Post on 07-Nov-2021
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
115
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di Sekolah Dasar
Unggulan Aisyiyah Taman Harapan Curup
Ummul Khair, Siti Partimah Fakar
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup
Email. Ummulkhair1213@gmail.com
Abstract
This research was conducted to determine the policy of school literacy movement in excellent primary
school Aisyiyah Taman Harapan Curup. This research with the theory implementation Eward III namely:
communication, resources, commitment, and bureaucracy structure and will describe the supporting and
inhibiting factors in implementation the policy of school literacy movement. This research is a descriptive
qualitative research which was carried out in a excellent primary school Aisyiyah Taman Harapan Curup
in April-Juli 2018. The research subject were vice principal, head of library, and the fourth grade
homeroom teacher. Technique collecting data is interview, observation, and documentation. The result of
this research are as follows: (1) The policy implementation supported by: (a) implementing agencies
communicate through meeting of school element such as management, parents, and teacher. (b) The
resources that support this activity such as the potential of teacher funds from parent of the students as
soon as goverment and sponsor. (c) commitment from implementing agencies. (d) Bureaucracy structure
from part of school. (2) supporting factors in the form of the availability of means to socialize policies,
book grant from parents, time and funds, teacher have a passion for learning, while the inhibiting factor
teacher must be still reminded related to the policy Standard Operational Procedure and the program
that still need to be done each other busy of ustadzah and ustadz which usually make the literacy process
in the library and making wall magazine whic sudden because of limited human resources too. Parent
often ignore incoming message via whatsapp need for program development so that it is not monotonous
and students become bored.
Keyword: School Literacy Movement, SDUA THC.
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kebijakan gerakan literasi sekolah di Sekolah Dasar Unggulan
Aisyiyah Taman Harapan Curup, penelitian ini dengan teori implementasi Edward III yaitu komunikasi,
sumber daya, komitmen, dan struktur birokrasi, serta akan mendeskripsikan faktor pendukung dan
penghambat dalam implementasi kebijakan gerakan literasi sekolah. Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif, yang dilakukan di Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah Taman Harapan Curup, pada
bulan April-Juli 2018. Subjek penelitian ialah wakil Kepala Sekolah, Kepala Perpustakaan, dan wali kelas
IV. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil
penelitian ialah sebagai berikut: (1) implementasi kebijakan ini didukung oleh a). Komunikasi agen-agen
pelaksana melalui rapat elemen sekolah seperti manajemen, orangtua, dan guru; b). Sumber daya yang
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
116
mendukung kegiatan ini seperti adanya potensi guru, dana dari orang tua siswa, sekolah, dan pemerintah
serta sponsor; c). Komitmen dari para agen pelaksana; d). Struktur birokrasi baik dari pihak sekolah; (2).
Faktor pendukung berupa tersedianya sarana untuk mensosialisasikan kebijakan, hibah buku dari
orangtua, waktu dan dana, guru-guru mempunyai semangat belajar, Sedangkan faktor penghambatnya
guru masih harus diingatkan terkait Standart Operational Procedure kebijakan dan program yang harus
dilakukan, Kesibukkan masing-masing ustazah dan ustad yang biasanya menjadikan proses literasi di
perpustakaan dan pembuatan mading yang mendadak karena keterbatasan sumber daya manusia juga.
Orang tua sering mengabaikan pesan masuk melalui whatshapp, perlu adanya pengembangan program
agar tidak monoton dan terjadi kebosanan siswa.
Kata kunci: Gerakan Literasi Sekolah, SDUA THC
Pendahuluan
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara,
perbuatan mendidik. (KBBI; 2008.h. 263). Pendidikan merupakan instrumen yang paling penting
sekaligus paling strategis untuk mencapai tujuan individual maupun sosial. Jika seseorang
individu membangun mimpi-mimpi masa depan yang indah dan menjanjikan dalam
kehidupannya, maka ia membutuhkan alat bantu untuk mewujudkannya. Mungkin saja ia bisa
belajar dari lingkungan, teman, atau dari membaca buku. Semua itu merupakan jalan yang
membuka kearah perwujudan mimpi. Tetapi dari semua mekanisme tersebut, pendidikan lewat
jenjang sekolah yang paling memungkinkan dan memberi peluang besar untuk mencapainya.
(Nagainum Naim; 2019,h.11).
Adapun pengertian pendidikan yang terdapat pada UU No. 20 tahun 2003, Bab 1 pasal 1
tentang sistem pendidikan (SISDIKNAS) adalah sebagai berikut:
Terkait dengan buku sebagai salah satu sumber informasi, rendahnya minat dan gairah
membaca sebagian berakar dari masih kuatnya tradisi lisan dalam kehidupan sosial dan pola
berpikir masyarakat Indonesia.
Gerakan Literasi Sekolah dikembangkan berdasarkan 9 agenda prioritas (Nawacita) yang
terkait dengan tugas dan fungsi Kemendikbud, khususnya Nawacita nomor 5, 6, 8 dan 9. Empat
butir Nawacita tersebut terkait erat dengan komponen literasi sebagai modal pembentukan
sumber daya manusia yang berkualitas, produktif, dan berdaya saing, berkarakter, serta
nasionalis. Salah satu kegiatan di dalam Gerakan Literasi Sekolah tersebut adalah kegiatan 15
menit membaca buku non pelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan
untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar
pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa
kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.
Terobosan penting ini hendaknya melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang
pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan yaitu
sekolah. Pelibatan orang tua peserta didik dan masyarakat juga menjadi komponen penting
dalam keberhasilan Gerakan Literasi Sekolah.
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
117
Sekolah Dasar Unggulan Aisyiah Taman Harapan Curup merupakan sekolah dasar yang
memiliki misi meningkatkan mutu stakeholder sekolah dan penggunaan IPTEK dalam kegiatan
belajar mengajar. Hal ini dapat diwujudkan apabila kegiatan pembelajaran di sekolah sudah
mendukung untuk terbentuknya siswa yang memiliki wawasan yang luas dan mempunyai cara
pandangan internasional. Salah satunya dengan membudayakan kegiatan literasi di sekolah. Di
Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah sudah membiasakan budaya literasi di sekolah dengan adanya
kegiatan literasi serta adanya perpustakaan mini di setiap kelas yang dibuat agar siswa dapat
dengan mudah mengakses sumber literasi yang menunjang kebutuhan setiap siswa untuk
berwawasan luas. Hal ini dilaksanakan semenjak keluar kebijakan mengenai gerakan literasi
sekolah.
Bentuk penerapan Gerakan Literasi Sekolah yang terdapat di Sekolah Dasar Unggulan
Sekolah Aisyiah yaitu kegiatan literasi yang berlangsung di luar dan di dalam kelas selama 15
menit. Kegiatan ini dilakukan setelah siswa melaksanakan kegiatan iqra. Siswa memilih salah
satu buku yang berada di perpustakaan mini untuk dibaca, yang kemudian ditulis kembali dengan
bahasa sendiri dibuku tulisnya. Kegiatan ini telah menjadi kegiatan rutin setiap harinya dan
merupa kan kegiatan yang harus dilakukan oleh para siswa. Setiap siswa akan dinilai dalam
pelaksanaan kegiatan ini dan masuk kedalam penilaian bahasa indonesia.
Selain itu sekolah juga menyediakan berbagai fasilitas yang menunjang kegiatan literasi
seperti perpustakaan, green house, dan pojok baca. Fasilitas-fasilitas ini disediakan adalah upaya
untuk mencapai tujuan dari kegiatan literasi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah telah
mengimplementasikan Gerakan Literasi Sekolah sebagai upaya untuk meningkatkan budaya
literasi pada siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai
“Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar Unggulan Aisyiah Taman
Harapan Curup” untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan tersebut dan mengetahui faktor
yang mendukung serta menghambat terlaksananya program serta melihat perkembangannya
setelah diimplementasikan kebijakan tersebut. Penelitian ini juga dapat menjadi rekomendasi
khususnya pada kebijakan Gerakan Literasi Sekolah itu sendiri.
Landasan Teori
a. Landasan Filosofi
Sumpah Pemuda butir ketiga (3) menyatakan, “menjunjung bahasa persatuan bahasa
Indonesia yang memiliki makna pengakuan terhadap keberadaan ratusan bahasa daerah yang
memiliki hak hidup dan peluang penggunaan bahasa asing sesuai dengan keperluannya.”
1) Butir ini menegaskan pentingnya pembelajaran berbahasa dalam Pendidikan
nasional.
2) Konvensi PBB tentang Hak Anak pada tahun 1989 tentang pentingnya
penggunaan bahasa ibu. Indonesia yang memiliki beragam suku bangsa,
khususnya mikrokultur-mikrokultur tertentu perlu difasilitasi dengan bahasa ibu
saat mereka memasuki pendidikan dasar kelas rendah (kelas I, II, III).
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
118
3) Konvensi PBB di Praha tahun 2003 tentang kecakapan literasi dasar dan
kecakapan perpustakaan yang efektif merupakan kunci bagi masyarakat yang
literat dalam menghadapi derasnya arus informasi teknologi. Lima komponen
yang esensial dari literasi informasi itu adalah basic literacy, library literacy,
media literacy, technology literacy, dan visual literacy. (Pangesti Wiedarti,
2016. h 4)
Dapat disimpulkan bahwa yang menjadi landasan filosofi pemerintah mengadakan
program Gerakan Literasi Sekolah adalah Indonesia yang memiliki beragaman bahasa harus
disatukan dengan bahasa pemersatu yaitu bahasa Indonesia. Setiap anak memiliki haknya untuk
menggunakan bahasa ibu, hal ini bisa dilakukan ketika anak memasuki pendidikan sekolah
tingkat rendah, dari kelas 1 sampai 3. Kecakapan literasi atau berbahasa sangat berguna, terlebih
dengan arus informasi teknologi seperti saat ini.
a. Landasan Hukum
1) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31, Ayat 3: “Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 pasal 4 Tentang
Perpustakaan: “Keberadaan perpustakaan bertujuan untuk meningkatkan
kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.”
4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.
5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
6) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU Nomor
43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
40 Tahun 2007 tentang
7) Pedoman bagi Kepala Daerah dalam Pelestarian dan Pengembangan Bahasa
Negara dan Bahasa Daerah.
8) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar
Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
9) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
10) Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019.
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
119
Dapat disimpulkan bahwa yang menjadi landasan hukum pemerintah dalam mengadakan
program Gerakan Literasi Sekolah adalah Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan Peraturan
Menteri yang mengatur atau berisi tentang pentingnya literasi atau kegiatan membaca menulis.
Hal-hal yang mendukung, manfaat fasilitas, dan tujuan yang dicapai dalam kegiatan tersebut.
1. Pengertian Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
1) Pengertian Literasi dalam konteks GLS adalah “kemampuan mengakses,
memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas,
antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara.” (Pangesti
Wiedarti, 2016. h.5)
GLS merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan
warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah,
Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa,
masyarakat dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
GLS adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang
ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan ini
dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca. Ketika pembiasaan membaca terbentuk,
selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran.
Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan reseptif maupun
produktif. Keterampilan reseptif seperti keterampilan membaca dan menyimak. Keterampilan
produktif diantaranya adalah keterampilan menulis dan berbicara. (Pangesti Wiedarti, 2016. h.7)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Gerakan Literasi Sekolah adalah suatu
gerakan kolaboratif yang melibatkan warga sekolah, masyarakakat, akdemisi dan pihak-pihak di
bawah koordinasi Kemendikbud. Kegiatan ini ditempuh untuk menumbuhkan pembiasaan pada
peserta didik. Pembiasaan ini berupa kegiatan membaca selama 15 menit. Variasi kegiatan
literasi bisa berupa keterampilan reseptif dan produktif.
Literasi secara umum bertujuan untuk Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik
melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
2. Komponen Literasi
Ferguson menjabarkan bahwa komponen literasi informasi yang terdiri atas
literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual.
Komponen literasi tersebut dijelaskan sebagai berikut.(https://meenta.net/konsep-dan-
komponen-literasi/. By Krisnan | Desember 11, 2017)
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
120
a. Literasi Dini (Early Literacy)
Literasi Dini (Early Literacy), yaitu kemampuan untuk menyimak,
memahami bahasa lisan, dan komunikasi melalui gambar dan lisan yang
dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di
rumah. Pengalaman peserta didik dalam komunikasi dengan bahas ibu
menjadi fondasi perkembangan literasi dasar.
b. Literasi Dasar (Basic Literacy)
Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk
mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting)
berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating),
mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta
menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan
pengambilan kesimpulan pribadi.
c. Literasi Perpustakaan (Library Literacy)
Literasi Perpustakaan (Library Literacy), antara lain, memberikan
pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan
koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai
klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan 6 Panduan
Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas perpustakaan,
memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki
pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah
tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.
d. Literasi Media (Media Literacy)
Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui
berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik
(media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami
tujuan penggunaannya.
e. Literasi Teknologi (Technology Literacy)
Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan
memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras
(hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam
memanfaatkan teknologi. Berikutnya, kemampuan dalam memahami
teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam
praktiknya, juga pemahaman menggunakan computer (Computer Literacy)
yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer,
menyimpan dan mengelola data, serta mengoperasikan program perangkat
lunak. Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
121
teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola
informasi yang dibutuhkan masyarakat.
f. Literasi Visual (Visual Literacy)
Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut
antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan
dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audiovisual
secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang tidak
terbendung, baik dalam bentuk cetak, auditori, maupun digital (perpaduan
ketiganya disebut teks multimodal), perlu dikelola dengan baik.
Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benar-benar
perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan.
Dalam konteks SMA, contoh kegiatan literasi dipaparkan sebagai berikut.
Penelitian Relevan
Penelitian yang sejenis dengan penelitian penulis adalah sebagai berikut;
Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) (Studi Pada SMAN 2 Malang. Penelitian ini
ditulis oleh: Tristiana, Azizah Ajeng (2017) Malang. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya.
Indonesian Abstract (http://repository.ub.ac.id/6153/)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana implementasi Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) di SMAN 2 Malang, yang diperkuat dengan gerakan penumbuhan budi pekerti
sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun
2015. Penelitian ini dengan teori Implementasi Edward III menggunakan pendekatan top-down
yang meliputi variabel: komunikasi, sumber daya manusia, disposisi, dan struktur birokrasi.
Penelitian ini dengan tujuan (1) untuk mengetahui gambaran tentang implementasi Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) di SMAN 2 Malang pada tahap pembiasaan, pengembangan, dan
pembelajaran; (2) mengetahui faktor implementasi yang sesuai dengan model kebijakan Edward
III yaitu, komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi Metode penelitian yang
digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara. Fokus pada penelitian adalah (1) Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) di SMAN 2 Malang pada tahap pelaksanaan, yaitu pembiasaan, pengembangan,
dan pembelajaran; (2) faktor yang mempengaruhi implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif Miles, Huberman, dan
Saldana. Hasil penelitian, kegiatan Gerakan Literasi Sekolah mempunyai lima komponen literasi
yaitu literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual.
Namun di SMAN 2 Malang masih pada literasi dasar, literasi perpustakaan dan telah
menghasilkan beberapa program kegiatan GLS. Selanjutnya implementasi GLS di SMAN 2
Malang telah terlaksana dengan baik sesuai teori Edward III (1980).
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
122
Metodologi Penelitian
A. Tipe Penelitian
Berdasarkan jenisnya Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Krik dan Miller
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial yang secara fundamental bergantung pengamatan pada manusia dalam kawasannnya
sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya. (Lexy J Moleong. 2002. h.3)
Pendekatan kualitatif yaitu merupakan suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia.
Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran komplek, meneliti kata-kata, laporan
terinci dari pandangan informan, dan melakukan studi pada situasi yang alami. (Sukarman
Syarnubi, 2011. h. 29)
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
dll. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. (Lexy J
Moleong. 2015. h.6)
Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku
yang dapat diamati dan hasil penemuannya bukan dengan jalan pengukuran angka-angka atau
statistik.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa cara mengumpulkan data..
1. Interview/Wawancara Semi terstruktur
Jenis wawancara ini dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan
dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara , peneliti perlu mendengarkan
secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh imporman. ( Maryaai, Kun dan
Juju Suryawati. 2007)
Tabel 1.4 Pedoman Wawancara
Fokus Penelitian Sub
Penelitian
Indikator No
Soal
Implemntasi
Gerakan literasi
sekolah
Komunikasi Kebijakan kepada seluruh
elemen serta sikap dan
tanggapan dari para pihak yang
terlibat
1
2
3
Sumber Daya Ketersediaan sumber daya dalam
mendukung kebijakan
4
5
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
123
6
7
Disposisi Komitmen para aktor dalam
melaksanakan kebijakan tersebut
8
9
10
Struktur
Birokrasi
Kesesuaian organisasi birokrasi
yang menjadi penyelenggara
implementasi kebijkan
11
12
13
Perkembangan Pasca
Implementasi
Gerakan Literasi
Sekolah
Keterampilan
Membaca
a. Minat Membaca
b. Hasil Bacaan
14
15
Keterampilan
Menulis
a. Minat menulis
b. Hasil tulisan
16
17
2. Observasi Nonpartisipan
Dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak tetlibat dan hanya sebagai
pengamat peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan.
(Suharsimi Arikunto, 2002, h. 154) ini dibagi menjadi dua jenis yaitu observasi
terstruktur dan observasi tidak terstruktur oleh observasi yang telah dirancang secara
sistematis tentang apa yang akan diamati, sedangkan observasi tidak terstuktur adalah
observasi yang tidak di disiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi
karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati.
Pengamatan yang akan dimaksud adalah pengamatan secara langsung oleh
peneliti, sehingga dapat diperoleh data.
3. Dokumentasi
Penelitian kualitatif kebanyakan data yang diperoleh dari manusia melalui
observasi, wawancara dan untuk melengkapi data tersebut dipergunakan juga tehnik
pengumpulan data sebagai pelengkap yaitu studi dokumentasi. Dokumentasi dilakukan
secara terperinci agar apa yang diteliti mudah untuk dipahami. Dokumentasi dilakukan
agar adanya bukti dari sebuah penelitian.
Peranan dokumen dalam hal ini adalah untuk mengecek relevansi data.
Menurut Sugiyono, dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. ( Sugiyono, 2010, h. 240). Dalam penelitian ini peneliti hanya akan
melampirkan tulisan dan gambar. Gambar-gambar yang dilampirkan yang berkaitan
dengan kegiatan gerakan literasi sekolah.
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
124
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Yaitu Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah Taman Harapan Curup yang teletak
di jalan KH. Ahmad Dahlan Talang Rimbo Baru, Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu.
Sekolah ini pada mulanya adalah tanah panti asuhan Aisyiyah untuk digunakan
membangun asrama putra.
Hasil Penelitian
1. Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah
Taman Harapan Curup.
Berdasarkan pengertian literasi, literasi tidak dapat dipisahkan dengan
kegiatan membaca dan menulis. Dalam komponen literasi kegiatan membaca dan
menulis adalah literasi dasar.
Mengenai pemahaman kebijakan gerakan literasi sekolah, Ibu Enilawati
sebagai wakil kepala sekolah bagian kurikulum mengatakan bahwa:
Kebijakan gerakan literasi sekolah itu adalah suatu kebijakan yang diutarakan
oleh menteri pendidikan untuk seluruh warga indonesia terutama kaum pelajar, nah
jadi dengan adannya kebijakan gerakan literasi sekolah ini menteri pendidikan
berharap seluruh warga sekolah dapat mengembangkan kegiatan gemar membaca
lagi, sebab sekarang banyak faktor yang menghambat kegiatan gemar membaca. (
Wawancara, Enilawati,Selasa 8 Mei 2018).
Kemudian diungkapkan oleh Ibu Miki Famela selaku kepala
perpustakaan mengenai pemahaman kebijakan gerakan sekolah yaitu:
Di Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah sudah lebih dulu menggencarkan
Gerakan literasi sebelum pada akhirnya pak Anies Baswedan akhirnya
mengeluarkan kebijakan tersebut. tapi memang saya belum tahu secara detail
bagaimana kebijakan yang dimaksud. Kemudian ada buku panduan tentang gerakan
literasi sekolah yang disusun oleh kementrian pendidikan. Secara garis besar,
program-program yang dirancang Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah tidak
bersebrangan dengan pedoman dari pemerintah. (Wawancara, Miki Famela Selasa, 8
Mei 2018)
Ibu Ani Wahyuni sebagai wali kelas IV juga mengungkapkan,
pemahaman mengenai kebijakan gerakan literasi sekolah yaitu: “Saya mengetahui
program ini jauh sebelum diluncurkan sebelumnya. saya tertarik dengan program ini.
Setelah saya cari-cari dari internet, dapetlah info tentang gerakan literasi. Saya juga
mempunyai panduannya” (Wawancara, Ani Wahyuni, Selasa 8 Mei 2018)
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
125
Dari pernyataan yang diungkapkan Ibu Enilawati, Ibu Miki Famela, dan Ibu
Ani Wahyuni kebijakan gerakan literasi adalah suatu kebijakan yang diutarakan oleh
menteri pendidikan untuk seluruh warga indonesia terutama kaum pelajar. Hal
tersebut menyatakan bahwa sebagian besar warga sekolah telah memahami apa itu
kebijakan gerakan literasi sekolah.
Adapun tanggapan wakil kepala sekolah bagian kurikulum Ibu Enilawati
berkenaan dengan adanya kebijakan gerakan literasi sekolah yaitu:
Kebijakan gerakan literasi ini sangat bagus untuk mengatasi angka literasi
yang rendah di indonesia. Walaupun implementasinya akan berbeda-beda disetiap
satuan pendidikan disesuaikan dengan kesanggupan dari masing-masing sekolah.
Kami sangat support sekali dengan kebijakan ini karena sesuai dengan kebutuhan
kami di Sekolah. (Wawancara, Enilawati, Selasa 8 Mei)
Sedangkan tanggapan dari Ibu Miki Famela berkenaan dengan adanya
kebijakan gerakan literasi sekolah yaitu:
Saya sangat mendukung kebijakan tersebut, bahkan saya selaku Staf
perpustakaan di SDUA ini, sering membuat inovasi-inovasi terkait kegiatan
perpustakaan untuk menunjang literasi siswa. Letak perpustakaan yang berada di luar
ruangan seperti ini dapat menarik minat para siswa dan siswi untuk datang ke
perpustakaan untuk membaca. ( Wawancara, Miki Famela Selasa 8 Mei 2018)
Begitu pula dengan yang disampaikan oleh Ibu Ani Wahyuni yang
menegaskan bahwa: “Bagus dan sangat bermanfaat. Harapannya bisa berjalan di
Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah dan dapat dikembangkan atau ada yang
dimodifikasi agar tidak terjadi kebosanan”.
Dari ungkapan Ibu Enilawati, Ibu Miki Famela, dan Ibu Ani Wahyuni jelas
bahwa tanggapan pihak sekolah dengan adanya kebijakan gerakan literasi sekolah
sangat baik untuk mengatasi angka literasi yang rendah. Pernyataan mereka sesuai
dengan lingkungan yang diciptakan Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah itu sendiri.
Sedangkan yang berkaitan dengan kegiatan yang menunjang kebijakan
gerakan literasi sekolah sangat banyak seperti yang disampaikan oleh Ibu
Enilawati;
Sebelum Dinas menginstruksikan untuk membuat program yang menunjang
kebijakan gerakan literasi sekolah, kami hanya melakukan upaya mix and match dari
apa yang diinginkan oleh Dinas. Hal ini dikarenakan program untuk menunjang
literasi sudah ada sebelum kebijakan ini resmi disosisalisasikan. Program-program
yang menunjang kegiatan literasi di SD Unggulan Aisyiyah yaitu program membaca
dipagi hari dan yang akan lebih banyak berkaitan dengan literasi adalah perpustakaan.
Selain program yang sudah disebutkan tadi, kebijakan gerakan literasi sekolah ini
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
126
juga dimasukkan kedalam kurikulum sekolah khususnya Bahasa. Maka dari itu untuk
anak kelas 1 dan 2 lebih banyak mata pelajaran bahasa untuk tahap pembiasaan.
Dibentuk juga Reading Group dikelas untuk menunjang pembelajaran bahasa di
kelas. Di perpustakaan juga banyak program-program yang menarik untuk
menggalakan kegiatan literasi siswa. Didalam kelas juga terdapat mini library atau
biasa dikenal pojok bahasa yang bertujuan agar anak dekat dengan buku. Untuk lebih
lengkap lagi saya rekomendasikan untuk mewawancarai kepala perpustakaan karena
dari perpustakaan yang akan lebih banyak membuat program berkaitan dengan
literasi. (Wawancara, Enilawati, Selasa 8 Mei)
Hal yang disampaikan oleh Ibu Enilawati, diperjelas oleh pernyataan Ibu
Miki Famela,
Banyak sekali program perpustakaan yang menunjang aktivitas literasi siswa.
Diantaranya: story telling, morning motivasi yang dilakukan oleh umi dan ustad
setiap paginya, library class, Best Reader of The Month, Books Lover, World
Book Day, Waqaf Buku, Membumi (Membaca Buku Sepuluh Menit), mading, dan
masih banyak lagi. Itu adalah program yang langsung dihandle oleh perpustakaan.
Karena ada beberapa program yang menunjang literasi tapi programnya itu masuk
kedalam kurikulum secara langsung.1
Ibu Ani Wahyuni, juga menyampaikan kegiatan yang menunjang kegiatan
literasi yaitu
“Kegiatan yang menunjang kegiatan literasi adalah dengan dijadwalkannya
kegiatan literasi setiap hari dengan waktu minimal 15 menit dan dengan adanya pojok
baca di dalam setiap kelas yang mempermudah anak-anak memperoleh sumber
literasi.2
Berdasarkan hasil observasi kegiatan literasi kelas di kelas IV Al-Khaafidh,
jadwal yang ada di kelas tersebut berbeda setiap harinya. Kegiatan literasi biasanya
dilakukan dikelas dan diluar kelas. Kegiatan literasi diluar kelas di lakukan di
perpustakaan, green house, sang juara, agreeduo, dan pojok baca yang ada diluar kelas.
Dengan adanya pojok baca di lingkungan sekolah, green house, perpustakaan mini,
dan kegiatan perpustakaan, green house, sang juara, dan agreeduo pihak sekolah telah
menyediakan sarana dan prasaran untuk menunjang kebijakan gerakan literasi
sekolah.
Ditinjau dari syarat implmentasi kebijakan yang berhubungan dengan gerakan
literasi sekolah berkaitan dengan sasaran kebijakan sosialisasi tentang kebijakan
1 Wawancara dengan ibu Miki Famela S.Pd.I, kepala perpustakaan, pada hari Selasa 8 Mei 2018, pukul 07.30
WIB. 2 Wawancara dengan ibu Ani Wahyuni S.Pd.I, wali kelas IV, pada hari Selasa 8 Mei 2018, pukul 09.00 WIB.
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
127
kepada organisasi dan/atau publik serta para agen pelaksana yang terlibat.
Komunikasi dalam implementasi kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di SDUA THC
dilakukan baik secara internal maupun eksternal. Sosialisasi dilakukan melalui surat
pemberitahuan dari sekolah kepada orangtua. Pernyataan ini disampaikan oleh Ibu
Enilawati:
Untuk sosialisasi sekolah memberikan surat pemberitahuan bahwa siswa telah
menerima jadwal literasi. Jadi, sekolah tidak hanya melaksanakan sholat duha dan
mengaji tetapi juga melaksanakan kegiatan literasi sekolah. Selain memberikan surat
pemberitahuan sekolah juga bersosialisasi melalui grup whatsapp yang pada masing-
masing kelas memiliki grup whatsapp. Bentuk sosialisasi lainnya yaitu terdapat
banyaknya poster-poster dan tempat membaca. Ketika wali murid bertanya mengenai
penggunaan pengadaan tempat membaca, guru dapat secara langsung bersosialisasi
mengenai kegiatan literasi sekolah.3
Untuk program-program penunjang literasi yang diinisiasi oleh perpustakaan,
penyebaran informasinya bersifat internal karena program-program lebih banyak
diperuntukkan dan melibatkan internal sekolah walaupun ada beberapa program yang
melibatkan orangtua siswa. Hal ini disampaikan oleh Ibu Miki Famela, bahwa;
Dalam tahap sosialisasi penyebaran informasinya bersifat internal tidak keluar
sekolah. berikut penjelasan dari Pertama-tama diforum guru-guru lalu dibuatkan surat
kepada orangtua. Dan surat pemberitahuan itu akan diberikan kepada wali kelas siswa
untuk nantinya wali kelas siswa dapat memberikan informasi kepada orangtua. Selain
itu, sebagai bentuk publikasi aktivitas apa saja yang sudah dilakukan, foto-foto
kegiatan akan dimuat dikalender perpustakaan dan media sosial sekolah. Kalau
untuk warga sekolah biasanya disampaikan melalui grup whatsapp sekolah yang
berisi guru-guru dan karyawan.4
Peneliti juga mewawancarai Ibu Ani Wahyuni, selaku Wali kelas.
Berikut ini jawaban beliau ketika ditanyai terkait sosialisasi kebijakan terkait
literasi sekolah:
Kalau untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya langsung dari sekolah, tentu
guru-guru akan selalu menjadi target utama apalagi tentang literasi. Karna kan
3 Wawancara dengan ibu Enilawati S.Pd.I, wakil kepala sekolah, hari Selasa 8 Mei, pukul 11.30 WIB. 4 Wawancara dengan ibu Miki Famela S.Pd.I, kepala perpustakaan, pada hari Selasa 8 Mei 2018, pukul 07.30
WIB.
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
128
kami juga yang akhirnya harus mem breakdown program itu ke adik-adik. Kalau
untuk program dari perpustakaan biasanya guru-guru diingatkan di whatsapp.5
Namun pada saat kegiatan observasi peneliti tidak menemukan brosur
ataupun poster-poster berkaitan dengan kegiatan literasi. Brosur atau poster yang
ada hanya prestasi-prestasi dari sekolah itu sendiri. Hal ini di sebabkan karena
kegiatan literasi sudah cukup lama diterapkan di Sekolah Dasar Unggulan
Aisyiyah.
Dari syarat implementasi kebijakan dalam tahap sasaran kebijakan drajat
ketepatan dan kejelasan sudah dipahami tidak hanya pihak internal tetapi
termasuk pihak eksternal pengguna kebijakan. Semua pihak dapat memberikan
dukungan terhadap pelaksanaan tersebut.
Berdasarkan syarat implementasi kebijakan yang berkaitan dengan sumber
daya meliput sebagai berikut:
1) Sumber Daya Manusia
Diperlukannya sumber daya manusia untuk mendukung berjalannya
sebuah kebijakan. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa seluruh elemen
sekolah menjadi agen pelaksana kebijakan Gerakan Literasi Sekolah ini. Hal
ini juga disampaikan oleh ibu Enilawati S.Pd.I ketika diwawancarai terkait
sumber daya yang terlibat untuk kebijakan Gerakan Literasi Sekolah: “ semua
warga sekolah dimulai dari kepala sekolah, wakil kepala, staf, tata usaha, dan
wali siswa terlibat dalam pelaksanaan kebijakan literasi.6
Pendapat ini diperkuat oleh apa yang disampaikan Ibu Miki Famela,
kepada peneliti bahwa; “semua warga sekolah dilibatkan mulai dari kepala
sekolah, dewan guru, para staf bahkan wali siswa”.7
Sama halnya dengan apa yang disampaikan oleh Ibu Ani Wahyuni,
“untuk sumber daya manusia semua di ikut sertakan tanpa terkecuali. Hal ini
sudah seperti kewajiban yang hendaknya di laksanakan oleh semua warga
sekolah”.8
Dari hasil observasi berkaitan dengan sumber daya manusia di Sekolah
Dasar Unggulan Aisyiyah terdapat banyak guru, karyawan, serta wali siswa
atau orang tua yang akan mendukung kebijakan gerakan literasi sekolah.
2) Sumber Dana
Berdasarkan wawancara didapatkan hasil bahwa secara khusus
memang ada anggaran untuk kebijakan Gerakan Literasi Sekolah, namun,
5 Wawancara dengan ibu Ani Wahyuni S.Pd.I, wali kelas IV, pada hari Selasa 8 Mei 2018, pukul 09.00 WIB.
6 Wawancara dengan ibu Enilawati S.Pd.I, wakil kepala sekolah, hari Selasa 8 Mei, pukul 11.30 WIB. 7 Wawancara dengan ibu Miki Famela S.Pd.I, kepala perpustakaan, pada hari Selasa Senin 8 Mei 2018,
pukul 07.30 WIB. 8 Wawancara dengan ibu Ani Wahyuni S.Pd.I, wali kelas IV, pada hari Selasa 8 Mei 2018, pukul 09.00
WIB.
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
129
harus di minimalisir dengan sebab adanya prinsip bahwa dengan pendanaan
seminimal mungkin dapat melakukan kegiatan literasi sekolah dengan baik.
Seperti apa yang disampaikan oleh Ibu Enilawati, bahwa “Untuk pendanaan
memang ada alokasinya secara khusus untuk gerakan literasi sekolah tetapi
harus diminimalisir karena kita berprinsip dengan pendanaan yang seminimal
mungkin dapat melakukan kegiatan literasi”.9
Ibu Ani Wahyuni menyatakan hal yang sama seperti ibu
Enilawati bahwa:
Kalau dari sekolah, sudah anggarannya sendiri untuk setiap divisi.
Nanti ketika rapat kerja, seluruh divisi diminta untuk membuat anggaran.
Sehingga program-program yang terintegrasi dari kurikulum bisa juga
mendapatka alokasi dana.10
Data ini juga diperkuat oleh apa yang disampaikan oleh Ibu Miki
Famela,
Setiap tahun perpustakaan mendapat anggaran tersendiri untuk
sirkulasi dan kegiatan-kegiatan ringan lainnya. Tapi untuk buku, sekolah
sudah mempunyai alokasi khusus menggunakan dana BOS dari pemerintah
untuk pengadaan buku. Selain itu, untuk program-program besar juga kita
biasa mengajukan proposal kegiatan kepada orangtua siswa yang memang
memiliki unit usaha. Sehingga tidak ada kendala untuk pendanaan. Dan juga
adanya sumbangan dari siswa dan siswi yang telah lulus.11
3) Alokasi Waktu
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di lapangan peneliti
mendapati bahwa SDUA THC mengalokasikan waktu khusus untuk program-
program yang menunjang kebijakan GLS ini selama 15 menit. Karena
peningkatan literasi siswa merupakan tujuan yang diinginkan oleh sekolah.
Hal ini diperkuat oleh apa yang disampaikan oleh Ibu Enilawati, “Untuk
alokasi wakktu minimal waktu yang digunakan 15 menit untuk melakukan
kegiatan literasi kelas”.12
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Ibu Miki Famela, bahwa
“Tentu kita sudah mengalokasi waktu untuk program-program tersebut.
9 Wawancara dengan ibu Enilawati S.Pd.I, wakil kepala sekolah, hari Selasa 8 Mei, pukul 11.30 WIB. 10 Wawancara dengan ibu Ani Wahyuni S.Pd.I, wali kelas IV, pada hari Selasa 8 Mei 2018, pukul 09.00
WIB. 11 Wawancara dengan ibu Miki Famela S.Pd.I, kepala perpustakaan, pada hari Selasa 8 Mei 2018, pukul
07.30 WIB. 12 Wawancara dengan ibu Enilawati S.Pd.I, wakil kepala sekolah, hari Selasa 8 Mei, pukul 11.30 WIB.
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
130
dibuatkan matriks juga supaya kita bisa ingat terus dibulan ini harus berjalan
program apa dan seterusnya. Dan kita sesuaikan dengan program-program
kelas”.13
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pihak sekolah sudah mengalokasikan
waktu khusus sebagai upaya untuk peningkatan literasi siswa, bahwa sekolah
telah mengalokasikan waktu untuk kegiatan literasi ini.
Sedangkan komitmen dari agen-agen memiliki pengaruh yang kuat dalam
pelaksanaan suatu kebijakan. Berikut ini gambaran komitmen agen pelaksana
berdasarkan ibu Enilawati S.Pd.I, “Komitmen dari masing-masing agen dari
seluruh pelaku semuanya mengikuti aturan sekolah para agen mengikuti dengan
baik. Para agen sangat berkomitmen dalam mendukung kebijakan literasi sekolah
ini”.14
Ibu Miki Famela S.Pd.I, juga menyampaikan bahwa “Semua
berkomitmen dan guru-guru yang bersangkutan ikut terlibat aktif dalam
program yang dibuat oleh perpustakaan”.15
Ibu Ani Wahyuni S.Pd.I, menyampaikan bahwa: “Biasanya kadiv
akademik dan kurikulum suka memberikan orientasi dulu tentang suatu program.
Supaya guru-guru paham seberapa urgent program ini untuk diterapkan ke anak-
anak. Kalau terkait kemampuan manajerial, ya kita sering juga dapet pelatihan-
pelatihan, diminta ikut seminar tertentu, dan ada juga yang diberi beasiswa dari
sekolah”.16
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di
lapangan bahwa seluruh warga turut aktif mengimplementasikan kebijakan
tersebut. Untuk kemampuan manajerial, pihak sekolah memfasilitasi para guru
untuk terlibat dalam seminar, pelatihan, bimbingan teknis dan melanjutkan studi
agar tidak gagap merespon kebijakan yang telah ditetapkan.
Sedangkan struktur birokrasi dalam kebijakan gerakan literasi sekolah ini
dikendali secara langsung oleh pihak yayasan dan kepala sekolah. seperti apa
yang disampaikan oleh ibu Enilawati S.Pd.I, bahwa;
Struktur birokrasi untuk di SDUA ini berdasarkan rapat pengurus yayasan
dan kepala sekolah beserta WAKA. Kemudian kebijakan-kebijakan melalui
pengurus yayasan dan kepala sekolah beserta WAKA akan dituangkan ke seluruh
13 Wawancara dengan ibu Miki Famela S.Pd.I, kepala perpustakaan, pada hari Selasa 8 Mei 2018, pukul
07.30 WIB. 14 Wawancara dengan ibu Enilawati S.Pd.I, wakil kepala sekolah, hari Selasa 8 Mei, pukul 11.30 WIB. 15 Wawancara dengan ibu Miki Famela S.Pd.I, kepala perpustakaan, pada hari Selasa 8 Mei 2018, pukul
07.30 WIB. 16 Wawancara dengan ibu Ani Wahyuni S.Pd.I, wali kelas IV, pada hari Selasa 8 Mei 2018, pukul 09.00
WIB.
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
131
siswa yang nantinya akan dibagi karena kita memiliki beberapa tempat membaca.
Untuk di kelas langsung dikoordinir oleh wali kelas baik itu pojok baca dan lain
sebagainya. Jadi, Struktur teratas adalah rapat pengurus dan kepala sekolah,
dibawahnya ada para WAKA kemudian koordinator tiap ruang baru setelah itu
wali kelas. Sedangkan untuk program-program yang disusun oleh perpustakaan.17
Ibu Miki Famela, menyampaikan mengenai struktur birokrasi yang
terjadi sebagai berikut;
Untuk program-program perpustakaan dirancang tentunya di dalam
internal pengurus perpustkaan itu terlebih dahulu, kemudian ketika konsepnya
sudah matang, saya selaku kepala perpustakaan akan berbicara dengan kepala
sekolah. Jika program disetujui oleh kepala sekolah, maka nantinya akan
dibuatkan surat pemberitahuan kepada guru dan karyawan agar ikut membantu
pelaksanaan program tersebut. kurang lebih seperti itu struktur birokrasinya.18
Sedangkan menurut Ibu Ani Wahyuni, menyampaikan bahwa,
“Kebijakannya dari atas nanti diteruskan kebawah. Kebiasaannya nanti dari
kepala sekolah secara struktur melalui rapat guru lalu ke pihak-pihak yang
berkaitan tergantung dari programnya”.19
Bahwa garis struktur birokrasi kebijakan terkait literasi sekolah adalah
dari pihak manajemen akan menyampaikan program yang diusulkan untuk
kemudian disetujui oleh pengurus yayasan dan kepala sekolah. Program yang
sudah disetujui kemudian disosialisasikan kepada pihak-pihak yang terkait agar
diberikan arahan mengenai program yang akan dilaksanakan.
Kemampuan yang diperoleh semenjak diimplementasikannya kebijakan
gerakan literasi sekolah menurut ibu Enilawati adalah:
Semenjak diterapkannya Gerakan Literasi Sekolah kemampuan berbahasa
anak meningkat.
Misalnya ketika anak di berikan tugas bercerita di depan kelas anak sudah
mulai berani. Sebab dari kegiatan literasi siswa dibiasakan bercerita didepan
kelas. Jadi kegiatan literasi selama 15 menit di kelas dibuat bervariasi oleh para
wali kelas.20
17
Wawancara dengan ibu Enilawati S.Pd.I, wakil kepala sekolah, hari Selasa 8 Mei, pukul 11.30 WIB. 18
Wawancara dengan ibu Miki Famela S.Pd.I, kepala perpustakaan, pada hari Selasa 8 Mei 2018, pukul
07.30 WIB. 19 Wawancara dengan ibu Ani Wahyuni S.Pd.I, wali kelas IV, pada hari Selasa 8 Mei 2018, pukul 09.00
WIB. 20 Wawancara dengan ibu Enilawati S.Pd.I, wakil kepala sekolah, hari Selasa 8 Mei, pukul 11.30 WIB.
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
132
Sedangkan menurut Ibu Miki Famela:“saya rasa kemampuan yang
diperoleh banyak, kemampuan siswa mulai muncul semenjak kebijakan gerakan
literasi ini di lakukan. Kemampuan membaca siswa meningkat dan tulisan siswa
lebih rapi. Dengan adanya kebijakan gerakan literasi sekolah siswa jadi terbiasa
membaca dan menulis”.21
Dari pernyataan Ibu Ani Wahyuni dan Ibu Miki
Famela diperjelas oleh Ibu Ani Wahyuni bahwa:
Berkaitan dengan kemampuan jelas kemampuan yang diperoleh siswa
adalah kemampuan berbahasa siswa mulai dari kemampuan membaca, kemapuan
menulis, kemampuan mendengarkan, dan kemampuan berbicara sangat
meningkat. Kami membiasakan siswa dalam kegiatan literasi yaitu siswa tidak
hanya sekedar membaca namun siswa juga dilatih untuk menulis sesuai dengan
tanda baca dan lain sebagainya. Nah untuk kemampuan mendengarkan biasanya
para guru atau wali kelas akan bercerita atau membacakan cerita yang nantinya
siswa akan kami tunjuk untuk bercerita kembali baik itu diceritakan di depan
kelas atau menuliskannya ke dalam buku tulis tentunya dengan tanda baca dan
lain sebagainya. Dari kegiatan siswa tidak hanya membaca dan menulis saja
melainkan siswa juga memperoleh kemampuan mendengarkan dan kemampuan
berbicara. 22
Hasil observasi yang didapat peneliti kemampuan yang diperoleh siswa adalah
kemampuan berbahasa dapat dilihat dari nilai akhir siswa dimana nilai literasi
dimasukkan ke dalam penilaian Bahasa Indonesia. Kegiatan di dalam kelas juga
bervariasi siswa tidak hanya dituntut membaca dan menulis saja. Namun juga dituntut
untuk berani tampil percaya diri, menambah wawasan agar minat membacanya
meningkat.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi
Sekolah di Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah Taman Harapan Curup
a. Faktor Pendukung
Sebuah kebijakan dapat berhasil dilaksanakan apabila memiliki faktor-
faktor yang mendukung terlaksananya kebijakan tersebut. Dari hasil
penelitian, berikut ini adalah faktor pendukung terlaksananya kebijakan
Gerakan Literasi Sekolah di SDUA THC:
1) Terdapat sarana dan prasarana dalam mensosialisasikan kebijakan atau
program baru dari sekolah. Sarana itu berupa rapat kerja yayasan, rapat
kerja guru, pertemuan wali siswa, dan masih banyak sarana yang lain
untuk menyampaikan kebijakan yang sudah dirancang.
21 Wawancara dengan ibu Miki Famela S.Pd.I, kepala perpustakaan, pada hari Selasa 8 Mei 2018, pukul
07.30 WIB. 22 Wawancara dengan ibu Ani Wahyuni S.Pd.I, wali kelas IV, pada hari Selasa 8 Mei 2018, pukul 09.00
WIB.
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
133
2) Adanya perkembangan media yang juga sangat membantu.
3) Terdapat aloakasi waktu dan dana untuk menunjang kecakapan literasi
siswa.
4) terdapat alokasi dana untuk membuat poster, surat edaran, dan untuk
kegiatan yang akan dilaksanakan.
5) Semua warga sekolah terlibat aktif dalam program yang dibuat oleh
perpustakaan.
b. Faktor Penghambat
1) Kesibukkan masing-masing umi dan ustad yang biasanya menjadikan
proses literasi di perpustakaan dan pembuatan mading yang mendadak
karena keterbatasan sumber daya manusia juga.
2) Anak-anak terlihat bosan sebab buku-buku yang menarik sulit didapat.
3) Orang tua sering mengabaikan pesan masuk melalui whatshapp.
4) Perlu adanya pengembangan program agar tidak monoton dan terjadi
kebosanan.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari data dan analisis data dengan menggunakan teknik pengumpulan data
melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti akan menarik suatu pembahasan
yang mencakup dibawah ini:
1. Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar Unggulan
Aisyiyah Taman Harapan Curup
Komunikasi berkaitan dengan sosialisasi tentang kebijakan kepada organisasi
dan/atau publik serta para agen pelaksana yang terlibat. Di SDUA, sosialisasi
program dilakukan melalui:
a) Rapat kerja yang diikuti oleh seluruh elemen sekolah baik guru, kepala
sekolah dan seluruh karyawan. Rapat kerja ini biasa dilakukan diawal
semester. Rapat kerja berfungsi untuk menentukan program-program yang
akan dilakukan di semester selanjutnya dan mensosialisasikan apa saja peran
dari masing-masing agen yang ada di sekolah.
b) Rapat manajemen sekolah yang terdiri dari kepala sekolah dan staff yang
berkaitan dengan manajemen sekolah. Rapat manajemen dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhannya. Tidak ada alokasi waktu kapan diadakan rapat
manajemen, tetapi intensitas rapat manajemen masih lebih banyak jika
dibandingkan dengan rapat kerja.
c) Surat pemberitahuan kepada orangtua. Hal ini merupakan upaya yang
dilakukan pihak sekolah agar orangtua terlibat aktif dalam tercapainya tujuan
dari sekolah. orangtua juga dituntut untuk mendukung program yang
diselenggarakan sekolah.
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
134
d) Sosialisasi juga dilakukan melalui website sekolah. dalam perjalanannya,
website sekolah belum dioperasikan secara optimal sehingga postingan-
postingan di website tidak diupdate secara rutin.
e) Penyebaran poster khusus untuk kegiatan-kegiatan dari perpustakaan agar
seluruh elemen sekolah mengetahui program apa yang akan diselenggarakan.
f) Sosialisasi juga dilakukan melalui postingan poster via media sosial berupa
whatsapp. Sekolah memiliki beberapa grup whatsapp yang melibatkan pihak-
pihak terkait. Grup tersebut terdiri dari grup yang berisi seluruh guru dan
karyawan, grup orangtua siswa berdasarkan kelas, dan grup para guru. Hal ini
dapat memudahkan sekolah untuk penyebaran informasi.
Aspek ini berkenaan dengan sumber daya pendukung untuk pelaksanaan
program agar dapat berjalan dengan baik. Sumber daya tersebut meliputi:
a) Sumber daya manusia
Sumber daya manusia yang terlibat untuk mendukung kebijakan
gerakan literasi sekolah di sekolah dasar unggulan Aisyiyah taman harapan
Curup adalah seluruh warga sekolah baik kepala sekolah, guru, karyawan,
siswa, dan orangtua siswa. Agar memiliki komitmen yang baik, dalam proses
seleksi karyawan dan guru, pihak sekolah membuat tes yang terstandar. Pihak
sekolah dalam hal ini kepala sekolah tidak hanya melihat dari latar belakang
pendidikan si calon saja, tapi juga melihat bagaimana pandangannya terhadap
dunia pendidikan, kreativitas, dan tentunya motivasi apa yang menjadikan
seorang calon guru atau karyawan untuk menjadi bagian dari sekolah dasar
uanggulan Aisyiyah taman harapan Curup. Sehingga diharapkan dapat
terjaring guru-guru serta karyawan yang memiliki komitmen bersama untuk
mencapai visi misi dan tujuan sekolah.
b) Sumber Dana
Pihak sekolah sekolah dasar unggulan Aisyiyah taman harapan Curup
mengalokasikan dana sesuai dengan programnya masing-masing. Baik itu
program yang bersifat kegiatan maupun penyediaan sumber informasi literasi.
Alokasi dana ini digunakan untuk program-program yang menunjang budaya
literasi. Sumber dana berasal dari bantuan oprasional sekolah (BOS) yang
nantinya akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sumber literasi berupa
pengadaan buku, sumber dana juga berasal dari orangtua siswa yang
membayar diawal tahun. Untuk beberapa kegiatan perpustakaan seperti
lomba, biasanya panitia penyelenggara akan membuat proposal dan mencari
dana sponsor dari orangtua siswa yang memiliki usaha. Selain itu, panitia juga
akan mencari bantuan dana dari yayasan.
c) Alokasi Waktu
Pihak sekolah sudah mengalokasikan waktu khusus sebagai upaya
untuk peningkatan literasi siswa. Alokasi waktu yang disediakan terintegrasi
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
135
dalam pembelajaran sekolah disetiap harinya dan/ atau sesuai dengan bulan
yang sudah ditentukan. Hal ini guna memperoleh dampak kebijakan yang
sesuai dengan tujuan. Jadwal literasi kelas dan diluar kelas termasuk ke dalam
program yang terintegrasi dari kurikulum sekolah. kegiatan literasi tersebut
berlaku untuk semua kelas dan telah diberikan jadwal untuk setiap harinya.
Untuk kegiatan literasi minimal 15 menit.
Agen-agen yang terlibat sangat berkomitmen dengan program yang
dibuat. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di
lapangan bahwa seluruh warga turut aktif mengimplementasikan kebijakan
tersebut. Mulai dari kepala sekolah, para wakil kepala sekolah, seluruh dewan
guru dan orang tua. Dalam menunjang kemampuan manajerial agen
pelaksana, pihak sekolah memberikan fasilitas berupa melibatkan guru untuk
mengikuti seminar, pelatihan dan atau bimbingan teknis yang diselenggarakan
oleh instansi tertentu agar para agen pelaksana kebijakan di sekolah
mempunyai kecapakan terkait kebijakan yang sudah ditetapkan. Agar
memiliki komitmen yang baik, dalam proses seleksi karyawan dan guru, pihak
sekolah membuat tes yang terstandar. Pihak sekolah dalam hal ini kepala
sekolah tidak hanya melihat dari latar belakang pendidikan dari si calon saja,
tapi juga melihat bagaimana pandangannya terhadap dunia pendidikan,
kreativitas, dan tentunya motivasi apa yang menjadikan seorang calon guru
atau karyawan untuk menjadi bagian dari SDUA THC. Sehingga diharapkan
dapat terjaring guru-guru serta karyawan yang memiliki komitmen bersama
untuk mencapai visi misi dan tujuan sekolah.
Garis struktur birokrasi kebijakan terkait literasi sekolah adalah dari
pihak manajemen akan menyampaikan program yang diusulkan untuk
kemudian disetujui oleh kepala sekolah yang sebelumnya telah melakukan
rapat yayasan terlebih dahulu. Program yang sudah disetujui kemudian
disosialisasikan kepada pihak-pihak yang terkait agar diberikan arahan
program yang akan dilaksanakan. Arahan berupa pelatihan terhadap para
dewan guru. Dengan dana yang diminimalisir untuk kegiatan pelatihan
tersebut.
Dari paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk mengimplementasikan
kebijakan gerakan literasi sekolah, sekolah dasar unggulan Aisyiyah taman harapan Curup telah
didukung oleh sumber daya manusia berupa agen-agen yang terlibat untuk
mengimplementasikan kebijakan, alokasi dana dari berbagai sumber pemasukkan, dan alokasi
waktu untuk mengimplementasikan kebijakan atau program tersebut.
Ditinjau dari kemampuan yang diperoleh siswa setelah diimplementasikannya kebijakan
gerakan literasi sekolah adalah kemampuan berbahasa siswa meningkat, kemampun tersebut
adalah memaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Di Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
136
kegiatan literasi dilakukan sangat bervariasi yang menuntut siswa agar tidak hanya dapat
membaca dan menulis melainkan memperoleh kemampuan yang lainnya.
Kegiatan literasi di sekolah dasar unggulan Aisyiyah telah terlaksana dengan baik dan
memiliki peran dalam meningkatkan minat membaca dan menulis siswa, terlihat dari antusias
siswa yang mulai mampu menerapkan kegiatan membaca dan menulis didalam kelas maupun
diluar kelas, siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan literasi dengan mendatangi perpustakaan
pada jam literasi. Kegiatan literasi juga telah memberikan manfaat bagi siswa seperti, menambah
wawasan, lebih memahami bacaan dan materi yang sedang dipelajari, serta siswa mulai
menyukai kegiatan untuk menulis.
Secara tidak langsung kegiatan literasi memberi motivasi siswa untuk menyukai kegiatan
membaca dan menulis terlihat dari hasil belajar siswa yang meningkat.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi
Sekolah di Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah Taman Harapan Curup
3 faktor yang dapat menentukan keberhasilan dan kegagalan implementasi
kebijakan, yaitu:
a. Faktor yang terletak pada rumusan kebijakan yang telah dibuat oleh para
pengambil keputusan, menyangkut kalimatnya jelas atau tidak, sasarannya tepat
atau tidak, mudah dipahami atau tidak, mudah diinterprestasikan atau tidak, dan
terlalu sulit dilaksanakan atau tidak. Untuk faktor ini, sekolah telah membuat SOP
(Standart Operational Procedure) terkait gerakan literasi sekolah. hal tersebut
menjadi upaya sekolah untuk dapat membantu seluruh elemen sekolah dalam
memahami program yang telah ditetapkan.
b. Faktor yang terletak pada personil pelaksana, yakni yang menyangkut tingkat
pendidikan, pengalaman, motivasi, komitmen, kesetiaan, kinerja, kepercayaan
diri, kebiasaan-kebiasaan, serta kemampuan kerjasama dari para pelaku pelaksana
kebijakan. Termasuk dalam personil pelaksana adalah latar belakang budaya,
bahasa, serta ideologi kepartaian masing-masing. Semua itu akan sangat
mempengaruhi cara kerja agen pelaksana secara kolektif dalam menjalankan misi
implementasi kebijakan. Terlihat bahwa guru memiliki komitmen yang baik
terhadap kebijakan tersebut. hal ini telah disampaikan oleh subjek penelitian
terkait sumber daya. Untuk menjadi guru di SDUA THC, sangat memprioritaskan
kemampuan, komitmen, dan motivasi belajar yang baik dari guru sehingga hal
tersebut dapat membantu berjalannya program tanpa hambatan.
c. Faktor yang terletak pada sistem organisasi pelaksana, yakni menyangkut jaringan
sistem, hirarki kewenangan masing-masing peran, model distribusi pekerjaan,
gaya kepemimpinan dari pemimpin organisasinya, aturan main organisasi, target
masing-masing tahap yang ditetapkan, model monitoring yang biasa dipakai, serta
evaluasi yang dipilih. Berkaitan dengan hirarki kewenangan, dalam pelaksanaan
kebijakan gerakan literasi sekolah berada ditangan kepala sekolah secara
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
137
langsung. Gaya kepemimpinan dari kepala sekolah SDUA THC adalah terbuka
dengan segala masukan.
Simpulan
1. Implementasi kebijakan gerakan literasi sekolah telah memenuhi syarat implementasi
kebijakan yakni berkaitan dengan komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur
birokrasi dan sesuai dengan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan. Setelah
diimplementasikan kebijakan gerakan literasi sekolah kemampuan berbahasa peserta
didik di Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah THC meningkat.
2. Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah
Dasar Unggulan Aisyiyah THC yaitu terdapat sarana dan prasarana, perkembangan
media yang sangat membantu, terdapat alokasi waktu dan dana untuk menunjang
kecakapan literasi siswa, semua warga sekolah terlibat aktif.
3. Faktor penghambat yaitu kesibukkan masing-masing umi dan ustadz yang
menjadikan proses literasi di perpustakaan dan pembuatan mading secara mendadak
karena keterbatasan sumber daya manusia. Anak-anak terlihat bosan sebab buku-
buku yang menarik sulit didapat.
Referensi:
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka), h.263. 1 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya
2002), h. 3. 1 Sukarman Syarnubi, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Bengkulu: LP2
STAIN CURUP, 2011), h. 29. 1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2015), h. 6.
Wawancara dengan ibu Enilawati S.Pd.I, wakil kepala sekolah, hari Selasa 8 Mei, pukul
11.30 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Miki Famela S.Pd.I, kepala perpustakaan, pada Selasa hari 8 Mei
2018, pukul 07.30 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Ani Wahyuni S.Pd.I, wali kelas IV, pada hari Selasa 8 Mei 2018,
pukul 09.00 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Enilawati S.Pd.I, wakil kepala sekolah, hari Selasa 8 Mei, pukul
11.30 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Miki Famela S.Pd.I, kepala perpustakaan, pada hari Selasa 8 Mei
2018, pukul 07.30 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Enilawati S.Pd.I, wakil kepala sekolah, hari Selasa 8 Mei, pukul
11.30 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Miki Famela S.Pd.I, kepala perpustakaan, pada hari Selasa enin 8
Mei 2018, pukul 07.30 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Ani Wahyuni S.Pd.I, wali kelas IV, pada hari Selasa 8 Mei 2018,
pukul 09.00 WIB.
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
138
1 Wawancara dengan ibu Enilawati S.Pd.I, wakil kepala sekolah, hari Selasa 8 Mei, pukul
11.30 WIB.
Wawancara dengan ibu Miki Famela S.Pd.I, kepala perpustakaan, pada hari Selasa enin 8
Mei 2018, pukul 07.30 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Ani Wahyuni S.Pd.I, wali kelas IV, pada hari Selasa 8 Mei 2018,
pukul 09.00 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Enilawati S.Pd.I, wakil kepala sekolah, hari Selasa 8 Mei, pukul
11.30 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Miki Famela S.Pd.I, kepala perpustakaan, pada hari Selasa
Senin 8 Mei 2018, pukul 07.30 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Ani Wahyuni S.Pd.I, wali kelas IV, pada hari Selasa 8 Mei
2018, pukul 09.00 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Enilawati S.Pd.I, wakil kepala sekolah, hari Selasa 8 Mei,
pukul 11.30 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Ani Wahyuni S.Pd.I, wali kelas IV, pada hari Selasa 8 Mei
2018, pukul 09.00 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Miki Famela S.Pd.I, kepala perpustakaan, pada hari Selasa 8
Mei 2018, pukul 07.30 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Miki Famela S.Pd.I, kepala perpustakaan, pada hari Selasa
Senin 8 Mei 2018, pukul 07.30 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Ani Wahyuni S.Pd.I, wali kelas IV, pada hari Selasa 8 Mei
2018, pukul 09.00 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Enilawati S.Pd.I, wakil kepala sekolah, hari Selasa 8 Mei,
pukul 11.30 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Ani Wahyuni S.Pd.I, wali kelas IV, pada hari Selasa 8 Mei
2018, pukul 09.00 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Miki Famela S.Pd.I, kepala perpustakaan, pada hari Selasa 8
Mei 2018, pukul 07.30 WIB.
Wawancara dengan ibu Enilawati S.Pd.I, wakil kepala sekolah, hari Selasa 8 Mei, pukul
11.30 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Miki Famela S.Pd.I, kepala perpustakaan, pada hari Selasa 8
Mei 2018, pukul 07.30 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Enilawati S.Pd.I, wakil kepala sekolah, hari Selasa 8 Mei, pukul
11.30 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Miki Famela S.Pd.I, kepala perpustakaan, pada hari Selasa 8
Mei 2018, pukul 07.30 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Ani Wahyuni S.Pd.I, wali kelas IV, pada hari Selasa 8 Mei
2018, pukul 09.00 WIB.
Wawancara dengan ibu Enilawati S.Pd.I, wakil kepala sekolah, hari Selasa 8 Mei, pukul
11.30 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Miki Famela S.Pd.I, kepala perpustakaan, pada hari Selasa 8
Mei 2018, pukul 07.30 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Ani Wahyuni S.Pd.I, wali kelas IV, pada hari Selasa 8 Mei
2018, pukul 09.00 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Enilawati S.Pd.I, wakil kepala sekolah, hari Selasa 8 Mei, pukul 11.30
WIB
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
139
1 Wawancara dengan ibu Miki Famela S.Pd.I, kepala perpustakaan, pada hari Selasa 8
Mei 2018, pukul 07.30 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Ani Wahyuni S.Pd.I, wali kelas IV, pada hari Selasa 8 Mei
2018, pukul 09.00 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Miki Famela S.Pd.I, kepala perpustakaan, pada hari Selasa 8
Mei 2018, pukul 07.30 WIB. 1 Wawancara dengan ibu Ani Wahyuni S.Pd.I, wali kelas IV, pada hari Selasa 8 Mei
2018, pukul 09.00 WIB. 1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2010), h. 28
1 https://pengertiandefinisi.com/pengertian-analisa-menurut-ahli/, 20 Agustus 2017
1 Dewi Utama Faizah, et all, Panduan Gerakan Literasi di Sekolah Dasar, (Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2016), h. 2 1 Pangesti Wiedarti, at all, Op. Cit., h. 7
1 Laila Zumrotin, 2017, “Skripsi: Analisis penerapan Gerakan Literasi Sekolah (Kegiatan
Membaca) dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa di SD Unggulan Aisyiyah Taman
Harapan Curup, IAIN Rejang Lebong, h. 86
Maryaai, Kun dan Juju Suryawati. 2007. Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta:
Esis.
Arikunto, Suharsimi, 2002.
Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta:Renika Cipta.Sugiono, 2010.
Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung:Alfabeta
Estetik, Vol.2 No.2, November2019 ISSN 2622-1810 (p) 2622-1829 (e)
140