Post on 24-Jul-2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi danatau membuang kelebihan air dari suatu kawasan
atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Dirunut dari hulunya,
bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor drain), saluran
pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk (main
drain), dan badan air penerima (receiving waters). Di sepanjang sistem sering
dijumpai bangunan lainnya, seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air (aquaduct),
pelimpah, pintu-pintu air, bangunan terjun, kolam tando, dan stasiun pompa. Pada
sistem yang lengkap, sebelum masuk ke badan air penerima, air diolah dahulu di
instalasi pengolah air limbah (IPAL), khususnya untuk sistem tercampur. Hanya air
yang telah memenuhi baku mutu tertentu yang dimasukkan ke badan air penerima,
sehingga tidak merusak lingkungan.
Saat ini sistem drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur perkotaan yang sangat
penting. Kualitas manajemen suatu kota dapat dilihat dari kualitas sistem drainase
yang ada. Sistem drainase yang baik dapat membebaskan kota dari genangan air.
Genangan air menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan jorok, menjadi sarang
nyamuk, dan sumber penyakit lainnya, sehingga dapat menurunkan kualitas
lingkungan, dan kesehatan masyarakat.
Jika dibandingkan penduduk tahun 2000 hasil Sensus Penduduk 2000, maka
Laju Pertumbuhan Penduduk selama kurun waktu 10 tahun terakhir adalah 3,53
persen per tahunnya. Selain menggunakan data Sensus Penduduk, BPS juga
melakukan proyeksi data jumlah penduduk di antara Sensus Penduduk. Proyeksi ini
menggunakan Laju Pertumbuhan Penduduk antar Sensus Penduduk sebelumnya,
misalkan menggunkan LPP 1990-2000 untuk memproyeksikan penduduk tahun 2001
sampai dengan tahun 2010. Angka proyeksi untuk Kota Kupang adalah 305.038 jiwa.
Selisih yang hampir mencapai 30.000 penduduk ini diakibatkan karena meningkatnya
LPP 2000-2010. Ini mungkin terjadi karena Kota Kupang sendiri merupakan daerah
tujuan migrasi. Merupakan pusat perekonomian di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan
merupakan pusat pendidikan juga sehingga setiap tahunnya migrasi dari seluruh
penjuru NTT bahkan Indonesia akan menambah jumlah penduduk Kota Kupang.
2
Secara khusus wilayah kami tinjau terletak di Kecamatan Oebobo memiliki
laju pertumbuhan penduduk dengan presentase 3,28.
Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan prasarana
dan sarana perkotaan yang tidak memadai mengakibatkan pemanfaatan lahan yang
tidak tertib.Hal inilah yang menyebabkan persoalan yang sangat kompleks dalam
sistem drainase perkotaan. Perkotaan merupakan pusat segala kegiatan manusia, pusat
produsen, pusat perdagangan, sekaligus pusat konsumen. Di daerah perkotaan tinggal
banyak manusia, banyak terdapat fasilitas umum, transportasi, komunikasi,
perumahan dan sebagainya. Saluran drainase di daerah perkotaan menerima tidak
hanya air hujan tetapi juga air buangan (limbah) rumah tangga dan limbah pabrik.
Hujan yang jatuh di wilayah perkotaan kemungkinan besar terkontaminasi, ketika air
hujan itu melintasi atau berada pada lingkungan perkotaan tersebut berasal dari udara(
asap, debu, uap, gas, dan lain-lain), bangunan dan atau permukaan tanah dan limbah
domestik (rumah tangga) yang mengalir bersama air hujan. Setelah melewati
lingkungan perkotaan, air hujan, dengan atau tanpa limbah domestik, membawa
polutan ke badan air.
Masalah genangan air ini juga dihadapi oleh masyarakat Kota Kupang
terkhususnya pada kawasan yang kami amati yaitu pada ruas jalan Sudirman sampai
ke ruas jalan Moh.Hatta (Kelurahan Kuanino sampai Kelurahan Fountein).
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini antara lain:
1. Dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi pada saluran drainase pada ruas
jalan Sudirman sampai ke jalan Moh.Hatta.
2. Dapat mengevaluasi suatusistem drainase yang ada.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Drainase Perkotaan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Mengapa terjadi genangan air pada ruas Jalan.Sudirman sampai Jalan Moh.Hatta?
2. Bagaimana cara penanggulangannya?
D. Batasan Masalah
Dalam penulisan ini masalah - masalah Drainase yang diamati dibatasi di
Jalan.Sudirman sampai Jalan Moh.Hatta.
3
BAB II
IDENTIFIKASI LAPANGAN
Berdasarkan observasi lapangan, sistem drainase jalan Sudirman sampai
kejalan Moh.Hatta ini mempunyai beberapa titik permasalahan yang perlu ditinjau.
Saluran drainase di sepanjang jalan Sudirman sampai kejalan Moh.Hatta
sering mengalami genangan air di badan jalan pada saat terjadinya hujan. Setelah
diamati hal ini diakibatkan karena adanya tumpukan sampah dan adanya endapan
lumpur di dalam saluran drainase dan pada gorong - gorong. Karena saluran telah
dipenuhi oleh sampah dan endapan lumpur tersebut sehingga saluran yang ada tidak
dapat menampung debit air pada saat hujan.
Genangan air ini dapat diperhatikan pada ruas jalan Sudirman (depan Gereja
Koinonia). Dimensi saluran pada ruas jalan ini yaitu: lebar dasar saluran 55 cm, lebar
atas saluran 55 cm, dan tinggi saluran 60 cm . Pada ruas jalan ini, tingkat kepadatan
penduduknya sangat tinggi sehingga mempengaruhi volume sampah yang dihasilkan
yang kemudian masuk ke saluran drainase dengan berbagai cara seperti terbawa
angin, air hujan dan juga oleh karena sebagian masyarakat yang dengan sengaja
membuang sampah di dalam saluran drainase itu sendiri. Oleh karena itu hal ini
sangat dipengaruhi oleh kesadaran penduduk yang masih sangat rendah terhadap
akibat membuang sampah pada saluran drainase.
Jln. Sudirman
Jln
. M
oh
. H
att
a
Jln. ca
k malada
4
Dari hasil pengamatan yang dibuktikan dengan foto terlampir, dapat dilihat
dengan jelas bahwa beberapa saluran yang kami tinjau tersumbat akibat adanya
tumpukan sampah, kebanyakan sampah anorganik dan endapan lumpur.
Lebar Atas (cm) Lebar Bawah (cm) Tinggi (cm)
92 56 88
Ukuran
5
Saluran yang dipenuhi sampah ini terdapat pada daerah Jl. Moh Hatta tepatnya depan
TB Kalam Hidup. Saluran ini mempunyai lebar atas 92 cm dan lebar bawah sebesar 56
cm dan kedalaman 88 cm. Tumpukan sampah yang mengisi saluran ini mempunyai
tinggi sekitar 60 cm dan lebar yang sama dengan saluran sehingga tinggi saluran yang
dilalui aliran menjadi sekitar 28 cm. Tumpukan tersebut menyebabkan luapan setinggi
± 15 cm hingga menutupi sebagian jalan.
Lebar Atas (cm) Lebar Bawah (cm) Tinggi (cm)
92 56 88
Ukuran
6
Rusaknya dinding saluran drainase pada beberapa titik yang kami tinjau sangat
berpengaruh terhadap lancarnya pengaliran air dalam saluran drainase, sehingga
mengakibatkan air meluber ke perkerasan jalan. Hal ini terjadi karena kurangnya
perhatian dari pemerintah daerah setempat terhadap pemeliharaan infrastruktur daerah.
Lebar Atas (cm) Lebar Bawah (cm) Tinggi (cm)
40 35 50
Ukuran
Lebar Atas (cm) Lebar Bawah (cm) Tinggi (cm)
81 68 77
Ukuran
7
Lebar Atas (cm) Lebar Bawah (cm) Tinggi (cm)
81 68 77
Ukuran
8
Slab beton yang penyebrang jatuh dan masuk ke dalam saluran drainase. Hal
ini pastiya menghambat aliran air yang akan lewat di saluran drainase tersebut.
Masalah ini seharusnya menjadi perhatian masyarakat yang tinggal di sekitar daerah
tersebut terutama yang menggunakan jalan tersebut.
Lebar Atas (cm) Lebar Bawah (cm) Tinggi (cm)
55 55 65
Ukuran
9
Slab beton penyebrang rusak dan masuk ke dalam saluran drainase yang
pastiya menghambat aliran air yang akan lewat di saluran drainase tersebut. Hal ini
seharusnya merupakan tanggung jawab pemilik bangunan di dekatnya. Lokasi
pengambilan gambar ini di depan ATM danamon.
10
Kesengajaan yang dilakukan oleh pedagang kaki lima. Trotoar di depan kantor Bupati
Kupang dengan sengaja dibobol oleh pedagang kaki lima yang berdagang di tempat
tersebut dengan tujuan untuk membuang sampah-sampah sisa jualan.
Lebar Atas (cm) Lebar Bawah (cm) Tinggi (cm)
90 60 90
Ukuran
11
Kasus yang sama terjadi di depan wirasakti. Pedagang-pedagang buah menghancurkan
trotoar jalan untuk membuang sampah dan kotoran sisa penjualan.
Lebar Atas (cm) Lebar Bawah (cm) Tinggi (cm)
60 55 65
Ukuran
12
Endapan lumpur di dalam saluran drainase. Pada gambar di bawah, dapat dilihat bahwa
saluran drainase tertutup total karena endapan lumpur yang tidak pernah di bersihkan.
Lokasi pengambilan gambar yakni di jalan masuk ke jembatan selam, dean kantor Bupati
Kabupaten Kupang.
Lebar Atas (cm) Lebar Bawah (cm) Tinggi (cm)
90 60 90
Ukuran
13
Saluran yang terendap lumpur sebagian. Gambar ini diambil di depan warung Nan
Salero.
Kasus yang sama seperti ini terjadi pula di depan Gereja Koinonia, depan RSUD
Prof. W. Z. Yohanes Kupang, depan Bank BNI cabang Kuanino Kupang.
Sebelum terjadi pengendapan, dimensi salurannya adalah :
Setelah terjadi pengendapan, dimensi salurannya adalah :
Lebar Atas (cm) Lebar Bawah (cm) Tinggi (cm)
90 60 90
Ukuran
Lebar Atas (cm) Lebar Bawah (cm) Tinggi (cm)
90 60 25
Ukuran
14
Saluran yang mengalami sedimentasi terdapat pada saluran di depan warung Nan
Salero. Saluran ini mempunyai lebar 90 cm dan kedalaman 90 cm dan merupakan
saluran terbuka. Sedimentasi terjadi karena banyaknya lumpur pada aliran air.
Lumpur tersebut bisa disebabkan oleh tanah yang terbawa oleh runoff atau juga
karena banyaknya buangan domestik yang ikut masuk ke dalam saluran. Pada lokasi
ini sedimentasi terjadi disebabkan oleh tanah yang terbawa runoff, hal tersebut
dibuktikan dengan lokasi sekitar saluran yang terdapat pedagang-pedagang kaki
lima. Sedimentasi yang terjadi mempunyai ketinggian sekitar 65 cm dan lebar yang
sama dengan saluran sehingga tinggi saluran yang dilalui aliran menjadi sekitar 25
cm. Hal tersebut menyebabkan kapasitas saluran menjadi berkurang sehingga tidak
dapat menampung lagi debit limpasan yang terjadi maka terjadilah luapan air.
15
Salah satu permasalahan yang terjadi pada sistem tata air Jalan Cempaka Putih
adalah terdapatnya penyempitan saluran. Penyempitan saluran yang terjadi pada
saluran minor Fountein yang terdapat pada daerah kompleks Jl. Cempaka Putih.
Saluran tersebut yang semula mempunyai lebar 20 m dan kedalaman 10 m menyempit
menjadi berukuran lebar 7 m dan kedalaman 10 m dikarenakan perubahan tata guna
lahan di sekitar lokasi tersebut. Hal tersebut menjadi permasalahan yang cukup
penting karena beban yang dilalui oleh saluran ini cukup besar yaitu berasal dari Jl.
Cempaka Putih.
16
Permasalahan lainnya yang terjadi pada beberapa titik pada sistem tata air
Kuanino - Fontein ini salah satunya adalah penutupan saluran drainase oleh pedagang
yang berjualan di atas saluran dan mendirikan bangunan semi permanen diatasnya.
Hal tersebut akan menambah runoff yang terjadi di jalan.
Permasalahan lainnya adalah tertutupnya saluran drainase oleh pemilik rumah
yang melebarkan rumahnya ke arah jalan namun tidak disertakan dengan street inlet
yang menyebabkan air hujan tidak dapat masuk ke dalam saluran yang seharusnya
adalah saluran terbuka.
17
Terdapat beberapa titik pada kawasan Fountein tepatnya di Jalan Cak Malada
dekat Bendung Kali Dendeng ini yang mempunyai permasalahan yang sama yaitu
tidak terdapatnya saluran drainase pada sisi sisi jalan. Permasalahan ini terjadi
biasanya pada jalan-jalan kecil atau gang-gang yang sempit yang tidak dapat dilalui
oleh kendaraan bermotor.
Hal tersebut menyebabkan air hujan akan melimpas pada jalan tersebut
sehingga akan mengganggu mobilitas penduduk setempat di kala hujan. Karena
permasalahan tersebut, pada beberapa lokasi tertentu terdapat beberapa saluran non-
teknis yang dibuat oleh warga setempat.
Untuk gambar lainnya seperti permasalahan di atas akan ditunjukkan dalam
lampiran.
18
BAB III
EVALUASI SISTEM DRAINASE
Berdasarkan hasil pengamatan, kami melihat beberapa hal yang menjadi penyebab
terjadi permasalahan drainase, yaitu:
1. Saluran pembuangan air tersumbat karena dipenuhi sampah
Pada saat terjadi hujan, air hujan yang jatuh kemudian akan mengalir masuk
ke dalam selokan. Namun karena sampah sudah terlebih dahulu ada
dalam saluran drainase maka air hujan akan menggenangi badan jalan
mengalir ke jalan sehingga menyebabkan banjir. Sampah yang dibuang
masyarakat secara sembarang di saluran drainase kemudian menumpuk
dan menyumbat saluran sehingga mampet dan meluber pada musim
penghujan.
2. Kepadatan penduduk yang sangat tinggi
Kepadatan penduduk yang sangat tinggi di ruas jalan ini tidak diimbangi
dengan tersedianya sarana prasarana perkotaan yang memadai
sehinggapemanfaatan lahan tidak teratur atau berubah. Kepedatan penduduk
ini juga berakibat pada produksi sampah yang kian meningkat dari hari ke
hari.
3. Tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah
Seperti yang telah dilihat masih banyak masyarakat yang membuang sampah
sembarangan di jalan bahkan ada yang langsung membuang ke saluran
drainase dan menganggap bahwa saluran drainase adalah tempat pembuangan
sampah.
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hal – hal yang dapat disimpulkan dari hasil pengamatan kami, adalah masalah
yang timbul pada ruas jalan Sudirman dan ruas jalan Moh.Hatta adalah masalah
peluapan air pada saat hujan karena saluran drainase yang ada tidak dapat
menampung debit air pada saat hujan karena adanya pendangkalan saluran oleh
sampah.
B. Saran
Sebaiknya pemerintah setempat memberlakukan suatu program untuk
membersihkan saluran drainase, agar tidak lagi terjadi penyumbatan yang berakibat
timbulnya genangan air. Pemerintah juga perlu mensosialisasikan kepada warga
setempat untuk tidak lagi membuang sampah pada saluran drainase.
20
LAMPIRAN
Tabel Rekapan dimensi saluran.
Lebar Atas (cm) Lebar Bawah (cm) Tinggi (cm)
Jl. Cak Malada 81 68 77
Jl. Moh. Hatta 92 56 88
Jl. Kali Dendeng 90 60 25
Depan BRI 70 80 115
Jl. 40 35 50
Depan BI 100 93 90
Depan RS Wirasakti 60 55 65
Depan Wisma Kartika 55 50 45
Klinik Citra Kartika 55 55 60
Depan Pegadaian 80 55 40
UkuranLokasi
21
Sampah yang terdapat pada saluran
22
23
Sedimentasi pada saluran
24
25
Tidak terdapatnya saluran drainase pada sisi sisi jalan.