Post on 28-Mar-2019
0
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT
MIGRASI SIRKULER DI KABUPATEN KARANGANYAR (Studi Kasus Di Kecamatan Jatiyoso, Karanganyar)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh : S U P R I Y A D I
B 300 070 020
FAKULTAS EKONOMI
ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
1
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul “Analisis Factor-faktor yang Mempengaruhi Minat Migrasi Sirkuler di Kabupaten Karanganyar” bertujuan untuk menganalisis pengaruh upah, lama migrasi, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan didesa, status perkawinan, kepemilikan lahan, dan jenis kelamin terhadap minat migrasi sirkuler periodik tenaga kerja asal Kabupaten Karanganyar. Untuk mencapai tujuan tersebut dalam penelitian ini digunakan teknik analisis regresi logistik yaitu Binary Regression Logistic dengan menggunakan data primer dari sampel sebanyak 100 orang asal Karanganyar yang bekerja di luar kota.
Faktor-faktor yang signifikan yang terhadap minat migrasi sirkuler periodik sebagaimana ditunjukkan dalam model best fit adalah variabel upah (pvalue 0,048) berpengaruh positif. Sedangkan variable lama migrasi, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan didesa, status perkawinan, kepemilikan lahan, dan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan. Secara keseluruhan model Regresi Binary Logistic yang digunakan untuk menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi minat migrasi para responden untuk bermigrasi ke Kabupaten Semarang ini mempunyai kehandalan dalam memprediksi sebesar 83%. Hal ini menjelaskan bahwa perilaku para responden dalam penelitian ini tetap cenderung untuk untuk berminat bermigrasi karena ingin meningkatkan taraf hidup keluarga.
Kata kunci : migrasi sirkuler, kota, migran.
Surakarta, 22 Pebruari 2014
Pembimbing
( Drs. Triyono, M.Si )
2
PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini telah membaca Karya ilmiah dengan judul :
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT
MIGRASI SIRKULER DI KABUPATEN KARANGANYAR
Yang ditulis oleh :
SUPRIYADI
B 300 070 020
Penandatanganan berpendapat bahwa karya ilmiah tersebut telah memenuhi syarat
untuk diterima.
Surakarta, 22 Pebruari 2014
Pembimbing
( Drs. Triyono, M.Si )
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan
kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran,
kematian dan perpindahan penduduk (migrasi) terhadap perubahan-perubahan dalam
jumlah, komposisi dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan angkatan kerja yang
tidak sebanding dengan penyediaan lapangan kerja sangat memprihatinkan. Hal ini
berarti tingkat pengangguran semakin besar. Keadaan tenaga kerja yang demikian
mendorong meningkatnya mobilisasi di kalangan penduduk. Mereka meninggalkan
daerah asalnya yang dirasakan kurang memberikan sumber penghidupan yang layak,
menuju tempat lain yang dianggap dapat memberikan harapan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi orang untuk migrasi sangat berperan dan rumit. Karena migrasi
merupakan proses yang secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri
ekonomi, sosial, pendidikan dan demografi tertentu.
Pertumbuhan ekonomi di daerah perkotaan menunjukkan perkembangan yang
sangat pesat. Sedangkan perkembangan ekonomi di daerah perdesaan adalah cukup
lambat. Sehingga terjadi ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar perkotaan dan
pedesaan. Proses migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh semakin kurang
menariknya kehidupan di pedesaan, kawasan pedesaan yang kegiatan ekonomi
utamanya adalah pertanian sudah kehilangan daya saing secara drastis.
Perilaku mobilitas penduduk ini pun menjadi semakin tinggi karena di tempat
asalnya terjadi penyempitan lapangan pekerjaan, salah satunya akibat dari
menyempitnya lahan pertanian karena dipakai untuk areal pemukiman, sector
manufaktur, jasa, dan kebiasaan orang tua untuk membagi tanah mereka sebagai
warisan pada keturunan-keturunannya. Semakin tinggi kesadaran pendidikan
membuat generasi muda merasa kehidupan di daerah asal makin tidak menarik.
Mereka pun memilih untuk bergerak ke kota yang lebih maju untuk mengenyam
pendidikan dengan kualitas yang lebih baik dengan fasilitas yang lebih lengkap(Didit
Purnomo, 2004). Pada akhirnya mereka berharap akan mendapat pekerjaan sesuai
bidang yang diinginkan, tentunya untuk mendapat penghasilan yang lebih besar
dibanding dari daerah asal.
2
Mantra (1992) menjelaskan bahwa motivasi utama orang melakukan
perpindahan dari daerahnya (perdesaan) ke perkotaan adalah motif ekonomi. Motif
ini berkembang karena adanya ketimpangan ekonomi antardaerah. Kondisi yang
paling dirasakan menjadi pertimbangan rasional, dimana individu melakukan
mobilitas ke kota besar adalah adanya harapan untuk memperoleh pekerjaan dan
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada yang diperoleh di tempat
asalnya. Motivasi tersebut sejalan dengan model migrasi Todaro (1998) yang
melandaskan pada asumsi bahwa mobilitas penduduk pada dasarnya merupakan
suatu fenomena ekonomi karena terdapat perbedaan penghasilan aktual antara
daerah asal dan tujuan.
Faktor pendorong terjadinya migrasi antara lain adalah makin
berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti daya dukung lingkungan,
menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal, adanya tekanan-tekanan seperti
politik, agama dan suku sehingga mengganggu hak asasi penduduk di daerah asal,
alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan serta bencana alam. Sedangkan faktor
penarik migrasi antara lain adalah harapan akan memperoleh kesempatan untuk
memperbaiki taraf hidup, kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih
baik, keadaan lingkungan yang menyenangkan, serta terdapatnya aktivitas-aktivitas
di kota besar yang menarik orang untuk bermukim di kota besar (Prayitno, 2006).
Secara umum, motif terbesar seseorang untuk melakukan migrasi dari desa ke kota
adalah motif ekonomi untuk memperoleh kehidupan dan penghasilan yang lebih
baik (Manning dan Effendi, 1985).
Aktivitas migrasi sirkuler banyak terjadi di negara berkembang demikian
pula di Indonesia. Salah satu daerah yang mencerminkan adanya bentuk migrasi
sirkuler ini diperlihatkan oleh tenaga kerja asal Karanganyar. Kabupaten
Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Letak
secara geografis Kabupaten Karanganyar terletak di perlintasan ekonomi yaitu akses
antar kota dan antar provinsi namun demikian hanya sekitar perlintasan saja yang
dikategorikan penduduk dengan ekonomi menengah dan tinggi.
Kabupaten Karanganyar memiliki 17 kecamatan, sebaran penduduk
terbanyak di Kecamatan Karanganyar, yaitu 77.413 jiwa (8,81 %), kemudian
Kecamatan Jaten, yaitu 71.109 jiwa (8,10 %), dan Kecamatan Gondangrejo, yaitu
69.897jiwa (7,96 %). Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit
adalah kecamatan Jenawi, yaitu 27.916jiwa (3,18 %), kemudian Kecamatan
3
Ngargoyoso,yaitu 35.845 jiwa (4,08 %) dan kecamatan Kerjo, yaitu 37.947 jiwa
(4,32 %). Penduduk Kabupaten Karanganyar mayoritas pencaharian adalah petani
sehingga banyak penduduk yang mencari pekerjaan atau mengadu nasib di kota-
kota besar. Ada sekitar 10% dari jumlah penduduk yang ada saat ini bermata
perncaharian di kota lain.
Arus migrasi yang dilakukan sebagian besar penduduk desa ke kota
menarik untuk diamati dan dikaji. Dengan demikian dari latar belakang yang telah
disebutkan di atas mendorong dilakukannya penelitian yang berjudul “Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Migrasi Sirkuler Di Kabupaten
Karanganyar (Studi Kasus di Kecamatan Jatiyoso, Karanganyar)”.
B. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui faktor pengaruh upah, lama melakukan migrasi sirkuler, umur,
pekerjaan didesa, status perkawinan, dan jenis kelamin terhadap minat migrasi.
2. Untuk mengetahui tingkat pengaruh kepemilikan lahan ditempat asal terhadap
minat migrasi.
3. Untuk mengetahui tingkat pengaruh pendidikan terhadap minat migrasi.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Migrasi Penduduk
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa : ”a migrant is a person who changes
his place of residence from one political or a administrative area to another.”
pengertian ini dikaitkan dengan pindah tempat tinggal secara permanen sebab selain
itu dikenal pula ”mover” yaitu orang yang pindah dari satu alamat ke alamat lain dan
dari satu rumah ke rumah lain dalam batas satu daerah kesatuan politik atau
administratif, misalnya pindah dalam satu Propinsi.
Menurut Rozy Munir, migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan
menetap dari suatu tempat ke temapat lain melampaui batas politik atau negara atau
batas administrative atau batas bagian dalam suatu negara. Migrasi sulit diukur karena
4
migrasi dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan merupakan suatu peristiwa yang
mungkin berulang beberapa kali sepanjang hidupnya. Hampir semua definisi
menggunakan kriteria waktu dan ruang, sehingga perpindahan yang termasuk dalam
proses migrasi setidak tidaknya dianggap semi permanen dan melintasi batas-batas
geografis tertentu. (Young, 1984).
Keanekaragaman kegiatan ekonomi dalam sistem ekonomi kota dimungkinkan
oleh kepadatan penduduknya yang relatif lebih tinggi daripada di pedesaan, dan oleh
kompleksnya struktur social di kota (Suparlan, 1980). Dengan adanya berbagai
perbedaan antara desa dan kota, maka sebagai pendatang yang berasal dari daerah
pedesaan, para pelaku migrasi sirkuler ketika tiba di kota tujuan dihadapkan pada
berbagai persoalan yang harus diatasi . Persoalan yang dihadapi tersebut tidak sekedar
bagaimana para pelaku migrasi berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupan kota
yang memiliki kompleksitas kebudayaan yang amat berbeda dengan kehidupan yang
dialami para migran ketika mereka masih di desa, melainkan juga persoalan tentang
bagaimana para pelaku migrasi berusaha bisa bertahan hidup, memperoleh tempat
tinggal serta dalam hal mencari nafkah di kota tujuan.
Berhubung pendidikan kaum migran sirkuler yang umumnya rendah,
dan juga karena mereka tidak memiliki ketrampilan yang memadai, seringkali
mengakibatkan mereka mencari nafkah di kota dengan melakukan usaha mandiri kecil
-kecilan, menggunakan peralatan dan ketrampilan sederhana yang dikuasainya.
Mereka bekerja sebagai pemulung, penjual keliling, pedagang asongan, tukang becak,
tukang ojek, pedagang kaki lima, atau pekerjaan -pekerjaan lain yang umumnya
merupakan bagian dari sektor informal (Hart, 1985).
B. Teori Migrasi
Teori migrasi menurut Ravenstein (1985) berdasar pada perilaku orang
bermigrasi besar-besaran di daerah pedesaan ke daerah perkotaan selama revolusi
industri di Inggris mengemukakan tentang perilaku mobilitas penduduk (migrasi)
yang disebut dengan hukum-hukum migrasi.
Menurut Everett S. Lee (Mantra, 2000), volume migrasi di suatu wilayah
berkembang sesuai dengan tingkat keragaman daerah-daerah di wilayah tersebut. Di
daerah asal dan di daerah tujuan, terdapat faktor-faktor yang disebut sebagai :
5
Faktor positif (+) yaitu faktor yang memberikan nilai keuntungan bila
tinggal di tempat asal sehingga seseorang merasa tidak perlu pindah ke
tempat lain.
Faktor negatif (-) yaitu faktor yang memberikan nilai negatif atau
merugikan bila tinggal di tempat tersebut sehingga seseorang merasa
perlu untuk pindah ke tempat lain.
Faktor netral (0) yaitu faktor yang tidak berpengaruh terhadap
keinginan seseorang untuk tetap tinggal di tempat asal atau pindah ke
tempat lain dan orang tersebut tetap tinggal di tempat asal.
Berkenaan dengan kajian ekonomi migrasi internal, Todaro (1992) menjelaskan
teori migrasi yang diformulasikan oleh Lewis (1954), yaitu tentang proses
perpindahan tenaga kerja desa-kota, dimana model yang dikembangkan Lewis pada
tahun 1954 tersebut diperluas Fei dan Ranis pada tahun 1961 dan merupakan teori
umum yang diterima dan dikenal dengan Model Lewis-Fei-Ranis (L-F-R). Fokus
utama dari model ini adalah pada proses perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan
peluang kerja di sector modern. Dengan diilustrasikan pada gambar 1, yaitu proses
pertumbuhan sector modern. Pada sumbu vertical digambarkan upah riil dan produk
marginal tenaga kerja (diasumsikan sama dalam sektor modern yang kompetitif) dan
pada sumbu horizontal digambarkan kuantitas tenaga kerja.
Teori ekonomi tentang migrasi desa-kota juga dikemukakan oleh Todaro
(2003), dimana diasumsikan bahwa migrasi desa-kota pada dasarnya merupakan suatu
fenomena ekonomi. Oleh karena itu, keputusan untuk melakukan migrasi juga
merupakan suatu keputusan yang telah dirumuskan secara rasional. Pada intinya
Todaro (1998) mendasarkan pada pemikiran bahwa arus migrasi berlangsung sebagai
tanggapan terhadap adanya perbedaan pendapatan antara kota dengan desa. Mereka
baru akan memutuskan untuk melakukan migrasi jika penghasilan bersih di kota
melebihi penghasilan bersih yang tersedia di desa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menganalisis faktor pengaruh migrasi sirkuler asal karanganyar,
dimana minat migrasi sirkuler penduduk Karanganyar bertindak sebagai variabel
dependen, kemudian variabel independennya antara lain upah, lama melakukan
migrasi sirkuler, umur, pekerjaan asal, status perkawinan, jenis kelamin, kepemilikan
6
lahan di tempat asal, dan pendidikan. Variabel tersebut dipilih berdasarkan penelitian
terdahulu yang sebagian besar selalu menunjukkan angka signifikan berpengaruh.
Populasi dan sampel penelitian ditentukan berdasar wilayah yang mempunyai
karakteristik kantong migran. Kegiatan penelitian di lapangan, yaitu akan melakukan
survei di obyek penelitian untuk mendapatkan data dari para responden, yaitu
difokuskan pada kantong-kantong migran.
Karanganyar dipilih sebagai daerah penelitian dengan alasan daerah tersebut
mempunyai banyak tenaga kerja (migran) yang melakukan mobilitas ke kota-kota
besar. Populasi penelitian ini adalah mereka yang berasal dari karanganyar dan
bekerja di kota-kota besar. Kriteria migran yang akan menjadi responden dalam
penelitian ini adalah mereka yang telah bekerja di kota-kota besar.
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama. Data primer
diperoleh dari observasi langsung serta wawancara dengan nara sumber atau
responden yang diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan dan diisi oleh responden.
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh
peneliti, atau data yang sebelumnya sudah diolah oleh sumber atau peneliti lain antara
lain seperti buku, jurnal dan internet.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan survei langsung ke daerah penelitian dan melakukan wawancara
berdasarkan kuesioner yang telah disusun terhadap responden dan secara dokumentasi
dengan studi pustaka dari berbagai literatur atau buku-buku yang berkaitan dengan
permasalahan ini dan berbagai sumber-sumber lain yang berasal dari instansi-instansi
terkait yaitu kantor BPS Kabupaten Karanganyar.
Dengan berdasar pada kuesioner responden dari lapangan didapat data mentah
yang kemudian akan diolah, dianalisis, dan dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian
hipotesis dilakukan secara multivariate dengan menggunakan regresi logistik (Logistic
Regression Model), dimana variabel terikatnya berbentuk non parametris atau
kategoris. Tujuan dari uji diskriminan ini adalah untuk mengidentifikan variabel-
variabel yang mampu membedakan antara kedua kelompok (group) yang berbeda.
7
HASIL PENELITIAN
Pada bagian ini akan dikemukakan tentang hasil analisis data, dengan
menggunakan analisis regresi logistik (Logistic Regression Model), Dalam penelitian
ini selanjutnya digunakan teknik Binary Logistic Regression dengan 2 kategori atau
binomial pada variabel dependennya (0= TIDAK bila tidak menetap dan 1= YA bila
menetap). Model ini berusaha untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
minat/keputusan tenaga kerja di desa untuk bermigrasi sirkuler ke kota. Digunakan
model ini karena memiliki cakupan yang lebih luas (Mudrajad Kuncoro, 2002).
Hasil Estimasi Logistic Regression
Menurut kriteria statistik dalam analisis Logit Binary pada tabel diatas, dapat
disimpulkan bahwa :
Variabel Usia (AGE)
Memiliki koefisien sebesar 0,009 dengan nilai wald 0,014 dengan signifikasi
0,904 bila menggunakan taraf signifikasi 0,05 maka variabel ini menunjukkan
pengaruh tidak signifikan. Nilai Exp(B) variabel age sebesar 1,009 yang berarti
probabilitas responden yang berminat migrasi sirkuler 1,009 kali lebih tinggi untuk
responden yang berusia tua dibandingkan responden yang berusia muda. Adapun
tanda koefisien positif (+) menunjukkan semakin bertambahnya usia migran maka
akan semakin besar probabilitas tenaga kerja untuk ke kota sebagai migran sirkuler,
begitu juga sebaliknya.
Variabel Pendapatan (WAGE)
Variabel Koefisien Wald-ratio Exp (B) Sig (p-value)
AGE 0,009 0,014 1,009 0,904 WAGE 0,000 3,913 1,000 0,048 JOBVLG 0,185 0,065 1,204 0,799 EDU 0,345 3,707 1,412 0,054 MAR 0,274 0,076 1,315 0,783 LAND -0,598 0,708 0,550 0,400 TIM 0,019 0,056 1,019 0,814 SEX(1) -0,655 0,570 0,519 0,450 Chi-Square (Hosmer and Lemeshow) = 9,052 0,338 -2Likelihood = 85,301 Omnibus Test of Model Coefficients = 8,978 0,344 Negelkerge's R Square = 0,141 Overall Percentage = 83,0
8
Memiliki koefisien sebesar 0,000 dengan nilai wald 3,913 dengan signifikasi
0,048 bila menggunakan taraf signifikasi 0,05 maka variabel ini menunjukkan
pengaruh yang signifikan untuk melakukan migrasi sirkuler. Nilai Exp(B) variabel
wage sebesar 1,000 yang berarti probabilitas responden yang berminat migrasi
sirkuler 1 kali lebih tinggi untuk responden yang berpenghasilan tinggi dibandingkan
responden yang berpenghasilan rendah. Adapun tanda koefisien (+) menunjukkan
semakin tinggi upah akan semakin besar probabilitas tenaga kerja untuk ke kota
sebagai migran sirkuler, begitu juga sebaliknya.
Variabel Pekerjaan Asal (JOBVLG)
Memiliki koefisien sebesar 0,185 dengan nilai wald 0,065 dengan signifikasi
0,799 bila menggunakan taraf signifikasi 0,05 maka variabel ini tidak menunjukkan
pengaruh yang signifikan untuk melakukan migrasi sirkuler. Nilai Exp(B) variabel
jobvlg sebesar 1,204 yang berarti probabilitas responden yang berminat migrasi
sirkuler yang memiliki pekerjaan di daerah asal 1,204 kali lebih tinggi dibandingkan
responden yang tidak/belum punya pekerjaan di daerah asal.
Variabel Pendidikan (EDU)
Memiliki koefisien sebesar 0,345 dengan nilai wald 3,707 dengan signifikasi
0,054 bila menggunakan taraf signifikasi 0,05 maka variabel ini tidak menunjukkan
pengaruh yang signifikan untuk melakukan migrasi sirkuler. Nilai Exp(B) variabel
edu sebesar 1,412 yang berarti probabilitas responden yang berminat migrasi sirkuler
1,412 kali lebih tinggi untuk responden yang berpendidikan lebih tinggi dibandingkan
responden yang berpendidikan rendah.
Variabel Status Perkawinan (MAR)
Memiliki koefisien sebesar 0,274 dengan nilai wald 0,076 dengan signifikasi
0,783 bila menggunakan taraf signifikasi 0,05 maka variabel ini tidak menunjukkan
pengaruh yang tidak signifikan untuk melakukan migran sirkuler. Nilai Exp(B)
variabel mar sebesar 1,315 yang berarti probabilitas responden yang berminat migrasi
sirkuler 1,315 kali lebih rendah untuk responden yang belum menikah/lajang
dibandingkan responden yang sudah menikah.
Variabel Kepemilikan Tanah (LAND)
Memiliki koefisien sebesar -0,598 dengan nilai wald 0,708 dengan signifikasi
0,400 bila menggunakan taraf signifikasi 0,05 maka variabel ini menunjukkan
pengaruh yang tidak signifikan. Nilai Exp(B) variabel land sebesar 0,550 yang berarti
9
probabilitas responden yang berminat migrasi sirkuler 0,550 kali lebih rendah untuk
responden yang memiliki lahan di daerah asal dibandingkan responden yang tidak
memiliki lahan di daerah asal.
Lama Migrasi (TIME)
Memiliki koefisien sebesar 0,019 dengan nilai wald 0,056 dengan signifikansi
0,814 bila menggunakan taraf signifikasi 0,05 maka variabel ini menunjukkan
pengaruh yang tidak signifikan. Nilai Exp(B) variabel TIME sebesar 1,019 yang
berarti probabilitas responden yang berminat migrasi sirkuler 1,019 kali lebih tinggi
untuk responden yang memiliki waktu lama dalam melakukan migrasi.
Jenis Kelamin (SEX)
Memiliki koefisien sebesar -0,655 dengan nilai wald 0,570 dengan signifikasi
0,450 bila menggunakan taraf signifikasi 0,05 maka variabel ini menunjukkan
pengaruh yang tidak signifikan. Nilai Exp(B) variabel SEX sebesar 0,519 yang berarti
probabilitas responden yang berminat migrasi sirkuler 0,519 kali lebih tinggi laki-laki
dibandingkan dengan migran perempuan.
Jadi, secara keseluruhan minat migrasi (MM) dalam penelitian ini dipengaruhi
oleh variabel pendapatan (WAGE). Sedangkan variabel yang lain dalam penelitian ini
tidak signifikan terhadap minat migrasi dimungkinkan sekali karena data dalam
penelitian ini diambil dari responden yang berciri sebagai migran sirkuler, dimana
mereka bertujuan bekerja ke kota hanya temporer/tidak menetap. Para responden
melakukan aktivitas migrasi sirkuler sebagian besar dikarenakan alasan pendapatan
untuk mencukupi kebutuhan hidup dasar dan banyaknya tekanan yang dirasakan
masyarakat tersebut untuk memenuhi semua itu.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisa regresi logistic, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan model analisis Binary Logistic Regression minat bermigrasi sirkuler
dipengaruhi secara signifikan oleh variabel upah (WAGE), di mana variabel ini
menunjukkan pengaruh yang signifikan untuk melakukan migrasi sirkuler. Bahwa
semakin tinggi pendapatan akan semakin meningkatkan minat migrasi responden.
2. Variabel yang tidak berpengaruh saignifikan terhadap minat migrasi adalah
variabel pendidikan (EDU), variabel lama melakukan migrasi (TIME), variabel
umur (AGE), variabel pekerjaan didesa (JOBVLG), variabel status perkawinan
10
(MAR), variabel jenis kelamin (SEX) dan variabel kepemilikan lahan di desa
(LAND).
3. Dari 100 responden, tingkat pendidikan responden sebagian besar merupakan
tamatan SD. Dari hasil tersebut dapat disebutkan bahwa responden mempunyai
tingkat pendidikan formal yang kurang. Dilihat dari status perkawinan, sebagian
besar responden berstatus menikah. Dengan status menikah responden
mempunyai keberanian untuk bermigrasi demi mencukupi kebutuhan keluarga
dengan pendapatan yang lebih tinggi dan mendapatkan pengalaman baru.
Sedangkan responden yang sudah berstatus belum menikah melakukan migrasi
sirkuler bertujuan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan hasil/upah
yang lebih besar. Sebagian besar responden telah mempunyai pekerjaan sebelum
melakukan migrasi sebagai petani dan buruh serabutan. Responden yang memiliki
lahan di daerah asal kebanyakan milik keluarga yang berfungsi sebagai
sawah/ladang, bangunan/pekarangan. Oleh karena itu para responden memilih
untuk berusaha sendiri mencari pekerjaan yang lebih baik untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya di daerah asal.
4. Mayoritas pekerjaan para responden adalah sebagai pedagang dan sebagian besar
responden berusia 30-40 tahun. Hal ini dimungkinkan mengingat mereka
memiliki tanggungan keluarga yang besar.
Dengan melihat hasil yang diperoleh, maka ditemukan beberapa saran yang
mungkin berguna, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pendapatan berpengaruh secara
signifikan terhadap minat migrasi. Oleh karena itu pemerintah perlu
mengembangkan potensi di berbagai daerah supaya kesejahteraan masyarakat juga
dapat meningkat, karena hampir semua responden mengatakan bahwa faktor
pendapatan di daerah asal lebih rendah dibandingkan dengan daerah tujuan
membuat mereka berpikir untuk bekerja di luar daerah dengan harapan mendapat
pendapatan yang lebih baik.
2. Pemerintah harus lebih memperhatikan dalam hal peluang kerja di daerah
sehingga akan berkurangnya migrasi. Hal ini dapat dilakukan dengan membuka
peluang investasi bagi para investor atau dengan membebaskan biaya untuk
pengusaha yang akan membangun pabrik atau sentra industri didaerah.
11
DAFTAR PUSTAKA
Asep Djadja Saefullah. 1992. “The Impact of Population Mobility on Two Village
Communities of West Java, Indonesia”. The Flinders University of South Australia : Adelaide. www.akademika.or.id,arsip,EC-POP1
Atik Nuraini. 2006. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Migrasi Sirkuler
Menginap/Mondok (Studi Kasus Kabupaten Boyolali). Skripsi S1 (tidak dipublikasikan) FE UNDIP : Semarang.
Ayu Wulan Puspitasari. 2010. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Migrasi
Sirkuler ke Semarang. Skripsi S1 FE UNDIP : Semarang. Badan Pusat Statistik, 2012, Karang anyar Dalam Angka. Jawa Tengah. Badan Pusat Statistik, 2012, Kecamatan Jatiyoso Dalam Angka. Jawa Tengah. Chotib. 2007. Perkiraan Pola Migrasi Antar Provinsi di Indonesia Berdasarkan “Indeks
Ketertarikan Ekonomi”. Jakarta : Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Didit Purnomo, SE. 2004. Studi Tentang Pola Migrasi Sirkuler Asal Wonogiri ke Jakarta.
Thesis S2 (tidak dipublikasikan), MIESP Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Hossain. 2001. “Rural-Urban Migration In Bangladesh : A Macro Study Research”,
Presentation In The Brazil IUSSP Convernce Ida Bagoes Mantra. 1985. Pengantar Studi Demografi. Pustaka Pelajar : Yogyakarta Imam Ghazali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Imam Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro : Semarang. Iqbal M Hasan. 2002. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Lee, Everett. S. 1976. Teori Migrasi. Pusat Penelitian Kependudukan UGM. Yogyakarta. Lincolin Arsyad dan Soeratno. 2003. Metodologi Penelitian. UPP Akademi Lincolin Arsyad. 1999. Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta. Marzuki. 2005. Metodologi Riset. Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta. Mudrajad Kuncoro. 2005. Ekonomi Pembangunan (Teori, Masalah dan Kebijakan). UPP
AMP YKPN, Yogyakarta.
12
Mudrajat Kuncoro. 2001. Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis.
UPP AMP YKPN : Yogyakarta Muhammad Rizal. 2006. “Keputusan Migrasi Sirkuler Pekerja Sektor Formal Di Kota
Medan. Jurnal Siasat Bisnis”, www.journal.uii.ac.id/index.php/JSB/article Muhammad Rizal. 2006. Keputusan Migrasi Sirkuler Pekerja Sektor Formal di Kota Medan.
Jurnal. Prijono Tjiptoherijanto. 1998. Migrasi Urbanisasi dan Pasar Kerja di Indonesia. Penerbit
Universitas Indonesia : Jakarta. Prijono Tjiptoherijanto. 2000. “Urbanisasi dan Perkembangan Perkotaan di Indonesia”.
www.geocities.com R. Munir. 2000. “Migrasi”, Dasar-dasar Demografi edisi 2000. Lembaga Penerbit UI :
Jakarta Gujarati, Damodar. 2009. Basic Econometrics. The McGrow Hill Companies Inc. New York.
Ravenstein, 1985. Teori Migrasi. Pusat Penelitian Kependudukan UGM. Yogyakarta. Rozy Munir. 1981. Dasar-dasar Demografi. Jakarta : Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro. Rusli S. 1996. Pengantar Ilmu Kependudukan, edisi Revisi. LP3ES. Jakarta Sarjono Herry Warsono. 2005. Transmigrasi, Perpindahan Penduduk dan Disparitas
Ekonomi Wilayah. Jurnal. Sofyan Yamin dan Heri Kurniawan. 2009. SPSS Complete. Salemba Infotek. Jakarta. Sugianto dkk. 2001. Teknik Sampling. Gramedia : Jakarta Todaro, Michael P. 1998. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Erlangga : Jakarta Ukon
Ahmad Furqon. 1998. “Urbanisasi dan Hubungan Desa-Kota di Indonesia”. ITB : Bandung.
Yeremias T. Keban. 1994. “Studi Niat Bermigrasi Di Tiga Kota: Determinan dan Intervensi
Kebijakan”. Jurnal Prisma, No.7 Juli 1994. Young, E. 1984. Migrasi. dalam Lucas D., dkk. Pengantar Kependudukan. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta. Young, E. 1984. Migrasi. dalam Lucas D., dkk. Pengantar Kependudukan. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta. Zhao, Yaohui. 1999. ”Labor Migration and Earnings Differences: The Case of Rural China,
Economic Development and Cultural Change”