Post on 29-Oct-2021
IDENTIFIKASI PERSISTEN MISKONSEPSI (MISCONCEPTION
PERSISTENCE) SISWA PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Trisnaning Diah Dwi Rachmawati
11150161000067
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Identifikasi Persisten Miskonsepsi (Misconception
Persistence) Siswa Pada Materi Sistem Peredaran Darah disusun oleh
Trisnaning Diah Dwi Rachmawati, NIM 11150161000067, Program Studi
Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakutas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak
untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh fakultas.
Jakarta, 15 Desember 2020
Yang mengesahkan,
Pembimbing I Pembimbing II
Meiry Fadilah Noor, M.Si Dina Rahma Fadlilah, S.Pd., M.Si
NIP. 19800516 200710 2 001
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Identifikasi Persisten Miskonsepsi (Misconception
Persistence) Siswa Pada Materi Sistem Peredaran Darah disusun oleh
Trisnaning Diah Dwi Rachmawati, NIM. 11150161000067, diajukan kepada
Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah dinyatakan lulus ujian munaqasah pada tanggal
20 Januari 2020 dihadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis memperoleh
gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Biologi.
Jakarta, 20 Januari 2021
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Prodi Biologi)
Dr. Yanti Herlanti, M.Pd 01-02-2021
NIP. 19710119 200801 2 010 ………... ……………….
Penguji I
Dr. Zulfiani, M.Pd 29-01-2021
NIP. 19760309 200501 2 002 ………… ……………….
Penguji II
Yuke Mardiati, M. Si 26-01-2021
NIP. 19760117 200701 2 013 ………… ………………..
Mengetahui:
Dekan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Dr. Sururin, M.Ag
NIP. 19710319 199803 2 001
……………….
iii
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-068
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01 Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
N a m a : Trisnaning Diah Dwi Rachmawati
Tempat/Tgl.Lahir : Bekasi, 06 Januari 1997
NIM : 11150161000067
Jurusan / Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Biologi
Judul Skripsi : Identifikasi Persisten Miskonsepsi (Misconception
Persistence) Siswa Pada Materi Sistem Peredaran
Darah.
Dosen Pembimbing 1 : Meiry Fadilah Noor, M.Si
Dosen Pembimbing 2 : Dina Rahma Fadlilah, S.Pd., M.Si
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 12 Januari 2020
Mahasiswa Ybs.
Trisnaning Diah Dwi Rachmawati
NIM. 11150161000067
iv
ABSTRAK
Trisnaning Diah Dwi Rachmawati, NIM. 11150161000067. “Identifikasi
Persisten Miskonsepsi (Misconception Persistence) Siswa Pada Materi Sistem
Peredaran Darah. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2020.
Penelitian ini membahas mengenai persistensi miskonsepsi pada materi sistem
peredaran darah. Penelitian ini memiliki tujuan mengidentifikasi persistensi
miskonsepsi siswa pada materi sistem peredaran darah. Tujuan ini dicapai
menggunakan tes diagnostik berupa pilihan ganda beralasan terbuka dan uraian.
Instrumen divalidasi melalui validasi konten oleh 7 orang yang terdiri dari bidang
pendidikan biologi dan ahli biologi. Tes ini diberikan kepada 119 siswa dari
berbagai tingkat kelas berbeda yang berasal dari kelas 5 MI, 8 MTs, dan 11 MA.
Hasil analisis yang dilakukan ditemukan 5 butir soal yang mengalami persistensi
miskonsepsi di setiap sub konsep. Sub konsep tersebut adalah komponen darah
beserta fungsinya, organ peredaran darah, sistem peredaran darah manusia, dan
gangguan peredaran darah manusia. Persistensi miskonsepsi dilihat dari
persentase miskonsepsi yang meningkat dan penggunaan alasan yang sama.
Persistensi miskonsepsi terjadi dikarenakan tidak adanya upaya mereduksi
miskonsepsi pada jenjang sebelumnya. Faktor terbesar siswa mengalami
miskonsepsi adalah siswa tidak dapat mengasimilasi pengetahuan awal dengan
pengetahuan yang baru didapat dan siswa lebih cenderung belajar secara hafalan.
Kata Kunci : Persistensi Miskonsepsi, Belajar hafalan, Tes diagnostic, Sistem
peredaran darah
v
ABSTRACK
Trisnaning Diah Dwi Rachmawati, NIM. 11150161000067. "Identification of
Students' Persistent (Persistence) Misconceptions on Blood Circulatory
System". The Undergraduate Thesis of Biology Education Program, Faculty of
Tarbiyah and Teacher’s Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University
Jakarta, 2020.
This study discusses the persistent misconceptions in the blood circulatory system.
This study aimed to identify students' persistent misconceptions on the blood
circulatory system. This goal is achieved using a diagnostic test in the form of
open-ended quesstion and two-tier question. The instrument was validated
through content validation by 7 people consisting of biology education and
biologists. This test was given to 119 students from various levels of different
classes from grade 5 MI, 8 MTs, and 11 MA. The results of the analysis carried
out found 5 items that experienced persistent misconceptions in each sub-concept.
The sub-concept is the component of blood and its functions, circulatory organs,
human circulatory system, and human circulatory disorders. The persistence of
misconceptions is seen from the increasing percentage of misconceptions and the
use of the same reasons. The persistence of misconceptions occurs due to the
absence of efforts to reduce misconceptions at the previous level. The biggest
factor in students experiencing misconceptions is that students cannot assimilate
their initial knowledge with the newly acquired knowledge and students are more
likely to learn by rote.
Keywords:Persistence Misconception, Rote learning, diagnostic test, circulatory
system
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
karena dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi sebagai
tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana (S1). Shalawat beserta salam
semoga tetap tercurah limpahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW
beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan menjadi
baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Dengan tulus ikhlas penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Meiry Fadilah Noor, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, dukungan dan arahan dalam
membimbing penulis selama ini.
4. Dina Rahma Fadlilah, S.Pd., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membantu memberikan masukan dan membimbing penulis dengan baik selama
ini.
5. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, Dosen Penasehat Akademik yang selalu
memberikan motivasi dan nasehat kepada penulis selama mengikuti
perkuliahan.
6. Prof. Dr. Muammer Calik for the explenations of your article.
vii
7. Bapak Drs. H. Yon Sugiono selaku Kepala P3JM Madrasah Pembangunan
yang telah memberikan bantuan selama pengambilan data di Madrasah
Pembangunan.
8. Ibu Yayah Zakiah, M.Pd, Elfa Sofiah, S.Pd, dan Bapak M. Dahlan, S.Pd selaku
guru di Madrasah Pembangunan yang telah memvalidasi instrumen dan
membimbing saya dalam melakukan pengambilan data.
9. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, Dr. Sugiarti, M.Pd, Devi Solehat, M.Pd, Dr.
Fahma Wijayanti, M.Si dan Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd yang telah
membantu peneliti dalam memvalidasi instrumen.
10. Siswa dan siswa Madrasah Pembangunan yang telah bersedia menjadi sampel
dalam penelitian ini.
11. Kedua orang tua serta kakak dan adik yang telah mendukung dan mendoakan
dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Seno Murdiono yang telah membantu dan mendukung selama ini dalam proses
penyelesaian skripsi.
13. Like, Azka, Hasna, Dyah, Syifa, Rani, Ica dan Galuh yang telah memberikan
motivasi tiada henti dalam penyelesaian skripsi ini.
14. Teman-teman seperjuangan Mimosa B yang telah memberikan dukungan serta
doa selama masa kuliah ini
Semoga Allah SWT membalas atas semua kebaikan yang telah diberikan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat dan berkontribusi dalam dunia pendidikan.
Wassalamualaikum wr.wb.
Jakarta, Desember 2020
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .......................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ....................................................... iii
ABSTRAK .............................................................................................................. iv
ABSTRACK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 5
C. Batasan Masalah ............................................................................................ 6
D. Rumusan Masalah ......................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6
BAB II : KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR ........................... 8
A. Kajian Teoritis ............................................................................................... 8
1. Belajar Konsep .......................................................................................... 8
2. Miskonsepsi............................................................................................. 13
3. Tes Diagnostik Pilihan Ganda Beralasan dan Uraian ................................ 17
4. Tinjauan Umum mengenai Konsep Sistem Peredaran Darah .................... 20
B. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................................... 25
C. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 29
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 32
ix
A. Waktu dan Tempat ...................................................................................... 32
B. Metode Penelitian ........................................................................................ 32
1. Alur Penelitian ......................................................................................... 32
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................... 33
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 34
E. Instrumen Penelitian .................................................................................... 35
F. Teknik Analisis data .................................................................................... 36
BAB VI : HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 39
A. Deskripsi Data (Temuan) ............................................................................. 39
1. Data Persentase Derajat Pemahaman Siswa dalam 3 Kategori .................. 39
2. Data Jawaban Siswa Persisten Miskonsepsi ............................................. 42
B. Pembahasan ................................................................................................. 50
1. Sub konsep Komponen Darah Beserta Fungsinya .................................... 52
2. Sub konsep Organ Peredaran Darah ......................................................... 53
3. Sub konsep Sistem Peredaran Darah ........................................................ 54
4. Sub konsep Gangguan Sistem Peredaran Darah ....................................... 56
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 59
A. Kesimpulan ................................................................................................. 59
B. Saran…… ................................................................................................... 59
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 60
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 64
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Derajat Pemahaman Siswa................................................................. 12
Tabel 2. 2 Cara Mengidentifikasi Miskonsepsi ................................................... 19
Tabel 2. 3 Analisis Miskonsepsi Materi Sistem Peredaran Darah ....................... 21
Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Soal Tes Diagnostik............................................................ 35
Tabel 3. 2 Derajat Pemahaman Siswa Berdasarkan Kriteria Jawaban ................. 37
Tabel 4. 1 Persentase Derajat Pemahaman Siswa Subkonsep 1 mengenai
Komponen Darah Beserta Fungsinya ................................................. 39
Tabel 4. 2 Persentase Derajat Pemahaman Siswa Subkonsep 2 mengenai Organ
Peredaran Darah ................................................................................. 39
Tabel 4. 3 Persentase Derajat Pemahaman Siswa Subkonsep 3 mengenai Sistem
Peredaran Darah ................................................................................. 41
Tabel 4.4 Persentase Derajat Pemahaman Siswa Subkonsep 4 mengenai
Gangguan Peredaran Darah Manusia .................................................. 41
Tabel 4.5 Persebaran Alasan Siswa pada Butir Soal 4 ........................................ 43
Tabel 4.6 Persebaran Alasan Siswa Pada Butir Soal 6 ........................................ 44
Tabel 4.7 Persebaran Alasan Siswa Pada Butir Soal 7 ........................................ 46
Tabel 4.8 Persebaran Alasan Siswa Pada Butir Soal 14 ...................................... 48
Tabel 4.9 Persebaran Alasan Siswa Pada Butir Soal 16 ...................................... 50
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Peta Konsep Sistem Peredaran Darah ............................................. 24
Gambar 2. 2 Bagan Kerangka Berpikir ............................................................... 31
Gambar 4. 5 Butir Soal 4.................................................................................... 42
Gambar 4. 6 Butir Soal 6.................................................................................... 44
Gambar 4. 7 Butir Soal 7.................................................................................... 45
Gambar 4. 8 Butir Soal 14 .................................................................................. 47
Gambar 4. 9 Butir Soal 16 .................................................................................. 49
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kompetensi Dasar ........................................................................... 67
Lampiran 2 Analisis Kompetensi dengan Materi ................................................ 68
Lampiran 3 Irisan Konsep Sistem Peredaran Darah ............................................ 82
Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ........................................................ 84
Lampiran 5 Hasil Validasi Ahli Instrumen Penelitian ......................................... 96
Lampiran 6 Instrumen Penelitian...................................................................... 111
Lampiran 7 Rekapitulasi Jawaban Siswa Pada Soal Tes Diagnostik ................. 132
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian MI Madrasah Pembangunan.......................... 137
Lampiran 9 Surat Izin Penelitian MTs Madrasah Pembangunan ....................... 138
Lampiran 10 Surat Izin Penelitian MA Madrasah Pembangunan ...................... 139
Lampiran 11 Surat Rekomendasi...................................................................... 140
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar yang merupakan tujuan dari sekolah adalah proses yang rumit.1
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.2 Belajar
itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,
meniru dan lain sebagainya. Belajar bukan hanya verbalistik namun mengalami
atau melakukannya.3 Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses
belajar.4 Oleh karena itu belajar merupakan aspek dasar dalam pendidikan yang
meliputi berbagai macam kegiatan yang melibatkan siswa.
Proses belajar terjadi saat siswa memperoleh sesuatu yang ada di
lingkungan sekitar.5 Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap
individu dan sebaliknya individu memberikan respon terhadap lingkungan.
Lingkungan merupakan faktor yang penting dalam proses belajar mengajar.6
Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda,
hewan, tumbuhan-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.7
Materi pembelajaran yang berkaitan dengan lingkungan hidup salah satunya
Biologi.
Gagasan yang bertentangan dengan temuan ilmiah berkembang di
masyarakat dapat menjadi konsep awal yang dibawa oleh siswa dalam proses
belajar di sekolah. Konsep awal tersebut muncul dari masa kanak-kanak sebagai
pemikiran pribadi siswa. Konsep awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah
1 Douglas Fisher dan Nancy Frey, Better Learning Through Structured Teaching, ( United
States of America: ASCD Publication, 2008), p. 1. 2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 87. 3 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2014), h. 20. 4 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 7. 5 Dimyati dan Mudjiono, loc.cit, h. 7. 6 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 194. 7 Dimyati dan Mudjiono, loc.cit.
2
biasanya disebut miskonsepsi atau salah konsep. Konsep awal yang mereka bawa
cenderung bertentangan dengan konsep yang diterima para ahli.8 Hal tersebut
dapat mempengaruhi pengajaran dan pembelajaran, karena siswa cenderung
memberikan penafsiran sendiri sebagai hasil rekonstruksi pengetahuan awal dan
pengetahuan yang diperoleh dari guru.9
Faktor-faktor yang menghasilkan hambatan belajar menciptakan konsep
baru yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan mencegah pembelajaran
konsep lainnya. Siswa tidak menerima konsep hasil pemikirannya sebagai suatu
yang salah, tidak efektif, atau disfungsional kecuali siswa mengalami kontradiksi.
Situasi inilah yang menghasilkan kesalahpahaman yang terus berlanjut meskipun
siswa telah mengalami peningkatan kelas.10
Miskonsepsi dapat berlanjut terus ke
jenjang pendidikan berikutnya bila tidak diatasi secara tepat. Sejumlah
miskonsepsi yang tetap stabil pada siswa dari tingkat dasar, menengah dan
perguruan tinggi mengindikasikan sifat keuletan dari miskonsepsi dan
ketahanannya terhadap perubahan.11
Sehingga miskonsepsi terbawa ke jenjang
pendidikan selanjutnya yang persistensi terhadap perubahan.
Konsep sistem peredaran darah pada konsep Biologi sangat berkaitan
dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi materi pelajaran dari tingkat dasar
sampai perguruan tinggi. Penyembuhan luka dengan penggunaan senyawa kimia
berkaitan pada konsep sistem peredaran darah. Salah satu penyembuh luka yang
dipahami masyarakat umum yaitu iodine povidine. Banyak sekali masyarakat
terutama orang tua bila anaknya mengalami luka menggunakan iodine povidine
sebagai pertolongan pertamanya. Hal ini diyakini akan mempercepat
penyembuhan luka. Namun, pemahaman hal tersebut kurang tepat.
8 Paul Suparno, “Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika”, (Jakarta:
Grasindo, 2013), h. 2. 9 Nurul Inayah Khairaty, A. Mushawwir Taiyeb, dan Hartati, Identifikasi Miskonsepsi
Peserta Didik Pada Materi Sistem Peredarann Darah dengan Menggunakan Three-Tier Test di
Kelas XI IPA 1 SMA Negeri Bontonompo, Jurnal Nalar Pendidikan, Vol. 6 No. 1, 2018, h. 8. 10 Sami Özgür, “The Persistence of Misconceptions about the Human Blood Circulatory
System among Students in Different Grade Levels”, Journal of Environmental & Science
Education, Vol. 8 No.2, 2018, p. 257. 11 Ibid., p. 256.
3
Proses penyembuhan luka ada tiga tahap, yaitu : tahap inflamasi, tahap
proliferasi, dan tahap maturasi.12
Penggunaan iodine providen tidak diperbolehkan
dalam tahapan proliferasi karena menghambat kinerja sel fibroblast dalam sintesis
kolagen.13
Selain itu konsep yang sering terjadi miskonsepsi pada materi sistem
peredaran darah antara lain mengenai: kecepatan dan arah aliran darah, peran
paru-paru dalam sistem peredaran darah, karakteristik pembuluh darah. Hal ini
sudah dipelajari sejak Sekolah Dasar kelas lima hingga Universitas. 14
Miskonsepsi memiliki karakteristik cenderung bertahan dan stabil pada
kognitif setiap individu, sehingga sulit diubah dengan metode pengajaran
tradisional dan tetap bertahan sampai dewasa.15
Berbagai strategi yang digunakan
untuk mengatasi miskonsepsi tidak dapat sepenuhnya hilang dan dapat muncul
kembali setelah dilakukan perbaikan. Hal ini diduga dari beberapa faktor yang
diabaikan atau tidak disadari siswa maupun pengajar yang dapat menghambat
pembelajaran secara konseptual. Informasi fungsional siswa, strategi, metode dan
hasil penalaran siswa dapat menghasilkan hambatan belajar.16
Sehingga
miskonsepsi dapat terbagi menjadi dua bagian. Seperti yang dikategorikan
Abraham miskonsepsi terbagi menjadi specific misconception (miskonsepsi utuh)
dan partial understanding with specific misconception (paham sebagian dengan
miskonsepsi).17
Hasil penelitian Fina Nurul Khotimah tahun 2017 pada jenjang Menengah
Atas disalah satu sekolah menunjukkan adanya miskonsepsi 19%.18
Walaupun
miskonsepsi ini tidak lebih besar dari kategori tidak paham konsep (61%), namun
persentase miskonsepsi dan tidak paham konsep menunjukkan adanya faktor yang
menghambat proses belajar secara konseptual. Pernyataan miskonsepsi yang
12 I Made Sukma Wijaya, Perawatan Luka dengan Pendekatan Multidisiplin, (Yogyakarta:
Andi Offset, 2018), h. 21-25. 13 Ibid., h. 23. 14 Lampiran 3, h. 89. 15 Ceren Tekkaya, “Misconceptions as Barrier to Understanding Biology”, Journal of
Hacettepe Universitesi Egitim Fakultesi Dergisi, 23, 2002, p. 259. 16 Sami Özgür., op.cit, p. 257. 17 Michel R. Abraham, et al.,”Understanding and Misunderstanding of Eighth Graders of
Five Chemistry Concept Found in Textbooks”, Journal of Research in Science Teaching,Vol. 29,
No.2, 1992, p. 112. 18 Fina Nurul Khatimah, Meiry Fadillah Noor, dan Nengsih Juanengsih, “Miskonsepsi
Konsep Archaebacteria dan Eubacteria,” Edusains, Vol VI No. 02, 2014, h. 4.
4
diduga persistensi yaitu “peran bakteri pada ekosistem hanya sebagai pengurai
bangkai organisme, karena sifat bakteri yang saprofit (pengurai zat sisa) di dalam
ekosistem”. Penggunaan alasan tersebut termunculkan dari 11 orang siswa dari 18
siswa yang masuk kategori miskonsepsi.
Persistensi miskonsepsi juga ditemukan pada penelitian Muammer Calik
pada jenjang pendidikan kelas 7-10.19
Miskonsepsi terkait penggunaan istilah
larutan, pelarut dan terlarut menunjukkan siswa kesulitan menghubungkan
pengetahuan dengan pengalaman kehidupan sehari-hari. Siswa di tingkat kelas
yang lebih rendah tidak dapat membedakan antara zat terlarut dan pelarut.
Penelitian Tyler A. Kummer pada materi evolusi.20
Penelitian ini
mengukur persistensi miskonsepsi pada mahasiswa tingkat awal dan mahasiswa
tingkat akhir yang menunjukkan persistensi miskonsepsi terkait pohon filogenik
dan kemiripan dengan keterkaitan. Miskonsepsi pada pemahaman pohon filogenik
dikarenakan penalaran teleologis. Hal ini terjadi karena ketidakmampuan siswa
untuk menafsirkan dengan benar pohon filogenik. Sementara miskonsepsi
terhadap subkonsep kemiripan dan keterkaitan bertahan dikarenakan mahasiswa
membangun pohon filogenik berdasarkan kesamaan suatu spesies untuk
menentukan keterkaitan. Miskonsepsi tersebut bertahan dari mahasiswa tingkat
awal dan tingkat akhir.
Kurang tepatnya pemahaman masyarakat yang menjadi prakonsepsi siswa
di sekolah saat belajar, dapat berdampak pada miskonsepsi. Penyebab
miskonsepsi dapat dari siswa, guru, buku teks, konteks, ataupun metode
mengajar.21
Proses kesalahapahaman tanpa adanya perbaikan dapat berdampak
pada persistensi miskonsepsi. Untuk membuktikan persistensi miskonsepsi pada
konsep sistem peredaran darah, maka perlu dianalisis pemahaman siswa dari
19 Muammer Calik dan Alipasa Ayas, “A Cross-age Study on the Understanding of
Chemical Solution and Their Compoonents”, International Education Journal. Vol. 6. No.1, 2005,
p. 36. 20 Tyler A Kummer, Clinton J. Whipple, dan Jamie L. Jensen, “Prevalence and Persistence
of Misconceptions in Tree Thinking”, Journal Of Microbiology & Biology Education, Vol. 17 No.
3, 2016, p. 395. 21 Paul Suparno, op.cit. h. 29.
5
jenjang terendah. Hal ini didasarkan bahwa siswa menerima materi sistem
peredaran darah dari jenjang sekolah dasar.
Alat tes diagnostik yang baik dapat memberikan gambaran yang akurat
tentang miskonsepsi yang dimiliki siswa berdasarkan informasi kesalahan yang
dibuatnya. Menurut Thorndike dan Hagen (2005: 172) dikutip oleh Suwarto
mendefinisikan tes diagnostik pada intinya mencari kembali ke belakang tentang
kesulitan yang muncul dan berkembang. Ada beberapa cara dalam tes diagnostik
untuk mendeteksi miskonsepsi siswa. Beberapa cara yang biasa digunakan
peneliti antara lain: wawancara, peta konsep, tes esai, tes pilihan ganda beralasan,
diskusi di dalam kelas, dan praktikum dengan tanya jawab.22
Penggunaan tes esai
memiliki keuntungan yaitu guru dapat langsung mengklasifikasikan pemahaman
siswa berdasarkan tingkat pemahamannya akan suatu konsep.23
Tes pilihan ganda
yang disertai alasan dapat digunakan untuk menguji konsepsi alternatif pada siswa
karena bentuk soal ini dapat meminimalisir jawaban tebakan siswa dan dapat
menentukan tipe kesalahan siswa dalam suatu konsep.24
Penelitian persistensi sudah dilakukan di Turki oleh Sami Ozgur dan
Muammer Calik, namun perlu juga dilakukan di wilayah Tangerang Selatan,
khsususnya lembaga pendidikan yang memiliki jenjang dari tingkat dasar,
menengah sampai atas agar miskonsepsi yang mengalami persistensi dapat
teridentifikasi. Oleh sebab itu, penulis akan melakukan penelitian yang berjudul:
“Identifikasi Persisten (Persistence) Miskonsepsi Siswa Pada Materi Sistem
Peredaran Darah”.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini, meliputi:
1. Konsep awal siswa dipengaruhi pendidikan masyarakat sekitarnya.
2. Rekontruksi pemahaman dalam proses belajar tidak sempurna.
3. Adanya miskonsepsi yang terjadi pada konsep biologi.
22 Paul Suparno, op.cit. h. 129. 23 Michel R. Abraham, et all, loc. cit. 24 Depdiknas, Tes Diagnostik, (Jakarta : Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menegah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menegah Pertama, 2007), h. 4.
6
4. Adanya persistensi miskonsepsi pada konsep biologi yang sudah dipelajari
pada jenjang pendidikan terbawahnya.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini, meliputi:
1. Identifikasi persistensi miskonsepsi hanya pada materi sistem peredaran
darah.
2. Identifikasi persistensi miskonsepsi menggunakan tes diagnostik pilihan
ganda beralasan dan uraian.
3. Identifikasi persistensi miskonsepsi pada siswa di lembaga pendidikan pada
Yayasan Madrasah Pembangunan yang memiliki jenjang pendidikan dasar,
menengah dan atas (MI, MTs, dan MA).
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: “Bagaimana persistensi
miskonsepsi siswa pada konsep sistem peredaran darah?”.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu: Identifikasi persistensi miskonsepsi
siswa pada materi sistem peredaran darah.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak,
diantaranya:
1. Bagi Siswa
Hasil ini diharapkan dapat menjadi referensi siswa dalam mengetahui sub
konep - sub konsep yang mengalami miskonsepsi. Oleh karena itu siswa dapat
memperbaiki teknik dalam memahami suatu konsep agar tidak menjadi
pembelajaran secara hafalan.
7
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk guru dalam
mengevaluasi permasalahan dalam pembelajaran Biologi. Oleh karena itu guru
dapat melakukan tindak lanjut terhadap siswa yang mengalami miskonsepsi
pada pembelajaran Biologi.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan pengetahuan khususnya
dalam masalah miskonsepsi. Sehingga dapat menjadi bekal untuk pendidik di
masa depan untuk tidak salah dalam mengajarkan konsep. Umumnya untuk
peneliti lain dapat untuk terus melakukan penelitian agar miskonsepsi dapat
dikurangi.
8
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teoritis
Proses pembelajaran Biologi bertujuan pada pemahaman mendalam
terhadap suatu konsep. Realitas yang terjadi, siswa sering kali kurang memahami
konsep-konsep Biologi secara mendalam. Hal ini disebabkan karena siswa lebih
cenderung hanya menghafalkan materi yang di dalamnya mengandung konsep
dibanding memahami konsep yang terkandung.
Siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep akan
memberikan penafsiran sendiri sebagai hasil rekonstruksi pengetahuan awal dan
pengetahuan yang diperoleh dari guru.1 Konsep awal yang tidak sesuai dengan
konsep ilmiah itu biasanya disebut miskonsepsi atau salah konsep.2 Miskonsepsi
memiliki karakteristik cenderung bertahan dan stabil pada kognitif setiap individu,
sehingga sulit diubah dengan metode pengajaran tradisional dan akan tetap
bertahan sampai dewasa.3
1. Belajar Konsep
Begitu banyak objek yang siswa jumpai pada pelajaran dan kehidupan
sehari-hari. Objek-objek tersebut memiliki stimulus yang berbeda. Stimulus yang
beda tersebut juga akan membuat kita memberikan respon yang berbeda pula. Hal
tersebut akan membuat beban yang berat pada kognitif siswa. Dalam mengatasi
hal tersebut maka penting untuk belajar secara konsep. Konsep merupakan
kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan. Konsep
menyediakan skema terorganisasi untuk mengasimilasikan stimulus baru dan
menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori.4
1 Nurul Inayah Khairaty, A. Mushawwir Taiyeb, dan Hartati, Identifikasi Miskonsepsi
Peserta Didik Pada Materi Sistem Peredarann Darah dengan Menggunakan Three-Tier Test di
Kelas XI IPA 1 SMA Negeri Bontonompo, Jurnal Nalar Pendidikan, Vol. 6 No. 1, 2018, h. 8. 2 Paul Suparno, “Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika”, (Jakarta:
Grasindo, 2013), h. 2. 3 Ceren Tekkaya, “Misconceptions As Barrier To Understanding Biology”, Journal of
Hacettepe Universitesi Egitim Fakultesi Dergisi, 23, 2002, p. 259. 4 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h.
62.
9
a. Definisi Belajar
Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.5
Belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman.6 Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk
mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan
pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa
kebetulan.7 Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses pembelajaran yang dialami siswa baik ketika berada di
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya.8 Dapat disimpulkan
belajar adalah perubahan tingkah laku melalui proses adaptasi suatu individu yang
dilakukan secara sadar akibat dari pengalaman dan latihan.
Proses belajar terdiri dari tiga tahap. Tahapan itu sebagai berikut: (i)
persiapan untuk belajar, (ii) pemerolehan dan unjuk perbuatan (performasi), (iii)
alih belajar. Pada tahap persiapan dilakukan tindakan mengarahkan perhatian,
pengharapan, dan mendapatkan kembali informasi. Pada tahap pemerolehan dan
performasi digunakan untuk prespektif selektif, sandi sematik, pembangkitan
kembali dan respons, serta penguatan. Tahap alih belajar meliputi pengisyaratan
untuk membangkitkan, dan pemberlakuan secara umum.9 Menurut pandangan dan
teori konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif dari subjek belajar untuk
merekonstruksi makna, sesuatu entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik
dan lain-lain. Belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan
pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah
dimiliki, sehingga pengertiannya menjadi berkembang.10
5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 93. 6 Ratna Wilis Dahar, op.cit., h. 2. 7 Mulyati, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: Andi Offset, 2005), h. 5. 8 Muhibbin Syah, op.cit., h. 87. 9 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2006) h. 12. 10 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2014), h. 37-38.
10
b. Definisi Konsep
Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian,
kegiatan atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama.11
Konsep merupakan
suatu abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulus. Kita menyimpulkan
bahwa suatu konsep telah dipelajari bila yang diajar dapat menampilkan perilaku-
perilaku tertentu.12
Pengertian konsep meliputi:
1) Satu ide atau pengertian umum yang disusun dengan kata, symbol, dan tanda.
2) Satu ide yang mengombinasikan beberapa unsur sumber-sumber berada ke
dalam satu gagasan tunggal.13
Belajar konsep adalah pengalaman belajar dengan menentukan ciri atau
atribut dari objek yang dipelajarinya sehingga objek tersebut ditempatkan dalam
klasifikasi tertentu. Misalnya pengalaman belajar dengan melihat sesuatu dari
ukurannya, dari warnanya, dari bentuknya, dan lain sebagian. Setiap individu
dapat mempelajari konsep bukan karena adanya asosiasi stimulus dan respon tapi
karena adanya kemampuan mengabstraksi sesuatu.14
Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep merupakan
batu pembangun berpikir. Konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih
tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi. Untuk memecahkan masalah,
seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan dan aturan-aturan ini
didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya. Walaupun para ahli psikologi
menyadari pentingnya konsep, belum ada suatu definisi yang tepat. Definisi-
definisi yang diberikan dalam kamus, seperti “sesuatu yang diterima dalam
pikiran” atau suatu ide yang umum dan abstrak” terlalu luas untuk digunakan.
Mungkin tidak ada satu pun definisi yang dapat mengungkapkan arti konsep
secara kaya atau berbagai macam konsep yang diperoleh para siswa. Karena
konsep merupakan penyajian internal sekelompok stimulus., konsep tidak dapat
diamati; konsep harus disimpulkan dari perilaku. Walaupun kita dapat
11 Ratna Wilis Dahar, op.cit. h. 63. 12 Ibid., h. 64. 13 Mulyati, op.cit. h. 53. 14 Wina Sanjaya, Perenncanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,
2008), h. 162.
11
memberikan suatu definisi verbal suatu konsep, suatu definisi tidak
mengungkapkan semua hubungan antara konsep itu dengan konsep yang lain.15
1) Perolehan Konsep
Konsep diperoleh dengan dua cara, yaitu pembentukan konsep dan
asimilasi konsep. Pembentukan konsep merupakan bentuk perolehan konsep
sebelum anak-anak masuk sekolah. Pembentukan konsep merupakan proses
induktif. Bila anak dihadapkan pada stimulus lingkungan, anak mengabstraksi
sifat atau atribut yang sama dari berbagai stimulus. Pembentukan konsep
mengikuti pola contoh atau aturan atau pola “egrule” (eg=example=contoh). Anak
yang belajar dihadapkan pada sejumlah contoh dan noncontoh konsep tertentu.
Melalui proses diskriminasi dan abstraksi, anak menetapkan suatu aturan yang
menentukan kriteria untuk konsep itu.16
Berlawanan dengan pembentukan konsep yang bersifat induktif, asimilasi
konsep bersifat deduktif. Dalam proses ini anak-anak diberi nama konsep dan
atribut konsep itu, ini berarti bahwa mereka akan belajar arti konseptual baru
dengan memperoleh penyajian atribut-atribut kriteria konsep, kemudian mereka
akan menghubungkan atribut-atribut ini dengan gagasan – gagasan relevan yang
sudah ada dalam struktur kognitif mereka.
Pembentukan konsep melalui asimilasi, orang yang belajar harus sudah
memperoleh definisi formal konsep itu. Suatu definisi formal suatu kata
menunjukan kesamaan dengan konsep tertentu dan membedakan kata itu dari
konsep-konsep lain. Sesudah definisi konsep itu disajikan, konsep itu dapat
diilustrasikan dengan memberikan contoh atau deskripsi verbal contoh. Hal ini
biasanya disebut belajar konsep sebagai aturan atau contoh atau “rule-eg”.17
2) Pemahaman Konsep
Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu
dengan pikiran. Memahami maksudnya, menangkap maknanya, adalah tujuan
akhir dari setiap belajar. Perlu diingat bahwa comprehension/ pemahaman, tidak
15 Ratna Wilis Dahar, op.cit. h. 62. 16 Ibid, h. 64. 17 Ibid, h. 65.
12
sekedar tahu, tetapi juga menghendaki agar subjek belajar dapat memanfaatkan
bahan-bahan yang telah dipahami. Kalau sudah demikian, belajar akan bersifat
mendasar. 18
Terdapat enam derajat pemahaman dalam menjawab soal uraian untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap konsep. Derajat mengenai pemahaman
siswa dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:19
Tabel 2. 1 Derajat Pemahaman Siswa
No. Derajat Pemahaman Kriteria Penilaian
1. Tidak ada respon Kosong
Tidak tahu
Tidak mengerti
2. Tidak paham Mengulangi pertanyaan
Respon tidak jelas
3. Miskonsepsi utuh Respon menunjukan
ketidaklogisan atau informasi
yang diberikan tidak jelas
4. Paham sebagian
dengan miskonsepsi
Respon menunjukkan
pemahaman konsep tetapi juga
miskonsepsi
5. Paham sebagian Respon yang diberikan
memberikan komponen yang
diinginkan tetapi belum lengkap
6. Paham secara
lengkap
Respon yang diberikan meliputi
semua komponen yang
diinginkan
Kategori siswa dalam menjawab soal dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
tidak ada respon dan tidak paham masuk kedalam kategori “tidak paham”,
Miskonsepsi utuh dan paham sebagian dengan miskonsepsi masuk ke dalam
18 Sardiman A.M, op.cit, h. 42-43. 19 Michael R. Abraham, et al.,”Understanding and Misunderstanding of Eighth Graders of
Five Chemistry Concept Found in Textbooks”, Journal of Research in Science Teaching,Vol.29,
No.2, 1992, p. 112.
13
kategori “miskonsepsi”, paham sebagian dan paham secara lengkap masuk ke
dalam kategori “paham”.20
3) Kegunaan Konsep
Belajar konsep berguna dalam rangka pendidikan siswa atau paling tidak
punya pengaruh tertentu. Adapun kegunaan konsep, yaitu sebagai berikut:21
a) Konsep-konsep mengurangi kerumitan lingkungan. Lingkungan adalah sangat
kompleks. Dalam mempelajarinya tentu saja sulit jika tidak dirinci menjadi
unsur-unsur yang lebih sederhana.
b) Konsep-konsep membantu untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada di
sekitar.
c) Konsep dan prinsip membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih
luas, dan lebih maju.
d) Konsep dan prinsip mengarahkan kegiatan instrumental. Berdasarkan konsep
dan prinsip yang telah diketahui, maka seseorang dapat menentukan tindakan-
tindakan yang selanjutnya perlu dikerjakan atau dilakukan.
e) Konsep dan prinsip memungkinkan pelaksanaan pengajaran.
f) Konsep dapat digunakan untuk mempelajari dua hal yang berbeda dalam kelas
yang sama.
2. Miskonsepsi
Mengenai belajar sains, Vygotsky menyarankan bahwa interaksi sosial itu
penting saat siswa menginternalisasi pemahaman-pemahaman yang sulit,
masalah-masalah, dan proses. Selanjutnya proses internalisasi melibatkan
rekonstruksi aktivitas psikologis dengan dasar penggunaan bahasa. Jelas tampak
bahwa penggunaan bahasa secara aktif yang didasarkan pemikiran merupakan
sarana bagi para siswa untuk mengasosiasi kebermaknaan pengalaman-
pengalaman mereka. Konsepsi anak sebagai hasil konstruksi tentang alam
20 Ibid., pp. 113-114. 21 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), h. 164-166.
14
sekitarnya berbeda dengan konsepsi ilmiah. Oleh karena itu, ada yang memberi
nama miskonsepi pada konsepsi anak ini.22
a. Pengertian Miskonsepsi
Miskonsepsi adalah ide konseptual apa pun yang berbeda dari konsensus
ilmiah yang diterima umum.23
Siswa datang ke sekolah dengan berbagai
pengalaman dengan ide-ide dan penjelasan tentang dunia alami. Ruang lingkup
ide-ide ini beragam seperti latar belakang siswa dan mereka sering berbeda dari
para ilmuwan. Kerangka kerja yang berbeda ini telah digambarkan sebagai
miskonsepsi.24
Konsep awal yang mereka bawa itu kadang-kadang tidak sesuai
atau bertentangan dengan konsep yang diterima para ahli. Konsep awal yang tidak
sesuai dengan konsep ilmiah itu biasanya disebut miskonsepsi atau salah konsep.
Konsep awal itu mereka dapatkan sewaktu berada di sekolah dasar, sekolah
menegah, dari pengalaman dan pengamatan mereka di masyarakat atau dalam
kehidupan sehari-hari. Dari sini tampak jelas bahwa siswa dan mahasiswa
bukanlah suatu tabula rasa atau kertas kosong yang bersih, yang dalam proses
pembelajaran akan ditulis oleh guru atau dosen mereka.25
Miskonsepsi adalah bentuk delusi yang memanifestasikan pemahaman
yang salah, kesalahan biasa atau gangguan kognitif yang dimiliki seorang siswa.
Siswa menghasilkan kesalahan yang konsisten sebagai akibat dari miskonsepsi. Di
mata para siswa, jawaban seperti itu masuk akal dan berguna. Oleh karena itu,
siswa yang memiliki kesalahpahaman dapat membenarkan jawaban salah mereka
dan yakin tentang kebenaran jawaban mereka. Ini karena miskonsepsi merupakan
gagasan yang sering masuk akal bagi siswa yang bahkan tidak sadar bahwa
mereka memiliki miskonsepsi.26
22 Ratna Wilis Dahar, op.cit. h. 153. 23 E.Galvin, G. Mooney Simmie, A. O’Grady, “Identification of Misconceptions in the
Teaching of Biology: A Pedagogical Cycle of Recognition, Reduction and Removal”, Journal
Higher Education and Social Science, Vol. 8, No.2, 2015, p. 2. 24 Ceren Tekkaya, loc.cit. 25 Paul Suparno, “Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika”, (Jakarta:
Grasindo, 2013), h. 2. 26 Mehmet Suat Bal, “Misconceptions of High School Students Related to The
Conceptions of Absolutism and Constitutionalism in History Courses”, Jurnal Educational
Reasearch dan Reviews, Vol.6 No.3, 2011, p. 285.
15
b. Sifat Miskonsepsi
Miskonsepsi merupakan suatu penghambat untuk kedepannya bagi
pembelajaran selanjutnya. Hal itu terjadi karena miskonsepsi memiliki beberapa
sifat, yaitu:
1) Miskonsepsi bersifat pribadi. Bila dalam suatu kelas anak-anak disuruh
menulis tentang percobaan yang sama (mungkin hasil demonstrasi guru),
mereka memberikan berbagai interpretasi. Setiap anak “melihat” dan
menginterpretasikan eksperimen itu menurut caranya sendiri. Setiap anak
mengkonstruksi kebermaknaannya sendiri.
2) Miskonsepsi memiliki sifat yang stabil. Kerap kali terlihat bahwa gagasan anak
yang berbeda dengan gagasan ilmiah ini tetap dipertahankan anak, walaupun
guru sudah sudah berusaha memberikan suatu kenyataan yang berlawanan.
3) Bila menyangkut kohersi, anak tidak merasa butuh pandangan yang koheren
sebab interpretasi dan prediksi tentang peristiwa-peristiwa alam praktis
kelihatannya cukup memuaskan. Kebutuhan akan kohersi dan kriteria untuk
kohersi menurut persepsi anak tidak sama dengan yang di persepsi ilmuan.
c. Terbentuknya Miskonsepsi
Terbentuknya miskonsepsi dalam pembelajaran terutama untuk tingkat
primer dikemukakan sebagai berikut:27
1) Terbentuknya miskonsepsi disebabkan karena anak cenderung mendasarkan
berpikirnya pada hal-hal yang tampak dalam suatu situasi masalah.
2) Dalam banyak kasus, anak itu hanya memperhatikan aspek-aspek tertentu
dalam suatu situasi. Hal ini disebabkan karena anak lebih cenderung
menginterpretasikan suatu fenomena dari segi sifat absolute benda-benda,
bukan dari segi interaksi antara unsur-unsur suatu sistem.
3) Anak lebih cenderung memperhatikan perubahan daripada situasi diam.
4) Bila anak-anak menerangkan perubahan, cara berpikir mereka cenderung
mengikuti urutan kausal linier.
27 Ratna Wilis Dahar, op.cit. h. 154-155.
16
5) Gagasan yang dimiliki anak mempunyai berbagai konotasi: gagasan anak lebih
inklusif dan global.
6) Anak kerap kali menggunakan gagasan yang berbeda untuk
menginterpretasikan situasi-situasi yang oleh para ilmuwan digunakan cara
yang sama.
d. Penyebab Miskonsepsi
Secara garis besar, penyebab miskonsepsi dapat diringkas dalam lima
kelompok, yaitu: siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. Penyebab
yang berasal dari siswa dapat terdiri dari berbagai hal, seperti prakonsepsi awal,
kemampuan, tahap perkembangan, minat cara berpikir, dan teman lain. Penyebab
kesalahan dari guru dapat berupa ketidakmampuan guru, kurangnya penguasaan
bahan, cara mengajar yang tidak tepat atau sikap guru dalam berelasi dengan
siswa yang kurang baik. Penyebab miskonsepsi dari buku teks biasanya terdapat
dari penjelasan atau uraian yang salah dalam buku tersebut. Konteks, seperti
budaya, agama, dan bahasa sehari-hari juga mempengaruhi miskonsepsi siswa.
Sedangkan metode mengajar yang hanya menekankan kebenaran satu segi sering
memunculkan salah pengertian pada siswa.28
Penyebab miskonsepsi dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori utama,
yaitu:.
1) Epistemologi: Kesulitan yang timbul karena sifat khas dari konsep itu sendiri.
2) Psikologi: kesulitan yang timbul karena perkembangan pribadi siswa, kapasitas
dan kemampuan untuk memahami bidang tersebut.
3) Pedagogi: kesulitan yang timbul karena metode pengajaran dan / atau bahan
ajar termasuk buku teks dan alat. Ini adalah faktor-faktor seperti model
pengajaran yang dipilih, implementasi model-model ini, metafora, analogi dan
buku pelajaran yang digunakan oleh guru, urutan dan cara di mana subjek dan
konsep ditangani dalam buku-buku dan kurikulum.29
Belajar adalah perubahan tingkah laku melalui proses adaptasi suatu
individu yang dilakukan secara sadar akibat dari pengalaman dan latihan.
28 Paul Suparno, op.cit. h. 29 29 Mehmet Suat Bal, op.cit. p. 285.
17
Keberhasilan suatu belajar bergantung kepada individu siswa dan tenaga pendidik.
Belajar yang baik merupakan belajar melalui konsep. Belajar konsep merupakan
dasar untuk mempelajari sesuatu yang lebih kompleks. Jika siswa tidak mampu
memahami suatu konsep maka pembelajaran tersebut akan bersifat belajar
hafalan. Siswa dapat memahami suatu konsep jika siswa mampu mengasimilasi
konsep awal dengan konsep-konsep yang baru diterima. Sedangkan siswa yang
salah dalam memahami suatu konsep dan tidak mengalami kontradiksi di dalam
kognitifnya maka siswa akan mengalami miskonsepsi terhadap konsep tersebut.
3. Tes Diagnostik Pilihan Ganda Beralasan dan Uraian
Tes adalah alat pengumpul informasi yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.30
Tujuan tes yang penting adalah untuk: 31
a. mengetahui tingkat kemampuan siswa
b. mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa
c. mendiagnosis kesulitan belajar siswa
d. mengetahui hasil pengajaran
e. mengetahui hasil belajar
f. mengetahui pencapaian kurikulum
g. mendorong siswa belajar, dan
h. mendorong guru agar mengajar lebih baik.
Sehingga dapat dipahami bahwa tes adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data atau informasi yang berguna salah satunya untuk
mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
a. Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-
kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut guru dapat
30 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta; Bumi Aksara, 2006),
h. 53. 31 Suwarto, “Pengembangan Tes Diagnostik”, Jurnal Pendidikan, Vol. 22 No.2, 2013, h.
188.
18
melakukan pemberian perlakuan yang tepat.32
Tes diagnostik adalah tes yang
dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh
siswa dalam suatu pelajaran tertentu. Materi dalam tes ini biasanya merupakan
materi yang biasanya sulit dipahami oleh siswa.33
Tes diagnostik digunakan untuk
menilai pemahaman konsep siswa terhadap konsep-konsep kunci (key concepts)
pada topik tertentu, secara khusus untuk konsep-konsep yang cenderung dipahami
secara salah.34
Jadi, dapat disimpulkan tes diagnostik adalah suatu tes yang terdiri
soal-soal yang bertujuan untuk mencari atau mengungkap miskonsepsi yang
terjadi terhadap siswa melalui analisis secara mendalam.
b. Tes Pilihan Ganda Beralasan
Terdapat beberapa jenis tes pilihan ganda beralasan, diantaranya yaitu tes
pilihan ganda beralasan terbuka dan tes pilihan ganda beralasan tertutup. Tes
pilihan ganda beralasan terbuka adalah tes pilihan ganda yang mengharuskan
siswa memilih jawaban dari pilihan ganda pada soal dengan menyertakan alasan
mengapa ia memilih jawaban tersebut.35
Instrumen ini telah digunakan oleh
Muammer Calik dan Alipasa Ayas untuk mengungkap miskonsepsi pada konsep
larutan kimia dan komponennya.36
Jenis kedua yaitu pilihan Ganda beralasan
tertutup. Tes ini selain terdiri dari soal dan pilihan jawaban, juga dilengkapi
dengan pilihan alasan jawaban yang telah tersedia dalam setiap butir soalnya.
Kelebihan dari tes ini yaitu guru dapat lebih mudah untuk menganalisis jawaban
dan alasan siswa. Sedangkan kelemahan dari jenis tes ini yaitu siswa tidak diberi
kebebasan dalam memberikan alasan sendiri, sehingga pemikiran siswa tidak
32 Suharsimi Arikunto, op.cit.h. 34. 33 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011),
h. 70-71. 34 Suwarto, op.cit., h. 189-190. 35 Paul Suparno, op.cit., h. 123. 36 Muammer Calik dan Alipasa Ayas, “A Cross-age Study on The Understanding of
Chemical Solution and Their Components”, International Education Journal. Vol. 6. No.1, 2005,
p. 32.
19
terlalu terungkap.37
Instrumen ini telah digunakan oleh David F. Treagust untuk
mengungkap miskonsepsi pada konsep Fotosintesis dan Respirasi Tumbuhan.38
c. Tes Esai (Uraian)
Tes esai (uraian) merupakan bentuk tes berupa sebuah pertanyaan dan
siswa menjawab dengan cara menguraikan atau menjelaskan proses (alur) secara
terorganisir hingga mengarah kepada jawaban dari tes tersebut. Pada tes uraian
siswa diberikan kebebasan dalam menyusun kerangka berpikir, menjelaskan
gagasan dan mengorganisir gagasan yang akan digunakan untuk memecahkan
masalah.39
Penggunaan tes esai memiliki keuntungan yaitu guru dapat langsung
mengklasifikasikan pemahaman siswa berdasarkan tingkat pemahamannya akan
suatu konsep.40
Dari tes uraian tersebut dapat diketahui miskonsepsi yang dibawa
siswa dan dalam bidang apa.41
Cara mengidentifikasi miskonepsi yang disampaikan beberapa ahli dapat dilihat
pada Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2. 2 Cara Mengidentifikasi Miskonsepsi
No Nama Judul Metode
1 Ceren
Tekkaya
Misconceptions As Barrier To
Understanding
Biology42
- Kuis dan diskusi yang memberi kesempatan bagi
siswa untuk mengekspresikan ide-ide mereka dengan
jelas. - Peta konsep
- Wawancara
- Soal Pilihan Ganda sederhana - Two Tier Multiple Choice
- Pernyataan salah benar
2 Din Yan Yip
Teachers’
Misconception Of The Circulatory
System43
Tes tertulis yang terdiri dari sejumlah pertanyaan
pendek yang berisi pernyataan pendek tentang konsep biologi tertentu. Subjek diminta untuk membaca setiap
pernyataan dengan cermat dan
37 Paul Suparno, op.cit., h. 124. 38 David F. Tragust, Development and Use of Diagnostic Tests to Evaluate Students’
Misconception in Sciences, International Journal of Sciences Education, Vol. 10, No. 2, 1988, p.163.
39 Ni Wayan Sri Darmayanti dan I Komang Wisnu Budi Wijaya, Evaluasi Pembelajaran
IPA, (Bali: Nilacakra, 2020), h. 45-46. 40 Michel R. Abraham, et all, loc. cit. 41 Paul Suparno, op.cit., h. 126. 42 Ceren Tekkaya, op.cit., p. 263. 43 Din Yan Yip, Teachers’ Misconceptions of The Circulatory System, Journal of
Biological Education, 32, 3, 1998, p. 208.
20
a. Menunjukan apakah pernyataan itu benar, sebagian benar atau tidak
b. Menggarisbawahi bagian-bagian yang mereka
anggap salah c. Membenarkan jawaban mereka
3 Nancy J.
Pelaez
Prevalence Of
Blood Circulation
Misconceptions Among
Prospective
Elementary Teachers
44
Menggunakan 2 tipe, yaitu:
1. Kegiatan instruksional yang terdiri dari:
- Tes menggambar - Debat
2. Penilaian yang terdiri dari:
- Ujian essay - Wawancara
4 S O Adodo
Effects of Two-
Tier Multiple
Choice Diagnostic
Assessment Items
on Students’
Learning
Outcome in Basic
Science Technology
(BST)45
Two tier Multiple Choice
5
Bahar Kumandas,
Armagan
Ateskan, and
Jannie Lane
Misconceptions In
Biology: A Meta-Synthesis Study
Of Research,
2000–201446
- Pilihan Ganda Sederhana
- Two tier Multiple Choice - Tes uraian
- Wawancara
- Peta Konsep
4. Tinjauan Umum mengenai Konsep Sistem Peredaran Darah
Konsep Sistem Peredaran Darah merupakan salah satu konsep yang
diajarkan dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Jenjang
Sekolah Dasar diajarkan pada kelas V, konsep ini dipelajari dengan Kompetensi
Dasar (KD) 3.4 yaitu menjelaskan organ peredaran darah dan fungsinya pada
44 Nancy J. Pelaez, et.all, Prevalence of Blood Circulation Misconceptions Among
Prospective Elementary Teachers, Adv Phsyiol Edu, Vol. 29, No. 172-181, 2005, p. 173. 45 S O Adodo, Effectsof Two-Tier Multiple Choice Diagnostic Assessment Items on
Students’ Learning Outcome in Basic Science Technology (BST), Journal of Interdisciplinary
Studies,Vol. 2, No. 2, 2013, p. 202. 46 Bahar Kumandas, Armagan Ateskan, and Jennie Lane, Misconceptions in Biology : a
Meta-synthesis Study of Research. 200-2014, Journal of Biological Education, 2018, p. 5-6.
21
hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ peredaran darah
manusia. Jenjang Sekolah Menengah Pertama diajarkan pada kelas VIII, konsep
ini dipelajari dengan Kompetensi Dasar (KD) 3.7 yaitu menganalisis sistem
peredaran darah pada manusia dan memahami gangguan pada sistem peredaran
darah, serta upaya menjaga kesehatan sistem peredaran darah. Jenjang Sekolah
Menengah Atas diajarkan pada kelas XI, konsep ini dipelajari dengan Kompetensi
Dasar (KD) 3.6 yaitu menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun
organ pada sistem sirkulasi dalam kaitannya dengan bioproses dan gangguan
fungsi yang dapat terjadi pada sistem sirkulasi manusia.47
Miskonsepsi yang terjadi pada materi Sistem Peredaran Darah dapat
dilihat pada Tabel 2.3 berikut.
Tabel 2. 3 Analisis Miskonsepsi Materi Sistem Peredaran Darah
No. Nama Judul Metode Hasil
1 Din Yan Yip Teachers’
Misconception Of
The Circulatory System
48
Tes tertulis yang terdiri dari
sejumlah pertanyaan pendek
yang berisi pernyataan pendek tentang konsep biologi tertentu.
Subjek diminta untuk membaca
setiap pernyataan dengan
cermat dan d. Menunjukan apakah
pernyataan itu benar,
sebagian benar atau tidak
e. Menggarisbawahi
bagian-bagian yang mereka anggap salah
f. Membenarkan jawaban
mereka
Miskonsepsi terjadi
dibeberapa aspek
seperti: - hubungan antara
laju aliran darah,
tekanan darah
dan diameter pembuluh darah
- hubungan antara
pembentukan cairan jaringan
dan pertukaran
bahan pada jaringan kapiler.
2 Ceren Tekkaya
Misconceptions As Barrier To
Understanding
Biology49
- Kuis dan diskusi yang memberi kesempatan bagi
siswa untuk
mengekspresikan ide-ide mereka dengan jelas.
- Peta konsep
- Wawancara
- Soal Pilihan Ganda sederhana
- Two Tier Multiple Choice
Miskonsepsi yang terjadi:
- Serum adalah
penyimpanan dari plasma.
- Dinding arteri
yang tebal dan
elastis. membantu
mencegah tubuh
47 Lampiran Permendikbud tahun 2016 No. 24 48 Din Yan Yip, op.cit., pp. 208-212. 49 Ceren Tekkaya, op.cit., p. 262.
22
- Pernyataan salah benar kehilangan panas. - Kecepatan darah
rendah terjadi
dalam kapiler karena diameter
pembuluh yang
kecil.
- Jantung bertanggung
jawab untuk
menyimpan, penyaringan,
pembersihan dan
pembuatan darah.
3 Ainayah The Profil of Student
Misconception on
The Human and Plant Transport
50
Three Tier Based Test Miskonsepsi yang terjadi pada :
- Tekanan Darah di
pembuluh darah - Kecepatan aliran
darah
- Pertukaran gas antara pembuluh
darah dengan
paru-paru
- Karakteristik pembuluh darah
4 Nancy J.
Pelaez, dkk
Prevalence Of
Blood Circulation Misconceptions
Among
Prospective
Elementary Teachers
51
Menggunakan 2 tipe, yaitu:
1. Kegiatan instruksional yang terdiri dari:
- Tes menggambar
- debat
2. Penilaian yang terdiri dari: - Ujian essay
- Wawancara
Miskonsepsi terjadi
dibeberapa aspek: - Arah aliran darah
- Pembuluh darah
- Pertukaran gas
antara pembuluh darah dengan paru-
paru
- Transportasi dan pemanfaatan
molekul gas
- Fungsi paru-paru
5 Joel A. Michael, et all.
Undergraduates’ Understanding Of
Cardiovascular
Phenomena52
Pilihan ganda sederhana Miskonsepsi terjadi pada :
- Aliran darah
- Kecepatan aliran darah
- Resistensi
- Volume darah
50 M. Ainiyah, M. Ibrahim, and M. T. Hidayat, The Profile of Student Misconception on
The Human and Plant Transport Systems, Journal of Physics, 2018, p. 4. 51 Nancy J. Pelaez, et.all, p. 174. 52 Joel A. Michael, et.all,Undergraduates’ Understanding of Cardiovascular Phenomena,
Advances in Physiology Education, Vol. 26, No. 2, 2002, p. 74.
23
Data Tabel 2.3 menunjukkan miskonsepsi pada materi Sistem Peredaran
Darah terjadi beberapa sub konsep. Subkonep yang paling banyak mengalami
miskonsepsi adalah organ peredaran darah. Miskonsepsi yang muncul pada sub
konsep tersebut berkaitan dengan kecepatan aliran darah, tekanan darah, dan
struktur pembuluh darah. Sub konsep lain yang banyak mengalami miskonsepsi
yaitu berkaitan dengan mekanisme pertukaran antara pembuluh darah kapiler
dengan jaringan. Miskonsepsi tersebut terjadi pada guru hingga siswa. Peta
konsep mengenai Sistem Peredaran Darah dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:
24
Sumber : Buku Biologi kelas XI, Masmedia Buana Pustaka, 2014
Gambar 2. 1 Peta Konsep Sistem Peredaran Darah
Mempelajari
Sistem Peredaran Darah
Sistem Peredaran Darah
Hewan
Sistem Peredaran Darah
Manusia
Sistem
Peredaran
Darah Terbuka
macamnya
Sistem
Peredaran
Darah Tertutup
macamnya
Sistem
Peredaran Darah
Besar
Sistem
Peredaran Darah
Kecil
pada
Avertebrata Vertebrata
Serangga
Cacing
Ikan
Katak
Reptil
Aves
Melibatkan
Darah Alat
Peredaran
Darah
Jantung
Meliputi Meliputi
Sel Darah Plasma
Darah
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Imun
Pembuluh
Darah
25
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berbagai penelitian yang telah dilakukan untuk mengungkap miskonsepsi
pada konsep ilmu pengetahuan alam. Salah satunya penelitian oleh David F.
Treagust yang berjudul “Development and Use of Diagnostic Tests to Evaluate
Students’ Misconceptions in Science”. Penelitian ini memiliki latar belakang
kesulitan penggunaan tes diagnostik berupa wawancara untuk mengungkap
miskonsepsi membutuhkan waktu sangat lama dan pelatihan khusus. Oleh karena
itu penelitian bertujuan untuk mengembangkan tes diagnostik berupa pilihan
ganda beralasan yang mudah digunakan oleh guru dan dapat mengungkap
miskonsepsi pada materi lebih spesifik.
Penelitian ini mengungkap miskonsepsi pelajaran Kimia pada konsep
ikatan kovalen kelas 11 dan 12 dan Biologi pada konsep fotosintesis dan respirasi
di sekolah menengah pertama dan menengah atas. Sampel dibagi menjadi 4 grup,
yaitu grup 1 dan 2 terdiri dari siswa kelas 11 dan 12 dan grup ke 3 dan 4 terdiri
dari siswa berumur 18-19 tahun dari 2 institusi yang berbeda. Penelitian ini
menggunakan metode pengembangan two tier multiple choice baik yang tertutup
maupun yang terbuka. Hasil yang didapat pada soal Kimia menunjukan siswa di
semua kelompok (87%, 97%, 100% dan 89%) menjawab dengan benar bahwa
kekuatan antarmolekul bertanggung jawab atas perbedaan keadaan hidrogen
sulfida dan air pada suhu kamar. Hampir semua siswa kimia paham akan
hubungan antara kekuatan gaya antarmolekul dan titik leleh / titik didih suatu zat.
Namun, hanya 11%, 33%, 19% dan 18%, yang dapat memahami dengan benar
mengapa hubungan tersebut ada. Sedangkan pada soal Biologi yang diujikan pada
siswa kelas 8-12 menunjukan (39%, 44%, 41%, 65%, 88%) menjawab benar,
tentang gas yang diambil dalam jumlah besar oleh tanaman hijau ketika tidak ada
energi cahaya. Namun, ketika alasan jawaban siswa dipertimbangkan, respon
yang benar jauh lebih rendah (9%, 11%, 7%, 28%, 65%).
Hasilnya menggambarkan adanya miskonsepsi siswa dan kurangnya
pemahaman bahwa respirasi pada tanaman adalah proses berkelanjutan baik
dalam kondisi terang maupun gelap. Melalui tes diagnostik two tier multiple
26
choice baik terbuka dan tertutup dapat mengungkap miskonsepsi pada materi
spesifik dan membantu guru dalam mengimplementasikannya.53
Penelitian selanjutnya yang telah dilakukan oleh Tyler A. Kummer et.all,
yang berjudul Prevalence and Persistence of Misconceptions in Tree Thinking.
Penelitian ini berfokus pada miskonsepsi dalam membaca grafik pohon evolusi
yang dibagi menjadi dua fokus permasalahan yaitu membaca tips dan perhitungan
simpul sedangkan dasar-dasar teori evolusi dibagi menjadi dua permasalahan
yaitu pemikiran tangga tentang evolusi dan keterkaitan atau kesamaan individu.
Berasal dari permasalahan tersebut penelitian ini memiliki tujuan untuk
menentukan prevalensi dan persistensi dari keempat miskonsepsi di antara
mahasiswa Biologi. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa tingkat awal pada
mata kuliah pengantar sains kehidupan dan mahasiswa tingkat akhir pada mata
kuliah evolusi. Dalam menentukan prevalensi dan persistensi miskonsepsi pada
konsep evolusi digunakan pilihan ganda dan pilihan ganda dengan alasan terbuka.
Hasil penelitian ini menunjukan secara signifikan lebih sedikit mahasiswa
tingkat akhir pada mata kuliah evolusi yang miskonsepsi pada aspek membaca
tips. Namun, kami menemukan bahwa miskonsepsi pada perhitungan simpul di
mahasiswa tingkat akhir pada mata kuliah evolusi lebih tinggi dari pada
mahasiswa tingkat awal pada mata kuliah pengantar sains kehidupan. Persistensi
miskonsepsi paling umum dalam penelitian ini pada berpikir tangga dan
keterkaitan atau kesamaan individu; mahasiswa dikedua tingkat menunjukkan
tingkat kesalahpahaman yang tinggi.54
Jurnal selanjutnya yaitu dari Michel R Abraham et.all. melakukan
penelitian dengan judul “Únderstanding and Misunderstanding of Eighth Grader
of Five Chemistry Concept Found in Textbooks”. Penelitian ini memiliki fokus
masalah pada siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep Kimia yang
disebabkan oleh buku teks. Berdasarkan hal tersebut tujuan penelitian ini untuk
menganalisis pola pemahaman siswa dan miskonsepsi siswa pada konsep kimia
53 David F. Tragust, op.cit., pp. 160-167. 54 Tyler A. Kummer, Clinton J. Whipple dan Jamie L. Jensen, “Prevalence and Persistence
of Misconceptions in Tree Thinking”, Journal Of Microbiology & Biology Education, Vol. 17 No.
3, 2016, pp. 389-392.
27
yang diajarkan pada tingkat kelas 7 dan 8. Penelitian ini menguji 247 siswa kelas
8 dari sekolah berbeda yang menggunakan 2 buku teks kimia. Dalam mengungkap
miskonsepsi, penelitian ini menggunakan pertanyaan terbuka dan pilihan ganda
disertai alasan yang terdiri dari 5 item. Hasil yang didapat rata-rata 19% dari
tanggapan terhadap butir soal mengindikasikan bahwa para siswa ini tidak
memiliki pemahaman atau telah mengembangkan miskonsepsi utuh dari konsep-
konsep kimia. Penelitian ini membagi derajat pemahaman siswa menjadi 6
tingkat. 55
J.R. Ballester Perez et.all. dalam jurnal yang berjudul “Student’s
Misconceptions on Chemical Bonding: A Comparative Study between High
School and First Year University Students”. Latar belakang dalam penelitian ini
adalah banyak siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep kimia terutama
materi ikatan kimia. Materi tersebut adalah dasar untuk pembelajaran kimia
selanjutnya. Sejalan dengan latar belakang, penelitian ini memiliki tujuan untuk
mendeteksi dan menganalisis miskonsepsi siswa dalam tingkat makroskopik dan
submikroskopis, yang berfokus pada warna, titik didih, konduktivitas dan
kelarutan, gaya intra dan intermolekul serta geometri dan polaritas molekul.
Selain itu, penelitian ini juga membuat perbandingan siswa yang berasal dari dua
tingkat pendidikan yang berbeda: tahun terakhir sekolah menengah dan
mahasiswa tahun pertama. Penelitian ini menggunakan 2 tipe instrumen yaitu
pilihan ganda sederhana dan pilihan ganda tertutup. Hasil yang didapat
miskonsepsi sering terjadi di siswa tahun terakhir sekolah menengah
dibandingkan mahasiswa tahun pertama. Namun, pada konsep kekuatan ikatan
kimia miskonsepsi lebih besar terjadi pada mahasiswa tingkat pertama
dibandingkan siswa tingkat akhir sekolah menengah.56
Muammer Calik dan Alipasa Ayas melakukan penelitian yang berjudul “A
Cross-age Study on the Understanding of Chemical Solution and Their
Components”. Penelitian ini memiliki fokus masalah banyak siswa yang
55 Michel R. Abraham, et all., op.cit. pp. 106-116. 56 J.R. Ballester Perez et all., Student’s Misconceptions on Chemical Bonding: A
comparative Study between High School and First Year University Students, Asian Journal of
Education and e-Learning, Vol. 05, 2017, pp. 2-11.
28
miskonsepsi terhadap terlarut, pelarut dan larutan serta kesulitan siswa dalam
membuat koneksi dengan pengetahuan pribadi. Penelitian ini memiliki tiga tujuan
salah satunya mengidentifikasi miskonsepsi mengenai pelarut, terlarut, dan larutan
yang dilakukan pada siswa kelas 7-10. Penelitian ini berbasis studi kasus yang
menggunakan metode pencil and paper. Instrumen dalam penelitian
menggunakan 3 soal uraian dan 1 soal two-tier dengan reasoning terbuka. Hasil
penelitian menunjukan bahwa 4% dari kelas 7-10 menunjukan pemahaman yang
baik, proporsi tanggapan siswa yang dikategorikan pemahaman parsial masing-
masing adalah 51%, 40%, 70%, dan 72 %. Sementara 24% dari kelas 7, 24% dari
kelas 8, 19% dari kelas 9, dan 17% dari kelas 10 memiliki pemahaman parsial
dengan miskonsepsi tertentu. Respon siswa yang diklasifikasikan kategori
miskonsepsi masing-masing adalah 15%, 19%, 4 % dan 5%. Adanya penggunaan
alasan yang sama di jenjang 7-10 menunjukkan dasar konsep yang mengalami
miskonsepsi. Hal ini disebabkan siswa kesulitan membuat koneksi antara
pengetahuan baru dan pengetahuan pribadi. 57
Ceren Tekkaya dalam penelitiannya yang berjudul “Misconceptions as
Barrier to Understanding Biology”. Penelitian ini menyebutkan sebagian besar
siswa lulus dari sekolah menengah dengan membawa pemikiran yang
menyimpang dari objek dan peristiwa biologi. Banyak siswa mengalami
miskonsepsi pada topik-topik yang menjadi dasar dalam Biologi. Materi-materi
Biologi yang mengalami miskonsepsi diantaranya adalah: respirasi, fotosintesis,
ekologi, genetika, klasifikasi, dan sistem sirkulasi manusia.58
Teknik identifikasi
sudah banyak dikembangkan dalam berbagai penelitian, diantaranya adalah kuis,
diskusi, peta konsep, wawancara, pilihan ganda beralasan, serta pertanyaan benar
salah. Beberapa cara untuk meremidi miskonsepsi disebutkan dalam penelitian ini,
yaitu : peta konsep dan teks konsep.59
57 Muammer Calik dan Alipasa Ayas, op.cit., pp. 30-34. 58 Ceren Tekkaya, op.cit., p. 259. 59 Ceren Tekkaya, op.cit., pp. 263-264.
29
C. Kerangka Berpikir
Kehidupan anak-anak setiap harinya mengalami proses belajar dari
lingkungan sekitarnya. Lingkungan menyediakan stimulus yang memunculkan
berbagai gagasan. Gagasan-gagasan tersebut yang menjadi konsep awal atau
prakonsepsi pada struktur kognitif masing-masing anak. Konsepsi awal yang
dimiliki anak dapat sesuai dengan konsep ilmiah tetapi banyak juga yang tidak
tepat dengan konsep ilmiah. Saat memasuki pembelajaran di sekolah anak akan
bertemu konsep baru yang mungkin berbeda dengan konsep awal yang dimiliki
sebelumnya. Jika anak selama pembelajaran tersebut berhasil melakukan asimilasi
antara konsep awal yang dimilikinya dengan konsep yang baru diterima akan
menghasilkan pembentukan konsep yang baik dan lengkap. Sehingga pengetahuan
yang dimilikinya berkembang. Akan tetapi jika anak tidak berhasil melakukan
asimilasi karena pembelajaran yang dialami siswa bukan pembelajaran yang
bermakna, maka akan mengakibatkan siswa bisa lupa, tidak paham dengan konsep
dan miskonsepsi. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak hal seperti: siswa, guru,
buku teks, konteks, dan metode mengajar. Miskonsepsi memiliki sifat yang ulet
dan tahan akan perubahan. Apabila miskonsepsi ini tidak teridentifikasi dan
diatasi maka hal ini akan berlanjut ke jenjang pendidikan selanjutnya dan
menetap.
Siswa tidak akan menyadari bahwa dirinya miskonsepsi terhadap suatu
materi. Siswa akan menyadari bahwa dirinya miskonsepsi bila mengalami
kontradiksi dengan pengetahuan yang dimilikinya. Miskonsepsi yang tidak
disadarai dan tidak ada upaya mereduksinya akan menyebabkan miskonsepsi
persisten. Oleh sebab itu, hal ini akan menghambat siswa dalam menerima
informasi baru dan akan menimbulkan masalah-masalah dalam belajar di masa
mendatang pada jenjang pendidikan selanjutnya. Oleh sebab itu, miskonsepsi
perlu dideteksi untuk mengetahui bagian konsep atau subkonsep yang salah dalam
pemahaman siswa.
Salah satu cara untuk mendeteksi adanya miskonsepsi pada siswa adalah
melakukan tes diagnostik. Tes dalam dunia pendidikan berfungsi sebagai alat
mengumpulkan informasi tentang pengetahuan siswa atau keberhasilan suatu
30
program pengajaran yang bentuknya dapat berupa pertanyaan atau penugasan
yang dapat dinilai atau diukur menggunakan standar penilaian tertentu. Tes
diagnostik berfungsi untuk menilai pemahaman konsep siswa terhadap konsep-
konsep tertentu, secara khusus untuk konsep-konsep yang cenderung dipahami
secara salah. Bagan mengenai kerengka berpikir dapat dilihat pada Gambar 2.2
berikut.
31
Gambar 2. 2 Bagan Kerangka Berpikir
Prakonsepsi Siswa
Prakonsepsi sesuai
dengan konsep ilmiah
Prakonsepsi tidak
sesuai dengan konsep
Ilmiah
Proses Belajar
Siswa membangun struktur kognitif
Konsepsi salah masuk ke dalam
struktur kognitif siswa
Penyebab:
Siswa, guru, buku
teks, konteks dan
metode mengajar
Identifikasi Miskonsepsi
Paham Miskonsepsi Tidak Paham
Konsep
Upaya Reduksi
Miskonsepsi
Tidak Upaya
Reduksi
Miskonsepsi
Miskonsepsi
hilang Miskonsepsi bertahan
(persisten)
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilakukan di Yayasan Madrasah Pembangunan
(Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah). Penelitian
ini dilakukan pada semester genap bulan Januari tahun ajaran 2019/2020.
B. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki keadaan atau kondisi suatu hal
yang hasilnya dipaparkan secara lugas dan apa adanya.1 Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi persistensi miskonsepsi siswa MI, MTs, dan MA di
Madrasah Pembangunan pada konsep sistem peredaran darah dengan
menggunakan instrumen Pilihan Ganda Beralasan dan Uraian agar mendapatkan
informasi atau gambaran yang jelas mengenai persistensi miskonsepsi siswa.
Tes diagnostik seperti pilihan ganda beralasan dan tes uraian dapat
mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Tes pilihan ganda
beralasan ini terdiri dari soal dan pilihan jawaban serta dilengkapi kolom alasan
jawaban siswa yang harus diisi. Kolom alasan jawaban ini memiliki kelebihan
untuk menghindari jawaban tebakan siswa. Penelitian ini tidak memberikan
perlakuan dalam bentuk kegiatan pembelajaran terlebih dahulu kepada siswa.
1. Alur Penelitian
Secara garis besar penelitian ini memiliki tiga tahapan, yaitu: tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Penjelasan lebih rinci mengenai
tahapan-tahapan tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), h. 3.
33
a. Tahap Perencanaan
Dalam tahap ini peneliti mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah,
menganalisis antara kompetensi dasar dengan isi materi pada jenjang MI, MTs,
MA dilanjutkan dengan membuat kisi-kisi soal untuk menyusun instrumen tes
pilihan ganda beralasan dan uraian. Instrumen tes pilihan ganda beralasan dan
uraian yang telah jadi lalu divalidasi kepada ahli. Lalu hasil validasi instrumen tes
pilihan ganda beralasan dan uraian dianalisis oleh peneliti dan dilakukan
perbaikan hingga dapat menentukan butir soal yang layak digunakan untuk
penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini instrumen tes pilihan ganda beralasan dan uraian yang telah lulus
hasil validasi ahli dan perbaikan instrumen, kemudian diteskan kepada siswa
Yayasan Madrasah Pembangunan yang meliputi MI, MTs, dan MA. Siswa yang
dijadikan sampel adalah siswa kelas 5 untuk MI sebanyak 45 siswa, kelas 8 untuk
MTs sebanyak 45 siswa, dan kelas 11 untuk MA sebanyak 29 siswa. Tes ini
dilaksanakan menggunakan waktu pengerjaan 90 menit.
c. Tahap akhir
Pada tahap ini peneliti mengolah data yang telah diperoleh melalui jawaban-
jawaban siswa agar dapat diidentifikasi peresisten miskonsepsi yang dialami oleh
siswa pada konsep sistem peredaran darah. Kemudian menganalisis dan
membahas hasil tes pilihan ganda beralasan dan uraian. Setelah itu peneliti
menyimpulkan hasil penemuannya dan menuangkan dalam laporan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik khusus tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.2 Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.3
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Yayasan Madrasah Pembangunan.
2 Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”,
(Bandung: Alfabeta, 2012), h. 80. 3 Ibid., h. 81.
34
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 untuk MI, kelas 8
untuk MTs, kelas 11 untuk MA di Madrasah Pembangunan. Sampel dalam
penelitian ini adalah 20% dari populasi terjangkau.4 Penggunaan populasi dalam
penelitian ini dikarenakan untuk menganalisis persistensi miskonsepsi dari jenjang
Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Selain itu pemilihan kelas 5, 8
dan 11 didasarkan pada konsep sistem peredaran darah diterima pada tingkat kelas
tersebut disetiap jenjang.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Stratified
Random Sampling dengan jenis Sampel Berstrata Disproprosional. Teknik ini
digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang
proporsional.5 Teknik ini digunakan karena populasi terjangkau pada siswa kelas
5 untuk MI, kelas 8 untuk MTs, kelas 11 untuk MA di Madrasah Pembangunan
memiliki populasi yang tidak proporsional. Populasi untuk kelas 5 MI berjumlah
224 siswa, 224 siswa untuk MTs, dan 29 siswa untuk MA. Populasi siswa MA
diambil semuanya menjadi sampel dikarenakan populasi tersebut terlalu kecil
dibandingkan dengan MI dan MTs.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data diperoleh dari Tes Diagnostik yang terdiri dari
Pilihan Ganda Beralasan dan Uraian yang diberikan kepada sampel penelitian.
Berdasarkan pada tulisan Muammer Calik dan Alipasa Ayas, tes semacam ini juga
disebut dengan istilah two-tier question dikarenakan soal terdiri dari bagian
pilihan ganda dan bagian alasan jawaban siswa yang diisi secara terbuka
sementara untuk tes uraian disebut dengan istilah open ended question. 6 Waktu
pengambilan data adalah saat siswa sudah mendapatkan materi sistem peredaran
darah.
4 Mahmud, “Metode Penelitian Pendidikan”, (Pustaka Setia: Bandung, 2011), h. 159. 5 Sudaryono, “Metodologi Penelitian”, (RajaGrafindo Persada: Depok, 2018), h. 172. 6 Muammer Calik dan Alipasa Ayas, “A Cross-age Study on the Understanding of
Chemical Solution and Their Components”, International Education Journal. Vol. 6. No.1, 2005,
p. 32.
35
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang
berbentuk Pilihan Ganda Beralasan Terbuka dan Uraian merujuk pada penelitian
Muammer Calik dan Alipasa Ayas. Tes Pilihan Ganda Beralasan Terbuka adalah
bentuk tes diagnostik yang terdiri dari bagian pilihan ganda dan bagian alasan
jawaban siswa yang diisi secara terbuka.7. Instrumen penelitian dikembangkan
dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan kognitif siswa pada setiap
jenjang pendidikan dan tingkat Kompetensi Dasar yang terkait dengan sistem
peredaran darah dalam pengajaran. Soal yang diujikan sebelumnya melalui
validasi konten oleh 7 orang yang terdiri dari bidang pendidikan biologi dan ahli
biologi. Setelah itu diperbaiki sesuai saran yang diberikan sebelum soal
digunakan. Instrumen yang telah mengikuti proses terbentuk sebanyak 16 butir
soal. Soal yang telah melewati validasi dapat dilihat melalui kisi-kisi pada Tabel
3.1 berikut.
Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Soal Tes Diagnostik
Sub
Konsep Indikator Soal
Nomor Tingkat
Kognitif
Komponen
darah
beserta
fungsinya
Menyebutkan fungsi dari darah 1 C1
Menjelaskan fungsi komponen darah pada
manusia
2 C2
Memprediksi keadaan komponen darah pada
saat kondisi tertentu.
7 C3
Mengkorelasikan hubungan tempat tinggal
dengan kondisi peredaran darah manusia.
12 C4
Organ
peredaran
darah
Mengidentifikasi organ penyusun sistem
peredaran darah.
3 C1
Menentukan organ tempat proses detoksifikasi
darah.
4 C1
Mengorganisasikan ciri-ciri pembuluh darah 8 C4
Mengkorelasikan pengaruh gangguan peredaran
darah terhadap struktur organ peredaran darah
13 C4
Sistem Menjelaskan macam-macam peredaran darah 5 C2
7 Ibid. p. 32.
36
peredaran
darah
manusia
pada manusia berdasarkan area persebarannya.
Mengurutkan aliran peredaran darah pada
manusia
9 C3
Menghubungkan peranan antara paru-paru dan
jantung
10 C4
Menganalisis hubungan sistem peredaran darah
dan sistem pernapasan
14 C4
Gangguan
peredaran
darah
manusia
Mengidentifikasi penyakit pada peredaran darah
manusia
6 C1
Menganalisis hubungan gaya hidup dengan
gangguan pada peredaran darah
11 C4
Menganalisis dampak penyakit pada sistem
peredaran darah
15 C4
Mendiagnosis penyakit pada sistem peredaran
darah berdasarkan gejala.
16 C4
F. Teknik Analisis data
Instrumen yang digunakan merupakan tes yang berjenis tes diagnostik. Tes
diagnostik yang terdiri dari pilihan ganda beralasan dan tes uraian. Data yang
didapatkan dari tes diagnostik yaitu data kuantitatif berupa data perhitungan
persentase dan data kualitatif berupa analisis alasan jawaban siswa. Adapun
langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Teknik analisis jawaban dari tes pilihan ganda beralasan mengacu pada
penelitian yang dilakukan oleh Muammer Calik dan Alipasa Ayas yaitu dengan
mengkombinasikan pilihan jawaban siswa dengan alasannya sehingga
menghasilkan pernyataan jawaban yang serupa dengan jawaban pada soal
uraian.8 Tetapi dalam penelitian Muammer Calik dan Alipasa Ayasa
menyatukan kategori siswa “tidak menjawab atau menanggapi” dan “siswa
tidak paham konsep” menjadi satu ke dalam kategori siswa “ tidak paham
konsep”.
2. Selanjutnya hasil analisis 5 derajat pemahaman siswa dikelompokan menjadi 3
kategori yang terdiri dari “Paham”, yang merupakan jumlah dari kategori
Paham Konsep (PK) dan Paham Sebagian Konsep (PS). Kategori kedua,
8 Muammer Calik dan Alipasa Ayas, op.cit. p. 33.
37
“Miskonsepsi” yang merupakan jumlah dari kategori Paham Sebagian disertai
Miskonsepsi (PSM) dan Miskonsepsi Utuh (M). Kategori terakhir yaitu “Tidak
Paham Konsep”. Kategori siswa dalam menjawab soal dikelompokkan menjadi
3 yang dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.9
Tabel 3. 2 Derajat Pemahaman Siswa Berdasarkan Kriteria Jawaban
No. Derajat
Pemahaman Kriteria Penilaian Kategori
1. Paham Konsep
(PK)
Jawaban menunjukan
komponen yang sesuai
dengan konsep secara
lengkap Paham
2. Paham Sebagian
Konsep (PS)
Jawaban menunjukkan satu
atau beberapa komponen
yang sesuai dengan konsep,
tetapi belum lengkap
3. Paham Sebagian
Konsep disertai
Miskonsepsi
(PSM)
Jawaban menunjukan adanya
pemahaman pada suatu
konsep tetapi disertai dengan
pernyataan yang
mengandung miskonsepsi Miskonsepsi
4. Miskonsepsi
Utuh (M)
Jawaban mengandung
ketidaklogisan atau informasi
yang salah
5. Tidak Paham
Konsep
Mengulangi pertanyaan;
jawaban tidak relevan atau
jawaban tidak tuntas; atau
tidak dijawab
Tidak Paham
Konsep
9 Michel R. Abraham, et al.,”Understanding and Misunderstanding of Eighth Graders of
Five Chemistry Concepts Found in Textbooks”, Journal of Research in Science Teaching,Vol.29,
No.2, 1992, p. 112.
38
Dengan demikian derajat pemahaman siswa dalam penelitian ini terdiri dari 3
kategori. Selanjutnya dihitung persentase 3 derajat pemahaman siswa.10
Kemudian dilakukan perhitungan persentase berdasarkan 3 derajat pemahaman
pada setiap butir soal dengan rumus:11
Keterangan:
P = angka persentase
N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
3. Hasil persentase yang telah dihitung disajikan dalam bentuk tabel.
4. Tahap terakhir dilakukan analisis terhadap persistensi miskonsepsi yang terjadi
berdasarkan hasil persentase yang masuk ke dalam kategori miskonsepsi sesuai
sub konsep materi beserta penjabaran alasan yang digunakan.
10 Ibid., pp. 113-114. 11 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2006), h.
43.
39
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data (Temuan)
Penelitian dilakukan menggunakan tes diagnostik yang terdiri dari soal
pilihan ganda beralasan dan uraian untuk mengungkap persistensi miskonsepsi
siswa pada konsep sistem peredaran darah. Hasil temuan disajikan dalam bentuk
persentase derajat pemahaman dalam bentuk tabel. Soal tes terbagi menjadi 4 sub
konsep dengan soal sebanyak 16 butir yang diujikan terhadap 45 siswa Madrasah
Ibtidaiyah, 45 siswa Madrasah Tsanawiyah, dan 29 siswa Madrasah Aliyah.
1. Data Persentase Derajat Pemahaman Siswa dalam 3 Kategori
Sesuai pada Tabel 3.2 (Derajat Pemahaman Siswa berdasarkan Kriteria
Jawaban), hasil analisis jawaban siswa dikelompokkan menjadi 3 kategori. Data
tersebut dirangkum pada masing-masing subkonsep. Persentase derajat
pemahaman siswa di sub konsep 1 dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4. 1 Persentase Derajat Pemahaman Siswa Subkonsep 1 mengenai
Komponen Darah Beserta Fungsinya
Butir
Soal
Derajat Pemahaman (%)
MI MTs MA
PK M TPK PK M TPK PK M TPK
1 42,2 46,7 11,1 62,2 37,8 0 20,7 72,4 6,9
2 35,6 40 24,4 55,6 33,3 11,1 20,7 37,9 41,4
7 13,3 11,1 75,6 48,9 40,0 11,1 10,3 72,4 17,2
12 0 0 100 6,7 22,2 71,1 10,3 20,7 69,0
Rata-
rata 22,8 24,4 52,8 43,3 33,3 23,3 15,5 50,9 33,6
Keterangan: PK(Paham Konsep), M (Miskonsepsi), TPK (Tidak Paham Konsep).
Data pada Tabel 4.1 menunjukkan nilai rata-rata persentase Paham Konsep
(PK) baik di MI dan MA masih di bawah 25%. Sedangkan di MTs nilai rata-rata
persentase PK sudah mendekati 50%, namun tidak jauh berbeda dengan nilai rata-
rata persentase Miskonsepsi. Data nilai rata-rata persentase Tidak Paham Konsep
(TPK) tertinggi terdapat pada jenjang MI. Sedangkan pada data nilai rata-rata
persentase Miskonsepsi (M) menunjukkan adanya persistensi dan penambahan
40
miskonsepsi. Persentase miskonsepsi di sekolah dasar diduga menjadi
miskonsepsi awal siswa dan tetap ada, bahkan menunjukkan adanya penambahan
miskonsepsi dengan rata-rata persentase miskonsepsi yang meningkat di MTs dan
MA.
Selanjutnya persentase derajat pemahaman siswa di sub konsep 2 dapat
dilihat pada Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4. 2 Persentase Derajat Pemahaman Siswa Subkonsep 2 mengenai
Organ Peredaran Darah
Butir Soal
Derajat Pemahaman (%)
MI MTs MA
PK M TPK PK M TPK PK M TPK
3 31,1 44,4 24,4 6,7 75,6 17,8 27,6 51,7 20,7
4 4,4 26,7 68,9 13,3 33,3 53,3 6,9 58,6 34,5
8 0 8,9 91,1 15,6 31,1 53,3 3,4 31,0 65,5
13 0 0 100 8,9 13,3 77,8 24,1 10,3 65,5
Rata-
rata 8,9 20,0 71,1 11,1 38,3 50,6 15,5 37,9 46,6
Data pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa siswa di tiap jenjang cenderung
tidak paham konsep (TPK) daripada paham konsep (PK). Hal ini dilihat dari nilai
rata-rata persentase PK di MI, MTs dan MA di bawah 20%. Sedangkan TPK pada
rentang 50% sampai dengan 75%. Lain halnya pada kategori Miskonsepsi (M).
Pada tiap jenjang miskonsepsi tetap terjadi. Pada MI miskonsepsi sebesar 20%
dan mengalami penambahan miskonsepsi di MTs. Sedangkan di jenjang MA
Miskonsepsi mengalami penurunan yang tidak rendah dari persentase di MI.
Persentase Miskonsepsi dari MI yang tidak berkurang di jenjang MTs dan MA
mengindikasikan adanya ketahanan miskonsepsi (persistensi).
41
Selanjutnya persentase derajat pemahaman siswa di sub konsep 3 dapat
dilihat pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4. 3 Persentase Derajat Pemahaman Siswa Subkonsep 3 mengenai
Sistem Peredaran Darah
Butir Soal
Derajat Pemahaman (%)
MI MTs MA
PK M TPK PK M TPK PK M TPK
5 26,7 8,9 64,4 88,9 2,2 8,9 75,9 13,8 10,3
9 22,2 2,2 75,6 68,9 28,9 2,2 48,3 18,8 20,7
10 4,4 0 95,6 35,6 35,6 31,1 37,9 20,7 41,4
14 6,7 2,2 91,1 22,2 8,9 68,9 20,7 17,2 62,1
Rata-
rata 15,0 3,3 81,7 53,9 18,9 27,8 45,7 17,6 33,6
Data pada Tabel 4.3 menunjukkan rata-rata persentase TPK mengalami
penurunan dari jenjang MI menuju MA. Persentase TPK tertinggi dimiliki di
jenjang MI. Paham Konsep pada jenjang MI memiliki nilai yang fluktuatif. Nilai
persentase mengalami kenaikan pada jenjang MTs dan penurunan pada jenjang
MA. Sedangkan untuk kategori Miskonsepsi mengalami peningkatan dari jenjang
MI menuju MA. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat miskonsepsi bertahan
hingga jenjang MA.
Selanjutnya derajat pemahaman siswa di sub konsep 4 dapat dilihat pada
Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Persentase Derajat Pemahaman Siswa Subkonsep 4 mengenai
Gangguan Peredaran Darah Manusia
Butir
Soal
Derajat Pemahaman (%)
MI MTs MA
PK M TPK PK M TPK PK M TPK
6 6,7 6,7 86,7 31,1 22,2 46,7 17,2 44,8 37,9
11 2,2 2,2 95,6 62,2 20 17,8 69,0 3,4 27,6
15 0 0 100 4,4 35,6 60 0,0 31,0 69,0
16 0 0 100 24,4 11,1 64,4 10,3 24,1 65,5
Rata-
rata 2,2 2,2 95,6 30,6 22,2 47,2 24,1 25,9 50,0
42
Data pada Tabel 4.4 menunjukkan pada kategori PK memiliki persentase
dibawah 40%. Berbeda dengan kategori TPK yang memiliki rentang 47% - 95%.
Persentase TPK tertinggi dimiliki oleh jenjang MI. sedangkan untuk kategori
Miskonsepsi mengalami peningkatan dari jenjang MI menuju MA dengan rentang
persentase 2-26%. Peningkatan persentase miskonsepsi tersebut menunjukan
miskonsepsi bertahan bahkan bertambah.
2. Data Jawaban Siswa Persistensi Miskonsepsi
Alasan yang digunakan siswa dalam menjawab menjadi indikasi adanya
persistensi miskonsepsi yang terjadi. Berdasarkan persentase derajat pemahaman
di setiap sub konsep, terdapat butir soal yang mengalami persistensi miskonsepsi.
Butir soal yang mengalami persistensi miskonsepsi sebanyak 5 soal. Butir Soal 4
dan 6 teridentifikasi mengalami persistensi miskonepsi dari jenjang MI-MA.
Sedangkan butir soal 7, 14, dan 16 teridentifikasi mengalami persistensi
miskonepsi dari jenjang MI-MA. Berikut tabel alasan siswa pada butir soal yang
mengalami persistensi miskonsepsi dan persebaran jawabannya.
a. Jawaban Siswa pada Butir Soal 4
Adapun pertanyaan pada butir soal 4 mengenai organ yang berperan dalam
detokfikasi obat-obatan yang masuk ke dalam peredaran darah dapat dilihat pada
Gambar 4.1 berikut:
Gambar 4. 1 Butir Soal 4
Alasan yang teridentifikasi mengalami persistensi miskonsepsi dari jenjang MI-
MA dirangkum dalam Tabel 4.5 berikut ini:
43
Tabel 4.5 Persebaran Alasan Siswa pada Butir Soal 4
Kategori Jawaban Siswa Kelas
5 8 11
M Makanan akan masuk ke ginjal
X
Ginjal termasuk organ pencernaan X X
Ginjal untuk menghaluskan obat yang ditelan X
Karena darah dan obat melewati paru-paru X
Karena sistem peredaran darah akan
diuraikan melewati paru-paru
X
Karena di ginjal terdapat sesuatu yang dapat
menguraikan obat
X
Karena ginjal membuang obat-obatan yang
masuk ke darah
X X
Ginjal berfungsi membersihkan darah dan
obat-obat yang ada pada darah diuraikan di
ginjal
X X X
Karena fungsi ginjal adalah menetralkan
racun
X X
Ginjal menyaring air dan biasannya obat-
obatan diminum bersama air
X X
Karena semua yang dikonsumsi diuraikan di
hati
X
Karena ginjal menyerap sari-sari X
Karena makanan akan diserap di ginjal
setelah dari lambung
X X
Karena hati adalah sumber produksi darah
dan kandungan obat-obatan dapat disebarkan
melalui hati
X
Karena ginjal memiliki asam sehingga obat
tersebut larut dan menyebar ke seluruh tubuh
X X
Hati terdapat empedu yang fungsinya sebagai
penawar racun
X X
Di ginjal terdapat 3 tahap: filtrasi,
augmentasi, diarbsopsi
X
Ginjal berfungsi mengedarkan dan memompa
darah ke seluruh tubuh. Pada organ ini juga
terjadi filtrasi
X
Ginjal juga termasuk alat sekresi atau
pembuangan
X
Hati mempunyai tugas salah satunya
menguraikan zat-zat dan merubahnya
X
44
menjadi cairan dan masuk sistem pencernaan
Pada ginjal terdapat glomerulus yang
merupakan tempat untuk menguraikan zat-zat
yang masuk ke dalam tubuh
X
Obat yang diminum masuk ke ginjal akan
melakukan filtrasi dan dibawa oleh darah
X
Data pada Tabel 4.5 menunjukkan pernyataan miskonsepsi yang terjadi pada
butir 4 didominasi peran ginjal dalam menetralkan racun. Alasan tersebut muncul
dari jenjang MI hingga MA. Namun, ada kesamaan alasan yang sama digunakan
oleh di setiap jenjang adalah ginjal berfungsi membersihkan darah dan obat-obat
yang ada pada darah diuraikan di ginjal. Besar persentase miskonsepsi pada butir
soal ini adalah 26,7% untuk MI, 33,3% untuk MTs, 58,6% untuk MA.
Peningkatan persentase ini diduga miskonsepsi pada materi terbawa ke materi
selanjtnya dikarenakan tidak ada upaya mereduksi miskonsepsi. Oleh sebab itu,
miskonsepsi terbawa ke jenjang pendidikan selanjtnya.
b. Jawaban Siswa Pada Butir Soal 6
Adapun pertanyaan pada butir soal 6 mengenai penyakit yang menyerang
pembuluh darah dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut:
Gambar 4. 2 Butir Soal 6
Alasan yang teridentifikasi mengalami persistensi miskonsepsi dari jenjang MI-
MA dirangkum dalam Tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4. 6 Persebaran Alasan Siswa Pada Butir Soal 6
Kategori Jawaban Siswa Kelas
5 8 11
M Anemia adalah pecah pembuluh darah X
Menyebabkan pembuluh darah menjadi
menyempit X X X
45
Karena berada di dalam pembuluh darah X
Karena varises = penyakit tulang, anemia
adalah penyakit sel darah merah dan hemofilia
menyerang hemoglobin
X
Varises disandingkan dengan hipertensi dan
penyakit lain juga yang menyerang pembuluh
darah
X
Varises merupakan pecah pembuluh darah X X
Karena pembuluh darah kejepit X
Karena varises mengandung virus X
Varises seperti pembuluh darah yang tertarik X
Karena menyerang pembuluh darah yang
menyebabkan produksi trombosit berkurang X
Hemofilia menyerang pembuluh darah. Karena
jawaban lain merupakan penyakit darah X
Karena pembuluh nadinya menggumpal pada
kaki X
Karena varises menyerang sel darah X
Penyakit ini berpengaruh pada jumlah darah
yang ada di pembuluh darah X
Data Tabel 4.6 menunjukkan alasan yang sering digunakan siswa dalam
menjawab adalah penyakit varises menyebabkan pembuluh darah menjadi
menyempit. Alasan tersebut digunakan disemua jenjang. Adapun alasan yang
digunakan pada jenjang MTs dan MA menyebutkan bahwa varises merupakan
pecah pembuluh darah. Persentase miskonsepsi yang dimiliki pada butir soal 6
untuk MI 6,7%, untuk MTs 22,2%, dan untuk MA 44,8%. Hal ini diduga siswa
kesulitan dalam memahami konsep terkait varises sehingga hal tersebt mendorong
terjadinya pembelajaran secara hafalan.
c. Jawaban Siswa Pada Butir Soal 7
Adapun pertanyaan pada butir soal 7 mengenai kerja komponen darah
dalam proses menutup luka dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut:
Gambar 4. 3 Butir Soal 7
46
Alasan yang teridentifikasi mengalami persistensi miskonsepsi dari jenjang MTs-
MA dirangkum dalam Tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4. 7 Persebaran Alasan Siswa Pada Butir Soal 7
Kategori Jawaban Siswa Kelas
5 8 11
M Otomatis kulit akan menutup lukanya X
Kita pernah harus mencuci darahnya kalo kita
terjatuh di tempat yang kotor, dan jika sudah
dikasih obat khusus dan kelamaan obat akan
meresap dan akan menutup luka itu
X
Sel darah putih yang akan bekerja untuk
menutup lukanya X X
Luka akan menyerang kuman, luka akan meresap
obat yang sudah diberi, obat akan bereaksi dan
mengendap
X
Saat luka trombosit pecah dan timbul
trombokinase dan menutup luka X
Keping darah akan diikat benang fibrin X
Trombosit pecah lalu menjadi fibrin X
Trombosit pecah akan melepaskan trombokinase
yang akan menghasilkan protrombin menjadi
trombin. Trombin akan megaktifkan enzim
fibrinogen yang akan menjadi benang fibrin yang
saling mengikat trombosit
X
Saat terjadi luka Trombosit, leukosit dan platelet
bersatu dan menutup luka dan mencegah darah
keluar
X X
Trombikanse dibantu vit.k lalu jadi trombin terus
jadi benang fibrin X
Karena keping darah membeku, lalu menutuplah
luka tersebut X
Sel darah putih dan trombosit akan membantu
menutup luka X
Luka akan di recovery secara alami dengan
menutupi permukaan bagian luka dengan sel
darah putih
X
Jadi, ketika luka dan berdarah proses penutupan
luka itu akan dilaukan oleh sel darah putih,
karena sel darah putih berfungsi untuk
menyaring / membunuh kuman yang ada di
dalam tubuh begitu pun luka akan ditutup oleh
X
47
sel darah putih secara perlahan
Darah putih, jika terjadi luka darah akan keluar
disini peran darah putih yaitu langsung
membekukan dan menghentikan darah agar tidak
terus keluar
X
Hemoglobin kan mengeraskan atau membekukan
eritrosit lalu luka secara perlahan oleh luka
ditutup oleh suatu zat
X
Dengan sel darah putih yang melawan bakteri
melalui luka sehingga sembuh X
Di dalam darah terdapat trombosit, saat luka
sudah dicuci bersih maka didalamnya terdapat
sel eritrosit dan trombosit, sel eritrosit akan
memecah dan menutup luka secara perlahan
X
Data tabel 4.7 menunjukkan alasan yang sama digunakan pada jenjang
MTs dan MA adalah Saat terjadi luka Trombosit, leukosit dan platelet bersatu dan
menutup luka dan mencegah darah keluar. Persentase pada butir soal ini adalah
MTs 40% dan MA 72,4%. Hal ini diduga siswa memiliki pandangan yang salah
terkait luka.
d. Jawaban Siswa Pada Butir Soal 14
Adapun pertanyaan pada butir soal 14 mengenai faktor yang menyebabkan
sesorang tidak dapat menahan napas dalam waktu lama dapat dilihat pada Gambar
4.4 berikut:
Gambar 4.4 Butir Soal 14
48
Alasan yang teridentifikasi mengalami persistensi miskonsepsi dari jenjang MTs-
MA dirangkum dalam Tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8 Persebaran Alasan Siswa Pada Butir Soal 14
Kategori Jawaban Siswa Kelas
5 8 11
M Karena tidak menghasilkan CO2, O2 terus
meningkat X
Karena ketika kita menahan napas kita
menghirup terlebih dahulu jadi kita butuh
membuang CO2 setelah menahan napas
X
Karena kita tidak menghirup oksigen, tetapi
darah tetap mengangkat oksigen tubuh menjadi
sesak
X
Saat menahan napas, O2 dalam tubuh
mengalami penurunan sehingga konsentrasinya
menjadi fokus dalam peningkatan O2 dan
menimbulkan dorongan yang kuat untuk
bernapas
X
Karena kalau bernapas kita akan menghirup
O2 dan mengeluarkan CO2, jika kita menahan
napas, kita akan menghirup saja jadi yang akan
turun adalah CO2
X
Karena di paru-paru di ubah menjadi CO2
terlebih dahulu X
Karena kita sudah menghirup O2 lalu semua
O2 sudah tertutup oleh CO2 sehingga
mendorong
X
Karena saat kita menahan napas kadar O2
dalam tubuh kita akan mengalami penurunan
yang menyebabkan kita terdorong untuk
melakukan pernapasan
X
Ketika orang menahan napas, tubuh tidak
teraliri O2. Hasil dari oksidasi O2 adalah CO2,
saat CO2 ingin keluar namun dihambat
otomatis tubuh akan kekurangan O2 karena
tidak terjadi pertukaran gas
X
Karena ketika menahan napas kita berhenti
untuk menghirup napas sehingga O2 berhenti
untuk bersirkulasi
X
49
Data Tabel 4.8 memuat pertanyaan terkait mekanisme sistem peredaran
darah saat menahan napas. Alasan yang diberikan pada soal ini berbeda-beda.
Secara garis besar alasan yang digunakan untuk menjawab adalah adanya
penurunan Oksigen yang menjadi dorongan kuat untuk bernapas setelah menahan
napas beberapa waktu. Hal ini menunjukkan adanya penalaran siswa yang tidak
sesuai dengan konsep ilmiah yang diterima para ahli. Persentase miskonsepsi
untuk MTs 8,9%, dan MA 17,2%.
e. Jawaban Siswa Pada Butir Soal 16
Adapun pertanyaan pada butir soal 16 siswa diminta memprediksi
gangguan pada sistem peredaran darah berdasarkan gejala yang disediakan.
Adapun soal yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.5, yaitu:
Gambar 4.5 Butir Soal 16
50
Alasan yang teridentifikasi mengalami persistensi miskonsepsi dari jenjang MTs-
MA dirangkum dalam Tabel 4.9 berikut ini:
Tabel 4.9 Persebaran Alasan Siswa Pada Butir Soal 16
Kategori Jawaban Siswa Kelas
5 8 11
M Karena terhambat jantung akan memompa lebih
keras sehingga jadi tekanan darah tinggi X X
Tekanan darah naik akibat menyempitnya
pembuluh darah sehingga harus bekerja lebih
keras
X
Karena darah terhambat oleh otot
X X
Sirkulasi darah tidak lancar sehingga tekanan
darah naik, orang akan mengalami hipertensi X
Ketika orang hipertensi otot akan mengeras dan
menyempitkan pembuluh nadi darah sehingga
darah beku
X
Karena akan terjadi penumpukan darah dan otot
akan terus menebal dan mungkin akan pecah X
Karena adanya lekukan pada arteri koronaria
yang menyebabkan sirkulasi darah terhambat X
Data Tabel 4.9 menunjukkan pernyataan miskonsepsi pada butir soal 16
yang memuat soal identifikasi gangguan pada sistem peredaran darah adalah
“karena terhambat jantung akan memompa lebih keras sehingga jadi tekanan
darah tinggi” dan “Karena darah terhambat oleh otot”. Alasan tersebut digunakan
pada jenjang MTs dan MA. Pada butir soal 16 siswa MI tidak berada dipersebaran
pada tabel tersebut diarenakan seluruh sampel MI masuk ke dalam kategori Tidak
Paham Konsep.
B. Pembahasan
Hasil analisis yang telah dilakukan, siswa MI memiliki level kognitif C1-
C2 berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) yang terlampir pada Permendikbud
Tahun 2016 no. 24. Sehingga cenderung memberikan respon “tidak menjawab”
pada soal dengan level kognitif C3-C4. Banyaknya respon “tidak menjawab”
menyebabkan persentase kategori “Tidak Paham Konsep” jenjang MI lebih tinggi
dibandingkan jenjang MTs dan MA. Sedangkan siswa MTs dan MA lebih banyak
51
memberikan respon dengan menjawab pertanyaan dibandingkan tidak menjawab.
Hal tersebut disebabkan semakin meningkat jenjang pendidikan maka semakin
luas wawasan pengetahuan dan level kognitif yang meningkat.
Rendahnya kategori “Tidak Paham Konsep” di jenjang MTs dan MA
dikarenakan data terdistribusi pada kategori “Paham Konsep” dan “Miskonsepsi”.
Rata-rata persentase kategori “Paham Konsep” mengalami peningkatan dari
jenjang MI ke MTs tetapi mengalami penurunan persentase ke MA (lihat Tabel
4.1, 4.3, dan 4.4). Sehingga persentase kategori “Paham Konsep” paling tinggi
dimiliki oleh jenjang MTs. Hal ini diduga pada saat pengambilan data, rentang
waktu antara materi yang telah diterima di kelas berbeda-beda. Pada MI dan MA
data diambil setelah siswa mendapatkan materi satu bulan sebelumnya.
Sedangkan pada MTs siswa mendapatkan materi satu minggu sebelumnya. Hal ini
menjadi asumsi bahwa siswa cenderung belajar dengan hafalan bukan dengan
memahami konsep.
Kategori “Miskonsepsi” memiliki persentase yang fluktuatif sama dengan
kategori “Paham Konsep”. Terdapat 2 sub konsep yang memiliki nilai persentase
rata-rata miskonsepsi naik pada jenjang MTs dan mengalami penurunan di jenjang
MA. Sub konsep tersebut adalah organ peredaran darah dan sistem peredaran
darah (lihat Tabel 4.2 dan 4.3). Sedangkan terdapat 2 sub konsep yang memiliki
nilai rata-rata miskonsepsi meningkat mengikuti jenjang pendidikan. Sub konsep
tersebut adalah komponen darah beserta fungsinya, dan gangguan peredaran darah
(lihat Tabel 4.1 dan 4.4). Persentase miskonsepsi tertinggi dimiliki oleh jenjang
MTs sebesar 75,6%. Siswa mengalami miskonsepsi disebabkan ketidakmampuan
siswa dalam mengasimilasi antara pengetahuan awal yang dimiliki dengan
pengetahuan baru yang didapat. Sehingga siswa memberikan penafsiran sendiri
sebagai hasil rekontruksi pengetahuan awal dengan pengetahuan yang diperoleh
dari guru.1 Penyebab lain yang mendukung adanya miskonsepsi adalah
miskonsepsi yang tidak teratasi dari jenjang sebelumnya. Sehingga miskonsepsi
1 Nurul Inayah Khairaty, A. Mushawwir Taiyeb, dan Hartati, Identifikasi Miskonsepsi
Peserta Didik Pada Materi Sistem Peredarann Darah dengan Menggunakan Three-Tier Test di
Kelas XI IPA 1 SMA Negeri Bontonompo, Jurnal Nalar Pendidikan, Vol. 6 No. 1, 2018, h. 8.
52
tersebut terbawa ke jenjang pendidikan selanjutnya. Situasi tersebut mengindikasi
sifat miskonsepsi yang persisten terhadap perubahan.
Persisten miskonsepsi dalam penelitian ini terindikasi sebanyak 5 butir
soal. Persisten miskonsepsi ditunjukkan adanya peningkatan persentase dan
kesamaan alasan jawaban yang digunakan oleh siswa. Peningkatan persentase
berbanding lurus dengan peningkatan jenjang pendidikan. Hal ini akan dibahas
setiap subkonsep dengan memfokuskan pada 5 butir soal yang mengalami
persistensi miskonsepsi. Butir soal 4 dan 6 mengalami pesistensi miskonsepsi dari
jenjang MI-MA. Sedangkan butir soal 7, 14, dan 16 mengalami persistensi
miskonsepsi dari jenjang MTs-MA.
1. Subkonsep Komponen Darah Beserta Fungsinya
Persistensi miskonsepsi pada sub konsep ini tergambar di butir soal nomor
7. Butir soal nomor 7 menanyakan terkait mekanisme komponen darah dalam
menutup luka. Butir soal ini memiliki level kognitif C3. Butir soal ini wajib
dijawab oleh siswa MTs dan MA.
Hasil analisis terhadap jawaban siswa terdapat satu alasan sama yang
digunakan siswa jenjang MTs dan MA. Alasan tersebut adalah “Saat terjadi luka
Trombosit, leukosit dan platelet bersatu dan menutup luka dan mencegah darah
keluar”. Siswa mengalami miskonsepsi tersebut diduga karena belajar secara
hafalan dan salah dalam pemaknaan.
Belajar hafalan terindikasi di jawaban siswa MTs karena saat pengambilan
hanya terjeda 1 minggu dari materi sistem peredaran darah yang telah
disampaikan. Keadaan tersebut menandakan pengetahuan mengenai sistem
peredaran darah masih segar dalam kognitif siswa, tetapi siswa memberikan
alasan yang menunjukkan miskonsepsi. Hal tersebut menunjukkan retensi siswa
terhadap materi sistem peredaran darah rendah. Retensi dapat berkurang dengan
cepat setelah interval waktu tertentu dan lupa.2 Sehingga siswa yang mengalami
hal tersebut akan memberikan hasil penafsiran sendiri yang dapat berdampak pada
miskonsepsi.
2 Elya Nusantari, Kajian Faktor yang Mempengaruhi Retensi Siswa SMA (Analisis Hasil
Penelitian Eksperimen dan PTK), 2018, (www.repository.ung.ac.id). Diakses tanggal 24 Januari
2021 jam 15.00.
53
Pada siswa MA terdapat beberapa jenis alasan yang mengungkap sel darah
putih berfungsi sebagai pembekuan darah. alasan tersebut antara lain: 1) Luka
akan di recovery secara alami dengan menutupi permukaan bagian luka dengan
sel darah putih, 2) Jadi, ketika luka dan berdarah proses penutupan luka itu akan
dilakukan oleh sel darah putih, karena sel darah putih berfungsi untuk
menyaring/membunuh kuman yang ada di dalam tubuh begitu pun luka akan
ditutup oleh sel darah putih secara perlahan, 3) Darah putih, jika terjadi luka darah
akan keluar disini peran darah putih yaitu langsung membekukan dan
menghentikan darah agar tidak terus keluar, 4) Dengan sel darah putih yang
melawan bakteri melalui luka sehingga sembuh. Hal ini memberi gambaran
bahwa siswa MA memiliki pandangan “luka” adalah suatu penyakit sehingga
yang berperan dalam menutup luka adalah sel darah putih. Anggapan siswa yang
memiliki pandangan tersebut diduga disebabkan siswa tidak berhasil dalam
mengasimilasi antara konsep awal dengan konsep yang baru didapat. Bila tidak
ada usaha yang dilakukan untuk mengasimilasikan pengetahuan baru pada
konsep-konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif akan terjadi belajar
hafalan.3 Hal tersebut akan menimbulkan hambatan belajar sehingga faktor-faktor
yang menghasilkan hambatan belajar menciptakan bidang reabilitas dan validitas
mereka sendiri.4 Sehingga siswa menggunakan konsep yang mampu diterima oleh
pemikiran mereka.
2. Subkonsep Organ Peredaran Darah
Pada subkonsep ini terdapat 1 butir soal yang mengalami persistensi
miskonsepsi, yaitu butir soal nomor 4. Butir soal 4 memiliki pertanyaan terkait
organ yang menguraikan obat-obatan yang masuk ke dalam sistem peredaran
darah. Butir soal ini memiliki level kognitif pada C1. Soal ini wajib dijawab oleh
semua jenjang pendidikan.
Analisis telah dilakukan terhadap jawaban yang diberikan oleh siswa.
Hasil analisis menunjukkan teradapat kesamaan alasan. Terdapat 1 alasan yang
3 Ratna Wilis Dahar, op.cit., h. 97. 4 Sami Özgür, “The Persistence of Misconceptions about the Human Blood Circulatory
System among Students in Different Grade Levels”, Journal of Environmental & Science
Education, Vol. 8 No.2, 2018, p. 257.
54
sama untuk jenjang MI-MA, 2 alasan yang sama untuk MI-MTs dan 4 alasan yang
sama untuk MTs-MA. Alasan yang sama digunakan oleh siswa MI-MA yaitu
“Ginjal berfungsi membersihkan darah dan obat-obat yang ada pada darah
diuraikan di ginjal”. Berdasarkan alasan tersebut menggambarkan bahwa siswa
mengeneralisasi fungsi ginjal dalam pembentukan urin dari hasil sisa metabolisme
menjadi menguraikan obat. Ginjal hanya menerima hasil penguraian obat yang
dilakukan oleh hati yang diantar oleh darah untuk dieksresikan. Ginjal bukan
tempat penguraian obat. Pengeneralisasi fungsi ginjal juga terdapat pada alasan
yang sama digunakan pada jenjang MI-MTs yaitu “Karena ginjal membuang
obat-obatan yang masuk ke darah” dan di siswa MTs-MA yaitu “Ginjal
menyaring air dan biasannya obat-obatan diminum bersama air”.
Alasan sama lainnya yang digunakan oleh jenjang MI-MTs yang lainnya
adalah “Ginjal termasuk organ pencernaan”. Selain itu terdapat alasan yang
hampir serupa digunakan oleh siswa MTs-MA yaitu “Karena makanan akan
diserap di ginjal setelah dari lambung”. Alasan tersebut menggambarkan bahwa
siswa mengalami miskonsepsi pada materi sistem pencernaan. Miskonsepsi yang
tidak teratasi pada materi sistem pencernaan akhirnya berpengaruh pada materi
selanjutnya. Materi sistem pencernaan disampaikan sebelum materi sistem
peredaran darah dan sistem eksresi.
Alasan sama lainnya yang digunakan siswa MTs-MA adalah “Karena
ginjal memiliki asam sehingga obat tersebut larut dan menyebar ke seluruh
tubuh” dan “Hati terdapat empedu yang fungsinya sebagai penawar racun”.
Alasan tersebut menunjukkan siswa mengalami miskonsepsi pada jenjang
sebelumnya. Dikarenakan untuk tingkat MA, siswa sudah mendapatkan materi
sistem ekskresi dan sistem peredaran darah pada jenjang MTs. Miksonsepsi
tersebut terbawa disebabkan tidak adanya upaya mengatasi miskonsepsi pada
jenjang sebelumnya dan jenjang pendidikan mendatang. Miskonsepsi yang tidak
teratasi seperti halnya itu akan terbawa ke jenjang pendidikan selanjutnya karena
miskonsepsi memiliki sifat bertahan atau persisten.
3. Subkonsep Sistem Peredaran Darah
55
Pada sub konsep ini terdapat 1 butir soal yang mengalami peningkatan
persentase mengikuti meningkatnya jenjang pendidikan yaitu butir soal 14. Butir
soal menanyakan terkait mekanisme sistem peredaran darah pada peristiwa
seseorang tidak dapat menahan nafas dalam waktu yang lama. Pertanyaan ini
tergolong dalam level kognitif C4. Soal ini dijawab pada jenjang MTs dan MA.
Hasil analisis menunjukkan walaupun tidak terdapat alasan yang sama
digunakan tetapi setelah dilihat secara menyeluruh terdapat dasar konsep
miskonsepsi yang sama digunakan. Dasar konsep yang sama untuk menjawab
pertanyaan butir soal 14 adalah faktor penurunan oksigen yang mendorong
seseorang tidak dapat menahan napas dalam waktu yang lama. Dasar konsep
tersebut digunakan pada jenjang MTs dan MA. Alasan yang digunakan siswa
yang menggambarkan penurunan oksigen pada jenjang MTs adalah “Karena kita
tidak menghirup oksigen, tetapi darah tetap mengangkat oksigen tubuh menjadi
sesak”. Sedangkan alasan yang menggambarkan penurunan oksigen pada jenjang
MA terdapat 3 alasan, yaitu: (1) Karena saat kita menahan napas kadar O2 dalam
tubuh kita akan mengalami penurunan yang menyebabkan kita terdorong untuk
melakukan pernapasan, (2) Ketika orang menahan napas, tubuh tidak teraliri O2.
Hasil dari oksidasi O2 adalah CO2, saat CO2 ingin keluar namun dihambat
otomatis tubuh akan kekurangan O2 karena tidak terjadi pertukaran gas. (3)
Karena ketika menahan napas kita berhenti untuk menghirup napas sehingga O2
berhenti untuk bersirkulasi.
Timbulnya reaksi bernapas kembali setelah seseorang menahan napas
dikarenakan peningkatan CO2. Hal ini dikarenakan pernapasan kita dikontrol oleh
pusat-pusat kontrol pernapasan yang terletak di dua wilayah otak, medula
oblongata dan poris. Sirkuit kontrol di dalam medula menentukkan ritme
pernapasan, sementara neuron-neuron di dalam pons meregulasi temponya. Dalam
meregulasi pernapasan, medula menggunakan pH cairan jaringan disekitar sebagai
indikator konsentrasi CO2 darah. Alasan pH dapat digunakan seperti ini adalah
bahwa CO2 darah merupakan penentu utama pH cairan serebrospinal, cairan
56
yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang.5 Adanya mekanisme
tersebut disaat seseorang menahan napas, metabolisme di dalam tubuh tetap
berjalan dan aktif membawa CO2 hasil dari metabolisme. CO2 hasil metabolisme
yang tidak di keluarkan akan menumpuk di dalam tubuh dan mengubah pH di
cairan jaringan sekitar sehingga medulla akan memberi umpan balik dengan
mengaktifkan kembali ritme pernapasan.
Sedangkan alasan yang diberikan oleh siswa menggambarkan siswa
menggunakan penalaran yang masuk ke dalam ranah kognitif mereka dalam
menjelaskan situasi tersebut. Penggunaan penalaran yang berbeda dari konsep
ilmiah dapat menimbulkannya miskonsepsi. Penalaran yang menyebabkan
miskonsepsi disebabkan “Bila anak-anak menerangkan perubahan, cara berpikir
mereka cenderung mengikuti urutan kausal linier”6. Kausal linier yang dimaksud
adalah siswa menggambarkan hubungan sebab akibat atas suatu kejadian secara
linier.
4. Subkonsep Gangguan Sistem Peredaran Darah
Butir soal yang mengalami persistensi miskonsepsi terdapat pada butir soal
ke- 6 dan 16. Butir soal 6 dan 16 memiliki level kognitif C1dan C4. butir soal 6
wajib dijawab oleh semua jenjang pendidikan sedangkan butir soal 16 wajib
dijawab oleh jenjang MTs dan MA. Butir soal 6 menanyakan penyakit yang
menyerang pembuluh darah. Sedangkan pada butir soal 16 meminta siswa untuk
menentukan jenis penyakit dan penyebabnya berdasarkan kondisi yang tertera
pada gambar.
Setelah dilakukan analisis jawaban pada butir soal 6 yang diberikan oleh
siswa terdapat alasan yang sama digunakan disemua jenjang. Alasan tersebut
adalah “Menyebabkan pembuluh darah menjadi menyempit”. Selain itu terdapat
alasan yang sama digunakan pada jenjang MTs dan MA adalah “Varises
merupakan pecah pembuluh darah” alasan tersebut diberikan oleh siswa dengan
pilihan pada tier pertama adalah varises. Jawaban tersebut menggambarkan bahwa
siswa belajar hafalan. Varises merupakan pembengkakan dan pelebaran pembuluh
5 Neil A. Campbell, dan Jane B. Reece, Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3 oleh Wibi Hardani
dan Prinandhita Andhika, (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 81. 6 Ratna Wilis Dahar, op.cit. h. 155.
57
darah vena akibat penumpukkan darah sehingga tampak pada permukaan kulit.
Menurut Nurul Inayah, belajar hafalan menunjukkan siswa mengalami kesulitan
dalam memahami konsep. Sehingga siswa memberikan hasil penafsirannya
sendiri.7 Selain itu belajar hafalan dapat terjadi bila struktur kognitif seseorang
tidak terdapat konsep-konsep relevan atau subsumer-subsumer relevan, informasi
baru dipelajari secara hafalan.8
Gambar yang disediakan pada butir soal 16 adalah menggambarkan
keadaan pembuluh arteri koronaria yang tersumbat karena adanya timbunan lemak
pada dinding pembuluh darah. Timbunan lemak tersebut akan menyumbat aliran
darah yang membawa oksigen untuk jantung. Sedangkan siswa mengidentifikasi
gambar tersebut dengan penyakit hipertensi dan arteriosklerosis. Alasan yang
sama ditemukan pada jenjang MTs dan MA. Alasan tersebut adalah “Karena
terhambat jantung akan memompa lebih keras sehingga jadi tekanan darah
tinggi” dan “Karena darah terhambat oleh otot”. Alasan pertama menjelaskan
terkait hipertensi dan alasan kedua terkait arteriosklerosis. Siswa memberikan
jawaban tersebut dikarenakan siswa salah dalam memproses informasi yang
tersedia pada gambar dan soal. Kesalahan siswa terletak pada penafsiran gambar
sumbatan yang banyak siswa berpendapat sumbatan tersebut berasal dari otot
yang menebal. Penafsiran lain yang diberikan oleh siswa berdasarkan alasan yang
sama digunakan adalah hipertensi disebabkan oleh adanya sumbatan pada
pembuluh darah. Menurut Kementrian Kesehatan hipertensi primer atau esensial
adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Walaupun dikaitkan dengan
kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak dan pola makan. Terjadi
pada sekitar 90% penderita hipertensi.9 Adanya kesalahan dalam memproses
informasi pada gambar atau bacaan akan menimbulkan adanya miskonsepsi.
Terjadinya miskonsepsi berdasarkan hasil penjabaran di atas disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu: siswa belajar secara hafalan bukan belajar bermakna,
siswa menggunakan penalaran yang mampu dipahami oleh kognitif mereka, siswa
7 Nurul Inayah Khairaty, A. Mushawwir Taiyeb, dan Hartati, loc.cit. 8 Ratna Wilis Dahar, op.cit. h. 97. 9 Kementrian Kesehatan, Infodatin:Hipertensi, 2020, h. 2, (www.kemenkes.go.id). Diakses
tanggal 15 Juli 2020 jam 22.00.
58
mengeneralisasi peran atau fungsi suatu organ, dan tidak mampunya siswa dalam
mengasimilasi pengetahuan awal yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang
didapat. Kendala-kendala tersebut dapat menyebabkan hambatan dalam belajar
sehingga situasi ini menghasilkan miskonsepsi yang terus berlanjut ke jenjang
pendidikan selanjutnya. Keadaaan tersebut yang dinamakan persistensi
miskonsepsi.
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil temuan penelitian persistensi miskonsepsi siswa pada jenjang
pendidikan MI hingga MA, dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 butir soal yang
mengalami persistensi miskonsepsi. Butir soal yang mengalami persistensi dari
jenjang MI-MA yaitu: 4 dan 6. Sedangkan butir soal yang mengalami persistensi
di jenjang MTs-MA yaitu: 7, 14, dan 16. Persistensi miskonsepsi siswa pada
Madrasah Pembangunan dilihat dari nilai persentase dan alasan yang sama
digunakan di setiap jenjang pendidikan. Faktor yang mendukung terjadinya
miskonsepsi pada siswa antara lain: siswa belajar secara hafalan bukan belajar
bermakna, siswa menggunakan penalaran yang mampu dipahami oleh kognitif
mereka, siswa mengeneralisasi peran atau fungsi suatu organ, dan tidak
mampunya siswa dalam mengasimilasi pengetahuan awal yang dimiliki siswa
dengan pengetahuan baru yang didapat. Sehingga miskonsepsi yang tidak teratasi
akan terbawa ke jenjang selanjutnya dan persisten terhadap perubahan.
B. Saran
Setelah penelitian dilakukan, saran yang penulis dapat sampaikan adalah:
1. Perlu dilakukan pengkajian terhadap kesesuaian metode pembelajaran dengan
kompleksitas materi tertentu untuk meminimalisir terjadinya miskonsepsi
pada siswa. Penyampaian kesimpulan di akhir pembelajaran dapat dilakukan
untuk memperkuat konsep siswa.
2. Perlu adanya pengkajian mendalam terhadap konsep yang sering
memunculkan miskonsepsi pada siswa.
3. Dapat digunakan metode identifikasi miskonsepsi lain seperti metode
Certainty of Response Index (CRI) diperuntukkan bagi siswa di jenjang
pendidikan dasar.
4. Perlu ditelusuri penyebab siswa sulit dalam memahami konsep, agar tidak
menimbulkan miskonsepsi yang dapat mengganggu pembelajaran biologi
mendatang.
60
Daftar Pustaka
Abraham, Michel R. et al. Understanding and Misunderstanding of Eighth
Graders of Five Chemistry Concpt Found in Textbooks. Journal of
Research in Science Teaching. 29. 1992.
Adodo, S. O. Effectsof Two-Tier Multiple Choice Diagnostic Assessment Items
on Students’ Learning Outcome in Basic Science Technology (BST).
Journal of Interdisciplinary Studies. 2. 2013.
Ainiyah, M, M. Ibrahim, and M. T. Hidayat. The Profile of Student
Misconception on The Human and Plant Transport Systems. Journal of
Physics. 2018.
A.M, Sardiman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Arikunto, Suharsimi.2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta; Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi . 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Ballester Perez, J.R. et.al. Student’s Misconceptions on Chemical Bonding: A
Comparative Study between High School and First Year University
Students. Asian Journal of Education and e-Learning. 05. 2017.
Calik, Muammer dan Alipasa Ayas. A Cross-age Study on the Understanding of
Chemical Solution and Their Compoonents. International Education
Journal. 6. 2005.
Campbell, Neil A dan Jane B. Reece. 2010. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Erlangga.
Depdiknas. 2007. Tes Diagnostik. Jakarta : Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menegah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menegah Pertama.
Dimiyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Fisher, Douglas dan Nancy Frey. 2008. Better Learning Through Structured
Teaching. United States of America: ASCD Publication.
61
Galvin, E., G. Mooney Simmie, A. O’Grady. Identification of Misconceptions in
the Teaching of Biology: A Pedagogical Cycle of Recognition,
Reduction and Removal. Journal Higher Education and Social
Science. 8. 2015.
Hamalik, Oemar. 2009. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2013.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Kementrian Kesehatan, “Infodatin: Hipertensi”, www.kemenkes.go.id, 15 Juli
2020.
Khairaty, Nurul Inayah, A. Muhawwir Taiyeb, dan Hartati. Identifikasi
Miskonsepsi Siswa Pada Materi Sistem Peredaran Darah Dengan
Menggunakan Three-Tier Test di kelas XI Ipa 1 SMA Negeri 1
Bontonompo. Jurnal Nalar Pendidikan. 6. 2018.
Khatimah, Fina Nurul, Meiry Fadillah Noor, dan Nengsih Juanengsih.
Miskonsepsi Konsep Archaebacteria dan Eubacteria. Edusains. VI.
2014.
Kumandas, Bahar, Armagan Ateskan, and Jennie Lane. Misconceptions in
Biology : a Meta-synthesis Study of Research. 200-2014. Journal of
Biological Education. 2018.
Kummer, Tyler A , Clinton J. Whipple dan Jamie L. Jensen,. Prevalence and
Persistence of Misconceptions in Tree Thinking. Journal Of
Microbiology & Biology Education. 17. 2016.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Pustaka Setia.
Michael, Joel A. et.all. Undergraduates’ Understanding of Cardiovascular
Phenomena. Advances in Physiology Education. 26. 2002.
Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Andi Offset.
Nusantari, Elya. “Kajian Faktor yang Mempengaruhi Retensi Siswa SMA
(Analisis Hasil Penelitian Eksperimen dan PTK)”.
www.repository.ung.ac.id. 24 Januari 2021.
62
Özgür, Sami. The Persistence of Misconceptions about The Human Blood
Circulatory System among Students in Different Grade Levels. Journal
of Environmental & Science Education. 8. 2018.
Pelaez, Nancy J. et.all. Prevalence of Blood Circulation Misconceptions Among
Prospective Elementary Teachers, Adv Phsyiol Edu. 29. 2005.
Sanjaya, Wina. 2008. Perenncanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana.
Suat Bal, Mehmet. Misconceptions of High School Students Related to The
Conceptions Of Absolutism And Constitutionalism In History Courses.
Jurnal Educational Reasearch dan Reviews. 6. 2011.
Sudaryono. 2018. Metodologi Penelitian. Depok: RajaGrafindo Persada.
Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukma Wijaya, I made. 2018. Perawatan Luka dengan Pendekatan
Multidisiplin, Yogyakarta: Andi Offset.
Suparno, Paul. 2013. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan
Fisika. Jakarta: Grasindo.
Suwarto. Pengembangan Tes Diagnostik. Jurnal Pendidikan. 22. 2013.
Syah, Muhibbin. 2013. Pikologi Belajar dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Tekkaya, Ceren. Misconceptions as Barrier to Understanding Biology. Journal
of Hacattepe Universities Egitim Fakultasi Dergisi. 23. 2002.
Tragust, David F. Development and Use of Diagnstik Tests to Evaluate
Students’ Misconception in Sciences, International Journal of Sciences
Education, 10, 1988.
Wayan Sri Darmayanti, Ni dan I Komang Wisnu Budi Wijaya. 2020. Evaluasi
Pembelajaran IPA. Bali: Nilacakra.
63
Yan Yip, Din. Teachers’ Misconceptions of The Circulatory System, Journal of
Biological Education. 32. 1998.
64
LAMPIRAN-LAMPIRAN
65
Lampiran 1
Kompetensi Dasar Sekolah Dasar
Kelas V
66
Lampiran 1
Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama
Kelas VIII
67
Lampiran 1 Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas
Kelas XI
68
Lampiran 2 Analisis Kompetensi dengan Materi
Sekolah Dasar
Buku
Tema 4: Sehat
itu Penting
(Puskurbuknas)1
BUPENA2
Tema 4: Organ
peredaran darah
hewan dan
Manusia3
Seri Tematik :
Sehat Itu Penting4
Tema 4 : Sehat
Itu Penting5
Irisan
Kompetens
i Dasar (KI
3)
Menjelaskan organ peredaran darah dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ peredaran darah
manusia.
Kompetens
i Dasar (KI
4)
Menyajikan karya tentang organ peredaran darah pada manusia.
Materi Subtema 1:
peredaran
darahku sehat
Subtema 1 :
peredaran
darahku sehat
Subtema 1:
peredaran darahku
sehat
Subtema 2 : Pola
Hidup Sehat
1. Mengenal
Subtema 1:
Peredaran
darahku sehat
1. Sistem peredaran darah
manusia (peredaran darah
kecil dan besar)
1 Ari Subekti, Sehat Itu Penting Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, (Jakarta:Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2017), h.1-93. 2 Irene MJA, BUPENA, (Jakarta: Erlangga, 2017), h. 3-49. 3 Eko Wiyanto, Tema 4: Organ Peredaran Darah,(Jakarta: Fokus, 2017), h. 4-86. 4 Dhiah Saptorini, dan Lili Nurlaili, Seri Tematik: Sehat Itu Penting, (Jakarta: Yudhistira, 2014), h. 5 Warsito Adnan, dkk., Tema 4: Sehat itu Penting,(Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2018), h.1-107.
69
Buku
Tema 4: Sehat
itu Penting
(Puskurbuknas)1
BUPENA2
Tema 4: Organ
peredaran darah
hewan dan
Manusia3
Seri Tematik :
Sehat Itu Penting4
Tema 4 : Sehat
Itu Penting5
Irisan
1. Peredaran
darah pada
manusia
2. Organ
peredaran
darah dan
fungsinya
- Jantung
- Pembuluh
darah
(Pembulu
h arteri,
nadi, dan
kapiler)
- Paru-paru
1. Organ
peredaran
darah pada
manusia dan
fungsinya.
- Jantung
(peredara
n darah
besar
dan kecil
dan
pembulu
h darah
(pembul
uh arteri,
1. Peredaran darah
pada manusia
(peredaran
darah kecil dan
besar)
2. Organ
peredaran darah
pada manusia
(jantung dan
pembuluh
darah)
3. Proses
peredaran darah
(peredaran
darah tertutup
Sistem
Peredaran
Darah pada
Manusia
- Jantung
- Pembuluh
darah (
pembuluh
nadi, balik,
dan kapiler)
- Gangguan
pada organ
peredaran
darah
manusia (
1. Alat peredaran
darah pada
manusia
beserta
fungsinya
- Darah
- Jantung
- Pembuluh
darah
(arteri, vena,
dan kapiler)
- Sistem
portae
- Sistem
Imunitas
2. Organ peredaran darah
(jantung, dan pembuluh
darah)
3. Sel-sel darah beserta
fungsinya(Plasma darah, sel
darah merah, sel darah putih
dan trombosit)
4. Gangguan kesehatan pada
organ peredaran darah
5. Cara memelihara kesehatan
organ peredaran darah
70
Buku
Tema 4: Sehat
itu Penting
(Puskurbuknas)1
BUPENA2
Tema 4: Organ
peredaran darah
hewan dan
Manusia3
Seri Tematik :
Sehat Itu Penting4
Tema 4 : Sehat
Itu Penting5
Irisan
(alveolus)
3. Peredaran
manusia
hewan
vertebrata
- Peredara
n darah
tertutup.
- Peredara
n darah
terbuka
Subtema 2:
Gangguan
kesehatan pada
organ peredaran
vena,
dan
kapiler)
- Darah
2. Peredaran
darah hewan
dan
fungsinya
(serangga,
cacing, ikan,
amfibi,
reptilian,
burung dan
mamalia)
3. Manfaat
dan terbuka)
Subtema 2:
1. Mengenal darah
(eritrosit,
leukosit,
trombosit, dan
plasma darah)
2. Penyebab
gangguan pada
peredaran
darah.
Subtema 3: Cara
memlihara
kesehatan
peredaran darah
penyumbatan
pembuluh
darah, stroke,
wasir, dan
varises)
(kekebalan)
pada
manusia.
2. Organ
peredaran
darah hewan
- Siput
- Belalang
- Udang
- Ikan
- Katak
- Burung
Subtema 2:
Gangguan
kesehatan pada
71
Buku
Tema 4: Sehat
itu Penting
(Puskurbuknas)1
BUPENA2
Tema 4: Organ
peredaran darah
hewan dan
Manusia3
Seri Tematik :
Sehat Itu Penting4
Tema 4 : Sehat
Itu Penting5
Irisan
darah
1. Faktor-
faktor yang
mempengar
uhi
kesehatan
Subtema 3: Cara
memilihara
kesehatan organ
peredaran darah
manusia
peredaran
darah lancar.
Subtema 2:
gangguan
kesehatan pada
organ peredaran
darah.
1. Faktor-
faktor yang
mempengar
uhi
kesehatan
sistem
peredaran
darah
1. Cara menjaga
kesehatan.
organ peredaran
darah
1. Gangguan
peredaran
darah
(hipertensi,
hipotensi,
leukemia,
jantung
koroner, gagal
jantung,
anemia)
2. Mengidentifika
si gangguan
organ
72
Buku
Tema 4: Sehat
itu Penting
(Puskurbuknas)1
BUPENA2
Tema 4: Organ
peredaran darah
hewan dan
Manusia3
Seri Tematik :
Sehat Itu Penting4
Tema 4 : Sehat
Itu Penting5
Irisan
Subtema 3: cara
memelihara
kesehatan organ
peredaran darah
manusia.
peredaran
darah manusia
(faktor genetis,
gaya hidup,
mengkonsumsi
makanan
berlemak,
kebiasaan
merokok,
mengonsumsi
minuman
beralkohol,
makan
makanan
sampah,
73
Buku
Tema 4: Sehat
itu Penting
(Puskurbuknas)1
BUPENA2
Tema 4: Organ
peredaran darah
hewan dan
Manusia3
Seri Tematik :
Sehat Itu Penting4
Tema 4 : Sehat
Itu Penting5
Irisan
terinfeksi zat
beracun,
kurang
olahraga).
Subtema 3: Cara
memelihara
kesehatan organ
peredaran darah
manusia
Sekolah Menengah Pertama
74
Buku IPA Terpadu6
Ilmu Peengetahuan
Alam7
Ilmu Pengetahuan
Alam8
Ilmu Pengetahuan
Alam9
Irisan
Kompetensi
Dasar (KI 3)
Menganalisis sistem peredaran darah pada manusia dan memahami gangguan pada sistem peredaran darah, serta
upaya menjaga kesehatan sistem peredaran darah.
Kompetensi
Dasar (KI 4)
Menyajikan hasil percobaan pengaruh aktivitas (jenis, intesitas, atau durasi) pada frekuensi denyut jantung.
Materi Pokok
1. Organ penyusun
sistem
peredaran darah
manusia
- Jantung
(bagian-bagian
jantung, cara
kerja jantung,
faktor-faktor
yang
1. Struktur dan
Fungsi Sistem
Peredaran Darah
- Darah (Plasma
darah, Sel darah
merah,Sel darah
putih, Keping
darah)
- Jantung (struktur
dan fungsi
1. Sistem transportasi
pada manusia
- Darah ( sel
darah merah, sel
darah putih,
keping darah)
- Pembekuaan
darah
- Plasma darah
2. Organ Peredaran
1. Alat transportasi
pada manusia
- Jantung
(struktur,
fungsi, dan
tekanan
darah)
- Pembuluh
darah (
pembuluh
1. Struktur dan
fungsi organ
peredaran
darah (jantung
dan pembuluh
darah)
*fungsi,
struktur dan
cara kerja
jantung
6 Tim Abdi Guru, IPA TERPADU Untuk SMP/MTs VIII, (Jakarta: Erlangga, 2017), h. 203-222. 7 Siti Zubaidah, dkk, Ilmu Pengetahuan Alam, (Jakarta:Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2017), h.253-277. 8 Siti Zubaidah, dkk, Ilmu Pengetahuan Alam, (Jakarta:Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2014), h. 4-17. 9 Eka Purjiyatna, dkk., Ilmu Pengetahuan Alam, (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 41-48.
75
Buku IPA Terpadu6
Ilmu Peengetahuan
Alam7
Ilmu Pengetahuan
Alam8
Ilmu Pengetahuan
Alam9
Irisan
mempengaruhi
cara kerja
jantung)
- Pembuluh
Darah
(pembuluh
nadi, pembuluh
balik, dan
pembuluh
kapiler)
- Sistem
Peredaran
Darah
(Peredaran
darah kecil,
Peredaran arah
besar,
jantung)
- Pembuluh darah
(struktur dan
fungsi pembuluh
darah arteri,
vena, dan
kapiler, dan
perbedaan
pembuluh vena
dan arteri)
- Peredaran darah
pada manusia
- Frekuensi denyut
jantung
- Golongan Darah
(dalam bentuk
info tambahan)
darah
- Jantung (fungsi,
struktur jantung,
cara kerja
jantung)
- Pembuluh darah
(pembuluh nadi,
balik, kapiler
dan perbedaan
pembuluh nadi
dan balik)
3. Sistem Peredaran
Darah Manusia
- Peredaran darah
kecil
- Peredaran darah
besar
arteri, vena,
dan kapiler)
2. Darah
- Plasma darah
- Sel darah
merah
- Sel darah
putih
- Keping darah
- Fungsi darah
- Golongan
darah
3. Peredaran darah
- Peredaran
darah besar
- Peredaran
darah kecil.
2. Sistem
peredaran
darah manusia
(peredaran
darah
kecildan
peredaran
darah besar)
3. Struktur dan
fungsi
komponen
darah
4. Proses
pembekuan
darah
5. Golongan
darah
76
Buku IPA Terpadu6
Ilmu Peengetahuan
Alam7
Ilmu Pengetahuan
Alam8
Ilmu Pengetahuan
Alam9
Irisan
Peredaran darah
jantung)
2. Struktur dan
Fungsi Darah
- Plasma darah
- Sel darah merah
- Sel darah putih
- Keping darah
3. Proses
Pembekuan
Darah
4. Golongan Darah
5. Limfa, Kura
(Limpa), dan
Tonsil.
6. Kelainan dan
penyakit pada
2. Gangguan pada
sistem peredaran
darah Manusia
dan upaya untuk
mencegah serta
menanggulangin
ya.
4. Aliran dan
Tekanan Darah
- Pengertian dan
fungsi tekanan
darah
5. Gangguan pada
sistem peredaran
darah
4. Kelainan dan
penyait pada
sistem peredaran
darah
6. Gangguan
pada sistem,
peredaran
darah.
77
Buku IPA Terpadu6
Ilmu Peengetahuan
Alam7
Ilmu Pengetahuan
Alam8
Ilmu Pengetahuan
Alam9
Irisan
sistem
transportassi
manusia.
Sekolah Menegah Atas
78
Buku Biologi10
Biologi11
Biologi12
Advance Learning
Biology 2A13
Cakrawala
Biologi14
Irisan
Kompetensi
Dasar (KI
3)
Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem sirkulasi dalam kaitannya dengan bioproses dan gangguan
fungsi yang dapat terjadi pada sistem sirkulasi manusia
Kompetensi
dasar (KI 4)
Menyajikan karya tulis tentang kelainan pada struktur dan fungsi darah, jantung, pembuluh darah yang menyebabkan gangguan sistem
sirkulasi manusia serta kaitannya dengan teknologi melalui studi literatur
Materi
1. Sistem peredaran
darah pada
manusia
- Darah
(Plasma
darah, dan
sel darah)
- Mekanisme
1. Bagian-bagian
darah
- Sel-sel
darah
(eritrosit,
leukosit,
dan
trombosit)
1. Sistem
peredaran darah
pada manusia
- Darah
(Plasma
darah, dan
sel darah)
- Mekanisme
1. Darah
- Fungsi darah
- Komponen
darah (plasma
darah, sel
darah putih, sel
darah merah,
keping darah)
1. Mengenal
bagian-bagian
darah
- Sel-sel
darah (sel
darah
merah, sel
darah putih,
1. Struktur dan fungsi
komponen darah.
2. Organ peredaran
darah (jantung dan
pembuluh darah)
*struktur, cara kerja,
fungsi, dan tekanan
darah.
10 Irnningtyas, Biologi untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan Mateematika dan Ilmu Alam, (Jakarta: Erlangga, 2014), h.178-213. 11 Slamet Prawirohartono, dkk., Biologi SMA/MA Kelompok Perminatan MIPA, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017) 12 Irnaningtyas dan Yossa Istiadi, Biologi untuk SMA/MA Kelas XI Kurikulum 2013 yang Disempurnakan, (Jakarta: Erlangga, 2017), h. 111-136. 13 Manian dan Yusa, Advance Learning Biology 2A, (Bandung: Grafindo, 2014), h. 145-172. 14
Sukarman, dkk, Cakrawala Biologi, (Jakarta: Mediantara Semesta, 2014), h. 95-113.
79
Buku Biologi10
Biologi11
Biologi12
Advance Learning
Biology 2A13
Cakrawala
Biologi14
Irisan
pembekuan
darah
(proses
pembekuan
darah, dan
fakktor-
faktor
pembekuan
darah)
- Golongan
darah
(sistem
rhesus, dan
sistem AB0)
- Tes
golongan
darah
- Plasma
Darah
2. Golongan Darah
(sistem AB0 dan
rhesus)
- Transfusi
darah
- Fungsi
darah
3. Alat-alat
peredaran darah
- Jantung
(dinding
jantung,
ruang
jantung,
klep
pembekuan
darah
(proses
pembekuan
darah, dan
fakktor-
faktor
pembekuan
darah)
- Golongan
darah
(sistem
rhesus, dan
sistem
AB0)
- Tes
golongan
- Pembekuan
darah
2. Alat – alat
peredaran darah
- Jantung
(lapisan
jantung, ruang
dan katup
jantung,
pembuluh
darah jantung,
saraf jantung,
tekanan darah)
- Pembuluh
darah (arteri,
vena dan
kapiler)
dan keping
darah)
- Plasma
darah
2. Memahami
golongan
darah dan
transfusi
(penggolonga
n darah,
sistem rhesus,
dan sisteem
MN)
3. Pembekuan
darah
4. Alat-alat
pererdaran
3. Mekanisme
pembekuan darah
beserta faktor yang
mempengaruhi.
4. Mekanisme
peredaran darah
(peredaran darah
besar dan peredaran
darah kecil)
5. Golongan darah dan
transfusi darah
6. Gangguan dan
kelainan pada sistem
peredaran darah
80
Buku Biologi10
Biologi11
Biologi12
Advance Learning
Biology 2A13
Cakrawala
Biologi14
Irisan
- Transfusi
darah
- Organ
peredaran
darah
(jantung dan
pembuluh
darah)
- Mekanisme
pembuluh
darah
(peredaran
darah kecil,
besar,
sirkulasi
portal,
sirkulasi
jantung,
saraf
jantung, dan
kerja
jantung)
- Pembuluh
darah
(pembuluh
nadi,
pembuluh
balik,
pembuluh
kapiler, dan
dinding
pembuluh)
4. Proses
peredaran darah
darah
- Transfusi
darah
- Organ
peredaran
darah
(jantung
dan
pembuluh
darah)
- Mekanisme
pembuluh
darah
(peredaran
darah kecil,
besar,
sirkulasi
3. Proses peredaran
darah (peredaran
darah tertutup
dan peredaran
darah ganda)
- Peredaran
darah kecil
- Peredaran
darah besar
4. Golongan darah
(sistem AB0 dan
Rhesus)
5. Transfusi darah
6. Kelainan dan
gangguan pada
sistem sirkulasi
(genetis dan
darah
- Jantung
(Struktur
jantung, cara
kerja
jantung,
tekanan
darah)
- Pembuluh
darah (arteri,
vena dan
kapiler)
5. Proses
peredaran
darah
- Peredaran
darah besar
81
Buku Biologi10
Biologi11
Biologi12
Advance Learning
Biology 2A13
Cakrawala
Biologi14
Irisan
koroner, dan
peredaran
darah fetus)
2. Sistem Limfa
- Organ limfa
- Cairan limfa
- Aliran limfa
(duktus
limfa
sisnistra dan
duktus limfa
dekstra)
3. Gangguan sistem
peredaran darah
4. Teknologi pada
sistem peredaran
darah.
(peredaran
darah besar dan
peredaran darah
kecil)
5. Peredaran getah
bening
- Cairan
limfa
- Pembuluh
limfa
- Kelenjar
limfa
- Limpa
- Tonsil
6. Gangguan pada
sistem
peredaran darah
portal,
sirkulasi
koroner,
dan
peredaran
darah fetus)
2. Sistem Limfa
- Organ limfa
- Cairan
limfa
- Aliran limfa
(duktus
limfa
sisnistra
dan duktus
limfa
dekstra)
nongenetis)
- Peredaran
darah kecil
6. Kelainan-
kelainan pada
sistem
peredaran
darah
82
Buku Biologi10
Biologi11
Biologi12
Advance Learning
Biology 2A13
Cakrawala
Biologi14
Irisan
3. Gangguan
sistem
peredaran darah
4. Teknologi pada
sistem
peredaran
darah.
Lampiran 3 Irisan Konsep Sistem Peredaran Darah
83
SD SMP SMA
Kompetensi dasar 3
(KD 3)
Menjelaskan organ peredaran darah
dan fungsinya pada hewan dan
manusia serta cara memelihara
kesehatan organ peredaran darah
manusia.
Menganalisis sistem peredaran
darah pada manusia dan memahami
gangguan pada sistem peredaran
darah, serta upaya menjaga
kesehatan sistem peredaran darah.
Menganalisis hubungan antara
struktur jaringan penyusun organ
pada sistem sirkulasi dalam
kaitannya dengan bioproses dan
gangguan fungsi yang dapat terjadi
pada sistem sirkulasi manusia
Kompetensi dasar 4
(KD 4)
Menyajikan karya tentang organ
peredaran darah pada manusia.
Menyajikan hasil percobaan
pengaruh aktivitas (jenis, intesitas,
atau durasi) pada frekuensi denyut
jantung.
Menyajikan karya tulis tentang
kelainan pada struktur dan fungsi
darah, jantung, pembuluh darah
yang menyebabkan gangguan
sistem sirkulasi manusia serta
kaitannya dengan teknologi melalui
studi literatur
Subkonsep *
1. Sistem peredaran darah manusia
(peredaran darah kecil dan
besar)
2. Organ peredaran darah (jantung,
dan pembuluh darah)
3. Sel-sel darah beserta
fungsinya(Plasma darah, sel
darah merah, sel darah putih dan
trombosit)
**
1. Struktur dan fungsi organ
peredaran darah (jantung dan
pembuluh darah)
*fungsi, struktur dan cara kerja
jantung
2. Sistem peredaran darah manusia
(peredaran darah kecil dan
peredaran darah besar)
3. Struktur dan fungsi komponen
***
1. Struktur dan fungsi komponen
darah.
2. Organ peredaran darah (jantung
dan pembuluh darah)
*struktur, cara kerja, fungsi, dan
tekanan darah.
3. Mekanisme pembekuan darah
beserta faktor yang
mempengaruhi.
84
4. Gangguan kesehatan pada organ
peredaran darah
5. Cara memelihara kesehatan
organ peredaran darah
darah
4. Proses pembekuan darah
5. Golongan darah
6. Gangguan pada sistem,
peredaran darah.
4. Mekanisme peredaran darah
(peredaran darah besar dan
peredaran darah kecil)
5. Golongan darah dan transfusi
darah
6. Gangguan dan kelainan pada
sistem peredaran darah
Su mber
* Ari Subekti, Sehat Itu Penting Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, (Jakarta:Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2017), h.1-93.
Irene MJA, BUPENA, (Jakarta: Erlangga, 2017), h. 3-49.
Eko Wiyanto, Tema 4: Organ Peredaran Darah,(Jakarta: Fokus, 2017), h. 4-86.
Dhiah Saptorini, dan Lili Nurlaili, Seri Tematik: Sehat Itu Penting, (Jakarta: Yudhistira, 2014), h.
Warsito Adnan, dkk., Tema 4: Sehat itu Penting,(Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2018), h.1-107.
** Tim Abdi Guru, IPA TERPADU Untuk SMP/MTs VIII, (Jakarta: Erlangga, 2017), h. 203-222.
Siti Zubaidah, dkk, Ilmu Pengetahuan Alam, (Jakarta:Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2017), h.253-277.
Siti Zubaidah, dkk, Ilmu Pengetahuan Alam, (Jakarta:Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2014), h. 4-17.
Eka Purjiyatna, dkk., Ilmu Pengetahuan Alam, (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 41-48.
*** Irnningtyas, Biologi untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan Mateematika dan Ilmu Alam, (Jakarta: Erlangga, 2014),
h.178-213.
Slamet Prawirohartono, dkk., Biologi SMA/MA Kelompok Perminatan MIPA, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017)
Irnaningtyas dan Yossa Istiadi, Biologi untuk SMA/MA Kelas XI Kurikulum 2013 yang Disempurnakan, (Jakarta: Erlangga,
2017), h. 111-136.
Manian dan Yusa, Advance Learning Biology 2A, (Bandung: Grafindo, 2014), h. 145-172.
Sukarman, dkk, Cakrawala Biologi, (Jakarta: Mediantara Semesta, 2014), h. 95-113.
Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
85
Jenjang sekolah : SD-SMP-SMA
Semester : I
Mata Pelajaran : Biologi
Kurikulum Acuan : Kurikulum 2013
Konsep : Sistem Peredaran Darah
Bentuk soal : Pilihan Ganda dan Uraian
Jumlah Soal : 16
Subkonsep Indikator Soal No
Soal
Soal Kunci Jawaban Tingkat
Kognitif
Komponen
darah beserta
fungsinya
Menyebutkan
fungsi dari darah
1 Sebutkan fungsi dari darah? Fungsi darah sebagai
berikut:
Mengangkut dan
mengedarkan oksigen,
mengangut
karbondioksida,
mengedarkan sari-sari
makanan, menjaga
suhu tubuh, menutup
luka, melawan kuman
dan bakteri
C1
Menjelaskan
fungsi komponen
darah pada
manusia
2 Komponen apa yang terkandung dalam darah
untuk menjalankan fungsi yang telah
disebutkan sebelumnya?
Eritrosit =
mengedarkan oksigen
Plasma darah =
mengedarkan sari-sari
makanan
C2
86
Trombosit = menutup
luka
Leukosit = melawan
kuman dan bakteri
Elastisitas pembuluh
darah = menjaga suhu
tubuh
Memprediksi
keadaan komponen
darah pada saat
kondisi terjadi
luka.
3 Jika terjadi terjadi luka, bagaimana kerja
komponen darah dalam proses menutup luka?
Jelaskan!
Bagian darah yang
bekerja dalam
menutup luka adalah
protein pembekuan
darah yang
terkandung dalam
plasma darah dan
keping darah. Saat
pembuluh darah
terluka atau robek
maka secara cepat
keping darah
menempel pada luka
dan pecah
mengeluarkan enzim
trombokinase.
Trombokinase
bersama-sama dengan
ion Ca dan vitamin K
akan mengubah
C3
87
protombin menjadi
trombin. Trombin
akan mengubah
protein pembekuan
darah pada plasma
yaitu fibrinogen
menjadi benang-
benang fibrin yang
akan menutup luka.
Mengkorelasikan
hubungan tempat
tinggal dengan
kondisi peredaran
darah manusia.
4 Kandungan oksigen pada dataran tinggi lebih
sedikit dibandingkan dengan dataran rendah.
Dengan kondisi tersebut apakah
mempengaruhi komponen darah pada
manusia yang tinggal di dataran tinggi?
Ya, mempengaruhi.
Kandungan oksigen
yang sedikit pada
dataran tinggi dapat
menyebabkan kadar
hemoglobin tinggi
pada sel darah merah
dan peningkatan sel
darah merah. Hal ini
bertujuan untuk
mengikat oksigen
secara maksimal agar
menghindari kondisi
hipoksia.
C4
Organ
peredaran
darah
Mengidentifikasi
organ penyusun
sistem peredaran
darah.
5 Dibawah ini yang termasuk organ peredaran
darah adalah…
A. pembuluh darah, jantung, dan paru- paru
B. pembuluh darah, jantung dan ginjal
D
Organ penyusun
peredaran darah
terdiri dari jantung
C1
88
C. pembuluh darah, jantung dan limfa
D. pembuluh darah dan jantung
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
dan pembuluh darah.
Jantung berfungsi
memompa darah dan
pembuluh darah
berfungsi untuk
mengalirkan darah.
Sistem peredaran
darah di topang oleh
beberapa organ lain
sperti paru-paru, limfa
dan ginjal.
Mengidentifikasi
organ tempat
proses detokfikasi
darah
6 Obat-obatan yang dikonsumsi dan masuk
dalam sistem peredaran darah akan
diuraikan/didetoksifikasikan di dalam
organ…
A. Hati
B. Ginjal
C. Kulit
D. Paru-paru
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
A
Hati berfungsi untuk
menetralkan sisa
metabolisme obat-
obat yang masuk ke
dalam tubuh agar
tidak berbahaya saat
di teruskan ke gi8injal
untuk dikeluarkan
melalui urine.
C1
Mengorganisasikan
ciri-ciri pembuluh
darah
7 Hasil identifikasi struktur pembuluh darah
sebagai berikut:
1. Letaknya tidak di dekat permukaan tubuh
2. Diameter kecil
3. Memiliki percabangan yang membentuk
saluran halus
4. Berhubungan langsung dengan jaringan.
D
Pembuluh yang
memiliki karakteristik
tersebut adalah
pembuluh kapiler.
Fungsi pembuluh
kapiler adalah sebagai
C4
89
Berdasarkan ciri-cirinya, fungsi dari
pembuluh darah tersebut adalah…
A. Mengangkut darah yang banyak
mengandung CO2 menuju atrium kanan
B. Mengangkut hasil metabolisme tubuh dari
aorta menuju atrium kiri jantung
C. Tempat terjadinya pertukaran darah yang
banyak mengandung O2, CO2, dan zat
makanan dari paru-paru ke dalam jaringan
D. Tempat terjadinya pertukaran gas O2,
CO2, dan zat makanan dari darah ke
dalam jaringan
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
tempat pertukaran
antara gas CO2 dan
O2, serta sari-sari
makanan antara darah
dan jaringan.
Mengkorelasikan
pengaruh
gangguan
peredaran darah
terhadap struktur
organ peredaran
darah
8 Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi
jika tekanan darah sistole dan diastole di atas
normal. Hipertensi menyebabkan jantung
harus bekerja keras sehingga otot-ototnya
menebal, hal ini dapat menyebabkan beban
terhadap pembuluh… sehingga mudah pecah
A. Arteri semakin membesar
B. Vena semakin membesar
C. Arteri semakin kecil
D. Vena semakin kecil
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
A
Hipertensi
menyebabkan tekanan
dan kecepatan aliran
darah meningkat pada
pembuluh arteri, hal
ini menyebabakan
otot pembuluh darah
arteri sedikit demi
sedikit akan menebal.
Akibat penebalan ini,
lumen pembuluh
darah akan
menyempit, yang
C4
90
dapat menyebabkan
gangguan aliran
darah. Penyempitan
ini mengakibatkan
jantung bekerja lebih
keras dan beban arteri
semakin besar
sehingga mudah
mengalami pecah
pembuluh darah
Sistem
peredaran
darah manusia
Menjelaskan
macam-macam
peredaran darah
pada manusia
berdasarkan area
persebarannya.
9 Terbagi menjadi berapa sistem peredaran
darah pada manusia berdasarkan area
persebarannya? Jelaskan!
2 yaitu, peredaran
darah besar dan
peredaran darah kecil.
Peredaran darah besar
= bilik kiri – aorta –
seluruh tubuh – vena
cava – atrium kanan
Peredaran darah kecil
= bilik kanan – arteri
pulmonalis – paru-
paru – vena
pulmonalis – atrium
kiri.
C2
91
Mengurutkan
aliran peredaran
darah pada
manusia
10
Urutan peredaran darah besar yang benar
adalah…
A. 5 – 6 – 7 – 9 – 11
B. 1 – 2 – 3 – 4 – 5
C. 10 – 11 – 1 – 2 – 3
D. 5 – 3 – 2 – 1 – 11
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
A
Karena peredaran
darah besar dimulai
dari bilik kiri mengalir
ke aorta lalu di
sebarkan ke seluruh
tubuh dan masuk ke
serambi kanan
C3
Menghubungkan
peranan antara
paru-paru dan
jantung
11 Hubungan antara paru-paru dan jantung
adalah…
A. Paru-paru memisahkan karbodioksida dari
udara untuk dioksidasi dengan darah yang
akan ke jantung
B. Jantung memisahkan karbondioksida dari
D
Karena paru-paru
memiliki fungsi untuk
menukar oksigen
melalui alveolus
dengan
C4
92
udara untuk di oksidasi dengan darah yang
akan ke jantung
C. Jantung memisahkan oksigen dari udara
untuk dioksidasi dengan darah yang akan
ke paru-paru
D. Paru-paru memisahkan oksigen dari udara
untuk dioksidasi dengan darah yang akan
ke jantung
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
karbondioksida yang
terdapat pada
pembuluh kapiler
melalui proses difusi
Menganalisis
hubungan sistem
eksresi dan sisteem
pernapasan
12 Ketika Anda menahan napas, yang mana di
antara gas darah ini yang akan berubah
konsentrasinya terlebih dulu sehingga
menimbulkan dorongan yang kuat untuk
bernapas ...
A. Peningkatan O2
B. Penurunan O2
C. Peningkatan CO2
D. Penurunan CO2
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
C
Karena saat menahan
napas pembuluh darah
tetap membawa CO2
kedalam paru-paru
yang menyebabkan
peningkatan CO2.
Peningkatan CO2
menyebabkan kadar
pH dalam darah
menurun sehingga
otak merespon dengan
menghidupkan
kembali proses
bernapas.
C4
Gangguan
peredaran
darah manusia
Mengidentifikasi
penyakit pada
peredaran darah
manusia
13 Penyakit dibawah ini yang menyerang
pembuluh darah adalah…
A. Anemia
B. Talasemia
D
Varises adalah
pembengkakan atau
pelebaran pembuluh
C1
93
C. Hemofilia
D. Varises
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
darah vena yang
disebabkan adanya
penumpukan darah di
dalam pembuluh
tersebut.
Menganalisis
hubungan gaya
hiup dengan
gangguan pada
peredaran darah
14 Alya tertidur dengan posisi tangan menekuk
di belakang kepala dalam waktu lama
menyebabkan peredaran darah tidak lancar.
Keadaan yang dialami Alya dapat
berakibat…
A. Nyeri pada pergelangan tangan
B. Sakit pada siku
C. Telapak tangan pegal-pegal
D. Tangan kesemutan
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
D
Akibat posisi tidur
yang menindih tangan
dalam waktu lama
menyebabkan
peredaran darah
menuju serabut saraf
pada pergelangan
tangan terhambat
yang mengakibatkan
kesemutan sementara.
C4
Menganalisis
dampak penyakit
pada sistem
peredaran darah
15 Akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti
seorang anak terinfeksi virus Dengue,
sehingga menderita penyakit demam
berdarah. Virus dengue menyerang sistem
peredaran darah dan akan mengakibatkan…
A. Kadar zat besi pada hemoglobin
berkurang
B. Produksi eritrosit meningkat
C. Elastisitas arteri meningkat
D. Jumlah trombosit berkurang
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
D
Virus Dengue yng
dibawa oleh nyamuk
Aedes Aegypti akan
merusak pembuluh
darah, maka secara
bersamaan trombosit
yang memiliki peran
terhadap
penyembuhan luka
akan berusaha
menutup luka.
C4
94
Penggunaan trombosit
yang banyak secara
bersamaan
menyebabkan jumlah
trombosit pada darah
berkurang.
Mendiagnosis
penyakit pada
sistem peredaran
darah berdasarkan
gejala.
16
Jantung sebagai pemompa akan mengedarkan
darah ke seluruh tubuh. Perjalanan darah
yang dipengaruhi antara lain kondisi
pembuluh darah. Ibarat kita berkendara di
jalan raya kecepatan kita tergantung keadaan
jalan rayanya. Semakin sedikit hambatan,
perjalanan akan semakin cepat, demikian
sebaliknya.
Apa yang terjadi pada tubuh seseorang jika
mengalami kondisi pembuluh darah seperti
pada gambar di atas?
A. Sirkulasi darah tidak lancar karena adanya
C
Penyempitan
pembuluh darah
terjadi pada arteri
koronaria.
Penyempitan atau
penyumbatan pada
arteri jantung (arteri
koronaria)yang
disebabkan
penumpukan plak,
dapat menyebabkan
aliran darah tersumbat
dan mengakibatkan
jantung bekerja lebih
berat dan
menyebabkan jantung
koroner.
C4
95
bekuan darah yang disebut embolus
B. Sirkulasi darah tidak lancar sehingga
tekanan darah naik, orang akan
mengalami hipertensi
C. Sirkulasi darah pada arteri koronaria
lambat yang akan menyebabkan penyakit
jantung koroner
D. Elastisitas otot pembuluh darah kurang,
orang akan menderita arteriosklerosis
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
96
Lampiran 5 Hasil Validasi Ahli Instrumen Penelitian
Butir
Soal
Ahli
1
Ahli
2
Ahli
3
Ahli
4
Ahli
5
Ahli
6
Ahli
7 Hasil Keterangan
1 58 47 42 47 48 47 60 83,1% Cukup Valid
2 53 45 44 37 36 47 60 76,7% Cukup Valid
3 80 59 57 70 65 73 78 86% Sangat Valid
4 56 46 45 40 44 47 53 78,8% Cukup Valid
5 60 47 44 46 65 47 60 87,8% Sangat Valid
6 60 45 46 37 65 47 60 85,7% Sangat Valid
7 75 67 59 65 53 66 75 87,6% Sangat Valid
8 73 74 57 62 71 66 75 91% Sangat Valid
9 72 65 53 73 75 70 75 92% Sangat Valid
10 66 69 59 63 75 70 75 90,8% Sangat Valid
11 71 73 58 75 64 70 75 92,5% Sangat Valid
12 73 69 56 50 64 74 75 87,8% Sangat Valid
13 79 76 59 55 68 70 80 86,9% Sangat Valid
14 70 65 55 57 63 70 75 86,6% Sangat Valid
15 53 64 44 43 55 47 57 86,4% Sangat Valid
16 80 69 58 57 80 70 80 88,2% Sangat Valid
17 67 69 57 75 75 70 75 92,9% Sangat Valid
18 74 67 60 67 70 70 75 92% Sangat Valid
19 75 66 61 74 65 70 75 92,5% Sangat Valid
20 75 65 57 60 65 70 73 88,5% Sangat Valid
21 74 68 59 59 75 70 73 91% Sangat Valid
22 71 66 58 69 66 70 75 90,4% Sangat Valid
23 74 71 62 52 70 69 75 84,4% Cukup Valid
24 71 66 58 59 58 60 71 84,3% Cukup Valid
25 72 68 61 60 59 70 70 87,6% Sangat Valid
26 72 69 59 62 75 70 70 90,8% Sangat Valid
Rumus :
Validitas (V) =
Kategori
Skor Kriteria Validitas
85,01 – 100,00% Sangat Valid
70,01 – 85,00 % Cukup Valid
50,01 – 70,00% Kurang Valid
01,00 – 50,00% Tidak Valid
97
Ahli 1 : Muh. Dahlan, S.Pd
98
99
Ahli 2 : Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd
100
101
Ahli 3 : Elfa Sofiah, S.Pd
102
103
Ahli 4 : Dr. Fahma Wijaanti, M.Si
104
105
Ahli 5 : Yayah Zakiyah, M.Pd
106
107
Ahli 6: Devi Sholehat, M.Pd
108
109
Ahli 7: Dr. Sugiarti, M.Pd
110
111
Lampiran 6 Instrumen Penelitian
SOAL TES DIAGNOSTIK
Nama :…………………………….
Kelas : …………………………….
Hari/Tanggal : …………………………….
Petunjuk Umum
1. Tuliskan nama, kelas, dan tanggal pada kolom yang sudah tersedia.
2. Soal terdiri dari 2 tipe, yaitu : Pilihan ganda disertai alasan dan uraian.
3. Untuk soal pilihan ganda, pilih dan silanglah jawaban yang paling tepat
pada tahap pertama.
4. Tuliskan alasan atas jawaban tahap pertama di kolom yang tersedia.
5. Untuk soal uraian, tuliskan jawaban pada kolom yang tersedia.
6. Kerjakan soal dengan serius, jujur dan teliti.
7. Periksalah kembali jawaban anda sebelum diserahkan.
Tingkat Sekolah Dasar (SD)
1. Sebutkan minimal 5 fungsi dari darah!
2. Komponen apa yang terkandung dalam darah untuk menjalankan fungsi
yang telah disebutkan pada soal nomor 1?
3. Di bawah ini yang termasuk organ peredaran darah adalah…
A. pembuluh darah, jantung, dan paru- paru
B. pembuluh darah, jantung dan ginjal
C. pembuluh darah, jantung dan limfa
D. pembuluh darah dan jantung
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
112
4. Obat-obatan yang dikonsumsi dan masuk dalam sistem peredaran darah
akan diuraikan/didetoksifikasikan di dalam organ…
A. Hati
B. Ginjal
C. Kulit
D. Paru-paru
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
5. Terbagi menjadi berapa sistem peredaran darah pada manusia berdasarkan
area persebarannya? Jelaskan!
6. Penyakit di bawah ini yang menyerang pembuluh darah adalah…
A. Anemia
B. Talasemia
C. Hemofilia
D. Varises
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
113
SOAL TAMBAHAN
Petunjuk Umum
1. Tuliskan nama, kelas, dan tanggal pada kolom yang sudah tersedia.
2. Soal terdiri dari 2 tipe, yaitu : Pilihan ganda disertai alasan dan uraian.
3. Untuk soal pilihan ganda, pilih dan silanglah jawaban yang paling tepat
pada tahap pertama.
4. Tuliskan alasan atas jawaban tahap pertama di kolom yang tersedia.
5. Untuk soal uraian, tuliskan jawaban pada kolom yang tersedia.
6. Kerjakan soal dengan serius, jujur dan teliti.
7. Periksalah kembali jawaban anda sebelum diserahkan.
7. Jika terjadi luka, bagaimana kerja komponen darah dalam proses menutup
luka? Jelaskan!
8. Hasil identifikasi struktur pembuluh darah sebagai berikut:
1. Letaknya tidak di dekat permukaan tubuh
2. Diameter kecil
3. Memiliki percabangan yang membentuk saluran halus
4. Berhubungan langsung dengan jaringan.
Berdasarkan ciri-cirinya, fungsi dari pembuluh darah tersebut adalah…
A. Mengangkut darah yang banyak mengandung CO2 menuju atrium
kanan
B. Mengangkut hasil metabolisme tubuh dari aorta menuju atrium kiri
jantung
C. Tempat terjadinya pertukaran darah yang banyak mengandung O2, CO2,
dan zat makanan dari paru-paru ke dalam jaringan
D. Tempat terjadinya pertukaran gas O2, CO2, dan zat makanan dari darah
ke dalam jaringan
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
114
9. Perhatikan gambar berikut!
Urutan peredaran darah besar yang benar adalah…
A. 5 – 6 – 7 – 9 – 11
B. 1 – 2 – 3 – 4 – 5
C. 10 – 11 – 1 – 2 – 3
D. 5 – 3 – 2 – 1 – 11
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
10. Hubungan antara paru-paru dan jantung adalah…
A. Paru-paru mengambil karbodioksida dari udara untuk dioksidasi
dengan darah yang akan ke jantung
B. Jantung mengambil karbondioksida dari udara untuk dioksidasi
dengan darah yang akan ke jantung
C. Jantung mengambil oksigen dari udara untuk dioksidasi dengan darah
yang akan ke paru-paru
D. Paru-paru mengambil oksigen dari udara untuk dioksidasi dengan
darah yang akan ke jantung
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
115
11. Alya tertidur dengan posisi tangan menekuk di belakang kepala dalam
waktu lama menyebabkan peredaran darah tidak lancar. Keadaan yang
dialami Alya dapat berakibat…
A. Nyeri pada pergelangan tangan
B. Sakit pada siku
C. Telapak tangan pegal-pegal
D. Tangan kesemutan
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
12. Kandungan oksigen pada dataran tinggi lebih sedikit dibandingkan
dengan dataran rendah. Dengan kondisi tersebut apakah mempengaruhi
komponen darah pada manusia yang tinggal di dataran tinggi? Mengapa?
13. Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi jika tekanan darah sistole dan
diastole di atas normal. Hipertensi menyebabkan jantung harus bekerja
keras sehingga otot-ototnya menebal, hal ini dapat menyebabkan beban
terhadap pembuluh ….. sehingga mudah pecah
A. Arteri semakin membesar
B. Vena semakin membesar
C. Arteri semakin kecil
D. Vena semakin kecil
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
116
14. Ketika Anda menahan napas, yang mana di antara gas darah ini yang akan
berubah konsentrasinya terlebih dulu sehingga menimbulkan dorongan
yang kuat untuk bernapas ?
A. Peningkatan O2
B. Penurunan O2
C. Peningkatan CO2
D. Penurunan CO2
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
15. Akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti seorang anak terinfeksi virus
dengue, sehinngga menderita penyakit demam berdarah. Virus dengue
menyerang sistem peredaran darah dan akan mengakibatkan…
A. Kadar zat besi pada hemoglobin berkurang
B. Produksi eritrosit meningkat
C. Elastisitas arteri meningkat
D. Jumlah trombosit berkurang
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
16. Perhatikan gambar berikut!
Jantung sebagai pemompa akan mengedarkan darah ke seluruh tubuh.
Perjalanan darah yang dipengaruhi antara lain kondisi pembuluh darah.
117
Ibarat kita berkendara di jalan raya kecepatan kita tergantung keadaan
jalan rayanya. Semakin sedikit hambatan,, perjalanan akan semakin cepat,
demikian sebaliknya.
Apa yang terjadi pada tubuh seseorang jika mengalami kondisi pembuluh
darah seperti pada gambar di atas?
A. Sirkulasi darah tidak lancar karena adanya bekuan darah yang disebut
embolus.
B. Sirkulasi darah tidak lancar sehingga tekanan darah naik, orang akan
mengalami hipertensi.
C. Sirkulasi darah pada arteri koronaria lambat yang akan menyebabkan
penyakit jantung koroner.
D. Elastisitas otot pembuluh darah kurang, orang akan menderita
arteriosklerosis.
Alasan saya untuk jawaban di atas…
118
SOAL TES DIAGNOSTIK
Nama :…………………………….
Kelas : …………………………….
Hari/Tanggal : …………………………….
Petunjuk Umum
1. Tuliskan nama, kelas, dan tanggal pada kolom yang sudah tersedia.
2. Soal terdiri dari 2 tipe, yaitu : Pilihan ganda disertai alasan dan uraian.
3. Untuk soal pilihan ganda, pilih dan silanglah jawaban yang paling tepat
pada tahap pertama.
4. Tuliskan alasan atas jawaban tahap pertama di kolom yang tersedia.
5. Untuk soal uraian, tuliskan jawaban pada kolom yang tersedia.
6. Kerjakan soal dengan serius, jujur dan teliti.
7. Periksalah kembali jawaban anda sebelum diserahkan.
Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
1. Sebutkan minimal 5 fungsi dari darah!
2. Komponen apa yang terkandung dalam darah untuk menjalankan fungsi
yang telah disebutkan pada soal nomor 1?
3. Di bawah ini yang termasuk organ peredaran darah adalah…
A. Pembuluh darah, jantung, dan paru- paru
B. Pembuluh darah, jantung dan ginjal
C. Pembuluh darah, jantung dan limfa
D. Pembuluh darah dan jantung
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
119
4. Obat-obatan yang dikonsumsi dan masuk dalam sistem peredaran darah
akan diuraikan/didetoksifikasikan di dalam organ…
A. Hati
B. Ginjal
C. Kulit
D. Paru-paru
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
5. Terbagi menjadi berapa sistem peredaran darah pada manusia berdasarkan
area persebarannya? Jelaskan!
6. Penyakit di bawah ini yang menyerang pembuluh darah adalah…
A. Anemia
B. Talasemia
C. Hemofilia
D. Varises
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
7. Jika terjadi luka, bagaimana kerja komponen darah dalam proses menutup
luka? Jelaskan!
120
8. Hasil identifikasi struktur pembuluh darah sebagai berikut:
1. Letaknya tidak di dekat permukaan tubuh
2. Diameter kecil
3. Memiliki percabangan yang membentuk saluran halus
4. Berhubungan langsung dengan jaringan.
Berdasarkan ciri-cirinya, fungsi dari pembuluh darah tersebut adalah…
A. Mengangkut darah yang banyak mengandung CO2 menuju atrium
kanan
B. Mengangkut hasil metabolisme tubuh dari aorta menuju atrium kiri
jantung
C. Tempat terjadinya pertukaran darah yang banyak mengandung O2, CO2,
dan zat makanan dari paru-paru ke dalam jaringan
D. Tempat terjadinya pertukaran gas O2, CO2, dan zat makanan dari darah
ke dalam jaringan
Alasan saya untuk jawaban diatas adalah…
9. Perhatikan gambar berikut!
Urutan peredaran darah besar yang benar adalah…
A. 5 – 6 – 7 – 9 – 11
B. 1 – 2 – 3 – 4 – 5
121
C. 10 – 11 – 1 – 2 – 3
D. 5 – 3 – 2 – 1 – 11
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
10. Hubungan antara paru-paru dan jantung adalah…
A. Paru-paru mengambil karbodioksida dari udara untuk dioksidasi
dengan darah yang akan ke jantung
B. Jantung mengambil karbondioksida dari udara untuk dioksidasi
dengan darah yang akan ke jantung
C. Jantung mengambil oksigen dari udara untuk dioksidasi dengan darah
yang akan ke paru-paru
D. Paru-paru mengambil oksigen dari udara untuk dioksidasi dengan
darah yang akan ke jantung
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
11. Alya tertidur dengan posisi tangan menekuk di belakang kepala dalam
waktu lama menyebabkan peredaran darah tidak lancar. Keadaan yang
dialami Alya dapat berakibat…
A. Nyeri pada pergelangan tangan
B. Sakit pada siku
C. Telapak tangan pegal-pegal
D. Tangan kesemutan
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
122
SOAL TAMBAHAN
Petunjuk Umum
1. Tuliskan nama, kelas, dan tanggal pada kolom yang sudah tersedia.
2. Soal terdiri dari 2 tipe, yaitu : Pilihan ganda disertai alasan dan uraian.
3. Untuk soal pilihan ganda, pilih dan silanglah jawaban yang paling tepat
pada tahap pertama.
4. Tuliskan alasan atas jawaban tahap pertama di kolom yang tersedia.
5. Untuk soal uraian, tuliskan jawaban pada kolom yang tersedia.
6. Kerjakan soal dengan serius, jujur dan teliti.
7. Periksalah kembali jawaban anda sebelum diserahkan.
12. Kandungan oksigen pada dataran tinggi lebih sedikit dibandingkan
dengan dataran rendah. Dengan kondisi tersebut apakah mempengaruhi
komponen darah pada manusia yang tinggal di dataran tinggi? Mengapa?
13. Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi jika tekanan darah sistole dan
diastole di atas normal. Hipertensi menyebabkan jantung harus bekerja
keras sehingga otot-ototnya menebal, hal ini dapat menyebabkan beban
terhadap pembuluh ….. sehingga mudah pecah
A. Arteri semakin membesar
B. Vena semakin membesar
C. Arteri semakin kecil
D. Vena semakin kecil
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
14. Ketika Anda menahan napas, yang mana di antara gas darah ini yang akan
berubah konsentrasinya terlebih dulu sehingga menimbulkan dorongan
yang kuat untuk bernapas ?
A. Peningkatan O2
B. Penurunan O2
C. Peningkatan CO2
D. Penurunan CO2
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
123
15. Akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti seorang anak terinfeksi virus
dengue, sehinngga menderita penyakit demam berdarah. Virus dengue
menyerang sistem peredaran darah dan akan mengakibatkan…
A. Kadar zat besi pada hemoglobin berkurang
B. Produksi eritrosit meningkat
C. Elastisitas arteri meningkat
D. Jumlah trombosit berkurang
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
16. Perhatikan gambar berikut!
Jantung sebagai pemompa akan mengedarkan darah ke seluruh tubuh.
Perjalanan darah yang dipengaruhi antara lain kondisi pembuluh darah.
Ibarat kita berkendara di jalan raya kecepatan kita tergantung keadaan
jalan rayanya. Semakin sedikit hambatan,, perjalanan akan semakin cepat,
demikian sebaliknya.
Apa yang terjadi pada tubuh seseorang jika mengalami kondisi pembuluh
darah seperti pada gambar di atas?
A. Sirkulasi darah tidak lancar karena adanya bekuan darah yang disebut
embolus.
B. Sirkulasi darah tidak lancar sehingga tekanan darah naik, orang akan
mengalami hipertensi.
124
C. Sirkulasi darah pada arteri koronaria lambat yang akan menyebabkan
penyakit jantung koroner.
D. Elastisitas otot pembuluh darah kurang, orang akan menderita
arteriosklerosis.
Alasan saya untuk jawaban di atas…
125
SOAL TES DIAGNOSTIK
Nama :…………………………….
Kelas : …………………………….
Hari/Tanggal : …………………………….
Petunjuk Umum
1. Tuliskan nama, kelas, dan tanggal pada kolom yang sudah tersedia.
2. Soal terdiri dari 2 tipe, yaitu : Pilihan ganda disertai alasan dan uraian.
3. Untuk soal pilihan ganda, pilih dan silanglah jawaban yang paling tepat
pada tahap pertama.
4. Tuliskan alasan atas jawaban tahap pertama di kolom yang tersedia.
5. Untuk soal uraian, tuliskan jawaban pada kolom yang tersedia.
6. Kerjakan soal dengan serius, jujur dan teliti.
7. Periksalah kembali jawaban anda sebelum diserahkan.
Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)
1. Sebutkan minimal 5 fungsi dari darah!
2. Komponen apa yang terkandung dalam darah untuk menjalankan fungsi
yang telah disebutkan pada soal nomor 1?
3. Di bawah ini yang termasuk organ peredaran darah adalah…
A. Pembuluh darah, jantung, dan paru- paru
B. Pembuluh darah, jantung dan ginjal
C. Pembuluh darah, jantung dan limfa
D. Pembuluh darah dan jantung
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
126
4. Obat-obatan yang dikonsumsi dan masuk dalam sistem peredaran darah
akan diuraikan/didetoksifikasikan di dalam organ…
A. Hati
B. Ginjal
C. Kulit
D. Paru-paru
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
5. Terbagi menjadi berapa sistem peredaran darah pada manusia berdasarkan
area persebarannya? Jelaskan!
6. Penyakit di bawah ini yang menyerang pembuluh darah adalah…
A. Anemia
B. Talasemia
C. Hemofilia
D. Varises
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
7. Jika terjadi luka, bagaimana kerja komponen darah dalam proses menutup
luka? Jelaskan!
127
8. Hasil identifikasi struktur pembuluh darah sebagai berikut:
1. Letaknya tidak di dekat permukaan tubuh
2. Diameter kecil
3. Memiliki percabangan yang membentuk saluran halus
4. Berhubungan langsung dengan jaringan.
Berdasarkan ciri-cirinya, fungsi dari pembuluh darah tersebut adalah…
A. Mengangkut darah yang banyak mengandung CO2 menuju atrium
kanan
B. Mengangkut hasil metabolisme tubuh dari aorta menuju atrium kiri
jantung
C. Tempat terjadinya pertukaran darah yang banyak mengandung O2, CO2,
dan zat makanan dari paru-paru ke dalam jaringan
D. Tempat terjadinya pertukaran gas O2, CO2, dan zat makanan dari darah
ke dalam jaringan
Alasan saya untuk jawaban diatas adalah…
9. Perhatikan gambar berikut!
128
Urutan peredaran darah besar yang benar adalah…
A. 5 – 6 – 7 – 9 – 11
B. 1 – 2 – 3 – 4 – 5
C. 10 – 11 – 1 – 2 – 3
D. 5 – 3 – 2 – 1 – 11
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
10. Hubungan antara paru-paru dan jantung adalah…
A. Paru-paru mengambil karbodioksida dari udara untuk dioksidasi
dengan darah yang akan ke jantung
B. Jantung mengambil karbondioksida dari udara untuk dioksidasi
dengan darah yang akan ke jantung
C. Jantung mengambil oksigen dari udara untuk dioksidasi dengan darah
yang akan ke paru-paru
D. Paru-paru mengambil oksigen dari udara untuk dioksidasi dengan
darah yang akan ke jantung
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
11. Alya tertidur dengan posisi tangan menekuk di belakang kepala dalam
waktu lama menyebabkan peredaran darah tidak lancar. Keadaan yang
dialami Alya dapat berakibat…
A. Nyeri pada pergelangan tangan
B. Sakit pada siku
C. Telapak tangan pegal-pegal
D. Tangan kesemutan
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
129
12. Kandungan oksigen pada dataran tinggi lebih sedikit dibandingkan
dengan dataran rendah. Dengan kondisi tersebut apakah mempengaruhi
komponen darah pada manusia yang tinggal di dataran tinggi? Mengapa?
13. Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi jika tekanan darah sistole dan
diastole di atas normal. Hipertensi menyebabkan jantung harus bekerja
keras sehingga otot-ototnya menebal, hal ini dapat menyebabkan beban
terhadap pembuluh ….. sehingga mudah pecah
A. Arteri semakin membesar
B. Vena semakin membesar
C. Arteri semakin kecil
D. Vena semakin kecil
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
14. Ketika Anda menahan napas, yang mana di antara gas darah ini yang akan
berubah konsentrasinya terlebih dulu sehingga menimbulkan dorongan
yang kuat untuk bernapas ?
A. Peningkatan O2
B. Penurunan O2
C. Peningkatan CO2
D. Penurunan CO2
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
130
15. Akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti seorang anak terinfeksi virus
dengue, sehinngga menderita penyakit demam berdarah. Virus dengue
menyerang sistem peredaran darah dan akan mengakibatkan…
A. Kadar zat besi pada hemoglobin berkurang
B. Produksi eritrosit meningkat
C. Elastisitas arteri meningkat
D. Jumlah trombosit berkurang
Alasan saya untuk jawaban di atas adalah…
16. Perhatikan gambar berikut!
Jantung sebagai pemompa akan mengedarkan darah ke seluruh tubuh.
Perjalanan darah yang dipengaruhi antara lain kondisi pembuluh darah.
Ibarat kita berkendara di jalan raya kecepatan kita tergantung keadaan
jalan rayanya. Semakin sedikit hambatan,, perjalanan akan semakin cepat,
demikian sebaliknya.
Apa yang terjadi pada tubuh seseorang jika mengalami kondisi pembuluh
darah seperti pada gambar di atas?
A. Sirkulasi darah tidak lancar karena adanya bekuan darah yang disebut
embolus.
B. Sirkulasi darah tidak lancar sehingga tekanan darah naik, orang akan
mengalami hipertensi.
C. Sirkulasi darah pada arteri koronaria lambat yang akan menyebabkan
penyakit jantung koroner.
D. Elastisitas otot pembuluh darah kurang, orang akan menderita
arteriosklerosis.
131
Alasan saya untuk jawaban di atas…
132
Lampiran 7 Rekapitulasi Jawaban Siswa Pada Soal Tes Diagnostik
1. Butir Soal 1
Kategori Jawaban Siswa Kelas
5 8 11
PK Membunuh kuman yang masuk ke tubuh
X X X
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
Mengeringkan luka
Mengedarkan sari makanan ke seluruh
tubuh
Mengangkut gas O2 dan CO2
Pembekuan darah
Menjaga suhu tubuh
Mengangkut air
Mengangkut sisa-sisa pembakaran
X X X
Membawa CO2
Mengangkut sisa metabolisme tubuh
Mengantar O2 dari paru-paru ke seluruh
tubuh
Mengangkut CO2 dari seluruh tubuh ke
paru-paru
Mengangkut zat sisa pembakaran
Membawa zat sisa ke hati
Mengangkut protein
Membawa mineral X
PS Membawa oksigen ke seluruh tubuh X
Membantu sistem kesehatan manusia
PSM Mengedarkan sari makanan ke seluruh
tubuh
X Mengeringkan luka
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
Supaya tidak kekurangan darah
Mengangkut makanan ke paru-paru
X Mengeringkan luka
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
Membunuh kuman yang masuk ke tubuh
X Mendapat tenaga
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
Supaya tidak kekurangan darah
Mengedarkan sari makanan ke seluruh
tubuh
X Membawa sel darah merah
Membawa zat besi
Membawa sel darah putih
Memompa jantung X X
133
Mengalirkan zat-zat tubuh
Membunuh kuman yang masuk ke tubuh
X Agar darah mengalir ke jantung
Agar ada cairan dalam tubuh
Mengatur oksigen
X
Pembekuan darah
Membunuh kuman yang masuk ke tubuh
Mengedarkan sari makanan ke seluruh
tubuh
Menyaring makanan
X X X Mengalir untuk hidup
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
Membunuh kuman yang masuk ke tubuh
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
X Mengedarkan CO2
Membunuh kuman yang masuk ke tubuh
Pembekuan darah
Mengedarkan darah
X X
Mengangkut air
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
Mengedarkan sari makanan ke seluruh
tubuh
Mengalir ke jantung
X Membawa CO2
Mengedarkan sari makanan ke seluruh
tubuh
Mengalirkan oksigen ke paru-paru X
Mengeluarkan CO2 dari seluruh tubuh
Mengangkut oksigen dari paru-paru ke
jantung dan ke seluruh tubuh
X
Pembekuan darah
Mengedarkan sari makanan ke seluruh
tubuh
Membunuh kuman yang masuk ke tubuh
Mengangkut CO2 dari seluruh tubuh ke
jantung
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
X
Membawa CO2 ke paru-paru
Pembekuan darah
Membunuh kuman yang masuk ke tubuh
Membawa rangsangan ke otak
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
X Membunuh kuman yang masuk ke tubuh
Pembekuan darah
Menukar CO2 menjadi O2
134
Mengedarkan sari makanan ke seluruh
tubuh
Pembekuan darah
X Membunuh kuman yang masuk ke tubuh
Membantu pertukaran gas di alveolus
Membawa oksigen ke seluruh tubuh X
Membunuh kuman yang masuk ke tubuh
Mengeluarkan CO2 dari seluruh tubuh
Menutup trombosit yang pecah
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
X Membawa CO2
Membunuh kuman yang masuk ke tubuh
Mencerna oksigen
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
X
Melancarkan aktifitas tubuh
Membuat imun tubuh
Membuat sel darah putih
Mengurangi penyakit
Mengedarkan sari makanan ke seluruh
tubuh
X X Mengangkut zat sisa pembakaran
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
Memperbanyak nutrisi tulang
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
X
Mengangkut CO2 dari seluruh tubuh ke
paru-paru
Membunuh kuman yang masuk ke tubuh
Pembekuan darah
Indikasi adanya luka parah
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
X Membantu sistem peredaran darah
Membunuh kuman yang masuk ke tubuh
Pembekuan darah
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
X
Meningkatkan kekebalan tubuh
Mengedarkan sari makanan ke seluruh
tubuh
Pembekuan darah
Membantu pertumbuhan
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
X
Meningkatkan kekebalan tubuh
Mengedarkan sari makanan ke seluruh
tubuh
Pembekuan darah
Membantu pertumbuhan
135
Melancarkan sirkulasi udara
X X Membawa oksigen ke seluruh tubuh
Membunuh kuman yang masuk ke tubuh
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
X Membunuh kuman yang masuk ke tubuh
Menjalankan fungsi organ
Menjaga metabolisme tubuh
X Membunuh kuman yang masuk ke tubuh
Mengedarkan oksigen ke paru-paru dan
jantung
Menjalankan fungsi tubuh
X Membawa oksigen ke seluruh tubuh
Menjalankan jantung
Agar tidak pusing
Menghantar dan menghasilkan oksigen ke
seluruh tubuh X
Sebagai pelindung organ tubuh yang
membutuhkan darah
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
X Untuk oksidasi
Kelangsungan hidup
Membawa CO2
Mengangkut gas O2 dan CO2
X
Pembekuan darah
Menyimpan cadangan makanan
Mengedarkan sari makanan ke seluruh
tubuh
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
Penghantar kalor atau panas
Tempat pergantian CO2 dan O2
Sebagai antibodi
Pembekuan darah
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
X Memberi energi
Membuat tubuh menjadi sehat
Pembekuan darah
Mengalirkan oksigen ke paru-paru
X Membawa CO2
Mengedarkan sari makanan ke seluruh
tubuh
Menjaga metabolisme tubuh
X
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
Meningkatkan fungsi otak
Mengedarkan sari makanan ke seluruh
tubuh
136
Mengedarkan energi ke seluruh tubuh
Mengalirkan Oksigen ke paru-paru
X
Mengedarkan CO2 dari paru-paru
Mengedarkan O2 dari paru-paru ke
jantung
Menggerakan tubuh
Pembekuan darah
Membawa oksigen ke seluruh tubuh
X
Menghangatkan tubuh
Membawa CO2 ke jantung
Pembekuan darah
Sebagai kekebalan tubuh
M Memompa darah X
Darah lebih cepat mengalir
Mengangkut CO2 ke seluruh tubuh
Mengangkut makanan ke paru-paru X
Tempat pergantian CO2 dan O2 X
137
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian MI Madrasah Pembangunan
138
Lampiran 9 Surat Izin Penelitian MTs Madrasah Pembangunan
139
Lampiran 10 Surat Izin Penelitian MA Madrasah Pembangunan
140
Lampiran 11 Surat Rekomendasi