Post on 02-Oct-2021
EFEKTIVITAS MEDIA FILM PENDEK DALAM PEMBELAJARAN
MENULIS CERPEN PADA SISWA KELASXI SMA NEGERI 1
WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN PELAJARAN
2019/2020
SKRIPSI
Oleh :
Putri Veronica Yulistia
NPM 216.01.07.1.087
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2020
EFEKTIVITAS MEDIA FILM PENDEK DALAM PEMBELAJARAN
MENULIS CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1
WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN PELAJARAN
2019/2020
SKRIPSI
Diajukan kepada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Malang
untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh :
Putri Veronica Yulistia
NPM 216.01.07.1.087
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2020
ABSTRAK
Yulistia, Putri Veronica. 2020. Efektivitas Media Film Pendek dalam
Pembelajaran Menulis Cerpen pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Wongsorejo
Kabupaten Banyuwangi Tahun Pelajaran 2019/2020. Skripsi, Bidang Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Malang. Pembimbing I: Dr. Moh. Badrih, M. Pd; Pembimbing
II: Frida Siswiyanti, M. Pd.
Kata Kunci : efektivitas, media, film pendek, menulis cerpen
Menulis merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
mengungkapan pikiran atau ide yang dimiliki dalam bentuk tulisan.Menulis
merupakan kegiatan produktif dan ekspresif sehingga penulis harus memiliki
kemampuan dalam menggunakan kosakata, tata tulis, dan struktur
bahasa.Keterampilan menulis juga dapat mengomunikasikan hasil pemikiran yang
menghasilkan suatu tulisan yang akurat, singkat, dan jelas sehingga orang lain
yang membaca dapat memahami isi tulisan tersebut dengan baik.Cerita pendek
adalah fiksi pendek yang selesai dibaca sekali duduk. Cerpen termasuk bentuk
prosa naratif fiktif yang cenderung lebih padat dibandingkan dengan fiksi lain
yang lebih panjang seperti novel.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan kemampuan menulis
cerpen antara kelompok siswa yang diajar menggunakan media film pendek dan
kelompok siswa yang diajar tanpa menggunakan media film pendek. Penelitian ini
juga bertujuan untuk menguji efektivitas media film pendek dalam pembelajaran
menulis cerpen pada siswa kelas XI SMANegeri 1 Wongsorejo, Kabupaten
Banyuwangi. Film pendek merupakan film dengan durasi pendek antara 1 menit –
30 menit, menurut standar festival internasional. Film pendek yang digunakan
dalam penelitian ini adalah film pendek yang berjudul “Jangan Menyerah” dan
“Berubah”.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positifisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan
sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Metode yang
digunakan adalah metode eksperimen kuasi atau quasi experimental. Penelitian
eksperimen kuasi adalah penelitian yang dengan mengadakan manipulasi terhadap
objek penelitian dan adanya kontrol. Tujuan dari eksperimen kuasi adalah untuk
mengkaji ada tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab
akibat tersebut.
Hasil peningkatan tulisan siswa kelas eksperimen skor terendah 27 dan
tertinggi 37 dengan mean 31.53, setelah diberikan perlakuan dengan
menggunakan media film pendek skor terendah menjadi 37 dan tertinggi 49
dengan mean 43.03. Perbedaan perolehan skor pada kedua kelompok, yaitu
kelompok kontrol skor terendah 31 dan skor tertinggi 40 dengan mean 35.71,
sedangkan skor postest kelompok eksperimen, skor terendah 37 dan skor tertinggi
49 dengan mean 43.03. Hal tersebut membuktikan bahwa media film pendek
efektif dalam pembelajaran menulis cerpen.
Hasil Penelitian ini menunjukkan besar t hitung (th) adalah 7.812 dengan db
66 diperoleh nilai p 0.000. Nilai p lebih kecil dari 0.05 (p: 0.000 < 0.05). Dengan
demikian, hasil uji-t tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan
antara kelompok kontrol yang diajar menulis cerpen tanpa menggunakan media
film pendek dengan kelompok eksperimen yang diajar menulis cerpen
menggunakan media film pendek.
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pendahuluan di bawah ini akan diuraikan beberapa hal sebagai
pengantar terhadap penelitian ini, yaitu tentang latar belakang masalah penelitian,
rumusan masalah yang diangkat, tujuan dari adanya penelitian, hipotesis dari
penelitian, asumsi yang ditemukan tentang penelitian ini, ruang lingkup dan
keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, kegunuan penelitian, sekaligus
penegasan istilah untuk setiap kunci dari judul penelitian ini.
1.1 Latar Belakang Masalah
Istilah bahasa dalam bahasa Latin adalah lingua. Dalam Bahasa Italia
linguaggio dan lingue. Dalam bahasa Prancis langage dan langue. Dalam bahasa
Spanyol language dan lengua. Dalam bahasa Inggris hanya language. Istilah-
istilah tersebut merujuk pada satu pengertian, yaitu bahasa. Bahasa adalah bunyi,
bahasa adalah sistematis, bahasa adalah kreatif, bahasa mengandung makna,
bahasa adalah murni manusiawi, bahasa adalah lambang-lambang, bahasa bersifat
arbiter, dan bahasa adalah tidak instingtif (Busri & Badrih, 2015:42-43).
Dalam kurikulum sekolah menengah atas terdapat empat keterampilan
berbahasa, yaitu keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Keempat aspek ini saling terintegrasi dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang
diselenggarakan di sekolah. Seperti pendapat yang dijelaskan oleh Tarigan
(2015:1) bahwa keterampilan berbahasa itu (language skill) dalam kurikulum
sekolah mencakup empat segi keterampilan yaitu mendengarkan (listening),
berbicara (speaking), membaca (reading), menulis (writing).
Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan yang cukup penting
dalam proses pembelajaran. Hal ini diungkapkan oleh Tarigan (2015:3) bahwa
keterampilan menulis berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung,
tidak secara bertatap muka dengan orang lain. Dalam kegiatan menulis ini, penulis
harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosa kata. Selain itu,
keterampilan menulis ini tidak akan muncul secara otomatis, tetapi melalui latihan
dan praktik yang banyak dan teratur.
Keterampilan menulis juga merupakan salah satu keterampilan yang harus
diajarkan pada siswa. Menulis merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang
untuk mengungkapan pikiran atau ide yang dimiliki dalam bentuk tulisan. Jika
dibandingkan dengan tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis
lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun.
Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur
kebahasaan dan unsur diluar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan. Baik
unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga meng-
hasilkan tulisan yang runtut dan padu (Iskandarwassid dan Sunendar, 2011:248).
Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam proses
belajar yang dialami siswa menuntut ilmu. Oleh karena itu, pengajaran
keterampilan di sekolah merupakan sarana untuk melatih dan menjadikan siswa
kreatif dalam menulis. Melalui keterampilan menulis ini siswa diharapkan dapat
menceritakan suatu kisah, menerangkan suatu kegiatan, dan berbagi rasa yang
dialaminya. Kegiatan keterampilan menulis salah satunya keterampilan menulis
sastra. Dalam penulisan kreatif sastra banyak hal yang bisa dilakukan untuk
menuangkan ide atau gagasan dalam suatu karya sastra itu sendiri tanpa
mengurangi makna dari suatu ide yang akan disampaikan kepada pembaca.
Menulis kreatif sastra berbeda dengan menulis karya ilmiah. Dalam menulis
sastra sendiri terdapat suatu kebebasan yang tidak memiliki aturan secara terikat
seperti pada saat seseorang menulis karya ilmiah. Akan tetapi, keterampilan
menulis dalam pembelajaran sastra merupkan keterampilan yang tidak mudah.
Keterampilan menulis sastra ini menuntut kemampuan seseorang untuk
menuangkan ide, gagasan, pikiran, dan perasaan untuk menjadikan suatu karya
tersebut dipahami oleh orang lain. Keterampilan menulis kreatif karya sastra
dalam pelajaran Bahasa Indonesia dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu puisi, prosa
(fiksi), dan apresiasi drama (Suryaman, 2010:6). Lahirnya sebuah karya sastra
tidak jarang melibatkan emosi seorang penulis. Hal tersebut juga dapat diterapkan
dalam salah satu keterampilan menulis kreatif karya sastra, yaitu menulis cerita
pendek. Menulis cerita pendek memiliki tujuan agar siswa dapat mengekspresikan
gagasan, pendapat, dan pengalamannya dalam bentuk sastra tertulis yang kreatif.
Menulis cerpen dapat dimulai melalui fakta yang terkumpul dalam
pengalaman batin seorang penulis, kemudian dikreasikankan kembali dengan
imajinasinya sehingga karya tersebut menjadi sesuatu yang hidup, suatu kisah
nyata yang disebut fiksi. Dengan kata lain, menulis cerpen berarti menuliskan
antara fakta dan imajinasi penulis. Sesuai dengan namanya cerpen adalah cerita
yang pendek. Akan tetapi, berapa ukuran panjang pendek itu memang tidak ada
aturannya, tidak ada satu kesepakatan di antara para pengarang dan para ahli.
Panjang pendeknya cerpen itu sendiri bervariasi. Ada cerpen yang pendek (short
short story), bahkan mungkin pendek sekali: berkisar 500-an kata; ada cerpen
yang panjangnya cukupan (midle short story), serta ada cerpen yang panjang (long
short story), yang terdiri dari puluhan (atau bahkan beberapa puluh) ribu kata
(Nurgiyantoro, 2015:10).
Aksan (2015:23) mengemukakan bahwa cerita pendek adalah karya fiksi
yang sering dijumpai diberbagai media massa, terutama di surat-surat kabar
harian, tabloid, dan majalah-majalah. panjangnya sekitar 5-10 halaman kertas
kuarto spasi ganda atau sekitar 1.000 sampai 2.000 kata, jika diketik dengan
komputer, sekitar 8-12 ribu karakter. Dalam cerita pendek hanya dijumpai satu
insiden utama yang menguasai jalan cerita, hanya ada seorang pelaku utama, dan
jalan ceritanya padat. Tidak jauh berbeda dengan pendapat sebelumnya,
Luxemburg (dalam Wiyatmi, 2009:28) mengemukakan bahwa cerita pendek
termasuk teks naratif yang tidak bersifat dialog dan yang isinya merupakan suatu
kisah sejarah, sebuah deretan peristiwa.
Sementara itu, keterampilan menulis cerita pendek tidak dapat muncul
begitu saja, tetapi membutuhkan proses latihan dan praktik yang terus menerus.
Dalam menulis cerita pendek yang menarik, siswa juga membutuhkan
pengetahuan dan imajinasi yang cukup. Akan tetapi, kegiatan menulis cerita
pendek belum sepenuhnya terlaksana dengan baik, sebab siswa masih
menganggap jika menulis merupakan kegiatan yang sulit dan membosankan.
Berdasarkan dari beberapa rujukan jurnal penelitian yang saya temukan
banyak siswa yang masih menganggap menulis adalah sesuatu yang sulit. Seperti
yang diungkapkan Kusumawardhani (2016) dalam penelitiannya bahwa
pembelajaran menulis cerpen masih belum diminati oleh siswa, guru masih belum
menemukan cara agar siswa belajar secara aktif dan kreatif, atau guru hanya
memberikan teori tentang menulis cerpen serta macam-macam narasi, lalu guru
menugaskan siswa untuk membuat cerpen sesuai dengan pengalaman masing-
masing untuk mengembangkan imajinasi siswa apa yang dialaminya.
Selain itu, Widyastuti (2012) mengungkapkan hambatan lain yang dijumpai
dalam pembelajaran menulis cerpen berasal dari siswa. Siswa kurang menyenangi
pelajaran menulis cerpen. Siswa beranggapan bahwa kegiatan menulis cerpen
merupakan materi pembelajaran yang kurang menarik bahkan beberapa siswa
mengalami kesulitan untuk memulai menulis cerpen. Penyebab tersebut adalah
faktor teknis yang timbul karena siswa merasa tidak mempunyai kecakapan teknis
dalam menulis cerpen. Siswa tidak memahami kriteria menulis cerpen yang baik,
tidak menguasai alur, konflik, klimaks bahkan penokohan yang ada dalam sebuah
cerpen.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan guru Bahasa
Indonesia kelas XI SMA Negeri 1 Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi, diperoleh
informasi bahwa siswa sudah mulai merasa tertarik menulis cerpen pada saat
duduk di bangku kelas X walaupun hasilnya bisa dikatakan belum cukup layak,
tetapi ada beberapa yang sudah cukup baik. Sedangkan, untuk menulis cerpen
pada kelas XI siswa sudah mulai antusias dalam pembelajaran menulis cerpen.
Hanya saja dalam materi menulis cerpen masih belum seluruh siswa yang
penulisannya terstruktrur. Hal tersebut bisa disebabkan siswa yang kesulitan
menentukan ide atau gagasan dalam menulis cerpen.
Faktor lain penyebab rendahnya keterampilan menulis seseorang, yaitu: (a)
sikap sebagian masyarakat terhadap bahasa Indonesia kurang membahagiakan,
siswa tidak merasa malu memakai bahasa yang salah; (b) kesibukan guru Bahasa
Indonesia di luar jam kerjanya menyebabkan siswa tidak sempat lagi memikirkan
bagaimana pelaksanaan pembelajaran mengarang yang aktif dan efektif; (c)
metode dan teknik pengajaran yang kurang bervariasi; (d) bagi siswa sendiri,
pelajaran mengarang dianggap sebagai beban belaka dan kurang menarik; dan (e)
latihan mengarang sangat jarang dilakukan oleh siswa (Tarigan, 2015:3).
Media pembelajaran sangat dibutuhkan dalam pemebalajaran menulis
cerpen. Peranan media pembelajaran dalam proses belajar dan mengajar
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan.
Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan pengirim kepada penerima, sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat peserta didik untuk belajar.
Berdasarkan perkembangan teknologi, media pembelajaran dapat
dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu (1) media hasil teknologi cetak;
(2) media hasil teknologi audio-visual; (3) media hasil yang berdasarkan
komputer; dan (4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer (Arsyad,
2016:29). Selain itu, pendapat lain dari Suryaman (2010:116), jika
disederhanakan terdapat klasifikasi media pembelajaran. Dari segi sifatnya, media
dapat digolongkan ke dalam media auditif, visual dan audiovisual. Dari segi
jangkauannya, ada media radio dan televisi serta film slide, film, dan video. Dari
segi pemakaiannya, media dapat dikelompokkan ke dalam media proyeksi dan
bukan proyeksi.
Guru perlu menggunakan media pembelajaran yang efektif dalam proses
pembelajaran. Adanya media pembelajaran tersebut diharapkan lebih memotivasi
siswa untuk berkembang, lebih aktif dalam KBM, baik secara individual maupun
kelompok, dan mampu mengorganisasikan berbagai konsep serta pengalaman
belajar yang diperolehnya. Dalam pembelajaran perlu adanya inovasi yang
mampu merangsang siswa untuk dapat mengikuti pembelajaran dengan penuh
motivasi dan tingkat partisipasi yang tinggi, disamping pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki siswa. Peran guru dalam pembelajaran bahasa
khususnya dalam keterampilan menulis sangat penting. Dalam proses
pembelajaran, pengajar mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan
memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai
tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas dalam
rangka membantu proses perkembangan pembelajar (Iskandarwassid dan
Sunendar, 2011:158). Akan tetapi, sebagian besar guru masih menggunakan
metode pembelajaran yang konvensioanal dalam proses pembelajaran menulis
cerpen, seperti menggunakan metode ceramah yang lebih dominal pada saat
pembelajaran. Hal tersebut membuat siswa merasa jenuh dan bosan dalam
mengikuti pembelajaran.
Guru seharusnya mampu memanfaatkan media belajar yang sangat
kompleks seperti video, televisi dan film. Hal tersebut dilakukan agar siswa pada
proses pembelajaran tidak mengalami kesulitan, maka masalah perencanaan,
pemilihan dan pemanfaatan media perlu dikuasai dengan baik oleh guru
(Iskandarwassid dan Sunendar, 2011:158). Dengan penggunaan media dalam
pembelajaran, siswa akan lebih mudah dalam mengaplikasikan dan lebih
memahami materi yang diajarkan. Oleh karena itu, seorang guru harus kreatif dan
inovatif dalam membuat media pembelajaran yang tepat sasaran, untuk
mempermudah siswa dalam menyerap materi pelajaran.
Media memegang peranan penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Dengan media yang sesuai, siswa dapat menangkap penjelasan dari guru dengan
mudah. Begitu juga dalam pembelajaran menulis cerpen, yaitu dengan
menggunakan film pendek sebagai medianya. Dengan media film pendek
diharapkan pembelajaran menulis cerpen lebih efektif dan siswa dapat dengan
mudah menuangkan ide-ide atau imajinasinya ke dalam sebuah karya sastra yaitu
cerpen dan dapat menghasilkan tulisan cerpen yang baik.
Penggunaan media film pendek belum pernah diterapkan dalam
pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Wongsorejo.
Film Pendek yang memiliki durasi waktu relatif singkat diharapkan dapat
dijadikan sebagai media yang efektif dan sesuai dengan pembelajaran menulis
cerpen di kelas. Dengan melihat film, siswa diharapkan akan lebih antusias dalam
mengikuti pembelajaran. Selain itu, film pendek tidak memerlukan waktu yang
lama, sehingga waktu pembelajaran dapat disesuaikan dengan alokasi waktu
dalam pembelajaran.
Penggunaan media film pendek diharapkan dapat membantu siswa kelas XI
SMA Negeri 1 Wongsorejo dalam kegiatan menulis cerpen. Hal tersebut dapat
dilihat dari kemampuan siswa memahami tentang film pendek dengan tema
Pantang Menyerah dan Perubahan yang sudah diberikan kepada siswa. Dalam hal
ini siswa juga dapat menganalisis unsur-unsur yang ada dalam film pendek
tersebut. Siswa juga berantusias ketika pembelajaran yang tidak hanya monoton
tentang penjelasan yang disampaikan oleh guru.
Dalam penelitian ini, film pendek akan digunakan sebagai media
pembelajaran dalam menulis cerpen. Kemampuan menulis cerpen sendiri pada
siswa kelas XI SMA Negeri 1 Wongsorejo sebenarnya sudah cukup baik, karena
sebelumnya pada saat kelas X siswa sudah mempelajari tentang menulis cerpen,
walaupun tidak sedalam pada saat kelas XI. Berdasarkan informasi dan data-data
sebelumnya yang didapatkan dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI
SMA Negeri 1 Wongsorejo, kemampuan menulis siswa kelas XI SMA Negeri 1
Wongsorejo sudah cukup layak, walaupun tidak mencakup semua siswa yang ada.
Permasalahan yang dihadapi oleh siswa saat akan memulai menulis
biasanya sulit menentukan ide gagasan dari tulisan tersebut. Sama halnya dengan
siswa yang akan menulis cerpen, apabila siswa merasa kesulitan pada saat
menentukan ide gagasan atau bahkan tema dari cerpen tersebut, siswa akan
merasa malas atau tidak tertarik untuk menulis cerpen. Pada siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Wongsorejo ditemukan siswa yang masih merasa kesulitan dalam
menentukan ide gagasan dalam menulis cerpen, walaupun siswa tersebut tetap
melanjutkan menulis cerpen, tetapi hasilnya tidak maksimal dan tulisannya tidak
terstruktur.
Kemampuan siswa menulis cerpen dan permasalahan yang dihadapi saat
menulis cerpen pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Wongsorejo sejalan dengan
penelitian terdahulu yang ditemukan oleh peneliti. Penelitian tersebut ditulis oleh
Seta (2016) mengungkapkan bahwa siswa masih bingung dalam menentukan ide
cerita sehingga menghabiskan banyak waktu pembelajaran, padahal penentuan ide
cerita merupakan tahap awal untuk memulai kegiatan menulis cerita pendek. Hal
ini mengakibatkan kurangnya minat dan motivasi siswa dalam menulis cerpen.
Dalam penelitiannya, Seta (2016) juga mengungkapkan media film pendek yang
memiliki unsur edukatif sebagai salah satu cara mengatasi permasalahan yang
dihadapi siswa, karena media ini dapat membangkitkan semangat belajar siswa
dan memotivasi siswa melalui pesan-pesan yang terkandung dalam media film
pendek tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukuan penelitian untuk
menguji keefektifan film pendek sebagai media dalam pembelajaran menulis
cerpen, dengan judul penelitian Efektivitas Media film pendek Dalam
Pembelajaran Menulis Cerpen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Wongsorejo.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1) Bagaimanakah kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Wongsorejo tanpa menggunakan media film pendek?
2) Bagaimanakah kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Wongsorejo dengan menggunakan media film pendek?
3) Bagaimanakah efektivitas menulis cerpen pada siswa kelas XI SMA Negeri
1 Wongsorejo dengan menggunakan media film pendek?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini memiliki dua tujuan,
yaitu :
1) Menjelaskan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas XI SMA Negeri
1 Wongsorejo tanpa menggunakan media film pendek.
2) Menjelaskan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas XI SMA Negeri
1 Wongsorejo dengan menggunakan media film pendek.
3) Menjelaskan efektivitas menulis cerpen pada siswa kelas XI SMA Negeri 1
Wongsorejo dengan menggunakan media film pendek.
1.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Adapun ada dua jenis hipotesis yakni
hipotesi nol (Ho) dan hipotesis alternatif atau hipotesis kerja (Ha).
Hipotesis nol juga sering disebut sebagai hipotesis nihil yaitu hipotesis yang
mengandung pernyataan negatif yakni mengatakan tidak adanya hubungan, tidak
adanya pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Hipotesis
nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya keterkaitan antara satu
variabel dengan variabel yang lain, biasanya ditulis dengan Ho.
Ho: media film pendek tidak efektif digunakan dalam pembelajaran menulis
cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 1 Wongsorejo.
1.5 Asumsi
Asumsi adalah suatu pernyataan yang tidak diragukan lagi kebenarannya.
Dengan adanya pernyataan tersebut dapat dirumuskan asumsi dalam penelitian ini
sebagai berikut.
1) Menulis merupakan salah satu dari keempat keterampilan berbahasa lainnya
yakni berbicara, menyimak, dan membaca, keterampilan menulis termasuk
keterampilan berbahasa yang bersifat produktif.
2) Menulis cerpen salah satu kompetensi dasar yang terdapat dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia, menulis merupakan salah satu upaya untuk
melahirkan dan mengungkapkan perasaan, ide serta gagasan.
3) Media pembelajaran dapat dikatakan sangat penting dalam proses
pembelajaran, karena media pembelajaran dapat menjembatani antar guru
dengan siswa pada saat penyampaian materi pembelajaran tersebut.
4) Media film pada umumnya digunakan digunakan untuk tujuan-tujuan
hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Dalam konteks pendidikan film
pendek dapat digunakan sebagai media pembelajaran.
1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan
1.6.1 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas dan agar tidak terjadi
pembahasan yang meluas atau menyimpang,maka perlu kiranya dibuat suatu
batasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini sebagai berikut.
1) Pada materi menulis cerpen, empat kompetensi dasar yang harus dicapai
oleh siswa, tetapi peneliti hanya akan mengambil kompetensi dasar yang
terakhir dalam materi tersebut, yakni mengontruksi sebuah cerita pendek
dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen.
2) Kemampuan menulis cerpen siswa yang akan diukur yakni dengan
memperhatikan unsur pembangun cerpen yang digunakan pada materi
tersebut dan juga pemilihan kata dalam penulisannya.
3) Kerelevanan antara media film pendek yang digunakan dengan hasil
menulis cerpen siswa sesuai dengan tema film pendek yang digunakan
dalam peelitian ini.
1.6.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak menggunakan jenis desain penelitian eksperimen murni,
tetapi menggunakan desain kuasi eksperimen. Penetapan jenis penelitian kuasi
eksperimen dengan alasan bahwa penelitian ini menggunakan manusia sebagai
subjek penelitian, manusia tidak ada yang sama dan bersifat labil. Manusia setiap
saat dapat berubah dalam hal pikir, tingkah laku, dan kemauannya, sehingga
peneliti tidak bisa mengontrol variabel asing yang mempengaruhi perlakuan
sebagaimana yang dikehendaki dalam penelitian eksperimen murni. Selain alasan
tersebut, penelitian ini memilih menggunakan desain kuasi eksperimen dengan
alasan keterbatasan waktu penelitian yang cukup singkat dan juga kerjasama yang
cukup rumit dengan sekolah apabila menggunakan eksperimen murni, karena
sekolah tidak mau adanya pengacakan kelas kembali sesuai dengan desain
penelitian eksperimen murni.
Dalam penilitian ini media film pendek digunakan sebagai media
pembelajaran. Film pendek yang digunakan pada penelitian ini hanya terbatas
pada dua film pendek yang dipilih oleh peneliti. Alasan yang sangat kuat mengapa
hanya dua film pendek yang digunakan, karena mengefisienkan waktu
pembelajaran yang akan dibagi dengan adanya penugasan untuk menulis cerpen.
1.7 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis
maupun praktis. Manfaat teoritis maupun praktis akan dijelaskan sebagai berikut.
1.7.1 Kegunaan Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
menentukan media pembelajaran menulis cerpen yang tepat dan efektif,
khususnya bagi guru Bahasa Indonesia.
1.7.2 Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat secara praktis yang dapat
digunakan misalnya, sebagai berikut.
1) Penggunaan media film pendek dalam menulis cerpen diharapkan dapat
digunakan sebagai pengembangan proses pembelajaran bahasa Indonesia.
2) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru sebagai pertimbangan
dalam menemukan media pembelajaran yang cocok untuk menulis cerpen.
3) Penggunaan media film pendek diharapakan dapat membantu siswa
menentukan ide/gagasan dalam penulisan cerpen.
4) Penggunaan media film pendek dapat membantu siswa dalam meng-
ekspresikan dan menuangkan ide kreatif dalam proses pembelajaran menulis
cerpen.
5) Media film pendek diharapakan dapat lebih meningkatakan penulisan
kreatif siswa dalam menulis cerpen.
1.8 Penegasan Istilah
Agar diperoleh pemahaman yang sama antara penguasaan dan pemilihan
tentng istilah pada judul skripsi ini, maka perlu adanya pembatasan istilah sebagai
berikut.
1) Efektivitas adalah suatu tindakan atau usaha yang membawa hasil,
ketepatan hasil tersebut adalah tujuan yang ditetapkan.
2) Keterampilan menulis adalah suatu kecakapan seseorang dalam
mengekspresikan pikiran dan perasaan yang dituangkan dalam bahasa tulis
sehingga hasilnya dapat dinikmati dan dipahami orang lain.
3) Cerpen adalah salah satu karya sastra yang berbentuk prosa fiktif yang
menceritakan satu peristiwa atau satu persoalan yang dialami oleh tokoh
utama, biasanya cerpen bisa dibaca sekali duduk.
4) Menulis cerpen adalah suatu kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan,
menemukan masalah, menemukan konflik, memberikan informasi dan
menghidupkan kejadian kembali secara utuh dalam bentuk kisah pendek
(kurang dari 10.000 kata), yang memberikan kesan tunggal yang dominan
dan memusatkan dari satu tokoh dalam satu situasi.
5) Media pembelajaran adalah salah satu alat/bahan/benda yang digunakan
untuk mempermudah menyampaikan suatu informasi atau materi.
6) Film pendek adalah suatu karya seni yang bersifat audio-visual yang
durasinya tidak lebih dari 60 menit.
BAB V
PENUTUP
Dalam penutup dibawah ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dari
penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti, sekaligus saran bagi pembaca
tentang penelitian ini.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, dalam
mendeskripsikan Efektivitas Media Film Pendek dalam Pembelajaran Menulis
Cerpen pada Siswa SMA Negeri 1 Wongsorejo Kabupaten banyuwangi, dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1) Kemampuan Menulis Cerpen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Wongsorejo Tanpa Menggunakan Media Film Pendek
Kondisi awal pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dalam
penulisan cerpen, siswa cukup kesulitan mengembangkan suatu cerita dan
kesulitan memahami tentang unsur-unsur pembangun dalam sebuah karangan
cerpen. Dari hasil pretest yang dilakukan siswa, diperoleh skor awal kemampuan
menulis cerpen kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hasil penulisan cerpen awal yang bertemakan bebas, dapat disimpulkan
bahwa kemampuan siswa dalam menulis cerpen masih tergolong rendah. Dari
hasil menulis cerpen tersebut diperoleh skor tertinggi pada kelompok kontrol
adalah 37, skor terendah adalah 28, dan skor rata-rata (mean) adalah 31,76.
Sedangkan pada kelompok eksperimen skor tertinggi adalah 37, skor terendah
adalah 27, dan skor rata-rata (mean) adalah 31,53.
Rendahnya kemampuan menulis cerpen tersebut dipengaruhi oleh beberapa
hal, diantaranya ada beberapa karangan siswa pada kelompok kontrol maupun
kelompok eksperimen yang masih menceritakan tentang kegiatan sehari-hari atau
pengalaman pribadi siswa. Siswa juga belum bisa menciptakan konflik dalam
cerita. Selain itu, siswa dalam menulis cerpen belum memperhatikan tentang
unsur-unsur pembangun cerita yang ada dalam suatu cerpen, terutama dalam hal
pengembangan cerita.
Rendahnya kemampuan menulis cerpen siswa juga disebabkan karena siswa
masih kurang paham tentang materi menulis cerpen. Hal-hal tentang apa saja yang
harus dperhatikan dalam menulis cerpen dan unsur pembangun cerita dalam
cerpen belum dipahami dan diterapkan dalam penulisan cerpen siswa. Aspek
mekanik juga sering diabaikan oleh siswa. Walaupun cerpen adalah karya sastra,
tetapi cara penulisan harus diperhatikan sesuai dengan pedoman yang ada. Selain
itu, siswa kesulitan dalam menemukan ide atau gambaran cerita untuk dijadikan
sebuah karya cerpen yang menarik.
2) Kemampuan Menulis Cerpen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Wongsorejo dengan Menggunakan Media Film Pendek
Media film pendek membantu siswa dalam berpikir kreatif untuk
menghasilkan cerpen yang menarik. Pada cerpen siswa yang menggunakan media
pembelajaran film pendek, isi cerita dalam cerpen tersebut sesuai dengan tema
pada film pendek yang telah diputar, yaitu bertemakan pantang menyerah dan
perubahan. Hal ini menandakan bahwa media film pendek membantu siswa untuk
menulis cerpen sesuai dengan tema yang ada, yang dapat dikembangkan menjadi
cerita yang menarik. Sebagian besar siswa dapat menulis cerpen sesuai dengan
tema yang ditentukan.
Kemampuan menulis cerpen kelompok eksperimen mengalami peningkatan
yang cukup tinggi setelah siswa mendapat pembelajaran menulis cerpen dengan
menggunakan media film pendek. Dari skor yang diperoleh oleh kelompok
eksperimen yang mengalami peningkatan cukup tinggi, yaitu diketahui skor
pretest sebesar 31,53 dan skor rata-rata posttest sebesar 43.03. Dari hasil tersebut,
kelas eksperimen mengalami kenaikan sebesar 8,48. Hal ini menandakan bahwa
keterampilan menulis cerpen siswa kelompok eksperimen mengalami kenaikan
yang lebih besar daripada kelompok kontrol.
Media film pendek di sini berperan sebagai stimulus untuk memancing
siswa dalam mengembangkan kreativitas siswa dalam menuliscerpen. Namun,
siswa tidak begitu saja meniru seluruh isi dalam media film pendek untuk
dijadikan cerpen. Siswa harus mampu mengembangkan isi cerita dalam media
film pendek yang ditayangkan menjadi bentuk lain. Siswa diharuskan untuk
berkreasi sebanyak mungkin, dengan mengubah alur, tokoh, konflik atau sudut
pandang, tetapi idenya tetap mengacu pada tema media film pendek yang sudah
digunakan sebagai media pembelajaran. Cerpen yang ditulis oleh siswa tidak serta
merta meniru cerita yang ada dalam film pendek dengan tema yang ada yang telah
dijadikan sebagai media pembelajaran. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
media film pendek dapat membantu siswa menulis cerpen dengan baik.
3) Efektivitas Menulis Cerpen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Wongsorejo
dengan Menggunakan Media Film Pendek
Media film pendek merupakan media yang efektif digunakan dalam
pembelajaran menulis cerpen. Dengan menonton film, akan merangsang daya
imajinasi siswa dan memberikan gambaran atau ide cerita dalam menulis cerpen.
Siswa akan terbawa suasana dari film tersebut. Media film pendek ini
dimaksudkan agar siswa dapat mengembangkan dan mengekspresikan daya
imajinasinya ke dalam bentuk tulisan cerpen. Dengan durasi yang pendek, akan
memudahkan siswa dalam menangkap isi cerita dari sebuah film pendek yang
ditayangkan. Selain itu, pembelajaran dapat disesuaikan dengan alokasi waktu
yang disediakan dalam pembelajaran.
Efektivitas media film pendek dalam pembelajaran menulis cerpen pada
kelompok eksperimen dalam penelitian ini diketahui dengan uji-t. Hasil
perhitungan diperoleh t hitung (th) adalah 7.812 dengan db 66 diperoleh nilai p
0,000. Nilai p lebih kecil dari 0,05 ( p: 0,000 < 0,05 ). Dengan demikian, hasil uji-
t tersebut menunjukkan terdapat perbedaan keterampilan menulis cerpen yang
signifikan antara kelompok eksperimen yang diajar menggunakan media film
pendek dan kelompok kontrol yang tidak menggunakan media film pendek. Jadi
dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis cerpen siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi dengan menggunakan media film
pendek lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran menulis cerpen tanpa
menggunakan media film pendek.
Efektivitas media film pendek juga dapat dilihat dalam proses pembelajaran.
Siswa pada kelompok eksperimen lebih antusias dan tidak merasa jenuh dan
bosan dalam mengikuti pembelajaran. Siswa menjadi lebih paham dalam
memahami materi tentang unsur-unsur pembagun cerita. Media film pendek juga
membantu siswa dalam menemukan ide cerita untuk dikembangkan dalam bentuk
tulisan cerpen.
5.2 Saran
Melalui hasil penelitian tentang Efektivitas Media Film Pendek dalam
Pembelajaran Menulis Cerpen pada Siswa SMA Negeri 1 Wongsorejo Kabupaten
Banyuwangi, diharapkan dapat berguna bagi pihak yang terkait. Saran penilitian
ini ditujukan bagi para pembaca, peneliti selanjutnya, dan pihak terkait lainnya.
1) Bagi Guru Bahasa Indonesia
Berdasarkan hasil penelitian terkait dengan penulisan cerpen menggunakan
media film pendek dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas XI, guru
sebaiknya memerhatikan media yang digunakan dalam pembelajaran. Media
pembelajaran yang digunakan sangat penting bagi siswa, terutama dalam proses
kreatif menulis cerpen yang dimana siswa membutuhkan stimulus agar dalam
proses penulisan tersebut hasilnya memuaskan. Pembelajaran menulis khususnya
menulis cerpen sebaiknya dilaksanakan dengan berbagai variasi, salah satunya
dengan menggunakan media film pendek.
2) Bagi Kepala Sekolah dan Pihak Sekolah
Dalam penelitian ini, hubungan sinergis antara peneliti, guru, dan siswa
serta pihak sekolah perlu dilakukan demi tercapainya keefektifan penelitian
pembelajaran. Kerja sama dari seluruh pihak sekolah sangat membantu dalam
pelaksanaan penelitian ini. Kepala sekolah dalam hal ini juga cukup menjadi
peran penting dalam memantau kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilakukan
oleh siswa.
3) Bagi Pembaca
Dalam penelitian yang terkait dengan pembaca atau peniliti lanjutan,
diharapkan dapat mengembangkan yang berkaitan dengan media pembelajaran
yang digunakan, terutama dalam proses kreatif menulis cerpen. Hal tersebut
dibutuhkan agar pelaksanaan pembelajaran di kelas lebih efektif dan berkreasi.
Dalam hal ini diharapkan untuk pembaca memiliki pengetahuan tentang media
pembelajaran yang efektif untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM).
99
DAFTAR RUJUKAN
Buku
Aksan, Hermawan. 2015. Proses Kreatif Menulis Cerpen. Bandung: Nuansa
Cendekia.
Arsyad, Azhar. 2016. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
A. Sayuti. S. 2009. Teks Sastra. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Busri, Hasan & Badrih, Moh. 2015. Linguistik Indonesia. Malang: Penerbit
Universitas Negeri Malang.
Handayani, Sri. 2008. Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2011. Strategi Pembelajaran Sastra.
Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan PT.
Remaja Rosdakarya (Rosda).
Jabrohim, Chairul Anwar & Suminto A. Sayuti. 2009. Cara Menulis Kreatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kinoysan, Ari.2007. Jadi Penulis Fiksi? Gampang kok!. Yogyakarta: Andi.
Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Pranoto, Naning. 2015. CREATIVE WRITING: Seni Menulis Cerita Pendek.
Jakarta: Oppus.
Rampan, Korrie Layun. 2009. Apresiasi Cerpen Indonesia Mutakhir. Jakarta:
bukupop.
Semi, M. Atar.2009. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya.
Sudjana, Nana. 2014. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Sudjana, Nana & Ahmad Rivai. 2013. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan ,Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sumardjo, Jakob. 2007. Catatan Kecil Tentang: Menulis Cerpen. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Suryaman, Maman. 2012. Metodelogi Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: UNY
Press.
Tarigan, Henry Guntur. 2015. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.
Wahyuni, Sri & Syukur, Abdul. 2014. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung.
Refika Aditama.
Jurnal
Cahyono, Edi. 2009. Sekilas Tentang Film Pendek.
http://filmpelajar.com/tutorial/sekilas-tentang-film-pendek (diunduh pada
jam 16.05 hari Senin, tanggal 04 November 2019).
Kusumawardhani, Ririn B. 2016. Peningkatan Kemampuan Menulis Siswa Kelas
X SMAN 1 Pakusari dengan Metode Kontekstual. Jember:
Jurnal.unmuhjember.ac.id.
Natalia, D. 2010. Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi berdasarkan
Pengalman Pribadi melalui Metode Pembelajaran Mind Mapping pada
Siswa Kelas VII SMP Negeri I Grogol, Kediri. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: Universitas Negeri Malang Fakultas Sastra Jurusan Sastra
Indonesia
Nugroho, Hamdan. 2009. Pembelajaran Menulis
Cerpen.(online).http://Hamsmars.blodspot.c om/2009/06/pembelajaran-
menulis-cerpendengan-html Diakses: 04 November 2019.
Pramana Putra, Dedy. Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas X 1 SMA Negeri
1 Melaya Ditinjau dari Unsur Intrinsik.
(online).https://ejournal.undiksha.ac.id/ index.php/JJPBS/article/view/1181,
diakses 04 November 2019.
Suhendra, R. 2010. Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Unsur Cerpen
yang Diperdengarkan dengan Metode Peta Pikiran Siswa Kelas X SMA
Negeri 8 Malang Tahun 2010/2011 . Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Negeri Malang Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia.
Widyastuti, R.T. 2012. Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Model dari Cerpen
ke Cerpen dan Model Bersafari pada Siswa SMA. Seloka. Jurnal Bahasa
dan Sastra Indonesia.