Post on 07-Feb-2018
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI DESA
MON ARA UJONG RIMBA KECAMATAN MUTIARA TIMUR KABUPATEN
PIDIE TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah
Banda Aceh
OLEH:
JAMALINAH NIM : 10010133
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STU DI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH
TAHUN 2013
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Proposal ini Telah Disetujui Untuk dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah
Banda Aceh
Banda Aceh, Februari 2013
Pembimbing
(Hamdani, SKM, M. Kes)
MENGETAHUI: KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN
STIKES U’BUDIYAH BANDA ACEH
(CUT EFRIANA, SST)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkat, rahmat dan hidayah-Nya serta shalawat dan salam kepangkuan
Nabi Besar Muhammad SAW sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis
llmiah yang berjudul "Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan
Posyandu Lansia Di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur
Kabupaten Pidie Tahun 2013”.
Adapun tujuan peneliti an Karya Tulis Ilmiah ini adalah salah satu syarat
untuk menyelesaikan program studi Diploma III Kebidanan, dalam peneliti an
Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak menerima arahan, masukan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu. pada kesempatan ini peneliti menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada yang terhormat
1. Bapak Dedi Zefrijal. S.T, selaku Ketua Yayasan STIKes U'budiyah Banda Aceh.
2. Ibu Marniati, M.Kes, Selaku Ketua STIKes U'budiyah Banda Aceh.
3. Ibu Nuzulul Rahmi. SST, Selaku Ketua Prodi Jurusan Kebidanan U'budiyah
Banda Aceh.
4. Bapak H. Muslem. S.Sos. Selaku Pengelola Ubudiyah Sigli.
5. Hamdani, SKM, M. Kes, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan
mengarahkan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga dapat selesai dengan baik.
6. Seluruh Dosen pengajar kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U'budiyah
yang telah membekali peneliti dari awal bangku kuliah sampai selesai
pendidikan ini.
7. Kepada Ayahanda serta Ibunda tercinta serta seluruh keluarga yang telah
memberikan dorongan baik materi maupun moril sehingga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat diselesaikan.
8. Teman-teman sejawat dan seangkatan di jurusan kebidanan STIKes Ubudiyah
Banda Aceh yang telah banyak membantu dalam peneliti an Karya Tulis Ilmiah
ini.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih
terdapat banyak kekurangan, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari seluruh pihak agar Karya Tulis Ilmiah ini menjadi lebih baik dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan kejanggalan, untuk itu kritik dan saran bersifat membangun sangat
peneliti harapkan guna kesempurnaan penelitian ini, atas kritik dan saran peneliti
mengucapkan terima kasih.
Banda Aceh, September 2013
Peneliti
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1 : Definisi Operasional ................................................................... 25
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................... ii PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................... iii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv DAFTAR ISI ….. ................................................................................................ vi DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah dan Permasalahan ......................................... 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................................
6 1.Tujuan Umum ......................................................................... 6 2. Tujuan Khusus ....................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB II TIJAUAN KEPUSTAKAAN ........................................................ 8 A. Lansia ........................................................................................ 8
1. Definisi .................................................................................. 8
2. Batasan Usia Lanjut .............................................................. 9 3. Penampilan Berbagai Penyakit Pada Usia Lanjut ................. 9 4. Tipe-tipe Lanjut Usia ............................................................ 10 5. Kebutuhan Lanjut Usia ......................................................... 12
B. Posyandu Lansia ......................................................................... 13 1. Definisi .................................................................................. 13 2. Tujuan dan Sasaran Posnyandu Lanjut Usia ......................... 14 3. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia ............................... 15 4. Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia ...................................... 16 5. Kegiatan Posnyandu Lansia .................................................. 18
C. Faktor yang berhubungan dengan Pemanfaatan Posyandu ......... 11 Lanjut Usia ................................................................................. 19 1. Pengetahuan .......................................................................... 19 2. Pelayanan Petugas ................................................................ 20 3. Dukungan Keluarga .............................................................. 22
BAB III KERANGKA PENELITIAN ..................... ................................... 24 A. Kerangka Konsep ..................................................................... 24 B. Definisi Operasional .................................................................. 25
C. Cara Pengukuran Data ............................................................... 26 D. Hipotesa Penelitian .................................................................... 26
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ................. .................................. 27
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 27 B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 27 C. Populasi dan Sampel .................................................................. 27
1. Populasi ................................................................................. 27 2. Sampel ................................................................................... 27
D. Cara pengumpulan Data ............................................................ 28 E. Instrumen Penelitian................................................................... 28 F. Pengolahan Data dan Analisa Data ............................................ 28
1. Pengolahan Data .................................................................... 28 2. Analisa Data .......................................................................... 29
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi ........................................................... 31 B. Hasil Penelitian .......................................................................... 31 C. Pembahasan ............................................................................... 36
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 41 B. Saran-saran ................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia mengalami penuaan dengan cepat. Diperkirakan proporsi penduduk
lanjut usia (lansia) yang berusia 60 tahun ke atas menjadi dua kali lipat dari 11% di
tahun 2006 menjadi 22% pada tahun 2050. Populasi lansia di dunia yang pada tahun
2006 sekitar 650 juta, akan mencapai 2 miliar pada tahun 2050. Untuk pertama
kalinya dalam sejarah manusia, pada saat itu akan ada lebih banyak orang tua dari
pada anak-anak usia 0-14 tahun di populasi. Negara-negara berkembang akan
mengalami tingkat penuaan yang jauh lebih cepat dari negara-negara maju. Pada
tahun 2005 sekitar 60% lansia di dunia tinggal di negara-negara berkembang. Dalam
lima dekade mendatang kondisi ini akan meningkat menjadi lebih dari 80%. Penuaan
penduduk dunia, di negara berkembang dan negara maju sebenarnya merupakan indikator
meningkatnya kesehatan global (Depkes, RI, 2012).
Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 11,3 juta
jiwa (6,4%) meningkat menjadi 15,3 juta (7,4%) pada tahun 2000. Diperkirakan pada
tahun 2020 jumlah lansia akan meningkat menjadi 28,8 juta atau 11,34% dari total
jumlah penduduk (Depkes, RI, 2012).
Keberhasilan Pembangunan Nasional memberikan dampak meningkatnya Umur
Harapan Hidup waktu lahir (UHH) yaitu dari 68,6 tahun 2004 menjadi 70,6 pada tahun
2009. Meningkatnya UHH menyebabkan peningkatan jumlah lanjut usia, dimana pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai 28,8 juta jiwa (Komnas Lansia, 2010).
Kebidanan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan nasional
turut serta ambil bagian dalam menangani masalah kesehatan Lansia dengan menitik
beratkan pada penanganan di bidang pelayanan kesehatan. Dalam hal ini penting
kiranya diketahui informasi mengenai tingkat kesehatan dan tingkat ketergantungan
Lansia di masyarakat. Spesialisasi kebidanan ini terkait dengan mengkaji status
kesehatan dan fungsional Lansia, merencanakan dan melaksanakan asuhan dan
pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diidentifikasi serta
mengevaluasi keberhasilan asuhan (Meilani, 2009).
Kesehatan lansia yang baik difokuskan pada bagaimana upaya untuk dapat
menambah usia dan memperpanjang kehidupan, sehingga memungkinkan mereka
tidak hanya hidup lebih lama, tetapi juga dapat memperluas keterlibatannya secara
aktif dalam semua kegiatan di masyarakat. Seiring dengan kecenderungan yang
positif tersebut dalam arti meningkatnya kesehatan global, akan muncul tantangan
khusus dalam bidang kesehatan pada abad ke-21 karena bertambahnya jumlah lansia.
Berbagai dampak dari peningkatan jumlah lansia antara lain adalah masalah penyakit
degeneratif yang sering menyertai para lansia, bersifat kronis dan multifatologis,
serta dalam penanganannya memerlukan waktu lama dan membutuhkan biaya cukup
besar (Depkes, RI, 2012).
Besarnya populasi lanjut usia serta pertumbuhan yang sangat cepat juga
menimbulkan berbagai permasalahan, sehingga lanjut usia perlu mendapatkan
perhatian yang serius dari semua sector untuk upaya peningkatan kesejahteraan
lanjut usia. Salah satu bentuk perhatian yang serius terhadap lanjut usia adalah
terlaksananya pelayanan pada lanjut usia melalui kelompok (posyandu) lanjut usia
yang melibatkan semua lintas sektor terkait, swasta, LSM dan masyarakat. Oleh
karenanya menyiapkan petugas kesehatan dan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan kelompok lansia seperti: pelatihan perawatan lansia; mencegah dan
mengelola penyakit kronis dan penyakit tidak menular, merancang kebijakan
pengaturan perawatan jangka panjang dan paliatif yang berkelanjutan bagi lansia dan
mengembangkan pelayanan ramah -lansia menjadi sangat penting (Depkes, RI, 2012).
Ketidaktahuan masyarakat, baik keluarga maupun lanjut usia itu sendiri serta
para pembuat keputusan dan pemberi pelayanan terhadap permasalahan kelanjut
usiaan, akan menghambat pencapaian lanjut usia sehat sejahtera dan produktif.
Akibat lain dari stigma masyarakat terhadap lanjut usia ini adalah terhambatnya
pemenuhan kebutuhan diri mereka untuk berkembang serta berpartisipasi di dalam
pembangunan. Oleh karena itu Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk tetap dapat
terlaksana dan berkembang dengan baik dalam mencapai tujuan lanjut usia yang
mandiri dan produktif (Komnas lansia, 2010).
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lansia di suatu
wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana
mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Tujuan pembentukan posyandu
lansia adalah meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia. Adapun
kegiatannya adalah pemeriksaan kesehatan secara berkala, melakukan kegiatan
olahraga secara teratur untuk meningkatkan kebugaran, pengembangan keterampilan,
bimbingan pendalaman agama, dan pengelolaan dana sehat (Fatma, 2008).
Kegiatan posyandu lansia yang berjalan dengan baik akan memberi kemudahan
bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, sehingga kualitas hidup
masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan optimal. Berbagai kegiatan dan
program posyandu lansia tersebut sangat baik dan banyak memberikan manfaat bagi
para orang tua di wilayahnya. Seharusnya para lansia berupaya memanfaatkan adanya
posyandu tersebut sebaik mungkin, agar kesehatan para lansia dapat terpelihara dan
terpantau secara optimal. Namun fenomena di lapangan menunjukkan fakta yang
berbeda. Posyandu lansia ternyata hanya ramai pada awal pendirian saja, selanjutnya
lansia yang memanfaatkan posyandu semakin berkurang. Hal ini dibuktikan
pemanfaatan posyandu lansia sangat minim. Ini menunjukkan bahwa kecenderungan
pemanfaatan pelayanan kesehatan di posyandu lansia sangat minim, dan keaktifan lansia
dalam mengikuti kegiatan posyandupun juga sangat rendah (Komnas Lansia, 2010).
Adapun jenis pelayanan kesehatan yang diberikan di posyandu lansia antara
lain pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari, pemeriksaan status mental,
pemeriksaan status gizi, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan hemoglobin, kadar
gula dan protein dalam urin, pelayanan rujukan ke puskesmas dan penyuluhan
kesehatan. Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi
setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan
aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak
jalan santai untuk meningkatkan kebugaran (Wijaya, 2009).
Pembinaan lansia di Indonesia dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan sebagai landasan dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan sesuai
dengan Undang-Undang RI No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang
menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lansia, upaya penyuluhan,
penyembuhan dan pengembangan lembaga. Secara kualitas, perkembangan jumlah
posyandu di Indonesia sangat menggembirakan, karena disetiap desa ditemukan sekitar
3-4 posyandu. Posyandu dirancang pada tahun 1986, jumlah posyandu tercatat
sebanyak 25.000 posyandu, sedangkan pada tahun 2004, meningkat menjadi 238.699
posyandu, tahun 2005 menjadi 315.921 posyandu dan pada tahun 2009 menurun
menjadi 269.202 posyandu. Namun bila ditinjau dari aspek kualitas, masih ditemukan
masalah, seperti kelengkapan sarana dan keterampilan kader yang belum memadai
(Depkes RI, 2012).
Transisi demografi ke arah menua akan diikuti oleh transisi epidemiologi ke
arah penyakit degeneratif seperti rematik, diabetes, hipertensi, jantung koroner,
neoplasma. Angka kesakitan penduduk lanjut usia tahun 2011 sebesar 30,46%
artinya bahwa setiap 100 orang lanjut usia, sekitar 30 orang diantaranya mengalami
sakit. Angka kesakitan penduduk lanjut usia perkotaan 27,20% lebih rendah
dibandingkan lanjut usia pedesaan 32,96%. Hal ini menunjukkan bahwa derajat
kesehatan penduduk lanjut usia di perkotaan relatif lebih baik dibandingkan lanjut
usia di daerah pedesaan. Bila dilihat perkembangannya, derajat kesehatan penduduk
lanjut usia relatif tidak berbeda. Angka kesakitan penduduk lanjut usia pada tahun
2007 sebesar 29, 98%, tahun 2009 sebesar 31,11%, dan tahun 2011 sebesar 30,46 %.
Pola yang serupa terjadi baik di perkotaan maupun di pedesaan. Kebiasaan berobat
serta cara berobat yang dilakukan seseorang, merupakan salah satu faktor yang
digunakan untuk mengidentifikasi apakah orang yang bersangkutan telah memiliki
perilaku hidup sehat. Berdasarkan Profil Penduduk Lanjut Usia 2011, ternyata
32,24% lanjut usia mencari pengobatan di puskesmas, Namun masih ada yang
mengobati sendiri dengan menggunakan obat modern 60,47% dan obat tradisional
10,87% (Depkes RI, 2012).
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie tahun 2012 mencatat jumlah lansia
yaitu 37.743 jiwa diantaranya laki-laki 17.354 dan perempuan 20.389 dari 23
Kecamatan. Sedangkan untuk Kecamatan Ujong Rimba jumlah lansia 1.497
diantaranya laki-laki 677 orang dan perempuan 820 orang. Pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh Departemen Kesehatan kepada lansia masih terbatas dan tidak seluruh
puskesmas di Indonesia memiliki posyandu lansia. Dalam hal ini Dinas Kesehatan
Kabupaten Pidie mempunyai kebijakan yang bertujuan agar puskesmas atau desa
termotivasi untuk menggalakkan program pembinaan kesehatan lansia di wilayah
masing-masing. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok
lansia ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa
jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat posyandu lansia, pelayanan
kesehatan di tingkat dasar puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjut rumah
sakit (Dinas Kesehatan Pidie, 2012).
Berdasarkan study pendahuluan yang dilakukan penulis diwilayah kerja
puskesmas Ujong Rimba didapatkan jumlah lansia yang berumur dari 70 tahun keatas
adalah 345, umur 58-65 tahun berjumlah 509 orang dan umur 66 sampai 70 tahun
berjumlah 261 orang dimana total keseluruhannya berjumlah 1115 jiwa, data lansia di
Kemukiman Ujong Rimba total keseluruhannya adalah 345 jiwa sedangkan di Desa
Mon Ara berjumlah 60 jiwa lansia dan dari hasil wawancara pada beberapa lansia
mengatakan program posyandu lansia sudah pernah dilakukan di beberapa desa tapi
tidak berjalan lancar, ini disebabakan tidak datangnya lansia ke posyandu tersebut
karena berbagai alasan. Hal tersebut ditunjukkan dengan yang datang ke posyandu
lansia hanya berkisar 107 orang dengan distribusi kelompok berdasarkan umur. Umur 45-
59 tahun sebanyak 34 orang, umur 60 – 69 tahun sebanyak 45 0rang, umur diatas 70 tahun
sebanyak 28 orang (Puskesmas Ujong Rimba, 2013 ). Hal ini membuktikan bahwa
pemanfaatan posyandu lansia masih sangat jauh dari target yang diharapkan.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Di
Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie”
B. Rumusan Masalah dan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini yaitu “Faktor-Faktor Apa Saja Yang Berhubungan
Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan
Mutiara Timur Kabupaten Pidie”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan
Posyandu Lansia Di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur
Kabupaten Pidie.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Hubungan Pengetahuan Pemanfaatan Posyandu Lansia Di
Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie.
b. Untuk Mengetahui Hubungan Pelayanan Petugas Dengan Pemanfaatan
Posyandu Lansia Di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur
Kabupaten Pidie.
c. Untuk Mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemanfaatan
Posyandu Lansia Di Desa Mon Ara Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba
Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan
Dapat menjadi bahan pertimbangan dan informasi bagi dinas kesehatan untuk
dapat digalakkan program posyandu lansia dengan baik.
2. Bagi Klien (Lansia)
Diharapkan lansia dapat mengetahui masalah yang terjadi pada lansia terutama
kemampuannya dalam melakukan kegiatan posyandu dan aktifitas kehidupan
sehari-hari yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia, dengan demikian
lansia dapat menyesuaikan diri untuk mencapai tingkat kemampuan seoptimal
mungkin.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan masukan mengenai gambaran kemandirian lansia
dalam kegiatan posyandu dan melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari.
4. Bagi Penulis
Agar dapat menambah pengalaman pembelajaran dibidang penelitian, dan
mengembangkan ilmu yang telah di pelajari selama perkuliahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia
1. Definisi
Menurut UU No. 36 tentang kesehatan Upaya pemeliharaan kesehatan
bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan
produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan martabat
kemanusiaan. Murwani (2010) menjelaskan bahwa usia lanjut suatu kejadian
yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang,
terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun.
Sedangkan Hurlock (2005) menjelaskan bahwa usia tua adalah periode
penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu suatu priode dimana seseorang
telah beranjak jauh dari periode terdahulu.
Lansia adalah mereka yang telah berusia 65 tahun keatas. Durmin
(1992) membagi lansia menjadi young elderly (65-74 tahun) dan older elderly
(>75 tahun). Sementara Munro dkk (1987) mengelompokkan older elderly
kedalam dua bagian yaitu usia 75-84 tahun dan 85 tahun. Di Indonesia, M.
Alwi Dahlan menyatakan bahwa orang dikatakan lansia jika telah berumur
diatas 60 tahun. Jika mengacu pada pensiun maka lansia ialah mereka yang
telah berusia diatas 56 tahun (Arisman, 2008).
2. Batasan Usia Lanjut
Menurut WHO dalam Murwani (2010) lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut (ederly) antara 60-74 tahun
c. Usia tua (old) antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun
Sedangkan Setyonegoro dalam Murwani (2010) pengelompokan usia
lanjut meliputi:
a. Usia dewasa muda (ederly aduhood), usia antara 18 atau 20-25 tahun
b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas yaitu usia diantara 25-60
tahun atau 65 tahun
c. Lanjut usia (geriatric age), lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi untuk umur
70-75 tahun (young old), umur 75-80 tahun (old) dan lebih dari 80 tahun
(very old).
3. Penampilan Berbagai Penyakit Pada Usia Lanjut
Menurut Sasmita (2011) fungsi masing-masing organ pada usia lanjut
menurun secara kualitatif maupun kuantitatif. Tubuh manusia akan mengalami
proses degeneratif. Perubahan fungsional pada usia lanjut, sebagaimana
kesimpulan hasil survei literatur oleh Federal Aviation Administration, USA,
dapat dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu:
a. Kemunduran pada fungsi psikoneurologi (faktor-faktor persepsi) yang
menyangkut penglihatan dan pendengaran.
b. Kemunduran pada fungsi mental. Termasuk diantaranya daya kognisi
(kecerdasan, kemampuan berhitung, dan penguasaan ruang), kemampuan
belajar, daya ingat, mengambil keputusan.
c. Kemunduran fungsi sensomotorik. Termasuk kemampuan gerakan dan
menjalankan tugas yang kompleks.
d. Kemunduran fungsi neurofisiologis yang meliputi penghantaran saraf otot
dan refleks kardiovaskuler, disamping ketahanan terhadap stres dan
kelelahan. Berkurangnya kemampuan metabolisme, dan produksi hormon.
e. Kemunduran kepribadian. Motivasi, temperamen berkurang, tetapi rasa
tanggung jawab, daya pengendalian diri, semakin membaik. Tingkah laku
dan perhatian terhadap masyarakat menjadi stabil dan lebih sopan.
Dengan lajunya pertambahan usia, yang ditandai dengan gejala
berkurangnya kemampuan fisik dan mental seseorang dan kemampuan
beradaptasi pada beban kehidupan maka beberapa keadaan patologis dapat
mencampuri kehidupan seseorang dan menimbulkan “penyakit tua”.
4. Tipe-Tipe Lanjut Usia
Menurut Suparyanto (2010) pada umumnya lansia lebih dapat
beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal bersama anaknya. tipe-
tipe lansia yaitu:
a. Tipe Arif Bijaksana: yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
b. Tipe Mandiri: yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai
kegiatan.
c. Tipe Tidak Puas: yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan
yang menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan
kekuasaan, jabatan, teman.
d. Tipe Pasrah: yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
e. Tipe Bingung: yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder, pasif, dan kaget.
Sedangkan Subijanto (2011) menjelaskan lanjut usia memiliki sifat
psikis yang sangat khas yang memberikan pengaruh terhadap perlakuan atau
pelayanan seperti apa yang seharusnya diberikan kepada lansia. Sifat psikis
tersebut adalah:
a. Tipe kepribadian konstruktif, pada tipe ini tidak banyak mengalami gejolak,
tenang dan mantap sampai sangat tua.
b. Tipe kepribadian mandiri, pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post
power sindrome dimana apabila pada masa lanjut usia tidak diisi dengan
kegiatam yang memberikan otonomi pada dirinya.
c. Tipe kepribadian tergantung, pada tipe ini sangat dipengaruhi kehidupan
keluarga. Apabila kehidupan keluarga harmonis maka pada lanjut usia tidak
akan timbul gejolak.
d. Tipe kepribadian bermusuhan, pada tipe ini setelah memasuki masa lanjut
usia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya.
e. Tipe kepribadian kritik diri, tipe ini umumnya terlihat sengsara karena
perilakunya sendiri yang sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat
susah dirinya.
5. Kebutuhan Lanjut Usia
a. Kebutuhan fisik
Kebutuhan Lanjut Usia secara fisik meliputi sandang pangan, papan,
kesehatan dan spiritual. Pelayanan kesehatan bagi Lanjut Usia sangat vital.
Obat obatan ringan sebaiknya selalu siap didekatnya Bila sakit segera
diobati. Dibutuhkan fasilitas pelayanan pengobatan rutin, murah, gratis dan
mudah dijangkau.
b. Kebutuhan psikis
Kondisi lanjut Usia yang rentan secara psikis, membutuhkan
lingkungan yang mengerti dan memahami mereka. Lanjut Usia
membutuhkan teman yang sabar, yang mengerti dan memahami kondisinya.
c. Kebutuhan social
Lanjut Usia membutuhkan orang orang dalam berinteraksi sosial.
Terutama kerabat, juga teman sebaya, sekelompok kegiatan dan masyarakat
dilingkungannya.
d. Kebutuhan ekonomi
Bagi yang tidak memiliki pendapatan tetap, membutuhkan bantuan
sumber keuangan. Terutama yang berasal dari kerabatnya. Secara ekonomi
Lanjut Usia yang tidak potensial membutuhkan uang untuk biaya hidup.
e. Kebutuhan.spiritual
Umumnya mereka mengisi waktu untuk beribadah. Melalui Ibadah
lanjut Usia mendapat ketenangan jiwa, pencerahan dan kedamaian
menghadapi hari tua (Sri Gati, 2007).
B. Posyandu Lansia
1. Definisi
Posyandu adalah forum yang menjembatani ahli teknologi dan ahli
kelola untuk upaya-upaya kesehatan yang profesional kepada masyarakat
sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat hidup
sehat. Posyandu juga dapat diartikan sebagai wahana pemberdayaan
masyarakat dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat dengan
bimbingan dari petugas puskesmas , lintas sektor dan lembaga terkait lainnya
(Fatma, 2008).
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses
pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara
terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta
proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi
tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau knowledge), dari tahu menjadi mau
(aspek sikap atau attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan
perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan atau practice) (Kemenkes RI,
2011).
Menurut Erfandi (2008) posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu
untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati,
yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan
pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya
melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia,
keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
Sedangkan Komnas Lansia (2010) menjelaskan Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di
masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh
masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor
pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan
menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif.
Disamping pelayanan kesehatan, di Posyandu Lanjut Usia juga dapat diberikan
pelayanan sosial, agama, pendidikan, ketrampilan, olah raga dan seni budaya
serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan
mereka. Selain itu mereka dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri.
2. Tujuan dan Sasaran Posyandu Lanjut Usia
Menurut Pertiwi (2010) posyandu lansia bertujuan meningkatkan
derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia
dan berguna dalam keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya
dalam strata kemasyarakatan. Bagi lansia sendiri, kesadaran akan pentingnya
bagi dirinya, keluarga dan masyarakat luas agar selama mungkin tetap mandiri
dan berdaya guna. Secara garis besar, layanan posyandu lansia bertujuan untuk:
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia.
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan
swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi
antara masyarakat usia lanjut.
Sasaran posyandu Lansia adalah (Pertiwi, 2010):
a. Sasaran langsung
Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun), kelompok usia lanjut (60
tahun keatas) dan kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke
atas).
b. Sasaran tidak langsung
Keluarga dimana usia lanjut berada, organisasi sosial yang bergerak
dalam pembinaan usia lanjut, serta masyarakat luas.
3. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja,
pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada
mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten
maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia
sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem
pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut (Erfandi, 2008):
a. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan
atau tinggi badan
b. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa
tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan
rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.
c. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa
dilakukan pelayanan pojok gizi.
4. Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia
Pelayanan yang dilakukan di posyandu merupakan pelayanan ujung
tombak dalam penerapan kebijakan pemerintah untuk pencapaian lanjut usia
sehat, mandiri dan berdaya guna. Oleh karena itu arah dari kegiatan posyandu
tidak boleh lepas dari konsep active ageing/menua secara aktif. Active Ageing
adalah proses optimalisasi peluang kesehatan, partisipasi dan keamanan untuk
meningkatkan kualitas hidup di masa tua. Jika seseorang sehat dan aman, maka
kesempatan berpartisipasi bertambah besar (Komnas Lansia, 2010).
Rumpin (2010) menjelaskan 10 jenis pelayanan posyandu lansia yaitu:
a. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari/activity of daily living, meliputi
kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air kecil dan besar.
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit ( bisa dilihat
KMS usia lanjut)
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik indek massa tubuh
d. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop
serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli, atau Cuprisulfat.
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adannya
penyakit gula.
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur / protein dalam air seni sebagai deteksi
awal adanya penyakit ginjal.
h. Pelaksaan rujukan ke puskemas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan pada nomor 1 hingga 7.
i. Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah
kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut.
j. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut
yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.
5. Kegiatan Posyandu Lansia
Jenis kegiatan yang dilaksanakan di posyandu lanjut usia yaitu
(Komnas Lansia, 2010):
a. Kegiatan pengukuran IMT melalui pengukuran berat badan dan tinggi
badan. Kegiatan ini dilakukan 1 bulan sekali.
b. Kegiatan pemeriksaan tekanan darah dilakukan minimal 1 bulan sekali,
namun bagi yang menderita tekanan darah tinggi dianjurkan setiap minggu.
Hal ini dapat dilakukan di puskesmas atau pada tenaga kesehatan terdekat.
c. Kegiatan pemeriksaan kadar haemoglobin darah (Hb), gula darah dan
kolesterol darah. Bagi lanjut usia yang sehat cukup di periksa setiap 6 bulan.
Namun bagi yang mempunyai faktor resiko seperti turunan kencing manis,
gemuk sebaiknya 3 bulan sekali dan bagi yang sudah menderita maka
dilakukan di posyandu setiap bulan. Kegiatan pemeriksaan laboratorium ini
dapat dilakukan oleh tenaga Puskesmas atau dikoordinasikan dengan
laboratorium setempat.
d. Kegiatan konseling dan penyuluhan kesehatan dan gizi harus dilakukan
setiap bulan karena permasalahan lanjut usia akan meningkat dengan seiring
waktu, selain itu dapat memantau faktor resiko penyakit-penyakit
degeneratif agar masyarakat mengetahui dan dapat mengendalikanya.
e. Konseling usaha ekonomi produtif dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
f. Kegiatan aktivitas fisik/senam dilakukan minimal 1 minggu sekali diluar
jadwal penyelenggaraan posyandu.
C. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia
1. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting dalam
membentuk tindakan seseorang. Menurut Azwar (2006) pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu:
a. Tahu. Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami. Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan objek tersebut
secara benar.
c. Aplikasi. Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis. Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu
struktur organisasi.
e. Sintesis. Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
f. Evaluasi. Berkaitan dengan kemempuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri
kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana
cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang
melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi
meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong
minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia
(Wijaya, 2009).
2. Pelayanan Petugas
Berbagai faktor atau determinan yang mempengaruhi derajat kesehatan
antara lain adalah lingkungan (fisik, biologik, dan sosial), perilaku dan gaya
hidup, faktor genetis, dan pelayanan kesehatan. Dalam system kesehatan itu
sendiri, menurut Sistem Kesehatan Nasional (Depkes, 2004), paling tidak
terdapat enam subsistem yang turut menentukan kinerja sistem kesehatan
nasional yaitu subsistem upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya
manusia (SDM) kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan
masyarakat, dan manajemen kesehatan (BPPN, 2005).
Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah semua orang yang
bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
Subsistem SDM kesehatan bertujuan pada tersedianya tenaga kesehatan yang
bermutu secara mencukupi, terdistribusi secara adil, serta termanfaatkan secara
berhasil-guna dan berdayaguna, untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya (BPPN, 2005).
Menurut Nasrul (2010) pelayanan merupakan suatu aktivitas atau
serangkaian alat yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba), yang
terjadi akibat interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain
yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk
memecahkan persoalan konsumen. Pemanfaatan pelayanan tersebut yang
didasarkan pada ketersediaan dan kesinambungan pelayanan, penerimaan
masyarakat dan kewajaran, mudah dicapai oleh masyarakat, terjangkau serta
bermutu.
Mujjahidah dkk (2008) menjelaskan bahwa lansia merupakan bagian
dari masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
bisa memberikan kepuasan seperti halnya pelayanan kesehatan pada posyandu
lansia. Bagaimanapun juga untuk mengontrol dan mengetahui kondisi
kesehatannya serta disesuaikan dengan kondisi ekonominya maka posyandu
adalah sarana pelayanan kesehatan yang tepat untuk lansia. Keluhan
masyarakat sering terjadi oleh karena pelayanan kesehatan yang kurang
memuaskan. Seiring dengan kemajuan pengetahuan, teknoligo kedokteran dan
kesehatan diperlukan peningkatan mutu pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Pohan dalam Henniwati (2008) juga menjelaskan beberapa aspek
pelayanan kesehatan yang dapat mempengaruhi seseorang memanfaatkan
pelayanan kesehatan adalah kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan
kesehatan seperti faktor dari petugas yang melaksanakan pelayanan kesehatan
yang digunakan dalam pelayanan pengobatan dan perawatan, penegakan
diagnosa sampai tindakan pengobatan.
3. Dukungan Keluarga
Menurut Clark yang dikutip dari Purnamawati (2005) dukungan adalah
segala sesuatu yang diberikan kepada klien yang bersumber dari keluarga,
teman dan masyarakat sekitar. Dukungan sering memberi kepercayaan yang
mempengaruhi jati diri spiritual klien. Keluarga dan teman menjadi sumber
penting bagi klien dalam melakukan suatu kebiasaan.
Dukungan keluarga didefinisi dari dukungan sosial. Definisi dukungan
sosial sampai saat ini masih diperdebatkan bahkan menimbulkan kontradiksi.
Dukungan sosial sering dikenal dengan istilah lain yaitu dukungan emosi yang
berupa simpati, yang merupakan bukti kasih sayang, perhatian, dan keinginan
untuk mendengarkan keluh kesah orang lain. Sejumlah orang lain yang
potensial memberikan dukungan tersebut disebut sebagai Significant Other,
misalnya sebagai seorang istri Significant Other nya adalah suami, anak, orang
tua, mertua, dan saudara-saudara (Notoatmodjo, 2007).
Dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan kepada
keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasehat, yang mana membuat
penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tentram. Dukungan
tersebut berupa dorongan, motivasi, empati, ataupun bantuan yang dapat
membuat individu yang lainnya merasa lebih tenang dan aman. Dukungan
didapatkan dari keluarga yang terdiri dari suami, orang tua, ataupun keluarga
dekat lainnya. Dukungan keluarga dapat mendatangkan rasa senang, rasa aman,
rasa puas, rasa nyaman dan membuat orang yang bersangkutan merasa
mendapat dukungan emosional yang akan mempengaruhi kesejahteraan jiwa
manusia. Dukungan keluarga berkaitan dengan pembentukan keseimbangan
mental dan kepuasan psikologis (Notoatmodjo, 2007).
Purnama (2010) menjelaskan bahwa dukungan keluarga sangat
berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti
kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia
apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke
posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha
membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi lansia dalam kegiatan
Posyandu Plus sesuai program yang telah direncanakan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat lanjut usia. Pengetahuan lansia tentang Posyandu Plus erat
kaitannya dengan penyuluhan kesehatan juga bentuk dukungan dan partisipasi
dari berbagai kalangan dan sikap yang dilakukan oleh kader kesehatan dan tenaga
kesehatan Puskesmas baik dalam bentuk pengumuman, selebaran, undangan
ataupun penyuluhan. Pengetahuan tentang posyandu lansia akan dapat
menumbuhkan kesediaan lansia mengikuti kegiatan posyandu. Kesediaan lansia
mengikuti posyandu harus diiringi dengan pelayanan posyandu yang baik
(Purnama 2010)
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Pengetahuan
Pemanfaatan Posyandu Lansia
Pelayanan Petugas
Dukungan Keluarga
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
Skala ukur
Variabel dependen 1. Pemanfaatan
posyandu lansia
Pelaksanaan atau kunjungan yang dilakukan oleh lanjut usia dalam program posyandu
Wawancara a. Memanfaatkan
jika lansia melakukan kunjungan tiap bulan di posyandu
b. Tidak Memanfaatkan jika lansia tidak melakukan kunjungan tiap bulan di posyandu
Kuesioner a. Memanfaatkan
b. Tidak memanfaatkan
Ordinal
Variabel independen 1. Pengetahuan Segala sesuatu
yang diketahui lanjut usia tentang pelaksanaan posyandu lansia
Wawancara a. Baik : 76-100
% jawaban benar
b. Cukup :56-75% jawaban benar
c. Kurang: < 56% jawaban benar
Kuesioner a. Baik b. Cukup c. Kurang
Ordinal
2. Pelayanan petugas kesehatan
Pelayanan diberikan oleh petugas kesehatan pada saat posyandu lansia
Wawancara a. Baik, bila
jawaban benar ≥ 50%
b. Tidak baik, bila jawaban benar < 50%
Kuesioner a. Baik b. Tidak
Ordinal
3. Dukungan keluarga
Motivasi atau dorongan dari keluarga dalam pelaksanaan posyandu lansia
Wawancara a. Mendukung, bila
jawaban benar ≥ 50%
b. Tidak mendukung, bila jawaban benar < 50%
Kuesioner a. Mendukung b. Tidak
mendukung
Ordinal
C. Hipotesa Penelitian
1. Ada hubungan antara pengetahuan lansia dengan pemanfaatan posyandu
lansia
2. Ada hubungan antara pelayanan petugas kesehatan dengan pemanfaatan
posyandu lansia
3. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu
lansia
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional yang tujuan
utama untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan
Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013 dimana dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat yang bersamaan
(Notoadmojo, 2005).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Desa Mon Ara Ujong Rimba. Pengumpulan
data direncanakan pada bulan Juli 2013.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di Desa Mon Ara
Ujong Rimba berjumlah 60 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di Desa Mon Ara
Ujong Rimba. Proses pengumpulan data dilapangan menggunakan teknik
total sampling yaitu 60 orang.
D. Cara Pengumpulan Data
a. Data Primer
Yaitu data yang langsung diperoleh di lapangan dengan menyebarkan
kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia.
b. Data Sekunder
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh Puskesmas Ujong
Rimba, Dinas Kesehatan dan buku-buku yang menjadi referensi.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
yang berupa sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh data
yang perlu diketahui. Kuesioner dibuat sendiri berdasarkan telaah kepustakaan
yang terdiri dari 40 diantaranya, 20 pertanyaan untuk pengetahuan, 10 pertanyaan
untuk pelayanan petugas kesehatan, 1 pertanyaan untuk pemanfaatan posyandu
dan 10 pertanyaan untuk dukungan keluarga.
F. Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Menurut Burdiarto (2004) data yang telah didapatkan akan diolah dengan
tahap-tahap berikut:
a. Editing
Yaitu melakukan pengecekan kembali apakah semua item pertanyaan telah
terisi dan melihat apakah ada kekeliruan yang mungkin dapat mengganggu
pengolahan data selanjutnya.
b. Coding
Yaitu memberi kode berupa nomor pada lembaran kuesioner untuk
memudahkan pengolahan data.
c. Transfering
Yaitu data yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari responden
pertama sampai responden terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel
sesuai dengan variabel yang diteliti.
d. Tabulating
Yaitu pengelompokan responden yang telah dibuat pada tiap-tiap variabel
yang diukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel distribusi
frekuensi.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Penelitian ini bersifat deskriptif, maka dalam analisanya menggunakan
perhitungan-perhitungan statistik secara sederhana berdasarkan hasil
penyebaran data menurut frekuensi antar kategori. Analisis dilakukan
terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi dan persentasi dari tiap variabel
(Notoatmodjo, 2005). Kemudian ditentukan persentase (P) dengan
menentukan rumus (Budiarto, 2005) sebagai berikut.
P = n
FX 100%
Keterangan :
P = Persentase
n = Sampel
F = Frekuensi Teramati
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisis hasil dari variabel-variabel bebas
yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang
digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa
statistik dengan mengunakan uji data kategori Chi square Test (X2) pada
tingkat kemaknaannya adalah 95% (P ≤ 0,05) sehingga dapat diketahui ada
atau tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistik, dengan
menggunakan program computer SPSS for windows. Melalui perhitungan uji
Chi Square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan
1. Jika p value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima
2. Jika p value >0,05, maka disimpulkan H0 diterima dan ha ditolak,
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi
Desa Mon Ara merupakan salah satu Desa yang terletak di Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Baroh b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Paloh c. Sebelah Utara berbatasan dengan Ujong Rimba Cot d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Dayah
Jumlah lansia yang berumur dari 70 tahun keatas adalah 345, umur 58-65 tahun berjumlah 509 orang dan umur 66 sampai 70 tahun berjumlah 261 orang dimana total keseluruhannya berjumlah 1115 jiwa, data lansia di Kemukiman Ujong Rimba total keseluruhannya adalah 345 jiwa sedangkan di Desa Mon Ara berjumlah 60 jiwa lansia.
Desa Mon Ara Ujong Rimba terdapat beberapa fasilitas diantaranya seperti musolla, tempat pengajian, meunasah, polindes, dan WC umum.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada responden yang menjadi target penelitian, maka dapat dilihat hasil sebagai berikut:
1. Analisa Univariat
Analisa univariat untuk melihat distribusi variabel dependent (terikat) dan variabel independet (bebas) yang meliputi: pemanfaatan posyandu, pengetahuan, pelayanan petugas dan dukungan keluarga. a. Pemanfaatan Posyandu Lansia
Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Mon Ara
Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013
NoPemanfaatan Posyandu
Lansia Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Memanfaatkan 48 80.00
2 Tidak Memanfaatkan 12 20.00
60 100JumlahSumber data primer (di olah 2013)
Dari tabel 5.1 di atas dapat dilihat bahwa dari 60 responden, mayoritas memanfaatkan Posyandu, yaitu sebanyak 48 responden (80%).
b. Pengetahuan
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Lansia di Desa Mon Ara Kecamatan
Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013
No Pengetahuan Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Baik 48 80.0
2 Cukup 9 15.0
3 Kurang 3 5.0
60 100JumlahSumber data primer (di olah 2013)
Dari tabel 5.2 di atas dapat dilihat bahwa dari 60 responden, mayoritas responden berpengetahuan baik, yaitu sebanyak 48 responden (80%).
c. Pelayanan Petugas
Tabel 5. 3 Distribusi Frekuensi Pelayanan Petugas di Desa Mon Ara Kecamatan
Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013
No Pelayanan Petugas Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Baik 56 93.3
2 Tidak 4 6.7
60 100JumlahSumber data primer (di olah 2013)
Dari tabel 5.3 di atas dapat dilihat bahwa dari 60 responden, mayoritas responden mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan oleh petugas sudah baik, yaitu sebanyak 56 responden (93,3%).
d. Dukungan Keluarga
Tabel 5. 4 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Lansia di Desa Mon Ara
Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013
No Dukungan Keluarga
1 Mendukung
2 Tidak Mendukung
Sumber data primer (di olah 2013Dari tabel
mayoritas responden mengatakan mereka mendapatkan dukungan keluarga, yaitu sebanyak 56 responden (93,3%).
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel dependent dan variabel independent dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: chi square tingkat kepercayaan 95%
a. Hubungan Pengetahuan
Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa
1 Baik
2 Cukup
3 KurangJumlah
No Pengetahuan
Sumber data primer (di olah
Dari tabel berpengetahuan baik, mayoritas memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 44 responden (91,7%)tidak memanfaatkan posyandu lansia, yaitu sdan responden yang berpengetahuan kurang mayoritas tidak memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 3 responden (100%).dengan chi square didapatkandi sini dapat dilihat bahwa terdapat dengan pemanfaatan posyandu lansia.
Dukungan Keluarga Frekuensi (F) Persentase (%)
Mendukung 56
Tidak Mendukung 4
60Jumlahdata primer (di olah 2013)
Dari tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa dari 60 responden, mayoritas responden mengatakan mereka mendapatkan dukungan keluarga, yaitu sebanyak 56 responden (93,3%).
Analisa Bivariat
Analisa bivariat untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel dependent dan variabel independent dengan menggunakan statistik sederhana
chi square ( ) pengambilan keputusan ada hubungan atau tidak pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05%).
Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia
Tabel 5. 5 Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa
Mon Ara Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013
Memanfaatkan %Tidak
Memanfaatkan %
44 91.7 4 8.3
4 44.4 5 55.6
0 0 3 10048 12
Pemanfaatan Posyandu Lansia
Pengetahuan
Sumber data primer (di olah 2013)
Dari tabel 5.5 diatas dapat dilihat dari 48 responden yang berpengetahuan baik, mayoritas memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 44 responden (91,7%). Dari 9 responden yang berpengetahuan cukup, mayoritas tidak memanfaatkan posyandu lansia, yaitu sebanyak 5 responden (55,6%) dan responden yang berpengetahuan kurang mayoritas tidak memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 3 responden (100%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0di sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan lansia
gan pemanfaatan posyandu lansia.
Persentase (%)
93.3
6.7
100
dari 60 responden, mayoritas responden mengatakan mereka mendapatkan dukungan
Analisa bivariat untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel dependent dan variabel independent dengan menggunakan statistik sederhana
) pengambilan keputusan ada hubungan atau tidak pada
Pemanfaatan Posyandu Lansia
Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa
Uji Statistik
F % P
48 100
55.6 9 100
100 3 10060 100
0.000
Jumlah
dari 48 responden yang berpengetahuan baik, mayoritas memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 44
Dari 9 responden yang berpengetahuan cukup, mayoritas ebanyak 5 responden (55,6%)
dan responden yang berpengetahuan kurang mayoritas tidak memanfaatkan Setelah dilakukan uji statistik
= 0.000 (P < 0.05), hubungan antara pengetahuan lansia
b. Hubungan Pelayanan Petugas dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia
Tabel 5. 6
Hubungan Pelayanan Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Mon Ara Kecamatan Mutiara Timur
Kabupaten Pidie Tahun 2013
Uji Statistik
Memanfaatkan %Tidak
Memanfaatkan % F % P
1 Baik 48 85.7 8 14.3 56 100
2 Tidak 0 0 4 100 4 10048 12 60 100
0.001
Jumlah
Pemanfaatan Posyandu Lansia
NoPelayanan Petugas
Jumlah
Sumber data primer (di olah 2013) Dari tabel 5.6 diatas dapat dilihat bahwa dari 56 responden yang
mendapatkan pelayanan petugas secara baik, mayoritas memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 48 responden (85,7%) dan dari 4 responden yang tidak baik mendapatkan pelayanan petugas mayoritas tidak memanfaatkan posyandu lansia, yaitu sebanyak 4 responden (100%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0.001 (P < 0,05), di sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara pelayanan petugas kesehatan dengan pemanfaatan posyandu lansia
c. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia
Tabel 5. 7
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Mon Ara Kecamatan Mutiara Timur
Kabupaten Pidie Tahun 2013
Uji Statistik
Memanfaatkan %Tidak
Memanfaatkan % F % P
1 Mendukung 48 85.7 8 14.3 56 1002 Tidak
Mendukung 0 0 4 100 4 100
48 12 60 100
0.001
Jumlah
Pemanfaatan Posyandu Lansia
NoDukungan Keluarga
Jumlah
Sumber data primer (di olah 2013) Dari tabel 5.7 diatas dapat dilihat bahwa dari 56 responden yang
mendapatkan dukungan keluarga, mayoritas memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 48 responden (85,7%) dan dari 4 responden yang tidak baik mendapatkan dukungan keluarga tidak memanfaatkan posyandu lansia, yaitu sebanyak 4 responden (100%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0.001 (P < 0.05), di sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu lansia.
C. Pembahasan
1. Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 48 responden yang berpengetahuan baik, mayoritas memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 44 responden (91,7%). Dari 9 responden yang berpengetahuan cukup, mayoritas tidak memanfaatkan posyandu lansia, yaitu sebanyak 5 responden (55,6%) dan responden yang berpengetahuan kurang mayoritas tidak memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 3 responden (100%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0.000 (P < 0.05), di sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan lansia dengan pemanfaatan posyandu lansia.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Khotimah (2010) tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Walikukun Kabupaten Ngawi Tahun 2010 didapatkan hasil bahwa variabel yang berhubungan secara signifikan dengan pemanfaatan posyandu lansia yaitu pengetahuan (p=0,000), sikap (p=0,001), dukungan sosial (p=0,010) dan peran kader (p=0,009). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia yaitu umur, jenis kelamin, status tinggal, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
Berdasaran hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa pengetahuan yang diperoleh oleh responden sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu oleh lansia. Karena semakin tinggi pengetahuan yang diperoleh
maka akan semakin timbul kesadaran terhadap pemanfaatan posyandu sebagai sarana untuk mengecek kondisi kesehatan. Selain itu, pengetahuan dari keluarga membuat lansia lebih mudah untuk berinteraksi dengan petugas kesehatan.
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang. Menurut Azwar (2006) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang.
2. Hubungan Pelayanan Petugas dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia
Dari tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa dari 56 responden yang mendapatkan pelayanan petugas secara baik, mayoritas memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 48 responden (85,7%) dan dari 4 responden yang tidak baik mendapatkan pelayanan petugas mayoritas tidak memanfaatkan posyandu lansia, yaitu sebanyak 4 responden (100%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0.001 (P < 0.05), di sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara pelayanan petugas kesehatan dengan pemanfaatan posyandu lansia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pujiono (2009) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia di Desa Jetis Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan didapatkan hasil penelitian menunjukan mayoritas responden berumur 60-69 tahun, berjenis kelamin perempuan sedangkan pendapatan, pengetahuan, sikap, praktik, peranan petugas kesehatan dan peranan keluarga termasuk kategori kurang. Variabel yang berhubungan secara signifikan dengan pemanfaatan posyandu lansia yaitu umur, pendapatan, pengetahuan, sikap, peran petugas kesehatan dan peran keluarga. Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia yaitu jenis kelamin. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan praktik pemanfaatan posyandu lansia adalah peranan petugas kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia, karena pelayanan yang diberikan akan turut memberikan pengaruh terhadap pandangan masyarakat, responden yang mendapatkan pelayanan yang baik tentunya akan mengunjungi lagi posyandu tersebut.
Berbagai faktor atau determinan yang mempengaruhi derajat kesehatan antara lain adalah lingkungan (fisik, biologik, dan sosial), perilaku dan gaya hidup, faktor genetis, dan pelayanan kesehatan. Dalam system kesehatan itu sendiri, menurut Sistem Kesehatan Nasional (Depkes, 2004), paling tidak terdapat enam subsistem yang turut menentukan kinerja sistem kesehatan nasional yaitu subsistem upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan,
sumber daya manusia (SDM) kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan (BPPN, 2005).
Menurut Nasrul (2010) pelayanan merupakan suatu aktivitas atau serangkaian alat yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba), yang terjadi akibat interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan persoalan konsumen. Pemanfaatan pelayanan tersebut yang didasarkan pada ketersediaan dan kesinambungan pelayanan, penerimaan masyarakat dan kewajaran, mudah dicapai oleh masyarakat, terjangkau serta bermutu.
Pohan (2006, dalam Henniwati, 2008) juga menjelaskan beberapa aspek pelayanan kesehatan yang dapat mempengaruhi seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan seperti faktor dari petugas yang melaksanakan pelayanan kesehatan yang digunakan dalam pelayanan pengobatan dan perawatan, penegakan diagnosa sampai tindakan pengobatan.
3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia
Dari tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa dari 56 responden yang mendapatkan dukungan keluarga, mayoritas memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 48 responden (85,7%) dan dari 4 responden yang tidak baik mendapatkan dukungan keluarga tidak memanfaatkan posyandu lansia, yaitu sebanyak 4 responden (100%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0.001 (P < 0,05), di sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu lansia.
Penelitian yang dilakukan oleh Mahmud (2011) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia di Indragiri Tahun 2010 di dapatkan hasil bahwa variabel yang berhubungan secara signifikan dengan pemanfaatan posyandu lansia yaitu umur, pendapatan, pengetahuan, sikap, peran petugas kesehatan dan peran keluarga.
Peneliti berasumsi bahwa dukungan yang diberikan oleh keluarga berhubungan dengan pemanfaatan Posyandu oleh lansia. Keluarga yang peduli tentang kesehatan lansia tentunya akan membuat lansia lebih termotivasi untuk memanfaatkan posyandu lansia.
Dukungan keluarga didefinisi dari dukungan sosial. Definisi dukungan sosial sampai saat ini masih diperdebatkan bahkan menimbulkan kontradiksi. Dukungan sosial sering dikenal dengan istilah lain yaitu dukungan emosi yang berupa simpati, yang merupakan bukti kasih sayang, perhatian, dan keinginan untuk mendengarkan keluh kesah orang lain. Sejumlah orang lain yang potensial memberikan dukungan tersebut disebut sebagai Significant Other, misalnya sebagai seorang istri Significant Other nya adalah suami, anak, orang tua, mertua, dan saudara-saudara (Notoatmodjo, 2007).
Dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasehat, yang mana membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tentram. Dukungan tersebut berupa dorongan, motivasi, empati, ataupun bantuan yang dapat membuat individu yang lainnya merasa lebih tenang dan aman. Dukungan didapatkan dari keluarga yang terdiri dari suami, orang tua, ataupun keluarga dekat lainnya. Dukungan keluarga dapat mendatangkan rasa senang, rasa aman, rasa puas, rasa nyaman dan membuat orang yang bersangkutan merasa mendapat dukungan emosional yang akan mempengaruhi kesejahteraan jiwa manusia. Dukungan keluarga berkaitan dengan pembentukan keseimbangan mental dan kepuasan psikologis (Notoatmodjo, 2007).
Purnama (2010) menjelaskan bahwa dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
Dari hasil penelitian peneliti juga berasumsi bahwa petugas kesehatan memberikan penyuluhan secara jelas kepada lansia karena pelayanan kesehatan yang diberikan bisa memuaskan para lansia, dan j uga sikap yang ramah, dan sopan dari petugas kesehatan dapat membuat lansia menjadi senang.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran terhadap penelitian yang
sudah dilakukan, sehingga dapat diberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Ada hubungan antara pengetahuan lansia dengan pemanfaatan posyandu
lansia.
2. Ada hubungan antara pelayanan petugas kesehatan dengan pemanfaatan
posyandu lansia
3. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu
lansia.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat
memberikan saran sebagai berikut:
5. Bagi Dinas Kesehatan
Dapat menjadi bahan pertimbangan dan informasi bagi dinas kesehatan untuk
dapat digalakkan program posyandu lansia dengan baik.
6. Bagi Klien (Lansia)
Penelitian ini diharapkan lansia dapat mengetahui atau memahami masalah
yang terjadi pada lansia terutama kemampuannya dalam melakukan kegiatan
posyandu dan aktifitas kehidupan sehari – hari yang terjadi seiring dengan
bertambahnya usia, dengan demikian lansia dapat menyesuaikan diri dan
berusaha mencapai tingkat kemampuan seoptimal mungkin.
7. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan masukan mengenai gambaran kemandirian
lansia dalam kegiatan posyandu dan melakukan aktifitas kehidupan sehari-
hari, serta aplikasi lapangan bagi teori yang didapatkan.
8. Bagi Penulis
Agar dapat menambah pengalaman pembelajaran dibidang penelitian, dan
mengembangkan ilmu yang telah di pelajari selama perkuliahan.
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI DESA MON ARA UJONG RIMBA
KECAMATAN MUTIARA TIMUR KABUPATEN PIDIE TAHUN 2013
IDENTITAS RESPONDEN Petunjuk Pengisian Isilah identitas anda secara lengkap dengan menuliskan pada tempat yang tersedia 1. No. Responden : 2. Tanggal Wawancara : 3. Umur Responden : Pemanfaatan posyandu 1. Apakah anda selalu datang berkunjung pada saat posyandu lanjut usia yang
disediakan secara rutin setiap bulan? a. Ya b. Tidak
Petunjuk Pengisian Berilah tanda cheklis (X) pada setiap item pertanyaan yang paling tepat menurut
anda
A. Pengetahuan
1. Salah satu tujuan di selenggarakan posyandu lansia adalah: a. Kader kesehatan yang trampil dan berprestasi b. Meningkatkan jangkaun pelayanan kesehatan lansia di masyarakat c. Meningkatkan komunikasi petugas dan masyarakat d. Semua jawaban benar.
2. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada lanjut usia saat Posyandu yaitu: a. Pemeriksaanaktivitas harian dan status mental b. Memberikan obat-obatan supaya selalu sehat c. Memberikan pil penambah darah (tablet besi) d. Memberikan suntikan vitamin
3. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada aktifitas sehari-hari lansia saat Posyandu meliputi: a. Memberikan obat pencegah infeksi
b. Memberikan vitamin-vitamin c. Makan minum, mandi,berpakian, naik turun tempat tidur dan buang air
besar dan kecil d. Imunisasi dan Pemberian Makanan Tambahan
4. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada lansia saat Posyandu adalah: a. Penimbangan rutin dan tensi darah b. Memberikan vitamin penambah nafsu makan c. Memberikan obat untuk mencegah infeksi d. Semua salah
5. Bagi seorang lansia, mamfaat Posyandu lansia adalah: a. Tempat memeriksa kesehatan lansia secara teratur b. Bisa mengobati berbagai penyakit yang diderita lansia c. Mendapatkan pelayanan kesehatan serta pengobatan sederhana terhadap
masalah yang dialami lansia d. Lansia dapat bertemu dan berkumpul dengan sesama lansia
6. Tiga kegiatan Posyandu lansia terdiri dari: a. Pelayanan suntik, timbang berat badan, ukur tinggi badan b. Pelayanan imunisasi, gizi, penanggulangan diare c. Pelayanan kesehatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas d. Pelyanan lansia,penimbangan berat badan dan tinggi badan, penyuluhan
dan konseling gizi 7. Pelaksanaan pelayanan Posyandu lansia adalah:
a. Sebulan sekali b. Dua bulan sekali c. Tiga bulan sekali d. Enam bulan sekali
8. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni pada lansia bertujuan: a. Untuk mengetahui penyakit jantung b. Mendeteksi penyakit gula c. Mendeteksi penyakit kuning d. Pelayanan KB, imunisasi, pemberian vitamin A
9. Jika dalam kunjungan pemeriksaan di posyandu lansi di dapatkan kelainan-kelainan maka tindakan yang harus dilakukan: a. Pemberian obat-obatan b. istirahat c. rujuk ke puskesmas d. rujuk ke rumah sakit
10. Mamfaat Posyandu lansia bagi masyarakat adalah: a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan bagi lanjut usia tas kelainan-kelainan yang terjadi
b. Masyarakat tidak lagi manderita penyakit c. Sebagai tempat untuk berobat penyakit menahun d. Masyarakat tidak perlu lagi ke RS atau Puskesmas
B. Pelayanan petugas Kesehatan Berilah tanda cheklis (√) pada salah satu jawaban yang dianggap paling benar
menurut ibu, dengan ketentuan
Pilihlah jawaban yang tersedia yaitu :
No PERNYATAAN Alternatif jawaban
Ada Tidak
1. Tenaga kesehatan berperan secara aktif dalam kegiatan posyandu lansia
2. Petugas kesehtan yang menjalankan program posyandu senantiasa mau menghadiri pelaksanaan kegiatan posyandu setiap bulan
3. Petugas kesehatan memberikan perhatian penuh kepada lansia dalam kegiatan posyandu lansia
4. Petugas kesehatan selalu menyelesaikan tugas sesuai dengan jadwal dan waktu yang telah ditetapkan dalam kegiatan posyandu
5. Petugas kesehatan memiliki hubungan yang baik dengan lansia dalam kegiatan posyandu
6. Petugas kesehatan memberikan pelayanan dengan penuh kasih sayang terhadap lansia pada saat posyandu lansia
7. Petugas kesehatan selalu memberikan penjelasan yang membuat lansia merasa senang dan nyaman dalam kegiatan posyandu lansia
8. Petugas kesehatan memberikan semangat kepada lansia pada setiap kegiatan posyandu untuk selalu menghadiri kegiatan posyandu karena itu berdasrkan kemauan dari para lansia sendiri
9. Dalam setiap kegiatan posyandu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dengan tidak
membeda-bedakan para lansia
10 Kegiatan posyandu lansia selalu dilaksanakan secara teratur dan tidak membuat para lansia harus menunggu dalam waktu yang lama.
C. Dukungan Keluarga Berilah tanda cheklis (√) pada salah satu jawaban yang dianggap paling benar menurut ibu, dengan ketentuan Pilihlah jawaban yang tersedia yaitu :
No Pertanyaan Alternatif jawaban
Ada Tidak 1 Lansia perlu diantar oleh keluarga pada saat
kunjungan ke posyandu agar memberikan perasaan senang dan nyaman
2 Untuk memeriksa keadaan lansia tidak harus ditemani oleh keluarga, lansia dapat berjalan sendiri supaya lansia bersikap mandiri
3
Para lansia tidak perlu memeriksakan kesehatan ketempat lain apabila rutin ke posyandu lansia
4 Bila terjadi hal-hal yang menyangkut kesehatan lansia, maka yang harus dilakukan keluarga adalah segera membawa ibu kefasilitas kesehatan yang terdekat
5 Keluarga tidak perlu memantau pemenuhan gizi lansia karena sudah ada yang melakukan pengontrolan yaitu di posyandu lansia
6 keluarga boleh melarang lansia agar tidak melakukan kunjungan pada posyandu selama itu tidak bermanfaat bagi lansia
7
Jika terjadi bahaya pada lansia keluarga wajib menanyakan pada petugas kesehatan yang melaksanakan program posyandu atas pelayanan yang sudah di berikan.
8 Selama pelaksanaan posyandu ada hal-hal yang tidak berkenan dari keluarga atas pelayanan yang di berikan
9 Perasaan was-was dan merasa tidak di hargai oleh keluarga akibat itu lansia mau melakukan kunjungan posyandu
10 Lansia yang perawatan di rumah dilakukan dengan intensif tidak perlu melakukan kunjungan posyandu yang dilakukan di desa tiap bulan
KUNCI JAWABAN
Pengetahuan
1. A 2. A
3. D 4. A
5. C 6. D
7. A 8. B
9. A 10. A
11. A 12. B
13. A 14. B
15. C 16. D
17. C 18. C
19. D 20. B
Partisipasi Petugas Kesehatan
1. Ada 6. Tidak
2. Ada 7. Ada
3. Ada 8. Tidak
4. Ada 9. Ada
5. Tidak 10. Tidak
Dukungan Keluarga
1. Ada 6. Tidak
2. Tidak 7. Ada
3. Tidak 8. Tidak
4. Ada 9. Tidak
5. Tidak 10. Tidak
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, 2008, Gizi Dalam Daur Kehidupan, EGC, Jakarta. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.
Jakarta Budiarto, E. 2005. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Buku Kedokteran EGC, Jakarta Depkes RI, 2012. Menuju Tua Sehat, Mandiri Dan Produktif . Jakarta Effendy, 2008, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta. Fatma, 2008, Keperawatan Komunitas Upaya Memandirikan Masyarakat
Untuk Hidup Sehat, Trans Info Media, Jakarta
Hurlock, 2005, Psikologi Perkembangan, EGC, Jakarta.
Kartika, 2011, Konsep Dukungan Sosial, http://artidukungansosial. blogspot.com/, Dikutip Tanggal 3 Januari 2013.
Kemenkes RI, 2011, Pedoman Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, Jakarta. Komnas Lansia, 2010, Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia, Komnas
Lansia, Jakarta. Maryam, R. Siti, dkk, (2008) Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Jakarta :
Salemba Medika Murwani, 2010, Gerontik, Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Home Care
dan Komunitas, Fitramaya, Yogyakarta. Nobelina dan Alfi, 2011, Efikasi Diri, Dukungan Sosial Keluarga Dan Self
Regulated Learning, Jurnal Humanitas, Vol.8, No.1, Jakarta. Notoatmodjo, 2007. Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta. __________, 2005. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta, Rineka Cipta. ___________, 2007. Ilmu Promosi Kesehatan Dan Prilaku. Jakata, Rineka Cipta.
Pertiwi, 2010, Yandu Lansia, Jurdik Biologi FMIPA, Yogyakarta. Rumpin, 2010, Lansia Sehat, http://lppm.ugm.ac.id/sikib-ugm/rumpin_
hargotirto.yk, Dikutip tanggal 3 Januari 2013. Setiawan, 2010, Kemandirian Pada Lansia, http://stikeskabmalang.
wordpress.com, Dikutip tanggal 3 Januari 2013. Suparyanto, 2011, Konsep Dukungan, http://dr-suparyanto.blogspot.com
/2012/03/konsep-dukungan-keluarga.html, Dikutip Tanggal 16 Juni 2012. Sri Gati Setiti, Pelayanan Lanjut Usia Berbasis Kekerabatan (Studi Kasus Pada
Lima Wilayah Di Indonesia), Puslitbangkes, Jakarta, 2007 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Kesehatan Lansia (Pasal 138).
Wijayanti dkk, 2007, Hubungan Antara Dukungan Keluarga Melalui Interaksi
Sosial, Upaya Penyediaan Transportasi, Finansial dan Dukungan Dalam Menyiapkan Makanan Dengan Respon Kehilangan Pada Lansia, Jornal Of Nursing, Vol. 2 No.1, FKM-UI, Jakarta.