Post on 25-Aug-2021
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Profil SD Negeri Gugus Dwija Harapan
Kecamatan Mijen Kota Semarang
Gugus Dwija Harapan berada dalam
pembinaan UPTD Pendidikan Kecamatan Mijen Kota
Semarang. Gugus ini terdiri dari tujuh sekolah dasar,
empat di antaranya adalah sekolah dasar negeri yang
terdiri dari: SD Negeri Jatisari, SD Negeri Wonolopo
01, SD Negeri Wonolopo 02, dan SD Negeri Wonolopo
03. Sekolah dasar swasta yang tergabung dalam
gugus ini adalah SDIT Miftahussalam, SD
Muhammadiyah Plus dan SD Permatasari. Dalam
melaksanakan kegiatan guru dipusatkan di Gedung
Pusat Kegiatan Guru (PKG) yang berada di komplek
SD Negeri Wonolopo 01 yang sekaligus menjadi
sekolah inti.
Adapun profil masing-masing sekolah negeri
dalam Gugus Dwija Harapan adalah sebagai berikut:
1. Sekolah Dasar Negeri Jatisari, sekolah memiliki
NPSN 20329214 dan telah terakreditasi A.
Terletak di Jalan RM Hadi Soebeno S, Kecamatan
Mijen, Kota Semarang. Fasilitas telepon: (024)
70774572 dan Surat Elektronik/email adalah:
sdjatisarimijen@gmail.com. Visi yang dimiliki SD
Negeri Jatisari adalah “Mewujudkan Peserta Didik
yang Unggul dalam Prestasi dan Luhur dalam
Budi Pekerti”. Adapun misi SD Negeri Jatisari
adalah: (1) Menghasilkan lulusan yang telah
memiliki pengalaman dan ketrampilan dasar
untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya, (2)
Menghasilkan lulusan yang mampu
mengembangkan dan menerapkan life skill yang
diterimanya, (3) Mengembangkan pengetahuan
dan kreatifitas di bidang IPTEK, bahasa, olahraga
dan seni budaya sesuai degan bakat, minat dan
potensi siswa, (4) Mengembangkan peserta didik
yang berbudi pekerti luhur, beriman dan
bertaqwa di dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, dan (5) Menjalin
kerjasama yang harmonis antara warga sekolah
dan lingkungan. Fasiltas saarana dan prasarana
boleh dikatakan belum memadai (lihat pada
bagian lampiran tesis ini)
2. Sekolah Dasar Negeri Wonolopo 01, sekolah ini
telah terakreditasi A dan memiliki NPSN
20328611. Sekolah ini beralamat di Jalan
Kemantren KM 0,75 Kelurahan Wonolopo
Kecamatan Mijen Kota Semarang. SD Negeri
Wonolopo 01 telah memiliki situs web dengan
alamat URL: sdnwonolopo01.blogspot.com. Untuk
menghubunginya dapat melalui nomor telepon:
(024) 70796352 dan surat elektronik:
sdn_wonolopo_01@yahoo.com. Visi SD Negeri
Wonolopo 01 adalah: Unggul Ilmu, Trampil,
Cerdas Berakhlak Mulia Berwawasan Luas dan
bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Adapun
misinya adalah Membangun Interaksi Edukatif
dan Budaya Sekolah yang Berakhlak Mulia
dengan Pembiasaan: (1) Tegur Salam dan Sapa,
(2) Berani tampil dan menjadi juara, (3) Mencintai
budaya bangsa dengan melestarikan kebudayaan
daerah, dan (4) Beribadah sesuai dengan agama
yang dianut setiap siswa. Fasilitas sarana dan
prasarana sekolah ini juga belum memadai (lihat
bagian lampiran tesis ini)
3. Sekolah Dasar Negeri Wonolopo 02, sekolah ini
terletak di Jalan Raya Kuripan RT 01 / RW I
Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen Kota
Semarang. Sekolah ini memiliki NPSN 20328612
dan telah terakreditasi A. Fasilitas komunikasi
yang ada yaitu surat elektronik/email:
sdn_wonolopo02@disdik.semarangkota.go.id dan
nomor telepon (024) 70778115.
Visi SD Negeri Wonolopo 02 adalah: Menjadikan
siswa berprestasi, bertaqwa dan berbudi pekerti
luhur. Adapun misinya adalah: (1) Melakukan
pembiasaan sopan santun di lingkungan sekolah,
(2) Meningkatkan sikap berbudi pekerti luhur
dalam kehidupan sehari-hari, (3) Meningkatkan
ketrampilan dalam bidang IPTEK, (4)
Meningkatkan ketrampilan dalam bidang
kepramukaan, (5) Meningkatkan prestasi
akademik, dan (6) Meningkatkan prestasi non
akademik. Tidak beda jauh dengan SD lain,
sekolah ini fasilitas sarana dan prasarana PJOK
juga belum memadai. Data keadaan sarana
prasarana PJOK sekolah ini dapat dilihat pada
bagian lampiran
4. Sekolah Dasar Negeri Wonolopo 03, sekolah ini
beralamat di Jalan Sumbersari RT.02/RW.X
Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen Kota
Semarang. Sekolah ini memiliki NPSN 20328622
dan telah terakreditasi A. Untuk menghubungi
sekolah ini dapat melalui nomor telepon: (024)
76672777 dan surat elektronik atau email:
sdnwonolopotiga@yahoo.co.id atau melalui email
alternatif anggrainidyan@yahoo.co.id. SD Negeri
Wonolopo 03 memiliki visi: Menjadi generasi yang
cerdas, beriman, berakhlak mulia dan berbudaya.
Misi SD Negeri Wonolopo 03 meliputi: (1)
Melaksanakan proses pembelajaran yang optimal
dan mengembangkan kecerdasan akademik dan
non akademik, (2) Meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (3)
Menanamkan akidah / norma dan budi pekerti
yang luhur pada peserta didik dalam kehidupan
sehari – hari, dan (4) Mencerdaskan anak bangsa
sebagai generasi muda yang positif dan
berprestasi.
4.1.2 Pengelolaan Sarana dan Prasarana PJOK di
SD Negeri Gugus Dwija Harapan
4.1.2.1 Perencanaan Sarana dan Prasarana PJOK
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti tentang kegiatan perencanaan sarpras PJOK
adalah sebagai berikut:
Hasil penelitian tentang perencanaan di SD
Negeri Jatisari, wawancara terhadap kepala sekolah
mengiyakan hal itu, sekolah telah menyusun
perencanaan sarana prasarana PJOK, tetapi belum
tentu pengadaan semua dapat direalisasikan karena
kemampuan dan keadaan. Selanjutnya Kepala SD
Negeri Wonolopo 01 menguatkan bahwa sekolah
setiap tahun tetap menyusun perencanaan tentang
sarana dan prasarana PJOK yang dilakukan melalui
rapat sekolah untuk menginventarisasi
pengadaannya sesuai kebutuhan.
Kepala SD Negeri Wonolopo 02 juga
menyatakan bahwa perencanaan dibuat dengan
inventarisasi masukan dilakukan pada saat akan
menyusun RAPBS/RKAS. Hal itu juga dikuatkan
oleh Kepala SD Negeri Wonolopo 03 yang
menyatakan bahwa usulan pengadaan sarpras
ditampung (untuk) mengiventarisasi kekurangan.
Semua kepala sekolah dasar negeri di Gugus
Dwija Harapan menyusun rencana kebutuhan
sarpras PJOK. Kepala SD Negeri Wonolopo 01
menyatakan bahwa rencana kebutuhan disusun
setiap awal tahun pelajaran. Sedangkan menurut
Kepala SD Negeri Wonolopo 02 disusun pada waktu
rapat penyusunan RAPBS/RKAS. Hal itu berarti
penyusunan rencana kebutuhan sarpras PJOK
dilakukan setiap tahun. Sebagaimana kepala sekolah
yang lain, Kepala SD Negeri Wonolopo 03 juga
menyusun rencana kebutuhan. Berikut ini petikan
pernyataannya:
“Iya, misalnya semester 1 beli bola sepak, bola voli, semester 2 pembenahan lapangan voli, bak lompat.”
Semua kepala sekolah dasar negeri di Gugus
Dwija Harapan memadukan rencana kebutuhan yang
telah disusun dengan sarpras PJOK yang telah
tersedia sebelumnya. Menurut Kepala SD Negeri
Jatisari penambahan hanya dilakukan pada barang-
barang tertentu yang dibutuhkan/ada pemutihan.
Kepala SD Negeri Wonolopo 01 menyatakan bahwa
hal itu dilakukan untuk mencukupi/mengadakan
sesuai dengan kebutuhan dan skala prioritas.
Sedangkan menurut Kepala SD Negeri
Wonolopo 02, melakukan dengan merencanakan
kebutuhan barang yang belum dimiliki. Kepala SD
Negeri Wonolopo 03 juga memastikan hal itu
dilakukan di sekolah yang dipimpinnya. “Ya, rencana
kebutuhan yang disusun pasti melihat sarpras yang
sudah ada,” kata Kepala SD Negeri Wonolopo 03.
Semua kepala sekolah dasar negeri di Gugus
Dwija Harapan memadukan rencana kebutuhan
dengan dana atau anggaran sekolah yang tersedia.
Menurut Kepala SD Negeri Jatisari hal itu
dilakukan supaya tidak mengganggu pos-pos
anggaran kebutuhan lain. Kepala SD Negeri
Wonolopo 01 Ya. Sesuai kebutuhan dan skala
prioritas Kepala SD Negeri Wonolopo 02 Ya, setiap
akan menyusun RAPBS semua guru mendata
barang-barang kebutuhan yang akan dibeli
Kepala SD Negeri Wonolopo 03 Tentu. Kalau
sarpras yang dibutuhkan murah secepatnya
dipenuhi, kalau perlu dana besar tentu perlu waktu
Semua kepala sekolah dasar negeri di Gugus
Dwija Harapan memadukan rencana (daftar)
kebutuhan yang urgen dengan dana atau anggaran
yang tersedia dan melakukan seleksi lagi dengan
melihat skala prioritas. Hal itu dibenarkan oleh
semua kepala sekolah dasar negeri di Gugus Dwija
Harapan. Kepala SD Negeri Wonolopo 02 menyatakan
bahwa pengadaan barang terutama yang sangat
dibutuhkan. Pernyataan itu dikuatkan oleh Kepala
SD Negeri Wonolopo 03, berikut ini:
“Ya. Kalau segera dibutuhkan bak pasir untuk lompat tinggi/jauh, ya didahulukan pembenahan bak pasir.”
Tiga dari empat kepala sekolah dasar negeri di
Gugus Dwija Harapan membuat penetapan rencana
pengadaan akhir. Menurut Kepala SD Negeri
Wonolopo 01 penetapan rencana pengadaan akhir
berdasarkan musyawarah dan mufakat warga
sekolah. Cara berbeda dilakukan di SD Negeri
Wonolopo 02. Menurut Kepala SD Negeri Wonolopo
02 caranya dengan dengan menginventarisasi
barang-barang yang belum terbeli. Kepala SD
Negeri Wonolopo 03 mengiyakan tapi tidak
memberikan keterangan. Sedangkan Kepala SD
Negeri Jatisari menjawab tidak. Alasannya, karena
tuntutan kebutuhan berkembang/ berjalan terus.
Semua kepala sekolah dasar negeri di Gugus
Dwija Harapan menyatakan bahwa dalam proses
perencanaan ini semua personel sekolah ikut
terlibat. Kepala SD Negeri Jatisari mengiyakan
karena pada saat pembuatan RAB melibatkan guru-
guru. Kepala SD Negeri Wonolopo 01 juga
mengiyakan karena berdasarkan rapat sekolah.
Sedangkan Kepala SD Negeri Wonolopo 02
mengiyakan dengan memberi keterangan pada waktu
rapat menyusun RAPBS. Kepala SD Negeri Wonolopo
03 menyebut personil yang terlibat sebagaimana
pernyataan berikut:
“Personil yang terlibat guru PJOK, kepala sekolah, bendahara BOS, sebagian guru kelas.”
4.1.2.2. Pelaksanaan Program
Sesuai dengan program perencanaan
pengembangan sarana dan prasarana yang telah
disusun oleh sekolah adalah kegiatan pelaksanaan
program. Terkait dengan pelaksanaan program
adalah penetapan program berdasarkan prioritas
kebutuhan disesuaikan sumber daya dana.
Hasil penelitian tentang pelaksanaan program,
hampir semua kepala sekolah di gugus Dwija
Harapan Kecamatan Mijen Kota Semarang
mempunyai kesamaan persepsi dan langkah untuk
merealisasikan.
Berikut petikan pernyataan dari kepala sekolah
SD Jatisari yang menyatakan:
“Untuk merealisasi rencana tentang
pengembangan atau pengadaan alat-alat
olah raga sekolah, yang kami lakukan
adalah dengan menggunakan analisis
skala prioritas, mana yang paling
mendesak dibutuhkan dan melihat
ketersediaan dana.”
Hal tersebut juga diperkuat oleh kepala sekolah
SD Wonolopo 01, SD Wonolopo 02, SD Wonolopo 03
yang menyatakan dalam pengadaan fasilitas olah
raga kami menggunakan prioritas kebutuhan dan
anggaran yang ada. Berikut petikan pernyataan dari
kepala SD Wonolopo 02:
“Untuk pengadaan alat-alat olahraga yang digunakan dalam pembelajaran kami mendata alat-alat tersebut. Mana yang masih dapat digunakan dan mana yang sudah tidak dapat digunakan. Kemudian alat-alat yang tidak dapat digunakan atau belum ada kami lakukan upaya pembelian. Adapun sumber dana yang kami gunakan adalah BOS maupun BOSDA. Kadang untuk BOSDA sangat terlambat padahal kami butuh. Ya akhirnya dengan dana BOS, itupun belum tentu dapat terpenuhi semua.”
Pengadaan sarana dan prasarana PJOK di
sekolah dasar negeri Gugus Dwija Harapan
dilakukan dengan sistem droping dari pemerintah.
Jika hal itu tidak memenuhi, pengadaan sarana dan
prasarana PJOK dilakukan dengan cara membeli
menggunakan dana BOS dan atau dana pendamping
BOS (BOSDA). SD Negeri Wonolopo 03 pernah
meminjam lapangan untuk sepak bola dan
menyewa/membayar untuk dapat menggunakan
kolam renang. SD Negeri Jatisari pernah
mendapatkan bantuan perorangan dari wali siswa.
Kepala SD Negeri Jatisari mengiyakan dengan
adanya droping sarana dan prasarana PJOK dari
pemerintah. Hal itu juga dibenarkan oleh Kepala SD
Negeri Wonolopo 02 dan Kepala SD Negeri Wonolopo
03. Menurut Kepala SD Negeri Wonolopo 01 untuk
mendapat droping sarana dan prasarana PJOK harus
mengajukan proposal ke pemerintah, mengawal dan
menindaklanjuti.
Untuk membeli sarana dan prasarana PJOK
yang belum terpenuhi, menurut Kepala SD Negeri
Jatisari dilakukan dengan membeli menggunakan
dana pendampingan BOS. Menurut Kepala SD Negeri
Wonolopo 03, bila ada yang masih kurang membeli
dengan uang BOS. Sedangkan Kepala SD Negeri
Wonolopo 01 membeli dengan anggaran BOS dan
atau anggaran pendampingan BOS. Pernyataan
tersebut dibenarkan oleh Kepala SD Negeri Wonolopo
02. Berikut pernyataannya:
“Membeli dengan menggunakan dana BOS, membeli dengan menggunakan dana pendampingan BOS.”
Semua sekolah dasar negeri di Gugus Dwija
Harapan tidak pernah melakukan pengadaan sarana
dan prasarana PJOK dengan sistem meminta
sumbangan yang tidak mengikat. Menurut Kepala SD
Negeri Jatisari, hal itu tidak pernah dilakukan
karena dilarang memungut. Kepala SD Negeri
Wonolopo 01 juga mengaku tidak pernah. Alasannya,
sekolah mencanangkan sekolah gratis. Sedangkan
Kepala SD Negeri Wonolopo 02 beralasan semua
sarana prasarana dibiayai oleh BOS dan
pendampingan BOS. Kepala SD Negeri Wonolopo 03
Belum pernah
Hanya SD Negeri Wonolopo 03 yang pernah
meminjam lapangan untuk sepak bola dan menyewa
kolam renang. Hal itu dilakukan karena tidak
memilikinya. Tiga sekolah lainnya tidak pernah
menyewa atau meminjam ke tempat lain. Kepala SD
Negeri Jatisari menyatakan tidak pernah karena
semua sudah ada. Hal itu dikuatkan oleh Kepala SD
Negeri Wonolopo 01 yang menyatakan tidak pernah
dengan alasan sekolah sudah mampu mencukupi.
Begitu pula Kepala SD Negeri Wonolopo 02 yang
menyatakan tidak karena tempat sudah mencukupi.
Semua sekolah dasar negeri di Gugus Dwija
Harapan tidak pernah melakukan pengadaan sarana
dan prasarana PJOK dengan sistem tukar menukar
barang yang dimiliki dengan barang lain yang
dimiliki sekolah. Kepala SD Negeri Jatisari, Kepala
SD Negeri Wonolopo 01, Kepala SD Negeri Wonolopo
02 dan Kepala SD Negeri Wonolopo 03 sependapat
dengan menyatakan tidak pernah, belum pernah dan
tidak pernah terjadi.
Pengadaan sarana dan prasarana PJOK dengan
sistem lainnya, yaitu bantuan perorangan dari wali
siswa pernah terjadi di SD Negeri Jatisari. Tiga
sekolah lainnya tidak memberi jawaban. Berikut ini
pernyataan Kepala SD Negeri Jatisari: “Mendapatkan
bantuan perorangan dari wali siswa.”
Penataan merupakan bagian dari pengelolaan,
kegiatan ini meliputi pencatan/inventarisasi,
penempatan dalam rangka perawatan
Berdasarkan hasil penelitian di empat SD
Negeri di gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijen
Kota Semarang, ditemukan bahwa penataan sarana
prasana PJOK belum tersistem masih bersifat
manual dan ditempat tidak pada ruang khusus.
4.1.2.3 Tindak Lanjut Pengelolaan Sarpras PJOK
Penataan merupakan bagian dari pengelolaan,
kegiatan ini meliputi pencatan/inventarisasi,
penempatan dalam rangka perawatan.
Berdasarkan hasil penelitian di empat SD
Negeri di gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijen
Kota Semarang terkait dengan pelaksanaan tindak
lanjut dari perencanaan dan pelaksanaan adalah
inventarisasi barang, pengawasan dan pemeliharaan.
1. Inventarisasi barang
Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa
seluruh sekolah dasar negeri di Gugus Dwija
Harapan menyatakan belum mencatat sarana
prasarana PJOK dalam buku penerimaan barang,
buku pembelian barang, buku induk inventaris,
buku golongan inventaris, buku bukan
inventaris, buku stok barang. Kepala SD Negeri
Jatisari mengakui bahwa inventarisasi belum
dilaksanakan secara rutin. Kepala SD Negeri
Wonolopo 03 menyatakan belum sepenuhnya
dilaksanakan inventarisasi tersebut. Kepala SD
Negeri Wonolopo 01 menyatakan sarana dan
prasarana PJOK tercatat secara sederhana.
Sementara Kepala SD Negeri Wonolopo 02
menyatakan bahwa sekolah mencatat sarpras
PJOK di buku penerimaan barang, pembelian
barang dan inventaris barang.
Hanya sebagian sekolah dasar negeri di
Gugus Dwija Harapan yang membuat kode
khusus untuk sarana prasarana PJOK yang
tergolong barang inventaris. Kepala SD Negeri
Jatisari mengakui belum membuat. Hal itu juga
diakui oleh Kepala SD Negeri Wonolopo 03.
Sedangkan Kepala SD Negeri Wonolopo 01
menyatakan tidak semua sarana dan prasarana
diberi kode. Beliau menyatakan bahwa tidak
(memberi kode) bagi sarana PJOK habis pakai.
Kepala SD Negeri Wonolopo 02 mengaku telah
memberi kode dan masuk dalam KIB.
Kepala SD Negeri Wonolopo 03 menyatakan
belum melaporkan mutasi sarana prasarana
PJOK secara periodik. Menurut Kepala SD Negeri
Jatisari pelaporan dilakukan secara tidak rutin.
Kepala SD Negeri Wonolopo 01 mengiyakan
telah melaporkan secara periodik yaitu lewat
laporan bulan. Sedangkan Kepala SD Negeri
Wonolopo 02 melakukannya jika secara periodik
dinas terkait memberi sosialisasi inventarisasi
barang dan petugas pengelola barang, maka
segera melaporkan sarpras.
2. Pengawasan dan pemeliharaan
Hasil penelitian ditemukan bahwa semua
sekolah dasar negeri di Gugus Dwija Harapan
telah melakukan pengawasan untuk menjaga
atau memelihara, dan memanfaatkan sarana dan
prasarana PJOK dengan sebaik mungkin.
Namun, Kepala SD Negeri Jatisari
mengakui belum melaksanakannya dengan baik.
Kepala SD Negeri Wonolopo 01 menyatakan telah
melakukannya dengan cara menyediakan tempat
khusus. Hal itu juga dilakukan oleh SD Negeri
Wonolopo 03. Menurut Kepala SD Negeri
Wonolopo 03, sekolah menyediakan ruang dan
almari khusus sarpras PJOK. Kepala SD Negeri
Wonolopo 02 menyatakan telah melakukan
pengawasan dan pemeliharaan. Berikut
pernyataan Kepala SD Negeri Wonolopo 02:
“Ya, dengan cara bila sudah rusak atau hilang segera merencanakan pembelian barang yang rusak/hilang dan merealisasikannya dengan dana BOS.”
Selain hal pengawasan ditemukan juga
bahwa semua sekolah dasar negeri di Gugus
Dwija Harapan telah melakukan pemeliharaan
yang bersifat pengecekan, pencegahan, perbaikan
ringan, dan perbaikan berat. Kepala SD Negeri
Jatisari mengaku melakukannya tetapi tidak
teradministrasi. Kepala SD Negeri Wonolopo 01
melakukannya, khususnya lapangan permainan.
Kepala SD Negeri Wonolopo 03 melakukan hal
itu. Menurutnya, sarpras yang rusak ringan
diperbaiki, yang rusak berat/tidak bisa diperbaiki
dibuang. Berikut ini pernyataan Kepala SD Negeri
Wonolopo 02:
“Iya. Sarana dan prasarana selalu dicek dan dilakukan perbaikan ringan. Bila perlu perbaikan berat koordinasi dengan dinas terkait.”
Kepala sekolah dasar negeri di Gugus Dwija
Harapan melakukan pemeliharaan sehari-hari
(membersihkan ruang dan perlengkapannya), dan
pemeliharaan berkala seperti pengecatan dinding,
pemeriksaan bangku, genteng, dan perabot
lainnya. Kepala SD Negeri Jatisari mengiyakan,
namun sifatnya berkala dan tidak harian.
Kepala SD Negeri Wonolopo 01 menyatakan
bahwa hal itu dilakukan oleh sekolah dengan
memanfaatkan even ”jum’at bersih”. Kepala SD
Negeri Wonolopo 03 menerangkan bahwa sekolah
melakukannya dengan cara ruang penyimpanan
dibersihkan setiap hari dan perlengkapan
disimpan dalam lemari khusus. Penjelasan lebih
rinci diberikan oleh Kepala SD Negeri Wonolopo
02. Berikut kutipannya:
“Ya, kepala sekolah / guru olahraga mengecek sarpras setiap hari, pengecatan, perbaikan bangku meja, mengajukan usulan barang yang sudah rusak untuk diganti yang baru.”
3. Penghapusan sarana dan prasarana Berdasarkan temuan penelitian, tiga dari
empat sekolah dasar negeri di Gugus Dwija
Harapan pernah melakukan penghapusan
terhadap sarana dan prasarana PJOK. Kepala SD
Negeri Jatisari melakukannya jika barang itu
sudah dikategorikan tidak dapat digunakan dan
tidak dapat diperbaiki lagi. Kepala SD Negeri
Wonolopo 01 menyatakan belum pernah karena
secara moril layak pakai kecuali barang habis
pakai. Kepala SD Negeri Wonolopo 02
menyatakan pernah yakni terhadap barang yang
hilang atau rusak berat dan diajukan untuk
penghapusan barang ke Simbada. Kepala SD
Negeri Wonolopo 03 juga pernah melakukannya
terhadap sarpras PJOK yang telah rusak.
Dua dari tiga sekolah dasar negeri di Gugus
Dwija Harapan yang pernah melakukan
penghapusan terhadap sarana dan prasarana
PJOK, menyatakan bahwa penghapusan tersebut
belum sepenuhnya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku. Kepala SD Negeri
Jatisari menyatakan untuk sementara ini belum
sesuai peraturan perundangan. Kepala SD Negeri
Wonolopo 03 menyatakan akan mengusahakan
pada waktu mendatang. Sedangkan Kepala SD
Negeri Wonolopo 02 menyatakan bahwa
penghapusan telah dilakukan sesuai dengan
peraturan perundangan.
Alasan penghapusan yang dikemukan oleh
tiga sekolah yang pernah melakukan
penghapusan barang yaitu karena barang sudah
tidak dapat diperbaiki, rusak berat, tidak bisa
digunakan dan hilang.
Menurut pendapat Pengawas PJOK, sarana dan
prasarana PJOK di sekolah-sekolah negeri di Gugus
Dwija Harapan yang dibinanya belum mencukupi
dalam segi kuantitas dan kualitas untuk mendukung
pembelajaran PJOK yang efektif. Pernyataan itu
dikuatkan oleh Guru SD Negeri Jatisari yang
menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas (sarana
dan prasarana PJOK) belum terpenuhi secara
sempurna. Pernyataan itu juga dibenarkan oleh
Guru PJOK SD Negeri Wonolopo 02. Menurutnya,
belum mencukupi dikarenakan ada cabang olah raga
sarana dan prasarana belum ada. Berikut ini
pernyataan Guru PJOK SD Negeri Wonolopo 03:
“Untuk sarana dan prasarana PJOK di sekolah SDN Wonolopo 03 belum mencukupi dalam segi kuantitas dan kualitas untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya kebijaksanaan terkait informasi dan transparansi mengenai prosedur perencanaan dan pengadaan sarpras dan selama ini didasarkan pada kondisional situasi saja.”
Sarana dan prasarana PJOK yang masih
kurang/terbatas di sekolah menurut Guru SD Negeri
Jatisari meliputi sarana dan prasarana PJOK untuk
pembelajaran senam, baik lantai maupun senam-
senam yang lain. Sedangkan menurut Guru PJOK
SD Negeri Wonolopo 01 menyatakan bahwa yang saat
ini masih kurang adalah raket badminton karena
yang saat ini dimiliki gampang kendur. Guru PJOK
SD Negeri Wonolopo 02 menyebutkan sarana dan
prasaran PJOK yang masih kurang antara lain untuk
permainan bola besar seperti basket, bulu tangkis,
takraw, dan tenis meja, bahkan khusus tenis meja
belum ada. Guru PJOK SD Negeri Wonolopo 03
merinci kekurangan sarana dan prasarana PJOK di
sekolahnya sebagaimana kutipan berikut ini:
“Untuk sarana PJOK yang masih kurang di SD Wonolopo 03 antara lain semua peralatan pendukung materi bola besar dan kecil belum memadai seperti bola basket, bola takraw, peralatan atletik seperti lembing, cakram, peluru/atletik kid, peralatan senam ritmik, artistik dan lantai sedangkan prasarana seperti lapangan sudah memadai dengan modifikasi hal tersebut tidak terlepas dari potensi sekolah dan kebutuhan siswa serta manajemen dari guru.”
Ketersediaan sarana dan prasarana yang ideal
berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan
pembelajaran PJOK yang efektif. Hal itu sesuai
dengan pernyataan Pengawas PJOK berikut ini:
“Sangat berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran. Alasannya seorang guru mengajar lempar tangkap bola kecil dengan jumlah siswa 40. Sekolah hanya mempunyai 5 bola kecil, sulit kiranya tujuan pembelajaran lempar tangkap bola itu dapat tercapai.”
Meski sulit mencapai tujuan pembelajaran
PJOK secara efektif karena keterbatasan sarana dan
prasarana, guru-guru PJOK di SD Negeri Gugus
Dwija Harapan tetap melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Menurut Guru SD Negeri Jatisari
tetap dilaksanakan tetapi menggunakan sarana dan
prasarana yang minimalis dan dengan kreatifitas
guru untuk mengatasinya. Guru PJOK SD Negeri
Wonolopo 01 juga menyatakan hal yang sama.
Menurutnya, sehat jasmani juga sangat penting.
Guru PJOK SD Negeri Wonolopo 02 memberi
keterangan yang cukup jelas berikut ini:
“Tetap melaksanakan dengan cara memodifikasi alat olah raga yang menyerupai alat peraga yang asli. Sehingga siswa tetap dapat melaksanakan aktifitasnya sesuai materi yang di ajarkan.”
Keterangan lebih lengkap disampaikan oleh
Guru PJOK SD Negeri Wonolopo 03 sebagai berikut:
“Pembelajaran PJOK pada dasarnya tidak harus terikat dengan sarpras yang baku untuk itu proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik dan semaksimal mungkin dengan mengadakan modifikasi baik dalam proses maupun sarpras guna menunjang tercapainya tujuan pembelajaran sendiri tanpa terlepas dari kaidah-kaidah dan azas-azas penjas itu sendiri terlepas dari sarpras yang kurang memadai.”
Keterbatasan sarana dan prasarana PJOK
berpengaruh terhadap efektifitas pencapaian tujuan
pembelajaran. Menurut Pengawas PJOK, pencapaian
tujuan pembelajaran kurang efektif karena dengan
keterbatasan sarana anak banyak menunggu giliran
dalam melakukan ketrampilan gerak.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1 Pengelolaan sarana dan prasarana PJOK di SD Negeri Gugus Dwija Harapan
Perencanaan sarana dan prasarana PJOK di
SDN Gugus Dwija Harapan dilakukan dengan
menampung usulan, memadukan rencana dan
ketersediaan, memadukan rencana dengan dana,
memadukan daftar kebutuhan dengan seleksi skala
prioritas, membuat penetapan rencana pengadaan
dan melibatkan semua personil dalam proses
perencanaan. Semua kepala sekolah dasar negeri di
Gugus Dwija Harapan menampung semua usulan
pengadaan sarpras PJOK dan atau mengevetarisasi
kekurangan sarpras PJOK. Semua kepala sekolah
dasar negeri di Gugus Dwija Harapan memadukan
rencana kebutuhan yang telah disusun dengan
sarpras PJOK yang telah tersedia sebelumnya.
Semua kepala sekolah dasar negeri di Gugus Dwija
Harapan memadukan rencana kebutuhan dengan
dana atau anggaran sekolah yang tersedia. Semua
kepala sekolah dasar negeri di Gugus Dwija Harapan
memadukan rencana (daftar) kebutuhan yang urgen
dengan dana atau anggaran yang tersedia dan
melakukan seleksi lagi dengan melihat skala
prioritas. Tiga dari empat kepala sekolah dasar negeri
di Gugus Dwija Harapan membuat penetapan
rencana pengadaan akhir. Semua kepala sekolah
dasar negeri di Gugus Dwija Harapan menyatakan
bahwa dalam proses perencanaan ini semua personel
sekolah ikut terlibat.
Pengadaan sarana dan prasarana PJOK di
sekolah dasar negeri Gugus Dwija Harapan
dilakukan dengan sistem droping dari pemerintah.
Jika hal itu tidak memenuhi, pengadaan sarana dan
prasarana PJOK dilakukan dengan cara membeli
menggunakan dana BOS dan atau dana pendamping
BOS (BOSDA). SD Negeri Wonolopo 03 pernah
meminjam lapangan untuk sepak bola dan
menyewa/membayar untuk dapat menggunakan
kolam renang. SD Negeri Jatisari pernah
mendapatkan bantuan perorangan dari wali siswa.
Semua sekolah dasar negeri di Gugus Dwija
Harapan tidak pernah melakukan pengadaan sarana
dan prasarana PJOK dengan sistem meminta
sumbangan yang tidak mengikat. Hanya SD Negeri
Wonolopo 03 yang pernah meminjam lapangan
untuk sepak bola dan menyewa kolam renang.
Semua sekolah dasar negeri di Gugus Dwija Harapan
tidak pernah melakukan pengadaan sarana dan
prasarana PJOK dengan sistem tukar menukar
barang yang dimiliki dengan barang lain yang
dimiliki sekolah. Pengadaan sarana dan prasarana
PJOK dengan sistem lainnya, yaitu bantuan
perorangan dari wali siswa pernah terjadi di SD
Negeri Jatisari.
Inventarisasi sarana dan prasarana PJOK di
SDN Gugus Dwija Harapan belum dilakukan secara
sistematis, terutama dalam hal pencatatan dan
pelaporan. Seluruh sekolah dasar negeri di Gugus
Dwija Harapan menyatakan belum mencatat sarana
prasarana PJOK dalam buku penerimaan barang,
buku pembelian barang, buku induk inventaris,
buku golongan inventaris, buku bukan inventaris,
buku stok barang. Hanya sebagian sekolah dasar
negeri di Gugus Dwija Harapan yang membuat kode
khusus untuk sarana prasarana PJOK yang
tergolong barang inventaris. Pelaporan mutasi belum
dilakukan secara rutin.
Sekolah dasar negeri di Gugus Dwija Harapan
telah melakukan pengawasan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana PJOK. Semua sekolah dasar
negeri di Gugus Dwija Harapan telah melakukan
pengawasan untuk menjaga atau memelihara, dan
memanfaatkan sarana dan prasarana PJOK dengan
sebaik mungkin. Semua sekolah dasar negeri di
Gugus Dwija Harapan telah melakukan
pemeliharaan yang bersifat pengecekan, pencegahan,
perbaikan ringan, dan perbaikan berat. Semua
sekolah dasar negeri di Gugus Dwija Harapan
melakukan pemeliharaan sehari-hari (membersihkan
ruang dan perlengkapannya), dan pemeliharaan
berkala seperti pengecatan dinding, pemeriksaan
bangku, genteng, dan perabot lainnya.
Tiga dari empat sekolah dasar negeri di Gugus
Dwija Harapan pernah melakukan penghapusan
terhadap sarana dan prasarana PJOK. Dua dari tiga
sekolah dasar negeri di Gugus Dwija Harapan yang
pernah melakukan penghapusan terhadap sarana
dan prasarana PJOK, menyatakan bahwa
penghapusan tersebut belum sepenuhnya sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku. Alasan
penghapusan yang dikemukan oleh tiga sekolah yang
pernah melakukan penghapusan barang yaitu
karena barang sudah tidak dapat diperbaiki, rusak
berat, tidak bisa digunakan dan hilang.
Menurut pendapat Pengawas PJOK, sarana dan
prasarana PJOK di sekolah-sekolah negeri di Gugus
Dwija Harapan yang dibinanya belum mencukupi
dalam segi kuantitas dan kualitas untuk mendukung
pembelajaran PJOK yang efektif. Meski sulit
mencapai tujuan pembelajaran PJOK secara efektif
karena keterbatasan sarana dan prasarana, guru-
guru PJOK di SD Negeri Gugus Dwija Harapan tetap
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Konsep pengelolaan atau manajemen sarana
dan prasarana merupakan suatu kegiatan untuk
mengatur dan mengelola sarana dan prasarana
pendidikan secara efisien dan efektif dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Sebagaiman dinyatakan oleh Barnawi dan M. Arifin
(2014: 48), diartikan sebagai segenap proses
pengadaan dan pendayagunaan komponen-
komponen yang secara langsung maupun tidak
langsung menunjang proses pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan
efisien. Proses-proses yang dilakukan dalam upaya
pengadaan dan pendayagunaan, meliputi
perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan
dan penghapusan.
Adapun tujuan dari manajemen sarana dan
prasarana pendidikan yaitu agar dapat memberikan
kontribusi yang optimal dan professional (yang
berkaitan dengan sarana dan prasarana) terhadap
proses pendidikan dalam mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.
Dalam mengelola sarana dan prasarana
pendidikan, terdapat beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan agar tujuan bisa tercapai dengan
maksimal harus sesuai dengan prinsip : (1)
pencapaian tujuan, (2) efisiensi, (3) administratif, (4)
kejelasan tanggung jawab, (5) kekohesifan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
di atas bahwa pengelolaan sarana prasarana PJOK
bukanlah pada tahapan perencanaan pengadaan
alat, atau pada pembelian bahkan mungkin pada
perawatan, pemeliharaan sampai pada kegiatan
penghapusan. Tetapi lebih pada bagaimana
memanage atau mengelola sarana prasara PJOK itu
sendiri sehingga pembelajaran dapat tercapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kendala minimnya sarana
prasarana bukan suatu hambatan. Pengelolaan
sarana prasarana harus lebih diarahkan pada dua
hal, pertama berkaitan dengan pengadaan alat itu
sendiri dan pengembangan dalam pembelajaran.
Pengelolaan sarana prasarana terkait dengan
pembelajaran dapat diupayakan dengan : (1) sistem
barter, disini bukanlah barter sebagaimana kajian
ekonomi, melainkan pendekatan, yaitu dengan saling
tukar pinjam sarana yang ada ketika sekolah satu
tidak punya alat atau srapras PJOK bisa pinjam ke
sekolah lain dan sebaliknya atau menurut penulis
dengan sistem “Joint”.
Manajemen “Joint” yang diterapkan di dalam
organisasi ekonomi, seperti perusahaan-perusahaan,
adalah bagian dari strategi aliansi. Elmuti dan
Kathawala (2001: 205), mendefinisikan aliansi
strategis adalah kerjasama (partnerships) antara dua
atau lebih perusahaan atau unit bisnis yang
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang signifikan
secara strategis yang saling menguntungkan. Pada
prinsipnya, aliansi dilakukan oleh perusahaan atau
organisasi untuk saling berbagi biaya, resiko dan
manfaat. Alasan rasional ditempuhnya aliansi
strategi adalah untuk memanfaatkan keunggulan
sesuatu perusahaan dan mengkompensasi
kelemahannya dengan keunggulan yang dimiliki
partnernya (Kuncoro, 1994: 30). Dengan demikian,
masing-masing pihak yang beraliansi saling
memberikan kontribusi dalam pengembangan satu
atau lebih strategi kunci dalam bidang usaha yang
dialiansikan. Jadi, apapun bentuk serta lingkup
kegiatan yang dilakukan, semua pihak menghendaki
suatu keuntungan serta manfaat bersama yang
diciptakan melalui interaksi terpadu.
Sarana dan prasarana PJOK yang dimiliki oleh
masing-masing SD Negeri di Gugus Dwija Harapan
jika diakumulasikan dan dikelola secara terpadu,
maka merupakan asset yang sangat berharga dan
melimpah dalam menunjang pembelajaran PJOK.
Dengan begitu, setiap SD dapat meraup keuntungan
bersama, yakni dalam penyediaan sarana dan
prasarana PJOK yang dapat digunakan dalam
pembelajaran secara efektif. Dengan begitu tujuan
pembelajaran PJOK, peningkatan prestasi siswa
dalam PJOK, dapat dicapai.
Manajemen “Joint” sarana dan prasarana
PJOK di SD Negeri Gugus Dwija Harapan merupakan
inovasi dari aliansi strategi yang selama ini
diterapkan oleh perusahaan-perusahaan ekonomi.
Manajemen ini dimaksudkan untuk mengatasi
keterbatasan sarana dan prasarana PJOK yang
dialami oleh SD Negeri di Gugus Dwija Harapan.
Manajemen “Joint” merupakan wujud dari simbiosis
mutualisme.
Pengelolaan sarana dan prasarana PJOK
dengan sistem “Joint” di SD Negeri Gugus Dwija
Usaha, dilakukan dengan langkah-langkah: (1)
perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) pengadaan,
(4) pelaksanaan dan (5) pengawasan. Berikut ini
uraian langkah-langkah tersebut:
1. Perencanaan
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses
mendefinisikan tujuan organisasi, membuat
strategi untuk mencapai tujuan itu, dan
mengembangkan rencana aktivitas kerja
organisasi. Menurut Usman (2014: 77)
perencanaan adalah kegiatan yang akan
dilakukan di masa yang akan datang untuk
mencapai tujuan. Perencanaan terdiri dari dua
elemen penting, yaitu sasaran (goals) dan rencana
itu sendiri (plan).
Dalam merencanakan manajamen “Joint”
sarana dan prasarana dilakukan dengan terlebih
dahulu mendata secara riil sarana dan prasarana
PJOK yang tersedia atau dimiliki oleh masing-
masing sekolah. Data riil itu dapat diperoleh
dengan membandingkan antara data inventarisasi
dengan keadaan yang sebenarnya disertai
keterangan mengenai kondisi kelayakannya.
Setelah itu, masing-masing guru PJOK mendata
rencana kebutuhan sarana dan prasarana PJOK
setiap sekolah.
Perencanaan melibatkan semua pihak,
terutama guru PJOK dan kepala sekolah di SD
Negeri Gugus Dwija Harapan. Pelibatan semua
sumber daya tersebut ditunjukkan dengan
diselenggarakannya sebuah rapat koordinasi.
Rapat koordinasi ini dimaksudkan untuk
membuat kesepakatan dan kesepahaman antara
guru-guru PJOK dan kepala sekolah di SD Negeri
Gugus Dwija Harapan dalam pengelolaan sarana
dan prasarana PJOK dengan menggunakan sistem
“Joint”. Rapat koordinasi yang diselenggarakan
tersebut memiliki peran yang sangat penting
dalam membentuk komitmen dan saling percaya
di antara semua sumber daya yang terlibat. Pihak
inisiator harus berupaya untuk mengajak guru-
guru dan kepala sekolah mengedepankan
pentingnya pencapaian tujuan pembelajaran
siswa dalam mata pelajaran PJOK. Peningkatan
prestasi belajar siswa adalah tujuan akhir yang
tidak bisa ditawar-tawar lagi, meski dibayang-
bayangi oleh keterbatasan sarana dan prasarana
PJOK. Manajemen sarana dan prasarana “Joint”
adalah ikhtiar bersama untuk mewujudkan hal
itu.
Jika komitmen dan kesepahaman sudah
terwujud, maka dapat dilakukan perencanaan
yang lebih strategis dan teknis. Rencana strategis
menyangkut sasaran yang akan dilakukan,
sementara rencana teknis berkaitan dengan
pengaturan pemanfaatan sarana dan prasarana
PJOK dengan menggunakan sistem “Joint”.
Sistem ini bertujuan untuk memfasilitasi sekolah-
sekolah di SDN Gugus Dwija Harapan yang
memiliki keterbatasan sarana dan prasarana
PJOK dengan meminimalisasi pengeluaran
anggaran untuk pengadaannya.
Sasaran yang akan dilakukan dalam
mengimplementasikan manajemen sarana dan
prasarana PJOK dengan sistem “Joint” meliputi:
(1) menyusun dan memilih pengelola beserta job
description-nya masing-masing, (2) menyusun
dokumen terintegrasi yang menyajikan
ketersediaan dan kebutuhan sarana dan
prasarana PJOK di masing-masing sekolah, (3)
menyusun mekanisme pelaksanaan peminjaman,
penggunaan dan pengembalian sarana dan
prasarana PJOK, dan (4) menyusun mekanisme
pengawasannya.
Rencana teknis yang dilakukan dalam
mengimplementasikan manajemen sarana dan
prasarana PJOK dengan sistem “Joint” meliputi:
(1) membuat blangko peminjaman sarana PJOK,
(2) membuat blangko pengembalian sarana PJOK,
(3) membuat blangko pemanfaatan prasarana
PJOK, (4) blangko rekapitulasi sarana dan
prasarana PJOK, (5) blangko rekapitulasi
penggunaan sarana dan prasarana PJOK, dan
blangko-blangko lainnya.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian ialah proses pengelompokan
orang-orang berdasarkan tugas, wewenang dan
tanggung jawabnya (Slameto, 2009:28). Tim
Dosen Administrasi Pendidikan UPI (2013: 94)
mengartikan mengorganisasikan adalah proses
mengatur, mengalokasikan, dan mendistribusikan
pekerjaan, wewenang dan sumber daya di antara
anggota organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi. Secara sederhana, dapat disimpulkan
Ketua
Seksi Pengawasan (Suyati, S.Pd.)
Seksi Permainan (Aris Supramono)
Sekretaris (Yamtini, A.Ma.Pd.)
bahwa pengorganisasian dapat diartikan sebagai
pengaturan mengenai sumber daya yang
mengelola beserta uraian tugas dan
tanggungjawab (job description
diemban. Pengorganisasian yang dilakukan dalam
manajemen “Joint” sarana dan prasarana PJOK di
SDN Gugus Dwija Harapan menggunakan
struktur fungsional. Berikut ini disajikan struktur
organisasinya:
Gambar 4.1 Struktur Organisasi “Joint” Aras Gugus Dwija Harapan
Dalam melaksanakan manajemen “Joint”
sarana dan prasarana PJOK di SDN Gugus Dwija
Harapan, ketua bertindak sebagai pemimpin yang
bertugas untuk mengkoordinasikan pembelajaran
PJOK, mengkoordinasikan pembuatan jadwal
Ketua (Tri Martadi, S.Pd.)
Seksi Atletik (Pambuko, S.Pd.)
Seksi Senam (Bukhori, S.Pd.)
Seksi Renang (Suyati, S.Pd.)
Sekretaris (Yamtini, A.Ma.Pd.)
bahwa pengorganisasian dapat diartikan sebagai
ran mengenai sumber daya yang
mengelola beserta uraian tugas dan
job description) yang harus
diemban. Pengorganisasian yang dilakukan dalam
manajemen “Joint” sarana dan prasarana PJOK di
SDN Gugus Dwija Harapan menggunakan
l. Berikut ini disajikan struktur
Gambar 4.1 Struktur Organisasi “Joint” Aras Gugus Dwija Harapan
Dalam melaksanakan manajemen “Joint”
sarana dan prasarana PJOK di SDN Gugus Dwija
Harapan, ketua bertindak sebagai pemimpin yang
bertugas untuk mengkoordinasikan pembelajaran
PJOK, mengkoordinasikan pembuatan jadwal