Post on 21-Jun-2015
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar, atau bahkan mungkin
pernah mengalami timbulnya bercak-bercak atau bentolan kulit yang gatalserta
tersebar di atas permukaan tubuh, beberapa saat setelahmengkonsumsi suatu jenis
makanan. Keluhan atau gambaran seperti itumerupakan salah satu dari sekian
banyak manifestasi penyakit alergi yangsering dijumpai. Tubuh kita memiliki
serangkaian mekanisme pertahanan yang menakjubkan.
Mekanisme ini dibuat untuk menjaga kesehatan kita. Salah satu mekanisme
tersebut kita kenal sebagai sistem kekebalan atau imun. Secara singkat sistem kerja
dari imun tersebut yaitu bila suatu bahan asing misalnya bakteri atau virus memasuki
tubuh kita, jaringan tubuh akan mengenali protein khusus dari bahan asing
penyerang itu dan membuat antidot (zat penawar) yang hanya akan membasmi
protein khusus tadi. Zat kimia penawar untuk pertahanan yang dihasilkan oleh tubuh
kita disebut antibodi. Sedangkan protein asing yang akan diserang dan
dilumpuhkannya disebut antigen.
Sistem pertahanan itu cerdik dan berhasil. Kelemahannya adalah tubuh harus
menemui dua protein asing (antigen) sebelum sistem ini dapat menghasilkan
pertahanan terhadapnya (antibodi). Dengan kata lain, kita harus diserang terlebih
dahulu sebelum kita dapat melawan. Sebagai contoh, jika terkena virus campak tubuh
tidak akan begitu bermasalah, tapi masalah akan menjadi serius jika tubuh
berhadapan dengan penyakit yang serius seperti cacar atau difteri. Pada dasarnya,
mereka yang selamat dari infeksi berbahaya demikian itu berkat sistem kekebalan
tubuh mereka yang bekerja cepat dan mulai memproduksi antibodi dalam waktu
singkat. Jadi, bila reaksi tubuh lebih lambat, mereka yang terinfeksi akan kurang
beruntung.
2. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dermatitis ?
b. Apa saja klasifikasi dari dermatitis ?
c. Apa saja etiologi dermatitis ?
d. Bagaimana manifestasi klinis pada dermatitis?
e. Apa saja pemeriksaan penunjang pada dermatitis ?
f. Bagaimana penatatalaksanaaan pada dermatitis ?
g. Apa saja komplikasi akibat dermatitis ?
h. Bagaimana askep pada klien dermatitis ?
3. Tujuan
a. Mengetahui apa definisi dermatitis
b. Mengetahui apa saja klasifikasi dari dermatitis
c. Mengetahui apa saja etiologi dermatitis
d. Mengetahui bagaimana manifestasi klinis pada dermatitis
e. Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada dermatitis
f. Mengetahui bagaimana penatatalaksanaaan pada dermatitis
g. Mengetahui apa saja komplikasi akibat dermatitis
h. Mengetahui bagaimana askep pada klien dermatitis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1DEFINISI
2.1.1 Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh faktor ekstrogen dan faktor endogen menimbulkan kelainan klinis yang
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel skuama likenifikasi) dan
gatal. (Suria Djuanda dan Sri Adi Sulasito.2004)
2.1.2 Dermatitis merupakan sejenis pola reaksi peradangan kulit yang bisa dicetuskan
oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. (Robin Graham-Brown Tony
Burns:Lecture note dermatologi.2000)
2.1.3 Dermatitis merupakan inflamasi khusus pada kulit yang disebabkan oleh zat-zat
dari luar (external) dan dari dalam (internal). (Sigfrid freger:Kontak dermatitis.2000)
2.1.4 Dermatitis suatu epidermo-dermitis yang secara klinis ditandai oleh keluhan
pruritus dan tanda lesi polimorfi bersama-sama atau menyusul. (petrus Andrianto : Kapita
selekta Dermato-Venerologi.1998)
2.1.5 Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-
resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, likenifikasi, dan keluhan gatal).
Eritema : Kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh darah kapiler
yang reversible.
Edema : Membengkak
Papula : Penonjolan kulit dengan diameter <0,5 cm
Vesikel : Gelembung berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang dari 1/2 cm garis
tengah dan mempunyai dasar,
Skuama : Lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.
Likenifikasi : Penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas.
Rasa gatal yang mungkin berat
Dermatitis lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami
peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai
jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti
tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas
menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam
beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang muncul
dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada berbeda.
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala
berbeda.
2.2 KLASIFIKASI
Eksogen
1. Dermatitis kontak iritan primer
2. Dermatitis kontak alergi
Endogen
1. Dermatitis atopic
2. Dermatitis seboroik
3. Dermatitis discoid
4. Dermatitis varikosa
5. Eksema endogen pada telapak tangan dan telapak kaki
6. Dermatitis asteatotik
2.2.1 Dermatitis kontak iritan primer
Yang termasuk iritan primer yang secara fisik merusak kulit adalah asam, basa deterjen,
dan produk-produk minyak bumi.
Pengobatannya sederhana, baik dengan mencegah agar tidak terjadi kontak antara pasien
dengan iritan
Iritan yang bisa menyebabkan Dermatitis Kontak :
Asam kuat (hidroklorida, hidroflorida, asam nitrat, asam sulfat)
Basa kuat (kalsium hidroksida,kalium hidroksida, natrium hidroksida)
Detergent
Resin epoksi
Etilen oksida
Fiberglass
Minyak (lubricant)
Pelarut-pelarut organic
Agen oksidator
Plasticizer
Serpihan kayu
2.2.2 Dermatitis kontak alergi
Penyakit ini timbul akibat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap suatu
allergen eksternal. Beberapa zat kimia merupakan allergen yang cukup kuat, yang dengan
sekali paparan bisa menyebabkan terjadinya sensitisasi, sedangkan zat kimia lain
memerlukan paparan berulang-ulang.
Yang sering menyebabkan dermatitis kontak adalah nikel, colophony, bahan-bahan aditif
karet, kromat, cat rambut, dan obat-obat topical, baik sebagai bahan aktif utama maupun
sebagai bahan dasar.
2.2.3 Dermatitis atopic
Dermatitis atopik adalah dermatitis yang terjadi pada orang yang mempunyai riwayat
atopi. (dr. Irma D.Roesyanto-Mahadi)
Dematitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal
yang berhubungan dengan atopi ( Suria Djuanda dan Sri Adi Sulasito)
Istilah atopic menunjukan adanya suatu predisposisi genetic bagi timbulnya eczema, asma,
dan hay fever. Ekzema ini biasanya menyerang daerah lipatan yang khas-pergelangan
tangan, fosa antekubiti, fosa poplitea, dan dorsum pedis.
Kulit menjadi kering dan terasa gatal. Sebagai akibat dari selalu digaruk atau digosok
daerah yang terkena bisa menebal (likenfikasi).
2.2.4 Dermatitis seboroik
Dematitis Semboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat pada daerah tumbuh
berambut terutama pada kulit kepala, alis mata, dan muka, kronik dan superfisial. ( Suria
Djuanda dan Sri Adi Sulasito).
Dermatitis seboroik menyerang kuit kepala, wajah, daerah presternal, punggung bagian
atas, dan daerah-daerah lipatan. Pada kulit kepala yang terkena bisa ditemukan adanya
pembentukan skuama yang luas dan gatal dengan dasar yang eritematosa. Pada wajah
didapatkan eritema berskuama pada lipatan nasolabial, dahi, alis mata, dan daerah janggut.
Lesi di daerah dada seringkali berbatas jelas. Serangan di daerah lipatan menimbulkan
eritema yang sedikit basah dan berminyak.
Dermatitis seboroik yang hebat terutama didapatkan pada penderita AIDS.
2.2.5 Eksema discoid
Pada kelainan ini, timbul eksema yang tersebar, berbatas jelas, mengeluarkan eksudat, dan
ditutupi krusta, yang terdapat pada tubuh dan ekstremitas. Suatu steroid topical yang
poten biasanya diperlukan untuk mengendalikan kondisi ini. Etiologi kelainan ini belum
diketahui.
2.2.6 Eksema varikosa
Hipertensi vena kronis sering dihubungkan dengan perubahan eksematosa pada tungkai.
Penyebaran sekunder ke bagian depan lengan bisa terjadi.
Steroid topical dengan potensi ringan atau sedang biasanya akan menekan eksema.
2.2.7 Eksema endogen pada telapak tangan dan telapak kaki
Suatu bentuk eksema yang terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki, disertai
pembentukan bula dikenal dengan nama pomfoliks akut. Sering didapatkan adanya infeksi
bakteri sekunder.
2.2.8 Eksema asteatotika
Seiring bertambahnya usia, kadar lemak yang terdapat pada stratum korneum berkurang,
sehingga kulit orang lanjut usia sangat peka terhadap bahan pelarut minyak. Eksema
asteatotika (yang juga disebut eksema craquele) biasanya ditemukan pada tungkai, tetapi
bisa juga terdapat pada perut bagian bawah, lengan, dan kadang-kadang diseluruh tubuh.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar(eksogen), misalnya bahan kimia (contoh :
detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya :
bakteri, jamur) dapat pula dari dalam(endogen), misalnya dermatitis atopic .(Adhi
Djuanda,2005)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat menjadi
penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab berbeda
pula. Seringkali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi
infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit
infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada
kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh
dan .Selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus. Segera
periksa ke dokter jika kita mengalami selulit dan eksim.
2.3 MANIFESTASI KLINIK
Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor). Selain
itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan
dan gangguan fungsi kulit (function laisa).Obyektif, biasanya batas kelainan tidak tgas an
terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul scara serentak atau beturut-turut. Pada permulaan
eritema dan edema.Edema sangat jelas pada klit yang longgar misalya muka (terutama
palpebra dan bibir) dan genetelia eksterna .Infiltrasi biasanya terdiri atas papul.
Dermatitis madidans (basah) bearti terdapat eksudasi.Disana-sini terdapat sumber
dermatitis, artinya terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian
membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika disertai
infeksi.Dermatitis sika (kering) berarti tiak madidans bila gelembung-gelumbung
mongering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti
dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.Pada stadium tersebut terjadi deskuamasi,
artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai sekuele
telihat hiperpigmentai tau hipopigmentasi.
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
1. Darah; Hb, leoukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin.
2. Urin; pemeriksaan Hispatologi
3. Uji kulit, alergen, uji IgE spesifik, pada dermatitis atopik
4. Pemeriksaan kultur bakteri apabila ada komplikasi infeksi sekunder bakteri, pada
dermatitis kontak iritan
Penunjang : pemeriksaan histopatologi
Tes tempel dan tes tusuk
2.5 PENATALAKSANAAN MEDIS
Umum
1. Mengatasi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Mengatasi hipotermia
3. Perbaikan kesadaran umum
4. Emolient untuk mengurangi kulit yang kaku
Khusus pengobatan spesifik tergantung kausa. Umumnya dengan kortikosteroid dengan
dosis awal 40-60 mg prednison/hari. Antibiotika diberikan terutama untuk kasus-kasus
yang eksofoliasinya dalam keadaan lembab untuk menghindari infeksi.
Pengobatan Sistemik
Pada kasus ringan dapat diberi : antihistamin dikombinasi dengan
antiserotonin,antibradikinin, anti-SRA dan sebagainya.
Pada kasus akut dan berat dapat diberi kontikosteroid.
Pengobatan Topikal
Dermatitis akut/basah (madidans) harus diobati secara basah (kompres terbuka). Bila
subkutan diberi lusio (bedak kocok),krim,pasta, atau linimentum (pasta pendingin). Krim
diberikan pada daerah yang berambut, sedangakan pasta pada daerah yang tidak
berambut, bila kronik diberi salap.
Makin berat atau akut penyakitnya makin rendah presentase obat spesifik.
Perawatan inap di isolasi
Konsultasi : Penyakit dalam, mata, ICU
2.6 KOMPLIKASI
a. Eosinofilia: jumlah eosinofil dalam darah meningkat
b. sindrom pernapasan akut
c. gangguan ginjal
d. dishidrosis dan uretritis
e. Infeksi kulit oleh bakteri-bakteri yang lazim dijumpai terutama staphylococcus aureus,
jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks.
f. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
g. Infeksi bakteri sekunder, yang menyebabkan timbulnya folikulitis atau impetigo.
2.8 Asuhan Keperawatan
2.8.1 PENGKAJIAN.
a. Identitas Pasien.
b. Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
c. Riwayat Kesehatan.
1. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
2. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
3. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
4. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami
stress yang berkepanjangan.
5. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau
pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
2.8.2 POLA FUNGSIONAL GORDON
1. Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
a) Persepsi terhadap penyakit :
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apakah
pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit tersebut
mengganggu aktivitas pasien.
b) Penggunaan :
1. Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu (misalnya antidepresan trisiklik,
antihistamin, fenotiasin, inhibitor monoamin oksidase ( MAO), antikolinergik dan
antispasmotik dan obat anti-parkinson
2. Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau untuk mengetahui gaya hidup
klien.
2. Pola Nutrisi/Metabolisme
a. Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang dan
malam )
b. Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah, pantangan atau
alergi
c. Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
d. Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang
mengandung vitamin antioksidant
3. Pola Eliminasi
a. Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya
b. Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
c. Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu
untuk miksi dan defekasi.
4. Pola Aktivitas/Olahraga
a. Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan pada kulit.
b. Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya karena
yang terganggu adalah kulitnya
c. keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
5. Pola Istirahat/Tidur
a. Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
b. Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang
berhubungan dengan gangguan pada kulit
c. Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak?
6. Pola Kognitif/Persepsi
a. Kaji status mental klien
b. Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami sesuatu
c. Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien. Identifikasi
penyebab kecemasan klien
d. Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
e. Kaji apakah klien mengalami vertigo
f. Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah pada kulit.
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri, apakah
kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya
b. Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi atau
takut
c. Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
8. Pola Peran Hubungan
a. Tanyakan apa pekerjaan pasien
b. Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan,
teman, dll.
c. Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit klien
9. Pola Seksualitas/Reproduksi
a. Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya
b. Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan
menopause
c. Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan
kebutuhan seks
10. Pola Koping-Toleransi Stres
a. Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau perawatan
diri )
b. Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi kecemasannya
(mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress
atau klien sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat.
11. Pola Keyakinan-Nilai
a. Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam beragama serta
seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang yang dekat kepada
Tuhannya lebih berfikiran positif.
2.8.3 PEMERIKSAAN FISIK.
Meliputi seluruh area kulit, membran mukosa, kulit kepala & kuku
Prosedur utama pemeriksaan: inspeksi & palpasi
Lepas pakaian & berikan selimut
Individual precautions: sarung tangan
Ruangan terang & hangat, bantuan light utk menyinari lesi
Tampilan umum dikaji dari: warna, suhu, kelembaban, tekstur, lesi, vaskularitas,
mobilitas, kondisi rambut & kuku
Turgor, edema & elastisitas harus dinilai dg palpasi
Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : -
DO : Seluruh tubuh berwarna
kemerahan dengan skuama
berwarna putih diatasnya
Zat Kimia Kerusakan
integritas
kulit : eritema
dan mengelupas
2 DS : Klien mengatakan nyeri
ditangan seperti terbakar
DO : Paien terlihat menyeringai,
tekanan darah 140/90
mmHg, nadi 100x/menit
Agen
cidera:zat
kimia
Nyeri akut
3 DS : -
DO : kemerahan pada kulit,
terdapat vesikel dan bula.
Terjadi pembengkakan
pada kulit.
Kerusakan
jaringan
Resiko infeksi
4 DS: Klien mengatakan malu
dan tidak percaya diri
DO : Klien menutupi bagian
tubuhnya dengan selimut,
menarik diri
Penyakit:
dermatitis
Gangguan
citra tubuh
2.8.4 Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit: eritema berhubungan dengan zat kimia (00046)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera: zat kimia (00132)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan (00004)
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit:dermatitis (00118)
2.8.5 Intervensi keperawatan
N
o
NOC NIC RASIONAL
1 Menunjukkan
integritas jaringan:
kulit dan
membrane mukosa
ditandai dengan
indicator 5 (tidak
1. Bersihkan kulit saat terkena
kotoran.
2. Minimalkan terpajannya
kulit pada lembab.
3. Lakukan perawatan
luka/kulit secara rutin yang
1. Menceggah terjadinya resiko
infeksi.
2. Mencegah terpajan pada
organism infeksius
3. Menyiapkan jaringan untuk
penanaman dan menurunkan
ada gangguan).
Terbebas dari
adanya lesi jaringan
Keutuhan kulit
dapat meliputi tindakan
berikut:
-Lindungi pasien dari
kontaminasi
-miringkan dan atur posisi
kembali pasien secara sering
4. ajarkan anggota keluarga/
pemberi asuhan tentang
tanda kerusakan kulit, jika
diperlukan.
resiko infeksi
4. Memberi pengetahuan pada
keluarga tentang tanda tanda
infeksi untuk mencegah
terjadinya infeksi yang lain
2 Menunjukan
tingkat nyeri
dibuktikan dengan
indikator 2 (nyeri
ringan)
1. Minta pasien untuk menilai
nyeri pada skala 1-10.
2. Lakukan pengkajian nyeri
yang komprehensif meliputi
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas
atau keparahan nyeri, dan
faktor presipitasinya.
3. Berikan informasi tentang
nyeri, seperti penyebab
nyeri, seberapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur.
4. Kolaborasi pemberian
analgesic.
1. Untuk mengetahui tingkat
nyeri
2. Perubahan
lokasi/karakter/intensitas
nyeri dapat mengindikasikan
terjadinya komplikasi atau
perbaikan/kembalinya fungsi
saraf/sensasi.
3. Agar pasien mengenal
berbagai penyebab nyeri
yang dia rasakan.
4. Analgesik digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri
3 Teterbebas dari
tanda atau gejala
infeksi
1. Pantau tanda dan gejala
infeksi.
2. Pantau hasil laboratorium.
3. Instruksikan untuk menjaga
1. Mengetahui sedini mungkin
bila terjadi infeksi dan
pencegahannya.
2. Hasil laboratorium dapat
hygiene pribadi untuk.
melindungi tubuh terhadap
infeksi.
4. Ajarkan kepada pasien dan
keluarganya tanda/gejala
infeksi dan kapan harus
melaporkannya ke pusat
kesehatan.
5. Kolaborasi pemberian
antibiotic bila diperlukan.
digunakan sebagai pacuan
untuk mengetahui infeksi.
3. Kurangnya hygiene pribadi/
deficit perawatan diri bias
menyebabkan infeksi.
4. Agar keluarga dan pasien
mengetahui
5. Diberikan secara profilaktif
dan untuk mengatasi infeksi.
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Dermatitis sering di jumpai di masyarakat dan mudah di kenali (di diagnosa ). Tanda
dan gejalanya beragam, seperti gatal, lesi kulit, kemerahanl,dll. Pendiagnosaan
dermatitis dapat di tunjang dengan pemeriksaan laborat yakni tes darah lengkap, uji
allergen kulit, dll.
3.2Saran
Sebagai perawat kita harus mampu mengenali tanda–tanda DERMATITIS dan
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan dermatitis yang secara benar.
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Ktiteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
Nanda International. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009 – 2011.
Jakarta : EGC
Brown, Robin Graham dan Tony Burns. 2002. Lecture notes on dermatology. Jakarta: EGC
Goldstein, Beth G dan Adam O Goldstein. 1998. Dermatologi Praktis. Jakarta: EGC
Andrianto, Pentrus dan Tan Eng Tie. 1998. Kapita Selekta. Jakarta: EGC
Diposkan oleh Nova Setiawan di 03:27 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Tidak ada komentar: