Post on 24-Jun-2015
Farmakokinetika
Apa perlunya mempelajari farmakokinetik???
Kerja dr suatu obat mrpk hasil dr banyak proses, yang umumnya dibagi dalam 3 fase:
1. Fase farmasetik
2. Fase farmakokinetik
3. Fase farmakodinamik
1. Fase farmasetik: meliputi hancurnya bentuk sediaan obat dan melarutnya bahan obat
2. farmakokinetik: pengaruh tubuh terhadap obat:
a. proses invasi: pengambilan suatu bahan obat ke dalam organisme (absorpsi dan distribusi)
b. proses eliminasi: penurunan konsentrasi obat dalam organisme (biotransformasi dan eksresi
3. farmakodinamik: interaksi obat dg reseptor dan juga proses yang terlibat dimana akhir dr efek farmakologi terjadi
Hubungan antara farmakokinetik dan farmakodinamik
Dosis obat yg diberikan
absorpsi
Konsentrasi obat dalam sistem sistemik
Konsentrasi obat Pada tempat kerja
Efek farmakologi
Respon klinik
toksisitas efikasi
obat dalam jaringan distribusi
ekskresi obat
farmakokinetik
farmakodinamik
distribusi
eliminasi
Proses2x farmakokinetik (absorpsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi)
menentukan
-berapa cepatnya-Berapa konsentrasinya-untuk berapa lama obat berada pd organ target
Definisi:
Suatu proses yang dilakukan tubuh terhadap obat, meliputi: absorpsi, distribusi, metabolisme dan eksresi.
Atau dalam arti sempit: farmakokinetika khususnya mempelajari perubahan2x konsentrasi dari obat dan metabolitnya di dalam darah dan jaringan sebagai fungsi dari waktu.
Proses2x yg dialami obat dalam tubuh manusia
Prinsip-prinsip farmakokinetik
Suatu obat hrs sampai ke tempat kerja yg diinginkan setelah masuk ke dalam tubuh dengan jalur yang terbaik.
Pemakaian obat
Suatu dapat diberikan:
permukaan tubuh: kulit, mukosa, maupun disuntikkan ke dalam tubuh
Tempat pemberian , cara pemberian dan bentuk sediaan diatur menurut;
- sifat fisika dan kimia bahan obat
- munculnya kerja dan lama kerja yang diinginkan
- tempat obat seharusnya bekerja
Untuk obat yang kerjanya cepat, maka dipilih
cara pemberian yang tepat, dimana pemberian yang meniadakan absorpsi, mis; penyuntikan, inhalasi.
Sebaliknya: bila diinginkan kerja yang tertunda, dipilih bentuk pemberian yang melalui absorpsi.
Pd pemilihan cara pemberian, dipertimbangkan juga kondisi pasien: pasien yg tidak sadar: jangan diberikan secara oral
Pasien yang ada gangguan lambung, obat jangan diberikan secara oral,bisa diinjeksikan atau melalui rectal (anus).
Tempat dan cara pemakaian obat
1. Pemakaian topikal; untuk pengobatan lokal pada kulit. Keuntungan; dosis lebih rendah dan efek sistemiknya juga rendah.
2. Pemakaian parenteral: yaitu dg penyuntikan
bentuk pemakaian ini jika faktor waktu sangat penting, spt : keadan darurat.
Keburukannya; biaya tinggi, ketakutan pasien, resksi hipersensitifitas lokal (sakit)
3. Pemakaian oral: obat paling sering diberikan secara oral, keuntungannya;
bentuk obat mudah diproduksi, pasien bisa melakukan sendiri.
Cara pemberian obat ini harus dihindari untuk obat2x yang sukar diabsorpsi melaui saluran cerna.
4. Pemakaian rektal: terbatas pd kasus yg tdk mutlak diperlukan kadar tertentu dalam darah .Ditujukan untuk pasien: bayi dan anak2x, dan pasien yg cendrung muntah atau ada gangguan lambung.
Cara pemberian obat:
Oral (PO); - paling cocok untuk obat yang diberikan sendiri
- obat harus tahan terhadap lingkungan asam dlm lambung dan harus menembus lapisan usus
sebelum memasuki aliran darah.
Sublingual;- absorpsinya baik melalui jaringan kapiler
dibawah lidah.- obat mudah diberikan sendiri- krn tidak melalui lambung, sifat kelabilan dlm
asam dan permeabilitas usus tdk perlu dikhawatirkan
Rektal (PR)
- untuk pasien yang tidak sadar/ muntah2x/ anak kecil. Intravena (IV):
kerjanya cepat, karena obat disuntikkan langsung ke dalam darah, berguna pd situasi darurat
Intramuskular (IM):
Obat masuk melalui dinding kapiler, kecepatan absorpsinya bergantung pada formulasi obat; preparat yang larut dalam minyak diabsorpsi dg lambat, sdgkan preparat yg larut dalam air diabsorpsi dengan cepat.
Subcutan (SC);
obat disuntikkan dibawah kulit dan menembus dinding kapiler u memasuki aliran darah. Absorpsi dpt diatur dgn
formulasi obat.
Inhalasi;secara umum absorpsinya cepat.Beberapa obat yang dipasarkan dalam alat2x yg dpt memberikan dosis terukur, cocok untuk pemberian sendiri.
Topikal:berguna untuk pemberian obat lokal, plg banyak diberikan pd preparat dermatologi dan oftalmologi
Transdermal:koyo yang berisi obat ditempelkan ke kulit. Obat keluar dr koyo, melalui kulit dan masuk melalui jaringan kapiler, cara ini nyaman untuk pemberian sendiri
Ketersediaan hayati (bioavailabilitas)
Definisi:
sebagai fraksi dari obat yang tidak berubah yang mencapai sirkulasi sistemik setelah diberikan melalui cara pemberian tertentu.
Dosis i.v. suatu obat: ketersediaan hayatinya = 1
Untuk obat yang diberikan secara per oral: ketersediaan hayatinya bisa kurang dari 100% karena disebabkan 2 hal:
1. absorpsinya yg tidak lengkap
2. eliminasi first-pass
Rute pemberian, ketersediaan hayati dan sifat2x umum
Rute Ketersediaan hayati Sifat-sifat
intravena 100 (dengan
ketentuan)
Kebanyakan dgn kerja cepat
intramuskular ≤ 100 Rasa nyeri (vol. besar)
subkutan ≤ 100 Rasa nyeri (vol. < im)
oral <100 Kebanyakan sesuai, efek first-pass
berarti
rektal <100 Efek first-pass < dibandingkan oral
inhalasi <100 Mula kerja sgt cepat
transdermal ≤ 100 Absorpsi sgt lambat, digunakan untuk
tidak adanya efek first-pass,
memperlama kerja obat
Proses2x yg dialami obat dalam tubuh manusia
ABSORPSI
Pengambilan obat dari permukaan tubuh atau dari tempat tertentu di dalam organ ke dalam aliran darah atau sistem pembuluh limfe.
Dari aliran darah atau sistem pembuluh limfe, terjadi distribusi obat ke dalam organisme keseluruhan.
Karena obat baru dapat berkhasiat apabila
berhasil mencapai konsentrasi yang sesuai
pada tempat kerjanya, maka suatu
absorpsiyang cukup merupakan syarat untuk
suatu efek terapeutik.
Sawar absorpsi
Yaitu; batas pemisah antara lingkungan
dalam dan lingkungan luar; membran
permukaan sel.
Absorpsi, distribusi maupun eksresi tidak
mgk terjadi tanpa melalui suatu transpor
membran.
Membran terdiri atas lapisan rangkap lipid dan protein. Seluruh protein membentuk pori dalam lapisan rangkap lipid.
Dengan demikian, untuk penetrasi bahan obat, terdapat dua struktur membran; pertama lapisan lipid; untuk pengambilan bahan yang bersifat lipofil, dan pori yang berisi air untuk penetrrasi senyawa yang bersifat hidrofil
Sistem transport obat
1. Secara lokal
2. Secara sistemik
Molekul zat kimia dapat melintasi membran semi permiabel berdasarkan adanya perbedaan konsentrasi, a.l.melintasi dinding pembuluh ke ruang antar jaringan. Pada proses ini beberapa mekanisme transpor memegang peranan penting, yaitu secara pasif atau aktif.
a. Transport pasif: tidak menggunakan energi
ex. Perjalanan suatu molekul obat melintasi dinding pembuluh ke ruang antar jaringan yg dapat terjadi menurut 2 cara:
- filtrasi: melalui pori-pori kecil kecil dari membran, ex. Dinding kapiler. Yg difiltrasi adalah air,zat aktif hidrofil yg molekulnya lebih kecil dari pori spt alkohol dan urea (BM<200)
- difusi: zat melarut dalam lapisan lemak dari membran sel. Dengan sendirinya zat lipofil lebih lancafr penerusannnya drpd zat hidrofil yg tak dapat larut lemak, spt ion an organik. Pengecualian adalh ion natrium dan ion klorida, yang mudah melintasi membran.Difusi merupakan cara transpor yang paling aktif.
c. Transpor aktif: memrlukan energi. Pengangkutan dilakukan dengan mengikat zat hidrofil (makromolekul atau ion) pd suatu protein pengangkut spesifik yg umumnya berada di membran sel (carrier). Setelah membran dilintasi, obat dilepaskan kembali. Kebanyakn zat alamiah diabsorpsi melalui proses aktif ini seperti; glukosa, asam amino, asam lemak dan zat gizi lainnya. Berbeda dgn difusi, cepatnya penerusan pd transpor aktif tidak bergantung pd konsentrasi obat.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi kecepatan absorpsi obat
:
1. Faktor terkait obat:
yaitu faktor2x yang mempengaruhi absorpsi meliputi:
- sifat fisikokimia obat
- besar partikel
- bentuk sediaan
- dosis
So, obat yang kecil, tak terionosasi, larut dalam lemak menembus membran plasma adalh yg plg mudah diabsorpsi.
Faktor yang mempengaruhi absorpsi obat
2. Faktor terkait pasien
yg mempengaruhi absorpsi obat tergantung
kepada
- cara pemberiannya
- nilai pH dalam darah
- aliran darah organ yang mengabsorpsi
Untuk dapat diabsorpsi, bahan obat hrs berada dlm keadaan terlarut, umumnya, kecepatan larut bahan akatif, menentukan laju absorpsi
Absorpsi melalui sublingual
mukosa yang tervaskularisasi, baik rongga mulut maupun rongga tenggorokan, memiliki sifat absorpsi yang baik untuk senyawa yang terionisasi dan lipofil. Keuntungannya; kerja cepat, tdk ada kerja cairan cerna, bhn obat tidak harus melalui hati.
Karena permukaan absorpsi yg relatif kecil, rute bukal atau sublingual hanya mungkin untuk senyawa yang dapat diabsorpsi dg mudah, selain itu rasa hrs enak.
Indikasi penting yaitu pengobatan serang angina pektoris dg nitrogliserol dalam kapsul kunyah atau aerosol.
Absorpsi melalui rute oral
Mrp rute pemberian yang termudah dan plg sering digunakan.
Absorpsi melalui saluran cerna mempunyai arti besar.
Absopsi di lambung Karena harga pH sangat asam, dalam
lambung diabsorpsi terutama asam lemah dan zat netral yg lipofil, contoh asetosal dan barbital
Obat yang bersifat asam lemah, hanya sedikt sekali teruarai menjadi ion dalam lingkungan asam kuat di lambung, sehingga absorpsinya baik sekali di dalam organ ini.
Sebaliknya, basa lemah terionisasi baik pada pH lambung dan hanya sedikit diabsorpsi, seperti; alkaloida dan amfetamin.
Lama perlewatan dalam lambung, tergatung pd kondisi pengisian dan bhn kandungan lain yg tdp dalam lambung, pengosongan yang cepat pd pemberian obat pd saat lambung kosong.
Bahan yang peka terhadap asam, hrs dilindungi dr asam lambung dg zat penyalut yang tahan terhadap asam.
Absorpsi di usus halus
Usus halus merupakan organ absorpsi terpenting, baik untuk makanan maupun untuk obat.
Peningkatan luas permukaan diperlukan untuk absorpsi yg cepat, dpt dicapat melalui lipatan mukosa, jonjot mukosa dan mikrovili.
Harga pH dr asam lemah dalam duodenum sampai basa lemah dalam bgn usus halus bgn dalam.
Dalam usus halus berlaku kebalikannya, yaitu basa lemah yang diserap paling mudah, misalnya alkaloida. Beberapa obat yang bersifat asam atau basa kuat dgn derajat ionisasi tinggi dgn sendirinya diabsorpsi dgn sangat lambat. Zat lipofil yang mudah larut dalam cairan usus lebih cepat diabsorpsi
Absorpsi dari usus ke dalam sirkulasi berlangsung cepat bila obat diberikan dalam bentuk terlarut (obat cairan, sirup atau obat tetes). Obat padat (tablet, kapsul atau serbuk), lebih lambat karena harus dipecah dulu dan zat aktifnya perlu dilarutkan dalam cairan lambung-usus. Disini, kecepatan larut partikel (dissolution rate) berperan penting. Semakin kecil, makin cpt larut dan makin cpt diabsorpsi.
Sehingga, senyawa yang bersifat basa lemah, sangat baik diabsorpsi di usus halus, karena hanya sedikit yang terionisasi.
Karena usus halus panjang, maka waktu pelewatan untuk pengambilan bahan2x yg mampu berpenetrasi, umunya cukup
Walaupun demikian, pemendekan waktu pelewatan bisa terjadi pada saat diare
Absorpsi pemakaian melalui rektum
Kecepatan absorpsi lebih rendah dibanding pemakaian oral
Bagian yang diabsorpsi yaitu 2/3 bgn bawah rektum.
Absorpsi pemakaian melaui hidung
Mukosa hidung memiliki sifat absorpsi yang baik spt mukosa mulut, cocok untuk pemakain obat untuk menurunkan pembengkakan mukosa pd rinitis
Walaupun demikian, perlu dipertimbangkan, bahwa akibat absorpsi dapat terjadi efek sistemik, misal; kenaikan tekanan darah dan takkhikardia pada bayi setelah pemakaian tetes hidung yg mengandung alfa simptominetik.
Absorpsi pemakaian pada mata
Obat hrs menembus bgn dalam mata, baik struktur hidrofil maupun lipofil.
Epitel kornea dan endotel kornea berfungsi sbg pembatas lipofil, sdgkan zat hidrofil dpt berdifusi melalui stroma.
Dengan demikian, kondisi penembusan akan sangat menguntungkan untuk obat yg dapat menunjukkan sifat lipofil dan hidrofil bersama-sama.
Ini terjadi pada asam lemah dan basa lemah yg sebagian dalam btk tak terionisasi, shg bersifat larut lemak dan bgn yang terionisasi shg bersifat larut dalam air.
Absorpsi melalui paru-paru
Obat yang cocok untuk diabsorpsi melalui paru2x adalah obat dalam bentuk gas (aerosol).
Untuk terapi lokal dalam saluran pernafasan, contoh obat asma.
Absorpsi obat melalui kulit
Kulit scr fisiologis tidak memiliki fungsi absorpsi, tjd terutama transepidermal.
Stratum korneum yg tdk mengandung kapiler dgn kandungan air yg sedikit mrp sawar absorpsinya
Nisbah absorpsi tertinggi pd pemakaian pd kulit dimiliki oleh zat yg larut dalm lemak, yang masih menunjukkan sedikit larut dalam air.
Zat hidrofil sedikit diabsorpsi oleh kulit.
Sejumlah faktor dpt mempengaruhi absorpsi kulit;
Kenaikan suhu kulit dpt menambah kemampuan penetrasi zat yg dipakai mll kerja panas dr luar. Pada daerah kulit yang meradang, jumlah absorpsi dipertinggi.
Pada bayi, stratum corneum msh sangat sedikit, krn itu nisbah absorpsi meningkat.
Pada orang tua, ketebalan stratum corneum juga rendah (kulit kertas), krn itu berlaku aturan yg sama.
Absorpsi pd pemakaian parenteral
Pd pemberian obat scr parenteral ke dalam kulit, jaringan ikat sub kutan atau ke dalam otot, kecepatan absorpsi sangat bergantung kepada pasokan darah dr jaringan.
Pasokan dr oto bergantung kpd aktivitas oto yang bersangkutan.
Bahan aktif yang disuntikkan scr intra muskular umunya diabsorpsi dgn cepat dr otot yang dialiri darah dengan baik.
Pengaruh absorpsi
Sesuai dgn jenis kerja yang diinginkan, dpt dicoba untuk menaikkan, menurunkan, mempercepat atau menunda absorpsi.
Pada larutan suntik, dapat dicapai kerja depot dgn cara;
- melarutkan atau mesuspensikan bahan obat dalam pembawa minyak.
- penambahan makromolekul yg menaikkan viskositas, dng demikian difusi bhn obat yg larut tertunda
Pada tablet, pembebasan bhn berkhasiat dpt ditunda mll:
- Penyalutan bahan obat dgn bahan pembantu yang sukar larut.
- Mengikat bhn obat pd resin penukar ion.
Apabila obat mencapai pembuluh darah, obat akan ditranspor lebih lanjut bersama aliran darah ke dalam sistem sirkulasi
Penentrasi dr pembuluh darah ke dalam jaringan, spt halnya absorpsi bergantung pd banyak peubah:
-permiabilitas membran
- pengikatan protein plasma
- depot penyimpanan.
Distribusi obat
Faktor2x yg mempengaruhi distribusi obat:
a. Permeabilitas membranuntuk masuk ke suatu organ, obat harus menembus semua membran yang memisahkan organ itu dari tempat pemberian obat
Membran sel: t.d suatu lapisan lipoprotein (lemak dan protein) yang
mengandung lapisan lipoprotein, yg mengandung banyak pori kecil dan berisi air.
mebran dapat dilintasi dengan mudah oleh zat-zat tertentu ttp sukar dilalui oleh zat2x lainnya, sehingga disebut semipermiabel (semi= setengah,permiable= dapat ditembus).
zat lipofil (=suka lemak); mudah larut dalam lemak dan tidak bermuatan listrik, lebih mudah melintasi membran sel dibandingkan dengan zat2x hidrofil yg bermuatan listrik..
b. Pengikatan protein plasma
sebagian obat didalam darah, diikat secara reversibel pada protein plasma. Zat
yg bersifat asam, terikat terutama pada albuminikatan obat dgn protein plasma,
spt albumin, mengurangi jumlah obat yg bebas dalm darah. Molekul obat bebas,
mencapai keseimbangan diantara darah dan jaringan, jadi, penurunan obat
dalam serum, menunjukkan penurunan obat yg dapat masuk ke organ
c. Depot penyimpanan
obat-obatan lipofilik seperti tiopental yang bersifat sedatif berakumulasi dalam
lemak. Obat-obat ini dibebaskan secara perlahan dari penyimpanan lemak. Jadi
orang yg gemuk dapat disedasi lebih lama drpd orang yg kurus yg diberikan
dosis tiopental yg sama.
Obat pengikat kalsium, seperti antibiotik tetrasiklin, berakumulasi dalam tulang
dan gigi.
Ruang distribusi
Berdasarkan fungsinya, organisme dpt dibagi dlm ruang distribusi yang berbeda;
- ruang intra sel
- ruang ekstra sel.
Ruang intra sel (75% dr bobot badan)
termasuk ke dalam nya cairan intra sel dan komponen sel yg padat
Ruang ekstra sel (22%)
termasuk ke dalamnya; air plasma (4%), ruang usus (16-20%) dan cairan transsel (1.5 %)
Volume distribusi
Yaitu: volume yang dibutuhkan untuk memuat dosis yang diberikan jika dosis itu didistribusikan dengan merata pada konsentrasi yang diukur dg plasma.
Contoh: Suatu obat dengan Vd=3 liter, didistribusikan hanya dalam plasma,Karena volume plasma = 3 liter.
Sedangkan obat dengan Vd= 16 liter, akan didistribusikan dalam cairan extraseluler krn cairan extra seluler = 3 liter plasma, ditambah 10-13 liter cairaninterstitial.
Obat dg Vd > 46 liter mungkin dibuang ke dalam depot karena tubuh hanya mengandung 40-46 liter cairan.
Biotransformasi
Pada dasarnya, obat adalh benda asing bagi
tubuh yang tidak diinginkan, karena obat bisa
saja merusak sel dan menganggu fungsinya.
O.k.i, tubuh akan berupaya merombak zat
asing ini, menjadi metabolit yang tidak aktif
lagi, dan sekaligus bersifat lebih hidrofil agar
memudahkan proses eksresinya.
Obat yang telah diserap oleh usus ke dalam
sirkulasi, akan diangkut melalui sistem
pembuluh porta (vena portae), yang
merupakan suplai darah utama dari daerah
lambung-usus ke hati. Dengan pemberian
sublingual, transkutan, parenteral atau rektal,
sistem porta ini dan hati dapat dihindari
Dalam hati, dan sebelumnya juga di saluran lambung-
usus, seluruh atau sebagian obat mengalami perubahan
kimiawi secara enzimatis dan pada umumnya, hasil
perubahannnya (metabolit) menjadi tidak atau kurang
aktif lagi. Proses ini juga disebut proses detoksifikasi
atau bioinaktivasi (first pass effect). Ada juga obat yang
khasiat farmakologinya justru diperkuat (bio-aktivasi).
Oleh karena itu, reaksi metabolisme di hati dan
beberapa organ lain, lebih tepat disebut: biotransformasi.
Contoh obat yang menjadi lebih aktif oleh biotransformasi:
- kortison dan prednison: kortisol dan prednisolon
- fenasetin dan klorahidrat: parasetamol dan trikloretanol.
Metabolit dgn aktivitas yang sama
- klorpromazin, efedrin dan banyak senyawa benzodiazepin
Reaksi transformasi
Yaitu perombakan didalam hati terutama dilakukan oleh enzim-enzim mikrosomal.
Enzim mikrosomal adalah salah satu elemen dari protoplasma sel dengan bentuk granul halus, terdapat di dalam mikrosom sel hati.
Ada 2 reaksi dalam proses metabolisme obat, yaitu:
1. Reaksi perombakan
-oksidasi : alkohol, aldehid, asam dan zat hidrat arang dioksidasi menjadi CO2
dan air. Sistem enzim oksidatif terpenting di dalam hati adlah cytochrom P 450,
yang bertanggung jawab thd banyaknya reaksi perombakan oksidatif.
Sitokrom P450 dinamakan demikian krn menyerap cahaya maksimal pada
panjang gelombang 450 nm.
- reduksi: mis. Kloralhidrat direduksi menjadi trikloretanol, vit C menjadi
dehidroaskorbat .
- hidrolisa: molekul obat mengikat suatu molekul air dan pecah menjadi dua
bagian mis. Penyabunan ester oleh esterase, gula oleh karbohidrase, dan asam
karboamida oleh amidase
2. Reaksi penggabungan (konyugasi):
molekul obat bergabung dengan suatu molekul yang terdapat
didalam tubuh, sambil mengeluarkan air, misal:
- asetilasi: asam cuka mengikat gugus amino yg tak dapat
dioksidasi
- sulfatasi: asam sulfat mengikat gugus OH fenolik menjadi ester.
-glukoronidasi: asam glukoronat membentuk glukoronida dgn
cara mengikat gugus OH.
- metilasi; molekul obat bergabung dengan gugus CH3, misal
nikotinamid dan adrenalin menjadi derivat metilnya
Faktor yang mempengaruhi kecepatan biotransformasi obat:
1. KonsentarsiKecepatan biotransformasi akan bertambah bila konsentrasi obat meningkat.Hal ini berlaku sampai titik dimana konsentrasi menjadi demikian tinggi hinggaseluruh molekul enzim yg melakukan pengubahan ditempati terus menerus oleh molekul obat, shg tercapai kecepatan biotransformasi yang konstan.
2. Fungsi hati
pada gangguan fungsi hati, metabolisme dapat berlangsung lebih cepat atau lebih lambat, shg efek obat akan lebih lemah atau lebih kuat.
3. Usia
pada bayi yang baru dilahirkan, semua enzim hati belum terbentuk lengkap, sehingga reaksi metabolismenya lebih lambat. Untuk menghindarkan overdose, obat perlu diturunkan dosisnya. Sebaliknya ada obat2xan yang metabolismenya pd anak2x berlangsung llebih cepat, spt obat antiepilepsi fenitoin, fenobarbital, karbamazepin
4. Manula
mengalami kemunduran pada banyak proses fisiologisa a.l.: fungsi ginjal, enzim2x hati berkurang, yg dpt menyebabkan terhambatnya biotransformasi, yg sering berefek keracunan
5. Faktor genetis: ada orang yg tidak memiliki faktor genetis tertentu, mis. Enzim untuk asetilasi sulfadiazin, akibatnya perombakan obat ini menjadi lambat.
6. Penggunaan obat lain
banyak obat yang bersifat lipofil dapat menstimulir pembentukan dan aktivasi enzim hati. Hal ini disebut induksi enzim, dan yang menghambat enzim disebut inhibitor enzim
Kompartemen
Kompartemen= bagian, berisi cairan, dan antar-kompartemen tersebut dipisahkan oleh membran sel.
Kompartemen yg terpenting:
- saluran lambung usus, sistem peredaran darah, ruang ekstra sel (antar jaringan), ruang intra sel, dan ruang cerebrospinal (sekitar otak dan sumsum tulang belakang)