Post on 18-May-2020
1
DOMINASI DAN LEGITIMASI EXPATERIATE PADA TENAGA KERJA LOKAL RESTORAN (STRUKTURASI KOMUNIKASI KELOMPOK
PEKERJA CRYSTAL JADE RESTORAN)
Achmad Budiman Sudarsono1
Sandra Olifia2
Bobi Hertanto3
Universitas Satya Negara Indonesia
Jalan Arteri Pondok Indah, No 11. Jakarta Selatan Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
ABSTRAK Penelitian ini berjudul Dominasi dan Legitimasi Expateriate pada Tenaga Kerja lokal
Restoran (Strukturasi Komunikasi Kelompok Pekerja Restoran Crystal Jade Restoran). Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui bagaimana berjalannya signifikasi dominasi dan legitimasi expatriate pada tenaga kerja lokal restoran dalam strukturasi komunikasi kelompok pekerja Crystal Jade restoran dan untuk mengetahui bagaimana tanggapan tenaga kerja lokal terhadap signifikasi dominasi dan legitimasi expatriate pada tenaga kerja lokal restoran pada strukturasi komunikasi kelompok di Crystal Jade restoran. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Studi Kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi dengan jumlah informan penelitian sebanyak 4 (Empat) yang merupakan tenga kerja lokal restoran. Dari hasil penelitian didapat asal-usul agen informant dan asal usul struktur yang ada Crystal Jade Restoran: (1) Berkebudayan Sumatera Selatan, Jawa dan Sunda (2) Peraturan hukum tenaga kerja Indonesia. Lalu komunikasi verbal memiliki peran penting dalam proses berjalannya Signifikasi Dominasi dan Legitimasi Expaterite terhadap tenaga kerja lokal restoran. Kata Kunci : Struktur, Agen, Interkasi, Studi Kasus, Komunikasi
ABSTRACT This thesis entitled Domination and Legitimacy of Expateriate on local Restaurant Workers (Structure of Communication Workers Group Restaurant Crystal Jade Restaurant). The purpose of this thesis is to find out how the dominance and legitimacy of expatriate legitimacy works on local restaurant workers in structuring the communication of restaurant Crystal Jade workers and to find out how the local workforce responds to the significance of domination and legitimacy of expatriates to local restaurant workers in structuring group communication in Crystal Jade restaurant. This research uses qualitative method with Case Study approach. Data collection techniques were carried out by means of interviews and observations with the number of research informants as much as 4 (four) which is a local restaurant work deadline. From the results of the study obtained the origin of the informant agent and the origin of the structure that is Crystal Jade Restaurant. (1) cultured in South Sumatra, Java and Sunda. (2). Indonesian labor law regulations. Then verbal communication has an important role in the process of running the Expaterite Domination and Legitimacy Signification of local restaurant workers. Keywords: Structure, Agent, Interaction, Case study, Communication
2
PENDAHULUAN
Hubungan industrial adalah
hubungan semua pihak yang terkait
atau berkepentingan atas proses
produksi barang atau jasa di suatu
perusahaan. Pihak bekepentingan
dalam suatu perusahaan (Stakeholders),
pengusaha atau pemegang saham yang
sehari-hari diwakili oleh pihak
manajeman, para pekerja atau buruh
dan serikat pekerja atau serikat buruh,
supplier atau perusahaan pemasok,
konsumen atau para pengguna produk
atau jasa, perusahaan pengguna,
masyarakat sekitar dan pemerintah.
Para pelaku hubungan industrial juga
melibatkan para konsultan hubungan
industrial, para arbitrator, konsiliator,
mediator dan para akademis selanjutnya
juga hakim-hakim pengadilan
hubungan industrial.
Organisasi memiliki berbagai
macam kelompok dengan minat,
sasaran, dan aspirasi yang berbeda.
Kekuasaan dan otoritas manajerial
dipertentangkan. Dalam manajeman
sumber daya manusia, hubungan
anatarakaryawan dipandang saling
tarik-menarik, dan organisasi
merupakan refleksi yang terintegritas
dengan keselarasan tujuan secara
mendasar.
Peran manajeman adalah
mengombinasikan, mengalokasikan,
dan menggunakan sumber daya
produktif dengan berbagai cara yang
dapat membantu organisasi mencapai
tujuan. Dari berbagai sumber daya yang
dimiliki organisasi, pengelolahan
sumber daya manusia merupakan
kegiatan pengelolahan yang paling sulit
dilakukan. Peran manajer dalam hal ini
adalah merealisasikan pengguna secara
optimal kekuasaan karyawan dan
mentransformasikan pengguna secara
optimal semua potensi karyawan ke
dalam kegiatan produktif secara nyata.
Peran manajeman adalah menyusun
struktur pengendalian atau metode
kesepakatan yang mendatangkan kerja
sama dalam mencapai tujuan.
Aturan di tempat kerja adalah
hasil interaksi antara pengusaha dengan
karyawan, sehingga melahirkan
berbagai peraturan dilingkungan
perusahaan dalam bentuk kesepakatan
kerja bersama. Selain itu, ada juga
peraturan ditempat kerja sebagai suatu
kebiasaan atau tradisi yang mengikat
antara pihak pengusahan dan pekerja.
Dalam proses interaksi, para pelaku
hubungan industrial didasari kepada
konsep tentang interaksi di antara
pelaku hubungan industrial. Proses
interaksi ini biasanya dilakukan dalam
kegiatan pemasaran tenaga kerja.
Hubungan kerja merupakan
hubungan yang terjalin antara penerima
kerja atau kesepakatan kerja, baik untuk
waktu tertentu maupun waktu tidak
tertentu yang mengandung unsur
pekerjaan, upah, dan hubungan di
bawah perintah. Hubungan kerja
merupakan hubungan hukum atau
perikatan antara pengusaha dengan
karyawan, karena adanya perjanjian
kerja. Perjanjian kerja bersama
merupakan pedoman hubungan
karyawan dengan pengusaha yang baik,
karena disusun bersama-sama antara
karyawan dengan pengusaha, sehingga
hak dan kewajiban masing-masing
pihak dapat diperhatikan secara
proposional. Perjanjian kerja bersama
perlu dilakukan untuk merumuskan
peran masing-masing, yaitu pengusaha
atau manajeman dan karyawan.
Perjanjian kerja masing-masing
negara berbeda-beda. Pelaksanaan
perjanjian kerja di indonesia diatur
dalam UU No. 13 tahun 2003 yang
mengatur berbagai ketentuan. Dalam
perjanjian kerja bersama, maupun
lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial. Beberapa
pemangku kepentingan dalam
perjanjian kerja bersama antara lain
pemerintah, pengusaha, serikat pekerja
atau serikat buruh yang telah
3
mempunyai nomor bukti pencatatan
antara lain berhak membuat perjanjian
kerja bersama dengan pengusaha.
Investasi di Indonesia ada asing
maupun ada lokal. Investasi asing di
Indonesia adalah bentuk penanaman
modal yang dilakukan di Indonesia
dalam berbagai sektor, seperti dalam
sektor pembangunan, sektor pariwisata,
sektor transportasi, sektor tambang dan
sektor-sektor yang lain sesuai dengan
peraturan dan persetujuan dari
pemerintah. Investasi asing dilakukan
dan disetujui oleh pemerintah sekalian
untuk menanamkan modal untuk
digunakan seperti dalam proses
pembangunan dan perencanaan wilayah
masing-masing daerah. Sehingga
melakukan investasi di Indonesia
sangat mendukung dan banyak investor
asing yang memang banyak melirik
kondisi dan wilayah indonesia yang
menurut mereka memiliki keuntungan
dalam beberapa sektor tambang
ataupun sektor lain yang dapat mereka
manfaatkan sehingga para investor
asing memiliki minat untuk
menanamkan modal asing dan memulai
bisnis meraka di Indonesia jika
dibanding dengan negara meraka
sendiri.
Melakukan investasi asing di
Indonesia juga merupakan hal yang
saling menguntungkan untuk para
investor dan untuk membantu
perekonomian di Indonesia, dengan
adanya investasi asing dan melakukan
pembangunan atau dengan melakukan
suatu proyek selain membantu
perekonomian di Indonesia sendiri,
dengan melakukan investasi asing juga
dapat membantu mengurangi tingkat
pengangguran yang sulit diatasi di
Indonesia terutama para remaja yang
sedang menganggur dapat melamar
pekerjaan dan mengisi kekosongan
waktu dengan bekerja menghasilkan
uang, sehingga tingkat pengangguran
dapat teratasi. Melakukan investasi
asing juga tidak sepenuhnya mampu
meringankan beban masyarakat di
Indonesia karena pada dasarnya
sebenarnya wilayah kita sendiri yang
dikuasai negara asing, namun karena
kita tidak mampu mengelolah setidakya
kita masih mendapatkan sedikit
keuntungan dengan dilakukannya
investasi asing.
Seperti halnya perusahaan
PT.Crystal Jade Jakarta bagian dari
bentuk investasi asing dari negara
Singapora, yang dimana perusahaan
tersebut berada di Indonesia tetapi di
dalam proses berjalannya di bawah
pengawasan yaitu dari Singapore, salah
satu pengawasannya seperti
menentukan tenaga-tenaga kerja ahli
atau leadernya. Manajer dan Chef atau
leadernya di pilih dari negara asing
yaitu keturuan Cina Malaysia dan di
bantu tenaga kerja lokal Indonesia.
Penggunaan tenaga kerja asing
yang berkerja pada perusaahaan asing
atau nasional dengan mendapat status
khusus biasa disebut
“expatriat”(Expatriate). Istilah ini
banyak digunakan oleh perusaahaan
,konsultan, penulis, dan bahkan oleh
tenaga kerja asing itu sendiri. Menurut
kamus Webster, kata ‘expatirate’
berakar dari kata ‘ex’ (di luar) dan
‘patria’ (tanah air).
https://achmadruky.com/430/permasal
ahan-tenaga-kerja-asing-di-indonesia/
Manajeman Crystal Jade
beranggapan penggunaan tenaga kerja
asing seperti di posisi Chef dan Manajer
sangatlah mendukung untuk
meyakinkan customers yang dimana
perusahaannya berasal dari asing
dengan kas masakan bernuansa Cina
dan yang mengelolah masakan dan
menyajikannya berasal dari kas
masakan tersebut, hal ini yang
menyababkan keberadaan expatriate di
dalam perusahaan Crystal Jade.
Perpres nomor 20 tahun 2018
tentang penggunaan tenaga kerja asing,
yang di tanda tangani pada 26 maret
2018 oleh bapak Presiden Joko Widodo
4
atas dasar pertimbangan untuk
mendukung perekonomian nasional dan
perluasaan kesempatan kerja melalui
peningkatan investasi, pemerintah
memandang perlu pengaturan kembali
perizinan penggunaaan tenaga kerja
asing. yang isinya salah satu berbunyi,
setiap pemeberi TKA, menurut Perpres
wajib mengutamakan penggunaan
tenaga kerja Indonesia pada semua jenis
jabatan tersedia. Dalam hal jabatan
sebagaimana dimaksud belum dapat
diduduki oleh tenaga kerja Indonesia,
jabatan tersebut dapat diduduki oleh
TKA. Bisa dikatakan hal ini
menyebabkan kompetisi pesaingan
dunia kerja mengharuskan masyarakat
Indonesia harus mampu bersaing
menjadi kompetitor unggulan dalam
dunia kerja.
http://setkab.go.id/inilah-perpres-
nomor-20-tahun-2018-tentang-
penggunaan-tenaga-kerja-asing/
Struktur penguasaan atau
dominasi (domination) yang mencakup
skemata pengusaan atas orang (politik)
dan barang/hal (ekonomi) dan struktur
pembenaran atau legitimasi
(legitimation) yang mencakup
peraturan normatif, yang terungkap
dalam tata hukum. Kalau kita kaitkan
denagan instansi Restoran Crysatal Jade
manajer skemate dominasi ‘otoritas
manajer atas bawahannya’ seperti hal
kemampuan manajer untuk memerintah
staff untuk melakukan sesuatu misalkan
manajer melakukan pengontrolan
terhadap kerja bawahannya dan
pemberian sangsi pada bawahannya
yang tidak bekerja sesuai dengan
instruksinya itu melibatkan struktur
legitimasi.
Dengan leadernya dari negara
asing dapat di katakan Perusahaan
Crystal Jade restoran merupakan
instansi yang struktur organisasi
komunikasi kelompok pekerjanya
didominasi dan dilegitimasi expatriate
bepaspor Malaysia. suara tenaga kerja
lokal di Crystal Jade tidak terlalu di
tanggapin oleh expateriate tetapi kalau
suara expateriate haruslah di dengarkan
dan dilaksanakan oleh tenaga kerja
lokal dan misalkan tidak dilaksanakan
akan mendapatkan sangsi, bisa di bilang
disana komunikasinya organisasinya
tidak berjalan dengan baik karena satu
arah atas ke bawah saja.
Dengan latar belakang inilah, peneliti
berminat untuk meniliti lebih dalam
mengenai Bagaimanan berjalannya
dominasi dan legitimasi expatriate
dalam struktural komunikasi kelompok
Crystal Jade Restoran terhadap pekerja
lokal. Karena menurut peneliti sikap
saling pengertilah yang akan membuat
proses berjalannya suatu instansi akan
menjadi lebih baik.
LANDASAN TEORITIS
Tradisi Sosiokultural Pendekatan sosiokultural
terhadap teori komunikasi menunjukan
cara pemahaman kita terhadap makna,
norma, peran, dan peraturan yang
dijalankan secara interaktif dalam
komunikasi. Teori-teori tersebut
mengeksplorasi dunia interaksi yang
dihuni oleh manusia, menjelaskan
bahwa realitas bukanlah seperangkat
susunan di luar kita, tetapi dibentuk
melalui proses interaksi di dalam
kelompok, komunitas, dan budaya.
Littlejhon & Foss (2009: 65)
Konteks Kelompok dan Konteks
Organisasi Dalam bukunya Littlejhon & Foss
(2009: 326) Kelompok dan organisasi
diciptakan melalui interaksi, analisis
proses interaksi Robet Gales kelompok
setiap individu dapat memperlihatkan
sikap posotif atau gabungan dengan
menjadi ramah, mendramatisasi (suka
bercerita/berbicara), atau menyetujui.
Sebaliknya mereka juga dapat
menunjukan sikap negatif atau sikap
campur aduk dengan penolakan,
memperlihatkan ketegangan atau
5
menjadi tidak ramah. Dalam
menyelaikan tugas kelompok setiap
individu dapat menanyakan informasi,
menanyakan opini, meminta saran,
memberikan saran, memberika opini
dan memberikan informasi.
Teori Strukturasi
Teori strukturasi berusaha
mempelajari pandangan-pandangan
dualisme antara obyektivisme dan
subyektivisme dalam teori sosial,
namun harus dikonseptualkan kembali
sebagai dualitas-dualitas struktur.
Meskipun teori ini mengakui peran
penting ‘perubahan linguistik’, ia
bukanlah versi hermeneutika atau
sosiologi interpretatif. Meskipun juga
mengakui bahwa masyarakat bukanlah
kreasi subjek-subjek indivindual, teori
ini sama sekali berbeda dari konsep apa
pun dalam sosial struktur. Namun
demikian, usaha merumuskan suatu
pandangan koheren tentang agensi
manusia dan struktur menuntut adanya
usaha konseptual yang tidak sedikit.
(Giddens, 2010; xix)
Unsur-Unsur Strukturasi:
1. Agen
Para aktor secara rutin dan
kebanyakan tanpa perdebatan
mempertahankan suatu pemahaman
teoretis yang terus menerus tentang
landasan-landasan aktivitas mereka.
Inilah yang disebut rasionalisasi
tindakan. Pertanyaan-pertanyaan filsuf
tentang maksud intentions (niat) dan
alasan reasons (alasan) biasanya hanya
diajukan oleh para aktor awam ketika
sejumlah perilaku tertentu sangat
membingunkan atau ketika ada
penyelewengan atau retakan
kompetensi mungkin memang
disengaja. Namun, biasanya kita tidak
akan mempertanyakan kepada orang
lain kenapa ia melakukan sebuah
aktivitas yang lazim bagi kelompok
atau kebudaya tertentu. (Giddens
2010;8) Agen atau aktor disini
maksudnya semua tenaga kerja di
dalam perusahan Crystal Jade Restoran
Gandaria City.
2. Agensi dan Kekuasaan
Watak hubungan logis antara
tindakan dan kekuasaan, meskipun
penjelasan tentang isu sangatlah
kompleks, relasi mendasar yang ada
bisa dengan mudah ditunjukan. Mampu
‘bertindak lain’ berarti mampu
mengintervensi dunia atau menjaga diri
dari intervensi semacam itu, dengan
dampak mempengaruhi suatu proses
atau keadaan khusus dari urusan-
urusan. Hubungan ini mengandaikan
bahwa menjadi seorang agen harus
mampu menggunakan (secara terus
menerus dalam kehidupan sehari-hari)
sederet kekuasan kausal, termasuk
mempengaruhi kekuasaan-kekuasaan
yang dijalankan oleh orang lain.
Tindakan bergantung pada kemampuan
individu untuk ‘mempengaruhi’
keadaan urusan atau rangkaian
peristiwa yang telah ada sebelumnya.
Seorang agen tidak lagi mampu
berperan demikian jika dia kehilangan
kemampuan untuk ‘mempengaruhi’
yaitu menggunakan suatu jenis
kekuasaan. Banyak kasus menarik bagi
analisis sosial berpusat disekitar
batasan-batasan dari apa yang
dipandang sebagai tindakan saat ketika
kekuasan seseorang dibatasi oleh
sederet keadaan tertentu. Akan tetapi,
yang pertama penting untuk diketahui
adalah bahwa keadaan-keadaan dari
pembatas sosial yang membuat para
individu ‘tidak memiliki pilihan’ tidak
boleh disamakan dengan terputusnya
tindakan seperti itu. Tidak memiliki
pilihan bukan berarti tindakan itu telah
tergantikan oleh reaksi (seperti kedipan
seseorang ketika ada gerakan cepat di
dekat matanya). (Giddens, 2010: 23).
3. Struktur
Konsep-konsep berupa
‘struktur’, ‘sistem’ dan ‘dualitas
struktur’ adalah inti dari teori
6
strukturasi. Struktur secara khas
dipahami bukan sebagai penciptaan
pola (pat-terning) terhadap kehadiran-
kehadiran, melainkan sebagai
persinggungan antara kehadiran dan
ketidak kehadiran. kode-kode khusus
pokok harus diperoleh dari
penampakan-penampakan luar. Dua
gagasan tentang struktur tersebut
mungkin sekilas tampak saling terkait,
namun sesungguhnya masing-masing
berhubungan dengan aspek-aspek
penting penstrukturan relasi-relasi
sosial, aspek-aspek yang dalam teori
strukturasi dipahami melalui
pengenalan terhadap pembedaan antara
konsep ‘struktur’ dan konsep ‘sistem’.
Ketika menganalisis relasi-relasi sosial,
kita harus mengakui keberadaan suatu
demensi sitagmatik, penciptaan pola
relasi-relasi sosial dalam ruang-waktu
yang melibatakan reproduksi praktik-
praktik tertentu, dan suatu demensi
paradigmatik yang melibatkan tantanan
yang sesungguhnya dari ‘cara-cara
penstrukturan’ yang terus menerus
dilibatkan dalam reproduksi semacam
itu. Di dalam tradisi-tradisi strukturalis,
biasanya ada ambiguitas mengenai
apakah struktur-struktur merujuk pada
suatu matriks transformasi-
transformasi valid di dalam suatu
tempat ataukah pada aturam-aturan
transformasi yang mengerakan struktur
sebagai merujuk pada aturan-aturam
(dan sarana-sarana) seperti itu. Akan
tetapi, mengatakan ‘aturan-aturan
transformasi adalah kekeliruan, sebab
semua aturan itu sendiri hakikatnya
adalah transformasional. (Giddens,
2010: 25).
4. Dualitas Struktur
Dalam dualitas struktur ini
menjelaskan mengenai aturan dan
sumber daya yang digunakan oleh
Crystal Jade Restoran dalam
menentukan keputusan mengenai
perilaku atau tindakan mereka dalam
strukturasi komunikasi kelompok
pekerja restoran yang dilakukan.
Aturan dalam hal ini merujuk pada
rutinitas umum yang diikuti perusahaan
atau kelompok dalam mencapai
tujuannya atau dapat juga dikatakan
mengatur hasil akhir. Sementara
sumber daya merujuk pada atribut atau
barang material yang dapat digunakan
untuk menjalankan kekuasaan dalam
suatu organisasi. Sehingga dapat
dikatakan bahwa orang yang
memproduksi atau mereproduksi aturan
merupakan orang yang memiliki
sumber daya. Secara sederhana,
dualitas struktur ini menyatakan bahwa
aturan merupakan produk dari perilaku
yang dilakukan organisasi yang
nantinya dari perilaku yang dilakukan
tersebut juga dapat menghasilkan
aturan baru.
5. Bentuk-Bentuk Institusi
Pembagian aturan-aturan
kedalam cara-cara penetapan penanda
atau makna dan sanksi-sanksi normatif,
bersama-sama dengan konsep sumber
daya-yang sangat mendasar bagi
konseptualisasi kekuasaan-memiliki
berbagai implikasi yang perlu
dijelaskan. ‘modalitas/sarana-antara’
strukturasi berfungsi menjelaskan
demensi-demensi utama dari dualitas
struktur dalam interaksi,
menghubungkan kapasitas mengetahui
para agen dengan bagian-bagian
stuktural. Para aktor menggunakan
sarana-antara strukturasi dalam
reproduksi sistem interaksi, dan dengan
menggunakan tanda (toke) yang sama,
mereka membentuk kembali
kelengkapan-kelengkapan struktural
mereka. Penyampaian makna dalam
interaksi, harus ditekankan di sini,
terpisah hanya secara analitis dari
bekerjanya sanksi-sanksi normatif. Hal
ini jelas, misalnya, sejauh penggunaan
bahasa diberikan sanksi oleh sifat
karakter ‘publik’-nya sendiri. (Giddens,
2010:46).
6. Waktu, Tubuh, Perjumpaan
7
Sebagai keterbatasan Desein
dan ‘ketidakterhinggaan muncul ada
dari ketidaaan’, barang kali waktu
merupan waktu paling membingungkan
dari pengalaman manusia. Apakah
waktu ‘seperti itu’(apapun bentuknya)
bisa berulang ataukah tidak, peristiwa
rutin dalam kehidupan sehari-hari tidak
berlangsung satu arah. Istilah-istilah
‘reproduksi sosial’, ‘perulangan’ dan
sebagainya mengindikasikan karakter
berulang kehidupan sehari-hari, yang
perulangannya terbentuk berdasarkan
persinggungan hari-hari yang beralalu
(namun terus berulang-ulang kembali)
dan musim.
METODELOGI PENELITIAN
Metode penelitian ini
menggunakan metode kualitatif
merupakan cara yang digunakan untuk
meneliti suatu masalah dengan akhir
akan menghasilkan penelitian. Metode
penelitian sangat berpengaruh terhadap
suatu masalah yang diteliti untuk
mendapatkan sebuah kesimpulan.
PEMBAHASAN
Kajian Mikro, Meso, dan Makro
Mikro atau struktur yang
membentuk struktur, struktur yang ada
di CJ untuk mengatur tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh agen
kerja lokal. Berdasarkan hasil
penelitian yang coba mengungkapkan
bagaimana berjalannya legitimasi
expatriate pada agen lokal restoran
terhadap strukturasi komunikasi
kelompok pekerja dalam memahami
sebagai upaya survive dan legitimasi
expatriate terhadap agen lokal restoran
terhadap struktur dalam dominasi
komunikasi kelompok pekerja restoran
CJ.
Ditemukan bahwa peraturan
dan norma yang ada di CJ tidak sama
untuk setiap tenaga kerja berbeda-beda
berdasarkan posisi depertement di
tempatin oleh tenaga kerja.
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan peneliti terhadap empat
orang Informant yang merupakan agen
lokal CJ restoran, agen lokal
membentuk struktur di dalam dirinya
untuk menyiasati rutinitas untuk
memenuhi peraturan tersebut.
Informant AP adalah anak kos
bertempat tinggal di kecamatan Setia
Budi Jakarta Selatan dengan pekerjaan
terahir sebelumnya Marketing Agensi
kartu Kredit BNI yang dimana jadwal
jam kerja sebelumnya mengikuti jam
kerja kantor yang harus tidur dan
bangun lebih awal daripada jadwal jam
kerja di restoran Crsytal Jade Restoran
yang memulai masuk kerja jam 10:00
wib. AP menyesuaikan waktu jam
istirahat dan waktu bangun tidur untuk
memenuhi norma aturan yang ada di
Crysal Jade pada saat ini. Kebiasaan
lingkungan pertemanan yang dilakukan
AP sebelum bekerja di perusahaan CJ
lebih banyak mengahabiskan waktu
bersama teman Marketing Kartu Kredit
BNI. Setalah menjadi karyawan CJ
sebagai Asst. Manager AP lebih
mendekatkan diri kepada teman yang
pekerjaan sama leader di dalam
pekerjaan restoran untuk berbagi
pengalaman dan pengetahuan dalam hal
pekerjaan supaya menunjang
pemahaman terhadap posisi jabatan dan
tanggung jawab yang beliau tekuni
pada saat ini.
Strategi reproduksi sosial yang
dialami dan dilewati oleh AP dalam
menyiasati norma yang ada dan
berlangsung pada saat ini di CJ
Restoran. AP dengan banyak
mempunyai riwayat pengalaman
bekerja di dunia restoran Chines untuk
kebiasaan beliau di lingkungan kerja CJ
sekarang terhadap norma-norma yang
ada bukanlah hal yang baru lagi yang
membedakan dari tempat-tempat
sebelumnya posisi jabatan dan
tanggung jawab yang bukan di posisi
Asst. Manager. Strategi yang beliau
lakukan dengan pengalaman norma di
tempat perusahaan sebelumnya dengan
8
menyesuaikan dengan norma yang ada
lingkungan CJ seperti pada saat ini.
Peraturan dari perusahaan CJ
mengharuskan agen pekerja untuk
datang tepat waktu dan kalau
melanggar atau terlambat maka tentu
diberikan sanksi keterlambatan lebih
dari 15 menit akan diberlakukan
pemotongan uang tip yang dibagikan
setiap tanggal 10 dimulai dari 20% dan
sampai 100% jika dilakukan berulang
kali serta pemberlakuan pemotongan
gaji. AP di jadwalkan jam 10:00 wib
sudah berada di area restoran dan siap
untuk melakukan aktivitas kerja. Pada
saat berada di lingkungan rumah untuk
memulai waktu istirahat AP mengatur
waktu jam bangun sebelum berangkat
kerja dengan menyetel alarm jam
bangun jam 8:30 pagi, sebangun tidur
beliau membuka hp mengecek pesen
atau panggilan yang masuk, merapikan
tempat tidur, menyalakan dispenser
mandi, salin pakaian, menyedu kopi
hitam makan roti, memanaskan motor
dan jam 9:00 wib berangkat kerja naik
kendaran motor menempuh perjalanan
kurang lebih 30-40 menit sesampai di
kerja absen fingerprint salin pakaian
untuk operasional kerja ketentuan dari
perusahaan memakai celana bahan
katun hitam, kemeja putih, jas hitam,
dasi, sepatu kaos kaki warnah hitam,
merapikan rambut dengan
menggunakan jeal serta menggunakan
farfum. Jam 9:55 sudah siap bekerja
dengan jadwal kerja operasional
dimulai dari jam 10:00 wib sampai
dengan jam 22:00 wib dengan waktu
istirahat jam 14:30 wib sampai dengan
17:45 wib.
Tindakan saat praktik di ruang
kerja mengecek schedule staff siapa-
siapa saja yang masuk hari itu
memastikan keberadaan mereka sudah
datang atau belum, mengecek
pekerjaan-pekerjaan mereka untuk
persiapan-persiapan operasional,
bertanya kepada staff resepsionis untuk
reservasi hari ini atau kedepan di
lanjutkan menanyakan kondisi stok
barang yang akan di jual yang kosong
ataupun yang meski harus di push jual,
menyampai informasi tersebut pada
saat melakukan breafing setelah itu
memulai operasinal menerima tamu hal
yang saya lakukan mendampingi
manager berdiskusi untuk bagaimana
berjalannya aktivitas hari ini
mengontrol pekerjaan karyawan serta
membantu melayani tamu seperti
mencatat pesanan dan memasukannya
ke POS (Pos Operasional Sistem/ Cara
pemesanan) supaya pesanan dibuat oleh
depertemen masing-masing dan
memberitahukan pesanan kepada staff
yang menjaga table supaya dicatat dan
dipersiapkan perlengkapan-
perlengkapannya. Di dalam proses
pemesanan makanan tidak selalu
berjalan sebagaimana mestinya ada
kalahnya AP pernah mengalami
kesalahan komunikasi dengan costumer
yaitu makanan yang disajikan berbeda
dengan permintaan costumer. AP
berusaha mengatasi kesalahan
komunikasi tersebut melalui
berkomunikasi kembali dengan
costumer dan memastikan apa yang
diminta costumer sebelumnya dan
mengganti dengan mengorder ulang
sesuai permintaan tersebut. Makanan
yang salah pesan tersebut AP angkat di
simpan di area pantry dan
menginformasikan kepada agen kerja
yang lain supaya segera di push jual ke
costumer yang lain.
Upaya yang dilakukan oleh AP
dalam menanggapi konflik di arena
kerja terhadap atasan maupun bawahan.
Terjadi konflik urat saraf terhadap
atasan AP berusaha untuk
menyalesaikan masalah tersebut
dengan jalan menyampaikan
pendapatnya dengan cara
berkomunikasi dengan nada kalimat
yang sopan dan kalaupun tidak
sependapatpun AP tetap berusaha untuk
mempraktikan yang diminta oleh
atasan. Konflik yang menyangkut harga
9
diri terhadap atasan AP berusah untuk
berkomunikasi verbal maupun verbal
untuk menghindari konflik tersebut dan
juga siap pasang badan kalau memang
sudah tidak bisa lagi dihindari. Konflik
urat saraf dengan bawahan AP memilih
untuk menyelesaikan dengan
komunikasi dengan sedikit menekan
supaya di ikuti dan misalkan tidak di
ikuti AP akan mencoba untuk
mengomunikasikan kembali dan untuk
konflik menyangkut harga diri terhadap
bawahan AP berusaha untuk berusaha
berkomunikasi menghindari konflik
tersebut dan juga siap pasang badan
kalau memang sudah tidak bisa lagi
dihindari.
Selanjutnya Informant IR
adalah kos sama seperti AP, IR tinggal
kos Jl. Jatayu Jakarta Selatan
mempunyai riwayat pekerjaan belum
pernah bekerja di dunia restoran
Chinese, kebiasaan yang dilakukan
didalam lingkungan kerja pekerjaan
terahir sebelumnya sebagai asisten arti
Anisa Rama dengan waktu jam kerja
tidak terlalu di tentukan daripada
jadwal jam kerja di restoran CJ yang
memulai masuk kerja jam 09:00 wib IR
menyesuaikan waktu jam istirahat dan
waktu bangun tidur untuk memenuhi
norma aturan yang ada di CJ pada saat
ini. Kebiasaan yang dilakukan IR di
dalam pertemanan setahun berjalan
bekerja di perusahaan CJ beliau masih
single tahun kedua sampai saat ini beliu
sudah beristri, dengan menyandang
status sebagai suami dalam hal
pertemanan beliau lebih banyak
membahas dunia pekerjaan dan berbagi
pengalaman kepada orang yang sudah
dahuluan berkeluarga dalam hal cara
menjalani rumah tangga.
Strategi produksi sosial yang
dialami dan dilewati dalam upaya
penyesuai diri terhadap norma yang ada
pada perusahan CJ restoran tempat
beliau bekerja saat ini. IR menyiasati
dengan mengikuti dan bertanya ke
sesama teman yang bekerja di CJ senior
maupun yang junior terhadap norma-
norma yang berlaku di CJ untuk di
jadikan pedoman dalam menjalani
rutinitas bekerja. Peraturan dari
perusahaan CJ mengaruskan agen kerja
untuk datang tepat waktu dan kalau
melanggar atau terlabat maka akan
diberlakukan sanksi keterlambat lebih
dari 15 menit akan diberlakukan
pemotongan uang tip yang dibagikan
setiap tanggal 10 dimulai dari 20% dan
sampai 100% jika dilakukan berulang
kali serta pemberlakuan pemotongan
gaji. AP di jadwalkan jam 10:00 wib
sudah berada di area restoran dan siap
untuk melakukan aktivitas kerja. AP
menyiasitanya dengan sebelum tidur
beliu menyetel alarm bangun tidur jam
8:00 dan menginformasikan ke istrinya
untuk minta dibangunkan juga.
Sebangun tidur beliau membuka hp
mengecek pesan atau panggilan yang
masuk, selanjutnya menghubungin istri
yang tinggal dirumah di kampung
Cikarang dengan menyapa via telepon
setalahnya merapikan tempat tidur
mandi salin pakain perlengkapan kerja
dengan menggunakan kemeja dan
celana bahan katun fasilitas dari
perusahaan dan menggunakan sepatu
pantofel hitam kaos kaki hitam
memakai jeal serta memakai farfum
jam 8:45 berjlana kaki berangkat ke
tempat kerja jam 8:55 sudah sampai di
tempat kerja absen fingerprint dan siap
untuk memulai aktivitas. Dengan
jadwal kerja operasional dimulai dari
jam 19:00 wib sampai dengan jam
22:00 wib dengan waktu istirahat jam
13:30 wib sampai dengan 17:45 wib.
Tindakan saat praktik di ruang
kerja IR pernah mengalami
perpindahan posisi dan tanggung
jawab, awal masuk IR di posisi cuci
piring sendok kurang lebih menyuci
segala macam perlengkapan operasinal
restoran, selanjutnya di posisi
housekepping IR bertanggung jawab
terhadap kebersihan seperti kebersihan
lantai, kebersihan kaca, kebersihan
10
tembok dan membantu mengangkat
piring kotor bekas makan tamu yang
sudah di kumpulin untuk di angkut ke
tepat cuci piring dan ketika piring-
piring sudah bersih IR membantu
mengelap atau mengeringkanya, untuk
saat ini posisi IR di Bar kebiasaan IR
mengecek stok buah-buahan, soft drink
berapa banyak dan masih layak atau
tidak untuk dijual setelah di catet saya
infokan di mading supaya anak service
semua tau dan selanjutnya saya
bertanggung jawab untuk membuat
minuman.
Upaya yang dilakukan oleh IR
dalam menanggapi terjadinya suatu
konflik didalam arena kerja upaya yang
terhadap konflik dengan atasan maupun
teman, konflik dengan atasan yang
menyangkut konflik urat sarap IR
berusaha menyampaikan pendapat
dengan komunikasi dan kalau memang
pendapatnya tidak diterima IR akan
berusaha untuk menerima apa yang di
sampaikan atasan serta melakukanya
dalam praktik, konflik menyangkut
harga diri terhadap atasan IR memilih
komunikasi untuk meredam konflik
tersebut dengan bersikap menghindari
konflik tersebut dan siap pasang badan
atau adu fisik kalau memang tidak bisa
dihindari. Konflik urat sarap terhadap
teman IR berusaha menyampaikan
pendapat dengan komunikasi dan
kalaupun pendapatnya tidak diterima IR
akan berusaha berkomunikasi kembali.
Konflik menyangkut harga diri
terhadap teman IR berusaha
berkomunikasi verbal maupun non
verbal yang meredam konflik tersebut
dan siap pasang badan atau adu fisik
kalau memang sudah tidak bisa
dihindari lagi.
Selanjutnya Informant YH yang
tinggal Jl. Haji.Aom Jakarta Selatan
mempunyai riwayat pekerjaan belum
pernah bekerja di dunia restoran
Chinese, kebiasaan yang dilakukan
didalam lingkungan kerja pekerjaan
terahir sebelumnya sebagai mekanik di
bengkel las dengan waktu jam kerja
tidak terlalu di tentukan daripada
jadwal jam kerja di restoran CJ yang
memulai masuk kerja jam 09:00 wib IR
menyesuaikan waktu jam istirahat dan
waktu bangun tidur untuk memenuhi
norma aturan yang ada di CJ pada saat
ini. Selanjutnya kebiasaan yang
dilakukan di lingkungan rumah yang
dilakukan. YH mengalami perpindahan
tempat tinggal yang jauh yaitu dari
Sumatera Selatan ke Jakarta Selatan
kebiasaan dalam lingkungan tempat
tinggal banyak yang berubah beliau
sebelumnya tinggal bersama keluarga
dan saat ini tinggal kos.
Strategi produksi sosial yang
dialami dan dilewati dalam upaya
penyesuai diri terhadap norma yang ada
pada perusahan CJ tempat beliau
bekerja saat ini. IR menyiasati dengan
mengikuti dan bertanya ke sesama
teman yang bekerja di CJ senior
maupun yang junior terhadap norma-
norma yang berlaku di CJ untuk di
jadikan pedoman dalam menjalani
rutinitas bekerja. Strategi reproduksi
sosial yang beliau lakukan dengan
berusaha membuat diri menjadi lebih
mandiri dari sebelumnya khusus dalam
mengatur keuangan yang sebelumnya
keluarga yang mengatur dan pada saat
ini harus mengatur sendiri untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
kebutuhan bekerja. Kebiasaan YH yang
dilakukan didalam lingkungan
pertemanan banyak hal yang berubah
yang tadinya banyak berteman dengan
sanak famili dan teman-teman sekolah
dan saat ini banyak berteman dengan
orang yang berbeda-beda asal daerah
kelahirannya dengan menyesuiakan
keberadaan dan kebutuhan untuk
keberlangsungan menjalini rutinitas
bekerja di Crysal Jade.
Peraturan dari perusahaan CJ
mengaruskan agen pekerja untuk
datang tepat waktu dan kalau
melanggar atau terlabat maka akan
diberlakukan sanksi keterlambat lebih
11
dari 15 menit akan diberlakukan
pemotongan uang tip yang dibagikan
setiap tanggal 10 dimulai dari 20% dan
sampai 100% jika dilakukan berulang
kali serta pemberlakuan pemotongan
gaji. AP di jadwalkan jam 09:00 wib
sudah berada di area restoran dan siap
untuk melakukan aktivitas kerja. YH
yang hanya berjarak 5 menit naik
kendaraan motor ke CJ, YH
menyiasitanya dengan sebelum tidur
beliu menyetel alarm bangun tidur jam
07:30 sebangun tidur membuka hp
menecek pesan atau panggilan yang
masuk selanjutnya merapikan tempat
tidur, menyalakan dispenser, mandi
salin pakaian, menyedu susu putih
makan roti dan membuka hp lagi
mengecek jering sosial ataupun
membuat membuat status jam 8:35
beliau berangkat kerja sesampai
ditempat kerja salin pakaian
perlengkapan kerja dengan
menggunakan pakaian ketentuan kerja
dari perusahaan yaitu dengan
mengenakan kemeja dan celana bahan
fasilitas dari perusahaan mengenakan
sepatu fantofel kaos kaki hitam
memakai jeal dan memakai farfum jam
8:55 sudah rapi dan siap untuk memulai
akivitas kerja. Dengan jadwal kerja
operasional dimulai dari jam 19:00 wib
sampai dengan jam 22:00 wib dengan
waktu istirahat jam 13:30 wib sampai
dengan 17:45 wib.
Tindakan saat praktik di ruang
kerja nyiapin saus-saus motong cabe
motong bawang nyiapin buku menu
buat costumer, ketika costumer sudah
datang melayani service tamu seperti
menawarkan minuman,
memberitahukan pesanan kepada
leader untuk di masukin ke POS supaya
dibuatkan oleh deperteman yang
bersangkutan contoh orderan minuman
Barthender yang membuatnya,
selanjutnya menurunkan makanan, dan
menjaga tamu yang lagi makan supaya
bisa langsung membantu tamu kalau
ada perlu apa-apa, setelah tamu sudah
makan kita merapikan mejanya
mengangkat piring-piring yang kotor
dan mengucapkan terima kasih ketika
tamunya mau pulang.
Upaya yang dilakukan YH
dalam menggapi terjadinya suatu
konflik yang di dalam arena kerja,
konflik dengan atasan maupun dengan
teman, konflik urat sarap terhadap
atasan YH lebih memilih tidak mau
banyak berkomunikasi lebih banyak
untuk menerima saja dampak dari
konflik dan mempraktekan apa yang
diminta oleh atasan tersebut sedangkan
konflik hal yang menyangkut harga diri
terhadap atasan TM memili komunikasi
yang meredam konflik tersebut dan
lebih melakukan hal untuk menghindari
hal tersebut. Konflik urat sarap terhadap
teman YH berusaha menyelesaikan
dengan cara berkomunikasi dan tidak
selalu mengikuti apa yang diminta
lawan konflik konflik yang menyangkut
harga diri dengan teman IR lebih
memilih untuk melakukan komunikasi
verbal maupun non verbal menghindari
konflik tersebut dan kalaupun tidak bisa
di hindari YH juga siap pasang badan
untuk adu fisik.
Selanjutnya Informant TM juga
adalah anak kos yang tinggal Jl. Jatayu
Jakarta Selatan, TM sudah tidak asing
lagi dengan pekerjaan di dunia restoran,
riwayat pekerjaan terahir TM Resto
Rumah Laut Jayapura Papua dengan
posisi tanggung jawab sama bagian
potong sayur. TM mengalami
perpindahan tempat tinggal jauh dari
Papua ke Jakarta selatan dan yang
mengaharuskan beradapatasi dengan
lingkungan dan pertemanan yang baru.
Peraturan dari perusahaan CJ
mengaruskan agen pekerja untuk
datang tepat waktu dan kalau
melanggar atau terlabat maka akan
diberlakukan sanksi keterlambat lebih
dari 15 menit akan diberlakukan
pemotongan uang tip yang dibagikan
setiap tanggal 10 dimulai dari 20% dan
sampai 100% jika dilakukan berulang
12
kali serta pemberlakuan pemotongan
gaji. AP di jadwalkan jam 09:00 wib
sudah berada di area restoran dan siap
untuk melakukan aktivitas kerja. TM
yang hanya berjarak 10 menit berjlanan
kaki dari tempat tinggal ke CJ Restoran,
peraturan dari CJ Restoran
mengharuskan beliau jam 9:00 wib
sudah ada dan siap untuk bekerja.
Beliau menyiasitanya dengan sebelum
tidur beliu menyetel alarm bangun tidur
jam 7:45 wib dan meminta
dibangunkan juga oleh teman sekamar
kos supaya tidak terlambat bangun.
Sebangun tidur membuka hp mengecek
pesan atau panggilan masuk menyapa
tunangan yang bekerja dan tinggal di
daerah Tangerang setelahnya
merapikan tempat tidur, mandi salin
pakaian mengenakan baju polo shirt
hitam dan celana bahan katun hitam
fasilitas ketentuan perusahaan
mengenakan sepatu safety dan kaos
kaki berwarnah hitam jam 8:30 berjalan
kaki keluar mampir di warung kopi
meminum kopi dan makan roti bersama
teman-temen bekerja di CJ, jam 8:50
berjalan kaki berangkat ke CJ Restoran
sesampai di kerja absen fingerprint
mengenakan topi dan memulai aktivitas
kerja. Dengan jadwal kerja operasional
dimulai dari jam 19:00 wib sampai
dengan jam 22:00 wib dengan waktu
istirahat jam 13:30 wib sampai dengan
17:45 wib.
Tindakan saat praktik di ruang
kerja prepared perlengkapan
operasional seperti mengeluarkan
bumbu-bumbu yang disimpan di dalam
kulkas dan di tata di dekat kompor
tempat Chef memasak menyiapakan
atau menata wajan tempat Chef
memasak dan kalau sudah jam
operasional tamu mengurus orderan
dengan cara saat orderan diterima kita
memberitahukan kepada Chef apa saja
yang mau di masak dan berapa banyak
serta menyiapkan bumbu dan
peralatannya seperti tatakan garnies dan
piring-piring.
Upaya yang dilakukan TM
dalam menanggapi terjadinya konflik
dengan atasan maupun teman dalam
satu lingkungan pekerja, dalam hal
konflik urat syarap dengan atasan TM
berusaha menyelesaikan dengan cara
berusaha menyampaikan pendapat
untuk melakukan suatu komunikasi dan
seandainya pendapatnya tidak diterima
TM berusaha untuk mengikuti pendapat
atasan. Dalam hal konflik yang
menyangkut harga diri dengan atasan
TM berusaha menyelesaikanya dengan
cara berkomunikasi meredam konflik
tersebut dan berusaha untuk
menghindari konflik tersebut dan kalau
memang tidak bisa dihindari TM siap
pasang badan untuk adu fisik. Konflik
urat sarap dengan teman TM lebih
memili berusaha menyelesaikanya
dengan berkomunikasi dan kalaupun
pendapatnya memang salah TM tidak
selalu melakukan apa yang diminta
lawan konflik. Konflik harga diri
dengan teman TM berusaha
berkomunikasi verbal maupun
nonverbal meredam konflik dan
berusaha menghindari konflik tersebut
dan kalau memang tidak bisa di hindari
TM siap pasang badan untuk adu fisik.
Sebagai keterbatasan Dasein
dan ‘ketidakterhinggaan muncul ada
dari ketidaaan’, barang kali waktu
merupakan waktu paling
membingungkan dari pengalaman
manusia. Apakah waktu ‘seperti
itu’(apapun bentuknya) bisa berulang
ataukah tidak, peristiwa rutin dalam
kehidupan sehari-hari tidak
berlangsung satu arah. Istilah-istilah
‘reproduksi sosial’, ‘perulangan’ dan
sebagainya mengindikasikan karakter
berulang kehidupan sehari-hari, yang
perulangannya terbentuk berdasarkan
persinggungan hari-hari yang beralalu
(namun terus berulang-ulang kembali)
dan musim.
Dure pengalaman sehari-hari:’waktu
yang berulang’ Rentang kehidupan
individu:’waktu yang tidak berulang’
13
Longue dure institusi-institusi: waktu
yang berulang’ Kehidupan sehari-hari
memiliki sebuah durasi, suatu arus,
namun tidak mengarah kemana-mana
kata sifat sehari-hari dan sinonimnya
menunjukan bahwa waktu di sini
tersusun hanya dari perulangan. Waktu
berulang institusi-institusi adalah
kondisi dan hasil praktik-praktik yang
terorganisasi dalam perulangan
kehidupan sehari-hari, bentuk
substantif utama dualitas struktur.
(Giddens, 2010: 55-56).
Analisis Dualitas Struktur
Perusahaan Crystal Jade Restoran Ditemukan bahwa adanya
dominasi yang alami oleh agen lokal di
dalam lingkungan perusahaan CJ tidak
sama untuk setiap tenaga kerja berbeda-
beda berdasarkan sosial histori dan
posisi depertement di tempatin oleh
tenaga kerja. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan peneliti
terhadap empat orang Informant yang
merupakan agen lokal CJ restoran, di
temukan bahwa agen lokal mempunyai
dominasinya terhadap kekuasan dan
politik didalam lingkungan kerja CJ
restoran.
Perusahaan mempunyai
dominasi baik itu kekuasaan maupun
politik terhadap agen kerja yang di
dalam lingkungan tersebut. Perusahaan
memberikan tekanan kepada setiap
agen kerja berdasarkan dari aspek
jabatan yang dicapai dan seberapa besar
gaji yang didapat agen kerja, dari
temuan dilapangan agen tenaga kerja
berusaha menjalankan tekanan yang
diberikan oleh perusahaan dengan
memimbang dari aspek tanggung jawab
dan gaji yang di dapatkan. Selanjutnya
perusahaan memberikan paksaan
kepada setiap agen kerja untuk
memberikan keuntungan lebih untuk
perusahaan baik itu dalam hal waktu
maupun keuntungan di dalam penjualan
yang membuat hal kerugian untuk agen
kerja, dengan dikerenakan tuntutan
kebutuhan hidup dalam hal tersebut
agen kerja memahluminya kalau
memang tidak terlalu berlebihan.
Dengan adanya peraturan dan norma di
dalam lingkungan perusahaan hal
tersebut akan membatasi kekebasan
agen tenaga kerja dari temuan di
lapangan ke empat Informant
mempunyai cara sendiri untuk
menyiasati rutinitas tersebut. Dominasi
perusaahan dalam kekuasaan akan
menimbulkan penyiasatan agen kerja
untuk memenuhi rutinitas dengan
carannya sendiri ataupun berpolitik dari
temuan dilapangan agen kerja
mempunyai pengelompokan didalam
pertenaman yang mana bersifat
persangin.
Meso fasilitas yang diberikan
oleh perusahan terhadap agen kerja,
perlengakapan operasional dari temuan
di lapangan agen kerja yang sudah
bekerja dengan waktunya tertentu
semua diberikan uniform dengan
catatan ketika nanti mau resign harus di
kembalikan lagi, temuan dari lapangan
pada saat jam operasional agen kerja
mengenakan itu sebagaimana mestinya.
Agen kerja CJ setiap orangnya masing-
masing dari perusahaan diberikan
tanggung jawab atau jabatan tertentu
temuan dilapangan agen kerja lokal
mentaati dan melaksanakannya asalkan
masih pada garisnya. Agen kerja yang
sudah berkerja lebih dari satu tahun
berhak untuk mendapatkan cuti selama
12 hari dari temuan di lapangan tenaga
kerja mentaati akan hal itu dan
melakukan koordinasi kepada leader
terlebih dahulu kalau mau mengajukan
pengambilan cuti tersebut.
Penggunaan komunikasi di
dalam suatu kelompok dan organisasi
adalah suatu yang sangat penting
begitupun dengan agen kerja CJ di
dalam rutinitas di area kerja sehari-
harinya melakukan komunikasi dari
temuan di lapangan mayoritas bahasa,
kata, dan kalimat yang digunakan agen
kerja lokal adalah bahasa Indonesia dan
14
bahasa daerah jawa, sunda, dan
sumatera sebagai bahasa minoritasnya.
Dualitas struktur adalah
mengenai aturan dan sumber daya yang
digunakan oleh CJ Restoran dalam
menentukan keputusan mengenai
perilaku atau tindakan mereka dalam
strukturasi komunikasi kelompok
pekerja restoran yang dilakukan.
Aturan dalam hal ini merujuk pada
rutinitas umum yang diikuti perusahaan
atau kelompok dalam mencapai
tujuannya atau dapat juga dikatakan
mengatur hasil akhir. Sementara
sumber daya merujuk pada atribut atau
barang material yang dapat digunakan
untuk menjalankan kekuasaan dalam
suatu organisasi. Sehingga dapat
dikatakan bahwa orang yang
memproduksi atau mereproduksi aturan
merupakan orang yang memiliki
sumber daya. Secara sederhana,
dualitas struktur ini menyatakan bahwa
aturan merupakan produk dari perilaku
yang dilakukan organisasi yang
nantinya dari perilaku yang dilakukan
tersebut juga dapat menghasilkan
aturan baru. (West dan Turner,
2009:303).
Dualitas struktur sebagai sarana
dan hasil perilaku yang dibentuknya
secara berulang-ulang: ciri-ciri
struktural sistem sosial tidak hadir di
luar aksi namun secara terus-menerus
terlibat dalam produksi dan reproduksi
(Giddens, 2010: 586)
PENUTUP
Berjalannya signifikasi dominasi
dan legitimasi expatriate pada agen
lokal restoran dalam strukturasi
komunikasi kelompok pekerja restoran
CJ restoran, Struktur Signifikansi
atau Struktur Pemakanan agen
Expateriate memaknai agen kerja
sebagai pembantunya dalam
menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya terhadap perusahan Crystal
Jade Gandaria City, agen Expateriate
sebagai Leader agen lokal sebagai
bawahan, Agen Expateriate
beranggapan atau memandang agen
Lokal lebih rendah daripada mereka
sebagai agen didalam perusahaan. Agen
lokal harus selalu menunjukan sikap
yang sopan terhadap agen Expaterite
ketika bertatap muka dalam kondisi
sibuk atau tidak agen lokal haruslah
mengucapakan salam dan kalau tidak
dilakukan agen Expaterite akan
menegur dengan ucapan yang tidak
menyenangkan. Struktur Dominasi
atau Stuktur Penguasaan agen lokal
megalamai dominasi baik dari sisi
otorisasi peraturan dan norma yang ada
di Perusahaan Crystal Jade Restoran
Gandaria City dibawah pimpinan
Expateriate atas agen terwujud dalam
tata politik maupun barang yang
terwujud dalam tata ekonomi. Peraturan
dan norma dalam tata politik Agen
Expatriate dalam setiap perdebatan
agen lokal yang harus yang selalu
mengikuti maunya Agen Expateriate
dan dalam berkomunikasi agen
Expaterite juga tidak ragu-ragu
menggunakan kata yang kurang
mengenakan seperti sohai, cao zhi bai,
lancau, bego, dan bodoh. Peraturan dan
norma dalam tata ekonomi Agen
Expateriate selaku Leader punya kuasa
atas gaji bawahannya agen lokal dalam
kontribusi bekerja agen Expateriate
selalu menuntut lebih terhadap agen
lokal dan dalam penggajian agen
Expatriate kurang memperhatikan
pendapatan atau gaji agen lokal, Agen
lokal mendapatakan gaji mengikuti
kebijakan perusahaan yaitu berdasarkan
keputusan UMR pemerintah dengan
tidak ada kenaikan jabatan walaupun
sudah lama bekerja maka gajinya agen
lokal akan tetap UMR. Struktur
Legitimasi atau Stuktur Pembenaran
agen lokal dilegitimasi secara formal
(aturan negara melalui undang-undang)
secara informal (aturan perusahan yang
normatif berdasarkan SOP). Legitimasi
secara formal Perusahaan Crystal Jade
Gandaria City mewajibkan untuk
15
semua agen megikuti peraturan
perundangan yang ada di Indonesia
seperti perusahaan bertanggung jawab
atas wajib pembayaran pajak setiap
agen dan perusahaan mengikuti
prosedur pemerintahan Indonesia
dalam hal izin memperkerjakan tenaga
asing seperti VITAS dan KITAS.
Legitimasi secara Informal SOP setiap
agen kerja diwajibkan untuk mengikuti
atau mematuhi SOP dan sangsi berlaku
bagi yang melakukan pelanggaran.
Agen Expaterite untuk mengatur agen
lokal di dalam area perusahaan
menggunakan SOP tersebut dan
kebijakan dari agen Expateriate. Agen
lokal haruslah selalu berhati-hati dalam
bekerja dan harus selalu menjaga
hubungan baik dengan agen Expatriate
karena agen Expateriate tidak ragu-
ragu untuk memberikan surat
peringatan (SP) berlebihan ataupun
mengahiri kontrak kerja agen lokal
yang mereka tidak senangi.
Tanggapan agen lokal terhadap
Signifikasi Dominasi dan Legitimasi Expatriate pada strukturasi komunikasi
kelompok pekerja Crystal Jade
Restoran Gandaria City. Dengan
latarbelakang yang beragam seperti
pendidikan, pengalaman, kemampuan,
kebutuhan ekonomi dan tujuan agen
lokal yang beragam agen lokal
beradaptasi dengan arena pekerjaan
SOP dan kebijakan-kebijakan dari
Leader agen Expateriate dan
melakukan penyiasatan terhadap
Struktur Signifikasi supaya tidak
mendapatkan teguran dari agen
Expateriate agen lokal menyiasati
dengan selalu siap untuk memberikan
salam ketika ketemu agen Expateriate.
Sturktur Dominasi dalam tata politik
agen Lokal menggapi bahasa
komunikasi Agen Expateriate yang
sering kasar agen lokal menaggapi
beragapan sudah menjadi watak agen
semua Expateriate berasal dari
keturunan China untuk berkata-kata
kasar dan bersikap tidak
memasukannya kedalam hati. Tata
ekonomi dengan pendapatan gaji UMR
agen lokal bertahan berangapan dan
berpengetahuan bahwa tidak banyak
pekerjaan di restoran yang
mendapatkan gaji yang UMR.
Struktur Legitimasi dengan dituntut
bekerja harus berhati-hati dan harus
menjaga hubungan baik dengan agen
Expaterite supaya tetap bisa bertahan
agen lokal menyiasati dan melakukan
hal tersebut.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, D. Wahyu, 2012, Hubungan
Industrial. Tangerang: Universitas
Terbuka
Arikanto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek)
Jakarta: Rineka Cipta
Burhan Bungin. 2007, Penelitian
Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya): Jakarta: Prenada Media
Group
Giddens, Anthony, 2010. Teori
Strukturasi (Dasar-dasas
Pembentukan Struktur Sosial
masyarakat). Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Littlejhon Stepen W. & Foss Karen A.,
2008, Teori Komunikasi (Theori of
Human Communication). Jakarta:
Salemba Humika
K.Yin Robert. 2008, Studi Kasus
(Desain & Metode). Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Lubis Akhyar Yusuf, 2012. Pemikiran
Kritis Kontemporer (Dari Teori Kritis,
Culture Studies, Feminisme,
Postkolonial, Hingga
Multikulturalisme. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Martono, Nanang. 2015. Metode
Penelitian Sosial (Konsep-Konsep
Kunci). Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Moleong Lexy J. 2014, Metodelogi
Penelitian Kualitatif: Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya
Morissan, M.A. 2008, Manajeman
Public Relation (Strategi Menjadi
Humas Profesional) Jakarta: Kencana
Neuman W. Lawrence, 2013, Metode
Penelitian Sosial (Pendekatan
Kualitatif dan Kuantatif): Jakarta: PT.
Indeks
Pusey Michael, 2011, Harbermas
Dasar dan Konteks Pemikiran. Jakarta:
Resist Book.
Schaefer Richaed T. 2012. Pengantar
Sosiologi. Jakarta: Salemba Humanika.
Sugiono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). IKAPI: Cv.
Alfabeta
Usman Husaini Dan Akbar Setiady
Purnomo, 2006, Metodelogi Penelitian
Sosial. Jakarta: Ikrar Mandiriabadi
West Richard & Turner Lynn H., 2008,
Pengantar Teori Komunikasi (Analisis
dan Aplikasi) Jakarta: Salemba
Humanika
Sumber Lain
https://achmadruky.com/430/permasala
han-tenaga-kerja-asing-di-indonesia/.
Dilihat pada senin, 14 Mei 2018
http://setkab.go.id/inilah-perpres-
nomor-20-tahun-2018-tentang-
penggunaan-tenaga-kerja-asing/.
Dilihat pada senin, 14 Mei 2018
http://elvira.rahayupartners.id/id/know-
the-rules/manpower-law, 23-Jul-2018
17
POLITICAL BRANDING PARTAI GERINDRA DALAM ERA NEW MEDIA 2.0
(Studi Kasus Political Branding Partai Politik Gerindra Melalui
Web Media Digital Online)
Radita Gora1
Agus Budiana2
Universitas Satya Negara Indonesia
Jalan Arteri Pondok Indah, No 11. Jakarta Selatan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Prodi Ilmu Komunikasi
ABSTRAK
Media digital menjadi salah satu media yang digunakan oleh partai sebagai alat untuk membangun brand
dan image partai di era revolusi industri 4.0 yang mengutamakan kemudahan dan efektif untuk meraih
suara terbanyak. Masyarakat yang semakin gandrung dengan perangkat teknologi memungkinkan bagi
partai Gerindra untuk bisa lebih mudah dalam political branding dengan menonjolkan kelebihan partai
tersebut ataupun figur politik tertentu serta membangun kritik terhadap rival politik melalui kesadaran.
Melalui media digital, dan penyebaran informasi mengenai parti, sehingga partai politik berupaya
mengonstruksi suatu pandangan masyarakat melalui isu-isu yang berkembang dan membentuk
pandangan-pandangan baru terhadap partai tersebut sebagai upaya meraih sauara publik. Adapun
konsep-konsep yang mendukung dalam penelitian ini seperti ideologi politik yang dimana sebuah
ideologi politik sebagai visualisasi kenyataan sosial yang sekaligus membangkitkan kesadaran sosial.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus
kolektif. Analisis yang difokuskan pada Isu-isu politik yang dicanangkan partai politik benar-benar
mencerminkan permasalahan yang dihadapi masyarakat, sekaligus mampu menyadarkan publik akan
adanya persoalan mendasar yang dialami bangsa dan negara. Berdasarkan hasil penelitian bahwa partai
Gerindra lebih banyak mewacanakan adanya kritik terhadap pemerintah sebelumnya yaitu masa
kepresidenan Jokowi yang tidak membawa perubahan, hanya memberikan janji-janji palsu yang tidak
terpenuh, serta potensi terhadap nilai kurs rupiah meningkat dan nilai impor meningkat, dan juga
cenderung merugikan negara, di satu sisi gerindra juga menawarkan adanya perubahan. Sehingga dalam
hal ini partai gerindra tidak berupaya untuk meningkatkan citra partainya dengan menunjukkan
kelebihan, melainkan lebih banyak menampilkan konten-konten pesimistis dan sikap apriori terhadap
kepresidenan Jokowi.
Kata Kunci: Partai Politik, Political Branding, Figur Partai, Media Digital Online, Pengembangan
image partai.
ABSTRACT
Digital media is one of the media used by the party as a tool to build the party's brand and image in the
era of the industrial revolution 4.0 which prioritizes ease and effectiveness in gaining the most votes. A
society that is increasingly infatuated with technological devices makes it possible for the Gerindra party
to be more easily able to political branding by highlighting the strengths of the party or certain political
figures and building criticism of political rivals through awareness. Through digital media, and the
dissemination of information about parties, political parties seek to construct a public outlook through
developing issues and form new views on the party as an effort to gain a public voice. The concepts that
support in this study such as political ideology in which a political ideology as a visualization of social
reality as well as arousing social awareness. The method used in research is a qualitative method with
a collective case study approach. The analysis focused on political issues launched by political parties
truly reflects the problems faced by the community, as well as being able to make the public aware of the
fundamental problems experienced by the nation and state. Based on the results of research that the
Gerindra party more discouraged criticism of the previous government, namely the Jokowi's presidency
which did not bring change, only gave false promises that were not fulfilled, as well as the potential for
18
the value of the rupiah to rise and the value of imports to rise, and also likely to harm the country On the
one hand, Gerindra also offered a chance. So, in this case, the Gerindra party did not try to improve the
image of its party by showing its strengths but rather displayed pessimistic content and a priori attitudes
towards Jokowi's presidency.
Keyword: Political Organization, Political Branding, Figur Partai, Online Digital Mediae, Image
Image Development Political Organization
PENDAHULUAN Komunikasi dalam lingkup politik
merupakan bagian komponen utama
menerapkan konsep kekuasaan yang
menguasai maupun untuk tujuan dikuasai.
Permainan komunikasi dalam politik tentu
tidak bisa lepas dari peranan aktor politik di
dalamnya. Aktor politik merupakan bagian
dari agen dalam suatu pemain politik baik
di dalam kelembagaan tertentu, politik
pemerintah maupun partai politik.
Sehingga aktor politik lah yang memainkan
komunikasi bukan hanya sebagai bahasa,
namun juga menjadikannya sebagai
instrumen kekuasaan.
Menurut Denton dan Woodward
(1990: 14), komunikasi politik sebagai
diskusi murni tentang alokasi sumber daya
publik (pendapatan), otoritas resmi (yang
diberi kekuasaan untuk membuat
keputusan hukum legislatif dan eksekutif),
dan sanksi resmi. Aktor politik
memanfaatkan bahasa sebagai alat
komunikasi untuk operasional relasi
kekuasaan. Pada Relasi kekuasaan mulanya
dipahami sebagai kecenderungan alamiah.
Seseorang dengan kualitas unggul otomatis
akan memerankan peran yang lebih banyak
dibanding orang lain. (Rokhman &
Surahman, 2016: 40).
Denton dan Woodward (1990: 11)
mengatakan bahwa komunikasi politik
dalam hal niat pengirimnya untuk
mempengaruhi lingkungan politik. Seperti
dikatakan “Faktor penting yang membuat
komunikasi ‘politik’ bukanlah sumber
pesan, tetapi pada persoalan konten dan
tujuannya.” Seperti halnya pemanfaatan
komunikasi yang digunakan oleh
kapitalisme terhadap penindasan buruh.
Sehingga partai politik berupaya untuk
membalikkan situasi dengan mengangkat
perlawanan yang dilakukan oleh buruh
dengan cara membangun poltiknya dan
juga kekuasaan dengan komunikasi namun
dengan cara menguasai audiensnya.
Dalam hal ini terlihat bahwa partai
tentunya sarat dengan ideologis. Seperti
halnya di AS, Partai Demokrat secara
historis dikaitkan dengan liberalisme relatif
dalam kebijakan sosial, dan pendekatan
intervensionis terhadap ekonomi,
sementara partai Republik bercita-cita
mengurangi keterlibatan negara dalam
semua aspek kehidupan sosial-ekonomi.
Sehingga dari sini dapat dicermati dalam
pandangan Althusser mengenai ideologi
yang membawa kita bergerak dalam relasi
yang tak nyata namun seolah nyata,
menerima semu seperti nyata, yang fana
sebagai abadi. (Althusser, 2010; xviii).
Menurut Giddens (1977) dalam
Faisal Bakti (2016: 5) mengatakan bahwa
pemilihan isu-isu yang berkembang dalam
masyarakat untuk dijadikan kepentingan
politik akan sangat ditentukan oleh ideologi
partai politiknya. Isu tentang keamanan,
kemiskinan, kesehatan, pengangguran, dan
pendidikan tidak bisa semuanya
mendapatkan skala prioritas yang sama.
Partai politik perlu membangun basis
ideologi politik yang kuat sekaligus tidak
menciptakan semangat fanatisme
berlebihan para politisinya. Ideologi
dimanfaat partai untuk menanamkan
kesadaran kepada public sebagai upaya
untuk meraih suara partisipan.
19
Dalam konteks persaingan politik,
strategi politik untuk memenangkan
Pemilu perlu mendapatkan perhatian yang
serius. Hal ini mengingat persaingan partai
yang cukup banyak dan sama-sama
memiliki bargain politik yang kuat.
Sehingga strategi digunakan utuk mengatur
tata cara partai untuk memenangkan
perelehan suara terbanyak. Hal ini perlu
mengacu pada pentingnya berpolitik
dengan memiliki ideologi. Hal ini bertujuan
untuk mencegah dunia politik agar tidak
teralienasi dari dirinya sendiri. Dan
organisasi politik akan kehilangan
semangat, motivasi serta arahan untuk
mengubah wajah dunia (Mullins, 1972,
dalam Faisal Bakti, 2016: 6).
Ketika ideologi sudah terbentuk
dan meyakinkannya kepada publik dalam
komitmen menjalankan visi dan misinya,
maka Partai Politik perlu diikutkan dalam
Pemilihan Umum (Pemilu) yang
merupakan salah satu media bagi partai
politik untuk menyampaikan ideologinya
kepada rakyat melalui pemasaran politik.
Seperti halnya partai Gerindra yang
terus memenamkan ideologi kebangsaan
sebagai upaya penyelamatan bangsa
Negara Indonesia. Hal ini termuat dalam
situs resmi Gerindra bahwa ada upaya –
upaya untuk menanamkan kedalam
pemikiran rakyat Indonesia bahwa bangsa
Indonesia selalu dalam kondisi terancam,
sehingga selalu ada upaya menanamkan
sikap persuasive kepada masyarakat seperti
“Selamatkan Bangsa Indonesia” kemudian
kerap menilai rezim pemerintahan saat ini
sebagai rivalnya yang mengancam
keberadaan partai Gerindra berarti
mengancam bangsa Indonesia. Hal ini yang
selalu terus-menerus digembar-gemborkan
untuk memicu pemikiran-pemikira yang
negative tentang keberadaan pemerintah
saat ini. Hal ini tentunya menjadi polemik
di kalangan partai dan juga polemik bagi
masyarakat yang di mana beragam isu-isu
politik dan juga isu-isu yang menyangkut
persoalan infrastruktur, harga bahan
pangan, isu kesejahteraan masyarakat dan
juga isu-isu lain yang berupaya untuk
menjatuhkan reputasi dan keberadaan
pemerintahan saat ini.
Upaya itu untuk bisa menjagkau
khalayak luas terutama masyarakat
Indonesia agar memiliki pemikiran sejalan
dengan Partai Gerindra maka digunakanlah
media Sosial sebagai salah satu alat
kampanye atau menggunakan media digital
untuk kampanye yang dimana pernyataan
bentuk visi dan misi partai yang
disampaikan melalui situs resminya,
kemudian juga membuat penyebaran
berita-berita dan artikel yang diposting
melalui media social seperti bentuk artikel,
publisitas dalam bentuk berita kegiatan
partai, kemudian tulisan opini yang
mengumbar keburukan-keburukan
pemerintah saat ini sebagai rezim yang
lalim dan kritik terhadap kinerja
pemerintah sekarang bahka tak segan
menyebut keberadaan pemerintah sekarang
sebagai program yang “gagal total”. Hal ini
tentunya seperti terlihat suatu bentuk
kampanye yang tidak mengunggulkan
kelebihan partai Gerindra sendiri,
melainkan menyebarkan informasi parta
yang sarat akan kritik dan tidak
mengunggulkan misi unggulannya kepada
masyarakat, dengan menebar informasi
bahwa “Negara dalam kondisi tidak aman
dengan adanya rezm saat ini” sehingga hal
ini lah yang kemudian menjadi kritik bagi
banyak orang bahwa kegiatan kampanye
partai tidak berjalan sebagaimana mestinya
sebagai ideal kampanye partai politik.
Sehingga untuk memberikan solusi politis
meraih suara rakyat maka jalan yang
ditempuh adalah dengan memajukan sosok
Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto
untuk maju sebagai Capres di tahun 2019
yang berpasangan dengan Cawapres 2019
Sandiaga Salahuddin Uno.
20
Upaya untuk memenangkan suara
dari rakyat, seperti yang dilakukan partai
gerindra adalah dengan branding dirinya
dan juga dengan harapan ada nilai
komersial yang didapat sejauh organisasi
politik, seperti yang ada di sektor
komersial, maka partai harus menargetkan
audiens dari siapa (dukungan elektoral)
yang dicari, menggunakan saluran
komunikasi massa, dalam lingkungan yang
kompetitif dimana warga negara /
konsumen memiliki pilihan luas antara
lebih dari satu ‘merek’ produk politik.
Meskipun ada perbedaan nyata
dalam sifat pasar politik dan komersial, dan
partai politik mengukur keberhasilan bukan
dalam hal keuntungan tetapi pada
pembagian suara dan kekuasaan efektif,
pemasaraan poltiik menggunakan banyak
prinsip yang diterapkan oleh produsen
barang dan jasa kerena mereka berusaha
untuk kesuksesan komersial melalui iklan
politik.
Peranan iklan politik adalah untuk
membangun suatu Political Branding agar
mudah untuk mempersuasi masyarakat dan
mengenal partai politik selayaknya figur
publik yang digemari masyarakat. Kesan
tentang keseragaman parpol tanpa
diferensiasi ini memerlukan perancangan
strategi komunikasi jangka panjang
berbasis keunikan para tokoh atau politisi
dan parpol. Kampanye berkelanjutan
termasuk rancangan strategi merk politik
(political branding), merek personal
(personal branding), para politisi dan
merek parpol (institutional branding),
sehingga meski terjadi koalisi antara partai,
namun identitas masing-masing partai
masih terlihat karakter khusus dan
kekhasannya. (Faisal Bakti, 2016: 72)
Bentuk komunikasi politik
semacam ini menggunakan media massa
untuk ‘membedakan’ produk-produk
politik (yaitu partai dan kandidat) dan
memberi mereka makna untuk ‘konsumen’,
sama seperti produsen barang atau jasa
yang berusaha merek yang serupa secara
fungsional dari yang lain di tempat yang
ramai. Menurut Eep Saefulloh (2009)
dalam Faisal Bakti (2007: 7), mengatakan
bahwa iklan politik memainkan peran
penting untuk merebut popularitas,
akseptibilitas, dan elektabilitas. Sehingga
cara yang paling ampuh untuk membentuk
citra seseorang adalah dengan
menggunakan media massa karena media
massa adalah bagian yang tidak terlepas
dari strategi marketing politik.
Perkembangan iklan politik yang
terus bergerak dinamis, ditambah dengan
adanya media baru serta platform media
sosial yang menjadi sarana baru dan cukup
kuat untuk menegakkan citra partai politik
dan partisan politik di dalamnya. Media
baru yang dipakai dalam dunia politik
sifatnya memungkinkan berinteraksi
dengan publik, mampu merubah voting
behavior secara signfikan. Dalam
pandangan Faisal Bakti (2017: 76) dalam
menyikapi kemenangan mantan Presiden
Barrack Obama dalam Pemilu amerika,
disinyalir adanya indikasi kuat
mempenagruhi kemenangannya. Dengan
adanya new media, partai, politisi, dan
kandidat bisa membuat situs website atau
blog pribadi demi berinteraksi langsung
dengan masyarakat.
Penggunaan iklan politik saja
sebenarnya tidak cukup, karena publik pada
dasarnya sudah memahami bahwa
kepentingan iklan adalah menunjukkan sisi
baik dari partai saja dengan pergumulan
kata-kata yang ditawarkan. Namun partai
harus berpikir secara kencang bahwa dalam
pemasaran politik juga perlu didukung
dengan power engagement, atau semacam
pendekatan personal yang lebih dekat
seperti halnya yang diterapkan dalam
praktik Hubungan Masyarakat.
21
Hubungan Masyarakat atau Public
Relations (PR) berfokus pada bidang yang
berkaitan dengan mengelola citra dan
reputasi seseorang ataupun sebuah lembaga
atau organisasi di mata publik. (Nova,
2014: 20). Pendekatan PR ini bekerja di
wilayah publik sebagai fungsi komunikasi,
hubungan dengan masyarakat, manajemen
partai, maupun hubungan dengan
Pemerintah. Dengan memaksimalkan
pendekatan PR ini maka dapat membangun
suatu publisitas yang positif tentang PR
teruatam dengan memanfaatkan media
sosial online. Adapun teknik dalam PR di
dalam partai politik yang reaktif, di mana
para pihak berusaha untuk membatasi
kerusakan, termasuk dengan cara melobi
wartawan media massa dan membuat cerita
yang mengandung publisitas positif di
dalamnya.
Upaya melakukan pendekatan
pemasaran politik melalui iklan ataupun
publisitas positif tentang partai, hal ini
tentunya dapat mendorong terjadinya opini
publik yang menanggapi partai politik
maupun aktor politik itu sendiri. Menurut
Dan Emory S. Bogardus dalam Faisal Bakti
(2016: 51) yang menyatakan bahwa opini
publik merupakan pendapat individu-
individu yang diperoleh melalui perdebatan
dan merupakan hasil interaksi antar indvidu
dalam suatu publik.
Mengundang respon Opini Publik
yang positif, tentu dapat mengundang
respon partisipan yang berpihak pada partai
poltik tersebut. Upaya untuk menarik suatu
bentuk opini publik yang positif, maka
partai politik pun juga menggunakan
beragam isu seperti isu-isu lingkungan,
membahas persoalan konservasi
lingkungan alam, dan pencegahan
kekejaman terhadap hewan yang dipelihara
untuk konsumsi makanan manusia atau
untuk digunakan dalam pengujian obat-
obatan dan kosmetika.
Seperti halnya Partai di Inggris
yang memanfaatkan gerakan dan isu
lingkungan, seperti Friends of Earth yang
telah membuktikan diri sebagai eksponen
yang terampil dalam penanganan
lingkungan. Sehingga partai memanfaatkan
pesan-pesan politik terkait dengan isu
lingkungan yang dikemas dalam bentuk
simbolis dari protes dan demonstrasi yang
dirancang untuk menarik perhatian para
jurnalis.
Selain permasalahan lingkungan,
isu yang dikembangkan juga menjadi
bagian dari persoalan buruh. Membahas
tentang buruh tentu tidak lepas dari
produksi dan reproduksi. Setiap tatanan
sosial mereproduksi kondisi produksi pada
saat yang sama tatkala dilahirkan. Tatanan
sosial harus mereproduksi faktor-faktor
produksi dan relasi produksi yang sudah
ada. Adapun persoalan buruh juga
menyangkut tentang hak buruh, pembelaan
serikat pekerja, dan pendapatan
materialnya.
Partai untuk menarik perhatian
publik di Amerika cenderung berkampanye
seputar isu-isu tunggal, seperti gerakan anti
nuklir dan lain sebagainya. Selain itu
menggunakan isu-isu organisasi terroris
yang terjadi di Amerika dan permasalahan
diplomasi dengan Timur Tengah. Seperti
halnya yang dilakukan oleh George W.
Bush pasca peristiwa teror WTC 9/11 oleh
Al Qaeda yang menggalakkan “perang
melawan teror” yang kemudian menjadi
salah satu ikon utama dalam kampanye
partai republik.
Sebenarnya George W. Bush
bukanlah yang pertama dalam
menggalakkan kampanye anti teror ketika
dalam kampanye pencalonan Presiden US
dan juga kampanye partai republik.
Pernyataan terebut pernah diserukan 20
tahun sebelumnya oleh pemerintahan
Reagan-Bush Sr., dengan retorika serupa
22
dan personel yang sama di posisi terdepan.
Dalam kampanye itu Reagen maupun Bush
berjanji akan melenyapkan “kanker” yang
membawa “kembalinya berbarisme ada era
modern”. Mereka mengidentifikasi dua
pusat utama “Momok jahat terorisme”,
yakni amerika Tengah dan Timur Tengah/
wilayah Mediterania. Kampanye mereka
untuk memberantas wabah teror di kedua
wilayah tersebut menempati peringkat atas
diantara isu-isu kebijakan luar negeri lain
pada dekade ini. (Chomsky, 2017: 2).
Namun di satu sisi, organisasi terorisme
sendiri bukan hanya pendefinisian
organisasi yang memunculkan perlawanan
terhadap kekerasan, adapun upaya
memunculkan teror kekerasan dan isu
tentang terorisme yang digunakan untuk
mencapai tujuan politik mereka.
Propaganda tentang terorisme
internasional merupakan satu contoh
digunakannya teknik-teknik tersebut, baik
di dalam negeri maupun di luar negeri. Para
pembuat kebijakan di pemerintahan
Reagen tahu bahwa para kelompok liberal
di kongres dan media bisa dengan mudah
ditakut-takuti dengan tuduhan bahwa
mereka terlalu lemahdan kurang militan
menghadapi ancaman apa pun yang
mungkin menjadi momok mengerikan saat
itu, sehingga mereka berbaris denan patuh
dalam perang melawan terorisme.
(Chomsky, 2017: 203)
Kampanye semacam ini juga
menjadi bentuk propaganda yang
dilakukan oleh pemerintah dalam mencapai
tujuan politiknya atas Timur Tengah
dengan mengupayakan adanya
pembentukan opini publik yang mengikuti
pandangan politik Pemerintah. Seperti
halnya yang dilakukan oleh Partai Gerindra
yang memanfaatkan kritik terhadap rezim
saat ini dan juga menfaatkan isu agama
untuk melawan pemerintahan dan
menjadikanya sebagai persaingan untuk
menurunkan reputasi rival politik.
Menurut Kruger Reckless dalam
Faisal Bakti (2017: 51) Opini publik adalah
penjelmaan dari pertimbangan seseorang
tenang sesuatu hal, kejadian atau pikiran
yang diterima sebagai pikiran umum.
Sehingga pemerintah mengupayakan
adanya pesan-pesan persuasi yang
dibangun untuk membentuk suatu
kesadaran palsu (ideologi) kepada
masyarakat agar mau mengikuti bentuk-
bentuk penanaman stigma kebenaran dari
pemerintah dan mengikutinya dengan
sukarela. Dalam pandangan Marx dalam
Althusser (2010: x) menjelaskan bahwa
kesadaran masyarakat akan siapa dirinya,
atau bagaimana hubungan mereka dengan
bagian masyarakat lainna, dan pengertian
yang mereka bangun tentang pengalaman
sosialnya, diproduksi oleh masyarakat,
bukan merupakan sesuatu yang alami atau
biologis. Sehingga point disini kembali lagi
bahwa kesadaran lah yang menumbuhkan
sikap di dalam masyarakat, dan bagaimana
pihak-pihak berotoritas dengan berupaya
untuk memasuki kesadaran khalayak.
Berdasarkan penjabaran
sebelumnya, maka dapat dipetakan bahwa
terdapat Partai dan non partai. Organisasi
publik jika partai berada di jantung
konstitusional dari proses politik
demokratik mereka, tentu saja, para pelaku
politik. Di sekitar lembaga-lembaga politik
yang mapan adalah sejumlah organisasi
non-partai dengan tujuan politik. Pelaku
non-partai ini menjadi tiga kategori.
Pertama, serikat pekerja, kelompok
konsumen, asosiasi profesional dan lainnya
dapat didefinisikan sebagai organisasi
publik. Mereka disatukan bukan oleh
ideologi tetapi oleh beberapa fitur umum
dari situasi anggota mereka yang
membuatnya menguntungkan untuk
digabungkan, seperti masalah pekerjaan
(serikat pekerja), atau kelemahan warga
negara individu dalam menghadapi
perusahaan besar (kelompok konsumen).
23
Dalam organisasi seperti itu, individu
berkumpul bukan hanya untuk membantu
satu sama lain dalam penyelesaian masalah
praktis yang terkait dengan situasi umum
mereka, tetapi untuk mengkampanyekan
perubahan atau meningkatkan profil publik
dari masalah tertentu, sering kali dengan
meminta bantuan para politisi terpilih.
Organisasi-organisasi ini, pada tingkat
yang lebih besar atau lebih kecil, status
kelembagaan dan legitimasi publik,
sebagaimana tercermin dalam akses
mereka ke pembuat kebijakan dan media,
penerimaan donasi amal, dan pendanaan
resmi.
Dalam konklusi dari penjabaran ini,
dapat ditanggapi dari pandangan Kaid, dkk
yang menunjukkan bahwa kita dapat
melihat 'realitas' politik sebagai terdiri dari
tiga kategori (1991): Pertama, kita dapat
berbicara tentang realitas politik obyektif,
yang terdiri dari peristiwa-peristiwa politik
yang terjadi benar-benar terjadi. Kedua,
ada subjektivisme - 'realitas' dari peristiwa-
peristiwa politik seperti yang dirasakan
oleh aktor dan warga negara. Aktor politik
memiliki pandang Ketiga, dan kritis
terhadap pembentukan kategori kedua
persepsi subyektif, adalah realitas yang
dibangun, yang berarti peristiwa yang
dicakup oleh media.
LANDASAN TEORITIS
Teori Pembentukan Opini
Unsur penting dalam versi audiens
ini adalah praeksistensi dari kelompok
sosial yang aktif, interaktif, dan sebagian
besar otonom yang dilayani oleh media
tertentu, tetapi keberadaannya tidak
bergantung pada media. Pengelompokkan
orang secara politis yang terwujud sebagai
unit sosial melalui pengakuan bersama atas
masalah bersama yang perlu ditanggulangi.
Pengelompokkan seperti itu memerlukan
berbagai sarana komunikasi bagi
pengembangan dan kesinambungannya,
tetapi menurut Mills (1956), media massa
telah berkembang sedemikian rupa untuk
mengelakkan pembentukan publik.
Audiens dipandang memiliki
signifikansi rangkap bagi media, sebagai
perangkat calon konsumen produk dan
sebagai audiens jenis iklan tertentu, yang
merupakan sumber pendapatan media
penting lainnya. Dengan demikian, pasar
bagi produk media juga mungkin
merupakan pasar bagi produk lainnya,
untuk mana media akan menjadi wahana
iklan dan sarana ‘pengantaran’ calon
pelanggan produk lain. Meskipun media
komersial perlu memandang audiensnya
sebagai pasar dalamkedua arti itu dan
adakalanya mencirikan audiens tertentu
dalam hubungannya dengan gaya hidup
dan pola konsumsi, ada sejunlah
konsekuensi pendekatan ini terhadap cara
memandang audiens. Pertama, pendekatan
tersebut merinci hubungan antara media
dengan audiensnya sebagai hubungan
konsumen produsen yang karenanya
bersifat ‘kalkulatif’ dari sudut pandang
pengirim. Kedua, pendekatan ini kurang
menekankan hubungan sosial audiens yang
bersifat intern: yaitu sekumpulan individu
dan konsumen yang sederajat, yang berbagi
ciri demografi atau budaya tertentu. Ketiga,
karakteristik audiens yang paling relevan
dengan cara berpikir ini adalah sosial-
ekonomi dan stratifikasi sosial audiens
selamanya tela menuntut perhatian yang
tidak semestinya. (McQuail, 1999: 205).
Kemajuan abad kedua puluh telah
melihat arena politik menjadi lebih
internasional, karena media telah
memperluas jangkauan mereka, secara
geografis dan temporal. Di abad ke 21,
audiens media adalah target komunikasi
politik tidak hanya dari sumber-sumber
domestik, tetapi juga dari luar negeri.
Pemerintahan asing, organisasi bisnis, dan
kelompok teroris seperti Al Qaeda, semua
24
menggunakan sistem informasi global
untuk memajukan tujuan politik.
Bentuk-bentuk tradisional
diplomasi internasional secara
interpersonal tetap ada, tetapi dalam bentuk
perang modern, perjuangan pembebasan
dan perselisihan teritorial semakin
diperjuangkan di media, dengan opini
publik global sebagai hadiah (karena
protagonis - pemerintah dan badan
internasional seperti Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) dianggap menjadi responsif
terhadap opini publik). Sebagaimana yang
diakui Walter Lippmann pada awal tahun
1920-an, 'pemerintah saat ini bertindak
berdasarkan prinsip bahwa tidak cukup
untuk mengatur warganya sendiri dengan
baik dan untuk meyakinkan orang-orang
bahwa mereka bertindak sepenuh hati atas
nama mereka. Mereka memahami bahwa
opini publik dari seluruh dunia penting bagi
kesejahteraan mereka '(dikutip dalam
Bernays, 1923, hlm. 44).
Teori Pembentukan Opini oleh
Lippman yang mengatakan bahwa
Propaganda menjadi semacam tantangan
yang keras sehingga membutuhkan
perubahan yang drastis dalam sistem
politik. Publik sangat rentan terhadap
propaganda, sehingga sejumlah mekanisme
dan lembaga perlu melindungi mereka.
(Baran, 2010: 106).
Ideologi Politik
Sekularisasi kehidupan social dan
kekuasaan politik menciptakan kondisi
bagi pemunculan dan penyebaran
‘ideologi-ideologi’. Dalam konteks ini,
‘ideologi-ideologi’ tersebut dipahami.
Dalam konteks ini, ‘ideologi-ideologi’
terseut dipahami sebagai system
kepercayaan secular yang berfungsi untuk
memobilisasi dan memberikan legitimasi.
Seiring dengan terbentuknya relasi social
yang baru ini, kekuatan politik kemudian
secara cepat terkonsentrasi pada lembaga
Negara yang tersekularkan, yaitu Negara
yang didasarkan pada adanya pemahaman
tentang kedaulatan dan peran hokum
formal dengan mengacu pada nilai, hukum,
dan hak universal daripada nila atau
kehidupankeagamaan dan mistis yang
menggantikan kekuatan politik dengan
otoritas kehendak yang suci. (Thompson,
2017: 107)
Teori-teori politik dan filsafat
melihat bahwa ideologi adalah bagian dari
kekuatan kompleks yang berusaha
mempertahankan atau menggantiikan
struktur politik. Bagi mereka, ideologi
politik adalah alat atau cara untuk
mendapatkan kekuasaan. (Firmanzah, 2008
dalam Faisal Bakti, 2016: 6). Ideologi
politik termanifestasikan dalam institusi
politik. Sehingga ideologi politik
merupakan suatu bentuk yang merupakan
gabungan atau inti aspirasi para anggota
yang menyusun institusi politik
bersangkutan.
Menurut Lane dalam Faisal Bakti
(2016: 6-7), ideologi politik cirikan empat
hal. Pertama, ideologi politik berkaitan
dengan pertanyaan siapa yang akan
memimpin? Bagaimana mereka dipilih?
Dan, dengan prinsip-prinsip apa mereka
memimpin? Kedua, ideologi mengandung
banyak sekali argumen untuk persuasi atau
juga melawan (counter) ide-ide yang
berlawanan. Ketiga, ideologi sangat
mempenagruhi banyak sekali aspek
kehidupan manusia, mulai aspek ekonomi,
pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan
sebagainya. Keempat, ideologi terkait
dengan hal-hal penting dalam kehidupan
sosial, baik mengajukan program atau
menentangnya. Kelima, ideologi mencoba
merasionalisasi kepentingan kelompok
sehingga kepentingan tersebut sangat
beralasan dan layak diperjuangkan.
Keenam, ideologi berisikan hal-hal yang
bersifat normatif, etis, dan moral.
25
Berdasarkan hal ini, dapat diamati bahwa
ideologi sebagai visualisasi kenyataan
sosial yang sekaligus membangkitkan
kesadaran sosial. (Faisal Bakti, 2016: 7)
Political Branding
Pendekatan merek parpol (political
party branding) berorientasi konsumen
atau konstituen melalui riset French dan
smith (2010) untuk memetakan kekuatan
ekuitas merek politik menemukan persepsi
atau asosiasi merek yang berbeda antara
atribut merek. Partai Koservatif yang lebih
kuat ketimbang partai buruh di Inggris.
Konsekuensi dari penelitian tersebut, partai
politik bisa memakai sejumlah atribut atau
asosiasi merek parpol yang melekat di
benak konstituen untuk menguatkan
diferensiasi merek parpol dan sebagai
bahan tema kampanye. (Dikutip dari
Alifahmi dalam Literasi Politik dan
Lembaga Pemilu. Editor: Andi Faisal
Bakti, 2016: 84).
Dalam pembahasan Merek Partai
Politik, juga membahas tentang
penyelarasan merek (brand allignment)
antara merek parpol dan merek personal
tokoh (politisi) yang bisa menghasilkan
koherensi dalam sejumlah atribut merek
(brand atribute coherency) dari keduanya.
Komunikasi politik itu sebenarnya
bukan hanya di level merek personal atau
merek parpol, melainkan mengulas
mengenai kampanye merek politik sebagai
institusi dalam konteks negara seperti
kampanye KPU di level Nasional, maupun
Kampanye Pilkada di level provinsi bahkan
di level pemerintahan kabupaten dan kota.
(Alifahmi, 2008).
New Media 2.0
Dunia media digital seperti dikenal
masyaraka luas saat ini ibarat kita sedang
mengarungi suatu lautan literasi baru, di
mana kita sekarang mugkin masih sedang
mengejanya. Dunia digital sudah mulai
terjadi sejak satu dua decade lalu, dan pada
saat yang sama ada pertumbuhn alat
penerima komunikasi yang semakin
canggih. Alat komunikasi yang kita miliki
sekarang memungkinkan kita untuk tidak
sekedar berkomunikasi lisan, tetapi juga
berkomunikasi dengan tukar menukar data,
berkirim pesan tertulis, dalam jumlah yang
sangat besar.
Melalui media internet,
pembentukan budaya siber berlangsung
secara global dan universal. Budaya siber
bisa dipandang sebagai objek sekaligus
subjek dalam kajian antropologi, sosilogi,
maupun dalam kajian media dan cultural
studies. (Nasrullah, 2016: 142).
Menurut Erving Goffman dalam
bukunya The Presentation of Self in
Everyday Life (1959) dalam Nasrullah
(2016: 142) mengatakan bahwa setiap
individu pada kenyataannya melakukan
konstruksi atas diri mereka dengan cara
menampilkan diri (self performance).
Namun penampilan diri ini pada dasarnya
dibentuk atau untuk memenuhi keinginan
audiensi atau lingkungan sosial, bukan
berasal dari diri dan bukan pula diciptakan
oleh individu itu sendiri.
Internet pada dasarnya komunikasi
dan/interaksi yang terjadi memakai
medium teks, secara langsung hal ini akan
mempengaruhi bagaimana seseorang
mengkomunikasikan identitas dirinya di
kehidupan virtual (virtual life) dan setiap
teks menjadi semacam perwakilan dari
setiap ikon diri dalam penampilan diri.
Internet of things telah menciptakan
kemampuan individu untuk
mengekspresikan diri dan berinteraksi
secara terbuka. Hal ini mendorong inovasi
baru bagi Partai untuk bisa merubah
mindset kinerja komunikasi ydalam
membangun publisitas dan publikasinya,
serta perlu merubah paradigma partai
menjadi bagian utama dalam corporate
communications pelibatan dua arah
melibatkan khalayak dan multiplatform.
Perkembangan Teknologi Digital ini
memang menjadi sutu transformasi
26
Communication Challenge, mengingat
beberapa perusahaan yang tidak siap
dengan tantangan global communication
pada akhirnya harus tergerus dan gulung
tikar. Namun apabila siap dengan tantangan
teknologi digital ini, maka perusahaan pun
siap bersaing untuk fase kedua. Menurut
David Gauntlet (2014) menyebutkan studi
media di era internet ini sebagai “Studi
Media 2.0”, sebagai lawan dari “Studi
Media 1.0” (surat kabar/radio/televisi).
Pada media 1.0, terdapat pembedaan tegas
antara media dan khalayak penerima.
Komunikasi massa ditndai oleh beberapa
penyampai pesan
(suratkabar/radio/televisi) yang
mengirimkan pesan kepada banyak orang
(khalayak). Definisi ini berubah setelah
kehadiran internet, di mana saluran pesan
saat ini sangat banyak. Lewat internet
(seperti blog dan media sosial), setiap
orang pada dasarnya bisa berfungsi sebagai
saluran pesan.
Sementara pada media 2.0 adalah
melihat khalayak sebagai aktif dan
paritfipatif. Di era internet, khalayak tidak
hanya bisa memilih tetapi juga
berpartisipasi dengan jalan mengubah,
menciptakan ulang dan menyebarkan suatu
informasi. Dari sini, titik penting media 2.0
adalah kolaborasi, sharing dan jaringan
yang dimana teknologi sangat
memungkinkan di sini.
Perkembangan Teknologi Digital ini
memang menjadi suatu transformasi
Communication Challenge, mengingat
beberapa organisasi yang tidak siap dengan
tantangan global communication pada
akhirnya harus tersaingi atau kalah
persaingan. Namun apabila siap dengan
tantangan teknologi digital ini, maka partai
pun siap bersaing untuk Pemilihan Umum.
METODELOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif karena
lebih sesuai untuk digunakan mengingat
banyak aspek dari Political Branding partai
politik dalam upaya penyelerasan merek
partai dan merek personal (personal
branding) dari Partai Poltiik di Amerika
yang perlu digali lebih mendalam dari para
informan.
Paradigma yang digunakan dalam
penelitian ini adalah paradigma
Konstruktivis.paradigma konstruktivisme
menyatakan bahwa individu melakukan
interpretasi dan bertindak menurut
berbagai macam konseptual yang ada
didalam pikirannya. realitas tidak
menunjukkan dirinya dalam bentuknya
yang kasar, tetapi harus disaring terlebih
dahulu melalui bagaimana cara seseorang
melihat sesuatu (Morissan, 2009:107)
Tipe penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif untuk menyajikan gambaran
melalui narasi, dan memaparkan profil
klasifikasi mengenai tahapan penyelarasan
merek (brand allignment) dan jenjang
ekuitas merek politik berbasis konstituen
yang dikemas dalam bentuk iklan di media
massa online digital yang terdistribusikan
melalui portal web maupun melaui media
sosial.
Pada tipe penelitian deskriptif
bertujuan untuk menyediakan gambaran
secara terinci mengenai fenomena yang
diteliti, menempatkan data baru yang
berlawanan dengan data lama, menciptakan
seperangkat kategori atau klasifikasi,
melakukan klasifikasi terhadap urutan
suatu tahapan atau jenjang, mencatat proses
mekanisme iklan partai, dan melaporkan
mengenai latar belakang atau konteks dari
sebuah situasi yang terjadi (Neuman, 2006:
34).
Unit analisis penelitian ini terbagi
level partai atau organisasi politik, yakni
merek level organisasi partai atau merek
partai politik yang melakukan publisitas di
portal web dan media sosial. Fokus analisis
27
adalah tingkat keselarasan atribut-atribut
merek dari organisasi partai.
Pengumpulan data penelitian
dilakukan melalui wawancara mendalam
kepada sejumlah informan secara snowball
sampling dan pakar politik dengan
menggunakan panduan wawancara sesuai
dengan kebutuhan dan karakteristik Parpol.
Panduan teknik klasifikasi dan kategorisasi
dalam pengumpulan dan analisis data yang
dikenal dengan pengkodean (coding).
Untuk sampel yang diteliti mencakup
publisitas Gerindra di media social dan juga
publitas di web portal, dan promosi partai
Gerindra di media online web maupun
media massa online.
Teknik analisis data yang dilakukan
adalah dengan pengkodean terbuka, aksial,
dan selektif (Neuman, 2006: 460: 464).
Tahap pengkodean terbuka (open coding)
adalah untuk memilah data, memerinci,
menguji, membandingkan, konseptualisasi
dan kategorisasi data untuk membuka
gagasan melalui penelusuran data yang
intensif dan terinci. Pengkodean aksial
(axial coding) merupakan metode analisis
integrasi melalui penghubungan kategori-
kategori, memunculkan data dalam bentuk
baru. Sementara itu tahap pengkodean
selektif (selective coding) memilih kategori
inti atau peristiwa utama dan
menghubungkan dengan kategori lain.
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Partai
Partai Gerakan Indonesia
Raya atau Partai Gerindra, adalah
sebuah partai politik di Indonesia yang
didirikan dan diketuai oleh Letnan
Jenderal TNI (Purn) H. Prabowo
Subianto. Partai Gerindra berdiri pada
tanggal 6 Februari 2008. Pengurus dan
aktivis partai ini dicirikan dengan
pakaian safari lengan pendek dan
panjang, serta kopiah hitam. Inspirasi
nama Gerindra berasal dari nama partai
lama, Perindra, yang merupakan
pemberian langsung dari Presiden
Soekarno.
Pada periode 2009-2014, Partai
Gerindra berada di luar kabinet
pemerintahan pusat bersama Partai
Demokrasi Indonesia
Perjuangan dan Partai Hanura.
Pada Pemilu 2014, partai Gerindra
mendapatkan 73 kursi di Dewan
Perwakilan RakyatRepublik Indonesia.
Partai Gerindra mengusung Prabowo
Subianto selaku Ketua Dewan Pembina
sebagai calon presiden. Pada periode
2014-2019, Partai Gerindra kembali
berada di luar kabinet pemerintahan
pusat bersama.
Bermula dari Keprihatinan,
Partai Gerindra lahir untuk mengangkat
rakyat dari jerat kemelaratan, akibat
permainan orang-orang yang tidak
peduli pada kesejahteraan. Dalam
sebuah perjalanan menuju Bandara
Soekarno-Hatta, terjadi obrolan antara
intelektual muda Fadli Zon dan
pengusaha Hashim Djojohadikusumo.
Ketika itu, November 2007, keduanya
membahas politik terkini, yang jauh
dari nilai-nilai demokrasi
sesungguhnya. Demokrasi sudah
dibajak oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab dan memiliki
kapital besar. Gagasan pendirian partai
pun kemudian diwacanakan di
lingkaran orang-orang Hashim dan
Prabowo. Rupanya, tidak semua setuju.
Ada pula yang menolak, dengan alasan
bila ingin ikut terlibat dalam proses
politik sebaiknya ikut saja pada partai
politik yang ada. Kebetulan, Prabowo
adalah anggota Dewan Penasihat Partai
Golkar, sehingga bisa mencalonkan diri
maju menjadi ketua umum.
Pembentukan Partai Gerindra
terbilang mendesak. Sebab
dideklarasikan berdekatan dengan
waktu pendaftaran dan masa kampanye
pemilihan umum, yakni pada 6 Februari
28
2008. Dalam deklarasi itu, termaktub
visi, misi dan manifesto perjuangan
partai, yakni terwujudnya tatanan
masyarakat indonesia yang merdeka,
berdaulat, bersatu, demokratis, adil dan
makmur serta beradab dan
berketuhanan yang berlandaskan
Pancasila sebagaimana termaktub
dalam pembukaan UUD NRI tahun
1945.
(http://partaigerindra.or.id/sejarah-
partai-gerindra)
Kisah Gerindra dan Kepala Garuda Memberi nama partai politik gampang-
gampang susah. Karena nama partai
berkaitan dengan persepsi yang akan
diingat oleh masyarakat selaku
konstituen. Sebelum nama Gerindra
muncul, para pendiri partai ini seperti
Prabowo Subianto, Hashim
Djojohadikusumo, Fadli Zon dan
Muchdi Pr juga harus memikirkan
nama yang tepat. Ketika itu di Bangkok,
Thailand, mereka berkumpul untuk
acara Sea Games Desember 2007, demi
mendukung tim indonesia, terutama
polo dan pencak silat yang berhasil
lolos untuk dipertandingkan di sana.
Kebetulan Prabowo adalah
ketua IPSI (Ikatan Pencak Silat Seluruh
Indonesia). Namun ajang kumpul-
kumpul tersebut kemudian
dimanfaatkan untuk membahas nama
dan lambang partai. Nama partai harus
memperlihatkan karakter dan ideologi
yang nasionalis dan kerakyatan
sebagaimana manifesto Gerindra.
Tersebut lah nama “Partai Indonesia
Raya”. Nama yang sebenarnya tepat,
namun sayang pernah digunakan di
masa lalu, yakni PIR (Partai Indonesia
Raya) dan Parindra. “Kalau begitu
pakai kata GERAKAN, jadi Gerakan
Indonesia Raya,” ucap Hashim penuh
semangat. Peserta rapat pun kemudian
menyetujuinya. Selain gampang
diucapkan, juga mudah diingat:
Gerindra, begitu bila disingkat. Nah,
setelah persoalan nama selesai, tinggal
soal lambang. Lambang apa yang layak
digunakan?
Muncul ide untuk menggunakan
burung garuda. Namun, ini lambang
yang sudah banyak digunakan partai
lain. Apalagi simbol Pancasila yang
tergantung di dada garuda, mulai dari
bintang, padi kapas, rantai, sampai
kepala banteng dan pohon beringin,
sudah digunakan oleh partai yang ada
sekarang. Untuk menemukan lambang
yang tepat, Fadli Zon mengadakan
survei kecil-kecilan.
Perpaduan antara nama dan
lambang yang tepat, sebab keduanya
menggambarkan semangat
kemandirian, keberanian dan
kemakmuran rakyat. Kepala burung
garuda yang menghadap ke kanan,
melambangkan keberanian dalam
bersikap dan bertindak. Sisik di leher
berjumlah 17, jengger dan jambul 8
buah, bulu telinga 4 buah, dan bingkai
gambar segi lima yang seluruhnya
mengandung arti hari kemerdekaan, 17-
8-1945. Dalam perjalanannya
kemudian, terbukti, Gerindra
mendapatkan tempat di hati
masyarakat, meski berusia muda.
Ketika iklan kampanye gencar
dilakukan, burung garuda dan suaranya
ikut memberi latar belakang sehingga
para penonton merasa tergugah dengan
iklan tersebut.
(http://partaigerindra.or.id/sejarah-
partai-gerindra)
Analisa Berdasarkan hasil analisis data,
dapat dilihat bahwa upaya Gerindra dalam
mempromosikan partai dengan
menggunakan media web portal online
merupakan cara baru yang juga digunakan
oleh partai-partai untuk menginformasika
keberadaan partai dan juga sebagai sarana
untuk mempromosikan partai terutama
ketika menjelang Pemilu atau persiapan
untuk pemilihan Kepala Daera
(PILKADA) maka Partai pun turut andil
29
melalui media social untuk
mempromosikan partainya dan juga untuk
mengusng kandidat-kandidat atau calon
legislatif yang maju dalam pemilihan
legislatif termasuk mengusung para calon
kepala negara dan kepala daerah.
Partai Gerakan Indonesia Raya
(Gerindra), Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) dan PDI Perjuangan diakui
sebagai partai yang rajin memanfaatkan
media sosial sebagai media untuk
propaganda ideologinya. Materi politik
yang disampaikan ketiga partai ini
paling banyak direspon masyarakat.
Survei Institute for
Transformation Studies (Intrans)
bertajuk pemantauan dan analisis
materi kampanye di media sosial akun
resmi partai politik di Indonesia,
menunjukkan akun
resmi Gerindra paling banyak direspon
netizen. Tercatat, materi dalam akun
resmi Gerindra dishare hingga 77.000
kali. Jauh lebih unggul dibandingkan
PKS yang hanya dishare 59.000
dan PDIP yang hanya dishare 37.000
kali.
Survei ini dilakukan 1
September 2015 hingga 15 Januari
2016. Direktur Intrans Andi Saiful Haq
menjelaskan, jumlah share sebagai
indikator paling terlihat jelas untuk
mengukur tingkat keterlibatan politik
masyarakat di media sosial. "Karena
tidak sekadar melihat, suka atau
menyetujui, tapi terlibat dengan
tindakan ikut menyebarkan konten-
konten kampanye partai politik yang
bersangkutan," ujar Andi di
Cikini, Jakarta, Jumat (29/1) .
Andi mengakui kuatnya tim
kampanye Gerindra di jejaring dan
media sosial. Tim media sosial partai
besutan Prabowo ini terbukti punya
kemampuan besar menggaet pengguna
sosial media. Indikatornya terlihat dari
jumlah akun audiens Gerindra yang
mencapai 3,8 juta. Jumlahnya jauh di
atas PDIP yang hanya 1,6 juta.
Sementara PKS hanya 250.000 audiens.
"Hal ini terbaca dari urutan yang
hampir menyamai urutan jumlah
audiens," tambah Andi.
Konten media sosial yang
dirancang secara terstruktur dan
sistematis. Jauh berbeda jika
dibandingkan dari partai-partai lain,
khususnya partai pendukung
pemerintah.
Sejak pemilihan umum 2014, akun
media sosial Gerindra memang jauh
lebih rapi dengan pesan kampanye dan
sistem komunikasi yang memusat dari
atas ke bawah. Materi-materi kampanye
bertumpu pada akun-akun resmi partai.
Sejauh yang bisa diamati, apa yang
dilakukan Gerindra ini setidaknya
memiliki dua efek penting.
Pertama, media sosial memungkinkan
partai berkomunikasi secara langsung
dengan pemilih dan calon pemilih.
Setidaknya ia menjadi ruang untuk
merawat isu yang selama ini menjadi
garis pembeda bagi posisi kelompok
oposisi dan pemerintah.
Dengan karakter media sosial
yang membuat orang mudah lupa,
merawat isu dengan konsisten adalah
cara untuk tetap diingat publik. Jejak
digital akan diingat atau diungkit publik
dan bisa digunakan sebagai senjata di
masa pemilihan umum. Melihat fakta
bahwa partai politik di Indonesia kerap
hanya dirasakan kehadirannya ketika
musim pemilu, “kehadiran” di media
sosial setidaknya menjaga agar isu yang
dibawa terus itu dekat dengan publik.
Algoritma media sosial, yang
membentuk gelembung filter,
sebenarnya akan menguntungkan partai
yang bisa terus merawat isu-isu yang
coba diusung. Lepas dari pelbagai sisi
negatifnya, kecenderungan pengguna
media sosial untuk mencari ide-ide
yang sesuai pemikirannya, jika dirawat
oleh partai, akan “mengeraskan”
dukungan terhadap partai.
30
Kedua, media sosial adalah platform
dengan kapasitas yang mampu
melampaui peran media arus utama.
Ketika kampanye politik mulai
diizinkan di televisi oleh pemerintah
Orde Baru pada dekade 1990-an,
masing-masing partai hanya
mendapatkan jatah terbatas. Artinya,
semakin sedikit waktu yang bisa
mereka gunakan untuk menjangkau
publik melalui media. Bahkan di era
pasca reformasi, akses terhadap media
akan ditentukan oleh sumber daya milik
partai.
Sikap Gerindra yang aktif dan
agresif di media sosial bisa dipahami.
Ini langkah yang sangat strategis,
khususnya jika yang disasar adalah
generasi pemilih Milenial dalam pemilu
2019. Sebuah lumbung suara yang
strategis, mengingat 34,4 persen
penduduk Indonesia adalah generasi
Milenial (kelompok usia 17-34 tahun,
menurut data Saiful Mujani Research &
Consulting). Artinya, gabungan antara
kampanye media sosial dan mesin
partai yang sedang punya moral tinggi
pasca menang di Pilkada Jakarta bisa
membawa kejutan pada Pemilu 2019.
Pasangan Prabowo – Sandiaga
lebih eksis di kalangan pengguna tiga
platform media sosial besar, seperti
Facebook, Twitter, dan Instagram.
Sejumlah anggota tim Badan
Pemenangan Nasional Prabowo –
Sandiaga mengatakan ini adalah
kesuksesan yang tidak terduga. “Kami
kaget juga tahu berita ini,” kata juru
bicara BPN, Faldo Maldini kepada
Tempo pada Rabu, 28 November 2018. Terdapat 3 strategi Political Branding:
1. Menggiatkan influencer relawan
Prabowo – Sandiaga
Juru bicara BPN sekaligus politikus Partai
Gerindra, Andre Rosiade, mengatakan
timnya menggandeng sejumlah influencer
relawan Prabowo – Sandiaga untuk
mengunggah konten-konten kampanye di
media sosial. “Jumlah influencer itu
ratusan,” kata Andre kepada Tempo pada
Rabu pagi, 28 November 2018.
Influencer itu terdiri atas selebgram,
selebtwit, hingga YouTuber. influencer
menarasikan kampanye capres dan
cawapres yang dibelanya dengan konten-
konten program yang diklaim positif.
Misalnya melalui infografis program
pengembangan ekonomi.
Pada 30 Oktober lalu influencer bertemu
dengan Prabowo di kediamannya, Jalan
Kertanegara 4, Jakarta Selatan. Sandiaga
mengkonfirmasi, para influencer
dipersilakan mengutip atau menyadur
platform visi misi dan pernyataan-
pernyataan capres serta cawapres.
2. Melabeli Sandiaga sebagai
tokoh sentral di medsos
Tim media sosial Sandiaga Uno, Raditya,
mengatakan cawapres yang dibelanya
merupakan tokoh yang berperan penting
untuk mendongkrak elektabilitas Prabowo
di media sosial. unggahan-unggahan tim
media sosial di akun-akun personal
Sandiaga cukup dekat dengan keseharian
milenial.
3. Konten dan target yang terukur
Partai Gerindra memiliki konten-konten
yang substantif dengan sasaran yang
terukur. Tim Gerindra memakai media
sosial sebagai medium untuk mendengar.
Adapun gagasan yang ditawarkan untuk
kampanye kubu Prabowo di beberapa
jenis media sosial, Tim media sosial
Prabowo dan Sandi selalu menghindari
perang-perang di dunia maya, seperti di
Twitter.
Pada konten yang dibangun oleh
Partai Gerindra terlihat bahwa pada
Partai Gerindra, strategi branding
politics yang dibangun lebih
mengedepankan konten-konten tertulis
namun lebih banyak bermuatan konten-
konten yang bersifat kritik dan
31
propaganda. Tak sedikit konten-konten
yang juga bermuatan berita-berita yang
disinyalir hoax seperti beberapa
pernyataan Prabowo dan juga
pernyataan Sandiaga Uni. mengenai
Hal ini tentunya menjadi hal yang
kontroversial dan dapat mengurangi
simpatik public. Adapun di dalam
muatan konten media sosial terdapat
iklan partai Gerindra tentang
menyelesaikan permasalahan
pengangguran di Indonesia. Hal ini pun
juga dinilai terlalu ambigu untuk diulas
karena berupaya untuk mengkritik
keberadaan Pemerintahan menurutnya
saat ini tidak dapat mengatasi masalah
pengangguran di Indonesia, namun
iklan ini justru sebagai sesuatu yang
membingungkan karena banyak yang
menganggap iklan ini justru terlihat
mengambang dan tidak jelas. Adapun konten-konten yang
termuat dalam artikel tulisan di web resmi
Partai Gerindra lebih banyak mengkritik
pemerintahan saat ini yang berada dibawah
rezim Presiden Joko Widodo yang menurut
Partai Gerindra, pemerintahan Jokowi
dianggap gagal dalam memajukan
pembangunan di Indonesia dan
meningkatkan perekonomian Indonesia.
Seperti judul artikel di dalam pemuatan
kutipan dari Fadli Zon “Pembangunan
Infrastruktur Hanya Etalase Politik
atau Pencitraan Semu”. Selain itu juga
pada judul “Gerindra Tahu Cara PDIP
Dominasi Kekuasaan di Jateng, Tapi
Rakyat Tetap Miskin”. Hal ini terlihat
bahwa upaya membangun konten-konten
pada web resmi Gerindra lebih banyak
mendominasi pada upaya-upaya provokatif
dan ingin menunjukkan bahwa
pemerintahan saat ini dinilai gagal dalam
upaya mensejahterakan rakyat Indonesia.
Adapun Gerindra sendiri lebih
banyak menggunakan strategi propaganda
dalam mengkampanyekan partainya dan
juga mengkampanyekan kandidat Presiden
yang dimajukannya. Hal ini juga terlihat
dalam konten-konten yang dibangun oleh
Partai Gerindra yang mengedepankan
persaingan dengan partai lain seperti partai
PDI P, dan menjadikan PDI P sebagai
pesaing partai yang berat, di satu sisi PDI P
juga menjadi Partai utama yang mengusung
Presiden Joko Widodo untuk maju sebagai
Pilpres di periode kedua. Sehingga hal ini
terlihat bahwa Partai Gerindra
mengupayakan untuk mengedepankan
pernyataan-pernyataan dari anggota partai
dengan memuat kutipan-kutipan dari para
tokoh Gerindra dan kader-kadernya.
Partai Gerindra terlihat bahwa pada
partai Gerindra tidak seperti awal-awal
Patai ini didirikan dan partai ini maju
sebagai kandidar partai dalam setiap
Pemilihan Umum. Awalnya Partai
Gerindra lebih mempersuasikan
masyarakat gerakan-gerakan revolusi
untuk membenahi Indonesa dibawah
keterpurukan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dan juga dibawah bayang-
bayang Partai Demokrat. Gerindra pun
ketika awal berdiri dan turut berkoalisi
dengan partai PDI P lebih banyak
mengusung tentang gerakan perubahan
Indonesia dan juga gerakan untuk kembali
pada nasionalisme bangsa dengan
memandang Indonesia yang plural dan
berjiwa Pancasila. Sehingga parta Gerindra
pun mampu meraih suara rakyat dengan
meyakinkan kepada masyarakat.
Keberadaan Gerindra ini kemudian
dirasa berbeda oleh banyak kalangan
terutama para kaum elit politik dan juga di
mata marakat itu sendiri, ketika Jokowi
Widodo atau yag akrab disapa Jokowi ini
maju dalam Pilpres 2014 sementara
sebelumnya Jokowi masih menjabat
sebagai Gubernur DKI Jakarta periode
2014 – 2019. Suhu politik pun makin
memanas ketika Prabowo merasa
dikhianati oleh Megawati Soekarno Putri
dan Megawati dianggap melanggar
32
perjanjian Batu Tulis terkait perjanjian dari
PDI P untuk mendukung Prabowo dalam
maju Pilpre tahun 2014. Sehingga dengan
hal ini, kondisi politik makin memanas,
sementara Prabowo sendiri melihat bahwa
Jokowi merupakan kandidat pesaing yang
kuat hingga pada pemilihan Capres
Cawapres tahun 2019 ini, Jokowi dan
Prabowo bersaing kembali dalam
perebutan kursi Capres.
Jokowi dianggap sebagai kandidat
yang cukup kuat dan memiliki peranan
besar dalam meraih suara rakyat dan suara
terbanyak, sehingga dala hal ini Gerindra
pun sekuat tenaga untuk melakukan
kampany emeraih suara para kaum milenial
dengan memanfaatkan media sosial.
Adapun dalam media sosial ini pun juga
kerap menuliska beragam tawaran dalam
bentuk visi, misi dan janji-janji. Dalam
prinsip teori pertukaran sosial dalam
kehidupan politik pemerintahan dijelaskan
oleh Siney R. Waidman (1972).
Menurutnya, prinsi pertukaran sosial
berlaku di semua tingkat dan ranah politik.
LEgitimasi kekuasaan suatu rezim
pemerintah bisa diperleh karena ia mampu
menawarkan sesuatu yang bernilai (barang,
jasa, kebijakan) bagi rakyat. (Herdiansah,
2015: 14)
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa strategi
yang digunakan Partai Gerindra dengan
menggunakan media sosial seperti
Facebook, Twitter, Instagram danjuga
Youtube untuk memuat konten-konten
yang bersifat provokatif terkait dengan
program pemerintah saat ini dengan
menekankan program rezim pemerintahan
Jokowi yang dinilai Gagal, dan Gerindra
dianggap sebagai partai yang mampu
memberikan tawaran serta janji-janji
dengan peranan untuk membuat Indonesia
mengalami perubahan yang lebih baik.
Selain itu juga ada bersifat propaganda
yang dilakuka oleh Gerindra, yang dimana
konten yang dibangun bukan didasarkan
atas upaya mengkampanyekan visi dan
misi parta atau menunjukkan upaya yang
dilakukan gerindra untuk rencana jangka
panjang dan rencana kedepan partai apabila
menang dalam Pemilu 2019. Sehingga
terihat bahwa Partai Gerindra seperti ada
rasa was was atau takut dengan keberadaan
Capres pesaingnya.
Berkaitan dengan memandang
Capres Jokowi sebagai pesaing berat
dalam Pemilu 2019, partai Gerindra pun
lebih agresif dalam memanfaatkan
media sosial sebagai alat atau media
kampanye dan juga lebih aktif dalam
memuat konten-konten yang
menunjukkan aktivitas atau kegiatan
Gerindra dan juga konten-konten yang
dibangun juga bermuatan sindiri dan
kritik terhadap rezim pemerintahan saat
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Althusser, Louis. 2010. Tentang
Ideologi:Marxisme Strukturalis,
Psikoanalisis, Cultural Studies.
Agger, Ben. 2003.Teori Sosial Kritis:
Kritik, Penerapan, dan
Implikasinya. Yogyakarta: Kreasi
Wacana.
Camus, Albert. 2017. Seni, Politik dan
Pemberontak. Jakarta: Buku Obor.
Camus, Albert. 2017. Krisis Kebebasan.
Jakarta: Buku Obor..
Faisal Bakti, Andi. 2016. Literasi Politik
dan Pelembagaan Pemilu. Jakarta:
FIKOM UP Press bekerja sama
denganThe Policy Institute dan
Churia.
Faisal Bakti, Andi. 2017. Literasi Politik
dan Kampanye Pemilu. Jakarta:
33
FIKOM UP Press bekerja sama
denganThe Policy Institute dan
Churia.
Herdiansyah, 2015. Paradoks Koalisi
Tanpa Syarat (Suatu Tinjauan dari
Perspektif Sosiologi Politik).
Jakarta: Rajawali Pers.
Nasrullah, Rulli. 2016. Teori dan RIset
Media Siber (Cybermedia).
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Neuman, W. Lawrence. 2013. Metodologi
Penelitian Sosial:
Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Jakarta: Penerbit
Indeks.
Nova, Firsan. 2014. PR War (Pertarunga
mengalahkan Krisis, Menaklukan
media, dan Memenangkan Simpati
Publik. Jakarta: Grasindo.
Rokhman, Fathur & Surahmat. 2016.
Politik Bahasa Penguasa. Jakarta:
Kompas Gramedia.
Creswell, John.W., 2015. Riset Desain
Kualitatif: Memilih Diantara Lima
Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
34
EFEKTIFITAS KAMPANYE HUMAS KEMENTERIAN
PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA MELALUI
“WONDERFUL INDONESIA” TERHADAP PENINGKATAN
KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA
Devy Putri Kussanti1,
Susilowati2
Universitas Bina Sarana Informatika
Jl. Kayu Jati 5, No 2, Pemuda Rawamangun, Jakarta Timur
Fakultas Komunikasi dan Bahasa
ABSTRAK
Sebagai Humas pemerintah dalam bidang pariwisata yang notabenenya juga sebagai penggerak
dari roda peningkatan devisa Negara, Kementerian Pariwisata Republik Indonesia telah
menjalankan tugas dan fungsinya dengan mencanangkan kampanye wisata ke Indonesia
melalui promosi “Wonderful Indonesia”. Tindakan promosi yang dilakukan oleh Kemenpar RI
mayoritas di dominasi dengan menggunakan media publikasi internasional dengan
menggandeng media asing serta maskapai penerbangan asing. Hal ini diharapkan dapat
memenuhi target yang telah ditetapkan yakni meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan
mancanegara hingga 17 juta pengunjung pada tahun 2018. Hal yang telah dilakukan Kemenpar
RI mendapatkan beberapa rintangan diantaranya kejadian bencana alam dan kecelakaan
pesawat yang terjadi di tahun 2018. Dengan kejadian tersebut membuat pihak Kemenpar
beserta pelaku wisata lainnya lebih bekerja keras memaksimalkan tujuan utama mereka yakni
mencapai kenaikan devisa di bidang pariwisata dan peningkatan kunjungan wisatawan
mancanegara. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan informasi bahwa
pemerintah telah menangani kejadian tersebut dan tetap menjalankan kampanye wisata ke
Indonesia melalui media publikasi internasional, pembuatan stand atau booth dalam festival
internasional dan lain sebagainya. Media publikasi internasional yang digunakan merupakan
media ruang terbuka dan bersifat dinamis sehingga masyarakat internasional dapat dengan
mudah melihat, membaca dan mencari tahu mengenai “Wonderful Indonesia”. Kemenpar RI
pada akhirnya memang tidak mencapai target 17 juta pengunjung wisatawan mancanegara pada
tahun 2018, hanya saja telah meningkatkan pemasukan devisa Negara dengan kedatangan para
wisatawan mancanegara baik dengan maksud melakukan kegiatan berwisata maupun
melakukan bisnis
Kata Kunci: Kampanye Humas, Humas Pemerintah, Promosi, Pariwisata dan Citra
ABSTRACT
As a government public relations officer in the tourism sector who also serves as a driver of
increasing the country's foreign exchange, the Ministry of Tourism of the Republic of Indonesia
has carried out its duties and functions by launching a tourism campaign to Indonesia through
the promotion of "Wonderful Indonesia". The promotion actions carried out by the Indonesian
Ministry of Ministry of Religion were predominantly dominated by using international
publication media by cooperating with foreign media and foreign airlines. This is expected to
meet the predetermined target of increasing the number of foreign tourist arrivals to 17 million
35
visitors in 2018. Things that have been done by the Indonesian Ministry of Religion get a
number of obstacles including natural disasters and aircraft accidents that occur in 2018. With
these events make parties Ministry of Tourism and other tourism actors work harder to
maximize their main goals, namely to achieve foreign exchange increase in tourism and
increase foreign tourist arrivals. One effort is to provide information that the government has
handled the incident and continue to run tourism campaigns in Indonesia through international
publications, making booths or booths at international festivals and so on. The international
media publications used are open space and dynamic media so that the international
community can easily see, read and find out about "Wonderful Indonesia". The Indonesian
Ministry of Religion in the end did not reach the target of 17 million visitors of foreign tourists
in 2018, only it has increased the country's foreign exchange earnings with the arrival of
foreign tourists both with the intention of carrying out tourism and business activities.
Keywords: Public Relations Campaign, Government Public Relations, Promotion, Tourism
and Image
PENDAHULUAN
Sebagai salah satu Negara
kepulauan terbesar di dunia, Indonesia
dapat dikatakan sebagai Negara yang
istimewa dan menakjubkan. Hal ini
tidak hanya karena banyaknya pulau
dengan penghuninya yang terdiri dari
beragam suku bangsa, tetapi juga
keindahan alam baik flora dan fauna
serta peninggalan sejarahnya yang
menjadikan Indonesia sebagai “magnet
budaya” di mata internasional.
Dengan keistimewaan dan daya
tarik tersebutlah Indonesia melalui
pariwisatanya mencoba untuk
bermanuver di kancah internasional.
Sehingga bidang pariwisata
kedepannya akan menjadi salah satu
bidang yang akan memberikan
kontribusi tinggi terhadap peningkatan
devisa Negara. Perkembangan
pariwisata di Indonesia semakin hari
memberikan manfaat yang sangat besar
baik bagi pemerintah, pengelola
kawasan wisata dan masyarakat
Indonesia itu sendiri. Hal ini
dikarenakan strategi yang digunakan
dalam dunia pariwisata kini tidak hanya
menjual tiket wisata wahana layaknya
wisata jaman dahulu. Saat ini telah
marak wisata alam, wisata eco dan
wisata lainnya yang mengunggulkan
alam sebagai daya tarik bagi wisatawan
baik dari dalam maupun luar negeri.
Beberapa lokasi wisata
bernuansa alam yang telah terlebih
dahulu terkenal adalah Bali, Lombok,
Bunaken, Raja Ampat dan masih
banyak lagi lainnya. Dengan adanya
keindahan alam dan keramahan
masyarakatnya maka tidak dapat
dipungkiri bahwa Indonesia memiliki
potensi yang lebih unggul sebagai salah
satu destinasi wisata yang wajib
dikunjungi.
Terlepas dari hal diatas, terdapat
beberapa permasalahan yang dihadapi
oleh Pemerintah Indonesia khususnya
Kementerian Pariwisata (Kemenpar RI)
dalam menanggulangi penurunan minat
wisatawan mancanegara untuk
berkunjung ke Indonesia, yang
disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya bencana alam yang
mengguncang beberapa wilayah di
Indonesia dan kecelakaan pesawat
terbang.
Oleh karena itu Kemenpar RI
mencanangkan kampanye Program
Wonderful Indonesia sebagai salah satu
tindakan promosi bagi para calon
wisatawan mancanegara dan
masyarakat internasional lainnya. Hal
ini diupayakan agar jumlah kedatangan
wisatawan mancanegara semakin
meningkat sesuai dengan target yang
telah ditetapkan, yakni 17 juta
36
wisatawan mancanegara pada tahun
2018.
Salah satu upaya yang telah
dilakukan oleh Kemenpar RI dan
hingga saat ini masih berjalan ialah
pelaksanaan program Wonderful
Indonesia melalui 4 Core Marketing
Activities dan Kerja Sama Terpadu
dengan 16 Airlines Asing & Cash
Insentif. Kegiatan tersebut telah
dijalankan sejak Januari 2019 dan
hingga saat ini.
Sedangkan Kerja Sama Terpadu
dan Cash Insentif telah dicanangkan
pada Agustus 2018. Cash Insentif
adalah pemberian cash kepada airlines
yang membawa wisatawan ke
Indonesia. Cash insentif mempunyai 3
skema yaitu JP (Join promotion)
existing rutes, JP (Join Promotion) new
rutes, dan insentif cash, pemberian uang
cash ke airlines dengan membawa
wisatawan ke Indonesia dengan syarat
bahwa wisatawan harus berada di
Indonesia selama 3-5 malam.
Kemenpar memberikan Cash insentif
ke airlines sebesar 10-25 USD.
Berdasarkan hal tersebut diatas,
maka dapat dikatakan bahwa Kemenpar
RI melalui kampanye “Wonderful
Indonesia” menginginkan secara
maksimal peningkatan jumlah
kedatangan wisatawan mancanegara
pasca kejadian bencana alam dan
pemberitaan kecelakaan pesawat
terbang. Hal ini terlihat dari berbagai
upaya yang dilakukan Kemenpar
melalui kegiatan promosi mereka pada
sejumlah media publikasi internasional.
Dengan adanya media publikasi
internasional yang digunakan,
Kemenpar RI berharap masyarakat
internasional memiliki pandangan
positif terhadap destinasi wisata alam
Indonesia pasca bencana alam dan
kecelakaan transportasi pertengahan
2018 silam.
TINJAUAN PUSTAKA
Kampanye Humas
Johnson-Cartee and Copeland
(1997:21) menyebut kampanye sebagai
an organized behavior, harus
direncanakan dan diterapkan secara
sistematis dan berhati-hati. Hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan
kampanye membutuhkan sentuhan
manajemen yakni merancang,
melaksanakan, mengendalikan, dan
mengevaluasi suatu program kegiatan
secararasional, realistis, efisien, dan
efektif Sejak awal, kegiatan kampanye
selalu meliputi tahapan perencanaan,
pelaksanaan hingga evaluasi.
Perbedaannya adalah pada masa kini
berbagai tahapan tersebut dibakukan
dan diformalkan dengan istilah
manajemen kampanye secara efektif
dan efisien dengan memanfaatkan
seluruh sumber daya yang ada guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dimasukannya unsur manajerial dalam
pengelolaan kampanye diharapkan
peluang keberhasilan pencapaian tujuan
kampanye menjadi lebih terbuka dan
lebih besar. (Tyas, Hafiar, & Sani,
2018)
Tujuan dari kampanye sangat
beragam dan berbeda antara satu
organisasi dengan organisasi yang
lainnya. Ostergaard (2002) dalam
Venus mengatakan ketiga aspek
tersebut dengan sebutan “3A” yaitu,
awareness, attitude, dan actions. Ketiga
aspek ini bersifat saling berkaitan dan
merupakan sasaran pengaruh (target of
influences) yang harus dicapai secara
bertahap agar satu kondisi perubahan
dapat tercipta. (Tyas et al., 2018)
Perencanaan kampanye
merupakan tahap yang harus dilakukan
agar kampanye dapat mencapai tujuan
yang diinginkan. Fungsi utama sebuah
perencanaan dalam kampanye adalah
menciptakan keteraturan dan kejelasan
arah tindakan. Menurut Gregory 2000;
Simmons, 1990, dalam Venus 2004
terdapat beberapa alasan mengapa
37
sebuah perencanaan harus dilakukan
dalam kampanye yaitu:
a. Memfokuskan usaha. Perencanaan
membuat tim kampanye dapat
mengidentifikasi dan menyusun tujuan
yang akan dicapai dengan benar hingga
akhirnya pekerjaan dapat dilakukan
secara efektif dan efisien, karena
berkosentrasi pada prioritas dan alur
kerja yang jelas.
b. Mengembangkan sudut pandang
berjangka waktu panjang. Perencanaan
membuat tim kampanye melihat semua
komponen secara menyeluruh. Ini akan
membuat tim kampanye tidak berpikir
mengenai efek kampanye dalam jangka
waktu yang pendek tapi juga ke masa
depan, hingga mendorong
dihasilkannya program yang terstruktur
dalam menghadapi kebutuhan masa
depan.
c. Meminimalisasi kegagalan.
Perencanaan yang cermat dan teliti
akan menghasilkan alur serta tahapan
kerja yang jelas, terukur danspesifik
serta lengkap dengan langkah-langkah
alternatif, sehingga bila ada kegagalan
bisa langsung diambil alternatif
penyelesaiannya.
d. Mengurangi konflik. Konflik
kepentingan dan prioritas merupakan
hal yang sering terjadi dalam sebuah
kerja tim. Perencanaan yang matang
akan mengurangi potensi munculnya
konflik, karena sudah ada bentuk
tertulis mengenai alur serta prioritas
pekerjaan untuk tiaptiap anggota tim.
e. Memperlancar kerja sama dengan
pihak lain. Semua rencana yang matang
akan memunculkan rasa percaya para
pendukung potensial serta media yang
akan digunakan sebagai saluran
kampanye, hingga akhirnya akan
terjalin kerja sama yang baik dan
lancar. (“MENGENAL KAMPANYE
KOMUNIKASI,” 2015)
Humas Pemerintah
Dalam melaksanakan perannya,
menurut Lattimore (2010) ada empat
model humas yang selalu diterapkan.
Pertama, model press agentry (agen
pemberitaan); yaitu menggambarkan
bagaimana informasi bergerak satu arah
dari organisasi menuju publik. Kedua,
model informasi publik; yaitu model
yang menggambarkan bagaimana
humas bertugas memberitahu publik.
Model ini selalu dipraktikkan oleh
humas pemerintah, lembaga
pendidikan, dan organisasi nirlaba.
Ketiga, model asimetris dua arah; yaitu
memandang humas sebagai kerja
persuasi ilmiah yang menggunakan
hasil riset untuk mengukur dan menilai
publik. Keempat, model simetris dua
arah; yaitu sebuah model yang
menggambarkan sebuah orientasi
humas dimana organisasi dan publik
saling menyesuaikan diri. Model ini
berfokus pada penggunaan metode riset
ilmu sosial untuk memperoleh rasa
saling pengertian serta komunikasi dua
arah antara publik dan organisasi. Dari
keempat model tersebut, tiga model
pertama merefleksikan sebuah praktik
humas yang berusaha mencapai tujuan
organisasi melalui persuasi. Model
keempat berfokus pada usaha
menyeimbangkan kepentingan pribadi
dengan kepentingan publik atau
kelompok lainnya. Dalam sebuah
organisasi, khususnya di lingkup
pemerintahan, humas memegang
peranan yang sangat penting dan
strategis.(Lubis, 2012)
Menurut Harlow dalam
Andipate (2015:28) terdapat tugas
Humas yaitu:
1. Membantu membentuk dan
pemelihara garis komunikasi dua-arah,
saling pengertian, penerimaan, dan
kerjasama antara organisasi dengan
masyarakatnya yang melibatkan
manajemen problem atau masalah
untuk selalu mendapatkan informasi.
2. Merespon pendapat umum
mendefinisikan dan menekankan
tanggungjawab manajemen dalam
menjalani kepentingan masyarakat.
38
3. Membantu manajemen mengikuti
dan memanfaatkan perubahan dengan
mengantisipasi kecenderungan riset
serta komunikasi yang masuk akal dan
etis sebagai sarana utamanya.
Fungsi paling dasar humas
dalam pemerintahan adalah membantu
menjabarkan dan mencapai tujuan
program pemerintahan, meningkatkan
sikap responsif pemerintah, serta
memberi publik informasi yang cukup
untuk dapat melakukan pengaturan diri
sendiri (Lattimore, 2010). Berarti
humas pemerintahan bertugas
menjalankan kegiatan kebijakan dan
pelayanan publik dengan memberikan
berbagai informasi tentang kebijakan
pemerintahan yang mengikat rakyat
atau masyarakat. Selanjutnya
memberikan pelayanan publik yang
terbaik, dengan birokrasi yang tidak
berbelit-belit untuk memberikan
kepuasan kepada rakyat atau
masyarakat sehingga dunia
pemerintahan memperoleh citra positif
dari rakyat atau publik.(Lubis, 2012)
Pariwisata
Kata pariwisata menunjukkan suatu
kegiatan berpergian, yaitu merupakan
keseluruhan rangkaian kegiatan yang
berhubungan dengan gerakan manusia
yang melakukan perjalanan atau
persinggahan sementara dari tempat
tinggalnya ke suatu atau beberapa
tempat tujuan diluar lingkungan tempat
tinggalnya yang didorong oleh
beberapa keperluan atau motif tanpa
bermaksud mencari nafkah tetap.
Dalam kamus Indonesia online
dijelaskan bahwa pariwisata dengan
ejaan pa-ri-wi-sa-ta yang berhubungan
dengan perjalanan untuk rekreasi,
pelancongan, tourism.(War, 2019)
Menurut International Union
of official Travel Organization
(IUOTO) pengunjung adalah orang
atau sekelompok orang yang
mendatangi suatu kawasan wisata
dengan maksud berwisata dan tidak
menerima upah atau melakukan
pekerjaan. Pengunjung digolongkan
dalam dua kategori, yaitu:
1. Wisatawan (tourist)
Pengunjung yang berkunjung
dengan kurun waktu paling sedikit
24 jam di tempat yang
dikunjunginya dan tujuannya dapat
digolongkan ke dalam klasifikasi
sebagai berikut:
a. Pesiar (leisure), dengan tujuan
relaksasi, liburan, kesehatan,
studi, keagamaan dan olahraga.
b. Hubungan dagang (business),
keluarga, pertemuan, misi dan
lain sebagainya.
2. Pelancong (excursionist)
Pengunjung sementara yang datang
ke suatu tempatwisata dengan kurun
waktu tidak lebih dari 24
jam.(Widyarini & Sunarta, 2019)
Promosi
Peran Promosi adalah (1) Sebagai alat
penyebaran informasi tentang suatu
produk dari perusahaan ke masyarakat,
(2) Promosi memiliki kemampuan
untuk menggugah minat semua orang
yang menjadi target sasaran tergerak
untuk melakukan pembelian, (3)
Tercapainya Informasi dan pengaruh
yang diinginkan dari pelaksanaan
strategi promosi yang dilakukan oleh
suatu perusahaan. (M.A, 2015)
Promotional mix merupakan
gabungan dari berbagai jenis alat
promosi yang ada untuk suatu produk
yang sama agar hasil dari kegiatan
promosi yang dilakukan dapat
memberikan hasil yang maksimal.
Promotional mix meliputi:
1.Advertising, 2.Direct Marketing,
3.Interactive/ internet marketing,
4.Sales promotion, 5.Publicity/ Public
Relations
6.Personal selling. (M.A, 2015)
Proses perencanaan promosi
meliputi 7 tahap, yaitu:
39
1. Review of the Marketing Plan
Pada tahap ini yang perlu dilakukan
adalah me-review perencanaan
marketing dan sasaran marketnya. Isi
dari dari perencanan marketing yaitu:
a. Analisis detail, mengenai situasi
internal dan eksternal dari
persaingan pasar dan factor-faktor
dari lingkungan
b. Sasaran spesifik marketing, untuk
menentukan tujuan pemasaran,
waktu untuk pemasaran, dan
mekanisme untuk mengukur daya
guna
c. Strategi pemasaran dan progam,
meliputi proses seleksi target pasar
dan keputusan serta rencana untuk 4
element dari marketing mix.
d. Program untuk
mengimplementasikan strategi
pemasaran, meliputi penentuan
hasil yang berguna dan dapat
dipertanggungjawabkan.
e. Proses pengawasan dan evaluasi
produk serta adanya feedback yang
dapat dipertahankan dan perubahan
penting yang dapat digunakan pada
keseluruhan strategi pemasaran.
2. Promotional Program Situation
Analysis
Setelah semua perencanaan pemasaran
di-review, tahap selanjutnya adalah
mengarahkan analisis situasi. Fokus
dari tahap ini ada pada factor yang
mempengaruhi atau relevan dengan
pengembangan strategi promosi yang
meliputi analisis kondisi internal dan
eksternal.
3. Analysis of Communication Process
Fokus pada tahap ini adalah bagaimana
sebuah perusahaan dapat secara efektif
berkomunikasi dengan konsumen
sebagai target marketnya.
4. Budget Determination
Pada tahap ini, perusahaan perlu
menentukan budget untuk melakukan
kegiatan promosi. Yang perlu
diperhatikan adalah berapa besar biaya
yang akan dihabiskan untuk promosi
dan bagaimana budget itu dialokasikan.
5. Developing the Integrated Marketing
Communication
Di tahap ini, keputusan harus dibuat
berdasarkan peran dan kepentingan dari
setiap elemen komunikasi dan
koordinasi antar elemen tersebut
dengan elemen lainnya.
6. Monitor, Evaluate, and Control
Tahap ini merupakan tahap yang
penting untuk menentukan seberapa
bagus program promosi dapat
menentukan sasaran komunikasi dan
membantu perusahaan dalam mencapai
keseluruhan tujuan marketing dan
sasarannya. (M.A, 2015)
Media Publikasi
Organisasi, baik itu kecil,
sedang, atau besar pada dasarnya akan
selalu membutuhkan sentuhan
komunikasi aktif guna menumbuhkan
partisipasi publik dalam pengembangan
operasional perusahaan.(Ishak, 2012)
Dan publikasi merupakan cara yang
sering digunakan oleh humas untuk
mempromosikan lembaganya.
Biasanya dilakukan dengan dua cara,
yaitu: 1. Publikasi lembaga dengan cara
kegiatan tidak langsung Kegiatan tidak
langsung merupakan kegiatan yang
berkomunikasi dengan masyarakat
melalui media perantara tertentu,
misalnya dengan melalui radio, media
cetak, televisi, pameran dan internet. 2.
Publikasi lembaga dengan cara kegiatan
langsung Kegiatan langsung adalah
40
kegiatan yang dilaksanakan secara
langsung tanpa perantara media dan
dilakukan dengan cara tatap muka,
seperti rapat bersama, konsultasi
dengan tokoh masyarakat, bazar
sekolah dan ceramah. (Indrioko, 2015).
(Mahfuzhah & Anshari, 2018)
Berikut macam – macam media
publikasi yang dapat digunakan:
1. Media Cetak Media cetak
merupakan sebuah media yang
mempunyai fungsi sebagai media
penyapaian informasi. Media cetak
merupakan media informasi yang
terdiri dari lembaran dengan sejumlah
kata, foto, maupun gambar dengan
berbagai macam warna, yang memiliki
fungsi pokok untuk menyampaikan
informasi atau menghibur. Media cetak
dapat dikatakan pula sebagai suatu
dokumen yang mempublikasikan apa
yang dikatakan oleh orang lain baik
berupa kata – kata ataupun rekaman
peristiwa dan foto yang ditangkap oleh
jurnalis dan dan kemudian diedit
sehingga layak untuk disampaikan
kepada masyarakat. (Abbas & Pasallo,
2013) Kelebihan media ini adalah dapat
menjangkau semua lapisan masyarakat,
dan tergolong murah. Namun, media ini
hanya terjadi komunikasi satu arah
sehingga penyampaian berita sangat
tergantung pada konsep penulis.
2. Media Eletronik Media
eletronik terdiri dari televisi dan radio.
Kelebihan kedua media ini adalah dapat
menjangkau masyarakat yang lebih luas
dari pada media cetak. Berhasil
tidaknya penyebaran infornasi melalui
televisi sebagai media publisitas
madrasah tergantung pada program
yang disiapkan, dalam program tersebut
telah disusun pokok – pokok
permasalahan yang akan disajikan
kepada penonton/pemirsa.
Penyampaian informasi melalui media
telivisi sangat efektif dan mampu
menjangkau daerah pelosok, pedesaan
maupun pegunungan, penggunaan
dengan media telivisi ini dapat
dilakukan dengan berbagai acara antara
lain : (a) ceramah umum, (b)
wawancara, (c) sandiwara, (d) diskusi,
(e) humor, (f) cerdas tangkas, (g)
kegiatan pentas seni, dll. Sedangkan
radio memiliki beberapa keunggulan
yaitu: (a) teks yang akan di siarkan
dapat disiapkan sebelum waktu
penyiaran, (b) tidak dipengaruhi faktor
komunikator, seperti sikap dan tinhkah
laku, (c) Dapat melewati batas ruang,
waktu serta jangkauan luas, dan (d)
dapat dibantu latar belalakang musik.
(Wahyuni, 2018)
3. Media Sosial. Media sosial
atau dewasa ini sering disebut dengan
social media adalah “websites and
applications that enable users to create
and share content or to participate in
social networking” (Griessner, 2012).
Media sosial hadir dan merubah
paradigma berkomunikasi di
masyarakat saat ini. Komunikasi tak
terbatas ruaang, jarak, dan waktu. Bisa
dilakukan dimana saja dan kapan saja,
tanpa harus bertatap muka. Dengan
hadirnya aplikasi jejaring sosial seperti
Facebook, Twitter, Instagram dan
semacamnya, orang – orang dapat
saling berinteraksi tanpa harus bertemu
langsung. Jarak bukan menjadi masalah
lagi dalam berkomunikasi. (Dwi &
Watie, 2011) (Mahfuzhah & Anshari,
2018)
Beberapa faktor yang perlu
untuk dipertimbangkan dalam
pemilihan media diantaranya:
jangkauan media, tipe dan ukuran
besarnya publik, biaya, waktu, dan
tujuan serta objek kampanye. Di
samping itu, faktor lain yang juga perlu
mendapat perhatian adalah karakteristik
publik, baik secara demografis,
psikografis, maupun geografis. Pola
penggunaan media public (media habit)
juga harus diperhitungkan untuk
memastikan media apa yang biasanya
digunakan publik (Venus, 2012:
203).(Tyas et al., 2018)
41
Citra Oliver (2007: 50) mengatakan citra
adalah suatu gambaran tentang mental;
ide yang dihasilkan oleh imaginasi atau
kepribadian yang ditunjukan kepada
publik oleh seseorang, organisasi dan
sebagainnya. (Lengkong, L, Sondakh,
& Londa, W, 2017)
Jefkin menyatakan “Citra
adalah suatu kesan yang didapat
berdasar pada pengetahuan dan
pengertian seseorang mengenai fakta-
fakta atau kenyataan (Soemirat dan
Ardianto, 2003: 114)”. “Citra dengan
sengaja perlu diciptakan agar bernilai
positif (Sukatendel dalam Soemirat,
2003: 113)”. (Prasiska & Dkk, 2017)
Menurut Sutisna (1997:259)
citra adalah total persepsi terhadap
suatu objek yang dibentuk dengan
memproses infromasi dari berbagai
sumber setiap waktu.(Deli Darlina,
2016)
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penyusunan jurnal kali ini
penulis menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif, dimana
penelitian menganalisa mengenai isi
dari komunikasi yang dilakukan oleh
objek penelitian yang berdasarkan pada
sumber-sumber bacaan dan melakukan
wawancara secara tidak formal kepada
narasumber serta memaparkan secara
rinci dan jelas mengenai keadaan yang
sebenarnya berkaitan dengan sektor
pariwisata di Indonesia. Adapun
pemahaman mengenai kualitatif
menurut Moleong (2013), penelitian
kualitatif adalah penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui fenomena
mengenai hal-hal yang dialami oleh
subjek penelitian seperti pola pikir,
tindakan, motivasi dan lain
sebagainya secara mendalam dan
dengan bentuk kata-kata serta bahasa.
Sedangkan teknik pengumpulan
data menggunakan teknik pengumpulan
data sekunder. Menurut Sugiyono
(2005:62), data sekunder adalah data
yang didapatkan oleh peneliti secara
tidak langsung. (Widyarini & Sunarta,
2019). Dalam penelitian ini penulis
mengolah, menganalisis dan
merumuskan data sekunder yang di
dapat sehingga menjadi rekomendasi.
Adapun teknik pengumpulan data
diperoleh melalui studi dokumen resmi
seperti; data yang berasal dari
Kemenpar RI baik yang didapatkan
melalui website maupun data-data dari
narasumber serta penelusuran di
internet yang sesuai dengan cakupan
pembahasan. Serta diperoleh pula dari
studi pustaka (buku, tinjauan dokumen
terhadap literatur yang ada di beberapa
perpustakaan perguruan tinggi swasta
maupun repository serta jurnal ilmiah
dari beberapa perguruan tinggi.
PEMBAHASAN
Kunjungan Wisatawan
Mancanegara ke Indonesia Pasca
Bencana Alam dan Kecelakaan
Pesawat Terbang
Seperti yang telah kita ketahui
bahwa sepanjang 2018 telah terjadi 4
bencana alam maupun kecelakaan
transportasi penerbangan di Indonesia,
yakni gempa bumi, tsunami, letusan
gunung api, hingga fenomena likuifaksi
yang menerpa wilayah Lombok, Palu
dan Banten. Hal ini diyakini karena
Indonesia berada pada kawasan cincin
api pasifik atau pacific ring of fire
dengan potensi bencana alam yang
tinggi. Kecelakaan salah satu maskapai
penerbangan swasta di Indonesia
menjadi sebuah permasalahan bagi
beberapa pihak pemerintah dan pelaku
usah wisata lainnya.
Dengan kondisi wilayah yang
mudah terkena amukan alam, Indonesia
diharapkan dapat lebih cepat
42
mengantisipasi adanya bencana yang
akan menimpa di berbagai wilayah
potensi. Hal ini selain sebagai alarm
dini bagi warga sekitar dan
memaksimalkan keselamatan
masyarakat juga dapat digunakan untuk
meminimalisir kerugian pada destinasi
alam yang berada pada wilayah potensi
bencana.
Seperti dilansir oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana
atau BNPB bahwa pasca gempa dan
tsunami di Palu dan Donggala, dua
gunung berapi di Indonesia meletus
yakni gunung Gamalama dan gunung
Soputan yang sebelumnya sudah
meletus gunung Anak Krakatau,
gunung Agung dan gunung Sinabung
(tidak berurutan). Mayoritas wilayah
meletusnya gunung berapi diatas adalah
kawasan wisata alam yang indah dan
memukau sehingga mengundang
banyak wisatawan mancanegara datang
ke destinasi wisata tersebut.
Gambar IV.1
Statistik Pertumbuhan Kunjungan
Wisatawan Mancanegara di ASEAN 2018
Berdasarkan data dari Badan
Pusat Statistik pada 2018 Indonesia
masih menduduki peringkat kedua
(setelah Vietnam) sebagai destinasi
wisata bagi para masyarakat di kawasan
ASEAN. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa wisatawan mancanegara yang
berasal dari ASEAN tidak merasa
khawatir maupun takut terhadap
kejadian bencana alam yang
mengguncang Indonesia pada
pertengahan 2018. Meskipun beberapa
dari mereka memiliki maksud tertentu
datang ke Indonesia seperti meliput
berita mengenai fenomena alam dan
tragedi kecelakaan pesawat, mencari
kebenaran mengenai kondisi pasca
bencana alam ataupun melakukan
kegiatan kemanusiaan dalam
menyalurkan bantuan bagi korban
bencana dan sebagainya.
Gambar IV.2
Jumlah Kunjungan Wisatawan
Mancanegara ke Indonesia 2009-
2018
Berdasarkan data di atas, maka tingkat
pertumbuhan wisatawan mancanegara
ke Indonesia cenderung mengalami
kenaikan dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir. Hal ini merupakans sebuah
prestasi yang membanggakan bagi
pariwisata Indonesia. Kenaikan yang
dialami terlihat sangat siginifikan dan
dalam tiap tahunnya mengalami
kenaikan. Hal inilah yang mendasari
pihak Kemanpar RI selalu menargetkan
43
kenaikan kunjungan wisman di tiap
tahunnya.
Kampanye “Wonderful Indonesia”
Kementerian Pariwisata Republik
Indonesia
Logo Branding
Sumber: kemenpar.go.id
Gambar IV.3
Logo Branding Wonderful Indonesia
Sejarah Logo:
Wonderful Indonesia atau Pesona
Indonesia adalah janji kementerian
pariwisata Indonesia kepada dunia.
“Wonderful” atau “Pesona”
mengandung janji bahwa Indonesia
kaya dengan ketakjubkan, dari segala
aspek manusia maupun alamnya, yang
mengusik kalbu dan menjanjikan
pengalaman baru yang menyenangkan.
Konsep Logo:
Burung yang suka berkelompok
melambangkan hidup damai antar
sesama di alam sentosa. Burung juga
satwa dengan populasi terbesar di
Indonesia dan menjadi lambang bangsa.
Rentangan sayap berarti keterbukaan,
hasrat untuk terbang jauh, melintas
batas. Sifatnya semesta, dikenali oleh
semua. Tulisan “Indonesia” berwarna
hitam yang lebih besar daripada
“Wonderful” atau “Pesona”
mengedepankan dan memperkuat
Indonesia diantara persaingan
pariwisata internasional.
Filosofi Warna:
Hijau: Kreatifitas, ramah kepada alam
dan keselarasan.
Ungu: Daya imajinasi, keimanan,
kesatuan lahir dan batin.
Jingga: Inovasi, semangat pembaruan
dan keterbukaan.
Biru: Kesemestaan, kedamaian, dan
keteguhan.
Magenta: Keseimbangan, akal sehat,
dan sifat praktis.
Filosofi Bentuk:
Luwes, serba lengkung, tanpa sudut
persegi ataupun garis lurus,
memaknakan besarnya arti
keseimbangan dan keselarasan manusia
dengan alam dan antar sesama di bumi.
Komponen Logo:
Logo Wonderful Indonesia atau Pesona
Indonesia terdiri dari komponen logo
burung yang disebut logogram, dan
tulisan “Wonderful” “Indonesia” atau
“Pesona” “Indonesia” yang disebut
logo type. Dalam pengaplikasiannya
pada berbagai Indonesia, kedua
komponen logo ini tidak boleh dipisah.
Kampanye Kementerian Pariwisata
Indonesia melalui 4 Core Marketing
Service, Kerja Sama Terpadu, dan Cash
Incentive juga didukung dengan
menggunakan strategi DOT
(Destination, Origin, Time), yakni:
1. Destination – melihat destinasi
wisata mana sajakah yang diminati
oleh wisatawan, dengan cara melihat
dashboard atau demografi dari masing –
masing wisatawan.
2. Origin – merupakan strategi
untuk melihat asal negara dari masing –
masing wisatawan. Kemudian data ini
akan dijabarkan menjadi sebuah data
demografi atau dashboard mengenai
ciri – ciri, kegemaran, tipe, waktu libur,
hari raya, dsb.
3. Time – waktu merupakan
strategi penting untuk
mensikronisasikan waktu libur/Hari
Libur dari masing – masing negara asal
wisatawan dengan event/festival yang
diselenggarakan di Indonesia serta
waktu promosi yang tepat.
44
Selain DOT, BAS merupakan
strategi pemasaran pariwisata Indonesia
selanjutnya, dimana BAS ialah:
1. Branding adalah upaya untuk
mempromosikan pariwisata melalui
penempatan iklan di Website, media
ruang, TV, dan media cetak,
mengadakan festival di mancanegara,
dan mengadakan famtrip dengan
mendatangkan TO/TA, wholesaler,
travel writer, jurnalis, dan blogger.
2. Advertising adalah salah satu
startegi promosi pariwisata
mancanegara melalui pemasangan iklan
di media cetak (koran dan majalah), di
evnt – event mancanegara melalui
pemasangan blocking self di televisi,
pembuatan bahan – bahan promosi, dan
kerja sama promosi dengan pelaku
industri pariwisata.
3. Selling adalah memfasilitasi
penjualan Paket Wisata yang dibuat
oleh industri melalui Tradeshow dan
Sales Mission
Sedangkan media yang
digunakan oleh Kementerian Pariwisata
Republik Indonesia adalah:
1. Menggunakan media sosial,
media publikasi, dan media ruang untuk
mempromosikan Indonesia
2. Adanya kerjasama dengan
beberapa travel agent, dan juga
bekerjasama dengan beberapa
maskapai
3. Mengadakan event festival
dibeberapa negara dan juga
Kementerian Pariwisata Republik
Indonesia menyediakan booth di
berbagai ajang wisata nusantara untuk
menawarkan promosi dan paket wisata
berlibur ke Indonesia
4. Media
Kemenpar bekerjasama dengan
beberapa media asing untuk
mempromosikan iklan di beberapa
Negara. Media yang digunakan adalah:
5. Paid Media/Media berbayar:
Discovery Channel, Youtube, Google,
CNN, CCTV, National Geographic,
Tripadvisor, Bloomberg, Bai Du
(gambar terlampir)
6. Owned Media/Media Sendiri:
Indonesia.travel
7. Social Media: Instagram,
Facebook, Twitter, Blog, dsb.
8. Endorser: Brand Ambassador:
Philip Kotler, Ted Siong, Christy
Chung; Testimoni artis di Media Sosial,
Tokoh Berpengaruh.
Efektifitas Kampanye Humas
Kemanpar RI melalui “Wonderful
Indonesia” Terhadap Peningkatan
Kunjungan Wisatawan
Mancanegara
Salah satu dampak dari
pengembangan program pariwisata
ialah adanya peningkatan kunjungan
wisatawan mancanegara yang dilihat
dari peningkatan penerimaan devisa
Negara. Kementerian Pariwisata
Republik Indonesia telah
mencanangkan kampanye Wonderful
Indonesia sebagai upaya dalam
mencapai target mendatangkan 17 juta
wisatawan mancanegara pada tahun
2018. Strategi yang telah dilakukan
pihak Kemenpar RI ialah semaksimal
mungkin mengunggulkan destinasi
alam, budaya dan peninggalan sejarah
di berbagai wilayah Indonesia sebagai
daya tarik pariwisata. Di sisi lain,
dengan adanya bencana alam yang telah
menerpa beberapa wilayah Indonesia
khususnya daerah berpotensi wisata
alam serta tragedy kecelakaan pesawat
lebih menguatkan tekad usaha
Kemenpar beserta pihak swasta dan
masyarakat sebagai pelaku wisata
dalam upaya merealisasikan target yang
ingin dicapai, minimal meningkatkan
persentasi kenaikan jumlah kedatangan
wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Berdasarkan hasil wawancara
informal dengan salah satu staff
Assistant Deputy Director International
Touris Marketing Strategy &
Communication Kwemenpar RI bahwa
pada tahun 2017 jumlah kedatangan
45
wisatawan mancanegara mencapai
14,03 juta walaupun agak kurang dari
target yakni 15 juta untuk tahun 2017.
Kemudian pada tahun 2018 target
sebenarnya adalah 17 juta wisatawan
mancanegara, tetapi sampai bulan
Oktober pencapainnya kurang lebih 10
sampai 15 juta, tapi data ini masih
bergerak hingga akhir tahun 2018. Tapi
yang pasti dari 2016 hingga 2017
diperbandingkan peningkatan
kedatangan kunjungan wisatawan
mancanegara mencapai 22%.
Beberapa sumber data
mengatakan bahwa hingga saat ini
Indonesia masih menjadi idola
wisatawan mancanegara dalam
menikmati wisata alam dan budaya.
Sesuai dengan slogan kampanyenya
“Wonderful Indonesia” atau “Pesona
Indonesia” Kemenpar RI ingin
memberikan kesan yang sangat elegan,
menarik dan ramah terhadap destinasi
pariwisata yang ada di Indonesia. Hal
ini dapat dilihat dari data statistik yang
menyatakan bahwa pulau Bali
merupakan salah satu pulau di
Indonesia yang memiliki daya tarik
tidak hanya bagi wisatawan ASEAN
tetapi bagi para wisatawan dunia.
Gambar IV.4
15 Pulau Terbaik di Dunia
Hingga saat ini, Bali tetap
menjadi primadona magnet wisata alam
Indonesia bagi wisatawan mancanegara
setelah Sri Lanka. Meskipun pihak
Kemenpar RI sebenarnya telah
menyiapkan 10 destinasi Branding atau
10 destinasi pemasaran wisata prioritas
yakni dari barat ke timur diantaranya
adalah Medan, kemudian Bandung,
Banyuwangi, sampai Bunaken,
Wakatobi, Raja Ampat. Diantara ke-10
destinasi wisata tersebut ialah yang
telah mengantongi kategori 3A
(Atraksi, Aksesbilitas, dan Amenitas).
Adapun Atraksi ialah objek wisata itu
sendiri kemudian Aksesbilitas ialah
bagaimana pengunjung dapat mencapai
kelokasi wisata tersebut baik dari
fasilitas darat (pembangunan jalan told
an kereta api), air (fasilitas pelabuhan)
dan udara (fasilitas bandara)
selanjutnya Amenitas ialah aksen
pendukung pelayanan bagi wisatawan
seperti hotel, restoran, bank, dan money
changer.
46
Segala sesuatu diatas didukung
pula dengan media publikasi yang
maksimal di kancah internasional dan
diletakkan di beberapa sudut pandang
yang strategis maupun di alat
transportasi Negara tersebut. Berikut
adalah beberapa dokumentasi media
publikasi internasional yang telah
dicanangkan Kemenpar RI yang telah
bekerjasama dengan media
internasional.
Gambar IV.5
Media Publikasi Wonderful Indonesia
di Paris, France
Gambar IV.6
Media Publikasi Wonderful Indonesia
di London, UK
Gambar IV.7
Media Publikasi Wonderful Indonesia
di Beijing, China
47
Gambar IV.8
Media Publikasi Wonderful Indonesia
di Australia, Jepang, Singapura, Belanda
dan Korea Selatan
Pemanfaatan media luar ruang
yang digunakan oleh Kemenpar RI
sebenarnya sudah lama dicanangkan
sebelum tahun 2018. Salah satunya
adalah pada saat acara penyelenggaraan
Euro 2016 di Paris, Kemenpar RI juga
telah melakukan kerjasama dengan
media internasional Paris dalam
menempatkan media publikasi luar
ruang mengenai pariwisata Indonesia.
Beberapa contoh dokumentasi diatas
merupakan penayangan media
publikasi pariwisata Indonesia di
beberapa titik lokasi tujuan target dari
wisatawan mancanegara.
Dengan adanya media publikasi
tersebut, harus diimbangi pula dengan
adanya peran serta dan dukungan yang
besar dari pihak pemerintah terkait,
pihak swasta dan masyarakat Indonesia
dalam menyikapi tindakan pembenahan
destinasi wisata dari segi 3A (Atraksi,
Aksesbilitas, dan Amenitas) yang
dilakukan guna meningkatkan
kunjungan wisatawan mancanegara ke
Indonesia. Selain itu Pihak Kemenpar
RI pun mengusung sistem pariwisata
Suitable Tourism yang sejalan juga
dengan program-program Go Green
saat ini. Dimana proses Suitable
Tourism sangat membutuhkan peran
serta yang aktif dan kondusif antara
tenaga ahli khusus yang didelegasikan
oleh pihak Kemenpar RI dan
masyarakat daerah pedesaan dimana
wilayah mereka memiliki aspek
destinasi wisata yang dapat dikelola
menjadi suatu daerah potensi pariwisata
yang suitable, semisalnya mengenai
bagaimana memanfaatkan irigasi
sebagai sarana destinasi wisata, dengan
membuka home stay-home stay di
pedesaan, mengelola sampah organik
menjadi pupuk dan sebagainya.
PENUTUP
Kementerian Pariwisata
Republik Indonesia dapat dikatakan
telah menjalankan tugas dan fungsinya
dengan baik dalam meningkatkan
kunjungan wisatawan wisatawan
mancanegara pada tahun 2018.
Meskipun target diawal adalah
pencanangan peningkatan jumlah
kedatangan wisatawan mancanegara
sebanyak 17 juta pengunjung dan
hasilnya pada akhir tahun 2018
kunjungan wisatawan mancanegara
telah mencapai 15,81 juta pengunjung.
Hal ini dapat dikatakan target awal
Kemenpar RI dalam meningkatkan
jumlah wisatawan mancanegara
terbilang kurang berhasil, hanya saja
tindakan yang dilakukan melalui
promosi advertorial di berbagai media
ruang internasional telah memberikan
dampak yang positif serta banyak
membawa pandangan baik dunia
internasional mengenai pariwisata
Indonesia yang meskipun saat itu
sedang dilanda oleh berbagai tragedy
seperti bencana alam, kecelakaan
pesawat hingga terorisme.
Hal-hal yang telah dilakukan
Kemenpar RI selain penggunaan media
luar ruang pun menjadi salah satu nilai
48
plus di mata dunia internasional, seperti
pengadaan festival beserta stand dan
booth dalam menawarkan paket wisata
ke Indonesia, meminta penambahan
seat capacity bagi direct flight atau
penerbangan dari Negara manapun
langsung menuju Indonesia,
peremajaan fasilitas wisata dan lain
sebagainya. Hal inilah yang membuat
keberhasilan Kemenpar RI dalam
mengkampanyekan “Wonderful
Indonesia” dan membawa peningkatan
kunjungan wisatawan mancanegara di
tahun 2018.
DAFTAR PUSTAKA
Andipate Anwar Arifin. (2015).
Paradigma Baru Public Relations
Teori, Strategi dan Riset, Jakarta:
Pustaka Indonesia.
Deli Darlina. (2016). Pengaruh Citra
Perusahaan Dan Kualitas
Pelayanan Terhadap Loyalitas
Pada Jasa Perhotelan. Jom FISIP,
1(3)(3), 1–15.
https://doi.org/10.1108/IJCHM-
11-2014-0577
Lengkong, L, S., Sondakh, M., &
Londa, W, J. (2017). STRATEGI
PUBLIC RELATIONS DALAM
PEMULIHAN CITRA
PERUSAHAAN. E-Journal
“Acta Diurna,” VI(1), 2–11.
Lubis, E. E. (2012). Peran Humas
Dalam Membentuk Citra
Pemerintah. Jurnal Ilmu
Administrasi Negara, 12(1), 51–
60.
M.A, M. (2015). Periklanan
Komunikasi Pemasaran Terpadu.
Penerbit Kencana.
https://doi.org/10.1016/j.jallcom.2
006.01.145
Mahfuzhah, H., & Anshari, A. (2018).
MEDIA PUBLIKASI HUMAS
DALAM PENDIDIKAN. AL-
TANZIM : JURNAL
MANAJEMEN PENDIDIKAN
ISLAM, 2(2), 137–149.
https://doi.org/10.33650/al-
tanzim.v2i2.395
MENGENAL KAMPANYE
KOMUNIKASI. (2015). Wardah,
12(2), 185–197.
Prasiska, Y. V., & Dkk, D. (2017).
CSR dan Citra Perusahaan. Jurnal
Bisnis Dan Ekonomi, 24(1), 43–
49.
Tyas, S. R., Hafiar, H., & Sani, A.
(2018). MANAJEMEN
KAMPANYE ELIMINASI KAKI
GAJAH DALAM UPAYA
PENINGKATAN KESEHATAN
DI KABUPATEN BOGOR.
PRofesi Humas : Jurnal Ilmiah
Ilmu Hubungan Masyarakat, 2(1),
57.
https://doi.org/10.24198/prh.v2i1.
12008
War, M. S. (2019). Pariwisata Syari’ah
sebagai Aset Perekonomian
Dalam Bingkai Maqashid al-
Syari’ah (Studi Atas Pandangan
Tuan Guru Lombok). Jurnal
Pariwisata, 6(1), 39–55.
https://doi.org/10.31311/par.v6i1.
4676
Widyarini, I. G. A., & Sunarta, I. N.
(2019). Dampak Pengembangan
Sarana Pariwisata Terhadap
Peningkatan Jumlah Pengunjung
Di Wisata Alam Air Panas
Angseri, Tabanan. JURNAL
DESTINASI PARIWISATA, 6(2),
217.
https://doi.org/10.24843/jdepar.20
18.v06.i02.p03
49
IMPLIKASI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI
Hadi Surantio
Universitas Nasional, Program Studi Ilmu Komunikasi Jl. Sawo Manila, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
ABSTRAC
Communication technology develops very progressively. Its advantages touch in all aspects of our life such as in the field of education, politics, economics, industries and many others. As an artificial intelligent machine, communication technology also brings some negative impacts among others are : pollution of information, less of educative messages, invasion of privacy interest, violence news, pornography,piracy of trade mark, and others. This article attempts to describe all sectors of advantages and disadvantages of communication technology theoretically and empirically. Keyword : Communication, Technology
PENDAHULUAN
Alvin Toffler, dalam buku The
Third Wave (1990) membagi periode
sejarah umat manusia menjadi tiga
gelombang. Gelombang Pertama terjadi
perubahan cara hidup manusia dengan
ditemukan dan diterapkannya cara
bertani yang ketika itu berpindah-
pindah, ke cara hidup yang menetap di
suatu tempat dan bercocok tanam.
Gelombang Kedua terjadi revolusi
industri. Ditemukan dan
dikembangkannya tenaga mesin
sebagai pengganti tenaga hewan dan
manusia, maka kehidupan manusia
menjadi lebih maju lagi. Sedangkan
Gelombang Ketiga adalah abad
perkembangan teknologi informasi
seperti yang sedang kita rasakan dan
nikmati saat ini.
Konsep teknologi merupakan
pengetahuan dan kepandaian manusia
untuk membuat sesuatu dan terkait
dengan hal-hal teknis. Adapun fungsi
teknologi adalah untuk memudahkan
manusia mencapai tujuan yang
diharapkan. Dengan teknologi manusia
akan mudah mengatasi persoalan yang
dihadapi. Berkat teknologi pula, terjadi
percepatan perkembangan dalam segala
aspek kehidupan manusia. Lihat saja
berapa banyak sector pekerjaan yang
tersedia misalnya dengan kehadiran
computer ataupun akibat keberadaan
telepon genggam. Jadi tumbuh bidang-
bidang pekerjaan seperti warnet, jasa
pengetikan, jasa print naskah, isi ulang
tinta printer, jasa perbaikan dan
perawatan computer dan lain
sebagainya.
Begitu pula dengan kehadiran
teknologi komunikasi handphone,
maka lahir pula usaha penjualan
voucher isi ulang, penjualan aksesoris,
jasa perbaikan dan perawatan ponsel,
dan tentu jadi banyak pula yang
menjual telepon genggam itu sendiri
baik yang masih baru dan juga menjual
yang second hand (bekas).
Lihatlah misal sistem pendidikan
jarak jauh (distance learning) yang
dilakukan seorang mahasiswa yang
sedang menulis disertasinya,
berkonsultasi dengan profesor
pembimbing dengan bantuan komputer.
Sementara mereka berada pada dua
benua yang berbeda. Tidak ada lagi
batas dan hambatan ruang/jarak dan
waktu untuk saling bertukar informasi
dimana pun dan kapan pun kita
50
membutuhkannya. Bantuan teknologi
komunikasi membuat dunia ini menjadi
selebar daun kelor (global village).
Teknologi Komunikasi oleh
Rogers (1986) dirumuskan sebagai, “
the hardware equipments,
organizational structures, and social
values by which individuals collect,
process, and exchange information with
other individuals.” Teknologi
komunikasi diartikan sebagai peralatan
perangkat keras, struktur-struktur
organisasional, dan nilai-nilai sosial
dengan mana individu mengumpulkan,
mengolah, dan saling bertukar
informasi dengan individu-individu
lain.
Implikasi dari konsep Rogers di
atas adalah adanya ; Pertama; teknologi
pengumpul informasi, Kedua;
teknologi pengelola informasi, Ketiga;
teknologi penyampai informasi, dan
Keempat; teknologi penerima
informasi.
LANDASAN TEORITIS
Perkembangan Teknologi
Sementara Ely D.P (1982),
teknologi informasi mencakup sistem-
sistem komunikasi seperti satelit siaran
langsung, kabel interaktif dua arah,
penyiaran bertenaga rendah (low power
broadcasting), komputer (termasuk
personal computer dan komputer
genggam), dan televisi (termasuk video
disc dan video cassette).
Perkembangan teknologi
komunikasi saat ini berlangsung begitu
pesat sehingga para ahli menyebut
gejala ini sebagai suatu revolusi.
Meskipun kemajuan tersebut masih
berlangsung hingga saat ini, namun
berbagai perubahan di bidang-bidang
kehidupan lain juga membawa
perubahan tersendiri pula.
Perubahan-perubahan yang
terjadi terutama disebabkan berbagai
kemampuan dan potensi teknologi
komunikasi yang memungkinkan
manusia dapat saling berhubungan
secara hampir tanpa batas. Beberapa
keterbatasan yang dahulu dialami
seperti faktor ruang (jarak), waktu,
jumlah, kapasitas, kecepatan, kini dapat
diatasi dengan tersedianya berbagai
sarana komunikasi yang sophisticated
(mutahir). Dengan penggunaan satelit
misalnya hampir tidak ada lagi batas
jarak dan waktu untuk menjangkau
khalayak yang dituju di mana pun dan
kapan pun diperlukan. Begitu pula
dengan kemampuan menerima,
mengumpulkan, menyimpan, dan
menelusuri kembali informasi yang
dimiliki oleh perangkat teknologi
komunikasi seperti komputer, video
cassette, video disc, tidak ada lagi
hambatan yang dialami untuk
memenuhi segala kebutuhan yang
diperlukan user.
Dalam menghadapi kemajuan
teknologi komunikasi, ada yang
menyambutnya dengan penuh antusias,
ada yang menerimanya dengan penuh
kehati-hatian karena khawatir dengan
dampak negatif yang ditimbulkannya.
Tehranian (1982) sendiri mengatakan
setidaknya ada tiga kekuatan
teknologis, sosio-ekonomi, dan politik
yang telah mengubah struktur sistem
internasional ke tingkat tertentu.
Pertama, eksplosi teknologis
yang bergerak cepat di mana revolusi
dalam bidang satelit komunikasi
berdampak komunikasi dunia yang
universal dan disesuaikan dengan
keperluan pribadi. Kedua, dorongan
demokratisasi dari suatu proses
revolusioner sedunia yang bermula dari
dikenalkannya media massa, sejak
masa percetakan hingga masa kini.
Ketiga, media telah berfungsi sebagai
saluran bagi berlangsungnya konflik
ideologis sekaligus pembangkit
konsensus dunia bagi tumbuhnya suku
baru (new tribe) yang melintasi batas-
batas dan kesetiaan nasional.
51
Perkembangan teknologi
komunikasi membuat kita mengalami
masa yang mengasyikkan (exciting)
dalam sejarah kehidupan yang
memungkinkan kita melakukan
komunikasi secara instant Dengan
adanya sambungan (interface) antara
satelit dengan komputer dan
menyebarnya telematique, maka
negara-negara di seluruh dunia akan
mendapat pertumbuhan ekonomi yang
ditentukan oleh investasi yang
dilakukan di bidang teknologi
komunikasi yang inovatif.
Salah satu keunggulan yang
ditawarkan teknologi komunikasi
adalah kemungkinan bagi penerima
komunikasi untuk lebih langsung
mengendalikan pesan-pesan yang
ditransmisikan dengan memilih sendiri
informasi tentang apa pun yang
diinginkan serta kapan pun
memerlukannya.
Beberapa advantages yang
diberikan teknologi komunikasi seperti
yang dirasakan oleh masyarakat saat ini
adalah kemudahan-kemudahan yang
diberikannya. Pertama, jaringan
pengolahan data yang memungkinkan
orang berbelanja cukup dengan
menekan tombol-tombol komputer di
rumah masing-masing. Pesanan akan
dikirim langsung ke rumah oleh toko
tempat berbelanja. Kedua, bank
informasi dan sistem penelusuran yang
memungkinkan pemakainya
mendapatkan copy cetakannya dalam
sekejap. Ketiga, sistem teleteks yang
menyediakan berbagai rupa kebutuhan
seperti katalog, informasi finansial,
iklan dengan segala macam produk dan
jasa lewat layar televisi di rumah
masing-masing.
Keempat, sistem facsimile yang
memungkinkan pengiriman dokumen
secara elektronik. Kelima, jaringan
komputer interaktif yang
memungkinkan pihak-pihak
berkomunikasi mendiskusikan
informasi melalui komputer sekalipun
mereka di tempat yang berbeda dan
saling berjauhan.
Di negara-negara maju, sistem
komunikasi dengan teknologi di atas,
telah menjadi kenyataan. Bahkan di
negara-negara sedang berkembang
seperti Indonesia misalnya dalam
penggunaan sehari-hari seperti
komputer, telecopy, satelit,
teleconference seperti yang dilakukan
presiden yang memimpin rapat kabinet
ketika ia berada di luar negeri beberapa
waktu yang lalu.
Masyarakat Informasi
Masyarakat modern di negara-
negara Barat telah sedang memasuki
abad pasca industrial, yakni suatu abad
di mana aktifitas informasi
mendominasi aktifitas ekonomi dan
kehidupan masyarakat. Perubahan itu
menunjukkan bahwa perekonomian di
negara-negara maju yang tadinya
berlandaskan pada sektor industri kini
bergeser ke ekonomi yang berdasarkan
informasi, yang oleh Peter Druker
disebut sebagai perubahan masyarakat
yang berdasarkan pengetahuan. Dalam
analisisnya ia berpendapat bahwa pada
tahun 2000 dan seterusnya lebih banyak
jumlah orang yang bekerja untuk
mengolah informasi dari pada yang
mengolah barang atau energi. Seperti di
Amerika misalnya, sebesar 46% dari
tenaga kerja di AS bekerja di lapangan
yang tergolong pekerjaan
memanipulasi informasi. Sedangkan
tenaga kerja yang bergerak di sektor
pertanian dan industri kuantitasnya
menunjukkan penurunan 4.
Informasi kini telah diakui sebagai
suatu komoditi yang dapat dijual,
diberikan, dicopy, diciptakan,
disalahartikan, dan bahkan dicuri.
Informasi bahkan dianggap merupakan
salah satu dari tiga sumber daya dasar
(basic resources) di samping material
dan enerji. Informasi tidak mempunyai
52
nilai tanpa dioperasionalkan. Informasi
menjadi operasional melalui kegiatan
komunikasi.
Masyarakat yang disebutkan
sebagai tahap setelah era industrialisasi
atau masyarakat pasca industrial
dinamakan juga sebagai masyarakat
informasi. Oleh Rogers (1986)
masyarakat informasi dirumuskan
sebagai, “suatu bangsa di mana
mayoritas angkatan kerja adalah terdiri
dari para pekerja informasi, di mana
informasi merupakan elemen yang
paling penting. Jadi masyarakat
informasi mencerminkan suatu
perubahan yang tajam dari masyarakat
industrial di mana mayoritas tenaga
kerja bekerja dalam pekerjaan
manufacturing yang merupakan elemen
kunci dari enerji. Kontras dengan itu,
para individu pada masyarakat
informasi adalah mereka yang aktifitas
utamanya memproduksi, mengolah,
mendistribusikan informasi, dan
memproduksi teknologi informasi.” 5.
Fenomena yang ditunjukkan
Rogers tentang keadaan di Amerika
menunjukkan 54% dari angkatan kerja
di AS adalah pekerja informasi. 63%
dari hari kerja diperuntukkan bagi
pekerjaan informasi. 67% dari seluruh
biaya kerja di AS adalah untuk
pekerjaan informasi, karena para
pekerja informasi memperoleh upah
35% lebih tinggi dari pekerja non –
informasi. 70% dari jam kerja
dihabiskan untuk kerja informasi
karena jam kerja para pekerja informasi
10 – 20% lebih banyak dalam setiap
minggu dibanding bidang kerja yang
lain 6.
D i l e m a
Melihat perkembangan yang
terjadi di sektor ini, di satu pihak tiada
suatu proses pembangunan yang dapat
berlangsung tanpa mengandalkan pada
teknologi komunikasi dan informasi.
Sedangkan pada pihak lain, teknologi
ini berikut informasi yang dibawanya
sangat sarat dengan nilai-nilai tertentu
(highly value loaded) dan dapat
mengganggu pola-pola pembangunan
dan mempengaruhi lingkungan sosio-
kultural baik di negara-negara industri
maupun di negara-negara berkembang.
Hal di atas disebabkan antara lain,
bahwa tidak ada suatu negara yang
dapat bertahan untuk tidak mengikuti
revolusi informasi, dan tidak satu pun
negara yang dapat melawan seluruh
dampak yang merembes ke segala
bidang. Sikap yang tepat bagi negara
berkembang adalah apakah memilih
sikap pasif dan menerima invasi
teknologi tersebut berikut produknya,
atau memilih sikap aktif dan
menjabarkan strategi dan kebijakan
dengan memperhitungkan model-
model pembangunan yang sesuai
dengan kultural bangsanya.
Selain faktor di atas, sebab lain
adalah dengan melindungi identitas
kultural yang merupakan bagian yang
paling rawan terkena imbas, yaitu
dengan menjadikan kebudayaan
sebagai salah satu penggerak kunci
proses pembangunan dan dengan
mendorong penggunaan berbagai
teknologi informasi baru secara kreatif.
Teknologi informasi tidak dapat
disalahkan karena terjadinya
homogenisasi kultural, sebab pada
negara berkembang homogenisasi ini
lebih merupakan produk model-model
pembangunan yang diimport berikut
kandungan informasinya ketimbang
dikarenakan oleh teknologi informasi
itu sendiri.
Kita tidak dapat mempelajari
teknologi dengan jalan pintas. Untuk
menjadikannya teknologi yang
dimiliki, pertama-tama harus dikuasai,
diproduksi secara lokal, dan kemudian
diintegrasikan dengan lingkungan sosio
kultural bangsa. Tanpa teknologi
informasi dan komunikasi, tak satu pun
teknologi lainnya dapat berkembang.
53
Bahkan informasi telah menjadi suatu
sistem tersendiri yang lengkap dan,
yaitu suatu sistem yang
menitikberatkan pada seluruh sektor
masyarakat manusia.
Akhir-akhir ini, proses otomatisasi
kerja bertambah luas jangkauannya,
disebabkan oleh kemampuan komputer
yang setelah diprogramkan bahkan
mampu memberi komando dan
mengendalikan proses produksi, tanpa
memerlukan lebih banyak tenaga
manusia. Gejala ini tentu menjadi
masalah serius bagi lowongan
pekerjaan yang tadinya diisi dan
dikerjakan oleh manusia. Perangkat
teknologi komunikasi ini telah dan akan
terus menimbulkan dampak terhadap
masyarakat. Pertama, saluran
komunikasi dengan teknik robotik,
kecerdasan artifisial, dan teknik
otomasi lainya akan menurunkan dan
mengurangi orang yang bekerja di
sektor pertanian, pertambangan, dan
pabrik-pabrik. Kedua, akibat lainnya
adalah meningkatnya program hiburan,
kultural, dan olahraga bagi semua
penduduk dunia. Padahal badan PBB,
Unesco telah memproduksi New
International Information and
Communication Order (NIICO) yang
mana diharapkan terciptanya
keseimbangan arus informasi dan
kebudayaan di antara bangsa-bangsa di
dunia. Singkatnya, sistem komunikasi
masa depan akan mempengaruhi di
mana kita hidup, bagaimana kita
bekerja, apa yang kita lihat, individu
yang kita hubungi, bagaimana kita
mendidik anak dan sebagainya.
PEMBAHASAN
Dampak Negatif Teknologi
Perkembangan teknologi
komunikasi tidak dapat dipungkiri juga
menimbulkan dampak negatif. Terlebih
lagi bila dampak tersebut tidak dicegah
atau diperkecil akan menimbulkan
berbagai akibat yang tidak diinginkan.
Beberapa dampak negatifnya adalah
Pertama, terjadinya monopoli dalam
pengelolaan, penyediaan, dan
pemanfaatan informasi. Hanya mereka
yang mampu secara financial yang
dapat membangun atau mendirikan
stasion televisi atau radio, atupun
memiliki usaha penerbitan pers apakah
suratkabar atau majalah misalnya.
Kedua, tidak meratanya distribusi
informasi. Tidak dapat dipungkiri
bahwa distribusi informasi lebih banyak
mengalir ke kota-kota besar dan
dinikmati oleh mereka yang tinggal di
kota-kota dibanding mereka yang
tinggal di desa-desa misalnya. Ketiga,
berkurangnya isi pesan yang bersifat
edukatif. Lihat saja isi sejumlah
suratkabar atau majalah yang tidak
mendidik, begitu pula tayangan televise
yang berisi program misteri,
kriminalitas, infotainment dari kaum
selebritis yang cuma berisikan
informasi kawin cerai, pisah ranjang,
selingkuh,dan rebutan anak yang akan
diasuh dan kekerasan dalam rumah
tangga yang dilakukan para selebritis.
Keempat, terjadinya polusi informasi.
Kita menjadi bingung memilih
informasi mana yang berguna bagi kita
mengingat sangat banyaknya informasi
yang disajikan media massa dalam
berbagai aspek kehidupan, baik yang
positif maupun yang negative. Kelima,
terjadinya invasi terhadap privacy
seseorang menjadi milik publik. Bukan
rahasia umum lagi apapun yang
dilakukan seseorang, kapan pun dan
dimana pun apalagi sesuatu yang
negative menjadi cepat tersebar dalam
sekejap terlebih lagi bia ia public figure
entah kaum selebritis ataupun pejabat
suatu instansi. Keenam, timbulnya
permasalahan pelanggaran hak cipta.
Untuk hal ini contohnya cukup
gamblang, lihat saja film yang baru saj
diputar di bioskop dengan gampang kita
temukan bajakannya di kaki lima
dengan harga yang relative murah.
54
Belum lagi buku-buku laris yang
dibajak dan dapat dinikmati dengan
harga lebih murah dari buku
originalnya. Dengan bantuan computer
suatu karya milik orang lain dapat
dengan mudah dicopy paste oleh orang
lain dan menjadi seolah miliknya hanya
dengan merubah jenis huruf ataupun
ukuran huruf dari naskah aslinya.
Begitu pula dengan bantuan scanner
yang dapat mengcopy naskah milik
pihak lain menjadi seolah milik kita
sendiri.
Teknologi komunikasi jelas
mempengaruhi struktur dasar dan
proses pengambilan keputusan dalam
masyarakat, karena hal itu ikut
menentukan siapa yang dapat
berkomunikasi dengan siapa, dan siapa
yang dapat memperoleh sesuatu
informasi tentang apa. Perkembangan
ini memungkinkan timbulnya monopoli
dalam pengelolaan, serta pemanfaatan
teknologi komunikasi itu sendiri.
Oleh karena besarnya modal yang
dibutuhkan untuk pengusahaan dan
pemilikan sarana teknologi, maka
hanya mereka yang mampu secara
finansial yang dapat bergerak di bidang
ini. Sekiranya bidang ini dimonopoli
swasta yang komersial, maka dapat
dipastikan orientasi usahanya pun untuk
mencari keuntungan yang maksimal.
Konsekuensinya, maka isi informasi
yang disediakan dan ditawarkan
tentunya yang melayani kebutuhan dan
permintaan pemakai yang
menguntungkan secara komersial akan
menguntungkan diri si pemilik modal.
Sekalipun para pengguna jasa teknologi
komunikasi masih dapat memilih, harus
diingat bahwa pada dasarnya pilihan
yang ada terbatas pada apa yang
disediakan oleh pengusaha. Oleh
karena itu harus ada upaya mencegah
terjadinya monopoli penyediaan dan
pengelolaan informasi.
Mereka yang telah ‘berkecukupan
informasi’ akan bertambah melimpah
informasinya, sedangkan mereka yang
‘kekurangan informasi’ akan semakin
tertinggal dalam perolehan
informasinya. Keadaan ini akan
menciptakan jurang baru antara
golongan kaya informasi dengan
mereka yang miskin informasi. Pada
akhirnya jarak yang sama juga akan
terjadi di antara negara-negara yang
kaya informasi dengan negara yang
miskin informasi.
Terjadi pula kecenderungan untuk
hanya menyediakan, memproduksi, dan
mendistribusikan isi informasi yang
secara komersial akan laris. Bentuk
utama informasi ini adalah berupa
hiburan dan promosi. Sedangkan
informasi yang bersifat edukatif, karena
kurang mendatangkan keuntungan
komersial porsinya lebih kecil
bahkanada kalanya tidak ada sama
sekali. Kalau pun ada hanya berupa
sisipan sekedar pemoles. Dominannya
informasi yang non edukatif ini tentu
menimbulkan kekhawatiran akan
dampak yang ditimbulkannya pada
masyarakat.
Sedangkan polusi informasi
cenderung timbul bila kompetisi yang
hebat terjadi dalam merebut perhatian
khalayak, terlebih lagi bila tidak ada
mekanisme pengendalian yang efektif
untuk mencegahnya. Polusi informasi
tercermin dari penuhnya media massa
dengan program informasi tentang
kekerasan, pornografi, skandal, dan
mistis. Lihatlah betapa stasion televisi
saling berlomba menayangkan hal ini
dengan kwantitas dan kualitas program
yang meningkat terus. Dalam kondisi
seperti ini hukum ekonomi berlaku,
siapa yang berhasil memancing dan
memuaskan selera pembeli dialah yang
mendapat keuntungan. Yang jadi
masalah adalah justru polusi informasi
seperti ini yang justru laris manis dan
cepat menghasilkan laba bagi yang
menyediakannya.
55
Dengan berkembangnya teknologi
komunikasi, maka pesat pula
pertumbuhan perusahaan
pengumpulan, pelayanan, dan
pendistribusian segala jenis data
termasuk yang bersifat pribadi.
Perusahaan informasi mengumpulkan
berbagai macam data mengenai segala
aspek kehidupan anggota masyarakat.
Data yang dimaksud bisa saja
diperjualbelikan tanpa sepengetahuan
dan persetujuan yang bersangkutan.
Keadaan ini dikhawatirkan terjadinya
intervensi ke dalam kehidupan pribadi
seseorang yang menyebabkan tidak
terjaminnya lagi privacy. Oleh karena
itu timbul berbagai reaksi yang
menuntut dilindunginya privacy setiap
anggota masyarakat dari kemungkinan
penyalahgunaan informasi oleh pihak-
pihak yang tidak bertanggungjawab.
Kecanggihan teknologi
komunikasi untuk menyimpan,
memperbanyak, dan menampilkan
kembali apa yang diperoleh, juga
menimbulkan masalah yang berkaitan
dengan hak cipta. Kemajuan satelit
komunikasi misalnya, telah
memungkinkan dilampauinya batas-
batas teritorial suatu negara atau
pemerintahan. Perkembangan ini tentu
menimbulkan masalah dalam hal
perlindungan terhadap hak cipta atas
karya-karya kreatif yang sebelumnya
dijamin undang-undang. Perlindungan
tersebut menjadi semakin sulit dan
terkalahkan oleh canggihnya
kemampuan teknologi komunikasi.
Dampak Positif
Meski kecanggihan teknologi
komunikasi mempunyai dampak
negatif seperti dijabarkan di atas, akan
tetapi kita juga harus mengacungkan
jempol akan dampak positif yang
timbulkannya. Antara lain di bidang
pendidikan misalnya, dengan bantuan
teknologi komunikasi telah
memberikan kesempatan begitu luas
bagi masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuannya. Dengan teknologi
komunikasi memungkinkan kita belajar
tanpa terikat oleh ruang/jarak dan
waktu seperti sistem belajar jarak jauh
(distance learning). Di lain hal, dengan
bantuan teknologi komunikasi
kekurangan tenaga penagajar dan
keterbatasan daya tampung sekolah
formal dapat diatasi, sebab dibantu oleh
komputer (computer assisted learning).
Begitu pula bentuk-bentuk kegiatan
belajar lain baik formal maupun non
formal seperti yang dilaksanakan sistem
siaran pendidikan melalui radio,
televisi, dan media komunikasi lainnya,
seperti penyelenggaraan Universitas
Terbuka yang dapat menjangkau semua
peserta didik di seluruh Indonesia.
Di bidang politik, kemudahan
pelayanan dan jangkauan komunikasi
yang dibantu oleh sarana teknologi
komunikasi, telah terbukti ampuh
dalam memelihara dan
mempertahankan integritas dan
aktifitas pertahanan dan keamanan
suatu bangsa. Teknologi komunikasi
telah berfungsi sebagai alat
mempercepat bagi pertumbuhan
demokarasi yang partisipatif.
Kemajuan percetakan jarak jauh
misalnya telah menumbuhkan
demokrasi pengetahuan yang sekaligus
dapat mengendurkan berbagai sumber
otoritas tradisional dan monarki.
Teknologi komunikasi juga telah
berfungsi sebagai pusat kekuasaan
dalam bentuk beragam dan cara yang
bermacam-macam untuk melegitimasi
kepentingan, memobiliser sumber-
sumber atas nama yang berkuasa, dan
memanipulir warganegara untuk tujuan
mereka. Tanpa bantuan teknologi
informasi roda birokrasi modern tidak
dapat berfungsi dengan baik.
Di sektor lapangan kerja, dengan
pesatnya kemajuan teknologi bagian
terbesar dari proses produksi di sektor
industri sudah dapat dikerjakan mesin-
56
mesin yang menggantikan tenaga
manusia. Mesin yang digunakan
ternyata dapat mengungguli manusia
dalam kapasitas berproduksi yang lebih
besar/tinggi, akurasi kerja, dengan
biaya produksi lebih murah dibanding
menggunakan tenaga manusia. Dengan
bantuan komputer, proses produksi
dapat dikendalikan lebih efisien.
Realitas ini semakin membuat sempit
kesempatan pencari kerja, sebab
sebagian tenaga manual manusia telah
diambil-alih oleh mesin-mesin dan
robot.
Saat ini sedang tumbuh dan
berkembang pasar informasi global, di
mana yang menjadi etalasenya adalah
terminal-terminal komputer yang ada di
rumah kita masing-masing. Teknologi
yang disebut sebagai artificially
intelligent machine ini telah beroperasi
yang akan menangani persoalan yang
sebelumnya membutuhkan keahlian
manusia untuk menyelesaikannya.
Pelayanan informasi kini tidak
diragukan lagi yang telah menyamai
bahkan melebihi pengetahuan manusia
berpendidikan tinggi yang juga mampu
menangani persoalan yang complicated
sekalipun.
KESIMPULAN
Perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi
diindikasikan oleh terjadinya
perubahan dari penggunaan komunikasi
elektronik yang mengakibatkan
terjadinya perubahan-perubahan aspek
kehidupan lainnya. Dengan
perkembangan teknologi komunikasi
dan informasi, masyarakat lebih bebas
menentukan alternatif yang diinginkan,
apa pun, dan kapan pun dibutuhkan
masyarakat. Akibat perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi,
tidak ada lagi kendala ruang/jarak dan
waktu, kecepatan penyampaian dan
penerimaan pesan. Dunia menjadi
sempit (global village) selebar daun
kelor. Dampak negatif perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi
adalah terjadinya monopoli dalam
pengelolaan, penyediaan, dan
pemanfaatan informasi, tidak
meratanya distribusi informasi,
berkurangnya isi pesan yang edukatif,
terjadinya polusi informasi, terjadinya
intervensi dan invasi terhadap privacy
seseorang, dan timbulnya permasalahan
pelanggaran hak cipta. Dampak positif
perkembangan teknologi komunikasi
dan informasi adalah sistem pendidikan
jarak jauh yang dapat mengatasi
kekurangan tenaga pengajar dan
fasilitas sekolah, tumbuhnya demokrasi
pengetahuan secara cepat, dan proses
produksi menjadi lebih efisien karena
kemampuan teknologi dapat
mengungguli kemampuan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Alvin Toffler, The Third Wave
(Gelombang Ketiga), Pantja
Simpati, Jakarta,1990
Ely D.P., Information Technology in
Education, Syracuse, New
York, 1982.
Dennis O. Gehris, Communication
Technologies, 2002.
John Pavlik, New Media Technology,
1998
Michael Mirabito, The New
Communication Technology,
2001
Peter Druker, The Age of
Discontinuity, Harper & Row
Ltd, New York, 1969.
Rogers, E., Communication
Technology, The Free Press,
New York, 1986. Tehranian,
International Communication
(Paper), 3rd Annual Conference
of the International
Communication Association,
Dallas, USA, 1982.
57
AKTIVITAS PUBLIC RELATIONS BENS RADIO 106,2 FM
DALAM MENJARING PENDENGAR MUDA
Rialdo Rezeky M. L Toruan1
Isanty Maina2
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
Jalan Hang Lekir I, Jakarta Pusat
Fakultas Ilmu Komunikasi
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana aktivitas Public
Relations yang di gunakan Bens Radio 106,2 FM dalam mempertahankan eksistensi
pendengarnya serta untuk mengetahui acara program-program Public Relations off air
dan on air. Paradigma penelitian ini menggunkan positivisme sebab peneliti berupaya
mengungkap kebenaran realitas yang ada, dan bagaimana realitas tersebut senyatanya berjalan.
Pendekatan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Menggunakan konsep
public relations dan model four steps dari Cultip & Center. Hasil penelitian Keberhasilan
Ben’s Radio dalam memelihara citra perusahaan yakni dengan terjalinnya hubungan
kerjasama Ben’s Radio dengan pihak lain seperti pengiklan, sponsor, maupun lembaga,
Ben’s Radio mendapatkan citra yang baik dimata client nya. aktivitas Public Relations
yang dilakukan Ben’s Radio 106,2 FM dalam mempertahankan eksistensi para
pendengar nya di jaman sekarang yang era digital nya sudah canggih yaitu dengan
menggunakan strategi Four-Step Public Relations.
Kata Kunci: Aktivitas Public Relations, Ben’s Radio, Four Steps, Pendengar Muda
PENDAHULUAN Radio dapat diperuntukkan
sebagai media massa elektronik tertua
dan sangat luwes. Radio telah
beradaptasi dengan perubahan dunia
dengan mengembangkan hubungan
saling menguntungkan dan melengkapi
dengan media lain (Ardianto,
2007:123). Sebagai unsur dari proses
komunikasi massa, radio siaran
mempunyai ciri dan sifat yang berbeda
dengan media massa lainnya yaitu
bersifat audial. Selain itu keunggulan
radio siaran adalah murah, merakyat,
dan bisa dibawa atau didengarkan
dimana-mana.
Definisi Radio adalah teknologi
yang digunakan untuk pengiriman
sinyal dengan cara modulasi dan radiasi
elektromagnetik (gelombang
elektromagnetik). Gelombang ini
melintas dan merambat lewat udara dan
bisa juga merambat lewat ruang
angkasa yang hampa udara, karena
gelombang ini tidak memerlukan
medium pengangkut (seperti molekul
udara).
Perkembangan teknologi
informasi pada saat ini mengalami
kemajuan sangat signifikan. Sejak
bergulirnya UU No. 32 Tahun 2002
tentang penyiaran, dunia penyiaran di
Indonesia mengalami perubahan yang
berarti, hingga kemudian munculah
radio-radio swasta yang mampu
menyiarkan informasi kepada
masyarakat Indonesia dengan cara-cara
yang lebih variatif. Beragam cara
digunakan oleh radio-radio swasta
untuk menjaring pendengar, dari mulai
58
menyajikan konten hiburan,
menjadikan artis sebagai penyiar pada
waktu “prime time”, hingga bekerja
sama dengan beberapa label rekaman
untuk membagikan tiket konser atau
promo-promo menarik. Media
penyiaran merupakan organisasi yang
menyebarkan informasi yang berupa
produk budaya atau pesan yang
mempengaruhi dan mencerminkan
budaya dalam masyarakat
(Morissan,2008:14)
Di Ben’s Radio 106,2 FM
sendiri penulis meneliti mengenai apa
saja yang harus dibenahi agar tujuan
yang diinginkan dapat tercapai dan
beberapa diantaranya adalah program
siaran yang kurang mencapai rating
bagus, perbaikan program kerja bagian
Humas dalam membentuk citra positif
dan promosi yang dilakukan dirasa
kurang menarik minat target
pendengarnya.
Salah satu radio yang masih
eksis namun sudah tidak didengar oleh
anak-anak muda jaman sekarang atau di
jaman milenial ini yaitu Ben’s Radio
106,2 FM sebuah badan berbentuk
Perseroan Terbatas atau PT dipilih agar
PT. Radio Bergaya Nyanyian Irama
Sejati dapat menjalankan fungsinya
secara komersial. Tetap eksis dan hidup
dengan layak bahkan sejahtera dalam
berbagai sisi, disamping tetap
mengembangkan tujuan sebagai
pelestari dan pengembang budaya
Betawi.
Upaya menunjukkan bahwa
Bens Radio 106,2 FM memang radio
Betawi, program siaran sekaligus acara
off air yang selalu digelarnya, acara off
air Public Relations yaitu misalnya
terjun langsung kelapangan senantiasa
menghadirkan nuansa kebetawian,
mengadakan seminar dari kampus ke
kampus untuk mengenalkan Bens
Radio 106,2 FM, membuka booth
dalam acara kampus. Bens Radio 106,2
FM, identik dengan bahasa betawinya
dalam komunikasi sehari-hari,
termasuk dalam menyapa
pendengarnya. Agar senantiasa lekat di
hati seluruh lapisan mulai dari Ncang,
Ncing, Nyak, Babe, Mpok, Abang, dan
juga None (yang sekaligus menjadi
sapaan khas Bens Radio untuk
pendengarnya, Se-Jabodetabek dan
Sekenanye), sebagai istilah khas
penyebutan jangkauan siar (coverage
area) nya.
Di tahun 2018 ini, Bens Radio
106.2 FM masih mengusung tagline
“Bens Radio – Betawi Punye Gaye”
sebagai positioning bahwa Bens Radio
adalah radio Betawi atu-atunye di
Jakarta. Yang menggambarkan kepada
siapapun bahwa BEN’S RADIO 106,2
FM termasuk kebudayaan betawi kagak
bakal ade matinye, sehingga pendengar
akan semakin bangga dan mantap
menyimak juga mengikuti setiap
program Bens Radio dengan balutan
yang kreatif. Mitra kerja pun
diharapkan semakin mengakui dan
memanfaatkan eksistensi Bens Radio
sebagai media radio paling tepat untuk
mengkomunikasikan produk mereka.
Hal ini lah yang menjadikan penulis
ingin mencari tahu dan menggali lebih
dalam lagi mengenai strategi Public
Relations Bens Radio 106,2 FM di
tengah gempuran kemajuan teknologi
yang memudahkan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan informasi dan
hiburan.
Peneliti yakin ada hal baru dan
inovatif yang dilakukan PR Bens Radio
106 FM dalam membuat strategi
mempertahankan eksistensinya. Hal ini
sejalan dengan pemikiran Morissan,
Public Relations bertanggung jawab
menjelaskan tindakan perusahaan
kepada khalayak yang berkepentingan
dengan organisasi perusahaan.
Khalayak yang berkepentingan akan
selalu tertarik dengan apa saja yang
dilakukan perusahaan. Public Relations
harus memberikan perhatian terhadap
pikiran dan perasaan khalayak terhadap
organisasi. (Morissan:2008)
59
Para pendengar menggunakan
radio tidak hanya sebagai music player
tetapi juga dipengaruhi oleh preferensi
terhadap program dan juga karakter
presenter. Kedua hal tersebut menjadi
kekuatan unik radio yaitu
kemampuannya untuk berinteraksi
dengan pendengar. Untuk itu peneliti
tertarik melakukan penelitian radio
dengan judul Aktivitas Public Relations
Ben’s Radio Dalam Menjaring
Pendengar Muda.
Hingga pendengar akhirnya,
kini radio kembali mendapatkan atensi
yang tinggi dari masyarakat berkat
adanya penggabungan antara media
radio dengan internet. Selain membuat
fitur streaming, radio masa kini juga
menyajikan informasi-informasi yang
di masukan kedalam website mereka.
Demikian hal nya, dengan Bens Radio
mengintegrasikan radio konvensional
sehingga program radio yang secara
spesifik memutarkan lagu-lagu
kesukaan pendengar. Dengan internet
dan kemuadian menjadi bens streaming
radio. Kedua bentuk radio dari Bens
Radio konvensional dan radio
streaming secara bersama-sama
mengudara dengan menggunakan
frekuensi masing-masing. Dan ini pula
yang kemudian menjadi riset Public
Relations Bens Radio untuk tujuan
mengetahui program-program
unggulan yang menjadi perhatian
pendengar.
LANDASAN TEORITIS
Bens Radio 106.2 FM
Indonesia sebagai yang terdiri
dari beragam etnis dan suku, memiliki
beragam budaya daerah yang unik dan
harus dijaga kelestariannya. Namun
derasnya arus globalisasi, perlahan
mulai mengikis budaya asli Indonesia
dan berganti dengan budaya modern
yang cendrung kebarat-baratan.
Berangkat dari panggilan hati
seorang seniman dan keinginan untuk
melestarikan kebudayaan tanah
kelahirannya, Alm.H. Benyamin Suaeb
menuangkan ide dan mengembangkan
kebudayaan betawi dengan mendirikan
sebuah radio pada 5 Maret 1990.
Sesuai dengan motto nya,
“Radio Betawi Atu-atunye Selera Siape
Aje”, Bens Radio tidak memiliki target
pendengar khusus seperti kebanyakan
radio lain. Hal ini mempengaruhi
komposisi musik yang diputar, yaitu
40% Dangdut, 40% Pop Indonesia,
15% Gambang, musik religi dan musik
India sebesar 5%.
Sebagai radio dengan format
etnik, informasi yang disampaikan pun
dikemas dengan ciri khas Betawi,
misalnya dari segi bahasa yang
digunakan.
Public Relations
Public Relations adalah salah satu
manajemen dalam perusahaan yang
bertugas untuk membentuk dan
menjaga hubungan dengan pihak
internal dan eksternal perusahaan.
Public Relations juga memiliki andil
yang besar dalam membentuk persepsi
publik terhadap perusahaan.
Public Relations merupakan
salah satu bidang ilmu komunikasi,
yaitu penerapan ilmu komunikasi pada
suatu organisasi/perusahaan dalam
melaksanakan fungsi manajemen.
Public Relations pada hakekatnya
adalah kegiatan komunikasi, ciri dari
komunikasi Public Relations adalah
two-way communication. Arus
komunikasi timbal balik ini yang harus
dilakukan dalam kegiatan Public
Relations ehingga terciptanya umpan
balik yang merupakan prinsip pokok
dalam Public Relations (Soemirat dan
Ardianto, 2008:11).
Menurut Betrand R. Canfield,
Public Relations adalah falsafah dan
fungsi manajemen yang diekspresikan
melalui kebijaksanaan dan kegiatan-
kegiatan untuk melayani kepentingan
publik, melakukan kegiatan komunikasi
bagi publiknya untuk menciptakan
60
pengertian dan goodwill bagi publiknya
(Hairunnisa, 2015:18)
Sementara menurut Denny
Griswold, Public Relations adalah
suatu fungsi manajemen yang menilai
sikap publik, menunjukkan
kebijaksanaan dan prosedur dari
seorang individu atau sebuah lembaga
atas dasar kepentingan publik,
merencanakan, dan menjalankan
rencana kerja untuk memperoleh
pengertian dan dapat diterima dengan
baik oleh publik (Danandjaja, 2011:16)
Dari komunikasi timbal balik
tersebut pihak suatu instansi yakni Bens
Radio, ditujukan untuk menciptakan
saling pengertian dan dukungan bagi
terciptanya tujuan, kebijakan dan
tindakan instansi tersebut.
Pengertian “ Publik “ dalam
Public Relations adalah kelompok
orang yang menjadi sasaran kegiatan
Public Relations. Artinya, kelompok
yang harus senantiasa dihubungi dalam
rangka pelaksanaan fungsi Public
Relations. Seorang praktisi Public
Relations harus memperhatikan prinsip
komunikasi yang efektif, yaitu jenis
public, susunan pesan, serta saluran apa
yang paling sesuai sehingga
pelaksanaan komunikasi berjalan
dengan sukses.
Dengan demikian Humas
adalah suatu bentuk bagian dari metode
komunikasi yang berlaku terhadap
semua jenis orang, baik yang bersifat
komersial maupun yang non komersial,
disektor public (pemerintah) maupun
privat (swasta).
Peranan Humas pada suatu
perusahaan / orang sangatlah penting
guna menyebarluaskan informasi
kepada khalayak / public (baik internal
maupun eksternal).
Bila dikaitkan dengan penelitian
ini maka Humas Bens Radio Jakarta
harus dapat melakukan kegiatan
komunikasi dengan baik dan
berkelanjutan, dengan tujuan untuk
menumbuhkan rasa percaya publik-
publiknya terhadap kebutuhan yang
dibutuhkan bagi pendengarnya serta
mempengaruhi publik / pendengar
dalam hal ini publik eksternal yaitu
pegawai agar dapat bekerja sama dalam
mencapai tujuan organisasi atau
perusahaan.
Seorang Humas harus lebih
peka terhadap keadaan di sekitarnya,
terlebih dengan pendapat umum yang
dapat mempengaruhi keadaan
sekitarnya, terlebih dengan pendapat
umum yang dapat mempengaruhi citra
(image) organisasinya. Pendapat itu
bersifat luas, namun Humas organisasi
harus terus menerus berusaha
mempertahankan opini positif itu
berubah menjadi positif.
Sasaran hubungan masyarakat
adalah sasaran komunikasi. Dalam
usaha mencapai tujuan manajemen
secara efektif, orang-orang yang
menjadi sasarannya dibagi menjadi dua,
yaitu khalayak dalam (publik internal)
dan khalayak luar (public eksternal).
Dimana dalam penelitian ini, penulis
meneliti mengenai khalayak dalam
(publik internal).
Proses Kerja Public Relations
Scott M Cutlip dan Allen H
(Center, 2006) mengibaratkan proses
kegiatan Public Relations sebagai
gunung es yang tampak dari jauh
muncul dipermukaan air, orang
menyangkayang tampak adalah
keseluruhan gunung es tersebut.
Padahal jika dicermati yang tampak
hanya seperempatnya sedangkan
bagian yang banyak tidak tampak
karena ada didalam air atau di bawah
permukaannya. Begitulah proses public
relations. Kegiatan yang tampak oleh
masyarakat hanya sebagian kecil,
sedangkan kegiatan sebagian besar
justru tidak tampak. Adapun proses
Public Relations adalah sebagai
berikut:
61
Defining Problem (mendefinisikan
masalah) Dalam tahap ini penelitian yang
berkaitan dengan opini, sikap, dan
reaksi dari mereka yang berkepentingan
dengan aksi dan kebijakan-kebijakan
organisasi. Kemudian melakukan
pendataan dari fakta-fakta dan
informasi yang berkaitan langsung
dengan kepentingan organisasi, yaitu:
“What is our Problem?”
Planning (Perencaan), yaitu proses
untuk menginventarisasi masalah dan
mengkorelasi aspek yang satu dengan
aspek yang lain berdasarkan data dan
fakta yang diperoleh pada penelitian.
Communicating atau Pelaksanaan atau
Penggiatan, yaitu proses pelaksanaan
kegiatan secara aktif berdasarkan
rencana yang telah disusun. Tugas –
tugas tersebut tidak harus dilaksanakan
satu-persatu berurutan, akan tetapi
tugas humas kadang-kadang harus
dilaksanakan secara serentak. Perlu
diperhatikan pada tahap ini juga ada
tugas atau kegiatan yang sifatnya
darurat atau mendadak sehingga tidak
ada dalam perencanaan, misalnya
musibah yang menimpa organisasi.
Petugas public relation (PR) harus
secepatnya mengadakan komunikasi
pada pihak yang berkaitan jika terjadi
musibah untuk secepatnya dapat
menyelesaikan masalahnya.
Evaluating atau Pengawasan atau
Penilaian, yaitu proses untuk mengkaji
pelaksanaan suatu rencana yang tediri
atas program-program, pada tahap ini
ditelaah apakah rencana yang telah
dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Penilaian ini dimaksudkan agar
dikemudian hari tidak terjadi lagi
hambatan yang sama dalam
pelaksanaan kegiatan. Berdasarkan
hasil penilaian petugas Public Relations
dapat mengambil kebijaksanaan
tertentu untuk menyusun kembali
penilaian yang perlu diadakan untuk
kemudian membuat perencanaan
kegiatan dan melaksanakan kegiatan
tersebut tanpa hambatan. Tahap
penilaina ini sering diabaikan padahal
tahap ini sangat penting untuk membina
kegiatan Public Relations secara
dinamis spiralistis.
METODELOGI PENELITIAN
Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian ini
positivisme sebab peneliti berupaya
mengungkap kebenaran realitas yang
ada, dan bagaimana realitas tersebut
senyatanya berjalan. Akan tetapi oleh
periset dalam penelitian, informasi
kebenaran itu dinyatakan kepada
individu yang dijadikan responden
penelitian. Untuk mencapai kebenaran
ini, periset sebagai seorang pencari
kebenaran harus menanyakan secara
langsung kepada objek yang diteliti,
dan sang objek dapat memberikan
jawaban langsung kepada periset yang
bersangkutan.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian
ini adalah studi kasus. Peneliti
menggunakan studi kasus berarti
penelitian ini melakukan eksplorasi
secara mendalam terhadap sebuah
program dan aktivitas terhadap Public
Relations Bens Radio dalam menjaring
pendengar muda yang program-
program agar bisa diterima oleh
masyarakat.
HASIL PENELITIAN
Pada tahap ini, peneliti
melakukan pemaparan yang bersifat
deskriptif tujuannya adalah untuk
62
mendapatkan gambaran dan informasi
tentang Aktivitas Public Relations
Ben’s Radio dalam Menjaring
Pendengar Muda. Penelitian ini utama
nya menekankan untuk memperoleh
gambaran tentang menjaring pendengar
muda Ben’s Radio, selanjutnya hasil
studi awal ini akan digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam pembuatan
rencana penyiaran dan penerapan
program siaran Bens Radio.
Berdasarkan wawancara dengan
informan-informan yang bergerak
dibidang radio, diketahui bahwa untuk
menjaring pendengar muda diperlukan
keahlian dalam berkomunikasi apa
yang di inginkan oleh pendengar muda.
Saat ini, proses penyiaran program
untuk menjaring pendengar muda
dilakukan melalui program siaran
BETAWI yaitu Bebas Ketawa Ketiwi
dan BEGAYA, Betawi Punya Gaya.
Pada tahap observasi yang
peneliti lakukan di lapangan untuk
mengetahui program siaran yang
banyak menjaring pendengar muda
banyak diminati Ben’s Radio dari hasil
wawancara pendengar diperoleh
informasi bahwa yang paling banyak
diminati oleh kalangan muda yaitu
program siaran yang membahas tentang
penyampaian pesan yang di sampaikan
dengan penuh keceriaan dan motivasi.
Aktivitas Humas Public Relations Ben’s
Radio
a. Ben’s Radio melakukan kegiatan
on air dan off air untuk pendengar
secara langsung yaitu melakukan
promosi memberikan penawaran
melalu iklan/media, yang
dilakukan oleh Humas Ben’s
Radio dengan terjun langsung ke
lapangan bertemu komunitas dan
ke kampus-kampus.
b. Ben’s Radio
mengimplementasikan aktivitas
Humas dalam melakukan promosi
program nya, hal ini dilakukan
karena Bens Radio ingin tetap
menjaga citra positive kepada para
pendengar nya mengingat Bens
Radio adalah salah satu radio
pertama di JABODETABEK
dengan ciri khas sapaan Betawi
nya. Aktivitas Program On Air dan Off Air
Bens Radio
a. Ben’s Radio mengadakan event
3-4 kali dalam setahun, hal ini
dilakukan untuk menunjukan
eksistensi nya untuk menjalin
dan menyapa kepada para
pendengar nya. Event ini
dilakukan tiap 3 bulan sekali
dengan menunjukkan program
baru setiap tahun.
b. Ben’s Radio mengadakan
community gathering secara
rutin. Gathering ini ditujukan
agar para pendengar Bens Radio
dapat saling kenal dan bertukar
informasi, juga untuk menjaga
pendengar agar tetap setia
terhadap Ben’s Radio. Dan dari
sini Ben’s Radio juga dapat
mengevaluasi apa kekurangan-
kekurangan yang masih harus di
perbaiki karena di rasa kurang
oleh pendengar.
c. Ben’s Radio mengirimkan
hampers kepada customer untuk
perayaan hari spesial, sebagai
bentuk apresiasi Ben’s Radio
kepada pendengar setianya.
Karena dengan kita mengadakan
event, seperti anniversary, ulang
tahun Ben’s Radio, ataupun hari-
hari raya besar lainnya akan
membuat para pendengar merasa
di perhatikan.
Perencanaan Program Bens Radio
untuk Menjaring Pendengar Muda
Dalam tahap ini, seorang public
relation melakukan penyusunan
perencanaan siaran Ben’s Radio untuk
jangka panjang dan jangka pendek.
Kemudian perencanaan jangka panjang
dan jangka pendek di break down
63
kedalam program-program siaran
meliputi: off air dan on air. Adapun
yang masuk dalam kategori program off
air berupa event dengan melakukan
kunjungan ke kampus-kampus, jalan
sehat. Sedangkan yang masuk dalam
program on air: program Begaya (
Betawi Punya Gaya ) yang ditayangkan
setiap hari Senin-Jumat jam 06.00-
10.00 WIB, Betawi ( Bebas Ketawa
Ketiwi ) yang ditayangkan setiap hari
Senin-Jumat jam 16.00-20.00. Dalam
acara off air Ben’s Radio, yang
dipaparkan oleh informan #2 Bapak
Abdul Aziz selaku Divisi Humas:
“Terakhir tuh kita bikin
acara jalan sehat itu
tahun 2017, banyak juga
yang ikut. 2018 kita
tidak bikin acara jalan
sehat. Makanya 2019
nanti belum tau nih
rencana nya ada wacana
mau bikin acara kegiatan
lagi atau engga, Karena
banyak pertimbangan
dari manajemen. Cuman
respon dari pendengar,
kapan nih bens radio
ngadain acara lagi… jadi
banyak yang nanyain.”
Sedangkan dalam acara
on air, seperti yang
dikemukakan oleh informan #1
yaitu Bapak Muhamad Subuh
selaku Station Manager:
“Kalau sesuai dengan
keseharian nya
pendengar itu waktu
orang mendengarkan
Bens Radio itu lebih
banyak pagi dan sore,
makanya pagi dan sore
itu hampir semua radio-
radio itu menyebutnya
prime time. Jadi waktu
dimana kebanyakan
orang mendengarkan
radio. Acara yang
banyak diminati oleh
pendengar itu acara
Begaya ( Betawi punya
gaya ) jam 07.00 – 10.00
dan Betawi ( bebas
ketawa ketiwi ) jam
16.00-20.00.”
Pembahasan
Dari analisis data tersebut, maka
peneliti menghubungkan antara fokus
masalah yang diangkat dengan hasil
pengamatan di Ben’s Radio, peneliti
berusaha mengamati semua kegiatan
yang dilakukan oleh Humas Ben’s
Radio berlandaskan teori Four Step
Public Relations.
Dalam mempertahankan
eksistensi nya Public Relations
memadukan media radio dengan
konsep media baru. Strategi tersebut
mereka rumuskan menggunakan
konsep 4 Step PR milik Cutlip &
Center. Pada konsep ini, kegiatan yang
dilakukan antara lain melakukan
Research, Planning, Actuating &
Communication, dan Evaluating.
Tahap-tahap tersebut mereka gunakan
guna mempertahankan eksistensi dan
meningkatkan jumlah angka pendengar
muda radio mereka. Berikut merupakan
penjabaran konsep kegiatan 4 Step
Public Relations yang dilakukan oleh
Ben’s Radio 106,2 FM:
Research
Dalam setiap mengembangkan
perencanaan, Ben’s Radio 106,2 FM
terlebih dahulu melakukan sebuah riset.
Dimana hal tersebut sangatlah baik
untuk mengetahui gambaran umum
pendengar mereka, angka kuantitas
pendengar mereka atau digunakan
untuk mengevaluasi suatu perencanaan
yang dilakukan sebelumnya. Data riset
yang mereka miliki merupakan hasil
dari olah data PT.Nielsen Media
Research Indonesia yang merupakan
perusahaan jasa yang bergerak dibidang
64
riset. Ben’s Radio mendapatkan hasil
riset tersebut secara berkala, yaitu
dalam jangka waktu setiap 3 bulan.
Ben’s Radio sendiri telah memiliki
segmentasi pendengarnya, yaitu
kategori dewasa muda dan orang tua.
Dimana konsep-konsep yang
diterapkan dalam perencanaan Ben’s
Radio akan mengacu ke arah
segmentasi tersebut. Berdasarkan hasil
riset yang mereka lakukan, mereka
menilai di zaman sekarang ini, segala
sesuatu akan sangatlah mudah apabila
dilakukan melalui internet atau dengan
menggunakan media baru, hal ini lah
yang menjadi penyebab mereka
melakukan perubahan pada website
yang mereka miliki.
Perubahan website yang mereka
lakukan ialah berupa penambahan
sajian konten berita, dan juga
penambahan fitur streaming. Hal ini
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
akan informasi para pendengarnya,
selain itu mereka juga menambahkan
bahwa mereka ingin menciptakan
suasana fresh pada website yang
mereka miliki. Mereka berasumsi pada
website mereka, bahwa kini para
pendengar Ben’s Radio bisa
mendengarkan radio serta membaca
berita online secara bersamaan.
Berdasarkan hasil riset tersebut
juga, Ben’s Radio mengetahui bahwa
radio nya berhasil menjadi radio
pertama JABODETABEK. Hal tersebut
lah yang memotivasi mereka untuk
terus mengembangkan strategi-strategi
agar tetap memiliki eksistensi yang
tinggi.
Hasil riset ini ternyata juga di
buktikan oleh salah satu pendengar
radio yang mengetahui Ben’s Radio
106,2 Fm. Pendengar ini mengatakan
bahwa dirinya masih membutuhkan
sebuah media radio meskipun hanya
didalam perjalanan saja. Beliau juga
menambahkan bahwa informasi-
informasi yang di kemas oleh radio
sangatlah membantu, selain itu laporan
situasi lalu lintas terkini juga sangat ia
nantikan pada suatu program siaran
radio.
Planning
Perumusan perencanaan
merupakan tahap selanjutnya yang
harus dilakukan oleh Ben’s Radio 106,2
FM dalam mempertahankan para
pendengar mudanya agar terus untuk
meningkatkan eksistensinya.
Perencanaan-perencanaan tersebut
haruslah mengacu pada hasil riset.
Public Relations Ben’s Radio
106,2 Fm terkait merancang sebuah
rencana untuk memadukan media radio
dengan media baru, dimana
kecanggihan media baru, akan sangat
sulit ditandingi oleh media
konvensional seperti radio. Maka dari
itu, mereka bertujuan untuk mengganti
media radio mereka menjadi media
multiplatform.
Dalam konsep media multiplatform
yang mereka setujui, kegiatan kegiatan
yang biasa dilakukan radio seperti
request lagu, publikasi mengenai event
atau berinteraksi dengan para
pendengar kini tidak lagi
dipublikasikan melalui siaran mereka,
tetapi mereka juga akan akan
menggunakan media sosial mereka
seperti Whatsapp, facebook, dan
instagram sebagai media mereka
menyampaikan informasi-informasi
tersebut.
Secara keseluruhan, strategi-
strategi yang mereka rencakan
bukanlah hasil jerih payah seorang
Public Relations seorang melainkan
hasil dari peran divisi Brand Manager,
Brand Activation. 3 divisi inilah yang
berperan penting menjaga citra dan
eksistensi Ben’s Radio 106,2 FM.
Hal-hal yang peneliti temukan
dari Ben’s Radio 106,2 Fm juga
disetujui oleh salah satu pendengar
radio, dimana beliau mengatakan
kebiasaan masyarakat kini sudah
berbeda, kebutuhan akan music sudah
65
lebih mudah terpenuhi dengan media
lain seperti aplikasi Joox, Spotify, atau
bahkan youtube sekalipun. Namun
dengan adanya perubahan media radio
menjadi media multiplatform inilah
yang dinilai bisa kembali menarik para
pendengar yang mulai meninggalkan
radio, kembali mendengarkan radio
dengan cara yang lebih modern.
Actuating & Communication
Merupakan tahap dimana Ben’s
Radio 106,2 Fm selaku radio yang
sedang mempertahankan eksistensinya
kepada pendengar muda,
mengaplikasikan perencanaan-
perencaanaan yang telah dirumuskan
berdasarkan hasil riset dan temuan
temuan yang mereka dapatkan.
Contoh pengaplikasian tersebut
ialah dengan membuat sebuah aplikasi.
Mereka menamakannya aplikasi Ben’s
Radio. Dimana aplikasi tersebut ini
merupakan pengembangan dari fitur
radio streaming, yang menggunakan
kecanggihan sebuah internet untuk
mendengarkan sebuah radio.
Keunggulan dari aplikasi ini ialah, di
dalam aplikasi Ben’s Radio tersendiri,
terdapat beberapa program dan
informasi yang ada dan masih banyak
lagi. Hal ini dimaksudkan agar para
pengguna aplikasi tersebut bisa
memilih lagu, program dan informasi
sesuai dengan selera mereka. Selain
dapat digunakan untuk mendengarkan
radio, aplikasi Ben’s Radio tersendiri
ini tentunya penambahan konten baru
ini diharapkan mampu memberikan
kesan fresh terhadap aplikasi tersebut.
Selain membuat aplikasi, tentunya
masih banyak lagi strategi yang
dilakukan Ben’s Radio 106,2 FM
seperti melakukan perubahan besar
pada website mereka seperti yang sudah
dijelaskan. Mereka menyadari bahwa
radio nya merupakan radio nomor 1 di
JABODETABEK kalangan dewasa
muda,terutama orang tua.
Ben’s Radio 106,2 Fm juga
memiliki sebuah special event yang
mereka buat setiap tahun. Event
tersebut adalah berupa ulang tahun
Ben’s Radio, konser yang bertemakan
musik-musik era 90’an. Tentunya
alasan mereka memilih tema era 90’an
juga karena mereka ingin
menyesuaikan dengan segmentasi
pendengar mereka. Tujuan dari konser
tersebut adalah untuk mempertahankan
eksistensi mereka di kalangan dewasa
muda. Meskipun sasaran mereka adalah
dewasa muda, tapi tidak menutup
kemungkinan juga konser ini juga turut
dihadiri oleh para generasi milenial.
Secara, konser ini akan menarik para
penggemar band favorit masyarakat
yang segmentasinya sangat beragam.
Ben’s Radio sangat memanfaatkan
fungsi media sosial sebagai alat
publikasi mereka. Melalui media sosial
seperti instagram, Whatsapp, dan
facebook mereka sering mengadakan
event seperti membagi-bagikan
voucher pulsa dan voucher belanja,
membagikan hadiah, atau sekedar
menyebarkan informasi-informasi
terkini seputar infotainment, info
lalulintas, atau hanya sekedar menyapa
para pendengarnya. Special event yang
mereka lakukan juga akan selalu
mereka publikasikan melalui media
sosial mereka. Hal tersebut dilakukan
tentunya untuk mengikuti kebiasaan
dari para pendengarnya, yang kini lebih
sering menggunakan media sosial.
Namun sayangnya, pengaplikasian
strategi mereka kurang didukung oleh
fakta yang peneliti temukan dilapangan.
Salah satu pendengar radio menyatakan
bahwa, aplikasi tersebut dinilai tidak
terlalu penting untuk diunduh, karena
beliau hanya mendengarkan sebuah
radio jika dalam perjalanan saja. Dan
pendengar ini menilai bahwa, minat
untuk mendengarkan radio ini ketika
tidak dalam perjalanan sangatlah
minim, bahkan media-media lain
seperti aplikasi music dan youtube
66
diyakini lebih memuaskan dibanding
radio. Beliau bahkan mengakui bahwa
sangat jarang ia membuka akun sosial
media ataupun website Ben’s Radio
meskipun beliau mendengarkan radio
Ben’s.
Evaluating
Tahap evaluating sangatlah
dibutuhkan dalam suatu perencanaan.
Karena pada dasarnya, tahap ini
sangatlah berguna untuk mengetahui
seberapa berhasilnya perencanaan
tersebut. Dari hasil evaluasi, biasanya
akan muncul solusi-solusi untuk
memperbaiki perencanaan selanjutnya.
Begitu juga dengan Ben’s Radio 106,2
Fm, tahap ini pun juga dikerjakan oleh
Ben’s Radio untuk mengevaluasi hasil-
hasil dari perencanaan mereka yaitu
mengubah keinginan para pendengar
untuk mendengarkan radio di jaman
media baru menjadi media
multiplatform. Proses mereka
menetapkan media nya sebagai media
multiplatform tidaklah singkat, dimulai
dari tahap riset yang mereka lakukan
dan melihat bahwa kini kebiasaan
masyarakat sudah berubah karena
adanya teknologi canggih, lalu mereka
mulai merancang sebuah strategi agar
radionya bisa tetap eksis dikalangan
masyarakat. Kesuksesan Ben’s Radio
106,2 fm sebagai radio nomor 1
JABODETABEK yang di didirikan
oleh Benyamin Suaeb (Alm.) yang
dikenal sebagai public figure
Legendaris Betawi dimana masyarakat
mengetahui legendaris tersebut.
Langkah awal yang mereka tempuh
ialah dengan menambahkan fitur
streaming pada radio mereka, kemudian
mulailah mereka membuat aplikasi
radio yang kini berbasis aplikasi
internet yang bisa di download di
telepon genggam masyarakat. namun
mereka mengakui untuk perihal aplikasi
Ben’s Radio tersendiri, mereka belum
mengadakan evaluasi besar, melainkan
hanya melakukan maintenance yang di
kontrol setiap harinya. Berdasarkan
hasil maintenance tersebut mereka saat
ini bisa mengetahui sejauh mana
aplikasi mereka diketahui oleh
masyarakat. Dengan angka 10 ribu
pengunduh dalam kurun waktu 2tahun
tidak membuat Ben’s Radio 106,2 FM
patah semangat, semakin percaya diri
untuk mempertahankan atau bahkan
meningkatkan eksistensi pendengarnya,
terutama pendengar muda di jaman
teknologi yang semakin berkembang
ini.
Selain itu, evaluasi juga
merupakan titik tumpu mengapa
mereka menetapkan diri untuk
menjadikan media radio mereka
sebagai media multiplatform.
Karena mereka menilai,
bahwasanya media radio akan
sangat sulit bertahan apabila
mereka tidak mengikuti
perkembangan jaman.
Kecanggihan teknologi seperti
televisi, website berbagi video ,
atau aplikasi musik streaming
perlahan-lahan akan membuat
media radio semakin ditinggalkan
oleh para pendengarnya. Maka dari
itu Ben’s Radio 106,2 FM bersama
rekanan nya memutuskan
menjadikan media radio mereka
media multiplatform.
Namun yang perlu
diperhatikan adalah, Ben’s Radio
perlu melakukan evaluasi terhadap
seberapa besar outcome yang
ditimbulkan dari strategi-strategi
aktivitas atau kegiatan humas nya
yang mereka aplikasikan. Karena
melihat respon dari salah satu
pendengar yang dinilai hanya
mengetahui Ben’s Radio sebagai
suatu radio saja bukan suatu media
multiplatform. Mereka perlu
melihat seberapa jauh radionya
dikenal oleh pendengarnya, lalu
sejauh mana konten-konten dari
mereka mempengaruhi
pendengarnya, dengan begitu
67
barulah tahap evaluasi ini dapat
dikatakan sempurna. Publikasi
mengenai digitalisasi radio mereka
pun juga harus di lakukan lebih
gencar lagi, melihat salah satu
pendengar mereka yang masih
tidak terlalu mengetahui perihal
aplikasi dan perubahan media radio
Ben’s Radio 106,2 FM menjadi
media Multiplatform.
PENUTUP
Keberhasilan Ben’s Radio
dalam memelihara citra perusahaan
yakni dengan terjalinnya hubungan
kerja sama Ben’s Radio dengan pihak
lain seperti pengiklan, sponsor, maupun
lembaga, Ben’s Radio mendapatkan
citra yang baik dimata client nya.
Seperti banyaknya events dari sponsor-
sponsor, banyaknya talent untuk
mempromosikan diri di Ben’s Radio
dan iklan-iklan yang hadir ditengah-
tengah siarannya. Bahwa aktivitas
Public Relations yang dilakukan Ben’s
Radio 106,2 FM dalam
mempertahankan eksistensi para
pendengar nya di jaman sekarang yang
era digital nya sudah canggih yaitu
dengan menggunakan strategi Four-
Step Public Relations. Secara garis
besar, Strategi four-step PR yang
digunakan oleh Ben’s Radio.
Humas Ben’s Radio sangatlah
berperan dalam setiap rencana-rencana
yang di keluarkan oleh Ben’s Radio.
Karena, Humas Ben’s Radio
mengerjakan mulai dari melihat situasi
dan melihat kebiasaan masyarakat agar
bisa tahu strategi apa yang harus di
kerjakan, kemudian merumuskan hal
tersebut kepada divisi lain untuk
dibicarakan bersama-sama, hingga
merancang dan melaksanakan strategi
bersama dengan team atau divisi lain
untuk bertahan di jaman era digital ini
yang semakin berkembang luas. Ben’s
Radio mengadakan event 3-4 kali
dalam setahun, hal ini dilakukan untuk
menunjukan eksistensi nya menjalin
dan menyapa kepada para pendengar
nya. Event ini dilakukan tiap 3 bulan
sekali dengan menunjukkan program
baru setiap tahun. Ben’s Radio
mengadakan community gathering
secara rutin. Gathering ini ditujukan
agar para pendengar Bens Radio dapat
saling kenal dan bertukar informasi,
juga untuk menjaga pendengar agar
tetap setia terhadap Ben’s Radio. Dan
dari sini Ben’s Radio juga dapat
mengevaluasi apa kekurangan-
kekurangan yang masih harus di
perbaiki karena di rasa kurang oleh
pendengar.
DAFTAR PUSTAKA
Ardian, Bagus, 2007. Teori
Pertumbuhan Kota. Jakarta:
Urban Planner.
Danandjaja. 2011. Peranan Humas
dalam perusahaan. Cetakan
pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Cultip, Scott M., Allen. H. Center &
Glen M. Broom. 2005. Effective
Public Relations (8thedition).
Jakarta: PT Indeks Kelompok
Gramedia
Dominick, Joseph R. 2001. The
Dynamic Of Mass
Communication. New York:
Random House.
Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu
Komunikasi, Teori dan Praktek.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kasali, Rhenald, 2005. Manajemen
Public Relations, Konsep dan
Aplikasinya di Indonesia.
Jakarta: PT. Pustaka Grafiti.
Masduki, 2004. Menjadi Broadcaster
Profesional. Yogyakarta:
Pustaka Populer.
Moleong, J, Lexy. 2006. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Morissan. 2008. Manajemen Media
Penyiaran. Jakarta: Prenada
Media Group.
68
Morissan, 2005. Media Penyiaran
Strategi Mengelola Radio dan
Televisi. Tangerang: Ramdina
Prakasa,.
Rahanatha, Bayu. 2008. Skema
Pembentukan Positioning
Terhadap Pendengar Dari
Sebuah Stasiun Radio. Jakarta:
Visuo.
Romli, M. 2009. Basic Announcing:
Dasar-Dasar Siaran Radio.
Bandung: Penerbit Nuansa,.
Severin, W.J dan J.W Tankard. 2008.
Teori Komunikasi: Sejarah,
Metode, Terapan. Edisi ke-lima.
Prenada Media Kencana.
Jakarta.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
CV. Alfabeta, BandungTheaker,
Alison. 2001, The Public
Relations Handbook. London
dan New York: Roultledge
69
PENGARUH KEGIATAN EMPLOYEE RELATIONS TERHADAP
MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT. SOMAN INDONESIA
Vili1
Mega Nancy2
The London School of Public Relations Jakarta
Sudirman Park Campuss - Jl. K.H Mas Mansyur, Kav.35, Jakarta Pusat 10220.
ABSTRAC
In organizational communication, employee relations is indispensable because it develops a
good relationship between leader and employees and vice versa between employees. This
research tries to find out the impact of employee relations activities towards the level of work
motivation in PT. Soman Indonesia . There are 90 respondents who are the employees of PT.
Soman Indonesia. This research uses quantitative method with questionnaire as data collection.
The result shows that there is an affect on employee relations of 43,6% contribution to work
motivation. Meanwhile, another 56,4% was affected by other variables that are not investigated
in this research
Keywords: Employee Relations, employee, work motivation
ABSTRAK
Dalam komunikasi organisasi, employee relations sangat diperlukan karena berfungsi untuk
menumbuhkan hubungan yang baik antara pimpinan dengan karyawan atau sebaliknya maupun
sesama karyawan. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan employee
relations di perusahaan PT. Soman Indonesia.Dalam penelitian ini, terdapat 90 orang responden
yang merupakan karyawan dari PT. Soman Indonesia.Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dan melakukan penyebaran kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh sebesar 43,6% employee relations memiliki kontribusi pengaruh terhadap
motivasi kerja. Sedangkan 56,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
Kata Kunci : Employee Relations, Employee, Motivasi Kerja
PENDAHULUAN
Setiap organisasi tentu memiliki
suatu tujuan tertentu untuk dicapai.
Tujuan yang telah ditetapkan tersebut
tidak akan berhasil dicapai jika para
anggota dari organisasi tersebut bekerja
sendiri, karena seperti yang
dikemukakan oleh Robbins (2013)
bahwa organisasi merupakan sebagai
kesatuan (entity) sosial yang
dikoordinasikan secara sadar dengan
batasan yang relatif dapat diidentifikasi
yang bekerja atas dasar yang relatif
terus menerus untuk mencapai suatu
tujuan bersama atau sekelompok
tujuan.
Kerja sama yang baik antara
satu individu dengan individu lainnya
dalam organisasi sangat dibutuhkan
demi mencapai tujuan organisasi
tersebut. Karyawan merupakan salah
satu sumber daya yang ada pada suatu
organisasi yang diharapkan dapat
bekerja sama guna mencapai tujuan
dari organisasi tersebut Robbins
(2013).
Pengertian Komunikasi
Organisasi menurut Pace, Faules
(2006, p.33) adalah perilaku
70
keorganisasian yang terjadi dan
bagaimana mereka yang terlibat dalam
proses itu bertransaksi dan memberi
makna atas apa yang sedang terjadi.
Hubungan komunikasi yang baik
antara sesama anggota organisasi
sangat dibutuhkan dalam
pembentukan kerjasama yang baik
antara organisasi dan anggotanya.
Sebuah organisasi tidak mungkin akan
berjalan dengan baik tanpa adanya
komunikasi. Oleh karena itu, jalinan
komunikasi yang baik antar anggota
sangat dibutuhkan. Salah satu bagian
dari organisasi yang dapat membantu
jalannya suatu komunikasi baik secara
internal maupun eksternal dalam suatu
organisasi tersebut adalah peran Public
Relations (PR).
Achievementmotivation training
merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk menyemangati
individu agar memiliki konsep
berprestasi dalam merencanakan
langkah untuk peningkatan prestasi.
Metode achievement motivation
training yang digunakan merupakan
dasar dari aliran psikologi belajar
yaitu: frekuensi pengukuhan, makna
dari materi yang dipelajari dan resitasi
yang memiliki peranan penting dalam
menghasilkan peningkatan perilaku
secara cepat. Ada empat kelompok
besar materi yang dikembangkan
olehMcClelland (Latham&Pinder,
2005).Andhini (2013) dalam hasil
penelitiannya menyatakan bahwa
Achievementmotivation training dapat
meningkatkan motivasi berprestasi
karyawan.
Pada Kenyataannya, kegiatan
employee relations dalam suatu
organisasi tidak selalu berjalan dengan
efektif, bahkan seringkali dihiraukan
oleh pihak manajemen yang pada
akhirnyamengakibatkan hubungan
kerja karyawan dengan perusahaan
tidak terjalin dengan baik, dan menjadi
salah satu faktor menurunnya motivasi
kerja karyawan sehingga
mengakibatkan sulitnya tercapai
tujuan utama yang telah ditetapkan
oleh suatu organisasi atau perusahaan
sesuai dengan yang direncanakan.
Tolak ukur keberhasilan suatu
organisasi tidak hanya melalui faktor
eksternal organisasi seperti faktor
ekonomi, likuiditas, dan rentabilitas.
Namun juga faktor internal yakni iklim
kerja dan kebutuhan psikologis.
Faktor-faktor psikologis merupakan
salah satu faktor yang menjadi tolak
ukur tinggi atau rendahnya motivasi
kerja yang dimiliki oleh karyawan.
Motivasi kerja tersebut dipengaruhi
oleh iklim kerja yang beberapa
diantaranya adalah hubungan antar
manusia, jenis pekerjaan, lingkungan
pekerjaan serta kesejahteraan diri.
Kewajiban yang harus dimiliki
perusahaan adalah menumnuhkan
serta meningkatkan motivasi kerja
karyawannya(Rivai dan Basri, 2005,
p.50).
Bagi sebuah perusahaan,
program employee relations sangatlah
diperlukan, karena dapat membina
hubungan yang baik antara sesama
karyawan dan perusahaan. Hubungan
dan komunikasi yang baik bagi
karyawan merupakan salah satu dari
aspek dalam memotivasi kerja
karyawan. Selain itu, motivasi yang
timbul dari karyawan pun didasarkan
dari keterlibatannya atas program
employee relations, hal inilah sebagai
salah satu faktor utama yang
memotivasi kerja karyawan, yaitu
merasa dilibatkan secara langsung.
Smith (2005:4) juga menyatakan
bahwa untuk memotivasi karyawan
dalam bekerja diperlukan strategi
komunikasi internal. Komunikasi
internal yang baik dapat
menggerakkan para karyawan agar
memiliki gairah kerja yang lebih baik
dan menciptakan motivasi pada diri
mereka. Motivasi terbentuk dari sikap
(attitude) karyawan dalam
menghadapi situasi kerja di
71
perusahaan. Motivasi merupakan
kondisi atau energi yang
menggerakkan diri karyawan yang
terarah atau tertuju untuk mencapai
tujuan organisasi perusahaan. Sikap
mental karyawan yang positif terhadap
situasi kerja itulah yang memperkuat
motivasi kerjanya untuk mencapai
kinerja maksimal (Mangkunegara,
2010:61).
PT. Soman Indonesia
merupakan perusahaan nasional yang
membidangi pengadaan dan
pemasaran produk kesehatan berbahan
dasar herbal dari tanaman obat asli
Indonesia, PT. Soman Indonesia
berdiri sejak 5 Februari 2009.Pada
tahun 2009 PT. Soman Indonesia
adalah perusahaan jamu tetes pertama
dari Indonesia yang menggunakan
98% bahan alami dalam proses
pembuatannya.Dengan jumlah
karyawan yang cukup banyak maka
peneliti merasa PT. Soman Indonesia
merupakan objek yang bagus untuk
penelitian, karena selain karena PT.
Soman Indonesia sendiri mempunyai
bagian Internal Communication yang
berada di bawah departemen HRD
namun belum diketahui kinerja dari
bagian ini sudah maksimal atau belum.
Pentingnya komunikasi bagi
manusia tidaklah dapat dipungkiri,
begitu juga halnya bagi suatu
organisasi. Dengan adanya komunikasi
yang baik, suatu organisasi dapat
berjalan dengan lancar dan berhasil
begitu pula sebaliknya, kurangnya atau
tidak adanya komunikasi, organisasi
dapat macet atau
berantakan.Pengkajian mengenai
peranan komunikasi dalam organisasi
oleh para ahli semakin berkembang,
karena pengaruh dari komunikasi dalam
organisasi dipandang dapat
meningkatkan sumber daya manusia
dan produktivitas dalam organisasi
denganterciptanya hubungan antar
individu dalam organisasi
tersebut(Kholil, 2011, p.86).
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif, karena penelitian ini
menggunakan populasi atau sampel
tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrument penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/
statistik, dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan.
Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan verifikatif, yaitu melakukan
pengujian hipotesis dilakukan dengan
mengunakan perhitungan statistik yang
digunakan untuk mengujipengaruh
variabel X (bebas) terhadap Y.(terikat).
Sugiyono, (2013, p. 140). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh
Karyawan PT. Soman Indonesia
sebanyak 90 orang. Sampel dalam
penelitian ini adalah menggunakan
teknik sampel Jenuh, yaitu seluruh
Populasi Karyawan PT. Soman
Indonesia dijadikan sebagai sampel
penelitian sebanyak 90 orang.
Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya.
Teknik penyebaran angket (kuesioner)
dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara memberikan 8 pernyataan terkait
dengan variabel Staff Gathering (X1), 8
pernyataan terkait dengan variabel Staff
Award (X2)dan 8 pernyataan terkait
dengan variabel Motivasi Kerja (Y)
kepada 90 orang karyawan PT. Soman
Indonesia.
LANDASAN TEORITIS
Employee Relations dengan Public
Relation
Employeerelations sendiri
sebenarnya merupakan bagian dari
kegiatan humas internal. Hubungan
antara sesama pegawai pada suatu
perusahaan atau sesama anggota sebuah
organisasi lebih fokus pada aspek-aspek
manusiawi. Sehingga hal tersebut tidak
sepenuhnya sama dengan hubungan-
72
hubungan industri. Namun diantara
keduanyaterdapat hubungan yang erat
mengingat hubungan industri juga
sangat dipengaruhi oleh efektif atau
tidaknya komunikasi di kalangan
pegawai atau karyawan (Ruslan, 2014,
p.272).
Pelaksanaan program employee
relations (hubungan masyarakat
internal) yang tepat dalam suatu
organisasi merupakan sarana teknis
atau suatu kegiatan metode komunikasi
yang memiliki kekuatan mengelola
sumber daya manusia dan lain
sebagainya demi pencapaian tujuan
komunikasi. “Komunikasi kedalam
dengan melalui program employee
relationstersebut diharapkan akan
menimbulkan hasil yang positif, yaitu
karyawan merasa dihargai dan
diperhatikan oleh pihak pimpinan
perusahaan” (Ruslan, 2014, p.272).
Melalui program employee
relations diharapkan akan
menimbulkan hasil yang positif, yaitu
karyawan merasa dihargai dan
diperhatikan oleh pihak pimpinan
perusahaan. Sehingga dapat
menciptakan rasa memiliki (sense of
belonging), motivasi kreatifitas dan
ingin mencapai prestasi kerja
semaksimal mungkin(Ruslan, 2014,
p.272).
Hubungan masyarakat internal
(internal public relations) dalam suatu
peusahaan terdiri dari beberapa
tingkatan :
1. Hubungan dengan pekerja atau
karyawan (employe relations)
pada umumnya, beserta keluarga
karyawan khususnya.
2. Hubungan dengan pihak
jajaran pimpinan dalam
manajemen perusahaan
(management relations), baik di
level korporat atau level sebagai
pelaksana.
3. Hubungan dengan pemilik
perusahaan atau pemegang saham
(Stake Holder Relations).
Karyawan atau pekerja
merupakan aset yang cukup penting.
Nyatanya karyawan itu sendiri terkait
erat dengan status atau kedudukan yang
saling berbeda antara satu orang dengan
yang lainnya, mempunyai perbedaan-
perbedaan yang cukup mencolok.
Misalnya dapat dilihat pada tingkat
kemampuan, pengalaman, pendidikan,
pangkat, gaji, usia, dan lain
sebagainya.Namun demikian pada
prinsipnya karyawan tersebut memiliki
keinginan yang sama terhadap pihak
pimpinan atau perusahaan yaitu :
1. Upah yang diberikan cukup
dan layak.
2. Ingin mendapatkan perlakuan
yang adil dan sama dalam hal
kesempatan untuk berkarir dari
perusahaan dan meraih prestasi
kerja yang maksimal sesuai
dengan kemampuan.
3. Iklim tempat bekerja yang
kondusif dan penuh ketenangan
serta mendapat penghargaan yang
baik dari pimpinan.
4. Keinginan-keinginan atau
perasaan yang mendapat saluran
positif dan diakui atau dihargai
oleh
perusahaan/pimpinan(Ruslan,
2014, p.274).
Kegiatan Employee Relations
adalah kegiatan yang dengan sengaja
dilakukan oleh perusahaan bagi publik
internalnya (karyawan) guna mencapai
tujuan perusahaan yaitu untuk
memotivasi kinerja di dalam
perusahaan.Fungsi divisi Humas
berperan menciptakan hubungan yang
harmonis dengan publik internal dalam
hal ini karyawan, di mana hubungan
yang terjalin dikenal dengan sebutan
Employee Relations. Hal ini sangat
diperlukan dalam menciptakan
komunikasi organisasi yang efektif
(Ruslan, 2014, p.273).
Maksud dan tujuan kegiatan
komunikasi hubungan masyarakat
internal yang dilaksanakan oleh
73
manajer Humas melalui program kerja
Employee Relations, antara lain sebagai
berikut (Ruslan, 2014, p.277):
a. Sebagai sarana komunikasi
internal secara timbal balik
yang dipergunakan dalam
suatu organisasi/perusahaan.
b. Untuk menghilangkan
kesalahpahaman atau
hambatan komunikasi antara
manajemen perusahaan
dengan para karyawannya.
c. Sebagai sarana saluran atau
alat komunikasi dalam upaya
menjelaskan tentang
kebijaksanaan, peraturan dan
ketatakerjaan dalam sebuah
organisasi/perusahaan.
d. Sebagai media komunikasi
internal bagi pihak karyawan
untuk menyampaikan
keinginan-keinginan atau
sumbang saran dan informasi
serta laporan kepada pihak
manajemen perusahaan
(pimpinan).
Jenis-Jenis Kegiatan Employee
Relations
Kegiatan employee relations
dalam suatu organisasi atau perusahaan
dapat dilaksanakan dalam bentuk
berbagai macam aktivitas dan program,
antara lain sebagai berikut (Ruslan,
2014, p.278) :
1) Program Pendidikan dan
Pelatihan
Program pendidikan dan
pelatihan yang dilaksanakan
oleh perusahaan, dalam upaya
meningkatkan kinerja dan
keterampilan (skill) karyawan
dan kualitas maupun kuantitas
pemberian jasa pelayanan dan
sebagainya.
2) Program Motivasi Kerja
Berprestasi
Program tersebut dikenal
dengan istilah Achievement
Motivation Training (AMT),
dimana dalam pelatihan
tersebut diharapkan dapat
mempertemukan antara
motivasi dan prestasi (etos)
kerja serta disiplin karyawan
dengan harapan-harapan atau
keinginan dari pihak
perusahaan dalam mencapai
produktivitas yang tinggi.
3) Program Penghargaan
Program Penghargaan yang
dimaksudkan disini
adalahupaya pihak perusahaan
(pimpinan) memberikan suatu
penghargaan kepada para
karyawan, baik yang
berprestasi kerja maupun
cukup lama masa pengabdian
pekerjaan. Penghargaan yang
diberikan akan menimbulkan
loyalitas dan rasa memiliki
(sense of belonging) yang
tinggi terhadap perusahaan.
4) Program Acara Khusus
(Special Events)
Yakni merupakan program
khusus yang dirancang diluar
bidang pekerjaan sehari-hari,
misalnya dalam rangka ulang
tahun perusahaan, diadakan
kegiatan keagamaan, olahraga,
lomba dan hingga berpiknik
bersama yang dihadiri oleh
pimpinan dan semua
karyawannya. Kegiatan
tersebut dimaksudkan untuk
menumbuhkan rasa keakraban
bersama diantara sesama
karyawan dan Pimpinan.
5) Program Media Komunikasi
Internal
Membentuk media
komunikasi internal
melaluibulletin,news release
(majalah dinding), dan
majalah perusahaan / PR yang
berisikan pesan,informasi dan
berita yang berkaitan dengan
kegiatan antar karyawan atau
perusahaan dengan pimpinan.
74
Pengertian dari kegiatan
employee relations juga dikemukakan
oleh Jery A. Hendrix yang mengatakan
:
“Programming for employee
relations should include the
careful planning of theme and
messages, action or special
event(s), and controlled media,
and execution, using the
principles of effective
communication. Action and
special events used in employee
relations programs include :
1. Training seminars
2. Special programs on safety or
new technology
3. An open house for employees
and their families
4. Parties, receptions and other
social affairs
5. Other employee special events
related to organizational
development” Hendrix (dalam
Dewi, 2008).
Jika penulis terjemahkan
pengertian di atas sebagai berikut:
Program untuk hubungan dengan
karyawan harus memperhatikan
kebutuhan karyawan adapun pesan-
pesan, tindakan atau acara khusus,
kontrol media dan pelaksanaanya
dengan menggunakan prinsip
komunikasi efektif. Tindakan atau
acara khusus yang digunakan di dalam
program hubungan karyawan yaitu:
Pelatihan seminar, Program khusus
pada perlindungan atau teknologi baru,
Open house untuk karyawan dan
keluarga karyawan, Pesta, resepsi dan
kegiatan sosial lainnya, Acara khusus
karyawan lainnya yang dihubungkan
untuk mengembangkan organisasi.
Beberapa kegiatan-kegiatan yang
telah diuraikan di atas dapat dikatakan
sebagai aktivitas Humas dalam
upayanya memotivasi kerja karyawan
yang diharapkan karyawan lebih
termotivasi lagi untuk memajukan
perusahaan. Dalam meningkatkan
interpersonal relations antar sesama
karyawan maka dibuatlah acara seperti
gathering, baik berupa employee
gathering maupun family gathering.
MenurutSilvia dan Widodo (2009,
p.58) Employee gathering adalah salah
satu cara untuk menjalin hubungan
yang lebih baik antara pimpinan dengan
karyawan. Media Gathering ini
memberikan peluang terciptanya
suasana hangat dan kondusif antara
pimpinan dengan staf perusahaan.
Beberapa contoh format acara adalah
coffeemorning, makan siang atau
malam, buka puasa bersama,
productatau service softlaunching,
wisata bersama, bermain atau
bertanding olahraga bersama, dan lain-
lain.Tujuan gathering secara umum
adalah meningkatkan kebersamaan,
semangat, loyalitas, kesatuan dan
persatuan sesama karyawan (espirit de
corps). Sehingga diharapkan
sekembalinya peserta gathering dari
kegiatan tersebut peserta lebih segar
dan jernih baik jasmani maupun
rohaninya. Dan ini tentu baik bagi
kemajuan suatu perusahaan.Selain itu
kegiatan employee relation dapat juga
berupa staff award/ employee award,
yaitu upaya pihak perusahaan
(pimpinan) memberikan suatu
penghargaan kepada para karyawan,
baik yang berprestasi kerja maupun
cukup lama masa pengabdian
pekerjaan. Penghargaan yang diberikan
akan menimbulkan loyalitas dan rasa
memiliki (sense of belonging) yang
tinggi terhadap perusahaan (Ruslan,
2014, p.278).
Motivasi Kerja
Motivasi merupakan dorongan
terhadap serangkaian proses perilaku
manusia pada pencapaian tujuan.
Sedangkan elemen yang terkandung
dalam motivasi meliputi unsur
membangkitkan, mengarahkan,
menjaga, menunjukkan intensitas,
75
bersifat terus menerus dan adanya
tujuan (Wibowo, 2014, p.323).
Motivasi kerja dapat memberikan
energi yang menggerakkan segala
potensi yang ada, menciptakan
keinginan yang tinggi dan luhur, serta
meningkatkan kebersamaan. Masing-
masing pihak bekerja menurut aturan
dan ukuran yang ditetapkan dengan
saling menghormati, saling
membutuhkan, saling mengerti, dan
menghargai, hak dan kewajiban
masing-masing dalam keseluruhan
proses kerja, sehingga tenaga kerja
secara produktif dapat berhasil
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh perusahaan.
Teori Motivasi Kerja
Berikut adalah beberapa Teori
Motivasi kerja :
1. Teori Kepuasan
Teori ini berdasarkan
pendekatan atas faktor-faktor
kebutuhan dan kepuasan individu
yang menyebabkan bertindak dan
berperilaku secara tertentu. Teori
ini memusatkan perhatian pada
faktor-faktor dalam diri orang
yang menguatkan, mengarahkan,
mendukung dan menghentikan
perilakunya.Teori ini mencoba
menjawab pertanyaan kebutuhan
yang memuaskan dan mendorong
semangat bekerja seseorang. Hal
yang memotivasi semangat
bekerja seseorang adalah untuk
memenuhi kebutuhan dan
kepuasan materil atau
nonmaterial yang diperolehnya
dari hasil pekerjaannya. Jika
kebutuhan dan kepuasan akan
semakin terpenuhi, maka
semangat bekerjanya akan
semakin baik Hasibuan (2010,
p.104).
2. Teori Motivasi Klasik
Taylor (dalam Hasibuan,
2010, p.104) motivasi para
pekerja hanya untuk dapat
memenuhi kebutuhan dan
kepuasan biologis saja.
Kebutuhan biologis adalah
kebutuhan yang diperlukan untuk
mempertahankan kelangsungan
hidup seseorang.
3. Maslow’s Need Hierarchy
Theory
Maslow (dalam Hasibuan,
2010, p.104) menyatakan bahwa
kebutuhan dan kepuasan
seseorang itu jamak yaitu
kebutuhan biologis dan
psikologis secara materil dan
non-materil.
Tingkat kebutuhan manusia
menurut maslow, sebagi berikut :
a) Physiological Needs
Physiological needs yaitu
kebutuhan yang
diperlukan untuk
mempertahankan
kelangsungan hidup
sesorang. Keinginan
untuk memenuhi
kebutuhan fisik yang
merangsang seseorang
dalam berperilaku dan
bekerja giat. Kebutuhan
fisik ini merupakan
kebutuhan utama, tetapi
merupakan bobot yang
tingkatnya paling rendah.
b) Safety and security needs
Safety and security needs
(keamanan dan
keselamatan) adalah
kebutuhan akan keamanan
dari ancaman yaitu
merasa aman dari
ancaman kecelakaan dan
keselamatan dalam
melakukan pekerjaan.
c) Affiliation or acceptance
needs
Affiliation or acceptance
needs merupakan
kebutuhan sosial, teman,
dicintai dan mencintai
serta diterima dalam
76
pergaulan kelompok
karyawan dan lingkungan.
Manusia pada dasarnya
selalu ingin hidup
berkelompok dan tidak
seorangpun manusia ingin
hidup menyendiri
ditempat terpencil.
d) Esteem or status needs
Esteem or status needs
adalah kebutuhan akan
penghargaan diri,
pengakuan serta
penghargaan dari
karyawan dan masyarakat
lingkungannya. Idealnya
timbul karena adanya
prestasi, tetapi tidak
selamanya demikian.
Akan tetapi perlu
diperhatikan oleh
pimpinan bahwa akan
semakin tinggi
kedududukan seseorang
dalam masyarakat atau
posisi seseorang dalam
suatu perusahaan maka
semakin tinggi pula
presatasinya.
e) Self actualization
Self actualization adalah
kebutuhan akan
aktualisasi diri dengan
menggunakan kecakapan,
keterampilan, dan potensi
optimal untuk mencapai
prestasi kerja yang sangat
memuaskan atau luar
biasa yang sulit dicapai
orang lain. Kebutuhan ini
merupakan realisasi
lengkap potensi seseorang
secara penuh.Keinginan
seseorang untuk mencapai
kebutuhan sepenuhnya
dapat berbeda satu dengan
yang lainnya. Pemenuhan
kebutuhan ini dapat
dilakukan oleh para
pimpinan perusahaan
dengan
menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan.
4. Teori motivasi dua faktor
dari herzberg’s
Teori motivasi dua faktor
atau teori motivasi kesehatan dan
faktor higienis adalah motivasi
yang ideal yang dapat
merangsang usaha dalam peluang
untuk melaksanakan tugas yang
lebih membutuhkan keahlian dan
peluang untuk mengembangkan
kemampuan.
Hubungan Employee Relation dengan
Motivasi Kerja
Employee relations (hubungan
kepegawaian) tidak dilihat dalam
pengertian yang sempit, yaitu sama
dengan hubungan industrial yang hanya
menekankan pada unsur-unsur proses
“produksi”, dan “upah” yang terkait
dengan “lingkungan kerja”.
Pengertiannya lebih dari itu, hubungan
tersebut dipengaruhi oleh hubungan
komunikasi internal antar karyawan
dengan karyawan lainnya, atau
hubungan antara karyawan dan
manajemen perusahaan yang efektif
(Samarasinghe, 2017:59).
Pelaksanaan program employee
relations (hubungan masyarakat
internal) yang tepat dalam suatu
organisasi merupakan sarana teknis
atau suatu kegiatan metode komunikasi
yang memiliki kekuatan mengelola
sumber daya manusia dan lain
sebagainya demi pencapaian tujuan
komunikasi. “Komunikasi kedalam
dengan melalui program employee
relations tersebut diharapkan akan
menimbulkan hasil yang positif, yaitu
karyawan merasa dihargai dan
diperhatikan oleh pihak pimpinan
perusahaan” (Ruslan, 2010:250).
Salah satu faktor yang memiliki
hubungan positif dengan kegiatan
employee relations adalah motivasi,
seperti yang dikatakan oleh Ruslan
77
(2010:250-251) sebagai berikut:
“Membina hubungan yang positif antar
karyawan (employee relations), dan
antara karyawan dengan pimpinan atau
sebaliknya, sehingga akan tumbuh
corporate culture (budaya perusahaan)
yang mengacu kepada disiplin dan
motivasi kerja.
PEMBAHASAN
Uji Validitas Variabel Employee
Relations(X)
Analisis uji validitas dari
variabel Employee Relations(X)
menggunakan komputer program SPSS
Versi 22for windows inputdata variabel
Employee Relationsyang merupakan
data ordinal dari sampel berjumlah
30dengan jumlah soal sebanyak 15
Pernyataan. Untuk masing-masing
pernyataan pada variabel Employee
Relations (X) seluruh item terbukti
valid, karena nilai rhitung yang dihasilkan
lebih besar dari pada nilai rtabel yang ada
untuk n = 30 yaitu 0,300. Hal tersebut
sesuai apa yang dikemukakan oleh
Notoatmojo (2010, p.167) bahwa jika
rhitung yang dihasilkan lebih besar dari
pada nilai rtabel maka instrumen
pertanyaan atau alat ukur dinyatakan
valid. Itu sejalan dengan pendapat
Alimul (2003, p.36) dimana melalui uji
validitas tersebut, instrumen-instrumen
yang digunakan untuk mengukur
konsep pada penelitian ini akan
diketahui keabsahan dan validitasnya
dengan melihat nilai rhitung yang
dihasilkan lebih besar dari pada nilai
rtabel.
Uji Validitas Variabel Motivasi
Kerja(Y)
Analisis uji validitas dari
variabel Motivasi Kerja (Y)
menggunakan komputer program SPSS
Versi 22for windows input data variabel
kinerjayang merupakan data ordinal
dari sampel berjumlah 30dengan
jumlah soal sebanyak 9 Pernyataan.
untuk masing-masing
pernyataan pada variabel Motivasi
Kerja (Y) seluruh item terbukti valid,
karena nilai rhitung yang dihasilkan lebih
besar dari pada nilai rtabel yang ada
untuk n = 30 yaitu 0,300. Yang berarti
bahwa sesuai dengan pemikiran Alimul
(2003, p.36) dikatakan item pertanyaan
valid, jika rhitung yang dihasilkan lebih
besar daripada nilai rtabel. Hal ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan
Notoatmojo (2010, p.167) bahwa uji
validitas yang digunakan ini bertujuan
untuk mengukur relevan tidaknya
pengukuran dan pengamatan yang
dilakukan pada penelitian ini dengan
melihat nilai rhitung yang dihasilkan lebih
besar dari pada nilai rtabel.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen merupakan
syarat untuk pengujian validitas
instrumen.Instrumen yang valid
umumnya pasti reliabel, tetapi
pengujian reliabilitas perlu dilakukan.
Berikut tabel hasil reliabilitas
instrument :
Uji Reliabilitas Variabel Employee
Relations(X)
78
Tabel 2. Uji Reliabilitas Variabel Employee Relations(X).
Sumber : Pengolahan Data SPSS versi 22.
Dari tabel diatas dapat
dilihat bahwa variabel
Employee Relations dikatakan
reliabel, karena nilai rhitung lebih
besar daripada rtabel yaitu
0,903>0,600dikatakan reliabel
dengan ketentuan N=15 taraf
signifikan 5%.Sesuai dengan
pemikiran Notoatmojo (2010,
p.168) yang menyatakan bahwa
semua instrument pertanyaan
dinyatakan reliabel jika nilai
rhitung lebih besar daripada rtabel
(>0.6). Hal ini sejalan dengan
apa yang dikemukakan oleh
Sekaran dan Bougie (2013,
p.52) nilai rhitung lebih besar
daripada rtabel adalah untuk
menujukkan seberapa besar
reliabel data.
Uji Reliabilitas Variabel Motivasi Kerja (Y)
Tabel 38. Uji Reliabilitas Variabel Motivasi Kerja (Y). Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.678 9
Sumber : Pengolahan Data SPSS versi 22.
Dari tabel diatas dapat
dilihat bahwa variabel Motivasi
Kerjadikatakan reliabel, karena
nilai rhitung lebih besar daripada
rtabel yaitu 0,678>0,600
dikatakan reliabel dengan
ketentuan N= 9 taraf signifikan
5%.Hal tersebut sesuai dengan
pemikiran Notoatmojo (2010,
p.168) bahwa semua instrument
pertanyaan dinyatakan reliabel
jika nilai rhitung lebih besar
daripada rtabel (>0.6). Dan juga
sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Hair Et Al,
(2010, p.125) Sumber : Pengolahan Data SPSS versi
22
Uji Normalitas
Gambar Histogram. Gambar P-Plot Normalitas.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.903 15
79
Berdasarkan Gambar
Histogram menunjukan kurva
normal, dan Gambar p-plot residual
mendekati garis diagonal
menunjukan data terdistribusi
normal. Hal tersebut sesuai dengan
apa yang dikemukakan Sudjana,
(2005, p.35) bahwa pengujian
asumsi berdistribusi normal
dilakukan untuk melihat apakah
residual memenuhi asumsi
berdistribusi normal atau tidak.
Kenormalan suatu data dapat dilihat
dari plotnya. Apabila plot sudah
mendekati garis linier, dapat
dikatakan bahwa data tersebut
memenuhi asumsi yaitu
berdistribusi normal.
Uji Regresi Sederhana
Tabel 3.Uji regresi Sederhana. Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.253 .354 3.544 .001
MOTIVASI_KERJA .699 .085 .660 8.249 .000
a. Dependent Variable: EMPLOYEE_RELATIONS
Sumber : Pengolahan Data SPSS versi 22.
Berdasarkan tabel tersebut di
atas, maka persamaan regresi linier
sederhananya adalah sebagai
berikut :
Y = 1,253 + 0,699 X
Berdasarkan hasil perhitungan
diatas dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Nilai konstanta intersep
sebesar 1,253, merupakan
konstanta (a). Menyatakan
bahwa kalau X=0, maka nilai
Y= 1,253
2) Nilai koefisien regresi variabel
employee relations (X)
terhadap Motivasi Kerja (Y)
adalah sebesar 0,699. Hal ini
berarti jika employee relations
naik 1 satuan maka akan
meningkatkan Motivasi Kerja
sebesar 0,699
1. Uji Koefesien Korelasi
Tabel 41. Uji Korelasi variabel employee relations(X) terhadapMotivasi Kerja
(Y).
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .660a .436 .430 .29490
a. Predictors: (Constant), MOTIVASI_KERJA
b. Dependent Variable: EMPLOYEE_RELATIONS
Sumber : Pengolahan Data SPSS versi 22.
angka R (koefisien korelasi)
sebesar 0.660.Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi hubungan yang kuat
antara employee relationsterhadap
Motivasi Kerja. Hal ini sesuai
dengan pemikiran Spitzberg dan
Cupach (dalam Andayani, 2009)
menyatakan bahwa seseorang yang
mampu melakukan employee
relations dengan efektif akan
menciptakan hubungan
interpersonal yang hangat dan
80
menyenangkan serta
memungkinkan dirinya untuk
menjalin dan membina hubungan
yang bermakna dengan orang lain.
Begitu juga dalam organisasi yang
dikemukan oleh Rajhans (2012,
p.81-85), dengan berkomunikasi
atau employee relations juga dapat
menunjang karyawan dalam
menjalin dan membina hubungan
kerja yang baik dengan karyawan
lain mendukung tumbuhnya
motivasi kerja pada karyawan.
Uji Determinasi
Berdasarkan Tabel 38
diketahui hasil dari nilai R2 (R
Square) sebesar 0.436. Hal ini
menunjukan bahwa sebesar 43,6%
employee relations memiliki
kontibusi pengaruh terhadap
Motivasi Kerja, sedangkan sisanya
sebesar 56,4% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini. Hal ini juga
sesuai dengan pemikiran Imam
Ghozali (2009, p.11) yang
menyatakan bahwa koefisien
determinasi pada intinya mengukur
seberapa besar kemampuan sebuah
model dalam menerangkan variasi
variabel dependen.
Hal ini juga sesuai pemikiran
oleh Wibowo (2014, p.232) bahwa
motivasi kerja dapat memberikan
energi yang menggerakkan segala
potensi yang ada, menciptakan
keinginan yang tinggi dan luhur,
serta meningkatkan kebersamaan.
Masing-masing pihak bekerja
menurut aturan dan ukuran yang
ditetapkan dengan saling
menghormati, saling membutuhkan,
saling mengerti, dan menghargai,
hak dan kewajiban masing-masing
dalam keseluruhan proses kerja,
sehingga hubungan kerja dalam
organisasi bisa terus dipelihara dan
dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan perusahaan. Menurut
Siagian (2008, p.26 ) komunikasi
yang baik merupakan kunci untuk
memelihara hubungan kerja.
Komunikasi yang baik adalah
komunikasi yang terbuka antar
karyawan, termasuk dari atasan
kepada bawahan sehingga
terciptanya motivasi kerja yang
besar/tinggi,(Hasugian, 2017, p.17).
Uji Hipotesis (uji t)
Pengaruh employee relations (X) terhadap Motivasi Kerja (Y) Tabel 4.UjiRegresi variable employee relations(X) terhadap Motivasi Kerja (Y)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.253 .354 3.544 .001
MOTIVASI_KE
RJA
.699 .085 .660 8.249 .000
a. Dependent Variable: EMPLOYEE_RELATIONS
81
Jika diperhatikan hasil tabeldi
atas dengan menggunakan
perhitungan analisis SPSS Versi
22, maka nilai thitung untuk
variabel employee relations
(X)terhadap Motivasi Kerja (Y)
adalah sebesar8,249, sedangkan
nilai ttabel untuk n= 90 adalah
sebesar 1,661. Jadi karena nilai
thitung> ttabel, yaitu 8,249 >
1,661dapat disimpulkan bahwa
variabel employee
relationsmempunyai pengaruh
yang positif terhadap Motivasi
Kerja. Nilai probabilitas
(signifikansi) = 0.000 yaitu
berada di bawah 0.050 dengan
demikian Ha diterima, dapat
disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang positif dan
signifikan variableemployee
relations (X)terhadap Motivasi
Kerja (Y).
Hasil keputusan diatas
selaras dengan pemikiran
Morissan (2010, p.188) yang
menyatakan salah satu bentuk
dari komunikasi yang dapat
dilakukan perusahaan kepada
karyawannya adalah lewat
bentuk-bentuk kegiatan
employee relations yang
dilaksanakan perusahaan.
Kegiatan komunikasi dalam
bentuk employee relations ini
selain diarahkan untuk
menciptakan hubungan baik
antara pimpinan dengan
karyawan perusahaan juga dapat
diarahkan sebagai upaya untuk
memotivasi para karyawan
sehingga berpengaruh positif.
Begitu juga dengan pemikiran
yang sama melalui program
employee relations tersebut
diharapkan akan menimbulkan
hasil yang positif, yaitu
karyawan merasa dihargai dan
diperhatikan oleh pihak
pimpinan perusahaan. Sehingga
dapat menciptakan rasa
memiliki, motivasi, kreativitas,
dan ingin mencapai prestasi
kerja semaksimal
mungkin.Ruslan (2010, p.272-
273).
KESIMPULAN
Dari hasil yang di dapat setelah
melakukan penelitian untuk
mengetahui pengarh kegiatan
employee relations terhadap
tingkat motivasi kerja karyawan
PT. Soman Indonesia, maka
hasil penelitian dapat
disimpulkan:
1. Ha diterima, yaituEmployee
relations (X)berpengaruh positif
dan signifikanterhadap Motivasi
Kerja (Y), karena nilai thitung>
ttabel, yaitu thitung sebesar8,249,
sedangkan nilai ttabel untuk n= 90
adalah sebesar 1,661. Nilai
probabilitas (signifikansi) =
0.000 yaitu berada di bawah
0.050.
2. Nilai R2 (R Square) yaitu 0.436.
Hal ini menunjukan bahwa
sebesar 43,6% employee
relations memiliki kontibusi
pengaruh terhadap Motivasi
Kerja, sedangkan sisanya
sebesar 56,4% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, H.A. (2003). Riset
Keperawatan dan Teknik
Penulisan Ilmiah. Jakarta :
Salemba Medika.
Andayani, T. R. (2009). Efektivitas
komunikasi interpersonal.
Semarang: Badan Penerbit Undip
Semarang
Andhini. (2013). Pelatihan AMT
(Achievement Motivation
82
Training) Untuk Meningkatkan
Motivasi Berprestasi Pada
Perusahan MLM. 2(2) ,1-18.
Diperoleh dari E-Journal
http://repository.ubaya.ac.id/148
55/.
Chaudhry, M. S., Sohail, F., & Riaz, N.
(2013). Impact of Employee
Relation on Employee
Performance in Hospitality
Industry of
PakistanEntrepreneurship and
Innovation Management Journal.
1(1), 60-72. Diperoleh dari E-
Journal
http://absronline.org/journals/ind
ex.php/eimj/index
Cutlip, S. M., Allen, H.C., dan Glen, M.
B. (2011). Effective Public
RelationsEdisi Kesembilan.
Jakarta: Kencana.
Dewi, R. (2008). Pengaruh aktivitas
employee relation terhadap
motivasi on kerja
karyawan.Fakultas Ilmu Komuni
kasi Mercu Buana. 1(2) ,1-15
Diperoleh dari E-Journal:
https://repository.mercubuana.ac.
id/16655/2/Cover.pdf
Fahmi, I. (2013). Perilaku Organisasi:
Teori, Aplikasi, dan Kasus.
Bandung : Alfabeta.
Fariani, Silva, R. dan Aryanto, W.
(2009). Panduan Praktis PR.
Jakarta : Elex Media Komputindo
Hair et al. (2010). Multivariate Data
Analysis, Seventh Edition.
Pearson Prentice Hall.
Hardiyanto, S. (2017). Pengaruh
employee relation Terhadap
kepuasan komunikasi karyawan
PDAM Tirtanadi cabang Sei
Agul. 1 (1), 43-49. Diperoleh dari
E-Journal
http://docplayer.info/49891714-
Pengaruh-employee-relation-
terhadap-kepuasan-komunikasi-
karyawan-pdam-tirtanadi-
cabang-sei-agul.html
Hasibuan, M. S. P. (2010). Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Bumi Aksara.
Hasugian, M. (2017). Upaya
Komunikasi Internal Dalam
Meningkatkan Kinerja Pegwai
Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma
Husada Mahakam. Journal Ilmu
Komunikasi, 5 (4) : 13-25.
Kholil, S. (2011). Teori komunikasi
Massa. Bandung: Cita Pustaka
Media Perintis.
Latham, G. P., Pinder, C. C. (2005).
Work Motivation Theory and
Research at theDawn of the
21thCentury. Annual Review of
Psychology. United States:
Annual Review In.
Lattimore, D. (2010). Public Relations
Profesi dan Praktik, Edisi 3.
Jakarta : Salemba Humanika.
Mangkunegara, A. A. P. (2013).
Manajemen Sumber Daya
Manusia Perusahaan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Mondy, R. W. (2008). Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Morisan. (2010). Manajemen Public
Relations. Jakarta : Prenada
Media Group
Nazar, F., Astuti, E. S., Riza, M. F.
(2014). Pengaruh pendidikan dan
pelatihan terhadap motivasi
dankinerja karyawan (studi pada
karyawan pt. btpn cabang pakis
Malang. Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB). 13 (1) 1-9.
Diperoleh dari E-Journal
http://administrasibisnis.studentj
ournal.ub.ac.id/index.php/jab/arti
cle/view/534.
Notoatmodjo. S. (2009).
Pengembangan Sumber Daya
Manusia. Cetakan Keempat.
83
Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Pace, R. W. & Faules, D. F. (2006).
Komunikasi Organisasi, Strategi
Meningkatkan Kinerja
Perusahaan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Rajhans, K. (2012). Effective
Organizational Communication.
A Key to Employee Motivation
and Performance. 2(2), 81-85.
Diperoleh dari E-Journal
http://interscience.in/IMR_vol3Is
s/IMR_paper26.pdf
Rivai, V. & Basri. (2005). Performance
Appraisal: Sistem Yang Tepat
Untuk Menilai Kinerja Karyawan
Dan Meningkatkan Daya Saing
Perusahaan. Jakarta :
Rajagrafindo Persada.
Robbins, S. P. & Judge, T. A. (2013).
Organizational Behavior Edition
15. New Jersey: Pearson
Education.
Ruslan, (2010). Manajemen Public
Relations. Jakarta : PT Raja
Graffindo Persada
Ruslan, R. (2014). Manajemen Public
Relations & Media Komunikasi.
Jakarta : PT Raja Graffindo
Persada.
Samarasinghe, Pamuditha Harshani.
(2017). Study on the effective
factors on the employer,
employee relationship for the
motivation of associate level
employees at ABC hotel,
Colombo. International Journal
of Scientific and Research
Publications. Volume 7. Issue
11. November 2017 59 ISSN
2250-3153.
Sekaran, U., & Bougie R. (2013).
Reserch Methods for Business
(Sixth Edition. In J. W. Etd.
Chichester, West Sussex, United
Kingdom
Silvia, R. F. & Widodo, A. (2009)
Panduan Praktisi PR.
Siregar, T. A., Hubeis, A. V. S.,
Pandjaitan, N. K. (2015).
Pengaruh Kepuasan Komunikasi
terhadap Motivasi Kerja
Karyawan pada PD BPR Bank
Pasar Bogor. 10(1) 1-8.
Diperoleh dari E-Journal
http://journal.ipb.ac.id/index.php/
jurnalmpi/.
Smith,R. (2005). Strategic Planning for
Public Relations. New Jersey:
Baum Assosiates.
Sudjono. (2005). Metode Statistika
Edisi ke-6. Bandung : Tarsito
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta.
Wibowo . (2014) .Manajemen Kinerja.
Edisi Keempat .Jakarta : Rajawali
Pers.
Wiryanto. (2008). Pengantar Ilmu
komunikasi. Jakarta : PT
Grasindo.