Post on 13-Dec-2014
description
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan individu selama tahap
embrionik,disebut embriologi.Ilmu ini tidak hanya mempelajari mengenai siklus
kehidupan,tetapi juga sesudahnya.Pertumbuhan dan perkembangan embriologi
menjadi faktor penentu keadaan suatu manusia nantinya saat
dilahirkan.Embriologi itu sendiri sangat kompleks,salah satu yang dipelajari
adalah embriologi kraniofasial.
Embriologi kraniofasial didefinisikan sebagai bagian dari embriologi yang
dikhususkan untuk mambahas bagian kraniofasial manusia.Kraniofasial manusia
meliputi :
Kranium : kalvaria,pertumbuhan kepala,dasar cranial.
Wajah : rangka wajah, sinus, paranasal, mandibula, sendi
temporomandibula, dan organ- organ indera khusus.
Kavitas mulut : palatum, lidah dan tonsil, kelenjar air ludah, dan
gigi.
Leher
Dalam pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial terjadi berbagai macam
proses interaksi dan tahap-tahap kejadian yang rumit,serta menghasilkan
pemahaman-pemahaman tentang morfogenesis dan dismorfogenesisnya.
Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan janin ini penting karena membantu
kita untuk mengerti hubungan yang normal dari struktur tubuh dan penyebab
malformasi congenital.Untuk memudahkan pemahaman tentang pertumbuhan dan
perkembangan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya akan dilihat
berdasarkan waktu dalam minggu. Ini bertujuan untuk menyegarkan kembali
pengetahuan kita tentang pertumbuhan dan perkembangan janin serta beberapa
faktor yang mempengaruhinya, dengan demikian kita dapat mengantisipasi
timbulnya kelainan yang terjadi dan melakukan pencegahan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial pada masa
kehamilan?
1.3 Tujuan
1 Memahami dan menjelaskan pertubuhan dan perkembangan kraniofasial pada
masa kehamilan
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan General Embriology
Pertemuan antara gamet pria dan wanita pada saluran urine wanita
menghasilkan pembentukan zygot. Semua sifat keturunan darn jenis kelamin,
ditentukan pada saat penggabungan gamet tersebut. Tahap perkembangan yang
dikenal sebagai epigenesis akan terjadi dan tergantung pada determinasi yang
membatasi kemampuan pembelahan deferensiasi dari sel poliferasi. Tahap
perkembangan ini berasal dari aksi antar sel dan lingkungannya. Mekanisme yang
terjadi pada proses ini meliputi aktivasi dan inaktivasi gen, mekanisme
perpindahan protein, seleksi berbagai sel membran, adhesi interseluler dan
penarikan serta perpindahan sel, yang menghasilkan posisi sel yang tepat. Semua
tahap ini terjadi pada saat tertentu dan dibawah pengaruh hormon, metabolisme
dan nutrisi.
Tahap-tahap perkembangan zigot meliputi :
1. Periode implantasi.
Selama 2-3 hari pertama pasca-pembuahan, zygot berkembang dari satu sel
menjadi kelompok 16 sel, morula. Plastomer totipotensial awal ini dapat
berkembang menjadi jaringan, tetapi nantinya akan berdiferensiasi membentuk
100 sel blastosit yang terisi cairan. Bagian luar sel membentuk tropoblast dan
masa sel dalam bentuk embrio. Selama periode ini, hasil pembuahan berjalan
sepanjang saluran uterus, masuk ke uterus, serta tertanam dalam endometrium
uterin, pada hari ke 7 pasca-pembuahan. Tropoblast berubah menjadi korion
dengan mengeluarkan vili. Penanaman korionik menghasilkan plasenta, organ
perpindahan nutrisi dan pembuangan produk sisa fetomaternal.
2. Periode embrionik.
Tahap ini dimulai dari akhir minggu pertama sampai minggu ke 8, serta
dapat dibagi menjadi 3 periode :
3
a. Prasomit (8-21 hari pasca-pembuahan).
Lapisan primer embrio dan adnexa embrionik (membran fetus)
terbentuk dalam masa sel dalam. Cakram benih embrionik primordial terdiri
dari dua lapis benih primer, yakni: Ektodermal yang membentuk dasar
amniotik dan Endodermal yang membentuk atap kantung telur. Sedangkan
lapisan benih mesodermal muncul pada awal minggu ke-3. Lapisan ini
merupakan hasil proliferasi sel ektodermal dan diferensiasi pada kaudal cairan
embrionik. Tonjolan terbentuk mempunyai groove kranial membentuk garis
primitif. Kemudian ujung kranial poliferasi dan diferensiasi membentuk
notokord sebagai sumbu rangka embrio dan merangsang pembentukan bidang
neural pada ektodermal neural atasnya dan mesodermal lateral merangsang
perkembangan epidermal (ektodermal kutaneus).
Ektodermal: Pada permulaan perkembangan minggu ketiga, lapisan ektoderm
berbentuk cakram datar yang lebih luas di daerah kepala daripada daerah
kaudal. Dengan terbentuknya notokord dan pengaruh induktifnya, ektoderm
menebal membentuk lempeng saraf (ini merupakan awal dari neurulasi,
peristiwa pembentukan sistem saraf). Akhir minggu ketiga, tepi-tepi lateral
lempeng saraf menjadi semakin menebal hingga bertemu satu sama lain dan
menyatu. Penyatuan ini pertama kali terjadi di daerah leher (setinggi somit
keempat) sehingga menyisakan ujung kaudal dan kranial yang terbuka
(neurospor kranial dan kaudal). Pada hari ke-25 (tingkat 18-20 somit) barulah
neurospor kranial menutup, disusul neurospor kaudal pada hari ke-27. Proses
ini menghasilkan sebuah struktur menyerupai tabung tertutup yang luas di
daerah kepala (disebabkan oleh dilatasi vesikel-vesikel otak) dan sempit di
bagian kaudal (sumsum tulang belakang). Menjelang penutupan tabung saraf
(sekitar hari ke-22), di daerah kepala juga mulai tampak dua penebalan
ektoderm: lempeng telinga dan lempeng lensa mata. Lempeng telinga akan
membentuk gelembung telinga, sedangkan lempeng lensa mata akan
membentuk lensa mata.Pada saat pelipatan lempeng saraf juga dihasilkan sel
krista neural. Sel krista neural ini nantinya akan membentuk ganglia sensorik,
ganglia otonom, sel Schwann, selaput otak, medula suprarenal, tulang dan
4
jaringan penyambung untuk struktur kraniofasial, serta sel bantalan
konotrunkal untuk jantung.
Mesodermal: Pada awal minggu ketiga, mesoderm paraksial akan tersusun
menjadi somitomter yang pembentukannya berjalan secara sefalokaudal.
Somitomer ini turut membentuk neuromer dan sebagian besar mesenkim
kepala. Pada hari ke-20, somitomer akan terorganisasi lagi menjadi somit.
Somit pertama kali muncul di daerah servikal, dan pembentukannya berjalan
secara sefalokaudal (dengan kecepatan kira-kira 3 somit/hari, sampai akhir
minggu kelima). Seiring pembentukannya, pada awal minggu keempat sel
dinding ventral somit yang terbentuk akan kehilangan organisasinya dan
menjadi sklerotom, sedangkan sel dinding dorsalnya (dermomiotom) akan
membentuk lapisan sel baru yaitu miotom. Sklerotom merupakan komponen
tulang rawan dan tulang, dermomiotom merupakan pembentuk dermis,
sedangkan miotom merupakan komponen pembentuk otot. Pada akhir minggu
kelima akan terbentuk sekitar 42-44 somit, di mana kemudian satu somit
oksipital pertama serta 5-7 somit koksigeal akan menghilang. Mesoderm lateral
(lempeng lateral) akan membentuk kelompok sel bersegmen yang menjadi
nefrotom pada daerah servikal dan torakal atas, sedangkan pada daerah kaudal
akan membentuk kelompok sel tak bersegmen yang dikenal sebagai korda
nefrogenik. Kelak, nefrotom dan korda nefrogenik ini akan berkembang unit-
unit ekskresi kemih. Mesoderm somatik, bersama ektoderm di atasnya akan
membentuk dinding lateral dan ventral tubuh, sedangkan mesoderm splanknik
akan membentuk dinding usus, sel darah primitif dan endotel. Sel-sel yang
menghadap ke rongga selom akan membentuk selaput mesotel (selaput serosa)
yang akan melapisi rongga perut, rongga pleura, dan kantung jantung.
Endodermal: Pelipatan sefalokaudal dari embrio yang disebabkan oleh
pemanjangan saraf pusat akan mengakibatkan pencakupan sebagian kantung
kuning telur ke dalam rongga tubuh. Pada bagian anterior, endoderm
membentuk usus depan dan pada bagian kaudal membentuk usus belakang.
Pada ujung kepala, usus depan dibatasi oleh membran bukofaringeal sedangkan
pada usus belakang dibatasi oleh membran kloaka. Bagian antara usus depan
5
dan usus belakang disebut usus tengah, dimana untuk sementara usus tengah
berhubungan dengan kantung kuning telur melalui duktus vitellinus. Kemudian
terjadi pelipatan secara lateral, mengakibatkan menyempitnya duktus vitellinus
dan pertambahan panjang sehingga kedudukan usus tengah menjadi bebas di
dalam rongga perut. Akibat lain dari pelipatan ini adalah pencakupan tangkai
penghubung (allantois), sehingga pada akhir minggu kelima tangkai kuning
telur dan tangkai penghubung bersatu membentuk tali pusar. Dalam
perkembangan selanjugnya, lapisan endoderm (bersama dengan mesoderm
splankinik) membentuk epitel yang melapisi usus primitif. Selain itu endoderm
juga menghasilkan lapisan epitel saluran pernapasan, parenkim tiroid, kelenjar
paratiroid, hati, pankreas, stroma retikuler tonsil dan timus, lapisan epitel
kandung kemih dan uretram serta lapisan epitel kavum timpani dan tuba
Eustachii. Bentuk luar dari tahap somit akhir dari embrio, menunjukkan adanya
otak yang besar yang membentuk bagian yang besar, dengan wajah dan leher
yang dibentuk oleh lengkung brankial, serta melentur pada jantung yang
terbentuk terlalu cepat. Mata, hidung dan telinga dipishkan oleh plakode,
sedang pembengkakan ventrolateral menunjukkan memulainya pembentukan
lengan. Dinding perut bagian bawahakan tampak menonjol dalam
hubungannya dengan plasenta, melalui batang tubuh dan ekor tampak berakhir
pada ujung kaudal embrio.
b. Somit (21-31 hari pasca-pembuahan).
Ditandai dengan munculnya segmen metamerik dorsal yang prominen,
pola dasar sistem tubuh dan bagian utama, ditentukan. Perubahan pertama
pembentukan bidang neural membentuk otak dan spinal kord. Kemudian
mesodermal membentuk : Lateral mesodermal membentuk dinding kolom
embrionik, Intermediet mesodermal membentuk gonad, ginjal, korteks adrenal,
Paradoksial mesodermal dan notokord terbagi menjadi beberapa segmen yang
disebut somit. Somit menentukan pola suatu daerah empat osipital, delapan
servikal, dua belas torak, lima lumbar, lima sakral, dan delapan sampai sepuluh
koksigeal.
6
c. Pasca-somit (32-56 haripasca pembuahan).
Ditandai dengan pembentukan bagian-bagian luar tubuh. Kepala mendominasi
(wajah-telinga-hidung-mata jelas/normal seperti manusia). Lengan
berdiferensiasi menjadi jari-jari. Toraks mengalami pembengkakan dan jatung
membesar. Hati tumbuh cepat mendominasi organ perut. Batang tubuh akan
terkondensasi menjadi umbilical kord. Ekor yang panjang akan memeendek disertai
dengan perkembangan paha. Embrio pada akhir periode ini disebut fetus.
3. Periode Fetus.
Dari minggu ke 8 sampai saat ini, ditandai dengan munculnya pusat
ossifikasi dan pergerakan pertama dari fetus. Terdapat sedikit diferensiasi atau
organogenesis jaringan baru, tetapi juga sudah ada pertumbuhan yang cepat dan
pembesaran struktur dasar yang terbentuk. Pada bulan ke-3 jenis kelamin
eksternal terlihat. Bulan ke-5 kulit yang keriput tertutup oleh rambut (lanugo).
Glandula sebasea sangat aktif pada bulan ke-7 dan 8 sehingga fetus dikelilingi
sekresi lemak yang disebut vernik kaseosa. Lemak muncul pertama di wajah
(bukal, pipi, subkutis dagu). Dua bulan terkhir lemak terdeposit subkutaneus
sehingga mengisi kulit keriput. Hampir setengah berat badan bayi lahir diperoleh
dari ini..
7
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Kraniofasial
Mesenkim untuk pembentukan daerah kepala berasal dari :
1. Mesoderm lempeng yang terdiri dari :
Lempeng paraksial (somit dan somitomer) yang membentuk lantai kranium
dan sebagian kecil daerah oksipital, semua otot volunter di daerah kraniofasial,
dermis, dan jaringan penyambung di daerah dorsal kepala dan selaput otak di
sebelah kaudal prosensefalon.
Lempeng lateral membentuk kartilago-kartilago laring (aritenoid dan krikoid)
dan jaringan penyambung di daerah ini.
2. Sel krista neuralis / Neural Crest berasal dari neuroektoderm otak
(depan,tengah,belakang) dan kemudian akan bermigrasi ke arah ventral menuju
ke lengkung brankial / Brankial arches dan ke arah rostral menuju ke sekitar
otak depan dan piala mata, masuk ke daerah wajah. Kemudian di tempat ini
sel-sel akan membentuk struktur midfasial dan lengkung brankial, tulang
dentin, tendo, dermis, piamater dan arakhnoid, neuron sensorik dan stroma
kelenjar.
3. Plakoda ektoderm (ektoderm yang menebal) bersamaan dengan neural crest
akan membentuk neuron ganglia sensorik kranial ke-5,7,9,10.
Ciri khas dari perkembangan kepala dan leher ialah:
a) Lengkung brankial
Lengkung brankial / brankial arches mengalami perkembangan pada minggu
ke-4 dan ke-5, dimana pada awalnya merupakan jaringan mesenkim yang
dipisahkan oleh celah brankial. Setiap lengkung brankial terdiri atas sebuah inti
jaringan mesenkim yang di luarnya dibungkus oleh ektoderm permukaan dan di
sebelah dalam oleh epitel yang berasal dari endoderm. Selain mesenkim yang
berasal dari mesoderm lempeng paraksial dan lateral, inti tiap-tiap lengkung
brankial menerima banyak sekali sel krista neuralis yang bermigrasi untuk
8
kemudian membentuk unsur-unsur rangka. Selain itu setiap lengkung terdiri dari
tulang rawan,saraf, arteri dan serabut otot.
b) Celah faring
Celah pharingeal / pharingeal clafte mengalami
perkembangan pada minggu ke 5 yang ditandai
dengan adanya 4 celah pharingeal, tetapi hanya satu
yang dapat mempengaruhi bentuk definitif
mudigah. Bagian dorsal dari celah yang pertama
akan menembus mesenkim dan menghasilnya
meatus acusticus externus. Sedangkan lapisan
epitelnya akan membentuk gendang telinga. Untuk
celah ke 2,3 dan 4 akan terputus dengan dunia luar
akibat adanya proliferasi aktif jaringan mesenkim dalam lengkung ke 2, yang
kemudian menyatu dengan rigi epikardium. Untuk sementara, celah-celah ini
membentuk sebuah rongga yang dilapisi oleh epitel ektoderm pada sinus
cervikalis, namun pada perkembangan selanjutnya sinus ini menghilang.
c) Kantung faring
Kantung pharingeal / Pharingeal pouch mengalami perkembangan pada
minggu ke-5, sama halnya dengan lengkung dan celah faring. Kantung faring ini
tampak disepanjang dinding lateral faring, kantong ini menembus mesenkim
tetapi tidak berhubungan langsung dengan celah luar.
Ketika berusia 4,5 minggu, dapat dikenali 5 buah tonjolan mesenkim :
Sepasang tonjolan maksila
Sepasang tonjolan mandibula
Tonjolan frontonasal
Derivat-derivat dari lengkung brankial :
1. Lengkung brankial 1
Lengkung brankial 1 terdiri dari bagian dorsal (Prominensia maksilaris)
yang selanjutnya akan membentuk premaksila, maksila, Os zygomaticus dan
9
bagian Os temporalis melalui penulangan membranosa. Sedangkan bagian ventral
(Prominensia mandibuolaris / Tulang Rawan Meckel) yang dalam
perkembangannya akan menghilang, kecuali dua bagiaan pada ujung dorsal yang
masing-masing akan membentuk inkus dan malleus. Dan pada jaringan mesenkim
yang mengelilingi tulang rawan Meckel akan mengalami penulangan membranosa
yang disebut mandibula. Susunan otot dari lengkung brankial 1 dibentuk oleh
otot pengunyahan (M.masseter, m.temporalis, m.pterygoideus lateralis dan
medialis), venter anterioir m.digastricus, m. Mylohyoideus, m.tensor tympani
serta persarafannya oleh cabang mandibula nervus trigeminus, nervus maxilaris
dan nervus opthalmicus untuk persarafan wajah.
2. Lengkung brankial 2
Lengkung brankial 2 / lengkung hyoid (tulang rawan Reichert) akan
membentuk stapes, proc.styloideus Os temporalis, ligamentum stylohyoideus,
cornu minus dan bagian atas corpus Os hyoid. Sedangkan susunan otot lengkung
ini adalah m.stapedius, m.styloideus, venter posterior m.digastricus, m.auricularis,
dan otot ekspresi wajah. Untuk persyarafan lengkung kedua ini disarafi oleh
nervus facialis.
3. Lengkung brankial 3
Lengkung brankial 3 akan membentuk bagian bawah corpus dan cornu
majus os hyoid dengan susunan otot lhanya terbatas pada m. Stylopharyngeus
serta disyarafi oleh nervus glossopharyngeus.
4. Lengkung brankial ke 4 dan 6
Lengkung brankial ke 4 dan 6 mengalami fusi membentuk tulang rawan
thyroid,cricoid, arythenoid, corniculata dan cuneiforme dari laring. Susunan otot
pada lengkung ke 4 yaitu m.cricothyroideus, m.levator veli palatini dan
mm.constrictores pharyngei serta disyarafi oleh ramus laryngeus superior nervus
vagus. Sedangkan untuk lengkung ke 6 mendapatkan persyarafan dari ramus
laryngeus recurrens nervus vagus.
5. Lengkung brankial ke 5
Lengkung brankial ke 5 ini mengalami rudimeter / tidak membentuk
organ.
10
Kantung faring pada mudigah manusia terdapat 5 pasang :
1. Kantong faring 1
Kantong faring 1 membentuk divertikulum yang menyerupai tangkai
(recessus tubotympanicus) yang akan membentuk meatus acusticus externus
setelah berdampingan dengan epitel celah faring 1. Bagian distal dari divertikulum
mengalami pelebaran yang membentuk cavum tympani primitif. Sedangkan
bagian proksimal tetap sempit dan membentuk tuba eustachii dan epitel dari
cavum tympani akan membentuk membaran tympanii / gendang telinga.
2. Kantong faring 2
Lapisan epitel kantung ini akan mengalami proliferasi dan membentuk
tunas-tunas yang menembus mesenkim. Dan kemudian disusupi oleh jaringan
mesoderm hingga terbentuk primordium tonsilla palatina. Pada bulan ke 3 hingga
ke 5, tonsil ini diinfiltrasi jaringan getah bening, sehingga sebagian dari kantung
ini ada yang disebut fossa tonsillaris.
3. Kantung faring 3
Ciri khas dari kantung ini adalah adanya sayap dorsal sayap ventral pada
ujung distalnya. Dalam minggu ke 5, epitel sayap dorsal berdiferensiasi menjadi
glandula parathyroid inferior dan sayap ventral membentuk timus. Jaringan
paratiroid dari kantong ketiga akhirnya terletak di permukaan dorsal kelenjar
tiroid dan membentuk glandula parathyroid inferior.
4. Kantung faring 4
Epitel dari sayap dorsal membentuk glandula parathyroid superior.
5. Kantung faring 5
Kantung faring ke-5 ini biasanya dianggap sebagai bagian dari kantung
faring ke-4. Kantung ini menghasilkan corpus timobranchiale yang kelak menyatu
dengan glandula thyroid. Pada orang dewasa, corpus timobranchiale ini,
menghasilkan sel parafolikuler / sel C dari glandula thyroide. Yang mana sel C ini
akan mensekresikan kalsitonin yang merupakan hormon pengatur kadar kalsium
darah.
12
Perkembangan dan pertumbuhan wajah dan palatum
Wajah dapat secara acak dibagi menjadi 3 (atas, tengah, bawah). Ketiga
bagian ini berhubungan terhadap tonjolan frontonasal, maksila, dan mandibula
embrionik. Sepertiga atas wajah terdiri dari neurokranial dengan tulang frontal
kalvaria yang berperan pada pembentukan dahi. Sepertiga tengah terdiri dari dasar
kranial dan perluasan nasal dari sepertiga atas serta sebagian dari alat kunyah.
Sepertiga bawah melengkapi alat kunyah, terdiri dari mandibula dan gigi geligi.
Sepertiga bagian atas bertumbuh sangat cepat untuk mempertahankan hubungan
neurokranialnya dan merupakan permulaan dari perkembangan lobus frontal otak.
Berhenti tumbuh setelah umur 12 tahun. Pusat osifikasi untuk sepertiga atas wajah
adalah tulang frontal.
Penggabungan tonjolan nasal medial dan maksila membentuk hubungan
dengan rahang atas dan bibir serta memisahkan celah nasal dari stomodeum.
Penyatuan garis tengah tonjolan nasal medial membentuk tuberkulum medial dan
philtrum bibir atas, ujung hidung dan palatum primer. Segmen intermaksilaris
(premaksila), untuk tempat perkembangan ke 4 gigi insisivus, berasal dari bagian
tengah palatum primer, yang pada mulanya berupa pasangan pembengkakan dari
penyatuan tonjolan nasal medial yang terpisah jauh. Rahang bawah dan bibir
terbentuk oleh penyatuan di garis tengah dari sepasang tonjolan mandibula dan
bagian pertama wajah akan terbentuk. Penyatuan lateral dari tonjolan maksila dan
mandibula membentuk comisura (sudut) mulut.
13
Ada tiga elemen yang membentuk elemen sekunder – dua lereng palatum
rahang atas lateral dan palatim primer dari tonjolan frontonasal – yang mula-mula
terpisah jauh. Karena orientasi vertikal dari lereng lateral pada setiap sisi lidah.
Selama minggu ke 8, terjadi perubahan letak lereng lateral, dari vertikal ke
horizontal, sebagai permulaan dari penggabungan dan pemisahan ruang oronasal.
Tonjolan yang telah menjadi horizontal ini kemudian saling mendekat satu sama
lain. Diawali dari daerah depan (palatum keras) kemudian berlanjut ke belakang
(palatum lunak). Epithelium yang menutupi tepi-tepi lereng palatal, menebal dan
menggabung. Kegagalan penggabungan epithelium ini dapat menyebabkan cacat
14
celah palatum ketika lahir. Pada perkembangan selanjutnya, palatum depan
mengalami ossifikasi menjadi keras, sedangkan bagian belakang tidak, sehingga
tetap lunak.
Perkembangan dan pertumbuhan hidung dan rongga hidung
Prominensia frontonasalis, yang dibentuk oleh proliferasi mesenkim
disebelah ventral vesikel otak, merupakan tepi atas stomodeum. Di sisi kanan dan
kiri prominensia frontonasalis, muncul penebalan-penebalan setempat dari
ektoderm permukaan, yaitu plakoda nasal (olfaktorius), di bawah pengaruh
induksi bagian ventral otak depan.
15
Selama minggu ke-5, plakoda-plakoda hidung tersebut mengalami
invaginasi membentuk lobang hidung. Dalam hal ini, plakoda hidung ini
membentuk suatu rigi jaringan yang mengelilingi masing-masing lobang dan
membentuk tonjol hidung. Tonjol-tonjol yang terletak di tepi luar lobang adalah
tonjol hidung lateral; dan yang berada di tepi dalam adalah tonjol hidung medial.
Selama 2 minggu selanjutnya, tonjol maksila terus bertambah besar
ukurannya. Serentak dengan itu, tonjol ini tumbuh ke arah medial, sehingga
mendesak tonjol hidung medial ke arah garis tengah. Selanjutnya, celah antara
tonjol hidung medial dan tonjol maksila hilang, dan keduanya bersatu. Oleh
karena itu, bibir atas dibentuk oleh kedua tonjol hidung medial dan kedua tonjol
maksila itu. Tonjol hidung lateral tidak ikut dalam pembentukan bibir atas. Bibir
bawah dan rahang bawah dibentuk dari tonjol mandibula yang menyatu di garis
tengah.
Hidung terbentuk dari tonjol-tonjol wajah kelima; tonjol frontal
membentuk jembatannya; gabungan tonjol-tonjol hidung medial membentuk
lengkung cuping dan ujung hidung; dan tonjol hidung lateral membentuk sisi-
sisinya.
Hasil tonjolan frontal, penyatuan tonjolan nasal medial (ridge dan ujung
bagian tengah hidung), tonjolan nasal lateral (ala), dan kapsul tulang rawan nasal.
Selama minggu ke-6, lubang hidung makin bertambah dalam, sebagian karena
tumbuhnya tonjol-tonjol hidung yang ada di sekitarnya dan sebagian lagi karena
lubang ini menembus ke dalam mesenkim di bawahnya. Mula-mula, membrana
oronosalis memisahkan kedua lubang hidung tadi dari rongga mulut primitif,
mlalui foramina yang baru terentuk, yakni koana primitif. Koana ini terletak di
sisi kanan dan kiri garis tengah dan tepat di belakang palatum primer.
Perkembangan dan pertumbuhan mata
Mata mulai berkembang sebagai sepasang kantong keluar mata yang
kemudian berkembang menjadi gelembung mata pada tiap sisi otak depan yang
terjadi pada minggu ke 4. Kemudian gelembung mata ini akan menempel pada
ektoderm permukaan dan menginduksi pembentukan lensa. Ketika gelembung
16
mata mulai melakukan invaginasi untuk pembentukan lapisan pigmen dan saraf
retina, plakoda lensa juga melakukan invaginasi membentuk gelembung lensa.
Melalui suatu alur pada gelembung mata bagian bawah yaitu fissura koroidea,
arteri hyaloidea akan masuk ke mata. Dimana serabut saraf juga menempati alur
ini untuk mencapai ke mata dari otak. Sedangkan kornea dibentuk oleh selapis
ektoderm, stroma yang bersambung dengan sklera dan selapis sel epitel yang
membatasi bilik mata depan.
Perkembangan dan pertumbuhan telinga
Bagian dalam termanifestasi sebagi induksi hindbrain dari sel ektodermal
permukaan memanjang menjadi penebalan plakoda optik. Plakoda ini
berinvaginasi ke celah serata menutup vesikel. Bagian luar terbentuk pada leher
sebagai enam tonjolan aurikular yang mengelilingi groove brankial pertama
sehingga membentuk meatus acusticus eksternus. Bagian tengan terbentuk dari
kantung faringeal pertama.
Perkembangan dan pertumbuhan gigi
Interaksi induksi antara jaringan neural crest dan endodermal faringeal,
dan dengan ektodermal mulut, diikuti oleh proliferasi ektodermal mulut
menghasilkan manifestasi morpologi pertama dari perkembangan gigi, lamina
gigi. Nantinya, sel-sel neural crest akan membentuk papilla gigi individual yang
menentukan jumlah gigi-gigi.
Jaringan odontogenik dapat dilihat seawal mungkin, pada hari
perkembangan ke 28 (umur fertilisasi), sebagai daerah penebalan epithelial
ektodermal pada tepi stomodeum, bersamaan dengan disintegrasi membrane
orofaringeal. Epitelium mulut menebal pada tepi inferolateral tonjolan maksila
dan pada tepi superolateral lengkung mandibula, dimana keduanya bergabung
membentuk tepi lateral stomodeum. Selain itu, epithelium odontogenik yang
mulanya terpisah akan muncul pada hari perkembangan ke 35, di tepi inferolateral
tonjolan frontonasal, membentuk empat daerah asal epithelium odontogenik untuk
gigi geligi atas. Jadi gigi geligi depan atas tampaknya berasal dari tonjolan
17
maksila. Gigi geligi bawah juga berkembang dari keempat daerah odontogenik di
lengkung mandibula, dua pada tiap sisi.
Perkembangan dan pertumbuhan kelenjar ludah
Ada tiga kelenjar ludah utama yaitu kelenjar parotid, kelenjar
submandibula dan kelenjar sublingua. Ketiganya berasal dari benih epitel mulut
yang meluas ke mesensim di bawahnya. Semua jaringan parensimal(sekretoris)
dari kelenjar berasal dari pooliferasi epiltelium mulut yang berasal dari
ektodermal(untuk kelenjar major) dan endodermal (untuk kelenjar lingual).
Stroma (kapsul dan septum) dari kelenjar berasal dari mesensim yang dapat
bersifsat mesodermal atau dari neural crest.
Benih kelenjar parotid merupakan kelenjar pertama yang muncul pada
minggu ke 6, pada bagian dalam pipi di dekat sudut mulut dan kemudian
bertumbuh ke belakang, ke arah telinga. Tonjolan maksila dan mandibula
bergabung, menggeser lubang duktus pada bagian dalam pipi ke dorsal dari sudut
mulut. Pada daerah parotid atau telinga, tali epitelial dari cabang-cabang sel
diantara saraf wajah, terkanalisasi untuk membentuk asini dan duktus kelenjar.
Duktus dan sisitem asinar tertanam dalam stroma mesensim yang tersusun
menjadi lobulus-lobulus dan seluruh kelenjar akan terbungkus oleh jaringan ikat
fibrosa. Duktus kelenjar parotid, tereposisi ke atas, mengikuti arah tali epitelial
embrionik pada orang dewasa. Duktus parotid terkanalisasi pada minggu ke 10,
sedang benih terminal pada minggu ke 16 dan sekresi mulai terbentuk pada
minggu ke 18.
Benih kelenjar ludah submandibula muncul pada akhir minggu ke 6
ssebagai seri kelompok yang membentuk pertumbuhan epitelial berlebihan pada
kedua sisi garis tengah di groove linguogingival dasar mulut, pada daerah bakal
papila. Tali epitelial berproliferasi ke dorsal ke mesensim di balik otot milohioid
sedang berkembang, membelok ke ventral ketika membentuk percabangan dan
terkanalisasi, membentuk asini dan duktus kelenjar submandibula. Deferensiasi
asini dimulai pada minggu ke 12; aktivitas sekresi serus dimulai pada minggu ke
16, bertambah sampai minggu ke 28, dan kemudian terhenti. Sekresi serus sampai
18
minggu ke 16-28 ikut berperan dalam membentuk cairan amniotik dan
mengandung amilase dan mungkin juga faktor pertumbuhan epidermal dan saraf.
Pertumbuhan kelenjar submandibula terus berlangsung postnatal, disertai
pembentukan asini mukos. Stroma mesensimal memisahkan lobulus-lobulus
parensimal dan membentuk kapsul kelenjar.
Kelenjar sublingual muncul pada minggu ke 8, sebagai seri yang terdiri
dari 10 benih epitelial, tepat di lateral analagen analagen kelenjar submandibula.
Percabangan dan kanalisasi inii menghasilkan sejumlah duktus yang membuuka
secara terpisah dibalik lidah.
19
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gambaran yang paling khas dalam perkembangan kepala dan leher adalah
terbentuknya lengkung brankialis atau lengkung faring. Lengkung-lengkung ini
ikut menentukan tampilan luar yang khas dari janin. Lengkung-lengkung ini
mulanya berupa batang jaringan mesenkim yang dipisahkan oleh celah brankial.
Bersamaan dengan perkembangan lengkung dan celah tersebut, tampak juga
sejumlah kantung faring di sepanjang dinding lateral faring.
Proses pertumbuhan dan perkembangan dari craniofasial terjadi melalui dua
tahap yaitu tahap gastrulasi dan tahap neurolasi. Pada tahap gastrulasi terjadi
fertilisasi setelah terjadi fertillisai akan terbentuk zigot dalam rahim. Setelah zigot
terbentuk maka zigot akan terjadi perkembangan secara mitosis berkembang
menjadi morula dan selanjutnya menjadi blastula. Setelah blastula terbentuk maka
blastula akan berubah menjadi blastokista. Blastokista akan membentuk
trophoblast dan embrioblast. Trophoblast akan membentuk plasenta yang nantinya
akan menempel pada dinding endometrium. Sedangkan embrioblast akan berubah
membentuk embrio. Setelah embrio terbentuk, embrio akan berubah menjadi
cakram blaminer membentuk lapisan ectoderm dan endoderm. Setelah terbenuk
cakram bilaminer akan berkembang menjadi cakram trilaminer sehingga akan
terbentuk primitive streak yang nantinya akan membentuk prenotochord setelah
itu akan terbentuk notochord. Pada tahap neurolasi, notochord menginduksi
ektodermal yang terletak di atasnya. Proliferasi menjadi lempeng syaraf (neural
plate) sehingga menyebabkan neural plate melipat yang disebut lipatan saraf
(neural fold) yang nantinya menjadi alur saraf (neural groove). Neural fold terus
menerus berproliferasi, akhirnya tepi-tepinya menjadi tinggi dan menyatu di
sepanjang garis tengah sehingga terbentuk tabung syaraf (neural tube).
20