Post on 03-Jan-2016
Tugas : EKONOMI MAKRO ISLAM
DINAR DIRHAM DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
DI SUSUN
NAMA : LIANI PANGGABEANNIM : 11.220 0063JURUSAN : SYARIA’AH/PS-2Semester : IV (EMPAT)
Dosen PembimbingDARWIS HARAHAP, SH.I, M.Si
NIP : 19870818 200901 1 001
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PADANGSIDIMPUANT.A 2012/2013
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
A. Pendahuluan .......................................................................................................1
B. Dinar-Dirham dalam Perdagangan...................................................................2
C. Penggunaan Dinar Dirham dalam Perdagangan Internasional.....................6
D. Uang Dinar dan Transaksi Perdagangan Bilateral..........................................7
E. Peraturan Tentang Penerapan Uang Dinar dalam Perdagangan Internasional
....................................................................................................................................8
F. Keuntungan dari Penggunaan Dinar dalam Perdagangan Internasional......11
G. Kesimpulan..........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
1
A. Pendahuluan
Dinar dan dirham sebuah alat pembayaran yang sebenarnya telah lama dikenal
sejak zaman Romawi dan Persia, kedua negara tersebut merupakan dua negara
adidaya yang cukup besar pada masa itu. Dinar terbuat dari emas dan dirham terbuat
dari perak.
Dinar (emas) dalam sejarah dunia pertama kali diperkenalkan melalui Romawi
kuno pada tahun 211 SM. Karena dinar adalah mata uang yang dipergunakan sebagai
alat tukar pembayaran transaksi ekonomi pada masa itu dan juga nilainya stabil yang
disebabkan adanya kadar emas dalam mata uang tersebut.1
Pada masa Rasulullah SAW, beliau membuat suatu kebijakan terhadap
perekonomian. Dalam hal transaksi beliau menetapkan alat pembayaran yang
digunakan kaum muslimin pada saat itu berupa dinar dan dirham. Dalam menetapkan
kebijakan ini, Rasulullah tidak secara mutlak dan resmi mewajibkan kaum muslimin
memakai kedua mata uang tersebut. Masih adanya sistem barter dikarenakan pada
zaman itu Rasulullah masih terfokus pada sistem dakwah dengan tujuan menyusun
kekuatan dan menambah jumlah umat muslin. Penggunaan kedua mata uang ini
berlanjut tanpa ada perubahan sedikitpun hingga tahun 18 H ketika khalifah Umar bin
Khattab menambahkan lafadz-lafadz islam pada kedua mata uang tersebut.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998 masih terasa. Belum
ada tanda-tanda bahwa krisis di kawasan ini akan pulih sepenuhnya. Sebagaimana
dimaklumi, krisis ekonomi yang terjadi di kawasan Asia tersebut berawal dari krisis
nilai tukar mata uang, yaitu semakin kuatnya mata uang asing khususnya dollar
Amerika terhadap mata uang domestik. Akibatnya harga-harga meningkat secara
berlipat karena struktur ekonomi Indonesia didominasi impor, baik bahan baku
maupun barang jadi. Di bidang jasa keuangan juga demikian, tingkat suku bunga
meroket sehingga pada puncaknya pernah mencapai 90%. Dunia usaha macet, tingkat
1 Irfani Fitri Azizah, Dinar dan Dirham Sebagai Mata Uang Tunggal Blok Perdagangan Negara-negara Islam, ( Yogyakarta: Jurnal Muamalah, 2003), hlm 12
2
pengangguran semakin besar, inflasi meninggi, pertumbuhan negatif dan seterusnya.
Orang juga ingat kembali bahwa dalam sejarah ekonomi, baru pada tahun 1990an
Itulah krisis mata uang muncul kembali setelah menimpa Amerika pada tahun 1973.
Sebelumnya ketika Bretton Wood Agreement masih diikuti, dimana setiap mata uang
harus dirujuk kepada emas, belum pernah terjadi krisis seperti itu. Amerika dibawah
Nixon yang kemudian membatalkan perjanjian Bretton Wood tersebut pada tahun
1971 ketika dollar Amerika semakin lemah dan ekonomi Amerika mengalami krisis.
B. Dinar-Dirham dalam Perdagangan
Dinar-dirham pertama dicetak kembali oleh Islamic Mint Spanyol di bawah
kewenangan World Islamic Trade Organization (WITO), dengan spesifikasi
mengikuti standar yang ditetapkan ‘Umar ibn al-Khattab, yakni dinar terbuat dari
emas 22 karat 4,25 gram dan dirham dari perak sterling (95%) 2.975 gram. Sejak itu
dinar-dirham pernah dicetak di Spanyol, Skotlandia, Jerman, Afrika Selatan, Dubai,
Indonesia.
Di tahun 1993, Kurtzman menulis dalam bukunya, “The Death of Money”
bahwa konsep uang-kertas telah diputarbalikkan ketika Presiden Nixon melepas dolar
AS dari emas yang menyokongnya. Turki. Prof ‘Umar Ibrahim Vadillo, pengagas dan
pimpinan WITO, menyajikan dinar-dirham ke hadapan Dr. Necmettin Erbakan yang
menduduki kursi perdana menteri setelah Partai Refah menang Desember 1995. Dr.
Erbakan lalu menyatakan akan menjadikan dinar emas sebagai mata uang nasional.
Dalam sebuah Konferensi Islam di mana Istanbul dan Gubernurnya, Recep Tayyib
Erdogan, menjadi tuan rumah, Dr. Erbakan meminta Shaykh Dr. Abdalqadir as-Sufi
naik ke atas panggung dan mengacungkan dinar ke hadapan warga Istanbul. Aula
konferensi serentak menjadi semarak dengan tepukan membahana dan seruan takbir.
Sayang, momen itu tak berlangsung lama.2
2 Ibid, hlm 90
3
1996, website pertama e-dinar.com, yakni sistem pembayaran elektronik via
internet berbasis dinar emas, diluncurkan. Dengan e-dinar ini, segala masalah yang
timbul seperti ketidakpraktisan mengirim uang dengan dinar emas dapat diselesaikan.
Juni 1997, Dr Erbakan jatuh lewat sebuah kudeta yang digalang militer, dan
partai Refah dibubarkan Mahkamah Tinggi Konstitusional, Januari 1998. 1996,
Afrika Selatan. Diterbitkan buku “The Return of the Gold Dinar”, disusun oleh
‘Umar Ibrahim Vadillo, oleh penerbit Madinah Press. Buku tersebut memberi
penjelasan lengkap, tak hanya mengenai sejarah dinar-dirham namun juga bagaimana
uang-kertas mempengaruhi harga-harga.
1998, Universiti Sains Malaysia, Penang. Dinar emas dan dirham perak mulai
dibahas dalam International Islamic Political Economy Conference (IIPEC) ke-3 yang
diresmikan oleh Tun Daim Zainuddin, yang kemudian menjabat Menteri Keuangan.
1998. Dr Nasir Farid Wasil, Mufti Mesir, menyerukan ekonomi Islam kembali
disandarkan kepada emas dan perak, sebagai pengganti dolar Amerika. 30 Oktober
1998, Chicago. Di hadapan American Muslim Social Scientists, Imad-ad-Dean
Ahmad dari Minaret of Freedom Institute menyampaikan pesan pentingnya dinar
dalam moneter Islam.
Juli 1999, Jakarta. Diadakan seminar bertajuk ”Dinar Emas, Solusi Krisis
Moneter” yang digelar PIRAC (Public Interest Research and Advocacy Center) dan
SEM Institute. Hasil seminar itu telah dibukukan dengan judul yang sama. 2000,
Indonesia. Dinar dan dirham dicetak kembali pertamakalinya di nusantara oleh fuqara
shadilliya-darqawiyya (Amir Achmad Adjie, Amir Abbas Firman dan Muqaddem
Malik Abdalhaqq) dan dinar-dirham mulai diedarkan melalui Islamic Mint Nusantara.
orang-orang ini yang juga bergiat menyebarkan ilmu dan amalnya bagaimana
menjalankan dinar-dirham dan keseluruhan banguanannya, melalui ribat-ribat yang
aktif di jakarta dan bandung.
2000, e-dinar Ltd, sebuah institusi swasta berbadan hukum yang
mengoperasikan e-dinar, didirikan di Labuan, Malaysia. Kemudian e-dinar
diluncurkan dalam IIPEC ke-4, yang diselenggarakan ISNET-USM dan diresmikan
4
oleh Deputi Perdana Menteri Malaysia. Kini sebanyak 300,000 orang dari 160 negara
telah mulai menggunakannya.
25 Juni 2001, Kuala Lumpur. Saat meresmikan Simposium Al-Baraka Ke-20
mengenai Ekonomi Islam, Dr. Mahathir Mohamad menyatakan digunakannya dinar
emas sebagai mata uang Muslim dalam Islamic Trading Bloc dan sebagai cadangan
nasional negara-negara anggota OKI.
Juli 2001, Kuala Lumpur. Shaykh Dr. Abdalqadir as-Sufi didampingi ‘Umar
Vadillo, CEO e-dinar Ltd., bertemu dengan Dr Mahathir. Kemudian, menjelang
penganugerahan gelar doktornya, Shaykh Dr. Abdalqadir as-Sufi menyampaikan
“Restoration of Fiscal Islam” yang menegaskan dinar emas dan dirham perak perlu
kembali digunakan dalam sistem moneter.
November 2001, Dubai. Islamic Mint secara resmi meluncurkan dinar emas dan
dirham perak di Uni Emirat Arab, dan khalayak dapat memperolehnya di Thomas
Cook Rostamani Exchange Company maupun di Dubai Islamic Bank. Dalam
kesempatan itu juga ‘Umar Ibrahim Vadillo menekankan perlunya zakat dibayar
dengan dinar. 24 November 2001, Bandung. “Seminar Dinar-Dirham, solusi krisis
mata uang”, diadakan oleh DKM Masjid Unpad, dengan pembicara di antaranya
Achmad Iwan Adjie dari Islamic Mint Nusantara dan Zaim Saidi dari PIRAC.
Maret 2002, Kuala Lumpur. Kembali satu berita gembira saat Dr. Mahathir
Mohamad menyatakan bahwa Malaysia telah menyediakan mekanisme penggunaan
dinar emas dan menjadikannya alat pembayaran dalam perdagangan internasional. 1
Mei 2002, Kuala Lumpur. Perdana Menteri Malaysia, Dr. Mahathir Mohamad,
kembali menyatakan bahwa Malaysia sedang menjajagi usaha digunakannya dinar
emas dalam perdagangan dengan tiga negara Asia Barat, dan Maroko, Libya serta
Bahrain telah menyatakan tertarik. Beliau juga mengusulkan digunakannya sistem e-
dinar untuk menyiasati perpindahan emas dalam bentuk fisik dalam pembayaran
internasional dan dalam hal itu perjanjian bilateral diperlukan.
Akhir Mei 2002, Medan. Yayasan Dinar Dirham menyelenggarakan seminar
bertemakan dinar-dirham solusi krisis moneter, dengan pembicara di antaranya Dr.
5
Hakimi, Dr. Zuhaimy, Dr. Abdalhamid Evans, dan O.K. Saidin. Seminar tersebut
berhasil menekankan perlunya mekanisme inti yakni suq, qirad dan dinar untuk
kembali kepada ekonomi yang sejati, ekonomi yang lebih menitikberatkan pada
pasar, qirad, perdagangan, waqaf, paguyuban dan dinar emas.
Agustus 2002, Kuala Lumpur. Dalam seminar “Stable and Just Global
Monetary Systems” Mahathir menegaskan digunakannya dinar emas sebagai alat
pembayaran dalam perdagangan bilateral antara Malaysia dan negeri lain mulai
pertengahan 2003, dan selanjutnya diperluas menjadi perdagangan multilateral.
Kemudian penasihat ekonomi perdana menteri, Tan Sri Nor Mohamed Yakcop,
menjelaskan mekanisme penggunaan dinar emas melalui perjanjian bilateral dan
multilateral.
Oktober 2002. Ketua PIRAC Ir. Zaim Saidi mendirikan Wakala Adina di
Jakarta. Sebelumnya, telah berdiri pula Wakala-Islamic Mint Nusantara di Bandung
dan Wakala Ribat Jakarta. Fungsi Wakala di antaranya sebagai gerai tukar di mana
khalayak dapat berjual-beli, menukar dan menitipkan dinar-dirhamnya. Karena
fungsinya sebagai wakil dari pemilik dinar-dirham, maka Wakala tak boleh
meminjamkan dinar-dirham maupun memberikan kredit kepada pihak ketiga. Zaim
Saidi juga dikenal aktif menulis dinar-dirham di berbagai media dan mengisi berbagai
seminar dan diskusi.
22-23 Oktober 2002, Kuala Lumpur. Satu seminar besar lain yang dihadiri
negara-negara anggota OKI, yakni “The Gold Dinar in Multilateral Trade”. Dalam
seminar itu Bijan Latif, pimpinan Central Bank Iran, mendukung didirikannya
sekretariat di Malaysia untuk mengkoordinasikan perkembangan kebijakan dinar
emas. Dr. Mahathir Mohamad juga menyatakan untuk kembali kepada perjanjian
Bretton Wood di mana mata uang dunia disandarkan kepada emas.3
2 November 2002, Bandung. Diselenggarakan Semiloka “Dinar dan Dirham
sebagai salah satu alternatif Keluar dari Himpitan Krisis”, di Balai Asri Pusat
Dakwah Islam (Pusdai) Bandung. Bertindak sebagai pembicara dalam Semiloka yang
3 Ibid, hlm, 90-91
6
diadakan ICMI yakni Dr. Hakimi Ibrahim dari ISNET USM Malaysia, Ketua umum
ICMI Adi Sasono, dan pimpinan Islamic Mint Nusantara Amir Achmad Iwan Adjie.
Dalam kesempatan itu Adi Sasono mengajak semua pihak menguatkan perekonomian
Indonesia supaya tidak bergantung pada negara lain. Salah satunya adalah dengan
penggunaan dinar-dirham yang stabilitas nilai mata uangnya terjamin.
21 November 2002, Jakarta. Seminar “Zakat dan Dinar Sebagai Kekuatan
Dimensional Ekonomi Bagi Hasil” diselenggarakan di Auditorium Plasa Mandiri
dengan pembicara seperti Revrisond Baswir, Iwan Pontjowinoto, Jefril Khalil, Zaim
Saidi, dan Eri Sudewo dan lainnya.
27 November 2002. Dalam satu seminar di Jakarta, ICMI mengusulkan
pembayaran haji dengan dinar. ”Saya mengusulkan kenapa kita tidak merintis sesuatu
yang lebih radikal dalam konsep syariah dengan membayar ongkos naik haji
menggunakan dinar saja,” ujar Adi Sasono. Beliau berpendapat, dengan
menggunakan dinar maka spekulasi fluktuasi mata uang ataupun permainan valas
dapat dihindari.
22 Desember 2002, bertempat di Gedung MUI Depok, BMT Al Kautsar,
Depok, meluncurkan pemakaian dinar dan dirham. Salah satu produk yang
dipasarkan dengan dirham adalah air dalam kemasan MQ. Tiap kardus, berisi 48
gelas air kemasan MQ, dijual oleh AL Kautsar dengan harga 1 dirham. “Kami ingin
menjadikan dinar dan dirham sebagai mata uang sejati umat Islam,” ujar Ahmad
Saifuddin, Ketua Umum BMT Al Kautsar kepada Republika. Dalam acara tersebut
hadir pula perwakilan dari Ahad Net yang menyatakan tengah menjajagi pemakaian
dinar dan dirham dalam jaringan usahanya.
24 - 26 Januari 2003, Pontianak. Dalam pembukaan Silaturahmi Kerja Nasional
(Silaknas) ICMI dan Konferensi Nasional Ekonomi Syariah, Wakil Presiden Hamzah
Haz mencanangkan sosialisasi penggunaan mata uang dinar dan dirham.
Pemasyarakatan penggunaan dinar-dirham, terutama dalam pembayaran zakat,
transaksi berskala besar dan internasional, akan melibatkan berbagai lembaga
keuangan seperti Bank Muamalat Indonesia (BMI), Dompet Dhuafa Republika,
7
PIRAC, Murabitun Nusantara, Yayasan Dinar-Dirham Medan, Masyarakat Syariah,
PT Permodalan Nasional Madani (PNM), maupun Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil
(Pinbuk). Seusai menutup Konferensi dan Silaknas, mantan ketua umum ICMI Adi
Sasono menyatakan ICMI menyarankan penggunaan mata uang dinar dan dirham
secara bertahap dimulai dari tabungan haji, alat pembayaran zakat, mas kawin,
tabungan masa depan (beasiswa). ICMI juga menyerukan agar pemerintah berani
mengambil kebijakan politik dalam meningkatkan peran dinar dan dirham sebagai
cadangan devisa maupun sebagai alat tukar transaksi.
27 Januari 2003, Jakarta. Menurut ketua Departemen Ekonomi ICMI,
Sugiharto, ICMI dan sejumlah institusi lain yang tergabung dalam Forum Gerakan
Dinar-Dirham Indonesia (Forindo), seperti MUI, Yayasan Dinar-Dirham, PNM,
Wakala Adina, Masyarakat Ekonomi Syariah, Asbisindo, dan Forum Zakat Nasional,
sedang menyiapkan cetak biru penerapan mata uang dinar dan dirham dalam
perekonomian Indonesia.
Januari 2003. Pakar ekonomi dari Universitas Bengkulu (Unib), Prof. Dr.
Zulkifli Husin, SE, MSc, menilai penggunaan mata uang dinar dalam perdagangan
luar negeri akan menguntungkan perekonomian Indonesia, karena nilainya relatif
stabil. Kini, Dinar-Dirham dicetak secara berkesinambungan oleh Islamic Mint Dubai
dan Islamic Mint Nusantara, dan digunakan secara pribadi di 22 negara.
Mulai 2004, Malaysia akan menggunakan dinar emas sebagai alat tukar dalam
perdagangan bilateral Malaysia-Iran.
C. Penggunaan Dinar Dirham dalam Perdagangan Internasional
Untuk menggantian peran uang fiat dan menjadikan uang Dinar sebagai mata
uang global diperlukan beberapa langkah dan strategi yang bertahap atau tidak secara
drastis. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan uang Dinar dalam
perdagangan internasional, antara lain :4
4 Adnan Khan, Kapitalisme Di Ujung Tanduk, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2008), hlm, 69
8
1. Peran Uang Dinar dalam Perdagangan
Penggunaan uang Dinar tidak ditujukan untuk menggganti peran mata uang
domestic, tetapi hanya digunakan untuk pembayaran atas transaksi perdagangan
barang dan jasa luar negeri. Uang tetap diperlukan sebagai alat transaksi domestic.
Uang Dinar tidak diwujukan dalam bentuk fisik tetapi diukur dalam ukuran harga
emas. Pembayaran tidak dilakukan dengan mentransfer uang Dinar dari satu Negara
ke Negara lain, tetapi hanya mentransfer ekuivalen emasnya ke bank custodian yang
telah disepakati. Hal ini ditujukan untuk menghindari kesulitan untuk mentransfer
emas dalam bentuk fisik serta memberikan kemudahan bagi Negara yang tidak
memiliki sumber daya emas yang cukup.
2. Penggunaan Dinar Emas
Uang Dinar tersebut akan digunakan dalam transaksi perdagangan multilateral
dan bilateral. Perdagangan multilateral melibatkan beberapa Negara dalam transaksi
perdagangan, sedangkan transaksi bilateral melibatkan dua Negara yang bertransaksi.
Perdagangan bilateral tidak hanya terbatas pada Negara dalam satu regional, tetapi
juga bisa dengan Negara yang berada diluar regionalnya.
D. Uang Dinar dan Transaksi Perdagangan Bilateral
Transaksi perdagangan bilateral merupakan perdagangan melibatkan dua
negara. Perdaganga bilateral akan melibatkan peran dari bank sentral kedua negara.
Dalam perdagangan kedua Negara terlebih dahulu akan menentukan batas
kreditpemayaran yang akan dilakukan oleh bank sentral adalah pembayaran secara
periodic berupa mentransferemas atau dengan cara kepemilikan emas di bank
custodian.5
Sistem perdagangan bilateral akan memakai jasa Letter of Credit (L/C)
perbankan dalam melakukan perdagangan. L/C merupakan jasa yang akan diberikan
5 Ismail Yusanto, Dinar Emas Solusi Krisis Moneter, (Jakarta: Pi-racy SEM Intitute infid, 2001), hlm, 67
9
bank kepada nasabahnya dalam rangka mempermudah dan memperlancar transaksi
jual beli barang terutama yang berkaitan dengan transaksi internasional.
Mekanisme L/C tidak hanya digunakan pada transaksi perdagangan
konvensional, tetapijuga pada transaksi dengan uan Dinar karena pada dasarnya
transaksi bilateral yang selama ini digunakan (transaksi bilateral konvensional) oleh
berbagai negara. Perbedaan yang terjadi hanya pada mata uang pembayaran transaksi
perdagangan.
Begitu pula pada model dari transaksi, tidak jauh berbeda dengan model
transaksi perdaganagn konvensional. Transaksi akan melibatkan bank sentral kedua
Negara dan sebuah bank custodian yang berfungsi sebagai bank yang akan mengatur
dan memfasilitasi pembayaran perdagangan negara peserta dan berperan penting
dalam mempermudah terjadinya perdagangan.
E. Peraturan Tentang Penerapan Uang Dinar dalam Perdagangan Internasional
Mengimplementasikan uang dinar sebagai alat transaksi perdagangan
internasional harus merujuk kepada peraturan dan undang-undang yang
membolehkan uang dinar yang terbuat dari emas bisa digunakan sebagai alat
pembayaran. Setidaknya, ada tiga aturan (legal issues) yang berkenaan dengan
menggunakan uang dinar dalam pergagangan internasional (Thai,2003) yaitu :6
1. International Legal Impediments
Ada beberapa peraturan yang berkaitan dengan penerapan uang dinar dalam
perdagangan internasional dalam Articles of Agreement of The International
Monetary Fund. Pada 1945 salah satu aturan yang ditetapkan IMF adalah system par
value yang mengharuskan Negara-negara anggota mengkonversikan mata uang
mereka seperti dolar yang di-peg kepada emas sebesar1/35 per ons emas. Setelah
system par value berakhir pada tahun 1971, Negara anggota mengadopsi aturan yang
di buat IMF pada tahun 1076 the Second Amendement to the Articles of Agreement
6 Monzer Kahf, Ekonomi Islam (Telaah Analitik terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam), (Yogyakarta : Aditya Media, 2000), Cet II, hlm, 123.
10
yang baru efektif digunakan pada tahun 1978 hingga saat ini. Dalam aturan tersebut
Negara anggota dibolehkan untuk mengkonversikan mata uangnya terhadap mata
uang lain selain emas. Beberapa Negara ada yang mengkonversikan mata uangnya
dengan Special Drawing Right (SDR) yang dibuat IMF. Sebagian lainnya ada yang
membiarkan mata ungnya mengambang berdasarkan permintaan dan penawaran
internasional. Walaupun setiap Negara bebas menentukan mata uang yang menjadi
standar nilai tukarnya, setiap Negara dilarang untuk melakukan manipulasi nilai tukar
atau system moneter internasional yang ditujukan untuk mengambil keuntukan dari
persaingan yang tidak fair dengan Negara lain. Setiap Negara diharuskan untuk
berkolaborasi dengan pendanaan dan pembiayaan dari IMF untuk mempromosikan
stabilitas nilai tukar dan menghindari perubahan persaingan nilai tukar. Negara
membiarkan mata uangnya mengambang bebas diharuskan untk melakukan
intervensi nilai tukarnya untuk mengatasi perubahan nilai tukar yang tajam dan
fluktuasi nilai tukar. Berdasarkan Articles IV the Obligation Regarding Exchange
Arrangements berisikan tentang nilai tukar hanya di konversikan kepada SDR atau
kepada mata uang Negara lain selain emas. Sekilas, aturan tersebut terlihat melarang
dan membatasi penggunaan emas sebagai sebuah perjanjian nilai tukar (exchange
arrangements). Tetapi uang dinar yang akan digunakan dalam perdagangan
internasinal bukan uang sebuah Negara yang ditopang dengan emas (backed by gold).
Kehadiran uang dinar dalam perdagangan internasional tidak ditujukan untuk
menjadikan dinar sebagai mata uang sehari-hari semua negara, tetapi hanya
digunakan untuk menjadi alat transaksi perdagangan bilateral. Pembayaran dengan
uang dinar dilakukan dengan mentransfer ekuivalen uang dinar ke account Negara
peserta yang ada di bank kustodian. Dalam aturan yang sama dalam Articles IV
dinyatakan bahwa kondisi ekonomi internasional tertentu, mengizinkan sebuah
Negara untuk memperkenalkan system perjanjian nilai tukar yang berdasarkan atas
stabilitas.
2. Financial Infrastructure
11
Lembaga keuangan adalah salah satu faktor yang akan menyukseskan
implementasi uang dinar sebagai alat transaksi perdagangan internasional. Lembaga
keuangan seperti perbankan harus siap dengan berbagai aturan yang mendukung
penggunaan uang dinar dan menyesuaikan system operasionalnya. Untuk
mewujudkan itu, diperlukan peran dan aturan yang medukung industri perbankan
untuk berperan dalam perdagangan bilateral. Dalam hal ini, Bank sentral selaku
otoritas moneter akan menjadi lembaga yang mengawasi dan mengatur mekanisme
dan system perbankan nasional.
3. Dispute Settlement
Untuk menghindari perselisihan perdagangan, maka diperlukan sebuah
mekanisme penyelesaian (dispute settlement) yang bisa mengatasi perselisihan
dagang antarnegara ataupun sektor swasta saat ini, aturan tentang perselisihan telah
ditetapkan oleh WTO yang dinamakan dengan Dispute Settlement Mechanism. WTO
telah mengeluarkan beberapa persetujuan, seperti General Agreement on Tariffs And
Trade, General Agreement on Trade in Services, dan Agreement on Trade-Related
Aspects of Property Right. Setiap dari aturan tersebut memiliki tujuan utama, yaitu :
a. Untuk membantu perdgangan berjalan secara bebas;
b. Untuk mencapai liberalisasi dengan cara negosiasi; dan
c. Untuk mengatur perselisihan perdagangan (settling payment).
Proses penyelesaian perselisihan tersebut telah diatur dalam The Understanding
on Rules and Procedures Governing the Settlement on Disputes (DSU). Di samping
peraturan yang ditetapkan oleh WTO, perdagangan secara bilateral juga
membutuhkan lembaga-lembaga yang membantu dalam penyelesaian masalah-
masalah perdagangan, seperti lembaga mediasi, arbitrasi, dan konsiliasi. Kehadiran
lembaga tersebut diharapkan bisa membantu kelancaran dan menyelesaikan setiap
permasalahan yang muncul dari perdagangan tersebut.
F. Keuntungan dari Penggunaan Dinar dalam Perdagangan Internasional.
12
Penggunaan dinar dalam perdagangan internasional terutama dalam
perdagangan bilateral akan memberikan berbagai keuntungan (Meera, 2004;95—98),
diantaranya:7
a. Mengurangi dan menghapus resiko nilai tukar. Resiko yang di timbulkan dari
perubahan nilai tukar akan mempengaruhi aktivitas ekonomi dunia terutama
perdagangan internasional. Kehadiran uang dinar akan menghapus setiap
resiko yang ditimbulkan dari nilai tukar karena dinar adalah mata uang yang
stabil dan menguntungkan bagi setiap Negara yang melakukan perdagangan,
walaupun harga nilai emas berfluktuasi, tetapi tingkat perubahannya lebih
kecil dibandingkan dengan tingkat fluktuasi uang kertas.
b. Penggunaan dinar akan mengurangi terjadinya spekulasi, manipulasi, dan
arbitrasi terhadap mata uang nasional. Ketika tiga Negara, seperti Malaysia,
Indonesia, dan Bruney Darussalam melakukan perdagangan maka akan ada
tiga jenis mata uang. Tetapi dengan menjadikan dinar sebagai mata uang
tunggal dalam perdagangan, maka tidak akan ada spekulasi atau arbitrasi yang
terjadi dalam perdagangan tersebut. Pada prakteknya, situasi ekonomi dan
politik sebuah Negara akan mempengaruhi nilai tukar mata uangnya dan akan
berpengaruh pada pasar dan aktivitas ekonomi, tetapi dengan dinar sebagai
mata uang global, hal tersebut tidak akan berpengaruh signifikan karena dinar
bukan milik suatu Negara tertentu.
c. Penggunaan dinar akan mengurangi biaya transaksi perdagangan (Transaction
Cost) dan meningkatkan perdagangan.jumlah uang dinar yang sedikit akan
bisa menutupi transaksi dalam jumlah besar serta memberikan peluang kepada
Negara yang tidak memiliki cadangan devisa yang cukup sekalipun.
d. Penggunaan uang dinar dalam perdagangan akan meningkatkan perdagangan
yang pada akhirnya akan meningkatkan kerjasama antarnegara peserta.
7 Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm, 88
13
Disamping itu, penggunaan dinar akan mempengaruhi kondisi mata uang
domestik yang pada akhirnya akan mempengaruhi system moneter nasional.
e. Penggunan uang dinar dalam perdagangan internasional akan mengurangi
Sovereignty (kekuasaan) dengan system perdagangan uang fiat saat ini teleh
memberikan peluang dan ruang kepada Negara-negara maju untuk menguasai
perekonomian dunia dan memperlebar jurang antara Negara kaya dengan
Negara miskin. Penggunaan dinar akan mengurangi ketergantungan Negara
berkembang dan miskin terhadap perekonomian Negara maju, mengingat
sebagian besar sumber daya alam di dunia ini berada di Negara-negara
berkembang.
G. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa mata uang yang ada dalam sejarah Islam adalah emas
dan perak yang telah ada sejak jaman Nabi sedangkan uang kertas yang ada sekarang
bukanlah produk peradaban Islam, karena itu wajar bila terjadi krisis dimana-mana
Uang kertas yang ada sekarang adalah legal tender, yaitu janji pemerintah yang
menganggap bahwa itu adalah uang. Jika suatu saat hukum menyatakan ia bukan
uang, maka yang tertinggal hanyalah tumpukan kertas berwarna yang tidak bernilai
apa-apa.
Padahal uang adalah alat tukar yang bisa menggantikan posisi barang bila suatu
transaksi berhenti di tengah (uang belum sempat ditukarkan lagi dengan barang lain).
Jika orang sedang memegangnya lalu datang pengumuman bahwa uang kertas
berhenti sebagai alat tukar dan digantikan oleh emas, maka uang tersebut tidak ada
artinya.
Penggunaan uang fiat ini menimbulkan ketidakstabilan perekonomian dunia,
untuk mengatasi hal itu penggunaan uang dinar merupakan suatu solusi atas
perekonomian dunia yang menggunakan uang fiat.
14
Dengan keterbatasan-keterbatasan yang disebutkan di atas, sistem mata uang
yang berbasis emas dan perak jauh lebih baik ketimbang sistem mata uang yang
mengambang (floating) seperti sekarang.
Apalagi jika dikaitkan dengan upaya intervensi suatu negara kepada negara lain
melalui sistem keuangan. Tidak bisa dipungkiri bahwa sistem keuangan internasional
tidak bisa terpisah dengan sistem politiknya. Dengan demikian negara yang kuat akan
terus mendominasi negara yang lemah melalui sistem mata uangnya. Tidak salah bila
orang melihatnya sebagai penjajahan dalam bentuk baru. Dengan sistem mata uang
emas setiap negara memiliki kekuasaan (sovereignity) atas mata uangnya sendiri,
karena secara asasi siapapun boleh memiliki emas.
Kembalinya sistem mata uang berdasarkan emas sangat mungkin terjadi bila
ada kemauan untuk ke arah itu. Dan itu hanya mungkin bila Islam dipakai sebagai
acuan karena sistem mata uang emas dan perak telah diabadikan oleh pemerintahan
Islam di masa jayanya dan tidak pernah terjadi krisis keuangan seperti yang ada
sekarang.
Oleh Karena itu muncul ide-ide untuk mepopulerkan kembali penggunaan mata
uang dinar (emas) dan dirham (perak) sebagai alat pembayaran dalam kegiatan
transaksi ekonomi dikarenakan adanya kegunaan-kegunaan yang dapat dilihat
daripada dinar dan dirham itu, yaitu:
a. Dapat mempermudah dalam transaksi jual beli/perdagangan.
b. Dapat dipergunakan untuk disimpan dan nilainya tidak akan mengalami
penurunan
c. Untuk menegakkan kedaulatan umat
d. Dalam rangka menegakkan rukun islam untuk pembayaran zakat dan
menegakkan sunnah rasul
DAFTAR PUSTAKA
Adnan Khan, Kapitalisme Di Ujung Tanduk, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2008).
15
Irfani Fitri Azizah, Dinar dan Dirham Sebagai Mata Uang Tunggal Blok
Perdagangan Negara-negara Islam, ( Yogyakarta: Jurnal Muamalah, 2003)
Ismail Yusanto, Dinar Emas Solusi Krisis Moneter, (Jakarta: Pi-racy SEM Intitute
infid, 2001).
Monzer Kahf, Ekonomi Islam (Telaah Analitik terhadap Fungsi Sistem Ekonomi
Islam), (Yogyakarta : Aditya Media, 2000), Cet II.
Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010).
16