Post on 06-Aug-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertambahan jumlah penduduk yang makin pesat sekarang ini telah
membawa dampak yang cukup luas dalam berbagai segi kehidupan manusia.
Pertambahan penduduk tidak hanya menuntut penyediaan bahan pangan tetapi
juga peningkatan kandungan gizi. Berbagai upaya telah ditempuh untuk
meningkatkan produk pangan, dan upaya peningkatan gizipun mulai
diperhatikan. Akhir–akhir ini permintaan untuk produk perikanan yang
memenuhi kebutuhan gizi semakin bertambah. Salah satu cara yang bisa
memenuhi tuntutan kebutuhan gizi itu adalah dengan mengembangkan usaha
budidaya ikan (Gustina 2005).
Kebutuhan pangan dan gizi masyarakat, perlu adanya peningkatan
produksi disemua sektor pertanian termasuk didalamnya adalah sektor
perikanan mutlak dilakukan. Akan tetapi lahan yang diperlukan untuk
meningkatkan produksi perikanan semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh
adanya pengalihan fungsi dari lahan tersebut. Sebagai akibat dari
pembangunan dibidang olah raga ataupun prasarana sosial lainnya yang telah
menyita sebagaian lahan pertanian dan perikanan. Usaha pencarian lahan baru
(Ekstensifikasi) dan pemamfaatan lahan yang telah ada (Intensifikasi)
semaksimal mungkin harus dilakuakn.
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) adalah tergolong ikan yang paling
mudah berkembang biak. Pertumbuhan ikan nila relatif lebih cepat bila
1
dibandingkan dengan jenis ikan air tawar lainnya . selain itu ikan nila
memiliki nilai gizi yang tinggi (Yuliadi Soekard 1996).
Usaha pembudidayaan ikan nila tentu tidak lepas juga dari tingkat
kualitas bibit ikan tersebut. Sekarang ini para petani kebanyakan mendapatkan
benih ikan secara alami, yakni mereka membiarkan induk ikan nila
berkembang biak di kolam tanpa pemeliharaan yang semestinya.
Beberapa hal yang sangat perlu untuk dipelajari dan dilakukan
supaya benih yang dihasilkan benar–benar baik. Hal–hal tersebut diantaranya
adalah pemilihan induk. Penyeleksian calon induk ikan nila dilakukan
berulang–ulang dengan memilih induk yang terbaik dari calon induk yang
pertama . Induk yang dipilih memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dan
memiliki tubuh lebih besar. Umur induk harus berkisar antara 5 – 6 bulan
dengan berat 250 – 500 geram untuk induk betina dan 500 – 800 untuk induk
jantan. Masa produktif induk ikan nila adalah 1,5 – 2 tahun untuk mengetahui
induk yang sudah matang seksual dan siap untuk dipijatkan dapat dilakukan
dengan cara mengurut kearah belakang , bagian perut ikan nila jantan maka
akan keluar sperma berwarna putih.
Upaya pembenihan ikan nila perlu diketahui ciri–ciri dan kebiasaan
ikan itu. Selain itu cara atau teknik pembenihan serta persyaratan lainnya
sangat penting untu diketahui . Dengan demikian dapat memudahkan dalam
pembenihan ikan nila (Oreochromis niloticus ).
Salah satu cara pembenihan ikan nila adalah dengan cara pijatan.
Pembenihan dengan cara ini ialah induk jantan dan betina yang sudah dipilih
2
ditempatkan pada satu kolam, jika induk ikan tersebut sudah matang kelamin
atau siap untuk memijah, maka dilakukanlah pijatan pada induk ikan tersebut
dengan tujuan untuk mempercepat pengeluaran telur pada induk betina dan
memperbanyak keluarnya sperma pada induk jantan.
Dengan banyaknya pengeluaran sperma oleh induk jantan
diharapkan proses pembuahan telur dapat dilakukan dengan semaksimal
mungkin sehingga tingkat produksi benih ikan nila dapat meningkat. Apabila
tingkat produksi benih meningkat dan kualitas benih ikan baik dan sehat
tentunya sangat menunjang tingka keberhasilan pada pembudidayaan ikan nila
itu sendiri.
Sehubungan dengan maksud dan tujuan yang dipaparkan tersebut ,
maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang “ Efektivitas
Pembenihan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan cara pijatan Di
Balai Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar ( BPBIAT ) Lenek Lombok
Timur”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana efektivitas pembenihan ikan
nilai (Oreochromis niloticus) dengan menggunakan cara pijatan.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dimaksudkan agar mengetahui apakah
ada efektivitas pembenihan ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan
menggunakan cara pemijatan.
3
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Diharafkan dari hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan, terutama dalam bidang biologi, sehingga dapat
menambah wawasan tentang pokok bahasan ikan dan reproduksi yang
baik.
b. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam
mengembangkan usaha budi daya benih ikan nila yang baik, baik
tingkat produksi maupun tingkat kualitas benih ikan nila
( Oreochromis niloticus )
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai sumber informasi bagi para petani ikan dalam upaya
peningkatan hasil produksi yang baik.
b. Sebagai salah satu bahan informasi yang dapat berguna bagi para
peneliti, untuk bahan pemabanding dalam penelitian berikutnya.
E. Asumsi Penelitian
1. Asumsi Teoritis
Dalam penelitian ini secara teoritis diasumsikan bahwa tingkat produksi
benihh akan berbeda bila dilakukan pemijatan terlebih dahulu dan induk
ikan nila di pelihara dengan cara menyiapkan kolom pemijahan.
2. Asumsi penelitian ini sangat mungkin dilaksanakan
karena adanya faktor yang mendukung antara lain :
a. Masalah yang diteliti berada dibawah jangkauan peneliti.
4
b. Adanya BPBIAT (Balai Pengembangan Benih Ikan Air Tawar)
sebagai tempat untuk melaksanakan penelitian.
c. Adanya kemudahan dalam mendapatkan induk ikan nila.
d. Cukup tersedianya literatur yang dipakai sebagai buku acuan.
F. Lokasi dan Obyek Penelitian
1. Lokasi Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di BPBIAT (Balai Pengembangan
Benih Ikan Air Tawar) Desa Lenek Kecamtan Aik Mel Kabupaten
Lombok Timur.
2. Obyek Penelitian
Sebagai obyek penelitian terbatas pada efek yang timbul pada
induk ikan nila setela diberikan rangsang pijatan dan kaitannya dengan
tinggkat kualitas bibit ikan nila ( Oreochromis niloticus )
G. Hipotesis Penelitian
Untuk mengarahkan jalannya penelitian ini maka hipotesis yang
diajukan adalah ada efektivitas pembenihan ikan nila (Oreochromis niloticus )
dengan menggunakan cara pemijahan.
H. Penegasan Istilah.
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda dari beberapa istilah
dari judul tersebut, maka berikut akan dijelaskan tentang istilah yang penting.
Adapaun istilah yang penting yang dijelaskan dalam hal ini adalah.
5
1. Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti ketepat gunaan
suatu langkah untuk menunjang keberhasilan sebuah tujuan (Susilo
Riwayadi, 2003 ). Jadi yang dimaksud dengan efektivitas dalam hal ini
adalah keadaan yang akan terjadi pada ikan nila (Oreochromis niloticus)
apabila dilakukan pijatan.
2. Pembenihan
Pembenihan berasal dari kata benih yang berarti bibit. Sedangkan
bibit diartikan sebagai makhluk hidup yang masih kecil yang dipersiapkan
sebagai calon makhluk hidup dewasa (Wahyu Handoko. 1996). Jadi yang
dimaksud dengan pembenihan dalam hal ini adalah upaya memperbanyak
calon individu baru yang dilakukan pada tempat dan cara – cara tertentu.
3. Ikan Nila ( Oreochromisniloticus )
Ikan nila adalah binatang bertulang belakang (Vertebrata) yang
hidup di air tawar dan bernapas dengan ingsang, pemakan segala
(Omnivora) dan makanan pokoknya terdiri dari bahan yang berasal dari
tumbuhan ( Nabati ) maupun berasal dari hewani (Gusrina, 2005 ).
4. Pijatan
Pijatan berasal dari kata pijat yang mendapat akhiran – an, yang
berarti menekan, mengusap bagian tubuh makhluk hidup pada daerah
tertentu (Susilo Riwayadi 2003). Jadi yang dimaksud dengan pijatan dalam
hal ini adalah memberikan rangsang sentuha pada ikan nila dengan tujuan
tertentu.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistematika Ikan Nila ( Oreochromis niloticus )
Sistimatika ikan nila yang dikemukakan oleh sugiarto ( 1989 ) adalah
sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub – Phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Ordo : Percomorphi
Sub – Ordo : Percoiden
Family : Ciclidae
Genus : Oreochromis
Species : Oreochromis niloticus
Selanjutnya dikatakan nama sinonimnya adalah tilapia nilotica,
Sarotherodon nilotica, Menurut bahasa Indonesia adalah Nila. Adapun jenis
ikannya adalah nila biasa, nila merah, dan nila albino.Ikan nila (Oreochromis
niloticus) dan familinya adalah merupakan ikan sungai atau danau yang cocok
dipelihara diperairan yang tenang. Makanan utama ikan nila yaitu berupa
plankton, perifitom dan tumbuhan air yang lunak (Wahyu Handoko, 1996).
Selanjutnya dijelaskan bahwa pertumbuhan ikan nila relatif lebih
cepat, mudah dikembangkan, daya kelangsungan hidupnya tinggi, toleransi
terhadap perubahan lingkungan yang cukup tinggi dan rakus terhadap
makanan sisa, sehingga tidak sulit untuk membudidayakannya. Dari perairan
7
umum ikan nila yang kecil sering terlihat mencari makanan dibagian yang
dangkal. Sedang ikan nila yang besar mencari makan di tempat yang lebih
dalam. Pada ikan nila dewasa panjang ususnya dapat mencapai 4,13 kali
panjang badan, sedang pada ikan nila kecil biasanya lebih pendek yaitu sekitar
2, 35 kali panjang badan (Susanto, 1986 ).
B. Pemilihan Induk Ikan Nila
Calon induk ikan nila diperoleh dengan cara menyeleksi sejumlah
induk–induk ikan nila yang ada. penyeleksian calon induk ikan nila dilakukan
belulang–ulang. Seleksi calon induk pertama. Induk yang dipilih memiliki
pertumbuhan lebih cepat dan memiliki tubuh yang lebih besar dari pada induk
–induk ikan nila yang lain.
Calon induk ikan nila dapat dipijahkan setelah berumur 5 – 6 bulan.
Pada saat umur tersebut induk ikan nila betina memiliki berat 250 – 300 gram
dan panjang 8,5 cm dapat menghasilkan telur sebanyak 78 butir, dan kalau
induk itu memiliki berat 400 – 500 gram dan panjang 12 cm dapat
menghasilkan telur sebanyak 700 butir.Dan masa produktif induk ikan nila
adalah 1,5 – 2 tahun.
Dalam menyeleksi calon induk ikan nila yang perlu diketahui adalah
ciri–ciri induk yang baik dan sehat. Adapun ciri–ciri induk yang baik dan
sehat adalah sebagai berikut :
1. Tubuhnya tidak cacat, baik sirip maupun bagian–bagian yang
lainnya.
2. Tubuh relatif lebih besar dibandingkan umur.
8
3. Sisik tersusun rapi.
4. Gerakan lincah
Dalam pemeliharaan induk ikan nila tidaklah terlalu sulit. Ada
tiga hal yang perlu mendapat perhatian khusus dalam merawat induk–
induk ikan nila ( Eka Warisdiyono. 10. 1996). Yaitu :
a. Kolam induk
b. Jumlah induk yang dipelihara dikolam (Padat Penebaran).
c. Makanan induk
C. Ciri – Ciri Ikan Yang Siap Memijah ( Matang Kelamin ).
Indik ikan nila yang siap memijah (matang kelamin) dapat kita
ketahui dengan mengamati tingkah laku maupun perubahan fisik yang terjadi
pada induk ikan tersebut. Adapun ciri–ciri yang dapat kita amati antara lain :
1. Induk jantan aktif meengejar induk betina.
2. Pada induk jantan rusuk bagfian perut membentuk sudut tumpul.
3. Pada induk betina bagian belakang sirip dada kelihatan
menggelembung.
4. Sisik induk betina kelihatan lebih terbuka.
5. Induk jantan dan betrina aktif didasar kolam untuk membuat
lubang pemijahan berupa lekukan dengan diameter 15 – 20 cm.
D. Pemijahan Induk Ikan Nila
Pemijahan induk ikan nila dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Cara Tradisional.
9
Pemijahan dengan cara ini dilakukan pada satu kolam tanpa sekat
pemisah antara induk jantan dan betina. Pemijahan dengan cara ini padat
penebaran induk adalah 1 : 1. Dengan demikian jika dalam satu kolam
pemijahan induk ikan nila sebnyak 40 ekor maka induk nila jantan yang
ditukar adalah 20 ekor dan induk betina 20 ekor (Karyawan P, 2005 ).
2. Cara Semi Intensip Cara Pertama.
Pembenihan dengan cara ini ialah induk jantan dan betina
ditempatkan m enjadi satu pemijahan induk akan terjadi di dalam kolam
sekatan. Dengan cara ini, kolam pemijahan induk terpisah dengan kolam
benih, pemisahan di lakukan dengan menggunakan sekat bumbu atau dari
jaring tebal bermata 1 cm. Perbandingan luas kolam pemijahan dan kolam
pendederan benih adalah 1 : 4. dengan demikian jika luas kolam 25 m2
maka kolam pemijahan yang disekat adalah 5 m2 dan kolam pendederan
benih adalah 20 m2.
Adapun perbandingan induk ikan nila jantan dan betina adalah
1 : 2. Jika induk ikan nila yang akan dilepas sebanyak 30 ekor maka induk
jantan sebanyak 10 ekor dan induk betina sebanyak 20 ekor. Padat
penebaran induk adalah 2 ekor / m2 ( Karyawan P, 2005 ).
3. Cara semi intensif cara kedua.
Pembenihan cara ini pada kolam pemijahan, induk jantan dan
betina dipisahkan dengan menggunakan sekat bambu atau pemisah induk
jantan dan betina agak renggang hingga induk betina dapat masuk ke
dalam tempat induk jantan untuk melakukan pemijahan. Sedangkan induk
10
jantan tidak dapat masuk ketempat induk betina. Perbandingan luas kolam
induk jantan dan betina serta kolam pendederan adalah 1 : 1 : 5 . dengan
demikian, jika luas kolam pemijahan 35 m2 maka kolam induk jantan 5 m2,
kolam induk betina 5 m2 dan kolam pendederan 25 m2. ( Karyawan P, 35.
2005 )
Pemijahan dengan cara ini dilakukan dengan cara memilih induk
jantan yang memiliki tumbuh lebih besar dari induk betina pada kolam
pemijahan. Induk jantan di tempatkan pada kolam paling hilir, sedangkan
induk ikan betina pada kolam bagian hulu agar induk ikan betina tidak
dapat masuk ke kolam pendederan.
4. Pembenihan dengan cara pijatan
Pembenihan dengan cara pijatan ini dilakukan dengan
menempatkan induk jantan dan induk betina pada satu kolam dengan padat
penebaran 1:1 atau pada satu kolam di tempatkan induk jantan satu ekor
dan induk betina satu ekor dengan pada penebaran 2 ekor permeter
persegi. Pemijahan dengan cara ini dilakukan dengan memilih induk ikan
yang sudah matang kelamin atau sudah siap memijah. Kemudian induk
ikan yang sudah siap memijah tersebut ditangkap dan dilakukan pemijatan
dengan menekan secara perlahan pada bagian perut induk ikan nila
tersebut. Hal ini bertujuan untuk mempercepat pengeluaran telur pada
induk betina dan memperbanyak pengeluaran sperma pada induk jantan ,
sehingga pembuahan telur dapat berlangsung dengan sebaik mungkin.
E. Usaha Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus T)
11
Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam usaha budidaya
ikan nila tergantung dengan sistem pemeliharaannya ( perlakuan dalam
pemeliharaan yang dilakukan).
Pembenihan merupakan suatu kegiatan mata rantai dalam usaha
budidaya ikan nila. Pembenihan dimaksudkan dengan kegiatan yang bertujuan
untuk menghasilkan benih yang banyak. Sedangkan pembesaran dimaksudkan
untuk memproleh ikan yang berukuran konsumsi dan bisa dijadikan induk
kembali (Susanto, 1986).
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan model True Experimental Design yaitu
jenis-jenis eksperimen yang dianggap sudah memenuhi persyaratan. Yang
dimaksud dengan persyaratan dalam eksperimen adalah adanya kelompok lain
yang tidak dikenal eksperimen dan ikut mendapatkan pengamatan. Dengan
adanya kelompok lain yang disebut kelompok pembanding atau kelompok
kontrol ini akibat yang diperoleh dari perlakuan dapat diketahu secara pasti
karena dibandingkan dengan yang tidak mendapat perlakuan.
Dengan demikian model desain yang digunakan dalam penelitian
ini adalah model random terhadap subyek.
Dimana E adalah Sampel yang diberikan perlakuan dan kontrol , K
adalah sampel yang tidak diberikan perkuan tetapi kontrol, 01 adalah akibat
atau hasil dari sampel pertama yang diberikan perlakuan, sedangkan 02 adalah
akibat atau hasil dari sampel kedua yang tidak deberikan perlakukan.
(Arikunto, 2006 ).
13
E : 01
K : 02
B. Populasi dan Sampel Penelitian.
Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan
sampel (Mardalis, 1989). Pendapat lain mengatakan bahwa populasi adalah
keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan,
tumbuh–tumbuhan, gejala–gejala nilai tes atau pristiwa–peristiwa sebagai
sunber data yang memiliki karaktristik tertentu dalam suatu penelitian
(Arikunto, 2006).
Berdasarkan kedua pendapat diatas maka yang dimaksud dengan
populasi adalaha keseluruhan individu yang memiliki satu atau lebih
karaktristik umum yang sama serta dapat diukur secara kuantitatif maupun
kualitatif. Adapun yang menjadi populasi penelitian ini adalah keseluruhan
ikan nila yang menjadi subyek penelitian.
Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap
dapat mewakili populasi (sumadi dkk, 1996). Pendapat lain mengatakan
bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.
Dari kedua pendapat tersebut maka yang dijadikan sebagai sampel
dalam penelitian ini adalah bagian dari seluruh ikan nila yang dapat mewakili
seluruh ikan nila.. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara hati-hati
yaitu dengan memperhatikan berbagai keriteria yang akan dijadikan obyek
pengamatan.
Adapun keriteria yang harus diperhatikan dalam pemilihan induk
ikan nila yang akan dijadikan sampel antara lain :
1. Induk ikan yang memiliki berat badan ± 500 geram.
14
2. Tidak memiliki cacat pada bagian tubuhnya baik sisik maupun siripnya.
3. Memiliki ukuran tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan
umurnya.
4. Memiliki gerakan yang lincah.
5. Memiliki susunan sisik yang rapi.
C. Instrumen Penelitian
1. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat yang perlu dipersiapkan dalam penelitian ini antara lain :
1. Plastik mulsa
2. Timbangan
3. Bak
4. Meteran / Mistar
5. Kalkulator
6. Seser halus
7. Seser bermata 1 cm
8. Bambu
9. Kawat tali
10. Kubal atau rapia
11. Handuk
12. Termometer
13. Alat pengukur kecerahan air
14. Alat Pengukur Oksigen terlarut ( Oksimeter )
15
15. Kertas pH universal
16. Dan Lain-lain
b. Bahan
Adapun bahan-bahan yang diperlukan ini antara lain :
1. Induk ikan nila yang matang kelamin dengan
berat ± 500 geram.
2. Makanan ikan (pellet) untuk induk dengan
kadar protein 20-30%.
3. Makanan ikan (pellet) untuk benih.
B. Langkah kerja
Adapun langkah-langkah yang dilakukan antara lain :
1. Membersihkan kolam yang akan disekat dari kotoran atau rumput-
rumput liar .
2. Happa disiapkan senyak 20 unit dengan ukuran 1x1x1 m
3. Rangkaian happa ditempatkan diperairan secara acak.
4. Melakukan penyekatan pada kolam yang terdiri dari dua baris masing-
masing baris terdiri dari 10 kolam sekatan dengan ukuran 1 x 1 x1 m.
5. Merakit jembatan bambu ditepi kolam memudahkan pengontrolan dan
pemeliharaan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini melibatkan dua jenis variabel yakni variabel bebas
dan variabel terikat. Yang menjadi variabel bebas adalah Pembenihan ikan
16
nila dengan melakukan pemijatan dan tanpa pemijatan, sedangkan variabel
terikatnya adalah Benih ikan nila yang dihasilkan. Dari hasil penelitian untuk
salah satu parameter disajikan seperti tabel berikut.
Tabel. 1. Model Rancangan dalam Penelitian.
SubyekHasil benih masing – masing kelompok
Kelompok Ekeperimen ( X ) Kelompok Pembanding ( Y )123.....n
X1
X2
X3
.
.
.
.
.Xn
Y1
Y2
Y3
.
.
.
.
.yn
∑ X ∑ Y
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam rangka uji hipotesis dalam penelitian
ini adalah teknik Uji – t untuk dua sampel yang terpisah. Penggunaan
teknik uji tersebut harus diimbangi uji persyaratan yang harus dipenuhi.
Untuk pengujian uji – t untuk dua sampel yang terpisah uji persyaratan
yang harus dipenuhi dalam penelitian ini adalah persyaratan normalitas
data yang bertujuan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data
pada sampel yang digunakan dan homoginitas data varians yaitu kesamaan
beberapa bagian sampel antar masing–masing kelompok sampel.
17
Untuk keperluan uji hipotesis yang telah diajukan dalam
penelitian ini data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan
menggunakan teknik uji – t. pemilihan teknik uji – t tersebut didasarkan
pada tujuan penelitian yang telah dikemukakan pada bab I sebelumnya .
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
Mx - My
t =
SD2x SD2y
( N1 – 1 ) ( N2 – 1 )
Dimana Mx = Mean atau rata–rata hasil benih kelompok
Eksperimen, My = Mean atau rata–rata benih kelompok pembanding, SD
adalah Standar Deviasi atau Simpangan Baku ( Arikunto, 2006 ).
Pengujian hipotesis dilakukan dengan ketentuan : Tolak H0 jika
t hitung lebih kecil dari ttabel pada taraf signifikan 5 % dan derajat kebebasan
tertentu ( N1 + N2 – 2 ) . Dan sebaliknya H0 tidak ditolak jika t hitung lebih
besar dari ttabel pada tarap signifikan 5% dan derajat kebebasan tertentu
( N1 + N2 – 2 ).
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis
data pada penelitian ini adalah Merumuskan hipotesis, Membuat tabel
kerja, Memasukkan data kedalam rumus, Menguji nilai T-hitung, Menarik
kesimpula.
18
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas beberapa hal yaitu (A) Deskripsi Lokasi
Penelitian, (B) Penyajian Hipotesis, (C) Pembahasan.
A. Deskripsi Lokasi Penelitian.
Balai Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawa (BPBIAT)
merupakan lembaga pemerintah yang melaksanakan sebagian fungsi tekbis
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Nusa Tenggara Barat, khususnya
bidang teknis pengembangan budidaya perikanan air tawar. Berdasarkan perda
No 13 tahun 2001 tanggal 20 September 2001.
Balai Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawa (BPBIAT)
terletak didesa lenek kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur, dengan
luas lahan yang dimiliki ± 5,5 Ha yang terdiri dari kolam seluas ± 3,3 Ha dan
persawahan ± 0,8 Ha serta halam gedung dan jalan ± 1,4 Ha. Sedangkan Debit
air pertahun 50 – 100 liter / detik.
a. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki
19
Adapun fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh Balai Pengembangan
Budidaya Ikan Air Tawa (BPBIAT) antara lain sebagai berikut :
1. Kolam pendenderan dan pemeliharaan induk.
2. Indoor hatchery
3. Bangsal Pemijahan
4. Gedung Kantor
5. Aula
6. Perumahan Pegawai atau karyawan
7. Ruang pengepakan ikan
8. Ruang genset
9. Gedung pakan
10. Gedung perpustakaan
11. Gedung laboratorium
b. Visi dan Misi
Adapun Visi Balai Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawa
(BPBIAT) adalah : Mewujudkan Balai Sebagai Pusat Pengembangan
Benih Unggul dan Pusat Informasi Teknologi Budidaya Ikan Air Tawar
Yang Berdaya Saing di Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Sedangkan Misi yang dikemukakan oleh Balai Pengembangan
Budidaya Ikan Air Tawa (BPBIAT) adalah :
1. Menyediakan benih yang berkualitas
2. Menyiapkan bahan informasi budidaya ikan air tawar
20
3. Mengembangkan teknologi budidaya ikan air tawar,
pengkajian dan analisis serta pengujian dan penerapan teknologi
budidaya ikan air tawar
4. Melakukan bimbingan teknis budidaya ikan air tawar
dalam rangka meningkatkan kompetensi dan profosionalisme sumber
daya manusia
5. Mengembangkan jaringan kerjasama pengembangan
budidaya ikan air tawar
6. Mengembangkan jaringan sistem informasi teknologi
budidaya ikan air tawar.
B. Penyajian Hipotesis
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka kegiatan yang
dilakukan dalam penelitian ini meliputi: (1) Penentuan Subyek Penelitian, (2)
Pelaksanaan Pengumpulan Data.
1. Penentuan Subyek Penelitian.
Dalam Bab III telah diuraikan bahwa yang menjadi subyek dalam
penelitian ini adalah Bagian dari seluruh ikan nilai yang dapat mewakili
seluruh ikan nila. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan
memperhatikan berat badan dan ukuran tubuh.
Adapun berat badan ikan nila yang digunakan dalam penelitian
ini terlihat pada tabel berikut
Tabel 02. Data tentang berat badan dan panjang ikan nila kelompok kontrol yang digunakan sebagai sampel penelitian.
NO KOLAM UKURAN
BERAT BADAN (GRAM) PANJANG (CM)
21
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
450
500
400
430
440
500
470
490
560
500
11
12
11
10
12
13
12
13
13
12
Tabel 03. Data tentang berat badan dan panjang ikan nila kelompok Eksperimen yang digunakan sebagai sampel penelitian.
NO KOLAMUKURAN
BERAT BADAN (GRAM) PANJANG (CM)
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
470
500
420
500
440
500
470
490
560
500
11
12
12
13
11
12
11
13
11
12
Sumber: Hasil Pengukuran data primer
2. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Sebelum melakukan eksperimen pada penilitian yang akan
dilakukan peneliti lebih dahulu memberikan perlakuan melalui tahapan-
tahapan sebagai berikut :
22
a. Membagi induk ikan nila menjadi dua menurut kolam masing-
masing, yakni kolam pertama sebagai kelompok eksperimen dan
kolam kedua sebagai kelompok pembanding.
b. Masing-masing kolam dilakukan penyekatan yang terdiri dari dua
baris masing-masing terdiri dari 10 kolam sekatan dengan ukuran
1x1x1m.
c. Memberikan pengamatan dan pengontrolan kemasing-masing
kelompok ( kelompok eksperimen dan kelompok pembanding )
tanpa memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen dan
menghitung benih yang dihasilkan masing-masing kelompok
sebagai data awal. Skor hasil benih tertera pada tabel 04 dan 05.
d. Setelah enam minggu kemudian kelompok ekperimen diberikan
perlakukan dengan memijat induk ikan nila dan sebaliknya
kelompok pembanding tanpa dilakukan pemijatan.
e. Setelah melakukan pemijahan dua minggu kemudian peniliti
melakukan perhitungan benih yang dihasilkan oleh masing-masing
kelompok. Hasil perhitungan terlihat pada tabel 04 dan 05.
Tabel 04 Data hasil perhitungan awal dan perhitungan akhir benih yang dihasilkan oleh kelompok Eksperimen.
NO KOLAMJUMLAH BBENIH YANG
DIHASILKAN SELISIHKontrol (X1) Eksperimen(X2)
1 01 488 505 17
2 02 509 566 57
3 03 507 496 -11
4 04 509 501 -8
5 05 432 473 41
23
6 06 483 525 42
7 07 507 511 4
8 08 421 478 57
9 09 497 527 30
10 10 571 543 -28
Sumber: Hasil perhitungan benih yang dihasilkan.
Tabel 04 Data hasil perhitungan awal dan perhitungan akhir benih yang dihasilkan oleh kelompok Pembanding.
NO KOLAMJUMLAH BENIH YANG
DIHASILKAN SELISIHKontrol (Y1) Kontrol(Y2)
1 01 505 508 3
2 02 566 563 -3
3 03 496 547 51
4 04 509 528 19
5 05 432 411 -21
6 06 483 553 70
7 07 507 491 -16
8 08 478 482 4
9 09 527 539 12
10 10 543 567 24
Sumber: Hasil perhitungan benih yang dihasilkan.
C. Analisis Data
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yang dikumpulkan
yaitu data hasil benih yang dihasilkan induk ikan nila pada kelompok yang
24
deberikan perlakuan dengan cara pemijatan dan kelompok yang tanpa
diberikan perlakuan pemijatan.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data
ini telah dicantumkan pada Bab III sebagai berikut : (a) Merumuskan
Hipotesis Nol (Ho), (b) Menyusun tabel kerja, (c) Memasukkan data kedalam
rumus, (d) Menguji nilai T- hitung, (e) Menarik kesimpulan.
a. Merumuskan Hipotesis Nol(Ho)
Sehubungan dengan analisa data dengan menggunakan metode
statistik, maka hipotesis alternatif yang peneliti ajukan terlebih dahulu
diubah menjadi hipotesis nol sebagai berikut : tidak ada efektivitas
pembenihan ikan nila dengan cara pijatan di Balai Pengembangan
Budidaya Ikan Air Tawar (BPBIAT) Lenek Lombok Timur.
b. Menyusun Tabel Kerja
Tabel kerja ini dimaksudkan untuk pengolahan data yang telah
dikumpulkan guna menguji hipotesis tentang efektivitas pembenihan ikan
nila dengan cara pijatan di Balai Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar
Lenek Lombok Timur.
Tabel 06. Jumlah benih yang dihasilkan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Pembanding .
Kelompok Eksperimen Kelompok Pembanding
Kol
am
Kon
trol
(X1)
Eks
prim
en (
X2 )
Bed
a(X
)
Kol
am
Kon
trol
( Y
1)
Kon
trol
(Y2)
Bed
a(Y
)
01 488 505 17 01 505 508 3
25
02 509 566 57 02 566 563 -3
03 507 496 -11 03 496 547 51
04 509 501 -8 04 509 528 19
05 432 473 41 05 432 411 -21
06 483 525 42 06 483 553 70
07 507 511 4 07 507 491 -16
08 421 478 57 08 478 482 4
09 497 527 30 09 527 539 12
10 571 543 -28 10 543 567 24
Sumber . Data Perimer diolah
Tabel 07. Tabel Kerja Pengujian Hipotesis dengan rumus T-hitung antara selisih hasil benih ikan nila Kelompok Eksperimen (X) dan hasil benih kelompok pembanding(Y).
Kelompok Eksperimen Kelompok Pembanding
X F FX X2 FX2 Y F FY Y2 FY2
-28 1 -28 784 784 -21 1 -21 441 441
-11 1 -11 121 121 -16 1 -16 256 256
-8 1 -8 64 64 -3 1 -3 9 9
4 1 4 16 16 3 1 3 9 9
17 1 17 289 289 4 1 4 16 16
30 1 30 900 900 12 1 12 144 144
41 1 41 1681 1681 19 1 19 361 361
42 1 42 1764 1764 24 1 24 576 576
57 2 114 3249 6498 51 1 51 2601 2601
70 0 0 0 0 70 1 70 4900 4900∑F= 10
∑FX= 201
∑x2 = 8868
∑FX2= 12117
∑F= 10
∑FY= 143
∑Y2= 9313
∑FY2= 9313
Sumber. Data Perimer diolah
c. Memasukkan Data ke dalam Rumus
26
Berdasarkan tabel 07 diatas, maka data tersebut dimasukkan
kedalam tumus T-hitung sebagai berikut:
Mx - My
t =
SD2x SD2y
( N1 – 1 ) ( N2 – 1 )
Pada tabe 07 diatas terlihat bahwa yang diketahui adalah :
∑FX = 201
∑ FX2 = 12117
∑ FY = 143
∑ FY2 = 9313
NX = NY = 10
Sedangkan parameter yang perlu diselesaikan terlebih dahulu adalah:
Mx = ……………?
My =…………….?
SD2x = …………….?
SD2y =…………….?
SD2x =……………?N – 1
SD2y =……………?N – 1
T-hitung = …………….?
∑ FX ∑ FYMx = My =
27
N N201 143
= =10 10
= 20,1 = 14,3
∑ FX2
SD2x = - (Mx)2 N 12117
= - ( 21,1)2
10= 1211,7 – 404,01
= 807, 69
∑ FY2
SD2y = - (My)2
N9313
= - ( 14,3 )2
10= 931,3 – 204,49
= 726,81
SD2x 807,69 =
N – 1 10 – 1
807,69 =
9
= 89,74
SD2y 726,81 =
N – 1 10 – 1
726,81
28
= 9
= 80,76
Setelah menemukan masing-masing parameter maka dapat dimasukkan langsung ke rumus t-hitung.
Mx - My
t =
SDX2 SDY2
( N1 – 1 ) ( N2 – 1 )
20,1 – 14, 3t =
89,74 - 80,76
5 , 8t =
8,98
5 , 8t =
2, 997
t = 1, 94
Db = N1 + N2 – 2 = 10 + 10 – 2 = 18
d. Menguji Nilai T-hitung
Berdasarkan hasil analisa data ternyata harga T-hitung yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah 1,94. Sedangkan nilai T-tabel dengan
taraf signifikan 5% dengan melihat derajat kebebasan (db) = N1 + N2 – 2
= 10 + 10 – 2 = 18 adalah 1,73 .
29
Dengan demikian hasil perhitungan T-hitung dalam penelitian ini
lebih besar dari pada nilai T-tabel atau ( 1, 94 > 1, 73 ), ini berarti hasil
penelitian tersebut signifikan.
e. Menarik Kesimpulan
Karena nilai hasil penelitian signifikan maka Hipotesis Nol (Ho)
yang menyatakan tidak ada efetivitas pembenihan ikan nila (Oreochromis
niloticus T ) dengan cara pijatan di balai pengembangan budidaya ikan air
tawar (BPBIAT) lenek lombok timur diatas ditolak, dan Hipotesis
Alternatif (Ha) yang menyatakan ada efetivitas pembenihan ikan nila
(Oreochromis niloticus T ) dengan cara pijatan di balai pengembangan
budidaya ikan air tawar (BPBIAT) lenek lombok timur diatas diterima.
D. Pembahasan.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa hasil untuk mengetahui
evektivitas pembenihan ikan nila(Oreochromis niloticus T ) dengan cara
pijatan selama dua bula masa penelitian , maka diuraikan secara terperinci
mengenai variabel utama ( Efektivitas) serta variabel penunjang ( suhu, pH,
O2, dan Kecerahan).
1. Evektivitas Ikan Nila(Oreochromis niloticus T )
Sesuai dari hasil analisa data yang diperoleh yang menolak
hipotesis nihil(Ho), menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang tidak
begitu mencolok antara pembenihan ikan nila (Oreochromis niloticus T )
yang diberikan perlakuan dengan cara pijatan dengan pembenihan ikan
nila (Oreochromis niloticus T ) yang tidak diberikan perlakuan.
30
Perbedaan hasil benih tersebut terlihat pada hasil uji T-hitung yang
menunjukkan T-hitungnya lebih besar dibandingkan nilai T-tabel yang berada
pada taraf signifikan 5%. Ini berarti bahwa ada efektivitas pembenihan
ikan nila (Oreochromis niloticus T ) yang diberikan perlakuan dengan cara
pijatan yang walaupun tidak begitu nyata.
Adanya efektivitas pembenihan ikan nila (Oreochomis niloticusT
) selain diberikan perlakuan dengan cara pijatan disebabkan juga oleh
umur, keturunan . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembenihan ikan
nila(Oreochromis niloticus T ) dengan diberikannya perlakuan dengan cara
pemijatan memberikan perkembangbiakan ikan nila(Oreochromis
niloticus T ) ada peningkatan
Effendi (1979), mengemukakan bahwa selain faktor, umur dan
jenis kelami yang mempengaruhi perkembangbiakan ikan
nila(Oreochromis niloticus T )juga dipengaruhi oleh faktor buatan yaitu
adanya pembenihan dengan cara pijatan.
Sedang menurut Arsyad (1989) dijelaskan bahwa pertumbuhan
ikan nila(Oreochromis niloticus T) relatif lebih cepat, mudah
dikembangbiakkan, daya kelangsungan hidupnya tinggi dan rakus
terhadap sisa makanan sehingga tidak sulit untuk dibudidayakan dalam
pembenihan.
2. Variabel Penunjang
a. Suhu Peraiaran.
31
Suhu suatu perairan berpengaruh langsung terhadap
pembenihan ikan nila (Oreochromis niloticus T). disamping itu juga
akan mempengaruhi kandungan oksigen terlarut dalam peraiaran
tersebut. Suhu air selama penelitian berkisar antara 26 – 27oC. keadaan
ini berada pada batas yang oktimal bagi pembenihan ikan nila
(Oreochromis niloticus T). sesuai dengan pendapat sitanggung(1987),
yang mengatakan bahwa suhu yang ideal adalah 24 – 34oC. sedangkan
menurut Anonimous (1989) menyatakan bahwa standar untuk kualitas
air pada pembenihan ikan nila adalah berkisar antara suhu 25 – 30oC.
b. pH Peraiaran.
pH air selama penelitian berkisar antara 6 – 7. pH ini masih
merupakan pH yang optimal untuk kehidupan ikan nila, baik untuk
pembenihan maupun untuk kelangsungan aktivitas kehidupannya
benihnya.
Menurut Sitanggang(1987), menyatakan bahwa untuk
kolam budidaya yang produktif pH yang terbaik adalah 6,5 – 8.
sedangkan menurut Cholok dkk (1986), mengatakan bahwa pH yang
terbaik adalah berkisar antara 7,5 – 8,5. Akan tetapi pH antara 6,5 – 9
masih dikatagorikan baik, tetapi lebih kecil atau lebih besar dari itu
dianggap merugikan. Pernyataan ini diperkuat lagi oleh Afrianto
(1992), bahwa pH ideal dimana ikan mengalami pembenihan yang
oktimal berkisar antara 6,5 – 9.
c. Oksigen(O2) terlarut.
32
Selama penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan
bahwa kadar oksigen terlarut dalam air berkisar antara 5,3 – 5,8 ppm.
Dengan demikian tempat penelitian cukup baik untuk pembenihan ikan
nila(Oreochromis niloticus T). hal ini disebabkan karena keperluan
organisme air terhadap oksigen terlarut tergantung pada jenis dan
aktivitas kehidupannya. Kandungan oksigen yang baik bagi ikan
nila(Oreochromis niloticus T) adalah diatas 3 ppm (Anonymous,1989).
d. Kecerahan
Keadaan air selama penelitian berlangsung tetap dalam
keadaan normal ( tembus pandang ) sehingga kekeruhan tidak menjadi
masalah dalam pembenihan ikan nila(Oreochromis niloticus T) selam
penelitian. Adapun ketinggian air slama penelitian adalah lebih kurang
70 cm dengan kedalaman kolam tempat penelitian 1 m. susanto (1989),
mengatakan bahwa batasan kenampakan alat ukur kecerahan 45 cm
atau lebih cukup baik untuk pembenihan ikan nila (Oreochromis
niloticus T). Sedangkan menurut jangkaru (1984), batas keeruhan yang
masihditolerir oleh ikan secara biologis adalah jika secara visual benda
putih nampak jelas dalam air pada kedalaman 40 cm.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
33
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam Bab IV tentang efektivitas
pembenihan ikan nila (Oreochromis niloticus T ) dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Dengan melakukan pemijatan terhadap induk ikan nila
(Oreochromis niloticus T) mempunyai pengaruh terhadap efektivitas
pembenihan ikan nila (Oreochromis niloticus T). serta memberikan benih
yang lebih banyak dari pembenihan yang tidak diberikan perlakuan.
2. Efektivitas tersebut tanpak dari adanya perbedaan nilai
antara kolam yang diberikan perlakuan dengan menggunakan cara pijatan
dan kolam ikan nila (Oreochromis niloticus T) yang tidak diberikan
perlakuan sama sekali. Dan dalam perbedaan tersebut nilai rata-rata yang
diberikan perlakuan dengan cara pijatan lebih tinggi dari pada yang tidak
diberikan dengan cara pijatan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan terbatasnya variabel-variabel yang diteliti
dalam penelitian ini, maka disarankan :
1. Untuk memproleh benih yang lebih banyak pada
pembenihan ikan nila (Oreochromis niloticus T) dapat dilakukan dengan
memberikan perlakuan pada induk ikan (Oreochromis niloticus T) dengan
menggunakan cara pijatan.
2. Disarankan kepada pihak yang terkait dalam hal ini
Badan Lingkungan Hidup dan Penelitian (BLHP) beserta jajaran terkait
34
untuk dapat terus memberikan bantuan yang berhubungan dengan alat-alat
pembudidayaan ikan.
3. Kepala Balai Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar
(BPBIAT) Lenek Lombok Timur hendaknya menyarankan dan
memberikan motivasi agar senantiasa dalam pembenihan ikan nila
hendaknya dilakukan pemijatan.
4. Disarankan agar dilakukan penelitian tentang variabel
lainnya ( debit air, kadar garam, CO2 dalam air ) yang menyangkut
pembenihan ikan nila(Oreochromis niloticus T).
5. Kepada peneliti lain yang berminat untuk mengkaji hasil
penelitian ini disarankan untuk menyempurnakan/ mengkajinya secara
lebih mendalam untuk penyempurnaan hasil penelitian.
35