Post on 17-Feb-2016
description
Penelitian : Pengaruh Pelatihan Model Terbimbing dan Mandiri PAUD Terhadap Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran di PAUD
EFFECT OFBASIC TRAINING EARLY CHILDHOOD EDUCATION
ABILITY TO TEACHERS
LESSON PLANIN EARLY CHILDHOOD EDUCATION
(Experimental Study of the district. Alas Teja District. Serang–Banten)
(2015)
YAYA SUNARYO1
1Graduate Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia
Dini (PG PAUD) Universitas Negeri Jakarta; yaya_sunaryo@yahoo.com
Study aimed to obtain empirical data on the effects of early childhood educators basic
training on planning processes in the area of early childhood learning in the district. Alas Teja.
This research was conducted at the Institute of Early Childhood Education in the region of the
Department of Education and Culture Unit district. Alas Teja, Kab. SerangBanten. The method
used is the Experiment. The population in this study were all early childhood educators in the
district area. Alas Teja. The sample in this study is that early childhood educators early
childhood training base in the district. Alas Teja,Kab. Attack classes totaling 38 experimental
and 38 control classes. Samples were taken by using random sampling. Data collection
techniques used is to use a multiple-choice test. The data analysis technique used is to use the t-
test. Based on the results of testing the hypothesis of the obtained price and the price of t = 16
428 table = 1.67, df = 38 value at significance level α = 0.05. of these results is known that
tcount>ttable (16 428> 1.67); means that Ho refused and H1 accepted. Thus the conclusions
obtained are the basic training of early childhood educators have a significant effect on the
ability of Master Plan in early childhood learning. The implication of this study is that training
is one effective way to improve the knowledge and competence of early childhood educators. By
training educators can have a powerful ability provision in their role to prepare learning in
early childhood. In addition to training, early childhood educators can also add capacity and
new skills by reading books or articles on early childhood education. Ability can also be by
following discussions or seminars. Besides the training providers and the government can
support matters related to quality improvement and quality of early childhood educators.
Keywords : Training, Early Childhood Teacher Capabilities, and Plannin for Learning
Penelitian : Pengaruh Pelatihan Model Terbimbing dan Mandiri PAUD Terhadap Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran di PAUD
PENGARUH PELATIHAN MODEL TERBIMBING DAN MANDIRI PAUD TERHADAP KEMAMPUAN GURU
MERENCANAKAN PEMBELAJARAN DI PAUD (Studi Eksperimen Kec. Tunjung Teja Kab. Serang – Banten)
(2015)
YAYA SUNARYO1
1Graduate Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia
Dini (PG PAUD) Universitas Negeri Jakarta; yaya_sunaryo@yahoo.com
ABSTRAK
Yaya Sunaryo. Pengaruh Pelatihan Model terbimbing dan mandiri PAUD Terhadap Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran di PAUD. (Studi Eksperimen Kec. Tunjung Teja Kab.Serang). Skripsi Jakarta: PG PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta, 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empiris tentang pengaruh pelatihan pendidik PAUD terhadap proses merencanakan pembelajaran di PAUD di wilayah Kec. Tunjung Teja. Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga pendidikan Anak Usia Dini di wilayah kerja UPT Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kec. Tunjung Teja, Kab. Serang Banten. Metode penelitian yang digunakan adalah Experimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pendidik PAUD di wilayah Kec.Tunjung Teja. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah pendidik PAUD yang mengikuti pelatihan PAUD di Kec.Tunjung Teja, Kab. Serang yang berjumlah 38 orang kelas eksperimen dan 38 kelas 2ontrol. Sampel diambil dengan menggunakan Random Sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan tes pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis maka diperoleh harga thitung=16.428 dan harga ttabel=1,67, dengan nilai dk=38 pada taraf signifikan α=0,05. Dari hasil tersebut diketahui bahwa thitung>ttabel (16.428>1,67); artinya Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian kesimpulan yang diperoleh adalah pelatihan pendidik PAUD berpengaruh signifikan terhadap Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran di PAUD. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa pelatihan merupakan salah satu cara yang efektif untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan kompetensi parap endidik PAUD. Dengan mengikuti pelatihan pendidik dapat memiliki bekal kemampuan mumpuni dalam menjalankan perannya untuk menyiapkan pembelajaran di PAUD. Kata Kunci : Pelatihan, Kemampuan Guru PAUD, dan Perencanaan
Pembelajaran.
Penelitian : Pengaruh Pelatihan Model Terbimbing dan Mandiri PAUD Terhadap Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran di PAUD
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan fondasi dasar dalam proses perkembangan anak. Akan
seperti apakah anak itu nanti, tergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. Pendidikan
anak di usia dini memiliki peran paling besar dalam pembentukan karakter anak saat dewasa
nanti. Arti penting anak usia dini dilandasi dengan kesadaran bahwa masa anak-anak adalah
masa keemasan ( the golden years) Pada masa usia dini pendidikan menjadi begitu penting,
menurut Bredekamp (1997:97) pendidikan pada masa usia dini ini diakui sebagai periode yang
sangat penting dalam membangun sumber daya manusia, pengembangan kemampuan untuk
berbuat dan belajar pada masa berikutnya. Masa ini merupakan penentu dan peletak dasar
kehidupan manusia.Karena pada masa ini anak belajar kemampuan dan perkembangan dasar,
dimana kemampuan tersebut merupakan modal anak untuk berkembang di tahap perkembangan
selanjutnya.
Santrok, J W (2007:172) menjelaskan pada masa ini otak anak berkembang luar biasa
pesat, yaitu pada saat lahir otak bayi yang baru lahir sekitar 25 % dari berat otak dewasa dan
pada saat usia 2 tahun otak anak sekitar 75% berat otak dewasa. Dari penelitian tersebut dapat
dilihat bahwa kemampuan manusia untuk menyerap berbagai hal, paling baik pada masa usia
dini oleh karena itu masa ini disebut sebagai masa keemasan atau the golden age.
Di Indonesia, pendidikan anak usia dini sudah mulai digalakkan sekitar tahun 1997.
Implementasi dari keseriusan pemerintah untuk mewujudkan pendidikan anak usia dini adalah
dengan dikeluarkannya UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bagian
ketujuh yang menjelaskan perihal penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Pemerintah juga
menghimbau masyarakat untuk menyediakan akses pendidikan untuk anak usia dini sampai
satuan lini terkecil di masyarakat yaitu di rukun warga (RW). Lembaga-lembaga tersebut bisa
berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), pos PAUD, Bina Keluarga Balita PAUD (BKB PAUD),
Tempat Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain (KB), atau Satuan PAUD Sederajat (SPS).
Saat ini pendidikan anak usia dini sudah menjadi rujukan utama bagi para orang tua agar
anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang layak. Walaupun berdasarkan data dari
Direktorat PAUD tahun 2007, jumlah anak usia dini yang tertampung pada lembaga PAUD
sekitar 7.155.165 anak atau sekitar 27,34 %, dan angka partisipasi kasar (APK) PAUD dari tahun
Penelitian : Pengaruh Pelatihan Model Terbimbing dan Mandiri PAUD Terhadap Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran di PAUD
ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2004, APK PAUD masih 24,75 %, namun pada
akhir 2013 naik menjadi 68,10%. Pada tahun 2014 APK PAUD ditargetkan sebesar 72 %.
Sedangkan tahun 2015, Ditjen PAUDNI menargetkan APK PAUD sebesar 75 %. “Masih ada
sekitar 5,97 juta anak dari total 18.723.199 anak atau 31,9%, anak berusia 3-6 tahun yang belum
terlayani pendidikan anak usia dini, dari jumlah seluruh anak di Indonesia.Dan Saat ini masih
ada 23.516 desa dari total 77.587 desa atau sekitar 31% yang belum terlayani PAUD
(http://www. ditjen paudni. Kemendikbu.go.id). Sementara data Kemendibud melalu Subdit PTK
PAUD Dirjen PAUNI jumlah tenaga pendidik TK berjumlah 252.639 orang guru yang
memenuhi kualifikasi akademik S-1 baru 12%. Sisa sekitar 88% masih lulusan SMA dan D3,
dan PAUD sekitar 79.000 masih lulusan SMA (Ditjen PAUDNI, 2011:57).
Ada 2 hal yang melatar belakangi mengapa angka partisipasi anak usia dini masih rendah,
yang pertama adalah tidak tersedianya akses PAUD di daerah tersebut dan yang kedua adalah
belum terbangunnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan anak usia dini. Selain
jumlah partisipasi yang masih rendah, penyelenggaraan pendidikan anak usia dini memiliki
tantangan tersendiri yaitu pada pengelolaan program pembelajaran di PAUD. Pengelola PAUD
harus mampu menyelenggarakan pendidikan untuk anak yang sesuai dengan perkembangan dan
karakteristik anak. Karena seyogyanya pendidikan untuk anak tidak sama dengan pendidikan
untuk orang dewasa atau remaja. Pendidikan untuk anak lebih menekankan kepada
pengembangan aspek perkembangan anak agar berkembang dengan optimal. Pendekatan yang
dilakukanpun berbeda, pendidikan untuk anak usia dini dikemas dengan cara yang
menyenangkan namun bermakna untuk anak.
Untuk dapat merancang pendidikan yang baik untuk anak maka dibutuhkan guru yang
kompeten dibidangnya. Menurut Permen PAUD (2010:14) Pendidik anak usia dini adalah tenaga
profesional yang memiliki kompetensi untuk menjalankan tugas dalam merencanakan,
melaksanakan dan menilai program serta membimbing, memotivasi dan memfasilitasi kegiatan
pengasuhan dan pendidikan anak usia dini. Berdasarkan peraturan menteri pendidikan tersebut
dijelaskan bahwa seorang guru adalah tenaga profesional yang harus mempunyai keahlian
khusus atau kompetensi sebagai guru.Kompetensi yang harus dimiliki diantaranya adalah
mampu merancang pembelajaran, mampu melaksanakan dan mengelola kelas, dan mampu
melakukan evaluasi serta menjadi panutan dan fasilitator untuk peserta didik.
Penelitian : Pengaruh Pelatihan Model Terbimbing dan Mandiri PAUD Terhadap Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran di PAUD
Salah satu komponen yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan adalah guru.
Hal tersebut karena kemampuan guru memiliki peran penting dalam proses pengembangan
sumber daya manusia pada umumnya. Menurut Ace Suryadi dalam Sarjilah mengemukakan di
berbagai studi bahwa mutu guru secara konsisten menjadi salah satu faktor terpenting dari mutu
pendidikan. (htt://lpmpjogja.diknas.go.id/materi/wi/sarjilah/KaryaTulis-knaPMTakeHome.pdf).
Lebih lanjut guru yang bermutu mampu membelajarkan murid secara efektif sesuai dengan
kendala sumber daya dan lingkungan. Kunci pengajaran yang bermutu adalah kemampuan guru
yang bermutu.Kemampuan guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan
kuantitas dan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu, kemampuan guru harus
memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar
bagi anak-anak dalam proses pembelajaran.
Efektivitas pelaksanaan tugas mengajar yang dilakukan seorang guru ditentukan oleh
kemampuan yang dimiliki oleh guru itu sendiri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan dalam
merencanakan,melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Ketidakmampuan memilih variasi
media dan metode yang tepat, terbatasnya media yang digunakan, terbatasnya kemampuan serta
pengetahuannya sehingga tidak dapat menguasai materi pembelajaran.
Guru hendaknya kreatif dan selalu menambah kemampuan dan pengetahuannya baik
mengenai ilmu yang diajarkan maupun ilmu pengetahuan lainnya yang dapat membuka
wawasan baru. Kejelian guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
pembelajaran secara tepat dalam kegiatan mengajar sangat dibutuhkan sebagai penunjang
prestasi belajar anak.
Pada kenyataannya di lapangan, penyelengaraan program pendidikan anak usia dini
belum berjalan dengan optimal. Banyak penyelenggara program PAUD yang tidak sesuai dengan
disiplin ilmu PAUD sendiri. Misalnya, seperti dalam pemberian materi pada anak didik, para
guru PAUD sering kali hanya terfokus pada kegiatan membaca, menulis dan berhitung yang
dianggap lebih penting, lebih mudah dan praktis yang akhirnya tanpa disadari mengabaikan
aspek perkembangan anak yang lain. Atau sering kali guru PAUD menjadi peran sentral dalam
pembelajaran tanpa melihat partisipasi aktif dari peserta didik sehingga proses pembelajaran
menjadi monoton dan tidak lagi bermakna untuk anak karena tidak ada proses menemukan
pengetahuan itu sendiri untuk anak.
Penelitian : Pengaruh Pelatihan Model Terbimbing dan Mandiri PAUD Terhadap Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran di PAUD
Salah satu penyebab ketidak sesuaian pelaksanaan program PAUD di lapangan antara
lain terkait dengan sumber daya pendidiknya. Sumber daya manusia yang ditugaskan untuk
mengelola program ini belum memiliki kemampuan yang dibutuhkan tentang pendidikan anak
usia dini dan tidak memiliki kompetensi yang seharusnya dimiliki. Hal ini terjadi terutama di
lembaga-lembaga PAUD non-formal di tingkat kecamata sampai dengan desa yang
penyelenggaraannya dikelola oleh ibu-ibu/kader PKK.
Rendahnya kualitas kemampuan guru PAUD ini berimplikasi terhadap rendahnya
kualitas pendidikan dan pembelajaran yang diselenggarakan di lembaga-lembaga PAUD.
Sebagai contoh hingga saat ini masih terjadi praktik-praktik pendidikan anak usia dini yang
dipandang kurang tepat sehingga menimbulkan banyak kritik. Misalnya pelaksanaan proses
pendidikan dan pembelajaran yang terlalu akademis, terstruktur dan kaku; atau kegiatan
pembelajaran yang lebih menekankan pada membaca, menulis, dan berhitung; sementara di sisi
lain masih banyak aspek perkembangan anak yang belum mendapatkan perhatian yang seimbang
seperti pengembangan kreativitas, kemandirian, pengembangan konsep diri yang positif,
pengendalian diri, serta perilaku-perilaku positif lainnya.
Peran guru PAUD sangat sentral dalam menghidupkan lembaga PAUD di masyarakat.
Sebagian besar guru PAUD tidak memiliki kemampuan yang mumpuni dan mengerti prinsip
dasar PAUD serta tidak memiliki kompetensi yang seharusnya dimilliki oleh seorang guru
PAUD. Hal ini karena para guru tidak memiliki latar belakang pendidikan yang mendukung atau
bahkan ada pendidik yang memang tidak mengenyam pendidikan sebelumnya. Untuk mengatasi
hal ini, maka pemerintah menyelenggarakan berbagai program pendidikan dan pelatihan untuk
para pendidik atau Guru PAUD. Pemerintah juga bekerja sama dengan masyarakat maupun
perkumpulan profesi untuk dapat menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan
guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para pendidik. dari hasil monitoring dan
evaluasi yang dilakukan oleh dinas pendidikan dan kebudayaan bidang Pendidikan Anak Usia
Dini Nonformal informal Kab. Serang tahun 2013 dari 2439 tenaga pendidik pendidikan anak
usia dini nonformal informal se-Kab serang. tercatat pendidik PAUD dengan latar belakang
pendidikan >SLTA 185, SLTA 1696 orang, D1&D2 142 orang, D III 30 orang, S1 337 orang, S2
4 orang di serang. (Data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bidang PAUDNI Kab. Serang
Tahun 2013). Serta data UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Tunjung Teja dari 230 pendidik
PAUD di wilayah kecamatan tunjung teja sudah sekitar 25 pendidik PAUD yang telah mengikuti
Penelitian : Pengaruh Pelatihan Model Terbimbing dan Mandiri PAUD Terhadap Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran di PAUD
pelatihan dasar PAUD di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab.Serang maupun Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten dari tahun 2007 hingga 2012. (Data Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Bidang PAUDNI Kab. Serang Tahun 2013). Peserta pelatihannya
merupakan perwakilan dari masing-masing daerah di Kab Serang dan beberapa perwakilan
Kab/Kota di Provinsi Banten. Dengan dilaksanakannya berbagai program pendidikan dan
pelatihan diharapan dapat meningkatkan kemampuan, pengetahuan, pemahaman, perubahan
sikap dan perilaku para pendidik PAUD. Perkembangan pendidikan Anak Usia Dini di
Kabupaten Serang pada tahun 2010 secara kelembangan meningkat tajam dengan terdapat
kelembangaan mencapai 528 lembaga PAUD. Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Anak
Usia Dini baru mencapai 15,2%. (http://beritanews.blogspot.com/.../abdul-patah-masih-banyak-
masalah). Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka terdapat berbagai permasalahan
yang dapat diidentifikasikan, sebagai berikut: (1). Masih banyak pendidik PAUD yang belum
memiliki kemampuan perencanaan pembelajaran PAUD, (2) Apakah ada peningkatan
kemampuan pendidik terhadap pembelajaran di PAUD setelah diberikan pelatihan, (3) Seberapa
besar pengaruh pelatihan PAUD dalam meningkatkan kemampuan pendidik PAUD dalam
melaksanakan perannya sebagai pendidik PAUD, (4) Kemampuan apa yang dibutuhkan oleh
pendidik PAUD untuk melaksanakan pembelajaran di PAUD. penelitian ini Secara teoritis
diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan terutama dalam bidang
pendidikan anak usia dini. Khususnya dalam pengembangan kualitas sumber daya pendidik anak
usia dini dan di bidang ilmu pendidikan khususnya yang berhubungan dengan pengaruh
pelatihan PAUD terhadap kemampuan guru merencanakan pembelajaran di PAUD antara yang
di bimbing dengan yang mandiri
KAJIAN TEORETIS
Hakikat Kemampuan Guru Merencanaan Pembelajaran
Menurut Robbins kemampuan juga bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktek. () Atau dengan kata lain kemampuan seseorang
berdasarkan atas pembawaan yang ada dalam dirinya dan latihan yang terbiasa dilakukannya.
Utami Munandar, (1992:17) Kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan
sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemapuan yang dimiliki oleh seseorang itu bisa
Penelitian : Pengaruh Pelatihan Model Terbimbing dan Mandiri PAUD Terhadap Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran di PAUD
merupakan bawaan sejak lahir dan juga bisa di dapat dari hasil latihan-latihan yang ia lakukan.
Menurut Abdul Gafur, ( (2000:31) kemampuan awal guru adalah kemampuan dan keterampilan
yang relevan termasuk latar belakang karakteristik yang dimiliki guru pada saat akan mulai suatu
program pembelajaran. Hal ini berarti kemampuan awal adalah kepandaian yang dimiliki
seseorang sejak lahir atau perilaku seseorang dari keturunanya.
Salah satu faktor yang penting dalam kegiatan pembelajaran guru yaitu kemampuan
kognitif. Kemampuan kognitif adalah gagasan, pikiran, dan ingatan yang dimiliki guru dalam
aktivitas sehari-hari. Maka dalam hal ini dapat dikata bahwa kemampuan kognitif yang harus
dimiliki oleh seorang guru merupakan suatu kemampuan seorang guru untuk dapat memiliki
pemahaman dan pengetahuan yang lebih dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan di
kelas. Nurfuadi, (2012:71) Kompetensi guru adalah Kemampuan tertentu secara bulat yang
merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur.
Dengan kata lain bahwa kompetensi merupakan gambaran kemampuan guru yang dilakukan
dalam membuat perencanaan pembelajaran dilandasi ilmu pengetahuan yang hasil dari tindakan
itu bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.
Guru memiliki kedudukan terhormat di masyarakat, karena mereka percaya kemampuan
guru mampu mengajar dan mendidik peserta didiknya agar menjadi orang yang bermanfaat dan
berkepribadian yang baik. Begitu besarnya kepercayaan masyarakat kepada guru, karena itu
kemampuan guru dituntut untuk selalu memperhatikan sikap, tingkah laku dan perbutan peserta
didiknya, tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi di luar lingkungan sekolah. Syaiful Bahri
(2000:29) bahwa guru merupakan semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab
terhadap pendidikan murid-murid secara individu ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di
luar sekolah. Bahwa seorang guru harus tahu sifat-sifat kepribadian apa yang dapat dirangsang
pertumbuhannya melalui materi pelajaran yang akan disajikan. Seorang guru dapat memupuk
sikap, keterampilan serta kemampuan-kemampuan murid untuk dapat menerima pengetahuan
yang didapat baik di sekolah maupun diluar sekolah.
Orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar adalah guru. untuk itu
kemampuan guru hendaknya harus benar-benar membawa peserta didiknya pada tujuan yang
ingin dicapai. Guru juga harus mampu mempengaruhi peserta didiknya. Dalam merencanakan
suatu pembelajaran diperlukan kemampuan sehingga rencana yang dibuat menjadi efektif dan
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Kemampuan tersebut tidak didapat secara instan, tapi
Penelitian : Pengaruh Pelatihan Model Terbimbing dan Mandiri PAUD Terhadap Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran di PAUD
memerlukan pengetahuan dan latihan-latihan sehingga pendidik terbiasa dalam merencanakan
pembelajaran yang sesuai. Suwardi, (2007:30) Perencanaan pembelajaran adalah proses
penyusunan atau merencanakan kegiatan pembelajaran yang terdiri atas materi pembelajaran,
penggunaan media dalam pembelajaran, penggunaan metode dan pendekatan selama
pembelajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan pembelajaran merupakan
upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam pembelajaran, terutama untuk
mencapai tujuan dari pelaksanaan pembelajaran. Mulyasa (2006:82) menyatakan bahwa guru
profesional harus mampu mengembangkan persiapan mengajar yang baik, logis dan sistematis
karena disamping untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran, persiapan mengajar merupakan
bentuk dari profesional accoutability. Sikap profesional pendidik tersebut bukan hanya pada saat
melaksanakan pembelajaran, tapi saat pendidik juga melakukan perencanaan pembelajaran.
Perencanaan merupakan titik awal dalam menjaga kualitas suatu pembelajaran. Hal ini
dikarenakan perencanaan memungkinkan pendidik membuat tahapan pembelajaran yang
terancang dengan baik. Dimulai dari penentuan tujuan pembelajaran yang merupakan inti dari
pelaksanaan pembelajaran tersebut sampai kepada pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
Pentingnya membuat suatu perencanaan sebelum melaksanakan pembelajaran akan sangat terasa
terutama ketika biaya, waktu dan tenaga dapat berperan secara efektif. Hal ini dapat
memudahkan pendidik dan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang
tepat guna. Perencanaan memungkinkan pendidik mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
Hakikat Pelatihan Pendidikan Anak Usia Dini
Pengertian anak usia dini memiliki batasan usia dan pemahaman yang beragam,
tergantung dari sudut pandang yang digunakan. Secara tradisional pemahaman tentang anak
sering diidentifikasi sebagai manusia dewasa mini, masih polos dan belum bisa apa-apa atau
dengan kata lain belum mampu berfikir. Pemahaman lain tentang anak adalah anak merupakan
manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Ia memiliki karakteristik
tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa serta akan berkembang menjadi manusia
dewasa seutuhnya. Dalam hal ini anak merupakan seorang manusia atau individu yang memiliki
Penelitian : Pengaruh Pelatihan Model Terbimbing dan Mandiri PAUD Terhadap Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran di PAUD
pola perkembangan dan kebutuhan tertentu yang berbeda dengan orang dewasa.Anak memiliki
berbagai macam potensi yang harus dikembangkan.
Pelatihan merupakan suatu kegiatan dengan rencana tujuan untuk memperbaiki dan
mengembangkan keterampilan serta pengetahuan yang telah atau belum dimiliki guru atau
peserta pelatihan, dimana kegiatan ini dilakukan dalam jangka waktu relatif singkat dengan
pemberian materi yang dipadatkan, sementara menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003:28) dalam
bukunya: Pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan sumber
daya manusia, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian
manusia. Penggunaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi atau organisasi
biasanya disatukan menjadi diklat (pendidikan dan pelatihan)
Pelatihan merupakan salah satu kegiatan belajar dimana pengetahuan, keterampilan dan
tingkah laku bisa didapat melalui kegiatan pelatihan. Pelatihan biasanya banyak dilakukan oleh
lembaga/organisasi tertentu di luar sistem sekolah formal dengan tujuan tertentu pula yang
disesuaikan dengan jenis pelatihan dan sasaran pelatihan. Materi yang disampaikan biasanya
merupakan materi aplikatif dalam artian dapat langsung digunakan dalam kehidupan sehari-hari
peserta.
Sedangkan sikula dalam ashar, (2008:85) mengartikan bahwa pelatihan adalah “proses
pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan organisasi, sehingga
tenaga kerja nonmanajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan
tertentu. artinya pelatihan in digunakan untuk melatihkan pengetahuan dan keterampilan tertentu,
keterampilan menggunakan peralatan dan atau mesin-mesin keterampilan manajerial.
Model pelatihan pada awalnya berkembang pada dunia usaha terutama melalui magang
tradisional, dalam sebuah magang tradisional kegiatan belajar membelajarkan dilakukan oleh
seorang warga belajar (sasaran didik) dan seorang sumber belajar (tutor), maka dalam
perkembangan selanjutnya interaksi edukatif yang terjadi tidak hanya melalui perorangan akan
tetapi terjadi melalui kelompok warga belajar (sasaran didik, sasaran pelatihan) yang memiliki
kebutuhan dan tujuan belajar yang sama ,dengan seorang, dua orang, atau lebih pelatih (sumber
belajar, trainers). Salah satu konsep mengapa model pelatihan dibangun adalah sangat
bergantung pada kondisi itu (warga belajar, sasaran didik dan pelatih/tutor). Hal tersebut sangat
beralasan karena kebutuhan dan tujuan pelatihan. Hayman di dalam Gary J.Angin (2000:5)
menjelaskan definisi model sebagai seperangkat prosedur yang diimplementasikan atau
Penelitian : Pengaruh Pelatihan Model Terbimbing dan Mandiri PAUD Terhadap Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran di PAUD
konstruksi teori. Jadi model merupakan rancangan yang harus disiapkan di dalam suatu kegiatan
pelatihan atau kegiatan lain yang dimana hal tersebut dapat memudah terlaksananya kegiatan.
Sebuah model atau desain yang baik akan sangat menentukan keberhasilan perancangan sebuah
kegiatan baik itu pembelajaran maupun pelatihan. Artinya sebuah kegiatan akan berhasil dengan
baik apabila diawali dengan model dan desain yang baik untuk kegiatan tersebut perecanaan
yang baik harus diawali dari berbagai analisis. Pelatihan dibuat atau diadakan pasti mempunyai
tujuan yang mereka harapkan yang biasanya dilaksanakan untuk meningkatkan mutu sumber
daya manusia yang ada sehingga dapat mengikuti perkembangan yang ada dan memenuhi
kebutuhan yang diharapkan dapat terselesaikan dengan melatih sumber daya manusia itu.
Pelatihan ini dilaksanakan untuk memberikan bekal atau kecakapan kepada peran guru agar
setelah selesai mendapatkan pelatihan ini mereka memiliki kecakapan dan kemampuan
mengembangkan pembelajaran dengan baik melalui perencanaan pembelajaran yang matang,
yaitu merencanakannya melalui pembuatan perencanaan kegiatan pembelajaran.
Definisi pelatihan terbimbing sebagaimana diungkapan oleh Abu Ahmadi dan Ahmad
Rohani (1993:107) bahwa pelatihan terbimbing/ terbimbing belajar merupakan seperangkat
usaha bantuan kepada peserta didik/peserta pelatihan agar dapat membuat pilihan, mengadakan
penyesuaian, dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pengajaran atau belajar yang
dihadapinya. Arti terbimbing belajar merupakan upaya nara sumber memberikan pembimbingan
membantu peserta pelatihan dalam mengatasi berbagai permasalah belajar saat proses pelatihan
berlangsung. Menurut Elaine B,Jhonson, (2007:152) Pelatihan mandiri atau belajar mandiri
(CTL) adalah: Pembelajaran mandiri adalah suatu proses belajar yang mengajak siswa
melakukan tindakan mandiri yang melibatkan terkadang satu orang, biasannya satu kelompok.
Tindakan mandiri ini dirancang untuk menghubungkan pengetahuan akademik dengan
kehidupan siswa sehari-hari secara sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang
bermakna.Tujuan ini mungkin menghasilkan hasil yang nyata maupun tidak nyata.
Pelatihan Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri, melainkan belajar dengan
prakarsa dan tanggung jawab sendiri dengan bantuan minimal dari orang lain. Pelatihan Belajar
mandiri merupakan pembelajaran merupakan pembelajaran dengan kesadaran oleh pembelajaran
itu sendiri.
Penelitian : Pengaruh Pelatihan Model Terbimbing dan Mandiri PAUD Terhadap Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran di PAUD
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Arikunto
(2009:207) Metode eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian
eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat. Caranya adalah dengan
membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan satu
atau lebih kelompok pembanding yang tidak menerima perlakuan.
Populasi dalam penelitian ini adalah guru PAUD di Kecamatan Tunjung Teja yang
berjumlah 124 orang guru PAUD.Dalam penelitian ini yang menjadi populasi terjangkau guru
PAUD di Kecamatan Tunjung Teja Serang yang terdiri dari 35 lembaga PAUD yang telah
masuk data nasional dan 4 lembaga PAUD belum masuk data nasional (baru) yang tersebar di 9
Desa Se-Kecamatan Tunjung Teja Kab. Serang. Total lembaga sebanyak 39 lembaga PAUD di
Kecamatan Tunjung Teja Serang.
Sampel yang digunakan dalam peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel
dengan random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara acak dimana tiap anggota
yang berada didalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.
Adapun jumlah sampel yang diteliti dalam penelitian ini yakni sebanyak 38 orang guru untuk
kelompok eksperimen dan 38 orang guru untuk kelompok kontrol. Maka pengambilan
sampelnya yaitu perwakilan dua guru PAUD untuk setiap PAUD di Kecamatan Tunjung Teja
terdapat 39 PAUD.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data dari hasil penelitian dideskripsikan untuk memperoleh gambaran tentang
karakteristik distributor skor pengaruh pelatihan dasar PAUD kelas eksperimen dan kelas
kontrol penelitian. Hal ini dilakukan dengan cara menganalisis post-test, sebagai cara untuk
melihat adanya pengaruh pelatihan PAUD terhadap kemampuan guru merencanakan
pembelajaran di PAUD.
Penelitian : Pengaruh Pelatihan Model Terbimbing dan Mandiri PAUD Terhadap Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran di PAUD
Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Penelitian
Nilai thitung Nilai ttabel Keterangan
16.428 1,67 thitung > ttabel berarti terdapat pengaruh
yang signifikan pelatihan PAUD
secara terbimbing dan pelatihan PAUD
secara mandiri
Berdasarkan data pada Tabel 4.16 terlihat bahwa thitung>ttabel pada taraf signifikan
α=0,05, dengan demikian terdapat perbedaan antara kemampuan guru merencanakan
pembelajaran di PAUD sebelum diberikan perlakuan dengan setelah diberikan perlakuan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pengujian hipotesis tersebut adalah bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dari hasil pelatihan PAUD secara terbimbing dengan pelatihan PAUD
secara mandiri terhadap kemampuan guru merencanakan pembelajaran di PAUD.
Setelah melakukan pengujian hipotesis diketahui bahwa nilai thitung adalah 16.428
lebih besar dari ttabel yaitu 1,67 pada taraf signifikan α=0,05 dan n=38. Ini berarti bahwa hipotesis
nol (H0) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara kemampuan guru merencanakan
pembelajaran di PAUD kelas eksperimen secara terbimbing dengan kemampuan guru
merencanakan pembelajaran di PAUD dengan pelatihan secara mandiri ditolak. Sedangkan
hipotesis penelitian (H1) yang menyatakan terdapat perbedaan antara kemampuan guru
merencanakan pembelajaran di PAUD kelas eksperimen terbimbing dengan kemampuan guru
merencanakan pembelajaran di PAUD dengan pelatihan secara mandiri diterima.
Dengan demikian maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan setelah diberikan perlakuan berupa pelatihan secara terbimbing terdapat
peningkatan dalam pemahaman kemampuan tentang perencanaan pembelajaran yang tentunya
sangat bermanfaat bagi guru dalam membantu untuk ilmu mengajar anak-anak didik.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasiil perhitungan pada pengujian hipotesis penelitian diperoleh
thitung=16,428 dan ttable pada taraf signifikan α=0,05 dan n=38 adalah ttabel=1,67. Hal itu
menunjukkan bahwa thitung>ttabel (16.428>1,67), sehingga H0 (hipotesis nol) yang menyatakan
Penelitian : Pengaruh Pelatihan Model Terbimbing dan Mandiri PAUD Terhadap Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran di PAUD
bahwa tidak ada pengaruh signifikan dari pelatihan PAUD terhadap tingkat kemampuan guru
merencanakan pembelajaran di PAUD ditolak sedangkan H1 (hipotesis alternatif) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari pelatihan PAUD terhadap kemampuan guru
merencanakan pembelajaran di PAUD diterima.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang positif signifikan antara pendidik yang mengikuti pelatihan PAUD secara
terbimbing dengan pendidik yang mengikuti pelatihan PAUD secara mandiri. Pendidik yang
mengikuti pelatihan PAUD secara terbimbing memiliki tingkat kemampuan yang lebih tinggi
tentang pembelajaran di PAUD dibandingkan dengan pendidik yang mengikuti pelatihan PAUD
secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abdul. Perencanaan Pembalajaran. Bandung: Rosda Karya, 2000.
Sadiman, Arief S. et al. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
Arthur, K. Elli. Teaching and Learning Elementary Social Studies. MA: Allyn and Bacon, 1998.
Azhar, Arsyad. Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
B, Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Bredekamp, Sue.Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Education Program.
Washington DC: NAEYC Publication, 1997.
Wijaya, Cecep. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung:Remaja
Rosda karya, 1992.
Cholid,Narbuka & Abu, Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Chuck, Williams. Manajemen Buku 1, alih bahasa, M. Sabrudin Napitupulu. Jakarta: Salemba
Empat, 2001.
Danim, Sudarwan. Profesi Kependidikan, Bandung: Alfabeta, 2010
Data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bidang PAUDNI Kabupaten Serang Tahun, 2014.
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Dominic, F.Gullo. Understanding Assessment and Evaluation in Early Childhood Education.
NewYork: Teaches College Press, 2005.
E,Mulyasa. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006.
E,Mulyasa. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosda Karya, 2002.
Grant, P. Wiggins, Jay McTighe, Understanding by design. USA: ASCD, 2005.
Harjanto. Perencanaan Pengajaran. Jakarta :Rineka Cipta,2010.
Penelitian : Pengaruh Pelatihan Model Terbimbing dan Mandiri PAUD Terhadap Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran di PAUD
Irawan, Soehartono. Metode Penelitian Sosial. Bandung:Remaja Rosda karya, 1998.
Kani, T. Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFT,
2008.
Kementrian pendidikan dan kebudayaan, Dirjen PAUDNI ,Pedoman Diklat Berjenjang PTK
PAUD Jakarta: 2013.
Kenneth, Moore, D. Effective Instructional Strategies. California: Sage Publication, 2005.
Lisyana, Skripsi. Pengaruh Pelatihan Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Terhadap Peningkatan Kompetensi Mengelola KelasPada Tutor Paket C di PKBM se-
Kecamatan Senen Jakarta Pusat, Jakarta: FIP UNJ 2012.
Hyson, Marilou.Preparing Early Childhood Proferssional,Washington, DC, 2003
Moekijat, Latihandan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: CV.Mandar Maju,
1991.
Surya, Mohamad. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy,
2004.
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Jakarta: Rineka Cipta,
2000.
Notoatmodjo. Soekidjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Ashar Sunyoto, Psikolog Industri dan Organisasi Jakarta: UI, 2008
William J. Rothwell, Beyond Training and Development, Second Edition United States:
Amacom, 2005.
Lois B. Hart, et all, The Leadership Training Activity Books United States : Amacom, 2005.
Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari teori sampai aplikasi Jakarta: umi Aksara, 2007.
Gary J. Anglin, instructional Technology Past, and Future United States : Linbraries Unlimites,
Inc.
Kent L. Gustafson dan Robert Maribe Branch, Survey of Instructional Development Modeli
Newyork: Eric Clearinghouse on informational and Technology, 2002.
Mathis R.L dan Jackson J.H, Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta: Salemba Empat, 2002.
Abu, Ahmadi, Psikologi Belajar Jakarta: Rineka Cipta, 1993
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran Yogyakarta: Media Abadi, 2004
Syamsu Yusuf L.N dan Nani M.Sughandi, Perkembangan Peserta Didik Jakarta: Rajawali
Press, 2013.