Post on 06-Feb-2018
i
PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN BIJI TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT LAMUN
Enhalus acoroides
SKRIPSI
OLEH:
NURHIKMAH
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
ii
PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN BIJI TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT LAMUN
Enhalus acoroides
Oleh: NURHIKMAH
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
iii
ABSTRAK
NURHIKMAH (L111 09 274) ”Pengaruh suhu dan lama penyimpanan biji terhadap sintasan dan pertumbuhan bibit lamun Enhalus acoroides” di bawah bimbingan ibu ROHANI AMBO RAPPE sebagai pembimbing utama dan ibu INAYAH YASIR sebagai pembimbing anggota.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2012 hingga Januari
2013. Pada penelitian ini menggunakan dua perlakuan suhu yaitu suhu kamar (27ºC-30ºC) dan suhu refrigerator (1ºC-10ºC) dengan lama penyimpanan buah yang berbeda (2, 5, 8 dan 11 hari), Penelitian ini dibatasi pada parameter yaitu pertumbuhan semaian lamun, survival rate dan kualitas air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu pada pertumbuhan biji lamun Enhalus acoroides yang disimpan dalam refrigerator dan suhu kamar untuk waktu yang berbeda. Diharapkan penelitian ini memberikan informasi mengenai metode terbaik untuk penyimpanan dan pembibitan biji lamun Enhalus acoroides.
Pengukuran pertumbuhan semaian lamun Enhalus acoroides dilakukan dengan interval dua hari pengamatan. Waktu penanaman bibit dilakukan sesuai dengan lama penyimpanan buah. Untuk kualitas air (nitrat dan fosfat) pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali (awal, pertengahan dan di akhir penelitian).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang daun semaian memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih baik. Bibit lamun Enhalus acoroides yang di simpan pada suhu kamar tingkat pertumbuhan semaiannya juga lebih baik bila bibit ditanam sesegera mungkin. Lama penyimpanan yang lebih bagus yaitu penyimpanan 2 hari dengan rata-rata pertumbuhan 2,49mm/hari dan lama penyimpanan 5 hari dengan rata-rata pertumbuhan 2,08mm/hari. Konsentrasi nutrien di dalam air yaitu nitrat berkisar antar 1,99mg/L-3,19mg/L sedangkan fosfat berkisar antara 1,99mg/L-3,19mg/L. Hasil pengukuran kualitas air yaitu suhu air berkisar antara 27°C-30°C, salinitas 30‰-31‰. Secara signifikan penyimpanan buah lamun Enhalus acoroides yang bagus untuk pembibitan yaitu pada suhu kamar selama 2-5 hari.
Kata kunci : Suhu dan lama penyimpanan, Enhalus acoroides, survival rate, laju pertumbuhan
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Pengaruh suhu dan lama penyimpanan biji terhadap
sintasan dan pertumbuhan bibit lamun Enhalus
acoroides
Nama Mahasiswa : Nurhikmah
Nomor Pokok : L111 09 274
Jurusan : Ilmu Kelautan
Skripsi telah diperiksa
dan disetujui oleh :
Pembimbing Utama,
Dr. Ir. Rohani Ambo Rappe, M.Si NIP. 19690913 199303 2004
Pembimbing Anggota,
Dr. Inayah Yasir, M.Sc NIP. 19661006 199202 2001
Mengetahui :
Dekan Ketua Jurusan Ilmu Kelautan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Prof. Dr. Ir. Andi Niartiningsih, MP Dr.Ir. Amir Hamzah Muhiddin, M.Si NIP. 19611201 198703 2002 NIP. 19631120 199303 1002
Tanggal Lulus: 18 September 2013
v
RIWAYAT HIDUP
Nurhikmah dilahirkan pada tanggal 31 desember 1991
di Malaysia. Anak kedua dari empat bersaudara, dari
ayahanda A. Basri Makkkaraka dan ibunda Hj.
Syamsiah. Penulis mulai mengecap pendidikan
dengan masuk di Sekolah Dasar Negeri 194 Kolasa
pada tahun 2003. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Negeri (SLTPN) 1 Sinjai Timur Kab. Sinjai pada tahun 2006 dan Sekolah
Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Sinjai Timur Kab. Sinjai pada tahun 2009.
Ditahun yang sama (2009) penulis diterima sebagai Mahasiswa di Jurusan Ilmu
Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin
Makassar melalui Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN).
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif menjadi asisten pada beberapa
mata kuliah dibidang Botani Laut, Avertebrata Laut dan Vertebrata Laut.
Dibidang keorganisasian penulis pernah bergabung di Marine Science Diving
Club Universitas Hasanuddin (MSDC-UH), Teater Kampus Unhas (TKU).
Penulis menyelesaikan rangkaian tugas akhir yaitu Kuliah Kerja Nyata
Profesi (KKNP) di Desa Lerang Kec. Lanrisang Kab. Pinrang pada periode Juni-
Agustus 2012. Penelitian dengan judul skripsi “Pengaruh Suhu dan Lama
Penyimpanan Biji Terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Bibit Lamun
Enhalus acoroides” pada tahun 2013.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayah_Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan
Biji Terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Bibit Lamun Enhalus acoroides”.
Skripsi ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu
sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang telah membantu
penulis dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang
mendasar pada skripsi ini. Oleh karna, itu penulis mengundang pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu
pengetahuan.
Terima kasih, dan semoga skripsi ini bisa memberikan sumbangsih positif
bagi kita semua.
Makassar, 18 September 2013 Penulis
Nurhikmah
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini tidak ada hal yang penulis sampaikan selain ucapan
“Terimah Kasih” yang setulus-tulusnya dari lubuk hati penulis yang paling dalam
sebagai bentuk perhargaan dan penghormatan kepada:
1. Orang tuaku tercinta Ayahanda A. Basri Makkaraka dan Ibunda Hj.
Syamsiah teriring do’a dan kasih sayang yang begitu tulus dan tak
berujung.
2. Saudara (i) ku Nurlaelah, Nurfadillah, Putri dan Nurmuta’al Ramadhan
yang tanpa henti selalu memberi nasehat, dukungan, pengorbanan dan
setia menemaniku dikala susah maupun senang.
3. Keluarga besar Makkaraka (Puang Iting, Puang Timang, Puang Bolleng,
Puang Tola, Puang Juhra, Puang Ummi, Puang Haya) atas kasih sayang
yang diberikannya selama ini.
4. Ibu Dr.Ir. Rohani Ambo Rappe, M.Si selaku pembimbing utama dan Ibu
Dr. Inayah Yasir, M.Sc selaku pembimbing anggota yang dengan ikhlas
meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan arahan, motivasi,
bimbingan dan bantuan selama masa studi, penelitian hingga
penyusunan tugas akhir ini.
5. Bapak Dr.Ir. Muh. Farid Samawi, M.Si., Dr.Ir. Syafiuddin, M.Si., Dr.
Khairul Amri, ST, M.Sc.Stud, dan bapak Dr. Supriadi, ST.M.Si yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan kritik dalam
perbaikan skripsi penulis.
6. Ibu Prof.Dr.Ir. Andi Niartiningsih, MP., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan dan Bapak Dr.Ir. Amir Hamzah Muhiddin, M.Si
selaku ketua jurusan Ilmu Kelautan, terima kasih atas segala petunjuk
viii
nasehat dan bimbingan selama masa studi hingga tahap penyelesaian
studi.
7. Bapak Prof.Dr.Ir. Amran Saru, M.Si dan Dr. Muh. Banda Selamat,
S.Pi,MT selaku penasehat akademik, terima kasih atas nasehat yang
diberikan kepada penulis selama masa studi.
8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Ilmu Kelautan dan semua Dosen Se-
Unhas, terima kasih atas segala pengetahuan yang telah diberikan
selama masa studi penulis.
9. Rekan-rekan seperjuangan Team Seagrass: Steven, Hasanah, Jezsy
Patiri dan Jumniaty S yang selalu bekerjasama dalam tahap penelitian
hingga penulisan skripsi.
10. Adik yunior Katarina Hesty Rombe dan Nenni Asriani , terima kasih
atas bantuan, motivasi, dukungan dan do’anya selama ini.
11. Teman-teman KKN GELOMBANG 82 Desa Lerang, Kec. Lanrisang,
Kab. Pinrang (kak Anty, Tami, Ati, Kak adi, yaya, Izhar dan Edi),
terkhusus lagi buat bapak Abu Thalib yang selalu memberikan
dukungan, bantuan dan do’anya selama 2 bulan di lokasi KKN.
12. Teman-teman seperjuangan Angkatan Kosong Sembilan (KOSLET)
Ilmu Kelautan UNHAS (Tri, Ifah, Jumni, Novi, Lisda, Upik, Dillah, Eni,
Arni, Emi, Jetzy, Hasanah, Mayang, Ida, Fahri, Rizal, Cudo, Iccang,
Aksan, Tarsan, Mas Eko, Steven, Takbir, Mahatir, Yahya, Uga, Aby,
Nirwan, Dedof, Wanda, Ipul, Andri) terima kasih kawan atas
kebersamaan, bantuan, dukungan dan persaudaraan kita selama ini.
13. Teman-teman seperjuangan SPEKTRUM TKU UNHAS dan Castext
(Comunitas Two Exact) yang tak dapat saya sebutkan satu persatu
namanya, terima kasih atas kebersamaan, bantuan, dukungan dan
persaudaraan kita selama ini.
ix
14. Seluruh staff Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan yang dengan tulus
dan sabar selalu melayani penulis dalam pengurusan berkas mulai dari
penulis menjadi Mahasiswa sampai penyusunan tugas akhir ini.
15. Teman Terbaikku Ahmad atas segala waktu, bantuan, dukungan dan
motivasinya selama ini.
16. Tak terkecuali semua pihak yang ikut turut membantu penulis dalam
masa studi hingga penyelesaian tugas akhir.
Skripsi ini telah disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi di jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin dan segala upaya telah penulis tempuh untuk menyusun skripsi ini.
Namun, mengingat penulis hanyalah manusia biasa yang punya keterbatasan
dan tak luput dari kesalahan, oleh karena itu segala bentuk kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangatlah diperlukan untuk memperbaiki kesalahan yang
ada. Dan akhirnya semoga skripsi ini dapat menjadi sumber ilmu tambahan yang
baru bagi kita semua, khususnya bagi kalangan dunia kelautan. Amin…!!!
Penulis
Nurhikmah
x
DAFTAR ISI
Nomor Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Tujuan dan Kegunaan .......................................................................... 3
C. Ruang Lingkup..................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4
A. Tinjauan Umum Lamun ........................................................................ 4
B. Biologi dan Ekologi Enhalus acoroides ................................................ 5
C. Reproduksi Enhalus acoroides ............................................................ 6
D. Penyimpanan Bibit/Biji ......................................................................... 6
E. Parameter Pertumbuhan Enhalus acoroides ........................................ 7
1. Salinitas ............................................................................................. 7
2. Suhu .................................................................................................. 8
3. Nitrat .................................................................................................. 8
F. Metode Pembibitan Biji Lamun ............................................................ 9
III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 10
A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 10
B. Alat dan Bahan .................................................................................. 10
C. Prosedur Penelitian ........................................................................... 11
1. Tahap Persiapan .............................................................................. 11
2. Persiapan Akuarium Sebagai Tempat Penyimpanan Media Tumbuh ............................................................................................ 11
3. Persiapan Media Tumbuh dan Substrat Untuk Pembibitan Biji Lamun Enhalus acoroides. .......................................................................... 11
xi
4. Pengambilan Buah Lamun Enhalus acoroides. ................................ 11
5. Penandaan Biji Lamun ..................................................................... 12
6. Penanaman Biji Lamun Enhalus acoroides di Media Tumbuh. ......... 12
7. Pengukuran Pertumbuhan Bibit Lamun Enhalus acoroides .............. 13
D. Pengukuran Parameter Kualitas Air. .................................................. 13
1. Salinitas ........................................................................................... 13
2. Suhu ................................................................................................ 13
3. Nitrat ................................................................................................ 13
4. Fosfat ............................................................................................... 14
E. Pengolahan Data ............................................................................... 14
F. Analisis Data ...................................................................................... 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 16
A. Pertumbuhan Semaian Lamun Enhalus acoroides ............................ 16
1. Pertumbuhan Panjang Daun Lamun Enhalus acoroides pada Lama Penyimpanan dan Suhu yang Berbeda. .......................................... 16
2. Lebar Daun Lamun Enhalus acoroides ............................................ 19
3. Jumlah Daun Lamun Enhalus acoroides .......................................... 20
B. Survival Rate ..................................................................................... 20
C. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Pertumbuhan Lamun Enhalus acoroides ................................................................. 22
V. SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 24
A. Simpulan ............................................................................................ 24
B. Saran ................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25
LAMPIRAN ............................................................... Error! Bookmark not defined.
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Habitus Enhalus acoroides yang memperlihatkan bagian-bagian tumbuhan .... 6
2. Buah dan biji lamun Enhalus acoroides yang masih segar ............................ 12
3. Rata-rata laju pertumbuhan panjang daun lamun Enhalus acoroides yang disimpan pada suhu berbeda ........................................................................ 16
4. Pola pertumbuhan panjang daun lamun Enhalus acoroides .......................... 17
5. Rata-rata laju pertumbuhan lebar daun lamun Enhalus acoroides yang disimpan pada suhu yang berbeda................................................................ 19
6. Survival rate (%) yang buahnya disimpan pada kondisi suhu dan lama penyimpanan yang berbeda .......................................................................... 21
7. (A) kondisi buah/biji yang disimpan pada suhu refrigerator, (B) kondisi
buah/biji yang dismpan pada suhu kamar ..................................................... 22
8. Selaput bening menempel pada biji lamu Enhalus acoroides ......................... 22
9. (A) Biji yang mati dan terapung di atas permukaan air, (B) Biji yang mati di akhir penelitian .............................................................................................. 23
10. Kondisi buah yang di simpan pada suhu kamar ............ Error! Bookmark not defined.
11. Kondisi buah yang di simpan pada suhu refrigerator ..... Error! Bookmark not defined.
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data pertumbuhan lamun Enhalus acoroides ... Error! Bookmark not defined.
2. Hasil uji ANOVA laju pertumbuhan panjang daun Enhalus acoroides pada suhu dan lama penyimpanan yang berbeda. .... Error! Bookmark not defined.
3. Hasil Uji ANOVA Laju Pertumbuhan Lebar Daun Enhalus acoroides pada suhu dan lama penyimpanan yang berbeda. .... Error! Bookmark not defined.
4. Hasil uji ANOVA laju pertumbuhan jumlah daun Enhalus acoroides pada suhu dan lama penyimpanan yang berbeda. .... Error! Bookmark not defined.
5. Pengamatan suhu penyimpanan buah lamun Enhalus acoroides ............ Error! Bookmark not defined.
6. Survival rate diakhir penelitian. ......................... Error! Bookmark not defined.
7. Pola penempatan wadah di dalam akuarium .... Error! Bookmark not defined.
8. Suhu dan salinitas air di dalam akuarium .......... Error! Bookmark not defined.
9. Kondisi buah dan biji yang disimpan pada suhu kamar ... Error! Bookmark not defined.
10. Kondisi buah dan biji yang disimpan pada suhu refrigerator Error! Bookmark not defined.
11. Ukuran akuarium yang digunakan dalam penelitian ...... Error! Bookmark not defined.
12. Desain sistem sirkulasi air pembibitan lamun .. Error! Bookmark not defined.
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang dapat
tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal (Wood et al, 1969). Semua
lamun adalah tumbuhan berbiji satu (monokotil) yang mempunyai akar, rimpang
(rhizoma), daun, bunga dan buah seperti halnya dengan tumbuhan berpembuluh
yang tumbuh di darat (Thomlinson, 1974). Lamun senantiasa membentuk
hamparan permadani di laut yang dapat terdiri dari satu species (monospesific;
banyak terdapat di daerah temperatd) atau lebih dari satu species (multispecific;
banyak terdapat di daerah tropis) yang selanjutnya disebut padang lamun.
Lamun merupakan komponen utama dari ekosistem laut dangkal bila
ditinjau dari kontribusinya terhadap produktivitas biologis dan pemeliharaan
keanekaragaman hayati, pengendalian kualitas air, dan perlindungan garis pantai
(Hemminga & Duarte, 2000). Namun populasi lamun telah menurun sebagai
akibat dari kegiatan manusia di daerah pesisir seperti pengembangan daerah
pesisir yang dapat menimbulkan pencemaran (Boudouresque et al., 2009).
Dampak yang nyata dari kerusakan padang lamun mengarah pada penurunan
keragaman biota laut sebagai akibat hilang atau menurunnya fungsi ekologi dari
ekosistem ini. Mengingat fungsi padang lamun yang vital dan kerusakan padang
lamun yang sudah cukup parah , maka upaya restorasinya perlu dilakukan.
Beberapa metode restorasi yang pernah dilakukan, diantaranya restorasi
secara vegetatif yaitu dengan cara transplantasi yang pernah dilakukan oleh
Addy tahun 1947 pada lamun jenis Zostera marina dan metode secara generatif
yaitu dengan cara pembibitan (seeding) (Azkab, 1999). Metode transplantasi
merupakan salah satu cara untuk memperbaiki atau mengembalikan habitat
yang telah mengalami kerusakan. Akan tetapi, penyediaan lamun yang akan
2
ditransplantasi dalam jumlah besar merupakan salah satu kendala dalam
rehabilitasi habitat padang lamun. Selain itu, penggunaan metode transplantasi
secara terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan pada daerah
pengambilan lamun yang akan ditransplan sehingga metode transplantasi
dianggap kurang tepat untuk restorasi lamun dalam skala besar. Restorasi lamun
dengan menggunakan metode pembibitan (seeding) sudah pernah dilakukan
Thorhaug pada tahun 1974 tetapi hanya terbatas pada jenis Thalassia saja,
dengan tingkat keberhasilan yang kecil (Azkab, 1999).
Kenyataan bahwa tidak selamanya lokasi pengambilan bibit lamun berada
dekat dengan lokasi pembibitan/lokasi restorasi, membuka kemungkinan adanya
selang waktu antara pengambilan buah dan waktu penanaman/pembibitan biji.
Selang waktu ini dapat menjadi aspek penting dalam penentuan kualitas biji yang
akan disemai.
Kemampuan buah/biji untuk bertahan selama masa penyimpanan sangat
tergantung pada kerja bakteri/jamur yang menyebabkan pembusukan. Laju
pembusukan oleh bakteri/jamur sangat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu di
bawah suhu kamar, kerja mikroba terhambat. Namun penyimpanan pada suhu
yang rendah dalam waktu yang lama juga akan menyebabkan kerusakan.
Lamun seperti halnya tanaman mangrove adalah tumbuhan viviparous
yang berarti bijinya berkecambah saat masih menempel di tumbuhan induknya.
Selama masa germinasi (waktu dimana biji mulai berkecambah), biji hanya
memanfaatkan cadangan makanan dari kandung lembaga sebagai sumber
energi untuk tumbuh. Selama masa germinasi pula, biji/semaian sangat rentan
terhadap infeksi mikroba dan penyakit yang akan berakibat pada pembusukan
dan matinya tunas/semaian. Hal ini menyebabkan masa penyimpanan menjadi
salah satu hal yang menentukan keberhasilan pembibitannya.
3
Penelitian ini akan difokuskan pada lamun Enhalus acoroides. Dalam
penelitian ini, biji yang masih berada di dalam buah Enhalus acoroides akan
disimpan di dalam refrigerator (mewakili suhu rendah) dan ruangan terbuka
(suhu kamar). Penyimpanan dilakukan dalam waktu tertentu sebelum dilakukan
penanaman.
B. Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu pada
pertumbuhan biji lamun Enhalus acoroides yang disimpan dalam refrigerator dan
suhu kamar untuk waktu yang berbeda. Diharapkan penelitian ini memberikan
informasi tambahan mengenai metode terbaik untuk penyimpanan dan
pembibitan biji lamun Enhalus acoroides.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi perbedaan suhu kamar 27ºC-30ºC
dan suhu refrigerator sekitar 1ºC-10ºC. Lama penyimpanan buah adalah 2, 5, 8
dan 11 hari. Parameter yang diukur adalah survival rate, pertumbuhan meliputi
jumlah daun, panjang daun dan lebar daun. Parameter kualitas air yang diukur
meliputi suhu, salinitas, kandungan nitrat dan fosfat.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Lamun
Lamun (Seagrass) adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya
menyesuaikan diri untuk hidup di bawah permukaan laut. Lamun tumbuh subur
terutama di daerah terbuka pasang surut, perairan pantai yang dasarnya berupa
lumpur, pasir, kerikil dan patahan karang mati, dengan kedalaman sampai 4
meter. Dalam perairan yang sangat jernih, beberapa jenis lamun bahkan
ditemukan tumbuh di kedalaman 8-40m (Dahuri, 2003).
Menurut Philips & Menez (1983), ekosistem lamun merupakan salah satu
ekosistem bahari yang produktif dengan peranan yang penting dalam menunjang
kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal. Sebagai produsen
primer, lamun memiliki produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan
produsen primer diekosistem lainnya yang ada di laut dangkal. Daerah padang
lamun juga menjadi daerah mencari makan, daerah asuhan, daerah
perlindungan dan daerah pemijahan bagi biota laut lainnya. Selain itu, lamun
dapat pula dijadikan tempat menempel berbagai jenis makrozoobentos seperti
epifiton. Rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen
sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan. Daunnya yang
lebat dapat memperlambat laju air yang disebabkan oleh arus dan ombak,
sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Lamun juga memegang peranan
penting dalam pendauran ulang berbagai zat hara.
Terdapat 60 jenis lamun di dunia yang telah diidentifikasi yang berasal dari
13 genera, 5 familia dan 2 ordo. Dua belas jenis (dari 2 familia, yaitu
Hydrocharitacea dan Cymodoceaceae) dapat ditemukan di Indonesia (Green and
Short, 2003 and Tomascik et al., 1997). Salah satu lamun dengan sebaran luas
5
hampir di seluruh perairan di Indonesia adalah Enhalus acoroides (den Hartog,
1970).
B. Biologi dan Ekologi Enhalus acoroides
Enhalus acoroides mempunyai ukuran yang paling besar dibandingkan
dengan jenis yang lainnya (den Hartog, 1970). Akar dan rimpang terbenam
dalam substrat. Rimpangnya berdiameter 13,5-17,20mm yang tertutup rapat
dengan rambut-rambut yang kaku dan keras (Kiswara, 1992). Akar berbentuk
seperti tali, berjumlah banyak dan tidak bercabang, panjangnya antara 18,5-
157,65mm dan diameternya antara 3,00-5,00mm (Kiswara,1992). Bentuk daun
Enhalus acoroides seperti sabuk dengan tepi rata dan ujungnya tumpul,
panjangnya berkisar antara 65,0–160,0cm dan lebar antara 1,2–2,0 cm (den
Hartog, 1970).
Di rataan terumbu Pulau Pari, Enhalus acoroides tumbuh pada dasar
lumpur, pasir dan pasir pecahan karang yang selalu tergenang air. Tumbuhnya
berpencar dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas beberapa individu
atau kumpulan individu. Walaupun cenderung untuk selalu membentuk vegetasi
murni, terdapat juga jenis lain yang berasosiasi seperti Halophila ovalis,
Cymodocea serrulata, C. rotundata, Thalassia hemprichii dan Syringodium.
isoetifolium (den Hartog, 1970). Di rataan terumbu Pulau Pari, E. acoroides
ditemukan dalam kelompok murni atau bersama-sama dengan T. hemprichii dan
H. ovalis (Kiswara, 1992). Menurut den Hartog (1970) Enhalus acoroides dapat
dikelompokkan ke dalam taksa sebagai berikut:
Divisio: Angiospermae
Classis: Liliopsida
Ordo: Hydrocharitales
Familia: Hydrocharitaceae
Genus: Enhalus
Species: Enhalus acoroides
6
Gambar 1. Habitus Enhalus acoroides yang memperlihatkan bagian-bagian tumbuhan
C. Reproduksi Enhalus acoroides
Menurut den Hartog and Kuo (2006), Enhalus acoroides adalah tumbuhan
berumah dua (dioecious) dan mampu bereproduksi secara seksual dan aseksual.
Enhalus acoroides dilaporkan berbunga sepanjang tahun (den Hartog, 1970).
Reproduksi seksual terjadi di kolom air (hydrophilous pollination). Serbuk sari
dilepaskan ke kolom air untuk kemudian disebar oleh arus. Proses penyerbukan
tersebut dikontrol oleh pasang surut (King, 1981). Reproduksi secara seksual
umumnya terjadi pada saat lamun menempati habitat yang baru. Penyebaran
horizontal selanjutnya lebih banyak terjadi secara vegetatif.
D. Penyimpanan Bibit/Biji
Penyimpanan buah perlu dilakukan karena jarak antara lokasi pengambilan
bibit lamun dengan lokasi pembibitan tidak selalu berdekatan. Perbedaan waktu
antara pengambilan dan penanaman biji lamun bisa bervariasi, dari hanya
berselang kurang dari satu jam hingga sampai hitungan hari. Selain itu, bila
upaya restorasi dalam skala besar menjadi keharusan untuk mengembalikan
Bristle
Buah
Daun
Akar
Tangkai buah
7
fungsi ekosistem mangrove di suatu daerah, maka ketersediaan bibit lamun
dalam skala besar akan sangat diperlukan.
Salah satu cara untuk menjaga barang organik agar tetap segar dan tidak
mudah busuk adalah dengan menyimpannya pada suhu rendah. Penyimpanan
pada suhu rendah diperlukan untuk mengurangi laju penuaan akibat adanya
pematangan dan pelunakan tekstur serta untuk mengurangi kerusakan akibat
aktifitas mikroba (Muchtadi dan Sugiono, 1992). Penyimpanan dalam refrigerator
dengan suhu yang lebih rendah dari suhu kamar diharapkan dapat menahan laju
pembusukan. Beberapa jenis tanaman yang bibitnya tetap tumbuh meskipun
telah disimpan selama beberapa hari pada suhu rendah, diantaranya adalah
Kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan Cendana (Santalum album). Kaliandra
masih dapat tumbuh setelah disimpan selama 2,5 tahun pada suhu 4ºC. Buah
dari Rhizophora apiculata yang bijinya telah bergerminasi, masih mampu tumbuh
setelah disimpan selama 4 minggu dalam ruangan ber-AC (Anonim, 2011).
Kemampuan beberapa tanaman untuk tumbuh setelah disimpan dalam suhu
yang lebih rendah dari suhu kamar selama beberapa minggu menjadi dasar
acuan dalam penelitian ini.
E. Parameter Pertumbuhan Enhalus acoroides
1. Salinitas
Salinitas adalah total konsentrasi ion-ion terlarut yang terdapat di perairan
yang dinyatakan dalam satuan per thousand (‰). Nilai salinitas perairan tawar
biasanya kurang dari 0,5‰, perairan payau antara 0,5‰ dan 30‰, dan perairan
laut 30‰–40‰ (Effendi, 1978). Nilai salinitas di daerah pesisir sangat dipenga-
ruhi oleh masukan air tawar dari sungai.
Walaupun toleransi lamun terhadap salinitas berbeda-beda tergantung
jenisnya, sebagian besar memiliki kisaran yang besar yaitu 10-40‰ dengan nilai
8
optimum 35‰ (Hutomo, 1999). Penurunan salinitas akan menurunkan kemam-
puan fotosintesis (Dahuri, 2001).
2. Suhu
Perubahan suhu lingkungan dapat memengaruhi metabolisme, penyerapan
unsur hara dan kelangsungan hidup lamun. Pada kisaran suhu 25–30°C,
fotosintesis akan meningkat dengan meningkatnya suhu, demikian pula dengan
respirasi (Hutomo, 1999).
Menurut Nontji (1993), pengaruh suhu terhadap sifat fisiologis organisme
perairan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi fotosintesis. Suhu rata-
rata untuk pertumbuhan lamun berkisar antara 24-27oC. Suhu air di bagian
pantai biasanya sedikit lebih tinggi daripada yang berada di lepas pantai. Suhu
air permukaan di perairan nusantara umumnya berada dalam kisaran 28-30°C,
sedangkan pada lokasi yang sering mengalami kenaikan air (upwelling) seperti
Laut Banda, suhu permukaan bisa turun ke 25oC.
3. Nitrat
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan
merupakan nutrien bagi pertumbuhan lamun. Nitrat sangat mudah larut dalam air
dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna
senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi
ammonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus
nitrogen.
Nitrat dapat digunakan untuk mengelompokkan tingkat kesuburan perairan.
Perairan oligotrofik memiliki kadar nitrat antara 0–5 mg/L, perairan mesotrofik
dengan kadar antara 1–5mg/L, dan perairan eutrofik dengan kadar nitrat berkisar
antara 5–50 mg/L (Effendi, 1978).
9
F. Metode Pembibitan Biji Lamun
Biji biasanya dikoleksi dari buah yang sudah tua. Untuk memanennya,
buah dipotong dari tangkainya dan dipecah dengan hati-hati. Biji/benih
sebaiknya segera ditanam, baik itu langsung di lokasi restorasi atau di
laboratorium dengan kondisi selalu tersiram oleh air laut yang mengalir
(Thorhaug, 1974).
Menurut McMillan (1981) dan Phillips (1960), ada empat jenis lamun yang
telah terdokumentasi memproduksi semaian dari biji atau benih. Keempat jenis
itu adalah Thalassia testudinum, Halodule wrightii, Syringodium filiforme dan
Ruppia maritima. Meskipun begitu, hanya Thalassia dan Ruppia saja yang
dinyatakan memiliki biji yang cukup bila ditinjau dari sisi kuantitatif untuk
keperluan restorasi (Durako & Moffler 1981; Lewis & Phillips 1980). Thalassia
mempunyai biji yang berkecambah. McMillan (1981) telah mengoleksi biji yang
berkecambah dari Halodule dan Syringodium dari pulau-pulau kecil di Florida,
tetapi jumlahnya tidak mencukupi untuk melakukan restorasi dalam skala besar.
Biji Thalassia dengan skala luas dapat tersedia untuk daerah Selatan Florida
(Lewis & Phillips, 1980).
Pembenihan secara langsung dengan benih Thalassia telah dilakukan oleh
Thorhaug (1974). Penanaman langsung dari biji yang dikoleksi telah dilakukan di
Teluk Biscayne dan pulau-pulau kecil di Florida dalam skala besar (Lewis et al.
1982), tetapi kurang sukses. Untuk jenis Ruppia maritima, sampai saat ini belum
ada laporan yang menggunakan biji untuk restorasi. Menurut Thorhaug (1974),
sampai saat ini pengetahuan mengenai teknik pembenihan lamun masih sangat
sedikit, sehingga penanaman dengan biji tidak direkomendaskan untuk
penanaman lamun. Hal lain yang menjadi alasan adalah, ukuran biji atau benih
yang sangat kecil sehingga mudah terbawa air. Selain itu, kecepatan
perkecambahan dan pertumbuhannya biasanya sangat rendah.
10
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama dua bulan dimulai pada bulan November
2012 hingga Januari 2013, bertempat di Laboratorium Biologi Laut, Jurusan Ilmu
Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Pengambilan biji lamun dan media substrat penanaman dilakukan di
perairan Pulau Barranglompo Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Pulau
Barranglompo terletak sekitar 12 kilometer sebelah barat Kota Makassar dan
berada di kawasan Kepulauan Spermonde.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada saat pengambilan substrat berupa pasir laut di
lapangan, yaitu skop dan kemudian substrat yang diperoleh dimasukkan
kedalam karung. Beberapa peralatan yang digunakan pada pengambilan buah
lamun di lapangan, yaitu kantong sampel untuk menyimpan buah lamun. Untuk
penyemaian biji lamun di laboratoium, digunakan wadah (botol aqua 330ml)
untuk menyimpan media tumbuh, akuarium dengan sistem resirkulasi sebagai
tempat penyemaian, mistar untuk mengukur pertumbuhan lamun,
handrefractometer untuk mengukur salinitas air dan thermometer air raksa untuk
mengukur suhu ruangan, suhu refrigerator dan suhu air di dalam akuarium.
Refrigerator digunakan untuk menyimpan buah lamun pada suhu 1°C -10°C
sebelum ditanam. Gunting digunakan untuk memotong wadah dan besi pelubang
digunakan untuk melubangi wadah.
11
C. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Tahap ini meliputi studi literatur untuk membantu dalam proses
penyusunan metode penelitian, konsultasi dengan pembimbing, survei awal
kondisi lamun di lapangan untuk mengetahui lokasi pengambilan sampel, serta
mempersiapkan alat-alat yang digunakan selama penelitian di lapangan dan
laboratorium.
2. Persiapan Akuarium Sebagai Tempat Penyimpanan Media Tumbuh
Akuarium sebanyak tujuh buah dibersihkan dengan menggunakan air
tawar. Akuarium kemudian diisi dengan air laut yang tersirkulasi dengan volume
air dalam 1 akuarium sebanyak 34 liter. Ukuran akuarium 39cm x 29cm x 35cm
(Lampiran 11).
3. Persiapan Media Tumbuh dan Substrat Untuk Pembibitan Biji Lamun Enhalus acoroides.
Media tumbuh disiapkan (botol aqua 330ml) sebanyak 192 buah. Bagian
atas botol tersebut dipotong menggunakan pisau atau gunting, kemudian di
lubangi setiap sisi botol menggunakan besi berdiameter 1mm. Substrat yang
diambil dari lapangan kemudian dibersihkan dengan menggunakan air tawar
untuk menghilangkan organik yang masih tertinggal dalam sedimen, lalu dijemur
di bawah sinar matahari. Wadah berupa botol aqua yang telah disiapkan,
kemudian dibersihkan, lalu diisi dengan substrat yang telah kering. Wadah
kemudian diletakkan di dalam akuarium yang airnya terganti 100% setiap 30
menit.
4. Pengambilan Buah Lamun Enhalus acoroides.
Buah lamun yang sudah matang dipetik sebanyak 32 buah, kemudian
dibersihkan dengan menggunakan air laut agar pasir yang menempel pada buah
lamun hilang. Lamun yang telah bersih dimasukkan ke dalam kantong sampel
12
kemudian dibawa ke Laboratorium Biologi Laut. Buah lamun kemudian dibagi ke
dalam 2 kelompok berdasarkan tempat penyimpanan. Satu kelompok disimpan
di dalam refrigerator bersuhu 1°C-10°C dan kelompok lainnya disimpan di
ruangan laboratorium dengan suhu rata-rata 27°C -30°C (suhu kamar).
Gambar 2. Buah dan biji lamun Enhalus acoroides yang masih segar
5. Penandaan Biji Lamun
Setiap wadah penanaman diberi label dengan kode nama, lama
penyimpanan dan suhu penyimpanan yang berbeda. Untuk lama penyimpanan
digunakan kode angka 2, 5, 8, dan 11 yang melambangkan lamanya
penyimpanan dalam hari. Untuk pelabelan suhu penyimpanan, digunakan kode
huruf refrigerator (R) dan suhu kamar (K). Biji lamun menggunakan kode B1-B24
(Lampiran 7).
6. Penanaman Biji Lamun Enhalus acoroides di Media Tumbuh.
Buah lamun yang disimpan dalam refrigerator dan pada suhu ruangan
dikeluarkan berdasarkan lama waktu penyimpanan (2, 5, 8, dan 11 hari). Biji
lamun kemudian dilepas dari buahnya, lalu dari masing-masing kelompok diambil
biji yang ukuranya hampir sama. Biji yang memiliki diameter yang hampir sama
13
kemudian ditanam pada media yang telah disiapkan. Untuk penanaman biji
lamun dilakukan secara bertahap sesuai dengan lama penyimpanan buah.
7. Pengukuran Pertumbuhan Bibit Lamun Enhalus acoroides
Setiap dua hari selama dua bulan, pertumbuhan semaian lamun diukur.
Pengukuran pertumbuhan semaian lamun meliputi jumlah daun, lebar dan
panjang daun. Pengukuran panjang dan lebar daun dilakukan dengan menggu-
nakan mistar 30cm.
D. Pengukuran Parameter Kualitas Air.
1. Salinitas
Untuk mengukur salinitas air, satu tetes air diambil dari akuarium pembibit-
an, lalu diteteskan pada kaca Handrefractometer. Dengan bantuan cahaya,
penunjukan salinitas sampel air laut lalu dibaca.
2. Suhu
Thermometer air raksa digunakan dalam mengukur suhu air. Ujung
Thermometer dicelupkan ke dalam akuarium pembibitan selama beberapa menit.
Nilai penunjukan air raksa kemudian dicatat.
3. Nitrat
Sebanyak 300ml air diambil dari dalam akuarium pembibitan, kemudian
disaring dengan menggunakan kertas whatman 0,45μm. Air yang telah disaring
kemudian diambil dengan menggunakan pipet sebanyak 5ml, lalu dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan larutan
burcin sebanyak 0,5ml lalu diguncang agar tercampur rata. Ke dalamnya
kemudian ditambahkan 5ml asam sulfat pekat lalu diguncang kembali. Tabung
reaksi kemudian didiamkan hingga dingin. Kadar nitrat yang terkandung dalam
air kemudian diukur dengan mengunakan spektofotometer DREL 2800 dalam
satuan mg/L pada panjang gelombang 420nm. Kandungan nitrat yang tertera
14
pada layar spektofotometer DREL 2800 kemudian dicatat. Larutan blanko dibuat
dari aquades sebanyak 5ml.
4. Fosfat
Sebanyak 25-50ml air sampel dari akuarium pembibitan disaring dengan
menggunakan kertas saring whatman 0,45μm atau yang setara. Air sampel yang
telah disaring diambil 2ml dengan menggunakan pipet kemudian dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Kedalamnya kemudian ditambahkan larutan H3BO3 1%
sebanyak 2ml lalu diaduk. Kemudian ditambahkan larutan pengoksida phosphat
(campuran antara asam sulfat 2,5 M, asam ascorbic & ammonium molybdate)
sebanyak 3ml lalu diaduk, kemudian didiamkan selama 1 jam agar terjadi reaksi
yang sempurna. Kadar fosfat yang terkandung dalam air kemudian diukur
dengan menggunakan spektrofotometer DREL 2800 dalam satuan mg/L pada
panjang gelombang 420nm. Kandungan fosfat yang tertera pada layar
spektofotometer DREL 2800 kemudian dicatat.
E. Pengolahan Data
Pertumbuhan daun lamun dilihat dengan mengukur panjang daun dari
pangkal daun sampai pada ujung daun menggunakan mistar berskala 1mm.
Merujuk Supriadi et al (2006), laju pertumbuhan daun lamun dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
P : Laju pertumbuhan (panjang dan lebar) daun lamun (mm)
Lt : Panjang dan lebar akhir daun lamun (mm)
Lo : Panjang dan lebar awal daun lamun (mm)
: Lama atau waktu pengamatan (hari)
Survival rate lamun dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie, 1978):
15
SR = Nt
x 100% No
Keterangan
SR = Survival rate
Nt = jumlah biji lamun yang masih tumbuh pada akhir penelitian
No = jumlah biji lamun yang ditanam
F. Analisis Data
Untuk membandingkan pertumbuhan semaian (ukuran tegakan) di
laboratorium dengan perlakuan lama penyimpanan biji dan suhu penyimpanan,
digunakan analisis varians two-way ANOVA. Data kualitas air selanjutnya akan
digunakan untuk menunjang hasil analisis yang didapatkan.
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan Semaian Lamun Enhalus acoroides
1. Pertumbuhan Panjang Daun Lamun Enhalus acoroides pada Lama Penyimpanan dan Suhu yang Berbeda.
Pertumbuhan panjang daun semaian lamun Enhalus acoroides ditemukan
berbeda, tergantung suhu dan lama penyimpanannya. Biji yang berasal dari
buah yang disimpan pada suhu kamar tumbuh lebih baik dibandingkan dengan
biji yang berasal dari buah yang disimpan dalam refrigerator (Gambar 3).
Gambar 3. Rata-rata laju pertumbuhan panjang daun lamun Enhalus acoroides yang disimpan pada suhu berbeda
Hal sama terlihat pada laju pertumbuhan panjang daun semaian Enhalus
acoroides (Gambar 3). Laju pertumbuhan daun yang lebih tinggi ditemukan pada
semaian yang berasal dari biji yang disimpan pada suhu kamar dibandingkan
dengan semaian yang berasal dari biji yang disimpan pada suhu refrigerator
(Gambar 3).
Rata-rata pertambahan panjang daun lamun Enhalus acoroides yang
disimpan pada suhu kamar dengan lama penyimpanan 2 hari yaitu ±
17
2,49mm/hari, lama penyimpanan 5 hari yaitu ± 2,08mm/hari, lama penyimpanan
8 hari yaitu ± 0,40mm/hari dan lama penyimpanan 11 hari yaitu ± 0,08mm/hari.
Sedangkan rata-rata pertambahan panjang daun lamun Enhalus acoroides yang
disimpan pada suhu refrigerator dengan lama penyimpanan 2 hari yaitu ± 1, 86
mm/hari, lama penyimpanan 5 hari yaitu ± 0,01mm/hari. Lama penyimpanan 8
dan 11 hari, tidak lagi menghasilkan biji yang tumbuh menjadi semaian. Hasil ini
menunjukkan bahwa suhu refrigerator (1°C-10°C) justru menghambat dan
bahkan merusak biji lamun sehingga tidak dapat lagi tumbuh dan menjadi
semaian.
Gambar 4. Pola pertumbuhan panjang daun lamun Enhalus acoroides
Hal ini tidak sejalan dengan hasil yang didapatkan sebelumnya pada
semaian mangrove yang mampu bertahan pada penyimpanan bersuhu rendah
(ruangan ber-AC). Seperti halnya mangrove, biji lamun E. acoroides telah
bergerminasi saat masih berada di dalam buah. Biji bergerminasi dengan
memanfaatkan cadangan makanan dari kandung lembaga sebagai sumber
energi untuk tumbuh. Buah (yang di dalamnya terkandung biji) yang disimpan
pada suhu rendah akan memengaruhi kualitasnya, karena kadar air dari biji akan
sangat berkurang bila disimpan pada suhu rendah (1°C-10°C). Kadar air menjadi
18
salah satu faktor penentu suksesnya biji untuk berkecambah. Berkurangnya
kadar air dalam biji akan menyebabkan biji dehidrasi dan akhirnya akan
menurunkan kemampuannya untuk tumbuh.
Hasil uji statistic two-way ANOVA juga membuktikan bahwa biji lamun E.
acoroides yang telah berkecambah dan disimpan pada suhu dan lama
penyimpanan yang berbeda, hasilnya berbeda nyata (p<0,05) (Lampiran 2).
Suhu dan lama penyimpanan buah lamun Enhalus acoroides sangat
berpengaruh pada pertumbuhan panjang daun lamun. Semaian buah lamun
lebih banyak tumbuh pada suhu kamar pada panyimpanan 2 dan 5 hari
dibandingkan pada suhu refrigerator.
Kualitas air tetap terjaga selama penelitian sehingga dianggap tidak
berpengaruh nyata terhadap hasil yang dicapai. Parameter pendukung dalam
pertumbuhan lamun adalah suhu, salinitas, nitrat dan fosfat. Kisaran suhu
akuarium adalah 27ºC–29ºC (Lampiran 8) . Dari pengukuran faktor fisika dan
kimianya dapat disimpulkan bahwa suhu air pada akuarium yang berbeda masih
relatif stabil dan masih dalam kondisi suhu optimal. Ditambahkan lagi, kisaran
suhu untuk pertumbuhan lamun adalah 28ºC–30ºC (Nontji, 1993).
Rata-rata pengukuran salinitas air akuarium selama penelitian berlangsung
adalah 30-31‰ (Lampiran 8). Hal ini berarti bahwa salinitasnya masih memenuhi
syarat untuk pertumbuhan lamun. Hutomo (1999) menjelaskan bahwa lamun
memiliki kemampuan toleransi yang berbeda terhadap salinitas, namun sebagian
besar memiliki kisaran yang lebar yaitu 10-40‰.
Pengukuran kadar nitrat di kolom air selama 3 kali pengukuran tergolong
tinggi. Kadar nitrat air berkisar antara 1,99mg/L-3,19mg/L. Kadar nitrat pada
penelitian ini tergolong baik untuk pertumbuhan lamun (Boyd, 1989). Kadar
fosfat air pada saat penelitian berkisar antara 1,47mg/L-1,69mg/L. Kisaran kadar
fosfat air di akuarium masih tergolong baik (Boyd, 1989).
19
2. Lebar Daun Lamun Enhalus acoroides
Pertambahan rata-rata lebar daun lamun Enhalus acoroides yang
disemaikan pada suhu dan lama penyimpanan yang berbeda (Gambar 5).
Gambar 5. Rata-rata laju pertumbuhan lebar daun lamun Enhalus acoroides yang disimpan pada suhu yang berbeda
Uji two-way ANOVA terhadap laju pertambahan lebar daun semaian lamun
E. acoroides yang bijinya berasal dari buah yang disimpan pada suhu kamar dan
refrigerator terhadap lama penyimpanan yang berbeda menunjukkan perbedaan
yang nyata (p<0,05) (Lampiran 3). Rata-rata pertambahan lebar daun lamun
Enhalus acoroides yang disimpan pada suhu kamar dengan lama penyimpanan
2 dan 5 hari sama yaitu ± 0,09 mm, penyimpanan 8 hari ± 0,04mm dan
penyimpanan 11 hari ± 0,01 mm (Gambar 5). Sedangkan rata-rata pertambahan
lebar daun dari buah yang disimpan pada suhu refrigerator adalah ± 0,08mm
pada penyimpanan 2 hari, sedangkan pada penyimpanan 5 hari sampai dengan
11 hari tidak terjadi pertambahan. Pertambahan lebar daun pada penyimpanan
suhu kamar lebih besar dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu
refrigerator. Sehingga penyimpanan buah lamun Enhalus acoroides untuk
pembibitan lebih cocok pada suhu kamar.
20
3. Jumlah Daun Lamun Enhalus acoroides
Rata-rata jumlah daun dari buah lamun yang disimpan pada suhu kamar
untuk lama penyimpanan 2 hari sama dengan semaian yang disimpan di
refrigerator (2-5 helai daun). Perbedaan tampak pada penyimpanan lima hari.
Pada semaian dari biji yang disimpan pada suhu kamar, jumlah daunnya 2-5
helai, sedangkan penyimpanan pada refrigerator jumlah daun hanya 2-3 helai
saja. Jumlah daun untuk penyimpanan 8 dan 11 hari pada suhu kamar adalah 1-
4 helai. Pada penyimpanan refrigerator dengan lama penyimpanan 8 dan 11 hari,
tidak terdapat jumlah daun dikarenakan biji lamun Enhalus acoroides yang
ditanam tidak tumbuh (Lampiran 1).
Suhu dan lama penyimpanan sangat memengaruhi pertumbuhan semaian
lamun. Penyimpanan buah E. acoroides pada suhu kamar dapat mempertahan-
kan kemampuan tumbuh biji. Bila disimpan pada suhu refrigerator, daya tumbuh
akan berkurang setelah disimpan selama lima hari dan akhirnya tidak akan
tumbuh bila disimpan lebih lama.
B. Survival Rate
Tingkat kelangsungan hidup (survival rate) semaian lamun E. acoroides
sangat bergantung pada suhu penyimpanan buah lamun dan lama waktu
penyimpanannya.
21
Gambar 6. Survival rate (%) yang buahnya disimpan pada kondisi suhu dan lama penyimpanan yang berbeda
Dari 96 biji yang disimpan untuk masing-masing perlakuan suhu, hanya 25
benih (26,05%) yang disimpan di refrigerator dan 67 benih (69,8%) yang
disimpan pada suhu kamar, yang masih mampu tumbuh. Semakin lama biji
lamun disimpan, availabilitasnya untuk tumbuh semakin kecil (Gambar 6,
Lampiran 6). Hal ini dapat dimengerti, karena biji E. acoroides tidak termasuk ke
dalam kelompok biji yang mengalami dormansi. Biji lamun jenis ini telah
bergerminasi saat masih berada di dalam buah atau dikenal sebagai tumbuhan
viviparous, sehingga yang disimpan sebenarnya adalah benih yang sudah
bergerminasi.
Benih yang sedang bergerminasi membutuhkan air yang cukup untuk
menjamin berlangsungnya metabolisme yang dibutuhkan untuk tumbuh.
Membiarkannya disimpan dengan kondisi tetap berada di dalam perlindungan
kulit buah ternyata tidak cukup untuk menjaga agar benih tetap dalam kondisi
baik. Hal ini dapat dilihat pada warna biji setelah disimpan beberapa waktu di
dalam refrigerator. Biji yang tadinya hijau licin (Gambar 2) berubah menjadi kisut
kehitaman (Gambar 7A).
22
Gambar 7. (A) kondisi buah/biji yang disimpan pada suhu refrigerator, (B) kondisi buah/biji yang dismpan pada suhu kamar
C. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Pertumbuhan Lamun Enhalus acoroides
Kondisi buah yang disimpan pada suhu kamar lebih segar jika
dibandingkan dengan buah yang disimpan pada suhu refrigerator, walaupun kulit
buah yang disimpan pada suhu kamar ditumbuhi jamur. Akan tetapi, biji yang
berada di dalamnya tidak rusak (Gambar 7).
Gambar 8. Selaput bening menempel pada biji lamu Enhalus acoroides
Semakin lama buah disimpan akan mempengaruhi kualitas buah/biji itu
sendiri. Hal ini dibuktikan dengan adanya selaput berwarna bening menyerupai
jel yang menempel pada biji. Biji yang disimpan di dalam refrigerator setelah
beberapa hari penanaman muncul selaput seperti jel (Gambar 8). Hal ini mungkin
disebabkan karena perbedaan suhu penyimpanan biji (refrigerator) dengan suhu
pada saat ditanam (air di dalam akuarium), sehingga biji harus beradaptasi untuk
tetap tumbuh.
23
Gambar 9. (A) Biji yang mati dan terapung di atas permukaan air, (B) Biji yang mati di akhir penelitian
Pada akhir penelitian, kondisi biji yang sudah mati beberapa diantaranya
menghitam dan kemudian hancur. Biji yang telah mati tersebut biasanya
ditemukan terapung di permukaan air.
A B
24
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa suhu dan lama
penyimpanan buah lamun Enhalus acoroides sangat memengaruhi pertumbuhan
lamun. Biji yang berada di dalam buah lamun Enhalus acoroides yang disimpan
hingga lima hari pada suhu kamar, masih dapat tumbuh dengan baik.
B. Saran
Perbedaan suhu yang dilakukan pada penelitian ini sangat ekstrim (1oC
dan 30oC). Perlu dilakukan upaya penyimpanan dengan menggunakan suhu
yang mampu mengurangi laju pertumbuhan jamur, namun tidak menyebabkan
buah/biji mengalami dehidrasi yang terlalu besar. Di aspek lain, perlu dilakukan
penelitian lanjutan untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidupnya di
lapangan, untuk membandingkan hasil antara semaian yang disimpan dalam
suhu refrigerator dan suhu ruangan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Azkab, M.H., 1988. Pertumbuhan dan Produksi Lamun Enhalus acroides Dirataan Terumbu Pari Pulau Seribu. Dalam : P3O-LIPI, Teluk Jakarta : Biologi, Budidaya, Oseanografi, Geologi, dan Perairan. Balai Penelitian Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi-LIPI, Jakarta.
Azkab, M.H., 1999. Petunjuk Penanaman Laut. Oseana, Volume XXIV, Nomor 3:11-25
Anonim, 2011. Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid 2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor-indonesia.
Boudouresque, C. F., G. Bernard, G Pergent, A. Shili, and M. Verlaque. 2009. Regression of Mediterranian seagrasses caused by natural processes and anthropogenic disturbances and stress: a critical review. Botanica Marina 52:391-418.
Boyd, C.E. 1989. Water quality Management in Ponds for Aquaculture Albama. Agriculture Experiment Statiun Auburn. Universitas Albama. USA.
Dahuri, R., 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Dahuri, R., 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Den Hartog, C. dan Kuo, J. 2006. Seagrasses Morphology, Anatomy, and Ultrastructur. In :Larkum, A. W. , Orth R.J. and Duarte, C. M. (Eds), Seagrasses: Biology, Ecology and Conservation. Springer, The Netherlands, pp 51-87.
Den Hartog, C. (1970). "Seagrasses of the World" North Holland Publishing c o. , Amsterdam, London pp. 272 .
Durako, M.J. and M.D. Moffler 1981. Variation in Thalassia testudinum seedling growth related to geographic origin. In: Proc.8th Ann.Conf. Wetlands Restoration and Creation. (R.H. Stovall, ed.). Hillsbrough Community Colege, Tampa, Florida, p.132-154
Effendi, H., 1978. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumberdaya Hayati dan Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogyakarta. Kanisius.
Green, E. P., and Short,F.T 2003. World Atlas of seagrass.Universitu of California Press, Barkele, USA, 286 pp.
Hemminga, M.A and Duarte, C.M 2000.Seagrass Ecology: An Introduction. Cambridge University Press, Combridge, 298 pp.
Hutomo, M. 1999. Proses Peningkatan Nutrient Mempengaruhi Kelangsungan Hidup Lamun. LIPI.
26
King, R.J. 1981. Marine Angiosperms: Seagrass. In Clayton, M.C and King, R.J. Marine Botany. An Australasian Perspective. Logman-Cheshire, Melbourne.
Kiswara, W. 1992. Vegetasi Lamun (Seagrass) di Rataan Terimbu Pulau Pari, Pulau-Pulau Seribu, Jakarta. Oseanologi di Indonesia 25:31-49
Kiswara, W. 1992. Community Structure and Biomass Distribution of Seagrass at Banten Bay, West Java, Indonesia
Lewis, R.R., R.C. Phillips 1980. Occurance of seeds and seedlings of Thalassia testudinium Banks ex Koning in The Florida Keys (USA). Aquat.Bot. 9:377-380.
Lewis, R.R., R.C. Phillips. D.J. Adamek and J.C. Cato 1982. Final report, seagrass revegetation studies in Monroe Country. Florida Oept. of Transportation. Tahllassae, Florida, 95p.
McMillan, C 1981. Seed reserves and seed germination fot two seagrass, Halodule wrightii and Syringodium filiforme, from the western Atlantik. Aquat ,Bot, 11: 279-296
Menez, E.G.,R.C. Phillips danH.P.Calumpong. 1983. Sea Grass from the Philippines. Smithsonian Cont. Mar. Sci. 21. Smithsonian Inst. Press, Washington.
Muchtadi, T.R. dan Sugiono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Odum, E. p., 1997. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada Uniiversitas Press. Jogjakarta.
Phillips, R. C. 1960. Observation on the ecology and distribition of the florida seagrasses. Prof.Pap.Ser.No.2.St.Bd.consery.Mar.Res.Lab.st.Petersburg, Florida, 72p
Supriadi, 2003. Produktivitas Lamun Enhalus acoroides(Linn. F) Royle dan Thalassia hemprichii (Ehrenb). Ascherson di Pulau Barranglompo Makassar. Tesis. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB.Bogor.
Thomlinson, P.B. 1974. Vegetative morphology and meristem dependence - the Foundation of Productivity in seagrass. Aquaculture 4: 107-130.
Thorhaug, A. and C.B. Austin 1974. Restoration of seagrass with economic analysis. Env. Conserv. 3 (4) : 259-257.
Tomascik, T., Mah, A.J., Nontji, A and Moosa, M.K 1997. The Ecology of The Indonesian Seas Part Two. Periplus Edition. Singapore.
27
Wood, E. J. F. , W.E. Odum and J. C. Zieman. 1969, Influence of the seagrasses on the productivity of coastal lagoons, laguna Costeras. Un Simposio Mem. Simp. Intern. U.N.A.M. - UNESCO, Mexico,D.F., Nov., 1967. pp 495 - 502.