Post on 13-Dec-2014
description
Metodelogi Penelitian Pendidikan Matematika
Rangkuman Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan Hipotesis
Oleh :
Rahma Siska Utari, Liana Septy dan Rahmawati
Program Studi Magister Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
2014
mathshareblog.wordpress.com
ama.utari@gmail.com
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL........................................................................................ iii
1. Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan................................................ 1
1.1. Pengertian Penelitian........................................................................ 1
1.2. Karakteristik dan Langkah-langkah Penelitian................................. 3
1.3. Jenis-jenis Metode Penelitian........................................................... 5
2. Variabel.................................................................................................. 7
2.1. Pengertian Variabel.......................................................................... 7
2.2. Macam-macam Variabel................................................................... 7
2.3. Definisi Operasional Variabel.......................................................... 9
3. Hipotesis................................................................................................ 10
3.1. Pengertian Hipotesis......................................................................... 10
3.2. Jenis-jenis Hipotesis......................................................................... 13
3.3. Kekeliruan yang Terjadi dalam Pengujian Hipotesis....................... 14
3.4. Cara Menguji Hipotesis.................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 17
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Dasar, Terapan dan Evaluatif............ 6
Tabel 2. Macam-macam kekeliruan Ketika Membuat Kesimpulan tentang
Hipotesis.........................................................................................
12
01
Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan, Variabel, dan
Hipotesis
1. Dasar-dasar dalam Penelitian Pendidikan
1.1. Pengertian Penelitian
Penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang
dilakukan secara sistemastis dan logis menggunakan metode ilmiah untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu (Sukmadinata, 2011:5). Menurut Suryabrata (2010:12) penelitian
adalah suatu proses berupa rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana
dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Hal ini sejalan dengan penjelasan Sugiyono
(2011:2-3) bahwa terdapat empat kunci yang perlu diperhatikan dalam kegiatan
penelitian yaitu, cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan Berikut penjelasannya:
a) Cara ilmiah, yaitu kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan,
antara lain:
Rasional, yang berarti dalam kegiatan penelitian harus dilakukan dengan cara-
cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.
Empiris, yang berarti cara-cara yang dilakukan dalam kegiatan penelitian dapat
diamati oleh indera manusia sehingga orang lain dapat mengamati dan
mengetahui langkah-langkah yang digunakan.
Sistematis, yang artinya proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan
langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
b) Data adalah keterangan atau ilustrasi mengenai sesuatu hal yang berupa kategori
atau bernebtuk bilangan (Sudjana, 2002:4). Data dalam penelitian ini haruslah data
yang dapat diamati (empiris) dimana data ini harus valid. Valid adalah derajat
02
ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang
dikumpulkan oleh peneliti.
c) Tujuan penelitian, ada tiga macam tujuan umum penelitian yaitu yang bersifat
penemuan, pembuktian dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh
dari penelitian adalah data yang benar-benar baru dan sebelumnya belum pernah
diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh digunakan untuk membuktikan
adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu. Dan
pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.
d) Kegunaan, secara umum penelitian dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan dan mengantisipasi masalah.
Sukmadinata (2011:2-3) menyatakan bahwa ada empat alasan mengapa orang
melakukan penelitian, yakni:
a) Keterbatasan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan manusia dibandingkan
dengan lingkungan yang sangat luas,
b) Adanya rasa ingin tahu/ keingin tahuan (curiousity) manusia terhadap sesuatu.
c) Kehidupan manusia yang tidak terlepas dari masalah, tantangan, ancaman, dan
kesulitan baik dalam dirinya, keluarganya maupun masyarakat sekitarnya, serta
d) Manusia merasa tidak puas dengan apa yang telah dicapai, dikuasai dan dimilikinya
Begitu juga dalam dunia pendidikan alasan-alasan di atas diselaraskan dengan
tujuan untuk mengembangkan pengetahuan melalui penelitian, serta mengembangkan
dan menguji teori. Sehingga Anderson (2005:6) menyatakan bahwa penelitian
pendidikan adalah upaya untuk menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah
melalui pengumpulan dan analisis data primer untuk tujuan deskripsi, penjelasan,
generalisasi dan prediksi,
Selanjutnya Walberg (dalam Sukmadinata, 2011:5) menyatakan ada lima langkah
pengembangan pengetahuan melalui penelitian, yaitu: a) mengidentifikasi masalah
penelitian, b) melakukan studi empiris, c) melakukan replikasi atau pengulangan, d)
03
menyatukan (sintesis) dan mereviu, dan d) menggunakan dan mengevaluasi oleh
pelaksana.
1.2. Karakteristik dan Langkah-langkah Penelitian
Sukmadinata (2011:7-9) menyatakan beberapa karakteristik penelitian
pendidikan, yakni:
a) Objektivitas, dicapai melalui keterbukaan sehingga terhindar dari bias dan
subjektivitas, dalam prosedurnya penelitian menggunakan teknik pengumpulan dan
analisis data yang dapat dipertanggungjawabkan.
b) Ketepatan, secara teknis instrument pengumpulan datanya harus memiliki validitas
dan reliabilitas yang memadai, desain penelitian, pengambilan sampelm dan teknik
analisis yang tepat.
c) Verifikasi / replicable penelitian dapat diverifikasi, dalam arti dikonfirmasikan,
direvisi, dan diulang dangan cara yang sama atau berbeda.
d) Penjelasan Ringkas, penelitian memberikan penjelasan tentang hubungan antar
fenomena, dan menjelaskannya menjadi penjelasan yang ringkas,
e) Empiris, empiris diartikan berdasarkan pengalaman praktis, kesimpulan dalam
penelitian didasarkan pada kenyataan yang diperoleh dengan menggunakan metode
penelitian yang sistematis.
f) Penalaran Logis, merupakan proses berpikir, menggunakan prinsip-prinsip logika,
deduktif atau induktif.
g) Kesimpulan Kondisional, kesimpulan penelitian tidak bersifat absolut, kondisional,
dimana hasilnya cenderung menunjukkan atau memberikan kecenderungan,
h) Sistematis, berdasarkan prosedur langkah-langkah ilmiah
04
Selanjutnya Sukmadinata (2011:9-11) menuliskan langkah-langkah penelitian
secara umum, yakni:
a) Mengidentifikasi masalah, penelitian dimulai dengan mengidentifikasi isu-isu dan
masalah-masalah yang esensial (penting), aktual (hangat), dan krusial (mendesak).
b) Merumuskan dan Membatasi Masalah, perumusan atau pemetaan faktor-faktor atau
variabel-variabel yang terkait dengan fokus masalah.
c) Melakukan Studi Kepustakaan, kegiatan untuk mengkasji teori-teori yang mendasari
penelitian baik berkenaan dengan bidang ilmu yang dikaji maupun metodelogi.
d) Merumuskan Hipotesis atau Pertanyaan Penelitian
e) Menentukan Desain dan Metode Penelitian, berisi tentang langkah-langkah
penelitian, dengan menggunakan pendekatan, metode penelitian, teknik
pengumpulan data, dan sumber data tertentu serta alasan mengapa menggunakn
metode tersebut.
f) Menyusun Instrumen dan Mengumpulkan Data, didahului oleh penentuan teknik
penyusunan dan pengujian instrumen pengumpulan data yang akan digunakan,
g) Menganalisis Data dan Menyajikan Hasil, menjelaskan teknik dan langkah-langkah
yang ditempuh dalam mengolah atau menganalisis data.
h) Menginterpretasikan Temuan, Membuat Kesimpulan dan Rekomendasi, hasil
analisis data masih berbentuk temuan yang belum bermakna, dengan interpretasi
hasil temuan diberi makna, dan dihubungkan dengan konteks yang
melatarbelakanginya. Kemudian adanya penarikan kesimpulan dari interpetasi
temuan.
Menurut Suryabrata (2010:12) langkah-langkah penelitian dibagi menjadi
beberapa tahapan yakni:
a) Identifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah
b) Penelaahan kepustakaan
c) Peyusunan hipotesis
05
d) Identifikasi, klasifikasi dan pemberian definisi operasional variabel-variabel
e) Pemilihan atau pengembangan alat pengambil data
f) Penyusunan rancangan penelitiian
g) Penentuan sampel
h) Pengumpulan data
i) Pengolahan dan analisis data
Selain itu, ada lima langkah metode ilmiah menurut Best dan Kahn (2006:6),
yakni:
a) Identifikasi dan definisi masalah.
b) Perumusan ide hipotesis sebagai kemungkinan pemecahan masalah, sebuah
perkiraan atau firasat.
c) Pengumpulan, organisasi, dan analisis data.
d) Perumusan kesimpulan.
e) Verifikasi, penolakan atau modifikassi hipotesis dengan uji konsekuensi dalam
situasi tertentu.
Ada banyak pola maupun langkah-langkah metode ilmiah yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam menerapkan logika dan observasi untuk memecahkan masalah.
Sehingga tidak ada acuan baku yang dipakai oleh setiap peneliti. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Best dan Kahn (2006:6) bahwa adanya definisi yang terlalu kaku dari suatu
proses penelitian akan menghilangkan banyak cara peneliti dalam melaksanaakan
penelitiannya. Dalam hal ini Best dan Kahn tidak menganjurkan adanya pola atau
langkah-langkah wajib yang harus dipakai dalam penelitian.
1.3. Jenis-jenis Metode Penelitian
Sugiyono (2011:4) menyatakan bahwa berdasarkan tujuannya metode penelitian
diklasifikasikan menjadi penelitian dasar (basic research), penelitian terapan (applied
research), dan penelitian pengembangan (research and development). Sedangkan
06
berdasarkan tingkat kealamiahan tempat penelitian tempat penelitian, dibedakan
menjadi , penelitian eksperimen, penelitian survey, dan penelitian naturalistik.
Sukmadinata (2011:17) membagi penelitian menjadi tiga, yakni: penelitian
dasar, penelitian terapan, dan penelitian evaluatif. Adapun perbedaan antara tiga
penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Dasar, Terapan dan Evaluatif.
Penelitian Dasar Penelitian Terapan Penelitian Evaluatif
Bidang
Penelitian
Penelitian bidang fisik,
perilaku dan sosial
Bidang aplikasi,
kedokterann, rekayasa,
pendidikan
Pelaksanaan berbagai
kegiatan, program pada
berbagai tempat dan
lembaga
Tujuan Menguji teori dalil,
prinsip dasar,
menentukan hubungan
empiris antar fenomena
dan mengadakan
generasi analisis
Menguji kegunaan teori
dalam bidang tertentu,
menentukan hubungan
empiris dan generalisai
analitis dalam bidang
tertentu
Mengukur manfaat,
sumbangan dan kelayakan
program atau kegiatan
tertentu
Tingkat
Generalisasi
Abstrak, Umum Umum tetapi dalam
bidang tertentu
Konkrit, spesifik dalam
bidang tertentu. Diterapkan
dalam praktik, aspek
tertentu.
Penggunaan
Hasil
Menambah
pengetahuan ilmiah dan
prinsip-prinsip dasar
dan hukum tertentu,
Meningkatkan
metodelogi dan cara-
cara pencarian
Menambah pengetahuan
yang didasarkan
penelitian dalam bidang
tertentu, Meningkatkan
penelitian dan
metodelogi dalam bidang
tertentu.
Menambah pengetahuan
yang didasarkan penelitian
tentang praktik tertentu,
Meningkatkan penelitian
dan metodologi tentang
praktik tertentu, Membantu
dalam penentuankeputusan
dalam bidang tertentu,
07
2. Variabel
2.2. Pengertian Variabel
Menurut Anderson (2005:12), variabel adalah karakteristik yang dapat
mengasumsikan salah satu dari rentang nilai. Sedangkan menurut Sugiyono (2011:38),
variabel adalah segala sesuatu berbentuk apapun yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. Pendapat lain dikemukakan oleh Fraenkel, dkk (2012:75) yang
menyatakan bahwa variabel merupakan sebuah konsep suatu benda yang ada untuk
variasi dalam suatu kelas objek, seperti kursi, jenis kelamin, warna mata, prestasi,
motivasi atau kecepatan lari. Selain itu,variabel seringkali dinyatakan sebagai faktor-
faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti (Suryabrata,
2010:25).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel
adalah suatu karakteristik atau faktor-faktor sebagai asumsi sebuah rentang nilai yang
ditetapkan oleh peneliti dalam memperoleh dan mengumpulkan informasi sehingga
dapat ditarik suatu kesimpulan.
2.2. Macam-Macam Variabel
Sugiyono (2005:39-41) membagi variabel penelitian berdasarkan hubungan
antara satu variabel dengan variabel yang lain, yaitu:
a. Variabel independen atau variabel bebas (variabel stimulus, predictor, antecendent)
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat).
Contoh: Penerapam suatu metode pembelajaran dalam kelas mempengaruhi hasil
belajar. Variabel independennya adalah metode pembelajaran
08
b. Variabel dependen atau variabel terikat (variabel output, criteria, konsekuen)
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas.
Contoh: Penerapam suatu metode pembelajaran dalam kelas mempengaruhi hasil
belajar. Variabel dependennya adalah hasil belajar
c. Variabel moderator (variabel indepen kedua) adalah variabel yang mempengaruhi
(memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan
dependen. Variabel moderator mempengaruhi variabel terikat tapi bukan pengaruh
utama.
Contoh: Hubungan antara variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y)
X1 = Motivasi belajar
X2 = Cara belajar
X3 = Fasilitas belajar
Y = Prestasi belajar
Variabel moderatornya adanya Jenis Kelamin Siswa.
d. Variabel intervening yaitu variabel yang secara teoristis mempengaruhi hubungan
antara variabel independen dengan dependen menjadi hubungan yang tidak
langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Perantara antara variabel bebas
degan variabel terikat.
Contoh : X = Sikap {Variabel Bebas)
Y = Prestasi Siswa (Variabel Terikat)
Jika sikap siswa positif pada saat proses pembelajaran berlangsung,
dimana siswa dapat menerima pembelajaran dengan baik, siswa
memberikan umpan balik terhadap pembelajaran yang terjadi dalam
kelas, maka prestasi dan hasil belajar siswa juga akan baik. Begitu juga
sebaliknaya, Dalam hal ini yang menjadi variabel interveningnya adalah
aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Dimana dalam hal ini
09
aktivitas siswa mempengaruhi hubungan antara sikap siswa terhadap
prestasi belajar siswa, tetapi hubungannya tidak langsung.
e. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar
yang tidak diteliti.
Contoh : Jika terdapat 3 variabel yakni, X adalah metode pembelajaran, Y adalah
prestasi belajar, dan Z adalah intelegensi siswa. Dalam hal ini yang
menjadi variabel kontrolnya adalag intelegensi siswa, dimana intelegensi
siswa dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh hasil belajar
terhadap metode pembelajaran yang digunakan tidak dipengaruhi oleh
faktor luar yang tidak diteliti.
Sedangkan Suryabrata (2010:27) membagi variabel penelitian berdasarkan proses
kuantifikasi, yaitu:
a. Variabel nominal, yaitu variabel yang ditetapkan berdasarkan pada proses
penggolongan.
b. Variabel ordinal, yaitu variabel yang disusun berdasarkan atas jenjang dalam
atribut tertentu.
c. Variabel interval, yaitu variabel yang dihasilkan dari pengukuran, dimana dalam
pengukuran inni diasumsikan memiliki satuan (unit) yang sama.
d. Variabel ratio, yaitu variabel yang dalam kuantifikasinya mempunyai nol mutlak.
2.3. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional merupakan definisi yang didasarkan pada sifat-sifat yang
didefinisikan dan dan dapat diamati (Suryabrata, 2010:29). Best dan Kahn (2006:6)
menyatakan bahwa definisi operasional tidak selalu dibuktikan menggunakan
penjelasan variabel akan tetapi juga didasarkan pada perilaku yang tidak relevan.
10
Ada berbagai cara dalam menyusun definisi operasional. berikut adalah beberapa
cara menyusun definisi operasional menurut Suryabrata (2010:30-31), antara lain
dengan:
a) Menekankan pada kegiatan (operation) apa yang perlu dilakukan agar hal yang
didefinisikan terjadi.
Contoh: Penjumlahan adalah menggabungkan sekelompok bilangan atau lebih
menjadi suatu bilangan.
b) Menekankan pada bagaimana kegiatan (operation) dilakukan. Atau dengan kata lain
disusun berdasarkan bagaimana hal yang didefinisikan tersebut beroperasi.
Contoh: Orang cerdas adalah orang yang tinggi kemampuanny adalam memecahkan
masalah, tinggi kemampuanya dalam menggunakan bahasa dan bilangan.
c) Menekankan sifat-sifat statis pada suatu hal yang didefinisikan. Definisi ini dibuat
berdasarkan pada bagaimana suatu hal didefinisikan akan Nampak atau terlihat.
Contoh:
Mahasiswa yang cerdas adalah mahasiswa yang mempunyai ingatan
baik,mempunyai perbendaharaan kata luas, mempunyai kemampuan
berhitung baik.
Prestasi aritmatika adalah kompetensi dalam bidang aritmatika yang meliputi
menambah, mengurangi, memperbanyak, membagi, menggunakan pecahan
dan menggunakan decimal.
3. Hipotesis
3.1. Pengertian Hipotesis
Menurut asal katanya hipotesis berasal dari kata “hypo” berarti “di bawah” dan
“thesa” yang berarti kebenaran. Menurut istilah, Arikunto (2002:64) menyatakan
bahwa hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis merupakan jawaban
11
terhadap masalah penelitian yang secara teoristis dianggap paling mungkin dan paling
tinggi tingkat kebenarannya (Suryabrata, 2010:21). Sudjana (2002:219) menyatakan
bahwa hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal untuk menjelaskan
sesuatu yang sering dituntut untuk dilakukan adanya pengecekan. Hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, belum berupa jawaban
empirik dimana rumusan masalah penelitian tersebut telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2011:64).
Kebanyakan hipotesis digunakan untuk menguji apakah suatu teori yang ada
dapat digunakan dalam memecahkan masalah (Best dan Kahn, 2006:11). Merumuskan
hipotesis adalah langkah yang digunakan oleh peneliti setelah penelahaan yang
mendalam terhadap berbagai sumber. Seorang peneliti tidak dapat memecahkan
permasalahannya hanya dengan sekali jalan, namun permasalahan-permasalah itu
diselesaikan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan di setiap segi dan mencari
jawaban melalui penelitian yang dilakukan.
Arikunto (2002:64) Menyatakan bahwa jawaban atas permasalahan dalam
menentukan hipotesis, ada dua hal sesuai dengan pencapaiannya, yakni:
a) Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoritik dicapai
melalui membaca
b) Jawaban permasalah yang berupa kebenaran pada taraf praktek dicapai setelah
penenlitian selesai, setelah pengolahan data.
Hipotesis atau penelitian ilmiah adalah suatu pernyataan afirmatif yang
memprediksi hasil penelitian tunggal, penjelasan tentatif tentang hubungan antara dua
varuabel atau lebih. Untuk hipotesis yang akan dites, variabelnya harus didefinisikan
terlebih dahulu secara operasional. Artinya peneliti menentukan apa operasi atau tes
yang digunakan untuk mengukur variabel. Dengan demikian, hipotesis terfokus pada
definisi objek yang pasti dan menentukan pengamatan atau tindakan yang harus
digunakan.
12
Peneliti yang mendalami penelitiannya dengan saksama serta menetapkan
anggapan dasar, lalu membuat suatu teori sementara, yang kebenarannya masih perlu
diuji, hal inilah yang disebut dengan membuat hipotesis. Peneliti tidak boleh
mempunyai keinginan agar hipotesisinya terbukti dengan cara mengumpulkan data
yang hanya bisa membantu memenuhi keinginannya, atau mengumpulkan data
sedemikian rupa sehingga mengarahkan keterbuktian hipotesis (Arikunto, 2002:65)
Arikunto (2002:65) menyatakan bahwa peneliti harus memiliki sikap terhadap
hipotesis yang dirumuskan, yakni:
a) Menerima keputusan seperti apa adanya jika hipotesisnya tidak terbukti (pada
akhir penelitian)
b) Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang
terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian
berlangsung)
Arikunto (2002:65) menyatakan bahwa ada tiga hal yang membuat hipotesisi
yang dirumuskan mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian.
a) Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan antara variabel
penyebab dan variabel akibat.
b) Adanya data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang
ditimbukan oleh penyebab itu.
c) Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebba lain yang bisa
menimbulkan akibat tersebut.
Walaupun hipotesis sangat penting sebagai pedoman kerja dalam penelitian,
namun tidak semua penelitian harus berorientasikan hipotesis. Jenis penelitian
eksploratif, survei, atau kasus, dan penelitian development biasanya tidak berhipotesis.
Tujuan penelitian jenis ini bukan untuk menguji hipotesis tetapi mempelajari gejala-
gejala sebanyak-banyaknya (Arikunto, 2002 :65)
13
Dalen (dalam Arikunto, 2002:66) menguraikan adanya tiga bentuk inter
relationship studies yang termasuk penelitian hipotesis, yakni: a) case studies, b)
causal comparative studies, dan c) correlatif studies.
3.2. Jenis-jenis Hipotesis
Borg dan Gall (dalam Arikunto, 2002:66) mengajukan adanya persyaratan untuk
hipotesis, yakni:
a) Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas
b) Hipotesis harus dnegan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua
atau lebih variabel
c) Hipotesis harus didukung oleh teori—teori yang dikemukakan oleh para
ahli atau hasil penelitian yang relevan
Arikunto (2002:66) menjelaskan ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam
penelitian, yakni:
a) Hipotesis kerja/ hipotesis alternatif (Ha/H1), menyatakan adanya hubungan
antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.
Rumusan hipotesis kerja:
1. Jika ... maka ...
Contoh:
Jika siswa rajin belajar maka ia akan naik kelas
2. Ada perbedaan antara .... dan ...
Contoh:
Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mengikuti bimbingan
belajar dan tidak mengikuti bimbingan belajar.
b) Hipotesis nol (null hypotheses) (H0), hipotesis nol sering juga disebut hipotesis
statistik, yang diuji dengan hipotesis statistik; Hipotesis ini menyatakan tidak
adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X
14
terhadap variabel Y. Dengan kata lain, selisih variabel pertama dnegan variabel
kedua adalah nol atau nihil.
Rumusan hipotesis nol.
1. Tidak ada perbedaan antara,,, dengan,,,
Contoh:
Tidak ada perbedaan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam
mempelajari matematika di sekolah.
2. Tidak ada pengaruh... terhadap...
Contoh:
Tidak ada pengaruh gender terhadap prestasi belajar matematika siswa di
sekolah.
3.3. Kekeliruan yang Terjadi dalam Pengujian Hipotesis
Perumusan hipotesis dilakukan dengan hati-hati setelah peneliti memperoleh
bahan yang lengkap berdasarkan landasan teori yang kuat. Benar atau tidaknya
hipotesis tidak ada hubungan dengan terbukti atau tidaknya hipotesis tersebut.
Contoh:
Belajar tidak mempengaruhi prestasi. Dari data yang terkumpul memang ternyata
anak-anak yang tidak belajar dapat lulus. Maka ditarik kesimpulan bahwa hipotesis
tersebut benar.
Berdasarkan contoh di atas, adanya kekeliruan dalam perumusan hipotesis karena
pembuktian secara hipotesis memang benar, tetapi menurut norma umum kesimpulan
di atas adalah salah.
Macam-macam kekeliruan Ketika Membuat Kesimpulan tentang Hipotesis dapat
dilihat pada tabel 2 di bawah.
15
Tabel 2. Macam-macam kekeliruan Ketika Membuat Kesimpulan tentang
Hipotesis
Kesimpulan dan
Keputusan
Keadaan Sebenaranya
Hipotesis Benar Hipotesis Salah
Terima
hipotesis
Tidak membuat
kekeliruan Kekeliruan macam II
Tolak hipotesis Kekeliruan macam i Tidak membuat
Kekeliruan
Selanjutnya ditentukan bahwa probabilitas melakukan kekeliruan macam I
dinyatakan dengan α (alpha), sedangkan melakukan kekeliruan macam II dinyatakan
dengan β (beta). Nama-nama ini biasanya digunakan untuk menyatakan jenis
kesalahan.
Besar kecilnya resiko kesalahan kesimpulan tergantung dari keberanian peneliti
atau kesalahan peneliti mengalami Kekeliruan macam I, yang disebut taraf signifikan
pengetesan artinya keadaan yang terwujud besarnya probabilitas jika hasil penelitian
terhadap sampel yang diterapkan dalam populasi.
Misalanya peneliti menetapkan kesalahan α = 1%, pada penelitian akan ada
penyimpangan sebanyak 1%.
Pada umumnya penelitian dibidang pendidikan digunakan taraf signifikasn 0,05
dan 0,01, sedangkan penelitian obat-obatan yang menyangkut jiwa manusia diambil
0.005 dan 0,001 bahkan mungkin 0,0001.
16
3.4. Cara Menguji Hipotesis
Di dalam menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka hipotesis
alternatif (Ha/ H1) diubah menjadi hipotesis nol (H0) (Arikunto, 2002:69). Dengan
asumsi bahwa pupolasi tergambar dalam kurva normal, maka jika menentukan taraf
kepercayaan 95% dengan pengetasan dua ekor, akan didapat dua daerah kritik yaitu
ekor kanan dan ekor kiri.masing-masing 2,5%.
Daerah kritik merupakan daerah penolakan hipotesis (hipotesis nihil) dan disebut
daerah signifikan. Sebaliknya daerah penerimaan hipotesis disebut daerah non-
signifikan.
Daerah Penerimaan
H0 95% Daerah Kritik 2,5%
Daerah Kritik 2,5%
17
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, G. 2005. The Fundamental of Education. New York: Falmer Press.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Best, J.W., dan Kahn, J.V.2006. Researvh In Education. New York: Pearson.
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata, N.S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Suryabrata, S. 2010. Metodologi Penelitian Jakarta: PT. Raja Grafindo persada