Post on 02-Mar-2019
Kelainan Kulit pada Infeksi HIV
Dr. Elly D. Arifin, SpKK. FINSDV FAADV
Pendahuluan
Gejala di kulit dapat menjadi tanda pertama infeksi HIV sehingga dapat membantu diagnosis dini.
Membutuhkan usaha lebih untuk identifikasi gejala sehingga dapat mendiagnosis secara dini dan memberikan tata laksana yang
sesuai.
Di negara Barat, kejadian infeksi HIV telah menjadi epidemi dengan jumlah yang konstan. Akan tetapi di negara berkembang,
termasuk Asia, prevalensinya masih terus meningkat.
Penyakit Kulit yang Berhubungan dengan
AIDS dan Gejalanya
Sarkoma Kaposi
Awalnya berupa makula/bercak berwarna merah muda.
3 tahap: bercak, plak, nodus.
Keterlibatan membran mukosa.
Progresivitas lebih agresif pada pasien AIDS.
Prognosis membaik dengan peningkatan CD 4.
Keganasan Lain
AIDS meningkatkan risikoterjadinya berbagai
keganasan (limfoma SSP, limfoma non-Hodgkin, KSS, kanker anus dan serviks, dan kanker kulit lainnya)
meningkat.
Insidensinya berhubungan dengan infeksi virus EBV
dan HPV.
Keganasan Lain
Limfoma non-Hodgkin sel B menyebabkan nodus
kulit.
Karsinoma anus dan serviks bersifat lebih progresif dan
agresif.
KSS multipel di mukosa oral, penyakit Bowen dan KSB
multipel.
Melanoma maligna lebih agresif.
Pada anak dapat terjadi leimiosarkoma (keganasan
tersering kedua pada anak dengan AIDS atau keadaan
imunodefisiensi lainnya).
Infeksi Virus
Herpes simpleks oral dan anogenital rekuren luka kronik.
Infeksi VZV bersifat lebih difus dengan gejala yang tidak biasa. Lesinya dapat berupa papul hiperkeratotik, kutil, ulkus, ektima, menyerupai KSB. Varisela pada anak dapat disertai dengan pulmonitis, hepatitis, dan ensefalitis.
Infeksi EBV leukoplakia oral. Virus tersebut menyebabkan papul putih di sisi lidah. Bukan lesi prekanker, namun menunjukkan keadaan supresi imunitas. Diagnosis banding: kandidosis oral, liken planus oral, lidah geografik.
Infeksi Virus
Ulkus akibat CMV di daerah perineum.
Kutil yang luas dan resisten terhadap terapi di mulut, wajah, telapak kaki, perineum, dan genital.
Moluskum kontagiosum lesi muncul di daerah yang tidak biasa (wajah, leher, kepala bagian atas dengan bentuk dan ukuran yang tidak biasa besar, endofitik, mengalami inflamasi, dan berupa massa).
Infeksi Jamur
Superfisial atau profunda.
Kandidosis yang rekuren dan resisten. Kandidosis orofaringeal salah satu gejala pertama yang
muncul pada infeksi HIV.
Dermatofitosis luas.
Pitiriasis versokolor (PV) yang rekuren dan
persisten.
Infeksi jamur lainnya: coccidioidomycosis,
cryptococcosis, valley fever, histoplasmosis,
aspergilosis.
Infeksi Bakteri
Impetigo dan folikulitis yang persisten dan rekuren.
Gingivitis, stomatitis gangrenosa, dan abses.
TB lebih sering ditemukan pada pasien AIDS, termasuk TB miliar yang mengenai kulit.
Infeksi mikobakteria atipik, misalnya Mycobacterium avium.
Kusta tipe LL.
Lesi sifilis primer cenderung menjadi kronik. Progresi cepat menjadi sifilis sekunder dan tersier. Serokonversi menjadi positif muncul lebih lambat.
Infeksi Bakteri
Angiomatosis basilar yang disebabkan oleh Bartonella henselae atau
Bartonella quintana (lebih jarang) yang menimbulkan papul atau nodus
eritematosa.
Infeksi Parasit
Skabies Norwegia
Kondisi Kulit Lainnya
Dermatitis seboroik. Lesi inflamasi, hiperkeratotik, dan
lebih luas bahkan dapat menjadi eritroderma.
Psoriasis. Lesi memberat, membentuk pustul, plak
meluas.
Purpura trombositopenik, vitiligo, sindrom sicca,
pemfigoid bulosa, dan penyakit bulosa autoimun
lainnya.
Reaktivasi penyakit atopik.
Vaskulitis di kulit.
Sensitivitas terhadap cahaya.
Rambut dan Kuku
Alopesia difus atau alopesia areata, efluvium.
Kebotakan setelah pengobatan dengan indinavir.
Bulu mata menjadi panjang, rambut menjadi halus dan
lembut.
Beau lines dan bantalan kuku menjadi kuning terjadi
pada penyakit kronik.
Pigmentasi melanin longitudinal atau transversal di kuku
akibat zidovudine.
Onikomikosis.
Reaksi Obat
Sekitar 2/3 pasien yang mendapatkan kotrimoksazol mengalami erupsi obat morbiliformis.
Pada pasien AIDS, dilaporkan kejadian NET akibat antibiotik, flukonazol, klindamisin, dan fenobarbital.
Eritroderma akibat erupsi obat.
Diskusi
Gejala kulit pada HIV berhubungan dengan jumlah CD4
Ruam non spesifik terjadi saat CD4 500-1000
Tinea korporis, psoriasis, impetigo saat CD4 <500
Folikulitis bakterialis, pitiriasis versikolor, kutil, moluskum
kontagiosum, dan herpes zoster saat CD4 200-500
Herpes simpleks, iktiosis, lesi folikular, kandidosis oral,
sarkoma Kaposi, dan infeksi oportunistik saat CD4 <200
Diskusi
Sekitar 90-100% pasien yang terinfeksi HIV memiliki kelainankulit.
Kelainan tersebut dapat bersifat infeksius (virus, bakteri, jamur) atau non-infeksius.
Kulit dapat menjadi indikator status sistem imun seseorang.
Evaluasi kelainan kulit penting diperhatikan untuk tata laksana yang sesuai, atau bahkan membantu diagnosis infeksi HIV yang belum ditegakkan sebelumnya.
Kesimpulan
Kelainan kulit umum ditemukan pada pasien yang terinfeksi HIV.
Kelainan tersebut berhubungan dengan jumlah CD4 dan stadium penyakit.
Kelainan kulit pada pasien HIV penting diperhatikan agar dapat dilakukan diagnosis dini dan tata laksana yang sesuai untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Terima Kasih