Post on 21-Jul-2015
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS
TENTANG BAYI PREMATUR
DI RSUD PARIAMAN
TAHUN 2014
PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Oleh :
YENI HERAWATI
NIM :………………
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
AKADEMI KEBIDANAN SUMATERA BARAT
LUBUK ALUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi prematur adalah bayi yang lahir tentang usia gestasi kurang dari dan
sama tentang 37 minggu tentang berat badan lahir rendah yaitu kurang dari 2500
gram (Surasmi, 2003). Di negara maju seperti Amerika Serikat, kelahiran bayi
prematur terus meningkat per tahunnya, di Indonesia kelahiran bayi prematur
justru diikuti kematian si bayi, kelahiran bayi prematur tidak bisa diabaikan begitu
saja.
Sejak tahun 1961 WHO (World Health Organization) telah mengganti
istilah prematur tentang bayi tentang berat lahir rendah (BBLR) atau Low Birth
Weight Baby. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi tentang berat kurang dari
2500 gram pada lahir waktu lahir disebut bayi prematur. Seorang bayi prematur
belum berfungsi seperti bayi matur, oleh sebab itu bayi akan banyak mengalami
kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya (Prawirohardjo,2004)
Setiap tahun diperkirakan bayi lahir sekitar 350.000 bayi prematur atau
berat badan lahir rendah di Indonesia. Tingginya kelahiran bayi prematur tersebut
karena saat ini 30 juta perempuan usia subur yang kondisinya kurang energi
kronik dan sekitar 80% ibu Nifas menjalani anemia difisiensi gizi. Tingginya yang
kurang gizi mengakibatkan pertumbuhan janin terganggu sehingga beresiko lahir
tentang berat badan di bawah 2500 gram (Manuaba,2003).
Bayi yang lahir tentang berat badan yang rendah rentan mengalami
berbagai komplikasi, baik sesaat setelah dilahirkan dan dikemudian hari, jika tidak
langsung mendapat perawatan yang tepat, inilah yang banyak dikhawatirkan para
ibu, terutama yang tengah menanti kelahiran si bayi, tidak ada cara pasti untuk
benar-benar mencegah kelahiran bayi prematur.
Bayi prematur membutuhkan dukungan nutrisi yang khusus oleh karena
derajat imaturitas biokomianya yang tinggi, laju pertumbuhannya yang cepat dan
dapat terjadi insiden komplikasi medik yang lebih besar. Bayi yang lahir prematur
juga harus diberi vaksinasi agar terhindar dari penyakit menular mematikan.
Pemberian imunisasi ini harus dikonsultasikan lebih dulu tentang dokter,
demikian juga tentang pemberian makan semi padat (Muchtar, 2004).
Untuk bayi yang lahir secara prematur tentang berat badan diatas 2000
gram, anak sudah bisa mendapatkan ASI dari si Ibu, tetapi juga ada bayi yang
belum bisa menyerap ASI, saluran cerna yang belum matang juga akan
menimbulkan dampak pada bayi prematur. Bayi prematur diharuskan dibuat di
inkubator, karena bayi tersebut seharusnya masih berada di dalam kandungan
tentang segala kenyamanannya berjuang beradaptasi tentang dunia luar. Inkubator
untuk menjaga suhu bayi supaya tetap stabil, akibat sistem pengaturan suhu dalam
tubuh bayi prematur belum sempurna, maka seharusnya bisa naik dan turun secara
drastis. Ini tentu bisa membahayakan kondisi kesehatannya. Selain itu otot-
ototnya pun relatif lebih lemah, sementara cadangan lahir cukup bulan (Muchtar,
2004).
Masalah yang harus dihadapi oleh semua bayi neonatal terhadap lebih
banyak pada bayi prematur misalnya, mereka membutuhkan oksigen tiga kali
lebih banyak dibandingkan tentang bayi yang cukup umur, karena pusat
pernafasan belum sempurna. Bayi prematur memerlukan pemberian makanan
yang khusus tentang alat penetes obat atau pipa karena refleks menelan dan
menghisap yang lemah. Kehangatan bayi prematur harus diperhatikan diperlukan
peralatan khusus untuk memperoleh suhu yang hampir sama tentang suhu dalam
rahim (Hurlock, 2002).
Selama bayi berada di rumah sakit dan di bawah perawatan dokter, Bidan
dan Perawat, orang tua tidak terlampau khawatir tentang ketidak berdayaannya,
akan tetapi bila bayi sudah dibawa pulang dan orang tua bertanggung jawab atas
perawatannya, maka ketidakberdayaan bayi menjadi bahaya psikologi yang hebat.
Dari survey awal di dapat dari rekam medik RSUD Pariaman Tahun 2013
terdapat 917 persalinan. Dari persalinan tersebut terdapat 220 kasus bayi prematur
dan sudah 29 orang diantaranya meninggal dunia.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Bayi
Prematur di RSUD Pariaman Tahun 2014”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Perawatan Bayi Prematur di RSUD Pariaman Tahun 2014”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Perawatan Bayi Prematur di RSUD Pariaman tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas di RSUD Pariaman
Tahun 2014
1.3.2.2 Untuk mengetahui kejadian bayi prematur di RSUD Pariaman
1.3.2.3 Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang
perawatan bayi prematur di RSUD Pariaman
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pendidikan
Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa/i tentang perawatan bayi prematur
dan sebagai bacaan di perpustakaan Jurusan Kebidanan di Akademi
Kebidanan Sumatera Barat
1.4.2 Bagi Masyarakat
Untuk menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu tentang
perawatan bayi prematur.
1.4.3 Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang perawatan bayi prematur
dan juga sebagai pengalaman penulis dalam mengaplikasikan riset
keperawatan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
Tentang Perawatan Bayi Prematur di RSUD Pariaman Tahun 2014. Variabel yang
digunakan adalah variabel independen tingkat pengetahuan, sedangkan variabel
dependen Perawatan Bayi Prematur. Penelitian ini direncanakan pada bulan
Desember tahun 2014. Populasi penelitian adalah seluruh ibu nifas yang berada
di RSUD Pariaman. Teknik pengambilan sampel dilakukan tentang cara
accidental sampling. Jenis penelitian metode deskriptif analitik dan desain penelitian
penelitian cross sectional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengetahuan
2.1.1.1 Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
(Notoatmodjo, 2003: 127).
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa prilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rongers yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003: 128)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri
seseorang tersebut terjadi proses berurutan yaitu :
1. Awareness (Kesadaran)
yaitu orang tersebut menyadari arti mengetahui objek terlebih dahulu.
2. Interest (merasa tertarik)
yaitu orang mulai tertarik kepada objek.
3. Evaluation (menimbang-nimbang)
7
yaitu menimbang-nimbang baik dan tidaknya objek tersebut bagi dirinya.
4. Trial
yaitu dimana orang telah mencoba perilaku baru.
5. Adaption
yaitu subjek telah berprilaku baru sesuai tentang pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap objek.
2.1.1.2 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005) ada beberapa cara untuk memperoleh
pengetahuan, yaitu :
1. Cara Coba-Salah (Trial and Error)
Cara coba-coba ini dilakukan tentang menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba
tentang kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba
kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and errol (gagal atau
salah) atau metode coba-salah/ coba-coba.
2. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan
tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan
turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Tentang kata lain,
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu
pengetahuan.
Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh
orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan
kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran
sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut
menganggap bahwa yang dikemukakannya adalah benar.
3. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah ini
mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan,
atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.
4. Melalui Jalan Pikiran
Sejalan tentang perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut
berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuannya. Tentang kata lain, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi
maupun deduksi.
5. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis,
logis, dan ilmiah. Cara ini disebut ”metode penelitian ilmiah”.
1.1.1.3 Faktor-faktor yang Berhubungan tentang Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah :
1. Pengalaman
Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, baik dari
pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut dilakukan tentang cara
pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil maka orang akan menggunakan cara
tersebut dan bila gagal tidak akan mengulangi cara itu.
2. Pendidikan
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima
informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.
3. Kepercayaan
Adalah sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian tanpa
menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan. Sering diperoleh dari orang tua,
kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan
dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Kepercayaan berkembang dalam
masyarakat yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama. Kepercayaan
dapat tumbuh bila berulang kali mendapatkan informasi yang sama.
1.1.1.4 Tingkat Pengetahuan
Tingkat ini bertujuan untuk mengelompokkan tingkah laku suatu
masyarakat atau individu yang diinginkan, bagaimana individu itu berfikir,
berbuat sebagai hasil dari suatu unit pengetahuan yang telah diberikan.
Menurut Notoatmodjo (2003: 128) pengetahuan yang dicakup di dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkat, yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang
diterima. Untuk mengetahui orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
tentang menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan
sebagainya. Contohnya : dapat menyebutkan tentang persiapan persalinan.
2) Memahami (Comprehensive)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat mengintervensikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari dalam situasi yang real. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi
atau pengumuman hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas,
menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan tentang kemampuan unuk melakukan penilaian terhadap suatu
objek. Penilaian ini berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang ada.
Pengukuran pengetahuan responden diteliti hanya sampai tahu (know) dan
memahami (comprehensive) saja. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
tentang menggunakan kuisioner yang menanyakan tentang pengetahuan ibu hamil
tentang kehamilan resiko tinggi.
2.1.2 Bayi Prematur
2.1.2.1 Pengertian
Bayi prematur atau bayi pre-term adalah bayi yang berumur keNifasan
kurang dari 37 mingggu tanpa memperhatikan berat badan. Sebagian besar bayi
lahir tentang berat badan kurang dari 2500 gram adalah bayi prematur (Surasmi,
2003).
2.1.2.2 Derajat Bayi Prematur
Derajat bayi prematur menurut Usher (1975) menggolongkan bayi
prematur dalam 3 kelompok :
1. Bayi yang sangat prematur ( extremely premature ) 24-30 minggu.
2. Bayi derajat prematur yang sedang (moderately premature) 31-36
minggu.
3. Boderline premature : masa gestasi 37-38 minggu. (Prawirohardjo,
2002).
2.1.2.3 Faktor-Faktor Menyebabkan Terjadinya Persalinan Prematur
Faktor-faktor menyebabkan terjadinya persalinan prematur adalah :
a) Faktor Ibu
1. Gizi saat Nifas yang kurang.
2. Riwayat keNifasan Prematur sebelumnya.
3. Penyakit menahun Ibu
4. Umur < 20 tahun atau > 35 tahun.
b) Faktor KeNifasan
1. Nifas tentang hidramnion.
2. Nifas ganda.
3. Perdarahan anterpartum.
4. Komplikasi Nifas : Pre-eklampsia / eklampsia, KPD.
c) Faktor Janin
1. Cacatan bawaan.
2. Infeksi dalam rahim
d) Faktor yang belum diketahui ( Manuaba, 2003 ).
2.1.2.4 Karakteristik Bayi Prematur
Adapun karakteristik bayi prematur adalah : berat badan kurang dari 2500
gr, panjang < 45 cm, umur keNifasan < 37 minggu, kulit transparan, otot-otot
lemah, pernapasan tidak teratur, lingkaran dada < 30 cm, lingkaran kepala < 33
cm (Manuaba, 2003).
2.1.2.5 Kelainan Yang Sering Timbul
Karena kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuh bayi prematur baik
anotomik maupun psiologik maka mudah timbul beberapa kalainan seperti :
a. Suhu Tubuh
b. Pernapasan
c. Gangguan Alat Pencernaan
d. Hepar Yang Immatur
e. Ginjal Yang Immatur
f. Pendarahan diotak
g. Gangguan Imonologi (Prawirohardjo, 2002)
2.1.2.6 Perawatan Bayi Prematur
Mengingat belum sempurnanya kerja alat tubuh untuk pertumbuhan dan
penyesuaiaan diri tentang lingkaran hidup diluar uterus, maka perawatan
pengawasan bayi prematur adalah :
1) Pengaturan Suhu
Bayi prematur yang capat akan kehilangan panas karena pusat
pengaturan panas badan belum berfungsi tentang baik, metabolismenya
rendah. Oleh karena itu bayi prematur harus dirawat dalam inkubator,
sehingga panas badannya mendekati suhu dalam rahim (Prawirohardjo,
2002)
2) Makanan Bayi
Refleks isap, telan dan batuk belum sempurna, lambung kecil daya
enzim pencernan terutama lipase masih kurang. Bayi tentang berat badan
kurang dari 1500 gr kurang mampu mengisap ASI atau susu botol, dalam
hal ini diberi minuman melalui sonde lambung. Tetapi bila daya isap kecil
ASI dapat dipompa dan diberi tentang sendok. (Prawirohardjo, 2002).
3) Mencegah Infeksi
Bayi prematur mudah sekali terkena infeksi, karena pembentukan
antibodinya belum sempurma dan juga kamampuan leukosit masih kurang
(Manuaba, 2003).
2.2 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo).
Kerangka konsep penelitian yang berjudul “Gambaran Tingkat
Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Bayi Prematur di RSUD Pariaman
Tahun 2014 dapat digambarkan pada skema 3.1. berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Bayi
Prematur di RSUD Pariaman Tahun 2014
Tingkat Pengetahuan
Bayi Prematur
2.3 Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah menyusun pengertian untuk suatu variabel dan
menggambarkan aktivitas yang diperlukan untuk mengukurnya (Brockopp
Dorothy, 2000).
No Variabel Defenisi
Operasional
Alat
ukur
Cara ukur Hasil ukur Skala
ukur
1 Tingkat
Pengetahuan
Tingkat
pengetahuan ibu
nifas dalam
memahami
terhadap
perawatan bayi
prematur
Kuesioner Tentang
mengajukan
pertanyaan
tertutup dari
20 pertanyaan
betul bernilai
1 dan salah 0
Kategori
1. Tinggi jika nilai > 50%
2. Rendah jika nilai ≤ 50 %
Ordinal
2 Perawatan
bayi
prematur
bayi yang
berumur
kehamilan
kurang dari 37
mingggu tanpa
memperhatikan
berat badan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif analitik dan desain
penelitian penelitian cross sectional dimana variabel independen yaitu tingkat
pengetahuan dan variabel dependen perawatan bayi prematur dikumpulkan dalam
waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2002: 26).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di RSUD Pariaman. Penelitian ini
telah dilaksanakan bulan Desember tahun 2014.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang ada di RSUD Pariaman
tahun 2014 yang berjumlah
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang dipilih oleh peneliti untuk berpartisipasi
dalam suatu penelitian. Sampel pada penelitian ini di ambil dengan menggunakan teknik
”accidental sampling” artinya sampel yang diambil yaitu ibu hamil yang datang ke RSUD
Priaman saat penelitian berlangsung, yang berjumlah orang.
23
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data yang diperoleh dengan menggunakan alat bantu kuesioner yang diisi
langsung oleh responden.
3.4.2 Data Sekunder
Data yang diperoleh dari RSUD Pariaman.
3.5 Teknik Pengolahan Data
3.5.1 Pemeriksaan Data (Editing)
Setelah kuesioner diisi dan dikembalikan oleh responden, kemudian diperiksa
untuk memastikan data yang benar, bersih dan terisi lengkap. Yang dilakukan pada
kegiatan pemeriksaan data ini ialah menjumlah dan melakukan korelasi. Menjumlah
ialah menghitung banyaknya lembaran daftar pertanyaan apakah sesuai denagn jumlah
yang telah ditentukan. Korelasi ialah proses membenarkan atau menyelesaikan hal -hal
yang salah atau kurang jelas.
3.5.2 Pengkodean Data (Coding)
Setelah dilihat data yang diisi dengan lengkap lalu dilakukan pemberian nomor
pada setiap jawaban agar mempermudah dalam mengolah data. Tingkat pengetahuan
kalau benar di beri kode 1 dan salah di beri kode 0 sedangkan perawatan bayi prematur
di beri kode ya jika skor ≥ 6-10 dan tidak jika skor < 6.
3.5.3 Memasukkan Data (Entry)
Memasukkan data yang telah diberi kode kedalam tabel dan diolah melalui
komputer, dengan menggunakan program SPSS ( Statistical Product And Service
Solutions ).
3.5.4 Pembersihan Data (Cleaning)
Setelah dientry, data diperiksa kembali sehingga benar-benar bersih dari
kesalahan.
3.6 Analisis Data
3.6.1 Analisis Univariat
Analisis univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian,
yaitu tingkat pengetahuan ibu hamil dengan kehamilan resiko tinggi (Notoatmodjo,
2002: 187). Untuk menentukan persentase digunakan rumus sebagai berikut :
100xn
FP %
Keterangan :
P = Persentase data yang dicari
F = Jumlah frekuensi nilai jawaban yang benar (jumlah skor)
n = Jumlah seluruh item yang dinilai (jumlah sampel)
(Arikunto, 2002: 37).
3.6.1.1 Tingkat Pengetahuan
Untuk mengetahui pengetahuan responden terlebih dahulu diberi skor pada
setiap pertanyaan yang terdiri dari 20 item pertanyaan. Jawaban yang dianggap benar
diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0.
Menurut Arikunto (2006: 253) penilaian tingkat pengetahuan dibagi 2 yaitu :
a. Tinggi : Jika nilai > 50%
b. Rendah : Jika nilai ≤ 50%
3.6.1.2 Kehamilan Resiko Tinggi
Kehamilan resiko tinggi di lihat dari skor Poedji Rochjati :
a. Ya : Skor ≥ 6-10
b. Tidak : Skor < 6
3.6.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan program
SPSS ( Statistical Product And Service Solutions ) untuk menguji hipotesis, apakah ada
hubungan tingkat pengetahuan dan status ekonomi ibu hamil dengan kehamilan resiko
tinggi dengan menggunakan uji chi- square ( x2 ) dengan derajat kepercayaan 95 %.
Rumus Uji Chi-Squere menurut Eko Budiarto (2002: 216) :
E
EX
22 )0(
Keterangan :
X2 = Chi-squere
0 = Nilai pengamatan
E = Nilai harapan
Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas
kemaknaan α = 0,05 sehingga bila :
P ≤ 0,05 hasil statistik dinilai bermakna, jika P > 0,05 maka hasil statistik tidak bermakna.
A. Populasi dan Sampel
a) Populasi
Populasi adalah seluruh kelompok yang terdiri dari manusia atau benda
yang memenuhi kumpulan kriteria yang sudah ditetapkan oleh peneliti (Aan
Patricia, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang berada di
wilayah kerja RSUD Pariaman sebanyak 917 orang.
b) Sampel
Sampel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian atau faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan
diteliti (Sumardi, 2000). Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan
secara accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang kebetulan ada di
lokasi peneliti sewaktu peneliti melakukan pengambilan data.
Sampel pada penelitian ini adalah ibu nifas yang datang ke RSUD Pariaman
pada bulan Desember 2014.
B. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan tentang cara memberikan kuesionerkuesioner
penelitian tentang perawatan bayi prematur yang terdiri dari 20 item pertanyaan
tentang pilihan jawaban multiple choice. Adapun proses pengumpulan data
dilakukan tentang terlebih dahulu meminta izin dari bagian pendidikan, kemudian
meminta izin kepada Direktur RSUD Pariaman.
Setelah itu peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden untuk
berpartisipasi dalam penelitian. Setelah itu peneliti menjelaskan cara pengisian
kuesioner. Bila ada hal-hal yang kurang jelas tentang cara pengisian kuesioner dan
setelah kuesioner terisi tentang lengkap, peneliti mengumpulkan kembali
kuesioner tersebut.
C. Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan, maka dilakukan pengolahan data tentang
langkah-langkah sebagai berikut :
a) Editing
Dilakukan pengecekan kelengkapan pada data yang telah terkumpul, jika
terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data akan
diperbaiki tentang pemeriksaan dan dilakukan pendataan ulang terhadap
responden.
b) Coding
Pemberian kode dalam bentuk angka pada setiap data yang telah
terkumpul untuk mepermudah memasukkan data ke dalam data tabel.
c) Tabulating
Memasukkan data yang telah terkumpul ke dalam bentuk distribusi
frekuensi.
D. Analisa Data
Dalam penelitian ini, analisa data akan dilakukan secara deskriptif tentang
melihat frekuensi, persentase, mean, median, modus, standar deviasi yang
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Selanjtnya akan dilakukan
pembahasan penelitian tentang menggunakan teori dan tinjauan kepustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,s, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi V,
Rineka Cipta, Jakarta
Clover, dkk, 1995, Perawatan Bayi Prematur, Arca : Jakarta
Nifaston, 1995, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi Enam, EGC :
Jakarta
Nursalam, 2002, Manajemen Keperawatan, Edisi Pertama, Salemba Medika :
Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Ilmu Kebidanan, Edisi Tiga Cetakan Keenam –
Jakarta
Notoatmodjo S, 2003, Metodologi Penelitian, Jakarta
Tucker Martin Susan, 1998, Standar Perawatan Pasien, EGC : Jakarta
Manuaba Ida Bagus Gde, 1998, Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan, EGC : Jakarta
Pasponegoro, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Pasien, EGC : Jakarta
Surasmi Asnining, dkk, 2003, Perawatan Bayi Resiko Tinggi, EGC : Jakarta