Post on 31-Dec-2019
i
KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM
DALAM DINAMIKA GUYUB TUTUR
BAHASA USING: KAJIAN EKOLINGUISTIK
NI NYOMAN SARMI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
DISERTASI
ii
KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM
DALAM DINAMIKA GUYUB TUTUR
BAHASA USING: KAJIAN EKOLINGUISTIK
NI NYOMAN SARMI
NIM0890171007
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
DISERTASI
iii
KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM
DALAM DINAMIKA GUYUB TUTUR
BAHASA USING: KAJIAN EKOLINGUISTIK
Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor
pada Program Doktor, Program Studi Linguistik,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
NI NYOMAN SARMI
NIM 0890171007
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
iv
LEMBAR PENGESAHAN
DISERTASI INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL,13 JULI 2015
Promotor,
Prof. Dr. Aron Meko Mbete
NIP 194707231979031002
Kopromotor I, Kopromotor II,
Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, MA.Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, M.A.
NIP 195212251979031004 NIP1962020288032001
Mengetahui,
Ketua Program Doktor Linguistik
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Prof. Dr. Aron Meko Mbete
NIP 19470723 197903 1 002
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K).
NIP 19590215 1985 102 001
v
Disertasi ini telahdiuji pada Ujian Tertutup pada
Tanggal,21 April 2015
Panitia Ujian Disertasi, Berdasarkan SK Rektor Universitas
Udayana Nomor : 945/UN.14.4/HK/2015
Tanggal30Maret2015
Susunan Panitia Penilai Disertasi Program Doktor (S-3) Linguistik
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Ketua :Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A.
Anggota :
1. Prof. Dr. Aron Meko Mbete (Promotor)
2. Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A, (Kopromotor I)
3. Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, M.A., (Kopromotor II)
4. Prof. Drs. Ketut Artawa, M.A., Ph.D.
5. Prof. Dr. I Ketut Darma Laksana, M.Hum.
6. Dr. Ni Made Dhanawaty, M.S.
7. Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum.
vi
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Ni Nyoman Sarmi
NIM : 0890171007
Program Studi : Pendidikan Doktor (S-3) Linguistik Program
Pascarjana Universitas Udayana.
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah disertasi ini bebas plagiat.Apabila
dikemudian hari ternyata terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan PERMENDIKNAS RI No.17 Tahun
2001 dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku.
Denpasar, 7Juli 2015
Saya yang membuat
pernyataan,
Ni Nyoman Sarmi
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Setelah melalui perjalanan dan perjuangan yang panjang serta melelahkan,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan desertasi ini. Karenanya, penulis
mengucapkan puji dan syukur ke hadapan Tuhan Yang Mahaesa, Ida Sang Hyang
Widhi Wasa karena berkat karunia, rahmat serta bimbingan-Nya, disertasi ini
dapat diselesaikan. Di samping itu, penulis menyadari bahwa disertasi ini tidak
dapat terwujud seperti sekarang tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih pihak-pihak tersebut.
Pertama, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus
kepada Prof. Dr. Aron Meko Mbete, baik sebagai promotor, dosen, maupun
“Guru, Teman, Sahabat” yang telah mendorong penulis untuk melanjutkan studi
di Program Linguistik Pascasarjana Universitas Udayana, memberikan masukan
tentang teori ekolinguistik, mengusulkan untuk meneliti topik ini sehingga
penulis mendapatkan dana Hibah Disertasi Doktor,serta selalu memberi dorongan
serta membesarkan hati setiap mahasiswa yang merasa patah semangat karena
berbagai persoalan, baik masalah akademik maupun nonakademik. Rasa terima
kasih dan penghargaan yang tinggi juga ditujukan kepada Prof. Dr. Drs. Ida Bagus
Putra Yadnya, M.A., baik sebagai Kopromotor I, Pembimbing Akademik,
maupun sebagai dosen yang telah sepenuh hati dan keramahtamahan membimbing
dan mengarahkan penulis, baik dalam tahap penulisan proposal maupun pada
tahap penulisan disertasi. Hal yang sama juga ditujukan kepada Prof. Dr. Ni
viii
Nyoman Padmadewi, M.A., baik selaku Kopromotor II maupun sebagai figur
yang telah memberi dorongan kepada penulis untuk melanjutkan ke program
doktor serta memberi teguran dan saran manakala penulis merasa jenuh dan putus
asa dalam mengerjakan disertasi ini.
Selanjutnya, ucapan terima kasih ditujukan kepada Pemerintah Republik
Indonesia, terutama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, atas dukungan dana
berupa tunjangan belajar beasiswa BPPS; Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr.
dr. Ketut Suastika, Sp. PD-KEM.D, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Doktor;
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A. A. Raka
Sudewi, Sp. S (K), Asistent Direktur I, Prof. Dr. Made Budiarsa, M. A., dan
Asisten Direktur II, Prof. Made Sudiana Mahendra, Ph. D.; Ketua Program Doktor
Linguistik, Prof. Dr. Aron Meko Mbete dan Sekretaris Program Doktor
Linguistik, Dr. A. A. Putu Putra, M. Hum, yang telah memeberikan saran dan
motivasi selama penulis menempuh pendidikan di program ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga juga ditujukan
kepada tim penguji disertasi, Prof. Dr. Aron Meko Mbete, Prof. Dr. Drs. Ida
Bagus Putra Yadnya, M.A., Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, M.A., Prof. Dr.
Made Budiarsa, M.A., Prof. Drs. Ketut Artawa, M.A., Ph.D., Prof. Dr. I Ketut
Darma Laksana, M.Hum, Dr. Ni Made Dhanawaty, M.S., dan Dr. Made Sri
Satyawati, S.S., M.Hum., atas sumbangan pemikiran, saran, koreksi, kritikan,
serta sanggahan untuk penyempurnaan disertasi ini.
ix
Selanjutnya, rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus juga ditujukan
kepada staf pengajar di Program Doktor Linguistik Universitas Udayana, Prof. Dr.
I Wayan Jendra, S.U., Prof. Dr. Aron Meko Mbete, Prof. Drs. Ketut Artawa,
M.A., Ph.D., Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A., Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra
Yadnya, M.A., Prof. Dr. I Ketut Darma Laksana, M.Hum., Prof. Dr. I Wayan
Pastika, M.S., Prof. Dr. I G.M. Sutjaja, M.A., Prof. I Made Suastra, Ph.D., Prof.
Dr. N.L. Sutjiati Beratha, M.A., Prof. Dr. I Nengah Sudipa, M.A., Prof. Dewa
Komang Tantra, M.Sc., Ph.D., Dr. Ni Made Dhanawaty, M.S., Dr. Anak Agung
Putu Putra, M.Hum.,dan Dr. Made Sri Satyawati, S.S., yang telah memberikan
bekal ilmu pengetahuan linguitik pada masing-masing perkuliahan hingga penulis
memperoleh gelar doktor di bidang ini.
Rasa penghargaan dan terima kasih juga tujukan kepada Jajaran Rektorat,
terutama Wakil Rektor Bidang Akademik, Ir. M. Soemantoro, M.T., yang telah
banyak membantu penulis dalam menghadapi berbagai persoalan selama masa
studi lanjut; Dekan, Wakil Dekan, Ketua Program Studi beserta rekan-rekan dosen
di Fakultas Sastra, Universitas Dr. Soetomo atas segala bantuan, baik secara moral
maupun material, selama penulis melanjutkan studi di Universitas Udayana.
Terima kasih yang tulus dan mendalam juga penulis tujukan kepada para
senior dan rekan-rekan senasib dan seperjuangan di Program Doktor Linguistik
Universitas Udayana terutama untuk, Dr. I Ketut Jirnaya, M.Hum., Dr. Ni Made
Suryati, M.Hum., Dr. Agus Subianto, M.A., Dr. Dewa Putu Ramendra, M.Pd.,
Drs. I Gusti Ketut Alit Saputra, M.Hum., Dr. Ni Wayan Sartini, M.Hum., Dr. Ni
Ketut Mas Indrawati, M.A., Dr. Ni Wayan Sukarini, M.Hum., Dr. Wisman Hadi,
x
M.Hum, Wawan Marhanjono Mustamar, S.S, M.Hum., Maryanti Etni
Mokoagouw, S.S., M.Ed., Dr. I Made Rajeg, M.Hum., Drs. Jekmen Sinulingga,
M.Hum., Dr. Majid Wajdi, M.Pd., beserta rekan-rekan lainnya yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu atas bantuan, dorongan dan semangat, diskusi, serta
kebersamaan selama penulis menempuh studi di Program Doktor Linguistik,
Universitas Udayana.
Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada pegawai/staf Program
Studi Doktor Linguistik, Program Pasacsarjana Universitas Udayana, yakni I
Nyoman Sadra, S.S., I Gusti Ayu Pt. Supadmini, I Ketut Ebuh, S.Sos., Nyoman
Adi Triani, S.E., Ida Bagus Suanda, S.Sos., Dra.Ni Nyoman Sumerti, dan Ni
Nyoman Sukartini, atas berbagai dukungan administratif dan keramahtamahan
yang diberikan kepada penulis selama menempuh studi program ini.
Terima kasih yang setinggi-tingginya, tulus, serta mendalam penulis
tujukan kepada I Nyoman Sukadana, S.Sos., S.Pd., M.B.A., dan Prof. Dr. Ni
Nyoman Padmadewi, M.A. serta kedua putra tercinta, I Gede Sukma Adisatria
Sukadana dan I Made Sukma Adisetiawan Sukadana, atas segala bantuan berupa
fasilitas tempat tinggal, baik di Denpasar maupun di Singaraja serta mengizinkan
penulis ikut bergabung dalam berbagai kegiatan sosial Yayasan Aura Sukma
Insani, seperti membimbing Guiding Program dan English Program sehingga
penulis dapat berinteraksi dengan berbagai kalangan yang terlibat dalam berbagai
kegiatan sosial yayasan tersebut.
Terima kasih yang tulus dan mendalam penulis juga sampaikan kepada
keluarga Bapak Ketut Jirnaya dan Mbok Kadek Suryati serta putra putri tercinta,
xi
atas persahabatan, persaudaraan, dorongan dan pertolongan mereka selama
penulis menempuh studi S3 di Universitas Udayana sehingga akhirnya penulis
dapat menyelesaikannya walau dengan waktu yang cukup lama.
Rasa hormat dan terima kasih yang mendalam juga penulis ucapkan
kepada Prof. Dr. Santoso S. Hamijoyo, M.Sc., Ph. D. (alm), Rektor Universitas
Dr. Soetomo periode 2003-2007 dan Ibu Rochmaryani Santoso atas doa, suri
tauladan, motivasi, rasa persaudaraan dan persahabatan, serta pertolongan, baik
secara moral maupun material sejak kebersamaan mereka dan penulis di
Universitas Dr.Soetomo hingga nanti sehingga penulis mendapatkan banyak
pengalaman berharga.
Terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga juga penulis tujukan
kepada beberapa pihak di Kabupaten Banyuwangi, baik sebagai responden,
pembantu peneliti maupun informan penelitian, khususnya Kepala Desa
Kalipuro, Kepala Desa Glagah, Kepala Desa Kemiren, Kepala Desa Olehsari,
Kepala Desa Bakungan, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Taman Suruh,
Kepala Desa Kampung Anyar, Kepala Desa Mangir, dan Kepala Desa Aliyan atas
ijin yang diberikan kepada penulis untuk pengambilan data penelitian di desa
mereka masing-masing; Drs. Aekanu Haryono, M.Pd., yang telah banyak
membantu penulis dalam mendokumentasikan beberapa flora yang ada di
lingkungan GTBU; Drs. Hasan Basri, M.Pd., yang telah mengizinkan penulis
untuk bermalam di rumah pada saat penulis mengumpulkan data di Desa Mangir
dan Aliyan, Kecamatan Rogojampi; Bapak A.A.Tahrim dan keluarga, Kepala
Desa Kemiren, yang pertama kali memperkenalkan segala sesuatu tentang budaya
xii
Using dan bahasa Using kepada penulis; Sesepuh dan Budayawan Using, Bapak
Hasnan Singodimayan, yang telah banyak memberi informasi kepada penulis
tentang situasi dan kondisi masyarakat dan budaya Banyuwangi umumnya dan
masyarakat Using khususnya; Sesepuh dan Ahli Tanaman Obat Suku Using,
Bapak Seraj, yang telah sangat banyak membantu penulis dalam menterjemahkan
leksikon flora dan fauna BU ke dalam BI; Bapak Johari Timbul dan Ibu, yang
membantu penulis dalam mengenal beberapa budaya dan adat istiadat Using;
Bapak Basuki, Ibu Raja Onah, Anang (Kakek), dan Adon (Nenek) yang telah
mengijinkan penulis untuk tinggal di rumah mereka dan menyediakan masakan
segar dan menyehatkan selama penulis mengumpulkan data di Kecamatan
Glagah; Adik Sri Hidayati dan keluarga yang telah sangat banyak membantu
penulis untuk mencari responden dan informan yang andal selama pengumpulan
data penelitian, di samping rasa persahabatan dan persaudaraan yang indah hingga
saat ini; dan Bapak Nepta, yang selalu siap mengantar penulis ke berbagai tujuan
selama pengumpulan data.
Terima kasih, rasa hormat, dan rasa saying sayang yang tak terhingga juga
penulis sampaikan untuk Ibunda Ni Nyoman Ladri dan Ayahanda I Ketut Rewen
(alm) atas kasih sayang, doa, dan cintanya kepada penulis. Terima kasih
mendalam juga penulis sampaikan kepada semua kakak (I Nengah Joter, I
Nyoman Kelemun, Ni Ketut Tantri, Ni Made Resik, dan Ni Ketut Dharmini) dan
para keponakan penulis ( Ni Nyoman Ariati, SS, I Wayan Suteja, I Made Sueka, I
Gde Mudana, ST, I Made Dedy Aryana, ST, drh. I Wayan Rudiyasa, I Made
Wirata, ST, Ni Putu Linda Sari, Ni Kadek Ardianik, dan Ni Nyoman Sandra Tri
xiii
Omeda) atas dukungan moral, spiritual, dan material yang tidak pernah henti yang
diberikan kepada penulis, khususnya pada saat penulis menghadapi berbagai
permasalahan.
Denpasar, 7 Juli 2015
Penulis
Ni Nyoman Sarmi
xiv
ABSTRAK
KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM DALAM DINAMIKA
GUYUB TUTUR BAHASA USING: KAJIAN EKOLINGUISTIK
Perubahan lingkungan alam, sosial, dan budaya telah menimbulkan
beberapa dampak pada bahasa Using (BU), termasuk pada tataran leksikon
lingkungan alam bahasa tersebut, yang mengakibatkan terjadinya dinamika
tingkat pemahaman dan penggunaan, kebertahanan, serta pergeseran leksikon-
leksikonnya. Adanya perubahan keadaan lingkungan seperti tersebut di atas
diprediksi memengaruhi karakteristik BU dan guyub tuturnya. Oleh sebab itu,
dirasa perlu untuk diadakan penelitian terkait dengan hal tersebut yang tujuannya
dapat dirumuskan, seperti (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk lingual
keberagaman leksikon lingkungan alam BU; (2) mendeskripsikan gambaran
keberagaman (diversity) leksikon BU yang mewadahi pengetahuan guyub tutur
bahasa Using tentang lingkungan alam daratan; (3) mendeskripsikan dinamika
pemahaman dan penggunaan leksikon-leksikon lingkungan alam antargenerasi
guyub tutur bahasa Using; dan (4) mendeskripsikan faktor-faktor yang
menyebabkan dinamika pemahaman dan penggunaan leksikon lingkungan alam
antargenerasi guyub tutur bahasa Using.
Penelitian ini didasarkan pada perspektif fenomenologis dengan
menerapkan dua pendekatan, yakni pendekatan kualitatif dan pendekatan
kuantitatif. Responden dari penelitian yang dilakukan di Kabupaten Banyuwangi
ini dikelompokan menjadi tiga, yakni usia remaja (15-30 tahun), dewasa (31-50
tahun), dan tua (51 tahun ke atas) yang berjumlah 63 orang dengan 728 leksikon
lingkungan alam BU yang berkategori nomina dan verba yang digunakan sebagai
sampel. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan empat metode, yakni
metode dokumentasi, wawancara, pengamatan berpartisipasi, dan kuesioner
(angket). Data yang telah terkumpul dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif
yang selanjutnya disajikan dengan menggunakan metode formal dan informal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa leksikon lingkungan alam BU sangat
beragam. Keberagaman tersebut direpresentasikan oleh keberagaman bentuk-
bentuk lingualnya, keberagaman berdasarkan kategori kata, cara penamaan, dan
relasi makna antara leksikon-leksikonnya. Sementara itu, dinamika leksikon
lingkungan alam BU ditunjukkan oleh perbedaan tingkat pemahaman dan
penggunaan antargenerasi, kecenderungan dan daya tahan leksikon-leksikon
tersebut yang direpresentasikan oleh leksikon yang bertahan, yang mengalami
penurunan, yang hampir mengalami kepunahan, dan leksikon yang tergeser yang
mencakup leksikon dengan nama tergantikan bahasa lain dan perangkat leksikon
dengan fungsi tergantikan entitas lain. Secara kuantitas, kebertahanan leksikon
lingkungan alam tersebut ditunjukkan oleh tingkat pemahaman 100% dan tingkat
penggunaan 85% - 100% oleh ketiga kelompok responden untuk leksikon generik
dan leksikon spesifik yang entitas acuannya memiliki peranan penting dalam
kehidupan GBTU. Selanjutnya, leksikon-leksikon yang mengalami penurunan
ditemukan pada leksikon-leksikon dengan tingkat pemahaman hampir rata-rata
xv
100% untuk semua responden namun tingkat penggunaannya antara 19%-80%
yang diwakili oleh leksikon-leksikon yang entitas acuannya dengan populasi
sedikit serta perannya tidak lagi penting dalam kehidupan mereka, yang hampir
punah dengan tingkat penggunaan 0%, khususnya di kalangan remaja, ditemukan
pada leksikon-leksikon tanaman obat dan leksikon-leksikon spesifik yang entitas
acuannya sudah tergantikan oleh entitas lain.
Faktor-faktor penyebab terjadinya dinamika leksikon lingkungan alam BU
dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni faktor kebahasaan, faktor penutur, dan faktor
perubahan ekologi (lingkungan fisik). Dari faktor kebahasaan penyebabnya
adalah kehadiran BD lain di wilayah ini sehingga terjadi kontak bahasa.
Sementara itu, pengaruh faktor penuturnya adalah adanya perubahan pola hidup
GBTU yang terkait dengan perubahan profesi, perubahan pola makan, perubahan
konsumsi obat, serta orientasi kebahasaan mereka. Adanya perubahan ekologi
(perubahan lingkungan fisik) merupakan faktor lain penyebab terjadinya dinamika
leksikon lingkungan alam BU.
Kata kunci: leksikon lingkungan alam, keberagaman, interaksi, interelasi,
interdependensi, tingkat pemahaman dan penggunaan
xvi
ABSTRACT
USING LANGUAGE’S NATURE LEXICONS IN THE DYNAMICS OF ITS
SPEECH COMMUNITY: A STUDY ON ECOLINGUISTICS
The change of natural, social, and cultural environment has caused many
effects on Using language, including its nature lexicon causing the dynimics of the
understanding and using level , maintenance, and the shift of it. Such change is
predicted to influence the characteristics of Using language. Because of this, it is
concidered important to conduct a research in relation with this fenomena aiming
at (1) describing the lingual forms of Using language’s nature lexicon diversity;
(2) describing the diversity of Using language’s nature lexicon reflecting the
understanding among the three groups of respondence; (3) describing the the
dynamic of understanding and using level of Using language’s nature lexicon
among the three groups of respondence ; and (4) describing the contributing
factors causing the dynamics of the understanding and using level of Using
language’s naturelexicon among the three groups of respondence.
This research was coducted in Banyuwangi regency. It applies qualitative
and quaantitative approach. Its data, collected through appliying documentation,
interview, participation observation, quetionaire methods, are in the forms of the
percentage of the understanding and using level on 728 nature lexicon of Using
language by the three groups of respondence, both on nouns and verbs. The
colleted data, analyzed in qualitave and quantitative way, were finally displayed
by using formal and informal methods.
The results show that the nature lexicon of Using language is full of
diversities.These are seen based on its lingual forms, words category and the ways
of entity naming. Meanwhile, the dynamic of its nature lexicon is shown by the
difference of undestanding and using level among the three groups of
respondence. The tendency of maintenance power of nature lexicons are
represented by those which still exist with 100% in understanding level and 85%-
100% in using level for the three groups of respondence on generic and specific
lexicons, especially their entities have significant role for society’s life, those
which are in degradation with 100% in understanding level but 19%-80% in using
level for the lexicons with lack of population and no more important for their
life, those which are almost extinct represented by those which are in shift shown
by the lexicons in which the names of entity are replaced by orther language or
the lexicons whose function of their entities are replaced by that of others.
Meanwhile, the almost extinct lexicons are represented by those whose using
levels are mostly 0%, especially for young respondence, in which these lexicons
are mostly in the forms of indigenous medicine plants and the specific lexicons
whose entities are replaced by other entities. There are three contributing factors
causing the dynamic of nature lexicons of Using, namely the language, the speech
community, and the ecology change (physical environment). The language factor
is in relation with the existence of other indigenius languages in its environment
causing the language contact. In relation with the speech community factor, it is
found that the change of life pattern covering the change of profesion, eating
xvii
habit, medicine consumtion, and language orientation are considered to be
contributing factors causing the fenomena. Eventhough it has small effect, the
ecology change is also the factor causing the dynamic of nature lexicon of it.
Key words: the lexicons of nature environment, diversity, interaction,
interelation, interdependency, and understanding and using level
xviii
RINGKASAN
KHAZANAH LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM DALAM DINAMIKA
GUYUB TUTUR BAHASA USING:KAJIAN EKOLINGUISTIK
1. Pendahuluan
1.2 Latar Belakang Masalah
Bahasa Using (BU) merupakan salah satu bahasa daerah (BD) kecil di
Nusantara ini yang dipakai oleh penduduk asli Kabupaten Banyuwangi. Dari 24
kecamatan di Kabupaten Banyuwangi, terdapat 13 kecamatan tempat ditemukan
kantong-kantong guyub tutur bahasa Using (GTBU). Kehidupan mereka
tergantung pada lingkungan alam dan lingkungan fisik tempat tinggal mereka,
yang tidak hanya berupa hubungan ketergantungan mereka terhadap
lingkungannya, tetapi juga turut menciptakan corak dan bentuk lingkungannya.
Karena lingkungan mereka memiliki curah hujan yang cukup tinggi dan kaya
akan sumber air, mereka terbentuk menjadi masyarakat bermatapencaharian
sebagai petani yang masih menjaga kelestarian lingkungan alam di sekeliling
mereka. Hal ini membuat jenis flora dan fauna yang hidup dan tumbuh di
wilayah tersebut sangat beragam sehingga membuat BU sangat kaya dengan
leksikon-leksikon lingkungan alam yang mengacu pada entitas-entitas flora dan
fauna tersebut, seperti leksikon-leksikon flora, di antaranya tentang padi,
kelapa, dan pisang, serta leksikon-leksikon fauna, di antaranya tentang burung,
reptil, dan ular. Karena globalisasi budaya dan bahasa, khususnya pengaruh
budaya luar dan pengaruh bahasa-bahasa internasional dan dominasi bahasa
nasional Indonesia, serta perubahan lingkungan alam, bertahanan budaya (culture
maintenance) dan kebertahanan bahasa (language maintenance), terutama yang
berkaitan dengan sikap bahasa (language attitude) mereka sedang diuji Kontak
sosial dengan etnis lain (di antaranya dengan etnis Jawa, Madura, Bali, dan
Bandar), menyebabkan munculnya penggunaan bahasa lain sebagai bahasa
pengantar dalam berkomunikasi GTBU. Fenomena ini dibuktikan melalui
perbandingan hasil penelitian yang dilakukan oleh Herusantosa (1987) dan
Subyatiningsih (1999) seperti berikut.
Ranah Herusantosa Subyatiningsih
(1987) (1999)
Keluarga 75,00% 62,35%
Transaksi 50,67% 32,40%
Keagamaan 28,00% 18,65%
Seni/tradisi/budaya 73,50% 37,87%
Perbandingan kedua hasil di atas penelitian mengindikasikan bahwa fungsi
kultural dan natural yang diemban BU yang tercermin pada pemakaian bahasa
(language in use) dalam berbagai ranah dan ragam fungsionalnya semakin
berkurang. Perlu diingat bahwa penurunan fungsi BU dalam ranah-ranah keluarga.
transaksi, keagamaan, seni, tradisi, dan budaya yang secara kuantitatif itu terjadi
selama 12 tahun (1987-1999). Diasumsikan bahwa setelah berlalu 12 tahun pula,
xix
1999-2013, atau kurang lebih 14 tahun, penyusutan fungsi BU dalam ranah-ranah
tersebut tetap akan terjadi pula. Penyusutan pemakaian BU diawali pula oleh
ketidakterpakaian leksikon-leksikon BU dalam setiap konteks pemakaiannya, di
samping karena tidak adanya pewarisan bahasa sebagai wahana, sistem kode,
dan sistem simbol verbal kepada generasi berikutnya baik melalui jalur
pendidikan (formal, informal) maupun non-pendidikan. Karena fenomena di atas,
karakteristik BU berubah sehingga ditengarai ada sejumlah leksikon lingkungan
alam yang bertahan, bergeser, dan hampir punah.
Kajian terhadap BU sudah sangat banyak dilakukan, seperti tentang
linguistik makro, khususnya sosiolinguistik, di antaranya oleh Herusantosa
(1987), Subyatiningsih (1999); Kusnadi (2002), Sariono (2002), dan Sariono
(2007) dan linguistik mikro, di antaranya oleh Prijangga (1957), Tim Peneliti
FKSS IKIP Malang (1979), dan Herusantosa (1987), serta tentang budaya dan
sastra, di antaranya oleh Sudjarwadi (1995), Marwoto (1999), dan Arps (1990-
1992).
Terkait dengan objek kajian, penelitian ini merupakan penelitian baru.
Selama ini belum pernah ada penelitian terhadap BU tentang leksikon (khususnya
leksikon yang berkategori nomina dan verba dengan menggunakan kajian
ekolinguistiksehingga hasil penelitian dapat bermanfaat untuk kepentingan
beberapa pihak. Oleh karena itu, kajian tentang khsanah leksikon lingkungan alam
BU dalam dinamika guyub tuturnya difokuskan pada empat permasalahan yang
dirumuskan sebagai berikut.
1) Bagaimanakah bentuk-bentuk lingual keberagaman leksikon lingkungan alam
BU?
2) Bagaimanakah gambaran keberagaman (diversity) leksikon lingkunganalam
BU yang mewadahi pengetahuan GTBU?
3) Bagaimanakah dinamika pemahaman dan penggunaan leksikon lingkungan
alam antargenerasi GTBU?
4) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan dinamika pemahaman dan
penggunaan leksikon lingkungan alam antargenerasi GTBU?
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua, yakni tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendokumentasikan
kekayaan leksikon tentang lingkungan alam BU, sedangkan tujuan khususnya,
yakni (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk lingual keberagaman leksikon
lingkungan alam BU; (2) mendeskripsikan gambaran keberagaman (diversity)
leksikon lingkungan alam BU yang mewadahi pengetahuan GTBU; (3)
mendeskripsikan dinamika pemahaman dan penggunaan leksikon-leksikon
lingkungan alam antargenerasiGTBU; dan (4) mendeskripsikan faktor-faktor
yang menyebabkan dinamika pemahaman dan penggunaan leksikon lingkungan
alamGTBU.
xx
1.3 Manfaat Penelitian
Dari perspektif teoretis, hasil penelitian ini bermanfaat bagi
pengembangan bidang kajian linguistik, khususnya ekolinguistik bidang leksikon.
Hal ini terkait dengan teori perubahan bahasa, sehingga hasil kajian ini
diharapkan dapat menambah data dan informasi tentang leksikon-leksikon
kealaman BU khususnya yang masih bertahan dan yang sudah punah karena
dampak dari perubahan lingkungan alam, bahasa, budaya, globalisasi, dan
modernisasi. Selanjutnya, fakta-fakta yang ditemukan dapat dijadikan acuan,
perbandingan, dan pengembangan penelitian aspek-aspek kebahasaan dan
penelitian yang serupa di tempat lain sehingga pada akhirnya peneliti berikutnya
dapat melakukan penguatan dan pembenaran teoretis, khususnya yang berkaitan
dengan teori ekolinguistik yang diterapkan dalam kajian ini. Sementara itu, secara
praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi: (1) Pusat Bahasa
dan Balai Bahasa dalam merancang pembinaan, pengembangan, dan pelestarian
bahasa dan sastra daerah khususnya bahasa daerah kecil; (2) Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan dengan harapan hasil penelitian ini digunakan untuk
pengembangan pengajaran dan pembelajaran bahasa yang berwawasan
lingkungan; (3) para guru (dan orangtua) dalam merancang kurikulum muatan
lokal terkait dengan pengajaran BU, ataupun bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
terutama di sekolah dasar dan lanjutan; dan (4) bahan acuan dalam usaha
revitalisasi bahasa daerah, khususnya bahasa Using;
2. Kajian Pustaka, Konsep, dan Kerangka Teori
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian terhadap BD di Nusantara yang ada hubungannya dengan
leksikon telah banyak dilakukan, seperti di antaranya penelitian yang dilakukan
oleh Sariono (2002) dalam penelitiannya tentang tingkat penguasaan kosa kata BJ
oleh masyarakat berbahasa Jawa di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa
Timur. Persamaan antara penenitian Sariono (2002) dan penelitian ini tingkat
penguasaan leksikon berbanding lurus dengan tingkatan umur. Penelitian lainnya,
yakni dilakukan oleh Pilgrim (2006) dengan judul A CrosCultural Study into
Local Ecological Knowledge yang berlokasi, yaitu Inggris, India, dan Indonesia
dengan fokus kajian bagaimana masyarakat memahami hubungan, kedekatan, dan
ketergantungan mereka dengan alam sebagai sumber penghidupan. Temuan
Pilgrim (2006) dijadikan acuan dalam konsep tentang faktor-faktor yang
melatarbelakangi punahnya leksikon-leksikon tentang pemahaman dan
pengetahuan responden terhadap leksikon lingkungan alam. “Lnguistic Erotion on
the Chesapeak: Intergenerational Diachronic Shifts in the Lexicalization of the
Bay” adalah judul penelitian yang dilakukan oleh Pandey (2007) yang dimuat
dalam Jurnal Language and Ecology Vol.2: 3 dengan fokus kajian, yakni
pergeseran leksikalisasi sebuah ungkapan lokal “across the bridge”.
Pengelompokan umur responden dalam kajian Pandey (2007) dijadikan acuan
dalam penelitian ini. Sementara itu, Rasna (2010) dengan penelitiannya yang
berjudul “Pengetahuan dan Sikap Remaja terhadap Tanaman Obat Tradisional di
Kabupaten Buleleng: Sebuah Kajian Ekolinguistik” mengetes pengetahuan
leksikon dan pengetahuan manfaat responden terhadap 11 tanaman obat. Cara
xxi
analisis data yang dilakukan Rasna (2010) dipakai pijakan dalam analisis data
dalam penelitian ini. Selanjutnya, Sukharani (2010) melakukan penelitian dengan
judul “Leksikon Nomina Bahasa Gayo dalam Lingkungan Kedanauan Lut Tawar:
Kajian Ekolinguistik” mengetes pengetahuan responden terhadap 360 leksikon
nomina tentang lingkungan ragawi Danau Lut Tawar tentang (1) nama-nama
ikan dan hewan yang hidup di dalam danau dan alirannya, (2) nama-nama burung,
hewan, dan padi di lingkungan danau, (4) nama-nama benda-benda mati yang
ditemukan di dalam dan lingkungan danau, (5) nama-nama alat penangkap ikan
tradisional dan penggemukan ikan di lingkungan danau, dan (6) kebertahanan
bahasa dan budaya Gayo yang terkait dengan kelestarian lingkungan Danau Lut
Tawar. Walaupun banyak perbedaan, penelitian Sukharani (2010) menjadi
inspirasi peneliti untuk melakukan penelitian yang serupa di tempat yang berbeda.
Peneliti lain yang menjadikan pemahaman dan pengetahuan leksikon responden
sebagai bagian dari penelitiannya adalah Saputra (2010) dengan judul penelitian
“Penyusutan Fungsi Sosio-Budaya Bahasa Melayu Langkat di Stabat di
Kabupaten Langkat”. Penerapan teori ekolinguistik dalam penelitian Saputra
(2010) dijadikan pijakan dalam peneitian ini. Penelitian tentang leksikon lainnya
yang berjudul “Khasanah Leksikon Alami Guyub Tutur Karoon: Kajian
Ekoleksikal” yang mengkaji leksikon bahasadilakukan oleh Baru (2012) dengan
temuan, di antaranya bahwa bertahannya sejumlah leksikon-leksikon tersebut
disebabkan oleh entitas-entitas acuannya merupakan sumber hidup dan
penghidupan GTK, di samping karena tingkat populasinya masih banyak
ditemukan di lingkungan tempat tinggal mereka sehingga leksikon-leksikon
tersebut masih ada dalam kognisi mereka. Dijadikannya leksikon tentang hewan
dan tumbuhan sebagai objek kajian dan menerapkan teori ekolinguistik untuk
membedah permasalahan penelitian oleh Baru (2010) dijadikan pembanding
dalam penelitian ini.
2.2 Konsep
Konsep-konsep yang dipakai pijakan dalam peneitian ini mencakup
konsep (1) dinamika, (2) leksikon, (3) lingkungan, Berikut adalah uraian singkat
dari masing-masing konsep yang dimaksud.
(1) Konsep leksikon mengacu pada konsep yang dikemukakan oleh Kridalaksana
(1982) karena leksikon yang dimaksud dalam kajian ini adalah sejumlah daftar
kata-kata tentang lingkungan alam yang disertai dengan penjelasannya dan juga
mengacu pada kekayaan kosakata seseorang, dalam hal ini responden penelitian.
(2)Konsep dinamika mengacu pada konsep yang dikemukakan oleh Crystal
(1985). Akan tetapi terkait dengan kajian ini, yang dimaksud dinamika adalah
perkembangan (development), pergeseran,pemertahanan, dan kebertahanan bahasa
(secara khusus pada tataran leksikon) yang disebabkan oleh perubahan lingkungan
alam dan sosialtempat guyub tutur bahasa itu bermukim.Pergeseran dan
pemertahanan bahasa adalah akibat panjang dari pilihan bahasa secara kolektif
yang dilakukan oleh suatu atau beberapa guyup tutur suatu bahasa. Fasold
(1984:213)mengatakan bahwa ketika sebuah guyub tutur mulai memilih bahasa
baru dalam sebuah domain yang dulunya memakai bahasa yang lama, itu
menandakan bahwa sebuah pergeseran bahasa sedang berlangsung. Di samping
xxii
faktor masyarakat yang dwibahasawan, faktor migrasi, ekonomi, dan pendidikan
adalah faktor-faktor lain penyebab terjadinya pergeseran bahasa.Sebaliknya,
pemertahanan bahasa terjadi apabila sebuah masyarakat/guyub tutur secara
kolektif menentukan untuk melanjutkan menggunakan bahasa-bahasa yang
mereka pakai selama ini dalam komunikasi mereka. Di samping fenomena
pergeseran dan pemertahanan bahasa, dikenal juga fenomnena kebertahanan
bahasa minoritas (kecil) oleh penuturnya yang terjadi secara tidak sengaja dan
tidak terencana. Bertahannya pemakaian sebuah bahasa oleh penutur dapat
dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah faktor`sosial budaya
psikologis penuturnya, faktor latar geografis, dan faktor demografis(Suhadi,
1990:195). Fasold (1984:181) mengaitkan hal ini dengan fungsi bahasa sebagai
contrastive self identification, yaitu bahasa memiliki fungsi sebagai alat
pemersatu atau pemisah diri dari kelompok lain.
(3) Konsep lingkungan mengacu pada konsep yang diajukan oleh Sapir (dalam
Fill dan Muhlhausler, ed., 2001:14), yaitu lingkungan ragawi dan sosial yang
menopang kehidupan GTBU yang terkait dengan lingkungan geografis tempat
mereka berinteraksi dengan flora dan fauna yang hidup di dalamnya.
2.3 Kerangka Teori
Untuk mengkaji permasalahan penelitian diterapkan sebuah teori payung,
dan tiga teori pendukung. Yang menjadi teori payung dalam kajian ini adalah
teori ekolinguistik, sedangkan teori pendukung meliputi teori perubahan bahasa,
teori semantik, dan teori morfologi. Penerapan teori-teori dalam penelitian
dilakukan secara terintegrasi karena saling melengkapi. Teori pertama adalah teori
ekolinguistik yang merupakan teori payung. Teori ini pada awalnya diperkenalkan
oleh Gumperz (1962) dalam gagasannya tentang ekologi bahasa (dalam hal ini
lingkungan sosial) dalam kajian sosiolinguistik. Gumpers (1962:137)
mengemukakan konsep bahwa ekolinguistik diartikan sebagai interaksi antara
bahasa dan lingkungannya lewat penutur bahasa tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa karena guyub tuturlah suatu bahasa dapat berkembang (munculnya
leksikon-leksikon baru), bertahan (tetap terpakainya leksikon-leksikon tertentu
dalam percakapan sehari-hari penutur, bergeser (tergantikannya leksikon-leksikon
tertentu oleh leksikon-leksikon bahasa lain), atau punah (lenyapnya leksikon-
leksikon tertentu dari konsepsi penutur). Gagasan Gumpers (1962) tentang
lingkungan bahasa diperkuat oleh Haugen (dalam Dil, 1972: 325--329) yang
mengatakan bahwa lingkungan suatu bahasa adalah panutur bahasa tersebut yang
dapat berbentuk latar sosial dan latar kultural. Selain lingkungan sosialnya, bahasa
melalui leksikonnya juga merepresentasikan lingkungan ragawinya (seperti
lingkungan kesungaian, kedanauan, pegunungan, persawahan, dan sebagainya).
Fakta menunjukkan bahwa lingkungan alam berubah, bahasa yang dipakai dalam
guyub tutur itu pun berubah seiring dengan berjalannya waktu.
Bang & Doors (dalam Lindo dan Bundesgaard, ed.,2000:10—11)
mengatakan bahwa bahasa merupakan bagian dari sebuah aktivitas sosial yang
terkandung dan mengandung praksis sosial (social praxis). Praksis sosial adalah
sebuah konsep yang mengacu pada semua tindakan, aktivitas, perilaku
masyarakat, baik sesama anggota masyarakat (lingkungan sosial) maupun
xxiii
terhadap lingkungan alamnya. Bahasa dan praksis sosial merupakan dua hal yang
saling berhubungan. Dalam hal ini praksis sosial merupakan aspek yang
mendominasi, sedangkan bahasa merupakan aspek yang didominasi. Hal ini
mengindikasikan bahwa perubahan praksis sosial (perubahan tindakan, aktivitas
dan perilaku manusia terhadap sesama dan juga terhadap lingkungan alamnya)
menimbulkan perubahan pada bahasa atau perubahan praksis sosial merupakan
penyebab perubahan bahasa dan yang paling mudah diamati adalah perubahan
pada tataran leksikon.Praksis sosial melingkupi tiga dimensi (triple dimensions),
yakni (1) dimensi ideologis, yaitu ideologi yang berhubungan dengan tatanan
mental individu atau masyarakat, kognitif, dan psikis yang melekat pada guyub
tutur; (2) dimensi sosiologis adalah dimensi yang berkaitan dengan bagaimana
guyub tutur menata, mengorganisasikan, dan mengomunikasikan interaksi mereka
dengan sesama sehingga muncul rasa kebersamaan, saling mengasihi, saling
membutuhkan dan pada akhirnya memunculkan rasa penghargaan terhadap
sesama; dan (3) dimensi biologis adalah dimensi yang berkenaan dengan
keberadaan kita secara biologis bersanding dengan spesies lain, yang identik
dengan adanya keberagaman (diversity) baik hewan maupun tumbuhan, secara
berimbang dalam sebuah ekosistem yang secara verbal terekam dalam leksikon
bahasa (dalam hal ini bahasa Using) sehingga entitas-entitas itu tertandakan,
dikenal, dan kemudian dipahami. Di samping, itu ketiga dimensi di atas dibentuk
dan sekaligus membentuk bahasa dan ketiganya saling berinteraksi (dialektikal)
sehingga berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa teori ekolinguistik
diterapkan untuk mengkaji keberagaman (diversity)leksikon nomina yang terdiri
atasleksikon flora dan fauna yang merepresentasikan keberagaman entitas-entitas
acuannya serta leksikon verba yang merepresentasikan keberagaman aktivitas
GTBU yang dilakukan, baik terhadap lingkungan ragawi maupun lingkungan
sosial tempat mereka bermukim. Di samping itu, teori ini juga diterapkan untuk
mengkaji adanya interaksi, interelasi, dan interdependensi antara GTBU dan
lingkungan mereka yang intensitasnya memunculkan dinamika tingkat
pemahaman dan penggunaan pada ketiga kelompok responden.
Teori kedua yang diterapkan dalam kajian ini adalah teori perubahan
bahasa yang dikemukakan oleh Labov (1994) dan Aitchison (1991). Kedua ahli
bahasa ini mengemukakan bahwa perubahan bahasa secara garis besar disebabkan
oleh dua faktor, yakni faktor internal dan eksternal kebahasaan. Labov (1994)
yang pada dasarnya mengungkapkan bahwa perubahan bahasa sering diawali
dengan penyimpangan-penyimpangan dari norma-norma baku pemakaian bahasa
yang biasanya terjadi secara perlahan-lahan (evolutive) dan diawali oleh sesuatu
yang kecil yang terjadi saat ini disebut oleh Labov (1994) dengan istilah language
change in progress. Selanjutnya, Labov (1994) menyebutkan bahwa penyebaran
perubahan bahasa menyangkut dua hal, yakni penyebaran terkait dengan internal
kebahasaan yang menyangkut unsur-unsur kebahasaan tersebut, dan penyebaran
yang berhubungan dengan penuturnya yang dapat berupa penyebaran secara
alamiah, yaitu penyebaran yang dilakukan secara tidak sadar dan bersifat
sistematis oleh sekelompok guyub tutur melalui pemakaian unsur-unsur
kebahasaan tertentu yang berbeda dari kaidah-kaidah yang berlaku selama ini
yang pada akhirnya memunculkan variasi baru dan penyebaran secara sadar, yakni
xxiv
penyebaran yang dlakukan secara sengaja oleh sekelompokanggota masyarakat
yan memiliki prestise , kekuasaan, dan status sosial tinggi yang kemudian ditiru
oleh kelompok “subordinate” sebagai model. Sementara itu, hal senada
dikemukan oleh Aitchison (1991:105-160) yang menyoroti penyebab perubahan
bahasa yang juga dipicu oleh dua faktor: faktor internal psikolinguistik dan faktor
sosial. Faktor pertama terkait dengan sistem bahasa itu sendiri, seperti adanya
proses asimilasi dan proses peminjaman. Sementara itu, faktor kedua yang
merupakan faktor ekternal kebahasaan yang mengacu pada perubahan bahasa
yang disebabkan oleh perubahan kehidupan sosial penuturnya yang terkait dengan
etnis, pekerjaan, jenis kelamin, dan umur (bdk. Holmes, 1992:164—181).
Teori ketiga yang diterapkan untuk mengkaji masalah penelitian ini adalah
teori semantik yang terkait dengan nomenklatur dan cara penamaan entitas-entitas
acuan dalam leksikon BU. Terkait dengan nomenklatur dijelaskan bahwa secara
secara teoritis, hal yang paling mendasar pada anggota masyarakat dalam
penguasaan nomenkaltur ialah mengenali dan/atau memahami nama-nama flora
dan fauna dalam guyub tuturnya sendiri. Pengenalan/pemahaman tersebut tersebut
paling tepat dibedah dengan menggunakan teori “Segitiga makna” dari Ogden dan
Richardas (periksa Ullmann, 1985: 55). Sebab, gagasan teori makna itu bertolak
dari penunjukkan nama-nama (nomenklatur) flora dan fauna itu dengan hal di luar
nama (lambang), yakni benda-benda (things) itu sendiri. Dengan kata lain,
penunjukkan nama-nama itu bersifat ostensif, menunjuk dengan telunjuk jari.
Oleh karen itu, teori makna yang demikian dinamakan Teori Referensial (Saeed,
2000:67).
Pengenalan/pemahaman terhadap nomenklatur itu berjalan sampai usia
(penutur) tertentu. Jadi, setiap anak yang memulai mengenali benda-benda di
sekelilingnya, ia melihat benda itu, atau ada orang lain yang menunjuk dengan
telunjuk jarinya (ostention) benda tertentu dengan nama tertentu pula (lihat teori
Penamaan berikut). Hal itu terjadi berulang, yang pada akhirnya, penutur menjadi
terbiasa dalam mengenali dan memahami nomenklatur flora ataupun fauna tadi.
Kebiasaan yang dimaksud itu didasarkan pada asumsi bahwa penutur
sudah menempatkan nomenklatur itu dalam benaknya. Jadi baik citra bunyi
(acoustic image) maupun makna (meaning) sudah tersimpan dalam otak penutur
ataupun sudah “membatin” (in mind). Oleh karena itu, seseorang yang sudah
mengetahui nama benda tertentu ia tidak perlu lagi melihat atau ada orang lain
yang menunjukkan benda tertentu itu padanya. Dengan kata lain, nama-nama
benda itu sudah menjadi pengetahuan (cognition) baginya. de Saussure menyebut
hubungan nama (lambang) dengan konsep (makna) itu bersifat resiprokal:
lambang langsung berhubungan dengan konsep tanpa perantara objek (referent).
Jadi, apabila penutur ingat akan benda tertentu, misalnya “bambu” sebagai
konsep, ia akan mengucapkan bambu. Secara teknis, berbeda dari Ogden dan
Richards di atas, teori makna dari de Saussure dinamakan Teori Representasinal
(Saeed, 2000:89).
Apabila dihubungkan dengan dinamika pemahaman dan penggunaan
antargenerasi GTBU terhadap kelompok leksikon flora dan fauna BU maka secara
teoritis yang berperan adalah nama-nama benda yang sudah menjadi pengetahuan
itu. Jadi, kajian teoritis dari sudut pemahaman makna atas leksikon flora dan
xxv
fauna BU tidak membutuhkan waktu lama saat seorang anak mulai dalam
pemerolehan nomenklatur yang menjadi objek penelitian ini. Persoalannya ialah
nama-nama benda itu sudah menjadi pengetahuan mereka meskipun entitas
acuannya sudah tidak ditemukan lagi di sekliling mereka. Terkait dengan
penamaan Saeed (2000:27) mengatakan bahwa nama pada dasarnya merupakan
label-label, di antaranya untuk melabelkan manusia, tempat, hewan, tumbuhan
dan benda. Nama bersifat takrif (definite) karena nama-nama yang diberikan
terhadap entitas-entitas acuannya mengandung asumsi si pemberi nama sehingga
pembaca/pendengar dapat mengidentifikasi/ mengenali acuannya. Berdasarkan
ciri-ciri/deskripsi yang dimiliki entitas acuan, pendengar dapat mengidentifikasi
entitas yang dimaksud. Berdasarkan penjelasan di atas maka terkait dengan
penelitian ini, teori yang diterapkan untuk mengkaji keberagaman penamaan flora
dan fauna dalam BU adalah teori yang dikemukan oleh Saeed (2000) dengan
alasan bahwa penamaan terhadap beberapa entitas ada yang bisa ditelusuri
maknanya, namun ada yang tidak bisa ditelusuri. Untuk jenis yang kedua ini,
nama-nama beberapa entitas dianggap merupakan kesepakatan yang muncul
antara anggota masyarakat untuk memberi nama tertentu terhadap entitas tertentu
pula. Sementara itu, untuk mengkaji makna yang terkandung di balik nama- nama
flora dan fauna yang diacu oleh leksikonnya masing-masing digunakan teori yang
dikemukan oleh Jacobs (dalam Laird dan Gorrel, 1971:92-93) yang
mengklasifikasikan makna yang ada di balik nama-nama binatang dan Verheijen
(1984) yang mengkaji makna di balik nama beberapa tumbuhan yang hidup di
Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Sementara itu, teori yang diterapkan untuk membedah permasalahan
penelitian tentang bentuk-bentuk lingual leksikon keberagaman leksikon
lingkungan alam BU, adalah teori morfologi yang terkait dengan proses
pembentukan katayang dikemukakan oleh Kridalaksana (1996). Hal ini
dilatarbelakangi oleh adanya kemiripan cara pembentukan kata antara
pembentukan kata dalam BI dan dalam BU, yakni di antaranya melalaui proses
afiksasi, reduplikasi, dan komposisi (Kridalaksana, 1996: 32—99).
3. Metode Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di tiga kecamatan di Kabupaten Banyuwangi,
yakni, Kecamatan Giri, Kecamatan Glagah, dan Kecamatan Rogojampi. Ada 63
orang yang dijadikan sampel penelitian yang terdiri dari tiga kelompok umur,
yakni kelompok remaja (15-30 tahun), kelompok dewasa (31-50 tahun), dan
kelompok tua (51 tahun ke atas). Ada dua jenis data dalam penelitian ini, yakni
data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yang merupakan data primer
diperoleh melalui pengakuan diri (self-report) responden yang berhubungan
dengan tingkat pemahaman dan tingkat penggunaan leksikon lingkungan alam,
data sekunder atau data kualitaif dalam penelitian ini digunakan untuk
menjelaskan data kuantitatif.
Untuk mengumpulkan data penelitian digunakan metode pengumpulan
data yang terdiri atas metode dokumentasi, wawancara, pengamatan
berpartisipasi, dan kusioner. Metode kuesioner diterapkan untuk memeroleh data
kuantitatif, sedangkan metode dokumentasi, wawancara, dan pengamatan
xxvi
berpartisipasi digunakan untuk mendapatkan data kualitatif yang juga berfungsi
untuk verifikasi dan triangulasi data. Setelah data kuantitaf terkumpul kemudian
dianalisis dan dideskripsikan yang selanjutnya disajikan dengan menerapkan
metode formal dan informal.
4. Hasil Penelitian
4.1 Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using
Bahasa Using (BU) adalah salah satu BD yang digunakan oleh sebuah
guyub tutur yang berdomisili di beberapa desa di tiga belas kecamatan (dari 24
kecamatan yang ada) di Kabupaten Banyuwang. Secara geografis, Kabupaten
Banyuwangi umumnya, dan lingkungan tempat tinggal guyub tutur bahasa Using
(GTBU) khususnya, merupakan daerah subur, banyak sumber air, serta curah
hujan tinggi sehingga berbagai jenis flora dan fauna tumbuh dan hidup dengan
baik di wilayah ini. Keanekaragaman flora dan fauna ini diwadahi oleh leksikon-
leksikon lingkungan alamyang beragam pula.
Berdasarkan analisis data dan temuan di lapangan, ditemukan bahwa
bentuk-bentuk lingual leksikon lingkungan alam BU terdiri atas leksikon yang
berwujud bentuk dasar, bentuk turunan berafiks, bentuk ulang, dan bentuk
majemuk. Selanjutnya, keberagaman leksikon lingkungan alam BU
diklasifikasikan dan dianalisis berdasarkan(1) kategori kata, yakni leksikon
berkategori nomina dan berkategori verba; (2) cara penamaan, yakni cara
penamaan flora dan fauna; dan (3) relasi makna antara leksikonnya. Leksikon
yang berkategori nomina diklasifikasikan berdasarkan kebermanfaatannya bagi
kehidupan manusia dan dikelompokan menjadi kelompok leksikon flora yang
mencakup kelompok leksikon tanaman bahan pangan, tanaman tanaman buah-
buahan, tanaman sayur-sayuran, tanaman obat dan bumbu, tanaman bunga,
tanaman kelapa, tanaman bambu, dan tanaman lainnya. Sementara itu,
pengelompokan leksikon fauna BU diklasifikasikan berdasarkan
pengklasifikasian ilmu biologi sehingga terbentuk kelompok leksikon mamalia,
burung, reptil, serangga, dan ikan air tawar. Selanjutnya, keberagaman leksikon
lingkungan alam verba BU dikelompokan berdasarkan lokasi aktivitas terjadi dan
objek yang dikenai oleh aktivitas tersebut yang memunculkan kelompok leksikon
verba yang mengacu pada: (1) aktivitas di lahan pertanian dan kebun, aktivitas
terhadap fauna dan isi alam lainnya, aktivitas fauna, dan aktivita alam.
Selanjutnya relasi semantis yang ditemukan di antara leksikon lingkungan alam
BU adalah relasi semantis hiponimi dan relasi semantis meronimi.
4.2 Dinamika Tingkat Pemahaman dan Penggunaan Leksikon Lingkungan
Alam Antargenerasi GTBU
Keberagaman leksikon lingkunganalam BU, tidak saja terlihat pada
keberagaman jenis entitasa acuan, keberagaman cara penamaan, dan keberagaman
relasi semantis, akan tetapi keberagaman juga ditemukan pada tingkat
pemahaman dan pemakaiannya yang merepresentasikan dinamika tingkat
pemahaman dan tingkat penggunaan leksikon-leksikon lingkungan alam BU
tersebut. Ditemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada tingkat
pemahaman dan penggunaan antargenerasi terhadap leksikon lingkungan alam
xxvii
BU. Tingkat pemahaman ketiga kelompok responden terhadap, terutama leksikon
generik kealaman flora BU rata-rata masih di atas 80%, sedangkan terhadap
leksikon-leksikon spesifik yang entitasnya memiliki kebermanfaatan yang tinggi
terhadap kehidupan GTBU tingkat pemahamannya juga tinggi karena adanya
interaksi, interelasi, dan interdependensi yang tinggi antara entitas-entitas acuan
dan GTBU sehingga ada usaha untuk membudidayakannya. Sebaliknya, jikalau
entitas acuannya kurang bermanfaat bagi kehidupan GTBU maka tingkat
pemahaman responden, khususnya remaja, terhadap leksikonnya agak rendah.
Selanjutnya, tingkat penggunaan responden terhadap leksikon flora juga sangat
beragam. Jikalau leksikon flora yang entitasnya memiliki peranan penting dalam
kehidupan GTB, tingkat penggunaan leksikonnya cukup tinggi, yakni di atas 70%
untuk semua kelompok responden karena adanya interaksi, interelasi, dan
interdependensi yang tinggi terhadap entitas acuannya sehingga secara biologis
GTBU membudidayakan dan mempertahankannya. Perihal tingkat pemahaman
dan penggunaan responden terhadap leksikon fauna BU tidak jauh berbeda.
Persentase tingkat pemahaman responden yang tinggi ditemukan pada leksikon-
leksikon generik dan spesifik yang entitas acuannya banyak ditemukan di
lingkungan sekitar dan atau memiliki manfaat bagi kehidupan GTBU cukup
tinggi. Fenomena sebaliknya ditemukan pada tingkat pemahaman, khususnya
leksikon-leksikon spesifik yang populasi entitas acuannya sedikit, ecoregion
tempat hidupnya jauh dari lingkungan tempat tinggal GTBU, serta kurang/tidak
memiliki manfaat bagi kehidupan mereka. Karena latarbelakang yang sama juga
menyebabkan persentase tingkat penggunaan leksikon fauna oleh ketiga
kelompok responden menunjukkan persentase menurun bahkan banyak yang
menunjukkan persentase 0%. Leksikon-leksikon dengan persentase tingkat
penggunaan tinggi juga ditemukan pada leksikon-leksikon yang entitas acuannya
populasinya banyak, memiliki manfaat bagi hidup GTBU, serta ecoregion tempat
hidupnya ada di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Tingkat pemahaman
dan penggunaan terhadap leksikon-leksikon verba pun beragam tergantung pada
sejauh mana mereka memahami dan melakukan aktivitas-aktivitas yang diacu
oleh verba-verba tersebut sehingga ada tingkat pemahaman dan penggunaan
dengan persentase tinggi dan ada yang rendah. Walaupun demikian, tingkat
pemahaman verba lingkungan alam BU oleh responden dewasa dan tua hampir
semuanya di atas 75% sedangkan tingkat penggunaannya adalah 60% ke atas,
kecuali untuk leksikon-leksikon verba yang mengacu pada aktivitas-aktivitas yang
jarang/hampir tidak pernah terjadi.
Karena berbagai faktor, utamanya karena adanya perubahan lingkungan
alam, dan sosial terjadi perubahan pada leksikon BU yang ditandai dengan
munculnya dinamika tentang pemahaman dan penggunaannya. Dinamika leksikon
ini dikategorikan ke dalam leksikon yang bertahan, leksikon yang mengalami
penurunan dalam pemahaman dan penggunaan, dan leksikon yang mengalami
pergeseran. Untuk menentukan leksikon-leksikon yang bertahan dilakukan
dengan membandingkan dan menganalisis perbedaan tingkat
pemahaman/penggunaan pada ketiga kelompok responden. Parameter yang
digunakan untuk menentukan kategori leksikon yang bertahan adalah dengan
menentukan tingkat panggunaan di atas 80% pada semua kelompok responden
xxviii
dengan asumsi bahwa persentase tersebut menunjukkan bahwa frekuensi
kemunculan leksikon-leksikon tersebut dalam percakapan GBTU masih tinggi.
Leksikon-leksikon yang bertahan diwakili oleh leksikon-leksikon yang entitas
acuannya memiliki peran penting dalam beberapa aspek kehidupan GTBU
sehingga entitas-entitasnya dikenal, diakrabi, dimanfaatkan, dipertahankan, dan
dibudidayakan. Atau dengan kata lain dapat disebutkan bahwa secara biologis
entitas-entitas acuannya tumbuh subur di ecoregion ini, secara sosiologis entitas-
entitasnya berperan dalam merekatkan tali persaudaraan, serta secara ideologis
GTBU berusaha mengembangkan entitas-entitas tertentu untuk kepentingan sosial
dan ekonomi.
Sementara itu, leksikon-leksikon BU yang dikategorikan pada kelompok
yang mengalami penurunan adalah leksikon-leksikon dengan tingkat penggunaan
di bawah 80% untuk responden remaja walaupun tingkat pemahamannya tetap
100% dengan asumsi bahwa walaupun seseorang paham akan makna sebuah
leksikon namun leksikon-leksikon tersebut jarang atau tidak pernah digunakan
dan jikalau fenomena ini terjadi dalam kurun waktu yang lama, dalam kurun
waktu tertentu, leksikon tersebut tidak lagi menjadi repertoire kebahasaan
seseorang. Selanjutnya, penurunan penggunaan leksikon juga ditemukan pada
leksikon verba, khususnya responden remaja karena ketidakakraban dan
ketidaktahuan mereka akan aktivitas yang diacu dalam BU atau tergantikannya
leksikon-leksikon tersebut oleh leksikon bahasa lain. Tentang leksikon-leksikon
yang hampir punah, ditemukan bahwa dari 728 leksikon yang digunakan sebagai
sampel penelitian, ditemukan sebanyak 210 leksikon dengan tingkat pemahaman
dan penggunaan yang sangat rendah bahkan mencapai 0%. Hal ini disebabkan, di
antaranya karena eksikon-leksikon tersebut termasuk kelompok yang populasi
entitas acuannya sedikit, kurang diakrabi, dan tidak berperan penting dalam
kehidupan GTBU, fungsi entitasnya digantikan oleh fungsi entitas lain, serta
tergantikannya leksikon BU yang mengacu entitas-entitas tersebut oleh leksikon
bahasa lain.
4.3 Faktor-faktor Penyebab Dinamika Pemahaman dan Penggunaan
Leksikon Lingkungan Alam BU Antargenerasi GTBU
Sementara itu, terjadinya dinamika pemahaman, penggunaan, pergeseran,
serta kebertahanan leksikon lingkungan alam BU disebabkan oleh tiga faktor,
yaitu: (1) faktor kebahasaan, yang terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal;
(2) faktor penutur BU karena adanya perubahan profesi, perubahan pola makan,
dan perubahan pola konsumsi obat. Orientasi kebahasaan penutur, dan (3) faktor
perubahan ekologi (lingkungan fisik) yang berupa perubahan varietis tanaman,
khususnya jenis padi, yaitu dari menanam padi lokal beralih menanam jenis padi
varietas unggul, seperti di antaranya C4, IR 64, dan IR 7 sehingga GBTU tidak
mengenal dan mengakrabi entitas-entitas padi lokal dan lekiskon-leksikonnya.
5. Temuan
Berdasarkan pencermatan terhadap penelitian BU yang telah dilakukan,
didapatkan fakta bahwa penelitian tentang leksikon, khususnya leksikon
lingkungan alam BU dari perspektif kajian ekolinguistik belum pernah
xxix
dilakukan. Oleh sebab itu, apa yang ditemukan dalam penelitian ini merupakan
temuan baru. Temuan baru tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
5.1 Refleksi Hasil Penelitian terhadap Teori yang Diterapkan
Berbicara tentang refleksi hasil penelitian ini terhadap teori yang
diterapkan berarti pembahasan pada bagian yang terkait dengan relevansi teori
yang digunakan dengan hasil temuan penelitian. Seperti telah disebutkan pada
bagian sebelumnya bahwa yang menjadi payung teori dalam penelitian ini adalah
teori ekolinguistik dengan konsep bahwa bahasa dan lingkungannya (lingkungan
sosial dan lingkungan ragawi) saling terkait. Hal senada juga merupakan
penekanan dari teori dialektikal dari Bang & Doors (dalam Lindo dan
Bundesgaard, ed., 2000). Bang & Doosr selanjutnya mengemukakan bahwa
bahasa merupakan bagian dari sebuah aktivitas sosial yang terkandung dan
mengandung praksis sosial (social praxis), yakni sebuah konsep yang mengacu
pada semua tindakan, aktivitas, perilaku masyarakat, baik sesama anggota
masyarakat (lingkungan sosial) maupun terhadap lingkungan alamnya. Dalam
praksis sosial ini terkandung tiga dimensi (triple dimensions), yakni (1) dimensi
ideologis, (2) dimensi sosiologis, dan (3) dimensi biologis, yang ketiganya
dibentuk dan sekaligus membentuk bahasa serta saling berinteraksi (dialektikal).
Sementara itu, penerapan ketiga teori lainnya, yakni teori perubahan bahasa, teori
linguistik antropologi, dan teori semantik sebagai teori pendukung, memantapkan
temuan penelitian. Semua teori yang diterapkan berkonsep dasar bahwa
perubahan bahasa disebabkan oleh perubahan lingkungan sosial dan lingkungan
ragawinya. Temuan penelitian sejalan dengan konsep dasar teori-teori yang
diterapkan, yakni perubahan BU pada tataran leksikon disebabkan oleh
lingkungan sosial dan lingkungan ragawi BU itu sendiri. Berdasarkan temuan di
lapangan, faktor perubahan lingkungan sosial jauh lebih kuat pengaruhnya
terhadap perubahan leksikon BU dibandingkan dengan perubahan lingkungan
ragawinya.
5.2 Refleksi Hasil Penelitian dengan Hasil Penelitian BU yang Pernah
Dilakukan
Refleksi hasil penelitian terhadap hasil-hasil penelitian yang pernah
dilakukan terhadap BU dipilah dalam tiga hal, yakni (1) bidang kajian, (2)
konten, dan (3) temuan daftar leksikon. Refleksi terkait dengan bidang kajian,
seperti telah diulas pada bagian (2.1.2) bahwa ada sejumlah penelitian yang
pernah dilakukan terhadap BU, kajian di bidang mikrolinguistik maupun
makrolinguistik. Khususnya di bidang makrolinguistik, tiga di antaranya berskala
cukup besar, yakni “Bahasa Using di Kabupaten Banyuwangi” oleh Herusantosa
(1987), “Fungsi dan Kedudukan Bahasa Using di Banyuwangi” oleh Subyatingsih
dkk. (1999), dan “Pemilihan Bahasa dalam Masyarakat Using: Studi Kasus pada
Masyarakat Using di Kelurahan Singotrunyan, Kecamatan Banyuwangi,
Kabupaten Banyuwangi” oleh Sariono (2007). Ketiga penelitian ini adalah kajian
di bidang sosiolinguistik yang hanya menghasilkan temuan yang mencerminkan
hubungan timbal balik antara bahasa dan masyarakat tuturnya (lingkungan sosial
bahasa). Jikalau sebuah bahasa masih dicintai sehingga masih digunakan oleh
xxx
guyub tuturnya, hal ini menunjukkan bahwa bahasa tersebut masih bertahan yang
menghasilkan kebertahan sebuah bahasa. Sebaliknya, jikalau temuan penelitian
menunjukan bahwa masyarakat tutur sudah tidak lagi menggunakan bahasanya
sebagai alat komunikasi pada ranah-ranah yang mempersyaratkan penggunaannya
dan memilih menggunakan bahasa lain berarti bahasa tersebut sudah mengalami
pergeseran. Sementara itu, penelitian ini adalah kajian di bidang ekolinguistik
yang merupakan sebuah paradigma baru dalam penelitian bahasa, yakni sebuah
kajian yang yang menyandingkan ekologi (lingkungan) dan linguistik. Sebagai
sebuah disiplin ilmu, ekologi menjelaskan hubungan timbal balik antara mahluk
hidup dan alam di sekelilingnya, sedangkan linguistik adalah studi ilmiah atas
fenomena bahasa, baik secara makro maupun mikro. Temuan penelitian dengan
menerapkan kajian ekolinguistik dapat dipakai untuk meneropong bagaimana
hubungan guyub tutur sebuah bahasa, tidak saja dengan bahasanya, melainkan
juga dengan sesama anggota guyub tutur (lingkungan sosial) dan juga dengan
lingkungan alam (lingkungan ragawi) bahasa tersebut. Misalnya, dengan
menganalisis dinamika pemahaman dan penggunaan guyub tutur terhadap
leksikon lingkungan sosial dan lingkungan alam bahasanya, dapat diungkap
beberapa fakta kebahasaan, seperti apakah bahasa itu mengalami kebertahanan,
penurunan, atau pergeseran, serta ada-tidaknya interaksi, interelasi, atau
interdepensi antara guyub tutur dengan lingkungan ragawi tempat bahasa tersebut
digunakan. Di samping itu, hasil penelitian ini juga dapat dipakai untuk
mengetahui mutu lingkungan ragawi sebuah bahasa apakah masih lestari,
mengalami perubahan, mengalami kerusakan atau kemerosotan, melalui dinamika
pemahaman dan penggunaan leksikonnya.
Selanjutnya, terkait dengan konten penelitian dapat dijelaskan bahwa
dengan ditemukannya tingkat pemahaman dan penggunaan leksikon antargenerasi
GTBU, temuan penelitian ini mempertegas bahwa BU sedang mengalami
pergeseran, khususnya pada tataran leksikon lingkungan alamnya. BU memang
mengalami dinamika dalam kelompok-kelompok: (1) leksikon yang bertahan; (2)
leksikon yang mengalami penurunan; (3) leksikon yang hampir punah; dan (4)
leksikon yang bergeser. Di samping itu, pengelompokan leksikon berdasarkan
kebermanfaatan entitasnya terhadap kehidupan GTBU pada leksikon flora
merupakan temuan baru yang dapat dipakai sebagai dasar untuk penyusunan
sebuah kamus khusus tentang leksikon lingkungan alam. Jikalau temuan ini dapat
ditindaklanjuti maka hal ini merupakan tindakan nyata sebuah syarat
pendokumentasian.
5.3 Kesenjangan Konsepsi Antargenerasi
Hasil temuan yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan
pada pemahaman dan penggunaan leksikon lingkungan alam BU antara responden
remaja di satu sisi dan responden dewasa dan tua di sisi lainnya, mengindikasikan
bahwa ada kesenjangan konsepesi antargenerasi. Rendahnya pemahaman dan
penggunaan leksikon tentang tanaman obat tradisional dan leksikon spesifik
tentang leksikon flora dan fauna pada responden remaja menandakan leksikon-
leksikon tersebut sudah hilang/hampir hilang dari konsepsi mereka. Jika dikaitkan
dengan tiga dimensi dalam praksis sosial, secara ideologis leksikon yang hampir
xxxi
atau sudah punah dari konsepsi mereka adalah leksikon yang entitas acuannya
tidak penting bagi kehidupan mereka sehingga secara sosioekologis tidak ada
interaksi, interelasi, dan interdependensi dengan entitas acuannya. Jikalau entitas
acuannya adalah jenis biotik, secara biologis penutur remaja merasa tidak merasa
perlu membudidayakan entitasnya. Akan tetapi, kesenjangan juga ditemukan pada
konsepsi penutur tua terhadap leksikon tertentu. Hal ini dilatarbelakangi oleh
eksistensi entitas acuan dari leksikon-laksikon yang entitas acuannya merupakan
entitas baru atau entitas tersebut tidak ada atau tidak banyak secara kuantitas
sehingga tidak ada pada konsepsi penutur tua.
6 Simpulan dan Saran
6.1 Simpulan
Bahasa Using (BU) adalah salah satu bahasa daerah yang yang didukung
dan dipakai oleh guyub tuturnya yang merupakan penduduk asli yang mendiami
sebagian wilayah Kabupaten Banyuwangi. Bahasa yang tidak mengenal pelapisan
bahasa atau tingkat tuturan (speech level) ini memiliki leksikon, khususnya
leksikon lingkungan alam, yang beragam. Keberagaman leksikon lingkungan
alam BU pada kajian ini ditemukan kemudian dikelompokan berdasarkan: (1)
bentuk-bentuk lingualnya, yakni leksikon berwujud kata dasar, kata turunan
berafiks, kata ulang, dan kata majemuk;(2) kategori kata, yakni leksikon
berkategori nomina dan leksikon berkategori verba; (3) cara penamaan entitas
acuan, yakni cara penamaan flora dan dan fauna; dan (4) relasi makna. Leksikon
yang berkategori nomina diklasifikasikan menjadi kelompok leksikon flora dan
fauna. Pengklasifikasian terhadap kelompok ini didasarkan pada
kebermanfaatannya pada kehidupan manusia yang mencakup kelompok leksikon
tanaman bahan pangan, tanaman buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman obat dan
bumbu, tanaman bunga, tanaman kelapa, tanaman bambu, dan tanaman lainnya.
Sementara itu, leksikon fauna diklasifikasikan berdasarkan pengelompokan ilmu
biologi sehingga didapatkan kelompok leksikon mamalia, burung, reptil,
serangga, dan ikan air tawar. Selanjutnya, keberagaman leksikon lingkungan
alam verba BU dikelompokan berdasarkan lokasi aktivitas terjadi dan objek yang
dikenai oleh aktivitas tersebut yang memunculkan kelompok leksikon verba yang
mengacu pada: aktivitas di lahan pertanian dan kebun, aktivitas terhadap fauna
dan isi alam lainnya, aktivitas fauna, dan aktivita alam. Relasi semantis antara
leksikon lingkungan alam BU mencakup relasi semantis hiponimi dan relasi
semantis meronimi.Sementara itu, keberagaman dari segi cara penamaan entitas
acuan ditemukan dan kemudian dikelompokan menjadi keberagaman cara
penamaan flora dan fauna. Ada 17 cara penamaan flora dan 12 cara penamaan
fauna. Keberagaman leksikon lingkungan alam BU dari segi relasi maknanya
ditemukan ada dua, yakni relasi makna hiponimi dan relasi makna meronimi.
Sementara itu, dinamika leksikon lingkungan alam BU direpresentasikan
oleh hal-hal, seperti dinamika tingkat pemahaman dan penggunaan leksikon
antargenerasi, kecenderungan dan daya tahan leksikon lingkungan alam BU yang
ditunjukkan oleh leksikon yang bertahan, leksikon yang mengalami penurunan,
dan leksikon yang mengalami kepunahan, serta leksikon yang tergeser yang
tercermin pada perangkat leksikon dengan nama tergantikan bahasa lain dan
xxxii
perangkat leksikon dengan fungsi tergantikan entitas lain. Sementara itu, terkait
dengan terjadinya dinamika leksikon lingkungan alam BU, ditemukan bahwa ada
tiga faktor utama sebagai penyebabnya, yakni faktor kebahasaan, faktor penutur,
dan faktor perubahan ekologi (lingkungan fisik).
6.2 Saran
Berdasarkan informasi dan fakta yang ditemukan dalam kajian ini, pada
uraian berikut dikemukakan beberapa saran yang dianggap berguna bagi
keberlangsungan hidup BU dan penjagaan serta pelestarian lingkungan ragawi
BU.
Perangkat leksikon yang dipakai sebagai sampel dalam penelitian ini
hanyalah sebagian kecil saja jika dibandingkan dengan jumlah leksikon
lingkungan alam BU yang ada. Oleh karena itu, penelitian-penelitian terkait
sangat dibutuhkan demi terdiskripsikan dan terinventarisasikannya secara lebih
mendalam leksikon-leksikon yang ada yang merupakan representasi dari
keberagamannya serta interaksi, interelasi, dan interdenpendensi GTBU dengan
lingkungan alam sekitar mereka.
Rendahnya tingkat pemahaman dan penggunaan leksikon lingkungan alam
BU utamanya oleh generasi muda sangat penting dicermati dan menjadi perhatian
berbagai pihak. Sebagai “bahasa daerah kecil” (bahasa yang tidak memiliki tradisi
sastra) dapat dipastikan bahwa BU tidak pernah mencapai prestise
tinggi.Walaupun hal itu tidak mungkin dicapai, paling tidak GTBU masih
menghargai bahasanya sebagai salah satu aspek kebudayaan mereka dan tidak
menganggap memakai BU sebagai sikap ‘ndeso’.
Selanjutnya, adanya usaha pendokumentasian unsur kebahasaan,
khususnya leksikon lingkungan alam BU sangat perlu dilakukan, karena
berdasarkan temuan di lapangan masih sangat banyak entitas acuan yang
leksikon-leksikonnya tidak ditemukan dalam Kamus Bahasa Using sehingga dapat
disusun kamus bahasa Using khususnya, tentang leksikon lingkungan alam yang
dapat diwariskan kepada generasi GTBU yang akan datang.
xxxiii
SUMMARY OF DISSERTATION
THE REPERTOIRE OF NATURAL ENVIRONMENT LEXICONS IN THE
DYNAMICS OF USING LANGUAGE SPEECH COMMUNITY: AN
ECOLINGUISTIC STUDY
1. Introduaction
1.2 Background and Problems of Study
Using language (UL) is one of the local languages in the archipelago that
is used by the natives of Banyuwangi. Of the 24 districts in Banyuwangi, there are
13 districts where groups of UL speech community are found. Their lives depend
on the natural and the physical environments in which they live, which are not
only in the forms of their dependent relationship to the environment, but also
create patterns and shape the environment. Because of the environment they have
a fairly high rainfall and rich in water resources, they are formed into a farmer
community who still preserve the natural environment around them. This makes
the species of flora and fauna that live and grow in the region are very diverse so
that make UL very rich with the natural environment lexicons which refer to the
entities of the flora and fauna, such as lexicons of flora, padi ‘rice’, kelapa
‘coconut’, and pisang ‘bananas’, as well as lexicons of fauna, among them,
burung ‘birds’, reptil ’reptiles’ and ular ‘snakes’. The impact of globalization of
culture and language, particularly the influence of foreign cultures and
international languages and the dominance of the national language of Indonesia,
as well as changes in the natural environment, the cultural and language
maintenance, particularly with regard to their language attitude they are being
tested in the social contacts with other ethnic groups (among others with the
Javanese, Maduranese, Balinese, and Bandar), leading to the emergence of the use
of another language as the language of instruction in communication by the UL
speech community. This phenomenon is demonstrated through comparison of the
results of research conducted by Herusantosa (1987) and Subyatiningsih (1999) as
follows.
Domains Herusantosa Subyatiningsi
(1987) (1999)
Family 75,00% 62,35%
Transaction 50,67% 32,40%
Religius 28,00% 18,65%
Arts / tradition / culture 73,50% 37,87%
The comparison of the results of the above two studies indicates that the cultural
and natural functions carried by UL is reflected in the decrease of language use in
various domains and functional diversity. The decline in the function of UL in the
domains of the family, transaction, religious, art, traditions, and culture has
quantitatively happened for 12 years (1987-1999). It is assumed that after 12 years
passed, from 1999 to 2013, or approximately 14 years, depreciation functions of
UL in every domain is still going to happen anyway. The decline of UL usage is
also preceded by the lexicon unuse in every context of UL usage, in addition to
xxxiv
the absence of language inheritance as a vehicle, system of code and system of
verbal symbols to the next generation either through education (formal, informal)
and non-education. Due to the above phenomenon, the characteristic of UL
changed so that there are a number of suspected lexicon of natural environment
survive, shift, and are endangered.
A number of UL tudies have been done, such as on the macro linguistics,
especially sociolinguistics, including by Herusantosa (1987), Subyatiningsih
(1999); Kusnadi (2002), Sariono (2002), and Sariono (2007) and micro
linguistics, including by Prijangga (1957), the research team of FKSS IKIP
Malang (1979), and Herusantosa (1987), as well as about the culture and
literature, among them by Sudjarwadi (1995), Marwoto (1999), and Arps (1990-
1992)
Associated with the object of study, this research is a new one because, so
far, there has not been any research on lexicon, (especially on noun and verb by
using ecolinguistic study) so that the results can be beneficial to the interests of
some parties. Therefore, the study of the natural environment lexicon of UL
repertoire in the dynamics of its speakers is focused on four main issues
formulated as follows.
1) How is the lingual forms of the natural environment lexicon diversity
of UL?
2) How is the diversity of UL lexicon that embody the ULspeakers’
knowledge about the natural environment?
3) How is the dynamics of intergenerational understanding and use of
natural environment lexicons of UL speech community?
4) What factors make the dynamics of intergenerational understanding
and use of natural environment lexicons of UL speech community?
1.2 Objectives
The purpose of this study is divided into two, namely general purpose and
special purpose. The general objective of this study is to document the repertoire
of the UL natural environment lexicon, while the specific goal, namely (1)
describing the lingual forms of UL natural environment lexicon diversity; ( (2)
describing the diversity of natural environment lexicon of UL that embodies the
knowledge of UL speech community; (3) describing the dynamics of
intergenerational understanding and use of natural environment lexicons of UL
speech community; and (4) describing the factors that led to the dynamics of the
understanding and use of the natural environment lexicon of UL speech
community.
1.3 Research Benefits
From a theoretical perspective, the result of research is beneficial to the
development of linguistic study, especially ecolinguistics in the area of lexicon.
This is related to the theory of language change, so the result of this study is
expected to be able to add data and information about the UL natural lexicons in
particular that still survive and are already extinct due to the impact of changes in
the natural environment, language, culture, globalization, and modernization.
xxxv
Furthermore, the findings can be used as a reference, comparison, and to develop
aspects of linguistic research and similar studies elsewhere so that future
researchers can eventually strengthen and offer theoretical justification,
particularly with respect to the theory of ecolinguistics applied in this study.
Meanwhile, in practice, this study is expected to provide benefits for: (1) Pusat
Bahasa and Balai Bahasa in planning, developing, and preservation of language
and literature in particular areas of small regional languages; (2) Department of
Education and Culture for the development of ecolanguage oriented teaching and
learning; (3) the teachers in designing local curriculum related to UL teaching, or
Indonesian and English, especially in primary and secondary schools; and (4) as a
reference to revitalization of local language especially UL.
2. Literature Review, Concepts and Theoretical Frameworks
2.1 Literature Review
Researches on local languages in the archipelago relating to lexicon have
much been carried out, such as the research conducted by Sariono (2002) on the
level of people’s mastery of Javanese vocabulary in Bawean Island, Gresik
Region, East Java. The similarity between Sariono’s research (2002) and this
research lexicon is that the mastery level is proportional to the age level. Other
research, which is conducted by Pilgrim (2006) under the title A CrossCultural
Study into Local Ecological Knowledge located, in the United Kingdom, India,
and Indonesia with a focus on the study of how people understand the
relationship, closeness, and their dependence on nature as a source of livelihood.
Pilgrim’s findings (2006) is used as a reference in the concept of the factors
underlying the extinction of lexicons of understanding and knowledge of
respondents about the lexicon of the natural environment."Linguistic Erotion on
the Chesapeak: Intergenerational Diachronic Shifts in the Lexicalization of the
Bay" is the title of the research conducted by Pandey (2007), published in the
Journal of Language and Ecology Vol.2: 3 with the focus of the study, namely the
lexical shift of a local expression "across the bridge ". Grouping the age of
respondents in the study of Pandey (2007) is used as reference in this study.
Meanwhile, Rasna (2010) with a research entitled “Pengetahuan dan Sikap
Remaja terhadap Tanaman ObatTradisional di Kabupaten Buleleng: Sebuah
Kajian Ekolinguistik” tested the respondents’ knowledge of the lexicon and the
benefits of 11 medicinal plants. The way how Rasna (2010) developed data
analysis is used as reference in the data analysis of this study. Furthermore,
Sukharani (2010) conducted a study with the title, “Leksikon Nomina Bahasa
Gayo dalam Lingkungan Kedanauan Lut Tawar: Kajian Ekolinguistik” tested the
respondents knowledge of 360 nouns of physical environment of the Lake of Lut
Tawar regarding (1) the names of fish and animals that live in the lake and flow,
(2) the names of birds, animals, and rice in the lake environment, (4) the names of
inanimate objects found in the environment of the lake , (5) the names of
traditional fishing gear and fattening of the fish in the lake, and (6) the survival of
Gayo language and culture related to environmental sustainability of Freshwater
Lake Lut Tawar. Inspite of many differences, Sukharani’s research (2010) was the
inspiration to conduct similar studies in different places. Other researcher who
xxxvi
made the understanding and knowledge of the lexicon of respondents as part of
the research is Saputra (2010) with the title “Penyusutan Fungsi Sosio-Budaya
Bahasa Melayu Langkat di Stabat di Kabupaten Langkat”. The application of
ecolinguistic theory in Saputra’s research (2010) is used as the basis in this study.
Another research on lexicon entitled “Khasanah Leksikon Alami Guyub Tutur
Karoon: Kajian Ekoleksikal” which examines the lexicon of a language was done
by Baru (2012) with the findings, including that the persistence of a number of
lexicons that are caused by entities of reference is the source of life and livelihood
of the community, in addition that the level of the population is still found in the
environment where they live so that the lexicons are still in their cognition. By
making the lexicon of animals and plants as objects of study and by applying
ecolinguistic theory to dissect the problems of the research by New (2010), a
comparison is made in this study
2.2 Concepts
The concepts used as the basis in this research include (1) dynamics, (2)
lexicon, and (3) environment,
(1) The concept of lexicon refers to the concept proposed by Kridalaksana
(1982) because of the lexicon in question in this study is a list of words
about the natural environment accompanied by an explanation and also
refers to the vocabulary of one's repertoire, in this case, the
respondents.
(2) The concept of dynamics refers to the concept by Crystal (1985). What
is meant by dynamics is the development, shifts, retention, and
survival of language (in particular at the level of lexicon) caused by
changes in the natural and social environment where the speech
community are settled. And the language shift and retention are due to
the length of collective language selection carried out by one or
several speech community of a language. Fasold (1984: 213) says that
when a speech community starts selecting a new language in a domain
that used to use old language, it indicates that a language shift is
underway. In addition to the bilingual community factors, factors of
migration, economics, and education are other factors causing a shift
in the language. In contrast, language maintenance occurs when a
speech community collectively determines to continue using languages
that they use in their communications. In addition to the phenomenon
of shift and the preservation of language, it is also known the survival
fenomnena of minority (small) languages by speakers that happened
by accident and unplanned. The persistence of the use of a language by
speakers can be motivated by several factors, among them the
psychological sociocultural factors of the speakers, geographical
background, and demographic factors (Suhadi, 1990: 195). Fasold
(1984: 181) attributes this to the function of language as contrastive
self-identification, that the language has a function as a means of
unifying or dividing itself from other groups.
xxxvii
(3) The concept of environment refers to the concept proposed by Sapir
(in Fill and Muhlhausler, ed., 2001: 14), namely the physical and
social environment that support the life of UL speech community
related to the geographical environment in which they interact with the
flora and fauna that live in therein.
2.3 Theoretical Framework
To cope with the research problems an umbrella theory and three
supporting theories are applied. The umbrella theory in this study is the theory of
ecolinguistics, while the supporting theory includes the theory of language
change, semantic theory, and the theory of morphology dealing with word
formation process. The application of theories in the research is carried out in an
integrated manner as complementary. The first theory is ecolinguistics as the
umbrella theory. Ecolinguistic theory was initially introduced by Gumperz (1962)
in his idea about language ecology (in this case the social environment) in the
study of sociolinguistics. Gumpers (1962: 137) argues that ecolinguistics is
defined as the interaction between language and the environment through the
speakers. It means that it is due to the speech group that a language can develop
(the emergence of new lexicons), survive (maintain to use specific lexicons in
everyday conversation), shifted (specific lexicons are replaced by the lexicons of
other languages), or extinction (disappearance of specific lexicons from the
speakers’ conception). Gumpers ideas (1962) about the language environment is
reinforced by Haugen (in Dil, 1972: 325-329) who said that the environment of a
language is the language speakers which may take the form of social and cultural
background. In addition to the social environment, the language through the
lexicon also represents its physical environment (such as rivers, lakes, mountains,
rice fields, and so on). Facts show that the natural environment is changed, the
language used by the speech community had changed over time. Bang & Doors
(in Lindo and Bundesgaard, ed., 2000: 10-11) says that language is part of a social
activity contained and containing social praxis. Social praxis is a concept that
refers to all the actions, activities, people's behavior, both fellow members of
society (social environment) and to the natural environment. Language and social
praxis are two things that are related. In this case the social praxis is an aspect that
dominates, while the language is an aspect that dominated. This indicates that
changes in social praxis (change of action, activity and human behavior towards
each other and also to the natural environment) cause changes in language or
changes in social praxis is the cause of language change and the most easily
observed is the change in the level of the lexicon. The social praxis includes triple
dimensions, namely (1) the ideological dimension, namely the ideology associated
with the order of the individual or community mental, cognitive, and
psychological attached to the speech community; (2) sociological dimension is the
dimension that is related to how the speech community arrange, organize, and
communicate their interaction with each other so there is a sense of togetherness,
mutual love, mutual need and ultimately bring a sense of respect for others; and
(3) biological dimensions, related to our being biologically coupled with other
species, which is synonymous with the diversity of both animals and plants, that
xxxviii
are balanced in an ecosystem that is verbally recorded in language lexicons (in
this context Using language) so that the entities are signified, known, and then
understood. The three above dimensions are formed and simultaneously interact
dialectically so it can be said that ecolinguistic theory is applied to study the
diversity of noun lexicons consisting of flora and fauna that represent the diversity
of the reference entities and verbs that represent the diversity of activities done by
the speech community to both the physical and social environment where they
live. In addition, this theory is also applied to study the interaction, interrelation
and interdependence between the speech community of Using language and their
environment which give rise to the dynamics of the level of understanding and use
of the three groups of respondents.
The second theory applied in this study is the theory of language change
proposed by Labov (1994) and Aitchison (1991). Both linguists have argued that
the change in language is broadly due to two factors, namely internal and external
factors of language. Labov (1994) which basically expresses that the language
change often begins with deviations from the norms of standard language usage
that normally occurs gradually (evolutive) and preceded by something that
happened today which is called by Labov (1994) as the language change in
progress. Furthermore, Labov (1994) mentions that the spread of language change
involves two things, namely the spread associated with an internal linguistic
concerning the linguistic elements, and with the spread of speakers that can be
either naturally, namely the deployment is done unconsciously and systematically
by a speech community through the use of certain linguistic elements that are
different from the existing rules that eventually gave rise to new variations and
conscious deployment, ie done intentionally by a prestigious group of people ,
power, and high social status which is then replicated by the "subordinate" as a
model. Meanwhile, similar opinion is also raised by Aitchison (1991: 105-160)
which highlights that the cause of language change is also driven by two factors:
internal, psycholinguistic and social factors. The first factor is related to the
language system itself, such as the assimilation process and the process of
borrowing. Meanwhile, the second factor is the external factor of language that
refers to the language changes caused by changes in the social life of native
speakers associated with ethnicity, occupation, gender, and age (cf. Holmes, 1992:
164-181).
The third theory applied to study the problem of this research is the theory
of semantics associated with the nomenclature and way of naming entities in the
lexicon reference of UL. Related to the nomenclature, theoretically, the most
basic things in the community members in nomenclature mastery is to recognize
and / or understand the names of the flora and fauna in its own speech community.
The introduction of / understanding is best approached using the theory of the
"Triangle of meaning" of Ogden and Richardas (see Ullmann, 1985: 55). The idea
of a theory of meaning departed from the appointment of the flora and fauna
names (nomenclature) with things beyond the name (symbol), the objects (things)
itself. In other words, the appointment of these names are ostensive, pointing with
his index finger. Therefore, the theory of meaning is called Referential Theory
(Saeed, 2000: 67).
xxxix
The introduction of / understanding of the nomenclature develops up to
certain age. Thus, every child who begins to recognize the objects around him, he
sees it, or anyone else pointed ostentively with his index finger certain objects
with certain names as well (see below Naming theory). It happens over and over,
that in the end, the speaker becomes accustomed to recognize and understand the
nomenclature of flora or fauna earlier.
The habit is based on the assumption that the speaker had put
nomenclature in his mind. So the good image of the acoustic image and meaning
is stored in the brain or the speaker has "thought" (in mind). Therefore, someone
who already knows the name of a particular thing does not need to see or anyone
else shows him the particular object. In other words, the names have become
knowledge (cognition) for him. de Saussure called the relationship between name
(symbol) with the concept (meaning) is reciprocal: the symbol is directly related
to the concept without an intermediary object (referent). So, when the speaker
remembers certain things, such as "bamboo" as a concept, he would say bamboo.
Technically, different from Ogden and Richards, the meaning theory of de
Saussure is called the Representational Theory (Saeed, 2000: 89). When linked
with the dynamics of intergenerational understanding and use of UL speech
community against the lexicon of flora and fauna then theoretically the names of
objects that have become knowledge have significant roles. Thus, the theoretical
study from the understanding of meaning of the Using flora and fauna lexicon
does not take long when a child starts in the acquisition of nomenclature which
becomes the object of this study. The problem is that the names of objects that
have become their knowledge yet its reference entity is no longer found in their
neighboring. Associated with naming Saeed (2000: 27) says that the name is
basically a label, including for labeling human, places, animals, plants and
objects. The name is definite because the name given to entities of reference
contains the name of the giver assumption that the reader/listener can identify/
recognize the reference. Based on the characteristics / description owned by the
reference entity, the listener can identify the entity in question. Based on the
above explanation the theory applied to the study the naming diversity of flora and
fauna in Ul is the theory proposed by Saeed (2000) on the grounds that the
naming of the few entities that can be traced, but there are still some that can not
be traced. For this second type, the names of some of the entities are considered to
be an emerging agreement among members of the community to give a specific
name to a particular entity as well. Meanwhile, in order to assess the meaning
behind the names contained in flora and fauna referred by each of the lexicon the
theory proposed by Jacobs is used (in Laird and Gorrel, 1971: 92-93), which
classifies meaning behind names of animals and Verheijen (1984), who examines
the meaning behind the names of some plants that grow in Manggarai regency,
East Nusa Tenggara.
Meanwhile, the theory applied to answer the problems of research on
lingual forms of different natural environment lexicon of Using, is the theory of
morphology dealing with word formation proposed by Kridalaksana (1996). This
is motivated by the similarity between the way of word formation in the
xl
Indonesian and Using languages, namely by the process of affixation,
reduplication, and composition (Kridalaksana, 1996: 32-99).
3. Research Methods
This research was conducted in three districts in Banyuwangi, namely, the
districts of Giri, Glagah, and Rogojampi. Sixty three (63) people are taken as
research sample consisting of three age groups, namely juvenile group (15-30
years old), adult group (31-50 years), and aged group (51 years and above). There
are two types of data in this study, namely quantitative and qualitative data.
Quantitative data is primary data obtained through a self-report by respondents
related to the level of understanding and level of use of the lexicon of the natural
environment, and the secondary data or qualitative data in this study is used to
explain the quantitative data.
To collect the research data methods of documentation, interviews,
participating observation and questionnaire are used. Questionnaire method is
applied to obtain quantitative data, whereas the method of documentation,
interviews, and participating observations are used to obtain qualitative data that
also serve to verify and data triangulation. The collected quantitative data were
then analyzed and described to be presented by implementing formal and informal
methods.
4. Result of Study
4.1 Diversity of Using Natural Environment Lexicons
UL is one of the local languges used by a speech community who live in
several villages in thirteen districts (out of 24 districts) in Banyuwangi Regency.
Geographically, Banyuwangi in general, and the neighborhood where the speech
community of UL settle in particular, is a fertile area, with a lot of water sources,
as well as heavy rainfall so that various types of flora and fauna grow and live.
The diversity of flora and fauna is facilitated by diverse natural environment
lexicons as well.
Based on the analysis of data and findings, it was found that the lingual
forms of Using natural environment lexicon take the form of basic form, affixed
derivative form, reduplication, and compounds. Furthermore, the diversity of the
natural environment lexicon of Using language is classified and analyzed
according to (1) categories of words, including nouns and verbs; (2) ways of
naming, i.e the way how to name flora and fauna; and (3) the relation of meaning
between the lexicons. The category of noun is classified by its usefulness for
human life and is grouped into a group of flora which includes food crops, fruit
trees, vegetables, herbs and spices, flowers, coconut, bamboo, and other crops.
Meanwhile, the grouping of fauna lexicon is classified based on the classification
of biological sciences to form groups of mammals lexicons, birds, reptiles,
insects, and freshwater fish. Furthermore, the diversity of the natural environment
lexicon of verbs is grouped by location of activity and the object that is subjected
by the activities that gave rise to the lexicon of verbs that refers to: (1) activity on
agricultural land and orchards, the activity of the fauna and other natural contents,
faunal activity, and activities of nature. Furthermore, semantic relationships that
xli
were found between the natural environment lexicon of UL is semantic
relationships of hyponimy and metonymy.
4.2 The Dynamics of Level of Intergenerationa Understanding and Use of
Natural Environment Lexicons of Using Language Speech Community
The diversity of natural environment lexicons of Using is not only
apparent at the diversity of the entity of reference, ways of naming, semantic
relations and diversity, but the diversity is also found at the level of understanding
and use that represent the dynamics of the level of understanding and use. It was
found that there are significant differences in the level of intergenerational
understanding and use of the natural environment lexicons. The level of
understanding of the three groups of respondents, especially of the generic natural
lexicon of Using flora is still in average above 80%, while against specific
lexicons which entity have a high usefulness to the life of Using speech
community resulting from their high interaction, interrelation and interdependence
among the reference entities and the speech community encouraging efforts to
cultivate them. Conversely, if the reference entity is less useful for the community
life, the level of understanding of respondents, especially teens, on the lexicon is
rather low.
Furthermore, the level of usage of respondents on the flora lexicon is also
very diverse. If the flora lexicon has an important role in the life of the
community, the level of use is quite high, above 70% for all groups of respondents
due to the high interaction, interrelation and interdependence against its reference
entitity so that biologically the speech community try to cultivate and maintain.
The level of understanding and use of the respondents to the lexicon of fauna is
not much different. The high percentage of respondents level of understanding is
found in generic and specific lexicons which referent entities are found in the
surrounding environment or have high enough benefits. Reverse phenomenon is
found at the level of understanding, especially specific lexicons with limited
reference entities, its ecoregion is far away from the neighborhood of the speech
community, as well as less / has no value in their lives. The same background also
causes the percentage rate of use of the fauna lexicon by three groups of
respondents indicate a decrease even many show the percentage of 0%. Lexicons
with high percentage of usage rates are also found in lexicons with numerous
reference entities, and benefitial to the speech community life, and its ecoregions
are in the neighborhood where they live. The level of understanding and use of the
verb lexicons also varied depending on the extent to which they understand and
carry out the activities referred to by such verbs that there is a level of
understanding and use of both high andlow percentage. However, the level of
understanding of the natural environment verbs of Using language by adults and
aged respondents almost all above 75% while the rate of usage is 60% and above,
except for the verb that refers to activities that rarely / almost never happen.
Due to various factors, mainly because of changes in the natural
environment, and social changes on Using lexicon characterized by the emergence
of the dynamics of understanding and use. The dynamics of this lexicon is
categorized into sustained lexicon, the lexicon decreased in the understanding and
xlii
use, and the shifted lexicon. To determine the sustained lexicons is performed by
comparing and analyzing the differences in levels of understanding / use in all
three groups of respondents. The parameters used to determine the category of the
lexicon that survive is by determining the level of use above 80% in all groups of
respondents on the assumption that the percentage shows that the frequency of
occurrence of such lexicons in conversations among the speech community still
high. Lexicons that survived are represented by those that the reference entities
have an important role in several aspects of speech community life so that its
entities are known, familiar, used, maintained and cultivated. Or in other words it
can be mentioned that biologically the reference entities thrive in this ecoregion,
sociologically its entities play a role in strengthening kinship ties, as well as
ideologically the speech community seek to develop certain entities for social and
economic interests.
Meanwhile, the Using lexicons that are categorized in the group that
experienced a decrease are lexicons with rates of usage below 80% for juvenile
respondents although the level of understanding remains 100% on the assumption
that even if a person understand the meaning of a lexicon but the lexicons are rare
or never used, and if this phenomenon occurs in a long period of time, within a
certain time, the lexicon is no longer a person's linguistic repertoire. Furthermore,
the decline in the use of the lexicon are also found in the lexicon of verbs,
especially teenagers because respondents ignorance of the activities referred to in
Using language or the replacement of certain lexicons by another language
lexicon. As regard to lexicons that are almost extinct, it is found that 728 lexicons
used as samples, 210 lexicons are found with a very low level of understanding
and use and even reached 0%. This is, among others, because the lexicons
belonged to a group whose reference entities are limited, less familiar, and do not
play an important role in the speech community life, its entities function is
replaced by another entity function, as well as on replacement of Using lexicon
that refer to these entities by lexicon of other languages.
4.3 Factors Causing the Dynamics of Intergenerational Understanding and
Use of Natural Environment Lexicon Using Language
Meanwhile, the dynamics of the understanding, usage, shift, as well as the
survival of the natural environment lexicon of UL are caused by three factors,
namely: (1) linguistic factors, consisting of internal and external factors; (2)
factors Using speakers because of changes in profession, eating patterns, and
patterns of drug consumption, language speakers orientation, and (3) changes in
ecological factors (physical environment) in the form of various crops changes,
particularly rice varieties, namely the switch from growing local rice into the
types of rice varieties, such as C4, IR 64 and IR 7 so that the speech community
of UL are ignorance and familiar with the entities of local rice and its lexicons.
5. Findings
The scrutiny of the research that has been done, identified the fact that any
research on the lexicon, particularly the natural environment lexicons of UL from
xliii
the perspective of ecolinguistics has never been done. Therefore, what was found
in this study is a new finding. The new findings can be described as follows.
5.1 Reflection onThe Results of the Theory Applied
As mentioned in the previous section that the umbrella theory in this
research is the theory of ecolinguistics with the concept that the language and the
environment (environmental, social and physical environment) are interrelated.
The same concept is also emphasised on dialectical theory of Bang & Doors (in
Lindo and Bundesgaard, ed., 2000). Bang & Doosr further argued that language is
part of a social activity contained and containing social praxis, which is a concept
that refers to all the actions, activities, people's behavior, both fellow members of
society (social environment) and to the natural environment. This social praxis
contained three-dimensional (triple dimensions), namely (1) the ideological
dimension, (2) sociological dimension, and (3) biological dimensions, the three
are formed and simultaneously shaped the language and interact (dialectical).
Meanwhile, the application of three other theories, namely the theory of language
change, the theory of linguistic anthropology, and semantic theory as a supporting
theory, strengthen the research findings. All the applied theories have the basic
concept that the language change is caused by social and physical environment
changes. The findings of the study is in line with the basic concepts of the theories
applied, namely the changes of Using language in the level of lexicon caused by
the social and physical environment of Using language itself. Based on the
findings, the social environmental change factors have much stronger influence
on Using lexicon changes compared with their physical environment.
5.2 Reflection on the Previous Studies of Using Language
Reflections on the results of study that have been conducted on the UL are
divided into three, namely (1) the field of study, (2) the content, and (3) findings
of the lexicon. Reflections related to the field of study, as has been reviewed in the
section (2.1.2) indicate that there are a number of studies that have been carried
out on UL, studies in the field of microlinguistics and macrolinguistics.
Particularly in the field of macrolinguistics, there are three studies, namely
“Bahasa Using di Kabupaten Banyuwangi” by Herusantosa (1987), “Fungsi dan
Kedudukan Bahasa Using di Banyuwangi” by Subyatingsih dkk. (1999), and
“Pemilihan Bahasa dalam Masyarakat Using: Studi Kasus pada Masyarakat
Using di Kelurahan Singotrunyan, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten
Banyuwangi” by Sariono (2007). The three studies are in the field of
sociolinguistics which only resulted in findings that reflect the reciprocal
relationship between language and society. (language social environment). If a
language is still loved so it is still used by the speech community he said, it
indicates that the language is still persist that produce a language survival.
Conversely, if the findings of the study show that the speech community no longer
use the language as a communication tool in the domains that require its use and
choose to use another language it means the language is already shifting.
Meanwhile, this research is an ecolinguistic study which is a new paradigm in
language study, juxtaposing ecology (environment) and linguistics. As a
xliv
discipline, ecology explains the interrelationship between living beings and nature
around him, while linguistics is the scientific study of language phenomenon of,
both macro and micro. The findings can be used to observe how the relationship
of a speech community, not only with the language, but also with other members
of speech community (the social environment) and also with the natural
environment (physical environment) of the language. For example, by analyzing
the dynamics of understanding and use of the speech community on the lexicons
about the social and natural environment, some language facts can be revealed,
such as whether the language survives, decreases, or shifts, as well as the presence
or absence of interaction, interrelation, or interdepence between the speech
community and the physical environment where the language is used. In addition,
the results can nevertheless be used to determine whether the quality of physical
environment of a language is still preserved, unchanged, damaged or
deterioration, through the dynamics of understanding and use of the lexicons.
Furthermore, in relation to the content of the study it can be explained that
the findings of the level of intergenerational understanding and use of the
lexiconothe by the speech community, confirmed that UL is undergoing a shift,
especially at the level of the lexicon of the natural environment. UL is
experiencing the dynamics in groups of: (1) the lexicon that survive; (2) the
lexicon that decrease; (3) the lexicon that are almost extinct; and (4) the lexicon
that are shifted. The results have become new findings that can be used as a basis
for the preparation of a special dictionary on the lexicon of natural environment. If
these findings can be acted upon then this is a real act of documentation
requirements.
5.3 Intergenerational Conception Gap
The findings that show significant differences in the understanding and use
of the natural environment lexicon of UL among teenage respondents on the one
hand and adults and aged respondents on the other hand, indicate that there is a
conception gap between generations. The lack of understanding and use of the
lexicon of traditional medicinal plants and specific lexicon of flora and fauna on
juvenile respondents indicates that those lexicons are already missing / almost
disappeared from their conception.If it is associated with three dimensions in
social praxis, ideologicallythe lexicon that are almost or already extinct from their
conception are lexicons with unimportantreference entity to their lives so that
socioecologically no interaction, interrelation and interdependence with the
reference entity. If the reference entity is a type of biotic, biologically speaking
teenage speakers feel unnecessary to cultivate entity. However, a gap is also found
in the conception of the old speakers to specific lexicon. This is motivated by the
existence of a reference entity from the lexicons that the reference entity is a new
entity or entities is not much in quantity so that no one in the conception of some
old speakers.
xlv
6 Conclusion and Recommendation
6.1 Conclusion
Using language is one of the local languages that are supported and used
by Using speech community that become the native people inhabiting parts of
Banyuwangi. The language that has no speech level has a lexicon, in particular
diverse natural environment lexicons. The diversity of the Using natural
environment lexicons in this study was grouped based on: (1) lingual forms, the
lexicons taking the forms of base, derivative, affixed, reduplication and compound
words; (2) categories of words, the lexicons with the categories of noun and verb;
(3) ways of naming the reference entity, the way of naming of flora and fauna;
and (4) the relation of meaning. The lexicon categorized as a noun is classified
into groups of flora and fauna. The classification of the group is based on its
usefulness on human life which includes lexicon groups of food crops, fruit trees,
vegetables, herbs and spices, flowers, coconut, bamboo plants, and other plants.
Meanwhile, lexicon of fauna is classified on the basis of biological sciences,
namely lexicon group of mammals, birds, reptiles, insects, and freshwater fish.
Furthermore, the diversity of the natural environment lexicon of verbs is grouped
by location occurring activity and the object subjected by the activities of the
group that gave rise to the lexicon of verbs that refer to: activities on farms and
gardens, the activity of the fauna and other natural contents, fauna, and natural
activities, Semantic relationships between the natural environment lexicon of
Using include and semantic relationships of hyponimy and metonimy.
Meanwhile, the diversity in terms of how the naming of the reference entity is
found and then grouped into the diversity of ways of naming flora and fauna.
There are 17 ways of naming flora and 12 ways of naming fauna. The diversity of
Using natural environment in terms of its meaning relation includes relations of
hiponimy and metonymy.
Meanwhile, the dynamics of the natural environment lexicons of Using are
represented by things, such as the dynamics of the level of intergenerational
understanding and use of lexiconss, inclination and durability of natural
environmental lexicon demonstrated by sustained lexicons, the decreased
lexicons, and the of extinct lexicons, and lexicons that are displaced as reflected in
the lexicon that is replaced by another language. As regard to the dynamics of the
Using natural environment lexicons, it was found that there are three main causing
factors, namely the linguistic, speaker, and ecological change factors (physical
environment).
6.3 Recommendation
Based on the information and facts found in this study, some suggestions
are considered useful for the survival of UL and maintenance and preservation of
the Using physical environment. Lexicon device that is used as a sample in this
study is only a small part compared to the amount of existing natural environment
lexicons. Therefore, related research is needed in order to have a deeper
description and inventory of the lexicons that represent the diversity and
interaction, interrelation, and interdenpendence of the Using speech community
with the natural environment around them. The low level of understanding and
xlvi
use of the natural environment lexicon, particularly by the younger generation is
very important to be observed and to gain the attention of various parties. As a
"small regional language" (a language that does not have a literary tradition) it can
be ascertained that the UL will never reach high prestige. Although it is not
possible to achieve, at least the Using speech community still appreciate the
language as one aspect of their culture and do not consider speaking the Using as
a 'rustic' attitude.
Furthermore, the documentation effort of linguistic elements, particularly
the natural environment lexicon is very necessary, because there are still a great
number of reference entities of lexicons that are not found in the dictionary of UL
so that a special Using dictionary can be made in particular, about the natural
environment lexicon that can be passed on to generations to come.
xlvii
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR ........................................................................................... i
SAMPUL DALAM ......................................................................................... ii
PRASYARAT GELAR .................................................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iv
PENETAPAN PANITIA PENILAI .............................................................. v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ............................................................ vi
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... xiv
ABSTRACT ..................................................................................................... xvi
RINGKASAN ................................................................................................. xviii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xlvi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... liii
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ............................................................. lvii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ lviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 8
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 9
1.4.1 Manfaat Teoretis .................................................................................... 9
1.4.2 Manfaat Praktis ..................................................................................... 10
1.5 Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN
MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................ 13
2.1.1 Beberapa Penelitian tentang Leksikon .................................................... 13
2.1.2 Beberapa Peneltian tentang Bahasa Using .............................................. 24
2.2 Konsep ....................................................................................................... 29
2.2.1 Dinamika ................................................................................................. 29
xlviii
2.2.2 Leksikon .................................................................................................. 31
2.2.3 Lingkungan ............................................................................................. 32
2.3 Landasan Teori ........................................................................................... 33
2.3.1 Teori Ekolinguistik ................................................................................. 33
2.3.2 Teori Perubahan Bahasa .......................................................................... 40
2.3.3Teori Morfologi ........................................................................................ 45
2.3.4 Teori Semantik ........................................................................................ 47
2.4 Model Penelitian ....................................................................................... 61
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Landasan Filosofis ..................................................................................... 63
3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................................ 64
3.3 Responden (Subjek) Penelitian .................................................................. 68
3.4 Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 70
3.5 Istrumen Penelitian..................................................................................... 71
3.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .................................................... 74
3.7 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................................. 76
3.8 Metode Penyajian Analisis Data ............................................................... 77
BAB IV MASYARAKAT DAN BAHASA USING DI KABUPATEN
BANYUWANGI
4.1 Sejarah Kabupaten Banyuwangi ................................................................ 78
4.2 Topografi dan Demografi ........................................................................... 80
4.3 Masyarakat Using....................................................................................... 83
4.4 Bahasa Using .............................................................................................. 94
4.4.1 Sejarah Bahasa Using .............................................................................. 94
4.4.2 Karakteristik Ejaan Bahasa Using ........................................................... 95
4.5 Situasi Kebahasaan di Kabupaten Banyuwangi ......................................... 97
4.6 Status Kebahasaan Bahasa Using............................................................... 99
xlix
BAB V KEBERAGAMAN LEKSIKON LINGKUNGAN ALAM
BAHASA USING
5.1 Pengantar .................................................................................................... 104
5.2 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using…..... 104
5.2.1 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using
Berujud Kata Dasar……………………………………………………. 104
5.2.2 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using
Berujud Kata Turunan ………………………………………………….. 106
5.2.2.1 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using
Berujud Kata Turunan Berafiks …………………………………….. . 107
5.2.2.2 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using
Berujud Kata Ulang ………………………………………………….. 114
5.2.2.3 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using
Berujud Kata Majemuk ………………………………………………. 115
5.3 Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using ........................ 118
5.3.1Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using Berdasarkan
Kategori Katanya .................................................................................... 119
5.3.1.1 Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using
Berkategori Nomina .............................................................................. 119
5.3.1.2Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using
Berkategori Verba……………………………………………………. 173
5.3.2.1 Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using tentang
Aktivitas di Lahan Pertanian dan Kebun .............................................. 174
5.3.2.2 Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using tentang
Aktivitas terhadap Fauna dan Isi Alam Lainnya ..................................... 177
5.3.2.3 Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using
tentangAktivitas Fauna ........................................................................... 179
5.3.2.4 Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using
tentang Aktivitas Alam ........................................................................... 181
5.4 Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using tentang
Cara Penamaan Entitas Acuan .............................................................. 182
l
5.4.1 Keberagaman Cara Penamaan Flora …………………………………. . 183
5.4.2 Keberagaman Cara Penamaan Fauna……………………………........ ... 196
5.5 Keberagaman Leksikon Lingkungan Alam BU dari Segi Relasi
Maknanya .................................................................................................. 206
5.5.1 Relasi Makna Hiponimi ……………………………………………….. 206
5.5.2 Relasi Makna Meronimi ......................................................................... 211
BAB VI DINAMIKA PEMAHAMAN DAN PENGGUNAAN LEKSIKON
LINGKUNGAN ALAM ANTARGENERASI GUYUB TUTUR
BAHASA USING
6.1 Tingkat Pemahaman Leksikon Lingkungan Alam
Antargenerasi GTBU………………………………… ............................. 214
6.1.1Tingkat Pemahaman Leksikon Lingkungan Alam
Antargenerasi GTBU Berkategori Nomina ............................................. 216
6.1.1.1 Tingkat Pemahaman Leksikon Flora Antargenerasi GTBU ................ 216
6.1.1.2 Tingkat Pemahaman Leksikon FaunaAntargenerasi GTBU ............... 237
6.1.2 Tingkat Pemahaman LeksikonVerba Antargenerasi GTBU .................. 251
6.1.2.1 Tingkat Pemahaman Leksikon Aktivitas di Lahan
Pertanian dan Kebun Antargenerasi GTBU ......................................... 251
6.1.2.2 Tingkat Pemahaman Leksikon Aktivitas terhadap Fauna dan Isi Alam
Lainnya Antargenerasi GTBU ............................................................ 254
6.1.2.3 Tingkat Pemahaman Leksikon Aktivitas Fauna
Antargenerasi GTBU ........................................................................... 256
6.1.2.4 Tingkat Pemahaman Leksikon Aktivitas Alam
Antargenerasi GTBU ........................................................................... 257
6.2 Tingkat Penggunaan LeksikonLingkungan Alam Antargenerasi GTBU .. 258
6.2.1 Tingkat Penggunaan Leksikon Lingkungan Alam
Antargenerasi GTBU Berkatogori Nomina ............................................ 259
6.2.1.1 Tingkat PenggunaanLeksikon Flora Antargenerasi GTBU ................. 260
6.2.1.2 Tingkat PenggunaanLeksikon Fauna Antargenerasi GTBU ................ 283
6.2.2 Tingkat Penggunaan Leksikon Lingkungan Alam
Antargenerasi GTBU Berkategori Verba ................................................ 297
6.2.2.1 Tingkat Penggunaan Leksikon Aktivitas di Lahan
Pertanian dan Kebun Antargenerasi GTBU ....................................... 297
li
6.2.2.2 Tingkat Penggunaan Leksikon Aktivitas terhadap Fauna dan Isi
Alam Lainnya Antargenerasi GTBU ................................................... 301
6.2.2.3 Tingkat Penggunaan Leksikon Aktivitas Fauna
Antargenerasi GTBU ........................................................................... 304
6.2.2.4 Tingkat Penggunaan Leksikon Aktivitas Alam
Antargenerasi GTBU ........................................................................... 306
6.3Kecenderungan dan Daya Tahan Leksikon Lingkungan Alam
Bahasa Using ........................................................................................ 308
6.3.1 Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using yang Bertahan .................... 308
6.3.2 Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using yang
Mengalami Penurunan ........................................................................... 312
6.3.3 Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using yang Hampir Punah............ 316
6.4 Perangkat Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Usingyang Tergeser ........ 325
6.4.1 Perangkat Leksikon Lingkungkungan Alam Bahasa Using dengan
Nama Entitas Tergantikan Bahasa Lain ................................................. 324
6.4.2 Perangkat Leksikon Lingkungkungan Alam Bahasa Using dengan
Fungsi Tergantikan oleh FungsiEntitas Lain .......................................... 326
BAB VII FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERBEDAAN TINGKAT
PEMAHAMAN DAN PENGGUNAAN LEKSIKON
LINGKUNGANALAM ANTARGENERASI GTBU
7.1 Faktor Kebahahasaan ................................................................................. 329
7.2 Faktor Penutur BU ..................................................................................... 330
7.2.1 Orientasi Kebahasaan .............................................................................. 332
7.2.2 Pudarnya Kesetiaan terhadap Bahasa Ibu ............................................... 333
7.2.3 Mobilitas Sosial Horisontal ..................................................................... 333
7.2.4 Transfer Pengetahuan yang Terputus ...................................................... 335
7.3 Faktor Perubahan Ekologi (Lingkungan Fisik) .......................................... 335
7.3.1Peralihan Fungsi Lahan ............................................................................ 336
7.3.2Perubahan Varietas Tanaman ................................................................... 337
BAB VIII TEMUAN PENELITIAN
8.1 Refleksi Hasil Penelitian terhadap Teori yang Diterapkan …………… .. 339
lii
8.2 Refleksi Hasil Penelitian dengan Hasil Penelitian Terdahulu ………..... 340
8.3 Kesenjangan Konsepsi Antargenerasi ……………………………….. .. 342
BAB IX SIMPULAN DAN SARAN
9.1 Simpulan .................................................................................................... 344
9.2 Saran ........................................................................................................... 350
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 352
DAFTAR LAMPIRAN
A. DAFTAR RESPONDEN .......................................................................... 359
B. DAFTAR INFORMAN ............................................................................. 362
C. SAMPEL PERCAKAPAN DALAM BAHASA USING ....................... 387
D. PETA KABUPATEN BANYUWANGI .................................................. 395
E. SURAT IZIN PENELITIAN .................................................................... 396
liii
DAFTAR TABEL
3.1Rincian Responden Penelitian.................................................................... 69
3.2 Sebaran Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using ................................. 73
4.1 Situasi Demografi Kabupaten Banyuwangi ............................................... 82
4.2 Perbandingan Pemilihan Bahasa berdasarkan Ranah antara
Herusantosa (1987) dan Subjatiningsih (1999) .......................................... 98
5.1 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using
yang Berwujud Kata Dasar ........................................................................ 105
5.2 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using
yang Berwujud Kata Turunan Berafiks {N-} ............................................ 109
5.3 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using
yang Berwujud Kata Turunan Berimbuhan Gabung {N-/-i} .................... 113
5.4 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using
yang berwujud Kata Ulang......................................................................... 114
5.5 Bentuk-Bentuk Lingual Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using
yang berwujud Kata Majemuk ................................................................... 116
5.6 Keberagaman Leksikon Tanaman Bahan Pangan Bahasa Using .............. 122
5.7 Keberagaman Leksikon Tanaman Buah-buahan Bahasa Using .............. 126
5.8 Keberagaman Leksikon Tanaman Sayur-sayuranBahasa Using ............... 131
5.9 Keberagaman Leksikon Tanaman Bumbu dan Obat Bahasa Using ........ 136
5.10 Keberagaman Leksikon Tanaman Bunga Bahasa Using ........................ 140
5.11 Keberagaman LeksikonTanaman Kelapa Bahasa Using ......................... 143
5.12 Keberagaman LeksikonTanaman Bambu Bahasa Using ......................... 147
5.13 Keberagaman Leksikon Tanaman Lain Bahasa Using ............................ 152
5.14 Keberagaman Leksikon Mamalia Bahasa Using ..................................... 156
5.15 Keberagaman Leksikon Unggas Bahasa Using ....................................... 159
5.16 Keberagaman Leksikon Burung Bahasa Using........................................ 161
5.17 Keberagaman Leksikon Reptil Bahasa Using .......................................... 165
5.18 Keberagaman Leksikon Serangga Bahasa Using ..................................... 167
5.19 Keberagaman Leksikon Ikan Air Tawar Bahasa Using ........................... 172
liv
5.20 Keberagaman Leksikon Verba Bahasa Using tentang Aktivitas di
Lahan Pertanian dan Kebun ..................................................................... 175
5.21 Keberagaman Leksikon Verba Bahasa Using tentang Aktivitas
terhadap Fauna dan Isi Alam Lainnya .................................................... 177
5.22 Keberagaman Leksikon Verba Bahasa Using tentang Aktivitas Fauna ... 180
5.23 Keberagaman Leksikon Verba Bahasa Using tentang Aktivitas Alam ... 181
5.24 Keberagaman Cara Penamaan Flora Acuan Leksikon Lingkungan
Alam Bahasa Using ................................................................................ 194
5.25 Keberagaman Cara Penamaan Fauna Acuan Leksikon Lingkungan
Alam Bahasa Using ................................................................................ 204
5.26 Relasi Makna Hiponimi Leksikon Lingkungan Alam Flora Bahasa
Using ....................................................................................................... 207
5.27 Relasi Makna Hiponimi Leksikon Lingkungan Alam Fauna Bahasa
Using ....................................................................................................... 209
5.28 Relasi Makna Meronimi Leksikon Lingkungan Alam Flora Bahasa
Using ....................................................................................................... 211
5.29 Relasi Makna Meronimi Leksikon Lingkungan Alam Flora Bahasa
Using ....................................................................................................... 213
6.1 Tingkat Pemahaman Leksikon Tanaman Bahan Pangan
Antargenerasi GTBU ................................................................................ 218
6.2 Tingkat Pemahaman Leksikon Tanaman Buah-buahan
Antargenerasi GTBU ................................................................................ 220
6.3Tingkat Pemahaman Leksikon TanamanSayur-sayuran
Antargenerasi GTBU ................................................................................ 223
6.4 Tingkat Pemahaman Leksikon Tanaman Bumbu dan Tanaman Obat
Antargenerasi GTBU ................................................................................ 226
6.5 Tingkat Pemahaman Leksikon Tanaman Bunga Antargenerasi GTBU .... 228
6.6 Tingkat Pemahaman Leksikon Tanaman Kelapa Antargenerasi GTBU ... 229
6.7 Tingkat Pemahaman Leksikon TanamanBambu Antargenerasi GTBU .... 233
6.8 Tingkat Pemahaman Leksikon TanamanLain Antargenerasi GTBU ........ 236
6.9 Tingkat Pemahaman Leksikon Mamalia Antargenerasi GTBU ................ 239
lv
6.10 Tingkat Pemahaman LeksikonUnggas Antargenerasi GTBU ................. 241
6.11 Tingkat Pemahaman Leksikon BurungAntargenerasi GTBU.................. 242
6.12 Tingkat Pemahaman Leksikon Reptil Antargenerasi GTBU ................... 245
6.13 Tingkat Pemahaman Leksikon Serangga Antargenerasi GTBU .............. 247
6.14 Tingkat Pemahaman Leksikon Ikan Air TawarAntargenerasi GTBU ..... 250
6.15 Tingkat Pemahaman LeksikonVerba tentang Aktivitas di Lahan
Pertanian dan KebunAntargenerasi GTBU ............................................. 252
6.16 Tingkat Pemahaman LeksikonVerba tentang Aktivitas terhadap Fauna dan
Isi Alam Lainnya Antargenerasi GTBU ................................................. 254
6.17 Tingkat PemahamanLeksikonVerba tentang Aktivitas Fauna
Antargenerasi GTBU .............................................................................. 256
6.18 Tingkat Pemahaman LeksikonVerba tentang Aktivitas Alam
Antargenerasi GTBU .............................................................................. 258
6.19 Tingkat Penggunaan Leksikon Tanaman Bahan Pangan
Antargenerasi GTBU .............................................................................. 261
6.20 Tingkat Penggunaan LeksikonTanaman Bauh-buahan
Antargenerasi GTBU .............................................................................. 263
6.21 Tingkat Penggunaan LeksikonTanamanSayur-sayuran
Antargenerasi GTBU .............................................................................. 266
6.22 Tingkat Penggunaan LeksikonTanaman Bumbu dan Tanaman
Obat Antargenerasi GTBU ..................................................................... 269
6.23 Tingkat Penggunaan LeksikonTanaman Bunga Antargenerasi GTBU ... . 272
6.24 Tingkat Penggunaan LeksikonTanaman Kelapa Antargenerasi GTBU.. 274
6.25 Tingkat Penggunaan LeksikonTanamanBambu Antargenerasi GTBU.. 278
6.26 Tingkat Penggunaan LeksikonTanaman Lain Antargenerasi GTBU ...... 281
6.27 Tingkat Penggunaan Leksikon Mamalia Antargenerasi GTBU .............. 285
6.28 Tingkat Penggunaan Leksikon Unggas Antargenerasi GTBU ................ 287
6.29 Tingkat Penggunaan Leksikon Burung Antargenerasi GTBU ................ 289
6.30 Tingkat Penggunaan Leksikon Reptil Antargenerasi GTBU ................... 291
6.31 Tingkat Penggunaan Leksikon Serangga Antargenerasi GTBU .............. 292
6.32 Tingkat Penggunaan Leksikon Ikan Air Tawar Antargenerasi GTBU .... 296
lvi
6.33 Tingkat Penggunaan Leksikon Verba tentang Aktivitas di Lahan
Pertanian dan Kebun Antargenerasi GTBU ........................................... 298
6.34 Tingkat Penggunaan Leksikon Verba tentang Aktivitasterhadap
Fauna dan Isi Alam Lainnya Antargenerasi GTBU ................................ 303
6.35 Tingkat Penggunaan Leksikon Verba tentang Aktivitas Fauna
Antargenerasi GTBU .............................................................................. 305
6.36 Tingkat Penggunaan Leksikon Verbatentang Aktivitas Alam
Antargenerasi GTBU ............................................................................... 307
6.37 Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using yang Bertahan ..................... 309
6.38 Leksikon Nomina Lingkungan Alam Bahasa Using yang
Mengalami Penurunan ............................................................................. 314
6.39 Leksikon Verba Lingkungan Alam Bahasa Using yang
Mengalami Penurunan ............................................................................. 316
6.40 Leksikon Nomina Lingkungan Alam Bahasa Using yang
Hampir Punah .......................................................................................... 317
6.41 Leksikon Verba Lingkungan Alam Bahasa Using yang
Hampir Punah .......................................................................................... 322
6.42 Perangkat Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using dengan
Nama EntitasTergantikan oleh Bahasa Lain ............................................ 324
6.43 Perangkat Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using dengan
Fungsi Entitasnya Tergantikan oleh Fungsi Entitas Lain ..................... 326
lvii
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
2.1 Hubungan Antara Dimensi Ideologis, Sosiologis, dan Biologis
terkait dengan Perubahan Bahasa ............................................................. 38
2.2 Hubungan Antara masalah Penelitian dan Teori yang Diterapkan ............ 60
2.3 Model Penelitian Leksikon Lingkungan Alam Bahasa Using ................... 62
lviii
DAFTAR SINGKATAN
Adj = adjektif
BB = bahasa Bali
BD = bahasa daerah
BI = bahasa Indonesia
BJ = bahasa Jawa
BM = bahasa Madura
BU = bahasa Using
GTBU = guyub tutur bahasa Using
N = nomina
N-Adj = nomina-adjektiva
N-N = nomina-nomina
N-Num = nomina-numeralia
TPh = tingkat pemahaman
TPg = tingkat penggunaan
V = verba
V-N = verba-nomina