Post on 23-Oct-2015
description
i
MAKALAH BAHASA INDONESIA
“KALIMAT EFEKTIF”
Dosen Pembimbing : Siti Zulaikah, S. Ag. MH
Disusun Oleh Kelompok 7 :
1. ERIK PUJIANTO
2. FEBRIANA RAHMADHANI
3. SILVI RIZKI FAUZI
4. KUMALA EKA PUSPITA
Program Study Perbankan Syariah (C)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
JURAI SIWO METRO
T.A 2012 / 2013
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT di mana atas anugerahnya, sehingga
kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah Bahasa Indonesia ini dan tidak lupa
juga junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari alam kegelapan ke alam terang-benerang.
Penulisan makalah ini yang di dalamnya mencakup mengenai Materi
Pengertian Kalimat Efektif dan Ciri-Ciri Kalimat Efektif. Sebagai pembahasan
materi ini kita dapat menambah pengetahuan kami tentang bagaimana cara
menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan tidak menggunakan lagi bahasa
yang tidak baku.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
terselesainya makalah ini, sebagai manusia penulis juga tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan. Oleh sebab itu, penulis menantikan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif untuk penyempurnaan makalah ini.
Metro, 20 Oktober 2012
Penulis
Kelompok 7
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Permasalahan............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalimat Efektif ................................................................... 3
B. Ciri-Ciri Kalimat Efektif ...................................................................... 3
C. Syarat-Syarat Kalimat Efektif .............................................................. 10
D. Struktur Kalimat .................................................................................. 10
E. Unsur-Unsur Kalimat............................................................................ 11
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................. 19
B. Saran ..................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula (BPBI, 2003:91).
Menurut sebuah buku, Kalimat efektif adalah suatu kaimat yang singkat, padat
jelas dan lengkap yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat
diterima maksudnya atau artinya serta memiliki tujuan yang di maksudkan oleh
penulis atau pembicara.
Definisi kalimat efektif juga diungkapkan oleh Badudu (1995) Kalimat
efektif ialah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh
pembaca (penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar
(pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau
dirasakan oleh penutur atau penulis.
Syarat-syarat kalimat efektif, yaitu :
1. Syarat awal yang meliputi pemilihan kata atau diksi dan penggunaan ejaan
2. Syarat utama yang meliputi struktur kalimat dan ciri kalimat efektif
Keraf (1984: 36) berpendapat, kalimat efektif tidak hanya sanggup
memenuhi kaidah-kaidah atau pola-pola sintaksis, tetapi juga harus mencakup
beberapa aspek lainnya yang meliputi, sebagai berikut:
1. Penulisan secara aktif sejumlah perbendaharaan kata (kosakata) bahasa tersebut
2. Penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif,
3. Kemampuan menyampaikan gaya yang paling cocok untuk gagasan
4. Tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang.
Dari beberapa penjelasan tentang berbagai sumber yang saya dapat jadi,
kalimat efektif selalu menonjolkan gagasan pokok dengan menggunakan
penekanan agar dapat diterima oleh pembaca.
v
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Kalimat Efektif ?
2. Ciri-ciri yang terdapat pada Kalimat Efektif ?
C. Tujuan Permasalahan
Tujuan dari permasalahan ini adalah untuk mengkaji dan mengetahui
apa pengertian dari kalimat efektif dan ciri-ciri kalimat efektif itu sendiri.
vi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran
kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran
pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah
kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat
sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya.
B. Ciri-Ciri Kalimat Efektif
Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi
paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya:
1. Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok
dalam sebuah kalimat. Dengan satu ide itu kalimat boleh panjang atau
pendek, menggabungkan lebih dari satu kesatuan, bahkan dapat
mempertentangkan satu sama lainnya, asalkan ide atau gagasan kalimatnya
tunggal. Penutur tidak boleh menggabungkan dua kesatuan yang tidak
mempunyai hubungan sama sekali ke dalam suatu kalimat.
a. Contoh kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya:
1) Pembangunan gedung sekolah baru pihak yayasan dibantu oleh bank
yang memberi kredit. (terdapat subjek ganda dalam kalimat tunggal).
2) Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik.
(memakai kata depan yang salah sehingga gagasan kalimat menjadi
kacau).
vii
3) Berdasarkan genda sekretaris manajer personalia akan memberi
pengarahan kepada pegawai baru. (tidak jelas siapa yang memberi
pengarahan).
b. Contoh kaimat yang jelas kesatuan gagasannya:
1) Pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit untuk
membangun gedung sekolah baru.
2) Membangunan sangat berkaitan dengan politik.
3) Berdasarkan agenda, sekretaris manajer personalia akan memberi
pengarahan kepada pegawai baru.
2. Kepaduan (koherensi)
Yang dimaksud koherensi adalah hubungan yang padu antara unsur-
unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah
kata, frasa, klausa, serta tanda baca yang membentuk S-P-O-Pel-Ket dalam
kalimat.
a. Contoh kalimat yang unsurnya tidak koheren:
1) Kepada setiap pengendara mobil di Kota Jakarta harus memiliki
surat izin mengemudi. (tidak mempunyai subjek/subjeknya tidak
jelas).
2) Saya punya rumah baru saja diperbaiki. (struktur tidak benar/rancu)
3) Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. (unsur
S- P-O tidak berkaitan erat)
4) Yang saya sudah saya sarankan kepada mereka adalah merevisi
anggaran daripada itu proyek. (salah dalam pemakaian kata dan
frasa).
b. Contoh kalimat yang unsur-unsurnya koheren:
1) Setiap pengendara mobil di Kota Jakarta harus memiliki surat izin
mengemudi.
2) Rumah saya baru saja diperbaiki.
3) Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.
viii
4) Yang sudah saya sarankan kepada mereka adalah merevisi
anggaran proyek itu.
3. Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan atau kesejajaran adalah
terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan
kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat. Umpamanya dalam sebuah
perincian, unsur pertama menggunakan verba, unsur kedua dan seterusnya
juga verba. Jika bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk berikutnya
juga harus nomina.
b. Contoh kesejajaran atau paralelisme yang salah:
1) Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, membuat
katalog, dan buku-buku diberi label.
2) Kakakmu menjadi dosen atau pengusaha?
3) Demikianlah agar ibu maklum, dan atas perhatiannya ucapkan
terimma kasih.
4) Dalam rapat itu diputuskan tiga hal pokok, yaitu meningkatan mutu
produk, memperbanyak waktu penyiaran ikan dan pemasaran yang
lebih gencar.
c. Contoh kesejajaran atau paralelisme yang benar:
1) Kegiatan diperpustakaan meliputi pembelian buku, pembuatan
katalog dan pelabelan buku.
2) Kakakmu sebagai dosen atau sebagai pengusaha?
3) Demikianlah agar Ibu maklum, dan atas perhatian Ibu saya ucapkan
terima kasih.
4) Dalam rapat ini diputuskan tiga hal pokok, yaitu meningkatkan mutu
produk, meningkatkan frekuensi iklan dan lebih menggencarkan
pemasaran.
ix
4. Penekanan
Yang dimaksud dengan penekanan adalah suatu perlakuan khusus
menonjolkan bagian kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna
kalimat secara keseluruhan. Cara yang dipakai untuk memberi perlakuan
khusus pada kata-kata tertentu ada beberapa, yaitu:
a. Dengan meletakkan kata yang ditonjolkan itu di awal kalimat,
b. Dengan melakukan pengulangan kata ( repetisi),
c. Denga melakukan pengontrasan kata kunci,
d. Dengan menggunakan partikel/penegas.
Contoh penekanan dengan menempatkan kata yang ditonjolkan pada
awal kalimat:
1) Pada bulan Desember kita ujian akhir semester. (bukan akhir
november).
2) Kita akan ujian akhir semester pada bulan Deember. (bukan mereka)
3) Ujian akhir semester kita tempuh pada bulan Desember. (bukan ujian
tengah semester)
Contoh penekanan dengan pengulangan kata:
1) Saya senang melihat panorama alam yang indah; saya senang
melihat lukisan yang indah, dan saya juga senang, melihat hasil seni
ukir yang indah.
2) Sudara-saudara, kita tidak suka dibohongi, kita tidak suka ditipu, kita
tidak suka dibodohi.
Contoh penekanan dengan pengontrasan kata kunci:
1) Penduduk desa itu tidak menghendaki bantuan yang berifat
sementara, tetapi bantuan yang bersifat permanen.
Contoh peneknan dengan menggunakan partikel penegas:
1) Hendak pulang pun hari sudah gelap dan hujan pula.
2) Adakah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu.
x
5. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan ialah menghindari pemakaian
kata yang tidak perlu. Hemat tidak bararti harus menghilangkan kata-kata
yang dapat memperjelas arti kalimat. Hemat di sini berarti “ekonomis”
tidak memakai kata-kata mubazir, tidak mengulang-ulang subjek, tidak
menjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata-kata,
diharapkan kalimat menjadi padat berisi.
a. Contoh kalimat yang tidak hemat kata:
1) Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri bahwa mahasiswa
itu belajar seharian dari pagi sampai petang.
2) Dalam pertemuan yang mana hadir di sana Wakil Gubernur DKI
dilakukan suatu perundingan yang membicarakan perparkiran.
3) Manajer itu dengan segera mengubah rencananya setelah dia bertemu
dengan direkturnya.
4) Agar supaya Anda dapat memperoleh nilai ujian yang memuaskan,
Anda harus belajar dengan sebaik-baiknya.
b. Contoh kalimat yang hemat kata:
1) Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian.
2) Dalam pertemuan yang dihadiri Waki Gubernur DKI dilakukan
perundingan tentang perparkiran.
3) Manajer itu dengan segera mengubah rencana setelah bertemu
direkturnya.
4) Agar Anda memperoleh nilai ujian yang memuaskan, belajarlah baik-
baik.
xi
6. Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah mengupayakan agar ide
kalimat masuk akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir
yang sistematis (runtut/teratur dalam penghitungan angka dan penomoran).
Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula
pemakaian tanda baca, kata, dan frasa, dapat menjadi salah karena
maknanya tidak masuk akal atau lemah dari segi logika. Perhatikan contoh
kalimat yang lemah dari segi logika berbahasa berikut ini:
a. Kambing sangat senang bermain hujan. (padahal kambin tergolong
anti air).
b. Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki. (apa
hubungan tinggal di asrama putra dengan mempunyai anak lelaki?).
c. Uang yang bertumpuk itu terdiri atas pecahan ratusan, puluhan,
sepuluh ribuan, lima puluh ribuan, dua puluh ribuan. (tidak runtut
dalam merinci sehingga lemah dari segi logika).
d. Kepada Bapak Deka, waktu dan tempat kami persilahkan. (waktu
dan tempat tidak perlu dipersilahkan)).
e. Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini
tepat pada waktunya. (berarti “modal” untuk menyelesaikan makalah
cukuplah ucapan syukur kepada Tuhan.
7. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap
ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu
kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal
kalimat)
Contoh:
1) Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada
kesempatan lain.
xii
2) Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi
soal ini. (ketegasan)
3) Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan
negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
4) Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan
negaranya. (ketegasan)
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
1) Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
2) Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi)
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –
lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
1) Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
2) Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini
xiii
C. Syarat-Syarat Kalimat Efektif
Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran
pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau
penulisnya.
D. Struktur Kalimat
Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki
kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya
kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan
bentuk dan sekaligus kestuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya
rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan
suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas.
Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari
kata) harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain.
Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah
dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, apalagi bertentangan. Setiap
penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat
diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa.
Efek yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1. Buat Papa menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat Papa.
3. Menulis saya surat buat Papa.
4. Papa saya buat menulis surat.
5. Saya Papa buat menulis surat.
6. Buat Papa surat saya menulis.
xiv
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun
terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai
unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan
yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa
yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap
kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya
adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai
bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.
E. Unsur-Unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata
bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran
kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap
(Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-
kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang
lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib
hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1. Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan
(tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau
benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau
perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri,
atau jati diri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan
tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa
kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat
juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:
a. Kuda meringkik.
b. Ibu sedang tidur siang.
c. Putrinya cantik jelita.
d. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
xv
e. Kucingku belang tiga.
f. Robby mahasiswa baru.
g. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata
meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok
kata sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa
ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya,
dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota
Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku,
mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima
pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada
kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku
atau bendanya.
a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c. Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat
normal, yaitu diawali dengan huruf kaital dan diakhiri dengan tanda titik,
namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P.
Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi
lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa
atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal
sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada
informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka
contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata
yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat,
melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.
xvi
2. Subjek
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok
(benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok
pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal),
klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai
berikut ini:
a. Ayahku sedang melukis.
b. Meja direktur besar.
c. Yang berbaju batik dosen saya.
d. Berjalan kaki menyehatkan badan.
e. Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S
yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat ada kalimat (a) dan (b),
contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S
yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S
selalu merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas,
kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan
kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita
menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan
berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan
layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada
“hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu,
kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal
kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awa kalimat (c) dan kegiatan pada
awal kalimat (d) dan (e).
xvii
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya
dengan memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P.
Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika
ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak
mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena
tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena
tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk
pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang
memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada,
jawaban itu terasa tidak logis.
3. Objek
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada
umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di
belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib
hadirnya O, seperi pada contoh di bawah ini.
a. Nurul menimang …
b. Arsitek merancang …
c. Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada
contoh tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang
akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
xviii
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya
sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive
mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut
untuk dilengkapi.
a. Nenek mandi.
b. Komputerku rusak.
c. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya
dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di
belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a. 1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b. 1) Orang itu menipu adik saya (O)
2) Adik saya (S) ditipu oleh orang itu.
4. Pelengkap
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang
melengkapi P. letak Pel umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi
seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O
juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun,
antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a. Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama
diisi oleh nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa
hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O.
xix
Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S P O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke
depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang
tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain
diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pel dapat juga diisi oleh frasa
adjectival dan frasa preposisional. Di samping itu, letak Pel tidak selalu
persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel
adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-
P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
5. Keterangan
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai
hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi
menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di
tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa
preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam
kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi
dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
xx
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
Jenis
Keterangan
Posisi/Penghubung Contoh Pemakaian
1. Tempat di
ke
dari
(di) dalam
pada
di kamar, di kota
ke Medan, ke rumahnya
dari Manado, dari sawah
(di) dalam rumah
Pada saya, pada
permukaan
2. Waktu -
pada
dalam
se-
sebelum
sesudah
selama
sepanjang
sekarang, kemarin
pada pukul 5 hari ini
dalam 2 hari ini
sepulang dari kantor
sebelum pukul 12
sesudah makan
selama bekerja
sepanjang hari
3. Alat dengan dengan gunting, dengan
mobil
4. Tujuan supaya
untuk
bagi
demi
supaya/agar kamu pintar
untuk kemerdekaan
bagi masa depan
demi kekasihmu
5. Cara secara
dengan cara
dengan jalan
secara hati-hati
dengan cara damai
dengan jalan berunding
6. Kesalingan - satu sama lain
7. Similatif seperti
bagaikan
seperti angina
bagakan seorang dewi
xxi
laksana laksana bintang di langgit
8. Penyebaban karena
sebab
karena perempuan itu
sebab kecerobohannya
9. Penyerta dengan
bersama
beserta
dengan adiknya
bersama orang tuanya
beserta saudaranya
xxii
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau
pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang
dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Ciri-ciri kalimat efektif:
1. Kesatuan
2. Kepaduan
3. Keparalelan
4. Ketepatan
5. Kehematan
6. Kelogisan
7. Ketegasan
Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran
pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau
penulisnya.
Penyusunan kalimat efektif, meliputi:
1. Subjek
2. Predikat
3. Objek
4. Pelengkap
5. Keterangan
xxiii
B. Saran
1. Bagi dosen atau guru
Bagi dosen atau guru sebaiknya memahami dengan seksama
dan benahi tentang bahasa indonesia yang memiliki berbagai ragam
bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar teradi
komunikas yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara Bagi
dosen atau guru dengan mahasiswa.
2. Bagi mahasiswa
Para mahasiswa sebaiknya memahami dan mencari
pengetahuan secara seksama mengenai materi dalam makalah ini
supaya pada saat mahasiswa terjun ke lapangan tidak terjadi kekeliruan
dalam pemakaian bahasa terhadap mahasiswa lain dan masyarakat.
3. Bagi lembaga sekolah/universitas
Lembaga sekolah/universitas sebaiknya memberikan dan
menekankan perhatian penuh terhadap penggunaan ragam bahasa yang
tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman
dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis
demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah
di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna
bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
xxiv
Daftar Pustaka
Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
http:////Pengertian, Ciri, dan Penggunaan Kalimat Efektif.html.