Post on 03-Oct-2021
GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KEK YANG
MENDAPATKAN TABLET TAMBAH DARAH
PADA SISWI SMAN 3 KOTA TERNATE, WILAYAH SUBURBAN
HASNA SOLEMAN
K21116721
PROGRAMSTUDIILMU GIZI
FAKULTASKESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
1
2
3
4
RINGKASAN
Universitas Hasanuddin
Fakutas Kesehatan Masyarakat
Program Studi Ilmu Gizi
Makassar, Agustus 2018
Hasna Soleman
“Gambaran Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Kekurangan Energi
Kronik yang Mendapat Tablet Tambah Darah di SMA Negeri 3 Kota
Ternate Wilayah Sub Urban”
Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja putri adalah kurangnya
asupan zat gizi yang menyebabkan masalah seperti Kekurangan Energi Kronis
(KEK). Masalah tersebut akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan
masyarakat. Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri merupakan program
yang telah ditetapkan oleh pemerintah sejak tahun 2016 sebagai penunjang untuk
mencegah secara dini timbulnya masalah gizi seperti anemia, pemberian TTD
kepada remaja putri adalah upaya pemerintah menaggulangi anemia lebih dini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian anemia pada remaja
putri KEK yang mendapat TTD di SMAN 3 Kota Ternate.Jenis penelitian
observasional dengan pendekatan Kuantitatif. Jumlah sampel 45 orang didapat
dengan purposive sampling berdasarkan kriteria antara lain remaja putri kelas X
dan XI, memiliki lingkar lengan atas <23,5cm dan mengkonsumsi Tablet Tambah
Darah. Intrumen penelitian menggunakan kuesioner dan alat ukur
antropometri.Asupan zat gizi diukur dengan Semi quantitatif food frequency
questionnaire.sedangkan status gizi ditentukan dengan pengukuran LiLA. Data
dianalisis menggunakan SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 45 remaja putri KEK umumya berusia
15 tahun, pekerjaan ayah dominan wiraswasta 33,3% dan pekerjaan ibu dominan
ibu rumah tangga 75,6%. Dari segi asupan remaja putri 100% kekurangan
mengkonsumsi energi, asam folat, Fe dan zink. Untuk konsumsi TTD sebanyak
86,7% remaja putri tidak pernah mengkonsumsi TTD, mengkonsumsi tidak rutin
6,7% dan tidak mengkonsumsi 6,7% kemudian untuk remaja putri anemia
sebanyak 48,9%.
Disarankan kepada puskesmas dan sekolah untuk mengatur jadwal konsumsi TTD
disekolah dan melakukan pemantauan agar remaja putri rutin mengonsumsi TTD.
Kata Kunci : KEK, anemia, asupan, TTD
PUSTAKA : 86 (1989-2017)
5
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini yang berjudul “Gambaran Kejadian Anemia Pada Remaja Putri
KEK Yang Mendapat Tablet Tambah Darah di SMA Negeri 3 Kota
Ternate” sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.Salam dan shalawat tak lupa
penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun khasanah bagi
umat manusia.
Dengan usaha dan Doa akhirnya saya bisa menyelesaikan Skripsi ini dengan
melewati banyak ujian yang dapat memberikan saya banyak ilmu dan
pengalaman. Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
sehingga pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati yang
sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua
orangtua penulis yaitu, Ayahanda Alm.Soleman A.Karim dan Ibunda Asiya
Yusuf yang telah membesarkan dan mendidik dengan penuh kesabaran. Teruntuk
ibu mertua tersayang Ramuna Hi.Saleh terima kasih atas doa serta kesabarannya,
kepada buah hatiku bunda Shabrina Azurah Torid dan Shabara Alsudais
Torid yang rela di tinggalkan selama bunda menjalankan study serta untuk suami
6
tercinta IPDA Sofyan Torid, SH yang selalu ada dalam situasi apapun yang
memberi motivasi, cinta, kasih sayang, waktu dan pengorbanannya yang tiada
hentinya serta dukungan dan doa kepada bunda selama menjalani proses study
hingga sekarang, tak lupa pula untuk saudara tersayang yang tak pernah henti
memberi dukungan dan semangat.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis persembahkan kepada
Dr.dr.Citrakesumasari, M.Kes., Sp.GK selaku Ketua Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.. Rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada Ayahanda dr. Djunaidi M Dachlan, MS sebagai
Pembimbing I dan Kakak tercintaSabaria Manti Battung, SKM.,M.Kes.,M.Sc
sebagai Pembimbing II dan juga penasehat akademik yang saya cintai yang selalu
memberikan masukan, bimbingan dan arahan serta motivasi sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
Ucapan terima kasih juga penulis persembahkan kepada tim penguji Ibu Dr.
Nurhaedar Jafar, Apt.,M.Kes, Bapak Dr. Aminuddin Syam, S.KM.,
M.Kes.,M.Med.ED dan Bapak Andi Imam Arundhana, S.Gz. atas segala
masukan, kritik dan sarannya serta motivasi yang telah diberikan kepada penulis.
Dalam kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada:
1. Bapak Dr. Aminuddin Syam, S.KM., M.Kes., M.Med.ED selaku Dekan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin beserta jajaran dan
seluruh staf atas bantuannya selama menempuh pendidikan.
7
2. Seluruh Dosen-dosen Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin atas ilmu pengetahuan yang diberikan serta
bimbingan dan arahan kepada penulis selama menempuh pendidikan di
Program Studi Ilmu Gizi.
3. Para staff Departement Ilmu Gizi kak Yessi, kak Sri, serta Rizalyang selalu
membantu dan memberikan nasehat-nasehat serta arahan juga candaan dan
keisengannya.
4. Pemerintah Kota Ternate, Kepala sekolahserta guru dan staf SMA Negeri 3
Kota Ternate atas bantuannya selama penelitian berlangsung. Serta seluruh
responden yang telah memberikan waktunya selama penelitian ini
berlangsung.
5. Kepala Puskesmas Gambesi, dan Teman-teman Gizi Puskesmas Gambesi
yang telah membantu penulis selama penelitian berlangsung, khususnya
sahabat saya selaku koordinator pada penelitian ini.
6. Pemerintah Provinsi Maluku Utara khususnya Dinas Kesehatan Provinsi
Maluku Utara, atas bantuan dana yang diberikan.
7. Teman seperjuangan dari Propinsi Maluku Utara dalam pengerjaan Skripsi
Siamfitriah, S.Gz, Dahniar, S.Gz dan Kanda Syarifuddin, SKM,
M.MKes
8
8. Untukmu “yeoungWonHi ciNgu”, Nyai Siamfitriah, S.Gz, Siti Riyaumul
Yaimah, S.Gz dan Yusuf Amir, S.Gz, atas segala bantuan doa dan
kebersamaanya, terima kasih untuk suka duka juga cerita kita selama ini.
9. Teman-teman seperjuangan Tubel angkatan 2016 yang telah berbagi suka
dan duka, serta senantiasa memiliki rasa senasib dan sepenanggungan.
10. Teman-teman Alumni Gizi Angkatan 01/07 yang selalu spesial di hati
penulis.
11. Teruntuk Diah dan Nisa atas perhatian dan pengertiannya kepada anak kos,
sehingga memberikan bantuan lauk berupa ikan pampis, dabu-dabu roa dan
abon ikan, kami ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya, kepada Itamasita
yang sampai saat ini kiriman bantuan makanan berupa sagu, ikan tore, dan
dabu-dabu roa yang belum tiba hingga saat ini sampai penulis sudah mau
hampir wisuda, namun tidak mengapa karena mungkin alamat palsu. Sekali
lagi kami tidak masalah, mohon jangan keluar dari group.
12. Semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu yang sempat
menorehkan warna di hidup penulis. Terima kasih telah banyak memotivasi
dan membantu selama ini.
Semoga Allah SWT membalasnya dengan hal yang lebih baik.Sebab daya dan
upaya yang penulis miliki pun asalnya hanya dari-Nya.Sebagai manusia biasa
yang tidak luput dari kesalahan, penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini
masih jauh dari kesempurnaan.
9
Oleh karena itu, penulis memohon maaf, serta dengan kerendahan hati
menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca.Demikianlah, semoga
hasil penelitian ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dan khususnya
teruntuk penulis.
Makassar, 02 Agustus 2018
Penulis
Hasna Soleman
10
DAFTAR ISI
SAMPUL ....................................................................................................... i
RINGKASAN ..................................................................................................ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .........................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Remaja Putri ....................................... 8
B. Tinjauan Umum Tentang Status Gizi ........................................... 9
11
C. Tinjauan Umum Tentang Kurang Energi Kronis ........................ 11
D. Tinjauan Umum Tentang Anemia ………................................... 13
I. Kerangka Teori ............................................................................ 23
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian .......................................... 23
B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ................................. 25
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................... 31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 31
C. Populasi dan Sampel .................................................................... 31
D. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 32
E. Pengolahan dan Analisis Data...................................................... 34
F. Penyajian Data ............................................................................ 36
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi ............................................................ 37
B. Hasil Penelitian ........................................................................... 39
12
C. Pembahasan.................................................................................. 59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 72
B. Saran.............................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Rata-rata BB dan TB Wanita Berdasarkan Usia
Tabel 2.2 Batas Normal Kadar Hb Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Tabel 5.1 Data Jumlah Siswa SMAN 3 Kota Ternate Tahun Ajar 2017/2018 38
Tabel 5.2 Distribusi LiLA Respondend Berdasarkan Kelas 39
Tabel 5.3 Distribusi Umur Responden Berdasarkan LiLA 40
Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Keluarga Responden 41
Tabel 5.5 Distribusi Gambaran Konsumsi TTD Program dan Non Program pada
Remaja Putri KEK 42
Tabel 5.6 Distribusi Karakteristik Lingkungan Rumah Responden 43
13
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Sarapan Responden 45
Tabel 5.8 Distribusi Asupan Zat Gizi Makro Responden 46
Tabel 5.9 Distribusi Asupan Zat Gizi Mikro Responden 47
Tabel 5.10 Distribusi Pola Konsumsi Makanan Pokok 48
Tabel 5.11 Distribusi Pola Konsumsi Lauk Pauk 49
Tabel 5.12 Distribusi Pola Konsumsi Sayur-sayuran 50
Tabel 5.13 Distribusi Pola Konsumsi Buah-buahan 52
Tabel 5.14 Distribusi Pola Konsumsi Minyak 53
Tabel 5.15 Distribusi Pola Konsumsi Makanan Olahan 54
Tabel 5.16 Distribusi Pola Konsumsi Minuman 55
Tabel 5.17 Distribusi Pola Konsumsi Cemilan 56
Tabel 5.18 Distribusi Pola Konsumsi Makanan Jadi 57
Tabel 5.19 Distribusi Gambaran Hasil Pemeriksaan Haemoglobin pada Remaja
Putri KEK 58
Tabel 5.20 Distribusi Gambaran Kejadian Anemia Terhadap Remaja Putri KEK
58
14
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori 23
Gambar 3.1 Kerangka Konsep 24
Gambar 4.1 Cara Pengukuran LiLA 33
DAFTAR LAMPIRAN .
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Hasil Analisa
Lampiran 3 Tabel Pola Konsumsi
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian
Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup
15
DAFTAR SINGKATAN .
AKG Angka Kecukupan Gizi
ASI Air Susu Ibu
Balita Bayi Lima Tahun
BB/U Berat Badan/Umur
BBLR Berat Badan Lahir Rendah
Cm Centimeter
Depkes Departemen Kesehatan
Dll Dan Lain-lain
Fe Zat besi
Hb Hemoglobin
Hr Hari
IMT Indeks Massa Tubuh
IPA Ilmu Pengetahuan Alam
IPS Ilmu Pengetahuan Sosial
IQ Intelligence Quotient
IRT Ibu Rumah Tangga
Kakanwil Kepala Kantor Wilayah
KEK Kurang Energi Kronis
Kg Kilogram
Kkal Kilokalori
KKM Kriteria Ketuntassan Minimal
LDL Low Density Lipoprotein
LiLA Lingkar Lengan Atas
M Meter
Mg Miligram
Mggu Minggu
Ml Mililiter
PDAM Perusahaan Daerah Air Minum
PKPR Program Kesehatan Peduli
Remaja
16
PMT Pemberian Makanan
Tambahan
PNS Pegawai Negeri Sipil
PSG Pengukuran Status Gizi
Riskesdas Riset Kesehatan Dasar
SPAL Saluran Pembuangan Air
Limbah
SPSS Statistical Product and Service
Solution
TNI Tentara Nasional Indonesia
TTD Tablet Tambah Darah
UMK Upah Minimum
Kabupaten/Kota
URT
WHO
Ukuran Rumah Tangga
World Health Organization
WUS Wanita Usia Subur
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling sering dijumpai di
negara-negara maju maupun berkembang.Meskipun penyebab utama adalah
kekurangan zat besi.Namun anemia juga merupakan masalah kurang gizi
mikro yang cukup besar di dunia dengan prevalensi 40% (WHO, 2005).
Anemia umumnya banyak terjadi di Negara berkembang dan pada kelompok
sosial ekonomi rendah(Siahaan, 2012).
Di Indonesia, anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi
(di samping tiga masalah gizi lainnya, yaitu : kurang kalori protein, defisiensi
vitamin A, dan gondok endemik) yang utama di Indonesia. Dampak
kekurangan zat besi pada wanita hamil dapat diamati dari besarnya angka
kesakitan dan kematian maternal, peningkatan angka kesakitan dan kematian
janin, serta peningkatan resiko terjadinya berat badan lahir rendah. Penyebab
utama kematian maternal antara lain pendarahan pascapartum (di samping
ekslampsia, dan penyakit infeksi ) dan plasenta previa yang kesemuanya
bersumber pada anemia defisiensi (Arisman, 2009).
Anemia gizi besi merupakan masalah gizi yang paling banyak
dijumpai pada kelompok usia produktif. Sekitar sepertiga remaja dan WUS
menderita anemia gizi besi dan berlanjut pada masa kehamilan.Anemia gizi
besi dijumpai pada 40% ibu hamil. Kekurangan Energi Kronis (KEK)
dijumpai pada wus usia 15-49 tahun yang ditandai dengan proporsi
18
LILA<23,5 cm, sebesar 24,9% pada tahun 1999 dan menurun menjadi 16,7%
pada tahun 2003. Pada umumnya proporsi WUS dengan risiko KEK cukup
tinggi pada usia muda (15-19 tahun), dan menurun pada kelompok umur lebih
tua, kondisi ini memprihatinkan mengingat WUS dengan risiko KEK
cenderung melahirkan bayi BBLR yang akhirnya akan menghambat
pertumbuhan pada anak usia balita(Azwar, 2004).
Intervensi pada kelompok ini khususnya usia 15-19 tahun selama ini
belum menjadi prioritas program perbaikan gizi. Untuk peningkatan status
gizi penduduk, kelompok umur harus menjadi prioritas untuk masa yang akan
datang, dengan menggunakan asumsi penurunan yang terjadi pada periode
1999-2003 sekitar 5 -8% (tergantung pada kelompok umur), maka pada
tahun 2015 proporsi KEK usia 15-19 tahun diharapkan turun menjadi 20%.
Dengan asumsi penurunan proporsi KEK pada kelompok WUS 15-19 tahun,
diharapkan dapat meningkatkan kualitas bayi yang dilahirkan dan perbaikan
status gizi balita.Akibat jangka panjang dari anemia pada remaja putri adalah
apabila remaja putri hamil, maka ia akan mampu memenuhi kebutuhan zat-
zat gizi bagi dirinya dan juga janin dalam kandungannya. Oleh karena itu
keguguran, kematian bayi dalam kandungan, berat badan lahir rendah atau
kelahiran prematur rawan terjadi pada ibu hamil yang menderita anemia
(Depkes, 1998).
Apabila dibandingkan dengan laki-laki, wanita cenderung lebih sering
menderita anemia terumama wanita saat dalam keadaan hamil, wanita usia
muda, dan miskin). Hal ini sesuai dengan keadaan fisiologis wanita yang
19
mengalami peningkatan kebutuhan zat besi pada saat dalam keadaan hamil,
dan pada saat perdarahan melalui kejadian mestruasi yang terjadi setiap
bulannya (Depkes, 2003).
Berdasarkan data WHO tahun 2011 untuk prevalensi anemia pada ibu
hamil dan wanita usia subur hampir semua negara memiliki masalah anemia
dengan jumlah prevalensi diatas 5%, bahkan sebagian besar negara-negara di
Afrika memiliki prevalensi diatas 40 - 49,6%. Indonesia sendiri berada pada
kisaran 20 – 40 % dan hal ini tergolong moderet.(WHO,2015)
Anemia pada ibu hamil dihubungkan dengan meningkatnya kelahiran
prematur, kematian ibu dan anak dan penyakit infeksi.Anemia defisiensi besi
pada ibu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan berkembangan janin/bayi
saat kehamilan maupun setelahnya. Riskesdas 2013 mendapatkan anemia
terjadi pada 37,1% ibu hamil di Indonesia, 36,4% ibu hamil di perkotaan dan
37,8% ibu hamil di perdesaan. Untuk mencegah anemia setiap ibu hamil
diharapkan mendapatkan tablet tambah darah (TTD) minimal 90 tablet
selama kehamilan. Hasil PSG 2016 mendapatkan hanya 40,2% ibu hamil
yang mendapatkan TTD minimal 90 tablet lebih rendah dari target nasional
tahun 2016 sebesar 85% (Kementerian, 2017).
Asupan energi dan protein yang tidak mencukupi pada ibu hamil
dapat menyebabkan Kurang Energi Kronis (KEK).Ibu hamil dengan KEK
berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) juga dapat menjadi
penyebab tidak langsung kematian ibu.Untuk itu bagi ibu hamil risiko KEK,
20
yaitu yang memiliki Lingkar Lengan Atas (LILA) <23,5cm, diberikan
makanan tambahan. Hasil PSG 2016 didapatkan 79,3% ibu hamil risiko KEK
mendapatkan makanan tambahan lebih besar dari target nasional tahun 2016
sebesar 50%(Kementerian, 2017).
Data dari Dinkes Provinsi Malut tahun 2016 adalah jumlah estimasi
ibu hamil sebesar 39.023 dan dari data tersebut yang terdeteksi menderita
KEK adalah sebanyak 3.156 atau sebesar 8%, kemudian mendapatkan PMT
ibu hamil sebesar 1.280 atau sebesar 40,7%. Sedangkan untuk jumlah data
anemia dari 22.200 ibu hamil yang diperiksa diperoleh hasil sebanyak 2.283
ibu hamil menderita anemia atau sebesar 10,3% (Dinkes, 2017)
Berdasarkan data laporan Dinas Kesehatan Kota Ternate tahun 2016
adalah jumlah estimasi ibu hamil sebesar 4.803 dan dari data tersebut yang
terdeteksi menderita KEK adalah sebanyak 913 atau sebesar 19%, kemudian
yang mendapatkan PMT ibu hamil sebesar 159 atau sebesar 17,4%.
Sedangkan untuk jumlah data anemia dari 4.606 ibu hamil yang diperiksa
terdeteksi sebanyak 1.138 ibu hamil menderita anemia atau 24,7%. Untuk
data remaja putri sendiri yang diperoleh adalah data jumlah sasaran remaja
putri sebesar 10706 remaja putri dan yang mendapat tablet tambah darah
sebesar 4.289 remaja putri atau 40%. Target untuk pemberian tablet tambah
darah remaja putri adalah 10% namun disaat program berjalan mencapai
17%(Dinkes, 2017).
21
Dari data yang diperoleh sebelumnya dapat dilihat bahwa belum ada
data tentang KEK dan anemia pada remaja putri yang terdeteksi anemia,
padahal berdasarkan tujuan dari pemberian tablet tambah darah pada remaja
putri adalah untuk mencegah secara dini kejadian anemia yang dapat
memutus mata rantai masalah gizi lainnya.Program pemberian tablet tambah
darah pada remaja putri dicanangkan oleh pemerintah melalui surat edaran
pada tanggal 20 Juni 2016 dan untuk Provinsi Maluku Utara sendiri program
ini sudah berjalan sejak bulan September 2016 dan untuk Provinsi Maluku
Utara beberapa sekolah yang di bagikan tablet tambah darah. Untuk daerah
Provinsi Maluku Utara baru Kota Ternate yang menjalankan program tersebut
karena ketersediaan Tablet Tambah Darah yang belum mencukupi untuk
dijalankan di Kabupaten/Kota lainnya. Namun setelah program tersebut
berjalan, belum pernah dilakukan pemeriksaan HB pada remaja putri yang
mengkonsumsi tablet tambah darah, sehingga penelitian ini perlu dilakukan
untuk melihat gambaran dari status gizi remaja putri KEK dengan kejadian
anemia setelah mendapatkan tablet tambah darah di sekolah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dirumuskan masalah
penelitian, yaitu bagaiman gambaran kejadian anemia pada remaja KEK
yang mendapatkan tablet tambah darah pada siswi SMAN 3 Kota Ternate.
22
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran antara status gizi remaja pada siswi SMAN 3 Kota Ternate
terhadap kejadian anemia.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk melihat gambaran kejadian anemia pada remaja putri KEK
2. Untuk mengetahui jumlah kejadian KEK pada remaja putri di SMAN
3 Kota Ternate
3. Untuk mengetahui gambaran kepatuhan konsumsi tablet tambah
darah pada remaja putri KEK
4. Untuk mengetahui gambaran frekuensi sarapan terhadap kejadian
anemia padaremaja putri KEK
5. Untuk melihat gambaran pola makan dengan kejadian anemia pada
remaja putri KEK
D. Manfaat Penelitian
1. ManfaatIlmiah
Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan pengembangan
ilmu yang dapat menjadi suatu proses pendidikan.
2. ManfaatPraktis
Penelitian ini bermanfaat bagi remaja putri sebagai sumber informasi
agar dapat meningkatkan pengetahuan mengenai masalaah gizi terutama
hubungan Kekurangan Energi Kronikdengan kejadian anemia.
23
3. Manfaat BagiPeneliti
Menjadi pengalaman berharga bagi peneliti untuk memperluas
pengetahuan tentang studi kejadian remaja putri Kekurangan Energi
Kronik terhadap kejadian anemia.
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Remaja
Dolesen (remaja) merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi
dewasa.Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan
hormonal, fisik, psikologis maupun sosial.Perubahan ini terjadi dengan
sangat cepat dan terkadang tanpa kita sadari.Perubahan fisik yang
menonjol adalah perkembangan tanda-tanda seks sekunder, terjadinya
pacu tumbuh, serta perubahan perilaku dan hubungan sosial dengan
lingkungannya. Perubahan-perubahan tersebut dapat mengakibatkan
kelainan maupun penyakit tertentu bila tidak diperhatikan dengan
seksama(Batubara, 2010)
Masa remaja adalah masa yang lebih banyak membutuhkan zat
gizi.Remaja membutuhkan asupan zat gizi yang optimal untuk
pertumbuhan dan perkembangannya.Berdasarkan usia remaja dibagi
menjadi tiga periode yaitu remaja awal pada usia 10-13 tahun, remaja
pertengahan pada usia 14-16 tahun, dan remaja akhir pada usia 17-20
tahun. Puncak pertumbuhan remaja putri terjadi pada usia 12 tahun,
sedangkan remaja putra terjadi pada usia 14 tahun.Masalah gizi yang biasa
dialami pada masa remaja salah satunya adalah anemia. Anemia adalah
penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi atau jumlah
hemoglobin berada dibawah batas normal. Gejala yang sering dialami
25
antara lain lesu, lemah, pusing, mata berkunangkunang, dan wajah
pucat.Anemia dapat menimbulkan berbagai dampak pada remaja antara
lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit,
menurunnya aktivitas (Indartanti and Kartini, 2014).
B. Tinjauan Umum Tentang Status Gizi
Status gizi (nutrition status) dapat didefinisikan sebagai ekspresi
dari keadaan keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan
penggunaan zat – zat gizi tersebut. Kekurangan zat gizi makro seperti :
energi dan protein, serta kekurangan zat gizi mikro seperti : zat besi (Fe),
yodium dan vitamin A makan akan menyebabkan anemi gizi, dimana zat
gizi tersebut terutama zat besi (Fe) merupakan salah satu dari unsur gizi
sebagai komponen pembentukan hemoglobin (Hb) atau sel
darah(Almatsier, 2009).
Menurut(Riyadi, 2001), indikator antropometri yang dipakai di
lapangan adalah berat badan untuk mengetahui massa tubuh dan panjang
atau tinggi badan untuk mengetahui dimensi beratt linear dan indikator
tersebut sangat tergantung pada umur. Antropometri sangat penting pada
masa remaja karena antropometri dapat memonitor dan mengevaluasi
perubahan pertumbuhan dan kematangan yang dipengaruhi oleh faktor
hormonal. Pengukuran paling reliabel untuk ras spesifik dan popular untuk
menentukan status gizi pada masa remaja saat ini adalah Indeks Massa
Tubuh (IMT). IMT merupakan indeks berat badan seseorang dalam
hubungannya dengan tinggi badan, yang ditentukan dengan membagi BB
26
dalam satuan kg dengan kuadrat TB dalam satuan meter. Berikut adalah
rata-rata berat badan dan tinggi badan wanita berdasarkan usia menurut
WNPG 2004.
Tabel. 2 Rata – rata BB dan TB Wanita berdasarkan Usia
Usia
Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (Cm)
Rata - rata SD Rata-rata SD
10-12
13-15
16-18
38,4
44,6
46,3
9,2
6,7
4,6
145,4
152,3
149,1
8,8
4,6
4,9
Sumber : Jahari & Jus’at (2004) dalam WNPG (2004)
Pada periode remaja, 20 persen tinggi badan dan 50 persen berat
badan saat dewasa telah dicapai. Oleh karena itu kebutuhan zat gizi
mencapai titik tertinggi saat remaja dan adanya kekurangan zat gizi makro
dan mikro dapat mengganggu pertumbuhan dan menghambat pematangan
seksual. Wanita yang berstatus gizi baik akan lebih cepat mengalami
pertumbuhan badan dan akan lebih cepat mengalami menstruasi.
Sebaliknya wanita yang berstatus gizi buruk pertumbuhannya akan pelan
dan lama serta menstruasinya akan lebih lambat (ABD/SCN 2001 diacu
dalam(Briawan, 2008)). IMT mempunyai korelasi positif dengan
konsentrasi hemoglobin (Haskell et al., 2007). Hal tersebut sejalan dengan
penelitian (Permaesih and Herman, 2005) yang menunjukkan bahwa
remaja yang mempunyai IMT kurang atau tubuh kurus mempunyai risiko
1.5 kali untuk menjadi anemia.
27
C. Tinjauan Umum Tentang Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Kurang energi kronis merupakan keadaan dimana seseorang
menderita kurang asupan gizi energi dan protein yang berlangsung lama
atau menahun. Seseorang dikatakan menderita risiko kurang energi kronis
bilamana lingkar lengan atas LiLA<23,5 cm. Kurang energi kronis
mengacu pada lebih rendahnya masukan energi, dibandingkan besarnya
energi yang dibutuhkan yang berlangsung pada periode tertentu, bulan
hingga tahun(Syahnimar, 2004). LiLA adalah suatu cara untuk mengetahui
risiko kekurangan energi kronis pada wanita usia subur termasuk remaja
putri. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) tidak dapat digunakan
untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.Dalam
pengukuran LiLA dapat melihat perubahan secara pararel dalam masa otot
sehingga bermanfaat untuk mendiagnosis pada saat kekurangan gizi. Hasil
pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) ada dua kemungkinan yaitu kurang
dari 23,5 cm atau sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran < 23,5
cm berarti berisiko BBLR dan ≥ 23,5 cm berarti tidak berisiko BBLR
(Pujiatun, 2014).
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana remaja
putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang
berlangsung lama atau menahun.Risiko Kekurangan Energi Kronik (KEK)
adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan
menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana
LiLA<23,5 cm. Pola makanan adalah salah satu faktor yang berperan
28
penting dalam terjadinya KEK.Pola makanan masyarakat Indonesia pada
umumnya mengandung sumber besi heme (hewani) yang rendah dan
tinggi sumber besi non heme (nabati), menu makanan juga banyak
mengandung serat dan fitat yang merupakan faktor penghambat
penyerapan besi. Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan,
pada umumnya wanita lebih memberikan perhatian khusus pada kepala
keluarga dan anakanaknya (Stephanie and Kartika, 2016)
Kekurangan energi kroniks (KEK) merupakan suatu keadaan dimana
seseorang dalam hal ini remaja yang menderita kekuarangan makanan
yang berlangsung menahun (Kronik) yang mengakibatkan timbulnya
gangguan kesehatan ibu dengan tanda-tanda atau gejala antara lain badan
lemah dan muka pucat (Marleniwati, 2010 dalam (Umisah and Puspitasari,
2017)
Penentuan status KEK pada WUS adalah dengan menggunakan lingkar
lengan atas atau disebut LiLA. Menurut Depkes RI (dalam Supariasa dkk.
2002) pengukuran LiLA pada kelompok WUS adalah salah satu cara
deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam,
untuk mengetahui kelompok umur yang beresiko KEK. WUS yang
beresiko KEK di Indonesia jika hasil pengukuran LiLA kurang dari atau
sama dengan 23,5 cm atau dibagian merah pita LiLA, apabila hasil
pengukuran lebih dari 23,5 cm maka tidak beresiko menderita KEK
(Pratiwi, 2014).
29
D. Tinjauan Umum Tentang Anemia
1. Definisi
Anemia lebih dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang
darah.Penyakit ini rentan dialami pada semua siklus kehidupan (balita,
remaja, dewasa, bumil, busui, dan manula). Anemia didefinisikan sebagai
suatu keadaan dimana rendahnya konsentrasi hemoglobin (Hb) atau
hematokrit berdasarkan nilai ambang batas (referensi) yang disebabkan
oleh rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan Hb,
meningkatnya kerusakan eritrosit (hemolisis), atau kehilangan darah yang
berlebihan (Citrakesumasari, 2012)
Anemia didefinisikan sebagai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah sesuai batas yang direkomendasikan. Anemia secara fungsional
didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass)
sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying
capacity). Secara praktis anemia ditunjukkan dengan penurunan kadar
hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count) (Bakta, 2009
dalam(Apriani, 2014)menyatakan bahwa anemia disebabkan oleh
penurunan produksi sel darah merah dan hemoglobin, peningkatan
pengrusakan sel-sel merah (hemolisis) atau kehilangan darah karena
perdarahan berat. Anemia didefinisikan suatu keadaan yang mana nilai Hb
dalam darah lebih rendah dari keadaan normal (WHO, 2001). Batas kadar
30
normal Hb untuk kelompok orang ditentukan menurut umur dan jenis
kelamin seperti yang diperlihatkan dalam tabel 2.1 dibawah ini :
Tabel 2.1
Batas Normal Kadar Hb Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Kelompok Umur HB (gr/dl)
Anak-anak
6 bulan - 59 bulan 11
5 - 11 tahun 11,5
12-14 tahun 12
Dewasa
wanita > 14 tahun 12
wanita hamil 11
laki-laki >14 tahun 13
WHO (2001)
2. Patofisiologi
Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan
zat besi (feritin) dan bertambahnya absorpsi zat besi yang digambarkan
dengan meningkatnya kapasitas pengikatan zat besi. Pada tahap yang lebih
lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan transferin,
berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme dan akan
diikuti dengan menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia
dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Hb(Gunatmaningsih, 2007)
31
3. Klasifikasi
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut (Mochtar, 1998), adalah sebagai
berikut:
a. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat
kekurangan zat besi dalam darah.Pengobatannya yaitu, keperluan
zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang
dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
b. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh karena
kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin
B12.
c. Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik adalah anemia yang disebabkan oleh
hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah
baru.Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan
diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi
ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
d. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan penghancuran
atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari
pembuatannya.Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-
kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala
32
komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ
vital.Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta
penyebabnya.Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya
diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah.Namun pada
beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil.Sehingga
transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
Dampak anemia pada remaja putri yaitu pada masa
pertumbuhan mudah terinfeksi, kebugaran tubuh berkurang,
semangat belajar dan prestasi menurun, sehingga pda saat akan
menjadi calon ibu dengan keadaan berisiko tinggi (Fransis, 2008).
Pada remaja putri juga memiliki banyak dampak lain, diantaranya:
menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar, mengganggu
pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal,
menurunkan kemampuan fisik olahragawati dan mengakibatkan
muka pucat (Harli, 1999). Di samping itu hasil penelitian pada
wanita usia 15-49 tahun di Bangladesh menunjukkan bahwa
ketersedian besi dalam tubuh, tinggi badan, dan konsumsi tablet
besi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kadar
haemoglobin (Martini, 2016)
4. Asupan Zat Gizi
Asupan makanan pada remaja sangat berperan penting dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan serta pemeliharaan tubuh, karena
dalam asupan makanan yang baik tersebut mengandung makanan sumber
33
energi, sumber zat pengembang, sumber zat pembangun dan sumber zat
pengatur Asupan gizi seimbang sangat berperan dalam tumbuh kembang
anak mulai dari dalam kandungan, balita, anak usia sekolah, remaja
bahkan sampai dewasa (Almatsier, 2009)
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena protein
berhubungan dengan proses-proses dalam tubuh.Protein berfungsi untuk
membentuk jaringan baru dalam masa pertumbuhan dan perkembangan,
memelihara, memperbaiki dan mengganti jaringan yang rusak dan sebagai
cadangan energi bila tubuh kekurangan lemak dan karbohidrat.Protein
dibentuk oleh unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O) dan nitrogen
(N).Unit pembangun semua jenis protein adalah asam amino (AA).
Berbagai jenis asam amino membangun sel dan jaringan tubuh yang
spesifik, seperti hemoglobin dalam sel darah merah, kolagen terletak dalam
jaringan ikat, miosin dalam jaringan otot, sel enzim dan hormon insulin
(Sudiarti and Utari, 2007)
Zat besi merupakan microelemen yang esensial bagi tubuh.Zat ini
terutama diperlukan dalam hemopobesis (pembentukan darah), yaitu dalam
sintesa hemoglobin (Hb).Zat gizi besi (Fe) merupakan inti molekul
hemoglobin yang merupakan unsur utama dalam sel darah merah, maka
kekurangan pasokan zat gizi besi menyebabkan menurunya produksi
hemoglobin.Akibatnya terjadi pengecilan ukuran, rendahnya kandungan
hemoglobin. Rendahnya asupan zat besi kedalam tubuh yang berasal dari
34
konsumsi zat besi dari makanan sehari-hari merupakan salah satu penyebab
terjadinya anemia (Gunatmaningsih, 2007).
Dalam pedoman penanggulangan anemia gizi untuk remaja putrid dan
wanita usisa subur yang dilansir pada halaman gizi net, adapun cara
mencegah dan mengobatinya antara lain :
a. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.
b. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh atau dengan minum
Tablet Tambah Darah (TTD).
c. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia
seperti : kecacingan, malaria dan penyakit TBC.
Sedangkan menurut(Akhmadi, 2008), ada beberapa pendekatan
yang digunakan oleh pemerintah untuk mencegah atau mengurangi
terhadap kejadian kekurangan zat besi, usaha-usaha yang dilakukan
tersebut antara lain:
a) Pemberian suplemen tablet tambah darah
Menurut Departemen Gizi dan Kesmas (FKM UI, 2010)
mengatakan bahwa anemia bisa dicegah dengan memelihara
keseimbangan antara asupan Fe dengan kebutuhan dan kehilangan
Fe.Jumlah Fe yang dibutuhkan untuk memelihara ini bervariasi
antara satu wanita dengan wanita yang lainnya, tergantung riwayat
reproduksi dan jumlah kehilangan darah selama
menstruasi.Peningkatan konsumsi Fe untuk memenuhi kebutuhan
35
Fe dilakukan melalui peningkatan konsumsi makanan yang
mengandung heme iron, bersifat mempercepat (enhancer) non
heme iron, dan meminimalkan konsumsi makanan yang
mengandung penghambat absorbsi Fe (inhibitor). Jika kebutuhan
Fe tidak tercukupi dari diet makanan, dapat ditambah dengan
suplemen Fe.Tablet Tambah Darah adalah tablet besi folat yang
setiap tablet mengandung 200 mg Ferro Sulfat atau 60 mg besi
elemental dan 0,25 mg asam folat.
Wanita dan Remaja Putri perlu minum Tablet Tambah
Darah karena wanita mengalami haid sehingga memerlukan zat
besi untuk mengganti darah yang hilang.Wanita mengalami
hamil, menyusui, sehingga kebutuhan zat besinya sangat tinggi
yang perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja. Tablet
tambah darah mampu mengobati wanita dan remaja putri yang
menderita anemia, meningkatkan kemampuan belajar,
kemampuan kerja dan kualitas sumber daya manusia serta
generasi penerus. Meningkatkan status gizi dan kesehatan remaja
putri dan wanita. Anjuran minum yaitu minumlah 1 (satu) Tablet
Tambah Darah seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 tablet
setiap hari selama haid. Minumlah Tablet Tambah Darah dengan
air putih, jangan minum dengan teh, susu atau kopi karena dapat
menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga
manfaatnya menjadi berkurang.
36
b) Modifikasi makanan
Pencegahan ini dilakukan dengan memastikan jumlah makanan
yang dikonsumsi oleh sesorang.Hal ini sangat terkait dengan
kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan oleh seseorang
atau masyarakat. Bila ditelusuri lebih lanjut hal inipun sangat
terkait dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat kita dimana
daya beli masyarakan yang rendah sehingga memperburuk
kondisi kesehatan khusunya kekurangan zat besi
c) Pengawasan penyakit infeksi
Pengobatan penyakit infeksi dan penyakit karena virus sedikit
banyak membantu mengurangi kekurangan zat besi.Dengan
pengobatan yang tepat dapat mengurangi lama dan beratnya
infeksi sehingga tidak memperparah kondisi mengurangi lama
dan beratnya infeksi sehingga tidak memperparah kondisi
kekurangan zat besi.Dalam hal ini keluarga perlu diberikan
informasi yang sebaik-baiknya mengenai pentingnya konsumsi
makanan bila ada anggota sebaik-baiknya mengenai pentingnya
konsumsi makanan bila ada anggota sebaik-baiknya mengenai
pentingnya konsumsi makanan bila ada anggota keluarga yang
sakit ataupun memberikan dorongan kepada ibu yang menyusui
agar terus memberikan ASInya untuk mencegah penyakit infeksi.
37
d) Fortifikasi makanan
Fortifikasi zat atau penambahan zat besi ke dalam makanan yang
dikonsumsi secara umum oleh masyarakat merupakan tulang
punggung pada beberapa negara.Hal ini sangat efektif untuk
membantu mengatasi kekurangan kekurangan zat besi yang
banyak terjadi di masyarakat.
5. Zat Penghambat Dan Pelancar Asupan Zat Fe
Penyebab terbesar anemia gizi adalah berkurangnya masukan zat gizi
yang berhubungan dengan pola makan yang tidak baik akibat ketidaktahuan
dan ketidakmampuan.Walaupun tidak semua anemia disebabkan kekurangan
zat besi, namun defisiensi besi diderita oleh 500-600 juta manusia diseluruh
dunia. Penyebab lain dari anemia yaitu zat gizi mikro seperti asam folat,
vitamin A, vitamin C, riboflavin dan vitamin B12. Zat-zat gizi ini berperan
dalam Eritropoiesis (pembentukan sel darah merah) dan metabolisme
besi.Kelompok wanita usia subur rentan terhadap anemia gizi besi karena
beberapa permasalahan yang dialami WUS seperti mengalami menstruasi
setiap bulan, mengalami kehamilan, kurang asupan zat besi makanan, infeksi
parasit seperti malaria dan kecacingan(Farida Hidayanti et al., 2014).
Anemia kurang besi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu,
kurangnya mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai salah satu
sumber zat besi yang mudah diserap (heme iron), sedangkan bahan makanan
nabati (non-heme iron) merupakan sumber zat besi yang tinggi tetapi sulit
diserap sehingga dibutuhkan porsi yang besar untuk mencukupi kebutuhan
38
zat besi dalam seharinya. Bisa juga disebabkan karena kekurangan zat gizi
yang berperan dalam penyerapan zat besi seperti, protein dan vitamin C.
Konsumsi makanan tinggi serat, tannin dan phytat dapat menghambat
penyerapan zat besi.Berbagai faktor juga dapat mempengaruhi terjadinya
anemia gizi besi, antara lain pola haid, pengetahuan tentang anemia, dan
status gizi.9 Anemia defisiensi vitamin B12 dan folat juga sering terjadi pada
remaja karena kurangnya pemenuhan zat gizi tersebut (Indartanti and Kartini,
2014)
Sumber-sumber yang menghambat absorbsi zat besi berbeda-beda, serat
dalam sayur-sayuran dapat menghambat penyerapan besi non heme. Teh
(mengandung tanin) apabila dikonsumsi bersamaan dengan makanan akan
mengurangi absorbsi besi. Minum teh pada saat makan akan menurunkan
penyerapan besi sampai 50 persen. Kopi, dan produk susu juga menghambat
absorbsi heme. Karena itu, jika ingin mengonsumsi teh, sebaiknya diberi
jarak waktu sekitar 1 jam setelah mengonsumsi sayuran atau daging yang
tinggi kandungan zat besinya. Langkah tersebut dimaksudkan agar zat besi
dapat diserap terlebih dahulu oleh usus halus dan tidak terjadi tarik menarik
antara zat besi dengan tanin yang akan menghambat penyerapan zat besi
tersebut (Indartanti and Kartini, 2014).
39
E. Kerangka Teori
(Sumber : Sunita Almatsier, 2001, Emma S.Wirakusumah, 1999,
Supariasa,2001)
Pendapatan Keluarga
Aktivits Fisik
Pengetahuan
tentang anemia
1. Kebiasaan Makan
− Frekuensi makan
− Konsumsi faktor
penghambat dan
pendorong absorpsi
besi
2. Tingkat Konsmsi gizi
3. Status Kesehatan
− Penyakit infeksi /
noninfeksi
− Pola menstruasi
4. Status gizi Layanan Kesehatan
Anemia
40
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel independen
: Variable dependen
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Asupan
(Food Frekuensi)
• Makro
Nutrient
• Mikro Nutrient
Karakteristik
• Umur
• Riwayat penyakit
• LiLA
• Sanitasi
Lingkungan
• Ekonomi
• Frekuensi sarapan
HB Remaja
KEK
Tablet Tambah
Darah
- Perdarahan
Kronis
- Parasite
- Pelayanan
Kesehatan
Rendah
41
B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Kurang Energi Kronis (KEK)
a. Definisi Operasional
Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana seseorang menderita
ketidakseimbangan asupan gizi (energi dan protein) yang berlangsung
menahun. Seseorang menderita resiko Kurang Energi Kronis jika LiLA<
23,5 cm(Pujiatun, 2014).
2. Anemia
a. Definisi Operasional
Anemia merupakan keadaan Hemoglobin (Hb) seseorang dalam dara
h lebih rendah dari kekurangan zat gizi ditandai dengan adanya gangguan
dalam sintesis hemoglobin karena kekurangan zat gizi yang berperan
dalam pembentukan hemoglobin baik karena kekurangan konsumsi zat
besi atau karena gangguan absorbsi.(Pujiatun, 2014)
b. Kriteria Objektif
Penggolongan anemia menurut HB
Anemia : <12 g/dl
Tidak Anemia : ≥12 g/dl
(Sumber :Arisman, 2009)
3. Tablet Tambah Darah (TTD)
a. Defenisi Operasional
Tablet Tambah Darah adalah pemberian Fe melalui suplementasi dalam
bentuk tablet terdiri dari 60 mg zat besi elemental dalam sediaan Ferro
42
Sulfat, Ferro fumarat, atau Ferro Glukonat dan 0,400 mg asam folat.
(Kemenkes, 2017)
b. Kriteria Objektif
• Cukup : Menghabiskan TTD 4 butir / bulan ( 1tablet/minggu
dan diminum pada hari Jumat )
• Tidak cukup : Menghabiskan TTD < 4 butir / bulan
4. Asupan
a. Defenisi Operasional
Metode Food Frequency Quetionnaire adalah untuk memperoleh data
tentang frekuensi konsumsi bahan makanan atau makanan jadi selama
periode tertentu seperti hari minggu, bulanan, tahun. (Tanjung,2009)
b. Kriteria Objektif
Kategori Skor Frekuensi
Sering sekali 50 > 1 hari / kali
Sering 25 1 x Sehari
Biasa 15 3 - 6 x seminggu
Kadang – kadang 10 1 -2 x seminggu
Jarang 1 < 1 x seminggu
Tidak pernah 0 Tidak pernah dalam satu
bulan
Sumber : Materi FFQ, 2016
43
5. Kebiasaan sarapan
a. Defenisi OperasionalKebiasaan sarapan pagi adalah kebiasaan makan
dan minum yang dikonsumsi setiap hari dimulai dari pagi sampai dengan
pukul 09.00 secara rutin untuk mencapai kebutuhan energi bergizi. (
Purba, 2017)
b. Kriteria Objektif
Sering : Sarapan>5 kali dalam seminggu
Tidak sering : Sarapan< 5 kali dalam seminggu
6. Sumber Fe
a. Defenisi Operasional
Sumber Fe adalah semua jenis dan bahan makanan yang memiliki
kandungan zat gizi mikro yaitu besi (Almatsier,2009)
b. Kriteria Objektif
Jenis bahan makan sumber fe yangdikonsumsi :
Besi hem : daging, ayam dan ikan yang dikonsumsi salah
satu jenisnya sehari-hari
Besi non-hem
: Telur, serealia, kacang-kacangan, sayuran
hijau dan beberapa jenis buah yang
dikonsumsi
44
7. Penghambat Absorbsi Fe
a. Defenisi Operasional
Kandungan yang terkandung dalam jenis bahan makanan seperti asam
fitat dan tanin yang dapat mengikat besi serta menghambat penyerapat
zat besi.(Almatsier,2009)
b. Kriteria Objektif
Ya : Mengkonsumsi sumber tannin (teh,kopil) dan asam alfitat
bersamaan dengan mengkonsumsi bahan makanan
sumber zat besi (daging, ayam, ikan dan sayuran hijau
dan buah-buahan)
Tidak : Mengkonsumsi teh bersamaan dengan mengkonsumsi
bahan makanan sumber zat besi (daging, ayam, ikan dan
sayuran hijau dan buah-buahan)
8. Pelancar Absorbsi Fe
a. Defenisi Operasional
Bahan makanan kelompok peningkat absorpsi Fe adalah bahan
makanan yang mempunyai fungsi sebagai bahan makanan yang akan
memperbesar absorpsi zat besi dari dalam makanan yang dikonsumsi
sehari-hari seperti vitamin C dan asam sitrar (Almatsier, 2009).
b. Kriteria Objektif
45
Ya : Mengkonsumsi makanan yang memiliki kandungan tinggi
vitamin c dan makanan sumber zat besi (daging, ayam,
ikan dan sayuran hijau dan buah-buahan)
Tidak : Tidak Mengkonsumsi makanan yang memiliki kandungan
tinggi vitamin c dan makanan sumber zat besi (daging,
ayam, ikan dan sayuran hijau dan buah-buahan).
9. Riwayat penyakit
a. Defenisi Operasional
Informasi tentang kesehatan masa lalu seseorang, kesehatan keluarga
dan masalah lainnya(Yustini,2012) dalam hal ini terkait masalah
penyakit infeksi tertentu.
b. Kriteria Objektif
Ya : Siswi pernah sakit sehigga perlu melakukan perawatan
intensive dirumah sakit atau siswi menderita penyakit
malaria, cacingan dan TBC dalam kurun waktu satu bulan
terakhir
Tidak : Siswi tidak sedang sakit sehigga perlu melakukan
perawatan intensive dirumah sakit atau siswi menderita
penyakit malaria, cacingan dan TBC dalam kurun waktu
satu bulan terakhir
46
10. Status Ekonomi
a. Defenisi Operasional
Status ekonomi keluarga adalah jumlah penghasilan seluruh anggota
keluarga (ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama)
baik penghasilan pokok maupun penghasilan sampingan yang diterima
setiap bulannya (Astuti,2016).
b. Kriteria Objektif
Cukup : Penghasilan ≥ 2.360.000,-/bulan ( berdasarkan UMK
Kota Ternate per 1 Januari 2018 )
Tidak : Penghasilan ≤ 2.360.000,-/bulan ( berdasarkan UMK
Kota Ternate per 1 Januari 2018 )
47
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain penelitian
kuantitatif menggunakan metode penelitian deskriptif dengan tekhnik metode
survey (Rachmat, 2016).
B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMAN 3 Kelurahan Gambesi Kecamatan Kota
Ternate Selatan pada Februari 2018.
C. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas 1 dan 2 pada SMAN 3
Ternate berjumlah sebanyak 240 siswi.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah siswi kelas 1 dan 2 SMAN 3 Ternate
yang dipilih secara purposive sampling, dan memenuhi kriteria inklusi,
sebagai berikut :
1. Remaja putri dengan LiLA<23,5 cm
2. Remaja putri yang mnegkonsumsi tablet tambah darah program
pemerintah
48
D. PENGUMPULAN DATA DAN SAMPEL
1. Cara Pengambilan Sampel
1) Melakukan skrining pada responden dengan mengukur LiLA, semua
responden yang telah diskrining dengan hasil LiLA<23cm akan
dijadikan sampel
2) Sampel dengan LiLA23cm atau KEK akan di ambil darahnya untuk
diperiksa kadar HB, apakah sampel dengan status gizi KEK anemia
atau tidak.
2. Jenis dan Cara Pengamilan Data
Data yang dikumpulkan terdiri atas dua yaitu data primer dan data
sekunder.
a. Data primer
Data primer didapatkan dengan cara pengukuran LiLA, dengan
langkah :
1. Menentukan titik mild point pada lengan:
a) Subjek di minta untuk berdiri tegak
b) Mengukur lengan tampa lapisan, (bagi yang kidal gunakan
tangankanan).
c) Tekuk subjek membentuk 900, dengan menghadap keatas.
Penguur berdiri dibelakang subjek dan menentukan titik
tengah antar tulang atas pada bahu kiri dan siku.
d) Tandailah titik tengah tersebut dengan pena.
49
Sumber : Siradjuddin et al, 2016
Gambar. Cara pengukuran LiLA
2. Mengukur Lingkar Lengan Atas
a) Dengan tangan tergantung lepas dan siku lurus di
samping badan, telapak tangan menghadap ke bawah.
b) Ukurlah lingkar lengan atas pada posisi mid point
dengan pita LiLA menempel paa kulit. Perhatikan jangan
sampai pita menean kulit atau ada rongga antara kulit
dan pita.
c) Lingkar lengan di atas di catat pada skala 0,1 cm
terdekat.
Sampel dengan LiLA< 23,5cm kemudian di ukur kadar haemoglobin
dalam darah dengan metode HB meter untuk dilihat apakah sampel
tersebut anemia atau tidak.Pemeriksaan mengunakan alat
pemeiksaan haemoglobin dengan langkah :
a) Disiapkan peralatan.
b) Dibersihkan jari yang akan diambil darahnya terlebih
dahulu dngan kapas yang mengandung alkohol.
50
c) Digunakan auto lancet untuk mengambil darah pada jari
yang telah diolesi alkohol.
d) Dibuang darah pertama yang menetes, selanjutnya
tetesan darah Kedua diambil dengan menggunakan stick
auto check. Dilakukan pemeriksaan pada alat auto
check.
Data asupan zat gizi diperoleh dengan cara mengisi formulir food
frequensi.
b. Data sekunder
Sedangkan data sekunder meliputi data jumlah siswa kelas 1 dan 2
SMAN 3Kota Ternate , keadaan dan gambaran umum wilayah
serta lokasi penelitian dan data terkait lainnya diambil di instansi
terkait.
3. Instrument Penelitian
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah:
1. Pita LILA untuk mengukur lingkar lengan atas
2. Formulir food frequensi
3. Komputer dengan program Statistical Product and Service
Solution (SPSS), sebagai alat bantu dalam mengumpul data serta
mengolah data hasil penelitian.
E. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
1. Pengolahan data
Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara dengan menggunakan
kuesioner dibuat dalam master tabel kemudian diolah dengan menggunakan
51
program SPSS dan dianalisis. Prosedurnya yaitu Editing/Pengeditan,
Coding/Pemberian kode, Entry Data/Pemberian Skor, dan Cleaning Data.
a. Pemeriksaan Data (Editing)
Peneliti melakukan koreksi data untuk melihat kelengkapan data
yang didapatkan dengan kesesuaian kriteria data yang diperlukan
diantaranya kelengkapan identitas, kelengkapan hasil kuesioner, dan
kelengkapan kartu kontrol, sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian
dapat dilengkapi segera oleh peneliti.
b. Pemberian Kode (Coding)
Apabila semua data telah terkumpul dan selesai diedit di lapangan,
kemudian akan dilakukan pengkodean variabel sebelum dipindahkan ke
format aplikasi program SPSS.
c. Mengentri Data (Entry Data)
Entri adalah memasukkan data yang diperoleh menggunakan
fasilitas computer.Selanjutnya data yang telah selesai diberi kode,
kemudian diinput ke dalam lembar kerja program SPSS untuk masing-
masing variabel. Urutan input data berdasarkan nomor responden dalam
kuesioner.
d. Membersihkan Data (Cleaning)
Cleaning data dapat dilakukan pada semua lembar kerja untuk
membersihkan kesalahan yang mungkin terjadi selama proses input data.
Proses ini dilakukan melalui analisis frekuensi pada semua variabel.
Adapun data missing dibersihkan dengan menginput data yang benar.
52
e. Tabulasi Data (Tabulating)
Tabulasi merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar
dengan mudah dapat dijumlahkan, disusun dan ditata untuk disajikan
dan dianalisis serta ppembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah
diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.Dalam melakukan
tabulasi diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan.Tabulasi
dilakukan untuk memudahkan pengelolaan data kedalam suatu
tabel.Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan
menggunakan sprogram SPSS.
2. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran data tentang
kajadian remaja putri KEK, status gizi remaja putri dan kejadian anemia
di SMAN 3 Kota Ternate.
F. PENYAJIAN DATA
Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi untuk
membahas hasil penelitian.
53
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi
SMA Negeri 3 Kota Ternate terletak di Kelurahan Gambesi,
Kecamatan Ternate Selatan, Provinsi Maluku Utara. Secara geografis, SMA
Negeri 3 Kota Ternate memiliki luas areal keseluruhan 10.000 m2dengan luas
bangunan 2.671 m2dan dikelilingi oleh pagar sepanjan 1.015 m dan yang
belum dipagari seluas 785 m. Sekolah ini didirikan pada tahun 1990 dan
merupakan kelas persiapan yang bergabung dengan SMP Negeri 3 Ternate
yang letaknya berdekatan. SMA Negeri 3 Kota Ternate pretama kali
menerima siswa kelas satu pada bulan juli 1990 sebanyak 5 kelas. Guru
diperoleh melalui bantuan dari SMA Negeri 1 Kota Ternate sebanyak 15
orang dan ditambah guru honor dari luar. SMA Negeri 3 Kota Ternate
diresmikan oleh Kakanwil Maluku pada tanggal 19 Oktober 1991.
Saat ini jumlah guru di SMA Negeri 3 Kota Ternate yaitu sebanyak 44
orang diantaranya 36 orang guru tetap, 7 orang guru honorer, dan 1 orang
pegawai tidak tetap.Total jumlah kelas sebanyak 21 ruangan yang terbagi atas
2 jurusan yakni IPA dan IPS dengan jumlah siswa menurut sebaran per kelas.
Jumlah keseluruhan siswa SMA Negeri 3 Kota Ternate yaitu 668 orang
dengan rincian sebagai berikut.
54
Tabel 5.1
Data Jumlah Siswi SMA Negeri 3Kota Ternate
Tahun Ajar 2017/2018
KELAS
IPA IPS
Total
1 2 3 4 1 2 3 4
X 32 33 32 32 35 36 35 - 235
XI 33 34 35 - 32 29 30 31 224
XII 29 28 29 27 34 28 34 - 209
TOTAL 668
Sumber : Data Sekunder 2018
Visi dari SMA Negeri 3 Kota Ternate adalah “pembentukan
karakter belajar, berdisiplin, berbudaya, dan berdaya saing dilandasi iman”.
Sedangkan misi dari sekolah ini ada 8 diantaranya:
1. Menciptakan suasana belajar yang aman, tertib, dan menyenangkan.
2. Meningkatkan mutu pembelajaran inovatif, kreatif, dan mandiri.
3. Menumbuhkan semangat belajar dan berdaya saing di bidang akademik.
4. Meningkatkan kedisiplinan warga sekolah.
5. Mendorong warga sekolah membudayakan nilai karakter bangsa.
6. Mendorong semangat berprestasi bidang olahraga dan seni.
7. Membentuk pribadi-prbadi berpotensi keilmuan yang berdasar iman dan
taqwa.
8. Mewujudkan pribadi-pribadi yang jujur, adil, dan berakhlak mulia.
B. Hasil Penelitian
55
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari di SMA Negeri 3 Kota
Ternate yang bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran hasil belajar pada
remaja putri yang menderita KEK. Adapun hasil penelitian yang diperoleh
yaitu sebanyak 45 (18,75%) remaja putri mengalami KEK dari total 240 remaja
putri kelas X dan XI.
Tabel 5.2
Distribusi Remaja Putri KEK Berdasarkan LiLA di SMA N 3 Kota
Ternate
LiLA (cm)
Kelas
Total
IPA IPS
n % n % n %
19,0 – 21,2
21,3 – 23,4
4
23
8,9
51,1
2
16
4,4
35,6
6
39
13,3
86,7
Total 27 60 18 40 45 100
Sumber: Data primer, 2018
Berdasarkan hasil pengukuran LiLA di SMA Negeri 3 Kota Ternate, dapat
dilihat bahwa remaja putri KEK terbanyak di kelas IPA memiliki kisaran LiLA
21,3 - 23,4 cm yaitu sebanyak 23 (51,1%) responden dan pada kelas IPS
sebanyak 16 (35,6%) responden.
1. Karakterustik Remaja Putri KEK
Informasi karakteristik remaja putri KEK di SMA Negeri 3 Kota
Ternate diperoleh dengan cara wawancara menggunakan kuesioner.
56
A. Umur Responden
Tabel 5.3
Distribusi Umur Remaja Putri KEK berdasarkan LiLA
di SMAN 3 Kota Ternate
Umur Remaja
(Tahun)
LiLA (cm) Total
19,0 - 21,2 21,3 – 23,4
n % n % n %
15
16
17
2
2
2
4,4
4,4
4,4
22
13
4
48,9
28,9
8,9
24
15
6
53,3
33,3
13,3
Total 6 13,3 39 86,7 45 100
Sumber: Data primer, 2018
Pada tabel diatas, dapat dilihat distribusi umur remaja putri
berdasarkan LiLA. Responden dengan kisaran LiLA 19,0 – 21,2 cm
sebanyak 2 (4,4%) orang pada masing-masing kategori umur dan
responden dengan kisaran LiLA 21,3 – 23,4 cm terbanyak pada umur
15 tahun yaitu sebanyak 22 (48,9%) orang.
57
B. Karakteristik Keluarga
Tabel 5.4
Distribusi Karakteristik Keluarga Remaja Putri KEK
di SMAN 3 Kota Ternate
Karakteristik Keluarga n %
Pekerjaan Ayah
PNS 5 11,1
Wiraswasta 15 33.3
Wartawan 1 2,2
Petani 9 20,0
TNI 1 2,2
Guru 2 4,4
Nelayan 3 6,7
Buruh 4 8,9
Supir Angkot 2 4,4
Tidak Bekerja 3 6,7
Pekerjaan Ibu
IRT 35 75,6
Petani 3 6,7
PNS 4 8,9
Wiraswasta 2 4,4
Guru 1 2,2
Total 45 100
Sumber: Data primer, 2018
Dari tabel 5.4 diketahui bahwa pekerjaan ayah yang terbanyak
yaitu wiraswasta sebanyak 15 (33,3%) responden sementara yang paling
sedikit yaitu wartawan dan TNI masing-masing sebanyak 1 (2,2%)
responden. Sedangkan urutan pekerjaan ibu yang terbanyak yaitu Ibu
Rumah Tangga (IRT) sebanyak 35 (77,8%) responden dan yang paling
sedikit yaitu guru sebanyak 1 (2,2%) responden.
58
C. Konsumsi Tablet Tambah Darah
Tabel 5.5
Gambaran Konsumsi Tablet Tambah Darah Program dan Non
Program
pada Remaja Putri KEK di SMA N 3 Kota Ternate
Konsumsi
Tablet Tambah Darah
Progam Non program Total
n % n % n %
Rutin 3 6,7 0 - 3 6,7
Tidak rutin 2 4,4 1 2,2 3 6,7
Tidak Pernah 39 86,7 0 - 39 86,7
Total 44 97,8 1 2,2 45 100
Sumber: Data primer, 2018
Dalam tabel 5.5 dilihat bahwa dari 45 responden yang
menderita KEK hanya 3 (6,7%) responden yang rutin mengonsumsi
TTD, sedangkan yang tidak rutin mengonsumsi TTD sebanyak 3
(6,7%) respondendan satu diantaranya hanya mengonsumsi TTD diluar
program pemerintah, dan yang tidak pernah sama sekali mengonsumsi
TTD sebanyak 39 (84,4%) responden.
59
D. Sanitasi Lingkungan
Tabel 5.6
Distribusi Karakteristik Sanitasi Lingkungan Remaja Putri KEK
di SMA N 3 Kota Ternate
Sanitasi Lingkungan n %
Sumber air utama
Air ledeng/PDAM
Sumur bor/pompa
Sumur gali terlindung
Sumur gali tak terlindung
Mata air terlindung
22
8
10
1
4
48,9
17,8
22,2
2,2
8,8
Sumber air minum
Air isi ulang (air galon )
Air ledeng/PDAM
Sumur bor/pompa
Sumur gali terlindung
Mata air terlindung
25
8
4
6
2
55,6
17,8
8,9
13,3
4,4
Mengolah air sebelum diminum
Ya (dimasak)
Tidak
20
25
77,8
22,2
Tempat penyimpanan air siap minum
Dispenser
Teko/ceret/termos/jerigen
Ember/panci tertutup
25
8
12
55,6
17,7
26,7
Tempat penampungan sampah basah
Penampungan sampah tertutup
Penampungan sampah terbuka
24
21
53,3
46,7
Cara penanganan sampah rumah tangga
Diangkut petugas
Dibakar
Dibuang ke kali/ parit/ laut
25
12
8
55,6
26,7
17,8
Tempat pembuangan air limbah
Penampungan tertutup di pekarangan/
SPAL
Penampungan terbuka di pekarangan
Penampungan di luar pekarangan
Tanpa penampungan (di tanah)
Langsung ke got/ sungai
6
6
8
4
21
13,3
13,3
17,8
8,9
46,7
Total 45 100
Sumber: Data primer, 2018
60
Dari tabel 5.6 di atas dapat dilihat bahwa sumber air utama
responden terbanyak yaitu menggunakan air ledeng/PDAM yang
berjumlah 22 (48,9%) responden, sedangkan sumber air utama paling
sedikit digunakan yaitu sumur gali tak terlindung sebanyak 1 (2,2%)
responden. Sumber air minum responden terbanyak menggunakan air
isi ulang sebanyak 25 (46,3%) orang dan sumber air minum paling
sedikit digunakan yaitu mata air terlindung sebanyak 2 (4,4%) orang.
Responden yang mengolah air dengan cara dimasak sebanyak 20
(44,44%) orang dan yang tidak melakukan pengolahan air sebelum
minum sebanyak 25 (55,56%) orang.Tempat penyimpanan air siap
minum yang paling banyak menggunakan dispenser yaitu 25 (55,56%)
orang dan paling sedikit dengan menggunakan
teko/ceret/termos/jerigen sebanyak 8 (17,78%) orang. Pada tabel diatas
juga dapat dilihat responden yang menggunakan tempat penampungan
sampah basah terbuka sebanyak 21 (46,7%) orang dan responden yang
menggunakan tempat penampungan sampah basah tertutup sebanyak
24 (53,3%) orang. Cara mengolah sampah rumah tangga responden
paling banyak dengan cara diangkut petugas yaitu sebanyak 25
(55,6%) orang dan paling sedikit dengan cara dibuang ke kali/parit/laut
sebanyak 8 (17,8%) orang. Tempat penampungan air limbah
responden paling banyak yaitu langsung ke got/sungai sebanyak 21
(46,7%) orangdan yang paling sedikit yaitu tanpa penampungan
(ditanah) sebanyak 4 (8,9%) orang.
61
E. Frekuensi Sarapan
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Sarapan Remaja Putri KEK
di SMA N 3 Kota Ternate
Frekuensi Sarapan n %
Sering 11 24,4
Tidak Sering 34 75,6
Total 45 100
Sumber: Data primer, 2018
Pada tabel 5.7 dapat dilihat frekuensi sarapan responden
dimana responden yang tidak sering sarapan lebih banyak yaitu
sebanyak 34 (75,6%) respondendan yang sering sarapan hanya 11
(24,4%) responden.
2. Asupan Zat Gizi Remaja Putri KEK
Data asupan zat gizi remaja putri KEK diperoleh dengan cara
wawancara food frequency semi-kuantitatif yang dilakukan kepada 45
responden, nilai gizi dianalisis menggunakan CD-Menu. Tingkat
kecukupan asupan zat gizi dibedakan dalam 3 kategori menurut (Myekel
B.Mainake, 2012) yaitu asupan lebih jika total asupan >110% AKG,
asupan cukup jika total asupan 80-110% AKG, dan asupan kurang jika
total asupan <80% AKG.
62
A. Asupan Zat Gizi Makro
Tabel 5.8
Distribusi Asupan Zat Gizi Makro pada Remaja Putri KEK
di SMA N 3 Kota Ternate
Kategori
Asupan
Energi Protein Lemak Karbohidrat
n % n % n % n %
Kurang
Cukup
Lebih
45
0
0
100
0
0
20
18
7
44,4
40,0
15,6
45
0
0
100
0
0
45
0
0
100
0
0
Total 45 100 45 100 45 100 45 100
Sumber: Data primer 2018
Berdasarkan tabel 5.8 asupan zat gizi makro, dapat dilihat bahwa
untuk asupan energi semua responden masuk dalam kategori asupan
kurang dengan jumlah responden 45 (100%) orang. Untuk asupan
protein yang paling banyak adalah kategori asupan kurang dengan
jumlah responden 20 orang (44,4%), kemudian asupan cukup
sebanyak 18 (40,0%) orang, dan asupan lebih sebanyak 7 (15,6%)
orang.
63
B. Asupan Zat Gizi Mikro
Tabel 5.9
Distribusi Asupan Zat Gizi Mikro pada Remaja Putri KEK
di SMA N 3 Kota Ternate
Zat Gizi
Mikro
Kategori Asupan Total
Kurang Cukup Lebih
n % n % n % n %
Vitamin A
Vitamin E
Vitamin B1
Vitamin B2
Vitamin B6
Asam Folat
Vitamin C
Kalsium
Magnesium
Fe
Zinc
22
45
41
36
9
45
24
44
18
45
45
48,9
100
91,1
80,0
20,0
100
53,3
97,8
40,0
100
100
5
0
2
7
21
0
9
0
14
0
0
11,1
0
4,4
15,6
46,7
0
20,0
0
31,1
0
0
18
0
2
2
15
0
12
1
13
0
0
40,0
0
4,4
4,4
33,3
0
26,7
2,2
28,9
0
0
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
45
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Sumber: Data primer 2018
Berdasarkan tabel 5.9 asupan zat gizi mikro, dapat dilihat bahwa
total responden terbanyak untuk kategori lebih yaitu asupan vitamin A
sebanyak 18 (40,0%) responden, untuk kategori cukup yaitu asupan
vitamin B6 sebanyak 21 (46,7%) responden, dan kategori kurang yaitu
vitamin E, asam folat, Fe, dan Zink dengan total 45 (100%) responden.
64
C. Pola Konsumsi Pangan Remaja
1) Kelompok Makanan Pokok
Tabel 5.10
Distribusi Pola Konsumsi Makanan Pokok di SMA N 3 Kota
Ternate
Makanan
Pokok Jumlah
Frekuensi Konsumsi Makanan Pokok
Total Skor > 1x
/hr
(50)
1x/hr
(25)
3-6x/
Mggu
(15)
1-2x/
Mggu
(10)
Jarang
(1)
Tidak
Pernah
(0)
Nasi
putih
n 45 0 0 0 0 0 45 50
Skor 2250 0 0 0 0 0 2250
Mie
Instan
n 0 3 8 18 3 13 45 8.4
Skor 0 75 120 180 3 0 378
Nasi
Goreng
n 0 2 3 26 1 13 45 7.91
Skor 0 50 45 260 1 0 356
Nasi
Kuning
n 0 0 3 30 2 10 45 7.71
Skor 0 0 45 300 2 0 347
Roti
Tawar
Putih
n 0 3 2 6 1 33 45 3.69
Skor 0 75 30 60 1 0 166
Pisang
Rebus
n 0 0 1 13 3 28 45 3.29
Skor 0 0 15 130 3 0 148
Kasbi
Rebus
n 0 0 1 11 2 31 45 2.82
Skor 0 0 15 110 2 0 127
Papeda n 0 0 1 10 5 29 45
2.67 Skor 0 0 15 100 5 0 127
Sumber: Data primer, 2018
Berdasarkan tabel 5.10 distribusi pola konsumsi makanan
pokok, dapat dilihat bahwa jenis makanan yang paling sering
dikonsumsi adalah nasi putih dengan skor rata-rata 50, kemudian
mie instan dengan skor rata-rata 8,4 dan nasi goreng dengan skor
rata-rata 7,91 serta nasi kuning dengan skor rata-rata 7,71.
65
Kelompok Lauk Pauk
Tabel 5.11
Distribusi Pola Konsumsi Lauk Pauk di SMA N 3 Kota Ternate
Lauk
Pauk Jumlah
Frekuensi Konsumsi Lauk Pauk
Total Skor >
1x/hr
(50)
1x/hr
(25)
3-6x/
mggu
(15)
1-2x/
mggu
(10)
Jarang
(1)
Tidak
Pernah
(0)
Ikan n 4 8 13 11 1 8 45
15.69 Skor 200 200 195 110 1 0 706
Tahu n 3 6 8 11 0 17 45
11.78 Skor 150 150 120 110 0 0 530
Telur
Ayam
Ras
n 0 2 13 5 0 25 45 6.56
Skor 0 50 195 50 0 0 295
Tempe n 1 3 3 10 0 28 45
6 Skor 50 75 45 100 0 0 270
Daging
Ayam
n 0 0 5 17 1 22 45 5.47
Skor 0 0 75 170 1 0 246
Telur
Ayam
Kampung
n 1 0 5 9 2 28 45 4.82
Skor 50 0 75 90 2 0 219
Hati
Ayam
n 0 0 1 4 0 40 45 1.22
Skor 0 0 15 40 0 0 55
Sumber: Data primer, 2018
Berdasarkan tabel 5.11 distribusi pola konsumsi lauk pauk, dapat dilihat
bahwa jenis lauk yang paling sering dikonsumsi adalah ikan dengan skor
rata-rata 15,69, kemudian tahu dengan skor rata-rata 11,78 dan telur ayam ras
dengan skor rata-rata 6,56 serta tempe dengan skor rata-rata 6.
66
2) Kelompok Sayuran
Tabel 5.12
Distribusi Pola KonsumsiSayur-sayuran di SMA N 3 Kota
Ternate
Sayur-
sayuran Jumlah
Frekuensi Konsumsi Sayur-sayuran
Total Skor >1x/
hr
(50)
1x
/hr
(25)
3-6x/
mggu
(15)
1-2x/
mggu
(10)
Jarang
(1)
Tidak
Pernah
(0)
Kangkung n 0 9 12 16 0 8 45
12.56 Skor 0 225 180 160 0 0 565
Tomat n 0 6 3 6 0 30 45
5.67 Skor 0 150 45 60 0 0 255
Bayam n 0 1 3 14 0 27 45
.67 Skor 0 25 45 140 0 0 210
Cabe
Besar
n 0 6 0 3 0 36 45 4
Skor 0 150 0 30 0 0 180
Cabe
Kecil
n 0 4 1 4 0 36 45 3,44
Skor 0 100 15 40 0 0 155
Kacang
Panjang
n 0 1 4 7 0 33 45 3,44
Skor 0 25 60 70 0 0 155
Terong n 0 2 2 7 0 34 45 3,33
Skor 0 50 30 70 0 0 150
Bayam
Merah
n 0 2 1 8 1 33 45 3,24
Skor 0 50 15 80 1 0 146
Ketimun n 0 3 1 5 1 35 45 3,13
Skor 0 75 15 50 1 0 141
Buncis n 1 0 1 5 0 38 45 2,56
Skor 50 0 15 50 0 0 115
67
lanjutan
Sayur-
sayuran Jumlah
Frekuensi Konsumsi Sayur-sayuran
Total Skor >1x/
hr
(50)
1x
/hr
(25)
3-6x/
mggu
(15)
1-2x/
mggu
(10)
Jarang
(1)
Tidak
Pernah
(0)
Daun
Singkong
n 0 0 0 8 1 36 45 1,8
Skor 0 0 0 80 1 0 81
Labu
Kuning
n 1 0 0 1 1 42 45 1,36
Skor 50 0 0 10 1 0 61
Kacang
Hijau
n 0 0 0 5 4 36 45 1,2
Skor 0 0 0 50 4 0 54
Daun
Kemangi
n 0 2 0 0 1 42 45 1,13
Skor 0 50 0 0 1 0 51
Tauge n 0 1 0 2 1 41 45 1,02
Skor 0 25 0 20 1 0 46
Daun
Kelor
n 0 1 0 2 0 42 45 1
Skor 0 25 0 20 0 0 45
Sumber: Data primer, 2018
Berdasarkan tabel 5.12 distribusi pola konsumsi sayur-sayuran,
dapat dilihat bahwa jenis sayur yang paling sering dikonsumsi adalah
kangkung dengan skor rata-rata 12,56 kemudian tomat dengan skor rata-
rata 5,67 dan bayam dengan skor rata-rata 4,67 serta cabe besar dengan
skor rata-rata 4
68
3) Kelompok Buah-Buahan
Tabel 5.13
Distribusi Pola KonsumsiBuah-buahan di SMA N 3 Kota
Ternate
Buah-
buahan Jumlah
Frekuensi Konsumsi Buah-buahan
Total Skor 1x/hr
(25)
3-6x/
mggu
(15)
1-2x/
mggu
(10)
Jarang
(1)
Tidak
Pernah
(0)
Mangga n 3 3 20 4 15 45
7,2 Skor 75 45 200 4 0 324
Rambutan n 3 4 6 3 29 45
4, 4 Skor 75 60 60 3 0 198
Salak n 3 2 7 2 31 45
3,93 Skor 75 30 70 2 0 177
Jambu Air n 2 4 5 1 33 45
3,78 Skor 50 60 50 1 0 161
Apel n 1 0 10 4 30 45
2,67 Skor 25 0 100 4 0 129
Jeruk
Manis
n 0 3 8 4 30 45 2,67
Skor 0 45 80 4 0 129
Papaya n 0 3 7 2 33 45
2,6 Skor 0 45 70 2 0 117
Belimbing n 0 3 5 1 36 45
2,33 Skor 0 45 50 1 0 96
Alpukat n 0 2 5 5 33 45
1,89 Skor 0 30 50 5 0 85
Pisang Mas n 2 0 3 1 39 45
1,8 Skor 50 0 30 1 0 81
Sumber: Data primer, 2018
69
Berdasarkan tabel 5.13 distribusi pola konsumsi buah-buahan, dapat
dilihat bahwa jenis buah yang paling sering dikonsumsi adalah buah
mangga dengan skor rata-rata 7,2 kemudian rambutan dengan skor rata-
rata 4,4 dan salak dengan skor rata-rata 3,93 serta jambu air dengan skor
rata-rata 3,78.
4) Kelompok Minyak
Tabel 5.14
Distribusi Pola Konsumsi Minyak di SMA N 3 Kota Ternate
Minyak Jumlah
Frekuensi Konsumsi Minyak
Total Skor 1x/hr
(25)
3-6x/
mggu
(15)
1-2x/
mggu
(10)
Tidak
Pernah
(0)
Minyak
Kelapa
n 2 2 24 21 45 6,22
Skor 50 30 200 0 280
Santan n 2 3 1 39 45
2,33 Skor 50 45 10 0 105
Sumber: Data primer, 2018
Berdasarkan tabel 5.14 distribusi pola konsumsi minyak, dapat
dilihat bahwa jenis minyak yang paling sering digunakan adalah minyak
kelapa dengan skor rata-rata 6,22 dan santan dengan skor rata-rata 2,33.
70
5) Kelompok Makanan Olahan
Tabel 5.15
Distribusi Pola Konsumsi Makanan Olahan di SMA N 3 Kota
Ternate
Makanan
Olahan Jumlah
Frekuensi Konsumsi Makanan
Olahan
Total Skor >
1x/
hr
(50)
1x
/hr
(25)
3-6x/
mggu
(15)
1-2x/
mggu
(10)
Tidak
Pernah
(0)
Bakso
(Pentolan)
n 0 5 8 9 23 45 7,44
Skor 0 125 120 90 0 335
Kecap n 0 6 1 2 36 45 4,11
Skor 0 150 15 20 0 185
Saos
Tomat
n 0 2 4 4 35 45 3,33
Skor 0 50 60 40 0 150
Sosis n 0 0 2 3 40 45 1,33
Skor 0 0 30 30 0 60
Kornet n 1 0 0 0 44 45 1,11
Skor 50 0 0 0 0 50
Nugget n 0 0 0 5 40 45 1,11
Skor 0 0 0 50 0 50
Sumber: Data primer, 2018
Berdasarkan tabel 5.15 distribusi pola konsumsi makanan olahan, dapat
dilihat bahwa jenis makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah
bakso (pentolan) dengan skor rata-rata 7,44 kemudian kecap dengan skor
rata-rata 4,11 dan saos tomat dengan skor rata-rata 3,33.
71
6) Kelompok Minuman
Tabel 5.16
Distribusi Pola Konsumsi Minuman di SMA N 3 Kota Ternate
Minuman Jumlah
Frekuensi Konsumsi Minuman
Total Skor >1x/
hr
(50)
1x/hr
(25)
3-6x/
mggu
(15)
1-2x/
mggu
(10)
Jarang
(1)
Tidak
Pernah
(0)
Susu Kental
Manis
n 1 7 4 6 1 26 45 7,69
Skor 50 175 60 60 1 0 346
The n 0 8 3 8 2 24 45 7,27
Skor 0 200 45 80 2 0 327
Susu Bubuk n 0 3 1 2 1 38 45 2,47
Skor 0 75 15 20 1 0 111
Ice Cream n 0 0 1 7 1 36 45 1,91
Skor 0 0 15 70 1 0 86
Minuman
Soda
n 0 0 3 4 0 38 45 1,89
Skor 0 0 45 40 0 0 85
Kopi n 0 0 1 4 0 40 45 1,22
Skor 0 0 15 40 0 0 55
Sumber: Data primer, 2018
Berdasarkan tabel 5.16 distribusi pola konsumsi minuman, dapat dilihat
bahwa jenis minuman yang paling sering dikonsumsi adalah susu kental manis
dengan skor rata-rata 7,69 dan teh dengan skor rata-rata 7,27.
72
7) Kelompok Cemilan
Tabel 5.17
Distribusi Pola Konsumsi Cemilan di SMA N 3 Kota Ternate
Cemilan Jumlah
Frekuensi Konsumsi Cemilan
Total Skor > 1x/
hr (50)
1x/hr
(25)
3-6x/
mggu
(15)
1-2x/
mggu
(10)
Jarang
(1)
Tidak
Pernah
(0)
Pisang
Goreng
n 0 9 5 6 0 25 45 8
Skor 0 225 75 60 0 0 360
Biskuit n 0 10 6 0 0 29 45 7,56
Skor 0 250 90 0 0 0 340
Tahu Isi n 0 6 7 7 0 25 45 7,22
Skor 0 150 105 70 0 0 325
Donat n 0 7 3 2 0 33 45 5,33
Skor 0 175 45 20 0 0 240
Tempe
Goreng
n 1 0 2 3 0 39 45 2,44
Skor 50 0 30 30 0 0 110
Ubi
Goreng
n 0 0 2 6 0 37 45 2
Skor 0 0 30 60 0 0 90
Pisang
Molen
n 0 2 1 1 2 39 45 1,71
Skor 0 50 15 10 2 0 77
Lalampa n 0 1 1 2 1 40 45 1,36
Skor 0 25 15 20 1 0 61
Terang
Bulan
n 0 0 1 4 1 39 45 1,24
Skor 0 0 15 40 1 0 56
Onde-
Onde
n 0 1 1 1 2 40 45 1,16
Skor 0 25 15 10 2 0 52
Sumber: Data primer, 2018
Berdasarkan tabel 5.17 distribusi pola konsumsi cemilan, dapat
dilihat bahwa jenis cemilan yang paling sering dikonsumsi adalah pisang
goreng dengan skor rata-rata 8 kemudian biskuit dengan skor rata-rata
7,56 dan tahu isi dengan skor rata-rata 7,22.
73
8) Kelompok Makanan Jadi
Tabel 5.18
Distribusi Pola Konsumsi Makanan Jadi di SMA N 3 Kota Ternate
Makanan Jadi Jumlah
Frekuensi Konsumsi Makanan
Jadi
Total Skor 3-6x/
mggu
(15)
1-2x/
mggu
(10)
Jarang
(1)
Tidak
Pernah
(0)
Mie Bakso n 1 10 4 30 45 2,64
Skor 15 100 4 0 119
Ayam Krispi/
lalapan/ penyet
n 3 6 1 35 45 2,36
Skor 45 60 1 0 106
Sate Ayan n 1 8 0 36 45 2,11
Skor 15 80 0 0 95
Soto Ayam n 0 5 2 38 45 1,16
Skor 0 50 2 0 52
Gado-gado n 2 3 3 37 45 1,4
Skor 30 30 3 0 63
Batagor n 1 4 1 39 45 1,24
Skor 15 40 1 0 56
Sumber: Data primer, 2018
Berdasarkan tabel 5.18 distribusi pola konsumsi makanan jadi,
dapat dilihat bahwa jenis makanan jadi yang paling sering dikonsumsi
adalah mie bakso dengan skor rata-rata 2,64 dan ayam
krispi/lalapan/penyet dengan skor rata-rata 2,36 serta sate ayam dengan
skor rata-rata 2,11.
74
3. Gambaran Kejadian Anemia
Tabel 5.19
Distribusi Hasil Pemeriksaan Haemoglobin pada Remaja Putri KEK
di SMA N 3 Kota Ternate
Kategori Kadar Hb ( g/dl ) n % X ± SD
Anemia
<12 g/dl
10,0 – 10,9 12 26,7 10,85 ±0,6
11,0 – 11,9 10 22,2
Tidak Anemia
>12 g/dl
12,0 – 18,2 21 46,7 14,84 ± 2,89
18,3 – 24,4 2 4,4
Total 45 100
Sumber: Data primer, 2018
Berdasarkan tabel 5.19 diatas dapat diliat bahwa responden
yang dikategorikan anemia atau HB <12g/dl berjumlah 22 (48,9%)
dan yang tidak anemia atau >12g/dl terdapat 23 ( 51,1% ) responden
4. Hasil Uji Tabulasi Silang
Uji tabulasi silang merupakan suatu uji yang digunakan untuk melihat
gambaran dari dua variabel, uji tabulasi ini dilakukan dengan
menggunakan program SPSS.
Tabel 5.20
Gambaran kejadian anemia terhadap ramaja putri KEK
di SMA N 3 Kota Ternate
LiLA (cm)
Hasil Pemeriksaan
Total Anemia
Tidak
Anemia
n % n % n %
19,0 - 21,2 2 4,44 3 6,66 5 11,1
21,3 – 23,4 20 44,4
4 20 44,44 40 88,9
Total 22 48,9 23 51,1 45 100
Sumber: Data primer, 2018
75
Berdasarkan tabel 5.20 diatas dapat dilihat bahwa responden
dengan LiLA 19,0-21,2 adalah sebanyak 5 (11,1%) respondendan
LiLA 21,3-23,4 adalah sebanyak 40 (88,9%) responden.
C. Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 3 Kota Ternate yang dimulai
pada tanggal 26 Februari sampai dengan 07 Maret tahun 2018, dengan
mengambil data langsung dari responden dan jumlah sampel sebanyak 45
orang remaja putri berasal dari kelas X dan XI. Sampel yang diambil adalah
sampel yang sudah memenuhi kriteria.
Pengambilan sampel di lakukan dengan cara mendatangi sekolah SMA
N 3 Kota Ternate yang terletak di kelurahan Gambesi Ternate Selatan .
Bekerjama dengan petugas dari Puskesmas Gambesi, sampel yang dipilih dari
siswi kelas X dan kelas XI yang keseluruhannya berjumlah 459 siswa, dipilih
remaja putrid saja yang akan diperiksa yakni 249 remaja putrid, setelah
dilakukan pemeriksaan menggunakan pita LiLA ternyata ditemukan sebanyak
45 remaja putri yang memiliki LiLA<23cm, sehingga yang dijadika sampel
hanya 45 remaja putrid tersebut. Setelah itu dlakukan lagi tahan selanjutnya
yaitu pemerikasaan HB dan pengisian kuesioner.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan teknik
metode survey.Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode
non-random, total siswi yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah
semua siswi yang telah memenuhi kriteria yang ditentuka. Karakteristik umur
responden berasal dari usia 15 tahun sampai dengan 17 tahun. Remaja yang
76
dijadikan sampel yaitu remaja dengan status gizi KEK. Pada penelitian ini
melihat gambar kejadian anemia pada remaja putri KEK.
Karakteristik Responden
Berdasarkan usia remaja dibagi menjadi tiga periode yaitu remaja awal
pada usia 10-13 tahun, remaja pertengahan pada usia 14-16 tahun, dan remaja
akhir pada usia 17-20 tahun. Puncak pertumbuhan remaja putri terjadi pada
usia 12 tahun, sedangkan remaja putra terjadi pada usia 14 tahun.Masalah gizi
yang biasa dialami pada masa remaja salah satunya adalah anemia (Indartanti
and Kartini, 2014).
Karakteristik umur responden pada penelitian ini berasal dari usia 15
tahun sampai dengan 17 tahun, responden paling banyak berusia 15 tahun
yaitu sebesar 53,3 % persen yang rata-rata menduduki kelas X, dan pada
umunya remaja putri usia tersebut sudah mengalami menstruasi, hal tersebut
juga sangat mempengaruhi kadar Hbdalam darah. Remaja beresiko tinggi
menderita anemia, khusunya kurang zat besi karena remaja mengalami
pertumbuhan yang sangat cepat. Dalam pertumbuhan, tubuh membutuhkan
nutrisi dalam jumlah banyak, dan diantaranya adalah zat gizi bes, bila zat besi
yang dipakai untuk pertumbuhan kurang dari yang diproduksi tubuh, maka
terjadilah anemia ( Citrakesumasari,2012 ).
Pertumbuhan yang cepat pada remaja memberikan konsekuensi
terjadinya peningkatan kebutuhan zat gizi sebagai upaya mengimbangi
pertumbuhan tersebut. Namun data menunjukkan bahwa asupan makanan para
remaja putri tidak dapat menyediakan cukup zat gizi untuk memenuhi
77
kebutuhan mereka dan lebih dari lima puluh persen kasus anemia yang
tersebar di seluruh dunia secara langsung disebabkan oleh kurangnya masukan
(intake) zat besi (Dillon 2005).
Selain itu, pada penelitian ini responden berasal dari berbagai kondisi
social ekonomi yang berbeda-beda. Kebanyakan ayah dari responden bekerja
sebagai wiraswasta yaitu sebesar 33,3% dan ibu dari responden kebanyakan
merupakan ibu rumah tangga sebesar 75,6 %. Dari hasil wawancara yang
diperoleh penghasil orang tua rata-rata belum mencukupi untuk kebutuhan
sehari-hari hal ini berdasar pada UMK Kota Terntae per 1 Januari 2018.Faktor
pendapatan keluarga mempunyai peran besar dalam masalah gizi dan
kebiasaan makan keluarga.Ketersediaan pangan suatu keluarga sangat
dipengaruhi tingkat pendapatan keluarga tersebut.Rendahnya pendapatan
merupakan rintangan yang menyebabkan orang tidak mampu membeli,
memilih pangan yang bermutu gizi baik dan beragam. Tingkat pendapatan
merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang
dikonsumsi (Citrakesumasari,2012 ).
Menurut suhardjo (2008) menyatakan bahwa pada umumnya jika
pendapatan meningkat maka jumlah dan jenis pangan akan membaik. Dan
tingkat pendapatan orang tua juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
dari orang tua. Selain asupan zat gizi, faktor lain yang dapat mempengauhi
status gizi seseorang diantaranya yaitu jumlah keluarga dan pendapatan
keluarga. Hal tersebut yang dapat menyebabkan tidak adanya hubungan antara
asupan zat gizi makro dengan status gizi, karena jumlah keluarga yang besar
78
dengan pendapatan keluarga yang relatif rendah dapat mempengaruhi daya
beli pangan yang nantinya berpengaruh terhadap kecukupan kebutuhan gizi
pada keluarga tersebut.
Beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Rahma Ayu (2013)
menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pendidikan orangtua terutama
ibu tentang kesehatan dan gizi anak. Dengan pendidikan yang tinggi
diharapkan tingkat pengetahuan ibu juga semakin tinggi, ibu dengan
pendidikan tinggi akan lebih mudah menyerap informasi tentang kesehatan
dan gizi ibu dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah. Pengetahuan ibu
yang baik tentang penyusunan pola makan keluarga, mulai dari pemilihan
bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari akan berpengaruh terhadap
kualitas dan kuantitas zat gizi yang dikonsumsi keluarga.
Pekerjaan orang tua bukan merupakan faktor utama terhadap status
gizi remaja, namun pekerjaan berpengaruh terhadap daya beli atau
kemampuan untuk menyediakan pangan di rumah, pemilihan bahan pangan
yang akan disediakan, dan pemberian uang saku terhadap remaja putri.
Beberapa hal ini pada akhirnya berpengaruh pada status gizi remaja putri.
Berdasarkan status pekerjaan orang tua terdapat juga dampak terhadap
status gizi remaja putri yaitu ibu yang bekerja memiliki kendala kesulitan
untuk menyediakan makanan yang sehat di rumah, akibatnya remaja putri
lebih memilih jajan atau mengkonsumsi makanan di luar rumah yang tidak
terjamin keamanan dan kesehatan makanannya.
79
Konsumsi Tablet Tambah darah
Tablet tambah darah merupakan sumplemen dalam bentuk tablet yang
terdiri 60mg zat besi elemental dalam sediaan ferro sulfat, ferro fumarat, atau
ferro glukonat dan asam folat sebesar 0,40 mg. Sumplementasi yang diberikan
guna menanggulangi secara dini
kejadian anemia pada wanita, dan diberikan pada usia remaja, remaja
putri yang yang dimaksud adalah remaja putri usia sekolah, yang kemudian
akan menuju masa dewasa sehingga memasuki usia produktif ( Kemenkes,
2017 ).
Pada penelitian ini menunjukan bahwa dari 45 remaja putri KEK yang
mengkonsumsi tablet tambah darah secara rutin adalah 4 orang ( 8,8 %) tidak
rutin adalah 3 orang (6,7% ), tidak pernah adalah 38 orang ( 84,4 %) ah non
program namun tidak rutin adalah 1 orang (2,2) yang mengkonsumsi tablet
tambah .Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan menggunakan alat
bantu kuesioner diperoleh rata-rata jawaban yang diberikan oleh remaja putri
yang tidak mengkonsumsi tablet tambah darah adalah bahwa sebagian remaja
putri tidak menyukai rasa yang timbulkan ketika mengkonsumsi tablet
tambah darah tersebut, selain rasa adapun jawaban lain yang kami temukana
adalah remaja putri takut mengkonsumsi tablet tambah darah, dan adapun
remaja putri yang mengaku tidak memperoleh tablet tambah darah serta
remaja putri yang mengkonsumsi suplemen tablet tambah darah lainnya yaitu
hanya satu orang remaja putri.
80
Penelitian yang dilakukan oleh Dodi Briawan (2007) yang dilakukan
pada remaja putri, diperoleh hasil bahwa perbaikan status besi
perludipertimbangkan tidak hanya denganpemberian besi-folat saja, tetapi
denganmenambahkan vitamin lainnya (vitamin A, C,B12). Penambahan
vitamin tersebut selaindapat meningkat hemoglobin, juga akanmemperbaiki
status besi pada sistemtranspor dan simpanan (storage) tubuh. Olehkarena itu
untuk perbaikan status besimelalui suplementasi perlu
dipertimbangkanpenggunaan besi-multivitamin untukmenghasilkan output
status besi yangmaksimal, dan kemungkinan efek positifdalam jangka
panjang.
Sanitasi Lingkungan
Pada sanitasi lingkungan diperoleh hasil bahwa sebagian besar
masyarakat yang berada di daerah Kota Ternate dan sekitarnya sudah
menggunakan sumber air yang baik, antara lain Air ledeng / PDAM sebanyak
22 rumah (48,9%), air ledeng / PDAM tersebut berasal dari air pegunungan
yang terlindungi dan dikelolah dengan dengan baik oleh pemerintah setempat,
adapun rumah tangga yang masih menggunakan sumur gali terlindungi
sebanyak 10 rumah tangga (22,2%) , sumur bor/pompa sebanyak 8 rumah
(17,8% ). Hal ini menunjukan bahwa jangkauan air bersih tidaklah sulit
diperoleh oleh masyarakat yang bermukim di pinggiran Kota Ternate, karena
seperti yang kita ketahui bahwa sanita pada air bersih ini sangat berpengaruh
pada kesehatan. Apalagi untuk proses pengelolaan sebelum air tersebut
81
dikonsumsi rata sudah menggunakan air yang aman untuk dikonsumsi melalui
proses pemasakan atau dengan menggunakan air kemasan isi ulang.
Untuk masalah sampah limbah rumah tangga sendiri masih banyak
rumah tangga yang memiliki penampungan sampah secara terbuka sebanyak
21 rumah (46,7 %) dan yang tertutup sebanyak 24 rumah (53,3%), hal ini
dikhawatirkan dapat menyebabkan perpindahan bakteri dari serangga berupa
lalat. Kemudian untuk pengolahan sampah tersebut adalah diangkut petugas
kebersihan sebanyak 25 rumah (55,6%), dibakar sebanyak 12 rumah (26,7%)
dan dibuang ke kali, parit atau laut sebanyak 8 rumah (17,8%). Untuk sampah
yang dibakar dan dibuang ke parit atau laut dikhawatirkan dapat menimbulkan
pencemaran udara dan lingkungan setempat, hal tersebut tentu saja dapat
merugikan kesehatan masyarakat yang berada dilingkungan setempat.
Selanjutnya untuk pembuangan air limbah rumah tangga sebanyak 21 rumah
(46,7%) membuang langsung air limbahnya ke got / sungai, 6 rumah (13,3 %)
memiliki SPAL, dan sisanya 14 rumah ( 31,1%) memilih membuang langsung
dipekarangan rumah, hal ini tentudikhawatirkan dapat menimbulkan masalah
kesehatan yang serius seperti penyakit yang mudah disebarkan oleh bakteri /
parasit.
Frekuensi Sarapan
Sarapan pagi adalah kebiasaan makan dan minum yang dikonsumsi
setiap hari dimulai dari pagi sampai dengan pukul 09.00 dilakukan secara rutin
82
untuk mencapai kebutuhan energy bergizi dalam waktu 7 hari atau seminggu
(Purba,2007).
Sarapan itu sendiri berkaitan dengan asupan yang dapat mempengaruhi
status gizi seseorang, asupan makanan pada remaja sangat berperan penting
dalam prosess pertumbuhan dan perkembangan serta pemeliharaan tubuh,
karena dalam asupan makanan yang baik tersebut mengandung makanan
sumber energi, sumber zat pengembang, sumber zat pembangun dan sumber
zat pengatur (Almatsier, 2009).
Pada remaja putri SMA N 3 Kota Ternate, sebagian besar remaja putri
tidak sarapan adalah 34 remaja putri (75,6%) dan remaja putri yang
melakukan sarapan adalah 11 remaja putri (24,4%). Hal ini tentu dapat
mengganggu konsentrasi belajar siswa ketika merasa lapar dijam perlajaran
sedang berlangung.
Berdasarkan hasil penelitian lainnya yang menunjukan tidak ada
hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi makro (energi, karbohidrat,
protein dan lemak) dengan status gizi oleh Rinanti (2014) pada siswa-siswi di
Surakarta yang menunjukan tidak terdapat hubungan antara asupan zat gizi
makro (energi, karbohidrat, protein dan lemak) dengan status gizi. Hal
tersebut didukung juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Simartama (2014) pada remaja SMA di Kabupaten Samosir yang
menunjukkan bahwa semakin baik seseorang sarapan tidak menjamin bahwa
status gizi seseorang semakin baik pula.
83
Asupan Zat Gizi Pada Remaja Putri KEK
Asupan makanan pada remaja sangat berperan penting dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan serta pemeliharaan tubuh, karena dalam
asupan makanan yang baik tersebut mengandung makanan sumber energi,
sumber zat pengembang, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur.
Asupan gizi seimbang sangat berperan dalam tumbuh kembang anak mulai
dari dalam kandungan, balita, anak usia sekolah, remaja bahkan sampai
dewasa (Almatsier, 2004).
Pada penelitian ini menggunakan kuesioner untuk dapat dilihat pola
makan dari responden itu sendiri.Pola makan adalah perilaku makan yang
dilakukan seseorang berulang kali hingga menjadi sebuah kebiasaan dalam
waktu yang lama.Kebiasaan makan adalah tingkah laku seseorang atau
sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan makan yang meliputi sikap,
kepercayaan dan pemilihan makanan (Handayani, 2004). Pola makan
masyarakat Indonesia mengalami pergeseran, yaitu pola makan tradisional
yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar dan rendah lemak berubah
ke pola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat kasar, tinggi
protein dan tinggi lemak, sehingga menggeser mutu makanan ke arah yang
tidak seimbang (Almatsier, 2004).
a. Asupan Makro
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia.Penyebab
tersering dari anemia yaitu kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
sintesis eritrosit. Rendahnya kadar hemoglobin subyek dapat disebabkan
84
asupan gizi yang tidak adekuat karena remaja putrid sering membatasi
makanan yang dikonsumsi.Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian
yang menyebutkan beberapa asupan mikronutrien seluruh subyek yaitu zat
besi, seng dan folat hanya 50% dari AKG.
Pada pola makan itu sendiri yang dilihat adalah asupan gizi makro
pada remaja putri SMA N 3 Kota Ternate rata-rata kurang dari angka
kecukupan gizi yang dianjurkan baik itu asupan energy, lemak dan
karbohidrat. Hal tersebut kemungkinan dapat menjadi salah satu faktor
penyebab terjadinya KEK pada remaja putri, namun pada asupan protein
bervariasi antara lain kurang 20 remaja putri (44,4%), cukup 18 remaja putri
(40%) dan lebih 7 remaja putri (15,6%) . Adapun hasil penelitian lain yang
sejalan yaitu penelitian Syatriani (2010) yang menyatakan ada hubungan yang
bersifat positif antara asupan protein dengan status anemia, karena konsumsi
protein yang rendah akan cenderung menyebabkan anemia
Pada penelitian yang dilakukan oleh Dea Indartanti (2014) yang
dilakukan pada remaja putri di Semarang,Usia 12-14 tahun termasuk dalam
masa peralihan dari remaja awal ke remaja akhir yang merupakan masa
pencarian identitas dan remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan.
Kecemasan akan bentuk tubuh membuat remaja sengaja tidak makan atau
memilih makan di luar. Kebiasaan ini dapat mengakibatkan remaja mengalami
kerawanan pangan yang berhubungan dengan asupan zat gizi yang rendah dan
berisiko pada kesehatannya termasuk anemia. Beberapa faktor yang memicu
terjadinya masalah gizi pada usia remaja seperti kebiasaan makan yang salah,
85
pemahaman gizi yang keliru dimana tubuh yang langsing menjadi idaman para
remaja sehingga kebutuhan gizi tidak terpenuhi, dan kesukaan yang berlebihan
terhadap makanan tertentu contohnya makanan cepat saji (fast food). Pada
penelitiannya juga menunjukan bahwa berdasarkan hasil uji statistik
menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian
anemia (p > 0,05). Hal ini dikarenakan sebagian besar subyek tergolong dalam
status gizi normal.Status gizi berdasarkan indikator IMT/U lebih dipengaruhi
asupan zat gizi makro (karbohidrat, lemak, protein).Karbohidrat, lemak dan
protein merupakan zat gizi penyuplai energi terbesar bagi tubuh. Asupan
energi kurang dari kebutuhan dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan
terjadi penurunan status gizi, bila asupan energi seimbang akan membantu
memelihara status gizi normal dan jika asupan energi berlebihan atau
berkurangnya pengeluaran energi berpotensi terjadinya kegemukan.19 Asupan
zat gizi mikro tidak mempengaruhi status gizi berdasarkan IMT/U karena
memiliki kandungan energi yang sedikit, dan jika terjadi kekurangan mungkin
sudah berlangsung lama.
Hal tersebut menunjukan sedikit persamaan dengan penelitian yang
dilakukan di Ternate bahwa dengan status gizi KEK tidak berpengaruh
terhadap kejadian anemia karena di dapat hasil bahwa remaja putri dengan
status Gizi KEK sebagian besar memiliki kadarHB normal dalam darah.
b. Asupan Mikro
86
Asupan gizi mikro pada remaja putri SMA N 3 Kota Ternate adalah
rata-rata asupan yang dapat mempengaruhi absorbsi memilki kategori yang
bervariasi antara lain kurang,cukup dan lebih. Zat gizi makro yang memenuhi
asupan bahkan lebih adalah Vitamin A, Vitamin B6, Vitamin C dan
Magnesium. Hal ini yang mempengaruhi kadarHB dalam darah, sehingga
walaupun dengan status kurang asupan yang menyebebkan remaja putri KEK
namun karena zat pelancar absorbsi Fe mencukupi hal tersebut dapat
mencegah terjadinya anemia pada remaja putri KEK. Untuk asupan zat gizi
mikro yang berperan pada metabolism sebagai zat penghambat dan pelancar
absorbsi zat besi dalam tubuh antara lain vitamin E, asam folat, kalsium,
Vitamin C, Fe dan Zinc masuk dalam kategori kurang asupan. Sedangkan
Vitamin A, vitamin B6, Vitamin C dan magnesium masuk dalam kategori
lebih pada beberapa remaja putri. Zat pelancar pada absorbs zat besi yang
paling terkenal adalah asam askorbat (Vitamin C) yang dapat meningkatkan
absorbsi zat besi non heme secara signifikan. Zat besi hem berasal dari hewan,
penyerapannya tidak tergantung pada jenis kendungan makanan lain dan lebih
mudah diabsorbsi dibandingkan zat besi non hem.( Citrakesumasari, 2012).
Tidak banyak studi tentangprevalensi defiensi zat gizi mikro diIndonesia,
namun karena rendahnya kualitaskonsumsi pangan masyarakat
makakemungkinan besar juga akan defisit vitamin.Beberapa studi yang ada,
diantaranya,prevalensi defisit vitamin A pada remaja diTangerang dan Jakarta
sebesar 7-20 persen(Dillon, 2005); di Surabaya, Bangkalan,Sampang sebesar
5-7 persen (Soekarjo etal. 2004).
87
Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa remaja putri dengan status
gizi kekurangan energ protein ada yang tidak mengalami anemia, hal ini
menambah referensi penelitian lain yang membuktikan bahwa status gizi tidak
mempengaruhi kejadian anemia pada remaja putri, hal ini
dikarenakandefisiensi seng akan mempengaruhi metabolisme besi karena seng
berperan sebagai kofaktor dalam reaksi oksidasi retinol. Konsentrasi
retinolplasma yang rendah berkaitan dengan penurunan besiplasma dan
hemoglobin.Vitamin B6 diperlukan dalammetabolisme protein yang juga
diperlukan untuk sintesisheme dalam pembentukan hemoglobin. Tembagajuga
berhubungan pada proses oksidasi besi untukpembentukan hemoglobin.
Seperti yang diketahui dari hasil pola makan remaja putri sumber zat gizi
mikro yang berperan dalam pembentukan haemoglobin antara lain Vitamin B,
Vitamin C, Magnesiumdan Vitamin A yang mencukupi dalam asupan.
Sehingga dalam membantu dalam metabolisme zat gizi dalam gizi sehingga
tidak terjadi anemia., hal tersebut serupa dengan penelitin yang dilakukan oleh
Cendani (2011) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif antara
asupan zat besi, seng,tembaga, folat, dan vitamin B6 yang artinya semakin
tinggi kelima asupan tersebut, maka semakin besar pula nilai kadar
hemoglobin yang diperoleh. Sedangkan hasil uji regresi linier berganda
menunjukkan bahwa yang dapat memprediksi kadar hemoglobin adalah
asupan zat besi.
88
Sumber mineral mikro didapat dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari
dapat dilihat padatable pola makan sebelumnya antara lain tahu, tempe, ikan,
telur dan bahan makanan lainnya.
89
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan karakteristik umum, remaja putri dengan status gizi
KEK paling banyak berada pada kelompok umur 15 tahun.
2. Gambaran konsumsi Tablet Tambah Darah remaja putri masih
belum maksimal, karena yang mengkonsumsi Tablet Tambah
Darah dengan rutin kurang dari 10%.
3. Berdasarkan kebiasaan sarapan,sebagian besar 34 (75,6%)siswi
tidak sering sarapan sebelum berangkat sekolah.
4. Berdasarkan asupan zat gizi makro sebanyak 45 (100%), semua
asupan energi, lemak dan kharbohidrat kurang dari Angka
Kecukupan Gizi. Sedangkan untuk asupan protein sesuai
kebutuhan 18 (40%) responden. Sedangkan asupan zat gizi mikro,
total responden terbanyak dalam kategori asupan lebih yaitu
asupan vitamin A sebanyak 18 (40%) orang, kategori cukup yaitu
vitamin B6 sebanyak 21 (46,7%) orang, dan kategori kurang yaitu
vitamin E, asam folat, Fe, dan Zink dengan total 45 (100%)
responden.
5. Pola konsumsi berdasarkan jenis pangan yang paling sering
dikonsumsi yaitu makanan pokok : nasi putih, lauk pauk : tahu,
sayuran : kangkung, buah-buahan : mangga, minyak kelapa,
90
makanan olahan : bakso (pentolan), minuman : susu kental manis
dan teh, cemilan : pisang goreng, makanan jadi : mie bakso dan
ayam kripsi / lalapan / penyet.
B. Saran
Masalah yang terjadi disini adalah, tingkat kepatuhan dari
remaja putri SMAN 3 Kota Ternate terhadap konsumsi tablet Fe
sangatlah rendah, serta pengawasan dari guru (UKS) yang dilibatkan
belum maksimal. Hal ini dikarenakan siswa membawa pulang tablet
tambah darah untuk dikonsumsi dirumah pada malam hari, sehingga
pemantauan konsumsi tablet tambah darah sulit untuk dilakukan
walaupun siswa sudah dibakali dengan kartu kontrol. Selain dari pada
itu rasa yang dan aroma yang ditimbulkan dari tablet tambah darah
sering menjadi keluhan dan alasan mengapa tablet tambah darah
enggan dikonsumsi oleh remaja putri, sehingga saran yang dapat
diberikan adalah :
1. Petugas gizi dan guru UKS lebih maksimal bekerja sama dalam
hal ini sepeti merubah jadwal dan cara pemberian tablet tambah
darah, ada hari yang ditentukan untuk pemberian tablet tambah
darah tersebut, misalnya dapa diberikan pada hari jumat dengan
imbauan bahwa sebelum remajan putri berangkat ke sekolah di
wajibkan untuk sarapan terlebih dahulu dirumah, sehingga tablet
tambah darah bisa diberikan disekolah dicatat pada kartu kontrol
91
kemudian dikonsumsi langsung pada saat itu, dan hal tersebut
rutin dilakukan setiap minggunya.
2. Diharapkan ada tablet tambah darah jenis baru atau dapat
dimodifikasi dengan aroma dan rasa yang lebih baik sehingga
remaja putri mau mengkonsumsi tablet tambah darah.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjuts pesifik tentang daya terima
remaja putrid terhadap Tablet Tambah Darah yang diperuntukkan
pada remaja putri di Kota Ternate.
92
DAFTAR PUSTAKA
AKHMADI, A. 2008. Konseling Kesehatan Remaja: Kajian Materi Diklat Teknis
Fungsional Peningkatan Kompetensi Guru Pertama BK MTs. Yogyakarta:
Lumbung Pustaka UNY.
ALMATSIER 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi., Jakarta, PT Gramedia Pustaka.
APRIANI, Y. 2014. Korelasi Antara Penurunan Laju Filtrasi Glomerulus Dengan
Beratnya Anemia Pada Penyakit Ginjal Kronik Di RSUD DR. Sayyidiman
Magetan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
ARISMAN 2009. Gizi dalam daur kehidupan, Jakarta, EGC.
ASTUTI, W.Y 2016. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Minat
Belajar Siswa SMK YPKK 3 Sleman. SkirpsiProgramStudiEkonomi.Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta
AMRAN, Y. S CHANIAGO. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung,
Pustaka Setia.
AZWAR, A. 2004. Kecenderungan masalah gizi dan tantangan di masa datang.
Disampaikan Pada Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju
Keluarga Sadar Gizi. Jakarta: Hotel Sahid Jaya.
BATUBARA, J. 2010. Adolesence Development: Perkembangan Remaja. Sari Pediatri
Universitas Indonesia, 12.
BRIAWAN,D. DKK 2007. Efikasi suplementasi besi-multivitamin terhadap perbaikan
status besi remaja wanita. UNPAD BANDUNG, Gizi Indonesi 2007
CITRAKESUMASARI 2012. Anemia Gizi Masalah Dan Pencegahannya, Makassar,
Kalika.
DEPKES 1998. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putrid dan WUS.
Depkes RI Jakarta.
DEPKES 2003. Pogram Penanggulangan Anemia Gizi pada Wanita Usia Subur (WUS). .
Depkes RI Jakarta.
DINKES, M. U. 2017. Profil Kesehatan.
DILLON DHS. 2005. Nutritional health of Indonesian adolescent girls: the role of
riboflavin and vitamin A on iron status [thesis]. Netherlands : Wageningen
University
FARIDA HIDAYANTI, A.RAZAK THAHA & NAJAMUDDIN, U. 2014.
GAMBARAN POLA KONSUMSI ZAT PELANCAR DAN ZAT
PENGHAMBATABSORPSI ZAT BESI (FE) SERTA KADAR HB
PADAWANITAPRAKONSEPSIDI KOTA MAKASSAR. Program Studi Ilmu
Gizi, Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas HasanuddinMakassar.
GUNATMANINGSIH, D. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian
Anemia Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten
Brebes Tahun 2007. Universitas Negeri Semarang.
HASKELL, W. L., LEE, I.-M., PATE, R. R., POWELL, K. E., BLAIR, S. N.,
FRANKLIN, B. A., MACERA, C. A., HEATH, G. W., THOMPSON, P. D. &
BAUMAN, A. 2007. Physical activity and public health: updated
recommendation for adults from the American College of Sports Medicine and
the American Heart Association. Circulation, 116, 1081.
INDARTANTI, D. & KARTINI, A. 2014. Hubungan status gizi dengan kejadian anemia
pada remaja putri. Journal of nutrition college, 3, 310-316.
93
IRDIANA,WHENNY., NINDYA, TRISKA SUSILA, 2017. Hubungan Kebiasaan
Sarapan dan Asupan Zat Gizi Dengan Status Gizi Siswi SMAN 3
Surabaya. Received 23-7- 2017, Accepted 14-8-2017, Published online: 23-10-2017.
doi: 10.20473/amnt.v1.i3.2017. 227-235 KEMENTERIAN, K., RI 2017. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2016. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI.
MARTINI, M. 2016. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada
Remaja Putri di MAN 1 Metro. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai, 8, 1-7.
MOCHTAR, R. 1998. Synopsis Obstetri Fisiologi Patofisiologi, Jakrta, EGC.
PERMAESIH, D. & HERMAN, S. 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada
remaja. Buletin Penelitian Kesehatan, 33.
PRATIWI, A. H. 2014. Pengaruh Kekurangan Energi Kronik (KEK) dan Anemia Saat
Kehamilan Terhadap Berat Badan Lahir endah (BBLR) dan Apgar. skripsi
Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
PURBA, D.A.,2017. Faktor Determinasi Kebiasaan Sarapan Pagi Siswa SDN 2 Way
Gubag. Skripsi. Studi Pendidikan Dokter.Fakultas Kedokteran.Universitas
Kedokteran.Bandar Lampung.
PUJIATUN, T. 2014. Hubungan konsumsi energi protein dengan sumber kejadian
kekurangan energi protein pada siawa putri di SMA Muhammadiyah 6 Surakarta.
Naskah Publikasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
RACHMAD, MOCHAMAD 2016.Metode Penelitian Gizi & Kesehatan, Jakrta, EGC.
RIYADI, H. 2001. Metode penilaian status gizi secara antropometri. Jurusan GMSK.
Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
RINANTI, OKKYSETYANING, 2014. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dan
Pengetahuan Gizi Seimbang dengan Status Gizi Siswa-Siswi di SMP
Muhammadiyah 1 Kartasura. TugasAkhir. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta.
SIAHAAN, N. R. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Anemia Pada
Remaja Putri di Wilayah Kota Depok Tahun 2011 (Analisis Data Sekunder
Survey Anemia Remaja Putri Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2011). Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
SIMARMATA, ROTUA Y., 2014. HubunganKebiasaan Sarapan dengan Status
Gizi dan Prestasi Siswa SMA N 1 Pangururan KabupatenSamosir. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
SOEWONDO, S., HUSAINI, M. & POLLITT, E. 1989. Effects of iron deficiency on
attention and learning processes in preschool children: Bandung, Indonesia. The
American journal of clinical nutrition, 50, 667-674.
STEPHANIE, P. & KARTIKA, S. K. A. 2016. GAMBARAN KEJADIAN KURANG
ENERGI KRONIK DAN POLA MAKAN WANITA USIA SUBUR DI DESA
PESINGGAHAN KECAMATAN DAWAN KLUNGKUNG BALI 2014. E-
Jurnal Medika Udayana, 5.
SUDIARTI, T. & UTARI, D. M. 2007. Kecukupan Gizi dan Zat Gizi. In Departemen
Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.
94
SYAHNIMAR 2004. Analisis Risiko KEK dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Padan
Wanita Usia Subur (WUS) di Kabupaten Lampung Barat. Skripsi FKM UI.
TANJUNG, A. S, 2009. Hubungan Antara Asupan Zat Gizi Dengan Kejadian
Premenstrual Syndrome (PMS). Karyas Tulis Ilmiah Program Studi D IV
Kebidanan_FKUSM.
UMISAH, I. N. A. & PUSPITASARI, D. I. 2017. Perbedaan Pengetahuan Gizi
Prakonsepsi dan Tingkat Konsumsi Energi Protein pada Wanita Usia Subur
(WUS) Usia 15-19 Tahun Kurang Energi Kronis (KEK) dan Tidak KEK di SMA
Negeri 1 Pasawahan. Jurnal Kesehatan, 10, 23-36.
WAHYU ERSILA, LIA D.AP,2016.Hubungan Tempat Tinggal dan Motivasi Konsumsi
Zat Besi Dengan Kadar Hemoglobin Pada Mahasiswi Kebidanan STikes
Pekalongan,2016.
WHO, 2011. THE GLOBAL PREVALENCE OF ANEMIA IN 2011. WHO Library
Cataloguing-in-publication Data.Suggeted citation.2015.
95
96
RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
1. Nama : Hasna Soleman
2. Tempat/ Tgl. Lahir : Ternate, 31 Oktober 1985
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Suku / Bangsa : Ternate/ Indonesia
5. Agama : Islam
6. Alamat : Jalan Sahabat Raya
7. E-mail : nanahasna85@gmail.com
8. No.HP : 081114322185
B. Riwayat Pendidikan
1. SDNegeri 1 Mareku, Tidore
2. SMP HUTAMA PondokGede, Bekasi
3. SMA Angkasa 2 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur
4. D - III Gizi Politeknik Kementrian Kesehatan Ternate
5. Jurusan Ilmu Gizi Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin