Post on 19-Mar-2019
DESKRIPSI TINGKAT PENERIMAAN SOSIAL
DALAM KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA PADA
USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL PADA SISWA
KELAS XI SMA SANTO BERNARDUS PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2006/2007
S k r i p s i
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Alphonsina Susihandayani
NIM : 011114013
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
ii
iii
iv
MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Hidup Dengan Sepenuhnya”
Setiap hari adalah saat yang berharga dan
penuh dengan kemungkinan terjadinya keajaiban.
Jangan habiskan hariku dengan menguatirkan segala masalahku.
Tinggalkan segala kekuatiranku.
Lebih baik isilah hidupku dengan kedamaian dan ketentraman.
Nikmatilah kesenangan yang sederhana dalam dunia yang kompleks ini.
Maka kebahagiaan akan menjadi milikku!
Karya kecil ini kupersembahkan untuk:
Yesus Kristus Penolongku,
Bapak dan Ibu sebagai rasa hormat dan baktiku,
Kakakku Retno dan Andre, Heru, Sari,
serta keponakanku yang lucu Nandya.
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 April 2007
Penulis
Alphonsina Susihandayani
vi
ABSTRAK
DESKRIPSI TINGKAT PENERIMAAN SOSIAL DALAM KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA PADA
USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL PADA SISWA KELAS XI SMA SANTO BERNARDUS PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2006/2007
Alphonsina Susihandayani
011114013
Penelitian ini bertujuan untuk memperolah gambaran tentang (1) Tingkat penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan Tahun Ajaran 2006/2007 (2) dapat menyusun suatu usulan topik-topik bimbingan yang sesuai bagi siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan Tahun ajaran 2006/2007. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan yang berjumlah 139 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Sampel penelitian berjumlah 81 siswa yang terdiri dari siswa kelas XI Ia 2, XI Is 1, dan XI Is 3. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yaitu kuesioner penerimaan sosial yang telah dimodifikasi oleh peneliti dari kuesioner yang disusun oleh Donna. Kuesioner ini menggunakan skala Likert yang memiliki alternatif jawaban, yaitu: “Sangat sering”, “Sering”, “Jarang”, “Tidak pernah”. Analisis data yang dipakai menggunakan Penilaian Acuan Patokan Tipe I (PAP Tipe I). Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa: tingkat penerimaan sosial kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan dalam kategori tinggi karena ada 40 siswa (49,1%) termasuk dalam kategori tinggi, kategori sangat tinggi ada 4 siswa (4,9%), kategori cukup tinggi ada 34 siswa (41,9%), kategori rendah ada 3 siswa (3,7%) dan kategori sangat rendah tidak ada satupun siswa (0%). Implikasinya bagi bimbingan di sekolah adalah menyusun topik-topik bimbingan yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan siswa yang diperoleh dari hasil perhitungan persentase tiap aspek dalam penyusunan kuesioner. Berdasarkan hasil perhitungan persentase, aspek pertama yang mempunyai persentase terkecil yaitu kesan pertama yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.
vii
ABSTRACT
THE DESCRIPTION OF SOCIAL ACCEPTANCE LEVEL IN THE PEER GROUP
AND ITS IMPLICATION TO THE PROPOSAL OF PERSONAL-SOCIAL COUNSELING TOPICS
FOR XI CLASS STUDENTS OF SAINT BERNARD PEKALONGAN SENIOR HIGH SCHOOL ACADEMIC YEAR 2006/2007
Alphonsina Susihandayani 011114013
This observation was for acquiring the description of (1) The social acceptance in peer group of XI class students of St. Bernard Pekalongan Senior High School Academic Year 2006/2007 and (2) The composition of a suitable proposal of counseling topics for them. The population of this observation was the XI class students of St. Bernard Pekalongan Senior High School that consisted of 139 students. The sampling technique of this observation used the cluster random sampling technique. There were 81 students who became the sample of this observation that consisted of XI Ia, XI Is 1 and XI Is 3 students. Data collecting used questinaire i.e. the social acceptance questionaire that has been modified by author from which had Donna compiled. This questionaire was based on Likert scale that has some alternative answers namely : “very frequent”, “frequently”, “rarely” and “never”. Data analyzing used Reference Standard Judging Tipe I (PAP Tipe I). The result of this observation showed that : the social acceptance level of XI class students of St. Bernard Pekalongan Senior High School was in high category because there were 40 students (49,1%) included in high category, 4 students were (4,9%) in very high category, 34 students (42,9%) were in high enough category, 3 students (3,7%) were in low category, and nobody (0%) was in very low category. Its implication for school counseling was that we must compile the counseling topics that is suitable with the situation and the needs of those students as found from the result of percentage calculation of each category according to the questionaire. Accoding to percentage calculation result, the first aspect that had the most little percentage, i.e. the first impression, must be used as the basic in compiling the proposal of social-personal counseling topics.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, atas
perlindungan dan penyertaan-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas
berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. M. M. Sri Hastuti, M. Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling.
2. Drs. J. Sumedi, selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia dengan sabar
meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan bantuan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. Ign. Masidjo, selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia dengan
penuh perhatian membimbing dan memberikan dukungan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Th. Mieke Wardani, BA, selaku Kepala Sekolah SMA Santo Bernardus
Pekalongan, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian ini.
5. Dra. Y. Winarni Mulyani dan Dra. Irene Risnanti, selaku Guru Pembimbing
yang dengan tulus mendampingi dan membantu penulis dalam melaksanakan
penelitian.
ix
6. Siswa-siswi SMA Santo Bernardus Pekalongan, khususnya kelas XI yang
bersedia mengisi kuesioner.
7. Kedua orang tuaku dan kakakku Retno dan Andre, Heru, Sari serta
keponakanku Nandya, yang telah memberikan dukungan, bantuan baik
material maupun spiritual.
8. Sahabatku yang sejati Fr Beny, yang selalu memberikan dukungan, bantuan
dan kebersamaanmu selama ini yang takkan pernah kulupakan.
9. Ririn, Reni, dan Oca, terima kasih untuk kebersamaannya.
10. Fr Relly MSF dan Adi, yang telah memberikan dukungan dan bantuannya.
11. Charli, Betty, Sandri, Okta, Kiki, Deni, Faulina, Anas, Sipri, Arni terima kasih
atas suka maupun duka dan kebersamaan kita selama di Yogya.
12. Teman-teman BK’2001, dan semua yang tidak kesebut….kamulah yang
paling spesial….terima kasih untuk kalian.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu dengan kerendahan hati, saran, dan kritik yang
membangun sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat memberi manfaat.
Yogyakarta, 16 April 2007
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACT....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 3
E. Batasan Istilah.......................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................... 6
A. Masa Remaja............................................................................ 6
1. Pengertian Remaja ............................................................. 6
xi
2. Ciri-Ciri Masa Remaja ....................................................... 6
3. Tugas-Tugas Perkembangan.............................................. 9
4. Kebutuhan Remaja ............................................................. 11
B. Penerimaan Sosial Remaja....................................................... 14
1. Penerimaan Sosial.............................................................. 14
2. Penerimaan Sosial Remaja................................................. 15
3. Faktor-Faktor Penerimaan Sosial....................................... 16
4. Tanda-Tanda Penerimaan Sosial........................................ 23
5. Penerimaan Sosial dalam Kelompok Teman Sebaya
pada Remaja ....................................................................... 25
C. Bimbingan................................................................................ 26
1. Pengertian Bimbingan........................................................ 26
2. Tujuan Bimbingan.............................................................. 27
3. Ragam Bimbingan.............................................................. 27
4. Pelayanan Bimbingan Kelompok ...................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 30
A. Jenis Penelitian......................................................................... 30
B. Populasi dan Sampel Penelitian............................................... 30
C. Instrumen Penelitian ................................................................ 32
D. Validitas dan Reliabiitas .......................................................... 34
1. Validitas ............................................................................. 34
2. Reliabilitas ......................................................................... 37
E. Prosedur Pengumpulan Data .................................................... 38
xii
1. Tahap Persiapan................................................................. 38
2. Tahap Pelaksanaan............................................................. 39
F. Teknik Analisis Data................................................................ 39
G. Penyusunan Usulan Topik Bimbingan Pribadi-Sosial............. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 41
A. Hasil Penelitian........................................................................ 41
B. Pembahasan Hasil Penelitian................................................... 44
BAB V IMPLIKASI PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP
USULAN TOPIK BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL ................. 49
BAB VI PENUTUP...................................................................................... 59
A. Ringkasan................................................................................. 59
B. Kesimpulan ............................................................................. 60
C. Keterbatasan Penelitian ........................................................... 61
D. Saran......................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 63
LAMPIRAN..................................................................................................... 65
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Jumlah Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2006/2007 SMA Santo
Bernardus Pekalongan.................................................................... 31
Tabel 2 : Kisi-Kisi Kuesioner Uji Coba......................................................... 33
Tabel 3 : Hasil Analisis Uji Validitas Item.................................................... 35
Tabel 4 : Sebaran Item Kuesioner Penelitian................................................. 36
Tabel 5 : Koefisiensi Reliabilitas................................................................... 38
Tabel 6 : Penggolongan Tingkat penerimaan Sosial...................................... 40
Tabel 7 : Penggolongan Berdasarkan PAP Tipe I ......................................... 41
Tabel 8 : Hasil Penggolongan Tingkat Penerimaan Sosial ........................... 42
Tabel 9 : Hasil Persentase Aspek-Aspek Penerimaan Sosial......................... 43
Tabel 10 : Usulan Topik-Topik Bimbingan Bidang Pribadi Sosial untuk
Kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan Tahun Ajaran
2006/2007......................................................................................... 50
Tabel 11 : Silabus Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis
Kompetensi ...................................................................................... 53
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Kuesioner Penerimaan Sosial................................................... 65
Lampiran 2 : Tabulasi Data Uji Coba ............................................................ 70
Lampiran 3 : Hasil Olah Data ........................................................................ 73
Lampiran 4 : Uji Validitas Kuesioner............................................................ 101
Lampiran 5 : Hasil Perhitungan Reliabilitas .................................................. 104
Lampiran 6 : Tabulasi Data Penelitian........................................................... 113
Lampiran 7 : Perhitungan Tingkat Penerimaan Sosial .................................. 115
Lampiran 8 : Kategori Tingkat Penerimaan Sosial........................................ 116
Lampiran 9 : Persentase Tingkat Penerimaan Sosial .................................... 118
Lampiran 10 : Total Skor yang didapat per aspek ........................................... 119
Lampiran 11: Perhitungan Persentase Aspek-Aspek Tingkat Penerimaan
Sosial ....................................................................................... 123
Lampiran 12: Perhitungan Persentase Aspek Tingkat Penerimaan Sosial
Berdasarkan Kategori Rendah ................................................. 127
Lampiran 13 : Surat Ijin Penelitian ................................................................. 131
Lampiran 14 : Surat Bukti Penelitian Dari SMA Santo Bernardus
Pekalongan............................................................................... 132
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.
A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian dan saling
membutuhkan. Manusia juga dipandang sebagai mahluk yang mencari kasih
sayang dan penerimaan orang lain. Oleh karena itu, individu perlu bergaul dan
berhubungan dengan orang lain sejak masa kecil sehingga individu berhasil
menjadi manusia yang mampu hidup dalam masyarakat. Apabila individu tidak
berhasil dalam bergaul dan berhubungan dengan orang lain, maka dapat
menimbulkan masalah-masalah baik yang bersifat pribadi maupun sosial yaitu
masalah yang berkaitan dengan “salah suai” atau “maladjusted”. Oleh karena itu,
individu harus mampu menyesuaikan diri dan menyesuaikan keadaan sosial
masyarakat sekitar.
Penyesuaian diri dan sosial dapat juga terjadi dalam kelompok teman
sebaya. Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama di mana
remaja dituntut untuk belajar hidup bersama dengan orang lain di samping hidup
bersama anggota keluarganya. Dari orang lain penerimaan, pengakuan,
penghargaan diperoleh. Penerimaan sosial dapat mempengaruhi keberhasilan
remaja dalam penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial diartikan sebagai
keberhasilan individu untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain dan kelompok.
2
Individu yang dapat melakukan penyesuaian sosial secara baik dapat
mengembangkan sikap sosialnya dalam membantu orang lain.
Penerimaan sosial menurut Chaplin (2000) adalah tingkat sejauh mana
seseorang merasa diterima oleh orang lain atau kelompok. Remaja yang diterima
oleh kelompok teman sebaya akan menimbulkan rasa senang, gembira, puas,
konsep diri yang positif, bahkan rasa bahagia sehingga memberi rasa percaya diri
yang besar. Rasa percaya diri menimbulkan keberanian dan kesukaan-kesukaan
berinisiatif memberi sumbangan pikiran atau membantu teman-teman
sekelompoknya, semakin aktif dalam pergaulan di lingkungan sekolah yang
kemudian dapat membuatnya lebih populer. Keadaan ini membawa pengaruh
positif bagi perkembangan penyesuaian pribadi dan sosial yang dibawanya sampai
masa dewasa.
Siswa dapat juga mengalami penolakan dalam hubungan dan pergaulan
dengan kelompok teman sebaya di sekolah. Penolakan ini dapat mengakibatkan
siswa merasa kesepian, tidak bahagia, tidak percaya diri, minder, sedih dan
mempunyai konsep diri yang negatif, sehingga remaja mengalami kesulitan dalam
berhubungan dan bergaul dengan teman di sekolahnya. Penyebab utama
kegagalan dalam pergaulan mereka bukanlah situasi atau ketidaktahuan mereka
tentang cara bergaul, tetapi rasa ketidakberhargaan mereka (Paul, 1993).
Penerimaan sangat penting untuk mencapai perkembangan pribadi yang
optimal dalam berhubungan dan bergaul dengan kelompok teman sebaya. Dalam
penelitian ini, peneliti ingin memperoleh gambaran mengenai sejauh mana siswa
kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007 diterima oleh
3
teman sebayanya. Oleh karena itu dalam penelitian ini, difokuskan pada
penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya.
B. Perumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah tingkat penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya siswa
kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan Tahun Ajaran 2006/2007?
2. Topik bimbingan pribadi-sosial yang bagaimana yang sesuai bagi siswa kelas
XI SMA Santo Bernardus Pekalongan Tahun Ajaran 2006/2007?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1. Mendeskripsikan tingkat penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya
siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan Tahun Ajaran 2006/2007.
2. Dapat menyusun suatu usulan topik-topik bimbingan yang sesuai bagi siswa
kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan Tahun Ajaran 2006/2007.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Kepala sekolah
Kepala sekolah dapat memperoleh masukan mengenai gambaran penerimaan
sosial dalam kelompok teman sebaya para siswa kelas XI SMA Santo
4
Bernardus Pekalongan yang dapat digunakan sebagai bahan pembicaraan
dalam pertemuan tahunan orang tua siswa.
2. Guru pembimbing
Guru pembimbing di SMA Santo Bernardus Pekalongan dapat menggunakan
hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dalam rangka mengembangkan
program bimbingan di sekolah, khususnya dalam merancang topik-topik
bimbingan pribadi-sosial.
3. Peneliti
Peneliti dapat menggunakan hasil penelitian sebagai bagian dari proses belajar
dan berlatih menulis khususnya dalam penulisan ilmiah dan dapat
mengembangkan pengetahuan peneliti baik teoritis maupun aplikasinya dalam
bidang pelayanan Bimbingan dan Konseling.
4. Peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi atau bahan pembanding
apabila peneliti lain ingin mengembangkan penelitian ini.
E. Batasan Istilah
Untuk memperoleh pemahaman tentang penelitian ini disajikan beberapa
istilah berikut ini:
1. Penerimaan sosial adalah sejauh mana seseorang diterima oleh orang lain atau
kelompoknya.
2. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang
berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
5
3. Kelompok teman sebaya adalah individu yang memiliki usia dan tugas
perkembangan yang relatif sama, di sekolah yang sama, dan tingkat kelas yang
sama.
4. Bimbingan pribadi-sosial adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada
individu atau kelompok agar mereka dapat memahami, menilai, dan
mengembangkan potensi, bakat, minat, serta mengembangkan kemampuan
hubungan sosial dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga
lingkungan sosial yang lebih luas.
5. Topik-topik bimbingan adalah layanan bimbingan yang akan dibahas atau
disajikan selama jangka waktu tertentu.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini diuraikan masa remaja, penerimaan sosial remaja, dan
bimbingan.
A. Masa Remaja
1. Pengertian
Remaja merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menyebutkan
orang yang berusia anatara 12 tahun sampai dengan 21 tahun. Menurut
Hurlock (1992:206) istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin
adolescere (kata bendanya adolescentia atau remaja) yang berarti
“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Piaget (Hurlock, 1992:206)
mengatakan bahwa istilah adolescence yang digunakan saat ini memiliki
arti yang lebih luas yaitu individu yang sedang tumbuh menjadi dewasa
baik secara mental, emosional, sosial, dan fisik.
2. Ciri-Ciri Masa Remaja
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode
sebelum dan sesudahnya (Hurlock, 1992:207) sebagai berikut:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting.
Pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang sangat
pesat dibandingkan periode perkembangan sebelum dan sesudahnya.
7
Perubahan fisik pada remaja berpengaruh pada perkembangan organ-
organ seksual.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan.
Seorang remaja akan memasuki tahap transisi dimana masa anak-anak
ditinggalkan dan masa dewasa akan dimasuki. Namun dalam peralihan
ini, identitas diri tidaklah begitu jelas. Hal ini menimbulkan keraguan
dalam bertindak dan bereksplorasi. Lebih tepat dikatakan, masa ini
menjadi masa coba-coba dan mencari pola yang cocok.
c. Masa remaja sebagai masa perubahan.
Perubahan-perubahan yang ditujukan pada masa ini antara lain
semakin tingginya emosi, perubahan bentuk tubuh, perubahan minat
dan pola tingkah laku, perubahan pemaknaan nilai dan munculnya
keraguan dalam setiap perubahan
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah.
Remaja akan selalu mencoba dan mencari pola yang cocok bagi
dirinya. Namun ketika semua itu tidak tercapai muncullah masalah
yang terkadang penyelesaiannya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri.
Usaha pencarian identitas diri merupakan usaha untuk mencari
siapakah aku ini, apa makna hidupku dan makna kehadiranku bagi
orang lain. Pencarian identitas diri merupakan usaha untuk
menemukan kepastian apakah seseorang sudah dewasa atau malah
8
masih kanak-kanak, misalnya cara berpakaian, penampilan, cara
berjalan, dan sebagainya.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
Seperti yang ditujukan oleh Majeres, “Banyak anggapan populer
tentang remaja yang mempunyai arti yang bernilai, dan sayangnya,
banyak yang diantaranya bersifat negatif”. Stereotip popular dapat
mempengaruhikonsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri.
Anthony (Hurlock, 1992:208) menjelaskan stereotip juga berfungsi
sebagai cermin yang ditegakkan masyarakat bagi remaja, yang
menggambarkan citra diri remaja sendiri yang lambat laun dianggap
sebagai gambaran yang asli dan remaja membentuk perilakunya sesuai
dengan gambaran ini.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.
Remaja memiliki cita-cita yang begitu indah namun terkadang kurang
realistik. Mereka mulai terlihat melamun, atau berkhayal. Ketika
lamunan dan khayalan mereka tidak terealisir, mereka menjadi putus
asa dan kecewa. Maka, wajar apabila emosi mereka semakin tak
terkendali.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
Remaja mulai mencoba hal-hal yang menunjukan bahwa seseorang
mulai memasuki masa dewasa. Tidak heran, para remaja mulai belajar
merokok, minum minuman keras, mengkonsumsi narkoba (coba-coba)
dan melakukan masturbasi bahkan melakukan hubungan seksual.
9
3. Tugas-Tugas Perkembangan
Setiap individu mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus di
jalani dan diselesaikan. Ali dan Asrori (2004) menyatakan bahwa tugas
perkembangan adalah tugas yang muncul pada periode tertentu yang harus
diselesaikan sebaik-baiknya. Menurut Havighurst (Hurlock, 1992:9)
mengatakan bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang timbul pada
periode tertentu dari kehidupan individu, apabila berhasil akan
menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam
melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Sebaliknya, terhambatnya
pelaksanaan tugas-tugas perkembangan suatu masa kehidupan dapat
menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-
tugas perkembangan pada masa berikutnya.
Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan
bahwa tugas perkembangan merupakan tugas yang dilakukan oleh
individu dalam masa hidup tertentu dan tugas itu harus sesuai dengan
harapan masyarakat atau norma tertentu. Apabila individu tidak berhasil
menyelesaikan tugas perkembangannya, maka individu akan mengalami
masalah dan dapat berakibat negatif pada aspek psikologisnya, misal
afeksinya (merasa takut, malu, minder, kecewa, sedih, rendah diri),
kognisi (konsep diri negatif).
Tugas-tugas perkembangan pada remaja menurut (Hurlock, 1992:209)
adalah sebagai berikut:
10
a. Mampu menerima keadaan fisiknya.
Remaja diharapkan dapat menerima keadaan fisik dirinya apa adanya
dan menggunakannya secara tepat.
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
Remaja dapat menerima dan belajar perannya sebagai pria atau wanita
dalam masyarakat sesuai dengan jenis kelaminnya.
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis.
Remaja belajar bekerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan
tertentu.
d. Mencapai kemandirian emosional.
Remaja diharapkan sudah mulai mandiri dan tidak tergantung terhadap
orang tuanya.
e. Mencapai kemandirian ekonomi.
Remaja sudah mulai mampu berpenghasilan sendiri (mata
pencaharian) dan setidaknya sudah dapat mengatur keuangannya.
f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarkat.
Remaja diharapkan dapat mengembangkan konsep-konsep dalam
bermasyarakat dan dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi
di masyarakat.
11
g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orang tua.
Remaja diharapkan memiliki seperangkat nilai-nilai sebagai pegangan
hidup dalam hubungannya dengan orang lain.
h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan
untuk memasuki dunia dewasa.
Remaja belajar berperan sebagai orang dewasa yang bertanggung
jawab dalam masyarakat dan memperhitungkan nilai-nilai sosial
dalam tingkah lakunya, perbuatan serta tindakannya sesuai dengan
harapan masyarakat.
i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
Remaja sudah mulai memikirkan pasangan hidupnya.
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga.
Remaja sudah mulai mengembangkan keterampilan, memperoleh
pengetahuan yang tepat tentang pengelolaan keluarga dan
pemeliharaan anak.
4. Kebutuhan Remaja
Orang berbuat sesuatu dapat saja dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan.
Menurut Maslow (Schultz, 1991:91-93) kebutuhan manusia tersusun
secara hirarki seperti suatu tangga. Kebutuhan itu terdiri dari:
12
a. Kebutuhan fisiologis.
Kebutuhan ini mencakup kebutuhan akan makanan, air, udara, tidur
dan seks. Pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan tersebut sangat
penting untuk kelangsungan hidup.
b. Kebutuhan akan rasa aman.
Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi kebutuhan-kebutuhan akan
jaminan, stabilitas, perlindungan, ketertiban, bebas dari rasa takut dan
kecemasan.
c. Kebutuhan akan memiliki dan cinta.
Pemuasan kebutuhan ini dilakukan dengan menjalin hubungan akrab
dan penuh perhatian dengan orang lain.
d. Kebutuhan akan penghargaan baik penghargaan yang berasal dari
orang lain maupun penghargaan terhadap diri sendiri.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kebutuhan akan aktualisasi diri merupakan kebutuhan seseorang
untuk mengungkapkan keberadaannya. Kebutuhan ini yang paling
tinggi tingkatannya.
Menurut Rifai (1984) ada empat jenis kebutuhan remaja yakni:
a. Kebutuhan untuk menerima afeksi dari kelompok atau individu.
Kebutuhan itu antara lain: menerima kasih sayang dari keluarga atau
orang lain, menerima pemujaan dan sambutan hangat dari teman-
temannya dan menerima penghargaan dari guru dan pendidik lainnya.
13
b. Kebutuhan untuk memberikan sumbangan kepada kelompoknya.
Kebutuhan itu antara lain: menyatakan afeksi dan kegembiraan kepada
keluarga dan teman-temannya, turut serta memikul tanggung jawab
kelompok, menyatakan kesediaan dan kemenangan baik sebagai
pribadi maupun sebagai anggota kelompok.
c. Kebutuhan untuk memahami.
Remaja mempunyai kebutuhan untuk mengerti dan memahami
persoalan-persoalan tertentu. Rasa bebas dari persoalan-persoalan
tertentu akan memberikan rasa tenang dan aman pada remaja.
d. Kebutuhan untuk mempelajari dan menyelidiki sesuatu.
Remaja mempunyai kebutuhan untuk bebas melakukan percobaan-
percobaan serta penyelidikan tentang kehidupan.
Kebutuhan remaja menurut Winkel (1997:167) yaitu mendapat
perhatian dan dukungan; mendapat pengakuan dari orang dewasa dan
kelompok teman sebaya; menerima kebebasan yang wajar untuk mengatur
kehidupannya sendiri; memperoleh prestasi yang patut dibanggakan;
membina persahabatan dengan teman sebaya; dan sebagainya. Kebutuhan
untuk membina persahabatan dengan teman sebaya serta kebutuhan akan
keikutsertaan dan diterima dalam kelompok merupakan kebutuhan yang
berkaitan sangat erat dengan minat sosial remaja untuk berkumpul dan
membentuk kelompok dengan teman sebaya.
Berdasarkan beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa remaja
mempunyai berbagai macam kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan itu tidak
14
saja bersifat fisiologis yakni untuk memenuhi fisik-biologis tetapi juga
kebutuhan yang bersifat psikologis yakni untuk memenuhi kebutuhan
psikologisnya. Oleh karena itu, banyak orang dalam hidupnya mencari
cinta dan ketergolongan dalam kelompo, harga diri dan penghargaan dari
orang lain, dan kebutuhan mewujudkan potensi atau bakat yang dimiliki.
B. Penerimaan Sosial Remaja
1. Penerimaan Sosial
Hurlock (1955) penerimaan sosial adalah suatu tanggapan positif
dari orang lain terhadap seluruh kepribadian seseorang yang merasa
diterima. Menurut Chaplin (2000) penerimaan sosial adalah tingkat sejauh
mana seseorang merasa diterima oleh orang lain. Penerimaan sosial
merupakan sikap yang melihat orang lain sebagai manusia, sebagai
individu yang patut dihargai (Rakhmat, 2004).
Individu yang dapat diterima dengan baik dapat berperilaku sesuai
dengan cara dan patokan tertentu yang berlaku dalam masyarakat. Norma
masyarakat akan di teruskan lewat orang tua, sekolah, teman sebaya. Oleh
karena itu, norma menjadi bagian dari cita-cita diri individu. Semakin
individu mampu memenuhi norma dan dapat diterima oleh masyarakat,
maka harga dirinya dapat berkembang.
Dari uraian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
penerimaan sosial adalah adanya rasa berharga, berarti, dibutuhkan bagi
atau oleh kelompoknya. Hal yang demikian ini akan menimbulkan rasa
15
senang, gembira, puas, bahkan rasa bahagia sehingga memberi rasa
percaya diri yang besar dan memiliki konsep diri yang positif.
a. Penerimaan Sosial Remaja
Penerimaan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan remaja dalam penyesuaian sosial. Oleh karena
itu, penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya merupakan
pengalaman yang menyenangkan karena remaja merasa diterima dalam
kelompok. Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama
di mana remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan
anggota keluarganya. Menurut Zulkifli (2003), remaja dalam kehidupan
sosial sangat tertarik kepada kelompok teman sebayanya sehingga tidak
jarang orang tua dinomorduakan sedangkan kelompoknya
dinomorsatukan. Hal ini dilakukan oleh remaja dengan tujuan untuk
mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok teman sebaya
sehingga tercipta rasa aman. Penerimaan dari kelompok teman sebaya ini
merupakan hal yang sangat penting, karena remaja membutuhkan adanya
penerimaan dan keyakinan untuk dapat diterima oleh kelompoknya.
Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial yang
mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan
kepribadiannya, sehingga peran remaja dalam kelompok teman sebaya
sangat besar. Kelompok teman sebaya membuat individu tergantung pada
teman dan ingin meniru semua yang diperbuat oleh temannya. Menurut
16
(Gunarsa & Gunarsa, 1984:95), kelompok remaja sulit ditiadakan karena
para remaja membutuhkan rasa aman dan terlindung yang diperolehnya
dalam lingkungan kelompoknya.
Remaja rentan terhadap pengaruh lingkungan khususnya dari
teman sebaya. Hurlock (1992), menyatakan bahwa pengaruh teman-teman
sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih
besar daripada pengaruh keluarga. Bagi remaja kelompok atau teman-
teman adalah sumber kekuatan, inspirasi, dan identitas diri. Ada
kecenderungan pada remaja untuk menjadi apa yang diharapkan atau
dikatakan oleh orang lain tentang dirinya karena mereka membutuhkan
kelompoknya lebih dari apapun. Mereka beranggapan bahwa diterima di
lingkungan sosialnya, remaja merasa berharga dan berarti serta dibutuhkan
bagi atau oleh kelompoknya. Dengan demikian remaja dapat merasakan
adanya kepuasan dalam interaksi sosialnya. Sedangkan remaja yang tidak
diterima di lingkungan sosialnya akan mengalami penolakan dan itu
merupakan suatu bencana, misalnya kesulitan menjalin hubungan dengan
teman dalam pergaulan, sehingga individu sulit untuk berinteraksi, dan itu
akan menimbulkan dampak negatif bagi remaja. Oleh karena itu, demi
penerimaan kelompok mereka mengidentifikasikan diri dengan kelompok.
b. Faktor-Faktor Penerimaan Sosial
Hurlock (1992:217), menyebutkan ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan remaja diterima dalam suatu kelompok adalah sebagai
berikut:
17
a. Kesan pertama
Kesan pertama cenderung mempengaruhi seseorang dalam
penerimaan sosialnya, baik dengan individu yang sudah dikenal
maupun yang belum dikenalnya. Setiap individu cenderung menilai
baik buruknya seseorang berdasarkan kesan pertama. Menurut Hurlock
(1992:217) menyatakan bahwa kesan pertama yang menyenangkan
sebagai akibat dari penampilan yang menarik perhatian, sikap yang
tenang, dan gembira. Sedangkan kesan pertama yang kurang baik
karena penampilan diri yang kurang menarik atau sikap menjauhkan
diri yang mementingkan diri sendiri.
b. Reputasi
Reputasi atau nama baik seseorang dapat mempengaruhi
penerimaan dalam bergaul dengan teman-teman. Seorang yang sportif
dan menyenangkan dapat memudahkan seorang individu dalam
bergaul dengan teman-teman sebayanya. Apabila reputasi seorang
individu itu baik, maka mereka dapat diterima oleh teman-teman.
Tetapi apabila seorang individu memiliki reputasi yang kurang baik,
maka mereka kurang diterima oleh teman-teman. Setiap tahun, sejalan
dengan bertambahnya usia, seorang individu akan mengetahui bahwa
teman sebaya mereka lebih memperhatikan reputasi dalam memilih
teman bermain dan sahabat dibandingkan pada tahap usia sebelumnya.
18
i. Penampilan diri
Individu yang berpenampilan diri yang sesuai dengan penampilan
teman-teman sebaya cenderung akan diterima dengan senang hati dan
mengarah pada sikap yang menyenangkan. Sedangkan penampilan
yang kurang menarik atau berbeda dengan teman sebaya, maka
cenderung akan ditolak dan membuat remaja merasa rendah diri
sehingga segala cara akan diusahakan untuk menutupinya agar dapat
diterimadalam kelompok.
Minat terhadap penampilan diri pada remaja sangat penting. Cross
dan Cross (Hurlock, 1996:219) menyebutkan pentingnya penampilan
bagi remaja sebagai berikut: “kecantikan dan daya tarik fisik sangat
penting bagi umat manusia”. Mathew (1996:136) menjelaskan bahwa
“jika anda ingin mendapatkan banyak teman, pandai-pandailah
mengatur cara berpakaian”. Menurut Mathew (1996) terdapat tiga
aturan dalam berpakaian yaitu berpakaian rapi, sederhana, dan sesuai
dengan kondisi. Hal ini merupakan tanda bahwa remaja yang
berpenampilan sesuai dengan teman sebayanya akan mendaptkan
penerimaan.
c. Perilaku sosial
Definisi perilaku sosial menurut Bruno (1989) adalah perilaku
yang berkaitan dengan interaksi antara dua orang atau lebih. Menurut
Hurlock (1996) menyatakan bahwa perilaku sosial yang mendukung
penerimaan sosial adalah perilaku yang sportif, bersedia untuk
19
bekerjasama, kreatif, mampu bertanggung jawab, bersikap bijaksana,
dan sopan. Individu yang dapat berpartisipasi sosial mempunyai
keterampilan dalam hal sosial misalnya dapat berperilaku apa adanya,
bersedia mendengarkan, dapat menciptakan pembicaraan yang menarik
dalam kelompok dan berbagai situasi sosial.
Perilaku sosial yang menyebabkan individu kurang diterima antara
lain individu tidak dapat diajak bekerjasama, kurang sopan, malas
bergaul dengan temannya. Menurut Hurlock (1992:217) “perilaku
sosial yang mengakibatkan penolakan sosial adalah perilaku yang
menonjolkan diri, mengganggu dan menggertak orang lain, senang
memerintah, tidak dapat bekerjasama dan kurang bijaksana.
d. Kematangan
Individu akan dianggap tidak matang secara sosial dan emosional
oleh teman-teman sebaya maupun orang lain, apabila individu masih
menunjukkan pola-pola ekspresi emosi yang kurang menyenangkan
misalnya tidak mau bekerjasama, sibuk dengan dirinya sendiri, marah,
dan lain- lain, sehingga kurang disenangi oleh orang-orang lain. Namun
dengan semakin matangnya keadaan fisik seseorang, tingkat emosi
akan berkurang dan individu mulai mampu mengendalikan emosinya.
Sebaliknya, individu yang matang terlambat cenderung berperilaku
kurang dapat menyesuaikan diri sehingga individu mengalami
kesulitan penerimaan dalam kelompok teman sebayanya.
20
e. Sifat pribadi
Setiap individu mempunyai sifat kepribadian yang berbeda-beda
dan dapat berubah mengingat adanya proses pendidikan dan pengaruh
lingkungan. Sifat kepribadian dapat berubah seiring dengan
bertambahnya usia dan pengalaman bergaul remaja itu sendiri.
Remaja menyadari bahwa ada sifat-sifat pribadi yang mendukung
penerimaan maupun penolakan. Hurlock (1996) menyebutkan adanya
beberapa karakter pribadi yang disukai dan yang mendukung
penerimaan yaitu jujur, setia, memperhatikan kepentingan orang lain,
dan terbuka. Sifat kepribadian menjadi hal yang penting terutama sifat
seperti periang, murah hati, ramah, mau bekerjasama, jujur, tenang,
suka humor, dan sportif (Hurlock, 1996:290).
Adapun sifat-sifat kepribadian yang menyebabkan remaja kurang
diterima, misalnya mudah marah, sombong, suka menentang, keras
kepala. Sifat-sifat kepribadian yang mengakibatkan remaja kurang
diterima menurut Hurlock (1992) adalah sifat-sifat kepribadian yang
mengganggu orang lain seperti mementingkan diri sendiri, keras
kepala, gelisah, dan mudah marah. Oleh karena itu, individu cenderung
memilih orang lain untuk dijadikan sahabat atau teman, salah satunya
didasarkan pada sifat kepribadian yang dimilikinya, sehingga individu
dapat diterima.
21
f. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi sangat mempengaruhi penerimaan dan
penolakan pada masa remaja. Tingginya status sosial ekonomi di
dalam kelompok remaja biasanya menjamin seorang anak remaja akan
menjadi pusat perhatian dan juga terkadang membuat cemburu
kelompok. Remaja dinilai tidak hanya dengan apa yang dia miliki
tetapi juga dengan siapakah dia dan anggota keluarganya dalam
lingkungannya. Luft (Hurlock, 1955:98) menjelaskan bahwa status
sosial ekonomi adalah “suatu ukuran yang penting untuk menentukan
bagaimana seseorang memandang orang lain”. Orang cenderung
menghargai kepada mereka yang berpenghasilan tinggi dan kurang
menghargai kepada orang yang berpenghasilan rendah.
Remaja yang kurang diterima di dalam kelompok biasanya dari
status sosial ekonomi yang lebih rendah, sehingga mereka cenderung
bersikap menutup diri, merasa minder, kurang merasa percaya diri,
kurang disenangi, dan lain- lain terhadap teman-teman yang berasal
dari status ekonomi yang lebih tinggi. Remaja yang memiliki status
sosial ekonomi tinggi memilih teman yang status sosial ekonominya
tinggi. Mereka merasa bahwa dirinya lebih hebat secara ekonomi.
g. Tempat tinggal
Tempat tinggal yang dekat dengan kelompok, mempermudah
individu dalam bergaul dan partisipasi dalam pelbagai kegiatan
kelompok karena mereka akan sering bertemu dan bermain bersama,
22
sehingga mereka mudah untuk menyesuaikan diri dan mudah untuk
bergaul dengan siapa saja. Apabia tempat tinggal individu yang terlalu
jauh dari kelompok, maka kemampuan untuk berparisipasi bersama
kelompok berkurang, sehingga mereka kurang dapat diterima dan
kurang bisa menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar.
Remaja yang diterima dengan baik akan memiliki peluang lebih
besar untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan kelompok teman sebaya
dan dapat membuat individu menjadi populer, dibandingkan dengan
anak yang tidak diterima dengan baik, maka individu akan
memperoleh kesempatan untuk mempelajari keterampilan sosial.
Akibat langsung adanya penerimaan teman sebaya bagi remaja adalah
adanya rasa berharga dan berarti serta dibutuhkan oleh kelompoknya,
sehingga menimbulkan rasa senang, puas, dan bahagia. Selain itu,
secara sosial remaja lebih cakap dibandingkan dengan individu yang
kurang aktif. Gottman (Hurlock,1996) menyatakan bahwa “anak yang
populer lebih mengetahui cara menjalin persahabatan”. Hal ini akan
menyebabkan peningkatan penerimaan sosial remaja dan dapat
menimbulkan dampak yang baik pada konsep diri mereka. Individu
yang tidak diterima dengan baik dalam kelompoknya dapat berdampak
negatif bagi dirinya, misalnya tidak puas terhadap dirinya dan
memiliki konsep diri negatif.
Menurut Hurlock (1996:298), individu yang diterima dengan baik
akan berdampak pada penerimaan sosial yaitu:
23
a. Individu akan merasa senang dan aman.
b. Individu dapat mengembangkan konsep diri yang menyenangkan
karena orang lain mengakuinya.
c. Individu mempunyai kesempatan untuk mempelajari pola perilaku
yang diterima secara sosial.
d. Individu secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian mereka
keluar dan untuk menaruh minat pada orang di luar dari mereka.
e. Individu dapat menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan
tidak mencemooh tradisi sosial.
4. Tanda-Tanda Penerimaan Sosial
Hurlock (1996) menyebutkan ada beberapa ciri yang menimbulkan
penerimaan sosial yaitu:
a. Individu lebih berorientasi pada kelompok dan tidak egosentris.
b. Individu lebih mengutamakan orang lain serta membangun ego mereka
dan tidak menghancurkannya.
c. Individu bersikap sebagaimana adanya, tidak menyesuaikan diri secara
berlebihan, tetapi menyesuaikan dengan pola kelompok yang luas
dengan mematuhi peraturan, kebiasaan dan adat istiadat.
d. Individu dapat secara mudah dan siap menyesuaikan diri terhadap
harapan sosial, matang secara sosial, secara emosional, dan secara
intelektual.
24
Hurlock (1996:296), menyebutkan tanda-tanda yang menunjukkan
individu diterima oleh orang lain adalah sebagai berikut:
a. Ekspresi wajah atau nada suara seseorang.
Individu memperoleh isyarat tentang bagaimana perasaan orang itu
terhadap individu.
b. Perlakuan yang diterima dari orang lain.
Perlakuan yang diterima dari orang lain mengungkapkan dengan cukup
akurat apakah mereka disukai atau tidak.
c. Konformitas.
Bila orang lain bersedia melakukan apa yang diinginkan oleh individu
atau bila dengan sukarela mereka meniru cara bicara, perilaku, atau
pakaiannya, individu akan memperoleh kepastian bahwa dia disukai.
d. Jumlah teman.
Individu yang memiliki banyak teman bermain atau sahabat
mengetahui bahwa mereka diterima dengan lebih baik daripada
individu yang hanya memiliki sedikit teman bermain atau sahabat.
e. Umpan balik dari teman.
Individu dapat mengetahui dengan mudah bagaimana perasaan orang
lain terhadap dirinya yaitu berdasarkan ungkapan-ungkapan orang lain
terhadap dirinya.
f. Sebutan.
Sebutan yang digunakan oleh orang lain terhadap mereka merupakan
salah satu isyarat yang paling akurat tentang tingkat penerimaan yang
mereka peroleh, misalnya sebutan gendut. Bagi remaja panggilan
gendut merupakan panggilan yang akrab.
25
5. Penerimaan Sosial dalam Kelompok Teman Sebaya pada Remaja
Penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya pada remaja sangat
dibutuhkan karena dalam kelompok itu remaja dapat memenuhi
kebutuhannya, misalnya kebutuhan dimengerti, kebutuhan dianggap,
kebutuhan diperhatikan, kebutuhan mencari pengalaman baru, kebutuhan
berprestasi, kebutuhan diterima statusnya, kebutuhan harga diri, rasa
aman, yang belum tentu dapat diperoleh di rumah maupun di sekolah.
Remaja SMA yang duduk di bangku kelas II adalah remaja yang
berusia 15-17 tahun. Untuk mencapai aspek perkembangan ini, remaja
harus dapat menyesuaikan tugas-tugas perkembangan yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Dilihat dari tugas-tugas perkembangan remaja, nampak bahwa
penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya merupakan salah satu
tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh setiap remaja. Menurut
Hurlock (1992:209) “tugas perkembangan remaja lebih dipusatkan pada
penanggulangan sikap dan pola perilaku yang ke kanak-kanakan dan
memasuki masa dewasa”. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok teman
sebaya mempunyai peran yang sangat penting pada masa remaja.
Manfaat kelompok teman sebaya bagi remaja antara lain dapat
berhubungan dan bergaul dengan orang lain, dapat mewujudkan jati diri
dengan kemampuannya sendiri, merasa aman dalam kelompok, lebih dapat
percaya diri, dan mendapat kesempatan untuk mengembangkan konsep
diri. Penerimaan “peer group” remaja merupakan salah satu kelompok
26
kebutuhan remaja di samping kelompok kebutuhan yang berhubungan
dengan orang tua mereka (Mappiare, 1982:169).
Dengan demikian penerimaan sosial yang dilakukan remaja merupakan
upaya mempersiapkan diri remaja dalam memasuki masa dewasa.
Penerimaan dalam kelompok teman sebaya dapat meningkatkan konsep
diri yang positif, karena individu merasa diterima dan individu semakin
aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.
C. Bimbingan
1. Pengertian
Pengetian bimbingan menurut Nawawi (1982:26) bimbingan adalah usaha
menolong orang lain atau siswa untuk mengembangkan pandangan positif
terhadap diri sendiri, orang lain dan masyarakat sekitarnya, agar siswa mampu
mengatasi masalah yang dihadapi dengan menetapkan sendiri keputusan yang
bijaksana dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Menurut
Sukardi (1983) bimbingan yaitu suatu proses bantuan yang diberikan kepada
seseorang yang bertujuan untuk mengembangkan potensi-potensi yang
dimiliki, mengenali diri sendiri, mengatasi persoalan-persoalan sehingga
mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab
kepada orang lain. Winkel (1997), menyatakan bahwa bimbingan adalah
pemberian bantuan kepada seseorang atau kepada sekelompok orang dalam
membantu pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan
penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup. Dari uraian di atas, maka
27
dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan suatu proses membantu
individu yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah agar dapat
menemukan dan mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar.
2. Tujuan Bimbingan
Tujuan pelayanan bimbingan di sekolah menurut Djumhur dan Surya
(1975:30) adalah mencapai tingkat perkembangan yang optimal bagi setiap
individu sesuai dengan kemampuannya, agar dapat menyesuaikan dirinya
kepada lingkungan. Winkel (1997:103) menyebutkan bahwa tujuan pelayanan
bimbingan yaitu supaya siswa dan mahasiswa berkembang seoptimal mungk in
dan mengambil manfaat sebanyak mungkin dari pengalamannya selama
bersekolah dengan mengindahkan ciri-ciri kepribadiannya dan tuntutan
kehidupan masyarakat di masa sekarang dan di masa yang akan datang.
3. Ragam Bimbingan
Winkel (1997:137) menyebutkan jenis bimbingan dengan menggunakan
istilah ragam bimbingan, yang menunjuk pada bidang kehidupan tertentu dan
aspek perkembangan tertentu yang menjadi fokus perhatian dalam pelayanan
bimbingan. Winkel (1997:139) menyebutkan tiga macam ragam bimbingan
yaitu:
a. Bimbingan Karier adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri
menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau
28
jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku
jabatan dan dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari
lapangan pekerjaan yang telah dimasuki.
b. Bimbingan Akademik adalah bimbingan dalam hal menentukan cara
belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai dan dalam
mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan
belajar di suatu institusi pendidikan.
c. Bimbingan Pribadi-Sosial adalah bimbingan dalam menghadapi keadaan
batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya
sendiri, serta bimbingan dalam membina hubungan kemandirian dengan
sesama diberbagai lingkungan (pergaulan sosial).
4. Pelayanan Bimbingan Pribadi-Sosial (Depdiknas, 2003:13-12) sebagai
berikut:
Isi pokok bimbingan pribadi ini menyangkut:
a. Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa.
b. Pemantapan pemahaman tentang potensi diri dan pengembangannya untuk
kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun peranannya di masa depan.
c. Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran
dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan
produktif.
29
d. Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha
penanggulangannya.
e. Pemantapan kemampuan mengambil keputusan dan mengarahkan diri
secara mandiri sesuai dengan sistem etika, nilai kehidupan dan moral,
serta apresiasi seni.
f. Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik
secara rohaniah maupun jasmaniah, termasuk perencanaan hidup
berkeluarga.
Isi pokok bimbingan sosial ini menyangkut:
a. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan secara
efektif, efisien dan produktif.
b. Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta
berargumentasi secara dinamis dan kreatif.
c. Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial, baik di
rumah, di sekolah, di tempat latihan/kerja/unit produksi maupun
masyarakat luas dengan menjujung tinggi tata krama, sopan santun, serta
nilai-nilai agama, adat istiadat, hukum, ilmu, dan kebiasaan yang berlaku.
d. Pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis dan produktif dengan
teman sebaya, baik di sekolah yang sama, di sekolah lain, di luar sekolah,
maupun di masyarakat pada umumnya.
e. Pemantapan pemahaman tentang peraturan, kondisi rumah, sekolah, dan
lingkungan, serta upaya pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggung
jawab.
f. Orientasi tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan
metodologi penelitian, yaitu jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian,
instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas, prosedur pengumpulan data, teknik
analisis data, penyusunan usulan topik bimbingan pribadi-sosial.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survai.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan
gejala menurut apa adanya (Arikunto, 2003:309). Tujuan penelitian ini adalah
untuk melukiskan variabel atau kondisi “apa yang ada” dalam suatu situasi
(Furchan 1982:415). Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
tentang penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya siswa kelas XI SMA
Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan
tahun ajaran 2006/2007. Apabila seseorang ingin meneliti dengan melibatkan
seluruh anggota dalam wilayah penelitian, maka penelitian tersebut merupakan
penelitian populasi (Arikunto, 1997:108). Sampel adalah sebagian atau wakil dari
populasi yang diteliti, jika hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka
31
penelitian ini disebut penelitian sampel (Arikunto, 1997:109). Sampel penelitian
diambil dari jumlah populasi penelitian yang ada di SMA Santo Bernardus
Pekalongan. Sampel penelitian berjumlah 84 siswa yang terdiri dari siswa kelas
XI Ia 2, XI Is 1, dan XI Is 3 yang diambil cluster random sampling. Pada saat itu
ada 3 siswa yang tidak masuk sekolah, sehingga yang menjadi sampel penelitian
berjumlah 81 siswa. Sedangkan sisanya siswa kelas XI Ia 1 dan XI Is 2 sebagai uji
coba yang berjumlah 55 siswa, namun pada saat itu ada siswa yang tidak hadir
yang berjumlah 3 siswa, sehingga yang mengikuti uji coba berjumlah 52 siswa.
Jumlah siswa masing-masing kelas dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2006/2007
Kelas L P Jumlah Siswa
XI Ia 1 12 14 26
XI Ia 2 13 14 27
XI Is 1 14 14 28
XI Is 2 14 15 29
XI Is 3 14 15 29
Total 67 72 139 Siswa
Alasan peneliti memilih siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun
ajaran 2006/2007 sebagai subyek penelitian adalah siswa kelas XI masih
tergolong remaja yang berusia antar 15 – 18 tahun dan memiliki tugas
perkembangan yang relatif sama. Selain itu, siswa kelas XI sudah dapat
menyesuaikan diri dan sudah memiliki pengalaman diterima dalam kelompok
teman sebaya di sekolah. Sedangkan siswa kelas X masih penyesuaian dan
32
pengenalan lingkungan sekitar, siswa kelas XII konsentrasi untuk menghadapi
ujian.
C. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini digunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data.
Kuesioner adalah sekumpulan daftar pernyataan tertulis yang diberikan kepada
subjek penelitian (Furchan, 1982:249). Alat pengumpul data yang digunakan
dalam penelitian adalah Kuesioner Tingkat Penerimaan Sosial yang di susun oleh
Dona (2005) yang sudah di modifikasi oleh peneliti.
Kuesioner ini termasuk kusioner tertutup karena pernyataan dalam
kusioner ini sudah memiliki alternatif-alternatif jawaban sehingga responden
tinggal memilih jawaban yang tersedia (Furchan,1982:249). Kuesioner ini
menggunakan teknik skoring skala Likert dengan menggunakan empat alternatif
jawaban, yaitu “Sangat Sering atau Selalu” antara 81%-100%, “Sering” antara
61%-80%, “Jarang “ 41%-60%, “Tidak Pernah” 0%-40%. Untuk item pernyataan
yang positif (favourable) diberi skor 4,3,2,1 dan item pernyataan yang negatif
(unfavourable) di beri skor 1,2,3,4. Menurut Hadi (1990:20) modifikasi skala
Likert dilakukan untuk meniadakan pilihan jawaban yang di tengah karena pilihan
jawaban yang di tengah mempunyai arti ganda, yaitu: belum dapat
memutuskan/netral atau cenderung untuk memilih jawaban ke tengah, terutama
bagi mereka yang ragu-ragu dalam menjawabnya. Jadi, peneliti memodifikasi
skala Likert menjadi empat bagian.
33
Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner Uji Coba
Aspek-Aspek Item Positif Item Negatif No item Total
1. Kesan pertama
a. Menarik perhatian
b. Sikap yang tenang
1
3
4
2
1-4 4
2. Reputasi
a. Sportivitas b. Menyenangkan
5, 10, 8
6
7, 11, 9
12
5-12 8
3. Penampilan diri
a. Penampilan yang sesuai dengan teman
b. Wajah yang menarik c. Penampilan yang rapi d. Mode pakaian
19, 24
13 21
16, 14
17, 20
15, 18, 22
23 -
13-24 12
4. Perilaku sosial
a. Bekerjasama b. Tanggung jawab c. Kreatif d. Kesenangan
27 29
30, 32, 36 35, 41, 39, 38
25
28, 31, 42, 37 26
33, 34, 40
25-42 18
5. Kematangan
a. Pengendalian emosi b. Mengikuti peraturan
43, 44, 49, 46,
51
45, 47, 48, 52, 50
43-52 10
6. Sifat kepribadian
a. Jujur b. Setia c. Terbuka d. Memperhatikan
kepentingan orang lain
53, 56
- 65, 62
54, 67, 59, 61
-
55, 57, 64 58, 63
60, 68, 66
53-68 16
7. Status sosial ekonomi
a. Perbedaan status sosial ekonomi
b. Hubungan orang tua
69, 73, 70,
75
74, 71, 76, 72
69-76 8
8. Tempat tinggal
a. Keadaan atau situasi tempat tinggal
b. Partisipasi dalam kelompok
78
79
80
77
77-80 4
Jumlah 40 40 80
34
D. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas adalah taraf sampai dimana suatu alat ukur mampu mengukur
apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995:242). Uji validitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah validitas konstruk atau konsep, yaitu suatu validitas
yang menunjukkan sampai di mana isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan
suatu konsep yang seharusnya menjadi isi tes atau alat pengukur tersebut
(Masidjo, 1995:244). Perhitungan validitas item dengan menjumlahkan skor
setiap item dikorelasikan dengan skor total item peraspek (Arikunto, 2002:153).
( ){ }∑ ∑−∑ ∑−
∑ ∑∑−=
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
xyr : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
X : Jumlah skor tiap butir item
Y : Jumlah skor peraspek
N : Jumlah siswa
Menurut Azwar (2003:65) menyatakan bahwa untuk skala psikologi
sebaiknya digunakan patokan koefisien korelasi minimal atau sama dengan 0,30.
Apabila jumlah item yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang
diinginkan, maka dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas
kriteria atau merevisi item yang koefisien korelasinya rendah, supaya jumlah item
yang diinginkan dapat dicapai sehingga penyebaran item dapat seimbang.
35
Tabel 3. Hasil Analisis Uji Validitas Item
No Aspek Jumlah
item uji
coba
Jumlah
Item yang
valid
Jml Item yang
tidak valid
Revisi Jumlah
item
penelitian
1. Kesan pertama 4 4 - - 4
2. Reputasi 8 7 1 1 8
3. Penampilan diri
12 6 6 3 9
4. Perilaku sosial 18 10 8 3 13
5. Kematangan 10 5 5 2 7
6. Sifat kepribadian
16 12 4 - 12
7. Status sosial ekonomi
8 6 2 1 7
8. Tempat tinggal 4 4 - - 4
Jumlah 80 54 26 10 64
Hasil analisis validitas item dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 101.
36
Tabel 4. Sebaran Item Kuesioner Penelitian
Aspek Item Positif Item Negatif Total No Item
1. Kesan pertama
a. Menarik perhatian
b. Sikap yang tenang
1
3
2
4
4 1-4
2. Reputasi
a. Sportifitas
b. Menyenangkan
5, 6, 8, 10 7, 9, 11, 12 8 5-12
3. Penampilan diri
a Penampilan yang sesuai
dengan teman
b Wajah yang menarik
c Penampilan yang rapi
d Mode pakaian
21
13
18
14
16, 17
15, 19
20
-
9 13-21
4. Perilaku sosial
a. Bekerjasama
b. Tanggung jawab
c. Kreatif
d. Kesenangan
23
-
25, 27, 30
29, 32, 41
-
24, 26, 42
22
31
13 22-34
5. Kematangan
a. Pengendalian emosi
b. Mengikuti Peraturan
35, 36, 37,
39
38, 40, 41
7 35-41
6. Sifat kepribadian
a. Jujur
b. Setia
c. Terbuka
d. Memperhatikan kepentingan
orang lain
42
-
50
43, 47, 49, 67
-
44, 45, 51
46
48, 52
12 42-53
7. Status sosial ekonomi
a. Perbedaan status sosial
ekonomi
b. Hubungan orang tua
54, 55, 58
60
56, 57, 59
7 54-60
8. Tempat tinggal
a. Keadaan atau situasi tempat
tinggal
b. Partisipasi dalam kelompok
62
63
61
64
4 61-64
Jumlah 33 31 64 64
37
2. Reliabilitas
Reliabilitas instrumen adalah tingkat keajegan atau ketetapan suatu alat
ukur dalam mengukur apa yang seharusnya diukur (Furchan, 1982:295).
Sedangkan menurut Masidjo (1995:209), reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai
di mana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang
diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil.
Untuk mengukur koefisien reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan
rumus Alpha (Arikunto, 2005:109) sebagai berikut:
σσΣ
−
−=Γ
2t
2i1
1nn
11
Keterangan:
=Γ11 reliabilitas yang dicari
2iσΣ =jumlah varians skor tiap-tiap item
2tσ =varians total
Setelah dikoreksi dengan rumus Alpha, di dapat koefisien reliabilitas
11Γ = 0,8. Atas dasar signifikan 1% untuk N = 52 dituntut xy
Γ = 0,361. Jadi taraf
reliabilitas yang didapat ternyata signifikan pada taraf signifikan 1% ( 11Γ = 0,8 >
0,361) dan termasuk tinggi. Hasil perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada
lampiran 5 halaman 104.
38
Masidjo (1995:209), menyebutkan koefisiensi reliabilitas sebagai berikut:
Tabel 5. Koefisiensi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91 – 1,00 Sangat Tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
Negatif – 0,20 Sangat Rendah
E. Prosedur Pengumpulan Data
1. Tahap persiapan
a. Menyusun kusioner . Peneliti membuat kisi-kisi dengan menentukan
aspek-aspek penerimaan sosial dan indikator- indikator yang mendukung,
setelah kisi-kisi kusioner dibuat kemudian di konsultasikan kepada dosen
pembimbing.
b. Peneliti meminta izin untuk uji coba alat penelitian kepada kepala sekolah
SMA Santo Bernardus Pekalongan pada tanggal 18 Juli 2006.
c. Peneliti melaksanakan uji coba penelitian yang dilaksanakan di SMA
Santo Bernardus Pekalongan pada hari Senin pada tanggal 24 Juli 2006, di
kelas XI Is 2 yang berjumlah 29 siswa dan XI Ia 1 yang berjumlah 26
siswa. Pada waktu melaksanakan uji coba alat penelitian ada siswa yang
tidak hadir sebanyak 3 orang, sehingga yang mengisi kusioner sebanyak
52 siswa.
d. Setelah uji coba alat penelitian, peneliti mengolah data hasil uji coba dan
mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing.
39
2. Tahap pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 September dan 3 Oktober 2006.
Kelas XI Is 1 pada hari Jumat, 29 September 2006 pukul 07.35 - 08.10 WIB.
Kelas XI Ia 2 pada hari Jumat, 29 September 2006 pukul 09.35 – 10.10 WIB.
Kelas XI Is 3 pada hari Selasa, 3 Oktober 2006 pukul 11.35 – 12.10 WIB.
Jumlah seluruh siswa dari ketiga kelas tersebut adalah 84 siswa. Pada saat
itu ada siswa yang tidak masuk sekolah, sehingga kuesioner yang diisi oleh
siswa sejumlah 81.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti di sekolah dengan
menggunakan jam bimbingan dan konseling sehingga peneliti terlibat
langsung mendampingi para siswa untuk mengisi kuesioner. Sebelum
pengumpulan data dilaksanakan, peneliti memperkenalkan dan menjelaskan
maksud peneliti datang ke setiap kelas yang bersangkutan. Peneliti
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengisi kuesioner dan memberi
kesempatan kepada siswa untuk menanyakan item-item yang kurang jelas.
F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan sesuai
dengan permasalahan penelitian yang diajukan. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Menentukan skor jawaban responden sesuai dengan alternatif jawaban.
2. Mentabulasi skor dan menghitung jumlah skor masing-masing responden.
3. Menggolongkan kualifikasi penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya
dari seluruh responden berdasarkan PAP Tipe I (Masidjo, 1995:153).
40
Tabel 6. Penggolongan Tingkat Penerimaan Sosial
Tingkat Penerimaan Sosial Kualifikasi
90%-100% Sangat Tinggi
80%-89% Tinggi
65%-79% Cukup Tinggi
55%-64% Rendah
Di bawah 55% Sangat Rendah
G. Penyusunan Usulan Topik Bimbingan Pribadi-Sosial
Usulan topik bimbingan pribadi-sosial disusun berdasarkan hasil penelitian
dari persentase tingkat penerimaan yang terkecil peraspek yang dijawab oleh
responden.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian
ini menjawab rumusan masalah penelitian, yaitu: Bagaimana tingkat penerimaan
sosial dalam kelompok teman sebaya siswa kelas XI SMA Santo Bernardus
Pekalongan tahun ajaran 2006/2007.
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian mengenai tingkat penerimaan siswa kelas XI SMA Santo
Bernardus pekalongan tahun ajaran 2006/2007, peneliti menggunakan Penilaian
Acuan Patokan (PAP) Tipe I. PAP Tipe I merupakan suatu penilaian yang
memperbandingkan skor real dengan skor yang seharusnya (Masidjo,1995).
Penggolongan berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I dapat dilihat
pada tabel 7 sebagai berikut:
Tabel 7 penggolongan berdasarkan PAP Tipe I
Kategori Patokan
Sangat Tinggi 90%-100%
Tinggi 80%-89%
Cukup 65%-79%
Rendah 55%-64%
Sangat Rendah <55%
Sumber: Masidjo, 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Hal 151.
42
Tabulasi data hasil penelitian tingkat penerimaan sosial siswa kelas XI
SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007 dapat dilihat pada
lampiran 6 halaman 113.
Tingkat penerimaan siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan
tahun ajaran 2006/2007 dapat digolongkan menjadi lima kategori, yaitu: sangat
tinggi, tinggi, cukup tinggi, rendah, dan sangat rendah. Dapat di lihat pada tabel 8
sebagai berikut:
Tabel 8 Hasil Penggolongan tingkat penerimaan sosial dalam kelompok teman
sebaya siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007
Patokan Rentangan Skor Frekuensi Persentase Kategori
90%-100% 230,4 -256 4 4,9 % ST
80%-89% 204,8 - 229,4 40 49,1% T
65%-79% 166,4 - 203,8 34 41,9% CT
55%-64% 140,8 -165,4 3 3,7% R
<55% - 139,8 0 0% SR
N 81
Dari table 8 dapat dilihat bahwa penerimaan sosial dalam kelompok teman
sebaya dengan kategori “Sangat Tinggi”ada 4 siswa (4,9%) padarentangan skor
antara 230,4 – 256; yang memiliki kategori “Tinggi” ada 40 siswa (49,1%) pada
rentangan skor antara 204,8 – 229,4; yang memiliki kategori “Cukup Tinggi” ada
34 siswa (41,9%) pada rentangan skor antara 166,4 – 203,8; yang memiliki
kategori “Rendah” ada 3 siswa (3,7%) pada rentangan skor antara 140,8 – 165,4;
yang memiliki kategori “Sangat Rendah” tidak ada satupun siswa (0%). Hasil
perhitungan tingkat penerimaan sosial dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 115.
43
Hasil penelitian berikutnya yaitu tentang aspek penelitian. Perhitungan ini
didapat dari jumlah total skor setiap aspek dibagi dengan skor maksimal yang
harus dicapai per aspek, kemudian dikalikan 100%. Hasil persentase penelitian
peraspek dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 9 Hasil Persentase aspek-aspek penerimaan sosial dalam kelompok teman
sebaya siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007
No Aspek Jumlah
item (n)
Skor yang
diperoleh
Skor yang
seharusnya
dicapai tiap aspek
Prosentase Kategori
1 Kesan pertama 4 877 1296 67,6% Cukup
2 Reputasi 8 2062 2592 79,5% Tinggi
3 Penampilan diri 9 2221 2916 76,1% Cukup
4 Perilaku sosial 13 3333 4212 79,1% Tinggi
5 Kematangan 7 1837 2268 80,9% Tinggi
6 Sifat
kepribadian 12 3160 3888 81,2% Tinggi
7 Status sosial
ekonomi 7 1966 2268 86,6% Tinggi
8 Tempat tinggal 4 1036 1296 79,9% Tinggi
Hasil perhitungan persentase aspek-aspek tingkat penerimaan sosial dapat dilihat
pada lampiran 11 halaman 123.
Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa kedelapan aspek penerimaan sosial
tersebut sudah tercapai dengan baik. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada
aspek penerimaan sosial yang termasuk dalam kategori sangat rendah. Hal ini
disebabkan oleh adanya penerimaan yang dialami siswa dalam kelompok,
sehingga siswa tersebut dapat bergaul, berhubungan dan diterima dalam
kelompoknya.
44
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasi-hasil penelitian sesuai
dengan pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti. Pembahasan di sini dibagi
menjadi dua bagian, yang pertama dibahas mengenai bagaimana penerimaan
sosial secara keseluruhan dan yang kedua akan dibahas mengenai penerimaan
sosial ditinjau dari tiap aspek penerimaan.
1. Tingkat penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya siswa kelas XI
SMA Santo Bernardus Pekalongan termasuk dalam kategori tinggi, karena ada
40 siswa (49,3%) termasuk dalam kategori tinggi; ada 34 siswa (41,9%)
termasuk dalam kategori cukup tinggi; ada 4 siswa (4,9%) termasuk dalam
kategori sangat tinggi; dan ada 3 siswa (3,7%) termasuk dalam kategori
rendah. Dari ke tiga siswa tersebut ternyata aspek kesan pertama dan reputasi
yang paling rendah persentasenya. Hal ini menunjukkan bahwa kesan pertama
dan reputasi itu penting dalam penerimaan seseorang. Sesuai dengan hasil
penelitian tersebut menunjukan bahwa tidak ada siswa yang memiliki tingkat
penerimaan sosial yang sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
dapat memenuhi standar yang telah ditentukan oleh kelompok sehingga siswa
dapat diterima oleh teman kelompoknya dengan baik. Menurut Mappiare
(1982:172) mengatakan bahwa akibat langsung adanya penerimaan teman
sebaya bagi remaja adalah perasaan berharga dan berarti bagi kelompok.
Penerimaan dianggap penting, karena remaja yang diterima oleh kelompok
teman sebaya akan menimbulkan rasa senang, gembira, percaya diri dan
memiliki konsep diri yang positif, sehingga remaja akan merasa betah di
45
dalam menjalankan perannya. Hurlock (1992:201) menyatakan bahwa “yang
paling penting dalam kebahagiaan adalah penerimaan, baik penerimaan diri
sendiri maupun penerimaan/dukungan sosial”. Hasil perhitungan persentase
aspek tingkat penerimaan berdasarkan kategori rendah dapat di lihat pada
lampiran 12 halaman 127.
2. Deskripsi tingkat penerimaan sosial siswa kelas XI SMA Santo Bernardus
Pekalongan tahun ajaran 2006/2007 dilihat dari tiap aspek.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat kategori siswa mengenai tingkat
penerimaan sosial dari tiap aspek sebagai berikut:
a. Kesan pertama. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat penerimaan sosial
siswa berdasarkan aspek pertama termasuk dalam kategori cukup tinggi
(67,6%). Sesuai dengan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa aspek
ini perlu ditingkatkan. Hal ini berarti bahwa siswa belum memenuhi
standard yang sesuai dengan harapan teman-teman yang telah ditentukan
oleh kelompok. Hurlock (1992:217) menyatakan bahwa kesan pertama
yang menyenangkan sebagai akibat dari penampilan yang menarik
perhatian, sikap tenang, dan gembira. Penampilan memang menciptakan
kesan pertama di mata orang lain (Paul, 1993:44). Sedangkan kesan
pertama yang kurang baik karena penampilan diri yang kurang menarik
atau sikap menjauhkan diri, yang mementingkandiri sendiri.
b. Reputasi. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat penerimaan sosial siswa
berdasarkan aspek kedua termasuk dalam kategori tinggi (79,5%). Hal ini
menunjukkan bahwa siswa memiliki reputasi atau nama baik yang dapat
46
diterima oleh teman kelompoknya, sehingga ia dapat bergaul dengan
teman-teman. Apabila individu memiliki reputasi atau nama baik yang
kurang baik, maka mereka tidak disukai dan diterima oleh kelompoknya.
c. Penampilan diri. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat penerimaan sosial
berdasarkan aspek ketiga termasuk dalam kategori cukup tinggi (76,1%).
Hal ini disebabkan karena tidak sesuai dengan harapan kelompok,
misalnya penampilan yang tidak sesuaidengan teman, wajah yang kurang
menarik, penampilan yang kurang rapi, mode pakaian yang kurang modis.
Semua dapat menyebabkan remaja merasa tidak percaya diri, minder,
malu, dan sebagainya. Oleh sebab itu, remaja merasa ditolak, menutup
diri, mempunyai konsep diri negatif. Gunarsa (2000) menyatakan
“kurangnya dalam penampilan bias menimbulkan rasa rendah diri, kurang
percaya diri, kalau tidak ada cara kompensasi yang baik”.
d. Perilaku sosial. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat penerimaan sosial
berdasarkan aspek keempat termasuk dalam kategori tinggi (79,1%). Hal
ini sudah menunjukkan bahwa siswa sudah dapat diterima oleh teman-
teman dalam kelompoknya dengan baik karena sesuai dengan harapan
kelompok. Menurut Bruno (1989) perilaku sosial adalah perilaku yang
berkaitan dengan interaksi antara dua orang atau lebih. Apabila remaja
ingin disukai dan diterima oleh teman dalam kelompok, ia akan
menunjukkan perilaku sosial yang sesuai dengan harapan kelompok,
sehingga ia dapat berhubungan dengan orang lain maupun lingkungannya,
47
misalnya dengan bekerjasama, mau bertanggung jawab, kreatif, dan lain-
lain.
e. Kematangan. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat penerimaan sosial
berdasarkan aspek kelima termasuk dalam kategori tinggi (80,9%). Hal ini
menunjukan bahwa siswa sudah matang secara sosial dan emosinya,
sehingga siswa dapat diterima oleh teman-teman maupun lingkungannya.
Hal ini disebabkan karena remaja sudah semakin matang keadaan fisik
seseorang, tingkat emosi yang sudah tidak meledak-ledak sehingga
seseorang mulai mampu mengendalikan emosinya dan mengungkapkan
emosinya dengan cara yang dapat diterima oleh teman-teman dalam
kelompoknya. Gesell, dkk (Hurlock, 1992:213) mengatakan bahwa remaja
empat belas tahun sering kali mudah marah, mudah dirangsang, dan
emosinya cenderung “meledak”, tidak berusaha mengendalikan
perasaannya. Sebaliknya, remaja enam belas tahun mengatakan bahwa
mereka “tidak punya keprihatinan”. Jadi adanya badai dan tekanan dalam
periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa remaja.
f. Sifat kepribadian. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat penerimaan sosial
berdasarkan aspek keenam termasuk dalam kategori tinggi (81,2%). Hal
ini menunjukkan bahwa siswa memiliki sifat-sifat kepribadian yang
disukai dan sesuai dengan harapan kelompok, sehingga siswa dapat
diterima oleh kelompoknya. Sifat-sifat kepribadian yang disukai oleh
kelompok, misalnya jujur, setia, terbuka, memperhatikan kepentingan
orang lain, dan sebagainya, maka remaja menjadi nyaman dalam bergaul
48
dan berelasi dengan teman-temannya. Meskipun sifat-sifat yang dikagumi
berbeda dari kelompok sosial ke kelompok sosial yang lain, namun
remaja mengerti apa yang dikagumi oleh kelompoknya (Hurlock,
1992:234).
g. Status sosial ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat penerimaan
sosial berdasarkan aspek ketujuh termasuk dalam kategori tinggi (86,6%).
Hal ini disebabkan karena siswa mempunyai latar belakang sosial
ekonomi yang kurang lebih sama dengan teman-teman, misalnya
kebanyakan orang tua dari mereka bermata pencaharian sebagai
wiraswasta. Latar belakang status sosial ekonomi sangat mempengaruhi
penerimaan dan penolakan pada masa remaja. Mereka cenderung memilih
teman yang kurang lebih mempunyai latar belakang status sosial
ekonominya sama. Luft (Hurlock, 1955) menjelaskan bahwa status sosial
ekonomi adalah “suatu ukuran yang penting untuk menentukan bagaimana
seseorang memandang orang lain”.
h. Tempat tinggal. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat penerimaan sosial
berdasarkan aspek kedelapan termasuk dalam kategori tinggi (79,9%). Hal
ini menunjukan bahwa siswa memilih teman dalam bergaul, bermain,
berelasi, dan sebagainya, yang jarak rumahnya berdekatan sehingga
mereka dapat menyesuikan diri dengan siapa saja. Oleh karena itu, remaja
dengan mudah diterima oleh kelompoknya. Tempat tinggal yang dekat
dengan kelompok sehingga mempermudah hubungan dan partisipasi
dalam pelbagai kegiatan kelompok (Hurlock, 1992:217).
49
BAB V
IMPLIKASI PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP USULAN TOPIK
BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL
Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai permasalahan yang
kedua yaitu mengenai implikasi usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial di
sekolah. Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut di atas, maka peneliti
mengusulkan topik-topik bimbingan pribadi-sosial dan contoh Satuan Pelayanan
Bimbingan yang sesuai dengan siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan.
Topik-topik bimbingan dapat dilihat pada table 10 sebagai berikut:
50
Tabel 10
Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial
Untuk Kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan
Tahun Ajaran 2006/2007
Materi Bimbingan No Dasar
Pertimbangan
Tujuan Layanan
Bimbingan Topik Sub Topik
Referensi
1.
Aspek 1 Siswa semakin mampu mengenal,
menghargai, menerima diri sendiri
dan orang lain.
Pentingnya kesan
pertama.
Penerimaan kesan-
kesan.
-Ann Demarais & Valerie
White. 2005. Pentingnya
Kesan Pertama. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka
Utama.
-Hildegard Wenzler &
Maria Fischer. 1993.
Proses Pengembangan
Diri. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana
Indonesia.
51
Materi Bimbingan No
Dasar
Pertimbangan
Tujuan Layanan
Bimbingan Topik Sub Topik
Referensi
2. Aspek 3 Siswa dapat menunjukkan perilaku
yang sopan sesuai dengan jenis
kelamin.
Penampilan diri. - Makna kerapian.
-Makna kebersihan.
-Penampilan sebagai
pria/wanita.
-Kepribadian umum
pria/wanita.
-Dale R,Olen. 1987.
Kecakapan Hidup Pada
Anak. Yogyakarta:
Kanisius.
-Pratiwi Knys. 1987.
Dunia Muda Mudi.
Yogyakarta: Kanisius.
-Pratiwi knys. 1989.
Problem yang Dihadapi
Muda Mudi. Yogyakarta:
Kanisius.
3. Aspek 4 Siswa dapat membentuk kelompok
kerja sama yang saling membantu
merencanakan tujuan bersama.
Kerja sama -Makna kerja sama
-Memberi-menerima
-keuntungan kerja
sama
-Teknik diskusi
-Kamari, Fx. 1988.
Dinamika Kelompok.
Yogyakarta: Kanisius.
52
Materi Bimbingan No Dasar
Pertimbangan
Tujuan Layanan
Bimbingan Topik Sub Topik
Referensi
4. Aspek 2 Siswa memakin mengenal
kebaikan diri sendiri dan orang
lain.
Cara mengenal
dan menerima
kebaikan.
-kebaikan-
kebaikanku
-kebaikanku
menurut sahabatku
-Paul. 1989. Retret untuk
SLP dan SLA. Yogyakarta:
Kanisius
5. Aspek 8
Siswa dapat menjalin hubungan
baik dan membantu orang tua atau
keluarga
Hubungan dengan
keluarga dan
teman.
-Kehidupan
keluarga
-Mengenal keluarga
-Aku, keluarga dan
teman
- Pratiwi Knys. 1987.
Dunia Muda Mudi.
Yogyakarta: Kanisius.
-Pratiwi knys. 1989.
Problem yang Dihadapi
Muda Mudi. Yogyakarta:
Kanisius.
6. Aspek 5 Siswa semakin mampu mengenal
dan menerima perasaannya sendiri
serta mampu mengelola emosi dan
mengungkapkan secara positif.
Cara mengenal,
menerima, dan
mengarahkan
emosi.
-Pengertian emosi.
-Macam-macam
emosi.
-Mengendalikan
emosi.
-Rochelle, S. 1986.
Bagaimana mengenal,
menerima, dan
mengarahkannya.
Yogyakarta: Kanisius.
53
Tabel 11
SILABUS PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING BERBASIS KOMPETENSI
Jenjang Sekolah: SMA Sub Tugas Perkembangan: Mampu mencapai kematangan dalam hubungan
teman
Sebaya, serta kematangan dalam perannya
sebagai pria
dan wanita.
Bidang Bimbingan
Rumusan Kompetensi
Materi Pengembangan
Kompetensi
Kelas Kegiatan Layanan
Kegiatan Pendukung
Penilaian Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8
Bimbingan
pibadi-sosial
Mampu mengenal,
menghargai,
menerima diri
sendiri dan orang
lain.
Pentingnya kesan
pertama
XI BIKP APIN Semua tahap
penilaian
Bimbingan
pribadi sosial
Memiliki gambaran
yang mantap tentang
kehidupan mandiri
secara emosional,
Konsep dan contoh-
contoh gambaran
kehidupan mandiri
secara emosional,
XI INFO
BIKP
APIN Semua tahap
penilaian
54
sosial, intelektual
dan ekonomi.
sosial, intelektual dan
ekonomi
Jenis Layanan Jenis Kegiatan Pendukung Tahap Penilaian
ORIN = Layanan Orientasi APIN = Aplikasi Instrumentasi Laiseg = Penilaian segera
INFO = Layanan Informasi HPDT = Himpunan Data Laijapen = Penilaian jangka pendek
PBLJ = Layanan Pembelajaran KFKS = Konferensi Kasus Laijapan = Penilaian jangka penjang
PPNL = Layanan Penempatan dan Penyuluhan KJRM = Kunjungan Rumah
KPOR = Layanan Konseling Perorangan ATKS = Alih Tangan Kasus
BIKP = Layanan Bimbingan Kelompok
KOKP = Layanan Konseling kelompok
55
Penerimaan Kesan-Kesan
1. Tujuan:
Memberi kesempatan kepada para peserta untuk mengutarakan kesan-kesan
terhadap salah seorang peserta kelompok mereka.
2. Jumlah Peserta:
Besar kelompok bebas. Waktu pelaksanaan kegiatan ini kira-kira 15”
3. Pelaksanaan Kegiatan:
a. Pembimbing menjelaskan bahwa kegiatan ini memberi kesempatan
kepada para siswa yang secara sukarela ingin mengetahui kesan-kesan
tentang dirinya yang diperoleh dari orang lain.
b. Pembimbing minta satu siswa untuk maju ke depan dalam permainan ini.
c. Kemudian siswa tersebut mendengarkan tanggapan dan kesan-kesan
tentang dirinya dari orang lain dan siswa tersebut tidak boleh memberikan
komentar apapun.
d. Siswa lain diberi kesempatan untuk mengutarakan kesan pertama mereka
secara singkat, tepat, dan jujur. Jangan memakai istilah-istilah yang terlalu
umum dan kurang konkret, misalnya: “Kamu selalu mau menang sendiri”.
Kesan-kesan yang jujur dalam mengkritik misalnya: “Kamu berbicara
terlalu sering dan lama sehingga menjengkelkan saya” lebih cocok untuk
permainan ini.
e. Kemudian pembimbing memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
maju ke depan “Siapa yang ingin maju ke depan?”. Kalau siswa-siswa
56
tidak mempunyai kesan-kesan yang diutarakan lagi, maka permainan
boleh diulang dengan siswa yang lainnya.
Evaluasi dan Refleksi:
1. Apakah saya telah mempunyai kesan terhadap sukarelawan itu atau belum?
2. Apakah sulit bagi saya untuk mengutarakan kesan-kesan saya itu?
Untuk para sukarelawan:
1. Bagaimana perasaan saya ketika berdiri di depan kelompok siswa?
2. Kritik yang mana dapat saya terima dan mana yang baik?
3. Apakah sebelumnya sudah pernah ada orang lain yang mendapat kesan yang
sama tentang diri saya?
57
Hand Out
Kesan pertama itu penting. Kalau tidak percaya, coba perhatikan ilustrasi
ini. “Anda bertemu dengan seorang kenalan baru. Dia memonopoli pembicaraan
dengan menceritakan hobi memancingnya yang sama sekali tak Anda mengerti
dan tak ingin Anda ketahui. Anda mendengarkan sambil bersusa payah menahan
diri untuk tidak menguap”. Apa yang Anda pikirkan saat itu?. Kemungkinan besar
Anda menganggap orang itu membosankan, egosentris, dan sederet penilaian jelek
lain yang membuat Anda enggan berhubungan dengannya. Padahal…siapa tahu
kenalan baru Anda gugup dan berusaha mencari topik pembicaraan yang paling
nyaman buatnya!. Meski tampaknya sederhana, pertemuan dan kesan pertama
yang kita tinggalkan kerap memberi pengaruh besar terhadap kehidupan kita.
Kesan pertama adalah kesempatan pertama, yang terkadang menjadi satu-
satunya kesempatan, untuk memberi gambaran mengenai siapa diri kita kepada
orang lain dan sesuatu yang melekat selamanya.
Penilaian juga sering kali menjadi alasan yang mendasari keputusan seseorang
untuk mau berbicara, bekerja, bergaul, dan berkencan dengan kita. “Apakah Anda
ingin tahu bagaimana orang lain menilai Anda?”. Ada tujuh landasan mendasar
bagaimana orang lain menilai Anda yang meliputi sikap mudah didekati, sikap
menunjukkan minat, pemilihan topik perbincangan pertama, sikap terbuka,
dinamika percakapan, perspektif, dan daya tarik seksual.
58
Sumber Pustaka:
Ann Demarais & Valerie White. 2005. Pentingnya Kesan Pertama. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Hildegard Wenzler & Maria Fischer. 1993. Proses Pengembangan Diri. Jakarta:
PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
59
BAB VI
PENUTUP
Dalam bab ini diuraikan tentang ringkasan, kesimpulan hasil penelitian,
keterbatasan penelitian dan saran untuk pihak sekolah.
A. Ringkasan
Penelitian ini berjudul tingkat penerimaan sosial dalam kelompok teman
sebaya dan implikasinya pada usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial pada
siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan Tahun Ajaran 2006/2007.
Peneliti memilih judul ini karena untuk mengetahui seberapa jauh siswa kelas XI
dapat diterima oleh siswa yang lain dalam kelompok teman sebayanya selama
belajar di sekolah tersebut. Hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai acuan
dalam menyusun topik-topik bimbingan.
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan tingkat penerimaan
sosial dalam kelompok teman sebaya siswa kelas XI SMA Santo Bernardus
Pekalongan tahun ajaran 2006/2007. (2) Menyusun suatu usulan topik-topik
bimbingan yang sesuai bagi siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan
tahun ajaran 2006/2007.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu untuk memperoleh
gambaran tingkat penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya siswa kelas
XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007. Populasi
penelitian adalah siswa kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran
2006/2007 dengan sampel penelitian yang berjumlah 81 siswa yang diambil
60
secara random. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner, yang
terdiri dari 8 aspek dengan jumlah 64 item. Alat pengumpul data yang digunakan
disusun oleh Dona (2005) yang sudah dimodifikasi oleh peneliti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penerimaan sosial pada siswa
kelas XI SMA Santo Bernardus Pekalongan tahun ajaran 2006/2007 secara
keseluruhan termasuk dalam kategori tinggi yaitu dari 81 siswa terdapat 40 siswa
(49,1%) yang termasuk kategori tinggi, ada 4 siswa (4,9%) termasuk kategori
sangat tinggi, ada 34 siswa (41,9%) termasuk kategori cukup tinggi, dan ada 3
siswa (3,7%) kategori rendah. Berdasarkan persentase tingkat aspek penerimaan
sosial terdapat 6 aspek yang temasuk dalam kategori tinggi dan ada 2 aspek
termasuk dalam kategori cukup tinggi.
B. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Tingkat penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya secara keseluruhan
termasuk dalam kategori tinggi, pada siswa kelas XI SMA Santo Bernardus
Pekalongan tahun ajaran 2006/2007 lebih banyak dari pada siswa yang
memiliki tingkat penerimaan sosial dalam kelompok teman sebaya dalam
kategori sangat tinggi, cukup tinggi, dan rendah.
2. Berdasarkan persentase aspek-aspek penerimaan sosial termasuk dalam
kategori tinggi karena terdapat enam aspek yang termasuk dalam kategori
tinggi yaitu perilaku sosial, reputasi, kematangan emosi, sifat kepribadian,
61
status sosial ekonomi, tempat tinggal. Selain itu, ada dua aspek yang termasuk
dalam kategori cukup tinggi yaitu kesan pertama dan penampilan diri.
3. Berdasarkan hasil penelitian dari penghitungan persentase yang terkecil
peraspek ada dua yaitu aspek kesan pertama dan penampilan diri.
4. Dari dua aspek yang memiliki persentase terkecil, maka diusulkan topik-topik
bimbingan yang dibuat untuk siswa yang memiliki permasalahan dalam
bidang pribadi-sosial, yaitu tentang topik pentingnya kesan pertama,
penampilan diri, cara menerima dan mengarahkan emosi, dan kepribadian.
C. Keterbatasan Penelitian
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner.
Kuesioner ini termasuk kuesioner tertutup karena pernyataan dalam kuesioner ini
sudah memiliki alternatif jawaban sehingga siswa tinggal memilih jawaban yang
telah disediakan.
Apabila ada peneliti lain yang akan menggunakan alat ukur ini, maka
sebaiknya menguji coba kembali atau merevisi kuesioner yang telah digunakan
dalam penelitian ini, meskipun reliabilitasnya tinggi.
Subyek penelitian ini berlaku untuk siswa kelas XI karena siswa tersebut
sudah memiliki pengalaman dalam kelompok teman sebaya di sekolah. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah cluster random
sampling yaitu teknik sampel untuk memilih subyek dari kelompok-kelompok
individu dalam populasi. Hasil penelitian ini berlaku untuk kelompok. Kelompok
individu yang dipilih adalah kelas.
62
D. Saran
Berikut ini ada beberapa saran yang ditujukan kepada berbagai pihak:
1. Bagi staff bimbingan dan konseling SMA Santo Bernardus Pekalongan
a. Guru pembimbing perlu lebih peka memperhatikan pergaulan siswa
dengan teman-temannya, apabila ada siswa yang memiliki permasalahan
dalam pergaulan dengan teman-temannya ataupun dalam berelasi dengan
teman-temannya, maka guru dapat memanggilnya agar dapat diberikan
bimbingan secara pribadi, ataupun secara kelompok dalam bimbingan di
dalam kelas.
b. Bimbingan kelompok perlu ditingkatkan, khususnya dalam bidang
bimbingan pribadi sosial.
c. Guru dapat memberikan kegiatan yang berhubungan dengan banyak siswa
sehingga siswa terbiasa dan terlatih dalam bergaul dengan teman-teman
sebayanya selain itu, siswa juga lebih mudah dalam memperoleh
penerimaan dengan teman sebayanya.
2. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian-penelitian sejenis
diharapkan:
a. Melihat kembali kuesioner yang telah dibuat supaya nantinya dapat
memenuhi persyaratan sebagai instrumen penelitian yang baik.
b. Mengadakan dan mengembangkan penelitian yang lebih mendalam
tentang penerimaan sosial.
63
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M dan Asrori, M. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. _________. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineke Cipta. _________. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT.
Bumi Aksara. Azwar, S. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset. Bruno, E.J. 1989. Istilah Kunci Psikologi. Yogyakarta: Kanisius. Chaplin, J.P. 2000. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers. Depdiknas. 2003. Panduan Pelayanan Bimbingan Dan Konseling. Jakarta. Djumhur, I dan Surya, Moh. 1975. Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah
(Guidance & Counseling). Bandung: C.V Ilmu. Dona. 2005. Deskripsi Tingkat Kemampuan Penyesuaian Diri Terhadap Teman
Sebaya Para Siswa Kelas I SMA Tarakanita Magelang Tahun Ajaran 2004/2005 Dan Implikasinya Pada Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi Sosial.(Skripsi). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Furchan, A. 1982. Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Garret, H.E. 1967. Statistic in Psychologi and Edudation. London: Longmans
Green and Co. Gerungan, W.A. 1986. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco. Gunarsa, S.Y. dan Gunarsa, D.S. 1984. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung
Mulia. Hadi, S. 1990. Analisis Butir Instrumen Angket, Tes Dan Skala Nilai Dengan
BASICA. Yogyakarta: Andi Offset. Hurlock, E. 1955. Adolescent Development. New York: Mc Graw Hill Book
Company. _____. 1992. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
64
_____. 1992. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, Edisi Kelima. Bandung: Erlangga. _____. 1996. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga. Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius. Mathew, A. 1996. Making Friends: Strategi Bergaul Agar Diterima Orang Lain.
Jakarta: Gramedia: Widiasarana. Melly. 1984. Psikologi Perkembangan Remaja Dari Segi Kehidupan Sosial.
Bandung: Bina Aksara. Nawawi, H. 1982. Administrasi dan Organisasi Bimbingan dan Penyuluhan.
Jakarta: Depdikbud. Paul, J. 1993. Mengapa Rendah Diri. Yogyakarta: Kanisius. Rifai, M. 1984. Psikologi Perkembangan Remaja. Bandung: PT Bina Aksara. Schultz, D.1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius. Sukardi, D. 1983. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah.
Surabaya: Usaha Nasional. Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Zulkifli. 2003. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
L A M P I R A N
65
KUESIONER Tujuan Kuesioner
Pada kesempatan ini, kami mengharapkan kesediaan Anda untuk
menjawab kuesioner ini. Tujuan kuesioner ini untuk mengetahui sejauh mana
Anda diterima oleh teman-teman Anda selama belajar di SMA ini. Informasi yang
diperoleh melalui jawaban Anda dalam mengisi kuesioner ini, akan diolah dan
hasilnya digunakan untuk mengembangan topik-topik bimbingan pribadi sosial di
sekolah ini.
Hasil kuesioner ini akan terjaga kerahasiaannya dan tidak akan
mempengaruhi nilai rapor Anda. Oleh karena itu, kami mohon Anda menjawab
semua pernyataan ini dengan jujur sesuai pendapat dan pengalaman Anda.
Terima kasih atas kesediaan dan kerjasama Anda.
Jenis Kelamin :
Kelas :
Tanggal Pengisian :
Petunjuk
A. Bacalah masing-masing pernyataan berikut dengan teliti.
Tentukanlah seberapa sering hal-hal yang diungkapkan dalam pernyataan
tersebut Anda alami.
Alternatif jawaban yang dapat Anda pilih adalah:
1. Sangat Sering (SS) : Jika 81%-100% Anda alami
2. Sering (SR) : Jika 61%-80% Anda alami
3. Jarang (JR) : Jika 41%-60% Anda alami
4. Tidak Pernah (TP) : Jika 0%-40% Anda alami
B. Berilah tanda cek (√) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan
keadaan Anda yang sebenarnya. Anda di minta untuk memberikan jawaban
pada semua pernyataan, dengan kata lain tidak ada nomor yang dilewati
atau tidak dijawab!
SELAMAT BEKERJA
66
No Pernyataan Sangat Sering
Sering Jarang Tidak Pernah
. Saya berusaha bersikap ramah pada orang yang belum saya kenal.
2. Saya sulit menemukan topik-topik pembicaraan apabila sedang berhadapan dengan orang lain.
3. Saya bersikap tenang apabila berhadapan dengan orang lain yang belum saya kenal.
4. Saya merasa tidak nyaman apabila berada dalam suatu tempat yang belum saya kenal.
5. Saya mau mengatakan maaf pada teman saya jika saya bersalah.
6. Saya berusaha bersikap ramah pada semua teman di sekolah.
7. Saya malu berbicara di depan teman-teman. 8. Saya tergolong orang yang komitmen terhadap janji
sehingga teman-teman senang berteman dengan saya.
9. Saya bersikap diam bila teman-teman mengajak saya bicara.
10. Saya berusaha berani untuk meminta pendapat dari teman-teman.
11. Saya merasa malu bergabung dengan teman-teman. 12. Teman-teman menilai saya orang yang kurang
pergaulan.
13. Saya dikagumi oleh teman-teman karena wajah saya yang menarik.
14. Pakaian yang saya kenakan hampir sama dengan gaya berpakaian teman sebaya saya dalam kelompok.
15. Saya merasa minder apabila saya berkumpul dengan teman saya yang berwajah cantik atau ganteng.
16. Saya berpakaian mengikuti perkembangan mode. 17. Saya merasa kurang percaya diri dengan penampilan saya
dihadapan teman-teman di sekolah.
18. Saya merasa minder apabila berat badan saya naik. 19. Saya berpenampilan sesuai dengan penampilan teman-
teman di sekolah.
20. Saya merasa malu dengan penampilan saya yang sederhana.
21. Saya berusaha tampil rapi dalam berpakaian. 22. Saya tidak bangga dengan wajah yang saya miliki. 23. Saya berpakaian kurang rapi. 24. Saya percaya diri dalam berpakaian di setiap keperluan. 25. Saya memilih-milih teman untuk bekerjasama dalam
kelompok.
26. Saya merasa takut jika pendapat saya ditolak oleh teman-
67
teman. 27. Saya dapat bekerjasama dengan semua teman. 28. Saya suka menunda-nunda tugas yang diberikan oleh
kelompok.
29. Saya berusaha bertanggung jawab dalam melakukan sesuatu.
30. Saya senang bila dapat memberikan ide-ide kreatif kepada teman-teman.
31. Saya tidak berusaha bersikap tenggang rasa terhadap semua teman.
32. Teman-teman meminta saran saya saat mereka sedang mengalami masalah.
33. Saya hanya terlibat dalam kegiatan-kegiatan tertentu saja di dalam kelompok.
34. Teman yang saya tolong hanya teman yang saya sukai saja.
35. Saya suka menolong teman yang sedang kesulitan. 36. Saya menghargai pendapat teman-teman di dalam
kelompok.
37. Saya mengganggu teman-teman yang sedang berbicara. 38. Saya merasa senang berada di dalam kelompok yang
kompak.
39. Saya memiliki teman yang banyak. 40. Saya tidak senang berada bersama teman-teman dalam
melakukan semua kegiatan kelompok.
41. Saya mendengarkan dengan penuh perhatian teman-teman yang sedang berbicara.
42. Saya tidak mampu berperilaku yang tepat sesuai dengan kondisi dan situasi.
43. Saya berusaha menahan diri apabila ada teman yang menyinggung perasaan saya.
44. Saya berusaha mengendalikan emosi saya di depan teman-teman.
45. Saya tidak bisa menghilangkan kebiasaan jelek saya di depan teman-teman.
46. Saya merasa senang bisa menerima teman saya apa adanya.
47. Saya merasa akan marah apabila ada teman-teman yang membicarakan kelemahan saya.
48. Saya bersikap diam apabila teman-teman menyinggung perasaan saya.
49. Saya bersikap hati-hati dalam berbicara agar tidak menyinggung perasaan teman.
50. Saya tidak mau menerima pendapat teman yang berbeda dengan pendapat saya.
68
51. Saya mampu menutupi atau menjaga perasaan saya di depan teman-teman.
52. Saya cenderung banyak berbicara sehingga teman-teman merasa bosan mendengarkannya.
53. Saya berusaha mengatakan apapun dengan jujur. 54. Dalam pergaulan saya mengutamakan kepentingan orang
lain.
55. Teman-teman menila i saya orang yang tidak setia kawan. 56. Saya suka berteman dengan semua teman yang memiliki
perilaku baik dan sifat yang jujur.
57. Saya dinilai sebagai orang yang sombong. 58. Saya curiga kalau-kalau orang lain memikirkan keburukan
saya.
59. Saya berbagi kegembiraan dengan teman-teman saat saya sedang gembira.
60. Saya hanya berteman dengan orang-orang tertentu saja. 61. Saya merasa senang bergaul dengan semua teman. 62. Saya senang berbicara terus terang. 63. Saya menutup diri dalam bergaul. 64. Saya merasa tidak senang apabila sahabat saya bergaul
dengan teman lain.
65. Saya berusaha bersikap ramah terhadap setiap orang. 66. Saya lebih mementingkan kepentingan pribadi saya dari
pada kepentingan teman.
67. Saya berusaha memahami teman saya yang sedang ada masalah.
68. Saya suka memotong pembicaraan orang lain. 69. Saya memiliki teman dari semua golongan taraf ekonomi. 70. Saya berteman dengan semua orang tanpa memandang
status dan perbedaan ekonomi.
71. Saya memilih teman yang mempunyai taraf ekonomi yang sama dengan saya.
72. Saya hanya mau membantu teman yang pernah membantu saya.
73. Saya merasa senang diterima teman-teman dalam bergaul tanpa memandang taraf ekonomi.
74. Saya merasa malu berteman dengan teman yang taraf ekonominya tinggi.
75. Orang tua saya mengijinkan saya bergaul dengan siapa saja.
76. Saya tidak suka apabila ada teman yang membicarakan taraf ekonomi dalam bergaul.
77. Saya merasa terganggu apabila teman-teman berkunjung ke rumah saya.
78. Saya merasa senang dapat bermain dengan teman-teman karena tempat tinggal saya dekat dengan mereka.
69
79. Saya merasa senang apabila teman-teman berkunjung ke rumah saya.
80. Saya merasa malas berkumpul dengan teman-teman karena tempat tinggal saya yang jauh.
Apabila Anda menemukan pernyataan yang kurang jelas, tulis nomor dan berilah
komentar Anda pada bagian di bawah ini:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
…………
Lampiran 4
101
Uji Validitas Kuesioner
1. Aspek Kesan Pertama No item
Hasil Hitung Korelasi Pearson N = 52
Keterangan
1. 0,525 Valid 2. 0,625 Valid 3. 0,516 Valid 4. 0,628 Valid
2. Aspek Reputasi
No item
Hasil Hitung Korelasi Pearson N = 52
Keterangan
5. 0,492 Valid 6. 0,579 Valid 7. 0,540 Valid 8. 0,297 Revisi 9. 0,649 Valid
10. 0,525 Valid 11. 0,487 Valid 12. 0,601 Valid
3. Aspek Penampilan Diri
No item
Hasil Hitung Korelasi Pearson N = 52
Keterangan
13. 0,286 Revisi 14. 0,208 Revisi 15. 0,556 Valid 16. 0,188 Tidak Valid 17. 0,365 Valid 18. 0,352 Valid 19. 0,115 Tidak Valid 20. 0,542 Valid 21. 0,245 Revisi 22. 0,501 Valid 23. 0,519 Valid 24. 0,256 Revisi
4. Aspek Perilaku Sosial
No item
Hasil Hitung Korelasi Pearson N = 52
Keterangan
25. 0,204 Tidak Valid 26. 0,442 Valid 27. 0,557 Valid 28. 0,541 Valid 29. 0,211 Tidak Valid 30. 0,410 Valid 31. 0,291 Revisi
Lampiran 4
102
No item
Hasil Hitung Korelasi Pearson N = 52
Keterangan
32. 0,315 Valid 33. 0,114 Tidak Valid 34. 0,382 Valid 35. 0,299 Revisi 36. 0,295 Revisi 37. 0,524 Valid 38. 0,169 Tidak Valid 39. 0,566 Valid 40. 0,168 Tidak Valid 41. 0,567 Valid 42. 0,415 Valid
5. Aspek Kematangan Emosi
No item
Hasil Hitung Korelasi Pearson N = 52
Keterangan
43. 0,604 Valid 44. 0,658 Valid 45. 0,074 Tidak Valid 46. 0,329 Valid 47. 0,237 Revisi 48. 0,016 Tidak Valid 49. 0,402 Valid 50. 0,286 Revisi 51. 0,169 Tidak Valid 52. 0,643 Valid
6. Aspek Sifat Kepribadian
No item
Hasil Hitung Korelasi Pearson N = 52
Keterangan
53. 0,492 Valid 54. 0,473 Valid 55. 0,529 Valid 56. 0,228 Tidak Valid 57. 0,397 Valid 58. 0,356 Valid 59. 0,317 Valid 60. 0,543 Valid 61. 0,504 Valid 62. 0,567 Valid 63. 0,221 Tidak Valid 64. 0,552 Valid 65. 0,172 Tidak Valid 66. 0,370 Valid 67. 0,360 Valid 68. 0,275 Tidak Valid
Lampiran 4
103
7. Aspek Status Sosial Ekonomi No item
Hasil Hitung Korelasi Pearson N = 52
Keterangan
69. 0,608 Valid 70. 0,474 Valid 71. 0,433 Valid 72. 0,459 Valid 73. 0,333 Valid 74. 0,241 Revisi 75. 0,471 Valid 76. -0,024 Tidak Valid
8. Aspek Tempat Tinggal
No item
Hasil Hitung Korelasi Pearson N = 52
Keterangan
77. 0,698 Valid 78. 0,511 Valid 79. 0,757 Valid 80. 0,612 Valid
Lampiran 7
115
Perhitungan Tingkat Penerimaan Sosial
Kriteria PAP Tipe I Tingkat Penerimaan Sosial Kualifikasi
90%-100% Sangat Tinggi
80%-89% Tinggi
65%-79% Cukup Tinggi
55%-64% Rendah
Di bawah 55% Sangat Rendah
Sumber: Masidjo, 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Hal 151.
Diketahui:
Skor maksimal per item : 4
Jumlah item : 64
Total skor maksimal yang seharusnya didapat per siswa : 4x64 = 256
Maka Tingkat Penerimaan Sosial: Nilai Huruf
90% x 256 = 230,4 A
80% x 256 = 204,8 B
65% x 256 = 166,4 C
55% x 256 = 140,8 D
di bawah 55% = 139,8 E
Rentangan Skor Kategori Nilai Huruf
230,4 – 256 Sangat Tinggi A 204,8 – 229,4 Tinggi B 166,4 – 203,4 Cukup Tinggi C 140,8 – 165,4 Rendah D - 139,8 Sangat Rendah E
Lampiran 8
116
Kategori Tingkat Penerimaan Sosial Berdasarkan
PAP Tipe I
No Siswa Total Skor Kategori
8 242 Sangat Tinggi 1 240 Sangat Tinggi 2 237 Sangat Tinggi 44 232 Sangat Tinggi 57 228 Tinggi 28 227 Tinggi 51 227 Tinggi 71 227 Tinggi 11 226 Tinggi 56 226 Tinggi 81 226 Tinggi 33 225 Tinggi 77 225 Tinggi 15 224 Tinggi 29 224 Tinggi 76 223 Tinggi 14 220 Tinggi 53 220 Tinggi 24 219 Tinggi 25 218 Tinggi 46 217 Tinggi 52 217 Tinggi 54 217 Tinggi 49 216 Tinggi 27 215 Tinggi 72 215 Tinggi 74 214 Tinggi 12 213 Tinggi 26 213 Tinggi 78 212 Tinggi 7 211 Tinggi 4 210 Tinggi 16 210 Tinggi 61 210 Tinggi 65 209 Tinggi 22 208 Tinggi 63 207 Tinggi 64 207 Tinggi 43 206 Tinggi 8 205 Tinggi
Lampiran 8
117
No Siswa Total Skor Kategori
7 205 Tinggi 3 204 Tinggi 47 204 Tinggi 59 204 Tinggi 30 203 Cukup Tinggi 34 203 Cukup Tinggi 35 203 Cukup Tinggi 62 201 Cukup Tinggi 18 200 Cukup Tinggi 20 200 Cukup Tinggi 75 198 Cukup Tinggi 32 197 Cukup Tinggi 5 196 Cukup Tinggi 21 196 Cukup Tinggi 58 196 Cukup Tinggi 9 194 Cukup Tinggi 80 194 Cukup Tinggi 48 193 Cukup Tinggi 10 191 Cukup Tinggi 13 191 Cukup Tinggi 73 191 Cukup Tinggi 19 190 Cukup Tinggi 69 190 Cukup Tinggi 37 187 Cukup Tinggi 79 187 Cukup Tinggi 55 185 Cukup Tinggi 23 184 Cukup Tinggi 40 184 Cukup Tinggi 42 183 Cukup Tinggi 36 179 Cukup Tinggi 70 179 Cukup Tinggi 6 176 Cukup Tinggi 31 176 Cukup Tinggi 41 176 Cukup Tinggi 45 175 Cukup Tinggi 67 175 Cukup Tinggi 60 174 Cukup Tinggi 66 174 Cukup Tinggi 50 164 Rendah 39 163 Rendah 38 159 Rendah
Jumlah 16492
Lampiran 9
118
Prosentase Tingkat Penerimaan Sosial
Jumlah siswa yang didapat per tingkat Rumus Prosentase = x 100 %
N 4 1. Sangat Tinggi = x 100% = 4,9% 81 40 2. Tinggi = x 100% = 49,4% 81 34 3. Cukup Tinggi = x 100% = 41,9% 81 3 4. Rendah = x 100% = 3,7% 81 0 5. Sangat Rendah = x 100% = 0% 81
123
Kategori Tingkat Penerimaan Sosial Berdasarkan
PAP Tipe I
No Siswa Total Skor Kategori
8 242 Sangat Tinggi 1 240 Sangat Tinggi 2 237 Sangat Tinggi 44 232 Sangat Tinggi 57 228 Tinggi 28 227 Tinggi 51 227 Tinggi 71 227 Tinggi 11 226 Tinggi 56 226 Tinggi 81 226 Tinggi 33 225 Tinggi 77 225 Tinggi 15 224 Tinggi 29 224 Tinggi 76 223 Tinggi 14 220 Tinggi 53 220 Tinggi 24 219 Tinggi 25 218 Tinggi 46 217 Tinggi 52 217 Tinggi 54 217 Tinggi 49 216 Tinggi 27 215 Tinggi 72 215 Tinggi 74 214 Tinggi 12 213 Tinggi 26 213 Tinggi 78 212 Tinggi 7 211 Tinggi 4 210 Tinggi 16 210 Tinggi 61 210 Tinggi 65 209 Tinggi 22 208 Tinggi 63 207 Tinggi 64 207 Tinggi 43 206 Tinggi 8 205 Tinggi
Lampiran 11
124
No Siswa Total Skor Kategori
7 205 Tinggi 3 204 Tinggi 47 204 Tinggi 59 204 Tinggi 30 203 Cukup Tinggi 34 203 Cukup Tinggi 35 203 Cukup Tinggi 62 201 Cukup Tinggi 18 200 Cukup Tinggi 20 200 Cukup Tinggi 75 198 Cukup Tinggi 32 197 Cukup Tinggi 5 196 Cukup Tinggi 21 196 Cukup Tinggi 58 196 Cukup Tinggi 9 194 Cukup Tinggi 80 194 Cukup Tinggi 48 193 Cukup Tinggi 10 191 Cukup Tinggi 13 191 Cukup Tinggi 73 191 Cukup Tinggi 19 190 Cukup Tinggi 69 190 Cukup Tinggi 37 187 Cukup Tinggi 79 187 Cukup Tinggi 55 185 Cukup Tinggi 23 184 Cukup Tinggi 40 184 Cukup Tinggi 42 183 Cukup Tinggi 36 179 Cukup Tinggi 70 179 Cukup Tinggi 6 176 Cukup Tinggi 31 176 Cukup Tinggi 41 176 Cukup Tinggi 45 175 Cukup Tinggi 67 175 Cukup Tinggi 60 174 Cukup Tinggi 66 174 Cukup Tinggi 50 164 Rendah 39 163 Rendah 38 159 Rendah
Jumlah 16492
123
Kategori Tingkat Penerimaan Sosial Berdasarkan
PAP Tipe I
No Siswa Total Skor Kategori
8 242 Sangat Tinggi 1 240 Sangat Tinggi 2 237 Sangat Tinggi 44 232 Sangat Tinggi 57 228 Tinggi 28 227 Tinggi 51 227 Tinggi 71 227 Tinggi 11 226 Tinggi 56 226 Tinggi 81 226 Tinggi 33 225 Tinggi 77 225 Tinggi 15 224 Tinggi 29 224 Tinggi 76 223 Tinggi 14 220 Tinggi 53 220 Tinggi 24 219 Tinggi 25 218 Tinggi 46 217 Tinggi 52 217 Tinggi 54 217 Tinggi 49 216 Tinggi 27 215 Tinggi 72 215 Tinggi 74 214 Tinggi 12 213 Tinggi 26 213 Tinggi 78 212 Tinggi 7 211 Tinggi 4 210 Tinggi 16 210 Tinggi 61 210 Tinggi 65 209 Tinggi 22 208 Tinggi 63 207 Tinggi 64 207 Tinggi 43 206 Tinggi 8 205 Tinggi
Lampiran 11
124
No Siswa Total Skor Kategori
7 205 Tinggi 3 204 Tinggi 47 204 Tinggi 59 204 Tinggi 30 203 Cukup Tinggi 34 203 Cukup Tinggi 35 203 Cukup Tinggi 62 201 Cukup Tinggi 18 200 Cukup Tinggi 20 200 Cukup Tinggi 75 198 Cukup Tinggi 32 197 Cukup Tinggi 5 196 Cukup Tinggi 21 196 Cukup Tinggi 58 196 Cukup Tinggi 9 194 Cukup Tinggi 80 194 Cukup Tinggi 48 193 Cukup Tinggi 10 191 Cukup Tinggi 13 191 Cukup Tinggi 73 191 Cukup Tinggi 19 190 Cukup Tinggi 69 190 Cukup Tinggi 37 187 Cukup Tinggi 79 187 Cukup Tinggi 55 185 Cukup Tinggi 23 184 Cukup Tinggi 40 184 Cukup Tinggi 42 183 Cukup Tinggi 36 179 Cukup Tinggi 70 179 Cukup Tinggi 6 176 Cukup Tinggi 31 176 Cukup Tinggi 41 176 Cukup Tinggi 45 175 Cukup Tinggi 67 175 Cukup Tinggi 60 174 Cukup Tinggi 66 174 Cukup Tinggi 50 164 Rendah 39 163 Rendah 38 159 Rendah
Jumlah 16492