Post on 18-Mar-2019
Kata Pengantar
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Kalimantan Selatan periode triwulan I2010 ini dapat hadir di tangan pembaca. Publikasi rutin triwulanan Kantor Bank Indonesia Banjarmasin ini mengulas perkembangan terakhir berbagai variabel makro ekonomi di tingkat provinsi, meliputi perkembangan ekonomi, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, indikator kesejahteraan, serta prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi triwulan mendatang. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihakpihak lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap perkembangan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan.
Dalam edisi ini dapat kami sampaikan bahwa secara umum kinerja perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan I2010 mencatat pertumbuhan yang lebih baik. Laju pertumbuhan ekonomi mampu bergerak ke level yang lebih tinggi, dari 4,82% (yoy) pada triwulan IV2009 menjadi 5,92% (yoy) yang ditopang pertumbuhan sektor pertanian dan sektor pertambangan, membaiknya kinerja ekspor dan konsumsi masyarakat. Sementara konsumsi Pemerintah di awal tahun ini masih mencatat laju pertumbuhan yang melambat. Tekanan inflasi cenderung meningkat, sehingga laju inflasi pada triwulan I2010 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 3,86% (yoy) menjadi 5,11% (yoy), terutama dipengaruhi oleh faktor volatile food terkait terbatasnya pasokan beras lokal dan kenaikan harga gula di awal triwulan laporan.
Kinerja perbankan secara umum masih melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Asset perbankan tumbuh 14,08% (yoy) yang didorong oleh peningkatan jaringan kantor bank di Kalimantan Selatan. Sementara itu, transaksi uang tunai mengalami kenaikan sebagaimana diindikasikan oleh tingginya aliran uang tunai yang masuk (inflow) ke BI Banjarmasin. Sementara transaksi non tunai baik melalui sarana BIRTGS dari sisi volume masih mengalami peningkatan.
Prospek ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II2010 diperkirakan cenderung membaik, seiring dengan membaiknya situasi perekonomian global. Laju pertumbuhan ekonomi diproyeksikan pada kisaran 6%6,5% (yoy). Sementara tekanan inflasi diperkirakan lebih tinggi dibanding triwulan I2010, yakni pada kisaran 6,6%+7,5% (yoy).
Kata Pengantar
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
Akhirnya, kami berharap semoga publikasi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan, meskipun kami menyadari masih banyak langkahlangkah penyempurnaan yang perlu kami lakukan. Saran dan kritik kami nantikan untuk penyempurnaan publikasi ini. Selanjutnya kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan, semoga hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang akan datang.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kemudahan kepada kita dalam mengupayakan hasil kerja yang terbaik.
ii
Banjarmasin, Mei 2010
BANK INDONESIA BANJARMASIN Bramudija Hadinoto Pemimpin
Daftar Isi
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................ iii KETERANGAN DAN SUMBER DATA .......................................................... iv RINGKASAN EKSEKUTIF ……………………………………………………… 1 BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL .................... 9
1. Sisi Permintaan .......................................................................... . 10 2. Sisi Penawaran ……………………………………….……............. 17
Boks 1. Identifikasi Dampak ACFTA terhadap Perekonomian Kalimantan Selatan ............................................................. 28
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI ……….………… ................................... 31 1. Kondisi Umum …………………………………….…………. ....... 31 2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa ………….…….. .. 32
2.1 Inflasi Tahunan .................................................................... 32 2.2 Inflasi Triwulanan ..................................................... .......... 34 2.3 Inflasi Bulanan ..................................................................... 36
Boks 2. Fenomena Kenaikan Harga Beras di Banjarmasin pada Triwulan I-2010 ................................................................. 40
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN …………………………............... .. 42
1. Perkembangan Bank Umum.................................. ...................... 43 1.1 Perkembangan Aset dan Kelembagaan Bank Umum ......... 43 1.2 Intermediasi Perbankan .................................... ................. 44 1.2.1 Penghimpunan Dana Masyarakat ............................. 44 1.2.2 Penyaluran Kredit .................................................... 46 1.2.3 Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) .............. 49
1.2.4 Kredit Usaha Rakyat (KUR) ...................................... 50 1.2.5 Kualitas Kredit ......................................................... 51
2. Perkembangan Bank Syariah ........................................... ............ 53 3. Perkembangan Industri Bank Perkreditan Rakyat ......................... 54 4. Stabilitas Sistem Keuangan Regional ........................................... 56
BAB 4. KEUANGAN DAERAH ………………………... ................................. 58
1. APBD Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan . Tahun 2010 ................................................................................ 60 2. Pendapatan Daerah.......................... ........................................... 61 3. Belanja Daerah ........................................................................... 63 4. Pembiayaan Daerah ................................................................... 65
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
iiiiii
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
iviv
BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ……………………... ...... 66 1. Transaksi Pembayaran Tunai ...................................................... 68
1.1 Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Cash Inflow/Outflow) .... 68 1.2 Perkembangan Penukaran Uang Rupiah ............................ 69 1.3 Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) .......................... 70 1.4 Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan …………….... 71
2. Transaksi Pembayaran Non-Tunai .............................................. 71 2.1 Transaksi Kliring ................................................................... 71 2.2 Transaksi RTGS .................................................................... 73
BAB 6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT.... .... 75
1. Ketenagakerjaan …....……. ......................................................... 75 2. Kesejahteraan .......... ................................................................... 77
BAB 7. PROSPEK EKONOMI ............................................................. ........ 81
1. Perkiraan Kondisi Makro Ekonomi …....……. .............................. 81 2. Perkiraan Inflasi .......... ................................................................ 83
LAMPIRAN ...................................................................... ........................... 85
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
iv
KETERANGAN DAN SUMBER DATA
Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Banjarmasin. Bab I Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar
tahun 2000 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen
Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Bagian PDIE-Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Bab II Perkembangan inflasi regional dari pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota
Banjarmasin. Data IHK bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, dioleh lebih lanjut untuk keperluan analisis.
Bab III Data perbankan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang
berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Bab IV Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan. Bab V Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja KBI Banjarmasin . Untuk
data transaksi tunai bersumber dari Direktorat Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi non-tunai melalui BI-RTGS bersumber dari Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi non tunai melalui kliring bersumber dari data kliring Bank Indonesia Banjarmasin.
Bab VI Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional
(Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang bersumber dari data Badan Pusat Statistik Pusat.
Bab VII Prospek perekonomian regional dibuat atas dasar perkembangan indikator ekonomi
dan moneter dengan didukung oleh hasil survey yang dilakukan KBI Banjarmasin. Buku ini diterbitkan pada akhir periode triwulan laporan sehingga angka yang disajikan dalam triwulan dimaksud sebagian diantaranya merupakan angka sementara hasil estimasi. Selanjutnya, adakalanya angka yang menunjukkan penjumlahan tidak selalu sama besarnya dengan penjumlahan angka-angka yang bersangkutan karena pembulatan.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
v
Visi Bank Indonesia Menjadi Lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategi Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. Visi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan Misi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Mendukung pencapaian kebijakan BI di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.
Ringkasan Eksekutif
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pada triwulan I-2010, ekonomi Kalimantan Selatan
diperkirakan mencatat pertumbuhan yang lebih
tinggi yaitu dari 4,82% (yoy) pada triwulan IV-2009
menjadi 5,92% (yoy). Meningkatnya laju pertumbuhan
ekonomi terutama ditopang oleh kinerja seluruh sektor
ekonomi dominan, yakni sektor pertanian, sektor
pertambangan, sektor perdagangan, hotel dan restoran
(PHR), dan sektor perdagangan. Sementara dari sisi
permintaan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi
disebabkan oleh kinerja net ekspor dengan tingkat
konsumsi yang masih relatif terjaga.
Sektor pertanian tumbuh pada kisaran yang lebih
tinggi yakni dari 4,16% (yoy) di triwulan IV-2009
menjadi 4,56% (yoy). Kondisi ini dipengaruhi
meningkatnya produksi subsektor tanaman bahan
makanan (tabama) seiring dengan telah dimulainya masa
panen di beberapa kabupaten dengan luasan panen yang
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara
itu, membaiknya harga komoditas perkebunan seiring
dengan semakin menguatnya proses pemulihan ekonomi
global turut mendorong meningkatnya kinerja subsektor
perkebunan.
Pada triwulan I-2010, ekonomi Kalimantan Selatan diperkirakan tumbuh 5,92% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,82% (yoy).
Sektor pertanian tumbuh 4,56% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 4,16% (yoy)
Kinerja sektor pertambangan mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya
Sektor pertambangan sebagai salah satu sektor
andalan provinsi ini juga menunjukkan perbaikan
kinerja. Pada triwulan laporan sektor ini tumbuh
6,04% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya
4,96% (yoy). Meningkatnya permintaan batubara untuk
pemenuhan kebutuhan energi domestik dan luar negeri
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
1
Ringkasan Eksekutif
khususnya dari Cina dan India menjadi pendorong utama
membaiknya kinerja sektor pertambangan.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga menunjukan laju pertumbuhan yang lebih tinggi seiring membaiknya kondisi ekonomi
Sektor ekonomi dominan lainnya yakni sektor
perdagangan, hotel dan restoran (PHR) kali ini
diperkirakan tumbuh sebesar 6,15% (yoy), lebih
tinggi dari sebelumnya 5,85% (yoy). Meningkatnya
konsumsi masyarakat terhadap barang-barang tahan lama
yang didukung dengan kemudahan memperoleh fasilitas
kredit konsumsi menjadi salah satu faktor pendorong
meningkatnya sektor perdagangan.
Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan ini
mengalami perbaikan. Laju pertumbuhan sektor
industri mencapai 3,06% (yoy), tumbuh cukup tinggi
setelah pada triwulan sebelumnya mengalami
penyusutan sebesar 1,36% (yoy). Kondisi ini didorong
oleh membaiknya kinerja ekspor kayu olahan.
Pertumbuhan volume ekspor kayu olahan pada triwulan ini
mengalami lonjakan yang cukup tinggi, yaitu dari 77,03%
(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 106,84% (yoy)
pada triwulan I-2010.
Peningkatan kinerja industri pengolahan ditopang oleh membaiknya permintaan pasar ekspor
Kinerja sektor ekonomi lainnya mengalami kenaikan, kecuali di sektor jasa.
Sementara itu hampir seluruh sektor ekonomi non
dominan mengalami perbaikan, kecuali sektor jasa
yang mengalami perlambatan. Meskipun melambat,
namun sektor jasa mengalami laju pertumbuhan yang
tertinggi dibandingkan sektor ekonomi dominan lainnya,
dengan laju pertumbuhan sebesar 8,80% (yoy). Sementara
itu, sektor pengangkutan mengalami kenaikan
pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu dari 5,60% (yoy)
pada triwulan sebelumnya menjadi 7,83% (yoy).
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi ditopang oleh ekspor dan konsumsi.
Dari sisi permintaan, meningkatnya kegiatan ekspor
dari 48,652% (yoy) menjadi 57,16% (yoy) menjadi
faktor pendorong laju pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Selatan di triwulan I-2010. Kenaikan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
2
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
3
ekspor didorong oleh meningkatnya permintaan ekspor
oleh negara-negara mitra dagang utama Kalimantan
Selatan seperti China, Jepang, dan India terhadap
komoditas ekspor batubara, minyak sawit (CPO), karet,
dan kayu olahan. Selain itu, peningkatan ekspor didukung
pula oleh membaiknya harga komoditas internasional.
Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan
tumbuh sebesar 5,45% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan laju pertumbuhan pada triwulan
sebelumnya yang tumbuh 4,91% (yoy). Masih cukup
tingginya konsumsi masyarakat terutama ditopang oleh
ekspansi penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan.
Selain itu, peningkatan kinerja sektor pertambangan dan
subsektor perkebunan membuat daya beli masyarakat
masih relatif terjaga.
Konsumsi Pemerintah Daerah masih mencatat laju
pertumbuhan yang melambat, yaitu dari 9,29% (yoy)
pada triwulan sebelumnya menjadi 5,37% (yoy) pada
periode laporan. Hal ini dipengaruhi oleh pola realisasi
keuangan yang masih melambat pada awal tahun karena
sebagian besar proyek masih dalam tahap proses tender.
ASESMEN INFLASI
Tekanan inflasi di Kalimantan Selatan pada triwulan
I-2010 mengalami peningkatan, khususnya dari
penawaran. Angka inflasi pada akhir triwulan
laporan tercatat sebesar 5,11% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan angka inflasi triwulan sebelumnya
sebesar 3,86% (yoy). Pencapaian ini masih jauh lebih
tinggi dari angka inflasi nasional yang hanya
mencapai 3,43% (yoy) pada akhir triwulan laporan.
Meningkatnya tekanan inflasi terutama disebabkan oleh
berkurangnya pasokan beras lokal terutama untuk kelas
premium karena belum masuknya masa panen dan
kenaikan harga gula yang cukup tinggi pada awal tahun
Laju inflasidi triwulan I-2010 mencapai 5,11% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesasr 3,86%. Laju inflasi terutama dipengaruhi terbatasnya pasokan beras jenis lokal
Pengeluaran Pemerintah Daerah mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
Pertumbuhan konsumsi rumah tanggameningkat 5,45% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnnya sebesar 4,91% (yoy)
Ringkasan Eksekutif
serta sempat menghilangnya sayur mayur. Selain itu,
gangguan distribusi juga terjadi akibat kondisi cuaca yang
buruk pada awal tahun sehingga mengakibatkan
gelombang laut tinggi. Hilangnya efek penurunan harga
BBM pada awal tahun 2009 membuat pergerakan inflasi
kembali ke trend normalnya. Di sisi lain, tekanan inflasi dari
sisi permintaan dipengaruhi oleh faktor musiman
peringatan hari besar keagamaan Maulid Nabi
Muhammad.
Inflasi tahunan tertinggi pada periode laporan terjadi pada
kelompok kelompok makanan jadi (10,65%), diikuti oleh
kelompok bahan makanan (8,68%), kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olahraga (4,16%) dan kelompok kesehatan
(3,45%). Sementara kelompok lainnya mengalami inflasi
yang relatif kecil.
Laju inflasi terbesar terjadi pada kelompok makanan jadi sebesar 10,65% dan kelompok bahan makanan (8,68%).
Inflasi yang tinggi pada kelompok makanan jadi
disebabkan oleh kenaikan harga gula pasir yang tinggi
akibat minimnya pasokan gula dan kenaikan harga gula
internasional.
PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kinerja Perbankan di triwulan I-2010 menunjukkan pertumbuhan yang positif pada berbagai indikator meskipun cenderung melambat
Membaiknya kondisi perekonomian pada triwulan
laporan belum diikuti oleh peningkatan kinerja
perbankan yang signifikan. Beberapa indikator
perbankan masih tumbuh positif, namun cenderung
melambat. Aset perbankan di triwulan laporan tumbuh
sebesar 14,08% (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan IV-
2009 yang mencapai 13,53% (yoy). Pertumbuhan asset ini
ditopang oleh bertambahnya jaringan kantor bank yang
beroperasi di Kalimantan Selatan.
Laju pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh bank
umum ke wilayah Kalimantan Selatan (berdasarkan
lokasi proyek) tumbuh melambat dari 9,04% (yoy)
pada triwulan IV-2009 menjadi 4,76% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
4
Berdasarkan lokasi proyek, laju pertumbuhan kredit melambat dari 9,04% (yoy) menjadi 4,76% (yoy)
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
5
Melambatnya pertumbuhan kredit terutama dipengaruhi
oleh penurunan kredit investasi sebesar -13,28% (yoy) dan
kredit modal kerja sebesar -6,10%. Hal ini antara lain
dipengaruhi oleh faktor awal tahun dimana sektor
perbankan dan dunia usaha masih dalam masa konsolidasi,
selain karena masih cukup tingginya suku bunga kredit.
Pertumbuhan kredit hanya ditopang oleh kredit untuk
kegiatan konsumtif, dengan laju pertumbuhan sebesar
29,69% (yoy).
Laju pertumbuhan DPK pada triwulan I-2010
mencapai 1,79%, lebih rendah dari pertumbuhan
pada triwulan sebelumnya yang mencapai 13,02%
(yoy). Kondisi ini dipengaruhi oleh menyusutnya jenis
rekening giro sebesar -6,13% (yoy), khususnya giro milik
pemda seiring dengan peningkatan realisasi belanja modal
pemerintah yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Loan to Deposit Ratio (LDR) kelompok bank umum
turun dari 75,67% pada triwulan IV-2009 menjadi
72,45% pada triwulan laporan. Hal ini karena baik laju
pertumbuhan DPK maupun kredit masih melambat dan
belum kembali ke level normal seperti pada masa sebelum
krisis. Sementara itu, kinerja sektor-ekonomi yang
meningkat mampu menjaga kualitas kredit. Rasio NPL
gross bank umum mengalami relatif stabil pada angka
2,15% pada triwulan I-2010.
SISTEM PEMBAYARAN
Perkembangan sistem pembayaran di Kalimantan
Selatan pada triwulan I-2010 baik tunai maupun
nontunai mengalami peningkatan bila dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya dan bergerak sesuai
dengan siklus tahunannya. Dari sisi transaksi uang
tunai, total aliran uang kartal masuk dan keluar melalui KBI
Perkembangan transaksi pembayaran di Kalimantan Selatan pada triwulan I- 2010 mengalami peningkatan
LDR perbankan Kalimantan Selatan di triwulan I-2010 turun 72,45% sementara NPL relatif rendah dan stabil, yaitu sebesar 2,15%.
Laju pertumbuhan DPKmelambat dari 13,02% (yoy) menjadi 1,79% (yoy)
Ringkasan Eksekutif
Banjarmasin sebesar Rp1,46 triliun, naik 10,24% dari
triwulan sebelumnya yang mencapai Rp1,32 triliun. Pada
triwulan laporan terjadi net cash inflow sebesar Rp969,72
miliar.
Nilai transaksi BI-RTGS di triwulan laporan mencatat penurunan 12,62% (qtq)
Nilai transaksi pembayaran non tunai dengan nilai
besar (di atas Rp100 Juta) melalui sarana BI-RTGS
pada triwulan laporan menunjukkan penurunan
12,62% dibandingkan triwulan sebelumnya.
Penurunan ini dipengaruhi oleh siklus bisnis yang
cenderung melambat di awal tahun. Meski demikian, nilai
transaksi RTGS pada triwulan ini masih lebih tinggi
dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya dengan
kenaikan sebesar 19,93% (yoy), sejalan dengan
meningkatnya aktivitas transaksi ekonomi terkait persiapan
Pilkada 2010.
Rata-rata harian nilai transaksi kliring pada triwulan laporan mengalami penurunan 5,94% dibanding triwulan sebelumnya
Sementara itu perkembangan transaksi pembayaran
non-tunai melalui sarana kliring juga mengalami
penurunan. Rata-rata harian nilai transaksi kliring di
triwulan laporan mencapai Rp55,4 miliar per hari, turun
sebesar 5,94% dari triwulan sebelumnya sebesar Rp58,9
miliar. Namun demikian, dari sisi volume transaksinya
masih mencatat kenaikan.
PROSPEK EKONOMI
Pada triwulan II-2010, laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan akan tumbuh lebih baik pada kisaran 6-6,5% (yoy)
Pada triwulan II-2010 laju pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Selatan diperkirakan lebih baik dari
triwulan laporan yakni pada kisaran 6%-6,5% (yoy),
sejalan dengan penguatan ekonomi domestik yang
didukung oleh menguatnya proses pemulihan
ekonomi global. Hal ini akan menunjang meningkatnya
kinerja sektor-sektor ekonomi utama Kalimantan Selatan
yang berorientasi ekspor seperti sektor pertambangan dan
sub sektor perkebunan.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
6
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
7
Dari sisi permintaan, pertumbuhan masih akan
didorong oleh konsumsi masyarakat dan pemerintah.
Membaiknya konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh masih
tingginya optimisme konsumen serta stabilnya daya beli
seiring membaiknya perekonomian. Sementara itu, belanja
Pemerintah Daerah diperkirakan akan meningkat seiring
adanya kenaikan pagu anggaran serta adanya pengeluaran
untuk persiapan Pemilu Kepala Daerah di 7 (tujuh) wilayah
Kabupaten/Kota serta 1 (satu) lingkup Pemerintah Provinsi.
Dari sisi sektoral, kinerja sektor pertanian, sektor
pertambangan, sektor perdagangan dan sektor
industri pengolahan akan menjadi pendorong laju
pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2010. Kinerja
sektor pertanian akan semakin meningkat seiring dengan
masuknya masa panen raya. Sementara permintaan ekspor
batubara dari Jepang, Cina dan India serta kebutuhan
batubara domestik untuk pembangkit listrik akan menjadi
faktor pendorong pertumbuhan sektor pertambangan.
Menguatnya pemulihan ekonomi global juga turut
memulihkan kinerja sektor industri pengolahan. Selain itu
momen pilkada yang akan dilaksanakan pada bulan Juni
2010 diperkirakan akan mendorong pertumbuhan di
sektor perdagangan.
PROSPEK INFLASI
Laju inflasi kota Banjarmasin pada triwulan II-2010
diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan
laporan, terutama disebabkan oleh inflasi yang tinggi
pada komponen volatile food. Dari sisi penawaran,
tekanan inflasi masih akan dipengaruhi oleh gangguan
pasokan khususnya beras unus, mengingat masa puncak
panen raya padi jenis lokal premium ini diperkirakan terjadi
pada bulan Juli-Agustus. Dari sisi permintaan, tekanan
inflasi diperkirakan relatif minimal.
Laju inflasi triwulan II-2010 diperkirakan meningkat yang dipengaruhi oleh komponen volatile food
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2010 diperkirakan akan ditopang oleh seluruh sektor dominan
Konsumsi masyarakat dan pemerintah akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
Sementara itu, rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL)
pada bulan Juli yang telah diumumkan Pemerintah
diperkirakan dapat menimbulkan ekspektasi konsumen
akan terjadinya kenaikan harga sehingga berpotensi untuk
mendorong laju inflasi yang lebih tinggi.
Laju inflasi di triwulan II-2010 diperkirakan berada pada kisaran 6,6% - 7,5% (yoy)
Ditinjau dari kelompok penyusunnya, tekanan inflasi
terutama berasal dari kelompok bahan makanan dan
kelompok makanan jadi. Inflasi berpotensi terjadi pada
komoditas beras dan produk turunannya seperti nasi dan
sop. Dengan berbagai pertimbangan di atas laju
inflasi pada triwulan I-2010 diproyeksikan berada
pada kisaran 6,6%-7,5% (yoy).
8
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
9
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Seiring dengan kondisi perekonomian global yang semakin
menguat, aktivitas ekonomi di Kalimantan Selatan pada triwulan I-2010
diperkirakan dapat mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya. Perekonomian Kalimantan Selatan pada
triwulan ini diperkirakan tumbuh sebesar 5,92% (yoy)1, lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan triwulan IV-2009 yang
mencapai 4,82% (yoy). Perkiraan ini
sedikit lebih tinggi dari perkiraan
sebelumnya yang berada pada
kisaran 5,0%-5,8% (yoy).
Dari sisi permintaan, laju
pertumbuhan ekonomi terutama
ditopang oleh kinerja net ekspor
dan konsumsi. Kenaikan ekspor
yang cukup tinggi disertai dengan kinerja impor yang melambat menyebabkan
net ekspor Kalimantan Selatan mencatat kenaikan yang cukup signifikan.
Sementara itu, membaiknya konsumsi masyarakat antara lain ditopang oleh
peningkatan ekspektasi penghasilan masyarakat, seperti adanya pembayaran
rapel kenaikan gaji tahunan pegawai PNS dan membaiknya pendapatan pekerja di
sektor pertambangan dan sub sektor perkebunan. Di sisi lain, perkembangan
komponen investasi diperkirakan masih bergerak melambat karena pelaku usaha
masih menunggu perkembangan dari pemulihan krisis ini selain masih adanya
hambatan berupa kepastian peruntukan lahan.
Dari sisi penawaran atau sektoral, laju pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Selatan masih ditopang oleh kinerja sektor dominan,
khususnya sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor
1 Angka Proyeksi Bank Indonesia Banjarmasin
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
5.97% 6.22%
9.68%
2.99% 3.27% 3.64%
7.92%
4.82%5.91%
0.0%
2.0%
4.0%
6.0%
8.0%
10.0%
12.0%
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1*)
2008 2009 2010
(y‐o‐y)
Sumber : BPS Provinsi Kalsel*) Angka Proyeksi KBI Banjarmasin
1
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
10
perdagangan dan sektor pertanian. Selain itu, kinerja sektor ekonomi non-
dominan seperti sektor keuangan, sektor angkutan dan komunikasi, sektor
bangunan dan sektor listrik, gas dan air bersih turut mendorong laju
pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini sedangkan kinerja sektor jasa cenderung
melambat.
1. SISI PERMINTAAN
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Kalimantan Selatan Dari Sisi Permintaan
Komponen
Pertumbuhan (%)
2009 2010
Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1*)
Konsumsi Rumah Tangga 7.89 6.15 4.92 4.91 5.45
Konsumsi Pemerintah 5.92 5.48 5.95 9.29 5.37
Investasi (PMTB) 39.12 15.00 -8.29 24.94 11.86
Net Ekspor -81.00 -42.07 -0.40 56.65 349.60
Ekspor -20.55 -28.44 15.72 48.40 57.16
Impor 102.44 12.45 48.62 36.38 1.30
Total 3.27 3.64 7.92 4.82 5.92 Sumber : BPS Provinsi Kalsel *) Angka Proyeksi Bank Indonesia Banjarmasin
Kegiatan Ekspor-Impor
Membaiknya kinerja perekonomian di triwulan I-2010 terutama
didukung oleh kinerja ekspor, sejalan dengan membaiknya permintaan
oleh negara mitra dagang utama dan pergerakan harga komoditas ekspor
yang cukup tinggi. Sampai dengan Februari 2010, volume ekspor Kalimantan
Selatan mencapai 17,4 juta ton, atau tumbuh sebesar 233,64% (yoy)
dibandingkan periode yang sama di tahun 2009 yang hanya mencapai 5,2 juta
ton. Kinerja ekspor di triwulan ini juga lebih baik dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 214,35% (yoy).
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.2 Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan
Periode Januari-Februari
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.3 Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Ekspor
Kalimantan Selatan Selama Bulan Januari-Februari
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.5 Nilai Ekspor Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
‐100.00%
‐50.00%
0.00%
50.00%
100.00%
150.00%
200.00%
250.00%
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
20,000
Jan‐Feb 2007 Jan‐Feb 2008 Jan‐Feb 2009 Jan‐Feb 2010
Ribu
ton
Volume ekspor g. Volume ekspor (yoy)
‐100%
‐50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1*)
2007 2008 2009 2010
Ribu
ton
*) Data sementara, hanya mencakup periode Januari‐Februari 2010
Volume ekspor g. volume ekspor (yoy)
‐50%
0%
50%
100%
150%
200%
0
200
400
600
800
1,000
1,200
Jan‐Feb 2007 Jan‐Feb 2008 Jan‐Feb 2009 Jan‐Feb 2010
Juta US$
Nilai Ekspor g. nilai ekspor (yoy)
‐40%‐20%0%20%40%60%80%100%120%140%160%
0200400600800
1,0001,2001,4001,6001,800
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1*)
2007 2008 2009 2010Juta US$
*) Data sementara, hanya mencakup periode Januari‐Februari 2010
Nilai ekspor g. Nilai ekspor (yoy)
Dilihat dari komoditasnya,
kenaikan ekspor terutama ditopang
oleh kenaikan ekspor batubara dan
beberapa komoditas ekspor utama
lainnya. Selama Januari-Februari 2010,
volume ekspor batubara mencapai
16,45 juta ton dengan nilai ekspor
sebesar US$872,18 juta, melonjak
signifikan bila dibandingkan volume
ekspor pada periode yang sama di tahun 2009 yang hanya mencapai 5,13 juta
ton dengan nilai ekspor US$313,36 juta. Kenaikan ekspor batubara ini terutama
dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan dari luar negeri untuk pemenuhan
kebutuhan energi, disamping membaiknya harga batubara di tingkat dunia pasca
krisis keuangan global. Dalam komposisi ekspor Kalimantan Selatan, volume
ekspor batubara memiliki pangsa ekspor yang terbesar, yaitu mencapai 94,6%.
Grafik 1.6 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Batubara
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2
2008 2009 2010
Juta US$
Ribu
ton
Volume ekspor batubara Nilai ekspor batubara
Selain batubara, komoditas lain yang turut mendorong peningkatan
kinerja ekspor adalah minyak sawit, karet, dan kayu olahan. Volume ekspor
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
11
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
12
minyak sawit (CPO) sampai dengan Februari 2010 mencapai 82,6 juta ton atau
meningkat 1.348,3% dibandingkan periode yang sama tahun 2009 yang hanya
mencapai 5,7 juta ton, meskipun masih lebih rendah dibandingkan laju
pertumbuhan di triwulan IV-2009 yang mencapai 7.459% (yoy). Sementara itu,
kinerja ekspor karet menunjukkan perkembangan yang makin membaik. Sampai
dengan Februari 2010, volume ekspor karet mencapai 16,06 ribu ton dengan nilai
ekspor sebesar US$42,16 juta, lebih tinggi dibandingkan volume ekspor pada
periode yang sama di tahun 2009 yang mencapai 9,09 ribu ton dengan nilai
US$14,16 juta. Kenaikan ekspor minyak sawit dan karet dipengaruhi oleh
kenaikan harga komoditas internasional.
Grafik 1.7 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Karet
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.8 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Minyak Sawit
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Sementara itu, ekspor produk kayu
olahan pada triwulan ini juga
menunjukkan adanya kenaikan.
Berdasarkan data sampai dengan
Februari 2010, volume ekspor kayu
olahan mencapai 62,97 ribu ton
dengan nilai ekspor sebesar US$37,84
juta, lebih tinggi dibandingkan volume
ekspor pada periode yang sama pada
tahun 2009 yang mencapai 30,43 ribu ton dengan nilai US$23,35 juta.
Dilihat dari negara tujuan ekspor, China pada triwulan ini menjadi negara
utama tujuan ekspor Kalimantan Selatan dengan pangsa ekspor mencapai
31,15% dan nilai ekspor mencapai US$322,5 juta. Sementara Jepang menempati
posisi kedua terbesar dengan pangsa ekspor sebesar 13,46% dan nilai ekspor
mencapai US$139,3 juta. Pada posisi ketiga masih ditempati oleh India, dengan
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2
2008 2009 2010
Juta US$
Ribu
ton
Volume ekspor karet Nilai ekspor karet
‐20020406080100120140160180
0
50
100
150
200
250
300
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2
2008 2009 2010
Juta US$
Ribu
ton
Volume ekspor minyak sawit Nilai ekspor minyak sawit
Grafik 1.9 Perkembangan Ekspor Kayu Olahan Kalimantan Selatan
0
5
10
15
20
25
30
05101520253035404550
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2
2008 2009 2010
Juta US$
Ribu
ton
Volume ekspor kayu olahan Nilai ekspor kayu olahan
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
pangsa 13,24% atau dengan nilai ekspor mencapai US$ 137 juta. Meningkatnya
pangsa ekspor Kalimantan Selatan ke China ditengarai berkaitan dengan
meningkatnya permintaan energi untuk aktivitas industri di negara tersebut
seiring membaiknya perekonomian dunia. Sebagian besar ekspor Kalimantan
Selatan ke China merupakan ekspor komoditas pertambangan khususnya
batubara dan komoditas industri khususnya minyak sawit dan kayu olahan.
Selama Januari-Februari 2010, volume ekspor batubara ke China mencapai 5,37
juta ton, atau mencapai 32,65% dari total volume ekspor batubara Kalsel.
Sementara volume ekspor minyak sawit mencapai 28 ribu ton dan ekspor kayu
olahan mencapai 18,2 ribu ton.
Grafik 1.10 Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
China, 31.15%
Jepang, 13.46%
India, 13.24%Hongkong, 5.81%
Taiwan, 4.17%
Malaysia, 5.73%
Philipina, 4.00%
Thailand, 3.97%
Lainnya, 18.47%
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Di sisi lain, aktivitas impor barang yang masuk ke Kalimantan
Selatan pada triwulan I-2010 mengalami penurunan dibandingkan
triwulan sebelumnya. Dari sisi volume, pertumbuhan impor barang di triwulan
laporan (Januari-Februari 2010) turun sebesar 20,96% (yoy), jauh lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang tumbuh 30,81% (yoy),
maupun pada periode yang sama tahun sebelumya yang tumbuh sebesar
366,14% (yoy). Menurunnya laju pertumbuhan impor barang terutama
dipengaruhi oleh menurunnya impor barang-barang modal ke Kalimantan
Selatan, sejalan dengan melambatnya aktivitas investasi baru. Para pengusaha
masih dapat mengoptimalkan peralatan yang ada untuk memenuhi permintaan
pasar. Jenis barang yang banyak diimpor oleh pelaku usaha di Kalimantan Selatan
sebagian besar berupa peralatan transportasi untuk keperluan sektor
pertambangan serta pupuk kimia untuk kebutuhan sektor perkebunan
Kalimantan Selatan. Penurunan terbesar terjadi pada impor alat transpor industri,
dengan laju penurunan sebesar 76,72% (yoy). Seiring dengan itu, nilai impor
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
13
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
14
Kalimantan Selatan pada triwulan I-2010 mencapai US$65,9 juta (Januari-Februari
2010), menurun tajam dibandingkan nilai impor triwulan sebelumnya yang
mencapai US$255,5 juta.
Grafik 1.11 Perkembangan Volume Impor Non Migas Kalimantan Selatan
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.12 Perkembangan Nilai Impor Non Migas Kalimantan Selatan
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.13 Perkembangan Volume Impor Kalimantan Selatan Selama Bulan Januari-Februari
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Konsumsi
Pada triwulan laporan, konsumsi masyarakat diperkirakan
meningkat sementara konsumsi pemerintah masih tumbuh melambat.
Meningkatnya konsumsi rumah tangga dari 4,91% (yoy) di triwulan IV-2009
menjadi 5,45% (yoy) terindikasi dari meningkatnya penjualan kendaraan
bermotor dan kegiatan perdagangan besar serta bongkar muat barang di
pelabuhan. Meningkatnya konsumsi masyarakat juga ditopang oleh ekspansi
penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan pada barang-barang tahan lama
seperti kendaraan bermotor dan properti. Berdasarkan data Dispenda Provinsi
Kalsel, total penjualan motor baru yang diindikasikan melalui pendaftaran
kendaraan bermotor baru pada triwulan I-2010 mencapai 34,7 ribu unit dengan
laju pertumbuhan 19,04% (yoy), lebih tinggi dibandingkan total penjualan di
triwulan IV-2009 yang mencapai 33,6 ribu unit dengan laju pertumbuhan hanya
sebesar 3,19% (yoy). Sedangkan untuk kendaraan mobil, penjualan di triwulan I-
‐100%
‐50%
0%
50%
100%
150%
200%
0102030405060708090
100
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1*)
2007 2008 2009 2010
Ribu
ton
*) Data sementara, hanya mencakup periode Januari‐Februari 2010
Volume impor g. Volume impor (yoy)
‐200%‐100%0%100%200%300%400%500%600%
0
50
100
150
200
250
300
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1*)
2007 2008 2009 2010
Juta US$
*) Data sementara, hanya mencakup periode Januari‐Februari 2010
Nilai impor g. nilai impor (yoy)
‐150.00%‐100.00%‐50.00%0.00%50.00%100.00%150.00%200.00%250.00%300.00%350.00%400.00%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Jan‐Feb 2007 Jan‐Feb 2008 Jan‐Feb 2009 Jan‐Feb 2010
Ribu
ton
Volume ekspor g. Volume ekspor (yoy)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
2010 semakin membaik dengan total penjualan sebesar 2.169 unit dengan laju
pertumbuhan sebesar 18,91% (yoy). Angka penjualan tersebut lebih tinggi
dibandingkan penjualan triwulan sebelumnya sebesar 1.851 unit dengan laju
pertumbuhan yang menyusut 24,7% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan
penjualan kendaraan bermotor tidak terlepas dari gencarnya promosi yang
dilakukan oleh dealer kendaraan bermotor di awal tahun dengan berbagai
kemudahan dalam skim kredit, baik kredit oleh lembaga pembiayaan maupun
perbank an. Pada akhir triwulan I-2010, kredit konsumsi bank berdasarkan lokasi
proyek mencapai Rp6.685 miliar atau tumbuh 29,63% (yoy), meningkat
dibandingkan kredit konsumsi pada triwulan sebelumnya yang mencapai Rp6.114
miliar dengan tingkat pertumbuhan sebesar 23,29% (yoy).
Grafik 1.14 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru
di Kalimantan Selatan
Sumber: Dispenda Provinsi Kalsel
Grafik 1.15 Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru di Kalimantan Selatan
Sumber: Dispenda Provinsi Kalsel
Grafik 1.16 Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan di Kalimantan Selatan (Berdasarkan Lokasi Proyek)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
9.00%
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1
2008 2009 2010
g. konsumsi RT (yoy)g. penjualan motor (yoy)g. penjualan mobil (yoy)
‐5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 50,000
‐
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1
2008 2009 2010
UnitUnit
Kendaraan mobil (aksis kiri) Kendaraan motor (aksis kanan)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0%1%2%3%4%5%6%7%8%9%
Jan
Feb
Mar Ap
rM
ay Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov Dec Jan
Feb
Mar Ap
rM
ay Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov Dec Jan
Feb
Mar
2008 2009 2010
y-o-yy-o-yg. PDRB Konsumsi (y-o-y) - aksis kirig. Kredit Konsumsi (y-o-y)
Di sisi lain, laju inflasi Kalimantan Selatan yang cenderung meningkat
akibat kenaikan harga beberapa bahan pokok seperti beras, gula, dan daging
ayam ras, nampaknya turut mempengaruhi daya beli dan ekspektasi masyarakat
ke depan. Hasil survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia di
Banjarmasin menunjukkan penurunan ekspektasi konsumen dan tingkat
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
15
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
16
keyakinan konsumen, meskipun masih berada pada level optimis (diatas 100).
Nilai indeks keyakinan konsumen (IKK) selama triwulan I-2010 mengalami
penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari rata-rata 118,6 menjadi
113,2. Dilihat dari indeks pendukungnya, penurunan IKK dipengaruhi oleh
penurunan indeks kondisi e konomi saat ini (IKE), yaitu dari rata-rata 114,0 pada
triwulan IV-2009 menjadi 108 pada triwulan I-2010. dan juga penurunan indeks
ekspektasi konsumen (IEK) dari rata-rata 123,1 pada triwulan sebelumnya menjadi
117,6 pada triwulan I-2010. Hal ini dipengaruhi oleh menurunnya penghasilan
konsumen saat ini dan ekspektasi konsumen terhadap penghasilan mereka dalam
6 bulan ke depan akibat menurunnya ekspektasi masyarakat terhadap
ketersediaan lapangan kerja dan kondisi ekonomi 6 bulan yang akan datang.
Grafik 1.17 Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Banjarmasin
Grafik 1.18 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Banjarmasin
Grafik 1.19 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Banjarmasin
Investasi
Sementara itu, aktivitas investasi di Kalimantan Selatan pada
triwulan I-2010 diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya. Hal ini diindikasikan dengan indikator Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) yang tumbuh melambat dari 24,94% (yoy) pada triwulan IV-2009
menjadi 11,86% (yoy) pada triwulan I-2010. Kondisi ini sejalan dengan
70
90
110
130
150
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2008 2009 2010
Indeks Keyakinan KonsumenIndeks Kondisi Ekonomi Saat IniIndeks Ekspektasi Konsumen
0
50
100
150
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2008 2009 2010
Penghasilan saat ini Ketersediaan lapangan kerja saat iniKetepatan waktu pembelian barang tahan lama
0
50
100
150
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2008 2009 2010
Ekspektasi penghasilan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yadKondisi ekonomi 6 bulan yad
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
menurunnya pertumbuhan kredit investasi perbankan (berdasarkan lokasi proyek)
yang pada triwulan I-2010 menyusut sebesar -13,28% (yoy), lebih besar diba ndingkan penurunan kredit investasi pada triwulan IV-2009 yang mencapai -
6,10% (yoy). Di awal tahun ini, para pelaku usaha masih cenderung menunggu
untuk melakukan investasi baru yang bersifat jangka panjang, khususnya di sektor
pertambangan, terkait dengan ketidakjelasan rencana tata ruang wilayah. Sampai
dengan Februari 2010, nilai impor alat transportasi penunjang industri mengalami
penyusutan sebesar 76,72% dibandingkan periode yang sama tahun 2009.
Grafik 1.20 Perkembangan Nilai Impor Barang Modal Kalimantan Selatan
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.21 Perkembangan Kredit Investasi Perbankan (Berdasarkan
Lokasi Proyek) di Kalimantan Selatan
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
‐200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1*)
2007 2008 2009 2010
(y‐o‐y)(y ‐o‐y)
*) Data sementara, hanya mencakup periode Januari‐Februari 2010
g. PMTB (y‐o‐y), aksis kirig. Nilai Impor Barang Modalg. Nilai Impor Alat Transport Industri
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
2008 2009 2010
y-o-yy-o-y
g. PDRB PMTB (aksis kiri)g. Kredit Investasi (aksis kanan)
Meskipun demikian, berdasarkan data BKPM, realisasi investasi PMDN di
Kalimantan Selatan pada triwulan I-2010 termasuk dalam kategori investasi yang
menonjol berdasarkan lokasi proyek, yaitu berada pada urutan kelima dengan
realisasi PMDN mencapai Rp0,5 triliun (7 proyek) setelah Provinsi DKI Jakarta
(Rp1,3 triliun dengan 19 proyek), Banten (Rp1,3 triliun dengan 5 proyek), Jawa
Barat (Rp0,9 triliun dengan 14 proyek), dan Kalimantan Timur (Rp0,8 triliun
dengan 6 proyek). Berdasarkan sektornya, realisasi investasi PMDN di Kalimantan
Selatan terutama untuk pengembangan sektor kelistrikan dan sektor industri
pengolahan besi dan baja. Sementara itu, realisasi PMA pada triwulan I-2010
mencapai US$124,25 juta, terutama di sektor pertambangan.
2. SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, membaiknya kondisi perekonomian terutama
ditopang oleh meningkatnya kinerja di seluruh sektor dominan, yaitu
sektor pertambangan, sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan
sektor perdagangan.
Membaiknya kinerja di sektor pertambangan dan industri pengolahan
antara lain didorong oleh meningkatnya permintaan ekspor dari luar negeri dan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
17
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
18
membaiknya harga internasional. Keempat sektor dominan yang memiliki pangsa
sebesar 70,32% dari total kapasitas ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan
ini memberikan sumbangan sebesar 3,65% dari total pertumbuhan ekonomi yang
mencapai 5,91% (yoy). Sementara itu, kinerja sektor ekonomi non-dominan juga
menunjukkan perkembangan yang meningkat, terutama di sektor keuangan,
sektor pengangkutan, sektor bangunan, dan sektor listrik, gas dan air bersih
kecuali sektor jasa yang mencatat perlambatan.
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Kalimantan Selatan Dari Sisi Penawaran
Sektor
Pertumbuhan Year on Year (%) 2009 2010
Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1*) Pertanian 3.49 3.83 14.27 4.16 4.56 Pertambangan -1.38 -1.04 4.51 4.96 6.04 Industri 3.40 4.23 3.24 -1.36 3.06 Listrik 4.41 7.46 5.21 4.27 4.51 Bangunan 6.35 6.51 6.32 5.21 6.92 Perdagangan 5.04 6.13 6.12 5.85 6.15 Pengangkutan 4.67 6.25 7.22 5.60 7.83 Keuangan 10.94 5.39 3.89 6.35 6.83 Jasa 5.48 5.07 7.95 10.49 8.80 Total 3.27 3.64 7.92 4.82 5.92
Sumber: BPS Provinsi Kalsel *) Angka Proyeksi Bank Indonesia Banjarmasin
2.1. Sektor Ekonomi Dominan
Sektor Pertambangan
Pada triwulan laporan, kinerja sektor pertambangan Kalimantan
Selatan diperkirakan tumbuh sebesar 6,04% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan laju pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai
4,96%. Dengan peningkatan tersebut, kontribusi pertumbuhan sektor
pertambangan pun meningkat dari 1,03% menjadi 1,43%, terbesar
dibandingkan kontribusi sektor dominan lainnya. Meskipun aktivitas eksplorasi
tambang sempat terganggu di awal tahun 2010 karena kondisi curah hujan yang
cukup tinggi, namun membaiknya permintaan dunia dan pengembangan pasar
domestik melalui skema DMO (Domestic Market Obligation) untuk memenuhi
kebutuhan energi program listrik 10.000 MW telah memacu perusahaan tambang
untuk meningkatkan produksinya.
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Membaiknya kinerja sektor pertambangan terindikasi dari meningkatnya
volume ekspor batubara dan bijih besi di triwulan laporan. Untuk batubara,
volume ekspor di triwulan I-2010 (sampai dengan Februari 2010) tumbuh sebesar
220,69% (yoy), lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan di triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 117,51% (yoy) maupun pertumbuhan periode
yang sama tahun 2009 yang turun sebesar -51,93% (yoy). Sementara volume
ekspor bijih besi pada triwulan laporan mencapai 694,9 ribu ton (Januari-Februari
2010) dengan laju pertumbuhan sebesar 2.417% (yoy), lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 3.492% (yoy)
namun jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama
tahun sebelumnya (Januari-Februari 2009) yang menyusut sebesar -9.488% (yoy).
Membaiknya kinerja sektor pertambangan juga dipengaruhi pula oleh
membaiknya harga komoditas pertambangan. Pada posisi akhir Maret 2010,
harga batubara internasional mencapai US$61,5/mt, atau meningkat 12,93%
dibandingkan harga di akhir Desember 2009 sebesar US$54,15/mt.
Grafik 1.22 Pertumbuhan Volume Ekspor Komoditas Batubara
Sumber : DSM Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.23 Pertumbuhan Volume Ekspor Komoditas Bijih Besi
Sumber : DSM Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.24 Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan (Berdasarkan Lokasi
Proyek) diKalimantan Selatan
Sumber: Lap. Bulanan Bank Umum Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.25 Perkembangan Harga Batubara Internasional
Sumber : Bloomberg
‐100%
‐50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1*)
2007 2008 2009 2010
Ribu
ton
*) Data sementara, hanya mencakup periode Januari‐Februari 2010
Volume ekspor batubara g.volume ekspor batubara (yoy)
‐500%0%500%1000%1500%2000%2500%3000%3500%4000%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1*)
2007 2008 2009 2010
Ribu
ton
*) Data sementara, hanya mencakup periode Januari‐Februari 2010
Volume ekspor bijih besi g. volume ekspor bijih besi (yoy)
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2008 2009 2010
y-o-yy-o-y g. PDRB Sektor Pertambangan (aksis kiri)g. Kredit Pertambangan (aksis kanan)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Harga batubara (USD/mt)
Sementara itu, dukungan pembiayaan dari bank terhadap sektor
pertambangan masih belum pulih sebagaimana kondisi sebelumnya bahkan
cenderung makin menurun. Sampai dengan triwulan laporan, kredit yang
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
19
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
20
disalurkan perbankan kepada sektor pertambangan mencapai Rp1,12 triliun
dengan penurunan sebesar -41,28% (yoy), turun lebih dalam dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencatat kontraksi sebesar -23,59% (yoy). Meskipun
pada saat ini sektor pertambangan memiliki prospek ke depan yang cukup baik,
namun dari sisi pelaku usaha nampaknya masih cenderung menggunakan
modal/dana sendiri dalam mengembangkan usahanya karena faktor efisiensi.
Sektor Pertanian
Laju pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan I-2010
diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
yaitu dari 4,16% (yoy) menjadi 4,56% (yoy). Meningkatnya laju pertumbuhan
di sektor pertanian terutama disebabkan oleh kinerja sub sektor tanaman bahan
makanan (tabama) yang mencatat kenaikan cukup signifikan karena peningkatan
luasan panen dibandingkan tahun sebelumnya. Beberapa wilayah kabupaten
tercatat sudah mulai memasuki masa panen, khususnya untuk komoditas padi
jenis medium. Berdasarkan data Dinas Pertanian, mulai terjadi peningkatan
produksi di beberapa sentra padi seperti Kab. Barito Kuala, Kab. Hulu Sungai
Selatan, Kab. Hulu Sungai Tengah, dan Kab. Tapin. Hingga akhir Maret 2010,
luasan panen padi di empat kabupaten tersebut mencapai 10.654 Ha, lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun 2009 yang hanya seluas 5,608 Ha.
Kenaikan produksi juga dikonfirmasi dari Angka Ramalan (ARAM) I 2010.
Produksi tanaman bahan makanan (tabama) di triwulan I-2010 diperkirakan
mencapai 175,5 ribu ton, lebih tinggi
8,70% dibandingkan produksi pada
triwulan I-2009 sebesar 161,4 ribu
ton. Namun demikian, banjir yang
merendam lahan pertanian di
beberapa wilayah akibat curah hujan
yang cukup tinggi pada triwulan ini
dikhawatirkan dapat mempengaruhi
produktivitas di sektor pertanian.
Grafik 1.26 Produksi Tanaman Bahan Makanan (Tabama) Kalimantan Selatan
Sumber: BPS Propinsi Kalsel
0%2%4%6%8%10%12%14%16%
0
200
400
600
800
1,000
1,200
T1 T2 T3 T4 T1
ASEM 2009 ARAM I 2010
Ribu
ton
Produksi Tabama (ton) g. PDRB sektor pertanian (yoy)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 1.3 Produksi Tanaman Bahan Makanan (Tabama) Kalimantan Selatan
Tanaman Bahan
Makanan
ASEM 2009 ARAM I 2010 Pertumbuhan (%)
Produksi (ton)
Luas Panen (Ha)
Produksi (ton)
Luas Panen (Ha)
Produksi (ton)
Luas Panen (Ha)
Padi 1,956,992 490,069 2,067,905 516,538 5.67 5.40
Jagung 113,897 22,892 116,908 23,519 2.64 2.74
Kacang Hijau 1,598 1,545 1,605 1,512 0.44 ‐2.14
Kacang Tanah 15,222 13,051 16,525 13,931 8.56 6.74
Kedelai 3,838 3,345 3,909 3,287 1.85 ‐1.73
Ubi Kayu 121,625 8,187 123,825 8,256 1.81 0.84
Ubi Jalar 29,968 2,617 30,921 2,690 3.18 2.79
TOTAL 2,243,140 541,706 2,361,598 569,733 5.28 5.17 *) ASEM : Angka Sementara; ARAM : Angka Ramalan I Sumber: BPS Provinsi Kalsel, Dinas Pertanian Propinsi Kalsel
Sepanjang tahun 2010, produksi tabama diperkirakan meningkat sebesar
5,28% dibandingkan tahun 2009 yang terutama akan ditopang oleh peningkatan
produksi padi dan kacang tanah yang masing-masing diperkirakan meningkat
5,67% dan 8,56%. Sementara itu luas lahan tabama diperkirakan mengalami
kenaikan sebesar 5,17%, sedikit lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan
produksi. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan produktivitas dari lahan
pertanian tabama, antara lain melalui penggunaan bibit unggul dan penggunaan
pupuk organik.
Selain sub sektor tabama, sub sektor lain yang memiliki kontribusi besar
terhadap perkembangan sektor pertanian adalah sub sektor perkebunan. Pada
triwulan I-2010, kinerja sub sektor perkebunan diperkirakan membaik. Trend
membaiknya laju pertumbuhan di sub sektor ini ditopang oleh membaiknya
tingkat harga komoditas perkebunan seperti karet dan minyak sawit (CPO) seiring
mulai pulihnya situasi perekonomian global. Harga komoditas karet mencatat
pertumbuhan tertinggi yaitu dari US$2,92/kg pada akhir Desember 2009 menjadi
US$3,79/kg di akhir Maret 2010 atau naik sebesar 26,26%. Sedangkan harga
minyak sawit internasional pada periode laporan juga mengalami sedikit kenaikan
yaitu dari US$753,14/metric ton di bulan Desember 2009 menjadi
US$790,93/metric ton atau naik sebesar 5,02%. Kenaikan harga ini mendorong
kembali gairah petani atau pelaku usaha di sub sektor perkebunan untuk kembali
berproduksi pasca imbas krisis ekonomi global.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
21
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
22
Grafik 1.27 Perkembangan Harga Internasional Komoditas Karet dan
Minyak Sawit
Sumber : Bloomberg
Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian (Berdasarkan Lokasi
Proyek) di Kalimantan Selatan
Sumber: Lap.Bulanan Bank Umum Bank Indonesia, diolah
Sejalan dengan membaiknya harga komoditas pertanian, kesejahteraan
petani secara umum juga relatif meningkat sebagaimana diperlihatkan oleh
peningkatan indeks Nilai Tukar Petani (NTP). Pada bulan Maret 2010, NTP
Kalimantan Selatan tercatat sebesar 105,73, naik 0,93% dibandingkan Desember
2009 yang mencapai 104,76. Namun demikian, indeks harga yang diterima
petani tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan sebesar -0,91%
dibandingkan Desember 2009, yaitu dari 124,50 pada Desember 2009 menjadi
124,37 pada Maret 2010. Hal ini memperlihatkan bahwa meskipun harga
internasional sudah membaik, namun masih belum diikuti dengan kenaikan
berarti harga pembelian ke perkebunan rakyat karena kualitas karet mentah yang
relatif rendah.
Sektor Industri Pengolahan
Pada triwulan I-2010, pertumbuhan sektor industri pengolahan
Kalimantan Selatan diperkirakan mulai pulih dan kembali mencatat
pertumbuhan positif sebesar 3,06% (yoy), setelah triwulan sebelumnya
mencatat kontraksi sebesar -1,36% (yoy). Membaiknya kinerja industri
pengolahan antara lain didorong oleh membaiknya kinerja ekspor komoditas kayu
olahan. Sampai dengan Februari 2010, pertumbuhan volume ekspor kayu olahan
mencapai 106,84% (yoy), melonjak dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh
sebesar 77,03% (yoy). Indikasi perbaikan kinerja sektor industri juga terlihat dari
meningkatnya pertumbuhan konsumsi listrik industri dari -45,27% (yoy) di
triwulan IV-2009 menjadi -2,37% (yoy). Pertumbuhan ini juga lebih baik
dibandingkan periode yang sama tahun 2009 yang mengalami penurunan
sebesar -22,85% (yoy).
0
50
100
150
200
250
300
350
400
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Harga Minyak Kelapa Sawit (US$/metric ton)
Harga Karet (US$/kg)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
Jan
Feb
Mar Ap
rM
ay Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov Dec Jan
Feb
Mar Ap
rM
ay Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov Dec Jan
Feb
Mar
2008 2009 2010
y-o-yy-o-yg. PDRB Sektor Pertanian (y-o-y) - aksis kirig. Kredit Pertanian (y-o-y) - aksis kanan
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
Grafik 1.29 Perkembangan Volume Ekspor Kayu Olahan
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.30 Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Industri
Sumber: PLN
‐60%‐40%‐20%0%20%40%60%80%100%120%
0102030405060708090
100
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1*)
2007 2008 2009 2010
Ribu
ton
*) Data sementara, hanya mencakup periode Januari‐Februari 2010
Volume ekspor kayu olahan g.volume ekspor kayu olahan (yoy)
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
-2%
-1%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2008 2009 2010
% yoy% yoyg. PDRB Sektor Industri (aksis kiri)g. Kons. Listrik Industri
Sementara itu, ekspansi kredit
perbankan ke sektor industri
pengolahan masih bergerak pada trend
yang menurun. Di triwulan I-2010, laju
pertumbuhan ke sektor ini mencatat
penurunan sebesar 28,24% (y-o-y),
melanjutkan penurunan di triwulan
sebelumnya yang juga mencatat
penurunan sebesar 19,91% (y-o-y). Hal
ini antara lain dipengaruhi oleh kondisi
industri pengolahan Kalimantan Selatan yang didominasi oleh industri pengolahan
berbasis kayu, dimana kondisinya terus mengalami penurunan akibat
keterbatasan bahan baku kayu. Sementara, beberapa industri baru yang berbasis
pengolahan CPO sampai saat ini masih dalam tahap pembangunan pabrik.
Diharapkan industri ini nantinya akan menggantikan industri pengolahan berbasis
kayu yang semakin terpuruk.
Grafik 1.31 Perkembangan Kredit Sektor Industri (Berdasarkan Lokasi Proyek) di
Kalimantan Selatan
Sumber: Lap. Bulanan Bank Umum Bank Indonesia, diolah
-40.00%
-30.00%
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
-2.00%
-1.00%
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
2008 2009 2010
y-o-yy-o-y
g. PDRB Sektor Industri (y-o-y) - aksis kirig. Kredit Industri (y-o-y) aksis kanan
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pada triwulan I-2010, pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan
restoran (PHR) Kalimantan Selatan diperkirakan mencapai 6,15% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,85%
(yoy). Dengan pangsa sebesar 16,32%, sektor ini memberikan
kontribusi terbesar kedua setelah sektor pertambangan terhadap pertumbuhan
ekonomi Kalimantan Selatan, yaitu sebesar 1,00%. Meningkatnya laju
pertumbuhan sektor PHR ini terindikasi melalui meningkatnya arus barang yang
keluar masuk ke wilayah Kalimantan Selatan melalui pelabuhan Trisakti
Banjarmasin dan meningkatnya penjualan kendaraan bermotor baik motor
23
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
24
maupun mobil serta kenaikan penjualan di pasar modern. Total volume bongkar
muat barang di triwulan I-2010 mencapai 24,04 juta ton dengan laju
pertumbuhan sebesar 60,05% (yoy), melonjak signifikan dibandingkan
pertumbuhan volume bongkar muat
barang di triwulan sebelumnya yang
hanya tumbuh sebesar 4,50% (yoy).
Kenaikan ini terkait dengan
membaiknya prospek ekonomi ke
depan, sehingga mendorong pelaku
usaha meningkatkan jumlah barang
masuk ke Kalimantan Selatan.
Sementara itu, total penjualan di
pasar modern Banjarmasin selama
triwulan I-2010 menunjukkan trend yang meningkat. Pada triwulan laporan, total
penjualan mencapai Rp110,8 miliar atau tumbuh 10,49% (yoy). Laju
pertumbuhan ini sedikit lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan di triwulan
IV-2009 yang mencapai 10,12% (yoy).
Membaiknya aktivitas di sektor perdagangan tidak terlepas dari dukungan
pembiayaan perbankan. Meskipun pada triwulan ini kredit perbankan kredit
perbankan (berdasarkan lokasi proyek) yang disalurkan ke sektor perdagangan
masih menurun bila dibandingkan triwulan sebelumnya, namun pergerakan kredit
selama triwulan I-2010 terus menunjukkan kenaikan. Pada Maret 2010, kredit
sektor perdagangan mencapai Rp2,84 triliun dengan laju pertumbuhan sebesar -
7,68% (yoy), lebih tinggi dibandingkan kredit pada bulan Januari 2010 yang
mencapai Rp2,4 trilun dengan pertumbuhan sebesar -20,69% (yoy).
Grafik 1.33 Kredit Sektor Perdagangan(Berdasarkan Lokasi Proyek) di Kalimantan
Selatan
Sumber :Laporan Bulanan Bank Umum BI, diolah
Grafik 1.34 Perkembangan Total Penjualan Pasar Modern di Banjarmasin
Sumber : Hasil Liaison Perusahaan, Bank Indonesia Banjarmasin
‐30%‐20%‐10%0%10%20%
0%1%2%3%4%5%6%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2008 2009 2010
30%40%50%
7%8%9%
y‐o‐yy‐o‐y
g. PDRB Sektor Perdagangan (y‐o‐y) ‐ aksis kirig. Kredit Perdagangan (y‐o‐y) ‐ aksis kanan
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
05,00010,00015,00020,00025,00030,00035,00040,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010
Juta Rp
40%45,00050,000
Total Penjualan (Rp) g. total penjualan (yoy)
Grafik 1.32 Volume Bongkar Muat di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin
Sumber: Adpel Banjarmasin
‐50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
0
5
10
15
20
25
30
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1
2008 2009 2010Juta ton
Volume bongkar muat pelabuhan banjarmasin
g. volume bongkar muat (yoy)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
25
2.2 Sektor Ekonomi Non-Dominan
Perkembangan sektor ekonomi non-dominan Kalimantan Selatan
di triwulan I-2010 secara umum mengalami peningkatan. Dari lima sektor
ekonomi non-dominan, hanya sektor jasa-jasa yang mengalami pertumbuhan
melambat di triwulan I-2010, yakni dari 10,49% (yoy) pada triwulan IV-2009
menjadi 8,80% (yoy). Namun demikian, sektor ini mencatat laju pertumbuhan
yang tertinggi dibandingkan sektor ekonomi lainnya. Melambatnya laju
pertumbuhan sektor jasa antara lain dipengaruhi oleh menurunnya penyaluran
kredit di sektor jasa hingga mencapai -27,66% (yoy), baik jasa dunia usaha
maupun jasa sosial masyarakat. Sementara itu, masih cukup tingginya
pertumbuhan sektor jasa didukung oleh perkembangan subsektor Pemerintahan
Umum yang menjadi indikasi realisasi APBD Pemerintah Daerah. Pada triwulan I-
2010, realisasi belanja APBD
mencapai 22,23%. Percepatan
realisasi ini antara lain dipengaruhi
oleh proses persetujuan APBD oleh
DPRD yang lebih cepat
dibandingkan tahun sebelumnya,
sehingga proses pelaksanaan
proyek Pemerintah Daerah telah
dapat direalisasi pada awal tahun.
Di sisi lain, kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan pada triwulan I-2010 meningkat yaitu dari 6,35% (y-o-y) di
triwulan IV-2009 menjadi 6,83% (y-o-y). Membaiknya kinerja sektor ini
terutama dipengaruhi oleh meningkatnya kinerja subsektor bank, yang
diindikasikan dari kenaikan nilai tambah bank yang cukup tinggi. Pada triwulan
laporan, pertumbuhan nilai tambah bank umum mencapai 21,39% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan nilai tambah pada triwulan
sebelumnya yang mencapai 10,90% (yoy). Kenaikan yang cukup tinggi ini
ditunjang oleh kegiatan intermediasi perbankan yang masih cukup baik, dengan
rasio kredit bermasalah (NPL) yang relatif rendah dan stabil.
Grafik 1.35 Kredit Sektor Jasa (Berdasarkan Lokasi Proyek) di Kalimantan Selatan
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum BI, diolah
-40%
-20%
0%20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
Jan
Feb
Mar Ap
rM
ay Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov Dec Jan
Feb
Mar Ap
rM
ay Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov Dec Jan
Feb
Mar
2008 2009 2010
y-o-yy-o-y
g. PDRB Sektor Jasa y-o-y (aksis kiri)g. Kredit Sektor Jasa (y-o-y)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
26
Grafik 1.36 Perkembangan PenyaluranKredit Perbankan di Kalimantan Selatan
Sumber : Bank Indonesia Banjarmasin
Grafik 1.37 Pertumbuhan Nilai Tambah Bank Umum di Kalimantan Selatan
Sumber : Bank Indonesia Banjarmasin
Laju pertumbuhan yang meningkat juga terjadi di sektor bangunan
yang pada triwulan I-2010 tumbuh 6,92% (yoy) atau lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,21% (y-o-y).
Meningkatnya pertumbuhan sektor ini terindikasi dari kenaikan penjualan semen
yang cukup signifikan meskipun penyaluran kredit untuk sektor bangunan pada
triwulan ini masih mengalami kontraksi -2,6% (yoy). Realisasi pengadaan semen
di Kalimantan Selatan pada triwulan laporan naik sebesar 30,06% (yoy), jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang
hanya mencapai 6,56% (yoy).
Grafik 1.38 Realisasi Pengadaan Semen
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
Grafik 1.39 Perkembangan Kredit Sektor Bangunan (Berdasarkan Lokasi Proyek) di
Kalimantan Selatan
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Laju pertumbuhan yang cukup tinggi, juga terjadi di sektor
pengangkutan dengan laju pertumbuhan di triwulan I-2010 mencapai
7,83% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 5,60% (yoy). Membaiknya aktivitas di sektor pertambangan,
sektor perkebunan dan industri pengolahan di awal tahun ini menopang
peningkatan kinerja sektor pengangkutan. Indikasi kenaikan sektor pengangkutan
0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%50%
14,500
15,000
15,500
16,000
16,500
17,000
17,500
18,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2009 2010
Rp M
iliar
Nominal Kredit (lokasi proyek) g. Kredit (y‐o‐y) %
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0
50
100
150
200
250
300
350
400
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1
2008 2009 2010
Miliar Rp
Nilai tambah bank (Rp) g. nilai tambah bank (yoy)
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
020406080
100120140160180200
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1
2007 2008 2009 2010
(y‐o‐y)Ribu Ton
Penjualan Semen (aksis kiri) g. Penjualan Semen (y‐o‐y)
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
0%1%2%3%4%5%6%7%8%
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
2008 2009 2010
y-o-yy-o-y
g. PDRB Sektor Bangunan y-o-y (aksis kiri) g. Kredit Konstruksi (y-o-y) - aksis kanan
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
terlihat dari pertumbuhan ekspansi pembiayaan perbankan yang sangat signifikan
di sektor ini yaitu dari 16,99%(yoy) di triwulan IV-2009 menjadi 70,83% (yoy)
pada periode laporan.
Grafik 1.41 Perkembangan Kredit Sektor Angkutan (Berdasarkan Lokasi Proyek) di
Kalimantan Selatan
Sumber: Lap. Bulanan Bank Umum, diolah
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
0%1%2%3%4%5%6%7%8%9%
10%
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
2008 2009 2010
y-o-yy-o-y
g. PDRB Sektor Angkutan (y-o-y) - aksis kiri
g. Kredit Angkutan y-o-y (aksis kanan)
Grafik 1.40 Konsumsi Listrik
0%1%2%3%4%5%6%7%8%
‐200%0%
200%400%600%800%
1000%1200%1400%1600%
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
2008 2009 2010
g. PDRB sektor listrik, gas dan air bersih (aksis kanan)
g. Kredit sektor listrik (aksis kiri)
Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan I-2010
diperkirakan tumbuh sebesar 4,51% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,27% (yoy). Meningkatnya sektor
listrik terindikasi dari pertumbuhan konsumsi listrik yang meningkat sebesar
7,72% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi listrik di
triwulan sebelumnya sebesar 6,10% (yoy). Kenaikan ini terutama didorong oleh
kenaikan konsumsi listrik sektor industri yang sejalan dengan membaiknya kondisi
perekonomian. Peningkatan kinerja di sektor ini juga ditopang oleh dukungan
perbankan untuk pembangunan infrastruktur kelistrikan, sehingga laju
pertumbuhan kredit di sektor ini melonjak signifikan dengan laju pertumbuhan
kredit mencapai 606,56% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh 276,13% (yoy).
27
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
28
BOKS 1
Identifikasi Dampak Perdagangan Bebas ACFTA
terhadap Kondisi Dunia Usaha Kalimantan Selatan
ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) telah diberlakukan sejak tanggal 1
Januari 2010, dimana perjanjian tersebut memberikan penurunan tarif sampai dengan
0% bagi barang-barang tertentu di antara negara-negara ASEAN dan China.
Pemberlakuan ACFTA sendiri memiliki dua sisi yang saling bertentangan bagi para pelaku
usaha dalam negeri. Di satu sisi, pemberlakuan ACFTA akan mengalahkan produk dalam
negeri dengan membanjirnya produk China di pasaran. Di sisi lain, ACFTA berpotensi
membuka pasar yang lebih luas bagi produk-produk ekspor buatan Indonesia.
Sehubungan dengan hal itu, KBI Banjarmasin mengadakan survei kepada 82
responden dunia usaha dari berbagai sektor ekonomi di Kalimantan Selatan untuk
mengetahui persepsi dunia usaha selama triwulan I-2010 sejak pemberlakuan ACFTA.
Selain itu survei ini juga bertujuan untuk memperoleh gambaran strategi perusahaan
dalam menghadapi ACFTA di tahun 2010.
Persepsi Dampak ACFTA terhadap Kondisi Perusahaan
Mayoritas responden survei (63,41%) menyatakan bahwa ACFTA tidak
berpengaruh terhadap kondisi perusahaan saat ini, sementara responden lainnya
(36,59%) menyatakan ACFTA berpengaruh terhadap kondisi perusahaan. Ditinjau dari
sektor ekonomi, perusahaan yang merasa terkena dampak dari pelaksanaan ACFTA ini
Bagi responden yang merasakan dampak dari ACFTA, secar
terutama berasal dari sektor pertambangan (26,67%) dan sektor perdagangan (20%).
a umum memberikan dampak
i penjualan perusahaan di Kalimantan Selatan, baik untuk pasar domestik yang positif bag
maupun pasar ekspor. Untuk pasar domestik, 46,67% responden menyatakan bahwa
penjualan perusahaan di tahun 2010 diperkirakan relatif tetap dengan pemberlakuan
36.59%
63.41%
Dampak ACFTA Terhadap Dunia Usaha
Berpengaruh Tidak Berpengaruh
0%
10%
20%
30%
40%
50%
Naik Tetap Turun Naik Tetap Turun
Pasar Domestik Pasar Ekspor
Pengaruh ACFTA Terhadap Kinerja
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
29
BOKS 1
Identifikasi Dampak Perdagangan Bebas ACFTA
terhadap Kondisi Dunia Usaha Kalimantan Selatan
ACFTA. Sementara 43,33% responden menyatakan adanya kenaikan penjualan di tahun
2010 dan hanya 10% responden yang menyatakan adanya penurunan. Sedangkan untuk
perusahaan yang memiliki pasar ekspor, 40% responden memperkirakan penjualan
mereka di tahun 2010 dengan pemberlakuan ACFTA akan relatif tetap, 40% responden
menyatakan ada kenaikan dan hanya 20% responden yang menyatakan ada penurunan.
Dampak ACFTA diperkirakan
belum berpengaruh terhadap
k
kerja
penggunaan kapasitas usaha
perusahaan di tahun 2010, hal ini
diungkapkan oleh mayoritas
responden (70,59%). Hanya 23,53%
responden yang akan merespon
pemberlakuan ACFTA dengan
melakukan peningkatan kapasitas
produksi dengan rata-rata kenaikan kap
responden yang berencana menurunkan ka
Terkait dengan dampak ACFTA terhadap penggunaan tenaga kerja oleh
perusahaan, 70% responden menyatakan akan mempertahankan jumlah tenaga
asitas produksi sebesar 14,96%. Untu
pasitas produksinya sebanyak 5,88%.
mereka di tahun 2010. Dan hanya 23,33% responden yang berencana melakukan
penambahan tenaga kerja, dengan rata-rata kenaikan tenaga kerja sebesar 9,57%.
Sisanya 6,67% berencana melakukan pengurangan jumlah tenaga kerja.
23.53%
70.59%
5.88%
Dampak ACFTA Terhadap Kapasitas Usaha
Naik Tetap Turun
23.33%
70.00%
6.67%
Tenaga KerjaDampak ACFTA Terhadap Penggunaan
Naik Tetap Turun
36.67%
53.33%
10.00%
Da adap Harga Jualmpak ACFTA Terh
Naik Tetap Turun
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
BOKS 1
Identifikasi Dampak Perdagangan Bebas ACFTA
terhadap Kondisi Dunia Usaha Kalimantan Selatan
Selanjutnya, survei ini juga akan melihat bagaimana dampak pemberlakuan
p penetapan harga oleh masing-masing perusahaan. Dari hasil survei,
dapi ACFTA
ACFTA terhada
sebagian besar perusahaan di Kalimantan Selatan (53,33%) cenderung menahan tingkat
harga saat ini. Namun demikian, 36,67% perusahaan akan meningkatkan harga jual
produknya dengan rata-rata kenaikan sebesar 14,85%. Hanya 10% perusahaan yang
akan menurunkan harga jual mereka.
Strategi Perusahaan Dalam Mengha
Dalam rangka menghadapi ACFTA, perusahaan menetapkan beberapa strategi
roduksi maupun dalam kegiatan
tivitas dan perluasan area
ertambangan.
yang terkait dengan penetapan pasar, aktivitas p
investasi. Beberapa strategi tersebut antara lain :
1. Melakukan penyesuaian orientasi penjualan (76,67%)
2. Melakukan differensiasi produk (33,33%)
3. Menambah investasi baru atau penggantian (36,67%)
4. Penyesuaian jam kerja (3,33%)
5. Lainnya (10%), antara lain berupa peningkatan produk
produksi baru khusus di sektor p
Kebijakan Yang Diharapkan Dari Pemerintah Dalam Menghadapi ACFTA
Untuk memperkuat daya saing perusahaan dalam menghadapi ACFTA,
:
1.
erta kepastian
responden juga mengharapkan ada dukungan kebijakan pemerintah, antara lain
Perbankan meningkatkan pembiayaan suku bunga yang lebih terjangkau (40%)
2. Stimulus Pemerintah dalam bentuk kemudahan perijinan dan pajak (80%)
3. Stimulus Pemerintah dalam bentuk peningkatan subsidi (36,67%)
4. Lainnya (13,33%), antara lain berupa kemudahan mendapatkan fasilitas
pembiayaan dari bank, adanya pelatihan kepada para pengusaha s
dalam regulasi Pemerintah.
30
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
3
2 1. KONDISI UMUM
Laju inflasi Kalimantan Selatan yang diwakili oleh inflasi Kota
Banjarmasin pada triwulan I-2010 cenderung meningkat. Inflasi tahunan
Kalimantan Selatan pada akhir triwulan laporan mencapai 5,11% (y-o-y), lebih
tinggi dibandingkan triwulan IV-2009 yang tercatat sebesar 3,86% (y-o-y). Secara
keseluruhan, laju inflasi Kalimantan Selatan Tahun 2010 (s.d. Maret 2010)
mencapai sebesar 1,5% (y-t-d), jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun 2009 yang hanya mencapai 0,30% (y-t-d). Kelompok pengeluran yang
mengalami inflasi tahunan terbesar pada periode laporan adalah kelompok
makanan jadi, minuman, rokok,tembakau dengan laju inflasi sebesar 10,65% (y-
o-y), diikuti kelompok bahan makanan 8,68% (y-o-y), dan kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olahraga.
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Kalimantan Selatan
Dilihat dari sumber tekanan inflasinya, tekanan inflasi terutama
berasal dari sisi penawaran. Berkurangnya pasokan beras lokal terutama untuk
kelas premium karena belum masuknya masa panen serta sempat menghilangnya
sayur mayur dari pasar meningkatkan tekanan inflasi pada triwulan ini. Selain itu
efek turunnya harga BBM pada awal tahun 2009 telah menghilang sehingga nilai
inflasi kembali ke trend normalnya.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
31
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
32
2. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG/JASA
2.1. Inflasi Tahunan
Inflasi tahunan Kalimantan Selatan pada triwulan I-2010 ini lebih
tinggi dibandingkan inflasi tahunan nasional namun lebih rendah
dibandingkan inflasi tahunan Kalimantan. Pada triwulan I-2010, laju inflasi
Kalimantan Selatan secara tahunan mengalami kenaikan, yakni dari 3,86% (y-o-y)
pada triwulan sebelumnya menjadi 5,11% (y-o-y). Angka inflasi ini lebih tinggi
dari angka inflasi nasional pada periode laporan yang hanya3,43% (y-o-y), namun
masih lebih rendah dibandingkan angka inflasi pulau Kalimantan secara
keseluruhan yang mencapai 5,36% (y-o-y)
Tabel 2.1. Inflasi IHK Tahunan (y‐o‐y) Kalimantan Selatan 2008 2010
Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1
Bahan makanan 15.56 9.11 6.12 7.01 7.1 8.68
Makanan jadi , minuman, rokok dan tembakau 9.52 8.07 11.8 12.8 11 10.65
Perumahan, air, l i s trik, gas dan bahan bakar 16.13 9.07 0.63 ‐0.7 ‐2.4 0.27
Sandang 8.57 10.3 8.83 11.2 11 0.81
Kesehatan 8.72 6.01 6.2 3.94 0.9 3.45
Pendidikan, rekreas i dan olahraga 5.06 6.2 8.83 5.2 4.8 4.16
Transpor, komunikas i dan jasa keuangan 7.45 2.89 ‐3.5 ‐6.3 ‐3.5 1.33
UMUM 11.62 7.66 4.78 4.31 3.9 1.5
Kelompok 2009
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan, diolah
Inflasi tahunan tertinggi pada periode laporan terjadi pada
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Pada triwulan
laporan, inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
tercatat merupakan inflasi
yang tertinggi yaitu
mencapai 10,65% (y-o-y)
khususnya pada
subkelompok minuman
yang tidak beralkohol
yang mengalami inflasi
sebesar 22,35% (y-o-y).
Tingginya inflasi pada
kelompok ini terutama
didorong oleh kenaikan harga gula pasir naik lebih tinggi daripada tahun
Gambar 2.2 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
sebelumnya mencapai Rp12.000,-/kg akibat minimnya pasokan gula yang dapat
dijual ke masyarakat umum. Hal ini disebabkan telah lewatnya masa giling
sementara gula impor belum beredar sehingga suply gula menjadi sangat minim.
Hal tersebut juga terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Gambar 2.3 Perkembangan Harga Gula Pasir Kalimantan Selatan
(Sumber: SPH BI Banjarmasin, diolah)
Kelompok bahan makanan juga mengalami inflasi tahunan yang
cukup tinggi. Pada triwulan laporan kelompok bahan makanan ini mencatat
inflasi sebesar 8,68% (y-o-y) atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar
7,03% (y-o-y). Pada kelompok bahan makanan, inflasi yang tertinggi terutama
terjadi pada sub kelompok daging dan hasil-hasilnya (32,43%), yang didorong
oleh kenaikan harga daging ayam ras akibat berkurangnya pasokan sebagai
dampak dari dugaan adanya wabah flu burung sehingga banyak peternak yang
memusnahkan ayamnya juga mencegah penyebaran penyakit. Selain itu,
kanaikan harga beras khususnya jenis beras lokal premium yang terjadi sejak awal
tahun akibat berkurangnya stock beras tersebut terkait dengan pola tanam padi
jenis tersebut yang hanya
setahun sekali juga
mendorong tingginya inflasi
pada subkelompok padi-
padian yang mencapai
13,86%.
Efek penurunan harga
BBM yang terjadi pada
awal tahun 2009 telah
menghilang. Hal ini dapat
dilihat dari laju inflasi pada kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan
Gambar 2.4 Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi,
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
33
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
34
yang mulai bulan Februari 2010 sudah menunjukkan angka positif setelah terus
menerus mengalami deflasi sejak Juni 2009. Pada akhir triwulan I-2010 inflasi
pada kelompok ini mencapai 1,33% (y-o-y) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya
yang mengalami deflasi sebesar -3,5% (y-o-y), yang terutama didorong oleh
kenaikan harga barang-barang pada sub kelompok sarana dan penunjang
tranport.
2.2. Inflasi Triwulanan
Inflasi triwulanan pada triwulan laporan menunjukkan
peningkatan dibanding dengan triwulan sebelumnya. Inflasi triwulanan
pada akhir triwulan I-2010 tercatat sebesar 1,50% (q-t-q), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,41% (q-t-q) maupun
inflasi pada periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai 0,3% (q-t-q).
Lebih tingginya inflasi triwulan pada triwulan laporan ini terutama didorong oleh
kenaikan harga pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebagai
dampak dari diberlakukannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau, yang mulai berlaku
tanggal 1 Januari 2010. Besaran kenaikan tarif cukai tahun 2010 untuk sigaret
adalah, SKM (Sigaret Kretek Mesin) I rata-rata sebesar Rp 20, SKM II sebesar Rp
20, SPM (Sigaret Putih Mesin) I sebesar Rp 35, SPM II sebesar Rp 28, SKT I (Sigaret
Kretek Tangan) sebesar Rp 15, SKT II sebesar Rp 15, SKT III sebesar Rp 25.
Tabel 2.2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Selatan 2008 2010
Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1
Bahan makanan 4.1 0.83 ‐2.5 4.57 4.1 2.38
Makanan jadi , minuman, rokok dan tembakau 2.82 1.82 5.26 2.34 0.8 1.91
Perumahan, air, l i s trik, gas dan bahan bakar 1.25 ‐1 ‐0.9 ‐0.1 0.1 1.21
Sandang 3.26 8.43 ‐2.6 1.93 2.5 ‐0.95
Kesehatan 3.1 0.09 0.64 0.08 0.1 2.59
Pendidikan, rekreas i dan olahraga 0.31 0.96 2.72 1.12 ‐0.1 0.38
Transpor, komunikas i dan jasa keuangan ‐2.63 ‐3.7 0.2 ‐0.2 0.3 1.11
UMUM 1.85 0.3 0.34 1.77 1.4 1.5
Kelompok
2009
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan
Sub kelompok lainnya yang mengalami kenaikan harga yang cukup besar
terjadi sub kelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya; serta sub
kelompok daging dan hasil-hasilnya dimana pada triwulan laporan mengalami
inflasi masing-masing sebesar 8,90% (q-t-q) dan 8,84% (q-t-q). Sama halnya
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
dengan inflasi tahunan, kenaikan pada sub kelompok padi-padian didorong oleh
kenaikan harga beras, dan kenaikan pada sub kelompok daging didorong oleh
kenaikan harga daging ayam ras.
Gambar 2.5 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan
Kelompok sandang merupakan satu-satunya kelompok barang dan
jasa yang mengalami deflasi. Pada triwulan I-2010 kelompok barang dan jasa
yang mengalami terjadi pada kelompok sandang yaitu sebesar -0,95% (q-t-q).
Penurunanan ini terutam didorong oleh turunnya harga komoditas emas
perhiasan yang mengikuti pergerakan harga emas internasional dimana rata-rata
harga emas internasional pada periode laporan turun 1,1%.
Gambar 2.6 Perkembangan Harga Emas Internasional dan Harga Emas di Kalimantan Selatan
(Sumber: SPH BI Banjarmasin, diolah)
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
35
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
36
2.3. Inflasi Bulanan
Inflasi bulanan selama
triwulan I-2010 yang sempat
turun pada bulan Februari
kembali meningkat pada bulan
Maret. Kenaikan harga beras
sejak awal tahun nampaknya
menyebabkan arah pergerakan
inflasi Kalimantan Selatan sedikit
berbeda dengan nasional.
Pergerakan inflasi nasional selama triwulan I-2010 terus menunjukkan
kecenderungan yang menurun bahkan mengalami deflasi di Bulan maret 2010.
Sedangkan inflasi di Kalimantan Selatan, walaupun sempat turun pada bulan
Februari, namun pada bulan Maret kembali meningkat yang terutama disebabkan
oleh kenaikan harga beras.
Tabel 2.3. Inflasi IHK Bulanan (m‐t‐m) Kalimantan Selatan
Inflasi Andil Inflasi Andil Inflasi Andil
Bahan makanan 2.48 0.029 1.19 0.01 0.4 0.552
Makanan jadi , minuman, rokok dan tembakau 1.36 0.31 0.27 0.062 0.27 0.063
Perumahan, air, l i s trik, gas dan bahan bakar 0.84 0.173 0.06 0.013 0.3 0.061
Sandang 0.14 0.011 ‐0.76 ‐0.056 ‐0.33 ‐0.024
Kesehatan 0.19 0.007 1.63 0.061 0.76 0.029
Pendidikan, rekreas i dan olahraga ‐0.3 ‐0.016 0.51 0.026 0.17 0.009
Transpor, komunikas i dan jasa keuangan 0.519 0.079 0.115 0.018 0.468 0.072
UMUM 13 0.13 0.76 0.76
Maret
Kelompok
Januari Februari
0.59 0.59 0. Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan
Inflasi Bulan Januari 2010
Kelompok makanan jadi mengalami inflasi paling tinggi di bulan
Januari 2010. Pada bulan Januari 2010, inflasi Kalimantan Selatan tercatat
sebesar 0,59% (m-t-m), dengan kelompok makanan jadi merupakan kelompok
yang mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 1,36% (m-t-m). Berkurangnya
pasokan gula pasir akibat belum masuknya masa giling gula serta larangan
Gubernur Jawa Timur yang sementara melarang distributor dari Jawa Timur untuk
Gambar 2.7 Perbandingan Inflasi Bulanan Nasional dan Kalsel
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
37
memasok gula pasir ke Kalimantan Selatan menyebabkan meningkatnya harga
gula pasir sejak di level distributor. Sementara itu, pada kelompok bahan
makanan juga mengalami inflasi sebesar 0,11% (m-t-m) sebagai dampak dari
faktor cuaca dengan curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan
berkurangnya pasokan ikan segar seperti ikan nila, ikan gabus, ikan selar dan ikan
bawal.
pada kelompok perumahan, air,
akar
sebesar 0,84% (m-t-m).
Inflasi Bulan Februari 2010
t-m) lebih rendah
di
penyumbang deflasi terbesar pada bulan Februari 2010 yakni sebesar -0,0565.
Selain dorongan dari
volatile food, tekanan inflasi
pada bulan Januari juga berasal
dari faktor administered price.
Naiknya tarif air minum PDAM
sebesar rata-rata 7,5% juga
menyebabkan terjadinya inflasi
listrik, gas, dan bahan b
Pada bulan
Februari 2010,
pergerakan indeks harga
mengalami penurunan
yang cukup signifikan.
Inflasi pada bulan tersebut
tercatat sebesar 0,13% (m-
dibandingkan dari inflasi
nasional yang mencapai
0,3% (m-t-m). Rendahnya inflasi pada bulan Februari ini antara lain didorong oleh
terjadinya deflasi pada kelompok sandang sebesar -0,76% (m-t-m). Turunnya
harga emas internasional yang diikuti oleh pergerakan harga komoditas emas
perhiasan di pasaran lokal Banjarmasin menyebabkan komoditas tersebut menja
Gambar 2.8 Inflasi Bulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar
Gambar 2.9 Inflasi Bulanan Kelompok Sandang
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
38
Selain penurunan harga emas, meredanya tekanan inflasi pada bulan
Februari ini juga disebabkan oleh penurunan harga pada sub kelompok ikan segar
yang disebabkan mulai membaiknya cuaca sehingga nelayan sudah berani melaut
kembali, serta mulai menurunnya harga gula pasir di pasaran. Penurunan harga
gula pasir ini selain disebabkan mulai beredarnya masuknya gula impor di pasaran
Kalimantan Selatan pada minggu terakhir bulan Februari 2010, juga dampak dari
adanya permintaan dispensasi dari Gubernur Kalimantan Selatan kepada Polda
Kalimantan Selatan untuk mengizinkan distributor gula di Kalimantan Selatan
mengedarkan gula rafinasi kepada masyarakat hingga Maret 2010. Besarnya gula
rafinasi yang dapat diedarkan sebesar 6.000 ton atau rata-rata 2.000 ton per
bulan. Permintaan dispensasi tersebut terkait dengan adanya Surat Keputusan
Bersama (SKB) antara Departemen Perindustrian dan Perdagangan dengan
Kepolisian, dimana Kepolisian mempunyai wewenang untuk menangkap
pedagang gula rafinansi yang menjual langsung kepada konsumen non-industri.
Secara umum, tekanan inflasi pada bulan Februari ini lebih disebabkan
oleh faktor musiman seiring adanya beberapa hari besar keagamaan dibulan
Februari ini yaitu hari raya Imlek dan Maulid Nabi. Kedua hari raya tersebut telah
mendorong permintaan masyarakat akan beberapa bahan makanan khususnya
komoditas daging ayam ras dan daging ayam kampung sehingga komoditas
daging ayam ras pada bulan tersebut memberikan andil inflasi paling tinggi yakni
sebesar 0,1091% .
Gambar 2.10 Perkembangan Harga Daging Ayam Ras di Kalimantan Selatan
(Sumber: SPH BI Banjarmasin, diolah)
Inflasi Bulan Maret 2010
Berbeda dengan pergerakan inflasi nasional yang rata-rata
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
mengalami deflasi, inflasi Kalimantan Selatan justru mengalami
peningkatan. Inflasi Kalimantan Selatan pada bulan Maret 2010 ini tercatat
sebagai salah satu dari dari 19 kota di Indonesia yang mengalami inflasi dengan
angka inflasi tercatat sebesar 0,76% (m-t-m), atau jauh lebih tinggi dari inflasi
nasional yang mengalami deflasi sebesar -0,14% (m-t-m). Pendorong utama
tingginya inflasi pada bulan Maret ini adalah masih tingginya inflasi pada
kelompok kelompok bahan makanan yang mencapai 2,23% (m-t-m).
Jika dilihat dari komoditasnya, inflasi bulan Maret 2010 terutama dipicu
oleh kenaikan harga komoditas beras dan komoditas daging ayam ras. Harga
beras lokal jenis premium yang sudah mulai naik sejak Februari 2010 masih terus
berlanjut sampai dengan bulan Maret 2010 ini karena semakin minimnya
cadangan beras baik di tingkat petani, penggilingan maupun ditingkat pedagang
sehingga subkelompok padi-padian mengalami inflasi bulanan yang sangat tinggi
yakni mencapai 7,96% (m-t-m).
Gambar 2.11 Perkembangan Harga Beras di Kalimantan Selatan
(Sumber: SPH BI Banjarmasin, diolah)
Sementara itu, kenaikan harga komoditas daging ayam ras yang cukup
tinggi masih terkait isu flu burung (H5NI). Pasca kasus dugaan flu burung yang
terjadi di kabupaten Tanah Laut dan beberapa kabupaten lainnya pada beberapa
waktu yang lalu, para peternak distibutor mengosongkan kandang-kandangnya
dan mulai membersihkan kandang yang diduga terjangkit flu burung atau
penyakit ayam tetelo. Hal ini berdampak pada terus berkurangnya pasokan ayam
ras kiloan di sejumlah pasar tradisional Banjarmasin.
39
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010 40
Boks 2
Fenomena Kenaikan Harga Beras di Banjarmasin pada Triwulan I-2010
Sampai dengan bulan Maret 2010, inflasi Kalimantan Selatan yang
diwakili oleh Kota Banjarmasin sudah mencapai 1,50% (ytd), atau di atas
inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,99% (ytd). Tingginya inflasi di Kota
Banjarmasin ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga beras yang terus
terjadi sejak bulan akhir Februari 2010 sehingga sejak Januari-Maret 2010,
komoditas beras telah memberikan andil inflasi sebesar 0,479%.
Dengan kenaikan harga beras yang signifikan tersebut, Tim Teknis TPID
Kalimantan Selatan pada bulan April 2010 telah melakukan survey lapangan
untuk memantau langsung harga beras, dari tingkat pedagang eceran,
besar/distributor sampai ke penggilingan beras. Survei dilakukan di Pasar
Pekapuran dan Pasar Muara Kelayan di Banjarmasin serta Penggilingan Padi
Semeru di Kecamatan Gambut. Dari survei tersebut diharapkan dapat
diidentifikasi beberapa penyebab tingginya harga beras
Berdasarkan pemantauan di Pasar Pekapuran dan Pasar Muara Kelayan,
perkembangan harga beras lokal jenis premium berlangsung secara bertahap
setipa kali terjadi pengiriman beras dari daerah dan tidak langsung secara
drastis. Hampir seluruh pedagang mengeluhkan kenaikan harga yang terjadi
saat ini dirasakan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga yang
terjadi pada periode yang sama tahun-tahun sebelumnya. Dalam kondisi
normal, harga beras unus di pasar berada pada kisaran Rp90.000 per blek,
namun saat ini sudah mencapai kisaran Rp135.000-Rp140.000 per blek (1 blek
= 15 kilogram atau 20 liter). Pedagang memperkirakan kenaikan harga dapat
mencapai Rp150.000,- per blek.
Menurut pengakuan para pedagang dan penggilingan padi, faktor
utama yang mendorong kenaikan harga beras ini terutama disebabkan
kurangnya pasokan beras khususnya untuk jenis yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Banjarmasin yakni beras lokal premium (unus mutiara dan siam
unus). Hal ini terkait dengan pola tanam padi jenis ini yang hanya 1 tahun
sekali, dimana biasanya masa panen raya beras jenis tersebut terjadi antara
bulan Juli-September 2010, menyebabkan persediaan gabah baik ditingkat
petani maupun di tingkat penggilingan terus menipis. Dengan semakin tipisnya
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010 41
persediaan gabah, pihak penggilingan padi cenderung menahan dan
menggiling gabah sedikit demi sedikit karena gabah bila terus menerus digiling
maka persediaan gabah akan habis dalam jangka waktu kurang dari 1 bulan.
Hasil gilingan padi yang terbatas ini menyebabkan kenaikan harga sudah
dimulai sejak dari penggilingan padi ke pedagang besar.
Minimnya pasokan beras ke pasar Banjarmasin juga diperparah dengan
masuknya pembeli (pedagang) dari luar daerah Kalimantan Selatan, yaitu dari
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur yang membeli beras jenis tersebut.
Hal ini disinyalir karena adanya gangguan produksi akibat banjir di daerah
pemasok (Sulawesi) sehingga mereka mengalihkan tempat pembelian. Pembeli
tersebut mau membeli dengan tingkat harga yang sama dengan harga jual di
Banjarmasin, sehingga petani/pedagang pengumpul mau menjual langsung
kepada mereka.
Hal lain yang perlu diperhatikan terkait dengan merangkaknya harga
beras ini adalah preferensi konsumsi terhadap beras unus (unus mutiara dan
siam unus) sangat tinggi sehingga elastisitas permintaan terhadap kedua
komoditas ini menjadi rendah. Dari hasil wawancara dengan beberapa
konsumen, masyarakat enggan beralih ke jenis beras lainnya karena tidak
sesuai dengan selera. Meskipun harga naik, konsumen tetap membeli
walaupun dengan kuantitas yang lebih sedikit.
Sementara itu, untuk beras lokal jenis medium seperti IR 64, IR 42,
ciherang, dan siam pandak yang juga diserap oleh Bulog harganya relatif stabil
bahkan cenderung menurun seiring dengan panen padi jenis tersebut
dibeberapa daerah. Hal inilah yang menyebabkan Bulog belum melaksanakan
Operasi Pasar (OP) karena jenis beras OP Bulog bukan beras lokal jenis premium
namun jenis medium. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, pada saat harga
beras lokal premium meningkat dan Bulog melakukan OP dengan jenis beras
medium, tidak terlalu memberikan dampak terhadap harga beras lokal
premium bahkan beras OP dikuatirkan tidak banyak peminatnya.
Sumber : Hasil Survei Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kalsel
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Perkembangan berbagai indikator perbankan di Kalimantan
Selatan pada triwulan I-2010 masih tumbuh positif meskipun cenderung
melambat. Indikasi ini terlihat dari pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga
(DPK) secara tahunan yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.
Seiring dengan itu, peran intermediasi perbankan Kalimantan Selatan yang
tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) bank-bank yang beroperasi di
Kalimantan Selatan secara agregat mengalami sedikit penurunan. Di sisi lain,
seiring dengan membaiknya perekonomian, persentase kredit bermasalah (NPL)
tetap terjaga relatif stabil pada level yang rendah dalam kurun waktu 2 tahun
terakhir.
1. PERKEMBANGAN BANK UMUM
1.1. Perkembangan Aset dan Kelembagaan Bank Umum
Volume usaha bank umum Kalimantan Selatan hingga akhir
triwulan I-2010 mencapai Rp22,38 triliun, lebih tinggi 6,74% (qtq) dari
posisi akhir triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp20,96 triliun.
Secara tahunan (yoy), pertumbuhan aset perbankan mencapai 14,08% sedikit
lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 13,53%.
Meningkatnya laju pertumbuhan volume usaha bank umum ini terutama
disumbang oleh kelompok bank umum swasta yang pada triwulan laporan
pertumbuhannya mencapai 22,14% (yoy), jauh lebih tinggi dari pertumbuhan
pada akhir triwulan IV-2009 sebesar 7,10% (yoy). Sementara itu, kelompok bank
plat merah justru menunjukan kondisi sebaliknya dengan laju pertumbuhan yang
melambat dari 16,25% (yoy) menjadi 10,81% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
43
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Grafik 3.1. Pertumbuhan Aset Bank Umum Kalimantan Selatan (yoy)
Sumber: LBU Kalimantan Selatan, diolah
Pesatnya pertumbuhan volume usaha bank swasta salah satunya
dipengaruhi oleh mulai beroperasinya kantor cabang Bank Syariah Mega
Indonesia di Kalimantan Selatan sejak 23 Februari 2010 yang disusul dengan
pembukaan 4 kantor cabang pembantunya di bulan Maret. Secara umum selama
triwulan I-2010, jaringan kantor bank di Kalimantan Selatan kembali melakukan
ekspansi dengan menambah 2 kantor cabang, 6 kantor cabang pembantu, dan 2
kantor unit. Sehingga secara total jumlah jaringan kantor perbankan di
Kalimantan Selatan mencapai 23 bank umum dan 4 unit usaha syariah dengan
dukungan .290 kantor serta 440 unit ATM.
1.2. Intermediasi Perbankan
1.2.1. Penghimpunan Dana Masyarakat
Perkembangan dana pihak
ketiga (DPK) yang berhasil
dihimpun oleh bank umum
Kalimantan Selatan pada
triwulan I-2010 mengalami
perlambatan dibandingkan
triwulan sebelumnya. Posisi DPK
di triwulan ini mencapai Rp17,5
triliun, hanya tumbuh 1,79%
(yoy) atau lebih rendah dari
pertumbuhan pada triwulan
Grafik 3.2 Perkembangan DPK Perbankan Kalimantan Selatan
Sumber: Datawarehouse Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
44
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
sebelumnya sebesar 13,02% (yoy). Perlambatan ini terutama dipengaruhi oleh
jenis rekening giro yang menyusut sebesar -6,13% (yoy) setelah pada triwulan
sebelumnya masih tumbuh positif sebesar 10,51% (yoy). Menyusutnya
pertumbuhan giro terutama dipengaruhi oleh peningkatan realisasi anggaran
pemerintah daerah yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya khususnya untuk
belanja modal. Indikasi ini tercermin secara kuantitatif dari menyusutnya
pertumbuhan giro milik pemda sebesar -11%(yoy) setelah pada triwulan IV-2009
masih tumbuh positif sebesar 7% (yoy).
Grafik 3.3. Perkembangan DPK Kalimantan Selatan Menurut Jenis Simpanan (yoy)
Sumber: Datawarehouse Bank Indonesia, diolah
Selain pengaruh dari realisasi belanja pemerintah daerah, melambatnya
pertumbuhan rekening giro juga dipengaruhi melambatnya pertumbuhan giro
milik perseorangan dari 18% (yoy) pada triwulan IV-20009 menjadi 8% (yoy). Hal
ini diduga terkait dengan pulihnya kondisi perekonomian, sehingga para pelaku
usaha mulai melakukan peningkatan kapasitas usaha dengan menggunakan
pendanaan sendiri.
Sementara itu, perkembanan posisi tabungan dan deposito juga
menunjukan pertumbuhan yang positif walaupun melambat. Rekening tabungan
hanya tumbuh 5,94%(yoy) jauh lebih rendah dari pertumbuhan triwulan
sebelumnya sebesar 17,4% (yoy). Untuk jenis simpanan deposito, setelah tumbuh
sebesar 13,02% (yoy)pada akhir tahun 2009, di triwulan I-2010 ini hanya tumbuh
3,73% (yoy). Melambatnya pertumbuhan di kedua jenis simpanan tersebut
terutama dipengaruhi oleh meningkatnya penggunaan dana oleh masyarakat
terutama untuk aktivitas konsumsi seiring dengan membaiknya perkembangan
ekonomi. Hal ini tercermin dari meningkatnya penjualan kendaraan bermotor di
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
45
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
triwulan laporan. Selain itu, suku bunga simpanan yang cenderung menurun di
triwulan laporan, yaitu menjadi sebesar 6,97% untuk deposito dan 3,08% untuk
tabungan, menyebabkan beberapa nasabah mengalihkan tabungan mereka pada
jenis investasi lainnya seperti saham, reksadana dan properti.
1.2.2. Penyaluran Kredit
Dari sisi penyaluran kredit
oleh perbankan Kalimantan
Selatan, pertumbuhan di
triwulan I-2010 masih
menunjukkan perkembangan
yang melambat. Ditinjau dari kredit
yang disalurkan di wilayah
Kalimantan Selatan (kredit menurut
lokasi proyek), termasuk yang
berasal dari kantor bank dari luar
wilayah Kalimantan Selatan, pada
triwulan laporan mencapai Rp16,9 triliun atau tumbuh sebesar 4,76% (yoy), lebih
rendah dibandingkan triwulan IV-2009 yang mencatat pertumbuhan sebesar
9,04% (yoy). Sementara itu kredit yang disalurkan oleh bank umum yang
beroperasi di Kalimantan Selatan (kredit menurut lokasi bank) hingga akhir
triwulan I-2010 mencapai Rp12,5 triliun dengan laju pertumbuhan melambat dari
15,75% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 1,35% (yoy).
Sumber: Datawartehouse Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.4 Pertumbuhan Tabungan dan Deposito Milik Perseorangan (yoy)
Grafik 3.5. Perkembangan Kredit Kalimantan Selatan Menurut Jenis Penggunaan (yoy)
Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia, diolah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
46
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Dari sisi penggunaan, melambatnya laju pertumbuhan kredit terutama
dipengaruhi oleh melambatnya kredit investasi yang kembali menyusut sebesar -
13,28% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan sebesar -
6,10% (yoy). Sementara itu, kredit modal kerja pada triwulan laporan juga
menyusut sebesar -0,45% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh positif
sebesar 11,73% (yoy). Masih lambatnya akselerasi kredit dipengaruhi oleh faktor
awal tahun dimana perbankan dan sektor usaha masih dalam masa konsolidasi.
Selain itu, para pelaku usaha juga masih mengandalkan modal perusahaan untuk
memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi saat ini sambil melihat
perkembangan ke depan.
Pada triwulan ini, pertumbuhan kredit hanya ditopang oleh kredit untuk
kegiatan konsumtif. Laju pertumbuhan kredit konsumsi pada triwulan ini
mencapai 29,69% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya
sebesar 23,29% (yoy). Hal ini didorong oleh meningkatnya konsumsi masyarakat
Kalimantan Selatan untuk tipe barang durable goods sebagaimana digambarkan
oleh meningkatnya pertumbuhan kendaraan baru dari -24,7% (yoy) di triwulan
IV-2009 menjadi 18,9% (yoy). Membaiknya kondisi ekonomi dan gencarnya
strategi distributor untuk melakukan promosi dan pemberian insentif menjadi
salah satu faktor pendorong aktivitas konsumsi masyarakat di triwulan laporan.
Secara sektoral pertumbuhan kredit produktif terutama ditopang oleh
kredit dari sektor
pengangkutan yang
tumbuh sebesar 70,87%
(yoy), jauh lebih tinggi
dari pertumbuhan pada
triwulan sebelumnya
sebesar 16,99% (yoy). Hal
ini sejalan dengan hasil
liaison Bank Indonesia
Banjarmasin ke bank-
bank pemerintah selama
triwulan I-2010 yang
menunjukkan bahwa
ekspansi kredit produktif paling banyak terjadi pada perusahaan angkutan
batubara dan kelapa sawit seiring mulai pulihnya permintaan dunia. Membaiknya
perkembangan di sub sektor perkebunan khususnya komoditas kelapa sawit dan
Grafik 3.6 Komposisi Kredit Sektoral Kalimantan Selatan
Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia, diolah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
47
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
karet ikut mendorong ekspansi kredit di sektor pertanian khususnya sub sektor
perkebunan dengan laju pertumbuhan positif sebesar 2,59% (yoy).
Sementara itu, pertumbuhan kredit sektor pertambangan yang disalurkan
oleh perbankan Kalimantan Selatan masih mengalami penyusutan sebesar -
41,28% (yoy) setelah pada akhir triwulan IV-2009 menyusut sebesar -23,59%
(yoy). Turunnya ekspansi kredit di sektor pertambangan terutama dipengaruhi
oleh masih terbatasnya aktivitas investasi pembukaan lahan tambang yang baru
seiring ketidakpastian rencana tata ruang dan wilayah.
Melambatnya pertumbuhan kredit di triwulan laporan juga dipengaruhi
oleh turunnya pertumbuhan kredit pada sektor perdagangan sebesar -7,68%
(yoy) setelah pada triwulan sebelumnya masih tumbuh positif 2,84% (yoy).
Proyeksi turunnya permintaan masyarakat pasca kondisi musiman hari raya Idul
Fitri dan akhir tahun di triwulan sebelumnya, berdampak pada turunnya
permintaan kredit dari usaha perdagangan eceran dan distributor.
Grafik 3.7 Perkembangan DPK, Kredit, dan LDR Bank Umum Kalimantan Selatan
Sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah
Dengan melambatnya pertumbuhan kredit, peran intermediasi per-
bankan yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum di
Kalimantan Selatan mengalami penurunan dari 75,67% pada akhir
triwulan IV-2009 menjadi 72,45%. Meskipun relatif cukup tinggi, rasio ini
berada di bawah rata-rata dalam 15 bulan terakhir yang mencapai 75,32%.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
48
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Tabel 3.1 Perkembangan Beberapa Indikator Bank Umum Kalimantan Selatan 2010
Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1
DPK Rp miliar 13.868,41 15.455,90 16.071,48 17.204,12 17.193,98 17.136,60 18.163,85 17.511,62
(y‐o‐y) 18,71% 25,50% 25,18% 28,71% 23,98% 10,87% 13,02% 1,79%
(q‐t‐q) 3,76% 6,94% 3,98% 7,05% ‐0,06% ‐0,33% 5,99% ‐3,59%
Kredit (Lokasi Proyek)
Rp miliar 13.511,74 15.348,47 16.075,20 16.108,24 16.272,16 16.635,43 17.527,85 16.874,43
(y‐o‐y) 44,82% 54,72% 45,35% 35,39% 20,43% 8,38% 9,04% 4,76%
(q‐t‐q) 13,57% 13,59% 4,73% 0,21% 1,02% 2,23% 5,36% ‐3,73%
LDR (Lokasi Bank)
73,81% 75,41% 73,89% 71,65% 75,33% 77,57% 75,67% 72,45%
NPL gross
6,18% 5,54% 4,76% 3,67% 3,80% 4,28% 2,14% 2,15%
2009
Growth
Growth
Uraian Satuan 2008
Sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah
1.2.3. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)
Pada segmen kredit MKM, perkembangan di triwulan I-2010
berbeda dengan perkembangan kredit secara keseluruhan dimana pada
segmen ini laju pertumbuhan kredit mencatat pertumbuhan lebih tinggi
yaitu dari 18,71% (yoy) di triwulan IV-2009 menjadi sebesar 19,75% (yoy).
Posisi kredit MKM di Kalimantan Selatan pada triwulan I-2010 mencapai Rp10,81
triliun atau 64,04% dari total penyaluran kredit bank umum. Rasio ini meningkat
dari triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 59,76%.
Ditinjau dari jenis kreditnya, kredit MKM Kalimantan Selatan lebih banyak
disalurkan pada jenis kredit kecil (kredit dengan plafon di atas 50 juta namun
lebih kecil dari Rp500 juta) yakni sebesar Rp4,6 triliun (43,23%). Pada triwulan
laporan, pertumbuhan pada kelompok kredit kecil mengalami kenaikan yaitu dari
37,62% (yoy) di triwulan IV-2009 menjadi 48,58% (yoy). Tingginya pertumbuhan
kredit kecil ini didukung oleh suku bunga tertimbang yang lebih rendah dari
kredit mikro ataupun menengah. Pada akhir twiulan laporan suku bunga
tertimbang kredit kecil hanya 13,28% sedangkan kredit menengah sebesar
13,49% dan kredit mikro sebesar 15,2%.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
49
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Tabel 3.2 Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Kalimantan Selatan 2010
TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW IMikro 3.323.046 3.368.742 3.398.355 3.421.794 3.594.789 3.621.053 3.216.019 Kecil 2.680.943 2.935.743 3.144.099 3.538.191 3.753.438 4.040.121 4.671.362 Menengah 2.604.407 2.519.769 2.481.360 2.596.307 2.763.024 2.814.197 2.918.430 Total Kredit 8.608.396 8.824.254 9.023.814 9.556.292 10.111.251 10.475.371 10.805.811
2008 2009(Rp Juta)
Sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah
Sementara, perkembangan kredit mikro (kredit dengan plafon sampai
dengan Rp50 juta) pada triwulan laporan mengalami penyusutan sebesar -5,37%
(yoy), setelah pada triwulan IV-2009 mencatat kenaikan sebesar 7,49% (y-o-y).
Dengan perkembangan itu, posisi kredit mikro di triwulan laporan telah mencapai
sebesar 3,6 triliun rupiah. Dari sisi suku bunga, besaran suku bunga tertimbang
kredit mikro di triwulan laporan mencapai 15,2% , lebih tinggi dari suku bunga
tertimbang kredit kecil dan menengah yang mencapai 13,28% dan 13,49%.
Meskipun, kredit MKM memiliki pangsa cukup besar dari total
kredit perbankan, namun demikian sebagian besar kredit MKM (63,98%)
masih disalurkan pada kegiatan yang bersifat konsumtif. Pada triwulan ini,
kredit MKM untuk kegiatan konsumtif tumbuh 37,54% (yoy), lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya sebesar 25,38% (yoy). Sementara itu kredit MKM untuk
kegiatan produktif pada triwulan I-2010 mengalami penurunan sebesar -2,62%
(yoy). Penyusutan ini disebabkan oleh melambatnya kredit MKM di sektor
perdagangan serta menyusutnya kredit MKM di sektor pertanian, pertambangan,
dan jasa dunia usaha. Pelaku usaha MKM sepertinya masih banyak menggunakan
dana sendiri atau dana dari luar perbankan untuk permodalan karena dianggap
lebih mudah persyaratannya.
1.2.4. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Berdasarkan data Kementrian Koordinator Perekonomian, pada akhir
triwulan I-2010, plafon KUR yang disalurkan perbankan Kalimantan Selatan
mencapai Rp677 miliar dengan jumlah debitur sebanyak 52.992 debitur. Baik
secara nominal plafon maupun jumlah debitur KUR, jumlah ini merupakan yang
terbesar bila dibandingkan dengan provinsi lainnya di Kalimantan. Namun, laju
pertumbuhan plafon KUR ini melambat dari 195,89%(y-o-y) di triwulan IV-2009
menjadi 165,90% (y-o-y). Hal yang sama juga terjadi pada pertumbuhan jumlah
debitur yang tumbuh sebesar 58,8% (y-o-y) lebih rendah dari pertumbuhan pada
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
50
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
akhir triwulan IV-2009 yang mencapai 65,27% (y-o-y). Seiring dengan itu pangsa
plafon KUR Kalimantan Selatan pada akhir triwulan laporan mencapai 3,64% dari
total plafon KUR Nasional, sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya.
Grafik 3.8. Perkembangan KUR Kalimantan Selatan serta Pangsanya terhadap KUR Nasional
Sumber: Kementrian Koordinator Perekonomian, diolah
Melambatnya pertumbuhan KUR diperkirakan terkait dengan upaya bank
untuk lebih selektif dalam penyaluran KUR sehingga mampu menjaga kualitas
kredit yang disalurkan. Disamping itu, beberapa ketentuan baru KUR belum
tersosialisasi dengan baik di masyarakat sehingga permintaan KUR belum
meningkat secara signifikan. Beberapa ketentuan tersebut antara lain 1) mengatur
penurunan suku bunga KUR Mikro (di bawah Rp5 juta) dari 24% menjadi 22%
sementara KUR Kecil (di atas Rp5 juta) dari 16% menjadi 14%, 2) ketentuan
kriteria debitur yang membolehkan pemberian KUR kepada nasabah yang masih
memiliki kredit ataupun pernah memiliki kredit dalam bentuk KPR ataupun kartu
kredit.
Untuk meningkatkan penyaluran KUR di tahun 2010, jumlah bank
penyalur KUR di Kalimantan Selatan bertambah 1 bank yakni BPD Kalsel. BPD
Kalsel ditargetkan mampu menyalurkan KUR sebanyak Rp25 miliar dan mulai aktif
di awal Mei 2010.
1.2.5. Kualitas Kredit
Dari sisi risiko dari penyaluran kredit, perkembangan di triwulan
laporan masih menunjukkan tingkat risiko yang relatif rendah. Hal ini
diindikasikan dengan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan /NPL)
bank umum pada level yang rendah yakni 2,15%. Rasio NPL ini relatif stabil
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
51
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
dibandingkan triwulan IV-2009 yang NPLnya hanya mencapai 2,14% dan masih
di bawah ketentuan Bank Indonesia yaitu sebesar 5%. Sementara itu secara
nominal, jumlah kredit bermasalah (NPL gross) mengalami penurunan dari
Rp375,1 miliar di triwulan IV-2009 menjadi Rp362,4 miliar.
Namun demikian, ditinjau dari kredit per jenis penggunaan, terdapat
peningkatan rasio kredit bermasalah dari kredit konsumsi yaitu dari 0,93% di
triwulan IV-2009 menjadi 1,11%. Hal ini seiring dengan meningkatknya ekspansi
kredit konsumsi di triwulan laporan.
Sedangkan ditinjau dari kredit secara sektoral, kredit di sektor
perdagangan mencatat jumlah terbesar dari kredit bermasalah yaitu
sebesar Rp107 miliar. Rasio NPL untuk sektor ini mengalami kenaikan dari
3,62% di triwulan IV-2009 menjadi 3,77%. Sementara, NPL di sektor industri
pengolahan mencatat kenaikan yang cukup signifikan yaitu dari 2,58% di
triwulan IV-2009 menjadi 5,41%. Peningkatan NPL diduga terkait dengan masih
belum pulihnya industri pengolahan berbasis kayu karena pengaruh dari krisis
ekonomi global.
Dari kelompok kredit MKM, jumlah kredit bermasalah mengalami
kenaikan dari Rp239 miliar menjadi Rp257 miliar yang diiringi dengan kenaikan
rasio dari 2,29% menjadi 2,38%. Kenaikan terjadi terutama dari subsektor
perdagangan eceran serta kredit konsumsi.
Tabel 3.3. Perkembangan NPL Bank Umum Kalimantan Selatan 2010
Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I
Nominal NPL 834.496 850.096 765.075 591.238 618.780 712.785 375.038 362.383
NPL % 6,18% 5,54% 4,76% 3,67% 3,81% 4,29% 2,14% 2,15%
NPL per jenis penggunaan
Modal Kerja 7,67% 7,68% 7,41% 8,10% 8,15% 8,07% 2,98% 3,28%
Investasi 9,40% 7,28% 5,58% 1,58% 1,81% 3,42% 2,57% 2,33%
Konsumsi 1,39% 1,14% 0,91% 1,29% 1,29% 1,28% 0,93% 1,11%
NPL per sektor ekonomi
Pertanian 1,12% 0,90% 0,72% 0,71% 0,73% 0,62% 3,36% 3,71%
Pertambangan 19,87% 16,19% 14,73% 2,34% 6,29% 8,30% 1,04% 0,51%
Industri pengolahan 18,35% 19,99% 22,64% 25,74% 22,95% 20,76% 2,58% 5,41%
Listrik,Gas dan Air 0,00% 0,16% 0,18% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Konstruksi 9,52% 7,31% 7,23% 10,65% 10,29% 9,61% 6,71% 2,12%
Perdagangan 5,49% 4,74% 1,99% 2,40% 2,63% 3,55% 3,62% 3,77%
Pengangkutan 4,70% 4,41% 0,75% 0,59% 0,82% 10,37% 0,31% 2,30%
Jasa Dunia Usaha 0,89% 0,84% 0,79% 1,09% 1,15% 1,46% 1,20% 1,31%
Jasa Sosial Masyarakat 1,59% 6,05% 0,84% 1,43% 1,09% 1,39% 1,06% 1,08%
Lain-lain 1,39% 1,14% 0,91% 1,29% 1,29% 1,28% 0,93% 1,20%
NPL Kredit2008 2009
Sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
52
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
2. PERKEMBANGAN BANK SYARIAH
Perkembangan bank syariah Kalimantan Selatan di triwulan I-2010
menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan triwulan
sebelumnya. Dari beberapa indikator, hanya DPK yang tumbuh lebih lambat dari
triwulan sebelumnya. Sementara pertumbuhan asset perbankan syariah
Kalimantan Selatan di triwulan laporan menunjukkan pertumbuhan yang
signifikan sebesar 268,4% (yoy) seiring dengan pembukaan kantor cabang dan 4
kantor cabang pembantu Bank Mega Syariah. Dengan penambahan jaringan
kantor tersebut, asset perbankan syariah Kaimantan Selatan di triwulan I-2010
mencapai Rp3,7 triliun.
Tabel 3.4. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah
TW IV‐2008 TW I ‐ 2009 TW II‐2009 TW III‐2009 TW IV‐2009 TW I‐2010
Asset 989.481 991.745 1.048.230 1.113.927 1.274.188 3.653.515
Pembiayaan 926.299 922.652 976.388 1.025.465 1.004.190 1.004.612
Dana 700.225 714.198 771.678 798.381 956.720 904.920
FDR (%) 111,45% 108,42% 106,74% 105,13% 89,90% 124,70%
NPF (%) 1,32% 1,84% 2,31% 11,62% 1,04% 1,05%
Keterangan(Juta Rp)
Posisi
Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia dan LBUS, diolah
Laju pertumbuhan penyaluran pembiayaan syariah untuk berbagai
aktivitas ekonomi di Kalimantan Selatan mencatat kenaikan dari 8,33% (yoy) di
triwulan IV-2009 menjadi 8,88% (yoy). Peningkatan pembiayaan syariah terutama
pada pembiayaan modal kerja yang mencatat pertumbuhan dari 13,4% (yoy)
menjadi 17,52% (yoy).
Sementara itu, pembiayaan untuk kegiatan yang sifatnya investasi juga
tumbuh positif sebesar 20,45%(yoy), meskipun lebih rendah dari triwulan
sebelumnya yang mencapai 26,31% (yoy). Di sisi lain, pembiayaan untuk kegiatan
konsumtif di triwulan laporan mengalami penyusutan sebesar -11,45% (yoy)
setelah mengalami penurunan di triwulan IV-2009 sebesar -10,62% (yoy).
Penurunan pertumbuhan pembiayaan konsumtif diperkirakan terkait dengan
semakin ketatnya persaingan dengan bank konvensional yang menawarkan
tingkat bunga kompetitif.
Di lain sisi, DPK perbankan syariah mengalami perlambatan laju
pertumbuhan dari 39,19% (yoy) pada triwulan IV-2009 menjadi 26,97%
(yoy). Melambatnya laju pertumbuhan DPK Perbankan syariah ini dipengaruhi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
53
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
oleh melambatnya jenis simpanan tabungan dari 41,3% (yoy) pada triwulan IV-
2009 menjadi 26,97% (yoy). Sementara pada rekening giro, hanya mencatat
pertumbuhan sebesar 4,67% (yoy) setelah tumbuh 28,22% (yoy) pada akhir
tahun 2009. Adanya penggunaan modal/dana sendiri untuk pengembangan
usaha serta pengalihan dana nasabah ke simpanan deposito menjadi faktor
penyebab turunnya pada kedua jenis simpanan ini.
Grafik 3.9 Perkembangan Pembiayaan Syariah, DPK dan FDR Bank Syariah Kalimantan Selatan
Grafik 3.10 Perkembangan NPF Bank Syariah Kalimantan Selatan
Sumber: Laporan Bulanan Bank Syariah, diolah
Untuk jenis simpanan deposito, perkembangannya justru semakin
meningkat dengan laju pertumbuhan mencapai 49,32% (yoy) atau lebih tinggi
dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 39,76% (yoy). Kenaikan ini, salah
satunya diperkirakan terkait dengan imbal hasil yang lebih baik dibandingkan jenis
simpanan lainnya.
Selaras dengan meningkatnya pertumbuhan pembiayaan, rasio financing
to deposit ratio (FDR) pada triwulan I-2010 meningkat menjadi 124,70% dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 89,90%. Sementara itu risiko
pembiayaan bermasalah yang tercermin dari rasio NPF relatif stabil dan berada
pada level yang rendah. Setelah pada akhir tahun 2009 tercatat sebesar 1,04%,
NPF bank syariah Kalimantan Selatan di akhir triwulan I-2010 menjadi 1,05%.
3. PERKEMBANGAN INDUSTRI BANK PERKREDITAN RAKYAT
Perkembangan kinerja industri Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di triwulan I-
2010 belum menunjukkan perbaikan kinerja dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
54
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Hal ini ditunjukkan oleh turunnya pertumbuhan berbagai indikator BPR seperti
volume usaha (asset) dan penyaluran kredit, diikuti dengan melambatnya
pertumbuhan DPK. Sementara itu, tingkat risiko portofolio kredit BPR cenderung
mengalami peningkatan yang tercermin dari naiknya rasio NPL.
Dari sisi jaringan kantornya, jumlah BPR Kalimantan Selatan tidak
mengalami perubahan yaitu sebanyak 23 BPR yang terdiri dari 18 BPR milik
pemerintah daerah dan 5 BPR berbentuk perseroan terbatas. Ditinjau dari volume
usaha industri BPR yang tercermin dari perkembangan asset, perkembangan pada
triwulan laporan kembali mengalami penyusutan sebesar -5,57% (yoy) setelah
pada triwulan sebelumnya mencatat penurunan sebesar -2,26% (yoy).
Penyusutan ini salah satunya disebabkan oleh turunnya penyaluran kredit di
triwulan I-2010 sebesar -15,22% (yoy) dibandingkan kinerja di triwulan IV-2009
yang masih tumbuh positif sebesar 7,64% (yoy).
Laju pertumbuhan kredit yang masih mencatat penurunan diperkirakan
terkait dengan adanya kekhawatiran industri BPR untuk membiayai petani di
sektor perkebunan, karena pengaruh dari krisis ekonomi global. Selain itu,
semakin ketatnya persaingan dengan kantor bank umum yang melayani nasabah
MKM juga menjadi salah satu hambatan BPR dalam penyaluran kreditnya.
Tabel 3.5 Perkembangan Indikator BPR Kalimantan Selatan 2010
Tw 2 2008
Tw 3 2008
Tw 4 2008
Tw 1 2009
Tw 2 2009
Tw 3 2009
Tw 4 2009
Tw 1 2010
Jumlah BPR 25 25 25 25 23 23 23 23
PD 20 20 20 20 18 18 18 18
PT 5 5 5 5 5 5 5 5
Total Aset 172.872 220.208 278.729 286.007 293.374 281.642 272.422 270.073
DPK 89.251 101.386 154.973 175.999 172.535 147.465 168.248 176.395
‐ Tabungan 41.672 43.221 52.279 56.401 55.522 53.679 62.872 63.778
‐ Deposito 47.577 58.166 102.695 119.598 117.013 93.787 105.376 112.617
Kredit 136.649 157.583 194.158 238.374 230.582 222.008 208.992 202.095
LDR 153,11% 155,43% 125,29% 135,44% 133,64% 150,55% 124,22% 114,57%
NPL (%) 5,21% 4,33% 3,07% 3,20% 3,34% 4,88% 4,64% 4,74%
2008Indikator 2009
Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah
Di lain sisi, penghimpunan dana masyarakat yang dilakukan BPR masih
tumbuh positif sebesar 0,22% (yoy) namun lebih rendah dari pertumbuhan tahun
sebelumnya sebesar 8,57% (yoy). Turunnya laju pertumbuhan kredit BPR dan
masih positifnya laju pertumbuhan DPK menyebabkan LDR BPR Kalimantan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
55
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Selatan mengalami penurunan dari 124,22% di triwulan IV-2009 menjadi
114,57%. Sementara itu, efek pasca krisis global juga masih berdampak pada
turunnya kualitas kredit BPR. Dimana pada triwulan laporan, rasio NPL mengalami
kenaikan dari 4,64% pada triwulan IV-2009 menjadi 4,74%.
Grafik 3.12 Perkembangan Kredit dan Rasio NPL BPR
Grafik 3.11 Pertumbuhan (qtq) Kredit dan DPK serta LDR BPR
Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah
4. STABILITAS SISTEM KEUANGAN REGIONAL
Sampai akhir triwulan I-2010, pemberlakukan ASEAN – China Free Trade
Area (ACFTA) belum memberikan dampak signifikan terhadap risiko penyaluran
kredit perbankan Kalimantan Selatan. Hal ini terlihat dari perkembangan rasio
kredit bermasalah (NPL) yang masih terjaga pada tingkat yang relatif rendah
sebesar 2,15%. Dari 4(empat) sektor ekonomi dominan Kalimantan Selatan,
sektor industri pengolahan Kalimantan Selatan yang saat ini didominasi oleh
industri pengolahan kayu memiliki risiko paling besar terkena dampak dari
ACFTA. Namun demikian, perkembangan di sektor ini telah mengalami
penurunan dalam beberapa tahun terakhir terkait dengan kesulitan memperoleh
bahan baku kayu, sehingga hal ini diperkirakan telah dapat diantisipasi oleh
perbankan.
Sementara itu, dampak ACFTA terhadap perkembangan sektor ekonomi
dominan lainnya diperkirakan relatif minimal. Dalam kesempatan liaison yang
dilakukan Bank Indonesia Banjarmasin, pelaku usaha di sektor pertambangan dan
sub sektor perkebunan menyebutkan bahwa kondisi usahanya tidak akan
terpengaruh ACFTA, bahkan sebagian merasakan ada peluang positif dengan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
56
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
57
berlakunya ACFTA baik dari sisi efisiensi biaya ataupun perluasan pasar
internasional.
Ancaman terhadap risiko kredit perbankan Kalimantan Selatan justru
muncul dari meningkatnya ekspansi kredit perbankan pada tahun ini, seiring
pulihnya perekonomian pasca krisis ekonomi global. Untuk itu, perbankan perlu
melaksanakan prinsip kehati-hatian dengan optimal khususnya untuk ekspansi
pada kredit konsumtif yang pada triwulan ini sudah menunjukan adanya
peningkatan kredit bermasalah.
.
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
58
BAB IV KEUANGAN DAERAH
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
59
KEUANGAN DAERAH
Secara umum, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) sampai dengan triwulan I-2010, khususnya untuk Pemerintah
Provinsi Kalimantan Selatan menunjukkan perkembangan yang relatif
baik. Dari sisi anggaran pendapatan, realisasinya sampai dengan triwulan
I-2010 mencapai 26,45%, sedangkan untuk belanja daerah telah mencapai
22,2%.
Sementara itu penetapan APBD Pemerintah Provinsi dan 13 Pemerintah
Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan untuk tahun 2010 mencatat kenaikan
yang moderat dari tahun sebelumnya. Dari sisi pendapatan, APBD Pemerintah
Daerah secara keseluruhan mencapai Rp9.600 miliar, atau meningkat 10,63%
dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara dari sisi belanja dianggarkan menjadi
Rp10.713 miliar atau meningkat 11,05%. Sementara itu dilihat dari prioritas
alokasi anggaran belanja daerah, pada tahun 2010 ini Pemerintah Kalimantan
Selatan akan memprioritaskan pembangunan pada 3 (tiga) sektor utama, yaitu
pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
Tabel 4.1. Realisasi APBD Provinsi Kalsel I - 2010 (Miliar Rupiah)
Komponen Anggaran (Rp Miliar)
Anggaran 2010 Realisasi s/d Triwulan I-
2010 Prosentase
Realisasi (%)
Pedapatan Daerah 2.015,72 533,35 26,45
Pendapatan Asli Daerah 1.090,11 257,48 23,57
Dana Perimbangan 904,82 271,60 29,97
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 20,79 4,27 20,53
Belanja 2.176,86 483,85 22,20
Belanja Tidak Langsung 1.038,16 335,43 32,27
Belanja Langsung 1.138,71 148,42 13,00
Sumber : Biro Keuangan Prov. Kalsel
4
Bab 4 – Keuangan Daerah
1. APBD Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan 2010
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kalimantan
Selatan tahun 2010, meliputi : (1) APBD Pemerintah Provinsi dengan komposisi
pendapatan daerah sebesar Rp2.015 miliar dan belanja daerah Rp2.176 miliar; (2)
APBD 13 Kabupaten/Kota dengan komposisi pendapatan daerah sebesar Rp7.584
miliar dan belanja daerah Rp8.536 miliar.
Grafik 4.1.Perkembangan Anggaran Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan
Sumber : Biro Keuangan Prov Kalsel, diolah
1,382 1,638
2,015
1,378 1,628
2,176
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
2008 2009 2010
Pendapatan Daerah (Rp Miliar)Belanja Daerah (Rp Miliar)
Grafik 4.2.Perkembangan Anggaran Pemerintah Kabupaten/Kota
Kalimantan Selatan
Sumber : DJPK DepKeu, DPPKAD Kab, Bag. Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota, diolah,
4,914
7,039 7,584
5,813
8,019 8,536
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
2008 2009 2010
Pendapatan Daerah (Rp Miliar)Belanja Daerah (Rp Miliar)
Untuk APBD Provinsi Kalimantan Selatan, anggaran pendapatan tahun
2010 ini mengalami kenaikan 23% atau lebih tinggi dari peningkatan APBD
tahun 2009 sebesar 18,5%. Sedangkan dari sisi belanja, Provinsi Kalsel
menganggarkan kenaikan 33,70%, atau jauh lebih tinggi dari peningkatan tahun
2009 yang hanya 18,1%. Sementara, untuk APBD Pemerntah Kabupaten/Kota
tahun 2010 ini secara keseluruhan mengalami peningkatan anggaran pendapatan
sebesar 7,7% atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan
anggaran pendapatan tahun 2009 yang mencapai 43,2%. Hal ini diperkirakan
karena adanya penurunan komponen Dana Alokasi Khusus (DAK) pada 11 dari 13
Kab/Kota di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Penurunan ini diduga terkait
dengan terbatasnya anggaran Pemerintah Pusat, sehingga beberapa alokasi
anggaran untuk infrastruktur dan bidang lainnya mengalami penurunan.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
60
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
61
2. Pendapatan Daerah
Dari sisi pendapatan daerah, APBD Kalimantan Selatan tahun 2010 secara
umum masih tergantung pada alokasi dana dari pemerintah pusat (Dana
Perimbangan) terutama Dana Alokasi Umum (DAU), yang pangsanya mencapai
77,35% terhadap total Pos Pendapatan Daerah. Besarnya dana perimbangan ini
terutama pada tingkat kabupaten/kota, seiring dengan rata-rata Indeks Derajat
Otonomi Fiskal (DOF)1 APBD 2010 yang masih relatif rendah, yaitu hanya berkisar
5,99%.
Tabel 4.2. Komponen Pendapatan Kab/Kota 2008 -2010 (Miliar Rupiah)
Komponen Anggaran (Rp Miliar) 2008 2009 2010
Pedapatan 4.914,51 7.039,533 7.195,08
Pendapatan Asli Daerah 344,29 398,98 439,88
Dana Perimbangan 4.380,65 5.701,44 5,565,58
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 189,57 939,12 1.189,61
Sumber : DJPK DepKeu, DPPKAD Kabupaten, Bagian Keuangan Pemerintah Kota, diolah
Sementara pada tingkat Provinsi yang telah memiliki kemandirian fiskal
dengan indeks DOF 54,08%, pos pendapatan daerah lebih didominasi oleh
komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sumber PAD terutama berasal dari Pos
pajak daerah, yang meliputi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Pajak Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
(PBB-KB). Kenaikan pajak daerah di tahun 2010 diperkirakan mencapai 7%-10%,
seiring dengan perkiraan membaiknya pertumbuhan ekonomi Kalimantan
Selatan. Di sisi lain, Pajak Air Bawah Tanah dan Pajak Kendaraan Angkutan Atas
Air (PA3) diperkirakan mengalami penurunan mengingat adanya batasan
pengenaan pajak atas kendaraan angkutan di atas air yang menjadi kewenangan
daerah, yaitu hanya untuk kapal dengan bobot dibawah 7 GT(gross tonase).
Untuk komponen Bagi Hasil Pajak dari pemerintah pusat, pembagian dari
bagi hasil pajak PBB, BPHTB dan PPh perorangan diperkirakan meningkat sebesar
14%-16%. Kenaikan ini terutama disebabkan adanya pendataan kembali objek
Pajak Bumi dan Bangunan sehingga diharapkan dapat menjaring wajib pajak baru
serta semakin berkembangnya sektor konstruksi terutama pemukiman, properti
1 Besarnya Indeks Derajat Otonomi Fiskal (DOF) dihitung dari perbandingan antara komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Total Penerimaan Daerah.
Bab 4 – Keuangan Daerah
dan industri. Sedangkan PPh perorangan kemungkinan juga mengalami kenaikan,
seiring dengan pulihnya aktivitas pada sektor pertambangan batubara,
pertambangan bijih besi, dan perkebunan karet/kelapa sawit sehingga
mendorong pembukaan lapangan kerja yang lebih besar.
Demikian juga dengan komponen bagi hasil bukan pajak, yang
diperkirakan meningkat sebesar 30%-36% pada tahun 2010 ini seiring proyeksi
produksi batubara Kalsel tahun 2010 yang diperkirakan meningkat.
Grafik 4.4.Penempatan Dana Pemerintah Kab/Kota Kalimantan Selatan (Rp juta)
Sumber : DSM Bank Indonesia, diolah,
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
‐
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
Jan'08
Mrt'08
Mei'08
Jul'08
Sep'08
Nov'08
Jan'09
Mrt'09
Mei'09
Jul'09
Sep'09
Nov'09
Jan'10
Mrt'09
Pemerintah Kab/Kota Growth
Grafik 4.3.Penempatan Dana Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Rp juta)
Sumber : DSM Bank Indonesia, diolah,
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
‐
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
Jan'08
Mrt'08
Mei'08
Jul'08
Sep'08
Nov'08
Jan'09
Mrt'09
Mei'09
Jul'09
Sep'09
Nov'09
Jan'10
Mrt'09
Pemerintah Prov. Kalsel Growth
Ditinjau realisasinya, sampai dengan triwulan I-2010 ini pendapatan APBD
Provinsi Kalimantan Selatan terutama didukung oleh realisasi Dana Perimbangan
yang mencapai 29,97% dari anggaran. Realisasi dana perimbangan ini terutama
beradal dari transfer Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp173,4 miliar dan Dana
Bagi Hasil sebesar Rp92,1
miliar. Grafik 4.5.Penjualan Kendaraan Bermotor Kalimantan Selatan
Sumber : Dinas Pendapatan Prov.Kalsel, diolah,
‐500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000
‐5,000
10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 50,000
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
Tw2
Tw3
Tw4
Tw1
2007 2008 2009 2010Roda 2 (aksis kiri) Roda 4 (aksis kanan)
Pada pos Pendapatan
Asli Daerah (PAD), realisasi
sampai dengan triwulan I-2010
mencapai 23,57% dengan
komponen pajak daerah
menjadi pangsa terbesar
dengan jumlah mencapai
Rp241,1 miliar (88,6%). Relatif
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
62
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
63
baiknya pencapaian pemungutan pajak daerah ini searah dengan trend
peningkatan jumlah penjualan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat
selama triwulan I-2010 .
3. Belanja Daerah
Dari sisi belanja daerah, APBD Pemerintah Kalimantan Selatan tahun 2010
secara umum masih difokuskan pada pembangunan dan peningkatan di sektor
pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
Pada tingkat provinsi, anggaran belanja yang dialokasikan pada sektor
pendidikan ditujukan untuk mempertahankan wajib belajar 9 tahun dan menuju
wajib belajar 12 tahun dengan mengutamakan pendidikan kejuruan, menurunkan
angka buta aksara, meningkatkan angka partisipasi tingkat sekolah dan kualifikasi
guru, disamping perbaikan sarana prasarana pendidikan dan manajemen tata
kelola pendidikan. Sedangkan pada sektor kesehatan, anggaran ditujukan untuk
menurunkan angka kematian bayi, meningkatkan status gizi masyarakat,
pengendalian penyakit, kesehatan lingkungan, aksesibilitas pelayanan kesehatan,
serta perbaikan sarana prasarana kesehatan dan pemerataan tenaga medis.
Tabel 4.3. Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi 2010 (Miliar Rupiah)
Komponen Anggaran (Rp Miliar) Anggaran 2010
Realisasi s/d Triwulan I-2010
Prosentase Realisasi (%)
Belanja Tidak Langsung 1.038,16 335,43 32,31
Belanja Pegawai 450,51 88,37 19,62
Belanja Hibah 107,43 22,75 21,18
Belanja Bantuan Sosial 68,57 1,23 1,79
Belanja Bagi Hasil 400,00 222,68 55,67
Belanja Bantuan Keuangan 8,65 0,20 2,31
Belanja Tidak Terduga 3,00 0,21 7,00
Belanja Langsung 1.138,70 148,42 13,03
Belanja Pegawai 98,75 8,49 8,59
Belanja Barang dan Jasa 454,79 53,96 11,86
Belanja Modal 585,16 85,96 14,69
Total Belanja Daerah 2.176,86 483,85 22,23
Sumber : Biro Keuangan Prov Kalsel
Bab 4 – Keuangan Daerah
Dilihat dari realisasi anggaran belanja triwulan I-2010, anggaran belanja
pada APBD provinsi Kalimantan Selatan terutama digunakan untuk pos belanja
tidak langsung, khususnya komponen belanja bagi hasil kepada Kabupaten/kota
dan Pemerintahan Desa yang besarnya mencapai Rp222,68 miliar. Hal ini serupa
dengan realisasi anggaran belanja pada periode yang sama tahun 2009.
Sementara itu, pada pos belanja langsung, realisasi tertinggi terjadi pada
komponen belanja modal, yaitu mencapai Rp85,95 miliar. Hal ini dimungkinkan
karena beberapa SKPD telah memulai proses tender untuk beberapa proyek sejak
bulan Januari 2010, sehingga belanja modal dapat terakselerasi secara efektif.
Tabel 4.4. Beberapa Program Dinas Pekerjaan Umum Prov Kalsel
Beberapa Program Dinas Pekerjaan Umum Prov Kalsel 2010 Nilai (Rupiah)
1. Pembangunan Jalan Dahai - Tanjung Rp 1,100,000,000
2. Pembangunan / peningkatan Jalan Pelaihari - Batakan Rp 5,000,000,000
3. Pembangunan Jalan Tanjung - Muara Uya Rp 1,100,000,000
4. Pembangunan Jalan Lingkar Selatan - Km 17 - Lingkar Utara Rp 2,000,000,000
5. Pembangunan Jalan Lingkar Dalam Selatan Banjarmasin Rp 6,000,000,000
6. Pembangunan Jalan Gatot Subroto - Sultan Adam - Bundaran Hasan Basry Rp 1,100,000,000
7. Pembangunan / Peningkatan Jalan Kandangan - Negara Rp 3,000,000,000
8. Pembangunan / Peningkatan Jalan Paringin - Halong Rp 5,000,000,000
9. Pembangunan / Peningkatan jalan Pelaihari - Takisung Rp 1,500,000,000
10. Pembangunan Jalan Martapura Lama Rp 4,100,000,000
11. Pemabngunan Jalan Gambut - Pulau Sari Rp 6,000,000,000
12. Pembangunan Jalan Lampihong - Mantimih Rp 3,815,000,000
13. Pemb. Jln. Kotabaru-sebelimbingan-Tanjung Serdang- dan Batulicin Rp 5,000,000,000
14. Pembangunan Jalan Margasari - Marabahan Rp 8,000,000,000
15. Pembangunan Jalan Banjarbaru - Aranio Rp 3,500,000,000
16. Pembangunan Jalan Anjir Pasar - Marabahan Rp 5,000,000,000
17. Pembangunan Jalan Veteran Banjarmasin Rp 3,000,000,000
18. Pembangunan / penggantian Jembatan Propinsi Kalimantan Selatan Rp 10,327,387,500
19. Pengawasan, penyusunan dan Perencanaan Program Rp 1,000,000,000
20. Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan Kab. HSU dan Balangan Rp 4,791,341,000
21. Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan Kota Banjarmasin dan Banjarbaru Rp 1,800,000,000
22. Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan Kab.Hulu Sungai Tengah Rp 600,000,000
23. Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan Kab. HSS dan Tapin Rp 3,000,000,000
24. Pemeliharaan Berkala Jembatan Rp 1,100,000,000
25. Pemeliharaan Jalan dalam Kondisi Tanggap Darurat Rp 5,000,000,000
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Prov. Kalsel
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
64
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
65
4. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan Daerah merupakan komponen APBD yang digunakan untuk
menutupi selisih antara anggaran pendapatan dan anggaran belanja. Arah
kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah Provinsi Kalsel tahun anggaran 2010
dialokasikan untuk menunjang dan memfasilitasi kegiatan yang berhubungan
dengan upaya penguatan modal terhadap perusahaan daerah Provinsi maupun
Kabuapaten/Kota. Penyertaan modal terhadap perusahaan daerah
Kabupaten/kota lebih ditujukan untuk memperkuat permodalan dan kinerja
perusahaan daerah yang bergerak pada sektor pelayanan kebutuhan dasar
masyarakat (air bersih), serta penyertaan modal untuk Koperasi dan UKM yang
tersebar di Provinsi Kalsel. Kebijakan pembiayaan daerah pada tingkat provinsi
juga digunakan untuk memenuhi kewajiban daerah terhadap pembayaran pokok
utang yang jatuh tempo serta penyediaan dana untuk pelaksanaan Pemilukada
Gubernur Kalimantan Selatan 2010 yang diperkirakan mencapai Rp50 miliar (satu
putaran) atau Rp80 miliar (dua putaran).
Hingga triwulan I-2010, realisasi penerimaan pembiayaan daerah
mencapai Rp420,90 miliar yang terutama berasal dari Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran (Silpa) sebesar Rp420,55 miliar. Sementara pengeluaran pembiayaan
daerah masih relatif rendah, yaitu hanya sekitar Rp15 miliar.
Tabel 4.5. Pembiayaan Daerah Pemerintah Provinsi 2010 (Miliar Rupiah)
Komponen Anggaran (Rp Miliar)
Anggaran 2010 Realisasi s/d Triwulan I-2010
Prosentase Realisasi (%)
Penerimaan Pembiayaan 208,97 420,91 201,42
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)
118,95 420,55 353,55
Pencairan Dana Cadangan 25,00 - 0,00
Penerimaan Kembali Dana Talangan 15,00 0,28 1,86
Penerimaan Kembali Penyertaan Modal 50,00 0,06 0,00
Pengeluaran Pembiayaan 46,80 15,00 32,05
Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah 31,80 - 0,00
Dana Talangan 15,00 15,00 100
Pembiayaan Netto 162,15 405,40 250,00
Sumber : Biro Keuangan Prov Kalsel
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
67 Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
BAB V PERKEMBANGAN
SISTEM PEMBAYARAN
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
5
Secara umum nilai transaksi pembayaran di Provinsi Kalimantan
Selatan masih bergerak sesuai dengan siklus tahunannya, namun ada
indikasi peningkatan baik pada transaksi tunai maupun non tunai. Kondisi
tersebut mengkonfirmasi pulihnya kondisi ekonomi pasca krisis global yang telah
dimulai sejak triwulan lalu.
Secara umum nilai transaksi pembayaran di Provinsi Kalimantan
Selatan masih bergerak sesuai dengan siklus tahunannya, namun ada
indikasi peningkatan baik pada transaksi tunai maupun non tunai. Kondisi
tersebut mengkonfirmasi pulihnya kondisi ekonomi pasca krisis global yang telah
dimulai sejak triwulan lalu.
1. TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI 1. TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI
1.1 Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) 1.1 Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)
Total perputaran aliran uang kartal melalui Kantor Bank Indonesia
(KBI) Banjarmasin selama triwulan I-2010 mencapai Rp1.458 miliar,
meningkat 10,24% dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp1.324
miliar. Secara keseluruhan,terjadi net-inflow sebesar Rp969 miliar pada triwulan
laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2009 yang mencapai Rp279 miliar.
Total perputaran aliran uang kartal melalui Kantor Bank Indonesia
(KBI) Banjarmasin selama triwulan I-2010 mencapai Rp1.458 miliar,
meningkat 10,24% dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp1.324
miliar. Secara keseluruhan,terjadi net-inflow sebesar Rp969 miliar pada triwulan
laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2009 yang mencapai Rp279 miliar.
Grafik 5.1. Perkembangan Aliran Uang Masuk dan Keluar Grafik 5.1. Perkembangan Aliran Uang Masuk dan Keluar Melalui Bank Indonesia Banjarmasin Melalui Bank Indonesia Banjarmasin
S umber : Seksi Operasional Kas, BI Banjarmasin
Pada triwulan laporan, arus inflow cenderung meningkat dengan
pergerakan trend yang sama dengan siklus tahunannya. Namun, tidak demikian
dengan arus outflow yang meningkat signifikan sejak Bulan Februari 2010, di luar
pergerakan siklusnya. Hal ini diduga terkait dengan meningkatnya transaksi uang
kartal seiring dengan membaiknya aktivitas perekonomian. Selain faktor tersebut,
Pada triwulan laporan, arus inflow cenderung meningkat dengan
pergerakan trend yang sama dengan siklus tahunannya. Namun, tidak demikian
dengan arus outflow yang meningkat signifikan sejak Bulan Februari 2010, di luar
pergerakan siklusnya. Hal ini diduga terkait dengan meningkatnya transaksi uang
kartal seiring dengan membaiknya aktivitas perekonomian. Selain faktor tersebut,
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
68
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
meningkatnya kebutuhan uang kartal diduga juga dipengaruhi oleh dimulainya
belanja kampanye Pilkada 2010 di triwulan laporan.
Tabel 5.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui KBI Banjarmasin
BULAN INFLOW OUTFLOW TOTAL FLOW NETFLOW
April 265.495.238.380 165.403.459.868 430.898.698.248 100.091.778.512
Mei 246.205.227.750 105.236.223.795 351.441.451.545 140.969.003.956
Juni 55.524.850.440 217.410.410.790 272.935.261.230 -161.885.560.350
Trw II-2009 567.225.316.570 488.050.094.453 1.055.275.411.023 79.175.222.118
Juli 225.306.962.040 8.225.489.785 233.532.451.825 217.081.472.255
Agustus 279.913.542.400 16.360.040.600 296.273.583.000 263.553.501.800
September 92.782.486.000 371.051.566.958 463.834.052.958 -278.269.080.958
Trw III-2009 598.002.990.440 395.637.097.343 993.640.087.783 202.365.893.097
Oktober 617.273.560.400 8.734.742.028 652.648.302.428 608.898.818.372
November 89.952.997.155 203.715.679.507 293.668.676.662 -113.762.682.352
Desember 95.332.867.058 310.528.787.266 405.861.654.324 -215.195.920.208
Trw IV-2009 802.559.424.613 522.619.208.801 1.325.178.633.414 279.940.215.812
Januari 601.552.715.560 8.087.430.198 609.640.145.758 593.465.285.361
Februari 276.400.692.750 108.973.961.850 385.374.654.600 167.426.730.900
Maret 336.344.167.800 127.519.362.279 463.863.530.079 208.824.805.521
Trw I-2010 1.214.297.576.110 244.580.754.327 1.458.878.330.437 969.716.821.782
Sumber : Seksi Operasional Kas, BI Banjarmasin
1.2 Perkembangan Penukaran Uang Rupiah
Pada triwulan I-2010, jumlah nominal uang yang telah ditukarkan
oleh masyarakat baik melalui penukaran di loket Bank Indonesia maupun
Kas Keliling mengalami peningkatan hingga 92,4%, yaitu dari Rp11,67
miliar di triwulan IV-2009 menjadi Rp22,45 miliar. Meningkatnya volume
penukaran uang terjadi baik pada jenis uang kertas maupun uang logam..
Tabel 5.2. Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Rupiah (Ribu)
Kertas Tw1-2009 Tw2-2009 Tw3-2009 Tw4-2009 Tw1-2010
100.000 1.340.000 14.741.900 7.523.300 1.240.000 2.780.000
50.000 1.150.000 16.554.800 8.845.000 845.000 4.120.000
20.000 946.000 1.035.000 10.706.000 1.324.000 3.388.000
10.000 10.140.770 638.960 15.116.000 2.888.000 4.575.000
5.000 10.976.000 249.340 13.928.060 2.500.000 3.817.500
2.000 - - 11.384.800 2.088.100 2.777.800
1.000 5.695.100 332.646 1.867.500 342.200 496.400
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
69
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Sub Total 30.247.870 33.552.646 69.370.660 11.227.300 21.954.700
Logam Tw1-2009 Tw2-2009 Tw3-2009 Tw4-2009 Tw1-2010
1.000 53.000 - - - -
500 727.000 175 608.000 282.500 291.750
200 241.600 74 155.100 65.000 108.600
100 47.400 351 104.400 89.900 93.400
50 16.000 3 8.150 650 3.500
Sub Total 1.085.000 603 875.650 438.050 497.250
Jenis Tw1-2009 Tw2-2009 Tw3-2009 Tw4-2009 Tw1-2010
Kertas 30.247.870 33.552.646 69.370.660 11.227.300 21.954.700
Logam 1.085.000 603 875.650 438.050 497.250
Total 31.332.870 33.553.249 70.246.310 11.665.350 22.451.950
70
Sumber : Seksi Operasional Kas, BI Banjarmasin
Peningkatannya penukaran uang rupiah ini masih berada pada range
pergerakan siklus tahunannya, karena lebih disebabkan oleh adanya kenaikan
permintaan masyarakat terutama dalam menyambut perayaan empat hari besar
nasional yang berlangsung setiap triwulan I, yaitu Tahun Baru Masehi, Tahun Baru
Imlek, Tahun Baru Saka (Nyepi), serta Maulid Nabi.
1.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga
Pada periode triwulan I-2010, jumlah nominal PTTB tercatat sebesar
Rp331,11 miliar atau mengalami penurunan 7,3% dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai Rp355,25 miliar. Sementara rasio antara PTTB
terhadap uang yang masuk (inflow) juga menunjukkan penurunan meskipun
masih berada di atas rasio rata-rata sebesar 20%.
Pemusnahan uang kartal yang tidak layak edar (lusuh/rusak) ini dilakukan
secara berkala dan berkelanjutan untuk kemudian digantikan dengan uang layak
edar, sesuai dengan tugas Bank Indonesia dalam melaksanakan clean money
policy.
Grafik 5.2. Perkembangan Pemusnahan PTTB Grafik 5.3. Perkembangan Nominal Uang Palsu
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
1.4. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan
Pada triwulan laporan jumlah uang palsu yang ditemukan dan
dilaporkan di wilayah Kalimantan Selatan meningkat dari Rp1,52 juta
pada triwulan sebelumnya menjadi Rp4,34 juta pada triwulan laporan.
Jumlah uang palsu yang ditemukan pada triwulan ini terdiri dari 1 lembar
pecahan Rp100.000, 81 lembar pecahan Rp50.000, 7 lembar pecahan Rp20.000,
4 lembar pecahan Rp10.000, dan 1 lembar Rp 5.000.
Jumlah temuan uang palsu dalam triwulan laporan yang tertinggi terjadi
pada bulan Januari 2010 sebesar Rp3,75 juta, yang penemuannya berada di
wilayah Kab. Barito Kuala dan Kab. Tapin. Untuk mengantisipasi hal ini, Bank
Indonesia akan senantiasa melakukan upaya mensosialisikan ciri-ciri keaslian uang
rupiah kepada masyarakat serta meningkatkan koordinasi dengan pihak penegak
hukum untuk mengungkap kasus uang palsu.
Tabel 5.3. Perkembangan Volume dan Nominal Uang Palsu 2010
Periode Pecahan Mata Uang (lembar) Jumlah
100 ribu 50 ribu 20 ribu 10 ribu 5 ribu Lembar Nominal (Rp)
Januari - 73 3 4 - 80 3.750.000
Februari 1 6 1 - - 8 420.000
Maret - 2 3 1 6 165.000
Total 1 81 7 4 1 94 4.335.000
Sumber : Seksi Operasional Kas, BI Banjarmasin
2. TRANSAKSI PEMBAYARAN NON-TUNAI
2.1. Transaksi Kliring
Nilai rata-rata harian transaksi non-tunai melalui kegiatan kliring
pada triwulan I-2010 mengalami penurunan 5,94% dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp58,9 miliar/hari menjadi Rp55,4
miliar/hari. Namun, volume transaksi meningkat dari 1.073 lembar/hari di
triwulan IV-2009 menjadi 1.338 lembar/hari pada triwulan laporan.
Apabila dibandingkan dengan kondisi pada triwulan yang sama di tahun
2009, pertumbuhan dari rata-rata nominal kliring di wilayah Kalimantan Selatan
mencapai 84,1% (yoy) dari Rp30,1 miliar/hari menjadi Rp55,4 miliar/hari.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
71
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Kenaikan yang cukup signifikan ini terutama ditopang oleh membaiknya aktivitas
ekonomi dari imbas krisis keuangan global.
Tabel 5.4. Rata-rata Harian Transaksi Kliring
Grafik 5.4 Perkembangan Transaksi Kliring
Periode Volume (lembar)
Nominal (Juta Rp)
Tw1 - 2008 1.560 49.318
Tw2 - 2008 1.635 54.908
Tw3 - 2008 1.618 57.047
Tw4 - 2008 1.583 57.228
Tw1 - 2009 1.289 30.077
Tw2 - 2009 1.467 48.516
Tw3 - 2009 1.194 49.442
Tw4 - 2009 1.073 58.925
Tw1 - 2010 1.338 55.362
Sumber : Seksi Layanan Nasabah Penyelenggaraan Kliring, BI Banjarmasin
Sementara jumlah warkat kliring yang dikembalikan pada triwulan I-2010
mencapai 1.486 lembar dengan nominal sebesar Rp135,40 miliar. Volume
tersebut meningkat cukup signifikan, yaitu 33,15% dibandingkan triwulan IV-
2009 yang mencapai 1.116 lembar dengan nominal sebesar Rp125,17 miliar.
Tabel 5.5 Rata-rata Harian Penarikan Cek/BG Tabel 5.6 Kliring Pengembalian
Sumber : LNPK, BI Banjarmasin
Periode
Penarikan Cek/BG Kosong Kliring Total Persentase
Volume (lembar)
Nominal (Juta Rp)
Volume (lembar)
Nominal (Juta Rp)
Volume Nominal
Tw 1 - 08 13 435 1.560 49.318 0,8% 0,9%
Tw 2 - 08 13 500 1.635 54.908 0,8% 0,9%
Tw 3 - 08 16 694 1.618 57.047 1,0% 1,2%
Tw 4 - 08 20 795 1.583 57.228 1,3% 1,4%
Tw 1 - 09 22 796 1.289 30.077 1,7% 2,6%
Tw 2 - 09 19 937 1.467 48.516 1,3% 1,9%
Tw 3 - 09 8 973 1.194 49.442 0,7% 2,0%
Tw 4 - 09 6 512 1.073 58.925 0,6% 0,9%
Tw 1 - 10 7 1.283 1.338 55.362 0.5% 2,3%
Periode Volume
(lembar)
Nominal
(Juta Rp)
Tw 1 - 08 1.188 38.266
Tw 2 - 08 1.210 47.212
Tw 3 - 08 1.442 62.564
Tw 4 - 08 1.657 62.789
Tw 1 - 09 1.480 71.224
Tw 2 - 09 1.601 75.177
Tw 3 - 09 1.666 159.862
Tw 4 - 09 1.116 125.172
Tw 1 - 10 1.486 135.403
Sedangkan persentase volume penarikan cek/bliyet giro kosong
mengalami penurunan dari 0,6% pada triwulan IV-2010 menjadi 0,5%.
Namun besaran nominalnya justru meningkat yaitu dari Rp512 juta
menjadi Rp1.283 juta. Demikian halnya sisi jumlah warkat cek/bilyet giro kosong
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
72
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
di triwulan I-2010, rata-rata harian penarikan sedikit meningkat dari 6 lembar/hari
pada triwulan IV-2010 menjadi 7 lembar/hari. Untuk mengurangi adanya potensi
gangguan transaksi sistem pembayaran dari penarikan cek/bilyet giro kosong ini,
Bank Indonesia dapat memasukkan seorang nasabah pemilik cek/bilyet giro
kosong dalam Daftar Hitam Nasional (DHN) dan dapat dikenai sanksi penutupan
rekening giro bank secara nasional apabila yang bersangkutan melakukan
penarikan kosong lagi.
2.2. Transaksi RTGS
Nilai transaksi non-tunai melalui sarana Bank Indonesia Real Time
Gross Settlement (BI-RTGS) mencatat penurunan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Nilai nominal transaksi BI-RTGS di triwulan I-2010 tercatat sebesar
Rp27,98 triliun atau menurun 12,62% dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai Rp32,03 triliun. Demikian halnya dengan volume transaksi, terjadi
penurunan sebesar 17,26% yaitu dari 45,6 ribu transaksi pada triwulan IV-2009
menjadi 37,8 ribu transaksi.
Tabel 5.7. Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS Di Kalimantan Selatan
Periode
Transfer Keluar dari Kalimantan Selatan
Transfer Masuk Ke Kalimantan Selatan
Transfer antarbank di Kalimantan
Selatan TOTAL
Nilai Volume
Nilai Volume
Nilai Volume
Nilai Volume
(Miliar) (Miliar) (Miliar) (Miliar)
Tw2-08 10.100 9.992 8.317 14.625 2.643 2.151 21.060 26.768
Tw3-08 13.060 12.984 8.919 16.203 2.431 2.704 24.410 31.891
Tw4-08 14.077 13.136 7.919 15.726 1.968 2.831 23.964 31.693
Tw1-09 16.552 15.669 6.241 13.258 1.719 2.599 24.512 31.526
Tw2-09 19.886 17.220 7.291 14.539 1.948 2.826 29.125 34.585
Tw3-09 17.268 16.482 7.673 16.536 1.407 2.110 26.349 35.128
Tw4-09 19.180 21.051 9.145 20.332 3.703 4.315 32.029 45.698
Tw1-10 16.857 14.439 8.364 19.479 2.764 3.890 27.985 37.808
Sumber : LNPK, BI Banjarmasin
Penurunan ini terutama terkait dengan siklus bisnis awal tahun yang
biasanya memiliki pergerakan cenderung melambat. Namun, nilai transaksi
melalui RTGS selama triwulan I-2010 ini tergolong tinggi apabila dibandingkan
posisi triwulan yang sama di tahun sebelumnya karena mencatat kenaikan yang
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
73
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
74
cukup signifikan sebesar 19,93% (yoy). Peningkatan nilai transaksi melalui BI-
RTGS ini diperkirakan berasal dari meningkatnya aktivitas transaksi ekonomi di
Kalsel baik yang terkait dengan realisasi investasi serta konsumsi terkait dengan
persiapan Pilkada 2010 di Kalimantan Selatan.
Bab 6 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
75
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Meskipun laju pertumbuhan ekonomi mencatat kinerja yang cukup
tinggi dari triwulan sebelumnya, namun kondisi ketenagakerjaan di
Kalimantan Selatan di triwulan I-2010 masih cenderung menurun. Indikasi
ini terlihat dari Angka Penggunaan Tenaga Kerja oleh Dunia Usaha Kalimantan
Selatan yang mencatat angka negatif (penurunan). Angka yang diperoleh dari
hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Banjarmasin ini menunjukkan
bahwa masih adanya beberapa pelaku usaha yang mengalami penurunan kondisi
usaha terutama berasal dari sektor industri pengolahan dan jasa-jasa. Namun
demikian, kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) di Kalimantan Selatan pada
triwulan laporan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang
terindikasi dari perkembangan klaim Jaminan Hari Tua (JHT) yang lebih rendah
dari triwulan IV-2009.
Seiring dengan itu, kondisi kesejahteraan masyarakat Kalimantan
Selatan di triwulan laporan juga diperkirakan lebih rendah dari triwulan
sebelumnya. Indikasi ini terlihat dari pergerakan Indeks Penghasilan Saat Ini
menurut hasil Survei Konsumen yang menunjukkan penurunan dibandingkan
triwulan IV-2009, walaupun masih berada pada level yang optimis. Turunnya
penghasilan masyarakat di triwulan laporan disebabkan terbatasnya tambahan
penghasilan atau insentif seperti bonus dan Tunjangan Hari Raya (THR) pada awal
tahun anggaran. Sementara, tingkat kesejahteraan petani pada triwulan I-2010
diperkirakan meningkat dengan laju pertumbuhan yang lebih rendah dari triwulan
sebelumnya. Indikasi ini tercermin dari perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP).
1. Ketenagakerjaan
Secara umum perkembangan tenaga kerja di Kalimantan Selatan pada
triwulan I-2010 masih cenderung melambat. Dari hasil Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) yang dilakukan KBI Banjarmasin menunjukkan adanya penurunan
6
Bab 6 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
penggunaan tenaga kerja yang dicerminkan dari besarnya angka Saldo Bersih
Tertimbang (SBT) sebesar -12,57 pada triwulan I-2010 ini. Secara sektoral,
penurunan penggunaan tenaga kerja terutama di sektor industri pengolahan dan
jasa-jasa. Pada sektor industri pengolahan, turunnya penggunaan tenaga kerja
(SBT -9,53) terutama dipengaruhi oleh adanya beberapa perusahaan yang
mengalami kesulitan memperoleh bahan baku sehingga berdampak terhadap
turunnya kapasitas produksi dan penggunaan tenaga kerja. Di sektor jasa-jasa,
turunnya penggunaan tenaga kerja (SBT -9,34) lebih disebabkan adanya
perpindahan tenaga kerja menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
Sementara di sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran
(PHR), sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor keuangan, persewaan,
dan jasa keuangan mencatat peningkatan penggunaan tenaga kerja. Relatif
tingginya penyerapan tenaga kerja di sektor ekonomi non-dominan diperkirakan
terkait dengan mulai membaiknya kondisi perekonomian. Di sektor konstruksi,
maraknya pembangunan kawasan perumahan serta dimulainya pelaksanaan
beberapa proyek Pemerintah Daerah di triwulan laporan ikut mendorong
penyerapan tenaga kerja. Sementara perkembangan di sektor PHR dan sektor
keuangan terkait dengan meningkatnya konsumsi masyarakat di triwulan laporan.
Tabel 6.1. Penggunaan Tenaga Kerja Oleh Dunia Usaha Kalimantan Selatan
No SEKTOR Realisasi
Triwulan I-2010 Perkiraan
Triwulan II-2010
1. Pertanian -0,44 3,24
2. Pertambangan -0,42 0,42
3. Industri Pengolahan -9.53 0.00
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih -1.04 1,15
5. Konstruksi 2,35 0,00
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,48 1,53
7. Pengangkutan dan Komunikasi 2,50 2,89
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Keuangan 2,39 2,39
9. Jasa-jasa -9,34 0,22
TOTAL -12,05 11,85
Sumber : SKDU, Bank Indonesia Banjarmasin
Sementara penyerapan tenaga kerja pada triwulan mendatang
diperkirakan meningkat di seluruh sektor, terutama pada sektor pertanian, sektor
pengangkutan dan komunikasi, serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa
keuangan. Hal ini seiring dengan perkiraan akan terus berlanjutnya pemulihan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
76
Bab 6 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
77
ekonomi dari dampak krisis global serta adanya musim panen raya komoditas
padi di triwulan II-2010. Secara keseluruhan, angka penggunaan tenaga kerja
pada triwulan II-2010 mencapai SBT 11,85.
Apabila ditinjau dari perkembangan pencairan Jaminan Hari Tua (JHT),
kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan menunjukkan perkembangan yang
lebih baik. Indikasi ini terlihat dari perkembangan pencairan JHT secara nominal
yang mengalami penurunan dari Rp16,98 milyar padaTriwulan I-2009 menjadi
Rp14,88 milyar, atau turun sekitar 12,33% (yoy). Demikian halnya dengan
jumlah kasus PHK yang terjadi selama triwulan ini juga menurun sebesar
22,50%(yoy), dari 3.627 kasus pada triwulan I-2009 menjadi 2.811 kasus. Jumlah
kasus PHK tersebut diperkirakan lebih banyak karena faktor yang normal yaitu
faktor usia/pensiun.
Grafik 6.1. Perkembangan Nominal dan Kasus JHT
Sumber : PT Jamsostek Wilayah Kalimantan Selatan
2. Kesejahteraan
Kondisi kesejahteraan
masyarakat di triwulan I-2010
diperkirakan mengalami
penurunan dibandingkan
triwulan sebelumnya. Hal ini
dipengaruhi oleh relatif
terbatasnya tambahan
penghasilan seperti bonus dan
THR di awal tahun serta masih
tingginya laju inflasi di
Kalimantan Selatan. Indikasi ini terlihat dari perkembangan indeks Penghasilan
Grafik 6.2. Indeks Penghasilan dan Ekspektasi Penghasilan
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia
Bab 6 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Saat Ini menurut hasil Survei Konsumen di kota Banjarmasin. Di triwulan I-2010,
indeks tersebut mengalami penurunan yaitu dari 153,3 pada posisi Desember
2009 menjadi 144,17 di akhir Maret 2010. Penurunan indeks penghasilan saat ini
diperkirakan terkait dengan turunnya pendapatan masyarakat karena pada
periode sebelumnya mereka menerima tunjangan hari raya (THR) untuk perayaan
hari besar keagamaan yang berlangsung di triwulan IV-2009. Selain faktor
tersebut, laju inflasi kota Banjarmasin yang cukup tinggi sebesar 5,11% (yoy)
seiring kenaikan harga gula (Januari 2010) dan beras lokal, ikut mendegradasi
tingkat kesejahteraan masyarakat. Adanya kenaikan harga beras lokal di triwulan
I-2010 yang diperkirakan masih terus berlanjut sampai dengan bulan Juni 2010,
juga berdampak pada turunnya ekspektasi konsumen terhadap penghasilan di
masa depan. Hal ini tercermin dari turunnya indeks ekspektasi penghasilan Kota
Banjarmasin yang mengalami penurunan dari 148,75 di akhir tahun 2009 menjadi
134,17 di akhir Maret 2010.
Apabila ditinjau kondisi
kesejahteraan di sektor pertanian
yang menjadi salah satu sektor
ekonomi dominan Kalimantan
Selatan, perkembangannya di
triwulan I-2010 menunjukkan laju
pertumbuhan yang lebih rendah.
Hal ini tercermin dari
pertumbuhan Nilai Tukar Petani
(NTP), yang merupakan
perbandingan antara indeks
harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani untuk
keperluan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi. Perkembangan NTP
Kalimantan Selatan di triwulan I-2010, tercatat mengalami pertumbuhan sebesar
7,56% (yoy) yaitu dari NTP 104,76 di bulan Desember 2009 menjadi 105,73 di
akhir Maret 2010. Secara tahunan, laju pertumbuhan tersebut lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2009 yang mencapai 9,42% (yoy).
Grafik 6.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani
85
90
95
100
105
110
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2008 2009 2010
Nasional Kal‐Sel
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan
Adanya kenaikan NTP di triwulan laporan dipengaruhi oleh kenaikan
indeks harga yang diterima petani yaitu dari 125,24 di triwulan IV-2009 menjadi
128,01 dengan laju pertumbuhan sebesar 2,21% (qtq). Kenaikan ini terutama
dialami oleh petani padi dan buah-buahan yang diperkirakan terkait dengan
permintaan masyarakat yang terus meningkat seiring dengan membaiknya kondisi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
78
Bab 6 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
79
ekonomi. Di sisi lain, indeks harga yang dibayarkan petani juga mengalami
kenaikan dari 119,55 di triwulan IV-2009 menjadi 121,80. Dari sisi keperluan
rumah tangga, kenaikan tertinggi terutama pada komponen bahan makanan
yang mencatat kenaikan 1,83% (qtq) dan komponen kesehatan yang mengalami
kenaikan 1,32%(qtq). Pada keperluan biaya produksi, kenaikan tertinggi terutama
pada komponen upah buruh tani yang mencatat kenaikan 1,96% (qtq) dan
komponen sewa lahan, pajak dan lainnya yang mencatat kenaikan 1,24% (qtq).
Tabel 6.2. Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan
Sektor, Kelompok, dan Subkelompok Tahun 2009/2010 Persentase
Perubahan Desember Maret
Indeks Harga yang Diterima Petani 125.24 128.01 2.21
Tanaman bahan Makanan
Padi 121.05 125.96 4.06
Palawija 130.03 130.47 0.34
Sayuran 154.4 149.42 (3.23)
Buah-buahan 142.99 147.54 3.18
Penangkapan ikan 96.77 98.45 1.74
Budidaya 117.84 117.2 (0.54)
Ternak besar 110.68 111.27 0.53
Ternak kecil 122.04 124.64 2.13
Unggas 127.43 127.73 0.24
Hasil ternak 133.96 134.24 0.21
Tanaman Perkebunan Rakyat 124.5 124.37 (0.10)
Indeks Harga yang Dibayar Petani 119.55 121.07 1.27
Konsumsi Rumah Tangga 120.76 122.29 1.27
Bahan Makanan 126.47 128.79 1.83
Makanan Jadi 117.16 118.35 1.02
Perumahan 112.77 113.35 0.51
Sandang 122.08 122.23 0.12
Kesehatan 110.46 111.92 1.32
Pendidikan, rekreasi, & olahraga 108.05 108.05 -
Transportasi dan Komunikasi 113.46 114.06 0.53 Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal 116.57 118.14 1.35
Bibit 109.81 109.64 (0.15)
Obat-obatan dan Pupuk 119.65 121.06 1.18
Sewa lahan, pajak, dan lainnya 103.04 104.32 1.24
Tranportasi 127.71 129.01 1.02
Penambahan barang modal 119.63 120.7 0.89
Upah buruh tani 117.52 119.82 1.96
Nilai Tukar Petani 104.76 105.73 0.93 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan
Bab 7 – Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
81
PROSPEK EKONOMI
1. Perkiraan Kondisi Makro Ekonomi
Pada triwulan II-2010, prospek perkembangan kondisi ekonomi
Kalimantan Selatan diperkirakan akan lebih baik dibandingkan
perkembangan di triwulan laporan. Hal ini sejalan dengan penguatan
ekonomi domestik yang didukung oleh menguatnya proses pemulihan ekonomi
global. Semakin membaiknya kondisi ekonomi global terutama di negara-negara
yang menjadi mitra dagang utama Kalimantan Selatan seperti China dan Jepang
akan mendorong akselerasi kinerja sektor-sektor ekonomi utama Kalimantan
Selatan yang berorientasi ekspor seperti sektor pertambangan dan sub sektor
perkebunan. Dengan melihat kondisi tersebut, laju pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Selatan di triwulan II-2010 diperkirakan tumbuh pada kisaran
6 – 6,5% (y-o-y)1, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di triwulan
laporan.
Dari sisi penggunaan, peningkatan laju pertumbuhan tersebut
akan ditopang oleh menguatnya permintaan ekspor dan konsumsi, baik
konsumsi masyarakat maupun pemerintah. Prospek membaiknya kondisi
perekonomian global akan mendorong kenaikan permintaan komoditas primer
andalan Kalimantan Selatan seperti batubara, bijih besi, minyak sawit/CPO dan
karet mentah. Membaiknya kondisi pada sektor ekonomi dominan ini akan
mendorong peningkatan penghasilan para pekerja baik yang bekerja di sektor
tersebut maupun para pekerja di sektor pendukungnya sehingga mendorong
aktivitas konsumsi masyarakat. Dorongan konsumsi diperkirakan juga muncul dari
aktivitas belanja yang terkait dengan pelaksanaan kampanye dan event Pilkada
untuk Pemerintah Provinsi dan 7 Pemerintah Kabupaten/Kota di bulan Juni 2010.
1 Angka proyeksi Bank Indonesia Banjarmasin
7
Bab 7 – Prospek Ekonomi
Grafik 7.1 Ekspektasi Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi dan Penghasilan Yang Akan Datang
Berdasarkan Hasil Survei Konsumen
0.00%1.00%2.00%3.00%4.00%5.00%6.00%7.00%8.00%
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2
2008 2009 2010
Kondisi ekonomi 6 bulan yad Ekspektasi penghasilan
g. PDRB konsumsi (yoy)
Pelaksanaan Pilkada 2010 juga akan mendorong peningkatan konsumsi
atau pengeluaran pemerintah daerah selain dari realisasi pembangunan proyek-
proyek pemerintah daerah yang juga akan meningkat di triwulan II-2010. Di sisi
lain, sumber pembiayaan dari pihak swasta berupa realisasi investasi diperkirakan
akan tumbuh dalam besaran yang masih terbatas, seiring dengan pelaksanaan
event Pilkada.
Apabila ditinjau secara sektoral, kinerja seluruh sektor dominan
menjadi pendorong laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2010.
Pada sektor pertanian yang memiliki pangsa terbesar dalam ekonomi Kalimantan
Selatan, perkembangan di triwulan II-2010 diperkirakan meningkat, seiring
dengan meningkatnya produksi tabama khususnya padi yang akan memasuki
masa awal panen raya. Berdasarkan ARAM I 2010, produksi tabama pada
triwulan II-2010 akan mencapai 813,7 ribu ton atau meningkat 363,70%
dibandingkan produksi triwulan sebelumnya (qtq). Sementara pada sub sektor
perkebunan, membaiknya harga komoditas dunia yang disertai dengan kondisi
cuaca yang lebih baik pasca periode musim hujan akan mendorong kinerja di
subsektor ini.
Untuk sektor pertambangan, perkembangannya di triwulan II-2010
berpotensi untuk mencatat kenaikan yang lebih tinggi dibandingkan
triwulan laporan. Hal ini sejalan dengan masih tingginya kebutuhan batubara
untuk pembangkit listrik khususnya dari China dan India. Berdasarkan data dari
Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Selatan, kebutuhan batubara
China per tahunnya diperkirakan mencapai 800 juta ton per tahun. Yang
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
82
Bab 7 – Prospek Ekonomi
dipenuhi dari Cina sendiri hanya sebesar 300 juta ton, sehingga terjadi defisit
pasokan batubara sebesar 500 juta ton per tahun. Sementara untuk India,
kebutuhan batubaranya diprediksi mencapai 231 juta ton per tahun. Selain pasar
ekspor, kebutuhan domestik batubara diperkirakan juga semakin meningkat
sejalan dengan penyelesaian beberapa proyek kelistrikan 10.000 MW.
Membaiknya kondisi perekonomian global, diperkirakan ikut
mendorong membaiknya kinerja pada sektor industri pengolahan di
triwulan II-2010. Hal ini sejalan dengan membaiknya permintaan dari pasar-
pasar ekspor utama seperti Jepang dan China. Di sisi lain penerapan ASEAN-China
Free Trade Agreement (ACFTA) diperkirakan belum menimbulkan dampak negatif
yang cukup besar, namun justru berpotensi memperluas akses pasar ekspor.
Dengan membaiknya kinerja di sektor ekonomi dominan lainnya,
kinerja sektor perdagangan Kalimantan Selatan pada triwulan II-2010 juga
akan mencatat laju pertumbuhan yang lebih tinggi. Meningkatnya aktivitas
ekspor komoditas pertambangan, perkebunan dan produksi sektor pertanian
secara tidak langsung akan mendorong aktivitas perdagangan di triwulan
mendatang. Selain faktor tersebut, pelaksanaan event Pilkada yang melibatkan
partisipasi masyarakat juga akan mendorong kenaikan aktivitas perdagangan.
Potensi peningkatan aktivitas perdagangan juga akan ditopang oleh
meningkatnya pembiayaan perbankan dalam bentuk kredit modal kerja kepada
pedagang dan juga kredit konsumsi.
2. Perkiraan Inflasi
Laju inflasi Kota Banjarmasin pada triwulan II-2010 diperkirakan
naik lebih tinggi dibandingkan laju inflasi di triwulan laporan, terutama
disebabkan oleh inflasi yang tinggi pada komponen volatile food. Dari sisi
penawaran, inflasi kota Banjarmasin yang tinggi akibat kenaikan harga beras lokal
diperkirakan masih akan terus berlanjut pada triwulan mendatang, mengingat
musim panen raya untuk varietas padi lokal premium ini diperkirakan baru akan
terjadi pada bulan Juli-Agustus. Kondisi ini akan menyebabkan inflasi yang tinggi
pada kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, terutama
komoditas yang menggunakan bahan dasar beras atau nasi. Adanya preferensi
masyarakat Banjar terhadap beras lokal unus yang cukup kuat, menyebabkan
permintaan beras varitas ini masih cukup tinggi. Di sisi lain, pelaksanaan operasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
83
Bab 7 – Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
pasar oleh Perum Bulog tidak dapat dilaksanakan karena perbedaan jenis dan
kualitas beras yang ada di gudang Bulog. Untuk jenis varitas yang dikelola Perum
Bulog adalah beras tipe medium, sementara untuk beras lokal unus merupakan
jenis beras premium.
Sementara itu, kondisi cuaca pada triwulan mendatang diperkirakan lebih
kondusif sehingga gangguan distribusi relatif minimal. Dari sisi permintaan,
tekanan inflasi diperkirakan masih relatif kecil meskipun daya beli masyarakat
diperkirakan semakin membaik seiring kondisi perekonomian yang membaik.
Selain itu, rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL) pada bulan Juli yang telah
diumumkan Pemerintah diperkirakan dapat menimbulkan ekspektasi konsumen
akan terjadinya kenaikan harga sehingga berpotensi untuk mendorong laju inflasi
yang lebih tinggi.
Untuk tekanan yang berasal dari faktor eksternal diperkirakan relatif
minimal karena pergerakan nilai tukar yang relatif stabil. Namun demikian,
potensi peningkatan laju inflasi dapat terjadi karena pengaruh pergerakan
kenaikan harga komoditas di pasar dunia seperti minyak sawit, minyak mentah
dan emas perhiasan. Potensi terjadinya inflasi juga dapat bersumber dari
ekspektasi konsumen yang cenderung meningkat. Indikasi ini tercermin dari
ekspektasi konsumen terhadap harga-harga dalam 3 bulan yang akan datang
menurut Survei Konsumen di kota Banjarmasin cenderung meningkat. Dengan
mempertimbangkan hal-hal di atas, laju inflasi pada triwulan II-2010
diperkirakan akan melonjak dari perkiraan sebelumnya, dengan kisaran
sebesar 6,6%7,5% (yoy)2.
Grafik 7.2 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang
Berdasarkan Hasil Survei Konsumen (SK)
0
2
4
6
8
10
12
14
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 T2
2008 2009 2010
Ekspektasi perubahan harga umum 3 bulan yad Inflasi (yoy)
84
2 Angka proyeksi Bank Indonesia Banjarmasin
Lampiran
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1.
Indikator Makro Terpilih Provinsi Kalimantan Selatan Indikator
Kalimantan Selatan
Satuan
PDRBTriwulan IV-2008
Triwulan I-2009
Triwulan II-2009
Triwulan III-2009
Triwulan IV-2009
Triwulan I-2010
Atas Dasar Harga Berlaku
Rp triliun 11.66 11.25 13.75 15.49 14.46 -
Atas Dasar Harga Konstan
Rp triliun 6.89 6.31 7.39 7.98 7.23 6.69
Pertumbuhan Ekonomi (y-o-y)
(%) 2.99 3.27 3.64 7.92 4.82 5.91
Inflasi
Atas dasar y-o-y (%) 11.06 7.66 4.78 4.31 3.86 5.11
Atas dasar y-t-d (%) 11.06 0.3 0.64 2.42 3.86 1.50
Pengangguran*)
Jumlah Pengangguran
Ribu orang - 118.41 - 115.81 - -
Angka Pengangguran (%) - 6.75 - 6.36 - -
Periode
Sumber : BPS Kalimantan Selatan *) Angka pengangguran menggunakan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
85 85
Lampiran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan TriwulaIn I-2010
86
Tabel Lampiran 2. Indeks Harga Konsumen Provinsi Kalimantan Selatan
Berdasarkan Tahun Dasar 2007=100 Tahun Dasar Periode IHK
Bahan Makanan
Makanan Jadi
Peruma-han
San-dang Kesehatan
Pendi-dikan Transport
2007 = 100
Jan-08 105.95 109.98 105.00 109.25 103.15 102.01 104.92 100.39
Feb-08 106.49 111.20 105.27 109.43 104.59 103.27 104.92 100.43
Mar-08 107.1 113.32 106.91 107.35 105.96 104.30 104.79 100.90
Apr-08 106.92 112.42 107.61 109.79 104.25 104.37 104.77 97.96
May-08 107.74 112.63 108.04 111.45 103.68 104.40 104.77 100.02
Jun-08 110.41 113.59 108.80 115.27 104.65 104.78 105.04 107.80
Jul-08 111.65 115.72 109.72 115.75 105.53 107.21 108.63 108.38
Aug-08 111.51 114.68 110.28 115.98 103.40 107.15 109.89 108.46
Sep-08 112.87 117.79 110.36 116.76 104.41 107.15 109.89 110.73
Oct-08 114.44 121.94 112.17 117.10 105.70 109.41 109.81 110.65
Nov-08 115 121.68 113.59 117.84 106.43 110.34 109.81 110.97
Dec-08 114.96 122.62 113.47 118.22 107.81 110.47 110.23 107.82
Jan-09 114.82 122.64 114.19 118.33 109.59 110.48 110.26 104.75
Feb-09 114.78 121.17 115.00 118.19 114.20 110.51 110.66 103.55
Mar-09 115.3 123.64 115.54 117.09 116.90 110.57 111.29 103.82
Apr-09 115.08 124.30 116.32 115.89 114.15 110.62 109.69 103.82
May-09 115.28 122.96 118.48 115.94 112.74 111.26 110.71 104.08
Jun-09 115.69 120.54 121.62 116.00 113.89 111.28 114.32 104.03
Jul-09 115.99 121.8 121.56 116.04 113.41 111.28 114.33 104.30
Agt-09 116.62 123.77 123.18 115.71 112.62 111.26 115.60 103.70
Sep-09 117.74 126.05 124.47 115.92 116.09 111.37 115.60 103.78
Oct-09 118.51 129.18 124.50 116.02 115.89 111.42 115.61 104.08
Nov-09 119.09 130.72 125.00 115.99 117.59 111.50 115.49 104.08
Dec-09 119.4 131.24 125.45 116.01 118.98 111.50 115.48 104.05
Jan-10 131.39 127.15 123.39 116.99 119.15 111.71 115.13 104.59
Feb-10 131.44 127.49 123.69 117.06 118.24 113.53 115.72 104.71
Mar-10 134.37 127.84 123.99 117.41 117.85 114.39 115.92 105.2 Sumber : BPS Kalimantan Selatan
Lampiran
Tabel Lampiran 3. Indikator Perkembangan Bank Umum Kalimantan Selatan
Indikator Trw-II 2008
Trw-III 2008
Trw-IV 2008
Trw-I 2009
Trw-II 2009
Trw-III 2009
Trw-IV 2009
Trw-I 2010
Total Aset (Rp Miliar) 16,727 17,996 18,464 19,614 19,764 20,236 20,963 22,376
Total DPK (Rp Miliar) 14,453 15,456 16,071 17,204 17,221 17,216 18,164 17,512
Tabungan 7,149 7,581 8,322 8,030 8,132 8,272 4,517 4,866
Giro 4,477 4,539 4,087 5,184 5,160 4,920 9,771 8,506
Deposito 2,827 3,336 3,662 3,990 3,928 4,024 3,876 4,139
Total Kredit lokasi proyek (Rp Miliar)
13,512 15,348 16,075 16,108 16,272 16,635 17,528 16,874
Jenis Penggunaan (Rp Miliar) :
Modal Kerja 5,277 5,561 5,473 5,394 5,568 5,727 6,115 5,370
Investasi 3,932 5,070 5,643 5,557 5,228 5,181 5,299 4,819
Konsumsi 4,302 4,717 4,960 5,157 5,476 5,727 6,115 6,686
Sektor Ekonomi
(Rp Miliar):
Pertanian 1,151 1,611 1,676 1,750 1,799 1,840 2,115 1,795
Pertambangan 1,551 1,927 2,125 1,900 1,565 1,523 1,624 1,116
Industri 1,035 1,113 1,111 1,120 1,060 996 890 804
Listrik, Gas & Air 33 31 28 26 25 55 105 187
Konstruksi 605 797 901 777 822 876 998 756
Perdagangan 3,150 3,096 3,121 3,076 3,200 3,158 3,210 2,840
Angkutan 462 528 530 536 533 706 620 916
Jasa Dunia Usaha 1,145 1,415 1,496 1,649 1,666 1,642 1,742 1,101
Jasa Sosial 79 112 127 117 127 112 110 177
Lainnya 3,603 4,302 4,717 5,157 5,476 5,727 6,115 7,184
NPL - Gross (%) 6.18% 5.54% 4.76% 3.67% 3.80% 4.28% 2.14% 2.15%
LDR lokasi bank (%) 73.81% 75.41% 73.89% 71.65% 75.33% 77.21% 75.67% 72.45%
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kalimantan Selatan, diolah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
87 87
Lampiran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan TriwulaIn I-2010
88
Tabel Lampiran 4. Indikator Perkembangan Bank Umum Konvensional Kalimantan Selatan
Indikator Trw-II 2008
Trw-III 2008
Trw-IV 2008
Trw-I 2009
Trw-II 2009
Trw-III 2009
Trw-IV 2009
Trw-I 2010
Total Aset (Rp Miliar) 16,727 17,996 18,464 19,614 19,764 20,236 20,963 22,376
Total DPK (Rp Miliar) 14,453 15,456 16,071 17,204 17,221 17,216 18,164 17,512
Tabungan 7,149 7,581 8,322 8,030 8,132 8,272 4,517 4,866
Giro 4,477 4,539 4,087 5,184 5,160 4,920 9,771 8,506
Deposito 2,827 3,336 3,662 3,990 3,928 4,024 3,876 4,139
Total Kredit lokasi proyek (Rp Miliar)
13,512 15,348 16,075 16,108 16,272 16,635 17,528 16,874
Jenis Penggunaan (Rp Miliar) :
Modal Kerja 5,277 5,561 5,473 5,394 5,568 5,727 6,115 5,370
Investasi 3,932 5,070 5,643 5,557 5,228 5,181 5,299 4,819
Konsumsi 4,302 4,717 4,960 5,157 5,476 5,727 6,115 6,686
Sektor Ekonomi
(Rp Miliar):
Pertanian 1,151 1,611 1,676 1,750 1,799 1,840 2,115 1,795
Pertambangan 1,551 1,927 2,125 1,900 1,565 1,523 1,624 1,116
Industri 1,035 1,113 1,111 1,120 1,060 996 890 804
Listrik, Gas & Air 33 31 28 26 25 55 105 187
Konstruksi 605 797 901 777 822 876 998 756
Perdagangan 3,150 3,096 3,121 3,076 3,200 3,158 3,210 2,840
Angkutan 462 528 530 536 533 706 620 916
Jasa Dunia Usaha 1,145 1,415 1,496 1,649 1,666 1,642 1,742 1,101
Jasa Sosial 79 112 127 117 127 112 110 177
Lainnya 3,603 4,302 4,717 5,157 5,476 5,727 6,115 7,184
NPL - Gross (%) 6.18% 5.54% 4.76% 3.67% 3.80% 4.28% 2.14% 2.15%
LDR lokasi bank (%) 73.81% 75.41% 73.89% 71.65% 75.33% 77.21% 75.67% 72.45%
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kalimantan Selatan, diolah
Lampiran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan I-2010
89 89
Tabel Lampiran 5.
Indikator Perkembangan Bank Umum Syariah Kalimantan Selatan
Indikator Trw-II 2008
Trw-III 2008
Trw-IV 2008
Trw-I 2009
Trw-II 2009
Trw-III 2009
Trw-IV 2009
Trw-I 2010
Total Aset (Rp Miliar) 856.59 901.26 989.48 991.75 1048.23 1113.93 1274.19 3653.52
Total DPK (Rp Miliar) 571 587 685 713 745 796 954 905
Giro 117.38 98.13 90.95 86.99 69.26 93.52 116.61 91.05
Tabungan 331.31 355.31 431.11 460.38 505.31 491.80 609.14 566.97
Deposito 122.17 133.17 163.09 165.36 169.97 210.95 227.93 246.90
Total Kredit lokasi bank (Rp Miliar)
711.27 923.29 927.00 922.65 976.39 1025.47 1004.19 1004.07
Jenis Penggunaan (Rp Miliar) :
Modal Kerja 210.42 359.13 340.94 326.82 334.94 391.87 386.62 384.06
Investasi 175.79 255.61 289.88 289.61 334.37 363.74 352.84 348.83
Konsumsi 325.06 308.55 296.18 306.23 307.09 269.86 264.73 271.18Sektor Ekonomi (Rp Miliar):
Pertanian 2.14 5.01 6.01 5.67 5.36 5.41 4.56 3.64
Pertambangan 145.46 148.03 137.53 138.91 136.91 117.67 123.18 108.58
Industri 0.68 0.86 0.72 0.81 0.89 5.50 5.36 5.16
Listrik, Gas & Air 0.10 0.10 0.10 0.09 0.08 0.17 0.16 0.15
Konstruksi 7.10 11.36 23.83 19.83 27.99 73.78 70.43 73.87
Perdagangan 53.27 56.32 46.99 43.12 40.95 36.99 32.04 39.03
Angkutan 32.12 65.18 74.43 77.95 95.97 171.09 162.95 160.75
Jasa Dunia Usaha 127.92 277.84 278.77 274.64 296.58 284.97 296.82 307.82
Jasa Sosial 17.43 50.05 62.45 55.41 64.58 60.04 43.95 33.89
Lainnya 325.06 308.55 296.18 306.23 307.09 269.86 264.73 271.18
NPF - Gross (%) 6.45% 5.78% 4.97% 3.78% 3.90% 3.81% 2.21% 2.22%
FDR (%) 116.30% 128.81% 111.45% 108.42% 106.74% 105.13% 89.90% 124.70%Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kalimantan Selatan, diolah