Post on 02-Jan-2022
EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
GAGAL JANTUNG
TESIS
Oleh
SEPTIAN SEBAYANG
137046017/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
EFEKTIVITAS MODEL CARING TERHADAP KUALITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
GAGAL JANTUNG
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep)
dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi Keperawatan Medikal Bedah
pada Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Oleh
SEPTIAN SEBAYANG
137046017 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
Telah diuji
Pada tanggal: 10 Februari 2016
KOMISI PENGUJI TESIS
Ketua : Dewi Elizadiani Suza, S.Kp., MNS., Ph.D
Anggota : 1. Rosina Tarigan, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB
2. Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp. PD.KKV, Sp. JP
3. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp., MNS
i
Judul Tesis :Efektivitas Model Caring terhadap Kualitas Asuhan
Keperawatan pada Pasien Gagal Jantung
Nama Mahasiswa : Septian Sebayang
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah
Tahun : 2016
ABSTRAK
Gagal jantung masih menjadi permasalahan dunia karena tingginya angka
morbiditas, mortalitas, hospitalisasi, dan disabilitas. Keperawatan adalah suatu
bidang profesional yang dapat menjadi perkembangan konsep caring. Tujuan
penelitian ini adalah menguji model caring terhadap kualitas asuhan keperawatan
pada pasien gagal jantung. Desain penelitian ini adalah Quasi-eksperimen. Total
sampel pasien dalam penelitian ini adalah 64 pasien gagal jantung, tiga puluh dua
responden kelompok intervensi dan tiga puluh dua responden pada kelompok
kontrol. Total subjek perawat dalam penelitian ini adalah 16 perawat, delapan
responden kelompok intervensi dan delapan responden kelompok kontrol.
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, Medan.
Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, analisa data dengan
menggunakan Independent t-test. Hasil mean kualitas asuhan keperawatan yang
diukur dengan GNCS pada kelompok intervensi sebesar 4.15 dan pada kelompok
ii
kontrol sebesar 4.10. Hasil Independent t-test pada kualitas asuhan keperawatan
antara kelompok intervensi dan kontrol menunjukkan t=-2.26, dengan nilai
p=0.02. Penelitian ini menunjukkan ada perbedaan kualitas asuhan keperawatan
antara kelompok intervensi dan kontrol. Hasil penelitian ini merekomendasikan
kepada perawat dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan
menerapkan model caring tersebut.
Kata kunci: caring, gagal jantung, kualitas asuhan keperawatan
iii
Title of the Thesis : Effectiveness of Caring Model on Quality of Nursing Care
in Heart Failure Patients
Name of Student : Septian Sebayang
Study Program : Master in Nursing Science
Field of Specialization : Medical Surgical Nursing
Academic Year : 2016
ABSTRACT
Heart failure has become the world’s problem due high rate of morbidity, mortality,
hospitalization, and disability. Nursing is a professional field which can become
caring concepts development. The objective of the research was to examine caring
model on quality of nursing care in heart failure patients. The research used quasi-
experiment method. It was conducted at RSUP Haji Adam Malik, Medan. The
sampels were 64 patients as respondent that consisted of 32 respondents in the
intervention group and the other 32 respondents in the control group, taken by using
purposive sampling technique. The subjects of the research were 16 nurses that
consisted of 8 nurses in the intervention group and the other 8 nurses in the control
group. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by using
independent t-test. The result of the mean quality of nursing care, measured by
using GNCS, in the intervention group was 4.15 and in the control group was 4.10.
The result of independent t-test showed that quality of nursing care between the
intervention group and the control group was t=-2.26 and p=0.02 which indicated
that there was the discrepancy in quality of nursing care between the intervention
iv
group and the control group. It is recommended that nurses increase quality of
nursing care by applying caring model.
Keywords: caring, heart failure, quality of nursing care
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan, karena dengan berkah
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Efektivitas Model
Caring terhadap Kualitas Asuhan Keperawatan pada Pasien Gagal Jantung”,
disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister
Keperawatan di Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak akan
dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu,
saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU) beserta
jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk
melanjutkan studi ke jenjang Magister Keperawatan.
2. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Achmad Fathi, S.Kep., Ns., MNS selaku Sekretaris Ketua Program Studi
Magister Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Dewi Elizadiani Suza, S.Kp., MNS., Ph.D selaku dosen pembimbing I tesis.
5. Rosina Tarigan, S.Kp., M.Kep., Sp. KMB selaku dosen pembimbing II tesis.
6. Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp. PD.KKV, Sp. JP selaku dosen penguji I tesis.
7. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp., MNS, CWCCA, CHt.N selaku dosen
penguji II tesis.
vi
8. Sabarina Sitepu, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Kepala Pelayanan Keperawatan
Instalasi Jantung Terpadu RSUP H. Adam Malik Medan yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk mendapatkan data penelitian di
tempat tersebut.
Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini dan harapan
penulis semoga tesis ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya
profesi keperawatan.
Medan, 10 Februari 2016
Penulis
Septian Sebayang
vii
RIWAYAT HIDUP
Nama : Septian Sebayang
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 10 September 1989
Alamat : Jl. Sei Batang Hari No. 176 Kel. Sei Sikambing B
Kec. Medan Sunggal Medan
No. Telepon / HP : 085297214499
Email : septiansebayang716@gmail.com
Riwayat Pendidikan:
Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus
SD SD Santo Thomas 2 Medan 2001
SMP SMP Negeri 1 Medan 2004
SMA SMA Negeri 15 Medan 2007
Sarjana Keperawatan
(S.Kep)
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
2011
Pendidikan Profesi
(Ners)
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
2012
Magister Keperawatan
(M.Kep)
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
2016
viii
Kegiatan Akademik Selama Studi:
Panitia pada acara “Seminar Riset Kesehatan yang Berlandaskan Etika”, 06
November 2013, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Peserta pada acara Seminar “Utilitasi Metodologi Kuantitatif dan Kualitatif dalam
Riset Keperawatan dan Kesehatan” dan Workshop “Computer Assisted
Qualitative Data Analysis Software (CAQDAS)”, 07 Desember 2013,
Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara.
Peserta pada acara Seminar Nasional Keperawatan yang diselenggarakan dalam
rangka Dies Natalis Ke-5 Fakultas Keperawatan USU, 15 April 2015,
Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara.
ix
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK .................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR SKEMA ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Permasalahan ............................................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7
1.4. Hipotesis .................................................................................... 8
1.5. Manfaat Penelitian...................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. . 9 2.1 Gagal Jantung............................................................................. 9
2.2. Kualitas Asuhan Keperawatan ................................................. 12
2.3. Landasan Teori ......................................................................... 17
2.4. Kerangka Konsep ..................................................................... 26
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................... 29 3.1. Jenis Penelitian ........................................................................ 29
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 30
3.3. Populasi dan Sampel ................................................................ 30
3.4. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 32
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ........................................... 33
3.6. Metode Pengukuran ................................................................. 35
3.7. Metode Analisis Data ............................................................... 38
3.8. Pertimbangan Etik .................................................................... 42
BAB 4 HASIL PENELITIAN ..................................................................... 44
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................................... 44
4.2. Data Demografi ........................................................................ 45
4.3. Post test Caring Behavior Inventory (CBI) dan Good Nursing
Care Scale (GNCS) ................................................................... 47
4.4. Hasil Analisis ........................................................................... 48
x
BAB 5 PEMBAHASAN .............................................................................. 50
5.1. Karakteristik Responden .......................................................... 50
5.2. Pengembangan Model Caring .................................................. 54
5.3. Efektivitas Model Caring terhadap Kualitas Asuhan
Keperawatan ............................................................................ 59
5.4. Kekuatan dan Keterbatasan Penelitian...................................... 60
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 61
6.1. Kesimpulan .............................................................................. 61
6.2. Saran ........................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 64
LAMPIRAN .................................................................................................. 70
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Design Two Groups Post-Test Only .......................................... 30
Tabel 3.2 Distribusi Nilai Normal Perilaku Caring Perawat......................... 41
Tabel 3.3 Distribusi Nilai Normal Kualitas Asuhan Keperawatan ............... 41
Tabel 3.4 Distribusi Nilai Homogenitas Perilaku Caring dan
Kualitas Asuhan Keperawatan ..................................................... 41
Tabel 3.5 Proses Pengumpulan Data ............................................................ 43
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Pasien
Gagal Jantung di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2015 ............................................................ 46
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi
Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2015 ............................................................. 47
Tabel 4.3 Distribusi Mean dan Standar Deviasi Perilaku Caring dan
Kualitas Asuhan Keperawatan Sesudah Intervensi pada
Kelompok Intervensi dan Kontrol Pasien Gagal Jantung
Tahun 2015 .................................................................................... 48
Tabel 4.4 Perbedaan Perilaku Caring Sesudah Model Caring antara
Kelompok Intervensi dan Kontrol ................................................. 48
Tabel 4.5 Perbedaan Kualitas Asuhan Keperawatan Sesudah Model
Caring antara Kelompok Intervensi dan Kontrol .......................... 49
xii
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................. 28
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Lembar Informed Consent ...................................................... 70
Lampiran 2 Lembar Instrumen Penelitian ................................................. 72
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Komisi Etik Penelitian........................... 81
Lampiran 4 Lembar Izin Penelitian ........................................................... 82
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Bimbingan Tesis ..................................... 85
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gagal jantung masih menjadi permasalahan dunia karena tingginya angka
morbiditas, mortalitas, hospitalisasi, dan disabilitas (Ades et al., 2013). Secara
global, insidensi gagal jantung diperkirakan sekitar 23 juta kasus baru setiap
tahunnya dengan 4.60 juta kasus baru setiap tahunnya di Asia (Roger, 2013).
Satu sampai dua juta kematian setiap tahunnya pada pasien dengan gagal
jantung (Pagidipati & Gaziano, 2013). Gagal jantung didefinisikan sebagai suatu
sindrom klinis yang kompleks yang terjadi karena gangguan jantung fungsional
atau struktural yang mengganggu kemampuan ventrikel untuk mengisi atau
memompa darah. Penyebab gagal jantung berasal dari gangguan pada perikardium,
miokardium, endokardium, katup jantung, pembuluh darah besar, atau gangguan
metabolik tertentu, tapi beberapa pasien mengalaminya karena kelemahan fungsi
miokardial ventrikel kiri (Yancy et al., 2013).
Di regional Asia, prevalensi gagal jantung di India sebesar 1.30 sampai 4.60
juta dengan insidensi tahunan sebesar 0.50 sampai 1.80 juta. Selain itu juga, di
China angka insidensi gagal jantung sebesar 0.90%. Di Hongkong, angka insidensi
gagal jantung mendekati 3 sampai 3.80/1000/tahun. Adanya peningkatan sebesar
10% kenaikan pada kejadian masuk rumah sakit dalam lima tahun terakhir
(Sheldon, Roht, & Rui, 2012).
2
Gagal jantung di Indonesia masih menjadi permasalahan karena tingginya
hospitalisasi dan kekambuhan. Angka mortalitas berada pada 6% - 12% dan angka
kekambuhan sebesar 29% (Siswanto et al., 2010). Prevalensi penyakit gagal jantung
tahun 2013 berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0.30%. Gagal jantung termasuk
satu dari dua belas data penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia. Prevalensi
gagal jantung terlihat meningkat seiring peningkatan umur. Prevalensi gagal
jantung berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur
(0.80%), diikuti Sulawesi Tengah (0.70%), sedangkan di Sumatera Utara sebesar
0.30% (Kemenkes, 2013). Oleh karena itu, dibutuhkan pelayanan yang lebih baik
pada pasien gagal jantung khususnya bidang keperawatan.
Keperawatan adalah suatu bidang profesional yang dapat menjadi
perkembangan konsep caring dalam keperawatan. Dengan mendalami konsep
caring dalam praktik keperawatan, kemampuan, dan kendala dalam berperilaku
caring dapat teridentifikasi (Zamanzadeh, Azimzadeh, Rahmani, & Valizadeh,
2010).
Akan tetapi dalam penelitian sebelumnya, persepsi perawat ataupun pasien
terhadap perilaku caring perawat di rumah sakit berbeda-beda. Palese et al. (2011)
mengatakan bahwa perilaku caring perawat di 6 negara-negara Eropa tergolong
rendah dimana dalam penelitiannya perilaku caring diukur dengan Caring Behavior
Inventory (CBI). Pada dimensi hubungan positif, perilaku caring dipersepsikan
pasien dengan nilai mean yang terendah (mean=4.50, SD=1.10) dibandingkan
dengan nilai rata-rata CBI 4.90 (SD= 0.80).
3
Selain itu, McCance, Slater, dan McCormark (2009) menyatakan bahwa
persepsi pasien menilai rendah dalam dimensi caring tentang keterlibatan pasien
dalam perawatan dan memberikan privasi kepada pasien. O’Connell dan Landers
(2008) juga menjelaskan bahwa persepsi pasien terhadap perilaku caring berada
dalam dimensi humanistik/harapan/sensitivitas. Perilaku caring di dalam dimensi
itu meliputi mengetahui apa yang kamu lakukan, merawat pasien dengan hormat,
merawat pasien sebagai seorang individu, dan menenangkan pasien.
Model caring merupakan sebagai dasar filosofi, moral, dan etika pada
keperawatan yang berkaitan dengan profesi dan bidangnya. Model ini memberikan
kerangka kerja dimana pusat fenomena manusia, integrasi seni, sains, humanistik,
spiritualitas, dan pikiran-tubuh-jiwa menyatu dalam praktik keperawatan. Model ini
akan mempromosikan individu dalam mendapat keseimbangan pikiran-tubuh-jiwa
melalui pengetahuan diri, pemulihan diri, dan perawatan diri (Kathleen, 2011 dalam
Leong, Lao, & Chio, 2013).
Individu dengan gagal jantung membutuhkan dukungan, penerimaan, dan
memahami bahwa pasien dapat mengatur pola kesehatannya dan memberikan
solusi. Peran perawat sangat penting untuk caring dan mendukung kebutuhan
pasien. Perawat dapat memberikan perawatan holistik melalui model caring dalam
asuhannya. Dalam penelitian Erci et al. (2003) model caring juga berpengaruh
terhadap kualitas pelayanan keperawatan pasien hipertensi. Hal ini dibuktikan
dalam penelitiannya bahwa perbedaan yang signifikan terhadap kesejahteraan
umum (p=0.00), interaksi pasien-perawat (p=0.03), dan aktivitas fisik (p=0.00).
Michie, Miles, dan Weinman (2003) mengatakan bahwa model caring juga
4
menekankan patient centered pada semua aspek pelayanan kesehatan dalam
memperbaiki kualitas asuhan keperawatan dan meningkatkan kepuasan.
Kualitas merupakan konsep yang sukar dipahami dan bersifat dinamis.
Secara luas kerangka teoritis dalam memahami kualitas dikemukakan oleh
(Donabedian, 2003 dalam Spilsbury, Hewitt, Stirk, dan Bowman, 2011) dan telah
diaplikasikan lebih luas dalam memahami kualitas asuhan keperawatan dan
medikal (Hilmer, Wodchis, Gill, Anderson, & Rochon, 2005). Donabedian merujuk
pada tiga kategori pengukuran kualitas: struktur, proses, dan hasil. Struktur merujuk
pada kestabilan organisasi yang mempengaruhi pemberian asuhan dan pelayanan.
Proses merujuk pada interaksi antar pemberi dan konsumen, apa yang dilakukan
pada pasien. Hasil merujuk pada hasil akhir pada konsumen, akibat pelayanan
(Spilsbury, Hewitt, Stirk, & Bowman, 2011).
Persepsi pasien tentang kualitas asuhan keperawatan sangat bervariasi. Dari
hasil penelusuran literatur, banyak artikel penelitian yang menunjukkan bahwa
kualitas keperawatan di rumah sakit masih rendah. Diantaranya Istomina,
Razbadaukas, dan Martinkenas (2014) yang menyatakan kualitas asuhan
keperawatan pada pasien Lithuania yang relatif rendah karena karakteristik staf
perawat.
Selain itu, Tamilselvi dan Reghunath (2014) mengatakan bahwa sebanyak
11.50% pasien mempunyai persepsi yang buruk terhadap aspek caring. Di samping
itu juga, dalam dimensi memberikan informasi, skill, dan kompetensi masih
dipersepsikan kualitas asuhan keperawatan yang rendah (38%). Didukung Mufti,
Qadri, Tabish, Mufti, dan Riyaz (2008) bahwa 31.60% pasien mempersepsikan
5
perawat tidak menawarkan penjelasan dan informasi yang adekuat tentang
pengobatan di rumah sakit, perawatan rumah, dan konsultasi lanjutan.
Akan tetapi, persepsi kualitas asuhan keperawatan juga bervariasi di setiap
negara. Sebanyak 47% perawat di Yunani dan 35 % perawat di Jerman melaporkan
kualitas asuhan keperawatan buruk atau kurang (Aiken, Sloane, Bruyneel, Heede,
& Sermeus, 2013).
Model caring dalam asuhan keperawatan pasien gagal jantung dapat
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, kinerja perawat, dan juga kepuasan
pasien. Karena tinggi angka insidensi, mortalitas, dan morbiditas baik secara global,
di Asia, maupun di Indonesia dimana mengakibatkan kualitas asuhan keperawatan
rendah. Berkaitan dengan masalah di atas, perlunya melihat efektivitas model
caring sebagai salah satu cara dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
sehingga menurunkan angka kesakitan dan kematian pasien gagal jantung terutama
di Indonesia. Model caring ini menjadi panduan bagi perawat jantung dalam
melaksanakan asuhan keperawatan, memberikan standar asuhan keperawatan pada
pasien gagal jantung, mengetahui, dan memahami aplikasi caring dalam pemberian
asuhan keperawatan.
1.2. Permasalahan
Caring dalam pelayanan keperawatan merupakan bagian kinerja perawat
dalam merawat pasien dan perilaku caring perawat mempengaruhi pelayanan
keperawatan berkualitas atau tidak. Caring juga sebagai dasar dalam praktik
keperawatan (Watson, 2008).
6
Berdasarkan dari penelitian sebelumnya didapatkan banyak perawat tidak
mengaplikasikan konsep caring dalam praktiknya, contohnya McCance, Slater, dan
McCormark (2009) dimana pasien menyatakan bahwa perawat uncaring dalam
dimensi humanistik. Dampak dari perawat uncaring menyebabkan timbulnya rasa
tidak puas, hubungan perawat-pasien terganggu, dan tidak puas dalam proses
keperawatan (O’Connell & Landers, 2008). Perilaku uncaring dipersepsikan oleh
tiga komponen diantaranya tidak kompeten, kurang trust, dan ketidakhubungan
antara perawat dan pasien (Wiman & Wikblad, 2003). Berdasarkan observasi
peneliti di Ruang inap kardio RSUP H. Adam Malik Medan didapatkan bahwa
perawat kurang respect dengan pasien, tidak menjelaskan setiap prosedur yang akan
dilakukan, dan belum optimalnya pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien.
Pasien tampak sering bertanya-tanya dengan penyakitnya dan obat-obatan yang
diberikan. Selain itu kurangnya waktu perawat bersama pasien sehingga terkesan
perawat bekerja hanya berorientasi tugas.
Erci et al. (2003) mengatakan bahwa individu yang mempunyai penyakit
kronis membutuhkan dukungan dan perhatian sehingga pasien dapat mengubah
gaya hidup dan masalah kesehatannya. Pentingnya peran perawat dalam caring dan
mendukung kebutuhan pasien. Zamanzadeh, Azimzadeh, Rahmani, dan Valizadeh
(2010) mengatakan bahwa caring bermanfaat dalam meningkatkan kualitas asuhan,
kualitas hidup pasien hipertensi (Erci et al., 2003), meningkatkan kepuasan pasien
(Palese et al., 2014), menyediakan lingkungan pemulihan (Schmock, Breckenridge,
& Benedict, 2009) sehingga dapat memberikan keamanan dan kenyamanan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa model caring dapat direkomendasikan sebagai
7
panduan perawat dalam memperbaiki kemampuan perawat dan kualitas asuhan
keperawatan pada pasien.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang dinyatakan
dengan pertanyaan penelitian:
1.2.1. Bagaimana kualitas asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung
pada kelompok post intervensi?
1.2.2. Bagaimana kualitas asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung
pada kelompok kontrol?
1.2.3. Bagaimana perilaku caring perawat pelaksana pada kelompok post
intervensi?
1.2.4. Bagaimana perilaku caring perawat pelaksana pada kelompok
kontrol?
1.2.5. Apakah ada perbedaan kualitas asuhan keperawatan antara pasien
gagal jantung yang mendapat model caring (intervensi) dengan
pasien gagal jantung yang tidak dilakukan model caring (kontrol)?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.3.1. Mengeksplorasi model caring pada asuhan keperawatan pasien gagal
jantung
1.3.2. Mengeksplorasi kualitas asuhan keperawatan pada pasien gagal
jantung
1.3.3. Mengeksplorasi perilaku caring pada perawat pelaksana
8
1.3.4. Menguji efektivitas model caring terhadap kualitas asuhan
keperawatan pada pasien gagal jantung
1.4. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah model caring efektif meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Praktik keperawatan
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai suatu model asuhan keperawatan
sehingga dapat mengaplikasikan caring dalam praktik keperawatan.
1.5.2. Pendidikan keperawatan
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai dasar bagi pendidikan keperawatan
dalam menciptakan model asuhan keperawatan yang berbasis caring.
1.5.3. Penelitian keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dan pertimbangan bagi
penelitian keperawatan dalam melakukan penelitian selanjutnya khususnya yang
berkaitan dengan caring perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini, beberapa teori dan artikel penelitian akan ditampilkan.
Informasi yang berkaitan dengan empat aspek diantaranya adalah
2.1. Gagal Jantung
2.1.1. Definisi
Gagal jantung adalah suatu sindrom klinis abnormal yang melibatkan
ketidakadekuatan atau pengisian pompa pada jantung. Gagal jantung menyebabkan
jantung tidak dapat memberikan suplai darah dalam memenuhi kebutuhan jaringan
(Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014). Dalam praktik klinis, terdapat
terminologi akut dan kronik yang menggantikan terminologi gagal jantung
kongestif karena tidak semua gagal jantung melibatkan kongestif paru. Akan tetapi,
terminologi gagal jantung kongestif masih sering digunakan (Urden, Stacy, &
Lough, 2010). Gagal jantung berhubungan dengan sejumlah penyakit
kardiovaskular terutama hipertensi, penyakit arteri koroner, dan infark miokard.
2.1.2. Insidensi
Secara global, insidensi gagal jantung diperkirakan sekitar 23 juta kasus
baru setiap tahunnya dengan 4.6 juta kasus baru setiap tahunnya di Asia (Roger,
2013). Satu sampai dua juta kematian setiap tahunnya pada pasien dengan gagal
jantung (Pagidipati & Gaziano, 2013).
Di regional Asia, prevalensi gagal jantung di India sebesar 1.3 sampai 4.6
juta dengan insidensi tahunan sebesar 0.5 sampai 1.8 juta. Selain itu juga, di China
10
angka insidensi gagal jantung sebesar 0.9%. Di Hongkong, angka insidensi gagal
jantung mendekati 3 sampai 3.8/1000/tahun. Adanya peningkatan sebesar 10%
kenaikan pada kejadian masuk rumah sakit dalam lima tahun terakhir (Sheldon,
Roht, & Rui, 2012).
Gagal jantung di Indonesia masih menjadi permasalahan karena tingginya
hospitalisasi dan kekambuhan. Angka mortalitas berada pada 6% - 12% dan angka
kekambuhan sebesar 29% (Siswanto et al., 2010). Prevalensi penyakit gagal jantung
tahun 2013 berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0.3%. Gagal jantung termasuk
satu dari dua belas data penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia. Prevalensi
gagal jantung terlihat meningkat seiring peningkatan umur. Prevalensi gagal
jantung berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (0.8%),
diikuti Sulawesi Tengah (0.7%), sedangkan di Sumatera Utara sebesar 0.3%
(Kemenkes, 2013).
2.1.3. Etiologi
Gagal jantung disebabkan oleh hipertensi sistemik dalam banyak kasus.
Sekitar sepertiga pasien yang mengalami infark miokard juga berkembang menjadi
gagal jantung. Penyebab umum lainnya adalah perubahan struktur jantung seperti
disfungsi katup, khususnya stenosis pulmonal atau aorta, yang menyebabkan
tekanan atau kelebihan beban volume pada jantung (Ignatavicius, 2013).
2.1.4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala terjadi beberapa tipe dalam gagal jantung (sistolik,
diastolik, atau keduanya) adalah sama dan tidak membantu dalam tipe gagal
jantung. Tanda dan gejala gagal jantung dapat berhubungan dengan ventrikel yang
11
terkena. Gagal jantung kiri (gagal jantung ventrikel kiri) dapat menyebabkan tanda
dan gejala yang berbeda dari ventrikel kanan. Manifestasi kardinal pada gagal
jantung adalah sesak nafas dan keletihan dimana akan membatasi tolerasi latihan,
dan retensi cairan sehingga akan menyebabkan kongestif paru dan edema perifer
(Betsy, 2013).
2.1.5. Patofisiologi
Sindrom gagal jantung merefleksikan ketidakmampuan otot jantung untuk
berkontraksi dengan tekanan yang cukup mendorong volume darah masuk ke
sirkulasi sistemik (disfungsi sistolik) atau untuk merelaksasikan untuk cukup
adekuat mengisi oleh darah selama diastolik (disfungsi diastolik). Gagal jantung
akan bermanifestasi sebagai koeksistensi pada kedua defisiensi. Pada hasil akhir,
tanpa memperhatikan jenis disfungsi muncul sebagai penurunan volume stroke
sehingga menurunkan tekanan CO, tekanan darah, dan penurunan perfusi jaringan
(Foster & Prevost, 2012).
2.1.6. Pengobatan
Tujuan pengobatan pada pasien gagal jantung adalah mengurangi gejala
pasien, terapi medis yang optimal, dan memperbaiki hemodinamik dan efek
kompensasi neuroendokrin untuk mencegah morbiditas, mengurangi efek samping,
menurunkan lama rawat, mencegah kebutuhan terapi mekanik, dan mencegah
mortalitas (Hunt et al., 2009).
Intervensi tambahan pada pasien gagal jantung dimana manajemen akut
masih sedikit. Intervensi kelas 1 pada pasien gagal jantung ialah pentingnya
pengkajian awal terhadap status volume, perfusi sistemik, dan fungsi ventrikel kiri
12
sebagai identifikasi gagal jantung sebagai kasus baru atau lainnya (Kale & Fang,
2008).
Oksigen sebaiknya dimulai pada pasien dengan gejala hipoksia, terkadang
pasien membutuhkan ventilasi mekanik untuk membantu fungsi pernapasan pada
edema paru kardiogenik onset akut. Penggunaan oksimetri sangat rutin dilakukan
di rumah sakit (Hunt et al., 2009).
2.2. Kualitas Asuhan Keperawatan
2.2.1. Definisi kualitas asuhan keperawatan
Kualitas dalam pelayanan kesehatan sulit untuk didefinisikan. Definisi
kualitas saat diaplikasikan pada asuhan keperawatan bersifat multidimensional dan
kompleks (Goldstone & Ball, 1984 dalam Lee, Hsu, & Chang, 2007). Kualitas
sering dikaitkan dengan suatu tingkatan kesesuaian dengan standar yang ada.
Kualitas juga diartikan sebagai karakteristik pada tempat dimana asuhan
keperawatan diberikan sebagai proses dan aktivitas dimana perawat terlibat saat
perawatan pasien (Chance, 1997 dalam Lee, Hsu, & Chang, 2007).
Kualitas telah didefinisikan sebagai karakteristik pelayanan yang
berdampak pada kemampuan untuk memuaskan atau memenuhi kebutuhan
pelanggan dan tujuan utama pada organisasi dalam sektor pelayanan kesehatan
(Lageson, 2004). Kualitas pelayanan kesehatan telah digambarkan sebagai suatu
kebutuhan dan pilihan, tidak menyebabkan kerusakan. Kualitas pelayanan
kesehatan juga sebagai jenis perawatan yang meliputi tes medis dan prosedur yang
13
dibutuhkan dan tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, bahasa, warna,
jenis kelamin, dan pendapatan (Ndambuki, 2013).
Kualitas asuhan keperawatan digambarkan sebagai kompetensi dan
personal caring yang didukung oleh profesionalisme dan cara bertindak yang
sesuai. Kualitas asuhan keperawatan dapat juga didefinisikan berbeda karena
perbedaan definisi kelompok pasien, dimensi, dan prioritas di antara atribut (Izumi,
Baggs, & Knafl, 2011). Kualitas asuhan keperawatan didefinisikan sebagai suatu
kumpulan elemen berorientasi manusia, dan aktivitas berorientasi tugas,
karakteristik staf, lingkungan, prekondisi dan perkembangan perawatan, dan kerja
sama dengan sejawat lainnya (Kilpi, 1994 dalam Istomina, Razbadauskas, &
Martinkenas, 2014).
Pasien menggambarkan kualitas sebagai aspek interpersonal care,
bagaimana pasien dirawat, dan respon pemberi pelayanan terhadap kebutuhan
pasien (Stichler & Weiss, 2001). Aplikasi tingkat profesionalisme dan keterampilan
yang tinggi dalam perawatan pasien dapat membawa pada pencapaian kualitas
asuhan keperawatan yang maksimal. Implikasi praktik keperawatan seperti
pendidikan kesehatan pre operasi, administrasi medikal, dan pengkajian pasien
dapat digambarkan sebagai kualitas asuhan keperawatan (Radwin, Alster, & Rubin,
2003).
Kualitas asuhan keperawatan yang baik mempunyai banyak variasi. Sebagai
contoh, pasien kanker digambarkan atribut kualitas asuhan keperawatan yang tinggi
berkontribusi pada rasa sejahtera. Atribut tersebut diantaranya individualisasi,
pengetahuan professional, kordinasi, kerjasama, dan caring. Untuk memberikan
14
kualitas asuhan keperawatan yang tinggi, perawat diharapkan pasien menjadi baik,
penuh harapan, sopan, memahami, dan berkompeten (Wysong & Driver, 2009).
Kunaviktikul et al. (2001) mendefinisikan kualitas asuhan keperawatan
sebagai derajat antara kebutuhan fisik dan psikologis pasien untuk bertemu dimana
akan menciptakan kepuasan pasien dan perawat. Tafreshi, Pazargadi, dan Saeedi
(2007) mendefinisikan kualitas asuhan keperawatan sebagai pemberian asuhan
keperawatan yang aman berdasarkan standar perawatan yang menghasilkan
kepuasan pasien.
2.2.2. Pengukuran kualitas asuhan keperawatan
Beberapa instrumen penelitian tentang kualitas asuhan keperawatan di
rumah sakit diantaranya The Good Nursing Care Scale (GNCS), Service Quality
Scale (SERVQUAL), The Patient’s Assessment of Quality Scale-Acute Care
Version (PAQS-ACV), Orthopedic Nursing Care Quality Monitor Tools, dan The
Oncology Patients Perception of the Quality of Nursing Care Scale (OPPQNCS).
Instrumen The Good Nursing Care Scale (GNCS) merupakan instrumen
yang dikembangkan oleh Leino-Kilpi (1990) dan digunakan untuk mengidentifikasi
kualitas asuhan keperawatan. Instrumen tersebut terdiri dari lima kategori, seperti
karakteristik staf, aktivitas, kondisi sebelum perawatan, lingkungan, dan
peningkatan proses keperawatan dengan rating 5 point skala likert dari sangat tidak
setuju (1) ke sangat setuju (5). Instrumen ini terdiri dari 54 item. Uji validitas isi
untuk pasien adalah 0.91. Uji reliabilitas dengan koefisien Cronbach’s alpha.
Berdasarkan pada nilai alpha, konsistensi internal dalam tujuh subkategori berada
pada 0.71-0.86 (Leinonen, Kilpi, Stahlberg, & Lertola, 2001).
15
Service Quality Scale (SERVQUAL) yang dikembangkan oleh
Parasuraman et al. (1985) juga dapat digunakan dalam menilai kualitas asuhan
keperawatan. Instrumen ini terdiri dari lima dimensi seperti Tangibility, Reliability,
Responsiveness, Assurance, dan Empathy. SERVQUAL terdiri dari 22 item tentang
persepsi kualitas asuhan keperawatan dengan rating 5 point skala likert dari sangat
tidak setuju (1) ke sangat setuju (5). SERVQUAL telah divalidasi dengan lima ahli
dimana indeks validitas isi sebesar 0.82. Selain itu juga, dilakukan pilot study pada
20 perawat dan 20 pasien dalam menilai reliabilitasnya. Pada koefisien Cronbach’s
alpha SERVQUAL scale pada perawat sebesar 0.92 dan pada pasien sebesar 0.88
(Nashrath, Akkadechanunt, & Chontawan, 2011).
The Patient’s Assessment of Quality Scale-Acute Care Version (PAQS-
ACV) merupakan instrumen yang dikembangkan oleh Lynn dan Sidani (1990)
dimana memberikan suatu cara dimana pasien dapat menilai asuhan keperawatan
yang diterimanya. Instrumen ini terdiri dari 44 item tentang kualitas asuhan
keperawatan dengan 4 point skala likert dari sangat buruk (1) ke sangat baik (4).
Instrumen ini juga terdiri dari lima faktor diantaranya individualisasi, karakter
perawat, caring, lingkungan, dan respon. Konsistensi internal berada di atas 0.83
pada empat dari lima faktor, dengan faktor kelima sebesar 0.68. Tes reliabilitas
berada pada rentang 0.58 sampai 0.71. Validitas isi dan konstruk telah diuji
hubungannya antara skor instrumen PAQS-ACV dengan kepatuhan pasien (Lynn,
McMillen & Sidani, 2007).
Orthopedic Nursing Care Quality Monitor Tools merupakan instrumen
yang dikembangkan dari modifikasi Hsu et al. (2002) orthopaedic nursing care
16
quality evaluation tools. Instrumen digunakan sebagai panduan bagi staf
keperawatan untuk mengkaji kondisi fisiologis, psikologis, sosial, kultural, dan
spiritual pada pasien orthopaedic dan mempromosikan integritas dan standar
kualitas yang tinggi pada asuhan keperawatan pasien orthopaedic. Instrumen
tersebut terdiri dari empat kategori diantaranya rencana asuhan keperawatan,
kebutuhan fisik pasien, kebutuhan psiko-sosial-kultural-spiritual pasien, dan
pencapaian tujuan asuhan keperawatan. Instrumen terdiri dari 24 item. Validitas isi
dilakukan dengan lima experts. Uji reliabilitas sebesar 0.98 (Lee, Hsu, & Chang,
2007).
The Oncology Patients Perception of the Quality of Nursing Care Scale
(OPPQNCS) merupakan instrumen yang dikembangkan oleh Radwin (2000).
Instrumen ini digunakan untuk mengukur persepsi pasien terhadap kualitas asuhan
keperawatan dengan kanker. Instrumen terdiri dari empat dimensi diantaranya cepat
tanggap, kemandirian, kordinasi, dan keahlian dengan 18 item. Instrumen
mempunyai empat skala likert dari tidak sesuai (1) ke sangat sesuai (4). Uji validitas
isi sebesar 0.78. Nilai reliabilitas koefisien alpha total adalah 0.97 (Radwin, Alster,
& Rubin, 2003).
2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan
Beberapa faktor yang berhubungan dengan kualitas asuhan keperawatan
diantaranya faktor demografi misalnya pendidikan (p=0.02) (Eizenberg, 2011),
jenis kelamin (p=0.00) (Suhonen et al., 2012), usia (Spearman rho=0.16) (Istomina,
Razbadaukas, & Martinkenas, 2014), lama rawat (p=0.00) (Mufti, Qadri, Tabish,
Mufti, & Riyaz, 2008), faktor yang berhubungan dengan pekerjaan seperti waktu
17
kerja, beban kerja, penempatan kerja, dan jumlah personel perawat (Aiken, Sloane,
Bruyneel, Heede, & Sermeus, 2013). Jenis rumah sakit dan karakteristik ruangan
juga mempunyai dampak pada kualitas asuhan keperawatan (Cho et al., 2009).
Selain itu juga lingkungan telah mempunyai elemen yang signifikan pada kualitas
asuhan keperawatan dari perspektif pasien (Izumi, Baggs, & Knafl, 2011).
2.3. Landasan Teori
2.3.1. Model caring
Model caring Watson dipertimbangkan sebagai dasar filosofi, moral, dan
etik pada keperawatan yang berhubungan dengan profesi dan keilmuannya. Model
ini memberikan suatu kerangka kerja, dimana pusat fenomena, seni, ilmu,
humanitas, dan spiritual masuk ke dalam praktik keperawatan. Model ini
menekankan tujuan keperawatan dalam mempromosikan individu untuk
keseimbangan pikiran-tubuh-jiwa melalui pengetahuan, pemulihan, dan perawatan
diri (Kathleen, 2011).
Ada beberapa hasil penelitian dimana menguji teori caring Watson. Baik
dengan metode penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Pipe, Kelly, Lebrun,
Artherton, dan Robinson (2008) menggunakan metode deskriptif untuk menggali
hubungan harapan, kesejahteraan spiritual, dan kualitas hidup pada pasien yang
sedang dirawat. Delaney dan Barrere (2008) meneliti tentang pengaruh intervensi
spiritual terhadap psikososial pada pasien jantung. Persky, Nelson, Watson, dan
Bent (2008) menguji karakteristik caritas perawat dan efektivitas praktik dalam
modelnya.
18
Teori Watson bekerja sebagai teori Human Caring dan ilmu beserta seni
Human Caring yang sudah diaplikasikan pada berbagai tempat praktik
keperawatan. Brockopp et al. (2011) menjelaskan suatu penelitian dimana
mempraktikkan model praktik dengan menggunakan teori caring Watson. 10 faktor
carative dijelaskan dalam memberikan suatu kerangka kerja pada aktivitas
keperawatan di rumah sakit. Lukose (2011) mengembangkan suatu model praktik
dengan teori caring Watson yang dapat digunakan perawat pendidik dalam
mengajarkan kepada staf perawat dan mahasiswa.
2.3.2. Faktor carative Watson
Untuk memandu tujuan keperawatan, faktor carative dan proses caritas
dikembangkan sebagai inti caring dalam penilaiannya. Sepuluh faktor carative
Watson yang menunjuk sebagai intervensi teori (Watson, 2008). Faktor tersebut
meliputi: 1) Pembentukan sistem nilai humanistik. Nilai ini merupakan faktor dasar
caring yang meliputi bersahabat, empati, fokus, dan mencintai diri sendiri dan
orang lain, 2) Kepercayaan-harapan. Kepercayaan dan harapan adalah faktor
penting pada kesehatan. Perawat sebaiknya menjaga, mendorong, dan menghormati
keyakinan dan harapan dan percaya kepada pasien, 3) Pengembangan sensitivitas
pada diri sendiri dan orang lain. Sensitivitas kepada diri sendiri dan lainnya,
mengembangkan dan mengenal perasaan. Perawat sebaiknya peduli pada
kenyamanan, pemulihan, kesejahteraan, dan lebih sensitif pada kebutuhan lain, 4)
Pengembangan rasa saling percaya dan hubungan caring. Untuk menjamin
martabat manusia dan menjaga humanitas, perawat sebaiknya membentuk kesatuan
dengan jiwa pasien, 5) Promosi dan penerimaan ekspresi pada perasaan positif dan
19
negatif. Mempromosikan dan menerima ekspresi positif dan negatif sebagai
pemulihan. Melalui mendengar dan menjadi pasien, pikirannya, perilaku, dan
pengalaman adalah pengakuan, 6) Menggunakan suatu pemecahan masalah yang
kreatif. Untuk membantu pasien membuat keputusan efisien dan efektif serta
kreatif, proses caring pemecahan masalah individu dipertimbangkan sebagai
komponen penting dalam ilmu keperawatan. Perawat sebaiknya menggunakan
semua pengetahuan, keterampilan, empirisme, insting, dan intuisinya, 7)
Melakukan pengajaran transpersonal. Selanjutnya, faktor carative pembelajaran
transpersonal yang melibatkan hubungan caring sebagai peran pelatihan, lebih dari
peran pemberian informasi, perawat mencari pekerjaan dari informasi pasien dan
memahami dan signifikan informasi yang sediakan untuk pasien, 8) Memberikan
suatu lingkungan yang mendukung, melindungi, dan perbaikan mental, fisik, sosial,
dan spiritual. Untuk mempromosikan kualitas pelayanan dan pemulihan, dukungan,
perlindungan, dan mental korektif, fisik, sosial, dan lingkungan spiritual yang
diakui sebagai dukungan konvensial dengan melibatkan kenyamanan, privasi,
keamanan, kebersihan, dan lingkungan estetika, 9) Membantu memenuhi
kebutuhan dasar dengan kepuasan. Selain itu, untuk memberikan perawatan holistik
membantu dengan kepuasan, tidak hanya kebutuhan fisik tetapi juga kebutuhan
psikologis-spiritual ketika menjaga martabat manusia dikenal sebagai kebutuhan,
dan 10) Mengizinkan kekuatan eksistensial-fenomenologi-spiritual. Faktor carative
terakhir mengizinkan fenomena yang tidak dikenal, mitos, filosofi, kepercayaan
budaya, aspek metafisik perawat, pasien, dan keluarganya menyesuaikan dalam
makna spiritual dalam mengizinkan pengobatan dan pemulihan.
20
2.3.3. Aplikasi faktor carative (Caritas Processes)
Dalam menerjemahkan faktor carative, Watson (2008) membuat Caritas
Processes berdasarkan 10 faktor carative. Diantaranya adalah 1) Mempraktikkan
cinta-kebaikan, ketenangan diri dan lainnya. Ini menghadirkan sentuhan, latihan,
dan meditasi. Misalnya mengetahui bahwa pasien sebagai individu, menghormati
keinginan pasien, mementingkan kepentingan pasien, sopan pada pasien dan
keluarga, jujur kepada pasien, dan memahami apa yang dirasakan pasien, 2) Hadir,
mempertahankan dan menghormati kepercayaan dan harapan pasien. Perawat tidak
bisa mengabaikan pentingnya harapan dan kepercayaan berperan dalam kehidupan
manusia terutama dihadapkan dengan krisis penyakit, sakit, kehilangan, stres, putus
asa, kesedihan, trauma, kematian, dan sebagainya. Misalnya perawat
mengklarifikasi keraguan, memberikan dukungan emosional, melakukan
perawatan lanjutan, dan menghormati pasien yang lebih tua, 3) Sensitif pada diri
dan orang lain. Jika perawat tidak peka terhadap dirinya akan sulit peka terhadap
orang lain. Ketika perawat menutup hati pada orang lain akan membuatnya tidak
peka terhadap pasien yang membutuhkan perhatian, kasih sayang, dan sensitivitas.
Misalnya perawat mengetahui apa yang penting, dapat mengantisipasi kebutuhan
pasien, menjelaskan prosedur, tidak membicarakan masalah pribadi bersama
pasien, mendengarkan pasien, memberikan kenyamanan pasien, dan sabar
menghadapi pasien, 4) Membantu dan mengembangkan hubungan saling percaya.
Hubungan saling percaya menjadi salah satu faktor internal dalam pemulihan.
Misalnya menjawab panggilan pasien dengan segera, menurunkan kecemasan
pasien, tetap sabar menghadapi pasien, memanggil nama pasien dengan namanya,
21
menghargai apa yang diceritakan pasien, berbicara dengan jelas, dan suara yang
bersahabat, 5) Ada bersama pasien, mendukung ekspresi perasaan positif, dan
negatif. Ini akan meningkatkan kepercayaan dan peduli. Misalnya menghargai apa
yang diceritakan pasien, memahami apa yang dialami pasien, dan mengenal
kebutuhan pasien, 6) Perawat menggunakan proses pemecahan masalah yang
kreatif. Keperawatan professional melibatkan logika yang sistematis, imajinasi, dan
kreativitas. Misalnya fleksibel saat perawatan pasien, membantu pasien beradaptasi
dengan lingkungan rumah sakit, mengetahui cara pemberian injeksi, dan
melibatkan pasien dalam rencana perawatan, 7) Memberikan pengajaran dan
pendidikan transpersonal. Pengajaran lebih dari menerima informasi, fakta, dan
data. Ini melibatkan penuh makna, hubungan saling percaya, dan pengajaran yang
mempengaruhi proses caring. Misalnya perawat menjelaskan istilah yang
sederhana, menjelaskan perawatan di rumah, menjawab pertanyaan dengan jelas,
dan menjelaskan pasien memahami penyakit dan pengobatan, 8) Perawat
menciptakan lingkungan pemulihan di rumah sakit. Kenyamanan dapat mengukur
lingkungan internal dan eksternal pasien. Misalnya melakukan tugas keperawatan
dengan baik, memantau perawatan yang diberikan, memungkinkan pasien untuk
mandiri, membantu pasien merasa seperti di rumah, dan mengutamakan
kepentingan pasien, 9) Perawat membantu dalam memenuhi kebutuhan dasar
pasien. Misalnya sabar memberikan makan pada pasien, memberikan kenyamanan,
gentle terhadap pasien, memberikan dukungan dengan aktivitas fisik, memantau
keamanan pada pasien, memantau pasien secara berkelanjutan, dan menyesuaikan
dengan keterbatasan pasien, 10) Perawat meningkatkan kebutuhan spiritual pada
22
pasien. Proses ini memberikan kekuatan spiritual berdasarkan pengalaman yang
tidak dapat dijelaskan. Misalnya mengizinkan pasien membawa peralatan ibadah,
mengizinkan pasien untuk berdoa, membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan
spiritual, dan menghargai pasien sebagai individu yang unik.
2.3.4. Perilaku caring perawat
Ketertarikan profesional keperawatan dalam perilaku caring perawat telah
dimulai sejak era Nightingale (Patiraki et al, 2014). Selama 25 tahun, sejumlah
penelitian telah berfokus pada identifikasi perilaku caring yang spesifik dari
perspektif pasien. Kategori perilaku caring terindentifikasi terbanyak adalah afektif
dan instrumental (Wilkin & Slevin, 2004). Pemahaman pasien yang berhubungan
dengan perilaku caring perawat merupakan suatu hal yang penting dalam
memperbaiki asuh7an keperawatan. Umur (p=0.00), jenis kelamin (p=0.00), tingkat
pendidikan (p=0.00), dan jenis perawatan (p=0.00) merupakan karakteristik pasien
yang berkaitan dengan persepsi perilaku caring (Baldursdottir & Jonsdottir, 2002).
Caring adalah proses dimana perawat menjadi responsif terhadap orang lain
sebagai individu yang unik, merasakan perasaannya, dan menetapkan individu
sebagai bagian yang terpisah. Sedangkan perilaku caring perawat merujuk kepada
hal-hal dimana perawat berkata atau bertindak dalam komunikasi dengan caring
pada pasien (Baldursdottir & Jonsdottir, 2002).
Caring menjadi suatu kebutuhan yang bermakna berdasarkan kesesuaian
bersama antara perawat dan pasien pada perilaku caring perawat (Zamanzadeh,
Azimzadeh, Rahmani, & Valizadeh, 2010). Banyak peneliti menegaskan ada 2
aspek caring, perilaku yang ekspresif dan aktivitas keperawatan. Aspek ekspresif
23
dalam perawatan melibatkan pemberian dukungan emosional pada pasien dengan
menawarkan kepedulian, kepercayaan, harapan, dan kehangatan emosional. Aspek
aktivitas pada perawatan merujuk pada aktivitas inti, seperti memandikan pasien di
tempat tidur dan memberikan informasi medis dan keperawatan yang akan
meningkatkan kenyamanan fisik dan koping kognitif (Watson, 2008).
2.3.5. Pengukuran perilaku caring perawat
Beberapa instrumen penelitian tentang perilaku caring perawat di rumah
sakit diantaranya The Caring Behavioral Assessment Tools (CBA), The Caring
Assessment Report Evaluation Q (CARE-Q), dan The Caring Behaviors Inventory
(CBI-24).
Caring Behavior Assessment tool (CBA) merupakan instrumen yang
dikembangkan oleh Cronin dan Harrison (1988) untuk mengukur pentingnya
perilaku caring. Ini terdiri dari 63 item tentang pentingnya perilaku caring dengan
rating 5 point skala likert dari sangat tidak penting perilaku caring (1) ke sangat
penting perilaku caring (5). Instrumen terdiri dari 7 kategori diantaranya
humanistik/sensitivitas, rasa percaya, ekspresi positif dan negatif, pembelajaran,
perilaku protektif, pemenuhan kebutuhan dasar, dan dimensi fenomenologi. Uji
validitas isi diuji pada empat experts. The CBA mempunyai konsistensi internal
Cronbach’s alpha diperkirakan dari 0.66 sampai 0.90 pada tujuh pengukuran pada
penelitian dimana hasil konsistensi internal dilaporkan (Balsdottir & Jonsdottir,
2002). The Caring Assessment Report Evaluation-Questionnaire (CARE-Q)
dikembangkan oleh Larson (1984) dan digunakan untuk mengukur persepsi
perawat terhadap pentingnya perilaku caring. Instrumen ini terdiri dari 50 item
24
tentang perilaku perawat dengan 7 point skala likert dari sangat tidak penting (1) ke
sangat penting (7). Instrumen ini terdiri dari 7 kategori diantaranya pencapaian,
penjelasan dan fasilitas, kenyamanan, antisipasi, hubungan saling percaya, dan
pemantauan. Validitas isi dilakukan pada satu expert. Penelitian utama
mengindikasikan kuesioner CARE-Q menunjukkan konsistensi internal yang tepat.
Analisis data pada pasien menunjukkan nilai total Cronbach’s alpanya 0.95
(Tuckett, Hughes, Schluter, & Turner, 2008).
Caring Behavior Inventory (Wu et al., 2006) telah menjadi paling banyak
digunakan dengan bahasa variasi. CBI terdiri 42 item (dan direvisi CBI (Wu et al.,
2006) 24 item) kalimat positif dan negatif tentang perilaku caring dengan rating 6
point skala likert dari tidak pernah (1) ke selalu (6). Instrumen terdiri dari 4 dimensi
diantaranya jaminan, pengetahuan dan keterampilan, penuh hormat, dan
keterhubungan. Validitas isi pada instrumen sebesar 0.96. Konsistensi internal pada
instrumen pada setiap item antara 0.84 sampai 0.96 pada 4 subscale.
2.3.6. Teori pembelajaran perilaku
Teori perilaku pertama kali dikenal dan digunakan dalam pendidikan.
Behaviorisme berfokus pada observasi langsung pada orang yang diajarkan.
Sebagian besar berdasarkan pada Ivan Pavlov dan Edward Thorndike yang meneliti
bagaimana manusia dan hewan belajar dan cara kerjanya yang telah menjadi dasar
bagi psikologis perilaku (Olson & Hergenhahn, 2004). Dalam teori perilaku,
perilaku (respons) ditunjukkan sebagai hasil stimulus. Teori pembelajaran perilaku
dikembangkan dari perspektif ini yang mengarah pada model pembelajaran
stimulus-respons (S-R). Beberapa ahli teori perilaku diantaranya Thorndike
25
(keterhubungan), Pavlov (kondisi klasik), Skinner (kondisi opran), Watson
(behaviorisme), dan Hull (penguatan).
Prinsip teori perilaku secara luas telah digunakan oleh perawat, perawat
pendidik, dan pengembang staf. Penggunaan teori perilaku mendorong
perkembangan perilaku dan metode dalam menilai keinginan berperilaku. Ini
bekerja dengan baik pada banyak keterampilan psikomotor dimana harus
ditunjukkan pada perawat dan pasien. Teori perilaku juga mempunyai kelemahan,
karena pembelajar mengasumsikan mempunyai peran yang pasif dan kemungkinan
perilaku yang lama akan kembali sesudah keluar dari struktur dan lingkungan yang
terkontrol berdasarkan metode pembelajaran. Dengan kata lain, tanpa komponen
afektif dan kognitif dari pembelajaran, tidak akan dapat mengubah pikiran atau
sikap pembelajar. Setelah kembali pada lingkungan yang lama dan reward pada
perilaku yang tidak menyenangkan, kesempatan sangat tinggi untuk kembali pada
perilaku yang lama. Banyak pertanyaan tentang teknik perilaku yang mampu
menciptakan perubahan perilaku yang permanen (McEwen &Wills, 2014).
Salah satu teori perilaku yang telah digunakan di pendidikan adalah teori
Hull. Teori tersebut berdasarkan teori Thorndike dimana penguatan sebagai
karakteristik utama dalam pembelajaran. Penguatan adalah konsekuensi dalam
suatu perilaku sehingga membuat perilaku menjadi terulang kembali. Penguatan
dapat dilakukan dengan berbagai cara dari senyum sederhana sampai terapi
aversion. Lally, Jaarsveld, Potts, dan Wardle (2010) dalam penelitiannya
menggunakan teori Hull mengatakan waktu yang diperlukan untuk terjadinya
perilaku sekitar 18 sampai 254 hari.
26
2.4 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini berdasarkan literature review yang
berhubungan dengan 10 faktor carative (Watson, 2008) dan dimensi kualitas
asuhan keperawatan (Leinonen, Kilpi, Stahklberg, & Lertola, 2001).
Model caring tersebut didefinisikan sebagai kerangka dasar bagi
pelaksanaan asuhan keperawatan berlandaskan caring pada pasien gagal jantung.
10 faktor carative Watson meliputi: 1) Pembentukan sistem nilai humanistik, 2)
Kepercayaan – harapan, 3) Pengembangan sensitivitas pada diri sendiri dan orang
lain, 4) Pengembangan rasa saling percaya, hubungan caring, 5) Promosi dan
penerimaan ekspresi pada perasaan positif dan negatif, 6) Menggunakan suatu
pemecahan masalah yang kreatif, 7) Melakukan pengajaran transpersonal, 8)
Memberikan suatu lingkungan yang mendukung, melindungi, dan perbaikan
mental, fisik, sosial, dan spiritual, 9) Membantu memenuhi kebutuhan dasar dengan
kepuasan, dan 10) Mengizinkan kekuatan eksistensial-fenomenologi-spiritual.
Kualitas asuhan keperawatan dalam penelitian ini berfokus pada pelayanan
perawat dan pasien. Leinonen, Kilpi, Stahlberg, dan Lertola (2001) mengatakan
bahwa ada 6 dimensi pengukuran kualitas diantaranya 1) Karakteristik staf, 2)
Aktivitas yang berhubungan dengan tugas, 3) Aktivitas yang berhubungan dengan
manusia, 4) Pre kondisi, 5) Kemajuan proses keperawatan, dan 6) Lingkungan.
Kerangka konsep dalam penelitian ini akan ditunjukkan pada skema 2.1.
Berdasarkan studi yang sudah didapatkan sebelumnya bahwa teori caring
Watson sudah digunakan dalam berbagi desain, jenis, dan berbagai negara. Erci et
al. (2003) menggunakan teori caring Watson dengan desain eksperimen pada
27
pasien hipertensi di Turki. Schmock, Breckenridge, dan Benedict (2009) juga
menggunakan teori caring Watson dengan desain quasi-eksperimen pasien yang
menjalani pembedahan di Amerika Serikat. Suliman, Welmann, Omer, dan Thomas
(2009) menggunakan teori Watson dalam desain deskriptif korelasi pada semua
pasien di ruang rawat dan bedah di Arab Saudi.
Banyak penelitian telah menggunakan teori Good Nursing Care yang
kembangkan oleh Leino-kilpi pada berbagai desain, jenis, dan negara. Teori
tersebut mengembangkan instrumen GNCS dalam mengukur kualitas asuhan
keperawatan. Zhao dan Akkadechanunt (2011) menggunakan instrumen GNCS
dengan desain deskriptif eksploratif pada semua pasien di ruang rawat dan
pembedahan di China. Istomina, Razbadauskas, dan Martinkenas (2008) dengan
desain deskriptif eksploratif pada pasien bedah di Lithuania.
28
Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen
Variabel Dependen
Model Caring (Kelompok Intervensi)
Diajarkan kepada perawat (8 responden)
yang berdasarkan pada 10 proses caritas
(Watson, 2008) diantaranya :
1. Karakteristik staf perawat yang
bersahabat dan perhatian
2. Aktivitas yang berorientasi pada
pasien dengan dukungan dan
penurunan kecemasan
3. Perawat memberikan waktu kepada
pasien dalam mengekspresikan
perasaannya
4. Perawat menghormati keinginan
dan privasi pasien
5. Perawat menanyakan perasaan dan
pengalaman pasien selama proses
perawatan
6. Perawat mendorong pasien untuk
berpartisipasi dalam perawatannya
7. Perawat memberikan suatu
informasi yang jelas kepada pasien
8. Perawat menciptakan lingkungan
perawatan yang tenang dan aman
9. Perawat memenuhi kebutuhan dasar
pasien
10. Perawat menghargai nilai-nilai
budaya pasien
Perawatan Rutin/usual care (Kelompok
Kontrol)
Dilakukan oleh perawat (8 responden)
yang berdasarkan standar pelayanan
keperawatan
Kualitas Asuhan Keperawatan
Diukur dengan GNCS yang dinilai
pada kelompok intervensi dan
kontrol pasien gagal jantung (64
responden) yang berdasarkan
dimensi kualitas asuhan
keperawatan:
1. Karakteristik staf
2. Aktivitas berorientasi tugas
3. Aktivitas berorientasi manusia
4. Pre kondisi
5. Kemajuan proses keperawatan
6. Lingkungan (Leinonen, Leino-
kilpi, Stahlberg, & Lertola,
2001)
29
BAB 3
METODE PENELITIAN
Desain quasi-eksperimen digunakan untuk menguji efektivitas model
caring terhadap kualitas asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung. Dalam bab
ini, serangkaian metodologi diaplikasikan meliputi jenis penelitian, lokasi dan
waktu penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, variabel dan
definisi operasional, metode pengukuran, metode analisa data, dan pertimbangan
etik.
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-eksperimental dengan post-
test only pada dua kelompok dimana kelompok intervensi diberikan perlakuan
untuk menilai efek setelahnya (Polit & Beck, 2012). Alasan dilakukannya post-test
only adalah karena lama rawat lebih singkat dibandingkan waktu diberikannya
intervensi. Dalam penelitian quasi-eksperimen, peneliti dengan aktif memberikan
intervensi atau perawatan. Tujuannya adalah dapat mengidentifikasi suatu identitas
intervensi pada kelompok intervensi (Polit & Beck, 2012). Selain itu juga,
penelitian quasi-eksperimen menciptakan suatu bukti penelitian yang kuat dalam
praktik keperawatan. Burns dan Grove (2010) mengatakan bahwa penelitian quasi-
eksperimen merupakan suatu penelitian yang objektif, sistematis, dan terkontrol
serta bertujuan untuk memprediksi dan mengontrol suatu fenomena dalam praktik
keperawatan.
30
Tabel 3.1.
Design Two Groups Post-Test Only
Jenis kelompok Treatment Post test
Kelompok intervensi X O1
Kelompok kontrol O1
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang inap kardio lantai 4 Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan. Ada sejumlah alasan rumah sakit tersebut menjadi
tempat penelitian ini. Rumah Sakit Adam Malik adalah salah satu rumah sakit
pemerintah dan sebagai rumah sakit rujukan di kota Medan. Selain itu juga, sebagai
salah satu rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa kedokteran dan keperawatan.
Penelitian ini dilakukan pada 10 Juli sampai 10 Oktober 2015.
3.3. Populasi dan Sampel
Target populasi dalam penelitian ini adalah pasien gagal jantung dan
perawat pelaksana dimana perawat dalam pengambilan sampel dengan total
sampling karena jumlah populasi perawat pelaksana di ruangan inap kardio 16
orang dimana pada kelompok intervensi sebanyak 8 perawat dan kelompok kontrol
sebanyak 8 perawat. Perawat pelaksana yang telah menjadi responden peneliti
secara tidak acak (non randomly) dibagi menjadi dua kelompok: satu kelompok
intervensi dan satu kelompok kontrol. Peneliti membagi 4 tim perawat menjadi 2
kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Alasan peneliti
melakukan non randomisasi pada penentuan kelompok responden adalah karena
kelas rawatan pasien berbeda diantara 4 tim perawat. Untuk populasi pasien gagal
31
jantung dengan pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Jumlah populasi pasien gagal jantung tahun 2014 sebesar 831 orang. Besar sampel
pasien jantung dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan tabel power
analysis. Dalam penelitian ini ditetapkan derajat ketetapan (α) untuk
memperkirakan besar sampel adalah 0.05, dengan power (1-β) sebesar 0.80, effect
size sebesar 0.70. Nilai α dan 1-β merupakan nilai standar dalam penelitian
keperawatan (Polit & Beck, 2012). Berdasarkan penelitian sebelumnya Erci et al.
(2003) didapatkan nilai µ1 = 21.09 dan µ2=18.38 dimana rata-rata SD1=5.49 dan
SD2=2.25, berdasarkan rumus cohen d= µ1-µ2/SD. Berdasarkan hasil perhitungan
tersebut didapatkan effect size sebesar 0.70. Sehingga besar sampel pasien jantung
untuk setiap kelompok dalam penelitian ini adalah 32 orang. Jadi, total besar sampel
pasien gagal jantung sebesar 64 orang dengan 32 pasien pada kelompok intervensi
dan 32 pasien pada kelompok kontrol. Pasien gagal jantung yang telah menjadi
responden peneliti secara tidak acak (non randomly) dibagi menjadi dua kelompok:
satu kelompok intervensi dan satu kelompok kontrol.
Purposive sampling digunakan untuk menentukan sampel yang
berkualifikasi untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Pemilihan sampel
dilakukan tanpa menggunakan randomisasi (non probability sampling) (Polit &
Beck, 2012).
Validitas internal adalah sejauh mana hubungan kausal antar variabel dapat
mempengaruhi dan juga dipengaruhi oleh komposisi dari sampel dapat berupa: usia,
jenis kelamin, pengalaman kerja, dan pendidikan (Polit & Beck, 2012). Validitas
eksternal merupakan generalisasi dari hasil yang secara jelas dipengaruhi oleh
32
keputusan pengambilan sampel diantaranya. Kriteria inklusi pada pasien gagal
jantung diantaranya: 1) Pasien terdiagnosa gagal jantung, 2) Umur berada di atas
atau sama dengan 18 tahun, 3) Pasien berada dalam keadaan sadar penuh
(GCS=15), orientasi baik, dan dapat berkomunikasi verbal, 4) Telah dirawat
minimal selama 3 hari, dan 5) Tidak mempunyai komplikasi berat seperti infeksi,
distress atau kegagalan pernapasan. Untuk sampel perawat, tidak ada kriteria
inklusi karena teknik pengambilan sampelnya total sampling.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data terdiri dalam 2 tahap yaitu tahap persiapan dan
intervensi.
3.4.1. Tahap persiapan
Pengumpulan data dimulai setelah proposal tesis disetujui oleh Komisi Etik
Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara. Izin juga didapatkan dari
direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik untuk pengumpulan data.
Peneliti menginformasikan pada kepala dan staf perawat tentang tujuan dari
penelitian, protokol dalam pengumpulan data dan kerangka kerja dalam penelitian.
3.4.2. Tahap intervensi
Pada kelompok intervensi, Subjek (perawat pelaksana) diundang
berpartisipasi dalam penelitian. Peneliti membangun kepercayaan dan hubungan
yang baik terhadap responden. Peneliti kemudian menjelaskan kepada responden,
prosedur kegiatan penelitian, pertimbangan etik, dan hasil yang diharapkan dalam
penelitian. Ketika responden setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini,
33
peneliti memberikan lembar persetujuan untuk ditandatangani, dan responden
mengisi lembar data demografi.
Peneliti menjelaskan model caring yang sudah divalidasi sebelumnya untuk
dijelaskan kepada perawat di ruangan. Kemudian peneliti memberikan edukasi
kepada perawat tentang caring dan memberikan modul caring pada setiap perawat.
Setelah itu perawat di ruangan diminta untuk mempraktikkannya kepada pasien
selama pasien dirawat sampai pasien pulang. Edukasi yang diberikan berlangsung
selama 1 bulan (4 minggu). Dua minggu kemudian, pasien gagal jantung yang
sesuai dengan kriteria inklusi diberikan instrumen penelitian yang terdiri dari
kuesioner data demografi, instrumen tentang perilaku caring dan kualitas asuhan
keperawatan.
Pada kelompok kontrol, responden (perawat pelaksana) memberikan
perawatan rutin kepada pasien gagal jantung yang juga sebagai kelompok kontrol
peneliti. Setelah 1 bulan (4 minggu), peneliti memberikan instrumen penelitian
yang terdiri dari kuesioner data demografi, instrumen tentang perilaku caring dan
kualitas asuhan keperawatan kepada responden (pasien gagal jantung). Proses
pengumpulan data ini ditunjukkan pada tabel 3.5.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
Model caring adalah suatu pendekatan keperawatan yang berbasis caring
diberikan melalui edukasi pada staf perawat. Model caring yang diajarkan pada
penelitian ini berdasarkan 10 carative factors meliputi 1) Pembentukan sistem nilai
humanistik, 2) Kepercayaan-harapan, 3) Pengembangan sensitivitas pada diri
34
sendiri dan orang lain, 4) Pengembangan rasa saling percaya, hubungan caring, 5)
Promosi dan penerimaan ekspresi pada perasaan positif dan negatif, 6)
Menggunakan suatu pemecahan masalah yang kreatif, 7) Melakukan pengajaran
transpersonal, 8) Memberikan suatu lingkungan yang mendukung, melindungi, dan
perbaikan mental, fisik, sosial, dan spiritual, 9) Membantu memenuhi kebutuhan
dasar dengan kepuasan, dan 10) Mengizinkan kekuatan eksistensial-fenomenologi-
spiritual. Model caring akan meningkatkan perilaku caring yang diukur dengan
Caring Behavior Inventory (CBI)-24 item. Caring Behavior Inventory (Wu et al.,
2006) telah menjadi paling banyak digunakan dengan bahasa variasi. CBI terdiri 42
item (dan direvisi CBI (Wu et al., 2006) 24 item) kalimat positif dan negatif tentang
perilaku caring dengan rating 6 point skala likert dari tidak pernah (1) ke selalu (6).
Validitas isi baik, validitas konstruk, konsistensi internal dan reliabilitas stabil telah
dilaporkan pada kedua variasi instrumen. Instrumen mempunyai skala rasio. Nilai
mean digunakan dalam perhitungan perilaku caring dan digambarkan dalam 4
dimensi yaitu kepastian, pengetahuan dan keterampilan, penuh hormat, dan
hubungan. Nilai mean yang tinggi (4 atau lebih besar dalam skala 1 sampai 6)
menunjukkan perilaku caring yang tinggi.
Kualitas asuhan keperawatan adalah respon keperawatan terhadap
kebutuhan fisik, psikologis, emosional, sosial, dan spiritual yang diberikan dengan
perilaku caring berdasarkan 6 indikator diantaranya karakteristik staf, aktivitas
berorientasi tugas, aktivitas berorientasi manusia, pre kondisi, kemajuan proses
keperawatan, dan lingkungan (Leinonen, Leino-kilpi, Stahlberg, & Lertola, 2001).
Instrumen GNCS (Good Nursing Care Scale) terdiri dari 33 item dengan rating 5
35
skala likert dari sangat tidak setuju (1) ke sangat setuju (5). Instrumen mempunyai
skala rasio. Mean skor yang tinggi (4 atau lebih besar dalam skala 1 sampai 5)
menjelaskan kualitas asuhan keperawatan baik.
3.6. Metode Pengukuran
3.6.1. Data demografi
Lembar data demografi: lembar data demografi terdiri dari lembar data
demografi pasien yang meliputi umur yang berdasarkan Kemenkes (2013) (25-34
tahun, 35-44 tahun, 45- 54 tahun, 55-64 tahun, 65-74 tahun, dan ≥ 75 tahun), jenis
kelamin (laki-laki dan perempuan), tingkat pendidikan (SD, SMP/SMA, dan PT),
lama sakit, dan grade heart failure yang berdasarkan New York Heart Association
(NYHA) (grade I, II, III, dan IV) dan lembar data demografi perawat meliputi
umur yang berdasarkan Kemenkes (2013) (25-34 tahun, 35-44 tahun, 44- 54 tahun,
55-64 tahun, 65-74 tahun, dan ≥ 75 tahun), jenis kelamin (laki-laki dan perempuan),
tingkat pendidikan (D3 keperawatan dan Ners), dan lama bekerja (1-5 tahun, 6-10
tahun, dan > 10 tahun).
3.6.2. Data kualitas asuhan keperawatan
Lembar penilaian kualitas asuhan keperawatan: kualitas asuhan
keperawatan dinilai dengan modifikasi dari The Good Nursing Care Scale (GNCS).
Instrumen yang dikembangkan oleh Leinonen, Leino-kilpi, Stahlberg, dan Lertola
(2001) dan digunakan untuk mengidentifikasi kualitas asuhan keperawatan.
Instrumen tersebut terdiri dari lima kategori, seperti karakteristik staf, aktivitas,
kondisi sebelum perawatan, lingkungan, dan peningkatan proses keperawatan
36
dengan rating 5 point skala likert dari sangat tidak setuju (1) ke sangat setuju (5).
Instrumen ini terdiri dari 33 item. Alasan digunakan instrumen The Good Nursing
Care Scale (GNCS) adalah karena setiap item pernyataan dalam instrumen tersebut
paling mendekati sesuai dengan 10 faktor carrative Watson.
Instrumen GNCS ini dikembangkan dalam bahasa Inggris yang
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan metode back
translation. Terjemahan Indonesia dan back translation dilakukan oleh dua ahli
bahasa. Kemudian, membandingkan instrumen yang telah diterjemahkan bahasa
Inggris kembali dengan instrumen yang asli oleh ahli bahasa (Native English
speaker) pada kesamaan dan konsistensi dan menyakinkan tidak ada perubahan
dalam pemaknaan selama proses terjemahan.
3.6.3. Panduan model caring
Panduan praktik model caring: panduan praktik model caring
dikembangkan oleh peneliti berdasarkan beberapa referensi buku dan jurnal
penelitian. Panduan ini berisi tentang pengertian caring, keuntungan berperilaku
caring, panduan model caring berdasarkan 10 faktor carative Watson meliputi: 1)
Pembentukan sistem nilai humanistik, 2) Kepercayaan – harapan, 3) Pengembangan
sensitivitas pada diri sendiri dan orang lain, 4) Pengembangan rasa saling percaya,
hubungan caring, 5) Promosi dan penerimaan ekspresi pada perasaan positif dan
negatif, 6) Menggunakan suatu pemecahan masalah yang kreatif, 7) Melakukan
pengajaran transpersonal, 8) Memberikan suatu lingkungan yang mendukung,
melindungi, dan perbaikan mental, fisik, sosial, dan spiritual, 9) Membantu
37
memenuhi kebutuhan dasar dengan kepuasan, dan 10) Mengizinkan kekuatan
eksistensial-fenomenologi-spiritual.
3.6.4. Content Validity
Content validity merujuk pada representative dari item-item yang terdapat
dalam instrumen dimana berkaitan dengan dimensi yang diukur (Fraenkel &
Wallen, 2003). Tujuan dari content validity (CV) adalah untuk menilai relevansi
dari setiap item terhadap apa yang diukur oleh peneliti. Beberapa pendekatan
dilakukan dalam melakukan content validity dengan menggunakan expert (ahli).
Hasil dari content validity diukur dengan menggunakan CVI (content validity
index). Para ahli diberikan pertanyaan dan diminta pendapatnya tentang instrumen
tersebut. Dalam item instrumen ada poin dengan 4 skala dari 1 (tidak relevan)
sampai 4 (sangat relevan). CVI dari total instrumen menjadi proporsi materi yang
dinilai juga 3 atau 4. Level dari CVI menunjukkan acceptable jika ≥ 0.80 (Polit &
Beck, 2012). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wu et al.
(2006) didapatkan bahwa nilai CVI pada instrumen CBI sebesar 0.96. Sedangkan
berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Leinonen, Kilpi, Stahlberg,
dan Lertola (2001) juga didapatkan bahwa nilai CVI pada instrumen GNCS adalah
sebesar 0.91. Content validity tidak dilakukan karena instrumen telah diuji dalam
penelitian sebelumnya.
3.6.5. Internal Consistency
Internal consistency berfokus pada homogenecity dari item (DeVellis,
1991). Tujuannya adalah untuk menilai semua item dalam suatu instrumen bersifat
konsisten dalam pengukuran. Kuesioner dengan reliabilitas yang tinggi jika nilai
38
Cronbach’s alpha melebihi angka kritis. Uji reliabilitas minimal 0.70 (Polit &
Beck, 2012). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wu et al.
(2006) didapatkan bahwa nilai Cronbach’s alpha pada instrumen pada setiap item
antara 0.84 sampai 0.96 pada 4 subscale. Sedangkan berdasarkan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Leinonen, Kilpi, Stahlberg, dan Lertola (2001)
juga didapatkan bahwa nilai Cronbach’s alpha pada instrumen GNCS dalam tujuh
subkategori berada pada 0.71-0.86.
3.6.6. Pilot Study
Hasil dari expert review, instrumen diuji coba (pilot study) untuk
mengetahui konsistensi instrumen, menilai pemahaman, dan persepsi responden
tentang kejelasan instrumen dan reliabilitasnya. Uji instrumen ini diujikan pada
ruang inap kardio lantai 3 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Alasan peneliti melakukan pilot study di rumah sakit tersebut adalah karena metode
pelayanan yang sama dan karakteristik pasien yang sama dengan tempat penelitian
peneliti. Peneliti telah melakukan pilot study pada 30 pasien gagal jantung dalam
mengetahui konsistensi instrumen CBI dan GNCS. Dari hasil uji dengan
Cronbach’s alpha didapatkan secara berurutan sebesar 0.76 dan 0.75.
3.7. Metode Analisa Data
Setelah semua data dikumpul, maka peneliti melakukan analisa data dan
melalui beberapa tahap. Pertama, memeriksa kelengkapan identitas dan data
responden dan memastikan bahwa semua jawaban telah terisi. Setelah itu,
39
mengklarifikasi dan mentabulasikan data yang telah dikumpulkan serta dilakukan
pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi.
3.7.1. Analisa data univariat
Analisa statistik univariat menguji frekuensi atau rata-rata nilai dari
variabel-variabel (Polit & Beck, 2012). Pengolahan data dilakukan dengan cara
univariat, dimana data untuk menampilkan data demografi, perilaku caring, dan
kualitas asuhan keperawatan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, persentase,
mean, dan standar deviasi (SD).
3.7.2. Analisa data bivariat
Analisa statistik bivariat digunakan dalam menggambarkan hubungan
diantara dua variabel (Polit & Beck, 2012). Uji hipotesis menggunakan Independent
t-test. Uji tersebut untuk menguji efektivitas model caring pada kelompok
intervensi dan kontrol, dengan nilai yang signifikan (p). Untuk menginterpretasikan
nilai signifikan (p), jika nilai p kurang dari atau sama dengan nilai α (0.05) berarti
perbedaan yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa alternatif
(Ha) diterima dan dapat diinterpretasikan sebagai adanya perbedaan kualitas asuhan
keperawatan pada kelompok intervensi dan kontrol dan jika nilai p lebih dari nilai
α (0.05) berarti perbedaan yang tidak signifikan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesa alternatif (Ha) ditolak dan dapat diinterpretasikan sebagai tidak
terdapatnya perbedaan kualitas asuhan keperawatan pada kelompok intervensi dan
kontrol.
40
3.7.3. Asumsi uji statistik pada penelitian quasi-eksperimen
Dalam statistik parametrik, diperlukan asumsi tentang distribusi variabel-
variabel dan estimasi sebuah parameter. Misalnya distribusi variabel yang normal.
Data yang digunakan bersifat rasio atau interval. Distribusi frekuensi, scatter plots
juga dapat memberikan informasi apakah asumsi terpenuhi atau tidak (Polit &
Beck, 2012). Asumsi pada uji perbedaan dilakukan terlebih dahulu sebelum
dilakukan tes parametrik, berada pada distribusi yang normal dengan menampilkan
kurva normal dan linear serta homogen.
Dalam menguji kenormalan data dapat dilakukan dengan tiga cara meliputi:
melihat grafik histogram dan kurva normal, menggunakan nilai Skewness dan
standar error-nya, dan Kolmorogov-Smirnov test dengan nilai kemaknaan (p) >
0.05. Dalam menguji homogenitas dan varians dilakukan dengan Levene’s test
dengan kemaknaan (p) > 0.05.
3.7.4. Uji normalitas
Uji asumsi normalitas dalam penelitian ini adalah untuk melihat item
perilaku caring dan kualitas asuhan keperawatan pada setiap kelompok teramati
dan tidak akan menyimpang secara signifikan dari distribusi normal. Uji
kenormalan tersebut akan dinilai dengan Kolmorogov-Smirnov test, Skewness, dan
Kurtosis. Alasan digunakannya Kolmorogov-Smirnov test adalah karena uji
tersebut digunakan pada sampel lebih dari 30. Nilai normal Kolmorogov-Smirnov
test adalah jika nilai signifikan lebih dari 0.05. Skewness merupakan suatu besaran
statistik yang menunjukkan kemiringan data. Untuk melihat sebaran data normal
yaitu dengan rasio skewness, dengan membandingkan antara nilai skewness dengan
41
standar error skewness. Data dikatakan normal ketika nilai rasio skewness berada
pada rentang nilai -2 sampai 2. Kurtosis menunjukkan keruncingan suatu data.
Kriteria normalitasnya sama dengan rasio skewness. Uji asumsi normalitas
terpenuhi.
Tabel 3.2.
Distribusi Nilai Normal Perilaku Caring Perawat
Kelompok Uji Normalitas
Kolmorogov-Smirnov test Skewness Kurtosis
Post Intervensi 0.13 2.00 2.53
Post Kontrol 0.20 1.32 2.42
Tabel 3.3.
Distribusi Nilai Normal Kualitas Asuhan Keperawatan
Kelompok Uji Normalitas
Kolmorogov-Smirnov test Skewness Kurtosis
Post Intervensi 0.14 1.66 0.51
Post Kontrol 0.10 0.63 0.51
3.7.5. Uji homogenitas/varian
Uji homogenitas bertujuan untuk menunjukkan bahwa dua atau lebih
kelompok data berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Uji ini
dilakukan dengan Levene’s test. Jika nilai signifikan Levene’s test > 0.05 maka
dapat dikatakan bahwa variasi datanya homogen. Uji homogenitas terpenuhi.
Tabel 3.4.
Distribusi Nilai Homogenitas Perilaku Caring dan Kualitas Asuhan
Keperawatan
Variabel Nilai Signifikan
Perilaku caring 0.41
Kualitas asuhan keperawatan 0.05
42
3.8. Pertimbangan Etik
Proposal yang telah dibuat dan disetujui oleh Komisi Etik Fakultas
Keperawatan, Universitas Sumatera Utara (etical clearance). Izin dalam
pengumpulan data didapatkan dari direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan. Tujuan dan prosedur dalam penelitian ini dijelaskan pada staf
perawat rumah sakit.
Setelah terdata dan ditetapkan sebagai kelompok intervensi dan kontrol,
responden diinformasikan tentang tujuan dan prosedur penelitian. Pada kelompok
intervensi, waktu yang digunakan dan aktivitas didiskusikan secara individu. Untuk
memastikan pemahaman penuh, responden diyakinkan tentang kerahasiaan
hasilnya. Data dijaga dan dihapus setelah penelitian ini selesai. Data ditulis tanpa
nama (anonymity). Di samping itu, responden diinformasikan tidak ada risiko fisik
ketika berpartisipasi dalam penelitian ini (maleficience). Responden bebas untuk
menolak dalam berpartisipasi setiap saat selama dalam penelitian ini (autonomy).
Selain itu juga, responden diinformasikan tidak ada dikenakan biaya selama
berpartisipasi dan diberikan penghargaan (beneficience).
43
Tabel 3.5.
Proses Pengumpulan Data
Waktu Kelompok intervensi Kelompok kontrol
Minggu 1 Hari 1-7 Edukasi tentang Watson,
kesadaran, dan
transpersonal caring
Presentasi, tugas
Perawatan rutin yang
dilakukan oleh perawat
(standard care)
Minggu 2 Hari 1-7 Edukasi tentang Proses
caritas pertama, kedua,
ketiga, dan keempat
Presentasi, tugas
Minggu 3 Hari 1-7 Edukasi tentang Proses
caritas kelima, keenam,
ketujuh, dan kedelapan
Presentasi, tugas
Minggu 4 Hari 1-7 Edukasi tentang Proses
caritas kesembilan,
kesepuluh, dan praktik
caritas
Presentasi, tugas
Minggu 5
dan 6
Hari 1-14 Tidak ada aktivitas Posttest dengan CBI dan
GNCS pada 32 pasien
yang sudah menjalani
minimal 3 hari
perawatan dengan
perawat yang tidak
diberikan intervensi
Minggu 7
dan 8
Hari 1-14 Posttest dengan CBI dan
GNCS pada 32 pasien
yang sudah menjalani
minimal 3 hari perawatan
dengan perawat yang
diberikan intervensi
Tidak ada aktivitas
44
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Tujuan dalam penelitian adalah untuk menguji efektivitas model caring
terhadap kualitas asuhan keperawatan di antara pasien gagal jantung. Bab ini
menunjukkan hasil penelitian. Hasil tersebut berdasarkan 64 pasien gagal jantung
dan 16 perawat pelaksana di Rumah Sakit Adam Malik, Medan, Indonesia. Hasil
menunjukkan tiga bagian meliputi: deskripsi lokasi penelitian, data demografi,
pengembangan model caring, dan hasil analisis.
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan Unit Pelayanan
Teknis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Rumah Sakit yang berada di
Jalan Bunga Lau No. 17 Medan merupakan Rumah Sakit kelas A sekaligus rumah
sakit rujukan dan pendidikan untuk wilayah propinsi Sumatera Utara, Aceh,
Sumatera Barat, dan Riau.
Berdasarkan SK Menkes RI No. HK.00.06.3.5.5317 tanggal 31 Oktober
2006 RSUP. H. Adam Malik telah terakreditasi untuk 16 pelayanan. Surat
keputusan Menteri Keuangan No. 280/KMK.05/2007 dan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan dengan No. 756/Menkes/SK/VI/2007 tepat pada Juni 2007 RSUP. H.
Adam Malik berubah status menjadi Badan Layanan Umum (BLU) bertahap
dengan tetap mengikuti pengarahan-pengarahan yang diberikan oleh Ditjen
Yanmed dan Departemen Keuangan untuk perubahan status menjadi BLU penuh.
45
Tahun 2010 RSUP. H. Adam Malik Medan kembali terakreditasi untuk 16
pelayanan periode Juli 2010 s/d Juli 2013 sesuai SK Kemenkes RI No.
YM.01.10/III/3696/10 tanggal 20 Juli 2010.
4.2. Data Demografi
Data yang berhubungan dengan karakteristik demografi pada responden
(pasien gagal jantung) ditunjukkan oleh Tabel 4.1. Hasil penelitian menunjukkan
pasien adalah laki-laki (67.2%). Pada kategori umur responden pada semua pasien
adalah 55-64 tahun (31.2%). Responden dari kedua kelompok mempunyai
pendidikan SMP/SMA (78.1% pada kelompok intervensi dan 56.2% pada
kelompok kontrol). Lebih dari 80% pada responden telah mengalami gagal jantung
1-5 tahun. Pada grade HF (Heart Failure) pada kelompok intervensi berada pada
HF grade III (43.8%) dan HF grade II pada kelompok kontrol (46.9%).
Data yang berhubungan dengan karakteristik demografi perawat pelaksana
ditunjukkan pada Tabel 4.2. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas perawat
adalah perempuan (81.2 %). Pada kategori umur responden umumnya pada kategori
25-34 tahun, dimana pada kelompok intervensi dan kontrol sebesar 75%. Mayoritas
responden dari kedua kelompok mempunyai pendidikan D3 Keperawatan (87.5%
pada kelompok intervensi dan 75% pada kelompok kontrol). Pada kategori lama
bekerja perawat, kelompok intervensi dan kontrol perawat pelaksana berada pada
1-5 tahun (50 %).
46
Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Pasien Gagal Jantung di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2015 (N= 64)
Karakteristik Kelompok
Intervensi
(N=32)
Kelompok
Kontrol
(N=32)
Total
f % f % f %
Umur
25-34
35-44
45-54
55-64
65-74
> 75
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Tingkat pendidikan
SD
SMP/SMA
PT
Lama sakit
1-5 tahun
6-10 tahun
Grade HF
Grade II
Grade III
Grade IV
4
2
7
11
7
1
29
3
2
25
5
28
4
11
14
7
12.5
6.2
21.9
34.4
21.9
3.1
90.6
9.4
6.2
78.1
15.6
87.5
12.5
34.4
43.8
21.9
4
4
9
9
5
1
14
18
9
18
5
27
5
15
14
3
12.5
12.5
28.1
28.1
15.6
3.1
43.8
56.2
28.1
56.2
15.6
84.4
15.6
46.9
43.8
9.4
8
6
16
20
12
2
43
21
11
43
10
55
9
26
28
10
12.5
9.4
25.0
31.2
18.8
3.1
67.2
32.8
17.2
67.2
15.6
85.9
14.1
40.6
43.8
15.6
47
Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Perawat Pelaksana di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2015 (N= 16)
Karakteristik Kelompok
Intervensi
(N= 8)
Kelompok
Kontrol
(N= 8)
Total
f % f % f %
Umur
25-34
35-44
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Tingkat pendidikan
D3 keperawatan
Ners
Lama bekerja
1-5 tahun
6-10 tahun
> 10 tahun
6
2
1
7
7
1
4
2
2
75
25
12.5
87.5
87.5
12.5
50
25
25
6
2
2
6
6
2
4
3
1
75
25
25
75
75
25
50
37.5
12.5
12
4
3
13
13
3
8
5
3
75
25
18.8
81.2
81.2
18.8
50
31.2
18.8
4.3. Post Test Caring Behavior Inventory (CBI) dan Good Nursing Care Scale
(GNCS)
Data yang berhubungan dengan perilaku caring pada pasien gagal jantung
ditunjukkan pada Tabel 4.3. Nilai mean perilaku caring pada post test (sesudah
dilakukannya model caring) pada kelompok intervensi adalah 4.89 (SD=0.44) dan
4.79 (SD=0.41) pada kelompok kontrol. Data yang berhubungan dengan kualitas
asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung ditunjukkan pada Tabel 4.3. Nilai
mean kualitas asuhan keperawatan pada post test (sesudah dilakukannya model
48
caring) pada kelompok intervensi adalah 4.15 (SD=0.25) dan 4.10 (SD=0.28) pada
kelompok kontrol.
Tabel 4.3.
Distribusi Mean dan Standar Deviasi Perilaku Caring dan Kualitas Asuhan
Keperawatan Sesudah Intervensi pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
Pasien Gagal Jantung Tahun 2015
Variabel Intervensi Kontrol
M SD M SD
Post intervensi
CBI
GNCS
4.89
4.15
0.44
0.25
4.79
4.10
0.41
0.28
4.4. Hasil Analisis
4.4.1. Perbedaan perilaku caring antara kelompok intervensi dan
kontrol
Perilaku caring dalam kelompok post test, menggunakan Independent t-test
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada perilaku caring antar
kelompok intervensi dan kontrol (t=-2.34, p=0.02) (Tabel 4.4.).
Tabel 4.4.
Perbedaan Perilaku Caring Sesudah Model Caring antara Kelompok
Intervensi dan Kontrol
Kelompok 24 item CBI
Mean
(SD)
min-max t p (1-tailed)
Intervensi 4.89
(0.44)
3.70-5.75 -2.34 0.02*
Kontrol 4.79
(0.41)
3.12-5.25
*p<0.05
49
4.4.2. Perbedaan kualitas asuhan keperawatan antara kelompok
intervensi dan kontrol
Hasil Independent t-test menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
pada kualitas asuhan keperawatan pada post test (t=-2.26, p=0.02) (Tabel 4.5).
Tabel 4.5.
Perbedaan Kualitas Asuhan Keperawatan Sesudah Model Caring antara
Kelompok Intervensi dan Kontrol
Kelompok 33 item GNCS
Mean
(SD)
min-max t p (1-tailed)
Intervensi 4.15
(0.25)
3.45-4.90 -2.26 0.02*
Kontrol 4.10
(0.28)
2.84-4.42
*p<0.05
50
BAB 5
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas model caring terhadap
kualitas asuhan keperawatan di RSUP H. Adam Malik Medan. Pembahasan
berfokus pada tiga bagian yaitu: 1) Karakteristik responden, 2) Pengembangan
model caring, dan 3) Perbedaan perilaku caring dan kualitas asuhan keperawatan
pada post test kelompok intervensi dan kontrol.
5.1. Karakteristik Responden
Data yang berhubungan karakteristik demografi pada responden pasien
gagal jantung ditunjukkan oleh Tabel 4.1. Hasil menunjukkan mayoritas pasien
adalah laki-laki (67.2%) dan diikuti oleh perempuan (32.8%). Berdasarkan
penelitian sebelumnya dilakukan oleh Siswanto et al. (2010) didapatkan bahwa dari
1687 pasien gagal jantung, mayoritas pasien adalah laki-laki yaitu sebesar 64.5%.
Akan tetapi berdasarkan penelitian Sheldon, Roht, dan Rui (2012) di Singapura,
prevalensi gagal jantung lebih banyak pada perempuan. Hal ini menunjukkan
bahwa jenis kelamin tidak menjadi faktor predisposisi utama pada pasien gagal
jantung.
Pada data umur responden, rentang umur berada pada 25-78 tahun, dengan
terbanyak (31.2%) berada pada umur lansia (55-64 tahun) dan diikuti oleh kategori
umur dewasa akhir (45-54 tahun) dengan sebesar 25.0%. Pada kategori umur
51
responden pada kelompok intervensi adalah 55-64 tahun (34.4%) dan pada
kelompok kontrol adalah 45-54 tahun (28.1%). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Siswanto et al (2010) pada 5 rumah sakit di Indonesia, rata-rata umur
pasien gagal jantung adalah 60 tahun. Di samping itu, Roger (2013) dalam
penelitiannya di Amerika Serikat, gagal jantung terutama terjadi pada pasien
dengan umur lebih dari 65 tahun. Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa umur pada pasien gagal jantung berada pada
kategori umur lansia.
Dalam penelitian ini, kebanyakan dari semua pasien gagal jantung berada
pada kategori tingkat pendidikan SMP/SMA (67.2%) dan diikuti SD (17.2%).
Mayoritas responden dari kedua kelompok mempunyai pendidikan SMP/SMA
(71.9% pada kelompok intervensi dan 59.4% pada kelompok kontrol). Berdasarkan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ndambuki (2013) di Kenya, didapatkan
bahwa dari 149 responden sebanyak 60 pasien (40.2%) sudah berpendidikan tinggi
dan diikuti sebanyak 52 pasien (34.8%) berpendidikan SMP/SMA (secondary
level). Berdasarkan hasil penelitian dan penelitian sebelumnya bahwa tingkat
pendidikan tidak mempengaruhi insidensi pasien gagal jantung.
Lebih dari 80% pada responden telah mengalami gagal jantung 1-5 tahun.
Dari total pasien gagal jantung, kebanyakan responden mempunyai lama sakit 1-5
tahun (85.9%) dan diikuti oleh lama sakit 5-10 tahun (14.1%). Berdasarkan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chiang, Chen, Dai, dan Ho (2012) di
Taiwan dengan 60 responden, didapatkan bahwa sebanyak 33 pasien (55%) telah
mengalami gagal jantung 1-5 tahun dan diikuti oleh 20 pasien (33.3%) dengan lama
52
sakit lebih dari 5 tahun. Dari hasil penelitian dan penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa rata-rata pasien mengalami gagal jantung selama 1-5 tahun.
Mayoritas grade heart failure (HF) pada kelompok intervensi berada pada
HF grade II (37.5%) dan HF grade III pada kelompok kontrol (43.8%) (Tabel 4.1).
Dalam keseluruhan data pasien, sebagian besar dari responden berada pada grade
HF III (43.8%) diikuti dengan HF grade II (40.6%). Berdasarkan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Guder et al (2015) di Jerman menyatakan bahwa
dari 3315 responden yang direkrut, mayoritas berada pada HF grade III sebanyak
1324 pasien (39.9%) dan diikuti oleh pasien HF grade II sebanyak 1134 (34.2%).
Berdasarkan hasil penelitian ini dan studi penelitian sebelumnya didapatkan bahwa
pasien gagal jantung mempunyai grade III.
Data yang berhubungan karakteristik demografi pada responden perawat
pelaksana ditunjukkan oleh Tabel 4.2. Hasil menunjukkan mayoritas perawat
adalah perempuan (81.2%) dan diikuti oleh laki-laki (18.8%). Berdasarkan
penelitian sebelumnya dilakukan oleh Zamanzadeh (2010) di Iran didapatkan
bahwa dari 40 perawat, mayoritas perawat adalah perempuan yaitu sebesar 92.5%.
Disamping itu, berdasarkan penelitian Tuckett (2008) di Australia, perawat
pelaksana lebih banyak pada perempuan (84.93%). Hal ini menunjukkan bahwa
jenis kelamin perawat masih didominasi oleh perempuan.
Pada data umur responden, rentang umur berada pada 25-44 tahun, dimana
(75%) berada pada umur dewasa dini (25-34 tahun) dan diikuti oleh kategori umur
dewasa madya (35-44 tahun) dengan sebesar 25%. Pada kategori terbanyak umur
responden pada kelompok intervensi dan kontrol adalah 25-34 tahun (75%).
53
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh O Connell (2008) di Irlandia, rata-rata
umur perawat adalah 35 tahun. Di samping itu, Aiken (2013) dalam penelitiannya
di Belgia, rata-rata perawat pelaksana mempunyai umur 35-40 tahun. Berdasarkan
hasil pembahasan dan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa umur pada
perawat sangat bervariasi.
Dalam penelitian ini, kebanyakan dari semua perawat berada pada kategori
tingkat pendidikan D3 Keperawatan (81.2%) dan diikuti Ners (18.8%). Mayoritas
responden dari kedua kelompok mempunyai pendidikan D3 Keperawatan (87.5%
pada kelompok intervensi dan 75% pada kelompok kontrol). Berdasarkan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Patiraki (2014) di 6 negara-negara
Eropa, didapatkan bahwa dari 1195 responden perawat, mayoritas berpendidikan
D3 Keperawatan (Diploma degree) (67.4%) kemudian diikuti berpendidikan S1
Keperawatan/Ners (Bachelor’s degree in Nursing) (27.6%). Akan tetapi,
berdasarkan penelitian Cho (2009) di Korea menyatakan bahwa dari 1365 perawat
terdapat 849 perawat (62.2%) berpendikan S1 Keperawatan/Ners atau lebih tinggi
dan sisanya perawat dengan pendidikan D3 Keperawatan. Berdasarkan hasil
penelitian dan penelitian sebelumnya bahwa tingkat pendidikan tidak
mempengaruhi perilaku caring karena tingkat pendidikan perawat yang bervariasi
di rumah sakit.
Lama bekerja perawat didominasi oleh perawat yang lama bekerjanya 1-5
tahun (50%) baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Kemudian
diikuti oleh perawat yang telah bekerja selama 6-10 tahun (31.2% dari total
perawat). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eizenberg
54
(2011) di Israel dengan 243 responden perawat, didapatkan bahwa rata-rata lama
bekerja perawat 9-12 tahun. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Nasrath (2011) di Maldive didapatkan bahwa dari 162 perawat, sebanyak 57
perawat telah bekerja selama 6-10 tahun (35.19%), diikuti 53 perawat (32.72%)
dengan lama bekerja 3-5 tahun. Dari hasil penelitian dan penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa rata-rata pasien mengalami gagal jantung selama 6-10 tahun.
5.2. Pengembangan Model Caring
5.2.1. Edukasi tentang konsep caring
Pada edukasi tentang konsep caring pada 8 perawat pelaksana di ruang inap
kardio lantai 4 RSUP H. Adam Malik Medan pada minggu 1 didapatkan bahwa 4
dari 8 perawat mengetahui dan mengenal caring tersebut. Selanjutnya peneliti
menggali tentang caring dan menjelaskan bahwa caring merupakan salah satu
konsep dari seorang ahli keperawatan salah satunya Jean Watson. Dalam umpan
balik tersebut, 5 dari 8 perawat tidak paham dan tidak mengenal ahli keperawatan
tersebut dan bagaimana teori caring itu dikembangkan serta aplikasinya. Sebanyak
5 dari 8 perawat hanya mengenal Florence Nightingale sebagai teoritis
keperawatan. Selain itu dari hasil edukasi melalui hand out dan video tentang
konsep caring tersebut, mayoritas perawat telah mengenal dan memahaminya.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Schmock, Breckenridge, dan
Benedict (2009) di Amerika Serikat didapatkan bahwa 11 perawat diberikan
edukasi tentang caring Watson selama 1 jam selama 1 minggu. Di samping itu, Erci
et al. (2003) di Turki melakukan edukasi pada 6 perawat dimana 15 jam dalam 3
55
minggu. Berdasarkan hasil penelitian dan penelitian sebelumnya membuktikan
bahwa edukasi tentang caring membutuhkan waktu minimal 3 minggu.
5.2.2. Edukasi tentang 10 Carrative Factor
Setelah edukasi tentang konsep caring, selanjutnya peneliti mencoba
menerangkan dan menggali pemahaman perawat tentang 10 proses caritas melalui
diskusi dengan hand out dan video yang diberikan selama 3 minggu. Dalam minggu
kedua, peneliti menjelaskan tentang caritas pertama, kedua, ketiga dan keempat.
Dalam minggu ini, peneliti mencoba menggali pengalaman perawat untuk terbuka,
hadir (presence) dan sensitif dalam praktik keperawatan. Beberapa perawat sulit
memahami pada minggu 2 ini, sehingga peneliti mengulang-ulang sampai paham
bahkan mengajak rekan kerjanya untuk membantu memahaminya.
Pada minggu ke 3, peneliti mengajarkan dan menggali proses caritas
kelima, keenam, ketujuh dan kedelapan. Pada prinsipnya, pada minggu ini peneliti
menjelaskan pentingnya kesadaran (awareness) caring tersebut. Seperti mendengar
lebih seksama (authentic listening). Pada minggu ini, perawat yang diberi intervensi
lebih mudah paham dalam materi diberikan.
Pada minggu ke empat, peneliti menjelaskan tentang proses caritas
kesembilan dan kesepuluh, serta aplikasi dalam kehidupan sehari. Dalam minggu
tersebut, peneliti mencoba menumbuhkan penerimaan (receptivity) pada diri
perawat. Dalam diskusi ini, banyak perawat mengatakan bahwa pada awal menjadi
seorang perawat bukanlah hal yang dibayangkan sebelumnya. Saat ditanya awalnya
masuk dalam dunia keperawatan, beberapa perawat berkata, ketika saya melihat
perawat berpakaian putih, saya suka menjadi perawat atau pendapat perawat lain
56
mengatakan bahwa dia menyukai saat berkomunikasi dengan keluhan pasien.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Knisely, Fulton, dan Friesth (2015) di
Amerika Serikat, menyatakan bahwa edukasi yang efektif dilakukan oleh perawat
pendidik spesialis kepada staf perawat minimal 500 jam atau 3 minggu.
Berdasarkan hasil penelitian dan penelitian sebelumnya perubahan perilaku akan
terjadi setelah responden mendapatkan edukasi minimal selama 3 minggu.
5.2.3. Post test Caring Behavior Inventory (CBI) dan Good Nursing Care
Scale (GNCS)
Data yang berhubungan dengan perilaku caring pada pasien gagal jantung
ditunjukkan pada Tabel 4.5. Nilai mean perilaku caring pada post test (sesudah
dilakukannya model caring) pada kelompok intervensi adalah 4.89 (SD=0.44) dan
4.79 (SD=0.41) pada kelompok kontrol. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Patiraki et al. (2014), didapatkan bahwa nilai mean CBI sebesar 4.72
dengan standar deviasi sebesar 0.92 yang menunjukkan perilaku caring yang baik.
Selain juga, penelitian yang dilakukan oleh Palese et al. (2011) menyatakan bahwa
nilai mean CBI sebesar 4.9 dengan standar deviasinya 0.8. Berdasarkan hasil
penelitian dan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa nilai mean perilaku
caring perawat lebih dari 4. Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa jika nilai
mean CBI sebesar 4 atau lebih besar dalam skala 1 sampai 6 maka menunjukkan
perilaku caring yang tinggi. Jadi, dalam penelitian ini, nilai mean CBI pada
kelompok intervensi dan kontrol sebesar 4.89 dan 4.79, maka menunjukkan
perilaku caring yang tinggi.
57
Beberapa faktor latar belakang sosio-demografi mempengaruhi persepsi
perilaku caring perawat (Zamanzadeh, Azimzadeh, & Valizadeh, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian ini, kebanyakan pasiennya adalah laki-laki (67.2%).
Baldursdottir dan Jonsdottir (2002), menyebutkan bahwa wanita signifikan lebih
tinggi daripada pria tentang persepsi perilaku caring (p=0.002). Hal ini dapat
menyimpulkan bahwa jumlah pasien pria yang dominan akan meningkatkan nilai
mean perilaku caring perawat dalam penelitian ini.
Berdasarkan dari hasil penelitian kategori terbanyak umur pasien (55-64
tahun) dimana sebesar 31.2%. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Baldursdottir dan Jonsdottir (2002), semakin bertambah umur pasien (the higher)
akan mempunyai persepsi yang lebih tinggi pada perilaku caring (p=0.001). Grade
HF dalam penelitian kebanyakan pada kategori grade III (43.8%). Berdasarkan
penelitian sebelumnya Baldursdottir dan Jonsdottir (2002), tidak ada hubungan
antara tingkat keparahan penyakit (severity) terhadap persepsi perilaku caring
(p=0.536). Berdasarkan palese et al (2011) bahwa latar belakang tingkat pendidikan
secara signifikan mempengaruhi perilaku caring perawat (p<0.001).
Data yang berhubungan dengan kualitas asuhan keperawatan pada pasien
gagal jantung ditunjukkan pada Tabel 4.5. Nilai mean kualitas asuhan keperawatan
pada post test (sesudah dilakukannya model caring) pada kelompok intervensi
adalah 4.15 (SD=0.25) dan 4.10 (SD=0.28) pada kelompok kontrol. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Zhao dan Akkadechanunt (2011), nilai mean sebesar
4.14 dengan 0.62 yang menunjukkan kualitas yang tinggi. Salah satu hal yang
mempengaruhinya adalah harapannya sendiri. Setelah pasien mendapat perawatan
58
di rumah sakit, persepsinya tentang kualitas asuhan keperawatan berkaitan dengan
harapannya sebelumnya. Dibandingkan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh
Leinonen, Kilpi, Stahlberg, dan Lertola (2001), nilai mean GNCS nya sebesar 4.28.
Selain itu juga penelitian yang dilakukan oleh Istomina, Razbadaukas, dan
Martinkenas (2014), menyatakan bahwa nilai GNCS berada pada 4.45. Dari hasil
penelitian dan studi penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa nilai mean GNCS
lebih dari 4. Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa jika nilai mean GNCS
sebesar 4 atau lebih besar dalam skala 1 sampai 5 maka menunjukkan kualitas
asuhan keperawatan yang baik. Jadi, dalam penelitian ini, nilai mean GNCS pada
kelompok intervensi dan kontrol sebesar 4.15 dan 4.10, maka menunjukkan kualitas
asuhan keperawatan yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian ini, jenis kelamin lebih banyak pria 67.2%
daripada wanita 32.8%. Berdasarkan penelitian sebelumnya, tidak perbedaan
persepsi pria dan wanita terhadap kualitas asuhan keperawatan (Istomina,
Razbadauskas, & Martinkenas, 2014). Berdasarkan hasil penelitian umur pasien
lebih banyak pada kategori lansia (55-64 tahun) sebesar 31.2%. Berdasarkan
penelitian sebelumnya, ada hubungan antara umur dan persepsi kualitas asuhan
keperawatan (Istomina, Razbadauskas, & Martinkenas, 2014). Berdasarkan
Ndambuki 2013 menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
tingkat pendidikan terhadap persepsi kualitas asuhan keperawatan (p=0.63). Dalam
penelitian ini, tingkat pendidikan lebih banyak pada kategori SMP/SMA (67.2%)
diikuti oleh SD (17.2%).
59
5.3. Efektivitas Model Caring terhadap Kualitas Asuhan Keperawatan
Perilaku caring dalam kelompok post test, menggunakan uji independent t-
test menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada perilaku caring antar
kelompok intervensi dan kontrol (t=-2.34, p=0.02) (Tabel 4.6.). Berdasarkan
penelitian sebelumnya yang dilakukan Patiraki et al. (2014), menyatakan bahwa
perilaku caring dapat dipengaruhi oleh karakteristik personal seperti sifat, prioritas,
sikap, dan komitmen. Ini telah dilaporkan bahwa karakteristik personal antara lain
perasaan, kepercayaan, filosofi, komitmen, rasa tanggung jawab, dan
mementingkan orang lain mempunyai semua kontribusi terhadap perilaku caring
yang dipersepsikan oleh pasien. Berdasarkan hasil penelitian dan studi penelitian
sebelumnya, menunjukkan bahwa melalui edukasi yang diberikan dapat
menciptakan karakteristik personal perawat yang lebih caring sehingga pasien
menganggap bahwa perawat pelaksana mempunyai perilaku caring.
Independent t-test menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada
kualitas asuhan keperawatan pada post test (t=-2.26, p=0.02) (Tabel 4.7.).
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Istomina, Razbadaukas,
dan Martinkenas (2014) di Lithuania didapatkan bahwa ada sejumlah faktor yang
mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan diantaranya hubungan perawat-pasien
selama menjalani perawatan. Berdasarkan hasil penelitian dan penelitian
sebelumnya menyimpulkan bahwa adanya perubahan kualitas asuhan keperawatan
setelah perawat diberikan model caring melalui edukasi.
60
5.4. Kekuatan dan Keterbatasan Penelitian
Kekuatan dalam penelitian ini adalah: 1) menggunakan instrumen perilaku
caring (Caring Behavior Inventory)-24 item, yang paling terbaru dan terbanyak
digunakan dalam penelitian tentang caring di dunia. Instrumen tersebut sudah
dibukukan sehingga dengan mudah mendapatkan instrumen originalnya, 2) pilot
study untuk konsistensi item kuesioner, 3) menentukan sampel dengan power
analysis, 4) menggunakan rumah sakit pemerintah yang terbesar di kota Medan,
dan 5) menggunakan analisa uji parametrik.
Adapun keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini meliputi: 1)
Instrumen kualitas asuhan keperawatan GNCS, sangat sulit didapatkan originalnya
sehingga peneliti memohon kepada pembuat GNCS mengirimkan instrumen
originalnya melalui e-mail, 2) lokasi penelitian yang menggunakan rumah sakit
umum milik pemerintah yang telah memiliki kebijakan dalam pelayanan kesehatan,
dan 3) teknik pengambilan sampel yang masih menggunakan nonprobability
sampling.
61
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Suatu penelitian quasi-eksperimental telah dilakukan untuk menguji model
caring terhadap kualitas asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung. Penelitian
ini dilakukan dari Juli 2015 sampai Oktober 2015 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan. Enam puluh empat pasien gagal jantung telah direkrut
menggunakan teknik purposive sampling dan enam belas perawat pelaksana telah
direkrut menggunakan teknik total sampling. Peneliti mengumpulkan data dengan
menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data demografi, perilaku caring
perawat, dan kualitas asuhan keperawatan. Kemudian, hasil penelitian dianalisis
dengan menggunakan statistik deskriptif dan independent t-test. Dalam bab ini akan
menampilkan kesimpulan, implikasi pada keperawatan, dan rekomendasi pada
penelitian selanjutnya.
6.1. Kesimpulan
Rata-rata umur dari responden pasien gagal jantung berada pada rentang 55-
64 tahun dengan paling banyak responden adalah laki-laki, berpendidikan
SMP/SMA. Hampir semua dari responden mempunyai rentang lama sakit 1-5
tahun. Mayoritas responden telah mengalami HF grade III.
Rata-rata umur perawat pelaksana berada pada 25-34 tahun dengan paling
banyak responden adalah perempuan, lama bekerja 1-5 tahun. Hampir semua dari
responden berpendidikan D3 Keperawatan.
62
Rata-rata responden yang direkrut dalam penelitian melaporkan bahwa
perilaku caring perawat berada pada kategori tinggi. Meskipun begitu, nilai mean
Caring Behavior Inventory (CBI) pada kelompok intervensi pasien gagal jantung
masih lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sejalan dengan hal
tersebut, Rata-rata responden dalam penelitian ini melaporkan bahwa kualitas
asuhan keperawatan masih berada pada kategori yang baik. Meskipun begitu, nilai
mean Good Nursing Care Scale (GNCS) pada kelompok intervensi pasien gagal
jantung lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrolnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku caring pada kelompok
intervensi dan kontrol mempunyai perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan
bahwa model caring yang telah diberikan dapat meningkatkan perilaku caring pada
kelompok intervensi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kualitas asuhan
keperawatan pada kelompok intervensi dan kontrol mempunyai perbedaan yang
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa perawat yang melakukan model caring
dalam perawatannya dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
dibandingkan dengan standard care sebelumnya.
6.2. Saran
Temuan dalam penelitian ini akan memberikan informasi dalam mendukung
model caring terhadap kualitas asuhan keperawatan di berbagai pelayanan. Selain
itu juga, temuan dalam penelitian ini akan memberikan informasi yang berharga
bagi perawat dalam praktik klinis untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
yang berhubungan dengan caring. Perawat tidak hanya mempersepsikan intervensi
63
keperawatan sebagai tugas atau task akan tetapi dapat menganggap bahwa caring
sebagai bagian dari diri perawat, sehingga kualitas pelayanan keperawatan lebih
baik.
Temuan dalam penelitian akan memberikan suatu pemahaman dalam
pendidikan keperawatan yang berkaitan dengan caring dan kualitas asuhan
keperawatan. Temuan ini juga memberikan bukti dalam mendukung pentingnya
caring dalam keperawatan. Sehingga, dosen keperawatan dapat mengajarkan dan
melatih mahasiswa untuk berperilaku caring dalam praktik klinis.
Penelitian ini berkontribusi dalam memahami lebih baik tentang caring dan
kualitas asuhan keperawatan. Akan tetapi, karena keterbatasan dalam penelitian ini,
penelitian selanjutnya direkomendasikan diantaranya replikasi penelitian dengan
meluas kepada etnik tertentu, suatu penelitian yang besar di beberapa rumah sakit
untuk menguji efektivitas model caring terhadap kualitas asuhan keperawatan.
64
DAFTAR PUSTAKA
Ades, P. A., Keteyian, S. J., Balady, G. J., Miller, N. H., Kitzman, D. W., Mancini,
D. M., & Rich, M. W. (2013). Cardiac rehabilitation exercise and self-care
for chronic heart failure. Journal of American Cardiology, 1(6), 540-54. doi:
10.1016/j.jchf.2013.09.002
Aiken, L. H., Sloane, D. M., Bruyneel, L., Van Den Heede, K., & Sermeus, W.
(2013). Nurses reports of working conditions and hospital quality of care in
12 countries in Europe. International Journal of Nursing Studies, 50, 143-
153. doi: 10.1016/j.ijnurstu.2012.11.009
Baldursdottir, G., & Jonsdottir, H. (2002). The importance of nurse caring
behaviours as perceived by patients receiving care at an emergency
department. Heart & Lung, 31, 67-75. doi:10.1067/mhl.2002.119835
Brockopp, D., Schreiber, J., Hill, K., Altpeter, T., Moe, K., & Merritt, S. (2011). A
successful evidence-based practice model in an acute care setting. Oncology
Nursing Forum, 38(5), 509-511. doi: 10.1188/11.ONF.509-511
Burn, N., & Grove S. K., (2010). Understanding nursing research: Building an
evidence based practice. 5th Edition. Riverport Lane: Elseiver Saunders.
Chiang, L. C., Chen, W. C., Dai, Y. T., & Ho, Y. L. (2012). The effectiveness of
telehealth care on caregiver burden, mastery of stress, and family function
among family caregivers of heart failure patients: A quasi-experimental
study. International Journal of Nursing Studies, 49, 1230-1242. doi:
10.1016/j.ijnurstu.2012.04.013
Cho, S. H., June, K. J., Kim, Y. M., Cho, Y. A., Yoo, C. S., Yun, S. C., & Sung, Y.
H. (2009). Nurse staffing, quality of nursing care and nurse job outcomes in
intensive care units. Journal of Clinical Nursing, 18, 1729-37. doi:
10.1111/j.1365-2702.2008.02721
Delaney, C., & Barere, C. (2008). Blessings: The influence of a spirituality-based
intervention on psychosocial outcomes in a cardiac population. Holistic
Nursing Practice, 22(4), 210-219
DeVellis, R. F. (1991). Scale development: Theory and applications. California:
Sage Publications.
Erci, B., Sayan, A., Tortumluoglu, G., Kilic, D., Sahin, O., & Gungormus, Z.
(2003). The effectiveness of Watson’s caring model on quality of life and
blood pressure of patients with hypertension. Journal of Advanced Nursing,
41(2), 130-139. doi: 10.1046/j.1365-2648.2003.02515.
65
Eizenberg, M. M. (2011). Implementation of evidence-based nursing practice:
nurses’ personal and professional factors? Journal of Advanced Nursing,
67(1), 33-42. doi: 10.1111/j.1365-2648.2010.05488.x
Foster, J. G., & Prevost, S. S. (2012). Advance practice nursing of adults in acute
care. Philadephia: F. A. Davis Company.
Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. (2003). How to design and evaluate research in
education. Fifth edition. New York: McGraw-Hill.
Guder, G., Gelbrich, G., Edelmann, F., Wachter, R., Pieske, B., Pankuweit, S.,
Maisch, B., et al. (2015). Reverse epidemiology in different stages of heart
failure. International Journal of Cardiology, 184, 216-224. doi:
10.1016/j.ijcard.2015.02.009
Hertzog, M. A. (2008). Conderations in determining sample size for pilot studies.
Research in Nursing & Health, 31, 180-191. doi: 10.1002/nur.20247
Hilmer, M. P., Wodchris, W. P., Gill, S. S., Anderson, G. M., & Rochon, P. A.
(2005). Nursing home profit status and quality of care: Is there any evidence
of an association? Medical Care Research and Review, 62, 139-166. doi:
10.1177/1077558704273769
Hunt, S. A., Abraham, W. T., & Chin, M. H. (2009). ACC/AHA guidelines for the
diagnosis and management of heart failure in adults. Circulation, 119(14),
391-479. doi: 10.1161/circulationaha.109.192065
Ignatavicius, D. (2013). Medical surgical nursing: Patient centered collaborative.
7th Edition. Missouri: Elseiver Saunder.
Istomina, N., Razbadauskas, A., & Martinkenas, A. (2014). Evaluations related to
the quality of health and nursing care of patients after abdominal surgery.
Lithuanian Surgery, 123(1), 25-30.
Izumi, S., Baggs, J. G., & Knafl, K. A. (2011). Quality nursing care for hospitalized
patients with advanced illness: Concept development. Research in Nursing
Health, 33(4), 299-315. doi:10.1002/nur.20391
Kale, P., & Fang, J. C. (2008). Devices in acute heart failure. Critical Care
Medicine, 36, 121-128. doi: 10.1097/01.ccm.0000297318.39219.2d
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Laporan riset kesehatan dasar
2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
66
Kniselly, M. R., Fulton, J. S., & Friesth, B. M. (2015). Perceived importance of
teaching characteristics in clinical nurse specialist preceptors. Journal of
Professional Nursing, 31 (3), 208-214. doi: 10.1016/j.profnurs.2014.10.006
Kunaviktikul, W., Anders, R. L., Srisuphan, W., Chontawan, R., Nuntasupawat, R.,
Pumarporn, O., & Hanuchareonkul, S., et al. (2005). Development of
indicators to assess the quality of nursing care in Thailand. Nursing and
Health Sciences, 7, 273-280. doi: 10.1111/j.1442-2018.2005.00247
Lally, P., Jaarsveld, C. H., Potts, H. W., & Wardle, J. (2010). How are habits
formed: Modelling habit formation in the real world. European Journal of
Social Psychology, 40, 998-1009. doi: 10.1002/ejsp.674
Lee, L., Hsu, N., & Chang, S. (2007). An evaluation of the quality of nursing care
in orthopaedic units. Journal of Orthopaedic Nursing, 11, 160-168.
doi:10.1016/j.joon.2007.07.002
Leinonen, T., Leino-kilpi, H., Stahlberg, M. R., & Lertola, K. (2001). The quality
of perioperative care: Development of a tool for the perceptions of patients.
Journal of Advanced Nursing, 35(2), 294-306. doi: 10.1046/j.1365-
2648.2001.01846
Leong, L. T., Lao, S. W., & Chio, H. I. (2013). Understanding Watson’s caring
model in the self-management program for chronic heart failure patient.
Macau Journal of Nursing, 12(1), 42-47.
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2014). Medical
surgical nursing: Assessment and management of clinical problems. 9th
Edition. Missouri: Elseiver.
Lukose, A. (2011). Developing a practice model for Watson’s theory of caring.
Nursing Science Quarterly, 24(1), 27–30. doi: 10.1177/0894318410389073
Lynn, M. R., McMilllen, B. J., & Sidani, S. (2007). Understanding and measuring
patients assessment of the quality of nursing care. Nursing Research, 56 (3),
159-166. doi: 10.1097/01.nnr.0000270025.52242.70
McCance, T., Slater, P., & McCormack, B. (2009). Using the caring dimensions
inventory as an indicator of person-centred nursing. Journal of Clinical
Nursing, 18, 409-417. doi: 10.1111/j.1365-2702.2008.02466
McEwen, M., & Wills, E. M. (2014). Theoretical basis of nursing. 4th Edition.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
67
Michie, S., Miles, J., & Weinman, J. (2003). Patient-centeredness in chronic illness:
What is it an does it matter? Patient Education Counseling, 51, 197-206.
doi:10.1016/S0738-3991(02)00194-5
Mufti, S., Qadri, G. J., Tabish, S. A., Mufti, S., & Riyaz, R. (2008). Patient’s
perception of nursing care at a large scale teaching hospital in India.
International Journal of Health Science, 12(2), 92-100.
Nashrath, M., Akkadechanunt, T., & Chontawan, R. (2011). Perceived nursing
service quality in a tertiary care hospital, Maldives. Nursing and Health
Science, 13, 495-501. doi: 10.1111/j.1442-2018.2011.00648
Ndambuki, J. (2013). The level of patients’ satisfaction and perception on quality
of nursing services in the renal unit, Kenyatta National Hospital Nairobi,
Kenya. Open Journal of Nursing, 3, 186-194. doi: 10.4236/ojn.2013.32025
O’Connell, E., & Landers, M. (2008). The importance of critical care nurses’ caring
behaviors as perceived by nurses and relatives. Intensive Critical Care
Nursing, 24(6), 349–358. doi:10.1016/j.iccn.2008.04.002
Pagidipati, N. J., & Gaziano, T. A. (2013). Estimating deaths from cardiovascular
disease: A review of global methodologies of mortality measurement.
Circulation, 127, 749-756. doi: 10.1161/circulationaha.112.128413
Palese, A., Tomietto, M., Suhonen, R., Efstathiou, G., Tsangari, H., Merkouris, A.,
& Jarosova, D., et al. (2011). Surgical patient satisfaction as an outcome of
nurses’ caring behaviors: A descriptive and correlational study in six
european countries. Journal of Nursing Scholarship, 43(4), 341-350. doi:
10.1111/j.1547-5069.2011.01413.x
Patiraki, E., Karlou, C., Efstathiou, G., Tsangari, H., Merkouris, A., Jarosova, D.,
& Leino-Kilpi, H., et al. (2014). The relationship between surgical patients
and nurses characteristics with their perceptions of caring behaviors: A
european survey. Clinical Nursing Research, 23(2), 132-152. doi:
10.1177/1054773812468447
Persky, G. J., Nelson, J. W., Watson, J., & Bent, K. (2008). Creating a profile of a
nurse effective in caring. Nursing Administration Quarterly, 32(1), 15-20.
Pipe, T. B., Kelly, A., LeBrun, G., Artherton, P., & Robinson, C. (2008). A
prospective descriptive study exploring hope, spiritual well-being, and
quality of life in hospitalized patients. Medsurg Nursing, 17(4), 247-253.
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing research: Generating and assessing
evidence of nursing practice. Ninth Edition. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
68
Radwin, L., Alster, K., & Rubin, K. M. (2003). Development and testing of the
oncology patients perceptions of the quality of nursing care scale. Oncology
Nursing Forum, 30(2), 283-290. doi: 10.1188/03.onf.283-290
Roger, V. L. (2013). Epidemiology of heart failure. Circulation Research, 113(6),
646-659.
Schmock, B. N., Breckenridge, D. M., & Benedict, K. (2009). Effect of sacred space
environment on surgical patient outcomes: A pilot study. International
Journal of Human Caring, 13(1), 49-59
Sheldon, L., Roht, K., & Kui, T. G. L. (2012). Heart failure in Asia: The present
reality and future challenge. European Heart Journal, A51-A52.
Siswanto, B. B., Radi, B., Kalim, H., Santoso, A., Suryawan, R., Erwinato, &
Antono, E., et al. (2010). Heart failure in NCVC Jakarta and 5 hospital in
Indonesia. CVD Prevention and Control, 5(1), 35-38.
Spilsbury, K., Hewitt, C., Strik, L., & Bowman, C. (2011). The relationship
between nurse staffing and quality of care in nursing homes: A systematic
review. International Journal of Nursing Studies, 48, 732-750.
Stichler, J. F., & Weiss, M. E. (2001).Through the eye of the beholder: Multiple
perspectives on quality in women’s health care. Journal of Nursing Care
Quality, 15(3):59–74.
Tafreshi, M. Z., Pazargadi, M., & Saeedi, Z. A. (2007). Nurses’ perspectives on
quality of nursing care: A qualitative study in Iran. International Journal
Health Care Quality Assurance, 20, 320–328. doi:
10.1108/09526860710754389
Tamilselvi, A., & Reghunath, R. (2014). A cross sectional study to measure patients
perception of quality of nursing care at medical wards. Nitte University
Journal of Health Science, 4(1), 21-23.
Urden, L. D., Stacy, K. M., & Lough, M. E. (2010). Critical care nursing:
Diagnosis and management. 6th Edition. St. Louis: Mosby.
Watson, J. (2008). The philosophy and science of caring. Colorado: University
Press of Colorado.
Wilkin, K., & Slevin, E. (2004). The meaning of caring to nurses: An investigation
into the nature of caring work in an intensive care unit. Journal of Clinical
Nursing, 13, 50-59. doi: 10.1111/j.1365-2702.2004.00814.
69
Wiman, E., & Wikblad, K. (2004). Caring and uncaring encounters in nursing in an
emergency department. Journal of Clinical Nursing, 13, 422–429
Wysong, P. R., & Driver, E. (2009). Patients’ perceptions of nurses’ skill. Critical
Care Nurse, 29, 24-37. doi:10.4037/ccn2009241
Yancy, C. W., Jessup, M., Bozkurt, B., Butler, J., Casey, D. E., Drazner, M. H., &
Fonarow, G. C., et al. (2013). ACCF/AHA Guideline for the management
of heart failure. Circulation, 128, 240-327.
Zamanzadeh, V., Azimzadeh, R., Rahmani, A., & Valizadeh, L. (2010). Oncology
patients and professional nurses perceptions of important nurse caring
behaviors. Biomedicalcentral Nursing Journal, 10, 1-9.
Zhao, S., & Akkadechanunt, T. (2011). Patients’ perceptions of quality nursing care
in a chinese hospital. International Journal of Nursing and Midwifery, 3(9),
145-149.
70
LEMBAR INFORMED CONSENT
Judul Penelitian:
Efektivitas Model Caring terhadap Kualitas Asuhan Keperawatan pada
Pasien Gagal Jantung
Peneliti :Septian Sebayang
Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara,
Medan, Indonesia
No. HP: 085297214499, e-mail: septiansebayang716@gmail.com
Saya mengundang anda menjadi responden dalam penelitian saya yang
berjudul "Efektivitas Model Caring terhadap Kualitas Asuhan Keperawatan pada
Pasien Gagal Jantung”. Penelitian ini dilakukan oleh Septian Sebayang, Mahasiswa
Magister (S2) pada Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara, Indonesia,
dibawah bimbingan Dewi Elizadiani Suza, S.Kp, MNS, Ph.D. Tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas asuhan keperawatan
pada kelompok intervensi dan kontrol. Jika anda setuju untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini, anda akan diberikan kuesioner dengan pertanyaan tertutup, diisi dan
diberikan kepada peneliti atau kepala ruangan. Responden akan diberikan informasi
yang bermanfaat kepada perawat dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
melalui model caring.
Segala informasi diberikan akan dijaga kerahasiaan. Hasil penelitian ini
akan dipublikasikan untuk sebagai data penelitian dan tidak seorangpun dapat
mengidentifikasi indentitas dalam laporan penelitian. Anda dapat mengundurkan
71
diri kapan pun selama dalam penelitian. Dalam penelitian ini tidak ada risiko fisik
maupun psikologis. Dengan menandatangani dibawah ini mengindikasikan anda
ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Jika anda mempunyai pertanyaan tentang
penelitian ini, anda dapat langsung menghubungi saya melalui No. HP:
085297214499 atau septiansebayang716@gmail.com
Tanda Tangan partisipan ----------------------- Tanggal --------------
Tanda Tangan peneliti ------------------------ Tanggal --------------
-
72
INSTRUMEN
Efektivitas Model Caring terhadap Kualitas Asuhan Keperawatan pada
Pasien Gagal Jantung
Kode: …..
Tanggal : …..
Petunjuk: Dua kuesioner akan diisi dalam penelitian ini. Diantaranya :
1. Kuesioner Data Demografi
2. Instrumen Caring Behavior Inventory (CBI)-24 item
3. Instrumen modifikasi The Good Nursing Care Scale (GNCS)
73
Kuesioner Data Demografi
Untuk Pasien
Kode: …..
Tanggal: …..
Petunjuk: Berikan tanda check list (√) atau isi pada setiap pertanyaan data
demografi yang sesuai
1. Jenis Kelamin
( ) 1. Laki-laki ( ) 2. Perempuan
2. Umur: Tahun
3. Pendidikan
( ) 1. SD ( ) 2. SMP/SMA
( ) 3. Diploma ( ) 4. Sarjana (S1)
( ) 5. Magister (S2) ( ) 6. Doktor (S3)
4. Lama Sakit: Tahun
5. Grade HF
( ) 1. Grade I ( ) 2. Grade II
( ) 3. Grade III ( ) 4. Grade IV
74
Kuesioner Data Demografi
Untuk Perawat
Kode: …..
Tanggal: …..
Petunjuk: Berikan tanda check list (√) atau isi pada setiap pertanyaan data
demografi yang sesuai
1. Jenis Kelamin
( ) 1. Laki-laki ( ) 2. Perempuan
2. Umur: Tahun
3. Pendidikan
( ) 1. Diploma keperawatan
( ) 2. Sarjana (S1)/ Ners keperawatan
4. Lama bekerja: Tahun
75
Penilaian Perilaku Caring Perawat
Caring Behaviors Inventory (CBI-24 item)
Kode: …..
Tanggal: …..
Perhatian:
Bacalah item-item tentang perilaku caring perawat. Pada setiap item, lingkari angka dibawah sesuai perilaku perawat peduli atau
caring.
No. Kategori Item Tidak
pernah
Hampir
tidak
pernah
Kadang-
kadang
Sering Hampir
Selalu
Selalu
1 Kepastian Kembali pada pasien dengan sukarela 1 2 3 4 5 6
2 Berbicara dengan pasien 1 2 3 4 5 6
3 Mendorong pasien untuk memanggil jika
ada masalah 1 2 3 4 5 6
4 Menanggapi dengan cepat panggilan pasien 1 2 3 4 5 6
5 Membantu mengurangi nyeri pasien 1 2 3 4 5 6
6 Menunjukkan kepedulian terhadap pasien 1 2 3 4 5 6
7 Memberikan perawatan dan obat dengan
tepat waktu kepada pasien
1 2 3 4 5 6
8 Menghilangkan gejala pasien 1 2 3 4 5 6
76
9 Pengetahuan
dan
keterampilan
Mengetahui bagaimana memberikan
suntikan, infus, dll
1 2 3 4 5 6
10 Menjadi percaya diri dengan pasien 1 2 3 4 5 6
11 Menunjukkan kemampuan dan
keterampilan yang profesional 1 2 3 4 5 6
12 Menyiapkan alat-alat dengan terampil 1 2 3 4 5 6
13 Menjaga kerahasiaan informasi pasien 1 2 3 4 5 6
14 Penuh hormat Merawat pasien sebagai seorang individu 1 2 3 4 5 6
15 Penuh perhatian mendengarkan pasien 1 2 3 4 5 6
16 Memberi dukungan pada pasien 1 2 3 4 5 6
17 Bersikap empati atau sabar 1 2 3 4 5 6
18 Mengizinkan pasien untuk mengungkapkan
perasaan tentang penyakit dan
pengobatannya
1 2 3 4 5 6
19 Memenuhi kebutuhan pasien 1 2 3 4 5 6
20 Hubungan Memberikan pendidikan kesehatan kepada
pasien
1 2 3 4 5 6
21 Menghabiskan waktu dengan pasien 1 2 3 4 5 6
22 Membantu dalam perkembangan pasien 1 2 3 4 5 6
23 Lebih sabar atau tidak kenal lelah bersama
pasien
1 2 3 4 5 6
24 Mengikutsertakan pasien dalam
perencanaan perawatan 1 2 3 4 5 6
77
Penilaian Kualitas Asuhan Keperawatan
Modifikasi GNCS (Good Nursing Care Scale)-33 item
Kode: …..
Tanggal: …..
Dibawah ini adalah pernyataan tentang perawatan di ruang rawat inap. Silakan pilih pernyataan setuju atau tidak setuju pada
setiap pertanyaan. Lingkari angka yang sesuai dengan pendapatmu.
No. Kategori Subkategori Item Sangat
tidak
setuju
Tidak
Setuju
Kurang
Setuju
Setuju Sangat
Setuju
1
.
Karakteristik staf Karakteristik
staf
Perawat sangat baik kepada
saya
1 2 3 4 5
Perawat menunjukkan rasa
humor kepada saya
1 2 3 4 5
Perawat bersikap kooperatif
kepada pasien
1 2 3 4 5
Perawat tampak sopan santun
dan menyenangkan dalam
perilakunya
1 2 3 4 5
Staf perawat bekerja dengan
baik dengan satu sama lain
1 2 3 4 5
Staf perawat menunjukkan
rasa peduli kepada pasien
1 2 3 4 5
78
2
.
Aktivitas
berorientasi tugas
Fisik Perawat mengurangi rasa
nyeri yang saya alami
1 2 3 4 5
Saya merasa bahwa
perawatan yang sedang saya
jalani akan berjalan dengan
baik
1 2 3 4 5
Staf perawat sangat hati-hati
dan teliti dalam merawat
saya.
1 2 3 4 5
Saya selalu mempunyai posisi
yang nyaman saat dirawat
1 2 3 4 5
Staf perawat selalu memantau
keseimbangan cairan dan
tekanan darah selama saya
dirawat
1 2 3 4 5
Staf perawat selalu mengkaji
pola nafas saya selama
dirawat
1 2 3 4 5
Edukasi Saya menerima informasi
tentang apa yang sedang saya
alami
1 2 3 4 5
Perawat memberikan
informasi tentang masalah
yang berkaitan perawatan
saya
1 2 3 4 5
Saya diberikan penjelasan
dalam pola diet yang sehat
1 2 3 4 5
79
Dukungan
Mendorong saya untuk aktif
berpartisipasi dalam perawatan
saya
1 2 3 4 5
Saya mempengaruhi pengobatan
yang sedang saya jalani dengan apa
yang saya pikirkan dan inginkan
1 2 3 4 5
Saya diberi kesempatan mendengar
musik, jika saya menginginkannya
1 2 3 4 5
3. Aktivitas
berorientasi
manusia
Rasa
hormat
Perawat menghormati saya dengan
tidak menempatkan pada situasi
yang mengganggu atau memalukan
saya
1 2 3 4 5
Caring Perawat ada ketika saya
membutuhkan
1 2 3 4 5
Advokasi Menghormati kerahasiaan saya 1 2 3 4 5
Perawat menjelaskan dengan jelas
tentang perawatan yang saya jalani
1 2 3 4 5
Perawat selalu menjawab segala
kondisi kesehatan yang tidak saya
mengerti
1 2 3 4 5
Dorongan Memberikan dukungan kepada saya 1 2 3 4 5
Perawat mengurangi rasa cemas
saya
1 2 3 4 5
80
4. Prekondisi Prekondisi Memberikan waktu untuk
bertanya ketika saya
membutuhkan
1 2 3 4 5
Memberikan saya penjelasan
yang akurat tentang perawatan
saya.
1 2 3 4 5
5. Kemajuan proses
keperawatan
Perkembanga
n proses
keperawatan
Menghormati apa yang saya
ketahui tentang kondisi saya
1 2 3 4 5
Perawat berdiskusi tentang
alternatif perawatan dengan
saya
1 2 3 4 5
6. Lingkungan Fisik Perawat menciptakan
lingkungan yang aman bagi
saya
1 2 3 4 5
Perawat berusaha memberikan
lingkungan yang tenang bagi
saya
1 2 3 4 5
Sosial Perawat juga menunjukkan
perhatian kepada keluarga
pasien
1 2 3 4 5
Perawat membantu saya
berinteraksi dengan pasien lain
1 2 3 4 5
81
82
83
84
85
86
87