Post on 11-Aug-2015
TRANSISITOR
Transistor berasal dari kata transfer resistor. Piranti elektronik jenis ini dikembangkan oleh Berdeen, Schokley dan Brittam pada tahun 1948 di perusahaan elektronik Bell Telephone Laboratories. Penamaan ini berdasarkan pada prinsip kerjanya yakni mentransfer atau memindahkan arus.Sebuah transistor digambar dalam bentuk symbol :
Transistor memiliki 3 kaki, yakni: Basis ( B ), Collector ( C ) dan Emitor ( E ).
Kaki kolektor pada transistor NPN selalu berada pada kutub positip, sedang kaki kolektor pada transistor PNP selalu pada kutub negatif. Sebuah transistor selalu diberikan kode – kode tertentu sesuai dengan pabrik pembuatnya maupun fungsi transistor.Huruf pertama menyatakan bahan semikonduktor yang digunakan untuk membuat transistor.A = Germanium B = Silicon C = Arsenida Galium D = Antimonida Indium R = Sulfida CadmiumHuruf kedua menyatakan fungsi penerapannya pada rangkaian elektronika.A = dioda detector, dioda pencampur , dioda kecepatan tinggi.B = dioda kapasitas variableC = transistor frekuensi renadahD = transistor daya frekuensi rendahE = dioda terobosanF = transistor frekuensi radio, bukan dayaG = macam ragam keperluan ( multiperpose )L = transistor daya frekuensi rendahN = kopling fotoP = dioda radiasi seperti dioda foto, transistor fotoQ = generator radiasi seperti LEDR = piranti kemudi dan saklar seperti TRIACS = transistor sakalr daya rendahT = piranti kemudi dan switching seperti TRIACU = transistor saklar daya tinggiX = dioda penggandaY = penyearah,dioda efisiensi atau penyondol (booster)Z = dioda Zener, pengatur ( regulator )Huruf atau angka yang lain menyatakan nomor seri.Untuk transistor buatan Amerika kode yang biasa digunakan adalah :
1N , 2N , dlsb. Sedang buatan Jepang menggunakan kode : 2SA , 2SB , 2SC.Secara phisik bentuk sebuah transistor seperti gambar di bawah ini :
Dalam rangkaian elektronika transistor banyak digunakan sebagai penguat , penyearah, pencampur, oscillator, saklar elektronik dll.
Sebagai penguat transistor digunakan untuk menguatkan tegangan, arus serta daya, baik bagi arus bolak – balik maupun searah.
Sebagai penyearah, transistor digunakan untuk mengubah tegangan bolak – balik menjadi tegangan searah.
Sebagai pencampur, transistor digunakan untuk mencampur dua macam tegangan bolak – balik atau lebih yang mempunyai frekuensi berbeda.
Sebagai oscillator,transistor digunakan untuk membangkitkan getaran – getran listrik.
Sebagai saklar elektronik, transistor digunakan untuk menyambung putuskan rangkaian elektronika.
Pengujian TransistorPada dasarnya transistor merupakan dua dioda yang dipertemukan, sehingga cara pengujian transistor hampir sama dengan pengujian dioda. Pengujian transistor dibedakan menjadi dua, yakni jenis NPN dan jenis PNP.Berikut ini diberikan table tentang hasil pengujian transistor yang dinyatakan baik.
Adapun langkah – langkah pengujian transistror NPN adalah : Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan .
Mengarahkan saklar jangkah pada posisi ohm, misal pada posisi X1. Menempelkan colok hitam pada kaki Basis ( B ) dan colok merah pada kaki
Emiter ( E ). Apabila jarum penunjuk bergerak maka transistor dinyatakan baik. Selanjutnya memindahkan colok merah pada kaki Kolektor ( C ). Apabila jarum penunjuk bergerak maka transistor juga dinyatakan baik. Sedang apabila dalam pengujian transistor jarum penunjuk tidak bergerak maka
transistor dinyatakan rusak Selanjutnya apabila pengujian dibalik, yakni colok merah pada kaki Basis ( B ),
sedang kaki Emiter ( E ) dan kaki Kolektor ( C ) dihubungkan dengan colok hitam secara bergantian, maka jika jarum penunjuk bergerak, transistor dinyatakan rusak, kemungkinan bocor.
Kembalikan perlengkapan pengujian pada tempat semula.
Langkah – langkah pengujian transistor PNP Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan . Mengarahkan saklar jangkah pada posisi ohm, misal pada posisi X1. Menempelkan colok merah pada kaki Basis ( B ) dan colok hitam pada kaki
Emiter ( E ). Apabila jarum penunjuk bergerak maka transistor dinyatakan baik. Setelah itu memindahkan colok hitam pada kaki Kolektor ( C ). Jika jarum bergerak maka transistor dinyatakan baik.Jika dalam pengujian meter
tidak bergerak sama sekali, maka transistor dinyatakan rusak / putus. Kemudian jika pengujian dibalik yakni colok hitam pada kaki Basis ( B) sedang
kaki Emiter ( E ) dan Kolektor ( C ) dihubungkan dengan colok merah secara bergantian, maka jika jarum bergerak, transistor dinyatakan rusak.
Apabila jarum bergerak menunjukkan nilai ohm yang rendah, maka dapat dipastikan bahwa transistor dalam kondisi bocor.
Rapikan kembali perlengkapan pengujian
Pengujian diatas berlaku bagi transistor yang terbuat dari bahan Germanium maupun bahan Silicon.Jika transistor terbuat dari bahan Germanium maka saklar jangkah ukur diarahkan pada posisi x 10. Namun jika terbuat dari bahan Silicon, saklar jangkah diarahkan keposisi x 1K.Menentukan jenis transistor silicon atau germanium
Tempatkan ohm meter pada posisi X1K Ukur antara kaki kolektor dan emitor, jika jarum penunjuk bergerak arah bolak –
balik artinya transistor germanium ( Ge ) namun jika tidak bergerak artinya transistor silikon ( Si ).
Menentukan transistor germanium ( Ge )
Menentukan transistor silicon ( Si )
Kerusakan – kerusakan yang sering terjadi pada transistor: Adanya pemutusan hubungan dari rangkaian elektronik. Terjadinya konseleting/ hubung singkat antar elektroda transistor. Terjadi kebocoran diantara electrode – electrode transistor.
Adapun penyebab terjadinya kerusakan pada sebuah transistor adalah: Penanganan yang tidak tepat saat pemasangan pad rangkaian. Transistor terlalu panas karena suhunya melebihi batas maksimal kemampuannya.
Bagi transistor dari bahan Germanium suhu maksimal ± 750C sedang transistor Silicon suhu maksimal mencapai ± 1500C.
Kesalahan pengukuran. Pemasangan yang salah pada rangkaian.
2. Kapasitor
Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat
menyimpan muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2
lembar plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik.
Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum,
keramik, gelas, dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi
tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul
pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama
muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi.
Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan
sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup positif,
karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan
elektrik ini "tersimpan" selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung
kakinya. Di alam bebas, fenomena kapasitor ini terjadi pada saat
terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif di awan.
Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu
kapasitor untuk dapat menampung muatan elektron. Coulombs pada
abad 18 menghitung bahwa 1 coulomb = 6.25 x 1018 elektron.
Kemudian Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah
kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan
tegangan 1 volt dapat memuat muatan elektron sebanyak 1
coulombs. Dengan rumus dapat ditulis :
Q = CV
Dengan asumsi :
Q = muatan elektron C (Coulomb)
C = nilai kapasitans dalam F (Farad)
V = tinggi tegangan dalam V (Volt)
Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung
dengan mengetahui luas area plat metal (A), jarak (t) antara kedua
plat metal (tebal dielektrik) dan konstanta (k) bahan dielektrik.
Dengan rumusan dapat ditulis sebagai berikut :
C = (8.85 x 10^-12) (k A/t)
Jenis kapasitor yang banyak dijual di pasaran
Tantalum Capacitor
Gambar 2.5 Tantalum Capacitor
Merupakan jenis electrolytic capacitor yang elektrodenya
terbuat dari material tantalum. Komponen ini memiliki polaritas,
cara membedakannya dengan mencari tanda + yang ada pada
tubuh kapasitor, tanda ini menyatakan bahwa pin di bawahnya
memiliki polaritas positif. Diharapkan berhati–hati di dalam
pemasangan komponen karena tidak boleh terbalik. Karakteristik
temperatur dan frekuensi lebih bagus daripada electrolytic
capacitor yang terbuat dari bahan alumunium.
Ceramic Capacitor
Gambar 2.6 Ceramic Capacitor
Kapasitor menggunakan bahan titanium acid barium untuk
dielektrik- nya. Karena tidak dikonstruksi seperti koil maka
komponen ini dapat digunakan pada rangkaian frekuensi tinggi.
Karakteristik respons frekuensi sangat perlu diperhitungkan
terutama jika kapasitor bekerja pada frekuensi tinggi. Untuk
perhitungan- perhitungan respons frekuensi dikenal juga satuan
faktor qualitas Q (quality factor) yang tak lain sama dengan 1/DF.
Biasanya digunakan untuk melewatkan sinyal frekuensi tinggi
menuju ke ground. Kapasitor ini tidak baik digunakan untuk
rangkaian analog, karena dapat mengubah bentuk sinyal. Jenis ini
tidak mempunyai polaritas dan hanya tersedia dengan nilai
kapasitor yang sangat kecil.
Electrolytic Capacitor
Gambar 2.7 Electrolytic Capacitor
Kelompok kapasitor electrolytic terdiri atas kapasitor-kapasitor
yang bahan dielektriknya adalah lapisan metal-oksida. Elektrode
kapasitor ini terbuat alumunium yang menggunakan membran
oksidasi yang tipis. Umumnya kapasitor yang termasuk kelompok ini
adalah kapasitor polar dengan tanda + dan - di badannya. Dari
karakteristik tersebut, pengguna harus berhati–hati di dalam
pemasangannya pada rangkaian, jangan sampai terbalik. Bila
polaritasnya terbalik maka akan menjadi rusak bahkan “MELEDAK”.
Untuk mendapatkan permukaan yang luas, bahan plat Aluminium ini
biasanya digulung radial. Sehingga dengan cara itu dapat diperoleh
kapasitor yang kapasitansnya besar.Biasanya jenis kapasitor ini
digunakan pada rangkaian power supply, low pass filter, dan
rangkaian pewaktu. Kapasitor ini tidak bisa digunakan pada
rangkaian frekuensi tinggi. Biasanya tegangan kerja dari kapasitor
dihitung dengan cara mengalikan tegangan catu daya dengan 2.
Misalnya kapasitor akan diberikan catu daya dengan tegangan 5
volt, berarti kapasitor yang dipilih harus memiliki tegangan kerja
minimum 2 x 5 =10 volt.
Multilayer Ceramic Capacitor
Gambar 2.8 Multilayer Ceramic Capacitor
Bahan material untuk kapasitor ini sama dengan jenis
kapasitor keramik, bedanya terdapat pada jumlah lapisan yang
menyusun dielektriknya. Pada jenis ini dielektriknya disusun dengan
banyak lapisan atau biasanya disebut dengan layer dengan
ketebalan 10 sampai dengan 20 µm dan pelat elektrodenya dibuat
dari logam yang murni. Selain itu ukurannya kecil dan memiliki
karakteristik suhu yang lebih bagus daripada kapasitor keramik,
biasanya jenis ini baik digunakan untuk aplikasi atau melewatkan
frekuensi tinggi menuju tanah.
Polyester Film Capacitor
Gambar 2.9 Polyester Film Capacitor
Dielektrik pada kapasitor ini terbuat dengan polyester film.
Mempunyai karakteristik suhu yang lebih bagus dari pada semua
jenis kapasitor di atas. Dapat digunakan untuk frekuensi tinggi.
Biasanya jenis ini digunakan untuk rangkaian yang menggunakan
frekuensi tinggi, dan rangkaian analog. Kapasitor ini biasanya
disebut mylar dan mempunyai toleransi sebesar ±5% sampai ±10%.
Polypropylene Capacitor
Gambar 2.10 Polypropylene Capacitor
Kapasitor disamping memiliki nilai toleransi yang lebih tinggi
daripada polyester film capacitor. Pada umumnya nilai kapasitansi
dari komponen ini tidak akan berubah apabila dirancang di
suatu sistem bila frekuensi yang melaluinya lebih kecil atau sama
dengan 100kHz. Pada gambar diatas ditunjukkan kapasitor
polypropylene dengan toleransi ±1%. Tipe kapasitor jenis ini juga
masih dalam pengembangan untuk mendapatkan kapasitansi yang
besar namun kecil dan ringan, misalnya untuk applikasi mobil
elektrik.
Kapasitor Mika
Gambar 2.11 Kapasitor Mika
Jenis ini menggunakan mika sebagai bahan dielektriknya.
Kapasitor mika mempunyai tingkat kestabilan yang tinggi, karena
koefisien temperaturnya rendah. Karena frekuensi
karakteristiknya sangat bagus, biasanya kapasitor ini digunakan
untuk rangkaian resonans, filter untuk frekuensi tinggi dan
rangkaian yang menggunakan tegangan tinggi misalnya: radio
pemancar yang menggunakan tabung transistor. Kapasitor mika
tidak mempunyai nilai kapasitansi yang tinggi, dan harganya juga
relatif tinggi.
Polystyrene Film Capacitor
Gambar 2.12 Polystyrene Film Capacitor
Dielektrik kapasitor ini adalah polystyrene film . Tipe ini tidak
bisa digunakan untuk aplikasi yang menggunakan frekuensi tinggi,
karena konstruksinya yang sama seperti kapasitor elektrolit yaitu
seperti koil. Kapasitor ini baik untuk aplikasi pewaktu dan filter yang
menggunakan frekuensi beberapa ratus kHz. Komponen ini
mempunyai 2 warna untuk elektrodenya, yaitu: merah dan abu–
abu. Untuk yang merah elektrodenya terbuat dari tembaga
sedangkan warna abu–abu terbuat dari kertas aluminium.
Electric Double Capacitor (Super Capacitor)
Gambar 2.13 Electric Double Capacitor
Jenis kapasitor ini bahan dielektriknya sama dengan
kapasitor elektrolit. Namun bedanya adalah ukuran kapasitornya
lebih besar dibandingkan kapasitor elektrolit yang telah dijelaskan
di atas. Biasanya mempunyai satuan F. Kapasitor ini mempunyai
batas tegangan yang besar. Karena mempunyai batas tegangan dan
bentuk yang lebih besar dari kapasitor yang lain maka kapasitor ini
disebut juga super capasitor Gambar bentuk fisiknya dapat dilihat
di atas, pada Gambar 2.13 tersebut kapasitornya memiliki
ukuran 0,47F. Kapasitor ini biasanya digunakan untuk rangkaian
power supply.
Trimmer Capacitor
Gambar 2.14 Trimmer Capacitor
Kapasitor jenis disamping menggunakan keramik atau
plastik sebagai bahan dielektriknya. Nilai dari kapasitor dapat
diubah–ubah dengan cara memutar sekrup yang berada
diatasnya. Didalam pemutaran diharapkan menggunakan obeng
yang khusus, agar tidak menimbulkan efek kapasitans antara
obeng dengan tangan
Tuning Capacitor
Gambar 2.15 Tuning Capacitor
Kapasitor ini dinegara Jepang disebut sebagai “Varicons”,
biasanya banyak sekali digunakan sebagai pemilih gelombang pada
radio. Jenis dielektriknya meng- gunakan udara. Nilai kapasitansinya
dapat diubah dengan cara memutar gagang yang terdapat pada
badan kapasitor kekanan atau kekiri.
Nilai
Untuk mencari nilai dari kapasitor biasanya dilakukan
dengan melihat angka atau kode yang tertera pada badan
kapasitor tersebut. Untuk kapasitor jenis elektrolit memang
mudah, karena nilai kapasitansnya telah tertera dengan jelas
pada tubuhnya. Sedangkan untuk kapasitor keramik dan
beberapa jenis yang lain nilainya dikodekan. Biasanya kode
tersebut terdiri atas 4 digit, dengan 3 digit pertama merupakan
angka dan digit terakhir berupa huruf yang menyatakan
toleransinya.
3.DIODA
Dioda adalah Komponen Pasif Linear yang memiliki dua elektroda, yaitu Anoda = A dan Katoda = K D
Arus Forward Dioda Silikon mulai stabil setelah tegangan mencapai ≥ 0.7 Volt DC.
Gambar 129 : Karakteristik Dioda
ArusForward Dioda Germanium mulai stabil setelah tegangan mencapai ≥ 0.3 Volt DC. Anoda > + dari Katoda.
2). Dioda Penyearah / Rectifier : adalah Dioda yang pemakaiannya untuk menyearahkan arus AC menjadi arus DC.
Gambar 130 : Rangkaian Penyearah Brigde dan Dioda Brigde
Gambar 131 : Beberapa Contoh Dioda Brigde
a). Sistem penyearahan dari AC ke DC setengah Gelombang :
V DC
VP VS AC 220 s VS 12 V rms Gambar 132 : Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang V2 P = 12 V / 0.707 = 16.97 V V DC = 0.318 . 16.97 Volt = 5.39 Volt.
16.97 V 5.39
Gambar 133 : Arus Output Dioda
b). Sistem penyearahan dari AC ke DC Gelombang Penuh: (1) Untuk jenis Trafo CT.
VP VS AC 220 rms VS 12 V
Gambar 134 : Penyearah Gelombang Penuh Trafo CT.
(2). Untuk Trafo Engkel.
VP. 220 VS .12 Volt Volt Rms rms Gambar 135 : Penyearah Gelombang Penuh Trafo Engkel.
V2 P = 12 V / 0.707 = 16.97 V 16.97 V
10.79 V V DC = 0.636 . 16.97 Volt = 5.39 Volt. Gambar 136 : Arus Dioda
Rectifier diodes (large current)
Gambar 137 : Dioda Rectifier Tabel 15 : Tipe, Arus dan tegangan
3). Diode zener dapat dijelaskan batas ratingnya, dan kegunaannya pada regulator tegangan searah;
A K
ZD
Fisik Dioda Zener 4V7 Simbol Dioda Zener
Gambar 138 : Simbol Zener, Zener dan Zener dalam
Rangkaian V Out = V ZD
Zener selalu di operasikan pada daerah Breakdown Voltage, dan pemasangannya pada posisi reverse Bias, untuk memperoleh tegangan konstan sebesar tegangan pada Dioda Zener
Type Diode
Maximum
Current
Maximum
ReverseVoltage
1N4001 1A 50V
1N4002 1A 100V
1N4007 1A 1000V
1N5401 3A 100V
1N5408 3A 1000V
Kerena pemakaiannya yang demikian, maka Dioda Zener berfungsi untuk menjaga kesetabilan tegangan Output dengan nilai yang konstan. Untuk itu Zener dipakai sebagai regulator Fixed Voltage.
4). Diode detector dapat dijelaskan fungsinya pada pendeteksi sinyal modulasi;
Dioda Detector, pemakaiannya untuk memperoleh sinyal modulasi pada rangkaian penguat IF pada penerima Radio AM, yang selanjutnya diperoleh sinyal Audio untuk dikuatkan dalam penguat akhir Audio Frekuensi.
D 1 = Dioda Detektor, dioperasikan sebagai pendeteksi sinyal Frekuensi Modulasi, untuk sinyal AM berbentuk Double Side, akan diperoleh Sinyal Single Side.Setelah dideteksi, sinyal frekuensi cariernya akan di filter oleh C, sehingga diperoleh sinyal Audio murni diperkuat pada rangkaian Audio Frekuensi Amplifier.
Gambar 139 : Dioda Detector
SIMBOL VARACTOR ECG 610 – ECG 614
Gambar 140 : Simbol Varactor.
Varactor disebut juga Kapasitansi yang diatur tegangan, Varicap, Epicap dan Dioda tertala (tuning Diode). Dioda Varactor banyak dipakai pada pesawat penerima TV, Penerima Radio FM dan peralatan komunikasi yang menggunakan frekuensi tinggi.
Prinsip kerja pada Dioda Varactor, lapisan pengosongan (Depletion Layer) diantara Junction P dan N terdapat Kapasitansi transisi atau disebut juga Kapasitansi Pengosongan yaitu antara kapasitansi barier dan kapasitansi persambungan.
Semakin besarnya tegangan yang diumpankan pada Varaktor akan memperkecil nilai Kapasitansi transisi, hal ini diakibatkan seolah-olah melebarnya depletion layer atau memperjauh jarak lempengan-lempengan pembentuk kapasitor didalam dioda tersebut. Oleh karena itu Varaktor adalah Dioda yang nilai kapasitansinya dikendalikan oleh tegangan.
Rangkaian persamaannya/ ekivalen dapat di umpamakan seperti :
CT
V
Gambar 141 : Persamaan Varactor dan Karakteristik
Nilai Kapasitansi transisi berubah linear terhadap perubahan tegangan reverse pada dioda, perubahan nilai kapasitansi ini bias mengubah nilai frekuensi yang melaluinya.
Bila Dioda Varactor di parallel dengan Inductor :
Maka bila dalam rangkaian tersebut akan berfungsi sebagai penala dengan frekuensi resonansi
1Fr =
2. π.√ L.C
Gambar 142 : Varactor Diparalel Induktor Beberapa Contoh Dioda Varactor berikut nilai Kapasitansi,
perubahannya terhadap tegangan :
No Spesifikasi Perubahan tegangan
Perbandingan
Nilai Kapasitansi
1 IN 5142 -4 V s.d – 60 V
3 : 1 15 pF – 5 pF
2 ECG 610 4 V s.d 30 V 3 : 2 6.8 pF- 2.7 pF
3 ECG 612 4 V s.d 30 V 4 : 1 12 pF – 2.9 pF
4 ECG 613 4 V s.d 30 V 7 : 1 22 pF – 2.9 pF
Tabel 16 : Perubahan Kapasitas terhadap Tegangan pada Varactor
c. Rangkuman 7
1). Dioda adalah Komponen pasif linear yang dibuat dari bahan setengah penghantar/semi konduktor (PN Junctin), memiliki dua elektroda Anoda dan Katoda.
2). Dioda dalam pemakaiannya sebagai alat penyearah arus AC ke DC dinamakan dioda Rectifier/penyearah.
3). Dioda dalam pemakaiannya dioperasikan daerah kerja Breakdown Voltage dan fungsinya sebagai penyetabil tegangan dinamakan Dioda Zener.
5). Dioda dalam pemakaiannya sebagai pendeteksi frekuensi modulasi untuk mendapatkan audio frekuensi dinamakan Dioda Detektor.
6). Dioda dalam pemakaiannya sebagai operasional perubahan nilai kapasitas dari variabel tegangan dinamakan Dioda Varaktor.
7). Dalam penyearahan dengan satu buah dioda dinamakan penyearahan setengah gelombang/Half Wave Rectifier.
8). Dalam penyearahan dengan dua atau empat buah dioda dinamakan penyearahan gelombang penuh /Full Wave Rectifier.
9). Tegangan DC yang dihasilkan penyearahan setengan gelombang besarnya VO = 0. 318 x V Max Input Dioda.
10). Penyearahan dengan sistem gelombang penuh tegangan DC yang dihasilkan besarnya VO = o. 636 x V max Input Dioda.
11). Penyetabilan tegangan dengan Dioda Zener, besarnya VO = VZD.12). Dioda Detektor dipakai sebagai alat deteksi gelombang modulasi untuk
memperoleh sinyal Audio/Video dalam sistem komunikasi Audio-Video.
13). Besarnya frekuensi resonansi pada Dioda Varaktor yang di paralel dengan Induktor
1Fr =
2. π.√ L.C14). Disamping beberapa jenis Dioda yang sudah dipelajari
masih ada beberapa jenis yang lain yaitu : Dioda Tunel; Dioda Varistor; Dioda Schottky; Dioda LED
d. Tugas 7
1). Tugas anda carilah karakteristik :
a). Dioda Tunel b). Dioda Varistor
c). Dioda Schottky d). Dioda LED
2). Masing-masing Dioda tersebut sebagai alat apa dalam pemakaian di
pesawat/rangkaian elektronik?
e. Tes formatif 7
1). Berapa besar tegangan kerja/Forward bias Dioda Silikon ? 2). Berapa besar tegangan kerja/Forward bias Dioda
Germanium ?
3). Berapakah Tegangan DC untuk penyearah setengan Gelombang, bila diketahui besarnya tegangan input pada Dioda 12 Volt rms.
4). Berapakah Tegangan DC untuk penyearah Gelombang penuh, bila diketahui besarnya tegangan input pada Dioda 18 Volt rms.
5). Berapakah Tegangan DC yang dihasilkan untuk penyetabilan dengan Dioda Zener type BZX 55C 6V8 ?
6). Berikan beberapa contoh ukuran Dioda Detektor ! 7). Sebutkan salah satu kegunaan Varaktor ! 8). Sebutkan beberapa ukuran Dioda Zener ! 9). Sebutkan beberapa contoh ukuran Dioda Varaktor ! 10). Sebutkan beberapa contoh ukuran Dioda Rectifier !
f. Kunci jawaban Tes formatif 7
1). Besarnya tegangan kerja Forward Bias pada Dioda Silikon antara 0.6 Volt sampai dengan 0.8 Volt, umumnya diambil rata-rata 0.7 Volt.
2). Besarnya tegangan kerja Forward Bias pada Dioda Germanium antara 0.2 Volt sampai dengan 0.4 Volt, umumnya diambil rata-rata 0.3 Volt.
3). V max = V rms/0.707 = 12 V / 0.707
= 16.97 V V DC = 0.318 . V max = 0.318.16.97 Volt
= 5,4 Volt
4). V max = V rms/0.707 = 18 V / 0.707
= 25.46 V
V DC = 0.636 . V max = 0.636.25.46 Volt
= 16.2 Volt
5). VDC = 6.8 Volt pada suhu maksimal 550 C.6). Beberapa contoh ukuran Dioda Detektor :
a). ECG 114 dipakai pada detektor Horizontal TV b). ECG 120 dipakai detektor warna pada TV c). ECG 177 dipakai detektor Audio. d). IN 4148 dipakai detektor pada Radio penerima.
7). Antara lain untuk osilator lokal dari perubahan operasi tegangan.
8). Beberapa contoh ukuran Zener :
a). IN 4733 b). SML 4738 c). BZX 79C 18 d). BZV 49-C 8V2
9). Beberapa contoh ukuran VARACTOR :
a). ECG 10 b). ECG 11 c). ECG 12 d). ECG 14
10). Beberapa contoh Dioda Rectifier :
a). IN 4002 b). IN 5401 c). IN 5408 d). BYM 10-100
g. Lembar kerja 7 : Dioda
1). Alat Bahan :
a). Dioda IN 4002 2 Buah
b). Dioda Zener BZX 55C 6V2 1 Buah c). Resistor ( 2 K Ohm; 10 K Ohm) masing-masing 1 Buah d). Catudaya teregulasi DC 0-12 Volt 1 Unit
e). Multemeter Digital 1 Unitf). Function Generator 1 Unitg). Oscilloscope 20 MHz Dual Trace 1 Unith). Project Board 1 Buahi). Kabel secukupnya
2). Gambar rangkaian :3). Atur Tegangan Sumber sesuai tabel !
ID V D
Gambar 143 : Uji Coba Karakteristik Dioda Tabel 17 : Arus-Tegangan Dioda
4). Ukur arus Dioda (ID), untuk masing-masing tegangan, isikan kedalam tabel !
5). Ukur tegangan drop pada Dioda masing-masing langkah, isi tabel !
6). Lepaskan Catudaya teregulasi, gantikan dengan Function Generator seperti gambar berikut !
No VS ID VD1 0.2 ......... .........2 0.8 ........ ........3 1 ......... .........4 4 .......... ..........5 6 .......... ..........6 10 ........... ...........
Gambar 144 : Melihat Arus Dioda dengan Oscilloscope7). Atur Output Function 1 KHz 6 Vp-p Sinus, amati V Out
Dioda dengan Oschilloscope dan Gambar V Out !
VOut
t Gambar 145 : Grafik Tegangan Output Dioda
8). Rubah Rangkaian kedalam Gambar Berikut ! 9). Lakukan langkah-langkah sesuai tabel, ukur V Out dengan
multimeter dan isikan hasilnya kedalam tabel !
V OutNo VS V Out1 2 V .............2 4 V .............3 8 V .............4 9 V .............5 10 V .............
Gambar 146 : Percobaan Zener Tabel 18 : V-Zener
10). Gantikan R 10 K Ohm dengan R 2 K Ohm, lakukan langkah yang sama seperti diatas catat tegangan output masing-masing !
11). Apakah diperoleh tegangan Output yang sama nilai R berbeda ?
12). Simpulkan mengapa demikian ?
Function 1 KHz 6 Vp-p
Oscilloscope