Post on 26-Oct-2020
TAJDI<D ’AQDI AL-NIKA<H}
BAGI PERKAWINAN WANITA HAMIL
MENURUT ULAMA KABUPATEN CIREBON BAGIAN TIMUR
(Studi Kasus di Desa Tuk Karang Suwung Kec. Lemah Abang Kab. Cirebon)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.HI.)
pada Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah (AAS)
Fakultas Syari’ah
Oleh:
MIFTAHUDIN
Nim: 59310083
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2013M./1434H.
i
IKHTISAR
MIFTAHUDIN:
NIM. 59310083
TAJDI<DU ‘AQDI AL-NIKA<H BAGI PERKAWINAN
WANITA HAMIL MENURUT ULAMA KABUPATEN
CIREBON BAGIAN TIMUR (Studi Kasus di Desa Tuk
Karang Suwung Kec. Lemah Abang Kab. Cirebon) Dari sebagian manusia banyak yang menyalahgunakan keistimewaan dari Allah yakni untuk
melakukan kemaksiatan yang di antaranya berbuat zina sampai mengandung. Guna menutupi aib kehamilan
itu, jalan yang ditempuh dengan dua cara, yakni melakukan aborsi atau mengawinkannya dengan yang
menzinahi, atau ada orang lain yang bersedia menjadi tumbal untuk menutup aib kehamilan. Setelah anak
yang dikandung itu lahir, ada di beberapa daerah yang melakukan pembaharuan akad nikah (tajdi<d ‘aqdi al-nika>h}).
Permasalahannya adalahapakah yang dimaksud dengan tajdi<du ‘aqdi al-nika>h} bagi perempuan hamil
di luar nikah?,bagaimanakah proses tajdi<du ‘aqdi al-nika>h} bagi perempuan hamil di luar nikah setelah
melahirkan di Desa Tuk Karang Suwung Kec.Lemah Abang Kab.Cirebon? dan bagaimanakah pendapat dan
argumentasi ulama Kabupaten Cirebon bagian Timur mengenai tajdi<du ‘aqdi al-nika>h}?
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengertian tajdi<du ‘aqdi al-nika>h}, proses
tajdi<du ‘aqdi al-nika>h} bagi perempuan hamil di luar nikah setelah melahirkan di Desa Tuk Karang Suwung
Kec.Lemah Abang Kab.Cirebon dan pendapat sertadasar/argumen yang digunakan ulama Kabupaten
Cirebon Bagian Timur mengenai tajdi<du ‘aqdi al-nika>h}di Desa Tuk Karang Suwung Kec. Lemah Abang
Kab. Cirebon.
Secara metodelogis penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang berorientasi pada pemecahan
masalah yang ada pada saat sekarang ini. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan teknik
wawancara, observasi, studi pustaka dan studi dokumentasi. Data-data tersebut kemudian dianalisis dengan
model analisis yang digunakan oleh Huberman dan Miles. Dalam analisis interaktif, terdiri dari tiga hal
utama yaitu, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan, bahwaTajdi<d ‘aqdi al-nika>h} adalah memperbaharui akad
nikah setelah melahirkan bayi hasil dari perzinaan, baik dengan laki-laki yang menghamilinya atau laki-laki
yang bukan menghamilinya, bagi seorang suami isteri yang mana isteri tersebut hamil dahulu akibat
perbuatan zina sebelum akad nikah pertama.tajdi<d ‘aqdi al-nika>h} dilaksanakan setelah lahirnya anak dari
hasil kecelakaan atauperkosaan ketika pernikahan pertamanya mempelai perempuan dalam keadaan hamil,
baik nikahnya dengan laki-laki yang menghamilinya atau laki-laki yang bukan menghamilinya. Ulama
Kabupaten Cirebon bagian Timur ulama Kabupaten Cirebon bagian Timur berbeda pendapat. Pertama,
tajdi<d ‘aqdi al-nika<h} boleh dilakukan oleh siapapun jika berniat untuk li al-tabarruk li al-ta’qid. Kedua,
tajdi<d ‘aqdi al-nika<h} tidak boleh dilakukan karena pernikahan pertama sudah sah. Jika dilakukan akan
menimbulkan keraguan maka pernikahan pertama menjadi rusak begitupun pernikahan keduanya yakni
tajdi<d ‘aqdi al-nika<h} juga akan rusak dan yang sahnya adalah akad nikah yang ke tiga. Yang demikian itu,
karena pernikahan merupakan ibadah yang tidak boleh dipermainkan ataupun didasari dengan rasa keragu-
raguan (was-was). Ketiga, tajdi<d ‘aqdi al-nika<h} hukumnya makruh. Karena dengan tajdi<d ‘aqdi al-nika<h} akan menyebarknya aib perempuan yang nikah pertama dalam keadaan hamil. Disamping itu, masyarakat
awam akan menyangka pernikahan pertamanya tidak sah.
15
herman, bunda, teh lail, teh rere, teh nur dan semua yang tak muat dimaktubkan di sini,
yang selalu memberikan semangat dan do’anya.
Thanks to Tossa and Advan
KATA PENGANTAR
Segalapujidansyukursayapanjatkankehadirat Allah SWT yang
telahmemberikanrahmatdanhidayah-Nya,
sehinggaskripsiinidapatdiselesaikansesuaidengan yang telahditargetkan.
SholawatdansalamsemogatetaptercurahkankepadaNabi Muhammad SAW.
besertakeluarganya, sahabatnyasertapengikutnyahinggaakhirzaman.
Apa yang ditulisdaribabpertamasampaibabterakhiriniinsya> Allah
diambildarireferensi yang dapatdipercayadandapatdipertanggungjawabkan. Dengan
demikian, diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari
semua pihak, baik berupa moril maupun materil.
Untukitupenulismenyampaikanterimakasihkepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Maksum Mukhtar, M.A, Rektor IAIN Syekh Nurjati
Cirebon.
16
2. Bapak Dr. Akhmad Kholik, M.Ag. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Syekh
Nurjati Cirebon.
3. Bapak H. Ilham Bustomi, M.Ag.Ketua Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah
Fakultas Syari’ah IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan Pembimbing I.
4. Bapak Nursyamsudin, M.Ag. Sekertaris Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah
Fakultas Syari’ah IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
5. Bapak H. EdySetyawan, L.c. M.A. Pembimbing II
6. BapakKiai Ahmad Mut}ohhar, MM.dariKecamatanSusukanLebak,
KiaiQodirdariKecamatanLemahAbang, K.H. Mahdor Amin, L.c.
dariKecamatanGebang, Kiai Abdul Mu’isSahaldariKecamatanLosari, K.H.
Tubagus Ahmad Rifqi Khowas, S.HI. dariKecamatan Astana Japura, dan K.H.
UsamahManshurdariKecamatanPabedilan.
7. Bapak Saepul Rohman Kepala Desa Tuk Karang Suwung Kec. Lemah Abang
Kab. Cirebon dan perangkatnya.
8. Dosen dan karyawan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati
Cirebon.
9. Nur Kholis (Paman), M. Jazuli (adik kandung), M. Saefuddin Anshory, M.
Husni, Kiki Vatiki, yang bersedia mengantarkan saya untuk soan ke kiai-kiai
dan mendampingi ketika interview.
17
Dan kepada semua pihak yang telah turut membantu terwujudnya skripsi ini
hadir dihadapan pembaca, saya ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya. Semoga
amal perbuatan kita senantiasa mendapatkan rida Allah SWT. Amin.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, saran dan masukan dari para
pembaca sangat dinantikan untuk lebih baik lagi dalam penulisan karya ilmiyah pada
waktu yang akan datang.
Adapun kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih
terhadap perkembangan dan kemajuan civitas akademika IAIN Syekh Nurjati
Cirebon dan bermanfaat bagi penulis khususnya pembaca pada umumnya.
Cirebon, April 2013
Penulis
18
DAFTAR ISI
Halaman
IKHTISAR ..................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii
PENGESAHAN ............................................................................................. iii
NOTA DINAS ................................................................................................. iv
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ................................................ v
PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ xii
MOTO ............................................................................................................ xiii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... xiii
KATA PENGANTAR ................................................................................... xv
19
DAFTAR ISI ................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. LatarBelakangMasalah ......................................................................... 1
B. PerumusanMasalah .............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
D. ManfaatPenelitian ................................................................................ 8
E. PenelitianTerdahulu ............................................................................. 9
F. KerangkaPemikiran .............................................................................. 11
G. MetodePenelitian.................................................................................. 17
H. SistematikaPenulisan ........................................................................... 20
BAB II TAJDI<D ’AQDI AL-NIKA<H} DALAM KAJIAN FIQIH ................ 22
A. Pengertian ’AqadNikah ........................................................................ 22
B. SyaratdanRukunNikah ......................................................................... 24
C. Hal-Hal yang Membuat ’AqadNikahBatal........................................... 27
D. Dasar Hukum Nikah Wanita Hamil .................................................... 30
E. IddahWanita yang Berzina ................................................................... 37
F. Pengertian Tajdi<d ‘Aqdi al-Nika>h} ....................................................... 38
G. Dasar Hukum Tajdi<d ‘Aqdi al-Nika>h} .................................................. 39
BAB III KEADAAN OBJEKTIF DESA TUK KARANG SUWUNG
KECAMATAN LEMAH ABANG KABUPATEN CIREBON ..................
.......................................................................................................................... 4
5
A. Keadaan Geografis .............................................................................. 45
B. Kondisi Demografis ............................................................................ 47
C. Kesadaran dalam Beragama ................................................................ 51
20
D. Kasus Tajdi<du ‘Aqdi Al-Nika>h} ........................................................... 52
E. Ulama Kabupaten Cirebon Bagian Timur ........................................... 53
BAB IV TAJDI<DU ‘AQDI AL-NIKA>H DAN PENDAPAT ULAMA
KABUPATEN CIREBON BAGIAN TIMUR ............................................. 62
A. Proses Tajdi<du ‘Aqdi Al-Nika>h ........................................................... 62
B. Pendapat Ulama Kab. Cirebon Bagian Timur Mengenai Tajdi<du
‘Aqdi Al-Nika>h ................................................................................... 63
C. Analisis ................................................................................................ 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... xx
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah menganugrahi manusia naluri dan akal yang menjadikan membenci
perzinahan. Tidak ada satu manusia pun yang tidak membenci perzinahan kendati dia
sendiri pezina. Tidak seorang pun yang rela ketika anaknya, saudaranya, ibunya
dibuahi oleh siapapun tanpa melalui ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku. Dari
sini, peristiwa yang menjadi seorang perempuan mengandung sebelum pernikahan
dinamai kecelakaan untuk memperhalus kesan buruk dari peristiwa itu. Guna
menutupi aib kehamilan itu, jalan yang ditempuh dengan dua cara, yakni melakukan
aborsi atau mengawinkannya dengan yang menzinahi, atau ada orang lain yang
bersedia menjadi tumbal untuk menutup aib kehamilan.1
Ia pun diberi aneka keutamaan terhadap banyak di antara makhluk-makhluk-
Nya yang lain. Firman Allah dalam surat Al-Isra’ [17]: 70.
Artinya: ”Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan
kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami jadikan dengan kelebihan (yang sempurna)”. (Al-Isra’ [17]: 70.)2
1 M. Quraish Shihab, Perempuan dari Cinta sampai Seks dari Nikah Mut‟ah sampai Nikah
Sunnah dari Bias Lama sampai Bias Baru, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 249-250 2 Mahmud Yunus, Tafsir Qur‟an Karim, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1981), h. 412
2
Segala yang ada di langit dan di bumi ditundukan Tuhannya (Q.S. Al-Jatsiyah
[45]: 13)3 agar dia hidup tenang melaksanakan fungsinya membangun dunia dalam
pengabdian kepada Allah SWT. karena itu kehadiran mereka di pentas dunia ini harus
dengan cara terhormat. Dari sini, Tuhan menetapkan perlunya pernikahan yang harus
memenuhi ketentuan-ketentuan yang menjamin kesucian dan kehormatan makhluk
ini.4
Islam adalah agama yang sempurna, salah satu bentuk kesempurnaannya
adalah Islam mengatur kehidupan dengan demikian detil yang dijelaskan oleh Al-
Qur’an yang diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW.
Artinya: ”Dan kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang Islam.”(an-Nahl: 89)5
Di dalam Al-Qur’an maupun hadits persoalan perkawinan diatur secara
komprehensif. Dalam indeks Al-Qur’an dijumpai sekitar 37 ayat mengenai
perkawinan.6
3 Redaksinya sebagai berikut:
Artinya: ”Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”. 4 M. Quraish Shihab, Perempuan dari Cinta…., h. 249
5 Mahmud Yunus, Tafsir Qur‟an Karim…., h. 393
6 Budi Handrianto, Perkawinan Beda Agama dalam Syari‟at Islam, (Jakarta: PT. Khairul
Bayaan, 2003), h. 14
3
Secara etimologi, pernikahan berarti “persetubuhan”. Ada pula yang
mengartikannya “perjanjian” (al-‟Aqdu). Secara terminologi pernikahan menurut Abu
Hanifah adalah: “Akad yang dikukuhkan untuk memperoleh kenikmatan dari seorang
wanita, yang dilakukan dengan sengaja”.7
Pengukuhan di sini maksudnya adalah sesuatu pengukuhan yang sesuai
dengan ketetapan pembuat syari’ah, bukan sekedar pengukuhan yang dilakukan oleh
dua orang yang saling membuat akad (perjanjian) yang bertujuan hanya mendapatkan
kenikmatan semata.
Menurut mazhab Maliki, pernikahan adalah: “Akad yang dilakukan untuk
mendapatkan kenikmatan dari wanita”. Dengan akad tersebut seseorang akan
terhindar dari perbuatan haram (zina). Menurut mazhab Syafi’i pernikahan adalah:
“Akad yang menjamin diperbolehkan persetubuhan”. Sedang menurut mazhab
Hambali adalah: “Akad yang di dalamnya terdapat lafazh pernikahan secara jelas,
agar diperbolehkan bercampur”.8
Kalau kita perhatikan keempat definisi tersebut jelas, bahwa yang menjadi inti
pokok pernikahan itu adalah Akad (perjanjian) yaitu penyerahan dari orang tua calon
mempelai wanita dan penerimaan oleh calon mempelai pria. Penyerahan dan
penerimaan tanggung jawab dalam arti luas, telah terjadi pada saat akad itu, di
samping penghalalan bercampur keduanya sebagai suami istri.9
7 M. Ali Hasan, Masa>il Fiqhiyah Al-H<adis}ah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997), cet.
II, h. 1 8 Ibid. h. 1
9 Ibid. h. 2
4
Perkawinan antara lain bertujuan melahirkan ketenangan, kebahagiaan dan
langgengnya cinta kasih antara suami istri bahkan semua keluarga.10
Adapun rukun
dan syarat pernikahan di Indonesia sendiri sebagaiman yang telah termaktub dalam
Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 14 sampai pasal 29, untuk melangsungkan
perkawinan harus ada:11
calon suami, calon isteri, wali nikah, dua orang saksi serta
i<jab dan qa>bul.
Meskipun perkawinan telah memenuhi seluruh rukun dan syarat perkawinan
yang telah ditentukan belum tentu perkawinan tersebut sah, karena masih tergantung
lagi pada satu hal, yaitu perkawinan itu terlepas dari segala hal yang menghalang.
Halangan perkawinan itu disebut larangan perkawinan.
Yang dimaksud larangan perkawinan dalam bahasan ini adalah orang-orang
yang tidak boleh melakukan perkawinan. Yang dibicarakan di sini ialah perempuan-
perempuan mana saja yang dilarang untuk dinikahi oleh laki-laki, atau sebaliknya.
Keseluruhannya diatur dalam Al-Qur’an dan dalam hadits Nabi. Larangan
perkawinan itu ada dua macam:
Pertama: larangan perkawinan yang berlaku haram untuk selamanya dalam arti
sampai kapan pun dan dalam keadaan apapun laki-laki dan perempuan itu tidak boleh
melakukan perkawinan. Larangan dalam bentuk ini disebut mah}ram muabbad, ada
tiga kelompok:
10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mis}bah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), cet. II, Volume 9, h. 287 11
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Fokus
Media, 2010), h. 10
5
1. Disebabkan oleh adanya hubungan kekerabatan
2. Larangan perkawinan karena adanya hubungan perkawinan yang disebut
dengan hubungan mushaharah
3. Karena hubungan persusuan
Kedua: larangan perkawinan berlaku untuk sementara waktu dalam arti larangan itu
berlaku dalam keadaan dan waktu tertentu; suatu ketika bila keadaan dan waktu
tertentu itu sudah berubah ia sudah tidak lagi menjadi haram, yang disebut mah}ram
muaqqat/mah}ram gairu muabbad, yakni:12
1. Mengawini dua orang saudara dalam satu masa
2. Poligami di luar batas
3. Larangan karena ikatan perkawinan
4. Larangan karena talak tiga
5. Larangan karena ihram
6. Larangan karena beda agama
7. Larangan karena perzinahan; (1) kawin dengan pezina, (2) kawin dengan
perempuan hamil karena zina.
Islam berusaha dengan sungguh-sungguh agar masyarakat muslim menjadi
masyarakat yang bersih dari penyakit sosial yang membinasakan, seperti zina.
Banyak sekali dampak negatif dari perbuatan zina, seperti halnya dari segi kesehatan,
moral dan lain sebagainya. mereka pun akan mengalami tekanan moral dari berbagai
12
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Prenada Media, 2009), Edisi Pertama, Cetakan Ke-3, h. 110
6
aspek kehidupan oleh masyarakat sekitar dan mencemarkan nama baik diri sendiri
dan keluarga serta didiskriminasikan oleh tetangganya. Mengingat kepada UUD 1945
Pasal 28 I (ayat 2):13
setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap
perlakuan diskriminatif itu. Untuk menutupi hal itu, maka inisiatif keluarga
diantaranya dengan menikahkan anaknya yang hamil di luar nikah baik dengan yang
menghamili ataupun yang bukan menghamilinya.
Dewasa ini, hamil di luar nikah sudah merebak di masyarakat. Diantaranya di
Desa Tuk Karang Suwung Kecamatan Lemah Abang Kabupaten Cirebon. di desa ini,
biasanya wanita hamil di luar nikah sebelum melahirkan langsung dinikahkan baik
dengan laki-laki yang menghamilinya ataupun laki-laki yang tidak menghamilinya.
Tetapi, setelah melahirkan mayoritas melaksanakan akad nikah kembali (tajdi<du
‘aqdi al-nika>h}). padahal kalau kita lihat dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 53 ayat
3 yang berbunyi “Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita hamil,
tidak perlu dilakukan perkawinan ulang setelah anak yang dikandung lahir”.
Dengan demikian, Penulis tertarik mengangkat permasalahan diatas untuk
mengetahui tajdi <du ‘aqdi al-nika>h} bagi Wanita Hamil di Luar Nikah Menurut Ulama
Kabupaten Cirebon bagian Timur, di Desa Tuk Karang Suwung Kecamatan Lemah
Abang Kabupaten Cirebon.
13
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, (Surabaya: Pustaka Agung
Harapan), h.27
7
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah ini terbagi menjadi kedalam beberapa bagian, yaitu
sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah
a. Wilayah Penelitian
Wilayah kajian dalam penelitian ini adalah fiqih munakahat.
b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
dan meneliti langsung ke Desa Tuk Karang Suwung, Kecamatan Lemah
Abang Kabupaten Cirebon.
2. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah yang di maksud dengan tajdi <du ‘aqdi al-nika>h} bagi perempuan hamil
di luar nikah?
2. Bagaimanakah proses tajdi <du ‘aqdi al-nika>h} bagi perempuan hamil di luar
nikah setelah melahirkan di Desa Tuk Karang Suwung Kecamatan Lemah
Abang Kabupaten Cirebon?
3. Bagaimanakah pendapat dan argumentasi ulama Kabupaten Cirebon bagian
Timur mengenai tajdi <du ‘aqdi al-nika>h} bagi perempuan hamil di luar nikah
setelah melahirkan di Desa Tuk Karang Suwung Kecamatan Lemah Abang
Kabupaten Cirebon?
8
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertimbangan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian
ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian tajdi <du ‘aqdi al-nika>h} bagi perempuan hamil di
luar nikah.
2. Untuk mengetahui proses tajdi <du ‘aqdi al-nika>h} bagi perempuan hamil di luar
nikah di Desa Tuk Karang Suwung.
3. Untuk mengetahui pendapat dan dasar/argumen yang digunakan ulama
Kabupaten Cirebon Bagian Timur mengenai tajdi <du ‘aqdi al-nika>h} bagi
perempuan hamil di luar nikah.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka yang diharapkan oleh
penulis melalui penelitian ini adalah manfaat secara teoritis dan secara praktis, yang
dipaparkan sebagai berikut :
1. Secara teoritis :
a. Secara keseluruhan hasil penelitian ini dapat disumbangkan untuk
pengayaan dalam bidang ilmu hukum Islam di Indonesia dan sebagai
sumber informasi ilmiah bagi para pelajar khususnya bidang ilmu hukum
Islam serta menambah pengetahuan untuk melaksanakan profesinya.
9
b. Dapat menguji kesesuaian dasar terjadinya tajdi <du ‘aqdi al-nika>h} dengan
teori.
c. Dapat berguna terutama bagi pelajar yang memperdalam dan
meningkatkan pemahaman ilmu hukum Islam.
2. Secara praktis :
a. Diharapkan dari hasil penelitian ini masyarakat Desa Tuk Karang Suwung
Kecamatan Lemah Abang Kabupaten Cirebon khususnya wanita yang
terkena mushibah hamil di luar nikah dapat memahami dan mengamalkan
hasil penelitian ini.
b. Diharapkan dapat menambah khazanah keilmuwan terutama bagi penulis
sendiri dan para praktisi hukum pada umumnya.
c. Bagi penulis; sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ke-
sarjanaan.
E. Penelitian Terdahulu
Untuk mengetahui lebih jelas tentang permasalahan ini, kiranya sangat
penting untuk mengkaji terlebih dahulu hasil-hasil karya ilmiah dalam permasalahan
yang sama, yang telah terbit sebelumnya, yaitu:
Pertama: penelitian yang dilakukan oleh Afif Azhari NIM : C31304007, S1 –
Ah}wa>l al-Syakhs}iyyah (AS) dibuat : 2009-10-30. Skripsinya merupakan hasil
penelitian lapangan (field research) yang berjudul Tinjauan Hukum Islam terhadap
10
Pernikahan Wanita Hamil di Luar Nikah di KUA Kecamatan Cerme Kabupaten
Gresik. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan: 1) bagaimana proses
pendaftaran pernikahan wanita yang sudah hamil di Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik? dan 2) bagimana tinjauan hukum Islam
terhadap pelaksanaan pernikahan wanita hamil di luar nikah di Kantor Urusan Agama
(KUA) Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik?.
Hasil studinya menyimpulkan bahwa proses pendaftaran nikah wanita hamil
di luar nikah di KUA Cerme sama dengan prosedur pendaftaran nikah calon
mempelai yang tidak hamil. Akan tetapi, KUA Cerme memberikan persyaratan
khusus yaitu pembuatan penyataan kebenaran yang ditulis di atas materai 6.000 yang
dilakukan oleh kedua calon mempelai kasus hamil di luar nikah di dalam majelis
tertutup. Dalam melaksakan pernikahan wanita hamil di luar nikah dengan cara
membuat surat pernyataan kenenaran yang di tulis di atas kertas bermaterai 6000
yang di lakukan oleh pihak KUA Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik telah sesuai
dengan hukum Islam sebagaimana pendapat jumhur ulama yang membolehkan
dinikahinya seorang wanita yang dalam keadaan hamil oleh laki-laki yang
menghamilinya. Selain itu ikhtiyar dan ikhtiyat kepala KUA ini dapat memberikan
kepastian hukum bagi anak yang akan dilahirkan, karena KUA Kecamatan Cerme
Kabupaten Gresik telah melaksakan pernikahan wanita hamil di luar nikah yang
sesuai dengan Pasal 53 Ayat 1 Kompilasi Hukum Islam.
Kedua: penelitian yang dilakukan oleh Muchtar pada tahun 2011 yang
berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Wanita Hamil Diluar Nikah Yang di
11
Nikahi Oleh Laki-Laki Yang Bukan Menghamilinya ( Studi Komparasi Imam Mazhab
). Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dari hasil penelitian
diperoleh bahan : 1. Pandangan Imam Mazhab mengenai wanita hamil diluar nikah
yang dinikahi oleh laki-laki yang bukan mengahamilinya. 2. Perbedaan Para Imam
Mazhab Mengenai wanita hamil diluar nikah yang dinikahi oleh laki-laki yang bukan
menghamilnya. 3. Persamaan para Imam Mazhab mengenai wanita hamil diluar nikah
yang dinikahi oleh laki-laki yang bukan menghamilinya.
F. Kerangka Pemikiran
Perkawinan dengan perempuan hamil karena zina menyangkut dua hal.
Pertama: kawin dengan pezina. Kedua: kawin dengan perempuan yang sedang hamil
karena zina. Kawin dengan perempuan hamil menjadi pembicaraan karena seseorang
yang sedang hamil itu biasanya sedang menjadi iddah hamil dari suaminya yang mati
atau menceraikannya. Dalam hal itu sudah jelas hukumnya, yaitu perempuan tersebut
tidak boleh dikawini karena dia sedang menjalani masa iddah hamil. Ia baru boleh
dikawini setelah ia melahirkan.14
Selain itu, perempuan hamil sebelum nikah, dia
dinikahkan karena untuk menutup-nutupi aib terhadap tetangganya.15
Hukum menikah dengan wanita yang sedang hamil zina ulama madzhab
berselisih pendapat. Dasar-dasar perselisihan tersebut adalah dalam
14
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan, h. 132 15
Yunus S.T. dkk., Ensiklopedi Fiqih Praktis Menurut Qur‟an dan Sunnah, (Jakarta: Pustaka
Imam Syafi’I, 2008), Jilid 03, h. 95
12
menginterpretasikan beberapa dalil di bawah ini yang dipersepsikan beda oleh para
Fuqaha, di antaranya:
1. Firman Allah :
Artinya: ”laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang
berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak
dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang
demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin.”(An-Nur: 3)16
2. Firman Allah:
16
Mahmud Yunus, Tafsir Qur‟an Karim...., h. 509
13
Artinya: ”Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang
perempuan17
; saudara-saudaramu yang perempuan, Saudara-saudara bapakmu
yang perempuan; Saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara
perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang
dalam pemeliharaanmu dari isteri yang Telah kamu campuri, tetapi jika kamu
belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak
berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak
kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua
perempuan yang bersaudara, kecuali yang Telah terjadi pada masa lampau;
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Dan
(diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak
yang kamu miliki18
(Allah Telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya
atas kamu. dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian19
(yaitu) mencari
isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-
isteri yang Telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada
mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah
Mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu Telah saling merelakannya,
sesudah menentukan mahar itu20
. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana”(Q.S. al-Nisa: 23-24)21
3. Firman Allah:
17
maksud ibu di sini ialah ibu, nenek dan seterusnya ke atas. dan yang dimaksud dengan anak
perempuan ialah anak perempuan, cucu perempuan dan seterusnya ke bawah, demikian juga yang lain-
lainnya. sedang yang dimaksud dengan anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu, menurut
Jumhur ulama termasuk juga anak tiri yang tidak dalam pemeliharaannya. 18
Maksudnya: budak-budak yang dimiliki yang suaminya tidak ikut tertawan bersama-
samanya. 19
ialah: selain dari macam-macam wanita yang tersebut dalam surat An Nisaa' ayat 23 dan
24. 20
ialah: menambah, mengurangi atau tidak membayar sama sekali maskawin yang Telah
ditetapkan. 21
Mahmud Yunus, Tafsir Qur‟an Karim...., h. 111
14
Artinya: ”dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian22
diantara kamu, dan
orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki
dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-
Nya) lagi Maha mengetahui.” (Q.S.An-Nur 32).23
4. Hadits Ruwaifi bin Tsabit24
.
Artinya: “Al-Nufaily menceritakan kepada kami, Muhammad bin Salamah
menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Ishak, Yazid bin Abi Hubaib
dari Abi Marzuk menceritakan kepadaku, dari Hansy al-Shan‟aniy dari Ruwaifi‟
bin Tsabit al-Anshariy berkata: berdiri dihadapan kami, saat berkhutbah,beliau
berkata : (Adapaun sesungguhnya aku tidak mengatakan kepada kamu kecuali
apa-apa yang aku dengan dari Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam berkata
pada hari Hunain) “Tidak halal bagi seorang yang beriman kepada Allah dan
hari akhir untuk menyiramkan air (mani)nya ke tanaman orang lain –yakni
menyetubuhi perempuan hamil- Dan tidak halal bagi seorang yang beriman
kepada Allah dan hari akhir untuk menyetubuhi perempuan dari tawanan perang
sampai perempuan itu bersih. Dan tidak halal bagi orang yang beriman kepada
Allah dan hari akhir untuk menjual harta rampasan perang sampai dibagikan
”(H.R. Abu Daud)25
5. Hadits dari A’isyah r.a.:26
22
Maksudnya: hendaklah laki-laki yang belum kawin atau wanita- wanita yang tidak
bersuami, dibantu agar mereka dapat kawin. 23
Mahmud Yunus, Tafsir Qur‟an Karim…., h. 516 24
Abi Daud Sulaiman bin Al-Asy’ats Al-Sajatstani, Sunan Abi Daud, (Mesir: Darulfikri,
1994 M./1414 H.), Juz II, h. 217 25
Ibid. h. 217 26
Yahya Abdurrahman Al-Khatib, Fiqih Wanita Hamil, (Jakarta: Qisthi Press, 2008), h. 89
15
)
(
Artinya: Al-Husain bin Ismail telah menceritakan kepada kami, Abdullah bin
Syubaib menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Al-Munzir menceritakan
kepadaku, Abdullah bin Nafi menceritakan kepada kami, al-Mugirah bin
Abdurrahman al-Makhzumi menceritakan kepada kami dari utsman bin
Abdurrahman Al-Zuhry dari Ibnu Syihab dari Urwah dari „Aisyah Rasulullah
ditanya oleh seorang laki-laki yang yang menzinahi seorang perempuan
kemudian dia(seorang laki-laki ) ingin menikahi perempuan itu, Rasulullah
SAW. bersabda:“ Sesuatu yang haram tidak bisa mengharamkan yang halal
ketika haramnya sesuatu itu pada pernikahan. (H.R. Al- Daaruquthniy).
Menurut hadist ini Rasulullah pernah memberi izin pernikahan wanita
hamil zina walaupun tentu saja hukum hadnya tetap berlaku.27
Adapun pernikahan dengan wanita hamil terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Pernikahan dengan pria yang menghamilinya28
Para ulama sependapat bahwa laki-laki pezina halal menikahi wanita
pezina. Dengan demikian, perkawinan pria dengan wanita yang dihamilinya
sendiri adalah sah. Mereka boleh bersetubuh layaknya suami isteri. Ini juga tidak
bertentangan dengan isi surat Al-Nur ayat 3,29
karena mereka statusnya sebagai
pezina.
27
Huzaemah T. Yanggo, Fiqih Perempuan Kontemporer…., h. 90 28
Huzaemah T. Yanggo dan Hafizh Anshary AZ, Problematika Hukum Islam Kontemporer,
(Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), h. 55 29
Redaksinya sebagai berikut:
16
Mahmud Mathraji dalam kitabnya Al-Muhaz|z|ab mengatakan dengan
tegas bahwa bila seseorang berzina dengan perempuan, tidak diharamkan mereka
nikah, sesuai dengan firman Allah surat Al-Nisa ayat 24.
Artinya: ”dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian”30
2. Pernikahan wanita hamil dengan pria yang bukan menghamilinya
Pendapat Pertama: Ulama Malikiyah Mengatakan bahwa, perempuan tersebut
tidak boleh dikawini kecuali setelah ia melahirkan anak; sebagaimana tidak boleh
mengawini perempuan dalam masa iddah hamil. tidak membolehkan perkawinan
wanita hamil zina secara mutlak sebelum yang bersangkutan benar-benar
terbebas dari hamil (istibra‟) yang dibuktikan dengan tiga kali haidh selama tiga
bulan. Apabila perempuan tersebut nikah sebelum istibra‟, pernikahan tersebut
fa>sid (batal dengan sendirinya); karena khawatir bercampurnya keturunan di
dalam rahim dan Nabi Saw. melarang kita menyirami tanaman orang lain.31
Pendapat Kedua: Imam Syafi’I;
Perkawinan tersebut dipandang sah, karena tidak terikat dengan
perkawinan orang lain (tidak ada masa iddah). Wanita itu boleh juga dicampuri,
karena tidak mungkin nasab (keturunan) bayi yang dikandung itu ternodai oleh
Artinya: “laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau
perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang
berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin.” 30
Mahmud Yunus, Tafsir Qur‟an Karim…., h. 111 31
Huzaemah T. Yanggo, Fiqih Perempuan Kontemporer…., h. 90
17
sperma suaminya, sedang bayi tersebut bukan keturunan orang yang mengawini
ibunya itu.32
Pendapat Ketiga: Ulama Hanafi
Jika wanita yang dinikahi hamil, maka laki-laki yang berzina dengannya
atau laki-laki lain boleh menikahinya, dan tidak wajib ber’iddah. Tapi tidak
boleh disetubuhi sampai melahirkan. Sedangkan Abu Yusuf dan Zafar dari
madzhab Hanafi memandang bahwa jika wanita yang berzina hamil, maka dia
tidak boleh dinikahi.33
G. Metode Penelitian
Dalam penulisan penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif, yang
berorientasi pada pemecahan masalah yang ada pada saat sekarang ini.
Adapun langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Sumber Data
a. Data Primer
Data mengenai pendapat/pandangan ulama Kabupaten Cirebon bagian
Timur tentang mengulang akad nikah bagi wanita hamil di luar nikah.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder diperoleh dari buku-buku dan bahan tertulis lainnya
yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti.
32
M. Ali Hasan, Masa>il Fiqhiyah Al H}a>dis}ah…., h. 88 33
Ibid. h. 88
18
2. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan instrumen
dalam penelitian kualitatif.
a. Wawancara (interview)
Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab kepada beberapa ulama Kabupaten Cirebon bagian Timur
mengenai mengulang akad nikah bagi wanita hamil diluar nikah setelah
melahirkan guna memperoleh keterangan dan informasi mengenai data
yang diperlukan.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena
yang dilakukan secara sistematis. Untuk menyempurnakan aktivitas
pengamatan partisipatif ini, peneliti harus mengikuti kegiatan keseharian
yang dilakukan informan dalam waktu tertentu, memperhatikan apa yang
terjadi, mendengarkan apa yang dikatakannya, mempertanyakan
informasi yang menarik, dan mempelajari dokumen yang diteliti.34
Peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke beberapa ulama
Kabupaten Cirebon bagian Timur guna memperoleh pendapat mereka
mengenai mengulang akad nikah bagi wanita hamil diluar nikah.
c. Studi kepustakaan
34
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.101.
19
Teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan sumber-sumber
kepustakaan dan penelaahannya untuk menganalisa teori-teori dasar dari
konsep yang telah ditemukanoleh para ahli mengenai mengulang akad
nikah bagi wanita hamil diluar nikah.
d. Analisa Data.
Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini ialah analisis interaktif,
model analisis ini digunakan oleh Huberman dan Miles. Dalam analisis
interaktif, terdiri dari tiga hal utama yaitu, reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. Ketiga hal tersebut merupan
kegiatan yang jalin-menjalin. Adapun cara kerjanya sebagai berikut:
1. Proses pengumpulan data, menelaah seluruh data yang didapat dari
berbagai sumber yaitu dari observasi, wawancara, dan studi
kepustakaan.
2. Melakukan reduksi data, memusatkan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
didapat dilapangan. Membuat rangkuman inti proses dan pernyataan-
pernyataan dari beberapa ulama Kabupaten Cirebon bagian Timur
mengenai mengulang akad nikah bagi wanita hamil diluar nikah.
3. Melakukan display data (penyajian data), menyusun seluruh data
kedalam satuan-satuan menurut masalah, serta memeriksa
keautentikan data.
20
4. Penarikan kesimpulan yaitu membuat kesimpulan secara umum dan
khusus sesuai dengan penelitian yang dimaksud.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, penulis membagi kedalam lima bab yang terdiri dari tiga
bagian, yaitu pendahuluan, isi dan penutup. Hal ini dilakukan supaya pembahasan
lebih sistematis. Lebih jelasnya penulis akan paparkan sebagai barikut:
Bab I Pendahuluan, yang didalamnya berisi tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, penelitian terdahulu, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kerangka pemikiran, langkah-langkah penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Penjelasan umum tentang tajdi <du ‘aqdi al-nika>h bagi perempuan hamil
di luar nikah setelah melahirkan dalam kajian fiqih, pada bab ini penulis akan
membahas tentang akad nikah, syarat dan rukun nikah, hal-hal yang membuat akad
nikah batal, dasar hukum nikah wanita hamil, iddah wanita yang berzina, pengertian
tajdi<du ‘aqdi al-nika>h bagi perempuan hamil di luar nikah dan pendapat ulama
madzhab fiqih.
Bab III Kondisi objektif Desa Tuk Karang Suwung Kecamatan Lemah Abang
Kabupaten Cirebon, tingkat pendidikan, kesadaran agama, kasus-kasus tajdi <du ‘aqdi
al-nika>h, ulama Kabupaten Cirebon bagian Timur.
Bab IV Penjelasan tajdi <du ‘aqdi al-nika>h bagi perempuan hamil di luar nikah
setelah melahirkan. Berisikan analisis hasil penelitian tentang: Proses tajdi<du ‘aqdi
21
al-nika>h bagi perempuan hamil di luar nikah setelah melahirkan di Desa Tuk Karang
Suwung Kecamatan Lemah Abang Kabupaten Cirebon. Pendapat ulama Kabupaten
Cirebon Timur mengenai tajdi<du ‘aqdi al-nika>h bagi perempuan hamil di luar nikah
setelah melahirkan yang terjadi di Desa Tuk Karang Suwung Kecamatan Lemah
Abang Kabupaten Cirebon.
Bab V Penutup, menjelaskan kesimpulan dan saran.
xx
DAFTAR PUSTAKA
Andalu>sy, Imam al-Qa>di Abu al-Wali<d Muh}ammad bin Ah}mad bin Muh}ammad
bin Ah}mad bin Rasyid al-Qurt}ubi Al-. Bida>yatul Mujtahid wa Niha>yatul Muqtasid, Indonesia: Da>r al-Ihya Kutub al-’Ara>biyyah.
’Asqola>ni<, Al-H}a>fiz bin H}ajarAl-. Bulug al-Mara>m, Surabaya: Da>r al-’Ilmi
Fernandi, Dani. 2004.Peran Serta Ulama dalam Pembinaan Hukum Islam untuk
Mewujudkan Keluarga Sakinah (Studi Kasus di Kelurahan Ciporang Kec.
Kuningan Kab. Kuningan), Cirebon: Skripsi Program StudyAl-Ahwa>l Al-Syakhs}iyyah.
Ghamrawi, Syekh Muhammad ZuhriAl-. Anwa>r Al-Masa>lik, Surabaya: Al-
Hidayah
Hadidz, Ahsin W. Al-. 2008.Kamus Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Amzah.
Hadziq,Muhammad ’Ishom. 2007.Irsya>d al-Mu’mini<n, Jombang: Maktabah al-
Tura>s| al-Isla>miyPondok Pesantren Tebuireng
Handrianto, Budi. 2003. Perkawinan Beda Agama dalam Syari’at Islam, Jakarta:
PT. Khairul Bayaan.
Hasan, A. Qadir. 2004. Kata Berjawab, Surabaya: Pustaka Progresif.
Hasan, M. Ali, 1997. Masail Fiqhiyah Al-Haditsa. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Husaini, Imam Taqiyyudin Abi Bakar bin Muhammad Al-. Kifayah al-Akhyar.
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan. 2010. Kompilasi Hukum Islam.
Bandung: Fokus Media.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Cirebon#Pemekaran_Daerah
http://arsiparmansyah.wordpress.com/2008/02/13/pengertian-ulama/
http://fiqhsalafiyyach.blogspot.com/2013/03/hukum-tajdidun-nikah-memperbarui-
nikah.html
http://sekolahkita-ghozali.blogspot.com/2011/08/tajdid-nikah-dalam-islam-
bahasa-jawa.html
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga.
xxi
Kamal, Abu Malik. 2007. Fiqih Sunnah Wanita, Jakarta: Pena Pundi Aksara.
Khatib, Yahya Abdurrahman Al-. 2008. Fiqih Wanita Hamil. Jakarta: Qisthi
Press.
Mahjuddin, 2003. Masailul Fiqhiyyah, Jakarta: Kalam Mulia.
Mat}raji, Mah}mud. 2010. al-Majmu} Syarh} al-Muhaz|z|ab, Libanon: Da>r al-Fikri.
Mubarok, Jaih. 2005. Modernisasi Hukum Perkawinan di Indonesi. Bandung:
Pustaka Bani Quraisy.
Muhtaram. 2005. Reproduksi Ulama di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Munawwir, A. W., 1997. Kamus Al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progresif.
M., M. Abdul Ghaffar E. 2001. Fikih Keluarga, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Na’im, Abu. 2008. Sang Ratu Ash-Shorfi, Lirboyo:Mu’jizat (Manivestasi Santri
Jawa Barat).
Riduwan. 2008. Dasar-Dasar Statistika, Bandung: Alfabeta.
Saebani, Beni Ahmad. 2001. Fikih Munakahat, Bandung:CV. Pustaka Setia.
Shiddiqi, Hasbi Ash. 1995. Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur. Jakarta: C.V. Rizki
Grafis.
Shihab, M. Quraish. 1999. Fatwa-Fatwa Seputar Ibadah dan Muammalah,
Bandung: Mizan.
_________________. 2005. Perempuan …dari Cinta sampai Seks dari Nikah
Mut’ah sampai Nikah Sunnah dari Bias Lama sampai Bias Baru. Jakarta:
Lentera Hati.
_________________. 2002. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Sajatstani,Abi Daud Sulaiman bin Al-Asy’atsAl-. 1994 M./1414 H. Sunan Abi
Daud, Mesir: Darulfikri.
Syafi’i, Imam Taqiyuddin Abi Bakr bin Muhammad al-Husainy al-Hashny al-
DamasyqyAl-. Kifa>yah al-Akhyar.
xxii
Syarifuddin, Amir. 2009. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh
Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta: Prenada Media.
S.T.,Yunus dkk. 2008. Ensiklopedi Fiqih Praktis Menurut Qur’an Dan Sunnah.
Jakarta: Pustaka Imam Syafi’I.
Syah, Mohammad Irfan. 2008. Bangsa yang Bersyukur (Tausiyah Kebangsaan
K.H. Adib Rofi’udin Izza).Cirebon: Yayasan Tiar Family.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Surabaya: Pustaka
Agung Harapan.
Yanggo, Huzaemah T. 2001. Fiqih Perempuan Kontemporer. Jakarta: al-Mawardi
Prima.
Yanggo, Huzaemah T. dan Anshary, Hafizh. 1994. Problematika Hukum Islam
Kontemporer. Jakarta: PT. Pustaka Firdaus.
Yunus, Mahmud. 1981. Tafsir Qur’an Karim. Jakarta: PT. Hidakarya Agung.
______________. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an.
Wasman dan Wardah Nuroniyah. 2011. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,
Yogyakarta: Teras.
Zein, Satria Efendi M. 2004. Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer,
Jakarta: Prenada Media.