Post on 02-Mar-2019
1
LAPORAN
HASIL PEMANTAUAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN SERTA MITIGASI BENCANA ALAM
BERDASARKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH
BULAN APRIL 2017
Website: pusfatja.lapan.go.id/simba pusfatja.lapan.go.id/sisdal
BIDANG DISEMINASI PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH
LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL JAKARTA
Jalan Kalisari No. 8 Pekayon Pasar Rebo Jakarta Timur 13710 Tel/Fax: 021-8722733, 021-8722733
1
0
50
100
150
200
250
300
N A
D
SUM
. UTA
RA
SUM
. BA
RA
T
RIA
U
JAM
BI
BEN
GK
ULU
KEP
. RIA
U
SUM
. SEL
ATA
N
KEP
. BA
-BEL
LAM
PU
NG
BA
NTE
N
DK
I JA
KA
RTA
JAW
A B
AR
AT
JAW
A T
ENG
AH
DIY
JAW
A T
IMU
R
KA
L. B
AR
AT
KA
L. T
ENG
AH
KA
L. T
IMU
R
KA
L. S
ELA
TAN
BA
LI
NTB
NTT
SULA
. UTA
RA
GO
RO
NTA
LO
SULA
. TEN
GA
H
SULA
. BA
RA
T
SULA
. SEL
ATA
NSU
LA. T
ENG
GA
RA
MA
LUK
U U
TAR
A
MA
LUK
U
PA
PU
A B
AR
AT
PA
PU
A
Rata-rata Curah Hujan tiap Provinsi di Indonesia April 2017
Curah Hujan >250 mm /bulan :
Sumatera Selatan
Jambi
Bengkulu
Curah Hujan < 150 mm /bulan:
NTB
NTT
DKI Jakarta
Bali
Gorontalo
Kep. Riau
Sulawesi Utara
Sulawesi Barat
Jawa Timur Selengkapnya Akumulasi Curah hujan dapat dilihat pada:
http://pusfatja.lapan.go.id/curahhujan.php
Curah Hujan 150 - 250 mm /bulan
Maluku Utara
Sulawesi Tenggara
Jawa Barat
Sulawesi Tengah
Maluku
Jawa Tengah
Sulawesi Selatan
Sumatera Utara
Banten
DIY
Kalimantan Timur
NAD
Riau
Kep. BaBel
Lampung
Kalimantan Selatan
Papua Barat
Kalimantan Barat
Sumatera Barat
Papaua
Kalimantan Tengah
1. PEMANTAUAN AKUMULASI CURAH HUJAN
2
Gambar 2.1: Potensi Banjir di P. Jawa
Minggu I (01-02 April 2017) tanggal 25 Januari 2016
Hasil analisis potensi banjir harian berdasarkan data potensi hujan dari data Satelit Himawari-8, data Landsat-7, DEM-SRTM USGS dan batas Administrasi dari BIG. Berikut hasil analisis daerah potensi banjir pada beberapa Provinsi (selengkapnya pada http://pusfatja.lapan.go.id/simba/data/banjir.php):
Gambar 2.2: Potensi Banjir di P. Sumatera
Minggu II (03-09 April 2017)
Gambar 2.3: Potensi Banjir di P. Kalimantan
Minggu III (10-16 April 2017)
Gambar 2.4: Potensi Banjir di P. Sulawesi
Minggu IV (17-23 April 2017)
Gambar 2.5: Potensi Banjir di P. Papua Minggu V (24-30 April 2017)
2. PEMANTAUAN DAERAH POTENSI BANJIR DI INDONESIA
3
1.1. FFMC = Fine Fuel Moisture Code Kondisi Potensi Tingkat Kemudahan Penyulutan Api)
Peringkat numerik dari kandungan kadar air bahan bakaran halus. FFMC digunakan sebagai indikator kemudahan tersulut dan tersebarnya api (kebakaran). Peringkat FFMC tinggi biasanya terjadi pada rerumputan dan bahan bakaran halus lainnya yang kering/mati dan terdapat pada wilayah terbuka.
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: : http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN)
Dasarian-I (1-10 April 2017):
FFMC-ekstrim terdeteksi dalam luasan kecil di perbatasan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. FFMC-tinggi dan FFMC-sedang terdeteksi di Riau, Kep. Riau, pesisir Bengkulu, P. Bangka, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Selebihnya, P. Sumatera dan Kalimantan dalam FFMC-rendah.
Dasarian-II (11-20 April 2017):
FFMC-ekstrim semakin luas, terutama di P. Kalimantan, FFMC-ekstrim cukup luas sepanjang pesisir Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. FFMC-ekstrim dalam luasan kecil terdapat di Lampung, P. Belitung, dan Kep. Riau. FFMC-tinggi terdapat di Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
Dasarian-III (21-30 April 2017):
FFMC-ekstrim terdeteksi di Riau, Kep. Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan beberapa lokasi di Kalimantan Timur. FFMC-tinggi terdeteksi di Riau, lampung, P. Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur. Selebihnya, kedua pulau berada dalam FFMC-rendah.
4
3.2. DC = Drought Code (Potensi Tingkat Kekeringan dan Asap ) Peringkat numerik dari kandungan kadar air di lapisan organik yang berada di bawah permukaan tanah. DC digunakan sebagai indicator kekeringan dan potensi terjadinya kabut asap. Peringkat DC yang tinggi biasanya terjadi pada kebakaran lahan gambut.
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 April 2017):
Sepanjang dasarian-I, baik di P. Sumatera dan Kalimantan, tidak terpantau DC-sedang, DC-tinggi dan DC-ekstrim, hanya terpantau DC-rendah di kedua pulau.
Dasarian-II (11-20 April 2017):
Tidak beda dengan dasarian-I, baik di P. Sumatera dan Kalimantan, tidak terpantau DC-tinggi dan DC-ekstrim, sedangkan DC-sedang terpantau di P. Belitung, P. Natuna, selebihnya hanya terpantau DC-rendah di kedua pulau.
Dasarian-III (21-30 April 2017):
DC-ekstrim pada dasarian-III terpantau di NAD, Sumatera Utara, Riau, Kep. Bangka-Belitung, Kep. Riau, sedikit di Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Selebihnya dikedua pulau, seluruh lahan terpantau dalam kelas DC-rendah.
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN)
5
3.3. ISI = Initial Spread Index (Kesulitan Pengendalian)
Peringkat numerik dari penyebaran api/kebakaran untuk bahan bakaran halus (rerumputan). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada : http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 April 2017):
ISI-ekstrim hampir tidak terpantau di P. Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan ISI-tinggi terpantau di Provinsi Kalimantan Selatan dan sedikit di sepanjang pesisir Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Selebihnya kedua pulau terpantau dominan dalam kelas ISI-rendah.
Dasarian-II (11-20 April 2017):
ISI-ekstrim terpantau di Kep. Riau, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. ISI-tinggi terpantau di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, sedangkan ISI-sedang terpantau di Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Selebihnya, seluruh wilayah terpantau berada dalam ISI-rendah.
Dasarian-III (21-30 April 2017):
Hampir tidak ada ISI-tinggi dan ISI-ekstrim pada dasarian-III, kecuali dalam luasan yang sangat kecil di Kep. Riau. ISI-tinggi terpantau dalam luasan kecil di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. ISI-sedang terpantau di P. Belitung, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatn. Selebihnya seluruh wilayah ke dua pulau berada dalam ISI-rendah.
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN)
6
3.4. FWI = Fire Weather Index (Index Cuaca Kebakaran)
Peringkat numerik dari intensitas kebakaran. FWI merupakan peringkat bahaya kebakaran secara umum. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian-I (1-10 April 2017):
Hampir tidak terpantau wilayah yang berada dalam FWI-ekstrim dan FWI-tinggi, baik di P. Sumatera dan Kalimantan. FWI-sedang terpantau di Kep. Bangka-Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Selebihnya, baik di P. Sumatera dan Kalimantan berada dalam FWI-rendah.
Dasarian-II (11-20 April 2017):
FWI-ekstrim terpantau di Kep. Riau. FWI-tinggi terpantau sepanjang pesisir Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. FWI-sedang terpantau di pesisir NAD, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka-Belitung, Lampung, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
Dan Kal
Dasarian-III (21-30 April 2017):
FWI-ekstrim terpantau di Kep. Riau. Tidak terpantau wilayah yang berada dalam FWI-tinggi. FWI-rendah terpantau di NAD, Riau, Kep. Bangka-Belitung, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Selebihnya seluruh wilayah berada dalam FWI-rendah.
3. PEMANTAUAN SPBK (SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN)
7
Informasi titik panas di peroleh dari data Terra/Aqua-MODIS dan SNPP-VIIRS, selengkapnya dapat dilihat pada, http://pusfatja.lapan.go.id/karhutla.php Hasil pengamatan bulan April 2017 menunjukkan, di P. Sumatera terpantau 12 titik panas, di P. Jawa terpantau 2 titik panas, di P. Kalimantan terpantau 7 titik panas, di P. Sulawesi terpantau 26 titik panas, dan (Maluku, Maluku Utara) terpantau 4 titik panas, (Bali, NTB, NTT) 6 titik panas, sedangkan di pulau lain, tidak terpantau adanya titik panas.
4. PEMANTAUAN TITK API (HOT-SPOT)
Gambar 4.1: Sebaran titik panas di Indonesia April 2017
Tabel 4.1: Jumlah titik panas per-provinsi di Indonesia April 2017
8
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Jawa dan Bali bulan April 2017 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 Maret – 06 April 2017, 07 – 14 April 2017, 15 – 22 April 2017, 23 – 30 April 2017.
Lahan sawah di P. Jawa bulan April 2017
didominasi oleh lahan sawah dengan kelas TKV-
sangat rendah, TKV- rendah dan Bera.
Lahan sawah dengan kelas TKV-sangat rendah
terpantau mendominasi di Provinsi Banten, yaitu
Kabupaten Serang, Tangerang dan Pandeglang.
Provinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten Indramayu,
Karawang dan Cirebon. Provinsi Jawa Tengah
yaitu Kabupaten Grobokan, Brebes dan Demak.
Provinsi D.I Yogyakarta yaitu Kabupaten Sleman,
Bantul dan Kulon Progo. Provinsi Jawa Timur yaitu
Kabupaten Lamongan, Bojonegoro dan Jember.
Provinsi Bali yaitu Kabupaten Badung, Bangli dan
Buleleng.
Lahan sawah dengan kelas TKV-rendah terpantau
masih mendominasi di Provinsi Jawa Tengah yaitu
Kabupaten Blora, Pati dan Grobokan Provinsi D.I
Yogyakarta yaitu Kabupaten Gunung Kidul,
Sleman dan Kulon Progo. Provinsi Jawa Timur
yaitu Kabupaten Bojonegoro, Lamongan dan
Probolinggo. Provinsi Bali yaitu Kabupaten
Tabanan, Gianyar dan Buleleng
Sedangkan lahan sawah dengan kelas Bera mulai
mendominasi di Provinsi Banten yaitu Kabupaten
Serang, Tangerang dan Pandeglang. Provinsi Jawa
Barat yaitu Kabupaten Indramayu, Karawang dan
Subang.
5. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. JAWA dan BALI
9
Ma
Pemantauan Fase Tanaman Padi di P. Jawa dan Bali bulan bulan April 2017 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 Maret – 06 April 2017, 07 – 14 April 2017, 15 – 22 April 2017, 23 – 30 April 2017.
Fase tanaman padi di P. Jawa sepanjang April 2017
terpanau didominasi oleh lahan sawah dengan fase
vegetatif-2 dan fase Bera.
Tanaman padi di Lahan sawah dengan Fase
vegetatif-2 mendominasi di Provinsi Banten yaitu
di Kabupaten Serang, Padeglang dan Tangerang.
Provinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten Karawang,
Subang dan Bekasi. Provinsi Jawa Tengah yaitu
Kabupaten Blora, Grobogan dan Pati. Provisnsi D.I
Yogyakarta yaitu Kabupaten Sleman, Gunung Kidul
dan Kulon Progo. Provinsi Jawa Timur yaitu
Kabupaten Bojonegoro, Lamongan dan
Probolinggo. Provinsi Bali yaitu Kabupaten
Tabanan, Gianyar dan Badung.
Tanaman padi di Lahan sawah dengan fase Bera
terpantau mendominasi di Provinsi Banten yaitu
Kabupaten Serang, Tangerang dan padeglang.
Provinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten Garut,
Sumedang dan Bogor. Provinsi Jawa Tengah yaitu
Kabupaten Demak, Cilacap dan Brebes. Provinsi D.I
Yogyakarta yaitu Kabupaten Bantul, Gunung Kidul
dan Kulon Progo. Provinsi Jawa Timur yaitu
Kabupaten Pacitan, Trenggalek dan Tulung Agung.
Provinsi Bali yaitu Kabupaten Tabanan, Jembrana
dan Badung.
6. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI LAHAN SAWAH DI P. JAWA dan BALI
10
Pemantauan Potensi Banjir/Kering Lahan Sawah di P. Jawa dan Bali bulan April 2017 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 Maret – 06 April 2017, 07 – 14 April 2017, 15 – 22 April 2017, 23 – 30 April 2017.
Intensitas curah hujan masih cukup tinggi di
beberapa wilayah mempengaruhi kondisi
lahan sawah Pulau Jawa dan Bali selama
bulan April 2017. Akibatnya adalah lahan
sawah berpotensi mengalami rawan banjir
ringan/sedang dan rawan kekeringan
ringan/sedang.
Lahan sawah yang berpotensi banjir
ringan/sedang terdapat di Provinsi Jawa
Tengah yaitu di Kabupaten Cilacap, Kebumen
dan Purworejo. Provisnsi D.I Yogyakarta yaitu
Kabupaten Kulon Progo, Bantul dan Sleman.
Provinsi Jawa Timur yaitu di Kabupaten
Ponorogo, Ngawi dan Tulung Agung.
Sedangkan lahan sawah yang berpotensi
kekeringan ringan/sedang terdapat di
Provinsi Banten yaitu di Kabupaten Serang,
Tangerang dan Lebak. Propinsi Jawa Barat
yaitu Kabupaten Bekasi, Karawang dan
Indramayu. Propinsi Bali yaitu di Kabupaten
Bangli, Buleleng dan Klungkung.
7. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. JAWA dan BALI
11
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Sumatera bulan April 2017 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 Maret – 06 April 2017, 07 – 14 April 2017, 15 – 22 April 2017, 23 – 30 April 2017.
Lahan sawah di P. Sumatera bulan April 2017 yang terpantau dalam kelas Bera di Provinsi NAD yaitu Kab. Aceh Utara,
Pidie, dan Aceh Timur. Sedangkan TKV Rendah terdapat di Kab. Pidie, Aceh Utara, dan Aceh Besar. Lahan sawah di
Prov. Sumatera Utara yaitu di Kab. Serdang Begadai, Deliserdang, dan Labuhanbatu, lahan sawah dengan TKV-
sedang terdapat di Kab. Tapanuli Selatan, Simalungun, dan Labuhanbatu. Lahan sawah di Prov. Sumatera Barat
dengan kelas Bera yaitu di Kab. Agam, Pesisir Selatan, dan Padang Pariaman, sedangkan lahan sawah dengan kelas
TKV-Sedang terdapat di Kab. Pesisir Selatan, Pasaman Barat, dan Limapuluhkoto. Sementara lahan sawah dengan
kelas Bera di Prov. Riau yaitu terdapat di Kab. Indragiri Hilir, Rokan Hilir, dan Kuantan Singingi, lahan sawah dengan
kelas TKV-Sedang di Kab. Rokan Hilir, Indragiri Hili, dan Bengkalis.
Lahan sawah di Prov. Jambi dengan kelas Bera terdapat di Kab. Tanjung Jabung Timur, Muarojambi, dan Tanjung
Jabung Barat, lahan sawah dengan kelas TKV-sedang terdapat di Kab. Tanjung Jabung Barat, Kerinci, dan Tanjung
Jabung Timur. Lahan sawah di Prov. Bengkulu dengan kelas Bera terdapat di Kab. Bengkulu Utara, Rejanglebong, dan
Bengkulu Selatan, lahan swah dengan kelas TKV-sedang terdapat Di Kab. Bengkulu Utara, Seluma, dan Lebong. Lahan
wah dengan kelas Bera di Prov. Sumatera Selatan yaitu terdapat di Kab. Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Komering,
dan Banyuasin, lahan sawah dengan kelas TKV-rendah di Kab. Banyuasin, Ogan Komering, dan Ogan Komering Ulu
Timur. Lahan sawah di Prov. Lampung dengan kelas Bera terdapat di Kab. Tulangbawang, Lampung Tengah, dan
Tulang Timur. Sedangkan TKV Rendah di Kab. Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Tulangbawang. Sedangkan
Prov. Bangka-Belitung TKV Bera dan TKV Rendah terdapat di Kab. Bangka Selatan, Belitung Timur, dan Bangka.
8. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. SUMATERA
12
Pemantauan Fase Tanaman Padi di P. Sumatera bulan April 2017 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 Maret – 06 April 2017, 07 – 14 April 2017, 15 – 22 April 2017, 23 – 30 April 2017.
Tanaman padi dengan fase vegetatif-2 terpantau di Provinsi Aceh yaitu di Kab. Pidie, Aceh Barat Daya dan Aceh Utara,
sedangkan tanaman padi dengan fase generatif-1 terdapat di Kab. Pidie, dan Aceh Utara. Lahan sawah di Provinsi Sumatera
Utara di dominasi oleh fase Vegetatif-1 dan Generatif-1. Lahan sawah dengan fase vegetatif-1 di Provinsi Sumatera Utara
yaitu di Kab. Labuhan Batu, Tapanuli Selatan, dan Simalungun, dan fase generatif-1 berada di Kab. Serdang Begadai, Deli
Serdang, dan Labuhan Batu.
Tanaman padi di Provinsi Sumatera Barat di dominasi oleh fase Vegetatif-1 yaitu Kab. Pasaman Barat, Pesisir Selatan dan
Limapuluhkoto. Fase Generatif-1 di Provinsi Sumatera Barat yaitu di Kab. Padang Pariaman, Agam, dan Pasaman Barat.
Provinsi Riau di dominasi fase vegetatif-1 yaitu di Kab. Rokan Hilir, Indragili Hili, dan Bengkalis. Sedangkan fase generatif-1
terdapat di Kab. Rokan hilir, Indragiri Hili, dan Pelalawan. Provinsi Jambi di dominasi oleh fase vegetatif-1 dan generatif-1
yaitu di Kab. Kerinci, Tanjungjabung Timur dan Tanjungjabung Barat.
Tanaman padi di Provinsi Bengkulu di dominasi oleh fase vegetatif-1 dan generatif-1 yaitu di Kab. Bengkulu Utara, Bengkulu
Selatan, dan Seluma. Kemudian di Provinsi Sumatera Selatan di dominasi oleh tanaman padi fase vegetatif-1 dan generatif-1
terdapat di Kab. Banyuasin, Ogan Komering dan Ogan Komering Ulu Timur. Sedangkan, Provinsi Lampung untuk fase
vegetatif-1 terdapat di Kab. Lampung Tengah, Lampung Selatan dan Lampung Timur, untuk fase generatif-1 yaitu di Kab.
Tulangbawang, Lampung Tengah, dan Lampung Utara. Provinsi Bangka di dominasi oleh fase vegetatif-1 dan fase generatif-1
yaitu Kabupaten Bangka Selatan, Belitung Timur dan Bangka.
9. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI LAHAN SAWAH DI P. SUMATERA
13
Pemantauan Potensi Bajir/Kering Lahan Sawah di P. Sumatera bulan April 2017 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 Maret – 06 April 2017, 07 – 14 April 2017, 15 – 22 April 2017, 23 – 30 April 2017.
10. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. SUMATERA
Masih cukup tingginya curah hujan di bulan April 2017 menyebabkan masih adanya lahan sawah yang berpotensi
mengalami banjir. Lahan sawah yang berpotensi Kondisi banjir ringan/sedang di Provinsi NAD terdapat di
Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Barat dan Simeulue. Provinsi Sumatera Utara terdapat di Kabupaten Nias,
Tapanuli Tengah, dan Mandailing Natal. Sedangkan Provinsi Sumatera Barat di Kabupaten Limapuluhkoto, Solok
Selatan, dan Solok. Lahan sawah yang berpotensi banjir ringan/sedang di Provinsi Riau terdapat di Kabupaten
Indragiri Hilir, Indragiri Hulu dan Kuantan Singin, Provinsi Jambi terdapat di Kabupaten Kerinci, Merangin, dan
Bungo. Sedangkan di Provinsi Bengkulu terdapat di Kabupaten Rejanglebong, Lebong, dan Kepahiang. Sementara
itu lahan sawah dalam kondisi banjir ringan/sedang di Provinsi Sumatera Selatan terdapat di Kabupaten
Banyuasin, Ogan Komering dan Ogan Komering Ulu Timur. Sedangkan di Provinsi Lampung terdapat di Kabupaten
Lampung Tengah, Tulang Bawang dan Lampung Utara. Lahan sawah di Provinsi Bangka-Belitung tidak mengalami
kondisi banjir ringan/sedang.
Lahan sawah yang berpotensi rawan banjir berat/puso di Pulau Sumatera, terdapat di Provinsi Sumatera Utara
yaitu di Kabupaten Nias, kondisi serupa di Provinsi Sumatera Barat terdapat di Kabupaten Solok Selatan. Sedangkan
di Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Lahat, dan Ogan Komering Ulu Selatan.
Sedangakn di Di Provinsi terdapat di kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur dan Lampung Selatan.
14
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. bulan April 2017 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 Maret – 06 April 2017, 07 – 14 April 2017, 15 – 22 April 2017, 23 – 30 April 2017.
Tingkat kehijauan Vegetasi lahan sawah di P. Sulawesi bulan April 2017 masih didominasi lahan sawah dengan kelas
kehijauan TKV-rendah dan TKV-sedang.
Lahan sawah dengan kelas TKV-rendah mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara di Kabupaten Bolaangmongondow,
Kabupaten Minahasa dan Kota Tomohon. Provinsi Gorontalo yaitu terdapat di Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo
dan Gorontalo. Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kabupaten Sigi, Kota Palu dan Banggai Kepulauan. Provinsi Sulawesi
Barat yaitu di Kabupaten Mamasa, Mamuju dan Majene. Provinsi Sulawesi Selatan terdapat di Kota Pare-pare, Kota
Palopo dan Kabupaten Jeneponto. Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat di Kabupaten Kolaka Utara, Konawe Selatan dan
Kota Kendari.
Sedangkan lahan sawah dengan kelas TKV-sedang mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara di Kabupaten
Bolaangmongondow, Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Utara. Provinsi Gorontalo terdapat di Kabupaten Boalemo,
Kabupaten Gorontalo dan Gorontalo. Provinsi Sulawesi Tengah di Kabupaten Sigi, Kota Palu dan Banggai Kepulauan.
Provinsi Sulawesi Barat terdapat di Kabupaten Mamasa, Mamuju dan Mamuju Utara. Provinsi Sulawesi Selatan terdapat di
Kota Palopo, Kota Pare-pare dan Kabupaten Luwu Timur. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di Kabupaten Kolaka Utara,
Kabupaten Konawe Selatan dan Kota Kendari.
11. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. SULAWESI
15
Pemantauan Fase Tanaman Padi lahan sawah di P. Sulawesi bulan April 2017 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 Maret – 06 April 2017, 07 – 14 April 2017, 15 – 22 April 2017, 23 – 30 April 2017.
Fase tanaman padi di P. Sulawesi bulan April 2017 didominasi oleh fase Vegetatif-2 dan Generatif-1.
Fase tanaman padi sawah Vegetatif-2 mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara di Kabupaten
Bolaangmongondow, Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Tenggara. Provinsi Gorontalo di Kabupaten
Boalemo, Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo. Provinsi Sulawesi Tengah di Kabupaten Sigi, Kota Palu
dan Kabupaten Banggai Kepulauan. Provinsi Sulawesi Barat di Kabupaten Mamasa, Mamuju dan Majene.
Provinsi Sulawesi Selatan di Kota Palopo, Kota Pare-pare dan Kabupaten Luwu Timur. Provinsi Sulawesi
Tenggara di Kabupaten Konawe Selatan, Kolaka Utara, Kota Kendari.
Sementara itu, fase tanaman padi sawah Generatif-1 mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara di Kabupaten
Bolaangmongondow, Kabupaten Minahasa dan Kota Tomohon. Provinsi Gorontalo di Kabupaten Boalemo,
Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo. Provinsi Sulawesi Tengah di Kabupaten Sigi, Kota Palu dan
Banggai Kepulauan. Provinsi Sulawesi Barat di Kabupaten Mamasa, Mamuju, dan Majene. Provinsi Sulawesi
Selatan di Kota Palopo, Kota Pare-pare dan Kabupaten Luwu Timur. Provinsi Sulawesi Tenggara di Kabupaten
Kolaka Utara, Konawe Selatan dan Kota Kendari.
12. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI LAHAN SAWAH DI P. SULAWESI
16
Pemantauan Potensi Banjir/Kering lahan sawah di P. Sulawesi bulan April 2017 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 Maret – 06 April 2017, 07 – 14 April 2017, 15 – 22 April 2017, 23 – 30 April 2017.
Intensitas curah hujan yang mulai rendah bulan April 2017 menyebabkan lahan sawah di P. Sulawesi
berpotensi mengalami rawan kekeringan.
Lahan sawah yang berpotensi mengalami kekeringan ringan/sedang di Provinsi Sulawesi Utara
terdapat di Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kepulauan Talaud. Provinsi
Gorontalo terdapat di Kabupaten Gorontalo, Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo Utara.
Sedangkan di Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kota Palu, Kabupaten Poso dan Kabupaten
Tojounauna. Provinsi Sulawesi Barat yaitu Kabupaten Majene. Provinsi Sulawesi Selatan di Kota
Pare-Pare, Kabupaten Bantaeng dan Kota Palopo. Sedangkan Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di
Kabupaten Kolaka Utara, Kota Kendari dan Kabupaten Bombana.
Hasil pemantauan selama bulan April 2017, tidak didapatkan lahan sawah di P. Sulawesi yang
berpotensi mengalami kekeringan dengan tingkat kekeringan berat/puso.
13. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. SULAWESI
17
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di NTB dan NTT bulan April 2017 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 Maret – 06 April 2017, 07 – 14 April 2017, 15 – 22 April 2017, 23 – 30 April 2017.
Pemantauan tingkat kehijauan vegetasi lahan sawah bulan April 2017 di Provinsi NTB
dan NTT didominasi oleh lahan sawah dengan kelas kehijauan TKV-sedang dan TKV-
tinggi.
Lahan sawah dengan kelas TKV-sedang dominan di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu
di Kabupaten Sumbawa Barat, Lombok Barat, dan Sumbawa. Sedangkan di Provinsi
Nusa Tenggara Timur yaitu di Kabupaten Sumba Timur, Sumba Tengah, dan nagakeo.
Lahan sawah dengan kelas TKV-tinggi dominan di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu di
Kabupaten Sumbawa Barat, Lombok Barat, dan Sumbawa. Sedangkan di Provinsi Nusa
Tenggara Timur yaitu di Kabupaten Sumba Timur , Kota Kupang, dan Belu.
14. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGARA TIMUR
18
Pemantauan Fase Tabanan Padi lahan sawah di NTB dan NTT bulan April 2017 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 Maret – 06 April 2017, 07 – 14 April 2017, 15 – 22 April 2017, 23 – 30 April 2017.
Fase tanaman padi di lahan sawah bulan April 2017 di Provinsi NTB dan NTT didominasi oleh
tanaman padi dengan fase vegetatif-2 dan generatif-2.
Tanaman padi dengan fase vegetatif-2 di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat di Kabupaten
Sumbawa, Sumbawa Barat, dan Lombok Barat. Sedangkan di Provinsi Nusa Tenggara Timur
terdapat di Kabupaten Sumba Timur, Nagakeo, dan Sumba Tengah.
Tanaman padi dengan fase generatif-2 di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat di Kabupaten
Sumbawa Barat, Lombok Barat, dan Sumbawa, dan di Provinsi Nusa Tenggara Timur terdapat di
Kabupaten Sumba Timur, Sumbawa Tengah, dan Alor.
15. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI LAHAN SAWAH DI NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGARA TIMUR
19
Pemantauan Potensi Banjir/Kering di lahan sawah di NTB dan NTT bulan April 2017 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 Maret – 06 April 2017, 07 – 14 April 2017, 15 – 22 April 2017, 23 – 30 April 2017.
Intensitas curah hujan yang rendah dibawah 400 mm mempengaruhi kondisi lahan sawah di
Provinsi NTB dan NTT. Pada periode bulan April 2017, lahan sawah di kedua provinsi berpotensi
mengalami rawan kering ringan/sedang.
Lahan sawah yang berpotensi mengalami kering ringan/sedang terpantau di Provinsi Nusa
Tenggara Barat yaitu di Kabupaten Sumbawa, Lombok barat, dan Sumbawa Barat. Sedangkan
lahan sawah yang berpotensi kering ringan/sedang di Provinsi Nusa Tenggara Timur terdapat di
Kabupaten Sumba Tengah, Ende, dan Rotendao.
16. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGARA TIMUR
20
17. PEMANTAUAN TINGKAT KEHIJAUAN VEGETASI (TKV) LAHAN SAWAH DI P. KALIMANTAN
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di P. Kalimantan bulan April 2017 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 Maret – 06 April 2017, 07 – 14 April 2017, 15 – 22 April 2017, 23 – 30 April 2017.
Kondisi tingkat kehijauan vegetasi lahan sawah di P.
Kalimantan bulan April 2017 terpantau dominan
dalam kelas TKV-rendah dan TKV-sedang.
Lahan sawah dengan kelas TKV-rendah
mendominasi lahan sawah Provinsi Kalimantan Barat
yaitu di Kabupaten Sintang, Kota Pontianak, dan
Sambas. Provinsi Kalimantan Selatan yaitu di Kota
Banjarmasin, Kota Banjarbaru dan Hulu Sungai
Tengah. Provinsi Kalimantan Tengah yaitu di
Kabupaten Lamandau, Kotawaringin Timur, dan
Barito Utara. Provinsi Kalimantan Timur yaitu di
Kabupaten Kutai Barat, Mahakam Ulu dan Panajam
Paser Utara. Provinsi Kalimantan Utara yaitu di
Kabupaten Malinau dan Berau.
Lahan sawah dengan kelas TKV-sedang
mendominasi di Provinsi Kalimantan Barat yaitu di
Kabupaten Sambas, Kota Pontianak dan Sintang.
Provinsi Kalimantan Selatan yaitu di Kota
Banjarmasin, Kota Banjarbaru dan Tanah Laut.
Provinsi Kalimantan Tengah yaitu di Kabupaten
Lamandau, Barito Utara, dan Barito Selatan. Provinsi
Kalimantan Timur yaitu di Kabupaten Mahakam Ulu,
Penajam Paser Utara, dan Kutai Barat. Provinsi
Kalimantan Utara yaitu di Kabupaten Malinau dan
Berau.
21
18. PEMANTAUAN FASE TANAMAN PADI LAHAN SAWAH DI P. KALIMANTAN
Fase tanaman padi lahan sawah di P. Kalimantan
bulan April 2017 terpantau dominan dalam fase
vegetatif-1 dan generatif-2.
Tanaman padi dengan fase vegetatif-1 terpantau
dominandi Provinsi Kalimantan Barat yaitu
Kabupaten Sintang, Kota Pontianak dan Sambas.
Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Kota Banjarmasin,
Kota Banjarbaru, dan Hulu Sungai Tengah. Provinsi
Kalimantan Tengah yaitu Kabupaten Lamandau, Kota
Waringin Timur dan Barito Selatan. Provinsi
Kalimantan Timur yaitu Kabupaten Kutai Barat,
Penajam Paser Utara dan Mahakam Ulu. Provinsi
Kalimantan Utara yaitu Malinau, Berau dan Tarakan.
Sedangkan tanaman padi dengan fase generatif-2
terpantau dominan di Provinsi Kalimantan Barat
yaitu di Kabupaten Kota Pontianak Sintang, dan
Sambas. Provinsi Kalimantan Selatan yaitu di Kota
Banjarmasin, Kota Banjarbaru, dan Hulu Sungai
Tengah. Provinsi Kalimantan Tengah yaitu di
Kabupaten Lamandau, Kotawaringin Timur, dan
Pulangpisau. Provinsi Kalimantan Timur yaitu di
Kabupaten Kutai Barat, Mahakam Ulu, dan Penajam
Paser Utara. Provinsi Kalimantan Utara yaitu di
Kabupaten Malinau, Berau dan Tarakan.
Pemantauan Fase Tanaman Padi lahan sawah di P. Kalimantan bulan April 2017 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 Maret – 06 April 2017, 07 – 14 April 2017, 15 – 22 April 2017, 23 – 30 April 2017.
22
19. PEMANTAUAN POTENSI BANJIR/KERING DI LAHAN SAWAH DI P. KALIMANTAN
Pemantauan Potensi Banjir/Kering lahan sawah di P. Kalimantan bulan April 2017 selama 4 periode 8 harian, yaitu; 30 Maret – 06 April 2017, 07 – 14 April 2017, 15 – 22 April 2017, 23 – 30 April 2017.
Intensitas curah hujan di P. Kalimantan bulan April
2017 masih tinggi sehingga mempengaruhi kondisi
lahan sawah di Pulau Kalimantan. Pada periode
bulan April 2017, lahan sawah di pulau ini
berpotensi mengalami rawan banjir ringan/sedang
dan banjir berat/puso.
Lahan sawah yang berpotensi banjir ringan/sedang
mendominasi di Provinsi Kalimantan Barat yaitu di
Kota Pontianak, Kubu Raya dan Kapuas Hulu.
Provinsi Kalimantan Selatan yaitu di Kota
Banjarbaru, Hulu Sungai Tengah dan Tanah Laut.
Provinsi Kalimantan Tengah yaitu di Kabupaten
Pulangpisau, Tabalong dan Barito Timur. Provinsi
Kalimantan Timur yaitu di Kabupaten Kota
Balikpapan, Kota Samarinda, dan Kutai Barat.
Provinsi Kalimantan Utara yaitu Berau.
Lahan sawah yang berpotensi banjir berat/puso
mendominasi di Provinsi Kalimantan Barat yaitu
Kubu Raya. Provinsi Kalimantan Tengah yaitu
Kabupaten Pulangpisau, Seruyan dan Tabalong.
Provinsi Kalimantan Timur yaitu Kota Bontang.
23
Informasi ZPPI (Zona Potensi Penangkapan Ikan) selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/zppi.php
Berdasarkan analisis data suhu permukaan laut dan
konsentrasi klorofil permukaan dari satelit NOAA-AVHRR
dan Terra/Aqua MODIS, pada bulan April 2017 dihasilkan
informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) yaitu
project area PA01, PA02, PA03, PA05, PA06, PA07,
PA10, PA11, PA12, PA13, PA14, PA15, PA16, PA19,
PA20, PA21, PA22 dan PA24 sebanyak 111 buah.
Jumlah lembar informasi ZPPI harian tiap projek area yang
dihasilkan pada bulan April 2017 dan daerah-daerah
tujuan pengiriman ditampilkan pada Tabel 17.1.
Tabel 17.1. Jumlah Lembar Informasi ZPPI dan daerah tujuan
20. PEMANTAUAN ZPPI (ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN) IKAN)
Gambar 17.1: Project Area ZPPI