No Provinsi
Harga Konsumen Daging Sapi (Rp/Kg)
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
116 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Marjin harga sapi dan daging sapi adalah kesenjangan antara harga
produsen dan harga konsumen. Marjin harga menunjukkan seberapa besar
disparitas harga yang terjadi. Pada Gambar 7.7 tampak kesenjangan atau
gap cukup tinggi namun relatif stabil dari tahun ke tahun. Hal ini tampaknya
proses di RPH (rumah potong hewan) dan distribusi produksi nilainya cukup
besar.
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
2008 2009 2010 2011 2012
Rp/kg
Harga Produsen Harga Konsumen
Gambar 7.7. Perkembangan disparitas antara harga produsen dan harga
konsumen, 2008 - 2012
Selama periode 2008-2012, rata-rata harga produsen berada pada
kisaran Rp. 23.600,-/kg berat hidup sampai Rp. 32.300,-/kg berat hidup
sementara harga konsumen mencapai kisaran Rp. 54.300,-/kg sampai Rp.
73.900,-/kg (Tabel 7.5.).
Tabel 7.5. Perkembangan harga produsen sapi dan konsumen daging sapi
di Indonesia, 2008 – 2012
2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata
Harga1 Harga Produsen 23.689 27.991 30.116 30.821 32.308 28.985 8,23
2 Harga Konsumen 54.382 60.910 64.713 68.741 73.954 64.540 8,01
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
No UraianHarga Produsen Sapi Hidup (Rp/Kg berat hidup) Rata-rata
Pertumbuhan
(%)
Sementara perkembangan harga daging sapi (beef) dunia dapat
dilihat pada Gambar 7.8 di bawah ini. Secara umum dapat dilihat bahwa
harga daging sapi dunia selama tahun 2011-2012 berfluktuasi, dalam kurun
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 117
waktu tersebut harga daging sapi dunia tertinggi tercatat 432 cent/kg di
bulan Desember 2012 dan terendah tercatat 386 cent/kg di bulan Oktober
2011 (Gambar 7.8).
360
370
380
390
400
410
420
430
440
Jan
11
Peb
11
Mar1
1
Ap
r11
Mei1
1
Ju
n1
1
Ju
l11
Ag
s1
1
Sep
11
Okt1
1
No
p1
1
Des1
1
Jan
12
Peb
12
Mar1
2
Ap
r12
Mei1
2
Ju
n1
2
Ju
l12
Ag
s1
2
Sep
12
Okt1
2
No
p1
2
Des1
2
Cents/Kg
Gambar 7.8. Perkembangan harga daging sapi di tingkat dunia,
2011 - 2012
7.3. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN DAGING SAPI
7.3.1. Keragaan Ekspor Impor Daging Sapi Indonesia
Kinerja perdagangan daging sapi salah satunya dengan pendekatan
melihat neraca perdagangan daging sapi, yaitu ekspor dikurangi impor
daging sapi. Perkembangan neraca perdagangan daging sapi tahun 2008–
2012 terlihat selalu mengalami defisit yang berarti volume dan nilai impor
daging sapi selalu lebih besar dibandingkan volume dan nilai ekspornya.
Selama kurun waktu tersebut, defisit daging sapi terbesar terjadi pada
tahun 2010 yaitu sebesar 91,38 ribu ton dengan nilai sebesar US$ 293,06
juta (Tabel 7.6.).
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
118 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Tabel 7.6. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan komoditas daging sapi, 2008 – 2012
Pertb. (%)
2008 2009 2010 2011 2012 2008-2012
1 Ekspor
- Volume (Ton) 68 14 11 3 2 -53,02
- Nilai (000 US$) 27 36 16 89 12 85,63
2 Impor
- Volume (Ton) 46.344 68.234 91.386 66.295 42.876 4,60
- Nilai (000 US$) 128.734 190.921 293.077 239.777 179.432 14,62
3 Neraca Perdagangan
- Volume (Ton) -46.276 -68.220 -91.375 -66.291 -42.874 4,65
- Nilai (000 US$) -128.707 -190.886 -293.060 -239.689 -179.420 14,62
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Keterangan: - Data tahun 2008 s/d 2011 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTBMI 2007
- Data tahun 2012 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2012 serta revisi
cakupan terutama wujud olahan
No UraianTahun
Produksi daging sapi Indonesia hingga saat ini belum mencukupi
kebutuhan konsumsi dalam negeri sehingga untuk memenuhi kebutuhan
tersebut dilakukan impor. Kinerja perdagangan daging sapi periode 2008-
2012 terkait aktifitas ekspor impornya menunjukkan perkembangan
penurunan volume dengan rata-rata pertumbuhan menurun 53,02% per
tahun namun dari sisi nilai pertumbuhannya meningkat 85,63% per tahun
yang disebabkan meningkatnya nilai ekspor cukup signifikan di tahun 2011.
Realisasi impor daging sapi Indonesia jauh lebih besar dibandingkan
ekspornya dan terus mengalami peningkatan. Pertumbuhan rata-rata per
tahun volume impor daging sapi selama kurun waktu 2008-2012 sebesar
4,60% dan pertumbuhan rata-rata nilainya sebesar 14,62%. Hal ini
menyebabkan neraca perdagangan daging sapi Indonesia selalu mengalami
defisit yang cenderung meningkat dengan pertumbuhan rata-rata hampir
sama dengan impornya yaitu meningkat 4,65% pada volume dan 14,62%
pada nilai. (Tabel 7.6 dan Gambar 7.9).
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 119
-300.000
-200.000
-100.000
0
100.000
200.000
300.000
2008 2009 2010 2011 2012
(000 US$)
Ekspor Impor Neraca Perdagangan
Gambar 7.9. Perkembangan neraca perdagangan daging sapi Indonesia,
2008 – 2012
Ekspor impor daging sapi Indonesia dilakukan dalam wujud segar
dan beku serta wujud olahan. Pada tahun 2012, nilai ekspor daging sapi
Indonesia didominasi oleh daging sapi olahan 64,40% dan daging sapi
segar dan beku hanya 35,60%. Berkebalikan pada impornya, wujud daging
sapi yang diimpor Indonesia didominasi oleh wujud segar dan beku. Tahun
2012 Indonesia mengimpor sebesar 97,56% daging sapi wujud segar dan
beku serta 2,44% saja dalam wujud daging sapi olahan (Gambar 7.10.).
Segar-Beku 35,60%
Olahan 64,40%
Nilai Ekspor
Segar & Beku Olahan
Segar-Beku 97,56%
Olahan
2,44%
Nilai Impor
Segar & Beku Olahan
Gambar 7.10. Kontribusi nilai ekspor – impor daging sapi segar dan olahan di Indonesia, 2012
Kode HS serta deskripsi dalam perdagangan daging sapi Indonesia
dibedakan dalam wujud segar dan beku serta olahan (Tabel 7.7.). Wujud
daging sapi segar dan beku ada 6 kode HS, sementara wujud olahan pada
tahun 2012 menjadi 6 kode HS dari sebelumnya 2-3 kode HS.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
120 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Tabel 7.7. Kode HS dan deskripsi daging sapi segar dan olahan
Kode HS Deskripsi
Segar dan Beku
0201100000 karkas dan 1/2 karkas segar atau dingin
0201200000 Potongan daging bertulang lainnya
0201300000 Daging sapi segar atau dingin tanpa tulang
0202100000 Daging Sapi, Karkas Beku atau 1/2 karkas
0202200000 Potongan daging bertulang lainnya
0202300000 Daging sapi beku tanpa tulang
Olahan
0210200000 Daging jenis lembu diasinkan, dikeringkan atau diasapi
1602491100 Luncheon meat, dalam kemasan kedap udara
1602491900 Luncheon meat dalam kemasan selain kedap udara
1602499100 Dalam kemasan kedap udara
1602499900 Lain-lain
1602500000 daging & sisanya diawetkan dr binatang jenis lembu
Besarnya ekspor dan impor daging sapi Indonesia berdasarkan kode
HS pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 7.8. Dari tabel tersebut
tampak bahwa ekspor daging sapi dalam wujud segar dan beku hanya
daging sapi segar atau dingin tanpa tulang, sementara wujud olahan adalah
daging dan sisanya diawetkan serta lain-lain. Berbeda dengan impornya,
wujud segar dan beku serta olahan ada 5 kode HS.
Tabel 7.8. Ekspor-impor daging sapi wujud segar dan beku serta olahan
berdasarkan kode HS, 2012
Kode HS Wujud Produksi Volume Share Nilai Share Volume Share Nilai Share
(Ton) (%) (US$ 000) (%) (Ton) (%) (US$ 000) (%)
1 Segar dan Beku 0,96 49,16 8,76 73,44 40.783 41.350 170.061 94,78
0201100000 karkas dan 1/2 karkas segar atau dingin 0 0 0 0 0 0 0 0
0201200000 Potongan daging bertulang lainnya 0 0 0 0 41 42 156 0,09
0201300000 Daging sapi segar atau dingin tanpa tulang 0,96 49,16 8,755 73,44 2483 2.517 14.116 7,87
0202100000 Daging Sapi, Karkas Beku atau 1/2 karkas 0 0 0,00 0 187 189 823 0,46
0202200000 Potongan daging bertulang lainnya 0 0 0 0 1.023 1.037 3.007 1,68
0202300000 Daging sapi beku tanpa tulang 0 0 0 0 37.050 37.566 151.959 84,69
2 Olahan 1 50,84 3,17 26,56 2.093 2.122 9.371 5,22
0210200000 Daging jenis lembu diasinkan, dikeringkan/diasapi 0 0 0 0 102 103 204 0,11
1602491100 Luncheon meat, dalam kemasan kedap udara 0 0 0 0 260 264 310 0,17
1602491900 Luncheon meat dalam kemasan selain kedap udara 0 0 0 0 6 6 19 0,01
1602499100 Dalam kemasan kedap udara 0 0 0 0 0 0 0 0
1602499900 Lain-lain 0,18 9,25 0,15 1,24 182 185 582 0,32
1602500000 Daging & sisanya diawetkan dr binatang jenis lembu 0,81 41,59 3,018 25,32 1543 1.565 8255 4,60
1,96 100 11,92 100 42.876 43.473 179.432 100
Sumber: BPS diolah Pusdatin
Keterangan: - Data tahun 2008 s/d 2011 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTBMI 2007
- Data tahun 2012 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2012 serta revisi cakupan terutama wujud olahan
No
ImporEkspor
TOTAL
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 121
Proporsi ekspor daging sapi terhadap total kelompok wujud (segar-
beku dan olahan) pada tahun 2012 menunjukkan bahwa ekspor dalam
wujud segar dan beku hanya satu jenis (100%) yaitu kode HS 0201300000,
untuk wujud olahan dengan kode HS 1602500000 mencapai 95,33% dan
kode HS 1602499900 hanya 4,67% (Gambar 7.11.)
100%
Ekspor Daging Sapi Indonesiawujud segar dan beku
HS 0201300000
4,67%
95,33%
Ekspor Daging Sapi Indonesia wujud olahan
HS 1602499900 HS 1602500000
Gambar 7.11. Proporsi daging sapi wujud olahan yang diekspor Indonesia,
2012
Lain halnya keragaan impor daging sapi menurut kelompok wujud,
karena lebih banyak jenisnya (kode HS) dimana dalam wujud segar dan
beku yang dominan diimpor adalah kode HS 0202300000 sebesar 95,33%.
Sementara untuk wujud olahan dominan diimpor adalah kode HS
1602500000 sebesar 88,10% (Gambar 7.12.).
2,17%
3,31%
0,21%6,21%
88,10%
Impor Daging Sapi Indonesiawujud olahan
0210200000 1602491100 1602491900
1602499900 1602500000
8,30%95,33%
2,34%
Impor Daging Sapi Indonesiawujud segar dan beku
HS 0201300000 HS 0202300000 HS Lainnya
Gambar 7.12. Prpoporsi daging sapi wujud olahan yang diimpor Indonesia,
2012
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
122 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
7.3.2. NEGARA TUJUAN EKSPOR DAN NEGARA ASAL IMPOR
DAGING SAPI INDONESIA
Negara tujuan ekspor daging sapi Indonesia pada tahun 2012
sebagian besar adalah ke United Arab Emirates dan Afrika Selatan senilai
US$ 8,66 ribu. Kontribusi ekspor negara tersebut dari total nilai ekspor
daging sapi Indonesia adalah 73%%. Negara tujuan ekspor berikutnya
adalah Singapura 21,91% (US$ 2,60 ribu), Timor Leste 3,84% (US$ 456)
dan Malaysia 1,25% atau US$ 148 (Gambar 7.13. dan Tabel 7.9.).
73,00%
21,91% 3,84%1,25%
United Arab Emirates Singapura
Timor Leste Malaysia
Gambar 7.13. Negara tujuan ekspor daging sapi Indonesia, 2012
Tabel 7.9. Negara tujuan ekspor daging sapi Indonesia, 2012
Volume (Kg) Nilai (US$) Volume Nilai
1 United Arab Emirates 902 8.662 48,57 73,00
2 Singapura 408 2.600 21,97 21,91
3 Timor Leste 366 456 19,71 3,84
4 Malaysia 181 148 9,75 1,25
Total 1.857 11.866 100,00 100,00Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Total ekspor Kontribusi (%)No Negara tujuan
Impor daging sapi Indonesia utamanya adalah dari Australia dan
New Zealand yang memberikan kontribusi 95,69% dengan nilai impor
sebesar US$ 157,78 juta. Negara lainnya yang merupakan negara asal
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 123
impor daging sapi Indonesia adalah Amerika Serikat, Malaysia, China dan
Singapura. Negara-negara tersebut memeberikan kontribusi kurang dari 4%
(Gambar 7.14 dan Tabel 7.10).
72,22%
23,47% 3,84%0,25%
0,17%
0,04%
Australia New Zealand Amerika
Malaysia China Singapura
Gambar 7.14. Negara asal impor daging sapi Indonesia, 2012
Tabel 7.10. Negara asal impor daging sapi Indonesia, 2012
Volume (Kg) Nilai (US$) Volume Nilai
1 Australia 28.564.751,00 119.089.511,00 72,46 72,38
2 New Zealand 9.413.150,00 38.694.534,00 23,88 23,52
3 Amerika 1.048.519,00 6.336.731,00 2,66 3,85
4 Malaysia 132.580,00 419.472,00 0,34 0,25
5 China 238.566,00 274.770,00 0,61 0,17
6 Singapura 21.591,00 72.129,00 0,05 0,04
Total 39.419.157 164.540.248 100,00 100,00
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
No Negara tujuanTotal ekspor Kontribusi (%)
7.3.3. Negara Eksportir Dan Importir Kedelai Dunia
Negara-negara eksportir daging sapi dunia menurut data FAO
adalah seperti pada Gambar 7.15.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
124 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
16,60%
16,08%
13,01%
10,00%
6,90%
6,55%
5,91%
24,94%
Perancis Jerman Belanda
Polandia Amerika Serikat Belgia
Spanyol Lainnya
Gambar 7.15. Negara eksportir daging sapi, 2007 – 2011
Kontribusi rata-rata nilai ekspor dari 7 negara eksportir dunia
selama tahun 2007 – 2011 mencapai 75,06% dari total nilai ekspor dunia.
Perancis sebagai eksportir terbesar selama periode 2007 – 2011 adalah
sekitar 971,40 juta US$ atau berkontribusi 16,60% diikuti peringkat
berikutnya Jerman sekitar US$ 941,22 juta (16,08%), Belanda US$ 761,55
juta (13,04%), Polandia US$ 585,27 juta (10%). Sementara negara lainnya
berkontribusi dibawah 7% (Tabel 7.11). Indonesia hanya menduduki posisi
ke-109 dengan kontribusi 0,00008%.
Tabel 7.11 Negara eksportir daging sapi di dunia, 2007-2011
Share Share
2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata (%) Kum (%)
1 Perancis 865.369 991.869 949.357 922.645 1.127.740 971.396 16,60 16,60
2 Jerman 718.417 971.781 927.486 835.799 1.252.605 941.218 16,08 32,68
3 Belanda 663.754 742.463 708.106 676.182 1.017.267 761.554 13,01 45,70
4 Polandia 380.273 534.370 599.680 656.214 755.813 585.270 10,00 55,70
5 Amerika Serikat 170.364 392.297 339.665 525.199 592.649 404.035 6,90 62,60
6 Belgia 369.276 377.730 347.100 352.132 469.115 383.071 6,55 69,15
7 Spanyol 297.501 412.679 326.890 320.961 369.948 345.596 5,91 75,06
8 Lainnya 1.256.263 1.595.799 1.360.954 1.377.314 1.707.901 1.459.646 24,94 100,00
Dunia 4.721.217 6.018.988 5.559.238 5.666.446 7.293.038 5.851.785
Sumber : FAO, diolah Pusdatin
Nilai Ekspor (000$)No Negara
Tidak berbeda jauh dengan ekspor dunia, keragaan negara-negara
importir daging sapi dunia sekitar 6 negara memeberikan kontribusi sebesar
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 125
81,28% dari total nilai impor dunia selama kurun waktu 2007-2011
(Gambar 7.16).
31,17%
12,86%
12,54%
9,34%
7,99%
7,37% 18,72%
Italia Rusia Belanda Perancis
Jerman Greece Lainnya
Gambar 7.16. Negara importir daging sapi dunia, 2007 – 2011
Italia merupakan negara importir terbesar dunia dengan kontribusi
nilai impor 31,17% dari total dunia atau rata-rata sekitar US$ 1,65 milyar.
Besarnya nilai impor dan kontribusi negara importir terbesar dunia terhadap
total nilai impor dunia secara rinci dapat dilihat pada Tabel 7.12. Indonesia
sebagai negara importir dunia menempati urutan ke-48 dengan kontribusi
sebesar 0,16% terhadap total nilai impor dunia.
Tabel 7.12. Negara importir daging sapi di dunia, 2007-2011
Share Share
2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata (%) Kum (%)
1 Italia 1.551.322 1.729.738 1.654.217 1.626.994 1.711.956 1.654.845 31,17 31,17
2 Rusia 744.229 708.519 693.723 553.997 713.964 682.886 12,86 44,03
3 Belanda 475.958 624.929 589.648 654.391 985.052 665.996 12,54 56,58
4 Perancis 550.224 538.521 497.782 443.697 448.987 495.842 9,34 65,92
5 Jerman 277.161 357.751 378.951 389.849 717.903 424.323 7,99 73,91
6 Greece 368.275 413.839 418.461 374.961 379.679 391.043 7,37 81,28
7 Lainnya 686.957 1.106.577 740.175 926.803 1.508.540 993.988 18,72 100,00
Dunia 4.654.126 5.479.874 4.972.957 4.970.692 6.466.081 5.308.923
Sumber : FAO, diolah Pusdatin
No NegaraNilai Ekspor (000$)
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
126 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
7.4. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN DAGING SAPI
Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) adalah indikator yang
digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan perkembangan suatu
komoditas terkait kinerja perdagangannya. Hasil perhitungan nilai ISP
daging sapi segar dan beku, daging sapi olahan dan daging sapi total di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 7.13 di bawah ini.
Tabel 7.13. Indeks spesialisasi perdagangan daging sapi segar-beku dan
olahan, dan daging sapi total di Indonesia, 2008 – 2012
2008 2009 2010 2011 2012
1 Daging Sapi Segar & Beku
Ekspor-Impor -126.135 -188.167 -289.506 -234.263 -170.053
Ekspor+Impor 126.158 188.208 289.506 234.269 170.070
ISP -0,9998 -0,9998 -1,0000 -1,0000 -0,9999
2 Daging Sapi Olahan
Ekspor-Impor -2.572 -2.719 -3.554 -5.426 -9.367
Ekspor+Impor 2.602 2.749 3.586 5.597 9.374
ISP -0,9883 -0,9891 -0,9910 -0,9694 -0,9993
3 Total Daging Sapi
Ekspor-Impor -128.707 -190.886 -293.060 -239.689 -179.420
Ekspor+Impor 128.760 190.957 293.093 239.866 179.444
ISP -0,9996 -0,9996 -0,9999 -0,9993 -0,9999
No UraianTahun
Dari hasil perhitungan nilai ISP dari tahun ke tahun berfluktuasi. Nilai
ISP komoditas daging sapi secara total mempunyai nilai negatif pada
kisaran sebesar -0,9993 hingga -0,9999 yang berarti bahwa komoditas
daging sapi Indonesia daya saingnya sangat rendah. Komoditas daging sapi
berada pada tahap pengenalan dalam perdagangan dunia atau memiliki
daya saing rendah atau Indonesia merupakan negara pengimpor daging
sapi. Kontribusi ekspor daging sapi Indonesia berada pada tingkatan yang
rendah.
Jika dirinci berdasarkan wujudnya, perdagangan daging sapi dalam
bentuk olahan terlihat sedikit lebih baik dari wujud segar dan beku. Hal ini
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 127
dapat dilihat dari nilai ISP yang masih di bawah -1 dibanding wujud segar
dan beku pada tahun 2010 dan 2011 nilai ISP -1.
Berdasarkan perhitungan nilai IDR daging sapi Indonesia seperti
tersaji pada Tabel 7.14 terlihat bahwa pada periode tahun 2008 – 2012
supply daging sapi Indonesia tergantung pada daging sapi impor berkisar
antara 7,57% sampai 18,45%. Kondisi ini berfluktuasi dari tahun ke tahun
dan pada tahun 2012 merupakan yang tertinggi. Ketergantungan pada
daging sapi impor ini utamanya adalah pada jenis daging sapi segar dan
beku. Nilai SSR daging sapi Indonesia dari tahun 2008 hingga 2012 lebih
dari 81%, yang berarti bahwa sebagian besar kebutuhan daging sapi dalam
negeri dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri.
Tabel 7.14. Perkembangan nilai Import Dependency Ratio (IDR) dan Self
Sufficiency Ratio (SSR) kedelai Indonesia, 2008 – 2012
2008 2009 2010 2011 2012
1 Produksi 358.704 316.751 257.941 307.524 301.542
2 Volume Ekspor 113 14 52 68 14
3 Volume Impor 43.646 25.949 41.043 46.344 68.234
4 Produksi-Ekspor+Impor 402.238 342.687 298.931 353.801 369.762
5 IDR 10,85 7,57 13,73 13,10 18,45
6 SSR 89,18 92,43 86,29 86,92 81,55
UraianNoTahun
Berdasarkan hasil perhitungan nilai RSCA yang tersaji pada Tabel
7.15 menunjukkan bahwa daging sapi Indonesia secara umum tidak
mempunyai daya saing di pasar dunia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
RSCA yang negatif bahkan hingga -0,9999% atau mendekati -1 tiap tahun
tahunnya.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
128 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Tabel 7.15. Indeks keunggulan komparatif (RCA) daging sapi Indonesia dalam perdagangan dunia, 2008 - 2011
2008 2009 2010 2011
1 Daging Sapi
Dunia 36.997.933 32.938.895 36.625.169 44.142.181
Indonesia 27 36 16 89
2 Non Migas
Dunia 13.157.364.489 10.563.721.834 12.725.891.053 14.756.917.803
Indonesia 107.894.200 97.491.700 129.739.500 162.019.600
3 Dunia 0,00281 0,00312 0,00288 0,00299
Indonesia 0,00000025 0,00000037 0,00000012 0,00000055
RCA 0,00009 0,00012 0,00004 0,00018
RSCA -0,9998 -0,9998 -0,9999 -0,9996
Sumber : BPS dan UnComtrade diolah Pusdatin
Nilai Ekspor (000 US$)No Uraian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 129
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Susilo H. Manfaat Daging Sapi bagi Tubuh Manusia. http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/manfaat-daging-sapi-bagi-tubuh-manusia [terhubung secara berkala, 16 Nopember 2013]
BPS. 2009. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2008. Jakarta
Departemen Perdagangan. 2008. Kajian Pengembangan Pasar Eskpor Produk Makanan Olahan. Jakarta.
Departemen Perdagangan. 2009. KTT ASEAN ke-14 dan Hasil-hasil Perundingan: Komitmen Bersama untuk Menjawab Situasi Ekonomi Dunia (Siaran Pers). Departemen Perdagangan, Jakarta.
Departemen Pertanian. 2004. Kebijakan kemitraan Gapoktan dengan
lembaga pemasaran lainnya. Jakarta: Direktorat Pemasaran Domestik Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.
Departemen Pertanian. 2007. Pedoman Umum Kebijakan Pemasaran Antar Daerah/Wilayah. Jakarta: Direktorat Pemasaran Domestik, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP).
Ditjen Hortikultura. 2010. Statistik Hortikultura. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Hapsari, Deani Sekar. 2013. Daging Sapi Lokal dan Impor Bersaing Merebut Selera Konsumen. http://food.detik.com/read/2013/12/17/115202/ 2444188/297/daging-sapi-lokal-dan-impor-bersaing-merebut-selera-konsumen [terhubung secara berkala, 17 Desember 2013]
Rachman, H.P.S., S.H. Suhartini dan G.S. Hardono. 2008. Dampak Liberalisasi Perdagangan Terhadap Kinerja Ketahanan Pangan Nasional. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.
Rosihan Leave a comment Go to comments July 15th, 2007,Terhubung Berkala (Mei, 2011)
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 4 No. 2 Thn. 2013
130 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
http://www.fao.org
http://www.UNComtrade.org
BPS. 2009. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2008. Jakarta
Departemen Pertanian. 2007. Pedoman Umum Kebijakan Pemasaran
Antar Daerah/Wilayah. Jakarta: Direktorat Pemasaran Domestik, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP).
Departemen Perdagangan. 2008. Kajian Pengembangan Pasar Eskpor
Produk Makanan Olahan. Jakarta. Ditjen Hortikultura. 2012. Statistik Hortikultura. Kementerian Pertanian.
Jakarta