Post on 27-Oct-2019
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION (KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU)
KAMPOENG BATIK LAWEYAN SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Penerapan IMC Kasus di Kampoeng Batik
Laweyan Surakarta Oleh Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan)
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Ilmu Sosial pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi
Disusun oleh :
AMELIA ARI CHRISNAYANI
D0204023
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Telah disetujui dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Hari :
Tanggal :
Panitia Penguji :
Ketua : Dra. Hj. Sofiah, M.Si (.................................) NIP 130 803 671
Sekretaris : Nora Nailul Amal,S.Sos, MLMEd, Hons (.................................) NIP 132 315 699
Penguji : Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D (.................................) NIP 132 206 606
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN MOTTO
Nil Sine Numini... [Tak ada yang dapat terjadi tanpa kehendak Tuhan]
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebuah persembahan bagi:
Orang tua
Robert Hendra Yudianto
[ZyrrOzYDeZtuBBy]
Aku
dan masa depanku...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Nama Laweyan sejak dahulu dikenal pusat kerajinan Batik dan pernah
mengalami masa kejayaan pada era tahun 1970an. Pada tahun 1980an, mulai
terjadi pergeseran proses produksi Batik. Batik yang awalnya diproduksi dengan
canting sebagai Batik tulis juga dengan cap yang kemudian dikenal dengan Batik
cap mulai tersaingi dengan hadirnya Batik printing. Kondisi tersebut semakin
diperparah dengan tidak adanya minat generasi penerus di Laweyan untuk
meneruskan usaha Batik orang tuanya. Hal tersebut membuat kawasan Laweyan
mengalami degradasi, sehingga Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
yang beranggotakan masyarakat Laweyan memiliki gagasan untuk melakukan
tindakan penyelamatan kawasan dengan membentuk Laweyan sebagai daerah
tujuan wisata. Usaha penyelamatan kawasan Laweyan tersebut mendapat
dukungan dari Pemerintah Kota Surakarta. Pada 25 September 2004, kawasan
Laweyan resmi dicanangkan oleh Pemerintah Kota Surakarta sebagai daerah
tujuan wisata dengan nama Kampoeng Batik Laweyan. Sebagai sebuah daerah
tujuan wisata yang baru, Kampoeng Batik Laweyan membutuhkan sarana
komunikasi pemasaran yang tepat agar masyarakat luas dapat mengetahui potensi-
potensi yang dimiliki oleh Kampoeng Batik Laweyan. Salah satu usaha
komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Kampoeng Batik Laweyan adalah
dengan menerapkan Integrated Marketing Communication (IMC) atau biasa
disebut dengan Komunikasi Pemasaran Terpadu.
Tujuan IMC adalah mempengaruhi atau memberikan efek langsung
kepada perilaku khalayak sasaran yang dimilikinya. IMC menganggap seluruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sumber yang dapat menghubungkan pelanggan atau calon pelanggan dengan
produk atau jasa dari suatu merek atau perusahaan, adalah jalur yang potensial
untuk menyampaikan pesan di masa datang. Lebih jauh lagi, IMC menggunakan
semua bentuk komunikasi yang relevan serta yang dapat diterima oleh pelanggan
dan calon pelanggan. Dengan kata lain, proses IMC berawal dari pelanggan atau
calon pelanggan, kemudian berbalik kepada perusahaan untuk menentukan dan
mendefinisikan bentuk dan metode yang perlu dikembangkan bagi program
komunikasi yang persuasif .
Skripsi dengan judul INTEGRATED MARKETING
COMMUNICATION (KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU)
KAMPOENG BATIK LAWEYAN SURAKARTA ini berupaya
mendeskripsikan kegiatan Integrated Marketing Communications (Komunikasi
Pemasaran Terpadu) Kampoeng Batik Laweyan Surakarta yang dilakukan oleh
Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan.
Penulis menyadari, penyusunan skripsi ini tidak lepas dari semua pihak
yang telah membantu Penulis. Oleh karena itu Penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan
skripsi ini, yaitu :
1. Prahastiwi Utari, Ph.D selaku ketua jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
2. Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D selaku dosen pembimbing.
3. Drs. H.Soedihardjo, S.H selaku pembimbing akademik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Ir. H.Alpha Pabela Priyatmono selaku Ketua Forum Pengembangan
Kampoeng Batik Laweyan.
5. Widiarso, Taufik Tri Lutfianto, M. Arief Yulianto, Prabowo, segenap
pengurus Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, aparat dan
warga Kampoeng Batik Laweyan.
6. Robert Hendra Yudianto.
7. Teman-teman Komunikasi 2004, teman-teman Firefly, teman-teman
D’compos, Charlie’s Angels (Ima&Ulfa), Mee, Nina, Dp, Cicik, Anggar
dan semua pihak yang telah membantu Penulis selama penyusunan skripsi
ini hingga selesai.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kemajuan Penulis di masa
mendatang.
Surakarta, Desember 2008
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………... iii
HALAMAN MOTTO…………………………………………………….... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……….………….……………………….... v
KATA PENGANTAR………………..……………………………………...vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………….. xi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………….............. xiv
ABSTRAK………………………………………………………………… xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.………………………………. 1
B. Perumusan Masalah……………………………………. 5
C. Tujuan Penelitian………………………………………. 5
D. Manfaat Penelitian……………………………………... 6
E. Tinjauan Pustaka
1. Pariwisata............................................................. 6
2. Komunikasi.........................................………...... 9
3. Komunikasi Pemasaran..........................………. 12
4. Komunikasi Pemasaran Terpadu (Integrated
Marketing Communication)................................ 14
F. Metodologi Penelitian
1. Lokasi Penelitian .....…...…………………….... 36
2. Bentuk Penelitian ………………………….….. 36
3. Sumber Data dan Teknik Sampling …………… 37
4. Validitas Data ……………………..................… 40
5. Teknik Analisis Data ...………………………… 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II SEJARAH LAWEYAN DAN FORUM PENGEMBANGAN
KAMPOENG BATIK LAWEYAN
A. Sejarah Kampoeng Batik Laweyan Surakarta
a. Kondisi Geografis ……………………………......... 45
b. Kondisi Demografis.................................................... 46
c. Mata Pencaharian ...................................................... 46
d. Kondisi Sosial Masyarakat.......................................... 48
e. Data-data Pengusaha Laweyan................................... 48
f. Jenis Objek Kunjungan Wisata di Laweyan............... 49
g. Jalur Perjalanan Wisatawan/ Pengunjung................... 50
h. Sarana dan Prasarana................................................... 53
B. Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan.......... 57
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Integrated Marketing Communication
Kampoeng Batik Laweyan................................................67
B. Integrated Marketing Communication Kampoeng Batik
Laweyan..…………………………………….................. 71
C. Analisis Integrated Marketing Communication Batik
Kampoeng Laweyan..…………………….......................110
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………….... 116
B. Saran…………………………………………………. 118
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Kerangka Umum Komunikasi Pemasaran.......................................... 13
Tabel 1.2 Pilihan Utama Media Iklan................................................................. 23
Tabel 2.1 Distribusi Penduduk Kelurahan Laweyan.......................................... 46
Tabel 2.2 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencahariannya........................... 47
Tabel 2.3 Data Tempat Wisata di Laweyan....................................................... 51
Tabel 2.4 Situs dan Benda Cagar Budaya di Kawasan Kampung Batik
Laweyan............................................................................................. 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Model Komunikasi Wilbur Schramm............................................. 10
Gambar 1.2 Model Komunikasi Pemasaran....................................................... 13
Gambar 1.3 Model Alur Kerja IMC................................................................... 18
Gambar 1.4 Diagram Teknik Triangulasi........................................................... 18
Gambar 2.1 Shelter di Kawasan Kampung Batik Laweyan............................... 54
Gambar 2.2 Fasilitas Becak Wisata.................................................................... 55
Gambar 2.3 Papan Penunjuk Jalan di Kampoeng Batik Laweyan..................... 56
Gambar 2.4 Logo Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan................ 57
Gambar 2.5 Program Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan...................... 59
Gambar 2.6 Struktur Pengurus FPKBL Kelurahan Laweyan Surakarta............. 62
Gambar 2.7 Hubungan Antar Lembaga di Kampoeng Batik Laweyan............... 63
Gambar 2.8 Rekomendasi Dalam Penyusunan Organisasi FPKBL..................... 64
Gambar 2.9 Forum Rembug Laweyan................................................................. 65
Gambar 2.10 Forum Rembug Laweyan.............................................................. 66
Gambar 2.11Mekanisme Pengembangan............................................................. 66
Gambar 3.1 Spanduk dan Umbul-umbul Solo Batik Sale di Showroom Batik
Putra Laweyan.................................................................................. 74
Gambar 3.2 Acara Pembukaan Solo Batik Sale di Graha Niekmat Rasa Laweyan
.......................................................................................................... 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 3.3 Kantor Sekretariat (Pusat informasi dan Promosi) Kampoeng Batik
Laweyan........................................................................................... 76
Gambar 3.4 Kegiatan Diklat Pembuatan Makanan.............................................. 78
Gambar 3.5 Kegiatan Diklat Achievement Motivation Training.......................... 79
Gambar 3.6 Kegiatan Pelatihan membatik di museum Radyapustaka Solo......... 81
Gambar 3.7 Kegiatan Training Kewirausahaan.................................................... 82
Gambar 3.8 Pelatihan membatik di SD Dja’matul Ichwan Laweyan................... 83
Gambar 3.9 Pelatihan mawarnai batik PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
Bina Bangsa...................................................................................... 84
Gambar 3.10 Pelatihan Peningkatan Kamampuan Pemanfaatan Teknologi melalui
Desain Batik...................................................................................... 86
Gambar 3.11 Proses Pengambilan Gambar Acara ”Jejak Masjid Nusantara 2”
di Masjid Laweyan............................................................................ 91
Gambar 3.12 Proses Pengambilan Gambar Acara ”Teropong” di Batik Mahkota
......................................................................................................... 92
Gambar 3.13 Kegiatan Acara “Selawenan”......................................................... 97
Gambar 3.14 Umbul-umbul World Heritage Cities di Kampoeng Batik Laweyan
.......................................................................................................... 99
Gambar 3.15 Stand Pameran Kampoeng Batik Laweyan di WHCCE................. 99
Gambar 3.16 Pameran Foto Kuno Laweyan dengan Tema Potret Laweyan dalam
Religi, Ekonomi dan Budaya........................................................... 101
Gambar 3.17 Logo Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan sekaligus
sebagai Logo Kampoeng Batik Laweyan……………………........ 102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 3.18 Logo Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan di stand
Pameran WHCCE………………………………………………. 103
Gambar 3.19 Logo Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan dalam slide
acara “Selawenan”......................................................................... 104
Gambar 3.20 Logo Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan di depan
Batik Training Center..................................................................... 105
Gambar 3.21 Papan Nama Jalan di Kampoeng Batik Laweyan........................ 106
Gambar 3.22 Papan Penunjuk Jalan dan Gapura di Kampoeng Batik
Laweyan………………………………………………………... 107
Gambar 3.23 Ornamen Batik di Pos Ronda dan Salah Satu Dinding Rumah di
Kampoeng Batik Laweyan........................................................... 108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
AMELIA ARI CHRISNAYANI, D0204023, INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION (KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU) KAMPOENG BATIK LAWEYAN SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Penerapan IMC Kasus di Kampoeng Batik Laweyan Surakarta Oleh Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan) Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2008.
Kawasan Laweyan sejak dahulu dikenal sebagai pusat industri Batik
dan pernah mengalami masa kejayaan pada era tahun 1970an. Setelah masa kejayaan Batik berakhir, Laweyan mengalami degradasi sehingga Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan yang beranggotakan masyarakat Laweyan memiliki gagasan untuk melakukan tindakan penyelamatan kawasan dengan membentuk Laweyan sebagai daerah tujuan wisata. Usaha penyelamatan kawasan Laweyan tersebut mendapat dukungan dari Pemerintah Kota Surakarta. Pada 25 September 2004, kawasan Laweyan resmi dicanangkan oleh Pemerintah Kota Surakarta sebagai daerah tujuan wisata dengan nama Kampoeng Batik Laweyan. Sebagai sebuah daerah tujuan wisata yang baru, Kampoeng Batik Laweyan membutuhkan sarana komunikasi pemasaran yang tepat agar masyarakat luas dapat mengetahui potensi-potensi yang dimiliki oleh Kampoeng Batik Laweyan. Salah satu usaha komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Kampoeng Batik Laweyan adalah dengan menerapkan Integrated Marketing Communication (Komunikasi Pemasaran Terpadu).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Integrated Marketing Communications (Komunikasi Pemasaran Terpadu) Kampoeng Batik Laweyan Surakarta yang dilakukan oleh Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan.
Penelitian ini adalah sebuah penelitian Studi Kasus Tunggal
Terpancang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi tidak
terlibat (nonparticipant observation), wawancara dan dokumen. Adapun langkah-
langkah analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan melakukan upaya penyelamatan kawasan Laweyan dengan membentuk Laweyan menjadi daerah tujuan wisata dengan nama Kampoeng Batik Laweyan. Salah satu usaha komunikasi pemasaran yang dilakukan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan dalam memasarkan Kampoeng Batik Laweyan adalah melalui penerapan Integrated Marketing Communication (Komunikasi Pemasaran Terpadu). Sarana Integrated Marketing Communication (Komunikasi Pemasaran Terpadu) yang digunakan adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Personal selling, periklanan melalui surat kabar, majalah dan televisi, promosi penjualan, public relations, eksibisi, corporate identity, internet melalui website.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia selalu bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Mobilitas itu tak lepas dari upaya manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Lambat laun perpindahan manusia itu memiliki suatu tujuan, diantaranya adalah untuk berwisata. Saat ini pariwisata telah menjadi sebuah industri yang memiliki banyak manfaat untuk dikembangkan, salah satunya adalah manfaat dalam mengembangkan sektor ekonomi suatu kawasan, seperti membuka kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan taraf hidup, memberikan ruang bagi sektor lain untuk berkembang seperti sektor produksi usaha kecil masyarakat, sektor transportasi dan jasa perhotelan. Kawasan Laweyan adalah sebuah kawasan yang memiliki keunikan dan nilai historis yang tinggi. Sejak sebelum tahun 1500 M, Laweyan berkembang pusat perdagangan Lawe kerajaan Pajang, nama Laweyan sendiri berasal dari kata ”Lawe” yang berarti benang atau bahan baku kain Batik. Batik merupakan salah satu karya seni budaya masyarakat Jawa yang telah menjadi karya seni bangsa yang dibanggakan, bahkan kini telah menjadi salah satu ciri busana bangsa kita, Indonesia. Seni Batik ini dikembangkan dan diwariskan secara turun-temurun, serta memiliki ciri khas keunikan dan daya tarik bagi masyarakat lain. Awalnya, produk Batik berupa kain yang berfungsi sebagai perangkat upacara adat Jawa. Sekarang kain Batik digunakan dalam berbagai peristiwa sosial budaya yang lebih luas bahkan telah mendunia. Image Laweyan sebagai kawasan penghasil Batik telah tersohor hingga ke seluruh pulau Jawa. Karena di samping kekayaan Batiknya, kawasan ini memiliki ciri khas dan sebuah sejarah kehidupan masyarakat, yang umumnya sebagai saudagar Batik yang unik. Pada masa kejayaannya, di era 1970an hampir setiap rumah di Laweyan merupakan usaha Batik rumahan (home industry) yang dilakukan secara turun temurun. Pada masa kejayaannya pula, warga Laweyan berhasil membangun rumah-rumah mereka menjadi simbol status sosial mereka sebagai ’juragan Batik’. Keunikan lainnya yang ada di Laweyan adalah sebutan ’mbokmase’ yang merupakan sebutan khusus dari para pekerja kepada juragan Batik Laweyan yang berasal dari kaum perempuan. Di Laweyan, usaha Batik memang dikendalikan oleh kaum perempuan sehingga maju atau mundurnya sebuah usaha Batik berada di tangan juragan perempuan. Laweyan juga pernah menjadi saksi sebuah pergerakan nasional yang dimotori oleh SDI (Serikat Dagang Islam) yang didirikan oleh K.H Samanhudi. Di Laweyan juga terdapat makam Ki Ageng Henis yang merupakan nenek moyang dari raja-raja Mataram, tak hanya itu, di Laweyan juga terdapat berbagai peninggalan seperti masjid Laweyan, Langgar Merdeka, Langgar Laweyan, makam Jayengrana yang merupakan bupati pertama Surabaya. Namun sejalan dengan kemajuan teknologi, banyak pengusaha dan pabrik-pabrik di luar kawasan Laweyan yang mulai mengembangkan Batik dengan teknologi printing. Batik printing tersebut memiliki beberapa keunggulan,
1 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diantaranya harganya yang lebih murah serta proses produksi yang lebih singkat jika dibandingkan dengan Batik tradisional. Selain itu, kurangnya minat generasi muda Laweyan untuk meneruskan usaha Batik turun temurun membuat proses regenerasi pembatik di Laweyan mengalami hambatan. Hal tersebut mengakibatkan banyak warga Laweyan yang meninggalkan bisnis Batiknya dan tidak lagi merawat aset-aset usaha Batik yang dimilikinya seperti rumah-rumah kuno yang semula berfungsi sebagi tempat hunian sekaligus sebagai tempat produksi Batik kini berubah fungsi menjadi rumah hunian saja, alat-alat produksi Batik Kuno banyak yang tidak dirawat bahkan dijual, hal tersebut membuat Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan merasa perlu untuk melakukan tindakan penyelamatan kawasan Laweyan dengan membentuk Laweyan menjadi daerah tujuan wisata. Usaha penyelamatan kawasan Laweyan tersebut mendapat dukungan dari Pemerintah Kota Surakarta. Pada tanggal 25 September 2004, Laweyan secara resmi ditetapkan oleh Walikota Solo pada saat itu, Slamet Suryanto, sebagai daerah tujuan wisata dengan nama Kampoeng Batik Laweyan. Saat ini pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting, yang dapat menunjang peningkatan baik dari sosial dan psikologis maupun dari segi ekonomi yaitu peningkatan pendapatan masyarakat, disamping menjadi mesin penggerak ekonomi, pariwisata juga merupakan wahana yang menarik untuk mengurangi jumlah pengangguran mengingat berbagai jenis wisata dapat ditempatkan di mana saja (footlose). Oleh sebab itu pembangunan wisata dapat dilakakukan di daerah yang pengaruh penciptaan lapangan kerjanya paling menguntungkan. Aspek ekonomi pariwisata tidak hanya berhubungan dengan kegiatan ekonomi yang langsung berkaitan dengan kegiatan pariwisata, seperti usaha perhotelan, restoran, dan penyelenggaraan paket wisata. Banyak kegiatan ekonomi lainnya yang berhubungan erat dengan pariwisata, seperti transportasi, telekomunikasi dan bisnis eceran. Peresmian Kampoeng Batik Laweyan menjadi daerah tujuan wisata tersebut tidak lepas dari visi dan misi kota Surakarta menurut Perda no 10 tahun 2001 yaitu terwujudnya kota Solo sebagai kota budaya, yang bertumpu pada potensi perdagangan, jasa, pendidikan, pariwisata, dan olahraga, artinya mindset dari ke lima hal tersebut adalah perdagangan, bisnis, jasa, pariwisata, olahraga, pendidikan. Kawasan Laweyan resmi dicanangkan oleh Pemerintah Kota Surakarta sebagai daerah tujuan wisata dengan nama Kampoeng Batik Laweyan. Pencanangan Kampoeng Batik Laweyan, yang merupakan sentra industri Batik menjadi daerah tujuan wisata selain untuk tindakan penyelamatan kawasan, diharapkan juga mampu menggerakkan roda perekonomian warga kawasan Laweyan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai sebuah daerah tujuan wisata yang baru, Kampoeng Batik Laweyan membutuhkan sarana komunikasi pemasaran yang tepat agar masyarakat luas dapat mengetahui potensi-potensi yang dimiliki oleh Kampoeng Batik Laweyan. Salah satu usaha komunikasi pemasaran Kampoeng Batik Laweyan dapat dilakukan dengan menerapkan Integrated Marketing Communication (Komunikasi Pemasaran Terpadu).
Komunikasi Pemasaran Terpadu merupakan suatu keterpaduan dari komunikasi pemasaran yang erat kaitannya dengan komunikasi. Keberhasilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
suatu daerah dalam memasarkan keunggulan dan potensi di daerahnya tergantung dari cara penyampaian pesan-pesan kepada masyarakat, tanpa adanya komunikasi, maka masyarakat tidak dapat mengetahui dan mengenal produk yang ditawarkan oleh suatu daerah. Agar tujuan komunikasi tersebut dapat tersampaikan dengan baik pada masyarakat, diperlukan pesan yang tepat sasaran dan mudah diterima oleh masyarakat. Dengan diterapkannya Komunikasi Pemasaran Terpadu di Kampoeng Batik Laweyan maka masyarakat dari berbagai daerah dapat mengetahui kebaradaan Kampoeng Batik Laweyan, dapat mengetahui potensi dan keunggulan wisata yang ada di Kampoeng Batik Laweyan dan kemudian tertarik untuk datang dan berkunjung ke Kampoeng Batik Laweyan. B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : ”Bagaimana implementasi Integrated Marketing Communications (Komunikasi Pemasaran Terpadu) Kampoeng Batik Laweyan yang dilakukan oleh Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi Integrated Marketing Communications (Komunikasi Pemasaran Terpadu) Kampoeng Batik Laweyan yang dilakukan oleh Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan. D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat : 1. Bagi penulis, penulis dapat mendeskripsikan implementasi Integrated
Marketing Communications (Komunikasi Pemasaran Terpadu) Kampoeng
Batik Laweyan yang dilakukan oleh Forum Pengembangan Kampoeng Batik
Laweyan.
2. Bagi Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan Surakarta, penelitian
ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dan berarti
dalam rangka pengembangan Kampoeng Batik Laweyan sebagai daerah
tujuan wisata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Tinjauan Pustaka
1. Pariwisata Menurut Kodhat: ”Wisata adalah perjalanan dan persinggahan yang
dilakukan oleh manusia di luar tempat tinggalnya untuk berbagai maksud dan tujuan, tetapi bukan untuk disinggahi atau untuk melakukan pekerjaan dengan mendapatkan upah”. (Desky, 2001: 6).
Istilah pariwisata terlahir dari bahasa Sansekerta yang komponen-komponennya terdiri dari :
Pari yang berarti - penuh, lengkap, berkeliling Wis (man) - rumah, properti, kampung, komunitas Ata - pergi terus menerus, mengembara (roaming about)
yang bila dirangkai menjadi satu kata melahirkan istilah pariwisata berarti: pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampung) berkeliling terus-menerus. Sedang yang dimaksud wisatawan (tourist) adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu, jika lamanya kurang dari 24 jam maka mereka disebut pelancong (excursionis) (Hamalik, 1978:28) Kepariwisataan dapat dipandang sebagai sesuatu yang abstrak, misalnya saja sebagai suatu gejala yang melukiskan kepergian orang-orang di dalam negaranya sendiri atau penyebrangan orang-orang pada tapal batas suatu negara. Proses bepergian ini mengakibatkan terjadinya interaksi dan hubungan-hubungan, saling pengertian insani, perasaan-perasaan, presepsi-presepsi, motivasi, tekanan-tekanan, kepuasan, kenikmatan, dan lain-lain diantara sesama pribadi atau antar kelompok. Pada dasarnya bagian-bagian dari gejala pariwisata terdiri dari tiga unsur yakni :
1) Manusia sebagai unsur insani pelaku kegiatan pariwisata.
2) Tempat sebagai unsur fisik yang sebenarnya tercakup oleh kegiatan itu
sendiri.
3) Waktu yang merupakan unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan itu
sendiri dan selama berdiam di tempat tujuan. (Wahab, 1988:4)
Menurut Wahab (1988:6) pariwisata dapat dibedakan menurut beberapa golongan, yaitu menurut jumlah orang yang bepergian, menurut maksud bepergian, menurut alat transportasi, menurut letak geografis, menurut umur, menurut jenis kelamin, dan menurut tingkat harga dan tingkat sosial. Menurut jumlah orang yang bepergian dapat dibedakan menjadi dua yaitu pariwisata individu yang hanya dilakukan oleh satu individu atau satu keluarga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
serta pariwisata rombongan yang dilakukan oleh sekelompok orang. Sedang menurut maksud bepergian dapat dibedakan menjadi pariwisata santai, pariwisata budaya, pariwisata pulih sehat, pariwisata olahraga, dan pariwisata temu wicara. Menurut alat transportasi dibedakan menjadi pariwisata darat, pariwisata tirta, dan pariwisata dirgantara. Dari letak geografisnya, pariwisata dibagi menjadi tiga yaitu, pariwisata domestik nasional, regional dan internasional. Dari umur, pariwisata dibagi menjadi dua yaitu pariwisata remaja dan dewasa. Menurut jenis kelamin dibagi menjadi pariwisata pria dan wanita. Pariwisata taraf lux, pariwisata menengah dan jelata merupakan pembagian pariwisata jika dilihat dari tingkat harga dan tingkat sosial.
Kegiatan pariwisata dapat menghasilkan banyak manfaat. Dari segi ekonomi, pariwisata dapat menambah pendapatan negara yang dapat merangsang bertambahnya pendapatan dari sektor pajak, kerajinan, dan industri yang saling menunjang dan kait mengkait. Pariwisata juga memperluas pergaulan hidup dan pengetahuan masyarakat. Dari segi seni dan budaya, pariwisata mendorong pengembangan kreasi, penggalian, pemeliharaan atau pagelaran seni budaya yang baik. Kegiatan pariwisata juga mendorong terciptanya pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan hidup, memperluas kesempatan kerja dan menunjang perbaikan kesehatan dan prestasi kerja karena kegiatan berpariwisata akan melepaskan ketegangan baik jasmaniah maupun batiniah.
Promosi pariwisata merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan secara irrasional atau dorongan bawah sadar (Desky, 2001:9), sehingga dengan upaya promosi pariwisata, masyarakat dapat terpengaruh untuk melakukan kegiatan pariwisata ke daerah tertentu.
Kegiatan promosi wisata tak lepas dari peran komunikasi dimana melalui komunikasi pemasaran tersebut suatu daerah dapat mengkomunikasikan kepada khalayak sumber-sumber wisata atau aset wisata, fasilitas wisata yang dimiliki, kondisi lingkungan, sikap masyarakat, serta keunggulan-keunggulan lain yang menjadi daya tarik tempat wisata tersebut.
2. Komunikasi
Kata komunikasi berasal dari kata dalam bahasa Latin communis, yang berarti "sama". Komunikasi kemudian dapat dianggap kesatuan pemikiran antara pengirim dengan penerima. Kunci utama dari definisi ini adalah diperlukan kesamaan pemikiran yang dikembangkan antara pengirim dan penerima jika diharapkan terjadi komunikasi. (Shimp, 2000:162). Definisi yang hampir sama dengan definisi tersebut diungkapkan oleh Effendy (2006:9) bahwa istilah komunikasi yang dalam bahasa Inggris disebut communication berasal kata Latin communicatio yang bersumber dari kata communis yang berarti ”sama”. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.
Sedangkan komunikasi menurut Hovland adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate). Definisi-definisi diatas dapat digambarkan dalam model komunikasi Wilbur Schramm di bawah ini,
Gambar 1.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model Komunikasi Wilbur Schramm
Source Encoder Signal Decoder Destination Sumber: (Mulyana, 2005:141) Tujuan utama dari komunikasi adalah menginformasikan, mem-pengaruhi dan membujuk, serta mengingatkan audiens tentang suatu perusahaan. Menginformasikan dapat berupa memperkenalkan cara pemakaian baru dari produk tertentu, menyampaikan perubahan harga kepada pasar, menjelaskan cara kerja suatu produk, menginformasikan jasa-jasa yang disediakan perusahaan, meluruskan kesan yang keliru, mengurangi ketakutan atau kekhawatiran calon pembeli, dan membangun citra perusahaan. Sedangkan tujuan kedua dari komunikasi adalah mempengaruhi dan membujuk untuk membentuk pilihan merek, mengalihkan pilihan ke merek tertentu, mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk, mendorong pembeli untuk membeli saat itu juga, dan mendorong pembeli untuk menerima kunjungan wiraniaga. Komunikasi juga ber-tujuan untuk mengingatkan audiens tentang perusahaan, dengan cara mengingat-kan pembeli akan tempat-tempat outlet penjualan yang dimiliki perusahaan, mem-buat pembeli tetap ingat walau tak ada kampanye iklan dan menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan. Menurut Shimp (2000:163) dalam melakukan kegiatan komunikasi tersebut ada delapan elemen komunikasi yang terlibat yaitu: sumber, penerjemahan, pesan, saluran, penerima, intepretasi, gangguan, dan umpan balik Yang dimaksud dengan sumber adalah pengirim atau kelompok orang yang memiliki pemikiran untuk disampaikan kepada orang lain. Sumber tersebut menerjemahkan sebuah pesan untuk mencapai empat tujuan komunikasi tersebut. Pesan sendiri adalah suatu ekspresi simbolis dari pemikiran sang pengirim. Dalam komunikasi pemasaran, pesan dapat berbentuk sebuah iklan, sebuah presentasi penjualan, sebuah rancangan kemasan dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan saluran penyampaian pesan adalah suatu saluran yang dilalui pesan dari pihak pengirim, untuk disampaikan kepada pihak penerima yaitu orang atau kelompok orang yang dengan mereka pihak pengirim berusaha untuk menyampaikan ide-idenya. Dalam komunikasi pemasaran, penerima adalah pelanggan dan calon pelanggan suatu produk atau jasa perusahaan. Proses penterjemahan pesan melibatkan aktivitas yang dilakukan pihak penerima dalam menginterprestasi atau mengartikan pesan pemasaran. Dalam proses tersebut kadang tidak lepas dari gangguan, gangguan tersebut dinamakan noise. Noise dapat terjadi pada tahap manapun dalam proses komunikasi. Unsur terakhir, umpan balik, memungkinkan sumber pesan memonitor seberapa akurat pesan yang disampaikan dapat diterima. 3. Komunikasi Pemasaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Komunikasi dapat berpengaruh dalam berbagai bidang, diantaranya dalam bidang pemasaran, dalam bidang pemasaran komunikasi akhirnya berkembang menjadi lebih khusus dalam bidang pemasaran yaitu komunikasi pemasaran. Dalam sebuah kegiatan pemasaran, penyampaian informasi secara tepat sangat dibutuhkan.
Menurut Effendy (1981:12) komunikasi pemasaran dapat diartikan sebagai proses komunikasi yang terjadi antar pembeli dan penjual yang di dalamnya meliputi pemberian stimulus dengan harapan memperoleh respon yang diinginkan dan dapat digunakan dalam mengambil keputusan pemasaran.
Secara ringkas, komunikasi pemasaran adalah proses penyebaran informasi tentang perusahaan dan apa yang hendak ditawarkannya (offering) pada pasar sasaran. Perannya sangat vital mengingat peran komunikasi dalam memfasilitasi hubungan saling menguntungkan antara perusahaan dengan pembeli prospektif. Berkat perkembangan ilmu pemasaran, tujuan komunikasi kini tidak lagi terbatas untuk mendorong pembelian pertama, namun juga memastikan kepuasan paska pembelian sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya pembelian berulang dan pembeli tersebut menjadi pelanggan yang royal.
Gambar 1.2 Model Komunikasi Pemasaran
Sumber: (Sulaksana, 2005: 33)
Tabel 1.1
Kerangka Umum Komunikasi Pemasaran Iklan promosi Humas
penjualan
Penjualan
personal
pemasaran
langsung
Iklan cetak dan
siaran
Kemasan –luar
Kemasan –dalam
Film
Brosur-buklet
Direktori
Kontes, game
Lotere
Premi-hadiah
Sampling
Pekan raya
Pameran dagang
Demonstrasi
Press kit
Pidato
Seminar
Laporan tahunan
Sumbangan amal
Sponsorship
Publikasi
Presentasi
Rapat
penjualan
Program
intensif
Sample
Pekan raya
katalog
mailing
telemarketing
belanja internet
TV shopping
Fax mail
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Reprint of ad
Baliho/billboard
Display sign
Point-of-purchase
Display
Materi audiovisual
Symbol-logo
videotape
Kupon
Rabat
Pembiayaan
Berbunga rendah
Entertainment
Tunjangan
Tukar tambah
Tie-Ins
Hubungan
masyarakat
Lobbying
Identity media
Majalah intern
Even
voice mail
Sumber: (Sulaksana, 2005: 24)
Kemajuan jaman telah membuat alat dan sarana komunikasi menjadi semakin beragam, sehingga masyarakat dihadapkan pada berbagai macam pilihan pesan dan informasi. Agar tujuan komunikasi pemasaran dapat diterima dengan baik oleh masyarakat maka diperlukan komunikasi pemasaran yang terpadu atau Integrated Marketing Communication (IMC). 4. Komunikasi Pemasaran Terpadu (Integrated Marketing Communication)
Sulaksana menyatakan adanya berbagai alasan yang mendasari sebuah perusahaan baik jasa maupun produk memilih IMC (Integrated Marketing Communication) sebagai strategi komunikasi pemasaran mereka, yaitu adanya banjir informasi yang cenderung memanjakan konsumen, adanya liberalisasi perdagangan yang membuka sekat-sekat usaha yang selama ini menjadi usaha domestik, adanya komoditasi produk yang semakin cepat sebagai dampak inovasi dan persaingan yang semakin intensif, berbagai media yang telah berhasil merebut kepercayaan publik sebagai sumber fakta dan kebenaran sehingga memiliki pengaruh besar terhadap hidup matinya suatu usaha, dan belanja iklan yang tinggi sehingga komunikasi pemasaran menjadi overload dan makin tidak efektif karena konsumen cenderung menurun kemampuannya mengingat pesan yang telah dilihat dan didengar. Ada beberapa definisi IMC (Integrated Marketing Communication), menurut Four As (the American Association of Advertising Agency) dalam Sulaksana (2005:30), IMC adalah konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang mengakui nilai tambah rencana komprehensif yang mengkaji peran strategis masing-masing bentuk komunikasi, misalnya iklan, direct response, promosi penjualan, dan humas dan memadukannya untuk meraih kejelasan konsistensi, dan dampak komunikasi maksimal melalui pengintegrasian pesan. Sedangkan menurut Tjiptono (2008:507) IMC merupakan pengem-bangan dari istilah promosi. Yang membedakan IMC dengan promosi adalah promosi berkonotasi arus informasi satu arah, sedangkan IMC lebih menekankan interaksi dua arah. Konsekuensinya, promosi dipresepsikan sebagai bentuk komunikasi yang bersifat massal, sedangkan IMC lebih bersifat personal atau individual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selain itu, istilah integrated menunjukkan keselarasan atau keterpaduan dalam hal tujuan, fokus, dan arah strategik antar elemen bauran promosi dan antar unsur bauran pemasaran. Dengan kata lain, IMC menekankan dialog terorganisasi dengan audiens internal dan eksternal yang sifatnya lebih personalized, customer-oriented, dan teknologi driven. Sedangkan definisi IMC menurut Shimp (2000:24) adalah suatu proses pengembangan dan implementasi berbagai bentuk program komunikasi persuasif kepada pelanggan dan calon pelanggan secara berkelanjutan. Tujuan IMC tersebut adalah mempengaruhi atau memberikan efek langsung kepada perilaku khalayak sasaran yang dimilikinya. IMC menganggap jalur yang potensial untuk me-nyampaikan pesan di masa mendatang adalah seluruh sumber yang dapat menghubungkan pelanggan atau calon pelanggan dengan produk atau jasa dari suatu merek atau perusahaan. IMC juga menggunakan semua bentuk komunikasi yang relevan serta yang dapat diterima oleh pelanggan dan calon pelanggan. Dengan kata lain, proses IMC berawal dari pelanggan atau calon pelanggan, kemudian berbalik kepada perusahaan untuk menentukan dan mendefinisikan bentuk dan metode yang perlu dikembangkan bagi program komunikasi yang persuasif . Sulaksana (2005:31) menyatakan ada lima hal yang mendasari IMC, yaitu integrasi adalah proses tak terbatas dan berujung kerena mencakup berbagai jenjang, IMC bukan pekerjaan satu fungsi, melainkan multifungsi, semua pihak yang terkait dengan perusahaan (stakeholder) penting untuk ditangani secara proporsional dan tidak lagi terfokus hanya pada pelanggan semata, perusahaan perlu mendengar masukan dari semua pihak (stakeholder) termasuk pelanggan dan yang terakhir adalah setiap titik kontak dengan publik menyebarkan pesan komunikasi mulai dari kemasan produk, logo perusahaan, pengalaman menggunakan produk, iklan, layanan pelanggan, berita di media massa, sampai rumor yang mampu menyebar secara berantai. Sulaksana (2005:31) juga menjelaskan adanya empat jenjang dalam IMC, yang pertama adalah aspek filosofis mulai dari visi yang dijabarkan menjadi misi, hingga dirumuskan menjadi sasaran korporat yang jadi pedoman semua fungsi dalam perusahaan. Yang kedua menyangkut keterkaitan kerja antar fungsi, yakni operasi, sumber daya manusia, riset dan pengembangan, pemasaran, distribusi, penjualan. Ketiga, menjaga keterpaduan atau integrasi berbagai fungsi tersebut untuk mewujudkan konsistensi positioning dalam meraih reputasi yang diharapkan, memelihara interaksi sehingga terjalin ikatan hubungan yang kokoh, dan menerapkan pemasaran berbasis misi untuk mendongkrak nilai tambah di mata stakeholder. Yang terakhir adalah memantapkan jalinan hubungan untuk membina loyalitas dan memperkuat ekuitas merek baik produk maupun korporat terhadap stakeholder. Shimp (2000:25) menyebutkan ciri-ciri tertentu IMC (Integrated Marketing Communication) yang membedakannya dengan strategi pemasaran lainnya, yaitu : 1. IMC mempengaruhi perilaku, dengan kata lain IMC bertujuan untuk
menggerakkan orang untuk bertindak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Berawal dari pelanggan dan calon pelanggan, artinya IMC menghindari
pendekatan inside-out (dari perusahaan kepada pelanggan) dalam
mengidentifikasi bentuk penghubung mereka dengan pelanggan, melainkan
memulainya dari pelanggan (outside-in) untuk menentukan metode
komunikasi yang paling baik dalam melayani kebutuhan informasi pelanggan,
serta memotivasi mereka untuk membeli suatu merek.
3. Menggunakan satu atau segala cara untuk melakukan kontak komunikasi,
artinya IMC menggunakan bentuk kontak komunikasi apapun asalkan kontak
tersebut adalah yang yang terbaik dalam upaya menjangkau khalayak, dan
tidak menetapkan suatu media tertentu sebelumnya.
4. Berusaha menciptakan sinergi atau kesinambungan, yang berarti harus ada
koordinasi antar semua elemen komunikasi yang digunakan.
5. Menjalin hubungan, artinya IMC membutuhkan terjalinnya hubungan antara
merek, perusahaan, dan pelanggan.
Telah jelas sekarang bahwa IMC tidak terikat pada suatu metode komunikasi tertentu (misalnya iklan di media massa) melainkan menggunakan media dan kontak apa pun yang dapat memungkinkan komunikator untuk menyampaikan pesan dari merek kepada khalayak sasarannya dengan baik. Iklan melalui surat, promosi, iklan, display di dalam toko, dan di Internet. Sedangkan tujuan IMC adalah meraih khalayak sasaran secara efisien dan efektif dengan menggunakan jenis metode kontak apa pun yang sesuai.
Pemikiran sederhana IMC adalah menyamakan persepsi pelanggan
dengan produsen, dalam hal ini adalah pemahaman-pemahaman terhadap produk
atau jasa. Konvergensi penyamaan persepsi ini akan menghasilkan dialog
sehingga memungkinkan produsen mengetahui apa keinginan konsumen,
demikian juga sebaliknya. Guna memudahkan bagaimana cara berpikirnya, para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ahli komunikasi pemasaran mengilustrasikan gambar praktis dari alur dan cara
kerja komunikasi pemasaran tersebut, yaitu seperti berikut ini:
Gambar 1.3
Model Alur Kerja IMC
Sumber: (Prisgunanto, 2006:77)
Menurut Kottler (1996:243), IMC terdiri dari 4 alat utama, yaitu :
iklan, promosi penjualan, publisitas, dan penjualan pribadi. Saat ini Bauran
Komunikasi Pemasaran (IMC), telah dikembangkan dan terdiri atas sarana-sarana
komunikasi seperti berikut ini :
1. Sales force (personal selling)
2. Periklanan
3. Promosi penjualan
4. Penjualan langsung (data base marketing)
5. Public Relations
6. Sponsorship
7. Eksibisi
8. Corporate Identity
9. Packaging (pengemasan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10. Point of sale, merchandising
11. Word of mouth (komunikasi dari mulut ke mulut)
12. Internet dan media baru
(Prisgunanto, 2006:27)
a. Personal selling
Yang dimaksud dengan personal selling adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka kemudian akan mencoba dan membelinya. (Tjiptono, 1995:202) Menurut Fandy Tjiptono, personal selling memiliki beberapa sifat, antara lain:
1. Personal confrontation, yaitu adanya hubungan yang hidup, langsung, dan interaktif antara 2 orang atau lebih.
2. Cultivation, yaitu sifat yang memungkinkan berkembangan segala macam
hubungan, mulai dari sekedar hubungan jual beli sampai dengan suatu
hubungan yang lebih akrab.
3. Response, yaitu situasi yang seolah-olah mengharuskan pelanggan untuk
mendengar, memperhatikan, dan menanggapi.
Oleh karena sifat-sifat tersebut maka personal selling ini mempunyai kelebihan antara lain operasinya lebih fleksibel karena penjual dapat mengamati reaksi pelanggan dan menyesuaikan pendekatannya, usaha yang sia-sia dapat diminimalkan, pelanggan biasanya langsung membeli, dan penjual dapat membina hubungan jangka panjang dengan pelanggannya. Namun karena menggunakan armada penjual yang relatif besar, maka metode ini biasanya mahal. Di samping itu spesifikasi penjual yang diinginkan perusahaan mungkin sulit dicari. Meskipun demikian personal selling tetaplah penting dan biasanya dipakai untuk mendukung metode promosi lainnya.
Aktivitas personal selling menurut Fandy Tjiptono (1995:205)
memiliki beberapa fungsi yaitu :
1. Prospecting, yaitu mencari pembeli dan menjalin hubungan dengan mereka.
2. Targeting, yaitu mengalokasikan kelangkaan waktu penjual demi pembeli.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Communicating, yaitu memberi informasi mengenai produk perusahaan kepada
pelanggan.
4. Selling, yakni mendekati, mempresentasikan dan mendemonstrasikan,
mengatasi penolakan, serta menjual produk kepada pelanggan.
5. Servicing, yakni memberikan berbagai jasa dan pelayanan kepada pelanggan.
6. Information gathering, yakni melakukan riset pasar.
7. Allocating, yaitu menentukan pelanggan yang akan dituju.
b. Periklanan
Secara sederhana, iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media (Kasali, 1995:9). Sedangkan pengertian periklanan didefinisikan sebagai segala bentuk pesan tentang satu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat (Kasali, 1995:11). Menurut Mursid (1997:96) kegiatan periklanan berarti kegiatan menyebarluaskan berita atau informasi kepada pasar, baik masyarakat maupun konsumen. Menurut Tjiptono (1995:206), suatu iklan memiliki sifat-sifat: 1. Public Presentation
iklan memungkinkan setiap orang menerima pesan yang sama tentang produk yang diiklankan.
2. Pervasiveness
pesan iklan yang sama dapat diulang-ulang untuk memantapkan penerimaan informasi.
3. Amplified Expressiveness
iklan mampu mendramatisasi perusahaan dan produknya melalui gambar dan suara untuk menggoyangkan perasaan audience.
4. Impersonality
iklan tidak bersifat memaksa audience untuk memperhatikan dan menanggapinya, karena merupakan komunikasi yang monolog.
Secara umum, periklanan dikenal sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi lainnya, menurut Shimp (2000:357), fungsi periklanan adalah memberi informasi, mempersuasi, mengingatkan, memberikan nilai tambah, dan mendampingi upaya-upaya lain dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perusahaan. Setiap media dan sarana periklanan memiliki karakteristik dan
keunggulan yang unik. Para pengiklan harus dapat memilih media dan sarana-
sarana yang paling sesuai dengan produ yang diiklankan dan yang akan
memajukan citra produk. Dalam menempatkan iklan dan memilih media, harus
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. khalayak mana yang ingin kita jangkau?
2. Kapan dan dimana kita ingin menjangkau mereka?
3. Berapa banyak orang yang akan kita jangkau?
4. Seberapa sering kita perlu menjangkau mereka?
5. Berapakah biaya yang dibutuhkan untuk menjangkau mereka? (Johson,
2007:224)
Tabel 1.2 Pilihan Utama Media Iklan
Medium Keunggulan Keterbatasan
Koran Fleksibel, tepat waktu, dipercaya, Diterima luas, local market coverage
Tidak awet, mutu reproduki rendah, pass-along audience rendah
Televisi Gabungan penglihatan, bunyi, dan gerak, menggelitik panca indra, atensi tinggi, jangkauan luas.
Biaya absolut tinggi, high clutter, fleeting exposure, Selektivitas audiens kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Direct Mail Audiens terseleksi, fleksibel, tidak ada pesaing dalam medium yang sama, personalisasi.
Biaya agak tinggi, citra surat sampah.
Radio Massa, seleksi geografis dan demografis, biaya rendah.
Audio saja, atensi rendah ketimbang teve, struktur tarif tak baku, fleeting exposure.
Majalah Seleksi geografis dan demografis, kredibel dan prestis, reproduksi, berkualitas, awet, good pass-along readership
Antrian giliran iklan, sebagian sirkulasi sia-sia, tak ada jaminan posisi iklan
Luar Ruang Fleksibel, exposure berulang, biaya rendah, persaingan rendah
Selektivitas terbatas, kreatifitas terbatas.
Halaman kuning
Local coverage bagus, dipercaya, jangkauan luas, biaya rendah
Persaingan tinggi, antrian lama, kreativitas terbatas
Newsletter Selektivitas tinggi, kendali penuh, peluang interaktif, biaya rendah
Biaya bisa tak terkontrol
Brosur
Fleksibel, kendali penuh, bisa men-dramatisir pesan
Produksi berlebihan bisa membuat biaya tak ter- kuntrol
Telepon Banyak pengguna, peluang untuk sentuhan pribadi
Biaya relatif tinggi, kecuali menggunakan sukarelawan
Internet Selektivitas tinggi, interaktif, biaya rendah
Media baru dengan pemakaian terbatas
Sumber: (Sulaksana, 2005:98)
c. Promosi penjualan (sales promotion)
Institute of Sales Promotion dalam Cummins (1991:11) memberikan definisi promosi penjualan (sales promotion) sebagai serangkaian teknik yang digunakan untuk mencapai sasaran-sasaran penjualan dan pemasaran dengan penggunaan biaya yang efektif, dengan memberikan nilai tambah pada produk atau jasa baik kepada para perantara maupun pemakai langsung, biasanya tidak dibatasi dalam jangka waktu tertentu. Promosi penjualan (sales promotion) juga dapat didefinisikan sebagai bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan. Tujuan dari promosi penjualan (sales promotion) sangat beraneka ragam. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
promosi penjualan (sales promotion) perusahaan dapat menarik pelanggan baru, mempengaruhi pelanggannya untuk mencoba produk baru, mendorong pelanggan membeli lebih banyak, menyerang aktivitas promosi pesaing, meningkatkan im-pulse buying (pembelian tanpa rencana sebelumnya), atau mengupayakan kerja sama yang lebih erat dengan pengecer. Secara umum tujuan-tujuan tersebut dapat digeneralisasikan menjadi: 1. Meningkatkan permintaan dari para pemakai industrial atau konsumen akhir.
2. Meningkatkan kinerja pemasaran perantara.
3. Mendukung dan mengkoordinasikan kegiatan personal selling dan iklan.
Menurut Tjiptono (1995:209) sifat-sifat yang terkandung dalam
promosi penjualan (sales promotion) di antaranya adalah komunikasi, insentif, dan
undangan (invitation). Sifat komunikasi mengandung arti bahwa sales promotion
mampu menarik perhatian dan memberi informasi yang memperkenalkan
pelanggan pada produk. Sifat insentif yaitu memberikan keistimewaan dan
rangsangan yang bernilai bagi pelanggan. Sedangkan sifat undangan adalah
mengundang khalayak untuk membeli saat itu juga.
Jefkins (1996:154) menyatakan teknik-teknik promosi penjualan
banyak sekali ragamnya, diantaranya adalah undian tanpa syarat dan sayembara,
penawaran harga cuci gudang, penawaran hadiah lewat pos, hadiah dalam
kemasan, kupon-kupon berhadiah, dan voucher atau kupon potongan harga
Walau alat promosi penjualan memiliki bentuk yang berbeda-beda
namun menurut Sulaksana (2005:26), semua jenis promosi penjualan ini sama-
sama menawarkan tiga benefit unik, yaitu: komunikasi, insentif dan undangan.
Mengandung benefit komunikasi artinya promosi penjualan biasanya mengundang
minat dan umumnya menyajikan informasi agar konsumen terdorong membeli.
Insentif artinya menawarkan konsesi, rangsangan, atau kontribusi. Konsesi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
rangsangan, atau kontribusi bagi konsumen dapat memberikan value tersendiri.
Yang terakhir adalah undangan, promosi penjualan bersifat mengundang agar
seketika dapat terjadi transaksi.
d. Penjualan langsung (direct marketing)
Definisi penjualan langsung (direct marketing) menurut Tjiptono
(1995:204) adalah sistem pemasaran yang bersifat interaktif, yang memanfaatkan
satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan respon yang terukur atau
transaksi di sembarang lokasi.
Yang menjadi ciri khas penjualan langsung (direct marketing) adalah
komunikasi ditujukan langsung kepada konsumen individual, dengan tujuan agar
pesan-pesan tersebut ditanggapi konsumen yang bersangkutan, baik melalui
telepon, pos atau dengan datang langsung ke tempat pemasar. Teknik ini
berkembang sebagai respon terhadap demasifikasi (pengecilan) pasar, di mana
semakin banyak relung pasar (market niche) dengan kebutuhan serta pilihan yang
sangat individual.
Hal yang mendorong berkembangnya penjualan langsung (direct
marketing) menurut Tjiptono (1995:205) adalah berkembangnya sarana
transportasi dan komunikasi yang mempermudah kontak dan transaksi dengan
pasar, dimana perusahaan relatif mudah mendatangi langsung calon pelanggan
ataupun menghubungi via telepon atau surat. Banyaknya wanita yang bekerja juga
turut andil bagi perkembangan direct marketing, karena semakin kurangnya waktu
mereka untuk berbelanja. Faktor lain yang mendorong pertumbuhan direct mar-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keting adalah konsumen yang semakin mementingkan efisiensi waktu dalam
membeli produk.
Manfaat yang diperoleh konsumen dari penjualan langsung (direct marketing) adalah penghematan waktu dalam berbelanja dan bahkan dapat berbelanja secara rahasia (diam-diam). Sementara itu bagi penjual, manfaat yang diperoleh adalah dapat memilih calon pembeli secara selektif, dapat menjalin hubungan jangka panjang dengan pelanggannya, dan memperoleh peluang baru yang meng-untungkan.
Selain memiliki berbagai manfaat, penjualan langsung (direct
marketing) juga memiliki hambatan. Menurut Tjiptono (1995:206), hambatan
penjualan langsung (direct marketing) diantaranya adalah orang yang terganggu
karena penjualan yang agresif, timbulnya citra buruk bagi industri bila ada salah satu
direct marketer yang menipu pelanggannya, mengganggu privacy orang lain, dan
kadangkala terjadi pula ada beberapa direct marketer yang memanfaatkan atau
mengeksploitasi pembeli impulsif atau pembeli yang kurang mengerti teknologi.
Penjualan langsung (direct marketing) memiliki empat ciri-ciri unik,
yaitu bersifat non publik yang berarti pesan dialamatkan pada orang tertentu,
bersifat costumized yang artinya pesan bisa dibuat khusus untuk membujuk
individu tertentu, bersifat up to date yang berarti pesan dapat disiapkan dengan
sangat cepat, dan yang terakhir bersifat interaktif atau dapat berubah-ubah
tergantung respon yang diterima.
e. Public relations
Definisi Public relations menurut Tjiptono (1995:211) adalah upaya
komunikasi menyeluruh dari suatu organisasi untuk mempengaruhi persepsi,
opini, keyakinan, dan sikap berbagai kelompok terhadap organisasi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sedangkan yang dimaksud dengan kelompok tersebut adalah mereka yang terlibat,
mempunyai kepentingan, dan dapat mempengaruhi kemampuan organisasi dalam
mencapai tujuannya. Kelompok tersebut bisa terdiri atas karyawan dan
keluarganya, pemegang saham, pelanggan, khalayak atau orang-orang yang
tinggal di sekitar organisasi, pemasok, perantara, pemerintah, serta media massa.
Dalam pelaksanaannya, public relations dapat dilakukan oleh individu
kunci dari suatu organisasi dan dapat pula dilakukan oleh suatu lembaga formal
dalam bentuk biro, departemen, maupun seksi public relations dalam struktur
organisasi.
Menurut Tjiptono (1995:212), ada tiga sifat public relations yang utama, yaitu high credibility dimana artikel dan berita di media massa lebih dipercaya daripada iklan. Yang kedua adalah offguard yakni public relations dapat menjangkau pihak-pihak yang menghindari wiraniaga atau iklan, dan yang terakhir adalah dramatization, yaitu public relations memiliki potensi untuk mendramatisasi suatu perusahaan atau produk tertentu.
Dalam melaksanakan kegiatannya, public relations tidak lepas dari fungsi utama. Fungsi utama public relations meliputi hubungan dengan pers, publisitas produk, komunikasi korporat, melakukan lobi dan yang terakhir adalah konseling. (Sulaksana, 2005:124) Tujuan hubungan dengan pers adalah untuk memberikan informasi yang pantas dimuat di surat kabar agar dapat menarik perhatian publik terhadap seseorang, produk, jasa, atau organisasi. Sedangkan publisitas produk meliputi berbagai upaya untuk mempublikasikan produk-produk tertentu. Komunikasi korporat mencakup komunikasi internal dan eksternal, serta mempromosikan pemahaman tentang organisasi. Usaha lobi merupakan usaha untuk bekerja sama dengan pem-buat undang-undang dan pejabat pemerintah sehingga perusahaan mendapatkan informasi- informasi penting yang berharga. Bahkan kadangkala juga dimaksudkan untuk mempengaruhi keputusan yang akan diambil. Sedangkan fungsi konseling dilakukan dengan jalan memberi saran dan pendapat kepada manajemen mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan publik dan mengenai posisi dan citra perusahaan.
f. Pensponsoran (sponsorship)
Pensponsoran (sponsorship) merupakan pemberian dukungan keuangan atau bentuk-bentuk dukungan lainnya kepada pihak penerima agar keuangan si penerima tetap lancar atau menjadi lebih kokoh. Kadang-kadang sponsor diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
untuk alasan menolong semata (meskipun hal ini sudah sangat jarang ditemukan), tapi lazimnya sponsor disediakan oleh suatu pihak untuk meraih keuntungan-keuntungan di bidang periklanan, humas atau pemasaran bagi pihaknya sendiri. Dukungan biasanya berupa uang, misalnya untuk hadiah, tapi bisa juga berupa tropi atau insentif-insentif lainnya. Pihak penerima sponsor bisa organisasi bisa juga individu. Kendati pemberian sponsor seharusnya tidak disisipi dengan maksud lain kecuali membantu pihak penerima, namun hal ini sudah jarang terjadi sekarang, mengingat saat ini hampir segala hal dipertimbangkan dari sudut komersial. Jefkins (1996:176) menjelaskan tujuan dari suatu pensponsoran adalah untuk memperoleh keuntungan-keuntungan di bidang periklanan, public relations, atau strategi pemasaran bagi pihak penyedia sponsor. Tujuan-tujuan tersebut dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu tujuan periklanan dari sponsor, tujuan public relations dari sponsor, dan tujuan pemasaran dari sponsor. Ada berbagai tujuan pensponsoran yang bisa diraih di bidang periklanan, antara lain mengiklankan produk yang tidak boleh diiklankan di media tertentu, memasang iklan di lokasi kegiatan yang ramai dengan liputan atau dikunjungi oleh banyak orang, mempromosikan produk secara spesifik, memperkenalkan produk-produk baru, dan menggali berbagai peluang lain di bidang periklanan. Tujuan public relations dari sponsor adalah menciptakan atau mem-pertahankan nama baik, membangun citra perusahaan, membantu suatu perusahaan untuk memperkenalkan identitasnya kepada masyarakat, mengakrabkan nama perusahaan, menonjolkan keramahtamahan, dan merangsang minat para wartawan untuk datang meliput. Tujuan-tujuan pemasaran dari sponsor yaitu memposisikan sebuah produk, mendukung operasi para agen penyalur, melancarkan suatu perubahan di dalam kebijakan pemasaran perusahaan, meluncurkan suatu produk baru, membuka cabang-cabang baru, mengokohkan suatu produk di pasar-pasar luar negeri, serta merangsang para konsumen menggunakan suatu produk. Pensponsoran pada dasarnya juga merupakan suatu bentuk investasi untuk memperoleh hasil-hasil positif yang diinginkan oleh pihak penyedia sponsor. Sebelum terlanjur mengeluarkan dana, baik kecil maupun besar, calon sponsor harus secara teliti memeriksa apakah tujuan-tujuannya memang mungkin tercapai lewat pensponsoran.
g. Eksibisi
Pameran merupakan satu-satunya media periklanan yang menyentuh semua panca indera: mata, telinga, lidah, hidung, dan kulit. Media ini sifatnya akrab dan mudah diterima oleh semua orang. Pameran memiliki banyak jenis atau bentuk. (Jefkins, 1996:217) Kelebihan pameran adalah merupakan bentuk media iklan yang lain dari yang lain, karena media pameran bisa merangsang terjadinya penjualan secara langsung oleh para pengunjung stand-stand pameran yang bersangkutan. Selain itu, pameran memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dengan sarana komunikasi pemasaran lainnya, yaitu mudah menarik perhatian, membutuhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
banyak waktu untuk melakukan persiapan, ada peluang untuk memajang produk-produk baru, adanya pertemuan tatap muka, ada peluang untuk melakukan demonstrasi dan pembagian sampel dan yang terakhir adalah terciptanya suasana akrab dalam pameran yang membuat pengunjung menikmati kunjungannya.
h. Corporate identity (identitas perusahaan)
Identitas perusahaan (corporate identity) menurut Frank Jefkins (1996:296) adalah suatu cara atau suatu hal yang memungkinkan suatu perusahaan dikenal dan dibedakan dari perusahaan-perusahaan lainnya. Identitas perusahaan tersebut harus diciptakan melalui suatu rancangan desain khusus yang meliputi segala hal khas dan unik berkenaan dengan perusahaan yang bersangkutan secara fisik. Desain itu, memiliki wujud sedemikian rupa sehingga dapat mengingatkan khalayak akan perusahaan tertentu. Identitas perusahaan memiliki elemen-elemen utama yang meliputi warna/bentuk bangunan atau pabrik, tipe logo, atribut, sampai dengan seragam dan pakaian resmi perusahaan.
i. Packaging (pengemasan)
Banyak komunikator pemasaran yang makin menyadari peran penting yang ditampilkan oleh kemasan merek. Kemasan menampilkan fungsi-fungsi pemasaran jauh di luar peran tradisional yang semata-mata menjadi kemasan serta pelindung produk. Menurut Shimp (2000:37), kemasan juga berguna untuk menggambarkan perhatian pada sebuah merek, memisahkan merek dari kumpulan produk yang kompetitif pada poin pembelian, menyesuaikan harga atau nilai bagi konsumen, mengartikan berbagai fitur dan keuntungan merek dan akhirnya dan yang terakhir adalah memotivasi pilihan merek konsumen.
j. Point of sale
Point of sale merupakan display yang mendukung penjualan, dengan tujuan memberi informasi, mengingatkan, membujuk konsumen untuk membeli secara langsung, dan menjajakan produk. Bentuk-bentuk display yang biasa digunakan adalah:
1. Wire stands : rak untuk buku. 2. Dumpers/dump bins : gantungan untuk makanan kaleng.
3. Dispenser packs/display outer : tempat untuk barang yang kecil.
4. Display stands and cases : display untuk arloji. 5. Trade figures : grafik-grafik. 6. Small poster : display dipasang di pintu, jendela, dinding 7. Models : model statis atau bergerak. (Tjiptono, 1995:234)
k. Word of mouth (komunikasi dari mulut ke mulut)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kebanyakan proses komunikasi antar manusia adalah dari mulut ke
mulut. Setiap orang setiap hari berbicara dengan yang lainnya, saling tukar
pikiran, saling tukar informasi, saling berkomentar dan proses komunikasi yang
lainnya. Menurut Sutisna (2002:184), sebenarnya pengetahuan konsumen atas
berbagai macam merek produk lebih banyak disebabkan adanya komunikasi dari
mulut ke mulut. Hal ini terjadi karena informasi dari teman akan lebih dapat
dipercaya dibandingkan dengan informasi yang diperoleh dari iklan. Informasi
yang diperoleh dari orangtua lebih bernilai dan dapat dipercaya dibandingkan
dengan informasi dari brosur. Dalam hal ini pengaruh individu lebih kuat
dibandingkan dengan pengaruh informasi dari iklan. Pada umumnya, kita lebih
menghormati teman, oleh karena itu teman lebih dapat dipercaya. Lebih jauh dari
itu, informasi dari teman, tetangga, atau keluarga akan mengurangi resiko
pembelian, sebab konsumen terlebih dahulu bisa melihat dan mengamati produk
yang akan dibelinya dari teman, tetangga atau keluarga. Selain itu informasi yang
diperoleh berdasarkan Word Of Mouth communication (WOM communcation)
juga dapat mengurangi pencarian informasi.
Definisi Word Of Mouth menurut Word Of Mouth Marketing
Association (WOMMA) dalam Mix (2007:12) adalah usaha pemasaran yang me-
micu konsumen untuk membicarakan, mempromosikan, merekomendasikan dan
menjual produk atau merek kita kepada pelanggan lain.
Rosen dalam Prasetijo (2004:32), menyatakan bahwa ada enam unsur
yang harus dimiliki suatu produk untuk bisa menghasilkan Word Of Mouth secara
positif dan terus menerus, enam unsur tersebut adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Produk tersebut harus mampu membangkitkan tanggapan emosional.
2. Produk harus mampu memberikan sesuatu yang melebihi dari ekspetasi
konsumen.
3. Produk tersebut harus mempunyai sesuatu yang dapat mengiklankan dirinya
sendiri atau memberikan inspirasi seseorang untuk menanyakan hal tersebut.
4. Suatu produk menjadi lebih powefull bila penggunanya banyak.
5. Produk tersebut harus kompatibel dengan produk lainnya, khususnya dapat
diaplikasikan di produk yang mengandalkan teknologi.
6. Pengalaman konsumen menggunakan produk pertama kali. Sekali konsumen
kecewa, mereka tidak akan menggunakan produk anda lagi dan mereka akan
bertindak seperti teroris.
Sementara itu, menurut Sutisna (2002:185) ada beberapa faktor yang
dapat dijadikan dasar motivasi bagi konsumen untuk membicarakan sebuah
produk, yaitu :
1. seseorang mungkin begitu terlibat dengan suatu produk tertentu atau aktivitas
tertentu dan bermaksud membicarakan mengenai hal itu dengan orang lain,
sehingga terjadi proses Word Of Mouth (WOM).
2. seseorang mungkin banyak mengetahui mengenai produk dan menggunakan
percakapan sebagai cara untuk menginformasikan kepada yang lain. Dalam
hal ini Word Of Mouth (WOM) dapat menjadi alat untuk menanamkan kesan
kepada orang lain, bahwa kita mempunyai pengetahuan atau keahlian tertentu.
3. seseorang mungkin mengawali suatu diskusi dengan membicarakan sesuatu
yang keluar dari perhatian utama diskusi. Dalam hal itu mungkin saja karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ada dorongan dan keinginan bahwa orang lain tidak boleh salah dalam
memilih barang dan jangan menghabiskan waktu untuk mencari informasi
mengenai suatu merek produk.
4. Word Of Mouth (WOM) merupakan satu cara untuk mengurangi
ketidakpastian, karena dengan bertanya kepada teman, tetangga atau keluarga,
informasinya lebih dapat dipercaya, sehingga akan mengurangi waktu
penelusuran dan evaluasi merek.
Komunikasi Word Of Mouth (WOM) atau komunikasi dari mulut ke
mulut ini sangat berkaitan erat dengan pengalaman penggunaan suatu merek
produk. Komunikasi dari mulut ke mulut akan sangat berbahaya bagi perusahaan
yang mempunyai citra negatif, sebaliknya akan sangat menguntungkan jika dalam
komunikasi dari mulut ke mulut itu adalah mengenai citra yang baik dan kualitas
yang baik.
l. Internet dan media baru
Internet dirujuk sebagai ruang maya atau informasi supercepat
(information superhighway), memungkinkan transfer informasi secara elektronik.
Ini merupakan jaringan global dari komputer-komputer yang saling terhubungkan
di mana satu individu yang terhubung dengan sebuah jaringan dapat bercakap-
cakap dengan komputer manapun dari ribuan komputer lain seandainya jaringan
tersebut juga terhubungkan dengan berbagai jaringan. Internet menawarkan
beberapa mode pertukaran informasi. Menurut Johnson (2007: 382), mode
pertukaran informasi tersebut adalah :
a. E-mail adalah sumber dominan lalu lintas dan sarana penyampaian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mudah disesuaikan.
b. World Wide Web (www) merupakan anjungan multimedia pertama.
c. Gopher adalah alat browsing pertama berbentuk menu.
d. Usenet Groups yaitu kelompok-kelompok yang menggunakan ruang chat
internet untuk mendiskusikan bidang-bidang yang menjadi minat bersama.
e. IRC (Internet Relay Chat) merupakan percakapan berbasis teks secara
langsung.
f. Finger adalah sebuah cara untuk berbagi informasi diri.
g. TELNET (log in jarak jauh) adalah sarana yang memungkinkan penggunaan
komputer jarak jauh dan program-programnya berapa pun jaraknya.
Pemasar telah berpaling ke internet sebagai sebuah media prospektif
untuk mempromosikan merek-merek mereka dan mentransaksikan penjualan.
Internet memiliki kelebihan sebagai media interaktif yang secara khusus sesuai
bagi penargetan khalayak.
F. Metodologi Penelitian
1. Lokasi Penelitian :
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kampoeng Batik Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah dengan alasan kawasan Laweyan merupakan sentra Batik di Surakarta yang pada era tahun 1970an pernah mengalami masa kejayaan, kemudian mengalami masa degradasi dan pada tahun 2004 masyarakat Laweyan melalui Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan melakukan tindakan penyelamatkan kawasan dengan membentuk daerah tujuan wisata Kampoeng Batik Laweyan. 2. Bentuk Penelitian:
Penelitian ini merupakan penelitian dengan bentuk studi kasus tunggal terpancang. Studi Kasus Tunggal adalah penelitian dimana penelitian tersebut ter-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
arah pada satu karakteristik. Artinya penelitian tersebut hanya dilakukan pada satu sasaran (satu lokasi, atau satu subjek). Terpancang artinya peneliti di dalam proposalnya sudah memilih dan menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya, sebelum memasuki lapangan studinya (Sutopo, 2002:112) 3. Sumber Data dan Teknik Sampling :
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi 2 jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang didapat dan dikumpulkan langsung dari sumber di lokasi penelitian melalui metode observasi dan wawancara. Observasi berarti peneliti melihat dan mendengarkan (termasuk menggunakan tiga indera yang lain) apa yang dilakukan dan dikatakan atau diperbincangkan para responden dalam aktivitas kehidupan sehari-hari baik sebelum, menjelang, ketika, atau sesudahnya. Aktivitas yang diamati terutama yang berkaitan dengan topik penelitian, tanpa melakukan intervensi atau memberi stimuli pada aktivitas obyek penelitian. (Hamidi, 2005:75) Dalam konteks ilmu komunikasi, penelitian dengan metode pengamatan atau observasi (observation research) biasanya dilakukan untuk melacak secara sistematis dan secara langsung gejala-gejala komunikasi terkait dengan persoalan-persoalan sosial, politis dan kultural masyarakat. Di sini kata ”langsung” memiliki pengertian bahwa peneliti hadir dan mengamati kejadian-kejadian di lokasi. (Pawito, 2007:111) Dalam praktek penggunaannya, metode observasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis sesuai dengan tingkat keterlibatan peneliti dalam atau ter-hadap aktivitas serta proses-proses yang ada pada masyarakat yang diteliti. Dengan memperhatikan hal ini, kita pada dasarnya dapat membedakan dua jenis metode pengamatannya, yaitu: a. observasi dengan ikut terlibat dalam kegiatan komunitas yang diteliti
(participant observation), dan
b. observasi tidak terlibat (non participant observation) yaitu observasi di mana
periset tidak memposisikan dirinya sebagai anggota kelompok yang diteliti.
(Kriyantono, 2007: 65)
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi tidak terlibat (nonparticipant observation), dengan melakukan observasi pada kegiatan komunikasi pemasaran yang diselenggarakan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan. Kegiatan tersebut diantaranya kegiatan pameran yang dilaksanakan di Mangkunegaran dalam rangka Word Heritage Cities Conference and Expo, pelaksanaan malam Selawenan yang dilaksanakan rutin setiap bulan pada tanggal 25 malam, serta berbagai kegiatan yang dilaksanakan di Batik Training Centre (BTC) Laweyan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). (Nazir, 1988:234) Interview (wawancara) merupakan alat pengumpulan data yang sangat penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai subjek (pelaku, aktor) sehubungan dengan realitas atau gejala yang dipilih untuk diteliti. (Pawito, 2007:132) Pada penelitian ini, peneliti menerapkan jenis wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide). Pedoman wawancara tersebut tidak berisi pertanyaan-pertanyaan yang mendetail, melainkan hanya sekedar garis besar data dan informasi yang ingin didapat dari informan. Sedangkan data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari bahan kepustakaan berupa referensi yang mendukung penelitian, berupa catatan-catatan, surat kabar, arsip laporan, data statistik, dan foto-foto. Untuk melengkapi data primer, peneliti mengumpulkan data-data berupa:
a. pemuatan berbagai berita di surat kabar tentang Kampoeng Batik
Laweyan.
b. data dari internet yang berkaitan dengan Kampoeng Batik
Laweyan.
c. foto yang mendokumentasikan kegiatan yang berhubungan dengan
proses Integrated Marketing Communications (Komunikasi
Pemasaran Terpadu) Kampoeng Batik Laweyan yang dilakukan
oleh Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan.
d. materi kegiatan yang berhubungan dengan proses Integrated
Marketing Communications (Komunikasi Pemasaran Terpadu)
Kampoeng Batik Laweyan.
Teknik Sampling : Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengambilan sampel dengan metode Purpossive Sampling dan Snowball Sampling. Purpossive Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana ada kecenderungan peneliti untuk informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (Sutopo, 2002:56).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sedangkan teknik Snowball Sampling digunakan bilamana peneliti ingin mengumpulkan data yang berupa informasi dari informan dalam salah satu lokasi, tetapi peneliti tidak tahu siapa yang tepat untuk dipilih karena tidak mengetahui kondisi dan struktur warga dalam lokasi tersebut sehingga ia tidak bisa merencanakan pengumpulan data secara pasti. Untuk itu peneliti bisa secara langsung datang memasuki lokasi dan bertanya mengenai informasi yang diperlukan kepada siapapun yang dijumpai pertama. (Sutopo, 2002:57) 4. Validitas Data :
Validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik tringulasi data, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaat-kan data dari suatu sumber kemudian dikoreksi dengan sumber yang lain untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Dalam penelitian ini validitas data yang berbeda untuk permasalahan yang sama seperti tampak pada gambar berikut ini :
Gambar 1. 4 Diagram Teknik Tringulasi
Sumber: (Sutopo, 2002:80) Teknik tringulasi data menurut istilah Patton ini juga sering disebut sebagai tringulasi sumber. Cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam me-ngumpulkan data, ia wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. (Sutopo, 2002:79) 5. Teknik analisis data :
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan ke-dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2001:103)
Salah satu tujuan analisis data adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang utuh dan menarik, Hubberman menyarankan teknik analisa kualitatif sebagai berikut :
Gambar 1.5
data
wawancara
content analysis analysis observasi
informan
dokumen/ arsip
aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Diagram Model Analisis Interaktif
Sumber: (Sutopo, 2002:96)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
SEJARAH LAWEYAN DAN FORUM
PENGEMBANGAN KAMPOENG BATIK LAWEYAN
A. Sejarah Kampoeng Batik Laweyan Surakarta
Laweyan adalah sebuah kampung dagang dan pusat industri Batik,
yang dimulai perkembangannya sejak awal abad 20. (Soedarmono, 2006:44)
Nama Laweyan tidak hanya dipakai sebagai nama tempat, tetapi juga dipakai
untuk me-nyebut ”kelompok masyarakat” tertentu, yaitu yang terkenal sebagai
”kelompok kaum kaya” (wong Nglaweyan) di kota Surakarta, sebab daerah
tersebut menjadi pusat perdagangan Batik. Tentang istilah ”lawiyan” ada dua cara
penulis, yaitu Laweyan dan Lawiyan. (Rajiman, 1984:82)
Kelurahan Laweyan memiliki luas wilayah 24,8 hektar yang terdiri
dari penggunaan lahan pemukiman sebesar 22,28 hektar, penggunaan pekuburan
seluas 2,5 hektar, luas taman 0,006 hektar dan sisanya luas prasarana umum
lainnya 0,005 hektar.
Ada beberapa folklore yang menceritakan asal usul nama Laweyan, diantaranya :
1. Folklore Ki Ageng Henis
Asal usul nama Laweyan berhubungan erat dengan Kyai Ageng Henis. Pada
masa pemerintahan Sultan Hadiwijaya di kerajaan Pajang, Kyai Ageng Henis
berjasa kepada Sultan Hadiwijaya sehingga diberi tanah ’perdikan’ (tanah
yang tidak harus memberikan upeti pada raja) dan daerah tersebut diberi nama
Laweyan. Ki 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ageng Henis atau biasa disebut juga dengan Ki Ageng Enis adalah putera Ki
Ageng Sela. Ki Ageng Enis berputera Pamanahan, Pemanahan berputera
Sutawijaya, yaitu pendiri kerajaan Mataram Islam. (Rajiman, 1984:82)
Menurut Fabela (2007:1), sejarah kawasan Laweyan barulah berarti
setelah Kyai Ageng Anis bermukim di desa Laweyan pada tahun 1546 M,
tepatnya di sebelah utara pasar Laweyan (sekarang Kampung Lor Pasar Mati)
dan membelakangi jalan yang menghubungkan antara Mentaok dengan desa
Sala (sekarang jalan dr. Rajiman). Kyai Ageng Anis (atau biasa disebut
dengan Ki Ageng Henis) adalah putra dari Kyai Ageng Selo yang merupakan
keturunan raja Brawijaya V. Kyai Ageng Anis atau Kyai Ageng Laweyan
adalah juga manggala pinituwaning nagara kerajaan Pajang semasa Jaka
Tingkir menjadi Adipati Pajang pada tahun 1546 M. Setelah Kyai Ageng Anis
meninggal dan dimakamkan di pesarean Laweyan (tempat tetirah Sunan
Kalijaga sewaktu berkunjung). Bagus Danang atau Mas Ngabehi Sutowijaya.
Sewaktu Pajang dibawah pemerintahan Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir) pada
tahun 1568 Sutowijaya lebih dikenal dengan sebutan Raden Ngabehi Loring
Pasar (pasar Laweyan). Kemudian Sutowijaya pindah ke Mataram (Kota
Gede) dan menjadi raja pertama Dinasti Mataram Islam dengan sebutan
Panembahan Senapati yang kemudian menurunkan raja-raja Mataram.
2. Folklore Raden Ayu Lembah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Laweyan menjadi tempat pelaksanaan hukuman Lawe (semacam hukuman
gantung) Raden Ayu Lembah oleh Sunan Amangkurat Mas karena Raden Ayu
Lembah bermain cinta dengan Raden Sukro.
3. Keberadaan Kampoeng Batik Laweyan tak lepas dari nama Laweyan yang
berasal dari kata Lawe yang berarti bahan sandang atau benang. (Soedarmono,
2006 :140)
Selain 3 folklore tersebut, ada juga pendapat bahwa Laweyan atau
Lawiyan berasal dari kata ”alih-alihan” menjadi ”ngalihan” menjadi Lawiyan,
yaitu merupakan tempat perpindahan orang-orang dari desa Nusupan
(pelabuhan Pajang-Kartasura di Bengawan Sala) dan Kartasura. Mereka
pindah untuk menghindari bahaya banjir Bengawan Sala. (Rajiman, 1984:82)
a. Kondisi Geografis
Wilayah Laweyan secara administratif berbatasan dengan :
Batas sebelah Utara : kelurahan Sondakan
Batas sebelah Selatan : kelurahan Banaran
Batas sebelah Timur : kelurahan Bumi
Batas sebelah Barat : kelurahan Pajang
b. Kondisi Demografis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk kelurahan Laweyan secara keseluruhan adalah 2566
jiwa yang terbagi dalam 511 kepala keluarga (KK).
Tabel 2.1
Distribusi Penduduk Kelurahan Laweyan
No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)
1. Laki-laki 1204
2. Perempuan 1362
Jumlah 2566
Sumber : Laporan Monografi Dinamis Kelurahan Laweyan Juli 2008
Dari tabel distribusi penduduk tersebut dapat kita lihat bahwa jumlah
penduduk perempuan 1362 jiwa, lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki
yaitu 1204 jiwa.
2. Mata Pencaharian
Komposisi penduduk kelurahan Laweyan menurut mata pencaharian ini
dikhususkan bagi penduduk dengan usia 10 tahun ke atas.
Tabel 2.2
Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencahariannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)
1. Petani sendiri -
2. Buruh Tani -
3. Nelayan -
4. Pengusaha 60
5. Buruh Industri 200
6. Buruh Bangunan 150
7. Pedagang 27
8. Pengangkutan 75
9. Pegawai Negeri (Sipil/ABRI) 20
10. Pensiunan 28
11. Lain-lain 1111
Jumlah 1671
Sumber : Laporan Monografi Dinamis Kelurahan Laweyan Juli 2008
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penduduk Laweyan sebagian
besar bekerja pada sektor lain yaitu sebanyak 1111 jiwa.
c. Kondisi Sosial Masyarakat
Sejak jaman dahulu masyarakat Laweyan terkenal dengan sifatnya
yang tertutup, mandiri, dan beretos kerja tinggi. Hal tersebut tidak lepas dari latar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
belakang mereka yang kebanyakan berprofesi sebagai juragan Batik, namun
seiring dengan diresmikannya Kampoeng Batik Laweyan sebagai daerah tujuan
wisata, maka sifat ketertutupan para pengusaha Batik mulai tergeser, hal tersebut
dibuktikan dengan dibukanya tempat tinggal mereka yang menjadi satu bagian
dengan pabrik Batik untuk dikunjungi wisatawan, bahkan mereka membuka
rumah mereka menjadi showroom Batik produksi mereka.
d. Data-data Usaha Batik Laweyan
Sebagai daerah penghasil batik, Laweyan tak lepas dari peran para
pengusaha Batik baik Batik Tulis, Batik Cap maupun handicraft yang
berhubungan dengan Batik. Terdapat 50 showroom dan workshop Batik yang ada
di Laweyan.
Jenis kain Batik yang dihasilkan di Laweyan yaitu :
1. Batik tulis, Batik tulis terdiri dari beberapa jenis yaitu Batik tulis tradisional,
Batik tulis abstrak, Batik lukis dan Batik tolet.
2. Batik cap, Batik cap ada dua jenis yaitu cap yang dikombinasikan dengan
proses Batik tulis serta Batik yang hanya di cap.
3. Batik Sablon, Batik sablon biasa disebut dengan Batik printing, proses
pembuatan Batik Sablon ini berbeda dengan Batik pada umumnya yang
menggunakan malam dan juga dilorod untuk menghilangkan malam, pada
Batik printing, tidak digunakan malam. Tetapi kain langsung diproses
meggunakan mesin. Dalam satu kali produksi bisa menghasilkan Batik dalam
jumlah yang banyak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Kain motif Batik atau biasa disebut semok.
e. Jenis Objek Kunjungan Wisata di Kampoeng Batik Laweyan
Jenis obyek kunjungan wisata yang ada di Kampoeng Batik Laweyan terbagi
menjadi 5 macam, yaitu :
1. Batik, tidak hanya kain Batik tapi juga produk Batik seperti kaos, kemeja,
taplak meja, sarung bantal, seprai dan lain-lain.
2. Makanan, makanan khas Laweyan adalah Ledre.
3. Bangunan, meliputi bangunan kuno dan bersejarah yang ada di Laweyan.
4. Alam dan lingkungannya, yaitu lingkungan Laweyan yang merupakan
lingkungan pengusaha Batik.
5. Seni budaya, seperti kesenian ketoprak, dolanan anak, klothekan lesung, tari
anak, dan lain-lain yang ditampilkan dalam acara malam Selawenan, tiap
bulan sekali pada tanggal 25.
f. Jalur Perjalan Wisatawan/ Pengunjung
Jalur perjalan wisatawan/ pengunjung dibuat dalam jalur yang fleksibel dan dapat
disesuaikan dengan keinginan pengunjung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sedangkan menurut waktu, jenis kunjungan wisata ke Kampoeng Batik Laweyan
dibagi ke dalam 3 jalur yaitu :
1. Jalur pendek (singkat)
2. Jalur menengah
3. Jalur panjang
Jenis kunjungan wisata disesuaikan dengan waktu kunjungan wisatawan yang
bersangkutan.
Dari jenis pengunjung/ wisatawan dapat dibedakan menurut tujuan pengunjung/
wisatawan, yaitu :
1. berbelanja
2. akademik/ penelitian
3. jalan- jalan
Sumber : Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
Tabel 2.3
Data Tempat Wisata di Laweyan
No. Nama Tempat Jenis Pariwisata Keterangan
1. Makam Ki Ageng Henis Wisata Ziarah Ki Ageng Henis merupakan kakek (cikal bakal) dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
raja-raja Mataram
2. Makam K.H Samanhudi Wisata Ziarah K.H Samanhudi adalah pahlawan nasional pendiri
Serikat Islam
3. Makam Jayengrana Wisata Ziarah Jayengrana adalah bupati pertama Surabaya
4. Bandar Kabanaran Wisata Budaya Bandar Kabanaran dahulu adalah sungai yang
menjadi jalur transportasi pemasaran Batik
5. Showroom dan tempat
produksi Batik
Wisata Budaya Laweyan merupakan salah satu sentra industri
kerajinan Batik di Jawa. Di Laweyan terdapat 50
pengusaha Batik.
6. Ledre Wisata Kuliner Ledre merupakan makanan tradisional Laweyan.
7. Rumah-rumah kuno Wisata Budaya Bangunan dan rumah-rumah kuno di Laweyan
merupakan bukti kejayaan juragan Batik Laweyan di
masa lalu. Di Laweyan terdapat sedikitnya 60 rumah
kuno.
8. Masjid Laweyan Wisata Religi Masjid Laweyan merupakan salah satu masjid tua
dan bersejarah di kota Surakarta.
9. Langgar Merdeka Wisata Religi Langgar Merdeka dibangun pada tahun 1877 oleh
Haji Mashadi dan kemudian di wakafkan kepada
masyarakat Laweyan (Sidharta, 1989:71)
10. Langgar Laweyan Wisata Religi Langgar Laweyan merupakan Langgar tertua di
Surakarta (Sidharta, 1989:69)
Bahkan di Laweyan ada beberapa situs cagar budaya yang secara resmi ditetapkan
oleh Pemerintah Kota Surakarta
Tabel 2.4
Situs dan Benda Cagar Budaya di Kawasan Kampung Batik Laweyan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
No. Nama objek Jenis objek Alamat
1. Langgar Laweyan bangunan ibadah
Laweyan, Surakarta
2. Langgar Merdeka
bangunan ibadah
Laweyan, Surakarta
3. Langgar Makmur
bangunan ibadah
Laweyan, Surakarta
4. Makam Ki Ageng Henis
makam Kelurahan Laweyan
5. Bekas Pasar Laweyan
bangunan umum
Kelurahan Laweyan
6. Bekas Bandar Kabanaran
jembatan Kelurahan Kelurahan Laweyan
Sumber: SK Walikota Surakarta Nomor 646/116/1/1997
g. Sarana dan Prasarana
Sebagai konsekuensi ditetapkannya kawasan Laweyan sebagai daerah tujuan
wisata, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan bekerjasama dengan
berbagai pihak untuk terus mengembangkan Kampoeng Batik Laweyan, salah
satu usaha pe-ngembangan tersebut adalah dengan menyediakan sarana dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
prasarana bagi pe-ngunjung Kampoeng Batik Laweyan, sarana dan prasarana
tersebut antara lain hotel dan restoran.
1. Hotel
Hotel kategori Melati yang ada di daerah tujuan wisata Kampoeng Batik
Laweyan antara lain :
a. Hotel Laweyan - Jl. Dr. Rajiman No. 568
b. Hotel Sapta Jaya - Jl. Dr. Rajiman No. 580
c. Hotel Roemahku - Jl. Dr. Rajiman No. 510
Hotel Kategori Bintang
a. Indah Palace Hotel - Jl. Veteran No.284
b. Riyadi Palace Hotel - Jl. Slamet Riyadi No.335
2. Restoran/ Café
a. Restoran Roemahku - Jl. Dr. Rajiman No. 510
b. Diamond Café - Jl. Slamet Riyadi No.396
Selain fasilitas tersebut, juga disediakan fasilitas wisata seperti:
1. Shelter
Di Kampoeng Batik Laweyan telah dibagun shelter yang berfungsi sebagai tempat
istirahat dan tempat berteduh bagi pengunjung yang merasa lelah setelah berjalan-
jalan di Kampoeng Batik Laweyan. Shelter tersebut berada di sepanjang jalan
Sidoluhur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2.1
Shelter di Kawasan Kampoeng Batik Laweyan
2. Becak wisata
Becak wisata adalah fasilitas berkeliling Kampoeng Batik Laweyan dengan
menggunakan becak. Penarik becak wisata tersebut adalah penarik becak yang
beroperasi di wilayah Kampoeng Batik Laweyan dan sekitarnya. Yang
membedakan becak wisata dengan becak lain adalah cat Kampoeng Batik
Laweyan yang ada di slebor becak tersebut. Jumlah becak wisata yang ada di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kampoeng Batik Laweyan berjumlah 47. Becak wisata tersebut pernah
dikerahkan untuk membawa rombongan yayasan Warna-Warni milik Nina Akbar
Tanjung bersama rombongan pejabat dan mantan pejabat untuk berwisata di
Kampoeng Batik Laweyan.
Gambar 2.2
Fasilitas Becak Wisata
3. Papan penunjuk jalan
Untuk memudahkan wisatawan mengunjungi berbagai obyek wisata di Kampoeng
Batik Laweyan, maka dipasang papan penunjuk jalan yang berisi nama-nama
showroom Batik dan obyek wisata.
Gambar 2.3
Papan Penunjuk Jalan di Kampoeng Batik Laweyan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan merupakan
organisasi yang beranggotakan seluruh masyarakat Laweyan. Forum
Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan memiliki logo sebagai berikut :
Gambar 2.4
Logo Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keterangan logo Forum:
a. Rumah kuno : menggambarkan rumah kuno dan lingkungan Laweyan
b. 7 titik : menggambarkan terciptanya Sapta Pesona Pariwisata
c. Pilar : menggambarkan pilar-pilar dari rumah kuno di Laweyan
d. Tumbuhan : menggambarkan keanekaragaman corak Batik
e.. 4 daun : menggambarkan 4 daerah yang akan menjadi daerah pe-
ngembangan, yaitu Bumi, Laweyan, Pajang dan Sondakan
f. Air : menggambarkan Bandar Kabanaran
g. Pelungguhan : menggambarkan kejayaan Batik di nusantara yang berawal
dari Laweyan
Tujuan dibentuknya Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
adalah untuk membangun serta mengoptimalkan seluruh potensi Kampoeng
Laweyan untuk bangkit kembali dan menyiapkan diri dalam menghadapi
tantangan globalisasi.
Dalam pelaksanaan kegiatannya, Forum Pengembangan Kampoeng Batik
Laweyan tak lepas dari visi dan misinya, adapun visi dan misi dari Forum
Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan adalah :
a. Visi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menjadikan Laweyan sebagai kawasan wisata dan cagar budaya melalui
pengembangan dan pelestarian potensi dan keunikan lokal, sehingga
menjadi salah satu identitas kota Surakarta.
b. Misi :
memberikan arahan pengembangan dan penataan kawasan dari segi
fungsi, struktur ruang, fasilitas pelayanan dan infrastruktur yang berbasis
pada industri Batik dan non Batik, situs bersejarah, arsitektur khas
Laweyan, lingkungan alam serta sosial budaya.
Gambar 2.5
Program Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
Sumber : Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
Brand image Kampeng Batik Laweyan yang ingin diangkat oleh Forum
Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan adalah ”Laweyan The Central Batik
and Heritage Of Java.”. Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memiliki kesekretariatan di Jl. dr. Rajiman 521 Laweyan Solo dengan nomer
telepon (0271) 712276 dan fax. (0271) 738 724
Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan didirikan pada 25
September 2004, berawal dari sebuah diskusi dan rapat antar pengusaha Batik
Laweyan yang kemudian berkembang menjadi sebuah musyawarah untuk mem-
bentuk Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (wawancara Widiarso,
koordinator Bidang Litbang Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, 29
Agustus 2008)
Ada berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Forum Pengembangan
Kampoeng Batik Laweyan dalam rangka mengembangkan Kampoeng Batik
Laweyan, diantaranya adalah :
a. Pelatihan di Batik Traning Centre
b. Pameran-pameran (pameran Klaster)
c. Selawenan
d. Studi Banding
e. Rapat pelaksanaan Selawenan
Selain itu, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan juga
melaksanakan program pembangunan fisik dan non fisik program jangka pendek
dan jangka menengah dari Kampoeng Batik Laweyan, yaitu:
1. Program jangka pendek
a. Grand desain tata ruang di tahun 2005 yang telah terlaksana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Grand desain heritage di tahun 2006 yang masih dalam tahap
perencanaan.
c. Grand desain ekonomi tahun 2006 yang masih dalam tahap
perencanaan.
d. Grand desain sosial budaya yang masih dalam tahap perencanaan.
2. Program jangka menengah
a. Street Furniture dan Vegetasi yang sudah terlaksana pada tahun 2007.
b. Konservasi situs bersejarah dan rumah tradisional Jawa yang sudah
berada dalam tahap proses perencanaan dan identifikasi.
c. Penataan PKL (model).
d. Penataan jalan primer dan sekunder (pavingisasi).
e. IPAL tahap II dan III.
f. Penataan waterfront.
g. Pusat informasi/promosi/ budaya/ kantor.
h. Perpustakaan Laweyan.
i. Museum Laweyan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ketua Umum Ir. H. Alfa Febela, M.T.
Sekretaris H. M. Idris Sugiyanto, SH.
Wakil Muh. Gunawan Nizar
Bendahara Agus Triyatno
Wakil Bendahara
Purnomo
Humas Hari Hadi
Staff Oktariana
Bidang Usaha Koordinator: Gunawan Apri
Batik: Rohyani
Makanan: Kristinawati
Seni dan Sos Bud: Agus
Triwarso
Bidang Pembangunan Koordinator:
Zulfikar Husain Staff
Ir. Budi Mulyanto Ir. Marsudi
Bidang Pameran M. Arief Yulianto
Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Koordinator: Danuri
Anggota Sarjono
Bidang Litbang Koordinator: Widiarso
Staff
Taufik Lutfianto Rusmarin Bidang Promosi
Dhany Arifmawan
Bidang Guide Prabowo
Gambar 2.6
Struktur Pengurus Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL)
Penasehat: 1.Krisnina Akbar Tanjung 2.H. Bambang Slameto, S.Sos. 3.H. Soebandono 4.H. Ahmad Sulaiman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumber : Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
Gambar 2.7
Hubungan Antar Lembaga di Kampoeng Batik Laweyan
Sumber : Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
Seiring semakin berkembangnya kawasan wisata Kampoeng Batik
Laweyan serta semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi sebagai
dampak dan konsekuensi dari sebuah pengembangan, maka ada berbagai
perubahan dalam struktur organisasi Forum Pengembangan Kampoeng Batik
Laweyan, perubahan tersebut dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 dengan
struktur sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2.8
Rekomendasi Dalam Penyusunan Organisasi FPKBL
Badan Pengelola Pariwisata
Ketua Wakil ketua
Badan Pengelola IPAL Ketua
Anggota
Ketua Umum Wakil Ketua Bendahara
Badan Usaha Ketua
Anggota
Departemen Keamanan
Supervisor Anggota
Departemen Kebersihan
& Taman Supervisor
Anggota
Departemen
Humas Supervisor
Anggota
Departemen Promosi & Pameran
Supervisor Anggota
Departemen
Pasar Supervisor
Anggota
Departemen Seni Budaya Supervisor
Anggota
Badan Pembangunan Infrastruktur
Ketua Anggota
Kesekretariatan
Sekretaris / Ketua harian Anggota
Penasehat Walikota
Dinas Pariwisata Dinas Perindustria Dinas Koperasi &
UKM Dinas Tata Kota
Bapeda Camat Laweyan
Lurah Ketua LPMK
Tokoh Masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumber: Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
Dalam mengembangkan Kampoeng Batik Laweyan sesuai visi dan
misinya, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan bekerjasama dengan
berbagai instansi yaitu Bapeda, Dinas Pariwisata dan Budaya, Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Koperasi,
Asosiasi Transportasi Indonesia (Asita), PHRI, Fedep, Perguruan Tinggi baik
negeri maupun swasta, Lembaga Pendidikan, dan instansi serta dinas lain yang
terkait.
Gambar 2.9
Forum Rembug Laweyan
Sumber: Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2.10
Forum Rembug Laweyan
Sumber: Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
Sedangkan bentuk mekanisme pengembangan Kampoeng Batik
Laweyan dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.11
Mekanisme Pengembangan
Sumber: Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
C. Gambaran Umum Integrated Marketing Communication Kampoeng
Batik Laweyan
Keberadaan Kampung Laweyan sebagai salah satu daerah tujuan
wisata di kota Solo memang terhitung baru karena belum lama dicanangkan
sebagai daerah tujuan wisata dengan nama Kampoeng Batik Laweyan.
Pencanangan tersebut dilaku-kan oleh Walikota Solo, Slamet Suryanto pada 25
September 2004. Namun ke-beradaan Laweyan yang dulu dikenal dengan sebutan
Desa Laweyan sebenarnya sudah ada sejak tahun 1546. Sejak dahulu Laweyan
terkenal sebagai sentra kerajinan Batik, bahkan pada tahun 1970an, pengusaha
Batik di Laweyan berada pada masa kejayaan, namun dengan adanya kemajuan
teknologi dan kecanggihan alat, maka Batik tradisional seperti Batik tulis dan
Batik cap semakin jauh ketinggalan di-bandingkan dengan Batik sablon atau yang
dikenal dengan Batik printing, selain itu, banyak generasi penerus industri Batik
Laweyan yang memilih meninggalkan profesi pengusaha Batik sehingga tidak ada
regenerasi pengusaha Batik. Hal tersebut meng-akibatkan rumah-rumah
pengusaha Batik yang semula menjadi tempat produksi Batik, dialihgunakan
sehingga kehilangan bentuk aslinya.
Usaha penyelamatan kawasan wisata juga tak lepas dari banyaknya
peneliti dari kalangan akademis yang melakukan penelitian di kawasan Laweyan,
hasil dari penelitian tersebut membuat warga Laweyan menjadi sadar bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
banyak sekali potensi dan keistimewaan kawasan Laweyan yang membuat
Laweyan berbeda dari kawasan lain. Potensi tersebut meliputi potensi kerajinan
Batik, arsitektur, sejarah, situs budaya dan lain-lain yang wajib untuk dijaga dan
dilestarikan keberadaannya.
Untuk melakukan tindakan penyelamatan kawasan Laweyan serta
untuk mengembangkan kawasan Laweyan maka dibentuklah Forum
Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan. Nama forum dipilih karena
merupakan sebuah tempat untuk diskusi dan merupakan suatu perkumpulan.
Awalnya usaha penyelamatan kawasan Laweyan oleh Forum Pengembangan
Batik Laweyan lebih mengarah pada usaha pengembangan industri Batik saja,
namun kemudian diperluas hingga ke segala aspek seperti pariwisata dan
pemberdayaan masyarakat Laweyan. Hal tersebut juga diungkapkan oleh
Widiarso, koordinator Bidang Litbang Forum Pengembangan Kampoeng Batik
Laweyan, pada 29 Agustus 2008.
”Sebetulnya dari sebuah ikon kampung batik Laweyan bukan cuman Batik gitu lho, ini karena di sini itu kebanyakan industri, makanya yang pertama menangkap adalah industri, bagaimana untuk industrinya Batik, jadi istilahnya...aa, yang presepsinya keindustri pertama dia ngambil langsung, ini diklaim oleh industri dan sebagainya, ya biar aja...” Setelah diresmikannya Kampoeng Batik Laweyan, warga Laweyan
menjadi tergerak untuk membuka showroom, di antaranya batik HY dan batik
Gress Tenan.
”Kalau Gress Tenan itu dulu belum ada namanya ya, setelah digalakkan dibukanya Kampoeng Batik Laweyan ini tiap pengusaha harus punya nama, itu kalau berdirinya sudah lama dari nenek ke bapak terus ini anaknya, kalau tahunnya mungkin sudah tahun 1970 an
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
itu.Turun temurun itu..” (wawancara ibu Sarjono, istri pemilik batik Gress Tenan, 29 Oktober 2008)
Hal serupa juga dikatakan oleh pemilik batik HY,
”Itu dulu sudah berdiri sebelum sini diresmikan kampungnya, itu sudah bikin kecil-kecilan tapi ya terus berhenti soale ya itu tadi pemasaran batik kurang laku. Iya (showroom ini didirikan setelah pencanangan), gitu, dulu itu tidak pakai showroom, dulu tu cuman antar bakul gitu aja. Jadi saya bikinkan daster, bikinkan blus gitu thok. (wawancara Yuli Heri Susanto, istri pemilik batik HY 29 Oktober 2008)
Dalam upaya pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, ada beberapa
pihak bekerjasama dalam mengembangkan kawasan Kampoeng Batik Laweyan.
Meskipun begitu, upaya pendanaan masih mengalami keterbatasan karena bersifat
swadaya dari Forum. Kerjasama yang diberikan oleh beberapa dinas termasuk
dinas perindustrian sebagian besar bersifat pelatihan dan ketrampilan. Konsep
pengembangan Laweyan tidak hanya mencakup Batik saja namun hingga
mencakup pengembangan kawasan Laweyan, baik industri handycraft, industri
makanan, homestay, katering dan lain sebagainya yang diharapkan dapat saling
menopang perekonomian masyarakat Laweyan. Bentuk pengembangan tersebut
telah dibuat dalam grand desain yang telah dilaksanakan secara bertahap. Hal
tersebut di-ungkapkan oleh salah satu pengusaha Batik Laweyan, sebagai berikut:
”Laweyan itu terlalu luas, tapi kita berangkat dari belakang, belakang itu maksudnya dari Kelurahan Laweyan, terus ke sayap kanan Bumi, sayap kiri Pajang, terus kita kedepannya nanti ke Sondakan, kalau sampai Sondakan nanti kita mau bikin gerbang di Slamet Riyadi, grand desainnya itu. Rencana sudah selesai grand desainnya itu, tinggal kapan mau dilaksanakan dan dicanangkan Kampoeng Batik Laweyan menuju jalan SE itu lho. Itu nanti mau dikasih pintu gerbang, yang satunya yang sana depan stasiun sana Purwosari, untuk masuk kawasan Kampoeng Batik.” (wawancara Saud Effendi, pengusaha Batik Saud Effendi Batik& Art, 29 Oktober 2008) Melalui Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan diharapkan
masyarakat dapat diberdayakan sesuai dengan usaha yang dijalaninya saat ini,
salah satu dukungan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan terlihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pada saat menjalin kerjasama dengan yayasan Warna-Warni milik Nina Akbar
Tanjung, pada 4 hingga 7 April 2006. Dalam kegiatan yang merupakan promosi
wisata Kampoeng Batik Laweyan. Kegiatan tersebut dihadiri antara lain oleh Wali
Kota Solo Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Wali Kota FX Hadi Rudyatmo,
Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Suryadharma Ali,
mantan Ketua DPR Akbar Tandjung, dan mantan Presiden Megawati
Soekarnoputri. Setelah kunjungan pejabat dan mantan pejabat tersebut, banyak
pengusaha Laweyan yang kemudian semakin terdorong untuk membuka
showroom, jika sebelumnya showroom Batik hanya 25 buah, sekarang showroom
tersebut telah mencapai 50 buah.
Sebelum adanya Forum, kegiatan promosi Batik hanya dilakukan oleh
masing-masing pengusaha Batik secara perorangan untuk menjual komoditas
Batik miliknya saja, karena keberadaan Batik mereka memang sudah ada sejak
dulu dan merupakan usaha turun temurun. Promosi tersebut melalui penjualan
personal, me-ngikuti pameran pribadi, menyebarkan brosur dan pamflet meskipun
ada juga yang sudah melakukan pemasaran hingga ke luar negeri melalui ekspor
ke berbagai negara, seperti di wilayah ASEAN, Arab, Singapura, dan Amerika.
”...dulunya kan memang kampung Batik dan mayoritas hidupnya dari Batik. Kan pernah Batik vakum, jadi untuk pemasaran sebelum adanya itu ya tidak masalah, jadi tim kita jalan terus, jadi ya mulai ekspor itu me-mang tahun 1990an ya. Oh..waktu itu cuma di ASEAN, Arab, Singapur, pernah juga di Amerika ya.” (wawancara Saud Effendi, pengusaha Batik Saud Effendi Batik& Art, 29 Oktober 2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Setelah dibentuknya Forum Pengembangan Kampoeng Batik
Laweyan, kegiatan promosi masih dilakukan secara perorangan oleh tiap
pengusaha, namun promosi tersebut lebih bersifat mempromosikan komoditi atau
produk, misalnya Batik. Sedangkan promosi yang dilakukan Forum
Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan adalah promosi kawasan Laweyan
sebagai daerah tujuan wisata. Dalam mempromosikan Kampoeng Batik Laweyan
tersebut, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan melakukan
komunikasi pemasaran secara terpadu atau disebut dengan Integrated Marketing
Communication (IMC).
D. Integrated Marketing Communication Kampoeng Batik Laweyan
Kegiatan Integrated Marketing Communication (IMC) yang dilakukan
oleh Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan adalah :
a. Personal selling (Penjualan personal)
Sifat dari personal selling atau biasa juga disebut sebagai penjualan
personal adalah adanya hubungan yang hidup, langsung dan interaktif antara
pembeli dan penjual, selain itu adanya kemungkinan hubungan yang lebih akrab
serta adanya situasi yang seolah-oleh pembeli harus mendengar, memperhatikan
dan menanggapi, sifat tersebut menjadi kelebihan tersendiri dari penjualan
personal. Dalam Kampoeng Batik Laweyan, setiap individu baik pengusaha Batik,
pengusaha handycraft, maupun pengusaha kuliner yang ada di Kampoeng Batik
Laweyan mempergunakan metode ini. Kegiatan penjualan personal terjadi di
gerai-gerai ataupun showroom-showroom Batik masing-masing pengusaha. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mendukung kegiatan penjualan personal masing-masing pengusaha Laweyan,
Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan dalam kegiatan Jelajah
Kampoeng Laweyan memberikan kesempatan dimana setiap masyarakat yang
mengikuti paket wisata Jelajah Kampoeng Batik Laweyan ini diajak untuk
mengunjungi beberapa showroom yang ada di Kampoeng Batik Laweyan, hal
tersebut membantu pengusaha Batik pada khususnya untuk menjual produknya
secara personal kepada masyarakat yang mengikuti paket wisata Jelajah
Kampoeng Batik Laweyan tersebut. Untuk pemerataan, maka ada jadwal tertentu
yang dibagikan pada para pengusaha Batik sehingga tidak hanya showroom Batik
tertentu saja yang dikunjungi.
Sebelum kunjungan peserta paket wisata Jelajah Kampoeng Batik
Laweyan, setiap pengusaha Batik yang akan dikunjungi selalu diberi
pemberitahuan terlebih dahulu, sehingga pengusaha Batik dan pemilik showroom
Batik lebih ter-koordinir dan dapat menyesuaikan dengan waktu kunjungan
peserta. Jenis pengusaha Batik yang dikunjungi juga tergantung pada kebutuhan
para peserta kunjungan, ada yang bertujuan untuk belanja Batik, sekedar jalan-
jalan atau untuk belajar membatik.
b. Promosi penjualan
Salah satu kegiatan promosi penjualan yang dilakukan oleh Forum
Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan adalah Solo Batik Sale. Acara Solo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Batik Sale sendiri merupakan acara penjualan Batik bersama yang bertujuan
menggairahkan kembali usaha Batik di Solo dengan memberikan diskon sebesar
45% selama bulan Oktober yang merupakan bulan pelaksanaan World Heritage
Cities Converence and Expo (WHCCE) dan Solo International Ethnic Music
(SIEM).
Dalam kegiatan tersebut, Forum Pengembangan Kampoeng Batik
Laweyan melakukan koordinasi kepada pengusaha Batik Laweyan yang ambil
bagian pada acara Solo Batik Sale. Kampoeng Batik Laweyan juga menjadi tuan
rumah bagi pembukaan acara Solo Batik Sale yang dilaksanakan pada tanggal 25
September 2008 di Graha Niekmat Rasa. Acara Solo Batik Sale tersebut dibuka
oleh Ketua Panitia Solo Batik Sale, Baningsih Bradach Tedjokartono. Acara
pembukaan Solo Batik Sale tersebut menjadi acara inti dari malam Selawenan
bulan September 2008.
Gambar 3.1
Spanduk dan Umbul-umbul Solo Batik Sale di Showroom Batik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Putra
Laweyan
Gambar 3.2
Acara Pembukaan Solo Batik Sale di Graha Niekmat Rasa
Laweyan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Public Relations (Hubungan Masyarakat)
a. Public Relations
Baik disadari atau tidak setiap organisasi mempunyai kegiatan
hubungan masyarakat atau Public Relations, hal tersebut juga dilakukan oleh
Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan. Yang ditunjuk menjadi PR
dari Kampoeng Batik Laweyan adalah Hari, yang juga pemilik Rumah Makan
dan Graha Niekmat Rasa, namun semua pengurus Forum Pengembangan
Kampoeng Batik Laweyan juga berperan aktif sebagai Public Relations bagi
Kampoeng Batik Laweyan.
b. Kantor Sekretariat (Pusat Informasi dan Promosi) sebagai kegiatan
Corporate Communication
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Untuk memudahkan masyarakat mendapatkan informasi tentang
Kampoeng Batik Laweyan, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
memiliki sebuah sekretariat. Kantor sekretariat tersebut selain berfungsi
sebagai pusat informasi dan promosi, juga berfungsi sebagai tempat rapat, dan
koordinasi antar pengurus Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan,
dan juga dengan masyarakat Kampoeng Batik Laweyan. Gedung
kesekretariatan tersebut berada di Jl. Dr. Rajiman 521 Laweyan Solo dengan
nomer telepon (0271) 712276 dan fax. (0271) 738724. Tidak hanya wisatawan
saja yang mencari informasi di kantor tersebut, namun dari kalangan akademis
seperti pelajar, mahasiswa bahkan dosen yang tertarik untuk melakukan
penelitian di Kampoeng Batik Laweyan juga melakukan pencarian data dan
wawancara di kantor sekretariat tersebut. Salah satunya, pada tanggal 7
November 2008 pukul 14.00, sebanyak 8 orang siswa SMA Pangudi Luhur St.
Yosef Surakarta mengadakan wawancara dan pencarian data di Kampoeng
Batik Laweyan Surakarta. Dalam kegiatan tersebut, 8 siswa tersebut ditemui
secara langsung oleh Widiarso, koordinator Bidang Litbang Forum
Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan.
Gambar 3.3
Kantor Sekretariat (Pusat Informasi dan Promosi) Kampoeng Batik Laweyan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak sebagai kegiatan Corporate
Communication
Kegiatan Public Relations Forum Pengembangan Kampoeng Laweyan
juga dilakukan melalui kerjasama dengan berbagai pihak. Di antaranya dengan
Dinas Perindustrian Perdagangan dan Penanaman Modal Propinsi Jawa
Tengah, dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Tengah. Kegiatan
kerjasama tersebut dilakukan melalui pelatihan-pelatihan, diantaranya:
i. Diklat Pembuatan Makanan bekerjasama dengan Dinas Perindustrian
Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Diklat pembuatan makanan tersebut dilaksanakan pada tanggal 20
sampai 25 Oktober 2008 pada pukul 09.00 sampai pukul 14.00 dengan
pembicara Ir. Linda Kurniawati MS, dosen teknologi pangan Universitas
Slamet Riyadi Surakarta. Tujuan pelaksanaan diklat tersebut adalah untuk
ilmu yang diberikan dapat membuat peserta menjadi tergerak untuk
menambah pendapatannya.
Sasaran kegiatan tersebut adalah masyarakat umum baik warga
Kampoeng Batik Laweyan maupun di luar kawasan Kampoeng Batik
Laweyan. Jumlah peserta diklat tersebut sebanyak 20 orang. Dalam sehari
peserta diberi materi empat hingga lima resep, seperti pembuatan tepung
pisang, manisan tomat rasa kurma, dan sirup lidah buaya.
Tempat pelaksanaan diklat makanan tersebut di Batik Training
Center Kampoeng Batik Laweyan, Batik Training Center awalnya adalah
sebuah Langgar putri yang kemudian difungsikan menjadi gedung
pertemuan warga dan juga pusat kegiatan di Kampoeng Batik Laweyan.
Kerjasama dengan Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Penanaman Modal Kota Surakarta memberikan manfaat kepada
Kampoeng Batik Laweyan, diantaranya peserta dari daerah lain yang
mengikuti acara diklat pembuatan makanan tersebut secara tidak langsung
mengunjungi dan mengenal Kampoeng Batik Laweyan, kemudian
diharapkan masyarakat tersebut akan tertarik untuk datang lagi ke
Kampoeng Batik Laweyan sebagai wisatawan. Sedangkan bagi
masyarakat Kampoeng Batik Laweyan yang mengikuti diklat tersebut,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diklat tersebut dapat menjadi sarana pemberdayaan masyarakat yang
nantinya akan menjadi pemberdayaan bagi kawasan Kampoeng Batik
Laweyan.
Gambar 3.4
Kegiatan Diklat Pembuatan Makanan
ii. Pelatihan AMT (Achievement Motivation Training) bekerjasama dengan
Dinas Perindustrian Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Surakarta.
AMT adalah pelatihan motivasi untuk meningkatkan prestasi diri.
Pelatihan AMT dilaksanakan di Batik Training Center (BTC) pada tanggal
29 Oktober hingga 1 November 2008 pukul 09.00 sampai pukul 16.00.
instruktur dalam pelatihan tersebut didatangkan langsung dari Dinas
Perindustrian Perdagangan dan Penanaman Modal Jawa Tengah.
Gambar 3.5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kegiatan Diklat Achievement Motivation Training
iii. Pelatihan membatik di museum Radyapustaka Solo
Dalam rangka ulang tahun museum Radyapustaka pada tanggal 26
Oktober 2008, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
memberikan pelatihan membatik bagi masyarakat umum. Dalam pelatihan
yang diselenggarakan di depan museum Radyapustaka tersebut, peserta
diberi kesempatan membatik di atas kain selebar 30x 30 cm, baik memakai
canting dan malam maupun memakai metode tolet (Batik lukis). Kegiatan
tersebut diikuti oleh 23 peserta baik dari kalangan LSM, pelajar,
wiraswasta hingga guru. Kebanyakan peserta adalah orang yang mengenal
Batik tapi baru pertama kali membatik. Dalam pelatihan tersebut, Taufik
Tri Lutfianto, pengurus Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memberikan materi singkat tentang proses pembuatan Batik, kemudian
peserta diberikan kesempatan untuk mempraktekkan materi tersebut.
“…baru ini mbak saya membatik, maka seneng saya belajar membatik, bagus untuk kita yang belum mengenal Batik, kan katanya Batik adalah ciri khas Indonesia, masa nggak dipelajari” (wawancara Maryono, peserta dari LSM Formasi, 26 Oktober 2008)
“Saya belum pernah membatik tapi sering ngajari anak, guru sih saya..” (wawancara Tutik peserta sekaligus guru, 26 Oktober 2008)
Gambar 3.6
Kegiatan Pelatihan membatik di museum Radyapustaka Solo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv. Training Kewirausahaan
Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan kerjasama
dengan DED (Deutscher Entwicklungsdienst) dari Jerman untuk
memberikan training kewirausahaan bagi industri kecil dan menengah
(UKM) dengan peserta yang berjumlah 18 orang, 10 orang dari Laweyan
dan 8 orang lainnya dari luar Laweyan.
“DED ’kan sudah lama kerjasama dengan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, kan mereka sudah punya misi untuk bisa mengembangkan Kampoeng Batik Laweyan, dari yang produsen besar dan kecil seperti ini karenanya kalau kita mau mengadakan kegiatan selalu konfirmasi dulu dengan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, kita juga minta data list dari sana, dan pada hasilnya ini ada 10 orang dari Laweyan dan 8 orang yang lain dari luar di seluruh kota Surakarta.” (wawancara Fikri Asih Wigati, Project Assistant DED, 7 November 2008)
Kegiatan tersebut diadakan di Batik Training Center pada tanggal
3 sampai 7 November 2008 dari pukul 10.00 pagi sampai pukul 14.00.
Sasaran kegiatan tersebut adalah masyarakat umum.
Gambar 3.7
Kegiatan Training Kewirausahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v. Pelatihan membatik di SD Dja’matul Ichwan Laweyan.
Untuk memperkenalkan Kampoeng Batik Laweyan kepada anak-
anak, sekaligus untuk melatih anak-anak mengenal proses pembuatan kain
Batik, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan bekerjasama
dengan SD Dja’matul Ichwan Laweyan mengadakan pelatihan membatik.
Pelatihan tersebut dilaksanakan pada tanggal 25 September 2008 pukul
10.00 di lapangan SD Dja’matul Ichwan. Kegiatan tersebut terdiri dari dua
sesi, sesi pertama adalah pemberian materi yang dilaksanakan di dalam
kelas, peserta pelatihan yang terdiri dari siswa kelas 5 dan kelas 6 tersebut
diberi materi tentang proses produksi Batik baik Batik tulis maupun Batik
tolet (Batik lukis). Pada sesi kedua peserta diberi kesempatan untuk
melakukan praktek pembuatan Batik. Peserta dibagi menjadi 12 kelompok,
dan masing-masing kelompok terdiri dari 8 sampai 10 orang. Tiap
kelompok mendapatkan 1 buah kain putih berukuran 1 meter x 1 meter
sebagai media pembuatan Batik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 3.8
Pelatihan membatik di SD Dja’matul Ichwan Laweyan.
vi. Pelatihan mewarnai batik PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Bina
Bangsa.
Pada tanggal 15 November, sebanyak 50 siswa PAUD Bina
Bangsa belajar mewarnai Batik di Batik Training Center Laweyan.
Kegiatan tersebut dimulai pada pukul 09.00. Dalam kegiatan pelatihan
mewarnai Batik tersebut, siswa PAUD diberi pengenalan proses melukis
Batik. Pertama-tama setiap siswa dibagikan selembar kain putih 30x30cm,
kemudian mereka diberi waktu untuk menggambar motif dengan pensil.
Kemudian motif tersebut di beri malam oleh pembatik, kemudian anak-
anak tersebut memberi warna pada kain dengan metode tolet (lukis).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 3.9
Pelatihan mawarnai batik PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
Bina Bangsa.
Selain pelatihan yang dilaksanakan oleh Forum Kampoeng Batik
Laweyan, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan juga menjadi
peserta pelatihan yang diadakan oleh dinas-dinas dan berbagai instansi.
Dengan mengikuti pelatihan tersebut, Forum Pengembangan Kampoeng
Batik Laweyan dapat mengembangkan daerah tujuan wisata Kampoeng
Batik Laweyan, dan menjalin relasi dengan peserta maupun dinas terkait.
1. Pelatihan Teknik-teknik Pemasaran Melalui Internet yang diadakan oleh
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah pada 27 Agustus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2008 di Hotel Agas Solo. Kegiatan tersebut bertujuan memperkenalkan
internet dan hal-hal yang berhubungan dengan internet, seperti website, e-
mail, dan chatting serta mengajarkan teknik-teknik pemasaran melalui
media internet.
2. Pelatihan dan Praktek Kerja Lapangan Teknis Pemasaran Pariwisata di
Restoran RIA Manahan pada 27 Agustus 2008 oleh Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah. Dalam pelatihan tersebut diberikan
materi berupa marketing mix daerah pariwisata, kiat memuaskan
pelanggan, dan kiat sukses meningkatkan usaha jasa pariwista..
3. Pelatihan Peningkatan Kemampuan Pemanfaatan Teknologi melalui
Desain Batik yang diselenggarakan oleh Dinas Perdagangan Perindustrian
dan Penanaman Modal Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 27 hingga 29
Oktober 2008 di Hotel Indah Palace Solo. Kegiatan tersebut dipimpin
oleh tiga orang instruktur dari Dinas Perdagangan Perindustrian dan
Penanaman Modal Propinsi Jawa Tengah. Pelatihan tersebut diikuti oleh
28 peserta dari kalangan pengusaha Batik, seperti dari Kampung Batik
Kauman, Kampoeng Batik Laweyan, dan KUB Batik Warna Alam
Joyotakan.
“Kebetulan pesertanya semuanya ini kebetulan satu jenis komoditi jadi dari pengusaha Batik semua, saat kita keliling ke Jawa Tengah, baru kali ini kita temukan peserta yang sejenis, jadi mungkin kita lebih gampang mengarahkannya untuk mengembangkan teknologi desain itu jalan bareng…”(wawancara S. Hayudadi, instruktur, 27 Oktober 2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam pelatihan tersebut, peserta diberikan materi yang berkaitan
dengan desain Batik, seperti kreativitas, sejarah desain, teori warna dan
tekstur, serta dasar desain. Peserta juga diberikan kesempatan untuk
melakukan praktek desain dengan media kertas dan alat seperti pastel,
pensil dan lilin.
Gambar 3.10
Pelatihan Peningkatan Kamampuan Pemanfaatan Teknologi
melalui Desain Batik.
d. Publikasi
Publikasi yang digunakan oleh Forum Pengembangan Kampoeng
Batik dalam memasarkan Kampoeng Batik Laweyan, melalui :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Publikasi melalui media cetak
1. Peliputan surat kabar dan majalah
Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan menjalin
hubungan kerjasama dengan beberapa surat kabar lokal seperti Solopos,
Suara Merdeka, Joglosemar, Radar Solo dan surat kabar nasional, Kompas.
Sedangkan majalah yang pernah melakukan peliputan di Kampoeng Batik
Laweyan adalah Majalah Saudagar.
Kerjasama antara Forum Pengembangan Kampoeng Batik
Laweyan dan media cetak adalah kerjasama dalam peliputan berita, serta
pemuatan Press Release sebuah acara. Surat kabar yang secara intens
meliput Kampoeng Batik Laweyan adalah Solopos. Setiap satu bulan
sekali, Solopos selalu meliput acara Selawenan yang diselenggarakan oleh
Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan. Hasil liputan tersebut
dimuat di Harian Solopos sehari setelah acara tersebut berlangsung.
2. Press release dan permohonan peliputan berita
Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan juga pernah
mengirimkan press release pada beberapa media cetak. Press release
tersebut bertujuan untuk mengundang wartawan surat kabar tersebut untuk
meliput acara Selawenan, namun pengiriman press release tersebut hanya
berlangsung sampai tiga kali pelaksanaan Selawenan yaitu pada
Selawenan bulan April 2007 hingga Selawenan bulan Juni 2007, setelah
itu Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan hanya mengirimkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
surat permohonan peliputan berita saja. Hal tersebut terjadi karena adanya
kendala kurangnya personel yang berpengaruh pada terbatasnya waktu
persiapan kegiatan Selawenan sehingga tidak ada persiapan untuk
membuat press release jauh hari sebelum pelaksanaan acara Selawenan.
“…karena itu tadi terkendala personil, cuman biasanya tu kita tiga hari sebelumnya kita mesti press release, kita ada press release untuk putaran satu sampai keberapa saya lupa, putaran ke tiga.. cuman sekarang kita oyak-oyakan (keterbatasan waktu) maka kita nggak pernah press release hanya kita permohonan penulisan berita aja, jadi pemuatan dari malam Selawenan itu mesti setelah acara, dulu kan sebelum acara mesti ada setelah itu juga terbit Selawenan tadi malam itu gini gini gini,…”(wawancara Taufik Tri Lutfianto, anggota Bidang Litbang Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan,sekaligus Ketua Selawenan, 9 Agustus 2008)
“Kita hanya tiga kali memasukkan press release (pada acara Selawenan), setelah itu tidak pernah, pihak media yang melakukan liputan sendiri ke Laweyan” (wawancara Widiarso, koordinator Bidang Litbang Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, 19 Agustus 2008)
Selain press release acara Selawenan, Forum Pengembangan
Kampoeng Batik Laweyan juga pernah mengeluarkan press release untuk
mengundang wartawan meliput peresmian brand Laweyan “Laweyan, The
Central Batik and Heritage of Java”
“…eh saya pernah ngundang sekali pada waktu press release tentang Laweyan the Central Batik and Heritage of Java, itu aja, yang lainnya nggak pernah ngundang. Baik media massa, media elektronik, majalah.” (Wawancara Alpha Pabela, Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, 7 November 2008)
3. Brosur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selain melalui Surat Kabar dan Majalah, Forum Pengembangan
Kampoeng Batik Laweyan juga melakukan publikasi melalui media
brosur. Brosur dicetak dalam dua model. Model yang pertama berisi
penawaran paket perjalanan Kampoeng Batik Laweyan, yaitu Paket
Laweyan 1 dengan harga Rp 30.000,00 per orang dan paket Laweyan 2
dengan harga Rp. 25.000,00 per orang. Brosur tersebut ditujukan kepada
masyarakat umum yang tertarik untuk mengunjungi Kampoeng Batik
Laweyan. Sedangkan brosur yang kedua berukuran lebih besar, dan isinya
relatif lebih lengkap, yaitu tentang situs bersejarah yang ada di Laweyan,
karya seni Batik, arsitektur bangunan kuno Laweyan, penawaran paket
jelajah Batik, Batik Training Center, hingga acara Selawenan. Brosur
kedua ini dibagikan kepada pengunjung stand Kampoeng Batik Laweyan
di pameran World Heritage Cities Conference and Expo.
b. Publikasi melalui televisi
Ada beberapa stasiun televisi yang pernah meliput Kampoeng
Batik Laweyan. Stasiun televisi tersebut antara lain televisi lokal, nasional
bahkan internasional. TA Tv merupakan salah satu televisi lokal yang
pernah meliput Kampoeng Batik Laweyan. Sedangkan televisi nasional
yang pernah meliput adalah Trans 7, Trans TV, Indosiar, RCTI, dan SCTV
dan juga CNA (Chanel News Asia).
“Kita punya beberapa channel sebetulnya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengcover Batik Solo dan sebagainya di televisi Singapore CNA.... (Wawancara Alpha Pabela, Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, 19 Agustus 2008)
Sedangkan stasiun televisi yang pertama kali meliput Kampoeng
Batik Laweyan adalah stasiun RCTI dalam program acara Gapura.
“…yang pertama kali ngangkat Laweyan itu RCTI ya, setelah diresmikan itu RCTI itu ngangkat, pada waktu itu topiknya Gapura, ada acara namanya Gapura, itu mengcover Laweyan, saya masih inget media elekronik yang pertama kali yang konteksnya mengangkat kampung, kalau untuk shooting-shooting film, biasa, untuk film-film layar lebar itu, sebenarnya kan saya juga berpikir, ko nggo syuting ana apa to? Kita baru, kalau dipromosikan pertama kali ya lewat RCTI itu Gapura.” (Wawancara Alpha Pabela, Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, 7 November 2008)
Di bawah ini adalah beberapa proses pengambilan gambar dan
penayangan liputan Laweyan :
1. Pada Minggu, 7 September 2008. Tim dari Trans 7 yang
merupakan Production House Trans 7 melakukan proses
syuting jejak Masjid Nusantara 2 di masjid Laweyan. Proses
syuting tersebut dimulai pada pukul 09.00 WIB diawali dengan
proses pengambilan gambar arsitektur masjid Laweyan
kemudian melakukan penggalian data melalui wawancara
dengan pengurus masjid Laweyan, lalu melakukan
pengambilan gambar di makam Ki Ageng Henis yang terletak
di di kompleks masjid Laweyan, dan diakhiri dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
melakukan pengambilan gambar proses membatik di batik
Mahkota milik Alpha Pabela pada pukul 00.30 WIB. Acara
tersebut diproduseri oleh Warid, sedangkan host dari acara
tersebut adalah Mario.
Acara Jejak Masjid Nusantara 2 yang mengambil lokasi
syuting di Laweyan tersebut ditayangkan di Trans 7 pada hari
Selasa, 12 September 2008 pukul 04.30.
2. Pada Rabu, 22 Oktober 2008 di stasiun televisi Trans TV pada
program Pesona Jelang Sore pukul 16.00 ditayangkan proses
membatik di Batik Putra Laweyan milik Gunawan M. Nizar.
Gambar 3.11
Proses Pengambilan Gambar Acara ”Jejak Masjid Nusantara 2” di
Masjid Laweyan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Pada tanggal 6 November 2008 hingga 8 November 2008,
kontributor Indosiar Solo melakukan pengambilan gambar
Kampoeng Batik Laweyan Pengambilan gambar tersebut
meliputi batik Gress Tenan, wawancara di batik Mahkota
dengan Ibu Alpha Pabela, pengambilan gambar rumah kuno
Griya Cokro Sumarto dan lain-lain. Proses pengambilan
gambar tersebut kemudian ditayangkan pada hari Selasa, 11
November 2008 pada acara Teropong.
Gambar 3.12
Proses Pengambilan Gambar Acara ”Teropong” di Batik Mahkota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Pada hari Minggu, 23 November 2008 pukul 16.00 di stasiun
televisi Trans Tv pada acara Jelang Sore menayangkan proses
pembuatan Batik Tulis menggunakan canting. Lokasi
pengambilan gambar tersebut berada di workshop Batik
Cempaka, milik pengusaha Batik Laweyan Dhani Arifmawan.
e. Event Selawenan
Selawenan atau biasa disebut dengan malam Selawenan adalah
sebuah event yang rutin diadakan setiap bulan tiap tanggal 25. Asal nama
Selawenan diambil dari nama kawasan Kampoeng Batik Laweyan dan
nama tanggal pelaksanaannya, yaitu tanggal 25 yang dalam bahasa Jawa
disebut selawe,
” ...kenapa kita ambil nama Selawenan? Karena nama kampung kita Laweyan, kemudian diadakan tanggal 25, bahasa Jawanya selawe, sehingga biar orang mudah mengingat diambil nama Selawenan.” (wawancara Taufik Tri Lutfianto, Ketua Panitia Selawenan, 21 Juli 2008).
Acara Selawenan pertama kali diadakan pada tanggal 25 April
2007. Selawenan memiliki visi menggali, melestarikan dan
mengembangkan seni budaya lokal, khususnya Laweyan dan Solo serta
budaya Jawa pada umumnya. Sedangkan misi Selawenan adalah sebagai
sarana promosi dan informasi Kampoeng Batik Laweyan ke masyarakat
luas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bentuk dari acara malam Selawenan adalah sarasehan seni budaya
dan pentas seni budaya, namun kadang ditampilkan pula pameran seni
budaya maupun bazaar yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali atau dua
belas kali dalam setahun setiap tanggal 25, dengan satu kali event besar
yang diselenggarakan tiap tanggal 25 September bertepatan dengan hari
jadi Kampoeng Batik Laweyan.
Dalam pelaksanaannya, Acara Selawenan selalu berpindah-pindah
tempat, menggunakan ruang tertutup (indoor) seperti di Balai Kampoeng
Laweyan, Batik Merak Manis, Graha Niekmat Rasa, Griya Atmowiryanan,
rumah warga, maupun ruang terbuka (outdoor) di Perempatan Tugu Batik
Jl. Sidoluhur Laweyan atau jalan Kampoeng Batik Laweyan, hal tersebut
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada baik cuaca maupun tema
yang akan diangkat tiap bulannya. Sedangkan format dari acara Selawenan
adalah non formal atau tidak resmi dan bersifat kerakyatan sehingga
masyarakat yang menghadiri acara tersebut juga tidak dibatasi, karena
sasaran dari acara Selawenan adalah semua lapisan masyarakat dan
masyarakat yang ingin menyaksikan acara tersebut dapat datang dan
menyaksikan acara tersebut tanpa harus membawa undangan, namun
untuk formalitas kedinasan dan institusi, acara Selawenan juga menyebar
sekitar 100 buah undangan, yang ditujukan antara lain untuk Dinas
Pariwisata Seni dan Budaya Kota Surakarta, Dewan Kesenian Surakarta,
Institut Seni Indonesia Surakarta (ISI Surakarta), DIII Pariwisata
Universitas Sahid, LPMK Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Surakarta), media massa seperti Solopos, Joglosemar, dan Radar Solo.
Namun setiap bulan distribusi undangan tersebut senantiasa dikurangi
jumlahnya, hal itu untuk lebih memasyarakatkan acara Selawenan, dengan
harapan masyarakat dan kedinasan tetap datang walaupun tanpa diberi
undangan.
Ide pelaksanaan acara Selawenan awalnya muncul karena
keinginan untuk mempertahankan tradisi asli Laweyan, yaitu tradisi
kelisanan yang dikemas dalam bentuk sarasehan budaya
”....nah dari trus dari tradisi kelisanan itu sendiri, sarasehan kan bagian dari tradisi kelisanan itu sendiri saresehan itu kan juga bagian tradisi kelisanan itu kan tutur, dongeng yang dipelihara kan itu. ” (Wawancara Widiarso, koordinator Bidang Litbang Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, 7 September 2008)
Oleh karena itu dalam pelaksanaan Selawenan, selalu diadakan
pentas seni dan budaya yang kemudian dilanjutkan dengan sarasehan
budaya, meskipun begitu tidak menutup kemungkinan untuk mengemas
acara Selawenan dalam bentuk pameran baik pameran fotografi maupun
foto-foto kuno, serta menampilkan bazaar, asal tidak lepas dari batasan-
batasan seni dan budaya.
Selain untuk mempertahankan tradisi kelisanan, acara Selawenan
juga merupakan upaya mempromosikan kawasan Kampoeng Batik
Laweyan yang sejak tanggal 25 September 2004 telah dicanangkan
sebagai kawasan wisata, dan diharapkan acara Selawenan mampu menjadi
branding bagi Kampoeng Batik Laweyan karena dalam acara tersebut juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ditampilkan potensi budaya yang ada di Laweyan seperti seni tari,
karawitan, ketoprak dan lain-lain.
Awalnya acara Selawenan muncul dari adanya acara perkumpulan
para saudagar Batik di Laweyan untuk silaturahmi antar pedagang Batik
serta untuk membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan usaha Batik
mereka.
”...inti awal mula malam Selawenan adalah pengusaha bertemu bareng, ngumpul dan ngomong-ngomong. Tapi lama-lama kalo ditambahi seni pasti lebih menarik....” (wawancara Alpha Fabela, ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, 19 agustus 2008)
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Alpha Fabela, ketua Forum
Pengembangan Kampoeng Batik pada 7 September 2008
”....Nek pada waktu itu tokoh-tokoh Batik, tadinya itu dinggo silaturohim pengusaha-pengusaha Batik, jadi belum ke masyarakat, wong kuwi rembugan, ana model anyar cara ne dagang carane pemasaran piye , sarasehan rembugan.”
Kemudian dari perkumpulan pengusaha Batik tersebut
berkembang menjadi sebuah acara Selawenan yang memiliki fungsi
sebagai :
1. tempat untuk bersilaturohim
2. tempat untuk mengekspresikan karya seni
3. tapi juga tidak lepas dari upaya mempromosikan kawasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 3.13
Kegiatan Acara “Selawenan”
d. Eksibisi
Eksibisi biasa disebut pameran. Dalam melakukan kegiatan
promosinya, Kampoeng Batik Laweyan juga melakukan kegiatan komunikasi
pemasaran melalui eksibisi atau pameran. Pameran memiliki kelebihan, yaitu
merupakan satu-satunya media periklanan yang menyentuh semua panca
indera: mata, telinga, lidah, hidung, dan kulit.
a. Pameran Klaster Wisata
Sebagai daerah tujuan wisata yang juga merupakan klaster
wisata, Kampoeng Batik Laweyan ikut berpartisipasi dalam pameran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
klaster wisata. Kegiatan pameran Klaster wisata tersebut diikuti oleh
klaster wisata lain seperti Prambanan dan Bali. Pameran Klaster wisata
tersebut diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah.
Pameran tersebut dilaksanakan 3 kali dalam setahun. Pameran Klaster
wisata yang terakhir yang diikuti oleh Kampoeng Batik Laweyan adalah
Pameran Klaster Wisata yang diadakan di Semarang pada tanggal 17
sampai 18 September 2008.
b. Peserta Pameran WHCCE
Dalam setiap event wisata yang diadakan Pemerintah Kota
Surakarta, Kampoeng Batik Laweyan juga ikut berpartisipasi, diantaranya
adalah World Heritage Cities Converence and Expo (WHCCE), dalam
event tersebut Kampoeng Batik Laweyan berpartisipasi ikut membuka
sebuah stand. Dalam stand tersebut, ditampilkan Batik-Batik produksi
Kampoeng Batik Laweyan, Batik-Batik kuno seperti Batik bermotif
Parang Liris, Parang Rusak, Batik tulis kuno buatan tahun 1927 dan lain-
lain. Dalam stand tersebut juga ditampilkan alat-alat pembuatan Batik
kuno, foto-foto kuno seperti foto kunjungan Presiden Soekarno ke
Laweyan, foto produksi pembuatan Batik kuno, foto bangunan kuno
Laweyan dan lain-lain
Selama pelaksanaan WHCCE tersebut, di jalan raya sekitar
Kampoeng Batik Laweyan juga dipasang umbul-umbul Word Heritage
Cities Converence and Expo (WHCCE) tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 3.14
Umbul-umbul World Heritage Cities di Kampoeng Batik Laweyan
Gambar 3.15
Stand Pameran Kampoeng Batik Laweyan di WHCCE
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Pameran Foto Kuno
Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan pernah dua
kali mengadakan pameran foto kuno. Kedua kegiatan pameran tersebut
dilaksanakan dalam acara Selawenan.
a. Pameran pertama dilaksanakan pada tanggal 25 sampai 27 Mei 2007 di
Rumah Bp. Hari Wibowo Jl. Sidoluhur No. 57, pameran foto tersebut
mengambil tema “Laweyan Tempo Doeloe dan Sekarang”. Dalam
pameran foto kuno tersebut juga ditampilkan foto-foto baru karya
fotografer Rubayak.
b. Pameran kedua mengambil tema “Potret Laweyan dalam Religi,
Ekonomi dan Budaya”. Pameran tersebut dilaksanakan di Graha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Niekmat Rasa pada tanggal 24 sampai 25 September 2008. Pameran
tersebut juga menampilkan foto Laweyan di masa sekarang, foto
tersebut merupakan karya fotografer Robert Hendra Yudianto.
Gambar 3.16
Pameran Foto Kuno Laweyan dengan Tema Potret Laweyan dalam
Religi, Ekonomi dan Budaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Corporate Identity
Corporate identity atau identitas perusahaan yang dimiliki
Kampoeng Batik Laweyan juga sekaligus sebagai logo dari Forum
Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan. Dalam logo tersebut
digambarkan Kampoeng Batik Laweyan melalui simbol.
Gambar 3.17
Logo Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
sekaligus sebagai Logo Kampoeng Batik Laweyan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Logo
Dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan Kampoeng
Batik Laweyan, forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan selalu
mempergunakan logo tersebut, seperti dalam pameran World Heritage
Cities Converence and Expo (WHCCE) di Mangkunegaran, logo tersebut
dibuat dalam ukuran besar dan ditempatkan di atas sehingga setiap
pengunjung dapat melihat dengan jelas.
Gambar 3.18
Logo Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan di
stand Pameran WHCCE
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam brosur yang dibuat oleh Kampoeng Batik Laweyan
dan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, juga memakai logo
tersebut. Dalam event Selawenan yang merupakan event bulanan, juga
ditampilkan logo tersebut baik dalam undangan kegiatan Selawenan
maupun logo yang ditampilkan dalam slide yang menjadi background di
acara Selawenan.
Gambar 3.19
Logo Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan dalam
slide acara “Selawenan”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Di Batik Training Center yang merupakan pusat kegiatan Forum
Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, juga terdapat logo Forum
Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan. Logo tersebut ditempatkan di
depan sehingga dapat dengan mudah dilihat oleh masyarakat.
Gambar 3.20
Logo Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan di
Depan Batik Training Center
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Papan Nama Jalan
Bagi wisatawan yang baru pertama kali berkunjung
ke Kampoeng Batik Laweyan tentu akan sangat terbantu dengan
adanya papan nama jalan. Selain sebagai papan nama jalan, papan
tersebut juga sekaligus digunakan untuk penggambaran identitas
Kampoeng Batik Laweyan dengan memberikan motif batik di papan
nama jalan Kampoeng Batik Laweyan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 3.21
Papan Nama Jalan di Kampoeng Batik Laweyan
3. Gapura Kampoeng Batik Laweyan
Di setiap jalan masuk Daerah Tujuan Wisata
Kampoeng Batik Laweyan terdapat gapura yang bertuliskan
Kampoeng Batik Laweyan. Selain sebagai penanda Kawasan Daerah
Wisata Kampoeng Batik Laweyan, gapura tersebut juga sebagai
identitas dari Daerah Tujuan Wisata Kampoeng Batik Laweyan.
Selain Gapura, di setiap gang yang menuju
Kampoeng Batik Laweyan juga diberi papan penunjuk jalan menuju
Kampoeng Batik Laweyan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 3.22
Papan Penunjuk Jalan dan Gapura di Kampoeng
Batik Laweyan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Ornamen batik
Identitas Kampoeng Batik Laweyan sebagai sentra
industri kerajinan batik juga dapat dilihat pada ornamen-ornamen yang
ada di dinding beberapa rumah di Kampoeng Batik Laweyan, Bahkan
ornamen dan motif batik juga dapat dijumpai pada pos ronda
Kampoeng Batik Laweyan yang sengaja di cat dan dilukis dengan
motif-motif batik tertentu.
Gambar 3.23
Ornamen Batik di Pos Ronda dan Salah Satu
Dinding Rumah di Kampoeng Batik Laweyan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
f. Internet dan media baru
Untuk memperluas target sasaran dari komunikasi pemasaran
Kamponeg Batik Laweyan, Forum Pengembangan Kampoeng Batik
Laweyan memanfatkan internet sebagai salah satu sarana komunikasi
pemasaran Kampoeng Batik Laweyan. Awalnya Forum Pengembangan
Kampong Batik Laweyan hanya membuat sebuah blog, kemudian pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bulan September 2008, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
membuat website dengan alamat http://www.kampoenglaweyan.com
Dari website tersebut, masyarakat dapat melihat sejarah
Laweyan, fasilitas umum yang ada di Kampoeng Batik Laweyan, kerajinan
Batik, kerajinan handicraft, souvenir,dan meubel. Di website tersebut,
Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan juga menawarkan obyek
wisata tiga jaman yang dapat dinikmati wisatawan jika berkunjung ke
Laweyan. Obyek wisata tiga jaman tersebut terdiri dari obyek wisata
Jaman Ki Ageng Henis, Obyek Wisata Era Samanhudi dan Obyek Wisata
Era sekarang. Dalam wesite tersebut juga disediakan kontak sehingga
masyarakat dapat berinteraksi dengan Forum Pengembangan Kampoeng
Batik Laweyan dengan meninggalkan pesan, kritik, saran, komentar dan
alamat e-mail di website tersebut yang kemudian akan direspon oleh
Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan.
C. Analisis Integrated Marketing Communication Kampoeng Batik
Laweyan
Untuk memasarkan Kampoeng Batik Laweyan sebagai daerah
tujuan wisata, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan memakai
sarana komunikasi pemasaran berupa :
1. Personal selling.
2. Promosi penjualan.
3. Public Relations.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Eksibisi.
5. Corporate Identity.
6. Internet melalui website.
Kegiatan Integrated Marketing Communication tersebut tak dapat
dipisahkan dari proses komunikasi dalam rangka memasarkan Kampoeng
Batik Laweyan. Menurut Wilbur Schramm dalam Deddy Mulyana
(2005:140). Komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya tiga unsur :
sumber (source), pesan (message), dan sasaran (destination)
Model Komunikasi dalam Integrated Marketing
Communication Kampoeng Batik Laweyan melibatkan unsur-unsur :
a. Sumber (source)
Yang berperan sebagai sumber dalam Integrated Marketing
Communication Kampoeng Batik Laweyan adalah Forum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan. Forum Pengembangam
Kampoeng Batik Laweyan juga berperan mempromosikan Kampoeng
Batik Laweyan melalui berbagai media.
b. Pesan (message)
Pesan yang disampaikan pada sasaran adalah pesan promosi
dan pemasaran Daerah Tujuan Wisata Kampoeng Batik Laweyan
beserta segala produk yang dihasilkan, kelebihan dan keunggulannya.
c. Sasaran (destination)
Yang menjadi sasaran dari Integrated Marketing
Communication Kampoeng Batik Laweyan adalah masyarakat luas,
baik yang sudah pernah berkunjung ke Kampoeng Batik Laweyan
maupun yang belum pernah .
Dalam mengembangkan Kampoeng Batik Laweyan, ada beberapa
faktor pendukung dan penghambat pengembangan tersebut, yaitu :
1. Faktor pendukung
a. Letak Strategis
Letak Kampoeng Batik Laweyan tergolong strategis,
berada di tepi jalan Dr Rajiman, sebuah jalur utama yang
menghubungkan Kraton Surakarta (Pasar Klewer dan
pertokoan Singosaren) dengan Kartasura.
Selain itu Kampoeng Batik Laweyan memiliki akses
transportasi yang mudah sehingga masyarakat dapat dengan
mudah berkunjung ke Daerah Tujuan Wisata tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Potensi wisata
Kampoeng Batik Laweyan memiliki banyak potensi wisata
baik budaya, religi, kuliner, maupun ziarah. Hal tersebut
sesuai dengan pernyatan Taufik Tri Lutfianto, staff bidang
Litbang Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
pada 19 Agustus 2008.
”Wah aset wisata Laweyan terlalu banyak, ya mbak pengen yang seperti apa...karena 1 item aja digali bisa jadi banyak dan nggak habis-habis,...”
c. Dukungan dari berbagai instansi dan dinas, seperti :
Bapeda, dinas pariwisata dan budaya, Disperindag, DPU,
dinas koperasi, Asita, PHRI, FEDEP, Perguruan Tinggi
Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta, lembaga pendidikan,
BDS (swastama), instansi, lembaga, dan dinas lain yang
terkait.
2. Faktor penghambat
a. Kesibukan masing-masing Pengurus Forum Pengembangan
Kampoeng Batik Laweyan.
“Kalau hambatannya saya pikir masalah, kalau kita kan masalah waktu, tenaga, dana. Otomatis karena semua punya pekerjaan sendiri-sendiri, forum ini kan non profit ya, pekerjaan sosial non profit…” (wawancara Alpha Pabela, Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, 7 November 2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Karena adanya kesibukan masing-masing Pengurus Forum
Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, maka hanya
beberapa pengurus saja aktif dalam segala kegiatan Forum
Pengambangan Kampoeng Batik Laweyan.
b. Minimnya dana
Sebagai organisasi non profit, Forum Pengembangan
Kampoeng Batik Laweyan memang masih melakukan
pendanaan secara swadaya. Masalah dana memang masih
menjadi kendala karena untuk menyelenggarakan kegiatan,
promosi ataupun event, Kampoeng Batik Laweyan masih
mengandalkan dana pribadi dari pengurus dan warga
Kampoeng Batik Laweyan.
c. Perbedaan Latar Belakang
Meskipun hampir seluruh warga Kampoeng Batik Laweyan
adalah pengusaha batik, namun mereka memiliki perbedaan
latar belakang. Latar belakang tersebut adalah perbedaan
besar kecilnya usaha batik mereka sehingga dalam
pengambilan kebijakan Forum Pengembangan Kampoeng
Batik Laweyan harus dilakukan secara bertahap karena
masing-masing pengusaha batik memiliki perbedaan dalam
mengembangkan usaha mereka sehingga belum
sepenuhnya dapat diseragamkan dalam membangun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kampoeng Batik sesuai visi dan misi Forum
Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan.
”Ini adalah salah satu kawasan tapi di situ dia sudah bisa mencari uang sendiri-sendiri bahkan bisa dikatakan dari golongan menengah ke atas, .. sekarang kamu mau mengatur kalangan menengah ke atas gimana, itu kan kadang-kadang step by step, nah disitu, itu yang kita kadang-kadang memang harus pelan-pelan tapi ya semua tetep bertanggung jawab.” (wawancara Saud Effendi, pengusaha batik Saud Effendi Batik& Art, 29 Oktober 2008)
”Seharusnya Forum untuk kebersamaan, tetapi kayaknya ada beberapa sing masih pengen menonjolkan batiknya sendiri-sendiri, kadang mereka menonjolkan diri sendiri masih terlihat banget, padahal sebenarnya wadah itu kan tujuannya untuk maju bersama, maju bersama dan mati bersama kan gitu, apapun yang terjadi dihadapi bersama-sama kan gitu, tapi kayaknya itu, ya mungkin karena ibaratnya itu, anak itu mereka masih muda, masih perlu bimbingan, pengarahan, perlu waktu, proses untuk ke dewasa ya... (wawancara Nurhidayah Pujihastuti, pengusaha Batik Sidomulyo, 29 Oktober 2008)
3. Sebagai sebuah daerah tujuan wisata, tantangan dari proses
pengembangan Kampoeng Batik Laweyan adalah mengatasi
perang tarif dan atasi persaingan dengan Batik printing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
PENUTUP
E. Kesimpulan
Dari analisa data yang diperoleh tentang Integrated Marketing
Communication (IMC) Kampoeng Batik Laweyan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kawasan Laweyan sejak dahulu dikenal sebagai pusat industri
Batik dan pernah mengalami masa kejayaan pada era tahun
1970an. Setelah masa kejayaan Batik berakhir, Laweyan
mengalami degradasi sehingga Forum Pengembangan
Kampoeng Batik Laweyan yang beranggotakan masyarakat
Laweyan memiliki gagasan untuk melakukan tindakan
penyelamatan kawasan dengan membentuk Laweyan sebagai
daerah tujuan wisata dengan nama Kampoeng Batik Laweyan.
2. Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan telah
menerapkan Integrated Marketing Communication melalui
sarana : Personal selling, promosi penjualan, public relations,
eksibisi, corporate identity, internet melalui website.
3. Letak yang strategis, dukungan dari berbagai pihak dan
116
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
beragamnya potensi wisata yang dimiliki Kampoeng Batik
Laweyan menjadi faktor pendukung Kampoeng Batik Laweyan
dalam menerapkan Integrated Marketing Communication.
4. Kendala Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
dalam menerapkan Integrated Marketing Communication
adalah kesibukan masing-masing pengurus Forum
Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, minimnya dana,
dan perbedaan latar belakang pengusaha Batik Kampoeng Batik
Laweyan.
5. Metode komunikasi pemasaran dengan IMC (Integrated
Marketing Communication) biasa digunakan untuk
memasarkan produk atau jasa dalam lingkup yang luas,
sehingga untuk memasarkan suatu daerah dengan lingkup yang
relatif kecil seperti Laweyan dibutuhkan beberapa penyesuaian,
misalnya penggunaan sarana publikasi dengan surat kabar
lokal dengan sasaran pembaca yang lebih sedikit serta dengan
biaya yang lebih terjangkau, selain untuk meminimalkan dana
pemasaran juga untuk lebih mengkhususkan target yang dituju
agar tepat sasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan beberapa
saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kemajuan dan pengembangan
Kampoeng Batik Laweyan, sebagai berikut:
a. Bagi Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan :
1. Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan sudah
menerapkan Integrated Marketing Communication, namun
masih ada beberapa sarana IMC yang belum dimanfaatkan
secara maksimal misalnya website Kampoeng Baik
Laweyan yang belum di update sejak pertama kali dibuat,
sehingga informasi yang ada di dalamnya juga tidak
bertambah.
2. Sebagai forum pengembangan yang bersifat aktif dalam
mengembangkan Kampoeng Batik Laweyan, maka
dibutuhkan tenaga dan sumber daya manusia yang tidak
sedikit jumlahnya, oleh karena itu diperlukan penambahan
personel dalam susunan kepengurusan Forum
Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan.
3. Selama ini Forum Pengembangan Kampoeng Batik
Laweyan memenuhi kebutuhan pendanaan mereka dengan
sistem swadaya, sehingga jumlah dana yang terkumpul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
belum dapat maksimal. Untuk meningkatkan komunikasi
pemasaran terpadu Kampoeng Batik Laweyan maka
dibutuhkan upaya pendanaan yang lebih baik.
4. Untuk mengatasi perbedaan latar belakang dan perbedaan
keinginan dalam pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
maka diperlukan komunikasi yang tepat agar dapat terjalin
kebersamaan untuk membangun Kampoeng Batik
Laweyan.
b. Bagi warga Kampoeng Batik Laweyan :
Program kerja dan kegiatan yang dilaksanakan Forum
Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan memerlukan
kerjasama dan dukungan dari warga karena selama ini masih
ada warga yang belum mendukung program kerja dan
kegiatan yang dilakukan Forum Pengembangan Kampoeng
Batik Laweyan, serta adanya warga yang bersifat pasif
terhadap kegiatan yang dilaksanakan Forum Pengembangan
Kampoeng Batik Laweyan.
c. Bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian di
Kampoeng Batik Laweyan, khususnya penelitian Integrated
Marketing Communication:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Penulis berharap agar penelitian ini nantinya dapat
memberikan manfaat dan dapat dijadikan sebagai acuan
bagi peneliti yang tertarik mengadakan penelitian di
Kampoeng Batik Laweyan.
2. Metode Integrated Marketing Communications (IMC)
membutuhkan beberapa penyesuaian jika diterapkan pada
Kampoeng Batik Laweyan, karena lingkup komunikasi
pemasaran Kampoeng Batik Laweyan yang relatif lebih
kecil, serta karena IMC memang tidak dikhususkan sebagai
sarana komunikasi terpadu suatu daerah tujuan wisata.
3. Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis tidak lepas dari
keterbatasan. Keterbatasan penelitian ini antara lain
kurangnya data yang diperoleh karena data-data, arsip dan
dokumen kegiatan yang pernah dilaksanakan Kampoeng
Batik Laweyan tidak semuanya disimpan oleh Forum
Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan.
4. Keterbatasan penelitian ini juga terletak pada rentang waktu
penelitian relatif singkat sehingga tidak semua informasi
tentang Kampoeng Batik Laweyan dapat dikumpulkan oleh
peneliti.